Anda di halaman 1dari 395

KATA PENGANTAR EDISI KEDUA

Sebagian besar perbai.kan pada buku ini dilakukan semasa Karl Terzaghi masih hidup
(beliau wafat tanggal

25

Oktober

1963).

Perubahan-perubahan yang diadakan dilakukan

dengan sangat terinci, dan Dr. Terzaghi sendiri yang mempersiapkan naskah dari bagian
bagian tersebut serta sekaligus menjadi penanggung jawab utamanya. Naskah awal dari
sebagian besar revisi u tama lainnya juga mengalan1i pemeriksaan yang cem1at dari beliau.
Penulis sendiri berbahagia karena halaman-halaman termaksud betul- betul mencemlin
kan sumbangan dari Dr. Terzaghi, namun menyesali dan harus menerima tanggung jawab
bagi kekurangan yang tak terelakkan yang mungkin tidak luput dari perhatian Dr. Ter
zaghi pada akhir pemeriksaan yang dilakukannya.
Dr. T erzaghi terutama mempersiapkan perbaikan besar pada pembahasan mengenai
kestabilan lereng alami, dan memberi.kan tambahan secara luas kepada arti.kel-arti.kel me
ngenai bendungan serta pondasi-pondasinya. Karena di tahun-tahun akhir hidupnya beliau
semakin aktif dengan kegiatan yang berkaitan dengan bendungan, maka penambahan itu
bisa dipandang sebagai intisari dari pengalan1an dan pikirannya tentang pokok bahasan
termaksud.
Buku ini dilengkapi pula oleh rujukan-rujukan serta daftar bacaan pilihan yang dapat
dimanfaatkan oleh pembaca sebagai daftar pustaka. Bab yang baru mengenai observasi
observasi unjuk-prestasi (performance) ditambahkan guna membantu insinyur dalan1 meng
gunakan metoda observasi yang merupakan inti bagi keberhasilan penerapan mekanika
tanah.
Pertan1bahan luar biasa buku-buku mengenai mekanika tanah pada dua dasawarsa
belakangan ini menyebabkan makin bertan1bahnya problem pemilihan informasi yang akan
diikutsertakan dalam buku ini. Dalam mengadakan pemilihan tem1aksud penulis berpedoman pada judul dari buku yang bersangku tan.

.
Dalan1. mempersiapkan naskal1 buku ini, Ny. Josephine B. Hcgenbart telah bckerja

luarbiasa kerasnya. Bant uan yang tak habis-habisnya dari beliau sangat penulis hargai.
Ralph B. Peck
Urbana. lllinois
January, 1967

KATA PENGANTAR EDISI PERTAMA

Ilmu mekanika tanah berawal pada beberapa dasawarsa yang lampau akibat desakan
kebutuhan. Sejak problem-problem praktis yang berkaitan dcngan tanah scmakin luas
ruang l ingkupnya, maka pcralatan saintitlk yang terscdia dalam menangani problem ter
maksud scmakin terasa tidak memadai. Usaha-usaha untuk mengatasi situasi seperti itu
dilaksanakan hampir secara bcrsamaan di Amerika-Serikat dan di Eropa, dan dalam jangka
waktu yang singkat telah mampu menghasilkan sederetan informasi pcnting yang menge
sankan.
Sukses awal di bidang sains terapan ini sangat membuka kesempatan tumbuhnya ea
bang analisis struktur yang baru. Sebagai konsckuensinya, perluasan dan pendalaman penc
litian teoritik mcningkat dengan ccpat. Dernikian pula metoda-mctoda ekspcrimen scrnakin
bertambah baik/akurat. Tanpa adanya hasil-hasil penyelidikan seksama ihi, tidaklah mung
kin pendekatan rasional untuk berbagai problem teknik bangunan tanah bisa diushakan.
Sayangnya, kegiatan pcnelitian di bidang mekanika-tanah memiliki efek psikologi yang
tidak diharapkan. K arena kcgiatan tcrscbut, para peneliti dan pengajar melupakan adanya
beraneka ragam pembatasan alami bagi pcnerapan matcmatika ke dalam problem-problem
teknik bangunan tanah. Sebagai konsekuensinya, perbaikan terus dilakukan terhadap peng
ambilan contoh tanah (sampling) dan pengujian, serta bagi sejumlah kecil problem yang
dapat diselesaikan dengan akurat. Scmentara itu, pemecahan yang akurat hanya dapat di
peroleh apabila lapisan tanah praktis bersifat homogen dan kontinu pada arah horisontal.
Lcbih jauh lagi, karena pcnelitian-penelitian yang menuntun pemecahan akurat akan me
l ibatkan banyak metoda khusus pengujian dan pengambilan contoh tanah, maka hal ter
sebut diterapkan pada kasus-kasus khusus saja. Pada sebagian (sangat) besar proyek-proyek

paling-paling han ya diperlukan ramalan yang sifatnya pendekatan saja. Bahkan seandainya

ramaln seperti itu sulit dilaksanakan, maka kila sama sekali tidak perlu melakukannya.
Seandainya tak mungkin untuk mewujudkan satu ramalan yang bersifat pendekatan, maka
prilaku tanah harus diobservasi terus selama berlangsungnya pembangunan, dan disain

hendaknya senantiasa dimodifikasi sesuai dengan berbagai hal yang dijumpai. Kenyataan
ini tidak boleh diabaikan sejalan dengan tujuan-tujuan dalam mekanika tanah. Uraian yang
dilakukan dalam buku ini dibangun oleh hal tersebut.
Bagian

A pada buku ini membicarakan sifat-sifat fisik tanah, sedangkan bagian B mem

bicarakan teori-teori mekanika tanah. Kedua bagian ini relatif sangat singkat, namun ber
isikan hal-hal penting yang perlu diketahui oleh mahasiswa teknik (engineering) serta insi
nyur pada umumnya tentang mekanika tanah yang dianggap baik/benar saat ini. Bagian C
merupakan inti dari keseluruhan buku ini.
Bagian C membahas senl mendapatkan hasil-hasil yang memuaskan sehubungan dengan
teknik pondasi dan bangunan-tanah-dengan biaya yang pantas, meskipun struktur lapisan
tanah alami sangat rumitnya dan adanya kekurang-tahuan kita mengenai kondisi-kondisi
tanah. Untuk mencapal sasaran ini insinyur harus memanfaatkan berbagai keuntungan dari

Vlil

:)1.. A

metoda-metoda serta sumber-sumber yang ada, seperti: pengalaman yang dimilikinya, teori,
dan pengujian-pengujian tanah. Sumber-sumber tersebut hanya akan bermanfaat apabila
penerapannya dibedakan dengan seksama, sebab boleh dikatakan setiap problem praktis
di bidang ini senantiasa memiliki-kekh-an nya masing-masing.
Semua pembahasan problem-problem praktis di bagian C dimulai dengan suatu survey
kritis mengenai metoda-metoda konvensional kemudian dilanjutkan oleh berbagai perbaik
an secara selangkah demi selangkah yang diwujudkan dengan bantuan hasil-hasil yang ber
asal dari penelitian mekanika tanah. Dengan demikian, insinyur yang telah berpengalaman
disarankan untuk mulai membaca buku ini mulai dari bagian C. Bagian A dan B cukup di
gunakan sebagai rujukan, untuk rnendapatkan informasi mengenai berbagai konsep yang
mungkin masih belum dikenalnya. Kalau tidak demikian akan terlalu banyak yang harus
diserap sebelum ia menyadari fungsi dari materi di atas pada bidang pekerjaannya.
Detil/perincian dari metoda-metoda untuk pemecahan problem-problem praktis yang
diliput dalam bagian C dapat berubah sesuai dengan pertambahan pengalaman, dan mung
kin beberapa di antaranya akan tidak terpakai dalam beberapa tahun karena kebaikannya
hanya bersi fat sementara/ temporer. Sementara itu manfaat dari pendekatan semiempirik
yang dianjurkan dalam bagian C diyakini tidak bergantung pada waktu. Pada setiap akhir
dari pasal-pasal di bagian C disajikan daftar buku rujukan. Prioritas pemilihan diberi
kan pada tulisan-tulisan yang memiliki kecenderungan dalam 'pengembangan kapasitas
dan kebutuhan observasi lapangan yang cermat dan baik. Sehubungan dengan itu, perlu
ditekankan bahwa beberapa tulisan-tulisan tersebut mungkin justru mengandung informasi
yang lebih penting daripada yang terkandung dalam artikel bersangkutan.
Mengingat tcrlampau luasnya bidang teknik tiwah yang bisa diliput dalam satu buku,
maka betbagai topik penting seperti: jalan raya, lapangan-terbang, dan teknik terowong
an (tunnel) tidak kita bicarakan. Rujukan ringkas tentang bidang-bidang tersebut disaji
kan dalam satu lampiran.
Pada tahap awal, naskah ini dipelajari dengan cermat oleh Professor C.P. Siess. Komen
tar-komentarnya sangatlah berharga dan membantu. Demikian pula, penulis berdua meng
hargai saran-saran dari beberapa insinyur praktisi yang membaca berbagai bagian buku
ini. Penulis khususnya berterima-kasih kepada Tn. A.E. Cummings, Tn. O.K. Peck, dan
Tn. F.E. Schmidt untuk kritik-kritiknya terhadap bagian C. Ucapan terima kasih juga di
tujukan oleh penulis kepada Dr. R.E. Grim untuk peninjauannya terhadap Pasal 4, serta
kepada Dr. Ruth D: Terzaghi atas bantuannya dalam mempersiapkan Pasal63.
Tabel-tabel d_an gambar-gambar yang diambil sebagian atau seluruhnya dari berbagai
sumber lain selalu disertai oleh keterangan tentang tempat sumber bersangkutan. Gambar
gambar dalam buku ini dikerjakan oleh Professor F. Heater. Atas kerjasamanya yang baik
dan menyenangkan itu, kedua penulis menghaturkan penghargaan yang mendalam.
KARI li'R7'\l,l'l !an RA!Pfi B. P!'CK

-'

DAFTAR ISI

XI

Sim bol-sim bol

xvii

Pendahuluan

Bagian I

Sifat-sifat Fisik Tanah

BAB 1.

Sifat-sifat lndeks Tanah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Makna praktis sifat indeks,.


Jenis-jenis utama tanah

Ukuran dan bentuk partikel timah .


Sifat-sifat fraksi tanah yang sangat halus
Analisis mekanik tanah
Agregat tanah
Konsistensi dan kepekaan lempung
Klasifikasi tanah
Persyaratan minimum diskripsi tanah yang memadai

BAB 2.

1 0.
1 1.
12.
1 3.
1 4.
15.
1 6.
1 7.
1 8.
19.

Si(at 1/idraulik dan Mektlnika Tanah

Makna sifat hidraulik dan mekanika tanah


Permeabilitas tanah
Tegangan netral dan efektif serta kelandaian hidraulik kritis
Kompresibilitas lapisan-lapisan tanah tertekan
Konsolidasi lapisan lempung
Tegangan dan regangan dalam tanah
Kondisi runtuh tanah Tahanan geseran tanah tak berkohesi
Tahanan geseran tanah kohesif
Pengaruh getaran pada tanah

BAB 3.

20.
21.

Drainase Tanah

Muka air-tanah, kelemb aban tanah, dan fen omena k apiler


Proses drainase

3
4
7
9
15
17
23
28
33
36

36
36
46
50
66.
69
79
84
88
102
lOS

105
110

l1ekanika ranah dalam prakrck rckao'GSil

Bagian 11.

Mekanika Tanah Teoritik

BAB 4.

Hidrolika Tanah

22.
23.
24.
25.

Lingkup permasalahan hidrolika


Penghitungan (komputasi) rembesan
Mekanika saluran pipa (piping)
Teori konsolidasi

BAB 5.

26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.

Asumsi-asumsi dasar
Keadaan-keadaan kesetimbangan plastik
Teori tekanan tanah
Pengaruh gesekan dinding terhadap bentuk dari permukaan gelinciran
Teori Coulomb ten tang tekanan tanah aktif terhadap dinding penahan
Titik kerja tekanan tanah
Tekanan tanah pasif terhadap permukaan sentuh yang kasar
Daya dukung pondasi dangkal
Daya dukung pangkal jembatan dan tiang pancang
Kestabilan lereng
Kestabilan bendungan tanah
Tekanan tanah pada struktur penahan dalam galian
Pelengkungan dalam tanah

BAB 6.

39.
40.
41 .
42.

Kes'imbangan plastik dalam tanah

Penurunan don Tekonan Sentuh

Pendahuluan
Tekanan ver tikal dalam tanah di bawah daerah yang dibebani
Penurunan pondasi
Tekanan sentuh dan teori reaksi subgrade

Bagian Ill. Masalah-masalah


B.\ B 7.

43 .

Tujuan dan lingkup eksplorasi tanah


Metoda eksplorasi tanah

45.

Program eksplorasi tanah

BAB ll.

125
126
137
1 40
J.r)
1 49
152
1 57
1 63
1 65
1 70
1 72
1 77
1 84
190
210
215
220
..,..,

222
223
229
232
:3l)

Eksplorasi Tanah

44.

46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.

Disain dan Konstruksi

123

24 1
246
274

Tdwnan Tanah dan Ke.lfabilan Lereng

Dinding-dinding penahan
Drainase sebelum penggalian
Penyangga lateral dalam galian terbukaKestabilan lereng bukit dan lereng dalam galian terbuka
Pemadatan tanah
Disain tanggul dan timbunan tanah
Kestabilan dasar tanggul

296
311
322
338
359
367
373

SIMBOL- SIMBOL

Simbol-simbol yang digunakan dalam buku ini umumnya sesuai dengan yang diguna
kan dalam edisi yang pert ama.
Dewasa ini di Amerika Serikat, hasil-hasil pengujian laboratorium biasanya dinyatakan
dalam satuan metrik, sedangkan sistem Inggris dipakai di lapangan dan di kantor-kantor
disain. Sehubungan dengan ha! tersebut, konstanta-konstanta tanah dan hasil-hasil peng
ujian yang disajikan dalam Bagian

dinyatakan dalam satuan metrik. Bagian II dan Ill

yang membicarakan teori-teori serta pemakaian-pemakaian praktis, hanya menggunakan


sistem I nggris. Untungnya, berbagai besaran yang terlibat dalam penghitungan-penghitung
an pada mekanika tanah dapat diubah-ubah dari satu sistem ke sistem yang lain dengan
mudah dengan menggunakan hubungan pendekatan yang erat:
I

kg/cm2

"-'

""llun/ft:

1 atnwsfir= 34ft air= l5lb/in1.

Dalam hubungan tersebut yang dimaksud dengan "ton" adalah "ton kecil" (short ton)
yaitu

2000

lb. Beberapa faktor pengubahan (konversi) lain yang mungkin akan berguna

adalah:
1 lb

4q gm

30,5 cm

1 kg

ft

2.2 lb

Pada daftar berikut ini, dimensi dari berbagai besaran dinyatakan dalam sistem metrik
(cm-gm-sec). Seandainya nilai numerik suatu besaran dinyatakan dalam satuan metrik,
maka kita dapat mengubah nya ke sistem lnggris dengan menggunakan faktor-faktor
konversi yang telah diberikan di atas. Sebagai contoh, kita akan menyatakan nilai
L

120.000 gm/cn12

ke dalam sistem l nggris, yaitu dengan memasukkan


I
I "'
"Ill = - lb uan I cm =
454
30,5

ke dalam persamaan terdahulu sehingga diperoleh

120.000

-1
lb
454

245.000 lhtft2

ft

xii

Mekanika tanah dalam praktek rekayasa


Seandainya suatu simbol tidak dilngkapi oleh dimensi, maka berarti simbol tersebut

menunjukkan suatu bilangan murni

(pure number).

'.. cm2) = luas


A = koefisien tekanan-pori = ud f Ap
A /l l_un2) = luas dasar dari tiang-pancang (pile) atau sumuran (pier)

.11 = rasio luas dari "sampling spoon"


a1. ( c m 2 h111 1 = koefisien kompresibilitas
H (cl!l I= lebar
B = koefisien tekanan-pori = u0jp3
( ' (ScJ!lbarJng dtmmi) = konstanta

C lgm ) = kohesi resultan


C0 I![ 111 J = adhesi fotal

c:c; = indeks kompresi untuk tanah di lapangan;rasio perayapan (creep)


Cc

indeks kompresi untuk tanah remasan (remdded soil)

cl

C h'

indeks pembengkakan/pemuaian (swelling)

rasio perayapan terbeban (keruntuhan akibat ''piping")

I = kohesi
(in.J = konstanta dalam formula "Engineering News"
'
et (gm/cm I= perpotongan kohesi untuk lempung ovcrkonsolidasi
:: (gm/ell I = adhesi antara tanah dengan tiang-pancang, sumuran, dinding, atau turap
c

tgm/ c m2

li

(c'nt2/det)

Dr

(clnl

(sheeting)
= koefisien konsolidasi

n (c 1:1 J = ukuran butiran; kedalamn; diameter; spasi antara pusat-pusat dari tiang-pancang
n 1 o ( c 1 11) = ukuran butiran efektif
= kedalaman pondasi

D, = kepadatan relatif tanah yang tak kohesif


.i (cm) =diameter tiang pancang;jarak
r

(gnl/ m2)

= modulus elastisitas

F (\ olt J = beda potensial listrik

F = efisiensi galian
F [g1n1L till = gaya normal pada sisi irisan (analisis kestabilan)
l:i 1 gn1 1 n12 i =modulus tangen awal
,. = angka pori
,. (coulon1h/c ilJ 1 ) = muatan listrik per satuan luas
'o

= angka pori pada keadaan paling lepas; angka pori di bawah tekanan "overburden"

l'w

=volume air per satuan volume bahan padat (untuk tanah jenuh

efektif Po
'm in = angka pori pada keadaan paling padat
,c

= angka pori kritis


l (gm i = reaksi; gaya resultan

1-

cw

= e)

faktor keamanan

!1 (J!ill ' Cll12 I

jumlah gesekan dan adhesi an tara tanah dan tiang-pancang atau sumuran

f = koefisien gesekan antara tanah dengan dasar dari struktur


lu ( l /ut) = frekuensi alami (vibrasi)
ll/ dct) = frekuensi impuls (vibrasi)

J1

r;a

rasio ruang-udara (drainase)

H (cm I = tebal lapisan yang tidak digunakan sehubungan dengan pengkonsolidasian lapis
an. Dalam kasus ini, H = tebal dari lapisan yang setengah tertutup (half
closed layer) a tau setengah dari ketebalan lapisan yang terbuka (open layer)

If \ u11 J = tinggi jatuh dari palu (pemancangan tiang)

Ifc ( c lll J = tinggi kri tis lereng .


::.11 (cm)

hulu posisi (hidraulika) (position head)

h (cm) = hulu hidraulik

hw (cm I = hulu piezometric


!ih (cm I

potensial jatuh (hidraulika)

Simbol-rimbol

xiii

he (cm)= tinggi kenaikan kapiler; hulu kritis untuk keruntuhan akibat "piping"
hcc (cm) = tinggi saturasi sempurna dari tanah yang dikuras (drained soil)

her (cm)= hulu kritis untuk keruntuhan akibat "piping" sesuai dengan pcrhitungan yang

didasarkan pada jalur (line) dari metoda perayapan (creep method)

hr = tekanan uap relatif

hra

kelem baban relatif

fe = indeks kecairan (liquidity index)

11,. = indeks keplastisan (plasticity index)

kelandaian hidraulik

i1 = kelandaian hidraulik kritis


i1 (volt/cm)= gradien potensial, elektroosmosis
rfl

(gmjcm3) = gradien tekanan

F\.

K0

rasio antara intensitas tekanan arah horisontal dengan tekanan arah vertikal di suatu
titik pada massa tanah tertentu

koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam (nilai K untuk keadaan awal dari kesetimbangan elastik)

K.4 = koefisien tekanan tanah aktif


Kp

koefisien tekanan tanah pasif

K (cm2) = permeabilitas
Ks (gmjcm3) = koefisien reaksi "subgrade"
k

(cm/detl koefisien permeabilitas


(cno/det) = koefisien permeabilitas pada arah paralel terhadap bidang an tar lapisan
=

kJ

k u (cm/Jet) = koefisien permeabilitas pada arah tegak lurus terhadap bidang antar lapisan
kr ( c m/ Jet) = koefisien permeabilitas lempung remas an
kh. kr ( g mj c m 3 ) = koefisien-koefisien untuk menentukan tekanan timbunan tanah ter-

hadap dinding penahan

kh

(cm/det) = koefisien permeabilitas pada arah horisontal


kr (crn/dct)
koefisien permeabilitas pada arah vertikal
kt' (cm/Jet)
koefisicn permeabilitas elektroosmosis
L (cm)= panjang jalur perayapan (creep line); panjang
=

l. w

batas cair

/(cm)= panjang
M c (gm cm)
mornen gaya-gaya kohesif
=

m,
mfr

faktor reduksi (tekanan tanah terhadap struktur penguat pada galian terbuka)

= koefisien kompresibilitas volume


koefisien (analisis kestabilan) Pers. 35.11

N = faktor yang tak berdimensi (Ne, N , dan N = faktor-faktor daya dukung;Ns = faktor
'Y
q
kestabilan dalam teori kestabilan lereng;. jumlah timbunan pada "sampling

spoon" selama p elaksanaan standard penetration test


2
tan (45 + 1/J/2)

Nrp = nilai aliran

.V d

jurnlah pnurunan ekipotensial Uaringan aliran)

Nf = jumlah jalur aliran Uaringan aliran)


n

= porositas;jumlah tiang pancang dalam satu kelompok

na

rasio antara: jarak dari dasar penumpu lateral ke titik tempat bekerjanya tekanan
tanah dengan tinggi total penumpu lateral

nd = faktor kedalaman (kestabilan lereng)

ng = rasio antara: percepatan maksimum yang dihasilkan oleh gempabumi dengan percepatan gravitasi

persentase butiran yang lebih kecil daripada ukuran tertentu

P (gm atau gm/cm)= tekanan resultan, gaya normal

PA (gmjcm) = tekanim tanah aktif seanda.inya tak terjadi pelengkungan (dinding-dinding


Pa (gm/cm)

g (gm)

penahan; keadaan Rankine1aktif)

= tekanan tanah aktif seandainya terjadi pelengkungan (struktur penguat pada


galian-galian terbuka")

resultan gaya gravitasi pada partikel

r
/

1'1'

1 11 l

11

tt;kanan tanah pasif. Dapat dipecah menj adi:

PP'

satuan tanah, dan

Pp yang bergantung pacta berat

yang bergantung pada kohesi dan beban tambahan.

Lebih jauh lagi P'p dapat dipecah menjadi Pc dan

/' '::
/',

...l'l

resultan gaya-gaya yang bekerja pada permukaan partikel

l I'

'.

'1

resultan tekanan air

batas plastis (plastic l imit)

1 :

( ,:r t

pI,.'
p n

Ill
1.

I< 1 '.' 1

11 ,,
1

tekanan atau te.gangan normal; re.aksi "subgrade"

1 = tegangan-tegangan utama (principal): mayor, intermediate. dan minor

':

= tekanan efektif (garis

intensitas tekanan aktip

/'o 1 !-!Ill

lglll

p:

,.

tekanan horisontal terhadap bidang vertikal


tckanan vertikal terhadap bidang horisontal
tekanan kapiler

pertambahan tekanan terhadap dinding penahan yang diakibatkan oleh ad


: a

bahan q1 per satuan panjang paralel terhadap puncak lereng (rest)

L '
1

.J.11(

.\.

j,p1.
f J,;

O.t

ll'

,,

'

tekanan yang berkaitan dengan titik b pada Gambar 13 .Sa

- =

tekanan awal; tekanan overburden yang bekerja saat ini


tekanan konsolidasi maksimum pada tanah di lapangan

= perubahan tekanan; tegangan konsolidasi; tekanan aksial tambahan (uji

triaksial)
1

kekuatan ikatan

= beda tegangan pada saat keruntuhan

= nilai akhir (ultimate) dari beda tegangan

1.1

tekanan rembesan

''

'

'I .1

'

;;

, 11

V 1. r ,
U \gt

1 =

L "'

gm1

pertambahan tekanan terhadap dinding penahan akibat adanya beban tam

-"" l'tl,, ,.
j,p

tekanan pengikat; tekanan segala arah (all-around); tekanan konsolidasi

awal (initial consolidation)

nya beban tambahan q per satuan luas

IL!III l' l ll '

p1I ('Ill

c/p

tekanan yang diakibatkan atmosfir

11111

yang ada di at as "p" bisa dihilangkan); te.kanan over-

burden efektif yang digunakan dalam pernyataan

p11 !!'' , n
11 lJ::l , 11
p;._ 1 1 1{l tr

I 1/

bagian dari tekanan tanah aktif akibat beban garis q

11

"

I'.J m
fla ' ;;.

Pq

'

luah (discharge) total per satuan waktu

beban terpusat; beban penunjang (strut load)


beban yang diizinkan pada tiang pancang

: =

tahanan statik akhir dari tiang pancang


'"" , ,,, :

bcban kritis pada pondasi telapak (footing) atau sumuran yang ter

letak pada t anah padat atau kaku. Bisa dipecah menjadi

oleh berat tanah serta

Q"

Q1

yang diakibatkan

yang diakibatkan oleh kohesi dan beban tambahan.

Daya dukung dari pondasi-tclapak yang berbentuk lingkaran (circular footing)

dinyatakan oleh simbol


tuk bujur sangkar:

.e'D :

'

0fs

Qdr,

sedangkan untuk pondasi-telapak yang berben-

beban kritis pada pondasi-tclapak atau sumuran yang berada di atas

tanah lunak atau lepas

(nr

.,

!)(

g .,

I_-;

t ,,::1

<A ' .:;;n

; 1

i ,

1 =
i

tahanan dinamik terhadap penetrasi tiang-pancang

gesekan permukaan (skinfriction) (total)


daya dukung akhir dari kelompok tiang-pancang

tahanan gesekan dari tiang-pancang atau pondasi-sumuran

beban lebih (excess load) pada pondasi-telapak atau pondasi-rakit (raft), yang
terdiri dari "beban mati" netto Odn dan "beban hidup" Q[; beban pada ti
ang pancang yang terdiri dari: beban Q yang diberikan oleh bangunan dan
Q1 + Q" yang diakibatkan oleh gesekan permukaan negatif (negatif skin
friction)

'i

( ,_ m r - = beban merata seragam;_beban tambahan per satuan


;c.:.1/c m' = beban garis yang terdistribusi seragam
tekanan tanah yang diizinkan
'la r lf..:nl' '

r/

luas

Sinzhul-simhol

X\

I! cl 1 1" , 1,1'i t

g 11',

,,,, 1

,.,,,

1112

daya dukung akhir untuk tanah kaku atau padat. Nilainya untuk tanah

lunak atau lepas dinyatakan dengan simbol

qJ,

untuk pondasi-telapak ber

bentuk lingkaran: Qdr dan yang berben tuk bujur sangkar: Qds.

= daya dukung tanah yang terletak di ba wah dasar tiang-pancang atau pondasi-sumuran; tahanan penetrasi konus (cone penetration resistance)
= kekuatan kompresif bebas (unconfined compressive strength)

'" 2 1

R = rasio antara ukuran dari material penapis dengan ukura n material yang dilindungi
1; 1., 111: = jari-jari pengaruh dari sumur; jari-jari kelengkungan dari lereng yang mengalami
deformasi (perubahan)

1 r 111 1

= jari-jari

r: '

.- ,1 ' <: n

= jarijari lingkaran-gesekan (kestabilan lereng)


1 = jari-jari spinal-logaritmik

'''"' ' "'

..

= tahanan gelinciran (sliding) total antara dasar bendqngan dengan tanah-bawah

permukaan (subsoil)

,; (c 11:'

penurunan (settlement); penetrasi tiang-pancang di bawah pengaruh tumbukan


palu

kompresi elastik temporer dari tiang-pancang yang mengalami tumbukan palu


:,
\,. = derajat kejenuhan (saturasi)
..,.,. = derajat kepekaan (sensitivity)

)\1, =batas susut (shrinkage limit)

'l 111

c1n2)

v 1)!.111,
1

= tahanan geseran

cll12 1 =-

kekuatan geser residual

,,n1 = gaya geser pada tepi/sisi irisan (analisis kestabilan)

1 l<kr:J)Jl ccku,

J;

Jj.
' 1

'"

'"'I

=suhu (temperatur)

= tegangan permukaan cairan

faktor waktu (teori konsolidasi)

Jn 1 = waktu

( grn! ,n12

= tegangan geseran

q:1nl , 111: = tekanan netral total pada dasar bendungan; tekanan hidrostatik lebih (excess
hydrostatic pressure) total

=derajat konsolidasi; koefisien keseragaman = D60/D10


11 ''2111
' '-.1

1 c<ill

:n 2

111

1 Ill.,
:;,

., 1

I = tekanan hidrostatik lebih


"
1 = tekanan air pori yang disebabkan oleh tekanan ke segala arah p3; pertam
bahan tekanan se! ke segala arah (all-around cell pressure)

11: 2 :

= tekanan air pori yang disebabkan oleh beda tegangan l::.p pada pengujian
triaksial tertutup (undrained)

'm- 1

= tekanan air pori pada saat keruntuhan dalam uji triaksial konsolidasi tertutup

:< . 1 gn
- 1 / en 2 1
.,
-')
.< , ., it' Ill i c 111 I

I ,

' , lil' 1

= tekanan udara atau tekanan fasa uap di dalam tanah


= t egangan netral, tekanan air pori

=volume total

1. 111 J 1

= volume total ruang pori

; ' , ::: \k\ 1 = kecepatan luah (discharge velocity)

's l.c

Ill ! J cl) = kecepatan rembesan (seepage velocity)

!1:;

g 1n I = berat dari "ram" tiang pancang

[t'

(gt!l

h'l'

1 c<;J; 1

11\- ([!Ill)
"

g111

ct ! ti

Jlll

= berat

= berat tiang-pancang

= berat efektif tanah yang digantikan oleh pondasi-telapak atau ruang bawah
tanah (basement)

kadar air da1am persen berat kering

: )cm i = kedalaman
I cm 1 = kedalaman retakan tegangan (tension cracks)

:: ,

c, =

sudut

= faktor reduksi kekuatan lempung yang berada di sekitar galian sumuran

;3idn:J!dll

-y (gin/clll3

sudut kemiringan
berat satuan (tanah, air atau udara)

Mekanika tanah Jalam praktek rekavasa

X\'1

'Y, lgrujcrn3)
"(tf I

rl

'Yw 1 n

'"

= berat satuan terbenam (submerged unit weight)

= berat satuan tanah seandainya seluruh air digantikan oleh udara

J berat satuan air


t = beral satuan dari bahan penyusun yang padat

111-
11
'Ys ll..

= pertambahan

j.

r,

!gll1 cm)= energi yang hilang pada pemancangan tiang


tderajat J = sudut gesekan dinding; sudut antara tegangan

resultan pada suatu bidang

dengan normal bidang tersebut

= bilangan pokok pada logaritma Naperian; regangan satuan


2
17 = (gm/cm det) = viskositas

U ltkra(atl = sudut; sudut pusat


11 = rasio Poisson; mikron

.P = potensial kecepatan (jaringan aliran)

rp tdcrajatJ =

sudut gesekan dalam (internal); sudut tahanan geseran dalam persamaan

Coulomb yang diperbaiki

(16.5)

1/>crl ( dlr. 011 = sudut taha.nan gescran konsolidasi tertutup


tP! \d r.lJ 1 , = sudut gesekan antara partikel-partikel di titik persentuhannya
lj),. uJLr.t 11 1 = sudut tahanan geseran residual
11
, ,lL ..,1 l 1 = sudul tal1anan geseran untuk lempung yang mengalami overkonsolidasi

= koefisien yang mengaitkan tekana.n pori dari fasa gas dengan tekanan pori dari fasa air
dalam tanah

Jog u = logaritma natural/naperian dari a


Jog10 a = logaritma dari a dengan bilangan pokok
ab = jarak lurus antara a dan b

uh

= jarak antara

dan

10

b sepanjang suatu lengkungan

""b1arti: hampir (dianggap) sma


15.3 berarti: persamaan 3 dalam Pasal 15.

"kanan" buku ini.

Nomor Pasal diberikan di sebelah

atas

halaman

PENDAHULUAN

Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa dibagi menjadi tiga bagian, yakni:
I

IL

Ill.

Sifat-SiLII h,ik T.111all

\k :1111 .1 T:tnall Tc"nl1"

Masalah lhsain dan K\)!1Slruksi

Bagian I membicarakan sifat-sifat fisik dan mekanik dari contoh tanah homogen yang
diremas (remolded) dan tidak diganggu (undisturbed). Sifat-sifat tcrsebut dibahas se
hubungan dengan p eranannya sebagai kriteria scderhana untuk membedakan bcrbagai jenis
tanah, dan di samping itu menjadi penuntun dalam mcnguraikan kondisi-kondisi tanah
secara memadai. Bagian ini juga membicarakan kaitan antara sifat-sifat tanah dengan peri
laku m assa tanah selama dan sesudah pelaksanaan pcmbangunan.

Bagian ll menyajikan pen-getahuan dasar tcori-teori yang dibutuhkan untuk mehyele

saikan problem-problem kestabilan a tau daya dukung tanah maupun problem yang berkait
an dengan adanya interaksi antara tanah dengan air. Asumsi yang amat disederhanakan ter
hadap sifat-sifat mekanik dan hidraul ik tanah menjadi dasar bagi teori-teori tersebut. Mes
kipu n bcgitu, ternyata hasil-hasil yang dipetoleh dari penerapan teori ini kc sebagian besar
kepentingan praktis cukup akurat.

Di bagian lli akan dibitarakan penerapan pengetahuan tcntang perilaku tanah dan

teori-teori mekanika-tanah yang dimiliki saat ini ke disain dan pembuatan pondasi di
lapangan, serta teknik bangunan tanah.
Teori mekanika tanah merupakan bagian dari mekanika teoritik, sedangkan sifat
sifat fisik tanah menjadi bagian dari tclaahan (study) yang lebih umum - yakni: sifat
teknik dari bahan. Namun, disain dan konstruksi di bidang pondasi dan teknik bangunan
tanah, yang merupakan bagian ketiga dan terbesar dari buku ini, adalah pokok bahasan
yang sifatnya bcbas sebab melibatkan metoda pemilihan dan prosedur-prosedur yang khas
jika dibandi.ngkan dengan bidang-bidang teknik struktur lainnya. Pada bidang-bidang yang
lain, insinyur bcrurusan dcngan pengaruh gaya-gaya terhadap struktur-struktur yang ter
susun dari produk-proC!uk pabrik sepcrti baja dan beton, atau dengan masalah pemilihan
bahan alami secara cermat seperti batu atau kayu. Mcngingat sifat-sifat bal1an-bahan ini
dapat ditentukan dengan cukup \engkap, maka problem dalam mendisain hampir senantia
sa dapat diselesaikan dengan menerapkan teori atau hasil-hasil penguji"an model secara
langsung,
Sebaliknya, semua ungkapan/pernyataan dan kcsimpulan yan g menyangkut tanah.di
lapangan senantiasa mengandung banyak ketidakpastian. Bahkan pada.kasus yang ekstrim,
konsep-konsep yang mendasari suatu disain dapat hanya sekedar hipotesa kasar yang jauh
dari kenyataan yang sebenarnya. Untuk kasus seperti itu risiko keruntuhan sebagian atau
menyeluruh hanya bisa dihilangkan dengan menggunakan apa yang dikenal sebagai: prose
dur observasi. Proscdur tersebut terdiri dari: pengamatan (obscrvasi) secukupnya dan se-

xviii

Mekanika tanah daltzm pmktek rekayasa

cepatnya sefama pembangunan berlangsung untuk mcndeteksi dari sejak dini penyimpang
an yang ada antara keadaan yang sesungguhnya dengan yang diasumsikan oleh pendisain,
dan pengubahan (modifikasi) disain maupun metoda pembuatan sesuai dengan hal-hal
yang dijumpai.
Pandangan-panclangan tersebut di atas menentukan materi pembahasan dan metoda

pen ya_iian bagian Ill buku ini. Bagian Ill buku ini tidak dimulai dengan instruksi bagi pe
nerapan prinsip-prinsip teori kc disain, tetapi dimulai dengan tckl'lik-teknik penyusunan
informasi mengenai k0ndisi-kondisi tanah di lokasi yang dipilih dengan menggunakan pem
boran, sounding, pengambilan contoh tanah, dan pengujian. Meskipun dalam eksplorasi
ini dilibatkan banyak tenaga dan waktu namun berbagai interpretasi terhadap hasilnya
masih tetap terbuka luas.

Dalam bagian Ill, bab-bab berurutan akan membicarakan prinsip-prinsip umum dalam

mendisain berbagai struktur seperti: dinding penahan (retaining wall), bendungan tanah
(earth dam), dan pondasi-pondasi. Perilaku dari struktur-strulhur ini teru tama bergantung
pada sifat tanah secara fisik serta kondisi-kondisi pada tanah bawah pennukaan (subsoil).
Penting diingat bahwa ketidakpastian pada asumsi dasar dari disain selalu tidak dapat
dihindarkan karena tidak pernah lengkapnya pengetahuan kita mengenai kondisi-kondisi
tanah bawah permukaan. Dalam buku ini ketidakpastiah tersebut memerlukan dan men
dapatkan perhatian yang kontinu. Pembahasan semacam ini tidak dianggap perlu oleh
buku-buku mengeni bidang-bi\fang disain struktur yang lain, mengingat hampir selalu ter
jaminnya kehandalan (reliability) asumsi dasar yang mnyangkut sifat-sifat bahan-bahan
konstruksi umum lainnya.

BAGIAN

SATU
SIFAT-SIFAT FISIK TANAH

. llraian dalan1 bagian I ini dibagi menjadi tiga bab. Bab pertama membicarakanpro
scdur-prosedur yang umum cligunakan untuk mem,beda-bedakan berbagai jenis tanah atau

membcda-bedakan berbagai keadaan yang dimiliki oleh satu jenis tanah tertentu. Bab k e

dua bcrisi ifat-sifat mekanik dan hidrau lik tanah dan Juga membicarakan metoda-metoda

yang digunakan untuk rilenentukan nilai-nilai numerik yang mengungkapkan sifat-sifat


termaksud. Bab k etiga mcmbahas .proses-proses fisika dalam drainase (drainage) tanah.

TU
T

n c:;JF

Dfo

Keberhasilan di bidang bangunan tanah dan pondasi bila dibandingkan dengan bidang

bidang teknik sipil lainnya, lebih banyak bergantung pad a pengalaman praktis. Disain struk

tur penyangga tanah ataupun yang disangga tanah sesungguhnya didasarkan pada hukum

empirik sederhana, namun hukum-hukum tersebut hanya aman dipakai oleh insinyur yang
memiliki latar belakang pengalaman. Proyek-proyek besar yang diwarnai oleh berbagai ha!/
permasalahan "khusus'' menghendaki penerapan luas metoda-metoda ilmiah untuk disain,
tetapi program penyelidikan yang baik sangat sulit terwujud di samping h asil-hasilnya sulit
diinterpretasikan. kecuali jika insinyur yang bertanggung-jawab terhadap disain memiliki
pengalaman yang banyak.
Mengingat pengalaman seseorang relatif terbatas, maka insinyur-insinyur terpaksa n1e
nyandarkan diri, setidaknya sampai batas-batas tertentu, pada catatan pengahman insinyur

lainnya. Catatan yang berisikan deskripsi lengkap mengenai kondisi tanah merupakan gu
dang informasi yang penting. Sebaliknya jika 'tidak lengkap. catatan tersebut dapat me

nyesatkan. Di bidang teknik struktur. laporan atau catatan tentang kenmtuhan sebuah
batang akan kecil artinya, kecuali kalau berisi keterangan apakah batang tersebut ter

buat dari baja atau besi tuang, di samping tentu saja data-data penting lainnya. Pada se

tiap catatan terdahulu tentang pengalaman mengenai pondasi. karakteristik atanah hanya
ditunjukkan oleh istilah umum seperti "pasir halus" atau "lempung lunak". Padahal ter
kadang, perbedaan sifat mekanik dua macam pasir halus ang berasal dari tempat yang

berbeda lebih penting dan lebih besar dibandingkan dengan perbedaan sifat termaksud
pada besi tuang dan baja. karena itu, pencarian mctoda pembedaan tana)l yang tergolong

dalam suatu kategori tertentu mempakan salah satu tujuan utama dari berbagai usaha
akhir-akhir ini guna mengurangi risiko dalam masalah tanah. Sifat-sifat yang mndasari
pembedaan' tersebut dinamakan

dan pengujian yang diperlukan untuk

menentukan sifat indeks disebut


Sifat tanah dapat diubah dengan menggunakan manipulasi seperlunya. Misalnya, ge

taran dapat mentransfonnasi pasir halus menj.adi pasir yang padat. lni berarti, perilaku
tanal1 di lapangan tidak saja bergantung pada sifat-sifat u tama dari masing-masing pe
nyusunnya, tetapi juga pada sifat-sifat yang muncul akibat susunan partikcl-partikel di
dalam massa tanah tersebut. Karena itu, sifat indeks perlu dibagi menjadi dua kelas:
, I

Sifat yang utama dari butiran tanah adalah bentuk dan ukurannya serta. pada lepung,
karakter mineralogi dari butiran yang terkecil. Bagi tanah yang tak berkohesi sifat agregat
yang terpenting adalah kepada tan relatif, sedangkan untuk tanah kohesip adalah konsisten
sinya.
Pembahasan sifat-sifat butiran dan agregat tanah akan diawali oleh penjabaran jenis

jenis utama tanah, kemudian akan dilanjutkan dengan pengkajian ulang secara ringkas
tentang persyaratan minimum deskripsi tanah yang akan digabungkan ke dalam data-data
pengamatan di lapangan.

St!al }tlrk tanah

J'ASAL::! JENIS-JENIS L'TAMA TANAH


l nsinyur sipil membagi bahan yang menyusun kerak bumi secara garis besar menjadi
dua kategori:

/ana it I

d 1 dan lwttwn 1; '-"-I Tanah adalah kumpulan (agregat) butiran

mineral alami yang bisa dipisahkan oleh suatu cara mekanik bila agregat termaksud diaduk
dalam air. Sedangkan batuan metupakan agregat mineral yang

sa tu

sama lainnya aiikat oleh

gaya-gaya kohesip yang permanen dan kuat. Karena istilah "kuat" dan "permanen" dapat
diinterpretasikan secara berbeda-beda, maka batas antara tanah dan batuan menjadi tidak
pasti. Banyak agregat partikel mineral yang dijumpai di alam sulit untuk_ diklasiflkasikan
seb'agai tanah atau batuan. Walaupun begitu, dalam buku ini, itilah tanah hanya diberlaku
kan pada bahan-bahan yang betul-betul memenuhi definisi di atas.
Kendatipun peristilahan yang diuraikan di atas umumnya dipahami oleh insinyur
insinyur sipil, tetapi peristilahan tersebu t tidak berlaku secar a universal. Bagi

geologiwan,

misalnya, istilah "batuan" dimaksudkan untuk semua bahan yang menyusun kerak bumi
tanpa mempersoalkan derajat keterikatan partikel-partikel mineralnya, sedangkan istilah
"tanah" hanya dikenakan pada bagian kerak bumi yang mampu menopang tumbuh
tumbuhan. Oleh karena itu, jika insinyur sipil memanfaatkan informasi yang diberikan
oleh pekerja (para

ahli)

dari bidang lain (di luar teknik sipil), hendaknya ia benar-benar

memahami arti dari peristilahan tanah dan batuan yang dipakai.


!3erdasarkan asal rnula penyusunnya, tanah dapat dibedakan
15esar J.aitu sebag_ai hasil

u_km_{_weathcring) secara fisjs

g_dalam dua....kelompnk

dan...kimia, .dan .}'ang berasal

dari b@an__ or&.a


_ nik Jika basil pelapukan masih berada di tempat asalnya, ia disebu!
apabila telah berpindah tempa t, disebut

A 't

1 '

I' .Jil 1

cd

"

d 'tan)1a

mempersoalkan pelaku angku tan tersebut.


Tanah residual yang terjadi di daerah iklim sedang atau setengah kering biasanya
kaku dan stabil serta tidak meluas ke kedalaman yang besar. Akan tetapi, khususnya di
iklim lembab panas di mana lama penyinaran (matahari) demikian panjang, tanah residu
al mungkin meluas hingga kedalaman beberapa ratus meter. Tanah ini mungkin kuat dan
stabil, tapi mungkin juga mengandung bahan yang sangat kompresibel di sekitar bongkah
bongkah batuan yang belum begitu lapuk (Pasal

49).

Dalam keadaan seperti ini, tanah

tersebut dapat menimbulkan .kesulitan pada pondasi dan konstruksi jenis lainnya. Sebagian
besar endapan tanah angkutan bersifat lunak dan lepas hingga kedalaman beberapa ratus
meter dan dapat menimbulkan berbagai masalah serius.
Tanal1 yang berasal dari bahan organik, teru tama diben tuk di tempatnya berada
(in situ), baik melalui pertumbuhan dan peluruhan beruntun tumbuh-tumbuhan seperti
lumut gambut, atau melalui penumpukan fragmen-fragmen rangka bahan anorganik atau
kulit-kulit organisma. lni berarti, yang dimaksud dengan tanah yang berasal dari bahan
organik dapat berupa susunan unsur organik ataupun anorganik. Istilah

lanah organik

biasanya ditujuk
_ an ke tanah angku tan, yang terdiri atas produk-produk pelapukan batuan
dengan sua tu campuran hasil luruhan bahan.bahan tumbuhan yang agak menyolok.
Kondisi tanah di tempat struktur direncanakan, biasanya diteliti dengan mengguna
kan uji lubang dan pemboran. Mandor peketjaan menguji contoh (samples) tanah yang di
ambil. Sesuai dengan keperluan setempat, rriandor mengklasifikasikan tanah serta mem
persiapkan catatan pemboran atau uji lubang yang berisi nama tanah serta batas-batasnya.
Nama tanah dimodifikasi oleh sifat-sifat yang menunjukkan kekakuan, warna, serta hal-hal
tambahan lainnya. Selanjutnya catatan mungkin ditambah oleh abstraksi hasil pengujian
contoh di laboratorium.
Catatan mengenai jenis-jenis tanah beriku t ini mencakup nama-nama yang biasa di
pakai oleh insinyur praktis serta mandor berpengalaman, untuk klasifikasi tanah di lapang
an.

Sifat iudch tanah


Pasir dan kcrikil merupakan agregat tak berkohesi yang tersusun dari fragmen-fragmen

sub-angular atau angular, agaknya berasal dari batuan atau mineral yang belum meng
alami perubahan. Partikel berukuran sampai 1/8 inci dinamakan pasir, dan yang berukuran
1/8 sampai 6 atau 8 inci disebut kerikil. Fragmen-fragmen bergaris-tengah lebih besar dari
8 inci dikenal sebagai bongkah (boulders):
Hardpan merupakan tanah yang tahanannya terhadap penetrasi alat pemboran besar

sekali. Sebagian besar "hardpan" dijumpai dalam keadaan bergradasi baik. luar biasa padat,
dan merupakan agregat partikel mineral yang kohesif.
Lanau anorga11ik (in<,rgank silt) merupakan tanah berbutir halus dengan plastisitas

kecil atau samasekali tak ada. Jenis yang plastisitasnya palfng kecil biasanya mengandung
butiran kuarsa sedimensi, yang kadang-kadang disebut: tepurig batuan (rock fluor), sedang
kan yang sangat plastis mengandung partikel berwujud serpihan dan dikenal sebagai lanau
plastis.

Karena teksturnya halus, lanau anorganik sering dianggap sebagai lempung, tetapi

sebenarnya dapat dibedakan tanpa pengujian laboratorium. Jika diguncang dalan1 telapak
tangan, selapis lanau anorganik jenuh akan mengeluarkan air sehingga permukaannya akan
nampak berkilat. Selanjutnya bila dilekukkan di antara jari tangan. permukaannya kembali
pudar/tak berkilat. Prosedur ini dikenal sebagai uji guncangan. Setelah kering, lapisan men
jadi rapuh, dan debu dapat dikelupas dengan menggosokkan jari tangan. lanau relatif
bersifat kedap air. namun dalam keadaan lepas lanau bisa naik kc lubang pcngeboran
atau lubang galian seperti layaknya sua tu cairan ken tal. Tanah paling tidak stabil. menuru t
kategori ini, dikenal secara setempat dengan nama berbcd:J-beda, misalnya: hati sapi
. (hull's liver).
Lonau organik merupakan tanah agak plastis, berbutir halus dengan campuran partikel
partikel bahan organik terpisah secara halus. Mungkin pula dijumpai adanya kulit-kulit
dan fragmen tumbuhan yang meluruh sebagian. Warna tanal1 bervariasi dari abu-abu teran,g
ke abu-abu sangat gelap, di samping ilU mungkin mengandung H2 S, C02 serta berbagai
gas lain hasil peluruhan tumbuhan yang akan memberikan bau khas kepada tanah. Per
meabilitas lanau organik sangat rendal1 sedang kompresibilitasnya sangat tinggi.
Lempu11g merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikros

kopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun batuan. dan bersifat
plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Dalam keadaan ke'ring sangat keras, dan
tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah. lsti
lah "gumbo" digunakan, khususnya di Amerika bagian barat, untuk lempug yang ke
adaan plastisnya ditandai dengan wujudnya yang bersabun atau seperti terbuat dari lilin,
serta amat keras. Pada kadar air yang lebih tinggi (basal1) lempung tersebut bersifat Iengket.
Lempung organik adalah lempung yang sebagian sifat-sifat fisis pentingnya dipengaruhi

oleh adar.ya bahan organik yang terpisah. Dalan1 keadaan jenuh lempung organik cende
rung bersifat sangat kompresibel, tapi pada keadaan kering kekuatannya (strength) sangat
tinggi. Warnanya biasanya abu-abu tua atau hitam, di samping itu mungkin berbau me
nyolok.
Gambut (peat) adalah agregat agak berserat yang berasal dari serpihan makroskopik

dan mikrcskopik tumbuh-tumbuhan. Warnanya bervariasi antara coklat terang dan hitam.
Gan1but juga kompresibel, sehingga hampir selalu tak mungkin menopang pondasi. Ber
bagai macam teknik telah dicoba pengembangaMya dalam rangka mendirikan tanggul
tanah di atas lapisan gambut tanpa risiko runtuh, namun penurunan (settlement) tanggul
semacam ini tetap cenderung besar serta berlanjut dengan laju yang makin berkurang
selama bertahun-tahun.
Seandainya suatu tanah tersusun dari dua jenis tanah yang berbeda, maka campuran
yang terbanyak (dominan) dinyatakan sebagai kata 'benda, sedang yang lebih sedikit atau
kurang menonjol dinyatakan sebagai kala sifat. Misalri.ya: pasir lanauan, menyatakan

Sifat fisik tanah

tanah y ang mengandung banyak p asir, sedangkan lanau hany a berjumlah sedikit saja. Lem
pung pasiran adalah tanah yang memperlihatkan sifat-sifat sebuah lempung tetapi me

ngandung sedikit pasir.

Secara kualitatif, sifat-sifat agregat pasir dan kerikil diungkapkan oleh istilah-istilah :

sedangkan untuk lempng di nakan


( loo e ). sedflng ( meJIU m ). JJn padat tdc n se).
_
!Stili&: keras l hJ I J ). kaku (ti 1). scdang (medi um ). J.t n lunak \ ' 1 t) . Istllah-Ishlah ter

./eP;U

maksud biasanya

d1evalua i oleh mandor peniboran atas d asar bcberapa faktor, disertai

keterangan mengenai kesulitan dan kemudahan (relatif) p em bo ran dan pengambilan c on


toh serta konsistensi contoh ini. Namun, metoda evaluasi seperti ini mun gkin mengarah

ke konsepsi y ang sangat m enyimpang tentang karakter u mum l apisan tanah, karenanya
diskripsi kualitatif harus ditambah dengan informasi kuantitatif seandainya sifat-sifat

mekanik cenderung memiliki pengaruh penting pada disain. Biasanya keterangan kuan
titatif diperoleh dari contoh tanah yang "agak terganggu" (Pasal
an yang bersesuaian di lapangan (Pasal

44).

7),

atau melalui penguji

Data warna lapisan t anah dari beberapa pengeboran y ang berdekatan, memperkecil

risiko melakukan kesalahan dalam mengkorelasi catatan p engeboran. Warna juga merupa

kan p e tunjuk bagi perbedaan nyata perilaku (karakter) tanah. Misalnya, jika lapisan paling
atas suatu lempung terbenam berwarna kekuning-kuningan atau coklat, dan lebih kaku

darip ada lapisan lempung di bawahnya, maka mungkin hal tersebut terjadi karena lapisan

lempung tersebu t tersin gkap dalam sua tu jangka waktu terten tu hingga kering dan disertai
proses pelapukan oleh cuaca. lstilah-istilah, seperti: burik, marbled, berbintik, speckled

digunakan untuk membe dakan warna-warna yang terdapat di dalam satu lapisan yang

sama. Biasanya warna-warna gelap atau lusuh dikaitkan dengan tanah-tanah organik.

Dalam kondisi geologi tertentu, tanah akan diju mpai dengan ciri-ciri p erwuju dan

nya y an g khas atau luar biasa, misalnya berupa struktur lubang akar atau stratifikasi yang

nyata dan teratur. Karena ciri-ciri tersebut, maka tanah di lapangan dapat dengan m udah

dikenali, dan karena itulah masing-masing diberi nama khusus. Aline a beriku t ini berisi
definisi dan uraian sebagian dari bahan-bahan tersebut.

kah.

adalah endapan glasial tak berlapis dari lempung, lana u , pasir, kerikil, dan b ong
w
ahan termaksud menutupi sebagian permukaan b atuan di d ae rah-daerah yang ter

glasier selama j aman es.

dalah agregat halus - yang pembentukannya dipengaruhi oleh air atau angin
Ti t ff
. ari mineral berukuran kecil atau par tikel batuan y ang disemburkan dari gunung
berasal o

api ketika meletus.

adalah endapan k ohesif seragam y ang terbawa oleh tiupan angin, biasanya ber.
Lo e
warna eo elat terang. Ukuran sebagian besar partikelnya berkisar di antara 0,01 dan
.

0,05

mm. Kohesi ditimbulkan oleh adanya bahan p engikat yang terutama mengandung

kalsium/gamping atau lempung. Karena umumnya terdapat lu bang-lubang akar tegak yang

menerus (kontinu ), maka permeabilitas pada arah mendatar lebih kecil daripada arah

vertikal; di samping itu mainpu bertumpu di atas lereng yang sangat curam (hampir tegak).

Lapisan loess murni tidak pernah jenuh. Pada peristiwa penj enuhan, ikatan partikel di

perlemah dan permukaan lapisan turun.

Modified loess

adalah loess yang keh ilangan sifat karakteristiknya akibat proses

proses sek\inder, misalny.a pencelu pan temporer, erosi dan di lanju tkan dengan pengendap
an; p eru bahan kimiawi y ang menyangkut penghancuran ikatan antar p ar t.ike l ; atau p er

ubahan kimiawi bahan y ang lebih mudah melapuk seperti feldspar. Pembusukan kimiawi
yang tuntas menghasilkan loess loam, dicirikan oleh ke-plastis-annya y ang lebih besar dari
pada jenis modified loess lainnya.

,
Ta nalr dtaumzaceousadalah endapan h alus mengandu ng silika, biasanya pu tih disusu n

teru tama a tau bahkan st:cara keseluruhan oleh sisa-sisa diatom. lstilah diatom digunakan

Si(a l indeks lanah

untuk sekelompok ganggang laut atau ganggang air tawar yang bersel satu dan berukuran
mikro, serta berdinding sel yang mengandung silikat.

adalah e ndapan kal ium berbutir h alus. bcrwar n a pu t ih . ter


Lake mar/ 1 1 ,1 u loglime
jadi di kolam se bagai h asil endapan tumbuh-tumbuhan. Endapan ini bi asanya berhubu ngan
dengan lapisan gambut.

adalah istilah yang digunakan untuk aneka lempung laut yang agak atau sangat
.War /
kaku dan berwarna kehijau-hijauan.
A dobe adalah istilah yang digunakan di Amerika bagian barat daya dan daerah-daerah
se tengah kering lainnya u n tu k aneka ragam tanah berwarna terang, mulai dari lanau pasiran

sampai lempung yang sangat plastis.

adalah lapisan tanah y an g butirannya tersemen satu sama lainnya oleh karbo
Ca licll e
nat seperti gamping. Biasanya lapisan-lapisan ini terdapat di kedalaman bebe rapa meter di
bawah permukaan, dan ketebalannya dapat berkisar di anta:a bebe rapa inci dan beberapa

kaki. U ntu k p embentu kan lapisan ini dip erlukan iklim setengah kering.

. em['lil!g l'l1l"I'('J rerdiri atas l ap isan-lapisan lanau anorganik berwarna agak abu-abu
J
yang di selang-selingi oleh lap isan-lapisan lempung berwarna lebih gelap. la pi an-lapisan ter

sebut jaran g berketebalan l e bih dari setengah inci, tetapi kadang-kadang ditemukan juga
"varve" yang sangat tebal. Bahan-bahan penyusun lapisan tersebut diangkut ke danau

air tawar oleh air di akhir jaman es. Lempung "varved" cenderung memiliki gabungan sifat
sifat buruk l anau dan lempung lunak.

adalah lempung dengan kadar "montmorilonit" yang tinggi (Pasal 4). Ke


Bentoni,
banyakan bentonit terbentuk dari perubahan kimiawi abu vul kan ik. Bila berhubungan
dengan air, bentonit kering mengembang lebih besar dibanding lempung kering lainnya,

sementara bentonit jenuh akan menyusut lebih banyak ketika dikeringkan. Endapan ben
tonit terdapat di negara-negara bagian di sebelah barat Mississippi; di Tennessee, Kentucky,

dan Alabama ; juga sedikit di beberapa n egara bagian lainnya. Demikian pula, bentonit
dijumpai di M ex ico.

M asing-masing istilah tersebut di atas - yang digunakan u ntuk pengklasifikasian

tanah di lapangan - akan melingkup beraneka bahan yang berbeda jenisnya. Kecuali itu,

pemilihan istilah y ang berkaitan dengan sifat-sifat kekakuan dan kepadatan sangat ber
gantung pada orang yang melakukan pengujian tanah

termaksud.

Karena kenyataan

kenyataan ini, klasifikasi lapangan boleh dikatakan senantiasa mengandung ketidakp astian
dan ketidaktelitian. Keterangan (in formasi) yang lebih spesifik dapa t diperoleh hanya me

lalui uji secara fisik, yang akan memberikan nilai numerik sifat-sifat tanah.

Metoda penelitian tanah - yang menca kup pengeboran, pengambilan contoh, serta

penentuan nilai numerik rata-rata sifat1 tanah menjadi bagian dari program disain dan kon
struksi. Hal-hal ini akan dibahas dalam Bab

7,

Bagian lii .

PASA L J UKURAN DAN BENTUK PARTI KE L TANAH

Ukuran partikel-partikel penyu sun tanah dapat bervariasi dari yang berukuran bong
kah sampai ke ukuran m olekul besar. Butiran yang lebih besar d ari
Buuran yang lebih besar dari

arse) dan sangat kasar


tangan .

(very coarse);

Butiran yang berukuran antara

0,06

mm merupakan

merupakan fraksi-fraksi tanah yang kasar c o


dapat diamati dengan mata telanjang atau lensa

0,06 mm

0,6 mm hingga

2 p. ( l p.

1 mikron

0,001 mm) hanya

dapat diamati dengan menggu nakan mikroskop. Butiran ini merupakan fraksi ha/us (fine
'
fractien).
.
Fraksi san,:a t ha/u s tersusun dari bu tiran- u t iran y ang u ku rannya lebih kecil dari 2p. .
M 1 kroskop ma sih dapat membeda-bedakan butuan y ang bcrukuran antara 2p. h ingga 0 l p.,

namun tidak lagi dapat membedakan bentuk butiran tersebu t. Untuk menentu kan bentuk

Sifat fisik tanah


bu tiran yang lebih kecil dar i lJ..l diperlu kan mikroskop elektron. Struktur molekulernya
diselidiki melalu i analisis sin ar-x .

Proses p emisahan agregat tanah ke dalam fraksi-fraksi, y ang ma sing-masingnya terdiri

atas bu tiran dalam berbagai selang u kuran, disebu t analisis mel<11 nik. Dengan analisis me

kanik kita dapat mengetahui bahwa tanah alami mengandung dua atau lebih fraksi tanah.

Sifat umum tanah yang berbutir campuran hampir secara keseluruhan ditentukan oleh
sifat unsur tanah yang terkecil. Dalam h al ini tanah agak mirip dengan be ton. Sifat beton
terutama ditentukan oleh semen, sedangkan agregat y ang menyusun seb agian besar beton
bersifat lembam. " Agregat", atau bagian lembam tanah berbutir campuran terdiri atas

80 a tau 90% berat kering total.

Bagian aktif a tau desisif menyusun sisanya.

Fraksi sangat kasar, misalnya kerikil, te rdiri atas pecahan-pecahan batuan, ma sing-ma
sing tersusun dar i sa tu atau lebih mineral. Pecahan-pecahan itu mungkin tierbentuk angular,
subangular, bulat, atau ceper ; mungkin dalam keadaan scgar atau yang mcnunjukkan tanda
tanda pelapkan berat. Mu ngkin kokoh a tau rapuh.
Fraksi kasar, y ang ditunjukkan oleh pasir, dibentuk oleh butiran yang biasanya ter
utama tersusun dari ku arsa. M asing-masing butiran mungkin berbentuk angular, subangular,
atau bulat. Seb agian pasir mengandung p ersentase sangat tinggi serpihan- serpihan mika
yang membuatnya sangat elastis atau lenting.
Pada fraksi-fraksi h alus dan sangat halus, masing-masing butirannya umumnya h anya
terdiri atas satu mineral. Partikel-partikelnya mungkin berwujud " angular " , "subangular " ,
serpihan, atau kadang-kadang berbentuk tabular. Namun, partikel bulat jarang sekali di
jumpai. Fraksi h alus y ang mengandung fosil seperti Radiolaria atau diatom, mempunyai
pori dengan p ersentase sangat tinggi, memberikan sifat m.ekanik tak nom1al. Umumnya,
semakin kecil u kuran butiran suatu fraksi tanah, maka semakin tinggi persen tase wujud
serpihan.
Jika sebagian besar bu tiran dalam sua tu agregat tanah memiliki u ku ran-ukuran yang

termasuk p ada salah satu fraksi tertentu, maka agregat tanah termaksud dikatakan seragam.

Tanah kasar a tau sangat kasar y ang seragam mudah dijumpai, sedangkan tanah sangat halus

atau tanah koloidal jarang dijumpai seragam. Semua lempung mengandung p enyusun yang
halu s, s angat halus, dan koloidal, bahkan seb agian lempung ada y ang men gandung parti
kel-partikel kasar. Fraksi lempung yang paling h alus teru tama tersusun dari partikel-parti
kel berbentu k serpih an.
Meratanya p enyebaran partikel berbentuk serpihan di d alam fraksi halus tanah alam
merupakan konsekucnsi dari proses geologi pembentukan tanah. Sebagian besar tanah ber
asal dari p elapukan batuan secara kimia. Batuan sendiri terdiri atas sebagian mineral yang
secara kimia sangat stabil dan seb agian lagi kurang stabil. Pelapukan secara kim ia men
transformasikan mineral kurang stabil menjadi bahan y ang rapuh yang terdiri atas partikel
par tikel mineral sekunder yang sangat kecil - biasanya be1wujud seperti sisik atau kristal
serpihan - semen tar a mineral stabil praktis tak beru bah . J adi, proses pelapukan secara
kimia meru bah batuan menjadi agregat be rupa kumpu lan fragmen-fragmen mineral s tabil
atau hampir tak berubah dan tertanam di dalam suatu matriks yang teru tama te rdiri atas
partikel diskrit berwujud sisik. Selama proses pengangku tan selanju tnya oleh air yang
mengalir, agregat tersebut dihancurkan, dan unsur-u nsur p enyusunnya mengalami p e ris
tiwa tumbukan dan penggilasan. Proses mekanik penggilasan sendiri (murni) menghancur
kan bu tiran mineral stabil - yang keras dan sedimensi - hanya sampai sekecil

(0,0 1

1 OJ..l

mm). Semen tar a itu, mineral sekunder - yang terdiri at as partikel-partikel b e r

bentuk serpihan dan bersifat rpuh, walaupun sejak semula telah berukuran kecil, meng
alami penghancuran lagi menjadi partikel yang lebih kecil dan kemudian diendapkan.

Sitar ind!'ks f(lnal:


PAS AL

SIFA T-SI FAT FRAKSI TANAH YANG S ANGAT HALUS

Jika kita memecah dan menggiling sepotong contoh mineral, mengubahnya menjadi
fraksi-fraksi berukuran bu tiran yang berbeda, kemudian menjenuhkannya, kita akan me
lihat bahwa fraksi terhalu s menunjukkan sifat-sifat yang tidak muncul pada fraksi yang
lebih kasar. Lebih jauh lagi kita amati bahwa sifat-sifat ini, secara agak luas, sangat ber
gantung pada karakteristik dari mineral.
Pengaruh ukuran serta sifat mine ral dapat diilustrasikan melalui perbandingan sifat
sifat tertentu berbagai fraksi dari sua tu kuarsa, dan melalu i perbandingan sifat-sifat tertentu
antara fraksi kuarsa dcngan fraksi biotit y ang masing-masingnya memiliki u kuran butiran

yang sama. Kita akan mel ihat bahwa fraksi yang scmakin halus secara ber turu t- turu t mem

bentuk endap an dengan p orositas yang scma kin tin ggi ap a.bil a tiap fraksi kuarsa y ang me

ngandung bu tiran scdimensi ( equidimensional) atau bu tiran

berukuran

bcsar dikocok

dalam air suling dan dibiarkan mcngcndap. Par tikcl tcrkecil pada fraksi yang paling halus

akan te tap tin ggal di dalam suspensi sclama bermin ggu-min ggu . Akan tetapi jika setetes
larutan yang m engandung suatu elektrolit ditambahkan ke dalam suspensi, maka sedimen
tasi segera dimulai. Kecuali itu , scdimen ini memiliki porositas yang sangat kecil jika di

bandin gkan dengan porositas sedimen y ang diendapkan dari air suling {distilasi). Hal ini

menunjukkan bahwa selain gaya gravitasi

Pg

yang berkecenderungan mcnarik partikel ke

bawah, terdapat pula gaya-gaya dengan resultan

Ps

yang bekcrj a di permukaan partikel.

Gaya resultan ini dapat berinterferensi atau m engganggu partikel-partikel lain yang ber-

. dekatan. Gay a Ps ini merupakan gay a listrik.

Pengurangan garis-tengah D dari butiran-butiran kuarsa y an g relatip sedimensi menye


babkan pengurangan gaya

Pg

sebanding dengan D3 , sedangkan gaya permukaan

kurang sebanding dengan D2 . Kar ena i tu , p engurangan rasio

Pg/Ps

sung dengan D. Seandainya sebuah kubus kuarsa bervolume

nya menjadi lJ.L, maka rasio

Ps

akan jauh lebih besar

Ps

ber

akan berbanding tang

cm3 diperkecil h in gga sisi

PK/Ps berkurang dengan 1 0- 4 Ha! ini berarti, gaya permukaan


daripada gay a Pg schingga gaya Ps te rsebu t sangat mempengaruhi

sifat-sifat agregat, jika kubus-kubus memiliki u kuran yang sangat kecil. Jadi, kendatipun
fraksi kasar kuarsa tidak memiliki kohesi sama sekali, tetapi sema kin berkurang ukuran
butiran kuar sa akan berarti

semakin bertambah sifat kohesif kuarsa tersebut. Meskipun

begitu, fraksi terhalu s sekalipun tidak menunjukkan keplastisan, y aitu kemampuan meng
alami proses "penggulungan" dalam sua tu batas-batas kadar air tertentu.
Tidak seperti halnya kuarsa, butiran-bu tiran biotit dicirikan oleh wuju dnya yang
berupa piring/lempeng. Rasio volume dan luas permukaan serta berarti juga rasio

Pg/Ps

untuk partikel y ang berwujud lempeng tipis bernilai relatif j auh lebih kecil daripada nilai
yang dimiliki oleh partikcl-partikel sedimensi (equidimensional). Kecuali i tu , pengaruh
u kuran butiran terh ad ap porositas serta sifat-sifat fisik agregat lainnya masih cukup me
nonjol. Agregat jenuh memperoleh keplastisan yang cukup besar dan kekohe sipannya ber
tambah, dengan berkurangnya ukuran bu tiran.
Perbedaan p enting an tar a p erilaku p ar tikel kuarsa dan p ar ti ke l biotit be rpangkal pada
perbedaan struktur kristal kedua mineral terse but. Struktur kristal kuarsa menyokong peri
laku plati {platy habit), sedangkan struktur kristal biotit mendorong munculnya p erilaku
plati {platy habit). Perilaku yang diperlihatkan oleh sebagian mine ral selalu be rkaitan de
ngan struktur kristal berupa lembaran. Sifat-sifat fraksi sangat h alus dari mineral y ang
tak sama yang memiliki struktur kristal berupa lembaran tersebut ternyata agak berbeda,
karena karakteristik d i p ermukaan lembaran-lembaran termaksud bergantung pada masing
masing struktur mineral y ang bersangkutan.
Secara praktis semua mineral dengan struktur be rupa lembaran yang dijumpai pada

fraksi tanah sangat halus termasu k ke dalam kelompok y ang dikenal sebagai min eral-

)I)
lllit:cra! ie'l?l!1i llg

Kelompok terse but dibagi menj adi tiga sub-kelompok : ,:c,-1 h 1 1 1 r f!li: dan

M asing-m asing sub-kelompok ini ditandai oleh susunan atom yang me


' "mnn tm 1 n tn1 : ;i
nimbulkan muatan listrik negatif di permukaan kristal. Seb agian besar mineral lempung
merupakan salah satu dari ketiga sub-kelompok di atas.
Sebuah p ar tikel lempung mungkin terdiri atas banyak struktur- struktur berupa lem
baran y an g saling bertumpukan. Partikel lempu ng cende rung berbentuk p elat atau ber
wujud ceper dan cenderung me miliki permukaan berpetak (Gbr.

4. 1 ).

Permukaan yang

rata terwebut bermuatan listrik negatif sed angkan di sisi-sisi petak atau di tempat patah
an pelat terdapat muatan p ositif a tau negatif, tergantung keadaan lingkungannya .
, / Dalam

p ermasalahan

teknik

sip il, partikel lempung akan senantiasa bersentuhan

delngan air. In teraksi antar p ar t ikel lem pu ng, air, dan bc rmacam-macam bahan y an g ter
larut dalam air menjadi faktor penentu y an g utama bagi si fat-sifat tanah y ang tersusun dari
partikel-partikel tersebu t.
Air murni teru tama tcrdiri a tas mol ekul-molekul H2 0, tetapi senantiasa ad a beberapa
molckul y ang berdisosiasi menjadi ion h idrogen

dan ion hidroksil OH-. Jika terdapat

ketidakmurnian, m aka ketidakmurnian te rse bu t juga bcrdisosiasi menjadi kation bermuatan


p ositif dan anion bermuatan negati f, misalnya garam dapur mengurai menj adi Na+ dan

n-.

Keti dakmurn ian yang lain rnungkin berupa asam atau basa. Karena p ermukaan bidang

mineral J empung membawa muatan listrik negatif, maka kation ditarik ke permukaan
p ar tikel, demi kian pula h al nya dengan ion

macam itu dikatakan

yang berasal d ar i air itu sendiri. Kation se

Aneka m a cam m ineral lempung memiliki per

,.. ,-1 1"


..-'
bedaan be sar dalam hal kemampuan menjerap kation: kapasitas pertukaran kation dinyata

kan dalam jumlah total muatan positif y ang diserap per 1 00 gram. Harga pendekatan

nya u ntuk be rbagai m ineral lempung y ang berbeda dengan u kuran p ai tikel h ampir sama
disajikan dalam Tabel

4.1.

Gbr . 4 . 1 . G m bar m i kr n e l e k t r .. n hcn l \ l k

htrienjang p;H t Jkel

kaoli n t

Si/{ 11 indeh

I1

raur:: l;

Ta hel -1 . 1

.\1 onmorilomt

3 6 0 - 5 00

llit

1 20

K aolin i t

240

20 - 90

Ion yang dijerap tidak terus-menerus melekat pada mineral lempu ng_ Sean dainya lem
+
y ang terjerap dicuci dengan laru tan KCl, maka sebagian

pung yang mengandung ion Na

besar ion Na+ akan digantikan oleh ion K+ Proses


( (\! l i l > rl C\ ( i l.i!ll' )

ini dikenal sebagai rertukaran kation

Air yang berde katan dengan permukaan partikel miner al yang bermua tan negatif da

pat mengalami pertukaran ion dengan dirinya sendir- M olekul-molekul air mungkin ter
susun menjadi suatu p ola y ang tergantung p a da lokasi dan sifat ion yang dijerap serta,
sampai tingkat tertentu, pada jarak sisi kristal mineral lempung. Oleh karena i tu kita me
ngatakan bahwa air terjerap d<..c1 memiliki struktur. Tebal air y ang terjerap sangat ber
gantung kepada jenis mineral serta berbagai jenis kation yang mungkin. Sifat-sifat air yang
terjerap belum cukup diselidiki, tetapi air tersebut dapat mengerahkan pengaruh penting
pada sifat-sifat mekanis massa lempung. I on-ion yang terjerap bersama dengan air yang terkompleks jerapan (d Jorp l r 1 nl> 1

jerap menghasilkan

Kation-kation yang dijerap oleh sebuah p artikel mine ral lempung senantiasa bergerak
akibat agitasi termal dan tersebar secara statistik di sekitar permukaan partikel. Kerapatan
terbesar dari ion ion tersebu t terjadi di de kat permukaan partikel dan kerapatan semakin
berkurang jika makin jauh dari permukaan, sep erti ditunjukkan pada Gb.

4.2.

Kation

kation ini menyusun suatu lajur atau lapisan bermU:atan positip. Lapisan ini bersama- sama
dengan permukaan bermuatan negatif d ari partikel yang bersangkutan dikenal sebagai
lapiwn ganda listrik

(elec tric d vuhle

lay e 1 ). Lapisan-lapisan ganda listrik di sekitar dua

partikel yang hampir sej aj ar akan saling tolak dengan intensitas yang sangat bergantung
pada sifa t dan kov.sentrasi ion-ion di dalam air. Di samping gaya tolak yang be rkaitan de
ngan lapisan ganda tersebut terdapat pula medan-medan gaya yang lain di sekitar partikel
partikel bermu atan. Medan-medan gaya "tambahan" ini dapat bersifat tarik-menarik mau
pun tolak-menolak. Kendatipun kita telah memahami sifat-sifat berbagai medan gaya de
ngan cukup baik , tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi medan tamabhan tersebut di
atas belum sepenuhnya dianalisis. Walaupun begitu , informasi yang tersedia saat ini me
mungkinkan kita menginterpretasikan sejumlah besar fenomena yang diamati dan meng
ilu strasikan kekompleksannya, sekalipun secara k asar dan melalui beberapa penyederhana
an.

Par tikel Lempung ( - )

/ .

;:

:a .

.
0

-- /on-ion (+)

Gbr. 4 . 2 Diagram sebaran kation &ekitar


permukaan lempung bermuatan negatif.

Sifat jisik tanah

12

Pembentukan struktur selama berlangsungny a p engendapan (sedimentasi) merupakan


salah sa tu konsekuensi yang ditimbulkan oleh gay a-gay a yang berkaitan dengan permukaan
partikel-partikel lempung. Seandainya partikel lempung dimasukkan ke dalam air suling,
maka muatan negatip pada masing-masing partikel akan saling tolak-menolak. Hal ini ber
arti pula tidak ada partikel yang menempel pada partikel lain. Sementara itu gaya gravitasi
partikel akan turun secara perlahan a tau tetap berada dalam suspensi sambil melakukan ge
rakan Brown. Dalam air alami yang cukup banyak mengandu n g elektrolit mesti terdapat
sejumlah partikel yang permukaannya menarik dan menjerap ion-ion berlawanan tanda. Air
semacam ini kita jumpai di daerah b atugamping. Partikel-partikel tersebut selanjutnya
ditarik oleh partikel yang lain dan membentuk gabungan atau flok-flok (floes) yang mung
kin cukup besar untuk dapat turun k arena pengaruh gaya gravitasi. Pada lingkungan terten
tu, khususnya jika ujung-ujung patahan "pelatpelat" yang membentuk partikel-partikel

memiliki muatan listrik p ositif, partikel-partikel di dalam flok mungkin tersu sun dalam
struktur yang disebut :

pinggir-ke-muka

(edge-to-face), seperti ditunjukkan dalam Gbr.

di samping itu flok mungkin juga terdiri atas partikel-partikel dengan

5 .3b).

4.3a ;

struktursejajar (Gbr.

Oleh k arena itu, endapan yang semata-mata tersusun dari mineral lempung cende

rung berwujud . kumpulan flok. Dalam kumpulan ini flok yang satu dengan yang lainnya
mungkin saling terlepas, sed angkan pada masing-masing flok partikel-partikel dapat ter
susun dengan struktur pinggir-ke-muka, sej ajar, a tau peralihan dari kedua struktur terse but.
Lebih j auh lagi, ternyata seb agian besar endapan mengandung pula partikel-partikel yang
lebih kasar yang cukup besar reranannya dalam menyebabkan perub ahan terhadap susunan
(Pasal

1 8).

Jika tekanan y an g bekerja pada endapan ber tambah akibat penumpukan endapan di
atasnya atau akibat gaya dari luar, maka kadar air dalam endapan menjadi berkurang, dan
partikel dipaksa un tuk saling mendekat satu sama lainnya. Dalam keadaan seperti itu tanah
dikatakan:

mengkonsolidasi.

Sebagian besar energi yang dikeluarkan untuk mengkonsolida

si endapan digunakan u ntuk memecahkan struktur flok-flok serta melawan gay a tolak an tar
partikel. Dalam hal ini peranan energi berkaitan dengan peristiwa perub ahan elastis (elastic
deformation) par tikel-partikel.
Jika tekanan dihilangkan sementara tanah tetap bersen tuhan dengan air bebas, maka
kadar air dan volume tanah akan bertambah. Fenornena ini dikenal sebagai pembengkakan
(swelling). Sejumlah energi yang terlibat dalam proses ini merupakan kerja oleh gaya-gaya
tolak untuk memisahkan partikel-partikel. Dalam hal ini peranan energi tercakup dalam
peristiwa tumbukan elastis.

(b)

(a)
Gbr. 4 . 3.

(a) Susunan pinggir-ke-muka partikel lempung dengan bentuk berj enjang atau

lempeng. gabungannya menjadi flok.


..

(h )

Flo k partikel lempung dalam susunan sejaj ar .

fat indcks ranah

13

Penyebab konsolidasi serta pembengkakan untuk fraksi ukuran bu tiran yang berbeda
akan berbe da pula. Misalnya, jika tekanan pada campuran p asir-mika yang berbutir kasar
diubah, maka sebagian besar konsolidasi dan pembengkakan diakibatkan oleh perubahan
atau tumbukan elastis. Namun pada fr aksi tanah y ang sangat halus, fenomena y ang ber
hubungan dengan muatan-muatan listrik mungkin merupakan ha! yang paling menonjol.
Jika sebuah flok dengan partikel-partikel yang tersusun sejajar (Gbr. 4.3b) m eng
alami perubahan (deformasi) geser, maka tahanannya terhadap geser di sepanjang
permukaan-permukaan terletak di an tara dua partikel akan sangat kecil kalau permukaan
masing-masing partikel berbentuk bidang datar. Dalam kenyataannya partikel-partikel me
miliki permukaan yang berjenjang y ang memungkinkan terjadinya "in terferensi" serta
tahanan terhadap geser. Endapan yang terdiri atas flok-flok dengan partikel-partikel
yang tersusun dalam struktur sejajar tetap i dengan orientasi yang berbeda-beda akan me
miliki tahanan geser per flok yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh interferensi antar
flok. Pada suatu flok <.!engan partikel-partikel yang tersusun dalam struktur pinggir-ke
muka akan terdapat interferensi antar p artikel yang sangat kuat. Kecuali interferensi,
tahanan terhadap geser juga ditimbulkan oleh peristiwa tarik-menarik pada persentuh
an an tar p inggir dan muka partikel. Dalam hal ini kita akan menjumpai berbagai jenis inter
ferensi dan peristiwa tarik-menarik yang menghasilkan tahanan geser pada endapan ter
sebut .
Jika endapan alami diremas (remolded) dengan cermat, maka endapan tersebut akan
sangat terganggu dan menyebabkan banyak partikel terorientasi dengan susunan yang
.relatip sejajar. Karena itu , tahanan geser dari endapan tersebut mungkin akan berkurang
banyak. Dalam keadaan seperti ini lempung dikatakan bersifat peka terhadap gangguan.
Lempung !aut yang dijumpai di negara-negara Skandinavia dan Kanada bagian timur
ditandai oleh kepekaan yang luar biasa tinggi sehingga sering dikenal sebagai lempu ng
hidup (quick clays). Setelah suatu gangguan terj adi, misalnya tanah longsor, lempnng ter
sebut berperilaku seperti fluida viskos (cairan kental) dan biasanya mengalir ke tempat
tempat yang j auh (Pasal 9). Kepekaannya yang tinggi dihubungkan dengan berkurang
nya konsen trasi ion natrium di dalam air pori akibat p roses pelindian (leaching). Teori ini
ditunjang oleh data lap angan dan h asil percobaan di laboratorium.
Ketika lempung hidup diendapkan, maka ruang pori akan terisi oleh air l aut dengan
konsentrasi garam dapat mencapai 35 gram per !iter. Analisis kimia air p ori terhadap se
jumlah lempung hidup di Skandinavia menunjukkan bahwa saat ini lempung-lempung
tersebut sedikit atau bahkan samasekali tidak mengandung garam, sedangkan lempung
serup a di lokasi y ang sama tetapi dengan kepekaan agak sedang ternyata mengandung
ko!lsentrasi garam y ang cukup tinggi. Analisis terhadap sejumlah lempung laut Skandina
via memberikan kesimpulan umum bahwa kepekaan y ang \ebih rendah berkaitan dengan
kadar garam yang lebih tinggi (Skempton dan Northey 1 9 52).
Rosenqvist ( 1 946) mendapatkan bahwa pemberian natrium khlorida ke dalam contoh
lempung hidup remasan menghasilkan penurunan kepekaan yang berarti ; dan penghilangan
kadar garam dari lempung remasan melalui proses pelindian akan membuat lempung kem
bali menjadi sangat peka. Juga diketahui bahwa pengawetan lempung tanpa penambahan
garam tidak banyak menaikkan kepekaan.
Setelah suatu contoh fraksi tanah sangat halus diremas dengan cermat, posisi partikel
tidak harus dikatakan dengan kesetimbangan gaya-gaya tarik maupun tolak. Artinya,
partikel mungkin menempati p osisi stabil serta memiliki kecenderungan bergerak rotasi
pada volume yang tetap. Sementara itu kekuatan geseran contoh tersebut mungkin ber
tambah. Dalam keadaan seperti ini dikatakan bahwa tanah memperlihatkan apa yang di
sebut: tikso tropi (thixotropy).
Fenomena y ang agak serupa dikenal sebagai: sineresis (syneresis) yang menyebabkan

14

Sifar fisik tanah

berkurangnya p orositas dari lapisan atas sebagian besar endapan segar. Pengurangan ter
sebu t berlangsung lambat dcngan laju y ang semakin berkurang sampai volume l apisan
termaksud menj adi j auh lebih kecil dari volumenya semula. Kontraksi perlahan tersebut
tidak dapat ditimbulkan oleh gravitasi. Pada sebagian lempung, fenomena tersebut akan
menghasilkan retakan yang merambat.

Pada dekade terakhir ini penelitian mengenai interaksi antara partikel-partikel l empung
dengan lingkungannya serta p enel itian di bidan,g mineralogi lempung dilakukan dengan
giat dan meluas sehubungan dengan banyaknya implikasi praktis yang ditimbulkan o\eh
proses-proses fisika-kimia yang sating berkait itu dan karena pemanfaatan \empung dalam
berbagai industri ; demikian pula halnya dengan penyelidikan bcrbagai "sifat tcknik" dari
lempung. Tetapi manfaat penelitian-pene\iti :m tersebut untuk sebagian besar masaiah prak
tis teknik b1ngunan tanah ll1<!Sih sangat terbatas. Ha\ ini disebabkan oleh terlampau
banyaknya faktor-faktor y ang mempengaru hi sifat-sifat signifikan l empung. Dengan alasan

ini penentuan sifat indeks (Pasal I ) yang mengungkapkan pengaruh gabungan semua in

teraksi fisika-kimia merupakan cara y ang murah dan bijaksana. Situasi serupa berlaku pula
tcknik beton. Proses semen Portland mendapatkan kekuatan (strength)ny a masih
belum dipahami sepenuhnya, sedangkan teknik beton sudah agak lama dikembangkan dan
saat ini merupakan satu cabang tekr.ik struktur yang mapan. Hasil-hasil pengujian labora
torium terhadap contoh-contoh beton digunakan sebagai asumsi yang mendasari bidang
ini; semen tara itu sifat tertentu semen, misalnya p ert ambahan kekuatan te rh adap waktu di
abaikan. Kenyataannya, teori serta proscdur disain yang didasarkan pada asumsi terscbut
cukup akurat bagi kepentingan-kepentingan praktis.

dalam

Bacaan Pilihan
Langkah utama dalam pengembangan gagasan ini mengenai pengaruh struktur d an

proses secara fisika-kimia p a d a sifat-sifat tanah berbu tit h a\us di k an du ng dalm buku-buku
acuan beriku t ini, y an g dalam uru tan kronologisny a a dalah:

A t t c r he rg. A . f 1 Y 1 1 ), "On the investigation of th e p hy sical properties of soils an d the

plasticity of clays, " (German) lnt. Min. Bodenkuncte. 1 , p. 1 0.


K l ' 2- I
tructure and volume of voids of s o il s, Pages 1 0- 1 3, in Erd
baumechanik auf Bodenphysikalisher Gru nd/age, translated by A. Casagrande in From
theory to prac tice in soil mechanics, New Y or k, John Wiley and Sons, ( 1 9 6 0 ), pp.
146 - 148.
CasJgrJ n d .: . . \. ! l 9 3 2 h ). "T he stru cture of clay a n d its importance i n fou n da ti on engine
erin g," J. Boston Soc. Civil Engrs. 1 9 , No. 4, p. 1 6 8.
l 'r>aglll K 1 1 94 1 . ). ;; ndisturbe d clay samples an d u ndisturbed clays," J. Boston Soc.
Civil Engrs. , 28, No. 3 , pp. 2 1 1 - 2 3 1 .
kcmpr r . \. \\ an d R D
o rth..:r I I Y ;\ 2 1. ''Th e sensitivity
o f cl ay s,
Geo t. , 3 , pp.

u.aghi

"

"

"

3 0- 5 3 .

T h . ( 1 9 5 3 i "Considerations o n the s ensitivity of Norwegian quick clays,"


Geo c. . 3, p. 1 95 - 200.
( . r irl K l l 9 3 1 Clay m in eralogy. ew York, Me r a w- Hill, 3 84 pp-Bjerrum, L. ( 1 9 5 4 )
"Geotechnica1 properties of orwegian marine c l ay s , Geo c. , 4 , p p . 49-6 9.
B olt , G 11 ( 1 9 '> t> 1 'Physico-chemical an alysis of the comp r essiblity of pure clays," Geo t. ,
R ose n qv is t . I

"

6, p p. 86-93 .
Lambe, l "- 1 1 96 0 1. "Structure of compacted clay," Tra n s. ASCE, 1 2 5 , pp. 6 8 2-70 5 .
M r tchcll, 1 "- ( I Y b I l "Fu ndam en tal aspects
of thixotropy in .soils," Trans. A S CE,

1 26 , Part 1 , pp. 1 5 86 - 1 6 20 .

IS

Si[at indeks tanah


PASAL 5 ANALISIS MEKANIK TANAH
Metoda Analisis Mekllnik

Tujuan analisis tanab adalab menentukan ukuran bu tiran penyusun tanah dan persen
tase berat total butiran dalam berbagai selang u kuran. Penggunaan ayakan merupakan me
toda langsung untuk memisabkan tanab menjadi fraksi-fraksi butiran. Namun, karena lu
bang ayakan terkecil lebarnya 0,07 mm, pemakaian ayakan banya terbatas pada analisis pa
sir bersib (clean sand). Jika tan ab mengandung butiran le bib kecil dari 0,07 mm, m aka ta
nab dapat dipisahkan menjadi dua b agian dengan cara mencucinya dengan air. Ketika air
menjadi kerub, tanab dipisabkan. Bagian yang lebib kasar tinggal dalam kontainer dan d a
pa t dianalisis dengan memakai ayakan. Partikel-partikel tanah dalam cairan kerub tersebu t,
dianalisis secara mekanik basab atau elutriasi (elutriation), karena terlalu balus untuk di
ayak.
Metoda p elaksanaan analisis mekanik basab didasarkan pada bukum Stokes yang me
nentukan kecepatan partikel berbentuk bola dengan garis tengab tertentu ketika bergerak
turun dalam cairan yang diam. Pada metoda y ang biasa digunakan untt.Jk keperluan teknik,
20 sampai 40 gram tanab lempung atau SO sampai

100 gram tanah pasiran dicampur

di!ngan satu !iter air, diaduk lalu dituang ke dalam kontainer. Kerapatan suspensi diukur
beberapa kali dengan memakai bidrometer dengan disain kbusus. Pada suatu saat tertentu,
ukuran terbesar partikel yang tertinggal dalam suspensi di tinggi (level) bidrometer dapat
dibitung dengan bukum Stokes, sementara berat partikel yang lebih halus daripada ukuran
tersebut di atas dibitung dari kerapatan suspensi di tinggi yang sama. Pengujian ini ber
langsung selama beberapa bari.
Melalui analisis mekanik basab, fraksi tanab dapat dipisabkan sampai ke ukuran O,SJ.(.
Fraksi yang lebih balus diperoleb dengan menggunakan

"centrifuga", namun basil pe

misahan dengan metoda ini p enting banya dalam penelitian ilmiah.


Pengadukan air mengubab sebagian besar lempung menjadi suspensi flok, bukannya
suspensi butiran tunggal. Untuk memecab flok menjadi butiran tunggal, atau mendispersi
kan tanab, perlu ditambabkan baban deflokulasi (deflocculating a:gent) ke dalam air. Ke
salaban paling umum yang mengbinggapi basil-basil analisis mekanik. basah berasal dari
tidak sempurnanya proses dispersi.
Hasil analisis mekanik basab tidak dapat sepenubnya disamakan dengan basil analisis
ayakan, karena butiran tanab tak p ernab betul-betul berbentuk bola, juga partikel-partikel
terkecil biasanya berwujud serpiban. Dalam analisis ayakan yang diukur adalah lebar serpib
an, sedangkan metoda elutriasi menentukan garis tengab bola yang berlaju sama dengan laju
serpihan ketika tenggelam. Garis te ngah ini mungkin jaub lebih kecil daripada le bar serpib
an

y ang sesungguhnya.
Penyajian basil analisis mekanik yang paling cocok adalab kurva ukuran butiran se

tengah-logaritma, seperti ditunjukkan dalam Gbr. S.1. Absis kurva ini menunjukkan loga-

0,01

0,00/

1"
''
''
'

10 ----------------------0
1
I
0
Log D (mm)
-

Gbr. 5.1.

-2

-3

Plot setengah logaritma hasil-hasil analisis mekanik.

16

Sifat f!Sik tanah

ritma ukuran butiran. Ordinat menyatakan persentase berat butiran P yang berukuran
lebih kecil daripada yang ditunjukkan pada absis. Jika ukuran butiran seragam, maka
kemiringan kurva akan lebih curam; sebuah garis vertikal akan menyatakan ukuran butiran
yang seragam sempurna. Keuntungan paling penting dari plot setengah-logaritma adalah
karena kurva-kurva ukuran butiran tanah dengan keseragaman yang sama akan memiliki
bentuk yang identik, tanpa mempersoalkan ukuran rata-ratanya. Kecuali itu, jarak men
datar antara dua kurva yang berbentuk serupa akan sama dengan logaritma rasio ukuran
butiran rata-rata keJua tanah yang bersangkutan.
Gambar 5.2 menunjukkan beberapa jenis kurva ukuran butiran. Kurva a merupakan
jenis yang paling umum. Kurva tersebut amat mirip dengan kurva frekuensi normal yang
mengungkapkan salah satu hukum-hukum dasar statistik. Karena ukuran butiran me
rupakan fenomena statistik, maka berbagai usaha telah dilakukan dalam rangka memanfaat
kan istilah serta konsep statistik dalam menguraikan basil analisis mekanik. Namun, hal
itu biasanya tidaklah menjamin dalam kaitannya dengan mekanika tanah untuk kepenting
an teknik.
Jika contoh memiliki distribusi ukuran butiran seperti ditunjukkan dalam Gbr.
5.2.a, maka keseragaman fraksi butiran yang lebih besar dariD50 (sesuai denganP= 50%)
hampir sama dengan keseragaman fraksi dengan butiran lebih kecil dari D50. Jika sebaran
(distribusi) mirip seperti yang ditunjukkan dalam b, maka separuh bagian dari contoh yang
lebih kasar ak;m relatip ser.agam, scdangkan ukuran butiran dalam separuh bagian yang
lebih halus bervariasi menyolok. Sebaliknya, distribusi yang dinyatakan dalam c berlaku
untuk contoh yang butiran lebih kasarnya berukuran aneka ragam sementara butiran yang
lebih halus akan berukuran lebih seragam. Kurva yang digambarkan dalam d dan e dikata
kan komposit.
Kurva ukuran butiran untuk tanah residual yang belum matang biasanya mirip dengan
yang diperlihatkan oleh Gbr. 5.2.b. Dengan bertambahnya umur tanah, ukuran butiran
secara rata-rata makin berkurang akibat proses pelapukan, dan kurva tanah tersebut makin
mendekati bentuk garis lurus (Gbr. 5.2.a). Kurva ukuran butiran untuk tanah matang akan

-I

L og D (mm)

-2

-3

Gbr. 5. 2. Kurva ukuran butiran tipikal. (a) Kurv:t frekuensi normal. (b dan c) Kurva untuk
tanah yang mempunyai fraksi lebih kasar dan le bib halus dengan keseragaman berbeda.
(d dan e) Kurva komposit.

17

Sifat indcks tanah

menyerupai kurva dalam Gbr. 5.2.c. Distribusi yang ditunjukkan oleh h dan c juga biasa
dijumpai pada tanah yang berasal dari glasial dan tluvioglasial. Tidak munculnya butiran
yang berukuran sedang dalam endapan tanah, seperti dicontohkan oleh kurva dalam
Gbr. 5. 2.d, umumnya dijumpai pada campuran pasir-kerikil yang diendapkan oleh sungai
yang mengalir cepat yang mengangkut beban endapan besar. Kerikil jenis ini dikatakan ber
gradasi buruk atau memiliki jurang. Kurva seperti dalam Gbr. 5.2.d juga bisa diperoleh
jika bahan dari dua lapisan berbeda dicampurkan sebelum analisis mekanik dilaksanakan.
Patahan yang menyolok pada kontinuitas dari kurva ukuran butiran dapat juga me
nunjukkan pengendapan tanah secara serentak oleh dua pelaku yang berbeda. Misalnya,
satu fraksi mungkin dihanyutkan ke dalam danau es oleh sungai dan fraksi lainnya dijatuh
kan dari apungan es yang mencair. Jadi, pengetahuan mengenai bcntuk-bentuk kurva ukur
an butiran dapat membantu untuk menentukan asal mula tanah dari segi geologi sehingga
mengurangi risiko dalam penginterpretasian data yang diperoleh dari uji pemboran.

Ringkasan Penyajilln Karakteristik Ukuran Butiran


Untuk menyajikan hasil-hasil pokok analisis mekanik sejumlah besar tanah, diperlukan
pengungkapan k;arakteristik ukuran buti ran masing-masing tanah, baik melalui nilai-nilai
numerik yang menunjukkan beberapa ukuran butiran serta derajat keseragaman atau bisa
juga dengan nama-nama atau simbol yang menyatakan fraksi tanah yang dominan. Prose
dur paling umum yang didasarkan pada nilai numerik dikenal sebagai metoda Alien Hazen.
Berdasarkan sejumlah besar pengujian dengan pasir-pasir penapis, Hazen ( 1 892) menemu
kan bahwa permeabilitas pasir tersebut dalam keadaan lepas bergantung pada dua besaran
yang disebutnya ukuran efektif .serta lZoefisien keseragaman. Ukuran e[ekti[ adalah garis
tengah D1 0 yang bersesuaian dengan P l 0% pada diagram ukuran butiran. Dengan kata
lain, terdapat 1 0% partikel lebih halus dan 90% lebih kasar daripada ukuran efektif. Ko
efisien keseragaman U adalah sama dengan D6 0/D1 0 di man a D6 0 adalah ukuran butiran
yang sesuai dengan P = 60%.
Penemuan-penemuan Hazen mengantarkan peneliti-peneliti lainnya ke asumsi yang
cukup beralasan, yaitu besaran-besaran D1 0 dan U juga cocok untuk mengungkapkan
karakteristik ukuran butiran dari tanah-tanah alami yang berbutir campuran. Dengan ber
tambahnya pengetahuan mengenai tanah berbutir halus jelaslah bahwa karakter tanah se
macam ini terutama tergantung pada bagian 20% yang terhalus, dan bahwa mungkin akan
lebih disukai menseleksi D2 0 dan D70 sebagai besaran-besaran yang penting. Namun,
.
keuntungan-keuntungan tersebut belum dapat menjadi suatu alasan untuk mengubah
prosedur-prosedur yang telah mapan. Penggunaan simbol-simbol untuk menunjukkan
karakteristik ukuran butiran tanah dibahas dalam Pasal 8.
=

Bacaan Pilihan
7

Teknik pelaksanaan analisis mekanik dan pengujian klasifikasi yang lain diuraikan dalam Lambe, T. W. (1951): Soil testing for engineers, New York, John Wiley dan Sons, hal.
165.

"

PASAL 6 AGREGAT TANAH

Pendahuluan
Istilah agregat secara keseluruhan berhubungan ke tanah itu sendiri bukan ke bagian
bagian p enyusunnya. Secara kualitatif, agregat tanah mungkin memiliki tekstur, struktur,

18

Sifat fisik tanah

dan konsistensi yang berbeda. Dari segi kuantitatif, agregat-agregat tanah mungkin me
miliki porositas, kerapatan relatif, kadar air dan gas, serta konsistensi yang berbeda. Infor
masi kualitatif diperoleh di lapangan melalui pengamatan langsung (visual). Hal ini merupa
kan dasar untuk penyiapan catatan pemboran atau catatan lainnya. Tanpa informasi ini
diskripsi tanah belumlah lengkap.

Tekstur, Struktur, dan Konsistensi


Istilah tekstur menunjukkan derajat kehalusan dan keseragaman suatu butiran tanah.
Istilah ini digambarkan dengan istilah-ist!lah, seperti: tepung, halus, seperti pasir, atau ta
jam; bergantung kepada "sensasi" yang'tltnbul ketika menggosok-gosokkan tanah di antara
jari-jari tangan.
Tanah berbutir ha! us bisa stabil sekalipun masing-masing partikel tidak bersentuhan
dengan beberapa partikel di sekitarnya. Jika tak ada partikel yang lebih kasar, tanah mung
kin memiliki struktur terdispersi di mana semua partikel diorientasikan sejajar satu sama
lainnya, atau s truktur "cardhouse" atau "flokulen" di mana sebagian besar partikel ber
perilaku "pinggir-ke-muka" (Pasal 4). Jika tanah terdiri atas paket/bundel partikel yang
lepas satu sama lainnya, tanpa mempersoalkan susunan partikel di dalam masing-masing
paket, maka dikatakan tanah memiliki struktur "honeycombed':
Boleh dikatakan semua tanah alami yang berbutir sangat halus akan mengandung
pula partikel-partikel yang lebih kasar. Butiran kasar ini merusak struktur yang telah di
bahas dalam alinea terdahulu. Karena itu struktur-struktur termaksud jarang dijumpai di
alam. Dalam beberapa hal, butiran yang lebih kasar membentuk kerangka (skleton) dengan
sebagian ruang di antaranya terisi oleh agregat bahan-bahan yang sangat halus yang relatif
lepas. Susunan partikel ini disebut struktur kerangka. Struktur ini merupakan sebagian
penyebab ketidakstabilan, pada tanah agak kohesif dengan ukuran butiran 0,05 dan
0,005 mm (Pasal 17). Pada lempeng lunak, ketidakstabilan struktur ditutupi oleh kohesi.
Kita bisa juga menjumpai tanah yang agak luar biasa yang memiliki struktur kluster
(cluster structure). Tanah semacam ini tersusun dari butiran komposit yang relatip besar.
Masing-masing bJ!tiran tanah tersebut dapat dipandang sebagai agregat berbutir tunggal
atau agregat dengan struktur "honeycombed" . Di samping itu butiran-butiran ini mung
n ditemukan sebagai sebuah kumpulan yang padat dari partikel-partikel lanau atau lem
pung. Struktur kluster dijumpai pada endapan lempung residual atau sedimenter. Proses
geologi yang menyebabkannya belum diketahui dan diperkirakan sangat berbeda untuk
tanah yang berlainan. Padahal pengaruh struktur kluster pada sifat-sifat teknik tanah ser,ing
kaH bermanfaat. Walaupun tanah dengan struktur kluster semacam ini bersifat sangat kom
presibel, kita tidak dapat mengamati pembengkakannya akibat penghilangan beban, dan
"peremasannya" pada kadar air tetap akan mengurangi kompresibilitasnya hingga jauh
lebih kecil dari permeabilitas lapangan dari tanah yang sama (Terzaghi, 1958b, Fitzhugh
dkk. 1 947).
Setiap endapan setidaknya mengandung sejumlah kecil partikel-partikel seperti sisik
atau berbentuk cakram. Sementara partikel-partikel ini mengendap, sisinya yang rata akan
cenderung tetap dalam posisi horisontal. Oleh karenanya, dalam endapan, sebagian besar
partikel-partikel tersebut berorientasi agak sejajar bidang mendatar. Penambahan tekanan
"gulingan"*) selanjutnya akan makin memperjelas orientasi ini. Endapan yang mengandung
partikel-partikel yang erorientasi dikatakan memiliki isotropi transversal.
Karena pengamatan secara visual struktur tanah berbutir halus atau sangat halus tidak
prakitis, struktur tanah seperti ini harus dinilai berdasarkan porositas dan macam-macam
sifatnya yang lain.

19

Sifat indeks tanah

Lempung kaku mungkin mengandung lubang-lubang berbentuk tabung, meluas sampai


kedalaman puluhan meter di bawah permukaan atau mungkin terpisah-pisah oleh retakan
merambut menjadi fragmen-fragmen prismatik dan tak teratur yang segera pecah ketika
tekanan dihilangkan. Retakan merambut semacam ini dikenal sebagai kekar (joints). Striasi
yang dihasilkan oleh pergerakan sepanjang dinding kekar disebut sisi iicin (slickensides).
lmplikasi awal, alamiah, dan praktis kerusakan lapisan tanah semacam ini dibahas dalam
Bagian Ill, Bab 7.
Istilah konsis tensi berhubungan dengan deraja t adhesi antar a partikel tanah dan
tahanan yang muncul guna melawan gaya yang cenderung merubah atau meruntuhkan
agregat tanah. Konsistensi digambarkan oleh istilah-istilah seperti, keras, kaku, rapuh,
lengket, plastis, dan lunak. Jika tanah semakin mendekati karakteristik lempung, maka
makin besar variasi keadaan konsistensi yang mungkin dijumpai. Kadang-kadang derajat
keplastisan diungkapkan dengan istilah gemuk dan latms. Lempung kurus adalah lempung
yang sedikit plastis karena mengandung banyak lanau atau pasir. lnfonnasi selanjutnya
yang menyangku t konsistensi lempung diberikan dalam Pasal 7.

Porositas, Kadar A ir, dan Berat Satuan

Porositas n adalah rasio volume ruang pori terhadap volume total agregat tanah . Istilah
volume ruang pori adalah bagian volume tanah yang tidak ditempati oleh butiran mi neral.
Jika diungkapkan sebagai persentase, maka porositas dikenal sebagai persentase ruang pori.
Angka pori e ada lah rasio volume ruang pod terhadap volume bahan padat. Jika
V=

volume

total

V. = volume total ruang pori


v.

maka

n=-

dan

e=---

(6.la)

v.

(6.lb)

V- V,

Hubungan antara angka pori dan porositas diungkapkan oleh persan1aan

dan

n
e=-1- n

(6.2a)

e
n=-1 + e

(6.2b)

Porositas suatu massa stabil berbentuk bola yang tak berkohesi sama, bergantung
pada cara bola-bola tersebut tersusun. Dalam susunan yang paling padat,

sama dengan

26%, dan dalam keadaan paling lepas mencapai 47%. Porositas pasir alam yang dijumpai
berkisar dari 25 sampai 50%. Porositas endapan pasir alam bergantung pada bentuk butiran,
keseragaman, dan kondisi pengendapan.
Pengaruh bentuk butiran pada porositas agregat dapat diperlihatkan dengan men
campurkan

mika dari berbagai macam persentase d6Jlgan pasir angular seragam. Jika

persentase berat dari mika tersebut berturut-turut sama dengan

0, 5, 10, 20, dan 40, maka


47, 60,70, 77, dan 84%

dapat diketahui masing-masing porositas campuran resultan sekitar

20

Sifat jisik tanah

(Gilboy 1928). Porositas lempung alam lunak, yang mengandung persentasc partikel
merata cukup banyak, biasanya bervariasi antara 30 dan 60%. Bahkan bisa melebihi 90%.
Lepas atau padatnya suatu tanah tidak dapat ditunjukkan oleh porositasnya, sebab
porositas sangat dipengaruhi cleh bentuk butiran serta derajat keseragaman. Akan tetapi
perbandingan antara porositas pada keadaan paling lepas dengan porositas pada keadaan
paling padat dapat memberikan informasi mengenai ha! tersebut. Sai<L_@!l}Criketer
leR_asan dan keterpadatan tanah pasiran (sandy soil) dapat diungkapkan melalui hubungan
kerapatan Dr yang didefinisikan oleh
eo- e
eo- emin

di mana

eo

emin

e ==

(6.3)

angka p ori tanah dalam keadaan paling Iepas


angka pori dalam kcadaan paling padat, dapat diperoleh di lal:lonl

rium

angka pori tanah di lapangan

Untuk membuat suatu pasir sedang atau kasar menjadi pasir yang lepas yang angka
porinya e0, pertama-tama pasir dikeringkan, kemudian dituang ke dalam tabung dengan
cara penuangan tak jauh dari mulut tabung. Pasir halus dan sangat halus, dalam beberapa
hal, mungkin dibuat menjadi sangat lepas dengan mencampur contoh dengan air secukup
nya untuk mentransformasikannya menjadi suspensi yang kental, kemudian membiarkan
nya mengendap; nilai e0 sama dengan angka pori akhir endapan. Pada keadaar: lain, keada
an sangat lepas dapat dibuat secara hati-hati dengan mengendapkan pasir dalam keadaan
agak basah hingga gaya-gaya kapiler akan menghasilkan struktur ''honeycomb", kemudian
dengan membiarkan terjadinya aliran ke atas yang sangat lambat yang mengakibatkan
struktur tak stabil dan runtuh. Keadaan sangat padat. pasir bersih dapat dibuat dengan
memperlama penggetaran, di bawah beban vertikal kecil, pada frekuensi 20 sampai 30 per
detik.
Kepadatan relatip pasir telah memiliki pengertian mapan karena nilainya secara praktis
bergantung
pada tekanan statik yang bekerja padanya. Nilai itu terutama bergantung
tak
pada prosedur ptnempatan dan pemadatan pasir yang digunakan. Di pihak lain, derajat
kerapatan lempung dan tanah kohesip lainnya terutama bergantung kepada beban-beban
yang dibawa tanah-tanah ini dan, dalam beberapa ha!, kepada laju pengerjaan beban. Dera
jat kerapatan tanah-tanah ini terutama sekali dicerminkan oleh iudeks kecairan le (Pasal
7).
Kadar air tanah w didefinisikan sebagai rasio berat air terhadap berat kering agregat.
Biasanya diungkapkan dalam persen. Pasir yang terdapat di atas muka air, sebagian porinya
mungkin berisi udara. Jika e w menyatakan volume yang berisi air per satuan volume bahan
padat, rasio aclalah:

S,.(%)

lOOew
e

(6.4)

menyatakan derajat kejenulu!.n. Derajat kejenuhan pasir biasanya diungkapkan dengan kata
kata kering atau basah. Tabel 6.1 menyajikan daftar istilah diskriptip ini serta derajat ke
jenuhannya yat:g sesuai. Tatanama yang disajikan dalam Tabel6.1 berlaku hanya untuk
pasir dan tanah pasiran. LemjJUng yang lama mengalami pengeringan, dinyatakan oleh
Sr = 90%, mungkin sangat keras sehingga disebut kering, bukan basah.
Pasir kasar yang terdapat di atas muka air tanah biasanya lembab. Pasir halus atau la
nauan mempunyai kondisi berair, basah, atau jenuh. Lempung hampir selalu jenuh sempur
na atau mendekati sempurna, kecuali di lapisan permukaan tanah yarig dipengaruhLoleh

21

Sifat indeks tanah

Tabe/6.1
Derajat Kejenuhan Pasir dalam Berbagai Keadaan

Kering
Lebab

1-25

Sangat letnbab

26-50

Basah
Jenuh:

76-99

51-75

Berair

100

Tabe/6.2*
Berat Satuan Unsur-Unsur Penyusun Tanah yang Paling Penting

Gip$
..r
Mo&onit

2.12
2,6..,.1.,8
.
2.5;6

Orto

Kaoliltit

nlf
Khlorit

:9o1omit
Aragont

Biotit

\lglt
fl.ornbJend

2.6
2,6
2,6...'30
2;66

tlematit, mengand1J'ngair

2,12
.

l:l'tmaUt

Kuana
Talk.

timonit

Magnetit

4.1.

Kalkit

2,8-2i9

Muskovit

2.81

z.4

$.,:0:-;-,1

, 1 ;43.
,)ll,$
3,8
4,3;!:

5,17

* Dari Larsen dan Berman 0 934)


t Nilai .t eoritisnya dihitung atas dasar berat atom unsur-u nsur penyu sun kisi ruangnya

tberdasarkan R.E. Grim).

variasi suhu dan kelembaban musiman. Jika lempung mengandung gas, maka gas dijumpai
dalam gelembung yang tersebar di keseluruhan bahan. Gelembung tersebut mungkin ber
isi udara yang masuk ke dalam selama proses pengendapan, atau berasal dari gas yaqg di
hasilkan dikemudian hari akibat proses kimia seperti pembusukan bahan organik. Gas
mungkin bertekanan cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan lempung membengkak se
besar-besarnya pada kadar air tetap jika penekanan dikurangi. Penentuan kadar gas lem
pung sangatlah sulit. Jika dapat dilakukan, maka dalam hal ini diperlukan peralatan khusus,
bukan pengujian yang biasa dilakukan.
ic!i!l}sansebagai berat agregat (tanah ditambah air)
#
_
per satuan volume. Besarnya bergantung pada berat satuan bahan padat penyusun, poro
sitas agregat, dan derajat kejenuhan. Nilainya dapat dihitung sebagai beriku t: Ambillah

gt,<t

,. ::;: berat satuan rata-rata bahan-bahan padat penyusun

,.., = berat

satuan air

n = porositas

(dinyatakan sebagai rasio)

Berat satuan tanah kering

(Sr = 0%) adalah


'Yd

(1

nh.

(6.5)

22

Si[at fisik tanah

dan berat tanah jenuh (Sr

1 00%)

'Y

adalah
(1 - n)'Y. + n"{w = "'s - n('Ys - 'Yw)

(6.6)

Berat satuan bahan-bahan padat penyusun utama tanah diberikan dalam Tabel 6.2.
butiran pasir, berat satuan rata-rata biasanya sekitar 2,65 g/cm 3. Untuk partikel
partikel lempung, berat satuan bervariasi dari 2,5 sampai 2,9 dengan rata-rata - secara
statistik- mendekati 2,7.
Tabel 6.3 memberikan porositas dan berat satuan jenuh tanah-tanah tertentu. Untuk
tanah pasiran, berat tanah kering juga disertakan. Berat-berat tersebut dihitung dengan
asumsi bahwa nilai 'Ys adalah 2,65 g/cm3 untuk tanah pasiran dan 2,70 g/cm3 untuk
lempung. Nilainilai dalam tabel harus dipandang hanya sebagai pendekatan. Sebelum peng
hitungan akhir dilakukan - pada suatu pekerjaan yang dihadapi- berat satuan tanah yang
sebenarnya harus selalu ditentukan.
Untuk

Tabe/6.3
Porositas, Angka Pori, dan Berat Satuan Tanah-Tanah Tipikal A/ami
l'uro-

'1.11[!-

tas

Purl

SI-

lra1an

3.

11

P;fsir seiagam, .lepas


Pasir seragam, padat
Pasir berbutir campuran,
lepas

4. Pasir berbutir campuran,


5.

padat

Tillglasial,. sangat berbutir campuran


6. Lempung glasiallunak
7. Lempung glas ial kaku
8. Lempung organik agak
lu na k
9. Lempung organik sangat
lunak

10. Beton

"fa

lunak

'

ua1

\\'

40

h:a-

ka

air

berat

gra ill

Id

lh it J

l'IIJ3

Id

:.

I
0,67

30

9,4 3

20

0,25

I'

25

1,59

1,99.

16

1,86

2,16

116

2,l2

2,32

132

37

1,2

0,6

45

66

1,9

70

l ,58

.:

75
84

3,0 .

HO

1,43

:SQI
ti

55

S,2

22

194

= kadar air ketika jenuh, dalam persen berat kering.

"Y = berat

lkrat satuan

.1,77
2,07

1,27

.'1'"'0!:

satuan dalam keadaan kering.


satuan dalam keadaan jenuh.

Soal-soal

1.

Sua tu contoh lempung jenuh mempunyai berat 15 26 g dalam keadaan alamiah

nya, dan 1053 g setelah dikeringkan. Tentukan kadar air alami. Jika berat satuan unsur
3
unsur penyusunnya adalah 2,70 gfcm , berapakah angka p ori? porositas? berat kaki
kubiknya?

Jwb. w = 45,0%; e =

1 ,22;n

= 0;55; 1= 1 1 l lbjft 3

23

Sifat indeks tanah

2. Suatu contoh "hardpan" mempunyai berat 129,1 g dan volum e 56,4 cm 3 dalam
keadaan alamiahnya. B erat keringnya 121,5 g. B erat satuan unsur-unsur padat penyusun
nya diperoleh sama dengan 2,70 g/cm 3 Hitunglah kadar air, angka pori, dan d eraj at ke
jenuhannya.

Jwb. w =6,3%; e= 0,25; Sr = 0,67


3. B erat satuan pasir pengisi, timbunan di belakang bangu nan, ditentukan oleh peng
ukuran-pengu kuran di lapangan sama dengan 109 lb/ft 3 . Kadar air pada saat pengujian di
lakukan 8,6% dan berat satuan unsur-unsur padat penyusunnya 2,60 gfcm 3 . Di laborato
rium, a ngka pori dalam keadaan sangat halus dan sangat padat diperoleh, masing-masing,
0,642 dan 0,462. Berapakah angka pori dan kepadatan relatip tanah pengisi t ersebut?

Jwb. e=0,616;Dr=0,14.
4.

Pasir kuarsa kering m em punyai b erat 96 lb/ft 3 . B erapakah berat satuan j enuh-

nya?

Jwb.

r =122 lb/ft 3 .

5. Volum e suatu contoh lempung lanauan diperoleh, dengan mencelupkannya ke


dalam air raksa, sama dengan 14,88 cu cm. Beratnya, pada kadar air alam, adalah 28,81 g
dan setelah pengeringan d engan oven adalah 24,83 g. "Berat satuan u nsur-unsur padat pe
nyusunnya adalah 2,70 g/cm 3 . Hitunglah angka pori dan d erajat kej enuhan contoh t er
sebut.

Jwb. e=0,617;Sr = 0,701.


6. Periksalah nilai-nilai kadar air w dan berat satuan r (lb/ft 3 ), jlka diberikan nilai
porositas tanah n seperti dalam Tabel 6.3. U ntuk tanah 1-5, 'Ys = 2,65 g/cm 3 ; untuk ta
Iiah 6-10 'Ys = 2, 70 gfcm 3

PASAL 7 KONSISTENSI DAN KEPEKAAN LEMPUNG

Konsistensi dan Kepekaan Tanah Tak Terganggu (Undisturbed Soils)


Konsistensi lempung dan tanah kohesif lainnya biasanya dinyatakan dengan istilah
lunak, sedang, kaku, atau keras. Ukuran kuantitatif konsistensi yang paling langsung
adalah beban per satuan"luas di mana contoh tanah bebas (unconfined) berbentuk silinder
atau prismatik runtuh dalam uji pemampatan sederhana. Besaran ini dikenal sebagai ke
kuatan kompresif bebas (unconfmed compressive strength) tanah. Nilai kekuatan kompre
sif, yang berkaitan dengan aneka derajat konsistensi, diberikan dalam Tabel 7 .1.
Lempung dengan bahan-bahan koloidal lain, memiliki sifat menjadi lebih lunak jika di
remas atau diolah pada kadar air tetap. Kedua proses ini biasanya disebut pererruzsan (re
molding), dan lempung yang sudah mengalami proses ini disebut lempung remasan (remol
ded clay). Efek pelunakan disebabkan oleh dua hal; yaitu perusakan susunan teratur dari
molekul-molekul dalam lapisan yang terjerap dan cacat pada struktur yang diperoleh
selama proses pengendapan. Sebagian kehilangan kekuatan tersebut, yang disebabkan gang
guan pada lapisan-lapisan terjerap, bisa diperoleh kembali secara berangsur-angsur - pada
kadar air tetap - setelah proses tersebut selesai. Sisanya, yang mungkin disebabkan oleh
pengubahan permanen struktur, tidak dapat diperoleh kembali kecuali jika kadar air lem
pung dikurangi. Rasio, antara kedua bagian kehilangan kekuatan ini, sangat berbeda untuk
lempung-lempung yang berbeda.
Istilah kepekaan menunjukkan pengaruh peemasan terhadap konsistensi lempung
tanpa memandang sifat fisik penyebab perubahan. Derajat kepekaan akan berbeda untuk
lempung-lempung yang berbeda dan mungkin juga untuk lempung yang sama dengan kadar

24

Sifat fisik tanah


Tabe/ Zl
KQnsistensi Lempung da/am Bentuk Kekuatan Kompresip Bebas
1\.onsJstensi

1\.l'ku,ttan klllli!'I l''JP h,bcJ,


1/u

k!!

cm2 1

Kaku

kurang dari 0,25


0,25-0,5 .
0,51,0
1,0-2,0

K eras

lebih dari 4,0

Sangat lunak

Lunak

. S ed

ang

Sangat ka ku

2,0-4,

air berbeda. Jika lempung sangat peka, penggelinciran bisa merubahnya menjadi gumpalan
massa berminyak yang mampu mengalir di atas dasar dengan kelandaian kecil, sedang
kan penggelinciran yang sama pada lempung dengan kepekaan rendah hanyalah meng
akibatkan perubahan lokal yang menyolok. Perubahan konsistensi, yang dihasilkan oieh
gangguan pada lempung peka, selalu dikaitkan dengan perubahan permeabilitas.
Derajat kepekaan St lempung diungkapkan oleh rasio antara kekuatan kompresip
bebas contoh lempung asli (undisturbed) dan kekuatan contoh yang sama- dengan kadar
air sama tetapi dalam keadaan teremas. Yakni,
S,

Kekuatan kompresif
bebas contoh asli

Kekuatan kompresif bebas contoh remasan

------------

--------------

(7.1)

Nilai St untuk sebagian besar lempun3 bervariasi antara 2 dan 4. Untuk lempung peka,
bervariasi dari 4 sampai 8. Namun, lempung luar biasa peka dijumpai dengan nilai St an
tara 8 dan 16, dan di beberapa tempat bahkan dijumpai lempung dengan kepekaan
yang lebih tinggi lagi; lempung ini dikenal dengan lempung hidup (quick ciays). Besarnya
derajat kepekaan mungkin disebabkan struktur honeycomb atau kerangka yang telah
mantap, atau pelindian (leaching) leml?ung glasial lunak yang diendapkan dalam air ga
ram dan selanjutnya diangkat-(Pasal 4). Lempung hidup di Skandinavia dan lembah
St. Lawrence, termasuk dalam katagori ini. Di pihak lain, lcmpung luar biasa-peka di Mek
siko diperoleh dari pembusukan debu vulkanik.
Kekuatan sebagian lempung jenuh remasan mungkin begitu rendah sehingga contoh
lempung bebas (unconfined specimen) tidak dapat bertahan, tanpa terjadi perubahan (de
formation) berlebihan, akibat beratnya sendiri. Dalam keadaan ini derajat kepekaan St
bisa dievaluasi dengan membandingkan kekuatan geseran contoh asli dan remasan, yang
ditentukan dengan prosedur-prosedur lain uji geser baling-baling (vane shear tests) (Pasal

44).

Konsistensi Tanah R emasan


Setelah tanah kohesip diremas, konsistensinya dapat diubah sesuai dengan yang di
inginkan dengan menambah atau mengurangi kadar air. Jadi, misalnya, jika kadar air lem
pung terganggu berangsur-angsur dikurangi dengan pengeringan pedahan-lahan, maka lem
pung akan menjalani perubahan dari keadaan cair melalui keadaan plastis, dan akhirnya ke
keadaan padat. Kadar air, di mana lempung-lempung yang berbeda menjalani proses pet
ubahan dari satu keadaan ke keadaan lainnya akan sangat berbeda. Oleh karenanya, kadar

25

Sifat indeks tanah

air pada peralihan-peralihan ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membanding
kan berbagai macam Jempung. Tetapi, peralihan dari sa tu keadaan ke keadaan Jainnya tidak
tetjadi tiba-tiba, segera setelah dicapainya suatu nilai kadar air kritis. Peralihan ini terjadi
perlahan-lahan melalui daerah selang kadar air yang panjang. Sebab itu, setiap usaha me
nentukan kriteria batas-batas konsistensi peralihan tersebu t melibatkan elemen-elemen
tertentu. Metoda yang telah dibuktikan sangat cocok untuk kepentingan teknik diambil
dari :lgronomi. Metoda ini dikenal sebagai metoda Atterberg, dan kadar air yang berkenaan
dengan perbatasan antara keadaan-keadaan konsistensi tersebut disebut batas-batas Atter
berg (Atterberg limits) (Atterberg 1 9 1 1).
Batas cair Lw adalah kadar air, dalam persen berat kering, di mana kedua penampang
seulas tanah yang mempunyai dimensi seperti pada Gbr. 7. 1 - hampir bersentuhan tetapi
tidak saling melimpahi satu terhadap yang lainnya ketika - dalam mangkok- mengalami
pukulan dari arah bawah. Dalam pengujian ini, hasil-hasilnya sangat dipengaruhi olch unsur
manusia. Untuk menghilangkan faktor ini, digunakan piranti mekanik yang dibakukan
(Standardized mechanical device) (A. Casagrande 1 932a).
Batas plastis Pw atau batas bawah daerah plastis adalah kadar air di mana tanah mulai
retak-retak ketika tartah digulung menjadi gulungan yang tipis.

Catatan hasil pengujian batas plastis juga harus mengandung informasi mengenai apa
kall gulungan tersebut sesaat sebelum retak, sangat keras seperti halnya gumbo, cukup
keras seperti halnya rata-rata lempung glasial, atau lunak menyerupai spon seperti tanah
organik atau anorganik yang mengandung mika.
Batas susut Sw atau batas bawah perubahan volume adalah kadar air di mana bagian
bawahnya kehilangan air, karena evaporasi tidak mengakibatkan pengl.irangan volume. Se
gera setelah tanah melampaui bagian bawah batas susut, tanah menjadi berwarna agak lebih
terang.

Selang kadar air di mana - di dalamnya - tanah memiliki plastisitas dikenal sebagai
daerah plastis, dan perbedaan numerik antara batas cair dan batas plastis disebut indeks
plastisitas Iw. Kalau kadar air w tanah kohesif mendekati batas bawah Pw daerah plastis,
maka kekakuan dan derajat pemadatan tanah bertambah. Rasio,
Iz =

- Pw

Lw -Pw

(7.2)

disebut indeks kecairalf (liquidity index) dari tanah. Jika kadar air lapisan tanah alami lebih
besar daripada batas cair (indeks kecairan lebih besar dari 1 ,0), penggangguan mengubah
tanah menjadi tanah rusak viskous yang kental. Jika kadar air alami kurang dari batas
plastis (indeks kecairan negatif), maka tanah tidak dapat diganggu. Kekuatan kompresif
bebas lempung asli dengan indeks kecairan mendekati satu, biasanya bervariasi antara 0,3
dan 1 ,0 kg/cm2 Jika indeks kecairan mendekati no!, kekuatan kompresif umumnya ber
kisar antara 1 dan 5 kg/cm2

Gbr. 7.1. Penampang melintang seulas tanah untuk uji batas cair. (A. Casagrande 1 932a).

26

Sifat [isik tanah

Di samping batas-batas Atterberg, pengetahuan mengenai kekuatan kering (dry


strength) berguna dalam mengidentifikasi dan membandingkan tanah-tanah kohesif. Ke
kuatan contoh lempung kering-udara berkisar dari 2 sampai lebih dari 200 kg/cm2, peneliti
yang terlatih dapat membedakan berbagai macam tingk:at - seperti sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi dan sangat tinggi, hanya dengan menekan fragmen tanah angular di antara
jari-jari tangan. Kekuatan dikatakan sedang jika pengubahan fragmen tanah menjadi bubuk
tidak mudah dilakukan. Fragmen-fragmen dengan kekuatan sangat tinggi tidak dapat di
lukai sama sekali, sedangkan yang kekuatannya sangat rendah akan hancur total akibat
tekanan kecil. Fragmen-fragmen harus diperoleh dengan cara mencetak contoh berbentuk
silinder dari suatu pasta dengan tinggi dan garis tengah satu inci, serta kadar air mendekati
batas plastis. Setelah contoh silindrik tersebut mengering pada suhu ruang, contoh akan
hancur menjadi potongan kecil-kecil, dan fragmen-fragmen untuk pengujian dipilih dari
bagian dalam contoh tanah.

Grafik Plastisitas
A. Casagrande ( 1 932a) telah mengamati bahwa sebagian sifat-sifat lempung dan lanau,
misalnya kekuatan kering, kompresibilitas, reaksi terhadap uji guncangan (shaking test),
dan konsistensinya di sekitar batas plastis, dapat dikorelasikan dengan batas-batas Atter
berg dengan menggunakan grafik plastisitas [(plasticity chart) Gbr 7 .2]. Dalam graftk
ini, ordinat menyatakan indeks
plastisit_a.U:,., dan absis menunjukkan batas cair L w.
.
-,_____
Grafik dibagi menjadi enam wilayah, tiga di atas garis A yang tiga di baw3Jinya. Kelompok yang dimiliki tanah tertentu, ditentukan oleh nama wilayah yang mengandung
titik yang menyatakan nilai-nilai I w dan L w dari tanah. Semua titik yang mewakili lem
pung anorganik terletak di atas garis A, dan semua titik untuk lanau anorganik berada
di bawahnya. Oleh karenanya, jika tanah adalah anorganik, maka keanggotaan
kelompoknya dapat diketahui hanya berdasarkan nilai-nilai Iw dan Lw. Namun,
titik yang menunjukkan lempung organik biasanya berada dalam wilayah yang sama
dengan yang ditempati oleh lanau anorganik dengan kompresibilitas tinggi, dan titik
titik yang mewakili lanau organik berada dalam daerah yang ditetapkan untuk lanau an
organik dengan kompresibilitas sedang. Biasanya, tanah organik dapat dibedakan dari yang
anorganik melalui karakteristik bau dan warna abu-abu gelap atau hitamnya. Dalam kasus
yang meragukan, batas cair harus ditentukan baik untuk contoh tanah yang dikerig
kan dengan oven maupun yang segar. Jika pengeripgan mengurangi nilai batas cair 30%
atau lebih, maka tanah biasanya bisa diklasifikasikan sebagai organik, walaupun dalam
beberapa hal unsur-unsur penyusun lainnya seperti mineral, lempung hallorsite, juga me
qgurangi batas cair. Akhirnya, jika tanah anorganik dan organik disajikan dalam Gbr.
7.2 oleh titik yang hampir sama, kekuatan kering tamih organik jauh lebih besar daripada
yang dimiliki tanah anorganik. Pengalaman memperlihatkan bahwa titik-titik yang me
wakili contoh-contoh yang berbeda dari lapisan tanah yang sama, membentuk garis lurus
yang hampir sejajar dengan garis A. Jika batas cair tanah yang ditunjukkan oleh garis
semacam itu bertambah, maka plastisitas dan kompresibilitas tanah juga naik. Kekuatan
kering tanah anorganik yang diperlihatkan oleh titik-titik pada garis di atas A, bertambah
dari sedang u_ntuk contoh dengan batas cair kurang dari 30, sampai sangat tinggi untuk
contoh dengan batas cair l OO. Di pihak lain, jika garis yang mewakili contoh tanah an
organik yang berasal dari lapisan tertentu berada jauh sekali di bawah A, maka kekuatan
contoh sangat rendah dengan batas cair kurang dari 50 dan kekuatan contoh dengan batas
cair mendekati 100 hanya sedang saja. Berdasarkan hubungan-hubungan ini, kekuatan
kering tanah anorganik yang berasal dari tempat berbeda tetapi dengan batas cair sama,
secara umum bertambah dengan bertambahnya indeks plastisitas. Gambar 7.3 memperlihat
kan karakteristik plastisitas beberapa jenis lempung yang telah mantap.

27

Sifat indeks tanah

6()

L w =50
Jempung ano rg anik

so

dengan plas tis itas


tinggi

3()

20
10
()

lem pung an organik dengan

t_

Plas tisi a
ts
ren dah

Tan ah tak
berk ohesi

'3 \'-.:1

0
.p

lem pung
ano g
r anik
dengan plas -

o\

{1'

G"'

,, \.:t
"1>-

tas tinggi dan


/empung o ganik
r

,/anau ano g
r anik dengan komp e
r sibi

lanau an
og
r anik dengan
k omp resi bili tas rendah

li tas sedang dan lanau o g


r anik

Gbr. 7.2. Grllfik plastisitas (A. Casagrande 1 932a).

----
--60--+
50
-

200 300 400 50()


Bstas Cllir
TANAH DIA TOMACEOUS (CBI.t/Bn Mill.) ---+-.ffit"---l--

l!
.,
4Q-r---1---4---+---+.rl4H

30l--r---4---+-7C-

/()

KAOLIN, {iliA, Wosh.}


I
I
I
I
LANAU PAS/RAN MENGANOUNG MIKA ICornvH/o. G&}

40

Ba tas Cai r

6()

70

80

90

/0()

1/0

Gbr. 7 . 3. Hubungan antara batas cair dan indeks plastisitas untuk tanah-tanah yang umum
dijumpai (A. Casagrande 1 93 2a).

Contoh yang diperlukan untuk uji batas Atterberg tidak perlu asli, dan teknik pelak
sanaan pengujiannya sederhana. Jadi sangat banyak informasi yang bermanfaat dapat
diperoleh dari hasil-hasil pengujian tersebut, khususnya pada saat pengetahuan kita me
ngenai keadaan tanah tersebut baru sedikit. Oleh karenanya, penyelidikan hubungan sta-

28

Sifat fisik tanah

tistik antara batas-batas Atterberg dan sifat-sifat fisik yang lain dan tanah kohesip me
rupakan lapangan penelitian yang masih sangat luas dalam fisika tanah. Setiap jenis hubung
an statistik semacam ini akan memperluas jangkauan kesimpulan yang dapat diambil
dari hasil-hasil pengujian batas tersebut. Dua hubungan ini bermanfaat diperlihatkan dalam
Gbr. 13.6 dan 1 4.3.

Bacaan Pilihan
Penelaahan klasik batas-batas Atterberg dan penggunaannya untuk kepentingan
kepentingan teknik terdapat da1am Casagrande, A. (1932a): "Research on the Atterberg
limits of soils", Public Roads, 13, hal. 121 - 13 6.

PASAL 8 KLASIFIKASI TANAH

Makna Praktis Klasifikasi Tanah

Karena sifat-sifat tanah menjadi sesuatu hal yang menarik, seringkali dilakukan usaha
mengkorelasikan hasil-hasil uji klasifikasi sederhana dengan tetapan-tetapan tanah yang
diperlukan guna menyelesaikan masalah-masalah praktis. Sebagian besar korelasi yang
mula-mula ada dihubungkan dengan karakteristik ukuran butiran. Namun, hasil usaha
usaha tersebut yang semata-mata mendasari sistem klasifikasi dengan ukuran butiran, tidak
lah memuaskan. Usaha-usaha menghitung koefisien permeabilitas tanah berdasarkan hasil
hasil analisis mekanik tidak berhasil karena permeabilitas sangat bergantung pada butiran,
yang bisa sangat berbeda untuk tanah dengan karakteristik ukuran butiran yang identik.
Selanjutnya, biasanya lebih murah melaksanakan uji permeabilitas daripada analisis meka
nik, dan hasilnya lebih dapat diandalkan. Juga dituntut agar gesekan dalan1 pasir ber
gradasi baik yang dipadatkan lebih besar daripada untuk pasir seragam yang dipadatkan.
Pengalaman di lapangan juga menyimpulkan hal yang sama. Nan1un, karena sudut gesekan
dalam pasir (lihat Pasal 17) tidak hanya bergantung pada karakteristik ukuran butiran
tetapi juga pada bentuk butiran dan kekasaran perinukaannya, maka gesekan dalam kedua
pasir yang dipadatkan tersebut, dengan karakteristik ukuran butiran identik, dapat sangat
berbeda. Kenyataannya, tidak ada hubungan yang mantap antara karakteristik ukuran
butiran dengan sudut gesekan dalan1 yang pernah diamati. Usaha-usaha mengkorelasi
karakteristik ukuran butiran tanah berbutir halus, seperti lanau atau lempung, dengan ge
sekan dalam kurang memuaskan. Alasannya diilustrasikan oleh Gambar 8.1.

Ku rva Frekue nsi


Ukura n Bu tira n
Luas To tal
= 100%

10(1

Gbr.

R. E.

8.1.
Grim).

RO /()

(),e 17,/

.?,a!' 4?/

Ukura nBu tira n di Dalam Mikro n (Skala l og)

Ukuran butiran dan komposisi mineral lempung laut glasial (atas kebaikan

Sifat indeks tanah

29

Dalam Gbr. 8.1, kurva p aling atas yang bergaris tebal memperlihatkan apa yang di
kenal sebagai kurva frekuensi ukuran bu tiran untuk lempung glasial dari Kanada Tenggara.
Pada sumbu mendatar diplctt logaritma ukuran butiran. Luas daerah yang diarsir terletak
di atas suatu selang ukuran butiran, misalnya 2p. sampai lp., menunjukkan jumlah partikel
tanah dalam persen be rat total lempung kering di dalam selang tersebu t. Berdasarkan dia
gram tersebut, fraksi makroskopik (> 0,06 mm) terutama terdiri atas kuarsa seperti yang
dimiliki juga oleh sebagian besar lempung-lempung lain. Fraksi mikroskopik (0,06 sampai
0,002 mm) sebagian terdiri atas kuarsa dan kalsit serta serpihan mika. Kandungan mika
dalam fraksi ini akan sangat berbeda untuk lempung yang berbeda, dan mempunyai p enga
ruh menentukan pada kompresibilitas dan sifat-sifat lain lempung. Fraksi koloidal
(< 0,002 mm) hampir semata-mata terdiri atas montmorillonit, sedangkan pada lempung
lempung tertentu mungkin teru tama terdiri atas mineral-mineral lempung dari kelompok
kaolin dan ill it. Sifat-sifat fisis lempung sangat bergantung pada jenis mineral lempung yang
mendominasi fraksi kolcidal. Sifat-sifat tersebu t juga sangat bergantung p ad a bahan-bahan
yang ada dalam lapisan-lapisan terjerap (adsorbed) (Pasal 4). Jadi, dua lempung dengan
ukuran butiran identik dapat luar biasa berbeda dalam setiap hal yang lainnya.
Karena kondisi-kondisi ini, hubungan-hubungan statistik y ang mantap antara karak
teristik ukuran butiran dan sifat-sifat penting (signifikan) tanah, seperti sudut ges(;)_kap
1
dalam, hanya dijumpai p ada daerah yang relatif kecil, di mana semua tamii rnempny i

katagori yang sama, misalnya semuanya adalah lempung atau pasir, memiliki asal mula
geologi yang sama. Dalam daerah tersebut, karakteristik u kuran butiran dapat digunakan
sebagai dasar untuk menilai sifat penting tanah. Hal ini umum dan berhasil dilakukan.
Tapi, tak ada satu pun prosedur y ang dihasilkan dari pengalaman di suatu daerah kecil se
perti disebutkan di atas yang dapat digunakan dengan b aik di daerah lainnya.
Karena secara umum sifat-sifat tanah berbutir halus dapat dikorelasi dengan plasti

sitas banan---;-maka sistem rdasiffkasi untuk tanah-tanah sema cam itu seringkali didasarkan
pada batas-batas Atterberg dibandingkan pada ukuran butiran. Klasifikasi tanllh ber
butir campuran yang mengandung fraksi kasar dan halus harus didasarkan tidak hanya
pada karakteristik u kuran butiran fraksi kasar tetapi juga pada plastisitas fraksi halus dan
sangat halu s.

K/asifikasi Didasarkan Pada Ukuran Butiran


Meskipun memiliki kelemahan-kelemahan, klasifikasi tanah atas dasar karakteristik
ukuran butiran digunakan secara luas, teru tama untuk uraian 'pendahuluan atau umum.
Penentuan nama tanah, misalnya "lanau" atau "lempung'"gu na membedakan fraksi-fraksi
ukuran but.iran merupakan hal y ang biasa dilakukan sehubungan dengan klasifikasi se
macam itu. Gambar 8.2 mengilustrasikan p erjanjian demikian yang paling luas diterima.
Dari segi pandangan teknik, klasifikasi MIT lebih disukai dibandingkan y ang lainnya (Glos
sop and Skempton 1 945). Dalam banyak hal, catatan-catatan y ang menyangkut tanah dan
perilakunya mengandung tidak lebih daripada hasil- hasil analisis mekanik untuk fraksi
berbutir kasar dan persentase total y ang meliwati lubang ayakan-200. Yang terakhir men
cakup scmua partikel tanah yang lebih kecil daripada 0, 074 mm. Dalam klasifikasi MIT,
ukuran butiran 0 ,074 mm lebih besar sedikit dari nilai 0,06 mm yang menunjukkan batas
an tar a pasir halu s dan lanau kasar.
Namun, suatu sistem klasifikasi y ang didasarkan hanya pada u kuran butiran nampak
nya menyesatkan, karena sifat-sifa t fisis fraksi tanah paling halu s bergantung p ada banyak
faktor yang lain di samping pada ukuran butiran (lihat Pasal 4). Contohnya, berdasar
kan seseorang yang biasa menggunakan p erjanjian dalam Gbr. 8.2, tanah y ang terdiri
atas butiran kuarsa ukuran koloidal harus disebut lempung, sedangkan kenyataannya tanah

30

Si/at fisik tanah

Uku a
r n bu t irD
B iro Tanah 189 0-9

.i1


-- - ------ -- -----.
-- -- --or------ -.
-- -A ne rbe g
r 19 05
L empung

Ura a
in

L og D(mm)

1 Batas

i
sebelah a tas uku ran lempung telah diubah pa da tahun 1 9 35oleh Dep t. Pe rtan an
da ri 0,005mm menjadi 0,002 mm . Akan te tap ,i bebe apa
r
o g
r an si as i tekn k
i mas h
i meng
k
i u tiha g
r a semula yakn i0,005mm .

Gbr. 8.2. Klasifikasi tanah atas dasar u kuran butiran.

tersebut bahkan tidak memiliki kemiripan sedikit pun dengan lempung. Jadi, jika kata
"lanau" atau "lempung" digunakan untuk mengungkapkan ukuran butiran, maka kata
kata tersebut harus digabung dengan kata "ukuran", misalnya dalam ungkapan "partikel
ukuran lempung". Karena klasifikasi ukuran butiran belum dibakukan, kata sifat diskrip
tip harus ditambah dengan nilai numerik, yang menunjukkan selang ukuran butiran yang
dimaksudkan oleh kata sifat tersebut.
Dengan beberapa pengecualian, tanah al_am terdiri atas campuran dua atau lebih fraksi
ukuran bu tiran yang berbeda. Jadi, l:lefdaSarkan komposisi ukuran butirannya tanah alam
dapat ditunjukkan oleh nama komponen-komponen utamanya, seperti misalnya "lempung
lanauan", atau "lanau pasiran". Atau mungkin pula ditetapkan beberapa simbol yang mem
perkenalkannya dengan menggunakan campuran baku fraksi ukuran butiran.
Penentuan tanah dengan nama unsur penyusun u tamanya dimungkinkan dengan meng
gunakan diagram yang dipakai oleh Biro Jalan Umum (Bureau of Public Road), Gbr. 8.3
(Rose 1924). Dalam diagram ini, masing-rnasing dari ketiga sumbu koordinat menyatakan

*loam lempung pas iran


**loam lempung
***l oam lempung lanauan

-r-4----T----Q

t t 1 t
96 Lanau

Gbr. 8.3. Diagram klasifikasi tanah yang dikembangkan oleh Biro Jalan Umum.

32

Sifat jisik tanah

.':9

"'

:
,_

CH

40
"'

Q.;
30

..::

CL

MH atau OH

CL

7CL4 ML
/0

20

30

60
50
40
Ba tas Cair L w

70

80

90

!OD

Gbr. 8.4. Diagram plastisitas yang dimodifikasi untuk digunakan dalam Sistem Klasifi
kasi Tanah Terpadu. Tanah yang dinyatakan oleh titik dalam daerah yang diarsir dianggap
berada pada garis batas dan diberi sirnbol ganda (U SBR 1 963).

sajikan oleh titik-titik di atas garis A, sedangkan tanah-tanah OH, OL, dan MH berkaitan
dengan posisi di bawahnya. Tanah-tanah ML, kec uali untuk sebagian kecil pasir halus lem
pungan, juga dinyatakan oleh titik-titik di bawah garis A. Tanah organik 0 dibedakan
dari tanah anorganik M dan C oleh karakteristik bau dan warna gelap, atau cialam h al-hal
yang meragukan, oleh pengaruh pengeringan dengan oven pada batas cair (Pasal 7). D i
lapangan, tanah berbu tir halus dapat dibedakan oleh kekuatan kering, reaksi terhadap uji
guncangan, atau kekerasannya di sekitar batas plastis (Pasal 7). Karakteristik-karakteris
tik yang berkaitan dengan hal di atas ditunjukkan dalam Tabel 8 . 1 . Bahan di garis batas di
nyatakan oleh simbol ganda, seperti CL-ML.
Sistem Klasifikasi Tanah Terpadu memberikan klasifikasi yang dapat diandalkan
berdasarkan uji laboratoriumnya yang sedikit relatip dan tak mahal. Berdasarkan peng
alaman, klasifikasi tersebut juga memberikan dasar praktis untuk klasifikasi secara visual
atau lapangan. Seperti halnya dengan semua prosedur yang berdasarkan pada u kuran
butiran atau sifat-sifat bahan terganggu, klasifikasi tersebut tidak dapat menjangkau karak-.
teristik keseluruhan bahan-bahan seperti yang dijumpai di alam. Jadi, klasifikasi tersebut
hanya dapat bertindak sebagai titik awal pendiskripsian bahan atau endapan tanah bagi ke
pentingan-kep entingan te knik.

Tabe/ 8.1
Klasifikasi tanah berbutir ha/us berdasarkan Sistem Klasifikasi Tanah Terpadu.
Kelom p o k

ML

R e a kSI t e r h a d a p

K e kerasan

Kekuatan kermg

Ull guncangan

p a ct a h a t a s c a 1 r

Tidak ada

CL

Tidak ada smp. Sangat Rendah

Cepat smp. Lambat

dang smp. Tinggi

Tidak ada

MH

Sangat Rendah smp. Sedang

Lam bat

Sangat Rendah smp. Sedang

Lampat smp. Tidak ada

Sedikit smp. Sed4ng

OH .

Tinggi smp. Sangat Tinggi

Tidak ada

Tinggi

Sedang sm.p. Tinggi

OL

CH

smp. Sangat Lam bat

Tidak ada sinp. Sangat Rendab

Sedang
Sedikit

fldikit smp. Sedan

33

::iifat indeks tanah


Bacaan Pilihan

Pembahasan definitip mengenai klasifikasi tanah, sekaligus sebagai dasar bagi Sistem
Klasifikasi Tanah Terpadu dapat dijumpai dalam Casagrande, A. ( 1 948 ) : "Classification
and identification of soils", Trans. ASCE, 1 1 3, hal. 9 0 1 -9 9 2.

PASAL 9 PERSYARATAN MINIMUM DISKRIPSI TANAH YANG MEMADAI

Dalam Pasal 8 kita telah memhahas prosedur yang cocok untuk membagi-bagi
tanah menjadi beberapa kelompok besar berdasarkan karakteristik ukuran butiran serta
plastisitasnya. Jika insinyur mengetahu i kelompok yang dimiliki oleh . suatu tanah ter
tentu, secara umum ia juga mengetahui lebih banyak sifat-sifat yang menonjol dari tanah
tersebut. Namun masing-masing kelompok terma ksud ternyata mencakup berbagai macam
tanah dengan sifat-sifat yang sangat berbeda dan lebih jauh lagi mencakup tanah-tanah yang
dijumpai di lapangan dalam berbagai keadaan y ang sangat berbeda. Ada dua prosedur yang
dapat digunakan untuk membedakan tanah-tanah y ang tergolong dalam suatu kelompok
tertentu, yaitu dengan menguraikan lagi tiap-tiap kelompok u tama atau menambahkan
nama kelompoknya dengan nilai numerik y ang menyatakan sifat indeks yang bersesuaian.
Prosedur pertama dari kedua prosedur tersebu t cocok jika digunakan untuk meng
klasifikasi tanah dalam daerah yang terbqtas secara geografis, karena dalam daerah se
macam itu jumlah jenis dan keadaan tanah yang berbeda nampaknya agak terbatas. Oleh
karenanya, metoda tersebut digunakan secara 'luas dan biasanya menguntungkan bagi orga
nisasi-organisasi kontruksi lokal seperti Direktorat Jalan Raya Negara. Namun, usaha
usaha menggunakan prosedu r yang serupa, untuk mendapatkan sistem klasifikasi tanah
yang universal, kurang memberikan hasil, karena peristilahan yang diperlukan pasti sangat
rumit dan akan merupakan kesulitan u tama.
Di pihak lain, prosedur kedua dapat digunakan dengan menguntungkan dalam sem
barang keadaan, asalkan insinyur memilih sifat-sifat indeks tersebut yang dapat menunjuk
kan karakteristik fisis dasar dari tanah. Sifat-sifat yang diperlukan untuk diskripsi berbagai
macam jenis tanah yang memadai diringkaskan dalam Tabel 9. 1. Tanah y ang tercantum
datam tabel tersebut telah dibahas dalam Pasal 2 yang mengandung semua informasi
yang diperlukan, setidaknya untuk klasifikasi sementara tanah. Setelah jenis tanah dikenal,
insinyur beralih ke Tabel 9. 1 dan melaksanakan semua pengujian tanah yang ditentukan
untuk jenis tanah .ini. Hasil pengujian menyatakan kriteria pembedaan tanah yang berlainan
dari jenis yang sama.
Kecuali till, hardpan, dan gambu t, maka semua tanah yang terdaftar dalam Tabel 9. 1
semata-mata terdiri atas butiraR kasar, seperti pasir dan kerikil, maupun butiran halus yang
mempunyai u kuran sama dengan partikel .lanau atau lempung. Tanah y ang terdiri atas cam
puran bahan-bahan ini dipandang sebagai komposit. Untuk membahas tanah komposit,
pertama kali perlu ditentukan angka pori alan1 e, kadar air a1am w, dan distribusi u kuran
butiran. Kemudian tanah dibagi menjadi dua bagian, satu di antaranya mengandun'g semua
butiran lebih besar dari O,fJ7 mm (lebar 1ubimg pada ayakan - 200-mesh), dan yang lain
nya mengandung sisanya. Pada fraksi kasar dilakukan pengujian klasifikasi seperti yang
telah .ditentukan untuk pasir dan kerikil, dan juga untuk lanau dan lempung.
Jika pada tanah yang dijumpai dalam sua tu pekerjaan dilakukan jenis pengujian yang
berbeda dengan yang tercantum dalam Tabel 9. 1, maka hasil-hasil penting pengujian ini
harus disertakan pula dalam catatan. Pada kenyataannya kita lebih sering menjumpai
tanah yang tidak homogen dan kita perlu mengetahui sifat-sifat indeksnya untuk dapat
mendiskripsikannya secara memaqai; hal yang serupa bab.kan berlaku pula sekalipun tanah
..
4!. . f"
' .
-;-..

34

Sifat fisik tanah


Tabel 9. 1
Data yang Diperlukon untuk ldentifikosi Fanah
Hasil Uji Klasifikasi

Keterangan

Urnum

Contoh Utuh 1

-
;: -I=:
(;.) '
. ,....
"'
E

>

Jenis
tanah

$: et>
Oil

""....
"";: .o. . . ....
Oil
E"'
=
"a

'

.S !;::;

' :;:!
,J
.....

.E

g0..

.....

Oil
Oil
"Cl'

"'
..:.:

.s
...

a'S ]
..:.:

;a

t:i'. t:i".
Oil

"

"'
,J

c.

....

El

Pasir. kerikil

X
X

Lanau anorganik

Lanau organik

Lempu ng
lempu g organ1k
Ga mb u t
Till
Tuff, berbu tir halus
Loess16

.Modified Loess
Adobe

arl

Lake .Mar!

Gum bo

. .

' .,.
- ,....
=
!::;
J E
-:4 "' 0

...

0..
oe ,..

. .}]

"'

$:
.....

f.-:) ;;: ;:::


.... ti
= ;
..'!
& 00.. -
.;:!
0

Oil "" "'

0
..:.:

El

...

!a
"'
!::;:: ....Oil. Oil ; '- aOil
..:.:
.en
Oil
....
:s
"'

..
..
.
- t =

.....
"'
&
Oil Oil
-Oil ., {ij= i
..:.:
Jl.l
!\> Oil
....
!a z
"'

j ....
<
:- 0 a::l ::0:: < CO ------ -- ..
"'
....
;:!
....
"'
.....:
3

,J

...

c:

Oil
....

;:!
.....

Oil

i'

Hardpa n 1

Contoh Terganggu

- X - - - X X
X

X
X

- - X
- X

X
X

X.

X
X
X

X
-

X
X

- - ..... X - - - - - - X - - - - - X X X - X X X X X - - X
X - X X X X X - - X

X
X

X
X

- -

..

X
X

X
X

X
X

X X
x X

...

X
X

X
X
X

X
X

X
x

,J

X
X

-:

X
X
X

- -

. - X
- - - - X - - X X X X -

"

- _ , ,_
- -

.x

X
X

X X

X
X

1 Jika tidak ada contoh tanah asli atau contoh tanah dalam tabu ng, gunakan contoh
yang diperoleh dengan sendok (Pasal 44).
2 Jika bau tidak tercium, maka panaskan sedikit contoh. Tindakan ini memperj elas
baunya.
3 Jelaskan rupa dari r etakan segar contoh yang u tuh (berbutir, buram, halus, berkilat ).
Kemudian gosoklah sej umlah kecil tanah d i antara jari-jari tangan d an jelaskan sensasi yang
ditimbulkan (eperti tepung, licin, seperti pasir, tajam). Jika yang besar p ecah menjadi
fragmen-fragmen yang lebih kecil, jelaskan dinding retakan (tumpul, licin) dan j arak rata
rata retakan.
4 Lakukan uji guncangan, halaman 6. Uraikan hasilnya (menyolok, lemah, tak ada) ber
gantung intensitas fenomena yang d iamati.
5 Uraikanlah bentuk (angular, subangular, agak bulat, bulat, bulat sekali) dan karaktcr
istik mineralogi tanah - hanya makroskopik saja. Karakteristik m ineralogi meliputi jenis
batuan dan mineral dengan mengamati butirannya, sepanjang masih dapat dilihat dengan
lensa tangan. Uraikanlah fragmen-fragmen batuan (segar, lapuk sedikit, busuk sempurna ;
keras atau mudah rapuh). Jika pasir mengandung serpihan m ika, tunjukkanlah kadar mika
nya (sedikit, sedang, sangat banyak). Sehubungan d engan gambut, istilah sifat butiran di
hubungkan dengan jenis dan keadaan sisa-sisa tumbuhan yang terlihat - yang utama d an
yang terawetkan - seperti misalnya serat, ranting, atau daunnya.

Sifat indeks tanah

35

homogen y ang dijumpai. Selanjutnya catatan tersebu t juga h arus mengandung keterangan
ringkas mengenai apa saja yang dapat dipelaja.r i yang berkaitan dengan scj arah geologi lap is
an tersebut.
Saat ini sebagian besar organisasi konstruksi. seper t i Persatuan Insinyur Angkatan Bcr
senjata Amerika (C orps of Engineers of the United States Army), Biro Pekerjaan Tanah
Amerika (the United States Bureau of Reclamation), dan banyak direktorat jalan ray a lain
ny a, pengujian klasifikasi menjadi ha! y ang rutin di dalam laborc:torium-laboratorium ta
nah. Namun, hasil-hasil pengujian ini meru pa kan ha! y ang pent ing secara praktis sehingga
harus juga dit angani oleh para insinyur y ang berhubungan dengan tanah. Untuk ke1t (per
fomiance) pengujian menan1 b ah keakraban irisinyur dengan berbagai sifat-sifat tanah yang
ditanganinya,

dan hasil-hasil pengujian m enambah banyak n i!ai catatan lapangannya.

Setelah insinyur menguji beberapa lusin con toh tanah dari satu tempat, agaknya ia
mendapatkan suatu dugaan u n tuk sifat-sifat sebagian besar tanah dari tempat tersebut
tanpa melakukan suatu pengujian. la juga akan memperoleh kemampuan membedakan
tanah-tanah yang berbeda atau keadaan- keadaan berbeda dari tanah yang sama, yang se
inula di kirany a identik.
Setiap insinyur harus mengembangkan kebiasaan mengungkapkan pendapatnya me
ngenai plastisitas dan karakteristik u kuran bu tiran tanah y ang ditemuinya dengan nilai
nilai numerik, bukannya dengan sifat-sifatnya. Penggradasian pasir harus diu ngkapkan

U
D6 0 /D 1 0 (Pasal 5) d an tidak dengan
kat a ' 'bergradasi baik" a t au " bergradasi buruk' ' . Derajat keplastisan harus diindikasikan
dengan in de ks ke plastisan Iw du gaan (Pasal ?) d an tidak dengan kata-kata sed i kit p las

dengan nilai k oefisien k eseragam an d ug aan

"

tis" atau " s angat plastis". Kebiasaan ini begitu penting sehingga h arus d iper ingatkan d ar i

semula oleh dosen d i kelas. Penggu naan sistem numerik mencegah kesalahpahaman dan me
rupakan pendorong u n tu k setiap saat memeriksa derajat ketepatan dugaan. Tanpa peng
ujian u lang sewaktu-waktu , maka kemerosotan kemampuan -

yang berkelanjutan -

untuk melakukan dugaan mungkin tidak bisa diketahui.

6 Pecahkanlah fragmen kering dengan jari-jari tangan dan tunjukkan kekerasannya (sa
ngat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi).
7 Jika contoh tanah asli tidak ada, gantilah d engan hasil " Uji Penetrasi Standard"
(Pasal 44) atau dengan yang ekivalen lainnya.
8 Hanya dilakukan untuk lempung dan lanau halus pada kadar air di atas batas plastis.
9 Persiapkanlah contoh tanah seperti diterangkan pad a halaman 2 5 .
1 0 Ditentukan - seperti diterangkan pad a halaman 26
untuk pasir a tau keriki( atau
bahan lainnya d engan menggunakan metoda "proctor", halaman 445 .
1 1 Jika tanah organik, tentu kan L w pertama-tama dalam keadaan segar dan kemudian
.

keringkan di oven pada 1 05 C .


12
Di samping nilai numerik Pw , terangkan apakah gulungan keras, kokoh, sedang, atau
lema h.
1 3 Hasil yang ada baik dalam bentuk grafik setengah logarit ma, a tau yang lainnya d e
ngan nilai-nila.i numerik D 1 0 dan U = D 6 0/D 1 0 (Pasal 5) disertai dengan sifat-sifat yang
menunj ukkan jenis gradasi butiran (lihat Gm b . 5 . 2 ).
1 4 Kadar kalsium karbonat dapat dideteksi d engan membasahkan material kering me
makai HCI. Terangkan hasilnya (kuat, lemah atau berbusa ).
1 5 Tambahkan pada data tekstur, d iskripsi wujud umum, struktur, dan d erajat ke
kohesipan bongkahan tanah dalam keadaan segar dan setelah d ir endam dalam air.
1 6 Tambahkan pad a data t ekstur, d iskripsi c iri-ciri makroskopik. loess, seperti garis
tengah dan jarak lu bang-lu bang akar.
-

DAft

UJJA
SIFAT HIDRAULIK DAN
MEKANIKA TANAH

PASAL 10 MAKNA SIFAT HIDRAUUK DAN MEKANIKA TANAH


Dalam bab terdahulu , kita telah membahas sifat-sifat indeks tanah. Karena mencermin
kan karakter umum tanah yang ditinjau , maka sifat-sifat ini menuntun dalam menentukan
serupa tidaknya tanah-tanah di tempat yang lain. Sebagai tambahan, sifat-sifat. tanah ini
mendasari pembuatan catatan pengalaman untuk digunakan pada pekerjaan selanjutnya.
Kita telah menyepakati bahwa perkembangan teknik pondasi dan bangunan tanah ter
utama didasari oleh pengalaman. Namun perlu juga ditekankan bahwa teknik sipil belum
berkembang, dari suatu keadaan yang relatip stagnasi, sampai kepada suatu kumpulan
pengalaman yang dimanfaatkan dengan ditunjang oleh sains terapan. Peranan sains adalah
menyingkap kaitan antara peristiwa dengan penyebabnya.
Untuk menetapkan kaitan termaksud dalam bidang teknik pondasi dan bangunan
tanah, kita perlu menyelidiki sifat-sifat fisik berbagai jenis tanah, seperti juga pentingnya
menyelidiki sifat baja dan beton dalam teknik struktur. Pacta sebagian besar penerapan
praktis, karakteristik baja dan beton telah cukup tergambarkan jika kekuatan serta modu
ls elastisitasnya diketahui. Sedangkan masalah-masalah praktis yang berhubungan dengan
tanah mungkin memerlukan tinj.auan beraneka-ragam sifat tanah. Sifat termaksud yang ter
penting adalah: permeabilitas, kompresibilitas, tahanan melawan aliran dan geseran, serta
hubungan

tegangan-perubahan (stress-deformation). Dalam artikel-artikel

berikut ini,

kita akan membicarakan sifat-sifat ini secara terperinci.

PASAL 1 1 PERMEABILITAS TANAH

Pendahu/uan
Suatu bahan dikatakan permeabel jika mengandung p ori-pori yang meerus. Karena
pori-pori yang demikian ada pada semua tanah termasuk lempung y ang paling kaku dan
juga pada semua bahan konstruksi nonlogam, termasuk granit yang kokoh dan semen mur
ni, maka semua bahan ini pun adalah permeabel. Jadi, aliran-aliran air yang melalui ber
bagai bahan tersebu t pada dasarnya ekivalen, artinya tunduk pada hukum-hukum yang
serupa. Perbedaan di antara aliran air yang melalui pasir bersih dan granit padat adalah
salah satu dari keadaan ini.
Permeabilitas tanah sangat mempengaruhi biaya serta kerumitan dari sekian banyak
operasi konstruksi, seperti penggalian pasir berair di tempat terbuka atau pada tingkat
konsolidasi lapisan-Japisan lempung lunak akibat penambahan tanah isian (fills). Bahkan
permeabi!itas beton padat atau batuan mungkin pula memiliki implikasi praktis yang
penting, karena air yang menelus (percolate) memberikan tekanan kepada bahan bet

pori terse but. Tekanan ini, yang ' dikenal sebagai : tekanan rembesan (seepage pressure),

dapat sedeniikian tinggi. Keyakinan bahwa lempung kaku serta beton dapat beisifat tak

37

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

penneabel merupakan konsepsi keliru namun tcrsebar luas karena kenyataan menguapnya
keseluruhan air yang menelus melalui bahan terse but ke pemmkaannya yang tersingkap, se
kalipun pada keadaan cuaca yang sangat lembab. Ini menyebabkan permukaannya nampak
kering. Walaupun demikian, mengingat pengaruh mekanik rembesan (seepage) sama sekali
terlepas d ari laju penelusan, maka dengan tidak munculnya peluah (discharge) nyata bukan
berarti tak ada tekanan rembasan. Perwujudan yang nyata dali al te rsebut dapat diamati
selama penggalian pada serbuk batuan yang sangat h alus. Pe tmeabilitas bahan ini sangat
rendah . Suatu perubahan kecil kondisi tekanan telah cukup untuk mengubah sebagian
besar bahan menjadi setengah cair (semiliquid).

De.finisi-Definisi dan Hukum Darcy


Ketika air menelu s melalui suatu bahan permeabel, tiap-tiap partikel air bergerak
acak, tapi hanya sedikit menyimpang dari kurva-kurva licin yang dikenal sebagai garis
aliran. Jika garis-garis aliran yang berdampingan bersifat sejajar dan lurus, maka aliran
disebu t linier.
Gambar 1 1 . 1 mengilu strasikan prinsip -prin sip hidraulik dalam aliran linier. Pada gam
bar ini, titik a dan b menyatakan ujung-ujung garis aliran . Pada masing-masing ujung ter
sebu t dipasang pipa tegak (stand pipe) yang dikenal sebagai tabung piezometri untuk me
nunjukkan tinggi (level) ketinggian air di titik-titik ini. Tinggi air di titik b dalam tabung
. dinamakan tinggi piezometri di b dan j arak vertikal dari tinggi ini ke titik b. adalah hulu
piezometri di b. Jarak vertikal antara a dan b menyatakan hulu posisi M/.. Jika ketinggi
an air dalam tabung-tabung piezometri di a dan b pada sistcm hidraulik ini adalah sama,
maka sistem dapat dikatakan dalam keadaan diam tanpa perlu mempersoalkan nilai hulu
posisi. Aliran hanya terjadi kalau tinggi piezometri di a dan b berbeda sebesar jarak h yang
dikenal sebagai hulu hidraulik di a terhadap b. Jarak h terse but dinamakan juga beda tinggi
piezometri antara a dan b. Jelas, perbedaan tinggi piezometri di a d an b akan sama dengan
perbedaan hulu piezomctri di a dan b hanya apabila hulu p osisi M/ sama dengan nol.
Titik a 1 dan b 1 pad a Gambar 1 1. 1 adalah titik pad a ketinggian yang sama, masing
masing naik dari a dan b. Mengingat berat satuan air = 'Yw (gram per centimeter kubik),

--

---,

:1
,

hulu hidrau/ik

hui" Pk''

Gbr.

1 1. 1 . Diagrlhll yang mengilustrasikan pengertian hulu hidraulik dan hulu piezometri


yang dikaitkan dengan aliran linier air melalui contoh tanah.

38

Sifat fisik tanah

maka tekanan h idrostatik di


tekanan

rwh

inilah

ini dikenal sebagai:

b.

rwh. Perbedaan
yang mendorong air m elewati tanah di ant ara a dan b. Beda tekanan
tekanan hidrostatik lebih (ex cess hydrosta tic pressure) di a terhadap
a1

akan l ebih besar daripada di

sebesar

Rasio

lp =

di mana

an

b1

'Yw

( 1 1 . 1)

l= l

menyatakan tckanan hidrostati k lebih dan m engungkapkan

(gram p er centimeter ku bik) dari

kc

ip

kelandaian tekan

Ras i o

b.

( 1 1 . 2)

= - - = -

'Yw

'Yw l

dikenal seb agai

kelandaian hidraulik. Rasio ini merupakan bil angan murni.


Kecepatan peluah (discharge) v didefinisikan sebagai jumlah air yang menelus d alam

sa

tu satuan waktu melewati satu satuan luas penampang yang berorientasi tegak lurus pada
garis aliran . Dalam suatu bahan porous yang isotropik secara statistik, porositas suatu pe
nampang bidang sama dengan porositas volume

n.

Jadi, kecepatan rata-rata Vs ketika air

menelus melalui ruang pori bahan sama dengan kecepatan peluah dibagi dengan porositas.

Nilai Vs menyatakan

kecepatan rembesan (seepage). Jika istiiah kecepatan digunakan tanpa

mengadakan pemb e d aan yang berkaitan dengan permeabilitas, hal itu selalu dimaksudkan
sebagai kecepatan peluah, bukan kecepatan rembesan.
Jika air m enelus melalui pasir bersih y ang halus atau tanah berbutir halus y"ang jenuh
sempurna tanpa mempcngaruhi struktur tanah, keccpa tan luah akan ditentu kan oleh per
samaan

- ip
,

V =

( 1 1 . 3)

di mana 11 (gram- detik per centimeter kuadrat) adalah sua tu kekentalan (viskositas) dari air,
dan

merupakan tetapan empiris yang dikenal sebagai

permeabilitas.

Kekentalan air ber

kurang apabila suhu bertambah, seperti ditunjukkan dalam Gbr. 1 1 .2. Nilai

K (c entimeter

kuadrat) adalah sua tu tetapan u ntuk sebarang bahan permeabel dengan karakteristik p oro-

/. 8
1. 6
0
<'I

1.4

;.e
0

\\

\...

"

"

Cl: 1.0

08
/0

zo

Suhu deraiat C

30

Gbr. 1 1 .2. Hubungan antara suhu dan kekentalan air.

39

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

sitas tertentu dan tak berantung pada sifat fisik cairan yang menelus. Dari u ngkapan 1 1 .2
dan

1 1.3

kita dapatkan pernyataan untuk kecepatan luah:

V = - 'Ywi

( 1 1 .4)

fJ

Masalah rembesan yang dijumpai dalam teknik sipil hampir semata-mata membahas
aliran air tanah pada kedalaman sedang (moderate) di bawah permukaan, serta membahas
ke bocoran waduk (reservoar). Suhu air y ang menelus bervariasi demikhm kecil seh ingga
berat satuan 'Yw secara praktis tetap dan di samping itu , keken talan 11 bervariasi dalam
batas y ang sangat sempit. Karena itu, menjadi kebiasaan untuk mensubstitusi ke dalam'Per

samaan

1 1 .4.

k
sehingga diperoleh

1 1 .4 menjadi

Dalam teknik sipil nilai


dikenal sebagai Hukum

K 'Yw

V =

( 1 1 . 5)

fJ

ki

biasanya disebut

(1 1 . 6)

koefisien permeabilitas.

Persamaan

1 1 .6

Darcy (Darcy 1 856).

Penting ditegaskan bahwa karakteristik p ermeabilitas suatu bahan p orous dinyatakan

oleh

(centimeter kuadrat), bukan oleh

gantung pada sifat cairan, sementara

(c entimeter per detik). Koefisien

tidak ter

selain tergantung pada sifat bahan- bahan porous

juga tergantung pada sifat-sifat cairan. Penggu naan

dalam buku ini, atau dalam teknik

sipil umumnya didasarkan atas kelayakannya saja.


Saluran-saluran tempat partikel-partikel air mengalir dalam suatu massa tanah akan
memiliki peniunpang melintang tak te tap dan tak beraturan. Sebagai akibatnya, kecepatan
aliran sesungguhnya sangat berubah-ubah. Namun, laju rata-rata aliran melalui salvran
semacam itu ditentu kan oleh hukum-hukum yang serupa dengan hukum dari laju aliran me
lalui tabung kapiler lurus dengan p enampang melintang seragam. Andaikata penampang me
lintang tabung berupa lingkaran, kecepatan aliran bertambah scsuai hukum Poiseuille ter
hadap kuadrat garis tengah tabung. Karena garis tengah rata-rata ruang pori dalam tanah
dengan porositas tertentu secara praktis bertambah sebanding dengan ukuran bu tir
maka berdasarkan hukum Poisuille,

D,

dapat dinyatakan sebagai:

k=

tetapan X

D2

Dari percobaan Alien Hazen, yang menggunakan pasir penapis lepas de ngan keseragaman
sangat tinggi (koefisien kese ragaman tak lebih besar dari 2), diperoleh p ersamaan empiris
( 1 1 . 7)
di mana

D10

adalah ukuran e fektif dalam centimeter (lihat Pasal

5)

dan

C1

( 1/cm det)

bervariasi dari 1 00 sampai 1 50. Penting dicatat bahwa Persamaan 1 1 .7 hanya dapat diterap
kan pada pasir agak seragam dan dalam keadaan lepas.

Hubungan antara Angka Pori dan Permeabi/itas


Jika suatu tanah dimampatkan atau digetarkan, volume yang ditempati oleh bahan p e
nyu sun padat secara praktis tak b erubah, akan tetapi volume ruang pori-porinya sendiri
yang oerkurang. Sebagai akibatnya, penn eabilitas tanah juga akan berkurang. Penga-

40

Sifat fisik tanah


1,5

v1

()
0,2

"'

--

,/'

.... ....

Angka pori e

(),8

!,()

Gbr. 1 1. 3. Hubungan antara angka pori dan permeabilitas pasir berbutir campuran (garis
tebal) dan tanah dengan unsur penyusun berwujud serpihan (garis putus-putus).

ruh angka pori pad a penneabilitas diilustrasikan oleh Gbr. 1 1 3 . Dalam gambar ini
absis menyatakan angka pori. Sedangkan ordinat menyatakan perbandingan rasio kjk0 , 8 5 ,
yakni perbandingan an tar a permeabilitas k tanah yang angka porinya = e deng'!-n permeabi
litas tanah yang sama tetapi angka porinya 0,85. Kurva be rgaris tebal tersebut mempera
gakan hubungan antara e dengan k/k0, 8 5 untuk pasir bersih sedang (moderate) atau ber
butir halus dengan butiran bulki (bulky grains). Hu bungan ini dapa t dinyatakan secara
akurat oleh berbagai persamaan sederhana, seperti persamaan yang tak dipublikasikan dari
A. C asagrande:
=-

1,4e2ko.s5

( 1 1 . 8)

Dalam kaitannya dengan masalah-masalah pondasi, pasir bersih jarang dijumpai. Jika
suatu pasir mengandung partikel seperti sisik dengan persentase tinggi seperti halnya ser
pihan mika, hubungan antara e dengan k/ko , s s akan mirip dengan _k urva yang dinyata
kan oleh kurva putus-putus di bawah kurva garis tebal dalam <! br. 1 1 .3. Tanah berbutir
halus senantiasa mengandung unsur penyusun utama berupa serpihan tetapi karena per
bandingannya tidak sama untuk tiap tanah yang berbeda, maka masing-masing kurva
e - k/k0 , 8 5-nya juga akan berbeda.
Untuk tanah yang mengandung gelembung udara, ukuran gelembung akan berkurang
dengan naiknya tekanan air. Akibatnya, koefisien permeabilitas tanah semacam ini juga
be rtambah dengan naiknya tekanan air. Dalam lempung yang mengandung struktur lubang
lubang akar (root holes) atau retakan terbuka, penelusan hampir selalu disertai dengan
penggerusan secara internal. Partikcl-partikel yang terlepas secara berangsm -angsur akan
menyumbat bagian lintasan air di sekitarnya dan selanju tnya koefisien permeabilitas
berkurang menjadi suatu fraksi kecil dari nilai awalnya. Oleh kar ena itu, hukum Darcy tak
berlaku kecuali jika volume serta bentuk lin tasan air tak bergantung pada tekanan serta
waktu.

Uji Permeabi/itas (Permeability Test)

Jenis utama perlengkapan untuk meneiltukan koefisien permeabilitas dari contoh-con


.toh tanah diilustrasikan dalam Gbr. 1 1 .4. Perineameter hulu tetap (constant-head per
meameter) (Gbr. 1 1.4a dan b) dapat dipergunakan pacta tanah-tanah yang sangat p erme
abel dan permeameter hulu jatuh (falling-head permeameter) (Gbr. 1 1 .4c) untuk yang
kurang permeabel. Untuk melakukan suatu pengujian dengan s 3lah satu dari perlengkap-

41

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

an irii dibuat suatu kelandaian hidraulik dalam contoh dan air dibiarkan mengalir melalui
tanah.
Dalam permeameter hulu tetap (Gbr. 1 1 .4a), hulu hidraulik h dijaga tetap dan luah
nya (discharge) diukur. Dalam permeameter hulu jatuh (Gbr. 1 1.4c), air mengalir keluar
tabung sempit P yang memiliki penampang melintang A 1 , melalui contoh dengan pe
nampang melintang A 2 , masuk ke dalam bejana V yang tinggi airnya tetap. Koefisien
permeabilitas k dihitung berdasarkan laju penurunan tinggi air dalam tabung P, sementara
tinggi air dalam bejana V tetap tak berubah.
Sumber kesalahan e ksperirnen yang utama dalam SUfltu uji permeabilitas adalah
formasi kulit penapis yang berbahan halus pada permukaan contoh serta pemisahan u dara
dalam bentuk gelembung dalam tanah. Kedua gejala ini mengurangi p ermeabilitas rata
rata contoh tanah. Kesalahan akibat formasi luar kulit penapis dapat dihilangkan dengan
mengukur rugi hulu (loss of head) antara dua titik yang terletak di bagian dalam contoh,
seperti ditunjukkan dalam Gmb. 1 1 .4b.
Nilai koefisien permeabilitas yang ditentukan melalui uji permeabilitas bergantung
pada suhu percobaan tersebut karena k (Pers. 1 1 . 5) merupakan fungsi dari berat satuan air
'Yw dan kekentalan f/. Kedua besaran ini bervariasi terhadap suhu . Akan tetapi, karena vari
asi 'Yw diabaikan dibandingkan variasi 7'/, maka nilai k untuk sebarang suhu T dihitung me
lalui persamaan

( 1 1 .9)
Dalam pernyataan ini, yang diturunkan dari Pers. 1 1.5, k 1 merupakan koefisien permeabili
tas pada suhu pengujian, dan f/ 1 adalah kekentalan yang bersangku tan. Sudah menjadi
suatu kebiasaan untuk mengungkapkari nilai k pada suhu standar 20 C. Dalam Gbr. 1 1 . 2,
ordinat menyatakan perbandingan antara nilai 1'/ pada suhu yang bersangkutim yang di
nyatakan pada absis, dengan nllai f/z o yang berkaitan dengan suhu T = 20 C.
Persamaan 1 1 .9 diturunkan berdasarkan anggapan bahwa koefisien kekentalan air tak
bergantung pada porositas dan berubah terhadap suhu sesuai dengan hukum yang dinyata-

= v

(c)

Gbr. 11.4. (a dan b) Permeameter hulu-tetap. (c) Permeameter hulu jatuh.

42

Sifat fisik tanah

kan oleh kurva dalam Gbr. 1 1 .2. Pada lempung, suhu agaknya memiliki pengaruh lebih
besar pada kekentalan dibandingkan dengan yang terjadi pada tanah yang lebih kasar.
Selanjutnya, kekentalan rata-rata air pori lempung akan bertambah dengan berkurangnya
ruang p ori. Pada suatu p orositas tertentu kekentalan rata-rata tampak berkurang secara
temporer setelah peremasan walaupun suhunya dibuat tetap. Kenyataan ini mengakibat
kan Pers. 1 1 .9 tidak dapat diterapkan pada lempung serta tanah-tanah berbutir halus lain
nya, akan tetapi hukum Darcy (Pers. 1 1 .6) tetap berlaku .
Jika sua tu lempung diremas pada kadar air tetap, koefisien permeabilitasnya cenderung
turun dari nilai semula k ke nilai kr yang lebih kecil. Untuk sebagian besar lempung an
organik, rasio k/kr tidak lebih besar dari dua. Namun, untuk lempung organik serta napal
(mar!) dengan struktur kluster , mungkin mencapai 30.
Untuk tanah yang berbutir kasar di mana butirannya hampir sedimensi, seperti pasir
kwarsa, hubungan antar angka pori e dan koefisien permeabilitas k dapat dinyatakan dc
ngan ketepatan yang memuaskan oleh persamaan tunggal seperti Pers. 1 1.8, a tau oleh kurva
tunggal, misalnya kurva bergaris tebal dalam. Gbr. 1 1 .3. Jadi, kita cukup menentukan nilai
k yang berkaitan dengan suatu nilai e. Nilai-nilai k untuk nilai e lainnya bisa diturunkan
dari hasil uji dengan menggunakan Pers. 1 1 .8 atau Gbr. 1 1 .3. Di lain pihak, nilai.k untuk
pasir bermika dan hampir semua tanah berbutir halus yang dijumpai di lapangan, sagat
tergantung pada persentase unsur penyusun berupa serpihan serta pada berbagai faktor
yang tak tergantung pada angka pori. Karena alasan ini, telah dikatakan bahwa kurva de
ngan garis putus-putus dalam Gbr. 1 1 .3 semata-mata mengilustrasikan ciri umum hubung
an untuk tanah-tanah tersebut dan tidak bisa digunakan sebagai dasar komputasi (perhi
tungan). Jadi, jika sua tu tanah mengandung mika atau unsur pokok halus a tau sangat halus,
maka perlu dilakukan pengujian permeabilitas terhadap paling sedikit tiga contoh tanah
yang memiliki angka pori yang sangat berbeda satu sama lainnya. Tindakan ini dilakukan
untuk menentukan hubungan an tar a angka p ori dan permeabilitas.
Tabel 1 1 . 1 mengandung informasi y ang memperlihatkan batas-batas (range) koefisien
permeabilitas untuk berbagai macam tanah dan metoda-metoda yang paling sesuai untuk
melakukan uji permeabilitas tanah-tanah tersebut.

Permeabilitas Massa Tanah yang Berlapis

Tanah angkutan alami umumnya tersusun dari lapisan-lapisan yang permeabilitasnya


berbeda-beda. Untuk menentukan koefisien permeabilitas rata-rata endapan yang demi
kian, c ontoh-contoh yang mewakili dipisahkan dari masing-masing lapisan dan diuji. Jika
nilai k untuk tiap lapisan telah diketahui, maka rata-ratanya dapat dihitung dengan meng
gunakan metoda berikut. Andaikan
kt; :kl>' ; ; k,..
'Ht.-H2,
$ Hn: . =
H.
kJ :-::
. .

koefiS:ien pehneal:sUitas masing.nlltsingtaptan


ketebalan lap1saltyang bersa.ngkutan
H1 + H2 + . - . + Hi{'F tebal o:tal
koefisien permtiJbUias . ratarata sejajar bidang antar
(biisanya horit.ont$1)
koeftsle. tlilt;.-rtitegaklurus bidang antar lapisan

lapisan

Jika aliran berarah sejajar terhadap bidang antar lapisan, maka kecepatan luah rata
rata v adalah

.Tabe/ 1 1. 1
Karakteristik permeabilitas don pengo/iron air (drainage) tanah
Koefisien permeabilitas k dalam cm per det (skala log)

102

101

1 ,o

10- 1

w-2

Pengir..

10-3

10-4

_l___L

Pasir bersih, . cam

Jenis

puran pasir ber

tanah

1 0-6

.I

10-7

sih dan keriJdt

10-s

10-9

Secara praktis k:edap

Buruk:

J3<\ik

an air

10-s

P-asir sangat ttalus, lanau Qtganik dan anorganik,


campuran pa:sir lanau {tan lempung, till glasial,
endapan lempung ter;stratifikasi, da;n la in-lain

tanah.

kedap,

mis.

lempun

h
omogen d i bawah lajur

pelapukan.

tanah Itedap yang dimodifikasi oleh efek, tumouhan dan pe


lapukan.

Penen Pengujian langsung tanah dalam posisi alllinya uji pemom


tuan paan. Handal jika dilak:Ukan selayaknya. Diperlukan peng
Iant

alaman yang sangat oanyak

sung k.

Peqneater hulu
alamafl.

tetap.

Dipedukan sedikit

pent

Penneameter hulu jatuh. Han

dal. l)iperl:ukan sedikit p eng

alaman.

Pen'efl.
tuan tak Perit ungan dari . sebaran uk:uran putiran . Dar,pat 'dUe. rapkan hanya ufituk pasir tak berkohe.

*Casagrande dan Fa dum ( 1 940).

Penneameter bu
lu jatuh. l'idak

handaL Diver
Iukan banyak:
pengalaman:.

Perrneifneter hUlu jatuh. Agak handal;

perlukan

sangat

oanyak

. !lasil
.
;f'erhitungan berdasarka!l
.

konsolidasi. Handal.

Di.

pengalamanc

1,:
;])irlu..

pengafaman yang sangatbanyak

44

Sifat [idk tanah

Selanjutnya, karena gradien hidraulik harus sama di setiap lapisan,

sehingga . diperoleh

(11.10)
Untuk aliran yang tegak lurus terhadap bidang antar lapisan, kelandaian hidraulik
, in . Kelandaian hidraulik se
sepanjang masing-masing lapisan dinyatakan oleh i 1 > i2,
panjang sederetan lapisan adalah h/H, di mana h sama dengan rugi hulu total. Prinsip kon
t inuitas aliran mensyaratkan bahwa kecepatan mestilah sama di setiap lapisan. Oleh k arena
itu

Juga

Gabungan kedua persamaan ini menghasilkan

H,.
k..

( l l. l l)

Secara teoritis dapat diperlihatkan bahwa untuk setiap tanah yang berlapis ku harus lebih
kecil dibandingkan dengan k1.

Penggerusan dan Perlindungannya di Perbatas


Seorang insinyur seringkali harus mengalihkan rembesan air yang berasal dari dalam
tanah ke sumur-sumur atau saluran-saluran, atau ke arah pipa besar (saluran air) yang ter
letak di bawah pondasi. Prosedur ini disebut drainase. (lihat Pasal 21). Sumur termaksud
biasanya berupa pipa berlubang yang dilengkapi pula oleh pipa penyalur air yang juga ber
lubang atau jalur pipa (pipe line) dengan hubungan saling terbuka. Ruang di antara tanah
alami dan pipa-pipa tersebut diisi dengan bahan berbutir kasar yang dikenal sebagai bahan
pengisi (filler). Jika bahan pengisi memiliki ruang pori jauh lebih besar dibandingkan
dengan butiran paling halus tanah alami yang berdampingan itu, maka butiran tersebut
cenderung dihanyutkan ke dalan1 ruang antara butir pada bahan pengisi tersebut dan lama
kelamaan akan merintangi aliran. Di pihak lain, jika ruang pori dalam bahan pengisi hampir
sama kecilnya dengan yang terdapat dalam t anah alami, bahan pngisi boleh jadi dihanyut
kan ke dalam pipa penyalur dan terns dihanyutkan. Kedua keadaan tersebut di atas tidak
diharapkan sama sekali. Seandainya ingin dicegah, bahan pengisi haruslah terdiri atas bahan
dengan ukuran butiran yang memenuhi pesyar atan tertentu. Bahan termaksud dikenal se
bagai penapis. (filter).
Persyaratan pokok untuk bahan penapis telah ditetapkan oleh percobaan (Terzaghi
1922, USBR 1947). Yakni didasarkan terut ama pada sebaran ukuran butiran bahan pena
pis serta sebaran ukuran butiran yang ingin dilindungi. Hal ini dirangkum dalam tabel 1 1 .2.
Jika penapis meluas sepanjilng perbatas antara tanah kasar dan t anah halus, maka har"us
digunakan bahan yang berbeda untuk menyelirnuti daerah di sisi-sisi perbatas.

Sifat hidraulik dan mekanika

45

tanah

Tabe/ 11. 2
Persyaratan untuk Bahon Pelapis (Sesudah USBR 1 963)
Kar,1 k t e1 B a h a n P e n a p 1 s

R a s1o R

Se baran ukuran butiran seragam


(U = 3 sampai 4 )
Bergradasi baik sampai buruk
(tidak seragam); butiran setengah
bulat
Bergradasi baik sampai buruk
(iuak; seraga m ); partikel angular

R5o =

D5

D5 o
0

R a , J c /

s o

10

12 58

1 2 - 40

9 - 30

6 - 18

D1 5

bahan p enapis

D1 5

bahan yang dilindungi

1 ,

bahan penapis

bahan yang dilindungi

Catata n : Jika bahan yang dilindungi berkisar dari kerikil (lebih 1 0% lebih b esar daripa
da ayakan No. 4) sampai lanau (ltbih 1 0% melalui No. 200), batas-batas harus didasarkan
pada fraksi yang me1alui No. 4. Ukuran maksimum bahan penapis t idak boleh me1ebihi
3 inci. Penapis harus mengandung maksimum 5 % yang melalui No. 200. Kurv11 ukuran
butiran (plot setengah logaritma) bahan penapis dan bahan yang dilindungi harus (hampir)
s ejaj ar di daerah ukuran butiran yang lebih halus.

Karena diinginkan untuk mengurangi rugi hulu akibat penelusan melalui penapis hing
ga ke nilai terkecil yang masih memenuhi persyaratan ukuran butiran, maka biasanya di
buat penapis besar yang terdiri atas beberapa lapisan. Masing-masing lapisan tersebut ter
hadap lapisan sebelumnya, harus memenuhi persyaratan yang diilustrasikan pada Tabel

1 1.2. Gabungan penapis-penapis semacam ini disebut tergradasi.


Pemuncu!an air dari tanah di perbatas (boundary) antara tanah halus dan tanah kasar
mungkin mengakibatkan penggerusan bahan y ang lebih halus, asalkan kecepatan peluahan
air cukup besar. Penggeru san biasanya diawali oleh p embentukan mata-air kecil di berbagai
titik di sepanjang perbatas, yang selanjutnya menjadi titik awal pengikisan saluran ke arah
belakang menuju tempat masuknya air ke dalam tanah. Karena itu, proses terse but dikenal
juga sebagai: erosi arah ke belakang. Erosi ini amat berbahaya bagi bendungan-bendungan
dan paling bertanggung jawab terhadap sebagi-an besar bencana dan kerusakan (Pasal 63).
Mengingat erosi hanya terjadi kalau sejumlah besar tanah terhanyutkan secara bertahap,
maka hal itu dapat dicegah secara e fektip dengan membuat penapis di daerah di mana
mata-air mungkin terjadi.

Soal-Soal

1 . Suatu contoh pasir kasar, b ergaris tengah 5,5 cm dan tinggi 1 5 cm, d iuji pada
suatu permeameter hulu tetap, Air m en elu s me1alui tanah d engan hulu hidrostatik 40 cm
selama 6 detik. Air luah (discharge water ) dikumpulkan, t ernyata b eratnya 400 gram. Be
rapakah koefisien permeabilitas pada suhu d an angka pori pengujian?

Jwb. k = 1 ,os cm/det.

2.

Suatu lapisan pasir t erdiri atas tiga lapisan horizontal dengan ketebalan sama. Nilai
dan bawah adalah 1 X l o- 4 cm/det dan untuk lapisan tengah ad ala h

k u ntuk lapisan atas

46

Sifat fisik tanah

1 X 1 0- 2 cmjdet. Berapakah p erbandingan pertneabilitas rata-rata lapisan dalam arah hori


zontal dengan permeabilitas rata-rata dalam arah vertikal?
Jwb. 23 banding 1
3. Contoh pasir berbutir campuran d engan partikel bulat memiliki angka pori 0,62
dan koefisien permeabilitas 2,5 X 1 0 - 2 cm/det. Perkirakan nilai k untuk bahan yang sama
jika angka pori 0, 73 .

Jwb. k = 3 ,5

PASAL

12

1 0 - 2 cmjdet.

TEGANGAN NETRAL DAN EFEKTIF SERTA KELANDAIAN


lll DRAULIK KRITIS

Tegangan Netral dan Efektif

Gambar 1 2. 1a memperagakan penampang melintang suatu lapisan tipis tanah yang


menyelimuti dasar kontainer. Jika be ban sebe sar p per satuan luas dikt:nakan ke permuka
an c ontoh, misalnya dengan m enyelimutinya dengan semprotan timah (lead shot), maka
angka p ori turun dari e0 menjadi e 1 . Tekanan p juga mengakibatkan perubahan-perubah
an pada sifat-sifat mekanis tanah yar..g lain, misalnya tahanan tanah terhadap geseran.
Karena alasan ini, tekanan tersebu t diken::.l juga sebagai tekanan efektif Dan diberi sim
bol p.
Jika isi bejana diganti dengan air setinggi hw, di mana hw = Phw, maka tegangan nor
mal pada penampang horizon tal juga bertambah sebe sar p. Meskipun demikian, pertambah
an tekanan akibat berat air tidak memberikan pengaruh terukur terhadap angka p ori mau
pun sifat-sifat mekanis tanah lainnya seperti tekanan geser. Dengan demikian, tekanan
yang diakibatkan oleh beban berupa air disebut tekanan netral. Besarnya sama dengan
nol jika sama dengan tekanan u dara. Jadi, tekanan netral sama dengan hulu piezometri hw
dikalikan berat satuan air rw. atau
( 12. 1 )

Uw = 'Ywhw

Tegangan normal total p di seberang titik pada penampang tanah jenuh, karena itu ,
akan terdiri atas dua bagian. Bagian pertama, Uw, bekerja dalam air dan dalam padatan
(solid) pada segala arah dengan intensitas yang sama ; bagian ini dikenal sebagai tegangan
netral a tau tekanan air pori Bagian kedua p = p
U w menyatakan kelebihan dari tegang
an netral u w dan bekerja sema ta-ma ta di fasa pada t tanah. Fraksi tegangan total ini di
se bu t tegangan efektif
-

(q}

(.b)

Gbr. 1 2. 1. Peralatan untuk memperagakan perbedaan antara tegangan efektif dan tegang
an netra1.

47

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

Secara: prakt'is, sua tu perubahan dalam tegangan netral tidak menghasilkan perubahan
volume serta tidak berpengaruh pada kondisi-kondisi tegangan runtuh (failure), semen
tara seluruh pengaruh perubahan tegangan, yang bisa diukur ; seperti kompresi, distorsi,
serta perubahan geser hanya disebabkan oleh perubahan tegangan efektif p. Karena itu,
setiap p enyelidikan kestabilan atau penurunan bagian pada bidang tanah yang jenuh,
memerlukan pengetahuan tegangan total maupun tegangan netral, dan suatu persamaan
( 1 2.2)
merupakan persamaan paling penting dalam mekanika tanah (Terzaghi l 936b ).
Bagian bawah dari kontainer yang diperag'akan dalam Gbr. 1 2. 1b diisi dengan tanah
jenuh y ang berat satuannya 'Y Air naik ke suatu ketinggian H1 di atas permukaan tanah.
Setelah keseimbangan tercapai, hulu piezometri hw pada kedalaman z adalah H1 + z , te
gangan netral adalah
u, =

(HI + z)r,

( 1 2.3)

p =

H1rw + zr

( 1 2.4)

dan tegangan normal total adalah

Jadi, tegangan efektif pada kedalaman z adalah


p = p -

Uw

-di mana
'

Hl'Yw + zr - (Hl + z)rw = z(r - 'Yw)


-y

'

'Y

'Yw

zr'

( 1 2.5)
( 1 2.6)

Besaran r disebut berat satuan terbenam (submerged unit weight) tanah. Besaran ini sama
dengan beda antara berat satuan r dari tanah jenuh dengan berat satuan air 'Yw
Kelondaian Hidraulik Kritis

Da1am penurunan Pers. 12.5, air di dalam pori tanah dianggap berada dalam keaaan
diam. Jika air bergerak melewati ruang pori, Persamaan 1 2. 5 harus diganti oleh suatu
ungkapan yang mengandung kelandaian hidraulik i. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
menggunakan peralatan dalam Gbr. 1 2.2a. Bejana silindrik A mengandung lapisan pasir
padat yang ter1etak di atas tabir p emisah. Tebal lapisan adalah H, dan pinggir bejana ter
letak sejauh H1 di atas"permukaan pasir. Ruang di bawah tabir pemisah berhubungan de
ngan bejana B melalui sebuah tabung. Tinggi air dipertahankan pada ketinggian sebatas ping
giran atas masing-masing bejana. Jadi, di mana pun posisi tinggi ir dalam bejana B tekanan
normal total p pada penampang horizontal di kedalaman z, di bawah permukaan pasir, se
nantiasa sama dengan p (Pers. 1 2.4). Tegangan normal e fektifp yang berkaitan adalah sama
dengan
p = p - u,

Jadi, jika tegangan netral dalam air berkurang a tau bertambah sebesar
efektip bertambah atau berkurang dengan besar y ang sama, yakni:

Du w

maka tegangan

( 1 2. 7)
Selama tinggi air di kedua bejana ad a pada ketinggian yang sama, tekanan efektif pada
'
kedalaman z sama dengan p= zr (Pers. 1 2. 5). Jika bejana B diturunkan sejauh h, air mene
lus melalui pasir k8 b awah akibat kelandaian hidraulik i h/H. Tegangan netral di ke
=

48

Sifat ftsik tanah


8

(a)

(b)

Pemberian air

-le
-.::

....
<ll

Cl.
a

.c:
"'
::.
..J
- --- -

Kelandaian hidraulik i = h/H

Gbr. 1 2.2. (a) Peralatan untuk mengilustrasikan kondisi hidraulik yang berkaitan dengan
pendidihan pasir. (b) Hubungan antara kelandaian h idraulik ke atas dan luahan melalui pa
sir pada peralatan yang diperlihatkan dalam (a).

dalaman H berkurang sebesar h'Yw = iH'Yw dan sebanding dengan tlu w = iZ'Yw di sebarang
kedalaman z yang lain. Tegangan efektip bertambah dengan besar yang sama pula.
Di lain pihak, jika bejana B dinaikkan sejauh h, tegangan netral di kedalaman z naik se
besar t:.u w = iZ'Yw, dan tegangan efektip berkurang menjadi
p

Z"(1

ia'Yw

(1 2.8)

Pertambahan tegangan netral sebesar t:.u w semata-mata diakibatkan oleh beralihnya


keadaan air pori dari keadaan diam (stasioner) ke keadaan mengalir (state flow). Perubahan
tekanan efektif sebesar t:.u w dalam pasir dinamakan tekanan rembesan. ltu dihasilkan oleh
gesekan an tar a air yang menelus dengan dindin'g-dinding p ori dan bisa digambarkan sebagai
ru atu "seretan" (drag). Jika air menelus dengan arah ke bawah, arus akan menyeret turun
partikel tanah dan itu berarti alvm memperbesar tekanan efektif dalam pasir. Di pihak lain
jika air mengalir ke atas, gesekan antara air dan dinding cenderung mengangkat butir-butir
tanah, dan bila kelandaian hidraulik i dalam Persamaan 1 2.8 menjadi sama dengan
( 1 2. 9)
maka tegangan efektif menjadi sama dengan no! pada sebarang kedalaman di lapisan pasir.
Dengan kata lain, tekanan rembesan rata-rata menjadi sama dengan berat pasir yang te
rendam. Nilai ic tersebut menyatakan kelandaian hidraulik kritis.
Gambar I i 2b mengilustrasikan pengaruh mekanis aliran air ke atas terhadap sifat
ifat
pasir. Dalam diagram ini absis menyatakan kelandaian hidraulik dan ordinat merupa
s
kan luah Q tiap satuan waktu yang bersangkutan. Kurva Oabc menyatakan hubungan
antara luah (discharge) dan kelandaian hidraulik, jika kelandaian hidraulik naik secara
tunak (steady). Selama i masih lebih kecil daripada ic, luah akan bertambah sesuai dengan
hukum Darcy (Pers. 1 1 .6) dan berbanding lurus dengan i, dan nilai k tetap. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa kedudukan bersama dari butir pasir secara praktis tetap tak berubah.
Namun, pada saat i sama dengan 'ic, luah bertambah secara mendadak, disertai pula dengan
pertambahan koefisien permeabilitas (Terzaghi 1 929a). Jika suatu berat tertentu sebelum
nya terle tak diam pada permukaan pasir, maka sekarang ia tenggelam jika seandainya pasir
berupa sua tu cairan. Selama pertambahan i yang berikutnya luah bertambah lagi sebandig
dengan i, dan koefisien permeabilitas menahan nilai yang dimilikinya sesaat setelah ke-

49

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

landaian hidraulik mclampaui nilai kritis. Turunnya luah akibat penurunan -kelandaian hi
draulik dari suatu nilai yang lebih besar daripada ic ditunjukkan oleh gar is cbdO. Segera se
telah i sama dengan ic , permeabilitas berkurang dan selanjutnya tetap jika i dikurangi
lagi. Karena kurva bdO terletak di atas kurva Oab, kocfisien permeabilitas yang bersang
ku tan lebih besar daripada nilainya semula. Kenyataan ini menunjukkan bahwa peristiwa
yang dinyatakan oleh langkah ab pacta kurva Oab mengakibatkan pengurangan tetap ke
rapatan pasir.
Proses yang diungkapkan oleh kurva ab diiku ti oleh gej olak (agitasi) hebat pada par
tikel-partikel pasir. Karena itu , sering dikenal sebagai pendidihan pa sir. Pasir mulai men
didih dalam sembarang p cnggalian terbuka jika air tanah naik kc arah d asar pcnggalian pada

suatu kelandaian hidraulik y ang lebih besar daripada nilai kritis ic . Sering ditegaskan bahwa
pendidihan terjadi hanya p ada jenis pasir tertentu y ang dikenal sebagai pasir "hidup"
(quicksand). Oleh karenanya, penting ditekankan bahwa ha! itu terjadi pada setiap pasir
dan bahkan kerikil, segera setelah kelandaian hidraulik sama dengan ic. I stilah "pasir hi
dup" hams diberikan kepada sekelompok kecil pasir y ang sangat halus dan sangat lepas,
yang dapat menjadi "hidup" walaupun kelandaian hidraulik air penelusan lebih kecil dari
pada nilai kritis, walaupun tak nampak gangguan dari luar. Dalam Pasal 1 7 dibahas se
dikit ten tang ciri-ciri "pasir hidup nyata" (true qu icksand).

Pendidihan pasir biasa dapat dicegah dengan membuat penapis terbeban (loaded fil.
ter) di atas daerah tempat rembesan (seepage) muncul dari dalam tanah. Keseluruhan berat
nya bertindak memperbesar tegangan efektif dan mempertahankan partikel-partikel pasir
tetap di tempat semula.

Soal-Soal
I.
Suatu tanah pasir tersusun dari unsur pokok padatan yang memiliki berat satuan
2,60 gfcm 3 . Angka porinya ada1ah 0 , 5 7 2 . Hitung berat satuan pasir pada saat kering
dan j enuh, serta bandingkan dengan berat satuannya pad a saat terendam.

Jwb.

= 1 03 ,2 ;

= 1 25 ,9 ;

6 3 , 5 1b(ft3

2. Muka air tanah, da1am suatu endapan yang sangat halus dan terletak sangat da
lam, adalah 4 kaki di bawah permukaan tanah. Di atas muka air tanah, terdapat pasir jenuh
akibat air kapiler. B erat satuan pa sir "jenuh ad alah 1 27 lb/ft3 . B erapakah tekanan vertikal
efektip pada bidang horizontal di kedalaman 1 2 kaki di bawah permukaan tanah?

Jwb. 1 025 lb/ft 3


3. Lapis;m lemp ung yang terendam memiliki ketebalan 50 kaki. Kadar air rata-rata
contoh yang diambi1 dari lapisan tersebut, adalah 5 4%, dan berat satuan bahan padat pem
bentuknya adalah 2,78 g/cm 3 . B erapakah tekanan vertikal efektip, yang diakibatkan oleh
berat lempung di dasar lapisan?

Jwb. 2 2 20 lb/ft 2
4. B erat satuan partikel pasir adalah 2 , 6 6 g/cm 3 , porositasnya dalam keadaan lepas
adalah 4 5 % dan dalam keadaan padat 3 7%. B erapaka kelandaian hidrauliknya untuk ke
dua keadaan ini?

Jwb. 0,9 1 ; 1 ,05


5. Penggalian terbuka besar-besaran dilakukan pada suatu lapisan lempung kaku d e
ngan berat satuan jenuh 1 1 0 1b/ft 3 . Ketika kedalaman penggalian mencapai 25 kaki, dasar
penggaliannya muncu1, dan secara berangsur-angsur retak, serta dari arah bawah dibanjiri
oleh campuran air darl pasir. Pemboran selanjutnya menunjukkan bahwa di bawah lapis-

50

Sifat fisik tanah

an 1empung terdapat 1apisan pasir yang permukaannya berada pada keda1aman 3 7 kaki.
Hitung1ah ketinggian naiknya air dari lapisan pa sir ke 1ubang bor sebe1um penggalian d i1akukan.

Jwb.

2 1 ,2 kaki di a tas permukaan pasir.

Bacaan Pilihan
Sejarah dan pengertian konsep tegangan efektip dibahas o1eh A. W. Skempto n d alam

"T erzaghi' s discovery of effective stress", yang terdapa t dalam buku From theory to prac

tice in soil m echanics, New York, John Wiley dan Sons, 1 960, hat. 42-5 3 .

PASAL 1 3 KOMPRESIBILITAS LAPISAN-LAPISAN TANAH TERTEKAN

Pendahuluan
Jika satu lapisan lempung lunak ter!etak tepat di bawah telapak (footing) sebuah ba
ngunan, maka telapak bangunan tersebu t cenderung turun secara ber!ebihan, bahkan mung
kin menerobos ke dalam tanah . Karena kondisi tanah yang tak menguntungkan semacam
ini telah dipahami, maka biasanya perencana (designer) sejak awal memperhitungkan
bahaya yang mungkin muncul serta dapat mencegah kesulitan dengan meletakkan te
lapak' bangunan di atas sumuran atau tiang pancang yang menembus lapisan lunak sampai
ke lapisan keras di bawahnya.
Sementara itu, jika lapisan tipis lempung lunak ada di bawah lapisan p asir yang tebal,
akibat y ang ditirnbulkan lapisan lempung tersebu t tidaklah terlalu nyata. Sebelum mekani
ka tanah diperkenalkan, insinyur-insinyur yakin bahwa penurunan telapak bangunan se
mata-mata tergantung pada sifat tanah yang terletak tepat di bawahnya. Karena itu, jika
'lempung lunak berada lebih dari 1 0 atau 1 5 kaki di bawah telapak bangunan tersebut,
maka biasanya keberadaannya dapat diabaikan. Sampai sekarang pun masih banyak insi
nyur yang tidak berhasil mengikutsertakan lempung ke dalam perhitungan, walaupun
konsolidasi yang berangsur-angsur karena berat bangunan sangat mungkin menyebab
kan pen:uunan yang besar dan tak sama pada bangunan (Pasal 54).
Akibat relatif sering terjadi penurunan yang tidak diinginkan semacam ini, maka pada
dekade terakhir ini kompresibilitas lapisan lempung tertekan mendapatkan perhatian yang
makin besar di samping dikembangkannya berbagai metoda perhitungan dan penaksiran
besar serta sebaran penurunan tersebu t. Jika p erhitungan menunjukkan bahwa penurunan
melebihi nilai yang masih diijinkan, maka pondasi didisain kembali.
Gesekan .d an adhesi di perbatas (boundary) lapisan-lapisan lempung cukup besar
peranannya dalam menahan pemuluran/pelebaran lapisan dalam arah mendatar. Karena
itu, informasi yang diperlukan untuk menghitung penurunan akibat pemampatan lapisan
lempung tertekan dapat diperoleh dari uji pemampatan terhadap contoh lempung yang ditekan pada arah lateral (sampirg).

Metoda Pengujian
Uji pemampatan tertekan (confined c ompression test) dilaksanakan dengan meletak
kan contoh dalam sebuah "cincin" seperti ditunjukkan pada Gbr.

1 3 . 1 . Pembebanan di

lakukan pada bagian atas contoh melalui sebuah lempeng tegar (rigid slab), dan pemampat

an diukur dengan menggunakan dial penu njuk (dial indicator). Seandainya tanah adalah

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

51

Gbr. 1 3. 1 . Peralatan uji pemampatan tertekan yang memberikan tekanan lateral pada
contoh tanah.

jenuh, c ontoh diletakkan di antara dua cakram berpori sehingga dapat mengslirkan air se
lama pemampatan berlangsung.
Hasil percobaan tersebut disajikan secara grafik . Angka pori e diplot dengan skala
biasa pada arah tegak. Jika intensitas tekanan p diplot dengan skala biasa pada arah men
datar, maka kurva yang dihasilkan dinamakan kurva e-p. Jika tekanan diplot dengan skala
logaritma maka kurva yang dihasilkan dinamakan kurva e-log p. Karena kedua. metoda
plot tersebut masing-masing memiliki keuntungan, maka keduanya akan dipergunakan dan
diperagakan.
Perbedaan harus diperhatikan antara tanah alami dan tanah yang struktur asalnya
mengalami perusakan karena peremasan (remolding) (lihat Pasal 7). Unsur pokok tanah
teremas diu bah ke p osisi akhirny a oleh prOS!!S yang disertai dengan penggelinciran se
panjang titik sentuh, sementara endapan sedimenter terhampar butir demi butir. Kedua
proses ini dapat menghasilkan p ola-pola struktur yang berbeda. Lebih jauh, di dalam tanah,
posisi relatip unsur-unsur pokok sebagian besar tanah alami tak berubah selama ratusan
bahkan ribuan tahun, sedangkan tanah remasan (remolded soil) atau bubuk mineral yang
diperoleh melalui proses penghancuran atau penggilasan mencapai keadaan akhirnya hanya
dalam beberapa jam atau hari saja sebelum pengujian. Sebuah titik kontak dengan durasi
panjang dapat menghasilkan ikatan antar butir molekuler yang secara keseluruhan tidak
muncul dalam tanah teremas. Karena itu , hubungan antara angka pori dan tekanan untuk
tanah teremas dan asli cendemng berbeda. Keduanya akan dibicarakan secara terpisah.

Kompresibi/itas Mineral Hancuran dan Tanah Remasan

Pada Gbr. l 3 . 2a diperagakan kurva e-p tipikal untuk berbagai mineral hancuran
(crushed mineral) dan tanah remasan (remolded soil), dan ma sing-masing kurva e-log p
nya diberikar. dalam Gbr. l 3 .2b. Pengaruh bentuk butiran pada kompresibilitas kumpulan
butiran ditunjukkan oleh kurva a, b, dan d, dalam Gbr. 1 3.2a. Kurva a sesuai dengan
campuran 80% pasir dan 20% mika ; kurva b.. untuk 90% pasir dan 10% mika; dan kurva d
untuk 1 00% pasir. Tiap c ontoh mula-mula dipadatkan dengan memakai alat pemukul dan
getaran (Gilboy 1 928). Kurva-kurva ini memperlihatkan bahwa kompresibilitas ber.tambah
sangat besar dengan meningkatnya persentase partikel-partikel berwuju d sisik. Selanjut
nya, Gbr. 1 3 .2a juga memperagakan bahwa kemiringan rata-rata kurva d untuk pasir
padat boleh dikatakan jauh lebih mendatar dibandingkan kurva c untuk pasir yang sama,
akan tetapi dalam keadaan lepas, dan angka p ori pasir lepas - sekalipur-.di bawah tekanan
yang sangat besar - 1ebih besar darip ada yang dimiliki pasir yang sarna tapi dalam keadaan
padat dan tak mengalami tekanan.

Gambar l 3.2a juga menunjukkan bahwa, kurva e untuk sebuah contoh lempung lunak
remasan serupa dengan kurva untuk campuran 90% dan)O% mika, tetapi angka pori lem
pung untuk sembarang tekanan jauh lebih kecil daripada angka pori campuran pasir-mika
dalam keadaan yang sama.

52

Sifat fisik tanah


{.b)

(er)

a: 80% pasir

20% mika

b: 90%pasir + 10% mika


c: pasir /epas
d: pasir pada t
e: /empung Detroit lunak

0
5
10
0
Tekanan p dalam kg!cm 2

0,171

0.1
I
10
1170 101717
Tekanan p da/am kg!cm2 (ska/a log)

Gbr. 1 3.2. (a) Kurva e-p tipikal. (h) Kurva e-log p yang menyajikan hasil-ha!>il uji pemam
patan - dengan memberikan tekanan lateral - pada agregat tanah di laboratorium , dalam
kondisi seperti

(a).

Semua kurva e-log p dalam Gbr. 1 3 .2b, memiliki karakter tertentu yang umum.
Masing-masing kurva berawal dengan garis singgung mendatar dan mungkin berakhir de
.ngan garis singgung yang h ampir mendatar. Kemiringan masing-masing kurva di bagian
tengah ternyata hampir lurus. Untuk pasir, bagian tengah ini bergerak lurus mulai dari
tekanan 10 sampai 1 00 kg/cm 2 Pada tekanan ini, butiran mulai h ancur, dan kemiringan
bertambah. Kemiringan bergerak hampir tetap sampai tekanan mencapai l OO kg/cm 2 ,
kemudian mulai menurun (Hendron 1 963). Kemiringan bagian tengah kurva untuk lem
pung lunak remasan berkurang secara p erlahan-lahan pada sekitar 1 sampai 2000 kg/cm 2
sehingga kurva dapat dianggap lurus dalam selang tersebu t (Akagi 1 960). Bagian tengah
kurva untuk campuran pasir-mika secara praktis lurus dalam daerah tekanan dari 1 sampai
10 kg/cm2 . Kemudian kemiringan berkurang ketika kurva mendekati garis singgung yang
hampir horizontal.
Secara umum ada dua gejala lain yang menarik perhatian khusus sehubungan dengan
kompresibilitas tanah. Yaitu , laju waktu berlangsungnya pemampatan dan perubahan
volume akibat penghilangan be ban secara temporer.
Pengaruh waktu sehubungan dengan pemampatan pasir diilustrasikan dalam Gbr.
1 3 .3 . Dalam gambar ini, kurva K1 menunjukkan p engurangan angka p ori pasir lepas akib at
peningkatah tekanan yang tetap dan agak cepat. Jika proses pembebanan ini diinterupsi,
angka pori akan berkurang p ada beban tetap sebagaimana ditunjukkan oleh bagian vertikal
kurva e-p dan oleh kurva e-waktu untuk percobaan yang sama,..Tika, setelah interupsi ter
sebut, proses pembebanan dilanju tkan lagi pada tingkat seperti semula, maka kurva K1
akan bergabung kembali dengan kurva yang diperoleh bila pembebanan pasir dilangsungkan
dengan laju tetap tanpa interupsi. Terjadinya p enurunan angka p ori pada beban tetap
adalah akiba,t keterlambatan butiran menyesuaikan posisi terhadap pertambahan tekanan.
Efek waktu yang serupa menyebabkan akibat yang sama, juga terama ti bila suatu con
toh lempung remasan jenuh diuji. Namun dalam hal ini, pengaruh keterlambatan penyesuai
an posisi lebih dirasakan akibat rendahnya permeabilitas lempung. Karena keterlambatan
waktu, kurva e-p tak memiliki makna fisik tertentu kecuali jika setiap titik berkaitan de
ngan suatu tahapan, di mana angka p ori secara praktis tak berubah p ada sua tu beban tetap.

53

Si[at hidraulik dan mekanika tanah


I,Z

I,Z
a

/,I

!,I
Waktu dalam jam
I
z
0

a'

f'.< lrl

Pasir /epa
2 jam

a
c,

le,

(h)

......

.......
-

1,0

0..9
(a)

.......

""'

0,8

Pasir padat
I

/!fa'

0,?0,01
0,!
1,0
/0
Tekanan p dalam kg!cm2 (skala log)

10

Tekanan p dalam kg!cm 2

1 3. 3 . (a dan b) Hubungan antara e dan p dalam kaitannya dengan hasil-hasil uji pe


mampatan tertekan pada pasir - dengan pemberian tekanan la teral.

Gbr.

Gambar 1 3 . 3 juga memperlihatkan peruoahan angka pori akibat penghilangan tempo


rer beban. Penghilangan beban dinyatakan oleh kurva dekomposisi be, dan pembebanan
ulang selanjutnya oleh kurva rekompresi ed. Untuk lempung, be menyatakan kurva pem
bengkakan (swellin!J; curve). Daerah antara kurva dekompresi dan kurva rekompresi disebut
!up histeresis. Lup histeresis, untuk tanah-tanah yang berbeda, hanya berbeda dalam hal
kemiringan dan lebarnya. Dalam plot aritmatik lup-lup tersebut terlihat cembung ke atas,
sementara jika diplot secara setengah logaritma (semilogarithmic) akan cembung ke bawah.
Gan1bar 1 3 .4 memperlihatkan lup histeresis untuk campuran p adat yang terdiri atas 90%

1,6

(a)

(h)

a
1,4 t------t---t--1

0,80
-----L
z ----
4--__J
6
Teka n
a np dalam kg/cm2

0,1
1,0
/(}
Teka na np dalam kglcm2 (L og SCJtle)

0,01

/(}0

Gbr. 1 3.4 Hu bungan antara e dan p untuk contoh plfjl11t tertekan lateral yang terdiri atas
90% pasir dan 1 0% mika (Gelboy 1 928). Hubungan yang sama juga diperoleh untuk lem
pung remasan.

54

Sifat fisik tanah

pasir dan 1 0% mika. Lup histeresis untuk lempung-lempung remasan sangat mirip sa tu sarna
lain.

Pasir Asli (Undisturbed Sand)


Di alam semua pasir boleh dikatakan berlapis-lapis. Kompresibilitas lapisan-lap isan en
dapan ini dalam arah bidang lapisan (bedding planes) agak lebih kecil dibandingkan pada
arah tegak lurusnya. Di samping i tu sebagian besar pasir a!ami pasti mengandung sedikit

bahan penyemen, dan sebagian yang berada di atas muka air (water table) juga masih me
ngandung tanah lembab. Paduan kedua bahan tersebut menimbulkan kohesi. Selanju tnya,
sebagian pasir .dalam keadaan alami memiliki kepadatan relatif lebih besar daripada ke
padatan relatif pasir yang bisa diperoleh di permukaan dengan berbagai cara selain vibrasi.
Pasir alami yang lain, memiliki struktur sangat tak stabil yang dapat diaproksimasi di la
boratorium hanya dengan mengadakan contoh pasir y ang sangat lepas dengan prosedur
khusus (Pasal 1 7). Kenyataan ini menyimpulkan bahwa struktur pasir d alam keadaan
alami agak sedikit berbeda dengan struktur pasir yang sama yang dibuat di laboratorium.
Walaupun demikian, jika angka pori pasir-pasir tersebut sarna , maka kompresibilitasnya
juga sangat cenderung sama.

Lempung A sli Tak Peka Terbeban Normal


Pembahasan berikut ini dibatasi unfuk lempung y ang tak p ernah mengalami tekanan
yang lebih besar daripada tekanan yang diakibatkan oleh be ban dari lapisan-lapisan y ang
ada di atasnya (tekanan penggulingan). Lempung ini disebut terbeban normal (normally
loaded). Pengalaman menunjukkan bahwa kadar air alami w dari lempung terbeban nor
mal umumnya mendekati b atas cair L...., . Jika w jauh lebih kecil daripada Lw, kepekaan
(Pasal 7) lempung agaknya luar biasa rendah. Sebaliknya; jika w j auh lebih besar dari
pada Lw, lempung cenderung memiliki kepekaan tinggi. Pada sebarang kasus, lempung ter
beban normal yang terletak cukup dalam di bawah p ermukaan umumnya senantiasa di
jumpai dalam keadaan lunak.
Gun a mendapatkan informasi mengenai kompresibilitas lapisan tekanan (confined)
lempung tak peka terbeban n ormal yang terletak pada kedalaman D di bawah p ermuka
an, kita dapat menguji c ontoh asli yang diani.bil dari kedalaman tersebut melalui uji lubang
atau pemboran. Dalam Gbr. 1 3.5 koordinat titik a mnyatakan rasio angka pori dalam e0
dari contoh dan tekanan overburden efektif p0 pada tanah di kedalaman D. Tekanan

P o sama dengan 'jumlah berat tanah tenggelam, yang terletak di antara kedalaman

dan

muka air tanah, dan be rat total tanah dan air tanah lembab (soil moisture) yang terletak
di atas paras air. Besaran ini dinyatakan dalam berat per satuan luas.

Selama proses pengambilan contoh (sampling), tekanan penggulingan terhadap lem


pung yang menyusun c on toh berkurang sampai sedemikian kecil, walaupun kadar air te.f,ip
tak berubah. Dalam Gbr. 1 3: 5 proses ini dinyatakan oleh garis putus-putus ae0. Jika te
kanan pada c ontoh diperbesar lagi dengan membebani contoh dalam piranti (device) kon
solirtasi, maka angka pori lempung biasa dengan kepekaan rendah atau sed ang akan ber
kurang jika beban bertambah. seperti ditunjukkan oleh lengkung Ku. Bagian kurva Ku
menggambarkan kurva rekompresi seperti halnya kurva c2d dalam Gbr. l 3.4b, kemugian
bergabung membentuk garis lurus. Kelanju tan bagian lurus Ku ke atas dapat disamakan de
ngan garis singgung db kurva c2d dalam Gbr. l 3 .4b. la memotong garis mendatar lewat a,
Gbr. 13.5, di titik b. Pengalaman menunjukkan bahwa u ntuk lempung terbeban normal,
titik b senantiasa terletak di sebelah kiri titik a.

55

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

'\

--'
::Men dekati 0.4 eo '------'--'----''.
Pr Pu Pa

Tekanan (skala log)

Gbr. 1 3. 5. Hubungan antara e dan p untuk lempung dengan kepekaan biasa, . masing
masing untuk keadaan remasan Kr dan keadaan asli Ku di laboratorium, dan untuk keadaan
alami K di lapangan.

Jika kita ubah contoh lempung menjadi pasta tebal dengan mencampurkannya dengan
air dan secara berangsur mengkonsolidasikannya di bawah penambahan tekanan, diperoleh
kurva Kr, e-log p (Gbr. 13 .5). Di bawah titik c, lengkung ini hampi.r lurus. Kemiring
annya agak lebih kecil daripada bagian lurus kurva Ku dan perpanjangan ke bawah akan
memotong pr oyeksi lurus Ku di titik f, yakni nilai angka pori yang hampir sama dengan
= 0,4 e0 (Schmertmann 1 953).
Lengkung konsolidasi K, yartg menyatakan hubungan antara e dan log p di lapang
an, harus melewati a. Kedua lengkung Ku dan Kr, hasil uji laboratorium, tak ada yang me
lewati titik ini. Jadi, }elas lengkung K dapat ditentukan hanya dengan proses ekstrapolasi
hasil uji laboratorium saja. Seandainya lengkung Ku dan Kr lurus dan berpotongan di se
kitar e = 0,4 e0, maka cukup beralasan menganggap bahwa kurva e-log p untuk tanah di
lapangan, juga berupa garis lurus yang melewati a dan jika dilanjutkan ke bawah akan me
motong garis e = 0,4e0 di titik f Garis yang didapa tkan disebu t garis konsolidasi lapang
an. Jika contoh asli (undisturbed) tak bisa diperoleh , titik f bisa ditentukan dengan cukup
akurat dari kurva e-log p untuk suatu con toh remasan (remolded), Kr dalam Gbr. 1 3 . 5 ,
asalkan beban pada contoh dinaikkan paling sedikit 20 kg/cm2
Nilai rasio Pu/P0 , di antara tekanan-tekanan yang dinyatakan oleh absis b dan a
(Gbr. : 1 3 . 5), menunjukkan tingkat gangguan terhadap struktur contoh. Nilainya ber
kisar pari sekitar 0,3 sampai 0,7 dengan n ilai rata-rata 0,5. Penyebarannya dapat diper
hatikan dari nilai rata-rata yang merupakan ciri yang sama sekalipun contoh-contoh ter
sebut diambil dengan alat yang sama dan dari pemboran yang sama pula. Jadi, nampaknya
nilai Pu!Po bergantung kepa<;!a batas yang sangat luas, pada faktor-faktor yang tak terduga
(accidental) seperti variasi kepekaan lempung dan apakah contoh yang diuji diambil dari
bagian bawah, tengah, a taupun atas daripada sesendok contoh.
Garis konsolidasi lapangan K dalam Gbr. 1 3 . 5 merupakan dasar bagi perhitungan pe
nurunan struktur-struktur yang terletak di atas lapisan-lapisan lempung tertekan dan ter-

56

Sifat fisik tanah

beban n ormal. Berat tanah p engisi atau penambahan tekanan struktur pada lempung dari
tekanan overburden Pa sampai Pa + !:!.p, sesuai dengan penurunan rasio pori dari ea men
jadi e. Jadi dalam selang tekanan pa hingga pa + !:!.p, dapat kita tuliskan

eo - e

.6e

Nilai,

av (cm2 /g)

.6p

eo - e
(g/ 2 ,
Ap cm )

( 1 3. 1)

menyatakan koefisien kompresibilitas untuk selang tekanan Pa sampai Pa + !:!.p. Untuk


perbe daan tekanan tertentu , n ilai koefisien kompresibilitas berkurang jika tekanan ber
tanlbah. Pengurangan porositas An per satuan volume tanah semula, y ang dapa t dikait
kan dengan pengurangan angka pori Ae, dapat diperoleh dengan menggunakan Pers. 6.2.
Hasilnya adalah

.6n
c\i mana

ea

.6e
1 + eo

adalah angka p ori awal. Jadi

.6n

di mana

a.
--

+ eo

m v (cm 2 /g)

.6p

( 1 3. 2)

a v (cm 2 /g)
1 + eo

( 1 3.3)

Ap

= m

dikenal sebagai koefisien kompresibilitas volume. Besaran ini menyatakan pemampatan


lempung per satuan tebal semula akibat pertambahan satu satuan tekanan. Jika H me
rupakan tebal lapisan lempung di bawah tekanan p, p er t ambahan tekanan dari p sampai
p + !:!.p mengurangi ketebalan lapisan sebesar

H .6p

( 1 3.4)

m.

Kurva konsolidasi daerah K u ntuk lempung biasa dalam diagram setengah logaritma
tampil berupa garis lurus, scperti ditunju kkan dalam Gbr. 1 3 .5. Garis ini dapat dinyatakan
oleh persamaan

Po + .6p
.:...
--=eo - Cc log10 :..._
Po

( 1 3.5)

di mana Cc (tak berdimensi) adalah indeks pemampatan. Besaran Cc ini sama dengan
tangcn sudut kemiringan bagian lurus lengkung K. Berbeda dengan av dan mv yang ber
kurang dengan cepat bila tckanan Pa bertambah, nilai Cc mcrupakan scbuah tetapan, dan
Pers. 1 3 .5 yang mengandung tetapan ini berlaku dalam selang tekanan yang agak besar .
Dalam plot setengah logaritma, kurva de kompresi, scperti bc1 dalam Gbr. 1 3.4b,
juga agak lurus pada selang tekanan y ang besar. Jika te kanan berkurang dari p ke p - !:!.p,
kurva dekompresi y ang bersangku tan dapat dinyatakan oleh persamaan,

Po + .6p
e 1 + C. logto '----=Po

(l 3. 5a)

di mana C8 (tak berdimensi) qisebut indeks pembengkakan. Besaran ini mcrupakan u kufan
pertambahan volume akibat dih ilangkannya tekanan.
Dengan menggabungkan Pers.

1 3. 5 dengan Pers. 1 3. 1

dan

1 3.3,

kita p eroleh

57

Sifat hidraitlik dan mekanika tanah

( 1 3.6)
dan
mv =

Cc
Po + flp
lo gt o
flp (1 + e o)
Po

( 1 3 . 7)

Substitusikan nilai m v ke da1am Pers. 1 3 .4, kita memperoleh bahwa pemampatan S dari
suatu lapisan tertekan lempung biasa yang terbeban normal adalah

S- H
_

C
Po + flp
c Iog10
1 + eo
Po

( 1 3. 8)

Jika suatu lempung diremas (remolded), maka kurva e-log p-nya berubah dari K (Gbr.
1 3 .5) menjadi Kr Karena kurva Kr lurus dalam selang tekanan yang besar, maka kurva ter
sebu t dinyatakan o1eh persamaan

Po + flp
,
e o - Cc log1 o "-----=Po

( 1 3.9)

yang analog dengan Pers. 1 3 . 5. Simbol C/, yang menyatakan indeks pemampatan lempung
dalam keadaan teremas sama dengan tangen sudut kemiringan bagian lurus lengkung Kr- Ni- lai-nilai cc ' untuk lempung-lempung yang berbeda bertambah terus menerus dengan me
ningkatnya batas. cair, seperti ditunjukkan oleh Gbr. 1 3.6. Absis titik-titik dalam diagram
menyatakan batas cair Lw, dan ordinatnya sesuai dengan nilai Cc ' untuk berbagai lempung
yang berbeda. Kumpulan contoh tersebut mencakup con toh lempung biasa dan lempung
yang luar biasa peka, serta diambil dari berbagai tempat di dunia. Semua titik tersebut
terletak de kat ke garis lurus yang persamaannya

Cc' = 0.007(Lw - 10%)

( 1 3 . 1 0)

di mana Lw adalah batas cair dalam persen dari berat kering lempung. Penyebaran nilai
riil Cc ' dari nilai yang ditentukan oleh Pers. 1 3 . 1 0 adalah 30% (Skempton 1 944).
Untuk lempung biasa dengan kepekaan rendah atau sedang, kedua kurva e-log
p-nya yakni Kr dan .K merupa kan garis lurus pada selang beban y ang besar, dan nilai Cc
yang berkaitan dengan konsolidasi lengkung K secara kasar sama dengan 1 ,30 C/ (Pers.
1 3 . 1 0). Jadi

Cc

f".J

1,30Cc'

0,009(Lw - 10%)

1,0

0> 0,8

:9

c::

c:: e
- Ill

Vo
/oJ:Y""

0,6

0,4

02
,
0
0

( 1 3. 1 1 )

/
20

o k!s1
40

60

,d

80

/00

Batas cair (% Berat kering)

120

/40

Gbr. 1 3.6. Hubungan antara batas cair dan indeks pemampatan untuk lempung remasan
(Skempton qan lain-lain 1 944 ).

58

Sifat fisik tanah

Jika nilai Cc untuk sua tu lapisan lempung tertentu diketahui, maka penempatan lapis
an tersebu t akibat tambahan l:!.p dapat dihitung dengan menggunakan Pers. 1 3.8. Untuk
lempung terbeban normal, dengan kepekaan rendah atau sedang, n ilai Cc dapat diperkira
kan secara kasar dengan Pers. 1 3. 1 1 . Dengan demikian, or de nilai penurunan sua tu struk
tur y ang terletak di atas lapisan lempung semacam itu dapat ditentukan hanya dengan me
laksanakan uji batas cair.
Lempung Prakompresi Asli

Lempung dikatakan prakompresi jika pernah mengalami tekanan yang lebih besar
daripada tekanan penggulingan saat ini. Kelebihan tekanan temporer tersebut mungkin
berasal dari berat lapisan tanah yang kemudian tererosi, berat es yang kemudian mencair,
atau pengeringan akibat penyingkapan temporer. Seandainya kelebihan tekanan !:i.p0 lebih
kecil dari 4 kg/cm 2 , lempung tersebut mungkin masih lunak. Namun jika f),.p0 jauh lebih
besar, lempung akan bersifat kaku .
Dua di antara proses-pr oses yang menyebabkan prakompresi lempung diilustrasikan
dalam Gbr. 1 3 .7. Semua 1apisan y ang terletak di atas 1apisan batuan dasar (bedrock)
diendapkan da1am suatu d anau ketika tinggi air berada di atas tinggi puncak t anah saat ini.
Bila bagian-bagian lapisan dihilangkan oleh erosi, kadar air lcmpung di bagian kanan lapisan
B sedikit bertambah, sementara bagian kirinya berkurang banyak karena turunnya muka air
tanah. Wa1aupun begitu, akibat tekanan penggulingan saat ini, lempung di bagian kanan
merupakan lempung lunak prakompresi, dan yang di sebelah kiri merupakan lempung
lunak terbeban nmmal.

Sementara muka air turun dari posisi semula ke posisi akhir di bawah dasar lembah
yang tererosi, lapisan pasir di bawah dan di atas 1apisan lempung A terkuras (drained).
Akibatnya, lapisan A secara berangsur-angsur kering. Dalam Pasal 21 ditunjukkan bah
wa proses pengeringan ini secara mekanik e kivalen dengan kon solidasi akibat pembeban
an. Karena itu , lapisan A dikatakan mengalami prakompresi oleh pengeringan.
Jika lapisan lcmpung terbentuk oleh sedimentasi dalam suatu air tcrbu k a akibat vari
asi siklis a tau musiman tinggi air, maka bagian tertinggi permukaan end apan k adang-kadang
dapat muncul. Di bagian bawah daerah-daerah ini terbentuk kerak bumi kering akibat pe
ngeringan. Setelah permukaan dibanjiri lagi, kerak bumi tertutup di bawah endapan segar
tetapi kadar airnya tetap luar biasa rendah. Maka, mereka menyusun lapisan-lapisan atau
lensa-lensa lempung prakompresi yang terletak di antara lapisan-lapisan terbeban normal.
Jika selapis lempung kaku terletak di atas lapisan lempung lunak dari jenis yang sama,
maka lapisan sebelah atas sangat mungkin telah mengalami prakompresi oleh pengering
an. Selanjutnya, jika lapisan sebelah atas tersingkap ke u dara terbuka selama waktu yang

Pra kompresi
oleh pengeringan
:-:"":'L_l---\---.:..._- -=
==.:...

:..:>/:.' . .Muka air tanah sekarang

Muka air
nah asal

7F>Iirmiikian _ .:...__ -.P;r-;-;k; ;a; -

:E
:::22ZZ222?h'Z'Z27'""'""""''::.
' ?:>. : - - - - - - - - J_

Lempung lunak
terbeban n ormal

tanah
sal

. Lempung lunak
prakompresi

tanah
.;ekarang

Lapisan bat11an

Gbr. 1 3. 7. Diagram yang mengilustrasikan dua proses geologi terjadinya lempung pra
kompresi.

59

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

lama, mungkin juga mengalami proses penghilangan warna akibat oksidasi. Sebagai con
toh, di daerah Chicago, satu lapisan tebal lempung lunak terbeban normal berwarna ke
abu-abuan, ditutupi oleh satu lapisan prakompresi kaku dan berwarna kuning dan lem
pung abu-abu dengan ketebalan antara 2 sampai 6 kaki. Lapisan prakompresi lempung
glasial, yang terletak di antara lapisan-lapisan lempung lunak terbeban normal berjenis
sama, d ijumpai di Swedia Selatan. Dalam beberapa hal, kerak bumi kaku dapat terbentuk
tanpa terlihat oleh suatu proses pelapukan setengah encer (aquaeous weathering) atau per
tukaran kation (Mourn and Roscnqvist 1957).
Pengaruh prakompresi p ada hubungan antara angka pori dan tekanan diperlihatkan
pada Gbr. 1 3.8. Kedua diagram diplot dengan skala biasa. Gambar 1 3 .8a menunjukkan

hubungan antara e dan p, untuk bagian terbeban normal lapisan B dalam Gbr. 1 3 .7,
dan Gbr. 1 3. 8b memperagakan hubungan yang sama untuk bagian lapisan y ang sama yang
'
mengalami prakompresi. Pada kedua diagram tersebut, titik a menyatakan keadaan lem
pung sebe!um erosi dimulai. Pada saat itu, muka air tanah berada di atas lapisan A , dan
'
tekanan gulingan efektif pada keseluruhan lapisan B yaitu sama dengan p0 pe satuan
luas. Karena erosi berkaitan dengan penurunan muka air tanah, pada tekanan penggulingan
total yang hampir tetap, maka tekanan penggulingan efektif pada bagian kiri lapisan B ber
tambah dari Po: menjadi p0 , dan titik yang menyatakan keadaan lempung (Gbr. 1 3 .8a)
bergerak dari a ke a.
'

Di bagian kanan lapisan B, penurunan muka air tanah terjadi dengan hilangnya se
bagian besar penggulingan. Oleh karena itu tekanan efektif pada bagian kanan lapisan ber
'

kurang dari p0 ke p0, dan lempung bergerak dari keadaan


Peralihan ini disertai sedikit kenaikan angka pori.

'
a

(Gbr. 13.8b) ke keadaan b.

Penambahan tekanan efektif sebe sar tlp pada bagian terbeban normal dari lapisan
B sebagai akibat dibangunnya bangunan besar yang berat di permukaan tanah, mengurangi
angka p ori lempung di bawah bangunan tersebut sebesar Aen (Gbr. 1 3.8a) dan lempung
bergerak dari keadaan a ke keadaan d. Pertambahan tekanan efektif y ang sama sebesar
tlp, pad a bagian kanan l apisan B yang mengalami prakompresi, mcngurangi angka p ori
lempung sebesar Aep (Gbr. 1 3.8b) dan lempung bergerak dari keadaan b ke keadaan d.

Jika contoh-contoh tak asli diambil dari kedua bagian lapisan B, mungkin timbul
kesan bahwa lempung prakompresi lebih lunak daripada lempung terbeban normal sebab

(a)
lempung terbeban normal

p;

Tekanan

Po Po+Llp

(b)
lempung prakompresi

Po Po+Llp p;
Tekanan

Gbr. 1 3. 8. (a) Hubungiln antara e dan p untuk lempung terbeban normal di lapangan.
(b) Hubungan an tar a e dan p untuk lempung yang sama dalam keadaan prakompresi.

60

Sifat fisik tanah

kadar air bagian lapisan yang mengalami prakompresi pada saat dilakukan pengambilan
contoh, lebih besar daripada kadar air bagian lapisan yang terbeban normal. Walaupun be
'
gi tu , jika t:.p lebih kecil daripada setengah p0 - p0, pemampatan l::.ep lapisan prakompre
si akan jauh lebih kecil daripada pemampatan !::.en lapisan terbeban normal. Hal ini di
sebabkap kenyataan bahwa titik y ang menyatakan keadaan lempung terbeban normal da
lam tanah , berada antara a dan d (Gbr. 1 3 .8a) pacta kurva yang menyatakan berkurang
nya angka pori akibat pertambahan tekanan secara man tap , . sedangkan titik yang sama
untuk lempung prakompresi bergerak pacta kurva rekompresi dari b ke d (Gbr. 1 3 .8b).
Seperti diperagakan pacta Gbr. 1 3.3 dan 1 3 .4, kelandaian kurva rekompresi jauh lebih
kecil daripada kelandaian kurva kompresi langsung.
Beberapa konsepsi mengenai besar pemampatan yang dialami bagian prakompresi
lapisan B akibat berat bangunan , dapat diperoleh dari hasil uji konsolidasi con toh yarig di
ambil dari bagian lapisan tersebut. Namun, akibat prakompresi, kurva e p tanah di la
pangan cenderung j auh berbeda daripada y ang diperoleh malalui uji laboratorium. Besar
ny a pcrbedaan bergantung pacta derajat ketidakaslian contoh.
-

Bila contoh sangat " tak asli", hubungan antara e dan p di laboratorium menyerupai
kurva curam Kr dalam Gbr. 1 3 .8b. Dengan menambahkan jarak bg ke ordinat kurva ini,
kita dapatkan kurva K/ yang melalui titik b dan menyatakan keadaan lempung di dalam
tanah. Namun, pcngalaman menunjukkan bahwa kurva K/ tak menyerupai lengkung
konsolidasi lapangan bd.
Jika uji konsolidasi dilakukan terhadap contoh asli (undisturbed), yang diambil dengan
cermat dari sebuah lubang dalam tanah, diperoleh kurva Ku . Jika ordinat kurva ini ditam
bah dengan jarak cb maka diperoleh kurva Ku ' yang m elewati titik b. Walaupun kemiring
an Ku 1 jauh lebih kecil daripada K/, diketahui bahwa jika t:.p lebih kecil daripada sc
tcngah p0 1 - p 0 , maka pemampatan lempung yang dihitung bcrdasarkan Ku ' masih dua
sampai Iima kali lcbih bcsar daripada pcmampatan lcmpung sesungguhnya di lapangan.
Jadi, e kstrapolasi hasil uji ke kondisi-kondisi lapangan sangat tidak menentu, tak pcrduli
contoh mana yang diuji.
Pcnghitungan hubungan antara e dan p untuk lempung de ngan batas cair berdas<l{
kan Pers. 1 3 . 1 1 akan menghasilkan suatu kurva yang melewati b dan lcbih curam daripada
K/. Ordinat kurva ini dengan acuan garis mendatar lewat b, paling sedikit dua kali ordinat
Ku ' dan berarti dua sampai Iima kali lebih bc sar daripada ordinat kurva e-p lapangan K' .
Akibatnya, penggunaan Pers. 1 3 . 1 1 untuk menentukan kompresibilitas lempung prakom
presi memberikan nilai empat sampai sepuluh kali lebih besar atau bahkan lebih daripada
nilai sebenarnya. Mengingat persamaan yang sama tersebut memberikan nilai-nilai yang
cukup akurat untuk kasus lempung terbeban normal, maka secara praktis terlihatlah sangat
pentingnya memperhatikan sejarah pembebanan sua tu lempung.
Di bawah kondisi-kondisi yang diilustrasikan oleh Gbr. 1 3 .7, tekanan konsolidasi
maksimum p0 1 bisa diperkirakan secara agak akurat atas dasar bukti geologi. Fisiografi dan
gcologi tcmpat tersebut meyakinkan bahwa permukaan tanah mula-mula terletak pacta
atau diatas tinggi puncak tanah saat ini dan muka air tanah agak dekat ke permukaan tanah
semula. Namun, jika bukti tersebut mengandung penyimpangan, atau jika prakompresi
terjadi akibat berat lempengan es yang telah meleleh tanpa meninggalkan petunjuk-petun
juk mengenai ketebalannya, maka penaksiran tekanan konsolidasi maksimum secara ge o
logi sangat tak pasti. Dalam hal seperti ini, prosedur yang masih tersisa untuk mendapat
kan setidaknya konsepsi umum nilai p0 1 adalah membuat suatu penaksiran berdasarkan
hasil-hasil uji laboratoriuin.
Beberapa metoda yang telah diaj4kan untuk penentuan nilai tekanan konsolidasi dari
hasil-hasil uji 1aboratorium. Salah satu yang paling umum diilustrasikan oleh Gbr. 1 3.9
(A. Casagrande 1 936b ). Gambar ini memperagakan kurva e-log p untuk contoh Jempung

61

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

c ' d

-. -?"_
I .q'
1
-.....
1 m
Kv

I
1 r
min.

c5

I
1

l p
;

o ----

--

----

Tekanan p, (skala log)

Gbr. 1 3 . 9. Diagram yang mengilustrasikan cara penaksiran nilai tekanan konsolidasi mak
simum secara grafis yang biasa digunakan.

asli. Satu garis horizontal digambar melalui titik c, yakni itik di mana kelengkungan
kurva berjejari minimum. Garis bagi sudut a, antara garis ini dar. garis singgung Ku di c ,
memotong 1anjutan ke atas bagian bawah Ku yang lurus di titik d. Absis titik d dipandang
sama dengan Po1
Metoda yang diilustrasikan oleh Gbr. 1 3 .9 didasarkan atas pengaruh yang dapat di
amati dari pembebanan siklik terhadap angka pori contoh lempung asli. Hal tersebut se
suai dengan kenyataan adanya tekanan efektif penggulingan dalam endapan yang diketahui
dibebani secara normal, asalkan pengujian-pengujian dilakukan pada contoh-contoh asli
berkualitas paling tinggi. Pada beberapa hal di mana tekanan konsolidasi maksimum lem

pung yang sebelumnya dibebani, dapat ditentukan dengan cukup handal oleh bukti
bukti geologis atau peralatan (bebas) lainnya, diperoleh persesuaian y ang cukup memuas
kan antara tekanan konsolidasi maksimum yang sebenarnya dan yang ditentu kan dengan
prosedur grafis, asalkan contoh yang digunakan dalam uji konsolidasi adalah tanah asli.
Jika suatu lempung sebelumnya mcngalami konsolidasi bcrat, maka tidaklah praktis
memperbesar te kanan pada contoh asli yang sedang mcngalami uji konso!idasi sampai
bagian kurva e-log p yang curam dan agak lurus, sctelah ctilewatinya tekanan konsolidasi

Mendekati

0,4e0

_ _ _

1,_
r

_ _ _

Pd

Po
Tekanan (Skala Log)

Gbr. 1 3. 10. Aproksimasi hubungan an tara


secara grafis (Schmertmann 1 95 3 ).

dan p lapangan untuk lempung prakompresi

62

Sifat fisik tanah

maksimum dipcroleh. Namun, jika nilai prakomptesi memungkinkan p enentuan bagian dari
kurva ini, maka penaksiran kurva e-log p lapangan yang sedikit lebih handal dapat di
lakukan dengan menggu nakan prosedur grafis (Schmertmann

1 953 )

Pcmbuatannya meng

hendaki agar proses penghilangan beban contoh dilakukan dalam inkremen, tertentu se
telah dicapainya tekanan maksimum untuk mendapatkan kurva "reboun" (rebound) la
boratorium. Kurva laboratorium disajikan oleh

Ku

(Gbr.

1 3 . 1 0).

Titik

menyatakan

angka pori e0 dan tekanan penggulingan e fektif p0 lempung sewaktu berada dalam tanah,
sebelum pengambilan c on toh tanah dilakukan (sampling) . Kurva e- l a g p lapangan harus me

lewati titik ini. Garis verti kal Pa1 berkaitan dengan tekanan konsolidasi maksimum, sebagai
mana ditentukan oleh konstruksi grafis (Gbr. 1 3.9). Bagian kurva e-log p lapangan, di an
'
tara Pa dan Pa , adalah kurva rekompresi. Karena dalam laboratorium terdapat sedikit per
bedaan antara kemiringan pada kurva reboun dan kurva rekompresi, maka dibuat anggapan
bahwa kurva l apangan di antara Pa dan Pa1 sejajar dengan kurva reboun laboratorium. Oleh
sebab itu, dibuat garis dari
dinyatakan oleh
garis lurus

a'[,

a'.

di mana

dan cur am kurva

sejajar

cd ; perpotongannya

dengan garis vertikal melalui pa '

Kurva lapangan untuk tekanan-tekanan di atas Pa1 diaproksimasi oleh

Ku

f adalah

perpotongan antara perpanjangan ke bawah bagian lurus

dengan garis mendatar e

= 0,4 ea.

b dan a' ,
1 3. 1 0.

Antara

kurva halus (smooth curve) seperti ditunjukkan dalam Gbr.

digambarkan sua tu

Untuk kegunaan praktis, seringkali dianggap cu kup memadai untuk mengetahui apa
kah suatu lempung mengalami prakompresi yang berat. Hal ini biasanya dapat dilaksana
kan tanpa pertolongan grafik (Gbr.
(Gbr.

1"3.5)

1 3 .9).

Jika lempung terbeban normal, titik-titik

selalu ter!etak di sebe!ah kiri titik-titik a. Jadi, jika bebe rapa c on toh asli dari

lapisan l empung yang berbeda diuji di man a titik

yang diperoleh dari pengtt]ian ter!etak

sedemikian rupa, niaka nilai p 0 1 tidaklah lebih besar daripada _tekanan penggulingan yang
ada serta pengaruh prakompresi pada penurunan dapat diabaikan. Sementara itu,jika tekan
an prakompresi j auh lebih besar daripada tekanan penggulingan yang ada, sedikitnya bebe
rapa titik

terletak di sebelah kanan titik a. Dalam peristiwa seperti ini, penurunan struktur

yang ditegakkan di atas lempung, akan menjadi kecil dibandingkan dengan yang diramal
kan atas dasar hasil pengujian, oleh karena hubungan antara kurva-kurva konsolidasi labo
ratorium dan lapangan untuk lempung semacam ini menyerupai hubungan antara Ku ' dan

K dalam Gbr. 1 3 . 8b.


Jika bagian dari l apisan lempung terbeban n ormal mengalami prakompresi akibat pe
ngeringan, kadar air pada lapisan-lapisan prakompresi relatip rendah . Sehingga, lokasi ser

ta ketebalan lapisan-lapisan ini bisa diduga melalui pr ofil kadar airnya. Dalam perhi tung

an penurunan, lapisan-lapisan prakompresi sering dipandang tak kompresibel.

Lempung Asli Luar Biasa Peka


Untuk c ontoh asli dari lempung biasa, kurva e-log p

(Ku )

(Gbr.

1 3 .5) boleh

di katakan

berupa parabol. Namun, untuk lempung peka luar biasa, kurva tersebut memiliki bentuk
seperti ditunju kkan oleh kurva

Ku

dalam Gbr.

1 3. 1 1 .

Kurva tersebu t hampir selalu men

datar hingga tekanan pada c ontoh mencapai a tau sedikit melebihi tekanan penggulingan p 0 ,
yang setelah itu mendadak turun. Selama intensitas tekanan ditambah, kemiringan kurva
kembali berkurang, sampai akhirnya melewati garis lurus
gung bagian cur am

Ku , di

Kt.

Proyeksi ke atas garis sing

titik beloknya c, memo tong garis mendatar ea di

b'.

Jika endapan lempung luar biasa peka dibebani secara normal dan jika contoh asli

benar-benar tidak ter anggu, titik

b'

dapa diharapkan berhimpit dengan titik yang ko

ordinatnya (p a , ea ). Jika con toh sedikit terganggu maka

b'

harus berada di sebelah kiri a.

Di bawah keadaan yang demikian ini, pendirian dari sebuah gedung, kendatipun hanya

mengha silkan pertambahan Pa sedikit saja, akan diikuti oleh penurunan hebat gedung

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

Men dekati 04e0

----

Po

Tekanan (ska/a log}

Gbr. 1 3. 1 1. Hubungan antara e dan p untuk lempung luar biasa peka, masing-masing
dalam keadaan teremas Kr dan asli Ku di laboratorium, serta keadaan alami K di lapangan.

tersebut . Pada kenyataannya, mungkin telah diketahui bahwa umumnya dengan menambah
tegangan dari p0 ke nilai agak besar dari p0 + b.pb tanpa penambahan penurunan yang ti
dak sepadan, tetapi jika b.p melebihi b.rb maka perilakunya sesuai dengan k-urva e-log p,
atau setidaknya secufam bagian at as Ku (Gbr. 1 3 . 1 1 ) Kemampuan lempung peka luar
bias untuk menahan tekanan yang melebihi tekanan penggulingan yang ada tanpa
penambahan penurunan yang besar, mungkin dalam beberapa ha! merupakan akibat dari
adanya sedikit derajat konsolidasi kuat (overconsolidation) ; seperti yang telah dibahas
dalam subju dul terdahulu. Selain itu mungkin juga sebagai akibat munculnya ikatan-ika tan
antar partikel-partikel lempung (Pasal 4); karena itu tegangan b.pb kadang-kadang di
sebu t juga kekuatan ikatan (Terzaghi 1 94 1 a)
.

Seandainya kekuatan ikatan dapat ditaksir, kurva 1apangan K dapat diaproksimasi de


ngan cara beriku t. Bagian bawah Ku y ang lurus diperpanjang ke bawah sampai ke titik f
di garis mendatar e = 0,4 e0. Titik b . terletak di garis e = e 0 pada nilai p yang sama dengan
p 0 + ll.p b . Akhirn.ya dibuat garis tegak melewati titik f dan memotong garis mendatar
e = e0 di A. Kurva K dibuat sedemikian rupa sehingga untuk sebarang nilai e, rasio antara
jarak mendatar dari K ke fA dan jarak dari Ku ke fA sama dengan

l2

bA
b'A

Di beberapa tempat, seperti di Meksiko City, kekuatan ikatan bisa ditaksir dengan
cukup handal atas dasar pengalaman lapangan. Jika tidak ada taksiran handal yang bisa di
buat, maka dapat dipandang titik-titik b dan b' berimpit.
Kurva Ku bisa diperoleh hanya dengan melalui pengujian sua tu contoh asli. Jika con
toh sangat terganggu , atau teremas -dan bercampur dengau ejumlah air sehingga meng
ubah lempung menjadi pasta kental, kurva e lo g p .(Kr) untuk bahan remasan menyerupai
-

64

Sifat fisik tanah

kurva e-log p (Kr) untuk lempung biasa (Gbr. 1 3 . 5). Secara praktis kurva tersebut ber
bentuk garis lurus pada sua tu selang be sar dari tekanan, dan kemiringannya sedikit lebih
kecil daripada kemiringan garis singgung K t pacta daerah bagian bawah kurva K u dalam
Gbr. 13 . 1 1 . Dengan kat a lain, gangguan terh adap struktur lempung melenyapkan sifat
sifat yang menyebabkan pematahan kurva Ku di bawah titik b dalam Gbr. 1 3 . 1 1 . Karena
itu , informasi yang diperlukan guna membuat lengkung konsolidasi lap angan untuk lem
pung-lempung yang luar biasa peka, dapat diperoleh semata-ma ta dari pengujian kon
solidasi pada bahan-bahan asli (undisturbed). Keuntungannya, dengan menggunakan
piston pengambil contoh berdinding tipis (thin-walled piston samplers), (Pasal 44), sering
kali dapat diperoleh con toh lempung asli yang luar biasa peka dan sangat bagus karena
tanah di sisi pemotong pengambil contoh sedemikian terganggu sehingga tidak menghambat
penetrasi dan menghasilkan selu bung pelindung tipis yang h ampir tidak memiliki gesekan
dengan tanah sepanjang inti tetap (undistorted core), ketika tabung pengambil c ontoh
di turunkan.
Jika suatu lempung bersifat p eka luar biasa, maka kemiringan bagian atas kurva kon
solidasi lapangan K mungkin beberapa kali dari yang dimiliki kurva Kr untuk tanah dalam
ke adaan teremas. Untuk lempung semacam itu , metoda pendekatan penghitungan pe
mampatan sua tu lapisan berdasarkan Pers. 1 3 . 1 1 , hanya melengkapi nilai batas bawah pe
mampatan lempung. Pemampatan yang sesungguhnya mungkin beberapa kali lebih besar.
Untungnya lempung-lempung jenis ini jarang ditemui. Lempung semacam itu, misalnya
lempung di Meksiko C ity, 'yang asal mulanya vulkanik, jenis-jenis tertentu lempung laut
di Kanada Tenggara dan di negara-negara Skandinavia, serta berbagai lempung-lempung
berkadar organik tinggi. Jika lempung memiliki batas cair lebih besar dari 1 00%, jika kadar
air alaminya pada suatu kedalaman lebih dari 20 atau 30 kaki di bawah permukaan lebih
be sar daripada batas cairnya, atau jika mengandung bahan organik dengan persentase tinggi,
maka lempung ini cenderung memiliki karakteristik konsolidasi seperti diilustrasikan dalam
Gbr. 1 3 . 1 1 . Kepekaan S t (Pers. 7. 1 ) lempung-lempung ini lebih besar dari 4, sedangkan
lempung biasa lebih kecil dari 4. Jika kepekaan lempung lebih besar dari 8, maka h ampir
.dapat dipastikan lempung tersebut memiliki karakteristik konsolidasi seperti diilustrasikan
Gbr. l J. l l .

Rangkuman Metoda Penghitungan Kompresibilitas Lapisan-Lapisan Tanah A/ami

Kompresibilitas dari lapisan p asir dan lempung kaku bisa diabaikan kalau tanah yang
tedetak di bawah suaru struktur terdiri atas l apisan-lapisan p asir atau Iempung kaku yang
diselang-selingi o!eh lapisan-lapisan lempung lunak.
Kompresibilitas lapisan lempung terutama bergantung pada dua faktor: batas cair lem
pung, dan nilai tekanan terbesar yang pernah bekerja pada lempung sejak pengendapannya.
Jika tekanan ini tak pernah melebihi tekanan penggulingan efektif saat ini, maka lapisan di
katakan terbeban n ormal. Jika tidak demikian, lapisan dikatakan mengalami prakompresi.
Dengan menggunakan persamaan empiris 1 3 . 1 1 , ki ta dapat menaksir secara kasar
kompresibilitas lapisan lempung terbeban normal yang batas cairnya diketahui, asalkan
lempung termaksud tidak memiliki sifat-sifat yang tidak umum (unusual). Akan tetapi, jika
lempung memiliki batas cair di atas 1 00, kadar air alami di kedalaman 20 sampai 30 kaki
melebihi batas cairnya, atau jika lempung mengandung bahan orga_n ik dengan persentase
tinggi, maka kompresibilitas lapisan mungkin beberapa kali lebih besar daripada kompre
sibilitas yang diperoleh berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Pers. 13 . 1 1 . Karena
itu pula disarankan untuk menentu kan kompresibilitas lempung melalui uji konsolidasi
contoh-contoh asli apabila ingia mendirikan sebuah gedung di atas lapisan semacam ini.

65

Si[at hidraulik dan mekanika tanah

Komprsibilitas lapisan lempung prakompresi tidak hanya bergantung p ada batas cair
'
tetapi juga pada rasio b..pf(p0 - p 0 ), di mana b..p adalah te kanan yang ditambahkan
'
oleh suatu struktur kepada tekanan penggulingan p0 saat ini dan p 0 adalah tekanan m aksi
mum y ang pernah bekerja pada lempung. Jika rasio tersebut kurang dari 50%, maka kom
presibilitas lempung sangat mungkin berkisar antara 10 sampai 25% dari nilai kompresibi
litas lempung scrupa y ang ada dalam keadaan terbeban normal. Dengan memperbesar
nilai rasio terscbu t, pengaruh prakompresi terhadap kompresibilitas lempung berkurang
Untuk nilai y ang lcbih besar dari 1 00%, pengaruh prakompresi terhadap penurunan
bangunan bisa diabaikan.
Prakompresi dapa t disebabkan oleh be rat lapisan tanah y ang telah hilang akibat erosi,
berat lapisan es yang telah mencair, atau mengalami pengeringan. Kalau prakompresi ter
sebu t diakibatkan oleh beban yang telah hilang, tekanan lebih yang bekerja pada tanah
akan sama di setiap titik di sepanjang garis vertikal di bawah permukaan tanah. Tapi, jika
diakibatkan oleh pengeringan, tekanan lebih mungkin berkurang ke arah bawah dari
permukaan penguapan sebclumnya, dan kedalama n total lapisan prakompresi mungkin
tak lebih dari beberapa kaki.

Kompresibilitas lapisan lempung y ang mengalami prakompresi berat biasanya tak


relevan, kecuali jika insinyur ingin membangun sebuah bangunan y ang luar biasa besar dan
berat di atas lapisan tcbal lempung kaku y ang akan rusak sekalipun penurunan yang terjadi
tidak terlalu hebat. Jika permasalahan memerlu kan penghitungan penurunan, maka uji
konsolidasi harus dilakukan terhadap c ontoh-con toh tanah asli yang lebih bagus kalau di
ambil dari lubang uji. Sumber dan pentingnya kesalahan , y ang terdapat dalam perhitu ngan
penurunan berdasarkan h asil-hasil pengujian contoh-contoh semacam itu , telah dibahas
sebelumnya.

SoalSoal
1 . Suatu lapisan lempung dengan batas cair rata-rata 4 5 %, mempunyai tebal 25 kaki
dan p ermukaannya terletak pada kedalaman 3 5 kaki di bawah permukaan tanah saat . ini.
Kadar air alamnya adalah 40%, dan berat satuan partikel lempung padatnya adalah
2 , 7 8 g/cm 3 .
Di antara permukaan tanah dan lempung terdapat pasir halus. Muka air
tanah terdapat pada ke dalam 1 5 kaki di bawah p ermukaan. B erat rata-rata satuan terbeban
pasir adalah 65 lb/ft 3 ' dan b erat satuan pasir basah yang terletak di atas muka air tanah
adalah 1 1 0 lbjft 3 . Dari bukti geo1ogis, d iketahui bahwa lempung m enga1ami p embebanan
normal. B erat bangunan yang akan didirikan di atas pasir yang ter1etak di atas 1empung
akan menambah tekanan penggulingan pada 1empung saat ini sebesar 1 ,2 ton/ft 3 . Perkira
kanlah p enurunan rata-rata bangunan terse but.

Jwb.

1 0 inci.

2. Lapisan lempung B yang diperlihatkan dalam Gbr. 1 3 .7 , mempunyai ketebalan


25 kaki. Permukaannya terletak pada kedalaman 30 kaki di bawah muka air sungai rata
rata dan 35 kaki di bawah dasar lembah saat ini. Permukaan puncak tanah , yang b er
dampingan dengan lembah, terletak 1 5 0 kaki di atas dasar lembah saat ini, dan muka air
tanah asal berada 5 kaki di atas permukaan ini. Lempu ng diselimu ti oleh pasir yang berat
satuannya sama seperti pada soal sebelumnya. Hitunglah tekanan konsolidasi ma ksimum
pada lapisan di bagian kanan.

Jwb. 4,76 tonjft2 l ebih b esar dari tekanan p enggulingan saat ini.
3. Bangunan di dasar lembah dalam Grub. 1 3 . 7 m emper besar tekanan rata-rata la
pisan lempung sebesar 1 , 2 tonj ft2 . Batas cair rata-rata lempung adalah 4 5 %. Data lain, m e
ngenai tebal lapisan ,dan iokasi daerah tersebut, diambil seperti pada soal No. 2. Kadar

66

Sifat fisik tanah

air alami rata-rata dari pada lempung adalah 3 5 %, dan berat satuan partikel l empung d alam
keadaan padat adalah 2 , 7 8 g/cm2
Perkirakanlah batas atas dan bawah p enuru nan dari
bangunan tersebut.

Jwb.

Tidak lebih 2 5 % dari 1 1 ,6 inci, atau 2 ,9 inci, dan mungkin tidak kurang
I 0% dari 1 1 , 6 inci, atau I , 2 inci.

Bacaan Pilihan
Pembahasan umum sifat-sifat teknik endapan, dengan penekanan pada ko.mpresibilitas
nya, dij um pai dalam Terzaghi, K. ( 1 95 5 a ) : "Influence of geological factors on the engine
ering properties of sedirnents" , Economic Geology, Fiftieth A nn hersary Volume, hal.
5 5 7-6 1 8 . Makalah tersebut menyertakan juga d aftar buku acuan yang amat terpilih. Walau
pun ditulis agar geologiwan mengenal a spek sifat-sifat endapan, tetapi artikel tersebut ba
nyak menarik perhatian insinyur.

PASAL 14 KONSOLIDASI LAPISAN LEMPUNG

Pada artikel terdahulu telah dikatakan bahwa pemampatan lempung akibat bertambah
nya beban berlangsung dengan sangat lambat. Sebagian kecil dari kelambatan tersebut
disebabkan oleh proses pengaturan p osisi-posisi bu tiran ketika tekanan y ang dialaminya
bertambah besar. Sumber kelambatan jenis ini ada p ada lempung maupun pasir. Namun,
permeabilitas yang rendah merupakan sumber u tama kelambatan tersebut pada lempung,
sehingga diperlukan waktu yang panjang untuk menguras (drain) keluar kelebihan air
(excess water). Pengurangan kadar air secara p erlahan-lahan dikena! sebagai konsolidasi.
Mekanika efek perlambatan akibat rendahnya kompresibilitas pada p emampatan lapis
an elastis di bawah be ban tetap dapat ditu njukkan oleh piranti (device) yang diperagakan
dalam Gbr. 14. 1 . Piranti termaksu d tersusun dari sebuah bejana silinder yang berisi
sederetan piston y ang dipisahkan oleh pegas-pegas. Ruang di antara p iston-piston diisi

dengan air, dan piston-piston tersebut dilubangi. Apabila tekanan p per satuan luas di
kenakan ke p ermukaan piston yang paling atas, mula-mula ketinggian pegas tak berubah
karena diperlukan waktu untuk mengeluarkan air di antara p iston-piston. Karena pegas
tak dapat menahan beban sehingga ketinggiannya berkurang, maka seluruh beban p tiap
satuan luas terse bu t pada mulanya haruslah dipikul oleh kelebihan tekanan hidrostatik
h 1 'Yw = p di dalam aif. Pada tahapan ini, air dalam masing-masing tabung piezometri ber
ada pada ketinggian h 1 .

tekanan p
per satuan /uas

Gbr. 14. 1 . Piranti untuk mempertunjukkan mekanika proses konsolidasi.

67

Sifat hidraulik dan mekanika tanah


Log Waktu

Waktu t
O r-----(a)
;;; 251\----------

c 5
::)

(b)

50 1\
1--------
'

?5 -
--------

-Ts:----

/00 L---- ---====-----

Gbr. 14.2. Kurva waktu-konsolidasi. Garis tebal menyatakan hubungan untuk piranti me
kanik yang diilustrasikan dalam Gbr. 1 4 . 1 . Garis putus-putus menyatakan hubungan con
toh Iempung dengan karakteristik konsolidasi yang sama.

Setelah waktu relatif singkat t1 dilampaui, sejumlah air akan meninggalkan bagian
ruangan bagian atas, sementara ruangan paling bawah praktis masih penuh. Pengurangan
volume ruangan sebelah atas diiku ti ol eh pemampatan perangkat pegas di bagian atas.
Dengan demikian, pegas-pegas di bagian atas mulai menanggung sebagian tekanan p, sehing

ga tekanan air di ruang atas berkurang. Kondisi di dalam ruangan sebelah bawah masih
belum berubah. Pada tahap ini tinggi air dalam tabung-tabung piezometri terletak
pada kurva t 1 yang berakhir mendatar di ketinggian h 1 Pemampatan yang be rsangkutan,
atau pengurangan ketebalan perangkat piston-piston adalah S 1 . Kurva-kurva, seperti t 1 ,
yang menghubungkan tinggi air dalam tabung-tabung piezometri pada. suatu waktu ter
tentu disebut isokron (isochrone). Pada tahap selanj utnya tinggi air d alam tabung-tabung
terletak pada kurva t Akhirnya, setelah jangka waktu y ang panjang tekanan hidrostatik
2
lebih menjadi sangat kecil, dan pemampatan akhir yang bersangku tan adalah S = S00
U ntuk lempung, pemampatan akhir ditentukan oleh ketebalan awal lapisan dan oleh Pers.
1 3 .4. Rasio

U(%)

Soo

( 1 4. 1)

menyatakan deraja t ko nso lidasi, pada waktu t.


Laju .konsolidasi sistem piston dan pegas bisa dihitung atas dasar prinsip-prinsip hidra
ulik. .Hubungan antara derajat konsolidasi dan waktu ditunjukkan oleh kurva tebal dalam
Gbr. 1 4. 2a dan 1 4. 2b.
Laju konsolidasi con toh lempung dapat diselidiki di laboratorium dengan menga
adakan uji kompresi tertekan yang diuraikan dalam Pasal 1 3 . Hingga derajat konsolidasi
sekitar 80%, bentuk kurva konsolidasi waktu percobaan sangat menyeru J?ai kurva untuk
sistem pegas-piston. Tetapi, kurva untuk lempung tidak mendekati asimptot datar melain
kan menerus dengan kemiringan kecil seperti ditunjukkan oleh kurva garis putus-pu tus
dalam Gbr. 1 4.2. Pada plot setengah-logaritma (Gbr. J 4.2b) kurva putusputus ter
sebut mungkin berupa garis lurus atau agak lengkung. Untuk lempung yang berbeda
kemiringan rata-rata bagian yang putus-putus ini sangat berbeda pula. Untuk lempung
organik, kemiringan awal dapat hampir sebesar kemiringan bagian kurva se'belumriya yang
bergaris tebal. Konsolidasi progresif, yang dinyatakan oleh kurva garis tebal, dikenal se
bagai konsolidasi primer; sementara yang dinyatakan oleh jarak vertikal di an tar a kurva
garis tebal dan garis putus-putus dikenal sebagai efek waktu seku n der.
Efek waktu sekunder boleh jadi merupakan konsekuensi dari kenyataan bahwa pe
mampatan lapisn lempung berkaitan de ngan derajat kelicinan antar butiran. Karena ikat
an a.rl tar butiran terdiri atas lapisan-lapisan air terjerap (adsorbed) dengan keken alan yang

68

Sifat fisik tanah

sangat tinggi (Pasal 4), maka tahanan lapisan-lapisan ini terhadap perubahan oleh geser
akan menunda pemampatan kendatipun pengaruh rendahnya permeabilitas lempung di
.
abaikan. Pada sistem piston dan pegas di mana konsolidasi lempung diabaikan. Pada sis
tem piston dan pegas di mana konsolidasi primer berkaitan , keterlambatan pemampatan
semata-mata karena tahanan melawan cepatnya aliran air lebih.
Di atas tanah anorganik , laju penurunan bangunan akibat' efe k waktu sekunder ber
kisar dari n ol sampai satu inci per tahun. Walaupun efek-efek waktu sekunder bisa diamati
dan diukur selama uji konsolidasi ; n amun peramalan penurunan bang!Jnan berat akibat
efek ini, berdasarkan h asil uji di laboratorium, tetap belum memuaskan.
Hasil-hasil pengujian konsolidasi pada c on toh lempung menyingkap beberapa hubu ng
an sederhana. Untuk suatu lempung, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai deraj at kon
solidasi tertentu bertambah sebanding dengan kuadrat ketebalan lapisan. Bagi lempung
.yang berbeda, dengan ketebalan yang sama, waktu untuk mencapai derajat konsolidasi
tertentu bertambah sebanding dengan m1,jk, di mana mv adalah koefisien kompresibilitas
volume (Pers. 1 3 .3) dan k adalah koefisien permeabilitas. Rasio,

k 1

c.(cm2/det)

( 1 4. 2)

m. 'Yw

dikenal sebagai koefisien konsolidasi. Dengan be rkurangnya angka p ori, b aik k maupun
mv berkurang cepat ; namun rasio k/m v hampir tetap dalam selang tekanan yang cukup be
sar. Dengan cara biasa, nilai-nilai cv akan berkurang u ntuk lempung-lempung yang berbeda,
dengan batas cair, seperti ditunjukkan oleh diagram (Gbr . 14.3). Dalam gambar ini,

absis menyatakan nilai-nilai batas cai r, dan ordinat adalah k oefisien konsolidasi-nya untuk
contoh lempung asli di bawah tekanan normal antara 1 dan 4 kg/cm2 Gambar tersebu t me
nunjukkan bahwa koefisien konsolidasi lempung, dengan b atas cair tertentu, bervariasi
dalam selang y ang besar.

.. ,,
0-4

!':r9
X

Contoh dari satu lubang di New Orleans


Contoh dari inti bendungan pengisi hi
draulik
Con'toh dari terowongan bawah tanah
Chicago
Contoh dari tempat-tempat lain.

.
..

..

"

.
..

0..

..

X
0

20
Gbr.

asli.

40

60

Batas Cair Oalam Persen

80

100

14.3. Hubungan antara batas cair dan koefisien konsolidasi uiltuk contoh lempung

69

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

Jika tekanan dalam lapisan lempung alanri dihilangkan , misalnya dengan menggali lu
bang atau terowongan , maka pemuaian volume lempung mungkin belum dimulai sampai
seminggu atau lebih setelah penggalian diselesaikan. Dalam beberapa hal, telah diamati
bahwa konsolidasi lapisan ini sebagai akibat pengaruh beban dari lapisan y ang ditambahkan
di atasnya, tidak terjadi sampai beberapa minggu setelah beban diterapkan. Penundaan
reaksi lempung terhadap perubahan tegangan tersebu t seperti efek waktu sekunder serta
pengaruh nilai pertambahan beban pada cv , tak dapat dijelaskan dengan menggunakan
konsep mekanika sederhana yang mendasari teori konsolidasi tersebu t. Karakteristik serta
keberadaannya hanya bisa diselidiki melalui pengama tan.
Kendatipun amat disederhanakan, teori konsolidasi membe rikan manfaat besar karena
memungkinkan p enafsiran , setidaknya secara kasar, laju penurunan akibat konsolidasi ber
dasarkan hasil pengujian-pengujian laboratorium. Oleh karen any a teori ini disajikan secara
ringkas di Bagian II, Pasal 25.

Soal-soal
1 . Hasil pengujian konso lidasi contoh lempung d engan ketebalan 0, 7 5 inci menun
jukkan bahwa setengah pemampatan akhir terj ad i pada 5 m enit pertama. Di bawah kondisi
pengurasan air (drainage) yang serupa, b erapa lama waktu yang diperlukan sebuah gedung
di atas lapisan lempung yang sama setebal 1 2 kaki u ntuk mencapai setengah penurunan
akhirnya? (Abaikan efek waktu sekunder).

Jwb. t = 1 28 hari.

2. Angka pori 1empung A berkurang dari 0 ,5 7 2 m enjad i 0 , 5 0 5 akibat perubahan


tekanan d ar i 1 ,2 menjadi 1 ,8 kgj cm 2 . A ngka pori lempung B b erkurang dari 0.6 1 2 men
jadi 0,5 9 7 akibat perubahan tekanan yang sama . Tebal c ontoh A 1 5 kali contoh B. Namun
waktu yang diperlukan contoh B, untuk konsolidasi 5 0%. adalah tiga kali dari yang di
per1ukan oleh contoh A. Berapakah rasio koefisien permeabilitas A terhadap koefisien
permeabilitas B?
,

Jwb. 3 1 : 1 .
3. Tanah di bawah suatu bangunan t ersusun dari endapan pasir tebal yang mengan
dung selapis lempung 1unak setebal 1 0 kaki di sekitar bagian tengah lapisan endapan ter
se but. Contoh lempung di laboratorium airnya d ikuras (drained ) dari atas dan bawah dan
mencapai konsolidasi 80% da1am 1 jam . Tebal contoh adalah 1 inci. B erapa waktu di
lampaui sebelum d erajat konsolidasi lapisan lempung mencapai 80%?

Jwb. t = 600 hari.

PASAL 1 5 TEGANGAN DAN REGANGAN DALAM TANAH

Tinjauan Praktis
Hubungan antara tegangan dan regangan di dalam tanah menentukan penurunan pon
dasi yang bertumpu di atasnya. Hubungan ini juga menentukan perubahan tekanan tan ah
yang diakibatkan oleh pergerakan kecil dari dinding penahan a tau bangunan penahan tanah
lainnya.
Jika penurunan p ondasi terutama disebabkan konsolidasi lapisan lempung lunak yang
terletak di antara lapisan-lapisan bahan yang relatip t(\kkompresibel, maka besarnya dapat
dihiiung atau diramalkan seperti dijelaskan qalam Pasai 1 3 . Namun, prosedur sederhana
ini hanya berlaku kalau peru bahan horiso tal lapisan-lapisan kompresibel dapa t diabaikan

Sifat fisik tanah

70

jika dibandingkan dengan peru bahan vertikal. Di bawah kondisi-kondisi lain, p enerapan
beban setempat menyebabkan suatu pelelehan (yield) massa tanah pada setiap arah. Sifat
sifat tegangan-regangan yang menentukan pelelehan sangat rumit hila diungkapkan dalam
bentuk hubungan kuantitatif yang dapat digunakan d alam penghitungan penurunan. Pe
naksiran handal (reliable), penurunan hanya dapat dibuat atas dasar pengalaman yang
diperoleh dari pengamatan bangunan lain y ang ditumpu oleh tanah y ang serupa. Na.nun,
karena kecilnya kemungkinan p on dasi y ang direncanakan akan berdimensi sama dengan
pondasi y ang sudah ada, maka penaksiran atas d asar p engalaman pun memerlukan p.enge
tahuan mengenai pengaruh ukuran dae rah y ang dibebani, kedalaman p ondasi, serta faktor
Jainnya terhadap penurunan. Pengaruh-pengaruh ini, secara sangat luas tergantung kepada
hubungan umum antara tegangan dan regangan tanah .
Hubungan tegangan-regangan tanah jauh lebih rumit daripada hubu ngan serupa pada
bahan-bahan konstruksi yang dibuat di pabrik seperti baja. Sementara, hubu ngan tegangan
regangan u ntuk baj a dalam berbagai penerapan keteknikan cukup diungkapkan oleh dua
nilai numerik yang menyatakan modulus elastisitas dan rasio Poisson, sedangkan untuk
tanah diperlukan fungsi- fungsi tegangan , regangan, waktu , serta faktor-faktor lainnya. Di
samping itu , p enentuan nilai-nilai ini untuk tanah melalui percobaan sangatlah sulit. Biasa
nya penyelidikan dilakukan melalui uji pemampatan triaksial (triaxial compression tests).

Diskripsi Peralatan Triaksial


Dalam suatu uji triaksial, con toh tanah berbentuk. silinder dikenakan tekanan yang
sama dari segala arah y an g dikenal se bagai tekanan sel, sebagai tarnbahan kepada tekanan
aksial dengan variasi yang mungkin tidak tergan tung pada tekanan sel.
Bentu k mendasar peralatan triaksial diperagakan berupa diagram oleh Gbr. 1 5 . 1 .
Permukaan con toh y ang berbentuk silinder dibungkus oleh m em bran karet yang di
segel ke tumpuan di dasar dan juga ke penutup di bagian atas. Susunan ini ditempatkan
di dalarn suatu se! yang dapat dimasuki oleh air de ngan teka.nan y ang sesuai dengan yang
diinginkan ; tekanan ini bekerja dari arah samping (lateral) pada p ermukaan contoh (yang
berbentuk silinder) melafui membran karet dan pada arah vertikal melalui penutup atas.
Beban aksial tambahan diberikan oleh sebuah p iston melalui bagian atas sel.
Kita l etakkan cakram berpori berhadapan dengan dasar c on toh dan menghubung
kannya ke bagian luar se! melalui p ipa. Melalui p enghubung tersebu t, tekanan air dalam
pori-pori contoh bisa diukur jika penguras.an air dicegah. Sedangkan, jika aliran air di
bolehkan melalui penghubung tersebut, maka kita dapat menguku r jumlah air yang ber
gerak masuk atau keluar contoh tanah selama pengujian. Semerrtara beban-beban diubah,

Tekanan Aksial

(/jp per Satuan Luas)

p, = Pc +Llp.

Selimut
air yang

Tekanan
dari segala
arah

Ketat

P2 = P3 = Pc

ri;$;j!,,.

Batu Berpo

Gbr.

Peukur
Tekanan

1 5 . 1 . Diagram yang mengilustrasikan gambaran u tama peralatan uji-triaksial.

71

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

perubahan vertikal contoh dapat diukur dengan dial pengukur.


Pengujian biasanya dilakukan dalam dua tahap, y aitu dengan membuka tekanan se!
dan dilanjutkan dengan penambahan beban aksial.

Periloku di Bawah Pemampatan A wal liari Segalo Arah

Contoh yang ditunjukkan dalam Gbr. 1 5 .2 dianggap terkonsolidasi sempurna akibat


tekanan se! Pc yang dikenal sebagai tekanan konsolidasi awal. Selanju tnya kit a segera mem
beri tekanan se! p3 pad a con toh.
..

Jika jalur pengurasan air dari peralatan dibuka sehingga contoh bisa dikuras (drain)
dengan bebas, maka air dapat keluar dari tanah sehingga volume contoh akan berkurang
melalui proses konsolidasi. Gambar 1 5. 2b memperlihatkan pengurangan volume per satuan
volume contoh yang mula-mula jenuh (A V/ V) jika diplot dcngan skala aritmatik (biasa)
sedangkan Gbr. 1 5.2c menggambarkan ha! yang sama jika waktu dip lot dengan skala loga
ritma. Laju perubahan volume terjadi sesuai dengan hukum konsolidasi untuk kondisi
perbatas yang khusus berkaitan deqgan susunan pengujian. Umumnya kita mengamati bah-

p.J
-

Waktu, t

(aJ

Tekanan se/, p3

(d)

Waktu, t (skala log)

L1 V

L1V

T
(C)

Gbr

Perilaku contoh tanah triaksial akibat pemampatan awal dari segala arah.
YaJUl bekerja pada contoh. Pengurangan volume yang terjadi
jika pengurasan air diijinkan, diplot terhadap waktu pada (b) skala aritmatik (c) skala lo
garitma. (d) Tekanan air pori sebagai fungsi tekanan sel jika pengurasan dicegah. (e) Pe
ngurangan volume diplot terhadap waktu jika pengurasan air dicegah.
.

1 5.2.

(e)

(a) Tegangan-tegangan u tama

72

Sifat fisik tanah

wa konsolidasi sekunder relatif kecil untuk suatu tekanan konsolidasi y ang serbasama dari
segala arah , dan hal ini mungkin disebabkan dengan tidak adany a tegangan geser aksial
yang menyertai pembe banan ini.
Jika c ontoh hanya jenuh sebagian, sejumlah p erubahan volume terjadi hampir bersama
an dengan termampatkannya u dara. Bagian perubahan volume lainnya berkaitan dengan
pengeluaran u dara, air, atau kedua-duanya.
Di lain p ihak, jika j alur pengurasan air ditutup sebelum pemberian tekanan se! p 3 ,
maka tidak terjadi pengurasan air dari pada c on toh tanah. Jika c ontoh dijenuhkan, tekanan
air p ori ternyata sama dengan tekanan se! p 3 y ang diberikan sebagairnan a ditunjukkan
dalam Gbr. 1 5. 2 d, dan pem bahan volume sama dengan no! (Gbr. 1 5. 2e). Jika contoh
jenuh sebagian, pem bahan volume terjadi karena pemampatan u dara. Dalam keadaan
jenuh, tekanan air p ori yang be rsangkutan lebih kecil darip ada tekanan air p ori tanah yang
sama. Namun, untu k tekanan se! p3 yang lebih besar, udara lebih terpampatkan sehingga
lebih banyak udara bebas ter!arut dalam air p ori. Pada suatu nilai p 3 , u dara bebas secara
tuntas terlaru t dan kemudian menjadi jenuh. Pada tahap ini, kemiringan diagram (Gbr.
1 5. 2d) yang menyatakan hu bungan antara tekanan air pori dan tekanan sel menjadi sama
dengan kemiringan untuk bahan j enuh. Rasio tekanan air p ori u a , yang disebabkan oleh
tekanan dari segala arah p 3 , dan tekanan p 3 merupakan koefisien tekanan p ori B (Skemp
ton 1 954), yakni

Ua
Pa

( I 5. 1 )

Nampak bahwa nilai koefisien tekanan pori B u ntuk tanah yang sejak awalnya jenuh se
belum p 3 bekerja, san1a dengan 1 ,0. Untuk tanah jenuh sebagian, nilai B lebih kecil dari 1 .
Jika c ontoh lempung y ang terkon solidasi normal dan kepekaannya rendah, diubah
(ditransformasi) menjadi lempung peka luar biasa di dalam peralatan triaksial sebelum
tekanan se! diberikan, maka tekanan sel akan mengakibatkan hancurnya struktur meta
stabil dan kemudian koefisien tekanan p ori B akan naik ke nilai yang jauh lebih besar dari
1 . Pe.ngubahan demikian terjadi, misalnya,dengan mengeluarkan garam dari con toh lem
pung laut (Pasa1 4) yang telah terkonsolidasi di b awah tekanan dari segala arah Pc

Kondisi Terbukll dan Tertu tup


Karakteristik tegangan-regangan tanah, seperti halnya hubu ngan tekan an-volume, sa
ngat tergantung pada, apakah kadar air dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan te
gangan (A. Casagrande 1 934). Dalam hal ini terdapat dua kondisi ekstrim yakni: kondisi
terbu ka {drained) di mana perubahan tegangan y ang diberikan sedemikian lambat di
banding kemampuan tanah menuras airnya (to drain) sehingga tak terjadi tekanan pori
lebih (excess pore pressures), serta kondisi tertu tup (undrained) yakni kondisi di mana
tegangan diubah sedemikian cepat dibanding kemampuan tanah menguras airnya sehingga
tak terjadi disipasi tekanan p ori. Kedua keadaan e kstrim yang-jarang dijumpai di lapangan
ini bisa diwujudkan dalam laboratorium, akan tetapi karena menyatakan kondisi-kondisi
batas, maka keadaan-keadaan tersebut merupakan p edoman y ang sangat bermanfaat dalam
memahami perilaku massa tanah.

Pengujian Terbukll dengan Penambahan Beda Tegangan


Pengujian-pengujian yang mengijinkan disipasi tekanan pori penuh (full) disebut peng
ujian terbu ka (drained testS). Pada awal pengujian terbuka, contoh tanah mula-mula dibiar
kan berkon solidasi atau membengkak secara bebas di bawah tekanan sel seragam dari segala
arah p3 (Gbr. 1 5 .3a) sampai tlZkanan se! sepenuhnya menjadi sama dengan tekanan e fektif

73

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

p3 dalam contoh tanah. Regangan y ang berkaitan dengan tegangan p3 mengungkapkan

suatu pertibahan volume dan perubahan termaksud sama untuk segala arah bagi bahan iso
tropik. Hal ini tidak diperlihatkan di dalani Gbr. 1 5.3 .
Tahap akhir pengujian dimulai segera setelah konsolidasi akibat p 3 selesai. Kemudian
kita memperbesar tegangan aksial dengan pertambahan yang kecil atau dengan kelajuan
yang cukup rendah sehingga tidak muncul tekanan p ori yang berarti di dalam contoh.
Kurva bergaris tebal dalam Gbr. 1 5.3b memperlihatkan hubungan antara regangan aksial
dan beda tegangan vertikal b.p untuk pasir lepas atau lempung yang kepekaannya rendah
dan terbeban normal. Perubahan volumenya ditunjukkan oleh kurva garis tebal dalam
Gbr. 1 5.3c ; volume berkurang secara kontinu dengan bertambahnya b.p dan mendekati
suatu nilai batas. Kurva bergaris putus-putus memperagakan hubungan yang sama untuk
lempung yang kepekaannya tinggi.

(a)

/0
Regangan (96)

(d)

(c)

Gbr.

(e)

1 5.3. Perilaku contoh triaksial jenuh di bawah kondisi terbuka ketika beda tegangan

b.p ditambah. (o) tegangan-teganpn utama yang bekerja pada contoh. (b dan c) beda te

gangan dan p erubahan volume sebagai fungsi regangan untuk pasir lepas atau lempung ter
beban normal. (d dan e) beda tegangan d an perubahan volume sebagai fungsi regangan
untuk pasir padat atau lempung teroverkonsolidasi berat.

Sifat fisik tanah

74

Jika kita melaksanakan pengujian yang serupa pada contoh pasir yang padat a tau lem
pung yang teroverkonsolidasi tinggi (highly overconsolidated), maka diperoleh kurva per
ubahan tegangan-regangan untuk pertambahan tekanan aksial D.p seperti ditunjukkan
Gbr. 1 5.3d. Kurva y ang mengilustrasikan perubahan volume sebagai fungsi regangan
untuk pasir padat a tau lempung "teroverkon solidasi tinggi (Gbr. 1 5.3e) ternyata amat ber
beda dengan kurva dalam , Gbr. 1 5.3c yang memperlihatkan hal serupa untuk pasir lepas
atau lempung terbe ban normal. Volume akan berkurang selama tahap-tahap paling awal
dari pembebanan dan kemu dian bertambah pada pertambahan regangan selanju tnya. Dan
pada regangan yang besar, volume con toh akan lebih besar daripada volumenya semula
walaupun contoh pernah mengalami pemendekan dalam arah vertikal. Kecenderu ngan
membesarnya volume di bawah pengaruh kenaikan perbedaan tegangan disebut dila tansi.
Jika kepadatan relatif pasir bernilai khusus di antara keadaan-keadaan padat dan lepas,
maka di bawah kondisi terbuka pasir mengalami perubahan volume yang sangat kecil.
A. Casagrande ( 1 936a) mengatakan bahwa pasir berada dalam keadaan angka pori kritis
jika angka porinya identik pada regangan y ang besar dan sebelum beda tegangan diberikan.
Makna angka pori kritis akan dibahas dalam Pasal 1 7.
Alasan berbedanya karakteristik perubahan volume bahan u ntuk pasir dapat divisuali
sasikan dengan mu dah. Jika p asir dalam keadaan lepas, distorsi contoh cenderung meng
akibatkan bu tiran-butiran menggelincir satu terhadap yang lainnya serta berusaha mene
mukan posisi yang lebih rapat. Sementara itu , seandainya bu tiran-butiran mulanya sudah
cukup rapat, maka distorsi con toh tidak dapa t terjadi, kecuali jika masing-masing butiran
pecah/patah t-anpa bertambahnya jarak antara pusat partikel-partikel pasir. Fenomena
yang berkaitan dengan peru bahan volume pada lempung-lempung memang sedikit lebih
rumit. Walaupun begitu , lempung lunak memiliki struktur yang begitu rupa sehingga bu tir
annya dengan murlah dapat terorientasikan ke posisi yang lebih kompak, se dangkan bu tir
an-butiran lempung y ang sangat terpampatkan mempunyai susunan sangat rapat sebagai
mana halnya pasir padat. Demikianlah , kita melihat kaitan antara distorsi dan volume.
Kemiringan garis singgung (tegangan/regangan) kurva-kurva b dan d dalam Gbr.
1 5.3 di titik awal masing-masing kurva disebu t m odu lus tangen awal Ej dari c on toh. Hu
bungan tegangan-regangan tanah, pada beda tegangan D.p yang kecil, amat mirip dengan
bahan homogen elastis sempurna dengan modulus elastisi tas Ej. Untuk semua tanah,
nilai Ei bertambah dengan meningkatnya tekanan konsolidasi Pc menuru t hubungan
Ei = Cp.

{ 1 5.2)

10
20
Pc dalam kg/cm 2

Gbr. 1 5.4. Hubungan antara modulus tangen awal dan tekanan dari segala arah untuk pa
sir (Scheidig 1931 )
.

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

75

Gambar 1 5.4 memperlihatkan hubungan terse bu t untuk pasir. Kita dapatkan bahwa nilai
C pasir lepas praktis tak bergantung pada Pc dan secara kasar sama dengan 1 00 scdangkan
nilai C pasir padat lebih tinggi pada nilai Pc yang rendah dan makin berkurang jika nilai
Pc bertambah. Hubungan tersebut untuk lempung dalam keadaan terbuka (drained) belum
di etahui.

Uji Konso/idasi Tertutup dengan Penambahan Beda Tegangan


Uji konso lidasi tertu tup (undrained test) adalah pengujian dengan pencegahan disipasi
tekanan pori, setelah pad a mulanya con toh mengalami keadaan setimbang hidraulik akibat
pemberian tekanan konsolidasi dari segala arah p 3 Jika pengujian semacam ini dilakukan
pada contoh yang mulanya jenuh atau lempung lunak yang tak peka, maka hasil yang di
peroleh mirip dengan yang ditunjukkan oleh kurva garis tebal-tcbal dalam Gbr. 1 5.5b
sampai d. Kurva garis putus-putus berhubungan dengan lcmpung sangat peka. Contoh pada
mulanya dibiarkan mencapai keadaan setimbang di bawah tekanan scl p 3 dan kemudian
saluran pcngurasan ditutup. Jika selanjutnya tcgangan aksial p 1 t.p + p3 ditambah se
cara tunak atau dengan inkremen (increment), maka kita mendapatkan hubungan antara
beda tegangan t:.p dan rcgangan seperti ditunjukkan dalam Gbr. 1 5 . 5b.
Selanjutnya jika regangan bertambah, tekanan pori U d yang berkait dcngan t:.p ber
tambah sebagaimana ditunjukkan dalam Gbr. 1 5. 5c. Rasio antara tekanan pori U d yang
dihasilkan oleh beda tegangan dengan beda tegangan itu sendiri disebu t koefisien tekanan
pori A (Skempton 1 9.54 ); yaitu,
=

Ud
A = t:.p

(1 5.3)

Hubungan antara A dan regangan bisa diperoleh dari kurva-kurva dalam Gbr. 1 5. 5b
dan 1 5.5c dan diperagakan dalam Gbr. 1 5. 5d. Nilai A scbagian besar pasir lepas dan
lempung-lempung terbeban normal yang tak peka, pada regangan-regangan yang besar,
kurang dari satu tetapi nilai tersebut bertambah mendekati satu bila regangan bertambah
dan bertahan pada nilai ini selama pengujian selanjutnya. Namun pemberian beda tegangan
dapat mengakibatkan hancurnya struktur metastabil dari pasir yang sangat lepas atau lem
pung yang luar biasa peka. Kemudian kita memperoleh kurva garis putus-putus (Gbr.
1 5.5b sampai d) dan nilai A yang bisa melebihi satu (Pasal 1 8).
Jika p engujian-pengujian konsolidasi tertu tup dilakukan pada pasir padat atau lempung
overkonsolidasi berat, maka hasilnya mirip sebagaimana yang dinyatakan dalam G br.
1 5. 5e sampai g. Hubungan antara beda tegangan t:.p dengan regangan diperagakan dalam
Gbr. 1 5 .5e . Tekanan pori, pada regangan-regangan kecil, cenderung bertambah tapi pada
regangan .besar cenderung berkurang dan menjadi negatif terhadap tekanan atmosfir
(Gbr. 1 5. 5[). Pengurangan tekanan pori berhubungan dengan dilatansi tanah. Karena
volume tak bertambah akibat pengurasan c ontoh tanah dihalangi, maka tegangan daiam air
menjadi tidak cukup besar untuk mendorong tambahan air ke dalam contoh tanal1.
Koefisien tekanan pori A yang bersangku tan bernilai positi f pad a regangan-regangan
rendah tapi berkurang dengan bertambahnya regangan dan mungkin bernilai negatif
(Gbr. 1 5. 5g). Dalam kaitan ini perilaku bahan padat atau bahan yang teroverkonsolidasi
berbeda tajam dengan bahan terbeban normal atau lepas. Pada angka pori kritis, contol
pasir yang diuji dengan kondisi tertutup akan mengalami perubahan tekanan pori sanga
kecil atau dap at diabaikan.
'

Kemiringan garis singgung kurva garis tebal ataupun kurva garis putus-putus dalam
Gbr. 1 5. 5 b titik asalnya menyatakan modulus tangen awal Eiu untuk tanah dalam ke-

Sifat fisik tanah

76

Pasir pada t atau


lempung overkonsolidasi

c::
IQ

:li

-le

'<;( +!

-=

'

:li

I
I

+!

Regangan (%)

c::

/"'

.!!!

- .... -

-I

(d)

Regangan (%)

-I

(qJ

Gbr. 1 5. 5. Perilaku contoh triaksial jenuh dalam uji konsolidasi tertutup ketika beda
tegangan llp ditambah. (a) Tegangan-tegangan utama yang bekerja pada contoh (b sampai
d). Beda tegangan, tekanan pori, dan koefisien tekanan pori A sebagai fungs! regangan
untuk pasir lepas atau lempung terbeban normal. (e sampai g) Beda tekanan, tekan pori,
dan koefisien tekanan pori A sebagai fungsi regangan untuk pasir padat a tau lempung over
konsolidasi berat.

adaan konsolidasi tertutup. Tekanan air pori tetap bernilai positif selama pengujian kon
solidasi-tertutup pada pasir lepas atau lempung terbeban normal, dan jika diplot dengan
skala yang sama kita akan memperoleh kurva tegangan-regangan bergaris tebal (Gmb.
l 5.5b) yang lebih datar daripada kurva bergaris tebal dalam Gbr. l 5.3b untuk hal yang
sama. Kurva dalam Gbr. 1 5 . 5e yang mewakili pasir padat atau lempung yang terover
konsolidasi terlihat lebih curam daripada kurva serupa dalam Gbr. 1 5.3d. Sebagai akibat-

Si[at hidraulik dan mekanika tanah

77

nya, kita melihat dalam Gbr. 1 5.4, yang menyatakan hubungan antara tekanan pengikat
(confining pressure) dan nilai Ej, bahwa kurva Eiu untuk pasir lepas terletak di ba::ah leng
kung Ei pasir lepas sedangkan untuk pasir padat terletak di atas lengkung Ej pasir padat.
Seandainya con toh tetap tak terjenuhkan, pad a tahap akhir konsolidasi awal dengan
tekanan dari segala arah p 3 , maka penutupan saluran pengurasan sebelum pemberian
tegangan eksternal !:1p tak menghalangi perubahan volume, disebabkan oleh peranan kom
presibilitas u dara dalam con toh. Semen tar a beda tegangan diperbesar, tekanan pori ber
tambah tidak hanya dalam air yang terkandung dalam pori-pori tetapi juga dalam udara.
Hubungan antara tekanan dalam udara dan air tersebut rumit, dan pengukuran terpisah
tekanan udara pori dan air pori belum merupakan ha! yang biasa dilakukan. Hubungan
tegangan-regangan sangat tergatung pada derajat awal kejenuhan (saturasi). Hubungan ini
juga dipengaruhi secara berarti oleh cara pemadatan untuk tanah-tanah yang padat (Seed
dkk. 1 960).

Uji Kompresi Bebas

Jika contoh lempung jenuh yang telah terkonsolidasi sempurna akibat tekanan dari
segala arah p3 dikeluarkan dari sel triaksial, maka tekanan p3 akan diganti oleh tekanan
kapiler P k yang intensitasnya sama (Pers. 2 1 .4) ; sebagai akibatnya, kadar air maupun te
gangan-tegangan efektif dalam lempung praktis tak berubah. Jadi, jika contoh lempung
dimampatkan dalam keadaan bebas (unconfined), hasil pengujian praktis identik dengan
yang diperoleh dari pengujian pemampatan konsolidasi normal-tertutup pada bahan yang
sama.
Jika lempung telah terkonsolidasi normal dalam tanah, tekanan konsolidasi horizon
tal Ph senantiasa agak lebih kecil daripada tekanan penggulingan Pv Rasio PhiP v untuk
lempung sangat plastis berkisar sekitar 0,6 sampai 0,8. Karena itu jika suatu contoh asli
sempurna diambil dari dalam tanah (ground), maka tekanan efektif semula di sekeliling
permukaan contoh, digantikan oleh tekanan kapiler dari segala arah dengan intensitas se
kitar
p3

l/3$v

2 Ph) = (0, 7 sampai 0,9)fiv

( 1 5.4)

Jadi, hasil uji pemampatan bebas pada contoh asli sempurna hampir sama dengan yang
dihasilkan oleh uji konsolidasi-tertutup pada lempung yang sama di bawah tekanan peng
ikat p3 (Pers. 1 5.4). Hubungan ini memungkinkan diperolehnya informasi mengenai
karakteristik tegangan-regangan lempung dengan kondisi-kondisi konsolidasi-tertutup tanpa
memerlukan ban tuan per ala tan triaksial. Hasil-hasil pengujian umumnya ditunjukkan
dalam Gbr. 1 5.6. Kurva garis tebal dalam Gbr. 1 5 .6 a dan b berhubungan dengan kurva
garis tebal dalam Gbr. 1 5.5b sampai d, sedang kurva garis tebal Gbr. 1 5. 6c dan d berkait
an kurva garis putus-putus dalam Gbr. 1 5. 5 b sampai d.
Jika pengujian-pengujian yang disajikan oleh kurva-kurva garis tebal dalam Gbr. 1 5.6
diulangi pada bahan-bahan yang sama setelah peremasan dengan kadar air yang tak diubah,
maka kita akan memperoleh kurva bergaris putus-putus. Perbedaan antara ordinat-ordinat
kurva garis tebal dan garis putus-putus yang bersangkutan memperlihatkan derajat kepeka
an 1empung, seperti yang didefinisikan dalam Pasal 7.
Nyatalah, bahwa kemiringan kurva tegangan-regangan contoh lempung asli yang ke
pekaannya rendah berkurang secara tunak dengan bertambahnya regangan seperti halnya
kurva garis tebal dalam Gbr. 1 5.5b. Sedangkan kurva garis putus-putus dalam Gbr. 1 5. 5 b
mewakili lempung yang kepekaannya tinggi dan memiliki ke1aridaian yang boleh dikatakan
tetap sampai tercapainya keruntuhan. Sebagai akibatnya lempung asli yang sangat peka
berkelakuan seperti bahan yang rapuh, tetapi dengan peremasan akan diperoleh konsistensi
sebagaimana layaknya cairan yang sangat ken tal.

Sifat fisik tanah

78
0

I}

"'

c:' !p

c:

q5

cw

1/

V--- -- -

.,

0.3

02

s
1,45 12
t - I.J 21 .J

10
(a)

0. 1

15

20

{ /
I

V
r ,..
/

... ... ...

5 - 0, 36
- 20
t - 0 18 - ")

10

20

L w = 99
w = /04
Pw = 56

C'lj

E
03
}

1\

"'

1'2

'
c:

c:
02
)

'<)
.,
---.:
"

- +:
s

t -

15

(b)

w = 390
Pw = 140

(\

- - --

--

,...- .....

Lw = 310

0,4

= 24) 0

Pw = 16_;5

04

I
t

L w = 297 2
w

l---

fJJ

C'lj

05

I_

Lw = 46.,2
w = 22/
Pw = /9_;2

'-...

0 44 - 2
1 5
0 035 - )

- -- --

--

V ......._

lf
I-- 'l,tl\

---

/0
15
Regangan, persen

(c)

20

lv'

0)

- - -- -i- -- 5

---

0, 2 7
0 030 - 9) 0

10
15
5
Regangan, persen

20

(d)

Gbr. 1 5. 6 . Kurva-kurva tegangan regangan dalam pemampatan bebas untuk contoh-contoh


dari em pat buah lempung tipikal asli (garis tebal) dan remasan (garis putus-putus).

Hubungan Tegangan-Regangan akibat Tegangan yang Bervariasi

Dalam praktek keteknikan, beban-beban pacta tanah yang terletak di bawah struktur
struktur yang sangat bervariasi secara berkala (periodik) di antara nilai-nilai batas bawah
dan atas misalnya, beban mati serta beban mati ditambah beban hidup. Uji laboratorium
dan pengalaman membuktikan bahwa reduksi dan penerapan kembali sua tu tegangan pada
sebarang tanah akan berkaitan dengan pertambahan regangan seperti ditunjukkan oleh
Gbr. 1 5. 7 untuk contoh pasir agak padat yang tertekan (conflned). Namun, dengan ber-

Sifar hidraulik dan mekanika tanah

79

0-=----J---
6
04
0
Regangan Verrikai-Persen

'
Gbr. 1 S. 7. Hubunsan an tar a t egangan dan resangan vertikal untu k pasir seragam kasar
cukup padat yang t ertekan akibat pemberian beban vert ikal yang berulang-ulang Hendron
1963 ).

tal1lbahnya jumlah siklus t egangan maka pertambahan regangan menjadi berkurang. Oleh

karena itu, ki t a harus memperhatikan konsekuensi-konsekuensi dari bervariasinya beban


dalam menaksir penurunan akhir struktur-struktur yang memikul be ban y ang bervariasi
luas, se perti tem p a t pe n yi mp an gandum a tau landasan "krane" (crane).

Bacaan Pilihan
Andrest:n, A., dan N.E. Simons (1960). "Norwegian triaxial equipment and technique',',
Proc. ASCE Research Conf

011

Sh<'ar Strength of Cohesire Soils, hal. 695-709. Pem

bahasan mengenai peralatan dan prosedur pengujian triaksial yang baik.


Bishop, A.W. dan

D.J. Henkcl (1962)

Themeasurementofsoilpropertiesin the triaxial

test. 2nd ed., London, Edward Arnold, hal. 228. Pembahasan mcnyeluruh peralatan,
cara-cara, dan hasil-hasil tipikal.

PASAL 16 KONDISI RUNTUH TANAH


Diagram Runtuh Mohr don Persamaan Coulomb
Tanah, seperti halnya bahan-bahan padat, akan runtuh baik karena tarikan maupun
geseran. Tegangan tarik dapat menyebabkan retakan pada suatu keadaan praktis yang
penting seperti gangguan atau hal yang tidak diinginkan. Walaupun begitu, sebagian besar
masalah keteknikan hanya memperhatikan tahanan terhadap ke runtuhan oleh geseran
saja.
Keruntuhan geser diawali di suatu titik

dalam massa tah. ketika kombinas i tegang

an nonnal dan geser pada pemlllkaan yang melewati titik terrnaksud mencapai nilai kritis.
Berbagai jenis peralatan telah dikembangkan dalam rangka menentukan dan menyelidiki
kombinasi kritis ersebut. Peralatan triaksial merupakan peralatan yang paling banyak di

gunakan dewasa ini dan telah dibahas dalam Pasal 15. Mengingat hanya tegangan utama

r
Sifat _fisik ranah

80

yang dapat diberikan ke perbatas contoh tanah pada alat semacam ini, maka keadaan te
gangan pada bidang, selain bidang u tama, harus ditentukan secara tak langsung.
Berdasarkan

prin sip-prinsip mekanika, tegangan normal dan tegangan geser pada

bidang yang bersudut

terhadap bidang tegangan utama mayor dan tegak lurus bidang

tegangan utarna intermediate (Gbr.

16.la) ditentukan oleh p ersamaan-persamaan berikut,


( 16.l)

t =

1 : (p ,

I' 3

'Jll

( 16.21

Persamaan-persamaan ini menyatakan titik-titik pada lingkaran di dalam sistem ko


ordinat kartesian (Gbr.

16.lb) yang sumbu

mendatarnya adalah tegangan-tegangan normal

dan sumbu tegaknya adalah tegangan-tegangan geser. Pernyataan serupa dapat dituliskan
untuk tegangan-tegangan normal dan geser pada bidang tempat bekerjanya tegangan
tegangan u tama intermediate. Masing-masing komponen tegangannya diungkapkan oleh
titik-titik pada lingkaran bergaris p utus-putus, yang diplot p ada sumbu yang sama, dalam

16.1 b.

Gbr.

Karena, dalam uji triaksial yang lazim, tegangan utama mayor bekerja dalam

arah tegak dan tekanan sel menyatakan sekaligus tegangan utama intermediate dan minor,
yang sarna besar, maka kita umumnya hanya berurusan dengan lingkaran bagian luar yang
berkaitan dengan tegangan u tama mayor dan minor p1 dan p 3 Lingkaran ini dikenal seba
gai /ingkaran

tegangan.

Setiap titik pada lingkaran tegangan, misalnya titik D, menyatakan tegangan normal
dan geser pada suatu bidang tertentu yang cenderung sebesar

terhadap arah bidang te

gangan utama ma yor. Berdasarkan geometri gam bar tersebut, dapat ditunjukkan bahwa
sudut p usat Ao'D sama dengan

2a.

Jika tegangan-tegangan utama p1 dan p3 berkaitan dengan suatu keadaan runtuh da


lam contoh, maka setidaknya satu titik pada lingkaran tegangan harus menyatakan kombi
nasi tegangan normal dan geser, yang mengakibatkan keruntuhan di suatu bidang dalam
contoh tanah . Selanju tnya, seandainya koordinat titik termaksud diketahui, maka ke
condongan bidang tempat keruntuhan terjadi dapat ditentukan dengan diketahuinya su
dut

a.

Jika dilakukan serangkaian p engujian dan lingkaran tegangan yang berkaitan dengan
keruntuhan masing-masing p engujian kemudian diplot, maka paling tidak satu titik p ada
setiap lingkaran tersebut haruslah menyatakan. tegangan-tegangan normal dan geser yang
berkaitan dengan keruntuhan tersebut. Seandainya jumlah p engujian tak berhingga dan
jika bahan bersifat homogen serta isotropik, maka kita akan melinat bahwa sampul (en
velope) lingkaran-lingkaran keruntuhan (Gbr.

16.lc) merupakan tempat kedudukan titik

titik yang berkaitan dengan keruntuhan contoh tanah. Sampul ini dikenal sebagai

keruntuhan

/engkung

bahan tersebut pada kondisi-kondisi khusus dari serangkaian p engujian ter

sebut.
Berdasarkan geometri Gbr.

16.1d

terlihat bahwa, untuk sebarang lingkaran keruntuh-

an

Dengan demikian sudut antara bidang, tempat keruntuhan terjadi, dan bidang tegangan
utama mayor adalah
a

--

( 16.3)

81

Sifat hidraulik dan rnekanika tanah

(I{J

cp, +p3

)0

'Pr P3)

I
' I ..
\I

Tegangan Normal, p

Lcn.kunr> Kt

Tegangan Normal, p
(c)

Gbr. 16.1. Diagram yang mengilustrasikan diagram lingkaran tegangan dan kerun tuhan
Mohr. (a) Tegangan utama dan bidang condong tempa t bekerjanya tegangan
normal p dan tegangan geser t. (h) Lingkaran tegangan. (c) Lengkung keruntuhan dar i se
rangkaian l ingkaran-l ingkaran kerun tuhan. (d) Hubungan antara sudut o: dan if!.

Umumnya lengkun kcruntuh:m 'untuk serangkaian pengujian dcngan seperangkat


kondisi tertentu mcrupakan kurva. Namun lengkung tersebut sering diaproksimasi oleh

se buah garis lurus dengan persamaan


s =

(16.4)

tan 1/J

t yang
hambatan geser atau kekuat4n ge-

Ungkapan ini dikenal sebagai pcrsamaan Coulomb. Dalam pcrsamaan ini, simbol

menyatakan tegangan geser digantikan oleh s yakni

Sifat fisik tanah

82

ser, mengingat titik-titik pada lengkung keruntuhan secara spesifik menunjukkan keadaan
keadaan tegangan yang berkaitan dengan keruntuhan.

Evaluai

dan cp

Persamaan 16.3 dan 16.4 hanya bcrlaku jika tan cp bernilai sama untuk setiap pcnam
pang bidang yang melalui suatu titik tcrtcntu dalam bahan yang mengalami tegangan.
Seandainya pori bahan isotropik hanya terisi oleh udara pada teK:anan atmosfir, maka kon
disi tersebut di atas akan dipenuhi. Tetapi jika terisi oleh cairan yang tcgangannya uw, se
bagian p dari tekanan p (Pers. 16.4) dipikul oleh unsur penyusun padat yang menunjuk
kan nilai tan cp ywg tertentu, sedangkan sisanya p p dipikul olch cairan yang memiliki
nilai tan cp 0. Rasio pfuw untuk penampang bcrbeda tapi melalui titik yang sama tidak
berharga sama. Oleh karena itu, persamaan-persamaan serta interpretasi fisis terdahulu dari
Jengkung keruntuhan Mohr hanya berlaku pada kondisi di mana p dalam Pers. 16.1 dan
16.4 digantikan oleh tegangan efektip p= p- uw. schingga
-

= c +

tP

uw)

tan

cp=

+ p

tan

(16.5)

cp

Persamaan ini disebut Persamaan Coulomb yang Diperbaiki (Terzaghi 1938a)

Jika absis pada diagram Mohr menyatakan tekanan efektip p dan jika lengkung ke
runtuhan garis lurus, maka kecondongan garis keruntuhan biasanya ditujukan sebagai
sudu t tahanan geser cp bahan, dan perpotongan dip= 0 umumnya disebut kohesi. Bahan
bahan yang memenuhi kondisi ini disebut bahan plastis ideal. Karakteristik gesemya di
definisikan o1eh dua pa rameter, yaitu c dan cp.
Nilai </J dalam Pers. 16.5 dipandang sebagai suatu sifat bahan. Dalam kcnyataannya,
bagian p tan </J dari tahanan geser mengl' <lgkapkan hasil kombinasi dua komponen yang
sangat berbeda. Komponen pertama, yaitu p tan </Jt, tergantung pada komposisi partikel
partikel serta cairan yang mengisi ruang .pori. Sudut <Pt merupakan sudut gesekan antar
partikel-partikel di titik persentuhannya (Horn dan Deere 1963). Secara praktis regangan
tidak diperlukan dalam mengaktifkan bagian tahanan gesekan tersebut. Komponen yang
kedua jauh lebih penting tergan tung pad a bentuk butiran dan derajat ikatan antar partikel
partikel yang terletak di kedua sisi permukaan gelincir. Nilainya tergan tung kerapa tan
relatip atau indeks kecairan bahan. Mobilisasi komponen ini berkaitan dengan suatu perpin
dahan rotasional partikel-partikel terhadap satu sama lainnya, sehingga menimbulkan re
gangan yang besar. Lebih jauh, jika permukaan gelincir ferjadi, maka p enggelinciran se
lanjutnya akan diiringi oleh semakin berkurangnya keterikatan antar partikel yang terletak
di kedua sisi bidang gelincir dibanding keterikatannya di saat keruntuhan. Pada tanah
tanah kohesip,- keruntuhan biasanya diiringi oleh berkurangnya kohesi. Oleh karena itu
pada semua tanah kecuali tanah 1epas tak berkohesi, penggelinciran diiringi oleh pengurang
an permanen tahanan geser sepanjang permukaan runtuh. Kenyataan inilah yang me
nyebabkan lereng-lereng, yang pernah mengalami keruntuhan, dipandang berbahaya.
Dalam mekanika tanah, pemecahan matematik semua masalah-masalah kestabilan
secara ppktis didahului oleh penentuan nilai-nilai c dan </J melalui percobaan dan diikuti
oleh penggantian tanah yang ada dengan bahan plastis ideal di mana gesekan karakteristik
c dan cpnya ditetapkan. Penggantian tersebut mencakup anggapan bahwa baik c maupun
</J tak bergantung regangan. Oleh karena itu tanah tak boleh runtuh sampai tegangan
geser di semua titik sepanjang permukaan kontinu gelinciran mencapai nilai s yang ditetap
kan Pers. 16.5. Keruntuhan jenis ini disebut keruntuhan bersama. Kurva tegangan-regang
an dari hasil uji triaksial pada bahan plastis ideal memperlihatkan keruntuhan bersama,
karena itu menverupai salah satu kurva dalam Gbr. 16.2a. Keruntuhan akan teriadi bi1a

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

83

Regangan
1

.,
Rugangan

Tegangan Normal Efektif.

(C)
Gmb.

16.2. {a) Kurva-kurva tegangan-regangan untuk bahan plastis ideal yang meng

alami ke runtuhan bersama. (h) Kurva tegangan-regangan untuk tanah nyata, yang meng
ilustrasikan kekuatan puncak dan akhir. (c) Lengkung-lengkung keruntuhan tipikal untuk
kekuatan puncak dan akh ir tanah yang sama.

beda tegangan mencapai

t:!.pf

dan tak ada keraguan mengenai posisi lengkung keruntuh

an (rupture line)yang diplot berdasarkan tegangan-tegangan efektif.


Sebaliknya, kurva tegangan-regangan untuk tanah nyata cenderung memperlihatkan
satu puncak yang berkaitan dengan regangan kecil (Gbr.
value) adalah

t:!.pu,

yaitu nilai

t:!.p

16.2b). Nilai akhir

(ultimate

pada saat regangan besar yang masih dapat ditahan

oleh contoh tanah. Posisi lengkung keruntuhan kemudian bergantung pada nilai
dipandang akan menimbulkan keruntuhan. Nilai puncak
keruntuhan sebelah atas (Gbr.

16.2c).

t:!.p

t:!.p yang

berkaitan dengan lcngkung

Di lain pihak, jika batas bawah kekuatan geser

yang diperhatikan, maka dapat dibuat lengkung kemntuhan atas dasar n ilai-nilai akhir.
Namun, manakala bahan dicirikan oleh kurva tegangan-regangan yang memiliki suatu pun
cak, maka syarat-syarat kemntuhan bersama cendemng dilanggar karena regangan-re
gangan sepanjang p ermukaan potensial gelinciran cendemng tidak seragam sekalipun dalam
bahan yang h omogen. Sebagai akibatnya, tanah di sebagian permukaan gelincir mungkin
mengeluarkan kekuatan (strength) puncaknya sedangkan tanah di bagiqn s isanya me
nampilkan nilai kekuatan yang lebih kecil. Dalam kondisi-kondisi ekstrim, misalnya jika
lempung memiliki kepekaan yang sangat t inggi, maka suatu regangan geser kecil cukup
urituk mengurangi kekuatan geser s ke fraksi kecil dari nilai puncaknya (Gbr.

15.6c).

Karena itu, keruntuhan sebuah badan lempung peka luar biasa dimulai di titik tempat te
gangan geser sarna dengan s (Pers.

16.5)

dan dari titik ini cenderung menyebar ke sekitar

Sifat fisik tanah


pennukaan potensial keruntuhan. Keruntuhan. jenis ini disebut keruntuhan progresit
Hal ini membatalkan hasi\-hasil penghitungan yang didasarkan pada asumsi-asumsi konven
sional untuk keruntuhan bersama.
Karena perbedaan-perbedaan antara tanah ideal dan nyata, penghitungan kestabilan
didasarkan pada hasil-hasil pengujian dan Pers. 16.5 hanya berlaku untuk bahan plastis
ideal yang menggantikan tanah nyata. Konsekuensi praktis dari perbedaan-perbedaan
antara tanah nyata dengan tanah penggantinya yang ideal hams dikompensasi dengan fak
tor-faktor keamanan yang cukup. Pentingnya perbedaan-perbedaan tersebut tergantung ke
pada jenis tanah dan sejarah pembebanannya untuk sua tu tanah tertentu. Pasir bersih yang
tak berkohesi merupakan satu-satunya tanah nyata yang berperan hampir mirip dengan
bahan plastis ideal pada angka pori yang dekat ke nilai kritis.
Berdasarkan karakteristik gesernya, umumnya kita membagi tanah nyata ke dalam
dua kategori, yaitu tanah tak berkohesi seperti kerikil, pasir, lanau nonplastis, dan tanah
kohesif seperti' lempung dan lanau plastis. Tanah tak berkohesi akan dibahas dalam Pa
sal 17 dan tanah kohesif dibahas dalam Pasal 18.

Henke l, D.J. (1960). "The shear strength of saturated remo1ded clays,"

search Con[. on Shear Strerrgth of Cohesive Soils,

Proc. ASCE Re

hal. 533-5 54. Rangkuman peng

ujian triaksial dalam ben tuk hubungan dasar tegangan.


Newmark, N.M. (1960). "Failure hypotheses for

Shear Strength of Cohesive Soils,


an

bahan-bahan

ideal

dan

s, " Proc. ASCE Research Con[. on

so il

hal. 17-32. Pembahasan umum hip otesa keruntuh

kemungkinan

penerapannya

pada tanah.

Lihat juga

"Discussions," hal. 987-995.


Schmertmann, J.H. and J.O. Osterberg (1960). "An experimental study of the develop
ment of cohesion dan friction with axial strain in saturated cohesive soils,"

ASCE Research Con[. on Shear Strength of Cohesive Soils,

Proc.

ha!. 643-694.

Bishop, A. W. (1966 ). "The strength of soils as engineering materials,"

Geo t., 16,

hal.

91-128.

P.:\SAI. ! 7 TMHNAN GESER TANA!I TAK BERKOHESI


Pasir dan J.a1wu Anori\(Jmk

Karakteristik geser pada pasir serta lanau yang tidak organik, kecuali jika tanah bersifat
lepas, dapat dinyatakan dengan baik oleh persamaan 17.1.
-'

=-

( fi -

11

} i

il I,

(/:>

..

j! t :l I I <P

I !7.1)

Kita dapat menjumpai endapan pasir alami cttau lanau dalam sebarang keadaan di antara ke
adaan lepas dan keadaan padat. Nilai </> dapat berkisar di antara batas-batas yang agak luas,
tergan tung teru tarn a pada k<;padatan relatifnya; sebaran ukuran butiran serta bentuk
bu tiran juga mempunyai pengaruh terhadap 1/J. Nilai-nilai representatif untuk 1/J akibat te
kanan efektif p yang bernilai lebih kecil dari sekitar 5 kg/cm2 disajikan dalam tabel 17.1.
Kar(ma sebagj.an besar kekuatan geser disebabkan oleh keterkaitan antar butiran-butiran.
maka nilai-nilai 1/J untuk tanah basah dan kering tidak terlampau banyak berbeda.
Jika tekanan p diperbesar dari sekitar 5 menjadi sekitar 50 kg/cm2, maka nilai 1/J
berkurang secara perlahan sebesar kurang lebih 10. Pengurangan ini berkaitan dengilJl per
tambahan persentase butiran yang hancur ketika mendekati keadaan runtuh.

R5

Sifat hidraulik dan mcka11ika ranah

Tabel 17.1

\'ilai-nilai representatip o unfllk pasir dan fanau

Deraia T
f_epuJ

Bahan
Pasir. bu tira n bulat, seragam

33

Krikil rasiran

35

Pa sir la naua n
Lanau anorganik

.34

27 :'i

Pasir. butiran angular. bergradasi baik

Gambar 15.3c dan

Pudar
45
50

7- 33

30- 34

i- 30

30- 35

menunjukkan kecenderungim berkurangnya volume pasir lepas

dan memuainya pasir padat selama geseran berlangsung. Permeabilitas dari pasir yang sa
ngat halus dan jenuh serta lanau sedemikian rendahnya sehingga penerapan tegangau geser
secara cepat akan diiringi dengan kenaikan temporer tekanan pori

u1r

bersifat lepas, atau akan diiringi dengan penurunan tekanan pori

(Pers. 1 7.1) jika pasir

uw

kalau pasir bersifat

padat. Sehubungan dengan_itu, kekuatan tanah dapat berkurang atau bertambah secara
tem pore r. Jadi, seandainya tiang dipancangkan ke dalam bahan-bahan tersebut yang berada
da1am keadaan jenuh, maka tiang hanya akan mengalami tahanan kecil saja dan hampir
tak bergantung kepada kedalaman, sedangkan jika bahan-bahan tcrsebut berada dalam ke

adaan padat maka tiang mungkin akan mengalami rolakan.


Jika pasir atau lanau berada pada angka pori kritis (Pasal 15), akibatnya tekanan pori
Uw

dan juga tahanan gesernya secara p raktis senantiasa tetap. Oleh karena itu, guna meng

hindari

pengurangan

kekuat an geser ketika

tegangan geser dilakukan, biasanya di

pandang perlu untuk memadatkan pasir atau lanau isian ke angka pori di bawah nilai
kritisnya. Karena angka pori kritis agak berkurang dengan bertambahnya tekanan pengikat
(confining pressure), mungkin akan memerlukan pemadatan yang ll"bih besar untu k tanah

cti

bawah pondasi yang terbeban lebih berat atau di bawah tanah-tanah isian yang dalam,

dibandingkan dengan yang dipengaruhi oleh badan yang lebih ringan.

Pencairan S.ponran dan Pasir 1/idup .Vyata

Di beberapa tempat kita menjumpai pasir-pasir halus dalam bentuk sedemikian lepas
sehingga getaran yang lemah atau gangguan kecil lainnya akan menyebabkan p engurangan
volume pada tekanan tetap p (Pers. 17.1 ). Seandainya pengurangan terjadi di bawah muka
air tanah, ma ka ha1 tersebut akan .didahu1ui o1eh pertambahan temporer pada
yang ham pi r sama dengan p, dan selanjutnya

uw

uw ke nilai

mendekati nol serta pasir akan

mengalir seperti cairan. Fenomena ini dikenal sebagai pencairan spontan (spontaneous

liquefaction). Hal ini teijadi' baik pada pasir isian yang lepas maupun endapan pasir alami.

Contoh-contoh keruntuhan lereng pada endapan pasir alami (pasir hidup nyata -'true
quicksand) akan diberikan dalam Pasal49.
Pengalaman menunjukkan bahwa sebagian besar p encairan spontan terjadi pada pasir
1anauan yang halus. Jika kita memandang kenyataa n ini dan memperhatikan wujud pasir
hidup nyata, maka kita akan menyimpu1kan bahwa agregat yang dibentuk oleh batuan

pasir tersebut memiliki struktur metastabil; yaitu struktur yang stabil hanya karena ada
nya pengaruh p enstabilan tambahan. Endapan pasit bersih di bawah air bersifat stabil,

kendatipun mungkin berwujud lepas, karena butiran menumpuk ke bawah ke p osisi stabil.

Pada pasir yang dapat mengalami

(interfering agent) pada proses ini.

proses pencairan, haruslah ada bahan lain yang berperan

86

Sijat fisik tanah


Jika suatu endapan buatan daripada pasir basah diletakkan di atas muka air tanah,

maka lapisan air yang tipislah yang akan berperan dalam proses pencairannya karena
kohesi nyata yang dihasilkan oleh lapisan-lapisan ini cukup untuk menghalangi butiran
butiran pasir menumpuk ke posisi-posisi stabil. Geuze

(1948),

Bjerrum dkk.

(1961)

telah

menghasilkan proses ini beserta konsekuensi-konsekuensinya di laboratorium. Percobaan


menunjukkan bahwa kepadatan relatif pasir ' hidup" nyata jauh lebih kecil daripada ke
padatan relatif pasir pada angka pori kritis.
Kendatipun endapan pasir bersih di bawah air memiliki struktur stabil tetapi pasir
yang diendapkan bersamasama dengan lanau mungkin membentuk struktur metastabil
sekalipun pasir berada dalam keadaan lepas. Sebagian lekukan di antara butiran-butiran
pasir di perm!lkaan endapan diisi oleh lanau lepas yang menghalangi bu tiran pasir mencapai
kondisi stabilnya. Konsolidasi beriku tnya yang diakibatkan tekanan statik tanpa regangan
lateral dihambat oleh gesekan antar butiran pasir di titik-titik persentuhan. Namun, se
artdainya penggelinciran terjadi di titik-titik sentuhnya yang mungkin ditimbulkan oleh
dengan intensitas yang melebih i nilai ambang tertentu, maka struktur metastabil hancur
dan terjadi pencairan. Keruntuhan yang terjadi bersifat p rogresif karena dimulai di suatu
titik dan dilanjutkan ke tempat lain oleh sua tu reaksi berantai.
Struktur metastabil dalam endapan pasir alami sukar dideteksi, sebab struktur tersebut
akan hancur selama pengambilan contoh (sampling) dan pengangkutan berikutnya. Karena
itulah, lapisan tanah hidup nyata yang terletak di bawah dasar suatu bangunan atau ben
dungan tanah akan merupakan sumber bencana yang utama. Berdasarkan pengalaman kita
mengetahui bahwa pasir hidup nyata bisa dijumpai dalam lapisan atau \ensalensa yang
tebal, di antara lapisan.Iapisan pasir lepas a tau pasir dengan kepadatan sedang. Keberadaan
nya tersebu t mungkin merupakan akibat variasi musiman kandungan lanau dalam air keruh
yang mengangku t pasir ke tern pat pengendapannya. Dengan demikian jika sebuah bendung
an akan dibangun di atas sua tu lapisan teba\ pasir lepas, maka terlebih dulu pasir tersebut
harus dipadatkan dengan cara seperti yang akan diuraikan dalam Pasal 50, sebab lapisan
pasir ini mungkin mengandung lajur (zone) pasir hidup nyata.

Pencairan di Bawah Pemba/ilcon Tegangan atau Regangon


Dalam Pasal

15

kita telah mengetahui bahwa tiap-tiap reduksi dan reaplikasi tegang

an pada tanah akan diirmgi oleh pertam bahan regangan, kendatipun nilai pertambahan se
makin kecil pada setiap siklus. Seandainya tanah dijenuhkan serta pengurasan air (draina
ge) dihalangi, maka masing-masing reduksi dan reaplikasi tegangan atau regangan akan di
iringi oleh perubahan tekanan pori, walaupun nilai perubahan termaksud terus berkurang
pada setiap siklus.
Jika contoh pasir lepas jenuh dikonsCJlidasi di dalam piranti (device) triaksial di bawah
tekanan dari segala arah Pc dan kemudian tegangan aksial dibuat berayun di antara
!:.p dengan tekanan se! tak berubah serta p engurasan air dihalangi, maka
Pc+ !:.p dan Pc
--

tiap ayunan (alternation) tersebut akan memproduksi inkremen tekanan pori t:.u dalam

contoh tanah (Gbr.

17.1 ).

Setelah sejumlah tertentu ayunan, nilai

uw

akan sama dengan

tekanan efektif Pc yang berlaku sebelum pembebanan siklik dimulai dan kemudian con
toh akan kehilangan kekuatannya serta tak sanggup lagi mempertahankan bentuknya.
Oleh karenanya kita melihat bahwa peristiwa contoh pasir kehilangan kekuatan dan ke
tegarannya secara mendadak berkaitan dengan pencairan pasir.
Jika pengujian diulangi terhadap pasir yang demikian tetapi dalam keadaan padat, ma
ka n ilai-nilai

u ,
w

yang terusun dengan cara yang serupa tetapi tanpa inkremen !:.u, akan

jauh lebih kecil p ersiklus, dan jumlah siklus untuk menginduksi pencairan bertambah besar.
Pertambahan tekanan konsolidasi Pc dengan perubah-perubah lain tetap, memperbesar
jumlah siklus yang diperlukan un tuk menginduksi pencairan, sedangkan pertambahan !:.p

Sifa t hidraulik dan mekanika tanah


-

<{

87

20 rt::

o r--------------------------------------- -r- ---1-

20 t-

Tekanan Konsolidasi Awal

taI C)5+-

..

.!!!

-@
.. <{
Q)

Gbr. 17.1. Hasil -h asil uji triaksial tertutup p ada pair jenuh lep a s di mana tegangan aksial
2
bcr ayun antara 1 0,39 kg/cm ementara tekanan lie! dipertah ankan pada tekanan e kiva
"
!en 1 kg/cm (See d dan Lee, 1966).

justru memberikan efek sebalikny<' (Seed dan Lee

1 966).

Perilaku yang serupa juga ter

jadi seandainya regangan contoh yang dibuat berayun, bukannya tegangan.


Badan-badan pasir seragam yang relatif halus, dan leps yang berada di bawah muka

air tanah, bersifat peka terhadap pencairan selama terjad i' 'gempa b umi, khususnya jika
durasi gempa cukup panjang untuk mengadakan sejumlah b esar osilasi, yang disertai pem
balikan regangan geser dengan am plitudo yang besar. Setelah berlangsungnya gempa yang
dahsyat dalam

waktu yang cukup lama, daerah tanah berbutir lepas pada kedalaman

sedang mungkin "mencair", dan selanjutnya air lebih (exess water) akan naik ke permuka
an, yang seringkali disertai dengan pendidihan pasir secara agak merata. Pasir di atas
daerah yang terdidihkan akan mengalami pembebanan akibat kelandaian hidraulik arah ke

atas

di

samping kehilangan tahanan gesernya; akibatnya telapak bangunan yang ber

tumpu di atas pasir dapat tenggelarn ke dala m tanah (IISEE

1965).

Di b awah kondisi

kondisi seperti ini pasir padat cenderung kurang mengalami pencairan sebab dalam ke
adaan seperti ini durasi sebagian besar gempa yan
_ g dahsyat tidak cukup panjang untuk
dapat memenuhi jumlah pengulangan yang diperlukan.
'
ranah irisan yang sangat lepas atau endapan pasir jenuh alami mungkin mencair, wa

laupun tak memiliki struktur metastabil yang diakibatkan oleh provokasi vibrasi yang le
mah a tau beberapa guncangan yang berturutan. kita menjumpai tanah isian semacam itu di
bagian atas suatu tanggul. Tanah isian tersebut memiliki inti lempung yang diletakkan
tegak di antara bendungan beton dan p inggiran lembah sungai. Ketinggian lerengnya se
kitar

50

kaki; kecondongannya berkurang dari

2: 1

di puncak sampai

4: 1

di kaki. Pasir

88

Sifat fisik tanah

yang 80% butirannya berkisar antara 0,3 dan 1,5 mm dihamparkan dalam lapisan-lapisan
yang tak teratur di atas muka air tanah, dalam keadaan 1embab tanpa pemadatan. Lereng
berada dalam keadaan stabil selama tahap pertama pengisian waduk dan selama penurunan
air selanjutnya, setinggi 5 kaki; lereng terscbut tetap stabil ketika kontraktor mulai meng
adakan

peledakan untuk menghancurkan anak bendungan (cofferdam) yang terletak

sekitar 500 kaki ke arah hulu sungai. Kemudian intensitas bahan peledak berangsur-angsur
ditambah dan sekitar

atau 10 menit setelah ledakan terakhir, lereng pada pertemuan anta

ra tanggul dan bendungan beton mulai runtuh. Hampir dalam 20 detik gerakan tersebut
menjalar ke seluruh panjang lereng, sejauh sekitar 250 kaki dari titik awal. Pasir tersebar
di dasar waduk menyerupai selimut tebal dan meninggalkan bagian utama permukaan
tanggul di hulu yang berisi inti lempung, tanpa penyangga.

Bacaan Pilihan
Rutl!.'J- PC

11 '14 )_ ReJ;iew of the cooperative triaxial shear research program of the

Corps of Engineers. Waterways Experiment Station. Chapter IV, "Detailed results for

cohesionless soils," mengandung data yang sangat banyak mengenai sifat-sifat pasir
dan kerikil.
('Jtcn. L S. I! ')41-! I. "An investigation of stress-strain and strength characteristics of
cohesionless soils by triaxial co mpression tests," Proc. 2nd Int. Conf Soil Mech.,
Rotterdam, 5, ha!. 35-43.
Pen nu 11 \ D :"1-1 t J 93 1 "Shear characteristics of a saturated silt, m easured in triaxial
compression," Geot., 3 , ha!. 312-328.
llollt. \\ <; J:111 H J t;d>t->, 1l'l5llh.). "Triaxial shear tests on previous gravelly soils,"
ASCE J. Soil Mech., 82, No. SM1, Paper No. 867, ha!. 9.
\\u I 11
l'!'i i "Relative density and shear strength of sands," ASCH J Soil Mech.,
83 , No. SM1, Paper No. 1161, ha!. 23.
HJ,-rrun:. L S h<ln'Li,l darr ( ) hc1nmc-n<'ic (]ll()ll. "The shear strength of a fine sand,"
Proc. 5th lnt. Con! Soil Mech., P aris, 1 , ha!. 29-37.

PASAL lH TAHANAN GESER TANAH KOHESIF


Lempunx .tsli Ferhehan . \ orma l denxan 1\epelwan Ri'ndall hingga Sedang

Hasil-hasil pengujian triaksial terbuka pada tanah kohesif terbeban normal dapat di
ungkapkan dengan Hukum Coulomb dengan akurasi memuaskan, di mana c
s

= p tan

= 0. Jadi

tb

Hl. I)

Nilai <P untuk bahanbahan ini, baik dalam keadaan asli maupun teremas, dihubungkan de
ngan indeks plastisitas. Nilai-nilai pendekatan bisa ditaksir. dengan bantuan Gbr.

18.1,

kendatipun untuk sebagian besar lempung terjadi penyimpangan dari kurva tersebut dalam
or de

(Bjerrum dan Simons 1960). Akan tetapi hu bungan dalan1 Gm b. 18.1 tidak dapat

digunakan secara umum karena di Meksiko pernah dijumpai lempung dengan nilai <P

47

(Lo 1962) di samping batas cairnya mencapai 426%.


Dalam kondisi-kondisi yang sering dijumpai di lapangan, rendahnya kompresibilitas
lempung sangat menghambat pengaliran air (drainage); sebagai akibatnya tekanan pori uw,
yang berkait dengan gaya-gaya yang berusaha menggeser lempung, tak terdisipasi dengan

cepat. Mengingat tekanan pori yang berkaitan dengan geseran adalah positif (Gbr.

15.5c),

kekuatan yang ditunjukkan oleh Pers. 18.1 tak dapat berlangsung dalam waktu yang sangat

ifar lu'Jraulik dar.

89

mcl.arul.a ranalr

..
..

iii'

18.1. rt:.,,huppd'l :ldf.,;, rjJ dcu1 nn k:. p::.Hl.,ila.un.tllk h'"nlptn1Q dcth-!311 k * H'! k a .an
ne:..:: npi ' rer.dlt d .i :"n i\r:?ndi!;; i ! C rhltk {.

Gbr.
"-t!;

panjang; waktu yang diperlukan untuk disipasi tundilk pada sifat-sifat konsolidasi dan di
mensi badan kohesip (Pasal 14 dan 2 5).
Kondisi-kondisi yang berkaitan dengan ketiadaan pengaliran air dapat diaproksimasi
melalui uji triaksial konsolidasi tertutup (Pasal
mana

1 5).

Hasil-hasil pengujian tersebut, di

p1 dan p3 adalah tegangan-tegangan utama efektif pacta saat runtuh, ctinyatakan

oleh lingkaran keruntuhan E, Gbr.

18.2a;

lingkaran ini bersinggungan dengan garis ke

runtuhan yang dictefinisikan oleh persamaan Coulomb


I

Pada saat keruntuhan, tekanan pori positip


Gbr.

18.2a).

.ll

Uf bekerja ke seluruh arah dalam contoh (lihat

Maka tegangan-tegangan utama total pacta saat keruntuhan adalah


7Jt

{! ; +

u,

I I -1

11f

dan

Lingkaran keruntuhan dalam bentuk tegangan-tegangan total, menjadi lingkaran A, yang


gads tengahnya sama dngan lingkaran E tetapi tergeser ke kanan sejauh

Ar t.pf, sama

ctengan tekanan pori u1yang diinduksi dalam contoh pacta saat runtuh.
Jika beberapa pengujian dilakukan dalam konctisi-kondisi tertutup, pada lempung yang
sama yang terkonsolidasi pada awalnya di bawah tekanan-tekanan se! p3 yang berbeda,
maka, dalam bentuk tegangan-tegangan total, san1pul lingkaran keruntuhan juga mendekati
sebuah garis lurus yang melewati titik asal (garis putus-putus dalam Gbr.

!8.2a),

dengan

persamaan

di mana Pcu dikenal sebagai

p tan tPco

( J, A )

sudut konsolidasi tertutup tahanan geser dan berharga lebih


lP ctan Pcu ctitentukan oleh nilai tekanan pori yang

kecil dibandingkan P. Hubungan antar


diinduksi oleh beda tegangan p 1

--

p3 pada saat runtuh; untuk lempung terbeban normal,

yang kepekaannya rendah h ingga sectang, nilai ini hampir sama dengan beda tegangan itu
sendiri.
Penting dicatat bahwa pada satu pengujian tertentu, lingkaran keruntuhan memiliki
garis-tengah yang sama walaupun diplot ctalam bentuk tegangan efektif maupun tegangan

90

Sifat fisik tanah

total. Tekanan pori bekerja ke segala arah dengan intensitas yang sama; jadi inkremen te
kanan pori juga akan sama baik untuk tegangan utama (principal) minor maupun mayor.
Kcsimpulan ini mengantar ke suatu konsep yang amat penting yang dikenal sebagai kondisi

0. Dalam Gbr.

18.2b lingkaran garis tebal E adalah lingkaran tegangan efektif yang


_
18.2a. Lingkaran tegangan total A berkaitan dengan uji konsoli

diperagakan dalam Gbr .

dasi tertutup di m ana tekanan pori pada saat awal pengujian sama dengan nol dan tekanan

pori di akhir pengujian adalah

Nam).ln, jika setelah konsolidasi awal di bawah tekanan

se! p3, tekanan se! dinaikkan sebesar

tanpa membiarkan terjadinya pengurasan air,

u0

maka tekanan pori awal dalam contoh adalah


u0

dan tekanan pori saat runtuh adalah

u0

Lingkaran keruntuhan yang bersangkutan mestinya adalah lingkaran B.

18.2b). Meskipun demikian, lingkaran

(Gbr.

tegangan efektif tetap lingkaran E.

Mengingat seharusnya bisa dipilih sebarang perubahan

ua

dalam tekanan sel, maka

jika beberapa contoh dikonsolidasi di bawah tekanan se! p3 yang sama dan kemudian diuji
di bawah kondisi-kondisi tertutup pada tekanan-tekanan se! yang berbeda, garis keruntuh
an

terhadap tegangantegangan total

adalah mendatar. Garis tersebut bisa dipandang seba

gai sebuah kasus khusus persan1aan Coulomb di manas=

dan

rp

Tegangan Total

0. Jadi, keadaan kh usus

_....

\
.....:::.
.---__
.
j_ .....p
...... ,

-;-; ;-

...,.

1__ _

__

//

"

,1pf- ---- :--,


'

"r-Ar!JPr

--p.J-

'

""'

1(a)

..,

.'

l<emtrint;an oJ> 0
/.S
-lou
----.._,..L-;- .....
,

>

:!1

JL

_L

__________

PJ

l\' ---------

____

__,
..___--

'

\A

\8

\-''--

__________
____

::_f -----..j.--;l E-1---,jpf -


Ua

Tegangan Normal_

{h)
Gbr.

18.2.

(a)

Hasil-haliil uji triaksial konsolidasi tertutup pada lempung terbeban normal

dengan kepekaan sedang. (h) Diagram yang mengilustrasikan kondisi rp =

0.

Sifar hidraulik dan mckanika tanoh

ll]

cJ> = 0

ini dikenal sebagai kondisi

(Skempton 1948). Karena uji pemampatan bebas pada

dasarnya adalah uji triaksial di mana tegangan utama minor p3 sama dengan nol (lingkaran
c, dalam

Gbr. 18.2b ) kekuatan geser di bawah kondisi


,

kan uji pemampatan bebas sebagai

cJ>

0 dapat dievaluasi berdasar

( 11) :")
Sehubungan

dengan rendahnya permeabilitas sebagian besar lempung dan lanau,

banyak kita jumpai masalah-masalah sederhana di mana kadar air tanah, setelah suatu te
gangan bekerja, relatif tidak berubal1 pada sua tu jangka waktu yang cukup panjang. Hal ini
dapat diartikan sebagai berlakunya kondisi tertu tup. Selanju tnya, jika sebuah contoh diper
oleh dengan kadar air yang sama dan kemudian diuji dengan menjaga kadar airnya senan
tiasa tetap, baik dalam
p3 +

u0,

pemampatan bebas (unconfined) ataupun dengan tekanan sel

kckuatan tanah terhadap tegangan total akan mendekati (dalan1 batas-batas yang

ditctapkan olch Pers. 15.4) nilai


bagai akibat konsep

cJ> = 0,

yang langsung dapat diperoleh dari Pers. 18.5. Jadi, se

uji pemampatan bebas meru pakan hal yang secara praktis sangat

penting.
Selanjutnya, seandainya kondisi-kondisi tertutup bisa diharapkan berlaku pada endap
an-endapan lempung jenuh di lapangan, jenis pengujian lainnya, y ang dianggap memadai
dapat dipakai untuk menghitung

Yang terpenting di antaranya adalah beberapa macam

c.

uji geser baling-baling (vane shear tests) seperti ditunjukkan Gbr. 44.17 (Peralatan untuk

. melaksanakan uji geser baling-baling di lapangan diuraikan dalam Pasal 44). Balin g-baling
serupa dengan ukuran lebih kecil, seringkali digunakan di laboratorium khususnya dalam
penyelidikan kekuatan contoh lempung yang sangat lemah atau teremas. Di antara modi
fikasi-modifikasinya (Gbr.

18.3) yang paling disenangi adalah torvane yang mudah di

bawa-bawa (po1 table) (Sibley dan Yamane 1965).

Baling-baling ditekan scdalam-dalam

nya ke dalam tanah, selanju tnya torka (torque) dikerjakan melalui suatu pegas yang telah
dikalibrasi sampai lempung runtuh di sepanjang permukaan si\indcr yang membatasi
baling-baling dan, serentak pula, di sepanjang permukaan lingkaran yang mcnjadi dasar
silinder. Nilai

langsung dibaca dari indikator pada pegas yang dikalibrasi. Dengan p iranti

semacam ini penyelidikan nilai

c,

yang cepat dan seksama, dapat dilaksanakan (lihat Gbr.

45.5).
Beberapa contoh penggunaan konsep cJ>

0 akan diterangkan dalam Bagian HI.

Jika lempung terbeban normal dikonsolidasi di bawah tekanan dari segala arah p3
dan

kemudian

diruntuhkan

pada

kondisi

tertu tup,

lingkaran keruntuhan

terhadap

tegangan total dinyatakan dengan A dalam Gbr. 18.2a. Kekuatan geser pada kondisi

cp

0 diukur melalui jari-jari lingkaran

tersebut. Bcrdasarkan geometri (Gbr. 18.4a)

/,

P3 +

sehingga diperoleh
c

P3

4lcu
sin 4lcu

sm

di mana untuk lempung tertentu merupakan sua tu konstanta (tetapan). Hubungan ini rrie
nyarankan (Skempton 1957) bahwa rasio yang berupa konstanta seperti itu juga terjadi
antara kekua tan geser tertu tup (undrained shear strength) endapan-endapan alami ter
beban normal yang ditentukan melalui uji pemampatan bebas atau uji baling-baling (vane

tests) dengan tekanan penggulingan efektif pada k edalaman yang berkaitan dengan peng
uiian-oenguiian termaksud.

Telah diketahui bahwa rasio ini, yang dinyatakan sebagai

Sifl11 fi-sik tanah

(b)
18.3. forvane untuk melll'ntukan kekuatan geser bahan-b:than yang mana
Gbr.
(a Tampak sampmg, thl Tampak thoar dan halmg-baling

cfp,

= t'

merupakan tetapan untnk endapan terbeban normal tertentu, asalkan indeks plasti

sitas hampir sama di keseluruhan endapan. Selanju tnya, telah pula diketahui b a hwa

cfp

lapangan, untuk berbagai endapan atau bagian endapan yang agak homogen, berko relasi
erat ke indeks plastisitas scperti ditunjukkan dalan1 Gbr.

hu bungan statistik,

Gbr.

18.4b

l8.4b.

Sepcrti halnya semua

menyertakan pula kemungkinan pengecualian muncul,

tetapi sebegitu jauh hubungan tersebut ternyata dapat diterapkan pada berbagai (banyak)

jenis endapan lempung.


Rasio

cjp,

yang diperkirakan melalui Gbr.

18.4b,

memungkinkan penentuan kasar

kekuatan geser tertutup (undrained shear strength) endapan terbeban normal berdasar
kan hasil pengujian batas Atterberg. Seb aliknya, pembandingan dengan nilai yang didasar
kan pada Gbr.

18.4b

bisa menunjukkan apakah lempung mengalami pembebanan normal

atau prakompresi.

Lempung "'Pcka Luar 8ia.1a" dan Lempung flidup


Sebagian besar endapan lempung alami terdiri atas campuran partikel-partikel pasir

halus dan lempung yang agak bergra dasi baik di samping memiliki ukuran yang seclang
serta relatif tak peka. Akan tetapi lempung-Iempung yang terutama tersusut'l dari parti

kel-partikel berukuran lempung dengan stPJktur pinggir-ke-muka (edge-to-face) atau struk


tur flokulen (Pasal

4)

cenderung memperlihatkan kepekaan yang sedang serta meng

alami pengurangan kekuatan apabila diremas. Ada juga endapan lempung alami yang ter

diri atas campuran partikel-partikel lempung dan pasir halus yang agak seragam. Sementara

berlangsung pengendapan, endapan gabungan(simultan) antara unsur pokok berwujud ser

pilian dari fraksi paling halus dan butiran sedimensi dari pasir "b rgabung" (interfere) de

ngan penggulungan (rolling) bu tiran pasir, membentuk susunan yang stapil. Oleh karena

nya, jika butiran pasir bersentuhan satu sama lain, konfigurasinya mungkin berstruktur
metastabil seperti pada pasir hidup nyata. Namun, ruang di antara sela-sela butiran pasir
diisi oleh bahan-bahan berukuran lempung, sebagai hasil proses secara fisika-kimia seperti

tiksotropi dan sineresis, kekuatannya yang cukup besar selama pengcndapan berlangsung.

Oleh karena itu, walaupun lempung bersifat peka, lempung tidak menu,njukkan sifat-sifat

oasir hid1,1o. Dalam banvak hal. keadaan p eralilian dari pasir lepas. ke pasir hidup nyata

93

Sifa t hidrau lik dan mekanika tanah

(o

0,5

\.) 0,4
iO

0,3

cjp : 0,11+0,0037 Iw

0,2
0,1

lndeks Plastisitas I w

(h)

Gbr.

1 8.4. (a) Diagram keruntuhan Mohr untuk menghitung hubungan antara

untuk uji konsolidasi tertutup . .(b) Hubungan statis t i k antara r asio


tall (Skempton 1 95 7).

cjjj

dan p 3

dan indeks plastisi

sepadan dengan keadaan peralihan lempung dengan kepekaan rendah ke lempung dengan
kepekaan sangat tinggi.
Keruntuhan lempung luar biasa peka, seperti h alnya pasir hidup nyata, nampaknya
progresi[ Namun , lempung luar biasa peka hancur menjadi gumpalan-gumpalan bahan
padat, terapung dalam fluida viskous , dan dapat bergerak pada dasar lembah menempuh
jarak sejauh beberapa mil dengan laju

10

mil per jam, tetapi tidak berubah menjadi fluida

viskous. Seorang saksi mata, yang pemah mengalami kecelakaan tergelincir bersama gum
palan bahan tersebut, sem.entara ia berdiri di atas salah satu gumpalannya secara visual
menerangkan sifat bahan tersebut sebagai berikut (Terzaghi

1950):

" . . . setelah mencapai dasar saya terlempar sedemikian rupa sehingga pada suatu saat

saya menghadap ke arah hulu y ang merupakan puncak dar i suatu aliran . . . . Wuju d alir

an (sungai) tersebut besar, arusnya deras, dan menghanyutkan massa tanah lempung ba
sah . . . .

la tak pernah terlihat tenang, walaupun berupa cairan y ang mengalir. Kendati

pun saya ikut bergerak dan berada di dalanmya selama beberapa saat, sclah itu baju
saya tidak memberikan tanda-tanda yang serius atau noda-noda lumpur . . . ketika saya
dihanyutkan aliran tersebut ke bawah sesaat setelah runtuhan beruntun, yang cepat, lapis

an di sekitar puncaknya . . . selanjutnya nampak kita mungkin merangkak dengan cepat


pada permukaannya ke arah tanah y ang padat di sisinya tanpa pergelangan kaki terbenam
terlalu dalam".

Sifat ]rsik

tanah

Lempung hidup adalah lempung !au t terkonsolidasi normal, yang berbeda dari lem
pung lu ar bias a p e ka lainnya karena lempung lau t tersebu t memperoleh de raj a t kepekaan
saat ini dalam dua tahap: yang pertama selama pengendapan, y ang kedua, j auh lebih
penting,

melalui pelindian (leaching) setelah

diuraikan dalam Pasal

4.

diangkat ke

atas muka air lau t seperti

Dalam keadaan asli, lempung semacam ini bersifat separuh lem

pung luar biasa p e ka lainnya. Kerun tuhan lereng p ada lempung semacam ini biasanya di
mulai di kaki lerengnya walaupun pada lereng y ang sangat landai sekalipun dan berlanjut
dengan keruntuhan progresif ke arah puncak. Pada contoh aliran lempung hidup dibahas
dalam Pasal

49.

Lempung OJ-'erkonsolidasi Seutuhnya


Kar akteristik ke ku a tan geser lempung overkonsolidasi pada kon disi terbuka diilu strasi
kan oleh Gbr.

1 8. 5a. Lengkung keruntuhan, y an g berkaitan de n gan ke ku atan punca k c on

toh terbe b an normal, diberikan oleh garis lurus Od. Namun, kita b oleh mengkonsolidasi
sejumlah c ontoh-con toh yang i de n tik dengan te kan an se! p3 y ang sama. Jika salah satu
con toh semacam itu diuji di b awah kondisi-kondisi terbuka dengan menaikkan tekanan
vertikal, tegangan pada bidang runtuh saat keruntuhan dinyatakan oleh titik a pada ling
karan tegangan A . Tegangan n ormal p ada bidang ru n tu h adalah p 0 ' . Lin gkaran A memper
lihatkan sua tu c on t oh y ang terbeban n ormaL
Jika salah s a tu c on t oh tersebut, y ang mula-mula dikonsolidasi pada tekanan se! p 3
dibiarkan membengkak d i bawah tekanan s e ! p 3 ' kemudian diuji pad a kondisi-kondisi ter
buka, maka kekuatan c on toh tersebut (lingkaran B) akan melcbihi kekuatan yang di
miliki oleh c ontoh yang terbeban normal pada kondisi yang sama. "Sampul" keruntuhan
'
con t oh-contoh tersebut, aa b, berada di atas garis Oa y a ng merupakan wakil bahan ter
beban normaL Kurva
(Gb r .

13.4).

aa ' b

berkaitan dengan kurva reboun bc1

dalam diagran1 e-log p

Jika beberapa c ontoh mula-mula dikonsolidasi pada tegangan p 3 , kemudi an

dibi arkan membe ngkak di bawah tekanan no!, dan akhirny a dikonsolidasi di bawah ber
bagai tekanan sebelum uji terbuka dilaksanakan, maka terlihat bahwa u n tu k tekanan
tekanan y ang lebih kecil daripada [50 ' lengkung keruntuhan mirip dengan garis sebelah
b awah ba, te t api u n tuk tckanan-te kanan lebih be sar darip a da jj0 ' akan mirip dengan garis
Od u n tu k lempung terbeban n ormal. Garis sebelah bawah ba menyatakan b agian kurva

e-log p ketika pembebanan ulang (G b r .

13 .4).

Sebagai sebuah pend.e katan kasar, cabang-cabang reboun dan pembe banan ulang aa' b
dan ba dari lengkung keruntuhan (Gbr.

18. 5b),

san1pai tekan an p 0 ' , dapat diganti oleh ga

ris lurus
s = c1

+ p tan f/>1

( 1 8.6)

di mana, u ntuk suatu lempung tertentu , rJ>1 boleh dikatakan te tap sedangkan c1 dikenal
sebagai perpo tongan kohesi yang ternyata tergantung pada p 0 ' . Untuk tekanan-tekan an
yang lebih besar daripada p 0 ' , digunakan persamaan
s =

j'ltan 1/J

( 1 8. 7,.

dapat dipakai.
Karena u n tu k se bagian bes'!r lempung nilai

1 sangat kecil dan rJ>1 hanya sedikit lebih

ke cil darip ada rp, m aka kalau Persamaan 1 8. ? digunakan un tuk semua nilai p, kcsalahan
yang terj adi masih dalam batas keamanan (normal). K arena i tu , kekuatan lempung over
konsolidasi sedang seu tuhnya berad di bawah kondisi terbuka dan tidak terlampau jauh
berbe d a dari kekuatan yang dimiliki oleh lempung-lempung terbeban normal.

Sifat hidraulik

95

dan mekanika tanah


d

..
.:

P3'

s
t::

P3

(a)

j__
c,

f5;

Tegangan Normal, P
(b)

Gbr.

18.5. (a) Diagram keruntuhan untuk lempung di bawah kondisi terbuka dan meng

alami prakonsolidasi akibat


pung yang sama.

p0' (b)

Diagram keruntuhan yang disederhanakan untuk le m:

Sebaliknya, di bawah kondisi-kondisi tertu tup, kekua tan lempung pra-terbeban dapat
lebih besar a tau lebih kecil daripada yang dimiliki oleh lempung yang sama di bawah kondi
si terbuka, tergantung rasio overkonsolidasi. Jika rasio overkonsolidasi ada di antara 1,0
dan sekitar 4 sanwai 8, volume lempung cenderung berkurang selan1a mengalami geseran,
dan kekua tannya dalam kondisi tertu tu p seperti halnya lempung terbeban normal, lebih
kecil daripada kekua tannya pada kondisi terbuka. Di lain pihak, untuk nilai-nilai rasio
overkonsolidasi lebili besar dari sekitar 4 san1pai 8, volume cenderung bertambah, semen
tara uw yang bersangkutan turun, serta kekuatan dalam kondisi tertutup melebihi nilai
dalam keadaan terbuka. Untuk nilai-nilai rasio overkonsolidasi yang tinggi, kelebihan
termaksud mungkin sangat besar. Walaupun begitu , tekanan-tekanan pori negatif yang
kua t, yang berkaitan dengan tingginya rasio overkonsolidasi, cenderung menarik air
mas1,1k ke dalam tanah dan menyebabkan pembengkakan tanah sehingga kekuatan menjadi
berkurang. Karena itulah kekuatan dalam keadaan tertutup sering tak dapat diandalkan.
Lebih jauh lagi, da kebanyakan persoalan sederhana, usaha-usaha menerapkan konsep
1/J
0 pada sua tu lempung overkonolidasi akan menghasil,kan.aspek berbahaya, sementara
untuk suatu lempung terbeban normal kecenderungan ke arah konsolidasi menyebabkan
kesalahan-kesalahan arah konservatif. Karena itu konsep 1/J
0 tidak boleh digunakan
=

Sifat flsik tanah

96

untuk lempung-lempung pra-terbeban, kecuali kalau rasio overkonsolidasi cukup rendah,


yaftu sekitar 2 sampai 4.
Lempung-lempung overkonsolidasi berat dan tanah lempung yllng rapuh cenderung
memperlihatkan puncak kekuatan yang tinggi, walaupun diuji di bawah kondisi terbuka
secara tuntas (fully drained), ha! ini disebabkan kuatnya ikatan-ikatan antar partikel
partikelnya (Pasal 49). Namun, setelah suatu permukaan gelincir terbentuk dan peng
gelinciran yang luas terjadi, ikatan-ikatan tersebut rusak (putus) dan partikel-partikel di
sepanjang permukaan gelincir akan berorientasi sedemikian rupa sehingga tahanan terhadap
geser sepanjang permukaan, kecil. Tahanan geser akhir, setelah perpindahan yang se
demikian besar, di bawah kondisi terbuka tuntas yang disebut sebagai kekuatan residual
(Skempton 1964). Pacta uji triaksial konvensional ha! itu tak dapat diamati, sebab besar
nya penggelinciran dalam pengujian tersebut terbatas; sehingga diperlukan piranti geser
langsung dan torsional yang khusus (Haefeli 1950). Tahanan geser residual dapat dinyata
kan sebagai
Sr

p tan 1/>r

(18.8)

di mana r/Jr berkisar dari sekitar 30, untuk lempung yang memiliki indcks plastisitas rcndah
dan fraksi ukuran lcmpung kecil, sampai dcngan sckitar 5 hingga 12 untuk lcmpung yang
memiliki keplastisan tinggi dengan besar persentase partikel berukuran lempung
(< 0,002 mm). Akibat hampir sempurnanya kerusakan struktur lempung alami sepanjang
permukaan gelincir, maka nilai r/Jr ccndcrung sama dan tak bcrgantung kekuatan lempung
di waktu yang lampau, dan dapat ditentukan dengan cukup akurat pada contoh-contoh
lempung rcmasan (Skempton 1964).

Lempung Rekahan Teroverkonsolidasi


Kontinuitas lempung tcrkonsolidasi berat umumnya dirusak olch jaringan retakan yang
halus. Jika tekanan rata-rata dalam lempung semacam ini dikurangi, baik oleh penggalian
penggalian atau proses geologi seperti erosi, maka tahanan geser akan berkurang pada te
gartgan- geser tetap; akhirnya dapat mencapai 0,2 ton/ft2 tanpa mempersoalkan nilai awal
nya. Karena itu keruntuhan lereng dalam galian tcrbuka, yang dasarnya terdiri atas bahan
bahan ini, mungkin terjadi bcrtahun-tahun setclah penggalian dibuat.
Mekanika dari proses pelunakan (softhening) dijelaskan dalam Pasal 49. Pada seba
rang waktu tahanan geser lempung bertambah dengan cepat dengan bertambahnya ke
dalaman ke bawah permukaan. Setelah suatu penggelinciran terjadi, bahan-bahan yang ter
letak di bawah permukaan yang baru tersingkap mulai melunak dan proses tersebut ber
lanjut terus sampai penggelinciran lainnya terjadi. Jadi, sisi lereng lembah yang me
ngandung lempung seperti ini mengalami longsoran permukaan yang berantara sejak
lembah itu terbentuk; proses tersebut baru berhenti jika sudut lereng mcncapai keadaan
yang kompatibcl dengan konsistensi paling lunak yang bisa dimiliki lempung. Jadi lereng
lereng menjadi lebih landai. Di beberapa daerah, seperti lembah Sungai Saskatchewan di
selatan Saskatoon di Kanada penggelinciran-penggelinciran masih terjadi tanpa provokasi
pada lereng yang kecondongannya' 1 ke arah vertikal dan 15 ke arah horizontal. Masalah
penentuan karakteristik geser lempung-lempung tersebu t untuk tujuan disain belumlah ter
selesaik'an (Peterson dkk. 1960).

Karakteristik Geser Tanah Isian Kohesif


Berdasarkan alasan yang diterangkan dalam Pasal 50, tanah isian kohesif umumnya
diletakkan dan dirnampatkan pada kadar air mendekati batas plastis. Proses-proses peng-

97

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

galian, transportasi, dan pemadatan akan benar-benar menghancurkan struktur asal tanah.
Karena i tu, produk akhir memiliki karakteristik geser seperti lempung remasan yang ter
overkonsolidasi sedang. Nilai cp di bawah kondisi terbuka terutama bergan tung pada indeks
plastisitas; nilai-nilai tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan Gbr. 18.1. Untuk ke

banyakan tujuan praktis nilai c bisa dianggap no!.

Jika lem pung di lapangan menjadi jenuh, berdasarkan persan1aan Coulomb yang di
revisi, kekuatannya bergantung pada tekanan pori. Pengamatan di bavrah kondisi-kondisi
ini identik seperti halnya lem pung-lempung asli pra-terbeban .. Jika derajat pemadatan lem
pung adalah sedemikian rupa sehingga lem pung cenderung berkonsolidasi di bawah beban
yang masih mungkin mempengaruhinya, dan laju disipasi tekanan pori demikian lam bat di
bandingkan laju pembebanan, maka konsep q;

0 dapat digunakan. Jika lempung cende

rung membengkak di bawah bebannya atau akibat geser, maka hasil analisis yang didasar

kan pada konsep q;

0 menjadi tidak sederhana.

Jika tanah isian tetap tak jenuh, persan1aan Coulomb yang direvisi
8 = c

+ p tan cp

(16.5)

secara pendekatan tetap dapat digunakan tapi tekanan pori memiliki nilai yang berbeda

dalam fasa air dan udara ruang pori. Jika ug menyatakan tekanan dalam fasa cairan, maka

Pers. 16.5 menjadi (Bishop, Alphan dkk. 1960;Skempton 1961a)


8 = C

+ [p

U0 - x(uw- U0)} tan cp

(16.6)

di mana faktor

x bergantung pada karakter tanah dan derajat saturasi (kejenuhan); untuk


x = 1,0, dan untuk tanah yang kering sempurna x = 0. Karena teknik peng
dan uw atau untuk menentukan x sangat kompleks (rumit) dan dirasa perlu

tanah jenuh

ukuran ug

untuk keperluan penelitian, maka uji triaksial digunakan, dalam kegiatan praktis dewasa
ini ,Yang berkaitan dengan berbagai masalah praktis, untuk mengamati kekuatan tanah
tanah jenuh sebagian, di mana dalam ha! ini hanya tegangan yang diukur dan di mana kon

disi-kondisi pengujian laboratorium dibuat sedekat mungkin dengan yang akan dijumpai
di lapangan. Hasil-hasil em pat seri pengujian terhadap contoh-con toh lempung anorganik

(CL), ditunjukkan dalam Gbr. 18.6 (Casagrande dan H irschfeld 1960), dapat dipandg
sebagai tipikal. Semua contoh mula-mula dipadatkan sehingga diperoleh kepadatan kering

yang sama. Dalam tiap-tiap seri derajat kejenuhan awal s, (Pers. 6.4) adalah tetapan-tetap

an yang berbeda u ntuk masing-masing seri. Dalam semua pengujian, peng!-uasan air (draina
ge) dihalangi selama pemberian tekanan se! dari segala arah serta selama penerapan tegang

an berturutan yang berbeda. Terlihat, bahwa contoh-contoh dalam seri-seri pengujian yang
memiliki derajat kejenuhan awal

Sr 'yang

lebih rendah

(Sr =

61 %), untuk tegangan normal

yang bersesuaian; memiliki kekuatan lebih besar daripada contoh yang derajat kejenuhan
awalnya lebih tinggi, dan pula terlihat garis keruntuhan berbentuk lengkungan. Semakin
bertambah derajat kejenuhan awal, maka lengkung keruntuhan yang bersangkutan me
nempati posisi yang lebih ke bawah dalam Gbr. 18.6.

Dengan bertambahnya tekanan pada contoh jenuh sebagian tertutup (undrained)

volume udara makin berkurang sesuai dengan hukum Boy le. Di samping itu, di bawah per

tambahan tekanan, kelarutan udara dalam air makin bertambah. Jadi, pada sebarang
seri pengujian contoh-contoh dengan derajat kejenuhan awal yang sama, derajat kejenuh

an makin bertambah dengan bertambahnya tekanan total pada bidang runtuh. Jika pada
suatu tekanan semua udara dilarutkan dalam air, maka contoh menjadi jenuh dan garis ke
runtuhan terhadap tegangan total menjadi horizontal (kondi;Si.
keruntuhaQ (Gbr. 18.6) menuju garis mendatar, tetapi kondisi

q;
q;

=
=

0). Jadi, semua garis


0 dicapai pada tekan

an-tekanan vang lebih rendah untuk seri-seri penlllliian den2an deraiat keienuhan awal vanll

Sifat fisik tanah

98

.......
M

""

..

5--------

l!!
c:

!!

Gbr.

18.6.

OL__________L________------------
20
15
5
10
0
Tegangan Normal Total, p (kg!cm2)

Lengkung keruntuhan untuk pengujian tertutup pada lempung kurus, dalam

bentuk tegangan-tegangan total, pada berbagai derajat kejenuhan awal.

Kadar Kelembaban di Saat


Penempatan (%)
(a)

""

112

l!!

108

.g

c:

ci
., .....

104
Kadar Kelembaban di Saat
Penempatan (%)
(b)

Gbr.

1 8. 7.

(a)

Kekuatan lempung kurus yang dipadatkan, ketika dipadatkan dan setelah

dibasahkan, sebagai fungsi kadar air pada saat penempatan. (b) Kurva kelembaban-ke
rapatan u ntuk bahan yang sama.

99

Sifat hidraulik dan mekanika tanah

lebih tJ.nggi. Biasanya tanah isian yang dipadatkan diletakkan dalam suatu koildisi jenuh
sebagian. Untuk suatu prosedur pemadatan tertentu , kkuatan pada saat pemadatan ber
gantung pada kelembaban pada saat penempatan. Hal ini diilustrasikan oleh hasil-hasil
pengujian-pengujian tertutup tak terkonsolidasi (unconsolidated) pada suatu l em pung
lanauan (Gbr.

1 8. 7a).

Namun, pada akhirnya kekuatan dapat berbeda cukup berarti dari

yang dimilikinya pada saat penem patan seperti ditunjukkan pada gambar. Hubungan yang
dicontohkan oleh Gbr.

1 8.7

sangat berbeda untuk tanah yang berbeda dan untuk be

berapa tanah yang mengalami prosedur pemadatan yang berbeda (Seed dkk

1 960).

Hu

bungan tersebut juga bergantung pada apakah terjadi perubahan kelembaban baik dengan
perubahan volume tanah ataupun tidak.
Karena kerumitan fenom ena yang berkaitan dengan kekuatan geser tanah jenuh-se
bagian, maka diperlukan banyak pengalaman untuk mem ilih prosedur uji yang memadai
dan m enginterpretasi hasil-hasilnya.

Perayapan
Jika regangan geser yang bekerja pada sebuah contoh lem pung lebih kecil daripada
suatu nilai yang dikenal sebagai

kekuatan pe rayapan

(creep strength), maka lem pung meng

alami perubahan dalam suatu selang waktu kecil setelah tegangan geser tersebut bekerja,

namun setelah itu tidak lagi terjadi perubahan. Di lain pihak, jika tegangan dilampaui,

lempung m engalami perubahan kontinu (terus menerus) akibat tegangan geser yang tetap.

Pengamatan laju perayapan memerlukan peralatan khusus, misalnya piranti geser tarsi atau
cincin, di mana luas permukaan runtuh tak berkurang selama tegangan dinaikkan. Hasil
hasil pengamatan semacam ini pada lempung remasan teroverkonsolidasi dengan keplastis
an yang tinggi di bawah kondisi terbuka sepenuhnya (Hvorslev
dalam Gbr.
geser

1 8. 8a.

1 937, 1 960)

ditunjukkan

Dalam pengamatan ditentukan hubungan antara waktu dan regangan

untuk masing-masing inkremen tegangan geser. Perubahan selama

1 00

jam per

tama setelah penerapan masing-masing inkremen, yang mencakup respon langsung ter-

/0

c::

"it

25

Lw=/21
Pw=36

20

t! 15

c:: 10
!!,

c::

-C)

re:

220
Waktu setelah Pemberian
Be ban Oa lam Jam
(a)

br.

18.8.

Lw=35
P.w = /1
.

(a)

260

Waktu Se telah Pem berian


Be ban Da lam Meni t
(b)

Hubungan antara perubahan angular dan waktu untuk c ontoh Iempung

remuan plastis teroverkonsolidasi dalam uji geser torsi terbuka (d rained) (Hvorslev

(b)

1937).

Hubungan antara regangan dan waktu untuk 1empung asli dengan plastisitas rendah

yang identik dari Chicago, yang diuji di bawah kondisi tertutup pada pemampatan bebas.

r
;

Sifat fisik ttmah

100

hadap perubahan tegangan, tidak diplot; hanya perubahan berturutan yang diperagakan.
Terlihat bahwa peranan perayapan bertarnbah jika nilai tegangan geser bertambah. Ke
runtuhan, seperti dibuktikan oleh rotasi kontinu dengan laju tetap, terjadi pada tegangan
2
geser 0,5 kg/cm .
Jika luas permukaan runtuh berkurang dengan bertambahnya perubahan, laju per
ubahan di. bawah tegangan tertentu cenderung clipercepat setel mendekati nilai yang
hampir tetap, dan selanjutnya keruntuhan terjadi secara tiba-tiba. Fenomena ini diilustrasi
kan oleh

Gbr.

1 8.8b,

yang mengungkapkan hasil-hasil pengujian pemampatan bebas

(unconfined) di bawah kondisi tertutup (undrained) terhadap contoh-contoh asli lmpung


yang identik dan yang keplastisannya rendah dari Chicago.
Rasio antara kekuatan perayapan dan tahanan gesekan puncak belum diselidiki secara
menyeluruh (luas). Untuk beberapa lempung tak peka, rasio tersebut kecil, yakni 0,3; se
dangkan untuk lempung-lempung rapuh dapat mencapai sekitar (orde)

0,8.

Tegangan

tegangan yang melebihi kekuatan perayapan merupakan penyebab penting bagi pergerakan
lateral yang progresif pada struktur-struktur seperti dinding-clincling penahan tanah dan
tanggul.

Laju Pembebanan
Di semua pengujian konvensional, keruntuhan biasanya terjadi dalam beberapa jam
atau beberapa hari. Pada beberapa tanah nilai s berkurang dengan bertambahnya laju pem
bebanan, sebagaimana diperagakan dalam Gbr.

1 8.9

untuk uji tertutup (Casagrande dati.

Wilson 1 9 5 1). P enemuan-penemuan ini membawa ke kecurigaan bahwa pada tegangan


tetap kekuatan lempung-lempung tersebut dapat juga berkurang terhadap waktu. Kemung
kinan ini mensyaratkan perlunya perhatian dalam memilih nilai-nilai kekuatan geser yang
diperbolehkan dalam kaitannya dengan masalah-masalah kestabilan.

A - Lempung Meksi ko City. Lw = w = 400


8 - Lempung Cambridge, Mass. Lw= 42;w = 37;Pw= 21
C - Bentonit Oahe
D - GumboMississippi. Lw= 94;w = 41;Pw = 31
0 --------
I
10
/00
1000
!0,000
1,000,000
Waktu Sampai Terjadinya Keruntuhan - Menit (Skala Log)
Gmb. 18.9. Kekuatan tertutup (undrained) tanah-tanah lempung yang mencapai keruntuh

an pada berbagai waktu dibandingkan dengan kekuatan jika diuji agar runtuh dalam satu

menit (Casagrande dan Wilson 1951).

Soal-soal

1.
Hasil-hasil sederetan (seri-seri) uji triaksial terbuka pacta suatu lempung kurus
diungkapkan dengan cukup akurat oleh persamaan s = p tan 3 1 . Suatu penguJiii-IikOfl::
solidasi tertutup terhadap bahan yang sama dilakukan pertama-tama dengan mengkonsoli
dasi contoh lempung di bawah tekanan ke segala arah sebesar 2 tonjft2 dan kemudian
dengan menambah beban l}ksial tanpa pengurasan air sampai keruntuhan terjadi. Contoh

Sifat hidraulik cum mekanika tanah

101

runtuh pad a tegangan 1 ,8 tonjft2 1ebih besar daripada t egangan sel. Berapa ni1ai koefisien
tekanan pori A f pada saat runtuh. Berapa ni1ai c/Jcu?
Jwb.

0,64 ; 18, 1 0

2. Kekuatan kompresif bebas suatu contoh lempung diketahui sebesar 2 ton/ft 2 .


Lempung tersebut memiliki indeks plastisitas 40 ; Sudut gesekan dalam pada uji terbuka,
berdasarkan Gmb. 1 8. 1 , sekitar 27,7. Dengan m enganggap bahwa nilai cp ini b erlaku, be
rapakah nilai tekanan air pori dalam contoh lempung ini pada saat runtuh?
Jwb. 1 , 1 5 tonjft2 m:gatif

3. En,dapan lempung asli yang terbeban normal memiliki indeks p1astisitas 6 5 %


dan berat satuan jenuh 1 1 4,3 1b/ft 3 . Lempung meluas k e kedalaman sekitar 50 kaki d i ba
wah permukaan tanah. Paras air tanah b erimpit d engan permukaan tanah. Contoh asli
diamb il dari kedalaman 30 kaki. Berapa kekuatan kompresif bebas yang mu ngkin diper-
oleh?
Jwb. Sekitar 0 , 5 5 ton/ft2 .

Dua pen ujian triaksial konsolidasi tertutup d ila ukan t erhadap dua contoh lem
4.
pung yang sama. Salah sa tu contoh dikonsolidasi di bawah tekanan sel sebesar 1 ,70 kg/
cm 2 . Lempung ini runtuh di bawah penambahan t egangan aksial 1 ,24 kg/ cm 2 . Tekanan
air pori diukur di seluruh pengujtan dan pada saat runtuh diketahui bernilai positif 1,07
kgfcm2. Contoh yang lain d ikonsolidasi di bawah tekanan sel 4,27 kg/cm 2 . Pertambahan
tegangan aksial di saat keru ntuhan adalah 3 ,1 2 kg/cm 2 , dan tekanan air porinya adalah
2, 70 kg/cm 2 . Berapa nilai-nilai c/Jcu dan cp untuk contoh tersebut?
Jwb. 1 5 ,5 , 3 0

Bacaan Pilihan
Pengetahuan saat ini mengenai kekuatan geser tanah kohesif ditinjau ulang pada kon
ferensi penelitian mengenai kekuatan geser tanah kohesif yang diprakarsai oleh Persatuan
Insinyur Sipil Am erika di Boulder, Colorado, Juni 1 960. Dalam konferensi itu dikemuka
kan makalah-makalah yang di antaranya, berikut ini, b erkaitan khusu snya dengan Artikel

1 8:
Bishop, A. W., I. Alpan, G. E. Blight, dan LB. Donald. Fa ctors controlling the strength of
partly saturated coheshe soils, hal. 503.
Bishop, A.W. dan L. Bjerrum. The rele1ance of the triax ial test to the solu tion of stability
?
problems, hal. 4 3 7 .
Bjerrum, L. dan N.E. Sirnons. Comparison of shear strength characteristics of n ormally
consolidated clays, hal. 7 1 1 .
casagrande, A. dan R.C. Hirschfeld. Stress-deformation and strength characteristics of a
clay compacted to a constant dry unit weight, hal. 3 5 9.
Hvors!ev, M . J. Physica l comp o!Jents of the shear strength of saturated clays, hal. l 6 9.
Peterson, R, J.L. Ja'spar, P.J. Rivard, dan N.L. Iverson. Lim ita tions of laboratory shear
strength in evaluating sta bility of highly plastic clays, hal. 76 5.
Seed, Ji.B. , J . K. M itchell, dan C. K. Chan. The strength of compacted cohesive soils, hal.
877.
Sirnons, N. E. Comprehensive investigations of the shear strength of an u ndistu rbed Dram
m en clay, hal. 727.
Sirnons, N. E. The effect of overconsolidation on t he shear strength characteristics of' an
'
undisturbed Oslo clay, hal. 747 .

Sifat fisik tanah

102

PASAL

19

PENGARUH GETARAN PADA TANAH

Umumnya getaran-getaran dari pemancangan tiang, lalu-Jintas, atau operasi mesin


mesin akan menambah kepadatan pasir dan mengakibatkan permukaannya turun. Penurun
an tersebut dapa t menyebabkan kerusakan pada bangunan-bangunan dan tak jarang pula
para penanggung-jawab kejadian tersebut harus berurusan dengan pengadilan. Tapi di lain
pihak, getaran-getaran merupakan satu cara yang paling ekonomis untuk memadat!<an
tanggul pasir atau lapisan -la pisan pasir lepas alarni bagi konstruksi pondasi (Pasal

50).

Jadi, pengaruh getaran pada tanah dapat merugikan atau menguntungkan dan harus selalu
kita perhatikan.
Hertwig dkk. (1933) menggunakan peralatan yang digambarkan secara diagramatik
pada

Gbr.

19.la untuk mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi efek pemadatan.

Peralatan tersebu t tersusun dar i sebuah tumpuan dan dua buah beban yang sama dan ta
sepusat yang berotasi dalam arah berlawanan. Gaya total yang diberikan pelat dasar per
ala tan tersebu t pad a tanah terdiri atas sebuah gaya statik yang sama dengan be rat per
alatan ditambah dengan gaya pulsa yang nilai maksimumnya sama dengan gaya sentri
fugal dari kedua be ban tak sepusat tersebu t. Jumlah perputaran kedua beban tak sepusat
itu tiap satuan waktu adalah

f rekuensi yang biasanya dinyatakan dalam siklus per detik.


ampli

Jarak vertikal terjauh yang ditempuh beban dari posisi kesetimbangannya disebut

tudo getaran tumpuan dasar peralatan tersebut. Pada suatu nilai frekuensi tertentu ampli
tudo mempunyai n i!ai terbesar (lihat

Gbr. 19. 1b). Frekuensi tersebut hampir sama de

ngan frekuensi alami fo dari penggetar dan bagian bergetar dari tanah tumpuan.
Istilah

fr ekuenst a/ami menunjukkan frekuensi getaran yang terjadi bila sebuah badan

dengan perbatas yang jelas dikenai sebuah impuls tunggal. Jika impuls periodik, ampli
tudo akibat

getaran tertekan

(forced vibration) bertambah ketika frekuensi impuls

[1

mendekati frekuensi alami bahan tersebu t. Amplitudo maksirnum terjadi pada saat fre
kuensi mendekati frekuensi alami. Keadaan ini disebu t

resonansi dan

diilustrasikan oleh

puncak kurva dalam Gbr. 19.lb.

(a)

(b)

.g
a

0,5

1,0

1,5

z.,o

0,5
1,0
1,5
Rasio frekuensi ftlfo

2./)

We) Vt I I

Cl:. 0

Gbr.

19.1.

(a)

Prinsip penggetar tanah. (b) Hubungan antara frekuensi dan amplitudo ge

taran. (c) Hubungan antara frekuensi dan penurunan tumpuan dasar peralatan tersebut
(Hertwig dkk.

1933):

Si[at hidraulik dan mekanika tanah

103

Tabe/ 19.1
Frekuensi Resonansi Penggetar pada Berbagai.Jenis Tanah

Tabel 19.1 berisikan nilai-nilai frekuensi resonansi penggetar yang beroperasi pada
tanah-tanah dan batuan :unak yang berbeda, seperti J.iperlihatkan dalam Gbr. 19.1 (Lo
renz 1934). Penggetar mempunyai berat 6.000 lb dan luas bidang sentuh 10,7 ft2 Nilai
terse but diperoleh dengan memperbesar frekuensi impuls secara tunak, ke nilai yang
jauh lebih besar daripada frekuensi resonansinya.
Pada batas-batas tertentu frekuensi resonansi tidak bergantung hanya pada sifat-sifat
tanah penyangga tetapi juga pada berat dan dimensi penggetar. Perubah-perubah ini telah
diselidiki oleh Persatuan Insinyur Amerika (U.S. Corps of Engineers) dalam dua perangkat
pengujian, satu perangkat pada lempung l_anauan kohesif dan lainnya pada pasir yang tak
berkohesi. Berat penggetar dan tumpuannya bervariasi dari 13.000 sampai 65.000 lbs, garis
tengah bidang yang terbeban oleh getaran berkisar dari 5 sampai 16 kaki, dan luas bidang
sentuh berkisar dari 2 1 san1pai 200 ft2 (WES, 1963) menginduksi beberapa ragam getaran
secara terpisah. Hasil-hasilnya memperluas jelajah perubah-perubah yang bersangkutan,
tetapi pada pokoknya tidak berbeda dengan yang terdapat dalam Gbr. 19.1.
Jika suatu penggetar khusus digunakan pada tanah-tanah yang berbeda, frekuensi
resonansi bertambah dengan meningkatnya kerapatan dan berkurangnya kompresibilitas
tanah. Dengan keuntungan-keuntungan ini, maka peralatan tersebut digunakan secara luas
untuk menentukan derajat pemadatan tanah isian buatan dan membandingkan keefektipan
berbagai metode pemadatan.
Jika penggetar beroperasi pada pasir, maka pasir yang berada di bawah tumpuan akan
terpadatkan. Ukuran lajur pemadatan (zone of compaction) bertambah dengan laju yang
berkurang terhadap waktu jika frekuensi impuls tetap. Ukuran akhir lajur bergantung pada
intensitas impuls periodik yang dihasilkan penggetar dan pada kepadatan awal pasir. Di

luar batas-batas lajur ini, kepadatan pasir secara praktis tak berubah.

Karena penggetar berada pada permukaan lajur pemadatan, proses pemadatan akan di
sertai dengan penurunan penggetar. Seandainya frekuensi impuls ditambah secara ber
angsur-angsur, penurunan penggetar yang bersangkutan meningkat seperti ditunjukkart
dalam Gbr.

19.1c. Jika frekuensi res<::mansi didekati, penurunan bertambah dengan cepat

dan menjadi berlipat kali lebih besar daripada penurunan yang dihasilkan oleh beban statik
yang besarnya sama dengan gaya pembangkit pulsa. Jelajah frekuensi tempat terjadinya

jelajah kritis (critical range). Jelajah ter


sampai 1 kali frekuensi resonansi.

pertambahan penurunan yang terbesar disebut


maksud berkisar dari

Jika frekuensi mesin penggetar yang bertumpu di atas pasir berada dalam jelajah kritis
pasir, maka penurunan yang terjadi jauh lebih besar daripada yang dihasilkan oleh gaya sta
tik.yang ekivalen. Frekuensi getaran yang dfuasilkan oleh bagian-bagian kecil tapi nyata tak

I'

I
I
I

Sifat fisik tanah

104

sepusat dari bagian-bagian yang berputar sebuah turbin uap ada dalam jelajah kritis p asir
(Pasal 60). Oleh karenanya, pondasi untuk turbin uap yang berada pada lapisan lempung
akan m engalami penurunan besar kecuali jika pasir dipadatkan secara buatan sebelum pon
dasi turbin dibuat. Apa pun kemungkinan kondisi tiillah yang akan dihadapi, kita sebaik
nya m elakukan persiapan guna mengurangi amplitudo getaran yang terjadi.
Efek getaran pada lempung jauh kurang menyolok dibanding pada pasir karena ikatan
kohesi antar partikel lempung berperan melawan penggelinciran antar butiran. Namun de
mikian, lempung lunak pun men.gkonsolidasi, sampai batas-batas yang sedang, ketika secara
kontinu menerima beban getaran yang kuat secara tunak dengan frekuensi m endekati
frekuensi alami lempung.
Kita m enghadapi kenyataan bahwa mesin penggetar berosilasi dengan sejumlah ragam
(mode) getaran yang frekuensi resonansinya mungkin berbeda-beda. Gerakail yang ter1

jadi sangat rumit dan biasanya tidak dapat diramalkan dengan handal, namun frekuensi
resonansinya dapat diaproksimasi untuk kasus y ang sederhana (Barkan 1 962, Lysmer dan
Richart 1 966).
Fenomena resonansi serupa bisa diinduksi jika pengantar diletakkan di puncak suatu
pondasi tiang, misalnya ketika kita m emancang suatu tiang. Dalam keadaan ini, penggetar
dioperasikan pada freku ensi alam getaran longitudinal dari tiang pancang tersebut dan
selanju tnya tiang akan menembus ke dalam tanah dengan mudah (ASCE 1 96 1 ).

\'
'

BAB

TIGA

DRAINASE TANAH

PASAL 20 MUKA AIR TANAH, KELEMBABAN TANAH,


DAN FENOMENA KAPILER

Definisi
Istilah muka air tanah, tinggi air, dan permukaan freatik (phreatic) menunjukkan tern
pat kedudukan dari tinggi naiknya.air pada sumur-sumur pengamatan. Air tersebut dapat
bergerak bebas dalam ruang pori tanah di lapangan (in situ). Muka air tanah juga didefini
sikan sebagai permukaan tempat tegangan netral u..., (Pasal12) dalam tanah sama dengan
nol.
Seandainya air yang terkandung dalam tanah tidak mengalami gaya apa pun selain
gaya berat, maka tanah yang terletak di atas muka air tanah akan jenuh sama sekali (sem
purna). Pada kenyataannya, tanah-tanah di lapangan akan bersifat jenuh-sebagian sampai
suatu jarak tertentu di atas tinggi air tersebut. Air yang berada dalam ruang pori di atas
muka air tanah mewujudkan kelembaban tanah (soil moisture).
Jika bagian sebelah bawah dari massa tanah kering bersentuhan dengan air, maka air
bergerak dalam ruang pori naik sampai ke ketinggian tertentu di atas permukaan air
bebas (free water surface). Tegangan permukaan (surface tension) pada air menyebabkan
aliran berarah ke atas dalam ruang pori tanah. Tempat tegangan permukaan bekerja ter
letak di perbatas antara udara dan air. Pada lajur perbatas ini, air mengalami tegangan tarik
seperti yang dialami oleh membran karet yang teregang dan dilekatkan pada dinding
ruang pori tanah. Perbedaannya, tegangan permukaan di perbatas lapisan tipls air sama
sekali tidak dipengaruhi &aik oleh kontraksi ataupun peregangan lapisan termaksud. Kon
sep tentang interaksi molekul-molekul yang menghasilkan tegangan permukaan masih di
perdebatkan. Namun adanya tegangan tarik dalam lapisan permukaan telah d1ketahui
lebih dari seabad yang lalu, dan intensitas tegangan ini dapat ditentukan melalui berbagai
metoda dengan hasil yang konsisten.

Kenaikan Air Dalam Tabung Kapiler


Fenomena kenaikan kapiler dapat diperagakan dengan menc;elupkan bagian bawah dari
sebuah tabung gelas bergaris tengah sangat kecil ke dalam air. Tabung semacam itu d1'kenal
sebagai tabung kapiler. Segera setelah bagian bawah tabung bersentuhan dengan air, maka
gaya tarik antara molekul air dan molekul gelas bergabung dengan tegangan permukaan un
tuk menarik air naik sampai ke ketinggian he di atas tinggi air (Gbr. 20.la). Ketinggian
he ini disebut tinggi kenaikan kapiler (height of capillary rise). Bagian sebefah atas dari aif
akan berbentuk lengkung yang disebut meniskus. Lengkung tersebut menyambung ke
dinding tabung dengan sudut ex yang dikenal sebagai sudut kontak (contact angle). Nilai
dari sudut kontak ini bergantung pada bahan-bahan penyusun dinding tabung serta pada
jenis bahan pencemar yang menyelimutinya. Untuk tabung-tabung gelas yang bersih
secara kirnia atau yang dindingnya bisa dibasahi, maka ex bernilai 0 dan air dapat naik ke
ketinggian terbesar yang kompatibel dengan garis tengah tabung serta tegangan permukaan

Sifat jzsik tanah

106
(b)

(a)

Gbr. 20. 1. (a) Kenaikan air dalam tabung kapiler. (b) Keadaan tegangan pada air di dalam
tabung kapiler.

air. Seandainya dindin g tabung tidak bersih secara kimia, maka a cenderung bernilai di

antara 0 dan 90 , serta tinggi kenaikan kapilernya akan lebih kecil daripada he u ntuk

a
0 . Akhirnya jika dinding dilapisi oleh lapisan tipis sejenis pelumas, a akan le bih besar

dari 90 dan meniskus terletak di bawah paras air-bebas. Fenomena ini dianggap berasal
=

dari peristiwa tolak menolak antara molekul air dan molekul bahan pelumas.
Jika

Ts

menyatakan tegangan permukaan (gram per centimetet) dan

'Yw

merupakan

berat satuan air, maka persyaratan kesetimbangan menghasilkan

hc'1l"T2'Yw = 2rrT. cos a


dan selanju tnya kita akan memperoleh

2T.

h.=-cos a
T'Yw
Dengan bertambahnya suhu , maka nilai
sekitar 0,075 gjcm, dan

'Yw

Tekanan hidrostatik

uw.

agak berkurang. Pada suhu ruang nilainya

akan sama dengan 1 g/cm3. Oleh karena itu,

h.( cm) =

nilainya adalah

T8

{20. 1 )

0.15
cos a
r(cm)
--

(20.2)

dalam air di atas p aras air-bebas bernilai negatip . Di ketinggian

z,

(20.3)

Kenaikan Kapiler Air dalllm Tanah


Tidak seperti halnya tabung kapiler, ruang pori kontinu di dalam tanah dan dalam se
bagian besar bahan porous memiliki 1ebar yang bervariasi. Masing-masing ruang pori
terse but berhubungan satu dengan lainnya dari segala arah dan membentuk jaringan ruang
pori yang rumit. Jika j aringan semacam ini dimasuki oleh air dari bawah, maka bagian
bawah jaringan tersebut menjadi jenuh-sempurna. Sedangkan pada bagian atasnya, air me
nempati ruang pori yang sempit dan u dara mengisl ruang pori yang 1ebih luas. Kenaikan
air masuk ke dalam ruang pori pasir kering .akibat tegangan permukaan dapat diperagakan
di laboratorium dengan melakukan pengujian seperti yang ditunjukkan oleh Gbr. 20.2a.
Pasir dituang ke dalam tabung gelas-tegak lurus yang memiliki tabir (screen) di dasarnya.
Se1anjutnya, dasar tabung diletakkan tepat di bawah muka air-bebas sehingga air akan naik

..

Drainase tanah

107
(b)

(c)

he ------------

00-----'jooo
Waktu

Gbr.

20. 2.

Kenaikan kapiler air ke dalam pasir kerig.

masuk ke dalam pasir. Bagian pasir yang ruang porinya terisi sebagian atau seluruhnya
oleh cairan akan berwarna gelap, sedangkan bagian lainnya berwarna terang. Sampai suatu

hee di atas tinggi air, pasir bersifat jenuh-sempuma. Sedangkan pasir di antara
hee dan he bersifat jenuh-sebagian seperti diperlihatkan dalam Gbr. 20.2b.
Tinggi he ini disebu t tinggi kenaikan kapiler (height of capillary rise). Gambar 20.2c meng
ketinggian
ketinggian

ilustrasikan laju naiknya permukaan atas lajur y ang terlembabkan terhadap waktu hingga
mencapai posisi kesetimbangan di ketinggian

h e.

Ukuran ruang pori akan berkurang dan tinggi kenaikan kapiler akan bertambah jika
ukuran butiran efektif berkurang. Tinggi

he (cm) dapa.t diaproksimasi sama dengan

he=

di mana

Qihat Pasal

(20.4)

eDlo

menyatakan angka pori, D10 (centimeter) adalah u kuran e fektif Allen Hazen

5),

dan

( centimeter kuadrat) merupakan konstanta empiris yang ber

gantung pada bentuk butiran serta pada pencemar-pencemar permukaan. Nilai


berkisar antara

0, 1

dan

0,5

tersebut

cm2 Akan tetapi, berkurangnya permeabilitas berkaitan

dengan berkurangnya ukuran butiran. Hal ini akan menyebabkan penurunan tingkat ke
naikan kapiler. Oleh karena itu , tinggi kenaikan air dalam suatu jangka waktu tertentu ,
misalnya

24 jam,

mencapai maksimum untuk suatu u kuran butiran sedang (intermediate)

tertentu . Dalam Gbr.

20.3 ,

absis menyatakan logaritma ukuran bu tiran dari serbuk kuarsa

seragam yang berada dalam keadaan agak padat, dan ordinat menyatakan tinggi kenaikan
air dalam jangka waktu
sekitar

0,02

24 jam.

Tinggi kenaikan maksimum terjadi untuk ukuran butiran

mm, sedangkan dalam jangka waktu

48 jam

terjadi untuk u kuran butiran yang

agak lebih kecil.

!50r---r--.---.---,

Loga ritma Uku ran Bu tiran (mm)

Ghr.

20.3 .

Hubungan antara ukuran butiran dari bubuk kuana yang seragam dan tinggi

kenaikan kapiler untuk perioda

24 jam (Atterberg 1 908).

..

108

Sifat fisik tanah

Penghisap Kapiler
Gaya-gaya kapiler dapat mengangkat air melawan gaya gravitasi, tidak saja masuk
ke dalam tabung-tabung kapiler atau ke dalam ruang p ori dari kolom tanah kering, tetapi
juga ke dalam saluran terbuka atau alur-alur berbentuk V. Kenyataan ini dapat dip eraga
kan oleh p eralatan yang ditunjukkan oleh Gbr.

20.4.

Jika titik paling tinggi dari alur ter

letak di bawah paras yang dapat dicapai oleh air (akibat tegangan permukaan), maka gaya
kapiler aan menyebabkan air ditarik ke bagian alur yang menurun dan perlahan-lahan
mengosongkan bejana. Proses ini dikenal sebagai penghisapan

kapiler (capillary

siphoning).

Proses yang serupa dapat pula terjadi pada ruang pori dalam tanah di lapangan. Misal-

nya, pada sebuah b endungan atau tanggul, air mungkin mengalir melintasi puncak intinya
yang tak-permeabel seperti ditunjukkan dalam Gbr.

20. 5,

kendatipun elevasi dari per

mukaan air-bebas terletak di bawah puncak inti tersebu t. Penghisapan kapiler ternyata
mengakibatkan hilangnya air sebanyak

450

galon/menit pada kanal sepanjang

12

mil

di antara Berlin dan Stettin di Jerman. lnti tak-permeabel dari tanggul kanal tersebut
terletak satu kaki di atas muka air tanah dan jika inti tersebut dinaikkan setinggi
maka kehilangan air berkurang menjadi

16

inci,

1 00 galonfmenit.

Alur berben tuk V

Penampang A

Gbr.

Gbr.
fill).

20.4. Aliran kapiler melalui alur berbentuk V.

20.5. Aliran kapiler melintasi inti yang tak-permeabel dalam timbunan tanah (earth

..

Ketak-Kontinuan Kelembaban Tanah .


Sebagian ruang pori di antara ketinggian hee dan he terbentuk oleh saluran kontinu

yang berisi u dara (Gbr. 20.2a). Sisanya diisi oleh "air serapan". Karena serapan ini juga
kontinu , maka tegangan dalam air sampai ketinggian he memenuhi Pers. 20.3 . Akan tetapi
jika pasir hanya sekedar terlembabkan, partikel-partikel air tidak saling bersentuhan satu
sama lainnya, maka Pers.

20.3

tidak dapat digunakan.

Kandungan air dalam pasir yang lembab dikenal sebagai

kelembaban kontak

(contact

moisture) karena setiap tetes air h anya mengitari titik kontak antara dua butiran pasir se
perti diperlihatkan dalam Gbr.

2 0.6.

Gaya

P yang dikenal sebagai tekanan kontak (con

tact pressme) bersama-sama dengan tegangan permukaan di perbatas antara air dan u dara
pada ruang-ruang pori yang berdampingan akan menarik butiran-butiran tanah. Tahanan
gesekan (frictional resistance) yang dihasilkan oleh tekanan kontak memberikan efek yang
serupa seperti halnya jika tanah m emiliki kohesi (lihat Gbr. 2 1. 3a dan

b).

Segera setelah

109

Drainase tanah

Gbr.

20.6. Gaya-gaya yang dihasilkan oleh kelembaban-sentuh.

pasir terendah, tegangan permukaan akan hilang dan tekanan kontak menjadi sama dengan
nol, serta pasir meluruh (disintegrates).
Pengamh mekanika dari kohesi yang diakibatkan oleh kelembahan-sentuh, bergantung
pada kepadatan relatif pasir. Jika pasir memiliki sifat padat, kohesi memperbesar tahanan
geserannya sedemikian jauh sehingga lereng vertikal dengan ketinggian beberapa kaki
dapat berdiri tegak tanpa penopang lateral. Di lain pihak, seandainya suatu pasir lembab
terendapkan secara lepas, misalnya saja melalui proses penimbunan (dumping), maka kohe
si akan mencegah partikel-partikcl tanah untuk turun ke keadaan (posisi) stabil serta me
ngurangi daya-dukung pasir hingga mendekati nol. Volume dari pasir yang semacam ini
dapat melebihi volume pasir sejenis yang berada dalam keadaan kering lepas. Kelebihan vo
lume itu adalah sekitar 20 sampai 30%. Gejala (phenomenon) ini dikenal sebagai bulking.
Karena gaya-gaya yang mempertahankan partikel-partikel dalam posisinya yang tak stabil
adalah sangat kecil, maka gejala bulking hanya terjadi pada kedalaman beberapa kaki di
bawah permukaan pasir. Pengaliran air akan mengurangi porositas pasir hingga menjadi
sama dengan porositas yang dimiliki oleh pasir sejenis tetap.i berada dalam keadaan
lepas-jenuh atau lepas-kering. Hal ini disebabkan oleh pengaliran air tersebut yang meng
akibatkan hilangnya tegangan-permukaan air.

Kerancuan Umum
Karena keadaan fisik yang menyebabkan pergerakan-kapiler air melewati tanah tidak
begitu jelas seperti halnya penelusan akibat pengaruh gravitasi, maka berbagai kerancuan
yang berbeda-beda muncul dalam publikasi-publikasi. Misalnya, dipercayai bahwa air
di dalam sebuah tabung kapiler tidak mungkin naik lebih tinggi daripada kenaikan di
dalam tabung-penyedotan daripada sebuah pompa (sekitar 30 ft). Nyatanya, tinggi yang da
pat dicapai air akibat penyedotan bergantung pada tekanan atmosfir, akan tetapi tidak ber
gantung pada diameter tabung penyedotarr. Sementara itu, tinggi yang dicapai air akibat
kekapileran (kapilaritas) tidak bergantung pada tekanan atmosfir, tetapi makin bertambah
besar dengan makin berkurangnya garis-tengah tabung. Jadi, ini merupakan bukti bahwa
kedua jenis kenaikan tersebut tidak memiliki perkaitan. Lebih jauh lagi, dalam keadaan
vakum (hampa) air tidak dapat tersedot (naik) ke dalam tabung penyedot, sedangkan
tinggi kenaikan kapiler pada keadaari ini sama dengan tinggi kenaikan kapiler di bawah
tekanan atmosfir.
Dipercayai pula bahwa sebagian besar air yang berada di dalam pasir halus tidak ikut
berperan dalam aliran rembasan akibat tertahan (dalam pasir) oleh gaya tarik-meharik
antar molekul. Pandangan ini tidak sesuai dengan kenyataan, yang telah diketahui dengan
baik, bahwa tebal lapisan-lapisan air yang "terikat" di sekitar padatan akibat gaya tarik
menarik antai molekul tidak lebih dari 0,1/-L. Pada jarak yang jauh dari lapisan-lapisan
tersebut, air kembali bersifat "normal" dan dapat mengalir bebas seperti halnya air
dalam jaringan-pipa (pipe line). Mengingat jumlah air yang terkandung dalam daerah de
ngan jarak 01
, /-L dari permukaan butiran-butiran pasir yang jenuh dapat diabaikan jika

,,
I

..

'

110

Sifat fisik tanah

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan air, maka secara praktis seluruh kandungan air
merupakan air normal yang ikut berperan dalam aliran-rembasan.

Soal-soal
1.
Ukuran efektif sua tu pasir sa ngat halus adalah 0,05 mm, dan a ngka porinya 0, 6..
Brapa tinggi kenaikan kapiler he untuk pasir ini?

Jwb. Anta ra 33 dan 1 65 cm.

2. Kekuatan kompresif bebas suatu pasir halus padat yang lembab adalah 0 , 2 kg/
cm 2 , dan sudut gesekan dalamnya sebesar 40 . Berapakah intensitas tekanan segala arah
Pc yang d iperlukan untuk menghasilkan efek yang serupa terhadap kohesi, seperti yang di
hasilkan oleh kelembaban-sentuh?
Jwb. 0,05 6 kgjcm 2 .

PASAL 21 PROSES DRAINASE

Manfaat dan Jenis-Jenis Drainase


Dalam praktek keteknikan, drainase digunakan untuk menghilangkan tekanan rem
besan, mengurangi bahaya dari kerusakan akibat cuaca dingin, atau untuk memperbesar
tahanan geser tanah dengan cara mengurangi tegangan-tegangan netral (lihat Pasal 12
dan 17). Pada drainase diadakan penurunan muka air tanah di bawah dasar massa tanah
yang irtgin dilindungi atau diperkuat.
Untuk menurunkan muka air tanah hingga suatu ketinggian tertentu, maka di bawah
tinggi air tanah tersebut perlu dibuat sebuah sistem pengumpul berupa sumur, serambi
(galeries), atau parit-parit. Air mengalir keluar dari tanah dan masuk ke dalam pengum
pul sebagai akibat gravitasi yang selanjutnya dikeluarkan melalui pemompaan atau dengan
cara-cara lainnya. Partikel tanah yang lebih halus secara berangsur-angsur dihanyutkan ke
dalam pengumpul karena kelandaian hidraulik pada dinding setiap pengumpul sedemikian
tinggi. Ha! ini dapat dicegah jika dinding diselimuti oleh penapis-penapis yang terdiri dari
ayakan kawat atau tabir berupa pasir atau kerikil. Lubang dari tabir-penapis secara kasar
haruslah sama dengan 60% dari ukuran butiran D6 0 dari tanah alami di sekitarnya. Pe
napis-penapis pasir atau kerikil tersebut haruslah memenuhi persyaratan ukuran butiran
yang telah dispesifikasikan di bagian akhir Pasal 11.
Sumur-sumur drainase biasanya terbuat dari tabung baja yang disebut pipa pelindung
sumur (well casings) yang berlubang-lubang di tempat persentuhannya dengan lapisan
berair. Jika pipa pelindung bergaris tengah kurang dari sekitar 2 inci, maka surrlur ter
sebut dinamakan titik sumur (well point). Melalui pipa header yang menghul?ungkan
ujung-ujung atas dari semua pipa pelindung, air dipompa keluar dari sejumlah titik-titik
sumur. Seandainya garis tengah dari sumur drainase sama dengan 12 inci atau lebih, air
biasanya dipompa dengan tabung penyedot yang bergaris tengah jauh lebih kecil, dan
ruang di antara tabung dan dinding lubang diisi dengan pasir kasar atau kerikil. Sumur
semacam ini dikenal sebagai sumu r p enap is( filte r wells). Penapis yang berbentuk cincin
(annuliu filter) bertindak sebagai pengganti pipa-pelindung-sumur yang berlubang. Parit
atau galery umumnya terdiri darijaringan-pipa-hubungan-terbuka yang terletak dalam pasir
atau kerikil yang memenuhi persyaratan ukuran-butiran untuk penapis.
Sebagian air di dalam pasir yang mengalir keluar melalui ruang pori masuk ke dalam
pengumpul akan digantikan oleh udara (drainase oleh invasi udara). Akan tetapi tanah-ta
nah yang berbutir-sangat halus tetap dalam keadaan jenuh. Pengurangan volume ruang-

111

J.Jrainase tanah

pori tanah ini sarna dengan jumlah air yang dikeluarkan (drainase oleh konsolidasi ).
Drainase dari sebarang jenis tanah dapat juga terjadi oleh karena penguapan dari per
mukaan yang tersingkap (ke atmosfir). Proses ini disebut drainase oleh pengeringan. Drai
nase tersebut mungkin terjadi akibat invasi udara, konsolidasi, atau invasi udara yang di
dahului oleh konsolidasi.
Tanah yang berbutir-sangat halus dapat juga dikuras (drained) dengan mengalirkan
arus listrik ke dalarn tanah tersebut. Proses seperti ini disebut drainas:: oleh elektro-osmo
sis. Jika bagian paling atas dari massa tanah jenuh yang berbutir-sangat halus dikenai suhu
di bawah titik beku, maka air di bagian yang lebih ke bawah massa tanah tersebut ditarik
dan berkumpul di bagian yang lebih ke atas dan akan turut berperan dalam pembentukan
lapisan-lapisan es. Tekanan,rembesan dari air yang menelus akan mengkonsolidasi tanah
yang terletak di bawah lajur pembekuan. Oleh karena itu, lapisan terse but dikatakan meng
alarni drainase akibat cuaca dingin dan kadar air rata-rata tanah yang berada dalam lajur
pembekuan akan bertambah. Alinea-alinea berikut ini akan menguraikan berbagai jenis
proses drainase.

Drainase oleh Gravitasi


Kapasitas penyimpanan-air (water-holding capacity) adalah nilai kadar air terkecil da
larn tanah yang dapat dicapai pada proses penurunan kadar air oleh drainase akibat gravi
tasi. Untuk mendapatkan nilai-nilai numerik guna membandingkan kapasitas penyirnpan
an-air yang dirniliki berbagai jenis tanah, dapat dipakai berbagai jenis prosedur laboratori
um. Dalam metoda gra1itasi, air dikeluarkan dari contoh tanah, semata-mata karena pe
ngaruh gravitasi. Dalarn metoda yang lain, yang dikenal sebagai metoda penyedotan,
selain gaya gravitasi juga diadakan pem-vakum-an ruang di bawah contoh atau memberikan
tekanan udara di bagian atas contoh. .Metoda yang ketiga dikenal sebagai metoda sentri
fuga. Dalam metoda ini, gaya gravitasi diganti oleh gaya inersia yang berintensitas jauh
letlih besar.

Derajat kejenuhan S, (Pasal 6) dan rasio ruang-udara G0 dari tanah yang dikuras
dapat dihitung jika angka pori setelah drainase, berat satuan partikel tanah padat, serta
kapasitas penyirnpanan-air diketahui. Rasio ruang-udara didefinisikan oleh persamaan
Ga =

ruang-udara
__::.__

__

___

ruang pori total

Sr(%)

1 00

(21.1)

Kurva A dan B dalan1 Gb;. 21.1 memperlihatkan hubungan antara rasio ruang-udara de
ngan ukuran butitan efektif untuk berbagai fraksi tanah yang dikuras dengan mengguna
kan dua metoda yang berbeqa. Dengan menerapkan metoda penyedotan kepada contoh
tanah yang jenuh, diperoleh data-data untuk memplot kurva A. Ke-vakum-an dilakuan'
selan1a 2 jam di ruang bawah contoh yang tingginya 4 inci. Kurva B menyatakan hasil
hasil pengujian yang dilakukan dengan metoda sentrifuga. Dalam pengujian ini, contoh di
kenai gaya sebesar 1 8000 kali gaya gravitasi selarna 2 menit (Lebedeff 1928).
Kendatipun pasir agak kasar, pengurasan pasir di laboratorium di bawah pengaruh
gravitasi masih berlangsung selarna bertahun-tahun dengan laju yang terns berkurang.
Gambar 21.2a memperlihatkan dua contoh .pasir 2 tahun setelah dirnulainya penguras
an. Pada kedua contoh tersebut rasio ruang-udara bertambah dengan sangat cepat dengan
meningkatnya ketinggian di atas muka air tanah, sebagairnana ditunjukkan dalarn Gbr.
2 L2b. Bahkan setelah 2 tahun rasio ruang-udara rata-rata dari kedua contoh ini masih
terusbertarnbah (King 1 899).

Sifat fisik tanah

1 12
I

0.5
'

0,2

0.05
.

0,1

O.fJZ

(),()02 (),(}0/

().0175
0.01
'
.

......

0,9

---

r--....

,
k
'/'%
1'-,-<

//
"\ \

\
-
r
\
/
'//
\

....

O.,S

O,Z

0,05

o,1

'

r-e

0,1

'

\
\

(J.OZ

0,01

,...,
0,005

\
\

qoot MOl

Ukuran Butiran Efektif. Dt() da/am mm (Skala Logaritma)

Gbr. 2 1. 1. Hubungan antara ukuran butiran dan derajat kejenuhan setelah drainase. Kur
va A (Zunker 1 9 30) diperoleh dengan metoda penyedotan; kurva B (Lebedeff 1 928) di
peroleh dengan metoda sentrifuga; kurva C diperoleh dengan pengukuran di lapangan.

Dto dalam mm=

($47S
A.

0.083
Z44cm
e ..

Kelembaban yang
Tak-kon tinu

eoo

/50

101?
Kelembaban yang
Sem i-kontinu
Kelembaban yang
Kon tinu
(er)

1_,0

(b)

O=G,.

Gbr. 2 1 . 2. Kelembaban tanah. untuk dua contoh pasir yang berbeda set elah drainase se
lama 2Y:z tahun di laboratorium (King 1 899).

Proses-proses drainase akibat gravitasi yang terjadi di lapangan secara periodik disertai
pula aliran air yang masuk ke dalam tanah yang berasal dari hujan atau salju dan es yan
mencair. Pengaruh dari pengimbuhan (recharge) pada kadar kelembaban rata-rata dari
tanah yang dikuras di lapangan tidak saja bergantung kepada besarnya pengimbuhan dan
penguapan tetapi juga, sampai batas-batas yang luas, pada detik-detik dari stratiflkasi

l l?

Drainase tanah

tanah. Pengalaman juga menunjukkan bahwa rasio ruang-udara untuk tanah yang dikuras
di lapangan praktis tidak bergantu.ng pada ketinggian di atas muka air tanah. Scmentara
itu rasio ruang-udara dari contoh tanah yang dikuras di laboratoriuP.1 bertambah secara
konsisten ke arah atas, seperti diperlihatkan dalam Gbr. 21.2b. Jadi tidak ada hubungan
tertentu antara kapasitas penyimpanan-air dari tanah yang dikuras di laboratorium dengan
kapasitas penyimpanan-air dari tanah yang dikuras di lapangan. Hal ini dapat diamati
dengan membandingkan kurva-laboratorium A dan B dengan kurva C pada Gbr. 21.1.
Daerah berarsir di se}9tar kurva C menyatakan hubungan.antara rasio ruang-udara dengan
ukuran butiran efektif dari berbagai jenis tanah sesudah mengalami drainase akibat gra
vitasi di lapangan, di bawah kondisi iklim yang serupa dengan iklim di bagian Timur Ame
rika Serikat- Tengah. Observasi pada daerah-daerah dengan kondisi iklim yang berbeda
mungkin menghasilkan kurva yang sangat berbeda. Dan kurva-kurva-lapangan tidak dapat
diharapkan untuk memiliki lebih dari pada kecenderungan umum yang dipunyai kurva
laboratorium.
Untungnya, sehubungan dengan operasi-operasi dalam keteknikan. kuantitas air yang
keluar dari tanah umumnya tidak penting. akan tetapi yang lebih penting adalah efek
efek mekanik dari drainase serta waktu yang diperlukan untuk mewujudkannya.

Laju dan Pengaruh Drainase o/eh Gra1itasi


Seperti telah dikatakan sebelumnya, drainase dapat dilakukan dengan pemompaan
melalui sumur-sumur penapis, dengan penyadapan lapisan berair oleh gale1y , atau dengan
mengalihkim air ke dalam parit drainase. Metoda drainase apa pun yang digunakan, waktu
yang diperlukan un tuk pengurasan tanah selalu merupakan faktor yang pen tin g.
Metoda-metoda secara teoritis untuk memperkirakan laju drainase akibat invasi u d ara
masih tetap belum memuaskan. Oleh karena itu, dalam memperkirakan waktu yang di
perlukan untuk menguras suatu lapisan pasir, insinyur harus menyandarkan diri terutama
pada pengalaman. Pengurasan lapisan pasir kasar bersih dengan pemompaan sumur-sumur
penapis yang berjarak (spasi) tidak lebih dari 40 kaki biasanya dapat dilakukan dalam be
berapa hari (drainase sangat cepat). Di lain pihak, operasi serupa pada pasir yang sangat
halus mungkin berlangsung dalam beberapa bulan (drainase lambat). Pada Pasal 47
(jilid 2) akan dibahas metoda-metoda yang ada untuk pengurasan tanah serta kondisi-kon
disi bagi penerapannya yang memuaskan. Penurunan yang berkaitan dcngan turunnya
muka air-tanah merupakan pokok bahasan dalam Pasal 59 Uilid 2).

Pengeringan Tanah
Bila suatu contoh lempung lunak dibiarkan berhubungan langsung dengan udara,
maka air akan ditarik dari bagian dalam con toh tanah ke arah permukaan di man a air
tersebut menguap. Selama proses tersebut, lempung bersangkutan menjadi lebih kaku dan
akhimya sangat keras. Keadaan di mana penguapan terhenti, bergantung pada kelembaban
relatif udara di sekitamya. Menurut hukum-hukum fisika, air akan menguap di setiap per
batas ait-udara, kecuali kalau kelembaban relatif udara terse but setidak-tidaknya sama de
ngan suatu harga tertentu sebagai suatu fungsi dari tarikan (tension) di dalam air. Kelem
baban relatif hra didefinisikan sebagai perbandinga_n antara berat uap air sesungguhnya
yang dikandung dalam udara pada suatu suhu tertentu dan jumlah uap terbesar yang dapat
terkandung pada suhu yang sama. Dalam keadaan lembab; .kelembaban relatif umumnya
berkisar antara 0 , 1 5 dan 0,9 5 . Pada keadaan luarbiasa (khusus) bisa mencapai 0,99. Se
andainya kelembaban relatif udara di atas permukaan air-bebas lebih kecil dari1,0, maka

1 14

Sifat fisik tanah

air akan terus menguap sampai kelembaban relatif udara tersebut menjadi sama dengan
1 ,0 ; atau sampai semua air telah menguap. Jika air berada dalam suatu keadaan tarikan,
maka berhentinya penguapan akan terjadi pada harga kelembaban relatif yang lebih
rendah/kecil. Harga yang lebih rendah ini, yaitu h,, dikatakan sebagai tekanan uap rela
tif dari air yang bersangkutan. Pada selang temperatur antara 1 0 sampai 30C dan pada
selang tekanan uap relatif antara 0,7 sampai 1 ,0, hubungan antara tegangan netral uw
di dalam air dengan tekanan uap relatif h , air yang bersangkutan dapat didekati dengan
persamaan berikut:

Uw(kg/ cm 2)

- 1500 (1 - h ,)

(2 1 .2)

Sebagai contoh, j ika h r = 0,90, maka u w = - 1 50 kg/cm2 . Oleh karena itu, jika tegang
an netral dalam contoh lempung yang tersingkap ke udara sama dengan - 1 50 kg/cm2 ,
maka kadar air dalam contoh ini akan tetap hanya apabila kelembaban . relatif udara di
sekitarnya sama dengan 0,90. Seandainya tekanan uap relatip bernilai lebih kecil, maka ta
nah lempung ini akan terus melepaskan air yang dikandungnya melalui proses penguapan;
sedangkan jika lebih besar, air akan mengembun di permukaan dan mengakibatkan lem
pung membengkak sampai tarikan dalam air menurun ke harga yang memenuhi Pers.
2 1 .2. Kenyataan ini dapat digunakan sebagai dasar perhitungan tarikan di dalam air yang
terkandung pada bahan berpori yang berbutir halus seperti halnya lempung.
Jika air menguap di ujung sebuah pipa kapiler dengan jari-jari r (cm), maka keleng
kungan meniskus (menisci) dan tarikan uw dalam air akan terus meningkat sampai uw
menjadi sama dengan -hc rw Substitusi he dari Pers. 20.2 akan memberikan
0, 1 5 (g/ cm)

r cm

cos

(21 .3)

Penguapan lebih lanjut akan menyebabkan air tertarik ke dalam tabung pada suatu tegang
an netral yang konstan. Proses serupa terjadi pula pada air pori tanah-tanah yang dikering
kan. P-a da saat tanah mengering, harga uw mula-mula meningkat hingga mencapai harga
terbesar yang sesuai (compatible) dengan ukuran ruang-ruang pori di permukaan tanah.
Penguapan lebih lanjut akan menyebabkan u dara merembes ke dalam contoh tanah, se
hingga warna tanah yang bersangkutan mengalami perubahan dari gelap menjadi terang.
Pada awal dari tahap kedua ini, kadar air dari contoh tanah sama dengan batas-susut
(Pasal 7). Akan tetapi, selama tahap ini, tegangan netral Uw dapat terus meningkat
karena adanya penarikan air ke dalam lajur paling sem.pit. Penguapan akan terus ber
langsung sampai tekanan uap relatif hr (Pers. 2 1 .2) menjadi sama dengan kelembaban
rela tif h ra .
Air yang tertinggal di dalam tanah yang dikeringkan merupakan kelembaban-sentuh
yang disebut.kan dalam Pasal 20. Setelah mengalami pengeringan pada suhu kamar,
kadar air dalam tanah akan berkisar dari nol untuk pasir bersih hingga 6 atau 7% untuk
lempung pada umumnya. Rasio udara-ruang mempunyai rentang harga dari 1 ,0 sampai se
kitar 0,8. Pada keadaan ini pasir bersih sempurna bersifat tak berkohesi, sedangkan lem
pung akan bersifat sangat keras.
Jika suatu contoh tanah yang dikeringkan dengan tanur (oven-dried) kemudian di
dinginkan dalam persentuhan (kontak) dengan atmosfir, maka kandungan airnya akan me
ningkat. Air yang diserap oleh p artikel tanah dari atmosfir di sekitarnya dinamakan ke
lembaban higroskopik. Untuk sua tu contoh tanah tertentu jumlah kelembaban higroskopik
ini bervariasi terhadap temperatur dan kelembaban relatif udara. Pada umumnya kelem
baban ini meningkat jumlahnya dengan semakin berkurangnya ukuran butiran. Untuk pasir
hal ini dapat diabaikan. Bagi tanah lanauan hal tersebut sangat kecil, tetapi cukup untuk

Drainase tanah

1 1 :'/

mempengaruhi kenaikannya (bulking). Pacta lempung, kelembaman higroskopik ini bisa


mencapai lebih dari

5% berat kering.

Bila lempung kering-udara (air-dry) dipanaskan sehingga me ncap ai temperatur sedikit


di atas titik didih air, kadar airnya akan menurun sedikit. Pada tahap ini beb erapa sifat
fisik lempung tersebut me ngalami perubahan yang nampaknya bersifat permanen. Perubah
an-perubahan itu diperlihatkan oleh perubahan permanen pada batas-batas Atterberg. Ke
naikan selanjutnya dari temperatur sampai beberapa. ratus deraj at di atas titik didih akan
menyebabkan terjadinya fu si antara butir-butir tanah pada titik seutuhnya. Proses ini
menghasilkan suatu ikatan y ang kuat dan p ermanen antara butir-butir tanah dan membe ri
kan ciri benda padat b agi lempung yang bersangkutan. Transfo rmasi campuran p asir-lem
pung menjadi batu bata berlangsung dengan cara yang sama.
Laju p enguapan dari p ermukaan contoh lempung dalam keadaan tertentu akan me
nurun dengan naiknya kadar air. Pada b atas cair, laju penguapan hampir sama dengan laju
penguapan pada suatu permukaan bebas. Pada permukaan semacam itu penguapan bergan
tung pada temperatur, kelembaban relatif, dan kecep atan angin. Dae rah di Amerika Seri
kat dengan p enguapan terendah dari permukaan bebas dijumpai di daerah Great Lakes, di
mana laju p enguapan berkisar antara

15

sampai 20 inc i per tahun. Ke arah barat dan sela

tan dari daerah Great Lakes tersebut, p enguapan secara be rtahap meningkat besarnya. Be
sarnya sampai kira-kira

70

inci di baratdaya Texas dan tenggara New Meksiko. Di bagian

tengah Lembah Imperial, California, penguapan pernah mencapai

90

ini per tahun. Se

kalipun suatu contoh lempung yang dibungkus dengan p arafin disimpan dalam mangan
yang lembab, secara bertahap lempung tersebut akan menyusut. Penyusu tan ini menu njuk
kan adanya pelep asan uap air melalui ruang pori yang tak tampak namun kontinu di dalam
parafin.
Bersamaan dengan turunnya kadar air lempung yang dikeringkan, laju penguapan
juga tu run karena tegangan tarik meningkat dalam air-pori.

Menurut Pers.

2 1 .2, kenaikan

tegangan ini menyebabkan penurunan tekanan uap relatif. Penurunan demikian ini mem
punyai efek pelambatan te rhadap laju penguapan pada kelemb aban-relatif tetap yang
sama dengan yang diakibatkan oleh kenaikan kelembaban-relatip terhadap laju p enguap an
dari permukaan air yang bebas.
Di bawah batas susut, laju penguapan berlangsung jauh lebih lamb at, karena kelembab
an relatip u dara di dalam ruang pori selalu le bih tinggi darip ada kelembaban relatif di udara
terbuka. Segera setelah tekanan uap relatif di dalam ruang pori menjadi sama dengan ke
lembaban relatif u dara sekitarnya, penguap an yang berikutnya akan terhenti. Jika kelem
baban relatif

kemudian naik, kadar air dalam lempung ya.Q.g berangkutan akan ber

tambah sedikit.

Efek Pengeringan terhadap Kekuatan Tanah


Sementara tanah dikeringkan, tegangan tarik muncul di dalam pori-pori. Tegangan ini
naik dengan turunnya kadar air, sedangkan tegangan normal total pada sua tu bagian tanah
praktis tetap tak berubah. Karena tegangan normal total setara dengan jurnlah tegangan
netral dan tegangan e fektif, maka kenaikan tegangan di dalam air-pori akan melibatkan
kenaikan yang sama pada tekanan e fektif. Bersamaan dengan naiknya tegangan dalam air
pori dari nol sampai

-uw

sebagai akibat pengeringan, tegangan permukaan secara sirnultan

menghasilkan tekanan e fektif -dari segala arah

(2 1 .4)
Tekanan ini d ikenal seagai.

tekanan kapiler.

Tekanan kapiler ini menaikkan tahanan geser

tanah di sepanj ang sembarang penampang sebesar

'

Sifat firik tanah

116
As

Pk tan cp

(2 1 .5)

di mana rp menyatakan sudut gesekan internal untuk pasir, atau nilai sudut tahanan geseran
lempung pada percobaan konsolidasi-tertutup.
Pada batas susut, udara mengisi ruang-pori contoh tanah dan sebagai akibatnya, ke
lembabah tanah menjadi tidak kontinu lagi. Tegangan dalam air yang tetap tinggal dalar.1
lempung akan menghasilkan tekanan sentuh, seperti y ang diperlihatkan pada Gbr. 20.6,
dan tekanan sentuh ini pada akhirnya menghasilkan tahanan geser. Akan tetapi, karena
adanya diskontinuitas air-pori, maka hubungan antara As dan u ,.. tidak lagi memenuhi
Pers. 2 1 .3 dan 2 1 .5 .
Oleh karena adanya tekanan kapiler, maka bahan tak berkohesl-sempurna sekalipun se
perti halnya pasir bersih yang halus sewaktu-waktu memiliki ciri sebagairnana bahan lain
nya yang kohesif. Dengan demikian , contoh-contoh bahan tersebut akan memiliki suatu
kekuatan kompresi tertentu bila berada dalam keadaan bebas ( uncofined). Karena kohesi
tanah semacam itu sepenuhnya menghilang setelah pembenaman (immersion), maka
kohesi tersebut dinamakan kohesi soma (apparent cohession).
Kadar air pada saat kekuatan kompresi bebas (qu) dari contoh tanah yang dikering
kan mencapai maksirnum terutama bergantung pada ukuran butiran. Pernyataan ini di
ilustrasikan oleh Gbr. 2 1 .3 , yang memperlihatkan efek penurunan kadar air terhadap ke
kuatan kompresif tiga macam tanah yang bcrbeda akibat pengeringan tanah. Kadar air
masing-masing tanah pada batas sudut dinyatakan oleh Sw Untuk nilai w lebih kecil dari
pada Sw , derajat kejenuhan (Pers. 6.4) kira-kira sama dengan l OOw/Sw .
Untuk pasir halus bersih sempurna yang dibasahi dengan air destilasi (Gbr. 2 1 . 3a),
qu b ernilai maksirnum untuk derajat kejenuhan sekitar 80%. Pengeringan selanjutnya akhir-

Q.

(a) Pasir bersih


sangat ha/us
Sw
(b) Pasir Lanauan

(c) Lempung

s
c::

KadarAir w

Gbr. 2 1 . 3 . Kekuatan kompre11i bebas dari berbagai macam tanah pada kadar air di berbagai
tahap pengeringan di bawah batas 11usut dan pada kadar air di atalinya (b dan c diperoleh
dari basil pengujian oleh Atterbctg, 1 9 1 6).

1 17

Dra ijiase tana h

nya menurunkan qu menjadi nol. Akan tetapi, jika celah-celah tanah diisi oleh air ledeng,
kotorannya akan mengendap selama penguapan dan membentuk lapisan yang sangat tipis
tapi menerus yang menempel pada butir-butir tanah dan menghubungkan butir-butir tanah
tersebut pada titik sentuhnya. Jadi, selama tahap akhir pengeringan, pasir memperoleh se
dikit kohesi, seperti ditunjukkan dalam Gbr. 2 1 .3a oleh garis putus-putus.
Hubungan antara

dan

qu

untuk pasir lanauan yang halus diperagakan dalam Gbr.

2 1 .3b. Pacta saat kadar air mendekati batas susut, kekuatan tanah bertambah. Pada batas

susut, air mengisi ruang p ori contoh tanah, dan kekuatan tanah berkurang perlahan-lahan
sampai derajat kejenuhan menjadi sekitar sama dengan 1 0%. Sesudah itu , kekuatan tanah
meningkat dan menjadi 1ebih besar daripada kekuatan tanah pada batas susut (Atterberg,

19 1 6).

Kekuatan lempung (Gbr. 2 1 .3c) di bawah batas susut bertambah dengan suatu laju
pertambahan bila saat keadaan kering didekati.

Pengeringan da/am Kondisi Lapangan


Di alam, pengeringan terjadi bilamana permukaan tanah tidak secara tetap diairi. Kohe
si samar pada pasir lanauan yang berbutir sangat halus yang disebabkan oleh pengeringan
secara periodik bisa bernilai sangat besar. Karena air hujan hanya dapat mengeluarkan se
bagian kecil saja udara yang terkandung dalam ruang pori, maka kohesi tadi tetap bertahan
meskipun musim hujan berlangsung lama. Sebagai akibatnya, tanah semacam itu sering
dianggap keliru sebagai batuan lunak, khususnya di daerah kering atau setengah-kering.
Akan tetapi, jika permukaan tanah tersebut diairi, lama kelamaan kohesi tersebut akan
menghilang, dan tanah yang bersangkutan pun bisa mulai bergeser (slide).
Pengeringan lapisan lempung lunak berlangsung sangat lambat yang dirnulai dari
permukaan yang tersingkap menjalar ke bawah dan menghasilkan pembentukan kerak
yang semakin tebal dengan bertambahnya usia. Seperti telah dijelaskan dalam Pasal 1 3,
jika kerak semacam itu terpendam di bawah se dim en lempung dan secara tetap diairi, maka
akan terbentuk lapisan pra-kompresi yang kaku di antara lapisan-lapisan lunak yang
dibebani secara normal. Lapisan lempung yang tebal dapat dikonsolidasi dengan jalan
mengalirkan udara kering yang panas melalui sistem saluran ventilasi, tetapi proedur
semacam itu tidaklah ekonomis.
Di daerah-daerah setengah-kering seperti bagian barat Texas, pengeringan lempung
di musim kering berlangsung hingga kedalaman sebesar 20 kaki (Simpson 1 934). Sampai
pada kedalaman ini, lapisan lempung tersebut dipisah-pisahkan leh adanya celah-susutan
(shrinkage crack). Selama musim hujan, air memasuki celah-celah tersebut dan lempung
yang bersangkutan mengembang/membengkak. Pembengkakan ini menyebabkan terjadi
nya kenaikan permukaan tanah. Di bawah daerahdaerah yang tertu tup oleh bangunan
bangunan, kehilangan air karena penguapan sangat kecil dibanding kehilangan air yang se
rupa di bawah daerah yang berdekatan dengan bangunan terse but. Oleh sebab itu kadar air
lempung yang terletak di bawah daerah yang ditempati bangunan akan bertambh selama
bertahun-tahun dengan laju menurun dan menyebabkan pengangkatan bagian tengah
daerah tersebut relatif terhadap acuan di perbatas sebelah luarnya. Besarnya pengangkatan
terse but secara praktis tidak bergantung pada berat bangunan, tetapi efeknya pada bangun
an menyerupai efek peimrunan yang tidak seragam. Pada iklim dan keadaan tanah yang
tidak menguntungkan, pengangkatan tersebut bisa mencapai lebih besar daii satu kaki.
Jika lantai ruang bawah tanah dari bangunan y ang dipanasi secara sentral berada di atas
lapisan lempung, air-pori dari lempung tersebut bisa menguap melalui ruang-pori beton, ke
mudian lapisan lempung akan menyusut dan menjauhi beton serta mengurangi dukungan
nya pada lantai beton tersebut. Perkembangan yang tidak diinginkan ini dapat dicegah

1 18

Sifat fisik tanah

dengan melapisi permukaan lempung tersebut dengan lapisan bitumen sebelum beton di
cor di sana.

Slaking
Bila contoh lempung kering (Gbr.

2 1 .4)

dengan cepat dicelup ke dalam air, maka

bagian luar contoh akan menjadi jenuh dan u dara terperangkap di b agian dalam. Tekanan
di dalam udara akan menghasilkan tegangan tarik di dalam kerangka tanah yang padat
yang bisa menyebabkan keruntuhan tegangan di sepanjang suatu permukaan seperti p er
mukaan

ab.

Proses ini disebut

slaking.

Proses demikian merupakan penyebab pecahnya

dan terkelupasnya lereng lempung yang tidak dilindungi.

Ruang pori vang terisi dengan


udara vang terpampatkan
-c:---

Bh:!;;jm
b1

Ruang pori vang


dijenuhkan

Gbr. 2 1.4. Diagram yang niengilustrasikan proses slaking dari lempung kering.

Drainase oleh Elektro-Osmosis


Jika dua buah elektroda diletakkan p ada tanah yang telah dijenuhkan kemudian arus
listrik dialirkan dari satu elektroda ke elektroda lainny a, maka air yang terkandung dalam
tanah akan berpindah dari elektroda positif (anoda) ke arah yang negatif (katoda). Bila
katoda terdiri atas sebuah titik sumur, maka air akan meresap ke dalamnya, dan selanjut
nya dapat dikeluarkan dengan pemompaan.
Perpindahan air disebabkan oleh muatan negatif yang dibawa oleh permukaan p arti
kel-partikel tanah (lihat Pasal

4).

Oleh karena itu, ion bermuatan positif dalam air

ditarik ke arah partikel-parHkel tanah, dan selaput air yang bersentuhan dengan p artikel
tanah akan bermuatan positif karena adanya kelebihan ion positif.

Meskipun tidak

ada 6atas yang jelas antara air bermuatan positif dengan yang netral, tapi untuk

(a}

(b)

Lapisan
Ganda L istrik

Gbr. 2 1 . 5. Diagram yang mengilustrasikan beda antara aliran yang melalui pipa kapiler
dan yang melalui tanah yang dihasilkan oleh suatu hulu hidraulik (b) dan oleh arus lis
trik (a).

1 19

Drainase tanah

keperluan saat ini kita dapat menganggap bahwa muatan-muatan listrik berada pada lapis
an yang terdefinisi dengan baik (Gbr. 2 1 .5a) dan dikenal sebagai lapisan ganda listrik.
Ion-ion positif, yang terkonsentrasi dalam air yang berada di dekat partikel-partikel tanah,
ditarik oleh elektroda negatif dan ditolak oleh elektroda positif. Karenanya, lapisan p osi
tif itu bersama-sarna dengan kolom air netral yang menyertainya berpindah ke arah katoda.
Aliran air yang dihasilkan oleh arus listrik ini dikenal sebagai sua tu gejala elektro-osmosis.
Perlu diperhatikan bahwa kecepatan aliran adalah tetap pada penampang lintang pada
semua kolom air yang dikelilingi oleh lapisan ganda tersebut, sedangkan kecepatan aliran
air gravitasi melalui sebuah pipa kapiler meningkat mulai dari dinding tabung ke arah
pusat tabung kapiler terse but seperti ditunjukkan dalam Gbr. 2 1 . 5 b.
Kecepatan v ( centirneter per detik) aliran air oleh elektro-osmosis melalui sebuah
tabung silinder diberikan secara pendekatan melalui persamaan

V =

mana e

(coulomb / cm2 )
E (volt)
d (cm)
2
'11 (g detik/cm )
l (cm)

::::
=
=
=
=

1 ,02 X I0-4deE
T}l

(2 1 .6)

muatan listrik per satuan luas dinding tabung


perbedaan potensial listrik kedua ujung tabu ng
tebal lapisan ganda listrik

viskositas air

panjang tabung

Untuk bahan pembentuk tabung y ang tertentu dan untuk rentang temperatur yang
cukup kecil, nilai-nilai e, d, dan T1 hampir konstan dan Pers. 2 1 .6 dapat ditulis kembali
sebagai
V =

k.i.

(2 1 .7)

di mana ke menyatakan koefisien permeabilitas elektro-osmosis dan ie adalah gradien


'
potensial E/L (Volt/ cm) Koefisien permeabilitas elektro-osmosis dinyatakan sebagai
kecepatan aliran (cm/det) di bawah gradien potensial sebesar 1 volt/cm. Meskipun pipa
kapiler dalam sekelompok tabung kapiler tetap lebarnya, sedangkan lebar ruang pori dalam
tanah berubah dari titik ke titik, Pers. 2 1 .7. setidaknya secara kasar menyatakan ke
cepatan aliran elektro-osmosis melalui tanah. Persarnaan ini analog dengan Pers. 1 1 .6 yang
menyatakan aliran air di b awah pengaruh gradien hidraulik
Koefisien permeabilitas elektro-osmosis hampir tidak bergantung pada ukuran butir
an. Hal ini berbeda dengan koefisien permeabilitas hidraulik k yang bervariasi dalam batas
batas yang sangat luas bergantung pada ukuran ruang pori dalarn tanah dan, dengan sen
dirinya, juga pada ukuran butiran. Untuk sebagian besar tanah, koefisien permeabilitas
elektro-osmosis terletak pad a rentang harga 0,4 sampai 0,6 X 1 o- 4 cm/ det. Oleh sebab
itu, untuk tanah berbutir halus seperti lanau yang tidak dapat dikuras secara efektif dengan
gravitasi, elektro-osmosis terbukti memiliki keuntungan-keuntungan khusus (L. Casa
grande 1 949, 1 962).
Segera setelah potensial listrik dikenakan pada tanah, air mulai mengalir menuju ka
toda. Tekanan rembesan (Pasal 23) segera terbentuk. Jika tekanan ini dijauhkan dari per
mukaan galian yang tidak terli!J.dung, maka tekanan tersebut akan sangat memperbesar
kestabilan penggalian. Dengan demikian, stabilisasi lereng dalarn tanah lanauan yang jenuh
merupakan salah satu penerapan yang lebih umum dari elektro-osmosis (Pasal 47).
Penerapan p otensial listrik pada tanah berbubr halus y ang kompresibe1 seperti lem
pung memungkinkan pengeluaran air di katoda dan, oleh karenanya, memungkinkan kita
mengkonsolidasi tanah. Konsolidasi tidak hanya berkaitan dengan bertambahnya kekuat-

1 20

Sifat fisik tanah

an, tetapi juga dengan pembentukan retakan dan rekahan, terutama di daerah yang ber
dekatan dengan anoda. Pada umumnya anoda akan mengalami korosi bila ion-ion logam
berpindah ke tanah; endapan ion-ion ini, sebagaimana halnya penggantian ion-ion ber
valensi rendah dengan ion-ion yang membawa muatan lebih besar, menimbulkan per
ubahan yang sifatnya tetap pada batas-batas Atterberg dan karakteristik-karakteristik
tanah yang lain . Gejala-gejala fisika-kimia yang terlibat sangat rumit dan belum dapat di
pahami dengan baik.

Pengangkatan (heave) A kibat Cuaca.Dingin dan Pencegahan


Jika air yang dikandung dalam ruang pori pasir atau kerikil bersih yang jenuh meng
alami pembekuan, struktur tanah yang bersangku tan tetap tidak berubah. Proses pmbeku
an ini hanya menaikkan volume masing-masing ruang p ori sekitar 9% akibat memuainya air
di dalam ruang p ori. Semen tara itu, apabila tanah berbu tir halus yang jenuh mengalami
pembekuan, maka akan menyebabkan terbentuknya lensa-lensa es yang bersih/jernih dan
terorientasi hampir paralel dengan permukaan (yang tersingkap ke suhu rendah). Tebal
masing-masing lensa es dapat meningkat hingga beberapa inci, dan tanah yang mengalami
pembekuan semacam ini memiliki bentuk berlapis-lapis yang terdiri atas lensa tanah dan
lensa es bersih secara berselang-seling (Taber 1 930).
Walaupun mekanika molekul yang terlibat dalam pembentukan lensa es serta inten
sitas gaya yang terlibat telah menjadi obyek penelitian secara intensip , namun pemaham
an kuantitatif erhadap fer> omena yang bersangkutan belum memuaskan (Yong dan
Warkentin , 1 966). Walaupun demikian, syarat-syarat pembentukan lensa dan peralatan
untuk mencegahnya telah dikembangkan dengan baik (A. C asagrande, 1 93 1 ; Beskow,

1 93 5).

Lensa-lensa es hanya terbentuk dalam tanah berbutir halus. Akan tetapi ukuran butir
an kritis yang menandai batas antara tanah yang mengalami pembentukan len sa es dan
tanah yang tidak mengalaminya bergantung pada keseragaman tanah yang bersangkut
an. Pada tanah yang sempurna seragam, lensa-lensa es tidak dapat terbentuk, kecuali jika
ukuran butirannya lebih kecil dari 0,0 1 mm. Tanah yang sempurna seragam harus me
ngandung sekurang-kurangnya 1 0% butir yang berukuran lebih kecil dari 0,02 mm. Pem
bentukan lensa-lensa es di dalam tanah berbutir campuran menghendaki bahwa butiran
butiran yang berukuran kurang dari 0,02 mm setidaknya paling sedikit 3% dari jumlah
butiran keseluruhan. Pada tanah yang memiliki kurang dari 1 % butiran yang berukuran le
bih kecil dari 0,02 mm, lensa-lensa es tidak akan terbentuk pada semua keadaan yng dapat
dijumpai di lapangan.
Gambar 2 1 .6 memperlihatkan tiga buah contoh lanau jenuh yang halus. Contoh lanau
a dikelilingi oleh udara, sedangkan ujung-ujung bawah contoh b dan c direndam ke dalam
air. Suhu di ujung-ujung atas setiap contoh dibuat tetap di bawah titik beb . Pada contoh
a, air yang memasuki lensa-lensa es ditarik keluar dari bagian bawah contoh. Konsekuensi
nya, bagian bawah ini akan mengkonsolidasi dengan cara yang serupa seperti halnya apa
bila air ditarik ke arah permukaan penguapan di ujung atas. Pertumbuhan lensa-lensa es
dapat terus berlanjut sampai kadar air di bagian bawah turun mencapai batas-susut. Karena
seluruh air yang masuk ke lensa-lensa es berasal dari dalam contoh tanah, maka contoh
termaksud dikatakan sebagai suatu sistem tertutup. Penting dicatat bahwa kenaikan volume
yang bcrkaitan dengan pembekuan suatu sistem tertutup tidak akan melebihi kenaikan
volume air yang terkandung dalam sistem. Kenaikan volume termaksud berkisar antara 3
dan 5% dari volume keseluruhan.
Pada b, air yang diperlukan u11tuk pertumbuhan awal lensa didapat dari luar contoh
tanah, dan setelah itu bagian bawah dari contoh akan berkonsolidasi. Tetapi, dengan ber-

1 21

Drainase tanah

lanjutnya konsolidasi, makin banyak ait yang ditarik dari wadah (pool) yang terletak di
bawah contoh tanah. Pada akhirnya, baik laju aliran ke arah lajur pembekuan maupun
kadar air dari 1ajur yang tak mengalami pembekuan yang dilalui oleh air yang menelus
akan menjadi konstan. Secara teoritis, . tebal total lensa-lensa es yang terdapat pada sistem
ini dapat bertambah terus tanpa batas.
(b)

(a)

Dingin

(c)

- - - -t

Konso
/idasi

Pemuaian

.lm. "Pea"

KonsoHanga t /idasi

Ke rikil

Gbr. 2 1 . 6 . Diagram yang mengilustrasikan aksi es terhadap tanah. (a) Sistem tertutup.
(b) Sistem terbuka. (c) Metoda pengubahan dari sistem terbuka ke sistem tertutup dengan
menggunakan sebuah lapisan pasir kasar yang memotong (menghalangi) aliran kapiler ke
arah lajur yang mengalami pembekuan.

Sistem terbuka yang dinyatakan oleh b dapat ditiansformasikan menjadi sebuah sis
tem yang sifatnya tertutup, yakni dengan jalan menyisipkan selapis bahan yang berbutir
kasar di antara lajur yang bersuhu pembekuan dan m1:1ka air tanah, seperti ditunjukkan
oleh c. Dalam hal ini, karena air tersebut tidak dapat naik melewati lapisan kasar, maka
bagian atas dari contoh c merupakan sebuah sistem tertutup.
Dalam praktek keteknikail, sistem-sistem terbuka dijumpai bilamana jarak vertikal
antara muka air tanah dengan lengkung line) pembekuan akan lebih kecil daripada tinggi
kenaikan kapiler dari tanah. Karena air yang berpindah dari reservoar air tanah akan terus
digantikan oleh yang lain, maka lensa-lensa es akan terus bertumbuh sepanjang kala (pe
rioda) pembekuan, dan permukaan tanah yang terletak di atas lajur pembekuan akan naik
(terangkat ke atas). Gejala ini biasanya dikenal sebagai pengangkotan akibat cuaca dingin
(frost heave). Walaupun derriikian di daerah yang beriklitn agak dingin, seperti New Eng
land, pengangkatan akibat cuaca dingin yang mencapai 6 inci jarang ditemui. Pengangkat
an akibat cuaca dingin biasanya tidak seragan1, karena tebal dari lensa-lensa es secara tegas
mencerminkan keanekaragaman permeabilitas tanah yang menjadi dasarnya. Karena itu,
(perkerasan) jalan raya yang terletak di atas lajur pembekuan sangat cenderung untuk
patah. Pencairan y ang te rjadi selanjutnya akan mengubah tanah yang berisikan lensa es
menjadi lajur dertgan bahan supersaturasi yang konsistensinya seperti bubur. Keadaan
ini mungkin lebih merusak jalan-jalan dibandingkan dengan kerusakan yang diakibat
kan oleh pengangkatan akibat cuaca dingin sebelumnya.
Kecenderungan lensa-lensa es terbentuk dan tumbuh akan bertambah secara cepat
dengan makin berkurangnya ukuran butiran. Sementara itu , laju aliran air dalam sistem
terbuka ke arah lajur pembekuan makin berkurang dengan makin berkurangnya ukuran
butiran. Oleh karena itu sangat beralasan untuk menetapkan bahwa keadaan peng
angkatan akibat cuaca dingin yang terburuk akan dijumpai pada tanah yang memiliki ukur
an butiran menengah (intermediate). Dalam kenyataannya, pengalaman menunjukkan
bahwa kesulitan terbesar sehubungan dengan peristiwa pengangkatan akibat cuaca dingin
terjadi pada lanau-lanau halus dan campuran lanau-pasir dengan ukuran butiran yang
agak lebih halus daripada ukuran bu tiran tanah yang kenaikan kapilernya dalam pericida

1 22

Sifat fisik tanah

24 jam bernilai paling besa,r (lihat Gbr. 20.3). Pada suatu tubuh/massa tanah dengan
karakteristik ukuran butiran tertentu yang merupakan sebuah sistem tertu tup, intensitas
pertumbuhan lensa es makin bertambah dengan makin bertambahnya kompresibilitas ta
nah.
Aksi es di daerah lembab dengan musirn dingin yang hcbat sepadan dengan perubah
an volume tahunan yang terjadi akibat pengeringan di daerah setengah-kering dcngan
musim panas yang bersuhu tinggi, seperti di Texas bagian tengah. Aksi es itu tidak hanya
merusakkan j alan-jalan tetapi juga akan menggeser dinding-dinding penopang (lihat Pa
sal 46)
dan mengangkat pondasi-pondasi y ang dangkal. Walaupun begitu , dengan me
nyisipkan selapisan kerikil di antara muka air tanah yang p aling tinggi dan lengkung pem
bekuan, maka badan tanah yang mengalami pembekuan dapat ditransformasi darj sebuah
sistem terbuka menjadi sistem tertu tup, dan di samping itu pengangkatan akibat cuaca
dingin dapat dipertahankan dalam batas-batas yang masih dapat diterirna.
Soal-soal
1. Kandungan air sebuah contoh tanah terkuras adalah 1 6%, porositasnya 42%, dan
berat satu an dari partikel tanah padat adalah 2 , 70 g/cm 2 Hitunglah rasio udara-ruang.

Jwb.

0,40.

2. Suatu contoh lempung sangat lunak yang asli d ib iarkan tanpa pelindung dalam se
buah ruangan yang lembab. Lempung ini menja'd i lebih kaku sampai kekuatan kompresif
bebas akhirnya menjadi sama d engan 1 0 kg/cm2 Nilai sudut tahanan geseran d ari lempung
pada percobaan konsolidasi-tertutup adalah 20 . Hitunglah kelembaban relatif udara.
Jwb.

0,9 9 3 6

Bacaan Pilihan
Casagrande, A. ( 1 9 3 1 ). "Discussion: A new theory of frost heaving," Proc. Hwy. R es.
Board, 11 , pp. 1 68-1 7 2 .
Beskow, G . ( 1 93 5 ) . "Tjalbildningen och Tjallyftningen m e d Sarskild Hansyn till Vagar och
Jiirnviigar" (Soil freezing and frost heaving with special application to roads and rail
roads). S veriges Geologiska Undersokning, S tockholm, Series Cv, No. 3 7 5 , 242 pp.
Osterberg, J . O. ( 1 940), "A survey of the frost-heaving problem," Civil Eng. , 10, pp. I 001 02. Terdiri dari salah satu pokok pembicaraan dari daftar buku yang sudah disingkat.
Physics of the Earth-Part IX, "Hydrology" ( 1 942). Edited by O.E. Meinzer, New York,
M cGraw-Hill. 1 st ed., pp. 3 3 1 -3 84. Review of present knowledge concerning soil
moisture.
Yong, R. N. and B. P. Warkentin ( 1 966). "Soil freezing and permafrost," Chapter 1 2 in
In troduction to soil behavior, New Ym:k, MacMillan, pp. 3 9 1 -428.

,.

'

BAGIAN

DUA
MEKANIKA TANAH
TEORITIK

Pembahasan mekanika tanah secara teoritik terutama ditekankan pada interaksi antara
tanah dengan air (Bab 4), persyaratan-persyaratan yang membatasi keadaan kese timbangan
luar (Bab

6).

5),

dan perubahan bentuk ( deformasi) yang ditirnbulkan oleh gaya-gaya


Konstanta-konstanta tanah y ang muncul pada p ersamaan-persamaan akhir di

massa tanah (Bab

tentukan berdasarkan pengalaman ataupun berdasarkan perata-rataan nilai yang diper


oleh dari pengujian laboratorium terhadap contoh-contoh yang representatif. Oleh karena
itu hendaknya, teori-teori cukup dipandang sebagai suatu alat u ntuk membuat suatu e sti
masi kasar. Misalnya, teori mengenai penurunan telapak'bangunan (footing) yang terletak
di atas tanah yang terstratifikasi adalah semata-mata dimaksudkan . se bagai pemandu atau
penuntun dalam proses pembentukan hukum-hukum semi-empiris yang didasarkan pada
pengalaman.
M engingat tidak dapat dihindarinya ketidakp astian pada asumsi-asumsi dasar dari teori
teori dan nilai-nilai numerik tanah, maka kesederhanaan menjadi jauh lebih penting dari
pada ketelitian (akurasi). Dengan sebuah teori yang sederhana, kita dapat segera meng
adakan penyesuaian terhadap konsekuensi praktis yang mungkin tirnbul akibat berbagai
penyirnpangan-penyirnpangan y ang mungkin dari asumsi-asumsi semula. Tetapi jika teori
sedemikian rumitnya, maka teori tersebut belum bermanfaat secara p raktis sampai hasil
hasilnya terpadukan dalam bentuk grafik atau tabel yang memungkinkan evaluasi secara
cepat terhadap persamaan-persamaan akhir atas dasar beberapa asumsi yang berbeda.
Dalam buku ini hanya teori-teori sederhana diuraikan secara detil. Untuk pembahasan
kasus-kasus khusus (luar biasa) secara teoritis, pembaca disarankan melihatnya pada buku
atau tulisan-tulisan lainnya.

HIDROLIKA TANAH
PASAL 22 LINGKUP PERMASALAHAN HIDROLIKA
Interaksi antara tanah dengan air yang menelus terpecah menjadi beberapa kelom
pok permasalahan dalam teknik bangunan tanah. Kelompok pertama melingkup peng
estirnasi-an jurnlah air yang akan memasuki galian (pit) selama berlangsungnya pembangun
an, atau jumlah air yang hilang akibat penelusan baik melewati tubuh atau lapisan tanah
sebelah bawah (subsoil) suatu bendungan (Pasal 23). Kelompok kedua mempersoalkan
pengaruh permeabilitas terhadap laju pengurasan air dari lapisan lempung yang terbeban
(Pasal 25). Pengaruh tekanan rembesan terhadap kestabilan lereng dan pondasi dimasuk
kan ke dalam kelompok ketiga. Mengingat kelompok permasalahan terakhir ini juga
mencakup tinjauan mengenai keadaan kesetimbangan m assa tanah, maka permasalahan
hidrolika dalam kategori ini baru akan diberikan dalam Bab 5 yang berjudul "Kese tirnbang
an Plastis dalam Tanah".
Pemecahan secara teoritik untuk m asing-masing permasalahan tersebut akan didasar
kan pada pengandaian (asumsi) bahwa massa tanah tempat air menelus bersifat homogen
atau mungkin tersusun dari beberapa lap isan homogen yang perbatas-perbatasnya ter
defmisi dengan jelas. Asumsi yang serupa juga akan digunakan dalam menurunkan teori
teori mengenai tekanan tanah (earth-pressure), kestabilan dan penurunan. Akan tetapi
dalam permasalahan h idrolika, irnplikasi p raktis yang tirnbul dari asumsi ini pada dasar
nya akan berbeda.
Tekanan tanah, kestabilan , dan penurunan semata-mata ditentukan oleh nilai rata-rata
dari sifat-sifat tanah (yang ikut berperan). Penyebaran (scattering) atau penyirnpangan dari
nilai rata-rata tersebut 'hanya akan memberikan konsekuensi praktis yang kecil. Di lain
pihak, dalam permasalahan hidrolika, detil geologi yang nampaknya tak berarti mungkin
memberikan pengaruh yang menentukan terhadap jurnlah rembesan serta distribusi tckanan
rembesan di seluruh tanah. C on toh berikut ini mengilustrasikan hal tersebut.
Jika suatu endapan p asir yang tebal mengandung sejurnlah lap isan tipis lanauan halus
yang p adat atau lempung kaku, maka lapisan-lapisan ini secara p raktis tidak mempengaruhi

penurunan bangunan yang terletak di atas p asir ini, kapasitas daya dukung ak}lir, maupun

tekanan lateral yang dihasilkan pasir yang bekerja pada struktur penahan suatu galian

terbuka di atas muka air tanah. Jadi, dalam hal ini, lapisan-lapisan semacam ini d apatlah
diabaikan. Tak ada bedanya, apakah mandor pemboran membuatkan catatan mengenai
lapisan-lapisan itu ataupun tidak.
Di hlin pihak, sehubungan dengan berbagai permasalahan praktis yang mencakup alir
an air melalui p asir, m isalnya dari sebuah kolam di hulu sederetan turap ke sebelah hilir
nya, maka ada tidaknya lapisan-lapisan tipis tanah yang.:relatif tak-permeabel merupakan
masalah yang penting. Jika salah satu lap isan-lapisan tersebut di atas bersifat kontinu dan
terletak di atas ujung bawah turap , maka lapisan ini hampir sama sekali menghalangi
aliran. Jika lapisan-lapisan terse but bersifat tidak kontinu, kita tetap tidak mungkin meng
estirnasi pengaruhnya terhadap jumlah dan arah< rembesan tanpa mengetahui derajat ke
kontinuannya. Selain itu, cara-cara yang praktis tidak dapat menentukan derajat ke-

1 26

Mekanika tanah teoritik

kontinuan tersebut dan (kenyataannya) p emboran-pengujian sama sekali tidak mampu


menyingkapkan adanya lapisan-lapisan terse but.
Setiap lapisan tanah alami maupun timbunan tanah yang dibuat manusia akan me
ngandung bahan-bahan yang tak terdeteksi atau tak dapat dideteksi yang memiliki per
meabilitas sangat tinggi atau sangat rendah, dan perbatas horisontal dari bahan-bahan ter
maksud hanya dapat diduga-duga saja. Oleh karena itu perbedaan-perbedaan antara
kenyataan dan hasil penelitian yang menyangkut aliran air melalui tanah akan merupakan
sesuatu yang san-gat p enting, tanpa mempersoalkan kesempurnaan eksplorasi tanah-di ba
wah-permukaan (subsoil). Tetapi seandainya sama sekali tidak dilakukan penelitian, hal itu
berarti insinyur hanya bertindak untung-untungan. Jadi, dalam keteknikan, prosedur ber
ikut diperlukan sehubungan dengan p ermasalahan-permasalahan hidrolika. Disain hendak
nya didasarkan pada hasil-hasil penyelidikan h idrolika yang cermat. Di samping itu, selama
seluruh rnassa (perioda) pembangunan dan Qika perlu) sampai beberapa tahun sesudahnya
perlu dilakukan berbagai bentuk p engamatan lapangan y ang dibutuhkan untuk mengeta
hui apakah dan sejauh mana kondisi hidrolik p ada tanah-di bawah-permukaan berbeda
dengan kondisi yang telah diperhitungkan sebelurnny a. Jika ternyata pengamatan menun
jukkan bahwa kondisi yang ada tak sesuai dengan yang diperkirakan sebelumnya oleh
perencana, maka disain harus dimodifikasi kembali. Dengan prosedur semacam ini, yang
akan diiiustrasikan melalui beberapa contoh dalam Bagian Ill Qilid 2), kerusakan atau ke
runtuhan bendungan dapat dicegah.

PASAL 23 PENGHITUNGAN (KOMPUTASI) REMBESAN


Hubungan-hubungan Fundamental

Di dalam analisis berikut ini;diasumsikan bahwa aliran air y ang melewati tanah meme
nuhi hukum Darcy (Pers. 1 1 .6) di mana tanah terdiri atas bahan-bahan y ang relatif tak
kompresibel, misalnya pasir, pasir lanauan, atau serbuk batuan.

Untuk menghitung laju aliran air yang melewati tanah semacam ini, perlu ditentukan
intensitas serta distribusi tegangan-tegangan netral yang biasanya dikenal sebagai tekanan
air-pori (porewater pressures). Tegangan-tegangan ini dapat ditentukan dengan meng
gambarkan suatu grafik y ang disebut jaringan aliran (flow net), yang menyatakan aliran air
melewati tanah tak-kompresibel (Forchheimer 1 9 1 7). Untuk mengilustrasikan metoda
tersebut, kita akan menghitung jumlah air y ang keluar dari sebuah kolam yang menelus

Tinggi
Air

(a)

,- -- -

dz
az

- - - -.,.... d,r
-'- ax

Gbr. 23. 1 . (a) Aliran air di sekitar bagian bawah dari sebaris turap dalam pasir yang homo
gen. (b) Kondisi tekanan hidrostalis di keempat sisi dari elemen pasir yang ditunjukkan da
lam Gbr. (a).

127

Hidrolika tanah

melalui tanah-di bawah-permukaan dari turap tunggal yang berfungsi sebagai anak ben
dungan seperti diperlihatkan dalam Gbr.

2 3 . la. Barisan turap dipandang b ersifat tak

permeabel. Turap dipancangkan sedalam

pada lapisan pasir homogen setebal

D1 .

P asir

tersebut terletak di atas dasar tak-permeabel yang horisontal. Hulu hidraulik (hidraulic
head)

h 1 (lihat Pasal 11) dijaga konstan. Air yang masuk ke dalam pasir melintasi kurva
lengkung-lengkung aliran (flow lines). Salah satu lengkung alir

kurva y ang dikenal sebagai

an termaksud adalah kurva AB yang diberi tanda panah-panah.

Gambar 23.1 b memperlihatkan sebuah elemen prismatik ( dengan skala yang diper
besar) dari sebuah lapisan permeabel. Panjang sisi-sisi elemen te rsebut pada bidang kertas

adalah dx dan dz . Panjang sisi elemen y ang tegak lurus bidang kertas adalah dy. Jika kita
mengandaikan

Maka jumlah total air yang m asuk ke dalam elemen per satuan
Vz

dz dy + v. dx dy

a kt u adillah

dan jumlah total air yang keluar dari clemen adalah

Seandainya cairan sama sekali tidak kom prcsibel . dan volume ru ang p ori yang ditempati
oleh air tidak berubah/konstan, maka ju mlah air v ang m asu k akan sama dengan jumlah

yimg keluar. Jadi,

- (vz dz dy + v, dx dy) = 0

atau

avz
av.
- + -= 0
az
ax

Persamaan 2 3.1 di atas dikenal sebagai

(23.1)

persyaratan kontinuitas (continuity condition)

untuk aliran yang paralel terhadap bidang XZ. Namun sebetulnya aliran air yang melewati
tanah tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan kontinuitas, sebab bagaimana pun juga
baik air maupun tanah, setidaknya memiliki sedikit k ompresibilitas. Akan tetapi, dalam
permasalahan rembesan praktis pada umumnya, walaupun tidak selalu, kompresibilitas
tanah dan air dapat diabaikan.
Dengan menggabungkan Pers. 23.1 dan Pers. 11.6 memberikan

Vz

= ki,. = k

ah
ax

dan

Dari persamaan ini kita dapat memaklumi bahwa kecepatan

bagai turunan pa{sial b'esaran 41

potensial kecepatan.

= kh

terhadap

Vx

dan Vz boleh dipandang se

dan z . Besa ran termaksud dikenal sebagai

Jika ke dalam Pers. (23.1 kita stibstitusikan nilai-nil a i

128

Mekanika tanah teoritik

Vz

a<I>
= -

ax

dan

a<I>
v. =

az

maka kita dapatkan

(23.2)
Persamaan yang terakhir ini dikenal sebagai persamaan Lap/ace, yang merupakan persama
an dasar aliran tunak (steady) dua dimensi untuk fluida tak-kompresibel yang melewati
bahan berpori tak-kompresibel. Sccara grafik, persamaan tersebut dapat dinyatakan oleh
dua himpunan kurva-kurva yang saling berpotongan tegak lurus. Kurva-kurva pada satu
himpunan disebut lengkung-lengkung aliran, sedangkan kurva-kurva pada himpunan lain
nya disebut lengkung-lengkung sepotensial. Pada semua titik-titik sepanjang sebuah leng
kung sepotensial, air akan naik dalam tabung piezometri ke suatu ketinggian yang disebut
tinggi piezometri (Pasal 11) untuk lengkung sepotensial yang bersangkutan. Semen
tara itu, partikel-partikel air bergerak di sepanjang lengkung-lengkung aliran pada arah
tegak lurus terhadap lengkung-lengkung sepotensial.
Di dalam permasalahan yang diilustrasikan oleh Gbr. 23.Ia, permukaan pasir di se
helah hulu dan hilir aliran masing-masing merupakan lengkung sepotensial, dan permuka
an dari dasar yang tak-permeabel tersebut merupakan sebuah lengkung aliran. Keadaan
keadaan ini merupakan syarat-syarat batas hidraulik dari permasalahan yang bersangkutan.
Dengan menyelesaikan Pers. 23.2 sesuai dengan syarat-syarat batas tersebut, kita akan men
dapatkan data yang diperlukan untuk pembuatan jaringan aliran seperti yang diperagakan
dalam Gb.r. 23.la. Setiap "jalur'' di antara dua lengkung aliran yang berdekatan disebut
jalur aliran (flow channel) dan tiap bagian dari sebuah jalur aliran yang terletak di antara
dua lengkung aliran dinamakan sebuah medan (field). Pada umumnya disarankan untuk
membuat lengkung-lengkung sepotensial sedemikian rupa sehingga beda antara dua tinggi
piezometri untuk dua lengkung sepotensial yang berdekatan merupakan sebuah konstanta.
Perbedaan ini dinamakan kehilangan potensial (potensial drop) D..h . Jika hulu hidraulik
total = h 1 dan Nd menyatakan banyaknya D..h (pada Gb r. 23 l a, Nd = 1 8), maka ke
hilangan potensial akan sama dengan
.

(23.3)
AIJabila jaringan aliran telah terbentuk, maka tekanan airpori di setiap titik dalam ja

ringan aliran, misalnya titik C dalam Gbr. ' 23.1.a, dapoat ditentukan berdasarkan alasan
alasan berikut ini. Seandainya tidak ada aliran, yakni jika permukaan tanah di sebelah hilir
aliran bersifat kedap, maka hulu piezometri di titik C akan sama dengan jumlah hulu hidra
ulik h 1 dan hulu posisi h2 + he . Namun, sebagai konsekuensi dari adanya aliran, adalah
terdapatnya suatu kehilangan hulu (head) di antara permukaan tanah di sebelah hulu alir
an dan titik C. Karena C terletak di scbelah kanan perbatas kehilangan sepotensial (equi
potential drop) yang ke- 1 6 dan Nd = 18, maka kehilangan hulu (head) sama dengan
1 6 h 1 I 1 8. Dengan demikian, tekanan di dalam air pada titik C adalah

Suku

semata-mata diakibatkan aliran air dan dikenal sebagai tekanan hidrostatis lebih (excess
hydrostatic pressure).

129

Hidrolika tanah

Perhitungan Rembesan dan Tekanan Rembesan


Dalam rangka menurunkan persamaan-persamaan yang diperlukan untuk menghitung
besarnya rembesan, kita tinjau medan yang ditunju kkan oleh daerah yang berarsir pada
Gbr. 23.1 a. Panjang sisinya pada arah le_ngkung aliran adalah a: Kelandaian aliran hidrau
lik y ang melintasi mt:dan ini adalah
t::.h

jj_h
k-

dan kecepatan luahnya


V =

k hl
a Nd

- -

Jika lebar medan pada arah tegak lurus lengkung aliran adalah sama dengan b, maka
jumlah air yang mengalir melewati medan, per satuan le bar turap , adalah

jj.Q

bv

b hl

k--

a Nd

Untuk menyederhanakan pcnghitungan rembesan, jaringan aliran dibuat sedcmikian


rupa sehingga b = a, atau dengan kata lain setiap medan merupakan bujursangkar. Dengan
asumsi ini kita peroleh
(23.4)

Jika N1 menyatakan jumlah total jalur aliran (dalam Gbr. 23. 1 a,


besan Q per satuan lebar turap per satuan waktu adalah:

N1 jj_Q

kh1

N,
Nd

N1

= 9), maka rem


(23. 5)

Setelah kita membuat Janngan aliran, maka dengan menggunakan Pers. (23 . 5) tersebut
kita dapat menghitung besarnya rembesan.
Tekanan total hidrostatis lebih di sebelah hulu aliran dari elemen kubus dengan sisi
= a adalah

dan di sebelal1 hilir aliran adalah

Perbedaan antara kedua tekanan ini adalah

yang dipindahkan air kepada butiran-butiran tanah. Karena Ah/a sama dengan kelandai
an hidraulik i, dan a3 adalah volume elemen, maka gaya yang dilakukan air kepada tanah
per satuan volume sama dengan
P

i'Yw

(23.6)

Gaya ini dikenal sebagai tekanan. :embesan. Dimensinya sama dengan dimensi berat satuan
dan titik kerjanya sedemikian hihgga merupakan garis singgung di setiap titik pada
lengkung aliran.

1 30

Mekanika tanah teoritik

Pembuatan Jaringan Aliran


Data yang diperlukan untuk memplot sebuah jaringan aliran bisa diperoleh dengan
menyelesaikan Persamaan 23.2, namun pemecahan secara matematik tidaklah praktis,
kecuali bila syarat batasnya sedemikian sederhana. Ternyata syarat-syarat batas dari sebagi
an besar struktur-struktur hidraulik tidak sederhana. Jaringan aliran untuk struktur-struk
tur semacam itu bisa diperoleh melalui berbagai metoda eksperimental, dan sejauh ini cara
yang paling mudah dan murah adalah dengan cara coba dan ralat (trial and error). Langkah
langkah untuk membuat grafik terrnaksud diilustrasikan dalam Gbr. 23.2. Dalam gambar
tersebut, a mewakili suatu penampang vertikal dari bendungan pelimpah dengan sebuah
dinding-halang berturap (sheet-pile cutoff wall).
Sebelum memulai pembuatan jaringan aliran, terlebih dahulu kita meneliti syarat-sya
rat batas hidraulik dari perrnasalahan dan memastikan pengaruhnya terhadap bentuk
lengkung aliran. Permukaan tanah di sebelah hulu dan hilir aliran dalam Gbr. 23.2a me
nyatakan lengkung-lengkung sepotensial. Dasar bendungan dan sisi-sisi dari dinding halang
menyatakan lengkung aliran yang paling atas, dan dasar dari lapisan yang tak-kedap me
rupakan lengkung aliran yang paling bawah. Lengkung-lengkung aliran lainnya berada di
antara kedua lengkung aliran ini dan bentuknya harus mengungkapkan sua tu transisi yang
bertahap dari satu lengkung-lengkung aliran ke lengkung aliran beriku tnya. Lebih jauh lagi,
semua lengkung aliran harus tegak lurus di tempat pertemuannya dengan perrnukaan tanah
di sebelah hulu dan hilir aliran. Langkah pertama dalam pembuatan jaringan aliran adalah
menggambarkan beberapa kurva licin yang menyatakan lengkung-lengkung aliran (kurva
kurva bergaris tebal dalam Gbr. 23.2b) dan memenuhi persyaratan yang telah disebut
kan di atas. Kemudian digambarkan beberapa lengkung sepotensial yang memotong tegak
lurus lengkung aliran sedemikian rupa sehingga medan setidaknya secara kasar merupakan
bujur-sangkar. Dengan cara ini kita peroleh pendekatan kasar pertarna dari jaringan aliran.
Langkah beriku tnya adalah meneliti secara cerma t jaringan aliran percobaan guna men
deteksi penyimpangan yang menyolok. Pada jaringan aliran percobaan dalam Gbr. 23.2b,
garis-garis aliran sudah hampir berpotongan lurus dengan garis-garis sepotensial, tetapi be
berapa medan masih belum berbentuk bujur sangkar. Oleh karena itu harus dibuat suatu
jaringan aliran baru yang medan-medannya makin mendekati bentuk bujur sangkar. Proses
penyesuaian ini dilanjutkan terus sampai semua medan boleh dikatakan berbentuk bujur
sangkar. Jaringan aliran pada tahap ini diperlihatkan oleh Gbr. 23.2c.

(Cl)

(1mb. 23. 2. Langkah-langkah dalam pembuatan jaringan aliran. (a) Penampang melintang
melewati lapisan yang tak-kedap. (b) Hasil dari percobaan pertama untuk membuat jaring
an aliran. (c) Hasil dari perbaikan jaringan yang sudah dibuat di (b). (d) Bentuk akhir
jaringan aliran.

v;

131

Hidro/ika tanah

Akhirnya, m edan- medan dalam Gbr.

23 . 2c

dibagi-bagi lagi dan jaringan a!iran diatur

sampai m edan-m edan yang k ecil itu berbentuk bujur sangkar. Hasilnya t er!ihat dalam
Gbr.

23. 2d. Setiap medan dalam qbr. 23.2c t elah dibagi menjadi empat huah medan

yang kecil dan berbagai penyim pangan kecil telah dih ilangkan.

Untuk setiap kepentingan / tujuan praktis, jaringan aliran cukup memuaskan apabila
semua m edan telah dikatakan berb entuk bujur sangkar. Kendatipun jaringan aliran nam
pak kurang akurat, namun memb erikan hasil yang cuk-u p handal. Gambar 2 3 . 3 dan

23.4

dapat bcrtindak sebagai penuntu n untuk pembuatan jaringan aliran yang m e m e nu h i ber
bagai syarat bat as hidraulik. Pacta jaringan aliran dalam Gbr.

23.4a

te rdapat sebuah garis

yang menyatakan pennukaan air-bebas yang selu ruhnya te rletak dalam medium yang

Tinggi Air
(a)

,. '; ) )p]
I

))))5),. ;;;; ';,

,,

Lap isan Kedap Air

(b)

Lapisan Kedap Air

(c)

Tinggi Air

I
I
I

I
I

I
I

7771 ;;;);;; 1 > ;n > >>,J;,,>;;;); r;/n> ;;;) ; ;;;;;;;;>n;;;; > > > 1 "' "n
I

Lapisan Kedap Air

Tinggi Air

(d)

,
(
I
I
I

,
I
I

I
I

I
I

7.> >>7; r >>,),,,};;A>>>>>J>> > )' ' >>;;:!>>,!>>>>>,>>>>>''''>?7,>? >>J>J>>>


I

1
I

1
1

Lapisan Kedap Air

Gbr. 23.3. Rembesan melewati. pasir homoaen di bawah 'dasar bendungan beton (A. Ca
arande 1 93Sa).

132

Mekanika tanah teoritik

kedap air. Di sepanjang permukaan ini, jarak vertikal antara tiap pasang lengkung se
potensial yang berdekata:1 merupakan sebuah konstanta yang sama dengan Ml .
Semua jaringan aliran dibuat atas dasar asumsi bahwa tanah di dalam sebuah lapisan
tempat air menelus memiliki permeabilitas yan!> seragam. Pada lapisan tanah alami, per
meabilitasnya bervariasi dari satu titik ke titik lainnya teru tama sepanjang garis yang te
gak lurus terhadap perbatas-perbatas lapisan tersebu t. Oleh karenanya, perbedaan antara
sketsa jaringan aliran yang sangat kasar dan jaringan aliran yang akurat biasanya cukup
kecil jika dibandingkan dengan perbedaan antara pola aliran dalam tanal1 yang sebenar
nya dan pola aliran seperti yang ditunjukkan oleh jaringan aliran yang akurat. Karena
kondisi universal ini, maka tidak diperlukan percobaan pembuatan jaringan aliran yang
sen;purna atau penelaahan model yang teliti.
Penggunaan model-model yang didasarkan pada analogi antara aliran air dalam kon
duktor merupakan cara yang memuaskan untuk membuat jaringan aliran seperti yang
diperagakan dalam Gbr. 23 .4a yang memiliki permukaan air-bebas. Akan tetapi, pe
nyusunan peralatan yang dibutuhkan tidak mesti dilakukan kecuali jika akan dibuat
banyak jaringan aliran yang sejenis dengannya.
Rembesan me/alui Tanah dengan Iotropi Transversal

Jaringan aliran pada. Gbr. 23 . 1 sampai 23.4 dibuat dengan asumsi bahwa tanah se
cara hidraulik bersifat isotropis. Dalam kenyataannya, massa tanah seringkali dijumpai
dalam keadaan terstratifikasi atau sama sekali tidak terstratifikasi. Dengan demikian,
seperti telah dijelaskan dalam Pasal 1 1 , permeabilitas rata-rata k1 pad a arah paralel de
ngan bidang stratifikasi senantiasa lebili besar daripada permeabilitas rata-rata ku pada

(a) Keadaan pada saat Poros Air Tinggi

Keadaan suru t fV!uka Air

(b) Keadaan pada saat Badai Hujan terus menerus Berlangsung.

(c) Keadaan suru t Muka Air

Gbr. 23.4. Rembesan melalui bendungan homogen imajiner yang terbuat dari pasir her
sib yang sangat halus.

1 33

Hidrolika tanah

arah tegak lurus bidang tersebut. Pembuatan jaringan aliran u ntuk massa tanah yang
terstratifikasi ini dilakukan dengan memandang tanah nyata sebagai bahan homogen de
ngan permeabilitas horisontal dan vertikal masing-masing adalah k1 dan ku. Medium de
ngan sifat-sifat seperti ini dikatakan memiliki isotropi transversal.
Untuk membuat jaringan aliran pada suatu medium homogen dengan isotropi trans
versal, kita laksanakan tahap sebagai berikut: kita buat gambar yang memperagakan penam
pang vertikal melewati lapisan permeabel sejajar dengan arah aliran . Skala horisontal gam
bar diperkecil dengan mcmperkalikan semua u kuran horisontal dengan .J ku/k1. Pada pe
nampang yang telah ditransformasi ini, kita buat jaringan aliran apabila mediu bersifat
isotropik. Dimensi horisontal dari jaringan aliran ini selanju tnya diperbesar dengan me
ngalikannya dengan .../k1/kn. Besarnya rembesan diperoleh dengan mensubstitusi
k

Vk;k;;

ke dalam Pers. 23. 5. Jadi, ungkapan besarnya:rembesan per satuan le bar medium adalah

(23.7)
Prosedur tersebut di atas diilustrasikan oleh Gbr. 23.5.
Metoda di atas (Samsioe 1 93 1 ) dikembangkan sepenuhnya berdasarkan ma tema tik
tanpa mengadakan asumsi-asumsi penyederhanaan. Oleh karena itu , hasilnya sama handal
nya dengan Hukum Darcy dan nilai k1 dan ku yang terlibat dalam perhitungan tersebut.

Nilai rata-rata k1 untuk hampir semua lapisan tanah jauh lebih besar daripada kn.
Akan tetapi, rasio k1/kn berkisar dari sekitar dua atau tiga sampai dengan .beberapa ratus,
dan tidak ada cara untuk menentukan nilai tersebut secara akurat untuk suatu endapan ter
tentu. Oleh karenanya, sebaiknya kita membuat sketsa dua buah jaringan aliran. Jaringan
aliran yang satu digambar berdasarkan nilai k1/kn terbesar yang mungkin, dan jaringan alir
an yang lain didasarkan pada nilai terkecil dari rasio tersebut. Dalam pemilihan nilai-nilai
ini, pertimbangan harus dipusatkan kepada kenyataan bahwa k1/k;1 tidak dapat kurang dari
satu tetapi tidak pula dapat lebih besar daripada rasio antara koefisien permeabilitas lapis
an yang paling permeabel dengan koefisien permeabilitas lapisan yang paling kurarig per
meabel. Untuk keperluan disain , kita harus mempertahankan jaringan aliran yang mewakili
kondisi yang paling tidak diinginkan, atau kita harus mengadakan persiapan lain untuk
memastikan bahwa perbedaan antara rembesan yang sebenarnya dan rembesan yang di
perkirakan selama masa konstruksi masih berada dalam batas-batas keam.anan.
(a) PENAMPANG YANG
DI TRANSFORMASIKAN

(b) PENA MPANG YANG


SEBENA RN YA

Lapisan Kedap Air


Skala Biasa

Gbr. 23.5. Konstruksi jaringan aliran jika koefisien permeabilitas lapisan pa


sir berbeda, dalain arah horisontal dan vertikal. (a) Penampang yang ditrans
formasikan. (b) Penampang sebenarnya.

Mekanika tanah teoritik

1 34

Rembesan Menuju Sumur Tunggal


Gambar
jari-jari

r0

23.6a

mcmperagakan penampang vertikal yang melewati sebuah sumur ber

yang meluas ke bagian bawah/dasar dari suatu lapisan horisontal tak-kedap-air

yang terletak di antara e ndapan-endapan yang kedap-air. Lapisan tak-kedap-air termaksud


memiliki ketebalan

H0

dan koefisien permeabilitas

yang se ragam. Ketinggian air d alam

sumur terh adap dasar lapisan yang tak-kedap dituru nkan dari H 1 ke H melalui pemompa
an dengan laju konstanta

Q sampai tcrcapai keadaan tunak dari aliran. Demikian pula h al

nya dengan ketinggian air dalam sumur pengamatan pad a jarak


jadi

h.

diturun kan dari

H1

men

Dalam hal ini dianggap bahwa aliran air ke sumur berarah r adial dan horison t al.

1 1 .6,

Dengan demikian , berdasarkan Pers.

aliran total pada perbatasan dari penampang

silinder berjar i-jari r adalah:

kiA

Dan selanjutnya dengan melakukan in tegrasi

1" dr
' r

diperoleh:

dh
k - 21rrHo
dr

21rH o k

r dh
}h,

_
21r_H
_
o_
k__:_
(h 2 - h I)
____
r2

(23 .8)

log, Tt

Atau jika pemompaan sumur dilaku kan u ntuk menghitung

Q
27rH o(h2

ht)

k,

r2

log, -

( 23.9)

Ti

Penentuan pcrmeabilitas yang paling akurat adalah dengan melaku kan pengu kuran
dan

h2

pada setiap j ari-jari

r1

dan r2 (Pasal

44,

Jilid

dapat dibuat dengan meman faatkan syarat bahwa pada


yang besar dari r2

pengaruh

R, h2

mende kati H1 . Dimcnsi

2).

r1
R,

h1

Akan tetapi, pe rkiraan k asar


=

r0, h 1

H, serta pada nilai

yang dikcnal sebagai

jari-jari

(radius of influence) dari sumur, menyatakan jarak di man a muka air-tanah mulai

mendatar. Bersama ini tak perlu diketahui dengan tcliti sebab jika
pertambahan dari logaritma

Rfr0

Rfr0

bertambah, maka

jauh lebih kecil. Dcngan dcmi kian, kalau orde dari nilai R

telah diketahui, maka hal tersebut tcl ah c u ku p u n tu k mcngaproksimasi

tanpa perlu

pertolongan sumur-sumur pengamatan.

(a )

(b)

Gbr. 23. 6 . Diagram yang mengilustrasikan aliran air menuju sumur selama uji-pemompaan.
(a) Jika tinggi piezometri di a tas lapisan tak-kedap-air. (b) Jika permuakan air-bebas terletak
dalam lapisan tak-kedap-air.

135

Hidro/ika tanah

D i lain pihak, jika sumur menembus k e dasar suatu lapisan tak-kedap-air yang ter
buka . (Gbr. 23. 6b), maka m uka air tanah di perbatas dari sumur tidak dapat dig mbar
_
kan sampai ke poros air dalam sumur karena sejumlah aliran besar mengalir ke dalam
sumur melalui pennukaan bebas Hr yang tersingkap. Luah (discharge) dari sumur se
macam ini pertama kali dievaluasi oleh Dupuit {1 863) dengan...mengambil penyeder
hanaan bahwa Hr = 0 (kurva bergaris putus-putus dalam G br. 23.6b ) serta diasumsikan
bahwa pada setiap jari-jari r kelandaian hidraulik yang menyebabkan aliran horisontal me
nuju sumur sama dengan kemiringan (slope) dari kurva penurunan muka air (drawdown)
yang diperkirakan sebelumnya pada jari-jari r. Atas dasar asumsi ini
,

Selanju tnya diperoleh

(23. 1 0)

atau

(23 . 1 1 )
Untuk syarat batas h 1

==

H di

r1

==

r 0 dan

h2

H1 di r2

==

R , maka

(23. 1 2)

Teori Boreli ( 1 95 5) serta eksperimen-eksperimen Babbitt dan Caldwell ( 1948) telah


memperlihatkan bahwa Pers. 23. 1 2 memberikan nilai Q yang handal kendatipun jika H di
kurangi menjadi nol. Di lain pihak, perbedaan antara ordinat h 1 dan h 1 ' dari kurva pe
nurunan-muka-air Dupuit dan perbedaan yang berasal dari diperhitungkannya permukaan
luah Hr menjadi berarti pada jarak dari sumur kurang dari sekitar 1 ,0 sampai 1 ,5 H 1 dan
perbedaan tersebut berta]Il bah dengan cepat semakin dekat dengan sumur a tau jika H ber
kurang.

Soal-soal
I.
Pasir yang berada di bawah bendungan, seperti ditunj ukkan d alam Gbr. 23.3,
memiliki permeabilitas pada segala arah 4,2 X 1 0 - 3 cm /det . Hulu (head ) h 1 adalah
25 m eter. H itunglah besarnya rembesan dalam m et er-kubik per detik per satuan panjang
=

sumbu tiap-tiap bendungan.


det.

Jwb.

(a) 1 , 1 5 X 1 0 -

3 ; (b) 1 , 1 5 X 1 0- 3 ; (c) 1 ,9 1 X 1 0 - 3 ; (d) 0,86 X 1 0 - 3 ft 3 j

2. Perkirakanlah kelebihan tekanan a ngkat (uplift) hid rostatis di titik-tengah antara


sisi dasar bendungan beton pada sebelah hulu aliran dan hilir aliran terhadap tekanan
angkat tersebut pada tinggi air di belakang bendungan da1am soal no. l .

Jwb. (a) 1 5 ; ( b ) 9 ; (c) 6 ; (d) 2,5 m eter-hulu (head).

r1:

1 36

Mekanika tariah teoritik

3.
Lapisan tanah (subsoil) d i bawah bendungan dalam Gbr. 2 3 . 3 b terdiri atas lapis
an lanau yang horisontal dengan tebal 1 inci yang memotong turap sedikit di atas ujung
bawahnya. Tidak a da yang d apat mendeteksi adanya lapisan semacam itu pada eksplorasi
tanah d engan m enggunakan m etoda yang praktis. Koefisien permeabilitas pasir adalah
4,2 X 1 0 - 3 cmjdet, sedangkan koefisien permeabilitas lanau adalah 2 , 1 X 1 0 - 6 cm/det.
Ketebalan total lapisan pasir d i seb'elah hulu-aliran
55 meter d an ujung bawah dari turap
berada 25 meter di atas dasar lapisan pasir. (a) Uraikanlah bagaimana cara m engevaluasi pe
ngaruh lapisan lanau pada b esarnya rembesan dengan asumsi bahwa lapisan lanau b ersifat
kontinu pada suhu daerah yang luas. ( b ) Uraikanlah efek adanya c elah-celah dalam lapisan
lanau pada besar rembesan . c) Bagaimana cara menentukan d erajat kekontinuan lapisan
lanau tersebut?
=

(a) Lapisan lanau m emiliki efek yang sama dengan penambahafl ketebal
an lapisan pasir dari 5 5 menjadi 2 2 1 m eter, dan penambahan p enetrasi
turap dari 30 m enjadi 1 96 m eter. Oleh karenanya, besarnya rembesan
dapat dievaluasi dengan membuat sketsa jaringan aliran u ntuk kondisi
tanah yang fiktif ini. Karena celah di bawah turap dalam profil fiktif
tersebut adalah kecil dibandingkan dengan kedalaman d ari penetrasi tu
rap, maka hilangnya air yang dihitung berdasarkan jaringan aliran ini
merupakan sebagian kecil saja dari besarnya kehilangan air yang m elalui
pa sir tanpa adanya lapisan lanau. ( b ) Ketergantungan pada ukuran dan
lokasi celah d alam lapisan tersebut, suatu lapisan lanau yang tak-kontinu
mungkin memiliki variasi dari hampir tidak ada pengaruh sampai pe
ngaruh y?.ng serupa dengan lapisan yang kontinu. (c) Tidak dapat di
tentukan.

Jwb.

4. H itunglah besarnya rembesan per kaki panjang eendungan yang d iperlihatkan


dalam 1 Gbr . 63 . 6 b , dengan mcnganggap k
1 X 1 0 - 3" cm/det. Perkirakanlah tekamm a ng
kat (uplift ) pada dasar bendungan d i belakang bangunan batu yang tinggi.
Jwb. 1 , 1 X 1 0- 3 m /det per satuan lebar bendungan (meter) 64 m eter-hulu
.

(head ).

S. Koefisien permeabilitas rata-rata dari pasir di bawah b endungan yang d iperlihat


kan dalam Gbr. 23 . 5 adalah 1 6 X 1 0 - 4 cm/det pada arah horisontal d an 4 X 1 0 - 4 cm/det
pad a arah vertikal. Berapakah b esarnya rembesan . yang hilang per satuan lebar b en dung
an (meter) jika hulu (head ) sama dengan 3 0 meter?
Jwb. 2 X 1 0- 4 m3 /det.
6. Buatlah jaringan aliran untuk bendungan yang ditunjukkan dalam . Gbr. 2 3 . 5 b
jika k 3 6 X 1 0 - 4 cm/det pada arah horisontal dan 4 X 1 0 - 4 cm/det pada arah vertikal.
Leba dasar bendungan adalah 83 meter, ketebalan lapisan tak-kedap-air = 3 8 meter, dan
panjang turap
29 m eter. Nilai hulu a dalah 3 0 m eter. Berapakah besarnya rembesan per
satuan lebar b endungan (met er)? Bandingkanlah nilai ini d engan b esarnya rembesan d i ba
wah bendungan yang sama j ika k = 1 2 X 1 0 - 4 cm/det untuk segala arah.
Jwb. 3 ,9 X 1 0 - 4 ; 2 , 5 X 1 0 - 4 m3 /det .
=

7. B erapakah intensitas pendekatan dari tekanan hidrostatis lebih pada arah horison
tal yang b ekerja di sisi sebelah kiri dinding turap dalam Gbr. 6 3 . 6a di titik ujung bawah
dinding tersebut?
Jwb. 2620 kg/m3 .

Bacaan Pilihan

Casagrande, A. ( 1 93 5 b ). "Seepage through dams", J. New England Water Works A ssn. ,


5 1 , No. 2, hal. 1 3 1 -1 7 2 : Reprinted in Con tribu tions to soil mechanics 1 925-1 940,

1 37

Hidrolika tanah

Boston Soc. of Civil Engrs. , 1 940, and as Harvard UniJ!. Soil Mech. Series No.
nyajian klasik dari metoda jaringan-aliran dan penerapannya.

5.

Pe

Risalah berikut ini membahas aspek-aspek lanjut dari perhitungan rembesan :


Muskat, M. ( 1 93 7 ). The flow of homogeneous flu ids through p orous m edia, New York,
McGraw-Hill, hal. 63. Reprinted by. LW. Edwards, A nn Arbor, 1 946 .
Polubarinova-Kochina, P. Ya. ( 1 9 6 2 ). Th eory of ground wa ter m ovement. Translated from
the Russian by J. M . R. de Wiest, Princeton Univ. Press, hal. 6 1 3 .
Harr, M . E. ( 1 9 6 2 ). Groundwater and seepage. New York, McGraw-Hill, hal. 3 1 5 .
Penyajian istimewa dari dasar-dasar. rembesan dan penerapannya terdapat dalam Ceder
gren, H. R. ( 1 96 7 ) : Seepage, drainage, and flownets, New York, John Wiley dan Sons, hal.
489.

PASAL 24 MEKANIKA SALURAN PIPA (PIPING)

Definisi Saluran Pipa (Piping)


Sebagian besar bendungan di atas pondasi tanah mengalami keruntuhan akibat pem
bentukan mendadak aliran dalam saluran atau terowongan berbentuk pipa y ang terletak di
. antara tanah dan pondasi. Bila air yang tersimpan keluar dari reservoar dan memasuki jalur
keluar, maka lebar dan kedalaman jalur bertambah dengan cepat sampai pondasi struktur
terangkat dan menyebabkan struktur hancur menjadi fragmen yang akan dihanyu tkan
oleh aliran air y ang deras. Peristiwa semacam ini dikenal sebagai keruntuhan oleh saluran
pipa.
Keruntuhan oleh pipa dapat disebabkan oleh dua jenis proses. Pertama, akibat peng
gerusan. Kedua, akibat erosi bawah-permukaan (sub surface) yang berawal pada mata
air dekat ujung-kaki struktur di sebelah hilir aliran dan berlanjut ke arah hulu aliran se
panjang dasar dari struktur atau di sebagian bidang antar lapisan (Pasal 63). Keruntuhan
terjadi segera setelah erosi ke arah hulu mendekati bagian bawah reservoar. Mekanika
pipa jenis ini bertentangan dengan pendekatan teoretis. Akan tetapi , keruntuhan oleh
pipa juga diawali oleh kenaikan mendadak massa tanah yang besar di sekitar ujung
kaki struktur di daerah hilir aliran . Keruntuhan jenis ini hanya terjadi jika tekanan rembes
an air, yang menelus ke arah atas melalui tanah di bawah ujung-kaki stru ktur, menjadi
lebih besar daripada berat efektif tanah. Keruntuhan yang termasuk ke dalam katagori
pertama tersebu t dikenal sebagai keruntuhan akibat erosi-bawah-permukaan dan yang ter
golong kategori kedua adalah keru ntuhan akibat pengangkatan {heave). Alinea-alinea
berikut hanya akan membahas keruntuhan akibat pengangkatan.
Besar dan distribusi tekanan hidrostatik lebih ditentukan oleh jaringan aliran. Dala:m
Pasal 23 telah ditegaskan bahwa jaringan aliran teoritis tidak pernah identik dengan
jaringan aliran u ntuk aliran air di dalam lapisan-lapisan tanah nyata. Bahkan kedua jaringan
aliran tersebut mungkin sama sekali berbeda. Oleh karena itu, hasil-hasil penelitian teoritik
mengenai efek-efek mekanik aliran rembesan hanya bertindak sebagai penuntun untuk
menganibil keputusan dan merupakan dasar untuk merencanakan instalasi-pengawasan
yang memadai selama dan setelah masa konstru ksi.

Mekanika Saluran Pipa (Piping) akibat Pengangkatan


Mekanika mengenai keruntuhan oleh pipa akibat pengangkatan diilustrasikan pada
Gbr. 24. l a yang menggambarkan penampang vertikal dari sebuah dinding turap tunggal

138

Mekanika tanah teoritik

yang berfungsi sebagai anak bendungan. Hingga kedalaman h 1 di bawah tinggi air, tanah di
bagian luar anak bendungan tersusun dari kerikil, sedangkan kerikil di dalam anak ben
.dungan telah dibuang dengan pengerukan. Kerikil terhampar di atas lapisan pasir yang
seragam. Kehilangan hulu (head) dalam kerikil sedemikian kecil sehingga dapat diabaikan.
Kita ingin menghitung faktor keamanan F terhadap pipa, setelah air di bagian dalam anak
bendungan dipompa seluruhnya.
Sebelum melakukan perhitungan, kita p andang kondisi hidrostatik pada saat keruntuh
an. Segera setelah tinggi air di bagian dalam anak bendungan turun akibat pemompaan, air
mulai mengalir ke bawah lapisan pasir pada sisi sebelah kiri dinding turap dan ke atas di
sebelah kanannya. Tekanan hidrostatik lebih pada sua tu penampang horisontal seperti Ox
. (Gbr. 24. 1 b) mengurangi tekanan efektif pad a penampang tersebu t Segera setelah tekan
an efektif rata-rata pada dan di atas bagian Ox di dekat turap menjadi sama dengan nol,
air yang mengalir melalui p asir dapat meluruskan dan memperlebar saluran air tanpa men
dapat suatu perlawanan. Proses ini dengan cepat akan memperbesar permeabilitas pasir di
sekitar turap , seperti dijelaskan dalam Pasal 1 2 , dan menambah rembesan ke dalam iajur
ini. Kemudian pemmkaan pasir naik (lihat Gbr. 24. 1a). Akhirnya, pasir mulai mendidih,
dan campuran air dengan pasir mengalir deras dari bagian hilir aliran, melewati lapisan
pasir di bawah ujung-bawah turap, dan menuju lajur tempat pendidihan pasir dimulai.
Dengan uji-model, Terzaghi (1 922) menemukan bahwa kenaikan pasir terjadi pada
suatu jarak sekitar D/2 dari dinding turap. Oleh karenanya, keruntuhan berawal dari dalam
prisma-pasir dengan kedalaman D dan lebar D/2. Pacta saat keruntuhan, tekanan vertikal
. efektif pada suatu penampang horisontal yang melalu i prisma tersebu t hampir sama
dengan no!. Pada saat itu juga, tekanan lateral ,efektif pada sisi-sisi prisma mendekati
nilai no!. Oleh karenanya, pipa terjadi segera sctelah tekanan hidrostatik lebih pada dasar
prisma bernilai sama dengan berat efektif pasir di atasnya.
Untuk menghitung besarnya tekanan hidrostatik lebih, kita haru s membuat jaringan
aliran. Sctelah ha! tersebut dilakukan.(Gbr. 24. l a), intensitas tekanan ini dapat ditentukall
dengan mudah di setiap titik pada dasar prism a di kedalaman D dengan cara sebagaimana
prosedur yang diuraikan dalam Pasal 23. Pada Gbr. 24. Ib, nilai-nilai ini disajikan oleh
ordinat-ordinat kurva C dengan acuan ke sumbu horisontal yang melcwati 0. Dalam daeral1
D/2 dari dinding turap , tekanan hidrostatik lcbih pada dasar prisma bernilai sama dengan
'Ywha, dim tekanan hidrostatik lebih total di dasar prisma tersebut adalah U = t D'Ywha .
Keruntuhan akibat piping terjadi segera setclah U bcrnilai sama dengan berat efektif

Gbr. 24. 1 . Penggunaan jaringan aliran untuk menentukan faktor keamanan turap di dalam
pasir terhadap piping. (a) Jaringan aliran, (b) Gaya-gaya yang bekerja pada pasir dalam
lajur pengangkatan-potensial (potential-heave).

'
Ilidrolika tanah

1 39

pasir, yang berarti sama dengan berat terbenam W'

keamanan terhadap pipa adalah

t D2 "'f1

Dengan deniikian, faktor

W'
D'Y'
F= -=
h a'Yw
U

(24. 1 )

Dengan cara yang sama, kita bisa menghitung faktor kean1anan terh adap

pipa

untuk

bendungan dengan dinding-halang berturap .

Kompensasi Angkat dengan Penapis Terbeban


Jika faktor keamanan terhadap

pipa

(Uplift Compensation by Loaded Filters)

terlalu kecil, maka faktor kean1anan tersebut

bisa diperbesar dengan memasang penapis-terbalik (inverted filter) di atas prisma


(Gbr. 24r.lb) dengan be rat

W.

Oafe

Adanya penapis terse but tidak mengubah tekanan hidrostatik

lebih U, tetapi menambah berat e fektif prisma d ari

W'

menjadi

W ' + W.

Jadi, faktor ke

amanan terhadap pipa bertambah d ari F (Pers. 24. 1 ) menjadi

F' =

W + W'
----

(24.2)

Efek penstabilan dari penapis-terbalik y ang terbcban tersebu t telah diperagakan berulang
ulang melalui eksperimen dan pengalaman y ang berkaitan dengan struktur berpenapis
terlindung (filter-protected structures). Supaya fungsi penapis berjalan efektif , maka pena
pis tersebu t harus cukup kasar sehingga mcmungkinkan rembesan air mengalir keluar
dengan bebas, tetapi cukup h alus u ntuk mencegah hanyutnya partikel tanah melalui ruang
pori tanah. Disain penapis yang memenuhi kedua persyaratan di atas dibahas d alam Pasal

11.

Soal-soal
1. Diketahui hulu h 1 dalam Gbr. 24. 1 sama d engan 25 meter. Penetrasi turap ke
dalam lapisan pasir adalah 1 9 meter. J ika berat satuan jenuh pasir ada1ah 1 1 3 kg/m 3, be
rapakah berat penapis-terbalik yang diperlukan untuk menambah faktor keamanan ter
hadap pipa menjadi 2 , 5 .
Jwb. 340 kg/m 2

2. Lap isan pasir yang terdapat da1am Soal 1 mengandung 1ap isan lempung yang terla
lu tipis sehingga tidak dapat d ideteksi mela1ui p emboran, tetapi cukup tebal untuk dapat
b.erperan sebagai m em bran yang re1atif kedap-air. Data numerik untuk nilai hulu (hea d )
d a n kcdalaman penetrasi turap identik d engan yang diberikan dalam Soal 1 . Lapisan lem
pung terletak beberapa m eter d i atas ujung-bawah turap. Perbatas di sebelah kirinya berada
beberapa meter dari turap di daerah hu1u a1iran, dan perbatas di daerah hilir a1iran me
miliki penapis-terbalik dengan berat 3 40 kg/m 2 dan memberikan penapis-terbalik dengan
berat 340 kgjm 2 dan memberikan faktor keamanan sama dengan 2,5 atas dasar asumsi
bahwa aliran air da1am pasir tidak menga1ami hambatan.
Jwb.

(a) 0,83. Pasir di daerah hilir aliran akan menyembur segera sete1ah
nilai hulu (head) mencapai 2 1 meter. (b) Memasang sumur pengamatan
tungga1 di daerah hilir aliran d engan uj ung-bawahnya terletak beberapa
meter di bawah tinggi bagian bawah dinding turap.

1 40

Mekanika tanah teoritik

PASAL 25 1EORI KONSOLIDASI

Proses Konsolidasi
Jika beban pada suatu lapisan tanah jenuh yang p orous serta sangat kompresibel,
seperti halnya lempung, diperbesar, maka lapisan ini terkompresi dan air terkuras ke
luar (drain out). Peristiwa ini merupakan suatu proses konsolidasi (Pasal 1 4). Selama
proses tcrsebu t, jumlah air y ang masuk kc dalam la,Pisan tip is tanah horisontal akan lebih
kecil daripada jumlah air yang keluar. Oleh karena itu , persyaratan kontinuitas yang di
nyatakan oleh Pcrs. 23 . 1 , yang menjadi dasar bagi teori jaringan alirari dan rembesan, tidak
lagi bcrlaku .
Beban tambahan atau tekanan per satuan luas y ang mengha'silkan konsolidasi dikenal
scbagai tekanan konsolidasi atau tegangan konsolidasi. Di saat penerapan beban, tekanan
konsolidasi boleh dikatakart sepenuhnya dipikul oleh air dalam ruang pori tanah (lihat Pa
sal 14). Oleh karena itu, pada awal proses konsolidasi terjadi tekanan-lebih-awal (initial
excess pressure) di dalam air y ang hampir sama dengan tegangan konsolidasi. Tetapi se
lanjutnya, tekanan tersebut berkurang, sedangkan tekanan efektif rata-rata dalam lapisan
akan naik. Di setiap titik pada lapisan, nilai tekanan hidrostatik lebih u pada sua tu waktu
dinyatakan oleh Pcrs. 1 2. 1 , yang ditulis dalam bentuk
U =

'Ywh

di mana h menyatakan hulu hidraulik terhadap tinggi air-tanah (ground-water) di atas lapis
an yang mengalami konsolidasi. Setelah selang waktu yang panjang, nilai u akan menjadi
nol dan te kanan konsolidasi seluruhnya menjadi tegangan efektif yang ditransmisi dari
satu bu tiran kc bu tiran lain. Seandainya t::.p mcnyatakan tckanan konsolidasi di sebarang
titik, maka keadaan kesctimbangan mengharuskan berlakunya hubungan
t::.p

t::. p + u

(25.2)

di mana t::.p menyatakan bagian tegangan konsolidasi pada suatu waktu yang ditransmisi
dari butiran ke butiran, dan u adalah tekanan hidrostatik Jebih yang bersangkutan.

Pernyataan Representasi secara Grafik dari Ja/annya Proses Konsolidasi

Karena t::.p dalam Pers. 25.2 merupakan konstanta, jalannya proses konsolidasi di
suatu titik dapat divisualisasikan dengan mengan1ati variasi u di titik bersangkutan atau ,
bcrdasarkan Pers. 2 5 . 1 , melalui pengamatan variasi h dengan mengandaikan adanya pip a
berdiri tcgak di titik tcrmaksu d.

Gan1bar 2 5 . 1 mengilustrasikan . konsolidasi dari sua tu lapisan kompresibel yang ter


Jetak di antara dua lapisan pasir. Akibat pembangunan sebuah gedung bcsar atau penim
bunan tanah di permukaan-tanah, maka lapisan kompresibel akan mengalami suatu
tegangan konsolidasi t::.p . Lapisan tersebu t diasumsikan dapat terkuras (drain) dengan
bebas, baik melalu i pcrmukaan sebelah atas maupun bawah. Juga diasumsikan bahwa
di dalam Japisan, air hanya mengalir pada arah vertikal. Lebih jauh lagi, t::.p diasumsikan
tetap (tidak bervariasi) mulai dari atas sampai ke dasar lapisan.
Jalannya proses konsolidasi dalam lapisan dapat dipelajari meialui pengamatan ke
dudukan tinggi air di dalam sederetan pipa tegak. Ujung bawah pipa berada pada garis
vertikal yang melewati lapisan, sebagairnana diperagakan dalam Gbr. 2 5 . 1 . Karena tekanan
hidrostatik lebih tidak bergantung kepada posisi muka air tanah, maka muka air tanah di
anggap identik dengan permukaan sebelah atas lapisan y ang mengalami konsolidasi. Jika
pip a tegak diatur sedemikian rupa sehingga jarak horisontal 1 - 2' , 1 -3 ' , dan seterusnya,

1 41

Hidrolika tanah
d

Drainase

Drainase

Gbr. 25. 1 . Diagram yang mengilustrasikan konsolidasi dari lapisan lempung yang kom
presibel.

sama dengan jarak vertikal yang bersangkutan: 1 -2, 1-3, dan seterusnya, seperti dipcr!ihat
kan dalam gambar, maka kurva yang menyatakan tempat kedudukan tinggi air da1am pipa
tegak pada suatu waktu merupakan isokron (lihat Pasal 1 4). Kelandaian hidraulik i pada
siiatu kedalaman d di bawah titik a sama dengan kemiringan isokron pada jarak horison
tal d dari a. Selanjutnya, jika kemiringan di suatu titik pada isokron mengarah ke atas
dalam arah ke kanan, maka aliran juga mengarah ke atas pada titik yang bersangkutan
dalam lapisan tersebu t.
Distribusi hulu-hidraulik-lebih-awal pada penampang vertikal lapisan lempung di
sajikan oleh garis horisontal de yang terletak pada elevasi flhw di atas permukaan air
bebas. Garis ini merupakan isokron awal. Berdasarkan Pasal 1 4, konsolidasi lapisan
lempung berlangsung dari lapisan atau lapisan-lapisan drainasc menuju kc arah dalam. Jadi,
pada tahap awal konsolidasi, tinggi piezometri dari bagian tengah lapisan masih belum ber
ubah, sementara piezometri bagian sebelah luar telah turun seperti diperlihatkan oleh
isokron C1 . Dalam tahap selanjutnya, semua tinggi piezometri telah turun seperti ditunjuk
kan oleh isokron c2 ' dimana elevasi-elevasi tinggi tersebut berkurang dari b agian tengah
lapisan menuju nol di permukaan-permukaan drainase. Akhirnya, sctelah waktu yang
sangat lama, semua tekanan-hidrostatik-lebih menghilang dan isokron akhir disajikan oleh
garis horisontal ac.
Gambar 25.2 memperagakan isokron-isokron u ntuk berbagai proses konsolidasi. Jika
lapisan yang mengalami konsolidasi dapat dikuras dengan bebas melalui pcmmkaan atas
dan bawahnya, maka lapisan tersebut disebut lapisan terbuka (open layer), dan ketebalan
nya dinyatakan sebagai 2H. Jika air hanya dapat keluar melalui salah sa tu per111ukaan saja,
lapisan tersebut dinamakan lapisan setengah tertutup (half-closed) dan ketebalannya di
nyatakan sebagai H. Dalam Gbr. 25.2, lapisan yang diberi nama a, b, c dan e merupakan
lap isan terbuka, sedangkan lapisan d dan f adalah lapisan setengah tertutu p.
Gambar 25.2a merupakan tiruan sederhana dari Gbr. 25. 1 . Tabung-tabung piezometri
tidak diperlihatkan. Diagram tersebu t menyajikan konsolidasi suatu lapisan lempung ter
buka akibat tekanan konsolidasi yang seragam dari atas sampai dasar lapisan.
Jika lapisan yang mengalami konsolidasi berdimensi agak tebal relatif terhadap tebal
daerah y ang dibebani, maka tekanan konsolidasi akibat berat struktur atau tanah isian akan
berkurang terhadap kedalaman seperti ditunjukkan oleh kurva Ca dalam Gbr. 40.3. De
ngan asun,tsi penyederhanaan bahwa p engurangan tekanan terhadap kedalaman bersifat li-

Mek{l,Jlika tanah teoritik

1 42

:: :: : '
: ;:: :>
' :.= ::
Pasir

': 'ii' : , ,...

Dasar- lmpermeabel

{f'}

(e)
a

'

+
---r,-2H
I

' I
' I

I
I
I

I
I

Tanah lsian-Hidraulik ' :


;:;.-.:': ,_,,,,,,._,:': ::.;,:::::: =b . ,...;:;

Pasir

'"'"' '

Tanah lsian-Hidraulik

6
Dasar- lmpermeabel

Gbr. 25. 2. Isokron-isokron yang menyajikan jalannya proses konsolidasi lapisan lempung
ideal untuk berbagai jenis drainase dan berbagai distribusi tekanan konsolidasi dalam arah
vertikal (Terzaghi dan Frolich 1 936).

nier, isokron awal b oleh jadi disajikan oleh garis de dalam Gbr.

25.2b,

lidasi di atas dan di dasar lapisan masing-masing adalah D.pt dan !::i.pb

dan tekanan konso

Jika lapisan yang mengalami konsolidasi berukuran sangat tebal relatif terhadap tebal

daerah yang dibebani, maka tekanan !::i.p b cenderung sangat kecil dibandi ngkan D.pt Dalam
keadaan ini, kita dapat mengambil asumsi yang cukup akurat bahwa !::i.p b

yang bersangkutan diperagakan dalam Gbr.

25.2d

25.2c u ntu k lapisan

0. Isokron

terbuka, dan dalam Gbr.

tintuk lapisan setengah tertu tup. Perlu dicatat bahwa konsolidasi dari lapisan

setengah

tertutup dalam

Gbr.

25.2d

disertai dengan pembengkakan temporer dari

lempung di bagian bawah fapisan .


Gambar 25.2e dan f mengi!ustrasikan konsolidasi lapisan yang dibentuk secara hi
draulik tanpa gaya lain kecuali beratnya sendiri. Muka air tanah diasumsikan terletak pada
permukaan atas lapisan tersebu t, dan konsolidasi yang terjadi selama pembentukan lapis

Ghr. 25.2e berada di atas lapisan


pasir (lapisan terbuka), sedangkan y ang diperlihatkan dalam Gbr. 25.2/ berada di atas
lapisan impermeabel (lapisan se'tengah tertu tup). Pada saat t
0, kese!uruhan berat terbe
nam dari tanah ('}'1 per satuan volume) dalam masing-masing lapisan dipikul oleh air,
an diabaikan. Tanah isian yang diperlihatkan dalam

dan tekanan konsolidasi bertambah dari nol di permukaan sampAi

H'Y'

di dasar. Oleh

1 43

Hidrolika tanah

karenanya, konsolidasi di kedua lapisan tersebut dengan hasil akhir yang sama. Akan
tetapi, pembedaan bentuk dari isokron untuk tahap-tahap di antara tahap awal dan tahap
akhir konsolidasi tersebut menunjukkan bahwa laju pada saat mendekati tahap akhir kon
solidasi sangat berbeda untuk kedua lapisan tersebut.

Perhitungan Laju Konsolidasi

Untuk menghitung laju konsolidasi dan de raj at konsolidasi U% (Pers. 1 4. 1 ) untuk

proses-proses yang diilustrasikan dalam Gbr. 25.2, kita dapat asumsi-asumsi penyederhana
an sebagai beriku t:

Koefisien permeabilitas k (Pers. 1 1 . 6) bernilai sama di setiap titik dalam lapisan


1.
yang mengalami konsolidasi dan untuk setiap tahap konsolidasi.
2.

Koefisien kompresibilitas volume

mu

(Pers. 1 3 .3) bernilai sama di setiap titik da

lam lapisan dan untuk setiap tahap konsolidasi.


3.

Air lebih (ex cess water) mengalir keluar hanya sep anjang garis vertikal.

4.

Ketinggalan waktu dari kompresi disebabkan semata-mata oleh rendahnya per

meabilitas bahan. Jadi e fek waktu sekunder yang dibahas dalam Pasal 1 4 diabaikan.
Gambar 25. 3(a) menyajikan penampang vertikal melalui irisan horisontal tipis dari
lapisan yang mengalami konsolidasi. Ketebalan irisan adalah

dz.

Air mengalir melalui

lapisan tersebu t dengan laju v. Ketakseim bangan tekanan hidrostatik adalah


Hukum Darcy (Pasal 1 1) mensyaratkan bahwa

1 iJu

iJh

v = ki = - k - = - k - iJz
'Yw iJz

(a)

r!Ya'.

a(L;pz
at

tTertekan Keluar

az

m.,

.. .

.:: : .: : .::.. :: :: .::: :.

(25.3)

f- ---, 1 aud.

.-: ,. -
.
..

(au;az) dz.

1-1 Vw az

'Z

r dz
t

Lempung

Gbr. 25.3. (a) Penampang vertikal melalui irisan horisontal tipis dari lapisan yang meng
alami konsolidasi yang menunjukkan kondisi tekanan hidraulik di perbatas irisan. (b) Pe
nampang melalui lapisan yang mengalami konsolidasi, yang memperlihatkan koridisi
perbatas hidraulik.

1 44

Mekanika tanah teoriiik

Jika lapisan tersebu t bersifat tak-kompresibel, maka kuantitas air yang mengalir keluar
dari lapisan akan sama dengan kuantitas air yang masuk, dan kita dapat menu lis

av
az

(25.4)

Kondisi ini idcntik dengan kondisi kontinuitas yang diungkapkan oleh Pers. 23. 1 . Akan
tetapi, dalam lapian kompresibel yang mengalami konsolidasi dengan ketebalan sama
dengan satu , kuantitas air yang meninggalkan lapisan per satuan waktu melebihi kuan
titas air yang masuk sebesar pengurangan volu me lapisan yang bersangkutan. Dengan
demikian, dcngan menggunakan Pers.

1 3.2 dapat kita tuliskan

av
az
Karena t:.p bernilai kon stan, dengan Pers.

a(flp)
at

= m -V

25.2 kita dapatkan

a(flp)
at

au
at

sehingga
- m
v

av
az

au

at

Dengan menggabungkan persamaan ini dengan Pers. 2 5 . 3 , kita akan memperoleh

av
a

-m
V

atau

au
at

Persamaan

(25. 5)

au
at

k a2u

= - -'Yw az2

'Ywmv

a2u
az2

(25.5)

-- -

merupakan persamaan differensial dari setiap proses konsolidasi yang

melibatkan drainase linier. Persamaan tersebut dapat disderhanakan dengan mensubsti


tusikan

(25.6)
Koefisien

Cv

menunjukkan koefisien konsolidasi (Pers.

1 4. 2) jadi,
(25.7)

Penyelesaian persamaan ini harus memenuhi syarat-syarat batas hidraulik, yang ber
gantung kepada kondisi pembebanan dan kondisi drainase seperti diperlihatkan dalam

25.2.

Gbr.

M arilah kita lihat syarat batas yang menentukan konsolidasi lapisan se


.
tengah tertu tup dengan distribu si tekanan seragam. Berdasarkan Gbr. 25.3b, syarat-syarat

batas tersebut adalah sebagai beriku t:

1.

Pada saat

t= 0

dan pada sembarang jarak z dari permukaan kedap-air, tekanan hi

drostatik lebih sama dengan t:.p.

1 45

Hidrolika tanah
2.

Pada sembarang waktu

di permukaan d rainase

sama dengan no!.

3.

Pada sembarang waktu

oujaz = 0).

dengan no! (yakni,

4.

z = H,

di permukaan kedap-air

tekanan hidrostatik lebih

z = 0,

Setelah wakm yang sangat lama di sembarang kedalaman

gradien h id raulik sama


z,

tekanan hidrostatik

lebih sama dengan no!.


Derajat konsolidasi
an Pers.

25.7

u%

u n tu k suatu waktu tertentu

dapat ditentu kan oleh gabung

C% tersebu t

dan syarat-syarat batasnya. Persamaan untuk mengh itung

adalah

U% =

f( T.)

(25.8)

Dalam u ngkapan ini

( 2 5 . 9)
merupakan bilangan-murni (pure-number) yang disebu t

faktor ll'aktu.

Karena konstanta

tanah dan ketebalan lapisan kompresibel yang terdapat dalam Pers. 2 5 . 8 merupakan sua tu
bentuk kombinasi yang dinyatakan oleh faktor waktu tak-berdimensi T,

U% = .t{Tv) akan

..

maka nilai

sama untuk setiap lapisan y an g m engkonsolidasi di bawah kondisi pem

bebanan dan drain ase ter tentu . Nilai derajat konsolidasi tersebut u n tu k setiap kondisi
praktis telah ditentu ka.n dengan menggunakan Pers. 2 5 . 7 da.n h asilnya disajikan dalam
bentuk gr afik a t au tabel. . Dengan gratlk- grafik dan tabel- tabel ini. kit a dapat menyelesai
kan semua permasalahan y an g mungkin dijumpai dalam praktek h anya dengan meng
evaluasi Pers.
dalam Gb r .

2 5 .9. Gambar 2 5 .4 memperagakan pemecahan m asalah yang diilustrasikan


25.2. Sebagai pedoman penuntun dalam menggunakan grafik-grafik tersebu t,

pergunakanlal1 instru ksi-instruksi dalam alinea ber iku t ini.


Kmva C\ menentu kan hubungan an tara
(ketebalan nya

2H),

L'% dan

Tr u n tu k sctiap lapisan terbuka

tanpa mempersoalkan kemiringan isokron-nol

de.

Oleh karenanya

kurva C 1 menyajikan solusi sen1Ua permasalahan konsolidasi y an g terdapat dalam

25.2a, b,

c,

dan

e.

Gbr.

Jika isokron-nol berarah horisontal y an g berar t i menunju kkan seragam

nya distribusi tekanan konsolidasi di seluruh lapisan yang mengalami konsolidasi, maka

kurva C' t juga menyatakan proses konsolidasi dari lapisan setengal1 tertu tup dcngan kcte

H. C'ontoh
(Gbr 25.4a).
balan

beriku t ini mengilust rasikan

proscdur penggunaan

Koefisien konsolidasi dari lapisan terbuka dengan ketebalan

t pada saat derajat


dengan 60%. Dari Pers. 25.9

grafik terscbut

2H adalah ev.

Kita ingin

menentukan waktu

konsolidasi. Lapisan akibat berat bangunan di

atasnya sama

kita dapatkan

Berdasarkan kurva
waktu

C1

dalam Gbr.

H2

25.4a,

T.
c.

derajat konsolidasi

60% berkaitan

dengan faktor

0,28, sehingga

H2
t = 0,28 c.

(25. 1 0)

tanpa mempersoalkan kemiringan isokron-nol. Jika isokran:.nol dari lapisan lempung se


tengah tertutup dengan ketebalan H berarah horisontal, maka derajat konsolidasi lapisan
ini setelah waktu t (Pers. 25. 1 0) juga akan sama dengan 60%.

1 46

Mekanika tanah teorltik

Jika tekanan kondisi untuk lapisan setengah tertutup b erkurang dari suatu nilai Mt

di permukaan atas lapisan sampai nol di dasar lapisan seperti ditunjukkan dalam

25. 2d,

Gbr.

maka hubungan antara U dan T. diberikan oleh kurva C2 Jika tekanan konsolidasi

tersebut bertambah dari nol di permukaan atas smpai

tu njukkan dalan1 Gbr.

25. 2[,

m aka

Llp b

di dasar lapisan seperti di

hubungan seperti di at as disajikan oleh kurva

C3 .

Untuk jenis distribusi vertikal tekanan konsolidasi di antara jenis-jenis distribusi di atas,
hasil yang cukup akurat dapat diperoleh dengan melakukan interpolasi. Gambar

(25.4b)

kurva C 1 sampai C 3 yang dip lot dengan skala setengah logaritma. Nilai U yang kecil akan

lebih akurat jika diambil dari kurva setengah-logaritma. Kurva C1 dalam grafik setengah

....
t'!.

,\

"

Cl

80

"-.._I0 '
c/'.......
.._ .. ::::
: t::-..

O,R
0

-r-- --

-.....

r---..

Cl

01

10

:---....

I'-

....
t'!.
80

(a)

,\
l\ 1\
3
\ \[\ \vc
\ \\
1\ ""' yet
"' """

.......

1',

.......,

-I--

0,8
0.6
Faktor Wak w Tv

0,4

J,e

UJ

1,4

(h)

vb1

I, \
kc
"'\. \
"' "" 1\
cp

"' 1\\

\1\.

r--,r-.

- -- 3 4

aoz O.OJ IJ.04 o.o6o,oe()jo


o.z 41 D.4 ab 49 1.0
e
Faktor Waktu Tv (Skala L ogaritma)

6 e ;o

Crnb. 25.4. Hubungan antara faktor waktu dan derajat konsolidasi. Dalam (a) faktor waktu
diplot dengan skala aritmatik dan dalam (b) dengan skala logaritma. Kurva CJ, Cz, c3 .
berkaitan dengan kondisi-kondisi pembebanan dan drainase yang berbeda yang masing
masing tertera dalam Gbr. 25.2a, d, dan f (Terzaghi dan Frohlich 1 9 36).

1 47

Hidrolika tanah

logaritma tersebu t berhubungan dengan kurva''bergaris tebal dalam Gbr.

14. 2b.

Karena asumsi-asumsi penyederhanaan seperti yang telah diterangkan dalam analisis


terdahulu , maka perhitu ngan laju penurunan merupakan estimasi kasar. Ketidakcocokan
yang paling penting antara teori dan realitas {kenyataan) berkaitan dengan efek waktu se
kunder (Pasal 14). Berd asarkan teori konsolidasi, kurva waktu-penurunan harus mende
kati asimtot horisontal, sedangkan kenyataannya kurva tersebut mendekati garis singgung
.
yang condong terhadap horisontal seperti ditunjukkan dalam Gbr. 1 4. 2a. Pada saat ini,

penurunan sekunder tidak dapat diperkirakan secara handal berdasarkan hasil-hasil peng
ujian. Pengalaman menunjukkan bahwa laju penurunan sekunder dari bangunan yang ter
diri di atas lapisan lempung yang terbeban normal berkisar antara

dan

inci pertahun

selan1a dekade pertama setelah masa konstruksi. Di samping itu pernah juga teramati laju

yang luar biasa tinggi yaitu sa tu inci per tahu n.

Jelaslah, jika syarat batas hidraulik yang diasumsikan tidak sesuai dengan kondisi dra
inase di lapangan, maka hasil perhitungan konsolidasi akan jauh dari nilai yang sebcnar
nya. Setiap lapisan lempung atau lanau yang kontinu yang terletak di dalam lapisar: lem
pung akan berperan sebagai lapisan drainase dan mempercepat konsolidasi lapisan lcm
pung tersebut, sedangkan lensa pasir dan lanau tidak memberikan pengaruh apa pun. Jika
hasil uji-pemboran menunjukkan bal1wa lapisan lempung mengandung bagian-bagian lap is
an pasir atau lanau , biasanya insinyur tidak dapat menentukan apakah lapisan pasir atau

lanau tersebu t bersifat kontinu a tau tidak. Dalam keadaan sepcrti ini, teori konsolidasi

hanya dapat digunakan u ntuk menentu kan nilai batas atas dan batas bawah dari laju

penurunan. Laju yang sesungguhnya tetap tidak diketahui sampai diadakan penelitian a tau
pengamatan lebili lanjut.

Selanjutnya dalam kenyataan , air meninggalkan lapisan lempung di bawah pondasi


yang terbeban tidak hanya dalam arah vertikal, tetapi air juga mengalir dalam arah horison
tal atau miring. Biot { 1 94 1 ), Gibson dan McNamee { 1 963) telah menyelesaikan masalah
konsolidasi tiga dimensi dengan syarat batas dan kondisi tcgangan yang relatif sederhana.
Untuk kondisi-kondisi yang lebili rumit, penyelesaiannya dapat diperoleh dengan prosedur
numerik {Abbott 1 960, Gibson dan Lumb 1 953).

Soal-soal
1.
Suatu contoh representatif diperoleh dari lapisan lempung yang tebalnya 20 me
ter dan terletak di antara dua lapisan pasir. Dengan uji konsolidasi, d ijumpai bahwa nilai
rata-rata CJ. untuk contoh-contoh ini adalah 4,92 X 1 0 - 4 cm2 (det. Dengan membuat ba
ngunan di atas lapisan tersebut. maka tekanan vertikal rata-rata dalam lapisan tersebut ber
tambah di setiap titik dan bangunan mulai menurun. Dalam berapa hari setengah penurun
an akhir (ultimate) terjadi?

Jwb. 4 3 8 hari.

2. Jika lapisan lempung dalam Soal I mengandung lapisan drainase yang tipis dan t er
letak 5 meter di bawah permukaan atasnya, berapa harikah d iperlukan untuk mencapai
setengah penurunan akhir?
Jwb. 1 27 hari.

3. Lapisan lempung yang tebalnya 30 meter b erada di atas dasar batuan yang imper
meabel. Tekanan konsolidasi d i sepanjang garis vertikal diasumsikan bervariasi secara se
ragam dari nilai maksimum di puncak lapisan dan no! di permukaan batuan. Nilai cv untuk
lempung ini adalah 9,5 X 1 0- 5 cm2 /det. Berapa tahun, setelah selesai masa konstruksi,
penurunan mencapai 30% dari penurunan akhir. Selesaikan soal di atas d engan asumsi
bahwa lapisan lempung berada di atas lapisan pasir YlmS takkedap-air.

Jwb: 6,5 tahu n ; 4,9 tahun.

1 48

Mekanika tanah teoritik

Bacaan Pllihan
. Pemecahan masalan konsolidasi dari massa tanah yang memiliki berbagai syarat batas
dapat dijumpai dalam rujukan berikut.
Terzaghi, K. dan 0. K. Frohlich ( 1 9 3 6 ). Theorie der Setzu ng l'on Tonsch ich ten (Theory
of settlement of t he clay layers). Leipzig, Deutike, hal. 1 66.
Gray, H. ( 1 945 ). ' ' Simultaneous consolidation o f centiguous layers of unlike compressible
soils" , Trans. ASCE, 1 10, hal. 1 3 27-1 3 44.
Barron. R. A. ( 1 948). "Consolidation of fine-grained soils by drain wells", Trans. A SCE,
1 13, hal. 7 1 8-742.
Gibson, R. E. and P. Lum b ( 1 9 5 3 ). "Numerical solution of some problems in the consoli
dation of clay", Pro c. Inst. Civ il Engrs. , London, Part 1 , 2, hal. 1 82- 1 98.
Carslaw , H . S. and J. C. Jaeger ( 1 9 5 9 ). Conduction of h eat in solids, Oxford, Clarendon
Press, 2nd ed., hal. 5 1 0.
Ab bott. M. B. ( 1 9 60 ). "One-dimensional consolidation of multi-layered soils", Geot. ,
10, hal. 1 5 1 - 1 6 5.
Gibson. R. E . and J. McNamee ( 1 96 3 ). "A three-dimensional problem of the consolidation
of a semi-infinite clay stratum," Quart. J. Mech. and A ppL Mat h. , 16, Part 1 , hal. 1 1 51 27 .

KESEIMBANGAN PLASTIK
DALAM TANAH

PASAL 26 ASUMSI-ASUMSI DASAR


Bab ini berisi pembahasan mengenai te kanan tanah yimg bc kerja pada penumpu late
ral, seperti: dinding penahan (retaining walls) atau p ada struktur penguat dalam galian ter
buka (bracing in open cuts). Kecuali itu , bab ini juga berisi pembahasan mengenai t ahan
an tanah terhadap pergeseran lateral, daya dukung telapak bangunan (footings), serta ke
stabilan lercng. Permasalahan-permasalahan jenis ini semata-mata hanya memerlukan
penentuan faktor keamanan terhadap keruntuhan dari penumpu lateral ataupun lcreng
lereng. Pemecahan pem1 asalahan tersebut diperoleh melalui perba ndingan nilai-nilai dari
dua kumpulan gaya. Kumpulan pertama adalah gaya-gaya yang berkecenderu ngan untuk
menghasilkan keruntuhan, sedangkan kumpulan yang kcdua berkecenderungan untu k
mencegah keruntuhan . . Penyelidikan mengenai permasalahan tersebut dinamakan: per
hitungan kestabilan (stability computation). Perwuju dan perhitungan kestabilan akan
memerlukan penentuan posisi dari permukaan potensial serta penentuan atau peng
estimasian tahanan terh adap gelinciran di sepanjang permukaan termaksud.
Tahanan gelinciran (sliding) s per satuan luas tidak hanya bergantung pada jenis tanah

tetapi juga pada tegangan normal efektif p - u,.. di permukaan gelinciran, serta pada se
jumlah faktor-faktor lainnya. Hal ini telah kita bicarakan dalam Pasal 1 6 dan 1 8 . Pe
milillan nilai yang sesuai untu k s bagi su atu permasalahan tertentu (khusus) menuntut
pengalaman dan per.1ikiran yang b aik. Meskipun demikian, kita masih dapat menerima.pen
dekatan yang layak, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk-bentuk seperti berikut ini:

s = (p - u,.. ) ta n lj>; untuk pasir tak berkohesi


s = c + (p - uw) tan lj>,

s = t qu = c ,

( 1 7. 1 )

untuk (secara kasar) lempung over-konsolidasi dan


isian lempung yang tidak jenuh

untuk tanah-tanah, teru tama lempung yang jenuh, dalam


kondisikondisi tak-terkuras (undrained, 4>
0)
=

( 1 6. 5 )
( 1 8 . 5)

Lempung kaku berada di luar lingkup uraian teoritik sebab lempung emacam ini umum
nya mengandung suatu struktur j aringan retakan sehingga kondisi-kondisi u ntuk kestabil
annya sedemikian jauh bergantung p ad a derajat dan durasi dari "ketersingkapan" (expo
sure)nya terhadap pengaruh atmosfir (Pasal 43).
Permasalahan-permasalahan kestabilan akan kita selesaikan pertama-tan1a untuk p asir

kering yang tak berkohesi (u w = 0), sehingga kita dapat menggunakan Pers. 1 7. 1 , kemudian
untuk bahan-bahan kohesip sedemikian hingga Pers. 1 6.5 dapat diterapkan. Apabila pem
baca telah mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berdasarkan pada
kedua persamaan tersebut, maka itu berarti telal1 siap untuk menyelesaikan permasalahan
permasalahan serupa yang berkaitan dengan pasir terbenam sebagian a tau seluruhnya, serta
y_ang berkaitan dengan lempung jenuh dalam kondisi-kondisi tak terkiuas.

1 50

Mekanika tanah teoritik

Di dalam suatu massa pasir yang terbenam sebagian di mana air berada dalam keada
an diam, tegangan netral Uw di setiap kedalaman z di bawah muka air tanah adalah

Tegangan netral ini sedemikian rupa sehingga menyebabkan berkurangnya berat satuan
efektif dari bagian pasir di bawah tinggi air, yakni dari 'Y menjadi berat satuan terbenam
-y' (Pers. 1 2 . 6). Perhitungan kestabilan untuk pasir yang terbenam sebagian, dapat dilaku
kan dengan memakai asumsi pasir yang kering, asalkan berat satuan 'Y untuk tanah yang
berada di b awah tinggi air digan tikan oleh -y' , Tekanan oleh massa pasir yang terbenam
sebagian terhadap penumpu lateral adalah sama dengan tekanan pasir yang dihitung atas
dasar asumsi di atas ditambah dengan tekanan air penuh (full water pressure). Akan tetapi
prosedur seperti ini tidak bisa diterapkan seandainya air menelus melalui ruang pori tanah
sebab kita harus memperhitungkan pula tekanan rembesan dari air yang menelus. Permasa
lallan-permasalahan yang berkaitan dengan tekanan rembesan akan dibicarakan dalam
Pasal 35 dan 36.

Jika diambil
0, maka Pers. 16.5 berubah menjadi Pers. 1 8.5. Dengan demikian
ungkapan-ungkapan teoretik yang diturunkan atas dasar Pers. 16.5 dapat digunakan pada
berbagai permasalahan yang pen.ting dari segi praktis, yang menyangkut lempung lunak
jenuh sampai lempung medium jenuh. Tetapi perlu diingat bahwa perhitungan yang men
dasarkan diri pada ungkapan-ungkapan seperti itu hanya berlaku apabila kadar air dalam
lempung tidak berubah, serta perlu diperhatikan perubahan:perubahan dalam kestabilan
seiring dengan perjalanan waktu. Pada beberapa kasus, pengaruh waktu dapat diramalkan
melalui pengestimasian perubahan-perubahan dalam tekanan pori, tetapi biasanya hal ter
sebut hanya dapat diramalkan dengan suatu cara y ang didasarkan pada pengetahuan ten
tang sifat-sifat fisis dari tanah. Dalam Pasal 1 8, kita telah membicarakan beberapa pe
ngaruh dari waktu . Pengaruh waktu yang lainnya akan dikemukakan dalam Bagian Ill
Gilid 2).
=

Kondisi untuk keruntuhan yang diungkapkan oleh Pers. 1 6.5 berkaitan dengan dia
patahan dari Mohr di mana "sampul" keruntuhan berbentuk suatu garis lurus (Gbr.
26. 1 ). Dengan demikian, pada keadaan runtuh, terdapat suatu hubungan yang tertentu
(definit) antara tegangan utama mayor A dengan tegangan utama minor p3 . Berdasarkan
geometri
gram

P 1 + d = OA + AB = OA (l + sin tf>)
P3

+ d = OA - AB = OA (l - sin t/>)

Gmb. 26. 1 . Diagram patahan Mohr untuk kondisi di mana sampul keruntuhan berbentuk
garis lurus.

Keseimbangan plastik dalam tanah

151

sehingga diperoleh

d 1 + sin 4>
1 + sin .!/>
+
1 - sin q,
1 - sin 4>

Pl - Pa
_

Tetapi

Sehingga

cos q,
sm q,

= c.

= c

1 + sin q,
.
+
1 - sm q,

P1

pa

p1

p3 tan2

(45

2c

V
.
sm q,

+ sin q,
.
1 - sm !f>

2c

tan

(45 )
+

Atau, jika
(26. 1 )
maka :

p1
Kuantitas Nq, ini dikenal sebagai :

p aN +

2c

vN;,

(26.2)

nilai aliran (flow value ). Jika c = o;


(26.3)

dan jika 4>

0
p1

Pa +

2c

Soal-soal

1. Suatu uji triaksial dilakukan terhadap sebuah contoh pasir kering padat. Diyakin i

bahwa sudut gesekan-dalam dari contoh tersebut adalah sekitar 3 7 . J ika tegangan utama
mino 2 kg/cm 2 , berapakah n ilai tegangan utama mayor saat contoh cenderung untuk run
tuh?

Jwb.

8,0 kg/cm2

2. Selesaikan Soal 1 dengan asumsi bahwa pasir memiliki sedikit kohesi, yang sama
dengan 0, 1 0 kg/cm2

Jwb. 8,4

kgfcm2

3. Tahanan geser se buah tanah ditentukan o1eh persamaan s = c + p tan q,. Terha
dap bahan tersebut di1akukan dua pengujian. Pada pengujian pertama, tekanan dari segala
arahnya 2 kg/cm2 , dan keruntuhan terjadi ketika ditambahkan tegangan satuan aksial se
besar 6 kg/cm2 Pada pengujian kedua, tekanan dari .segala arah 3 , 5 kg/cm2 dan ke
runtuhan terjadi ketika ditambahkan tegangan sebesar 1 0, 5 kgfcm2. Berapakah n ilai c
dan <P berkaitan dengan hasil-hasil pengujian tersebut?

r .

1 52

Mekanika tanah teoritik

PASAL 27 KEADAAN-KEADAAN KESETIMBANGAN PLASTIS

Konsep-Konsep Dasar
Suatu tubuh/massa tanah dikatakan berada dalam

keadaan kesetimbangan plastis

apabila

setiap bagian dari tubuh tersebut berada pada ambang keruntuhan. Rankine

(1 857)

menyelidiki kondisi-kondisi tegangan yang berkaitan dengan keadaan-keadaan ke

setirnbangan plastis .' Keadaan kesetirnbangan plastis tersebut dapat dikembangkan secara
simultan di seluruh massa tanah seten gah-tak-hingga yang hanya mengalami gaya gravi
tasi. Keadaan yang ditinjau oleh Rankine tersebut dinamakan

plastis Rankine.

keadaan kesetimbangan

Pembahasan "keadaan-keadaan Rankine" untuk massa tanah setengah

tak-hingga merupakan sebuah p engantar bagi pembahasan keadaan yang lebih rumit ten
tang kesetirnbangan plastis yang dijumpai sehubungan dengan permasalahan-permasalah
an praktis.
Keadaan-keadaan Rankine diilustrasikan dalam Gbr.

27. 1 .

Dalam gambar ini,

AB

menyatakan permukaan horisontal m assa setengah-tak-hingga dari pasir tak b erkohesi de

ngan berat satuan -y, dan E menyatakan suatu elemen pasir dengan kedalaman z dengan luas
penampang-lintang sama dengan atu. Karena elemen ini bersifat simetri terhadap suatu
bidang vertikal acuan, maka tegangan normal pada dasar

Pv = 'YZ

(27. 1 )

merupakan sebuah tegangan u tama. Sebagai konsekuensinya, tegangan normal Ph pada sisi
vertikal dari elemen di kedalaman z juga merupakan tegangan utama.
Berdasarkan Pers.

26.3 ,

rasio antara tegangan utama mayor dan minor pada bahan

yang tak berkohesi tidak akan melebihi nilai:

P1
-

Ps

N"' = tan2 45 + 2

Karena tegangan utama vertikal Pv dalam massa pasir yang diperagakan dalam Gbr.

27. la

dapat m erupakan tegangan utama mayor a tau minor, maka rasio dari K = Ph/Pv dapat ber-

Gbr. 27. 1 . (a dan b). Diagram yang mengilustrasikan keadaan Rankine . aktif dalam massa
setengah-tak-berhingga dari pasir (c dan d). Diagram-diagram yang sama untuk keadaan
Rankine.

153

Keseimbangan plastik dalam tanah


nilai di antara batas-batas
Ph

KA

P.

"'
N

tan2

( - 2t/>)

(27.2)

45 o

dan

(27.3)

Setelah suatu massa pasir diendapkan, baik melalui proses alamiah ataupun buatan,
maka K akan bernilai K0. Nilai K0 tersebut berada di antara nilai KA dan Kp, serta

(27.4)
di mana

K0

merupakan koefisien empiris yang dikenal sebagai:

koefisien tekanan tanah

dakzm keadaan diam. Nilai koefisien tersebut tergantung pada kepadatan relatif pasir serta
pada proses yang menghasilkan endapan tersebut. Jika proses ini tidak melibatkan pe
madatan buatan, nilai

akan berada di antara seJ?tar 0,4 (untuk pasir padat) dan 0,5

K0

(untuk pasir lepas). Proses pemadatan dalam lapisan-lapisan dapat meningkatkan nilai ko
efisien tersebut sampai sama dengan sekitar 0,8.
Untuk mengubah nilai

suatu massa pasir dari

K0

ke nilai yang lainnya, keseluruhan

. massa pasir tersebut harus diregang atau dipampatkan pada arah horisontal. Dlam hal ini
tekanan horisontal

Ph= Kpv

akan berkurang jika massa teregang atau sebaliknya akan ber

tambah jika massa terpampatkan, sedangkan tekanan vertikal

p,. tetap karena berat pasir

di atas sembarang penampang horisontal tidak berubah.


Ketika massa diregangkan, setiap dua penampang vertikal, misalnya
bergerak sating menjauhi, dan nilai

ab dan cd, akan

berkurang terus hingga mencapai nilai KA (Pers.

27.2). Pada keadaan ini pasir dikatakan berada dalam keadaan Rankine aktif dan inten
sitas tekanan horisontal di kedalaman

sama dengan

(27.5)
di mana KA disebut

koefisien tekanan tanah akti[. Distribusi tekanan pada sisi dan dasar

suatu elemen, "seperti halnya E diperlihatkan dalam Gbr. 27.lb. Peregangan yang lebih
lanjut (pada massa tanah) tidak akan mempengaruhi

Ph

(Pers. 27.5), tctapi akan menyebab

kan terjadinya gelinciran pada dua kumpulan permukaan bidang seperti yang ditunjukkan
oleh bagian kanan dari Gbr.

27.la. Berdasarkan Pers. 16.3, M'inukaan-permukaan gelincir


rp/2. Karena tegangan

seperti itu memotong arah tegangan utama minor pada sudut 45 +

utama minor dalam keadaan Rankine aktif beroricntasi horisontal, maka bidang-bidang ge
ser menjulang (naik) dengan sudut 45 +

rp/2 terhadap horisontal. Pola yang tcrbentuk oleh

"jejak" yang ditinggalkan bidang-bidang geset, pada penampang vertikal, yang sejajar
dengan arah peregangan dikenal sebagai pola geser (shear pattern).

ab bergerak ke
cd sebagaimana ditunjukkan dalam Gbr. 27.1c. Sebagai konsekuensinya, rasio

Suatu pemampatan terhadap keseluruhan massa pasir menyebabkan


arah

K Ph/Pv
=

akan meningkat. Segera setelah

pasir dikatakan berada dalam


horisontal adalah

menjadi sama dengan Kp (Pers. 27.3) maka

keadaan Rankine pasi[. Pada setiap kedalaman z, tekanan


(27.6)

di mana

Kp

adalah

koefisien tekanan tanah pasi[. "Karena tegangan utama minor pada ke-

r
1 54

Mekanika tanah teoritik

adaan Rankine pasif berorientasi vertikal, pcrmukaan gelinciran naik dengan sudut 45
<t>/2 temadap horisontal scperti diperagakan dalam Gbr. 27. 1c.
Keadaan Rankine aktif dan p asir merupakan dua tahap batasan bagi kesetimbangan
pasir. Setiap keadaan di antara kedua keadaan tersebut (intermediate), termasuk kcadaan
diarn, dinamakan keadaan kesetimbangan elastis/ kenyal
-

Keadaan Kesetimbangan Plastis Setempat (Local)


Keadaan-keadaan Rankine yang diilustrasikan oleh Gbr. 27. 1 dihasilkan oleh pere
gangan atau pemarnpatan yang seragam dari setiap bagiqn massa pasir setengah-tak-berhing
ga yang dikenal scbagai keadaan-keadaan kesetimbang plastis yang umum-(general states
of plastic equilibrium). Akan tetapi pada suatu lapisan pasir nyata, keadaan kesetimbang
an yang umum tidak dapat terjadi kecuali melalui suatu proses geologi seperti pemampatan
horisontal keseluruhan p ondasi batuan dari lapisan-lapisan pasir akibat gaya-gaya tektonik.
Peristiwa-peristiwa setempat, seperti: pelelehan (yielding) sebuah dinding penahan, tidak
akan menyebabkan suatu perubahan yang tajarn (radikal) pada keadaan tegangan di dalam
pasir, tetapi hanya menghasilkan perubahan di sekitar sumber gangguan saja. Bagian lain
yang jauh dari gangguan terse but masih tetap dalam keadaan kesetimbangan elastis.
Proses-proses deformasi yang berbeda dapat menghasilkan keadaan kesetimbangan
plastis setempat. Keadaan-keadaan tegangan yang dihasilkan dalam zone plastis serta ben
tuk dari zone itu sendiri sedemikian jauh bergantung pada jcnis deformasi (perubahan) ser
ta pada derajat kekasaran dari permukaan kontak (persentuhan) antara tanah dan pe
numpunya. Faktor-faktor ini merupakan syarat batas dan berperan dalarn munculnya
deformasi. Konsekuensi praktis dari kondisi-kondisi ini diilustrasikan oleh Gbr. 27.2 dan
27.3.

Garnbar 27.2a adalah penarnpang vertikal melalui kotak-prismatik dengan panjang I


yang sama dengan jarak antara penarnpang vertikal melalui ab dengan penampang vertikal
melalui cd pada Gbr. 27 . 1 . Scandainya pasir terendapkan dalarn kotak ini melalui proses
yang serupa dengan proses pembentukan massa setengah-tak-berhingga yang diny<itakan
dalarn Gbr. 27. 1 , maka keadaan tegangan di dalarn kedua massa tersebut akan identik.
Keadaan tegangan ini menyatakan kesetimbangan elastis.

Gbr.

27.2. (a)

Diagram yang mengilustrasikan keadaan Rankine aktif setempat untuk

pasir yang terletak dalam kotak-segiempat.

(b) Diagram untuk keadaan Rankine: aktif-nya.

Keseimbangan plastik dalam tanah

1 55

Apabila keadaan dari massa pasir setengah-tak-berhingga diubah dari keadaan diam
ke keadaan Rankine aktif, m aka penampang vertikal ab akan bergerak sejauh d 1 . Demikian
pula untuk mengubah keadaan dari pasir di dalam kotak (Gbr. 27.2a) menjadi keadaan
Rankine aktif, dinding ab harus berpindal1 sejauh jarak y ang sama. Kalau dinding ab
(Gbr. 27.2a) bergerak ke arah luar, ketinggian dari massa pasir berkurang, sedangkan pan
jangnya akan bertambah. Dalam pergerakan-pergerakan tersebut terjadi perpindahan rela
tif antara pasir dan semua bidang-bidang dari kotak yang saling bersentuhan (kontak).
Seandainya permukaan kotak bersifat kasar, maka teljadi tegangan geser di sepanjang
bidang-bidang h01isontal dan vertikal. Karena tegangan geser dalam keadaan Rankine ak
tif pada bidang-hidang ini sama dengan nol, keadaan terse but tidak dapat te1wujud kecuali
kalau sisi dan dasar kotak licin sempurna. Persyaratan ini menjadi syarat batas bagi transisi
keadaan pasir di dalam kotak ke keadaan Rankine aktif. Seandainya persyaratan tersebut
dipenuhi segera setelah dinding ab mencapai posisi a1 b1 pasir bergerak ke keadaan Rankine
aktif. Pada tahapan ini satuan peregangan dari tanah adalah dtfl. Pergerakan-pergerakan
dinding yang selanjutnya akan menyebabkan kelincinan (slippage) di sepanjang kedua per
angkat permukaan gelinciran yang ditandai oleh garis putus-putus dalam Gbr. 27.2a, te
tapi kondisi-kondisi tegangannya tetap tak berubah.
Jika dinding

ab licin sempurr.'l sementara d asar kotak bersifat kasar, pasir y ang ter

letak di antara dinding ab serta permukaan p otensial dari gelinciran be bebas untuk ber
ubah (deform) dengan cara yang pcrsis serupa yang dialami oleh pasir dalam kotak dengan
dasar yang licin, sedangkan keadaan keseimbangan tegangan dari pasir terse but tidak dapat
berubah secara bcrarti sebab gesekan di sepanjang dasar mencegah dcformasi yang diperlu
kan. Oleh sebab itu, gerakan dinding ab ke arah luar menghasilkan keadaan Rankine aktif
hanya di dalam lajur bentuk irisan (wedge-shaped zone) abc. Karena lebar irisan bertambah
dari nol di dasar sampai dengan /1 di puncak, peregangan satuan d dI y ang diperlukan un
tuk mcwujudkan keadaan Rankine aktif di irisan dicapai segera setelah perbatas sebelal1
kiri dari irisan bergerak dari ab ke a { b (Gbr. 27.2a). lni merupakan kondisi deformasi
untuk pcmbentukan keadaan Rankine aktif di dalam irisan. Segera setelah dinding ab
bergerak jauh dari posisi itu, irisan tersebut menggelincir ke arah bawah dan luar di se
panjang pennukaan gclinciran be yang naik dengan sudut 45 + 1/>2. terhadap horisontal.
Scandainya dinding ab ditarik ke arah pasir, dan kedua dinding serta dasar kotak ber
sifat licin sempurna, maka keseluruhan massa pasir akan ditransformasi ke keadaan Ran
kine pasif (Gbr 27.2b) segera setelah dinding bergerak jauh melebilii jarak d2 dari posisi
awalnya. Bidang-bidang gelincir akan naik dengan sudut 45"
1/>/2 terhadap horisontal.
Jika dinding ab licin sempurna sedangkan dasar kotak bersifat kasar, maka keadaan Ran
kine pasif hanya terwujud di dalam lajur bentuk-irisan abc. Transisi dari keadaan elastis
ke keadaan plastis tidak akan tcljadi sampai ab bcrgerak ke a b atau jauh melampaui a b
-

terse but.
Jika ujung bawah kotak bisa bergerak bebas ke arah luar serta bagian atasnya ditahan
seperti ditunjukkan dalam Gbr. 27.3, maka pasir akan runtuh akibat gaya geser di sebagi
an permokaan gelincir segera sctclah kemiringan (sisinya) mencapai suatu nilai tertentu
yang cukup berarti, karena perubahan bentuk yang kompatibel dcngan keadaan kesetim
bangan elastis sedemikian kecilnya. Akan tetapi, kendatipun p ada keadaan runtuh, pasir
di antara permukaan gelinciran, dengan dinding tidak bergerak ke keadaan Rankine aktif
karena tidak bergeraknya bagan atas dinding, dan sebagai akibatnya tidak terpenuhinya
kndisi deformasi bagi keadaan Rankine aktif di dalam irisan gelinciran (sliding wedge).
Penyelidikan-penyelidikan teoretik dan eksperimen dengan memandang jenis dari ke
runtuhan akibat miringnya struktur penahan lateral terhadap tepi atasnya memberikan
kesimpulan (konklusi) permukaan gelincir berawal di b (Gmb. 21.3a) pada sudut 45 +

Mekanuca tanah teoritik

156

Gbr.

27.3.

Keruntuhan pasir di balik dinding vertikal licin ketika kondisi deformasi untuk

keadaan Rankine aktif 'tak dipenuhi.

(a) Penampang melalui punggung dinding. (b) Tegang

an yang bekerja pada punggung dinding.

cp/2 terhadap horisontal dengan kesimpulan bahwa kemiringan terse but semakin tajam sam
pai ia memotong permukaan tanah pada sudut siku-siku. Bagian atas dari irisan gelinciran
tetap berada dalam keadaan kesetimbangan elastis sampai bagian sebelah b awahnya telah
sepenuhnya bergerak ke dalam keadaan kesetimbangan plastis. Distribusi tekanan yang be
kerja pada struktur penahan lateral boleh dikatakan berbentuk parabola {Gbr. 27.3b)
dan bukan berbentuk segitiga (Gbr. 27. l b).
Penyelidikan-penyelidikan y ang serupa dengan memperhatikan pengaruh pendorong
an dasar dari penahan terhadap tanah {Gbr. 27.4a) memperlihatkan bahwa permukaan ge
linciran naik dari b dengan sudut 45 - cp/2 terhadap horisontal serta permukaan terse but
juga memotong permukaan tanah pada sudut 90 . Distribusi untuk te.kanan yang bersang
kutan ditunjukkan dalam Gbr. 27.4b.

Gbr.

27.4.

Keruntuhan pasir di balik dinding vertikal licin ketika kondisi deformasi untuk

keadaan Rankine pasif tidak dipenuhi.

(a)

Penampang melalui punggung dinding.

gangan yang bekerja pada punggung dinding.

(b)

Te

Bacaan Pilihan

Pembahasan meluas (umum) mengenai penerapan teori plastisitas untuk keadaan


batas kesetimbangan yang mencakup permasalahan-permasalahan : tekanan tanah, kestabil
an lereng, dan daya dukung, diberikan dalam buku : Sokolovski, V . V . ( 1 960) : Statics of soil
media. Diterjemahkan dari bahasa Rusia oleh D.H. Jones dan A.N. Schofield, London,
Butterworths, 23 7 hal.
Metoda matematik untuk penyelesaian permasalahan-permasalahan dengan syarat
batas campuran telah dikembangkan dalam buku karangan Hansen, B ( 1 9 6 5 ) : A theory
of plasticity for ideal frictionless m aterial, Copenhagen, Teknisk Forlag, 4 7 1 hal.

Keseimbangan plastik dalam tanah

1 57

PASAL 28 TEORI TEKANAN TANAH RANKINE

Telaman Tanah pada Dindirg Penahan


Dinding penahan berfungsi sama seperti dinding vertikal dari kotak y ang diperlihat
kan dalam Gbr.

27.2.

Tanah yang berdampingan dengan dinding merupakan timbunan

tanah y ang selalu diendapkan di belakang dinding (backfill) sesu dah dinding tersebut di
buat. Sementara penimbunan dilakukan, dindin g agak meleleh (yields) akibat tekanan.
Nilai a khir dari tekanan tidak hanya bergantung p ada sifat tanah serta tinggi dinding tetap i
juga p ada besar pelelehan . Jika posisi dinding dibuat tetap, tekanan tanah akan cenderung
selamanya tetap bernilai dekat dengan tekanan tanah pada keadaan diam (Pasal

27).

Akan tetapi, segera se telah su atu dinding cukup jauh meleleh, maka keadaan tersebut
secara otomatis memenuhi kondisi deformasi untuk transisi massa tanah yang berdam
pingan dari keadaan diam ke keadaan aktip dari kesetimbangan plastis. Jadi, faktor ke
amanan dari sebuah dinding p enahan y ang dapat meleleh terhadap tekanan tanah aktif h a
ruslah cukup, tetapi tidak harus diselidiki untuk nilai-nilai tekanan tanah yang lebih besar.
Walaupun punggung dari setiap dinding penahan bersifat kasar, nilai-nilai pendekatan
untuk tekanan tanah dapat diperoleh atas dasar asumsi bahwa punggung termaksud ber
sifat licin. Pada alinea-alinea berikut, asumsi seperti ini dibuat. Metoda-metoda untuk men
dapatkan nilai-nilai yang lebih akurat akan dijelaskan dalam artikel-artikel berikut ini.

Tekanan Aktif Tanah _vang Tak Berkohesi pada Dinding Vertikal yang Licin
Seandainya timbunan p asir dengan permukaan horisontal serta punggung dari d inding
penahan berposisi vertikal dan bersifat licin sepurna, nilai dan distribusi tekanan yang be
kerja pada punggung-dinding akan identik dengan tekanan akti f yang bekerja pada dinding
fiktif ab dalam Gbr.

27 . la. Oleh karena itu, tekanan tanah dapat dihitung berdasarkan per

samaan-persamaan yang telah kita turunkan. Tentu saja, di salam kenyataan, permukaan
yang licin sempurna tidak ada. Walaupun begitu, persamaan yang berdasarkan asumsi
seperti ini sangat sederhana sehingga sangat biasa dipakai untuk mengevaluasi tekanan
tanah pada dinding-penahan yang nyata serta struktur-s truktur lain yang mengalami
tekanan tanah. Secara berturutan diperlihatkan bahwa kekasaran dari punggung sebuah din
ding umumnya mengurangi tekanan tanah . pasif. . Dengan demikian "kesalahan" yang ber
kaitan dengan asu nisi ini cukup aman.
Lebih jauh, pada kass yang cukup penting dalam p raktek, _ asumsi dinding vertikal
licin hampir sepenuhnya benar. Kasus ini diilustrasikan oleh Gbr. 28. 1 , yang menggambar
kan sebuah dinding kantilever. Jika dinding seperti ini meleleh akibat tekanan tanah, pasir
akan runtuh oleh geser (shear) sepanj ang dua bidang yang naik dari tumit (heel) dinding

Ghr. 28. 1 . Keruntuhan pasir di balik dinding penahan kantilever (cantilever retaining
wall) ; kondisi deformasi untuk keadaan Rankine aktif yang hampir dipenuhi.

158

Mekanika tanah teoritik

dengan sudut 45 o + cp/2 terhadap horisontal. Dalam lajur-bentuk-irisan y ang terletak di


antara dua bidang tersebut, pasir berada dalam keadaan Rankine aktif, dan sepanjang bidang vertikal
yang melalui "tumit" tak ada tegangan geser yang bekerja. Karena itu,
tekanan tanah yang bekerja pada bidang ini identik dengan tekanan tanah yang bekerja pada dinding vertikal yang licin.
Jika isian pasir di belakang struktur (sand backfill) bersifat kering sempurna, maka
tekanan aktif yang bekerja pada dinding vertikal yang licin di setiap kedalaman z ada
lah

ab

(27. 5)

Ph = rz
N

Tekanan ini bertambah dengan perbandingan yang sederhana terhadap kedalaman, seperti
ditunjukkan oleh "segi-tiga tekanan"
(Gbr. 27.2a). Tekanan total yang bekerja pada
dinding adalah

ab c

(28. 1 )

Titik kerja dari tekanan A terletak di ketinggian H/ 3 di at as


Jika dinding didorong ke p osisi
dalam Gbr. 27.2b tekanan Ph yang bekerja pada
dinding mengambil nilai y ang berkaitan dengan keadaan Rankine pasif,

b.

a'2 b

Ph = rzN

(27.6)

dan tekanan totai yang bekerja pada dinding akan menjadi sama dengan
(28.2)

Tekanan Tanah Aktif dori Pasir Terbenam-Sebagian yang Memiku/ Beban Tambahan Se
ragam
Dalam Gbr. 28.2a, garis ab menyatakan punggung sebuah dinding yang vertikal dan

licin dengan tinggi H. Berat satuan efektif dari p asir pada saat kering adalah r4 dan paa
'
saat terbenam adalah r (lihat Pasal l2); berat satuan air adalah 'Yw Permukaan dari isian di
di belakang dinding yang berorientasi horisontal memikul suatu beban tambahan seragam

Beban q

(a)
Gbr. 28.2. Tekanan tanah aktif dari pasir terbenam-sebagian yang memikul beban tam
bahan seragam. (a) Penampang yang melalui punggung dari struktur pemikul beban.
(b) Tekanan yanR bekerja pada punggung dari struktut.

1 59

Keseimbangrm plastik dalam tanah


i

per satuan luas. Di dalam timbunan tersebut, muka air tanah berada di kedalaman H1
di bawah puncak dari dinding. Sudut gesekan dalam dari pasir kering dan pasir terbenam
adalah bernilai cf>.

'

Ketika dinding meleleh dari posisi ab ke posisi a 1 b, tekanan yang bekerja pada pung
gung dinding itu berkurang dari nilai tekanan tanah pada keadaan diam ke nilai tekanan
Rankine aktif. Dalam Pasal 26 telah ditunjukkan bahwa pengaruh keseluruhan dari te
kanan air pori terhadap tegangan efektif dalam pasir dapat ditinjau dengan mengambil
berat satuan terbenam r' untuk bagian pasir yang terbenam (Pers. 1 2.6). Pada kedalaman
H1 tekanan pada dinding akibat berat dari tanah yang berdampingan/bersebelahan d i
'
nyatakan oleh segitiga ace dalam Gbr. 28.2b. Di setiap kedalaman z di bawah muka
air tanah, tekanan vertikal efektif pada penampang horisontal yang meliwati pasir adalah

P w = H a + z 'r '
Untuk tekanan Rankine aktif horisontal yang bersangkutan, dengan menggunakan Pers.

27.5, kita dapatkan


P
1
Ph = - = (Ha + z'r') -

Nq,

Nq,

(28.3)

Jumlah/total tekanan horisontal efektif di bawah tinggi air dinyatakan oleh bidang
dalam Gbr.

bced

2 8.2b. Terhadap tekanan air total tekanan ini harus ditambahkan


(28.4)

yang bekerja pada bagian bawah cb dari dinding. Dalam Gbr. 28.2b, tekanan air di
nyatakan oleh segitiga def
Jika tanah isian memikul beban merata seragam q per satuan luas, tegangan vertikal
efektif Pv di setiap kedalaman akan bertambah dengan bertambahnya q ,' dan tekanan Ran
kine aktif horisontal yang bersangkutan akan bertambah sebesar

(28.5)
Dalam Gbr.

28.2b, tekanan yang dihasilkan oleh beban

Tekanan Tanah Aktif dari Tanah

dinyatakan oleh bidangaefihg.

Kohesif Terhadap Permukaan Vertikalyang Licin

Dalam Gbr. 28.3a, garis ab menyatakan punggung vertikal yang licin dari sebuah
dinding yang bersentuhan dengan suatu tanah kohesif yang memiliki berat satuan 'Y Ta
hanan geser tanah ini didefinisikan oleh persamaan,
s

tan 4>

Menurut Pasal 26, persamaan tersebut paling tidak secara kasar dapat diterapkan
tuk pasir kohesif kering atau lembab yang terletak di atas muka air tanah. Hubung
an antara nilai-nilai ekstrim dari tegangan-tegangan utama dalam tanah seperti ini ditentu
kan oleh pernyataan berikut

(26.2)

1 60

a.-,

Mekanika tanah teoritik

a[}

'

I
I
I
I

28.3.

Gbr.

45+/

(a)

Keruntuhan sua tu lempung di balik dinding vertikal licin apabila kondisi de

formasi untuk tekanan tanah aktif dipenuhi. (a) Penampang melewati punggung dinding.
(b) Tekanan yang bekerja pada punggung dinding.
1

di m ana p 1 dan

p3

masing-masing menyatakan tegangan utama mayor dan minor, dan

(26. 1 )
16

adalah nilai aliran. Dalam Pasal

juga diperlihatkan bahwa permukaan gelinciran me

motong arah tegangan utama minor dengan sudu t


dari

45

c (Pers. 26.2).

c{>/2,

l:anpa mempcrsoalkan nilai

Karena punggung dari dinding bersifat licin, tegangan utama vertikal di kedalaman
di bawah permukaan horisontal dari isian di b.elakang struktur (backfill) adalah

Pv

"fz

Sebelum penumpu ab betgerak, ia mengalami tekanan tanah pada keadaan diam. Dalam

p h merupakan tegangan u tama minor. Suatu gerakan ke


'
arah luar dari penumpu ke dalam atau jauh melampaui posisi a 1 b akan mengurangi Ph

keadaan ini tegangan horisontal

ke nilai tekanan Rankine aktif yang bersangkutan. Dengan mensubstitusikan


"fz dan

Pn p3
=

ke dalam Pers.

26.2, kita
Ph

Untuk setiap kedalaman


dalam Gbr.

28.36.

"fZ -

Nq,

2c

Pv

p1

(28.6)

VNq,

-=

tegangan ini dnyatakan oleh jarak horisontal garis ab dan

cd

Pada kedalaman

za
kita

dapatkan

dapatkan b ahwa tegangan

Ph

= - V Nq,
2c

(28.7)

'Y

sama dengan nol. Pada suatu kedalaman kurang dari

z0 , tekanan terhadap dinding adalah negatif, asalkan tak terbentuk retakan di antara din
ding dan bagian paling atas dari tanah. Tekanan tanah total terhadap dinding adalah

PA

1H p,. dz
o

Nq,

- 'YH2 - - 2c

v'fi;

--

(28.8)

Seandainya dinding memiliki ketinggian

H.

4c
'Y

Vr.-:Nq, =
_

2zo

(28.9)

Keseimbangan plastik dalam tanah


tekanan tanah total

PA

161

akan sama dengan nol. Dengan demikian. seandainya ketinggian

dari tepijtanggul yang vertikal dari sebuah sungai lebih kecil dari He , tanggul tersebut

haruslah dapat berdiri tegak tanpa penumpu lateral. Walaupun begitu, tekanan yang bekerja
pada dinding bertambah mulai dari

..;N;p di puncak menjadi + 2c/ di kedalaman

2c/

sedangkan di setiap titik pada b idang vertikal dari sebuah tanggul tanpa struktur pe

He ,

nahan, tegangan normal bernilai nol. Mengingat perbcdaan yang besar ini. kedalaman terbe
sar yang dapat dicapai suatu penggalian tanpa penumpu lateral pada s1si vertikalnya adalah
sedikit lebih kecil dari He {lihat Pasal 3 5).
Untuk kondisi </> = (Pasal l 8), N<t>

1 . Oleh karena itu,

PA

hH2 - 2cH

(28.10)

dan

Hc

4c

'Y

(28.11)

Karena tanah tidak mesti melekat k e dinding, biasanya d1asumsikan bahwa tekanan
tanah aktif dari tanah kohesip terhadap dinding penahan sama dengan tekanan yang di
nyatakan dalam Gbr. 28.3b oleh luas segitiga

bde,

yakni sama dengan iuas cdd2

- cebd2 .

Oleh karena itu,

PA
Untuk kondisi </>

1
1
"(1!2 - - 2cH
2
N

VN

-=

2c2

+-

'Y

(28.12)

0,
PA

= 'Y1!2
2
1

2c2
- 2c1l + -

'Y

(28. 13)

Tekanan Tanah Pasif dari Tanah Kohesif yang Bersentuhan (Kontak) dengan Permukaan
Vertika/ yang Licin

Bila pennukaan ab dari dinding atau blok yang menumpu tanah dan beban q didorong

ke arah timbunan tanah di belakang dinding sebagaimana ditunjukkan o1eh Gbr. 2 8.4a,
tegangan utama horisontal ph bertambah dan melebihi Pv Segera setelah ab mencapai

atau jauh melampaui posisi a' b yang mengungkapkan kondisi defom1asi untuk keadaan
2
Rankine pasif, kondisi tegangan bagi keruntuhan (Pers. 26.2) akan terpenuhi. Mengingat

P h menyatakan tegangan utama mayor, kita boleh mensubstitusikan Ph

p3

'Yz + q ke dalam Pers. 2 6 .2 untuk mendapatkan

Ph

"fZN + 2c v(N + qN

= p1

dan Pv

(28. 1 4)

Tegangan Ph ini dapat kita pecah menjadi dua bagian. Bagian yang pertama

1
Ph

'YZN

seperti halnya tekanan hidrostatik, bertambah dengan perbandingan sederhana terhadap


pertambahan kedalaman. Dalam Gbr. 28.4b, tegangan
tiga c 1 c2d2 dengan luas

dinyatakan oleh lebar dari segi

(28. 15)
Titik kerja

P;

terletak pada kedalaman

H/3

di atas

b.

Kuantitas

P menyatakan tekanan

1 62

Mekanika tanah teoritik


Beban q
Q'

cl

bl

le

jc,

.JzcY.V; I.q*',._,

(a)

YHN91 ---

Gbr. 2 8 . 4 . Keruntuhan suatu lempung di balik dinding vertikal licin bilamana kondisi
deformasi untuk tekanan tanah pasif dipenuhi. (a) Penampang melewati punggung din
ding. (b) Tegangan pada punggung dinding.

tanah pasif dari suatu bahan yang tak berkohesi dengan sudut gesekan dalam if> serta berat
satuan r.
Bagian yang kedua dari ph tersebut adalah
p,." = 2c

+ qN

Bagian ini tidak tergantung pada kedalaman dan dinyatakan oleh lebar segiempat abc1 d2
dalam Gbr. 28.4b. Tekanan totalnya sama dengan luas dari segiempat tersebut. Jadi,
(28.16)
Titik kerja dari Pp" adalah di tengah-tengah ketinggian (mid-height) dari permukaan ab.
Karena Pers. (28. 1 6) tidak mengandung r (berat satuan), nilai P' dapat ditentukan atas
dasar asumsi bahwa timbunan tanah di eelakang dinding memiliki massa. Dari Pers. 28. 1 5
dan 28. 1 6, kita dapatkan bahwa tekanan tanah pasif total adalah
PP = Pp' + Pp" =

tyH2N + H (2c VN + qN)

(28.17)

Berdasarkan pembahasan terdahulu, PP dapat ditentukan dengan menggunakan dua


operasi yang berbeda (independen). Pada operasi pertama, Pp ditentukan atas dasar asumsi
bahwa kohesi dan beban sama dengan nol (c = 0, q = 0). Titik kerja dari P; terletak pada
jarak sepertiga H dari bawah. Operasi kedua, ?; ditentukan atas dasar asumsi bahwa berat
satuan timbunan tanah sama dengan nol (r =: 0). Titik keija ?; terletak di tengahtengah
H (H/2). Dalam pasal berikut, prosedur sederhana ini akan digunakan berulang kali untuk
mencntukan titik kerja tekanan tanah pasif dari tanah-tanah kohesif. Pemecahan PP men
jadi dua bagian, yakni P; dan ?;, hanya besar sepenuhnya apabila punggung dari dinding
berposisi vertikal dan licin sempurna dan menjadi sebuah prosedur pendekatan (aproksi
masi) bagi kondisi yang lainnya.

Soal-soal

1 . Sebuah dinding 'vertikal yang lie in dengan tinggi I 0 meter, menahan sua tu massa
tanah kering tak berkohesi yang memiliki permukaan horisontal. Berat pasir tersebut

3
1 1 3 kg/m dan sudut gesekan dalamnya 3 6 . Berapa nilai pendekatan tekanan total yang
bekerja pada dinding apabila dinding dilindungi dari pelelehan? 1ika dinding dapat me
leleh cukup jauh untuk memenuhi kondisi d eformasi bagi keadaan Rankineaktif?
Jwb. 2260 sampai 2 83 0 kg/m ; 1 4 70 kg/m.

1 63

Keseimbangan plastik dalam tanah

2. Tinggi air di balik dinding pada Soal I berada pada ketinggian 4 meter di bawah
puncak dinding. Berat satuan pasir yang terb enam adalah 6 6 kgj m3 . Seandainya kondisi
deformasi untuk keadaan Rankine aktif dipenuhi, berapakah tekanan total ta nah dan air
yang bekerja pada d inding t ersebut? Pada ketinggian berapa di ata s dasar titik kerja resul
tan tekanan tanah dan air?

Jwb.

2 3 80 kgjm; 2 , 8 3 m.

3. B erapakah tekanan lateral total yang bekerja pada dinding meleleh pada Soal l .
j ika massa pasir memikul suatu beban t erdistribusi seragam sebesar 400 kg/m 2 ? Berapakah
ketinggian di atas dengan dinding pusat tekanan te:sebut'?

Jwb. 2 5 1 0 kg/ m ; 4 , 0 2 m.

4. Ruang di antara dua dinding penahan yang memiliki punggung licin, diisi oleh
pasir seberat 1 1 3 kg/m3 . Pondasi-pondasi dinding-dinding tersebut saling dihubungkan oleh
lantai beton bertulang, sedangkan puncak dinding-dinding dihubungkan oleh batang baja
berat terjepit {heavy steel tie rods). Permukaan pasir tersebut digunakan untukmenyimpan
"pig-iron" dengan berat 300 kg/m2 Jika dinding-dinding terse but tingginya 1 5 meter dan
terpisah sejauh 50 meter, serta jika koefisien dari te kanan ta.nah pada keadaan diam adalah
K0 0 ,50, berapakah tekanan total yang bekerja terhadap dinding, sebelum dan sesudah
be ban diberikan/ diadakan?
=

Jwb. 6360 kg/m; 86 1 0 kg/m.


5. Dinding pada Soal No. 1 memikul tanah kohesip murni yang memiliki kohesi
c =. 200 kg/m2 dan berat satuan-sebesar 1 1 0 kg/m3 Nilai <P adalah nol. Berapakah tekanan
Rankine aktif total terhadap dinding? Pada jarak berapakah dari dasar pu sat dari tekanan?
Berapakah kedalaman dari intensitas tekanan yang bernilai no!'?

Jwb. 1 500 kg/m ; - l , l l m ; 3 ,64 m .

6. Penahan/tanggul vertikal dilakukan selama suatu penggalian lempung p1astis yang


memiliki berat satuan sebesar 1 20 kg/m3 . Ketika kedalaman penggalian mencapai 1 8 me
ter, penal1an tersebut runtuh. Dengan mengasumsikan <P 0, berapakah nilai (pendekat
an) dari kohesi lempung tersebut?
=

Jwb. 540 kg/m2


7.

Sebuah dinding vertikal, tinggai 20 meter, didorong pada arah bertentangan de

ngan massa tanah yang memiliki permukaan horisonta1 serta tahanan gesernya dinyata

oleh persamaan Coulomb dengan c = 400 kg/m 2 dan <P 1 5 . Be rat satuan dari tanah
tersebut adalah 1 20 kg/m3 . Permukaan massa tanah itu memikul beban se ragam dengan be
sar 200 kg/m2 Berapakah tekanan Rankine pasip total? Berapakah jarak antara dasar din
ding ke pusat tekanan? Tentukan intensitas tekanan lateral di dasar dinding.

kan

Jwb. 68.400 kg/m; 8,0 1 m ; 5 460 kg/m2

PASAL 29 PENGARUH GESEKAN DINDING TERHADAP


BENTUK DARI PERMUKAAN GELINCIRAN
Punggung dari dinding dalam Gbr. 29. 1a diasumsikan

bersifat

kasar. Seandainya tidak

kasar, maka dinding tersebut akan identik dengan dinding dalam Gbr. 27.2a. Timbunan
tanah di balik dinding

(Gbr.

29. 1a) tersusun dari pasir bersih. Seandainya dinding bergerak


di sepanj ang

ke luar, maka irisan gelinciran akan turun, dan pasir bergerak ke bawah

punggung dinding. Gerakan pasir ke bawah ini, relatif terhadap dinding, menimbulkan gaya
gesekan yang mengakibatkan tekanan tanah aktif resultan menjadi bersudut

5 terhadap

1 64

Mekanika tanah teoritik

. c
t

H l d':::'
l
P P,

Gbr.

45'!.-f

(d)

29. 1 . Pola geseran digabung dengan keruntuhan pasir di balik dinding vettikal kasar.

normal dari dinding. Sudut o ini disebut sudut gesekan dinding. Sudut ini dikatakan p ositif
apabila komponen tangensial dari gaya reaksi resultan berarah ke bawah (Gbr. 29. l a)
Analisis teoritik yang lebih lanjut (Ohde 1 938) serta eksperimen-eksperimen memperlihat
kan bahwa permukaan gelin ciran be untuk kasus ini mempunyai bagian lengkung di sebelah
bawah d an lurus di sebelah atasnya . Pada penampang adc dari irisan gelinciran, pola geser
identik dengan p ola Rankine aktif (Gbr. 27 .2a ), sedangkan pada adb, pola geser terdiri
dari dua kumpulan lengkung kurva.
Jika dinding ditekan ke bawah relatif terhadap tanah isian di balik punggung, misalnya
dengan memberi beban berat di puncak dinding, maka nilai o menjadi negatif dan ke
lengkungan pcrmukaan gelinciran di bagian sebelah bawahnya menj adi terbalik, sebagai
mana dipcragakan dalam Gbr. 29. l b.
Jika dinding didorong (masuk) ke arah tanah isian di batik punggung tersebut, maka
gerakan dinding akan mengalami hambatan oleh tekanan tanah pasif. Seandainya berat
dinding lebih besar daripada gaya gesekan antara dinding dengan pasir, maka ini akan ber
akibat kenaikan pasir relatif terhadap dinding, dan reaksi terhadap tekanan tanah pasif
resultan akan berorientasi sedemikian rupa sehin gga membentuk sudut o dengan normal
terhadap punggung dinding. Komponen gaya (reaksi) garis singgung ini cenderung me
nahan gerak naiknya pasir. Dalam kondisi seperti ini nilai dari o dipandang positif (Gbr.
29. l c). Bagian yang lurus dari permukaan gelinciran a kan naik dengan sudut 45
cp/2
terhadap horisontal. Dalam segitiga sama kaki adc, pola geser identik dengan yang di
tunjukkan dalam Gbr. 27.2b dan bahan-bahan tersebut berada dalam keadaan Rankine
pasif. . Sementara itu dalam bidang adb, kedua kumpulan "Silris" (line) yang memben
tuk pola geser merupakan garis-garis lengkung.
-

Seandainya berat dari dinding lebih kecil daripada gaya gesekan antara pasir dengan
dinding, maka sudut antara normal punggung dinding derigan reaksi terhadap tekanan
pasif resultan akan lebih kecil daripada 5 . Akhirnya, apabila dinding dikenai suatu gaya
berarah ke atas yang sama dengan jumlah berat dinding dan gesekan antara pasir dengan
dinding, maka tekanan tanah pasif akan diorientasikan sebagaimanar dlperlihatkan dalam
Gbr. 29. l d, dan sudut gesekari dinding dipandang negatif serta kelengkungan dari bagian
lengkung permukaan gelinciran akan terbalik.

Ke:reimbangan pla:rtik dalam tanah

1 65

Kondisi-kondisi deformasi untuk keadaan plastis yang . dinyatakan oleh pola gese r
dalam Gbr.

dan

29. la

mensyaratkan suatu pemanjangan minimum dari setiap elemen

irisan horisontal. Kondisi-kondisi deformasi untuk keadaan plastis yang dinyatakan dalam
Gbr.

dan

29. le

mensyaratkan suatu pemendekan minimum dari setiap elemen irisan

horisontal. Persyaratan-persyaratan ini bersifat ekivalen dengan persyaratan-persyaratan


yang menghasilkan keadaan Rankine pasif atau aktif dalam timbunan tanah di balik
dinding yang licin-sempurna, seperti diilustrasikan oleh Gbr.

27 .2a

dan

b.

PASAL 30 TEORI COULOMB TENTANG


TEKANAN TANAH AKTIF
TERHADAP DINDING PENAHAN

Pendahuluan
Karena punggung dari setiap dinding penahan yang secara nyata kita jumpai kurang le
bih bersifat kasar, maka syarat batas bagi keberlakuan teori Rankine j arang dapat dipenuhi.
Oleh karena itu, perhitungan tekanan-tanah yang didasarkan pada teori ini biasanya akan
menghasilkan kesalahan yang cuku p berarti. Tetapi dengan menggunakan Teori Coulomb
{ 1 776) sebagian besar kesalahan tersebut b isa dihilangkan. Metoda Coulomb ini dapat di
adaptasikan ke setiap syarat batas, hanya dalam hal ini terkandung asumsi untuk me
nyederhanakan yaitu dengan memperhatikan bentuk dari permukaan gelinciran. M eskipun
demikian, kesalahan akibat penyederhanaan itu masih tetap lebih kecil daripada kesalahan
yang dihasilkan dari teori Rankine. Di samping itu, apabila syarat batas b agi berlakunya
teori Rankine terpenuhi, maka kedua teori tersebut akan memberikan hasil-hasil yang re
latif tidak berbeda.
Kedua teori tersebut sama-sama mend asarkan diri pada asumsi bahwa dinding dapat
bergerak bebas ke atau b ahkan jauh melampaui posisi

a1 b

(Gbr.

29.la) dan asumsi bahwa

air di dalam ruang pori tanah tidak memb erikan tekanan rembesan yang berarti. Di samping
itu tentu saj a dianggap b ahwa konstanta-konstanta tanah yang muncul pada persamaan
persamaan memiliki sua tu nilai tertentu (definit) yang b isa didapatkan.

Teori Coulomb
Permukaan gelinciran di dalam tanah-isian di punggung dinding penahan {backfill)
yang dijumpai dalam kenyataan, akan berbentuk agak melengkung, seperti diperlihat
kan dalam

Gbr.

29. la

dan

b.

Tetapi untuk menye derhanakan pe rhitungan, Cou lomb

mengasumsikan bentuk yang datar. Kesalahan yang ditimbulkan oleh penyc derhan aan ini
relatif sangat kecil.
Gambar

30. la

memperagakan gaya-gaya yang bekerja pada irisan gelinciran. Secara

bebas, kita mengandaikan bahwa garis

be1

merupakan permukaan gelin ciran. Di bawah pe

ngaruh berat

W1, P1 (reaksi terhadap tekanan tanah resultan p ada siinding penahan), dan
abe1 berada dalam kesetimbangan. Reaksi F1 ini miring pada sudut cJ>
terhadap normal dari permukaan, sebab di sepanjang permukaan gelinciran be1 d ianggap
terjadi tahanan gese kan. Gaya P 1 akan bersudut +o terhadap normal dari punggung dinding

reaksi

F1 ,

irisan

jika dinding penahan terietak di atas dasar yang kokoh, seperti ditunjukkan oleh panah ber

P1 akan bersudut -8 terhadap normal (panah


bergaris putus-putus) apabila dinding dapat bergerak turun reiatif terhadap tanah-isian.
garis tebal pada gambar. Sementara itu gaya
Karena nilai

maka gay a

W1

P1

diketahui dan demikian pula arah-arah dari ketiga gaya tersebut di atas,
bisa diten tukan berdasarkan poligon gaya-gaya dalam Gbr.

dapat membuat prosetlur yang serupa untuk menentukan tekanan tanah

30 . 1 b.

P2, P3 ,

Kita

dan se

Mekanika tanah teoritik

1 66
c,

Gbr.

30. 1

(a

dan b) Diagram-diagram yang mengilustrasikan asumsi-asumsi yang men

dasari teori Coulomb untuk tekanan tanah aktif. (c) Metoda secara grafik dari Culmann
untuk menentukan tekanan-tanah yang diakihatkan oleh pasir.

terusnya, untuk permukaan-permukaan gelinciran be2, be3 , dan seterusnya sebab permuka
an gelinciran be 1 yang dibicarakan di atas tidak harus merupakan permukaan gelinciran
yang sesungguhnya. Nilai tekanan tanah yang terbesar yang diperoleh dengan cara ini ada
lah sama dengan tekanan-tanah aktif PA .

Prosedur Secara Grafik dari Culmann


Culmann (1 875) menyarankan metoda lain yang baik untuk menentukan tekanan

tanah dengan cara grafik seperti yang telah diuraikan dalam alinea sebelumnya. Metoda ini
diilustrasikan dalam Gbr. 30. l e. Langkah pertama dalam prpsedur Culmann adalah me
narik/membuat garis bS, berawal dari b di tepi dasar punggung dinding yang kemudian
naik dengan sudut 1/> te rhadap dasar horisontal dari tanah-isian di punggung dinding. Garis
ini dikenal sebagai garis-/ereng sebab menyatakan lereng alami dari tanah-isian tersebut.
Langkah berikutnya adalah membuat garis tekanan-tanah bL yang terletak di bawah garis
lereng serta membentuk sudut 8 dengan garis lereng tersebut. Seperti ditunjukkan dalam
Gbr. 30. 1 , sudut 8 tersebut sama dengan sudut antara garis vertikal dengan arah tekan.
an-tanah PA . Sudut ini bergantung pada sudut-gesekan 8 dan pada sudut a (sudut kemiring
an punggung dinding terhadap horison tal), seperti diperlihatkan pada Gbr. 30. 1 .

Untuk menentukan tekanan P 1 yang diakibatkan oleh irisan (wedge) " yang terletak
di atas bidang gelinciran bel ' maka terlebih dulu perlu ditentukan berat wl dari irisan
ini. Jika W1 digambarkan sepanjang garis bS dengan skala-gaya tertentu, maka diperoleh
titik d1 Dari titik ini dibuat garis d1e1 yang paralel terhadap garis bL. Jarak d1 e1 akan
sama dengan tekanan tanah untuk bidang gelinciran b 1 e 1 (tekanan PI ) sebab segitiga

Keseimbangan plastik daTam tanah

1 67

e1 d1 b dalam Gbr. 30. l e serupa dengan pollgon gaya (Gbr. 30. l b). Prosedur serupa
diulangi untuk bidang-bidang be2 , dan seterusnya, yang lainnya, dalam rangka menentu
kan tekanan-tanah aktif PA . Dalam prosedur ini, titik-titik e1, e2 , dan seterusnya ter
letak pada sebuah kurva C, yang dikenal sebagai /engkung Culmann (Culrnann line). Akhir
nya ditarik garis yang sejajar garis bS dan menyinggung lengkung Culmann C, di titik e
misalnya. Maka jarak -ed akan menyatakan tekanan-tanah PA dan permukaan-gelinciran
sesungguhnya adalah melewati titik tersebut.

Tekonan Tanah A kibat Beban Garis


Gambar 30.2 adalah gambar penampang pada dinding yang menopang massa pasir
yang memiliki permukaan miring. Di sepanjang sebuah garis yang sejajar dengan puncak
'
dinding dan berjarak ae' dari puncak tersebut, permukaan pasir memikul. beban q tiap
satuan panjang garis. Dalam hal ini, prosedur penentuan tekanan-tanah aktif yang be
kerja pada dinding secara prinsip serupa dengan prosedur yang diilustrasikan dalam
Gbr. 30. l e. Akan tetapi, jika perbatas sebelah kanan dari irisan memotong permukaan
tanah di sebelah kanan e', maka jarak (panjang garis) yang digambarkan pada garis-lereng
bS akan sebanding dengan berat pasir di dalam irisan pasir tersebut ditambah beban garis
'
q (Gbr. 30.2).
Seandainya permukaan tanah tidak menerima beban tambahan, maka lengkung
Culmann C (kurva garis putus-putus) dalam Gbr. 30.2 ini akan berkait dengan kurva C
'
dalam Gbr. 30. l e. Sedangkan seandainya permukaan tersebut memikul beban garis q
'
di sua tu titik e , maka lengkung Culrnann akan terdiri dari dua bagian. Di bagian sebelah
kiri bidang be' kurva termaksud identik dengan kurva C sebab irisan yang dibatasi oleh
bidang, ke arah kiri, tidak memikul beban tambahan. Di bagian sebelah kanan be' , lengkung
Culmann untuk tanah isian akan terletak di atas C, seperti ditunjukkan oleh kurva garis
tebal C dill.am Gbr. 30.2, sebab setiapirisan yang dibatasi oleh bidang yang ada di sebelah
kanan be' berarti dikenai aksi oleh beban q ' . Dengan demikian secara keseluruhan, leng
kung Culrnann terdiri dari kurva C di sebelah kiri be' dan kurva c' untuk di sebelah kanan
be'. Penting diperhatikan bahwa lengkung Culrnann memiliki ketakkontinuan, yakni di
bidang be' yang melalui titik kerja beban garis tersebut.

Gbr.

30.2. Metoda secar grafik dari Culmann untuk menentukan tekanan tanah oleh

tanah-ian (pasir) yang memikul beban garis.

Mekanika tanah teoritik

1 68

Jika b eban diletakkan d i sebelah krri c , maka nilai dari tekanan-tanah relatif dari

tanah-isian yang terbeban berkait dengan jarak terbesar antara lengkung Culmann c' de

bS

ngan garis

bL.

diukur pada arah paralel dengan garis tekanan-tanah

"

Jika beban garis

'

bekerja di sembarang titik pada permukaan tanah-isian di antara titik a dan c , maka jar k

be"

terbesar adalah
Kuantitas

d" e". Karena itu "slip" terjadi di seluruh bidang


d" e" - de mengungkapkan bagian M'A dari tekanan-tanah
'

diakibatkan oleh beban garis q .

Ordinat dari kurva K (Gbr.

yang melalui

e '.

aktif yang berasal/

'

30.2) dengan merujuk ke permukaan tanah, menyata

kan nilai M'A untuk masing-masing titik


'

e'

tempat beban q bekerja. Di antara a dan

e",

kurva K berbentuk lurus serta paralel dengan permukaan tanah isian sebab MA dalam
ha! ini tak bergantung pada posisi be ban q .
'

Jika beban q dipindahkan ke kanan ke suatu posisi

Culmann akan terdiri dari kurva garis putus- putus

yang jauh dari

e" ,

1engkung

di sebelah kiri be dan kurva garis

tebal C' di sebelah kanan be. Nilai maksimum PA dari tekanan tanah dinyatakan oleh
garis

e3 d3

Bidang runtuh melewati titik

e3

garis potongnya adalah garis tempat beban q

'

'

dan memotong permukaan tanah dengan

bekerja. Apabila beban q berpindah ke

kanan, maka nilai MA berkurang terus seperti dinyatakan oleh ordinat kurva K (Gbr.
30.2) sampai menjadi nol ketika l'leban q' berada di

'
e2

'

Akhirnya , seandainya garis kerja dati b eban q berada d i

e ,

m aka nilai tekanan

e2

d2

yang ditentukan dengan menggunakan kurva C' akan sama dengan nilai ed yang me
'
nyatakan tekanan tanah 'lktif ketika tidak ada beban tambahan. Jika beban q di-

(a)

0..4 = Nt"lat-m.1at. dart 'A

. r>

,cost!

YH

\---1---\----1 0.8
(b)

0.2

Gbr.

'30.3.

Dua jenis peta (diagram) yang melengkapi koefisien-koefisien untuk peng

hitungan tekanan-tanah aktif

(a oleh Syffert

1 9 29).

1 69

Keseimbangan plastik dalam tanah

pindahkan ke kanan c , maka tekanan tanah yang ditentukan dengan menggunakan C'
akan lebihkecil daripada ed. Jadi, apabila beban garis bekerja di sebelah kanan c2' maka
beban ini tidak lagi memberikan pengaruh apa pun pada tekanan tanah aktif serta per
mukaan gelinciran memiliki posisi be yang sama seperti halnya apabila tanah isian tidak
'
menerima beban tambahan. Makin besar beban garis q maka makin jauh ke kanan
letak dari c{ . Oleh karena itu , pada jarak berapa q' memiliki pengaruh terhadap tekanan
'
tanah adalah bergantung pada seberapa besar nilai dari q tersebut.
Metode Culmann terutama digunakan jika punggung dinding berbentuk miring atau
patah, dan jika tanah isian di belakang dinding memiliki permukaan yang tidak beraturan
atau menerima beban tambahan. Jika dinding vertikal menahan tanah isian yang tak ber
kohesi 'dengan permukaan yang horisontal, maka sebaiknya nilai PA diperoleh dari diagram
yang telah disediakan untuk keperluan ini. Gambar 30.3 menyajikan dua diagram (yang
berbeda) termaksud.

Soal-soal

1 . Sebuah dinding penahan (vertikal) yang tingginya 20 meter menopang tanah isi
yang tak berkohesi dengan berat 1 1 5 kgjm3 . Bagian atas permukaan tanah isian ini
naik . dari puncak dinding dengan sudut 20 terhadap horisontal. Sudut gesekan dalamnya
28 dan sudut gesekan dinding 20. Hitunglah tekanan tanah aktip total terhadap dinding
terse but.
an

Jwb. 1 0.600 kg/per m.


2. Tinggi batang (stem) dinding penahan-kantilever adalah 36 m. Struktur ini me
nahan endapan b'"ijih besi di belakangnya dan memiliki penampang yang simetris terhadap
garis vertikal melalui pusatnya. Tebal puncaknya adalah 6 m dan tebal dasar batang (stem )
adalah 1 2 m. Berawal d ari titik di punggung dinding yang terletak 4 m di bawah puncak
nya, endapan tersebut naik dengan sudut 3 5 terhadap horisontal hingga mencapai ke
tinggian 65 m di atas dasar batang (stem) d an . selanj utnya permukaan endapan ini ber
arah mendatar. Jika rJ> dan o masing-masing sama dengan 3 6 dan r adalah 1 60 kgjm 3 ,
berapakah tekanan lateral total dari endapan bijih besi (tak b erkohesi ) yang berada di atas
dasar batang (stem )? Jika gaya lateral total yang bekerja pada batang kantilever seluruhnya
ditahan o leh batang baja pengikat yang memiHki luas penampang 3 in2 dan mampu men
capai tegangan 27.000 kg/in2 , berapakah jarak antar batang-batang baja pengikat yang di
perlukan untuk hal terse but?

Jwi:J, 48.800. kg/per m; 5 m.


3. Sebuah dinding vertikal setinggi 1 8 m menopang tanah-isian yang tak b erkohesi
dengan berat 1 0 5 kg/m3 . Permukaan tanah-isian ini horisontal dan nilai-nilai rJ> serta o
masing-masing adalah 3 1 dan 20 . Tanah-isian ini memikul dua be ban garis berat 2000
kg/m yang paralel dengan puncak dari dinding vertikal, masing-masing berjarak 8 m dan
1 2 m. Hitunglah nilai dari tekanan-tanah aktif total terhadap dinding tersebut. Tentukan

jarak horisontal dari punggung dinding ke titik perpotongan antara permukaan gelinciran
dengan permukaan tanah-isian .

Jwb. 63 1 0 kg/per m ; l 3 m.
4. Sebuah dinding penahan setinggi 1 5 m dengan punggung vertikal mampu me
3 2 . Nilai o
nopang tanah-isian berupa pasir d engan ber t satuan 1 1 5 kg/ m 3 dan rJ>
20. B e ban vertikal 5 000 kg/m ditambahkan di sepanjang garis yang paralel dengan puncak
dari dinding. Berapakah jarak horisontal yang terkecil d ari punggung d inding ke titik tern==

!j

Mekanika tanah teoritik

1 70

pat b eban tambahan diberikan agar sedemikian hingga tidak memperbesar tekanan-tanah
terhadap dinding?
Jwb. 1 6,2 m.

5. Seandainya tanah-isian dalam Soal 3 tidak menerima beban tambahan, berapakah


nilai dari tekanan-ta nah aktif? Periksa perhitungan secara grafik d engan menggunakan dia
gram-diagram dalam Gbr. 30. 3 .
Jwb. 4870 kg/per m.

Ba caan Piliha n
Penghitungan secara terinci tekanan-tanah melalui metoda irisan coba-coba (trial wed
ge) secara grafik, yang secara prinsip identik dengan metoda Culmann, diberikan oleh
Huntington, W.C. ( 1 95 7 ) : Earth p ressures and re taining walls, New York, John Wiley dan
Sons, 5 34 hal . , untuk b erbagai kondisi dan unt uk bahan-bahan yang memiliki c dan </>.

PASAL 31 TITIK KERJA TEKANAN TANAH

Prosedur yang diuraikan dalam Pasal 30 memungkinkan kita untuk menentukan nilai
tekanan tanah total, asalkan arahnya diketahui. Walaupun begitu , hal tersebut belumlah
melengkapi informasi mengenai titik ketja dari tekanan. Dalam rangka mendapatkan in
formasi terse but, Coulomb mengasumsikan bahwa setiap titik di belakang dinding merupa
kan titik ujung dari permukaan gelinciran yang potensial. Umpamanya, titik d pada kurva
ab dalam Gbr. 3 1 . la menyatakan ujung terbawah (lower extremity) dari sebuah permuka
an gelinciran yang potensial de. Tekanan tanah PA pada ad dapat dihitung dengan meng
gunakan prosedur Culmann yang telah dibicarakan dalam Pasal 30. Jika kedalaman titik
c

Gbr.

3"1 . 1 .

Diagram yang mengilustrasikan prosedur yang dmederhanakan untuk me

nentukan titik kerja tekanan tanah aktif.

171

Keseimbangan plastik dalam tanah


ujung dari pennukaan gelinciran yang p otensial diperbesar dari z menjadi z

tekanan tanah bertambah sebesar

di mana

dz, maka

PA adalah intensitas rata-rata tekanan pada penambahan kedalaman dz. Dengan

demikian,

(3 1 . 1 )
Dengan menggu nakan p ersamaan ini, distribusi tekanan tanah pada punggung dinding
dapat ditentukan. Apabila distribusi tersebut diketahui, dtik kerj a dari resultan tekanan
dapat ditentukan dengan menggunakan
titik, garis kerja dari tekanan

metoda grafik atau analitik yang sesuai. Di setiap

pA membentuk sudut

ding.

o dengan garis normal punggung din

Dalam praktek, metoda ini agak sulit diterapkan. Oleh karena itu digunakan metoda
yang disederhanakan yang re latip memberikan h asil yang serupa. Misalnya, titik kerja 0 1
pada Gbr. 3 1 . 1a secara aproksimasi ditentukan di titik p o!ong antara punggung dinding
dengan garis

001 yang paralel


0 dari irisan gelinciran abe.
Gambar

3 1 . 1b

dan

terhadap bidang gelincir

be

dan melewati pusat gravitasi

mengilustrasikan satu metoda y ang disederh anakan u ntuk meng

estimasi p osisi dari titik kerja tekanan tambahan MA yang dihasilkan oleh be ban garis
'
q 1 Garis-garis be, be", dan seterusnya dalam Gbr. 30.2. Seandainya q bekerja di antara

a dan e" (Gbr. "3 1 . 1 b ), maka b'e' ditarik sejajar terhadap permukaan gelinciran be", dan
a'e' ditarik sejaj ar terhadap garis lereng bS (lihat Gbr. 30.2). Gaya MA bekerja di titik
1/3 panjang a'b ' dari ujung atas a'b' tersebut. Seandainya q' bekerja di antara e" dan
c; , a'e' ditarik sejajar terhadap bS, dan MA bekerja di titik 1 /3 panjang a ' b' dari ujung
atasnya, seperti diperlihatkan dalam Gb r. 3 1 . 1e.
Semua prosedur ini didasarkan pada asumsi Coulomb bahwa setiap titik di punggung
sebuah dinding menyatakan ujung dari sebuah permukaan gelinciran yang p otensial.
Asumsi ini diterima sehubungan dengan dinding penahan (retaining wall), karena kebanyak
an dinding semacam ini tidak mudah runtuh tanpa terjadinya p elelehan (yielding) dengan
suatu cara yang memenuhi kondisi deformasi untuk keadaan plastis. Walaupun begitu,
Coulomb tidak menspesifikasikan kondisi deformasi ini. Sebagai konsekuensinya, teori
Coulomb biasa dipakai untuk menghitung tekanan tanah aktif terhadap penyangga late ral
yang tak memenuhi kondisi deformasi tersebut, seperti halnya struktur penguat dalam

p nggalian terbuka (Pasa

3 7).

Karena dijumpai kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai

dengan hasil-hasil perhitungan, sebagian besar insinyur yang berp engalaman menyirnpul

kan bahwa teori C oulomb tidak dapat diandalkan. Atas dasar ini perlu ditegaskan bahwa
teori Coulomb sama memuaskan seperti halnya teori-reori dalam teknik struktur, asalkan
kondisi-kondisi deformasi yang mensyaratkan keberlakuannya telah terpenuhi.

Soal-soal

1 . Berapakah jarak tempat bekerjanya tekanan tanah resultan di atas dasar batang
(stem ) dari dinding p enahan pada Soal 2 dalam Pasal 30?

2.

Jwb.

1 0, 8 m eter .

Dengan mengasu m sika n bahwa

p en garuh

dari kedua beban garis dalam Soal 3

pada Pasal 3 0 , masing-masingnya, dapat dipandang secara terpisah, tentukanlah pusat

tekanan dari tekanan tanah tambahan akibat masing-masing beban garis t erse but.

Jwb. l 0 meter ; 6 , 7 5 meter dari dasar din din g.

1 72

Mekanika tanah teoritik

PASAL 32 TEKANAN TANAH PASIF TER HADAP


PERMUKAAN SENTUH YANG KASAR

Definisi
Sudah menjadi intuisi bahwasanya istilah tekanan tanah pasif menunjukkan tahanan
dari massa tanah terhadap perpindahan yang diakibatkan oleh tekanan lateral. Obyek yang
mcmanfaatkan tekanan lateral terse but adalah pondasi dinding penahan, sisi luar bagian ter
benam dari turap-bulkhead, atau blok batu seperti pangkal jembatan (abutment) dari leng
'
kung terbeban. Demikian pula halnya massa tanah yang menopang suatu beban vertikal.
Tanah di bawah suatu telapak bangunan (footing) yang terbebani akan bertindak seperti ini
juga. Mengingat kestabilan dari sebagian besar penopang tanah lateral serta daya dukung
pondasi-pondasi dangkal yang sebegitu jauh bergantung pada tekanan pasif tanah, maka
permasalahan perhitungan tekanan ini memiliki kepentingan praktis yang menonjol.
Permukaan persentuhan antara tanah dan obyek yang memanfaatkan tekanan-tanah
disebut: permukaan-sentuh. Coulomb menghitung tekanan-tanah pasif terhadap permuka
an-sentuh yang kasar dengan berdasarkan pacta. asumsi yang disederhanakan bahwa per
mukaan gelinciran berbentuk bidang datar (Gbr 32. la dan b). Kesalahan yang diakibat
kan oleh asumsi ini senantiasa berada dalam daerah yang tidak aman (unsafe side). Jika
sudut-gesekan-dinding 8 bernilai kecil, maka permukaan-gelinciran memang akan sangat
dekat ke bentuk bidang datar sehingga kesalahan masih dapat diterima (ditolerir). Tetapi,
seandainya 8 b sar, maka kesalahan menjadi terlampau besar sehingga metoda Coulomb
seharusnya tidak lagi digunakan.
.

so--+------+-----+

,. 4

i z

if

--+-++--j-,.,c;._--+

%-f#f:t'N.

;oo--++4r---r-----+----------+---

(!)

...

(c)

OOL+u-5----0-----J!5----c0----L5--Z
,cos
Nifai-Nilai Dari
, rH

Gbr.

3 2. 1 .

(a

dan b) Diagram-diagram yang mengilustrasikan asumsi-asumsi yang men

dasari teori Coulomb mengenai tekanan tanah pasip. (c) Peta yang melengkapi a tau me
nyediakan koefisien-koefisien untuk perhitungan tekanan-tanah pasif.

1 73

Keseimbangan plastik dalam tanah

Teori Coulomb Mengenai Tekanan-Tanah Pasif dori Pasir


"Nilai Coulomb" dari tekanan-tanah pasif b isa ditentukan secara grafik oleh metoda
Culman n . Prosedurnya identik dengan yang telah diuraikan dalam Pasal
kita harus menggambarkan garis:lereng

bS

(Gbr.

sontal, bukan di atas horisontal.


Gambar

32. 1c

30. 1c)

30,

hanya saja

dengan sudut </> di bawah hori

memperagakan pengaruh dari sudut-gesekan-dinding o terhadap n ilai

Coulomb dari tekanan-tanah pasip. Berdasarkan peta ini, tekanan-tanah akan bertamb ah

dengan cepat jika nilai dari sudut-gesekan-dinding bertambah. Namun, seandainya o lebih

besar daripada sekitar

29. 1 c).

<J>/3,

maka permukaan gelinciran akan sangat melengkung. (Gbr.

Sebagai konsekuensinya, kesalahan yang ditimbulkan oleh asumsi Coulomb juga

bertambah dengan cepat. Untuk o

= </>,

besar kesalahan dapat mencapai

30%.

Dengan de

mikian, kelengkungan dari permukaan-gelinciran harus menjadi perhatian apabila n ilai o


lebih besar daripada </>/3.

Tekanan-Tanah Pasif dori Tanah Kohesif


Kita akan menyelesaikan permasalahan yang diilustrasikan dalam Gbr.

32.2

guna

mengilustrasikan metoda untuk penentuan tekanan-tanah pasif yang tidak mengguna


kan asumsi permukaan-gelinciran berbentuk bidang datar. Pada gambar ini,

ab

adalah

sebuah penampang yang melalui permukaan-sentuh yang terdorong ke arah massa tanah
kohesip ideal. Tahanan geseran tanah da_p at ditentukan oleh Pers.
s = c

1 6.4

tan </>

Permukaan tanah adalah horisontal. Sudut-gesekan-dinding dinyatakan oleh o , dan adhesi

total antara tanah dengan pemmkaan kontak kita nyatakan dengan Ca . Permukaan-gelin

ciran yang sesungguhnya adalah

de.

Berdasarkan uraian Pasal

adaan Rankine pasif.

bde,

29,

yang terdiri atas bagian lengkung

tanah dalam segitiga samakaki

bd dan b agian lurus

ade

berada dalam ke

Karena itu, tegangan-tegangan geser pada penampang vertikal

df

Pd pada penampang ini akan berarah horisontal. Nilainya dapat


dihitung dengan menggunakan Pers. 28. 1 7. "Tubuh" tanah abdf dikenai gaya-gaya berikut
ini : beratnya W; tekanan P d; resultan kohesi C sepanjang bd; adhesi Ca sepanjang ab ;
resultan F dari tegangan-tegangan gesekan dan n ormal di sepanjang bd; dan Pp resultan
bernilai nol, dan tekanan

komponen-komponen n ormal dan friksional (gesekan) dari tekanan-tanah pasif.


Karena titik kerja

Pp

tidak diketahui, dengan demikian kita dapat menggunakan

pendekatan yang diuraikan pada Pasal


yaitu

Pp'

dan

Pp''.

28

serta menggantikan Pp dengan dua buah gaya,

M asing-masing gaya ini membentuk sudut o dengan n ormal terhadap

permukaan-sentuh. Gaya

Pp'

berada dalam keseimbangan dengan berat dari massa

serta gesekan yang diakibatkan berat. Gaya

Pp''

abdf

berada dalam keseimbangan dengan ko

hesi di permukaan gelinciran serta gesekan yang ditimbulkan oleh gaya-gaya selain gaya
berat. Gaya Pp' bekerja di titik sepertiga panjang ab dari ujung bawah, sedangkan gaya Pp"
bekerja di titik tengah. Kita dapat menghitung masing-masing gaya ini sebab arah dan
titik kerjanya diketahui. Resultan kedua gaya tersebut adalah tekanan-tanah pasif

Pp.

Metoda-metoda untuk penentuan bentuk permukaan-gelinciran yang sesungguhnya


sedemikian rupa sehingga tidaklah praktis digunakan. Namun, kita bisa mendapatkari hasil
hasil yang cukup akurat dengan mendasarkan pada asumsi yang disederhanakan yakni
dengan mengandaikan bahwa bagian melengkung

bd

dari permukaan-gelinciran yang se

sungguhnya adalah merupakan busur-lingkaran atau spiral-logaritmik yang memiliki per


samaan

(32.1)

1 74

Gbr.

Mekanika tanah teoritik

32.2. Diagram yang mengilustrasikan asumsi-asumsi yang mendasari teori tekanan

tanah pasif pada permukaan-sentuh yang kasar.

Pada alinea-alinea selanjutnya, kita anggap bagian lengkung dari permukaan-gelinciran me


miliki bentuk spiral logaritmik. Karena spiral adalah garis singgung di titik d pada bagian
lurus de dari permukaan gelinciran, maka pusat 0 dari spiral haruslah berada pada garis
a D (Gbr. 32.2) yang membentuk sudut 45 <P/2 dengan horisontal. Berdasarkan Pers.

32. 1 , kita ketahui bahwa setiap radius spiral akan membentuk sudut cp dengan normal terhadap spiral di titik perpotongan antara radius tersebut dengan kurva. Karena cp adalah
sudut gesekan dalam, maka resultan dF dari tegangan normal dan tahanan gesekan pada
sembarang elemen permukaan-gelinciran pun membentuk sudut cp dengan normal terhadap
elemen, dan arahnya berimpit dengan arah radius terse but. Karena semua radius spiral me
lalui titik 0, maka resultan F dari normal dan gaya gesekan pada bd juga melalui titik
pusat 0. Fakta ini digunakan dalam perhitungan berikut.
-

Untuk menghitung Pp ' (nilai Pp apabila c = 0), kita pilih sembarang permukaan-ge
linciran bd1 e1 (Gbr. 32.3a) yang terdiri atas spiral logatitmik bd1 yang berpusat di 0 1
serta garis !urus d 1 e 1 yang membentuk sudut 45 cp/2 dengan horisontal. Tekanan lateral
diperlukan untuk menghasilkan "slip" pada permukaan terse but, dan kita beri simbol P1 :
Selanjutnya gaya P/1 yang bekerja di titik sepertiga panjang [1 d 1 dari ujung bawah kita
hitung dengan menggunakan persamaan
-

Akhirnya, kita ambil momen-momen gaya P;, Pd ;, W1 , dan F; sekitar 01 Momen F; di


sekitar 01 adalah no!, maka

sehingga kita pero!eh

(32.2)
Nilai P; di-plot dengan skala di atas [1 . N ilai ini dinyatakan oleh titik C;. Perhitungan
yang serupa dilakukan untuk sembarang permukaan-gelincirari yang lain yang 'telah dipilih,
dan satu kurva p' digambarkan me!alu i titik-titik C; dan seterusnya. Seandainya tanah
tidak memiliki kohesi (c = 0), maka komponen kedua, Pp'', ctari tekanan-tanah Pp akan
sama dengan no!, dan dalam ha! ini nilai Pp dinyatakan oleh ordinat titik minimum dari
kurva p', yakni titik c'. Permukaan-gelinciran akan meliwati titik d yang terletak pada
aD dan vertikal di bawah c'.

Seandainya tanah memiliki kohesi, kita harus pula menghitung Pp'' (yakni nilai Pp
apabila 'Y = 0). Untuk menghitung nilai P1 " yang berkaitan dengan sembarang permukaan-

1 75

Keseimbangan plastik dalam tanah


CI

(a)

Gbr.

/lp

....
........ c ,>{- - -;- - - - - t
- - - - : p
P."
'
I c; '
I
!

3 2.3. Metoda spiral logaritmik untuk menentukan tekanan-tanah pasif.

(a)

Gaya

gaya yang masuk dalam komputasi komponen yang diakibatkan oleh berat tanah dengan
mengabaikan kohesi. (b) Gaya-gaya yang masuk dalam komputasi komponen yang di
akibatkan oleh gesekan dan kohesi dengan mengabaikan berat tanah.

(c) Diagram yang

mengilustrasikan ic.omputasi momen yang diakibatkan oleh kohesi.

gelinciran
(lihat Gbr.

bd 1 c 1 , harus diperhatikan gaya-gaya yang terlibat


32.3b). Nilai Pd 1 " didapatkan dengan membuat q

dalam perhitungan terse but.


=

28. 1 6 . Jadi,

Titik kerja gaya ini terletak di tengah-tengah

d d1

0 dan H = Hd 1

Pengaruh kohesi di sepanjang kurva

dapat dievaluasi dengan meninjau satu elemen yang panjangnya


di sepanjang ds adalah sama dengan

dM.

re ds

ds

q,

dan momen total dari kohesi di sepanjang

bd1

re

r d8

cos

--

q,

adalah

cos

q,

bd1

(Gbr. 3 2 . l:). Kohesi

c ds. Momen c ds sekitar 0 1 adalah :

cos

dalam Pers.

er2 d8

l76

Jfekanika tanah teoritik

(32.3)

Gaya F 1 " melewati 0 1 Dengan mengambil m omen di sekitar titik ini, kita dapatkan

dan selanju tnya


(32.4)

Dalam Gbr. 32.3a nilai P1 " diplot dengan skala pada C1 di atas C/, Karena P1 ' dan
menyatakan gaya-gaya yang diperlukan untuk mengatasi kedua bagian dari tahanan
P1
terhadap gelinciran di sepanjang permukaan bd 1 e 1 yang sama, maka ordinat titik C 1 akan
menyatakan gaya total yang diperlukan untuk menghasilkan slip di sepanjang permukaan
ini. Demikian pula, nilai-nilai ?' diperoleh untuk sembarang permukaan-permukaan gelin
ciran, dan kurva P digambar melalui titik-titik C1 , dan seterusnya. Tekanan tanah pasif
Pp dinyatakan oleh ordinat minimum dari kurva P, dan permukaan gelinciran melewati
titik pada aD tepat di bawah titik C, yakni titik di mana kurva P paJi.ng dekat ke ae1
Gaya total terhadap permukaan-sentuh sama dengan resultan Pp dan gaya adhesi C0
Bentuk bagian yang inelengkung dari permukaan-gelinciran yang sesungguhnya ada
lah peralihan an tar a bentuk busur lingkaran dan bentuk spiral. Perbedaan kedua bentuk
tersebut relatif kecil, sehingga apabila kelengkungan yang sesungguhnya digantikan oleh
salah satu bentuk-bentuk tersebut, maka kesalahan yang ditimbulkan dapat diabaikan.
Kenyataannya, perbandingan antara pendekatan tersebut dan metoda yang eksak menun
jukkan bahwa nilai tekanan tanah pasif yang dihitung dengan metoda pendekatan ter
sebut setidaknya sama akuratnya dengan nilai tekanan tanah aktif yang dihitung dengan
metoda Coulomb di mana diasumsikan bahwa permukaan gelinc iran nyata yang agak
lengkung merupakan suatu bidang datar.
Penyelidikan y ang terdahulu didasarkan pada asumsi bahwa massa tanah yang ber- .
dampingan dengan permukaan-sentuh didorong masuk ke suatu posisi y ang jauh dari
a1 b 1 (Gbr. 32.2). Jika bagian sebelah atas dari muka-sentuh tidak bergerak maju sejauh
a 1 b 1 , maka keseluruhan permukaan gelinciran merupakan lengkungan, dan hanya bagian
terbawah dari massa gelinciran masuk ke dalam keadaan Rankine pasi( Jika bagian bawah
permukaan terse but berhenti tidak jauh dari a 1 b1 , tanah yang berdampingan dengan bagi
an ini tidak mengalami keadaan kesetimbangan sama sekali. Dalam keadaan ini, tekanan
tanah pasif total dan distribusinya pada permukaan sentuh bergantung pada jenis keter
batasan yang dikenakan pada pergerakan permukaan sentuh tersebut.
"

Soal-soal

Buatlah spiral logaritmik untuk 1/J


36 . Nilai

1 in., dan nilai (J berada dalam selang -30 sampai 270 .


1.

r0

harus diambil sama dengan

2. Dengan metoda spiral logaritmik, hitunglah tekanan tanah pasif total yang be
kerja pada suatu permukaan vertikal yang bersentuhan dengan timbunan pasir yang me
miliki permukaan paras (level surface). Tinggi permukaan sentuh tersebut sama dengan
20 meter, dan sudut gesekan dinding adalah +20 . .Timbunan pasir tersebut memiliki
berat satuan 1 1 2 kJ!/m 3 dan sudut gesekan dalam 3 6 . Agar dapat menggunakan spiral lo-

1 77

Keseimbangan plastik dalam tanah

garitmik yang dibuat dalam Soal 1 , maka penye1esaian secara grafik harus diletakkan pada
kertas jiplakan yang tipis. Pakailah skala 1 in.
Jwb.

3.

l 0 meter.

kg/m.

1 7 5000

Hitunglah niiai t ekanan tana h pasif d alam Soal

mukaan gelinciran merupakan bidang datar.


Jwb.

4.

200000

dengan menganggap ba hwa per

kg/m.

Hitunglah tekanan tanah pasif yang bekerja pada permukaan sentuh Soal 2. jika
500 kgj m 2 di samping juga mempunyai tahanan gesekan.

tanah memiliki kohesi sebesar

Adesi antara tanah dan permukaan sentuh

juga sebesar

lokasi tekanan tanah resultan Pp .


Jwb.

2 5 5 000

5 00

kgj m 2

Tentukanlah pula

kg/ m ; 8 meter di atas d asar.

Bacaan Pilihan
Tabel tekanan tunak

aktif dan pasif,

untuk bahan-bahan yang memiliki gesekan.

kohesi, atau keduanya, dan untuk semua sudut gesekan din ding, dij umpai dalam Caquot.
A.

dan J.

Kerisel 0 94 8 ) : Ta bles for th e calculation of passire pressure. ac tire pressure

and bearing capacity of foundations.

Paris, Gauthier- Villars, hal.

1 20.

Translated from the French by Maurice A. Bee . ,

PASAL 33 DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL

Asumsi-Asumsi Dasar
Jika suatu beban diberikan ke permukaan tanah dengan jumlah yang terbatas, maka
permukaan ini akan mengalami penurunan. Hubungan antara penurunan dengan beban
rata-rata per satuan luas dinyatakan oleh

ku111a-penunman (Gbr.

kurva-penurunan untu k tanah yang agak padat atau kaku. Absis

3 3 . 1 ). Kurva C1 adalah

Qd

dari garis yang

ine

nyinggung kurva secara vertikal, akan menyatakan daya dukung tanah yang bersangkutan.

Seandainya tanah agak lunak, kurva-penurunannya akan m irip seperti klllva C . Daya
2
dukung tanah-tanah semacam ini tidak selalu dapat ditentukan. Untu k menentu kan daya
dukungnya, biasanya diasumsikan sama dengan absis qd' dari titik di mana kurva-penurun
an telah menjadi lurus dan curam.
Beban per Satuan Luas
'ltt

lftt

O,tB

'
,,

......,
'

c,

c. \
0,88

I
I
\
\

8 = Lebar Te/apdk

Gbr. 33. 1 . Hubungan antara intensitas beban dengan penurunan pondasi telapak
pada tanah padat atau kaku, dan di c2 pada tanah lepas a tau lunak.

C1

Mekanika tanah teoritik

1 78

Gbr.

33.2. Penampang pondasi telapak dangkal kontinu.

Dalam praktek, pondasi telapak seperti ditunjukkan dalam Gbr. 32.2 akan mentrans

misikan bebanbeban ke dalam tanah. Pondasi telapak mungkin bersifat

menerus

(conti

nuous) karena mempunyai bentuk segi-empat yang memanjang atau mungkin berbentuk
telapak yang melebar yang biasanya berbentuk bujursangkar atau lingkaran (sirkuler).

Beban kritis adalah beban per unit panjang dari satu telapak menerus atau beban total

pada suatu telapak yang melebar yang menyebabkan tanah menjadi runtuh. Jarak dari
tinggi (level) permukaan tanah ke dasar pondasi telapak kita se but

Sebuah pndasi telapak yang memiliki lebar telapak


dianggap sebagai sebuah

pondasi dangkal.

kedalaman pondasi D1.

yang sama atau lebih besar dari

D1

Dalam komputasi yang berkaitan dengan ponda

si-pondasi dangkal, berat tanah yang berada di atas tinggi dasar dari. pondasi dapat diganti
kan oleh suatu beban tambahanyang senigam.

'YD1

(33. 1 )

Substitusi ini akan menyederhanakan komputasi, sedangkan kesalahan yang ditimbulkan

re la tip kecil dan masih dalam batas-batas yang tidak membahayakan.

Keadaan-Keadaan Kesetimbangan Plastis di bawah Pondasi Te/apak Kontinu yang Dangkal


Hasil-hasil penyelidikan secara matematik berkaitan dengan keadaan kesetimbangan

plastis di bawah pondasi-telapak kontinu belum sepenuhnya memuaskan . Tidak ada peme
cahan (solusi) umum yang tepat memenuhi Pers.

pengaruh kedalaman beban

tambahan

Dr,

1 6.5

atau memperhitungkan berat tanah,

dan distribusi gaya vertikal dan h orisontal pada

dasar po11dasi telapak. Bahkan lebih jauh lagi, teori yang ada, biasanya mengasumsikan

bahwa volume tanah tidak berubah sementara beban kritis didekati (akan dicapai). Tetapi,

kekurangan tersebut tidaklah begitu serius di dalam prakteknya sebab ketelitian (akurasi)
akan terbatasi oleh kemampuan kita dalam mengevaluasi sembarang si fat fisika yang masuk
ke dalam persamaan.

Kesimpulan umum berikut ini bisa kita ambil dari telaahan (studies) teoritik. Jika

dasar dari sebuah pondasi telapak berada di atas permukaan tanah yang tak bermassa teta

pi rnemiliki kohesi dan gesekan, maka tanah yang terbebani akan runtuh seperti ditunjuk
kan dalam

feded1

Gbr.

33. 3a

dengan aliran plastis terjadi di sepanjang permukaan komposit

Daerah ini dapat dibagi menjadi Iima lajur (zone). Lajur pertama kita beri nama

I, dan dua pasang lajur masing-masing kita beri nama // dan I//. Lajur I tetap d alam ke

adaan elastis karena adanya gesekan dan adhesi antara tanah dengan dasar telapak. Lajur
ini bertindak seperti layaknya bagian dari telapak dan berpenetrasi ke dalam tanah seperti
sebuah irisan (wedge). Perbatasnya naik dengan sudut

Di dalam lajur

45

P/2

terhadap horisontal.

// dan I// terbentuk pola-pola geser. Pola-pola geser pada lajur //I identik

dengan p ola-pola geser untuk keadaan Rankine pasif (Pasal


. Rankine pasip akan naik dengan

sudut 45

antara I dan /// dikenal juga sebagai

27);

perbatas untuk lajur

cp/2 terhadap horisontal.

lajur dari geser radial,

Lajur 1/ terletak di

sebab lengkung-lengkung yang

merupakan satu kumpulan dalam pola-geser pada lajur ini menyebar dari tepi luar dasar

Keseimbangan plastik dalam tanah

1 79

telapak. Lengkung-lengkung ini berbentuk garis lurus. Lengkung-lengkung dari kumpulan


yang lain berbentuk spiral logaritmik dengan pusat-pusat yang terletak di tepi luar dasar
telapak. Prandtl ( 1 9 2 1 ) mengetahui bahwa daya dukung per satuan luas adalah

(33.2)
di mana c adalah kohesi, danNc adalah faktor daya-dukung yang bergantung pada lj>. Nilai
faktor ini adalah

(33 .3)
Jika permukaan tanah dikenai beban tambahan q yang terdistribusi seragam, pola geser
tetap sama dan daya dukung akan bertambah sebesar Nq q (Reissner 1 924), di mana

(33.4)
sehingga

Ne = cot cp(Nq - 1)

(33.5)

Jika lj>
0, maka spiral menjadi busur-busur lingkaran, dan nilai-nilai dari Ne dan Nq
masing-masing adalah (2 + rr) dan 1 ,0. Jadi, untuk suatu pondasi telapak di permukaan
tanah
=

qd

(2 + 1r) c = 5,14c

2,57qu

(33.6)

di mana Qu adalah kekuatan kompresip yang tidak dapat ditentukan. Lebih jauh lagi,
untuk cp
0 pole geser dan Pers. 33.6 tetap berlaku kendatipun berat tanah tidak sama
dengan noL
=

Bagian kanan dari Gbr. 3 3.3a menunjukkan deformasi tanah yang terletak dalam lajur
aliran plastis. Tanah dalam lajur Ill terkompresi secara lateral. Permukaannya naik dan
berujung di sisi telapak dalam sua tu tei? i yang tajam yang memberi kesan bahwa tanah telah
mengalami pukulan.
Seandainya tanah tidak berkohesi, tetapi memiliki gesekan dan berat, pola-gesernya
dinyatakan oleh Gbr. 3 3.3b. Perbatas-perbatas dari lajur elastis I adalah H!,elengkung. Ke
dua cabang daerah elastis tersebut berpotongan di titik d dengan sudut 90 - lj>, dan per
batas-perbatas de serta de1 dari lajur If menyatu dengan "halus" ke perbatas lajur I di titik
d. Dalam lajur If lengkung radial berbentuk melengkung. Dalam lajur Ill pola-geser kembali
berkait tepat dengan pola geser tanah pada keadaan Rankine pasif. Pemecahan umum yan g
untuk daya-dukung di bawah kondisi-kondisi ini belum didapatkan, terapi pemecahan
umum kasus-kasus khusus telah tersedia (Lundgren dan Mortensen 1 953).

Metoda-Metoda Aproksimasi untuk Perhitungan Daya-Dukung Pondasi Te/apak Menerus


Tanah-tanah nyata memiliki berat dan umumnya memperlihatkan adanya kohesi
serta gesekan. Lebih jauh lagi sebagian besar dasar dari telapak terletak s e tidaknya pada
suatu jarak tertentu yang tidak besar di bawah permukaan tanah sekitarnya. Metoda yang
teliti untuk penghitungan daya-dukung di bawah kondisi-kondisi seperti ini tidak tersedia';
maka untu kepentingan praktis metoda-metoda aproksimasi menjadi sesuatu yang di
perlukah.

180

Mekanika tanah teoritik

Tidak memi/iki berat


Memiliki c, </>

rr= 0)

f
Tak berkohesi (c
Memiliki </>, "Y

0)

f
Perbatas yang disederhanakan

c=O;</>, r=I=O
{c)

Gbr. 33.3. Perbatas dari lajur kesetimbangan plastis setelah keruntuhan dari tanah yang
terletak di bawah pondasi telapak yang menerus.

Apabila daya-dukung dari telapak yang sesungguhnya dilampaui, maka tanah akan
ru11tt1h ct:r-sepanjang suatu permukaan-patahan (surface of rupture) mirip seperti yang
ditunjukkan oleh fedetf1 (Gbr. 33.3). Namun, permukaan yang sesungguhnya tidaklah
mungkin berimpit dengan permukaan-pefmukaan ideal dalam Gbr. 33.3. Dalam me.
toda aproksimasi diandaikan bahwa daya-dukung umumnya terdiri dari penjum
lahan tiga buah komponen yang secara terpisah ditentukan, masing-masing menyatakim
kontribusi dari (1) Kohesi dan gesekan dari bahan yang tidak merftiki berat dan tidak me
mikul beban tambahan, (2) Gesekan dari bahan yang tidak berkohesi yang mengalami
beban tambahan q di atas permukaan tanah, dan (3) Gesekan dari suatu bahan yang me
miliki berat tetapi tidak memikul beban tambahan. Masing-masing komponen tersebut
dihitung atas dasar asumsi bahwa permukaan gelinciran bersesuaian dengan kondisi-kondisi
untuk komponen yang bersangkutan. Karena permukaan-permukaan tersebut berbeda
satu sama lainnya dan berbeda dengan permukaan untuk bahan yang sesungguhnya, maka
hasilnya merupakan suatu pendekatan (aproksimasi). Kesalahan yang dihasilkan keci1
dan masih dalam batas-batas keamanan.
Nilai aproksimasi daya dukung tanah diberikan oleh persamaan
(33.7)

dalam hal ini Ne dan Nq masing-masing merupakan faktor daya-dukung terhadap kohesi
dan beban tambahan. Kedua besaran tersebut dlhitung dengan menggunakan Pers. 33.5
dan 33.4. Be ban tambahan dinyatakan oleh berat per satuan luas rDt dari tanah di sekitar
pondasi telapak. Faktor daya dukung N"Y akan menjelaskan pengaruh berat tanah. Semua

181

Keseimbangan plastik dalam tanah

faktor daya dukung merupakan besaran yang tidak berdimensi dan hanya bergantung pada

1J.

Karena pemecahan secara teoritik untuk mengevaluasi N'Y tidak tersedia, maka diguna

kan prosedur pendekatan. Dalam prosedur ini, perbatas-perbatas yang berbentuk lengkung
dari zone elastis

33. 3c)

abd (Gbr. 33.3b), yakni ad dan bd, digantikan oleh garis lurus (Gbr.
yang naik dengan sudut 1/J terhadap horisontal. Berat satuan tanah adalah r . Pada
.

saat runtuh, tekanan pada masing-masing permukaan

dan

ad

bd

bemilai sama dengan

tekanan tanah pasif Pp. Karena penggelinciran terjadi di sepanjang permukaan ini, tekanan
tanah resultan bekerja dengan sudut 1J terhadap normal masing-masing permukaan. Jika
berat tanah dalam

adb

diabaikan, kesetimbangan pondasi telapak dalam arah vertikal

mensyaratkan bahwa

Q = 2Pp cos (1/J - tj>)


Kemudian tekanan vertikal rata-rata yang berkaitan dengan daya dukung rata-rata adalah

q..,

2Pp
Q
os Cl/! - t>)
= B = Bc

(33.8)

Oleh karenanya, permasalahan tersebut berkurang menjadi masalah penentuan tekanan

tanah pasif Pp (Pasal

32).

mensubstitusikan besaran

Titik ke rj a Pp terletak pada jarak

1/3 ad dari bawah. Dengan

4Pp

ke dalam Pers.

33.8, kita dapatkan

N.., = r B 2 c m; (1/1 - q,)

(33. 9)

q.., f'Y BN..,

yang merupakan suku ketiga dalam Pers.

3 3.7.

(33:1 0)

Karena faktor daya dukung Nr merupakan

bilangan tak berdimensi dan hanya bergantung pada 1J, yakni besaran-besaran yang semua
nya sekaligus dapat dihitung dengan metoda yang diuraikan dalam Pasal

32.

Akan tetapi,

kecondongan 1/J tidak diketahui. Dengan demikian, perhitungan hams diulang-ulang untuk

suatu nilai et> dengan berbagai kecondongan sampai ditemukannya nilai minimum Nr

Hasil-hasil perhitungan tersebu t bersifat konservatip tetapi sangat sesuai dengan hasil per

hitungan untuk kasus-kasus khusus yang dihitung dengan prosedur yang jauh lebih maju
(Meyerhof

1 955).

Nilai-nilai yang diperoleh Meyerhof diplot dalam diagram (Gbr.

bersama-sama dengan nilai-nilai Ne dan Nq yang diperoleh dari Pers.


gunaan diagram tersebut sangat menolong perhitungan daya dukung.
Tanah tidak runtuh seperti ditunjukkan dalam

Gbr.

3 3. 3c

33.5

dan

33.4.

33.4)

Peng

kecuali kalau tanah

terse but bersifat agak padat a tau agak kaku, sehingga kurva penurunannya menyerupai cl
dalam Gbr.

3 3. 1 .

Sebaliknya, pondasi telapak tersebut tenggelam ke dalam tanah sebelum

keadaan kesetimbangan plastis menyebar jauh dari

dan

e1

(Gbr.

33.3)

dan kurva pe

nurunan yang bersangkutan tidak memiliki p atahan yang terdefmisi dengan baik (kurva

C2 dalam Gbr.

33. 1 ).

Nilai pendekatan untuk daya dukung

qd

dari pondasi telapak yang

menerus pada tanah semacam ini dapat diperoleh dengan. mengasumsikan bahwa kohesi
dan gesekan tanah bernilai sama dengan

2/3

kali nilai-nilai tersebut yang dihitung dengan

persamaan Coulomb, atau

c'
dan

tan q,'

=
=

ic

(33.1 1a)

i tan q,

(33 . 1 1 b)

182

Mekanika tanah teoritik


Pondasi jalur yang dibebani, lebar 8

f+-8

8eban per satuan luas pondasi telapak


Keruntuhan geser umum: 'lct =eN,+

r0rN9 + J 1BN7
l(eruntuhan geser lokal: 'q jcNd + rOrNq + -j rBN
=

Pondasi telapak btijur sahgkar, lebar 8


8eban per satuan luas: 'lds =1.2cN,

40

I--r-- r--tt-- Nq
r:::
-

30

20

r;ut-.

'

r--..
t'-,

.......

',N.'
' q

' N
, , I\

s=c+p tan<;

N.'r

I V

./

'
"' ,1\ if
1\.\ \ If
1\' \\
\1

,.....

r1--

Nr

.P=45: N7=240

Satuan berat ranah


'Y
Satuan tahanan geser,

+rOrNq+ 0.4rBN7

r-

Alas
kasar

50

60

40
.

30

20

/0

5.14 100

20

40
. .

60

80

33.4. grafik menunjukkan hubungan antara 1/> dan faktor-faktor daya


dukung (nilai-nilaiN'Y menurut Meyerhof 1955).

Gbr.

Jika sudut tahanan geser


lah

N/, N9',

sama dengan rp' bukannya f/>, maka faktor daya dukungnya ada

dan N y'. Nilai-nilai ini diberikan o!eh kurv"' bergaris putus-putus dalam Gbr.

..

33.4. Kemudian daya dukung diperoleh dari persamaan

(33.12)
Pengalaman menunjukkan bahwa sekalipun mendapat beban seragam, pondasi selalu
nintuh akibat miringnya struktur tersebut. Akan tetapi, kenyataan ini tidak membatalkan
alasan dalam alinea sebelumnya. Hal ini hanya mendemonstrasikan bahwa. tidak ada sub
grade yang bersifat seragam-sempurna. Dengan bertambahnya beban, penurunan di atas
bagian subgrade yang paling lemah bertambah lebih cepat daripada penurunan di atas bagi
an-bagian lainnya. Karena pemiringan tersebut, titik berat struktur bergeser ke arah bagian
yang lemah dan menambah tekanan pada bagian tersebut, sedangkan tekanan pada bagian
yang lebih kuat berkurang. Faktor-faktor ini menghilangkan kemungkinan keruntuhan
tanpa pemiringan struktur.

Daya Dukung Pondasi Telapok dengan Panjang Tertentu


Semua pembahasan yang lalu memusatkan diri pada pondasi telapak yang menerus.
Untuk menghitung daya dukung dasar bangunan yang berbentuk bujur sangkar atau ling
karan, hanya ada beberapa kasus khusus yang telah diselesaikan dengan tuntas, penyelesai
an tersebu t memerlukan penggunaan prosedur numerik. Berdasarkan hasil-hasil perhitung
an tersebut dan eksperimen, telah dikembangkan persamaan semi-empiris untuk daya du
kung qdr per satuan luas pondasi-lingkaran dengan jari-jari r dan berada di atas tanah yang
agak padat atau kaku

(33.13)
Nilai daya dukung tersebut untuk pondasi bujursangkar berukuran B X B pada tanah yang
padat atau aku, adalah

183

Kelleimbangan plalltik dalam tanah .

(33.14)
Nilai-nilaiN diberikan oleh ordinat kurva bergaris tebal dalam Gbr. 33.4.
Jika kondisi 4>

mukaan tanah adalah

0 berlaku dan tanah memiliki kohesi, maka daya dukung pada per

qdr

qd

6,2c

3,1q,.

(33.15)

yang jauh lebih besar daripada nilai qd


5,14 c (Pers. 33.6). Di lain pihak, jika c 0 dan
0, maka daya dukung qdr per satuan luas akan jauh lebih kecil daripada Qa untuk
=

D1

pondasi telapak yang menerus dengan lebar sama dengan diameter pondasi berbentuk

lingkaran.

Jika 4>
0 dan c > 0, penambahan daya dukung per satuan luas yang dihasilkan oleh
beban tambahan rD1 diimbangi sepenuhnya oleh berat tanah yang dihilangkan dalam pem
=

buatan pondasi tersebut. Oleh karenanya, lebih sesuai kalau kita membahas daya dukung

netto

(33.16)
Kenyataannya, karena kekuatan lempung di atas tinggi pondasi tidak tepat sama dengan
nol, maka daya dukung netto agak bertambah,.dengan meningkatnya nilai D1. Untuk nilai

DpB tidak lebih dari 2,5, Skempton (1951) menyarankan ungkapan sederhana berikut ini

untuk daya dukung netto dari pondasi telapak yang berbentuk segi empat dengan lebar

B dan panja L

qd net

5c 1 + 0,2

) (

1 + 0,2

(33.17)

Jelaslah bahwa nilaiNe telah dibulatkan secara konservatif dari 5,14.

Jika tanah pendukung bersifat agak lepas atau lunak, nilai N_harus diganti oleh nilai

N' ya ditentukan dari kurva bergaris putus-putus dalam Gbr. .33.4, dan nilai c harus

'

digati dengan c (Pers. 33.11a).

Soal-soal
1.
Hitunglah daya dukung per satuan luas dari pondasi telapak yang menerus dengan

l 7 dan r
120 kg/
lebar 8 meter. Tanah pendukungnya memiliki c = 400 kg/m2, 4>
m3. Kurva beban-penurunan menyerupai kurva C1 dalam Gbr. 33.1, dan hub..ijpgan te
gangan normal dan tahanan gesernya adalah s = c + p tan tf>. Kedalaman poni adalah
6 meter.
=

Jwb. 9200 kg/m2

Hitunglah daya dukung per satuan luas dari pondasi telapak yang berbentuk bu
2.
3 7 ), jika ke
jur sangkar dengan luas I 0 m2. Pondasi diletakkan di atas pasir padat (t/>
dalaman pondasi masing-masing adalah 0, 2, 5, 10, dan 15 meter. Berat satuan tanah adalah
126 kg/m3.
=

Jwb. 26000; 36000; 53000; 79000; 106000 kgjm2

Pengujian beban (load test) dilakukan pada pelat pendukung (bearing plate) de
3.
ngan luas l m2. Pengujian terse but dilakukan pada permukaan endapan pasir tak berkohesi
yang memiliki berat satuan 110 kg/m3 Kurva beban-penurunan mendekati garis singgung
vertikal pada beban 4000 kg. Berapakah nilai 4> pasir tersebut?

Jwb. 39,5 ,

l 84

Mekanika tanah teoritik

4.
Pengujian b eban dilakukan pad a pelat b erukuran l m " pad a pasir tak b erkohesi
padat yang memiliki berat satuan 1 1 5 kg/m 3 . Pelat pendukung tersebut tertutup dalam
suatu kotak yang dikelilingi oleh beban tambahan dengan.keda1aman 2 meter. Keruntuhan
terj adi pada beban 1 2000 kg. Berapakah b eban per satuan 1uas yang mengakibatkan ke
.
runtuhan jika dasar pondasi b erukuran 5 m 2 serta pondasi dan d asarn ya ferletak pad a
keda1aman yang sama dan dalam bahan yang sama pula?

Jwb. 22000 kg/m 2


5. Sua tu struktur dibangun di atas pondasi pelat yang b erukuran 1 00 m2 . Pondasi
pelat terse but terletak pada permukaan tanah di atas lapisan lempung lunak seragam yang
meluas sampai kedalaman 1 5 0 meter. Jika keruntuhan terj adi pada saat dibebani o1eh
beban merata seragam sebesar 4 5 00 kg/m 2 , berapakah nilai c rata-rata dari lempung ter
sebut? Karena besarnya kedalaman zone kesetimbangan plastis, maka konsolidasi lempung
sebelum keruntuhan diabaikan.

Jwb. 73 0 kg/m 2

Bacaan

Pilihan

Meyerhof, G. G. ( 1 95 1 ). "The ultimate bearing capacity of foundations," Geot, 2, pp.


30 1 -3 3 2. Approximate theoretical solutions for shallow and deep foundations, sup
plemented by model tests.
Skempton, A. W. ( 1 9 5 1 ). "The b earing capacity of clays," Proc. British Bldg. R esearch
Congress, 1, pp . 1 80-1 89. Discussion for cp
0 condition ; influence of compressibility
on bearing capacity.
M eyerhof, G. G. ( 1 9 5 5 ). "Influence of roughness of base and ground-water conditions on
the ultimate b earing capacity of foundations," Geot. , 5, pp. 227-242. Review of
1 9 5 1 paper in light of subsequent developments .
. Sokolovski, V. V. ( 1 9 6 0 ). Statics of soil m e dia. London, Butterworths, 2 3 7 pp. General
discussion of theory of critical equilibrium, with solutions for several problems of
practical importance.
Hansen, J. Brinch ( 1 9 6 1 ). "A general formula for bearing capacity" /ngenicpren, 5 , pp.
3 8-4 6 ; also Bu ll, 1 1, Danish Geot Inst. Brief summary of present state of theoretical
developments.
=

PASAL 34 DAYA DUKUNG PANGK.AL JEMBATAN DAN TIANG PANCANG

Definisi
Pangkal jembatan adalah p risma ramping atau tubuh silindris yang terbuat dari batu
yang mengalihkan be ban melalui lapisan yang buruk ke lapisan yang lebih baik. Tiang pan
cang pada dasamya adalah pangkal jembatan yang sangat ramping yang mengalihkan be ban
baik melalui ujung bawahnya ke lapisan yang kokoh atau melalui gesekan permukaan/sisi
nya ke tanah di sekitarnya. Hubungan antara be ban pada pangkal jembatan atau tiang pan
cang dan penurunan yang berasngkutan amat mirip dengan hubungan tersebut untuk
. pondasi telapak. Kurva beban-penurunan mendekati baik garis singgung vertikal ataupun
garis singgung yang condong, seperti ditunjukkan oleh Gbr. 3 3 . 1 . Definisi daya dukung
pangkal jembatan dan tiang pancang identik dengan defmisi tersebut untuk pondasi telapak
(Pasal 33).

1 85

Keseimbangan plastik dalam tanah

Daya dukung Pangkal Jembatan Berbentuk Silinder


Sebagian beban yang dipikul oleh pangkal jembatan disalurkan secara langsung ke tanah
tepat di b awah dasarnya dan sebagian lagi dialihkan ke tanah di sekitarnya melalui gesekan
dan adhesi antara permukaan pangkal jembatan dan tanah. Pada saat runtuh, beban pada
pangkal jembatan dengan kedalaman D1 bisa diungkapkan sebagai

(34. 1 )
di mana qP adalah daya dukung per satuan luas tanah yang terletak di bawah dasar pangkal
jembatan, A p adalah luas permukaan dasar dan r adalah jari-jari pangkal jembatan, dan fs
adalah nilai rata-rata pada saat runtuh dari gabungan gesekan dan adhesi satuan luas per
mukaan sentuh antara pangkal jembatan dan tanah. Besaran ini b iasanya dinamakan gesek

an permukaan.
Keruntuhan tanah di bawah dasar pangkal jembatan tidak dapat teijadi tanpa per
pindahan dari setidaknya sebagian massa tanah dalam arah keluar atau keluar dan ke atas
sebagaimana ditunjukkan oleh panah melengkung dalam Gmb. 34. 1 . Jika tanah dalam ke
dalaman Dr bersifat cukup lebih kompresibel dibandingkan tanah di bawah dasar pangkal
jembatan, perpindahan menghasilkan tegangan geser
yang dapat diabaikan dalam ke
dalaman D1. Konsekuensinya, pengaru.h tanah di sekitarnya akan identik dengan pengaruh
beban tambahan yang memiliki intensitas -yD1. Pada situasi ini, faktor daya dukung bisa
diambil dari Gbr. 33.4 dan qp bisa dipandang sama dengan qdr atau q ds (Pers. 33 . 1 3 atau
3 3. 1 4). Di pihak lain, jika tanah berada da1am keadaan homogen, tahanan geser yang
terjadi dalam tanah di atas tinggi dasar pangkal jembatan akibat perpindahan-perpindahan
tersebut akan memiliki dua buah pengaruh penting: tahanan geser
tersebut bisa me
rubah pola geser
sehingga faktor-faktor daya dukung (Gbr. 33 .4) tidak lagi dapat di
pakai, dan tahanan geser
tersebut bisa merubah intensitas tekanan vertikal dalam tanah
di dekat dasar pangkal jembatan. Pengaruh yang terakhir tersebut nampaknya merupakan
hal yang lebih pen ting. Dengan memperhitungkan pengaruh tersebut, besaran -yD1Nq
(Pers. 3 3 . 1 3 dan 33 . 1 4) harus diganti dengan ungkapan pjVq di mana pv adalah intensitas
tekanan vertikal e fektif yang sebenarnya yang muncul tepat di sisi p3llgkal jembatan pada
tinggi pondasi, pada saat keruntuhan pangkal jembatan terjadi (Vesic 1 963).

:t

Gbr. 34. 1 . Penam an

an kal embatan berbentuk silinder.

1 86

Mekanika tanah teoritik

Dalam kenyataan, keadaan tegangan di sekitar dasar dari pangkal jembatan yang ter
benam cukup dalam pada saat keruntuhan bersifat sangat rumit dan belum dipahami.
Percobaan berskala-besar dalam pasir homgen (Vesic 1 963, Kerisel 1964) menunjukkan
bahwa, untuk nilai-nilai Dr/2r yang lebih b esar dari sekitar 5, tahanan dasar pangkal jem
batan QP tidak lagi bertambah terhadap kedalaman sesuai dengan ramalan yang didasar
kan pada besaran rD/Iq , dan bahwa, untuk Dr/2r lebih b esar daripada sekitar 1 5 , tahanan
dasar pangkal jembatan tetap secara kasar konstan tanpa mempersoalkan kedalaman Dr.
Pemikiran ini menyarankan bahwa untuk nilai Dr/2r lebih besar daripada sekitar 1 5 , tekan
an Pv tetap secara praktis konstan dengan bertambahnya kedalaman; dan hanya bergantung
pada rjJ. Dalam lapisan yang homogen di bawah kondisi rjJ 0, tahanan netto dasar pangkal
jembatan per satuan luas menjadi secara praktis konstan untuk nilai Dr/2r lebih besar dari
pada sekitar 4 dan bisa diambil sama dengan 9c (Skempton 1 95 1 ).
Suku kedua di sebelah kanan Pers. 34. 1 . mengandung gesekan permukaan fs Nilai
fs biasanya dianggap sebagai jumlah dari kedua besaran
=

f,

Ca

+ Ph tan o

(34.2)

di mana ea adalah adhesi per satuan luas antara pangkal jembatan dan tanah, P h adalah
tekanan horisontal rata-rata pada permukaan vertikal pangkal jembatan di saat runtuh,
5 adalah sudut gesekan antara pangkal jembatan dan tanah. Nilai ea dan 5 dapat ditentu
kan secara pendekatan mela1ui pengujian laboratorium pada keadaan-keadaan tertentu.
Akan tetapi, kedua besaran tersebut bergantung pada metoda instalasi selain pada fak
tor-faktor lainnya. Lebih jauh lagi, kondisi tegangan pada permukaan sentuh tidak di
ketahui dan sama rumitnya dengan kondisi tegangan yang berkaitan dengan tegangan ver
tikal Pv - Oleh karenanya, fs biasanya dan sebaiknya diestimasi atas dasar data empiris
yang diperoleh dari pengamatan lapangan (Artikel 57).

Doya Dukung Tiang Pancang


Karena tiang . pancang pada dasar merupakan pangkal jembatan yang sangat ramping,
maka daya dukungnya dapat diestimasi oleh Pers. 34. 1 . Besaran Qp disebut tahanan ujung
(point resistance). Jika Qp bernilai lebih b esar dibandingkan Qf, maka tiang pancang ter
sebut dinamakan tiang tahanan ujung (point bearing). Di lain )lal, jika Qp relatif tidak
menentukan, maka tiang disebut tiang tahanan gesekan (friction pile).
Perbedaan utama antara tiang pancang dan pangkal jembatan terletak pada metoda ins
talasinya. Pembuatan pangkal jembatan didahului oleh penggalian, sedangkan pemancang
an tiang yang biasanya terdiri atas massa padat ataupun dinding kulit yang tertutup ujung
bawahnya, melibatkan perpindahan tanah. Kadang-kadang pemancangan terse but disertai
dengan pemindahan sebagian tanah yang terletak di jalur lintasan tiang pancaug tersebut
dengan menggunakan pancaran air atau pra-penggali, tetapi volume tanah yang dipindah
kan tersebut biasanya kecil dibandingkan volume total tiang pancang.
Jika tiang dipancangkan melalui bahan yang kompresibel ke dasar yang kokoh, nilai
batas bawah dari tahanan ujung Qp dapat diperoleh dengan menggunakan Pers. 33. 13
dan 33 . 1 4 masing-masing untuk penampang lintang berbentuk lingkaran dan bujur
sangkar. Jika tiang pancang dikelilingi dan di bawahnya terletak lapisan tanah tak berkohe
si yang homogen , maka Pers. 33. 1 3 dan 33. 1 4 mungkin mengestimasi nilai tahanan ujung
jauh lebih besar dari yang sesungguhnya teljadi dengan alasan seperti yang dibahas dalam
pokok pembahasan sebelumnya. Daya ,.(lukung tiang tahanan gesekan bergantung pada
gesekan permukaan fs (Pers. 34. 1 ). Evaluasi dari gesekan permukaan tersebut atas dasar
uji laboratorium untuk permasalahan tiang pancang ternyata lebih . tidak handal
dibandingkan bila dilakukan untuk pangkal jembatan karena erhitun an te an an an

1 87

Keseimbangan plastik dalam tanah

dihasilkan oleh perpindahan parsia1 atau total dari tanah selama proses pemancangan tiang
berada di luar kemampuan analisis. Oleh karenanya, daya dukung Qd dari tiang tahanan
gesekan dapat ditentukan hanya dengan uji-beban (load-test) pada tiang pancang di lapang
an atau dengan cara lain yang kurang akurat berdasarkan nilal empiris fs Dalam Pasal
56 diberikan nilai-nilai fs yang berkaitan dengan jenis-jenis utama tanah. Di kota-kota di
mana tiang tahanan gesekan sangat umum digunakan, nilai empirik f yang ditentukan
berdasarkan pengalaman setempat agaknya cukup handal untuk mengatasi masalah di atas.

Rumus-Rumus Tiang Pancang

Daya dukung Qd dari tiang tahanan ujung, dalam situasi tertentu {Pasal 56, jilid 2),
mungkin sama dengan tahanan Qd y dari tanah terhadap penetrasi tiang pancang yang cepat
akibat tumbukan dari ram-pemancang-tiang yang dijatuhkan. Sebenarnya, paling tidak
terdapat suatu kemungkinan teoritis mengenai perkiraan besarnya nilai Qd y yang dikenal
sebagai tahanan dinarnik, yang dapat dipero1eh dari penetrasi tiang pancang rata-rata (S)
akibat beb((rapa pukulan palu yang terakhir, asalkan berat ram (WH) dan ketinggian jatuh
(H) diketahui. Oleh karenanya,' dilakukan u saha-usaha untuk menghitung daya dukung ter
sebut atas dasar informasi ini: Hasil-hasil usaha ini dikenal sebagai mmus-rumus tiang
.
pancang. Alinea berikut akan membahas konsep-konsep pokok yang mendasari rumus
rumus tiang pancang terse but.
Usaha yang dilakukan oleh palu yang dijatuhkan adalah WHH, dan usaha yang diperlu
kan untuk menambah penetrasi tiang pancang sebesar S melawan tahanan Qdy sama de
ngan QdyS. J ika seluruh usaha dari palu y ang dij atuhkan dipergunakan untuk menambah
penetrasi tiang pancang, maka dapat kita tuliskan

sehingga

Rumus ini merupakan rumus tiangpancang Sanders yang dipublikasikan sekitar tahun
1 850. Nilai yang diperoleh dengan menggunakan rumus ini ternyata terlalu besar ,karena se
bagian energi dari palu yang dijatuhkan berubah menjadi panas dan deformasi elastis.
Jika kita menganggap bahwa di bawah tumbukan palu, deformasi dan kehilangan
energi terjadi serentllk; yakni, jika adanya gelombang tegangan dalam tiang pancang dan
tanah diabaikan, maka dapat kita tuliskan

(34.3)
di mana menyatakan kehilangan energi dan, oleh karenanya, merupakan besarnya ener
gi yang tidak ikut menyebabkan penetrasi tiang pancang. Seandainya tidak terj adi penetrasi

dan semua energi pemancangan dimanfaatkan oleh proses penempatan elastis tiang
pancang, maka besarnya energi yang dikeluarkan sama dengan
di

WHH

iQd11Se

mana Se adalah pemampatan elastis tiang pancang. Selanjutnya,

S =

sehingga diperoleh

Qd11L
AE

(34.4)

1 88

Mekanika tanah teoritik

Jika kita menganggap bahwa hilangnya energi hanya terdiri atas deformasi elastis tiang
pancang dan, selanjutnya, tidak dipengaruhi oleh penetrasi ujung bawah tiang pancang ter
sebut, maka Pers. 34.3 menjadi

sehingga diperoleh

Qdy

WnH

(34.5)

s + ts.

Ungkapan ini dikenal sebagai rumus Danish. Penelaahan secara statistik menunjukkan bah
wa rumus tersebut harus digunakan dengan faktor keamanan 3 (Sorensen dan Hansen

1 957).
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk memperhitungkan energi yang hilang ter
sebut. Sebagian usaha-usaha ini telah menghasilkan pernyataan-pernyataan dan prosedur
prosedur yang sangat rumit. Akan tetapi, karena semua metoda y,ang didasarkan pada
Pers. 34.3 bersifat tidak logis akibat diabaikannya aspek dinamik fenomena terse but (Cum
mings 1940), maka rumus-rumus yang rumit itu tidak memiliki keuntungan yang hakiki
terhadap rumus-rumus yang lebih sederhana. Kebaikan relatif dan reliabilitas sua tu rumus
tiang pancang hanya bisa dipertimbangkan berdasarkan perbandingan dengan hasil-hasil
uji-beban.
Rumus Danish memiliki keuntungan bila dilihat dari segi kesederhanaannya dan ter
nyata memiliki kehandalan pada ruang lingkup kondisi yang luas (Agerschou 1 962). Ben
tuk yang agak lebih teliti dari rumus Danish dikemukakan oleh Janbu pada tahun 1 9 5 3 ;
rumus Janbu mengandung unsur semi-empiris untuk memungkinkan diperhitungkannya
variasi rasio Wp/ WH dari berat tiang pancang dan berat ram dari palu tiang pancang. Rumus
tersebut bisa diungkapkah sebagai

(34.6)
di mana

(34.7 )
Dalam Pers. 34.7, koefisien empiris

Cd

0,75 + 0,15

Wp
Wn

(34.8)

Penelaahan secara statistik (Pasal 56, jilid 20 menunjukkan bahwa rumus Janbu harus
digunakan dengan faktor keamanan yang dihitung sebesar 3, dan bahwa faktor keamanan
yang sebenarnya cenderung bernilai tidak kurang dari 1 ,75 atau lebih dari 4,4 (Flaate

1964).
Engineering News Fonnula (Wellington 1 888), yang digunakan di Amerika Utara seca
ra luas , ternyata serupa bentuknya dengan Pers. 34.5 kecuali bahwa besaran yang mengan
dung pemampatan elastis tiang pancang diganti oleh konstanta

c. Jadi

Wellington memandang besaran c sebagai penetrasi tambal).an dari ujung tiang pancang
yang akan terjadi jika tidak terjadi kehilangan energi. la mengevaluasi besaran ini berdasar-

1 89

Keseimbangan plastik dalam tanah

kan bermacam-macam data yang dimilikinya pada saat melakukan penelitian dan menyim
pulkan bahwa c mendekati 1 in. untuk tiang yang dipancang dengan palu j atuh (drop ham
mer) dan 0 , 1 in untuk tiang yang dipancang dengan p alu-uap (steam hammer). Karena ia
menyadari bahwa p engestimasiannya melibatkan ketaktentuan , ia menyarankan agar beban
yang diijinkan per tiang pancang (Q0 ) tidak boleh melebihi 1 / 6 beban-akhir (ultimate load)
yang dihitung (Qdy ) Dengan menyatakan H dalam meter Clan S dalam inci, ia mendapat
kan

(34. 9)
Persamaan ini dikenal sebagai Engineering News formula.
Penelaahan untuk mengevaluasi derajat akurasi dari Pers. 34.9 (Agerschou 1 962,
Flaate 1 964) secara meyakinkan memperagakan bahwa tidak dijumpai hubungan yang me
muaskan antara kapasitas tiang pancang scbagaimana yang ditentukan melalui uji-beban
dan yang dihitung dengan Pcrs. 34.9. Untuk dua dari setiap seratus tiang pancang, daya
dukung yang sebenarnya mungkin bernil,i kurang dari 1 ,2 atau lebih dari 30 kali nilai yang
dihitung. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan faktor keamanan yang disarankan, y akni
sebesar 6. Tidak ada cara untuk meramalkan berapa kapasitas yang sebenarnya dalam
selang tersebut untuk tiang pancang tertentu. Berdasarkan kondisi-kondisi ini, penggunaan
seterusnya dari Engineering News formula tidak lagi dapat dipertimbangkan.
Pendekatan yang lebih memuaskan secara fundamental untuk mengembangkan rumus
rumus tiang pancang adalah menggunakan teori mengenai tumbukan longitudinal pada

batang (Glanville dkk. 1 938, Smith 1 960, Sorensen dan Hansen 1 95 7 ). Perhitungan
perhitungannya bersifat rumit dan tidak dapat dipadukan ke dalam hubungan yang cukup
sederhana untuk kegunaan praktis, selanjutnya, keterbatasan prosedur tersebut belum ter
atasi oleh perbandingan-perbandingan secukupnya antara daya dukung yang diramalkan
dan daya dukung yang diukur. Deilgan demikian, untuk saat ini, perencana pondasi
tiang tahanan ujung harus mengadakan pemilihan di antara beberapa alternatif y ang ada.
la mungkin menggunakan salah satu dari rumu s tiang pancang dinamik yang kurang di
setujui, seperti rumus Danish a tau Janbu, dengan resiko berupa pemancangan dua atau tiga
kali lebih banyak tiang pancang daripada jumlah tiang pancang yang diperlukan oleh pon
dasi ; ia mungkin mengestimasi tahanan ujung atas dasar rumus statik (Pers. 34. 1 ) dengan
resiko terj adinya over-estimasi dari daya dukung tersebut, terutama jika tiang pancang
berukuran panjang dan ditanam dalam pasir padat; atau alternatif lainnya, yaitu ia mung
kin akan melakukan uji-beban pada tiang pancang uji ukuran-penuh (full-size test piles)
di lapangan. Altematif yang terakhir tersebut bisa melibatkan prosedur-prosedur khusus
untuk memungkinkan pengevaluasian kapasitas ujung dan gesekan permukaan secara tcr
pisah (Pasal 56). Bilamana dapat dibenarkannya pengujian beban bergantung kepada

waktu y ang tersedia dan hubungan antara biaya pengujian dan biaya keseluruhan pondasi.

Soal-soal

1 . Suatu tiang pancang dari beton bertulang memiliki ukuran 1 6 X 1 6 in. Tiang ter
sebut dipancangkan melalui endapan pasir halus lepas dan lempung lunak dengan tebal
65 meter serta ke dalam lapisan pasir padat sejauh 2,5 meter. Muka air tanah terletak dekat
permukaan tanah. Pasir lepas dan lempung lunak mempunyai berat satuan tetbenam
45 kg/m3 , dan sudlit gesekan dalam dari pasir padat dalam keadaan terbenam sama dengan
3 5 . Hitunglah tahanan ujung tiang pancang tersebut.

Mekanika tanah teoritik

1 90
Jwb.

90 ton. Dengan melakukan uji pembebanan dan uji penarikan, didapat


tahanan ujung sebesar 1 1 5 ton .

2. Tiang pancang pada soal sebelumnya dipancangkan dengan menggunakan palu


uap yang mempunyai berat WH
4 ton dan lontaran H
2 meter. Penetrasi tiang pan
cang terse but akibat pukulan terakhir adalah S
0,05 6 in. B erdasarkan Engineering News
formula, b erapakah daya dukung akhir tiang pancang tersebut?
=

Jwb.

6 1 6 ton. B erdasarkan uji beban, daya dukung akhir yang sebenw,-nya


adalah 2 25 ton, yaitu sama dengan jumlah tahanan ujung ( 1 1 5 ton) dan
gesekan permukaan ( 1 1 0 ton).

3. Suatu pipa uji dengan jenis seperti yang diterangkan dalam Soal 1 dipancangkan
pada 'titik lain dari daerah yang akan ditempati bangunan. Kondisi tanah bersifat identik,
kecuali bahwa pasir yang dijumpai pada kedalaman 65 meter bersifat lepas (rp 30). Hi
tunglah tahanan ujung tiang pancang tersebut.
==

.Twb.

1 9 ton. (Tidak dilakukan uji beban, tetapi tiang pancang menembus pasir
begitu mudahnya di bav,:ah pukulan-pukulan palu sehingga diputuskan
untuk m engganti jenis pondasi di seluruh daerah yang di lapisan bawahnya
terdapat pasir lepas).

4. Tiang pancang seperti pada Soal 1 mempunyai panjang > 0 meter. Modulus elas
tisitasnya adalah 3,5 X 1 06 kg/in 2 . Berapakah daya dukung akhirnya berdasarkan rum u s
Danish? Berdasarkan rumus Janbu?

Jwq.

2 60 .t on; 1 90 ton.

Bacaan Pilihan

Salah satu dari tulisan-tulisan klasik mengenai mekanika tanah adalah Cummings, A. E.
( 1 940): "Dynamic pile driving formula", .!. Boston Soc. Cil>il Engrs. , 27, hal. 6-27 . Dicetak
ulang dalam Con tribu tions to S(Jil mechanics 1 925-1940, Boston Soc. Civil Engrs. 1 940,
hal. 3 92-4 1 3.

PASAL 35 KESTABILAN LERENG


Pendahuluan
Sua tu

gelinciran

(slide) adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak di bawah se

buah lereng. Dalam pe ristiwa tersebut terjadi pe rge rakan massa tanah pada arah ke bawah
dan pada arah ke luar (outward).
Gelinciran dapat terjadi melalui berbagai cara, secara pe rlahan-lahan atau mendadak,
serta dengan ataupun tanpa provokasi yang terlihat. Umunmya gelinciran diakibatkan oleh
penggalian terbuka atau penggalian bagian bawah dari lereng yang ada. Akan tetapi pada
beberapa hal, mungkin disebabkan oleh disintegrasi pe rlahan/bertahap struktur massa
tanah, dimulai pada retakan merambut (hair cracks) yang membagi tanah menjadi fragmen
fragmen bersudut (angular).

Di lain pihak, mungkin disebabkan oleh bertambahnya

tekanan air pori dalam beberapa lapisan yang luar biasa penneabel, a tau akibat guncangan
yang "mencairkan" tanah di bawah lereng (lihat Pasal

49,

Jilid 2). Mengingat sedemikian

bervariasinya faktor-iaktor serta p roses yang menyebabkan gelinciran, maka kondisi-kondi


si bagi kestab ilan lereng biasanya menjadi tantangan untuk analisis secara teoritik. Koin
putasi kestabilan pada hasil-hasil pengujian dapat diandalkan hanya apabila kondisi-kondisi

Keseimbangan plastik dalam tanah

191

yang dispesiflkasikan d i berb agai b agian berbeda dari Pasal ini terpenuhi secara sempurna.
i.ebih jauh lagi, penting untuk selalu diingat bahwa berbagai ketidakkontinuan yang tidak
terdeteksi di dalam tanah - misalnya: sistem retakan merambut, sisa-sisa gelincinm tanah
sebelumnya, atau lapis tipis pasir berair - dapat menyebabkan tidak absahnya hasil-hasil
penghitungan.

Lereng Pasir tak Berkohesi yang Kering


Tanpa mempersoalkan ketinggiannya, sebab lereng yang be ralaskan pasir kering be rsih

antara kelandaian lereng dengan horisontal lebih kecil


1/> untuk pasir dalam keadaan lepas. Faktor-keamanan (fac

akan bersifat stabil, asalkan sudut


atau sama dengan sudut gesekan

tor of safe ty) lereng terhadap gelinciran dapat dinyatakan oleh persamaan

F =

tan cf>
tan tl

(3 5 . 1 )

Sementara itu, tanpa mempersoalkan ketinggiannya, tak ada lereng di atas pasir bersih
dengan sudut kelandaian yang lebih besar daripada

1/>.

Karena hanya sedikit tanah alami yang betu1-betul tak berkohesi. maka sisa pasal ini
hanya akan membahas le reng-le reng yang beralaskan bahan-bahan kohesip .

Sifat Umum Gelinciran dalam Tanah Kohesif Seragam


Suatu bahan kohesif yang memiliki tahanan geser
s = c

tan cf>

dapat berdiri tegak dengan kemiringan (slope) vertikal , setidaknya dalam j angka w aktu

yang singkat , asalkan ketinggian lereng agak lebi11 kecil dari He (Pers.

2 8 . 1 1 ).

Seandainya

ti nggi lereng lebih besar dari He , lereng menjadi tak stabil kecuali kalau sudut kelandaian

{3 lebih kecil dari

90 .

Semakin besar ketinggian dari lereng, maka sudut

harus semakin

kecil . Jika fungsi lereng j auh lebih besar dari He , maka Jereng akan runtuh kecuali kalau

{3 lebih kecil atau sama dengan

1/>.

Keruntuhan sebuah lereng dalam bahan kohesif b iasanya didahului oleh pembentuk
an retakan tarik (tension c racks) di belakang tepi atas lereng, seperti ditunjukkan dalam
Gbr.

3 5 . 1 . Gaya yang menyeb abkan retakan tarik di balik sisi dari sebuah lereng vertikal

dinyatakan oleh segitiga

ace

dalam Gbr.

28.3b.

Cepat atau lambat, terjadinya retakan

akan dilanjutkan oleh gelinciran sep anjang permukaan lengkung, yang ditandai oleh
garis tebal dalam Gbr.

35. 1 .

Umumnya jari-jari kelengkungan dari permukaan gelinciran

p aling kecil di ujung sebelah atas, paling besar di bagian tengah, dan "inte rmediate" di
ujung bawah. Dengan demikian kurva ini mirip dengan busur sebuah ellips. Jika ke
runtuhan terjadi di sepanjang permukaan gelinciran yang memotong lereng pada atau di

Gbr. 3S.i. Deformasi yang berkaitan dengan keruntuhan lereng.

192

Gbr.

Mekanika tanah teoritik

3 5.2. Posisi lingkaran kritis untuk

(b) Keruntuhan dasar.

(a) Keruntuhan lereng (oleh

W.

Fellenius 1 927).

atas (Gbr. 3 5.2a) ujung-kaki (toe}nya, maka gelinciran ini dikenal sebagai keruntuhan
failure). Di lain pihak, jika tanah di bawah tinggi (level) ujung-kaki dari lereng
tidak mampu memikul berat dari bahan yang terleiak di atasnya, maka keruntuhan terjadi
di sepanjang suatu permukaan yang terletak di bawah ujung-kaki dari le reng. Keruntuhan
jenis ini diperlihatkan dalam Gbr. 3 5.2b dan dikenal sebagai keruntuhan dasar (base fai
lure).

lereng (slope

Dalam perhitungan kestabilan, kurva _yang menyatakan permukaan gelinciran yang se


sungguhnya digantikan oleh sebuah busur dari sebuah lingkaran atau busur dari sebuah
spiral logaritmik (logarHhmic spiral). Masing-masing prosedur ini sama sahnya dengan
asumsi Coulomb tentang bidang permukaan gelinciran sehubungan dengan permasalahan
dinding penahan (Pasal 30). Pada pembahasan di bawah ini kita hanya akan meng
gunakan lingkaran sebagai pengganti (substitusi) permukaan gelinciran yang sesungguh
nya.

Tujuan Perhitungan Kestabi/on


Dalam praktek, penghitungan kestabilan merupakan dasar bagi disain-ulang lercng
lereng setelah mengalami keruntuhan atau untuk memilih sudut lereng yang sesuai dengan
spesifikasi persyaratan keamanan sebelu m pelaksanaan pembangunan dilangsungkan.
Selama perioda (kala) pelaksanaan pembangunan, keruntuhan-keruntuhan setempat
pada lereng dari galian atau tanah-isian merupakan hal yang umum terjadi. Peristiwa-peris
tiwa keruntuhan tersebut menunjukkan kesalahan penaksiran mengenai nilai rata-rata dari
tahanan-geser minimum yang dimiliki tanah (over estimated). Tetapi peristiwa tersebut
menyajikan kesempatan paling baik bagi pengevaluasian tahanan-geser minimum yang
sesungguhnya, karena keruntuhan semacam itu merupakan pengujian geser yang berskala
besar. Di samping itu dapat dimanfaatkan untuk mencegah bencana yang lebih lanjut de
ngan mengubah disain berdasarkan fakta-fakta yang dihadapi. Prosedur umum adalah
menentukan posisi dari permukaan gelinciran melalui uji pemboran, indikator lereng (slope
indicators), atau terowongan ; juga menentukan berat dari berbagai bagian dari m assa gelin
ciran baik yang erkecenderungan menyebabkan gelinciran ataupun yang berkecenderung
an menghalangi gelinciran ; dan menghitung tahanan-geser rata-rata s tanah, yang diper
lukan, untuk m emenuhi persyaratan kesetimbangan massa tanah.
Untuk mendisain suatu lereng di daerah yang belum pernah mengalami keruntuhan,
sebelum pelaksanaan pembangunan te1:lebih dulu perlu diestimasi atau ditentukan tahan
an-gese r rata-rata s. Dalam Pasal 1 7 d an 1 8 telah dibicarakan metoda-metoda untuk
mengevaluasi tahanan-geser. Apabila nilai s telah ditentukan, sudut lereng bisa dipilih
atas dasar teori sedemikian rupa lereng dapat memcnuhi spesifikasi persyaratan keamanan.
Ten tu saja metoda ini hanya dapat dipakai apabila kondisi tanah memungkinkan penentu
an s yang handal berdasarkan hasi1-hasil pengujian tanah.

1 93

Keseimbangan plastik dalam tanah

Perhitungan Tahanan Geser dari Data Gelinciran


Gambar 3 5 . 1 mengilustrasikan m etoda untuk menentukan tahanan-geser rata-rata dari
tanah berdasarkan data gelinciran. Kedalaman Zc dari retakan tarik serta bentuk dari per
mukaan gelinciran dipastikan melalui pengukuran di lapangan. "Garis" (line) dari gelinciran
digantikan oleh busur sebuah lingkaran yang berpusat di 0 dan berjari-jari r. Kesetimbang
an mengharuskan hubungan

W1l1
dan selanjutnya kita dapatkan
s

W2l2 +

-..

sr

d1e2

Trtlt - lrzlz
-..

d1ez

di mana W1 adalah berat dari irisan (slice) akfe yang cenderung menyebab kan keruntuh
an, dan W2 adalah berat dari irisan kbd t .f yang cenderung mencegah keruntuhan.
Seandainya bentuk permukaan gelinciran sedemikian rupa sehingga tak bisa direpre
sentasikan sekalipun secara approksimasi oleh sebuah busur lingkaran, maka prosedur
harus dimodifikasi menurut metoda-metoda yang akan kita bicarakan berkaitan dengan
permukaan-gelinciran komposit.

Prosedur-Prosedur Penye/idikan Kestabi/an Lereng


Untuk menyelidiki apakah suatu lereng, yang terlctak di atas tanah yang karakteris
tik gesernya diketahui, stabil atau tidak, maka posisi dan diameter dari lingkaran yang
merepresentasikan permukaan tempat gelinciran akan terjadi perlu ditentukan. Lingkar
an ini, dikenal sebagai lingkara11-kritis, haruslah memenuhi persyaratan bahwa rasio antara
tahanan-geser dari tanah di sepanjang permukaan gelinciran dengan gaya geser yang
akan menyebabkan gelinciran bernilai minimum. Dengan demikian, penyelidikan ini ter
golong ke dalam permasalahan maksimum dan minimum sebagaimana ditunjukkan oleh
teori Coulomb (Pasal 30) dan oleh teori tekanan-tanah pasif (Pasal 3 2).
Setelah diameter dan posisi lingkaran-kritis ditentukan, maka faktor-keamanan F dari
lereng terhadap keruntuhan dapat dihitung dengan menggunakan hubungan yang dinyata
kan da1am Gbr. 3 5 . 1 .
-..

F =

sr

d tez

---

lrth

Wzlz

(3;').:2)

di mana r menyatakan jari-jari lingkaran kritis serta d 1 e2 menyatakan panjang dari per
mukaan gelinciran.
Seperti halnya te kanan-tanah dari suatu massa tanah, kestabilan sebuah lereng dapat
diselidiki dengan cara coba-coba (trial), atau jika kasu snya sederhana dapat diselidiki
dengan cara metoda analitik. Untuk membuat penyelidikan dengan cara coba-coba, kita
pilih beberapa lingkaran yang berbeda yang masing-masing merepresentasikan (me
nyatakan) permukaan gelinciran yang potensial. Kemudian untuk masing-masing ling
karan tersebut, kita hitung nilai F (Pers. 3 5 . 2). Nilai yang minimum menyatakan faktor
keamanan dari lereng terhadap gelinciran dan lingkaran yang bersangkutan merupakan
lingkaran kritis.
Pemecal1an analitik jarang dapat dipakai untuk menghitung faktor-keamanan dari
sebuah lereng yang berada dalam kondis-kondisi yang nyata di .Japangan, sebab metoda
ini terutan1a didasarkan pada asumsi-asumsi yang sangat disederlianakan. Walaupun begitu,
metoda ini- cukup berharga sebagai penuntun untuk pengestimasian letak dari pusat lingkar-

1 94

Mekanika tanah teoritik

an kritis dan untuk memastikan karakter keruntuhan yang mungkin. Sebagai tambahan,
pemecahan analitik dapat digunakan pula sebagai alat untuk menilai apakah suatu lereng
diragukan keamanannya, dipastikan berbahaya, atau diragukan kestabilannya. Jika ke
stabilannya terlihat meragukan, maka faktor keamanan terhadap keruntuhan harus c;li
hitung menu rut prosedur yang telah dijelaskan di alinea sebelum ini.
Penyelesaian secara analitik mendasarkan diri pada asumsi-asumsi berikut ini: Menu
run ke suatu tinggi (level) di bawah "ujung-kaki" dari lereng, tanah bersifat homogen
sempuma. Pada tinggi ini, tanah bertumpu di atas permukaan horisontal dari sebuah
iapisan yang lebih kaku, yang dikenal sebagai

dasar-kokoh

(firm-base) yang tidak dipene

trasi oleh permukaan gelinciran. Dalam hal ini lereng dipandang berupa sebuah bidang,
dan terletak di antara permukaan b idang horisontal seperti diperlihatkan dalam

35.2.

Gbr.

Akhirnya, efek pelemahan (weakening e ffect) dari retakan tarik diabaikan, sebab

telah dikompensasikan oleh batas keamanan yang biasa dipakai. Alinea-alinea berikut ini
berisikan rangkuman dari hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan.

Lereng pada Lempung Lunak

Tahanan-geser rata-rata s per satuan luas permukaan yang dapat (potensial) meng

gelincir dalam lapisan lempung homogen pada kondisi tertutup (un-drained) atau kondisi

1/J

0 (Pasal 1 8) secara kasar dapat dipandang samadengan setengah dari qu (kekuatan


s ini secara ringkas adalah kohesi c. Dengan kata

konpresif . bebas) dari lempung. Nilai


lain,

(18.5)
Jika

diketahui, maka sudut kritis He dari sebuah lereng yang memiliki sudut kelandaian

(3 dapat kita nyatakan melalui persamaan

He = N.
'Y
Dalam persamaan ini

faktor-kestabilan Ns

(35. 3)

merupakan besaran yang tak berdimensi (bHang

an murni). Nilai dari besaran ini bergantung pada sudut kelandaian (3 dan pada faktor-ke

dalaman nd

(Gbr.

3 5.2b)

yang menyatakan kedalaman tempat lempung bertumpu pada

dasar yang kokoh. Seandainya keruntuhan lereng terjadi, maka biasanya lingkaran kritis
adalah sebuah

lingkaran-ujung-kaki (toe circle) yang bergerak melewati ujung-kaki-b dari


3 5 .2a). Akan tetapi, hila dasar-kokoh tidak terlalu j auh di bawah tinggi b,
maka lingkaran-kritisnya mu ngkin sebuah lingkaran-lereng (slope circle) yang menyinggung
dasar-kokoh dan memotong lereng di atas ujung-kaki b. Keruntuhan jenis ini tidak di
peragakan dalam Gbr. 3 5.2. Seandainya terjadi keruntuhan dasar, lingkaran-kritisnya di
kenal sebagai lingkaran-titik-tengah (midpoint circle), sebab pusat lingkaran ini berada pada
garis vertikal yang melalui titik-tengah m dari lereng (Gbr. 3 5.2b). Lingkaran- titik-tengah
lereng (Gbr.

menyinggung dasar-kokoh.
Posisi dari lingkaran kritis dengan acuan suatu lereng tertentu bergantung pada sudut

kelandaian (3 dan faktor kedalaman

nd. Gambar 3 5.3

naik dengan sudut lebih besar dari

5 3

berisikan sua tu rangkuman dari hasil

hasil penyelidikan secara teoretik. Berdasarkan gambar ini, keruntuhan semua lereng yang

lebih kecil dari

nd

53 ,

terjadi di sepanjang lingkaran-ujung-kaki. Jika (3

maka jenis keruntuhan bergantung pad a nilai dari faktor kedalaman

serta pada sudu t kelandaian (3. Seandainya

di sepanjang lingkaran-lereng. Jika

nd sama dengan 1 ,0, keruntuhan teijadi


nd lebih besar dari 4,0, maka lereng runtuh di sepanjang

lingkaran-titik-tengah yang menyinggung dasar-kokoh tanpa mempersoalkan nilai dari (3.

Jika_ nd bernilai di antara

1 ,0 dan 4,0, keruntuhan terjadi di sepanjang lingkaran-lereng

Keseimbangan plastik dalam tanah

195

Gbr. 3 5.3. Hubungan antara sudut-kela11daian dengan faktor kestabilan Ns untuk bahan
"licin" (Friction less) untuk berbagai nilai faktor-kedalaman na (oleh Taylor 1937).

apab_ila titik yang menyatakan nilai-nilai na dan berada di atas daerah berarsir dalam
Gbr. 3 5.3. Tetapi seandainya titik berada dalam daerah berarsir, keruntuhan terjadi di
sepanjang lingkaran-ujung-kaki. Sedangkan, apabila titik benida di bawah daerah berarsir,
maka lereng runtuh di sepanjang lingkaran-titik-tengah yang menyinggung dasar-kokoh.
Seandainya suqut-kelandaian dan faktor-kedalaman na diberikan, kita dapat meng
hitung faktor-kestabilan Ns (Pers. 35 .3) yang bersangkutan, tanpa harus melakukan peng
hitungan dari Gbr. 35.3. Selanjutnya nilai Ns menentukan nilai ketinggian kritis He dari
lereng.
Jika keruntuhan terjadi di sepanjang lingkaran-ujung-kaki, maka pusat lingkaran kritis
dapat ditempatkan berdasarkan sudut a dan 28 yang dapat diperoleh melalui Gbr. 3 5.2a.
Nilai a dan 8 untuk sudut kemiringan (3 yang berbeda diberikan pada Gbr. 3 5 .4a. Seandai
nya keruntuhan terjadi di sepanjang lingkaran-titik-tengah yang menyinggung dasar-kokoh,
maka posisi dari lingkaran kritisnya ditentukan oleh jarak hoisontal nxH dari ujung-kaki
lereng ke lingkaran kritis tersebut (Gbr. 3 5.2b). Nilai-nilai nx dapat diestimasi untuk ber
bagai nilai na dan (3 dengan menggunakan diagram (Gbr. 35.4b).
Jika lempung di bawah sebuah lereng terdiri atas beberapa lapisan dengan kohesi rata
rata yang berbeda c1, c2,
, dan seterusnya, atau jika permukaan tanah bersifat tidak
teratur (Gbr. 35.5), maka pusat dari lingkaran kritis harus ditentukan dengan cara coba
ralat (trial and error). Jelas bagi kita bahwa bagian terpanjang dari prmukaan gelinciran
yang sesungguhnya akan terletak dalam lapisan yang paling lunak. Karena itu, lingkaran
"coba" juga harus memenuhi kondisi ini. Jika salah-satu lapisan sebelah atas relatif lunak,
maka adanya dasar-kokoh di kedalaman yang agak besar tidak akan termasuk ke dalarri
permasalahan, karena bagian paling bawah dari permukaan gelinciran sangat mungkin se
luruhnya berada di dalal)l lapisan yang paling lunak. Misalnya, jika kohesi c2 dari lapis
an yang kedua dalam Gbr . 35.5 jauh lebih kecil daripada kohesi c3. dari lapisan ketiga
'
yang mendasari lapisan kedua tersebut, maka lingkaran kritis buka menyinggung dasar
kokoh tetaoi :1kan menyinggung bagian sebelah atas dari peqnukaan ketiga.

Mekanika tanah teoritik

196

3 5.4. (a) Hubungan antara sudut ke landaian 13 dan parameter a dan () untuk lokasi
lingkaran-ujung-kaki kritis apabila 13 lebih besar dari 5 3 . (b) Hubungan antara sudut ke
landaian 13 dan faktor kedalaman nd untuk berbagai nilai nx (oleh W. Fellenius 1927).

Gbr.

Untuk setiap lingkaran-coba, kita hitung tegangan-geser rata-rata t yang semestinya

bekerja di sepanjang permukaan gelinciran untuk mengimbangi selisih antara momen


W 1 1 1 dari berat W 1 dengan momen

W212 yang menahan. Maka nilai dari t adalah:


W1l 1 - W2l2

t :!, ---,.....-=--r

ab

emudian, atas dasar diketahuinya nilai-nilai c1, c2, c3, dan seterusnya, maka kita meng

hitung nilai rata-rata kohesi c dari tanah di sepanjang permukaan gelinciran. Faktor ke
amanan lereng. terhadap gelinciran di sepanjang permukaan-coba berupa lingkaran ada
lah

(3 5.4)

F=
t

Nilai dari

F diletakkan di pusat

lingkaran. Setelah nilai F ditentukan untuk beberapa ling

karan-coba, kurva-kurva dengan nilai

yang sama di-plot (Gbr.

3 5.5).

Kurva-kurva ini

bisa dipandang sebagai sebuah lengkung kontur dari sebuah depresi. Pusat dari lingkaran

kritis berada di dasar dari depresi. Nilai Fm in yang bersangkutan akan merupakan faktor

kearrianan lereng terhadap gelinciran.


Seandainya dari dua lapisan tidak begitu jelas yang mana yang merupakan dasar-kokoh
bagi lingkaran-kritis, maka kita harus menyelidiki lingkaran-lingkaran-coba secara terpisah

197

Keseimbangan plastik dalam tanah

Gbr. 35.5. Keruntuhan dasar dalam tanah kohesip yang terstratifikasi.


untuk setiap kemungkinan serta untuk nilai-nilai Fmin yang ditentukan. Nilai Fmin yang

lebih kecil dari kedua nilai tersebut diasosiasikan dengan dasar-kaku yang mewujudkan
keruntuhan dan merupakan faktor keamanan dari lereng.

Lereng Pada Tanah Berkohesi don Ber-gesekan-Dalam


Seandainya tahanan-geser tanah bisa dinyatakan secara apwksimasi oleh persamaan:

s =

+ p tan cl>

maka kestabilan lereng pada tanah tersebut dapat diselidiki dengan menggunakan prosedur

yang diilustrasikan oleh Gbr. '35.6a. Gaya-gaya yang hekctja pada massa yang menggelincir
adalah: gaya kohesi resultan

C dan gaya

result an F dari gay a normal dengan gaya-gaya ge

sekan di permukaan gelinciran. Gaya kohesi resultan C heketja pada arah paralel dengan

tali busur de dan bernilai sama dengan kohesi satuan


tali busur). Jarakx dari pusat rotasi ke

d ikal ikan dengan L


C ditentukan oleh persyaratan bahwa

Cx
sehingga x

de r/L.

cLx

Dengan derriikian, gaya

ketahui. Karena gaya-gaya


lalui titik perpotongan

C, W,

c de

(Pllnjang dari

C dapat kita ketahui.

Berat

W juga dapat di
F mestilah me

dan F berada dalam kesetimbangan, gaya

dengan C. Jadi, nilai dan garis kerja dari F dapat ditentukan

dengan membuat poligon gaya-gaya.

Jika faktor-keamanan terhadap gelinciran sama dengan satu, maka lereng berada pada

ambang keruntuhan. Pada kondisi ini, setiap reaksi "elementer" dF dalan1 Gbr.

35.6a

mestilah bersudut If> terhadap normal dari lingkaran-gelinciran. Sebagai konsekuensinya,

garis kerja dari setiap elemen akan menyinggung sebuah lingkaran yang dikenal sebagai

lingkaran-gesekan yang memiliki jari-jari:


r1

r sin

q,

dan pusat lingkaran ini terletak pada pusat lingkaran gelinciran. Garis kerja dari reaJ<si

resultan F menyinggung sebuah lingkaran yang berjari-jari seciikit Iebih besar dari

r1,

tetapi untuk mudahnya kita asumsikan bahwa pada suatu faktor keamanan yang sama de

ngan satu, garis kerja dari F juga akan menyinggung lingkaran-gesekan. Kesalahan yang

ditimbulkan dari asumsi ini kecil dan tidak membahayakan.

Untuk suatu nilai If> tertentu, ketinggian-kritis (critical height) dari sebuah lereng yang

runtuh di sepimjang lingkaran-ujung-kaki dinyatakan oleh persamaan

r
198

Mekanika tanah teoritik


c

He=N.
'Y

yang pada dasarnya identik dengan Pers. 35.3, hanya saja Ns tidak saja bergantung pad
{3, tetapi juga pada 1/). Gambar 35.6b memperlihatkan hubungan antar a {3 dan Ns untuk ber
bagai nilai <P yang berbeda. Pada nilai sudut kdandaian {3, Ns tertentu, nilai Ns mula-mula

Gbr. 35.6. Keruntuhan lereng dalam bahan berkohesi dan bergesekan dalam. (a) Diagram
yang mengilustrasikan metoda lingkaran-gesekan. (b) Hubungan antara sudut kelandaian (3
dengan faktor kestabilan Ns untuk berbagai nilai !/) (oleh Taylor 1937).

199

Keseimbangan plastik dalam tanah

bertambah secara lambat dan kemudian bertambah dengan cepat dengan bertambahnya

</>. Pada saat </>

. Ns bemilai tak hingga.

Semua titik pada kurva-kurva dalam Gbr. 35.6b berkaitan dengan keruntuhan di se

panjang lingkaran-lingkaran-ujung-kaki, sebab teori telah memperlihatkan bahwa kemung


kinan keruntuhan-dasar tidak muncul/ada kecuali jika

</> lebih kecil dari sekitar 3. Karena

itu, apabila keruntuhan-dasar yang umum teljadi dalam tanah yang agak homogen di
lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan tegangan total, nilai
saat gelinciran akan mendekati no!.

</> tanah pada

Lereng Tidak Regu/er pada Tanah Tak Seragam


Apabila sebuah lereng memiliki permukaan tidak reguler yang tidak dinyatakan oleh
sebuah garis lurus atau apabila permukaan gelinciran cenderung bergerak melalui beberapa
ahan degan nilai-nilai c dan
diki dengan menggunakan

</> yang berbeda, maka kestabilan dapat lebih mudah diseli

metoda irisan

(slice). Dalam metoda ini, Gbr. 35.7a dipilih se

buah lingkaran-coba dan massa yang menggelincir dibagi menjadi sejumlah vertikal "slice"

1 , 2,

3, dan seterusnya. Masing-masing slice, misalnya slice

b seperti diperlihatkan dalam


E pada masing

Gbr. 35.7b, dikenai gaya berat W, gaya-gaya geser T dan gaya-gaya normal

masing sisinya, dan oleh sekumpulan gaya pada dasarnya. Gaya-gaya tersebut adalah gaya
geser

dan gaya normal

P.

Gaya-gaya pada setiap slice seperti halnya gaya-gaya yang be-

. kerja pada massa gelinciran secara keseluruhan, haruslah memenuhi syarat kesetimbangan.
Walaupun begitu, gaya-gaya T dan E bergantung pada deformasi dan hubungan tegangan

regangan dari bahan gelinciran di samping tidak bisa dievaluasi dengan teliti. Tetapi

untuk tujuan-tujuan praktis evaluasi dapat diaproksimasi dengan cukup akurat.

Aproksimasi .. yang paling sederhana adalah dengan "menyusun'' gaya-gaya ini sehingga

sama dengan no!. Pada keadaan ini, seandainya keseluruhan lfngkaran-coba terletak di atas

muka air tanah, serta tidak ada tekanan pori-lebih (excess pore pressure), maka persyaratan

kesetimbangan dari keseluruhan massa gelinciran akan memberikan persamaan

rW sin a

rS

"'

\')AI<-

w?

(35.5)

Gbr. 35.7. Metoda slice untuk penyelidikan kesetimbangan lereng yang terlet.k di atas
muka air tanah. (a) Geometri dari permukaan gelinciran yang berbentuk lingkaran. (b) Ga
ya-gaya pada "slice" umumnya, seperti slice 2 dalam (a).

200
Jika

l'rfekanika tanah teoritik

s adalah tegangan geser pacta tanah sepanjang 1, maka


6
s=l = - -

dan
r

sehingga diperoleh

2:

-r

Wsin a=F
F=

(35.6)

F cos a

sb

Lcos a

(35.7)

--

'1;(sb/cos a)
'1;Wsin a

(35.8)

Tetapi, tahanan-geser tanah s ditentukan oleh persamaan:

s=c + p tan!f>
di mana p adalah tegangan normal pada permukaan gelinciran

/.

kita tinjau kesetimbangan vertikal pada slice (Gbr. 35.7b), yakni:

Untuk mengevaluasi p,

W = Ssin a + Pcos a
dan

P
Pcos a
=l =
p
b

Dengan demikian

s=c +

W
==

S .

sm a
b-b

(35.9)

(: - sin a) tan 4>=c + (: - tan a) tan 4>

dan

s=
Seandainya
ma

c + (W/b) tan 4>


1 + (tan a tan 4>)/F

= 1+

maka

tan a tan 4>


F

COS

'\" [c + (W/b) tan 1/>]b


f..t
F= ____:-----
ma

'1;Wsin a

(35.10)

(35.11)

(35.12)

Persamaan 3 5.12, yang menyatakan faktor-k eamanan F untuk lingkaran- coba yang di

selidiki, di ruas kanannya mengandung kuantitas m a (Pers. 35.11) yang juga merupakan
fungsi dari F. Oleh sebab itu, Pers. 35.12 harus diselesaikan dengan "aproksimasi ber
ulang", yaitu satu nilaf F

F1 diasumsikan dan digunakan untuk menghitung ma dan se

lanjutnya dipakai untuk menghitung F. Jika F yang diperoleh ini berbeda "jauh" daFi

F1 maka penghitungan diulang kembali dan konvergensi akan terjadi sangat cepat. Peng
hitungan dapat ditolong oleh diagram (Gbr. 35.8a) yang memberikan nilai ma yang di
perlukan (Janbu dkk. 1956), dan penyusunan secara tabulasi dari penghitungan-peng
hitungan (Gbr. 35.8b )

Perhitungan yang dirangkum dalam Gbr.

35.8 harus diulang-ulang untuk lingkaran

yang lain sampai nilai minimum F didapatkan, sebab penghitungan termaksud hanya
merujuk pada sa tu lingkaran-coba saja.

201

Keseimbangan plastik dalam tanah

Besaran - besaran
dari penampang /in tang

No.
Jrisan

Olo

sin a

4
W sin

5
w

+-tan
b

<P

(5)

. b

F.=

8
(6) I (7)

8)
(
)
(6
4)
(

(b)

Untuk coba-pertama, F. =

F=

8)
(
4)
(

Gbr. 35.8.
Penghitungan faktor-keamanan lereng jika permukaan gelinciran berbentuk
lingkaran dan gaya antar slice diabaikan. (a) Diagram untuk menghitung faktor m01.. (b)
Bentuk tabel bagi perhitungan.

Pada umumnya, lereng terbenam sebagian dan akan terdapat tekanan pori yang bekerja
di sepanjang lingkaran-coba (Gbr.

3 5.9a).

Nilai tekanan.pori akan bergantung pada kondi

si-kondisi permasalahan. Dalam suatu keadaan, nilai-nilai tersebut mungkin diestimasi de


ngan menggunakan jaringan-aliran (Pasal

23),

dengan menggunakan pengujian tanllh,

atau atas dasar observasi di lapangan. Jika tinggi dari permukaan air bagian luar (eksternal)

dinyatakan oleh:A- A, maka berat W dari slice (Gbr.

35.9b) dapat ditulis sebagai


(35.13)

di mana Wa adalah berat bagian slice yang terletak di atas A - A, Wb adalah berat terbe
nam bagian df bawah ini dan

zb'Yw adalah berat suatu volume air yang sama dengan bagian
5

slice yang terbenam. Seandainya slice terbenam seluruhnya, seperti halnya slice
(Gbr.
maka
harus pula mencakup berat air yang terletak di atas slice. Tekanan

35.9a),

zb'Yw

pori pada 01 di dasar slice adalah

Z'Yw + u, dimana u

adalah tekanan-pori-lebih terhadap

tinggi air eksternal. Seandainya tinggi air eksternal A - A terletak di bawah 0 1 dimgn

Mekanika tanah teoritik

202

Gbr. 35.9. Metoda slice untuk permukaan gelinciran berbentuk lingkaran seandainya
lereng terbenam sebagian. (a) Geometri dari sebuah permukaan gelinciran. (b) Gaya
gaya yang bekerja pada slice umumnya, seperti slice 2 dalam Gbr. (a). (c) Poligon gaya
untuk slice 2 jika semua gaya ditinjau. (d) Poligon gaya untuk slice 2 jika gaya-gaya T dan
E pada sisi-sisi dari slice dianggap sama dengan nol.

basis irisan (Gbr. 35 .9b ) maka tekanan pori

di 0 ' adalah h'Yw. dimana h adalah tinggi


0'. Seandainya tekanan

yang dicapai oleh kenaikan air dalam piezometer yang terletak di

pori termaksud berasal dari kapilaritas, maka h akan negatif.

Karena gaya-gaya yang bekerja pada slice berada dalam kesetimbangan, maka gaya
gaya tersebut dapat dinyatakan oleh poligon gaya (Gbr. 35.9c). Gaya normal

dari: sebuah komponen efektif


gaya

terdiri

P, gaya ul yang disebabkan oleh tekanan pori lebih, serta

zl'Yw yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik oleh air terhadap A-A. Tegangan

geser t di sepanjang permukaan gelinciran adalah:


t

(
=

sehingga diperoleh:

l =

+ p tan tf>)

1
[cl + (P
F

[ + (f - Zi'w - u) tan q,J


c

- zl"(w - ul) tan t/>]

1
(cl + P' tan q,)
F

(35. 14)
(35. 1 5)

Kesetimbangan momen dari massa gelinciran terhadap pusat lingkaran-coba men


syaratkan bahwa

L (Wa + wb + z

b"tw ) r sin a

2:

. r + hwd2al
(35. 1 6)

Keseimbangan plastik dalam tanah


Tetapi, air di bawah tinggi A

203

-A

berada dalam kesetimbangan, sehingga diperoleh:

(35.17)
Dan selanjutnya

2: (Wa + Wb)r sin

dan

F =

a =

2: (cl + P' tan cp)r

(35.18)

(cl + P' tan cp)


----------
(Wa + Wb) sin a

(35.19)

Nilai dari F (Pers. 35.1 9) bergantung pada .P' yang dapat ditentukan untuk setiap slice ber

dasarkan poligon gaya (Gbr. 35.9c). Jika permukaan gelinciran berbentuk lingkaran, maka

pengaruh gaya T dan

E antar slice-slice relatif

kecil, dan

P'

ngan cukup akurat atas dasar asumsi bahwa gaya-gaya T dan

biasanya dapat dievaluasi de

E sama dengan nol. Selanjut

nya poligon gaya direduksi menjadi Gbr. 35.9d, dan diperoleh

tan cp
cl
Wa + wb + zb-rw = (zhw + p + ul) cos a + P' +
sin a

(35.20)

dan

P' =

9!_ sin a

-----Wa + Wb- ub-

(35.21)

Substitusi Pers. 35.21 ke dalam 35.1 9 menghasilkan

F =

\' [cb +
i..{

(Wa + Wb- ub) tan cp]

ma
-------------------

l: (Wa + Wb) sin a

(35.22)

Persamaan 35.22 seprti halnya Pers. 35.1 2 harus diselesaikan dengan cara aproksi

masi berulang karena terkandungnya faktor keamanan F dalam mcx yang muncul di ruas

kanan persamaan tersebut. Dapat dicatat bahwa pengaruh tingg( air eksten1al sepenuhnya
ditinjau dengan menggunakan berat terbenam Wb , dan juga dapat dicatat bahwa tekanan
pori-lebih

dihitung untuk tiap dasar slice seperti dijelaskan sehubungan dengan Pers.

35.13.
Prosedur yang diuraikan pada alinea terdahulu dapat dirnodifikasi untuk memnJau
gaya-gaya

dan T antar slice-slice (Bishop 1 955, Janbu 1 954a). Akan tetapi, jika per

mukaan gelinciran berbentuk lingkaran (sirkuler), akurasi akan bertambah baik tetapi
tidak akan lebih dari 1 0 atau 1 5%, dan usaha-usaha tambahan tidak dibenarkan (biasa

nya). Di lain pihak, jika permukaan gelinciran tidak berbentuk lingkaran, maka kesalahan
yang dihasilkan dapat cukup besar. Hal-hal ini akan kita tinjau pada pasal-pasal berikut.

Jika diperlukan, prosedur-prosedur yang akan dikembangkan dapat digunakan pula dalam
meninjau gaya-gaya an tar slice untuk permukaan gelinciran berbentuk lingkaran.

Permukaan Gelinciran Komposit/Gabungan


Dalam kebanyakan k:asus, kondisi geologi atau geometri dari permasalahan meng
akibatkan kita tidak bisa membuat aproksirnasi permukaan gelinciran berbentuk lingkar-

Mekanika tanah teoritik

204

Gbr. 35.10. Geometri dari metoda slice untuk penyelidikan kesetimbangan lereng apabila
permukaan yang menggelincir tidak berbentuk lingkaran (sirkuler).

an. Untuk kondisi seperti itu, maka metoda slice. dapat diperluas (Janbu 1 954a, Non
veiler 1 965).
Massa yang menggelincir dengan permukaan bukan berbentuk lingkaran diperaga
kan dalam Gbr. 35.1 0. Gaya-gaya yang bekerja pada slice ke

11

dinyatakan dengan cara

yang sama seperti. yang diperlihatkan dalam Gbr. 35.9b, dan poligon gaya yang identik
dcngannya diberikan dalam Gbr. 35.9c.
. Kesetimbangan dari keseluruhan massa yang menggelincir terhadap momen di sekitar
sembarang titik kutub 0, mengharuskan bahwa

(35.23)

dari Pers. 35.15 selanjutnya diperoleh

2: (Wa + wb + Zb/'w)X 2: (cl + P' tan q,)a + 2: Pj + hwd2al


=

dan

(35.24)

Tetapi, air di bawah tinggi A

-A

berada dalam kesetimbangan, sehingga kita dapatkan

(35.25)
di mana

pl = p

zl')'w

Dengan demikian Pers. 35.24 dapat ditulis menjadi

(35.26)

(cl + P' tan q,)a


(W + Wb)x
Pd
a

Kita dapat mengevaluasi ungkapan ini apabila P' dan P1 diketahui. Sementara itu, besaran
besar-an tersebut bisa ditentukan dari poligon gaya (Gbr. 35.9c). Penjumlahan komponen
komponen v ertikal akan menghasilkan persamaan:

wb + !lTn + Zb/'w = zhw cos a + (P' + ul)


+

cos

(cl + P' tan q,)sin a

Keseimbangan plastik dalam tanah

205

dan selanjutnya diperoleh:

P'

Lebih jauh lagi,

Pt

ul

P' +

Wa + Wb + tlTn-

ub- (c/F)b tan a

(35.27)

Wa + Wb + tlTn +

(1/F)(ub tan q,- cb) tan

(35.28)

Dengan mensubstitusi Pers.

(cb +

a
-'-------'-'-=----=--------'-

--------

3 5.27 dan 3 5.28 ke dalam 3 5.26, akan diperoleh (didapat)

(Wa + Wb + t:.Tn-

ub) tan q,](a/ma)


ta
Wa + Wb + tlTn + (ub tan q,.- cb)

2: (Wa + Wb)x - 2: [

(f/m,.)
(35.29)

Persamaan

3 5.2a

ini pun, seperti halnya Pers.

3 5. 1 2,

hams diselesaikan dengan cara

aproksimasi bemlang sebab faktor keamanan F terkandung di dalam m01. yang muncul di

mas kanan persamaan tersebut. Lebih jauh lagi, dapat kita catat bahwa nilai F bergantung
pula pada !l.Tn sebagai pendekatan awal, !l.Tn dapat kita buat sama dengan no!. Perhitung

35.8a) dan dengan penyusun

an selanjutnya bisa dilakukan dengan bantuan diagram (Gbr.


an sebuah bentuk tabel (Gbr.

3 5. 1 1 ).

Karena nilai F yang ditentukan dengan cara ini

anya mengacu ke sebuah permukaan-coba (Trial surface) saja, maka perhitungan hams
diulangi untuk permukaan-permukaan yang lain sampai didapatkan nilai F yang terkecil
(minimum).
Untuk sebagian besar permasalahan praktis yang melibatkan permukaan gelinciran
yang tidak berbentuk lingkaran (tak sirkuler), asumsi bahwa !l.Tn sama dengan nol akan
memberikan hasil-hasil yang cukup akurat. Seandainya penampang-lintang dari permukaan
gelinciran cukup jauh dari bentuk sirkuler, maka penggunaan Pers.

3 5. 29

dengan !l.Tn

lebih disukai dari pada penggunaan asumsi penampang-lintang bentuk sirkuler dan peng

gunaan Pers.

3 5.22.

Akan tetapi, jika diinginkan ketelitian yang tinggi, maka nilai !l.Tn

dapat dimasukkan ke dalam Pers.

3 5. 29

dan faktor keamanan dihitung kembali. Perhitung

an tersebut biasanya membutuhkan banyak tenaga.

Seandainya nilai-nilai E dan T tidak no!, maka. hams dipenuhi persyaratan kesetim
bangan dari keselumhan massa yang menggelincir, baik untuk arah vertikal maupun hori

sontal, yakni:

(35.30)
(35.31)
Lebih jauh lagi, untuk tiap slice, !l.Tn dan 1/:;n dihubungkan bersesuaian dengan persyarat
an dari poligon gaya (Gbr.
kita dapatkan

flEn

dan selanjutnya

flEn

sec

3 5.9c).
cos

Dengan menyelesaikan gaya yang berarah pada arah

a + (Wa + Wb +

a - OVa + wb +

tlTn +

zb-rw) sin

tlTn) tan a

zl>-rw tan

Akan tetapi, dari poligon gaya dapat juga dilihat bahwa

.!_[cl +
F

(P

- zl-yw - ul) tan q,]

.!_[cl
F + P' tan q,]

(3 5.32)

tan

tan

If>

15

14

16

10

11

12

cb

ub

Wa

wb AT.. Wa+ Wb +AT.. (14) - ub

13

17

(15) tan If> (9) + (16)

-- - - - - - -- - -- - - - -

2
-- -

- - - - -- - -- - - - -

:
-- - - - - - -- - -- - - - -

18
n

(17) a

19

Wa+ Wb

(19)

22

21

20

ub

tan

If>

(21) - cb

23
(22) tan

24

25

Ft

(23)
Ft

--

26

(14) + (25)

27

28

29

30

(18)

(27)

ma

ma

-- --

(26) . f ma

-- --- --

-- --

-- --

2:(20) =

--

2:(29)

..

2:(29) =
2:(30) =

2:(20) - 2:(30)

Ulangi langkah

24 sampai 30

Gbr. 35.11. Bentuk pentabelan untuk perhitungan faktor keamanan lereng dengan metoda slice, jika
permukaan gelinciran bukan berbentuk lingkaran (bukan sirkuler).

207

Keseimbangan plastik dalam tanah


Dengan mensubstitusikan Pers.

_!_. cb +

didapatkan

ma

tan

3 5 .33,

(Wa + TVh + ilTn - ub)

kemudian dengan menggunakan Pers.

2: [ilEn + zbf',

ke dalam

3 5 .27

3 5.32

1 [1

tan

JI

rf>

(35.3-!)

dan menjumlahkannya untuk semua slice,

sec a

OVa + Trb + ilL)

tan

(35.35)

Tetapi karena

maka Pers.

3 5.3 1

mengharuskan ruas kiri dari Pers.

gaya-gaya t:..Tn tidak saja harus memenuhi Pers.

\'
1._.

[FM

sec a

35 .30,

3 5.35

bernilai nol. Dengan demikian

tetapi juga harus memenuhi

(Ha + TT b + .1T,)

tan

(35. 36)

Mengingat permasalahannya merupakan "statis tak tentu", setiap prangkat nilai-nilai

Tn yang memenuhi Pers.

35.30

dan

3 5.36

akan menjamin kesesuaian dengan semua per

syaratan kesetimbangan dari gelinciran secara ke.seluruhan serta kesesuaian dengan semua
persyaratan

kesetimbangan vertikal dan horisontal untuk tiap-tiap slice. Walaupun be

gitu, tidak semua perangkat nilai-nilai tersebut mungkin atau dapat diterima. Misalnya saja,

nilai-nilai Tn haruslah tidak melampaui tegangan geser tanah di sepanjang perbatas ver
tikal dari slice yang bersangku tan akibat pengaruh gaya-gaya normal En. Lebih jauh lagi,

tegangan-tegangan tarik seharusnya tidak muncul pada suatu bagian nyata dari sembarang

perbatas vertikal antara dua slice. Pada kebanyakan kasus akan terbukti memuaskan dan
bijaksana untuk menetapkan sembarang, tetapi dapat diterima (reasonable), nilai-nilai

tekanan tanah En, dan atas dasar nilai-nilai tersebut serta Pers.

1 6.5

menghitung (approk

simasi) batas atas dari nilai Tn. Nilai-nilai Tn yang lebih kecil dan memenuhi Pers.

dan

35.36

35.30

ditentukan dengan cara coba-ralat (trial and error). Suatu susunan tabel yang

sistematik akan sangat membantu (Gbr.


substitusi ke dalam Pers.

35.29.

35. 1 2).

Nilai yang didapat dengan cara itu di

Seandainya F berbeda cukup jauh dari nilai yang ditetap

kan, diusulkan suatu revisi dengan approksimasi yang berulang. Revisi termaksud mungkin

memerlukan pengubahan kuantitas Tn akibat ketergantungan

(Pers.

35.34)

pada

F.

Ten tu saja tidak ada jaminan bahwa nilai F yang ditentukan pada akhirnya akan benar,

sebab perangkat nilai-nilai Tn yang lain (yang cocok) akan mengantarkan ke faktor

keamanan yang lain pula. Walaupun demikian halnya, nilai-nilai F untuk perangkat gaya

gaya yang berlainan (tetapi dapat diterima) tidaklah begitu cenderung berbeda sampai
batas-batas yang agak luas.

Dapat pula dicatat bahwa poligon gaya (Gbr.

3 5.9c) mensyaratkan bahwa setiapslice

berada dalam kesetimbangan terhadap momen-momen, sedangkan persyaratan ini umum

nya tidak dipenuhi oleh gaya-gaya yang diperoleh/diturunkan dari pemecahan (solution).

Persyaratan ini dapat ditambahkan ke persyaratan-persyaratan yang dinyatakan oleh Pers.

35.30

dan

sekali.

3 5.36

akan tetapi kesulitan-kesulitan perhitungan menjadi bertambah banyak

Pemanfaatan komputasi elektronik sangatlah dituntut (Morgenstern dan Price

(1 965).
Seandainya tanah-di bawah-permukaan (sub soil) memiliki satu atau lebih lapisan tipis
yang sangat lemah, permukaan gelinciran akan cenderungteJ'diri dari tiga atau lebih penam
pang-penamoang vang tidak menvatu dengan semourna.

--.

13

14

9 10

15

T,. a.T,. Wa + Wb +a.T,. cb ub (14)-(10) (15)

--

1
-- 2
-- -

--

:
-- - -n

--

2:(13)

=0

16
tan

17

31

<f> (9) + (16) (14)

tan

32

ma
-

(17)
ma

=M

33
M
F

34
sec

36

35
a

M
F

sec

(35)-(31)

2:(36)

=0

- --

- --

- --

------------

Gbr. 35.12. Bentuk pentabelan untuk menentukan perangkat gaya-gaya geser


Tn antar slice-slice
yang cocok untuk pensubstitusian ke dalam Pers. 35.29, seandainya nilai !::.Tn tidak dianggap sama
dengan nol.

209

Keseimbangan plastik dalam tanah

:
w :
I
? _,iJJJj
t '7
bl/

. ":
.., _--...;.,...
, ?p I

------c

L e-m_p_u-nSB:
n
-- a k
g n-tLu

Gbr.

35.13. Keruntuhan lereng yang mendasari lempung tipis yang sangat lunak.
Di dalam penghitungan-penghitungan kestabilan, permukaan semacam ini tidak dapat

digantikan oleh sebuah kurva yang kontinu tanpa memberikan penyimpangan (error) dalam

daerah yang tidak aman (unsafe side).

Gambar 35.13 memperagakan lereng yang di bawahnya terdapat lempung tipis yang

sangat lunak dengan kohesi c. Jika lereng semacam ini runtuh, penggelinciran, terjadi
sepanjang beberapa permukaan komposit

abed.

yang menggelincir yang dinyatakan oleh daerah

Dalam bagian sebelah kanan dari massa

abf,

dih.arapkan akan terjadi keruntuh

an aktif karena tanah meregang secara horisontal akibat pengaruh beratnya sendiri. Bagian
tengah

beef bergerak

ke kiri di bawah pengaruh tekanan aktif pada bf. Bagian sebelah kiri

dari massa gelinciran cde mengalami keruntuhan pasif akibat dorongan dari bagian tengah
bcefyang bergerak maju.

Langkah pertama dalam menyelidiki kondisi kestabilan lereng adalah menghitung


tekanan tanah pasif

Pp

dari tanah yang berada di sebelah kiri dari penampang vertikal

ec yang sementara dipilih yang ter!etak dekat ke ujung-kaki lereng. Anggapan bahwa

yang bekerja dalam arah horisontal merupakan ha! .yang

nya adalah mengestimasi posisi perbatas sebelah kanan b dari bagian horisontal
permukaan penggelinciran yang potensial dan menghitung tekanan tanah aktif

penampang vertikal

Pp

konservatif. Langkah se!anjut

cb

PA

dari

pada

fb yang melalui b. Kecenderungan massa beef bergerak ke kiri di

tahan oleh tekanan tanah pasif

Pp

dan kohesi total

C sepanjang

be.

Jika lereng berada

dalam eadaan stabil, jumlah gaya-gaya penahan ini harus lebih besar daripada tekanan
tanah aktif

PA

yang dianggap bekerja dalam arah horisontal. Faktor keamanan terhadap

penggelinciran sama dengan rasio antara jumlah gaya-gaya penahan dan gaya

nyelidikan harus diulangi untuk berbagai posisi titik c dan

PA.

Pe

sampai ditemukannya per

mukaan yang tahanannya terhadap gelinciran paling kecil. Permuka.an ttrsebut berkaitan
dengan faktor keamanan yang paling kecil.

Soal-soal
1. Suatu galian yang lebar dibuat pada lapisan lempung lunak yang memiliki per
mukaan tinggi. Sisi galian naik dengan sudut 30 terhadap horisontal. Lapisan batu
an terletak pada kedalaman 40 meter di bawah permukaan tanah semula. Ketika gal ian
mencapai kedalaman 2 5 meter, terjadi keruntuhan. Jika berat satuan 1empung sama de nga n
120 kg/m3, berapakah kekuatan kohesip rata-ratanya? Apakah karakter dari permukaan
ge1inciran? Berapakah jarak dari kaki lereng sampai ke tempat permukaan gelin,ciran me
motong dasar penggalian?

Jwb.

500 kg/m2; lingkaran titik tengah; 18 meter.

2. Permukaan batuan pada Soal l terletak pada keda4lman 30 mete r di bawah per

mu)<:aan tanah semula. Berapakah kekuatan kohesip rata-raf dari lempung dan karakter
permukaan gelinciran?
Jwb.

450 kg/m2; lingkaran ujung kaki.

Mekanika tanah teoritil<

210

3.
Suatu p e ngga lia n ctila ku ka n pa cta lempu ng lu na k sampa i ke cta1ama n 30 meter .
Baha n terse but mem ili ki b erat satua n 1 1 4 kg/m 3 cta n kohesi 700 kg/m 2 Sua tu 1apisa n
keras t er1eta k cti bawah la p isa n lu na k t ersebut pa cta ke cta lama n 40 m eter cti bawah per .

mu kaa n ta nah s emula. B erapa kah sudut 1ere ng pada saat keru ntuha n a ka n ter jadi?

Pe nggalia n parit dila ku ka n pada lempu ng 1 u na k ya ng berat nya 1 20 kg/ m 3 d a n

2
mem iliki kohes i 2 5 0 kg/ m . Sis i pa rit na ik d e nga n sudut 80 t erhadap hor iso ntal. Sampa i
keda1am a n berapa p e nggalia n t ersebut dapat d ila ku ka n sebelum par it ru ntuh? Berapa kah
jara k dari bagia n atas 1er eng sampa i tempat permu kaa n ge li ncira n memoto ng permu ka
a n ta nah?

4.

Jwb. 9 m et er ; 8 met er.


5. Suatu 1ap isa n l empung m enga ndu ng tiga lap isa n horiso nta1 , masing-mas ing mem
pun ya i teba1 1 5 meter. Nilai c u ntu k masi ng-ma si ng lap isa n sebelah atas, t e ngah, d a n bawah
adalah 600, 400, dan 3 000 kg fm 2 . Berat satua n sama d e nga n 1 1 5 kg/m 3 . P e nggal ia n d i
la ku ka n d e nga n kemir inga n 1ereng 1 dalam arah verti ka l d a n 3 da1am arah hor iso nta1
sampa i kedalama n 20 meter. Berapa kah fa ktor keama na n ler e ng t erhadap ker untuha n?

Jwb. 1 , 2.
6. Sampai kedala ma n berapa parit da1am Soal 4 dapat d igali ta npa memerlu ka n

stru ktur p enaha n ji ka ta nah mem il iki sudut gese ka n dalam 2 0 d i samp ing koh es i yang
sudah dipu nyai nya.

Jwb. 1 4, 2 meter .

Bacaan Pilihan

. Pem bahasa n terperinci me ng ena i m etoda slice da n asumsi ya ng m endasar inya bisa
ctijumpai pada Ta ylor , D. W . (1 9 4 8 ) : Fu ndamentals of soil mechanics, New York, Joh n
Wil ey dan So ns, hal. 43 2-44 1 . Ra ng kuma n ya ng padat dar i metoda t ers ebut b erdasar ka n
s eg i pa nda nga n t e ka na n e fektif da n pe nggu naa n ko efisie n t e ka na n-por i d ib eri ka n da1am
B ishop , A. W. (1 9 5 5 ) : "Th e use o f the s lip c ircle in th e stab ilit y a nal ysis o f slopes", Geot. ,
S,ha \.7-1 7.
D iagram u ntu k pemecaha n kasus-kasus ya ng p ent ing da Jam pra kte k terdapat da1am
B ishop, A . W. d a n N. R. Morgenster n (1 9 60 ) : "Stab ilit y co effi c ie nts for earth s lo p es ",
Geot., 10, hal. 1 29- 1 5 0. Pem ecaha n u ntu k kasus- kasus ya ng 1a innya d ib er ika n oleh
Janbu, N. (1 9 5 4 b ): "Stab ilit y a na l ys is o f slo p es w ith d ime nsio nl ess para m eters", Harvard
SoilMech. Series No. 46, ha !. 8 1 .
Sebagia n a nalis is umum ya ng ada t id a k d ibatasi pada permu kaa n gel incira n d e nga n
b e nt u k l ing kara n da n mem p erh itu ng ka n ga ya-ga ya a ntar sl ice. A nalis is ters ebut d i kem
ba ng ka n secara mat emat ik oleh Morge nster n, N. R. da n V. E. Pr ice (1 9 6 5 ) : "Th e a nal ys is
of t he stab il it y o f ge ne ral sl ip surfaces," Geot., 15, hal. 79-9 3 . Untu k pemecaha n t ersebut
d ip erlu ka n komputer e1e ktr oni k.

PASAL 36 KESTABILAN BENDUNGAN TANAH


Keadaon Kritis untuk Disain
Faktor keamanan bendungan tanah terhadap keruntuhan lereng atau pondasinya

secara

J ua s

benzantunll kenada

tekanan airnori. Pada henrlumn

rlP.no<>n

nPnmn:mo m"-

211

Keseimbangan plastik dalam tanah

lintang tertentu dan berdiri di atas suatu pondasi tertentu, intensitas dan distribusi
tekanan airpori bervariasi terhadap waktu dalam batas-batas yang luas. Untuk keperluan

disain, sebaiknya kita membedakan kondisi tekanan airpori sesuai dengan tiga tahapan:

selama masa konstruksi, dan khususnya segera setelah pembangunan bendungan selesai;
setelah waktu yang cukup lama di mana reservoar terisi penuh sehingga telah tercapai ke

adaan rembasan tunak dalam bendungan dan pondasinya; dan selama atau segera setelah

penurunan paras air dalam reservoar. Ketiga keadaan ini secara singkat dinyatakan sebagai

keadaan konstruksi, keadaan reservoar-penuh (full-reservoir), dan keadaan surut muka


air (drawdown). Kestabilan lereng di hulu aliran mungkin juga berada dalam keadaan

kritis pada waktu pertama kali pengisian reservoar, terutama jika bendungan memiliki
suatu inti yang miring._ Selanjutnya pada beberapa hal, keadaan lereng di hulu aliran

mungkin lebih k ritis pada saat tinggi air dalam reservoar daripada dalam keadaan reser

voar-penuh, yang dikenal sebagai

genangan parsial (partial pool).

Evaluasi Tekanan Airpori dalam Keadaan Disain Kritis


Selama tahap konstruksi, tekanan pori yang berarti hanya terjadi dalam bagian
bendungan yang kohesip dan dalam tanah di bawah dasar bendungan. Tekanan pori ter
sebut berkaitan

dengan konsolidasi progresif.

Oleh karena itu, intensitas dan distri

busi tekanan tidak hanya tergantung pada karakteristik bahan-bahan dan syarat batas
yang berkaitan dengan drainase, tetapi juga secara luas bergantung pada jadwal pelak

sanaan pembangunan (construction schedule). Sebagai contoh,

Gbr.

36.1

memperlihat

kan tekanan airpori yang diamati pada akhir masa konstruksi dari bagian hulu aliran

bendungan Green Mountain di Colorado (Walker dan Daehn

1 948).

Penimbunan tanah

dihentikan pada saat musim dingin ketika tinggi timbunan (bendungan) hampir men

capai s etengah ketinggian akhirnya dan pengaruh penghentian tersebut jelas terlihat.

Usaha-usaha dilakukan untuk memperkirakan tekanan pori dalam kondisi tersebut ber
dasarkan hasil pengujian laboratorium (Hilf

1 948).

di atas belum tercapai sepenuhnya.

Namun, derajat reliabilitas hasil usaha

Setelah pembangunan bendungan selesai dan reservoir terisi penuh selama beberapa
waktu, tirnbullah tekanan rembesan dalam tubuh bendungan. Tekanan tersebut dfuasil
kan oleh aliran tunak dari air yang keluar dari reservoar dan menelus (percolate) melalui

tubuh bendungan menuju lereng di sebelah hilir aliran. Tekanan airpori tersebut dapat
diestimasi berdasarkan metoda faringan aliran

(Gbr.

23.4a) atau proscdur lain yang

ekivalen, asalkan kondisi tanah di bawah dasar bendungan cukup sederhana, sehingga me300

Gbr. 36.1. Tekanan pori yang terukur dalam satuan meter dari air. Keadaan tersebut
terjadi dalam penampang kedap-air dari bendungan Green Mountains pada akhk masa
konstruksinya (Walker dan Daehn 1948).

212

Mekanika tanah teoritik

mungkinkan kita membuat profil permeabilitas yang cukup handal dari bahan lapisan
tempat bendungan didirikan.
Kondisi tekanan airpori yang diawali oleh surutnya muka air secara luas bergantung
pada derajat (tingkat) kompresibilitas dari berbagai bahan penyusun tubuh bendung
an. Dalam bagian yang setengah kedap-air (semipervious) dan relatif tak-kompresibel se
bagaimana halnya yang dibangun dari pasir lanauan yang dipadafkan dengan baik, se
bagian besar air yang berada dalam ruang pori sebelum ber!angsungnya surut muka air tetap
tinggal dalam ruang pori; sedangkan se bagian air yang lain mengalir keluar sementara
angka pori tidak berubah. Sebagian aliran air tersebut muncul di bagian bawah lereng
jika tanah di bawah dasar bendungan bersifat tak-kedap-air, dan sebagian lagi akan meng
alir melewati dasar bendungan. Kondisi surut muka air diilustrasikan dalam Gbr.

23.4c

yang memperlihatkan jaringan aliran dalam bendungan pada saat setelah surut muka air
berakhir secara mendadak. Dan bendungannya sendiri tersusun dari pasir halus bersih yang
telah dipadatkan dengan baik dan diasumsikan terletak di atas dasar yang kedap-air. Kita
dapat melihat bahwa tekanan rembesan pada lereng di bagian hilir aliran tetap tidak ber
ubah dari nilai tekanan pada keadaan rese1voar-penuh (Gbr.

23.4a), sedangkan tekanan

rembasan pada bagian bawah lereng di hulu aliran berkecenderungan menggelincirkan


bagian ini. Selama waktu berjalan, garis aliran yang paling atas (batas bawah lajur kapiler)
menurun dan semua tekanan rembesan berkurang).
Bagian bendungan yang kompresibel dan kedap-air, yakni bagian yang tersusun
dari lempung, tetap berada dalam keadaan jenuh-sempurna atau hampir jenuh-sempurna
setelah berlangsungnya surut muka air. Air tetap bertahan akibat kapileritas. Akan tetapi,
tekanan pori dari lempung yang terletak tepat di bawah garis aliran yang paling atas ber
ubah dari positif menjadi negatif, sedangkan tekanan total hampir tidak berubah. Dengan
demikian, tekanan efektif dalam lempung bertambah dan lempung mulai berkonsolidasi.
Sebagian besar air-lebih (excess water) mengalir masuk ke bagian bawah lempung dalam
tubuh bendungan, mengurangi tahanan geser lapisan ini, dan ak hirnya muncul di per
batas lapisan lempung di bagian hulu aliran.
Makna dari konsekuensi (yang tidak diinginkan) yang diakibatkan oleh surut muka air
sedikit berkurang dengan makin berkurangnya laju surut muka air, tanpa mempersoalkan
ben.tuk penampang bendungan maupun profil bahan pondasinya secara geologi. Jadi,
guna menentukan kondisi tekanan pori untuk keadaan surut muka air, kita perlu menge
tahui beberapa faktor sebagai berikut: lokasi perbatas antara bahan-bahan yang sifat
sifatnya cukup berbeda; permeabilitas dan karakteristik konsolidasi dari masing-masing
bahan ini; dan laju surut muka air maksimum yang diharapkan. Di samping itu, tekanan
pori yang disebabkan perubahan tegangan geser bahan-bahan tersebut (Pasal
diperhitungkan.

Dalam

praktek

keteknikan ,

1 5)

perlu

beberapa faktor ini dapat ditentukan

secara handal. Tidak lengkapnya informasi yang tersedia memaksa kita untuk membuat
asumsi-asumsi yang sifatnya kurang menyenangkan/menguntungkan sesuai dengan fakta
fakta yang dihadapi.

Perhitungan Kestabilon
Dalam setiap bendungan tanah, kecuali bendungan homogen yang terletak di atas
dasar yang tegar, permukaan potensial penggelinciran akan melewati bagian bendung
an yang paling lemah dan tanah di bawah dasar bendungan (Gbr.

36.2). Untuk suatu

penampang bendungan dan pondasinya yang tertentu, posisi permukaan-permukaan ini


juga bergantung kepada intensitas dan distribusi tekanan pori. Oleh karenanya, permuka
an tersebut jarang dapat didefinisikan sebagai busur lingkaran. Pada umumnya, permuka
an tersebut hanya dapat dinyatakan oleh lengkungan dengan berbagai jari-jari kelengkung-

213

Keseimbangan plastik dalam tanah

Lokasi permukaan

Gbr. 36.2. Diagram yang mengilustrasikan kemungkinan terjadinya permukaan gelincir


an non-sirkular dalam suatu bendungan tanah.

an atau oleh kurva-kmva komposit dan postsmya ditentukan melalui cara coba-coba

dan ralat (trial and error). Penentuan posisi tersebut dimulai dengan kurva yang dianggap
letaknya paling dekat ke permukaan yang tahanannya minimum dan perhitungannya di-

kerjakan dengan prosedur yang telah diuraikan dalam Pasal 35.

Perhitungan untuk masing-masing dari ketiga keadaan kritis disain memerlukan pe

nentuan tekanan pori yang berkaitan dengan keadaan-keadaan tersebut. Berdasarkan pasal

sebelumnya, penentuan ini harus didasarkan kepada penerapan teori konsolidasi dan aliran

air melalui medium porous pada syarat-syarat batas internal dan eksternal, di samping juga
didasarkan pada pengetahuan mengenai karakteristik tegangan-pembahan dan karakteristik

tekanan pori dari bahan penyusun bendungan. Karakteristik tekanan pori tersebut biasa

nya diungkapkan dalam bentuk koefisien-koefisien tekanan-pori A dan B (Pasal 15).


Uw telah ditentukan berdasarkan prosedur-prosedur ini, maka nilai-nilai

Jika tekanan pori

c dan cp yang digunakan dalam persamaan pada Pasal 35 merupakan nilai-nilai tegangan
efektif, dan analisis tersebut disebut

analisis tegangan efektif

Nilai c dan cp dapat ditentukan dengan cukup handal berdasarkan uji laboratorium,

sedangkan pemilihan nilai

Uw

yang pantas memerlukan pengalaman dan pertimbangan

yang banyak. Sebagian peneliti lebih senang mengevaluasi tahanan geser secara lebih

langsung, berdasarkan pengujian yang memperhitungkan pengaruh tekanan pori pada


prosedur pengujian tersebut. Misalnya, dalam penganalisisan kestabilan lereng di bagian
hulu aliran setelah berlangsungnya surut muka air, pencliti mungkin berkesimpulan

bahwa bahan-bahan tersebut akan terkonsolidasi sepenuhnya di bawah kondisi-kondisi


sebelum terjadinya surut muka aft. Kemudian peneliti tt:rsebut akan melakukan dua per

angkat uji triaksial. Perangkat pertama dilaksanakan di bawah kondisi konsolidasi-ter

tutup (consolidated-undrained), di mana contoh tanah dikonsolidasi di bawah tekan


an yang berkaitan dengan kondisi sesaat sebelum berlangsungnya surut muka air. Per

angkat yang lain dilaksanakan di bawah kondisi terbuka sepenuhnya (fully drained con
dition). Nilai-nilai

tPcu

dan

tP yang diperoleh dari kedua perangkat

pengujian tersebut me

nyatakan kondisikondisi batas, bergantung pada apakah bahan di bawah lereng di hulu

aliran secara praktis tidak dapat terkuras selama surutnya muka air, atau dapat terkuras
sedemikian cepatnya sehingga secara praktis mendisipasi/menyebarkan semua tekanan air

pori lebih (excess porewater pressure) selama berlangsungnya sumt muka air. Berdasar

kan pengetahuannya mengenai laju sumt muka air, dan permeabilitas serta dimensi

massa tanah yang terpengaruh oleh surutnya muka air, peneliti mempertimbangkan nilai
parameter kekuatan-geser (shear-strength) yang paling pantas di antara batas-batas' ini.

Analisis semacam ini biasanya dikenal sebagai

analisis tegangan total

Pengalaman dan pertimbann diperlukan untuk memilih nilai tahanan geser yang

paling sesuai di antara kondisi-kondisi batas tersebut yang ditentukan melalui prosedur

pengujian, sama luasnya dengan pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan untuk

214

Mekanika tanah teoritik

mengevaluasi

uw

dalam analisis tegangan efektif. Berdasarkan pandangan ini, tidak ada

prosedur yang dapat dikatakan lebih disenangi. Selain karena kita agak jarang menjumpai
situasi di mana kondisi

cp

(yang sederhana) dapat dipakai, kita juga menemukan tum

buhnya kecenderungan untuk mengestimasi tekanan air pori yang akan digunakan dalam
analisis tegangan efektif. Ha! di atas sebagian disebabkan hasil estimasi tersebut dapat
lebih langsung dibandingkan dengan hasil-hasil pengamatan tekanan-pori di lapangan.

Sum her Kesalahan dalam Perhitungan Kestahi/an


Sumber-sumber kesalahan dalam perhitungan kestabilan dapat dibagi ke dalam tiga
katagori: asumsi penyederhanaan yang digunakan dalam perhitungan; asumsi bahwa yang
terjadi adalah keruntuhan serentak (simultaneous failure); dan kesalahan dalam evaluasi
intens;tas dan distribusi tekanan pori. Sampai sejauh ini, kesalahan yang paling p enting

adalah kesalahan dalam katagori terakhir. Untuk keadaan ini, disain hendaknya didasar
kan

pada

asumsi-asumsi

yang

paling

tidak menguntungkan dengan memperhatikan

tekanan-tekanan konsisten dengan sifat-sifat fisis yang diketahui dari bahan penyusun
bendungan dan pondasinya.

Efek Gempa pada /ntegritas Bendungan Tanah


Jika suatu bendungan tanah dibangun pada daerah yang dipengaruhi gempa, disain
harus memenuhi kondisi gempa terburuk yang diharapkan terjadi tidak merusak ke
utuhan bendungan. Dalam metoda analisis konvensional, kehebatan gaya gempa biasa

nya diungkapkan oleh rasio ng antara akselerasi horisontal maksimum yang dihasilkan
oleh gempa dan akselerasi vertikal yang berasal dari gaya gravitasi. Selama gempa berlang
sung, semua bagian tubuh bendungan dianggap dikenai gaya horisontal tunak sebesar

rng per satuan volume, di samping gaya-gaya lain yang juga bekerja mempengaruhi ben
dungan. Kemudian pengaruh gempa pada perhitungan kestabilan dapat diikutsertakan

dcngan menambahkan gaya horisontal statik sebesar perkalian rn g dan volume massa
gelinciran pada massa tanah di atas permukaan potensial penggelinciran, di samping gaya

gaya yang lainnya pada massa tanah tersebut. Permukaan penggelinciran yang berkaitan
dengan faktor keamanan minimum harus dicari dengan sistim mencoba-coba.
Newmark

1 963),

( 1 965) telah menunjukkan berdasarkap teori dan uji model Seed dan Clough

bahwa durasi gaya gempa berlangsung tidak begitu lama sehingga memungkinkan

penggantian gaya gempa tersebut dengan gaya statik sebesar -yng, dan jenis keruntuhan
yang ditunjukkan oleh analisis kestabilan konvensional tidak mungkin terjadi, asalkan ta

hanan geser bahan dalam tubuh bendungan tidak berkurang akibat gaya gempa. Namun,
in1pulsi yang berulang-ulang menghasilkan deformasi lereng berbentuk

-S, atau per

tambahan yang sedang dari le bar bendungan, bersamaan dengan turunnya p uncak bendung

an. Pada pokoknya penurunan tidak bergantung pada nilai n ; penurunan bertambah
gdengan meningkatnya kecepatan tanah maksimum dan lamanya total p ulsa. Jika puncak

bendungan turun sampai

di bawah tinggi puncak gelombang tertinggi yang dapat terjadi

selama gempa berlangsung dan pada kondisi reservoar terisi penuh, maka bendung akan
runtuh akibat pelimpasan/melimpahnya air melalui p uncaknya tersebut. Oleh karena itu
dalam daerah gempa, disain bendungan harus memenuhi syarat bahwa p enurunan p uncak
bendungan tidak sebegitu besar sehingga memungkinkan terjadinya p elin1pasan air akibat
gelombang yang tertinggi pada saat reservoar terisi penuh. Gelombang termaksud mungkin
dihasilkan oleh guncangan gempa atau diakibatkan oleh p enggelinciran/longsoran tanah.
Masalah yang lebih

bendungan,
nya

atau

serius adalah kemungkinan tahanan geser di sebagian tubuh

khususnya P.ada pondasinya, berkurang secara radikal selama berlangsung


ge.mpa, terutama akibat p encairan (Pasal 17). Gempa bumi juga mungkin meng-

Keseimbangan plastik dalam tanah

215

hasilkan retakan terbuka pada bagian bendungan yang kedap-air, yang akan menimbulkan
proses

pipa

melewati retakan tersebut dan selanjutnya mendatangkan kemungkinan ke

runtuhan bendungan. Akan tetapi, retakan semacam itu mungkin juga dibentuk oleh pe

nurunan yang tidak sama walaupun tidak terjadi gempa bumi. Oleh karena itu, bendungan
tanah harus selalu didisain sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
semacam itu (Pasal

62, jilid 2).

pipa melalui retakan

Bacaan Pilihan
Metoda a nalisis t ega nga n-efe.kti f, t erutama y a ng b erhu b u nga n d enga n su ru t muka air
y a ng c epat, dib erika n ol eh Bisho p, A. W. (1954): "Th e u s e o f por e- pr essur e co eff ici ent in
practic e", Geot., . ha !. 148-152. Pend ekata n t ega nga n-total diuraika n s ecara t ef};ierinci
dalam Ma nual EM 1110-2-1902: Stability of earth and rockfill dams, Corps o f E ngineers,
U.S. Army, Des. 27, 1960, ha!. 67.

PASAL 37 TEKANAN TANAH PADA STRUKTUR PENAHAN DALAM GALIAN

Kondisi Deformasi Akibat Struktur Penahan


Gambar 37.1 mengilustrasikan satu dari l;Jeberapa metoda untuk memperkuat suatu
galian terbuka. Sederetan tiang H dipancangkan sepanjang masing-masing sisi galian yang

direncanakan sampai kedalaman beberapa meter di bawah dasar galian. Sisi-sisi galian di
antara tiang-tiang H dilapisi oleh papan horisontal yang dipasang langsung pada saat galian
diperdalam guna menahan tanah. Kedua ujung papan tersebut dijepitkan pada bagian
dalam flensa tiang H. Tiang itu sendiri disangga oleh penopang baja atau kayu yang hori
sontal. Penopang tersebut dipasang selama penggalian berlangsung. Untuk mendisain pe

nopang tersebut, kita harus mengetahui besar dan distribusi tekanan tanah.

Dalam Pasal 27 diperlihatkan bahwa tekanan tanah bergantung tidak hanya pada

sifat-sifat tanah yang ditopang teta"i juga pada keterbatasan penyangga untuk meleleh.

Keterbatasan itu sendiri dihasilkan oleh prosedur konstruksi. Jadi, langkah pertama

dalam mempelajari tekanan tanah pada suatu galian terbuka adalah memeriksa sifat-sifat

keterbatasan ini. Pada saat barisan penyangga yang pertama I (Gbr.

37.1) dipasang, jum

lah penggalian masih belum berarti. Hal ini berarti keadaan semula dari tegangan dalam

tanah secara praktis belum berubah. Oleh karenanya, barisan penopang yang pertama
berada pada tempatnya sebelum massa tanah meleleh secara berarti. Selama penggalian

IIF=;'l=:==:J!t J
:.:,'};;i:-'?.:\:/::r:Ar
I

Gbr. 37.1. Diagram yang mengilustrasikan kondisi deformasi untuk tekanan lateral pada
_
struktur penahan dalam galian terbuka.

Mekanika tanah teoritik

216

b erlangsung sampai ke tinggi (level) dari deretan penopang Il berikutnya, kekakuan per
angkat penopang I mencegah terjadinya pelelehan horisontal berikutnya dari mencegah

terjadinya pelelehan horisontal berikutnya dari massa tanah yang terletak di dekat per

mukaan tanah pada masing-masing sisi galian. Akan tetapi, tiang H dikenai tekanan tanah

lateral di luar galian. Di bawah pengaruh tekanan ini, tiang-tiang H tersebut meleleh ke
arah dalam dengan berotasi terhadap garis pada tinggi dari seperangkat penopang y ang
paling atas. Jadi, pemasangan penopang pada deretan kedua didahului oleh pelelehan
horisontal dari tanah di sebelah luar galian pada paras deretan penopang ini. Pelelehan
bertambah dengan bertambah nya kedalaman, karena ketinggian tepi di kedua sisi galian

bertambah. Oleh karena itu, sementara penggalian b erlangsung, penampang vertikal


(Gbr.

3 7.1)

bergerak ke posisi

ab

Karena penopang di puncak galian mencegah pere

ab 1 .

gangan dari bagian atas irisan-gelinciran, maka tanah hanya dapat runtuh seb agaimana
yang ditunjukkan dalam Gbr.

27.3.

Dengan demikian, tekanan tanah aktif yang be

kerja pada struktur penguat galian tidak dapat dihitung dengan menggunakan . teori

Coulomb atau Rankine, melainkan dengan suatu metoda yang memperhitungkan pe


ngaruh kondisi deformasi pada jenis keruntuhan.
.Telah -ditunjukkan bahwa kondisi deformasi yang dinyatakan oleh garis
Gb r.

37. 1

ab1

dalam

melibatkan jenis keruntuhan seperti yang diilustrasikan dalam Gbr.

27.3.

D i samping itu j uga diperlihatkan (Pasal


kecuali kalau tepi sebelah bawah

lebih daripada suatu jarak tertentu

27)

bahwa keruntuhan tidak dapt terjadi

dari struktur penyangga lateral (Gbr.

bb 1 .

3 7.1) meleleh

hrak in i bergantung pada kedalaman penggalian

dan sifat-sifat fisis tanah. Dalam pembahasan b erikut, kita akan menganggap bahwa kondisi
deformasi ini dipenuhi. Dalam Pasal 48

Qilid

2)

disajikan pengamatan yang didasari

oleh asumsi-asumsi tersebut serta kualifikasi-kualifikasi yang diperlukan.

Galian pada Pasir Kering atau Pasir-Berdrainase


Gamb ar
memperlihatkan penampang v ertikal dari salah :satu sisi galian dengan
kedalaman H pada pasir-kering a tau pasir-berdrainase. Posisi awal tiang H ditunjukkan oleh
garis-tebal
dan posisi akhirnya oleh garis putus-putus
Tekanan tanah pada penguat,

37.2

ab

ab1

per satuan panjang galian, dinyatakan oleh Pa untuk membedakannya dengan tekanan
tanah aktif PA yang dihasilkan oleh mass a pasir yang sama pada din ding penahan dengan
ketinggian H Karena b agian atas irisan gelinciran (Gbr.
tidak dapat bergc rak ke

37.2a)

samping, maka permukaan gelinciran memotong permukaan tanah secara tegak Iurus
(lihat
Gbr.
nyata gelinciran dapat diaproksirnasi cukup dekat dengan
spiral
logaritmik yang mempunyai persamaan

27.3). urva

r = roe' tan

Pusat spiral berada pada garis lurus yang n'lelewati

(37.1)

d dan membentuk sudut !j> dengan hori

sontal. Karena pelelehan struktur penyangga lateral mengakibatkan irisan terse b ut berge
rak ke bawah sepanjang punggung penyangga tersebut, maka tekanan tanah resultan be

kerja dengan sudut o terhadap horisontal. Penelitian teoritik telah memperlihatkan bahwa

titik kerja tekanan tanah ditentukan oleh b entuk permukaan gelinciran dan seb aliknya.
Jika kurva gelinciran serupa dengan

bd dalam

Gb r.

37.2, maka teori menunjukkan bahwa

distribusi tekanan pasir pada struktur penguat secara kasar berupa parabola, sebagairnana
ditunjukkan dalam

Gbr.

27.3b,

dan bahwa elevasi titik kerja tekanan tanah terseb ut

n0H harus bernilai di antara 0,45 H dan 0, 5 5 H. Kesimpulan teoritis ini diperkuat dengan
pengukuran tekanan di keseluruhan galian. Oleh karenanya dalam perhitungan selanjutnya,

na dianggap diketahui.

217

Keseimbangan plastik dalam tanah


(a)

(c)

Gbr. 37.2 . Metoda spiral logaritmik untuk menghitung tekanan tanah pada struktur pe
nguat dalam galian terbuka. (a) Diagram yang mengilustrasikan asumsi-asumsi yang men
dasari perhitungan. (b) Gaya-gaya yang bekerja pada irisan gelin ciran. (c) Perbandin gan per
mukaan gelinciran dengan permukaan gelinciran yang diasumsikan dalam teori Coulomb.

d1

Untuk menentukan p osisi pe rmukaan gelinciran, dipilih sembarang titik

37.2d)

Spiral logaritmik
titik

d1

(Gbr.

pada permukaan horisontal yang berdampingan dengan pinggir atas dari galian.

bd1

dibuat dengan pusatnya pada

dan pinggir bawah

dinyatakan oleh

bd1

b dari

d1D1

dan lengkungannya melalui

tepi galian. Reaksi F1 pada permukaan gelinciran yang

melewati pusat

0 1 . Dengan mengambil momen terhadap 01 , kita

dapatkan

Sehingga diperoleh

(37. 2)

d2, d3 ,
(tidak di
P diperoleh dengan memplot nilai-nilai P1, P2 ,
dan seterusnya,
sebagai ordinat di atas d 1 , d 2 , . . . Tekanan tanah e fektif bernilai sama dengan ordinat
maksimum, yang berkaitan dengan titik C, dan permukaan gelinciran melalui d. Lebar
bagian atas irisan (ad) yang menghasilkan tekanan maksimum Pa selalu jauh lebih kecil
daripada lebar bagian atas irisan C oulomb abdc yang bersangkutan (Gbr. 37.2c).
Nilai Pa bergantung dalam batas-b atas tertentu pada na . Tekanan tersebut sedikit ber
tambah dengan meningkatnya nilai na dan selalu lebih besar daripada nilai Coulomb PA
yang bersangkutan. Untuk nilai-nilai rp
3 8 dan 8 0 , pertumbuhan na dari 0,45 sampai
0,55 akan menambah nilai Pa dari 1 ,03 PA sampai 1 , 1 1 PA . Jika. kita anggap na 0,55,

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk spiral-spiral yang melalui


perlihatkan). Kurva

maka setiap kesalahan masih berada dalan1 batas-batas keamanan karena nilai ini merupa
kan nilai yang terbesar dan sebegitu jauh diperoleh melalui pengukuran di lapangan.
Sudut 8 memiliki pengaruh yang sangat kecil pada rasio

Pa/PA . Dengan demikian untuk

estimasi pendahuluan, cukup akurat jika dianggap

Pa

l,l PA

(37.3)

Langkah berikutnya dalam penelitian adalah m enentukan tekanan pada masing


masing penopang. Distribusi tekanan late ral pada struktur penguat dalam galian secara
kasar berupa parabola seperti ditunjukkan dalam Gbr

. .:27.3b.

Dalam suatu galian ter-

Mekanika tanah teoritik

21E

Gbr. 37.3. Diagram yang mengilustrasikan asumsi yang mendasari perhitungan tekanan
tanah dalam galian pada lapisan lempung di bawah kondisi 1> = 0.

tentu, distribusi tekanan pada suatu penampang agak menyimpang dari distribusi tekanan
lateral rata-rata secara statistik karena adanya variasi kondisi tanah dan efek dari urutan
prosedur pekerjaan. Sebagai konsekuensinya, untuk suatu nilai

P0

tertentu terjadi variasi

tekanan dalam masing-masing struktur pe nopang pada suatu elevasi tertentu. Prosedur
untuk mengestimasi tekanan maksimum yan,g Iiarus ditahan struktur penopang pada suatu
baris tertentu akan dibahas dalam Pasal

48 Qilid 2).

Galian pada Lapisan Lempung-Jenuh


Waktu yang diperlukan untuk menggali dan memperkuat suatu galian terbuka dalam
lapisan lempung-jenuh akan sangat singkat dibandingkan -dengan waktu berlangsungnya
proses perubahan kadar air lempung yang cukup berarti. Dalam kondisi sepe rti ini, kondisi

q>

(Pasal

1 8)

bisa diterapkan dan Pers.

karan yang berjari-jari r

37. l

menjadi identik dengan persamaan ling

r 0 . Karena lingkaran harus memotong permukaan tanah secara

tegak lurus, maka pusatnya pasti terletak pada tinggi permukaan tanah (Gbr.

37 .3).

Te

kanan tanah horisontal Pa dan adhesi caH antara lempung dan turap bekerja pada sisi
galian

ab.

Besarnya tekanan tanah

Pa terse but ditentukan dengan mengambil momen dari

gaya-gaya yang bekerja pada irisan gelinciran terhadap p usat ::!gkaran. Momen yang

meruntuhkan berasal dari berat irisan. Momen penahan sama dengan jumlah momen
tekanltn tanah re sultan

Pa

dan momen dari gaya adhesi caH dan kohesi

pada perbatas irisan tersebut. Nilai

c bd yang bekerja

Pa bergantung kepada rasio cafe di samping pada nilai

n0 Pengukuran di keseluruhan galian yang dilakukan pada lempung lunak 3ampai lem pung

sedang yang jenuh menunjukkan bahwa nilai n a bervariasi di antara sekitar 0,30 dan

0,50

serta rata-rata sekitar

0,39.

Oleh karenanya, distribusi tekanan lateral yang ber

sangkutan biasanya bukan berbentuk segitiga, tetapi secara kasar mendekati bentuk para
bola seperti halnya distribusi tekanan pada pasir. _Metoda untuk mengestimasi beban maksi
mum yang harus dipikul oleh masing-masing struktur penopang akan diuraikan dalam Pa
sal

48 Gilid 2).

Pengangkatan Dasar Galian pada Lempung Lunak


Sehubungan dengan penggalian terbuka pada lempung lunak, kita harus memper
hatikan kemungkinan runtuhnya dasar galian akibat pengangkatan, karena berat blok
lempung di samping galian cenderimg memindahkan lapisan lempung di bawahnya ke arah
galian. Gamb ar 37.4a memperlihatkan penampang suatu galian pada lempung lunak. Le bar
galian adalah

dan kedalamannya :

H.

Bidang

ab

dan cd pada tinggi d asar galian memikul

219

Keseimbangan plastik dalam tanah

beban tambahan yang berasal dari berat blok- blok lempung yang berada di atas bidang
bidang tersebut. Oleh karenanya, bidang

ab dan cd berperan sebagaimana halnya telapak

bangunan. Jika daya dukung tanah di bawah bidang ini dilampaui, maka dasar galian akan
runtuh akibat pengangkatan. Daya dukung tanah untuk kondisi
oleh

cNe

(Pe rs.

33.7).

</>

0 dapat diungkapkan

Oleh karenanya faktor keamanan terhadap pengangkatan tersebut

adalah

F
Faktor daya-dukung

Ne

cNc
'YH

(37.4)

bergantung pada rencana bentuk galian serta pada rasio antara

kedalaman dan lebar. Jika diasumsikan b ahwa tanah yang digali dapat disamakan dengan

telapak-tunggal yang besar yang memberikan beban ke atas pada tinggi


sebesar 'YH
bisa diambil sama dengan nilai
untuk telapak bangunan dengan rasio

abed

maka nilai

B/L

dan

Ne

H/B

Ne

yang sama, di mana

an (Bjerrum dan Eide

1 956).

B adalah lebar, L adalah panjang, dan H adalah kedalam

Perhitungan tersebut dikerjakan dengan menggunakan

diagram seperti yang diperagakan dalam Gbr.

37.4b (Janbu dkk. 1 956).

Jika turap meluas e bawah dasar galian, kekakuannya mengurangi kecenderungan


berpindahnya lempung yang berdampingan dengan dasar penggalian ke arah galian dan
berarti mengurangi kecenderungan terjadinya pengangkatan. Perkiraan be sarnya tekanan
yang harus dipikul oleh turap tidak memuaskan karena prosedur teoritisnya belum di
kembangkan. A kan tetapi, jika lempung meluas sampai jauh ke bawah galian, maka efek
yang bermanfaat dari turap yang sekalipun relatif kaku ternyata kecil. Jika ujung bawah
turap dipancangkan ke dalam lapisan yang keras, keefektifan turap meningkat cukup
besar.

Struktur penyangga pinggir bawah turap mengu rangi momen lentur maksimum

pada bagian turap yang tertanam ke dalam tanah ; di samping itu, beban vertikal pada

ab dan cd

(Gbr.

37.4a) be rkurang sebe sar berat yang dialihkan akibat adhesi antara tanah

di atas tinggi dasar galian dan tunip . Jika tahanan titik dari turap lebih besar daripada
adhesi, maka pe ngurangan tersebut sama dengan adhesi antara lempung dan turap ; jika
lebih kecil, pe ngurangan terse but sama dengan tahanan titik.
Jika lapisan keras tersebut berada tidak jauh dari bawah dasar galian, maka perbatas
sebelah bawah dari lajur kesetimbangan plastis menyinggung permukaan sebelah atas
lapisan keras tersebut. Kecenderungan terjadinya pengangkatan jauh berkurang sekalipun
tanpa adanya turap, dan keefektifan turap banyak sekali bertambah.

(a)

Segiempat

fl/8
(b)

Gbr. 37.4. {a) Penampang galian terbuka pada endapan lempung yang dalam. (b) Nilai
faktor daya dukung Ne untuk mengestimasi kestabilan dasar galian terhadap pengangkat
an (Janbu dkk. 1956).

Mekanika tanah teoritik

220
Soal-soal

1. Dengan menggunakan metoda spiral-logaritmik, tentukanlah tekanan total Pa


pada struktur penguat dari suatu galian yang dalamnya 3 0 meter dalam pasir tak-ber

kohesi, di mana 'Y = 1 1 5 kg/m3 dan et> = 3 0 . Nilai 8 dianggap sama dengan no!. Pusat tekan
an berada 1 6 meter di a"l as dasar galian. Tentukanlah juga nilai tekanan Coulomb PA
Jwb.

2.

1 8400 ; 1 7 .300 kg/m.

Suatu penggalian terbuka dilakukan pada lapisan lempung yang memiliki berat

satuan 1 27 kgjm3 dan kohesi 635 kg/m2 sampai kedalaman 40 meter. Nilai et> dan 8 di
anggap sama dengan no!. Titik kerja tekanan tanah resultan pada struktur penguat terletak
1 8 meter di atas dasar galian. Berapakah besarnya tekanan tanah resultan?
Jwb. 59700 kg/m.

3. Suatu galian terbuka dengan struktur penguat direncanakan berukuran 30 X 1 50


meter. Penggalian tersebut dilakukan sampai kedalaman 35 meter pada endapan lempung
plastis yang memiliki kekuatan geser tertutup (undrained shear strength) sebesar 600 kg/
m2 dan berat satuan 1 20 kgjm3. Turap tersebut hanya meluas beberapa meter saja di
bawah elevasi dasar galian. Berapakah faktor keamanan terhadap pengangkatan dasar gali
an?
Jwb.

0,95.

Dasar galian akan terangkat bila penggalian mencapai kedalaman

3 3 meter.

4. Jika galian dalam .Soal 3 memiliki parit dengan lebar 5 meter dan panjang 1 50 me
ter, berapakah faktor keamanan terhadap pengangkatan dasar galian pada kedalaman
35 meter?
Jwb.

1 ,0 7 . Galian tersebut baru saja terbentuk.

PASAL 38 PELENGKUNGAN DALAM TANAH


Tekanan tanah pada penyangga lateral dalam Gbr.

37. 1

mencapai nilai terbe sarnya

di sekitar tengah-tengah ketinggian sisi- sisi galian. Namun, jika beberapa papan horisontal
yang menopang tanah di tengah ketinggian terscbut dihilangkan, maka b agian dari sisi gali
an yang tersingkap tetap berada dalam keadaan stabil, asal tanah setidaknya memiliki se
dikit kohesi. Untuk menjelaskan kenyataan ini, kita dipaksa/ diharuskan menganggap
bahwa tekanan yang mulanya bekerja pada papan-papan yang dihilangkan dialihkan ke
papan-papan yang masih tetap ada. Fenomena pengalihan tekanan ini dikenal sebagai

pelengkungan (arching).
Gambaran pokok mengenai pelengkungan dapat diperagakan dengan pengujian yang
diilu strasikan oleh Gbr.

3 8. 1 .

Lapisan pasir tak-berkohesi yang kering dengan berat satu

an 'Y ditempatkan pada pelataran yang memiliki pintu jcbakan (trap door)

ab. Pintu je

bakan tersebut dibuat dengan suatu skala (tidak terlihat) sehingga memungkinkan dilaku
kannya pengukuran tekanan pada pintu tersebut. Lapisan pa sir memiliki kedalaman

beberapa kali lebih besar daripada lebar pin tu jebakan.

Selama pintu jebakan berada di posisi a salnya, tekanan pada pin tu jebakan tersebut,

seperti halnya tekanan pada pelataran yang berdampingan dengannya, bernilai sebesar

'YH per

satuan luas. Akan tetapi, segera setelah pin tu jebakan dibiarkan meleleh pada arah

ke bawah tekanan pada pintu berkurang menjadi suatu bagian kecil dari tekanan awalnya,
sedangkan tekanan pada bagian pelataran meningkat. Hal ini diakibatkan oleh kenyataan
bahwa penurunan prisma tanah yang terletak di atas pintu jebakan y ang meleleh ditahan
oleh tegangan geser sepanjang perbatas-perbatas lateralnya, ac dan

bd.

221

Keseimbangan plastik dalam tanah


c

Penurunan

Gbr. 38.1. (a) Peralatan untuk menyelidiki pelengkungan dalam lapisan pasir di atas pintu
jebakan yang meleleh pada pelataran-horisontal. (b) Tekanan pada pelataran dan pintu
jebakan sebelum dan sesudah terjadi sedikit penurunan pintu.

Teori, sebagaimana halnya hasil-hasil pengujian dan pengalaman dalam penggalian te

rowongan, menunjukkan bahwa tekanan akhir pada pintu jebakan yang meleleh secara

praktis tidak bergantung pada kedalaman lapisan pasir H. Tekanan tersebut tidak melebihi

berat massa pasir yang hampir berukuran seperti yang ditunjukkan oleh daerah berarsir

abc

dalam Gbr.

38. 1 .

Dengan demikian, jika pasir mempunyai sedikit kohesi, pintu je

bakan dapat dipindahkan/dihilangkan selu ruhnya, dan pasir tidak akan. jatuh keluar dari
celah.

Bacaan Pilihan
Teori "ko nve nsio nal" me nge nai pele ngku nga n pada salura n, seperti goro ng-goro ng, di
bahas secara terperi nci dalam Castes, N. C. (1 9 5 6 ) : "Factors affecting vertical loads o n
u ndergrou nd ducts due t o archi ng", Hw y. Res. Board Bull. 1 25 , hal. 1 2-5 7 . Aka n tetapi,
kebe nara n hasil-hasilnya berga ntu ng pada nilai teka na n lateral ya ng dipa nda ng beker ja
pada permukaa n keru ntuha n a nggapa n; tidak ada cara ya ng ha ndal u ntuk memperkiraka n
besar teka na n i ni.

BAB

ENAM
PENURUNAN DAN TEKANAN SENTUH

PASAL 39 PENDAHULUAN

Tujuan Penyelidikan Penurunan


Istilah penurunan menunjukkan tenggelamnya suatu bangunan akibat kompresi dan
deformasi lapisan tanah di bawah bangunan.
Disain rangka bangunan atau struktur lainnya, tanpa terkecuali, didasarkan pada
asumsi bahwa struktur berdiri di atas lapisan dasar yang tidak meleleh. Pada kenyataan
nya, berat setiap struktur memampatkan dan mendeformasi lapisan tanah di bawahnya
dan, sebagai konsekuensinya, asumsi disain tidak pernah dipenuhi dengan tepat. Jika
lapisan dasar dari suatu struktur te tap datar, maka penurunan tidak menjadi persoalan
karena tegangan dalam kerangka bangunan tidak berubah. Di lain pihak, jika berat bangun
an mengakibatkan melengkungnya daerah yang dibebani, maka dasar struktur tersebut
juga akan melengkung dan keseluruhan kerangka bangunan akan berubah. Tekanan
tambahan yang diakibatkan oleh perubahan (distorsi) ini tidak diperhitu ngkan dalam disain
super-struktur. Dan pada umumnya, kondisi di atas merupakan ha! yang cukup penting
dalam perusakan wujud bangunan atau merupakan penyebab kerusakan pem1anen dan ke
rusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Karena rumitnya sifat-sifat mekanik tanah dan pengaruh gangguan dari stratifikasi,
penurunan bangunan hanya dapat diperkirakan dengan tepat pada kondisi-kondisi yang
sangat khusus. Nanmn demikian, analisis teori dari fenomena penurunan tidak dapat diting
galkan karena hasil-hasil analisis tersebut memungkinkan insinyur paling tidak mengenali
faktor-faktor yang menentukan besar dan distribusi tekanan. Pengetahuan mengenai faktor
faktor ini merupakan prasyarat untuk mentransformasikan pengalaman dalam konstruksi
menjadi hukum-hukum semi-empiris pada disain p ondasi (Pasal 53).

Pendekatan Teoritik Untuk Masalah Penurunan


Metoda teoritik yang membahas masalah penurunan hams dipilih yang sesuai dtngan
sifat-sifat me kanik lapisan tanah di bawah bangunan dan perilaku stratifikasinya. Jika
struktur yang direncanakan terletak di atas satu atau bcberapa lapisan tanah yang sangat
kompresibel yang terbenam di bawah permukaan tanah dan dipisahkan oleh lapisan
lapisan tanah yang relatif tak-kompresibel seperti halnya pasir, maka penmunan hanya ber
gantung kepada sifat-sifat fisis dari lapisan tanah yang lunak dan kepada intensitas serta
distribusi tekanan vertikal pada lapisan ini. Pengalaman menunjukkan bahwa tekanan
vertikal tersebut dapat diliitung dengan cukup akurat berdasarkan asumsi bahwa lapisan
tanah di l:iawah bangunan benarbenar elastis dan homogen.
Begitu p ula halnya, jika struktur berdiri di atas tanah yang agak homogen, distribusi
tegangan vertikal pada suatu pcnampang horisontal dapat diestimasi berdasarkan asumsi
bahwa lapisan tanah di bawah bangunan bersifat elastik-sempurna. Akan tetapi, intensitas
dan distribusi tegangan-tegangan yang lain cenderung sangat berbeda dengan intensitas
dan distribusi tegangan tersebut pada lapisan bawah yang elastis sempurna dan yang
terbeban sama. Di samoine itu. oenentuan hubun:an te:angan-te:an:an tanah biasanva

223

Pen urunan dan tekanan sen tuh

tidaklah praktis. Dengan demikian, dalam keadaan semacam itu mungkin diperlukan pe
nyelidikan hubungan intensitas pembebanan, penurunan, dan ukuran daerah yang di
bebani dengan metoda semi-empiris.

Perhitungan Tekanan Sentuh


Disainer harus mendisain pondasi setelah ia menentukan letaknya sedemikian rupa
sehingga penurunan yang tidak sama (unequally) bernilai tidak terlampau besar yang
akibatnya akan merusakkan struktur atas (superstructure). Disain te1sebut memerlukan
perhitungan momen lentur dan tegangan geser

dalam bagian-bagian pondasi tersebut,

seperti misalnya pada telapak pondasi atau bagian-bagian dari pondasi rakit (pelat), yang
mengalihkan berat bangunan ke lapisan tanah-bawah. Tekanan yang bekerja pada telapak
pondasi atau pondasi pelat terse but dikenal sebag1i

tekanan sentuh

Distribusi tekanan sentuh pada dasar dari beberapa pondasi menyerupai distribusi
tekanan sentuh pada dasar pondasi yang sama yang ditopang oleh bahan-isotropik-elastis,
tetapi pada sebagian besar pondasi yang lain distribusi tekanan tersebut sama sekali ber
beda. Selanjutnya, jika bahan penyangga tersebut adalah lempung, distribusi tekanan
.
sentuh tersebut sangat bervariasi terhadap waktu. Untuk menyederhanakan disain, per
hitungan momen lentur dalam telapak bangunan biasanya didasarkan pada suatu asumsi
bahwasanya telapak bangunan tersebut bertumpu pada lapisan yang diwakili oleh pegas
pegas yang berjarak sama. Prosedur tersebut akan dibahas dalam Pasal 42. Pengalaman
mnunjukkan bahwa prosedur tersebut biasanya cukup akurat untuk kepentingan-ke
pentingan praktis. Oleh karenanya, disainer hanya perlu mengenali hubungan-hubungan
umum antara jenis tanah dan karakter distribusi tekanannya. Jika beda antara distribusi
tekanan yang dihitung dan distribusi tekanan yang sebenarnya cenderung bernilai besar
dan masuk ke dalam daerah yang tidak aman, maka resiko tersebut dapat dihilangkan
dengan memperbesar faktor keamanan.

PASAL 40 TEKANAN VERTIKAL DALAM TANAH


Dl BAWAH DAERAH YANG DIBEBANI

Persamaan-Persamaan Boussinesq
Pemberian beban vertikal yang terpusat kepada permukaan horisontal dari sem
barang '.tu buh" padat akan menghasilkan seperangkat tegangan-tegangan vertikal pada se
tiap bidang-bidang horisontal

di dalam tubuh tersebut. Jelaslah, tanpa me lalui per

hitungan, terlihat bahwa intensitas tekanan vertikal pada setiap penampang horisontal
melalui tanah yang mengalami pembebanan akan berkurang, mulai dari maksimum di
titik yang terletak langsung di bawah beban dan menjadi no! di titik yang jauh dari titik
tersebut. Distribusi tekanan semacam ini dapat dinyatakan ole h : ruang-bentuk-kubah
atau ruang-bentuk-lonceng, seperti ditunjukkan dalam , Gbr.

4 l . l b.

Karena tekanan yang

diberikan oleh beban akan menyebar pada arah ke baw ah , maka tekanan maksimum pa<:Ja
sembarang penampang

horisontal

dinyatakan oleh ketinggian maksimum dari ruang

tekanan-bentuk-lonceng dan makin berkurang dengan makin bertambahnya kedalaman


di bawah permukaan yang dibebani. Sementara itu, kesetimbangan mengharuskan bahwa
pertambahan total dari tekanan pada setiap penan1pang horisontal haruslah sama dengan
beban yang diberikan. Oleh karena itu, dengan bertambahnya kedalaman di bawah per
mukaan, "lonceng" tekanan makin pendek tetapi bertambah lebar.
Teori maupun eksperi.men memperlihatkan bahwa bentuk dari lonceng tekanan
kurang-lebih tidaklah

bergantung pada sifat-sifat fisika d.ar..i .Japisan-bawah (subgrade).

Mekanika tanah teoritik

224

Dengan demikian, sehubungan dengan permasalahan-permasalahan praktis yang di


hadapi, biasanya dapat dibenarkan untuk menghitung tegangan-tegangan tersebu t atas dasar
asumsi bahwa bahan yang mengalami pembebanan memiliki sifat elastis , homogen, dan
isotropik. Dengan asumsi ini, beban vertikal Q yang terpusat (Gbr. 40. la) dan bekerja
pada permukaan horisontal dari sebuah massa yang sangat luas, akan menghasilkan
tekanan vertikal di ti ti k N dalam massa tanah yang mempunyai intensitas
Pv =

Dalam persamaan ini

3Q

27rZ 2

1 + (r/z) 2

(40. 1)

menyatakan jarak vertikal antara N dan permukaan massa, dan

r adalah jarak horisontal dari N ke garis kerja dari be ban Q terse but.
Persamaan 40. 1 adalah salah satu dari sejumlah persamaan.persamaan tegangan yang
disebut sebagai persamaan-persamaan Boussinesq, yang menentukan keadaan keseluruh-

r - - - - - - - --,

I
I
I
I

.- - --J
I
I
I

L - - - -.J

Gbr. 40.1. (a) Intensitas tekanan vertikal di titik N di bagian dalam massa padat setengah
takhingga (semi-infinite) yang menderita beban terpusat Q. (b) Tekanan vertikal pada titik
N di bawah pusat dari daerah-lingkaran yang memikul beban q per satuan luas. (c) Diagram
yang mengilustrasikan penggunaan bagan-pengaruh (influence chart) untuk menghitung
tekanan vertikal (Newmark 1942).

Penurnnan dan tekanan sentuh

225

an dari tegangan di titik N (Gbr.

40. 1a).

Berbeda halnya dengan tekanan vertikal Pt, se

bagian besar komponen-komponen lain dari tegangan di titik N bergantung. sampai batas

batas yang luas, pada karakteristik tegangan-deformasi (stress--deformation) dari bahan


yang mengalami pembebanan. Karena tanah tidak be nar-benar elastis dan homogen. maka
persamaan tegangan yang lain dari Boussinesq secara umum tidak begitu c ocok untuk
perhitungan tegangan-tegangan tanah.

Distribusi Tekanan pada Penampang Horison tal di bai.,'Oh Daerah yang Mengalami Pem
bebanan
Dalam menghitung tekanan vcrtikal dalam tanah di bawah bangunan, biasanya di
asumsikan bahwa bangunan tersebut bersifat fle ksibel-sempurna. Jika suatu daerah pada
permukaan

dari

suatu

massa

y ang sangat

fleksibel-sempurna dengan intensitas


titik N (Gbr.

40. 1 b)

q,

besar memikul beban te rbagi rata dan

maka intensitas tekanan vertikal pada sembarang

dalam mass a terse but, dapat dihitung dengan car a membagi daerah

yang dibebani tersebut menjadi bagian-bagian kecil

dA

dan masing-masing bagian ter

sebut memikul beban

dQ

q dA

Beban ini dipandang terkonsentrasi pada titik berat daerah elementer


Pers.

40. 1 ,

dA.

Berdasarkan

masing-masing beban yang terpusat akan r1.1enghasilkan sua tu tekanan vertikal

di titik N sebesar

dp

"

3q
1
21rz2 1 + (r/z) 2
-

]% dA

(40.2)

Intensitas tekanan vertikal di titik N akibat seluruh be ban dihitung dengan mengintegral
kan Pe.rs.
dalaman

40.2

di seluruh daerah yang dibebani. M isalnya. jika titik N terletak pada ke

di bawah pusat (N') dari daerah terbeban yang herbentuk lingkaran dengan

jari-jari R , maka tekanan vertikalnya adalah

(40.3)
Jika beban berintensi tas

terdistribusi pada suatu daerah yang tidak berbentuk ling

karan, maka tekanan Pv di sembarang titik N pada kedalaman

di bawah dae rah in i dengan

mudah dapat dihitung dengan pertolongan diagram/ bagan (Gbr.


(Newmark

40.2).

Diagram te rsebut

menyajikan seperangkat garis y ang terletak pada permukaan tanah.

1 942)

Perangkat garis tersebut digambar dengan suatu skala sedemikian rupa sehingga jarak
sama dengan kedalaman

z.

AB

Titik N diletakkan tepat di bawah pusat lingkaran-lingkaran

konsentrik. Djagram tersebut dibuat sedemikian hingga intensitas beban q yang terdistri

busi pada suatu sub Jaerah-terkecil yang dibatasi oleh dua garis radial yang berdekatan
dan dua lingkaran yang berdampingan menghasilkan tekanan-te kanan Pv

N. Oleh karenanya, masing-masing subdaerah tersebut mempakan suatu

ruh

yang nilainya

0,005 untuk tegangan Pv pada titik N.

0,005 q di titik
daerah penga

Untuk mengilustrasikan penggunaan diagram tersebut. kita akan menghitung nilai

Pv pada kedalaman

kan dalam Gbr.

50 meter di bawah titik D dari bangunan yang rencananya diperlihat


40. lc. Berat bangunan merupakan beban te rbagi rata sebesar 3000 kglm2

yang menutupi daerah tempat bangunan clidirikan. Langkah ert ama dalam perhitung
an adalah membuat gambar tiruan bangunan tersebut pada kertas tipis dengan skala se
demikian rupa sehingga kedalaman

(50 meter) sama dengan iarak AR n a o a oia1m1 m . Kemu-

226

Mekanika tanah teoritik

Nilai Pengaru'h 0,005

Gbr. 40.2. Diagram pengaruh untuk tekanan vertikal (Newmark 1942).

dian kita letakkan gambar tiruan tersebut di atas diagram sehingga titik D berada tepat di
atas titik N' pada diagram dan kita hitung jurnlah daerah pengaruh yang dilingkupi oleh
daerah pembebanan baneunan. Dalam con toh ini, jumlah daerah pengaruh adalah 3 1 ,5,
dan tegangan p yang bersangku tan pada kedalaman 50 meter di bawah D sama dengan
3 1 ,5 X 0,005 A 3000 473 kg/m . Tegangan Pv di sembarang titik lain pada kedalaman
yang sama diperoleh dengan prosedur serupa setelah menggeser gambar tiruan tersebut
sampai titik yang baru tersebut tepat berada di atas titik N'. Untuk menentukan tegangan
pada suatu penampang di kedalaman z1 yang berbeda, kita buat tiruan gambar rencana
=

227

Penurunan dan tekanan sentuh

terse but pada kertas tipis dengan skala yang berbeda, sehingga kedalaman z 1 terse but sama
dengan jarak

AB pada diagram.

Perubahan Telaman terhodap Keda/aman


Intensitas te kanan vertikal sepanjang embarang garis vertikal di bawah beban-merata

berkurang dengan bertambahnya kedalaman z di bawah permukaan. Oleh karenanya,

lapisan kompresibel sangat tebal, maka tekanan ve rtikal dalam lapisan terse but berkurang
cukup besar dari atas lapisan sampai ke dasar lapisan. Akan tetapi, pemampatan suatu la
pisan tipis hanya bergantung pada tekanan vertikal rata-rata, yang secara kasar san1a dengan
tekanan vertikal di tengah-te ngah lapisan. Dengan demikian, jika lapisan kompre sibel ter
sebut relatif tipis, maka peru bahan te kan an terhadap ke dalaman dapat diabaikan dan boleh
jadi cukup akurat un tuk menghitung intensitas dan distribusi tekanan pada suatu bidang
horisontal di tengah-tengah lapisan.
Dalam Gbr.

40.3, absis kurva Ca

menyatakan intensitas te kanan vertikal pada berba

gai kedalaman di bawah pusat daerah bujur sangkar


ragam

per satuan luas. Jika beban total

B2 q yang bekerja di pusat

B2 q

B X B yang memikul be ban merata se

dinyatakan oleh suatu beban terpusat

daerah bujur sangkar tersebut, maka diperoleh kurva Cq bukan

nya kurva Ca . Gambar tersebu t di atas menjadi hampir identik di kedalaman sekitar
Pada sembarang ke dalaman yang lebih besar daripada

3B,

3B.

tekanan pada 9enampang hori

sontal yang dihasilkan oleh pembebanan suatu daerah bujur sangkar secara praktis sama
dengan tekanan yang dihasilkan oleh be ban terpusat ekivalen yang bekerja di pusat daerah
yang mengalami pembebanan. Dengan demikian, tegangan-tegangan
horisontal di kedalaman yang le bih besar daripada
kan Pers.

Pv

pad penampang

3B dapat dihitung de ngan mengguna

40.1 .

Pemindahan tanah dari ruang yang ditempati oleh ruan g di bawah tanah mengurangi
tekanan vertikal di sembarang titik di bawah dasar penggalian. Untuk menghitung per
ubahan tegangan yang terjadi, dianggap bahwa permukaan tanah terletak pada tin
penggalian , dan berat badan yang digali bekerja ke arah atas pada tinggi ini.

ggi dasar

/ r----r---

Gbr. 40.3. Dialll'am yang mengilustrasikan efek penggantian beban merata seragam yang
bekerja pada daerah bujur sangkar dengan beban terpusat ekivalen yang bekerja di pusat
bujur sangkar pada tekanan vertikal. Kurva-kurva menyajikan tegangan sepanjang garis
vertikal di bawah pusat bujur sangkar.

Soal-soal
l.

Be ban terpusat sebesar 53.00 kg bekerja pada p ermukaan massa elastis yang sangat

luas. Berap akah intensitas tekanan vertikal akibat be ban terse but pada kedalaman 20 meter
tepat di bawah beban? pada kedalaman 40 meter? Pada kedalaman 2 00 meter? Berapa in-

228

Mekanika tanah teoritik

tensitas tekanan vertikal di kedalaman-kedalarnan y ang sama seperti di atas pada titik y ang
berjarak h orisontal
meter dari garis kerja be ban terpusat terse but?

50
Jwb. 6,33; 1,58; 0,06; 0,045; 0, 1 50; 0,054 kgjm 2

2. Daerah berbentuk lingkaran pada permukaan dari suatu m assa elastis yang sangat
meluas memikul be ban merata seragam
kgjm 2 . Jari-jari lingkaran terse but adalah
meter. Berapakah intensitas tekanan vertikal p ada titik y ang berada
meter di bawah
pusat lingkaran? p ada titik di kedalaman y ang sarna di bawah pinggiran lingkaran?

2500

10

15

Jwb. I 060; 640 kg/m 2


1 20
5000

3.
Suatu bangunan yang sangat panjang memiliki lebar
meter. Beratnya merupa
2
kan beban tambahan yang secara p raktis seragam sebesar
kg/m pada permukaan
tanah. Di antara kedalaman
dan
meter terdapat lapisan J"empung lunak. Lapisan
tanah lainnya beru pa p asir padat. Hitu nglah intt'\nsitas tekanan vertikal akibat berat ba
ngunan terse but pada titik-titik yang berada p ada bidang horisontal di tengah-tengah lapis
an kompresibel terse bu t : tepat di bawah pinggiran bangunan ;
meter dari pinggir ke garis
tengah bangunan ;
meter dari pinggir ke garis-tengah bangunan ; tepat di bawah garis
tengah bangunan.

70

90

20

40

Jwb. 23 00 ; 2960; 343 0 ; 3 570 kgjm 2 .


Jika bangunan dalam Soal berbentuk bujur sangkar dengan luas
m 2 , hitung
lah tegangan pada titik-titik yang sama sep anjang p enarnpang di tengah antara ujung-ujung
bangunan.

4.

1 20

Jwb. 1690 ; 2250 ; 26 1 0 ; 2.750 kgjm 2


5.
Penggalian untuk bangunan y ang berben tu k segiempat dengan u kuran
X
meter direncanakan akan dilakukan sarnpai kedalaman
meter. Bahan yang digali ada
lah p asir lembab yang m emiliki berat sa tu an
kg/m 3 . Berapakah pengurangan tekanan
vertikal, akibat hilangnya berat dari daerah y ang digali, pada titik y ang terletak
meter
di bawah permukaan tanah semula di salah satu pojok/sudut bangunan?

200

1 15

1 20

20

70

Jwb. 560 kg/m 2

Bacaan Pilihan
Rujukan-rujukan berikut ini mengandung diagram-diagram, tabel-tabel, atau nilai
nilai pengaruh yang berguna dalam perhitungan tegangan dalam bahan elastis :

( 1 934 ). "The application of elasticity and p lasticity to foundation prob


Boston Soc. Civil Engrs. , 21, pp. 206-24 1. Reprinted in Contributions to soil
mechanics 1 925-1 940, Boston Soc. Civil Engrs, 1 940, pp. 148-1 83 .
Newmark, N. M . ( 1 942). "In fluence charts for computation of stresses in elastic founda
tions," Univ. ofl1L Eng. Exp. Sta. Bull. 338, 28 pp.
Terzaghi, K. (1 943b). Theoretical soil mechanics, New Y ork, J ohn Wiley and Sons, p p.
481-490.
H arr, M . E. ( 1 966 ). Foundations of theoretical soil mechanics, New York, McGra w-Hill,
p p . 55-1 16.
Burmister, D . M . ( 1 956). "Stress and displacement characteristics o f a twolayer rigid
base soil system : influence diagrams and practical applications," Proc. Hwy. Res.
Board, 35, p p : 773-8 14.
Osterberg, J. 0 . ( 1 95 7). "Influence values for v ertical stresses in a semi-infinite mass due
Jurgensen, L.
lems," J.

229

Penunman dan tekanan sentuh


to an embankment loading,"

3 94.

Proc. 4th Jnt. Conf Soil Mech., London,

Mehta, M . R.
Illinois,

( 1 959). Stresses and displacements in layered systems,


3 3 pp.

1 , pp.

3 93-

Ph. D. thesis, Univ. of

PASAL 41 PENURUNAN PONDASI

Pondasi di atas Lapisan Lempung Lunak yang Tertekan


Alinea-alinca berikut ini mcmbahas prosedur untuk mengestimasi penurunan dari suatu
bangunan

yang terletak di atas lapisan lempung lunak yang tertekan. Berat b angunan

diaiihkan oleh p ondasi pelat beton bertulang (Gbr.

4 1 . 1.a)

ke lapisan p asir yang me

ngandung l apisan lempung lunak pada kedalaman D di bawah p on dasi pelat tersebu t. Be

rat bangunan dianggap tersebar merata di seluruh daerah yang diduduki oleh p on dasi pelat
tersebu t.
Karena p asir bersifat hampir tak-kompresibel dib andingkan dengan lempung lunak,

maka penurunan hampir secara kcseluruhan diakibatkan oleh pemampatan lapisan lem
pung. Mengingat lempung dalam keadaan rtekan, maka pemampatan y ang dihasilkan
oleh tekanan tertentu d apat dihitung dengan metoda yang diuraikan dalam Pasal

13.

Akan tetapi, kita perlu menghitung penurunan beberapa titik p ada dasar bangunan, karena
obyek u tama perhitungan penurunan adalah mengestimasi besarnya pelengkungan y ang
akan dialami b an gunan . Jika ketebalan lapisan lempung tersebu t adalah kecil dibandingkan
kedalaman dari penggulingan , maka dapat diasumsikan bahwa intensitas tekanan vertikal
rata-rata Pv dalam lempung di bawah sua tu titik tertentu dari pondasi bernilai sama dengan

intensitas tekanan vertikal di bawah titik ini di tengah-tengah lapisan tersebut. Tekanan

ini dapat dievaluasi dengan menggunakan diagram (Gbr.

4 0 . 2)
Langkah beriku tnya adalah menghitung pemampatan S dari lapisan lempung di bawah

masing-masing titik y an g dipilih. Berdasarkan Pers.


kan oleh ungkapan,

t.n

1 3 .2,

peru bahan p orositas D.n diberi

m,.t.p

Gbr. 4 1 . 1 (a) Penurunan bangunan yang mempunyai pondasi pelat. Lapisan tanah di
bawah bangunan mengandung lapisan yang kompresibel pada kedalaman D. (b) Distri
busi tekanan vertikal pada bidang horisontal di tengah-tengah lapisan kompresibel ter
sebut.

230

Mekanika tanah teoritik

Kuantitas mv menyatakan koefisien kompresibilitas volume rata-rata (Pers. 1 3.3) untuk

selang tekanan dari nilai semula

sampai nilai akhir

p0

p0

D.p. Tambahan tekanan Ap

sama dengan tekan an vertikal P v sebagaimana yang dihitung da1am pasal sebelumnya.
Karena tebal lapisan kompresibel adalah 21!, maka perubahan ketebalan

P v adalah

S
Nilai

2HAn

S akibat tekanan
(41 . 1 )

2Hm.p.

tidak hanya menyatakan pengurangan ketebalan lapisan di bawah titik ter

tentu tetapi juga penurunan dasar pondasi pada titik termaksud. Jika lapisan tanah (sub

soil) di bawah bangunan mengandung beberapa lapisan koinpresibel, maka penurunan dad
titik tertentu pada pondasi sama dengan jumlah pemampatan masing-masing 1apisan se

panjang garis vertikal yang melalui titik tersebu t.

Jika lapisan lempung berukuran relatif tebal, atau jika Pv dan mv tidak dapat di

pandang hampir konstan di keseluruhan tebal lapisan, kita bisa menguraikan lapisan terse
but menjadi beberapa lapisan dan menentu kan Pv serta mv untuk setiap lapisan secara ter

pisah. Di lain pihak, kita bisa mengganti Pers. 4 1 . 1 dengan persamaan yang lebih u mum,

yakni

f2H
}o m,.p. dz

(41.2)

di mana mv dan Pv masing-masing adalah koefisien kompresibilitas dan tekanan vertikal


tambahan di sembarang kedalaman

di bawah titik tempat penurunan dihitung. lntegrasi

dilakukan secara grafis seperti diperlihatkan dalam Gbr. 4 1 . 2. Tekanan vertikal tambahan

P v di sembarang kedalaman

z di bawah titik tertentu dinyatakan oleh lebar daerah yang

diarsir dalam Gbr. 4 1 . 2a. Untuk menentukan perbatas sebelah kanan daerah yang diarsir,
nilai Pv harus dihitung untuk beberapa kedalaman z di bawah setiap titik. Dengan mem

plot nilai-nilai mv sebagai absis dan kedalaman sebagai ordinat, kita akan memperoleh
kurva pada Gbr. 4 1 . 2b. Lebar daerah yang diarsir dalam Gbr. 4 1 . 2c pada kedalaman

dibuat sama dengan hasil kali mvP v Oleh karenanya, seluruh daerah yang diarsir dalam
Gbr. 4 1 . 2c menyatakan penurunan

S.

Pemampatan lapisan lempung mengakibatkan pengurangan kadar air lempung tersebut.

Karena rendahnya permeabilitas lempung, air lebih mengalir sangat lambat dan memper

lambat pemampatan (Pasal 1 4). Metoda untuk menghitung laju penurunan disajikan

dalam Pasal

25. Akan tetapi, pada suatu waktu tertentu, penurunan daerah yang meng

alami pembebanan seragam berbentuk palung atau cakram, karena tekanan vertikal pada

lapisan kompresibel mencapai maksirnum di dekat pusat daerah tersebut dan berkurang
ke arah pinggir daerah ini (Gbr. 4 1 . 1 b).

Gbr.

41.2. Diagram yang mengilustrasikan metoda grafik untuk menghitung penurunan

lapisall' k.ompresibel jika tekanan vertikal Pv dan koefisien kompresibilitas


terhadap kedalaman.

mv

bervariasi

23 1

Penurunan dan tekanan sentuh

Pondasi pada Tanah Tak Terstratifikasi


Jika lapisan tanah di bawah pondasi bersifat agak homogen, maka berat bangunan
tidak hanya menyebabkan pemampatan lapisan tanah tersebut tetapi juga menghasilkan
pelelehan lateral. Oleh karenanya, sebagian dari penurunan dapat dipandang sebagai suatu
pemendekan vertikal dari lapisan yang mengalami pembebanan akibat berkurangnya volu
me, dan sebagian lain dipandang sebagai pe,mendekan tambahan akibat penonjolan lateral.
Jika subgrade bersifat elastis -sempurna dan homogen sampai suatu kedalaman yang
jauh di bawah permukaan, maka penurunan akibat penonjolan akan jauh lebih besar dari
pada penurunan akibat berkurangnya volume . Pada intensitas pembebanan tertentu, pe
nurunan daerah-daerah yang mengalami pembebanan dan yang memiliki bentuk serupa
akan bertambah sebanding (secara sederhana) terhadap lebar daerah-daerah tersebut.
Sehubungan dengan penurunan daerah yang mengalami pembebanan, kita harus mem
buat perbedaan antara beban yang berada di atas lapisan lempung dan beban yang berada
di atas lapisan pasir. Jika lapisan di bawah bangunan terdiri dari lempung, maka penurun
an akibat penonjolan lateral biasanya bernilai kecil clibandingkan penurunan total. Oleh
karenanya, sekalipun p ondasi terletak di atas lapisan lempung yang tebal, penurunannya
dapat dievaluasi setidaknya secara kasar dengan metoda yang dibahas dalam pasal se
belumnya. Di lain pihak, jika p ondasi terletak di atas lapisan pasir atau lanau anorganik,
penurunan akibat penonjolan lateral cenderung jauh lebih besar daripada penurunan
akibat pemendekan vertikal.
Untuk menentukan pengaruh ukuran daerah yal).g dibebani dan p osisi muka air tanah
pada penurunan pondasi telapak di atas lapisan pasir tak-berkohesi, kita harus memper
hitungkan faktor-faktor yang menentukan sifat-sifat tegangan-regangan pasir (Pasal 1 5).
Penyelidikan teoritik dari hubungan-hubungan ini, seperti halnya juga penyelidikan dengan
pengujian laboratorium dan pengamatan di lapangan, menghasilkan kesimpulan-kesimpul
an sebagai berikut (Kogler . 1 933).
Penurunan pondasi telapak dengan le bar B berkurang dengan bertambahnya nilai rata
rata modulus tangen awal E; dari pasir yang terletak di antara dasar pondasi dan kedalam
an sekitar B di bawah dasar p ondasi tersebut. Berdasarkan Gbr. 1 5.4, modulus tangen
awal pasir bertambah dengan meningkatnya tekanan pengikat efektif. Pada sembarang
kedalaman di bawah permukaan pasir, tekanan pengikat efektif secara kasar sebanding
dengan tekanan penggulingan efektif. Jika muka air tanah naik ke permukaan pasir dari
kedalaman yang lebih besar daripada B di bawah dasar pondasi telapak tersebut, maka
tekanan pengikat efektif berkurang secara kasar 50% (Pasal 1 2). 01eh karena itu, pe
nurunan bertambah mendekati 1 00%.

Beban q8 per
satuan /uas

/(
,

/./
f..Lempung
Lunak

Pasir

'
'

Lebar 8 dari Pondasi Tefapak


Berben tuk Bujur sangkar

Gbr. 4 1 .3 . Hubungan antara lebar pondasi telapak berbentuk bujur sangkar dan penurun
an akibat beban yang sama per satuan Iuas (Kogler 1 933}.

Mekanika tanah teoritik

232

Pada beban per satuan luas tertentu dari dasar pondasi telapak, kedalaman massa
pasir yang mengalami pemampa tan dan deformasi he bat bertambah jika lebar pon dasi ber
tambah. Di lain pihak, daya dukung akhir p ondasi telapak tersebut dan modulus tangen
awal pasir rata-rata juga bertambah. Sebagai konsekuensi beberapa faktor ini, penurun
an bervariasi terhadap lebar p ondasi mendekati seperti yang diperlihatkan oleh kurva ber
garis tebal dalam Gbr. 4 1 . 3 .
Dalam praktek, besar penurunan p ondasi telapak yang terletak d i atas lapisan pasir
tidak dapat diramalkan berdasarkan hasil-hasil pengujian laboratorium terhadap contoh
tanah. Akan tetapi, penurunan tersebut dapat diestimasi secara kasar dengan mengguna
kan aturan-aturan semi-empiris. Aturan tersebut sebagian didasarkan pada hubungan
hubungan umum yang disebutkan di atas dan sebagian lagi pada pengan1a tan hubungan
antara penurunan dan hasil-hasil uji lapangan yang sederhana seperti uji penetrasi (Pa
sal 54 dan 5 5).

Soa l s oa l
-

1 . Lapisan lempung lunak dflam Soal 3 , Pasal 40, memiliki kadar air alami 45%.
cm 3 , dan bera t satuan pasir
Bera t satuan bahan padat dari lempung tersebut ada1ah
3
padat sama dengan
kg/m . Muka air-tanah-bebas ter1etak pada permukaan tanah. Dari
basil pengujian konsolidasi, diperoleh nilai Cc sama deng(\n
Hitung1ah penurunan
bagian pinggir dan pusat bangunan tersebut.

2, 70 gJ

1 30

0,50.

Jwb.

8,5 ; 1 2, 3 in.

Beban seragam sebesar


kg/m 2 tersebar di daerah yang sangat luas pada per
mu kaan tanah. Lapisan tanah (subsoil) terdiri d ari 1apisan pasir padat yang mengandung
dua lapisan 1empung, masing-masing mempunyai keteba1an 1'() meter. Lapisan 1empung se
belah atas berada pada keda1aman
meter, dan lapisan 1empung sebelah bawah ter1etak
pad a kedalaman
meter. Nilai Cc kedua 1apisan terse but ada1ah
kadar air a1ami dan
berat satuan dari unsur penyusun bagian padatnya masing-masing ada1ah
dan 2 ,75 g /
kg/m 3 dan da1am keadaan terbenam se1uruhnya. Berapakah
cm 3 . Berat pasir adalah
penurunan permukaan tanah akibat b eban merata terse but?

3000

2.

20

70

0,3 5 ;

1 25

Jwb.

34%

1 5 in .
PASAL 42 TEKANAN SENTUH DAN TEORI
REAKSI SUBGRADE

Tekonan Sentuh pada Dasar Pondasi Te/apak yang Kokoh


Karena penurunan dasar dari pondasi telapak yang kokoh-sempurna dianggap seragam,
distribusi tekanan di dasar pondasi semacam itu identik dengan distribusi beban yang di
perlukan untuk menghasilkan penurunan-seragam dari daerah yang dibebani. Jika sub
grade (lapisan tanah di bawah pondasi) terdiri atas bahan elastis-sempuma, misalnya
lempung atau pasir yang mengandung lapisan-lapisan lempung lunak yang tebal, maka da
erah yang dibebani s.:cara seragam dianggap berbentuk sua tu palung atau mangkok yang
dangkal. Untuk mendapatkan penurunan yang seragam, kita perlu menggeser sebagian
beban dari pusat daerah yang dibebani ke arah pinggir daerah tersebut. Jadi, tekanan
sentuh di dasar pondasi telapak yang kokoh dan terletak di atas subgrade semacam itu
akan bertambah dari pusat dasar pondasi ke arah pinggirnya. Di lain pihak, jika di bawah
daerah yang dibebani secara seragam terdapat lapisan pasir, penurunan akan lebih besar di

233

Penurunan dan tekanan sentuh


<t:

--

Lajur Tak-berhingga,
q8 per Sa tuan Luas

Gbr. 42. 1 . Distribusi tekanan sentuh pada dasar pondesi telapak yang mengalami pem
bebanan seragam dan yang luar biasa panjang, terletak di atas subgrade elastis, homogen,
dan isotropik .

bagian pinggir daripada di bagian pusat daerah tersebut. Penurunan seragam hanya dapat
diperoleh dengan mendistribusikan beban sedemikian rupa sehingga intensitasnya ber
_kurang dari maksimum di bagian pusat dan minimum di pinggir daerah pembebanan.
Dengan demikian, distribusi tekanan sentuh pada dasar pondasi telapak yang kokoh yang
terletak di atas lapisan pasir akan memiliki karakteristik-karakteristik yang sama.
Gambar 42. 1 merupakan penampang dari pondasi telapak kontinu yang kokoh dengan
iebar B dan terletak di atas subgrade yang el<istis-sempurna dan homogen serta meluas
sangat dalam. Beban pada pondasi adalah qaB per satuan panjang. Perhitungan-perhitungan
yang didasarkan pada teori elastisitas telah memperlihatkan bahwa tekanan sentuh bertam
bah seperti ditunjukkan dalam gambar, yakni mula-mula (lebih kecil daripada) kurang
dari 0,7qa di garis-pusat sampai tak-hingga di bagian pinggir. Jika pondasi telapak berada di
atas bahan elastis yang nyata, tekanan sepanjang bagian pinggir tersebut tidak bisa melebihi
suatu nilai tertentu qc yakni pada saat bahan tersebut beralih dari keadaan elastis ke ke
adaan _semiplastis atau plastis. Distribusi tekanan sentuh yang bersangkutan diperagakan
oleh kurva C1 dalam Gbt. 42.2a.

(a)

(b)

(c )

Gbr. 42.2. Distribusi tekanan sentuh pada dasar pondasi telapak-kokoh yang licin yang
ditopang oleh (a) bahan elastis nyata ; (b) pasir tak-berkoh esi ; (c) tanah yang memiliki ka
rakteristik intermediate. Kurva Cu mewa kili tekanan sentuh ketika pondasi telapak di
bebani sampai ke nilai akhir.

Mekanika tanah teoritik

234

Jika beban pada pondasi telapak dalam Gbr. 42.2a ditambah, keadaan kesetimbangan
plastis menyebar dari bagian pinggir, dan distribusi tekanan sentuh berubah. Jika dasar
pondasi telapak bersifat licin, distribusi menjadi seragam-sempurna pada saat subgrade
runtuh akibat aliran plastis. Kurva Cu menyajikan distribusi pada tahap ini dan kurva C2
pada tahap kedua/selanjutnya.
Jika pondasi telapak yang kokoh atau fleksibel berada di atas permukaan massa pasir
kering tak-berkohesi, teori menunjukkan bahwa intensitas tekanan sentuh pada sembarang
beban berkurang mulai dari maksimum di pusat sampai bernilai nol di pinggir, seperti di
tunjukkan dalam Gbr. 42.2b. Penyelidikan eksperimental juga menghasilkan kesimpulan
yang sama.
Gambar 42 .2c mewakili distribusi tekanan sentuh pada dasar pondasi telapak yang di
sangga oleh subgrade dengan karakter di antara tanah kohesip murni dan tanah tak ber
kohesi murni. Pada beban yang kecil, tekanan sen tuh bertambah mulai dari bagian tengah
ke arah pinggir pondasi tersebut (kurva C1 ). Sementara beban bertambah, tekanan di
bagian tengah meningkat pada bagian pinggir tetap tak berubah. Pada saat runtuh, tekan
an berkurang mulai dari bagian tengah ke arah pinggir, seperti ditunjukkan oleh kurva
Cu .

Definisi Reaksi Subgrade


Gambar 42.2 memperlihatkan bahwa hubungan antara karakteristik tegangan-defor
masi dari subgrade dan tekanan sentuh pada dasar pondasi telapak yang kokoh-sempurna
ternyata tidaklah sederhana. Jika pondasi telapak tersebut tidak kokoh, hubungan di atas
bahkan menjadi lebih rumit lagi. Oleh karenanya, evaluasi distribusi tekanan sentuh nyata
yang secara kasar sekalipun merupakan hal yang sangat tidak praktis. Akan tetapi, tanpa
pengetahuan mengenai tekanan sel)tuh, pondasi telapak atau pondasi pelat tidak bisa di
disain. Oleh karenanya, sudah menjadi kebiasaan dan merupakan suatu keperluan untuk
mengestimasi tekanan sentuh atas dasar asumsi penyederhanaan dan mengkompensasi
kesalahan akibat asumsi-asumsi ini dengan suatu faktor keamanan yang cukup.
Suatu prosedur yang disederhanakan mendasarkan diri pada asumsi sembarang dan
salah bahwa penurunan S dari sembarang elemen yang mengalami pembebanan sepenuh
nya tak bergantung kepada beban yang bekerja pada elemen yang bersebelahan . Selanjut
nya diasumsikan bahwa rasio
K,

p
=

(42.1)

antara intensitas tekanan p pada elemen tersebut dan penu.runannya S merupakan suatu
konstanta K8 (gram per centimeter kubik). Asumsi tersebut bertentangan dengan kenyata
an sebenarnya. Untuk membedakannya den gan tekanan sentuh sebenarnya yang bekerja
pada dasar pondasi telapak, maka tekanan ftktif p yang memenuhi Pers. 42. 1 disebut
reaksi subgrade. Dalam pasal-pasal berikut dari artikel ini, simbol p dengan jelas diguna
kan untuk reaksi subgrade. Simbol tersebut tidak dipakai untuk menyatakan tekanan
sentuh nyata. Koefisien K8 dikenal sebagai koefisien reaksi subgrade, dan teori yang di
dasarkan pada asumsi di atas disebut teori reaksi subgrade.

Reaksi Subgrade pada Pondasi-Kokoh


Dalam kaitannya dengan pondasi yang kokoh, Pers. 42. 1 memberikan kesimpulan
bahwa distribusi reaksi sub grade p pada dasar pondasi harus bersifat planar, karena pondasi
yang kokoh tetap rata ketika mengalami penurunan. Dengan demikian , untuk men
disain p ondasi-kokoh berdasarkan Pers. 42. 1 , kita hanyalah mengasumsikan bahwa reaksi

Penurunan dan tekanan sentuh

235

Gbr. 42. 3 . Reaksi subgrade pada dasar dinding penahan gravitasi yang kokoh.

subgrade memiliki distribusi planar. Di samping itu, kita harus memenuhi persyaratan
statika bahwa ( I ) reaksi sub grade total sama dengan jumlah be ban vertikal yang bekerja
pada subgrade, dan (2) momen beban vertikal resultan terhadap sembarang titik sama de
ngan momen reaksi subgrade total t erl1adap titik tersebut.
Misalkan kita pandang dinding-penahan-gravitasi yang kokoh seperti diperlihatkan
dalam Gbr. 42.3. Lebar dari dasar dinding tersebut adalah B, dan beban vertikal resultan
Q di dasar dinding bekerja pada jarak a dari ujung kaki dinding tersebu t. Reaksi subgrade
di ujung kaki dinding adalah Pa , dan di tumit dinding adalah P b. Berdasarkan alinea se
belumnya, distribusi reaksi tersebut dianggap Iinier di antara kedua titik-titik ini. Melalui
statika, kita memperoleh dua persamaan,

(42.2)

dan
Nilai-nilai Pa dan P b dapat diselesaikan dari persamaan-persamaan ini.

(42.3)

Perlu dicatat bahwa Pers. 42. 2 dan 42.3 tidak mengandung koefisien reaksi subgrade

K8 Dengan kata lain, distribusi reaksi su bgrade pada dasar pondasi telapak yang kokoh

tak bergantung kepada derajat kompresibilitas subgrade. Fakta ini memudahkan pem
visualisasian perbedaan antara reaksi subgrade dan tekanan sentuh yang sebenarnya. Jika
beban resultan Q pada P (!ndasi telapak tersebut bekerja melalui titik berat daerah pem
bebanan A, reaksi subgrade tersebar secara seragam pada dasar pondasi tersebut dan besar
nya sama dengan Q/A di se tiap titik. Di lain pihak, distribusi tekanan sen tuh nyata pada
dasar p ondasi y ang sama mungkin sama sekali tidak seragam, seperti ditunjukkan dalam
Gbr. 42.2. Distribusi tersebut bergantung pada karakteristik tegangan-deformasi dari sub
grade dan p ada in tensitas be ban tersebu t.
Walaupun terdapat ketidakscsuaian yang nyata antara te ori dan kenyataan, teori reaksi
subgrade dapat dipakai dengan aman sehubungan dengan disain pondasi telapak yang kerap
kali dilakukan, karena kesalahan-kesalahan yang terjadi masih berada dalam batas-batas ke
amanan yang biasa digunakan dan, sebagai suatu peraturan, teori tersebut juga berada
dalam daerah yang aman.

Reaksi Subgrade pada Pondasi Fleksibel


Jika p on dasi telapak atau pondasi pelat tidak kokoh, distribusi reaksi subgrade ber
gantung pada nilai numerik K8 dan kekakuan lentur p ondasinya. Pengaruh yang terakhir

236

Mekanika tanah teoritik

Gbr. 4 2.4. Pondasi telapak elastis yang sangat panjang dikenai beban garis dan disangga
oleh subgrade yang elastis. (a) Deformasi pondasi telapak terse but akibat beban. (b) Dis
tribusi reaksi subgrade.

ini diilustrasikan oleh Gbr. 42.4, yang menyajikan penan1pang dari pela t elastis segi
empat yang panjang. Sumbu pelat yang lebih pan.fang memi kul beban garis Q per satuan
panjang. Pelat terletak pada subgrade y ang elastis. Karena fleksibilitas pelat, penurunan
berkurang mulai dari pus at ke arah bagian pinggirnya. Dengan demikian , reaksi su bgrade
juga berkurang mulai dari maksimum di bagian te ngah sampai minimum di tepinya.
Jika pelat sangat fleksibel, bagian pinggirnya mungkin naik, clan reaksi subgrade di bawah
bagian luar pelat bisa menjadi n ol. Pada suatu keadaan, yaitu untuk beban garis Q ter
tentu dan lebar pelat B tertentu , m omen lentur maksimum dalam pelat yang fleksibel ter
sebut jauh lebih kecil daripada m omen !en tur maksimum p ada pelat yang kokoh.
Reaksi subgrade p ada dasar dari suatu bagian p on dasi yang relatip fleksibel dapat di
hitung dengan menggunakan teori batang elastis pada penyangga elastis yang kontinu
(theory o( elastic beams on c ontinuous elastic support). Te ori terse but didasarkan pada
fakta bahwa perpindahan vertikal dari bagian dae rah yang mengalami pembebanan di
akibatkan oleh penurunan dan lenturan di se tiap titik hams sama dengan penurunan per
mukaan tanah di titik yang sarna. Perhitu ngan penurunan permukaan tanah didasarkan
pada Pers. 42. 1 . Berbeda dengan Pers. 42.2 dan Pers. 42.3 yang ditujukan untuk p ondasi
yang kokoh, persarnaan-persamaan untu k menghitung reaksi subgrade pada pondasi elastis
selalu mengiku tsertakan nilai Ks (Pers. 42. 1 ).
Karena teori mengenai batang elastis pada pe nyangga elastis yang kontinu didasar
kan pada Pers. 42. 1 , maka teori tersebu t tidak le bih akurat daripada teori reaksi subgrade
untuk p on dasi telapak yang kokoh. Bahkan teori tersebut bisa kalah akurasinya, karena
teori termaksu d melibatkan diri pada kesalahan yang berkaitan dengan pengevaluasian
K8 Karcna perhitungan-perhitungan selamanya tidaklah praktis, penyelidikan tidak di
anjurkan kecuali kalau penyelidikan terse but mengakibatkan penghcma tan yang sanga t
besar pada biaya struktur.
Dalam semua teori reaksi subgrade, koefisien K8, yang merupakan ra.sio antara inten
sitas beban p ada subgrade yang fiktif dan perpindahan vertikal, dianggap merupakan
konstanta yang hanya bergantung pada sifat-sifat fisis tanah di bawah p ondasi. Akan te
tapi, rasio antara intensitas tekanan ra ta-rata pada permukaan padat tertentu dan pe
nurunannya tidaklah konstan. Untuk pondasi telapak berbentuk lingkaran pada dasar
isotropis yang elastis, rasio tersebut berkurang jika jari-jari p ondasi bertambah. Untuk
pondasi telapak dengan ukuran tertentu clan terletak di atas tanah, rasio tersebu t juga
berkurang dengan meningkatnya intensitas beban. Selanjutnya, r asio tersebut akan berbeda
untuk titik-titik yang berbeda pada dasar p ondasi yang sama. Oleh karenanya, evaluasi
Ks melibatkan banyak ketidakpastian,.dan prosedur y ang bisa dilakukan u'ntu k menen tu
kan K8 atas dasar uji-beban berskala-kecil bergantung pada .keterbatasan-keterbatasan
metoda-metoda uii-beb<Ul yang diuraikan dalam Pasal 54 (iilid 2).

237

Penurunan dan tekanan sentuh


Soal-soal

1 . Dincting penahan gravitasi memiliki ctasar yang ukuran lebarnya sama ct engan
meter. Garis kerja resultan gaya vertikal ctan horisontal memotong ctasar ponctasi cti titik
yang berjarak m eter ctari ujung-kaki dincting tersebut. Berapakah reaksi subgracte cti ujung
kaki ctinding? dan cti tumito ctincting?

2. Ponctasi telapak memiliki dasar b erbentuk trapesium yang panjangnya


meter
m eter cti ujung yang sa tu serta meter cti ujung yang lain. Ponctasi terse but
ctan lebarnya
meter
menyangga dua buah kolom cti sepanjang garis pusatnya, satu kolom pacta jarak
m eter ctari ujung yang lebar.
ctari ujung yang sempit dan kolom yang lainnya pada jarak
ton. De
ton dan pacta kolom kectua sama ctengan
Beban pacta kolom pertama actalah
ngan menganggap bahwa ponctasi tersebut bersifat kokoh, berapakah reaksi subgracte pacta
masing-masing ujungnya?

12

18

36

Jwb. 2000 kg/m 2

Bacaan Pilihan
HeH\nyi, M.
hal.
Terzaghi, K .
hal.

255.

( 1 946).

Beams on elastic fou ndation,

(195 5b ).
297-326.

Ann Arbor, Univ. of Michigan Press,

"Evaluation o f coefficient o f subgracte reaction," Geot. , 5 , N o .

4.

TIGA
MASALAH DI SAIN
DAN KONSTRUKS I

Pada Bagian I telah diuraikan mengenai diskripsi tanah asli (real soil) sebagaimana yang

diperlihatkan oleh hasil percobaan uji laboratorium. Pada Bagian 11 diuraikan proses-proses

teoritis untuk meramalkan keadaan bahan-bahan jdeal yang memiliki sifat-sifat yang ham

pir serupa dengan sifat-sifat tanah asli. Sebelum teori-teori tersebut diterapkan untuk me
nyelesaikan permasalahan pada disain dan konstruksi, lebih dahulu hams dilakukan dua
operasi/tindakan yang saling terlepas satu sama lain . Pertama, menentukan sifat-sifat pen
ting tanah di bawah permukaan dengan melakukan pemboran, pengambilan contoh tanah
(sampling), dan pengujian. Selanjutnya (yang kedua), mengganti atau mensubstitusi tanah
asli yang keadaannya jauh lebih kompleks dengan tanah ideal yang terdiri atas satuan
satuan tanah homogen dengan batas-batas yang sederhana.
Dalam beberapa hal di mana profil tanah asli cukup sederhana sehingga dapat diganti
dengan idealisasi yang layak disertai dengan kesalahan yang masih bisa ditolerir, teori
yang digabung dengan hasil-hasil pengujian tanah memungkinkan kita meramalkan keadaan
tanah penyangga bangunan secara matematis. Prosedur semacam ini dapat dilihat pada
penentuan besar dan distribusi penurunan (settlement) struktur yang berdiri di atas lapisan
lempung horisontal dan tebalnya seragam.
Di lain hal, hasil-hasil eksplorasi tanah hanya memberikan informasi kepada disainer
mengenai karakteristik umum tanah di bawah permukaan dan lokasi dari lapisan-lapisan
tanah yang rawan. Karakteristik detil dari lapisan tanah yang rawan tersebut tetap tak di
ketahui, dan seandainya bisa diketahui, waktu dan tenaga yang diperlukan untuk menda
patkan data-data yang bisa menjamin ketepatan peramalan keadaan tanah tersebut tetap
merupakan halangan. Dalam keadaan ini, para perencana hanya dapat membuat suatu
profil tanah idealisasi yang batas luarnya mirip dengan batas luar lapisan tanah rawan ter
maksud, yakni lapisan tanah yang lunak atau lapisan tanah yang kompresibel, dan mencan
tumkan sifat-sifat tanah yang paling jelek pada lapisan tersebut yang kira-kira sesuai dengan
data-data yang ada. Estimasi keadaan tanah dengan cara di atas hanya memberikan nilai
nilai batas atas dari kerusakan yang mungkin terjadi dengan adanya lapisan tanah rawan
tersebut, tetapi dengan nilai-nilai tersebut sekalipun, perencana mampu menghindari keja
dian-kejadian yang tidak diinginkan dengan membuat disain yang layak. Sebelum peralatan
penyelidikan sifat-sifat tanah di bawah _permukaan dikembangkan, dan sebelum prinsip
prinsip teoritis dari sifat-sifat tanah tersebut disusun, makn<t.atau (bahkan) kehadiran lapis
an tanah yang rawan terse but tetap tidak diketahui sampai hal terse but terungkapkan oleh
keadaan-keadaan yang tak terduga dari bangunan yang berdiri di atas lapisan tanah terse but.

240

Masalah disain dan konstruksi

Bagian I II buku ini berisi pengkaj ian ulang dari metoda-metoda pengeksplorasian tanah
dan ketidakpastian yang tak dapat dihindarkan yang berkaitan dengan hasil-hasil eksplorasi
tersebut. Selanjutnya dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan tanah di bawah per
mukaan, disertai der.gan lapisan tanah rawan yang mungkin d ij umpai dan cara-cara untuk
mengatasi dan menghindari bencana yang bisa ditimbulkan oleh lapisan tanah tersebut.

BA

aI

TUJlJif1
EKSPLORASI TANAH

PASAL 43 TUJUAN DAN UNGKUP EKSPWRASI TANAH

Definisi Eksplorasi Tanah


Disain pondasi, bendungan tanah, atau dinding penahan tidak dapat dibuat dengan
cara yang rasional dan memuaskan tanpa disainer paling tidak memiliki konsepsi akurat
yang dapat diterima dari si fat-sifat fisis tanah yang dihadapinya. Penyelidikan lapangan
dan laboratorium yang diperlukan untuk memperoleh informasi ini dinamakan eksplorasi

ianah.
Sampai beberapa dekade yang lalu, kegiatan eksplorasi tanah masih tetap belum me
madai karena metoda-metoda pengujian tanah yang rasional bclum dikembangkan. Semen
tara itu, pada saat ini jumlah pengujian tanah dan perbaikan-perbaikan teknik pengujian
tersebut seringkali di luar proporsi yang berkaitan dengan nilai praktis yang dihasilkan.
Untuk menghin dari keadaan-keadaan ekstrim tersebut, perlulah disesuaikan program eks
plorasi dengan kondisi-kondisi tanah dan besarnya pekerjaan.

Pengaruh Kondisi Tanah pada Program Eksplorasi


Jika pondasi dari suatu bangunan yang penting akan didirikan di atas lapisan lempung
yang agak homogen, maka mungkin perlu dipertimbangkan pengadaan sejumlah besar peng
ujian tanah yang dilakukan oleh teknisi-teknisi laboratorium yang akhli , karena h asil-hasil
pengujian tersebut memungkinkan kita menduga dengan tepat (secara relatif) besar dan
laju waktu penurunan. Berdasarkan dengan ini, kita bisa menghilangkan bencana akibat
perbedaan penurunan (differential settlement) dengan car a yang cukup murah, yakni
dengan mendistribusikan beban secukupnya, atau Jengan memperkirakan kedalaman
yang cocok bagi pondasi yang terletak di berbagai tempat di sebelah bawah bangunan. Di
lain hal, jika bangunan yang sama akan dibuat di atas endapan yang tersusun atas kantong
kantong dan lensa-lensa pasir, lempung, dan lanau, jumlah pengujian yang serupa akan
menambah informasi yang sangat sedikit yang dapat diperoleh hanya dengan menentu
kan si fat-sifat indeks dari beberapa lusin contoh .representatif yang diambil dari lubang
lubang bor. Data-data tambahan yang jauh lebih penting dari data-data yang didapat
melalui pengujian ekstensif tersebut bisa diperoleh dalam waktu yang lebih singkat dan
dengan biaya yang lebih murah dengan melakukan sounding (pengukuran kedalaman
suatu tempat dengan gema suara atau dengan pengukur) ke bawah permukaan tanah
dalam jarak-jarak yang rapat, karena sounding semacam itu dapat mengungkapkan tempat
tempat rawan yang (sekalipun) daerah-daerah semacam itu lebih penting daripada penge
tahuan vang akurat mengenai sifat-sifat contoh-contoh t nh v n a !lr8k

Masalah disain dan konstruksi

242

Alinea di atas menerangkan bahwa, jika profil tanah kompleks, maka program penguji
an tanah yang terperinci nampaknya tidaklah tepat. Dengan demikian, metoda eksplorasi
tanah harus dipilih sesuai dengan tipe profil tanah di lapangan tempat bangunan akan di
dirikan. Alinea-alinea berikut akan menguraikan karakteristik-karakteri stik penting dari
tipe-tipe utama profil tanah yang biasa dijumpai di lapangan.

Profil tanah (soil profile) adalah pena1'11pang


vertikal el!ui lapisan-lapisan tanah di
k
bawan permukaan_f11ef1ul1.Lukkan eteb aG.n dat1 deretan Iapi san-lapisan tanah yang
"'berbe"a
a.Istila
isan tanah (stratum) diartikan sebagai lapisan tanah yang relatip tertentu
-b
g
yan
erbatasan dengan lapisan-lapisan tanah lainnya dengan karakter yang jelas berbeda.
Jika perbatasan antar lapisan kurang lebih sejajar, maka profil tanah dikatakan sederhana
(simple) atau tertJtur (regular). Jika batas-batas tersebut tertentu, nampaknya menunjuk
kan pola yang kurang lebih tidak teratur, maka profil tanah disebut tak menentuferatik
(erratic).

hlaP

Sampai kedalam kira-kira 6 kaki dari permukaan tanah, dan kadang-kadang lebih
dalam lagi, sifat-sifat fisis tanah dipengaruhi oleh perubahan-perubahan musiman dari k e
lembaban dan temperatur serta oleh unsur-unsur biologis seperti akar, cacing, dan bakteri.
Bagian sebelah atas dari daerah ini disebut horison-A. Daerah .ini terutama dipengaruhi
oleh efek-efek mekanik akibat pelapukan dan hilangnya beberapa unsur penyusun tanah
akibat proses pelapukan (leaching), Bagian sebelah bawah dinamakan horison-B, tempat
diendapkan dan diakumulasikannya bahan-bahan yang dihanyutkan dari horison-A.
Sifat-sifat tanah di dalam horison-A dan B terutama merupakan perhatian para agro
nomis dan pembuat jalan. Insinyur pondasi dan bangunan tanah terutama tertarik pada
lapisan tanah di sebelah bawahnya. Di bawah horison-B karakter tanah hanya ditentu
kan oleh bahan-bahan kasar pembentuknya, metoda pengendapannya, dan oleh peristiwa
peristiwa geologi selanjutnya. Lapisan tanah yang membentuk profil tanah di bawah hori
son-B mungkin agak homogen, atau mungkin terdiri atas elemen-elemen yang lebili kecil
yang sifat-sifatnya agak merata. Bentuk, ukuran, dan susunan eiemen-demen ini menentu
kan struktur utama (primary structure) dari endapan. Oleh karena sebagian besar tanah
diendapkan di bawah air, maka struktur utamanya yang umum adalah stratifikasi (stra
tification). Apabila masing-masing lapisan tanah tersebut tidak lebih tebal dari 1 inci
dan kira-kira sama tebalnya, maka tanah tersebut dikatakan berlapis-lapis (laminated).
Contohnya adalah lempung "varved" yang telah diuraikan dalam Pasal 2. Aksi dari es,
tanah longsor, aliran yang sangat deras, dan beberapa unsur lain yang menghasilkan pem
bentukan endapan dengan struktur (susunan) yang tak menentu (eratik). Endapan semacam
itu tidak memiliki pola yang teratur. Semakin mendekati struktur eratik, semakin sukar
menentukan nilai rata-rata dari sifat-sifat tanah dan hasilnya pun semakin tak menentu.
Pada lempung kaku dan tanah-tanah lain yang kohesinya besar, struktur utamanya
bisa dikaitkan dengan struktur sekunder yang dibentuk setelah tanah diendapkan. Karak
teristik struktur sekunder yang terpenting adalah sistem retak-retak rambut (hair cracks),
sistem kekar (joint), atau sistem slickensides. Retak-retak rambut dan kekar biasanya
muncul di daerah dataran banjir yang terdiri atas lapisan-lapisan lempung. Masing-masing
lapisan tersebut untuk sementara waktu (setelah pengendapan) tersingkap ke udara bebas.
Pada saat tersingkap tersebut terbentuklah retakan-retakan akibat proses penyusutan.
Slickensides adalah permukaan mengkilap yang licin yang terjadi akibat perubahan volume
oleh proses-proses kimia atau deformasi oleh gaya gravitasi atau gaya-gaya tektonik yang
melibatkan penggelinciran-penggelinciran sepanjang dinding dari kekar yang sudah ada
atau yang baru terbentuk.
Jika lapisan tanah kohesif memiliki struktur sekunder yang mapan, maka hasil peng
ujian laboratoriumnya bisa memberikan konsepsi yang keliru tentang -sifat-sifat mekanik
nya. Oleh karenanya, bila menjumpai tanah semacam itu, petunjuk yang paling dapat di-

Eksplorasi tanah
0

243

I Kedalaman

95 ft
I

l}f\ J

"'
->c

1_...---

Maksimum

{_

lo

16 30

1I

1 46,
l

m
50

12

ra

40

Rata-rata
32,4%
i
(V

Minimum
22, 5%

Ujung-ujung setiap garis horisontal menunjukkan kadar air maksimum dan minimum dalam contoh tanah yang panjangnya 12 inci
-menyatakan nilai ra ta-ra ta
"A " menunjukkan contoh
tanah
ang dii/ustrasikan
dalam a). -

.1::

60
70

80

(a)

'E 90
.!!!

I
/0 20 30 40 50 6'0
Kadar Air - % Bera t Kering

roo o

F-

I =-

r1J
I A

10
zo 30 40 so oo
Kadar Air - % Berat kering.

Gbr. 4 3. 1 . Variasi kadar air alami dari lempung yang diambil dari sebuah lubang bor di
Boston. (a) Variasi dalam arah vertikal sepanjang stu kaki. (b) Variasi di keseluruhan lu
bang bor (Fadum 1 948).

pe.rcaya oleh insinyur adalah pertimbangan-pertimbangan dan kebijaksanaan-kebijak


sanaannya sendiri yang didasarkan atas pengalamannya ketika menangani tanah yang
serupa serta pada pengujian-pengujian yang berskala besar (dalam beberapa situasi).
Pengalaman menunjukkan bahwa sifat-sifat fisis dari hampir semua lapisan tanah alami
bervariasi secara luas dalam arah vertikal dan dalam tingkat yang lebih kecil dalam arah
horisontal . Kenyataan ini dengan jelas diperlihatkan oleh variasi kadar air lempung yang
pada inspeksi visual nampaknya homogen. Gambar 43 . 1 memperagakan hasil penyelidik
an variasi kadar air dalam suatu lapisan lempung di Boston. Gambar 43 . l a mengilustrasi
kan variasi kadar air dalam lapisan yang tebalnya satu kaki, dan Gambar 43 . l b menunjuk
kan variasi dalam lapisan dengan tebal 60 ft. Jika suatu massa lempung kelihatannya
tak-homogen, maka variasi kadar airnya terhadap kedalaman cenderung tak menentukan
seperti yang diterangkan dalam Gbr. 43.2.

Lanau-lempungan
organik yang
sanga t /unak
Pasir ke/abu
ha/us sampai
kasar
Lempung-lanauan
kelabu ge/ap
yang lunak
Mar/

65
60

55

140
1<:.

.;:: so

45

-...
- -_,i"- -o
- r-""
-I<>

><- - - - -

><x-

F
=
X \'-<>

o-

Ba tas

Cair \.
Ba tas
':ltf
Plas tis
zs
0 20 4() 60 80 f()l)

.30

x -

Kadar air - % Berat kering

Gbr. 4 3 . 2. Variasi kadr air alami contoh tanah yang diambil dari lubang bor pada endap
an komposit di p antai.

244

Masalah disain dt:tn konstruksi

Jika suatu lapisan tanah memilik1 tipe yang tak menentu (eratik), maka informasi
yang cukup mengenai variasi sifat-sifat tanahnya hanya dapat diperoleh dengan mengambil
contoh tanah yang menerus dari lapisan teratas sampai lapisan terbawah dan melaksanakan
serangkaian pengujian di setiap bagian dari contoh tanah tersebut, atau mengadakan peng
ujian-pengujian lainnya di lapangan. Salah satu jenis pengujian lapangan tersebut adalah
sounding ke bawah permukaan tanah akar. melengkapi data-data yang sinambung tentang
variasi tahanan penetrasi lapisan. Jenis pengujian lapangan yang kedua adalah "test pum
ping" untuk menentukan koefisien permeabilitas tanah yang akan memberikan i'lformasi
mengenai nilai rata-rata sifat tanah yang sedang diselidik:i .

Pengaruh Besar Proyek pada Program Eksplorasi


Dalam mempersiapkan suatu program eksplorasi tanah besarnya pekerjaan yang juga
harus diperhatikan. Jika operasi konstruksi yang direncanakan akan menghabiskan biaya
yang kecil, maka disainer cukup mengadakan sejumlah kecil pengeboran dan beberapa
pengujian klasifikasi pada contoh tanah representatif. Kurangnya informasi yang akurat
mengenai kondisi tanah di bawah permukaan harus diimbangi dengan pemakaian faktor
keamanan dalam disain. Sementara itu, jika akan dilakukan kegiatan serupa dengan skala
besar pada kondisi tanah yang sama , maka biaya penyelidikan tanah yang dikeluarkan
(sekalipun dilaksanakan penyelidikan yang cermat dan terperinci) biasanya kecil dibanding
kan dengan penghematan yang akan dialami dalam disain dan konstruksi bangunannya
kelak, atau apabila dibandingkan dengan pengeluaran yang akan terjadi andaikata terjadi
keruntuhan 5angunan akibat asumsi disain yang kcliru. Dengan demikian, pada proyek
proyek besar sebaiknya dipertimbangkan pengadaan penyelidikan tanah yang ekstensif.
Agar dapat menyesuaikan program eksplorasi sesuai dengan yang diperlukan dalam
pekerjaan tertentu dan untuk mendapatkan data-data penting dengan waktu dan biaya mi
nimum, insinyur yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut harus mengenal betul
peralatan dan proses dalam eksplorasi tanah, dengan metoda penganalisaan dan perangkum
an hasil-hasil pengujian laboratorium dan lapangan, dan ke-tak-tentuan yang didapat
dengan penggunaan metoda-metoda eksplorasi yang berlainan. Persoalan-persoalan ini akan
dibahas dalam dua pasal berikut.

Sebab-sebab Kesalahan Interpretasi Kondisi Tanah


Apa pun kondisi tanah di bawah permukaan dan program pemboran serta sounding
yang akan dilakukan, eksplorasi hanya memberikan informasi mengenai lapisan-lapisan
tanah sepanjang garis vertikal, yang biasanya berjarak p aling dekat 50 ft, dan sifat-sifat
fisis penting yang diperoleh dari contoh-contoh tanah representatif. Dengan mengandal
kan informasi yang tidak lengkap ini, perencana terpaksa membuat profil tanah dengan
menginterpolasi keadaan-keadaan di antara lubang-lubang bor dan contoh-contoh tanah,
membagi tanah di bawah permukaan menjadi lajur-lajur (zones) yang mengandung tanah
dengan sifat-sifat teknik yang hampir sama, dan memperkirakan nilai parameter-parameter
tanah rata-rata di daiam setiap lajur. Selanjutnya ia lupakan tanah yang sebenarnya dan
bekerja dengan tanah fiktif tersebut. Dengan demikian, tingkat kehandalan hasil per
hitungannya semata-mata berga_ntung kepada perbedaan antara tanah yang sebenarnya
dan tanah yang sudah diidealisasi. Seandainya perbedaan yang berarti terlepas dari per
hatian insinyur, maka disain yang sudah dibuatnya berdasarkan data tanah tersebut
menjadi tak memuaskan walaupun eksplorasi tanahnya dilakukan dengan cermat.
Pengalaman menunjukkan bahwa sebab-sebab kesalahan fatal pada interpretasi kondisi
tanah di bawah permukaan bisa dikelompokkan ke dalam tiga katagori :
l.
Pengaruh gangguan yang terlalu banyak pada contoh tanah atau perbedaan yang
menyolok antara kondisi di lapangan dan pengujian pada hasil-hasil penguji.an.

245

Eksplorasi tanah

2. Kegagalan melihat atau mempertimbangkan dengan tepat kondisi tanah di bawah


permukaan yang paling jelek sesuai dengan data-data lapangan yang a.d a.
3 . Hubungan yang tak memadai antara organisasi disain dan konstruksi, yang akan
menimbulkan tak terdeteksinya penyimpangan dari kondisi-kondisi atau prosedur-prosedur
yang diharapkan dan ditentukan oleh insinyur (Terzaglti 1 9 5 8a , 1 963).

Observasi selama Konstruksi


Disain yang didasarkan pada asumsi yang paling tidak diharapkan tentu saja tidak eko
nomis, tetapi tidak ada prosedur-prosedur lain yang ada yang dapat dipakai insinyur dalam
melaksanakan suatu konstruksi dengan keyakina11 bahwa tanah penyangga bangunan tidak
akan menimbulkan kerusakan-kerusakan yang tak diharapkan. Akan tetapi, seandainya
proyek memungkinkan dilakukannya modifikasi disain selan1a konstruksi, maka kita dapat
melaksanakan penghematan yang berarti dengan mendisain berdasarkan kondisi yang paling
mungkin terjadi ketimbang berdasarkan kondisi yang paling buruk. Kekosongan di antara
informasi yang ada diisi dengan serangkaian observasi yang dilaksanakan selama masa
konstruksi, dan disain dimodifikasi sesuai dengan penemuan/data baru yang diperoleh.
Basis disain semacam ini bisa dinamakan prosedur observasional.
Prosedur observasional sudah dipraktekkan dengan sukses pada teknik terowongan
(tunnel engineering), karena konstruksi dinding terowongan yang pennanen biasanya di
dahului dengan penempatan struktur-struktur penyangga sementara, dan observasi yang
diadakan untuk menyelidiki kondisi struktur penyangga tersebut memberikan segala
fuformasi yang diperlukan untuk menyesuaikan disain dinding terowongan dengan kondisi
buruk tanah di bawah permukaan yang tak diharapkan. Di lain hal, dalam teknik bendung
an tanah dan pondasi, struktur permanen didisain sebelum operasi konstruksi dimulai,
dan bahaya yang muncul akibat adanya lapisan tanah rawan yang tak diketahui sebelumnya
baru,muncul p ada tahapan selanjutnya dari masa konstruksi.
Untuk menggunakan prosedur observasional dalam teknik bangunan tanah harus di
penuhi dua buah persyaratan. Pertama, adanya lapisan tanah yang lemah dan karakteristik
karakteristik umumnya harus terungkap dari hasil-hasil eksplorasi tanah dalam masa
konstruksi. Kedua, harus dibuat ketentuan-ketentua:n khusus untuk memperoleh informl\si
kuantitatif mengenai karakteristik yang tidak diinginkan dari lajur ini selama konstruksi
dilaksanakan sebelum terlalu terlambat untuk memodifikasi disain sesuai dengan penemu
an-penemuan yang didapat. Persyaratan-persyaratan ini belum dapat dipenuhi sebelum me
kanika interaksi antara tanah dan air diketahui dengan jelas dan peralatan yang cukup
untuk observasi dikembangkan. Bergantung pada sifat proyek yang ada, data yang diperlu
kan untuk mempraktekkan prosedur observasional diperoleh dengan mengukur tekanan
pori dan ketinggian piezometric ; be ban dan tegangan ; perpindahan horisontal, vertikal dan
angular ; dan kuantitas rembesan. Peralatan untuk melaksanakan pengukuran-pengukuran
tersebut dibahas dalam Bab 1 2 (Jilid 2). Beberapa contoh prosedur observasional diberikan
dalam Bab 8 (Jilid 1) dan Bab 1 1 (Jilid 2). Pembahasan lebih terperinci mengenai modi fi
kasi disain selama konstruksi dimuat dalam daftar bacaan pilihan pada akhir dari pasal
ini.
Bacaan Pilihan
Contoh-contoh prosedur observasional, di mana disain dimodifikasi sebagai konse
kuensi dari observasi selama masa konstruksi, terkandung tjal.am bacaan-bacaan acuan
beriku t ini.
Graftio, H. ( 1 93 6 ). Some features in connection with the foundation of Svir 3 hydro
electric power development. Proc. 1st Int. Con[. Soil Mech. , Cam bridge, Mass., 1 ,

246

Masalah disain dan konstruksi

pp. 2 84-290. Note esp ecially the means to adapt the design and construction to the
elastic properties of the ground.
FitzHugh, M. M., J. S . Miller and K. Terzaghi ( 1 94 7 ). "Ship ways with cellular walls on a
marl foundation , " Trans. A SCE, 1 1 2, pp. 2 9 8 - 3 2 4 .
Zeevaert, L . ( 1 9 5 7 ). "Foundation design and behavior of Tower Latino Americana in
Mexico City," Geot. , 7, No. 3, pp. 1 1 5 - 1 3 3 .
Casagrande, A . ( l 960d). ' 'An unsolved problem of embankment stability o n soft ground,"
Proc. 1 st Paname rican Conf. Soil Mech. and Fou nd. Eng. , Mexico, 2, pp. 7 2 1 - 74 6 .
Terzaghi, K. ( 1 9 60d). " Stabilization of landslides." Series of memoranda contained in
Fro m th eory to practice in soil mechanics, New York, John Wiley and Sons, p p.
409-4 1 5 .
Terzaghi, K. and T . M . Leps ( 1 9 6 0 ). "Design and performance of Vermilion dam ," Trans.
ASCE, 1 2 5, pp. 63 - 1 00.
Terzaghi, K. and Y . Lacroix ( 1 964 ). " Mission dam , an earth and rockfill dam on a highly
compressible foundation ," Geot. , 1 4 , pp. 1 4- 5 0 .
Casagrande, A . ( 1 96 5 ). " Role o f the ' calculated risk' i n earthwork and foundation engine
ering," ASCE J. Soil Me ch. , 9 1, No. SM4 , July, pp. 1 - 40.

PASAL 44 METODA EKSPLORASI TANAH

Prosedur Utama
Setiap eksplorasi di bawah permukaan tanah haruslah didahului oleh pengkajian ulang
semua informasi yang ada tentang kondisi geologi dan kondisi di bawah permukaan tanah
di lokasi p royek atau di sekitar lokasi tersebut. Di sebagian besar keadaan, informasi ini
harus ditambah lagi dengan hasil-hasil penyelidikan yang lebih langsung. Langkah langsung
yang pertama biasanya membor beberapa lubang dengan metoda yang pas dan terpilih, dan
mengambil contoh-contoh tanah yang utuh dari setiap lapisan tanah yang dijumpai oleh
alat pemboran. Di samping itu, mungkin diperlukan pula operasi pengambilan contoh tanah
yang lebih baik, pengujian lapangan yang lebih baik, atau kedua-duanya. Contoh-contoh
tanah tersebut akan diseli diki di laboratorium untuk mendapatkan sifat-sifat tanah. Peng
ujian-pengujian di lapangan seperti sounding ke bawah permukaan tanah, pengujian geser
di tempat/lapangan, atau test pemompaan memberikan informasi langsung mengenai detil
profil tanah dan besaran-besaran si fat fisik tanah di lapangan (in situ).
Pada tahun-tahun terakhir ini metoda-metoda eksplorasi geoflsik dirnanfaatkan untuk
kepentingan-kepentingan teknik sipil. Dengan menggunakan peralatan observasi di per
mukaan tanah akan diperoleh informasi yang menggambarkan posisi dari bat as antara tanah
dan batuan. Jika batuannya keras dan permukaannya agak rata/datar, maka posisi dan
topografi permukaan batuan tersebut dapat ditentukan dengan lebih murah dan cepat ke
tirnbang menggunakan peralatan pemboran. Dalaril kondisi-kondisi yang baik metoda-me
toda geofisik ternyata berhasil digunakan untuk menentukan lokasi batas antara lapisan
lapisan tanah yang berbeda dan untuk mendapatkan informasi tentang sifat fisik lapisan
lapi san ini. Tetapi, umumnya hasil-hasil survey semacam itu amat menyesatkan, dengan
demikian, metoda geofisik tidak boleh dipercaya kecuali jika penemuan-penemuan terse but
dikontrol secukupnya dengan pemboran-pemboran atau penyelidikan-penyelidikan
langsung lainnya.
Metoda yang dipakai untuk mendapatkan contoh tanah disesuaikan dengan persyarat
an dan permintaan proyek. Sementara itu, prosedur pemboran untuk memasukkan alat
pengambil contoh tanah dan mengeluarkannya kembali sebagian besar ditentukan oleh ke
adaan ekonomi dan kondisi lapangan. Sebagai pedoman, sembarang metoda pengeboran
bisa digunakan seiring dengan prosedur pengambilan contoh tanah tertentu. Oleh karena
nya, dalam pasal-pasal berikut ini akan diuraikan metoda pemboran dan pengambilan
contoh tanah secara terpisah.

247

Eksplorasi tanah

Pemboran
Prosedur yang paling murah dan paling baik dalam pem
METO DA PEMBORAN .
boran adalah wash boring, rotary drilling, dan auger drilling. Lubang dangkal sampai ke
dalaman

10

ft biasa dibuat dengan auger. Untuk melakukan pengeboran yang lebih dalam

digunakan m etoda-metoda yang lain.


PEM BORAN DENGAN AIR (WASH BoRING).

Peralatan paling primitif yang biasa di

1 943) meliputi seperangkat pipa dengan pan


disebut pipa pelindung (casing), yang berfungsi sebagai

gunakan dalam pemboran dengan air (1:1.ohr

5 ft dan diameter 2 !h inci, yang


penyangga dinding lubang ; beban untuk memari cangkan pipa p elindung ke dalam tanah ;

jang

derek untuk menangani beban dan pipa p elindung ; pipa pencuci dengan diameter
dan panjang

5 ft

atau

10

inci

ft.. Pipa/selang karet p enghubung dipasang di antara kepala swivel

dan ujung atas pipa p encuci, dan di ujung bawah pipa dipasang mata bor (chopping bit)
(Gbr.

44.2).

Air dipompa ke bawah pipa pencuci dan keluar melalui mata bor. Peralatan

terse but juga dilengkapi dengan sebuah bak penampung air dan pompa tangan atau pompa

berbahan bakar atau pomp a jenis yang lain.

Untuk memulai pekerjaan pemboran dengan air (Gbr.

44. 1),

terlebih dahulu ditegak

kan derek dan selanjutnya dipancang pipa p elindung yang panjangnya

ft sedalam

ft

ke dalam tanah. Di ujung atas pipa lindung dipasang "tee" dengan gagangnya pada p osisi
horisontal, dan sebuah pipa pendek dimasukkan dalam arah horisontal ke dalam gagang
"tee" tersebut. Bak air diletakkan di bawah ujung pipa pendek tersebut dan diisi oleh
air. Pipa p encuci (wash pipe) diangkat ke posisi vertikal dengan menggunakan tali yang
ditarik oleh tangan dan melalui sebuah katrol yang berada di puncak derek dan selanjut
nya diturunkan ke dalam pipa p elindung. Pompa dij alankan dan air mengalir dari bak

Derek
Kaki empat dari Pipa'

Tee digan ti dengan kepala


pemancan g pada saa t
memancang pipa
pe/indung
Beban un tuk memancang
batang bor ke tika pemberi
air digan ti dengan pengam
bi/an con toh tanah. Beban
yang /ebih besar digunakan
pada saat memancang.pipa
/in dung.
Pipa pencuci
{Ba tang bor) 1

Ma ta bor, digan ti dengan


tabung pengambil con
toh tanah {sampling
spoon) ketika dilaku
kan pengambilan
con toh tanah

Gbr. 44 . 1 . Peralatan untuk melaksanakan wash boring (Mohr 1 94 3 ).

248

Masalah disain dan konstruksi

melewati kepala swivel masuk ke dalam pipa pencuci dan akhirnya sampai ke mata bor
serta ruang di antara pipa pencuci dan pipa pelindung. Kemudim air akan kembali ke
bak penampung melalui "tee" dan pipa horisontal di puncak pipa pelindung sambil mem
bawa hancuran-hancuran tanah. Sementara air mengalir, pip a pencuci dikocok ke atas dan
ke bawah. Setiap satu kali kocokan bagian bawah pipa tersebut diputar sehingga tanah
akan terpotong. Dengan cara mengocok dan mencuci ini terbuatlah lubang, dan selanjut
nya pipa pelindung tambahan dapat dipancang lagi seandainya diperlukan.
Sementara proses pemboran b erjalan, pembor mengamati warna dan kondisi umum
campuran tanah dan air yang keluar melalui lubang bor. Bilamana ada perubahan yang
menyolok, maka pemberian air dihentikan dan diambil contoh tanah dengan split-spoon
(spoon sample) (lihat ha!. 253). Contoh tanah semacam itu juga diambil pada setiap ke
dalam 5 ft andaikata karakter tanah nampaknya tak berubah. Penyimpangan dari prose
dur ini tidak diperbolehkan, karena bisa mengakibatkan salah interpretasi kondisi tanah
di bawah permukaan. Bahkan seandainya pun pengambilan contoh tanah dilakukan dengan
hati-hati, adanya lapisan-lapisan lempung yang tebalnya beberapa kaki dan terletak di an
tara lapisan-lapisan pasir bisa t idak teramati.
Apabila pemboran pada tanah sebelumnya dihentikan untuk mengambil c.ontoh
tanah dengan spli t-spoon , maka air harus dibiarkan mencapai kesetimbangan di dalam
pipa pelindung. Pada keadaan ini elevasi muka air tanah harus ditentukan dan dicatat.
Biasanya air tanah bisa naik dari lapisan yailg lebih dalam ke elevasi yang jauh lebih tinggi
dari elevasi lapisan di atasnya. Kegagalan mengamati kondisi semacam ini bisa berakibat
fatal. Kadang-kadang terjadi pula peristiwa yang sebaliknya.
Peralatan sederhana yang diuraikan dalam alinea-alinea di atas memungkinkan seorang
pembor yang berpengalaman dan cermat mendeteksi perubahan-perubahan karakter tanah
dengan perasaan/intuisinya ketika mengocok dan memutar pipa-pencuci. Ha! ini tentu saja
merupakan suatu keuntungan. Oleh karenanya, pengebor itu kerap kali bisa menentukan
batas antar lensa-lensa atau lapisan-lapisan dengan ketepatan cukup baik dan dapat meng
hentikan pemboran untuk mengambil contoh tanah representatif di keseluruhan tanah
yang ditembus. Metoda-metoda pengeboran yang lain, atau peralatan pembo ran dengan air
yang lebih rumit, tidak memiliki keuntungan seperti ini. Namun demikian, metoda dan per
alatan tersP.but tetap digunakan mengingat biaya pelaksanaannya dan kecepatan bekerja
nya. Kekurangannya dalam ha! mendeteksi perubahan-perubahan kondisi tanah di bawah
perrnukaan harus diimbangi dengan pengambilan contoh tanah yang lebih sering atau si
nambung.
RO TARY DRILLIN G . Gambaran pokok rotary drilling serupa dengan pemboran de
ngan air, hanya saja batang bor dan mata bor diputar secara mekanik ketika pembuatan
lubang dilakukan. Mata bor memiliki wadah air tempat keluarnya air dari mata bor masuk
ke dalam ruang di luar batang bor. Penekanan batang ketika sedang berputar dikerjabn
secara mekanik dan hidraulik. Batang tersebut bisa dicabut dan diganti dengan tabung
contoh tanah bilamana diinginkan pengambilan contoh tanah.
Dalam rotary drilling sirkulasi fluida seringkali bukan oleh air tetapi oleh /umpur pem
boran (drilling mud), yang biasanya merupakan suspensi bertonit dengan konsistensi ber
warna krem dan be rat spesifik (specific gravity) antara 1 ,09 sampai 1 , 1 5 . Fluida dengan
berat satuan lebih tinggi berfungsi untuk mengangkat hancuran tanah, dan karakter tik
sotropinya yang ringan mencegah akumulasi hancuran tanah di dasar lubang di selang
waktu antara pemboran dan pengambilan contoh. Selanjutnya, lumpur termaksud mem
bentuk suatu lapisan tipis bahan kohesif pada dinding lubang yang biasanya mencegah
runtuhnya bagian dinding lubang tersebut yang berada dalam lapisan tanah dengan nilai
kohesi kecil atau tidak berkohesi sama sekali. Oleh karenanya, seringkali tidak diperlu
kan pipa lindung kecuali pada sedikit bagian atas lubang.

Penggunaan lumpur pemboran menghilangkan kemungkinan penentuan tinggi piezome

tric yang berkaitan dengan berbagai lapisan yang sebelumnya dilewati oleh lubang tersebut.

249

Eksplorasi taiwh

AUGER BoRIN G . Pengeboran yang dangkal biasanya acapkali dikerjakan dengan auger.
Auger, yang biasanya memiliki tipe seperti pada Gbr. 44.2a, dibenamkan tak seberapa
dalam ke tanah dan selanjutnya ditarik beserta tanah yang melekat padanya. Tanah
tersebut diambil untuk diteliti, auger tersebut kembali dimasukkan ke dalam tanah
dan kemudian diputar ke bawah. Apabila lubang tersebut tidak bisa terus terbuka se
hingga dapat dimasuki auger karena sekeliling sisi-sisinya tertekan atau karena dinding
nya runtuh, maka harus dipergunakan pipa pelindung yang berdiameter sedikit lebih
besar daripada diameter auger. Pipa pelindung tersebut harus dipancang sampai kedalam
an tak lebih dari kedalaman puncak dari contoh yang berikutnya dan harus dibersihkan
dengan memakai auger terse but. Kemudian auger dimasukkan ke dalam lubang yang sudah
bersih dan diputar ke bawah ke dasar pipa pelindung untuk memperoleh contoh tanah.
Auger boring tidak bisa dilaksanakan pada pasir yang terletak di bawah muka air tanah ka
rena pasir terse but tidak bisa melekat ke auger.
Tanah kohesif yang terangkat ke atas permukaan tanah oleh auger mengandung se
mua unsur-unsur padat pembentuknya, tetapi struktur tanah terse but sudah rusak sama se
kali, dan kadar airnya cenderung lebih besar daripada kadar air semula. Dengan demikian,
penggunaan auger sebagai alat pembor tidak dapat menghilangkan kebutuhan untuk men
dapatkan contoh tanah dengan split-spoon apabila lubang bor mencapai lapisan tanah

g
a

{a)

1....----->:>0

(d)

(b)

(c)

: ::: : :: ::::::::::: ::::::::::::::: :::::::::::::: :::::::::r


([]J
:: :::::r
::: :::::::::::
:::::::: ::: :::::

r:::: ::
r:

(e)

Penampang a-a

==.
==1
0
terbuka

(f)

pemancang

Arah rotasi

Gbr. 44.2. Peralatan pengambilan con toh tanah dalam pekerjaan pengeboran. (a) Auger
tanah . (b) Timba. (c) Bagian pemotong tanah/mata bor. (d) Spring core catcher. (e) Split
spoon sampler. (j) Scraper bucket.

250

Masalah disain dan konstruksi

bam. Hanya contoh tanah demikianlah yang layak dipandang mewakili karakter tanah-tak
terganggu (undisturbed soil).

Jika lapisan yang relatip kokoh, seperti lapisan kerik,il, berada di atas lapisan yang

sangat lunak, maka biasanya auge r boring tak mampu mengungkapkan posisi sebenarnya
dari batas antara kedua lapisan tersebut. Pada keadaan tertentu, adanya lapisan lempung
lunak setebal

ft di antara aua lapisan kerikil yang tebal terabaikan. Di lain hal, batas

antara lapisan kerikil dan lapisan lempung l unak di bawahnya tercatat 10 ft di bawah posisi

sebenarnya. Kesalahan-kesalahan semacam ini diakibatkan oleh pemancangan pipa pe

lindung sampai di b awah tinggi tempat beroperasinya auger. Pipa pelindung mendorong
atau menyeret tanah berbatu ke dalam lapisan lempung tersebut. Kesalahan-kJ salahan ter

sebut bisa dihindari dengan tetap menjauhkan mata bor (bagan pemotong tanah dari

auger) sebatas yang dapat dilakukan menurut karakteristik tanah yang ada ketika . peman
cangan pipa pelindung dilakukan.
Dengan menggunakan peralatan mekanik, auger boring dapat dilaksanakan sampai
mencapai kedalaman lebih dari 100 ft dan dengan diameter sampai beberapa kaki.

Omti
nuous flight auger terdiri atas segmen-segmen yang dapat diputar ke dalam tanah sementa
ra bagian lainnya terikat di ujung atas, kumpulan segmen tersebut di putar ke dalam tanah
lagi, bagian yang lainnya terikat, dan prosedur di atas di ulangi lagi. Bagian pemotongnya
dinaikkan ke permukaan tanah dalam gerakan spiral, tetapi kedalaman tempat suatu jenis

tanah tertentu tidak dapat dipastikan. Oleh karenanya, auger tersebut hams sering-sering
ditarik ke atas untuk memeriksa kondisi tanah yang melekat pada dasarnya, atau lebih
baik lagi dilakukan pengambilan contoh tanah.

Hollow-stem auger (Gbr.

44.3 ), yang me

mpakan variasi dari continuous flight auger, memungki nkan pengambilan contoh tanah

di dasar tanah di dasar auger tanpa hams menarik auger dari l ubang bor. Alat tersebut

sekaligus meniadakan keperluan penggunaan pipa pelindung.

CATATAN LAPAN GAN DA RI PEMBORAN . Apa pun prosedur yang dipakai dalam pem
boran, catatan-catatan lapangan yang dibuat oleh mandor atau insinyur pengawas hams
berisikan tanggal, bulan, dan tahun pemboran dilakukan, lokasi pemboran dengan acuan
suatu sistem koordin at yang sudah permanen, dan elevasi permukaan tanah terhadap
" bench mark" yang ada. Catatan-catatan tersebut hams memuat pula elevasi

muka air

tanah dan batas atas setiap lapisan tanah yang dijumpai , klasifikasi lapis an-lapisan tanah
oleh mandor, dan nilai tahanan yang diperoleh melalui standard penetration test. Jenis
peralatan yang di pakai untuk pemboran hams dicatat pula. Jika peralatan diganti, maka ke
dalaman ketika p ergantian dilakukan dan alasan pergantian tersebut ham s dicatat. Pe
mutusan atau penghentian pemboran hams diterangkan bahwa tidak dilakukan penyim

pangan prosedur sebagaimana halnya dalam pemboran yang lengkap/tuntas. Catatan


catatan itu hams pula berisi segala peristiwa penting yang teramati, seperti elevasi hilang
nya air pencuc.i dari lubang bor.
Seandainya dasar pondasi akan diletakkan di bawah muka air tanah, sebaiknya paling

tidak dibuat satu buah sumur observasi dan mencatat pergerakan muka ah tanah selama
pemboran berlangsung. Jika beton akan ditempatkan di bawah muka air tanah, hams di
ambil contoh air sekitar 1 galon dari beberapa l ubang ba r untuk keperluan anali sis ki mia
dan untuk mengetahui apakah air tersebut mengandung unsur-unsur pemsak dalam kuanti

tas yang cukup untuk memsak beton. Jika ada indikasi bahwa air mengandung gas, analisis
hams dikerjakan di lapangan segera setelah contoh air tersebut diambil.
Informasi yang terkandung dalam catatan-catatan lapangan tersebut ham s disusun

dalam bentuk boring logs di mana batas antar lapisan diplot pada elevasi yang sebenarnya
pada skala vertikal.

Pengambi/an contoh tanah (sampling)


TU JUAN. Potongan tanah yang didapat dari lubang bor tidak cukup mewujudkan kon
sepsi yang memuaskan mengenai karakteristik teknik tanah yang dijumpai, atau bahkan

251

Eksplorasi tanah

Batang pengambil
con toh tanah

Auger Fligh t

Tabung pengambil
contoh tanah
(a)

(b)
Gbr. 44.3. Hollow stem auger. (a) Disumbat ketika auger dimasukkan ke dalam tanah.
Plug diangkat dan tabung pengambil contoh tan ab dimasukkan untuk mengambil
tanah di bawah auger.

(b)

ketebalan dan kedalaman berbagai lapisan t anah. Sebaliknya, tanah semacam itu sering
kali menyesatkan dan merupakan penyebab dari keruntuhan pondasi.
ldentifikasi yang layak dari tanah di bawah permukaan dapat diperoleh dengan meng
ambil contoh tanah yang mengandung semua unsur-unsur penyusunnya dalam proporsi
yang tepat. Selanjutnya, ev.aluasi sifat-sifat teknik tanah seperti kekuaJ:an, kompresibilitas,
atau permeabilitas bisa didapat melalui pengujian laboratorium pada contoh tanah yang
hampir utuh atau bahkan yang benar-benar tak-terganggu. Biaya dan waktu yang dikeluar
kan semakin besar bila persyaratan yang diminta semakin tinggi terhadap derajat gangguan
yang dapat ditoleransi, dan dengan bertambahnya diameter pipa. Oleh karenanya, dalam
proyek kecil atau t ahap awal e ksplorasi yang besar a tau kompleks, biasanya lebih disenangi
memperoleh contoh tanah yang relatif tidak mahal, agak utuh dari lubang bor. Berdasar
kan informasi yang didapat dari contoh tanah ini, perlunya dilaksanakan prosedur pengam
bilan conioh tanah yang lebih terperinci/teliti dapat diperhitungkan.

252

Masil/ah disain dan konstruksi

PENGAM BILAN CONTOH TAN AH DENGAN SPLIT-SPOON DALAM LUBANG BO R Un


tuk mendapatkan contoh tanah dari lubang bor, alat pengambilan contoh tanah (sampling
spoon) dipasang di dasar pipa pencuci atau batang bor di tempat mata bor dipasang dan di
turunkan ke dasar lubang. Alat tersebut didorong atau dipancang ke dalam tanah untuk
mengambil contoh tanah dan kemudian diangkat dari lubang.
Alat pengambil contoh tanah dalam pemboran tanah biasanya terdiri atas sebuah pipa
dengan diameter sebelah dalam sekitar 1 )1 inci dan panjang 1 sampai 2 ft . Bagian sepanjang
pip a tersebut dapat dibuka seperti diperlihatkan dalam Gbr. 44, 2e , sehingga alat peng
. ambil contoh tanah terse but dinamakan split spoon. Ketika contoh tanah diambil, kedua
bagian alat pengambil contoh tanah itu disatukan di ujung-ujungnya oleh pipa penyambung
yang pendek. Pipa yang satu menyambungkan alat terse but dengan pipa pencuci. Pipa yang
lain, yang ujungnya tajam, berfungsi sebagai bagian pembor ketika alat pengambil contoh
tanah tersebut dipancang ke dalam tanah.
Yang biasa dilakukan dalam praktek, tanah dikeluarkan dari alat itu oteh mandor_ Se
lanjutnya mandor akan memeriksa dan mengklasifi kasi tanah tersebut serta menyimpan
nya sedikit di dalam toples yang ditutup rapat untuk kemudian dikirimkannya kepada
insinyur. Dan kemudian insinyur akan memeriksa tanah tersebut secara visual. Sebaiknya
contoh tanah yang diambil dari split spoon tersebut berjumlah agak banyak, disimpan
dalam toples kedap udara, diidentifikasikan dengan cermat, dan dikirimkan ke laboratori
um untuk menentukan sifat-sifat indeksnya. Hanya sebagian dari setiap contoh tanah
harus diuji. Sisanya harus tetap berada dalam toples agar dapat diperiksa oleh pemilik
proyek.
Contoh tanah lempung yang diperoleh dengan alat pengambil contoh tanah di atas,
sebagian besamya sudah terganggu. Sementara itu, contoh-contoh tanah yang permeabi
litasnya tinggi sebagian besarnya selalu terpadatkan baik tanah itu lepas ataupun agak
padat. Dengan demikian, contoh tanah ini tidak bisa memberikan informasi kepada pe
nyelidik mengenai kepadatan relatif yang sebenarnya. Padahal sifat ini jauh lebih penting
daripada karakter butiran tanahnya sendiri.
Metoda yang paling sederhana untuk mendapatkan informasi mengcnai derajat ke
padatan tanah di lapangan adalah dengan menghitung jumlah tumbukan dari beban yang
dijatuhkan untuk mendorong split-spoon ke dalam tanah sedalam 1 ft. Beban tersebut
mempunyai berat standard sebesar 1 40 lb dan tinggi jatuhnya adalah 30 inci. Split-spoon
tersebut memiliki dimensi seperti ditunjukkan dalam Gbr. 44.4. Alat tersebut dipasang
pada batang bor dan diturunkan ke dasar lubang bor setelah lubang dibersihkan dengan
semprotan air atau auger. Setelah split-spoon mencapai dasar lubang bor, beban tadi di
jatuhkan sehingga menumbuk puncak batang bor sampai split-spoon masuk ke dalam
tanah sejauh 6 inci, setelah itu test penetrasi dimulai, dan mandor mencatat jumlah
tumbukan yang diperlukan untuk menembus kedalaman 1 ft. Prosedur ini dikenal se
bagai standard penetration test. Karena pengujian ini memberikan informasi vital dengan
usaha yang sangat minim, maka standard penetration test harus selalu dilakukan.
.

--------------------------- Z8 N------------------------
'
--------- 7 "------------------ zz'
' ----------- 3'
Lekukan tempat memu tar
Lekukan tempat
m emu tar
.
I
Ulir
untuk pi-

Bagian tengah yang dapat dibuka


Sepatu baja

Gbr. 44.4. Dimensi alat pengambil contoh tanah untuk standard penetration test (Ray
mond C oncrete Pile Co. ).

253

Eksplorasi tanah

Dalam pasir tak berkohesi atau hampir tak berkohesi yang terletak di bawah muka air
tanah, pasir cenderung keluar dari alat pengambil contoh tanah ketika diangkat dari dasar
!ubang bor. Timba (Gbr. 44.2b) tidak memenuhi harapan, karena operasi pengocokan
akan menghilangkan partikel-partikel yang halus dari pasir. Untuk memperoleh contoh
pasir yang mengandung semua unsur-unsur penyusunnya, maka alat pengambil contoh
tanah tersebut dilengkapi dengan core catcher yang terbuat dari baja (Gbr. 44.2d). Core
catcher dipasang p ada dinding di ujung bawah split-spoon. Ketika split-spoon diangkat,
mulut core catcher akan menutup dan mencari pegangan pada contoh tanah di dalamnya.
Seandainya tidak terdapat butiran kasar yang dapat dijadikan pegangan, mulut core cat
cher akan mengatup membentuk kubah yang dapat dimanfaatkan sebagai penopang contoh
tanah.
Jika alat yang telah dilengkapi core catcher di atas tidak mampu menahan pasir, maka
agar te tap masih bisa diperoleh contoh tanah yang utuh dari lubang bor yang berdiameter
4 inci dipakai scraper bucket seperti diperlihatkan dalam Gbr. 44.2/. Scraper Bucket
memiliki diameter sebelah dalam 2 inci dan panjang 30 inci. Ujung bawahnya disumbat
dengan sepatu kerucut. Pada bagian atasnya terdapat celah vertikal. Sisi yang bercelah
melengkung keluar dan tajam sehingga dapat berfungsi sebagai pemotong. Alat pengambil
contoh tanah itu didorong ke dasar lubang dan diputar dengan arah seperti pada gam
bar, kemudian sisi pemotong mengikis tanah di sekitarnya. Tanah yang terkikis mula
mula berkumpul di setengah bagia11 bawah alat ini dan kemudian di setengah bagian atas
nya. Contoh tanah secara keseluruhan terganggu dan sebagiannya terpisahkan, tetapi
hilangnya butiran tanah yang halus sangat sedikit.
Jika ditemui lapisan kerikil, contoh tanah tidak dapat diambil dari lubang bor yang
berdiameter 2 inci. Bahkan kita tidak mungkin memancang pipa pelindung melalui
lapisan tersebut, dan lubang tersebut kemudian harus ditinggalkan. Lubang bor berikut
nya harus dilapisi dengan pipa pelindung yang diameternya minimal 4 inci.
CONTOH-CONTOH TANAH DARI TABUNG BE R DINDING TrPIS (THIN-WALLED TUBE
SAMPLES).

Bila proyek menginginkan informasi yang handal mengenai tahanan geser atau
karakteristik deformasi tegangan dari suatu endapan, derajat ketergangguan contoh tanah
harus dikurangi seminim mungkin yang sesuai dengan keuntungan yang didapat dari
informasi tersebut. Apa pun jenis alat pengambil contoh tanah yang digunakan, gangguan
pada contoh tanah tetap tak terelakkan.
Derajat gangguan bergantung kepada cara mendorong tabung contoh tanah ke dalam
tanah dan dimensi tabung tersebut. Gangguan yang terbesar diakibatkan oleh pemancang
an tabung ke dalam tanah dengan tumbukan palu yang beruntun, dan hasil yang terbaik
didapat dengan mendorong tabung contoh tanah dengan kecepatan tinggi dan konstan.
Untuk contoh tanah yang diambil dengan cara di atas, derajat gangguan bergantung kepada
rasio luas sebagai berikut

Ar(%)

100

D z - D z
D;z
e

'

(44. 1 )

di mana De adalah diameter luar tabung, dan Di diameter sebelah dalamnya (Hvorslev
1 948). Rasio luas dari split-spoon untuk standard penetration test adalah 1 1 2%, se dang
kan nilai terse but tidak boleh melampaui 20% agar gangguan bisa diperkecil.
Jika pemboran menggunakan pipa pelindung yang diameter bagian dalamnya 2 inci,
maka alat pengambil contoh tanah terbesar yang dapat dipakai memiliki diame ter luar
2 inci. Contoh tanah yang cukup memuaskan dapat diperoleh dengan menggunakan taburrg
berdiameter 2 inci yang dibuat dengan baja no. 1 6 atau no. 1 8. Contoh tanah semacam itu
memiliki rasio luas sekitar 1 3%. Tabung tersebut biasanya mempunyai panjang 30 atau
36 inci. Ujung bawahnya membentuk sudut dengan sisi pemotong, dan ujung atasnya
disambungkan ke batang bor (Gbr. 44.5).

Masalah disain dan konstruksi

254

;;""

Penampang a-a Kepala penyambung

--- j

z""

__ _ _ __

Tanpa Sambungan atau Tabung Baja yang dilas

Gbr. 44.5. Tabung contoh tanah berdiameter 2 inci.

Untuk mengambil contoh tanah, mandor memasang tabung tersebut pada bagian
bawah batang bor dan menurunkannya ke dalam lubang yang sebelumnya sudah dibersih
kan dengan air atau alat penggosok lainnya. Kemudian tabung terse but didorong ke bawah
se dalam kira-kira 6 inci le bih kecil daripada p,anjang tabung dari dasar lubang. Sebaiknya,
tabung didorong dalam satu gerakan kontinu yang konstan. Pemancangan tabung dengan
palu harus dihindarkan. Setelah tabung masuk ke dalam tanah, batang bor diputar untuk
menggeser ujung contoh tanah, dan tabung diangkat. Tanah di bagian ujung-ujung tabung
dipotong sedikit dengan hati-hati dan dilicinkan sehingga mangkuk logam dapat dirnasuk
kan ke dalam tabung untuk melindung{ permukaan contoh tanah. Kemudian bagian
terse but disegel dengan menaburkan lilin pada mangkuk logam.
Biasanya, setelah mengambil dua buah contoh tanah, pipa pelindung dimasukkan ke
dalam tanah beberapa inci. dan dibersihkan. Selanjutnya diambil lagi dua buah contoh
tanah. Dengan mengulang-ulang prosedur ini, kita bisa mendapatkan catatan yang hampir
kontinu mengenai lapisan tanah lempung terse but. Selama proses-proses di atas berlangsung
lubang bor harus tetap terisi air. Pipa pelindung tidak boleh dipancang lagi di bawah suatu
level tertentu sampai sebuah proses pengambilan contoh tanah pada kedalaman sedikitnya
satu kali panjang tabung d i bawah level ini selesai dikerjakan. Pelanggaran atas ketentuan
tersebut mengakibatkan contoh tanah tidak lagi berada dalam keadaan yang relatif tak
terganggu tetapi tanah malahan tertekan ke dalam pipa pelindung. Jika lempung sangat lu
nak, maka tanah mungkin meleleh ke dalam lubang yang ditinggalkan oleh tabung contoh
tanah sehingga dengan cepat pipa pelindung harus dipancang lagi ke dalam tanah sebelum
pengambilan contoh tanah berikutnya. Jika tanah agak kaku, beberapa contoh tanah bisa
diambil secara berturut-turut sebelum penambahan pipa pelindung barn diperlukan.
Setelah pengambilan contoh-contoh tanah dalam tabung selesai dikerjakan dalam
suatu proyek, kita selalu ingin menyelidiki sejauh mana konsistensi lempung telah ter
ganggu oleh operasi pengambilan contoh tanah. Akan tetapi, informasi semacam itu hanya
bisa diperoleh di tempat lempung terse but tersingkap, baik dalam penggalian terbuka atau
pada dasar lubang galian. Beberapa tabung contoh tanah dimasukkan ke dalam lempung di
dasar galian dan dibiarkan demikian. Kemudian tanah lempung dalam galian tersebut kita
potong sehingga diperoleh contoh tanah yang besar yang di dalamnya terdapat tabung
tabung contoh tanah tadi. Selanjutnya contoh tanah yang besar itu kita sayat-sayat sehing
ga akhirnya di dapat tabung-tabung contoh tanah yang penuh berisi lempung.
Penyelidikan semacam ini pernah dilakukan pada lempung dengan berbagai konsisten
si dalan1 terowongan dari jalan-bawah tanah di Chicago (Peck 1 940). Hasil-hasil pengujian
di suatu lokasi diperagakan dalam Gbr. 44.6, di mana kurva bergaris tebal a menyatakan
hubungan tegangan-regangan yang diperoleh melalui pengujian kompresi bebas pada contoh
tanah hasil sayatan tangan, dan kurva bergaris putus-putus b mewakili hubungan serupa
pada contoh-contoh tanah dalam tabung. Kurva bergaris putus dan bertitik c menyatakan
hubungan di atas untuk sebuah contoh tanah yang diremas sempurna pada kadar air tetap.
Berdasarkan hasil-hasil sejumlah besar pengujian semacam ini, disimpulkan bahwa kekuat
an,kompresif contoh lenipung dalam tabung berdiameter 2 inci secara kasar sama dengan

255

Eksplorasi ta1111h

0. 5
NE: 0 4

--

- -

E:

03

"l:l

--5

---

--

IS
10
Pe rsen Regangan

---

---

25

20

Gbr. 44.6. Kurva-kurva tegangan-regangan y ang diperoleh melal ui uji kompresi bebas
pada lempung di hieago. (a) Contoh tanah tak terganggu yang diambil dengan menya
yaf tanah dalam terowongan. (b) C ontoh lempung yang sama yang diambil dengan ta
bung berdiameter 2 inci. (c) Contoh tanah yang diremas dengan sempurna (Peck 1 940).

75% dari kekuatan kompresif contoh tana h hasil sayatan tangan, sedangkan peremasan
sempuma mengurangi kekuatan contoh tanah hasil sayatan tangan sampai 30% dari kekuat
an asalnya.
Tabung contoh tanah serupa dengan diameter 3 inci biasa pula digunakan. Dengan
penggunaan tabung berdiameter lebih besar, kesukaran menahan contoh tanah bertambah
dan cenderung lebih memuaskan penggunaan tabung-tabung jenis lainnya.
TABUNG PISTON. Sebagian gangguan yang berhubungan dengan pengambilan contoh

tanah memakai tabung, khususnya dalam tanah kohesif lunak yang tak seragam, muncul
karena berbagai porsi tanah

di lapangan tidak diwakili dalam contoh tanah dengan tebal

tebal yang sebenarnya. Ketika tabung kosong mulai menjalani dorongan yang pertama,
adhesi dan gesekan di bagian luar tabung ditambah dengan kecenderungan dasar lubang bor
menjadi tidak stabil bisa menyebabkan tanah naik ke dalam tabung lebih cepat daripada
laj u tur:unnya t abung. Sementara itu, setelah sebagian tabung terisi, adhesi dan gesekan
antara tabung dan contoh tanah melawan gerakan naiknya contoh tanah. Dalam kondisi
kondisi ekstrim porsi awal contoh tanah bisa berperan sebagai sumbat yang mampu me
nahan masuknya lapisan tanah yang lunak ke dalam tabung (Hvorslev
Melengkapi tabung contoh tanah dengan piston (Gbr.

44.7)

1 948).

bisa menghilangkan se

bagian besar kekurangan-kekurangan di atas. Piston berfungsi menutup ujung bawah ta


bung sampai tabung mencapai paras (level) puncak contoh t anah yang akan diambil. Dalam
keadaan bersentuhan dengan tanah piston ditahan, sementara tanah didorong ke dalam

tanah. Di awal pendesakan adanya piston meng halangi masuknya contoh tanah lebih ke

dalam (tabung) dibandingkan dengan penetrasi tabung. Di akhir desakan, puncak contoh

tanah tidak dapat meninggalkan piston karena tidak mungkin terjadi ruang hampa antara
piston dan puncak contoh tanah; dengan demikian, pada tahap. ini adanya piston mem
bantu naiknya contoh tanah ke dalam tabung. Setelah tabung terisi penuh dengan contoh
tanah, piston sudah berada pada suatu posisi baru yang tertentu relatif terhadap tabung,

Masalah disain dan konstruksi

256

Tabung

Con toh Tanah

Lubang Da/am
Batang Piston

---c.:, .-..1%1

(a}

(b)
Gbr. 44.7. Jenis tabung piston yang beroperasi secara hidraulik . (a) Diturunkan ke dasar
lubang bor, batang bor dikelem dalam posisi tertentu di permukaan tanah. (b) Tabung
contoh timah setelah didorong ke dalam tanah oleh air yang diberikan melalui ha tang bor.

kedua elernen tersebut diputar untuk rnernisahkan contoh tanah dari lapisan di bawahnya,
dan p iston beserta tabung diangkat dari lubang bor.
Tabung piston dengan rasio luas yang kecil sanggup rnernberikan contoh tanah ko
hesip yang baik sekali sekalipun 'tanah dalarn keadaan sangat lunak dan peka. Dengan
rnenggunakan rnekanisrne operasi secara hidraulik kita tioak lagi rnernerh.ikan batang
piston lain yang keluar ke permukaan tanah dari dalarn batang bor (Osterberg 1 952).
TABUNG FoiL. Panjang contoh tanah yang dapat diambil terbatas sarnpai beberapa
kaki dan derajat gangguan rneningkat dengan bertambahnya panjang. Persoalan di atas

257

Eksplorasi tanah

juga b erlaku pada tabung contoh piston. Dengan m enghilangkan g esekan dan adhesi antar a
contoh tanah dan tabung, contoh tanah dapat naik dengan bebas ke dalam tabung tanpa
menimbulkan gangguan pada tanah di bawah bagian pemotong, dan bisa diperoleh contoh
tanah kontinu yang lebih panjang. Sasaran-sasaran ini dipenuhi oleh
(Gbr.

44.8)

tabung foil Swedia

dengan rr.elapisi tabung contoh tanah dengan serangkaian pita baja vertikal

yang tipis (Kjellman dkk,

1 950).

Pita tersebut yang disuplai dari suatu tempat di dekat

dasar tabung tetap bersentuhan dengan tanah sete lah tanah memasuki tabung. Pita ter
maksttd tidak bergerak vertikal relatif terhadap tanah, tetap_i te tap diam ketika tabung
yang diperbesar dari sepatu pemotong yang berada cukup jauh di atas sisi pemotong
agar rasio luas tetap kecil. Walaupun p eralatan ini kompleks, telah pernah diperoleh contoh
tanah lempung dan lanau yang luar biasa lunak dan peka serta benar-benar tak terganggu
dengan panjang

60

kaki.

Kabel, pada posisi terten tu


di permukaan untuk men
cegah gerakan piston ke
bawah
Tabung con toh tanah,
didorong ke bawah

l>engunci pita

Pis ton tertentu

Pita (16 around periphery)

Kepala tabung
con toh tanah
Klos pita

.,

Gbr.
1 9 50).

44.8.

Diagram yang memperlihatkan prinsip tabung foil Swedia (Kjellman dkk,

258

Masalah disain dan konstruksi


PENGAM BILAN CONTOH TANAH YANG DI KOMBIN ASIKAN DENGAN CoRING. Peng

ambi.lan contoh tanah dengan memasukkan tabung berdinding tipis ke dalam tanah tidak
dapat dikerjakan apabila tanahnya terlalu keras atau padat karena bagian pemotong tanah
akan rusak atau tabung akan tertekuk pada saat dilakukan penetrasi ke dalam tanah. Lebih
jauh lagi , sekalipun tabung berhasil dibenamkan ke dalam tanah dengan pemancangan,
tapi akan mengalami gangguan yang luar biasa khususnya tanah yang rapuh. Dalam endap
an yang berturut-turut terdapat lapisan-lap isan tanah dengan konsistensi lunak dan keras,
kemungkinan dapat mengarnbil contoh tanah dengan tabung atau tabung piston sangat
kecil.
Dalam kondisi ini , kita bisa m engatasi masalah di atas dengan menggunakan

sampler.

Pitcher

Alat ini menerapkan teknik pengambilan contoh batuan dan elemen-elemennya

diperagakan dalam

Gbr.

44.9.

Sementara tabung contoh tanah diturunkan ke dalam

lubang, tabung tipis tersebut digantung pada cutter barrel dan t1uida dialirkan ke arah
bawah melalui tabung serta menyingkirkan hancuran-hancuran tanah dari dasar lubang.

Cu tter Barrel
yang Berpu tar
Ma ta Bor

Tabung Co n toh
Tanah Berdin din g

(a)

(b)
Gbr. 44. 9. Sket diagramatik dari tabung Pitcher. (a) Tabung contoh tanah tergantung di
ujung bawah cutter barrel ketika diturunkan ke dasar lubang. (b) Tabung didorong masuk
ke dalam lapisan tanah yang lunak melewati ujung cutter barrel oleh pegas.

Eksplorasi tanah.

259

Ketika tabung mencapai dasar lubang, tabung ditarik sedikit ke atas, sementara sirkulasi
fluida diarahkan ke ruang di antara tabung dan barrel, ruang di bawah cutter barrel, dan
diarahkan juga ke atas ke ruang di sepanjang sisi cutter barrel. Jika tanahnya lunak, pegas
di kepala tabung menahan bagian pemotong (dari tabung) tetap berada di bawah cutter
barrel dan tabung didorong ke dalam tanah dengan cara seperti pengambilan contoh tanah
biasa. Jika tanahnya keras, pegas tertekan sehingga bagian pemotong tadi terdorong ke
tinggi (level) di atas dasar cutter barrel. Selanjutnya cutter barrel akan berputar membuat
potongan silinder tanah yang akan masuk ke dalam tabung dan tabung kemudian berperan
melindungi contoh tanah tersebut terhadap erosi oleh fluida yang bersirkulasi. Dengan
cara ini, alat pengambil contoh tanah tersebut secara otomatis menyesuaikan diri dengan
konsistensi tanah.
Modifikasi yang lain dari teknik pengambilan contoh batuan, di mana contoh yang di
ambil masuk ke dalam core barrel, secara luas dipakai di Amerika Seti kat oleh insinyur
insinyur dari Angkatan Bersenjata dan United States Bureau of Reclamation . Mereka meng
gabungkannya dengan alat pengambil contoh tanah yang dikenal sebagai tabung Denison
(Johnson 1 940). Lumpur pengeboran dimasukkan ke dalam lubang dalam wujud suspensi
melalui seperangkat batang bor. Core barrel diletakkan di dalam tabung yang lebih besar
(Gb r. 44. 1 0) yang dilengkapi dengan gigi pemotong di ujung bawahnya. Ketika proses
pemboran berlangsung, tabung sebelah luar tersebut berputar. Lumpur pemboran mengalir
ke bawah melewati ruang di antara core barrel dan tabung sebelah luar tadi . Lumpur akan
keluar melalui bukaan di antara gigi pemotong dan naik ke atas melewati ruang antara
tabung sebelah luar dan dinding lubang sampai ke ujung atas lubang bor. Alat untuk meng
ambil contoh tanah ini mempunyai panjang 24 inci dan diameter sebelah dalam 6 inci .
Di dalamnya terdapat tabung silinder yang tipis tempat contoh tanah berada ketika
dikeluarkan pada saat dikeluarkan dari alat tersebut, dan dilengkapi pula dengan spring
core catcher seperti yang diperlihatkan dalam Gbr. 44.2d. Di saat proses pemboran ber
jalan, alat tadi didorong ke dalarn tanah dengan h1enggunakan dongkrak yang menghasil
kan desakan sebesar satu sampai dua ton . Dongkrak tersebut juga memberikan reaksi se
baliknya pada peralatan pemboran itu.
Dengan tabung Denison ini berhasil diambil contoh-contoh tanah kohesip yang kaku
sampai keras yang mengandung serpihan-serpi han lunak. Demikian pula berhasil diperoleh
contoh tanah yang agak kohesif atau pasir lanauan dengan gangguan kecil. Akan tetapi,
apabila digunakan pada lapisan pasir bersih yang terleta:-: di bawah muka air tanah, tabung
Denison tetap kosong ketika dikeluarkan dari lubang bor. Operasi pemboran di atas juga
bisa menembus lapisan kerikil sampai suatu batas tertentu di mana lubang bor harus
ditinggalkan.
CoNTOH LEMPUNG HAsrL SAYATAN TAN GAN. Dalam proyek-proyek yang menyang
kut penggalian atau pembukaan terowongan pada lapisan lempung, kita bisa memper
oleh contoh tanah tak terganggu tanpa memerlukan lubang bor. Dalam situasi-situasi
tertentu penggalian lubang mungkin lebih cocok daripada pemboran. Contoh tanah yang
diperoleh dari penggalian lubang semacam itu setidaknya berpeluang lebih tidak terganggu
ketimbang contoh tanah yang diambil dengan prosedur litinnya.
Untuk mendapatkan contoh tanah tak terganggu yang diameternya besar dalam gali
an terbuka atau galian terowongan, lempung di sekitar contoh tanah disayat dengan hati
hati sehingga diperoleh tumpuan tanah yang sedikit lebili besar daripada contoh fanah
yang diinginkan. Lempung lunak biasanya diiris dengan kabel piano yang diregang kuat
kuat atau kawat baja yang tipis. Untuk tanah yang lebili kaku dipakai pisau atau spatula.
Wadah contoh tanah berupa tabung logam berdinding tipis yang tak memiliki bibir.
Setelah terbentuk tumpuan tanah dengan ukuran beberapa inci lebih besar daripada di
mensi akhir contoh. tanali, wadah tadi ditelungkupkan di atas tumpuan tanah tadi. Tanah
kemudian dipotong dengan hati-hati sebesar diameter wadahnya, setiap kali beberapa inci.
Setama proses pemotongan berlangsung, wadah tanah tersebut didorong ke bawah. Setelah

Masalah disain don konstruksi

260

Lu mp u r p em boran

Tumpuan
Pendorong

Ta bu ng Seb elah
Luar y ang Berpu tar

Tabung Sebelah
Da/am yan g
Tidak Berpu tar
Tabu ng Berdin din g Tipis

Lumpur
Pemboran

Co re Ca tch er

Ma ta Bor
yang Berputar

Gbr. 44.1 0. Sket diagramatik yang memperlihatkan gambaran pokok dari tabung Deni
son.

tabung tanah terisi penuh, bagian tanah di bawah tabung dipotong dengan kabel piano.
Tanah dipotong tepat seukuran wadahnya tersebut, dan pori-pori yang ada di antara
contoh tanah dan tabungnya diisi dengan menaburkan lilin sepanjang keliling contoh ta
nah. Akhirnya wadah tanah tersebut ditutup dengan penutup logam dan selanjutnya di
segel.
PENGAM BILAN CONTOH TANAH PASIR. _l<ita harus membedakan pengambilan contoh

tanah pasir di bawah dan di atas muka air tanah. Di atas muka air tanah, kelembaban

tanah memberikan kohesi pada pasir (Pasal

20).

Contoh p asir yang agak kohesif dapat

diambil dari lubang bor untuk diidentifikasi dengan menggunakan tabung yang dilengkapi
dengan core catcher (Gbr.

44.2d).

Contoh pasir yang kurang terganggu dapat diperoleh

dengan tabung piston berdinding tipis. Alat pengambil contoh tanah semacam itu cukup
memadai untuk keperluan analisa di stribusi ukuran butiran dan stratifikasi. Akan tetapi,
dalam sebagian

besar pasir tak jenuh, operasi pengambilan contoh tanah cenderung

mengakibatkan perubahan volume pasir yang masuk ke dalam tabung. Dengan demikian,
seandainya diperlukan informasi yang menyangkut angka pori alami pasir, harus digunakaP
prosedur khusus. Pada umumnya prosedur yang paling memuaskan adalah mengiris contoh
tanah dari suatu lubang ya ng digali untuk keperluan terse but.
Sebelum contoh tanah diambil dari lubang, terlebih dulu tanah di dasar lubang di
potong sehingga diperoleh tumpuan. Permukaan pasir dengan hati-hati diratakan, dan di
atasnya diletakkan tabung" logam yang berbentuk silindei: dengan sumbu berarah vertikal.
Tbung terse but biasanya mempunyai diameter

5 atau 6 inci dan panjang sekitar 6 inci dan

terbuat dari lempengan baja yang tipis. Tabung didorong perlahan ke dalam tanah sampai
seluruh bagiannya terisi pasir. Pasir di sekelilingnya disingkirkan dan puncak contoh tanah
disegel dengan tutup logam yang pas dengan ukuran tabung. Seandainya permukaan

Eksplorasi tanah

26 1

contoh tanah tidak rata dengan puncak tabung, ruang yang ada diisi dengan lilin sebelum
tutup dipasang. Kemudian sekop digunakan untuk mengiris tanah beberapa inci di bawah
tabung, dan contoh tanah selanjutnya ditelungkupkan. Kelebihan pasir dibuang sehingga
permukaan tanah ini juga bisa disegel dengan tutup logam .
Pasir yang berada di bawah muka air tanah tidak bisa di'ambil. dengan tabung contoh
tanah yang biasa digunakan. Lebih jauh lagi, angka pori pasir ini cenderung berubah secara
menyolok kalau rasio luas tabung tidak kecil. Kadang-kadang dapat pula diperoleh con
toh-contoh tanah yang baik dengan menggunakan tabung Denison dalam lubang yang pem
buatannya juga memakai lumpur pemboran. Lumpur tersebut bisa meresap ke dalam pasir
yang sangat kasar tetapi sebegitu jauh tidak mengganggu. Seringkali, harus digunakan pro-.
sedur yang lebih teliti.
Contoh pasir jenuh bisa tertahan di dalam tabung karena adanya gesekan di seluruh
permukaan kulit tabung asalkan setidaknya senantiasa terdapat tegangan kapiler yang kecil
dalam air-pori di dasar tabung. Tentu saja tegangan kapiler tersebut tidak akan muncul
kalau dasar tabung terendam. Dalam tabung Bishop (Bishop 1 948) tabung contoh tanah
berdinding tipis ditempatkan di dalam sebuah kamar serupa dengan dinding bell di dasar
pemboran. Setelah tabung ditekan ke dalam pasir, air dikeluarkan dengan men.ggunakan
udara yang dipampatkan (Gbr. 44. 1 1 ) untuk menghasilkan kamar yang terisi udara tepat
di atas contoh tanah. Tabung contoh tanah yang diseget pada bagan puncaknya dengan
katup anti bocor terangkat ke dalam kamar begitu cepatnya sehingga pasir tak bisa keluar
dari tabung; segera setelah dasar contoh tanah memasuki kamar yang terisi udara muncul
lah gaya kapiler dan contoh tanah bisa bertahan ketika tabung contoh tanah dan kamar
dia:ngkit dari lubang.
Sebagai suatu a:lternatif, muka air tanah dapat diturunkan sampai e suatu ketinggian
di bawah dasar lapisan pasir dan lubang digali dalam pasir yang terkuras. J_i ka lubang di
keringkan dengan menyedot ai rnya keluar, maka air yang mengalir ke dalam tempat pe
nampungannya cenderung melemahkan struktur pasir tersebut atau, jika pasir sudah ber
ada dalam keadaan lepas, maka lubang akan terisi oleh campuran air dan pasir. Oleh
karenanya, hasil yang memuaskan bisa diperoleh hanya jika penurunan muka air tanah di
lakukan dengan memompa air dari titik-titik sumur (Pasal 2 1 ). Muka air tanah harus tetap
;
berada beberapa kaki di bawah dasar galian.
Sehingga, pasir tak berkohesi yang berair dan berada di bawah dasar lubang bo r bisa di
ubah menjadi tanah kohesif, Selanjutnya dapat diambil dengan metoda-metoda pengambil
an contoh tanah yang cocok untuk lempung. Trl'nsformasi tersebut dilakukan dengan
menyuntikkan emulsi aspal yang dihilangkan dengan pelarut setelah contoh tanah diambil
(Bruggen 1 936), dan dengan memoekukan sumbat di ujung bawah tabung contoh tanah
(Fahlquist 1 94 1 ). Prosedur ini agak mahal dan memerlukan pera}atan yang rumit. Untung
nya, pada sebagian masalah dalam praktek, informasi yang cukup handal mengenai sifat
sifat pasir di bawah muka air tanah dapat diperoleh dengan cara tak langsung seperti uji
penetrasi atau uji pemompaan.

Sounding Bawah Permukaan


TUJUAN SOUNDING BAWAH PERMU KAAN. Sounding ke bawah permukaan tanah di
lakukan untuk eksplorasi lapisan-lapisan tanah yang strukturnya tak tertentu. Kegiatan
tersebut juga dirna:ksudkan untuk meyakinkan bahwa tidak ada tempat-tempat tanah
iunak di antara lubang-lubang bor, dan untuk mendapatkan inforniasi tentang kepadatan
t.elatip tanah yang kohesinya kecil atau tak berkohesi.
Pengalaman menunjukkan bahwa profil tanah yang tak tertentu jauh lebih sering di
temukan ketimbang profil tanah yang teratur. Hasil pemboran pengujian pada tanah yang
strukturnya tak t erfentu menghasilkan interpretasi dengan k etaksinambungan yang ber
bahaya. Hal di atas dapat diatasi dengan membuat jarak antar lubang bor menjadi sangat

Masalah disain dan konstruksi

262

L aju r
Udara Terpampa tkan

j)

Kabel
Pipa L in dung

:
Ba tan g b o r ---,:,;.;,
;:'1+..JW.

::

":enga tur Jarak


Be ban

,ti....U..,___

Udara

:=.:

'
=. .

"/;

Kepala dengan
Katup Pengaman

Tabung dengan
Con toh Tanahnya

Air ketika

- Dikeluarkan
oleh Udara

Con toh

(a)

(b)

br. 44. 1 1 . Prinsip tabung Bishop untuk pasir di bawah muka air tanah. (a) Tabung
. oleh batang bor dan air yang berada dalam bell diganti oleh udara
didorong ke dalam pastr
yang terpampatkan . (b) Tabung diangkat dengan kabel ke dalam bell yang berisi udara
(Bishop 1 948).

kecil. 1'etapi. bi.aya pemboran semacam itu akan sangat maha\ kecua\i ka\au daerah penye

lidikannya juga sangat kecil. Di samping itu, perubahan penting karakter tanah di bawah

permukaan acapkali diasosiasikan dengan perubahan tahanan tanah terhadap penetrasi


suatu tiang atau penetrasi suatu pipa yang dilengkapi bagian ujung pemancangan.
Pengaruh kepadatan relatif pasir pada tahanan penetrasi sangat dikenal oleh setiap
insinyur yang berpengalaman dalam pemancangan tiang. Seandainya pasir sangat padat,
tiang tidak bisa dipancangkan lebih dalam daripada

10

atau

15

kaki. Pemancangan akan

sangat sukar, dan jumlah tumbukan per kaki (foot) bertambah dengan cepat terhadap

Eksplorasi tanah

263

ke dalaman. Jika pasir sangat lepas, tiang silindrik dapat dipancangkan sampai ke sembarang
kedalaman, dan naiknya tahanan terhadap kedalaman sangat kecil.
Variasi tahanan penetrasi tanah sepanjang lajur vertikal dapat ditentukan dengan cepat
dengan biaya yang rendah melalui pengujian yang dikenal sebagai sounding bawah per
mukaan (subsurface sounding). Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah
penetrometer. Salah satu p rosedur yan_g paling banyak digunakan untuk mengukur tahanan
terhadap penetrasi adalah standard penetration test (hal. 253) yang telah diuraikan di mana
standard split spoon itu sendiri yang berperan sebagai penetrometer. Penerapan hasil-hasil
standard penetration test akan dibahas dalam Pasal 45 dan dalam pasal-pasal berikut
nya.

Sementara standar penetration test hanya memberikan satu nilai tahanan untuk setiap
kedalaman 5 ft, atau pada keadaan khusus sebuah nilai tahanan untuk setiap kedalaman
2 ft, kebanyakan jenis sounding bawah penaukaan yang lain menghasilkan catatan pe
netrasi yang kontinu atau hampir kontinu.

METODA-METODA SoUNDING Y ANG DIIMPROVISASI. Selama beberapa generasi insi


nyur-insinyur melakukan usaha-usaha sederhana untuk mengetahui konsistensi tanah
dengan batang, pipa, atau rei kereta api yang dipancar,gkan ke dalam tanah dan mencatat
penetrasi yang dihasilkan oleh setiap tumbukan beban pemancang. Jika metoda ini dikom
binasikan secara tepat dengan setidaknya beberapa pemboran, kita akan mendapatkan hasil
yang sangat memuaskan walaupun prosesnya sederhana. Di bawah ini akan disajikan
beberapa contoh peristiwa di atas.
Pemboran pendahuluan untuk pondasi tiang pancang mengungkapkan endapan yang
tk menentu yang terutama mengandung pasir lepas dan sedang dengan beberapa kantung
lanau atau lempung lunak. Selama konstruksi pondasi, kita mendapatkan bahwa kedalaman
tempat-tempat tiang mengalami tolakan bervariasi dalam batas-batas tak terduga. Kita
takut kalau tiang yang lebih pendek mengalami tolakan pada endapan yang terletak di atas
kantung lanau atau lempung lunak yang besar. Untuk membuktikan apakah ketakutan
akan dipertimbangkan atau tidak tanpa membawa kerugian waktu yang tak semestinya,
digunakanlah met ode sounding. Peralatan yang digunakan adalah rel baja 86-1 b dan palu
dengan berat 2500 lb. Prosedurnya terdiri atas pemancangan rel dengan pukulan palu yang
dijatuhkan setinggi 30 inci untuk setiap tumbukan, dan pencatatan jumlah tumbukan
per-kaki penetrasi. Sounding mengungkapkan variasi tak menentu dari tahanan tanah ter
hadap penetrasi rel. Variasi ini diperagakan dalam Gbr. 44. 1 2 yang memperlihatkan catat
an dari dua buah sounding yang terpisah sejauh 42 ft. Dengan menggunakan sounding

tersebut kita bisa menentukan semua kantung-kantung lapisan tanah lunak dalam waktu
singkat. Setelah informasi ini didapat, beberapa buah pemboran dilakukan di tempat
kantung-kantung tanah yang paling lunak berada. Pemboran tersebut memperlihatkan
bahwa sebagian besar kantung-kantung tersebut mengandung pasir bersih, bergradasi baik,
tetapi sangat lepas, bukannya lanau atau lempung yang kompresibel. Variasi panjang
tiang hanya disebabkan oleh variasi tak menentu dan sangat besar dari kepadatan pasir.
Jika metoda sounding akan digunakan sampai keuntungan maksimum , tekniknya
harus disesuaikan dengan kondisi tanah di bawah permukaan. Oleh karenanya banyak se
kali prosedur-prosedur yang telah dikembangkan yang dapat dibagi ke dalam dua kelom
pok besar, yakni statik dan dinamik. Dalam metoda statik batang sounding didorong ke
dalam tanah dengan tekanan statik, sedangkan dalam metoda dinamik pemancangan ha
tang dilakukan dengan pukulan palu.
METO D A SOUNDING STATIK. Peralatan sounding statik yang masih dipakai dikem
bangkan sekitar tahun 1 9 1 7 oleh Swedish State Railways (Fellenius dkk. 1 922), sekitar
tahun 1 927 oleh Danish Railways (Godskesen 1936), dan sekitar tahun 1 y35 oleh Depart
ment of Public Works di Belanda (Barentsen 1936). Peralatan yang terakhir ini di
kenal sebagai peralatan Dutch Cone dan sangat luas dipakai. Dalam bentuk primitifnya
Dutch Cone terdiri atas konus bersudut 60 dengan diameter 1 ,4 inci (Gbr. 44. 13a)

l
I

264

Masalah disain dan kon,struksi


Titlk A
Tumbukan p er
kaki pene trasi
10 20 .JC!
110 0

/07.8
Lan au /u n a k,
ko to ran ge /ap

IC!C! II---1--+--l
Pasir kasar den gan
ke k o toran hitam,
kulit-kulit bina tang

90 W.M41E'==t---l

Pasir kasar

Pasir kasar yang


ge/ap, sedikit kerikil,
coren gan pasir sedang w.>9+--t---l

Pasirsangat kasar ?IJ I'n-Y--+--l


i!l
sedikit kerikil

Titik B
Tumbukan per
kaki penetrasi
0 20 .J()
/
1/0C!

/04.Z

100 t--+--+---1
L.anau dan
/empung lunak

Pasir ge/ap, sedang


sampai kasar, sedikit
kerikil

90 11--t--t---l
80 14--+--+---l

Pasir kasar dengan


kerikil ha/us,
bertambah kasar
semakin ke dalam
Pasir ge/ap sedang
sampai ha/us,
kerikil keci/

Pasir kasar dan


kerikil
Pasir kasa1
dan kerikil

Gbr. 44. 1 2. Catatan penetrasi untuk pemancangan rel baja di dua titik yang terpisah
sejauh 42 kaki melalui lanau dan lempung lunak masuk ke dalam butiran tanah glacial yang
kasar, Port Alberni, Vancouver, British C olumbia.

yang dipasang di ujung bawah batang yang diameternya 5/8 inci yang diselimuti oleh pipa
garis berdiameter % inci {Gbr. 44. 1 4a). Konus dimasukkan sedalam 20 inci ke dalam tanah
dengan laju 0,4 inci/detik oieh satu atau dua orang laki-laki yang menggunakan sebagian
dari berat badannya untuk membebani batang melintang yang dipasang di ujung atas
batang tersebut. Tekanan yang diberikan pada batang dicatat oleh pengtkur Bourdon yang
dihubungkan dengan silinder hidraulik yang terletak di bawah batang melintang. Setiap
selesai satu gerakan, pipa terdorong ke bawah sedalam 20 inci, dan penekanan diulangi.
Tekanan yang dialami batang selama masing-masing penekanan diplot terhadap kedalaman.
Masing-masing catatan penetrasi memberikan data untuk membuat profil konsistensi (Gbr.
44. 1 4b).
Peralatan Dutch Cone yang mula-mula dikembangkan masih bisa dioperasikan dengan
cepat dalam survey yang terperinci pada endapan tak menentu dari lempung, lanau,. dan
gambut lunak. Sekali sounding sampai kedalaman 40 kaki bisa dikerjakan dalam waktu
sekitar 1 5 menit. Tetapi peralatan tersebut telah dimodifikasi sehingga mampu bekerja
cepat pada e ksplorasi endapan lunak sampai sedalam 1 00 kaki, dan dapat dipakai pada
penyelidikan kepadatan relatif pasir. PeNU.atan di atas sangat luas digunakan, terutama
di Belanda dan Belgia, untuk mengestimasi panjang dan daya dukung tiang (yang panjang)
yang dipancangkan melalui tanah yang kompresibel masuk ke dalam pasir. Dalam peng-

265

Eksplorasi tanah

(a)

{c)

jl f

Penampang
x-x

(d)

(e)

Gbr. 44. 1 3. Penetrometer. (a) Dutch Cone yang pertama kali dikembangkan. (b) dan (c)
Dutch Cone yang dimodifikasi dengan ujung yang otomatis masuk ke dalam ketika pe
mancangan pipa lindung dilakukan dan otomatis memanjang setelah pengukuran tahanan.
(d) Penetrometer wash-point (e) Ujung pemancang berbentuk kerucut.

gunaan Dutch Cone penetrometer saat ini (Sanglerat 1 965), tidak hanya tahanan ujung
terhadap penetrasi yang ditentukan, tetapi juga gesekan yaTLg terjadi di sekeliling pipa pe
lindung.
Tahanan penetrasi pasir yang ditentukan dengan Dutch Cone nampaknya hampir se
mata-mata merupakan fungsi kepadatan relatif atau sudut gesekan dalam. Kedalaman
penetrasi di bawah permukaan tanah mempunyai pengaruh kecil dan biasanya diabaikan.
Untuk menghilangkan semua pengaruh kedalaman, begitu pula untuk menyelidiki endapan
yang terlalu padat bila ditembus oleh Dutch Cone, dikembangkanlah metoda Wash-Point
pada tahun 1 928 yang diterapkan pada proyek jalan bawah tanah di New York. Tanah

266

Masalah disain dan konstruksi


Tahanan terhadap
penetrast 2
Ton per ft
0 I Z 3 4 S
0

Lapisan tanah tera tas


Gambu t kokoh, /empung
Gambut agak kokoh
Lempung abu-abu lunak, gambu t
Lempung abu-abu lunak

Lempung abu-abu /unak,


sedikit gambut

Gambut lunak
Lempung abu-abu lunak, gambut
Lempung abu-abu lunak
Gambut agak kokoh
Pasir padat

"

20
Konus

(a)

l2z::22l

\,

25

2
0-1 Ton per ft
2
1-2 Ton per ft
2
>2 Ton per ft

(b)

Gbr. 44. 14. (a) Penetrometer Dutch. Bagan menunjukkan catatan yang diperoleh dari
lubang uji tunggal. (b) Profil tanah sepanjang rute jalan ray a, yang menunjukkan variasi
tahanan penetrasi (Barentsen 1 936 ) .
di bawah permukaan mengandung pasir bersih sedang sampai kasar. Pada pene rapan me
toda ini, konus (Gbr.

44. 1 3d) dengan diameter

pencuci yang berat dengan diameter luar

2%

inci dipasang di ujung bawah pipa

inci. Pipa dengan konus tersebut dimasuk

kan ke dalam pipa pelindung yang diameter luarnya 3 inci (Gbr.

Per/engkapan
un tuk uji
penetrasi

Pipa pe
lin dung 3 inci,
{a)

44. 1 5a). Konus kemu-

Per/engkapan
untuk meman
cangkan pipa
pelindung

Ujung konus
Pencuci

(b)

Gbr. 44. 1 5. (a) Peralatan penetra'Si untuk menyelidiki kepadatan relatif pasir. (b) Sketsa
dari foto yang memperlihatkan ujung pencuci pada awal penekanan ke bawah. Dalam ruang
berbentuk kerucut di atas ujung tersebut, struktur pasir dihancurkan oleh penyemprotan
air.

Eksplorasi tanah

267

dian didorong ke. dalam tanah sejauh 10 inci dengan menggunakan dongkrak hidraulik
yang bekerja di ujung atas pipa. Selanjutnya air dialirkan. Air akan keluar dari kerucut
me1alui lubang yang arahnya ke atas dan mentransformasi tubuh tanah berbentuk ke
rucut (Gbr. 44. 1 5b) yang berada di atas puncak ujung kerucut menjadi bahan setengah
cair. Sebagian tanah dihanyutkan melewati ruang di antara pipa pencuci dan pipa pelin
dung. Sementara air bersirkulasi, dorongan yang tak seberapa cukuplah sudah buat me
nekan pipa pelindung ke bawah sedalam jarak yang dicapai pada penekanan konus se
belumnya. Kemudian pemberian air dihentikan, dan konus sekali lagi ditekan ke bawah
sedalam 10 i nci. Tekanan yang setiap kali diberikan oleh dongkrak untuk men do.rong
konus dibaca pada alat pengukur Bourdon yang dihubungkan ke saluran minyak dari dong
krak dan diplot pada sebuah diagram sebagai fungsi dari kedalaman. Dengan mengguna
kan prosedur ini pada pekerjaan di New York, dapat dikerjakan banyak sekali sounding
dalam waktu singkat. Hasil-hasil observasi tersebut dikalibrasi terhadap hasil-hasil uji
pembebanan pada plat tumpuan yang luasnya 1 ft2 yang terhampar di dasar galian ter
buka. Pengujian dilakukan pada beberapa kedalaman di bawah permukaan tanah semen
tara lubang digali . Hasil-hasil uji kalibrasi tersebut diperagakan dalam Gbr. 44. 1 6 . Se
lama uji penetrasi dan pembebanan tersebut reaksi terhadap tekanan dongkrak diberi
kan o1eh dasar pondasi bangunan yang ada (Terzaghi 1 930).
M ETODA DINAMIK. Metoda sounding dinamik adalah metoda pemancangan batang
(yang memiliki ujung pemancang) Ke dalam tanah dengan menggunakan pukulan palu dan
mengukur jumlah tumbukan per kaki penetrasi. Di samping standar penetration test,
masih ada beberapa pen?;ujian standard yang telah dikembangkan. Pada r.ebagian besar
pengujian tersebut, ujung pemancang merupakan konus baja yang secara otomatis dapat
menarik diri ke dalam atau memanjang keluar. Banyaknya ragam prosedur yang digunakan
menunjukkan bahwa tak satu pun meto da sounding yang benar-benar cocok untuk segala
macam kondisi tanah yang mungkin dijumpai. Pada suatu lokasi tertentu, harus dipilihkan
pula metoda yang sesuai dengan informasi yang diperuntukkan bagi proyek tersebut. Apa
bila digunakan suatu metoda baru, maka perlu dilaksanakan sejumlah eksperimen untuk
menyesuaikan prosedur terse but dengan kondisi tanah lokal.
Endapan yang paling umum dijumpai dengan struktur tak menentu adalah endapan
sungai atau pantai yang mengandung lensa-lensa lanau atau lempung yang terbenam di
dalam pasir, atau pasir dan kerikil dengan kepadatan relatif yang bervariasi. Informasi
umum mengenai struktur endapan semacam ini dapat diperoleh dengan memancang pipa
baja ekstra-kuat berukuran 1 inci dengan konus berdiameter 2 inci (Gbr. 44. 1 3e). Pipa
tersebut tersusun atas potongan-potongan berukuran 5 ft dan memiliki sambungan yang
rata. Masing-masing potong,an mempunyai berat 1 1 lb. Pada konus dipasang tangkai pendek
yang bersarang di dalam lubang berdiameter 1h inci dan disekrupkan ke dalam ujung bawah
rangkaian pipa. Pipa dipancangkan ke dalam tanah dengan menggunakan be ban pemancang
seberat 1 60 lb yang dijatuhkan setinggi 30 inci, dan dilakukan pencatatan jumlah tumbuk
an untuk setiap penetrasi se dalam 1 ft. Setelah pemanc angan pip a mendapat pe rlawan
an, pipa disambung sementara ujung pemancangnya (konus) tetap berada di dalam tanah.
Dengan menggunakan penetrometer sederhana semacam ini, dapat dikerjakan beberapa
sounding setiap harinya sampai ke kedalaman 60 atau 80 ft. Karena diameter konus lebih
besar daripada diameter pipa, maka gesekan di keseluruhan permukaan pipa cenderung
kecil dibandingkan tahanan ujung. Dengan bertambahnya kedalaman penetrasi ujung pipa,
berat p ipa juga bertambah. Dengan demikian, hubungan antara kepadatan relatif dan
tahanan sampai batas-batas tertentu bergantung kepada kedalaman.

Uji Geser di Tempat


Dalam banyak permasalahan praktis kita perlu menentukan tahanan geser tertutup
(undrained she aring resistance) dan kepekaan dari endapan lempung yang lunak. Karemr

268

Masa/ah disain dan konstruksi


0/SKRIPSI YANG 01DASA RKAN PA OA
CONTOH TANAH
YANG 0/AMBIL
OAR/ LUBANG
BOR

(q)

Beban pada kanus dalam Tan


4
z
6'

00

Pasir kemerahan yang sa


ngat kasar, 0, 1 -4,0 mm
Pasir kemerahan kasar yang
agak seragam, 1 mm

Pasir kemerahan seragam


yang agak kasar, 0,5 mm

Pasir kemerahan yang sa


ngat kasar, 0,4-4,0 mm
Pasir kemerahan yang agak
seragam, 0, 1 -2,0 mm
Pasir kemerahan ha/us yang
seragam 0, 1 -0,5 mm
Pasir bermika kemerahan
seragam yang sangat ha/us,
0, 1, mm
Pasir kemerahan seragam
yang sangat ha/us, sedikit
mika, < 0,05 mm
Pasir kemerahan seragam
yang agak kasar, 0,51,0 mm
Pasir tak-seragam yang ka
sar, 0,2-6,0 mm

(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)

0/SKRIPS/ CONTOH TANAH OAR/ GAL/AN TERBUKA


- Pasir kemerahan seragam, kasar, lepas.
- Pasir kemerahan dengan partikel-partikel sedang sampai kasar.
- Pasir ka.<ar yang diendapkan secara lepas dan mengandung kerikil.
- Pasir yang diendapkan secara lepas dengan partike/-partikel sedang sampai kasar.
- Pasir ha/us kemerahan dengan kandungan lanau dan sedikit mika.
- Pasir ha/us kemerahan dengan kandungan lanau dan sedikit mika.
- Pasir ha/us kemerahan yang mengandung lanau dan mika.

Gbr. 44. 1 6. Hasil-hasil penyelidikan dari endapan pasir pada jalan bawah tanah di Houi
ton, New York, dengan menggunakan wash-point penetrometer dan dengan mengadakan
pengujian be ban pada daerah seluas 1 ft 2 dalam lubang uji setelah diperoleh catatan pene
trasi (Terzaghi 1 930).

kekuatan dan kepekaan tanah semacam itu dapat berubah secara radikal akibat proses
pemboran, pengambilan contoh tanah, dan penanganannya di laboratorium, maka di
'
kembangkanlah alat-alat untuk mengukur kekuatan tanah tak-terganggu dan remasan

di lapangan ,(in situ). '


geser

balinbalilig

Bentuknya yang

Alat yang paling serbaguna dan paling luas digunakan adalah,a/ai

(vane shear apparatus) (Carlson

paling

1 948 ; Cadling dan Odenstad 1 950).

sederhana mempunyai baling-baling berdaun empat helai

(Gbr.

44. 1 7a) yang dipasang pada dasar batang vertikal. Baling-baling dan batang tersebut dapat

didorong ke dalam tanah tanpa mengakibatkan gangguan yang berarti. Selanjutnya peralat

an tersebut diputar dan bisa ditentukan hubungan antara momen putar (torque) dan
putaran sudut (angular rotion). Hasilnya yang umum dijumpai pacta lempung lunak yang

peka diperagakan dalam < Gpr.

44. 1 7b. Penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa

tanah runtuh di sepanjang permukaan silindrikal yang melewati pinggiran sebe1ah luar

baling-baling, seperti di sepanjang permukaan sirkular horisonta1 yang datar di puncak dan

269

Eksp/orasi tanah

Pipa pelindung

Selubung

Baling-baling
(diperpanjang)
Tak- tergan ggu

(C )

25

50
Rotasi- Derajat

(b)

(d)

Gbr. 44. 1 7. Peralatan geser baling- baling. (a) Baling-baling berdaun-empat yang sederhana.
Kurva-kurva torka-rotasi yang umum untuk lempung peka yang lunak. (c) Selubung
untuk memasukkan baling-baling ke dalam tanah tanpa melakukan pemboran. (d) Penam
pang y-y melalui selubung sebelum baling-baling didorong ke dalam tanah (Cadling dan
Odenstad 1 9 50).

(b)

dasar mata pisau baling-baling. Dengan demikian, tahanan geser dapat dihitung jika dimensi
baling-baling dan momen putar diketahui. Seandainya baling-baling diputar cepat sampai
beberapa putaran, tanah akan teremas dan tahanan geser sekali lagi dapat ditentukan.
Dengan cara tersebut kita dapat m enghitung kepekaan. Tetapi, derajat gangguan yang di
sebabkan rotasi baling-baling berbeda dengan yang dihasilkan oleh peremasan contoh tanah
di laboratorium ; oleh karenanya, nilai numerik kepekaan yang ditentukan oleh kedua
prosedur terse but tidak dapat diperbandingkan secara tepat.
Baling-baling bisa digunakan untuk mengukur tahanan geser lernpung yang terletak
di bawah dasar lubang bor, dan nilai-nilai berikutnya dapat ditentukan sementara lubang
bor diperdalam. Pada tanah yang lunak baling-baling juga bisa didorong ke dalam tanah
tanpa p erlu melakukan p em boran sebelumnya. Dalam situasi ini batang ditempatkan di
dalam pipa pelindung dan b aling-baling yang dilindungi oleh sebuah selubung sampai ba_

270

Masalah disain dan konstruksi

tang mencapai kedalaman temp at pengujian akan dilaksanakan (Gbr. 44. 1 7c). Selanjut
nya baling-baling dikeluarkan dari selubungnya dan diputar.
Jika tanah terdiri dari 1apisan-lapisan pasir yang tipis sekalipun atau lanau padat, tor
ka (momen putar) bisa jauh lebih besar daripada yang dikehendaki kalau lapisan-lapisan
tersebut tidak ada. Andaikata kondisi ini dijumpai, hasil uji baling-baling mungkin akan
menyesatkan.

Uji Permeabilitas di Tempat


Infom1asi pendahuluan mengenai orde besarnya dan variabilitas koefisien permeabilitas
tanah alami yang tak-kedap air diperoleh melalui uji permeabilitas pada saat pemboran
tanah berlangsung. Observasi selama pemboran juga harus memberikan informasi tentang
ada atau tak-adanya komunikasi bebas antara lapisan-lapisan tanah tak-kedap air yang di
temui dalam lubang-lubang bor tersebut.
Yang paling umum digunakan sehubungan dengan lubang-lubang bor didasarkan
pada prinsip pengujian ''permeabilitas hulu jatuh" ("falling head permeability test")
(Pasal 1 1 ). Lubang dilindungi mulai dari permukaan tanah sampai puncak lajur tanah
yang akan diuji dan diperdalam secukupnya tanpa penyangga ke bawah pipa pelindung.
Biasanya bagian lubang yang tak terlindung secara kasar mengambil bentuk silinder. Jika
lapisan tanah yang tak-kedap air tidak terlalu tebal, sebaiknya lubang diperdalam setebal
lapisan tersebut ; kalau tidak lubang hanya menembus sebagian dari lapisan tanah tak-kedap
air tersebut.
Seandainya lajur tanah yang tak-ke dap air terletak di bawah muka air, maka pengujian
dilakukan dengan menambahkan air untuk menaikkan ketinggian air (water-level) dalam
pipa pelindung dan kemudian membiarkan tinggi ai r turun menuju posisi setimbangnya.
Elevasi diukur sebagai fungsi waktu, dan koefisien permeabilitas dih'itung dengan meng
gunakan ungkapan
k

_! A (M/t)
c

ro'hm'

(44.2)

di mana t:.. h adalah besarnya penurunan level air dalam pipa pelindung selama selang wak
tu t:.. t, A adalah luas penampang sebelah dalam dari pip a pelindung, h adalah jarak rata
rata antara tinggi air dalam pipa pelindung dan tinggi kesetimbangan air dalam pipa pe
lindung dan tinggi kesetimbangan air dalam lajur tanah yang tak-kedap air selama selang
t:.. t, dan r adalah iari-jari rata-rata lubang silindris di bawah pipa pelindung. Koefisien C
merupakan kuantitas tak-berdimensi yang bergantung kepada bentuk lubang silindris dan
kedalaman penetrasi ke lapisan tak-kedap air . Nilai-nilai C untuk berbagai keadaan diberi
kan dalam Gbr. 44. 1 8 (Zangar 1 953).
Pada pengujian hulu jatuh dalam sebuah lubang bor, suspensi butiran halus dalam air
cenderung membentuk kuli t penapis pada dinding dan dasar lubang dalam tanah yang tak
kedap air ; oleh karenanya, permeabilitas yang diperoleh mungkin terlalu kecil. Kesalahan
tersebut dapat dihindari dengan menimba air dari dalam pipa pelindung sampai tinggi air
terletak di bawah lapisan tak-kedap air, dan dengan mengukur elevasi tinggi air pada
berbagai saat ketika aJJ naik menuju posisi setimbangnya . Nilai k dapat d ihitung dengan
menggunakan Pers. 44.2. Tetapi, ji ka lapisan permeabel merupakan lapisan tanah tak ber
kohesi, tinggi air tidak dapat diturunkan terlalu jauh atau lubang akan ambruk dan lapisan
tanah yang tak berkohesi tersebut akan naik ke dalam pipa pelindung.
Hasil-hasil pengujian semacam ini memberikan informasi Jebih banyak ctaripada
sekedar indikasi mengenai besarnya uilai koefisien permeabilitas. Informasi yang lebili han
dal didapat melalui uji-pe:'1ompaan (pumping-test) pada sumur:sumur pengujian.

27 1

Eksplorasi tanah

4000
2000

1000

'>
"
c::;

t;::

r-

I I

111

/V/

E"

70() .__

400

200

lie: /00
I:=
70 .__

40
1-

20
10
7

/
I

[:7'

I I

l....l 11

7 10

I/

20

::

40

Rasio

fcJ

!11
70 100

.t..;.
ro

200

'

: I

00 700 1000 2/)()() 4000


l

'

G br. 44. 1 8. Pengujian permeabilitu dalam lubang bor terbuka pada lapisan yang kedap
air. (a) Bagan untuk menentukan rasio L'/r untuk berbagai penetrasi L/H0, (b). (c) Ba
gan untuk menentukan koefisien C yang akan digunakan dalam Pers. 44. 2 (Zangar 1 9 53).

Diameter sumur pengujian yang biasa dipakai adalah sekitar

12

inci. Dalam akuifer

trtutup yang agak homogen air harus bebas masuk ke dalam sumur sepanjang tebal

akuifer. Sumur pengamatan harus dibuat dalam dua garis, sumur-sumumya searah dengan
aliran air tanah normal dan yang lain tegak lurus terhadap aliran tersebut. Sedikitnya dua,

dan lebih baik empat, sumur pengamatan harus dibuat pada setiap garis. Sumur pengamat

an juga harus memungkinkan masuknya air dari seluruh tebal akuifer. Tinggi air tanah

mula-mula di dalam semua sumur harus diamati untuk sva.tu waktu yang cukup lama agar
besarnya dan sifat fluktuasi yang biasanya terjadi di lapangan dapat terdeteksi. Kemudian

pemompaan harus dimulai dengan laju luah tetap dan tinggi air dalam sumur-sumur peng-

272

Masalah disain dan konstruksi

amatan harus diukur sampai kesetimbangan tercapai. Selanjutnya nilai k dapat dihitung
dengan menggunakan Pers. 23.9. Permeabilitas juga dapat dievaluasi berdasarkan laju pe
nurunan tinggi air di berbagai sumur pengamatan. Prosedur-prosedur tersebut dikenal de
ngan metoda-metoda tak-setimbang (nonequilibrium methods) (Todd 1 95 9).
Jika endapan tanah yang tak-kedap air berada dalam keadaan terbuka (Gbr. 23 .6b ),
sumur-sumur pengamatan bisa digunakan terutama untuk mengestimasi jari-jari pengaruh
sumur pemompaan, dan k dapat dihitung berdasarkan Pers. 23 . 1 2. Tetapi pada kondisi
ini nilai k harus ditambahkan untuk memperhitungkan rugi hulu (loss of head) yang di
alami air ketika memasuki tabir sumur (Pe tersen dkk. 1 95 5).
Jika kita i ngin mempcroleh hasil yang lebih handal dengan mengukur tinggi air yang
setimbang dalam sumursumur pengamatan yang berkaitan dengan pemompaan yang
konstan dari sumur uji , maka harus dilakukan tindakan-tindakan pengamanan yang khusus.
Jika perhitungan didasarkan pada Pers. 23 . 1) , jarak sumur pengamatan yang terdekat
dan sumur pemompaan ti dak bolch lebih kecil. dari tebal lapisan kedap ai r di bawah muka
air tanah asal (Pasal 23). Pada jarak ini dan jarak-jarak yang lebih besar, surut muka air
(drawdown) dalam sumur pengamatan mungkin kecil. Jika fluktuasi normal dari tinggi air
merupakan fraksi yang berarti dari fluktuasi akibat pemompaan dari sumur-uji, maka
kesalahan nilai k yang diperoleh tidak dapat ditolerir lagi. Kalau sumur pengamatan di
tempatkan lebih dekat terhadap sumur pemompaan, nilai k tidak lagi dapat dihitung
dengan menggunakan Pers. 23. 1 1 karena kurva surut muka ai r sebenarnya berada sangat
jauh di atas kurva Dupuit yang mendasari persamaan tersebut (Pasal 23). Boreli ( 1 95 5)
menurunkan persamaan-persamaan dari teori-teori yang lebih maju. Tetapi untuk meng
gunakart teori-teori ini, sumur-sumur pengamatan tidak boleh digali terlalu dalam pada
endapan tanah yang tak-kedap air, karena dalam radius di mana perbedaan antara per
mukaan Dupuit dan surut muka air sebenarnya cukup berarti , tinggi piezometric tidaklah
sama di sepanjang garis vertikal tertentu. Dengan demikian, untuk menentukan permuka
an surut muka air, sumur-sumur pengamatan tidak boleh digali terlalu jauh di bawah posisi
muka air tanah yang diturunkan.
Jika sumur pemompaan menembus beberapa akuifer yang satu sama lainnya dipisah
kan oleh lapisan kedap air (impervious layer), elevasi muka air tanah mula-mula harus- di
tentukan untuk masing-masing akuifer sementara sumur dibor. Bila semua elevasi muka air
tanah tersebut sama, nilai k dapat ditentukan dengan uji pemompaan tunggal, tetapi H0
dalam Pers. 23.9 harus dimodifikasi sesuai dengan cattan pemboran. Pada lembah sungai
tinggi piezometric 9ari lapisan atas akuifer tertutup (closed aquifer), yakni akuifer terbuka
yang dipisahkan dari akuifer di bawahnya dengan lapisan lempung, selalu lebih tinggi. Ke
mudian diperlukan dua uji pemompaan yang tak bergantung satu dengan yang lainnya.

Metoda Geofisik
Di awal pasal ini telah disebutkan bahwa berbagai informasi mengenai kondisi tanah
bawah-permukaan bisa diperoleh dengan menggunakan metoda geofisik, tanpa memerlu
kan tambahan pemboran atau sounding.
Beberapa metoda geofisik didasarkan pada kenyataan bahwa geometri dari medan
medan gaya bergantung pada lokasi dan batas antar bahan/material yang ada dalam medan
termaksud. Medan gaya tersebut mungkin telah ada secara alamiah, seperti halnya medan
magnit dan gravitasi bumi, atau inungkin juga sengaja dibuat manusia misalnya dengan
mengalirkan arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektroda yang ditanam di tanah.
Dalam medium yang homogen sempurna, geometri dari setiap medan gaya tidak ber
gantung pada sifat fisik medium dan dapat dengan mudah ditentukan secara akurat melalui
teori. Distorsi medan yang diakibatkan oleh adanya StJatu batas internal bergantung pada
sifat-sifat fisik material yang terletak di kedua sisi batas tersebut. Sifat-sifat tersebut mung
kin memperkuat atau memberikan suatu pengaruh terhadap intensitas medan. Karena

Eksplorasi tanah

273

itu, untuk menentukan letak batas antara dua macam batuan, sebaiknya digunakan jenis
medan gaya yang akan mengalami distorsi menyolok akibat perbe daan sifat fisik batuan
batuan tersebut. Metoda gravitasi disarankan seandainya yang berbeda adalah berat satu
annya. Seandainy:1 berat satuan hampir sama, tetapi konduktivitas listrik batuan-batuan
termaksud perbe daannya sangat menyolok, maka akan menguntungkan bila digunakan
metoda resistivitas listrik a tau metoda potensial listrik.
Guna menentukan posisi suatu batas internal, pola medan gaya riil di permukaan tanah
ditentukan melalui observasi permukaan yang sesuai. Pola in.i dibandingkan dengan pola
yang didapat melalui perhitungan yang didasarkan pada asu:msi b ahwa tempat medan
bekerja memiliki sifat yang sempurna homogen. Posisi batas internal diketahui atas dasar
perbedaan yang ada antara pola riil dengan pola ideal.
Metoda geofisik yang tergolong dalam kelompok kedua adalah metoda seismik.
Metoda ini didasarkan pada kenyataan bahwa laju perambatan gelombang elastik merupa
kan fungsi dari sifat elastik medium tempat gelombang tersebut merambat . Jika suatu ge
lombang mencapai batas dua medium yang memiliki sifat elastik berbeda, maka sebagian
akan dipantul dan sebagian lagi di.biaskan. Untuk menentukan posisi suatu batas internal,
misalnya antara batuan keras dan batuan lunak atau antara tanah dan batuan, maka diada
kan suatu kejutan kecil baik melalui pukulan palu atau ledakan mesin yang ditanam
di dalam lubang yang tak terlalu dalam. Selanjut nya waktu kedatangan gelombang-ge
lombang yang di.pantulkan atau di.bi.askan dicatat di beberapa titik yang berbeda di per
mukaan. Berdasarkan hasil-hasil pengamatan ini ki.ta akan dapat menentukan pos.isi batas
internal, asalkan batas tersebut tida k terlalu be rgelombang dan terdefinisi dengan baik
(well defined).
Di bidang teknik sipil, hanya metoda seismik dan metoda resistivitas listrik yang pene
rapannya penting. Kadang-kadang kedua metoda ini digunakan bersama-sama untuk saling
melengkapi. Metoda seismik terutama diterapkan untuk menentukan permukaan batuan
dasar (bed rock). Hasil yang didapat biasanya cukup handal seandainya permukaan batuan
tidak terlalu bergelombang dan lapisan atas batuan hasil pelapukan memiliki ketebalan
yang kecil. Untuk suatu endapan lapisan bumi (overburden) yang banyak mengandung
berangkal, survey melalui pemboran boleh dikatakan senantiasa tidak praktis, sedangkan
survey seismik dalam kasus i.ni tetap sama sederhananya dan handal seperti halnya apabila
samasekali tidak ada berangkal. Pada beberapa keadaan kedalaman ke permukaan ndapan
tanah yang kaku atau keras yang berada di bawah endapan yang lunak dapat ditentukan.
Karena kecepatan gelombang seismik jauh lebih besar dalam tanah jenuh ketimbang
dalam tanah tak-jenuh, metoda tersebut dapat pula dipakai untuk menentukan muka air
tanah pada tanah yang kedap air. Sementara itu, adanya lapisan tanah lunak di sebelah
bawah lapisa.::1 tanah yang lebih kaku biasanya tidak bisa dideteksi.
Metoda _resistivitas ternyata berguna dalam menentukan batas antara tanah-tanah
yang resistivitasnya rendah seperti lempung lunak dan endapan organik, dan tanah yang re
sistivitasnya lebih tinggi eperti pasir, kerikil, atau lapisan batuan. Tanah yang resistivitas
nya rendah dapat dideteksi sekalipun berada di bawah tanah yang resistivitasnya lebih
tinggi. Metoda terse but dapat dipakai mulai dari permukaan air. Di lain pihak, batas antara
tanah organik dan lempung lunak , atau antara lempung kaku dan serpihan lempung lunak ,
atau antara pasir le pas dan batu-pasir (sand stone) berbutir kasar. Dalam se gala hal, i.nter
pretasi yang dibuat perlu dikalibrasi dengan hasil pemakaian peralatan terse but pada tanah
tanah di daerah dekat dengan wilayah yang sedang disurvey.
Peralatan seismik dan resistivitas yang siap dibawa-bawa sudah dikembangkan untuk
keperluan teknik sipil. Dengan peralatan semacam itu, eksplorasi senantiasa dapat dikerja
kan dengan ekonomis dan cepat pada daerah yang luas. Pada beberapa keadaan tertentu
penggunaan kedua jenis peralatan tersebut sekaligus malahan membantu proses inter
pretasi. Misalnya, kita tidak mungkin menentukan apakah suatu batas asumsi merupakan
muka air tanah atau lapisan batuan dengan metoda seismik; sedangkan survey resistivitas

274

Masalah disain dan konstruksi

mampu membedakannya karena batuan biasanya memiliki resistivitas yang tinggi di


baadingkan resistivitas lapisan yang berair. Tetapi kita sebaiknya selalu mencek hasil-hasil
survey geofisik dengan setidaknya beberapa pemboran.

Bacaan Pilihan
Hvorslev, M. J. ( 1 948). Subsu rface exp lo ration and sampling of soils fo r civil engineering
p u rposes, Waterways Exp. Sta. , Vicksburg, Miss., 465 pp.
Cambefort, H. ( 1 955). Fo rages et sondages ( Borings and soundings), Paris, Fyrolles, 396
pp.
Lowe, J. ( 1 960 ) . " Current practice in soil sampling in the United States," Hwy. R es.
Board Special Rep t. 60, pp. 1 42- 1 54.
Sanglerat, G. ( 1 965). Le penetrometre e t la reconnaissance des sols (The penetrometer and
soil exploration ), Paris, Dunod, 230 pp.

PASAL 45 PROGRAM EKSPLORASI TANAH

Jenis dan Urutan Operasi


Apa pun proyek yang d ikerjakan, insinyur tidak boleh melupakan bahwa sebagian
besar tanah dibentuk oleh proses geologi yang berubah secara acak dalam ruang dan
waktu. Karena pengaruh yang menentukan dari faktor-faktor geologis pada urutan, bentuk,
dan kesinambungan lapisan tanah, maka langkah pertama dalam suatu eksplorasi tanah
hams selalu merupakan penyeli dikan mengenai karakter geologis yang umum dari daerah
yang dimaksud. Semakin jelas keadaan geologi daerah tersebut, semakin efisien program
eksplorasi yang dapat disusun. Langkah kedua adalah membuat lubang-lubang bor untuk
memperoleh informasi yang lebih spesifik mengenai karakter umum dan tebal masing
masing lapisan. Kedua langkah ini wajib dikerjakan. Hal-hal lainnya tergantung pada ukuran
pekerjaan dan karakter profil tanah.
Pada pekerjaan-pekerjaan yang rutin, seperti disain dan konstruksi pondasi untuk pe
rumahan berukuran sedang di wili[yah yang kondisi pon dasinya sudah diketahui, tidak
lagi diperlukan penyelidikan tanah yang lebih lanjut . Pengujian tanah dapat dibatasi

pada penentuan sifat-sifat indeks (lihat Tabel 9. 1 , hal. 44) dari contoh tanah yang diper
oleh dengan tabung dari pemboran. Hasil-hasil pengujian berfungsi untuk mengkorelasi
tanah-tanah yang sebelumnya sudah dijumpai dalam pekerjaan serupa. Dengan demikian,
kita dapat memanfaatkan pengalam an-pengalaman terdahulu. Kekurangan informasi yang
diperoleh dari lubang bor diimbangi dengan pemakaian faktor keamanan sesuai dengan
kehendak kita. Di mana pun informasi dapat diperoleh melalui pemeriksaan struktur
struktur yang sudah ada di lokasi dekat tempat pekerjaan, kesempatan ini jangan di abaikan.
Eksplorasi tanah p ada p royek-proyek yang besar mungkin memerlukan penentuan satu
atau beberapa dari karakter tanah berikut: kepadatan relatip lapisan pasir, permeabilitas
lapisan pasir, tahanan geser dan daya dukung lapisan lempung, atau kompresibilitas lapis
an lempung. Pada setiap keadmm program eksplorasi hams dipersiapkan sesuai dengan
banyaknya informasi yang bermanfaat yang dapat diambil dari hasil-hasil uji-laboratorium .
Dengan bertambah kompleksnya profil tanah, kegunaan penyelidikan laboratorium yang
cermat dengan cepat berkurang, Kalau profil tanah tak-menentu, usaha-usaha hams di
pusatkan tidak pada keinginan untuk memperoleh data akurat yang menggambarkan sifat
sifat fisis masing-masing contoh tanah, tetapi pada usaha mendapatkan informasi yang
handal yang menggambarkan p ola struktural tanah di bawah permukaan. Usaha-usaha
untuk memperoleh informasi ini dengan melakukan pemboran dan pengujian biasanya
sia-sia. Karena profil tanah yang tak menentu sangat jauh dari lazimnya profil tanah yang

Eksp/orasi tanah

?..7 5

sederhana dan teratur, maka kita relatif jarang memerlukan pengujian tanah yang ter
perinci dan be rskala besar atas dasar pandangan p raktis. Pada pembahasan berikut ini me
ngenai cara mendapatkan informasi yang handal tentang kondisi tanah di bawah permuka
an, pengaruh derajat keruwetan profil tanah pada nilai praktis pengujian tanah secara
konsisten ditekankan.

Pandangan-Pandangan Geologis
Sebagian besar endapan tanah alami mewakili satu dari jenis-jcnis utama berikut ini:
endapan saluran sungai, endapan dataran banji r, endapan delta, endapan pantai, eildapan
glasial, endapan oleh angin (dune sand atau loess), endapan yang dibentuk oleh sedimentasi
dalam air yang tak bergerak, dan tanah residual yang dibentuk di tempat oleh pelapukan.
Endapan yang cenderung memiliki struktur agak teratur adalah endapan dataran banjir dan
endapan oleh angin dan endapan yang dibentuk dalam massa yang besar dari air yang tidak
bergerak pada jarak yang sangat jauh dari pantai. Endapan yang lainnya bisa dibedakan
oleh variasi-variasi yang penting dan tak menentu, setidaknya dalam konsistensi atau ke
padatan relatif, dan biasanya juga dalam ukuran butiran.
Pada bagian hulu sistem-sistem endapan saluran-sungai (river-channel deposits) biasa
nya menempati daerah di dasar lembah yang merupakan potongan batuan. Di daerah
hilir endapan tersebut terhampar dalam jalinan saluran yang tererosi dan berupa endapan
berbutir halus yang sebelumnya diendapkan oleh sungai pada berbagai kondisi sedimen
tasi. Ukuran butiran rata-rata be rkurang dengan bertambahnya jarak dari sumber endap
an; dan di suatu tempat ukuran butiran tersebut cenderung be rtambah secara umum
dengan bertambahnya kedalaman di ba\''ah permukaan. Tetapi, detil stratifikasi senantiasa.
tak menentu, dan ukuran buti ran serta kepadatan relatif bervariasi secara tak terduga.
Variasi glacial outwash yang diendapkan oleh es yang mencair di sekeliling dataran es juga
berperilaku tak menentu dan nyata. Varia si kepadatan , relatif lapisan pasir fluvioglacial,
seperti yang ditunjukkan oleh tahanan penetrasi , diilustrasikan dalam Gbr. 44. 1 6, dan
variasi kepadatan relatif lapisan pasir fluvioglacial dan lapisan ketikil yang terselimuti oleh
lapisan lanau lunak diperagakan dalam 'Gbr. 44. 1 2 .
Endapan dataran-banjir (Flood-plain deposits) diendapkan pada musim air pasang di
kedua pinggi ran sungai di dataran rendah. Endapan tersebut biasanya terdiri atas lapisan
lapisan lanau atau lempung yang sinambung dan tebalnya agak seragam , yang satu sama
lainnya dipisahkan oleh lapisan ndapan yang lebih kasar yang menerus. Tetapi, kesinam
bungan lapisan-lapisan ini dapat dipatahkan oleh massa endapan lain yang datang me
nempati atau melintasi saluran-saluran sungai . Patahan dapat terkumpul di satu tempat atau
memanjang berbentuk garis (Kolb and Shockley 1 9 59). Jika massa tanah semacam itu
berada di antara dua buah lubang bor, maka mungkin akan terlepas dari perhatian kita.
Beberapa kecelakaan pondasi yang terkenal disebabkan oleh kejadian tersebut di atas.
Endapan delta (Delta deposits) terbentuk di tempat masuknya air ke dalam bagian air
yang diam . Gambaran utama delta terlihat sederhana tetapi detil strukturnya bisa sangat
rumit, seperti ditunjukkan dalam Gmb. 45. 1 , karena arus yang mengangkut endapan ter
sebut secara kontinu berubah.
Endapan pantai (Shore deposits) disusun oleh endapan-endapan yang tererosi oleh
gelombang atau dibawa ke dalam massa air yang tak bergerak oleh sungai dan diangkut
dan diendapkan oleh arus pantai. Endapan tersebut biasanya terdiri atas pasir dan kerikil,
akibat fluktuasi tinggi air danau atau air laut yang disertai dengan berubahnya aliran air
yang memotong lajur pantai, endapan pasir dan kerikil dapat berupa perselang-selingan
dari' lapisan-lapisan atau kantung-kantung lanau, lempung, a tau gambut yang sifatnya
rumit. Endapan pantai semacam ini dikenal sebagai endapan pantai komposit (composite
shore deposits). Gambar 45 .7 dan setengah bagian tas dari . Gbr. 43 . 2 mengilustrasikan
struktur jenis endapan ini.

276

Masalah disain dan konstruksi


Pasir s
llbU yang
kasllr

Legenda
Simbol k(cmlde t)

[[[[]

tll

Lebih keel/ dari 0,2 X

0,2 sampai 1,0 X 10-4


1,0 sampai 5. 0 X 10-4

5 samplli 25 X to- 4

25sampai 125 X t o-4

Lebih besar dari 125 X t

4()
I

()

lOO

2(J()

10-4

.10()

Aliran Artesis y;mg Kuat


Pasir dan Kerikl1 yang sangat Ka1ar
I

41JtJ

Kaki

otJtJ

ouo

Gbr. 4 5. 1 . Profil permeabilitali endapan delta glasial yang relatip homogen di daerah
dekat Chicopee, M ass.

Unsur pembentuk endapan glasial (glacial deposits) diambtl dan diangkat oleh es
dan dihamparkart ketika es mencair. Selama dalam perjalanannya pencairan lempengan es
tersebut senantiasa diselingi dengan pembentukan es dengan perioda yang kerap kali ber
ubah. Lempengan es yang bergerak itu merubah bentuk (membajak) endapan glasial yang
sebelumnya diendapkan . Selanjutnya, di pinggiran lempung es berlangsung pemilihan dan
penggeseran bahan endapan glasial oleh aliran air yang muncul dart bawah lempengan es.
Oleh karenanya, endapan glasial memiliki struktur yang paling tak menentu dibandingkan
endapan-endapan lainnya. Kantung-kantung dan lensa-lensa bahan-bahan endapan berbutir
halus dan kasar yang tak-teratur dan bercampur baur dengan berangkal-berangkal akan ber
jajar satu sama lain secara kacau balau.
Sebaliknya, endapan oleh angin (wind-laid sediments) selalu benar-benar seragam.
Tetapi, batasnya bisa saja sangt tidak teratur, karena ingin menjatuhkan bebannya dalam
tumpukan-tumpukan yang tak teratur dan pada permukaan yang tidak rata. Selanjutnya
Loess (Pasal 2) mungkin kehilangan sifat homogen a_walnya akibat proses pelumeran
(leaching) atau pelapukan. Kekurangan pondasi yang dibuat pada tanah jenis loess ini di
sebabkan oleh kegagalan perencana mendeteksi adanya perubahan parsial tersebut.

Eksplorasi tanah

277

Berbagai unsur pengangkut material endapan, air yang mengalir, es dan angin , hanya
mengendapkan sebagian dari beban material padatnya dalam perjalanannya atau di akhir
masa perjalanannya. Sisanya dibawa ke dalam massa air diam yang besar seperti danau, te
luk, atau lautan terbuka. Sisa bahan padat ini hanya mengalami gaya gravitasi ketika berada
di luar lajur sempit tempat melintasnya arus pantai. Oleh karenanya, berlawanan dengan
endapan sedimenter lainnya, endapan yang dibentuk dalam massa air diam yang besar
ini biasanya secara relatif memiliki struktur sederhana. Struktur ini hanya mencerminkan
perubahan periodik atau progresif dari karakter material yang masuk ke daerah sedimen
tasi. Struktur ini sampai batas-batas tertentu dipengaruhi oleh komposisi kimia air.
Efek perubahan musiman dari karakter bahan suspensi diungkapkan oleh diagram ka
dar air (Gbr. 43. l b). Akibat efek ini, penyebaran kadar air dari nilai rata-ratanya dalam
arah vertikal untuk jarak beberapa inci sama pentingnya dengan pe rubahan terse but untuk
seluruh kedalaman. Efek pe rubahan musirnan juga tampak menyolok pada struktur sedi
men yang diendapkan dalam danau air tawar di dae rah kutub utara seperti halnya endapan
yang dijumpai di Kanada dan Amcrika Se rikat scbelah Utara. Dalam musim panas, bahan
suspensi di bagian pantai dari danau terdiri atas lanau dan lempung, karena material yang
lebih kasar seperti pasir dan kcrikil tclah diendapkan di mulut sungai (membangun endap
an delta). Partikel lanau mengendap pada musim panas. Tetapi, selama musim dingin sungai
tidak mengangkut bahan apa pun ke dalam danau karena sungai membeku seluruhnya. De
ngan demikian, di bawah lempengan es, hanya partikel lempung yang mengendap.
Sehingga, sedimen tenmsun dari lapisan lanau berwarna lembut dan lapisan berwarna gelap
yang terutama terdiri atas partikel lempung. Masing-masing lapisan ganda tersebut mem
bangun endapan per tahun. Endapan-cndapan ini pada akhirnya menghasilkan varvcd clay
(Gbr. 45 .2) yang disebutkan dalam Pasal 2 . Tebal lapisan ganda tersebut biasanya lebih
kecil dari 1 inci, tetapi suatu kali bisa mencapai beberapa kaki. Hal tersebut tergantung
pada jumlah material yang dihanyutkan ke dalam danau selama musim panas. Lapisan
sejajar yang ke-40 dari endapan lempung seperti di atas sangat sering dijumpai di Amerika
Utara dan Eropa Utara. Lapisan tanah semacam ini merupakan sumber potensial kesulitan
kesulitan konstruksi.
Seandainya sungai arktik (kondisi di kutub utara) seperti d atas memasuki sebuah
teluk bukannya danau air-tawar, maka pemisahan partikel-partikel bcrdasarkan ukurannya
akan berlangsung dengan sangat tidak scmpurna karena kandungan garam dalam air laut

Gbr. 4 5 .2 B agian yang melalui sampul tak terganggu dari Varved clay yang diamati
dalam sampler yang didisain dengan baik dengan diameter 4 inc.

Masalah disain dan konstruksi

278

menyebabkan flokulasi partikel-partikel lempung. Oleh karena itu, sebagian besar lempung
diendapkan secara serempak dengan lanau.

Kajian ulang sebelumnya telah memperlihatkan bahwa alam menghasilkan tak-ber

hingga keragaman pola slruktural, mulai dari . stratifikasi sederhana dari endapan pantai
yang dibentuk di danau yang besar sampai struktur yang sangat kompleks dari massa keri
kil, pasir, dan lanau yang diendapkan, dibentuk (dibajak), diubah, dierosi secara se
tempat, dan diendapkan-ulang sepanjang pinggiran lempengan es. Karakter tanah residual,
akibat variasi bahan asal dan tingkat pelapukan , sama pula rumitnya (Pasal 49). Jika
pemboran dilakukan pada dua titik yang terpisah sejauh 1 00 atau 200 ft, insinyur menge
tahui karakter dan urutan lapisan sepanjang kedua garis vertikal tersebut. Di antara kedua
garif. itu lapisan mungkin kontinu. Tetapi, lapisan tersebut mungkin pula terdesak sedtkit
dari masing-masing garis di atas , dan urutan lapisan pada separuh jarak k edua pemboran
tersebut mungkin sama sekali berbeda dengan urutan dari masing-masing lapisan sepanjang
garis di bawah titik bor. Program yang tepat untuk penyelidikan tanah tambahan dapat di
persiapkan hanya oleh insinyur yang benar-benar mengenal elemen-elemen geologi fisik
dan geologi wilayah tempat pemboran tersebut.
Gambaran geologi tanah kota-kota yang besar biasanya dapat diperoleh dalam publika
si dari musium lokal mengenai sejarah alam atau dari beberapa institusi yang serupa. Se
andainya proyek berada di daerah terbuka, sebaiknya kita menyelidiki apakah penelaahan
geologi daerah tersebut sudah dilakukan atau belum. Informasi umum mengenai geologi
daerah-daerah tertentu dapat ditemukan dalam literatur berikut ini:
Fenneman, N . M. ( 1 93 1 ), Physiography of Western United States, New York, 5 3 4 pp.
Fenneman, N. M . ( 1 9 3 8), Physiography of Eas tern Uni ted States, New York, 7 1 4 pp.
Atwood, W.W. ( 1 940), Th e Physiographic Provinces of North A merica, New York, 5 3 6 pp.
Literatur yang lebih spesifik harus dilihat dalam daftar pustaka di bawah ini:
Geologic Li terature on North A merica, bibliographic bulletins of the U . S. Geological
Survey, published every two years. Cumulative bibliographies are available for the years
1 7 8 5 - 1 9 1 8 and 1 9 1 9- 1 9 28 .
Bibliography and Index o f Geology Exclusiv e of North A merica, published annually
since 1 930 by the Geological Society of America.
Index to Geologic Mapping in the United States. Set of maps, one for each state,
prepared by U. S. Geological Survey showing areas described in various publications and
listing the publications.
R. F. Legget, "Geological Survey of the World," Appendix B in Geology and Enginee
ring, 2nd ed. , New York, 1 962. Contains brief discussions of the geological surveys of
various countries, their mailing addresses, and their publications.
R.F. Legget, "Geological Societies and Periodicals," Appendix C in Geology and
Engineering.
Ca talogu e of Pu blished Bibliographies i n Geology

1 896-1 920, Bulletin National

Research Council, 6, Part 5, No. 3 6 , 1 92 3 .


Peta-peta geologi serta diskripsi singkat sejumlah (kecil) daerah telah dipublikasikan
pada terbitan V.S. Geological Survey, sedangkan peta dan diskripsi daerah-daerah yang
lainnya tersebar dalam literatur berkala. Literatur-literatur termaksud dicantumkan pada
daftar pustaka buletin U.S. Geological Survey.
Sejumlah besar informasi penting" mengenai geologi regional diberikan dalam Water

Supply papers secara teratur se]ak tahun 1896 oleh U.S. Geological Survey.

Peta-peta survey tanah untuk pertanian yang akan dimanfaatkan oleh Departemen Per
tanian Amerika Serikat serta oleh berbagai pusat penelitian pertanian di negara bagian,

biasanya diiringi oleh suatu diskripsi yang setidaknya berbentuk ringkas mengenai bahan
asal (parent material) serta asal-mula geologinya.

279

Eksp/orasi tanah

Seandainya informasi spesifik mengenai geo logi di lapangan t empat pembangunan

dilangsungkan tidak bisa didapat, insinyur mesti mendasarkan diri pada kemampuannya
dalam mengobse rvasi dan menginterp retasikan keadaan geologi di lapangan. Pada proyek
proyek besar, survey geologi secara terperinci di lapangan dan daerah sekitarnya merupa

kan hal yang sangat disarankan.

Spasi don Kedalaman Pemboran Eksplorasi


Dewasa ini spasi antara lubang-lubang pemboran eksplorasi masih dibuat berdasarkan

pada perjanjian yang telah ditetapkan, bukan berdasarkan pada pandangan rasional. Di

tempat bangunan didirikan, untuk kedua arah utama, spasi pemboran umumnya dibuat

sekitar

50

kaki. Untuk jalan di bawah tanah (sub way) atau proyek-proyek bendungan

tanah, spasi sebesar

1 00

kaki umumnya dianggap sebagai spasi yang minimum. Namun ,

seandainya j alur sedemikian panjangnya atau proyek terlampau besar, seringkali spasi di
perbesar menjadi

200

kali. Bahkan, spasi sebesar ini pun mungkin mengakibatkan ter

lampau banyaknya pemboran dan pengetesan yang harus dilakukan. Tentu saja hal ini
dapat menyebabkan tertundanya pelaksanaan pembangunan.

Pembakuan (standardization) bagi spasi untuk lubang-lubang pengeboran eksplorasi

menimbulkan kerugian-kerugian yang nyata. Untuk profil tanah yang sederhana, spasi yang
biasa/umum mungkin terasa sangat kecil, sedangkan untuk profil yang sangat tidak ter

atur justru menjadi terasa sangat berlebihan. Guna mencegah kerugian uang maupun waktu

akibat terlampau banyaknya penggalian, maka sounding bawah permukaan sering lebih

disukai (menguntungkan). Suatu sounding lebih murah dan bij aksana ketimbang lubang
bor serta dapat diwujudkan di tiap titik di mana regulasi-regulasi konvensional mengharus

kan adanya sebuah lubang bor. Seandainy.a diagram-diagram penetrasi memiliki kemirip

an satu sama lainnya, maka profil tanah akan cenderung bersifat sederhana. Lubang-lubang
pemboran eksplorasi hanya diperlukan di satu atau dua lokasi di mana berlaku kondisi

rata-rata, dan di sekitar titik-titik di mana diagram penetrasi menunjukkan penyimpangan

yang maksimum dari rata-rata statistik. Sounding tambahan perlu dibuat kalau keadaan

geologi di lapangan mencakup adanya kemungkinan gangguan kelangsungan lapisan secara

setempat oleh interupsi saluran atau oleh massa tanah yang lain. Sounding tambahan itu

dihuat di tempat terdapatnya indiasi permukaan yang menunjukkan adanya lapisan


kompresibel di bawah permukaan. Indikasi tersebut bisa berupa lekukan dangkal pada
permukaan tanah. Bila sounding menemukan adanya indikasi lapisan kompresibel ter

sebut, kita harus melakukan pemboran di dekatnya untuk menentukan jenis lapisan kom

presibel tersebut.

Jika diagram-diagram penetrasi yang diperoleh dari sounding eksplorasi sangat ber

beda secara konsisten , maka profil tanah cenderung tak teratur dan sounding-sounding

dengan taraf lebih tinggi perlu dibuat untlik mendapatkan data penetrasi yang cukup

lengkap sehingga memberi gambaran pasti (tidak meragukan) mengenai bentuk umum dan
kecenderungan yang dimiliki batas-batas antara butiran halus dengan butiran kasar, serta

bagian padat endapan dengan bagian lepasnya. Tetapi, hanya dipe rlukan beberapa lubang
bor untuk menentukan jenis-j enis tanah yang terletak di antara permukaan tidak tetap yang

berbeda atau menentukan apakah mas tanah yang memiliki tahanan luar b iasa atau sama
sekali tak memiliki tahanan tersusun dari pasir atau lempung. Persoalan ini akan muncul
apabila kita mengadakan sounding sebagaimana diperagakan di bagian kanan Gbr.

44. 1 2.
80

Pada diagram penetrasi tersebut terdapat keragu-raguan apakah tanah di antara El.
dan

60

tersusun dari pasir yang sangat lepas atau lempung. Untuk menjawab pertanyaan

ini dilakukan pemboran di sebelah lajur sounding. Catatan pemboran akan meyakinkan
kita bahwa tidak terdapat lempung di bawah El.

80.

Rendahnya tahanan saat penetrasi

dalam jelajah kedalaman ini terutama disebabkan oleh pasir yang berstruktur sangat le
pas.

1
'

280

Masalah disain dan konstruksi


Kedalarnan lubang pernboran eksplorasi yang harus dibuat kurang lebihnya sudah di

l;>akukan (standardized). Praktek ini tidak hanya rnerupakan pernborosan tetapi juga rnem
bahayakan. Banyak ge dung rnengalarni kerusakan serius yang disebabkan oleh penurunan
akibat konsolidasi lapisan lernpung lunak yang berada di bawah kedalarnan yang dieksplo
rasi. Lebih jauh lagi, tidak ada aturan umurn yang telah disusun untuk rnemilih kedalarn
an terse but, sebab untuk suatu berat dan dirnensi tertentu dari sebuah struktur, kedalaman
ternpat t erjadinya penurunan sangat te rgantung pada profil tanah. Alinea berikut ini akan
rnengilustrasikan b e rbagai faktor yang perlu diperhatikan sebelurn kita rnenetapkan ke
dalarn dari lubang pernboran.
Seandainya karena alasan geologi yang tertentu atau berdasarkan hasil-hasil pernbor
an sebe lumnya diketahui bahwa tanah di bawah perrnukaan dari sekelornpok gedung
gedung tidak rnengandung lapisan lernpung atau lanau lunak, rnaka kedalarnan eksplorasi
tanah di lokasi bangunan-bangunan tersebut cukup sekitar

20

sarnpai

30 ft

di bawah sub

grade tergantung pada berat bangunan. Ukuran daerah yang diternpati bangunan-bangunan

tersebut tida k perlu diperhatikan karena kornp resibilitas lapisan pasir akan berkurang

dengan cepat dengan bertarnbahnya kedalarnan (Pasal

15)

dan oleh karenanya penurunan

sebuah gedung akan sama besar baik ada gedung-gedung lainnya ataupun tidak.
Di pihak lain, jika lapisan tanah di bawah sekelornpok bangunan tersebut rnengan
dung lapisan yang lunak, ternpat terja dinya penurunan rnungkin terletak pada kedalarnan
yang lebih besar daripada lebar keseluruhan daerah yang diternpati bangunan-bangunan
tersebut, sebab bahkan pada kedalarnan 1 5 0 atau

200

kaki pertarnbahan tekanan yang

sedang saj a besamya pada lapisan lernpung lunak yang tebal bisa menghasilkan penurunan

lebih dari 1 ft (Pasal 5 5 , Jilid

2).

Dengan demikian seberapa dalamnya tanah harus di

eksplorasi sangat bergantung kepada ada tidaknya lapisan kompresibel seperti lempung
atau lanau plastis.
Jika keadaan geologi di lokasi bangunan memperlihatkan bahwa lapisan lempung
atau lanau berada jauh di bawah perrnukaan tanah, atau jika tak ada ha! a?a pun rne
ngenai kondisi tanah yang kita ketahui, maka perlu dibuat suatu e stimasi kasar mengenai
intensitas dan distribusi tekanan yang akan dihasilkan oleh bangunan-bangunan yang di
rencanakan pada lapisan tanah di bawahnya. Prose dur termaksud telah kita bicarakan

40. Atas dasar estimasi ini, dapat ditentukan kedalarnan terbesar D maks di
mana keberadaan suatu lapisan tebal lempung lunak dengan batas cair yang tinggi masih
dalam Pasal

merniliki pengaruh besar terhadap penurunan. Lu bang bor yang pertama harus dibuat
sampai ke dalaman ini. Semua pemboran dan sounding yang lainnya dapat dihentikan
pada ke dalaman sekitar 1 0 kaki di bawah dasar dari lapisan lempung yang paling bawah

yang dijumpai dalam lapisan tanah setebal Dm aks Prosedur ini harus diikuti, tanpa me

rnandang apakah karakter lapisan tanah sebelah atas menghendaki dibuatnya pondasi te

lapak, pelat, atau tiang.


Contoh berikut ini mengilustrasikan konsekuensi yang mungkin terjadi akibat meng
abaikan prosedur yang disarankan di atas. Sekelompok gedung dibangun di dataran pasang
surut dan masing-masingnya mempunyai lebar tidak lepih dari
rasi dengan pernboran samp ai kedalaman

90

40

kaki. Tan ah dieksplo

kaki. Selama pemboran sampai kedalaman

tersebut dijumpai peralihan perlahan-lahan mulai dari lanau lunak di dekat permukaan
tanah sampai lapisan pasir dengan be rbagai kepadatan pada ke dalaman lebih dari

65

kaki.

Karena tingginya kompresibilitas lapisan atas, maka diputuskan menyangga bangunan


bangunan tersebut dengan tiang yang panjangnya

70

sampai

90

kaki. Para insinyur yang

be rtanggung jawab atas pembangunan di atas terkejut karena bangunan mulai mengalami
penurunan ketika konstruksi sedang be rlangsung, dan. dalam waktu tiga tahun penurunan
bertambah sampai lebih dari

kaki. Penyelidikan tanah selanjutnya menunjukkan bahwa

penurunan disebabkan oleh konsolidasi lapisan lempung lunak dengan tebal


terletak pada kedalaman sekitar

115

kaki di b awah permukaan tanah.

30

kaki yang

281

Eksp/orasi tanah

Seandainya lapisan batuan dijumpai dalam lapisan tanah setebal Dmaks tersebut, maka
topografi permukaan batuan harus ditentukan setidaknya secara pendekatan dengan
sounding atau pemboran, karena lekukan pada permukaan batuan mungkin terisi dengan
sedimen yang sangat kompresibel yang hanya dijumpai dalam lubang bor yang paling
dalam. Pengabaian atas tindakan pencegahan ini juga se ringkali merupakan penyebab
penurunan yang penting.
Hasil-hasil pemboran dan sounding ke bawah permukaan tanah harus dikumpulkan
dalam sebuah lapo ran yang mengandung semua informasi mengenai keadaan geologi
lapangan, daftar yang berisi sifat-sifat indeks semua contoh tanah yang diambil dengan alat
SPT, dan catatan hasil standar penetration test (SPT). Berdasarkan laporan ini kita dapat
memutuskan apakah perlu dilakukan penyelidikan tambahan atau tidak mengenai ke
padatan relatif dan permeabilitas lapisan pasir dan tahanan geser serta kompresibilitas
lapisan lempung.

Kepadatan Relatif Lapisan Pasir


Kepadatan relatif lapisan pasir memiliki pengaruh yang menentukan terhadap sudut
gesekan dalam pasir (Pasal 1 7), terhadap daya dukung akhir (Pasal 3 3), serta. terhadap
penurunan telapak bangunan yang bertumpu di atas pasir. Jika pasir yang terbenam berada
dalam keadaan sangat lepas, maka sebuah kejutan mendadak bisa mengubahnya secara
temporer menjadi suspensi pasir yang memiliki sifat-sifat seperti cairan viskous (Pasal 1 7).
Dalam keadaan padat, pasir yang sama seperti di atas bersifat tidak peka terhadap kejutan
dan cukup sempurna sebagai dasar pondasi untuk struktur yang sangat berat sekalipun.
Karena alasan ini, kepadatan relatif suatu pasir akan jauh lebih penting daripada sifat
sifatnya yang lain, kecuali (mungkin) permeabilitasnya.
Sementara pemboran dilaksanakan, kita akan memperoleh informasi yang berkaitan
dengan kepadatan relatif lapisan p asir y ang dijumpai dalam lubang bor dengan melakukan
standard penetration test ketika mengambil contoh tanah dengan split-spoon. Berkenaan
dengan begitu pentingnya kepadatan relatif tersebut, standar penetration test harus di
pandang sebagai bagian pokok dari operasi pemboran. Tabel 45 . 1 memberikan hubung
an pendekatan antara jumlah tumbukan N dan kepadatan relatif.
Hubungan dalam Tabel 45 . 1 tersebut harus digunakan dengan hati-hati, dan hanya di
pakai kalau uji penetrasi (penetration test) dilaksanakan dengan cermat sekali. Jika lapisan
pasir berada di bawah muka air tanah, maka pelaksanaan pemboran oleh orang yang tidak
ahli bisa mengakibatkan penurunan tinggi air di dalam pipa pelindung ke bawah tinggi
piezometric dalam lapisan pasir di lokasi pengujian, kemudian pasir bisa berubah menjadi
pasir hidup dan berada dalam keadaan le pas ; selanjutnya nilai N menj adi sangat rendah.
Pengangkatan batang-batang bor saja, tetapi dengan laju terlalu cepat, mengakibatkan
air terlambat mengisi ruang yang ditinggalkan oleh batang bor tersebut dan bisa menim-

Tabe/ 45. 1
Kepadatan Relatif Pasir berdasarkan
Hasil-Hasil Standard Penetration Test
'

u ml ah

t u m huk

0 -

4-

an N

10

1 0 - 30
30 - so
Lebih dari 50

Kepadatan Relatif
Sangat 1epas
Lepas
Sedang
Padat
Sangat padat

282

Masalah disain .dan konstruksi

bulkan penurunan tinggi air seperti di atas. Di lain hal, berangkal (boulders) atau kerakal
(cobbles) yang diameternya beberapa inci lebih besar daripada diameter split-spoon bisa
membefikan nilai N yang terlalu tinggi.
Pada pasir halus yang jenuh atau pasir lanauan dengan kepadatan sedang sampai
relatif tinggi, dan mempunyai ukuran butiran efektif antara 0, 1 dan 0,05 mm, jumlah
tumbukan mungkin menjadi luar biasa besar karena tanah semacam ini cenderung mem
besar/berdilatasi selama penggeseran dalam kondisi tertutup (undrained conditions) (Pasal
15). Dengan demikian, pada tanah-tanah seperti itu standard penetration test harus di
lengkapi dengan prosedur-prosedur yang lebih handal, atau hasil-h asilnya harus diinter
pretasikan secara konservatif.
Pada proyek-proyek yang penting, informasi yang didapat dari standard penetration
test tentang kepadatan relatif pasir harus disertai dengan sounding ke bawah permukaan
tanah. Sounding ini memberikan catatan-catatan yang kontinu, seperti diperagakan dalam
Gbr. 44. 12 dan 44. 16, mengenai variasi tahanan penetrasi terhadap kedalaman. Tetapi,
tahanan te rhadap penetrasi penetrometer ke dalam lapisan pasir, atau energi yang diperlu
kan untuk menghasilkan penetrasi tertentu, tidak hanya bergantung kepada kepadatan
relatif pasir tetapi juga kepada dimensi titik ujung dan gagang alat penetrasi dan pada
batas-batas tertentu bergantung kepada bentuk butiran dan distribusi ukuran butiran
(grain-size distribution). Dengan demikian, setiap metoda sounding yang baru dan setiap
penggunaan metoda tersebut pada daerah yang belum dieksplorasi memerlukan seperangkat
uji kalibrasi yang memberikan data untuk menginterpretasikan catatan penetrasi.
Kalibrasi yang kasar dapat dicapai dengan melakukan sounding di sebelah lubang bor
tempat dilaksanakannya standard penetration test. Cara yang lebih tidak praktis tetapi
sekaligus lebih handal adalah melakukan uji beban permukaan (surface load test) di
berbagai kedalaman di bawah titik yang dekat dengan lokasi sounding. Pengujian dilakukan
pada pelat-tumpuan (bearing-plate) yang luasnya 1 re. Pelat tersebut diletakkan di atas
permukaan pasir yang horisontal. Pada jarak 3 ft dari pelat kita tidak boleh menempatkan
timbunan atau beban tambahan. Hubungan antara beban dan penurunan untuk peng
ujian-pengujian semacam itu pada berbagai lapisan pasir diperlihatkan dalam Gbr. 45.3a.
Kurva 1 dan 2 diperoleh dari pengujian pada pasir yang sangat padat, kurva 4 pada pasir
dengan kepadatan sedang, dan kurva 5 pada pasir lepas. Dengan bertambahnya kepadatan
relatif, daya dukung bertambah dengan cepat, dan penurunan akibat beban tertentu ber
Rurang. Gambar 45.3a memperagakan, berdasarkan pengalaman lapangan dan berkebalikan
dengan opini yang sudah tersebar luas, bahwa ukuran butiran tidak mempengaruhi ke
padatan relatif dari daya dukung pasir.
Bagian kanan Gbr. 44. 1 6 memperiihatkan hasil-hasil pengujian beban yang dilaku
kan untuk keperluan kalibrasi wash-point penetrometer (Gbr. 44. 1 3d). Prosedur tersebut
diuraikan pada halaman 268.
Berdasarkan hasil-hasil uji beban standard, seperti yang diilustrasik m . dalam Gbr.
45.3a, kepadatan relatif pasir dapat ditentukan dengan menggunakan diagram (Gbr.
45.3b ). Untuk keperluan ini kurva-kurva yang diperoleh dari uji kalibrasi dimasukkan ke
dalam diagram. Masing-masing kurva berkaitan dengan suatu pembacaan penetrometer.
Posisi kurva dengan acuan batas-batas yang ditunjukkan dalam gambar mengindikasikan
kepadatan relatif pasir yang ditembus oleh titik ujung penetrometer.
Tetapi uji beban standar (standard load test) mungkin memberikan hasil-hasil yang
menyesatkan jika butiran pasir berukuran halus atau sangat halus daiY jika kelembaban
pasir cukup besar. Akibat kohesi oleh adanya gaya-gaya kapiler (Pasal 20), pasir mungkin
riampak lebih kuat dan tak begitu kompresibel dibandingkan jika tak ada kelembaban
tanah. Pengaruh kohesi tersebut berkurang dengan cepat dengan bertambahnya lebar
daerah yang dibebani; Pengaruh tersebut terlalu besar untuk diabaikan jika daerah pem
bebanan berukuran 1 ft2 .

\ '

283

'lksplorasi tanah
;:;

E:
.!!!

"<:;
1 --r-+---+---

2==r---t---l

v;

.:3 Daerah Pengujian Seluas i tt2


(l

Beban dalam Ton per ft2

/(l

(a)

Lepas

2--+---+---+--4H
i:!

::.
t:

3o
--2L-
4L-
o
L-
8--
IO
J
Beban Dalam Ton per ft2
(b)

Gbr. 4 5. 3 . (a) Hubungan antara beban dan penurunan pelat-tumpuan yang luasnya 1 ft 2
yang diletakkan di atas permukaan pasir. Kurva 1 menyatakan pasir halus yang bersih dan
padat dalam sumuran yang berada 26 ft di bawah dasar sungai ; 2 menyatakan pasir yang
sangat halus dan sangat padat dalam galian terbuka yang berada 26 ft di bawah permuka
an tanah di Lynn Mass ; 3 menyatakan pasir b.asah dengan kepadatan sedang yang dipadat
kan secara manual ; 4 menyatakan pasir dengan kepadatan sedang yang berada di dasar
galian sedalam 30 ft di H ouston Street, New York. Daerah yang diarsir menunjukkan selang
untuk kurva-kurva yang diperoleh di antara kedalaman 20 dan 60 ft; S menyatakan pasir
lepas, kasar, bersih, dan sangat tajam yang terletak di dasar galian terbuka di dekat Muske
gon, Mich. (b) Diagram untuk memperkirakan kepadatan relatif pasir berdasarkan hasil
.hasil uji beban standar (standard load test) pada pelat tumpuan seluas 1 ft 2 .
Jnformasi yang lebih akurat yang menggambarkan kepadatan relatif lapisan pasir
dapat diperoleh dengan menguji contoh tanah yang tak terganggu di laboratorium. Con
toh tanah tersebut disayat dengan tangan dari lubang penguj ian atau diambil dari lubang
o r dengan salah satu prosedur yang diuraikdn dalam Pasal 44. LubaJ I); p .:ngujian u lnu

pemboran dilakukan di dekat tempat sounding sebelum dilaksanakan. Dengan meng

korelasi hasil-hasil penguj ian dengan tahanan terhadap penetrasi yang be rsangkutan, maka
kita memperoleh data yang akurat untuk menginterpretasikan hasil-hasil dari semua soun
ding yang lain. Tetapi kita jarang sekali menemukan keadaan atau kesempatan di mana
penyempurnaan-penyempurnaan semacam itu dipe rlukan.

Permeabilitas Lapisan Pasir


Informasi yang handal tentang permeabilitas lapisan pasir mungkin diperlukan untuk
mengestimasi kuantitas air yang akan mengalir menuju suatu penggalian yang dimensi
nya spesifik pada posisi muka air tanah tertentu atau menentukan kedalaman penggali
an yang hams dilakukan di bawah ben dungan yang didirikan di atas pondasi yang tak
kedap air agar j umlah remb asan dari waduk berkurang sampai suatu nilai tertentu.
Data untuk rnemperkirakan aliran air rnenuju sebuah penggalian sangat niudah diper
oleh melalui uji-pemompaan (pumping test) (Pasal 44). Hasil-hasil pengujian tersebut me
mungkinkan kita menghitung koefisien permeabilitas rata-rata tanah d alam arah hori
sontal. Setelah koefisien ini diketahui, Illasalah yang menyangkut aliran air menuju peng
galian yang direncanakan dapat dipe cahkan berdasarkan hukum-hukum hidrolika. J ika pro
yek mimghendaki penurunan muka air tanah dengan menggunakan sumur-sumur pe
napis (Pasal 47); maka kita tentukan sistem svmur terse but d an kemudian dapat kita esti
masi kapasitas pompa yang diperlukan untuk rnempertahankan muka air tanah tetap
di bawah dasar penggalian selarna konstruksi.
Untuk menyelesaikan masalah penggalian dan rembasan, kita perlu menentukan
tidak hanya permeabilitas rata-rata tanah tetapi juga variasi utama dari permeabilitas ter-

284

Masalah disain dan konstruksi

sebut dalam lapisan pasir yang berada di bawah dan di sisi struktur penahan-air (water
retaining structure). Hal ini dapat dikerjakan dengan mengadakan uj i permeabilitas pada
serangkaian contoh tanah yang agak kontinu yang didapat dari sejumlah besar lubang bor.
Tetapi, endapan alami tidak pernah homogen. Air menelus (percolate) melalui endapan ter
sebut sepanjang jaringan aliran yang agak rumit, mengikuti lensa-lensa atau lapisan-lapisan
tanah yang tersusun dari unsur-unsur yang paling kasar, dan permeabilitasnya dalam arah
vertikal biasanya j auh lebih kecil daripada permeabilitas dalam arah horisontal. Oleh
karenanya, penyelidikan laboratorium hanya dapat mengungkapkan orde besarnya per
meabilitas endapan tersebut sekalipun pengujiannya mencakup pengaliran air melalui
contoh-contoh tanah yang terpisah dalam arah horisontal dan vertikal. Di samping itu,
contoh tanah tidak pernah kontinu. Lapisan lanau tunggal yang berada di antara ke dua
contoh pasir yang berturutan bisa sangat mempengaruhi rasio permeabilitas vertikal dan
horisontal. Adanya lapisan semacam itu seringkali dijumpai (Gbr. 45.4).
Oleh karenanya, penggunaan contoh-contoh tanah yang tak terganggu sebaiknya dila
kukan pada pengujian permeabilitas. Hasil-hasil pengujian yang handal dapat diperoleh de
ngan menguji contoh tanah yang diambil dari lubang bor dengan menggunakan tabung con
toh tanah yang dilengkapi dengan core catcher (Gbr. 44.2d) a tau scraper bucket (Gbr.
44.2/). Jika contoh tanah diambil dengan tabung, maka unsur-unsur penyusunnya harus di
campur sccara keseluruhan sebelum pengujian. Setelah teknisi membuat 1 5 atau 20 peng
ujian permeabilitas pada contoh tanah dari suatu lapisan tertentu, maka ia dapat mengesti
masi koefisien permeabilitas lapisan-lapisan yang lain berdasarkan tekstur dan wujud umum
tanah tersebut. Hasil estimasi dan pengujian dapat dibuat untuk memperhitungkan per
bedaan antara kepadatan relatif tanah remasan dan tanah di lapangan. Rasio permeabilitas
horisontal dan vertikal dapat diperkirakan berdasarkan Pers. 1 1 . 10 dan 1 1 . 1 1 .
Penyelidikan terperinci semacam nti j arang dipertimbangkan dari degi ekonomi. Penen
tuan permeabilitas endapan alami yang berada di bawah muka air tanah dengan melakukan
uji permeabilitas di lapangan (in situ) kerapkali lebih handal ketimbang yang diperoleh de
ngan uji laboratorium.

Gbr. 4 5.4 . Lapisan lanau dalam pasir seragam yang sedang. Adanya lapisan tersebut tida}(
dapat dideteksi oleh bor uji yang biasa dilakukan. Padahal lapisan terse but mengurangi per
meabilitas lapisan pasir dalam arah vertikal menjadi pecahan yang kecil dari permeabilitas
horison tal.

285

Eksplorasi tanah

Ahli-ahli mekanika tanah tclah mcngembangkan prosedur untuk mengevaluasi per


meabilitas lapisan pasir yang terletak di atas muka a ir tanah atas dasar kuantitas air yang
mencmbus ke dalam tanah dari b agian lubang bor yang b erada di bawah pipa pelindung .
Hasil terbaik nya merupakan perkiraan yang kasar dan mungkin tidak handal, karcna pola
aliran air ke d alam tanah tetap tak diketahui dan formasi penapis di permukaa n-masuk
(entrance surface) hampir tidak dapat dihindarkan. Prosedur (Zangar
rupa dengan yang telah dibahas untuk uji permeabilitas

di lapangan

1 953)

ter sebut se

dalam lubang bor

di

bawah muka air tanah.

Tahanan Geser Lempung Jenuh


Jika proyek yang melibatkan tanah lempung menginginkan diadakan penyelidikan
kestabilan lereng, perhitungan tekanan lateral pada struktur penguat galian terbuka, atau
pe rkiraan daya dukung akhir pondasi telapak atau po.ndasi pelat (rakit), maka kita -han1s
menentukan tahanan geser lempung tersebut. Kalau kadar air lempung tidak berubah
secara berarti selama lereng berdiri tanpa penyangga atau selama ga1ian terbuka diperkuat
secara temporer, atau jika faktor keamanan pondasi telapak bernilai minimum sebelum
kadar air dapat berkurang akibat pembebanan, maka kondisi

1 8).

1/>

0 dapat diterapkan (Pasal

Selarutnya kekuatan geser tcrtutup (undrained shearing strength) atas dasar t e

gangan total sama dengan setengah kekuatan kompresif bebas (unconfine d compresive

strength) qu dari contoh lempung tak-terganggu. Kekuatan geser dapat juga ditentukan
secara langsung dengan menggunakan baling-baling (Gbr. 44. 1 7) atau torvane (Gbr.

1 8.3).

Karena banyak masalah praktis yang terkenal masuk ke dalam katagori

if> =

0, maka

peralatan untuk mengevaluasi kekuatari geser tertutup dari tanah lempung yang jenuh pan
tas mendapatkan perhatian khusus.
Selama pemboran, tahanan geser lcmpung dapat d iperkirakan secara )fasar berdasar
kan catatan standard penetration test. Tabel
tara kekuatan .kompresif

45.2

menunjukkan hubungan pendekatan an

bebas dan jumlah tumbukan per kaki penetrasi split-spoon.

Tetapi, pada jumlah tumbukan per kaki penetrasi sebesar

N yang

tertentu, penyebaran ni

9.1,

juga wajib dilaksanakan

lai-nilai q u yang bersangkutan dari nilai rata-ratanya temyata san gat besar. Sehingga, uj i pe
mampatan hams selalu dilakukan pada contoh tanah yang diambil dengan alat SPT terse
but. Pengujian rutin lainnya yang dicantumkan dalam tabel

karena h.asil-hasil pengujian tcrsebut diperlukan untuk membandingkan lempung tersebut

dengan lcmpung-lempupg lainnya yang dijumpai pada proyek yang serupa. Nilai qu yang
diperoleh melalui uji pemampatan cendcrung agak terlalu rendah karcna contoh tanah

nya cukup banyak terganggu . Penyelidikan tambahan yang dipcrlukan pada proyek
proyek yang pcnting bcrgantung kepada karakter profil tanah.

Tabe/ 45. 2
Hubungan Konsistensi Lempung, Jum/oh Tumbukan pada Sampling Spoon,
dan Kekuatan Kompresif Bebas

q_.,.

<2
2-4
4-8
8-15
1 5-30
<0.25 0;. ,50 0#50-1,00 lQ0-2 ,00 200.:.4,00

>30

>4>00

286

Masalah disain dan konstruksi


Jika p rofil tanah sederhana dan teratur, biasanya kita mungkin mengevaluasi tahanan

geser rata-rata dari lapisan lempung berdasarkan hasil uji laboratorium. Contoh tanah di

ambil melalui pemboran (Pasal

44)

yang memberikan contoh tanah yang kontinu. Untuk

mendapatkan nilai rata-rata yang agak handal, jarak antar lubang pemboran jangan me
lebihi

1 00

[t, Jika sebelumnya diketahui bahwa profil tanah agak teratur dan diperlukan

pemboran untuk mendapatkan contoh tanah, maka kita harus mengambil contoh tanah
di semua penampang lubang bor yang terletak dalam lapisan lempung. Pada penampang

penampang yang berada di antara lapisan lempung, kita lakukan standard penetration test
dan pengambilan contoh tanah.
Contoh-contoh tanah tersebut dikirim ke laboratorium dalam tabung bersegel yang

biasanya mempunyai panjang 30 atau

36

inci. Sebaiknya, semua contoh lempung yang ber

asal dari satu lubang harus diuj i dalam urutan yang sama dengan urutannya dalam lubang
bor dalam arah vertikal. Masing-masing contoh tanah dikeluarkan dari tabung dengan

cara sedemikian rupa sehingga contoh tanah secara kontinu bcrgerak relatif terhadap
tabung pada arah yang sama seperti ketika contoh tanah memasuki tabung; jika gesekan

sisi yang be rlebihan mengakibatkan terlalu tianyak gangguan selama pengeluaran, maka
tabung dipotong menj adi penampang-penampang berukuran

inci, tanah itu sendiri di

potong dengan menggunakan gergaj i kawat dan masing-masing penampang dikeluarkan.

Untuk penguj ian rutin , masing-masing contoh tanah dipotong-potong menjadi pen am

pang dengan panjang sama dengan kira-kira tiga kali diame te r ; Jadi, contoh tanah her
diameter

inci harus dipotong menj adi penampang dengan panjang sekitar

inci. Jika pe

nampang contoh lempung yang paling penting dari tabung tertentu nampaknya relatif tak

terganggu , maka pertama-tama contoh tanah tersebut dikenakan uj i pemampatan bebas


(unconfine d compression test) dalam keadaan alaminya dan kemudian dilakukan peng
uj ian serupa dalam keadaan teremas total pada kadar air yang sama. Rasio antara kedua

kekuatan kompresif tersebut merupakan ukuran kepekaan lempung tcrscbut (Pasal

7).

Setelah pe ngujian, contoh tanah dipotong menjadi dua bagian. Potongan yang satu di

gunakan untuk penentuan kadar air, dan separuh yang lain disimpan dalam toples yang

kedap udara. Rangkaian pengujian yang sama dilakukan se lama operasi berikutnya bila

ditemukan contoh tanah yang nyata berbeda dengan contoh ta_nah scbelumnya dalam

hal konsistensi, warna, atau wujud umumnya. Perubahan konsistensi ditunjukkan oleh

perubahan nyata tahanan lempung terhadap deformasi akibat pere masan oleh jari-jari

tangan. Contoh tanah yang paling penting dalam masing-masing tabung mungkin lebih

banyak terganggu daripada contoh-contoh tanah lainnya. Seandainya hal ini tcrjadi, uj i
pemampatan harus dilakukan pada salah satu dari contoh-contoh yang kurang terganggu.

Contoh tanah yang kedua dan seterusnya dibelah dalam arah memanjang. Separuh

nya dipakai untuk penentuan kadar air. Separuh yang lain harus disimpan dalam ruang

an yang lembab dengan permukaannya yang rata menghadap ke atas, selanjutnya contoh

tanah tersebut mulai menge ring perlahan-lahan. Pada tingkat pengeringan selanj utnya stra

tifikasi akan tampak jelas. Pada keadaan yang demikian harus dibuat suatu catatan tentang
detil stratifikasi yang mengindikasikan wama dan tebal rata-rata dari masing-m asing lapisan,

tingkat kesempurnaan stratifikasi, dan gambaran tampak lainnya. Catatan-catatan tersebut


kemudian digunakan untuk mempersiapkan diskripsi umum dari karakteristik stratifikasi

lempung. Selanjutnya beberapa contoh tanah difoto.


Contoh tanah sepanjang

6 inci yang berikutnya juga hanya digunakan untuk penentu

an kadar air dan inspeksi visual. Jika kita menguj i lima a tau en am con toh tanah dengan

cara ini dan tidak melihat ad<!nya perubahan-perubahan yang menyolok, maka contoh
tanah be rikutnya dikenakan uj i kompresi bebas dalam keadaan alaminya, selain penentu

an kadar air. Prosedur ini dilanjutkan sampai ditemukan contoh tanah yang jelas berbeda

dengan contoh tanah sebelumnya. Contoh tanah ini diuji sebagaimana contoh tanah yang

pertama sekali, selanjutnya prosedur rutin terse but dimulai fagi.

Jika k ita menginginkan catatan konsistensi ya ng lebih detil, comoh-conto h tanah


yang panjangnya

inci tersebut di atas diiris menjadi dua bagian yang sama besa menurut

panjangnya dan kita lakukan satu atau dua pengujian dengan torvane yang berdiameter
k ecil pada permukaan yang terpotong dari salah satu irisa n tersebut. Separuh irisan yang
lain digunakan untuk penentuan kadar air, penelaahan stratifikasi, dan pengujian lainnya
yang cocok. Gambar

45.5

menunjuk.Kan hasil-hasil survey yang terperinci pada contoh

contoh lempung lanauan sangat peka yang terstratifikasi yang terdapat pada longsoran
tanah akibat suatu gempa bumi utama (major earthquake) (Shanon and Wilson

1964).

Nilai

kepekaan dihitung atas dasar uji baling-baling tiruan (miniature vane tests) pada bagian
co nto h tanah yang teremas scmpurna di lokasi tempat uji torvane dilakuka n.
Setelah selesai melakukan semua pengujian-pengujian pada contoh tanah yang di
ambil dari sebuah lubang bor, kita lakukan uji pemampatan pada contoh-contoh tanah

Ked:rarnan

Kadar A1.r-%
8tJrar Kering

fr

.)

Pasir dan KenUI


Lanau lcmpunga!J
pas1r benvarna
!Jiru-keiabu

50

.
25

Se
0 20 4 0
r---,----,,-.,- r-Kepekat:Jn

--

Lernpung lanauan
b1ru-Aelabu

berwarna

--

....

denqan {af.JI,,.Jn lanau


dCJ pas;r !''/IUS

Lr::rnpung ianal,-dn
herwarna hiru ke'abu
dengan iap1san lan;w

da,; pasil !>a/us pea

.
.

f:

:
.

h-

btrwarna biru kelabu


dengan jej.Jk p.1sir
asar

..
'

.
..
.
..

. I/

Batas Plastis
Gbr.

Kadar
ir Aiami

/--+--
' Ratas C<Jir

'

.;_.
.

i-.

..
..
:

i-f-..

rz

.
.

!-;-

..;.....

r:..
f-;
F:

---;

..

Lempung lanauan

.
.

05
.10
Kekua ran Geser
dalam Tvn/ft2

'--'--

45.5. HailhHi! survey png terperinci mengenai kekutan batas-batas Atterberg dan

kadar air alami dari pemboran pada lempung di da_euh longsoran akibat gempa bumi
Good Frid3y di \nchoragr, Al3sk!. tllhun JQ64

(Shllnnon cbn

Wiloon 1964).

tersebut dalam keadaan alami dan teremas serta pada beberapa contoh tersebut kita
tentukan batas-batas Atterberg. Hasil-hasil pengujian tersebut dinyatakan dalam diagram
seperti yang diperagakan dalam Gbr.

45.5.

Diagram-diagram itu harus dilengkapi dengan

diskripsi singkat mengenai karakteristik dari stratifikasi lempung (tidak terlihat dalam
gambar).
Jika penyelidikan dilakukan untuk memperkirakan faktor keamanan lereng atau tim
bunan terhadap gelinciran, maka pengetahuan- mengenai detil stratifikasi setidaknya sama
pentingnya dengan pengetahuan tentang kekuatan lempung, karena bagian pokok dari per
mukaan potensial penggelinciran mungkin ter!etak pada satu atau lebih lapisan-lapisan
pasir halus atau lanau kasar dan tidak pada lapisan lempung. Dalam keadaan semacam itu
diskrips i yang terperinci dan terilustrasikan dengan baik mengenai karakteristik stratifi
kasi harus dipersiapkan. Beberapa contoh tanah yang umum dari lapisan-lapisan yang
.
terstratifikasi harus disisihkan untuk penyelidikan le bih lanjut. Penyelidikan ini men
cakup penentuan kadar air alami dan batas-batas Atterberg dari masing-masing lapisan

45.6

yang menyusun contoh tanah. Gambar

memperlihatkan hasil-hasil penyelidikan se

macam itu.
Di setiap keadaan kita harus mencari kesempatan untuk menyelidiki derajat gangguan
dari contoh tanah dalam tabung sebagaimana dibahas dalam Pasal

44.

Semua pembahasan di atas berkenaan dengan penyelidikan atas lapisan lempung yang
agak homogen. Jika lapisan lempung di bawah permukaan tanah memiliki tebal dan kon
sistensi yang berubah-ubah, metoda penyelidikan harus dimodifikasi. Insinyur tidak lagi
memusatkan perhatian pada pengujian tanah melainkan berusaha menyelidiki topografi
bagian atas dan bawah ba tas lapisan lempung dan menentukan bagian lapis an yang paling
lunak dan paling keras. Metoda yang paling baik untuk mendapatkan informasi ini ada
lah melakukan se jumlah sounding ke bawah permukaan tanah yang dilengkapi dengan be
berapa pemboran. Setelah hasil-hasil penyelidikan ini terkumpul, dibuat dua atau tiga buah
pemboran untuk mengambil contoh tanah dalam tabung. Pemboran ini harus dilakukan
di lokasi yang terbaik dan terburuk di lapangan. Pada massa tanah yang berada di bawah
lapisan lempung kita laksanakan standard penetration test dan contoh tanahnya diambil,
sedangkan pada lapisan lempung diambil contoh tanah dengan tabung. Gambar

45.7

mem-

r:JrA

'

\(

ltf=1)
!

'
'
I

.ll

=p

'

)
88tiJS Plo!'l s
K dar A1r Alilfnr
8 ta ear
Gbr.

.I

45.6.

'

1gram yang mo:mp rlihatkan varia1 .ilat- il


1:1 k
t ba I I ft

mdek dalam lapisa.n lempung

289
ORAN

1D

ELEVA

abu obU ha/US

yarl!

! I),;O.Jtm
!
0,,.;27
o.k 4.tl

\_

qpa;, 1J)ak la,.,au

IAuka Atr
Ta,., h
P1srr ge1ap
k sar ,a,.,g

f--o.?:e- 3.50

tra. S&dikrt

rr>pvr.r1 kek un ngu

emoun4 abu-1bu
AbirUar yan_q

tJ11i:Jk
Lempung biru
vangkaku
Pasrr

biJdbU

tf.'0.3Z f),;t.Jim
I
I'4.Z1
0.72

\.

/Pf),1S

t---

adt 1uz

sedang vang

r::la..

2]

fC:

<

1angsedang

J3

F>rkil halu>

anq
pada Penetrr,,nutE. r
f)P.r K !k,

Lapisan bauan a tau beranqkal

Gbr.

1}.
2}.

o-Batas Plastis,

1j

x-Batas Ca1r

Ni lai n ilal vang

diukur o-Nilai-ni/ai vang diperkirakan

45.7. Diagram yang menggambarkan catatan pemboran. catatan penetrasi. dan hasil

hasil p en guj ian tanah pada contoh yang diambil dari lubang bor di daerah endapan pant ai

komposit.

peragakan sebuah pemboran semacam ini. Pemboran berlangsung pada endapan pantai yang
komposit yang berada pada sebuah lereng yang tergenang air. Diagram sebelah kiri mem
perlihatkan ringkasan dari catatan mandor. Diagram pertama yang berikutnya merupakan
Cl\tatan penetrasi dari sounding ke bawah permukaan tanah yang dilakukan beberapa kaki
dari lubang bor. Dua diagram yang terakhir berisikan hasil-hasil pengujian tanah.
Gambar 45.8 menyajikan hasil-hasil survey kekuatan kompresif bebas dari endapan
lempung glasial yang strukturnya antara teratur dan tak menentu. Masing-masing lapisan

1'>0 'tl

16tJ"J0

!"(}+tit'

Permukaan Jalan
4041 4Z4f

0
-/0
-20
- 30
-40
-6()
-6()
Gbr.

Nilai-nilai Kekuatan Kowpresip


dalam Ton per

0.2
ISil1222l 0.2 sampai 0.4
i:SSSSll 0.4 Sampai 0.8
- Di bawah

IZZZZ2I
c:::::::J

ft-L

0.8 s ampa i 1.6


atas 1.6

Di

45.8. Diagram yang menunjukkan variasi kekuatapkompresif bebas dari endapan


lempunl! l!lasial vanl! a11ak tak menentu di Chicai!O (Terzaghi 1943a).

290
lempung tidak cukup homogen sehingga sulit bagi kita menyatakan nilai rata-rata sifat
sifat fisiknya. Sedangkan proyek menghendaki informasi umum tentang kekuatan kompre
sif lempung dan variasinya dalam arah horisontal dan vertikal. Untuk memenuhi perminta
au ini kita lakukan pemboran di titik-titik yang berjarak 200 ft, dan contoh tanah yang di
peroleh diuji dengan jenis-jenis pengujian yang sama dengan jenis pengujian pada contoh
tanah kontinu dari lapisan lempung yang homogen. Operasi penggalian terowongap se
lanjutnya memperlihatkan bahwa profil benar-benar mengungkapkan karakter umum lapis
an lempung yang dijumpai di berbagai penampang dalam terowongan. Sebagaimana yang
diharapkan, penyebaran sifat-sifat lempung yang berada di antara lubang-lubang bor dari
rata-ratanya merupakan ha! yang penting dan menuntut kewaspadaan yarig kontinu selama
konstruksi, tetapi penyelidikan tanah yang lebih detil tidaklah praktis maupun ekonomis
(Terzaghi 1943a )

Kompresihi/itas !.Api.wn f.empung

Kompresibilitas lapisan lempung dipandang sebagai sumber penurunan yang progresif


atau sumber kelambatan meningkatnya tahanan geser yang ditimbulkan oleh beban yang
ditambahkan. Apa pun implikasi praktis dari kompresibilitas yang mungkin terjadi, ramalan
yang handal tentang efek-efeknya hanya dapat dibuat jika lapisan lempungnya kontinu
yang agak homogen.
Seandainya tanah mengandung lapisan lempung yang kontinu dan agak homogen,
maka penurunan permukaan akibat beban yang ditambahkan di setiap titik secara kasar
sebanding dengan tekanan rata-rata yang dihasilkan oleh beban di bawah titik tersebut.
Intensitas dan distribusi tekanan dalam lapisan lempung tersebut dapat dihitung dengan
metoda yang diuraikan dalam Pasal 40. Berdasarkan hasil-hasil perhitungan tersebut dan
hasil-hasil pengujian tanah, penurunan akibat beban dapat dihitung, dan kita dapat mem
buat kurva dari titik-titik yang penurunannya sama besar.
Pada pekerjaan kecil yang berkaitan dengan pondasi di atas lapisan lempung yang ho
mogen, tidak diperlukan penyelidikan tanah selain dari pengujian-pengujian rutin pada
contoh tanah yang diarrrbil dengan alat standard penetration test. Untuk lempung, penguji
an-pengujian ini meliputi penentuan batas cair dan batas plastis. Hubungan statistik antara
batas cair dan indeks kompresi C

diberikan oleh Pers. 13.11. Untuk lempung terbeban

normal dengan ICepekaan normal, nilai yang didapat melalui persamaan ini dipandang
cukup akurat untuk keperluan-keperluan praktis. Tetapi, seandainya lempung bersifat luar
biasa peka, nilai C

sebenarnya cenderung lebih tinggi daripada nilai yang dihitung


c yang
lempung
mengalami
pra-kompresi, nilai Cc yang sebenarnya jauh lebih rendah.
dan, jika
Derajat kepekaan ditunjukkan oleh efek peremasan pada kekuatan kompresif contoh tanah

yang diambil den,gan alat SPT (Standard Penetration Test). Adanya prakomposisi biasa
nya dapat diduga dari karakter geologi lapangan tempat lokasi pekerjaan.
Pada proyek-proyek yang penting yang menghendaki perkiraan penurunan yang tepat,
kita memerlukan penyelidikan-penyelidikan tambahan. Penyelidikan tambahan yang
pertama kali dilakukan adalah pemboran yang berjarak tidak lebih dari 100 ft untuk
mengambil contoh tanah dalam tabung. Contoh tanah kontinu dari pemboran iili dikirim
untuk menjalani pengujian-pengujian sebagaimana halnya peng1,1jian untuk menyelidiki
tahanan geser lapisan lempung yang homogen. Tetapi, uji kompresi bebas (unconfined
compression test) atau uji geser tarsi (torsion shear test) perlu dilaksanakan pada beberapa
daii contoh tanah yang diambil hanya dari sebuah lubang untuk mendapatkan informasi
yang handal mengenai kepekaan lempung.
Setelah profil kadar air untuk semua pemboran di atas diplot dalam diagram seperti
dalam Gbr. 45.5, maka kita pilih sebuah pemboran yang representatif. Di dekat pembor
an ini kita lakukan pemboran untuk mengambil contoh tanah yang tak terganggu yang

291

berdiameter setidaknya 3 inci. Selanjutnya contoh tanah dikirim ke laboratorium untuk


menjalani pengujian konsolidasi.
Karena uji konsolidasi memerlukan waktu yang panjang dan tenaga kerja yang banyak,
maka pengujian konsolidasi pada lebih dari

10 a tau 15

buah contoh tanah akan menimbul

kan keterlambatan kerja yang sebetulnya tidak perlu terjadi. Sedangkan sifat-sifat fisis lem
pung cenderung berubah banyak sekali dari satu titik ke titik lainnya sekalipun pada lapis
an lempung yang relatif homogen. Sehingga, karakteristik kompresibilitas lempung bisa di
tentukan dengan pengeluaran (waktu dan biaya) yang wajar hanya berdasarkan pada
hubungan s tatistik antara kompresibilitas dan sifat-sifat indeks lempung.

9.1,

Dari semua pengujian rutin pada tanah lempung seperti yang tercantum dalam Tabel
pengujian yang paling murah dan baik adalah penen tuan kadar air. Selanjutnya, kadar

air alami berhubungan lebih dekat dengan kompresibilitas berbagai bagian dari lapisan lem
pung ketimbang dengan sifat-sifat indeks yang lain. Dengan demikian, evaluasi kompresi
bilitas rata-rata lapisan lempung paling tepat didasarkan pada hubungan statistik antara
kadar air alami dan kompresibilitas komponen-komponen lapisan t ersebut.
Penurunan akibat konsolidasi lapisan lcmpung yang terbeban normal dengan angka
pori rata-rata

e0

bergantung kepada indeks komprcsi

Cc

dari lapisan lempung tersebut,

asalkan semua kondisi yang lainnya sama. Pengalaman menunjukkan (Rutledge 1939)
bahwa

Cc/(1

hubungan
+

e0)

antara

kadar

air

alami

dan

rasio kompresi

(compression

ratio)

untuk lempung semacam itu dapat dinyatakan secara pendekatan oleh per

samaan linier. Untuk memanfaatkan relasi ini, kita lakukan pengujian konsolidasi pada

Cc/( 1

contoh-contoh tanah lempung, dan nilai

e0

dipl0t tcrhadap kadar air alami. Cam

bar 45.9 memperlihatkan diagram semacam itu. Semua titik yang mewakili masing-masing
hasil pcngujian diletakkan dekat ke sebuilh garis lurus. Jarak vertikal antara garis putus
putus menyatakan penyebaran nilai

Cc/(1

air tertentu.

e0

) dari nilai rata-ratanya pada suatu kadar

Setelah hubungan antara rasio kompresi dan kadar air alami ditentukan, selanjutnya
kita pakai relasi tersebut untuk mengestimasi nilai rasio kompresi yang berkaitan d engan
kadar air alami dari semua contoh tanah yang telah diuji. Akhirnya, nilai rata-rata

Cc(l

e0)

ditentukan dengan prosedur aritmatik atau grafik yang sesuai. Nilai ini secara

langsung dapat digunakan dalam Pers. 13.8 untuk menghitung penurunan.


Jika lempung mengalami prakompresi, Pers. 13.8 tidak bisa dipakai, dan metoda
perhitungan penurunan harus disesuaikan dengan karakteristik konsolidasi lempung. Jika
proyek meminta derajat akurasi. yang paling tinggi yang bisa dicapai, kita harus meng
ambil contoh tanah yang terbaik dan membuat kurva e-log p lapangan dengan prosedur

13.1 0.

sep.erti yang tertera dalam Gbr.

dalam Pasal

Meskipun demikian, karena alasan yang dijelaskan

13, ramalan penurunan seperti itu jauh kurang handal ketimbang ramalan

serupa untuk lempung yang terbeban normal.

(j'jqj'

O.ZZ5

::::('.200

;:;

l<:

0
;;:;
"'
Q;

0.1?5
0./50
0./1?5

7o
y,y
,I
/
/

.!! /bo
//
0

Z5

30

../ /1.

"

'
/
/

.r

35

40

45

50

Kadar Air A/ami-% Berat Kering


Gbr.

45.9. Hubungan statistik antara kadar air alami dan rasio kompresi untuk ontnh

kmpnnt.: y:ay diatnbil dari pemboran di Boston, Mass. (Fadum 19411.

J'

rtg artg

P.

un

Gbr.

1p n

45.10.

Gambar

56.8

ci

tu

11

tu" k

un A

tk

.tt

e.:md

memperlihatkan derajat akurasi yang dapat dicapai dalam menghitung

distribusi penurunan daerah di dasar bangunan yang berada di atas lapisan lempung yang
agak homogen. Distribusi nyata ditunjukkan kontur sebelah kiri, dan pada kontur bagian
kanan tertera distribusi penurunan yang diperoleh dengan perhitungan. Struktumya sendi
ri kompleks tetapi simetris. Hasil-hasil seperi di atas tidak bisa diperoleh jika profil tanah
di bawah bangunan tidak menentu, karena penurunan bangunan di atas tanah semacam
itu tidak hanya bergantung kepada intensitas dan distribusi be ban tetapi juga kepada variasi
kompresibilitas tanah dalam arah horisontal. Di samping itu, laju penurunan tergantung
pada tingkat kesinambungan lapisan dan kantung-kantung tanah tak kohesi yang ada dalam
tanah. Sehingga, laju penurunan tersebut dapat berubah-ubah dari satu tempat ke tempat
lainnya. Gambar

45.10

mengilustrasikan profil tanah semacam itu. Gambar tersebut me

nyajikan hasil-hasil pemboran uji dalam endapan komposit di selatan daratan Danau Erie.
Pemboran dilaksanakan lebih dari 100 buah dengan spasi antar lubang tidak lebih dari

100

ft. Sedangkan catatan pemboran tidak mengindikasikan apakah lapisan lempung yang

dijumpai dalam lubang bor bersifat kontinu atau tidak.


Jika profil tanah t empat struktur direncanakan bersifat tak menentu, kita sama sekali
tidak membutuhkan pemboran untuk mengambil contoh tanah yang tak terganggu dan
penyelidikan-penyelidikan tanah yang terperinci. Dengan melakukan sejumlah sounding
ke bawah permukaan dan dilengkapi beberapa lubang-lubang bor akan diperoleh informasi
yang jauh lebih bermanfaat untuk ke perluan praktis. Hasil-hasil penyelidikan semacam ini
paling tidak menginformaikan perencana ten tang lokasi/tempat-tempat yang paling lunak
dan y ang perlawanannya paling besar di bawah dasar bangunan. Kita mungkin memer
lukan pula dua atau tiga buah pemboran untuk mengambil contoh tanah dengan tabung
agar dipero!eh informasi detil mengenai stratifikasi dan kepekaan lempung yang dijumpai
dalam lubang bor. Penurunan maksimum secara kasar diestimasi berdasarkan hubungan
statistik antara batas cair dan indeks kompresi

Cc. Dalam mempertimbangkan apakah

struktur yang direncanakan dapat bertahan terhadap estimasi penurunan di atas atau tidak,
spasi antara tempat-tempat yang paling keras dan lunak di dalam tanah dijadikan bahan
pertimbangan. Hasil-hasil penyelidikan tanah yang sangat terperinci sekalipun hampir tidak
menambah informasi yang telah dida"pat dengan prosedur y ang disarankan di atas.

Berdasarkan pembahasan di pasal-pasal yang lalu, penyelidikan tanah (subsoil recon


naisance) melibatkan bebera.pa prosedur yang berturutan. Langkah pertama adalah me
nentukan kedalaman dan spasi pemboran.

Jika struktur yang direncanakan berupa bangunan, praktek yang berlaku sekarang ini
menerapkan sebuah lubang bor untuk setiap 2500 ft2 luas dacrah yang dilingkupi oleh ba
ngunan. Jika kita ingin membangun dinding penahan tanah dan akan membuat galian ter
buka, maka biasanya d ibuat paling tidak sebuah lubang bor per 100 ft panjang dinding
atau galian tersebut. Tetapi, pengaturan ini didasarkan pada perjanjian (konvensi) bukan
nya pertimbanganpertimbangan rasional. Jika profil tanah tak menentu, kita bisa men
dapatkan informasi yang lebih bermanfaat dalam waktu yang lebih singkat dengan meng
gabungkan beberapa pemboran dan sounding ke bawah permukaan tanah.
Kedalaman lubang bor bergantung kepada apakah terdapat lapisan lempung lunak.
Kalau kondisi geologi setempat atau kondisi yang diperlihatkan oleh pemboran sebclum
nya pada daerah di sekitamya menghapuskan kemungkinan ini, maka lubang bor tidak
diperlukan lebih dari kedalaman 20 atau 30 kaki di bawah permukaan tanah. Di pihak
lain, jika di dalam tanah terdapat lapisan lempung yang kedalamannya tidak diketahui,
dugaan mengenai kedalaman pemboran hanya dapat diputuskan berdasarkan perkiraan
kasar kedalaman lapisan lempung yang masih memberikan pengaruh pada struktur yang
direncanakan.
Penyelidikan-penyelidikan selanjutnya tergantung pada besarnya proyek, sifat per
masalahan disain, dan kondisi-kondisi tanah.
Pada pekerjaan-pekerjaan rutin seperti pondasi dari gedung atau jembatan yimg sudah
biasa dibuat, kita tidak membutuhkan penyelidikan selain dari pengujian rutin pada
contoh tanah yang diambil dengan alat SPT (Standard Penetration Test) (lihat Tabel9.1).
Pekerjaan-pekerjaan yang besar atau yang tidak biasa dilakukan mungkin mcnghendaki satu
atau lebih penyelidikan tambahan seperti yang dibahas pasal-pasal sebelumnya. Setelah
ha sil-hasil penyelidikan ini disarikan, kemudian insinyur harus memutuskan apakah ke
simpulan yang didasarkan pada data-data tersebut bisa dipandang sebagai kesimpulan
akhir atau apakah masih diperlukan observasi selama konstruksi berlangsung untuk me
nangani hal-hal yang masih belum p asti. Karena implikasi-implikasi praktis yang penting
dari ketidakpastian ini, maka bagian akhir pasal ini akan membahas hal tersebut secara
detil.
Rangkuman operasi-operasi sebelumnya memperlihatkan bahwa penyelidikan tanah
jarang b erupa prosedur sederhana yang hanya memerlukan ketaatan sungguh,sungguh pada
seperangkat peraturan-peraturan yang keras dan ketat. Penyelidik haruslah memiliki per
timbangan-pertimbangan yang matang dan berbagai pengalaman praktis dalam penyelidik
an tanah, jika tidak akan banak waktu dan biaya y;tng terbuang percuma.
Sehubungan dengan masing-masing langkah, pengetahuan mengenai geologi sedimen
ter dan massa-massa tanah tak terkonsolidasi lainnya merupakan informasi yang tak ter
nilai, karena pengetahuan yang sesungguhnya senantiasa terbatas sampai ke kondisi-kondisi
tanah di sepanjang garis-garis vertikal yang jauh terpisah. Dalam Pasal 43 telah disebutkan
bahwa hasil-hasil interpolasi dan perkiraan ten tang penyebaran yang mungkin terjadi dapat
menyesatkan. Hal tersebut tidak terjadi kalau penyelidik memiliki konsepsi yang agak jelas
mengenai anatomi massa tanah yang diselidiki. Pengetahuan mengenai geologi wilayah ter
sebut juga diperlukan untuk menentukan apakah lapisan lempung di bawah lokasi bangun
an pernah dikenai beban yang lebih b esar daripada beban yang ada sekarang dan, jika ya,
pengetahuan tersebut akan memberikan dasar bagi perkiraan besarnya tekanan tambahan.
Semakin besar pekerjaan yang dihadapi, kita akan lebih perlu menambah hasil-hasU
penyelidikan tanah dengan informasi yang diperoleh hanya dari sumber geolqgi, karena
survey tanah yang detil cenderung merupakan ketakmungkinan fisik pada pekerjaan
pekerjaan yang besar.
j.,

f'

'

'

11

Hasil-hasil penyelidik:rn. tanah untuk setiap proyek, baik proyek yang besar ataupun
kecil, akhirnya dipadukan ke dalam seperangkat asumsi yang merupakan landasan disain.

1/c:wial; Jf5cu1 Ja11 konsfn1ksi

Langkah-langkah yang membawa ke hasil akhir ini melibatkan berbagai proses inter
polasi dan korelasi yang didasarkan pada hubungan-hubungan secara statistik. Oleh karena
nya, asumsi-asumsi tersebut senantiasa berbeda dengan kenyataan pada batas-batas ter
tentu. Tetapi, dampak pen ting dari kesenjangan yang pasti terjadi ini sangat berbeda
untuk berbagai jenis asumsi. Fakta ini dijelaskan secara d et il dalam a linea berikut.
Asumsi-asumsi yang menggambarkan sudut gesekan dalam dari tanah yang berpasir, ke
padatan relatif lapisan pasir, atau kompresibilitas rata-rata lapisan lempung masuk ke
dalam satu katagori. Kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan asumsi-asumsi ini ter
utama bergantung kepada jumlah dan kualitas dari pengujian lapangan (field test) yang
memberikan data dasar. Dengan demikian, asumsi yang salah dalam katagori ini tentunya
datang dari penyelidikan tanah yang tak memadai, asalkan profil tanah relatif sederhana.
Karakter yang membahayakan dari pasir yang sangat lepas yang terbenam atau. terbenam
sebagian tidak dapat didemonstrasikan secara handal oleh pengujian-pengujian yang ada
seperti telah dibicarakan dalam Pasal 17. Oleh karenanya, kita selalu mengasumsikan bahwa
pasir terbenam yang lepas bisa mencair akibat sedikit saja aksi dari luar kecuali kalau
pasir tersebut dipadatkan dengan peralatan bulatan.
Penentuan akurat dari koefisien permeabilitas rata-rata k1 dan

ku

untuk sembarang

lapisan tanah berdasarkan hasil-hasil pengujian merupaka n ha! yang tidak praktis, karena
nilai k1 dan ku bergantung kepada detil struktural lapisan yang tidak dideteksi oleh metoda

eksplorasi tanah. Tetapi, jika metoda penyelidikan permeabilitas dipilih dengan bijak

sana dan digunakan dengan pandai, kita akan mendapatkan nilai-nilai batas yang agak
handal pada hampir sembarang keadaan. Beda antara nilai-nilai batas dan nilai rata-rata
yang nyata tidak bisa ditentukan, tetapi kita hanya memerlukan pengetahuan mengenai
nilai-nilai batas tersebut pada kebanyakan tujuan praktis:
Sebegitu jauh informasi yang paling tidak handal diperoleh ketika kita berusaha men
duga tekanan air-pori dalam lapisan-lapisan pasir yang terstratifikasi atau dalan1 lapisan
lempung yang mengandung lapisan-lapisan tipis atau lapisan-lapisan tanah yang lebih per
meabel tak-kedap air). Hal ini diakibatkan oleh kenyataan bahwa intcnsitas dan distribusi

tekanan air-pori, pada kondisi-kondisi hidraulik tertentu, bergantung kepada detil struk
tural yang tidak dieksplorasi, bahkan lebih besar ketimbang kebergantungan koefisien per
meabilitas rata-rata lapisan semacam itu pada hal yang sama. Dengan demikian, jika faktor
keamanan pondasi terhadap keruntuhan, atau faktor keamanan suatu massa tanah ter
hadap penggelinciran, bergantung kepada tekanaJl air pori, maka asumsi pokok yang ber
kenaan dengan tekanan air pori tidak boleh dipercaya untuk sembarang keadaan, bagai
mana pun telitinya eksplorasi tanah dilakukan.
Pada keadaan semacam itu asumsi-asumsi yang mendasari disain harus dipandang tidak
lebih daripada sebagai ungkapan hipotesa kerja, yang senantiasa direvisi atas dasar hasil-ha
sil observasi di lapangan selama masa konstruksi. Secara praktis semua keruntuhan pondasi
bendungan dan struktur hidraulik lainnya dapat dihubungkan dengan kepercayaan yang
tidak selayaknya pada suatu asumsi tertentu, dan kebanyakan keruntuhan tersebut dapat
dihindari dengan operasi lapangan yang tepat selama perioda konstruksi. Dengan meman
dang korban makhluk hidup dan kerugian uang yang berkaitan dengan keruntuhan struktur
hidraulik yang penting, maka kepercayaan pada asumsi yang mendasari disain awal dan
melalaikan observasi lapangan yang diperlukan untuk penyelidikan kondisi tanah yang se
benamya, pada pengetahuan kita saat ini, harus diklasifikasikan sebagai kealpaan yang tak
dapat dimaafkan.
Meskipun kenyataan bahwa nilai-nilai tekanan air-pori yang dihitung tidak dapat di
percaya, perhitungan harus senan tiasa dibuat karena hasil-hasil perhitungan berperan
sebagai tujuan vital. Hasil-hasil perhitungan tersebut merupakan dasar untuk mengevaluasi
bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, mempersiapkan program observasi lapangan yang di
perlukan untuk mendeteksi bahaya-bahaya yang akan terjadi Silama masa konstruksi, dan
menginterpretasi hasil-hasil observasi ini.

Bacan Pilihan
Bekher. DJ ( 1945)

"The engineering significance of soil patterns," Photogrammetric

Engineering, 11, No. 2, pp. 115-148.


C.H. (1953). "Building foundations in San Francisco,'' Pro c. ASCE, 79 (Separate

Lee,

325), 32 pp.

.'ii\1''-' ' '

''

i lC:S.1

"Soil and foundation problems in the southern Piedmont region,"

Proc. ASCE, 80 (Separate 416), 18 pp.

l-licrru tt. l

1 l<l'4

[\k

.tl'd \\

"Geotechnical properties of Norwegian marine clays," Geot., 4, No.

2, pp. 49-69.

J\

R. ccl

l l'-1' "Engineering properties of Chicago subsoils," U. of

Ill. Eng. Exp. Sta. Bull. 423, 62 pp.

! vr;.tglu.

f..

1 !!.:; 'a'

"Influence of geological factors on the engineerng properties of

sediments," Economic Geology, Fzftieth Anniversary Volume, pp. 557-618.

\L,rs:ti

: i Jh\ i"vl

\Lr/.. cr 'l

k'

El subsuelo de la Ciudad de Mexico (The subsoil of

Mexico City). U. of Mexico, Faculty of Engine ering, 2nd ed., 614 pp.

\\;;).h. f,

l\. F.

Miks JnJ (

\\

lu\c!!, ir 'tllr:. i. "Origin, formation, and distributi

on of soils in North America," Chapter 1 in Foundation engineering, G. A. Leonards,


ed., New York, McGraw-Hill, pp. 1-65.

! umh. l'

11'11)1

"The residual soils of Hong Kong," Geot., 15, No. 2, pp. 180--194.

Referensi berikut memberikan cuatoh-contotl encana yang bersifat eksp!oras1 yang

dapat dipakai untuk kondislkondist di iapangan dan pcrsyaratan-persyantan proy(>.k.


lcr iagl!i

1 19 9 c 1. "Soil studies for the Granville dam at Westfield, Mass.," J. New

Engl. Water Works A ssn., 43, pp. 19 L-22 3. Permeability survey of glacial outwash
adjoining a reservoir site. The capillary rise method used in this study has been super
seded by other procedures.

Ped;. k

H.

! '14!)

1.

"Sampling methods and laboratory test for Chicago subway soils,"

Proc. Purdue Conf on Soil Mech., pp. 140-150. I nvestigation of physical proper
ties of somewhat erratic glacial clays in connection with tunneling operations.

Brown

\ 1 'JJ .1

"Foundation investigation for the Franklin Falls dam," J. Boston

Soc. Civil. Engrs.,

28, pp. 126-143. Reprinted in Contributions to soil mechanics

1941-1953, Boston Soc. Civil Engrs., pp. 2-19.

Pn:J;.. K

i i '15

1;

Foundation explorution-Denver Coliseum," Proc. ASCE, 79 (Separate

326), 14 pp. Investigation of erratic sand and gravel deposits and location of boundary

of filled area.

l'vck. R

I ci :,cir;t

i l954J

"Foundation conditions in the Cuyahoga River valley," Proc. ASCE,

80 (Separate 513), 20 pp.

JI

I I 9b0 I

"Typical subsoil conditions and settlement problems in Santos,

Brasil," Pro c. 1st Panamerican Con/. on Soil Mech., Mexico, 1, pp. 149-17 7.

MoiJaktJl, C J.

l'li,.:.J. "John Day lock and dam: foundation investigations," Proc. ASCE,

88, No. P04, pp. 29-45. Exploration of five-mile stretch of river for selection of dam
site, requiring geological, geophysical and engineering studies.

APA

TEK

'A

KEST

Bll

b
S

L 46

Dl Dl (',.DJ DII\IG PE

Scperti halnya kebanyakan disain struktur-stru ktur kerekayasaan (engineering) jcnis


lainnya, prosedur untuk mendisain dinding p enahan pada dasarnya terdiri dari dua langkah
berturutan yang berulang-ulang, yu.kni:
dari struktur, dan

(2)

( 1)

pemilihan (yang bersifat sementara) dimensi

analisis kemampuan yang dimiliki oleh struktur termaksud dalam

menahan gaya-gaya yang akan bekerja padanya. Apabila analisis menunjukkan bahwa
struktur tersebut tidak memuaskan, maka dimensinya diubah dan kemudian dilakukan
lagi analisis yang baru.
Pada pemilihan awal (pertama) dimensi dinding penahan, pendisain berpedoman pada
pengalamannya serta tabel-tabel yang berisikan rasio antara lebar dasar dan tinggi dari din
ding standar/baku (ordinary walls). Langkah pertama dalam menganalisis adalah meng
estimasi besar/nilai semua gaya yang bckerja di atas dasar dinding, termasuk tekanan yang
diakibatkan oleh timbunan tanah serta oleh berat dinding itu sendiri. Pendisain kemudian
menyelidiki kestabilan

dinding

terhadap

penggulingan

(overturning).

Pada langkah

selanjutnya pendisain, mengestimasi kemampuan tanh di bawah d asar dinding: untuk


menc egah

terjadinya

keruntuhan dinding melalui penggelinciran di sepanjang suatu

bidang yang terletak pada atau di bawah dasar, untuk menahan tekanan di bawah ujung
kaki (toe) pondasi tanpa mengakibatkan runtuh dan menggulingnya dinding, serta dalam
menopang semua gaya-gaya vertikal (termasuk berat dari timbunan) sedemikian hingga
tidak terjadi gerakan pada arah kcluar, pemiringan (tilting), ataupun penurunan (settle
ment) yang berlebihan.
Mekanika tanah dapat berperan dalam disain dinding-dinding p enahan melalui dua
operasi berikut ini: mengestimasi tekanan yang ditimbulkan oleh timbunari-tanah ter
hadap dinding, dan mengestimasi apakah pondasi mampu menopant; bangunan. Kedua
subyek ini akan kita bicarakan secara terpisah.
I ,, "

Pada Pasal 28 dan 30 kita telah membicarakan metoda-metoda teoretis untuk meng1 hitung tekanan-tanah terhadap dinding-dinding penahan. Ada tiga asumsi .yang mendasari

metoda-metoda tersebut, yakni:

pamn

:.

rc<Jsl:J I C) d r1 Tll
r

1'\lrl\

n
l'

Jl

u.

JK1Flllll

k: .11 1

'l' J1U

1 .nr 'J

...

llCI'I

1 /;.

I. loll

a/

' k

I ;.

/111

, 1,

Penerapan teori tekanan-tanah dalam mengestimasi tekanan yang ditimbulkan tim


bunan-tanah terhadap suatu dinding penahan bisa diterima hanya apabila ketiga asumsi di
atas dipenuhi. Kecuali kalau dinding penahan tersusun dari penampang gravitasi yang pejal
(massive gravity section) yang ditumpukan pada batuan, semua dinding-penahan yang
tidak ditopang dengan kokoh pada puncak (crest)nya dapat memenuhi asumsi pertama di
atas. Tetapi untuk dapat memenuhi asumsi yang kedua, pendisainan dan pembuatan sistem
drainase di dalam timbunan mesti mendapatkan perhatian yang sama besar seperti halnya
terhadap dinding itu sendiri. Kemudian, agar bisa memenuhi asumsi yang ketiga, kita perlu
menyelidiki dan memilih material (bahan) untuk timbunan sebelum disain dinding di
wujudkan. Di samping itu, material mesti diletakkan dengan hati-hati sebab tahanan
geser yang dimiliki suatu timbunan yang ditumpuk bcgitu saja tidak dapat ditentukan de

ngan baik dengan menggunakan alat-alat yang ada.


Seandainya kedua persyaratan yang tcrakhir tcrsebut di atas tidak dipenuhi, maka
dinding akan mengalami gaya-gaya dan aksi yang tak tcrcakup di dalam teori tekanan
tanah yang ada.

Sifat-sifat timbunan-tanah akan mengalami perubahan

dari musim

ke musim dan pada sctiap tahunnya tanah tersebu t mengalami kcadaan jenuh total atau
jenuh sebagian diselingi oleh keadaan pengurasan air

(drainage )

atau bahkan pengering

an parsial apabila timbunan itu terendapkan secara lepas (loosely deposited) atau tidak me
miliki sistem drainase yang memadai. Semua proses-proses tcrsebut akan menyebabkan
perubahan musiman pada tekanan-tanah. Perubahan termaksud tidak tercakupkan dalam
teori tekanan-tanah klasik. Sebagai contoh, pcngukuran sel tekanan di punggung se
buah dinding penahan yang terbuat dari beton bcrtulang setinggi

34

hahwa dalam selang satu tahun tekanan bervariasi sekitar

dari nilai rata-ratanya

(Me Nary 1 925).

30%

kaki menunjukkan

Nilai tekanan-tanah yang maksimum dari timbunan-tin1bunan yang mengalami per


ubahan-perubahan musiman akan lebfu besar daripada nilai Rankine maupun Coulomb.
Penting dicatat bahwa pada pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutin seperti misalnya
pembuatan dinding penahan di sepanjang jalan raya atau jalan kereta api, disain dan
pembangunan yang sepenuhnya tunduk kepada persyaratan-persyaratan teoretis guna
menghilangkan variasi tekanan musiman adalah tindakan-tindakan yang tidak praktis
dan juga tidak ekonomis. Akan lebili bijaksana dan menguntungkan apabila dinding
dinding yang disebut di atas itu didisain berdasarkan hukum-hukum semiempiris yang akan
mengestimasi

tekanan timbunan-tanah di punggung

dinding.

Dalan1 bentuk asalnya,

aturan-aturan ini terutama didasarkan pada analisis kestabilan d inding-dinding penahan


yang nyata (aktual), di mana hanya beberapa saja (sedikit) dari dinding ini yang meng
alami kegagalan. Karena faktor-faktor penyebab keruntuhan tidak diikutsertakan dalam
merumuskan aturan-aturan tersebut, maka disain dengan mcnggunakan prosedur tersebut
nampak seolah-olah jarang mengalami keruntuhan, tetapi kenyataannya memang pada se
bagian besar kasus, dinding-dinding tersebut justru lebih aman daripada yang diharapkan.
Perkembangan selanj4tnya di bidang ilmu mekanika tanah memungkinkan perbaikan
aturan-aturan tersebut tanpa mengakibatkan hilangnya kesederhanaannya.
Di piliak lain, seandainya sebagian besar pekerjaan besar yang ditangani adalah pem

buatan dinding-dinding penahan, atau misalnya dinding memiliki tinggi lebili dari
maka akan lebili menguritungkan kalau:

20

kaki,

sifat-sifat timbunan-tanah dapat ditentukan,

prosedur konstruksi diusahakan tepat memenuhi persyaratan-persyaratan teoretis yang


diperlukan dalam menerapkan teori tekanan-tanah, dan tambahan lagi dinding didisain un
tuk dapat menahan tekanan tanah sebesar nilai teoretis.
METODA-METODA SEMIEMPIRIS UNTUK MENGESTIMASI TEKANAN TIMBUNAN-TANAH

DI PUNGGUNG DINDING. B ertahun-tahun lamanya, kebanyakan dinding-penahan didisain

dengan menerapkan metoda empiris atau semiempiris. Barangkali metoda yang tertua
di antara metoda-metoda tersebut adalah metoda yang menggunakan peta atau tabel
tabel yang menyajikan nilai-nilai dari rasio antara lebar alas dengan tinggi yang sesuai (me-

I1Jj

I ,z.,

/._

"

11', \1

mcnuhi) untuk berbagai jcnis dinding dan timbunan-tanah di bclakangnya. Pendekatan


memakai cara ini memiliki kelemahan utama, yaitu tidak dapatnya pondasi diselidiki
dengan tuntas karena gaya-gaya yang bekerja pada pondasi tem1aksud tidak bisa di
ketahu i. Proscdur kedua yang biasa digunakan adalah metoda flu ida

ekivalen.

Pada metoda

ini, dinding didisain untuk dapat menahan tekanan dari suatu cairan yang diasumsikan
memberi tekanan yang sama kc dinding seperti tekanan yang diberikan oleh timbunan
tanah yang scsungguhnya. Meskipun digunakan sccara luas, konsep fluida-ekivalen tidaklah
menuntun kita mendapatkan nilai_-nilai berat satuan dari fluida-ekivalen. yang bisa di
terima secara umum. Kebanyakan pendisain lcbih suka menerapkan persamaan-persama
an teoretis guna menghitung tckanan dari tanah tak bcrkohesi dan mensubsti,usikan kc
dalam pcrsamaan-pcrsamaan terscbut nilai-nilai sudut gcsekan-dalam yang dikctahui di
masa lampau biasanya mcnghasilkan disain yang cukup mcmuaskan. Namun dalam me
nentukan nilai lj) yang tepat untuk berbagai situasi yang bcrbeda, pendisain-pcndisain mc
miliki pandangan yang bcrbeda-beda, dan scmcntara itu prosedur terscbut di atas tidak
bisa dibcrlakukan pada timbunan-tanah yang kohcsip, sekalipun sekcdar berdasarkan
teoretis saja.
Meskipun demikian, prosedur-proscdur empiris maupun serriiempiris tcrsebut masing
masingnya merupakan kumpulan pengalaman yang berharga dan juga merupakan rang
kuman sej umlah besar informasi yang penting. Dcwasa ini, pengetahuan kita tentang sifat
sifat tanah mcmungkinkan dihilangkannya nilai-nilai yang tak masuk akal (reasonable)
untuk parameter tanah ata1 berat satuan fluida-ckivalcn. Di samping itu, pengctahuan
mengenai teori tekanan-tanah bisa dimanfaatkan dalam menentukan kohesi dan juga
mengestimasi pengaruh

dari

bcban tambahan yang dipikul oleh timbunan tanah di

belakang dinding ataupun pengaruh yang ditimbulkan oleh timbunan-tanah yang mc


miliki bentuk pennukaan yang tak bcraturan. Pada alinca berikut ini akan disajikan rang
kuman semua infonnasi tersebut, dalam bentuk proscdur disain yang bersifat pendckat
an (aproksimasi), untuk kegunaan praktis.
Dalam mcnerapkan prosedur it u, perlu ditegaskan bahwa semua metoda approk
simasi untuk mendisain dinding-penahan akan-mencakupkan dua hal bcrikut ini: Metoda
tersebut bagaimana juga haruslah didasarkan pada bcrbagai asumsi dan, tidaklah scnantiasa
dapat diterapkan pada setiap.kasus yang dihadapi dalam praktck. Oleh karena itu ulasan
mengenai disain suatu dinding-penahan yang kecil berikut ini, hcndaknya dipandang sc
mata-mata sebagai dasar untuk ckstrapolasi suatu kondisi scdcrhana yang ditetapkan ke
kondisi yang dijumpai di lapangan.
Langkah pcrtama dalam mendisain sebuah dinding yailg berdasarkan semicmpiris
adalah menentukan jcnis material timbunan-tanah sesuai dcngan salah-satu dari lima
kategori yang dicantumkan dalam Tabcl 46.1.
Seandainya dinding mesti didisain sebelum keadaan alami matenal timbunan-tanah
dapat dipelajari, maka peng-estimasi-an tekanan timbunan harus didasarbn pada material
yang paling buruk yang mungkin digunakan olch pelaksana konstruksi, atau kalau tidak,
perlu dipersiapkan disain alternatip yang lain. Masing-rr'lasing disain hendaknya dilengkapi
oleh pernyataan-pernyataan singkat dan jelas yang mengungkapkan jenis tanah yang mana
dalam Tabel46.1 yang dilibatkan dalam disain termaksud. Insinyur di lapangan selanjut
nya harus memilih disain yang bersesuaian dengan kondisi yang dijumpai di lapangan.
Kondisi yang paling mungkin kita jumpai di lapangan bisa kita kelompokkan menjadi
empat kategori, terganhiitg pada bentuk dari permukaan timbunan dan beban tambahan
yang dipikulnya. Keempat kategori tersebut adalah:

1\:rmuk l:m

tuthllliJ' htr 1"

l'cnuuk

tunbunon 1:' rup

<10

1111p.11 sua tu cttn!!t.lll tcrt n

11

lt at

I
hHIr.

'

ll'

danJ111

i lJI

unn

'rs

Jl' 11 1

1 m

!Ut

1.

nJ.uJ hr\ at tam

r 1

L r.

l<

si)

fJ.

dirtJI!Ig

299

Tka1an tanah da11 k1 1t1 hi/an lrrPn,;


Tabe/ 46. 1.
Jenis-jenis Tim bunan- Tanah un tuk Dinding-dinding Penohan

Tanah h e r b u tir kasar ta n p a t l'r ca mpu r oleh partikel-partikel tanah y ang halus, sangat
p crmcahcl (pasir h c rsih a t au k c ri ki l ) .
Tanah b e r b u t i r kasar yang me miliki p e r m cabilitas rcn d a h karena terc a mpur olch p a rti
kel-partikel u kuran lanau

3.

Tanah residual dengan m a t erial granular, pasir kclanauan halus, d a n b atu-batu d cngan
kand u ngan lempung yang besar
I.cmpung lunak atau

sangat

lu n a k , lanau organ i k , a t au l e m p u ng-le mpung kelan a u

an.

Lempung kaku at au medium

t er e n u a p k a n dalam bentu k p otongan-potongan scrta

tcrlindungt dan mercsapnya alf ke d alam ruangan antar potongan-potongan selama


berlangsungnya banjir atau hujan lebat

Seandainya kondist lni tid a k d ip enuhi m aka

l e m p ung hendaknya tid a k dipakai s e b agai material tim bunan-tanah d t bclakang d in


ding.

Dcngan s c> makin

bertam hahnya kekakuan ! em p u ng , bahaya yang d i t i mbulkan

oleh resa p an air tcrhadap d i n d ing m e nj a d i s angat bertam bah

3.

Pcnnukaan t im bunan bcrqfat h o riS'ntal d an cli amping itu mcP1ikul .bcban t.im

4.

Pennukaan t imbur an b e rifat ho rif'ntal dan memikul b eb an garis y an g tcrdistri

bahan yang tcrdis tribusi scragam .


b.usi scragam p aralcl tcrhadap pu n c ak J a n djp,iJn.

Seandainya pennukaan timbunan tanah berupa bidang datar (kategori 1), maka tekan

an timbunan-tanalr bisa diestimasi dengan menggunakan peta ( Gbr. 46.1 ). l.angkah


pertama dalam menggunakan peta ini adalah menentukan tinggi H dari penampang verti-

l--"
f.--

<2

..
E

.;;

Ca tatan:
Bilangan-bilangan
menunjukkan

pada

jems-Jems

kurva
tanah

yang diuraikan dalam Tabel


Un tu k

material

hitungan

jenis

tekanan

kan pada nilai

5,

empat ka/i lebih. keci/ dari yang


sesunghnya.

Gbr.

c\j
L

46. 1

yang bernilai

..

}?J

1..-....
- ... '7

peng

dapat didasar

6((

3/

2:1
I

I ' :/
'

Nilai-nilai sudut kem iringa


n

{3

46. 1 . P eta (chart) u n tuk mengestimasi tekanan timbunan tanah terhadap dinding

penahan y ang menopang timbtman

tan ah dengan p ermukaan bidang.

(J()

kal yang melalui tumit dinding, melebar d ari dasar dinding ke permukaan timbunan. Te
kanan to tal y ang dialami penampang tersebu t adalah

i kvH2

kh

i-khH2 , se dangkan tekanan total ver

Nilai-nilai
dan kv d is aj ik an di ru as kan an Gm b. 46 . 1 , dinyatakan
tikalnya. adalah
dalan} b entuk sudu t kemiringan {3, masing-masing untuk berbagai jenis m aterial tirnbunan.

Dalam ha! ini diasumsikan b ahwa t ekanan tirnbunan bertambal1 dengan proporsi yang se
derh ana terhadap p ertambahan kedalaman di bawah titik a. Dengan demikian , titik kerj a
dari b awah. Jika material terdiri dari p otongan
teka nan tirn bunan-tanah terletak d i

iH

potongan lempung (jenis 5, tabel


mungkin dikurangi sebesar

46 . 1 ),

maka.untuk penghitungan tekanan total nilai

kaki, scdangkan titik kerj a tckanan resultan tetap p ada titik

./rH d ari bawah di man a H dalam ha! ini ad alah nilai semula (sebelum dikurangi).

Jika p ermukaan timbunan memiliki sudut kemiringan sebesar (3 (kategori kedua)


terhadap horisontal dalam suatu j arak tertentu, maka nilai-nilai
d an
bisa diestirnasi

kh

kv

dari kurva-kurva dalam Gbr. 46. 2. Seperti sebelumnya, peta menyajikan nilai-nilai tekanan
yang dialami oleh penampang vertikal

yang melalui turnit (heel) dinding. Titik kerja

ab

b
..
....

'

,,

no

"3:r
.\ -

k11 I
,__ . l'i"qa
.!

kh

i- 6:/

Kemiringan Maks. 3 : 1

Untuk moror!M-tm,.MI /M!


in/, pengltiOJnfllln telcJM dfl>.
pat didaarlcn ,.r:a n;li H
yang smtHt kki lebih k
cil dripde m1ei _.

amihn 1 "'
I (i
{

k,o

ky
-

i- I'

/:......
.

'"

Gbr. 4 6. 2.

P la u n l u k

pe1 g e t i m.s. i:111

1 <: lld han } ong 1111:nopang t n n b u n a } a n


untu

fvda1 nut
I

11

11

:.."'):'
..
.... '
.... .J:/

... ...

--

... r---

6 :/

'

oleh 1 i mhu11 11

m e m ihks

--

n a h tcrh acl p d i ndi n

e m m ngan, n:n k d a n pun.;ak. dmdm11

u a l u i a rak ( terba t a. I tlan . da n , u l n } a p.:r m u ka a n 11u m e n,.sdl h uri

o n tal

30 1
b

Gbr.

46.3. t i a. J .i 1!-d .1 g1 a rn \ a : H l l . l .j d.. ! t ::l :"J l t; l n

Ke t J J g a y! : :.1ng d . d : i j !

rl dvll 'l..

b t 1 , t1111 t 1 l

an

(' t ._(l q! p;., .J .:;

1'

.. -'::. 1

\'

;_ 1 :

1 1 11

\ ("'1

U i t u tr,.

F H: !

:_-.' t i nJ;yi H : !a dan va ri

..t t j 1 . l k; : idl 5 r: c L l !\ )1 u 1 n i .._} -r t! d l r; g a k i h a i


'" 'p.-J i n ' t .:rh a d a p 111l c 1 l i !lcli nE!

tekanan resultan ada di sept::rtiga H dari dasar {bawah). Untuk material jenis 5, nilai H di
kurangi sebesar empat kaki dalam penghitungan tekanan total, namun titik kerja tekanan
resultan tetap di titik
sebelum dikurangi.

tH dari

bawah di mana dalam hal terakhir ini nilai H adalah nilai

Seandainya timbunan memiliki permukaan horisontal dan memikul beban tambah


an sebesar q tiap satuan luas yang terdistribusi secara merata {kategori ketiga), maka te

kanan tiap satuan luas yang bekerja pada penampang vertikal ab di sembarang kedalam
an menjadi bertambah akibat beban tambahan itu, yakni sebesar:
fJ

-=

( f(

di mana C adalah koefisien yang nilainya tergantung pada jens tanah. Dalam Tabel 46. 2
di bawah ini disajikan berbagai nilai da1i C.

'

Sean dainya permukaan timbunan meinikul beban garis q tiap satuan panjang paralel

terhadap puncak dinding {kategori keempat), maka terdapat pertambahan tekanan se


besar:
t

(/

'

t. --+ lJ . 2 )

Pd

(Gmb . 46 .3a) diperoleh dengan meng


tlap satuan p anjang dinding. Titik kerja d dari
'

gambarkan galis lurus dari titik C, yakni titik kerja gay a q , dengan sudut 40 t erhadap

horis ontal sampai memotong punggung dinding di titik d1 . Jika titik d1 berada di bawah
dasar dinding, maka pengaruh beban tambahan bisa diabaikan. Jika titik c terletak di

sebelah kiri bidang vertikal ab, aturan-aturan yang ada tetap tak mengalami perubahan .
'

Beban garis q juga menghasilkan suatu tekanan vertikal tambahan terhadap pcrmuka

an bagian luar dari tumit (heel) dinding. Dalam hal ini kita dapat mengasumsikan bahwa

Tabe/ 46. 2
\ tflil m lu; ( tlaia m

Perwnwan it!

'

da n .ff, l

0 . 27

o , :m

l , 00

;j

0 . :)9
1 , 00

Hasa/ah disain dan k onsrmksi

302

tekanan p " pada paras ini terdistribusi se car a merata di seluruh dasar

ef dari sebuah segitiga

sama-kaki yang berpuncak di C. Dengan d emikian, intensitas tekanan adalah


p"

Hanya bagian

p"

q'

( 46 . 3 )

e(

yang beke rj a secara langsung pada tumit dinding yang harus dipcrhati

kan d alam penghitungan kestabilan .

Prose dur-prosedur yang diuraikan dalam aline a-alinea terdahulu menunjuk ke dinding

yang terletak di atas pondasi-pondasi yang secara relatif tidak akan meluluh (unyielding).

Oleh karena itu, gesekan din ding serta adhesi cenderung meruntuhkan (menadk ke bawah)

dinding serta mengurangi tekanan tanah. Akan tetapi , j ika dinding berada di at as pondasi

yang sangat kompresibel, penurunan yang dialami dinding relatif terhadap timbunan

tanah, arahnya cenderung berlawanan dengan arah gaya-gaya tersebu t . Hal ini akan mem
perbesar tekanan tanah secara sangat berarti (besar) (lihat Pasal
buku Jilid

1 ).

29

dan Gbr.

29. 1

pada

Sehingga, apabila sebuah dinding terletak di atas pondasi yang kompresi

bel , misalnya lempung lunak, maka nilai-nilai te kanan timbunan-tanah yang dihitung
untuk material-material jenis:

1 , 2, 3,

dan 5 haruslah ditambah sekitar 50%.

Tekanan timbunan-tanah yang d ihitung berdasarkan prosedur-prosedu r semi-empiris

tepat mengungkapkan bagan yang mencakupkan pengaruh tekanan-tekanan rembesan serta

perubahan-perubahan yang terkondisi oleh waktu di dalam timbunan-tanah. Walaupun

demikian kenyataannya, kita perlu mcmbuat berb agai kctetapan yang dapat m encegah
penumpukan/peng-akumulasi-an air di belakang dinding, dan di samping itu, mengurangi
pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh cuaca dingin.
Untuk

mengeluarkan

air

yang

meresap

ke

dalam

timbunan-tanah

selama ber

langsungnya badai huj an , dibuat saluran keluar seperti lubang pengucuran (weep holes)
atau pengurasan punggung dinding (back drains).

Lu bang pengucuran

biasanya dibuat

dengan menanam pipa sepanjang 4 inci dalam dinding seb agaiman a ditunju kkan pada
Gbr:

46.3a.

Spasi pada arah vertikal antara b arisan lubang pengucuran horisontal jangan

1ebih dari 5 kaki. Untuk suatu barisan tertentu, spasi pada arah horisontal tergantung
pada kete tapan-ketetapan yang dibuat dalam mengalirkan air rembe san ke arah lubang
lubang p engucuran. Metoda yang te rmu rah tetapi yang paling kurang efektip adalah me
nimbun sekitar satu kaki kubik batu yang dihancu rkan atau kerikil di ujung tempat masuk

lubang-lubang pengucuran. Jika metoda ini yang digunakan, maka spasi horisontal lubang
lubang pengucuran jangan lebih dari 5 kaki. Air yang keluar dari lubang pengucuran
mere sap masuk ke tanah di ujung kaki dari dinding pe nahan di mana tanah dapat dibuat

sekering mungkin . Kondisi yang tidak diinginkan ini dapat dihindarkan de ngan meng

ganti setiap lubang pengucuran baris horisontal dengan sebuah

ding

pengurasan-pu nggung-din

(back drain) longitudinal yang meluas untuk keseluruhan panjang dari punggung

dindin g , Tempat pengeluaran d ari pengurasan-punggung-dinding terletak

j auh dari uju ng

ujung dinding. Sistem drainase yang lebih detil dan biasa digunakan ad ala h :

punggung-dinding kon tinu

pengurasan

(continuous back drain), yang terdiri dari lapisan ve rtikal

kerikil yang menyelimuti kese1uruhan punggurig dinding. Di setiap ujung dinding di


adakan tempat-tempat pengeluaran.

Ketetapan-ketetapan untuk drainase tersebut mencegah pengumpulan air di belakang

dinding. Tetapi, tanpa mempersoalkan metoda

y ang digunakan,

air mengalir keluar tim

bunan tanah ke pengurasan (d rains). Penelitian teoretis yang berdasarkan pada jaringan

aliran

memperlihatkan

bahwa

tekanan

rembesan

yang

berasal

dari

proses

filtrasi

(perc olation) ini mungkin akan sangat memperbesar tekanan lateral yang ditimbulkan oleh
timbunan tanah dengan permeabilitas rendah (Terz aghi
dalam Gbr.

1 936a).

Nilai-nilai y ang disajikan

46. 1 dan 46 .2 memperhitungkan pula pertambahan (temporer) tekanan tanah

ini, mengingat hal-hal tersebut didasarkan pada pengalaman dengan dinding-dinding

p-

303

Tekanan tanah dan kestabi/an lereng

nahan dengan ketetapan-ketetapan drainase yang tak sempurna seperti biasanya.


Untuk mencegah penjenuhan/saturasi timbunan-tanah jenis 2 dan

3 (Tabel46.1) se

lama musim hujan, permukaan timbunan-tanah harus diselimuti oleh suatu lapisan tanah

yang kompresibilitasnya cukup kecil dibandingkan kompresibilitas timbunan-tanah. Di

samping itu, pennukaannya harus dimiringkan ke arah sebuah wadah/selokan yang letak

nya tidak jauh seperti ditunjukkan oleh Gbr. 46.3a.


Seandainya kita ingin menbenamkan pipa air bersih atau pipa air kotor dalan1 tim

bunan-tanah, pipa termaksud harus dikelilingi oleh pengurasan kerikil (gravel drain) dengan
saluran keluar yang terletak sedemikian rupa sehingga suatu kerctakan pacta pipa masih

tetap dapat diketahui.

Sejak metoda semi-empiris yang djbicarakan di -sini ikut memperhitungkan gaya-gaya

oleh tanah, pcnelusan air ke arah pcngurasan punggung dinding, serta bcrbagai pcnyebab
pengkondisian waktu lainnya , maka akibat cuaca dinginlah yang menjadi satu-satunya

faktor yang harus diperhatikan secara terpisah. Seandainya timbunan-tanah jenis 2 dan 3

(Tabel46.1) terjenuhkan, maka pembekuan air pori yang bcrdekatan/bcrdampingan dengan


punggung dinding akan menarik lebih banyak lagi air keluar dari tanah isian (fill) menuju

lajur pembekuan, dan mungkin lapisan es akan terwujud sejajar dengan punggung dinding
(lihat Pasal 21, buku Jilid

1 ). Jika timbunan-tanah terpisah dari muka air tanah secara

pennanen oleh lapisan tanah yang sangat permeabel atau sangat tidak penneabel, maka

akan terwujud sebuah sistem tcrtutup. Pacta timbunan tanah semacam ini, pembentuk

an lapisan-lapisan. es scmata-mata hanya melibatkan migrasi air dari bagian pusat timbun

an-tanah ke arah lajur pembekuan, sedangkan volume dan bentuk dari timbunan-tanah

praktis tidak berubah dan pergerakan yang dialan1i dinding penahan ccnderung tidak
terlihat. Namun, seandainya air tanah naik memasuki timbunan-tanah, maka yang ter

wujud adalah suatu sistem terbuka, dan lapisan-lapisan es yang terjadi akan menghasil

kan gerakan dinding (arah keluar) yang sangat kuat sebab tak ada dinding penahan yang

mampu melawan tekanan yang berasal dari pengkristalan es. Telah dtkatakan bahwa

kondisi bisa ditolong dengan memasang pengurasan kerikil kontinu pada titik potong

antara punggung dinding dengan petmukaan tanah semula (lihat Gambar 46.4a). Penguras

an semacam ini akan menurunkan muka air tanah ke posisi

bd,

tetapi tidak menghalangi

penarikan air, melalui proses kapilaritas , kc arah lajur pembekuan , seperti ditunjukkan
oleh anak panah dalam Gbr.

46.4a. Akan tetapi timbunan-tanah dapat ditransformasi

menjadi sebuah sistem tertutup dengan menyclimuti seluruh permukaan kontak antara

timbunan-tanah dan dasamya, terus hingga satu sampai dua kaki di atas titik tertinggi

dari muka air tanah, dengan sclimut kerikil atau material yang permeabilitasnya tinggi

(Gbr. 46.4b). Pengurasan pcngumpul (collector drain) hendaknya dipasang jauh dari per
batasan sebel_ah dalam dari lajur pembekuan, dan di samping itu tempat keluaran (outlet)
harus dilindungi dari gangguan yang ditimbulkan oleh es. Jika timbunan-tanah merupakan

sebuah sistem tertutup atau tersusun dari tanah jenis 1, 4, atau 5, proses pembekuan rela,
tip tidak akan menimbulkan bahaya yang serius.
ESTIMASI

TEKANAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN TEORI.

Nilai tekanan tanah

yang dihitung berdasarkan tcod akan lebih kecil daripada teknan timbunan-tanah yang
L"apisan-lapisan Es.

(b)

Gbr. 46.4. (a) Pengaruh/aksi cuaca dingin pada timbunan tanah di punggung dinding pe
nahan yang hanya mempunyai pengurasan di punggung dinding. (b) Metoda p engurasan
timbunan-tanah untuk mencegah pembentukan lapisan es.

304

Masalah disain dan konsttuksi

ditentukan dengan menggunakan prosedur-prosedur semi-empiris yang telah kita bicara


kan di alinea-alinea terdahulu. Akan tetapi seperti telah ditegaskan, disain dinding-penahan
atas dasar teori hanya bisa dibenarkan apabila konstanta-konstanta fisika dari material
timbunan-tanah diketahui, dan apabila telah dibuat ketetapan-ketetapan sedemikian rupa
tekanan air pori di dalam timbunan-tanah dapat diabaikan secara permanen. Biaya untuk
memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut lebih besar jika dibanding dengan keuntungan
yang dapat diperoleh, kecuali kalau dinding-penahan memiliki tinggi atau panjang yang
tidak lazim. Dalam hal yang terakhir, penyehdikan sifat-sifat timbunan-tanah, mendapat
kan hasil-hasil pengukuran yang memastikan bahwa sifat-sifat tersebut tetap tak berubah,
menghilangkan kemungkinan terjadinya tekanan air pori lebih, dan mendisain.dinding yang
akan menahan nilai teoretis dari tekanan tanah saja merupakan hal-hal yang lebih
ekonomis.
Sifat-sifat fisika tanah yang masuk ke dalam penghitungan tekanan-tanah teoretis ada
lah: berat satuan, sudut gesekan dalam, dan kohesi. Penghitungan-penghitungan teoretis
yang detil tidak ada yang dapat disahkan kecuali kalau nilai dari sifat-sifat fiSika tersebut
ditentukan melalui uji laboratorium terhadap sampel-sampel (contoh) representatip dari
material timbunan-tanah yang dipadatkan hingga kerapatan (density)nya tepat sama de
ngan kerapatan yang dimiliki oleh tanah setelah mengalami pengendapan dan pe
madatan di lapangan. Tiga alinea berikut ini merangkumkan prosedur untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
Berat satuan dari tanah-tanah jenis l sampai 3 dalam Tabel46.1 harus ditentukan de
ngan menggunakan contoh yang teriebih dahulu dijenuhkan dan kemudian dibiarkan
mengalami pengurasan akibat pengaruh gravitasi selama sekitar 30 menit melalui lubang
lubang yang dibuat di dasar tabung (container). Tinggi contoh hendaknya sekitar 4 inci.
Sudut gesekan dalam dari tanah-tanah yang agak permeabel, seperti halnya tanah
tanah jenis 1 sampai 3 dalam tabel 46.1 dapat ditentukan melalui "uji gescr terbuka"
(drained shear rest), mengingat angka pori bahan-bahan terse but di lapangan bisa beradap
tasi terhadap perubahan tegangan-tegangan selama pembangunan dilangsungkan. Dalam
hal ini kohesi harus diabaikan. Koefisien gesekan dinding tan 8 bisa diasumsikan sama de
ngan 1- tan cp. Seandainya timbunan-tanah direnclwakan harus menerima getaran yang ber
asal dari lalu lintas, atau apabila akan menerim,a beban tambahan yang berat dengan in
tensitas berubah-ubah, misalnya beban-beban dl atas lantai gudang penyimpanan barang
di pelabuhan, maka nilai-nilai tan et> dan tan 11 perlu dikurangi sekitar 20%. Seandainya ada
kemungkinan bahwa dinding akan turun lebih daripada timbunan-tanah, maka gesekan
dinding harus diasumsikan bekerja terhadap dirtding pada arah ke atas.
Nilai-nilai C dan et> untuk tanah-tanah lempung, seperti halnya tanah jenis 4 dan 5
dalam Tabel46.1, harus ditentukan melalui/uji triaksial tertutup (undrained triaxial test)
yang dilaksanakan terhadap sampel-sampel pada kadar air dan kerapatan yang terantisipasi
di lapangan saat timbunan-tanah telah sem purna terwujud. Adhesi antara timbunan-tanah
jenis lempung dengan punggung dinding harus diabaikan dan di samping itu nilai 8 diambil
sama dengan nol. Pengaruh yang ditimbulkan oleh getaran-getaran lalu-lintas tidak perlu
diperhatikan. Penggunaan lempung yang kaku sebagai-material timbunan-tanah hendaknya
dihindarkan, kecuali kalau terdapat kondisi-kondisi yang memungkinkan keluarnya air dari
timbunan-tanah secara tuntas dan permanen. Padahal kondisi terakhirnya ini jarang bisa
terwujud.
Selama berlangsungnya badai hujan, air menelus melewati timbunan-tanah terus ke
punggung dinding seperti ditunjukkan pada Gbr. 46.5a. Tekanan rembesan (Pasal23,
buku Jilict 1) akibilt air yang mcnelus memperbesar tekanan-tanah dari timbunan-tanah
yang tersusun dari tanah jenis 2 dan 3 (Tabel46.1) dengan permeabilitas me.dium. Hal
ini terjadi selama penelusan terus berlangsung. Pencegahan dapat dilakukan dengan me
miringkan lapisan-lapisan drainase seperti diperagakan dalam Gbr. 46.5b. Lapisan drainase
ini memiliki dua fungsi. Pertama dalam hal pengurasan dan di samping itu sebagai pelin-

305

Tekanan tanah dan kesta bilan lereng

(b)

(a)

[: c
Terkuras secara.

.:.!
--..##-- permanen-.#t::b!:::h:::t.n
_
b
C'

(c)

46.5. Diagram yang memperagakan berbagai ketetapan untuk drainase timbunan


tanah di belakang dinding penahan. (a) lapisan drainase vertikal. (b) lapisan drainase yang
dirniringkan untuk timbunan-tanah yang tidak berkohesi. (c) Pengurasan horisontal dan
segel yang dikombinasi dengan lapisan drainase yang dimiringkan untuk timbunan-tanah
kohesif. (d) pengurasan daar untuk mempercepat konsolidasi timbunan-tanah kohesif.

Gbr.

dung terhadap pengamh cuaca dingin. Sebagai tambahan, pennukaan dari timbunan

tanah yang permeabilitasnya medium hams diselimuti oleh lapisan yang telah terpadat

kan dengan sempurna yang tersusun dari tanah yang kurang permeabel, seperti ditunjuk

kan oleh Gbr. 46.3a.


Timbunan-tanah yang tersusun dari lempung cenderung tertarik lepas dari dinding

sampai ke suatu kedalaman sekitar z 0 (Pers.

28.7). Guna mencegah pengumpulan air dalam

celah terbuka selama berlangsungnya badai hujan, maka perlu disisipkan sebuah lapisan

drain ase di antara dinding dan timbunan-tanal1, dengan kedalaman yang mencapai I ,Sz 0

di bawah puncak. Karena lapisan paling atas dari timbunan-tanah lempung sangat mung.

kip

retak dan

menjadi

agak permeabel

akibat

pengeringan dan pembasahan ber

. selang-seling, maka lapisan drainase vertikal harus dihubungkan ke sebuah lapisan drainase
yang dimiringkan oleh sebuah penapis yang landai (lihat Gbr.

46.5c). Penapis ini akan

'mengumpulkan air yang menelus melalui lapisan atas lempung. Sifat-sifat fisika d'ari irisan
irisan lempung yang berada di antara penapis tersebut dan lapisan drainase yang dirniring
kan boleh diharapkan tetap sepanjang tahunnya.

Jumlah- air yang menelus melewati timbunan-tanah yang tersusun dengan baik sangat

lah kecil sehingga tidak ada partikel-partikel yang terhanyutkan dan menyumbat sistem
drainase tersebut. Karena itu, ukuran butiran material lapisan drainase tidak hams me
menuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku untuk lapisan penapis (Pasal

11 ).

TEKANAN- TANAH Y ANG BEKERJA PADA DINDING PENAHAN Y ANG TIDAK MELULUH.

Dinding kaku yang terletak pada suatu posisi yang tetap, misalnya bagian depan dari tang
gul jembatan yang berbentuk

U atau dinding bawah tanah yang dalam, tidaklah meng

alami tekanan-tanah aktip melainkan mengalami tekanan-tanah pada keadaan diam. Kita
makl umi bahwa nilai tekanan-tanah pada keadaan diam akan lebih besar daripada nilai
tekanan-tanah aktip. Tekanan termaksud tidak saja bergantung pada sifat-sifat fisika
timbunan-tanah tetapi juga pada cara menempatkan tirnbunan-tanah. Karena itu, intensitas
tekanan-tanah yang bekerja pada suatu 'dinding yang posisinya tertentu/tetap dapat di

estirnasi semata-mata berdasar pengalaman saja. Namun kenyataannya, informasi empiris

mengenai hal tersebut sangatlah sedikit. Tekanan yang diakibatkan oleh timbunan-tanah
yang berada dalam keadaan lepas, terhadap dinding tetap yang rendah, ternyata le bill kecil

daripada tekanan yang diakibatkan oleh timbunan-tanah .Yao.g berada dalam keadaan pa
dat/terpadatkan (Terzaghi

1934a).

Hasil-hasil pengukuran sel-tekanan terhadap dua buah

tanggul jembatan berbeptuk U di Jerman Barat-laut menunjukkan bahwa tekanan dari

Ma salah disain don konstruksi

306

timbunan-tanah yang tersusun dari pasir berukuran sedang (medium) yang terpadatkan de
ngan baik menunjukkan bahwa, secara kasar, sama dengan nilai Coulomb di setiap kedalam
an ditambah dengan suatu nilai konstanta sekitar

0,13 ton/ft3

(Muller

1 939).

Pom!asi-Pondasi untuk Dinding Penahan


PENGANTAR Pengalaman telah memperlihatkan bahwa sebagian besar keruntuhan
yang dialami dinding-dinding penahan adalah akibat tidak/kurang memadainya pondasi

pondasi. Karena pondasi yang memadai menuntut setidaknya suatu pengetahuan tentang
jenis tanal1 yang ada di bawah pondasi tersebut, maka kita harus melakukan penyelidikan
tanah bawah permukaan, sckalipun misalnya sekedar menggunakan peralatan-peralatan
yang tidak moderen (kuno). Pemboran dengan sebuah"post-hole digger" atau alat-alat
yang sesuai lainnya, hingga sua tu kedalaman di bawah dasar pondasi yang sama dengan ke
tinggian dinding tersebut, merupakan persyaratan minimal untuk penyelidikan tanah
bawah permukaan termaksud di atas. Seandainya kita jumpai suatu lapisan kokoh pada ke
dalaman yang lebih kecil daripada nilai tersebut di atas (yaitu

tinggi dinding), maka pem

boran bisa kita hcntikan ketika telah mencapai kedalaman dua kaki dalam lapisan terse but
asalkan pengalaman dan h ukti-bukti geologi yang tersedia menjamin bahwa tidak akan ada
!apisan lunak di kedalaman yang lehih besar. Sebaliknya, jika terdapat suatu lapisan lunak
yang meluas hingga kedalaman yang lebill hcsar daripada tinggi dinding, maka penggalian
ha rus diteruskan hingga mencapai dasar dan lapisan lunak tersebut, atau sampai kekakuan
tanah yang dijumpai telah jauh bertamhah besar. Di samping itu, pendisain dituntut untuk
mengetahui pula kedalaman penetrasi cuaca dingin serta kedalaman posisi tanah yang
mengalami keretakan/patah akibat perubahan volume secara musiman, sehingga pendisain
bisa menentukan dasar poncbsi di bawah kedalaman tersebut (Pasal

53).

Jika pada mulanya

tidak terscdia informasi, maka dimensi untuk pondasi tidak perlu muncul dalam perenca
naan, tetapi pcrlu diberikan sejumlah instruksi sederhana kepada insinyur pelaksana di
lapangan untuk mclakukan pemilihan dimensi sctelah informasi yang dibutuhkan tersedia.
Pondasi untuk dinding penahan setidaknya memenuhi dua persyaratan ini: faktor
keamanan terhadap gelinciran haruslah cukup besar/memadai, dan tekanan dari tanah
yang terletak di bawah ujung kaki pondasi haruslah sama atau lebih kecil darit'ada tekan

an yang diizinkan {Pasal

54).

Guna mencegah pemiringan yang berlebihan, secara praktis

dianggap bijaksana memberlakukan persyaratan bahwa resultan dari semua gaya yang
bekerja pada dinding di atas dasarnya haruslah terletak di sepertiga bagian tengah dasar
terse but sebagai tambahan, jika tanah bawah permukaan bersifat kompresibel haruslah di
penuhi syarat berikutnya bahwa perbedaan penurunan (differential settlement) dari

pondasi hendaknya tidaklah berlebilian.


KEAMANAN TERHADAP GELINCIRAN.

Gelinciran yang dialami dinding penahan, di-

alami dinding penahan, di atas dasarnya, akan ditahan oleh gesekan antara tanah de
ngan dasar tersebut serta oleh tekanan tanah pasif dari tanah yang bersentuhan oengan
permukaan luar pondasi. Pada umumnya disyaratkan agar faktor keamanan terhadap ge
linciran bernilai sekurang-kurangnya

1 ,5.

Gesekan antara dasar dengan tanah yang agak permeabel seperti pasir bersih atau
pasir kelanauan adalah sama dengan tekanan normal total pada dasar dikalikan dengan

koefisien gesekan f antara tanah dengan dasar tersebut. Nilai koefisien gesek untuk tanah
.
bcrbutir kasar yang tidak mengandung lanau atau lempung dapat diambil sama dengan

0,55,

sedang untuk pasir berbutir kasar yang mengandung lanau bisa diambil f=

0,45.

Seandainya dinding terletak di atas lempung atau lanau, perlu diadakan tindakan pen
cegahan khusus. Sebelum pondasi telapak dipancangkan, sekitar

inci tanah di daerah

yang akan diselirriuti oleh beton harus diangkat dan kemudian digantikan oleh lapisan
pasir berbutir runcing yang dipadatkan dengan baik atau pasir maupun kerikil. Kita boleh

307

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

mengasumsikan bahwa koefisien gesek antara pasir dengan tanah yang mendasarinya ber
nilai sama dengan f 0,35. Namun, seandainya kekuatan geser terbuka (undrained shear
strength) s dari tanah yang mendasari lebih kecil daripada tahanan gesekan di bawah setiap
bagian dari dasar pondasi, pada suatu jarak di bawah dasar pondasi akan terjadi slip dalam
tanah akibat geseran. Jika tckanan normal naik. mula! dari nol di tumit dinding menjadi
p di ujung kaki scperti diperlihatkan pada Gbr. 46 .6a, keruntuhan antara a2 dan d akan
terjadi mclalui pcnggelinciran di sepanjang persentuhan antara lapisan pasir dengan tanah
yang mendasarinya, dan juga antara d dan a1 melalui geseran di dalam tanah itu sendiri.
Jika tekanan di dasar dinding mempunyai nilai p tiap satuan luas yang seragam, tahanan
gelinciran tiap satuan luas dari dasar dinding akan lebih kecil daripada nilai-nilai fp
dan s.
Gaya yang kedua yang menahan penggelinciran dasar dinding adalal1 tekanantanah
pasip dari tanah di depan bagian dinding yang terbenam. Dalam lajur perubahan ke
lembaban dan suhu sccara musiman, tekanan tanah pasif merupakan hambatan yang
kurang dapat diandalkan (unreliable). Adanya lubang-lubang akar mungkin membuat tanah
menjadi sedemikian kompresibel sehingga hambatan pasif menjadi tidak efektif sampai
dinding bergerak maju sejauh jarak yang cukup berarti. Seandainya tanall bawal1 permuka
an mengandung lanau dan muka air tanal1 sangat dekat ke pemmkaan, lapisan es dapat
terbentuk sepanjang musim dingin di bagian sebelah atas tanah (Pasal 21). Selama mu
sim-musim es mencair, tanah dapat sedemikian lunaknya sehingga hambatan pasifnya
boleh diabaikan. Mengingat kemungkinan-kemungkinan ini, maka tekanan-tanah pasif
hendaknya diabaikan saja kecuali kalau kondisi-kondisi setempat memungkinkan peng
hftungan batas bawah dari nilai tekanan-tanah pasif tersebut.
Seandainya faktor keamanan terhadap gelinciran hanya bisa mencapai 1,5 dengan
membuat pondasi yang sedemikian berat (heavy), maka mungkin akan lebih, ekonomis
membuat dinding di atas pondasi tiang-pancang seperti diperagakan pada Gbr. 46.6c.
Tiang-tiang vertikal akan menopang gaya-gaya vertikal, sedangkan yang horisontal oleh
tiang miring yang dipancangkan dengan sua tu sudut tertentu terhadap vertikal. Tiang verti
kal dapat dipancangkan dengan lebili mudah (murah). Walaupun begitu, karena han1batan
bagian atas tiang vertikal yang ditahan di tanah lunak sedemikian kecilnya, maka tidak
adanya tiang miring akan menyebabkan gerakan bertahap (gradual) dari dinding pada arah
keluar. Beberapa rangka jemba tan yang ditopang oleh pondasi tiang pancang, tanpa tiang
miring, bergerak maju seiring dengan perjalanan waktu sampai tegangan-tegangan yang be
kerja mulai menyebabkan tekukan melalui kompresi aksial (Terzaghi 1929b ). Seandainya
berat timbunan tanah di punggung dinding penahan melebihi setengah daya dukung dari
=

(h)

Gbr. 46.6 (a) Distribusi pendekatan tekanan kontak pada dasar dinding penahan jika resul
tan gaya memotong dasar dinding di titik sepertiga sebelah luar. (b) Diagram yang memper
lihatkan hambatan terhadap gelinciran seandainya kekuatan geser terbuka dari tanah di
bawaq dasar pondasi lebih kecil daripada hambatan gesekan antara dasar pondasi dengan
tanah di bawahnya. (c) Dasar dinding penahan yang ditopang oleh tiang-tiang tegak dan
tiang miring.

308

Ma sala h disain dan konstruksi

tanah bawah-pennukaan, maka gerakan yang tctjadi pada dinding penahan atau
"abutment" cenderung berlebihan, bahkan sekalipun pondasi telah dilengkapi oleh tiang
tiang miring yang cukup guna menahan tekanan dari timbunan-tanah (Peck, Ireland dan
Teng 1948). Pada situasi-situasi seperti itu, maka substitusi material yang ringan untuk
timbunan-tanah jenis yang biasa (ordinary), atau bahkan mengubah rancangan dari ke
seluruhan proyek sehingga meniadakan timbunan-tanah. Tanggul jembatan yang kokoh,
misalnya, mungkin tidak begitu diperlukan ketimbang tanggul terbuka (open abutment)
yang timbunannya meluas dengarr suatu kemiringan. Jalan raya yang terletak langsung di
belakang tanggul, dengan demikian memikul suatu struktur, bukan memikul timbunan.
PENURUNAN DAN TEKANANTANAH YANG DIIZINKAN.
Seandainya resultan dari se
mua gaya yang bekerja pada dinding memotong dasar pondasi dinding pada titik-titik yang
berada di sepertiga bagian luarnya, maka tekanan-sentuh pada dasar dinding bertambah,
secara kasarnya, mulai dari no! di bagian ujung kakinya. Karena itu, proses penimbun
an umumnya akan menyebabkan dinding miring ke arah luar. Jika dinding terletak di atas
tanah yang kokoh, misalnya pasir padat atau campuran lempung-pasir yang kaku, maka
miringnya dinding akan tidak begitu terlihat, asalkan saja tekanan di bawah ujung kaki
pondasi tidak melewati nilai tekanan yang diizinkan untuk tanah yang bersangkutan
(lihat Pasal 54, buku Jilid 2). Sebaliknya, jika dinding terletak di atas tanah yarig sangat
kompresibel, misalnya lempung yang sangat lunak, dinding akan mengalami pemiring
an yang sangat besar. Konsolidasi bertahap yang dialami lempung di bawah ujung-kaki
pondasi dapat menyebabkan bertambahnya pemiringan dinding dalam selang waktu be
berapa tahun. Akibat bertambahnya pemiringan adalah bergeraknya pusat gravitasi din
ding, dan di samping itu menyebabkan terus bertambahnya tekanan-tanah sampai
akhirnya dinding mengalami keruntuhan melalui proses penggulingan. Oleh sebab itu,
jika dinding terletak di atas tanah yang sangat kompresibel, maka pondasi harus didisain
sedemikian rupa sehingga titik kerja dari tekanan. resultan berada dekat ke titik tengah
dasar.
Seandainya dinding-penahan bertindak sebagai sebuah tanggul jembatan (bridge abut
ment), pemiringan dinding akan mengubah jarak antara tanggul-tanggul. Pada beberapa
jembatan jarak antara tersebut berkurang sampai akhirnya sebesar bentang struktur atas
jembatan yang bersangkutal), sedangkan pada jembatan lainnya akan bertambah dan
bisa melebihi bentang struktur atas jembatan. Peristiwa yang terakhir ini hanya dapat
terjadi jika timbunan tanah mengandung lapisan tanah yang kompresibel yang agak tebal,
misalnya gambut atau lempung lunak. Lapisan tersebut memampat akibat berat timbun
an-tanah, dan daerah di bawah timbunan akan mengalami penurunan. Karena tanggul ter
sebut di dekat pinggiran daerah yang mengalami pembebanan, dasar tanggul menjadi
miring, dan akibatnya dinding akan miring ke arah timbunan. Besarnya pergerakan ini
bisa jauh lebih besar ketimbang pemiringan ke muka yang diakibatkan oleh tekanan
timbunan-tanah.
Tinjauan di atas menunjukkan bahwa pondasi dinding-penahan bahkan memerlu
kan perhatian yang lebih seksama daripada perhatian yang diberikan untuk bangunan biasa.
Prinsip-prinsip umum dalam mendisain pondasi-pondasi akan dibicarakan dalam Pasal
53, 54,'dan 56.

Observasi-observasi Lapangan
Kita tidak bisa mengarttisipasi perbaikan lebih jauh dalam mendisain .dan membangun
dinding-dinding penahan sebeium ada informasi mengenai unjuk-prestasi (performance)
dinding penahan standar (ordinary) yang dilengkapi dengan timbunan-tanah dengan cara
yang umum dilakukan serta informasi mengenai keefektifan pengurasan (drains) guna
menghilangkan tekanan air pori dalam timbunan-tanah yang dipadatkan. Untuk mendapat
kan kedua jenis data tersebut, maka kita memerlukan observasi lapangan.

309

Tekanan. tanah dan kestabilan lereng

Bagaimana pun juga, observasi-observasi yang menjadi dasar bagi hukum-hukum

empirik akan lebih handal (reliable) jika dibandingkan dengan hukum-hukum itu s(mdiri.

Bahkan, data-data observasi yang mendasari hukum-hukum empirik yang dibentuk untuk

mengestimasi

tekanan

dari

timbunan-tanah

masih

belum

memadai.

Catatan-catatan

mengenai peri-laku dinding-dinding penahan yang sesungguhnya (aktual) biasanya baru

sekedar diskripsi tentang material timbunan-tanah secara samar-samar. Dan, di samping itu,

data mengenai perpindahan (displacement) umumnya terbatas pada hal-hal yang dapat

terlihat oleh pengan1atan yang scpintas lalu saja. Oleh karena itu, bidang penting penentu

an tekanan timbunan-tanah dcngan berdasarkan semi-empirik masih menyediakan tempat


bagi berbagai perbaikan. Untuk mendapatkan kemajuan-kemajuan, kita semata-mata perlu

melakukan pengamatan dinding-dinding penahan di lapangan sclama bertahun-tahun, dan


menginterpretasikan seta mempublikasikan hasil-hasilnya.

Catatan-catatan observasi yang dilakukan untuk tujuan memperbaiki dasar semi


empirik dari disain haruslah terdiri atas diskripsi yang cukup tcntang: tanah yang dipakai

sebagai timbunan-tanah , metoda pembangunan/pembuatan timbunan-tanah, ketetapan

ketetapan untuk drainasc (drainage), saat dari ditempatkan/dilctakannya timbunan-tanah,

curah hujan tahunan rata-rata, dan kedalaman penetrasi olch cuaca dingin. Informasi juga

harus disertai oleh sebuah sketsa yang menunjukkan penampang lintang dinding serta profil

dari tanah-bawah permukaan (subsoil) yang secara tegas mengungkapkan kondisi dari pon

dasi. Contoh (sample) timbunan-tanah bisa diperoleh dengan menggunakan sebuah "post

hole digger", dan diskripsi tentang material timbunan-tanah haruslah berisikan semua hasil
uji identifikasi yang disajikan dalam tabel

9.1

(Buku Jilid

1 ).

Observasi terhadap dinding

harus mencakup pula pengukuran-pengukuran kemiringan serta perpinahan horisontal

dari puncak (crest). Pengukuran terse but harus dilakukan sedikitnya empat kali dalam tiap
tahun, di setiap akhir musim (dalam hal ini ada empat musim.pada setiap tahun).
Perpindahan dinding-dinding penahan yang diakibatkan oleh cuapa dingin secara prak

tis merupakan fenomena yang tak dapat diselidiki. Tetapi, pengukuran kemiringan atau

pun perpi ndahan yang dilakukan secara periodik dalam bebenipa tahun tetap dapat di

laksanakan sekalipun pergerakan-pergerakan yang diamati tersebut ditimbulkan oleh cuaca

dingin. Seandainya cuaca dingin merupakan penyebab, maka struktur es dalam laju'r pem

bekuan harus diselidiki dengan mengadakan penggalian di sepanjang punggung dinding se

belum tiba musim es mencair.


Catatan observasi terhadap dinding-dinding penahan yang besar yang dldisain berdasar

kan teori tekanan-tanah hendaknya juga berisikan semua hasil...hasil pengujian tanah yang

dilakukan sebelum pelaksanaan pembuatan dinding tersebut, serta di samping itu juga ber
isikan pengukuran periodik tekanan air pori di bcberapa titik yang dianggap dapat me

wakili (representative) dalam timbunan yang bersangkutan. Sementara itu, pengukuran

tekanan-tanah terhadap punggung dinding memang diperlukan, walaupun bukan me

rupakan hal yang mendasar. Penting diingat bahwa hasil-hasil pengukuran tekanan hendak

nya jangan diharapkan sesuai dengan nilai-nilai tekanan tanah-aktif yang dihitung berdasar

kan teori; batas-batas keamanan yang diberikan oleh dinding yang didisain dengan baik

akan memungkinkan pergerakan yang lebih kecil daripada pergerakan yang diperlukan
untuk mengurangi tekanan lateral ke nilai aktifnya. Namun, sebelum dinding semacam

itu runtuh, kondisi deformasi untuk tekanan aktif 'harus dipenuhi. Oleh karena itu, disain

yang berdasarkan nilai aktif merupakan prosedur yang rasional.

Tak ada basis (dasar) yang memuaskan kita dalam mendisain dinding kokoh (rigid)

yang tak meluluh di puncaknya sebelum kita memiliki catatan-catatan (banyak) menge

nai tekanan-tanah yang bekerja pacta dinding tersebut di lapangan. Beberapa data (sedikit)

dapat diperoleh melalui penggunaan sel-sel tekanan dengan luas yang kecil dibandingkan
dengan luas punggung dinding. Tetapi sebagai konsekuensinya, hasil yang didapat kurang

mantap. Kita bisa mendapatkan informasi yang lebih handal dengan menggunakan per

alatan yang mengukur tekanan pada daerah yang agak luas (Pasal

67).

310

Masa/ah disain dan konstruksi

Rangkuman
Dalam rangka mendisain dinding-penahan, perencanaan ketetapan-ketetapan drainase
yang memadai dan perhatian yang seksama terhadap kondisi-kondisi pondasi akan lebih
penting daripada menghitung secara benar tekanan-tanah. Tekanan yang ditimbulkan oleh
timbunan-tanah bisa diestimasi baik berdasarkan hukum-hukum semiempirik ataupun
dengan menggunakan teori tekanan-tanah. Metoda yang pertama memiliki kekurangan
yaitu beberapa dinding ternyata terlalu aman, dinding yang lain hampir tak stabil dan ka
dang-kadang ada juga dinding yang runtuh. Meskipun demikian, untuk pekerjaanpekerja
an yang nttin sifatnya, metoda yang pertama irii lebih murah dan lebih disukai. Metoda
yang kedua membutuhkan dipenuhinya persyaratan-persyaratan teoretik dalam membuat
sistem drainase dan timbunan-tanah. Metoda ini cocok untuk pekerjaan besar, atau dinding
penahan memiliki tinggi di atas

20 ft.

Perkembangan lebih lanjut dalam mendisain dan membangun dinding-dinding penahan


tidaklah dapat diharapkan tanpa adanya pengamatan terhadap dinding-penahan di lapangan
guna menentukan variasi musiman yang dialami oleh timbunan-tanah serta pengaruhnya
terhadap dinding.

Bacaan Pilihan
Uraian lengkap menggunakan teori tekanan-tanah secara klasik dan penerapannya ter
hadap disain dinding-dinding penahan diberikan dalam buku: Earth Pressu res and R etain ing
Walls, W.C. Huntington, New York, John Wiley and Sons, 1 957. Dalam buku ini disajikan
metoda analisis dan disain yang mudah untuk berbagai jenis kondisi.
Contoh-contoh berbagai prosedur serniempiris yang disebutkan dalam artikel ini bisa
dilihat dalam rujukan berikut ini:
Turneaure dan Maurer ( 1 9 1 3). Principles of R einforced Concrete construction, 2nd ed.,
New York, hal. 370-373. Pen-disain-an menggunakan metoda fluida-ekivalen.
Trautwine ( 1 937). Civil Engineer's Reference-Book, 21st ed., Ithaca, hal. 603-606. Disain
berdasarkan rasio antara lebar dasar terhadap tingginya.
Buku-buku rujukan lain yang berisikan informasi penting adalah sebagai berikut:
Baker, Benyamin ( 1 88 1 ). "The actual lateral pressure of earthwork", Min. Proc. Inst. Cil'il
Eng, London, 65, hal. 1 40- 1 8 6, pembahasan hal. 1 87-24 1 . Makalah ini berisikan gra
fik yang mendiskripsikan penyebab-penyebab serta jenis-jenis keruntuhan dinding pe
nahan. Pembahasan teoretik dan metoda-metoda disain yang diusulkan sudah kc
tinggalan jam an.
AREA ( 1 93 3). "Use of portable cribbing in place of rigid retaining walls and the utility
of the different kinds of cribbing'', Committee R ep ort, Proc. A m. R wy. Eng. Assn.,
34, hal. 13 9- 1 48. Rangkuman mengenai pengala man perawatan/penanganan (main
tenance).
Terzaghi, K. ( 1 934a). "Large retaining-wall tests", Eng. News Record, 112, hal. 1 36-140,
259-262, 3 1 6-3 1 8, 403-406, 503-508. Uji-uji skala besar yang memperagakan penga
ruh yang ditimb11lkan oleh gerakan dinding penahan terhadap distribusi dan intensitas
tekanan-tanah.
Terzaghi, K. ( 1 9 34b). "Retaining-wall design for Fifteen-Mile Falls Dam", Eng. News
Record, 112, hal . 63 2-636. Pen-disain-an dinding penahan gravitasi setinggi 170 ft.
Kaufman, R.I. dan W.C. Sherman, Jr. ( 1 964). "Engineering Measurments on Port Alien
Lock", ASCE J. Soil. Mech. , 90, No. SM5, hal. 2 2 1 -247. Pengukuran tekanan lateral
timbunan-tanah pasir terhadap dinding kunci (lock wall) p ada beberapa kondisi-kondisi
tekanan hidrostatik.

31 1

Tekanan tanah dan kesta bilan lereng

PASAL 47 DRAINASE SEBELUM PENGGALIAN

Pendahuluan
Pada sebagian besar peketjaan, seperti: pemasangan berbagai peralatan/fasilitas bawah
ta nah, pembuatan ruang-ruang bawah tanah {basement) yang dalam dari suatu bangunan,
serta penyiapan pondasi bendungan-bendungan, harus dilangsungkan penggalian tanah
hingga suatu kedalaman yang letaknya di bawah muka air tanah, dan di samping itu pcrlu
dicegah/dikurangi mengalirnya air ke dalam galian tcrmaksud. Untuk mengatur aliran air
yang masuk, maka sdama atau lebih baik sebelum penggalian dilakukan dibuat suatu sistem
pengurasan (drainase). Pinggir atau tepi galian dimiringkan untuk mendapatkan kestabilan.
Bagi galian yang tepinya v ertikal dibuat struktur yang memperkuat berupa penopang
lateral (lihat Pasal 48).
Jumlah air yang harus dibuang dan waktu yang dibutuhkan untuk menguras tanah se
keliling pada suatu penggalian dengan dimensi tertentu dan mencapai kedalaman di bawah
muka air tanah akan bergantung pada kompresibilitas serta permeabilitas tanah yang ber
sangkutan. Pada umumnya, perencanaan ketetapan-ketetapan mengenai drainase tidaklah
mensyaratkan informasi tentang permeabilitas tanah bawah-permukaan sedemikian teliti
nya. Dengan demikian dalam pekerjaan-pekerjaan yang umum (rata-rata) semacam itu,
hanya uji-uji rutin saja yang diperlukan (lihat Tabel 9.1, halaman

34) terhadap contoh-con

toh tanah yang diambil dari lubang pengeboran eksplorasi. Uji pemompaan biasanya diada

kan pada pekerjaan-pekerjaan yang berskala besar. Namun, lokasi titik-titik tempat pemom-

. paan dan metoda drainase yang digunakan selalu harus diperhatikan dengan cermat, baik
dalam pekerjaan berskala besar maupun dalam pekerjaan berskala kecil.

Metoda-Metoda Drainase
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dengan. ongkos terkecil, kita perlu me
nyesuaikan metoda drainase dengan permeabilitas rata-rata tanah di seputar tempat
pekerjaan dilangsungkan serta kedalaman lubang acuannya adalah muka air tanah. Tam
bahan lagi, untuk pekerjaan skala kecil, metoda drainase perlu disesuaikan dengan macam
peralatan yang paling mungkin ter :dia di lapangan. Permeabilitas tanah-tanah yang sebagi
an besarnya tersusun dari endapan-endapan alami sangatlah bcrvariasi dari satu titik ke titik
lainnya. Tetapi, jika angin yang mengendapkan, pernyataan di' at as mungkin sekali tidak
"
berlaku. Tabel 47 . 1 (hal. 312) menyajikan batas -batas ekstrim dari variasi permeabilitas

k untuk bcrbagai joois endapan

yang umum kit a jumpai.

Berdasarkan kocfisiCJ1 pcnneabilitasnya, tanah dapat kita kelompokkan menjadi lima


kelompok sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 47 .2. Tanah dengan permeabilitas tinggi
jarang sckali ditcinui. Andaikata tanah semacam itu dijumpai, biasanya selalu diselar.g
selingi olch lapisan-lapisan yang kurang permeabcl. Sccara praktis, tanah yang paling
sering dijumpai adalah tanah yang kcdap air seperti lempung misalnya.

Hingga akhir abad 19, drainase dari galian-galian tcrbuka umumnya diwujudkan

dcngan mcngalirkan air, yang meresap kc galian, mcnuju lubang yang dangkal atau kolam
kolam pcngumpul air yang bcrupa lubang yang dipcrkuat olch kayu (timber shaft) dan
kcmudian memompa air kcluar dari lubang terscbut. Untuk pekcrjaan-pckerjaan bcrskala
kccil, mctoda pengumpulan seperti ini masih tcrus digunakan. Bagian scbelah

bar 47.1

kiri Gam

mengilustrasikan metoda terse but, di mana sebuah penampang vcrtikal dari sebuah

galian yang luas dcngan tepi yang dimiringkan mengalami pemompaan. Sebagian bcsar
air munc ul dari ujung kaki lereng (slope). Air tersebut dibagi-bagi melalui saluran drainase
masuk ke dalam satu atau lcbih kolan1 pengumpul S. Pada tiap kolam pengumpul di
pasang sebuah pompa untuk memindahkan air yang terkumpul tcrsc but kc dalam pipa
luah (discharge pipe).

Masalah disain dan konstruksi

312

Tabe/ 4 7.1
Koefisien permeabili tas dari formasi tanah a/ami yang umum kita jumpai
1

\Il,u k (cm;del)

o11nas1

'

,,,

E1!! 4aprrEkdapanSungal
sung 1Ul1n di.Genissiat

Sungai-sungai kecil di 'bagiall .timut Alpen

'Mispurl
1 ,

MisSissippi
,

'

i/q;pan' Gla&tal

Dataran-dataran yang terhanyutkan

SampaiQ,40
0,02 sampai dengan 0,16

0,02 sampai dengan 0,20

ugan (\12

0,02 sampai de

0,05 samvai

dengan 2;00

'Esker, Westfleld, Mass.

0,01 sampai dengan 0,13

l'ill

Kurang dari 0,000 l

Delta, Chicopee, Mass.

iihaapan oleh A ngin


Pasir t>u,ne

.
..., datz Endilpair Laut di Lepa& Pantai
. Pasir seragam sangat halus,
5 sampai dengan
.
Bull 's liver; Six th Ave., N. Y., U = 5 sampai dengan

0,0001 sampai dengan 0,015

0, I sainpai dengan 0,3


0,00 1
0,000'1

rmuxu .,

0,0001 sampai dengan0,0050


0,0600 J satnpiai dell'gan

o,oooi

Kurang. dari 0,0000001

Metoda pemompaan air dari kolam-kolam pengumpul memiliki beberapa kesulitan/.

kerugian. Kerugian yang paling u tarn a adalah melunak dan juga mengelupasnya bagian
bawah lereng. Hal ini disebabk.an kecepatan rembasan, dan dengan demikian berarti pula

. miliki nilai yang terbesar (Pasal


tekanan rembasan,. di daerah tersebut me

23

dan

24).

Kerugilln kedua adalah terbentuknya mataair-mataair karena lapisan-lapisan tanah alami


bagaimana pun juga kurang-lebihnya senantiasa bersifat tidak seragam. Seandainya tanah
mengandung lapisan maupun kantong-kantong pasir halus atau lanau kasu, .maka yang
keluar dari mataair kemungkinan besar bukanlah air murni melainkan campuran air
dengan tanah. Mata air jenis ini terletak di dasar galian djkenal sebagai

luapan (boils). Ber-

Tabe/ 4 7.2
K/asifikosi Tanah Berdasarkan Koefisien Permeabilitasnya

f:iUi

sectang

lteridan

gl!frendah.
Plfkfl:s tidak per.llieal:n:l

Diat<l$ 10t
1Q71 san)pai dengan 103
10- 3 sampai .dengar!l().; 6
ws sampai dertgan 10-7
Lebih kecil dari I07

313

Tekanan tanah dan kestabilan lereng


Muka Air Tanah Semula

: i;;?)ii:X:)t:/ifX'ii.':;',),;,;(jt

Pasir
bagian, Bawah :.:. Sumur "Bleeder"

Gbr. 47.1. (kiri) Posisi muka air tanah selama berlangsu11gnya pemompaan dari kolam
kolam pengumpul. (k.anan) Posisi muka air tanah selama berlangsungnya pemompaan dari
titik-titik sumur. Kondisi-kondisi tanah yang menyebabkait keruntuhan tanah melalui
peristiwa penyembulan, kendatipun pemompaan dilangsungkan, kecuali kalau sumur
"bleeder" B dipasang.

awal dari luapan ini, terjadi erosi bawah tanah pada arah mundur membentuk saluran-sa
luran (tunnels) di bawah tanah. Runtuhnya atap saluran/tcrowongan tersebut akan meng
akibatkan tenggelamnya permukaan tanah di sekeliling galian, merosotnya lereng, atau
ambruknya penumpu lateral (Pasal 63, buku Jilid 2).
Kemun gkinan pembentukan luapan bisa dikurangi dengan memasang barisan turap
turap di seputar galian yang ditanam sampai suatu kedalaman tertentu di bawah dasar gali
an. Turap-turap memotong rembasan di setiap lapisan yang letaknya di sebelah atas dari
tepi bawah turap dinding, dan juga mengurangi gradien hidraulik, yakni tempat naik
nya air ke arah dasar dari galian. Dalam pada itu, seandainya kondisi-kondisi yang ada
pada tanah tidak menguntungkan, maka turap-turap itu pun bahkan tak mampu men
cegah pembentukan luapan beserta segala konsekuensi yang tak diinginkan yang ditimbul
kannya. Pada pekerjaan-pekerjaan yang berskala kecil, misalnya penggalian lubang dang
kal yang diperkuat oleh kayu (shallow tin1bered cut) pada tanah mengandung air yang
tersusun dari butiran halus, biasanya diadakan timbunan kerikil ke dalam galian ter

maksud di tempat adanya kecenderungan naiknya tanah bersama air, tetapi prosedur
pencegahan semacam ini dipandang lamban dan juga berbahaya. Bahkan untuk pe
kerjaan berskala besar, misalnya penggalian untuk sebuah dam, boleh dikatakan sama
sekali tidak praktis.
Berbagai

kecelakaan dan hambatan

yang serius mungkin juga disebabkan oleh

tekanan hidrostatik yang bekerja pada satu lapisan kedap air yang relatif kontinu, misal
nya

ab

yang ditunjukkan oleh Gbr.

47.1, yang letaknya di dasar galian. Rembesan ke arah

galian hanya akan menurunkan tinggi piezometri air yang ada di atas

bawah

ab

ab,

sedang yang ada di

tetap tidak berubah. Andaikata kita 1etakkan tabung piezometri di suatu titik

di bawah ab, maka air dalam tabung ini akan naik sampai suatu ketinggian yang tak lain
adalah tinggi dari muka air tanah semula. Misalkan

jarak vertikal antara ab. d e ng an

mu

ka air tanah semula

jarak vertikal antara ab dengan dasar galian


betat satuan air

berat satuan kombinasi {gabungan) tanah, pasir, dan air.


maka tekanan pada
soil) adalah

"fh 1,

ab

yang diakibatkan oleh berat tanah yang m enjadi dasar (overlying

dan tekanan hidrostatik arah ke atas adalah

besar daripada "fhl, dan apabila

ab agak h orisontal,

nyeluruh (satu kesatuan). Fenomena ini dikenal sebagai:


nya jika

ab

"fwh.

Seandainya

'Ywh

lebih

maka dasar galian akan naik secara m e

pengangkatan

(heave). Sebalik

sangat tidak rata, pengangkatan atau penyembulan tanah hanya terjadi di

tempat-tempat yang memiliki h1 paling kecil. Pengangkatan atau penyembulan tanah


yang bersifat setempat (lokal) ini disebut:

blow.

3 14

Masalah disain dan konstruksi

Tinjauan Ulan,g Sejarah Teknik-Teknik Drainase

Usaha-usaha awal untuk menggantikan mctoda pemompaan kolam-kolam dangkal


dengan prosedur-prosedur yang mengandung resiko lebih sedikit dilakukan pada tahun
1870 sampai 1890 di Jerman dan Inggris. Sumur-sumur penapis (filter wells) berdiameter
3 atau 4 ft menggantikan kolam-kolam dangkal. Pada penghujung abad 19 tersebut di
sadari bahwa ke-efisien-an prosedur ini bisa diperbaiki dengan memperkecil spasi antar
sumur-sumur. Hal ini mengantarkan ke metoda drainase melalui pemompaan dari se
barisan sumur. Pengembangan metoda tersebut mengambil jalur yang berbeda, antara yang
terjadi di Eropa dengan yang terjadi di Amerika Serikat.
Di Eropa sumur-sumur biasanya ditempatkan pada spasi sebesar 20 sampai 40 ft. Ma
sing-masing sumur tersebut dilengkapi oleh sebuah pipa-pelindung (casing) berdiameter 8
inci dan 6 inci serta sebuah tabung-penyedotan (suction tube) yang dihubungkan ke sebuah
pompa sentrifugal melalui sebuah pipa "header" horisontal. Pipa-pelindung tersebut di
lubangi dan diselimuti oleh lajur tak kedap (pervious) air, serta dilingkupi oleh sebuah
penapis. Prosedur ini disebut: Metoda Siemens, karena dikembangkan oleh Siemens Bau
Union di Berlin (Kyrieleis dan Sichardt 1930).
Di Amerika Serikat, metoda titik-sumur mulai iperkenalkan pada tahun 1920. Ber
beda dengan metoda Siemens, sistem titik-sumur terdiri dari penarikan air dari sumur
sumur berdiameter sekitar 2 inci, dan spasi antar .sumur-sumur tersebut hanya sekitar
3 sampai 6 ft. Tetapi, titik-titik sumur juga dihubungkan ke pompa melalui sebuah "he
ader".
P ada kedua metoda tersebut di atas, pipa header biasanya dipasang p ada sebuah
"berm" yang letaknya dekat dengan muka air tanah semula. Mengingat terbatasnya tinggi
kenaikan air dalam tabung penyedotan, maka turuqnya tinggi muka air-tanah tidak akan
Jebih dari 20 ft. Oleh karena itu, seandainya suatu proyek membutuhkan pengurasan
tanah sampai kedalaman lebih dari 1 6 atau 18 ft, maka muka air-tanah mesti diturunkan
secara bertahap, atau kalau tidak pemompaan hams diwujudkan dengan menggunakan
pompa-poJ11pa yang akan mengangkat air dari suatu kedalaman di bawah mulut sumur.
Sejak sekitar 1930 banyak digunakan turbin vertikal dan pompa terbenam yang dipasang
di dalam sumur berpipa pelindung dengan diameter berkisar di antara 6' sampai 18 inci.
Spasi antara sumur-sumur tersebut berkisar antara 20 sampai 200 ft. Pada sekitar tahun
1960, mu1ai digunakan pompa eduktor jet (jet educt or pump) untuk sumur-sumur yang
berdiameter lebih kecil. Sumur-st.imur eduktor termaksud biasanya memiliki diameter 4
sampai 6 inci dan spasinya sekitar 5 sampai 25 ft.
Segera setelah metoda drainase dengan pemompaan dari deretan sumur-sumur menjadi
umum penggunaannya, maka mulai disadari ketidakefektifannya, kecuali untuk kasus
di mana tanah yang bersangkUtan memiliki, sedikitnya permeabilitas yang medium. Meng
ingat ukuran butiran efektif D1 0 bcrkurang di bawah sekitar 0, 1 mm, maka waktu yang di
perlukan untuk pengurasan di tempat penggalian juga bertambah dengan cepatnya dan,
apabila D1 0 kurang dari 0,05 mm, m aka pemompaan dari sumur-sumur manfaatnya
tak akan terwujud. Guna mcnccgah naiknya dasar galian pada tanah tak berkohesi dengan
ukuran efektif lebih kccil dari 0,05 mm, maka berbagai metoda berbeda dianjurkan.
Di Jcrman, sckitar tahun 1930, mulai dikembangkan proscdur-proscdur untuk
mempcrkcras tanah yang tcrlctak di bawah dasar dari galian yang dircncanakan, yakni
dcngan mcny_untikkan bahan kimiawi yang akan bereaksi di dalam rongga pori tanah men
jadi berbcntuk gel yang tak tcrlarutkan. Proscdur-prosedur tersebut sangat mahal, dan apa
bila tanah mengandung lapisan-lapisan yang pcrmeabilitasnya rendah maka prosedur-pro
sedur it biasanya tidak efektif. Scbagai konsekuensinya, kegunaan praktisnya dalam
pcnggalian-penggalian menjadi sangat terbatas. Telah diamati di Amerika Serikat bahwa
tanah-tanah berbutir halus, misalnya lanau kasar, bisa dipadatkan (dikonsolidasikan) de
ngan mengadakan kcadaan vakum di dalan1 pipa-pipa pcngangkat (riser pipe) dari.'titiktitik sumur. Dari obscrvasi inilah, pada sekitar tahun 1925 dan 1930, dikcmbangkan

Tekanan t{lnah dan kestabilan lereng

315

metoda vak um. Akhirnya, sekitar tahun 1934, tanah berbutir halus berhasil dikonsolidasi
kan melalui proses elektro-osmotik. Prosedur terakhir ini dinamakan: metoda elektro
osmotik.
Alinea-alinea berikut ini berisikan uraian secara garis besar berbagai metoda utama
drainase serta kondisi-kondisi yang memungkinkan suksesnya metoda-metoda tersebut.
Kemudian dalam Pasal 59 (buku Jilid 2) kita akan membicarakan pengaruh drainase ter
hadap berbagai sifat yang memiliki keterkaitan erat dengannya.

Metoda Titik-Sumur (Well-Point Method)


Istilah titik-sumur menunjuk ke pipa 2 inci atau 2 inci yang ujung bawahnya di
lubangi dan biasanya memiliki panjang 40 inci, serta mempunyai fungsi ganda yakni se
bagai "pipa pelindung sumur" (well casing) dan sebagai tabung penyedotan (suction tube).
Lubang-lubang termaksud diselimuti oleh suatu pertautan kawat (wire mesh). Titik-titik
sumur terhunjam ke dalam tanah dengan spasi 3 sampai 6ft.
Seandainya deret titik-sumur berada di bawah suatu lapisan kontinu dengan per
meabilitas yang relatif rendah, maka tanah di atas lapisan ini kemungkinan besar tetap
tak mengalami pengurasan. Untuk menghindarkan insiden semacam ini maka prosedur
berikut ini sering digunakan. Setelah satu titik sumur tertanam di dalam tanah, maka
tekanan air di dalamnya akan bertambah, dan kemudian tanah di sekeliling pipa peng
angkat akan tergosok, serta terbentuk lubang berbentuk silinder. Selama proses ini partikel
partikel halus dari tanah yang semula menempati ruang yang digosok terkelupas, sedangkan
partikel yang lebih kasar tetap dan terkumpul di bagian bawah lubang membentuk sebuah
penapis berupa silinder. Seandainya air yang bersangkutan .tidak dapat menghasilkan efek
penggosokan, lubang dibuat dengan menggunakan alat mekanik, dan penapis diwujudkan
dengan memasukkan pasir ke dalam lubang.
Drainase dari sebuah galian sempit biasanya bisa diwujudkan melalui pemompaan
sederetan titik sumur yang terletak pada salah satu tepi lubang galian, asalkan dalamnya
galian cukup jauh lebih kecil dibandingkan kedalaman tempat di mana muka air-tanah
mungkin diturunkan oleh titik-titik sumur. Kalau tidak begitu, diperlukan dua deretan
titik-sumur, masing-masing pada satu tepi galian. Biasanya, biaya pemompaan kecil di
bandingkan dengan biaya pengangkutan serta pemasangan. titik-sumur, kecuali kalau tanah
yang bersangkutan mengandung lapisan-lapisan yang sangat permeabel. Seandainya
pemboran eksplorasi memperlihatkan adanya lapisan-lapisan yang sangat permeabel,
maka kita membutuhkan uji pemompaan guna mengestimasi kapasitas pompa yang diperlu
kan. Pada semua kasus yang lainnya, dinilai bijaksana memilih peralatan pompa berdasar
kan hukum-hukum semiempiris. limumnya, untuk setiap panjang 500 sampai 600 ft baris
an titik-sumur dipasang sebuah pompa "self-priming" 6 inci. Seandainya tingggi tempat
di mana air harus d\angkat di atas pipa header tidak terlampau besar, maka pemakaian
motor 20 hp (daya kuda) dianggap sudah cukup. Dalam hal ini, pengurasan (drainase)
memerlukan waktu sekitar 2 dan 6 hari.
Seandainya muka air tanah perlu diturunkan lebih dari 15 atau 20 ft, sistem titik
sumur bertahap tunggal (single-stage) tidak dapat diterapkan. Gambar 47.2, misalnya,
'
memperlihatkan sebuah penampang melalui sebuah galian terbuka dengan kedalaman
50 ft di bawah muka air-tanah semula. Dengan menggunakan perangkat titik-sumur ter
atas (pertama) a, muka air-tanah dapat diturunkan hanya sampai tinggi (level) dari titik b,
pada kedalaman kurang dari 20 ft di bawah titik a. Agar falian bisa sampai permukaan yang
lebih rendah, maka perlu dipasang barisan titik sumur yang kedua yang dihubungkan oleh
pipa header, di posisi beberapa kaki di atas titik b, dan barisan-barisan yang berikutnya lagi.
Penyusunan semacam ini dinamakan susunan bertahap rangkap (multiple-stage setup).
Untuk setiap kedalaman 15 ft diperlukan satu barisan titik-sumur dan sebarisan tambahan
mungkin diperlukan di sepaniant uiung kaki lerenlol;.

Masa/ah disain dan konstruksi

316
b"'
-:.""

Muka Air Se'}W

'!.l_

< CT)

'Tebal Ra ta-rata Lapisa


yang Dikuras
c

Batuan Dasar

Pipa Pembuang

Muka Air Semula 7


_ _ _ _ _ _ ..L_

(b)

Gbr.

4 7.2. Drainase dari galian dalam. (a ) Dengan susunan bertahap rangkap dari titik

sumur. (b) Dengan menggunakan pompa-sumur dalam.

Tanpa mempersoalkan jumlah tahapan, ketebalan rata-rata lapisan tanah yang di

1 5 ft (Gb r . 47 . 2a). Tanah di bawah


lapisan ini mengalami tekanan-rembesan air yang menelus. Seandainya kedalaman lubang

miringkan dan dikuras (drained) tak bisa lebih dari


galian beberapa kali lebjh besar dari

15

ft, lapisan yang terkuras hanya sekedar kulit tebal

dibanding ketebalan massa tanah yang berdampingan. Tekanan rembesan dalam massa
tanah ini dapat membahayakan kestabilan lereng-lereng.

Metoda Drainase Sumur-Dalam (Deep- Well Drainage Method)


Kita bisa menghilangkan risiko yang ditimbulkan oleh berkurangnya kestabilan lereng
akibat tekanan. rembesan air yang mengalir ke arah lapisan drainase yang tipis terse but yang
dikuras dengan menggunakan sistem titik sumur bertahap rangkap dengan memotong aliran
rmbesari dengan memakai sumur-sumur yang dalam sebelum aliran tersebut memasuki
ruang di bawah lereng (Gbr.

4 7 )b).

Kecuali itu, sumur-sumur dalam juga lebih memuas

kan daripada titik-sumur dalam kaitannya dengan ''pra-drainase" (predrainage) . di tempat


proyek dilangsungkan, di mana akan dibuat galian yang tepinya diperkuat secara vertikal.
Seandainya peqneabilitas tanah makin bertambah terhadap kedalaman, dan seandainya
tanah yang tak kedap air meluas sampai di bawah posisi rrtuka air tanah yang telah meng
alami penurunan, cukup jauh untuk dapat memastikan terbenamnya tabir (screen) dan
pompa, maka terbukti bahwa sumur dalam dan berdiameter besar merupakan metoda pe
ngeringan (dewatering) yang paling ekonomis.
Jika p rofil tanah cukup seragam, spasi antara sumur-sumur dalam haruslah ditentu
kan berdasarkan studi teoretik terhadap aliran air ke arah galian. Penyelidikan termaksud
dapat diterirna dari segi ekono:m, mengingat biaya pemasangan masing-masing sumur

20 dan 200 ft.


6 sampai 18 inci dengan penampang tabir

relatif mahal. Biasanya spasi antara sumur-sumur tersebut berkisar antara


Pipa-pelindung (casing) memiliki diameter sekitar
sepanjang

;-----.._

20

sampai

75

ft yang dilingkupi oleh u penapis pasir dan. kerikil. Persyaratan

ukuran butiran untuk material filter ditunjukkan dalam Tabel 11.2. Jika tabir diberi celah,

3 17

Tekarum tanah dan kestabi/an lereng

le bar da' celah jangan melebihi diameter D7 0 dari material di sekeliling tabir. Jika lubang
bukaan berbentuk lingkaran, maka diameternya tidak boleh melebihi D8 0 dari material di
sekelilingnya. Pada masing-masing sumur dipasang pompa turbin sumur dalam atau yang
dapat beroperasi/ digerakkan oleh listrik di saat terbenam guna dapat mengangkat air ke
ketinggian yang melebihi ketinggian melalui pengangkatan oleh penyedotan. Untuk me
laksanakan pemboran dan pemasangan penapis bergradasi (graded filter) diperlukan tek
nik-teknik yang khusus (Mansur dan Kaufman

1962).

Sejumlah (kecil) air mungkin mengalir masuk ke dalam ruang antara sumur-sumur
termaksud. Guna mencegah mengelupasnya ujung-ujung kaki lereng-lereng, maka disaran
kan untuk mengeluarkan air melalui sederetan titik-titik sumur

g (Gbr. 47.2b ).

Sistem-Sistem Titik-Sumur Eduktor (Eductor Well-Point System)


Apabila muka-air tanah mesti diturunkan lebih dari

15

atau

20

ft, sedangan per

meabilitas tanah relatif rendah sehingga kuantitas air tiap sumur terlalu kecil untuk
pemakaian pompa sumur-dalam berdiameter besar - ditinjau dari segi ekonomi - maka
akan lebih menguntungkan jika digunakan sebuah sistem titik-sumur "jet-eductor". Pom
pa jet-eductor diletakkan tepat di atas titik sumur, dan beroperasi dengan memanfaatkan
air bertekanan tinggi. Titik sumur diadakan di dasar sebuah pipa pelindung sedikitnya de
ngan diameter sebesar

inci di mana pipa-peluah dan tekanan untuk eduktor dipasang.

Pipa-pelindung tersebut mungkin dilingkupi oleh sebuah penapis.


Titik-titik sumur eduktor biasanya berspasi

5 sampai 25 ft, dan peluah masing-masing


10 sampai 1 5 gpm. Kemampuan untuk menurunkan air
50 sampai 100 ft. Efisiensi dari eduktor sangat lebih rendah dibanding

memiliki maksimum sekitar


tanah adalah sekitar

kan pompa turbin a tau sentrifugal.

Sumur-Sumur "Bleeder "


Karena pemompaan dari titik-titik sumur atau sumur-sumur penapis menurunkan
muka air-tanah ke ketinggian yang seluruhnya di bawah lereng atau " sub-grade", maka
risiko yang berasal dari kolam-kolam akan ditiadakan. Hal ini merupakan keuntungan
paling utama dari metoda pemompaan kolam-kolam terbuka. Namun, sebagaimana telah
diterangkan sebelumnya, jika ujung bawah dari titik sumur atau sumur penapis berada di

atas suatu lapisan yang relatif tak kedap air, misalnya ab dalam {Gbr.

47. 1,

suatu "peng

angkatan" atau "blow" akan terjadi "meskipun pemompaan dari sumur-sumur telah me

wuju dkan pengurasan (drainase). Untuk menghindari keadaan yang tidak diinginkan se
perti itu, maka harus diadakan mekanisme p engeluaran air yang berada di bawah lapisan
yang menghalanginya. Mekanisme termaksud adalah apa yang disebut sebagai :

bleeder.

sumur

Metoda yang paling sederhana untuk mewujudkan sumur-bleeder adalah dengan

menanamkan ke dalam tanah titik-titik sumur, kemudian "mencuci" ruang yang ber
bentuk cincin di seputar pipa pengangkat air serta mengisi ruang tersebut dengan pasir
kasar.

Penting dicatat bahwa berat satuan jenuh "f sebagian besar tanah boleh dikatakan dua

kali lipat berat satuan 'Yw air . Oleh karena itu, kondisi untuk terjadinya "pengangkatan"
atau "blow'", yang dapat dirumuskan sebagai berikut

tidak akan terpenuhi kecuali kalau

(lihat Ghr.

47. 1)

lebih besar daripada

2h 1

Akan

tetapi pada beberapa formasi tanah, kenaikan air dalam tabung piezometri untuk air
dalam lapisan yang lebih di dalam akan lebih tinggi dibandingkan kenaikan yang dialarni
air dalam lapisan dekat ke perrnukaan. Kondisi ini dikenal sebagai :

kondisi Artesian.

318

Masalah disain dan konstruksi

Seandainya kondisi ini tidak terpenuhi , maka "pengangkatan" atau "blow" dapat ter
jadi sekalipun h jauh lebih kecil daripada 2h 1
Untuk mendeteksi adanya kondisi artesian, perlu dilakukan pemboran eksplorasi
hingga kedalaman sekurang-kurangnya h dan lebih baik lagi 1 ,5h di bawah tinggi "sub
grade". Sewaktu sampel diambil, air dibiarkan naik ke dalam pipa-pelindung sampai tiJ1ggi
nya menjadi stasioner, dan ketinggian paras air bisa ditentukan.

Metoda Vakum
Apabila ukuran butiran efektip rata-rata D1 0 dari tanah lebih kecil dari sekitar
0,05 mm, maka metoda-metoda drainase gravitasi yang diuraikan pada alinea-alinea
terdahulu tidak akan memberikan hasil seperti yang diharapkan, sebab air ditahan di dalam
ruang pori tanah oleh gaya-gaya kapiler. Akan tetapi, kestabilan tanah yang berbutir
sangat halus dapat diwujudkan dengan mem-vakum-kan penapis-penapis yang mengelilingi
titik-titik sumur. Kestabilan tersebut setidaknya dapat tercapai secara bertahap (lihat Gbr.
47.3). Sebelum diadakan pem-vakum-an, permukaan sebelah atas lapisan berbutir halus
maupun tanah di sekeliling penapis mengalami tekanan atmosfir Pa , yakni mendekati 1
ton perkaki-kuadrat (1 ton/ft2 ). Setelah vakum terwujud, tekanan pada tanah di sekitar
penapis menjadi hampir nol, sedangkan tekanan pada permukaan lapisan tetap Pa . Sebagai
akibatnya air secara bertahap didorong keluar tanah masuk ke dalam penapis yang telah
dikosongkan. Hal ini berlangsung terus sampai tekanan efektif pada tanah yang
berdampingan dengan barisan titik-titik sumur bertambah menjadi sama dengan tekanan
atmosfir. Pada saat yang sama tahanan geser tanah naik menjadi Pa tan rp, di mana rp
adalah sudut gesekan-dalam dari tanah yang bersangkutan. Peristiwa ini mirip dengan
proses lempung menjadi kaku akibat pengeringan (lihat Pasal 2 1 ).

Metoda-metoda yang akan dibicarakan berikut ini berguna dalam pembuatan penapis
yang dapat dikosongkan. Setelah titik-sumur tertanam dalam tanah, tekanan air yang me
mancar akan bertambah sampai sebuah lubang berdiameter 1 0 sampai 20 inci mengalami
penggerusan (penggosokan), sementara air terus mengalir, pasir terdorong ke dalam lu
bang sampai puncak dari pasir tersebut mencapai suatu ketinggian beberapa kaki di bawah
perrnukaan lapisan yang berbutir halus, Setelah itu, air berhenti mengalir, dan sisa dari lu
bang yang tersebut di atas dipenuhi oleh lempung atau lanau yang bertindak cbagai :
"segel". (lihat Gbr. 47 .3).
Pipa Header,
Pompa Hampa
Udara Terpasang

Tekanan
A tmosfir P8
air kapiler

-r- -:-. --; - -

Tinggi Piezometrik
Semu/a

Penapis Pasir,
Ruang Pori Dalam Keadaan Hampa
Udara

: .:_.
:

; .

. .
.,

Gbr.

Tinggi Air
Pads Penapis

47.3. Diagram yang mengilustrasikan prinsip metoda vakum untuk drainase.

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

319

Gbr. 4 7.4. Galian terbuka d i Candem, N .T . pada tanah lanau organik yang lunak. setelah dikonsolidasikan oleh metoda vakum (dengan izin " Moretrench Corp.").

Hasil-hasil yang bisa diperoleh da ri metoda ini diperagakan dalam Gbr. 47.4. Gambar
ini memperlihatkan sebuah galian terbuka pada suatu lanau organik yang memiliki ukur
an butiran efektip rata-rata kurang dari 0 . 0 1 mm. Sembilan puluh Iima persen tanah da
pat lolos/melampaui tabir ''200-me sh'' (0.07 mm). Dasar galian ada pada posisi sekitar
16 ft di bawah muka air-tanah semula. Sebelum d ilakukan pemompaan. lanau sangatlah
lunak sedemikian mpa sehingga derek (terlihat di latar belakang) harus dijalankan di atas
kayu yang keras. Setclah pcmompaan berlangsung dua minggu . tanah sudah sangat kaku
scdemikian hingga tepi galian tidak lagi memerlukan penopang lateral. Tanda-tanda nyata
yang ditinggalkan oleh peralatan pcnggalian menunjukkan tingginya derajat kohesi yimg
dipcroleh tanah selama berlangsungnya pemompaan.
Apabila mct oda vakum yang dipakai. maka biasanya spasi antara titik-titik sumur ada
lah 3 ft. Peralatan pemompaan yang digunakan serupa dengan yang digunakan untu k pe
ngurasan t anah yang permcabilitasnya rendah. U ntuk setiap 500 ft dari satu barisan titik
sumur, dipakai sebuah pompa 6 inci. Sebagai tambahan. satu atau dua buah pompa vakum

dilekatkan ke jalur (lines) pipa header. Untuk mengoperasikan keselumhan agregat pompa.
maka sebuah pomp a berkekuatan .20 daya kuda (hp) sudah memadai. Pompa-pompa va
kum tersebut bekerja secara kontinu . Dalam pr ktek, berhasil tidaknya metoda ini banyak
ditentukan oleh ku alitas dari p ompa-pompa vakum yang digunakan. di samping keteram
pilan dan pengalaman dari mandor dalam pekerjaan tersebu t.
Setelah tanah mengalami pengurasan ( drainase) melalui metoda vakum, maka partikel
partikel tanah terkumpul berpadu akibat suatu t ekanan efektif yang sama dengan tekanan
atmostlr (unbalanced), sedangkan mang-mang pori tanah terisi selumhnya o!eh air. Kare
ria itu, 'apabila stmktur tanah sedcmikian lepasnya. maka ada kemungkinan terjadinya ke
hancuran struktur bcrkaitan dengan terjadinya ''liquefaction' ' spontan (lihat Pasal 17)
yang disebabkan oleh guncangan yang berasal dari ledakan atau operasi pemanc angan tiang
ke dalam tanah. Namun kecelakaan jenis ini hingga sekarang. belumlah meluas untuk men
jadikannya perhatian bagi masyarakat umum.

320

Masalali disain dan konstruksi

DrairuJse oleh Osmosis-Elektro (Elektro-Osmosis)


Prinsip metoda ini telah dibicarakan di Pasal 21 Dalam praktek, metoda ini sering
kali dipakai untuk menstabilkan lereng-lereng yang sedang mengalami penggalian ke dalam
lanau-lanau yang tak berkohesi atau sedikit kohesif di bawah tinggi air tanah yang normal .
Waktu yang dibutuhkan untuk menguras bahan-bahan (material) semacam ini dengan
menggunakan metoda vakum mungkin akan sangat panjarig, terutama pada kondisi-kondisi
yang gawat Qelek). Vi samping itu , material-material segera menjadi hidup (quick) karena
pengaruh tekanan rembesan yang arahnya masuk pada permukaan, dan keluar (ke atas)
pada dasar galian. Dengan menyusun elektroda-elektroda seperti diperagakan dalam Gbr.
4 7.5 dengan memberikan potensial listrik yang sesuai, maka dapat dihasilkan tekanan
rembesan yang diakibatkan oleh aliran elektro-osmosis yang arahnya meninggalkan per
mukaan dan me nuju katoda-katoda. Pengaruh pen-stabilan dari tekanan-tekanan ini sangat
spekt akuler dan terjadi begitu arus listrik dialirkan. Kecuali itu , kadar air dalam tanah terus
berkurang dan kekuatannya makin bertambah (L. Casagrande 1 949, 1 962).
Anoda-anoda biasanya terbuat dari pipa-pipa besi. Kadang-kadang dipakai juga batang
tulangan (reinforcing) atau rel dari baja. Pada beberapa titik di anoda, korosi akan sangat
cenderung terjadi , dan karena itu terjadi ketiuakkontinuan pada anoda yang menyebab
kan bagian bawahnya menjadi tidak lagi efektif. Seandainya anoda terbuat dari pipa-pipa,
maka kita bisa mempertahankan keefektifannya dengan menyisipkan pipa-pipa yang lebih
kecil atau batang-batang yang lebih kecil. Ka toda-katoda juga mungkin terbuat dari ba
tang-batang besi saja, yang dilubangi pada sekujur batang tersebut, untuk memungkinkan
air mengalir keluar menuju pe rmukaan. Potensial listrik yang diberikan biasanya dalam
or de 1 00 volt , sedangkan arus listrik yang diperlukan untuk penstabilan, bahkan untuk
galian kecil sekalipun, paling sedikit 1 5 0 A. Daya sesungguhnya yang diperlukan sangat
lah bervariasi, dan sa ngat bergantung pada hambatan (resistivity) tanah yang bersangkut
an. Penting dicatat bahwa gradien potensial yang melebihi 0,5 volt per cm dapat
mengakibatkan rugi akibat perubahan energi listrik menjadi panas yang terlampau besar.
Proses elektro-osmosis mengakibatkan konsolidasi pada tanah yang kompresibel, mi
salnya lempung. Konsolidasi yang terjadi diikuti oleh naiknya kekuatan (Strength) tanah,
dan sementara itu kepekaan (sensitivity) tanah pada umumnya berkurang. Kecuali itu,
lempung mengalami retak. Pemakaian elektro-osmosis lebih sering untuk kestabilan lereng
lereng dalam material lanau dibanding untuk menghasilkan perubahan pada sifat-sifat
lempung seperti tersebu t di atas.

Rangkuman Ten tang Metoda-Metoda Drainase


Jumlah air yang m engalir menuju galian dengan suatu dimensi tertentu serta metoda
metoda yang dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya untuk pengurasan galian terutama

1. 5 H

Anoda-anoda mmbahan
apabila diperlukan

_j_

Ka toda-katoda dengan
spasi 2 sampai 3H di mana
anoda terletak di titik
tengah di an tara dua ka toda
yang berdeka tan

Gbr. 4 7. 5. Sa tu bentuk susunan elektroda untuk penstabilan lereng dengan mengguna


kan elektro-osmosis.

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

321

bergantung pada tanah di dekatnya. Untuk pekerjaan yang berskala kecil, kita bisa meng
estimasi permeabilitas secara cukup akurat dengan mendasarkan diri pada hasil-hasil peng
ujian terhadap contoh tanah yang diambil dari pem boran eksplorasi. Pada pekerjaan skala
besar sebaiknya dilakukan uji pemompaan.
Untuk menentukan perlu tidaknya sumur "bleeder", maka lubang bor eksp!orasi
harus dibuat sampai kedalaman di bawah " sub-grade", setidak-tidaknya sama dengan jarak
vertikal antara muka air-tanah semula dan tinggi sub-grade . Air selalu harus dapat naik
dalam pipa-pelindung, setiap kali suatu contoh tanah diambil, dan tinggi kenaikan air ter
sebut harus dicantumkan dalam catatan-pemboran.
Penggalian-penggalian pada tanah dengan permeabilitas yang tinggi (k lebih besar
dari 0, I cm/ det) atau pada tanah berbu tir campuran sangat padat dengan permeabilitas
me dium (k antara w- 1 dan 1 0 - 3 cm/Jet) biasanya dapat dikuras dengan pemompaan dari
kolam.-kolam terbuka tanpa risiko-risiko yang aneh-aneh ( di luar perhitungan).

Pada kondisi-kondisi yang baik, tanah seragam yang permeabilitasnya medium bisa
juga dikuras tanpa mcnimbulkan berbagai ha! yang tak diharapkan dengan pemompaan
dari kolam-kolam . Kendatipun begitu , prosedur seperti ini melibatkan kemungkinan pem
bentukan " boils" pada dasar galian, yang dikaitkan dengan erosi bawah tanah serta terbe
namnya daerah di sekitar galian. Untuk menghindarkan risiko ini, maka lebih baik pengu
rasan tanah dengan permeabilitas medium di!akukan melalui pemompaan dari titik-titik
sumur atau sumur-sumur penapis. Penting diingat bawah drainase untuk tanah sebelum
pengga!ian dilangsungkan akan membutuhkan waktu 2 sampai 6 hari.
Kedalaman yang paling besar di mana muka air-tanah bisa diturunkan melalui penarik
art air dari seperangkat sumu r atau titik-titik sumur adalah sekitar 1 8 ft. Jika dasar dari
suatu galian yang direncanakan mcmiliki kcda!aman yang lebih besar, maka hendaknya di
pakai susunan be rtahap-rangkap. Kita pcrlu memasang dua pipa "heade;" atau lebih pada
suatu spasi vertikal yang tak lebih dari 1 5 ft. Jika batasan ruang tak memungkinkan pema
sangan susunan bertahap-rangkap , maka mungkin dapat digunakan titik-titik sumur eduk
tor . Jika kedalaman galian melebihi 50 atau 60 ft, biasanya l ebih disukai menguras tanah
di sekitar proyek dengan menggunakan pemompaan sumur-dalam (deep-well) yang diopera
sikan dalam pipa-pelindung dari sumur-sumur berdiameter besar.
Untuk tanah seragam yang memiliki permeabilitas yang rendah (k bernilai antara
w - s cm/det), drainase tak dapat diwujudkan baik dengan menggunakan pemom
paan dari kolam-kolam maupun pemompaan dari sumur-sumu r. Penstabilan tanah semacam
ini dapat diwujudkan secara sempurna dengan menggunakan metoda vakum . Besarnya air
yang bisa dikeluarkan adalah sangat kecil,tetapi s0andainya pemompaan dilangsungkan
sampai beberapa minggu maka tanah yang bersangkutan bisa menjadi sangat kaku sehingga
tepi-tepi galian dengan keda!aman febih dari 1 5 ft dan dengan sudut kemiringan 60 sam
pai 70 dapat kita buat tanpa adanya risiko keruntuhan.
Tanah lanau ha!us dan tanah kelanauan (silty) yang seragam dengan koefisien perme
abilitas di antara w- 5 dan l o- 7 cm/dct kemungkinan besar bersifat sangat lunak sehingga
tanah-tanah tersebut akan naik atau menjulang di dasar suatu galian, sekalipun galian ter
maksud memiliki kedalaman yang tidak terlampau besar. Drainase untuk tanah semacam
ini tidak dapat diwuju dkan dengan m enggunakan metoda vakum ataupun gravitasi, tetapi
penstabilan tanah tersebut dapat diwujudkan dengan menggunakan metoda elektro-osmo
sis. Sebagai suatu alternatip, penggalian pada tanah-tanah lunak yang termasuk dalam ka
tegori tanah yang disebut di atas dapat dilakukan dengan melalui peng-kompresi-an udara
atau pengerukan.
Tanah-tanah dengan koefisien permeabilitas lebih keci! dari sekitar 1 0- 7 cm/det biasa
u.ya (hanya ada sejumlah kecil pengecualian) bersifat sangat kohesif. Drainase untuk
tanah semacam ini umumnya menjadi tidak praktis. Hanya pada beberapa kasus tertentu
saja kadang-kadang digunakan m etoda elektro-osmosis. Namun sesungguhnya drainase me
mang jarang diperlukan sebab kekuatan geseran biasanya cukup besar untuk dapat mem-

1 0 - 3 'dan

Masalah disain dan konstruksi

322
pertahankan

kestabilan dari suatu galian yang kedalamannya tidak ter!ampau besar. Kita

dapat memperbesar kedalaman suatu galian pada tanah semacam ini, tanpa harus

me

nanggung risiko naiknya dasar galian, hanya dengan memperkecil kemiringan dari tepi gali

an

yang bersangkutan. Atau mungkin juga untuk suatu galian yang tepinya vertikal dengan

memperbesar kedalaman penetrasi dari 1 \ang-pancang yang menyusun sistem penumpu la

teral

(lihat Pasal

3 7).

Bacaan Pilihan

Pad a buku : Mansur, C . I . dan R . l . Kaufman ( 1 9 6 ) : " De watering" , Bab 3 , Kerekayasa


an Pondasi, diberikan pembahasan yang menarik rnengenai disain dan pembuatan sistem
sistem pengurasan (dewatering).
Informasi praktis dan umurn yang berkaitan dengan titik-titik surnur bisa diperoleh
pada Griffin We!lpoint Corp . , New York ( 1 9 50 ) : Th e Wel/point system in prin ciple and
practice; serta pada Moretrench Corp., Rockaway, N.J. ( 1 954 ) : General Instructions for

Installation and Operation of More tre nch pu mps and Wel/p oin t Systems.
Rujukan untuk aspek-aspek khususjspesifik mengenai drainase dapat dilihat di dalam
tulisan-tulisan berikut ini :
Casagrande, L. ( 1 94 9 ). "Electro-osmosis in Soils", Geot. , 1, No. 3 , ha!. 1 59- 1 7 7 .
Casagrande, L. ( 1 96 2 ). "Electro-osmosis and related phenomena", Rerista Ingenieria, Mexi

co, Suppl. 2, 32, April, ha!. 5 1 -62. (terdapat gambar-gambar da n teks dalam bahasa
S panyol pada hal. 1 -50 ; t eks dal am bahasa Inggris ada pada hal. 51 -62). Tulisan ini di
publikasikan pula dalam bentuk Hanard Soil Mech. Series No. 6 6.

PASAL 48 PENYANGGA LATERAL DALAM GALIAN TE.RBUKA

Pendahuluan
Galian terbuka mungki n direncanakan untuk tetap terbuka , sepcrti halnya pada jalan
raya atau jalan kereta api, atau mungkin direncanakan hanya untuk scmcntara waktu, akan
ditimbun kembali setelah selesai digunakan . Sisi-sisi dari galian tanah pcrmancn biasanya
sampai ( Pasal 49) atau disangga oleh din
de ngan ke miring an tidak lebih

condong

ding penahan tanah

yang

(i>asal 46)

dari I

Scmentara itu lereng dari galian scmentara dibuat securam

diijinkan oleh kondisi tanah sehingga tak

ada resiko keruntuhan lereng

(Gbr.

47.4) atau dibuat vertikal dan biasanya diperkuat satu terhadap yang lainnya. Pilihan
bergantung kepada biaya relatip dan batasan-batasan olch kondisi lokal sepanjang lebar gali

an.

Pasal ini membahas disain struktur penguat pada galian sementara dengan sisi verti
kal. Jika dasar galian akan berada di bawah muka air tanah, maka tanah di sekitar galian di
kuras sebelum atau selama penggalian. Oleh karenanya, disain struktur penguat tersebut
biasanya dilakukan tanpa memperhatikan posisi muka air tanah.
Data yang diperlukan sebagai dasar disain yang layak dari sistem penguat tersebut

terutama

bergantung kepada kedalaman gali an. Olch karenanya, baik sekali kalau kita

membedakan antara
da n

galian dalam

galian dangkal

(shallow cuts) dengan

kedalaman kurang dari 20 ft

(deep cuts) dengan kcdalaman lcbih bcsar dari 20 ft. Struktur pcnguat

pada galian dangkal, seperti parit-parit pada jaringan saluran air kotor dan saluran air

bersih

dapat
Karcna pcnycmpurnaan disain sistem
maka kita hanya membutuhkan pcninjauan tanah yang

sedikit ban yaknya telah dibakukan. Sistcm yang sudah biasa dipakai tersebut

digunakan dengan aman pada berbagai kondisi tanah.

semacam

itu tidaklah ckonomis,

323

Tekanan tanah don kestabilan lereng

umum untuk pelaksanaan konstruksi galian tersebut, dan kita tidak lagi perlu menghitung
tekanan-tckanan tanah. Sementara itu, dalam disain struktur penguat pada galian dalam
seperti jalan-jalan di bawah permu kaan tanah, dimensi galian dan karakter tanah di sekitar
nya harus dipeihatikan, karena penghematan yang diperoleh dari prosedur ini cenderung
jauh lebih besar dibandingkan biaya untuk mendapatkan data disain. Untuk memper
oleh informasi yang cukup mengenai karakter tanah, mungkin diperlukan pemboran untuk
memperolch contoh tanah dalam tabung atau uji p e.n etrasi (penetration test) di samping
juga dilakukan pem boran.
Pada waktu yang lampau disain struktur p enguat pada galian dalam biasanya didasar
kan pada asumsi bahwa tekanan tanah cenderung bertambah seperti tekanan hidrostatik
yakni merupakan perbandingan sederhana tcrhadap kedalaman di bawah permukaan tanah.
Akan tt;)tapi, teori (Pasal 37) dan pengalaman mcmperlihatkan bahwa asumsi ini seringkali
salah. Dengan demikian, pembahasan mengcnai galian yang dalam pada bagian kedua dari
pasal ini mengikutsertakan metoda disain struktur penguat berdasarkan distribusi tekanan
yang nyata.

Stmktur Penguat pada Galian Dangkal


Pada tanah kohesif, galian dengan sisi-sisi vertikal secara teoritis dapat dibuat sampai
kedalaman He (Pers. 2 8.9) tanpa perlu struktur penguat. Nilai He untuk lempung dengan
berbagai konsistensi kurang lebihnya dapat diberikan sebagaj beriku t :

He (ft)

Sangat Lunak

Lunak

Sedang

<8

8- 1 6

1 6-32

Pada lempung kaku dan lempung yang sangat kaku cenderung timbul kekar dan rekahan
dan, oleh karenanya, nilai He mungkin serendah 1 0 kaki. Nilai He untuk pasir kohesip
tergantung pada de rajat kohesi ; biasanya nilai tersebut berada di antara 1 0 dan 1 5 kaki,
tetapi mungkin jauh lebih besar.
Menjadi suatu kenyataan bahwa jika galian dengan sisi-sisi vertikal yang ta.k berpe
nguat sama sekali dibuat pada tanah kohesif, maka rekahan tegangan (tension crack) cen
derung muncul pada permukaan tanah yang berdampingan dengan galian beberapa jam
atau hari setelah penggalian .. Adanya rekahan-rekahan semacam itu amat mengurangi
ketinggian kritis (Pasal '3 5 ), dan segera atau beberapa waktu kemudian sisi galian akan run
tub. Untuk mencegah kecelakaan tersebut pinggiran sebelah atas dari galian yang sempit
ditopang satu sama lainnya seperti ditunjukkan dalam Gbr. 48. la. Penguat horisontal
tersebut biasanya dikenal sebagai penunjang (struts) atau penahanjpenopang (braces).
Struktur tersebut mungkin terbuat dari kayu, atau penyangga logam yang bisa diper
panjang yang dinamakan trench braces. Penguat i tu terikat erat oleh baja atau sekrup dan
kayu-kayu horisontal penyangga yang biasa berupa papan-papan ukuran 3 inci. Penopang
penopang tersebut umumnya berjarak sekitar 8 kaki satu sama lainnya, dan beban yang
dipikulnya tetap sangat kecil, kecuali kalau galian dibuat pada lempung gembung yang
kaku.
Jika kedalaman galian yang sempit melebihi sekitar He , maka penunjang biasanya di
pasang seiring dengan berlangsungnya proses p enggalian. Penunjang-penunjang tersebut
mendesak balok vertikal yang pendek yang dinamakan soldier beam. Balok tersebut
menumpu pada papan-papan horisontal yang disebut lagging atau papan acuan-lengkung
(Gbr. 48 . 1 b). Biasanya kita tidak perlu memasang papan-papan lagging dengan rapat se
kali satu sama lainnya , jika kita menyisakan ruang di antara papan-papan tersebut, maka
susunan papan-papan tadi membentuk lagging terbuka. Prosedur altematif yang lain adalah
mendesal<kan penunjang pada balok horisontal yang dinamakan wales. Balok tersebut
.

324

Masalah disain dan konstruksi


(a}

tr

(b)

...

(c)

r-

'

Gbr . . 48.1. Diagram-diagram yang mengilustrasikan berbagai metoda untuk membuat gall
an terbuka yang dangkal. (a) Barisan t unggal dari penunjang. (b) Lagging. (c) Turap.

menyahgga papan-papan vertikal yang disebut turap (sheeting). Bagian galian yang
terbawah dengan ketinggian sekitar -3Hc dapat dibiarkan tanpa penyan gga agar tersedia
ruang kerja yang cukup, asalkan tanah tidak memiliki kecen derungan untuk longsor . Se
andainya kecenderungan di atas ternyata a da, maka turap diteruskan sampai ke dasar gali
an, tetapi kita tidak perlu menopangnya dengan penunjang.
Pada pasir atau kerikil yang benar-benar tak berkohesi kita hanya dapat mengguna
kan turap vertikal. Sebaris turap biasanya dipancangkan pada masing-masing sisi galian,
dan wales (balok-ganjal datar) serta penunjang dipasang ketika proses penggalian berlang
sung. Biasanya setiap kali penunjang dipancangkan sedalam beberapa kaki, tetapi ujung
bawahnya selalu dibiarkan masuk sedalam beberapa kaki di bawah tinggi penggalian (Gbr.

48 . 1c).
Dimensi penguat dibuatkan standar yang agak baik, tanpa mempersoalkan jenis tanah
nya. Penunjang dipasang dengan jarak 8 ft pada arah horisontal dan 4 sampai 6 ft pada arah
vertikal. Trench braces yang terbuat dari logam tersedia untuk galian yang lebarnya sampai
5 ft. Untuk galian yang sempit kita biasa menggunakan penunjang dari kayu dengan ukur
an 4 X 6 inci. Dimensi penguat tersebut bisa mencapai sekitar 8 X 8 inci untuk galian
dengan lebar 1 2 ft. Turap atau lagging biasanya terdiri atas papan yang lebarnya 6 sampai
10 i nci. Penguat dengan dimensi-dimensi ini dapat dip akai dengan aman pada p asir tak
berkohesi sarnpai kedalaman sekitar 30 ft dan pada lempung lunak sampai kedalaman
sekitar 5 ft melebihi .!n
2

Penguat Galian Dalam

PANDANGAN UMUM DALAM DISAIN PENGUAT.


Metoda yang paling umum untuk me
_
nyangga sisi-sisi dari galian yang dalam diilustrasikan dalam Gbr. 48. 2. Ketika kita me
lakukan p enggalian terbuka, penunjang dipasang bersamaan dengan bertarnbahnya ke
dalaman penggalian. Pasal 3 7 memperlihatkan bahwa p rosedur ini dibarengi oleh gerakan
tanah ke arah dalam pada masing-masing sisi galian. Pada permukaan tanah gerakan
tersebut dibatasi sampai sekecil-kecilnya, karena barisan penunjang yang teratas dipasang
sebclum keadaan tegangan dalam tanah berubah cukup besar akibat pengga!ian. Akan te
tapi, gerakan yang mendahului pemasangan penunjang di permukaan yang lebih rendah
bertambah dengan bertambahnya kedalaman penggalian. Seperti telah diuraikan dalam
Pasal 27, j enis p elelehan ini berkaitan dengan distribusi tekanan yang secara kasar ber
bentuk parabola dan intensitas maksimum tekanan terjadi di sekitar tengah-tengah gali
an, sedangkan tekanan lateral timbunan tanah yang permukaan horisontal pada dinding
penahan meningkat seperti tekanan hidrostatik yakni berbanding langsung terhadap ke
dalaman di bawah p ermukaan tanah.
Perbedaan mendasar yang lain antara dinding penahan dan penguat dalarn suatu gali
an adalah pada cara keruntuhannya masing-masing. Dinding penahan merupakan sebuah

325

Tekanan tanah dan kestabilan lereng


(er)

""'

Af

lA

(c)

(b)
..,..

""""

8r

18

IP=====:tjj l

cf

...,

le

Gbr. 48.2. Diagram yang mengilustrasikan berbagai metoda untuk membuat galian ter
buka yang dalam. (a) Penggunaan lagging dan soldier beams. (b) Penggunaan tiang-H,
lagging dan wales. (c) Penggunaan turap baja dan wales.

kesatuan struktural, dan dinding tersebut runtuh sebagai suatu kesatuan. Besarnya ke
tidaktentuan setempat dari tekanan timbunan di belakang dinding tidaklah seberapa pen
ting. Akan tetapi, setiap penunjang di dalam suatu galian terbuka dapat runtuh secara indi
vidual . Karna keruntuhan sebuah penunjang mengkaitkan pertambahan beban di sekitar
nya . maka keruntuhan tersebut bisa. memprakarsai keruntuhan progresif keseluruhan sis
tem penguat.
Akhimya, kita harus mengingat bahwa t ahanan geser tanah di dekat suatu pennuka
an vertikal tidak aktif secara penuh sampai permukaan tersebut meleleh sejauh jarak ter
tentu (Pasal 27). Adalah tidak praktis menyelidiki melalui uji laboratorium dengan cara .
tak langsung lai1mya apakah proses penggalian dan penguatan suatu galian benar-benar
berkaitan a tau tidak dengan gerakan yang cukup un tuk mengurangi tekanan tanah lateral
total sampai ke nilai aktif tersebut. Selanjutnya, pada tekanan total tertentu yang bekerja
pada sistem penguat, beban yang dipikul oleh masing-masing penunjang dapat sangat ber
beda, karena besarnya beban tersebut bergantung kepada faktor-faktor yang tak terduga
seperti variasi-variasi lokal tanah di sekitarnya, laju dan ketertiban pelaksanaan pcng
galian, waktu yang terlewat di antara pcngga!ian dan pemasangan penunjang di suatu titik
te rtentu dan tingkat serta keseragaman pra-penekanan. Berdasarkan fakta-fakta ini, tak ada
prosedur disain penguat yang patut dipcrcaya sampai kehandalannya terlihat dari hasil
hasil pengukuran pada galian yang u tuh. Sebegitu jauh, jenis pengukuran-pengukuran
komprehensip semacam ini pada galian yang dalam telah dilakukan hanya pada lapisan
pasir di Berlin, Munich, dan New Yo1:k ; pada lempung glasial peka yang lunak sampai
sedang di Chicago ; dan pada lempung !aut tak peka yang lunak sampai sedang di Oslo.
Di samping itu, ada pula beberapa perangkat observasi yang dilakukan pada galian untuk
berbagai kondisi tanah (Flaate 1966).
Sebagian besar observasi di atas terdiri atas pengukuran-pcngukuran beban yang di
pikul oleh penunjang pada penampang vertikal tertentu a tau pada beberapa penampang
vertikal dalam ga!ian. Pada beberapa keadaan, penentuan beban-penunjang disertai dengan
pengukuran-pengukuran lendutan (deflection) dan penurunan (settlement). Karena j arang
dilakukan pengukuran langsung yang handal dari tekanan tanah pada turap, maka besar
dan distribusi tekanan tanah pada turap harus diperkirakan dari beban-beban penunjang.
Prosedur yang kasar tetapi cukup mendekati kebenaran adi!!ah mengasumsikan bahwa
beban pada masing-masing penunjang sama dengan tekanan tanah total y ang bekerja pada
turap di suatu daerah empat persegi panjang yang dalam arah hori'sontal dibatasi oleh

326

Masalah disain dan konstruksi


Beban -betan
Penunjang

Dimensi

Tekanan Tanah '


Nva ta

Diagram
Tekanan
Nyata

T
a,

!}/

p3 =

Q3/b
-j (a3+o4 )

Jarak horisontal an tar penunjang = b

Gbr. 48. 3 . Metoda penghitungan diagram te kanan nyata dari beban Q pada penunjang
yang diukur dalam galian terbuka.

separuh jarak ke barisan vertikal dari penunjang-p enunjang di masing-masing sisi, dan dalam
arah vertikal oleh separuh jarak ke penunjang-penunjang yang tepat berada di atas dan di
bawahnya. Tekanan tanah dianggap terdistribusi seragam dalam daerah empat persegi-pan
jang. Daerah penyebaran tekanan tanah untuk penunjang yang paling atas meluas sampai
ke permukaan tanah. Untuk keperluan perhitungan, dasar galian dianggap sebagai sebuah
penunjang. Jika gaya geser pada turap di dasar galian tidak diukur, tekanan tanah per
satuan luas dianggap bernilai sama dengan sebaran tekanan tanah untuk penunjang sebe
narnya yang terbawah. Prosedur t ersebut diilustrasikan dalam Gbr. 48:3.
Distribusi nyata dari tekanan tanah. yang bekerja pada turap mungkin berbeda cukup
besar dari distribusi tekanan yang dihitung dengan prosedur yang telah diuraikan sebelum
nya karena pe ngaruh kesinambungan turap dan asumsi yang menyangkut tekanan di dekat
dasar galian . Lebih jauh lagi, dalam tanah yang tak berkohesi tekanan tanah di permuka
an haruslah nol. Oleh karenanya tekanan yang dihitung dengan cara ini dinamakan tekanan
tan ah .nyata (apparent earth pressure). Akan tetapi, jika tekanan tanah nyata diketahui,
beban-beban penunjang y ang bersangkutan dapat dihitung dengan prosedur yang sebalik
nya sebagai beriku t .
GALIAN DALA..\f YANG DIBUAT PADA PASIR. Pengukuran-pengukuran beban penunjang
dilakukan se!ama konstruksi jalan bawah tanah di Berlin , di mana dibuat galian terbuka
sampai kedalaman sekitar 38 ft pada pasir yang agak seragam, padat, dan halus. Sebelum
dan selama penggalian, tinggi air tanah diturunkan amat dalam di b awah keadaan akhirnya
melalui pemompaan dari sumur-sumur yang dalam (Pasal 47). Dengan demikian , selama
konstruksi galian terse but berada di atas muka air tanah. Ga!ian tersebut diperkuat sebagai
mana yang diperlihatkan dalam Gbr. 48.2b. Penunjang-penunjang disusun sepanjang
bidang-bidang ve rtikal yang satu sama lainnya beijarak sama di sepanjang galian, dan di
!akukan pengukuran-pengukuran beban penunjang yang berada di dalam enam buah bidang
vertikal (Spilker 1 93 7 ). Tekanan tanah nyata di dalam 4 buah perangkat penunjang di
tunjukkan dalam Gbr. 48.4a. Diagram tekanan nyata untuk perangkat penunjang yang
lain akan berada di antara diagram-diagram di a tas.
Walaupun pasir yang dijumpai pada galian ini agak seragam, berbagai diagram yang
menyat akan tekanan tanah nyata bervariasi cukup besar dari rata-rata statistiknya.
Variasi-variasi tersebut mungkin disebabkan, sampai batas-batas tertentu, oleh p erbeda
an-perbedaan sifat tanah setempat dan, sampai batas-batas yang luas, o!eh perbedaan-per
bedaan detil prosedur konstruksi di berbagai lokasi. Selanjutnya, jarak naH dari pusat
tekanan sampai ke dasar galian berada pada selang yang agak sempit, yaitu antara 0,46H

327

Tekanan tanah dan katabilan lereng


0

2
Tekanan tanah nyata - 100 lb/ft

4-

4-

7.9 '

4-

6. 6 '

n0 =0.50

n0 =0. 50

n0 = 0. 46

(a)

t:,

Jalan bawah tanah di New York r/> =JS "

Jalan ba wah tanah di Berlin

Jalan bawah tanah di Munich

= -j rH2KA

KA = tan 2 (45-

1> = 4- 0 "

1' =4-0 "

Bebanbeban penunjang yang dihitung - ton/ft

(b)
Gbr. 4 8.4. (a) Diagram-diagram tekanan tanah nyata untuk empat buah perangkat pe
nunjang di galian terbuka pada jalan bawah tanah di Berlin. (b) Pembandingan antara
beban total yang diukur dan yang dihitung pada perangkat-perangkat vertikal penun
jang di berbagai galian terbuka pada pasir.

dan

0,50H. Hasil-hasil yang serupa didapat pula dari {1engukuran-pengukuran tujuh buah

perangkat penunjang (strut) dalam galian pada pembuatan jalan bawah tanah di Munich

1 94 1 ), di mana na beniariasi dari 0,41 sampai 0,55, dan dari pengukuran-peng


ukuran enam buah perangkat penunjang da1am galian untuk jalan bawah tanah di New

(K.lenner

1 940), di mana na bervariasi dari 0,46 sampai 0,54. Dengan demi


0,5 dalam semua galian pasir , sesuai dengan distribusi te
kanan yang secara kasr berbentuk parabola, bukannya 0,3 3 yang didasarkan pada per

York (White dan Prentis

kian, nila na didapat berorde

tambahan tekanan secara linier terhadap kedalaman.

Menurut Pasal 3 7 , tekanan tanah total untuk kondisi deformasi yang berkaitan
dengan penggalian dan sistem penguatan suatu galian terJ:>uka pada pasir haruslah sesuai
dengan tekanan tanah yang dihitung berdasarkan asumsi bahwa permukaan gelinciran me

rupakan spiral logaritmik. Untuk sebuah galian dengan kedalaman tertentu

H pada tanah

yang berat satuannya "f, komponen horisontal dari tekanan aktif total berganturtg ke

pada nilai-nilai na , lj>, dan sudut gesekan dinding

an tanah di belakang turap. Besarnya

antara garis horisontal dan arah tekan

bisa bervariasi antara

0 dan 1/>, bergantung kepada


48. 1 menyajikan

bahan turap dan sejauh mana turap akan mengalami penurunan. Tabel

nilai-nilai koefisien tekanan tanah aktif,

(48. 1 )

328

Masalah disain dan konstruksi

Tabe/ 48. 1
Nilai-nilai Koefisien Tekanan Tanah A ktif KA
untuk Galian-Galian Terbuka pada Pasir (8 = if>/ 2)

0,4
0, 5

0 , 311

0 , 238

0. 202

Rankine

0 , 39 1

0 , 332

0 , 282
0,270

0,220

0,6

0 , 21-7

0, 257

0 , 340

0 , 235

yang dihitung dengan metoda spiral logaritmik untuk 8 = if>/2, dan untuk nilai na antara
0,4 sampai 0,6. Tabel tersebut juga memberikan. nilai KA tan2 (45 - cpj2) yang didasar
kan pada teori Rankine, Pers. 28. 1 .
=

Tabel 48. 1 menunjukkan bahwa, un tuk nihti if> tertentu dan untuk na antara 0,4 sam
pai 0,6, nilai Rankine tidak berbeda dari nilai yang diperoleh engan metoda spiral loga
ritmik lebihdari 1 5%. Lebih jauh lagi, untuk na 0,5, p erbedaan tersebut tidak melampaui
4%. Di lain hal, variasi sudut gesekan dalam if> sebesar 5 saja menghasilkan perubahan nilai
KA hampir 50%. Oleh karena nilai-nilai rj> untuk pasir pada galian-galian terbuka di Berlin,
Munich, dan New York tidak ditentukan dengan penjian-pengujian dan hanya dapat
diestimasi dari diskripsi tanahnya, maka jelaslah bahwa pengukuran-pengukuran beban-pe
nunjang (strut-load) tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk memperlihatkan kelebihan
metoda spiral logaritmik terhadap pemecahan Rankine yang lebih sederhana. Meskipun
demikian, evaluasi umum mengenai dapat dipakainya masing-masing p rosedur tersebut
untuk menghitung tekanan tanah total pada sisi-sisi sebuah galian dapat dibuat dengan
membandingkan jumlah beban pada perangkat vertikal penunjang tempat dilakukannya
pengukuran-pengukuran dengan tekanan tanah total yang dihitung berdasarkan Pers. 2 8 . 1
dan nilai-n ilai rp anggapan yang masuk akal. Perbandingan semacam itu diperagakan dalam
Gbr. 48.4b . Beban-beban penunjang yang diukur meliputi pula beban yang memper
hitungkan tekanan yang dialihkan kc tanah di bawah dasar galian , seperti diperlihatkan
dalam Gbr. 48.3 . Beban-beban penunjang yang dihitung didasarkan pada nilai if> 40
untuk pasir yang agak padat pada galian-galian di Berlin dan Munich, dan 3 5 untuk pasir
yang agak lebih lepas di New York. Persesuaian yang menakjubkan mcnunjukkan bah
wa pemakaian Pers. 28. 1 untuk menghitung tekanan tanah total pada galian-galian yang
serupa dibcnarkan.
Di l ain hal, distribusi tekanan tanah nyata pada suatu penampang vertikal tertentu
mungkin menycrupai salah satu dari diagram dalam Gbr. 48.4a . Distribusi tekanan ter
sebut berubah-ubah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Karena setiap penunjang
harus didisain untuk beban maksimum yang mungkin bekcrja padanya, maka disain pe
nunjang harus didasarkan pada sampul (envelope) dari semt!a diagram-diagram tekanan
nyata yang ditentukan dari beban-beban penunjang yang diukur. Gambar 48.5a mempcr
lihatkan hasil plot tekanan tanah nyata maksimum untuk setiap proyek di atas (proyek di
Berlin, Munich, dan New York). Tekanan dihitung dengan mengambil beban dari masing
masing penunjang yang tertinggi pada setiap p ermukaan d an mengubahnya menjadi tekanan
tanah nyata. Kemudian tekanan tanah nyata diungkapkan dalam besaran KA -yH, di mana
tan2 (45 - lj:J/ 2) adalah koefisien tekanan tanah Rankine . Sampul tekanan yang
KA
paling sederhana yang paling mewakili ketiga sampul tekanan tersebut berkaitan dcngan
tekanan seragam sebesar 0,65 KA -yH untuk keseluruhan kedalaman galian.
Dengan demikian, untuk suatu galian yang serupa pada pasir yang padat, penunjang
harus didisain untuk beban-beban yang ditentukan dari diagram tekanan nyata (Gbr.
=

329

Tekanan tanah dan kestabilan lereng


Tekanan Tanah Nyata

I. O KA rH

05

3= ,

Ber/;

Munich -

I
I
I

h
'

Penunjang

,- . J

: I New York

:i

lh

KA =

tan2(45t)

!.OH

(a)

I
i
i
i
i
(b)

Gbr. 4 8. 5. (a) Sampul dari diagram-diagram tekanan-tanah nyata untuk beban-beban


penunjang yang diukur dalam galian pada pasir. (b) Diagram tekanan-tanah nyata y ang
disarankan untuk disain penunjang dalam galian terbuka pada pasir.

48 . 5b ). Prosedur ini harus berlaku untuk beban-beban p enunjang yang paling tinggi
yang dapat terjadi. Nilai beban yang paling mungkin pada suatu penunjang adalah sekitar
25% lebih kecil daripada be ban maksimum .
Diagram tekanan nyata untuk disain (G b r. 48.5b) telah dikembangkan berdasar
kan sejumlah galian yang agak terbatas banyaknya dan kedalamannya bervariasi dari
sekitar 28 sampai 40 ft. Dengan demikian, diagram tersebut harus digunakan dengan hati
hati untuk galian yang jauh lebih dalam, lebih jauh lagi, kita perlu tekankan bahwa dia
gram tekanan nyata (apparent pressure diagram) untuk disain tidaklah menyerupai distri
busi riil dari tekanan t anh yang bekerja pada turap di sisi-sisi galian; agaknya pcnghitung
an nilai-nilai dari beban-beQan penunjang yang tak akan t erlampaui oleh beban penunjang
pada suatu penunjang riil dalam galian yang serupa merupakan tindakan yang cerdik.
Umumnya, momen lentur pada turap atau soldier piles, dan dalam pada wales scrta lag
ging, akan banyak lebih kecil daripada momen lcntur yang dihi tung dari diagram tekanan
tanah nyata yang disarankan untuk menentukan beban-beban penunjang.
Jika muka air tanah diturunkan dengan memompa air dari gcnangan-gcnangan terbuka
dalam galian, kita hams memberikan kelonggaran-kelonggaran yang banyak untuk mem
pe rhitungkan tekanan rembesan yang bekerja p ada bagian bawah penguat. Drainase me
lalui ruang-ruang di scla-sela papan lagging tidaklah memadai untuk menghilangkan tekan
an rembesan terse but. Efek drainase semacam ini serupa dengan ef.ek lapisan drainase ver
tikal di belakang dinding penahan sebagaimana ditunjukkan dalam Gbr. 46. 5a.
GALIAN DALAM PADA LEMPUNG JENUH YANG LUNAK SAMPAI SEDANG.
Berlawanan
dengan pengukuran-pengukuran yang relatif sedikit pada galian di pasir, kita melakukan

banyak pengamatan-pengamatan dalam galian pada lempung yang lunak sampai sedang.
Meskipun sebagian besar informasi diperoleh di Chicago dan Oslo, beberapa perangkat
pengamatan juga dilaksanakan di lnggris dan Jepang. Di semua tempat kekuatan geseran
tertutup (undrained shearing strength) dari lempung diselidiki.
Diagram tekanan tanah nyata memperlihatkan berbagai macam bentuk, di antaranya
adalah bentuk-bentuk yang diperagakan dalam Gbr. 48.6a yang merupakan bentuk re-

330

Masalah disain dan konstruksi

presentatif. Nilai rata-rata n0 untuk 42 buah perangkat penunjang, yang mewakili semua
Jokasi dilakukannya pengukuran, adalah 0,3 9. Nilai-nilai tersebut berkisar antara 0,30 sam
pai 0,50 ; pada sebuah galian dijumpai nilai na yang luar biasa tinggi yakni 0,59 . Pengukur
an-pengukuran tersebut menghilangkan keragu-raguan bahwa variasi-variasi kecil dan tak
te relakkan pada prosedur konstruksi, seperti perbedaan-perbedaan selang waktu antara
penggalian lempung dan pemasangan penunjang,- merupakan ha! yang teramat penting
dal'!m penentuan beban yang akan dipikul oleh penunjang tersebut. Kenyataan ini diilus
trasikan dalam Gbr. 48.6b, di mana masing-masing batang horisontal (horizontal bar) me
nyatakan beban rata-rata yang dipikul oleh kedelapan buah penunjang yang berada pada
tingkat dan tahap penggalian yang sama dalam sebuah galian terbuka di Chicago . Di sam
ping itu gambar tersebut juga memperlihatkan nilai-nilai .beban penunjang maksimum dan
minimum pada tingkat dan tahapan termaksud. Galian tersebut memiliki 5 tingkat pe
nunjang. Penggalian dilaksanakan secara sistematis dari satu tingkat ke tingkat berikutnya,
dan setelah selesai setiap tahapan penggalian delapan buah penunjang yang baru dipasang
dengan hati-hati dan diberi tegangan pendahuluan (prestressed) masing-masing sebesar 1 0
ton. Meskipun dilakukan prosedur konstruksi seragam yang tak lazim, masing-masing be ban

.:t

/0

20

{l

30
40

10

20

S/A

-'--

Ch icago

2
Tekanan Tanah Nya ta - 1 00 lb!ft

10

20

06

10

20

rr r

I
.J

Chicaqo

oi--,,.-,:...-=;

Shellhaven
(a)

Hari ke-88
k
18

Vaterland 3
Oslo

Tokyo-M

Penunjang minimum dan maksimum - ton

(b)
48.6. (a) Diagram -diagram tekanan tanah nyata representatif untuk beban-beban
pada perangkat-perangkat penunjang di berbagai lokasi dengan endapan lempung yang lu
nak sampai sedang. (b) Variasi beban pada penunjang dalam sebuah galian terbuka di
Chicago ; masing-masing batang horisontal menyatakan beban rata-rata, beban minimum
dan beban maksimum pada 8 buah penunjang yang berada pada tingkat dan tahap peng
galian yang sama.

Gbr.

331

Tekarum tanah dan kestabilan lereng

penunjang d i setiap tingkat bervariasi paling banyak sebesar 60% dari nilai rata-rata
nya. Variasi-variasi yang serupa merupakan karakteristik semua galian di mana data yang
memadai secara statistik diperoleh dengan mengukur beban-beban penunjang secukup
nya.
Beban total yang dipikul oleh perangkat-pe rangkat vertikal penunjang dalam suatu gali
an tcrbuka tertentu bervariasi jauh di bawah beban p ada masing-masing penunjang, asalkan
pe rangkat-perangkat penunjang tersebut berjarak sama dalam arah horisontal. Meskipun
demikian, variasi bcban total tersebut sangatlah besar. Kenyataan ini diilustrasikan dalam
Gbr. 48. 7 , di mana masing-masing ha tang horisontal menunjukkan selang be ban total dan
beban rata-rata pada perangkat vertikal penunjang-penunjang yang idcntik dalam sebuah
galian terbuka di Chicago. Gambar tersebut juga berisikan data untuk 5 buah galian yang
berbeda yang mengandung 5 sampai 17 perangkat penunjang. Pada bcberapa galian variasi
bebap. total dari nilai rata-ratanya tersebut mencapai 30%. Tak ada indikasi yang mc
nunjukkan bahwa variasi tersebut lebih kecil di tempat-tempat lain di mana pcngukuran
pengukuran telah pula dilakukan.
Penemuan-penemuan ini merupakan kenyataan-kcnyataan pcnting yang p raktis dan
terkenal. Penemuan tersebut mempe rlihatkan bahwa kesimpulan-kesimpulan yang salah
mengenai keabsahan teori tekanan tanah pada penguat dari galian terbuka cenderung
muncul jika pengukuran-pengukuran beban-penunjang hanya dilakukan pada satu atau dua
perangkat penunjang saja. Lebih jauh lagi , hasil-hasil perhi tungan secara teoritis untuk
memperkirakan beban yang harus dipikul oleh masing-masing penunjang dalam suatu gali
an hendaknya mempe rhi tungkan penyebaran (yang pasti terjadi) beban total pada per
angkat-perangkat penunjang dan beban pada penunjang-penunjang yang berada tingkat
yang sama dalam galian tersebut.

;(...

Harris Trust-8 buah Peran

u;;

DB-Anak Bendungan 8-6 buah Perangkat

s
c
"

g>

/h

S/A- 1 7 buah Perangkat

300

7 /

!9.

c::

Inland Steel-5 buah Perangka t

&I

100

700

Beban Penunjang Total Minimum dan Maksimum-ton

Variasi beban pada perangkat-perangkat vertikal penunjang yang identik dalam


berbagai galian terbuka pada lempung yang lunak sampai sedang di Chicago; masing-masing
batang horisontal menyatakan jumlah beban minimum dan maksimum, jumlah beban rata
rata pada perangkat-perangkat penunjang dalam sebuah galiait ter buka ketika galian
tersebut encapai kedalaman maksimumnya.

Gbr. 48.7.

332

Masalah disain dan konstruksi


1, 5 .---------

1,0

0,5

1.0

0,5

0, 5

Nilai-Nilai 4clrH

1,0

Pal}rH2

untuk tanah-tanah lempung


Gbr. 48.8. Nilai-nilai koefisien tekanan tanah KA =
yang dihitung atas dasar asumsi bahwa permukaan gelinciran merupakan lingkaran (garis
putus- tebal), dan yang dihitung dengan teori Rankine (garis putus-putus).

Berdasarkan Pasal 37 , re sultan tekanan tanah A pada penguat dari sebuah galian
Oo dapat dihitung dengan asumsi bahwa per
terbuka pada lempung dengan kondisi rp
mukaan penggelinciran merupakan busur sebuah lingkaran. Selanjutnya, nilai
ber
yang mendefinisikan pusat dari tekanan, tetapi juga
gantung tidak hanya kepada rasio
di mana
a dalah adhesi antara turap dan lempung. Akan tetapi teori'
kepada rasio
=

cafe,

ea

Pa

na,

caic

na,

menunjukkan bahwa pengaruh


tersebut kecil dibandingkan pengaruh
dan di
abaikan bila diperbal).dingkan dengan pengaruh kekuatan geseran c sendiri . Hal ini dapat
dilihat dalam Gr. 48 . 8 di mana tekanan tanah yang diungkapkan dalam bentuk KA =
dihitung atas dasar asumsi bahwa pe rmukaan gelinci ran merupakan lingkaran
dan
Gambar tersebut juga m endemonstrasikan bahwa, untuk
nilai
berbagai
untuk
nilai-nilai
yang lebih besar dari 0, 5, nilai KA dapat didekati dengan akurasi yang dapat
dipertanggung jawabkan oleh nilai Rankine

2
PafrH
2

cafe

na

na.

4c

(48.2)

'YH

na

yang dinyatakan dalam gambar oleh garis putus-putus. Untuk nilai


0,4, yang dekat
ke nilai rata-rata
untuk semua galian yang diamati, pendekatan tersebut ternyata baik
,
sekali. Dengan demikian, untuk keperluan-keperluan p raktis, perlu kiranya membandingkan tekanan lateral total p ada berbagai galian, sebagaimana yang ditentukan dari peng
ukuran beban-beban pada perangkat-perangkat vertikal penunjang, dengan tekanan yang

na

dihitung melalui Pers. 48.2.


Pembandingan semacam itu diperlihatkan dalam Gbr. 48.9. Nampak bahwa semua
tekanan-tekanan haW pengamatan berkisar sekitar 30% dari nilai-nilai tekanan yang didapat
dari perhitungan dengan pengecualian tekanan-tekanan yang diukur dalam galian-galian
tertentu di Oslo. Karena tekanan-tekanan yang didapat dari perhitungan untuk galian-gali
an di Oslo bersifat tak*.onservatif, maka kondisi-kondisi tersebut memaksa kita membuat
definisi mengenai ketaksesuaian tersebut. Hal ini diyakini berkaitan dengan kondisi-kondisi
kestabilan di dasar galian.
Seiring dengan bertambahnya kedalaman -suatu galian terbuka, berat bongkahan-bong
kahan tanah di sisi-sisi galian bertindak seperti beban tambahan p ada tanah lempung di
tingkat dari dasar galian dan cenderung. memindahkan lapisan lempung yang berada di ba
wah dasar galian tersebut secara lateral ke arah galian (ke atas) dan menimbulkan keruntuh

an dasar galian akibat proses' pengangkatan (Pasal 37). Seandainya kekuatan geser rata
rata dari lempung yang berada di bawah dasar galian . adalah
maka cenderung terjadi

c,

333

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

12

eNS

e N6

/.0

04

02

i<.A

1.0
yang Dihitung =

Japan :
JI
JZ
J3- 7
JB

Tokyo T-8/dq (Endo 1963)


Tokyo Subway (!shthara and
Tokyo M-8/dq (Endo 1963)
Osaka H-Bidq (Endo 1963)

Chicago:
C!-4, Subway
C5,6
Subway

S!A (Peck 1943)


53
C7
Subway 54-8
CB
Subway 58A
Sub way 59C
C9
C!O, 1/
Subway 06E
C/2-16 S ub way OB ( Wu and Berman 1953)
C/7, 18 Inland Steel 8/dq (Lacro1K !956)
C/9-22 Horns Trust ( White !958)

Gbr.

48 .9.

Oslo '
NI, 2
N3,4
NS.6
N l, B
N9

Yuasa 1963)

GrJ>nland 2 (NGI /965)


Voter/and I (NG/ 1962)
Voter/and 2 (NG/ 1962)
Vater/and3 (NG/ 1962)
Enerhauqen (NG/ 1962)

Enqland
EI
Poo/e Power Sta (Meqaw 1951)
She!lhaven (Skempton and Ward 1952)
EZ

Perbandingan antara tekanan tanah yang diukur terhadap galian terbuka yang

diperkuat dalam lempung yang lunak sampai sedang dengan tekanan yang dihitung dengan
teori Rankine (menurut Flaate 1 9 66).

keruntuhan dasar (base failure) bila kedalaman galian mencapai nilai kritis yang ditentu
kan oleh hubungan

J48.3 )

d i mana Ne adalah angka kestabilan. Menurut Gbr. 3 7 .4, Ne berorde 6 sampai 7 . Sebagai
suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana galian tersebut mendekati keruntuhan dasar
(complete base failure), digunakanlah bilangan N yang tak b erdimensi, di mana
'YH

N =
c

(48.4)

334

Masalah disain dan konstruksi

Telah ditunjukkan dalam Pasal 58 bahwa pergerakan turap dan penurunan permuka
an tanah di sekitar suatu galian terbuka pada lempung merupakan hal yang penting
untuk nilai N yang berorde 3 sampai 4. Di sekitar n.ilai inj, dalam lapisan lempung mulai
tcrbentuk suatu laju r plastis tak j auh dari sudut bagian bawah galian tersebut, dan lajur
plastis tersebut membesar dengan meningkatnya nilai N. Pada kondisi-kondisi ini, asumsi
sederhana yang menyatakan bahwa permukaan gelinciran meluas sebagai busur suatu
lingkaran mulai dari permukaan tanah sampai ke sudut bawah galian makin menjadi salah,
sementara irisan tanah di belakang galian bergabung dengan lajur plastis di atas di dasar
galian untuk membentuk lajur plastis yang lebih besar yang dibatasi oleh permukaan ge
linciran yang meluas semakin sangat jauh dari p inggir galian dan jauh le bih masuk ke dalam
tanah. Oleh karenanya, tekanan tanah pun bertambah.
Pada sebagian besar galian di mana telah dilakukan pengamatan-pengamatan, ke
dalaman yang dapat dicapai oleh lajur plastis tersebut (plastic zone) dibatasi oleh ada
nya lapisan batuan, atau oleh lapisan-lapisan material yang kekakuannya meningkat de
ngan bertambahnya kedalaman pada atau di sekitar dasar galian. Pada keadaan semacam
itu, persesuaian antara teK:anan tanah yang diukur dan yang dihitung (Gbr. 48. 9) nyata
nya memuaskan. Di lain hal, pada tiga buah galian di Oslo yang dinyatakan titik-titik

N 3 sampai dengan N8 dalam Gbr. 48.9, suatu massa lempung lunak yang luas melebar
di bawah galian, dan nilai N berkisar dari 6,3 sampai 8,5 pada kedalaman akhi r. Dengan

demikian, lajur plastis dapat berkembang tanpa hambatan di dasar galian, dan permuka
an gelinciran tak lagi menyerupai permukaan yang berkaitan dengan teori yang men
dasari lahirnya Gbr. 48.8. Tekanan tanah yang berkaitan dengan hal di atas amatlah
melebihi tekanan yang diperkirakan atas dasar Pers. 48.2.
Para ahli belum lagi mengembangkan teori yang cocok atau memuaskan untuk meng
hitung tekanan tanah pada p enguat dari suatu galian pada kondisi-kondisi seperti . yang di
uraikan dalam alinea di atas. Sebagai pendekatan kasar Pers. 48.2 dapat dimodifikasi secara
empiris untuk memasukkan faktor reduksi m p ada kekuatan geser c. Jadi

KA

4c

m -

-yH

(48 . 5 )

Untuk galian-galian d i Oslo d i mana l ajur plastis dapat terbentuk secara- bebas di bawah
nya dan di mana nilai N melebihi 4, nilai m ternyata sama dengan 0,4. Nilai-nilai m un
tuk lempung-lempung yang lain hanya dapat ditentukan berdasarkan pengukuran-peng
ukuran beban penunjang a tau tekanan lateral dalam endapan-endapan ini.
Nampaknya nilai m cenderung bergantung kepada karakteristik-karakteristik tegangan
regangan dari lempung. Pada bebcrapa galian di Chicago nilai N tersebut meleb ihi,4 pada
kedalaman sedang dan kedalaman san1pai ke lapisan lempung yang kaku di bawah dasar ga
lian sangatlah bcsar sehingga m emungkinkan lajur plastis bcrkembang secara penuh. Jadi
kondisi-kondisi untuk tekanan tanah yang bertambah besar pada penguat galian tersebut
nampaknya tcrpenuhi. Walaupun demikian , be ban penunjang yang diukur berkaitan de
ngan beban yang diindikasikan oleh Pers. 48.2, atau berkaitan dengan nilai m = 1 dalam
Pers. 48. 5 . Perbedaan yang paling nyata antara lempung di Chicago dan di Oslo adalah
tingkat pra-pembebanannya. Lempung di Oslo nampaknya benar-benar terbcban nonnal
kecuali kerak di sebelah atas, sedangkan di Chicago lempung yang lunak sekalipun telah
mengalami sedikit pra-pcmbebanan oleh es glasial (glacial ice). Walaupun pra-pembebanan
lempung di Chicago tidak mengubah kekuatannya secara berarti, peristiwa terse but cukup
lah sudah untuk mcnambah modulus tangcn awal (Pasal 1 5 ) kc suatu nilai yang cukup
lebih besar dari pada modulus serupa pada lempung yang terbeban normal. Dengan de
mikian, deformasi yang mcnyertai pengurangan tekanan akibat pcnggalian dan penyebaran
lajur plastis yang bersangkutan mungkin lebih kecil dari pada yang dijumpai pada lem
pung di Oslo. Karcna kita agak jarang menemukan lcmpung yang benar-benar terbeban
normal, maka nilai

b iasanya cenderung mcndekati 1,0.

335

Tekanan tanah dan kestabi/an /ereng

Oleh karenanya Pers. 48. 2 nampaknya memberikan estimasi yang handal dari tekan
an total pada penguat galian terbuka yang dibuat lempung yang lunak sampai sedang
kecuali kalau nilai N melebihi 4 dan di samp ing itu kecuali kalau lempung di sisi
galian atau untuk kedalaman yang sangat besar di bawah galian memiliki modulus tangen
awal yang rendah dan tak lazim , seperti halnya yang dimiliki oleh lempung yang benar
benar terbeban normal.
Distribusi tekanan tanah nyata bervariasi dari satu galian ke galian yang lain, dan dari
satu penampang ke penampang yang lain pada galian yang sama, set:agaimana yang di
jumpai pada galian di pasir. Karena setiap penunjang hams -didisain untuk beban maksi
mum yang mungkin dipikulnya, maka disain penunjang tersebut hatuslah didasarkan pada
sampul dari semua diagram tekanan nyata yang ditentukan dari beban-beban penunjang
yang diukur. Gambar 48. 1 0 menyajikan hasil plot diagram-diagram tekanan-tanah nyata
maksimum yang representatif untuk galian di beberapa lokasi yang berbeda. Tekanan
tanah nyata pada setiap keadaan diungkapkan dalam besa ran I\ A rH. di mana I\ A di
definisikan oleh Pers. 48. 5 . Pada diagram (a) sampai (h) fakt or reduksi m diambil sebesar
1 ,0, dan tekanan tanah maksimum jarang melebihi 1 ,0 K.4 -yH. Akan tetapi . sebagaimana

0
: SJA -J6 '
:

l... - - ...,
1
33-...
53
I

08 -35'

/OH L--....1..-...__.

o ...--.--....,

Poole Power
Sta. - 3! '

(e)

- - - - - -

I
I
I

HBidq - 73 '

(f)

- - ---

1/a ter/and 1-28 '--"

r'
(h )

(q!

'

L-;

----

I
I

r - -1

Voter/and 3 -25'--""Lr--'

m =! O
!OH

T- 8/dq
19 '----...

0 5H

(d)

(c)

...._

!. OH

(b)

(a}

0 5H

I
I

SBA -37'

D8-42'

(/}

--,
I
I
I
I
_ _ J_

m = 0. 4
!OHL-----"U

(j)

Gbr. 48. 10. Diagram-diagram tekanan nyata maksimum untuk alian-galian terbuka yang
representatip pada lempung yang lunak sampai sedang. (a sampai d) Galian di Chicago.
(c dan f) Galian di Tokyo. (g) Galian di Osaka. (h) Galian di lnggris. (i) Galian di Oslo di
atas endapan lempung terbeban normal yang tebal dengan asumsi faktor reduksi m = 1,0.
(j) Data dari galian yang sama di Oslo jika m = 0,4.

336

Masalah disain dan konstruksi

dibahas dalam kaitannya dengan Gbr. 48 .9, tekanan nyata maksimum yang jauh lebih
besar yang dinyataka11 oleh diagram (i) diindikasikan untuk galian-galian di Oslo yang
memiliki nilai N lebih besar dari 4 dan di bawah galian tersebut dijumpai lapisan lempung
yang sangat tebal dengan modulus tangen awal yang sangat rendah. Jika m untuk ga!ian
galian ini bernilai 0,4, m aka kit a mendapatkan diagram ( ;) ; dalam segala hal kit a peroleh
pula diagram yang serupa untuk galian-galian yang lain.
Diagram tekanan nyata (apparent p ressure diagram) yang diper!ihatkan dalam
Gbr. 48. 1 1a dipandang sebagai dasar yang agak konservatip untuk mcmperkirakan beban
beban guna keperluan disain penunjang dalam galian pada lempung jenuh yang lunak
sampai sedang. Pada beberapa keadaan diagram tekanan nyata maksimum (Gbr. 48. 1 0)
menunjukkan tekanan yang agak lebih besar sepanjang jalur vertikal yang terbatas, tetapi
pengaruh dari ber!ebihnya beban penunjang ternyata kecil dan baik dalam batas-batas
faktor keamanan yang harus dipakai dalam mendisain penunjang tersebut. Metoda per
hitungan beban penunjang serupa dengan metoda yang digunakan untuk pasir sebagai
mana telah diuraikan sebelumnya. Faktor reduksi m harus diambil sama dengan 1 ,0 ke
cuali kalau faktor kestabilan N melebihi 4 dan di b awah galian terdapat lapisan lempung
yang tebal dengan modulus tangen awal yang sangat rendah.
Beberapa galian di Oslo dan Chicago pernah mengalami perioda cuaca di bawah titik
beku yang agak lama. Tekanan tanah nyata yang berkaitan dengan kondisi-kondisi ini tidak
tercakup dalam Gbr. 48. 1 0 . Dalam beberapa ha! tekanan tersebut mencapai beberapa kali
dari tekanan p ada tahap penggalian yang sama yang berlangsung sebelum penggalian.
GALIAN PADA MATERIAL-MATERIAL YANG LAIN.
Beberapa peneliti telah melakukan
serangkaian pengukuran pada dua buah galian pada lempung kaku yang retak. Salah satu
nya dikerjakan oleh DiBiagio dan Bjerrum pada tahun 1 9 5 7 pada parit pengujian di Oslo
yang kedalamannya hanya 1 4 ft . Pengukuran yang lainnya dibuat oleh Golder pada tahun
1 948 pada Park Village East di London di mana galian memiliki kedalaman sama dengan
52 ft. Besaran 1 - 4chH pada kedua galian tersebut bernilai negatif jika c ditentukan
dengan menggunakan pengujian tertutup (undrained test) pada contoh-contoh tanah yang
utuh. Meskipun demikian tetap dihasilkan tekanan yang cu kup besar. Berdasarkan infor
masi tak lengkap yang ada, maka buat sementara waktu disainer disarankan mengguna
kan diagram tekanan-tanah nyata maksimum dalam Gbr. 48. 1 1 b untuk kepcrluan disain

I";,oK,., J
"( H

1fiH
Il

flH
OH

--+

O.J.SH

/(A = /-m 4c
rH
(a)

Gbr. 4 8. 1 1 . Diagram-diagram tekanan nyata untuk disain penunjang dalam galian pada ta
nah lempung. (a) Diagram untuk lempung yang lunak sampai sedang ; nilai m diambil
sama dengan 1 ,0 kecuali untuk lempung y ang benar- benar terbeban normal ketika N
"(H/c melebihi 4 , di mana diambil m < 1 ,0. (b) Diagram sementara untuk lempung
kaku yang retak ; n ilai yang lebih kecil h anya dipakai jika pergerakan dapat dibuat tetap
minimum dan waktu konstruksi akan berlangsung singkat.
=

337

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

penunjang. Tekanan disain maksimumnya adalah 0,2"(H sampai 0,4"(H. Jika pergerakan
turap dapat dibuat tetap minimum dan waktu konstruksi akan berlangsung singkat, kita
dapat menggunakan tekanan disain maksimum sebesar 0, 2"(H. Kalau tidak, tekanan yang
dapat dipakai adalah 0,4"(H.
Humphreys (1 962) melakukan pengukuran-pengukuran pada dua bua1i pant yang
sempit yang diperuntukkan bagi galian dari suatu bendungan pada tanah residual d an
batuan yang lapuk sampai kedalaman lebih dari 80 ft. Karena kecilnya lebar parit dan
oleh karenanya begitu pula halnya berat tanah yang digali, maka keadaan semula dari
tegangan dalam tanah mungkin tidak banyak berubah. Tekanan bertambah hampir
secara linear terhadap kedalaman, sesuai dengan hubungan Pa
0,3 5"(H, d i mana Pa
adalah intensitas tekanan tanah nyata .
=

Data untuk galian-galian pada lempung yang utuh dan kaku tidak dipe roleh, dan
begitu pula halnya dengan tanah yang cen derung menunjukkan nilai-nilai c dan cp sekali
gus. Tanah yang termasuk dalam katagori terakhir ini adalah lempung pasiran, p asir
lempungan, lanau kohesif, dan berbagai tanah yang lain yang biasa dijump ai . Aturan-aturan
disain untuk tanah semacam itu tak dapat disusun sampai telah dilakukannya pengamat
an-pengamatan yang cukup.

Rangkuman Prosedur dan Problem


Penggalian dan penguatan galian dengan kedalaman kurang dari 20 ft hanya memer
lukan ketaatan yang cermat pada aturan-aturan empiris yang ada. Tekanan tanah pada
penguat dari galian semacam itu merupakan faktor dari kepentingan sekunder, arena
ternyata lebih ekonomis menggunakan sistem penguat standar dengan beban menanggung
biaya akibat sedikit kelcbihan material ketimbang menyesuaikan sistem penguat dengan
kondisi-kondisi tanah setempat.
Di lain hal, sistem pcnguat dari galian yang dalam dan lebar mengambil sebagian
besar dari biaya total. Selanjutnya, kita akan banyak melakukan penghematan dengan
membuat berbagai mo difikasi dari mctoda penguatan yang standar, misalnya menyedia
kan ruang di antara dasar galian dan barisan penunjang yang paling bawah p ada proyek
besar yang mcmerlukan keleluasaan gerak (tak berpcnghalang). Untuk memenuhi persya
ratan keamanan dan ekonomi sekaligus, kita perlu melaksanakan survey tanah yang me
nycluruh dan mempcrsiapkan rencana atas dasar hasil-hasil perhitungan tekanan tanah.
Pengalaman menunjukkan bahwa besarnya tekanan tanah total pada penguat dari gali
an p ada pasir dan lempung jenuh yang lunak sampai sedang dap at dihitung secara handal
berdasarkan teori tekanan-tanah, asalkan di bawah galian tidak terdapat endapan lempung
yang benar-benar terbeban normal dengan modulus tangen awal yang rendah di mana
operasi-operasi penggalian akan menimbulkan regangan yang besar. Di lain hal, distribusi
beban pada penunjang-penunjang yang tersusun dalam perangkat-perangkat vertikal tidak
dapat diperkirakan dengan teori tekanan tanah. Beban yang harus diperhitungkan dalam
disain penunjang bisa dihitung dengan metoda yang dibahas pokok-pokok bahasan yang
lalu . Pene rapan teori atau p rosedur serupa untuk mendisain sistem penguat bagi galian
pada jenis-jenis tanah yang lain hams dikerjakan dengan hati-hati sampai kehandalan
hasil-hasilnya diperlihatkan oleh pengukuran-pengukuran di lapangan.
Pengukuran-pengilkuran tambahan di lapangan pada jenis tanah yang lain, sekaligus
dengan diskripsi tanah yang memadai, jelas diperlukan.

Bacaan Pilihan
Tulisan-tulisan yang lebih umum mengenai t ekanart tanah pada penguat dari gaHan ter
buka dapat dijumpai pada :

Masalah disain dan konstruksi

338
Terzaghi,

K. ( 1 9 4 1 b ). "General w edge theory of earth pressure" Trans. A SCE, 1 06, pp


68 - 9 7
Peck, R.B. ( 1 943 ) . " Earth-pressure measurements in ope n cuts, Chicago subway," Trans.
ASCE, 1 08, pp. 1 00 8 - 1036.
Tulisan yang lebih dulu muncul oleh J.C. Meem

( 1 90 8 ) :

"The bracing o f trenches and

tunnels, with practical formulas for earth p r.essures", Trans. ASCE, 60, p p. 1 - 2 3 , dengan
pembahasan-pembahasan di hal . 24- 1 00, berisikan catatan-catatan yang menarik mengenai
pengamatan-pengamatan pada parit-parit di berbagai jenis tanah yang berbeda. Bagian-bagi

an t eoritik dari tulisan tersebut dan pembahasannya hanya ditinjau dari sudut historis dan
data tanahnya tidak memadai.

Detil-detil lengkap dari pengukuran-pengukuran di Oslo, tanpa int erpretasi-int erpreta


si, dilaporkan dalam Technical Reports Nos. 1 - 9 dari Norw egian Geotechnical Institute.

PASAL 49 KESTABILAN LERENG BUKIT DAN LERENG


DALAM GALIAN TERBUKA

Penyebab don Karakteristik Umum dari Keruntuhan Lereng


Setiap massa tanah yang terletak di bawah pe rmukaan tanah yang miring atau di
b awah sisi miring dari suatu galian t.e rbuka memiliki kecenderungan bergerak ke arah ba
wah dan ke arah luar karena pengaruh gravitasi. Seande.inya kecenderungan ini ditiadakan
oleh tahanan geseran tanah, maka lercng berada dalam keadaan stabil. Pada kondisi yang
sebaliknya penggelinciranlah yang terjadi. Tanah yang terlibat dalam suatu peristiwa peng
gelinciran bisa terdiri atas tanah yang diendapkan secara alami, timbunan tanah hasil
pekerjaan m anusia, atau kombinasi dari kedua macam tanah tersebut. Pasal ini hanya
mem bahas penggelinciran pada tanah alami. Pe nggeli nciran pada jenis tanah yang lain akan
dibicarakan dalam pem bahasan selanjutnya.
Penggelinciran pada tanah alami mungkin disebabkan oleh ganggu an-gangguan eks
termal seperti penggalian kaki dari suatu lereng atau membuat galian tanpa membe rikan
penyangga. Di lain hal, penggelinciran mungki n juga terjadi tanpa adanya provokasi ekster
nal pada lereng yang mulanya t elah berada dalam keadaan stabil selama bertahun-tahun .
Keruntuhan semacam ini disebabkan oleh naiknya tekanan air-pori secara temporer atau
oleh kemunduran yang progresif dari kekuatan tanah.

Meskipun

terdapat

berbagai

macam

kondisi

yang mungkin

menyebabkan

suatu peng

gelinciran, hampir setiap penggelinciran menunjukkan karakteristik-karakteristik umum


seperti yang diilustrasikan oleh

Gbr. 49 . 1 .

Keruntuhan tersebut didahului oleh retaknya

bagian atas lereng atau bagian di luar puncak lereng. Se lama p enggelinciran bagian atas dari
daerah gelinciran, yang

dinamakan

sumber

(root), m engalami p enurunan, sedangkan

Retakan dan
Jenjang

I
I
I

c::

Sumber

"- Gelinciran

0.:

,\1.

S
Menonjol

Gbr.

Lidah

49. 1 . Gambaran dari gelinciran yang umum pada tanah kohesif.

340

Masalah disain dan konstruksi

atau lempung kaku yang retak galian yang sangat dangkal sckalipun dcngan kemiringan

Jereng standar mungkin saja menyebabkan pergerakan tanah ke arah galian, dan pergerak

an tersebut mungkin menjalar mulai dari galian sampai sejauh bcberapa kali kedalan1an
galian. Tanah lempung yang mengandung lapisan-lapisan atau kantung-kantung pasir yang

berair mungkin bereaksi terhadap gangguan dari keadaan kcsetimbangannya dengan cara
yang serupa. Endapan-endapan dengan sifat-sifat seperti ini merupakan

sumber gangguan

dari tanah (troublesome ground).

fnsinyur yang berpcngalaman selalu menempatkan jalur-jalur transportasi yang baru

dengan sedapat mungkin menghindari endapan scperti yang telah diterangkan di atas.

Jika suatu proyek menghendaki galian-galian yang panjang pada tanah dcngan kecende

rungan sifat-sifat seperti endapan tadi, perkiraan-perkiraan yang dibuat cenderung me

nunjukkan bahwa proyek tcrsebut tidaklah ekonomis kecuali kalau batas-batas keaman
an dikurangi sampai jauh lebih kecil daripada batas kesalahan pada perhitungan-perhitung
ru1

kestabilan. Dengan demikian , pada galian di tanah scmacam itu penggelinciran set empat

biasanya terjadi dan dipandang tak dapat terhindarkan. Pad a saat yang sruna perencanaan

teknik yang matang menghendaki agar penggclinciran tidak disertai dengan kerugian jiwa

manusia dan

kerusakan harta benda yang parah. Persyaratan ini hanya dapat dipenuhi

bila dilakukan pengan1atan-pengrunatan laan yang ckstcnsip dan cermat selama masa
konstruksi berlangsung dan sesudah masa t.e.rs.ebu t sclesai. Tak ada cara lain kecuali peng

runatan-pengan1atan semacam itu yang memungkinkan kita mendeteksi gejala-gejala akan


--

a danya penggelinciran di waktu yang akan datang dan mendapatkan pcngukuran-pengukuran yang tepat untuk menghindari konsekuensi-konsekuensi yang fatal.

Metoda-metoda untuk menangani lereng-lereng yang tak stabil terutruna bergantung

kepada sifat tanah yang dijumpai. Dengan demikian, untuk keperluan-kepcrl uan praktis
pengelompokan macam-macam gelinciran menurut jenis tanahnya merupakan ha! yang

paling sesuai. Jenis tanah dan jenis formasi tanah yang berbahaya di atas merupakan lapis
an-lapisan tanah yang tersusun atas "schist" yang lapuk atau lempung lunak yang berupa

serpihan, lempung kaku yang retak, lempung yang mengandung pasir atau lanau, dan

massa tanah khesif yang mengandung lapisan-lapisan atau kantung-kantung lanau atau

pasir yang berair. Berikut ini akan dibahas penyebab-penycbab dari gelinciran, dan . di

rangkumkan cara-cara praktis yang ada dalam menangani aspek-aspek teknik masalah-
masalah tersebut. Karena rumitnya masalah terscbut, infom1asi termaksud hanya ber

tindak sebagai pendahuluan terhadap penelaahan kestabilan lereng pada lapisan tanah
alami.

Kestabilan Lereng dan Galian pada Pasir


Sembarang macam pasir yang secara permanen berada di atas muka air tanah dapat

dianggap tanah yang stabil tempat galian dengan lcrcng standar dapat berdiri dengan

runan. Pasir padat dan sedang yang terletak di bawah muka air tanah sruna pula stabil

nya. Penggelinciran hanya dapat terjadi pada pasir jenuh yang lepas. Penggelinciran ter

sebut diakibatkan oleh pencairan spontan (Pas al 1 7). Gangguan yang mengakibatkan
penggelinciran pasir dapat dihasilkan baik oleh pcrubahan mendadak atau cepat dari

posisi muka air tanah. Sekali pc rgerakan tersebut memulai, pasir mengalir bagaikan suatu

cairan dan tak berhenq sampai sudut lereng mengecil kurang dari

1 0 .

Penggelinciran pasir d i sepanjang pantai pulau Zeeland d i Belanda termasuk ke dalrun


1 S98). Pantai tersebut terletak pada lapisan pasir kwarsa halus yang

katagori ini (Muller

tebal yang terdiri atas butiran-butiran yang bulat. l.ereng pan_tai hanya bersudut sekitar

1 5 .

Setiap beberapa dekade sesudah berlangsungnya pasang air !aut yang luar biasa tinggi

di musim semi, struktur pasir berhamburan ke bawah penampang pendek dari daerah pan

tai. Pasir mengalir dan menyebar dengan kecepatan tinggi dalrun lembaran berbentuk kipas

angin melintasi dasar dari massa air di sekitarnya. Lidah dari gelinciran tersebut sclalu jauh

34 1

Tekallall ta11ah da11 kestabilan lere11g


gelinciran
Permukaan sebelum Peng

-- - 1_<_1,-=::-=t::J
Sesudah Penggelmctran

Gbr.

---'"'"":..:::.:.:..:;.:.::... 1'-:z9'

49.2 : Penampang melalui aliran penggelinciran pasir di pantai Zeeland (Muller 1 89 8).

lebih le bar dibandingkan bagian sumber gelinciran . Gambar 49 . 2 memperlihatkan pen am


pang yang melalui penggelinciran semacam itu . Lereng akhir dari pe rmukaan t anah kurang

dari 5 . Penggelinciran yang t erjadi di Borssde p ad a t ahun 18. 74 melibatkan h ampir


2.000.000 y d 3 .
Kare na aliran pcnggelinciran pasir hanya t erj adi jika pasir bcrada dalam kcadaan
sangat lepas, kecen derungan penggelinciran dapat diku rangi dengan menan1bah kepadatan_
pasir. Hal ini dapat diwuju dkan dengan beberapa cara, misalnya pemancangan tiang atau
meiedakkan sedikit bubuk bahan -..ti-ti-k--titrlcdal.am massa air (Pasal 50). Akan
tetapi;pmta:Tererig-dengan kestab4m--y-a-ng rendah , cara-cara ini malahan mendatangkan
penggelinciran .
--

Kestabilan Ga/ian pada Loess


Loess yang riil adalah tanah kohesif yang diendapkan oleh angin dcngan u kuran butirefektif antara 0 ,02 dan 0,006 mm dan koefisien keseragaman y ang rend
enis tanah
tersebut tem tama terdiri atas bu tiran-bu tiran kuarsa angular dan subangular yang satu sama
lainnya sedikit terikat oleh semen. Lebih jauh lagi, tanall terscbut selalu mengandung
jaringan lubang-lubang akar y ang kurang lebih vertikal dan rumit. Kohesi dari loess dihasilkan oleh selaput .tipis dari bal1an penyemen yang scdikit d apat lam t yang m enyelimuti
dinding-dinding dari lu bang-lubang akar t erse but. \Karcna lub ang-lubm1g akar t e rutama ber- 'L
orientasi vertikal, maka loess cenderung_patah dengan 11embelah di sepanjang permukaan
vertikalnya- dan permeabilitas dalam arah vert ikalnya sangat besar dibandingkan penneabi
litas dalam arah horisontaCPorositasnya bisa mencapai 5 2%.
Bila loess secara pcrnianen berada di at as muka air t anah. m aka tan all tersebu t me
mpakan tanah yang sangat stabil kecuali untuk kenyataan bal1wa t an ah tersebu t mudah
tererosi. Un tuk mengurangi erosi sebesar mungkin, galian pada loess harus dibuat h ampir
vertikal (Turn!JJJ1LL2481: Ka:ki dari bid!lg_J,Ifi memerlukan pe rlidungan yang
seksama terhadap penjenuhan scmentara _sej;I_I!l'!.J:>.a.d.ai11\1j!1 Mcskipun telah dilakukan
pengamanan semacam ini ' d ari waktu ke waktu tct ap saja ad a irisan-irisan tan ah yang t er
bongkar, sekali lagi meninggalkm1 pemmkaan vertikal yang tetap stabil sclama bertahun
tahun. Un tuk m enghindari terhalangnya lalu lin tas oleh rcruntuhan di at as biasanya gali
an pada loess dibuat dcngan lebar yang lcbih besar daripada yang disyaratkan bagi lalu lin
tas tersebut.
Di lain hal, loess y ang secara pennanen t crbenam cendemng berada dalam keadaan
tak "stabil karena porositasnya yang tinggi dan karena efek pelindian (leaching) dari keadaan
tcrbenam tersebut. Pelindian menghilangkan bahan-bahan penyemen dan mcntransfor
masi loess menjadi t anal1 yang hampir tak bcrkohesi yang t ak stabil kecuali kalau porositas
nya kurang dari 4 7% (Scheidig 1 934 ).
Efek kcadaan t crbenam tcrsebut diilu st rasikan oleh hasil-hasil eksperimen berskala be
sar yang dibuat pada plateau loess di Soviet Turkestan. Loess tersebu t mempunyai
porositas rata-rata 50%. Pada galian yang kering lereng vertikal tanah te rsebut dapat ber
talun tanpa p cnym1gga u n tu k ketinggian lebih dari 50 ft . Eksperimen tersebut dikerjakan
untuk menyelidiki apakah tanah akan tetap stabil jika suran y ang t ak berpelapis (unlined
an

342

Masalah disain dan konstruksi

canal) digali melintasi plateau terscbut dan diisi dengan air untuk kcperluan irigasi . Lubang
tc rbuka yang direncanakan bcrukuran 1 60 X 60 ft digali sedalam 1 0 ft dengan kemiring
an le reng scbesar 1 , 5 (horisontal): I (vcrtikal). Selanju t ny a lubang terse but diisi dengan air,

dan tingggi air dibuat tetap dengan menggant i rembesan air yang hilang. Setelah beberapa

hari lcreng mulai terkclupas, dan d asar lubang mulai turun. Proses ini bcrlanjut dengan laju

yang be rkurang untuk perioda sekitar 6 minggu. Pada akhir perioda ini pcrmukaan yang
mcngelilingi g alian retak dan turun sejauh 20 ft dari pinggiran lubang semuhi, dan dasar

galian t urun sedalam

2+

ft . Pacta dacrah yang men galami penurunan dan yang tcrkelu

as, locss bcrada dalam kead aan begitu lunak sehingga kit a tidak mun gkin berjalan di atas

nya.

Penggelinciran pada Lempung Lunak yang Agak Homogen

VJi"ka sisi galian pada lapisan lempung lunak yang tebal mempunyai kemiringan s t an

da r scbcsar_T,s-:r maka pcnggelinciran ccnderung tcrjadi sebelum galian mencapai kc


dalaman

Pergerakan

terscbut memiliki karakt e r sebagaimana halnya keruntuhan

dasar (base failure) (lihat Pasal 35 dan -Gb r. 3 5 .2b) yang dihubungkan deogan naiknya
dasar galian. Jika Japisan Jempung terbcn an1 di bawah cndapan yang stabil, a t au jika

Japisan tersebut memiliki kerak yang kaku, pengangkatan terjadi bilamana dasar galian
mendekati permu kaa11 tanah yang lunak.

Di lain ha!, di bawah lapisan lempung lunak tcrdapat lapisan batuan atau lap isan Jem

pung yang tak scberapa jauh di bawah dasar galian , kcruntuhan terjadi di sepanjang ujung
kaki (toe) a,t au lingkaran dari J e rcng yang menyinggung pe rmu kaan lapisan kaku tersebut,
karena dasar galian tidak dapat mengangkat (Pasal 3 5 ).

Jika m assa lempung yang lunak memiliki ben tuk y ang t ak bcraturan , maka lokasi
pcrm ukaan gelinciran cen derung ditcntu kan oleh bcntuknya terscbut. Gambar 49.3 me ng

ilustrasikan pernyataan ini. Gambar tersebutkan melukiskan suatu pcnampang y ang me

lalui suatu gclinciran yang terjadi selama m asa-masa konstruksi saluran Sodertalje di Swe

dia. Jika lempung lunak tcrsebut meluas sampai jauh ke bawah, maka keruntuhan dasar
akan terjadi hampir di sepanjang l ingkaran titik tcngah (midpoint circle). Akan tetapi, ada
nya kerikil di bawah lempung lunak tersebut meniadakan kemungkinan tetjadinya ke
tUntuhan dasar, dan gelinciran terjadi di sepanjang lingkaran ujung kaki (toe circle). Per
gerakan t e rsebut berlangsung begitu cepatnya sehingga menclan korban jiwa beberapa
orang pekerja (Felliniu s dkk. 1 922).

vFen galaman mcn unjukkan bahwa kctUntuhan gciinciran (sliding failure) selama kon

stru ksi pada massa lempung lunak jenuh yang homogen berlangsung pada kondisi tcr.
tutup (undraiie d condition). Oleh karenanya , kondisi

If>

0 berlaku (Pasal

1 8)

dan ta

hanan geseran c bisa diambil sama dengan separuh kekuatan kompresif bebas (uncon

fined c pmprc ssive strength). Faktor kcamanan lereng dari galian yang direncanakan pada

Jcmpung semac am itu t erhadap penggelinciran dapat diest imasi selama berlangsungnya
,
konstruksi dengan m e toda yang diuraikan d alam Pasal 3 5 . Akan tctapi, harus ditekankan

Gbr. 49.3. Penampang yang melalui gelinciran ujung kaki-lingkaran (toe-circle slide) pada
lempung lunak di saluran Sodertalje di Swedia (Fellenius dkk. 1922).

343

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

bahwa ketaksinambungan pacta lempung yang mengandung pasir atau lanau menghapus
kan keberlakuan hasil-hasil perhitungan. Penjelasan mengcnai ha! tcrsebut dijelaskan dalam
pembahasan mcngenai lempung t ak homogen.

Aliran Lempung
Setelah lereng p ada lempung yang lunak tuntuh , pergerakan tersebut biasanya berhenti
segera lidah penggelinciran (Gm b. 49. 1 ) telah mcnempuh j arak yang cukup jauh dari posisi
nya semula. Akan tetapi ada satu kekecualian pada aturan ini. Pada lempung hidup (Pa
sal 7), seperti yang terjadi di lembah St. Lawrence River di Quebec dan di Norwegia serta
Swedia, penggelinciran progresif yang ekstensip terus berlangsung, seringkali tanp a adanya
provokasi yang nyata. Pergerakan tersebut bermula sebagai suatu penggelinciran yang kecil
yang biasanya terjadi di tepi sungai, tetapi deformasi dari material yang menggelincirkan
mentransformasi lempung menjadi cairan y ang kental yang mengalir keluar dan meroboh
kan lereng curam yang baru dari p enyangganya, kemudian terj adi penggelinciran-pcng
gelinciran yang lain . Gangguan tersebut menjalar dengan cepat mulai dari titik awal di mana
lempung diubah menjadi matriks fluida dari material yang teremas y ang mengalir menuju
daerah retak di pinggir sungai dan bersamanya terbawa pula gumpalan-gumpalan lempung
yang masih utuh yang mengapung. Gambaran utan1a dari aliran semacam i tu pada anak
sungai St. Lawrenc e River yang berada di sebelah u tara diperlihatkan dalam diagram blok
(Gbr. 49.4). Selama berlangsung aliran tersebut suatu lekukan yang secara kasar berbentuk
. segiempat terbentuk dengan kedalaman 1 5 sampai 3 0 ft p anjang sekitar 1 700 ft sejajar de
ngan ungai tersebut, dan lebarnya 3000 ft (Sharpe 1 938). Dalam waktu sekitar setcngah
jam 3 . 5 00.000 yd3 lempung bergerak ke dalam saluran sungai melalui celah yang lebar
nya 200 ft . Saluran tersebut tersumbat sepanjang 2 mil, dan tinggi air di hulu naik 25 ft.
Pada aliran lempung yang hebat di Vaerdalen di Norwcgia p ad a tahun 1 893 , lebih d ari
60.000.000 yd3 lempung mengalir keluar dari sebuah celah yang sempit dalam waktu
kurang dari sa tu jam (Holmsen 1 953).
Bukti-bukti yang amat banyak menunjukkan b ahwa !empung tersebut mungkin mem
peroleh kepekaan e kstnmnya dan mungkin secara perlahan-lahan mengalami pcngurang
an kekuatan akibat pengurangan kadar garam dalam air pori sejak lempung tersebut di
endapkan dalam lingkungan laut. !v1atelial tersebut sebagian b esarnya terdiri atas kuarsa
yang bercabang dcngan halus dan mineral-mineral lempung yang tak aktip. Meskipun se
banyak 40% dari matelial tersebut mungkin berukuran lcmpung (< 0,002 mm), batas cair
dan indeks plastisitas tcrnyata rcndah, m asing-masing dalan1 orde 26 d an 7%. Di lain pihak,
kadar air alami berada di at as batas cair dan kepekaan S t seringkali melebihi 40. Kadar
garam dali air p mi cenderung hanya 1 sampai 3 gram per liter. Ha! ini berlawanan dengan
kadar normalnya .yakni sekitar 36 gram per liter air !aut. (Pasal 4).

CatatBn:
SCA R OF OLD

BEKASA LIRAN
TA NA H YANG
LA MA
Riviere 8/ance = Ja/an Umum
= Pasir
Sand
Clay
= Lempung
=

EA R THFL OW

Till
North

Till

Utara

Skala Pendekatan

Gbr. 49.4. Diagram blok yang memperlihatkan gambaran utama dari aliran pada lem
pung hidup di dekat St. Thuribe, Quebec (Sharpe 1 93 8).

344

Masa/ah disain dan konstruksi


Kadar garam yang rendah dari air-pori mungkin disebabkan oleh pelindian oleh air

tawar yang menelus (percolate) melalui lempung karena p ermukaan tanah telah terangkat
terhadap tinggi !aut yang berl aku pada saat pengendapan. Dengan demikian , - proses ter
sebu t masih bisa tcms berbngsung. Jika hipotesa ini benar, m aka frekuensi aliran lempung
mungkin b ertambah pada daerah terse bu t di mana kondisi-kondisi geologinya baik.

K!!stabilan Lereng pada Lempung yang Mengandung Lapisan-Lapisan atau Kantung-Kan


tung Pasir yang Mengandung Air
Pada teks yang lalu kita hanya m emandang kcstabilan tanah y ang kurang lebihnya
homogen. Formasi tanah tak-homogen yang paling penting adalah en dapan-endapan ter
stratit1kasi yang terdiri atas lapisan-lapisan pasir dan lempung dan massa tanah kohesif
yang mengandung kantung-kantung atau lensa-lcnsa pasir atau lanau yang tak teratur.
Pada deretan lapisan-lapisan lempung pasir atau lanau yang kasar, setidaknya sedikit
pasir atau lanau tersebut biasanya mengandung air selama se bagian atau sepanjang tahun .
Jika galian dibuat pada tanah semacam itu , air merembes keluar dari lereng pada ber
bagai titik atau sepanjang berbagai gari s . Oleh karcnanya, galian seperti itu biasanya di
kenal sebagai galian basah (wet c u t). Galian terscbut mcmerlukan perhatian khusus, ter
utama jika lapisan-lapisan tersebut turun menuju lcreng. Mata air yang keluar di sepanjang
dasar dari singkapan pasir c enderung mengakibatkan pengelupasan, dan aksi pada cuaca
dingin (frost ac tion) mungkin juga mendorong ke arah t imbulnya bencana. Oleh karena
nya, secara praktis orang biasa memotong pembuluh-pembuluh air dengan menggunakan
drainase yang me ngalir mengikuti dasar dari lapisan yang mengandung air pada kedalaman
setidaknya 5 ft yang diukur tegak lurus terhadap lercng. Jika lapisan lempung bersifat

lunak atau dalam keadaan retak, maka lapisan tersebut bisa merupakan sum ber tambahan
dari kelemahan-kelemahan struktural. Dengan demikian, jika galian tersebu t dalam, m aka
penyelidikan kestabilan haruslah dilaksanakan untuk mempelajari apakal1 sebaiknya meng
ikuti l ereng standar atau tidak.
Massa tanah k ohesif yang, m engandung kantung-kantung a tau lensa-lensa t anah tak
berkohesi yang tak teratur biasanya ditemukan pada kawasan yang dulunya mengalami
jaman glasial di mana sedimen dicndapkan oleh es yang mencair dan kemudian didefor
masi oleh dorongan dari !em baran-lembaran es yang bergerak secara temporer. Massa tanah
tersebut juga dijumpai di lokasi tcrjadinya penggelinciranpenggelinciran tanah yang lalu
yang berlangsung pada massa pasir dan lempung yang terstratit1kasi.
Kantung-kan tu ng pasir dalam lempung bertindak sebagai reservoar air. Selama cuaca
basah kantungkantung pasir terscbut menjadi tempat tekanan hidrostatik yang benar yang
cendcrung menycbabkan pcrgerakan ke arah luar dari massa tanah yang mengandung kan
tung-kantung pasir terse but. Semcntara massa tanah bcrgcrak kcluar, massa tanah tersebut
hancur mcnjadl campuran lanau jcnuh, pasir, dan bongkah-bongkah lempung yang meng
alir sepcrti glasicr atau cairan >:iskous yang kental.
Karcna sumber kctakstabilan adalal1 tckanan air yang tcrperangkap dalam kantung
kantung pasir tcrscbut , tmika p enstabilan dapat diwujudkan dengan menggunakan drainase.
Al:an t e tapi, profil gcologinya ccndcrung sangat tidak tera.tur, dan jarak antara saluran
saluran drainase mungkin sangat sulit ditentukan lebil1 lanjut sckalipun t clah dilakukan
penyelidikan menyeluruh menge nai kondisi-kondisi tanah dan hidraulik mclalui pcm
boran , pengujian , dan survey-su rvey periodik t en tang muka air tanah. Pada kcadaan ini pro
sedur yang bijaksana dan efektif adalah membuat drainase auger h orisontal (horizontal au

ger drains) (Smith dan Stafford 1 9 57). Drainase scmacam itu biasanya terdiri atas pipa plas
tik atau logam yang berlubang-lubang atau berc elah dengan diam eter sekitar 2 i{lci. Pipa
tersebut dimasukkan ke dalam lubang yang dibor hampir horisontal masuk ke dalam tanal1
di bawah lercng. Panjang drainase tcrsebu.t bcrkisar mulai dari bcberapa kaki sampai lebih
dari 200 kaki. Spasi horisontalnya bcrgantung kcpada kcindisi-kondisi set em pat ; se ring

Tekanan tanah dan kestabilan /ereng

345

kali spasi tersebut bcrkisar dari 1 5 ft sampai 50 ft. Bebcrapa baris pipa yang dilctak
kan pada berbagai e1cvasi tcrnyata mungkin pula efektip. Drainasc tersebut biasanya di
buat sedikit miring ke bawah ke arah bidang muka galian untuk memungkinkan pcng
aliran air oleh gravitasi.
Lubang drainase tersebut biasanya dibuat dcngan menggunakan continuous-t1ight
hollow stem auger (Gbr. 44. 3). Dengan peralatan tersebu t kit a dapat memasukkan pipa
drainase tanpa menimbulkan kelongsoran lubang. Pada sebagian tanah penapis mungkin
diperlukan untuk mencegah terjadinya erosi dan penyumbatan di dalam tanah ; pada keadaan yang baik bahan penapis tersebut bisa terangku t ke dalam lubang di sekitar saluran
drainase akibat rotasi auger ke arah yang bcrkcbalikan dan pcrlahan-lahan menariknya dari
lubang tersebut. Lubang-lubang tersebut juga bisa dibuat dcngan baik dcngan meng
adakan modifikasi dari rotary drilling ketika air dialirkan melalui bagian dalarn pipa pelin
dung dan kembali lagi ke sekeliling bagian 1uar pipa pelindung terse but. Mata bor ditinggal
kan jika lubang mencapai panjang akhirnya, saluran drainase dipasang, dan pipa pelindung
die abut.
Teknik pemasangan drainase auger horisontal memer!ukan pcnycsuaian terhadap kon
disi-kondisi setcmpat, tetapi drainas.e semacam itu kerap kali dapat dipasang dengan cepat
dan ekonomis sehingga panjang dan spasinya ditcntukan dengan cara coba-coba. Bebe
rapa drainase mungkin tak produktif tctapi drainasc-drainase yang berada dalam kan
tung-kantung tanah yang tak kcdap air bisa saja luar biasa efektifnya. Bcgitu selcsai pe
masangan saluran-saluran drainase , dacrah termaksud mcnjadi stabil sehingga galian dapat
dibuat dengan lereng standar.

Penggelinciran pado Lempung Kaku


Hampi r setiap lcmpung kaku diper!emah oleh jaringan retakan yang mcran1bat atau
slickenside. Jika pcrmukaan-pennukaan bidang yang mengalami perlcmahan terscbut
membagi-bagi lempung menjadi fragmen-fragmen kecil berukuran 1 inci atau kurang,
maka lereng mungkin menjadi tak stabil selama konstruksi berlangsungnya atau tak lama
sesudahnya . Di lain hal, jika spasi antar sambungan-sambungan Qoint) yang ada ternyata
lebih besar, keruntuhan mungkin tidak terjadi sampai bertahun-tahun sesudah galian ter
sebut dibuat.
Penggelinciran pada lempung dengan spasi sambungan yang rapat terjadi segera setelah
tegangan geser melebihi tahanan geser rata-rata dari 1empung yang retak terse but. Beberapa
penggelinciran semacam ini terjadi di sepanjang galian ja1an kereta api di Rosen
garten, dekat Frankfurt di Jerman. Kemiringan lerengnya adalah 3: I . Kcdalaman yang
tcrbcsar dari galian terse but ada1ah I 00 ft, dan tegangan geser rata-rata sepanjang
pcrmukaan pcnggelinciran yang bcrdekatan dcngan bagian yang tcrdalam dari galian sccara
kasar adalah 1 0 ton/ft2 . Lempung bersifat sangat kaku, tctapi contoh tanah yang besar
dengan mudah hancur menjadi 1empengan-lempcngan angular yang kccil dcngan pcrmuka
an yang berkilauan. Penggclinciran segera mulai bcrlangsung setelah konstruksi selcsai, dan
terus berlanju t se lama 1 5 tahun (Pollack 19 17).
Jika spasi dari sambungan-sambungan pada 1empung 1ebih besar dari beberapa inci, ma
ka 1ereng mungkin tetap stabil se1ama bertahun-tahun atau bahkan se1ama dekade demi de
kade sesudah galian tersebut dibuat. Se1ang waktu antara berlangsungnya penggalian dan
keruntuhan lerertg menunjukkan adanya kehilangan kekuatan tanah secara perlahan. Kon
sepsi yang ada saat ini yang menggambarkan mekanika dari proses pclunakan tersebut
diilustrasikan oleh Gbr. 49.5. Sebe1um penggalian, lempung bcrada dalam keadaan sangat
tegar, dan celah-celah benar-benar tertutup. Pengurangan tegangan selama penggalian meng
akibatkan pemuaian 1cmpung, dan sebagian ce1ah mcmbuka. Kemudian air masuk dan
melunakkan lcmpung di sekitar celah-ce1ah tersebut. Pembengkakan yang tak sama mcng
hasilkan ce1ah-ce1ah baru sampai bongkah-bongkah tanah yang lebih bcsar hancur, dan

Masalah diain dan konstruksi

346

Gbr. 4 9 . 5 . Pena pang y ang melalui massa lempung kaku yang retak-retak. (a) Retakan
retakaa lama yang tertutup sebelum terjadi pengurangan tegangan akibat penggalian.
(b) Pengurangan tegangan mengakibatkan celah-celah membuka, selanjutnya sirkulasi
air melunakkan lempung di sekitar dinding.

massa tanah tersebut berubah menjadi matriks lunak yang mengandung inti-inti yang kcras.
Penggelinciran terjadi segera setelah tahanan geser dari lempung yang mengalami per
lemahan menjadi terlalu kec il untuk melawan gaya gravitasi. Sebagian bcsar penggelincir
an semacam ini terjadi sepanjang l ingkaran ujung kaki (Toe circle) yang melibatkan massa
tanah yang relatif dangkal, karena tahanan geser lempung meningkat dengan cepat ter
hadap pertambahan jarak di bawah pe1mukaan yang tersingkap. Air nampaknya hanya
memsak stmktur lcmpung saja; tekanan rembesan kelihatannya tidak menimbulkan
sesuatu akibat.
Gambar 49.6 memperlihatkan penggelinciran pada lempung retak yang sangat kaku
di samping galian jalan kereta api yang memiliki kcmiringan lereng 2 ,5 : 1 . Ketinggian le
reng adalah 60 ft. Karakteristik bentuk-S dari lereng setclah keruntuhan nampak jelas ter
lihat . Keruntuhan terjadi sekitar 80 tahun sesudah galian dibuat. Mata air atau indikasi
lain yang menunjukkan adanya air yang merembes tidak ditemukan.
Penelaahan catatan dari beberapa penggelinciran yang terlambat dengan sambungan
yang tersebar ke mana-mana menunjukkan bahwa tahanan geser rata-rata dari lempung ber
kurang mulai dari nilai awal yang tinggi pada saat penggalian sampai nilai di antara 0,20 dan
0,3 5 ton/ft2 pada saat penggelinciran. Karena proses perusakan mungkin berlangsung se
lama puluhan tahun, maka tidaklah ekonomis memilih sudut lereng pada lemp4ng semacam
itu atas dasar tahanan geser akhir (ultimate). Akan tetapi, kita cenderung memperlambat
bidang tanah di sekitar pinggir atas galian untuk lebar sama dengan kedalaman galian dan
dengan mengadakan perawatan permukaan tanah dari dacrah galian untuk mengurangi
permeabilitasnya. Andaikata pun terjadi p cnggelinciran di kemudian hari, hal tersebut

Gbr. 49.6. Foto penggelinciran pada lempung retak yang sangat kaku.

347

Tekanan tanah dan kestabi/an lereng

dapat diatasi dengan pe rbaikan-perbaikan setempat. Jika pen ggelinciran yang diperlambat
akan m em bahayakan jiwa manusia atau mengakibatkan kerugian hart a benda yang besar
sekali, maka lereng tersebut harus dilengkapi dengan titik-titik acuan dan ham s dilakukan
pengamatan-pengamatan periodik, karen a p en ggelinciran sem acam ini senantiasa didahului
oleh deformasi-deform asi yang meningkat dengan l aju yang dipercepat pada saat keadaan
keruntuhan didekati. Bila pergerakan tersebut mengkhawatirka n , m aka lereng pada penam
pang yang berbahaya haruslah dilandaikan .
Drainase dengan inti (core) yang keras juga digun akan dengan berh asil untuk men
cegah p ergerakan p ada penampang-penampang yang berbahaya. Drainase-drainase ini
berupa parit-p a1i t dad bingkai batu yang kering dan dipasang menaiki d an menuruni lereng
dengan spasi sekitar

15

atau

20 ft.

Parit-parit te rsebu t digali sampai kedalaman sedikit lebih

besar dadpada kedalaman lapisan lempung yang men galami pelu nakan . Dinding kaki bet on
menyangga ujung bawah seluruh bingkai tersebut. Efek yang mengu n tungkan dari jc nis
konstm ksi ini biasanya dianggap berasal dari bckcrjanya bingkai scbagai drainase, tet api
kita lebih cenderung meyakini bahwa fu ngsi utam a bingkai-bingkai te rse but adalah m eng
alihkan seb agian berat massa lempung yang tak stabil m elalui gesekan sisi terhadap dinding
kaki beton tersebut.
Perilaku serpihan-serpihan lempung yang ikatannya rapuh ditcntukan oleh berbagai
hal yang sama seperti pada lempung yang kaku. Dengan demikian, informasi selanjutnya
mengenai penggelinciran-penggelinciran pada lempung yang mengalami overkonsolidasi
berat dimuat d alam bagian yang berikut.

Lereng pada Serpihan


Dari segi pandangan tckn ik, serpihan-serpihan merupakan ha! yang sangat p e nting
mengingat serpihan membangun sekitar

50%

dari batuan yang tersingkap di pemmkaan

bumi maupu n yang terbenam di bawah lapisan sedimen yang tipis. Semua batuan yang
masuk dalam katagori ini t erdiri atas endapan lempung atau lanau yang m endapatkan
karakteristik-karakteristiknya p ada saat di bawah pen garuh tekanan dan temperatur yang
relati p sedang.
Sementara tebal lapisan overburden (lapisan bumi) bertambah mulai dari puluhan sam
pai dengan ribuan kaki, porositas e ndapan lempung a tau lanau berkurang ; jumlah i katan
kohesip an tar partikel-partikel terbentuk semakin banyak seb agai hasil interaksi molekular,
te t api komposisi secara mineralogi dari partikel-partikel tersebut mungkin secara praktis

tak berubah. Akhirnya semua partikel benar-benar terikat permanen pada kedalaman yang
sangat besar, yakni ikatan-ikatan yang kokoh yang merupakan sifat-sifat riil batuan yang
diberikan kepada material tersebu t . Di samping itu , semua material yang berada di ant ara
lajur yang ikatannya baru terbentuk dan yang sudah sempurna dinamakan serpih (shale).
Oleh karenanya, sifat-sifat teknik serpihan dengan komposisi secara mineralogi tertentu
mungkin berkisar di ant ara sifat-sifat teknik tanah dan b atuan riil .
Perbedaan-perbedaan yang paling menyolok di an tara serpihan-serpihan yang dihasil
kan oleh pemadatan e ndapan-e ndapan sedimenter yang identik bersumber pada jumlah
ikatan-ikatan an t ar partikel yang permanen pe r satuan volume serpih an. Ukuran relatif d ari
tingkat ikatan tersebut diberikan oleh wujud dari contoh tanah utuh yang diperoleh dari
kedalaman beberapa ratus kaki. Dalam keadaan t e rbenam, serpihan ini hancur menjadi
fragmen-fragmen. Akan t etap i , bergan tung kepada tingkat ikatannya, ukuran fragmen
fragmen tersebut mungkin sama besarnya dengan suatu fraksi yang besar yang berukur
an satu inci atau sekecil ukuran masing-masing partikel mineral itu sendiri. Di antara bat as
batas ini , serpihan bisa dikatakan berkisar mulai dari yang dikatagorikan terikat dengan
baik, jenis-jenis ekstrim yang termasuk di d alamnya adalah serpihan yang menyerupai
batuan (rock-like), dan yang dikatagorikan berikatan lemah, jenis-jenis ekstrim yang
termasuk di dalamnya adalah serpihan lanau sampai lempung yang telah mengalami over-

348

Masalah disain dan konstruksi

konsolidasi berat. Di samping est imasi mengenai tingkat ikatannya, diskripsi serpihan h a
ruslah mcngindikasikan apakah bahan-bahan pembcntuk umumnya adalah lcmpung atau

lanau , di sampin g, misalnya, diskripsi lain yang menerangkan t entang " serpihan-lempung
berikatan lemah". Meskipun demikian , dalam batas-batas diskripsi tertentu sifat-sifat
teknik serpihan bisa berkisar seluas sifat-sifat t eknik lempung atau lanau.
Selama pemindahan oleh proses-proses geologi yang berkaitan dengan beban yang
berperan dalam transformasi lanau atau lempung menjadi serpihan , serpihan mengem
bang dengan dimensi horisontal yang praktis tetap . Ikatan-ikatan antar partikelnya yang
dibentuk selama atau sesudah kompresi tertekan oleh pemuaian berikutnya sampai atau
melewa t i titik keruntuhan. Oleh karenanya, serpihan biasanya diperlemah oleh jaringan
sambungan. Di bawah kedalaman berorde 1 00 ft sambungan benar-benar tertutup dan ter
pisah dengan jarak beberapa kaki. Akan tetapi, ketika kedalaman overburden selanjutnya

berkurang, sambungan membuka karena pemuaian yang tak sama dari bongkahan-bongkah
an yang berada di antara sambungan-sambungan tersebut. Kadar air bongkahan tersebut
kemudian bertambah dan kekuatannya berkurang sebagaimana halnya keadaan yang di

alami oleh lempung atau lanau pada saat berlangsungnya pengurangan tekanan dari beban

prakonsolidasinya. Selama proses ini terbentuklah re takan-retakan baru . Hasil akhirnya


bergantung kepada tingkat ikatannya s-eperti halnya pada pencelupan contoh serpihan.
Dalam kedalarnan di mana

terjadi variasi musiman dari kelembaban dan temperatur

serpihan mu ngkin mengalami perubahan-.p erubahan tambahan m isalnya penghancuran


secara mekanik yang b erikutnya atau sedikit perubahan-perubahan secara mineralogi yang
ditunjukkan oleh perubahan warna .
Perubahan-perubahan ini merupakan manife stasi dad pelapukan. Akan tetap i , karena
perbatas antara serpihan yang utuh atau keras dan serpihan yang mengalam i perlemahan
akibat p enghilangan beban mungkin terletak puluhan kaki di bawah dasar lapisan atas yang
lapuk, maka ada atau tak adanya lapisan semacam itu mempunyai pengaruh yang sangat
kecil pada

sifat-sifat

endapan

serpihan.

Walaupun

demikian, para insinyur biasanya

menyatakan "lapuk" untu k seluruh massa serpihan yang berada di atas serpihan yang keras,
sekalipun lapisan atas tidak ada. Dengan kata lain, istilah tersebut dikenakan pada materi
al yang sifat-sifat

tekniknya dibentuk oleh dua proses yang sama sekali berbcda. Untuk

menghindari kesalahpahaman, iWlah lapuk tersebut t idak akan digunakan dalam pem
bahasan selanjutnya.
Pada sembarang jenis serpihan , pengurangan sudut l creng sampai nilai setimbang akhir
nya teru tarn a tcrjadi akibat penggelinciran yang berulang-ulang terjadi dalam selang waktu
yang pendek. Penggel inciran meninggalkan bekas-bekas berupa benjolan-benjolan pada per
mukaan lereng dan membuat permukaan tersebut berprofil melcngkung yang disebut

"topografi longsor" (landslide topography). Detil dari rupa scrpihan yang terhampar
di bawah lcreng terutama bergantung kepada mineral-mineral pembcntuknya dan tingkat

ikat an. Contoh-contoh ekstrim dari serpihan yang tcrikat dengan baik dapat ditemukan di

kawasan Allegheny dan pada sehagian besar daerah di barat daya dan hant !aut dari Great
Lake .
Pada kwasan Allegheny yang dijumpai di Virginia Barat, se belah selatan Pennsylvania
dan timur Ohio, umumnya lereng disangga oleh serpihan yang sedikit banyaknya mengan
dung lanau dan terikat dengan baik. Bertambahnya kadar air dari bongkahan di antara sam
bungan-sambungan yang berhubungan dengan penghilangan be ban sangatlah kecil dan long
soran yang terjadi jarang mencapai kedalaman lebih dari

terjadi diilustrasikitn oleh Gbr.


tanah dapat tctap

dalam

49 .7

dan

49. 8.

15

ft. Topografi longsoran yang

Lereng curam di sebelah dalam sayatan

kcadaan stabil selama bertahun-tahun. Ke runtuhan lereng,

baik pada bagian bukit rnaupuh sayatan, hanya terja di sclama musim hujan. Jika kerun
tuhan terjadi, material yang longsor mengalir sebagaimana halnya cairan viskous dan ke
mudian diam. Karena pem1eabilitasnya yang relatif tinggi, material yang menggelincir

349

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

Gbr. 49.7. Potret dari longsoran yang terjadi pada lereng landai di atas serpihan yang ter
ikat dengan baik, dekat Barboursville, W. Va. (Ladd 1 93 5).

dapat distabilkan de ngan cara yang sedcrhana, umpamanya dcngan mcmasang drainase
auger horisontal .
Bilamana usaha telah dilakukan agar perhitungan kestabilan yang didasarkan pada
hasil-hasil pengujian laboratorium mcrup akan penanggung j awab longsoran semacam itu
pada serplhan yang agak terikat dengan baik, faktor keamanan lercng t e rhadap gelinciran
ternyata haruslah lebih besar daripada nilai yang dianggap cukup sekalipun digunakan
asumsi bahwa muka air tanah pada saat kerun t uhan t c rjadi berada di permukaan t anah.
Ke taksesuaian yang menyolok dan kuat antara keadaan yang diramalkan dan keadaan yang
dijumpai di lapangan dapat dengan sangat logis dijelaskan dengan menganggap bahwa peng
gelinciran didahului oleh pertambahan mendadak yang bersifat t emporer dan setempat
dari tekanan air-pori pada lajur penggclinciran . Serpihan yang berada dalam lajur ini terdiri
atas fragmen-fragmen makroskopik yang sedang menjalani proses pelapukan. Lcreng ter
sebut mengakibatkan akumulasi fragmen-fragmen digerakkan oleh gaya gaya geser dan sam

bungan di antara fragmen-fragmen tersebu t membuka . Dalam keadaan b asah ruang-ruang

yang terbuka tcrsebut terisi dengan air. Scgera set clah pelapukan mencapai t ahap kritis

yang terjadi p_a da berbagai tempat dan waktu, fragmen-fragmen t ersebut hancur selama
perioda basah di bawah p engaruh gabungan dari t ekanan ove rburden dan rembesan . Berat
overburden secara t emporer dialihkan ke air, selanju tnya tekanan c fektip dan tahanan ge
ser yang b ersangkutan di sepanjang permukaan p otensial pe nggelinciran direduksi d an
tcrjadilah longsoran . Hal t-ersebut bisa berhenti dcngan t iba-tiba, karena tekanan air-pori
lebih berdisipasi dengan cepat akibat p e rmeabilit as yang relatif tinggi dari akumulasi frag
men - fragmen serpihan.

-, -- -- 1

Permu kaan Semula

t Permukaan se telah L ongsoran vang Pertama

-- ---

--

' ... ,.,_._ - .

-- --

......
-

Hancur

1 9 3 5).

Permukaan setelah
Longsoran vang kedua

Serpihan van_q Keras

--------------

Gbr.

"":_..::...._

250 kaki --------

4 9. 8. Profil dari longsoran ganda pada serpihan yang terikat dengan baik (Ladd

Masalah disain dan konstruksi

350

Anggota-angota ekstrim lainnya dari famili serpihan adalah scrpihan lcmpung yang
ikatannya lemah seperti yang ditemukan p ada sebagian daerah di Dakota, Montana, dan

padang rumput yang luas sebelah barat propinsi-propinsi di Kimada. Serpihan-serpihan ini
pun mendapatkan sifat-sifat tekniknya melalui proses konsolidasi yang he bat akibat lapisan
ove rburden yang te balnya berorde ribuan kaki dan pemindahan beban selanjutnya . Di b a
wah kedalaman puluhan kaki serpihan ini juga bersifat sangat keras. Pada terowongan y.ang
dibuat di b awah kedalaman ini serpihan ternyata mengandung sambungan-sambungan yang
tersebar luas dan rapat seperti halnya serpihan yang terikat dengan baik . Di lain hal , per
ubahan kadar air yang dialami oleh lapisan setebal puluhan kaki yang paling atas akibat
proses penghilangan beban sama sekali berbeda. Sementara pada serpihan yang terikat de
ngan b aik proses terse but mungkin hampir tak terlihat, maka pad a serpihan lempung yang
ikatannya lemah perubahan tersebut bisa mencapai 1 0% atau lebih. Oleh karenanya. hasil

akhir dari pemindahan beban juga sangat berbeda. Serpihan yang terikat dengan baik ber
ubah menjadi agregat yang agak tak kedap air dengan bentuk angular, fragmen-fragmen
batuan makroskopik, tetapi serpihan lempung y ang ikatannya lemah berubah menjadi
lempung plastis yang kaku. Mekanika proses t ransisi mulai d ari serpihan kcras sampai men
jadi mat erial seperti lempung pada dasarnya sama dengan proses yang mengakibatkan long
soran p ada lempung retak y ang kaku yang diilustrasikan dalan1 Gbr. 49.5 . Akan tetapi,
karena permeabilitas serpihan lempung jauh lebih kecil daripada pcrmeabilitas lempung
yang mengalami prapembebanan yang kurang be rat , m aka proses pclunakan berlangsung
jauh lebih l an1bat .
Karena besarnya perubahan volume yang berkaitan dengan proses pcnghilangan beban
pada serpihan lempung yang ikatannya lcmah dalam kondisi tidak ada tegangan lateral,
maka h al tersebut menjadi pusat tegangan residu al horisontal yang hcbat. Sementara
overburden perlahan-lahan dihilangkan, rasio antara tegangan normal horisontal dan ver
tikal bertambah. Bahkan pada endapan lcmpung yang pernah mengalami prakonso!idasi

yang hebat rasio tersebut bisa mendekati koefisicn tekanan p asip KP dari lempung
(Skemp ton 1 96 1 b, Tcrzaghi 1 96 l a). Tcgangan-tegangan ini dapat menambal1 intensitas
proses penghancuran serpihan yang berada di sckitar lereng dari lembah sungai atau
di belakang galian yang dibuat oleh manusia.
Lereng alami pada serpihan lempung yang ikatannya lemah menyusu t t erutama di
sebabkan oleh penggelinciran yang bcrulang kali tcrj adi dalam sclang waktu yang sing
kat, dan dengan demikian menjadi se m akin datar. Dengan berkurangnya sudu t lereng,
tegangan
linciran.

geser rata-rata juga berkurang di sepanjang permuha:1. potensial pengge


Walaupun

dem ikian , penggelinciran

terus saja berlangsun g

dengan

sclang

waktu yang semakin mcningkat sampai kemiringan lereng menjadi I (vertikal) . 10 (ho
risontal) atau bahkan lebih kecil lagi. Pengamatan-pengamatan ini mcnunjukkan bal1wa
hilangnya kckuatan akibat p roses pcnghilangan beban berjalan luar biasa lambatnya
dan tidak dapat diramalkan secara handal atas dasar pengujian-pengujian laboratorium.
Akhirnya (Skcmpton 1 964), tahanan bisa mendekati kckuatan residual tanah di sc
panjang permukaan tempat regangan geser bernilai sangat besar (Pasal 1 8). Setiap
penggelinciran didahului oleh perayapan yang dipcrcepat sampai kcdalaman jaJ.!h lcbih
besar daripada kcdalaman tempat tcrjadinya v ariasi-variasi musiman dari kclcmbaban
dan tempcratur. Scgcra sctclah laju pcrayapan mcncapai nilai scbesar bcberapa inci per
tahun pcnggelinciran pun terjadi. Selama longsoran berlangsung serpihan yang berada di
atas permukaan gelinciran hampir tetap u tuh dan mempertal1ankan karakternya sebagai
lcmpung yang agak kaku dan retak be rat.
Karcna rendahnya pcrmcabil i ts scrpihan lcmpung yang ikatannya lcmal1 pada ke
dalaman di bawah pcrmuk<ran tempatnya bcrada, keruntuhan lercng d ari galian yang
baru atau pondasi m aterial yang berada di bawah timbunan baru terj adi pada kondisi
4>
0. Namun, segala usaha untuk menentukan t ahanan geser serpihan dengan meng
=

gunakan p engiljian triaksial pada kondisi

tertutup (undraincd) sebegitu jauh sclalu

35 1

Tekanan tanah dan kestabilan lereng


gagal (Peterson dkk.

1 960).

Kekuat an yang ditentukan di lab o ratoriu m selalu saja be

berapa kali lebih besar daripada kekuatannya di lapangan pada saat mengalami ke
runtuhan. Pendapat-pendapat mengenai sebab-sebab ketaksesuaian yang menyolok ini
terpecah-pccah . Pada t ahun

1 966

Bjerrum memastikan bahwa kerun tuhan progresif me

rupakan faktor yang penting. Akan t etapi, adanya ketidaksesuaian tersebut masih merinta
ngi kcmungkinan mendapatkan infom1asi handal yang dapat ditcrima mengcnai karak
tcristik-karakteristik geser serpihan t ertentu dari sembarang sumbcr ketimbang analisis
penggelinciran yang t cl ah t erjadi pada serpihan yang sama pada kondisi-kondisi yang
serupa.

Di bawah lcreng yang berada di lembah-lembah sungai scrpihan tclah mendcrita te

gangan geser yang hebat selama perioda yang panjang. Dengan demikian, serpihan ter
sebut su dah mencapai tahap pemuaian yang lebih lanju t kctimbang se rpihan yang ter
letak di bawah dacrah dataran tinggi di sekitarnya yang kurang terpotong. Oleh karena
nya, pada lcreng semacam itu kondisi- kondisi untuk kestabilan galian-galian yang baru

j auh berbcda dari yang diliarapkan dibandingkan pada tcmpat-tcmpat yang lebih j auh
dari lembah-lcmbah yang dalam tersebu t. Akan tetapi, seiring dengan perjalanan waktu
tahanan geser lempung di sekitar lcreng y ang baru akan berkurang sekalipun pada tem
pat-tempat yang jauh dari lembah. Pada scmbarang tcmpat penggalian harus dimulai
pad3 puncak lereng yang baru untuk mengurangi rekahan dari sambungan-sambungan y ang
ada di sekitar serpihan terse but sampai ke nilai minimumnya.
J nformasi kuantitatif yang bcsar jumlahnya yang menggambarkan pcrgerakan lereng
pada scrpilian yang ikatannya lcmah telah diperoleh di formasi Bearpaw di daerah South
Saskatchewan River Dam. Lereng alami naik sampai ketinggian sckitar
bah sungai dengan kemiringan

200 ft di atas lcm


l (vcrtikal) : 8 sampai 1 2 (horisontal) dan mempcrlihatkan

topografi longsoran yang umum . Landainya lcreng dan pcrioda waktu yang p anjang antara
penggclinciran-penggelinciran mengindikasikan bahwa lcreng sudah bcrada dalam tahap
pcngembangan yang lanjut . Selama pcrioda p engamatan pada tahun

1 944

sampai

1 964,

tak ada longsoran yang terjadi di luar dacrah yang dipengaruhi oleh opcrasi-operasi kons
truksi. Namun, rckahan pada jalan setapak di sepanjang pinggiran daerah berdataran tinggi
berangsur-angsur mcnjadi bertambah lebar. Di mana pun kesetimbangan lcreng diganggu ,
misalnya dengan melakukan pcnggalian pada permukaan lereng, pe nggelinciran pup terj adi
dan tahanan

geser senantiasa diperoleh sama kecilnya dengan tahanan geser lereng

yang sama yang tidak runtuh akibat gangguan-gan&:,


ouan alami. Kondisi kcstabil an yang
sangat tidak diliarapkan dijumpai di tempat serpihan-serpihan yang mcngandung lapisan

bcntonit, dan di dekat sesar minor (minor fault) atau laju r geser. Karena permeabilitas
serpihan sangat rendah, pengadaan drainase hampir tidak efekti

Lereng Pada Batuan yang Mengalami Pelapukan


Lereng batuan yang menjulang dengan sudut yang kurang dari 40 biasanya diselimuti
oleh suatu lapisan produk pelapukan yang ketebalannya bervariasi, dari satu titik ke
titik lain, antara 0 sampai 1 0 ft atau bahkan sampai beberapa ratus kaki. Di dalam Pasal 2

telah ditunjukkan bahwa sifat-sifat fisika yang dimiliki oleh tanah yang ada di tempat
(in situ) dapat berbeda sekali dengan yang dimiliki oleh tanah angkutan (transported soil)
yang komposisi mineral serta karakteristik ukuran butirannya mirip. Lebili jauh lagi, sifat
sifat terscbut cenderur.g berubah dalam sclang jarak yang pcndek p ada sembarang arah
akibat sifat acak dari derajat pelapukan yang terj adi. Oleh krena i : u , konsekuensi-konse

kuensi yang berasal dari penghilangan lereng-lereng y ang ada, pengaruh-pengaruh rembasan

ke arah lcreng-lereng yang berasal .dari sumber-sumber buatan, a"tau derajat kestabilan

lereng yang diakibatkan oleh penggalian tidak pernah bisa diestimasi "Secara meyakinkan
dengan mendasarkan . pada hasil-hasil pengujian dan pemboran. Mekanika tanah hanyalah

memberikan kepada kita pengetahuan yang dibutuhkan u ntuk mendapatkan interpretasi

---

352

Masalah disain dan konstruksi

yang bcnar terhadap berbagai hasil observasi di lapangan sebelum maupun selama pelaksa
naan pembangunan. untuk mengantisipasikan unjuk presta\i (performance) dari m aterial
secara umum, serta memanfaatkan secara maksimal berbagai hal/bukti yang bisa diperoleh.
Seiring dengan perjalanan waktu, lereng a lami di atas bcrbagai jenis batuan akan
makin bersifat rat a ; dan proses terse but tems berlangsung sampai kemiringan menjadi se
demikian kecil, yakni: 1 5 pada arah horisontal dibanding 1 pada arah vertikal, atau
mungkin lebih kecil lagi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa produk-produk pelapukan
batuan selalu dapat dikatakan secara kontinu dipindahkan dan mertgalami penurunan
ke arah dasar lereng tempat produk-produk tersebut berkumpul kemudian terhanyutkan
oleh erosi. Pemindahan produk-produk terse but temtama terjadi melalui peristiwa yang di
kenal se bagai "perayapan" (creep), yakni pergerakan seperti glasir yang tidak nampak yang
dijalani oleh material pada sua tu kedalaman temp at berlangsungnya variasi-variasi musiman
dali kelembaban dan temperatur. Walaupun begitu, pada beberapa jenis batuan sebagian
besar pe rpindahan terjadi mclalui pe1istiwa penggelinciran yang berulang-ulartg pada selartg
waktu yang pendek. Kontinuitas lereng yang mengalami penggelinciran terganggu akibat
adany a reruntuhan longsoran (topografi !ongsoran). Oleh karena itu, pergerakan tersebut
biasanya dapat tersingkap melalui detil topografi lereng.
Sifat dari material residual , sepcrti halnya mekanisme perpindahan reruntuhan, men
cerminkan jenis serta sifat mekanika batuan lapuk di dasarnya. Misalnya, pada batuan
"dapat lamt" seperti batu gamping (limestone), biasanya terdapat suatu perbatas tajam
yang sangat tidak rata antara batuan utuh dart batuan yang scpenuhnya mengalami pe
lapukart. Dalam hal irti sama sekali tak ada lajur trartsisi. Batuan lapuk tersusun dari mineral
bahart pembentuk batuan induk yang tak dapat larut dan biasanya bempa butiran sangat
halus. Pemindahan remntuhan terjadi semata-mata melalui peristiwa p crayapan. Di bawah
lapisan yang "merayap'', tanah residual cenderung memiliki kohesi yang cukup berarti
schirtgga lercng, dertgart perbartdirtgart : horisortt al l terhadap vertikal 5, pada tepi galian
masih dapat stabil.
Sebalikrtya, transisi b ertahap dari batuart (yartg mcrtgalami pelapukart) ke arah batuan
(yang u tuh) merupakan karaktcristik bagi batuan igneous intrusif, misalnya granit, dart
juga batuart metamorfik tirtgkat tinggi seperti "gneiss", dengan pcrsentase bahart pemben
tUk micaceous yang rendah dan pcrsentase tinggi bahan yang sccara kimiawi tak stabil sc
pcrti feldspar. Pcmindahan reruntuhan yang tak d apat larut, scperti juga halnya pemindah
an reruntuhan batuan yang dapat larut, hanya terjadi melalui perayap an . Kemiringan tepi
galian dengan perbandingan: 3 (untuk arah vertikal) dan 2 (untuk arah horisontal) sangat
lah biasa bahkan pacta galian yang dalam sekalipu n. Kadang-kadang teljadi juga penggelin
ciran di titik-titik potong lereng dengan lajur gcser (shear zone) y ang mengalami pe
lapukan a tau di titik-titik di mana orientasi dan lokasi sambungan-relict (relict joint) sangat
tidak menguntungkan. Tempat t erjadinya penggelinciran jarang sekali diketahui pada
awal pelaksanaan pcmbangunan, sedangkan biaya pencegahan dengan mengurangi in
klinasi dari keseluruhan lercng agaknya merupakan penghambat. Pada sebagian besar
kasus, akan lcbih ekonomis apabila lereng dikurangi secukupnya untuk material yang utuh
di samping mcngadakan lebar dasar galian yang memadai u ntuk memungkinkan berkumpul
nya material yang bcrasal dari jatuhan yang sifatnya sewaktu-waktu serta dapat dibersih
kan dari waktu kc waktu tanpa menycbabkan penyumbatan parit-parit drainase di ujung
kaki lereng.
Tempat terjadinya longsor di masa lampau biasanya ditunjukkan oleh topografi dari
lereng-lereng. Galian-galian pada material longsoran scnantiasa menyulitkan, scbab
material termaksud menempati keadaan diam sesaat setelah faktor-keamanan yang dimili
kinya terhadap pergerakan lebih lanjut menjadL sama dengan satu. Seandainya lokasi ini
tidak dapat dihindari , maka pembangunan hendaknya didahului oleh drainase p ermanen
dan mendasar.

353

Tekanan tanah dan kestabilan lcrcng

Pi dalam lajur pelapukan batuan jcnis yang t a k dapat laru t , tidak jarang kocfisien
permeabilitas batuan yang mcngalami pelapukan naik/bertambah mulai dari bernilai
sangat kecil di dekat pcrmukaan tanah hingga mencapai nilai maksimum di dckat per
batas antara batuan yang mengalami pclapukan dengan batuan yang kuat. Dengan demi
kian, lajur batuan yang mengalami pelapukan akan membent uk ' 'kulit'' y ang relatif kedap
air di atas suatu lapisan yang tidak kedap air. Jika air masuk kc dalam lapisan tak kedap
air melalui suatu " gap" (celah) dalam kulit atau melalui belahan terbuka (open fissure) pa
da batuan yang kuat, maka dapat t erwujud kondisi artesian di dalam lajur tak kedap air se
dangkan lapisan atas yang kedap air dapat menggelincirkan lereng kendatipun sudut
inklinasi sedemikian kecilnya. Kemun gkinan ini diilustrasikan oleh c ontoh berikut.
Gambar 49.9 adalah sebuah penam pang melewati scbuah "pelana" dalam sederctan
buki t , yang memisahkan reservoir pcnyimpan di sebclah kiri dengan lembah yang dalam di
sebelah kanan. Pada pelana t ersebut dibuat scbuah tanggul-tanah yang kecil. Buk it

bukit tersusun dari gneiss dcngan "foliation dipping"1 ) sekitar 60 pada arah sumbu dari
tanggul . Pada puncak tcrsebut kcdalaman pelapukan batuan adalah sekitar 80 ft pada
Elevasi 1 300. Pembonin di sekitar titik ini menemukan suatu lapisan puncak yang terutama
terdiri atas lempung. Lapisan tersebut berada di atas lapukan gneiss yang lunak sampai se
dang yang kurang mengandung lempung dibandingkan lapisan puncak tadi. Selanjutnya di
bawah lapisan ini terdapat lapukan gneiss yang padat sampai keras di m ana dijumpai
tanda-tanda kehilangan air. Sebagaimana terlihat dalam gambar, kelandaian lereng di se

b elah kanan berkurang dari 1 ,5 (horisontal): 1 (vertikal) di dekat puncak sampai 5: 1 pada
Elevasi 1 1 00. Sebclum reservoir terisi , sama sekali tidak dijumpai bekas-bekas 1 ongsoran ;
pemindahan reruntuhan jelas hanya terjadi akibat perayapan .
Pada Elevasi 1 250 dipasang pipa-pipa tekan di atas tiang-tiang beton pada potongan
permukaan lereng dengan lebar sekitar 2 5 ft. Pcnggalian untuk masing-masing pondasi
tiang tcrsebut dihentikan pada kcdalaman di mana penggalian selanju tnya tidak lagi dapat
dilakukan kecuali dengan peledakan. Ketika tinggi air dalam rese rvoir mencapai Elevasi
1 30 5 , yakni sekitar 5 ft di at as elevasi b atuan 1apuk yang paling atas, pipa tekan me1entur
pada dua titik dan harus disangga . .Pada saat tinggi reservoir naik sampai Elevasi 1 320,
tiang-tiang penyangga dan tiang-tiang tambahan lainnya mengalami penurunan, dan se
buah mata air kecil memancar pad a Elevasi 1 1 00 , pada jarak sekitar 800 ft dari pelana. Ke-

Elev.

Timbunan

(ft)

- /400
Paras Piezome tric

- 1300

Gneiss yang
/apuk

Gbr. 4 9. 9. Pena mpang yang melalui pelana pada gneiss yang lapuk yang memisahkan re
servoir di sebelah kiri dengan Iembah yang dalam di sebelah kiri.

1) Kata " Foliation" adalah. istilah geologi untuk menyatakan orientasi paralel dari segaris (banding) mi
neral di dalam batuan. "Dip" adalah istilah geologi yang meny atakan sudut suatu bidang terhadap
bidang lain.

Masalah disain dan konstruksi

3 4

tika reservoir naik sampai Elevasi 1 380, menyemburlah lebih banyak mata air di atas Ele
vasi

1 100,

1 250
1 1 00 bergerak ke bawah kaki bukit sepanjang permukaan yang

dan seluruh bagian bawah lereng di antara pipa tekan pada Elevasi

dan mata air pada Elevasi

de kat ke perbatas atas batuan lapuk terse but . Namun , lereng galian yang hampir vertikal
dan lereng alarni yang curam di sebelah atasnya tidak bergerak secara jelas.

Sementara tinggi reservoir naik, tinggi piezometric juga naik pada lapisan sentuh 'ang
t ak kedap air dari lajur pelapukan (Gbr. 49.9).

Urutan peristiwa yang dibahas dalam alinea

di atas mengindikasikan bahwa tekanan hidrostatik pada lajur yang tak kedap air ber
tambah dalam arah menuruni bukit, dan bahwa l ongsoran berawal di kaki lereng pada
Elevasi

1 1 00 di man a tekanan hidrostatik melebihi be rat lapisan puncak di atasnya untuk

pertama kalinya.

Lereng Talus
Istilah

talus

menyatakan kumpulan lepas dari potongan-potongan batuan yang me

numpuk di kaki suatu karang batu yang terjal . Lereng dari gundukan talus tersebut biasa
nya antara

1+- sampai 1f (horisontal): 1

(vertikal). Umumnya lereng tersebut berada

dalam keadaan stabil . Longsoran paling sering terjadi ketika salju

sedang mencair dan

agak be rkurang pada saat badai hujan yang lebat. Sifat fragmen-fragmennya tampak tidak
berarti. Setelah longsoran dimulai, material yang jenuh mengalir dengan derasnya ke
bawah sambil mengangkut fragmen-fragmen batuan yang berukuran sampai beberapa
yard, menghantam jembatan-jembatan yang dilaluinya, dan menyebar di mulut lembah
seperti kipas. Longsoran ini yang disebut

banjir lumpur atau aliran batuan lumpur

biasa

nya terjadi di rangkaian pegunungan tinggi di setiap pelosok dunia. Pada lereng barat
dari Pegunungan Wasatch di U tah setiap ngarai mengandung tanda-tanda setidaknya sebuah
aliran batuan lumpur (Sharp e 1 938). Karena longsoran jenis ini terjadi tanpa memandang
kepadatan relatif atau karakter petrografic dari talus dan hanya pada lereng yang curam,
maka longsoran tersebut mungkin semata-mata disebabkan oleh tekanan rembesan dari
air yang menelus.
Di daerah Alpen batuan lumpur ternyata biasanya mengalir dengan didahului oleh
keringnya mata air yang memancar dari daerah akar aliran. Fenomena ini menunju kkan
pertambahan temporer ruang pori dari material talus sebelum penggelinciran terjadi,
sebagaimana halnya pertambahan angka pori dari contoh-contoh pengujian pasir padat
sebelum terjadi keruntuhan akibat geser (Pasal

1 5).

Karena longsoran pada talus tidak akan te1jadi tanpa adanya air yang berlimpah
limpah, maka bahaya longsoran semacam ini dapat diatasi dengan mencegah terjadi
nya penjenuhan temporer. Hal ini dapat diwujudkan dengan memasang drainase yang
dalam di sepanjang perbatas atas dari daerah yang dilindungi dan dengan menyelimuti
permukaan daerah tersebut dengan suatu lapisan tanah yang rel ati f t ak-permeabel. Di
berbagai keadaan drainase itu sendiri mendatangkan efek-efek yang diharapkan.

Penjalaran Mendadak dari Lereng Lempung


Pengalaman telah menunjukkan bahwa keru ntuhan lereng lempung akibat penjalaran
mendadak cenderung terjadi dalam siklus dengan perioda frekuensi maksimum berada pada
selang yang kurang lebihnya teratur. Karakteristik keruntuhan jenis ini diperlihatkan oleh
pergerakan mendadak lereng lempung yang landai di sepanjang bidang yang Iuas di mana
lempung tersebut mungkin sudah berada dalam keadaan stabil selama puluhan atau ratusan
tahun . Pada waktu yang bersamaan daerah di depan longsoran terangkat sangat jauh
dari ujung kaki lereng. Penyelidikan memperlihatkan bahwa penjalaran selalu terjadi
pada jarak yang jauh di bawah ujung kaki lereng, sepanjang perbatas antara lempung
dan lapisan di bawahnya yang mengandung air atau lapisan pasir atau lanau. Kemung-

355

Tekanan tanah dan kestabi/an lereng

Level Piezome tric pada Lapisan ss selama musim


(a)
hujan yang sanga t leba t

Lapisan batuan
a

_Jb t

(b)

I
j ======================P.=PH
S =========b
5
Oi
C Lapisan pasir ha/us yang
b
mengandung air

Gbr. 4 9. 1 0. (a) Kondisi geologi yang berkaitan dengan bahaya kerun tuhan lereng akibat
penjalaran. (b) Diagram gaya yang bekerja pada tanah di bawah lereng ab.

kinan penyebab kemntuhan lereng mendactak ctan yang seringkali menctatangkan ben
cana besar diilustrasikan oleh Gbr. 49 . 1 Oa.
Gambar 49 . 1 0a memperlihatkan suatu penampang yang melalui lembah yang ter
letak cti atas lapisan lempung lunak yang t ebal. Lapisan lempung tersebut berangsur
angsur menyusup ke arah kiri masuk ke ctalam pasir. Lempung yang memiliki kohesi rata
rata c itu menganctung lapisan horisontal pasir halus atau lanau kasar. seperti yang
diperagakan oleh lapisan S-S. Air pori ctalam lapisan S- S berhubun gan dengan air yang
beracta dalam massa pasir yang besar cti sisi kiri diagram tersebut . Garis tebal Ad dan Be
masing-masing menyatakan muka air tanah pacta pasir selama musim kering ctan musim
hujan yang luar biasa lebatnya . Garis putus-putus A b ctan Bg menyatakan tinggi piezo
metric yang bersangku tan un tuk air-poli pacta lapisan S-S.
Iisan ab digali pada lempung sampai kectalaman H. Setiap penampang horisontal di
bawah galian termasuk yang melalui lapisan S -S dikenai tegangan geser , karena lapisan
lempung cti atasnya c enderung menurun secara vertikal dan nienjalar secara horisontal
akibat pengaruh beratnya sendiri. Seandainya tekanan air-pori pacta lapisan S -S bernilai
renah yang berkaitan dengan garis piezometlic A b . tahanan geser cti sepanjang lapisan
s-s cencterung jauh lebih besar daripada jumlah. tegangan geser. Jika hal ini bena. ke,
stabilan lereng hanya bergantung kepada kohesi c dari lempung. Untuk sua tu sudut lereng
yang lebih kecil daripada 53 tinggi kritis He ctari lereng actalah
c

He = 5.52 -
"(

(49. 1 )

di mana 'Y adalah berat satuan lempung (Pasal 35). Jika d i bawah lapisan lempung
terdapat lapisan dasar yang kokoh dan tidak jauh dari dasar galian, maka karena renctahnya
nilai faktor kedalaman nD (Gbr. 35.2) tinggi kritis bahkan lebih besar lagi, dan ketinggi
an tersebut bertambah dengan sudut kelandaian yang semakin mengecil sampai 9cfr
untuk lereng bersudut 2 0 , seperti ditunjukkan ctalam Gbr. .. 3 5.3.
Akan tetapi, karena berlam t-larutnya musim hujan atdu mencairnya salju di permuka
an tanah di atas massa pasir yang besar, tinggi piezometric lapisan S-S bisa naik sampai ke
posisi yang ditunjukkan oleh garis Bg. Selama kenaikan tersebut berlangsung beban total
P per satuan luas pada lapisan S -S tak berubah, tetapi tekanan air-pori u ,.. bertambah. Ka
rena lapisan S -S terdiri atas tanah yang hampir tak berkohesi, maka tahanan gesernya
diten tukan oleh persan1aan

356

Masalah disain dan konstruksi


1s

(p -

7tw

tan

q,

( 1 7. 1 )

Dengan demikian, pertambahan tinggi piezometric 1apisan ini berkaitan dengan pe


ngurangan tahanan geser pada suatu penampang horisonta1 yang me1a1ui lapisan tersebut .
Segera setelah tahanan geser rat a-rata berkurang sampai ke nilai tegangan geser rata

rata, Jereng di atas lapis an S - S runtuh akibat terjadinya penjalaran, meskipun dalam
kenyataan lereng terse but mungkin masih tncmiliki faktor keamanan yang cukup terhadap
penggelinciran sepanjang permukaan berupa kurva yang berada di atas atau memotong
lapisan S -s.
Tinggi kritis lereng di atas S -S tidak pe rnah bisa 1ebih kecil daripada nilai yang di
dapat atas dasar asumsi bahwa te kanan air-pori uw sama dengan P (Pers. 1 7. 1 ), selanjut
nya tahanan geser di sepanjang lapisan S -S mcnjadi sama dengan no! . Implikasiimpli
kasi dari kondisi ini dii!ustrasikan dalam Gbr. 49 . 1 0 b yang menggambarkan penampang
vertikal melewati lereng ab dengan skala yang diperbesar. Berdasarkan Pers. 28. 1 0, tekanan
tanah aktif pada penampang vertikal aa1 adalah

PA

h (H + H1)2 - 2c(H + H1)

dan, berdasarkan Pers. 28 . 1 7 , tekanan tanah pasif pada bb 1 ada1ah

Jika tahanah geser pada

a1

b 1 sama dengan no!, maka akan berada pada ambang ke

runtuhan ketika PA = Pp, dan selanjutnya diperoleh

(49.2)

4'Y

Nilai ini amat mendekati nilai 3 ,85c('y yang berdasarkan Gbr. 3 5 .3 merupakan tinggi
kritis 1ereng vertikal. Dengan demikian, jika tekanan air-pori cu kup besar untuk meng
atasi gesekan pada lapisan S-S, maka tinggi kritis lereng di atas lapisan tersebut akan
berkurang sampai sedikit lebih besar daripada tinggi kritis 1ereng vertikal, tanpa mem
persoalkan berapa besar sudut lereng yang sebenarnya. Untuk lereng yang landai , efek
tekanan air pori ini mungkin melibatkan pengurangan tinggi kritis sebesar hampir 50%.
Selama musim hujan yang sangat lebat atau selama pencairan selimut salju yang tebal
sekali, muka air tanah naik di setiap tempat. 01eh karenanya, tahanan geser dari setiap
lapisan yang mengandung air berkurang, dan iereng y ang sebe1umnya selalu stabil mung
kin runtuh. Pada tahun 1 9 1 5 longsoran terjadi pada lereng yang sangat landai dengan t inggi
sekitar 40 ft, dalam batas-batas Perusahaan Semen Portland Kuic kerbocker pada (anak)
sungai Claveric k dekat Hudson, N.Y. Lereng berada p ada lempung "varved" yang terdiri
atas perselang-selingan lapisan lempung dan lanau, m asing-masing setebal
inci . Tiba
tiba, tanpa adanya p rovokasi yang jelas terlihat, lereng bergerak sejauh 1 200 ft, dan per
mukaan dataran di depan ujung kaki lereng terangkat setinggi 300 ft. Sepanjang jarak
sekitar 600 ft, dasar anak sungai tersebut terangkat mele bihi tinggi t anah di sekitarnya, dan
pengangkatan terse but terjadi begitu cep atnya sehingga ikan tingg:;l terdampar di atas pung
gung bukit yang landai yang sebelumnya merupakan kawasan penampang anak sungai ter
se but. Bangunan pembangkit tenaga listrik yang berada di daerah ini hancur, dan orang
orang yang berada di dalamnya menjadi korban. Longsoran ini merupakan satu-satunya
longsoran dari sekian banyak longsoran yang pernah terjadi pada lempung varved di Sungai

Hudson sejak sungai tersebut mengalami penurunan (Newland 1 9 1 6). Sejarah lembah
tersebut menunjukkan secara cukup jelas bahwa l ongsoran terjadi sangat sering dengan se
lang waktu kira-kira 20 atau 25 tahun, yang berkaitan dengan t ahun terjadinya curah hujan
maksimum.

357

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

Beda antara longsoran gravitasi biasa akibat tak cukupnya kohe'i lempung dan long
soran akibat penjalaran lapisan lempung diilustrasikan oleh Gbr. 49. 1 1 a dan b . Berbeda
dengan longsoran jenis a, longsoran jenis b terjadi hampir mendadak. Longsoran tersebut
mungkin saja tidak di dahului oleh deformasi yang terukur sekalipun dari massa tanah yang
pada akhirnya runtuh, karena daerah yang lemah tidak berada dalam lapisan lempun:z_
tersebut tetapi hanya di perbatas antara 1empung tersebut dan lapisan dasarnya. Se
lanjutnya, tinggi kri tis lereng yang berada pada lempung homogen bergantung hanya kepa
da sudut lereng dan kohesi rata-rata c, sedangkan tinggi kritis lereng pada lempung yang
berada di atas lapisan yang mengandung air atau lapisan tanah yang tak berkohesi bergan
air-po ri u "" dalam lapisan terse but. Ketika tekanan air
tung secara luas kepada tekanan
.
pori bertambah, tinggi kri tis berkurang dan mendekati nilai He (Pers. 49. 2) tanpa me
mandang berapa besarnya sudut 1ereng. Dengan demikian. jika tinggi lereng pada lem
pung dengan lapisan .p asir atau lanau yang mengandung air lebih besar daripada He . r.1aka
faktor keamanan lereng terhadap gelinciran tidak dapat ditentukan dengan i1andal ke
cuali kalau tckanan air-pori uw diketahui.
Perkiraan kasar dari nilai tekanan air-pori maksimum yang mungkin pada lapisan yang
mengandung air tersebut dapat dibuat atas dasar tlsiografi dan geologi umum dari dacrah
tempat lereng tersebut berada. Akan tetapi. nilai riil dari tekanan air-pori tidak dapat di
hitung baik dengan teori maupun atas dasar pengujian-pengujian laboratorium. :'\'ilai ter
sebut hanya dapat ditentukan di lapangan dengan mengadakan pengamatan-pengamatan
piezomettic. Dengan demikian. jika prasyarat terjadi longsoran jenis b (Gbr. 49. 1 1 ) mung
kin sekali terpenuhi , maka insinyur harus mempertimbangkan apakah konsekuensi-konse
kuensi p ra ktis yang akan dihadapi akibat longsoran tersebut. Seandainya tak ada jalan
lain kecua1i dengan membangun rintangan-rintangan pe!indung, maka insinyur dibenarkan
melaksanakan konstruksi di atas tanpa persyaratan-persyaratan khusus dan sadar sepenuh
nya bahwa 1ongsoran mungkin terjadi beberapa tahun atau dekade setelah masa konstruk
si terse but. Di lain hal. jika longsoran dapat menimbulkan kerugian jiwa atau harta benda
yang parah, pemasangan dan pengamatan periodik dari alat ukur tekanan air-pori me
rupakan ha! yang dapat dielakkan . Bilamana pun perhi tungan kestabilan yang didasarkan
pada hasil-hasil pembacaan alat ukur tersebut menunjukkan bahwa batas keamanan lereng
ternyata sempit, maka kita harus menghindari bahaya terse but dengan memasang drainase
drainase un tuk menjaga agar tekanan air-pori dalam lapisan tanah yang mengandung air
terse but tetap berada dalam batas-batas yang aman.

(a)-Longsoran Gravitasi Biasa


(Beberapa Jam)

(b) Kerun tuhan A kiba t Penjalaran


(Beberapa Menit)

Lapisan Lanau

Gbr. 4 9. 1 1 . Penampang melintang yang melalui longsoran yang umum terjadi pada lem
pung varved. (a) Jika tekanan air-pori pada lapisan lanau. tk- beraturan. (b) Jika tekanan
air-pori pada lapisan lanau hampir sama dengan tekanan overburden.

358

Masa/ah disain dan konstruksi

Rangkuman Masa/ah dan Prosedur


Dalam memilih rute jalan raya atau jalan kereta api , atau daerah untuk proyek yang
menghendaki dilakukannya penggalian-penggalian terbuka, tingkat kemampuan teknik
yang diperlukan bergantung secara sangat luas kepada sifat daerah yang dihadapi. Rancang
an dan konstruksi galian terbuka pada tanah yang baik sedikit banyaknya telah dibaku
kan, tetapi jika kita menghadapi kondisi tanah yang buruk, maka insinyur harus memiliki
kualifikasi-kuali fikasi yang tertinggi. Hal ini sebagian disebabkan oleh tak-berhingganya ke
ragaman dari kondisi tanah dan hidraulik yang mungkin mengakibatkan longsoran dan se
bagian lagi oleh kenyataan bahwa pertimbangan-pertimbangan ekonomi biasanya meng
hendaki hal-hal yang sama sekali berbeda dengan standar-standar keamanan pada umum
nya. Insinyur yang bertugas di daerah tersebut harus mampu mengidentifikasikan tanah
yang baik, buruk, dan sangat buruk atas dasar indikasi-indikasi permukaan dan pemboran
pemboran yang sekali -sekali dilakukan. la juga harus sanggup menggambarkan kesulitan
kesulitan konstruksi terbumk yang mungkin timbul di berbagai tempat yang mungkin,
dan mengevaluasi biaya dan keterlambatan yang berkaitan dengan ha! tersebu t.
Jika tanah yang buruk tak dapat dihindarkan, insinvur hams berhasil melaksanakan
!angkah-langkah berikut i ni :
paling kriti s dan mengeksplorasi daerah tersebut

lakJtrklltn pengambilan contoh tanah dan pengujian.


Memflih sudut lereng atas dasar persesualan yang dapa t diterima
al)l ekonomi dan keamanan.

den.
:

antara persyarat

Mendisain sistem drainase jika diperlukan.


M;:mperstapkan progra m pengamatan yang harus dila kukan selama . konstruk$1:
ulttuk menghilangkan keraguan.raguan atas daerah tersebut dan men ghapuskan resik
kecelakaan.
Menstabilkan lereng-lereng yang mulai bergerak dengan biaya dan
la'mbatan minimum.
1.

4.

Bagian yang Ialu dari pasal ini telah menjelaskan bahwa tak ada peraturan yang keras
dan bebas dapat dibuat lereng (Pasal 3 5) dapat digunakan dengan menguntungkan hanya
pada kesempatan-kesempatan tertentu ketika galian dilakukan massa tanah lempung yang
Junak sampai sedang dan agak homogen. Bila kita menjumpai tanah yang lain atau tanah
tanah kombinasi insinyur hams menyandarkan dirinya semata-mata p ada kemampuan
nya mengenali faktor-faktor yang menentukan kestabilan endapan tanah yang dihadapi
nya, pada kemampuannya menggambarkan implikasi-implikasi dari ketidaktentuan yang
masih tetap ada ketika proyek berada dalam tahap disain, dan pada kecerdikannya men
dapatkan cara-cara untuk mengatasi ketidaktentuan i ni selama l<onstruksi berlangsung.
Pengembangan hal-hal vital ini memerlukan p engetahuan geologi dan pengenalan me
nyeluruh dengan hukum-hukum yang berlaku pada interaksi antara air dan berbagai jenis
tanah. Hukum-hukum ini dimuat dalam Bagian I dari buku ini. Hukum-hukum ini hams di
tambahkan dengan pengetahuan yang luas mengenai pengalaman konstruksi galian dan
longsoran. Pengalaman pribadi hanya mempakan sebagian saja dari p engetahuan ini ; ha!
yang sama pentingnya adalah pengalaman yang dirangkumkan dalam riwayat-riwayat
peristiwa yang dibukukan dan diterbitkan.

Bacaan Pflihan
Beberapa publikasi yang membahas diskripsi, mekanisme atau perbaikan longsoran
dari segi pandangan yang terpadu. Di antaranya yang bermanfaat adalah :

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

359

Ladd, G. E. (1935). "Landslides, subsidences and rock -falls," Proc. A m. R wy. Eng. A ssn. ,
36, pp. 1091-1162.
Sharpe , C. F. S. (19 3 8 ). Landslides and rela ted phenom ena. New York , Columbia Univ.
Press. The classification of landslides is not suitable for purposes of the civil engineer,
but the descriptions of t he phenomena area valuable.
Terzaghi , K. ( 1 950 ). "M echanism of landslides," Geol. Soc. A m. , Engineering geology,
Berkey Vol. , pp. 8 3 -123 . Reprinted in From theory to practice in soil mechanics,
New York, John Wil ey and Sons, 1960, pp . 202- 245.
H RB (1958 ). " Landslides and engineering practice," Committee on landslide investigations,
Hwy. R es. Board Special Rept. 29, 232 pp.
Bacaan berikut ini memuat t ulisan-tulisan yang sangat baik yang berisikan longsoran
longsoran di berbagai t empat dan kondisi yang berbeda:
Newland , D. H. (1916 ). " Landslides in unconsolidated sediments," N. Y. State Museum
Bull. 1 8 7, pp. 7 9 - 105. Slides in varved clays on Hudson River.
Close , U. ad E. McCormick (1922). ' ' Where the mountains walked," Nat. Geog. Mag. ,
4 1 , pp. 445-464. Flow slides in loess in China.
Bjerrum , L. (1955). " Stability of natural slopes in quick clay ," Geot. 5, No. 1, pp. 101119 .
Skempton, A. W. and D. J. Henkel (1955). " A landslide at Jackfield, Shropshire, in a
heavily overconsolidated clay,'' Geot. , 5, No. 2, pp. 131-13 7 . The mechanism has
been reinterpreted in Skempton, A. W. (1964 ) : " Long-term stability of clay slopes,"

Geot. , 14, No. 2, pp. 7 7 - 101.


Deere, D. U. (1957 ). " S eepage and stability problems in deep cuts in residual soils ,
Charlotte , N.C.," Proc. A m . R wy. Eng. Assn., 58, p . 7 3 8- 745. Failures caused by
surface and subsurface erosion and presence of r elict joints.
Gould, J. P. (1960). "A study of shear failure in certain Tertiary marine sediments," Proc.
A SCE R esearch Conf on Shear S trength of Cohesive Soils, pp. 615- 641. Slides along
coastal area near Los Angeles, California.
Terzaghi, K. (1960b). "Memorandum concerning landslide on slope adjacent to power
plant, South America," From th eory to practice in soil mechanics, New York, John
Wiley and Sons, pp. 410-415. Details of investigations to control movement of slope
on tropically weathered residual soil.
Kjaernsli, B. and N. Simons (19 6 7 ). ' ' Stability investigations of the north bank of the
Drammen river," Geo t., 1 2, No. 2 , pp. 147 - 167. Circular slip in soft silty clay.

PASAL 50 PEMADATAN TANAH

Tujuan dan Metoda Pemadatan Tanah


Pada artikel yang lalu penulis membahas kestabilan massa tanah dalam keadaan alami
nya. Dengan menggali massa tanah semacam i tu dan mengendapkannya kembali tanpa pe
nanganan khusus, kompresibilitas, permeabilitas, dan porositas rata-rata tanah bertambah,
dan kemampuannya menahan penggerusan i nternal oleh air sangat berkurang. Oleh karena
nya, pada jaman dulu sekalipun pemadatan timbunan tanah untuk bendungan atau tanggul
telah biasa dilakukan . Di lai n hal, pemadatan tanggul jalan raya tidak dikerjakan dengan
cara khusus, karena permukaan jalan sudah cukup fleksibel sehingga tidak rusak akibat pe
nurunan timbunan. Sampai waktu belakangan ini timbunan jalan kereta api dibuat dengan
menimbun tanah secara lepas dan membiarkannya mengalami p enurunan akibat beratnya
sendiri selama beberapa tahun sebelum penempatan pemberat yang berkualitas tinggi.
Penurunan timbunan yang tidak dipadatkan tidak men datangkan kesulitan-kesulitan
yang serius sampai permulaan abad ke 20, ketika perkembangan yang cep at dari per
mobilan mengakibatkan makin meningkatnya kebu tuhan akan jalan dengan permukaan
yang keras. Pada waktu selanjutnya ternyata jalan beton yang dibuat pada timbunan

360

Masalah disain dan konstruksi

yang tidak dipadatkan cenderung patah dan bahwa permukaan pavemen t dengan kualitas
tinggi yang lain c enderung menjadi sangat tidak rata. Keperluan untuk menghindari
kondisi-kondisi yang tidak diinginkan ini membantu pengembangan metoda-metoda
pemadatan tanah yang memenuhi persyaratan ekonomi dan e fi siensi sekaligu s. Serentaknya
peningkatan aktifitas yang berkaitan dengan konstruksi bendungan t anah memberi dorong
an tambahan bagi pengembangan metoda-metoda pemadatan.
Penye!idikan-penyelidikan yang dilakukan membawa kepada kesimpulan bahwa tidak
ada satu pun metoda pemadatan yang sama cocoknya untuk semua jenis tanah. Lebih
j auh lagi, sejauh mana tanah terpadatkan oleh suatu prosedur tertentu bergantung secara
luas kepada kadar ai r t anah. Tingkat pemadatan yang tertinggi diperoleh bila kadar air
mempunyai su atu nilai tertentu yang disebut kadar kelem baban optimum (optimum mois
ture content), dan p rosedur untuk mempertahankan agar kadar air mendekati nilai op
timumnya selama pemadatan timbunan dikenal sebagai kontrol kadar kelembaban (mois
ture-content control).
Pada p okok kajian ulang berikut ini metoda-metoda yang ada untuk memadatkan
timbunan buatan di bagi ke dalam tiga kelompok, yakni : metoda yang c ocok untuk tanah
tak berkohesi , metoda untuk tanah lanauan atau pasiran dengan kohesi yang sedang, dan
metoda pemadatan untuk lempung. Akhirnya dibahas metoda-metoda untuk memadat
kan massa tanah alami dalam posisi asalnya.

Pemadatan Tanah Tak Berkohesi


Metoda-metoda untuk memadatkan pasir atau kerikil yang disusun dalam orde ber
kurangnya keefektifan a dalah metoda getaran, metoda pemberian air, dan metoda peng
gilasan: Dalam p raktek, kombinasi dari metoda-metoda ini juga digunakan.
Getaran dapat dihasilkan dengan cara yang primitip yaitu pemadatan dengan tangan
atau peralatan pneumatic atau dengan menjatuhkan beban yang berat ke atas tanah
dari ketinggian beberapa kaki. Akan tetapi, efek memadatkan dari p rosedur-prosedur ini
sangatlah bervariasi dan biasanya kecil karena keadaan resonansi jaraog didekati (Pasal

1 9). Basil yang terbaik dicapai dengan menggunakan mesin yang digetarkan p ada frekuensi

[1 yang dekat dengan frekuensi resonansi fo untuk tanah dan penggetar. Jika /1 hampir
sama dengan [0 , penurunan cenderung mencapai 20 sampai 40 kali lebih besar daripada

penurunan yang dihasilkan oleh be ban statik yang e kivalen dengan gaya penggetar.
Pemadatan yang efektip diperoleh pada pemadatan kerikil dan pasir yang kasar, atau
timbunan batuan yang terdiri atas partikel-partikel yang ukuran-ukurannya sebanding
dengan menggunakan penggilas berkapasitas 5 sampai 1 5 ton yang dilngkapi dengan peng

I"-

getar yang berope rasi pada frekuensi antara 1 1 00 dan 1 5 00 pulsa per m enit (Bertram.
1 963 ). Material dihamparkan lapis demi lapis mulai dari 1 2 dampai 1 4 inci tebah1ya, pada
beberapa keadaan lapisan yang lebih tebal sekalipun ternyata berhasil dipadatkan, tetapi
pemisahan selama penempatan material sulit dihindarkan. Ukuran maksimum partikel
hanya. dibatasi oleh tebal lapisan. Pemadatan dengan tingkat yang tinggi biasanya di
capai cukup dengan menggilas 2 sampai 4 kali lintasan dengan kecepatan t idak lebih
dari sekitar 1 ,5 mil per jam. Kontrol kadar-kelembaban t i dak lagi perlu dilaksanakan.
Material semacam itu juga terpada tkan dengan memakai penggilas beroda pneumatic yang
digerakkan dengan heavy track-mounted diesel tractor. Selama p roses penggilasan, timbun
an mungkin diberi tambahan air. Pemadatan-pemadatan pada kondisi-kondisi semacam
ini dihasilkan oleh traktor, bukan oleh penggilas. Untuk mencapai tingkat pemadatan
yang memuaskan biasanya peralatan tersebut perlu menggilas sebanyak enam sampai
delapan lintasan di suatu tempat tertentu, asalkan material diendapkan dalam lapisan
dengan tebal tidak lebih dari 1 ft.
Pada daerah yang terbatas proses pemadatan mungkin menggunakan penggetar kecil
yang dapat bergerak sendiri , dan dioperasikan secara manual. Berat pemadat tersebut her-

361

Tekanan tanah dan kcstabilan lcreng

variasi mulai dari beberapa ratus sampai beberapa ribu p ound, dan gaya penggetar dialirkan
ke tanah dengan frekuensi mendekati frekuensi resonansi untuk pemadat dan tanah melalui
pelat datar atau penggilas. Tebal lapisan yang dapat dipadatkan dengan efektif berkisar

mulai dari sekitar 4 sampai inci .


Pemadatan dengan pemberian air didasarkan pada kenyataan bahwa tekanan rembesan
air yang menelus menghancurkan kelompok butiran yang t idak stabil, dan penggenangan
air secara temporer seti daknya secara ringkas mcnghapuskan gaya-gaya kapiler. Pemadatan
semacam ini jauh kurang e fektif dibandingkan pemadatan dengan getaran . Ada dua macam
metoda yang digunakan. Pada salah satu metoda ini pasir diendapkan membentuk bukit
sepanjang kcdua sisi permukaan kerja dan dibasahi ke arah t engah p ermukaan dengan sem
protan air yang bertekanan 60 sampai 75 lb/inci 2 . Endapan yang terhentuk memi!iki
sedikit karakter endapan hidraulik. Pada metoda yang kedua air digcnangi pada permuka
an kerja sehingga meresap ke dalam Japisan pasir yang sebelumnya telah dihamparkan dan
keluar lagi melalui ujung kaki timbunan. Kedua metoda terscbut memerlukan air sekitar
1 ,5 yd3 per yard kubik pasir. Dengan membandingkan porositas timhunan sebe1um dan
sesudah menjalani p roses pemadatan di atas, tingkat pemadatan yang dip eroleh dengan
masing-masing metoda di at as ternyata re1atif rendah (Loos 1 936 ) . Secara p rakti s basil dari
proses pemadatan t erse but jangan diharapkan.
Penggunaan penggilas untuk memadatkan tanah tak berkohesi relatif tidak e fektif.
Hasil yang terbaik diperoleh jika secara praktis ada dalam keadaan jenuh . Akan tetapi, pada
pasir bersih air mengalir dengan c epatnya, dan mempertahankan keadaan jenuh mungkin
tidaklah praktis.

Pemadatan Tanah Pasiran atau Lanauan dengan Kohesi Sedang


Dengan meningkatnya kohesi, efek memadatkan dari getaran sangat berkurang, karena
ikatan yang Iem ah sekalipun antara partike\-partikel menggan ggu kecenderungan p C r
tikel-partike\ tersebut bergerak ke posisi yang lebih stabil . Lebih jauh lagi, rendahnya per
meabilitas tanah-tanah ini membuat pemberian air ti daklah efektif. Di lai n ha!, pemadatan
lapis demi lapis tanah memberikan hasil yang sangat memuaskan.
Pada umumnya digunakan dua jenis p enggi!as : pneumatic-tired rollers, dan tamping
atau sheepsfoot rollers. Pneumatic-tired rollers sangat cocok untuk memadatkan tanah
pasiran yang agak kohesif, tanah berbutir c ampuran yang berkisar mulai dari ukuran
kerikil sampai lanau , dan tanah lanauan yang tak-plastis. Sheepsfoot rollers sangat efe ktif
pada tanah-tanah plastis.
Pneumatic-tired rollers biasanya terdiri atas kereta beban yang ditopang oleh barisan
tunggal dari 4 roda yang dipompa dengan tekanan 50 sampai 1 25 psi. Roda dipasang se
demikian rupa sehingga berat beban disalurkan ke semua roda sekalipun pc rmukaan tidak
rata. Timbunan untuk bangunan biasanya dipadatkan dengan penggilas berkapasitas 25 ton
dan tekanan roda yang terhitung rendah di mana tebal akhir dari lapisan setelah pemadatan
sebesar 6 sampai 1 2 inci. Untuk t anggul dan ben dungan biasanya digunakan t ekanan roda
yang lebih tinggi, p enggilas dengan kapasitas 50 ton dan t ebal lapisan setelah pemadatan
mencapai 6 sampai 1 2 inci, sedangkan penggilas dengan kapasitas 1 00 ton dan tebal lapisan
setelah pemadatan sebesar 1 2 sampai
i nci kadang-kadang juga dipakai. Pemadatan yang
diminta biasanya tercapai dengan 4 sampai 6 kali !intasan penggilasan. Pada p royek besar,
atau p ada p royek di mana dijumpai material-material yang tak lazim, jumlah lintasan peng
gilasan hams ditentukan melalui pengujian lapangan p ada awal proyek.
Permukaan sheepsfoot rollers dibungkus dengan selimut p ri smatis a tau "feet", yakni
sebuah untuk setiap l OO inci2 dari luas penggilas. Mesin giling yang biasa d ipakai pada
konstruksi bendungan tanah mempunyai diameter sekitar 5 ft dan panjang kurang lebih
6 ft. Bilamana dibebani, penggilas tersebut memiliki berat sekitar 1 7 ton. " Feet"
memanj ang sejauh minimum 9 inci dari penggilas dan mempunyai luas 5 sampai 1 4 inci1

18

362

MaS11lah disain dan konstruksi

Berdasarkan u kuran "feet" tersebut, tekanan sentuh bervariasi mulai dari sekitar

sampai

600

3 00

lb/inci2 . Penggilas yang sedikit lebih kecil dan lebih ringan secara luas diguna

kan untuk memadatkan timbunan jalan raya. Dengan perlengkapan yang biasa dipakai, te
bal lapisan setelah pemadatan tidak boleh melebihi

i nci. Jumiah lintasan penggilasan

yang diperlukan harus ditentukan di lapangan dengan melakukan pengujian-pengujian pada


tanggul percobaan yang kecil. Pemadatan yang memuaskan biasanya didapat setelah
kali lintasan penggilasan (Turnbull dan Shockley

1 958).

Tanpa memandang jenis peralatan pemadatan atau tingkat kohes i tanah, keefektifan

prosedur pemadatan bergantung secara luas kepada kadar kclembaban tanah. Pernyataan
terutan1a berlaku untuk tanah berbutir halus yang seragam dan hampir bersifc.t tak-plastis.

Jika kadar air tidak mendekati nilai optimumnya, tanah semacam ini tidak bisa dipadat

kan sama sekali.

Jika tanggul pengujian dibangun oleh tanah yang sifat-sifatnya s eragam dan dengan

pcngawasJn yangcermat terhadap kondisi-kondisi di lapangan, dan jika tebal lapisan, jenis

peralatan pemadatan dan jumlah lintasan penggilasan semuanya dibuat konstan, keefektif

an pemadatan temyata hanya bergantung kepada kadar air tanah dalam lapisan tersebut

pada saat pemadatan dimulai. Keefektifan pemadatan diukur melalui berat padatan per
satuan volume, dikenal sebagai

kepadatati kering

(dry density). Hubungan antara kepadat

an kering dan kadar air yang diberikan mempunyai bentuk karakteristik seperti yang diper
lihatkan oleh kurva bergaris tebal

dalam Gbr.

kepadatan kering di puncak kurva disebut

50. 1 .

Untuk kondisi-kondisi pengujian,

kepadatan kering maksi mum (maximum dry


density) atau kepadatan kering pada pemadatan 1 00%, dan kadar air yang bersangkutan
dikatakan kadar kelembaban optimum. Kedua besaran ini bukan merupakan sifat-sifat

tanah itu sendiri. Misalnya, jika kapasitas penggilas diperkecil dan semua kondisi-kondisi

yang lain dipertahankan tak berubah, maka nilai kepadatan kering maksimum akan turun
dan kadar kelembaban optimum lebih tinggi daripada untuk penggilas yang lebih berat

sebagaimana diperlihatkan oleh kurva

b.

Penambahan jumlah lintasan dari penggilas yang

lebih ringan bisa menaikkan kepadatan kering maksimum, tetapi bahkan jika nilai ke

padatan tersebut hams mencapai nilai yang sebanding dengan nilai yang bersangkutan
untuk kurva

a,

maka kadar kelerhbaban optimum yang berkaitan dengan nilai 'Yd maks yang

\
\

"'
...

::::

E 140

{l

r::

Pori Udara No/

(a)

130

{l
lb
2-

120
0

30

Kadar Kelembaban vang diberikan dalam


% berat kering

Gbr. 50. 1 . Hubungan antara kepadatan kering dan kadar kelembaban y ang diberikan
untuk suatu tanah tertentu (a) pada prosedur pemadatan yang spesifik dengan mengguna
kan penggilas tertentu. (b) Pada prosedur pemadatan yang identik tetapi dengan penggilas
yang lebih ringan. Kedua kurva tersebut mendekati garis pori-udara-nol yang menyatakan
hubungan untuk tanah yang benar-benar jenuh.

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

363

baru cenderung melebihi kadar kelembaban optimum untuk penggilas yang lebih berat.
Perubahan serupa ada hubungan kerapatan-kelembaban untuk tanah tertentu menyertai
variasi-variasi dalam tebal lapisan dan dalam jenis atau berat peralatan pemadatan. Dengan
demikian, istilah pemadatan 100% dan kadar kelembaban optimu m untuk tanah tertentu
hanya mempunyai pengertian spesifik sehubungan dengan suatu prosedur pemadatan yang
spesifik. Meskipun demikian, untuk suatu material timbunan yang potensial, selama kon
struksi berlangsung kita perlu mengetahui apakah kadar kelembaban di lapangan berke
lebihan atau kurang terhadap nilai optimum untuk prosedur pemadatan yang cenderung
ditetapkan. Lebih jauh lagi, selama timbunan dihamparkan insinyur harus mempunyai
cara untuk menentukan apakah pemadatan yang ditentukan tersebut dicapai sekalipun
jika karakter tanah timbunan berubah dari waktu ke waktu . Persyaratan-persyaratan ini
membawa ke pengembangan pengujian-pengujian pemadatan di laboratorium.
Tujuan setiap pengujian pemadatan di laboratorium adalah menentukan kurva kelem
baban-kepadatan di laboratorium yang se banding dengan kurva serupa untuk material yang
sama ketika dipadatkan di lapangan dengan menggunakan peralatan dan prosedur yang cen
derung ditetapkan. Sebagian besar metoda-metoda yang ada saat ini berasal dari prosedur
yang dikembangkan oleh California Highway Department p ada awal tahun 30-an ketika
peralatan pemadatan mempunyai berat yang relatif ringan. Menurut p rosedur ini yang di
namakan Uji Proctor Standar (Standard Proctor Test) (Proctor 1 93 3 , ASTM D-698- 58T),
contoh dikeringkan, dilumatkan, dan dipisahkan menjadi dua fraksi dengan mengguna
kan ayakan no. 4. Sebanyak 6 lb fraksi yang lebih halus dibasahi dengan sedikit air dan
diaduk sampai merata untuk menghasilkan agregat yang lembab yang kemudian dimasuk
kan ke dalam wadah silinder yang dimensinya tertentu dalam tiga lapisan yang sama.
Masing-masing lapisan dipadatkan dengan 25 tumbukan memakai pemadat standar yang
(boleh) dijatuhkan dari ketinggian 1 ft. Ketika silinder selesai diisi dan ditandai pada bagian
atasnya, berat dan kadar air tanah lembah di dalam wadah tersebut ditentul<an. Dengan
menggunakan besaran-besaran ini, kepadatan kering dapat dihitung. Dengan cara yang
sama kita tentukan kepadatan kering untuk campu ran agregat yang lebih lembab lagi se
cara berturutan, sampai kepadatan kering setelah pemadatan berkurang secara menyolok
dengan meningkatnya kadar air. Kemudian kita plot kurva yang menunjukkan hubungan
antara kepadatan kering dan kadar air. Kadar kelembaban optimum yang sesuai dengan
uji Proctor Standar adalah nilai kadar air di mana kepadatan kering mencapai nilai mak
simum.
Karena pengaruh metoda pemadatan pada kurva kelembaban-kepadatan, maka tak
ada satu pun jenis uji standar, termasuk uji Proctor, layak diharapkan untuk menghasil
kan hasil-hasil yang keberlakuan bersifat umum . lnformasi yang meyakinkan mengenai
kadar kelembaban optimum dapat diperoleh hanya dengan melakukan pengujian-peng
ujian lapangan berskala besar dengan memakai peralatan pemadatan yang digunakan
di proyek yang bersangkutan.
Usaha-usaha p ernah pula dilakukan u ntuk mengembangkan metoda-metoda labora
torium yang lebih mendekati jenis-jenis peralatan lapangan yang biasa digunakan daripada
pendekatan yang dapat dicapai oleh uj i Proctor Standar. Usaha-usaha ini menghasilkan
berbagai modifikasi dari prosedur semula. Untuk peralatan modern yang berat , terutama
yang berhubungan dengan konstruksi bendungan tanah atau apron dan taxiway untuk
pesawat-pesawat udara yang berat, Uji Proctor yang Dimodifikasi (Modified Proctor Test)
(ASTM D- 1 5 5 7- 5 8T) cenderung lebih memadai. Johnson dan Sallberg (1 962) tel.ih me
ngembangkan berbagai jenis pemadat-peremas (kneading compactor) yang menghasil
kan kurva-kurva kelembaban-kepadatan yang lebih realistis, tetapi sebegitu jauh tak ada
satu pun dari pengujian-pengujian semacam itu yang diterima secara luas.
Kurva-kurva kelembaban-kepadatan yang umum untuk beberapa j enis tanah disajikan
dalam Gbr. 50.2. Kurva-kurva tersebut didapat dengan metoda Proctor Standar. Kurva a
menyatakan hubupgan kelembaban-kcpadatan untuk campuran pasir-lempung, b u ntuk

3 64

Masalah disain dan konstruksi


"' 140
.t

&

130

E:
..!)1 120

{!l

c::

l!l

{!l
"'

Gbr.

/10
100

/36

:V

-7

I
I tzo

1 /

I
I

I
V Il )2
b

I
I IlO
I

-a'

'
I
11
1/.4 14
zo
0
15
10
9 0
Kadar Air dalam % Bera t Kering
I

I
I

6
5

--

I /

50.2. Kurva-kurva kelembaban-kepadatan yang umum untuk berbagai jenis tanah.

(a) Pasir bergradasi baik dengan sedikit persentase lempung. (b) Lempung dengan plastisi
tas rendah. (c) Lanau anorganik yang n on-plastis. (d) Lempung dengan plastis tinggi.
tanah lempung dengan plastisitas rendah,
presibilitas rendah, dan

d untuk lempung

untuk lanau kasar yang seragam dengan knm

dengan plastisitas tinggi .

Bila kadar kelembaban tanah di lapangan lebih besar daripada nilai optimumnya, tanah
harus diberi kesempatan mengering di dalam tempat penyimpanannya atau setelah di
hamparkan. Jika sebalikny.t, harus ditambahkan ke tempat asal tanah timbunan tersebut
atau dengan menyemprotkannya sebelum pemadatan. Dengan cara yang layak biasanya
. kita mampu mempertahankan kadar air sebesar 2 atau

3%

dari nilai optimumnya. Akan

tetapi, untuk tanah tak-plastis yang seragam dan agak kohesif kadar air yang harus di
pertahankan mungkin lebih dekat lagi ke nilai kadar air optimumnya.
Berat satuan dan kadar air tanah diperiksa di lapangan dengan pengambilan contoh
tanah dan pengujian rutin. Untuk menentukan berat satuan, pada tanah yang dipadat
1
kan kita gali lubang yang bervolume seti daknya 2 0 ft3 , dan dengan hati-hati tanah gali
an tersebut diambil dan ditimbang sebelum terjadi pengurangan kelembaban akibat peng
uapan (evaporation). Volume tanah yang digali bisa Jiukur dengan salah satu dari beberapa
metoda yang ada. Pada sebuah prose dur yang le bih dulu dikembangkan dan lebih umum
digunakan, volume diukur dengan mengisikan pasir yang b e ra da dalam keadaan lepas ke da
lam lubang setelah berat satuan pasir dalam keadaan ini ditetapkan. Pasir dituang dari suatu
wadah yang ditimbang beratnya sebelum dan sesudah lubang diisi. Menurut prosedur yang
kedua, sebuah balon karet diletakkan di bawah suatu penutup horisontal dan disuntikkan
air kP- dalamnya untuk menyeuai kan bentuknya dengan bentuk lubang terse but ; volume
lubang ditentukan dengan mengukur volume air yang dimasukkan. Nilai kadar air pende
katan bisa didapat secara cepat dengan menentukan kehilangan berat akibat pengeringan
contoh tanah di dalam "pan" yang terletak di atas pelat yang p anas. Akan tetapi, dengan
sejumlah p engalaman secukupnya p ada proyek tertentu, seorang pengawas dapat meng
estimasi kadar air secara cukup akurat dengan melihat wuju d dan tekstur material. Jika
karakter material yang digunakan untuk timbunan sungguh bervaria si, atau jika pekerja
an berada pada daerah yang sering mengalami musim hujan, usaha memenuhi persyaratan
persyaratan kadar-kelembaban mungkin sangat memperbesar biaya konstruksi timbunan.

Kadar air p ada saat tanah dipadatkan mempengaruhi semua sifat-sifat tanah yang di
padatkan,

termasu k permeabilitasnya. Pengalaman menunjukkan bahwa penambahan

kadar air awal dari. nilai sedikit di bawah optimum ke nilai sedikit di atas optimum cen
derung mengakibatkan pengurangan yang besar dari koefisien p e rmeabilitas. Pengurangan
tersebut nampaknya bertambah dengan makin meningkatnya kandungan lempung dari ta
nah. Berkaitan dengan material inti (core material) untuk Ben dungan Mu d Mountain (Mud
Mountain Dam) yang mengandung sebanyak

3%

lempung dengan kadar montmorillonit

yang tinggi, penambahan kadar air dari 2% di bawah nilai optimum sampai 2% di atasnya

Tekanan tanah dan kestabilan /ereng

365

ternyata menurunkan koefisien permeabilitas sekitar 1 0.000 kali (Cary dkk. 1 943). Meski
pun mungkin ada sua tu pengaruh dari besaran ini yang dengan luar biasa diabaikan, tetapi
efek-efek yang jauh kurang p enting sekalipun selayaknya diperhatikan .

Pemadatan Lempung
Seandainya kadar air alami dari lempung yang berada dalam daerah tempat asal tim
bunan tidak mendekati kadar air optimum , maka mungkin sangat sulit mengubahnya
menjadi nilai optimum . Hal ini terutama sekali benar jika kadar air terlalu tinggi . Oleh
karenanya, maka mungkin kontraktor terpaksa menggunakan lempung dengan keadaan
hampir mendekati keadaan ketika lempung tersebut ditemukan.
Mesin penggali mengambil lempung dari tempat asal timbunan dalam bentuk bong
kahan. Sebuah bongkahan lempung tidak bisa dipadatkan dengan p rosedur-prosedur
yang telah diuraikan sebelumnya, karena baik getaran ataupun tekanan dengan durasi
pendek menghasilkan perubahan kadar air yang tak berarti. Akan tetapi, penggunaan
sheepsfoot roller ternyata efektif dalam mengurangi ukuran ruang-ruang terbuka antar
bongkah-bongkah lempung tersebut. Hasil yang terbaik dicapai jika kadar air sedikit lebih
besar daripada batas plastis. Seandainya terlalu besar lebilmya, maka lempung cende
rung melekat ke penggilas, atau penggilas cenderung terbenam ke dalam tanah . Jika
jauh lebih kecil, bongkahan lempv 1g tidak meleleh, dan ruang-ruang tersebut tetap ter
buka.

Pemadatan Massa Tanah don Timbunan yang Sudah Ada


Lapisan-lapisan tanah alami dan timbunan yang sudah ada tidak bisa dipadatkan
lapis demi lapis. Kenyataan ini meniadakan penerapan sebagian besar metoda yang di
uraikan sebelumnya, karena untuk menghasilkan pemadatan yang efektif alat pemadat
harus bekerja di bagian dalam massa tanah. Metoda yang paling cocok untuk suatu p royek
tertentu harus dipilih sesuai dengan sifat tanah.
Tanah tak berkohesi bisa dipadatkan secara sangat efektif dengan getaran. Metoda
yang paling sederhana untuk menghasilkan getaran pada kedalaman yang sangat besar ada
lah dengan memancangkan tiang-tiang. Ketika tiang dipancangkan ke dalam pasir yang
lepas, permukaan tanah di antara tiang-tiang biasanya menurun walaupun terjadi penurun
an pasir akibat pemancangan tiang-tiang tersebut. Pada suatu kesempatan, setelah tiang
tiang beton yang dicor di tempat sepanjang masng-masing 45 ft dan satu sama lainnya
berjarak 3 ft dari pusat ke pusat dipancangkan ke dalam pasir halus di bawah muka air
tanah, permukaan tanah turun sejauh 3 ft, walaupun volume tiang-tiang tersebut ekivalen
dengan lapisan setebal I ft. Pemancangan tiang mengurangi p orositas pasir mulai dari
sekitar 44% sampai kurang lebih 3 8%.
Endapan-e ndapan pasir yang dalam mungkin bisa juga dipadatkan dengan vibroflo
tation (Steurmann 1 939, D'Appolonia 1 953). Peralatan yang mcnghasilkan pemadatan ter
sebut terdiri atas sebuah penggetar yang digabungkan dengan peralatan yang dapat me
nyemprotkan air ke dalam lapisan pasir di sekitarnya. Mula-mula penggetar tersebut di
masukkan ke dalam lapisan pasir sampai kedalaman di mana lapisan pasir ingin dipadat
kan dan kemudian perlahan-lahan diangkat lagi . Pemadatan dihasilkan selama penggetar
bergerak ke atas, yakni melalui getaran yang digabungkan dengan pemancaran air. Operasi
tersebut memadatkan pasir dalam ruang berbentuk silinder yang berdiameter 8 sampai
10 ft dan dengan biaya yang sedang besarnya. Akan tetapi, mctoda tersebut sangat ber
hasil pada pasir bersih. Jika pasir mengandung campuran lanau atau lempung, hasilnya
cenderung mengecewakan.
Pemadatan yang memuaskan dari lapisan p asir sangat lepas yang tebal juga telah di
laksanakan, yakni dengan meledakkan sedikit dinamit di berbagai titik dalam lapisan
terse but. Persyaratan agar penerapan metoda ini berhasil sama dengan persyaratan untuk

366

Masalah disain dan konstruksi

proses vibroflotation. Pada satu dari lapisan semacam itu, yang meluas dari permukaan
tanah sampai kedalaman yang berkisar antara 1 5 dan 30 ft, telah diledakkan 8 lb bahan pe
ledak dengan kadar dinamit 60% pada kedalaman 1 5 ft. Vibrasi yang dihasilkan oleh ledak
an tersebut mengurangi p orositas pasir dari nilai awalnya sebesar 50% sampai menjadi
43% (Lyman 1 942). Pada bendungan Karnafuli, lubang penggerusan yang besar dengan
volume 60.000 yd3 diisi dengan memasukkan pasir bersih yang seragam (D 1 0 0 , 1 8 mm ,
u
2) ke dalam air dan memadatkan pasir tersebut dengan serangkaian le dakan pada
kedalaman 1 5 , 3 3 , dan 50 ft di bawah permukaan pasir dan biasanya pada masing-masing
ledakan digunakan 8 lb bahan peledak. Lubang-lubang tersebut berjarak horisontal 20 ft
sa tu sama lainnya. Bahan peledak yang paling bawah diledakkan lebih dulu, dan kemudian
diikuti oleh bahan peledak yang berada di tengah dan di atas dcngan selang waktu 4 jam ;
selanjutnya rangkai an peledakan yang keempat dipasang dan diledakkan pada kedalaman
25 ft. Porositas pasir berkurang mulai dari sekitar 4 7% sampai menjadi 4 1 % (Hall 1 962).
Tanah pasiran dengan sedikit kohesi dan timbunan tanah kohesif yang sudah ada juga
bisa dipadatkan dengari pemancangan tiang. Akan tetapi, pemadatan tanah-tanah semacam
itu bukan disebabkan oleh getaran-getaran sehubungan dengan pemancangan tersebut,
tetapi oleh tekanan statik yang mengurangi ukuran ruang-ruang pori . Jika tanah berada di
atas muka air tanah dan sebagian besar ruang p ori terisi oleh udara, efek memadatkan
dari pemancangan tiang biasanya sangat memuaskan. Akan tetapi, jika tanah berada di
bawah muka air tanah, efek ini berkurang secara cepat dengan menurunnya permeabilitas
tanah. Agar air dapat meuinggalkan ruang p ori, kita bisa memasang drainase-drainase dari
kerikil. Jadi, misalnya, prosedur berikut ini ternyata berhasil memadatkan timbunan napal
(marl) yang lepas yang ditempatkan dalam sel-sel dari turap cofferdam (Fitz Hugh dkk.
1 974). Pipa-pipa baja dengan diameter 1 2 inci dipancang ke dalam timbunan. Ujung bawah
masing-masing pipa ditutup piringan b aja yang terpasang secara lepas dan tetap tinggal di
dalam tanah ketika pipa dicabut. Setelah pipa dipancang sampai ke dasar napal, pipa diisi
dengan campuran kerikil dan pasir serta disumbat dengan penutup yang kedap udara.
Kemudian pipa dicabut dengan memompakan udara bertekanan 20 sampai 20 lb/ince ke
dalam pipa. Tekanan udara menjaga tanah yang lunak pada tempatnya dan mencegahnya
teremas ketika kerikil keluar dari pipa dan masuk ke dalam lubang tersebut. Konsolidasi
tanah di sekitarnya dipercepat dengan menimba air dari lubang-lubang drainase.
=

Tanah yang kompresibel seperti lempung, lanau yang lepas, dan seagian besar tanah
organik juga bisa dipadatkan dengan memberikan be ban tambahan atau beban pendahulu
an (surcharging or preloading). Daerah yang akan dipadatkan ditutupi d engan timbunan
yang mempunyai berat per satuan luas cukup besar untuk mengkonsolidasikan tanah se
cukupnya untuk memperbesar keku atannya atau mengurangi kompresibilitasnya sejauh
yang diperlukan dalam kurun waktu operasi penambahan beban. Tanah lanauan yang
mengandung lensa-lensa atau lapisan-lapisan pasir cenderung mengkonsolidasi hampir
secepat pemberian beban tambahan, tetapi waktu yang jauh lebih lama mungkin diperlu
kan untuk tanah-tanah yang lebih tak permeabel. Laju konsolidasi dapat dihitung dengan
menggunakan teori dalam Pasal 2 5 , tetapi estimasi mungkin sangat tidak handal karena
spasi dan tingkat kesinambungan dari lapisan-lapisan drainase yang lebih tak kedap biasa
nya tidak dapat ditaksir. Jika laju konsolidasi yang diperkirakan ternyata terlalu lambat,
maka lapisan drainase alami seringkali ditambah dengan p emasangan drainase-drainas e
pasir (sand drains) yang serupa dengan yang telah diuraikan dalam alinea sebelumnya.
Drainase-drainase tersebut biasanya mempunyai diameter minimum 1 2 inci dan ditempat
kan dalam pola segitiga atau segiempat dengan jarak 6 sampai paling banyak 1 5 ft. Spasi
yang diperlukan bisa dihitung dengan teori, tetapi kehandalan dari kesimpulan-kesimpulan
tersebut merupakan subyek dari keterbatasan-keterbatasan pengetahuan kita mengenai per
meabilitas yang sebenar dari endapan tersebut dalam arah horisontal dan vertikal. Carpen
ter dan Barber ( 1 953) telah menyempurnakan teknik-teknik pemasangan drainase-drainase
pasir tersebut hingga mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Sebelurrr beban tambahan di-

367

Tekanan tanah dan kcstabilan lereng

berikan di atas daerah tempat drainase-drainase tersebut diletakkan, kita harus meng
hamparkan selimut drainase (drainage blanket) yang tak kedap air agar air yang keluar dari
drainase tersebut bisa mengalir. Baik ada ataupun tak ada drainase-drainase pasir, tim
bunan yang merupakan beban tambahan tersebut jangan ditumpuk terlalu cepat atau
dengan kelandaian yang sedemikian rupa sehingga terjadi keruntuhan dasar a tau peng
gelinciran ; jika ada drainase, maka tindakan di atas mengakibatkan drainase cenderung
menjadi tak-kontinu dan dibuat tidak e fektif. Untuk menghindari penggelinciran smacam
itu, penambahan beban dan pemasangan drainase-pasir dilengkapi dengan peralatan untuk
mengamati penurunan permukaan tanah yang menyangga beban tambahan, tekanan air
pori dalam tanah, dan pengangkatan atau pergerakan lateral dari tanah asal yang berada di
luar batas-batas beban tambahan (Bab 1 2).
Lanau lunak di bawah muka air tanah diubah ke keadaan setengah-cairan (semiliquid
state) akibat pemancangan tiang: Dengan demikian, proses pemancangan tiang justru me
lemahkan tanah setidaknya buat sementara waktu bukannya memadatkan. Pemadatan la
pisan tanah semacam i tu hanya dapat dikerjakan dengan beberapa proses drainase , dengan
penambahan be ban, atau dengan-kom-binasi keduanya.

Bacaan Pilihan

Sherard, Woodward, Gizienski dan Clevenger (19 6 3 ) dengan jelas menguraikan peralat
an pem ada tan prosedur-prosedur, dan kontrol untuk bendungan tanah dalam buku: Earth
. and earth-rock dams, New York, John Wiley and Sons, ha!. 72 5.
,

PASAL Sl DISAIN TANGGUL DAN TIMBUNAN TANAH

Jenis-Jenis Utama Timbunan Tanah


Timbunan-tanah dapat kita bedakan menjadi tiga kelompok besar, yakni: timbun
an-tanah pada jalan raya dan jalan kereta a pi, tanggul sungai (levee), dan bendungan tanah.
Masing-masing tanggul tersebut tidak saja dibe akan berdasarkan fungsinya tetapi juga
berdasarkan faktor-faktor penting yang mesti menjadi perhatian apabila kita menentukan/
memilih kemiringan dari lerengnya. Pada uraian berikut ini, pemilihan kemiringan diasum
sikan untuk tanggul-tanggul yang berada di atas tanah-bawah permuban (subsoil) yang
stabil. Di dalam Pasal 52 akan . dibahas kondisi-kondisi bagi kestabilan dasar ianggul
serta pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh keadaan-keadaan yang kurang baik (tak
menguntungkan) pada tanah bawah permukaan terhadap tanggul-tanggul.

Pembuotan Timbunan- Tanah pada Jalon raya dan Ja/an Kereto Api di Masa Lolu
Sa!Upai tahun 1 930-an, timbunan tanah pada jalan kereta-api biasanya dibuat dengan
menumpukkan material dari tempat lain dari jembatan kayu tempat kereta melintasi celah
atau di atas timbunan yang telah siap. Timbunan semacam ini dipandang memuaskan jika
bersifat stabil permanen. Oleh karcna tidak dilakukan pemadatan buatan (artificial), maka
pecahan batuan tidak ditempatkan dulu di bawah jalur lintasan kercta-api sampai
timbunan-tanah yang bersangkutan mengalami " pencuacaan" (seasoned) selan1a bebcrapa
tahun lamanya. Scpanjang jangka waktu itu , timbunan akan mengalami penurunan akihat
beratnya sendiri. Bcsar penurunan tcrsebut adalah sekitar 3% clari tingginya jika timbunan
tersusun dari batuan, scdangkan untuk timbunan yang tersusun dari material mengandung
pasir adalah sekitar 4% dari tingginya dan untuk timbunan yang mengandung banyak lem
pung sekitar 8%. Untuk mcnccgah terjadinya penu runan/tcnggclamnya tanah pacta jalur
lintasan kcreta-api, maka puncak timbunan biasanya dihuat lchih tinggi dari yang scmcsti
nya scbcsar nilai pcnurunan yang dipcrkirakan akan tcrjadi.

368

Masalah disain dan konstruksi

Kemiringan standar untuk timbunan-tanah pada jalan kereta-api yang dibuat dengan
cara ini adalah 1 ,5 (pada arah horisontal) her banding 1 (pada arah vertikal). Dalam pada
itu, penting diingat bahwa timbunan dengan ketinggian 1ebih dari 1 0 atau 1 5 ft akan
cenderung runtuh baik selama pembuatannya ataupun sete1ah mengalami beberapa kali
musim kering/kemarau, seandainya tumbuhan tersebut banyak mengandung tanah lem
pung. Karena alasan ini, da1am p raktek, sudut kemiringan dikurangi mulai dari puncak
1 ,5 : 1 menjadi 3 : 1 di dasar timbunan. Insinyur yang menangani pembuatan timbunan
biasanya dilimpahi tugas untuk mengambil keputusan apakah karakter yang dimiliki lem
pung menyebabkan keharusan untuk memperata lereng. Walaupun begitu, kadang-kadang
insinyur yang berpengalaman pun banyak salah/gagal dalam mencirikan karakter tanah
yang bersangkutan, dan sebagai konsekuensinya penampang timbunan mengalami ke
runtuhan. Jika demikian halnya, lereng selanjutnya diperbaiki dan kestabilannya ditambah
baik dengan membuat timbunan yang rendah di sepanjang kaki lereng yang bergerak ke
arah luar ataupun dengan menggunakan dinding batu yang kering, mungkin dilengkapi
oleh drainase inti .keras (hard core).
Karena bertambahnya kepadatan dan berat lalu lintas, maka bagian sebelah atas tim
bunan yang tersusun dari lempung atau lempung kelanauan sering menjadi lunak, terutama
kalau dignangi air sehingga batuan alas jalan (ballast) cenderung menekan ke bawah tim
bunan dan membentuk lubang (dangkal) di mana air akan terkumpul di sini dan selanjut
nya akan memperlunak bagian timbunan yang ada di bawahnya. Perusakan alas jalan yang
berlanjut seperti ini menyebabkan ongkos perawatan jalan menjadi besar. Dalam kaitan
ini, di tahun 1 940-an telah dicoba mengembangkan berbagai metoda penstabilan. Metoda
yang paling berhasil di antaranya adalah penginjeksian pasir dan semen dalam bentuk
"grout" ke bagian sebelah bawah batuan alas jalan (Smith dan Peck 1 9 55).
Timbunan pada jalan raya yang mula-mula sekali, juga dibuat dengan menumpuk
tanah begitu saja. Standar kemiringan yang ditetapkan di Amerika Serikat bervariasi dari
1 ,5 : 1 sampai 1 ,75 : 1 . Penurunan yang dialami setempat jelas mengakibatkan ketidak
nyamanan lalu lintas, dan sering membuat hancurnya permukan jalan . Untuk lintasan
kereta api, secara rutin dapat ditinggikan dengan menambahkan batuan alas(ballast) di
bawah balok landasan rei, sedangkan perkerasan jalan raya hanya dapat dipertinggi dengan
cara mengganti permukaan yang bersangkutan (resurfacing) atau, sampai sejauh tertentu
di bawah perkerasan beton dengan "penyuntikan lumpur" (mud jacking). Di samping itu,
sehelum timbunan pada .i!llan niya dibuat mampu digunakan untuk Ialu lintas cepat, pen
cuacaan timbunan tidaklah mungkin berlangsung. Karena itu, dalam satu dekade setelah
"jalan keras" moderen mulai dikenal, penyebaran material menjadi berlapis-lapis dan pe
madatan dengan menggunakan peralatan penumbuk (hauling) dan mesin penggilas men
jadi umum dipraktekkan.
Telah diketahui bahwa sifat dari tinibunan yang dipadatkan dengan cara ini terutama
bergantung pada sifat-sifat fisis dari material timbunan yang bersangkutan. Sebagai konse
kuensinya, berbagai jawatan dan biro jalan umum berusaha mengkorelasikan sifat tanggul
yang dipadatkan dengan sifat indeks (index properties) dari material timbunan. Usaha
usaha tersebut mengarahkan ke cara penentuan kualitas tanah berdasarkan nilai batas
Aterbergnya serta kepadatan kering yang dipadatkan maksimum yang ditentukan melalui
uji Proktor Standar atau melalui kesetaraan lokal yang dimilikinya. P ersyaratan-persyaratan
seperti yang tercantum dalam Tabel 5 1 . 1 diambil sesuai dengan pengalaman di beberapa
tempat, dan sayangnya dian1bil begitu saja untuk tempat yang lain kendatipun tidak
dengan pengalaman yang sama dengan yang disebut terdahulu. Pembatasan kadar air hing
ga nilai beberapa persen dari kelembaban optimum jarang dispesifikasikan dan diperlukan,
asalkan persentase minimum yang dispesifikasikan untuk kepadatan kering proktor maksi
mum (maximum proctor dry density) telah tercapai.

369

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

Tabe/ 51. 1
Persyaratan untuk Pemadatan Tanah Tanggul
Diam bil dari: 1946 Construction and Material Specifications
of the Department of Highways, State of Ohio
Kondisi I

Kondisi 11

Timbunan tanah setinggi l 0 ft


a tau kurang dan tak mengalami
banj i r ya ng mel uas

Timbunan tanah dengan tinggi lebih


dari 1 0 ft, ata u mengalami banjir
dalam waktu yang panjang

Persyaratan MiniBerat Kering


Laboratorium yang
maksi m u m *

(lb/ft3 )

Berat Kering

di Lapangan
(Persen berat kering
m aksi mu m di
la boratorium)

Laboratorium yang

9 4,9-000,0
95 ,0- 1 02,9
103,0- - 1 09,9
11 0,0 - 11 9,9

89,9-000,0
90 ,0 - 1 0 2 , 9
1 0 3 ,0 - 1 09 , 9
1 1 0,0 - 11 9,9
di atas 1 20 ,0
*

mum Pemadatan

1 00
98

95
90

a ksi mum *

(lb/ft3 )

Persya:ratan Minimum Pemadatan


di Lapangan
(Persen berat kering
maksimum di
laboratorium)
:j:

1 02
lOO

98
95

d i atas 1 20,0

Berat kering laboratorium maksimum ditentukan melalui Uji Proktor S tandar seperti yang dibica

rakan dalam Pasal 50.

Tanah yang memiliki berat kering maksimum kurang dari 90,0 lb/ft

:j:

Tanah dengan berat kering maksimum kurang dari 95,0

ngan digunakan untuk tanggul

lb/ft3

dianggap tidak baik dart ja

dianggap tidak baik dan tidak dapat

digunakan untuk tanggul yang tergolong dalam persyaratan ko ndisi 11 dan juga tidak dapat

digunak:an

un bik lapisan atas setebal 8 inci dari tanggul yang akan menjadi alas suatu perkeraSiln yang tergolong

dalam persyara tan kondisi I.

Kecuali persyaratan di atas, tanah harus juga memiliki batas-cairan (liquid limit) yang tidak: lebih

dari 65. Di samping itu, untuk tanah yang memiliki batas cairan di antara 35 dan 65, indeks pJastis

minimumnya jangan kurang dari nilai yang diperoleh :lari rumus: (0,6 batas-cairan) - 9,0.

Pembuatan Timbunan- Tanah pada Jalan Raya dan Jalan Kereta Api di Masa kini
Pada dasarnya tidak ada perubahan/perbedaan dalam prosedur pembuatan timbun
an-tanah pada jalan raya dan jalan kereta-api, !<arena hampir semua jalan raya atau jalan
kereta api yang baru, dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan kernampuan memikul
beban yang lebih berat dan memungkinkan kendaraan bergerak dengan laju lebih cepat.
Apabila mungkin digunakan material-material butiran kecil (granular) stabil, namun peng
hematan dari segi ekonomi umumnya memaksa pemakaian material lain yang paling mi
rip, tanpa mempersoalkan bahan organik penyusunnya, asalkan saja bukan tersusun dari
bahan organik yang sangat kompresibel. Pada sebagian besar kondisi, tirnbunan disebar
dengan menggunakan buldoser menjadi lapisan-lapisan setebal sekitar 1 kaki dan dipadat
kan dengan mesin giling sampai diperoleh berat kering yang. dispesifikasikan. Kontrol ka
dar kelembaban jarang dispesifikasikan. Untuk material granular lereng standar dibiar
kan sebesar 1,5 : l . Untuk tanah kohesif bervariasi dari sekitar 2: 1 j ika tinggi t imbunan
1 0 ft sampai menjadi 3 : 1 jika tinggi timbunan 100 ft.
Prosedur seperti disebut .di atas umumnya memberikan hasil-hasil yang memuaskan
jika kadar air yang dimiliki material di dalam tempat asaL tanah timbunan tidak me-

370

Masalah disain dan konstruksi

lebihi nilai optimum Proktor standar sebesar lebih dari beberapa persen. Seandainya ta
nali penimbun terlampau basah kita mungkin menghadapi kesuli tan dan hambatan yang
serius. Oleh karena itu, aspek yang paling penting dalam survey tanah bagi material tim
bunan yang berbutir halus adalah memastikan relasi antara kadar kelembaban dengan nilai
optimumnya. Kecuali itu, informasi ini pe rlu dilengkapi oleh penentuan batas plastis dan
cairan yang akan menjadi dasar dalam menentukan kemungkinan bahwa material penim
bun dapat dikeringkan sampai ke kadar kelembaban optimum di bawah kondisi cuaca yang
ada (berlaku).
Seandainya kadar kelembaban terlampau besar dan cuaca terlampau basah untuk me
mungkinkan pengeringan efektif, maka pengaruh dari usaha pemadatan tidak akan bisa
memenuhi persyaratan spesifikasi bahwa 90 sampai 95% berat kering standar harus di
capai . Di bawah kondisi seperti ini, para insinyur haruslah menyeli diki kekuatan yang akan
diberikan oleh material timbunan setelah material t ersebut, dengan kadar kelembaban
yang alarni dimilikinya, ditempatkan dan dengan memanfaatkan peralatan pengangkutan
dan pemadatan untuk menghilangkan ruang-ruang pori y ang besar. Biasanya hanya per
alatan yang ringanlah yang bisa bekerja dengan baik pada timbunan semacam itu . Dengan
demikian i nsinyur selanjutnya harus memilih kerniringan timbunan untuk mendapatkan
faktor keamanan, y ang sesuai , terhadap pelampauan kekuatan material yang telah ditem
patkan itu . Pada kebanyakan kasus, timbunan-tanah yang baik/cukup m emuaskan dibuat
pada kadar uap air sedemikian hingga paling tinggi hanya 50 sampai 70% dari kepadatan
Proktor standar saja yang dapat dicapai (Jimenez-Quinones 1 963).
c uaca yang tropik lembab, derajat sa.trasi taa -t nah residual acaka i mend kati
.
nila1 1 00% dan usaha mengurang kadar uap an men]adi tldak prakt1s. Leb1h Jauh lag1, se-

l..J?:

andainya tanah-tanah dikeringkan dalam rangka mewujudkan uji p cmada tan, m aka karak
teristik tanah dapat berubah secara drastis dan tak reversibel serta kurva-keccpatan uap dari
laboratorium mungkin sama sekali tak ada kai tan dengan kondisi yang dijumpai di
lapangan.
Contoh ekstrim kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh pengeringan tanah sebelum
dilangsungkan uji pemadatan, diperagakan dalam Gbr. 5 1 . ! , yang merujuk ke abu Peepee
keo, yakni tanah vulkanik yang mengalami pelapukan yang terdapat di sebagian besar
bagian lembab dari pulau Hawaii (Willis 1 946). Batas cairan abu ini adalah sekitar 240%
dan batas plastis sekitar 1 3 0%. Pengeringan udara mengakibatkan tanah tidak plastis
(non-plastic). Diketahui bahwa kadar air alami hampir mencapai 200%. Jika suatu sampel
dipadatkan berdasarkan p rosedur proktor standar pada kadar air t ersebut, maka kcpadat
an-keringnya akan sekitar 25 lb/ ft3 . Kita akan mendapatkan relasi seperti disajikan oleh
kurva a seandainya tiap-tiap sampel dari sederetan sampel dibiarkan mengalami pengering
an hingga mencapai kadar air yang berbeda, dan selanjutnya dipadatkan. Tetapi, kalau ta
nah dikeringkan hingga mencapai kadar air 1 0% dan suatu kurva kerapatan-uap air dipero
leh dengan cara biasa dengan menambahkan uap air ke sampel yang dikeringkan , maka ber
arti kurva b yang kit a dapatkan. Kurva ini memiliki puncak pada kadar uap air 3 5% yang
berkaitan dengan kepadatan kering maksimum 77 lb/fe . Usaha untuk mengeringkan mate
rial di lapangan ke kadar uap air optimum yang ditentukan dengan cara ini merupakan usa
ha yang sia-sia. Lebih jauh, pemakaian mesin giling untuk memadatkan akan mengubah ta
nah menja di fluida yang mengalir dari tanggul (embankment). Di samping itu, telah diketa
hui bahwa material yang kurang baik ini dapat digunakan untuk membangun timbunan sta
bil pada jalan raya dengan tinggi l ebih dari 90 ft dan kemiringan 1 , 5 : 1 dengan meletakkan
nya seperlahan mungkin dalam lapisan setebal 4 ft menggunakan buldoser )rang amat ri
ngan (Hirashima 1 948). Ken datipun sifat yang dimiliki oleh abu Peepeekeo tidaklah biasa,
pengalaman serupa juga teramati dengan lebih sedikit pada tanah-tanah lain yang meng
alami pelapukan tropik dan mengandung oksida hidrat besi dan alumina, atau halloysitc
mineral lempung (Terzaghi 1 95 8 b , Jiminez-Quinones 1 963). Penurunan yang nyata dari
batas cair akibat pengeringan udara menimbulkan kecurigaan terhadap tanah tersebut.

371

Tekanan tanah dan kestabilan /ereng

70 --

\\ \

\ye- Pori
"

(a)

"

'

'

Udara No/

'

'

'

'

......

......

.......

.......

......

Ka dar Uap Air Dalam % Bera t Kering

160

/80

200

Gb 5 1 . 1 . Kurva kerapatan uap air yang diperoleh melalui prosedur Proktor standar un
tuk a bu "peepeekeo" dari Hawaii. (a ) Kurv a yang diperoleh dengan mengeringkan masing
masing sampel berurutan dari kadar air alaminya sampai kadar air di mana sampai meng
alami pe madatan. ( b) Kurva yang diperoleh seandainya tanah dikeringkan sampai \\' = I O 'lc ,
sehingga selanjutnya air ditambahkan dan sampel-sampel dipadatkan dengan cara biasa
un tuk mewujudkan uji proktor (Willis 1 946 ) .

Pemakaian lempung yang agak kaku dalam membuat tanggul mungkin akan melibat
kan ekspansi bertu mtan mclalui "pembengkakan" saat bersentuh:m dengan air. Kalau eks
pansi yang terjadi tidak seragam (sama). maka akan cendemng terjadi rctakan, dan se
!anjutnya struktur !empung dapat mcngalami disintegrasi (pelumhan) dan lercng mulai
mengalami pengelupasan.
Meluasnya pembengkakan pada sebuah timbunan bergantung pada kapasitas pem
bengkakan yang inheren dimiliki oleh material yang bersangkutan serta pada faktor-faktor
seperti : kadar uap air di tempat timbunan di!etakkan, derajat/ tingkat serta metoda pcma
datan yang diadakan. dan tckanan yang berasal dari berat bagian yang mcndasari tanggul.
Pengamh gabungan dari faktor-faktor tcrsebut terhadap sebuah timbunan yang tcrsusun
dari potongan lempung kaku yang telah digulung dapat diselidiki dengan menyiapkan
sampel yang representatif yang sesuai dengan keadaan awalnya di dalam t imbunan. Ma
sing-masing sampel dimasukkan ke dalam cincin konsolidasi dan dikenai suatu tekan
an yang kelak sama dengan tekanan yang akan dialami lempung di suatu tit ik di dalam
timbunan. Selanjutnya air dibiarkan memasuki batuan porous yang menyelimuti bagian
atas dan dasa r sampel, kemudian pertambahan volume yang terjadi diukur. Kita akan
menetapkan baik t idaknya material melalui kccenderungannya untuk membengkak.
Seandainya pertambahan volume akibat tekanan vertikal yang diantisipasi dalam timbunan
melampaui nilai sekitar 5%, maka timbunan dianggap cenderung tak memuaskan.
Biaya pclaksanaan uji pembcngkakan serta berbagai kctidakpastian yang tercakp
di dalam menginterpretasikan hasil-hasilnya membenarkan usaha-usaha untuk meng
i dentitl kasi material-material penimbun yang mempcrlihatkan kapasitas pembengkakan
inheren yang berlebihan. Pada umumnya diketahui bahwa potensial inheren untuk mem
bengkak bergantung pada indeks plastisitas (Holtz dan Gibbs 1 956a, Seed dkk. 1 962),
sepcrti ditunjukkan dalam Tabel 5 1 .2.
Seandainya hams digunakan suatu lempung yang memiliki kapasitas pembengkakan
inheren yang tinggi sampai dengan yang sangat tinggi, maka kita dapat meminimalkan pe
ngamh-pengamh pembengkakan dengan menempatkan lempung pada kadar uap air yang

Masalah disain dan konstruksi

372
Tabe/ 51. 2
Re/asi Pendekatan Antara Indeks Plastisitas
dan Kapasitas Pembengkakan lnheren

K a pasltas P e m be ngkakan lnheren

! nd e ks p las t!S!tas
0 1 5

Lunak

20- 5 5

Tinggi

1 0 3 5

Gedang

3 5 00

San gat Tinggi

( Disusun oleh Seed d kk. pada tahun 19 6 2 )

paling tinggi yang dapat diwujudkan dalam praktek serta dengan menggunakan sembarang
material yang tak membengkak pada bagian terluar dari timbunan. Berat dari beban tam
bahan, kendatipun hanya beberapa kaki, di atas material y ang membengkak akan mengu ra
ngi ekspansi secara cukup besar dan menghasilkan "rugi" (hilangnya) kekuatan lempung.

Tanggul Sungai (levee) atau Dike


Tanggul sungai berfungsi sebagai pelindung bagi tanah yang rendah terhadap p asang
.
naik, air bah, atau luapan air sungai/lau t . Pe rbedaan utamanya dengan bendung penyim
pan air adalah : Lereng bagian dalam hanya terendam air selama beberapa hari a tau minggu
untuk tiap tahun ; lokasinya ditentukan oleh tuntutan perlindungan terhadap banjir tanpa
mempersoalkan apakah kondisi p ondasinya memadai atau tida k ; dan material timbunan
mesti diambil dari tempat (yang dangkal) yang terletak dekat tanggul sungai. yang ber
. sangkutan. Kondisi-kondisi semacam ini menghasilkan ketakpastian dalam mendisain struk
tur-struktur termaksud . Meskipun demikian, tanggul sungai di beberapa tempat telah men
jadi kebutuhan dari sejak awal kehidupan masyarakat dimulai sehingga sebagai konsekuen
sinya seni pembuatannya telah berkembang ke tingkat kesempurnaan.
Jika kondisi tanah tempat material timbunan berasal bervariasi dari satu titik ke titik
lainnya, maka penampang lintang tanggul biasanya dipilih bersesuaian dengan persyaratan
persyaratan dari material yang p aling jelek yang akan digunakan. Di samping itu per
timbangan perlu juga diberikan terhadap derajat kebebasan y ang memungkinkan kontrak
tor memilih waktu dan metoda pembuatan. Pada beberapa distrik-tanggul, metoda pe
nempatan tanah dikontrol secara tegar, sedangkan pada distrik-tanggul yang lain kontrak
tor dibebaskan memilih berbagai metoda pembuatan yang ada. Pengaruh metoda pembuat
an terhadap biaya sebuah tanggul sungai terutama bergantung p ada rasio antara biaya
untuk p ekerja tangan dan peke rja mesin. Karena rasio t ersebut sangat beragam dari satu
'
negara ke negara lain, maka usaha pembuatan dengan biaya murah menghasilkan aturan
aturan yang berbeda-beda pula. Sebagai contoh, sebelum perang-dunia II, di negara-negara
seperti Jerman dan Belanda di mana pekerja tangan murah, tanggul-tanggul sungai dibuat
dan dipada tkan dengan cermat dengan kemiri ngan y ang tajam. Sebaliknya, tidak ada usaha
memadatkan tanggul sungai di lembah Mississippi sebab tanMul tanpa pemadatan dengan
kemiringan/le reng yang landai akan lebih murah da ripa da tanggul yang dipadatkan derigan
penampang lintang j auh lebih kecil (Buchanan
Asia dibuat dengan kemiringan

2:1,

1 938).

Banyak tanggul sungai di Eropa dan

sedangkan t anggul sungai di s epanjang sungai Missis

sippi umumnya memiliki kemiringan bagian dalam

3:1

dan kemiringan bagian luar

6: 1.

Ke du a tipe pembuatan y ang disebut d i atas itu timbul dari p roses lamban "coba-coba"
(trial and error) dan keduanya berperan sama baiknya pada kondisi yang berlaku d i daerah
asal material timbunan tersebut.

3 73

Tekanan tanah dan kestabiian lereng

Namu n, di Amerika Serikat sekalipun, di daerah dataran tinggi dan kaya, lereng-le
reng yang curam mungkin perlu dipertimbangkan dengan matang jika dilihat dari segi eko
nomis.

Sementara tanggul-tanggul sungai di sepanjang bagian bawah sungai Mississippi

dibuat dengan lereng yang mendatar, tanggul-tanggul di lembah sungai Ohio yang me
rupakan daerah industri jauh lebih curam. Kecenderung2n seperti ini makin nyata pada
tahun-tahun belakangan dan mendorong penggunaan metoda-metoda teoretis untuk men
disain tanggul-sungai, bahkan un tuk tanggul-sungai di daerah di m ana sist em tanggul-sungai
telah ada dari semula. Di pihak lain, jika di daerah-daerah seperti itu faktor- faktor ekono
mi tidak berubah secara berarti, maka mekanika tanah hanya baik dimanfaatkan dalam
mengkorelasikan pengalaman pembuatan dan perawatan dengan sifat- sifat irrdeks dari
tanah yang menjadi material konstruksi. I nformasi yang didapat seperti ini akan meng
hilangkan cara duga-duga dalam mengklasifikasikan tanah yang terdapat di tempat pe ng
arnbilan mat erial timbunan yang baru . Penerapan metoda-metoda teoretis dalam men
disain suatu tanggul-sungai di daerah di m ana telah ada beb erapa tanggul-sungai me
rupakan hal yang pe rlu juga dipikirkan. Pada daerah seperti ini, metoda "coba-coba " men
jadi terlalu lamban dan mahal, sedangkan pengalaman yang didapat dari pembuatan sistem
tanggul sungai sebelumnya sulit dimanfaatkan sebagai penuntun . Hal ini disebabkan catat
an-catatan yang tersedia hanya beberapa saja yang menyajikan data lengkap/cukup menge
nai sifat-sifat dari material konstruksi. Karena itu, pen disain dipaksa untuk menggunakan
meto da-me toda yang dipraktekkan dalam mendisain bendungan- bendungan tanah.
Dalam Pasal 52 kita akan membicarakan pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi
kondisi yang ada d i tanah bawah permukaan terhadap kestabilan tanggul-sungai (Levees)
serta tanggul-tanah (earth embankment) lainnya.

Bacaan Pilihan

Casagrande, A. U 949). "Soil Mechanics in t he design and c onstruction of the logan air
port " , J. Boston S oc. Civ il Engrs 3 6 , No . 2 . ha!. 1 9 2 - 2 2 1 . Dicetak ulang dalam Co n
trib u tion to Soil Me cha n ics 1 94 1 - 1 953, Boston Soc. CiYil Engrs. 0 9 5 3 ), hal. 1 76205. Timbunan lempung yang diletakkan secara hidraulik.
AREA (19 55). " Soil engineering in railroa d construction". Proc. A m . R w.J Eng. A ssn. ,
56, hal. 694-702. Disain t anggul jalan kereta api untuk m enghindarkan kesalahan/
kelemahan yang lazim dij u m pai.
,

..

PASAL 5 2 KESTABILAN DASAR TANGGUL

Jenis-Jenis Kenm tuhan

Dasar

Tanggul dan bendungan tanah sedapat mungkin dibangun di tas tanah yang relatip
tak-komp resibel dan kokoh. Akan tetapi, di kebanyakan daerah tanggul jalan kereta api
atau jalan raya harus dibuat di atas dataran rawa yang luas atau lembah-lembah yang ter
pendam dan terisi dengan lempung a tau lanau lunak. Tanggul sungai (Levee) harus di

dirikan di de kat saluran-saluran banjir, tanpa menghiraukan kondisi-kondisi tanah. Bah


kan bendungan tanah ka dang-kadang harus ditempatkan di daerah yang didasari oleh ma
terial yang tidak diinginkan. Pada semua keadaan ini disain tanggul harus disesuaikan
tidak hanya dengan karakter material timbunan yang tersedia, tetapi juga dengan kondi
si-kondisi di bawah permukaan.
Keruntuhan dasar (base failure) mungkin terjadi dalam beberapa cara. Timbunan
mungkin terbenam bulat-bulat ke dalam tanah peny angganya. Kecelakaan semacam itu di
namakan

keruntuhan dengan tenggelam

(fail ure by sinking). Di lain hal, timbunan ber

sanla-sama dengan lapisan tanah pendukungnya mungk.in menjalar di atas lapisan lem-

374

Masalah disain dan konstruksi

pung yang luar biasa lunak atau di atas bagian-bagian lapisan pasir atau lanau yang mc
ngandung air yang tertekan (Pasal 49 dan Gbr. 49. 1 1 b). Peristiwa ini dinamakan kenm
tuhan dengan penjalaran (failure by spreading). Jika t anggul menahan suatu massa air, tang
gal bisa juga runtuh akibat pipa-pipa selokan, yang diakibatkan oleh erosi ke arah belakang
mulai mata air yang memancar dari tanah di dekat ujung kaki timbunan. Akhirnya, ke
runtuhan dasar bisa terjadi di bawah tirnbunan yang terletak di atas lapisan pasir yang
sangat lepas karena pencairan pasir. Keruntuhan jenis ini jarang terjadi kecuali pada saat
gempa bumi-gempa bumi besar (Ambraseys 1 960). Kemungkinan pancaran di bawah
tirnbunan dengan ketinggian sedang jauh bisa dikurangi dengan pemadatan pasir dengan
salah satu metoda yang diuraikan dalam Pasal 50. Keruntuhan akibat pipa-pipa dibahas
secara tepisah d alam Pasal 63. Dengan demikian, pasal ini hanya membicarakan kerun
tuhan-keruntuhan dasar dengan tenggelam atau penjalaran.

Metoda-Metoda untuk Menyelidiki Kestabilan


Disain timbunan yang akan dibangun di atas lapisan lempung scnantiasa h arus di
dahului oleh eksplorasi tanah yang menyeluruh yang meliputi pemboran, pengambilan
contoh tanah, dan pcngujian. Hasil-hasil eksplorasi menginformasikan disainer mengenai
profil tanah dan sifat fisik tanah. Langkah selanjutnya adalah menghitung faktor ke
amanan timbunan terhadap keruntuhan dasarnya (Pasal 3 5). Pada kondisi-kondisi nor
mal, kondisi-pondasi tidak dipandang memuaskan kecuali kalau faktor keamanan terhada p
keruntuhan dasar selama a tau segera setelah konstruksi minimal sama dengan 1 ,5.
Kondisi-kondisi untuk kestabilan dasar timbunan dan metoda-metoda untuk men
cegah keruntuhan dasar dibahas dalam u rutan berikut ini: timbunan di atas tanah yang
sangat lunak atau berawa-rawa, timbunan pada lapisan lempung lunak yang tebal dan agak
homogen, timbunan di atas tanah yang terstratifikasi yang mengandung lapisan-lapisan
lempung lunak yang agak homogcn, dan timbunan pada lempung yang mcngandung bagi
an-bagiart pasir atau lanau (sand or silt partings). Kon disi tanah pada kedua jenis timbun
an yang pertama cenderung dikaitkan dengan keruntuhankeruntuhan dengan tenggelam,
dan kondisi tanah p ada kedua jenis timbunan y ang terakhir dihubungkan dengan kerun
tuhan dengan penjalaran.

Timbunan pada Leml!ung atau Lanau Organik yang Sangat Lunak


Endapan alam jenis ini biasa terdapat di dae rah-daerah yang dulunya didiami oleh
danau-danau di pinggir laut (lagoon) atau danau-danau yang dangkal . Bagian pinggir dari
endapan dangkal semacam itu cenderung menyangga pertumbuhan dari lumut gambut atau
jenis-jenis tumbuhan rawa lainnya. Lanau atau lempung masuk ke dalam danau dalam ben
tuk suspensi bercampur baur dengan hancuran bahan-bahan pembentuk organik yang ha
nyut ke dalam danau dari bagian pinggir tadi. Dengan demikian, en dapan berbutir halus
dalam massa air semacam ini cenderung memiliki kadar organik yang tinggi . Angka pori
alami dari endapan tersebut biasanya jauh lebih b esar daripada 2. Endapan tersebut mung
kin mengandung lapisan-lapisan gambut a tau terbenam di bawah lapisan gambut.
Seandainya permukaan endapan semacam itu sebelumnya tidak pe rnah memikul
overburden , tanah di bawah permukaan cenderung tak mampu menyangga berat tim
bunan lebih dari beberapa kaki. Pada kebanyakan daerah tanah berawa yang lunak ter
tutup oleh lapisan yang tebalnya beberapa kaki dan lebih kaku dibandingkan dengan lapis
an tanah di bawahnya dan diperkuat secara efektip oleh jaringan akar yang rapat. Lapisan
tersebut bertindak seperti sebuah rakit dan bisa memikul, setidaknya buat sementara
waktu, berat timbunan dengan tinggi beberapa kaki. Namun, timbunan pada p ondasi
semacam itu terus mengalami penurunan yang berlebihan selama bertahun-tahun atau
puluhan tahun, dan catatan selama pemeliharaan menunju kkan bahwa timbunan tersebut
bahkan seeara mendadak runtuh melalui lapisan (rakit) pcndukung di atas lama se-

375

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

)
.,... - --------

Gelombang
Lumpur vang
Berpindah

Tekanan
Fluida
dari Lumpur'"

Lumpur Lunak

::- ,-,:_ :b: ::',::: ., . . . . ,:,:: :_:;,':'''''':::': : ' : ; - .,, ,:-c,:-:- .:' '

Pasir

Gbr. 52. 1 . Diagram yang memperlihatkan gaya-gaya yang bekerja pada tanah yang ber
batasan dengan bagian timbunan yang terbenam yang dibangun dengan metoda peralihan.

sudah masa konstruksi. Dengan demikian, jika timbunan bersifat permanen, kesinambung
an lapisan rakit di atas harus dihancurkan sebelum timbunan ditumpuk, agar material
timbunan dapat berpenetrasi ke dalam lapisan-lapisan yang lebih lunak.
Karena biaya dan manfaat relatip dari berbagai metoda untuk konstruksi timbunan
p'ada dataran berawa tergantung kepada kedalaman Japisan lunak, m aka konstruksi harus
didahului dengan penyiapan peta kontur dari dasar yang kokoh tersebut. Seandainya tebal
lapisan lunak tersebut tidak melebihi 5 atau 6 ft, maka penggalian tanah lunak itu mung
kin merupakan tindakan yang ekonomis. Jika tebal lapisan lunak tadi melebihi angka di
atas, biasanya kita lebih baik membiarkan timbu nan ditenggelamkan agar mengganti tanah
lunak terse but. Prosedur ini dinamakan metoda peralihan (displacement method):
Untuk mempercepat penetrasi m aterial timbunan dan mempcrsingkat masa penurun
an yang akan berlangsung, timbunan bisa dibuat sampai sctinggi 1 5 atau 20 ft di atas ke
tinggian akhirnya. Sebagai suatu alternatif pcnetrasi bahan timbunan dapat dilakukan
dengan meledakkan tanah bawah yang lunak. Jika posisi dari dasar lapisan yang lunak di
ketahui, jumlah bahan yang diperlukan untuk pembangunan timbunan itu dapat diper
kirakan secara agak akurat selama konstruksi berlangsung,
Kondisi keseimbangan timbunan di mana dasarnya dibuat dengan metoda peralihan
diilustrasikan oleh Gbr. 52. 1 . Bidang sentuh ah dikenai tekanan tanah aktif y ang dihasil
kan oleh material timbunan , Perpindahan ah ke arah kiri ditahan oleh jumlah dari tekanan
cairan bahan yang lu nak dan gaya yang diperlukan untu k mengatasi kohesinya. Jika
penetrasi timbunan dibantu oleh penambahan beban temporer atau o1eh peledakan, gaya
yang menghasilkan peralihan yang bersangkutan ternyata jauh 1ebih besar daripada gaya
yang hckcrja pada ah setelah konstruksi. Lebih jauh 1agi, setelah timbunan selesai di
bangun. hahan yang lunak tcrsebut mcmperoleh kembali sebagian dari kekuatannya yang
hila:ng se lama proses pergeseran (Pasal 4 ). Oleh karenanya, j ika tirn bunan mempunyai
penampang mdintang sama seperti yang ditunjukkan dalam Gbr. 5 2 . 1 , penurunan puncak
timbunan yang terus berlangsung cenderung menjadi tak bertalian segera setelah konstruk
si.
Contoh yang te1 kenal dari suksesnya penerapan metoda peralihan adalah kanal Kiel
yang dibangun pada tahun 1 887- 1 89 5 . Sepanjang jarak sekitar 1 2 mil kanal hams dibuat
pada Japisan gamhut dan lempung organik yang sangat lunak dengan tebal sampai 30 ft.
Pada beberapa hagian tanah begitu lunaknya sehingga orang tidak dapat berjalan di atas
nya. Metoda _ pembangunan kanal pada bagian-bagian ini diilustrasikan o!eh Gbr. 52.2.
Pada sisi dalam dari garis tengah setiap tanggul rencana, timbunan pasir dibuat seperti di
tunjukkan oleh garis putus-putus. Timbunan ini memindahkan bahan yang lunak melewati
pinggiran yang lebar hampir ke bawah ke tanah yang kokoh. Timbunan ini berfungsi se
bagai dasar tanggul dan merupakan bagian teiatas dari lereng kanal akhiri1ya. Untuk me
ngurangi bahaya longsor selama konstruksi, pengga!ian tidak dirnu1ai sampai 6 bulan setelah
timbunan tersebut ditempatkan. Sekalipun demikian, longsoran tetap terjadi pada bebe
rapa tempat.

Masa/ah disain dan konstruksi

376
7 imbunan Tambahan

Gbr.

5 2.2. Penampang yang umum dari Kanal Kiel (Fulscher 1 89 8).

Salah satu dari longsoran itu digambarkan dalam Gbr. 52.3. Gambar ini menyajikan
empat tahap berurutan dalam penggalian kanal tersebut. Tahap kedua b diikuti oleh long
soran, yakni tahap c di mana selama tahap ini timbunan pasir bergerak ke arah garis
tengah kanal. Untuk mengakhiri konstruksi, masih diperlukan penimbunan lebih banyak
pasir (tahap d), kemudian penggalian diselesaikan tanpa kecelakaan lebih lanjut (Ful
scher 1 898).
Sehubungan dengan konstruksi timbunan jalan kereta api dan jalan raya, metoda
peralihan disederhanakan menjadi prosedur rutin. Prosedur tersebut bahkan disarankan
sebagai sarana untuk konstruksi bendungan timbunan-batuan dengan tinggi sekitar 1 00 ft
melintasi Teluk Cobsock (Cobsock Bay) pada proyek Passamaqu oddy di Maine (Hough
1 938).

Lapisan tanah lunak dengan p ermeabilitas rata-rata yang relatif tinggi pada arah hori
sontal dapat dibuat memadai untuk menyangga berat timbunan yang ditempatkan di atas
nya dengan. menggunakan drainase-drainase pasir (sand drain), mungkin ditambah dengan
timbunan-timbunan penambah beban (Pasal 5 0).

Timbunan pada Lempung Homogen yang Lunak


Pada pembahasan berikut, dianggap bahwa permukaan lempung berada sangat dekat
ke dasar timbunan, tebal lapisan lempung tersebut minimal sama dengan lebar dasar tim
bunan, dan lapisan bersifat agak homogen.

Pasir

Gbr.

52. 3 . E mpat tahap berturutan dalam penggalian Kanal Kiel pada tanah y ang luar

biasa tunak.

377

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

Keruntuhan timbunan pada dasar semacam itu mempunyai karakter yang umum dari
ker.untuhan dasar sepanjang lingkaran titik tengah (Pasal 3 5 ). Akan tetapi, bagian p aling
atas dari permukaan gelinciran berada dalam timbunan buatan, dan tahanan geser pe r
satuan luas sepanjang bagian ini berbeda dengan tahanan geser sepanjang bagian bawah
nya. Langkah pertama dalam membuat p erhitungan kestabilan adalah 'menetapkan tahanan
geser tertutup rata-rata (average undrained shearing resistance)

sepanjang bagian bawah

permukaan gelinciran, atas dasar survey atas kekuatan lapisan lempung tersebut. Langkah
kedua a dalah menentukan t ahanan geser rata-rata s2 sepanjang bagian pe rmukaan ge
linciran yang berada dalam timbunan . Tahanan geser ini mungkin terdiri atas kohesi dan
gesekan atau hanya gesekan saja. Dalam analisa kestabilan timbunan riil diganti dengan
lempung ideal (</>

0 ) yang

mempunyai kohesi sama dengan s2 . Sebagai pendekatan per

tama keruntuhan dianggap terjadi sepanjang lingkaran titik tengah (midpoint circle ) ; akan
tetapi, lingkaran kritis riil harus ditentukan dengan cara coba-coba (trial and error).
Karena keruntuhan yang terus berlangsung, kekuatan geser rata-rata sepanjang pe rmuka
an gelinciran mungkin lebih kecil daripada kekuatan puncak rata-rata

dan s2 yang " di

bebani" (weighted) (Pasal 1 6).


Biasanya diperlukan faktor keamanan terhadap keruntuhan dasar minimal sebesar
1 , 5 . Dengan mempertimbangkan kesalahan-kesalahan yang tak terelakkan dalam meng
estimasi tahanan geser rata-rata dari lempung, faktor ini ternyata sangat rendah. Meski
pun demikian, untuk memenuhi persyaratan, timbunan yang tinggi pada lempung yang
lunak harus diberi lereng yang sangat landai. Dengan demikian, jika timbunan yang ting
gi juga sangat p anjang, mengingat tinjauan ekonomis faktor keamanan dapat dikurangi
sampai 1 ,2 atau 1 , 1 , dan memperhatikan hasil-hasil pengamatan selama konstruksi untuk
mendeteksi ancaman longsoran dan mencegah longsoran dengan melakukan modifikasi
modifikasi lokal dalam disain.
Keruntuhan dasar tanggul yang berada di atas tanah lempung biasanya didahului oleh
pe rgeseran lateral secara perlahan dari material di bawah ujung kaki (toe) dan oleh peng
angkatan be rangsur-angsur dari jalur-jalur lebar yang masing-masingnya berada di stiap
sisi timbunan. Laju pergeseran bertambah semakin dekat ke saat keruntuhan. Jika gerakan
tersebut

terdeteksi

pada

keadaan awalnya oleh alat-alat pengamatan yang memadai

(Bab 1 2), keruntuhan bisa dicegah dengan menutup daerah tersebut dengan lapisan tim
bunan yang tebal.
Longsoran akibat keruntuhan dari dasar lempung yang lunak umumnya terjadi selama
atau segera setelah konstruksi, karena kemudian kekuatan dari timbunan be rangsur-angsur
h,'leningkat akibat konsolidasi. Seandainya longsoran telah terjadi, biasanya kita bisa me
nent.ukan p o sisi perm:!Jkaan gelinciran dengan menggunakan lubang-lu bang pengujian atau
indikator-indikator lereng dan menghitung tahanan ge ser rata-rata dari lempung dengan
akurasi yang sangat tinggi. Jadi n ilai yang diperoleh tersebut dapat dipakai sebagai dasar
untuk men disain ulang. Gambar 52.4 mengilustrasikan prosedur tersebut. Gambar ter
sebut menyaj ikan p enampang yang melalui timbunan jalan raya yang. terbuat dari kerikil
yang dipadatkan dengan baik. Timbunan tersebu t ditempatkan di atas endapan lem
pung lanauan organik (Gottstein 1 93 6). Keruntuhan terjadi ketika puncak timbunan ber
ada

8 ft

di bawah ketinggian akhirnya. Massa tanah yang memiliki berat efektif

sal 1 2) runtuh akibat berotasi terhadap titik


imbangan berupa kerikil scberat w1

0. Momen p enggeraknya adalah

Wl.

W (Pa
Beban

ditambahkan untuk melengkapi timbunan dengan

garis kerja berjarak horisontal 11 dari 0. Beban imbangan tersebut diberi dimcnsi sedcmi

kian hingga momennya W1 / 1 , ditambah momen yang diakibatkan oleh tahanan geser

sepanjang permukaan gelinciran, mclcbihi momcn p cnggcrak dari timbunan scluruhnya


sebcsar

50

pcrsen. Sisi kanan Gbr.

52.4 mcmpcrlihatkan p enampang yang melalui tim

bunan yang sudah sele sai . Bagian atasnya setinggi

8 ft dibuat dari sinder (cinder) yang di

gilas agar berat timbunan tetap sekecil mungkin. Setelah konstruksi beban imbangan ter
sebut, tak ada lagi gerakan kccuali scdikit penurunan akibat konsolidasi dasar timbunan.

378

Masalah disain dan konstruksi

100 '

Lempung
Organik

@-M-&L:MWOA
Lapisan Batuan

Gbr. 52.4. Penampang yang melalui timbunan kerikil pada endapan lempung lunak yang
seragam . Sisi kiri menunjukkan gambaran utama dari keruntuhan selama konstruksi ; sisi
kanan me mperlihatkan pembangunan kembali timbunan yang distabilkan dengan meng
gunakan be ban imbangan berupa kerikil (Gottstein 1 9 36 ).

Setelah timbunan tanah berhasil dibangun di atas p crmukaan massa lempung yang
homogen, dasar timbunan perlahan-lahan menurun akibat konsolidasi lapisan lempung
di bawahnya . Besarnya penu runan bisa menjadi besar sckali . Penurunan tersebut hams di
estimasi dengan menggunakan p rosedur yang dijabarkan dalam Pasal 4 1 , dan puncak
timbunan dibuat berada pada jarak yang sesuai di atas ketinggian akhir. Selama konso!ida
si berlangsung, daya dukung timbunan bcrtambah.
Pengamatan-pengamatan pada timbunan batuan yang dipakai sebagai dasar konstruk
si penahan ombak (breakwater) mendapatkan bahwa penurunan tirnbunan semacam itu
tidak hanya bergantung kepada sifat-sifat lapisan !empung di bawahnya tctapi juga secara
luas kepada metoda konstmksi. Pada abad yang tcrakhir timbunan dibuat dengan me
numpukkan batu-batu besar ke dalam air. Prosedur ini menghancurkan sama sekali struk
tur dari !apisan lempung yang teratas dan mcngakibatkan konsentrasi tegangan lokal yang
besar p ada material di bawahnya. Penurunan timbunan sangatlah besar. Konstruksi pena
han ombak yang lama di pelabuhan Spezia, ltali, merupakan sebuah contoh dari timbunan
di atas. Gambar 5 2 . 5a menyaj ikan penampang timbunan tersebut. Keda!aman air adalah
33 ft, dan kadar air lempung yang lunak mendekati 1 00%. Hasil-hasil pengujian beban me
nunjukkan bahwa lapisan-lapisan di bawahnya mempunyai kekuatan kompresif bebas se
kitar 0,5 ton/ft 2 Konstruksi dirnulai pada tahun 1 862. Untuk menjaga agar puncak
timbunan berada pada e!evasi yang hampir konstan meskipun terjadi penun:nan yang cc
p at, perlu dilakukan penambahan material p ada tirnbunan. Ha! ini dengan sendirinya
memp ercepat p enumnan. Selama waktu 50 tahun material yang ditambahkan tersebut
ekivalen dengan lapisan setebal 60 ft. Sementara penurunan bertambah, dasar timbun
an akan berbentuk seperti yang ditunjukkan dalam Gbr. 5 2 . 5a.
Pada tahun 1 9 1 2 konstruksi dari bagian struktur penahan ombak baru dimulai .
Untuk mencegah penumnan ber!ebihan dari bagian struktur yang barn tersebut lumpur
dibuang dengan mengeruk sampai kedalaman antara 7 dan 1 6 ft di bawah p ermukaan asal
nya dan menggantikannya dengan pasir berukuran antara 0,2 dan 0,4 mm ( Gbr. 52.5 b).
Dengan demikian, ketika tirnbunan dibangun, batuan berhenti di atas p asir bukannya
melesak ke dalam lapisan lempung, dan tak terjadi konsentrasi tegangan lokal pada lapis
an lempung. Mungkin sebagai hasil dari kondisi ini, penurunan dari timbunan yang baru
tidaklah penting dibandingkan penurunan timbunan yang lama. Di akhir perioda kon
struksi "penurunan sudah seh esar 1 ,7 ft; 9 tahun kemudian penurunan tersebut hanya men-

-------.

Tekanan tanah dan kestabilan lereng

379

Gelombang Lumpur
Se tinggi 23 ft

(b)

Gbr. 5 2. 5 . Timbunan batuan dari struktur p enahan ombak p ada lempung lunak di pe
labuhan Spezia, I tali, yang dibangun (a) Dengan menumpukkan batuan secara langsung ke
lapisan lempung. (b) Dengan menumpukkan batuan ke lapisan pasir y ang sebelumnya di
endapkan dalam galian dangkal hasil pengerukan (Barberis 1 9 3 5).

capai 2, 7 ft. Prosedur yang serupa dengan berhasil digunakan dalam pembangunan struk
tur penahan ombak di p elabuhan Valparaiso, Chili, dan Kobe, Jepang (Barberis 1 93 5).

Berbagai Kenmtuhan akibat Penjalaran

Keruntuhan-keruntuhan akibat penjalaran hanya diamati sehubungan dengan tim


bunan yang berada di atas endapan terstratifikasi yang mengandung lapisan-lapisan Jem
pung lunak. Ti:nbunan-.timbunan semacam ini biasanya aman terhadap penenggelaman,
tetapi mungkin runtuh akibat penjalaran.
Selama 40 tahun terakhir telah tcrjadi keruntuhah besar sctcngah lusin bendungan
dan keruntuhan minor beberapa bendungan dengan cara ini. Dengan demikian, kestabilan
timbunan di atas Japisan lempung selayaknya mendapatkan perhatian khusus. Keruntuh
an yang te rkenal akibat penjalaran adalah keruntuhan Bendungan Lafayette di California
pada tahun 1 928 (EN R 1 929), Bendungan Anak Sungai Marshall di Kansas (ENR 1 93 7 ),
dan tanggul pelin du ng-banjir Hartford di Connecticut (ENR 1 94 1 ).
Penelaahan atas catatan-catatan di atas memperlihatkan dua jenis keruntuhan yang
berbeda akibat penjalaran. Salah satunya dibedakan oleh penurunan puncak t imbunan
yang relatif lam bat. Lereng, jika pada mulanya datar, akan berbentuk-S yang landai, seper
ti ditunjukkan dalam Gbr. 49. l l a, dan pengangkatan p ermukaan tanah hanya meram
bat p ada jarak yang dekat di bawah kaki lereng. Keruntuhan Bendungan Chingford dekat
London, l nggris (Cooling dan Golder 1 942) dan keruntuhan Bendungan Lafayette me
rupakan contoh yang banyak menjelaskan keruntuhan jenis ini . Keruntuhan jenis lainnya
berlangsung sangat cepat, dan pengangkatan merambat pada jarak yang jauh dari kaki
lereng. Selama keruntuhan Bendungan Lafayette yang tingginya 1 20 ft, puncak timbunan
menurun sejauh 1 5 ft dalam 3 hari , sepanjang jarak sekitar 500 ft. Ujung kaki timbun
an bergerak ke luar sejauh kira-kira 20 ft , dan pengangkatan tertahan pacla jarak yang
pencle k clari kaki lereng. Di lain ha1, tanggul Hartford yang tingginya hanya 30 ft wntuh
dalam waktu kurang daripada 1 men it. Puncaknya tu run sejauh 1 5 ft sepanjang jarak lebih
claripada 1 000 ft. Sebaris turap pada kaki lereng bergerak secara lateral sejauh 60 ft, dan
pengangkatan membentang sejauh kira-kira 1 5 0 ft dari kaki lereng.
Analisa clari catatan-catatan kasus clan pene1aahan sebab-sebab keruntuhan menun
jukkan bahwa jenis keruntuhan yang cepat dan membawa bepcana besar tidak terjacli
kecua1i kalau lapisan lempung me rtgandung lapisan-lapisan kontinu atau lensa-lensa yang
ekstensip dari p asir atau lanau yang kasar. Oleh karenanya, detil-detil stratifikasi dari
lapisan lempung merupakan hal yang penting serta menentukan, clan harus clibuat per beda
an antara lapisan lempung clengan dan tanpa bagian-bagian clengan permeabilitas yang
tinggi. Pada pembahasan berikut pertama kali kita akan memeriksa sebab-sebab keruntuh-

380

Masalah disain dan konstruksi

an pada masing-masing dari kedua jenis lempung tersebut dan selanjutnya membicarakan
metoda-metoda untuk memperbaiki kestabilan timbunan yang berada di atas lapisan se
macam itu .

Penjalaran Timbunan di A tas Lapisan Lempung Lunak yang Agak Homogen


Lapisan lempung yang terletak di bawah timbunan dan diasumsikan bersifat homogen
sempurna, dipe ragakan dalam Gbr.

52.6a. Tak lama setelah penimbunan dilaksanakan,

lempung mulai menjalani p roses konsolidasi dan lapisan menjadi lebih padat di tempat
dekat perbatas atas dan bawahnya. Ternyata di sekitar garis tengahnya, b erat timbunan
rri asih ditopang oleh tekanan hidrostatik lebih, yang dinyatakan oleh tinggi piezometrik
di sebelah ldri gambar . Di bagian ini tahanan geser yang dimiliki lempung tetap sama
dengan nilai awalnya. Oleh karena itu, seandainya terjadi keruntuhan, maka bidang
gelincir akan mengikuti lapisan yang tahanan gesernya minimum dan terletak dekat
garis tengah lapisan lempun g . Untuk mengestimasi nilai miriimum tahanan geser, perlu
dilakukan

penelitian

tentang

kekuatan

geser

tertutup

(undrained shearing strength)

(lihat Pasal 45). Karena kekuatan lempung cenderung memperlihatkan perbedaan, b aik
pada arah horisontal maupun vertikal, maka penentuan nilai yang representatif akan mem
butuhkan

pengalaman,

pertimbangan

yang masak serta

penyelidikan yang seksama

mengenai stratifikasi dari lapis an-lapisan lempung. Kecuali 1tu , penting pula membuat ke
pastian bahwa sesungguhnya lempung yang ditinjau tidak mengandung sisipan p asir atau
lanau .
Setelah nilai yang sesuai untuk tahanan geser diseleksi, maka faktor keamanan ter
hadap gelinciran/kelongsoran bisa dievaluasi dengan metoda yang dibicarakan dalam Pa
sal 35 yang berkaitan dengan bidang-bidang gelinciran gabungan, Karena di sepanj ang
bagian horisontal dari permukaan gelinciran terdapat tahanan yang cukup besar, maka
l ereng a kan berbentuk S sebagaimana diperagakan dalam Gbr.

5 2.6a.

(a)

Lapisan Lempung
Homogen

A rah-A rah
Drainase

Tinggi Piezometri di
sepanjang
a-b
.
- - -

Lapisan Lempung
dengan bagian-bagian
/anau dan pasir

Penggelinciran yang dihamba t o/eh kohesi


di sepanjang /apisan yang paling lemah

(b)

_ 1- - -- -

Arah-Arah
Drainase

Daerah/
Lajur ta rik

Tanpa Tahanan
Lajur
terhadap ge linciran/ Kompresi
kelongsoran

52.6. Jenis-jenis kerun:tuhan dasar timbunan yang mengandung lapisan Iempung yang
tipis (a) Jika lapisan lempung tidak mengandung pe misah (partings) horisontal yang tak ke
dap (pervious) air. (b) Jika lapisan lempung mengandung pemisah yang tak kedap air.

Gbr.

Tekanan tanah dan ke!tabilan lereng

38 1

Penjalaran Timbunan Di Atas IApisan Lempung Dengan Komponen (Partings) Pasir atau
Lanau
Jika lempung mengan dung sisipan, y ang agak kontinu, pasir atau lanau, maka kelebih
an air dari bagian pusa t dari lapisan akan menguras (drain) tidak hanya secara vertikal me
lalui puncak serta dasar lapisan tetapi juga secara horisontal melalui pemisah-pemisah yang
sifatnya sangat permeabel, seperti ditunjukkan dalam

Gbr. 5 2.6b. Karena itu pemisah ter

maksud merupakan tempat bekerjanya tekanan hidrostatik lebih yang nilainya besar. Beda
antara tekanan air pori lebih dengan berat dari tanah yang menjadi dasar serta berat
timbunan memlliki nilai terbesar di sekitar ujung kaki (toe) lereng. Di daerah ini, tahanan
geser yang dimiliki pemisah (seam) tak berkohesi cenderung bernilai nol. Satu-satunya
hambatan terhadap penjalaran timbunan di aerah ini diberikan oleh tekanan pasif dari
tanah yang terletak jauh di atas permukaan gelinciran. Bila tekanan ini dilampaui, bagiart
luar timbunan bergerak seutuhnya menjauhi bagian tengah timbunan,

dan bagian sen

tral terse but anjlok menimbulkan celah menyerupai palung seperti yang ditunjukkan dalam
Gbr.

5 2.6b. Karena kondisi tanah t idak pernah tepat simetris terhadap garis tengah tim

bunan, maka keruntuMn hanya terjadi pada satu sisi saj a, tetapi hampir tidak mungkin
memperkirakan pada sisi yang mana. Karakteristik penurunan berupa celah yang mirip
palung dari jenis keruntuhan ini telah berkali-kali diamati.
Faktor keamanan terhadap penggelinciran bergantung kepada distribusi tekanan
hidrostatik lebih dalam lapisan yang tak kedap air, yang selanjutnya bergantung kepada
variasi lokal yang tidak diketahui dan permeabilitas dan kepada detil-detil geologis lainnya
yang juga tidak diketahui. Implikasi p raktis dari ketidaktentuan ini diilustrasikan oleh

Gbr. 5 2. 7. Pemboran-p.emboran uji dilakukan sepanjang garis tengah timbunan rencana


yang ditunjukkan dalam gambar. Karena p ada semua luhang tidak dijumpai lapisan yang
tidak kedap air, maka disainer menganggap bahwa selama konstruksi kondisi-kondisi hidro
statik akan ditunjukkan oleh garis p iezometrik putus-putus seperti yang tertera pada gam
bar. Kondisi-kondisi ini adalah normal dan tidak melambangkan kestabilan dasar timbun
an. Dalam kenyataan, lempung mengandung lensa pasir yang terletak di bawah bagian se
belah kanan bendungan. Karena tekanan hidrostatik dialihkan secara bebas melalui lensa
semacam itu, maka kondisi tekanan riil dianggap mempunyai karakter seperti ditunjukkan
oleh

garis putus-putus,

dan timbunan runtuh sebagaimana yang diperlihatkan dalam

Gbr.

52.6b.

Dengan demikian, jika geologi lapisan menunjukkan bahwa lempung mungkin me


ngandung lensa-lensa y ang sangat permeabel, resiko keruntuhan hanya dapat dihindarkan
dengan membuat lereng timbunan selandai mungkin, dengan biaya yang mahal sekali, atau
alternatip lainnya dengan menggunakan salah satu dari metoda-metoda konstruksi yang
diuraikan dalam alinea-alinea berikut.

Diagram yang memperlihatkan efek adanya lensa yang tak kedap air dalam la
'
pisan lempung di bawah timbunan pada kondisi tekanan hidrostatik.

Gbr. 51..7.

Masa/ah disain

382

dan konstruksi

Cara-cara Memperbesar Kestabilan Timbunan di A tas Lapisan Lempung Lunak yang Tipis
Jika dasar dari lapisan l empung y ang lunak b erada p a da kedalaman kurang dari 5 atau

6 ft di bawah permukaan tanah, disarankan untuk membuang l empung sel e ba r dasar tim

bunan. Dengan l a i n cara disai ner boleh memilih anta ra dua alte rnatif. Disaine r b i sa meng
atur agar timbunan diba ngun l e b ih p erlahan

daripada laju konsol idasi lempu n g pada

tengah-tengah dari lapisan ters0but, atau ia dapat membuat p e rsiapan untuk mempercepat
proses konsol idasi dengan menggunakan drainase-dra inase pasir. Masing-masing me toda i ni
patut men dapat pertimbangan, tanpa memperhatikan apakah lapisan lempung mengandung
le nsa-lensa tipis yang tak kedap air a tau t i dak.
U ntuk menggunakan prosedur yang pertama, disaincr hams m c ngetahui laju
konsol i dasi dari bagian l ap i san. Pcrhi tu ngan saj a belum akan memadai , karena hasil nya b i sa
tak berlaku pada bebe rap a detil gcologis yang tak teramati, sepcrti adanya !ensa-lensa b e r
kadar koloidal t i nggi. Perhi tungan hanya digunakan u ntuk me m buat perkiraan pendahu
]uan dari l aju maksimum di mana timbunan dapat di bangu n . U n tu k m enghilangkan resiko
kemntu han, kemajuan konsolidasi h a m s diamati d i lapangan selama konstruksi dengan
menggunaka n alat p e ngukur t e kanan a i r-pori, dan laju pem bangunan hams di sesuaikan
dengan hasil-hasil p e ngukuran tersebu t. Ha! ini merupakan kerugian yang dipilih dengan
sadar, karena tindakan di atas tidak mc niada kan kemungkinan babwa pem bangunan
mungkin berlangsung sanga t ter!am bat.
Jika hasil-hasil perhitungan menunjukkan bahwa proses normal dari konsoli dasi ter
lalu !ambat u n tu k digunakan sebagai cara m emperkuat dasar timbunan, m aka p crcepatan
proses tersebut dengan menggunakan drainase-drainase pasir harus dipertim bangkan. P ro
sedur terse bu t telah diu raikan se belumnya.

Ringkasan
Kita dapat membuat timbunan-tanah yang t inggi di a t as tanah yang lunak dengan
menggunakan salah satu dari dua me toda berikut i n i. Metoda yang p e rtama melipu t i pc
mindahan tanah lunak t c rsebu t oleb berat t im bunan. Agar p enu m nan yang b e rlebiban
dapat dicega h (setelab timbunan selesai dibuat ), m aka henda knya t inggi t im bunan di
rcncanakan 1 5 ft atau

20

ft l e bi b b e sa r da ripada t i nggi a kbir setelah penu runan terja di.

Di samping itu, segera setelah t i m bu nan sclesai mengalami penurunan, kelcbihan (excess)
material yang t erjadi dibuang. M e t o da kedua mclipu t i u saha mcmpcrccpa t konso!idasi dc
ngan menggunakan drainasc pasir yang d ipasang hi ngga ke dasar lapisan. Drainasc ini mc ng
alirka n air masuk kc dalam pipa drainase y ang t e rle tak di dasar t im bu nan. U n tuk m e nc n
tukan prosedur y ang pali ng ekonomis, maka p c rlu disiapkan suatu p e t a kontur t empat
dasar kokoh dari ! apisan lunak y ang bcrsangkutan. Seandainya kcdalaman lapisan ini
kurang dari 5 a tau 6 ft, akan lebih m cnguntungkan kalau dilakukan pcnggalian untuk

mengangka 1/ me m indahka nnya.

Disain t i m bu nan yang akan dibangun di atas suatu lapisan lempung yang tcbal haruslah
didahului dcngan penghi tungan kcstabilan. Pada kond isi-kondisi yang n ormal faktor kc

amanan tc rhadap pem bcbanan (sinking) dapat Jiambil sebcsar 1 , 5 . Tc t ap i , scan dainya t im
bunan sedemi kian panjllngnya, m a k a a k a n l e bih

c konomis

apahila : mcndasarkan disain

pada faktor kcamanan 1 , 2 a t au 1 , 1 , mcnentukan t i tik- t i tik paling lcmah d i dalam t a nah ba
wah pcrmukaan dcngan memanfa a t kan o bservasi pengangkatan (heave) sclama be r!ang
sungnya pem bangunan, dan menutup daerah-daerah yang pcrmukaannya tcrangkat dcngan
''beban pengi m bang'' yang bcrupa t i m bunan lapisan tcbal .
Perha t i an

khusus perlu

di bcrik.an apa bi l a akan membuat suatu timbunan di a tas

lapisan-lapisan lempung lunak. Kcsalahan c s t imasi tcrhadap kcstabilan t anah bawah pcr
mukaan jenis ini tclah mengakibatkan scjumlah kccclakaan yang bu ruk. Seandainya lem
pung tidak mcngandung komponcn lanau a tau pasir, maka tahanan terhadap penjalaran
(spreading) tergantung p a da tahanan geser rata-rata dari lapisan-lapisan paling lemah di

383

Tekanan tan1h dan kestabilan lereng

dalam tanah bawah permu kaan karena lapisan-lapisan yang sangat lemah t i da k selalu
harus bersifa t kontinu, maka kebc radaannya sering lupu t dari perhatian, bahkan pcneliti
yang cermat sekalipun. Jika lempung mengandung pula komponen lanau atau pasir, ham
batannya terhadap penjalaran terutama tergantung pada tekanan air pori di dalam kom
pone n tcrsebu t . Tekanan ini beru bah-ubah selama pembangunan dilaksanakan, dan pe
ramalan yang akurat mcngenai nilainya merupakan hal yang tak mungki n. Hanya ada dua
cara pengamanan yang dikenal dalam mencegah keruntuhan yang diakibatkan oleh pen
jalaran yang terjadi pada komponen-komponcn t e rsebut. Kedua cara tersebut adalah:
mengukur

secara berkala tekanan-air p ori sclama berl angsungnya pembangunan guna

mendeteksi adanya bahaya dan menghilangkan tckanan tersebut dengan me nggunakan


drainase yang memadai.

Bacaan Pilihan
Porter, 0. J. ( 1 9 3 6 ) . " S t u dies of fill Constru c ti on over mud flats including a description

o f e x perimental construction using vert i k a l san d d rains t o ha sten s t a biliza t i on" ,

1 s t. Con.f Soil. Mech. ,

Cambridge, Mass . ,

1.

Moran, Proctor, Mueser dan Rut l edge ( 1 9 5 8 ) .

sand drains,

Proc.

hal. 2 2 9 - 2 3 5 .

S tudy of deep soil s tabiliza tion by rertical

U. S. Dept. C o m merce, Office Tec h . Serv . , Wash . , hal. 1 9 2 .

Casagrande, A . ( 1 9 6 0 ) . " An Unsolved p roblem o f e m bankment stability o n soft ground " ,

Proc. 1st Panamerican Conf of Soil Mcch. , Mex ico, 2 ,

hal. 7 2 1 - 7 46. Timbunan tanah

pada jalan kereta a pi yang melintasi Great Salt Lake.


Stamatopoulos, A . C. dan P. C. Kotzias ( 1 9 6 5 ). " Construction and Performance of an
ambankment in t he sea on soft clay" ,
hal. 5 6 6 - 5 70 .

.t

Proc. 6 th Jnt. Conf Soil Mech. ,

Montreal,

2,

Anda mungkin juga menyukai