Sebagian besar perbai.kan pada buku ini dilakukan semasa Karl Terzaghi masih hidup
(beliau wafat tanggal
25
Oktober
1963).
dengan sangat terinci, dan Dr. Terzaghi sendiri yang mempersiapkan naskah dari bagian
bagian tersebut serta sekaligus menjadi penanggung jawab utamanya. Naskah awal dari
sebagian besar revisi u tama lainnya juga mengalan1i pemeriksaan yang cem1at dari beliau.
Penulis sendiri berbahagia karena halaman-halaman termaksud betul- betul mencemlin
kan sumbangan dari Dr. Terzaghi, namun menyesali dan harus menerima tanggung jawab
bagi kekurangan yang tak terelakkan yang mungkin tidak luput dari perhatian Dr. Ter
zaghi pada akhir pemeriksaan yang dilakukannya.
Dr. T erzaghi terutama mempersiapkan perbaikan besar pada pembahasan mengenai
kestabilan lereng alami, dan memberi.kan tambahan secara luas kepada arti.kel-arti.kel me
ngenai bendungan serta pondasi-pondasinya. Karena di tahun-tahun akhir hidupnya beliau
semakin aktif dengan kegiatan yang berkaitan dengan bendungan, maka penambahan itu
bisa dipandang sebagai intisari dari pengalan1an dan pikirannya tentang pokok bahasan
termaksud.
Buku ini dilengkapi pula oleh rujukan-rujukan serta daftar bacaan pilihan yang dapat
dimanfaatkan oleh pembaca sebagai daftar pustaka. Bab yang baru mengenai observasi
observasi unjuk-prestasi (performance) ditambahkan guna membantu insinyur dalan1 meng
gunakan metoda observasi yang merupakan inti bagi keberhasilan penerapan mekanika
tanah.
Pertan1bahan luar biasa buku-buku mengenai mekanika tanah pada dua dasawarsa
belakangan ini menyebabkan makin bertan1bahnya problem pemilihan informasi yang akan
diikutsertakan dalam buku ini. Dalam mengadakan pemilihan tem1aksud penulis berpedoman pada judul dari buku yang bersangku tan.
.
Dalan1. mempersiapkan naskal1 buku ini, Ny. Josephine B. Hcgenbart telah bckerja
luarbiasa kerasnya. Bant uan yang tak habis-habisnya dari beliau sangat penulis hargai.
Ralph B. Peck
Urbana. lllinois
January, 1967
Ilmu mekanika tanah berawal pada beberapa dasawarsa yang lampau akibat desakan
kebutuhan. Sejak problem-problem praktis yang berkaitan dcngan tanah scmakin luas
ruang l ingkupnya, maka pcralatan saintitlk yang terscdia dalam menangani problem ter
maksud scmakin terasa tidak memadai. Usaha-usaha untuk mengatasi situasi seperti itu
dilaksanakan hampir secara bcrsamaan di Amerika-Serikat dan di Eropa, dan dalam jangka
waktu yang singkat telah mampu menghasilkan sederetan informasi pcnting yang menge
sankan.
Sukses awal di bidang sains terapan ini sangat membuka kesempatan tumbuhnya ea
bang analisis struktur yang baru. Sebagai konsckuensinya, perluasan dan pendalaman penc
litian teoritik mcningkat dengan ccpat. Dernikian pula metoda-mctoda ekspcrimen scrnakin
bertambah baik/akurat. Tanpa adanya hasil-hasil penyelidikan seksama ihi, tidaklah mung
kin pendekatan rasional untuk berbagai problem teknik bangunan tanah bisa diushakan.
Sayangnya, kegiatan pcnelitian di bidang mekanika-tanah memiliki efek psikologi yang
tidak diharapkan. K arena kcgiatan tcrscbut, para peneliti dan pengajar melupakan adanya
beraneka ragam pembatasan alami bagi pcnerapan matcmatika ke dalam problem-problem
teknik bangunan tanah. Sebagai konsekuensinya, perbaikan terus dilakukan terhadap peng
ambilan contoh tanah (sampling) dan pengujian, serta bagi sejumlah kecil problem yang
dapat diselesaikan dengan akurat. Scmentara itu, pemecahan yang akurat hanya dapat di
peroleh apabila lapisan tanah praktis bersifat homogen dan kontinu pada arah horisontal.
Lcbih jauh lagi, karena pcnelitian-penelitian yang menuntun pemecahan akurat akan me
l ibatkan banyak metoda khusus pengujian dan pengambilan contoh tanah, maka hal ter
sebut diterapkan pada kasus-kasus khusus saja. Pada sebagian (sangat) besar proyek-proyek
paling-paling han ya diperlukan ramalan yang sifatnya pendekatan saja. Bahkan seandainya
ramaln seperti itu sulit dilaksanakan, maka kila sama sekali tidak perlu melakukannya.
Seandainya tak mungkin untuk mewujudkan satu ramalan yang bersifat pendekatan, maka
prilaku tanah harus diobservasi terus selama berlangsungnya pembangunan, dan disain
hendaknya senantiasa dimodifikasi sesuai dengan berbagai hal yang dijumpai. Kenyataan
ini tidak boleh diabaikan sejalan dengan tujuan-tujuan dalam mekanika tanah. Uraian yang
dilakukan dalam buku ini dibangun oleh hal tersebut.
Bagian
A pada buku ini membicarakan sifat-sifat fisik tanah, sedangkan bagian B mem
bicarakan teori-teori mekanika tanah. Kedua bagian ini relatif sangat singkat, namun ber
isikan hal-hal penting yang perlu diketahui oleh mahasiswa teknik (engineering) serta insi
nyur pada umumnya tentang mekanika tanah yang dianggap baik/benar saat ini. Bagian C
merupakan inti dari keseluruhan buku ini.
Bagian C membahas senl mendapatkan hasil-hasil yang memuaskan sehubungan dengan
teknik pondasi dan bangunan-tanah-dengan biaya yang pantas, meskipun struktur lapisan
tanah alami sangat rumitnya dan adanya kekurang-tahuan kita mengenai kondisi-kondisi
tanah. Untuk mencapal sasaran ini insinyur harus memanfaatkan berbagai keuntungan dari
Vlil
:)1.. A
metoda-metoda serta sumber-sumber yang ada, seperti: pengalaman yang dimilikinya, teori,
dan pengujian-pengujian tanah. Sumber-sumber tersebut hanya akan bermanfaat apabila
penerapannya dibedakan dengan seksama, sebab boleh dikatakan setiap problem praktis
di bidang ini senantiasa memiliki-kekh-an nya masing-masing.
Semua pembahasan problem-problem praktis di bagian C dimulai dengan suatu survey
kritis mengenai metoda-metoda konvensional kemudian dilanjutkan oleh berbagai perbaik
an secara selangkah demi selangkah yang diwujudkan dengan bantuan hasil-hasil yang ber
asal dari penelitian mekanika tanah. Dengan demikian, insinyur yang telah berpengalaman
disarankan untuk mulai membaca buku ini mulai dari bagian C. Bagian A dan B cukup di
gunakan sebagai rujukan, untuk rnendapatkan informasi mengenai berbagai konsep yang
mungkin masih belum dikenalnya. Kalau tidak demikian akan terlalu banyak yang harus
diserap sebelum ia menyadari fungsi dari materi di atas pada bidang pekerjaannya.
Detil/perincian dari metoda-metoda untuk pemecahan problem-problem praktis yang
diliput dalam bagian C dapat berubah sesuai dengan pertambahan pengalaman, dan mung
kin beberapa di antaranya akan tidak terpakai dalam beberapa tahun karena kebaikannya
hanya bersi fat sementara/ temporer. Sementara itu manfaat dari pendekatan semiempirik
yang dianjurkan dalam bagian C diyakini tidak bergantung pada waktu. Pada setiap akhir
dari pasal-pasal di bagian C disajikan daftar buku rujukan. Prioritas pemilihan diberi
kan pada tulisan-tulisan yang memiliki kecenderungan dalam 'pengembangan kapasitas
dan kebutuhan observasi lapangan yang cermat dan baik. Sehubungan dengan itu, perlu
ditekankan bahwa beberapa tulisan-tulisan tersebut mungkin justru mengandung informasi
yang lebih penting daripada yang terkandung dalam artikel bersangkutan.
Mengingat tcrlampau luasnya bidang teknik tiwah yang bisa diliput dalam satu buku,
maka betbagai topik penting seperti: jalan raya, lapangan-terbang, dan teknik terowong
an (tunnel) tidak kita bicarakan. Rujukan ringkas tentang bidang-bidang tersebut disaji
kan dalam satu lampiran.
Pada tahap awal, naskah ini dipelajari dengan cermat oleh Professor C.P. Siess. Komen
tar-komentarnya sangatlah berharga dan membantu. Demikian pula, penulis berdua meng
hargai saran-saran dari beberapa insinyur praktisi yang membaca berbagai bagian buku
ini. Penulis khususnya berterima-kasih kepada Tn. A.E. Cummings, Tn. O.K. Peck, dan
Tn. F.E. Schmidt untuk kritik-kritiknya terhadap bagian C. Ucapan terima kasih juga di
tujukan oleh penulis kepada Dr. R.E. Grim untuk peninjauannya terhadap Pasal 4, serta
kepada Dr. Ruth D: Terzaghi atas bantuannya dalam mempersiapkan Pasal63.
Tabel-tabel d_an gambar-gambar yang diambil sebagian atau seluruhnya dari berbagai
sumber lain selalu disertai oleh keterangan tentang tempat sumber bersangkutan. Gambar
gambar dalam buku ini dikerjakan oleh Professor F. Heater. Atas kerjasamanya yang baik
dan menyenangkan itu, kedua penulis menghaturkan penghargaan yang mendalam.
KARI li'R7'\l,l'l !an RA!Pfi B. P!'CK
-'
DAFTAR ISI
XI
xvii
Pendahuluan
Bagian I
BAB 1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB 2.
1 0.
1 1.
12.
1 3.
1 4.
15.
1 6.
1 7.
1 8.
19.
BAB 3.
20.
21.
Drainase Tanah
3
4
7
9
15
17
23
28
33
36
36
36
46
50
66.
69
79
84
88
102
lOS
105
110
Bagian 11.
BAB 4.
Hidrolika Tanah
22.
23.
24.
25.
BAB 5.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Asumsi-asumsi dasar
Keadaan-keadaan kesetimbangan plastik
Teori tekanan tanah
Pengaruh gesekan dinding terhadap bentuk dari permukaan gelinciran
Teori Coulomb ten tang tekanan tanah aktif terhadap dinding penahan
Titik kerja tekanan tanah
Tekanan tanah pasif terhadap permukaan sentuh yang kasar
Daya dukung pondasi dangkal
Daya dukung pangkal jembatan dan tiang pancang
Kestabilan lereng
Kestabilan bendungan tanah
Tekanan tanah pada struktur penahan dalam galian
Pelengkungan dalam tanah
BAB 6.
39.
40.
41 .
42.
Pendahuluan
Tekanan ver tikal dalam tanah di bawah daerah yang dibebani
Penurunan pondasi
Tekanan sentuh dan teori reaksi subgrade
43 .
45.
BAB ll.
125
126
137
1 40
J.r)
1 49
152
1 57
1 63
1 65
1 70
1 72
1 77
1 84
190
210
215
220
..,..,
222
223
229
232
:3l)
Eksplorasi Tanah
44.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
123
24 1
246
274
Dinding-dinding penahan
Drainase sebelum penggalian
Penyangga lateral dalam galian terbukaKestabilan lereng bukit dan lereng dalam galian terbuka
Pemadatan tanah
Disain tanggul dan timbunan tanah
Kestabilan dasar tanggul
296
311
322
338
359
367
373
SIMBOL- SIMBOL
Simbol-simbol yang digunakan dalam buku ini umumnya sesuai dengan yang diguna
kan dalam edisi yang pert ama.
Dewasa ini di Amerika Serikat, hasil-hasil pengujian laboratorium biasanya dinyatakan
dalam satuan metrik, sedangkan sistem Inggris dipakai di lapangan dan di kantor-kantor
disain. Sehubungan dengan ha! tersebut, konstanta-konstanta tanah dan hasil-hasil peng
ujian yang disajikan dalam Bagian
kg/cm2
"-'
""llun/ft:
Dalam hubungan tersebut yang dimaksud dengan "ton" adalah "ton kecil" (short ton)
yaitu
2000
lb. Beberapa faktor pengubahan (konversi) lain yang mungkin akan berguna
adalah:
1 lb
4q gm
30,5 cm
1 kg
ft
2.2 lb
Pada daftar berikut ini, dimensi dari berbagai besaran dinyatakan dalam sistem metrik
(cm-gm-sec). Seandainya nilai numerik suatu besaran dinyatakan dalam satuan metrik,
maka kita dapat mengubah nya ke sistem lnggris dengan menggunakan faktor-faktor
konversi yang telah diberikan di atas. Sebagai contoh, kita akan menyatakan nilai
L
120.000 gm/cn12
120.000
-1
lb
454
245.000 lhtft2
ft
xii
(pure number).
cl
C h'
I = kohesi
(in.J = konstanta dalam formula "Engineering News"
'
et (gm/cm I= perpotongan kohesi untuk lempung ovcrkonsolidasi
:: (gm/ell I = adhesi antara tanah dengan tiang-pancang, sumuran, dinding, atau turap
c
tgm/ c m2
li
(c'nt2/det)
Dr
(clnl
(sheeting)
= koefisien konsolidasi
n (c 1:1 J = ukuran butiran; kedalamn; diameter; spasi antara pusat-pusat dari tiang-pancang
n 1 o ( c 1 11) = ukuran butiran efektif
= kedalaman pondasi
(gnl/ m2)
= modulus elastisitas
F = efisiensi galian
F [g1n1L till = gaya normal pada sisi irisan (analisis kestabilan)
l:i 1 gn1 1 n12 i =modulus tangen awal
,. = angka pori
,. (coulon1h/c ilJ 1 ) = muatan listrik per satuan luas
'o
= angka pori pada keadaan paling lepas; angka pori di bawah tekanan "overburden"
l'w
=volume air per satuan volume bahan padat (untuk tanah jenuh
efektif Po
'm in = angka pori pada keadaan paling padat
,c
1-
cw
= e)
faktor keamanan
jumlah gesekan dan adhesi an tara tanah dan tiang-pancang atau sumuran
J1
r;a
H (cm I = tebal lapisan yang tidak digunakan sehubungan dengan pengkonsolidasian lapis
an. Dalam kasus ini, H = tebal dari lapisan yang setengah tertutup (half
closed layer) a tau setengah dari ketebalan lapisan yang terbuka (open layer)
Simbol-rimbol
xiii
he (cm)= tinggi kenaikan kapiler; hulu kritis untuk keruntuhan akibat "piping"
hcc (cm) = tinggi saturasi sempurna dari tanah yang dikuras (drained soil)
her (cm)= hulu kritis untuk keruntuhan akibat "piping" sesuai dengan pcrhitungan yang
hra
kelandaian hidraulik
F\.
K0
rasio antara intensitas tekanan arah horisontal dengan tekanan arah vertikal di suatu
titik pada massa tanah tertentu
koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam (nilai K untuk keadaan awal dari kesetimbangan elastik)
K (cm2) = permeabilitas
Ks (gmjcm3) = koefisien reaksi "subgrade"
k
kJ
k u (cm/Jet) = koefisien permeabilitas pada arah tegak lurus terhadap bidang antar lapisan
kr ( c m/ Jet) = koefisien permeabilitas lempung remas an
kh. kr ( g mj c m 3 ) = koefisien-koefisien untuk menentukan tekanan timbunan tanah ter-
kh
l. w
batas cair
/(cm)= panjang
M c (gm cm)
mornen gaya-gaya kohesif
=
m,
mfr
faktor reduksi (tekanan tanah terhadap struktur penguat pada galian terbuka)
N = faktor yang tak berdimensi (Ne, N , dan N = faktor-faktor daya dukung;Ns = faktor
'Y
q
kestabilan dalam teori kestabilan lereng;. jumlah timbunan pada "sampling
.V d
na
rasio antara: jarak dari dasar penumpu lateral ke titik tempat bekerjanya tekanan
tanah dengan tinggi total penumpu lateral
ng = rasio antara: percepatan maksimum yang dihasilkan oleh gempabumi dengan percepatan gravitasi
g (gm)
r
/
1'1'
1 11 l
11
PP'
/' '::
/',
...l'l
l I'
'.
'1
1 :
( ,:r t
pI,.'
p n
Ill
1.
I< 1 '.' 1
11 ,,
1
':
/'o 1 !-!Ill
lglll
p:
,.
L '
1
.J.11(
.\.
j,p1.
f J,;
O.t
ll'
,,
'
- =
triaksial)
1
kekuatan ikatan
1.1
tekanan rembesan
''
'
'I .1
'
;;
, 11
V 1. r ,
U \gt
1 =
L "'
gm1
-"" l'tl,, ,.
j,p
p1I ('Ill
c/p
11111
p11 !!'' , n
11 lJ::l , 11
p;._ 1 1 1{l tr
I 1/
11
"
I'.J m
fla ' ;;.
Pq
'
: =
bcban kritis pada pondasi telapak (footing) atau sumuran yang ter
Q"
Q1
yang diakibatkan
.e'D :
'
0fs
Qdr,
(nr
.,
!)(
g .,
I_-;
t ,,::1
; 1
i ,
1 =
i
beban lebih (excess load) pada pondasi-telapak atau pondasi-rakit (raft), yang
terdiri dari "beban mati" netto Odn dan "beban hidup" Q[; beban pada ti
ang pancang yang terdiri dari: beban Q yang diberikan oleh bangunan dan
Q1 + Q" yang diakibatkan oleh gesekan permukaan negatif (negatif skin
friction)
'i
r/
luas
Sinzhul-simhol
X\
I! cl 1 1" , 1,1'i t
g 11',
,,,, 1
,.,,,
1112
daya dukung akhir untuk tanah kaku atau padat. Nilainya untuk tanah
qJ,
bentuk lingkaran: Qdr dan yang berben tuk bujur sangkar: Qds.
= daya dukung tanah yang terletak di ba wah dasar tiang-pancang atau pondasi-sumuran; tahanan penetrasi konus (cone penetration resistance)
= kekuatan kompresif bebas (unconfined compressive strength)
'" 2 1
R = rasio antara ukuran dari material penapis dengan ukura n material yang dilindungi
1; 1., 111: = jari-jari pengaruh dari sumur; jari-jari kelengkungan dari lereng yang mengalami
deformasi (perubahan)
1 r 111 1
= jari-jari
r: '
.- ,1 ' <: n
..
permukaan (subsoil)
,; (c 11:'
'l 111
c1n2)
v 1)!.111,
1
= tahanan geseran
cll12 1 =-
1 l<kr:J)Jl ccku,
J;
Jj.
' 1
'"
'"'I
=suhu (temperatur)
Jn 1 = waktu
( grn! ,n12
= tegangan geseran
q:1nl , 111: = tekanan netral total pada dasar bendungan; tekanan hidrostatik lebih (excess
hydrostatic pressure) total
1 c<ill
:n 2
111
1 Ill.,
:;,
., 1
11: 2 :
= tekanan air pori yang disebabkan oleh beda tegangan l::.p pada pengujian
triaksial tertutup (undrained)
'm- 1
= tekanan air pori pada saat keruntuhan dalam uji triaksial konsolidasi tertutup
:< . 1 gn
- 1 / en 2 1
.,
-')
.< , ., it' Ill i c 111 I
I ,
' , lil' 1
=volume total
1. 111 J 1
's l.c
!1:;
[t'
(gt!l
h'l'
1 c<;J; 1
11\- ([!Ill)
"
g111
ct ! ti
Jlll
= berat
= berat tiang-pancang
= berat efektif tanah yang digantikan oleh pondasi-telapak atau ruang bawah
tanah (basement)
: )cm i = kedalaman
I cm 1 = kedalaman retakan tegangan (tension cracks)
:: ,
c, =
sudut
;3idn:J!dll
-y (gin/clll3
sudut kemiringan
berat satuan (tanah, air atau udara)
X\'1
'Y, lgrujcrn3)
"(tf I
rl
'Yw 1 n
'"
111-
11
'Ys ll..
= pertambahan
j.
r,
rp tdcrajatJ =
(16.5)
= koefisien yang mengaitkan tekana.n pori dari fasa gas dengan tekanan pori dari fasa air
dalam tanah
uh
= jarak antara
dan
10
atas
halaman
PENDAHULUAN
Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa dibagi menjadi tiga bagian, yakni:
I
IL
Ill.
Bagian I membicarakan sifat-sifat fisik dan mekanik dari contoh tanah homogen yang
diremas (remolded) dan tidak diganggu (undisturbed). Sifat-sifat tcrsebut dibahas se
hubungan dengan p eranannya sebagai kriteria scderhana untuk membedakan bcrbagai jenis
tanah, dan di samping itu menjadi penuntun dalam mcnguraikan kondisi-kondisi tanah
secara memadai. Bagian ini juga membicarakan kaitan antara sifat-sifat tanah dengan peri
laku m assa tanah selama dan sesudah pelaksanaan pcmbangunan.
saikan problem-problem kestabilan a tau daya dukung tanah maupun problem yang berkait
an dengan adanya interaksi antara tanah dengan air. Asumsi yang amat disederhanakan ter
hadap sifat-sifat mekanik dan hidraul ik tanah menjadi dasar bagi teori-teori tersebut. Mes
kipu n bcgitu, ternyata hasil-hasil yang dipetoleh dari penerapan teori ini kc sebagian besar
kepentingan praktis cukup akurat.
Di bagian lli akan dibitarakan penerapan pengetahuan tcntang perilaku tanah dan
teori-teori mekanika-tanah yang dimiliki saat ini ke disain dan pembuatan pondasi di
lapangan, serta teknik bangunan tanah.
Teori mekanika tanah merupakan bagian dari mekanika teoritik, sedangkan sifat
sifat fisik tanah menjadi bagian dari tclaahan (study) yang lebih umum - yakni: sifat
teknik dari bahan. Namun, disain dan konstruksi di bidang pondasi dan teknik bangunan
tanah, yang merupakan bagian ketiga dan terbesar dari buku ini, adalah pokok bahasan
yang sifatnya bcbas sebab melibatkan metoda pemilihan dan prosedur-prosedur yang khas
jika dibandi.ngkan dengan bidang-bidang teknik struktur lainnya. Pada bidang-bidang yang
lain, insinyur bcrurusan dcngan pengaruh gaya-gaya terhadap struktur-struktur yang ter
susun dari produk-proC!uk pabrik sepcrti baja dan beton, atau dengan masalah pemilihan
bahan alami secara cermat seperti batu atau kayu. Mcngingat sifat-sifat bal1an-bahan ini
dapat ditentukan dengan cukup \engkap, maka problem dalam mendisain hampir senantia
sa dapat diselesaikan dengan menerapkan teori atau hasil-hasil penguji"an model secara
langsung,
Sebaliknya, semua ungkapan/pernyataan dan kcsimpulan yan g menyangkut tanah.di
lapangan senantiasa mengandung banyak ketidakpastian. Bahkan pada.kasus yang ekstrim,
konsep-konsep yang mendasari suatu disain dapat hanya sekedar hipotesa kasar yang jauh
dari kenyataan yang sebenarnya. Untuk kasus seperti itu risiko keruntuhan sebagian atau
menyeluruh hanya bisa dihilangkan dengan menggunakan apa yang dikenal sebagai: prose
dur observasi. Proscdur tersebut terdiri dari: pengamatan (obscrvasi) secukupnya dan se-
xviii
cepatnya sefama pembangunan berlangsung untuk mcndeteksi dari sejak dini penyimpang
an yang ada antara keadaan yang sesungguhnya dengan yang diasumsikan oleh pendisain,
dan pengubahan (modifikasi) disain maupun metoda pembuatan sesuai dengan hal-hal
yang dijumpai.
Pandangan-panclangan tersebut di atas menentukan materi pembahasan dan metoda
pen ya_iian bagian Ill buku ini. Bagian Ill buku ini tidak dimulai dengan instruksi bagi pe
nerapan prinsip-prinsip teori kc disain, tetapi dimulai dengan tckl'lik-teknik penyusunan
informasi mengenai k0ndisi-kondisi tanah di lokasi yang dipilih dengan menggunakan pem
boran, sounding, pengambilan contoh tanah, dan pengujian. Meskipun dalam eksplorasi
ini dilibatkan banyak tenaga dan waktu namun berbagai interpretasi terhadap hasilnya
masih tetap terbuka luas.
Dalam bagian Ill, bab-bab berurutan akan membicarakan prinsip-prinsip umum dalam
mendisain berbagai struktur seperti: dinding penahan (retaining wall), bendungan tanah
(earth dam), dan pondasi-pondasi. Perilaku dari struktur-strulhur ini teru tama bergantung
pada sifat tanah secara fisik serta kondisi-kondisi pada tanah bawah pennukaan (subsoil).
Penting diingat bahwa ketidakpastian pada asumsi dasar dari disain selalu tidak dapat
dihindarkan karena tidak pernah lengkapnya pengetahuan kita mengenai kondisi-kondisi
tanah bawah permukaan. Dalam buku ini ketidakpastiah tersebut memerlukan dan men
dapatkan perhatian yang kontinu. Pembahasan semacam ini tidak dianggap perlu oleh
buku-buku mengeni bidang-bi\fang disain struktur yang lain, mengingat hampir selalu ter
jaminnya kehandalan (reliability) asumsi dasar yang mnyangkut sifat-sifat bahan-bahan
konstruksi umum lainnya.
BAGIAN
SATU
SIFAT-SIFAT FISIK TANAH
. llraian dalan1 bagian I ini dibagi menjadi tiga bab. Bab pertama membicarakanpro
scdur-prosedur yang umum cligunakan untuk mem,beda-bedakan berbagai jenis tanah atau
membcda-bedakan berbagai keadaan yang dimiliki oleh satu jenis tanah tertentu. Bab k e
dua bcrisi ifat-sifat mekanik dan hidrau lik tanah dan Juga membicarakan metoda-metoda
TU
T
n c:;JF
Dfo
Keberhasilan di bidang bangunan tanah dan pondasi bila dibandingkan dengan bidang
bidang teknik sipil lainnya, lebih banyak bergantung pad a pengalaman praktis. Disain struk
tur penyangga tanah ataupun yang disangga tanah sesungguhnya didasarkan pada hukum
empirik sederhana, namun hukum-hukum tersebut hanya aman dipakai oleh insinyur yang
memiliki latar belakang pengalaman. Proyek-proyek besar yang diwarnai oleh berbagai ha!/
permasalahan "khusus'' menghendaki penerapan luas metoda-metoda ilmiah untuk disain,
tetapi program penyelidikan yang baik sangat sulit terwujud di samping h asil-hasilnya sulit
diinterpretasikan. kecuali jika insinyur yang bertanggung-jawab terhadap disain memiliki
pengalaman yang banyak.
Mengingat pengalaman seseorang relatif terbatas, maka insinyur-insinyur terpaksa n1e
nyandarkan diri, setidaknya sampai batas-batas tertentu, pada catatan pengahman insinyur
lainnya. Catatan yang berisikan deskripsi lengkap mengenai kondisi tanah merupakan gu
dang informasi yang penting. Sebaliknya jika 'tidak lengkap. catatan tersebut dapat me
nyesatkan. Di bidang teknik struktur. laporan atau catatan tentang kenmtuhan sebuah
batang akan kecil artinya, kecuali kalau berisi keterangan apakah batang tersebut ter
buat dari baja atau besi tuang, di samping tentu saja data-data penting lainnya. Pada se
tiap catatan terdahulu tentang pengalaman mengenai pondasi. karakteristik atanah hanya
ditunjukkan oleh istilah umum seperti "pasir halus" atau "lempung lunak". Padahal ter
kadang, perbedaan sifat mekanik dua macam pasir halus ang berasal dari tempat yang
berbeda lebih penting dan lebih besar dibandingkan dengan perbedaan sifat termaksud
pada besi tuang dan baja. karena itu, pencarian mctoda pembedaan tana)l yang tergolong
dalam suatu kategori tertentu mempakan salah satu tujuan utama dari berbagai usaha
akhir-akhir ini guna mengurangi risiko dalam masalah tanah. Sifat-sifat yang mndasari
pembedaan' tersebut dinamakan
taran dapat mentransfonnasi pasir halus menj.adi pasir yang padat. lni berarti, perilaku
tanal1 di lapangan tidak saja bergantung pada sifat-sifat u tama dari masing-masing pe
nyusunnya, tetapi juga pada sifat-sifat yang muncul akibat susunan partikcl-partikel di
dalam massa tanah tersebut. Karena itu, sifat indeks perlu dibagi menjadi dua kelas:
, I
Sifat yang utama dari butiran tanah adalah bentuk dan ukurannya serta. pada lepung,
karakter mineralogi dari butiran yang terkecil. Bagi tanah yang tak berkohesi sifat agregat
yang terpenting adalah kepada tan relatif, sedangkan untuk tanah kohesip adalah konsisten
sinya.
Pembahasan sifat-sifat butiran dan agregat tanah akan diawali oleh penjabaran jenis
jenis utama tanah, kemudian akan dilanjutkan dengan pengkajian ulang secara ringkas
tentang persyaratan minimum deskripsi tanah yang akan digabungkan ke dalam data-data
pengamatan di lapangan.
/ana it I
mineral alami yang bisa dipisahkan oleh suatu cara mekanik bila agregat termaksud diaduk
dalam air. Sedangkan batuan metupakan agregat mineral yang
sa tu
gaya-gaya kohesip yang permanen dan kuat. Karena istilah "kuat" dan "permanen" dapat
diinterpretasikan secara berbeda-beda, maka batas antara tanah dan batuan menjadi tidak
pasti. Banyak agregat partikel mineral yang dijumpai di alam sulit untuk_ diklasiflkasikan
seb'agai tanah atau batuan. Walaupun begitu, dalam buku ini, itilah tanah hanya diberlaku
kan pada bahan-bahan yang betul-betul memenuhi definisi di atas.
Kendatipun peristilahan yang diuraikan di atas umumnya dipahami oleh insinyur
insinyur sipil, tetapi peristilahan tersebu t tidak berlaku secar a universal. Bagi
geologiwan,
misalnya, istilah "batuan" dimaksudkan untuk semua bahan yang menyusun kerak bumi
tanpa mempersoalkan derajat keterikatan partikel-partikel mineralnya, sedangkan istilah
"tanah" hanya dikenakan pada bagian kerak bumi yang mampu menopang tumbuh
tumbuhan. Oleh karena itu, jika insinyur sipil memanfaatkan informasi yang diberikan
oleh pekerja (para
ahli)
g_dalam dua....kelompnk
A 't
1 '
I' .Jil 1
cd
"
d 'tan)1a
49).
tersebut dapat menimbulkan .kesulitan pada pondasi dan konstruksi jenis lainnya. Sebagian
besar endapan tanah angkutan bersifat lunak dan lepas hingga kedalaman beberapa ratus
meter dan dapat menimbulkan berbagai masalah serius.
Tanal1 yang berasal dari bahan organik, teru tama diben tuk di tempatnya berada
(in situ), baik melalui pertumbuhan dan peluruhan beruntun tumbuh-tumbuhan seperti
lumut gambut, atau melalui penumpukan fragmen-fragmen rangka bahan anorganik atau
kulit-kulit organisma. lni berarti, yang dimaksud dengan tanah yang berasal dari bahan
organik dapat berupa susunan unsur organik ataupun anorganik. Istilah
lanah organik
biasanya ditujuk
_ an ke tanah angku tan, yang terdiri atas produk-produk pelapukan batuan
dengan sua tu campuran hasil luruhan bahan.bahan tumbuhan yang agak menyolok.
Kondisi tanah di tempat struktur direncanakan, biasanya diteliti dengan mengguna
kan uji lubang dan pemboran. Mandor peketjaan menguji contoh (samples) tanah yang di
ambil. Sesuai dengan keperluan setempat, rriandor mengklasifikasikan tanah serta mem
persiapkan catatan pemboran atau uji lubang yang berisi nama tanah serta batas-batasnya.
Nama tanah dimodifikasi oleh sifat-sifat yang menunjukkan kekakuan, warna, serta hal-hal
tambahan lainnya. Selanjutnya catatan mungkin ditambah oleh abstraksi hasil pengujian
contoh di laboratorium.
Catatan mengenai jenis-jenis tanah beriku t ini mencakup nama-nama yang biasa di
pakai oleh insinyur praktis serta mandor berpengalaman, untuk klasifikasi tanah di lapang
an.
sub-angular atau angular, agaknya berasal dari batuan atau mineral yang belum meng
alami perubahan. Partikel berukuran sampai 1/8 inci dinamakan pasir, dan yang berukuran
1/8 sampai 6 atau 8 inci disebut kerikil. Fragmen-fragmen bergaris-tengah lebih besar dari
8 inci dikenal sebagai bongkah (boulders):
Hardpan merupakan tanah yang tahanannya terhadap penetrasi alat pemboran besar
sekali. Sebagian besar "hardpan" dijumpai dalam keadaan bergradasi baik. luar biasa padat,
dan merupakan agregat partikel mineral yang kohesif.
Lanau anorga11ik (in<,rgank silt) merupakan tanah berbutir halus dengan plastisitas
kecil atau samasekali tak ada. Jenis yang plastisitasnya palfng kecil biasanya mengandung
butiran kuarsa sedimensi, yang kadang-kadang disebut: tepurig batuan (rock fluor), sedang
kan yang sangat plastis mengandung partikel berwujud serpihan dan dikenal sebagai lanau
plastis.
Karena teksturnya halus, lanau anorganik sering dianggap sebagai lempung, tetapi
sebenarnya dapat dibedakan tanpa pengujian laboratorium. Jika diguncang dalan1 telapak
tangan, selapis lanau anorganik jenuh akan mengeluarkan air sehingga permukaannya akan
nampak berkilat. Selanjutnya bila dilekukkan di antara jari tangan. permukaannya kembali
pudar/tak berkilat. Prosedur ini dikenal sebagai uji guncangan. Setelah kering, lapisan men
jadi rapuh, dan debu dapat dikelupas dengan menggosokkan jari tangan. lanau relatif
bersifat kedap air. namun dalam keadaan lepas lanau bisa naik kc lubang pcngeboran
atau lubang galian seperti layaknya sua tu cairan ken tal. Tanah paling tidak stabil. menuru t
kategori ini, dikenal secara setempat dengan nama berbcd:J-beda, misalnya: hati sapi
. (hull's liver).
Lonau organik merupakan tanah agak plastis, berbutir halus dengan campuran partikel
partikel bahan organik terpisah secara halus. Mungkin pula dijumpai adanya kulit-kulit
dan fragmen tumbuhan yang meluruh sebagian. Warna tanal1 bervariasi dari abu-abu teran,g
ke abu-abu sangat gelap, di samping ilU mungkin mengandung H2 S, C02 serta berbagai
gas lain hasil peluruhan tumbuhan yang akan memberikan bau khas kepada tanah. Per
meabilitas lanau organik sangat rendal1 sedang kompresibilitasnya sangat tinggi.
Lempu11g merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikros
kopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun batuan. dan bersifat
plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Dalam keadaan ke'ring sangat keras, dan
tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah. lsti
lah "gumbo" digunakan, khususnya di Amerika bagian barat, untuk lempug yang ke
adaan plastisnya ditandai dengan wujudnya yang bersabun atau seperti terbuat dari lilin,
serta amat keras. Pada kadar air yang lebih tinggi (basal1) lempung tersebut bersifat Iengket.
Lempung organik adalah lempung yang sebagian sifat-sifat fisis pentingnya dipengaruhi
oleh adar.ya bahan organik yang terpisah. Dalan1 keadaan jenuh lempung organik cende
rung bersifat sangat kompresibel, tapi pada keadaan kering kekuatannya (strength) sangat
tinggi. Warnanya biasanya abu-abu tua atau hitam, di samping itu mungkin berbau me
nyolok.
Gambut (peat) adalah agregat agak berserat yang berasal dari serpihan makroskopik
dan mikrcskopik tumbuh-tumbuhan. Warnanya bervariasi antara coklat terang dan hitam.
Gan1but juga kompresibel, sehingga hampir selalu tak mungkin menopang pondasi. Ber
bagai macam teknik telah dicoba pengembangaMya dalam rangka mendirikan tanggul
tanah di atas lapisan gambut tanpa risiko runtuh, namun penurunan (settlement) tanggul
semacam ini tetap cenderung besar serta berlanjut dengan laju yang makin berkurang
selama bertahun-tahun.
Seandainya suatu tanah tersusun dari dua jenis tanah yang berbeda, maka campuran
yang terbanyak (dominan) dinyatakan sebagai kata 'benda, sedang yang lebih sedikit atau
kurang menonjol dinyatakan sebagai kala sifat. Misalri.ya: pasir lanauan, menyatakan
tanah y ang mengandung banyak p asir, sedangkan lanau hany a berjumlah sedikit saja. Lem
pung pasiran adalah tanah yang memperlihatkan sifat-sifat sebuah lempung tetapi me
Secara kualitatif, sifat-sifat agregat pasir dan kerikil diungkapkan oleh istilah-istilah :
./eP;U
maksud biasanya
ke konsepsi y ang sangat m enyimpang tentang karakter u mum l apisan tanah, karenanya
diskripsi kualitatif harus ditambah dengan informasi kuantitatif seandainya sifat-sifat
mekanik cenderung memiliki pengaruh penting pada disain. Biasanya keterangan kuan
titatif diperoleh dari contoh tanah yang "agak terganggu" (Pasal
an yang bersesuaian di lapangan (Pasal
44).
7),
Data warna lapisan t anah dari beberapa pengeboran y ang berdekatan, memperkecil
risiko melakukan kesalahan dalam mengkorelasi catatan p engeboran. Warna juga merupa
kan p e tunjuk bagi perbedaan nyata perilaku (karakter) tanah. Misalnya, jika lapisan paling
atas suatu lempung terbenam berwarna kekuning-kuningan atau coklat, dan lebih kaku
darip ada lapisan lempung di bawahnya, maka mungkin hal tersebut terjadi karena lapisan
lempung tersebu t tersin gkap dalam sua tu jangka waktu terten tu hingga kering dan disertai
proses pelapukan oleh cuaca. lstilah-istilah, seperti: burik, marbled, berbintik, speckled
digunakan untuk membe dakan warna-warna yang terdapat di dalam satu lapisan yang
sama. Biasanya warna-warna gelap atau lusuh dikaitkan dengan tanah-tanah organik.
Dalam kondisi geologi tertentu, tanah akan diju mpai dengan ciri-ciri p erwuju dan
nya y an g khas atau luar biasa, misalnya berupa struktur lubang akar atau stratifikasi yang
nyata dan teratur. Karena ciri-ciri tersebut, maka tanah di lapangan dapat dengan m udah
dikenali, dan karena itulah masing-masing diberi nama khusus. Aline a beriku t ini berisi
definisi dan uraian sebagian dari bahan-bahan tersebut.
kah.
adalah endapan glasial tak berlapis dari lempung, lana u , pasir, kerikil, dan b ong
w
ahan termaksud menutupi sebagian permukaan b atuan di d ae rah-daerah yang ter
dalah agregat halus - yang pembentukannya dipengaruhi oleh air atau angin
Ti t ff
. ari mineral berukuran kecil atau par tikel batuan y ang disemburkan dari gunung
berasal o
adalah endapan k ohesif seragam y ang terbawa oleh tiupan angin, biasanya ber.
Lo e
warna eo elat terang. Ukuran sebagian besar partikelnya berkisar di antara 0,01 dan
.
0,05
mm. Kohesi ditimbulkan oleh adanya bahan p engikat yang terutama mengandung
kalsium/gamping atau lempung. Karena umumnya terdapat lu bang-lubang akar tegak yang
menerus (kontinu ), maka permeabilitas pada arah mendatar lebih kecil daripada arah
vertikal; di samping itu mainpu bertumpu di atas lereng yang sangat curam (hampir tegak).
Lapisan loess murni tidak pernah jenuh. Pada peristiwa penj enuhan, ikatan partikel di
Modified loess
proses sek\inder, misalny.a pencelu pan temporer, erosi dan di lanju tkan dengan pengendap
an; p eru bahan kimiawi y ang menyangkut penghancuran ikatan antar p ar t.ike l ; atau p er
ubahan kimiawi bahan y ang lebih mudah melapuk seperti feldspar. Pembusukan kimiawi
yang tuntas menghasilkan loess loam, dicirikan oleh ke-plastis-annya y ang lebih besar dari
pada jenis modified loess lainnya.
,
Ta nalr dtaumzaceousadalah endapan h alus mengandu ng silika, biasanya pu tih disusu n
teru tama a tau bahkan st:cara keseluruhan oleh sisa-sisa diatom. lstilah diatom digunakan
untuk sekelompok ganggang laut atau ganggang air tawar yang bersel satu dan berukuran
mikro, serta berdinding sel yang mengandung silikat.
adalah istilah yang digunakan untuk aneka lempung laut yang agak atau sangat
.War /
kaku dan berwarna kehijau-hijauan.
A dobe adalah istilah yang digunakan di Amerika bagian barat daya dan daerah-daerah
se tengah kering lainnya u n tu k aneka ragam tanah berwarna terang, mulai dari lanau pasiran
adalah lapisan tanah y an g butirannya tersemen satu sama lainnya oleh karbo
Ca licll e
nat seperti gamping. Biasanya lapisan-lapisan ini terdapat di kedalaman bebe rapa meter di
bawah permukaan, dan ketebalannya dapat berkisar di anta:a bebe rapa inci dan beberapa
kaki. U ntu k p embentu kan lapisan ini dip erlukan iklim setengah kering.
. em['lil!g l'l1l"I'('J rerdiri atas l ap isan-lapisan lanau anorganik berwarna agak abu-abu
J
yang di selang-selingi oleh lap isan-lapisan lempung berwarna lebih gelap. la pi an-lapisan ter
sebut jaran g berketebalan l e bih dari setengah inci, tetapi kadang-kadang ditemukan juga
"varve" yang sangat tebal. Bahan-bahan penyusun lapisan tersebut diangkut ke danau
air tawar oleh air di akhir jaman es. Lempung "varved" cenderung memiliki gabungan sifat
sifat buruk l anau dan lempung lunak.
sementara bentonit jenuh akan menyusut lebih banyak ketika dikeringkan. Endapan ben
tonit terdapat di negara-negara bagian di sebelah barat Mississippi; di Tennessee, Kentucky,
dan Alabama ; juga sedikit di beberapa n egara bagian lainnya. Demikian pula, bentonit
dijumpai di M ex ico.
tanah di lapangan - akan melingkup beraneka bahan yang berbeda jenisnya. Kecuali itu,
pemilihan istilah y ang berkaitan dengan sifat-sifat kekakuan dan kepadatan sangat ber
gantung pada orang yang melakukan pengujian tanah
termaksud.
Karena kenyataan
kenyataan ini, klasifikasi lapangan boleh dikatakan senantiasa mengandung ketidakp astian
dan ketidaktelitian. Keterangan (in formasi) yang lebih spesifik dapa t diperoleh hanya me
lalui uji secara fisik, yang akan memberikan nilai numerik sifat-sifat tanah.
Metoda penelitian tanah - yang menca kup pengeboran, pengambilan contoh, serta
penentuan nilai numerik rata-rata sifat1 tanah menjadi bagian dari program disain dan kon
struksi. Hal-hal ini akan dibahas dalam Bab
7,
Bagian lii .
Ukuran partikel-partikel penyu sun tanah dapat bervariasi dari yang berukuran bong
kah sampai ke ukuran m olekul besar. Butiran yang lebih besar d ari
Buuran yang lebih besar dari
(very coarse);
0,06
mm merupakan
0,06 mm
0,6 mm hingga
2 p. ( l p.
1 mikron
dapat diamati dengan menggu nakan mikroskop. Butiran ini merupakan fraksi ha/us (fine
'
fractien).
.
Fraksi san,:a t ha/u s tersusun dari bu tiran- u t iran y ang u ku rannya lebih kecil dari 2p. .
M 1 kroskop ma sih dapat membeda-bedakan butuan y ang bcrukuran antara 2p. h ingga 0 l p.,
namun tidak lagi dapat membedakan bentuk butiran tersebu t. Untuk menentu kan bentuk
atas bu tiran dalam berbagai selang u kuran, disebu t analisis mel<11 nik. Dengan analisis me
kanik kita dapat mengetahui bahwa tanah alami mengandung dua atau lebih fraksi tanah.
Sifat umum tanah yang berbutir campuran hampir secara keseluruhan ditentukan oleh
sifat unsur tanah yang terkecil. Dalam h al ini tanah agak mirip dengan be ton. Sifat beton
terutama ditentukan oleh semen, sedangkan agregat y ang menyusun seb agian besar beton
bersifat lembam. " Agregat", atau bagian lembam tanah berbutir campuran terdiri atas
Fraksi sangat kasar, misalnya kerikil, te rdiri atas pecahan-pecahan batuan, ma sing-ma
sing tersusun dar i sa tu atau lebih mineral. Pecahan-pecahan itu mungkin tierbentuk angular,
subangular, bulat, atau ceper ; mungkin dalam keadaan scgar atau yang mcnunjukkan tanda
tanda pelapkan berat. Mu ngkin kokoh a tau rapuh.
Fraksi kasar, y ang ditunjukkan oleh pasir, dibentuk oleh butiran yang biasanya ter
utama tersusun dari ku arsa. M asing-masing butiran mungkin berbentuk angular, subangular,
atau bulat. Seb agian pasir mengandung p ersentase sangat tinggi serpihan- serpihan mika
yang membuatnya sangat elastis atau lenting.
Pada fraksi-fraksi h alus dan sangat halus, masing-masing butirannya umumnya h anya
terdiri atas satu mineral. Partikel-partikelnya mungkin berwujud " angular " , "subangular " ,
serpihan, atau kadang-kadang berbentuk tabular. Namun, partikel bulat jarang sekali di
jumpai. Fraksi h alus y ang mengandung fosil seperti Radiolaria atau diatom, mempunyai
pori dengan p ersentase sangat tinggi, memberikan sifat m.ekanik tak nom1al. Umumnya,
semakin kecil u kuran butiran suatu fraksi tanah, maka semakin tinggi persen tase wujud
serpihan.
Jika sebagian besar bu tiran dalam sua tu agregat tanah memiliki u ku ran-ukuran yang
termasuk p ada salah satu fraksi tertentu, maka agregat tanah termaksud dikatakan seragam.
Tanah kasar a tau sangat kasar y ang seragam mudah dijumpai, sedangkan tanah sangat halus
atau tanah koloidal jarang dijumpai seragam. Semua lempung mengandung p enyusun yang
halu s, s angat halus, dan koloidal, bahkan seb agian lempung ada y ang men gandung parti
kel-partikel kasar. Fraksi lempung yang paling h alus teru tama tersusun dari partikel-parti
kel berbentu k serpih an.
Meratanya p enyebaran partikel berbentuk serpihan di d alam fraksi halus tanah alam
merupakan konsekucnsi dari proses geologi pembentukan tanah. Sebagian besar tanah ber
asal dari p elapukan batuan secara kimia. Batuan sendiri terdiri atas sebagian mineral yang
secara kimia sangat stabil dan seb agian lagi kurang stabil. Pelapukan secara kim ia men
transformasikan mineral kurang stabil menjadi bahan y ang rapuh yang terdiri atas partikel
par tikel mineral sekunder yang sangat kecil - biasanya be1wujud seperti sisik atau kristal
serpihan - semen tar a mineral stabil praktis tak beru bah . J adi, proses pelapukan secara
kimia meru bah batuan menjadi agregat be rupa kumpu lan fragmen-fragmen mineral s tabil
atau hampir tak berubah dan tertanam di dalam suatu matriks yang teru tama te rdiri atas
partikel diskrit berwujud sisik. Selama proses pengangku tan selanju tnya oleh air yang
mengalir, agregat tersebut dihancurkan, dan unsur-u nsur p enyusunnya mengalami p e ris
tiwa tumbukan dan penggilasan. Proses mekanik penggilasan sendiri (murni) menghancur
kan bu tiran mineral stabil - yang keras dan sedimensi - hanya sampai sekecil
(0,0 1
1 OJ..l
bentuk serpihan dan bersifat rpuh, walaupun sejak semula telah berukuran kecil, meng
alami penghancuran lagi menjadi partikel yang lebih kecil dan kemudian diendapkan.
Jika kita memecah dan menggiling sepotong contoh mineral, mengubahnya menjadi
fraksi-fraksi berukuran bu tiran yang berbeda, kemudian menjenuhkannya, kita akan me
lihat bahwa fraksi terhalu s menunjukkan sifat-sifat yang tidak muncul pada fraksi yang
lebih kasar. Lebih jauh lagi kita amati bahwa sifat-sifat ini, secara agak luas, sangat ber
gantung pada karakteristik dari mineral.
Pengaruh ukuran serta sifat mine ral dapat diilustrasikan melalui perbandingan sifat
sifat tertentu berbagai fraksi dari sua tu kuarsa, dan melalu i perbandingan sifat-sifat tertentu
antara fraksi kuarsa dcngan fraksi biotit y ang masing-masingnya memiliki u kuran butiran
yang sama. Kita akan mel ihat bahwa fraksi yang scmakin halus secara ber turu t- turu t mem
bentuk endap an dengan p orositas yang scma kin tin ggi ap a.bil a tiap fraksi kuarsa y ang me
berukuran
bcsar dikocok
dalam air suling dan dibiarkan mcngcndap. Par tikcl tcrkecil pada fraksi yang paling halus
akan te tap tin ggal di dalam suspensi sclama bermin ggu-min ggu . Akan tetapi jika setetes
larutan yang m engandung suatu elektrolit ditambahkan ke dalam suspensi, maka sedimen
tasi segera dimulai. Kecuali itu , scdimen ini memiliki porositas yang sangat kecil jika di
bandin gkan dengan porositas sedimen y ang diendapkan dari air suling {distilasi). Hal ini
Pg
Ps
Gaya resultan ini dapat berinterferensi atau m engganggu partikel-partikel lain yang ber-
Pg
Pg/Ps
Ps
Ps
ber
sifat-sifat agregat, jika kubus-kubus memiliki u kuran yang sangat kecil. Jadi, kendatipun
fraksi kasar kuarsa tidak memiliki kohesi sama sekali, tetapi sema kin berkurang ukuran
butiran kuar sa akan berarti
begitu, fraksi terhalu s sekalipun tidak menunjukkan keplastisan, y aitu kemampuan meng
alami proses "penggulungan" dalam sua tu batas-batas kadar air tertentu.
Tidak seperti halnya kuarsa, butiran-bu tiran biotit dicirikan oleh wuju dnya yang
berupa piring/lempeng. Rasio volume dan luas permukaan serta berarti juga rasio
Pg/Ps
untuk partikel y ang berwujud lempeng tipis bernilai relatif j auh lebih kecil daripada nilai
yang dimiliki oleh partikcl-partikel sedimensi (equidimensional). Kecuali i tu , pengaruh
u kuran butiran terh ad ap porositas serta sifat-sifat fisik agregat lainnya masih cukup me
nonjol. Agregat jenuh memperoleh keplastisan yang cukup besar dan kekohe sipannya ber
tambah, dengan berkurangnya ukuran bu tiran.
Perbedaan p enting an tar a p erilaku p ar tikel kuarsa dan p ar ti ke l biotit be rpangkal pada
perbedaan struktur kristal kedua mineral terse but. Struktur kristal kuarsa menyokong peri
laku plati {platy habit), sedangkan struktur kristal biotit mendorong munculnya p erilaku
plati {platy habit). Perilaku yang diperlihatkan oleh sebagian mine ral selalu be rkaitan de
ngan struktur kristal berupa lembaran. Sifat-sifat fraksi sangat h alus dari mineral y ang
tak sama yang memiliki struktur kristal berupa lembaran tersebut ternyata agak berbeda,
karena karakteristik d i p ermukaan lembaran-lembaran termaksud bergantung pada masing
masing struktur mineral y ang bersangkutan.
Secara praktis semua mineral dengan struktur be rupa lembaran yang dijumpai pada
fraksi tanah sangat halus termasu k ke dalam kelompok y ang dikenal sebagai min eral-
)I)
lllit:cra! ie'l?l!1i llg
Kelompok terse but dibagi menj adi tiga sub-kelompok : ,:c,-1 h 1 1 1 r f!li: dan
4. 1 ).
Permukaan yang
rata terwebut bermuatan listrik negatif sed angkan di sisi-sisi petak atau di tempat patah
an pelat terdapat muatan p ositif a tau negatif, tergantung keadaan lingkungannya .
, / Dalam
p ermasalahan
teknik
delngan air. In teraksi antar p ar t ikel lem pu ng, air, dan bc rmacam-macam bahan y an g ter
larut dalam air menjadi faktor penentu y an g utama bagi si fat-sifat tanah y ang tersusun dari
partikel-partikel tersebu t.
Air murni teru tama tcrdiri a tas mol ekul-molekul H2 0, tetapi senantiasa ad a beberapa
molckul y ang berdisosiasi menjadi ion h idrogen
n-.
Keti dakmurn ian yang lain rnungkin berupa asam atau basa. Karena p ermukaan bidang
mineral J empung membawa muatan listrik negatif, maka kation ditarik ke permukaan
p ar tikel, demi kian pula h al nya dengan ion
kan dalam jumlah total muatan positif y ang diserap per 1 00 gram. Harga pendekatan
nya u ntuk be rbagai m ineral lempung y ang berbeda dengan u kuran p ai tikel h ampir sama
disajikan dalam Tabel
4.1.
kaoli n t
Si/{ 11 indeh
I1
raur:: l;
Ta hel -1 . 1
.\1 onmorilomt
3 6 0 - 5 00
llit
1 20
K aolin i t
240
20 - 90
Ion yang dijerap tidak terus-menerus melekat pada mineral lempu ng_ Sean dainya lem
+
y ang terjerap dicuci dengan laru tan KCl, maka sebagian
Air yang berde katan dengan permukaan partikel miner al yang bermua tan negatif da
pat mengalami pertukaran ion dengan dirinya sendir- M olekul-molekul air mungkin ter
susun menjadi suatu p ola y ang tergantung p a da lokasi dan sifat ion yang dijerap serta,
sampai tingkat tertentu, pada jarak sisi kristal mineral lempung. Oleh karena i tu kita me
ngatakan bahwa air terjerap d<..c1 memiliki struktur. Tebal air y ang terjerap sangat ber
gantung kepada jenis mineral serta berbagai jenis kation yang mungkin. Sifat-sifat air yang
terjerap belum cukup diselidiki, tetapi air tersebut dapat mengerahkan pengaruh penting
pada sifat-sifat mekanis massa lempung. I on-ion yang terjerap bersama dengan air yang terkompleks jerapan (d Jorp l r 1 nl> 1
jerap menghasilkan
Kation-kation yang dijerap oleh sebuah p artikel mine ral lempung senantiasa bergerak
akibat agitasi termal dan tersebar secara statistik di sekitar permukaan partikel. Kerapatan
terbesar dari ion ion tersebu t terjadi di de kat permukaan partikel dan kerapatan semakin
berkurang jika makin jauh dari permukaan, sep erti ditunjukkan pada Gb.
4.2.
Kation
kation ini menyusun suatu lajur atau lapisan bermU:atan positip. Lapisan ini bersama- sama
dengan permukaan bermuatan negatif d ari partikel yang bersangkutan dikenal sebagai
lapiwn ganda listrik
partikel yang hampir sej aj ar akan saling tolak dengan intensitas yang sangat bergantung
pada sifa t dan kov.sentrasi ion-ion di dalam air. Di samping gaya tolak yang be rkaitan de
ngan lapisan ganda tersebut terdapat pula medan-medan gaya yang lain di sekitar partikel
partikel bermu atan. Medan-medan gaya "tambahan" ini dapat bersifat tarik-menarik mau
pun tolak-menolak. Kendatipun kita telah memahami sifat-sifat berbagai medan gaya de
ngan cukup baik , tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi medan tamabhan tersebut di
atas belum sepenuhnya dianalisis. Walaupun begitu , informasi yang tersedia saat ini me
mungkinkan kita menginterpretasikan sejumlah besar fenomena yang diamati dan meng
ilu strasikan kekompleksannya, sekalipun secara k asar dan melalui beberapa penyederhana
an.
/ .
;:
:a .
.
0
-- /on-ion (+)
12
memiliki muatan listrik p ositif, partikel-partikel di dalam flok mungkin tersu sun dalam
struktur yang disebut :
pinggir-ke-muka
5 .3b).
4.3a ;
struktursejajar (Gbr.
Oleh k arena itu, endapan yang semata-mata tersusun dari mineral lempung cende
rung berwujud . kumpulan flok. Dalam kumpulan ini flok yang satu dengan yang lainnya
mungkin saling terlepas, sed angkan pada masing-masing flok partikel-partikel dapat ter
susun dengan struktur pinggir-ke-muka, sej ajar, a tau peralihan dari kedua struktur terse but.
Lebih j auh lagi, ternyata seb agian besar endapan mengandung pula partikel-partikel yang
lebih kasar yang cukup besar reranannya dalam menyebabkan perub ahan terhadap susunan
(Pasal
1 8).
Jika tekanan y an g bekerja pada endapan ber tambah akibat penumpukan endapan di
atasnya atau akibat gaya dari luar, maka kadar air dalam endapan menjadi berkurang, dan
partikel dipaksa un tuk saling mendekat satu sama lainnya. Dalam keadaan seperti itu tanah
dikatakan:
mengkonsolidasi.
si endapan digunakan u ntuk memecahkan struktur flok-flok serta melawan gay a tolak an tar
partikel. Dalam hal ini peranan energi berkaitan dengan peristiwa perub ahan elastis (elastic
deformation) par tikel-partikel.
Jika tekanan dihilangkan sementara tanah tetap bersen tuhan dengan air bebas, maka
kadar air dan volume tanah akan bertambah. Fenornena ini dikenal sebagai pembengkakan
(swelling). Sejumlah energi yang terlibat dalam proses ini merupakan kerja oleh gaya-gaya
tolak untuk memisahkan partikel-partikel. Dalam hal ini peranan energi tercakup dalam
peristiwa tumbukan elastis.
(b)
(a)
Gbr. 4 . 3.
(a) Susunan pinggir-ke-muka partikel lempung dengan bentuk berj enjang atau
(h )
13
Penyebab konsolidasi serta pembengkakan untuk fraksi ukuran bu tiran yang berbeda
akan berbe da pula. Misalnya, jika tekanan pada campuran p asir-mika yang berbutir kasar
diubah, maka sebagian besar konsolidasi dan pembengkakan diakibatkan oleh perubahan
atau tumbukan elastis. Namun pada fr aksi tanah y ang sangat halus, fenomena y ang ber
hubungan dengan muatan-muatan listrik mungkin merupakan ha! yang paling menonjol.
Jika sebuah flok dengan partikel-partikel yang tersusun sejajar (Gbr. 4.3b) m eng
alami perubahan (deformasi) geser, maka tahanannya terhadap geser di sepanjang
permukaan-permukaan terletak di an tara dua partikel akan sangat kecil kalau permukaan
masing-masing partikel berbentuk bidang datar. Dalam kenyataannya partikel-partikel me
miliki permukaan yang berjenjang y ang memungkinkan terjadinya "in terferensi" serta
tahanan terhadap geser. Endapan yang terdiri atas flok-flok dengan partikel-partikel
yang tersusun dalam struktur sejajar tetap i dengan orientasi yang berbeda-beda akan me
miliki tahanan geser per flok yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh interferensi antar
flok. Pada suatu flok <.!engan partikel-partikel yang tersusun dalam struktur pinggir-ke
muka akan terdapat interferensi antar p artikel yang sangat kuat. Kecuali interferensi,
tahanan terhadap geser juga ditimbulkan oleh peristiwa tarik-menarik pada persentuh
an an tar p inggir dan muka partikel. Dalam hal ini kita akan menjumpai berbagai jenis inter
ferensi dan peristiwa tarik-menarik yang menghasilkan tahanan geser pada endapan ter
sebut .
Jika endapan alami diremas (remolded) dengan cermat, maka endapan tersebut akan
sangat terganggu dan menyebabkan banyak partikel terorientasi dengan susunan yang
.relatip sejajar. Karena itu , tahanan geser dari endapan tersebut mungkin akan berkurang
banyak. Dalam keadaan seperti ini lempung dikatakan bersifat peka terhadap gangguan.
Lempung !aut yang dijumpai di negara-negara Skandinavia dan Kanada bagian timur
ditandai oleh kepekaan yang luar biasa tinggi sehingga sering dikenal sebagai lempu ng
hidup (quick clays). Setelah suatu gangguan terj adi, misalnya tanah longsor, lempnng ter
sebut berperilaku seperti fluida viskos (cairan kental) dan biasanya mengalir ke tempat
tempat yang j auh (Pasal 9). Kepekaannya yang tinggi dihubungkan dengan berkurang
nya konsen trasi ion natrium di dalam air pori akibat p roses pelindian (leaching). Teori ini
ditunjang oleh data lap angan dan h asil percobaan di laboratorium.
Ketika lempung hidup diendapkan, maka ruang pori akan terisi oleh air l aut dengan
konsentrasi garam dapat mencapai 35 gram per !iter. Analisis kimia air p ori terhadap se
jumlah lempung hidup di Skandinavia menunjukkan bahwa saat ini lempung-lempung
tersebut sedikit atau bahkan samasekali tidak mengandung garam, sedangkan lempung
serup a di lokasi y ang sama tetapi dengan kepekaan agak sedang ternyata mengandung
ko!lsentrasi garam y ang cukup tinggi. Analisis terhadap sejumlah lempung laut Skandina
via memberikan kesimpulan umum bahwa kepekaan y ang \ebih rendah berkaitan dengan
kadar garam yang lebih tinggi (Skempton dan Northey 1 9 52).
Rosenqvist ( 1 946) mendapatkan bahwa pemberian natrium khlorida ke dalam contoh
lempung hidup remasan menghasilkan penurunan kepekaan yang berarti ; dan penghilangan
kadar garam dari lempung remasan melalui proses pelindian akan membuat lempung kem
bali menjadi sangat peka. Juga diketahui bahwa pengawetan lempung tanpa penambahan
garam tidak banyak menaikkan kepekaan.
Setelah suatu contoh fraksi tanah sangat halus diremas dengan cermat, posisi partikel
tidak harus dikatakan dengan kesetimbangan gaya-gaya tarik maupun tolak. Artinya,
partikel mungkin menempati p osisi stabil serta memiliki kecenderungan bergerak rotasi
pada volume yang tetap. Sementara itu kekuatan geseran contoh tersebut mungkin ber
tambah. Dalam keadaan seperti ini dikatakan bahwa tanah memperlihatkan apa yang di
sebut: tikso tropi (thixotropy).
Fenomena y ang agak serupa dikenal sebagai: sineresis (syneresis) yang menyebabkan
14
berkurangnya p orositas dari lapisan atas sebagian besar endapan segar. Pengurangan ter
sebu t berlangsung lambat dcngan laju y ang semakin berkurang sampai volume l apisan
termaksud menj adi j auh lebih kecil dari volumenya semula. Kontraksi perlahan tersebut
tidak dapat ditimbulkan oleh gravitasi. Pada sebagian lempung, fenomena tersebut akan
menghasilkan retakan yang merambat.
Pada dekade terakhir ini penelitian mengenai interaksi antara partikel-partikel l empung
dengan lingkungannya serta p enel itian di bidan,g mineralogi lempung dilakukan dengan
giat dan meluas sehubungan dengan banyaknya implikasi praktis yang ditimbulkan o\eh
proses-proses fisika-kimia yang sating berkait itu dan karena pemanfaatan \empung dalam
berbagai industri ; demikian pula halnya dengan penyelidikan bcrbagai "sifat tcknik" dari
lempung. Tetapi manfaat penelitian-pene\iti :m tersebut untuk sebagian besar masaiah prak
tis teknik b1ngunan tanah ll1<!Sih sangat terbatas. Ha\ ini disebabkan oleh terlampau
banyaknya faktor-faktor y ang mempengaru hi sifat-sifat signifikan l empung. Dengan alasan
ini penentuan sifat indeks (Pasal I ) yang mengungkapkan pengaruh gabungan semua in
teraksi fisika-kimia merupakan cara y ang murah dan bijaksana. Situasi serupa berlaku pula
tcknik beton. Proses semen Portland mendapatkan kekuatan (strength)ny a masih
belum dipahami sepenuhnya, sedangkan teknik beton sudah agak lama dikembangkan dan
saat ini merupakan satu cabang tekr.ik struktur yang mapan. Hasil-hasil pengujian labora
torium terhadap contoh-contoh beton digunakan sebagai asumsi yang mendasari bidang
ini; semen tara itu sifat tertentu semen, misalnya p ert ambahan kekuatan te rh adap waktu di
abaikan. Kenyataannya, teori serta proscdur disain yang didasarkan pada asumsi terscbut
cukup akurat bagi kepentingan-kepentingan praktis.
dalam
Bacaan Pilihan
Langkah utama dalam pengembangan gagasan ini mengenai pengaruh struktur d an
proses secara fisika-kimia p a d a sifat-sifat tanah berbu tit h a\us di k an du ng dalm buku-buku
acuan beriku t ini, y an g dalam uru tan kronologisny a a dalah:
u.aghi
"
"
"
3 0- 5 3 .
"
6, p p. 86-93 .
Lambe, l "- 1 1 96 0 1. "Structure of compacted clay," Tra n s. ASCE, 1 2 5 , pp. 6 8 2-70 5 .
M r tchcll, 1 "- ( I Y b I l "Fu ndam en tal aspects
of thixotropy in .soils," Trans. A S CE,
1 26 , Part 1 , pp. 1 5 86 - 1 6 20 .
IS
Tujuan analisis tanab adalab menentukan ukuran bu tiran penyusun tanah dan persen
tase berat total butiran dalam berbagai selang u kuran. Penggunaan ayakan merupakan me
toda langsung untuk memisabkan tanab menjadi fraksi-fraksi butiran. Namun, karena lu
bang ayakan terkecil lebarnya 0,07 mm, pemakaian ayakan banya terbatas pada analisis pa
sir bersib (clean sand). Jika tan ab mengandung butiran le bib kecil dari 0,07 mm, m aka ta
nab dapat dipisahkan menjadi dua b agian dengan cara mencucinya dengan air. Ketika air
menjadi kerub, tanab dipisabkan. Bagian yang lebib kasar tinggal dalam kontainer dan d a
pa t dianalisis dengan memakai ayakan. Partikel-partikel tanah dalam cairan kerub tersebu t,
dianalisis secara mekanik basab atau elutriasi (elutriation), karena terlalu balus untuk di
ayak.
Metoda p elaksanaan analisis mekanik basab didasarkan pada bukum Stokes yang me
nentukan kecepatan partikel berbentuk bola dengan garis tengab tertentu ketika bergerak
turun dalam cairan yang diam. Pada metoda y ang biasa digunakan untt.Jk keperluan teknik,
20 sampai 40 gram tanab lempung atau SO sampai
di!ngan satu !iter air, diaduk lalu dituang ke dalam kontainer. Kerapatan suspensi diukur
beberapa kali dengan memakai bidrometer dengan disain kbusus. Pada suatu saat tertentu,
ukuran terbesar partikel yang tertinggal dalam suspensi di tinggi (level) bidrometer dapat
dibitung dengan bukum Stokes, sementara berat partikel yang lebih halus daripada ukuran
tersebut di atas dibitung dari kerapatan suspensi di tinggi yang sama. Pengujian ini ber
langsung selama beberapa bari.
Melalui analisis mekanik basab, fraksi tanab dapat dipisabkan sampai ke ukuran O,SJ.(.
Fraksi yang lebih balus diperoleb dengan menggunakan
y ang sesungguhnya.
Penyajian basil analisis mekanik yang paling cocok adalab kurva ukuran butiran se
tengah-logaritma, seperti ditunjukkan dalam Gbr. S.1. Absis kurva ini menunjukkan loga-
0,01
0,00/
1"
''
''
'
10 ----------------------0
1
I
0
Log D (mm)
-
Gbr. 5.1.
-2
-3
16
ritma ukuran butiran. Ordinat menyatakan persentase berat butiran P yang berukuran
lebih kecil daripada yang ditunjukkan pada absis. Jika ukuran butiran seragam, maka
kemiringan kurva akan lebih curam; sebuah garis vertikal akan menyatakan ukuran butiran
yang seragam sempurna. Keuntungan paling penting dari plot setengah-logaritma adalah
karena kurva-kurva ukuran butiran tanah dengan keseragaman yang sama akan memiliki
bentuk yang identik, tanpa mempersoalkan ukuran rata-ratanya. Kecuali itu, jarak men
datar antara dua kurva yang berbentuk serupa akan sama dengan logaritma rasio ukuran
butiran rata-rata keJua tanah yang bersangkutan.
Gambar 5.2 menunjukkan beberapa jenis kurva ukuran butiran. Kurva a merupakan
jenis yang paling umum. Kurva tersebut amat mirip dengan kurva frekuensi normal yang
mengungkapkan salah satu hukum-hukum dasar statistik. Karena ukuran butiran me
rupakan fenomena statistik, maka berbagai usaha telah dilakukan dalam rangka memanfaat
kan istilah serta konsep statistik dalam menguraikan basil analisis mekanik. Namun, hal
itu biasanya tidaklah menjamin dalam kaitannya dengan mekanika tanah untuk kepenting
an teknik.
Jika contoh memiliki distribusi ukuran butiran seperti ditunjukkan dalam Gbr.
5.2.a, maka keseragaman fraksi butiran yang lebih besar dariD50 (sesuai denganP= 50%)
hampir sama dengan keseragaman fraksi dengan butiran lebih kecil dari D50. Jika sebaran
(distribusi) mirip seperti yang ditunjukkan dalam b, maka separuh bagian dari contoh yang
lebih kasar ak;m relatip ser.agam, scdangkan ukuran butiran dalam separuh bagian yang
lebih halus bervariasi menyolok. Sebaliknya, distribusi yang dinyatakan dalam c berlaku
untuk contoh yang butiran lebih kasarnya berukuran aneka ragam sementara butiran yang
lebih halus akan berukuran lebih seragam. Kurva yang digambarkan dalam d dan e dikata
kan komposit.
Kurva ukuran butiran untuk tanah residual yang belum matang biasanya mirip dengan
yang diperlihatkan oleh Gbr. 5.2.b. Dengan bertambahnya umur tanah, ukuran butiran
secara rata-rata makin berkurang akibat proses pelapukan, dan kurva tanah tersebut makin
mendekati bentuk garis lurus (Gbr. 5.2.a). Kurva ukuran butiran untuk tanah matang akan
-I
L og D (mm)
-2
-3
Gbr. 5. 2. Kurva ukuran butiran tipikal. (a) Kurv:t frekuensi normal. (b dan c) Kurva untuk
tanah yang mempunyai fraksi lebih kasar dan le bib halus dengan keseragaman berbeda.
(d dan e) Kurva komposit.
17
menyerupai kurva dalam Gbr. 5.2.c. Distribusi yang ditunjukkan oleh h dan c juga biasa
dijumpai pada tanah yang berasal dari glasial dan tluvioglasial. Tidak munculnya butiran
yang berukuran sedang dalam endapan tanah, seperti dicontohkan oleh kurva dalam
Gbr. 5. 2.d, umumnya dijumpai pada campuran pasir-kerikil yang diendapkan oleh sungai
yang mengalir cepat yang mengangkut beban endapan besar. Kerikil jenis ini dikatakan ber
gradasi buruk atau memiliki jurang. Kurva seperti dalam Gbr. 5.2.d juga bisa diperoleh
jika bahan dari dua lapisan berbeda dicampurkan sebelum analisis mekanik dilaksanakan.
Patahan yang menyolok pada kontinuitas dari kurva ukuran butiran dapat juga me
nunjukkan pengendapan tanah secara serentak oleh dua pelaku yang berbeda. Misalnya,
satu fraksi mungkin dihanyutkan ke dalam danau es oleh sungai dan fraksi lainnya dijatuh
kan dari apungan es yang mencair. Jadi, pengetahuan mengenai bcntuk-bentuk kurva ukur
an butiran dapat membantu untuk menentukan asal mula tanah dari segi geologi sehingga
mengurangi risiko dalam penginterpretasian data yang diperoleh dari uji pemboran.
Bacaan Pilihan
7
Teknik pelaksanaan analisis mekanik dan pengujian klasifikasi yang lain diuraikan dalam Lambe, T. W. (1951): Soil testing for engineers, New York, John Wiley dan Sons, hal.
165.
"
Pendahuluan
Istilah agregat secara keseluruhan berhubungan ke tanah itu sendiri bukan ke bagian
bagian p enyusunnya. Secara kualitatif, agregat tanah mungkin memiliki tekstur, struktur,
18
dan konsistensi yang berbeda. Dari segi kuantitatif, agregat-agregat tanah mungkin me
miliki porositas, kerapatan relatif, kadar air dan gas, serta konsistensi yang berbeda. Infor
masi kualitatif diperoleh di lapangan melalui pengamatan langsung (visual). Hal ini merupa
kan dasar untuk penyiapan catatan pemboran atau catatan lainnya. Tanpa informasi ini
diskripsi tanah belumlah lengkap.
19
Porositas n adalah rasio volume ruang pori terhadap volume total agregat tanah . Istilah
volume ruang pori adalah bagian volume tanah yang tidak ditempati oleh butiran mi neral.
Jika diungkapkan sebagai persentase, maka porositas dikenal sebagai persentase ruang pori.
Angka pori e ada lah rasio volume ruang pod terhadap volume bahan padat. Jika
V=
volume
total
maka
n=-
dan
e=---
(6.la)
v.
(6.lb)
V- V,
dan
n
e=-1- n
(6.2a)
e
n=-1 + e
(6.2b)
Porositas suatu massa stabil berbentuk bola yang tak berkohesi sama, bergantung
pada cara bola-bola tersebut tersusun. Dalam susunan yang paling padat,
sama dengan
26%, dan dalam keadaan paling lepas mencapai 47%. Porositas pasir alam yang dijumpai
berkisar dari 25 sampai 50%. Porositas endapan pasir alam bergantung pada bentuk butiran,
keseragaman, dan kondisi pengendapan.
Pengaruh bentuk butiran pada porositas agregat dapat diperlihatkan dengan men
campurkan
mika dari berbagai macam persentase d6Jlgan pasir angular seragam. Jika
20
(Gilboy 1928). Porositas lempung alam lunak, yang mengandung persentasc partikel
merata cukup banyak, biasanya bervariasi antara 30 dan 60%. Bahkan bisa melebihi 90%.
Lepas atau padatnya suatu tanah tidak dapat ditunjukkan oleh porositasnya, sebab
porositas sangat dipengaruhi cleh bentuk butiran serta derajat keseragaman. Akan tetapi
perbandingan antara porositas pada keadaan paling lepas dengan porositas pada keadaan
paling padat dapat memberikan informasi mengenai ha! tersebut. Sai<L_@!l}Criketer
leR_asan dan keterpadatan tanah pasiran (sandy soil) dapat diungkapkan melalui hubungan
kerapatan Dr yang didefinisikan oleh
eo- e
eo- emin
di mana
eo
emin
e ==
(6.3)
rium
Untuk membuat suatu pasir sedang atau kasar menjadi pasir yang lepas yang angka
porinya e0, pertama-tama pasir dikeringkan, kemudian dituang ke dalam tabung dengan
cara penuangan tak jauh dari mulut tabung. Pasir halus dan sangat halus, dalam beberapa
hal, mungkin dibuat menjadi sangat lepas dengan mencampur contoh dengan air secukup
nya untuk mentransformasikannya menjadi suspensi yang kental, kemudian membiarkan
nya mengendap; nilai e0 sama dengan angka pori akhir endapan. Pada keadaar: lain, keada
an sangat lepas dapat dibuat secara hati-hati dengan mengendapkan pasir dalam keadaan
agak basah hingga gaya-gaya kapiler akan menghasilkan struktur ''honeycomb", kemudian
dengan membiarkan terjadinya aliran ke atas yang sangat lambat yang mengakibatkan
struktur tak stabil dan runtuh. Keadaan sangat padat. pasir bersih dapat dibuat dengan
memperlama penggetaran, di bawah beban vertikal kecil, pada frekuensi 20 sampai 30 per
detik.
Kepadatan relatip pasir telah memiliki pengertian mapan karena nilainya secara praktis
bergantung
pada tekanan statik yang bekerja padanya. Nilai itu terutama bergantung
tak
pada prosedur ptnempatan dan pemadatan pasir yang digunakan. Di pihak lain, derajat
kerapatan lempung dan tanah kohesip lainnya terutama bergantung kepada beban-beban
yang dibawa tanah-tanah ini dan, dalam beberapa ha!, kepada laju pengerjaan beban. Dera
jat kerapatan tanah-tanah ini terutama sekali dicerminkan oleh iudeks kecairan le (Pasal
7).
Kadar air tanah w didefinisikan sebagai rasio berat air terhadap berat kering agregat.
Biasanya diungkapkan dalam persen. Pasir yang terdapat di atas muka air, sebagian porinya
mungkin berisi udara. Jika e w menyatakan volume yang berisi air per satuan volume bahan
padat, rasio aclalah:
S,.(%)
lOOew
e
(6.4)
menyatakan derajat kejenulu!.n. Derajat kejenuhan pasir biasanya diungkapkan dengan kata
kata kering atau basah. Tabel 6.1 menyajikan daftar istilah diskriptip ini serta derajat ke
jenuhannya yat:g sesuai. Tatanama yang disajikan dalam Tabel6.1 berlaku hanya untuk
pasir dan tanah pasiran. LemjJUng yang lama mengalami pengeringan, dinyatakan oleh
Sr = 90%, mungkin sangat keras sehingga disebut kering, bukan basah.
Pasir kasar yang terdapat di atas muka air tanah biasanya lembab. Pasir halus atau la
nauan mempunyai kondisi berair, basah, atau jenuh. Lempung hampir selalu jenuh sempur
na atau mendekati sempurna, kecuali di lapisan permukaan tanah yarig dipengaruhLoleh
21
Tabe/6.1
Derajat Kejenuhan Pasir dalam Berbagai Keadaan
Kering
Lebab
1-25
Sangat letnbab
26-50
Basah
Jenuh:
76-99
51-75
Berair
100
Tabe/6.2*
Berat Satuan Unsur-Unsur Penyusun Tanah yang Paling Penting
Gip$
..r
Mo&onit
2.12
2,6..,.1.,8
.
2.5;6
Orto
Kaoliltit
nlf
Khlorit
:9o1omit
Aragont
Biotit
\lglt
fl.ornbJend
2.6
2,6
2,6...'30
2;66
tlematit, mengand1J'ngair
2,12
.
l:l'tmaUt
Kuana
Talk.
timonit
Magnetit
4.1.
Kalkit
2,8-2i9
Muskovit
2.81
z.4
$.,:0:-;-,1
, 1 ;43.
,)ll,$
3,8
4,3;!:
5,17
variasi suhu dan kelembaban musiman. Jika lempung mengandung gas, maka gas dijumpai
dalam gelembung yang tersebar di keseluruhan bahan. Gelembung tersebut mungkin ber
isi udara yang masuk ke dalam selama proses pengendapan, atau berasal dari gas yaqg di
hasilkan dikemudian hari akibat proses kimia seperti pembusukan bahan organik. Gas
mungkin bertekanan cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan lempung membengkak se
besar-besarnya pada kadar air tetap jika penekanan dikurangi. Penentuan kadar gas lem
pung sangatlah sulit. Jika dapat dilakukan, maka dalam hal ini diperlukan peralatan khusus,
bukan pengujian yang biasa dilakukan.
ic!i!l}sansebagai berat agregat (tanah ditambah air)
#
_
per satuan volume. Besarnya bergantung pada berat satuan bahan padat penyusun, poro
sitas agregat, dan derajat kejenuhan. Nilainya dapat dihitung sebagai beriku t: Ambillah
gt,<t
,.., = berat
satuan air
n = porositas
(1
nh.
(6.5)
22
1 00%)
'Y
adalah
(1 - n)'Y. + n"{w = "'s - n('Ys - 'Yw)
(6.6)
Berat satuan bahan-bahan padat penyusun utama tanah diberikan dalam Tabel 6.2.
butiran pasir, berat satuan rata-rata biasanya sekitar 2,65 g/cm 3. Untuk partikel
partikel lempung, berat satuan bervariasi dari 2,5 sampai 2,9 dengan rata-rata - secara
statistik- mendekati 2,7.
Tabel 6.3 memberikan porositas dan berat satuan jenuh tanah-tanah tertentu. Untuk
tanah pasiran, berat tanah kering juga disertakan. Berat-berat tersebut dihitung dengan
asumsi bahwa nilai 'Ys adalah 2,65 g/cm3 untuk tanah pasiran dan 2,70 g/cm3 untuk
lempung. Nilainilai dalam tabel harus dipandang hanya sebagai pendekatan. Sebelum peng
hitungan akhir dilakukan - pada suatu pekerjaan yang dihadapi- berat satuan tanah yang
sebenarnya harus selalu ditentukan.
Untuk
Tabe/6.3
Porositas, Angka Pori, dan Berat Satuan Tanah-Tanah Tipikal A/ami
l'uro-
'1.11[!-
tas
Purl
SI-
lra1an
3.
11
padat
10. Beton
"fa
lunak
'
ua1
\\'
40
h:a-
ka
air
berat
gra ill
Id
lh it J
l'IIJ3
Id
:.
I
0,67
30
9,4 3
20
0,25
I'
25
1,59
1,99.
16
1,86
2,16
116
2,l2
2,32
132
37
1,2
0,6
45
66
1,9
70
l ,58
.:
75
84
3,0 .
HO
1,43
:SQI
ti
55
S,2
22
194
"Y = berat
lkrat satuan
.1,77
2,07
1,27
.'1'"'0!:
Soal-soal
1.
nya, dan 1053 g setelah dikeringkan. Tentukan kadar air alami. Jika berat satuan unsur
3
unsur penyusunnya adalah 2,70 gfcm , berapakah angka p ori? porositas? berat kaki
kubiknya?
Jwb. w = 45,0%; e =
1 ,22;n
= 0;55; 1= 1 1 l lbjft 3
23
2. Suatu contoh "hardpan" mempunyai berat 129,1 g dan volum e 56,4 cm 3 dalam
keadaan alamiahnya. B erat keringnya 121,5 g. B erat satuan unsur-unsur padat penyusun
nya diperoleh sama dengan 2,70 g/cm 3 Hitunglah kadar air, angka pori, dan d eraj at ke
jenuhannya.
Jwb. e=0,616;Dr=0,14.
4.
Pasir kuarsa kering m em punyai b erat 96 lb/ft 3 . B erapakah berat satuan j enuh-
nya?
Jwb.
r =122 lb/ft 3 .
24
k!!
cm2 1
Kaku
K eras
Sangat lunak
Lunak
. S ed
ang
Sangat ka ku
2,0-4,
air berbeda. Jika lempung sangat peka, penggelinciran bisa merubahnya menjadi gumpalan
massa berminyak yang mampu mengalir di atas dasar dengan kelandaian kecil, sedang
kan penggelinciran yang sama pada lempung dengan kepekaan rendah hanyalah meng
akibatkan perubahan lokal yang menyolok. Perubahan konsistensi, yang dihasilkan oieh
gangguan pada lempung peka, selalu dikaitkan dengan perubahan permeabilitas.
Derajat kepekaan St lempung diungkapkan oleh rasio antara kekuatan kompresip
bebas contoh lempung asli (undisturbed) dan kekuatan contoh yang sama- dengan kadar
air sama tetapi dalam keadaan teremas. Yakni,
S,
Kekuatan kompresif
bebas contoh asli
------------
--------------
(7.1)
Nilai St untuk sebagian besar lempun3 bervariasi antara 2 dan 4. Untuk lempung peka,
bervariasi dari 4 sampai 8. Namun, lempung luar biasa peka dijumpai dengan nilai St an
tara 8 dan 16, dan di beberapa tempat bahkan dijumpai lempung dengan kepekaan
yang lebih tinggi lagi; lempung ini dikenal dengan lempung hidup (quick ciays). Besarnya
derajat kepekaan mungkin disebabkan struktur honeycomb atau kerangka yang telah
mantap, atau pelindian (leaching) leml?ung glasial lunak yang diendapkan dalam air ga
ram dan selanjutnya diangkat-(Pasal 4). Lempung hidup di Skandinavia dan lembah
St. Lawrence, termasuk dalam katagori ini. Di pihak lain, lcmpung luar biasa-peka di Mek
siko diperoleh dari pembusukan debu vulkanik.
Kekuatan sebagian lempung jenuh remasan mungkin begitu rendah sehingga contoh
lempung bebas (unconfined specimen) tidak dapat bertahan, tanpa terjadi perubahan (de
formation) berlebihan, akibat beratnya sendiri. Dalam keadaan ini derajat kepekaan St
bisa dievaluasi dengan membandingkan kekuatan geseran contoh asli dan remasan, yang
ditentukan dengan prosedur-prosedur lain uji geser baling-baling (vane shear tests) (Pasal
44).
25
air pada peralihan-peralihan ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membanding
kan berbagai macam Jempung. Tetapi, peralihan dari sa tu keadaan ke keadaan Jainnya tidak
tetjadi tiba-tiba, segera setelah dicapainya suatu nilai kadar air kritis. Peralihan ini terjadi
perlahan-lahan melalui daerah selang kadar air yang panjang. Sebab itu, setiap usaha me
nentukan kriteria batas-batas konsistensi peralihan tersebu t melibatkan elemen-elemen
tertentu. Metoda yang telah dibuktikan sangat cocok untuk kepentingan teknik diambil
dari :lgronomi. Metoda ini dikenal sebagai metoda Atterberg, dan kadar air yang berkenaan
dengan perbatasan antara keadaan-keadaan konsistensi tersebut disebut batas-batas Atter
berg (Atterberg limits) (Atterberg 1 9 1 1).
Batas cair Lw adalah kadar air, dalam persen berat kering, di mana kedua penampang
seulas tanah yang mempunyai dimensi seperti pada Gbr. 7. 1 - hampir bersentuhan tetapi
tidak saling melimpahi satu terhadap yang lainnya ketika - dalam mangkok- mengalami
pukulan dari arah bawah. Dalam pengujian ini, hasil-hasilnya sangat dipengaruhi olch unsur
manusia. Untuk menghilangkan faktor ini, digunakan piranti mekanik yang dibakukan
(Standardized mechanical device) (A. Casagrande 1 932a).
Batas plastis Pw atau batas bawah daerah plastis adalah kadar air di mana tanah mulai
retak-retak ketika tartah digulung menjadi gulungan yang tipis.
Catatan hasil pengujian batas plastis juga harus mengandung informasi mengenai apa
kall gulungan tersebut sesaat sebelum retak, sangat keras seperti halnya gumbo, cukup
keras seperti halnya rata-rata lempung glasial, atau lunak menyerupai spon seperti tanah
organik atau anorganik yang mengandung mika.
Batas susut Sw atau batas bawah perubahan volume adalah kadar air di mana bagian
bawahnya kehilangan air, karena evaporasi tidak mengakibatkan pengl.irangan volume. Se
gera setelah tanah melampaui bagian bawah batas susut, tanah menjadi berwarna agak lebih
terang.
Selang kadar air di mana - di dalamnya - tanah memiliki plastisitas dikenal sebagai
daerah plastis, dan perbedaan numerik antara batas cair dan batas plastis disebut indeks
plastisitas Iw. Kalau kadar air w tanah kohesif mendekati batas bawah Pw daerah plastis,
maka kekakuan dan derajat pemadatan tanah bertambah. Rasio,
Iz =
- Pw
Lw -Pw
(7.2)
disebut indeks kecairalf (liquidity index) dari tanah. Jika kadar air lapisan tanah alami lebih
besar daripada batas cair (indeks kecairan lebih besar dari 1 ,0), penggangguan mengubah
tanah menjadi tanah rusak viskous yang kental. Jika kadar air alami kurang dari batas
plastis (indeks kecairan negatif), maka tanah tidak dapat diganggu. Kekuatan kompresif
bebas lempung asli dengan indeks kecairan mendekati satu, biasanya bervariasi antara 0,3
dan 1 ,0 kg/cm2 Jika indeks kecairan mendekati no!, kekuatan kompresif umumnya ber
kisar antara 1 dan 5 kg/cm2
Gbr. 7.1. Penampang melintang seulas tanah untuk uji batas cair. (A. Casagrande 1 932a).
26
Grafik Plastisitas
A. Casagrande ( 1 932a) telah mengamati bahwa sebagian sifat-sifat lempung dan lanau,
misalnya kekuatan kering, kompresibilitas, reaksi terhadap uji guncangan (shaking test),
dan konsistensinya di sekitar batas plastis, dapat dikorelasikan dengan batas-batas Atter
berg dengan menggunakan grafik plastisitas [(plasticity chart) Gbr 7 .2]. Dalam graftk
ini, ordinat menyatakan indeks
plastisit_a.U:,., dan absis menunjukkan batas cair L w.
.
-,_____
Grafik dibagi menjadi enam wilayah, tiga di atas garis A yang tiga di baw3Jinya. Kelompok yang dimiliki tanah tertentu, ditentukan oleh nama wilayah yang mengandung
titik yang menyatakan nilai-nilai I w dan L w dari tanah. Semua titik yang mewakili lem
pung anorganik terletak di atas garis A, dan semua titik untuk lanau anorganik berada
di bawahnya. Oleh karenanya, jika tanah adalah anorganik, maka keanggotaan
kelompoknya dapat diketahui hanya berdasarkan nilai-nilai Iw dan Lw. Namun,
titik yang menunjukkan lempung organik biasanya berada dalam wilayah yang sama
dengan yang ditempati oleh lanau anorganik dengan kompresibilitas tinggi, dan titik
titik yang mewakili lanau organik berada dalam daerah yang ditetapkan untuk lanau an
organik dengan kompresibilitas sedang. Biasanya, tanah organik dapat dibedakan dari yang
anorganik melalui karakteristik bau dan warna abu-abu gelap atau hitamnya. Dalam kasus
yang meragukan, batas cair harus ditentukan baik untuk contoh tanah yang dikerig
kan dengan oven maupun yang segar. Jika pengeripgan mengurangi nilai batas cair 30%
atau lebih, maka tanah biasanya bisa diklasifikasikan sebagai organik, walaupun dalam
beberapa hal unsur-unsur penyusun lainnya seperti mineral, lempung hallorsite, juga me
qgurangi batas cair. Akhirnya, jika tanah anorganik dan organik disajikan dalam Gbr.
7.2 oleh titik yang hampir sama, kekuatan kering tamih organik jauh lebih besar daripada
yang dimiliki tanah anorganik. Pengalaman memperlihatkan bahwa titik-titik yang me
wakili contoh-contoh yang berbeda dari lapisan tanah yang sama, membentuk garis lurus
yang hampir sejajar dengan garis A. Jika batas cair tanah yang ditunjukkan oleh garis
semacam itu bertambah, maka plastisitas dan kompresibilitas tanah juga naik. Kekuatan
kering tanah anorganik yang diperlihatkan oleh titik-titik pada garis di atas A, bertambah
dari sedang u_ntuk contoh dengan batas cair kurang dari 30, sampai sangat tinggi untuk
contoh dengan batas cair l OO. Di pihak lain, jika garis yang mewakili contoh tanah an
organik yang berasal dari lapisan tertentu berada jauh sekali di bawah A, maka kekuatan
contoh sangat rendah dengan batas cair kurang dari 50 dan kekuatan contoh dengan batas
cair mendekati 100 hanya sedang saja. Berdasarkan hubungan-hubungan ini, kekuatan
kering tanah anorganik yang berasal dari tempat berbeda tetapi dengan batas cair sama,
secara umum bertambah dengan bertambahnya indeks plastisitas. Gambar 7.3 memperlihat
kan karakteristik plastisitas beberapa jenis lempung yang telah mantap.
27
6()
L w =50
Jempung ano rg anik
so
3()
20
10
()
t_
Plas tisi a
ts
ren dah
Tan ah tak
berk ohesi
'3 \'-.:1
0
.p
lem pung
ano g
r anik
dengan plas -
o\
{1'
G"'
,, \.:t
"1>-
,/anau ano g
r anik dengan komp e
r sibi
lanau an
og
r anik dengan
k omp resi bili tas rendah
----
--60--+
50
-
l!
.,
4Q-r---1---4---+---+.rl4H
30l--r---4---+-7C-
/()
40
Ba tas Cai r
6()
70
80
90
/0()
1/0
Gbr. 7 . 3. Hubungan antara batas cair dan indeks plastisitas untuk tanah-tanah yang umum
dijumpai (A. Casagrande 1 93 2a).
Contoh yang diperlukan untuk uji batas Atterberg tidak perlu asli, dan teknik pelak
sanaan pengujiannya sederhana. Jadi sangat banyak informasi yang bermanfaat dapat
diperoleh dari hasil-hasil pengujian tersebut, khususnya pada saat pengetahuan kita me
ngenai keadaan tanah tersebut baru sedikit. Oleh karenanya, penyelidikan hubungan sta-
28
tistik antara batas-batas Atterberg dan sifat-sifat fisik yang lain dan tanah kohesip me
rupakan lapangan penelitian yang masih sangat luas dalam fisika tanah. Setiap jenis hubung
an statistik semacam ini akan memperluas jangkauan kesimpulan yang dapat diambil
dari hasil-hasil pengujian batas tersebut. Dua hubungan ini bermanfaat diperlihatkan dalam
Gbr. 13.6 dan 1 4.3.
Bacaan Pilihan
Penelaahan klasik batas-batas Atterberg dan penggunaannya untuk kepentingan
kepentingan teknik terdapat da1am Casagrande, A. (1932a): "Research on the Atterberg
limits of soils", Public Roads, 13, hal. 121 - 13 6.
Karena sifat-sifat tanah menjadi sesuatu hal yang menarik, seringkali dilakukan usaha
mengkorelasikan hasil-hasil uji klasifikasi sederhana dengan tetapan-tetapan tanah yang
diperlukan guna menyelesaikan masalah-masalah praktis. Sebagian besar korelasi yang
mula-mula ada dihubungkan dengan karakteristik ukuran butiran. Namun, hasil usaha
usaha tersebut yang semata-mata mendasari sistem klasifikasi dengan ukuran butiran, tidak
lah memuaskan. Usaha-usaha menghitung koefisien permeabilitas tanah berdasarkan hasil
hasil analisis mekanik tidak berhasil karena permeabilitas sangat bergantung pada butiran,
yang bisa sangat berbeda untuk tanah dengan karakteristik ukuran butiran yang identik.
Selanjutnya, biasanya lebih murah melaksanakan uji permeabilitas daripada analisis meka
nik, dan hasilnya lebih dapat diandalkan. Juga dituntut agar gesekan dalan1 pasir ber
gradasi baik yang dipadatkan lebih besar daripada untuk pasir seragam yang dipadatkan.
Pengalaman di lapangan juga menyimpulkan hal yang sama. Nan1un, karena sudut gesekan
dalam pasir (lihat Pasal 17) tidak hanya bergantung pada karakteristik ukuran butiran
tetapi juga pada bentuk butiran dan kekasaran perinukaannya, maka gesekan dalam kedua
pasir yang dipadatkan tersebut, dengan karakteristik ukuran butiran identik, dapat sangat
berbeda. Kenyataannya, tidak ada hubungan yang mantap antara karakteristik ukuran
butiran dengan sudut gesekan dalan1 yang pernah diamati. Usaha-usaha mengkorelasi
karakteristik ukuran butiran tanah berbutir halus, seperti lanau atau lempung, dengan ge
sekan dalam kurang memuaskan. Alasannya diilustrasikan oleh Gambar 8.1.
10(1
Gbr.
R. E.
8.1.
Grim).
RO /()
(),e 17,/
.?,a!' 4?/
Ukuran butiran dan komposisi mineral lempung laut glasial (atas kebaikan
29
Dalam Gbr. 8.1, kurva p aling atas yang bergaris tebal memperlihatkan apa yang di
kenal sebagai kurva frekuensi ukuran bu tiran untuk lempung glasial dari Kanada Tenggara.
Pada sumbu mendatar diplctt logaritma ukuran butiran. Luas daerah yang diarsir terletak
di atas suatu selang ukuran butiran, misalnya 2p. sampai lp., menunjukkan jumlah partikel
tanah dalam persen be rat total lempung kering di dalam selang tersebu t. Berdasarkan dia
gram tersebut, fraksi makroskopik (> 0,06 mm) terutama terdiri atas kuarsa seperti yang
dimiliki juga oleh sebagian besar lempung-lempung lain. Fraksi mikroskopik (0,06 sampai
0,002 mm) sebagian terdiri atas kuarsa dan kalsit serta serpihan mika. Kandungan mika
dalam fraksi ini akan sangat berbeda untuk lempung yang berbeda, dan mempunyai p enga
ruh menentukan pada kompresibilitas dan sifat-sifat lain lempung. Fraksi koloidal
(< 0,002 mm) hampir semata-mata terdiri atas montmorillonit, sedangkan pada lempung
lempung tertentu mungkin teru tama terdiri atas mineral-mineral lempung dari kelompok
kaolin dan ill it. Sifat-sifat fisis lempung sangat bergantung pada jenis mineral lempung yang
mendominasi fraksi kolcidal. Sifat-sifat tersebu t juga sangat bergantung p ad a bahan-bahan
yang ada dalam lapisan-lapisan terjerap (adsorbed) (Pasal 4). Jadi, dua lempung dengan
ukuran butiran identik dapat luar biasa berbeda dalam setiap hal yang lainnya.
Karena kondisi-kondisi ini, hubungan-hubungan statistik y ang mantap antara karak
teristik ukuran butiran dan sifat-sifat penting (signifikan) tanah, seperti sudut ges(;)_kap
1
dalam, hanya dijumpai p ada daerah yang relatif kecil, di mana semua tamii rnempny i
katagori yang sama, misalnya semuanya adalah lempung atau pasir, memiliki asal mula
geologi yang sama. Dalam daerah tersebut, karakteristik u kuran butiran dapat digunakan
sebagai dasar untuk menilai sifat penting tanah. Hal ini umum dan berhasil dilakukan.
Tapi, tak ada satu pun prosedur y ang dihasilkan dari pengalaman di suatu daerah kecil se
perti disebutkan di atas yang dapat digunakan dengan b aik di daerah lainnya.
Karena secara umum sifat-sifat tanah berbutir halus dapat dikorelasi dengan plasti
sitas banan---;-maka sistem rdasiffkasi untuk tanah-tanah sema cam itu seringkali didasarkan
pada batas-batas Atterberg dibandingkan pada ukuran butiran. Klasifikasi tanllh ber
butir campuran yang mengandung fraksi kasar dan halus harus didasarkan tidak hanya
pada karakteristik u kuran butiran fraksi kasar tetapi juga pada plastisitas fraksi halus dan
sangat halu s.
30
Uku a
r n bu t irD
B iro Tanah 189 0-9
.i1
-- - ------ -- -----.
-- -- --or------ -.
-- -A ne rbe g
r 19 05
L empung
Ura a
in
L og D(mm)
1 Batas
i
sebelah a tas uku ran lempung telah diubah pa da tahun 1 9 35oleh Dep t. Pe rtan an
da ri 0,005mm menjadi 0,002 mm . Akan te tap ,i bebe apa
r
o g
r an si as i tekn k
i mas h
i meng
k
i u tiha g
r a semula yakn i0,005mm .
tersebut bahkan tidak memiliki kemiripan sedikit pun dengan lempung. Jadi, jika kata
"lanau" atau "lempung" digunakan untuk mengungkapkan ukuran butiran, maka kata
kata tersebut harus digabung dengan kata "ukuran", misalnya dalam ungkapan "partikel
ukuran lempung". Karena klasifikasi ukuran butiran belum dibakukan, kata sifat diskrip
tip harus ditambah dengan nilai numerik, yang menunjukkan selang ukuran butiran yang
dimaksudkan oleh kata sifat tersebut.
Dengan beberapa pengecualian, tanah al_am terdiri atas campuran dua atau lebih fraksi
ukuran bu tiran yang berbeda. Jadi, l:lefdaSarkan komposisi ukuran butirannya tanah alam
dapat ditunjukkan oleh nama komponen-komponen utamanya, seperti misalnya "lempung
lanauan", atau "lanau pasiran". Atau mungkin pula ditetapkan beberapa simbol yang mem
perkenalkannya dengan menggunakan campuran baku fraksi ukuran butiran.
Penentuan tanah dengan nama unsur penyusun u tamanya dimungkinkan dengan meng
gunakan diagram yang dipakai oleh Biro Jalan Umum (Bureau of Public Road), Gbr. 8.3
(Rose 1924). Dalam diagram ini, masing-rnasing dari ketiga sumbu koordinat menyatakan
-r-4----T----Q
t t 1 t
96 Lanau
Gbr. 8.3. Diagram klasifikasi tanah yang dikembangkan oleh Biro Jalan Umum.
32
.':9
"'
:
,_
CH
40
"'
Q.;
30
..::
CL
MH atau OH
CL
7CL4 ML
/0
20
30
60
50
40
Ba tas Cair L w
70
80
90
!OD
Gbr. 8.4. Diagram plastisitas yang dimodifikasi untuk digunakan dalam Sistem Klasifi
kasi Tanah Terpadu. Tanah yang dinyatakan oleh titik dalam daerah yang diarsir dianggap
berada pada garis batas dan diberi sirnbol ganda (U SBR 1 963).
sajikan oleh titik-titik di atas garis A, sedangkan tanah-tanah OH, OL, dan MH berkaitan
dengan posisi di bawahnya. Tanah-tanah ML, kec uali untuk sebagian kecil pasir halus lem
pungan, juga dinyatakan oleh titik-titik di bawah garis A. Tanah organik 0 dibedakan
dari tanah anorganik M dan C oleh karakteristik bau dan warna gelap, atau cialam h al-hal
yang meragukan, oleh pengaruh pengeringan dengan oven pada batas cair (Pasal 7). D i
lapangan, tanah berbu tir halus dapat dibedakan oleh kekuatan kering, reaksi terhadap uji
guncangan, atau kekerasannya di sekitar batas plastis (Pasal 7). Karakteristik-karakteris
tik yang berkaitan dengan hal di atas ditunjukkan dalam Tabel 8 . 1 . Bahan di garis batas di
nyatakan oleh simbol ganda, seperti CL-ML.
Sistem Klasifikasi Tanah Terpadu memberikan klasifikasi yang dapat diandalkan
berdasarkan uji laboratoriumnya yang sedikit relatip dan tak mahal. Berdasarkan peng
alaman, klasifikasi tersebut juga memberikan dasar praktis untuk klasifikasi secara visual
atau lapangan. Seperti halnya dengan semua prosedur yang berdasarkan pada u kuran
butiran atau sifat-sifat bahan terganggu, klasifikasi tersebut tidak dapat menjangkau karak-.
teristik keseluruhan bahan-bahan seperti yang dijumpai di alam. Jadi, klasifikasi tersebut
hanya dapat bertindak sebagai titik awal pendiskripsian bahan atau endapan tanah bagi ke
pentingan-kep entingan te knik.
Tabe/ 8.1
Klasifikasi tanah berbutir ha/us berdasarkan Sistem Klasifikasi Tanah Terpadu.
Kelom p o k
ML
R e a kSI t e r h a d a p
K e kerasan
Kekuatan kermg
Ull guncangan
p a ct a h a t a s c a 1 r
Tidak ada
CL
Tidak ada
MH
Lam bat
OH .
Tidak ada
Tinggi
OL
CH
Sedang
Sedikit
33
Pembahasan definitip mengenai klasifikasi tanah, sekaligus sebagai dasar bagi Sistem
Klasifikasi Tanah Terpadu dapat dijumpai dalam Casagrande, A. ( 1 948 ) : "Classification
and identification of soils", Trans. ASCE, 1 1 3, hal. 9 0 1 -9 9 2.
Dalam Pasal 8 kita telah memhahas prosedur yang cocok untuk membagi-bagi
tanah menjadi beberapa kelompok besar berdasarkan karakteristik ukuran butiran serta
plastisitasnya. Jika insinyur mengetahu i kelompok yang dimiliki oleh . suatu tanah ter
tentu, secara umum ia juga mengetahui lebih banyak sifat-sifat yang menonjol dari tanah
tersebut. Namun masing-masing kelompok terma ksud ternyata mencakup berbagai macam
tanah dengan sifat-sifat yang sangat berbeda dan lebih jauh lagi mencakup tanah-tanah yang
dijumpai di lapangan dalam berbagai keadaan y ang sangat berbeda. Ada dua prosedur yang
dapat digunakan untuk membedakan tanah-tanah y ang tergolong dalam suatu kelompok
tertentu, yaitu dengan menguraikan lagi tiap-tiap kelompok u tama atau menambahkan
nama kelompoknya dengan nilai numerik y ang menyatakan sifat indeks yang bersesuaian.
Prosedur pertama dari kedua prosedur tersebu t cocok jika digunakan untuk meng
klasifikasi tanah dalam daerah yang terbqtas secara geografis, karena dalam daerah se
macam itu jumlah jenis dan keadaan tanah yang berbeda nampaknya agak terbatas. Oleh
karenanya, metoda tersebut digunakan secara 'luas dan biasanya menguntungkan bagi orga
nisasi-organisasi kontruksi lokal seperti Direktorat Jalan Raya Negara. Namun, usaha
usaha menggunakan prosedu r yang serupa, untuk mendapatkan sistem klasifikasi tanah
yang universal, kurang memberikan hasil, karena peristilahan yang diperlukan pasti sangat
rumit dan akan merupakan kesulitan u tama.
Di pihak lain, prosedur kedua dapat digunakan dengan menguntungkan dalam sem
barang keadaan, asalkan insinyur memilih sifat-sifat indeks tersebut yang dapat menunjuk
kan karakteristik fisis dasar dari tanah. Sifat-sifat yang diperlukan untuk diskripsi berbagai
macam jenis tanah yang memadai diringkaskan dalam Tabel 9. 1. Tanah y ang tercantum
datam tabel tersebut telah dibahas dalam Pasal 2 yang mengandung semua informasi
yang diperlukan, setidaknya untuk klasifikasi sementara tanah. Setelah jenis tanah dikenal,
insinyur beralih ke Tabel 9. 1 dan melaksanakan semua pengujian tanah yang ditentukan
untuk jenis tanah .ini. Hasil pengujian menyatakan kriteria pembedaan tanah yang berlainan
dari jenis yang sama.
Kecuali till, hardpan, dan gambu t, maka semua tanah yang terdaftar dalam Tabel 9. 1
semata-mata terdiri atas butiraR kasar, seperti pasir dan kerikil, maupun butiran halus yang
mempunyai u kuran sama dengan partikel .lanau atau lempung. Tanah y ang terdiri atas cam
puran bahan-bahan ini dipandang sebagai komposit. Untuk membahas tanah komposit,
pertama kali perlu ditentukan angka pori alan1 e, kadar air a1am w, dan distribusi u kuran
butiran. Kemudian tanah dibagi menjadi dua bagian, satu di antaranya mengandun'g semua
butiran lebih besar dari O,fJ7 mm (lebar 1ubimg pada ayakan - 200-mesh), dan yang lain
nya mengandung sisanya. Pada fraksi kasar dilakukan pengujian klasifikasi seperti yang
telah .ditentukan untuk pasir dan kerikil, dan juga untuk lanau dan lempung.
Jika pada tanah yang dijumpai dalam sua tu pekerjaan dilakukan jenis pengujian yang
berbeda dengan yang tercantum dalam Tabel 9. 1, maka hasil-hasil penting pengujian ini
harus disertakan pula dalam catatan. Pada kenyataannya kita lebih sering menjumpai
tanah yang tidak homogen dan kita perlu mengetahui sifat-sifat indeksnya untuk dapat
mendiskripsikannya secara memaqai; hal yang serupa bab.kan berlaku pula sekalipun tanah
..
4!. . f"
' .
-;-..
34
Keterangan
Urnum
Contoh Utuh 1
-
;: -I=:
(;.) '
. ,....
"'
E
>
Jenis
tanah
$: et>
Oil
""....
"";: .o. . . ....
Oil
E"'
=
"a
'
.S !;::;
' :;:!
,J
.....
.E
g0..
.....
Oil
Oil
"Cl'
"'
..:.:
.s
...
a'S ]
..:.:
;a
t:i'. t:i".
Oil
"
"'
,J
c.
....
El
Pasir. kerikil
X
X
Lanau anorganik
Lanau organik
Lempu ng
lempu g organ1k
Ga mb u t
Till
Tuff, berbu tir halus
Loess16
.Modified Loess
Adobe
arl
Lake .Mar!
Gum bo
. .
' .,.
- ,....
=
!::;
J E
-:4 "' 0
...
0..
oe ,..
. .}]
"'
$:
.....
0
..:.:
El
...
!a
"'
!::;:: ....Oil. Oil ; '- aOil
..:.:
.en
Oil
....
:s
"'
..
..
.
- t =
.....
"'
&
Oil Oil
-Oil ., {ij= i
..:.:
Jl.l
!\> Oil
....
!a z
"'
j ....
<
:- 0 a::l ::0:: < CO ------ -- ..
"'
....
;:!
....
"'
.....:
3
,J
...
c:
Oil
....
;:!
.....
Oil
i'
Hardpa n 1
Contoh Terganggu
- X - - - X X
X
X
X
- - X
- X
X
X
X.
X
X
X
X
-
X
X
- - ..... X - - - - - - X - - - - - X X X - X X X X X - - X
X - X X X X X - - X
X
X
X
X
- -
..
X
X
X
X
X
X
X X
x X
...
X
X
X
X
X
X
X
X
x
,J
X
X
-:
X
X
X
- -
. - X
- - - - X - - X X X X -
"
- _ , ,_
- -
.x
X
X
X X
X
X
1 Jika tidak ada contoh tanah asli atau contoh tanah dalam tabu ng, gunakan contoh
yang diperoleh dengan sendok (Pasal 44).
2 Jika bau tidak tercium, maka panaskan sedikit contoh. Tindakan ini memperj elas
baunya.
3 Jelaskan rupa dari r etakan segar contoh yang u tuh (berbutir, buram, halus, berkilat ).
Kemudian gosoklah sej umlah kecil tanah d i antara jari-jari tangan d an jelaskan sensasi yang
ditimbulkan (eperti tepung, licin, seperti pasir, tajam). Jika yang besar p ecah menjadi
fragmen-fragmen yang lebih kecil, jelaskan dinding retakan (tumpul, licin) dan j arak rata
rata retakan.
4 Lakukan uji guncangan, halaman 6. Uraikan hasilnya (menyolok, lemah, tak ada) ber
gantung intensitas fenomena yang d iamati.
5 Uraikanlah bentuk (angular, subangular, agak bulat, bulat, bulat sekali) dan karaktcr
istik mineralogi tanah - hanya makroskopik saja. Karakteristik m ineralogi meliputi jenis
batuan dan mineral dengan mengamati butirannya, sepanjang masih dapat dilihat dengan
lensa tangan. Uraikanlah fragmen-fragmen batuan (segar, lapuk sedikit, busuk sempurna ;
keras atau mudah rapuh). Jika pasir mengandung serpihan m ika, tunjukkanlah kadar mika
nya (sedikit, sedang, sangat banyak). Sehubungan d engan gambut, istilah sifat butiran di
hubungkan dengan jenis dan keadaan sisa-sisa tumbuhan yang terlihat - yang utama d an
yang terawetkan - seperti misalnya serat, ranting, atau daunnya.
35
homogen y ang dijumpai. Selanjutnya catatan tersebu t juga h arus mengandung keterangan
ringkas mengenai apa saja yang dapat dipelaja.r i yang berkaitan dengan scj arah geologi lap is
an tersebut.
Saat ini sebagian besar organisasi konstruksi. seper t i Persatuan Insinyur Angkatan Bcr
senjata Amerika (C orps of Engineers of the United States Army), Biro Pekerjaan Tanah
Amerika (the United States Bureau of Reclamation), dan banyak direktorat jalan ray a lain
ny a, pengujian klasifikasi menjadi ha! y ang rutin di dalam laborc:torium-laboratorium ta
nah. Namun, hasil-hasil pengujian ini meru pa kan ha! y ang pent ing secara praktis sehingga
harus juga dit angani oleh para insinyur y ang berhubungan dengan tanah. Untuk ke1t (per
fomiance) pengujian menan1 b ah keakraban irisinyur dengan berbagai sifat-sifat tanah yang
ditanganinya,
Setelah insinyur menguji beberapa lusin con toh tanah dari satu tempat, agaknya ia
mendapatkan suatu dugaan u n tuk sifat-sifat sebagian besar tanah dari tempat tersebut
tanpa melakukan suatu pengujian. la juga akan memperoleh kemampuan membedakan
tanah-tanah yang berbeda atau keadaan- keadaan berbeda dari tanah yang sama, yang se
inula di kirany a identik.
Setiap insinyur harus mengembangkan kebiasaan mengungkapkan pendapatnya me
ngenai plastisitas dan karakteristik u kuran bu tiran tanah y ang ditemuinya dengan nilai
nilai numerik, bukannya dengan sifat-sifatnya. Penggradasian pasir harus diu ngkapkan
U
D6 0 /D 1 0 (Pasal 5) d an tidak dengan
kat a ' 'bergradasi baik" a t au " bergradasi buruk' ' . Derajat keplastisan harus diindikasikan
dengan in de ks ke plastisan Iw du gaan (Pasal ?) d an tidak dengan kata-kata sed i kit p las
"
tis" atau " s angat plastis". Kebiasaan ini begitu penting sehingga h arus d iper ingatkan d ar i
semula oleh dosen d i kelas. Penggu naan sistem numerik mencegah kesalahpahaman dan me
rupakan pendorong u n tu k setiap saat memeriksa derajat ketepatan dugaan. Tanpa peng
ujian u lang sewaktu-waktu , maka kemerosotan kemampuan -
yang berkelanjutan -
6 Pecahkanlah fragmen kering dengan jari-jari tangan dan tunjukkan kekerasannya (sa
ngat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi).
7 Jika contoh tanah asli tidak ada, gantilah d engan hasil " Uji Penetrasi Standard"
(Pasal 44) atau dengan yang ekivalen lainnya.
8 Hanya dilakukan untuk lempung dan lanau halus pada kadar air di atas batas plastis.
9 Persiapkanlah contoh tanah seperti diterangkan pad a halaman 2 5 .
1 0 Ditentukan - seperti diterangkan pad a halaman 26
untuk pasir a tau keriki( atau
bahan lainnya d engan menggunakan metoda "proctor", halaman 445 .
1 1 Jika tanah organik, tentu kan L w pertama-tama dalam keadaan segar dan kemudian
.
DAft
UJJA
SIFAT HIDRAULIK DAN
MEKANIKA TANAH
berikut ini,
Pendahu/uan
Suatu bahan dikatakan permeabel jika mengandung p ori-pori yang meerus. Karena
pori-pori yang demikian ada pada semua tanah termasuk lempung y ang paling kaku dan
juga pada semua bahan konstruksi nonlogam, termasuk granit yang kokoh dan semen mur
ni, maka semua bahan ini pun adalah permeabel. Jadi, aliran-aliran air yang melalui ber
bagai bahan tersebu t pada dasarnya ekivalen, artinya tunduk pada hukum-hukum yang
serupa. Perbedaan di antara aliran air yang melalui pasir bersih dan granit padat adalah
salah satu dari keadaan ini.
Permeabilitas tanah sangat mempengaruhi biaya serta kerumitan dari sekian banyak
operasi konstruksi, seperti penggalian pasir berair di tempat terbuka atau pada tingkat
konsolidasi lapisan-Japisan lempung lunak akibat penambahan tanah isian (fills). Bahkan
permeabi!itas beton padat atau batuan mungkin pula memiliki implikasi praktis yang
penting, karena air yang menelus (percolate) memberikan tekanan kepada bahan bet
pori terse but. Tekanan ini, yang ' dikenal sebagai : tekanan rembesan (seepage pressure),
dapat sedeniikian tinggi. Keyakinan bahwa lempung kaku serta beton dapat beisifat tak
37
penneabel merupakan konsepsi keliru namun tcrsebar luas karena kenyataan menguapnya
keseluruhan air yang menelus melalui bahan terse but ke pemmkaannya yang tersingkap, se
kalipun pada keadaan cuaca yang sangat lembab. Ini menyebabkan permukaannya nampak
kering. Walaupun demikian, mengingat pengaruh mekanik rembesan (seepage) sama sekali
terlepas d ari laju penelusan, maka dengan tidak munculnya peluah (discharge) nyata bukan
berarti tak ada tekanan rembasan. Perwujudan yang nyata dali al te rsebut dapat diamati
selama penggalian pada serbuk batuan yang sangat h alus. Pe tmeabilitas bahan ini sangat
rendah . Suatu perubahan kecil kondisi tekanan telah cukup untuk mengubah sebagian
besar bahan menjadi setengah cair (semiliquid).
--
---,
:1
,
hulu hidrau/ik
hui" Pk''
Gbr.
38
rwh
inilah
b.
rwh. Perbedaan
yang mendorong air m elewati tanah di ant ara a dan b. Beda tekanan
tekanan hidrostatik lebih (ex cess hydrosta tic pressure) di a terhadap
a1
sebesar
Rasio
lp =
di mana
an
b1
'Yw
( 1 1 . 1)
l= l
kc
ip
kelandaian tekan
Ras i o
b.
( 1 1 . 2)
= - - = -
'Yw
'Yw l
sa
tu satuan waktu melewati satu satuan luas penampang yang berorientasi tegak lurus pada
garis aliran . Dalam suatu bahan porous yang isotropik secara statistik, porositas suatu pe
nampang bidang sama dengan porositas volume
n.
menelus melalui ruang pori bahan sama dengan kecepatan peluah dibagi dengan porositas.
Nilai Vs menyatakan
mengadakan pemb e d aan yang berkaitan dengan permeabilitas, hal itu selalu dimaksudkan
sebagai kecepatan peluah, bukan kecepatan rembesan.
Jika air m enelus melalui pasir bersih y ang halus atau tanah berbutir halus y"ang jenuh
sempurna tanpa mempcngaruhi struktur tanah, keccpa tan luah akan ditentu kan oleh per
samaan
- ip
,
V =
( 1 1 . 3)
di mana 11 (gram- detik per centimeter kuadrat) adalah sua tu kekentalan (viskositas) dari air,
dan
permeabilitas.
kurang apabila suhu bertambah, seperti ditunjukkan dalam Gbr. 1 1 .2. Nilai
K (c entimeter
kuadrat) adalah sua tu tetapan u ntuk sebarang bahan permeabel dengan karakteristik p oro-
/. 8
1. 6
0
<'I
1.4
;.e
0
\\
\...
"
"
Cl: 1.0
08
/0
zo
Suhu deraiat C
30
39
sitas tertentu dan tak berantung pada sifat fisik cairan yang menelus. Dari u ngkapan 1 1 .2
dan
1 1.3
V = - 'Ywi
( 1 1 .4)
fJ
Masalah rembesan yang dijumpai dalam teknik sipil hampir semata-mata membahas
aliran air tanah pada kedalaman sedang (moderate) di bawah permukaan, serta membahas
ke bocoran waduk (reservoar). Suhu air y ang menelus bervariasi demikhm kecil seh ingga
berat satuan 'Yw secara praktis tetap dan di samping itu , keken talan 11 bervariasi dalam
batas y ang sangat sempit. Karena itu, menjadi kebiasaan untuk mensubstitusi ke dalam'Per
samaan
1 1 .4.
k
sehingga diperoleh
1 1 .4 menjadi
K 'Yw
V =
( 1 1 . 5)
fJ
ki
biasanya disebut
(1 1 . 6)
koefisien permeabilitas.
Persamaan
1 1 .6
oleh
tidak ter
D,
k=
tetapan X
D2
Dari percobaan Alien Hazen, yang menggunakan pasir penapis lepas de ngan keseragaman
sangat tinggi (koefisien kese ragaman tak lebih besar dari 2), diperoleh p ersamaan empiris
( 1 1 . 7)
di mana
D10
5)
dan
C1
( 1/cm det)
bervariasi dari 1 00 sampai 1 50. Penting dicatat bahwa Persamaan 1 1 .7 hanya dapat diterap
kan pada pasir agak seragam dan dalam keadaan lepas.
40
v1
()
0,2
"'
--
,/'
.... ....
Angka pori e
(),8
!,()
Gbr. 1 1. 3. Hubungan antara angka pori dan permeabilitas pasir berbutir campuran (garis
tebal) dan tanah dengan unsur penyusun berwujud serpihan (garis putus-putus).
ruh angka pori pad a penneabilitas diilustrasikan oleh Gbr. 1 1 3 . Dalam gambar ini
absis menyatakan angka pori. Sedangkan ordinat menyatakan perbandingan rasio kjk0 , 8 5 ,
yakni perbandingan an tar a permeabilitas k tanah yang angka porinya = e deng'!-n permeabi
litas tanah yang sama tetapi angka porinya 0,85. Kurva be rgaris tebal tersebut mempera
gakan hubungan antara e dengan k/k0, 8 5 untuk pasir bersih sedang (moderate) atau ber
butir halus dengan butiran bulki (bulky grains). Hu bungan ini dapa t dinyatakan secara
akurat oleh berbagai persamaan sederhana, seperti persamaan yang tak dipublikasikan dari
A. C asagrande:
=-
1,4e2ko.s5
( 1 1 . 8)
Dalam kaitannya dengan masalah-masalah pondasi, pasir bersih jarang dijumpai. Jika
suatu pasir mengandung partikel seperti sisik dengan persentase tinggi seperti halnya ser
pihan mika, hubungan antara e dengan k/ko , s s akan mirip dengan _k urva yang dinyata
kan oleh kurva putus-putus di bawah kurva garis tebal dalam <! br. 1 1 .3. Tanah berbutir
halus senantiasa mengandung unsur penyusun utama berupa serpihan tetapi karena per
bandingannya tidak sama untuk tiap tanah yang berbeda, maka masing-masing kurva
e - k/k0 , 8 5-nya juga akan berbeda.
Untuk tanah yang mengandung gelembung udara, ukuran gelembung akan berkurang
dengan naiknya tekanan air. Akibatnya, koefisien permeabilitas tanah semacam ini juga
be rtambah dengan naiknya tekanan air. Dalam lempung yang mengandung struktur lubang
lubang akar (root holes) atau retakan terbuka, penelusan hampir selalu disertai dengan
penggerusan secara internal. Partikcl-partikel yang terlepas secara berangsm -angsur akan
menyumbat bagian lintasan air di sekitarnya dan selanju tnya koefisien permeabilitas
berkurang menjadi suatu fraksi kecil dari nilai awalnya. Oleh kar ena itu, hukum Darcy tak
berlaku kecuali jika volume serta bentuk lin tasan air tak bergantung pada tekanan serta
waktu.
41
an irii dibuat suatu kelandaian hidraulik dalam contoh dan air dibiarkan mengalir melalui
tanah.
Dalam permeameter hulu tetap (Gbr. 1 1 .4a), hulu hidraulik h dijaga tetap dan luah
nya (discharge) diukur. Dalam permeameter hulu jatuh (Gbr. 1 1.4c), air mengalir keluar
tabung sempit P yang memiliki penampang melintang A 1 , melalui contoh dengan pe
nampang melintang A 2 , masuk ke dalam bejana V yang tinggi airnya tetap. Koefisien
permeabilitas k dihitung berdasarkan laju penurunan tinggi air dalam tabung P, sementara
tinggi air dalam bejana V tetap tak berubah.
Sumber kesalahan e ksperirnen yang utama dalam SUfltu uji permeabilitas adalah
formasi kulit penapis yang berbahan halus pada permukaan contoh serta pemisahan u dara
dalam bentuk gelembung dalam tanah. Kedua gejala ini mengurangi p ermeabilitas rata
rata contoh tanah. Kesalahan akibat formasi luar kulit penapis dapat dihilangkan dengan
mengukur rugi hulu (loss of head) antara dua titik yang terletak di bagian dalam contoh,
seperti ditunjukkan dalam Gmb. 1 1 .4b.
Nilai koefisien permeabilitas yang ditentukan melalui uji permeabilitas bergantung
pada suhu percobaan tersebut karena k (Pers. 1 1 . 5) merupakan fungsi dari berat satuan air
'Yw dan kekentalan f/. Kedua besaran ini bervariasi terhadap suhu . Akan tetapi, karena vari
asi 'Yw diabaikan dibandingkan variasi 7'/, maka nilai k untuk sebarang suhu T dihitung me
lalui persamaan
( 1 1 .9)
Dalam pernyataan ini, yang diturunkan dari Pers. 1 1.5, k 1 merupakan koefisien permeabili
tas pada suhu pengujian, dan f/ 1 adalah kekentalan yang bersangku tan. Sudah menjadi
suatu kebiasaan untuk mengungkapkari nilai k pada suhu standar 20 C. Dalam Gbr. 1 1 . 2,
ordinat menyatakan perbandingan antara nilai 1'/ pada suhu yang bersangkutim yang di
nyatakan pada absis, dengan nllai f/z o yang berkaitan dengan suhu T = 20 C.
Persamaan 1 1 .9 diturunkan berdasarkan anggapan bahwa koefisien kekentalan air tak
bergantung pada porositas dan berubah terhadap suhu sesuai dengan hukum yang dinyata-
= v
(c)
42
kan oleh kurva dalam Gbr. 1 1 .2. Pada lempung, suhu agaknya memiliki pengaruh lebih
besar pada kekentalan dibandingkan dengan yang terjadi pada tanah yang lebih kasar.
Selanjutnya, kekentalan rata-rata air pori lempung akan bertambah dengan berkurangnya
ruang p ori. Pada suatu p orositas tertentu kekentalan rata-rata tampak berkurang secara
temporer setelah peremasan walaupun suhunya dibuat tetap. Kenyataan ini mengakibat
kan Pers. 1 1 .9 tidak dapat diterapkan pada lempung serta tanah-tanah berbutir halus lain
nya, akan tetapi hukum Darcy (Pers. 1 1 .6) tetap berlaku .
Jika sua tu lempung diremas pada kadar air tetap, koefisien permeabilitasnya cenderung
turun dari nilai semula k ke nilai kr yang lebih kecil. Untuk sebagian besar lempung an
organik, rasio k/kr tidak lebih besar dari dua. Namun, untuk lempung organik serta napal
(mar!) dengan struktur kluster , mungkin mencapai 30.
Untuk tanah yang berbutir kasar di mana butirannya hampir sedimensi, seperti pasir
kwarsa, hubungan antar angka pori e dan koefisien permeabilitas k dapat dinyatakan dc
ngan ketepatan yang memuaskan oleh persamaan tunggal seperti Pers. 1 1.8, a tau oleh kurva
tunggal, misalnya kurva bergaris tebal dalam. Gbr. 1 1 .3. Jadi, kita cukup menentukan nilai
k yang berkaitan dengan suatu nilai e. Nilai-nilai k untuk nilai e lainnya bisa diturunkan
dari hasil uji dengan menggunakan Pers. 1 1 .8 atau Gbr. 1 1 .3. Di lain pihak, nilai.k untuk
pasir bermika dan hampir semua tanah berbutir halus yang dijumpai di lapangan, sagat
tergantung pada persentase unsur penyusun berupa serpihan serta pada berbagai faktor
yang tak tergantung pada angka pori. Karena alasan ini, telah dikatakan bahwa kurva de
ngan garis putus-putus dalam Gbr. 1 1 .3 semata-mata mengilustrasikan ciri umum hubung
an untuk tanah-tanah tersebut dan tidak bisa digunakan sebagai dasar komputasi (perhi
tungan). Jadi, jika sua tu tanah mengandung mika atau unsur pokok halus a tau sangat halus,
maka perlu dilakukan pengujian permeabilitas terhadap paling sedikit tiga contoh tanah
yang memiliki angka pori yang sangat berbeda satu sama lainnya. Tindakan ini dilakukan
untuk menentukan hubungan an tar a angka p ori dan permeabilitas.
Tabel 1 1 . 1 mengandung informasi y ang memperlihatkan batas-batas (range) koefisien
permeabilitas untuk berbagai macam tanah dan metoda-metoda yang paling sesuai untuk
melakukan uji permeabilitas tanah-tanah tersebut.
lapisan
Jika aliran berarah sejajar terhadap bidang antar lapisan, maka kecepatan luah rata
rata v adalah
.Tabe/ 1 1. 1
Karakteristik permeabilitas don pengo/iron air (drainage) tanah
Koefisien permeabilitas k dalam cm per det (skala log)
102
101
1 ,o
10- 1
w-2
Pengir..
10-3
10-4
_l___L
Jenis
tanah
1 0-6
.I
10-7
10-s
10-9
Buruk:
J3<\ik
an air
10-s
tanah.
kedap,
mis.
lempun
h
omogen d i bawah lajur
pelapukan.
sung k.
Peqneater hulu
alamafl.
tetap.
Dipedukan sedikit
pent
alaman.
Pen'efl.
tuan tak Perit ungan dari . sebaran uk:uran putiran . Dar,pat 'dUe. rapkan hanya ufituk pasir tak berkohe.
Penneameter bu
lu jatuh. l'idak
handaL Diver
Iukan banyak:
pengalaman:.
perlukan
sangat
oanyak
. !lasil
.
;f'erhitungan berdasarka!l
.
konsolidasi. Handal.
Di.
pengalamanc
1,:
;])irlu..
44
sehingga . diperoleh
(11.10)
Untuk aliran yang tegak lurus terhadap bidang antar lapisan, kelandaian hidraulik
, in . Kelandaian hidraulik se
sepanjang masing-masing lapisan dinyatakan oleh i 1 > i2,
panjang sederetan lapisan adalah h/H, di mana h sama dengan rugi hulu total. Prinsip kon
t inuitas aliran mensyaratkan bahwa kecepatan mestilah sama di setiap lapisan. Oleh k arena
itu
Juga
H,.
k..
( l l. l l)
Secara teoritis dapat diperlihatkan bahwa untuk setiap tanah yang berlapis ku harus lebih
kecil dibandingkan dengan k1.
45
tanah
Tabe/ 11. 2
Persyaratan untuk Bahon Pelapis (Sesudah USBR 1 963)
Kar,1 k t e1 B a h a n P e n a p 1 s
R a s1o R
R5o =
D5
D5 o
0
R a , J c /
s o
10
12 58
1 2 - 40
9 - 30
6 - 18
D1 5
bahan p enapis
D1 5
1 ,
bahan penapis
Catata n : Jika bahan yang dilindungi berkisar dari kerikil (lebih 1 0% lebih b esar daripa
da ayakan No. 4) sampai lanau (ltbih 1 0% melalui No. 200), batas-batas harus didasarkan
pada fraksi yang me1alui No. 4. Ukuran maksimum bahan penapis t idak boleh me1ebihi
3 inci. Penapis harus mengandung maksimum 5 % yang melalui No. 200. Kurv11 ukuran
butiran (plot setengah logaritma) bahan penapis dan bahan yang dilindungi harus (hampir)
s ejaj ar di daerah ukuran butiran yang lebih halus.
Karena diinginkan untuk mengurangi rugi hulu akibat penelusan melalui penapis hing
ga ke nilai terkecil yang masih memenuhi persyaratan ukuran butiran, maka biasanya di
buat penapis besar yang terdiri atas beberapa lapisan. Masing-masing lapisan tersebut ter
hadap lapisan sebelumnya, harus memenuhi persyaratan yang diilustrasikan pada Tabel
Soal-Soal
1 . Suatu contoh pasir kasar, b ergaris tengah 5,5 cm dan tinggi 1 5 cm, d iuji pada
suatu permeameter hulu tetap, Air m en elu s me1alui tanah d engan hulu hidrostatik 40 cm
selama 6 detik. Air luah (discharge water ) dikumpulkan, t ernyata b eratnya 400 gram. Be
rapakah koefisien permeabilitas pada suhu d an angka pori pengujian?
2.
Suatu lapisan pasir t erdiri atas tiga lapisan horizontal dengan ketebalan sama. Nilai
dan bawah adalah 1 X l o- 4 cm/det dan untuk lapisan tengah ad ala h
46
Jwb. k = 3 ,5
PASAL
12
1 0 - 2 cmjdet.
Uw = 'Ywhw
Tegangan normal total p di seberang titik pada penampang tanah jenuh, karena itu ,
akan terdiri atas dua bagian. Bagian pertama, Uw, bekerja dalam air dan dalam padatan
(solid) pada segala arah dengan intensitas yang sama ; bagian ini dikenal sebagai tegangan
netral a tau tekanan air pori Bagian kedua p = p
U w menyatakan kelebihan dari tegang
an netral u w dan bekerja sema ta-ma ta di fasa pada t tanah. Fraksi tegangan total ini di
se bu t tegangan efektif
-
(q}
(.b)
Gbr. 1 2. 1. Peralatan untuk memperagakan perbedaan antara tegangan efektif dan tegang
an netra1.
47
Secara: prakt'is, sua tu perubahan dalam tegangan netral tidak menghasilkan perubahan
volume serta tidak berpengaruh pada kondisi-kondisi tegangan runtuh (failure), semen
tara seluruh pengaruh perubahan tegangan, yang bisa diukur ; seperti kompresi, distorsi,
serta perubahan geser hanya disebabkan oleh perubahan tegangan efektif p. Karena itu,
setiap p enyelidikan kestabilan atau penurunan bagian pada bidang tanah yang jenuh,
memerlukan pengetahuan tegangan total maupun tegangan netral, dan suatu persamaan
( 1 2.2)
merupakan persamaan paling penting dalam mekanika tanah (Terzaghi l 936b ).
Bagian bawah dari kontainer yang diperag'akan dalam Gbr. 1 2. 1b diisi dengan tanah
jenuh y ang berat satuannya 'Y Air naik ke suatu ketinggian H1 di atas permukaan tanah.
Setelah keseimbangan tercapai, hulu piezometri hw pada kedalaman z adalah H1 + z , te
gangan netral adalah
u, =
(HI + z)r,
( 1 2.3)
p =
H1rw + zr
( 1 2.4)
Uw
-di mana
'
'
'Y
'Yw
zr'
( 1 2.5)
( 1 2.6)
Besaran r disebut berat satuan terbenam (submerged unit weight) tanah. Besaran ini sama
dengan beda antara berat satuan r dari tanah jenuh dengan berat satuan air 'Yw
Kelondaian Hidraulik Kritis
Da1am penurunan Pers. 12.5, air di dalam pori tanah dianggap berada dalam keaaan
diam. Jika air bergerak melewati ruang pori, Persamaan 1 2. 5 harus diganti oleh suatu
ungkapan yang mengandung kelandaian hidraulik i. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
menggunakan peralatan dalam Gbr. 1 2.2a. Bejana silindrik A mengandung lapisan pasir
padat yang ter1etak di atas tabir p emisah. Tebal lapisan adalah H, dan pinggir bejana ter
letak sejauh H1 di atas"permukaan pasir. Ruang di bawah tabir pemisah berhubungan de
ngan bejana B melalui sebuah tabung. Tinggi air dipertahankan pada ketinggian sebatas ping
giran atas masing-masing bejana. Jadi, di mana pun posisi tinggi ir dalam bejana B tekanan
normal total p pada penampang horizontal di kedalaman z, di bawah permukaan pasir, se
nantiasa sama dengan p (Pers. 1 2.4). Tegangan normal e fektifp yang berkaitan adalah sama
dengan
p = p - u,
Jadi, jika tegangan netral dalam air berkurang a tau bertambah sebesar
efektip bertambah atau berkurang dengan besar y ang sama, yakni:
Du w
maka tegangan
( 1 2. 7)
Selama tinggi air di kedua bejana ad a pada ketinggian yang sama, tekanan efektif pada
'
kedalaman z sama dengan p= zr (Pers. 1 2. 5). Jika bejana B diturunkan sejauh h, air mene
lus melalui pasir k8 b awah akibat kelandaian hidraulik i h/H. Tegangan netral di ke
=
48
(a)
(b)
Pemberian air
-le
-.::
....
<ll
Cl.
a
.c:
"'
::.
..J
- --- -
Gbr. 1 2.2. (a) Peralatan untuk mengilustrasikan kondisi hidraulik yang berkaitan dengan
pendidihan pasir. (b) Hubungan antara kelandaian h idraulik ke atas dan luahan melalui pa
sir pada peralatan yang diperlihatkan dalam (a).
dalaman H berkurang sebesar h'Yw = iH'Yw dan sebanding dengan tlu w = iZ'Yw di sebarang
kedalaman z yang lain. Tegangan efektip bertambah dengan besar yang sama pula.
Di lain pihak, jika bejana B dinaikkan sejauh h, tegangan netral di kedalaman z naik se
besar t:.u w = iZ'Yw, dan tegangan efektip berkurang menjadi
p
Z"(1
ia'Yw
(1 2.8)
49
landaian hidraulik mclampaui nilai kritis. Turunnya luah akibat penurunan -kelandaian hi
draulik dari suatu nilai yang lebih besar daripada ic ditunjukkan oleh gar is cbdO. Segera se
telah i sama dengan ic , permeabilitas berkurang dan selanjutnya tetap jika i dikurangi
lagi. Karena kurva bdO terletak di atas kurva Oab, kocfisien permeabilitas yang bersang
ku tan lebih besar daripada nilainya semula. Kenyataan ini menunjukkan bahwa peristiwa
yang dinyatakan oleh langkah ab pacta kurva Oab mengakibatkan pengurangan tetap ke
rapatan pasir.
Proses yang diungkapkan oleh kurva ab diiku ti oleh gej olak (agitasi) hebat pada par
tikel-partikel pasir. Karena itu , sering dikenal sebagai pendidihan pa sir. Pasir mulai men
didih dalam sembarang p cnggalian terbuka jika air tanah naik kc arah d asar pcnggalian pada
suatu kelandaian hidraulik y ang lebih besar daripada nilai kritis ic . Sering ditegaskan bahwa
pendidihan terjadi hanya p ada jenis pasir tertentu y ang dikenal sebagai pasir "hidup"
(quicksand). Oleh karenanya, penting ditekankan bahwa ha! itu terjadi pada setiap pasir
dan bahkan kerikil, segera setelah kelandaian hidraulik sama dengan ic. I stilah "pasir hi
dup" hams diberikan kepada sekelompok kecil pasir y ang sangat halus dan sangat lepas,
yang dapat menjadi "hidup" walaupun kelandaian hidraulik air penelusan lebih kecil dari
pada nilai kritis, walaupun tak nampak gangguan dari luar. Dalam Pasal 1 7 dibahas se
dikit ten tang ciri-ciri "pasir hidup nyata" (true qu icksand).
Pendidihan pasir biasa dapat dicegah dengan membuat penapis terbeban (loaded fil.
ter) di atas daerah tempat rembesan (seepage) muncul dari dalam tanah. Keseluruhan berat
nya bertindak memperbesar tegangan efektif dan mempertahankan partikel-partikel pasir
tetap di tempat semula.
Soal-Soal
I.
Suatu tanah pasir tersusun dari unsur pokok padatan yang memiliki berat satuan
2,60 gfcm 3 . Angka porinya ada1ah 0 , 5 7 2 . Hitung berat satuan pasir pada saat kering
dan j enuh, serta bandingkan dengan berat satuannya pad a saat terendam.
Jwb.
= 1 03 ,2 ;
= 1 25 ,9 ;
6 3 , 5 1b(ft3
2. Muka air tanah, da1am suatu endapan yang sangat halus dan terletak sangat da
lam, adalah 4 kaki di bawah permukaan tanah. Di atas muka air tanah, terdapat pasir jenuh
akibat air kapiler. B erat satuan pa sir "jenuh ad alah 1 27 lb/ft3 . B erapakah tekanan vertikal
efektip pada bidang horizontal di kedalaman 1 2 kaki di bawah permukaan tanah?
Jwb. 2 2 20 lb/ft 2
4. B erat satuan partikel pasir adalah 2 , 6 6 g/cm 3 , porositasnya dalam keadaan lepas
adalah 4 5 % dan dalam keadaan padat 3 7%. B erapaka kelandaian hidrauliknya untuk ke
dua keadaan ini?
50
an 1empung terdapat 1apisan pasir yang permukaannya berada pada keda1aman 3 7 kaki.
Hitung1ah ketinggian naiknya air dari lapisan pa sir ke 1ubang bor sebe1um penggalian d i1akukan.
Jwb.
Bacaan Pilihan
Sejarah dan pengertian konsep tegangan efektip dibahas o1eh A. W. Skempto n d alam
"T erzaghi' s discovery of effective stress", yang terdapa t dalam buku From theory to prac
tice in soil m echanics, New York, John Wiley dan Sons, 1 960, hat. 42-5 3 .
Pendahuluan
Jika satu lapisan lempung lunak ter!etak tepat di bawah telapak (footing) sebuah ba
ngunan, maka telapak bangunan tersebu t cenderung turun secara ber!ebihan, bahkan mung
kin menerobos ke dalam tanah . Karena kondisi tanah yang tak menguntungkan semacam
ini telah dipahami, maka biasanya perencana (designer) sejak awal memperhitungkan
bahaya yang mungkin muncul serta dapat mencegah kesulitan dengan meletakkan te
lapak' bangunan di atas sumuran atau tiang pancang yang menembus lapisan lunak sampai
ke lapisan keras di bawahnya.
Sementara itu, jika lapisan tipis lempung lunak ada di bawah lapisan p asir yang tebal,
akibat y ang ditirnbulkan lapisan lempung tersebu t tidaklah terlalu nyata. Sebelum mekani
ka tanah diperkenalkan, insinyur-insinyur yakin bahwa penurunan telapak bangunan se
mata-mata tergantung pada sifat tanah yang terletak tepat di bawahnya. Karena itu, jika
'lempung lunak berada lebih dari 1 0 atau 1 5 kaki di bawah telapak bangunan tersebut,
maka biasanya keberadaannya dapat diabaikan. Sampai sekarang pun masih banyak insi
nyur yang tidak berhasil mengikutsertakan lempung ke dalam perhitungan, walaupun
konsolidasi yang berangsur-angsur karena berat bangunan sangat mungkin menyebab
kan pen:uunan yang besar dan tak sama pada bangunan (Pasal 54).
Akibat relatif sering terjadi penurunan yang tidak diinginkan semacam ini, maka pada
dekade terakhir ini kompresibilitas lapisan lempung tertekan mendapatkan perhatian yang
makin besar di samping dikembangkannya berbagai metoda perhitungan dan penaksiran
besar serta sebaran penurunan tersebu t. Jika p erhitungan menunjukkan bahwa penurunan
melebihi nilai yang masih diijinkan, maka pondasi didisain kembali.
Gesekan .d an adhesi di perbatas (boundary) lapisan-lapisan lempung cukup besar
peranannya dalam menahan pemuluran/pelebaran lapisan dalam arah mendatar. Karena
itu, informasi yang diperlukan untuk menghitung penurunan akibat pemampatan lapisan
lempung tertekan dapat diperoleh dari uji pemampatan terhadap contoh lempung yang ditekan pada arah lateral (sampirg).
Metoda Pengujian
Uji pemampatan tertekan (confined c ompression test) dilaksanakan dengan meletak
kan contoh dalam sebuah "cincin" seperti ditunjukkan pada Gbr.
1 3 . 1 . Pembebanan di
lakukan pada bagian atas contoh melalui sebuah lempeng tegar (rigid slab), dan pemampat
an diukur dengan menggunakan dial penu njuk (dial indicator). Seandainya tanah adalah
51
Gbr. 1 3. 1 . Peralatan uji pemampatan tertekan yang memberikan tekanan lateral pada
contoh tanah.
jenuh, c ontoh diletakkan di antara dua cakram berpori sehingga dapat mengslirkan air se
lama pemampatan berlangsung.
Hasil percobaan tersebut disajikan secara grafik . Angka pori e diplot dengan skala
biasa pada arah tegak. Jika intensitas tekanan p diplot dengan skala biasa pada arah men
datar, maka kurva yang dihasilkan dinamakan kurva e-p. Jika tekanan diplot dengan skala
logaritma maka kurva yang dihasilkan dinamakan kurva e-log p. Karena kedua. metoda
plot tersebut masing-masing memiliki keuntungan, maka keduanya akan dipergunakan dan
diperagakan.
Perbedaan harus diperhatikan antara tanah alami dan tanah yang struktur asalnya
mengalami perusakan karena peremasan (remolding) (lihat Pasal 7). Unsur pokok tanah
teremas diu bah ke p osisi akhirny a oleh prOS!!S yang disertai dengan penggelinciran se
panjang titik sentuh, sementara endapan sedimenter terhampar butir demi butir. Kedua
proses ini dapat menghasilkan p ola-pola struktur yang berbeda. Lebih jauh, di dalam tanah,
posisi relatip unsur-unsur pokok sebagian besar tanah alami tak berubah selama ratusan
bahkan ribuan tahun, sedangkan tanah remasan (remolded soil) atau bubuk mineral yang
diperoleh melalui proses penghancuran atau penggilasan mencapai keadaan akhirnya hanya
dalam beberapa jam atau hari saja sebelum pengujian. Sebuah titik kontak dengan durasi
panjang dapat menghasilkan ikatan antar butir molekuler yang secara keseluruhan tidak
muncul dalam tanah teremas. Karena itu , hubungan antara angka pori dan tekanan untuk
tanah teremas dan asli cendemng berbeda. Keduanya akan dibicarakan secara terpisah.
Pada Gbr. l 3 . 2a diperagakan kurva e-p tipikal untuk berbagai mineral hancuran
(crushed mineral) dan tanah remasan (remolded soil), dan ma sing-masing kurva e-log p
nya diberikar. dalam Gbr. l 3 .2b. Pengaruh bentuk butiran pada kompresibilitas kumpulan
butiran ditunjukkan oleh kurva a, b, dan d, dalam Gbr. 1 3.2a. Kurva a sesuai dengan
campuran 80% pasir dan 20% mika ; kurva b.. untuk 90% pasir dan 10% mika; dan kurva d
untuk 1 00% pasir. Tiap c ontoh mula-mula dipadatkan dengan memakai alat pemukul dan
getaran (Gilboy 1 928). Kurva-kurva ini memperlihatkan bahwa kompresibilitas ber.tambah
sangat besar dengan meningkatnya persentase partikel-partikel berwuju d sisik. Selanjut
nya, Gbr. 1 3 .2a juga memperagakan bahwa kemiringan rata-rata kurva d untuk pasir
padat boleh dikatakan jauh lebih mendatar dibandingkan kurva c untuk pasir yang sama,
akan tetapi dalam keadaan lepas, dan angka p ori pasir lepas - sekalipur-.di bawah tekanan
yang sangat besar - 1ebih besar darip ada yang dimiliki pasir yang sarna tapi dalam keadaan
padat dan tak mengalami tekanan.
Gambar l 3.2a juga menunjukkan bahwa, kurva e untuk sebuah contoh lempung lunak
remasan serupa dengan kurva untuk campuran 90% dan)O% mika, tetapi angka pori lem
pung untuk sembarang tekanan jauh lebih kecil daripada angka pori campuran pasir-mika
dalam keadaan yang sama.
52
(er)
a: 80% pasir
20% mika
0
5
10
0
Tekanan p dalam kg!cm 2
0,171
0.1
I
10
1170 101717
Tekanan p da/am kg!cm2 (ska/a log)
Gbr. 1 3.2. (a) Kurva e-p tipikal. (h) Kurva e-log p yang menyajikan hasil-ha!>il uji pemam
patan - dengan memberikan tekanan lateral - pada agregat tanah di laboratorium , dalam
kondisi seperti
(a).
Semua kurva e-log p dalam Gbr. 1 3 .2b, memiliki karakter tertentu yang umum.
Masing-masing kurva berawal dengan garis singgung mendatar dan mungkin berakhir de
.ngan garis singgung yang h ampir mendatar. Kemiringan masing-masing kurva di bagian
tengah ternyata hampir lurus. Untuk pasir, bagian tengah ini bergerak lurus mulai dari
tekanan 10 sampai 1 00 kg/cm 2 Pada tekanan ini, butiran mulai h ancur, dan kemiringan
bertambah. Kemiringan bergerak hampir tetap sampai tekanan mencapai l OO kg/cm 2 ,
kemudian mulai menurun (Hendron 1 963). Kemiringan bagian tengah kurva untuk lem
pung lunak remasan berkurang secara p erlahan-lahan pada sekitar 1 sampai 2000 kg/cm 2
sehingga kurva dapat dianggap lurus dalam selang tersebu t (Akagi 1 960). Bagian tengah
kurva untuk campuran pasir-mika secara praktis lurus dalam daerah tekanan dari 1 sampai
10 kg/cm2 . Kemudian kemiringan berkurang ketika kurva mendekati garis singgung yang
hampir horizontal.
Secara umum ada dua gejala lain yang menarik perhatian khusus sehubungan dengan
kompresibilitas tanah. Yaitu , laju waktu berlangsungnya pemampatan dan perubahan
volume akibat penghilangan be ban secara temporer.
Pengaruh waktu sehubungan dengan pemampatan pasir diilustrasikan dalam Gbr.
1 3 .3 . Dalam gambar ini, kurva K1 menunjukkan p engurangan angka p ori pasir lepas akib at
peningkatah tekanan yang tetap dan agak cepat. Jika proses pembebanan ini diinterupsi,
angka pori akan berkurang p ada beban tetap sebagaimana ditunjukkan oleh bagian vertikal
kurva e-p dan oleh kurva e-waktu untuk percobaan yang sama,..Tika, setelah interupsi ter
sebut, proses pembebanan dilanju tkan lagi pada tingkat seperti semula, maka kurva K1
akan bergabung kembali dengan kurva yang diperoleh bila pembebanan pasir dilangsungkan
dengan laju tetap tanpa interupsi. Terjadinya p enurunan angka p ori pada beban tetap
adalah akiba,t keterlambatan butiran menyesuaikan posisi terhadap pertambahan tekanan.
Efek waktu yang serupa menyebabkan akibat yang sama, juga terama ti bila suatu con
toh lempung remasan jenuh diuji. Namun dalam hal ini, pengaruh keterlambatan penyesuai
an posisi lebih dirasakan akibat rendahnya permeabilitas lempung. Karena keterlambatan
waktu, kurva e-p tak memiliki makna fisik tertentu kecuali jika setiap titik berkaitan de
ngan suatu tahapan, di mana angka p ori secara praktis tak berubah p ada sua tu beban tetap.
53
I,Z
a
/,I
!,I
Waktu dalam jam
I
z
0
a'
f'.< lrl
Pasir /epa
2 jam
a
c,
le,
(h)
......
.......
-
1,0
0..9
(a)
.......
""'
0,8
Pasir padat
I
/!fa'
0,?0,01
0,!
1,0
/0
Tekanan p dalam kg!cm2 (skala log)
10
Gbr.
1,6
(a)
(h)
a
1,4 t------t---t--1
0,80
-----L
z ----
4--__J
6
Teka n
a np dalam kg/cm2
0,1
1,0
/(}
Teka na np dalam kglcm2 (L og SCJtle)
0,01
/(}0
Gbr. 1 3.4 Hu bungan antara e dan p untuk contoh plfjl11t tertekan lateral yang terdiri atas
90% pasir dan 1 0% mika (Gelboy 1 928). Hubungan yang sama juga diperoleh untuk lem
pung remasan.
54
pasir dan 1 0% mika. Lup histeresis untuk lempung-lempung remasan sangat mirip sa tu sarna
lain.
bahan penyemen, dan sebagian yang berada di atas muka air (water table) juga masih me
ngandung tanah lembab. Paduan kedua bahan tersebut menimbulkan kohesi. Selanju tnya,
sebagian pasir .dalam keadaan alami memiliki kepadatan relatif lebih besar daripada ke
padatan relatif pasir yang bisa diperoleh di permukaan dengan berbagai cara selain vibrasi.
Pasir alami yang lain, memiliki struktur sangat tak stabil yang dapat diaproksimasi di la
boratorium hanya dengan mengadakan contoh pasir y ang sangat lepas dengan prosedur
khusus (Pasal 1 7). Kenyataan ini menyimpulkan bahwa struktur pasir d alam keadaan
alami agak sedikit berbeda dengan struktur pasir yang sama yang dibuat di laboratorium.
Walaupun demikian, jika angka pori pasir-pasir tersebut sarna , maka kompresibilitasnya
juga sangat cenderung sama.
P o sama dengan 'jumlah berat tanah tenggelam, yang terletak di antara kedalaman
dan
muka air tanah, dan be rat total tanah dan air tanah lembab (soil moisture) yang terletak
di atas paras air. Besaran ini dinyatakan dalam berat per satuan luas.
55
'\
--'
::Men dekati 0.4 eo '------'--'----''.
Pr Pu Pa
Gbr. 1 3. 5. Hubungan antara e dan p untuk lempung dengan kepekaan biasa, . masing
masing untuk keadaan remasan Kr dan keadaan asli Ku di laboratorium, dan untuk keadaan
alami K di lapangan.
Jika kita ubah contoh lempung menjadi pasta tebal dengan mencampurkannya dengan
air dan secara berangsur mengkonsolidasikannya di bawah penambahan tekanan, diperoleh
kurva Kr, e-log p (Gbr. 13 .5). Di bawah titik c, lengkung ini hampi.r lurus. Kemiring
annya agak lebih kecil daripada bagian lurus kurva Ku dan perpanjangan ke bawah akan
memotong pr oyeksi lurus Ku di titik f, yakni nilai angka pori yang hampir sama dengan
= 0,4 e0 (Schmertmann 1 953).
Lengkung konsolidasi K, yartg menyatakan hubungan antara e dan log p di lapang
an, harus melewati a. Kedua lengkung Ku dan Kr, hasil uji laboratorium, tak ada yang me
lewati titik ini. Jadi, }elas lengkung K dapat ditentukan hanya dengan proses ekstrapolasi
hasil uji laboratorium saja. Seandainya lengkung Ku dan Kr lurus dan berpotongan di se
kitar e = 0,4 e0, maka cukup beralasan menganggap bahwa kurva e-log p untuk tanah di
lapangan, juga berupa garis lurus yang melewati a dan jika dilanjutkan ke bawah akan me
motong garis e = 0,4e0 di titik f Garis yang didapa tkan disebu t garis konsolidasi lapang
an. Jika contoh asli (undisturbed) tak bisa diperoleh , titik f bisa ditentukan dengan cukup
akurat dari kurva e-log p untuk suatu con toh remasan (remolded), Kr dalam Gbr. 1 3 . 5 ,
asalkan beban pada contoh dinaikkan paling sedikit 20 kg/cm2
Nilai rasio Pu/P0 , di antara tekanan-tekanan yang dinyatakan oleh absis b dan a
(Gbr. : 1 3 . 5), menunjukkan tingkat gangguan terhadap struktur contoh. Nilainya ber
kisar pari sekitar 0,3 sampai 0,7 dengan n ilai rata-rata 0,5. Penyebarannya dapat diper
hatikan dari nilai rata-rata yang merupakan ciri yang sama sekalipun contoh-contoh ter
sebut diambil dengan alat yang sama dan dari pemboran yang sama pula. Jadi, nampaknya
nilai Pu!Po bergantung kepa<;!a batas yang sangat luas, pada faktor-faktor yang tak terduga
(accidental) seperti variasi kepekaan lempung dan apakah contoh yang diuji diambil dari
bagian bawah, tengah, a taupun atas daripada sesendok contoh.
Garis konsolidasi lapangan K dalam Gbr. 1 3 . 5 merupakan dasar bagi perhitungan pe
nurunan struktur-struktur yang terletak di atas lapisan-lapisan lempung tertekan dan ter-
56
beban n ormal. Berat tanah p engisi atau penambahan tekanan struktur pada lempung dari
tekanan overburden Pa sampai Pa + !:!.p, sesuai dengan penurunan rasio pori dari ea men
jadi e. Jadi dalam selang tekanan pa hingga pa + !:!.p, dapat kita tuliskan
eo - e
.6e
Nilai,
av (cm2 /g)
.6p
eo - e
(g/ 2 ,
Ap cm )
( 1 3. 1)
.6n
c\i mana
ea
.6e
1 + eo
.6n
di mana
a.
--
+ eo
m v (cm 2 /g)
.6p
( 1 3. 2)
a v (cm 2 /g)
1 + eo
( 1 3.3)
Ap
= m
H .6p
( 1 3.4)
m.
Kurva konsolidasi daerah K u ntuk lempung biasa dalam diagram setengah logaritma
tampil berupa garis lurus, scperti ditunju kkan dalam Gbr. 1 3 .5. Garis ini dapat dinyatakan
oleh persamaan
Po + .6p
.:...
--=eo - Cc log10 :..._
Po
( 1 3.5)
di mana Cc (tak berdimensi) adalah indeks pemampatan. Besaran Cc ini sama dengan
tangcn sudut kemiringan bagian lurus lengkung K. Berbeda dengan av dan mv yang ber
kurang dengan cepat bila tckanan Pa bertambah, nilai Cc mcrupakan scbuah tetapan, dan
Pers. 1 3 .5 yang mengandung tetapan ini berlaku dalam selang tekanan yang agak besar .
Dalam plot setengah logaritma, kurva de kompresi, scperti bc1 dalam Gbr. 1 3.4b,
juga agak lurus pada selang tekanan y ang besar. Jika te kanan berkurang dari p ke p - !:!.p,
kurva dekompresi y ang bersangku tan dapat dinyatakan oleh persamaan,
Po + .6p
e 1 + C. logto '----=Po
(l 3. 5a)
di mana C8 (tak berdimensi) qisebut indeks pembengkakan. Besaran ini mcrupakan u kufan
pertambahan volume akibat dih ilangkannya tekanan.
Dengan menggabungkan Pers.
1 3. 5 dengan Pers. 1 3. 1
dan
1 3.3,
kita p eroleh
57
( 1 3.6)
dan
mv =
Cc
Po + flp
lo gt o
flp (1 + e o)
Po
( 1 3 . 7)
Substitusikan nilai m v ke da1am Pers. 1 3 .4, kita memperoleh bahwa pemampatan S dari
suatu lapisan tertekan lempung biasa yang terbeban normal adalah
S- H
_
C
Po + flp
c Iog10
1 + eo
Po
( 1 3. 8)
Jika suatu lempung diremas (remolded), maka kurva e-log p-nya berubah dari K (Gbr.
1 3 .5) menjadi Kr Karena kurva Kr lurus dalam selang tekanan yang besar, maka kurva ter
sebu t dinyatakan o1eh persamaan
Po + flp
,
e o - Cc log1 o "-----=Po
( 1 3.9)
yang analog dengan Pers. 1 3 . 5. Simbol C/, yang menyatakan indeks pemampatan lempung
dalam keadaan teremas sama dengan tangen sudut kemiringan bagian lurus lengkung Kr- Ni- lai-nilai cc ' untuk lempung-lempung yang berbeda bertambah terus menerus dengan me
ningkatnya batas. cair, seperti ditunjukkan oleh Gbr. 1 3.6. Absis titik-titik dalam diagram
menyatakan batas cair Lw, dan ordinatnya sesuai dengan nilai Cc ' untuk berbagai lempung
yang berbeda. Kumpulan contoh tersebut mencakup con toh lempung biasa dan lempung
yang luar biasa peka, serta diambil dari berbagai tempat di dunia. Semua titik tersebut
terletak de kat ke garis lurus yang persamaannya
( 1 3 . 1 0)
di mana Lw adalah batas cair dalam persen dari berat kering lempung. Penyebaran nilai
riil Cc ' dari nilai yang ditentukan oleh Pers. 1 3 . 1 0 adalah 30% (Skempton 1 944).
Untuk lempung biasa dengan kepekaan rendah atau sedang, kedua kurva e-log
p-nya yakni Kr dan .K merupa kan garis lurus pada selang beban y ang besar, dan nilai Cc
yang berkaitan dengan konsolidasi lengkung K secara kasar sama dengan 1 ,30 C/ (Pers.
1 3 . 1 0). Jadi
Cc
f".J
1,30Cc'
0,009(Lw - 10%)
1,0
0> 0,8
:9
c::
c:: e
- Ill
Vo
/oJ:Y""
0,6
0,4
02
,
0
0
( 1 3. 1 1 )
/
20
o k!s1
40
60
,d
80
/00
120
/40
Gbr. 1 3.6. Hubungan antara batas cair dan indeks pemampatan untuk lempung remasan
(Skempton qan lain-lain 1 944 ).
58
Jika nilai Cc untuk sua tu lapisan lempung tertentu diketahui, maka penempatan lapis
an tersebu t akibat tambahan l:!.p dapat dihitung dengan menggunakan Pers. 1 3.8. Untuk
lempung terbeban normal, dengan kepekaan rendah atau sedang, n ilai Cc dapat diperkira
kan secara kasar dengan Pers. 1 3. 1 1 . Dengan demikian, or de nilai penurunan sua tu struk
tur y ang terletak di atas lapisan lempung semacam itu dapat ditentukan hanya dengan me
laksanakan uji batas cair.
Lempung Prakompresi Asli
Lempung dikatakan prakompresi jika pernah mengalami tekanan yang lebih besar
daripada tekanan penggulingan saat ini. Kelebihan tekanan temporer tersebut mungkin
berasal dari berat lapisan tanah yang kemudian tererosi, berat es yang kemudian mencair,
atau pengeringan akibat penyingkapan temporer. Seandainya kelebihan tekanan !:i.p0 lebih
kecil dari 4 kg/cm 2 , lempung tersebut mungkin masih lunak. Namun jika f),.p0 jauh lebih
besar, lempung akan bersifat kaku .
Dua di antara proses-pr oses yang menyebabkan prakompresi lempung diilustrasikan
dalam Gbr. 1 3 .7. Semua 1apisan y ang terletak di atas 1apisan batuan dasar (bedrock)
diendapkan da1am suatu d anau ketika tinggi air berada di atas tinggi puncak t anah saat ini.
Bila bagian-bagian lapisan dihilangkan oleh erosi, kadar air lcmpung di bagian kanan lapisan
B sedikit bertambah, sementara bagian kirinya berkurang banyak karena turunnya muka air
tanah. Wa1aupun begitu, akibat tekanan penggulingan saat ini, lempung di bagian kanan
merupakan lempung lunak prakompresi, dan yang di sebelah kiri merupakan lempung
lunak terbeban nmmal.
Sementara muka air turun dari posisi semula ke posisi akhir di bawah dasar lembah
yang tererosi, lapisan pasir di bawah dan di atas 1apisan lempung A terkuras (drained).
Akibatnya, lapisan A secara berangsur-angsur kering. Dalam Pasal 21 ditunjukkan bah
wa proses pengeringan ini secara mekanik e kivalen dengan kon solidasi akibat pembeban
an. Karena itu , lapisan A dikatakan mengalami prakompresi oleh pengeringan.
Jika lapisan lcmpung terbentuk oleh sedimentasi dalam suatu air tcrbu k a akibat vari
asi siklis a tau musiman tinggi air, maka bagian tertinggi permukaan end apan k adang-kadang
dapat muncul. Di bagian bawah daerah-daerah ini terbentuk kerak bumi kering akibat pe
ngeringan. Setelah permukaan dibanjiri lagi, kerak bumi tertutup di bawah endapan segar
tetapi kadar airnya tetap luar biasa rendah. Maka, mereka menyusun lapisan-lapisan atau
lensa-lensa lempung prakompresi yang terletak di antara lapisan-lapisan terbeban normal.
Jika selapis lempung kaku terletak di atas lapisan lempung lunak dari jenis yang sama,
maka lapisan sebelah atas sangat mungkin telah mengalami prakompresi oleh pengering
an. Selanjutnya, jika lapisan sebelah atas tersingkap ke u dara terbuka selama waktu yang
Pra kompresi
oleh pengeringan
:-:"":'L_l---\---.:..._- -=
==.:...
Muka air
nah asal
:E
:::22ZZ222?h'Z'Z27'""'""""''::.
' ?:>. : - - - - - - - - J_
Lempung lunak
terbeban n ormal
tanah
sal
. Lempung lunak
prakompresi
tanah
.;ekarang
Lapisan bat11an
Gbr. 1 3. 7. Diagram yang mengilustrasikan dua proses geologi terjadinya lempung pra
kompresi.
59
lama, mungkin juga mengalami proses penghilangan warna akibat oksidasi. Sebagai con
toh, di daerah Chicago, satu lapisan tebal lempung lunak terbeban normal berwarna ke
abu-abuan, ditutupi oleh satu lapisan prakompresi kaku dan berwarna kuning dan lem
pung abu-abu dengan ketebalan antara 2 sampai 6 kaki. Lapisan prakompresi lempung
glasial, yang terletak di antara lapisan-lapisan lempung lunak terbeban normal berjenis
sama, d ijumpai di Swedia Selatan. Dalam beberapa hal, kerak bumi kaku dapat terbentuk
tanpa terlihat oleh suatu proses pelapukan setengah encer (aquaeous weathering) atau per
tukaran kation (Mourn and Roscnqvist 1957).
Pengaruh prakompresi p ada hubungan antara angka pori dan tekanan diperlihatkan
pada Gbr. 1 3.8. Kedua diagram diplot dengan skala biasa. Gambar 1 3 .8a menunjukkan
hubungan antara e dan p, untuk bagian terbeban normal lapisan B dalam Gbr. 1 3 .7,
dan Gbr. 1 3. 8b memperagakan hubungan yang sama untuk bagian lapisan y ang sama yang
'
mengalami prakompresi. Pada kedua diagram tersebut, titik a menyatakan keadaan lem
pung sebe!um erosi dimulai. Pada saat itu, muka air tanah berada di atas lapisan A , dan
'
tekanan gulingan efektif pada keseluruhan lapisan B yaitu sama dengan p0 pe satuan
luas. Karena erosi berkaitan dengan penurunan muka air tanah, pada tekanan penggulingan
total yang hampir tetap, maka tekanan penggulingan efektif pada bagian kiri lapisan B ber
tambah dari Po: menjadi p0 , dan titik yang menyatakan keadaan lempung (Gbr. 1 3 .8a)
bergerak dari a ke a.
'
Di bagian kanan lapisan B, penurunan muka air tanah terjadi dengan hilangnya se
bagian besar penggulingan. Oleh karena itu tekanan efektif pada bagian kanan lapisan ber
'
'
a
Penambahan tekanan efektif sebe sar tlp pada bagian terbeban normal dari lapisan
B sebagai akibat dibangunnya bangunan besar yang berat di permukaan tanah, mengurangi
angka p ori lempung di bawah bangunan tersebut sebesar Aen (Gbr. 1 3.8a) dan lempung
bergerak dari keadaan a ke keadaan d. Pertambahan tekanan efektif y ang sama sebesar
tlp, pad a bagian kanan l apisan B yang mengalami prakompresi, mcngurangi angka p ori
lempung sebesar Aep (Gbr. 1 3.8b) dan lempung bergerak dari keadaan b ke keadaan d.
Jika contoh-contoh tak asli diambil dari kedua bagian lapisan B, mungkin timbul
kesan bahwa lempung prakompresi lebih lunak daripada lempung terbeban normal sebab
(a)
lempung terbeban normal
p;
Tekanan
Po Po+Llp
(b)
lempung prakompresi
Po Po+Llp p;
Tekanan
Gbr. 1 3. 8. (a) Hubungiln antara e dan p untuk lempung terbeban normal di lapangan.
(b) Hubungan an tar a e dan p untuk lempung yang sama dalam keadaan prakompresi.
60
kadar air bagian lapisan yang mengalami prakompresi pada saat dilakukan pengambilan
contoh, lebih besar daripada kadar air bagian lapisan yang terbeban normal. Walaupun be
'
gi tu , jika t:.p lebih kecil daripada setengah p0 - p0, pemampatan l::.ep lapisan prakompre
si akan jauh lebih kecil daripada pemampatan !::.en lapisan terbeban normal. Hal ini di
sebabkap kenyataan bahwa titik y ang menyatakan keadaan lempung terbeban normal da
lam tanah , berada antara a dan d (Gbr. 1 3 .8a) pacta kurva yang menyatakan berkurang
nya angka pori akibat pertambahan tekanan secara man tap , . sedangkan titik yang sama
untuk lempung prakompresi bergerak pacta kurva rekompresi dari b ke d (Gbr. 1 3 .8b).
Seperti diperagakan pacta Gbr. 1 3.3 dan 1 3 .4, kelandaian kurva rekompresi jauh lebih
kecil daripada kelandaian kurva kompresi langsung.
Beberapa konsepsi mengenai besar pemampatan yang dialami bagian prakompresi
lapisan B akibat berat bangunan , dapat diperoleh dari hasil uji konsolidasi con toh yarig di
ambil dari bagian lapisan tersebut. Namun, akibat prakompresi, kurva e p tanah di la
pangan cenderung j auh berbeda daripada y ang diperoleh malalui uji laboratorium. Besar
ny a pcrbedaan bergantung pacta derajat ketidakaslian contoh.
-
Bila contoh sangat " tak asli", hubungan antara e dan p di laboratorium menyerupai
kurva curam Kr dalam Gbr. 1 3 .8b. Dengan menambahkan jarak bg ke ordinat kurva ini,
kita dapatkan kurva K/ yang melalui titik b dan menyatakan keadaan lempung di dalam
tanah. Namun, pcngalaman menunjukkan bahwa kurva K/ tak menyerupai lengkung
konsolidasi lapangan bd.
Jika uji konsolidasi dilakukan terhadap contoh asli (undisturbed), yang diambil dengan
cermat dari sebuah lubang dalam tanah, diperoleh kurva Ku . Jika ordinat kurva ini ditam
bah dengan jarak cb maka diperoleh kurva Ku ' yang m elewati titik b. Walaupun kemiring
an Ku 1 jauh lebih kecil daripada K/, diketahui bahwa jika t:.p lebih kecil daripada sc
tcngah p0 1 - p 0 , maka pemampatan lempung yang dihitung bcrdasarkan Ku ' masih dua
sampai Iima kali lcbih bcsar daripada pcmampatan lcmpung sesungguhnya di lapangan.
Jadi, e kstrapolasi hasil uji ke kondisi-kondisi lapangan sangat tidak menentu, tak pcrduli
contoh mana yang diuji.
Pcnghitungan hubungan antara e dan p untuk lempung de ngan batas cair berdas<l{
kan Pers. 1 3 . 1 1 akan menghasilkan suatu kurva yang melewati b dan lcbih curam daripada
K/. Ordinat kurva ini dengan acuan garis mendatar lewat b, paling sedikit dua kali ordinat
Ku ' dan berarti dua sampai Iima kali lebih bc sar daripada ordinat kurva e-p lapangan K' .
Akibatnya, penggunaan Pers. 1 3 . 1 1 untuk menentukan kompresibilitas lempung prakom
presi memberikan nilai empat sampai sepuluh kali lebih besar atau bahkan lebih daripada
nilai sebenarnya. Mengingat persamaan yang sama tersebut memberikan nilai-nilai yang
cukup akurat untuk kasus lempung terbeban normal, maka secara praktis terlihatlah sangat
pentingnya memperhatikan sejarah pembebanan sua tu lempung.
Di bawah kondisi-kondisi yang diilustrasikan oleh Gbr. 1 3 .7, tekanan konsolidasi
maksimum p0 1 bisa diperkirakan secara agak akurat atas dasar bukti geologi. Fisiografi dan
gcologi tcmpat tersebut meyakinkan bahwa permukaan tanah mula-mula terletak pacta
atau diatas tinggi puncak tanah saat ini dan muka air tanah agak dekat ke permukaan tanah
semula. Namun, jika bukti tersebut mengandung penyimpangan, atau jika prakompresi
terjadi akibat berat lempengan es yang telah meleleh tanpa meninggalkan petunjuk-petun
juk mengenai ketebalannya, maka penaksiran tekanan konsolidasi maksimum secara ge o
logi sangat tak pasti. Dalam hal seperti ini, prosedur yang masih tersisa untuk mendapat
kan setidaknya konsepsi umum nilai p0 1 adalah membuat suatu penaksiran berdasarkan
hasil-hasil uji laboratoriuin.
Beberapa metoda yang telah diaj4kan untuk penentuan nilai tekanan konsolidasi dari
hasil-hasil uji 1aboratorium. Salah satu yang paling umum diilustrasikan oleh Gbr. 1 3.9
(A. Casagrande 1 936b ). Gambar ini memperagakan kurva e-log p untuk contoh Jempung
61
c ' d
-. -?"_
I .q'
1
-.....
1 m
Kv
I
1 r
min.
c5
I
1
l p
;
o ----
--
----
Gbr. 1 3 . 9. Diagram yang mengilustrasikan cara penaksiran nilai tekanan konsolidasi mak
simum secara grafis yang biasa digunakan.
asli. Satu garis horizontal digambar melalui titik c, yakni itik di mana kelengkungan
kurva berjejari minimum. Garis bagi sudut a, antara garis ini dar. garis singgung Ku di c ,
memotong 1anjutan ke atas bagian bawah Ku yang lurus di titik d. Absis titik d dipandang
sama dengan Po1
Metoda yang diilustrasikan oleh Gbr. 1 3 .9 didasarkan atas pengaruh yang dapat di
amati dari pembebanan siklik terhadap angka pori contoh lempung asli. Hal tersebut se
suai dengan kenyataan adanya tekanan efektif penggulingan dalam endapan yang diketahui
dibebani secara normal, asalkan pengujian-pengujian dilakukan pada contoh-contoh asli
berkualitas paling tinggi. Pada beberapa hal di mana tekanan konsolidasi maksimum lem
pung yang sebelumnya dibebani, dapat ditentukan dengan cukup handal oleh bukti
bukti geologis atau peralatan (bebas) lainnya, diperoleh persesuaian y ang cukup memuas
kan antara tekanan konsolidasi maksimum yang sebenarnya dan yang ditentu kan dengan
prosedur grafis, asalkan contoh yang digunakan dalam uji konsolidasi adalah tanah asli.
Jika suatu lempung sebelumnya mcngalami konsolidasi bcrat, maka tidaklah praktis
memperbesar te kanan pada contoh asli yang sedang mcngalami uji konso!idasi sampai
bagian kurva e-log p yang curam dan agak lurus, sctelah ctilewatinya tekanan konsolidasi
Mendekati
0,4e0
_ _ _
1,_
r
_ _ _
Pd
Po
Tekanan (Skala Log)
62
maksimum dipcroleh. Namun, jika nilai prakomptesi memungkinkan p enentuan bagian dari
kurva ini, maka penaksiran kurva e-log p lapangan yang sedikit lebih handal dapat di
lakukan dengan menggu nakan prosedur grafis (Schmertmann
1 953 )
Pcmbuatannya meng
hendaki agar proses penghilangan beban contoh dilakukan dalam inkremen, tertentu se
telah dicapainya tekanan maksimum untuk mendapatkan kurva "reboun" (rebound) la
boratorium. Kurva laboratorium disajikan oleh
Ku
(Gbr.
1 3 . 1 0).
Titik
menyatakan
angka pori e0 dan tekanan penggulingan e fektif p0 lempung sewaktu berada dalam tanah,
sebelum pengambilan c on toh tanah dilakukan (sampling) . Kurva e- l a g p lapangan harus me
lewati titik ini. Garis verti kal Pa1 berkaitan dengan tekanan konsolidasi maksimum, sebagai
mana ditentukan oleh konstruksi grafis (Gbr. 1 3.9). Bagian kurva e-log p lapangan, di an
'
tara Pa dan Pa , adalah kurva rekompresi. Karena dalam laboratorium terdapat sedikit per
bedaan antara kemiringan pada kurva reboun dan kurva rekompresi, maka dibuat anggapan
bahwa kurva l apangan di antara Pa dan Pa1 sejajar dengan kurva reboun laboratorium. Oleh
sebab itu, dibuat garis dari
dinyatakan oleh
garis lurus
a'[,
a'.
di mana
sejajar
cd ; perpotongannya
Ku
f adalah
= 0,4 ea.
b dan a' ,
1 3. 1 0.
Antara
digambarkan sua tu
Untuk kegunaan praktis, seringkali dianggap cu kup memadai untuk mengetahui apa
kah suatu lempung mengalami prakompresi yang berat. Hal ini biasanya dapat dilaksana
kan tanpa pertolongan grafik (Gbr.
(Gbr.
1"3.5)
1 3 .9).
selalu ter!etak di sebe!ah kiri titik-titik a. Jadi, jika bebe rapa c on toh asli dari
sedemikian rupa, niaka nilai p 0 1 tidaklah lebih besar daripada _tekanan penggulingan yang
ada serta pengaruh prakompresi pada penurunan dapat diabaikan. Sementara itu,jika tekan
an prakompresi j auh lebih besar daripada tekanan penggulingan yang ada, sedikitnya bebe
rapa titik
terletak di sebelah kanan titik a. Dalam peristiwa seperti ini, penurunan struktur
yang ditegakkan di atas lempung, akan menjadi kecil dibandingkan dengan yang diramal
kan atas dasar hasil pengujian, oleh karena hubungan antara kurva-kurva konsolidasi labo
ratorium dan lapangan untuk lempung semacam ini menyerupai hubungan antara Ku ' dan
ta ketebalan lapisan-lapisan ini bisa diduga melalui pr ofil kadar airnya. Dalam perhi tung
(Ku )
(Gbr.
1 3 .5) boleh
di katakan
berupa parabol. Namun, untuk lempung peka luar biasa, kurva tersebut memiliki bentuk
seperti ditunju kkan oleh kurva
Ku
dalam Gbr.
1 3. 1 1 .
datar hingga tekanan pada c ontoh mencapai a tau sedikit melebihi tekanan penggulingan p 0 ,
yang setelah itu mendadak turun. Selama intensitas tekanan ditambah, kemiringan kurva
kembali berkurang, sampai akhirnya melewati garis lurus
gung bagian cur am
Ku , di
Kt.
b'.
Jika endapan lempung luar biasa peka dibebani secara normal dan jika contoh asli
b'
b'
Di bawah keadaan yang demikian ini, pendirian dari sebuah gedung, kendatipun hanya
mengha silkan pertambahan Pa sedikit saja, akan diikuti oleh penurunan hebat gedung
----
Po
Gbr. 1 3. 1 1. Hubungan antara e dan p untuk lempung luar biasa peka, masing-masing
dalam keadaan teremas Kr dan asli Ku di laboratorium, serta keadaan alami K di lapangan.
tersebut . Pada kenyataannya, mungkin telah diketahui bahwa umumnya dengan menambah
tegangan dari p0 ke nilai agak besar dari p0 + b.pb tanpa penambahan penurunan yang ti
dak sepadan, tetapi jika b.p melebihi b.rb maka perilakunya sesuai dengan k-urva e-log p,
atau setidaknya secufam bagian at as Ku (Gbr. 1 3 . 1 1 ) Kemampuan lempung peka luar
bias untuk menahan tekanan yang melebihi tekanan penggulingan yang ada tanpa
penambahan penurunan yang besar, mungkin dalam beberapa ha! merupakan akibat dari
adanya sedikit derajat konsolidasi kuat (overconsolidation) ; seperti yang telah dibahas
dalam subju dul terdahulu. Selain itu mungkin juga sebagai akibat munculnya ikatan-ika tan
antar partikel-partikel lempung (Pasal 4); karena itu tegangan b.pb kadang-kadang di
sebu t juga kekuatan ikatan (Terzaghi 1 94 1 a)
.
l2
bA
b'A
Di beberapa tempat, seperti di Meksiko City, kekuatan ikatan bisa ditaksir dengan
cukup handal atas dasar pengalaman lapangan. Jika tidak ada taksiran handal yang bisa di
buat, maka dapat dipandang titik-titik b dan b' berimpit.
Kurva Ku bisa diperoleh hanya dengan melalui pengujian sua tu contoh asli. Jika con
toh sangat terganggu , atau teremas -dan bercampur dengau ejumlah air sehingga meng
ubah lempung menjadi pasta kental, kurva e lo g p .(Kr) untuk bahan remasan menyerupai
-
64
kurva e-log p (Kr) untuk lempung biasa (Gbr. 1 3 . 5). Secara praktis kurva tersebut ber
bentuk garis lurus pada sua tu selang be sar dari tekanan, dan kemiringannya sedikit lebih
kecil daripada kemiringan garis singgung K t pacta daerah bagian bawah kurva K u dalam
Gbr. 13 . 1 1 . Dengan kat a lain, gangguan terh adap struktur lempung melenyapkan sifat
sifat yang menyebabkan pematahan kurva Ku di bawah titik b dalam Gbr. 1 3 . 1 1 . Karena
itu , informasi yang diperlukan guna membuat lengkung konsolidasi lap angan untuk lem
pung-lempung yang luar biasa peka, dapat diperoleh semata-ma ta dari pengujian kon
solidasi pada bahan-bahan asli (undisturbed). Keuntungannya, dengan menggunakan
piston pengambil contoh berdinding tipis (thin-walled piston samplers), (Pasal 44), sering
kali dapat diperoleh con toh lempung asli yang luar biasa peka dan sangat bagus karena
tanah di sisi pemotong pengambil contoh sedemikian terganggu sehingga tidak menghambat
penetrasi dan menghasilkan selu bung pelindung tipis yang h ampir tidak memiliki gesekan
dengan tanah sepanjang inti tetap (undistorted core), ketika tabung pengambil c ontoh
di turunkan.
Jika suatu lempung bersifat p eka luar biasa, maka kemiringan bagian atas kurva kon
solidasi lapangan K mungkin beberapa kali dari yang dimiliki kurva Kr untuk tanah dalam
ke adaan teremas. Untuk lempung semacam itu , metoda pendekatan penghitungan pe
mampatan sua tu lapisan berdasarkan Pers. 1 3 . 1 1 , hanya melengkapi nilai batas bawah pe
mampatan lempung. Pemampatan yang sesungguhnya mungkin beberapa kali lebih besar.
Untungnya lempung-lempung jenis ini jarang ditemui. Lempung semacam itu, misalnya
lempung di Meksiko C ity, 'yang asal mulanya vulkanik, jenis-jenis tertentu lempung laut
di Kanada Tenggara dan di negara-negara Skandinavia, serta berbagai lempung-lempung
berkadar organik tinggi. Jika lempung memiliki batas cair lebih besar dari 1 00%, jika kadar
air alaminya pada suatu kedalaman lebih dari 20 atau 30 kaki di bawah permukaan lebih
be sar daripada batas cairnya, atau jika mengandung bahan organik dengan persentase tinggi,
maka lempung ini cenderung memiliki karakteristik konsolidasi seperti diilustrasikan dalam
Gbr. 1 3 . 1 1 . Kepekaan S t (Pers. 7. 1 ) lempung-lempung ini lebih besar dari 4, sedangkan
lempung biasa lebih kecil dari 4. Jika kepekaan lempung lebih besar dari 8, maka h ampir
.dapat dipastikan lempung tersebut memiliki karakteristik konsolidasi seperti diilustrasikan
Gbr. l J. l l .
Kompresibilitas dari lapisan p asir dan lempung kaku bisa diabaikan kalau tanah yang
tedetak di bawah suaru struktur terdiri atas l apisan-lapisan p asir atau Iempung kaku yang
diselang-selingi o!eh lapisan-lapisan lempung lunak.
Kompresibilitas lapisan lempung terutama bergantung pada dua faktor: batas cair lem
pung, dan nilai tekanan terbesar yang pernah bekerja pada lempung sejak pengendapannya.
Jika tekanan ini tak pernah melebihi tekanan penggulingan efektif saat ini, maka lapisan di
katakan terbeban n ormal. Jika tidak demikian, lapisan dikatakan mengalami prakompresi.
Dengan menggunakan persamaan empiris 1 3 . 1 1 , ki ta dapat menaksir secara kasar
kompresibilitas lapisan lempung terbeban normal yang batas cairnya diketahui, asalkan
lempung termaksud tidak memiliki sifat-sifat yang tidak umum (unusual). Akan tetapi, jika
lempung memiliki batas cair di atas 1 00, kadar air alami di kedalaman 20 sampai 30 kaki
melebihi batas cairnya, atau jika lempung mengandung bahan orga_n ik dengan persentase
tinggi, maka kompresibilitas lapisan mungkin beberapa kali lebih besar daripada kompre
sibilitas yang diperoleh berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Pers. 13 . 1 1 . Karena
itu pula disarankan untuk menentu kan kompresibilitas lempung melalui uji konsolidasi
contoh-contoh asli apabila ingia mendirikan sebuah gedung di atas lapisan semacam ini.
65
Komprsibilitas lapisan lempung prakompresi tidak hanya bergantung p ada batas cair
'
tetapi juga pada rasio b..pf(p0 - p 0 ), di mana b..p adalah te kanan yang ditambahkan
'
oleh suatu struktur kepada tekanan penggulingan p0 saat ini dan p 0 adalah tekanan m aksi
mum y ang pernah bekerja pada lempung. Jika rasio tersebut kurang dari 50%, maka kom
presibilitas lempung sangat mungkin berkisar antara 10 sampai 25% dari nilai kompresibi
litas lempung scrupa y ang ada dalam keadaan terbeban normal. Dengan memperbesar
nilai rasio terscbu t, pengaruh prakompresi terhadap kompresibilitas lempung berkurang
Untuk nilai y ang lcbih besar dari 1 00%, pengaruh prakompresi terhadap penurunan
bangunan bisa diabaikan.
Prakompresi dapa t disebabkan oleh be rat lapisan tanah y ang telah hilang akibat erosi,
berat lapisan es yang telah mencair, atau mengalami pengeringan. Kalau prakompresi ter
sebu t diakibatkan oleh beban yang telah hilang, tekanan lebih yang bekerja pada tanah
akan sama di setiap titik di sepanjang garis vertikal di bawah permukaan tanah. Tapi, jika
diakibatkan oleh pengeringan, tekanan lebih mungkin berkurang ke arah bawah dari
permukaan penguapan sebclumnya, dan kedalama n total lapisan prakompresi mungkin
tak lebih dari beberapa kaki.
SoalSoal
1 . Suatu lapisan lempung dengan batas cair rata-rata 4 5 %, mempunyai tebal 25 kaki
dan p ermukaannya terletak pada kedalaman 3 5 kaki di bawah permukaan tanah saat . ini.
Kadar air alamnya adalah 40%, dan berat satuan partikel lempung padatnya adalah
2 , 7 8 g/cm 3 .
Di antara permukaan tanah dan lempung terdapat pasir halus. Muka air
tanah terdapat pada ke dalam 1 5 kaki di bawah p ermukaan. B erat rata-rata satuan terbeban
pasir adalah 65 lb/ft 3 ' dan b erat satuan pasir basah yang terletak di atas muka air tanah
adalah 1 1 0 lbjft 3 . Dari bukti geo1ogis, d iketahui bahwa lempung m enga1ami p embebanan
normal. B erat bangunan yang akan didirikan di atas pasir yang ter1etak di atas 1empung
akan menambah tekanan penggulingan pada 1empung saat ini sebesar 1 ,2 ton/ft 3 . Perkira
kanlah p enurunan rata-rata bangunan terse but.
Jwb.
1 0 inci.
Jwb. 4,76 tonjft2 l ebih b esar dari tekanan p enggulingan saat ini.
3. Bangunan di dasar lembah dalam Grub. 1 3 . 7 m emper besar tekanan rata-rata la
pisan lempung sebesar 1 , 2 tonj ft2 . Batas cair rata-rata lempung adalah 4 5 %. Data lain, m e
ngenai tebal lapisan ,dan iokasi daerah tersebut, diambil seperti pada soal No. 2. Kadar
66
air alami rata-rata dari pada lempung adalah 3 5 %, dan berat satuan partikel l empung d alam
keadaan padat adalah 2 , 7 8 g/cm2
Perkirakanlah batas atas dan bawah p enuru nan dari
bangunan tersebut.
Jwb.
Tidak lebih 2 5 % dari 1 1 ,6 inci, atau 2 ,9 inci, dan mungkin tidak kurang
I 0% dari 1 1 , 6 inci, atau I , 2 inci.
Bacaan Pilihan
Pembahasan umum sifat-sifat teknik endapan, dengan penekanan pada ko.mpresibilitas
nya, dij um pai dalam Terzaghi, K. ( 1 95 5 a ) : "Influence of geological factors on the engine
ering properties of sedirnents" , Economic Geology, Fiftieth A nn hersary Volume, hal.
5 5 7-6 1 8 . Makalah tersebut menyertakan juga d aftar buku acuan yang amat terpilih. Walau
pun ditulis agar geologiwan mengenal a spek sifat-sifat endapan, tetapi artikel tersebut ba
nyak menarik perhatian insinyur.
Pada artikel terdahulu telah dikatakan bahwa pemampatan lempung akibat bertambah
nya beban berlangsung dengan sangat lambat. Sebagian kecil dari kelambatan tersebut
disebabkan oleh proses pengaturan p osisi-posisi bu tiran ketika tekanan y ang dialaminya
bertambah besar. Sumber kelambatan jenis ini ada p ada lempung maupun pasir. Namun,
permeabilitas yang rendah merupakan sumber u tama kelambatan tersebut pada lempung,
sehingga diperlukan waktu yang panjang untuk menguras (drain) keluar kelebihan air
(excess water). Pengurangan kadar air secara p erlahan-lahan dikena! sebagai konsolidasi.
Mekanika efek perlambatan akibat rendahnya kompresibilitas pada p emampatan lapis
an elastis di bawah be ban tetap dapat ditu njukkan oleh piranti (device) yang diperagakan
dalam Gbr. 14. 1 . Piranti termaksu d tersusun dari sebuah bejana silinder yang berisi
sederetan piston y ang dipisahkan oleh pegas-pegas. Ruang di antara p iston-piston diisi
dengan air, dan piston-piston tersebut dilubangi. Apabila tekanan p per satuan luas di
kenakan ke p ermukaan piston yang paling atas, mula-mula ketinggian pegas tak berubah
karena diperlukan waktu untuk mengeluarkan air di antara p iston-piston. Karena pegas
tak dapat menahan beban sehingga ketinggiannya berkurang, maka seluruh beban p tiap
satuan luas terse bu t pada mulanya haruslah dipikul oleh kelebihan tekanan hidrostatik
h 1 'Yw = p di dalam aif. Pada tahapan ini, air dalam masing-masing tabung piezometri ber
ada pada ketinggian h 1 .
tekanan p
per satuan /uas
67
Waktu t
O r-----(a)
;;; 251\----------
c 5
::)
(b)
50 1\
1--------
'
?5 -
--------
-Ts:----
Gbr. 14.2. Kurva waktu-konsolidasi. Garis tebal menyatakan hubungan untuk piranti me
kanik yang diilustrasikan dalam Gbr. 1 4 . 1 . Garis putus-putus menyatakan hubungan con
toh Iempung dengan karakteristik konsolidasi yang sama.
Setelah waktu relatif singkat t1 dilampaui, sejumlah air akan meninggalkan bagian
ruangan bagian atas, sementara ruangan paling bawah praktis masih penuh. Pengurangan
volume ruangan sebelah atas diiku ti ol eh pemampatan perangkat pegas di bagian atas.
Dengan demikian, pegas-pegas di bagian atas mulai menanggung sebagian tekanan p, sehing
ga tekanan air di ruang atas berkurang. Kondisi di dalam ruangan sebelah bawah masih
belum berubah. Pada tahap ini tinggi air dalam tabung-tabung piezometri terletak
pada kurva t 1 yang berakhir mendatar di ketinggian h 1 Pemampatan yang be rsangkutan,
atau pengurangan ketebalan perangkat piston-piston adalah S 1 . Kurva-kurva, seperti t 1 ,
yang menghubungkan tinggi air dalam tabung-tabung piezometri pada. suatu waktu ter
tentu disebut isokron (isochrone). Pada tahap selanj utnya tinggi air d alam tabung-tabung
terletak pada kurva t Akhirnya, setelah jangka waktu y ang panjang tekanan hidrostatik
2
lebih menjadi sangat kecil, dan pemampatan akhir yang bersangku tan adalah S = S00
U ntuk lempung, pemampatan akhir ditentukan oleh ketebalan awal lapisan dan oleh Pers.
1 3 .4. Rasio
U(%)
Soo
( 1 4. 1)
68
sangat tinggi (Pasal 4), maka tahanan lapisan-lapisan ini terhadap perubahan oleh geser
akan menunda pemampatan kendatipun pengaruh rendahnya permeabilitas lempung di
.
abaikan. Pada sistem piston dan pegas di mana konsolidasi lempung diabaikan. Pada sis
tem piston dan pegas di mana konsolidasi primer berkaitan , keterlambatan pemampatan
semata-mata karena tahanan melawan cepatnya aliran air lebih.
Di atas tanah anorganik , laju penurunan bangunan akibat' efe k waktu sekunder ber
kisar dari n ol sampai satu inci per tahun. Walaupun efek-efek waktu sekunder bisa diamati
dan diukur selama uji konsolidasi ; n amun peramalan penurunan bang!Jnan berat akibat
efek ini, berdasarkan h asil uji di laboratorium, tetap belum memuaskan.
Hasil-hasil pengujian konsolidasi pada c on toh lempung menyingkap beberapa hubu ng
an sederhana. Untuk suatu lempung, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai deraj at kon
solidasi tertentu bertambah sebanding dengan kuadrat ketebalan lapisan. Bagi lempung
.yang berbeda, dengan ketebalan yang sama, waktu untuk mencapai derajat konsolidasi
tertentu bertambah sebanding dengan m1,jk, di mana mv adalah koefisien kompresibilitas
volume (Pers. 1 3 .3) dan k adalah koefisien permeabilitas. Rasio,
k 1
c.(cm2/det)
( 1 4. 2)
m. 'Yw
dikenal sebagai koefisien konsolidasi. Dengan be rkurangnya angka p ori, b aik k maupun
mv berkurang cepat ; namun rasio k/m v hampir tetap dalam selang tekanan yang cukup be
sar. Dengan cara biasa, nilai-nilai cv akan berkurang u ntuk lempung-lempung yang berbeda,
dengan batas cair, seperti ditunjukkan oleh diagram (Gbr . 14.3). Dalam gambar ini,
absis menyatakan nilai-nilai batas cai r, dan ordinat adalah k oefisien konsolidasi-nya untuk
contoh lempung asli di bawah tekanan normal antara 1 dan 4 kg/cm2 Gambar tersebu t me
nunjukkan bahwa koefisien konsolidasi lempung, dengan b atas cair tertentu, bervariasi
dalam selang y ang besar.
.. ,,
0-4
!':r9
X
.
..
..
"
.
..
0..
..
X
0
20
Gbr.
asli.
40
60
80
100
14.3. Hubungan antara batas cair dan koefisien konsolidasi uiltuk contoh lempung
69
Jika tekanan dalam lapisan lempung alanri dihilangkan , misalnya dengan menggali lu
bang atau terowongan , maka pemuaian volume lempung mungkin belum dimulai sampai
seminggu atau lebih setelah penggalian diselesaikan. Dalam beberapa hal, telah diamati
bahwa konsolidasi lapisan ini sebagai akibat pengaruh beban dari lapisan y ang ditambahkan
di atasnya, tidak terjadi sampai beberapa minggu setelah beban diterapkan. Penundaan
reaksi lempung terhadap perubahan tegangan tersebu t seperti efek waktu sekunder serta
pengaruh nilai pertambahan beban pada cv , tak dapat dijelaskan dengan menggunakan
konsep mekanika sederhana yang mendasari teori konsolidasi tersebu t. Karakteristik serta
keberadaannya hanya bisa diselidiki melalui pengama tan.
Kendatipun amat disederhanakan, teori konsolidasi membe rikan manfaat besar karena
memungkinkan p enafsiran , setidaknya secara kasar, laju penurunan akibat konsolidasi ber
dasarkan hasil pengujian-pengujian laboratorium. Oleh karen any a teori ini disajikan secara
ringkas di Bagian II, Pasal 25.
Soal-soal
1 . Hasil pengujian konso lidasi contoh lempung d engan ketebalan 0, 7 5 inci menun
jukkan bahwa setengah pemampatan akhir terj ad i pada 5 m enit pertama. Di bawah kondisi
pengurasan air (drainage) yang serupa, b erapa lama waktu yang diperlukan sebuah gedung
di atas lapisan lempung yang sama setebal 1 2 kaki u ntuk mencapai setengah penurunan
akhirnya? (Abaikan efek waktu sekunder).
Jwb. t = 1 28 hari.
Jwb. 3 1 : 1 .
3. Tanah di bawah suatu bangunan t ersusun dari endapan pasir tebal yang mengan
dung selapis lempung 1unak setebal 1 0 kaki di sekitar bagian tengah lapisan endapan ter
se but. Contoh lempung di laboratorium airnya d ikuras (drained ) dari atas dan bawah dan
mencapai konsolidasi 80% da1am 1 jam . Tebal contoh adalah 1 inci. B erapa waktu di
lampaui sebelum d erajat konsolidasi lapisan lempung mencapai 80%?
Tinjauan Praktis
Hubungan antara tegangan dan regangan di dalam tanah menentukan penurunan pon
dasi yang bertumpu di atasnya. Hubungan ini juga menentukan perubahan tekanan tan ah
yang diakibatkan oleh pergerakan kecil dari dinding penahan a tau bangunan penahan tanah
lainnya.
Jika penurunan p ondasi terutama disebabkan konsolidasi lapisan lempung lunak yang
terletak di antara lapisan-lapisan bahan yang relatip t(\kkompresibel, maka besarnya dapat
dihiiung atau diramalkan seperti dijelaskan qalam Pasai 1 3 . Namun, prosedur sederhana
ini hanya berlaku kalau peru bahan horiso tal lapisan-lapisan kompresibel dapa t diabaikan
70
jika dibandingkan dengan peru bahan vertikal. Di bawah kondisi-kondisi lain, p enerapan
beban setempat menyebabkan suatu pelelehan (yield) massa tanah pada setiap arah. Sifat
sifat tegangan-regangan yang menentukan pelelehan sangat rumit hila diungkapkan dalam
bentuk hubungan kuantitatif yang dapat digunakan d alam penghitungan penurunan. Pe
naksiran handal (reliable), penurunan hanya dapat dibuat atas dasar pengalaman yang
diperoleh dari pengamatan bangunan lain y ang ditumpu oleh tanah y ang serupa. Na.nun,
karena kecilnya kemungkinan p on dasi y ang direncanakan akan berdimensi sama dengan
pondasi y ang sudah ada, maka penaksiran atas d asar p engalaman pun memerlukan p.enge
tahuan mengenai pengaruh ukuran dae rah y ang dibebani, kedalaman p ondasi, serta faktor
Jainnya terhadap penurunan. Pengaruh-pengaruh ini, secara sangat luas tergantung kepada
hubungan umum antara tegangan dan regangan tanah .
Hubungan tegangan-regangan tanah jauh lebih rumit daripada hubu ngan serupa pada
bahan-bahan konstruksi yang dibuat di pabrik seperti baja. Sementara, hubu ngan tegangan
regangan u ntuk baj a dalam berbagai penerapan keteknikan cukup diungkapkan oleh dua
nilai numerik yang menyatakan modulus elastisitas dan rasio Poisson, sedangkan untuk
tanah diperlukan fungsi- fungsi tegangan , regangan, waktu , serta faktor-faktor lainnya. Di
samping itu , p enentuan nilai-nilai ini untuk tanah melalui percobaan sangatlah sulit. Biasa
nya penyelidikan dilakukan melalui uji pemampatan triaksial (triaxial compression tests).
Tekanan Aksial
p, = Pc +Llp.
Selimut
air yang
Tekanan
dari segala
arah
Ketat
P2 = P3 = Pc
ri;$;j!,,.
Batu Berpo
Gbr.
Peukur
Tekanan
71
Jika jalur pengurasan air dari peralatan dibuka sehingga contoh bisa dikuras (drain)
dengan bebas, maka air dapat keluar dari tanah sehingga volume contoh akan berkurang
melalui proses konsolidasi. Gambar 1 5. 2b memperlihatkan pengurangan volume per satuan
volume contoh yang mula-mula jenuh (A V/ V) jika diplot dcngan skala aritmatik (biasa)
sedangkan Gbr. 1 5.2c menggambarkan ha! yang sama jika waktu dip lot dengan skala loga
ritma. Laju perubahan volume terjadi sesuai dengan hukum konsolidasi untuk kondisi
perbatas yang khusus berkaitan deqgan susunan pengujian. Umumnya kita mengamati bah-
p.J
-
Waktu, t
(aJ
Tekanan se/, p3
(d)
L1 V
L1V
T
(C)
Gbr
Perilaku contoh tanah triaksial akibat pemampatan awal dari segala arah.
YaJUl bekerja pada contoh. Pengurangan volume yang terjadi
jika pengurasan air diijinkan, diplot terhadap waktu pada (b) skala aritmatik (c) skala lo
garitma. (d) Tekanan air pori sebagai fungsi tekanan sel jika pengurasan dicegah. (e) Pe
ngurangan volume diplot terhadap waktu jika pengurasan air dicegah.
.
1 5.2.
(e)
72
wa konsolidasi sekunder relatif kecil untuk suatu tekanan konsolidasi y ang serbasama dari
segala arah , dan hal ini mungkin disebabkan dengan tidak adany a tegangan geser aksial
yang menyertai pembe banan ini.
Jika c ontoh hanya jenuh sebagian, sejumlah p erubahan volume terjadi hampir bersama
an dengan termampatkannya u dara. Bagian perubahan volume lainnya berkaitan dengan
pengeluaran u dara, air, atau kedua-duanya.
Di lain p ihak, jika j alur pengurasan air ditutup sebelum pemberian tekanan se! p 3 ,
maka tidak terjadi pengurasan air dari pada c on toh tanah. Jika c ontoh dijenuhkan, tekanan
air p ori ternyata sama dengan tekanan se! p 3 y ang diberikan sebagairnan a ditunjukkan
dalam Gbr. 1 5. 2 d, dan pem bahan volume sama dengan no! (Gbr. 1 5. 2e). Jika contoh
jenuh sebagian, pem bahan volume terjadi karena pemampatan u dara. Dalam keadaan
jenuh, tekanan air p ori yang be rsangkutan lebih kecil darip ada tekanan air p ori tanah yang
sama. Namun, untu k tekanan se! p3 yang lebih besar, udara lebih terpampatkan sehingga
lebih banyak udara bebas ter!arut dalam air p ori. Pada suatu nilai p 3 , u dara bebas secara
tuntas terlaru t dan kemudian menjadi jenuh. Pada tahap ini, kemiringan diagram (Gbr.
1 5. 2d) yang menyatakan hu bungan antara tekanan air pori dan tekanan sel menjadi sama
dengan kemiringan untuk bahan j enuh. Rasio tekanan air p ori u a , yang disebabkan oleh
tekanan dari segala arah p 3 , dan tekanan p 3 merupakan koefisien tekanan p ori B (Skemp
ton 1 954), yakni
Ua
Pa
( I 5. 1 )
Nampak bahwa nilai koefisien tekanan pori B u ntuk tanah yang sejak awalnya jenuh se
belum p 3 bekerja, san1a dengan 1 ,0. Untuk tanah jenuh sebagian, nilai B lebih kecil dari 1 .
Jika c ontoh lempung y ang terkon solidasi normal dan kepekaannya rendah, diubah
(ditransformasi) menjadi lempung peka luar biasa di dalam peralatan triaksial sebelum
tekanan se! diberikan, maka tekanan sel akan mengakibatkan hancurnya struktur meta
stabil dan kemudian koefisien tekanan p ori B akan naik ke nilai yang jauh lebih besar dari
1 . Pe.ngubahan demikian terjadi, misalnya,dengan mengeluarkan garam dari con toh lem
pung laut (Pasa1 4) yang telah terkonsolidasi di b awah tekanan dari segala arah Pc
73
suatu pertibahan volume dan perubahan termaksud sama untuk segala arah bagi bahan iso
tropik. Hal ini tidak diperlihatkan di dalani Gbr. 1 5.3 .
Tahap akhir pengujian dimulai segera setelah konsolidasi akibat p 3 selesai. Kemudian
kita memperbesar tegangan aksial dengan pertambahan yang kecil atau dengan kelajuan
yang cukup rendah sehingga tidak muncul tekanan p ori yang berarti di dalam contoh.
Kurva bergaris tebal dalam Gbr. 1 5.3b memperlihatkan hubungan antara regangan aksial
dan beda tegangan vertikal b.p untuk pasir lepas atau lempung yang kepekaannya rendah
dan terbeban normal. Perubahan volumenya ditunjukkan oleh kurva garis tebal dalam
Gbr. 1 5.3c ; volume berkurang secara kontinu dengan bertambahnya b.p dan mendekati
suatu nilai batas. Kurva bergaris putus-putus memperagakan hubungan yang sama untuk
lempung yang kepekaannya tinggi.
(a)
/0
Regangan (96)
(d)
(c)
Gbr.
(e)
1 5.3. Perilaku contoh triaksial jenuh di bawah kondisi terbuka ketika beda tegangan
b.p ditambah. (o) tegangan-teganpn utama yang bekerja pada contoh. (b dan c) beda te
gangan dan p erubahan volume sebagai fungsi regangan untuk pasir lepas atau lempung ter
beban normal. (d dan e) beda tegangan d an perubahan volume sebagai fungsi regangan
untuk pasir padat atau lempung teroverkonsolidasi berat.
74
Jika kita melaksanakan pengujian yang serupa pada contoh pasir yang padat a tau lem
pung yang teroverkonsolidasi tinggi (highly overconsolidated), maka diperoleh kurva per
ubahan tegangan-regangan untuk pertambahan tekanan aksial D.p seperti ditunjukkan
Gbr. 1 5.3d. Kurva y ang mengilustrasikan perubahan volume sebagai fungsi regangan
untuk pasir padat a tau lempung "teroverkon solidasi tinggi (Gbr. 1 5.3e) ternyata amat ber
beda dengan kurva dalam , Gbr. 1 5.3c yang memperlihatkan hal serupa untuk pasir lepas
atau lempung terbe ban normal. Volume akan berkurang selama tahap-tahap paling awal
dari pembebanan dan kemu dian bertambah pada pertambahan regangan selanju tnya. Dan
pada regangan yang besar, volume con toh akan lebih besar daripada volumenya semula
walaupun contoh pernah mengalami pemendekan dalam arah vertikal. Kecenderu ngan
membesarnya volume di bawah pengaruh kenaikan perbedaan tegangan disebut dila tansi.
Jika kepadatan relatif pasir bernilai khusus di antara keadaan-keadaan padat dan lepas,
maka di bawah kondisi terbuka pasir mengalami perubahan volume yang sangat kecil.
A. Casagrande ( 1 936a) mengatakan bahwa pasir berada dalam keadaan angka pori kritis
jika angka porinya identik pada regangan y ang besar dan sebelum beda tegangan diberikan.
Makna angka pori kritis akan dibahas dalam Pasal 1 7.
Alasan berbedanya karakteristik perubahan volume bahan u ntuk pasir dapat divisuali
sasikan dengan mu dah. Jika p asir dalam keadaan lepas, distorsi contoh cenderung meng
akibatkan bu tiran-butiran menggelincir satu terhadap yang lainnya serta berusaha mene
mukan posisi yang lebih rapat. Sementara itu , seandainya bu tiran-butiran mulanya sudah
cukup rapat, maka distorsi con toh tidak dapa t terjadi, kecuali jika masing-masing butiran
pecah/patah t-anpa bertambahnya jarak antara pusat partikel-partikel pasir. Fenomena
yang berkaitan dengan peru bahan volume pada lempung-lempung memang sedikit lebih
rumit. Walaupun begitu , lempung lunak memiliki struktur yang begitu rupa sehingga bu tir
annya dengan murlah dapat terorientasikan ke posisi yang lebih kompak, se dangkan bu tir
an-butiran lempung y ang sangat terpampatkan mempunyai susunan sangat rapat sebagai
mana halnya pasir padat. Demikianlah , kita melihat kaitan antara distorsi dan volume.
Kemiringan garis singgung (tegangan/regangan) kurva-kurva b dan d dalam Gbr.
1 5.3 di titik awal masing-masing kurva disebu t m odu lus tangen awal Ej dari c on toh. Hu
bungan tegangan-regangan tanah, pada beda tegangan D.p yang kecil, amat mirip dengan
bahan homogen elastis sempurna dengan modulus elastisi tas Ej. Untuk semua tanah,
nilai Ei bertambah dengan meningkatnya tekanan konsolidasi Pc menuru t hubungan
Ei = Cp.
{ 1 5.2)
10
20
Pc dalam kg/cm 2
Gbr. 1 5.4. Hubungan antara modulus tangen awal dan tekanan dari segala arah untuk pa
sir (Scheidig 1931 )
.
75
Gambar 1 5.4 memperlihatkan hubungan terse bu t untuk pasir. Kita dapatkan bahwa nilai
C pasir lepas praktis tak bergantung pada Pc dan secara kasar sama dengan 1 00 scdangkan
nilai C pasir padat lebih tinggi pada nilai Pc yang rendah dan makin berkurang jika nilai
Pc bertambah. Hubungan tersebut untuk lempung dalam keadaan terbuka (drained) belum
di etahui.
Ud
A = t:.p
(1 5.3)
Hubungan antara A dan regangan bisa diperoleh dari kurva-kurva dalam Gbr. 1 5. 5b
dan 1 5.5c dan diperagakan dalam Gbr. 1 5. 5d. Nilai A scbagian besar pasir lepas dan
lempung-lempung terbeban normal yang tak peka, pada regangan-regangan yang besar,
kurang dari satu tetapi nilai tersebut bertambah mendekati satu bila regangan bertambah
dan bertahan pada nilai ini selama pengujian selanjutnya. Namun pemberian beda tegangan
dapat mengakibatkan hancurnya struktur metastabil dari pasir yang sangat lepas atau lem
pung yang luar biasa peka. Kemudian kita memperoleh kurva garis putus-putus (Gbr.
1 5.5b sampai d) dan nilai A yang bisa melebihi satu (Pasal 1 8).
Jika p engujian-pengujian konsolidasi tertu tup dilakukan pada pasir padat atau lempung
overkonsolidasi berat, maka hasilnya mirip sebagaimana yang dinyatakan dalam G br.
1 5. 5e sampai g. Hubungan antara beda tegangan t:.p dengan regangan diperagakan dalam
Gbr. 1 5 .5e . Tekanan pori, pada regangan-regangan kecil, cenderung bertambah tapi pada
regangan .besar cenderung berkurang dan menjadi negatif terhadap tekanan atmosfir
(Gbr. 1 5. 5[). Pengurangan tekanan pori berhubungan dengan dilatansi tanah. Karena
volume tak bertambah akibat pengurasan c ontoh tanah dihalangi, maka tegangan daiam air
menjadi tidak cukup besar untuk mendorong tambahan air ke dalam contoh tanal1.
Koefisien tekanan pori A yang bersangku tan bernilai positi f pad a regangan-regangan
rendah tapi berkurang dengan bertambahnya regangan dan mungkin bernilai negatif
(Gbr. 1 5. 5g). Dalam kaitan ini perilaku bahan padat atau bahan yang teroverkonsolidasi
berbeda tajam dengan bahan terbeban normal atau lepas. Pada angka pori kritis, contol
pasir yang diuji dengan kondisi tertutup akan mengalami perubahan tekanan pori sanga
kecil atau dap at diabaikan.
'
Kemiringan garis singgung kurva garis tebal ataupun kurva garis putus-putus dalam
Gbr. 1 5. 5 b titik asalnya menyatakan modulus tangen awal Eiu untuk tanah dalam ke-
76
c::
IQ
:li
-le
'<;( +!
-=
'
:li
I
I
+!
Regangan (%)
c::
/"'
.!!!
- .... -
-I
(d)
Regangan (%)
-I
(qJ
Gbr. 1 5. 5. Perilaku contoh triaksial jenuh dalam uji konsolidasi tertutup ketika beda
tegangan llp ditambah. (a) Tegangan-tegangan utama yang bekerja pada contoh (b sampai
d). Beda tegangan, tekanan pori, dan koefisien tekanan pori A sebagai fungs! regangan
untuk pasir lepas atau lempung terbeban normal. (e sampai g) Beda tekanan, tekan pori,
dan koefisien tekanan pori A sebagai fungsi regangan untuk pasir padat a tau lempung over
konsolidasi berat.
adaan konsolidasi tertutup. Tekanan air pori tetap bernilai positif selama pengujian kon
solidasi-tertutup pada pasir lepas atau lempung terbeban normal, dan jika diplot dengan
skala yang sama kita akan memperoleh kurva tegangan-regangan bergaris tebal (Gmb.
l 5.5b) yang lebih datar daripada kurva bergaris tebal dalam Gbr. l 5.3b untuk hal yang
sama. Kurva dalam Gbr. 1 5 . 5e yang mewakili pasir padat atau lempung yang terover
konsolidasi terlihat lebih curam daripada kurva serupa dalam Gbr. 1 5.3d. Sebagai akibat-
77
nya, kita melihat dalam Gbr. 1 5.4, yang menyatakan hubungan antara tekanan pengikat
(confining pressure) dan nilai Ej, bahwa kurva Eiu untuk pasir lepas terletak di ba::ah leng
kung Ei pasir lepas sedangkan untuk pasir padat terletak di atas lengkung Ej pasir padat.
Seandainya con toh tetap tak terjenuhkan, pad a tahap akhir konsolidasi awal dengan
tekanan dari segala arah p 3 , maka penutupan saluran pengurasan sebelum pemberian
tegangan eksternal !:1p tak menghalangi perubahan volume, disebabkan oleh peranan kom
presibilitas u dara dalam con toh. Semen tar a beda tegangan diperbesar, tekanan pori ber
tambah tidak hanya dalam air yang terkandung dalam pori-pori tetapi juga dalam udara.
Hubungan antara tekanan dalam udara dan air tersebut rumit, dan pengukuran terpisah
tekanan udara pori dan air pori belum merupakan ha! yang biasa dilakukan. Hubungan
tegangan-regangan sangat tergatung pada derajat awal kejenuhan (saturasi). Hubungan ini
juga dipengaruhi secara berarti oleh cara pemadatan untuk tanah-tanah yang padat (Seed
dkk. 1 960).
Jika contoh lempung jenuh yang telah terkonsolidasi sempurna akibat tekanan dari
segala arah p3 dikeluarkan dari sel triaksial, maka tekanan p3 akan diganti oleh tekanan
kapiler P k yang intensitasnya sama (Pers. 2 1 .4) ; sebagai akibatnya, kadar air maupun te
gangan-tegangan efektif dalam lempung praktis tak berubah. Jadi, jika contoh lempung
dimampatkan dalam keadaan bebas (unconfined), hasil pengujian praktis identik dengan
yang diperoleh dari pengujian pemampatan konsolidasi normal-tertutup pada bahan yang
sama.
Jika lempung telah terkonsolidasi normal dalam tanah, tekanan konsolidasi horizon
tal Ph senantiasa agak lebih kecil daripada tekanan penggulingan Pv Rasio PhiP v untuk
lempung sangat plastis berkisar sekitar 0,6 sampai 0,8. Karena itu jika suatu contoh asli
sempurna diambil dari dalam tanah (ground), maka tekanan efektif semula di sekeliling
permukaan contoh, digantikan oleh tekanan kapiler dari segala arah dengan intensitas se
kitar
p3
l/3$v
( 1 5.4)
Jadi, hasil uji pemampatan bebas pada contoh asli sempurna hampir sama dengan yang
dihasilkan oleh uji konsolidasi-tertutup pada lempung yang sama di bawah tekanan peng
ikat p3 (Pers. 1 5.4). Hubungan ini memungkinkan diperolehnya informasi mengenai
karakteristik tegangan-regangan lempung dengan kondisi-kondisi konsolidasi-tertutup tanpa
memerlukan ban tuan per ala tan triaksial. Hasil-hasil pengujian umumnya ditunjukkan
dalam Gbr. 1 5.6. Kurva garis tebal dalam Gbr. 1 5 .6 a dan b berhubungan dengan kurva
garis tebal dalam Gbr. 1 5.5b sampai d, sedang kurva garis tebal Gbr. 1 5. 6c dan d berkait
an kurva garis putus-putus dalam Gbr. 1 5. 5 b sampai d.
Jika pengujian-pengujian yang disajikan oleh kurva-kurva garis tebal dalam Gbr. 1 5.6
diulangi pada bahan-bahan yang sama setelah peremasan dengan kadar air yang tak diubah,
maka kita akan memperoleh kurva bergaris putus-putus. Perbedaan antara ordinat-ordinat
kurva garis tebal dan garis putus-putus yang bersangkutan memperlihatkan derajat kepeka
an 1empung, seperti yang didefinisikan dalam Pasal 7.
Nyatalah, bahwa kemiringan kurva tegangan-regangan contoh lempung asli yang ke
pekaannya rendah berkurang secara tunak dengan bertambahnya regangan seperti halnya
kurva garis tebal dalam Gbr. 1 5.5b. Sedangkan kurva garis putus-putus dalam Gbr. 1 5. 5 b
mewakili lempung yang kepekaannya tinggi dan memiliki ke1aridaian yang boleh dikatakan
tetap sampai tercapainya keruntuhan. Sebagai akibatnya lempung asli yang sangat peka
berkelakuan seperti bahan yang rapuh, tetapi dengan peremasan akan diperoleh konsistensi
sebagaimana layaknya cairan yang sangat ken tal.
78
0
I}
"'
c:' !p
c:
q5
cw
1/
V--- -- -
.,
0.3
02
s
1,45 12
t - I.J 21 .J
10
(a)
0. 1
15
20
{ /
I
V
r ,..
/
5 - 0, 36
- 20
t - 0 18 - ")
10
20
L w = 99
w = /04
Pw = 56
C'lj
E
03
}
1\
"'
1'2
'
c:
c:
02
)
'<)
.,
---.:
"
- +:
s
t -
15
(b)
w = 390
Pw = 140
(\
- - --
--
,...- .....
Lw = 310
0,4
= 24) 0
Pw = 16_;5
04
I
t
L w = 297 2
w
l---
fJJ
C'lj
05
I_
Lw = 46.,2
w = 22/
Pw = /9_;2
'-...
0 44 - 2
1 5
0 035 - )
- -- --
--
V ......._
lf
I-- 'l,tl\
---
/0
15
Regangan, persen
(c)
20
lv'
0)
- - -- -i- -- 5
---
0, 2 7
0 030 - 9) 0
10
15
5
Regangan, persen
20
(d)
Dalam praktek keteknikan, beban-beban pacta tanah yang terletak di bawah struktur
struktur yang sangat bervariasi secara berkala (periodik) di antara nilai-nilai batas bawah
dan atas misalnya, beban mati serta beban mati ditambah beban hidup. Uji laboratorium
dan pengalaman membuktikan bahwa reduksi dan penerapan kembali sua tu tegangan pada
sebarang tanah akan berkaitan dengan pertambahan regangan seperti ditunjukkan oleh
Gbr. 1 5. 7 untuk contoh pasir agak padat yang tertekan (conflned). Namun, dengan ber-
79
0-=----J---
6
04
0
Regangan Verrikai-Persen
'
Gbr. 1 S. 7. Hubunsan an tar a t egangan dan resangan vertikal untu k pasir seragam kasar
cukup padat yang t ertekan akibat pemberian beban vert ikal yang berulang-ulang Hendron
1963 ).
tal1lbahnya jumlah siklus t egangan maka pertambahan regangan menjadi berkurang. Oleh
Bacaan Pilihan
Andrest:n, A., dan N.E. Simons (1960). "Norwegian triaxial equipment and technique',',
Proc. ASCE Research Conf
011
test. 2nd ed., London, Edward Arnold, hal. 228. Pembahasan mcnyeluruh peralatan,
cara-cara, dan hasil-hasil tipikal.
an nonnal dan geser pada pemlllkaan yang melewati titik terrnaksud mencapai nilai kritis.
Berbagai jenis peralatan telah dikembangkan dalam rangka menentukan dan menyelidiki
kombinasi kritis ersebut. Peralatan triaksial merupakan peralatan yang paling banyak di
gunakan dewasa ini dan telah dibahas dalam Pasal 15. Mengingat hanya tegangan utama
r
Sifat _fisik ranah
80
yang dapat diberikan ke perbatas contoh tanah pada alat semacam ini, maka keadaan te
gangan pada bidang, selain bidang u tama, harus ditentukan secara tak langsung.
Berdasarkan
t =
1 : (p ,
I' 3
'Jll
( 16.21
dan sumbu tegaknya adalah tegangan-tegangan geser. Pernyataan serupa dapat dituliskan
untuk tegangan-tegangan normal dan geser pada bidang tempat bekerjanya tegangan
tegangan u tama intermediate. Masing-masing komponen tegangannya diungkapkan oleh
titik-titik pada lingkaran bergaris p utus-putus, yang diplot p ada sumbu yang sama, dalam
16.1 b.
Gbr.
Karena, dalam uji triaksial yang lazim, tegangan utama mayor bekerja dalam
arah tegak dan tekanan sel menyatakan sekaligus tegangan utama intermediate dan minor,
yang sarna besar, maka kita umumnya hanya berurusan dengan lingkaran bagian luar yang
berkaitan dengan tegangan u tama mayor dan minor p1 dan p 3 Lingkaran ini dikenal seba
gai /ingkaran
tegangan.
Setiap titik pada lingkaran tegangan, misalnya titik D, menyatakan tegangan normal
dan geser pada suatu bidang tertentu yang cenderung sebesar
gangan utama ma yor. Berdasarkan geometri gam bar tersebut, dapat ditunjukkan bahwa
sudut p usat Ao'D sama dengan
2a.
a.
Jika dilakukan serangkaian p engujian dan lingkaran tegangan yang berkaitan dengan
keruntuhan masing-masing p engujian kemudian diplot, maka paling tidak satu titik p ada
setiap lingkaran tersebut haruslah menyatakan. tegangan-tegangan normal dan geser yang
berkaitan dengan keruntuhan tersebut. Seandainya jumlah p engujian tak berhingga dan
jika bahan bersifat homogen serta isotropik, maka kita akan melinat bahwa sampul (en
velope) lingkaran-lingkaran keruntuhan (Gbr.
titik yang berkaitan dengan keruntuhan contoh tanah. Sampul ini dikenal sebagai
keruntuhan
/engkung
sebut.
Berdasarkan geometri Gbr.
16.1d
an
Dengan demikian sudut antara bidang, tempat keruntuhan terjadi, dan bidang tegangan
utama mayor adalah
a
--
( 16.3)
81
(I{J
cp, +p3
)0
'Pr P3)
I
' I ..
\I
Tegangan Normal, p
Lcn.kunr> Kt
Tegangan Normal, p
(c)
Gbr. 16.1. Diagram yang mengilustrasikan diagram lingkaran tegangan dan kerun tuhan
Mohr. (a) Tegangan utama dan bidang condong tempa t bekerjanya tegangan
normal p dan tegangan geser t. (h) Lingkaran tegangan. (c) Lengkung keruntuhan dar i se
rangkaian l ingkaran-l ingkaran kerun tuhan. (d) Hubungan antara sudut o: dan if!.
(16.4)
tan 1/J
t yang
hambatan geser atau kekuat4n ge-
Ungkapan ini dikenal sebagai pcrsamaan Coulomb. Dalam pcrsamaan ini, simbol
82
ser, mengingat titik-titik pada lengkung keruntuhan secara spesifik menunjukkan keadaan
keadaan tegangan yang berkaitan dengan keruntuhan.
Evaluai
dan cp
Persamaan 16.3 dan 16.4 hanya bcrlaku jika tan cp bernilai sama untuk setiap pcnam
pang bidang yang melalui suatu titik tcrtcntu dalam bahan yang mengalami tegangan.
Seandainya pori bahan isotropik hanya terisi oleh udara pada teK:anan atmosfir, maka kon
disi tersebut di atas akan dipenuhi. Tetapi jika terisi oleh cairan yang tcgangannya uw, se
bagian p dari tekanan p (Pers. 16.4) dipikul oleh unsur penyusun padat yang menunjuk
kan nilai tan cp ywg tertentu, sedangkan sisanya p p dipikul olch cairan yang memiliki
nilai tan cp 0. Rasio pfuw untuk penampang bcrbeda tapi melalui titik yang sama tidak
berharga sama. Oleh karena itu, persamaan-persamaan serta interpretasi fisis terdahulu dari
Jengkung keruntuhan Mohr hanya berlaku pada kondisi di mana p dalam Pers. 16.1 dan
16.4 digantikan oleh tegangan efektip p= p- uw. schingga
-
= c +
tP
uw)
tan
cp=
+ p
tan
(16.5)
cp
Jika absis pada diagram Mohr menyatakan tekanan efektip p dan jika lengkung ke
runtuhan garis lurus, maka kecondongan garis keruntuhan biasanya ditujukan sebagai
sudu t tahanan geser cp bahan, dan perpotongan dip= 0 umumnya disebut kohesi. Bahan
bahan yang memenuhi kondisi ini disebut bahan plastis ideal. Karakteristik gesemya di
definisikan o1eh dua pa rameter, yaitu c dan cp.
Nilai </J dalam Pers. 16.5 dipandang sebagai suatu sifat bahan. Dalam kcnyataannya,
bagian p tan </J dari tahanan geser mengl' <lgkapkan hasil kombinasi dua komponen yang
sangat berbeda. Komponen pertama, yaitu p tan </Jt, tergantung pada komposisi partikel
partikel serta cairan yang mengisi ruang .pori. Sudut <Pt merupakan sudut gesekan antar
partikel-partikel di titik persentuhannya (Horn dan Deere 1963). Secara praktis regangan
tidak diperlukan dalam mengaktifkan bagian tahanan gesekan tersebut. Komponen yang
kedua jauh lebih penting tergan tung pad a bentuk butiran dan derajat ikatan antar partikel
partikel yang terletak di kedua sisi permukaan gelincir. Nilainya tergan tung kerapa tan
relatip atau indeks kecairan bahan. Mobilisasi komponen ini berkaitan dengan suatu perpin
dahan rotasional partikel-partikel terhadap satu sama lainnya, sehingga menimbulkan re
gangan yang besar. Lebih jauh, jika permukaan gelincir ferjadi, maka p enggelinciran se
lanjutnya akan diiringi oleh semakin berkurangnya keterikatan antar partikel yang terletak
di kedua sisi bidang gelincir dibanding keterikatannya di saat keruntuhan. Pada tanah
tanah kohesip,- keruntuhan biasanya diiringi oleh berkurangnya kohesi. Oleh karena itu
pada semua tanah kecuali tanah 1epas tak berkohesi, penggelinciran diiringi oleh pengurang
an permanen tahanan geser sepanjang permukaan runtuh. Kenyataan inilah yang me
nyebabkan lereng-lereng, yang pernah mengalami keruntuhan, dipandang berbahaya.
Dalam mekanika tanah, pemecahan matematik semua masalah-masalah kestabilan
secara ppktis didahului oleh penentuan nilai-nilai c dan </J melalui percobaan dan diikuti
oleh penggantian tanah yang ada dengan bahan plastis ideal di mana gesekan karakteristik
c dan cpnya ditetapkan. Penggantian tersebut mencakup anggapan bahwa baik c maupun
</J tak bergantung regangan. Oleh karena itu tanah tak boleh runtuh sampai tegangan
geser di semua titik sepanjang permukaan kontinu gelinciran mencapai nilai s yang ditetap
kan Pers. 16.5. Keruntuhan jenis ini disebut keruntuhan bersama. Kurva tegangan-regang
an dari hasil uji triaksial pada bahan plastis ideal memperlihatkan keruntuhan bersama,
karena itu menverupai salah satu kurva dalam Gbr. 16.2a. Keruntuhan akan teriadi bi1a
83
Regangan
1
.,
Rugangan
(C)
Gmb.
16.2. {a) Kurva-kurva tegangan-regangan untuk bahan plastis ideal yang meng
alami ke runtuhan bersama. (h) Kurva tegangan-regangan untuk tanah nyata, yang meng
ilustrasikan kekuatan puncak dan akhir. (c) Lengkung-lengkung keruntuhan tipikal untuk
kekuatan puncak dan akh ir tanah yang sama.
t:!.pf
t:!.pu,
yaitu nilai
t:!.p
(ultimate
oleh contoh tanah. Posisi lengkung keruntuhan kemudian bergantung pada nilai
dipandang akan menimbulkan keruntuhan. Nilai puncak
keruntuhan sebelah atas (Gbr.
16.2c).
t:!.p
t:!.p yang
yang diperhatikan, maka dapat dibuat lengkung kemntuhan atas dasar n ilai-nilai akhir.
Namun, manakala bahan dicirikan oleh kurva tegangan-regangan yang memiliki suatu pun
cak, maka syarat-syarat kemntuhan bersama cendemng dilanggar karena regangan-re
gangan sepanjang p ermukaan potensial gelinciran cendemng tidak seragam sekalipun dalam
bahan yang h omogen. Sebagai akibatnya, tanah di sebagian permukaan gelincir mungkin
mengeluarkan kekuatan (strength) puncaknya sedangkan tanah di bagiqn s isanya me
nampilkan nilai kekuatan yang lebih kecil. Dalam kondisi-kondisi ekstrim, misalnya jika
lempung memiliki kepekaan yang sangat t inggi, maka suatu regangan geser kecil cukup
urituk mengurangi kekuatan geser s ke fraksi kecil dari nilai puncaknya (Gbr.
15.6c).
Karena itu, keruntuhan sebuah badan lempung peka luar biasa dimulai di titik tempat te
gangan geser sarna dengan s (Pers.
16.5)
Proc. ASCE Re
bahan-bahan
ideal
dan
so il
kemungkinan
penerapannya
pada tanah.
Lihat juga
Proc.
ha!. 643-694.
hal.
91-128.
Karakteristik geser pada pasir serta lanau yang tidak organik, kecuali jika tanah bersifat
lepas, dapat dinyatakan dengan baik oleh persamaan 17.1.
-'
=-
( fi -
11
} i
il I,
(/:>
..
j! t :l I I <P
I !7.1)
Kita dapat menjumpai endapan pasir alami cttau lanau dalam sebarang keadaan di antara ke
adaan lepas dan keadaan padat. Nilai </> dapat berkisar di antara batas-batas yang agak luas,
tergan tung teru tarn a pada k<;padatan relatifnya; sebaran ukuran butiran serta bentuk
bu tiran juga mempunyai pengaruh terhadap 1/J. Nilai-nilai representatif untuk 1/J akibat te
kanan efektif p yang bernilai lebih kecil dari sekitar 5 kg/cm2 disajikan dalam tabel 17.1.
Kar(ma sebagj.an besar kekuatan geser disebabkan oleh keterkaitan antar butiran-butiran.
maka nilai-nilai 1/J untuk tanah basah dan kering tidak terlampau banyak berbeda.
Jika tekanan p diperbesar dari sekitar 5 menjadi sekitar 50 kg/cm2, maka nilai 1/J
berkurang secara perlahan sebesar kurang lebih 10. Pengurangan ini berkaitan dengilJl per
tambahan persentase butiran yang hancur ketika mendekati keadaan runtuh.
R5
Tabel 17.1
Deraia T
f_epuJ
Bahan
Pasir. bu tira n bulat, seragam
33
Krikil rasiran
35
Pa sir la naua n
Lanau anorganik
.34
27 :'i
Pudar
45
50
7- 33
30- 34
i- 30
30- 35
dan memuainya pasir padat selama geseran berlangsung. Permeabilitas dari pasir yang sa
ngat halus dan jenuh serta lanau sedemikian rendahnya sehingga penerapan tegangau geser
secara cepat akan diiringi dengan kenaikan temporer tekanan pori
u1r
uw
padat. Sehubungan dengan_itu, kekuatan tanah dapat berkurang atau bertambah secara
tem pore r. Jadi, seandainya tiang dipancangkan ke dalam bahan-bahan tersebut yang berada
da1am keadaan jenuh, maka tiang hanya akan mengalami tahanan kecil saja dan hampir
tak bergantung kepada kedalaman, sedangkan jika bahan-bahan tcrsebut berada dalam ke
dan juga tahanan gesernya secara p raktis senantiasa tetap. Oleh karena itu, guna meng
hindari
pengurangan
pandang perlu untuk memadatkan pasir atau lanau isian ke angka pori di bawah nilai
kritisnya. Karena angka pori kritis agak berkurang dengan bertambahnya tekanan pengikat
(confining pressure), mungkin akan memerlukan pemadatan yang ll"bih besar untu k tanah
cti
bawah pondasi yang terbeban lebih berat atau di bawah tanah-tanah isian yang dalam,
Di beberapa tempat kita menjumpai pasir-pasir halus dalam bentuk sedemikian lepas
sehingga getaran yang lemah atau gangguan kecil lainnya akan menyebabkan p engurangan
volume pada tekanan tetap p (Pers. 17.1 ). Seandainya pengurangan terjadi di bawah muka
air tanah, ma ka ha1 tersebut akan .didahu1ui o1eh pertambahan temporer pada
yang ham pi r sama dengan p, dan selanjutnya
uw
uw ke nilai
mengalir seperti cairan. Fenomena ini dikenal sebagai pencairan spontan (spontaneous
liquefaction). Hal ini teijadi' baik pada pasir isian yang lepas maupun endapan pasir alami.
Contoh-contoh keruntuhan lereng pada endapan pasir alami (pasir hidup nyata -'true
quicksand) akan diberikan dalam Pasal49.
Pengalaman menunjukkan bahwa sebagian besar p encairan spontan terjadi pada pasir
1anauan yang halus. Jika kita memandang kenyataa n ini dan memperhatikan wujud pasir
hidup nyata, maka kita akan menyimpu1kan bahwa agregat yang dibentuk oleh batuan
pasir tersebut memiliki struktur metastabil; yaitu struktur yang stabil hanya karena ada
nya pengaruh p enstabilan tambahan. Endapan pasit bersih di bawah air bersifat stabil,
kendatipun mungkin berwujud lepas, karena butiran menumpuk ke bawah ke p osisi stabil.
86
maka lapisan air yang tipislah yang akan berperan dalam proses pencairannya karena
kohesi nyata yang dihasilkan oleh lapisan-lapisan ini cukup untuk menghalangi butiran
butiran pasir menumpuk ke posisi-posisi stabil. Geuze
(1948),
Bjerrum dkk.
(1961)
telah
15
an pada tanah akan diirmgi oleh pertam bahan regangan, kendatipun nilai pertambahan se
makin kecil pada setiap siklus. Seandainya tanah dijenuhkan serta pengurasan air (draina
ge) dihalangi, maka masing-masing reduksi dan reaplikasi tegangan atau regangan akan di
iringi oleh perubahan tekanan pori, walaupun nilai perubahan termaksud terus berkurang
pada setiap siklus.
Jika contoh pasir lepas jenuh dikonsCJlidasi di dalam piranti (device) triaksial di bawah
tekanan dari segala arah Pc dan kemudian tegangan aksial dibuat berayun di antara
!:.p dengan tekanan se! tak berubah serta p engurasan air dihalangi, maka
Pc+ !:.p dan Pc
--
tiap ayunan (alternation) tersebut akan memproduksi inkremen tekanan pori t:.u dalam
17.1 ).
uw
tekanan efektif Pc yang berlaku sebelum pembebanan siklik dimulai dan kemudian con
toh akan kehilangan kekuatannya serta tak sanggup lagi mempertahankan bentuknya.
Oleh karenanya kita melihat bahwa peristiwa contoh pasir kehilangan kekuatan dan ke
tegarannya secara mendadak berkaitan dengan pencairan pasir.
Jika pengujian diulangi terhadap pasir yang demikian tetapi dalam keadaan padat, ma
ka n ilai-nilai
u ,
w
yang terusun dengan cara yang serupa tetapi tanpa inkremen !:.u, akan
jauh lebih kecil p ersiklus, dan jumlah siklus untuk menginduksi pencairan bertambah besar.
Pertambahan tekanan konsolidasi Pc dengan perubah-perubah lain tetap, memperbesar
jumlah siklus yang diperlukan un tuk menginduksi pencairan, sedangkan pertambahan !:.p
<{
87
20 rt::
20 t-
taI C)5+-
..
.!!!
-@
.. <{
Q)
Gbr. 17.1. Hasil -h asil uji triaksial tertutup p ada pair jenuh lep a s di mana tegangan aksial
2
bcr ayun antara 1 0,39 kg/cm ementara tekanan lie! dipertah ankan pada tekanan e kiva
"
!en 1 kg/cm (See d dan Lee, 1966).
1 966).
air tanah, bersifat peka terhadap pencairan selama terjad i' 'gempa b umi, khususnya jika
durasi gempa cukup panjang untuk mengadakan sejumlah b esar osilasi, yang disertai pem
balikan regangan geser dengan am plitudo yang besar. Setelah berlangsungnya gempa yang
dahsyat dalam
waktu yang cukup lama, daerah tanah berbutir lepas pada kedalaman
sedang mungkin "mencair", dan selanjutnya air lebih (exess water) akan naik ke permuka
an, yang seringkali disertai dengan pendidihan pasir secara agak merata. Pasir di atas
daerah yang terdidihkan akan mengalami pembebanan akibat kelandaian hidraulik arah ke
atas
di
1965).
Di b awah kondisi
kondisi seperti ini pasir padat cenderung kurang mengalami pencairan sebab dalam ke
adaan seperti ini durasi sebagian besar gempa yan
_ g dahsyat tidak cukup panjang untuk
dapat memenuhi jumlah pengulangan yang diperlukan.
'
ranah irisan yang sangat lepas atau endapan pasir jenuh alami mungkin mencair, wa
laupun tak memiliki struktur metastabil yang diakibatkan oleh provokasi vibrasi yang le
mah a tau beberapa guncangan yang berturutan. kita menjumpai tanah isian semacam itu di
bagian atas suatu tanggul. Tanah isian tersebut memiliki inti lempung yang diletakkan
tegak di antara bendungan beton dan p inggiran lembah sungai. Ketinggian lerengnya se
kitar
50
2: 1
di puncak sampai
4: 1
di kaki. Pasir
88
yang 80% butirannya berkisar antara 0,3 dan 1,5 mm dihamparkan dalam lapisan-lapisan
yang tak teratur di atas muka air tanah, dalam keadaan 1embab tanpa pemadatan. Lereng
berada dalam keadaan stabil selama tahap pertama pengisian waduk dan selama penurunan
air selanjutnya, setinggi 5 kaki; lereng terscbut tetap stabil ketika kontraktor mulai meng
adakan
sekitar 500 kaki ke arah hulu sungai. Kemudian intensitas bahan peledak berangsur-angsur
ditambah dan sekitar
ra tanggul dan bendungan beton mulai runtuh. Hampir dalam 20 detik gerakan tersebut
menjalar ke seluruh panjang lereng, sejauh sekitar 250 kaki dari titik awal. Pasir tersebar
di dasar waduk menyerupai selimut tebal dan meninggalkan bagian utama permukaan
tanggul di hulu yang berisi inti lempung, tanpa penyangga.
Bacaan Pilihan
Rutl!.'J- PC
Corps of Engineers. Waterways Experiment Station. Chapter IV, "Detailed results for
cohesionless soils," mengandung data yang sangat banyak mengenai sifat-sifat pasir
dan kerikil.
('Jtcn. L S. I! ')41-! I. "An investigation of stress-strain and strength characteristics of
cohesionless soils by triaxial co mpression tests," Proc. 2nd Int. Conf Soil Mech.,
Rotterdam, 5, ha!. 35-43.
Pen nu 11 \ D :"1-1 t J 93 1 "Shear characteristics of a saturated silt, m easured in triaxial
compression," Geot., 3 , ha!. 312-328.
llollt. \\ <; J:111 H J t;d>t->, 1l'l5llh.). "Triaxial shear tests on previous gravelly soils,"
ASCE J. Soil Mech., 82, No. SM1, Paper No. 867, ha!. 9.
\\u I 11
l'!'i i "Relative density and shear strength of sands," ASCH J Soil Mech.,
83 , No. SM1, Paper No. 1161, ha!. 23.
HJ,-rrun:. L S h<ln'Li,l darr ( ) hc1nmc-n<'ic (]ll()ll. "The shear strength of a fine sand,"
Proc. 5th lnt. Con! Soil Mech., P aris, 1 , ha!. 29-37.
Hasil-hasil pengujian triaksial terbuka pada tanah kohesif terbeban normal dapat di
ungkapkan dengan Hukum Coulomb dengan akurasi memuaskan, di mana c
s
= p tan
= 0. Jadi
tb
Hl. I)
Nilai <P untuk bahanbahan ini, baik dalam keadaan asli maupun teremas, dihubungkan de
ngan indeks plastisitas. Nilai-nilai pendekatan bisa ditaksir. dengan bantuan Gbr.
18.1,
kendatipun untuk sebagian besar lempung terjadi penyimpangan dari kurva tersebut dalam
or de
(Bjerrum dan Simons 1960). Akan tetapi hu bungan dalan1 Gm b. 18.1 tidak dapat
digunakan secara umum karena di Meksiko pernah dijumpai lempung dengan nilai <P
47
cepat. Mengingat tekanan pori yang berkaitan dengan geseran adalah positif (Gbr.
15.5c),
kekuatan yang ditunjukkan oleh Pers. 18.1 tak dapat berlangsung dalam waktu yang sangat
89
mcl.arul.a ranalr
..
..
iii'
18.1. rt:.,,huppd'l :ldf.,;, rjJ dcu1 nn k:. p::.Hl.,ila.un.tllk h'"nlptn1Q dcth-!311 k * H'! k a .an
ne:..:: npi ' rer.dlt d .i :"n i\r:?ndi!;; i ! C rhltk {.
Gbr.
"-t!;
panjang; waktu yang diperlukan untuk disipasi tundilk pada sifat-sifat konsolidasi dan di
mensi badan kohesip (Pasal 14 dan 2 5).
Kondisi-kondisi yang berkaitan dengan ketiadaan pengaliran air dapat diaproksimasi
melalui uji triaksial konsolidasi tertutup (Pasal
mana
1 5).
18.2a;
18.2a).
.ll
{! ; +
u,
I I -1
11f
dan
Ar t.pf, sama
ctengan tekanan pori u1yang diinduksi dalam contoh pacta saat runtuh.
Jika beberapa pengujian dilakukan dalam konctisi-kondisi tertutup, pada lempung yang
sama yang terkonsolidasi pada awalnya di bawah tekanan-tekanan se! p3 yang berbeda,
maka, dalam bentuk tegangan-tegangan total, san1pul lingkaran keruntuhan juga mendekati
sebuah garis lurus yang melewati titik asal (garis putus-putus dalam Gbr.
!8.2a),
dengan
persamaan
p tan tPco
( J, A )
--
yang kepekaannya rendah h ingga sectang, nilai ini hampir sama dengan beda tegangan itu
sendiri.
Penting dicatat bahwa pada satu pengujian tertentu, lingkaran keruntuhan memiliki
garis-tengah yang sama walaupun diplot ctalam bentuk tegangan efektif maupun tegangan
90
total. Tekanan pori bekerja ke segala arah dengan intensitas yang sama; jadi inkremen te
kanan pori juga akan sama baik untuk tegangan utama (principal) minor maupun mayor.
Kcsimpulan ini mengantar ke suatu konsep yang amat penting yang dikenal sebagai kondisi
0. Dalam Gbr.
dasi tertutup di m ana tekanan pori pada saat awal pengujian sama dengan nol dan tekanan
u0
u0
(Gbr.
ua
jika beberapa contoh dikonsolidasi di bawah tekanan se! p3 yang sama dan kemudian diuji
di bawah kondisi-kondisi tertutup pada tekanan-tekanan se! yang berbeda, garis keruntuh
an
dan
rp
Tegangan Total
_....
\
.....:::.
.---__
.
j_ .....p
...... ,
-;-; ;-
...,.
1__ _
__
//
"
"r-Ar!JPr
--p.J-
'
""'
1(a)
..,
.'
l<emtrint;an oJ> 0
/.S
-lou
----.._,..L-;- .....
,
>
:!1
JL
_L
__________
PJ
l\' ---------
____
__,
..___--
'
\A
\8
\-''--
__________
____
Tegangan Normal_
{h)
Gbr.
18.2.
(a)
0.
ll]
cJ> = 0
dasarnya adalah uji triaksial di mana tegangan utama minor p3 sama dengan nol (lingkaran
c, dalam
cJ>
( 11) :")
Sehubungan
banyak kita jumpai masalah-masalah sederhana di mana kadar air tanah, setelah suatu te
gangan bekerja, relatif tidak berubal1 pada sua tu jangka waktu yang cukup panjang. Hal ini
dapat diartikan sebagai berlakunya kondisi tertu tup. Selanju tnya, jika sebuah contoh diper
oleh dengan kadar air yang sama dan kemudian diuji dengan menjaga kadar airnya senan
tiasa tetap, baik dalam
p3 +
u0,
kckuatan tanah terhadap tegangan total akan mendekati (dalan1 batas-batas yang
cJ> = 0,
uji pemampatan bebas meru pakan hal yang secara praktis sangat
penting.
Selanjutnya, seandainya kondisi-kondisi tertutup bisa diharapkan berlaku pada endap
an-endapan lempung jenuh di lapangan, jenis pengujian lainnya, y ang dianggap memadai
dapat dipakai untuk menghitung
c.
uji geser baling-baling (vane shear tests) seperti ditunjukkan Gbr. 44.17 (Peralatan untuk
. melaksanakan uji geser baling-baling di lapangan diuraikan dalam Pasal 44). Balin g-baling
serupa dengan ukuran lebih kecil, seringkali digunakan di laboratorium khususnya dalam
penyelidikan kekuatan contoh lempung yang sangat lemah atau teremas. Di antara modi
fikasi-modifikasinya (Gbr.
nya ke dalam tanah, selanju tnya torka (torque) dikerjakan melalui suatu pegas yang telah
dikalibrasi sampai lempung runtuh di sepanjang permukaan si\indcr yang membatasi
baling-baling dan, serentak pula, di sepanjang permukaan lingkaran yang mcnjadi dasar
silinder. Nilai
langsung dibaca dari indikator pada pegas yang dikalibrasi. Dengan p iranti
c,
45.5).
Beberapa contoh penggunaan konsep cJ>
Jika lempung terbeban normal dikonsolidasi di bawah tekanan dari segala arah p3
dan
kemudian
diruntuhkan
pada
kondisi
tertu tup,
lingkaran keruntuhan
terhadap
tegangan total dinyatakan dengan A dalam Gbr. 18.2a. Kekuatan geser pada kondisi
cp
/,
P3 +
sehingga diperoleh
c
P3
4lcu
sin 4lcu
sm
di mana untuk lempung tertentu merupakan sua tu konstanta (tetapan). Hubungan ini rrie
nyarankan (Skempton 1957) bahwa rasio yang berupa konstanta seperti itu juga terjadi
antara kekua tan geser tertu tup (undrained shear strength) endapan-endapan alami ter
beban normal yang ditentukan melalui uji pemampatan bebas atau uji baling-baling (vane
tests) dengan tekanan penggulingan efektif pada k edalaman yang berkaitan dengan peng
uiian-oenguiian termaksud.
(b)
18.3. forvane untuk melll'ntukan kekuatan geser bahan-b:than yang mana
Gbr.
(a Tampak sampmg, thl Tampak thoar dan halmg-baling
cfp,
= t'
merupakan tetapan untnk endapan terbeban normal tertentu, asalkan indeks plasti
sitas hampir sama di keseluruhan endapan. Selanju tnya, telah pula diketahui b a hwa
cfp
lapangan, untuk berbagai endapan atau bagian endapan yang agak homogen, berko relasi
erat ke indeks plastisitas scperti ditunjukkan dalan1 Gbr.
hu bungan statistik,
Gbr.
18.4b
l8.4b.
tetapi sebegitu jauh hubungan tersebut ternyata dapat diterapkan pada berbagai (banyak)
cjp,
18.4b,
kekuatan geser tertutup (undrained shear strength) endapan terbeban normal berdasar
kan hasil pengujian batas Atterberg. Seb aliknya, pembandingan dengan nilai yang didasar
kan pada Gbr.
18.4b
atau prakompresi.
halus dan lempung yang agak bergra dasi baik di samping memiliki ukuran yang seclang
serta relatif tak peka. Akan tetapi lempung-Iempung yang terutama tersusut'l dari parti
4)
alami pengurangan kekuatan apabila diremas. Ada juga endapan lempung alami yang ter
diri atas campuran partikel-partikel lempung dan pasir halus yang agak seragam. Sementara
pilian dari fraksi paling halus dan butiran sedimensi dari pasir "b rgabung" (interfere) de
ngan penggulungan (rolling) bu tiran pasir, membentuk susunan yang stapil. Oleh karena
nya, jika butiran pasir bersentuhan satu sama lain, konfigurasinya mungkin berstruktur
metastabil seperti pada pasir hidup nyata. Namun, ruang di antara sela-sela butiran pasir
diisi oleh bahan-bahan berukuran lempung, sebagai hasil proses secara fisika-kimia seperti
tiksotropi dan sineresis, kekuatannya yang cukup besar selama pengcndapan berlangsung.
Oleh karena itu, walaupun lempung bersifat peka, lempung tidak menu,njukkan sifat-sifat
oasir hid1,1o. Dalam banvak hal. keadaan p eralilian dari pasir lepas. ke pasir hidup nyata
93
(o
0,5
\.) 0,4
iO
0,3
cjp : 0,11+0,0037 Iw
0,2
0,1
lndeks Plastisitas I w
(h)
Gbr.
cjjj
dan p 3
sepadan dengan keadaan peralihan lempung dengan kepekaan rendah ke lempung dengan
kepekaan sangat tinggi.
Keruntuhan lempung luar biasa peka, seperti h alnya pasir hidup nyata, nampaknya
progresi[ Namun , lempung luar biasa peka hancur menjadi gumpalan-gumpalan bahan
padat, terapung dalam fluida viskous , dan dapat bergerak pada dasar lembah menempuh
jarak sejauh beberapa mil dengan laju
10
viskous. Seorang saksi mata, yang pemah mengalami kecelakaan tergelincir bersama gum
palan bahan tersebut, sem.entara ia berdiri di atas salah satu gumpalannya secara visual
menerangkan sifat bahan tersebut sebagai berikut (Terzaghi
1950):
" . . . setelah mencapai dasar saya terlempar sedemikian rupa sehingga pada suatu saat
saya menghadap ke arah hulu y ang merupakan puncak dar i suatu aliran . . . . Wuju d alir
an (sungai) tersebut besar, arusnya deras, dan menghanyutkan massa tanah lempung ba
sah . . . .
la tak pernah terlihat tenang, walaupun berupa cairan y ang mengalir. Kendati
pun saya ikut bergerak dan berada di dalanmya selama beberapa saat, sclah itu baju
saya tidak memberikan tanda-tanda yang serius atau noda-noda lumpur . . . ketika saya
dihanyutkan aliran tersebut ke bawah sesaat setelah runtuhan beruntun, yang cepat, lapis
Sifat ]rsik
tanah
Lempung hidup adalah lempung !au t terkonsolidasi normal, yang berbeda dari lem
pung lu ar bias a p e ka lainnya karena lempung lau t tersebu t memperoleh de raj a t kepekaan
saat ini dalam dua tahap: yang pertama selama pengendapan, y ang kedua, j auh lebih
penting,
4.
diangkat ke
pung luar biasa p e ka lainnya. Kerun tuhan lereng p ada lempung semacam ini biasanya di
mulai di kaki lerengnya walaupun pada lereng y ang sangat landai sekalipun dan berlanjut
dengan keruntuhan progresif ke arah puncak. Pada contoh aliran lempung hidup dibahas
dalam Pasal
49.
toh terbe b an normal, diberikan oleh garis lurus Od. Namun, kita b oleh mengkonsolidasi
sejumlah c ontoh-con toh yang i de n tik dengan te kan an se! p3 y ang sama. Jika salah satu
con toh semacam itu diuji di b awah kondisi-kondisi terbuka dengan menaikkan tekanan
vertikal, tegangan pada bidang runtuh saat keruntuhan dinyatakan oleh titik a pada ling
karan tegangan A . Tegangan n ormal p ada bidang ru n tu h adalah p 0 ' . Lin gkaran A memper
lihatkan sua tu c on t oh y ang terbeban n ormaL
Jika salah s a tu c on t oh tersebut, y ang mula-mula dikonsolidasi pada tekanan se! p 3
dibiarkan membengkak d i bawah tekanan s e ! p 3 ' kemudian diuji pad a kondisi-kondisi ter
buka, maka kekuatan c on toh tersebut (lingkaran B) akan melcbihi kekuatan yang di
miliki oleh c ontoh yang terbeban normal pada kondisi yang sama. "Sampul" keruntuhan
'
con t oh-contoh tersebut, aa b, berada di atas garis Oa y a ng merupakan wakil bahan ter
beban normaL Kurva
(Gb r .
13.4).
aa ' b
dibi arkan membe ngkak di bawah tekanan no!, dan akhirny a dikonsolidasi di bawah ber
bagai tekanan sebelum uji terbuka dilaksanakan, maka terlihat bahwa u n tu k tekanan
tekanan y ang lebih kecil daripada [50 ' lengkung keruntuhan mirip dengan garis sebelah
b awah ba, te t api u n tuk tckanan-te kanan lebih be sar darip a da jj0 ' akan mirip dengan garis
Od u n tu k lempung terbeban n ormal. Garis sebelah bawah ba menyatakan b agian kurva
13 .4).
Sebagai sebuah pend.e katan kasar, cabang-cabang reboun dan pembe banan ulang aa' b
dan ba dari lengkung keruntuhan (Gbr.
18. 5b),
ris lurus
s = c1
+ p tan f/>1
( 1 8.6)
di mana, u ntuk suatu lempung tertentu , rJ>1 boleh dikatakan te tap sedangkan c1 dikenal
sebagai perpo tongan kohesi yang ternyata tergantung pada p 0 ' . Untuk tekanan-tekan an
yang lebih besar daripada p 0 ' , digunakan persamaan
s =
j'ltan 1/J
( 1 8. 7,.
dapat dipakai.
Karena u n tu k se bagian bes'!r lempung nilai
ke cil darip ada rp, m aka kalau Persamaan 1 8. ? digunakan un tuk semua nilai p, kcsalahan
yang terj adi masih dalam batas keamanan (normal). K arena i tu , kekuatan lempung over
konsolidasi sedang seu tuhnya berad di bawah kondisi terbuka dan tidak terlampau jauh
berbe d a dari kekuatan yang dimiliki oleh lempung-lempung terbeban normal.
Sifat hidraulik
95
..
.:
P3'
s
t::
P3
(a)
j__
c,
f5;
Tegangan Normal, P
(b)
Gbr.
18.5. (a) Diagram keruntuhan untuk lempung di bawah kondisi terbuka dan meng
p0' (b)
Sebaliknya, di bawah kondisi-kondisi tertu tup, kekua tan lempung pra-terbeban dapat
lebih besar a tau lebih kecil daripada yang dimiliki oleh lempung yang sama di bawah kondi
si terbuka, tergantung rasio overkonsolidasi. Jika rasio overkonsolidasi ada di antara 1,0
dan sekitar 4 sanwai 8, volume lempung cenderung berkurang selan1a mengalami geseran,
dan kekua tannya dalam kondisi tertu tu p seperti halnya lempung terbeban normal, lebih
kecil daripada kekua tannya pada kondisi terbuka. Di lain pihak, untuk nilai-nilai rasio
overkonsolidasi lebili besar dari sekitar 4 san1pai 8, volume cenderung bertambah, semen
tara uw yang bersangkutan turun, serta kekuatan dalam kondisi tertutup melebihi nilai
dalam keadaan terbuka. Untuk nilai-nilai rasio overkonsolidasi yang tinggi, kelebihan
termaksud mungkin sangat besar. Walaupun begitu , tekanan-tekanan pori negatif yang
kua t, yang berkaitan dengan tingginya rasio overkonsolidasi, cenderung menarik air
mas1,1k ke dalam tanah dan menyebabkan pembengkakan tanah sehingga kekuatan menjadi
berkurang. Karena itulah kekuatan dalam keadaan tertutup sering tak dapat diandalkan.
Lebih jauh lagi, da kebanyakan persoalan sederhana, usaha-usaha menerapkan konsep
1/J
0 pada sua tu lempung overkonolidasi akan menghasil,kan.aspek berbahaya, sementara
untuk suatu lempung terbeban normal kecenderungan ke arah konsolidasi menyebabkan
kesalahan-kesalahan arah konservatif. Karena itu konsep 1/J
0 tidak boleh digunakan
=
96
p tan 1/>r
(18.8)
di mana r/Jr berkisar dari sekitar 30, untuk lempung yang memiliki indcks plastisitas rcndah
dan fraksi ukuran lcmpung kecil, sampai dcngan sckitar 5 hingga 12 untuk lcmpung yang
memiliki keplastisan tinggi dengan besar persentase partikel berukuran lempung
(< 0,002 mm). Akibat hampir sempurnanya kerusakan struktur lempung alami sepanjang
permukaan gelincir, maka nilai r/Jr ccndcrung sama dan tak bcrgantung kekuatan lempung
di waktu yang lampau, dan dapat ditentukan dengan cukup akurat pada contoh-contoh
lempung rcmasan (Skempton 1964).
97
galian, transportasi, dan pemadatan akan benar-benar menghancurkan struktur asal tanah.
Karena i tu, produk akhir memiliki karakteristik geser seperti lempung remasan yang ter
overkonsolidasi sedang. Nilai cp di bawah kondisi terbuka terutama bergan tung pada indeks
plastisitas; nilai-nilai tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan Gbr. 18.1. Untuk ke
Jika lem pung di lapangan menjadi jenuh, berdasarkan persan1aan Coulomb yang di
revisi, kekuatannya bergantung pada tekanan pori. Pengamatan di bavrah kondisi-kondisi
ini identik seperti halnya lem pung-lempung asli pra-terbeban .. Jika derajat pemadatan lem
pung adalah sedemikian rupa sehingga lem pung cenderung berkonsolidasi di bawah beban
yang masih mungkin mempengaruhinya, dan laju disipasi tekanan pori demikian lam bat di
bandingkan laju pembebanan, maka konsep q;
rung membengkak di bawah bebannya atau akibat geser, maka hasil analisis yang didasar
Jika tanah isian tetap tak jenuh, persan1aan Coulomb yang direvisi
8 = c
+ p tan cp
(16.5)
secara pendekatan tetap dapat digunakan tapi tekanan pori memiliki nilai yang berbeda
dalam fasa air dan udara ruang pori. Jika ug menyatakan tekanan dalam fasa cairan, maka
+ [p
(16.6)
di mana faktor
tanah jenuh
ukuran ug
untuk keperluan penelitian, maka uji triaksial digunakan, dalam kegiatan praktis dewasa
ini ,Yang berkaitan dengan berbagai masalah praktis, untuk mengamati kekuatan tanah
tanah jenuh sebagian, di mana dalam ha! ini hanya tegangan yang diukur dan di mana kon
disi-kondisi pengujian laboratorium dibuat sedekat mungkin dengan yang akan dijumpai
di lapangan. Hasil-hasil em pat seri pengujian terhadap contoh-con toh lempung anorganik
(CL), ditunjukkan dalam Gbr. 18.6 (Casagrande dan H irschfeld 1960), dapat dipandg
sebagai tipikal. Semua contoh mula-mula dipadatkan sehingga diperoleh kepadatan kering
yang sama. Dalam tiap-tiap seri derajat kejenuhan awal s, (Pers. 6.4) adalah tetapan-tetap
an yang berbeda u ntuk masing-masing seri. Dalam semua pengujian, peng!-uasan air (draina
ge) dihalangi selama pemberian tekanan se! dari segala arah serta selama penerapan tegang
an berturutan yang berbeda. Terlihat, bahwa contoh-contoh dalam seri-seri pengujian yang
memiliki derajat kejenuhan awal
Sr 'yang
lebih rendah
(Sr =
yang bersesuaian; memiliki kekuatan lebih besar daripada contoh yang derajat kejenuhan
awalnya lebih tinggi, dan pula terlihat garis keruntuhan berbentuk lengkungan. Semakin
bertambah derajat kejenuhan awal, maka lengkung keruntuhan yang bersangkutan me
nempati posisi yang lebih ke bawah dalam Gbr. 18.6.
volume udara makin berkurang sesuai dengan hukum Boy le. Di samping itu, di bawah per
tambahan tekanan, kelarutan udara dalam air makin bertambah. Jadi, pada sebarang
seri pengujian contoh-contoh dengan derajat kejenuhan awal yang sama, derajat kejenuh
an makin bertambah dengan bertambahnya tekanan total pada bidang runtuh. Jika pada
suatu tekanan semua udara dilarutkan dalam air, maka contoh menjadi jenuh dan garis ke
runtuhan terhadap tegangan total menjadi horizontal (kondi;Si.
keruntuhaQ (Gbr. 18.6) menuju garis mendatar, tetapi kondisi
q;
q;
=
=
an-tekanan vang lebih rendah untuk seri-seri penlllliian den2an deraiat keienuhan awal vanll
98
.......
M
""
..
5--------
l!!
c:
!!
Gbr.
18.6.
OL__________L________------------
20
15
5
10
0
Tegangan Normal Total, p (kg!cm2)
""
112
l!!
108
.g
c:
ci
., .....
104
Kadar Kelembaban di Saat
Penempatan (%)
(b)
Gbr.
1 8. 7.
(a)
dibasahkan, sebagai fungsi kadar air pada saat penempatan. (b) Kurva kelembaban-ke
rapatan u ntuk bahan yang sama.
99
lebih tJ.nggi. Biasanya tanah isian yang dipadatkan diletakkan dalam suatu koildisi jenuh
sebagian. Untuk suatu prosedur pemadatan tertentu , kkuatan pada saat pemadatan ber
gantung pada kelembaban pada saat penempatan. Hal ini diilustrasikan oleh hasil-hasil
pengujian-pengujian tertutup tak terkonsolidasi (unconsolidated) pada suatu l em pung
lanauan (Gbr.
1 8. 7a).
yang dimilikinya pada saat penem patan seperti ditunjukkan pada gambar. Hubungan yang
dicontohkan oleh Gbr.
1 8.7
berapa tanah yang mengalami prosedur pemadatan yang berbeda (Seed dkk
1 960).
Hu
bungan tersebut juga bergantung pada apakah terjadi perubahan kelembaban baik dengan
perubahan volume tanah ataupun tidak.
Karena kerumitan fenom ena yang berkaitan dengan kekuatan geser tanah jenuh-se
bagian, maka diperlukan banyak pengalaman untuk mem ilih prosedur uji yang memadai
dan m enginterpretasi hasil-hasilnya.
Perayapan
Jika regangan geser yang bekerja pada sebuah contoh lem pung lebih kecil daripada
suatu nilai yang dikenal sebagai
kekuatan pe rayapan
alami perubahan dalam suatu selang waktu kecil setelah tegangan geser tersebut bekerja,
namun setelah itu tidak lagi terjadi perubahan. Di lain pihak, jika tegangan dilampaui,
lempung m engalami perubahan kontinu (terus menerus) akibat tegangan geser yang tetap.
Pengamatan laju perayapan memerlukan peralatan khusus, misalnya piranti geser tarsi atau
cincin, di mana luas permukaan runtuh tak berkurang selama tegangan dinaikkan. Hasil
hasil pengamatan semacam ini pada lempung remasan teroverkonsolidasi dengan keplastis
an yang tinggi di bawah kondisi terbuka sepenuhnya (Hvorslev
dalam Gbr.
geser
1 8. 8a.
1 937, 1 960)
ditunjukkan
1 00
jam per
tama setelah penerapan masing-masing inkremen, yang mencakup respon langsung ter-
/0
c::
"it
25
Lw=/21
Pw=36
20
t! 15
c:: 10
!!,
c::
-C)
re:
220
Waktu setelah Pemberian
Be ban Oa lam Jam
(a)
br.
18.8.
Lw=35
P.w = /1
.
(a)
260
remuan plastis teroverkonsolidasi dalam uji geser torsi terbuka (d rained) (Hvorslev
(b)
1937).
Hubungan antara regangan dan waktu untuk 1empung asli dengan plastisitas rendah
yang identik dari Chicago, yang diuji di bawah kondisi tertutup pada pemampatan bebas.
r
;
100
hadap perubahan tegangan, tidak diplot; hanya perubahan berturutan yang diperagakan.
Terlihat bahwa peranan perayapan bertarnbah jika nilai tegangan geser bertambah. Ke
runtuhan, seperti dibuktikan oleh rotasi kontinu dengan laju tetap, terjadi pada tegangan
2
geser 0,5 kg/cm .
Jika luas permukaan runtuh berkurang dengan bertambahnya perubahan, laju per
ubahan di. bawah tegangan tertentu cenderung clipercepat setel mendekati nilai yang
hampir tetap, dan selanjutnya keruntuhan terjadi secara tiba-tiba. Fenomena ini diilustrasi
kan oleh
Gbr.
1 8.8b,
0,8.
Tegangan
tegangan yang melebihi kekuatan perayapan merupakan penyebab penting bagi pergerakan
lateral yang progresif pada struktur-struktur seperti dinding-clincling penahan tanah dan
tanggul.
Laju Pembebanan
Di semua pengujian konvensional, keruntuhan biasanya terjadi dalam beberapa jam
atau beberapa hari. Pada beberapa tanah nilai s berkurang dengan bertambahnya laju pem
bebanan, sebagaimana diperagakan dalam Gbr.
1 8.9
an pada berbagai waktu dibandingkan dengan kekuatan jika diuji agar runtuh dalam satu
Soal-soal
1.
Hasil-hasil sederetan (seri-seri) uji triaksial terbuka pacta suatu lempung kurus
diungkapkan dengan cukup akurat oleh persamaan s = p tan 3 1 . Suatu penguJiii-IikOfl::
solidasi tertutup terhadap bahan yang sama dilakukan pertama-tama dengan mengkonsoli
dasi contoh lempung di bawah tekanan ke segala arah sebesar 2 tonjft2 dan kemudian
dengan menambah beban l}ksial tanpa pengurasan air sampai keruntuhan terjadi. Contoh
101
runtuh pad a tegangan 1 ,8 tonjft2 1ebih besar daripada t egangan sel. Berapa ni1ai koefisien
tekanan pori A f pada saat runtuh. Berapa ni1ai c/Jcu?
Jwb.
0,64 ; 18, 1 0
Dua pen ujian triaksial konsolidasi tertutup d ila ukan t erhadap dua contoh lem
4.
pung yang sama. Salah sa tu contoh dikonsolidasi di bawah tekanan sel sebesar 1 ,70 kg/
cm 2 . Lempung ini runtuh di bawah penambahan t egangan aksial 1 ,24 kg/ cm 2 . Tekanan
air pori diukur di seluruh pengujtan dan pada saat runtuh diketahui bernilai positif 1,07
kgfcm2. Contoh yang lain d ikonsolidasi di bawah tekanan sel 4,27 kg/cm 2 . Pertambahan
tegangan aksial di saat keru ntuhan adalah 3 ,1 2 kg/cm 2 , dan tekanan air porinya adalah
2, 70 kg/cm 2 . Berapa nilai-nilai c/Jcu dan cp untuk contoh tersebut?
Jwb. 1 5 ,5 , 3 0
Bacaan Pilihan
Pengetahuan saat ini mengenai kekuatan geser tanah kohesif ditinjau ulang pada kon
ferensi penelitian mengenai kekuatan geser tanah kohesif yang diprakarsai oleh Persatuan
Insinyur Sipil Am erika di Boulder, Colorado, Juni 1 960. Dalam konferensi itu dikemuka
kan makalah-makalah yang di antaranya, berikut ini, b erkaitan khusu snya dengan Artikel
1 8:
Bishop, A. W., I. Alpan, G. E. Blight, dan LB. Donald. Fa ctors controlling the strength of
partly saturated coheshe soils, hal. 503.
Bishop, A.W. dan L. Bjerrum. The rele1ance of the triax ial test to the solu tion of stability
?
problems, hal. 4 3 7 .
Bjerrum, L. dan N.E. Sirnons. Comparison of shear strength characteristics of n ormally
consolidated clays, hal. 7 1 1 .
casagrande, A. dan R.C. Hirschfeld. Stress-deformation and strength characteristics of a
clay compacted to a constant dry unit weight, hal. 3 5 9.
Hvors!ev, M . J. Physica l comp o!Jents of the shear strength of saturated clays, hal. l 6 9.
Peterson, R, J.L. Ja'spar, P.J. Rivard, dan N.L. Iverson. Lim ita tions of laboratory shear
strength in evaluating sta bility of highly plastic clays, hal. 76 5.
Seed, Ji.B. , J . K. M itchell, dan C. K. Chan. The strength of compacted cohesive soils, hal.
877.
Sirnons, N. E. Comprehensive investigations of the shear strength of an u ndistu rbed Dram
m en clay, hal. 727.
Sirnons, N. E. The effect of overconsolidation on t he shear strength characteristics of' an
'
undisturbed Oslo clay, hal. 747 .
102
PASAL
19
50).
Jadi, pengaruh getaran pada tanah dapat merugikan atau menguntungkan dan harus selalu
kita perhatikan.
Hertwig dkk. (1933) menggunakan peralatan yang digambarkan secara diagramatik
pada
Gbr.
Peralatan tersebu t tersusun dar i sebuah tumpuan dan dua buah beban yang sama dan ta
sepusat yang berotasi dalam arah berlawanan. Gaya total yang diberikan pelat dasar per
ala tan tersebu t pad a tanah terdiri atas sebuah gaya statik yang sama dengan be rat per
alatan ditambah dengan gaya pulsa yang nilai maksimumnya sama dengan gaya sentri
fugal dari kedua be ban tak sepusat tersebu t. Jumlah perputaran kedua beban tak sepusat
itu tiap satuan waktu adalah
Jarak vertikal terjauh yang ditempuh beban dari posisi kesetimbangannya disebut
tudo getaran tumpuan dasar peralatan tersebut. Pada suatu nilai frekuensi tertentu ampli
tudo mempunyai n i!ai terbesar (lihat
ngan frekuensi alami fo dari penggetar dan bagian bergetar dari tanah tumpuan.
Istilah
fr ekuenst a/ami menunjukkan frekuensi getaran yang terjadi bila sebuah badan
dengan perbatas yang jelas dikenai sebuah impuls tunggal. Jika impuls periodik, ampli
tudo akibat
getaran tertekan
[1
mendekati frekuensi alami bahan tersebu t. Amplitudo maksirnum terjadi pada saat fre
kuensi mendekati frekuensi alami. Keadaan ini disebu t
resonansi dan
diilustrasikan oleh
(a)
(b)
.g
a
0,5
1,0
1,5
z.,o
0,5
1,0
1,5
Rasio frekuensi ftlfo
2./)
We) Vt I I
Cl:. 0
Gbr.
19.1.
(a)
taran. (c) Hubungan antara frekuensi dan penurunan tumpuan dasar peralatan tersebut
(Hertwig dkk.
1933):
103
Tabe/ 19.1
Frekuensi Resonansi Penggetar pada Berbagai.Jenis Tanah
Tabel 19.1 berisikan nilai-nilai frekuensi resonansi penggetar yang beroperasi pada
tanah-tanah dan batuan :unak yang berbeda, seperti J.iperlihatkan dalam Gbr. 19.1 (Lo
renz 1934). Penggetar mempunyai berat 6.000 lb dan luas bidang sentuh 10,7 ft2 Nilai
terse but diperoleh dengan memperbesar frekuensi impuls secara tunak, ke nilai yang
jauh lebih besar daripada frekuensi resonansinya.
Pada batas-batas tertentu frekuensi resonansi tidak bergantung hanya pada sifat-sifat
tanah penyangga tetapi juga pada berat dan dimensi penggetar. Perubah-perubah ini telah
diselidiki oleh Persatuan Insinyur Amerika (U.S. Corps of Engineers) dalam dua perangkat
pengujian, satu perangkat pada lempung l_anauan kohesif dan lainnya pada pasir yang tak
berkohesi. Berat penggetar dan tumpuannya bervariasi dari 13.000 sampai 65.000 lbs, garis
tengah bidang yang terbeban oleh getaran berkisar dari 5 sampai 16 kaki, dan luas bidang
sentuh berkisar dari 2 1 san1pai 200 ft2 (WES, 1963) menginduksi beberapa ragam getaran
secara terpisah. Hasil-hasilnya memperluas jelajah perubah-perubah yang bersangkutan,
tetapi pada pokoknya tidak berbeda dengan yang terdapat dalam Gbr. 19.1.
Jika suatu penggetar khusus digunakan pada tanah-tanah yang berbeda, frekuensi
resonansi bertambah dengan meningkatnya kerapatan dan berkurangnya kompresibilitas
tanah. Dengan keuntungan-keuntungan ini, maka peralatan tersebut digunakan secara luas
untuk menentukan derajat pemadatan tanah isian buatan dan membandingkan keefektipan
berbagai metode pemadatan.
Jika penggetar beroperasi pada pasir, maka pasir yang berada di bawah tumpuan akan
terpadatkan. Ukuran lajur pemadatan (zone of compaction) bertambah dengan laju yang
berkurang terhadap waktu jika frekuensi impuls tetap. Ukuran akhir lajur bergantung pada
intensitas impuls periodik yang dihasilkan penggetar dan pada kepadatan awal pasir. Di
luar batas-batas lajur ini, kepadatan pasir secara praktis tak berubah.
Karena penggetar berada pada permukaan lajur pemadatan, proses pemadatan akan di
sertai dengan penurunan penggetar. Seandainya frekuensi impuls ditambah secara ber
angsur-angsur, penurunan penggetar yang bersangkutan meningkat seperti ditunjukkart
dalam Gbr.
dan menjadi berlipat kali lebih besar daripada penurunan yang dihasilkan oleh beban statik
yang besarnya sama dengan gaya pembangkit pulsa. Jelajah frekuensi tempat terjadinya
Jika frekuensi mesin penggetar yang bertumpu di atas pasir berada dalam jelajah kritis
pasir, maka penurunan yang terjadi jauh lebih besar daripada yang dihasilkan oleh gaya sta
tik.yang ekivalen. Frekuensi getaran yang dfuasilkan oleh bagian-bagian kecil tapi nyata tak
I'
I
I
I
104
sepusat dari bagian-bagian yang berputar sebuah turbin uap ada dalam jelajah kritis p asir
(Pasal 60). Oleh karenanya, pondasi untuk turbin uap yang berada pada lapisan lempung
akan m engalami penurunan besar kecuali jika pasir dipadatkan secara buatan sebelum pon
dasi turbin dibuat. Apa pun kemungkinan kondisi tiillah yang akan dihadapi, kita sebaik
nya m elakukan persiapan guna mengurangi amplitudo getaran yang terjadi.
Efek getaran pada lempung jauh kurang menyolok dibanding pada pasir karena ikatan
kohesi antar partikel lempung berperan melawan penggelinciran antar butiran. Namun de
mikian, lempung lunak pun men.gkonsolidasi, sampai batas-batas yang sedang, ketika secara
kontinu menerima beban getaran yang kuat secara tunak dengan frekuensi m endekati
frekuensi alami lempung.
Kita m enghadapi kenyataan bahwa mesin penggetar berosilasi dengan sejumlah ragam
(mode) getaran yang frekuensi resonansinya mungkin berbeda-beda. Gerakail yang ter1
jadi sangat rumit dan biasanya tidak dapat diramalkan dengan handal, namun frekuensi
resonansinya dapat diaproksimasi untuk kasus y ang sederhana (Barkan 1 962, Lysmer dan
Richart 1 966).
Fenomena resonansi serupa bisa diinduksi jika pengantar diletakkan di puncak suatu
pondasi tiang, misalnya ketika kita m emancang suatu tiang. Dalam keadaan ini, penggetar
dioperasikan pada freku ensi alam getaran longitudinal dari tiang pancang tersebut dan
selanju tnya tiang akan menembus ke dalam tanah dengan mudah (ASCE 1 96 1 ).
\'
'
BAB
TIGA
DRAINASE TANAH
Definisi
Istilah muka air tanah, tinggi air, dan permukaan freatik (phreatic) menunjukkan tern
pat kedudukan dari tinggi naiknya.air pada sumur-sumur pengamatan. Air tersebut dapat
bergerak bebas dalam ruang pori tanah di lapangan (in situ). Muka air tanah juga didefini
sikan sebagai permukaan tempat tegangan netral u..., (Pasal12) dalam tanah sama dengan
nol.
Seandainya air yang terkandung dalam tanah tidak mengalami gaya apa pun selain
gaya berat, maka tanah yang terletak di atas muka air tanah akan jenuh sama sekali (sem
purna). Pada kenyataannya, tanah-tanah di lapangan akan bersifat jenuh-sebagian sampai
suatu jarak tertentu di atas tinggi air tersebut. Air yang berada dalam ruang pori di atas
muka air tanah mewujudkan kelembaban tanah (soil moisture).
Jika bagian sebelah bawah dari massa tanah kering bersentuhan dengan air, maka air
bergerak dalam ruang pori naik sampai ke ketinggian tertentu di atas permukaan air
bebas (free water surface). Tegangan permukaan (surface tension) pada air menyebabkan
aliran berarah ke atas dalam ruang pori tanah. Tempat tegangan permukaan bekerja ter
letak di perbatas antara udara dan air. Pada lajur perbatas ini, air mengalami tegangan tarik
seperti yang dialami oleh membran karet yang teregang dan dilekatkan pada dinding
ruang pori tanah. Perbedaannya, tegangan permukaan di perbatas lapisan tipls air sama
sekali tidak dipengaruhi &aik oleh kontraksi ataupun peregangan lapisan termaksud. Kon
sep tentang interaksi molekul-molekul yang menghasilkan tegangan permukaan masih di
perdebatkan. Namun adanya tegangan tarik dalam lapisan permukaan telah d1ketahui
lebih dari seabad yang lalu, dan intensitas tegangan ini dapat ditentukan melalui berbagai
metoda dengan hasil yang konsisten.
106
(b)
(a)
Gbr. 20. 1. (a) Kenaikan air dalam tabung kapiler. (b) Keadaan tegangan pada air di dalam
tabung kapiler.
air. Seandainya dindin g tabung tidak bersih secara kimia, maka a cenderung bernilai di
antara 0 dan 90 , serta tinggi kenaikan kapilernya akan lebih kecil daripada he u ntuk
a
0 . Akhirnya jika dinding dilapisi oleh lapisan tipis sejenis pelumas, a akan le bih besar
dari 90 dan meniskus terletak di bawah paras air-bebas. Fenomena ini dianggap berasal
=
dari peristiwa tolak menolak antara molekul air dan molekul bahan pelumas.
Jika
Ts
'Yw
merupakan
2T.
h.=-cos a
T'Yw
Dengan bertambahnya suhu , maka nilai
sekitar 0,075 gjcm, dan
'Yw
Tekanan hidrostatik
uw.
h.( cm) =
nilainya adalah
T8
{20. 1 )
0.15
cos a
r(cm)
--
(20.2)
z,
(20.3)
..
Drainase tanah
107
(b)
(c)
he ------------
00-----'jooo
Waktu
Gbr.
20. 2.
masuk ke dalam pasir. Bagian pasir yang ruang porinya terisi sebagian atau seluruhnya
oleh cairan akan berwarna gelap, sedangkan bagian lainnya berwarna terang. Sampai suatu
hee di atas tinggi air, pasir bersifat jenuh-sempuma. Sedangkan pasir di antara
hee dan he bersifat jenuh-sebagian seperti diperlihatkan dalam Gbr. 20.2b.
Tinggi he ini disebu t tinggi kenaikan kapiler (height of capillary rise). Gambar 20.2c meng
ketinggian
ketinggian
ilustrasikan laju naiknya permukaan atas lajur y ang terlembabkan terhadap waktu hingga
mencapai posisi kesetimbangan di ketinggian
h e.
Ukuran ruang pori akan berkurang dan tinggi kenaikan kapiler akan bertambah jika
ukuran butiran efektif berkurang. Tinggi
he=
di mana
Qihat Pasal
(20.4)
eDlo
menyatakan angka pori, D10 (centimeter) adalah u kuran e fektif Allen Hazen
5),
dan
0, 1
dan
0,5
tersebut
dengan berkurangnya ukuran butiran. Hal ini akan menyebabkan penurunan tingkat ke
naikan kapiler. Oleh karena itu , tinggi kenaikan air dalam suatu jangka waktu tertentu ,
misalnya
24 jam,
20.3 ,
seragam yang berada dalam keadaan agak padat, dan ordinat menyatakan tinggi kenaikan
air dalam jangka waktu
sekitar
0,02
24 jam.
48 jam
!50r---r--.---.---,
Ghr.
20.3 .
Hubungan antara ukuran butiran dari bubuk kuana yang seragam dan tinggi
..
108
Penghisap Kapiler
Gaya-gaya kapiler dapat mengangkat air melawan gaya gravitasi, tidak saja masuk
ke dalam tabung-tabung kapiler atau ke dalam ruang p ori dari kolom tanah kering, tetapi
juga ke dalam saluran terbuka atau alur-alur berbentuk V. Kenyataan ini dapat dip eraga
kan oleh p eralatan yang ditunjukkan oleh Gbr.
20.4.
letak di bawah paras yang dapat dicapai oleh air (akibat tegangan permukaan), maka gaya
kapiler aan menyebabkan air ditarik ke bagian alur yang menurun dan perlahan-lahan
mengosongkan bejana. Proses ini dikenal sebagai penghisapan
kapiler (capillary
siphoning).
Proses yang serupa dapat pula terjadi pada ruang pori dalam tanah di lapangan. Misal-
nya, pada sebuah b endungan atau tanggul, air mungkin mengalir melintasi puncak intinya
yang tak-permeabel seperti ditunjukkan dalam Gbr.
20. 5,
mukaan air-bebas terletak di bawah puncak inti tersebu t. Penghisapan kapiler ternyata
mengakibatkan hilangnya air sebanyak
450
12
mil
di antara Berlin dan Stettin di Jerman. lnti tak-permeabel dari tanggul kanal tersebut
terletak satu kaki di atas muka air tanah dan jika inti tersebut dinaikkan setinggi
maka kehilangan air berkurang menjadi
16
inci,
1 00 galonfmenit.
Penampang A
Gbr.
Gbr.
fill).
20.5. Aliran kapiler melintasi inti yang tak-permeabel dalam timbunan tanah (earth
..
yang berisi u dara (Gbr. 20.2a). Sisanya diisi oleh "air serapan". Karena serapan ini juga
kontinu , maka tegangan dalam air sampai ketinggian he memenuhi Pers. 20.3 . Akan tetapi
jika pasir hanya sekedar terlembabkan, partikel-partikel air tidak saling bersentuhan satu
sama lainnya, maka Pers.
20.3
kelembaban kontak
(contact
moisture) karena setiap tetes air h anya mengitari titik kontak antara dua butiran pasir se
perti diperlihatkan dalam Gbr.
2 0.6.
Gaya
tact pressme) bersama-sama dengan tegangan permukaan di perbatas antara air dan u dara
pada ruang-ruang pori yang berdampingan akan menarik butiran-butiran tanah. Tahanan
gesekan (frictional resistance) yang dihasilkan oleh tekanan kontak memberikan efek yang
serupa seperti halnya jika tanah m emiliki kohesi (lihat Gbr. 2 1. 3a dan
b).
Segera setelah
109
Drainase tanah
Gbr.
pasir terendah, tegangan permukaan akan hilang dan tekanan kontak menjadi sama dengan
nol, serta pasir meluruh (disintegrates).
Pengamh mekanika dari kohesi yang diakibatkan oleh kelembahan-sentuh, bergantung
pada kepadatan relatif pasir. Jika pasir memiliki sifat padat, kohesi memperbesar tahanan
geserannya sedemikian jauh sehingga lereng vertikal dengan ketinggian beberapa kaki
dapat berdiri tegak tanpa penopang lateral. Di lain pihak, seandainya suatu pasir lembab
terendapkan secara lepas, misalnya saja melalui proses penimbunan (dumping), maka kohe
si akan mencegah partikel-partikcl tanah untuk turun ke keadaan (posisi) stabil serta me
ngurangi daya-dukung pasir hingga mendekati nol. Volume dari pasir yang semacam ini
dapat melebihi volume pasir sejenis yang berada dalam keadaan kering lepas. Kelebihan vo
lume itu adalah sekitar 20 sampai 30%. Gejala (phenomenon) ini dikenal sebagai bulking.
Karena gaya-gaya yang mempertahankan partikel-partikel dalam posisinya yang tak stabil
adalah sangat kecil, maka gejala bulking hanya terjadi pada kedalaman beberapa kaki di
bawah permukaan pasir. Pengaliran air akan mengurangi porositas pasir hingga menjadi
sama dengan porositas yang dimiliki oleh pasir sejenis tetap.i berada dalam keadaan
lepas-jenuh atau lepas-kering. Hal ini disebabkan oleh pengaliran air tersebut yang meng
akibatkan hilangnya tegangan-permukaan air.
Kerancuan Umum
Karena keadaan fisik yang menyebabkan pergerakan-kapiler air melewati tanah tidak
begitu jelas seperti halnya penelusan akibat pengaruh gravitasi, maka berbagai kerancuan
yang berbeda-beda muncul dalam publikasi-publikasi. Misalnya, dipercayai bahwa air
di dalam sebuah tabung kapiler tidak mungkin naik lebih tinggi daripada kenaikan di
dalam tabung-penyedotan daripada sebuah pompa (sekitar 30 ft). Nyatanya, tinggi yang da
pat dicapai air akibat penyedotan bergantung pada tekanan atmosfir, akan tetapi tidak ber
gantung pada diameter tabung penyedotarr. Sementara itu, tinggi yang dicapai air akibat
kekapileran (kapilaritas) tidak bergantung pada tekanan atmosfir, tetapi makin bertambah
besar dengan makin berkurangnya garis-tengah tabung. Jadi, ini merupakan bukti bahwa
kedua jenis kenaikan tersebut tidak memiliki perkaitan. Lebih jauh lagi, dalam keadaan
vakum (hampa) air tidak dapat tersedot (naik) ke dalam tabung penyedot, sedangkan
tinggi kenaikan kapiler pada keadaari ini sama dengan tinggi kenaikan kapiler di bawah
tekanan atmosfir.
Dipercayai pula bahwa sebagian besar air yang berada di dalam pasir halus tidak ikut
berperan dalam aliran rembasan akibat tertahan (dalam pasir) oleh gaya tarik-meharik
antar molekul. Pandangan ini tidak sesuai dengan kenyataan, yang telah diketahui dengan
baik, bahwa tebal lapisan-lapisan air yang "terikat" di sekitar padatan akibat gaya tarik
menarik antai molekul tidak lebih dari 0,1/-L. Pada jarak yang jauh dari lapisan-lapisan
tersebut, air kembali bersifat "normal" dan dapat mengalir bebas seperti halnya air
dalam jaringan-pipa (pipe line). Mengingat jumlah air yang terkandung dalam daerah de
ngan jarak 01
, /-L dari permukaan butiran-butiran pasir yang jenuh dapat diabaikan jika
,,
I
..
'
110
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan air, maka secara praktis seluruh kandungan air
merupakan air normal yang ikut berperan dalam aliran-rembasan.
Soal-soal
1.
Ukuran efektif sua tu pasir sa ngat halus adalah 0,05 mm, dan a ngka porinya 0, 6..
Brapa tinggi kenaikan kapiler he untuk pasir ini?
2. Kekuatan kompresif bebas suatu pasir halus padat yang lembab adalah 0 , 2 kg/
cm 2 , dan sudut gesekan dalamnya sebesar 40 . Berapakah intensitas tekanan segala arah
Pc yang d iperlukan untuk menghasilkan efek yang serupa terhadap kohesi, seperti yang di
hasilkan oleh kelembaban-sentuh?
Jwb. 0,05 6 kgjcm 2 .
111
J.Jrainase tanah
pori tanah ini sarna dengan jumlah air yang dikeluarkan (drainase oleh konsolidasi ).
Drainase dari sebarang jenis tanah dapat juga terjadi oleh karena penguapan dari per
mukaan yang tersingkap (ke atmosfir). Proses ini disebut drainase oleh pengeringan. Drai
nase tersebut mungkin terjadi akibat invasi udara, konsolidasi, atau invasi udara yang di
dahului oleh konsolidasi.
Tanah yang berbutir-sangat halus dapat juga dikuras (drained) dengan mengalirkan
arus listrik ke dalarn tanah tersebut. Proses seperti ini disebut drainas:: oleh elektro-osmo
sis. Jika bagian paling atas dari massa tanah jenuh yang berbutir-sangat halus dikenai suhu
di bawah titik beku, maka air di bagian yang lebih ke bawah massa tanah tersebut ditarik
dan berkumpul di bagian yang lebih ke atas dan akan turut berperan dalam pembentukan
lapisan-lapisan es. Tekanan,rembesan dari air yang menelus akan mengkonsolidasi tanah
yang terletak di bawah lajur pembekuan. Oleh karena itu, lapisan terse but dikatakan meng
alarni drainase akibat cuaca dingin dan kadar air rata-rata tanah yang berada dalam lajur
pembekuan akan bertambah. Alinea-alinea berikut ini akan menguraikan berbagai jenis
proses drainase.
Derajat kejenuhan S, (Pasal 6) dan rasio ruang-udara G0 dari tanah yang dikuras
dapat dihitung jika angka pori setelah drainase, berat satuan partikel tanah padat, serta
kapasitas penyirnpanan-air diketahui. Rasio ruang-udara didefinisikan oleh persamaan
Ga =
ruang-udara
__::.__
__
___
Sr(%)
1 00
(21.1)
Kurva A dan B dalan1 Gb;. 21.1 memperlihatkan hubungan antara rasio ruang-udara de
ngan ukuran butitan efektif untuk berbagai fraksi tanah yang dikuras dengan mengguna
kan dua metoda yang berbeqa. Dengan menerapkan metoda penyedotan kepada contoh
tanah yang jenuh, diperoleh data-data untuk memplot kurva A. Ke-vakum-an dilakuan'
selan1a 2 jam di ruang bawah contoh yang tingginya 4 inci. Kurva B menyatakan hasil
hasil pengujian yang dilakukan dengan metoda sentrifuga. Dalam pengujian ini, contoh di
kenai gaya sebesar 1 8000 kali gaya gravitasi selarna 2 menit (Lebedeff 1928).
Kendatipun pasir agak kasar, pengurasan pasir di laboratorium di bawah pengaruh
gravitasi masih berlangsung selarna bertahun-tahun dengan laju yang terns berkurang.
Gambar 21.2a memperlihatkan dua contoh .pasir 2 tahun setelah dirnulainya penguras
an. Pada kedua contoh tersebut rasio ruang-udara bertambah dengan sangat cepat dengan
meningkatnya ketinggian di atas muka air tanah, sebagairnana ditunjukkan dalarn Gbr.
2 L2b. Bahkan setelah 2 tahun rasio ruang-udara rata-rata dari kedua contoh ini masih
terusbertarnbah (King 1 899).
1 12
I
0.5
'
0,2
0.05
.
0,1
O.fJZ
(),()02 (),(}0/
().0175
0.01
'
.
......
0,9
---
r--....
,
k
'/'%
1'-,-<
//
"\ \
\
-
r
\
/
'//
\
....
O.,S
O,Z
0,05
o,1
'
r-e
0,1
'
\
\
(J.OZ
0,01
,...,
0,005
\
\
qoot MOl
Gbr. 2 1. 1. Hubungan antara ukuran butiran dan derajat kejenuhan setelah drainase. Kur
va A (Zunker 1 9 30) diperoleh dengan metoda penyedotan; kurva B (Lebedeff 1 928) di
peroleh dengan metoda sentrifuga; kurva C diperoleh dengan pengukuran di lapangan.
($47S
A.
0.083
Z44cm
e ..
Kelembaban yang
Tak-kon tinu
eoo
/50
101?
Kelembaban yang
Sem i-kontinu
Kelembaban yang
Kon tinu
(er)
1_,0
(b)
O=G,.
Gbr. 2 1 . 2. Kelembaban tanah. untuk dua contoh pasir yang berbeda set elah drainase se
lama 2Y:z tahun di laboratorium (King 1 899).
Proses-proses drainase akibat gravitasi yang terjadi di lapangan secara periodik disertai
pula aliran air yang masuk ke dalam tanah yang berasal dari hujan atau salju dan es yan
mencair. Pengaruh dari pengimbuhan (recharge) pada kadar kelembaban rata-rata dari
tanah yang dikuras di lapangan tidak saja bergantung kepada besarnya pengimbuhan dan
penguapan tetapi juga, sampai batas-batas yang luas, pada detik-detik dari stratiflkasi
l l?
Drainase tanah
tanah. Pengalaman juga menunjukkan bahwa rasio ruang-udara untuk tanah yang dikuras
di lapangan praktis tidak bergantu.ng pada ketinggian di atas muka air tanah. Scmentara
itu rasio ruang-udara dari contoh tanah yang dikuras di laboratoriuP.1 bertambah secara
konsisten ke arah atas, seperti diperlihatkan dalam Gbr. 21.2b. Jadi tidak ada hubungan
tertentu antara kapasitas penyimpanan-air dari tanah yang dikuras di laboratorium dengan
kapasitas penyimpanan-air dari tanah yang dikuras di lapangan. Hal ini dapat diamati
dengan membandingkan kurva-laboratorium A dan B dengan kurva C pada Gbr. 21.1.
Daerah berarsir di se}9tar kurva C menyatakan hubungan.antara rasio ruang-udara dengan
ukuran butiran efektif dari berbagai jenis tanah sesudah mengalami drainase akibat gra
vitasi di lapangan, di bawah kondisi iklim yang serupa dengan iklim di bagian Timur Ame
rika Serikat- Tengah. Observasi pada daerah-daerah dengan kondisi iklim yang berbeda
mungkin menghasilkan kurva yang sangat berbeda. Dan kurva-kurva-lapangan tidak dapat
diharapkan untuk memiliki lebih dari pada kecenderungan umum yang dipunyai kurva
laboratorium.
Untungnya, sehubungan dengan operasi-operasi dalam keteknikan. kuantitas air yang
keluar dari tanah umumnya tidak penting. akan tetapi yang lebih penting adalah efek
efek mekanik dari drainase serta waktu yang diperlukan untuk mewujudkannya.
Pengeringan Tanah
Bila suatu contoh lempung lunak dibiarkan berhubungan langsung dengan udara,
maka air akan ditarik dari bagian dalam con toh tanah ke arah permukaan di man a air
tersebut menguap. Selama proses tersebut, lempung bersangkutan menjadi lebih kaku dan
akhimya sangat keras. Keadaan di mana penguapan terhenti, bergantung pada kelembaban
relatif udara di sekitamya. Menurut hukum-hukum fisika, air akan menguap di setiap per
batas ait-udara, kecuali kalau kelembaban relatif udara terse but setidak-tidaknya sama de
ngan suatu harga tertentu sebagai suatu fungsi dari tarikan (tension) di dalam air. Kelem
baban relatif hra didefinisikan sebagai perbandinga_n antara berat uap air sesungguhnya
yang dikandung dalam udara pada suatu suhu tertentu dan jumlah uap terbesar yang dapat
terkandung pada suhu yang sama. Dalam keadaan lembab; .kelembaban relatif umumnya
berkisar antara 0 , 1 5 dan 0,9 5 . Pada keadaan luarbiasa (khusus) bisa mencapai 0,99. Se
andainya kelembaban relatif udara di atas permukaan air-bebas lebih kecil dari1,0, maka
1 14
air akan terus menguap sampai kelembaban relatif udara tersebut menjadi sama dengan
1 ,0 ; atau sampai semua air telah menguap. Jika air berada dalam suatu keadaan tarikan,
maka berhentinya penguapan akan terjadi pada harga kelembaban relatif yang lebih
rendah/kecil. Harga yang lebih rendah ini, yaitu h,, dikatakan sebagai tekanan uap rela
tif dari air yang bersangkutan. Pada selang temperatur antara 1 0 sampai 30C dan pada
selang tekanan uap relatif antara 0,7 sampai 1 ,0, hubungan antara tegangan netral uw
di dalam air dengan tekanan uap relatif h , air yang bersangkutan dapat didekati dengan
persamaan berikut:
Uw(kg/ cm 2)
- 1500 (1 - h ,)
(2 1 .2)
Sebagai contoh, j ika h r = 0,90, maka u w = - 1 50 kg/cm2 . Oleh karena itu, jika tegang
an netral dalam contoh lempung yang tersingkap ke udara sama dengan - 1 50 kg/cm2 ,
maka kadar air dalam contoh ini akan tetap hanya apabila kelembaban . relatif udara di
sekitarnya sama dengan 0,90. Seandainya tekanan uap relatip bernilai lebih kecil, maka ta
nah lempung ini akan terus melepaskan air yang dikandungnya melalui proses penguapan;
sedangkan jika lebih besar, air akan mengembun di permukaan dan mengakibatkan lem
pung membengkak sampai tarikan dalam air menurun ke harga yang memenuhi Pers.
2 1 .2. Kenyataan ini dapat digunakan sebagai dasar perhitungan tarikan di dalam air yang
terkandung pada bahan berpori yang berbutir halus seperti halnya lempung.
Jika air menguap di ujung sebuah pipa kapiler dengan jari-jari r (cm), maka keleng
kungan meniskus (menisci) dan tarikan uw dalam air akan terus meningkat sampai uw
menjadi sama dengan -hc rw Substitusi he dari Pers. 20.2 akan memberikan
0, 1 5 (g/ cm)
r cm
cos
(21 .3)
Penguapan lebih lanjut akan menyebabkan air tertarik ke dalam tabung pada suatu tegang
an netral yang konstan. Proses serupa terjadi pula pada air pori tanah-tanah yang dikering
kan. P-a da saat tanah mengering, harga uw mula-mula meningkat hingga mencapai harga
terbesar yang sesuai (compatible) dengan ukuran ruang-ruang pori di permukaan tanah.
Penguapan lebih lanjut akan menyebabkan u dara merembes ke dalam contoh tanah, se
hingga warna tanah yang bersangkutan mengalami perubahan dari gelap menjadi terang.
Pada awal dari tahap kedua ini, kadar air dari contoh tanah sama dengan batas-susut
(Pasal 7). Akan tetapi, selama tahap ini, tegangan netral Uw dapat terus meningkat
karena adanya penarikan air ke dalam lajur paling sem.pit. Penguapan akan terus ber
langsung sampai tekanan uap relatif hr (Pers. 2 1 .2) menjadi sama dengan kelembaban
rela tif h ra .
Air yang tertinggal di dalam tanah yang dikeringkan merupakan kelembaban-sentuh
yang disebut.kan dalam Pasal 20. Setelah mengalami pengeringan pada suhu kamar,
kadar air dalam tanah akan berkisar dari nol untuk pasir bersih hingga 6 atau 7% untuk
lempung pada umumnya. Rasio udara-ruang mempunyai rentang harga dari 1 ,0 sampai se
kitar 0,8. Pada keadaan ini pasir bersih sempurna bersifat tak berkohesi, sedangkan lem
pung akan bersifat sangat keras.
Jika suatu contoh tanah yang dikeringkan dengan tanur (oven-dried) kemudian di
dinginkan dalam persentuhan (kontak) dengan atmosfir, maka kandungan airnya akan me
ningkat. Air yang diserap oleh p artikel tanah dari atmosfir di sekitarnya dinamakan ke
lembaban higroskopik. Untuk sua tu contoh tanah tertentu jumlah kelembaban higroskopik
ini bervariasi terhadap temperatur dan kelembaban relatif udara. Pada umumnya kelem
baban ini meningkat jumlahnya dengan semakin berkurangnya ukuran butiran. Untuk pasir
hal ini dapat diabaikan. Bagi tanah lanauan hal tersebut sangat kecil, tetapi cukup untuk
Drainase tanah
1 1 :'/
5% berat kering.
15
tan dari daerah Great Lakes tersebut, p enguapan secara be rtahap meningkat besarnya. Be
sarnya sampai kira-kira
70
90
kalipun suatu contoh lempung yang dibungkus dengan p arafin disimpan dalam mangan
yang lembab, secara bertahap lempung tersebut akan menyusut. Penyusu tan ini menu njuk
kan adanya pelep asan uap air melalui ruang pori yang tak tampak namun kontinu di dalam
parafin.
Bersamaan dengan turunnya kadar air lempung yang dikeringkan, laju penguapan
juga tu run karena tegangan tarik meningkat dalam air-pori.
Menurut Pers.
2 1 .2, kenaikan
tegangan ini menyebabkan penurunan tekanan uap relatif. Penurunan demikian ini mem
punyai efek pelambatan te rhadap laju penguapan pada kelemb aban-relatif tetap yang
sama dengan yang diakibatkan oleh kenaikan kelembaban-relatip terhadap laju p enguap an
dari permukaan air yang bebas.
Di bawah batas susut, laju penguapan berlangsung jauh lebih lamb at, karena kelembab
an relatip u dara di dalam ruang pori selalu le bih tinggi darip ada kelembaban relatif di udara
terbuka. Segera setelah tekanan uap relatif di dalam ruang pori menjadi sama dengan ke
lembaban relatif u dara sekitarnya, penguap an yang berikutnya akan terhenti. Jika kelem
baban relatif
kemudian naik, kadar air dalam lempung ya.Q.g berangkutan akan ber
tambah sedikit.
-uw
(2 1 .4)
Tekanan ini d ikenal seagai.
tekanan kapiler.
'
116
As
Pk tan cp
(2 1 .5)
di mana rp menyatakan sudut gesekan internal untuk pasir, atau nilai sudut tahanan geseran
lempung pada percobaan konsolidasi-tertutup.
Pada batas susut, udara mengisi ruang-pori contoh tanah dan sebagai akibatnya, ke
lembabah tanah menjadi tidak kontinu lagi. Tegangan dalam air yang tetap tinggal dalar.1
lempung akan menghasilkan tekanan sentuh, seperti y ang diperlihatkan pada Gbr. 20.6,
dan tekanan sentuh ini pada akhirnya menghasilkan tahanan geser. Akan tetapi, karena
adanya diskontinuitas air-pori, maka hubungan antara As dan u ,.. tidak lagi memenuhi
Pers. 2 1 .3 dan 2 1 .5 .
Oleh karena adanya tekanan kapiler, maka bahan tak berkohesl-sempurna sekalipun se
perti halnya pasir bersih yang halus sewaktu-waktu memiliki ciri sebagairnana bahan lain
nya yang kohesif. Dengan demikian , contoh-contoh bahan tersebut akan memiliki suatu
kekuatan kompresi tertentu bila berada dalam keadaan bebas ( uncofined). Karena kohesi
tanah semacam itu sepenuhnya menghilang setelah pembenaman (immersion), maka
kohesi tersebut dinamakan kohesi soma (apparent cohession).
Kadar air pada saat kekuatan kompresi bebas (qu) dari contoh tanah yang dikering
kan mencapai maksirnum terutama bergantung pada ukuran butiran. Pernyataan ini di
ilustrasikan oleh Gbr. 2 1 .3 , yang memperlihatkan efek penurunan kadar air terhadap ke
kuatan kompresif tiga macam tanah yang bcrbeda akibat pengeringan tanah. Kadar air
masing-masing tanah pada batas sudut dinyatakan oleh Sw Untuk nilai w lebih kecil dari
pada Sw , derajat kejenuhan (Pers. 6.4) kira-kira sama dengan l OOw/Sw .
Untuk pasir halus bersih sempurna yang dibasahi dengan air destilasi (Gbr. 2 1 . 3a),
qu b ernilai maksirnum untuk derajat kejenuhan sekitar 80%. Pengeringan selanjutnya akhir-
Q.
(c) Lempung
s
c::
KadarAir w
Gbr. 2 1 . 3 . Kekuatan kompre11i bebas dari berbagai macam tanah pada kadar air di berbagai
tahap pengeringan di bawah batas 11usut dan pada kadar air di atalinya (b dan c diperoleh
dari basil pengujian oleh Atterbctg, 1 9 1 6).
1 17
nya menurunkan qu menjadi nol. Akan tetapi, jika celah-celah tanah diisi oleh air ledeng,
kotorannya akan mengendap selama penguapan dan membentuk lapisan yang sangat tipis
tapi menerus yang menempel pada butir-butir tanah dan menghubungkan butir-butir tanah
tersebut pada titik sentuhnya. Jadi, selama tahap akhir pengeringan, pasir memperoleh se
dikit kohesi, seperti ditunjukkan dalam Gbr. 2 1 .3a oleh garis putus-putus.
Hubungan antara
dan
qu
2 1 .3b. Pacta saat kadar air mendekati batas susut, kekuatan tanah bertambah. Pada batas
susut, air mengisi ruang p ori contoh tanah, dan kekuatan tanah berkurang perlahan-lahan
sampai derajat kejenuhan menjadi sekitar sama dengan 1 0%. Sesudah itu , kekuatan tanah
meningkat dan menjadi 1ebih besar daripada kekuatan tanah pada batas susut (Atterberg,
19 1 6).
Kekuatan lempung (Gbr. 2 1 .3c) di bawah batas susut bertambah dengan suatu laju
pertambahan bila saat keadaan kering didekati.
1 18
dengan melapisi permukaan lempung tersebut dengan lapisan bitumen sebelum beton di
cor di sana.
Slaking
Bila contoh lempung kering (Gbr.
2 1 .4)
bagian luar contoh akan menjadi jenuh dan u dara terperangkap di b agian dalam. Tekanan
di dalam udara akan menghasilkan tegangan tarik di dalam kerangka tanah yang padat
yang bisa menyebabkan keruntuhan tegangan di sepanjang suatu permukaan seperti p er
mukaan
ab.
slaking.
Bh:!;;jm
b1
Gbr. 2 1.4. Diagram yang niengilustrasikan proses slaking dari lempung kering.
4).
ditarik ke arah partikel-parHkel tanah, dan selaput air yang bersentuhan dengan p artikel
tanah akan bermuatan positif karena adanya kelebihan ion positif.
Meskipun tidak
ada 6atas yang jelas antara air bermuatan positif dengan yang netral, tapi untuk
(a}
(b)
Lapisan
Ganda L istrik
Gbr. 2 1 . 5. Diagram yang mengilustrasikan beda antara aliran yang melalui pipa kapiler
dan yang melalui tanah yang dihasilkan oleh suatu hulu hidraulik (b) dan oleh arus lis
trik (a).
1 19
Drainase tanah
keperluan saat ini kita dapat menganggap bahwa muatan-muatan listrik berada pada lapis
an yang terdefinisi dengan baik (Gbr. 2 1 .5a) dan dikenal sebagai lapisan ganda listrik.
Ion-ion positif, yang terkonsentrasi dalam air yang berada di dekat partikel-partikel tanah,
ditarik oleh elektroda negatif dan ditolak oleh elektroda positif. Karenanya, lapisan p osi
tif itu bersama-sarna dengan kolom air netral yang menyertainya berpindah ke arah katoda.
Aliran air yang dihasilkan oleh arus listrik ini dikenal sebagai sua tu gejala elektro-osmosis.
Perlu diperhatikan bahwa kecepatan aliran adalah tetap pada penampang lintang pada
semua kolom air yang dikelilingi oleh lapisan ganda tersebut, sedangkan kecepatan aliran
air gravitasi melalui sebuah pipa kapiler meningkat mulai dari dinding tabung ke arah
pusat tabung kapiler terse but seperti ditunjukkan dalam Gbr. 2 1 . 5 b.
Kecepatan v ( centirneter per detik) aliran air oleh elektro-osmosis melalui sebuah
tabung silinder diberikan secara pendekatan melalui persamaan
V =
mana e
(coulomb / cm2 )
E (volt)
d (cm)
2
'11 (g detik/cm )
l (cm)
::::
=
=
=
=
1 ,02 X I0-4deE
T}l
(2 1 .6)
viskositas air
panjang tabung
Untuk bahan pembentuk tabung y ang tertentu dan untuk rentang temperatur yang
cukup kecil, nilai-nilai e, d, dan T1 hampir konstan dan Pers. 2 1 .6 dapat ditulis kembali
sebagai
V =
k.i.
(2 1 .7)
1 20
an, tetapi juga dengan pembentukan retakan dan rekahan, terutama di daerah yang ber
dekatan dengan anoda. Pada umumnya anoda akan mengalami korosi bila ion-ion logam
berpindah ke tanah; endapan ion-ion ini, sebagaimana halnya penggantian ion-ion ber
valensi rendah dengan ion-ion yang membawa muatan lebih besar, menimbulkan per
ubahan yang sifatnya tetap pada batas-batas Atterberg dan karakteristik-karakteristik
tanah yang lain . Gejala-gejala fisika-kimia yang terlibat sangat rumit dan belum dapat di
pahami dengan baik.
1 93 5).
Lensa-lensa es hanya terbentuk dalam tanah berbutir halus. Akan tetapi ukuran butir
an kritis yang menandai batas antara tanah yang mengalami pembentukan len sa es dan
tanah yang tidak mengalaminya bergantung pada keseragaman tanah yang bersangkut
an. Pada tanah yang sempurna seragam, lensa-lensa es tidak dapat terbentuk, kecuali jika
ukuran butirannya lebih kecil dari 0,0 1 mm. Tanah yang sempurna seragam harus me
ngandung sekurang-kurangnya 1 0% butir yang berukuran lebih kecil dari 0,02 mm. Pem
bentukan lensa-lensa es di dalam tanah berbutir campuran menghendaki bahwa butiran
butiran yang berukuran kurang dari 0,02 mm setidaknya paling sedikit 3% dari jumlah
butiran keseluruhan. Pada tanah yang memiliki kurang dari 1 % butiran yang berukuran le
bih kecil dari 0,02 mm, lensa-lensa es tidak akan terbentuk pada semua keadaan yng dapat
dijumpai di lapangan.
Gambar 2 1 .6 memperlihatkan tiga buah contoh lanau jenuh yang halus. Contoh lanau
a dikelilingi oleh udara, sedangkan ujung-ujung bawah contoh b dan c direndam ke dalam
air. Suhu di ujung-ujung atas setiap contoh dibuat tetap di bawah titik beb . Pada contoh
a, air yang memasuki lensa-lensa es ditarik keluar dari bagian bawah contoh. Konsekuensi
nya, bagian bawah ini akan mengkonsolidasi dengan cara yang serupa seperti halnya apa
bila air ditarik ke arah permukaan penguapan di ujung atas. Pertumbuhan lensa-lensa es
dapat terus berlanjut sampai kadar air di bagian bawah turun mencapai batas-susut. Karena
seluruh air yang masuk ke lensa-lensa es berasal dari dalam contoh tanah, maka contoh
termaksud dikatakan sebagai suatu sistem tertutup. Penting dicatat bahwa kenaikan volume
yang bcrkaitan dengan pembekuan suatu sistem tertutup tidak akan melebihi kenaikan
volume air yang terkandung dalam sistem. Kenaikan volume termaksud berkisar antara 3
dan 5% dari volume keseluruhan.
Pada b, air yang diperlukan u11tuk pertumbuhan awal lensa didapat dari luar contoh
tanah, dan setelah itu bagian bawah dari contoh akan berkonsolidasi. Tetapi, dengan ber-
1 21
Drainase tanah
lanjutnya konsolidasi, makin banyak ait yang ditarik dari wadah (pool) yang terletak di
bawah contoh tanah. Pada akhirnya, baik laju aliran ke arah lajur pembekuan maupun
kadar air dari 1ajur yang tak mengalami pembekuan yang dilalui oleh air yang menelus
akan menjadi konstan. Secara teoritis, . tebal total lensa-lensa es yang terdapat pada sistem
ini dapat bertambah terus tanpa batas.
(b)
(a)
Dingin
(c)
- - - -t
Konso
/idasi
Pemuaian
.lm. "Pea"
KonsoHanga t /idasi
Ke rikil
Gbr. 2 1 . 6 . Diagram yang mengilustrasikan aksi es terhadap tanah. (a) Sistem tertutup.
(b) Sistem terbuka. (c) Metoda pengubahan dari sistem terbuka ke sistem tertutup dengan
menggunakan sebuah lapisan pasir kasar yang memotong (menghalangi) aliran kapiler ke
arah lajur yang mengalami pembekuan.
Sistem terbuka yang dinyatakan oleh b dapat ditiansformasikan menjadi sebuah sis
tem yang sifatnya tertutup, yakni dengan jalan menyisipkan selapis bahan yang berbutir
kasar di antara lajur yang bersuhu pembekuan dan m1:1ka air tanah, seperti ditunjukkan
oleh c. Dalam hal ini, karena air tersebut tidak dapat naik melewati lapisan kasar, maka
bagian atas dari contoh c merupakan sebuah sistem tertutup.
Dalam praktek keteknikail, sistem-sistem terbuka dijumpai bilamana jarak vertikal
antara muka air tanah dengan lengkung line) pembekuan akan lebih kecil daripada tinggi
kenaikan kapiler dari tanah. Karena air yang berpindah dari reservoar air tanah akan terus
digantikan oleh yang lain, maka lensa-lensa es akan terus bertumbuh sepanjang kala (pe
rioda) pembekuan, dan permukaan tanah yang terletak di atas lajur pembekuan akan naik
(terangkat ke atas). Gejala ini biasanya dikenal sebagai pengangkotan akibat cuaca dingin
(frost heave). Walaupun derriikian di daerah yang beriklitn agak dingin, seperti New Eng
land, pengangkatan akibat cuaca dingin yang mencapai 6 inci jarang ditemui. Pengangkat
an akibat cuaca dingin biasanya tidak seragan1, karena tebal dari lensa-lensa es secara tegas
mencerminkan keanekaragaman permeabilitas tanah yang menjadi dasarnya. Karena itu,
(perkerasan) jalan raya yang terletak di atas lajur pembekuan sangat cenderung untuk
patah. Pencairan y ang te rjadi selanjutnya akan mengubah tanah yang berisikan lensa es
menjadi lajur dertgan bahan supersaturasi yang konsistensinya seperti bubur. Keadaan
ini mungkin lebih merusak jalan-jalan dibandingkan dengan kerusakan yang diakibat
kan oleh pengangkatan akibat cuaca dingin sebelumnya.
Kecenderungan lensa-lensa es terbentuk dan tumbuh akan bertambah secara cepat
dengan makin berkurangnya ukuran butiran. Sementara itu , laju aliran air dalam sistem
terbuka ke arah lajur pembekuan makin berkurang dengan makin berkurangnya ukuran
butiran. Oleh karena itu sangat beralasan untuk menetapkan bahwa keadaan peng
angkatan akibat cuaca dingin yang terburuk akan dijumpai pada tanah yang memiliki ukur
an butiran menengah (intermediate). Dalam kenyataannya, pengalaman menunjukkan
bahwa kesulitan terbesar sehubungan dengan peristiwa pengangkatan akibat cuaca dingin
terjadi pada lanau-lanau halus dan campuran lanau-pasir dengan ukuran butiran yang
agak lebih halus daripada ukuran bu tiran tanah yang kenaikan kapilernya dalam pericida
1 22
24 jam bernilai paling besa,r (lihat Gbr. 20.3). Pada suatu tubuh/massa tanah dengan
karakteristik ukuran butiran tertentu yang merupakan sebuah sistem tertu tup, intensitas
pertumbuhan lensa es makin bertambah dengan makin bertambahnya kompresibilitas ta
nah.
Aksi es di daerah lembab dengan musirn dingin yang hcbat sepadan dengan perubah
an volume tahunan yang terjadi akibat pengeringan di daerah setengah-kering dcngan
musim panas yang bersuhu tinggi, seperti di Texas bagian tengah. Aksi es itu tidak hanya
merusakkan j alan-jalan tetapi juga akan menggeser dinding-dinding penopang (lihat Pa
sal 46)
dan mengangkat pondasi-pondasi y ang dangkal. Walaupun begitu , dengan me
nyisipkan selapisan kerikil di antara muka air tanah yang p aling tinggi dan lengkung pem
bekuan, maka badan tanah yang mengalami pembekuan dapat ditransformasi darj sebuah
sistem terbuka menjadi sistem tertu tup, dan di samping itu pengangkatan akibat cuaca
dingin dapat dipertahankan dalam batas-batas yang masih dapat diterirna.
Soal-soal
1. Kandungan air sebuah contoh tanah terkuras adalah 1 6%, porositasnya 42%, dan
berat satu an dari partikel tanah padat adalah 2 , 70 g/cm 2 Hitunglah rasio udara-ruang.
Jwb.
0,40.
2. Suatu contoh lempung sangat lunak yang asli d ib iarkan tanpa pelindung dalam se
buah ruangan yang lembab. Lempung ini menja'd i lebih kaku sampai kekuatan kompresif
bebas akhirnya menjadi sama d engan 1 0 kg/cm2 Nilai sudut tahanan geseran d ari lempung
pada percobaan konsolidasi-tertutup adalah 20 . Hitunglah kelembaban relatif udara.
Jwb.
0,9 9 3 6
Bacaan Pilihan
Casagrande, A. ( 1 9 3 1 ). "Discussion: A new theory of frost heaving," Proc. Hwy. R es.
Board, 11 , pp. 1 68-1 7 2 .
Beskow, G . ( 1 93 5 ) . "Tjalbildningen och Tjallyftningen m e d Sarskild Hansyn till Vagar och
Jiirnviigar" (Soil freezing and frost heaving with special application to roads and rail
roads). S veriges Geologiska Undersokning, S tockholm, Series Cv, No. 3 7 5 , 242 pp.
Osterberg, J . O. ( 1 940), "A survey of the frost-heaving problem," Civil Eng. , 10, pp. I 001 02. Terdiri dari salah satu pokok pembicaraan dari daftar buku yang sudah disingkat.
Physics of the Earth-Part IX, "Hydrology" ( 1 942). Edited by O.E. Meinzer, New York,
M cGraw-Hill. 1 st ed., pp. 3 3 1 -3 84. Review of present knowledge concerning soil
moisture.
Yong, R. N. and B. P. Warkentin ( 1 966). "Soil freezing and permafrost," Chapter 1 2 in
In troduction to soil behavior, New Ym:k, MacMillan, pp. 3 9 1 -428.
,.
'
BAGIAN
DUA
MEKANIKA TANAH
TEORITIK
Pembahasan mekanika tanah secara teoritik terutama ditekankan pada interaksi antara
tanah dengan air (Bab 4), persyaratan-persyaratan yang membatasi keadaan kese timbangan
luar (Bab
6).
5),
HIDROLIKA TANAH
PASAL 22 LINGKUP PERMASALAHAN HIDROLIKA
Interaksi antara tanah dengan air yang menelus terpecah menjadi beberapa kelom
pok permasalahan dalam teknik bangunan tanah. Kelompok pertama melingkup peng
estirnasi-an jurnlah air yang akan memasuki galian (pit) selama berlangsungnya pembangun
an, atau jumlah air yang hilang akibat penelusan baik melewati tubuh atau lapisan tanah
sebelah bawah (subsoil) suatu bendungan (Pasal 23). Kelompok kedua mempersoalkan
pengaruh permeabilitas terhadap laju pengurasan air dari lapisan lempung yang terbeban
(Pasal 25). Pengaruh tekanan rembesan terhadap kestabilan lereng dan pondasi dimasuk
kan ke dalam kelompok ketiga. Mengingat kelompok permasalahan terakhir ini juga
mencakup tinjauan mengenai keadaan kesetimbangan m assa tanah, maka permasalahan
hidrolika dalam kategori ini baru akan diberikan dalam Bab 5 yang berjudul "Kese tirnbang
an Plastis dalam Tanah".
Pemecahan secara teoritik untuk m asing-masing permasalahan tersebut akan didasar
kan pada pengandaian (asumsi) bahwa massa tanah tempat air menelus bersifat homogen
atau mungkin tersusun dari beberapa lap isan homogen yang perbatas-perbatasnya ter
defmisi dengan jelas. Asumsi yang serupa juga akan digunakan dalam menurunkan teori
teori mengenai tekanan tanah (earth-pressure), kestabilan dan penurunan. Akan tetapi
dalam permasalahan h idrolika, irnplikasi p raktis yang tirnbul dari asumsi ini pada dasar
nya akan berbeda.
Tekanan tanah, kestabilan , dan penurunan semata-mata ditentukan oleh nilai rata-rata
dari sifat-sifat tanah (yang ikut berperan). Penyebaran (scattering) atau penyirnpangan dari
nilai rata-rata tersebut 'hanya akan memberikan konsekuensi praktis yang kecil. Di lain
pihak, dalam permasalahan hidrolika, detil geologi yang nampaknya tak berarti mungkin
memberikan pengaruh yang menentukan terhadap jurnlah rembesan serta distribusi tckanan
rembesan di seluruh tanah. C on toh berikut ini mengilustrasikan hal tersebut.
Jika suatu endapan p asir yang tebal mengandung sejurnlah lap isan tipis lanauan halus
yang p adat atau lempung kaku, maka lapisan-lapisan ini secara p raktis tidak mempengaruhi
penurunan bangunan yang terletak di atas p asir ini, kapasitas daya dukung ak}lir, maupun
tekanan lateral yang dihasilkan pasir yang bekerja pada struktur penahan suatu galian
terbuka di atas muka air tanah. Jadi, dalam hal ini, lapisan-lapisan semacam ini d apatlah
diabaikan. Tak ada bedanya, apakah mandor pemboran membuatkan catatan mengenai
lapisan-lapisan itu ataupun tidak.
Di hlin pihak, sehubungan dengan berbagai permasalahan praktis yang mencakup alir
an air melalui p asir, m isalnya dari sebuah kolam di hulu sederetan turap ke sebelah hilir
nya, maka ada tidaknya lapisan-lapisan tipis tanah yang.:relatif tak-permeabel merupakan
masalah yang penting. Jika salah satu lap isan-lapisan tersebut di atas bersifat kontinu dan
terletak di atas ujung bawah turap , maka lapisan ini hampir sama sekali menghalangi
aliran. Jika lapisan-lapisan terse but bersifat tidak kontinu, kita tetap tidak mungkin meng
estirnasi pengaruhnya terhadap jumlah dan arah< rembesan tanpa mengetahui derajat ke
kontinuannya. Selain itu, cara-cara yang praktis tidak dapat menentukan derajat ke-
1 26
Di dalam analisis berikut ini;diasumsikan bahwa aliran air y ang melewati tanah meme
nuhi hukum Darcy (Pers. 1 1 .6) di mana tanah terdiri atas bahan-bahan y ang relatif tak
kompresibel, misalnya pasir, pasir lanauan, atau serbuk batuan.
Untuk menghitung laju aliran air yang melewati tanah semacam ini, perlu ditentukan
intensitas serta distribusi tegangan-tegangan netral yang biasanya dikenal sebagai tekanan
air-pori (porewater pressures). Tegangan-tegangan ini dapat ditentukan dengan meng
gambarkan suatu grafik y ang disebut jaringan aliran (flow net), yang menyatakan aliran air
melewati tanah tak-kompresibel (Forchheimer 1 9 1 7). Untuk mengilustrasikan metoda
tersebut, kita akan menghitung jumlah air y ang keluar dari sebuah kolam yang menelus
Tinggi
Air
(a)
,- -- -
dz
az
- - - -.,.... d,r
-'- ax
Gbr. 23. 1 . (a) Aliran air di sekitar bagian bawah dari sebaris turap dalam pasir yang homo
gen. (b) Kondisi tekanan hidrostalis di keempat sisi dari elemen pasir yang ditunjukkan da
lam Gbr. (a).
127
Hidrolika tanah
melalui tanah-di bawah-permukaan dari turap tunggal yang berfungsi sebagai anak ben
dungan seperti diperlihatkan dalam Gbr.
D1 .
P asir
tersebut terletak di atas dasar tak-permeabel yang horisontal. Hulu hidraulik (hidraulic
head)
h 1 (lihat Pasal 11) dijaga konstan. Air yang masuk ke dalam pasir melintasi kurva
lengkung-lengkung aliran (flow lines). Salah satu lengkung alir
Gambar 23.1 b memperlihatkan sebuah elemen prismatik ( dengan skala yang diper
besar) dari sebuah lapisan permeabel. Panjang sisi-sisi elemen te rsebut pada bidang kertas
adalah dx dan dz . Panjang sisi elemen y ang tegak lurus bidang kertas adalah dy. Jika kita
mengandaikan
Maka jumlah total air yang m asuk ke dalam elemen per satuan
Vz
dz dy + v. dx dy
a kt u adillah
Seandainya cairan sama sekali tidak kom prcsibel . dan volume ru ang p ori yang ditempati
oleh air tidak berubah/konstan, maka ju mlah air v ang m asu k akan sama dengan jumlah
- (vz dz dy + v, dx dy) = 0
atau
avz
av.
- + -= 0
az
ax
(23.1)
untuk aliran yang paralel terhadap bidang XZ. Namun sebetulnya aliran air yang melewati
tanah tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan kontinuitas, sebab bagaimana pun juga
baik air maupun tanah, setidaknya memiliki sedikit k ompresibilitas. Akan tetapi, dalam
permasalahan rembesan praktis pada umumnya, walaupun tidak selalu, kompresibilitas
tanah dan air dapat diabaikan.
Dengan menggabungkan Pers. 23.1 dan Pers. 11.6 memberikan
Vz
= ki,. = k
ah
ax
dan
potensial kecepatan.
= kh
terhadap
Vx
128
Vz
a<I>
= -
ax
dan
a<I>
v. =
az
(23.2)
Persamaan yang terakhir ini dikenal sebagai persamaan Lap/ace, yang merupakan persama
an dasar aliran tunak (steady) dua dimensi untuk fluida tak-kompresibel yang melewati
bahan berpori tak-kompresibel. Sccara grafik, persamaan tersebut dapat dinyatakan oleh
dua himpunan kurva-kurva yang saling berpotongan tegak lurus. Kurva-kurva pada satu
himpunan disebut lengkung-lengkung aliran, sedangkan kurva-kurva pada himpunan lain
nya disebut lengkung-lengkung sepotensial. Pada semua titik-titik sepanjang sebuah leng
kung sepotensial, air akan naik dalam tabung piezometri ke suatu ketinggian yang disebut
tinggi piezometri (Pasal 11) untuk lengkung sepotensial yang bersangkutan. Semen
tara itu, partikel-partikel air bergerak di sepanjang lengkung-lengkung aliran pada arah
tegak lurus terhadap lengkung-lengkung sepotensial.
Di dalam permasalahan yang diilustrasikan oleh Gbr. 23.Ia, permukaan pasir di se
helah hulu dan hilir aliran masing-masing merupakan lengkung sepotensial, dan permuka
an dari dasar yang tak-permeabel tersebut merupakan sebuah lengkung aliran. Keadaan
keadaan ini merupakan syarat-syarat batas hidraulik dari permasalahan yang bersangkutan.
Dengan menyelesaikan Pers. 23.2 sesuai dengan syarat-syarat batas tersebut, kita akan men
dapatkan data yang diperlukan untuk pembuatan jaringan aliran seperti yang diperagakan
dalam Gb.r. 23.la. Setiap "jalur'' di antara dua lengkung aliran yang berdekatan disebut
jalur aliran (flow channel) dan tiap bagian dari sebuah jalur aliran yang terletak di antara
dua lengkung aliran dinamakan sebuah medan (field). Pada umumnya disarankan untuk
membuat lengkung-lengkung sepotensial sedemikian rupa sehingga beda antara dua tinggi
piezometri untuk dua lengkung sepotensial yang berdekatan merupakan sebuah konstanta.
Perbedaan ini dinamakan kehilangan potensial (potensial drop) D..h . Jika hulu hidraulik
total = h 1 dan Nd menyatakan banyaknya D..h (pada Gb r. 23 l a, Nd = 1 8), maka ke
hilangan potensial akan sama dengan
.
(23.3)
AIJabila jaringan aliran telah terbentuk, maka tekanan airpori di setiap titik dalam ja
ringan aliran, misalnya titik C dalam Gbr. ' 23.1.a, dapoat ditentukan berdasarkan alasan
alasan berikut ini. Seandainya tidak ada aliran, yakni jika permukaan tanah di sebelah hilir
aliran bersifat kedap, maka hulu piezometri di titik C akan sama dengan jumlah hulu hidra
ulik h 1 dan hulu posisi h2 + he . Namun, sebagai konsekuensi dari adanya aliran, adalah
terdapatnya suatu kehilangan hulu (head) di antara permukaan tanah di sebelah hulu alir
an dan titik C. Karena C terletak di scbelah kanan perbatas kehilangan sepotensial (equi
potential drop) yang ke- 1 6 dan Nd = 18, maka kehilangan hulu (head) sama dengan
1 6 h 1 I 1 8. Dengan demikian, tekanan di dalam air pada titik C adalah
Suku
semata-mata diakibatkan aliran air dan dikenal sebagai tekanan hidrostatis lebih (excess
hydrostatic pressure).
129
Hidrolika tanah
jj_h
k-
k hl
a Nd
- -
Jika lebar medan pada arah tegak lurus lengkung aliran adalah sama dengan b, maka
jumlah air yang mengalir melewati medan, per satuan le bar turap , adalah
jj.Q
bv
b hl
k--
a Nd
N1 jj_Q
kh1
N,
Nd
N1
Setelah kita membuat Janngan aliran, maka dengan menggunakan Pers. (23 . 5) tersebut
kita dapat menghitung besarnya rembesan.
Tekanan total hidrostatis lebih di sebelah hulu aliran dari elemen kubus dengan sisi
= a adalah
yang dipindahkan air kepada butiran-butiran tanah. Karena Ah/a sama dengan kelandai
an hidraulik i, dan a3 adalah volume elemen, maka gaya yang dilakukan air kepada tanah
per satuan volume sama dengan
P
i'Yw
(23.6)
Gaya ini dikenal sebagai tekanan. :embesan. Dimensinya sama dengan dimensi berat satuan
dan titik kerjanya sedemikian hihgga merupakan garis singgung di setiap titik pada
lengkung aliran.
1 30
(Cl)
(1mb. 23. 2. Langkah-langkah dalam pembuatan jaringan aliran. (a) Penampang melintang
melewati lapisan yang tak-kedap. (b) Hasil dari percobaan pertama untuk membuat jaring
an aliran. (c) Hasil dari perbaikan jaringan yang sudah dibuat di (b). (d) Bentuk akhir
jaringan aliran.
v;
131
Hidro/ika tanah
23 . 2c
sampai m edan-m edan yang k ecil itu berbentuk bujur sangkar. Hasilnya t er!ihat dalam
Gbr.
23. 2d. Setiap medan dalam qbr. 23.2c t elah dibagi menjadi empat huah medan
yang kecil dan berbagai penyim pangan kecil telah dih ilangkan.
Untuk setiap kepentingan / tujuan praktis, jaringan aliran cukup memuaskan apabila
semua m edan telah dikatakan berb entuk bujur sangkar. Kendatipun jaringan aliran nam
pak kurang akurat, namun memb erikan hasil yang cuk-u p handal. Gambar 2 3 . 3 dan
23.4
dapat bcrtindak sebagai penuntu n untuk pembuatan jaringan aliran yang m e m e nu h i ber
bagai syarat bat as hidraulik. Pacta jaringan aliran dalam Gbr.
23.4a
yang menyatakan pennukaan air-bebas yang selu ruhnya te rletak dalam medium yang
Tinggi Air
(a)
,. '; ) )p]
I
,,
(b)
(c)
Tinggi Air
I
I
I
I
I
I
I
7771 ;;;);;; 1 > ;n > >>,J;,,>;;;); r;/n> ;;;) ; ;;;;;;;;>n;;;; > > > 1 "' "n
I
Tinggi Air
(d)
,
(
I
I
I
,
I
I
I
I
I
I
1
I
1
1
Gbr. 23.3. Rembesan melewati. pasir homoaen di bawah 'dasar bendungan beton (A. Ca
arande 1 93Sa).
132
kedap air. Di sepanjang permukaan ini, jarak vertikal antara tiap pasang lengkung se
potensial yang berdekata:1 merupakan sebuah konstanta yang sama dengan Ml .
Semua jaringan aliran dibuat atas dasar asumsi bahwa tanah di dalam sebuah lapisan
tempat air menelus memiliki permeabilitas yan!> seragam. Pada lapisan tanah alami, per
meabilitasnya bervariasi dari satu titik ke titik lainnya teru tama sepanjang garis yang te
gak lurus terhadap perbatas-perbatas lapisan tersebu t. Oleh karenanya, perbedaan antara
sketsa jaringan aliran yang sangat kasar dan jaringan aliran yang akurat biasanya cukup
kecil jika dibandingkan dengan perbedaan antara pola aliran dalam tanal1 yang sebenar
nya dan pola aliran seperti yang ditunjukkan oleh jaringan aliran yang akurat. Karena
kondisi universal ini, maka tidak diperlukan percobaan pembuatan jaringan aliran yang
sen;purna atau penelaahan model yang teliti.
Penggunaan model-model yang didasarkan pada analogi antara aliran air dalam kon
duktor merupakan cara yang memuaskan untuk membuat jaringan aliran seperti yang
diperagakan dalam Gbr. 23 .4a yang memiliki permukaan air-bebas. Akan tetapi, pe
nyusunan peralatan yang dibutuhkan tidak mesti dilakukan kecuali jika akan dibuat
banyak jaringan aliran yang sejenis dengannya.
Rembesan me/alui Tanah dengan Iotropi Transversal
Jaringan aliran pada. Gbr. 23 . 1 sampai 23.4 dibuat dengan asumsi bahwa tanah se
cara hidraulik bersifat isotropis. Dalam kenyataannya, massa tanah seringkali dijumpai
dalam keadaan terstratifikasi atau sama sekali tidak terstratifikasi. Dengan demikian,
seperti telah dijelaskan dalam Pasal 1 1 , permeabilitas rata-rata k1 pad a arah paralel de
ngan bidang stratifikasi senantiasa lebili besar daripada permeabilitas rata-rata ku pada
Gbr. 23.4. Rembesan melalui bendungan homogen imajiner yang terbuat dari pasir her
sib yang sangat halus.
1 33
Hidrolika tanah
arah tegak lurus bidang tersebut. Pembuatan jaringan aliran u ntuk massa tanah yang
terstratifikasi ini dilakukan dengan memandang tanah nyata sebagai bahan homogen de
ngan permeabilitas horisontal dan vertikal masing-masing adalah k1 dan ku. Medium de
ngan sifat-sifat seperti ini dikatakan memiliki isotropi transversal.
Untuk membuat jaringan aliran pada suatu medium homogen dengan isotropi trans
versal, kita laksanakan tahap sebagai berikut: kita buat gambar yang memperagakan penam
pang vertikal melewati lapisan permeabel sejajar dengan arah aliran . Skala horisontal gam
bar diperkecil dengan mcmperkalikan semua u kuran horisontal dengan .J ku/k1. Pada pe
nampang yang telah ditransformasi ini, kita buat jaringan aliran apabila mediu bersifat
isotropik. Dimensi horisontal dari jaringan aliran ini selanju tnya diperbesar dengan me
ngalikannya dengan .../k1/kn. Besarnya rembesan diperoleh dengan mensubstitusi
k
Vk;k;;
ke dalam Pers. 23. 5. Jadi, ungkapan besarnya:rembesan per satuan le bar medium adalah
(23.7)
Prosedur tersebut di atas diilustrasikan oleh Gbr. 23.5.
Metoda di atas (Samsioe 1 93 1 ) dikembangkan sepenuhnya berdasarkan ma tema tik
tanpa mengadakan asumsi-asumsi penyederhanaan. Oleh karena itu , hasilnya sama handal
nya dengan Hukum Darcy dan nilai k1 dan ku yang terlibat dalam perhitungan tersebut.
Nilai rata-rata k1 untuk hampir semua lapisan tanah jauh lebih besar daripada kn.
Akan tetapi, rasio k1/kn berkisar dari sekitar dua atau tiga sampai dengan .beberapa ratus,
dan tidak ada cara untuk menentukan nilai tersebut secara akurat untuk suatu endapan ter
tentu. Oleh karenanya, sebaiknya kita membuat sketsa dua buah jaringan aliran. Jaringan
aliran yang satu digambar berdasarkan nilai k1/kn terbesar yang mungkin, dan jaringan alir
an yang lain didasarkan pada nilai terkecil dari rasio tersebut. Dalam pemilihan nilai-nilai
ini, pertimbangan harus dipusatkan kepada kenyataan bahwa k1/k;1 tidak dapat kurang dari
satu tetapi tidak pula dapat lebih besar daripada rasio antara koefisien permeabilitas lapis
an yang paling permeabel dengan koefisien permeabilitas lapisan yang paling kurarig per
meabel. Untuk keperluan disain , kita harus mempertahankan jaringan aliran yang mewakili
kondisi yang paling tidak diinginkan, atau kita harus mengadakan persiapan lain untuk
memastikan bahwa perbedaan antara rembesan yang sebenarnya dan rembesan yang di
perkirakan selama masa konstruksi masih berada dalam batas-batas keam.anan.
(a) PENAMPANG YANG
DI TRANSFORMASIKAN
1 34
r0
23.6a
H0
sumur terh adap dasar lapisan yang tak-kedap dituru nkan dari H 1 ke H melalui pemompa
an dengan laju konstanta
h.
H1
men
Dalam hal ini dianggap bahwa aliran air ke sumur berarah r adial dan horison t al.
1 1 .6,
kiA
1" dr
' r
diperoleh:
dh
k - 21rrHo
dr
21rH o k
r dh
}h,
_
21r_H
_
o_
k__:_
(h 2 - h I)
____
r2
(23 .8)
log, Tt
Q
27rH o(h2
ht)
k,
r2
log, -
( 23.9)
Ti
Penentuan pcrmeabilitas yang paling akurat adalah dengan melaku kan pengu kuran
dan
h2
r1
dan r2 (Pasal
44,
Jilid
pengaruh
R, h2
2).
r1
R,
h1
r0, h 1
jari-jari
(radius of influence) dari sumur, menyatakan jarak di man a muka air-tanah mulai
mendatar. Bersama ini tak perlu diketahui dengan tcliti sebab jika
pertambahan dari logaritma
Rfr0
Rfr0
bertambah, maka
jauh lebih kecil. Dcngan dcmi kian, kalau orde dari nilai R
tanpa perlu
(a )
(b)
Gbr. 23. 6 . Diagram yang mengilustrasikan aliran air menuju sumur selama uji-pemompaan.
(a) Jika tinggi piezometri di a tas lapisan tak-kedap-air. (b) Jika permuakan air-bebas terletak
dalam lapisan tak-kedap-air.
135
Hidro/ika tanah
D i lain pihak, jika sumur menembus k e dasar suatu lapisan tak-kedap-air yang ter
buka . (Gbr. 23. 6b), maka m uka air tanah di perbatas dari sumur tidak dapat dig mbar
_
kan sampai ke poros air dalam sumur karena sejumlah aliran besar mengalir ke dalam
sumur melalui pennukaan bebas Hr yang tersingkap. Luah (discharge) dari sumur se
macam ini pertama kali dievaluasi oleh Dupuit {1 863) dengan...mengambil penyeder
hanaan bahwa Hr = 0 (kurva bergaris putus-putus dalam G br. 23.6b ) serta diasumsikan
bahwa pada setiap jari-jari r kelandaian hidraulik yang menyebabkan aliran horisontal me
nuju sumur sama dengan kemiringan (slope) dari kurva penurunan muka air (drawdown)
yang diperkirakan sebelumnya pada jari-jari r. Atas dasar asumsi ini
,
(23. 1 0)
atau
(23 . 1 1 )
Untuk syarat batas h 1
==
H di
r1
==
r 0 dan
h2
H1 di r2
==
R , maka
(23. 1 2)
Soal-soal
I.
Pasir yang berada di bawah bendungan, seperti ditunj ukkan d alam Gbr. 23.3,
memiliki permeabilitas pada segala arah 4,2 X 1 0 - 3 cm /det . Hulu (head ) h 1 adalah
25 m eter. H itunglah besarnya rembesan dalam m et er-kubik per detik per satuan panjang
=
Jwb.
(a) 1 , 1 5 X 1 0 -
r1:
1 36
3.
Lapisan tanah (subsoil) d i bawah bendungan dalam Gbr. 2 3 . 3 b terdiri atas lapis
an lanau yang horisontal dengan tebal 1 inci yang memotong turap sedikit di atas ujung
bawahnya. Tidak a da yang d apat mendeteksi adanya lapisan semacam itu pada eksplorasi
tanah d engan m enggunakan m etoda yang praktis. Koefisien permeabilitas pasir adalah
4,2 X 1 0 - 3 cmjdet, sedangkan koefisien permeabilitas lanau adalah 2 , 1 X 1 0 - 6 cm/det.
Ketebalan total lapisan pasir d i seb'elah hulu-aliran
55 meter d an ujung bawah dari turap
berada 25 meter di atas dasar lapisan pasir. (a) Uraikanlah bagaimana cara m engevaluasi pe
ngaruh lapisan lanau pada b esarnya rembesan dengan asumsi bahwa lapisan lanau b ersifat
kontinu pada suhu daerah yang luas. ( b ) Uraikanlah efek adanya c elah-celah dalam lapisan
lanau pada besar rembesan . c) Bagaimana cara menentukan d erajat kekontinuan lapisan
lanau tersebut?
=
(a) Lapisan lanau m emiliki efek yang sama dengan penambahafl ketebal
an lapisan pasir dari 5 5 menjadi 2 2 1 m eter, dan penambahan p enetrasi
turap dari 30 m enjadi 1 96 m eter. Oleh karenanya, besarnya rembesan
dapat dievaluasi dengan membuat sketsa jaringan aliran u ntuk kondisi
tanah yang fiktif ini. Karena celah di bawah turap dalam profil fiktif
tersebut adalah kecil dibandingkan dengan kedalaman d ari penetrasi tu
rap, maka hilangnya air yang dihitung berdasarkan jaringan aliran ini
merupakan sebagian kecil saja dari besarnya kehilangan air yang m elalui
pa sir tanpa adanya lapisan lanau. ( b ) Ketergantungan pada ukuran dan
lokasi celah d alam lapisan tersebut, suatu lapisan lanau yang tak-kontinu
mungkin memiliki variasi dari hampir tidak ada pengaruh sampai pe
ngaruh y?.ng serupa dengan lapisan yang kontinu. (c) Tidak dapat di
tentukan.
Jwb.
(head ).
7. B erapakah intensitas pendekatan dari tekanan hidrostatis lebih pada arah horison
tal yang b ekerja di sisi sebelah kiri dinding turap dalam Gbr. 6 3 . 6a di titik ujung bawah
dinding tersebut?
Jwb. 2620 kg/m3 .
Bacaan Pilihan
1 37
Hidrolika tanah
Boston Soc. of Civil Engrs. , 1 940, and as Harvard UniJ!. Soil Mech. Series No.
nyajian klasik dari metoda jaringan-aliran dan penerapannya.
5.
Pe
138
yang berfungsi sebagai anak bendungan. Hingga kedalaman h 1 di bawah tinggi air, tanah di
bagian luar anak bendungan tersusun dari kerikil, sedangkan kerikil di dalam anak ben
.dungan telah dibuang dengan pengerukan. Kerikil terhampar di atas lapisan pasir yang
seragam. Kehilangan hulu (head) dalam kerikil sedemikian kecil sehingga dapat diabaikan.
Kita ingin menghitung faktor keamanan F terhadap pipa, setelah air di bagian dalam anak
bendungan dipompa seluruhnya.
Sebelum melakukan perhitungan, kita p andang kondisi hidrostatik pada saat keruntuh
an. Segera setelah tinggi air di bagian dalam anak bendungan turun akibat pemompaan, air
mulai mengalir ke bawah lapisan pasir pada sisi sebelah kiri dinding turap dan ke atas di
sebelah kanannya. Tekanan hidrostatik lebih pada sua tu penampang horisontal seperti Ox
. (Gbr. 24. 1 b) mengurangi tekanan efektif pad a penampang tersebu t Segera setelah tekan
an efektif rata-rata pada dan di atas bagian Ox di dekat turap menjadi sama dengan nol,
air yang mengalir melalui p asir dapat meluruskan dan memperlebar saluran air tanpa men
dapat suatu perlawanan. Proses ini dengan cepat akan memperbesar permeabilitas pasir di
sekitar turap , seperti dijelaskan dalam Pasal 1 2 , dan menambah rembesan ke dalam iajur
ini. Kemudian pemmkaan pasir naik (lihat Gbr. 24. 1a). Akhirnya, pasir mulai mendidih,
dan campuran air dengan pasir mengalir deras dari bagian hilir aliran, melewati lapisan
pasir di bawah ujung-bawah turap, dan menuju lajur tempat pendidihan pasir dimulai.
Dengan uji-model, Terzaghi (1 922) menemukan bahwa kenaikan pasir terjadi pada
suatu jarak sekitar D/2 dari dinding turap. Oleh karenanya, keruntuhan berawal dari dalam
prisma-pasir dengan kedalaman D dan lebar D/2. Pacta saat keruntuhan, tekanan vertikal
. efektif pada suatu penampang horisontal yang melalu i prisma tersebu t hampir sama
dengan no!. Pada saat itu juga, tekanan lateral ,efektif pada sisi-sisi prisma mendekati
nilai no!. Oleh karenanya, pipa terjadi segera sctelah tekanan hidrostatik lebih pada dasar
prisma bernilai sama dengan berat efektif pasir di atasnya.
Untuk menghitung besarnya tekanan hidrostatik lebih, kita haru s membuat jaringan
aliran. Sctelah ha! tersebut dilakukan.(Gbr. 24. l a), intensitas tekanan ini dapat ditentukall
dengan mudah di setiap titik pada dasar prism a di kedalaman D dengan cara sebagaimana
prosedur yang diuraikan dalam Pasal 23. Pada Gbr. 24. Ib, nilai-nilai ini disajikan oleh
ordinat-ordinat kurva C dengan acuan ke sumbu horisontal yang melcwati 0. Dalam daeral1
D/2 dari dinding turap , tekanan hidrostatik lcbih pada dasar prisma bernilai sama dengan
'Ywha, dim tekanan hidrostatik lebih total di dasar prisma tersebut adalah U = t D'Ywha .
Keruntuhan akibat piping terjadi segera setclah U bcrnilai sama dengan berat efektif
Gbr. 24. 1 . Penggunaan jaringan aliran untuk menentukan faktor keamanan turap di dalam
pasir terhadap piping. (a) Jaringan aliran, (b) Gaya-gaya yang bekerja pada pasir dalam
lajur pengangkatan-potensial (potential-heave).
'
Ilidrolika tanah
1 39
t D2 "'f1
W'
D'Y'
F= -=
h a'Yw
U
(24. 1 )
Dengan cara yang sama, kita bisa menghitung faktor kean1anan terh adap
pipa
untuk
pipa
W.
Oafe
W'
menjadi
W ' + W.
Jadi, faktor ke
F' =
W + W'
----
(24.2)
Efek penstabilan dari penapis-terbalik y ang terbcban tersebu t telah diperagakan berulang
ulang melalui eksperimen dan pengalaman y ang berkaitan dengan struktur berpenapis
terlindung (filter-protected structures). Supaya fungsi penapis berjalan efektif , maka pena
pis tersebu t harus cukup kasar sehingga mcmungkinkan rembesan air mengalir keluar
dengan bebas, tetapi cukup h alus u ntuk mencegah hanyutnya partikel tanah melalui ruang
pori tanah. Disain penapis yang memenuhi kedua persyaratan di atas dibahas d alam Pasal
11.
Soal-soal
1. Diketahui hulu h 1 dalam Gbr. 24. 1 sama d engan 25 meter. Penetrasi turap ke
dalam lapisan pasir adalah 1 9 meter. J ika berat satuan jenuh pasir ada1ah 1 1 3 kg/m 3, be
rapakah berat penapis-terbalik yang diperlukan untuk menambah faktor keamanan ter
hadap pipa menjadi 2 , 5 .
Jwb. 340 kg/m 2
2. Lap isan pasir yang terdapat da1am Soal 1 mengandung 1ap isan lempung yang terla
lu tipis sehingga tidak dapat d ideteksi mela1ui p emboran, tetapi cukup tebal untuk dapat
b.erperan sebagai m em bran yang re1atif kedap-air. Data numerik untuk nilai hulu (hea d )
d a n kcdalaman penetrasi turap identik d engan yang diberikan dalam Soal 1 . Lapisan lem
pung terletak beberapa m eter d i atas ujung-bawah turap. Perbatas di sebelah kirinya berada
beberapa meter dari turap di daerah hu1u a1iran, dan perbatas di daerah hilir a1iran me
miliki penapis-terbalik dengan berat 3 40 kg/m 2 dan memberikan penapis-terbalik dengan
berat 340 kgjm 2 dan memberikan faktor keamanan sama dengan 2,5 atas dasar asumsi
bahwa aliran air da1am pasir tidak menga1ami hambatan.
Jwb.
(a) 0,83. Pasir di daerah hilir aliran akan menyembur segera sete1ah
nilai hulu (head) mencapai 2 1 meter. (b) Memasang sumur pengamatan
tungga1 di daerah hilir aliran d engan uj ung-bawahnya terletak beberapa
meter di bawah tinggi bagian bawah dinding turap.
1 40
Proses Konsolidasi
Jika beban pada suatu lapisan tanah jenuh yang p orous serta sangat kompresibel,
seperti halnya lempung, diperbesar, maka lapisan ini terkompresi dan air terkuras ke
luar (drain out). Peristiwa ini merupakan suatu proses konsolidasi (Pasal 1 4). Selama
proses tcrsebu t, jumlah air y ang masuk kc dalam la,Pisan tip is tanah horisontal akan lebih
kecil daripada jumlah air yang keluar. Oleh karena itu , persyaratan kontinuitas yang di
nyatakan oleh Pcrs. 23 . 1 , yang menjadi dasar bagi teori jaringan alirari dan rembesan, tidak
lagi bcrlaku .
Beban tambahan atau tekanan per satuan luas y ang mengha'silkan konsolidasi dikenal
scbagai tekanan konsolidasi atau tegangan konsolidasi. Di saat penerapan beban, tekanan
konsolidasi boleh dikatakart sepenuhnya dipikul oleh air dalam ruang pori tanah (lihat Pa
sal 14). Oleh karena itu, pada awal proses konsolidasi terjadi tekanan-lebih-awal (initial
excess pressure) di dalam air y ang hampir sama dengan tegangan konsolidasi. Tetapi se
lanjutnya, tekanan tersebut berkurang, sedangkan tekanan efektif rata-rata dalam lapisan
akan naik. Di setiap titik pada lapisan, nilai tekanan hidrostatik lebih u pada sua tu waktu
dinyatakan oleh Pcrs. 1 2. 1 , yang ditulis dalam bentuk
U =
'Ywh
di mana h menyatakan hulu hidraulik terhadap tinggi air-tanah (ground-water) di atas lapis
an yang mengalami konsolidasi. Setelah selang waktu yang panjang, nilai u akan menjadi
nol dan te kanan konsolidasi seluruhnya menjadi tegangan efektif yang ditransmisi dari
satu bu tiran kc bu tiran lain. Seandainya t::.p mcnyatakan tckanan konsolidasi di sebarang
titik, maka keadaan kesctimbangan mengharuskan berlakunya hubungan
t::.p
t::. p + u
(25.2)
di mana t::.p menyatakan bagian tegangan konsolidasi pada suatu waktu yang ditransmisi
dari butiran ke butiran, dan u adalah tekanan hidrostatik Jebih yang bersangkutan.
Karena t::.p dalam Pers. 25.2 merupakan konstanta, jalannya proses konsolidasi di
suatu titik dapat divisualisasikan dengan mengan1ati variasi u di titik bersangkutan atau ,
bcrdasarkan Pers. 2 5 . 1 , melalui pengamatan variasi h dengan mengandaikan adanya pip a
berdiri tcgak di titik tcrmaksu d.
1 41
Hidrolika tanah
d
Drainase
Drainase
Gbr. 25. 1 . Diagram yang mengilustrasikan konsolidasi dari lapisan lempung yang kom
presibel.
sama dengan jarak vertikal yang bersangkutan: 1 -2, 1-3, dan seterusnya, seperti dipcr!ihat
kan dalam gambar, maka kurva yang menyatakan tempat kedudukan tinggi air da1am pipa
tegak pada suatu waktu merupakan isokron (lihat Pasal 1 4). Kelandaian hidraulik i pada
siiatu kedalaman d di bawah titik a sama dengan kemiringan isokron pada jarak horison
tal d dari a. Selanjutnya, jika kemiringan di suatu titik pada isokron mengarah ke atas
dalam arah ke kanan, maka aliran juga mengarah ke atas pada titik yang bersangkutan
dalam lapisan tersebu t.
Distribusi hulu-hidraulik-lebih-awal pada penampang vertikal lapisan lempung di
sajikan oleh garis horisontal de yang terletak pada elevasi flhw di atas permukaan air
bebas. Garis ini merupakan isokron awal. Berdasarkan Pasal 1 4, konsolidasi lapisan
lempung berlangsung dari lapisan atau lapisan-lapisan drainasc menuju kc arah dalam. Jadi,
pada tahap awal konsolidasi, tinggi piezometri dari bagian tengah lapisan masih belum ber
ubah, sementara piezometri bagian sebelah luar telah turun seperti diperlihatkan oleh
isokron C1 . Dalam tahap selanjutnya, semua tinggi piezometri telah turun seperti ditunjuk
kan oleh isokron c2 ' dimana elevasi-elevasi tinggi tersebut berkurang dari b agian tengah
lapisan menuju nol di permukaan-permukaan drainase. Akhirnya, sctelah waktu yang
sangat lama, semua tekanan-hidrostatik-lebih menghilang dan isokron akhir disajikan oleh
garis horisontal ac.
Gambar 25.2 memperagakan isokron-isokron u ntuk berbagai proses konsolidasi. Jika
lapisan yang mengalami konsolidasi dapat dikuras dengan bebas melalui pcmmkaan atas
dan bawahnya, maka lapisan tersebut disebut lapisan terbuka (open layer), dan ketebalan
nya dinyatakan sebagai 2H. Jika air hanya dapat keluar melalui salah sa tu per111ukaan saja,
lapisan tersebut dinamakan lapisan setengah tertutup (half-closed) dan ketebalannya di
nyatakan sebagai H. Dalam Gbr. 25.2, lapisan yang diberi nama a, b, c dan e merupakan
lap isan terbuka, sedangkan lapisan d dan f adalah lapisan setengah tertutu p.
Gambar 25.2a merupakan tiruan sederhana dari Gbr. 25. 1 . Tabung-tabung piezometri
tidak diperlihatkan. Diagram tersebu t menyajikan konsolidasi suatu lapisan lempung ter
buka akibat tekanan konsolidasi yang seragam dari atas sampai dasar lapisan.
Jika lapisan yang mengalami konsolidasi berdimensi agak tebal relatif terhadap tebal
daerah y ang dibebani, maka tekanan konsolidasi akibat berat struktur atau tanah isian akan
berkurang terhadap kedalaman seperti ditunjukkan oleh kurva Ca dalam Gbr. 40.3. De
ngan asun,tsi penyederhanaan bahwa p engurangan tekanan terhadap kedalaman bersifat li-
1 42
:: :: : '
: ;:: :>
' :.= ::
Pasir
Dasar- lmpermeabel
{f'}
(e)
a
'
+
---r,-2H
I
' I
' I
I
I
I
I
I
'"'"' '
Tanah lsian-Hidraulik
6
Dasar- lmpermeabel
Gbr. 25. 2. Isokron-isokron yang menyajikan jalannya proses konsolidasi lapisan lempung
ideal untuk berbagai jenis drainase dan berbagai distribusi tekanan konsolidasi dalam arah
vertikal (Terzaghi dan Frolich 1 936).
nier, isokron awal b oleh jadi disajikan oleh garis de dalam Gbr.
25.2b,
lidasi di atas dan di dasar lapisan masing-masing adalah D.pt dan !::i.pb
Jika lapisan yang mengalami konsolidasi berukuran sangat tebal relatif terhadap tebal
daerah yang dibebani, maka tekanan !::i.p b cenderung sangat kecil dibandi ngkan D.pt Dalam
keadaan ini, kita dapat mengambil asumsi yang cukup akurat bahwa !::i.p b
25.2d
0. Isokron
tintuk lapisan setengah tertu tup. Perlu dicatat bahwa konsolidasi dari lapisan
setengah
tertutup dalam
Gbr.
25.2d
H'Y'
di dasar. Oleh
1 43
Hidrolika tanah
karenanya, konsolidasi di kedua lapisan tersebut dengan hasil akhir yang sama. Akan
tetapi, pembedaan bentuk dari isokron untuk tahap-tahap di antara tahap awal dan tahap
akhir konsolidasi tersebut menunjukkan bahwa laju pada saat mendekati tahap akhir kon
solidasi sangat berbeda untuk kedua lapisan tersebut.
proses-proses yang diilustrasikan dalam Gbr. 25.2, kita dapat asumsi-asumsi penyederhana
an sebagai beriku t:
mu
Air lebih (ex cess water) mengalir keluar hanya sep anjang garis vertikal.
4.
meabilitas bahan. Jadi e fek waktu sekunder yang dibahas dalam Pasal 1 4 diabaikan.
Gambar 25. 3(a) menyajikan penampang vertikal melalui irisan horisontal tipis dari
lapisan yang mengalami konsolidasi. Ketebalan irisan adalah
dz.
1 iJu
iJh
v = ki = - k - = - k - iJz
'Yw iJz
(a)
r!Ya'.
a(L;pz
at
tTertekan Keluar
az
m.,
.. .
(25.3)
f- ---, 1 aud.
.-: ,. -
.
..
(au;az) dz.
1-1 Vw az
'Z
r dz
t
Lempung
Gbr. 25.3. (a) Penampang vertikal melalui irisan horisontal tipis dari lapisan yang meng
alami konsolidasi yang menunjukkan kondisi tekanan hidraulik di perbatas irisan. (b) Pe
nampang melalui lapisan yang mengalami konsolidasi, yang memperlihatkan koridisi
perbatas hidraulik.
1 44
Jika lapisan tersebu t bersifat tak-kompresibel, maka kuantitas air yang mengalir keluar
dari lapisan akan sama dengan kuantitas air yang masuk, dan kita dapat menu lis
av
az
(25.4)
Kondisi ini idcntik dengan kondisi kontinuitas yang diungkapkan oleh Pers. 23. 1 . Akan
tetapi, dalam lapian kompresibel yang mengalami konsolidasi dengan ketebalan sama
dengan satu , kuantitas air yang meninggalkan lapisan per satuan waktu melebihi kuan
titas air yang masuk sebesar pengurangan volu me lapisan yang bersangkutan. Dengan
demikian, dcngan menggunakan Pers.
av
az
Karena t:.p bernilai kon stan, dengan Pers.
a(flp)
at
= m -V
a(flp)
at
au
at
sehingga
- m
v
av
az
au
at
av
a
-m
V
atau
au
at
Persamaan
(25. 5)
au
at
k a2u
= - -'Yw az2
'Ywmv
a2u
az2
(25.5)
-- -
(25.6)
Koefisien
Cv
1 4. 2) jadi,
(25.7)
Penyelesaian persamaan ini harus memenuhi syarat-syarat batas hidraulik, yang ber
gantung kepada kondisi pembebanan dan kondisi drainase seperti diperlihatkan dalam
25.2.
Gbr.
1.
Pada saat
t= 0
1 45
Hidrolika tanah
2.
di permukaan d rainase
3.
oujaz = 0).
4.
z = H,
di permukaan kedap-air
z = 0,
tekanan hidrostatik
25.7
u%
C% tersebu t
adalah
U% =
f( T.)
(25.8)
( 2 5 . 9)
merupakan bilangan-murni (pure-number) yang disebu t
faktor ll'aktu.
Karena konstanta
tanah dan ketebalan lapisan kompresibel yang terdapat dalam Pers. 2 5 . 8 merupakan sua tu
bentuk kombinasi yang dinyatakan oleh faktor waktu tak-berdimensi T,
U% = .t{Tv) akan
..
maka nilai
bebanan dan drain ase ter tentu . Nilai derajat konsolidasi tersebut u n tu k setiap kondisi
praktis telah ditentu ka.n dengan menggunakan Pers. 2 5 . 7 da.n h asilnya disajikan dalam
bentuk gr afik a t au tabel. . Dengan gratlk- grafik dan tabel- tabel ini. kit a dapat menyelesai
kan semua permasalahan y an g mungkin dijumpai dalam praktek h anya dengan meng
evaluasi Pers.
dalam Gb r .
2H),
L'% dan
de.
Oleh karenanya
25.2a, b,
c,
dan
e.
Gbr.
nya distribusi tekanan konsolidasi di seluruh lapisan yang mengalami konsolidasi, maka
kurva C' t juga menyatakan proses konsolidasi dari lapisan setengal1 tertu tup dcngan kcte
H. C'ontoh
(Gbr 25.4a).
balan
proscdur penggunaan
grafik terscbut
2H adalah ev.
Kita ingin
menentukan waktu
atasnya sama
kita dapatkan
Berdasarkan kurva
waktu
C1
dalam Gbr.
H2
25.4a,
T.
c.
derajat konsolidasi
60% berkaitan
dengan faktor
0,28, sehingga
H2
t = 0,28 c.
(25. 1 0)
1 46
Jika tekanan kondisi untuk lapisan setengah tertutup b erkurang dari suatu nilai Mt
di permukaan atas lapisan sampai nol di dasar lapisan seperti ditunjukkan dalam
25. 2d,
Gbr.
maka hubungan antara U dan T. diberikan oleh kurva C2 Jika tekanan konsolidasi
25. 2[,
m aka
Llp b
C3 .
Untuk jenis distribusi vertikal tekanan konsolidasi di antara jenis-jenis distribusi di atas,
hasil yang cukup akurat dapat diperoleh dengan melakukan interpolasi. Gambar
(25.4b)
kurva C 1 sampai C 3 yang dip lot dengan skala setengah logaritma. Nilai U yang kecil akan
lebih akurat jika diambil dari kurva setengah-logaritma. Kurva C1 dalam grafik setengah
....
t'!.
,\
"
Cl
80
"-.._I0 '
c/'.......
.._ .. ::::
: t::-..
O,R
0
-r-- --
-.....
r---..
Cl
01
10
:---....
I'-
....
t'!.
80
(a)
,\
l\ 1\
3
\ \[\ \vc
\ \\
1\ ""' yet
"' """
.......
1',
.......,
-I--
0,8
0.6
Faktor Wak w Tv
0,4
J,e
UJ
1,4
(h)
vb1
I, \
kc
"'\. \
"' "" 1\
cp
"' 1\\
\1\.
r--,r-.
- -- 3 4
6 e ;o
Crnb. 25.4. Hubungan antara faktor waktu dan derajat konsolidasi. Dalam (a) faktor waktu
diplot dengan skala aritmatik dan dalam (b) dengan skala logaritma. Kurva CJ, Cz, c3 .
berkaitan dengan kondisi-kondisi pembebanan dan drainase yang berbeda yang masing
masing tertera dalam Gbr. 25.2a, d, dan f (Terzaghi dan Frohlich 1 9 36).
1 47
Hidrolika tanah
14. 2b.
penurunan sekunder tidak dapat diperkirakan secara handal berdasarkan hasil-hasil peng
ujian. Pengalaman menunjukkan bahwa laju penurunan sekunder dari bangunan yang ter
diri di atas lapisan lempung yang terbeban normal berkisar antara
dan
inci pertahun
selan1a dekade pertama setelah masa konstruksi. Di samping itu pernah juga teramati laju
Jelaslah, jika syarat batas hidraulik yang diasumsikan tidak sesuai dengan kondisi dra
inase di lapangan, maka hasil perhitungan konsolidasi akan jauh dari nilai yang sebcnar
nya. Setiap lapisan lempung atau lanau yang kontinu yang terletak di dalam lapisar: lem
pung akan berperan sebagai lapisan drainase dan mempercepat konsolidasi lapisan lcm
pung tersebut, sedangkan lensa pasir dan lanau tidak memberikan pengaruh apa pun. Jika
hasil uji-pemboran menunjukkan bal1wa lapisan lempung mengandung bagian-bagian lap is
an pasir atau lanau , biasanya insinyur tidak dapat menentukan apakah lapisan pasir atau
lanau tersebu t bersifat kontinu a tau tidak. Dalam keadaan sepcrti ini, teori konsolidasi
hanya dapat digunakan u ntuk menentu kan nilai batas atas dan batas bawah dari laju
penurunan. Laju yang sesungguhnya tetap tidak diketahui sampai diadakan penelitian a tau
pengamatan lebili lanjut.
Soal-soal
1.
Suatu contoh representatif diperoleh dari lapisan lempung yang tebalnya 20 me
ter dan terletak di antara dua lapisan pasir. Dengan uji konsolidasi, d ijumpai bahwa nilai
rata-rata CJ. untuk contoh-contoh ini adalah 4,92 X 1 0 - 4 cm2 (det. Dengan membuat ba
ngunan di atas lapisan tersebut. maka tekanan vertikal rata-rata dalam lapisan tersebut ber
tambah di setiap titik dan bangunan mulai menurun. Dalam berapa hari setengah penurun
an akhir (ultimate) terjadi?
Jwb. 4 3 8 hari.
2. Jika lapisan lempung dalam Soal I mengandung lapisan drainase yang tipis dan t er
letak 5 meter di bawah permukaan atasnya, berapa harikah d iperlukan untuk mencapai
setengah penurunan akhir?
Jwb. 1 27 hari.
3. Lapisan lempung yang tebalnya 30 meter b erada di atas dasar batuan yang imper
meabel. Tekanan konsolidasi d i sepanjang garis vertikal diasumsikan bervariasi secara se
ragam dari nilai maksimum di puncak lapisan dan no! di permukaan batuan. Nilai cv untuk
lempung ini adalah 9,5 X 1 0- 5 cm2 /det. Berapa tahun, setelah selesai masa konstruksi,
penurunan mencapai 30% dari penurunan akhir. Selesaikan soal di atas d engan asumsi
bahwa lapisan lempung berada di atas lapisan pasir YlmS takkedap-air.
1 48
Bacaan Pllihan
. Pemecahan masalan konsolidasi dari massa tanah yang memiliki berbagai syarat batas
dapat dijumpai dalam rujukan berikut.
Terzaghi, K. dan 0. K. Frohlich ( 1 9 3 6 ). Theorie der Setzu ng l'on Tonsch ich ten (Theory
of settlement of t he clay layers). Leipzig, Deutike, hal. 1 66.
Gray, H. ( 1 945 ). ' ' Simultaneous consolidation o f centiguous layers of unlike compressible
soils" , Trans. ASCE, 1 10, hal. 1 3 27-1 3 44.
Barron. R. A. ( 1 948). "Consolidation of fine-grained soils by drain wells", Trans. A SCE,
1 13, hal. 7 1 8-742.
Gibson, R. E. and P. Lum b ( 1 9 5 3 ). "Numerical solution of some problems in the consoli
dation of clay", Pro c. Inst. Civ il Engrs. , London, Part 1 , 2, hal. 1 82- 1 98.
Carslaw , H . S. and J. C. Jaeger ( 1 9 5 9 ). Conduction of h eat in solids, Oxford, Clarendon
Press, 2nd ed., hal. 5 1 0.
Ab bott. M. B. ( 1 9 60 ). "One-dimensional consolidation of multi-layered soils", Geot. ,
10, hal. 1 5 1 - 1 6 5.
Gibson. R. E . and J. McNamee ( 1 96 3 ). "A three-dimensional problem of the consolidation
of a semi-infinite clay stratum," Quart. J. Mech. and A ppL Mat h. , 16, Part 1 , hal. 1 1 51 27 .
KESEIMBANGAN PLASTIK
DALAM TANAH
tetapi juga pada tegangan normal efektif p - u,.. di permukaan gelinciran, serta pada se
jumlah faktor-faktor lainnya. Hal ini telah kita bicarakan dalam Pasal 1 6 dan 1 8 . Pe
milillan nilai yang sesuai untu k s bagi su atu permasalahan tertentu (khusus) menuntut
pengalaman dan per.1ikiran yang b aik. Meskipun demikian, kita masih dapat menerima.pen
dekatan yang layak, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk-bentuk seperti berikut ini:
s = t qu = c ,
( 1 7. 1 )
( 1 6. 5 )
( 1 8 . 5)
Lempung kaku berada di luar lingkup uraian teoritik sebab lempung emacam ini umum
nya mengandung suatu struktur j aringan retakan sehingga kondisi-kondisi u ntuk kestabil
annya sedemikian jauh bergantung p ad a derajat dan durasi dari "ketersingkapan" (expo
sure)nya terhadap pengaruh atmosfir (Pasal 43).
Permasalahan-permasalahan kestabilan akan kita selesaikan pertama-tan1a untuk p asir
kering yang tak berkohesi (u w = 0), sehingga kita dapat menggunakan Pers. 1 7. 1 , kemudian
untuk bahan-bahan kohesip sedemikian hingga Pers. 1 6.5 dapat diterapkan. Apabila pem
baca telah mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berdasarkan pada
kedua persamaan tersebut, maka itu berarti telal1 siap untuk menyelesaikan permasalahan
permasalahan serupa yang berkaitan dengan pasir terbenam sebagian a tau seluruhnya, serta
y_ang berkaitan dengan lempung jenuh dalam kondisi-kondisi tak terkiuas.
1 50
Di dalam suatu massa pasir yang terbenam sebagian di mana air berada dalam keada
an diam, tegangan netral Uw di setiap kedalaman z di bawah muka air tanah adalah
Tegangan netral ini sedemikian rupa sehingga menyebabkan berkurangnya berat satuan
efektif dari bagian pasir di bawah tinggi air, yakni dari 'Y menjadi berat satuan terbenam
-y' (Pers. 1 2 . 6). Perhitungan kestabilan untuk pasir yang terbenam sebagian, dapat dilaku
kan dengan memakai asumsi pasir yang kering, asalkan berat satuan 'Y untuk tanah yang
berada di b awah tinggi air digan tikan oleh -y' , Tekanan oleh massa pasir yang terbenam
sebagian terhadap penumpu lateral adalah sama dengan tekanan pasir yang dihitung atas
dasar asumsi di atas ditambah dengan tekanan air penuh (full water pressure). Akan tetapi
prosedur seperti ini tidak bisa diterapkan seandainya air menelus melalui ruang pori tanah
sebab kita harus memperhitungkan pula tekanan rembesan dari air yang menelus. Permasa
lallan-permasalahan yang berkaitan dengan tekanan rembesan akan dibicarakan dalam
Pasal 35 dan 36.
Jika diambil
0, maka Pers. 16.5 berubah menjadi Pers. 1 8.5. Dengan demikian
ungkapan-ungkapan teoretik yang diturunkan atas dasar Pers. 16.5 dapat digunakan pada
berbagai permasalahan yang pen.ting dari segi praktis, yang menyangkut lempung lunak
jenuh sampai lempung medium jenuh. Tetapi perlu diingat bahwa perhitungan yang men
dasarkan diri pada ungkapan-ungkapan seperti itu hanya berlaku apabila kadar air dalam
lempung tidak berubah, serta perlu diperhatikan perubahan:perubahan dalam kestabilan
seiring dengan perjalanan waktu. Pada beberapa kasus, pengaruh waktu dapat diramalkan
melalui pengestimasian perubahan-perubahan dalam tekanan pori, tetapi biasanya hal ter
sebut hanya dapat diramalkan dengan suatu cara y ang didasarkan pada pengetahuan ten
tang sifat-sifat fisis dari tanah. Dalam Pasal 1 8, kita telah membicarakan beberapa pe
ngaruh dari waktu . Pengaruh waktu yang lainnya akan dikemukakan dalam Bagian Ill
Gilid 2).
=
Kondisi untuk keruntuhan yang diungkapkan oleh Pers. 1 6.5 berkaitan dengan dia
patahan dari Mohr di mana "sampul" keruntuhan berbentuk suatu garis lurus (Gbr.
26. 1 ). Dengan demikian, pada keadaan runtuh, terdapat suatu hubungan yang tertentu
(definit) antara tegangan utama mayor A dengan tegangan utama minor p3 . Berdasarkan
geometri
gram
P 1 + d = OA + AB = OA (l + sin tf>)
P3
+ d = OA - AB = OA (l - sin t/>)
Gmb. 26. 1 . Diagram patahan Mohr untuk kondisi di mana sampul keruntuhan berbentuk
garis lurus.
151
sehingga diperoleh
d 1 + sin 4>
1 + sin .!/>
+
1 - sin q,
1 - sin 4>
Pl - Pa
_
Tetapi
Sehingga
cos q,
sm q,
= c.
= c
1 + sin q,
.
+
1 - sm q,
P1
pa
p1
p3 tan2
(45
2c
V
.
sm q,
+ sin q,
.
1 - sm !f>
2c
tan
(45 )
+
Atau, jika
(26. 1 )
maka :
p1
Kuantitas Nq, ini dikenal sebagai :
p aN +
2c
vN;,
(26.2)
0
p1
Pa +
2c
Soal-soal
1. Suatu uji triaksial dilakukan terhadap sebuah contoh pasir kering padat. Diyakin i
bahwa sudut gesekan-dalam dari contoh tersebut adalah sekitar 3 7 . J ika tegangan utama
mino 2 kg/cm 2 , berapakah n ilai tegangan utama mayor saat contoh cenderung untuk run
tuh?
Jwb.
8,0 kg/cm2
2. Selesaikan Soal 1 dengan asumsi bahwa pasir memiliki sedikit kohesi, yang sama
dengan 0, 1 0 kg/cm2
Jwb. 8,4
kgfcm2
3. Tahanan geser se buah tanah ditentukan o1eh persamaan s = c + p tan q,. Terha
dap bahan tersebut di1akukan dua pengujian. Pada pengujian pertama, tekanan dari segala
arahnya 2 kg/cm2 , dan keruntuhan terjadi ketika ditambahkan tegangan satuan aksial se
besar 6 kg/cm2 Pada pengujian kedua, tekanan dari .segala arah 3 , 5 kg/cm2 dan ke
runtuhan terjadi ketika ditambahkan tegangan sebesar 1 0, 5 kgfcm2. Berapakah n ilai c
dan <P berkaitan dengan hasil-hasil pengujian tersebut?
r .
1 52
Konsep-Konsep Dasar
Suatu tubuh/massa tanah dikatakan berada dalam
apabila
setiap bagian dari tubuh tersebut berada pada ambang keruntuhan. Rankine
(1 857)
setirnbangan plastis .' Keadaan kesetirnbangan plastis tersebut dapat dikembangkan secara
simultan di seluruh massa tanah seten gah-tak-hingga yang hanya mengalami gaya gravi
tasi. Keadaan yang ditinjau oleh Rankine tersebut dinamakan
plastis Rankine.
keadaan kesetimbangan
tak-hingga merupakan sebuah p engantar bagi pembahasan keadaan yang lebih rumit ten
tang kesetirnbangan plastis yang dijumpai sehubungan dengan permasalahan-permasalah
an praktis.
Keadaan-keadaan Rankine diilustrasikan dalam Gbr.
27. 1 .
AB
ngan berat satuan -y, dan E menyatakan suatu elemen pasir dengan kedalaman z dengan luas
penampang-lintang sama dengan atu. Karena elemen ini bersifat simetri terhadap suatu
bidang vertikal acuan, maka tegangan normal pada dasar
Pv = 'YZ
(27. 1 )
merupakan sebuah tegangan u tama. Sebagai konsekuensinya, tegangan normal Ph pada sisi
vertikal dari elemen di kedalaman z juga merupakan tegangan utama.
Berdasarkan Pers.
26.3 ,
P1
-
Ps
N"' = tan2 45 + 2
Karena tegangan utama vertikal Pv dalam massa pasir yang diperagakan dalam Gbr.
27. la
dapat m erupakan tegangan utama mayor a tau minor, maka rasio dari K = Ph/Pv dapat ber-
Gbr. 27. 1 . (a dan b). Diagram yang mengilustrasikan keadaan Rankine . aktif dalam massa
setengah-tak-berhingga dari pasir (c dan d). Diagram-diagram yang sama untuk keadaan
Rankine.
153
KA
P.
"'
N
tan2
( - 2t/>)
(27.2)
45 o
dan
(27.3)
Setelah suatu massa pasir diendapkan, baik melalui proses alamiah ataupun buatan,
maka K akan bernilai K0. Nilai K0 tersebut berada di antara nilai KA dan Kp, serta
(27.4)
di mana
K0
dakzm keadaan diam. Nilai koefisien tersebut tergantung pada kepadatan relatif pasir serta
pada proses yang menghasilkan endapan tersebut. Jika proses ini tidak melibatkan pe
madatan buatan, nilai
akan berada di antara seJ?tar 0,4 (untuk pasir padat) dan 0,5
K0
(untuk pasir lepas). Proses pemadatan dalam lapisan-lapisan dapat meningkatkan nilai ko
efisien tersebut sampai sama dengan sekitar 0,8.
Untuk mengubah nilai
K0
. massa pasir tersebut harus diregang atau dipampatkan pada arah horisontal. Dlam hal ini
tekanan horisontal
Ph= Kpv
27.2). Pada keadaan ini pasir dikatakan berada dalam keadaan Rankine aktif dan inten
sitas tekanan horisontal di kedalaman
sama dengan
(27.5)
di mana KA disebut
koefisien tekanan tanah akti[. Distribusi tekanan pada sisi dan dasar
suatu elemen, "seperti halnya E diperlihatkan dalam Gbr. 27.lb. Peregangan yang lebih
lanjut (pada massa tanah) tidak akan mempengaruhi
Ph
kan terjadinya gelinciran pada dua kumpulan permukaan bidang seperti yang ditunjukkan
oleh bagian kanan dari Gbr.
utama minor dalam keadaan Rankine aktif beroricntasi horisontal, maka bidang-bidang ge
ser menjulang (naik) dengan sudut 45 +
"jejak" yang ditinggalkan bidang-bidang geset, pada penampang vertikal, yang sejajar
dengan arah peregangan dikenal sebagai pola geser (shear pattern).
ab bergerak ke
cd sebagaimana ditunjukkan dalam Gbr. 27.1c. Sebagai konsekuensinya, rasio
K Ph/Pv
=
di mana
Kp
adalah
koefisien tekanan tanah pasi[. "Karena tegangan utama minor pada ke-
r
1 54
adaan Rankine pasif berorientasi vertikal, pcrmukaan gelinciran naik dengan sudut 45
<t>/2 temadap horisontal scperti diperagakan dalam Gbr. 27. 1c.
Keadaan Rankine aktif dan p asir merupakan dua tahap batasan bagi kesetimbangan
pasir. Setiap keadaan di antara kedua keadaan tersebut (intermediate), termasuk kcadaan
diarn, dinamakan keadaan kesetimbangan elastis/ kenyal
-
Gbr.
27.2. (a)
1 55
Apabila keadaan dari massa pasir setengah-tak-berhingga diubah dari keadaan diam
ke keadaan Rankine aktif, m aka penampang vertikal ab akan bergerak sejauh d 1 . Demikian
pula untuk mengubah keadaan dari pasir di dalam kotak (Gbr. 27.2a) menjadi keadaan
Rankine aktif, dinding ab harus berpindal1 sejauh jarak y ang sama. Kalau dinding ab
(Gbr. 27.2a) bergerak ke arah luar, ketinggian dari massa pasir berkurang, sedangkan pan
jangnya akan bertambah. Dalam pergerakan-pergerakan tersebut terjadi perpindahan rela
tif antara pasir dan semua bidang-bidang dari kotak yang saling bersentuhan (kontak).
Seandainya permukaan kotak bersifat kasar, maka teljadi tegangan geser di sepanjang
bidang-bidang h01isontal dan vertikal. Karena tegangan geser dalam keadaan Rankine ak
tif pada bidang-hidang ini sama dengan nol, keadaan terse but tidak dapat te1wujud kecuali
kalau sisi dan dasar kotak licin sempurna. Persyaratan ini menjadi syarat batas bagi transisi
keadaan pasir di dalam kotak ke keadaan Rankine aktif. Seandainya persyaratan tersebut
dipenuhi segera setelah dinding ab mencapai posisi a1 b1 pasir bergerak ke keadaan Rankine
aktif. Pada tahapan ini satuan peregangan dari tanah adalah dtfl. Pergerakan-pergerakan
dinding yang selanjutnya akan menyebabkan kelincinan (slippage) di sepanjang kedua per
angkat permukaan gelinciran yang ditandai oleh garis putus-putus dalam Gbr. 27.2a, te
tapi kondisi-kondisi tegangannya tetap tak berubah.
Jika dinding
ab licin sempurr.'l sementara d asar kotak bersifat kasar, pasir y ang ter
letak di antara dinding ab serta permukaan p otensial dari gelinciran be bebas untuk ber
ubah (deform) dengan cara yang pcrsis serupa yang dialami oleh pasir dalam kotak dengan
dasar yang licin, sedangkan keadaan keseimbangan tegangan dari pasir terse but tidak dapat
berubah secara bcrarti sebab gesekan di sepanjang dasar mencegah dcformasi yang diperlu
kan. Oleh sebab itu, gerakan dinding ab ke arah luar menghasilkan keadaan Rankine aktif
hanya di dalam lajur bentuk irisan (wedge-shaped zone) abc. Karena lebar irisan bertambah
dari nol di dasar sampai dengan /1 di puncak, peregangan satuan d dI y ang diperlukan un
tuk mcwujudkan keadaan Rankine aktif di irisan dicapai segera setelah perbatas sebelal1
kiri dari irisan bergerak dari ab ke a { b (Gbr. 27.2a). lni merupakan kondisi deformasi
untuk pcmbentukan keadaan Rankine aktif di dalam irisan. Segera setelah dinding ab
bergerak jauh dari posisi itu, irisan tersebut menggelincir ke arah bawah dan luar di se
panjang pennukaan gclinciran be yang naik dengan sudut 45 + 1/>2. terhadap horisontal.
Scandainya dinding ab ditarik ke arah pasir, dan kedua dinding serta dasar kotak ber
sifat licin sempurna, maka keseluruhan massa pasir akan ditransformasi ke keadaan Ran
kine pasif (Gbr 27.2b) segera setelah dinding bergerak jauh melebilii jarak d2 dari posisi
awalnya. Bidang-bidang gelincir akan naik dengan sudut 45"
1/>/2 terhadap horisontal.
Jika dinding ab licin sempurna sedangkan dasar kotak bersifat kasar, maka keadaan Ran
kine pasif hanya terwujud di dalam lajur bentuk-irisan abc. Transisi dari keadaan elastis
ke keadaan plastis tidak akan tcljadi sampai ab bcrgerak ke a b atau jauh melampaui a b
-
terse but.
Jika ujung bawah kotak bisa bergerak bebas ke arah luar serta bagian atasnya ditahan
seperti ditunjukkan dalam Gbr. 27.3, maka pasir akan runtuh akibat gaya geser di sebagi
an permokaan gelincir segera sctclah kemiringan (sisinya) mencapai suatu nilai tertentu
yang cukup berarti, karena perubahan bentuk yang kompatibel dcngan keadaan kesetim
bangan elastis sedemikian kecilnya. Akan tetapi, kendatipun p ada keadaan runtuh, pasir
di antara permukaan gelinciran, dengan dinding tidak bergerak ke keadaan Rankine aktif
karena tidak bergeraknya bagan atas dinding, dan sebagai akibatnya tidak terpenuhinya
kndisi deformasi bagi keadaan Rankine aktif di dalam irisan gelinciran (sliding wedge).
Penyelidikan-penyelidikan teoretik dan eksperimen dengan memandang jenis dari ke
runtuhan akibat miringnya struktur penahan lateral terhadap tepi atasnya memberikan
kesimpulan (konklusi) permukaan gelincir berawal di b (Gmb. 21.3a) pada sudut 45 +
156
Gbr.
27.3.
Keruntuhan pasir di balik dinding vertikal licin ketika kondisi deformasi untuk
cp/2 terhadap horisontal dengan kesimpulan bahwa kemiringan terse but semakin tajam sam
pai ia memotong permukaan tanah pada sudut siku-siku. Bagian atas dari irisan gelinciran
tetap berada dalam keadaan kesetimbangan elastis sampai bagian sebelah b awahnya telah
sepenuhnya bergerak ke dalam keadaan kesetimbangan plastis. Distribusi tekanan yang be
kerja pada struktur penahan lateral boleh dikatakan berbentuk parabola {Gbr. 27.3b)
dan bukan berbentuk segitiga (Gbr. 27. l b).
Penyelidikan-penyelidikan y ang serupa dengan memperhatikan pengaruh pendorong
an dasar dari penahan terhadap tanah {Gbr. 27.4a) memperlihatkan bahwa permukaan ge
linciran naik dari b dengan sudut 45 - cp/2 terhadap horisontal serta permukaan terse but
juga memotong permukaan tanah pada sudut 90 . Distribusi untuk te.kanan yang bersang
kutan ditunjukkan dalam Gbr. 27.4b.
Gbr.
27.4.
Keruntuhan pasir di balik dinding vertikal licin ketika kondisi deformasi untuk
(a)
(b)
Te
Bacaan Pilihan
1 57
27.2.
tanah y ang selalu diendapkan di belakang dinding (backfill) sesu dah dinding tersebut di
buat. Sementara penimbunan dilakukan, dindin g agak meleleh (yields) akibat tekanan.
Nilai a khir dari tekanan tidak hanya bergantung p ada sifat tanah serta tinggi dinding tetap i
juga p ada besar pelelehan . Jika posisi dinding dibuat tetap, tekanan tanah akan cenderung
selamanya tetap bernilai dekat dengan tekanan tanah pada keadaan diam (Pasal
27).
Akan tetapi, segera se telah su atu dinding cukup jauh meleleh, maka keadaan tersebut
secara otomatis memenuhi kondisi deformasi untuk transisi massa tanah yang berdam
pingan dari keadaan diam ke keadaan aktip dari kesetimbangan plastis. Jadi, faktor ke
amanan dari sebuah dinding p enahan y ang dapat meleleh terhadap tekanan tanah aktif h a
ruslah cukup, tetapi tidak harus diselidiki untuk nilai-nilai tekanan tanah yang lebih besar.
Walaupun punggung dari setiap dinding penahan bersifat kasar, nilai-nilai pendekatan
untuk tekanan tanah dapat diperoleh atas dasar asumsi bahwa punggung termaksud ber
sifat licin. Pada alinea-alinea berikut, asumsi seperti ini dibuat. Metoda-metoda untuk men
dapatkan nilai-nilai yang lebih akurat akan dijelaskan dalam artikel-artikel berikut ini.
Tekanan Aktif Tanah _vang Tak Berkohesi pada Dinding Vertikal yang Licin
Seandainya timbunan p asir dengan permukaan horisontal serta punggung dari d inding
penahan berposisi vertikal dan bersifat licin sepurna, nilai dan distribusi tekanan yang be
kerja pada punggung-dinding akan identik dengan tekanan akti f yang bekerja pada dinding
fiktif ab dalam Gbr.
27 . la. Oleh karena itu, tekanan tanah dapat dihitung berdasarkan per
samaan-persamaan yang telah kita turunkan. Tentu saja, di salam kenyataan, permukaan
yang licin sempurna tidak ada. Walaupun begitu, persamaan yang berdasarkan asumsi
seperti ini sangat sederhana sehingga sangat biasa dipakai untuk mengevaluasi tekanan
tanah pada dinding-penahan yang nyata serta struktur-s truktur lain yang mengalami
tekanan tanah. Secara berturutan diperlihatkan bahwa kekasaran dari punggung sebuah din
ding umumnya mengurangi tekanan tanah . pasif. . Dengan demikian "kesalahan" yang ber
kaitan dengan asu nisi ini cukup aman.
Lebih jauh, pada kass yang cukup penting dalam p raktek, _ asumsi dinding vertikal
licin hampir sepenuhnya benar. Kasus ini diilustrasikan oleh Gbr. 28. 1 , yang menggambar
kan sebuah dinding kantilever. Jika dinding seperti ini meleleh akibat tekanan tanah, pasir
akan runtuh oleh geser (shear) sepanj ang dua bidang yang naik dari tumit (heel) dinding
Ghr. 28. 1 . Keruntuhan pasir di balik dinding penahan kantilever (cantilever retaining
wall) ; kondisi deformasi untuk keadaan Rankine aktif yang hampir dipenuhi.
158
ab
(27. 5)
Ph = rz
N
Tekanan ini bertambah dengan perbandingan yang sederhana terhadap kedalaman, seperti
ditunjukkan oleh "segi-tiga tekanan"
(Gbr. 27.2a). Tekanan total yang bekerja pada
dinding adalah
ab c
(28. 1 )
b.
a'2 b
Ph = rzN
(27.6)
dan tekanan totai yang bekerja pada dinding akan menjadi sama dengan
(28.2)
Tekanan Tanah Aktif dori Pasir Terbenam-Sebagian yang Memiku/ Beban Tambahan Se
ragam
Dalam Gbr. 28.2a, garis ab menyatakan punggung sebuah dinding yang vertikal dan
licin dengan tinggi H. Berat satuan efektif dari p asir pada saat kering adalah r4 dan paa
'
saat terbenam adalah r (lihat Pasal l2); berat satuan air adalah 'Yw Permukaan dari isian di
di belakang dinding yang berorientasi horisontal memikul suatu beban tambahan seragam
Beban q
(a)
Gbr. 28.2. Tekanan tanah aktif dari pasir terbenam-sebagian yang memikul beban tam
bahan seragam. (a) Penampang yang melalui punggung dari struktur pemikul beban.
(b) Tekanan yanR bekerja pada punggung dari struktut.
1 59
per satuan luas. Di dalam timbunan tersebut, muka air tanah berada di kedalaman H1
di bawah puncak dari dinding. Sudut gesekan dalam dari pasir kering dan pasir terbenam
adalah bernilai cf>.
'
Ketika dinding meleleh dari posisi ab ke posisi a 1 b, tekanan yang bekerja pada pung
gung dinding itu berkurang dari nilai tekanan tanah pada keadaan diam ke nilai tekanan
Rankine aktif. Dalam Pasal 26 telah ditunjukkan bahwa pengaruh keseluruhan dari te
kanan air pori terhadap tegangan efektif dalam pasir dapat ditinjau dengan mengambil
berat satuan terbenam r' untuk bagian pasir yang terbenam (Pers. 1 2.6). Pada kedalaman
H1 tekanan pada dinding akibat berat dari tanah yang berdampingan/bersebelahan d i
'
nyatakan oleh segitiga ace dalam Gbr. 28.2b. Di setiap kedalaman z di bawah muka
air tanah, tekanan vertikal efektif pada penampang horisontal yang meliwati pasir adalah
P w = H a + z 'r '
Untuk tekanan Rankine aktif horisontal yang bersangkutan, dengan menggunakan Pers.
Nq,
Nq,
(28.3)
Jumlah/total tekanan horisontal efektif di bawah tinggi air dinyatakan oleh bidang
dalam Gbr.
bced
yang bekerja pada bagian bawah cb dari dinding. Dalam Gbr. 28.2b, tekanan air di
nyatakan oleh segitiga def
Jika tanah isian memikul beban merata seragam q per satuan luas, tegangan vertikal
efektif Pv di setiap kedalaman akan bertambah dengan bertambahnya q ,' dan tekanan Ran
kine aktif horisontal yang bersangkutan akan bertambah sebesar
(28.5)
Dalam Gbr.
Dalam Gbr. 28.3a, garis ab menyatakan punggung vertikal yang licin dari sebuah
dinding yang bersentuhan dengan suatu tanah kohesif yang memiliki berat satuan 'Y Ta
hanan geser tanah ini didefinisikan oleh persamaan,
s
tan 4>
Menurut Pasal 26, persamaan tersebut paling tidak secara kasar dapat diterapkan
tuk pasir kohesif kering atau lembab yang terletak di atas muka air tanah. Hubung
an antara nilai-nilai ekstrim dari tegangan-tegangan utama dalam tanah seperti ini ditentu
kan oleh pernyataan berikut
(26.2)
1 60
a.-,
a[}
'
I
I
I
I
28.3.
Gbr.
45+/
(a)
formasi untuk tekanan tanah aktif dipenuhi. (a) Penampang melewati punggung dinding.
(b) Tekanan yang bekerja pada punggung dinding.
1
di m ana p 1 dan
p3
(26. 1 )
16
45
c (Pers. 26.2).
c{>/2,
Karena punggung dari dinding bersifat licin, tegangan utama vertikal di kedalaman
di bawah permukaan horisontal dari isian di b.elakang struktur (backfill) adalah
Pv
"fz
Sebelum penumpu ab betgerak, ia mengalami tekanan tanah pada keadaan diam. Dalam
Pn p3
=
ke dalam Pers.
26.2, kita
Ph
28.36.
"fZ -
Nq,
2c
Pv
p1
(28.6)
VNq,
-=
cd
Pada kedalaman
za
kita
dapatkan
Ph
= - V Nq,
2c
(28.7)
'Y
z0 , tekanan terhadap dinding adalah negatif, asalkan tak terbentuk retakan di antara din
ding dan bagian paling atas dari tanah. Tekanan tanah total terhadap dinding adalah
PA
1H p,. dz
o
Nq,
- 'YH2 - - 2c
v'fi;
--
(28.8)
H.
4c
'Y
Vr.-:Nq, =
_
2zo
(28.9)
PA
161
dari tepijtanggul yang vertikal dari sebuah sungai lebih kecil dari He , tanggul tersebut
haruslah dapat berdiri tegak tanpa penumpu lateral. Walaupun begitu, tekanan yang bekerja
pada dinding bertambah mulai dari
2c/
sedangkan di setiap titik pada b idang vertikal dari sebuah tanggul tanpa struktur pe
He ,
nahan, tegangan normal bernilai nol. Mengingat perbcdaan yang besar ini. kedalaman terbe
sar yang dapat dicapai suatu penggalian tanpa penumpu lateral pada s1si vertikalnya adalah
sedikit lebih kecil dari He {lihat Pasal 3 5).
Untuk kondisi </> = (Pasal l 8), N<t>
PA
hH2 - 2cH
(28.10)
dan
Hc
4c
'Y
(28.11)
Karena tanah tidak mesti melekat k e dinding, biasanya d1asumsikan bahwa tekanan
tanah aktif dari tanah kohesip terhadap dinding penahan sama dengan tekanan yang di
nyatakan dalam Gbr. 28.3b oleh luas segitiga
bde,
- cebd2 .
PA
Untuk kondisi </>
1
1
"(1!2 - - 2cH
2
N
VN
-=
2c2
+-
'Y
(28.12)
0,
PA
= 'Y1!2
2
1
2c2
- 2c1l + -
'Y
(28. 13)
Tekanan Tanah Pasif dari Tanah Kohesif yang Bersentuhan (Kontak) dengan Permukaan
Vertika/ yang Licin
Bila pennukaan ab dari dinding atau blok yang menumpu tanah dan beban q didorong
ke arah timbunan tanah di belakang dinding sebagaimana ditunjukkan o1eh Gbr. 2 8.4a,
tegangan utama horisontal ph bertambah dan melebihi Pv Segera setelah ab mencapai
atau jauh melampaui posisi a' b yang mengungkapkan kondisi defom1asi untuk keadaan
2
Rankine pasif, kondisi tegangan bagi keruntuhan (Pers. 26.2) akan terpenuhi. Mengingat
p3
Ph
"fZN + 2c v(N + qN
= p1
dan Pv
(28. 1 4)
Tegangan Ph ini dapat kita pecah menjadi dua bagian. Bagian yang pertama
1
Ph
'YZN
(28. 15)
Titik kerja
P;
H/3
di atas
b.
Kuantitas
P menyatakan tekanan
1 62
cl
bl
le
jc,
.JzcY.V; I.q*',._,
(a)
YHN91 ---
Gbr. 2 8 . 4 . Keruntuhan suatu lempung di balik dinding vertikal licin bilamana kondisi
deformasi untuk tekanan tanah pasif dipenuhi. (a) Penampang melewati punggung din
ding. (b) Tegangan pada punggung dinding.
tanah pasif dari suatu bahan yang tak berkohesi dengan sudut gesekan dalam if> serta berat
satuan r.
Bagian yang kedua dari ph tersebut adalah
p,." = 2c
+ qN
Bagian ini tidak tergantung pada kedalaman dan dinyatakan oleh lebar segiempat abc1 d2
dalam Gbr. 28.4b. Tekanan totalnya sama dengan luas dari segiempat tersebut. Jadi,
(28.16)
Titik kerja dari Pp" adalah di tengah-tengah ketinggian (mid-height) dari permukaan ab.
Karena Pers. (28. 1 6) tidak mengandung r (berat satuan), nilai P' dapat ditentukan atas
dasar asumsi bahwa timbunan tanah di eelakang dinding memiliki massa. Dari Pers. 28. 1 5
dan 28. 1 6, kita dapatkan bahwa tekanan tanah pasif total adalah
PP = Pp' + Pp" =
(28.17)
Soal-soal
1 . Sebuah dinding 'vertikal yang lie in dengan tinggi I 0 meter, menahan sua tu massa
tanah kering tak berkohesi yang memiliki permukaan horisontal. Berat pasir tersebut
3
1 1 3 kg/m dan sudut gesekan dalamnya 3 6 . Berapa nilai pendekatan tekanan total yang
bekerja pada dinding apabila dinding dilindungi dari pelelehan? 1ika dinding dapat me
leleh cukup jauh untuk memenuhi kondisi d eformasi bagi keadaan Rankineaktif?
Jwb. 2260 sampai 2 83 0 kg/m ; 1 4 70 kg/m.
1 63
2. Tinggi air di balik dinding pada Soal I berada pada ketinggian 4 meter di bawah
puncak dinding. Berat satuan pasir yang terb enam adalah 6 6 kgj m3 . Seandainya kondisi
deformasi untuk keadaan Rankine aktif dipenuhi, berapakah tekanan total ta nah dan air
yang bekerja pada d inding t ersebut? Pada ketinggian berapa di ata s dasar titik kerja resul
tan tekanan tanah dan air?
Jwb.
2 3 80 kgjm; 2 , 8 3 m.
3. B erapakah tekanan lateral total yang bekerja pada dinding meleleh pada Soal l .
j ika massa pasir memikul suatu beban t erdistribusi seragam sebesar 400 kg/m 2 ? Berapakah
ketinggian di atas dengan dinding pusat tekanan te:sebut'?
Jwb. 2 5 1 0 kg/ m ; 4 , 0 2 m.
4. Ruang di antara dua dinding penahan yang memiliki punggung licin, diisi oleh
pasir seberat 1 1 3 kg/m3 . Pondasi-pondasi dinding-dinding tersebut saling dihubungkan oleh
lantai beton bertulang, sedangkan puncak dinding-dinding dihubungkan oleh batang baja
berat terjepit {heavy steel tie rods). Permukaan pasir tersebut digunakan untukmenyimpan
"pig-iron" dengan berat 300 kg/m2 Jika dinding-dinding terse but tingginya 1 5 meter dan
terpisah sejauh 50 meter, serta jika koefisien dari te kanan ta.nah pada keadaan diam adalah
K0 0 ,50, berapakah tekanan total yang bekerja terhadap dinding, sebelum dan sesudah
be ban diberikan/ diadakan?
=
ngan massa tanah yang memiliki permukaan horisonta1 serta tahanan gesernya dinyata
oleh persamaan Coulomb dengan c = 400 kg/m 2 dan <P 1 5 . Be rat satuan dari tanah
tersebut adalah 1 20 kg/m3 . Permukaan massa tanah itu memikul beban se ragam dengan be
sar 200 kg/m2 Berapakah tekanan Rankine pasip total? Berapakah jarak antara dasar din
ding ke pusat tekanan? Tentukan intensitas tekanan lateral di dasar dinding.
kan
bersifat
kasar, maka dinding tersebut akan identik dengan dinding dalam Gbr. 27.2a. Timbunan
tanah di balik dinding
(Gbr.
ke luar, maka irisan gelinciran akan turun, dan pasir bergerak ke bawah
punggung dinding. Gerakan pasir ke bawah ini, relatif terhadap dinding, menimbulkan gaya
gesekan yang mengakibatkan tekanan tanah aktif resultan menjadi bersudut
5 terhadap
1 64
. c
t
H l d':::'
l
P P,
Gbr.
45'!.-f
(d)
29. 1 . Pola geseran digabung dengan keruntuhan pasir di balik dinding vettikal kasar.
normal dari dinding. Sudut o ini disebut sudut gesekan dinding. Sudut ini dikatakan p ositif
apabila komponen tangensial dari gaya reaksi resultan berarah ke bawah (Gbr. 29. l a)
Analisis teoritik yang lebih lanjut (Ohde 1 938) serta eksperimen-eksperimen memperlihat
kan bahwa permukaan gelin ciran be untuk kasus ini mempunyai bagian lengkung di sebelah
bawah d an lurus di sebelah atasnya . Pada penampang adc dari irisan gelinciran, pola geser
identik dengan p ola Rankine aktif (Gbr. 27 .2a ), sedangkan pada adb, pola geser terdiri
dari dua kumpulan lengkung kurva.
Jika dinding ditekan ke bawah relatif terhadap tanah isian di balik punggung, misalnya
dengan memberi beban berat di puncak dinding, maka nilai o menjadi negatif dan ke
lengkungan pcrmukaan gelinciran di bagian sebelah bawahnya menj adi terbalik, sebagai
mana dipcragakan dalam Gbr. 29. l b.
Jika dinding didorong (masuk) ke arah tanah isian di batik punggung tersebut, maka
gerakan dinding akan mengalami hambatan oleh tekanan tanah pasif. Seandainya berat
dinding lebih besar daripada gaya gesekan antara dinding dengan pasir, maka ini akan ber
akibat kenaikan pasir relatif terhadap dinding, dan reaksi terhadap tekanan tanah pasif
resultan akan berorientasi sedemikian rupa sehin gga membentuk sudut o dengan normal
terhadap punggung dinding. Komponen gaya (reaksi) garis singgung ini cenderung me
nahan gerak naiknya pasir. Dalam kondisi seperti ini nilai dari o dipandang positif (Gbr.
29. l c). Bagian yang lurus dari permukaan gelinciran a kan naik dengan sudut 45
cp/2
terhadap horisontal. Dalam segitiga sama kaki adc, pola geser identik dengan yang di
tunjukkan dalam Gbr. 27.2b dan bahan-bahan tersebut berada dalam keadaan Rankine
pasif. . Sementara itu dalam bidang adb, kedua kumpulan "Silris" (line) yang memben
tuk pola geser merupakan garis-garis lengkung.
-
Seandainya berat dari dinding lebih kecil daripada gaya gesekan antara pasir dengan
dinding, maka sudut antara normal punggung dinding derigan reaksi terhadap tekanan
pasif resultan akan lebih kecil daripada 5 . Akhirnya, apabila dinding dikenai suatu gaya
berarah ke atas yang sama dengan jumlah berat dinding dan gesekan antara pasir dengan
dinding, maka tekanan tanah pasif akan diorientasikan sebagaimanar dlperlihatkan dalam
Gbr. 29. l d, dan sudut gesekari dinding dipandang negatif serta kelengkungan dari bagian
lengkung permukaan gelinciran akan terbalik.
1 65
Kondisi-kondisi deformasi untuk keadaan plastis yang . dinyatakan oleh pola gese r
dalam Gbr.
dan
29. la
irisan horisontal. Kondisi-kondisi deformasi untuk keadaan plastis yang dinyatakan dalam
Gbr.
dan
29. le
27 .2a
dan
b.
Pendahuluan
Karena punggung dari setiap dinding penahan yang secara nyata kita jumpai kurang le
bih bersifat kasar, maka syarat batas bagi keberlakuan teori Rankine j arang dapat dipenuhi.
Oleh karena itu, perhitungan tekanan-tanah yang didasarkan pada teori ini biasanya akan
menghasilkan kesalahan yang cuku p berarti. Tetapi dengan menggunakan Teori Coulomb
{ 1 776) sebagian besar kesalahan tersebut b isa dihilangkan. Metoda Coulomb ini dapat di
adaptasikan ke setiap syarat batas, hanya dalam hal ini terkandung asumsi untuk me
nyederhanakan yaitu dengan memperhatikan bentuk dari permukaan gelinciran. M eskipun
demikian, kesalahan akibat penyederhanaan itu masih tetap lebih kecil daripada kesalahan
yang dihasilkan dari teori Rankine. Di samping itu, apabila syarat batas b agi berlakunya
teori Rankine terpenuhi, maka kedua teori tersebut akan memberikan hasil-hasil yang re
latif tidak berbeda.
Kedua teori tersebut sama-sama mend asarkan diri pada asumsi bahwa dinding dapat
bergerak bebas ke atau b ahkan jauh melampaui posisi
a1 b
(Gbr.
air di dalam ruang pori tanah tidak memb erikan tekanan rembesan yang berarti. Di samping
itu tentu saj a dianggap b ahwa konstanta-konstanta tanah yang muncul pada persamaan
persamaan memiliki sua tu nilai tertentu (definit) yang b isa didapatkan.
Teori Coulomb
Permukaan gelinciran di dalam tanah-isian di punggung dinding penahan {backfill)
yang dijumpai dalam kenyataan, akan berbentuk agak melengkung, seperti diperlihat
kan dalam
Gbr.
29. la
dan
b.
mengasumsikan bentuk yang datar. Kesalahan yang ditimbulkan oleh penyc derhan aan ini
relatif sangat kecil.
Gambar
30. la
be1
ngaruh berat
W1, P1 (reaksi terhadap tekanan tanah resultan p ada siinding penahan), dan
abe1 berada dalam kesetimbangan. Reaksi F1 ini miring pada sudut cJ>
terhadap normal dari permukaan, sebab di sepanjang permukaan gelinciran be1 d ianggap
terjadi tahanan gese kan. Gaya P 1 akan bersudut +o terhadap normal dari punggung dinding
reaksi
F1 ,
irisan
jika dinding penahan terietak di atas dasar yang kokoh, seperti ditunjukkan oleh panah ber
maka gay a
W1
P1
diketahui dan demikian pula arah-arah dari ketiga gaya tersebut di atas,
bisa diten tukan berdasarkan poligon gaya-gaya dalam Gbr.
30 . 1 b.
P2, P3 ,
Kita
dan se
1 66
c,
Gbr.
30. 1
(a
dasari teori Coulomb untuk tekanan tanah aktif. (c) Metoda secara grafik dari Culmann
untuk menentukan tekanan-tanah yang diakihatkan oleh pasir.
terusnya, untuk permukaan-permukaan gelinciran be2, be3 , dan seterusnya sebab permuka
an gelinciran be 1 yang dibicarakan di atas tidak harus merupakan permukaan gelinciran
yang sesungguhnya. Nilai tekanan tanah yang terbesar yang diperoleh dengan cara ini ada
lah sama dengan tekanan-tanah aktif PA .
tanah dengan cara grafik seperti yang telah diuraikan dalam alinea sebelumnya. Metoda ini
diilustrasikan dalam Gbr. 30. l e. Langkah pertama dalam prpsedur Culmann adalah me
narik/membuat garis bS, berawal dari b di tepi dasar punggung dinding yang kemudian
naik dengan sudut 1/> te rhadap dasar horisontal dari tanah-isian di punggung dinding. Garis
ini dikenal sebagai garis-/ereng sebab menyatakan lereng alami dari tanah-isian tersebut.
Langkah berikutnya adalah membuat garis tekanan-tanah bL yang terletak di bawah garis
lereng serta membentuk sudut 8 dengan garis lereng tersebut. Seperti ditunjukkan dalam
Gbr. 30. 1 , sudut 8 tersebut sama dengan sudut antara garis vertikal dengan arah tekan.
an-tanah PA . Sudut ini bergantung pada sudut-gesekan 8 dan pada sudut a (sudut kemiring
an punggung dinding terhadap horison tal), seperti diperlihatkan pada Gbr. 30. 1 .
Untuk menentukan tekanan P 1 yang diakibatkan oleh irisan (wedge) " yang terletak
di atas bidang gelinciran bel ' maka terlebih dulu perlu ditentukan berat wl dari irisan
ini. Jika W1 digambarkan sepanjang garis bS dengan skala-gaya tertentu, maka diperoleh
titik d1 Dari titik ini dibuat garis d1e1 yang paralel terhadap garis bL. Jarak d1 e1 akan
sama dengan tekanan tanah untuk bidang gelinciran b 1 e 1 (tekanan PI ) sebab segitiga
1 67
e1 d1 b dalam Gbr. 30. l e serupa dengan pollgon gaya (Gbr. 30. l b). Prosedur serupa
diulangi untuk bidang-bidang be2 , dan seterusnya, yang lainnya, dalam rangka menentu
kan tekanan-tanah aktif PA . Dalam prosedur ini, titik-titik e1, e2 , dan seterusnya ter
letak pada sebuah kurva C, yang dikenal sebagai /engkung Culmann (Culrnann line). Akhir
nya ditarik garis yang sejajar garis bS dan menyinggung lengkung Culmann C, di titik e
misalnya. Maka jarak -ed akan menyatakan tekanan-tanah PA dan permukaan-gelinciran
sesungguhnya adalah melewati titik tersebut.
Gbr.
30.2. Metoda secar grafik dari Culmann untuk menentukan tekanan tanah oleh
1 68
Jika b eban diletakkan d i sebelah krri c , maka nilai dari tekanan-tanah relatif dari
tanah-isian yang terbeban berkait dengan jarak terbesar antara lengkung Culmann c' de
bS
ngan garis
bL.
"
'
bekerja di sembarang titik pada permukaan tanah-isian di antara titik a dan c , maka jar k
be"
terbesar adalah
Kuantitas
yang melalui
e '.
'
e'
e",
kurva K berbentuk lurus serta paralel dengan permukaan tanah isian sebab MA dalam
ha! ini tak bergantung pada posisi be ban q .
'
e" ,
1engkung
tebal C' di sebelah kanan be. Nilai maksimum PA dari tekanan tanah dinyatakan oleh
garis
e3 d3
e3
'
'
kanan, maka nilai MA berkurang terus seperti dinyatakan oleh ordinat kurva K (Gbr.
30.2) sampai menjadi nol ketika l'leban q' berada di
'
e2
'
e ,
e2
d2
yang ditentukan dengan menggunakan kurva C' akan sama dengan nilai ed yang me
'
nyatakan tekanan tanah 'lktif ketika tidak ada beban tambahan. Jika beban q di-
(a)
. r>
,cost!
YH
\---1---\----1 0.8
(b)
0.2
Gbr.
'30.3.
(a oleh Syffert
1 9 29).
1 69
pindahkan ke kanan c , maka tekanan tanah yang ditentukan dengan menggunakan C'
akan lebihkecil daripada ed. Jadi, apabila beban garis bekerja di sebelah kanan c2' maka
beban ini tidak lagi memberikan pengaruh apa pun pada tekanan tanah aktif serta per
mukaan gelinciran memiliki posisi be yang sama seperti halnya apabila tanah isian tidak
'
menerima beban tambahan. Makin besar beban garis q maka makin jauh ke kanan
letak dari c{ . Oleh karena itu , pada jarak berapa q' memiliki pengaruh terhadap tekanan
'
tanah adalah bergantung pada seberapa besar nilai dari q tersebut.
Metode Culmann terutama digunakan jika punggung dinding berbentuk miring atau
patah, dan jika tanah isian di belakang dinding memiliki permukaan yang tidak beraturan
atau menerima beban tambahan. Jika dinding vertikal menahan tanah isian yang tak ber
kohesi 'dengan permukaan yang horisontal, maka sebaiknya nilai PA diperoleh dari diagram
yang telah disediakan untuk keperluan ini. Gambar 30.3 menyajikan dua diagram (yang
berbeda) termaksud.
Soal-soal
1 . Sebuah dinding penahan (vertikal) yang tingginya 20 meter menopang tanah isi
yang tak berkohesi dengan berat 1 1 5 kgjm3 . Bagian atas permukaan tanah isian ini
naik . dari puncak dinding dengan sudut 20 terhadap horisontal. Sudut gesekan dalamnya
28 dan sudut gesekan dinding 20. Hitunglah tekanan tanah aktip total terhadap dinding
terse but.
an
jarak horisontal dari punggung dinding ke titik perpotongan antara permukaan gelinciran
dengan permukaan tanah-isian .
Jwb. 63 1 0 kg/per m ; l 3 m.
4. Sebuah dinding penahan setinggi 1 5 m dengan punggung vertikal mampu me
3 2 . Nilai o
nopang tanah-isian berupa pasir d engan ber t satuan 1 1 5 kg/ m 3 dan rJ>
20. B e ban vertikal 5 000 kg/m ditambahkan di sepanjang garis yang paralel dengan puncak
dari dinding. Berapakah jarak horisontal yang terkecil d ari punggung d inding ke titik tern==
!j
1 70
pat b eban tambahan diberikan agar sedemikian hingga tidak memperbesar tekanan-tanah
terhadap dinding?
Jwb. 1 6,2 m.
Ba caan Piliha n
Penghitungan secara terinci tekanan-tanah melalui metoda irisan coba-coba (trial wed
ge) secara grafik, yang secara prinsip identik dengan metoda Culmann, diberikan oleh
Huntington, W.C. ( 1 95 7 ) : Earth p ressures and re taining walls, New York, John Wiley dan
Sons, 5 34 hal . , untuk b erbagai kondisi dan unt uk bahan-bahan yang memiliki c dan </>.
Prosedur yang diuraikan dalam Pasal 30 memungkinkan kita untuk menentukan nilai
tekanan tanah total, asalkan arahnya diketahui. Walaupun begitu , hal tersebut belumlah
melengkapi informasi mengenai titik ketja dari tekanan. Dalam rangka mendapatkan in
formasi terse but, Coulomb mengasumsikan bahwa setiap titik di belakang dinding merupa
kan titik ujung dari permukaan gelinciran yang potensial. Umpamanya, titik d pada kurva
ab dalam Gbr. 3 1 . la menyatakan ujung terbawah (lower extremity) dari sebuah permuka
an gelinciran yang potensial de. Tekanan tanah PA pada ad dapat dihitung dengan meng
gunakan prosedur Culmann yang telah dibicarakan dalam Pasal 30. Jika kedalaman titik
c
Gbr.
3"1 . 1 .
171
di mana
dz, maka
demikian,
(3 1 . 1 )
Dengan menggu nakan p ersamaan ini, distribusi tekanan tanah pada punggung dinding
dapat ditentukan. Apabila distribusi tersebut diketahui, dtik kerj a dari resultan tekanan
dapat ditentukan dengan menggunakan
titik, garis kerja dari tekanan
pA membentuk sudut
ding.
Dalam praktek, metoda ini agak sulit diterapkan. Oleh karena itu digunakan metoda
yang disederhanakan yang re latip memberikan h asil yang serupa. Misalnya, titik kerja 0 1
pada Gbr. 3 1 . 1a secara aproksimasi ditentukan di titik p o!ong antara punggung dinding
dengan garis
3 1 . 1b
dan
be
estimasi p osisi dari titik kerja tekanan tambahan MA yang dihasilkan oleh be ban garis
'
q 1 Garis-garis be, be", dan seterusnya dalam Gbr. 30.2. Seandainya q bekerja di antara
a dan e" (Gbr. "3 1 . 1 b ), maka b'e' ditarik sejajar terhadap permukaan gelinciran be", dan
a'e' ditarik sejaj ar terhadap garis lereng bS (lihat Gbr. 30.2). Gaya MA bekerja di titik
1/3 panjang a'b ' dari ujung atas a'b' tersebut. Seandainya q' bekerja di antara e" dan
c; , a'e' ditarik sejajar terhadap bS, dan MA bekerja di titik 1 /3 panjang a ' b' dari ujung
atasnya, seperti diperlihatkan dalam Gb r. 3 1 . 1e.
Semua prosedur ini didasarkan pada asumsi Coulomb bahwa setiap titik di punggung
sebuah dinding menyatakan ujung dari sebuah permukaan gelinciran yang p otensial.
Asumsi ini diterima sehubungan dengan dinding penahan (retaining wall), karena kebanyak
an dinding semacam ini tidak mudah runtuh tanpa terjadinya p elelehan (yielding) dengan
suatu cara yang memenuhi kondisi deformasi untuk keadaan plastis. Walaupun begitu,
Coulomb tidak menspesifikasikan kondisi deformasi ini. Sebagai konsekuensinya, teori
Coulomb biasa dipakai untuk menghitung tekanan tanah aktif terhadap penyangga late ral
yang tak memenuhi kondisi deformasi tersebut, seperti halnya struktur penguat dalam
3 7).
dengan hasil-hasil perhitungan, sebagian besar insinyur yang berp engalaman menyirnpul
kan bahwa teori C oulomb tidak dapat diandalkan. Atas dasar ini perlu ditegaskan bahwa
teori Coulomb sama memuaskan seperti halnya teori-reori dalam teknik struktur, asalkan
kondisi-kondisi deformasi yang mensyaratkan keberlakuannya telah terpenuhi.
Soal-soal
1 . Berapakah jarak tempat bekerjanya tekanan tanah resultan di atas dasar batang
(stem ) dari dinding p enahan pada Soal 2 dalam Pasal 30?
2.
Jwb.
1 0, 8 m eter .
p en garuh
tekanan dari tekanan tanah tambahan akibat masing-masing beban garis t erse but.
1 72
Definisi
Sudah menjadi intuisi bahwasanya istilah tekanan tanah pasif menunjukkan tahanan
dari massa tanah terhadap perpindahan yang diakibatkan oleh tekanan lateral. Obyek yang
mcmanfaatkan tekanan lateral terse but adalah pondasi dinding penahan, sisi luar bagian ter
benam dari turap-bulkhead, atau blok batu seperti pangkal jembatan (abutment) dari leng
'
kung terbeban. Demikian pula halnya massa tanah yang menopang suatu beban vertikal.
Tanah di bawah suatu telapak bangunan (footing) yang terbebani akan bertindak seperti ini
juga. Mengingat kestabilan dari sebagian besar penopang tanah lateral serta daya dukung
pondasi-pondasi dangkal yang sebegitu jauh bergantung pada tekanan pasif tanah, maka
permasalahan perhitungan tekanan ini memiliki kepentingan praktis yang menonjol.
Permukaan persentuhan antara tanah dan obyek yang memanfaatkan tekanan-tanah
disebut: permukaan-sentuh. Coulomb menghitung tekanan-tanah pasif terhadap permuka
an-sentuh yang kasar dengan berdasarkan pacta. asumsi yang disederhanakan bahwa per
mukaan gelinciran berbentuk bidang datar (Gbr 32. la dan b). Kesalahan yang diakibat
kan oleh asumsi ini senantiasa berada dalam daerah yang tidak aman (unsafe side). Jika
sudut-gesekan-dinding 8 bernilai kecil, maka permukaan-gelinciran memang akan sangat
dekat ke bentuk bidang datar sehingga kesalahan masih dapat diterima (ditolerir). Tetapi,
seandainya 8 b sar, maka kesalahan menjadi terlampau besar sehingga metoda Coulomb
seharusnya tidak lagi digunakan.
.
so--+------+-----+
,. 4
i z
if
--+-++--j-,.,c;._--+
%-f#f:t'N.
;oo--++4r---r-----+----------+---
(!)
...
(c)
OOL+u-5----0-----J!5----c0----L5--Z
,cos
Nifai-Nilai Dari
, rH
Gbr.
3 2. 1 .
(a
dasari teori Coulomb mengenai tekanan tanah pasip. (c) Peta yang melengkapi a tau me
nyediakan koefisien-koefisien untuk perhitungan tekanan-tanah pasif.
1 73
bS
(Gbr.
32. 1c
30. 1c)
30,
hanya saja
Coulomb dari tekanan-tanah pasip. Berdasarkan peta ini, tekanan-tanah akan bertamb ah
dengan cepat jika nilai dari sudut-gesekan-dinding bertambah. Namun, seandainya o lebih
29. 1 c).
<J>/3,
= </>,
30%.
Dengan de
32.2
guna
ab
adalah
sebuah penampang yang melalui permukaan-sentuh yang terdorong ke arah massa tanah
kohesip ideal. Tahanan geseran tanah da_p at ditentukan oleh Pers.
s = c
1 6.4
tan </>
total antara tanah dengan pemmkaan kontak kita nyatakan dengan Ca . Permukaan-gelin
de.
bde,
29,
ade
berada dalam ke
df
Pp
Pp'
dan
Pp''.
28
permukaan-sentuh. Gaya
Pp'
Pp''
abdf
hesi di permukaan gelinciran serta gesekan yang ditimbulkan oleh gaya-gaya selain gaya
berat. Gaya Pp' bekerja di titik sepertiga panjang ab dari ujung bawah, sedangkan gaya Pp"
bekerja di titik tengah. Kita dapat menghitung masing-masing gaya ini sebab arah dan
titik kerjanya diketahui. Resultan kedua gaya tersebut adalah tekanan-tanah pasif
Pp.
bd
(32.1)
1 74
Gbr.
32. 1 , kita ketahui bahwa setiap radius spiral akan membentuk sudut cp dengan normal terhadap spiral di titik perpotongan antara radius tersebut dengan kurva. Karena cp adalah
sudut gesekan dalam, maka resultan dF dari tegangan normal dan tahanan gesekan pada
sembarang elemen permukaan-gelinciran pun membentuk sudut cp dengan normal terhadap
elemen, dan arahnya berimpit dengan arah radius terse but. Karena semua radius spiral me
lalui titik 0, maka resultan F dari normal dan gaya gesekan pada bd juga melalui titik
pusat 0. Fakta ini digunakan dalam perhitungan berikut.
-
Untuk menghitung Pp ' (nilai Pp apabila c = 0), kita pilih sembarang permukaan-ge
linciran bd1 e1 (Gbr. 32.3a) yang terdiri atas spiral logatitmik bd1 yang berpusat di 0 1
serta garis !urus d 1 e 1 yang membentuk sudut 45 cp/2 dengan horisontal. Tekanan lateral
diperlukan untuk menghasilkan "slip" pada permukaan terse but, dan kita beri simbol P1 :
Selanjutnya gaya P/1 yang bekerja di titik sepertiga panjang [1 d 1 dari ujung bawah kita
hitung dengan menggunakan persamaan
-
(32.2)
Nilai P; di-plot dengan skala di atas [1 . N ilai ini dinyatakan oleh titik C;. Perhitungan
yang serupa dilakukan untuk sembarang permukaan-gelincirari yang lain yang 'telah dipilih,
dan satu kurva p' digambarkan me!alu i titik-titik C; dan seterusnya. Seandainya tanah
tidak memiliki kohesi (c = 0), maka komponen kedua, Pp'', ctari tekanan-tanah Pp akan
sama dengan no!, dan dalam ha! ini nilai Pp dinyatakan oleh ordinat titik minimum dari
kurva p', yakni titik c'. Permukaan-gelinciran akan meliwati titik d yang terletak pada
aD dan vertikal di bawah c'.
Seandainya tanah memiliki kohesi, kita harus pula menghitung Pp'' (yakni nilai Pp
apabila 'Y = 0). Untuk menghitung nilai P1 " yang berkaitan dengan sembarang permukaan-
1 75
(a)
Gbr.
/lp
....
........ c ,>{- - -;- - - - - t
- - - - : p
P."
'
I c; '
I
!
(a)
Gaya
gaya yang masuk dalam komputasi komponen yang diakibatkan oleh berat tanah dengan
mengabaikan kohesi. (b) Gaya-gaya yang masuk dalam komputasi komponen yang di
akibatkan oleh gesekan dan kohesi dengan mengabaikan berat tanah.
gelinciran
(lihat Gbr.
28. 1 6 . Jadi,
d d1
0 dan H = Hd 1
dM.
re ds
ds
q,
bd1
re
r d8
cos
--
q,
adalah
cos
q,
bd1
cos
dalam Pers.
er2 d8
l76
(32.3)
Gaya F 1 " melewati 0 1 Dengan mengambil m omen di sekitar titik ini, kita dapatkan
Dalam Gbr. 32.3a nilai P1 " diplot dengan skala pada C1 di atas C/, Karena P1 ' dan
menyatakan gaya-gaya yang diperlukan untuk mengatasi kedua bagian dari tahanan
P1
terhadap gelinciran di sepanjang permukaan bd 1 e 1 yang sama, maka ordinat titik C 1 akan
menyatakan gaya total yang diperlukan untuk menghasilkan slip di sepanjang permukaan
ini. Demikian pula, nilai-nilai ?' diperoleh untuk sembarang permukaan-permukaan gelin
ciran, dan kurva P digambar melalui titik-titik C1 , dan seterusnya. Tekanan tanah pasif
Pp dinyatakan oleh ordinat minimum dari kurva P, dan permukaan gelinciran melewati
titik pada aD tepat di bawah titik C, yakni titik di mana kurva P paJi.ng dekat ke ae1
Gaya total terhadap permukaan-sentuh sama dengan resultan Pp dan gaya adhesi C0
Bentuk bagian yang inelengkung dari permukaan-gelinciran yang sesungguhnya ada
lah peralihan an tar a bentuk busur lingkaran dan bentuk spiral. Perbedaan kedua bentuk
tersebut relatif kecil, sehingga apabila kelengkungan yang sesungguhnya digantikan oleh
salah satu bentuk-bentuk tersebut, maka kesalahan yang ditimbulkan dapat diabaikan.
Kenyataannya, perbandingan antara pendekatan tersebut dan metoda yang eksak menun
jukkan bahwa nilai tekanan tanah pasif yang dihitung dengan metoda pendekatan ter
sebut setidaknya sama akuratnya dengan nilai tekanan tanah aktif yang dihitung dengan
metoda Coulomb di mana diasumsikan bahwa permukaan gelinc iran nyata yang agak
lengkung merupakan suatu bidang datar.
Penyelidikan y ang terdahulu didasarkan pada asumsi bahwa massa tanah yang ber- .
dampingan dengan permukaan-sentuh didorong masuk ke suatu posisi y ang jauh dari
a1 b 1 (Gbr. 32.2). Jika bagian sebelah atas dari muka-sentuh tidak bergerak maju sejauh
a 1 b 1 , maka keseluruhan permukaan gelinciran merupakan lengkungan, dan hanya bagian
terbawah dari massa gelinciran masuk ke dalam keadaan Rankine pasi( Jika bagian bawah
permukaan terse but berhenti tidak jauh dari a 1 b1 , tanah yang berdampingan dengan bagi
an ini tidak mengalami keadaan kesetimbangan sama sekali. Dalam keadaan ini, tekanan
tanah pasif total dan distribusinya pada permukaan sentuh bergantung pada jenis keter
batasan yang dikenakan pada pergerakan permukaan sentuh tersebut.
"
Soal-soal
r0
2. Dengan metoda spiral logaritmik, hitunglah tekanan tanah pasif total yang be
kerja pada suatu permukaan vertikal yang bersentuhan dengan timbunan pasir yang me
miliki permukaan paras (level surface). Tinggi permukaan sentuh tersebut sama dengan
20 meter, dan sudut gesekan dinding adalah +20 . .Timbunan pasir tersebut memiliki
berat satuan 1 1 2 kJ!/m 3 dan sudut gesekan dalam 3 6 . Agar dapat menggunakan spiral lo-
1 77
garitmik yang dibuat dalam Soal 1 , maka penye1esaian secara grafik harus diletakkan pada
kertas jiplakan yang tipis. Pakailah skala 1 in.
Jwb.
3.
l 0 meter.
kg/m.
1 7 5000
4.
200000
kg/m.
Hitunglah tekanan tanah pasif yang bekerja pada permukaan sentuh Soal 2. jika
500 kgj m 2 di samping juga mempunyai tahanan gesekan.
juga sebesar
2 5 5 000
5 00
kgj m 2
Tentukanlah pula
Bacaan Pilihan
Tabel tekanan tunak
kohesi, atau keduanya, dan untuk semua sudut gesekan din ding, dij umpai dalam Caquot.
A.
dan J.
1 20.
Asumsi-Asumsi Dasar
Jika suatu beban diberikan ke permukaan tanah dengan jumlah yang terbatas, maka
permukaan ini akan mengalami penurunan. Hubungan antara penurunan dengan beban
rata-rata per satuan luas dinyatakan oleh
ku111a-penunman (Gbr.
3 3 . 1 ). Kurva C1 adalah
Qd
ine
nyinggung kurva secara vertikal, akan menyatakan daya dukung tanah yang bersangkutan.
Seandainya tanah agak lunak, kurva-penurunannya akan m irip seperti klllva C . Daya
2
dukung tanah-tanah semacam ini tidak selalu dapat ditentukan. Untu k menentu kan daya
dukungnya, biasanya diasumsikan sama dengan absis qd' dari titik di mana kurva-penurun
an telah menjadi lurus dan curam.
Beban per Satuan Luas
'ltt
lftt
O,tB
'
,,
......,
'
c,
c. \
0,88
I
I
\
\
8 = Lebar Te/apdk
Gbr. 33. 1 . Hubungan antara intensitas beban dengan penurunan pondasi telapak
pada tanah padat atau kaku, dan di c2 pada tanah lepas a tau lunak.
C1
1 78
Gbr.
Dalam praktek, pondasi telapak seperti ditunjukkan dalam Gbr. 32.2 akan mentrans
menerus
(conti
nuous) karena mempunyai bentuk segi-empat yang memanjang atau mungkin berbentuk
telapak yang melebar yang biasanya berbentuk bujursangkar atau lingkaran (sirkuler).
Beban kritis adalah beban per unit panjang dari satu telapak menerus atau beban total
pada suatu telapak yang melebar yang menyebabkan tanah menjadi runtuh. Jarak dari
tinggi (level) permukaan tanah ke dasar pondasi telapak kita se but
pondasi dangkal.
D1
si-pondasi dangkal, berat tanah yang berada di atas tinggi dasar dari. pondasi dapat diganti
kan oleh suatu beban tambahanyang senigam.
'YD1
(33. 1 )
plastis di bawah pondasi-telapak kontinu belum sepenuhnya memuaskan . Tidak ada peme
cahan (solusi) umum yang tepat memenuhi Pers.
tambahan
Dr,
1 6.5
dasar po11dasi telapak. Bahkan lebih jauh lagi, teori yang ada, biasanya mengasumsikan
bahwa volume tanah tidak berubah sementara beban kritis didekati (akan dicapai). Tetapi,
kekurangan tersebut tidaklah begitu serius di dalam prakteknya sebab ketelitian (akurasi)
akan terbatasi oleh kemampuan kita dalam mengevaluasi sembarang si fat fisika yang masuk
ke dalam persamaan.
Kesimpulan umum berikut ini bisa kita ambil dari telaahan (studies) teoritik. Jika
dasar dari sebuah pondasi telapak berada di atas permukaan tanah yang tak bermassa teta
pi rnemiliki kohesi dan gesekan, maka tanah yang terbebani akan runtuh seperti ditunjuk
kan dalam
feded1
Gbr.
33. 3a
Daerah ini dapat dibagi menjadi Iima lajur (zone). Lajur pertama kita beri nama
I, dan dua pasang lajur masing-masing kita beri nama // dan I//. Lajur I tetap d alam ke
adaan elastis karena adanya gesekan dan adhesi antara tanah dengan dasar telapak. Lajur
ini bertindak seperti layaknya bagian dari telapak dan berpenetrasi ke dalam tanah seperti
sebuah irisan (wedge). Perbatasnya naik dengan sudut
Di dalam lajur
45
P/2
terhadap horisontal.
// dan I// terbentuk pola-pola geser. Pola-pola geser pada lajur //I identik
sudut 45
27);
Lajur 1/ terletak di
merupakan satu kumpulan dalam pola-geser pada lajur ini menyebar dari tepi luar dasar
1 79
(33.2)
di mana c adalah kohesi, danNc adalah faktor daya-dukung yang bergantung pada lj>. Nilai
faktor ini adalah
(33 .3)
Jika permukaan tanah dikenai beban tambahan q yang terdistribusi seragam, pola geser
tetap sama dan daya dukung akan bertambah sebesar Nq q (Reissner 1 924), di mana
(33.4)
sehingga
Ne = cot cp(Nq - 1)
(33.5)
Jika lj>
0, maka spiral menjadi busur-busur lingkaran, dan nilai-nilai dari Ne dan Nq
masing-masing adalah (2 + rr) dan 1 ,0. Jadi, untuk suatu pondasi telapak di permukaan
tanah
=
qd
(2 + 1r) c = 5,14c
2,57qu
(33.6)
di mana Qu adalah kekuatan kompresip yang tidak dapat ditentukan. Lebih jauh lagi,
untuk cp
0 pole geser dan Pers. 33.6 tetap berlaku kendatipun berat tanah tidak sama
dengan noL
=
Bagian kanan dari Gbr. 3 3.3a menunjukkan deformasi tanah yang terletak dalam lajur
aliran plastis. Tanah dalam lajur Ill terkompresi secara lateral. Permukaannya naik dan
berujung di sisi telapak dalam sua tu tei? i yang tajam yang memberi kesan bahwa tanah telah
mengalami pukulan.
Seandainya tanah tidak berkohesi, tetapi memiliki gesekan dan berat, pola-gesernya
dinyatakan oleh Gbr. 3 3.3b. Perbatas-perbatas dari lajur elastis I adalah H!,elengkung. Ke
dua cabang daerah elastis tersebut berpotongan di titik d dengan sudut 90 - lj>, dan per
batas-perbatas de serta de1 dari lajur If menyatu dengan "halus" ke perbatas lajur I di titik
d. Dalam lajur If lengkung radial berbentuk melengkung. Dalam lajur Ill pola-geser kembali
berkait tepat dengan pola geser tanah pada keadaan Rankine pasif. Pemecahan umum yan g
untuk daya-dukung di bawah kondisi-kondisi ini belum didapatkan, terapi pemecahan
umum kasus-kasus khusus telah tersedia (Lundgren dan Mortensen 1 953).
180
rr= 0)
f
Tak berkohesi (c
Memiliki </>, "Y
0)
f
Perbatas yang disederhanakan
c=O;</>, r=I=O
{c)
Gbr. 33.3. Perbatas dari lajur kesetimbangan plastis setelah keruntuhan dari tanah yang
terletak di bawah pondasi telapak yang menerus.
Apabila daya-dukung dari telapak yang sesungguhnya dilampaui, maka tanah akan
ru11tt1h ct:r-sepanjang suatu permukaan-patahan (surface of rupture) mirip seperti yang
ditunjukkan oleh fedetf1 (Gbr. 33.3). Namun, permukaan yang sesungguhnya tidaklah
mungkin berimpit dengan permukaan-pefmukaan ideal dalam Gbr. 33.3. Dalam me.
toda aproksimasi diandaikan bahwa daya-dukung umumnya terdiri dari penjum
lahan tiga buah komponen yang secara terpisah ditentukan, masing-masing menyatakim
kontribusi dari (1) Kohesi dan gesekan dari bahan yang tidak merftiki berat dan tidak me
mikul beban tambahan, (2) Gesekan dari bahan yang tidak berkohesi yang mengalami
beban tambahan q di atas permukaan tanah, dan (3) Gesekan dari suatu bahan yang me
miliki berat tetapi tidak memikul beban tambahan. Masing-masing komponen tersebut
dihitung atas dasar asumsi bahwa permukaan gelinciran bersesuaian dengan kondisi-kondisi
untuk komponen yang bersangkutan. Karena permukaan-permukaan tersebut berbeda
satu sama lainnya dan berbeda dengan permukaan untuk bahan yang sesungguhnya, maka
hasilnya merupakan suatu pendekatan (aproksimasi). Kesalahan yang dihasilkan keci1
dan masih dalam batas-batas keamanan.
Nilai aproksimasi daya dukung tanah diberikan oleh persamaan
(33.7)
dalam hal ini Ne dan Nq masing-masing merupakan faktor daya-dukung terhadap kohesi
dan beban tambahan. Kedua besaran tersebut dlhitung dengan menggunakan Pers. 33.5
dan 33.4. Be ban tambahan dinyatakan oleh berat per satuan luas rDt dari tanah di sekitar
pondasi telapak. Faktor daya dukung N"Y akan menjelaskan pengaruh berat tanah. Semua
181
faktor daya dukung merupakan besaran yang tidak berdimensi dan hanya bergantung pada
1J.
Karena pemecahan secara teoritik untuk mengevaluasi N'Y tidak tersedia, maka diguna
kan prosedur pendekatan. Dalam prosedur ini, perbatas-perbatas yang berbentuk lengkung
dari zone elastis
33. 3c)
abd (Gbr. 33.3b), yakni ad dan bd, digantikan oleh garis lurus (Gbr.
yang naik dengan sudut 1/J terhadap horisontal. Berat satuan tanah adalah r . Pada
.
dan
ad
bd
tekanan tanah pasif Pp. Karena penggelinciran terjadi di sepanjang permukaan ini, tekanan
tanah resultan bekerja dengan sudut 1J terhadap normal masing-masing permukaan. Jika
berat tanah dalam
adb
mensyaratkan bahwa
q..,
2Pp
Q
os Cl/! - t>)
= B = Bc
(33.8)
32).
mensubstitusikan besaran
4Pp
ke dalam Pers.
(33. 9)
3 3.7.
(33:1 0)
bilangan tak berdimensi dan hanya bergantung pada 1J, yakni besaran-besaran yang semua
nya sekaligus dapat dihitung dengan metoda yang diuraikan dalam Pasal
32.
Akan tetapi,
kecondongan 1/J tidak diketahui. Dengan demikian, perhitungan hams diulang-ulang untuk
suatu nilai et> dengan berbagai kecondongan sampai ditemukannya nilai minimum Nr
Hasil-hasil perhitungan tersebu t bersifat konservatip tetapi sangat sesuai dengan hasil per
hitungan untuk kasus-kasus khusus yang dihitung dengan prosedur yang jauh lebih maju
(Meyerhof
1 955).
Gbr.
3 3. 3c
33.5
dan
33.4.
33.4)
Peng
terse but bersifat agak padat a tau agak kaku, sehingga kurva penurunannya menyerupai cl
dalam Gbr.
3 3. 1 .
dan
e1
(Gbr.
33.3)
dan kurva pe
nurunan yang bersangkutan tidak memiliki p atahan yang terdefmisi dengan baik (kurva
C2 dalam Gbr.
33. 1 ).
qd
menerus pada tanah semacam ini dapat diperoleh dengan. mengasumsikan bahwa kohesi
dan gesekan tanah bernilai sama dengan
2/3
c'
dan
tan q,'
=
=
ic
(33.1 1a)
i tan q,
(33 . 1 1 b)
182
f+-8
r0rN9 + J 1BN7
l(eruntuhan geser lokal: 'q jcNd + rOrNq + -j rBN
=
40
I--r-- r--tt-- Nq
r:::
-
30
20
r;ut-.
'
r--..
t'-,
.......
',N.'
' q
' N
, , I\
s=c+p tan<;
N.'r
I V
./
'
"' ,1\ if
1\.\ \ If
1\' \\
\1
,.....
r1--
Nr
.P=45: N7=240
+rOrNq+ 0.4rBN7
r-
Alas
kasar
50
60
40
.
30
20
/0
5.14 100
20
40
. .
60
80
Gbr.
N/, N9',
sama dengan rp' bukannya f/>, maka faktor daya dukungnya ada
dan N y'. Nilai-nilai ini diberikan o!eh kurv"' bergaris putus-putus dalam Gbr.
..
(33.12)
Pengalaman menunjukkan bahwa sekalipun mendapat beban seragam, pondasi selalu
nintuh akibat miringnya struktur tersebut. Akan tetapi, kenyataan ini tidak membatalkan
alasan dalam alinea sebelumnya. Hal ini hanya mendemonstrasikan bahwa. tidak ada sub
grade yang bersifat seragam-sempurna. Dengan bertambahnya beban, penurunan di atas
bagian subgrade yang paling lemah bertambah lebih cepat daripada penurunan di atas bagi
an-bagian lainnya. Karena pemiringan tersebut, titik berat struktur bergeser ke arah bagian
yang lemah dan menambah tekanan pada bagian tersebut, sedangkan tekanan pada bagian
yang lebih kuat berkurang. Faktor-faktor ini menghilangkan kemungkinan keruntuhan
tanpa pemiringan struktur.
(33.13)
Nilai daya dukung tersebut untuk pondasi bujursangkar berukuran B X B pada tanah yang
padat atau aku, adalah
183
(33.14)
Nilai-nilaiN diberikan oleh ordinat kurva bergaris tebal dalam Gbr. 33.4.
Jika kondisi 4>
0 berlaku dan tanah memiliki kohesi, maka daya dukung pada per
qdr
qd
6,2c
3,1q,.
(33.15)
D1
pondasi telapak yang menerus dengan lebar sama dengan diameter pondasi berbentuk
lingkaran.
Jika 4>
0 dan c > 0, penambahan daya dukung per satuan luas yang dihasilkan oleh
beban tambahan rD1 diimbangi sepenuhnya oleh berat tanah yang dihilangkan dalam pem
=
buatan pondasi tersebut. Oleh karenanya, lebih sesuai kalau kita membahas daya dukung
netto
(33.16)
Kenyataannya, karena kekuatan lempung di atas tinggi pondasi tidak tepat sama dengan
nol, maka daya dukung netto agak bertambah,.dengan meningkatnya nilai D1. Untuk nilai
DpB tidak lebih dari 2,5, Skempton (1951) menyarankan ungkapan sederhana berikut ini
untuk daya dukung netto dari pondasi telapak yang berbentuk segi empat dengan lebar
B dan panja L
qd net
5c 1 + 0,2
) (
1 + 0,2
(33.17)
Jika tanah pendukung bersifat agak lepas atau lunak, nilai N_harus diganti oleh nilai
N' ya ditentukan dari kurva bergaris putus-putus dalam Gbr. .33.4, dan nilai c harus
'
Soal-soal
1.
Hitunglah daya dukung per satuan luas dari pondasi telapak yang menerus dengan
l 7 dan r
120 kg/
lebar 8 meter. Tanah pendukungnya memiliki c = 400 kg/m2, 4>
m3. Kurva beban-penurunan menyerupai kurva C1 dalam Gbr. 33.1, dan hub..ijpgan te
gangan normal dan tahanan gesernya adalah s = c + p tan tf>. Kedalaman poni adalah
6 meter.
=
Hitunglah daya dukung per satuan luas dari pondasi telapak yang berbentuk bu
2.
3 7 ), jika ke
jur sangkar dengan luas I 0 m2. Pondasi diletakkan di atas pasir padat (t/>
dalaman pondasi masing-masing adalah 0, 2, 5, 10, dan 15 meter. Berat satuan tanah adalah
126 kg/m3.
=
Pengujian beban (load test) dilakukan pada pelat pendukung (bearing plate) de
3.
ngan luas l m2. Pengujian terse but dilakukan pada permukaan endapan pasir tak berkohesi
yang memiliki berat satuan 110 kg/m3 Kurva beban-penurunan mendekati garis singgung
vertikal pada beban 4000 kg. Berapakah nilai 4> pasir tersebut?
Jwb. 39,5 ,
l 84
4.
Pengujian b eban dilakukan pad a pelat b erukuran l m " pad a pasir tak b erkohesi
padat yang memiliki berat satuan 1 1 5 kg/m 3 . Pelat pendukung tersebut tertutup dalam
suatu kotak yang dikelilingi oleh beban tambahan dengan.keda1aman 2 meter. Keruntuhan
terj adi pada beban 1 2000 kg. Berapakah b eban per satuan 1uas yang mengakibatkan ke
.
runtuhan jika dasar pondasi b erukuran 5 m 2 serta pondasi dan d asarn ya ferletak pad a
keda1aman yang sama dan dalam bahan yang sama pula?
Jwb. 73 0 kg/m 2
Bacaan
Pilihan
Definisi
Pangkal jembatan adalah p risma ramping atau tubuh silindris yang terbuat dari batu
yang mengalihkan be ban melalui lapisan yang buruk ke lapisan yang lebih baik. Tiang pan
cang pada dasamya adalah pangkal jembatan yang sangat ramping yang mengalihkan be ban
baik melalui ujung bawahnya ke lapisan yang kokoh atau melalui gesekan permukaan/sisi
nya ke tanah di sekitarnya. Hubungan antara be ban pada pangkal jembatan atau tiang pan
cang dan penurunan yang berasngkutan amat mirip dengan hubungan tersebut untuk
. pondasi telapak. Kurva beban-penurunan mendekati baik garis singgung vertikal ataupun
garis singgung yang condong, seperti ditunjukkan oleh Gbr. 3 3 . 1 . Definisi daya dukung
pangkal jembatan dan tiang pancang identik dengan defmisi tersebut untuk pondasi telapak
(Pasal 33).
1 85
(34. 1 )
di mana qP adalah daya dukung per satuan luas tanah yang terletak di bawah dasar pangkal
jembatan, A p adalah luas permukaan dasar dan r adalah jari-jari pangkal jembatan, dan fs
adalah nilai rata-rata pada saat runtuh dari gabungan gesekan dan adhesi satuan luas per
mukaan sentuh antara pangkal jembatan dan tanah. Besaran ini b iasanya dinamakan gesek
an permukaan.
Keruntuhan tanah di bawah dasar pangkal jembatan tidak dapat teijadi tanpa per
pindahan dari setidaknya sebagian massa tanah dalam arah keluar atau keluar dan ke atas
sebagaimana ditunjukkan oleh panah melengkung dalam Gmb. 34. 1 . Jika tanah dalam ke
dalaman Dr bersifat cukup lebih kompresibel dibandingkan tanah di bawah dasar pangkal
jembatan, perpindahan menghasilkan tegangan geser
yang dapat diabaikan dalam ke
dalaman D1. Konsekuensinya, pengaru.h tanah di sekitarnya akan identik dengan pengaruh
beban tambahan yang memiliki intensitas -yD1. Pada situasi ini, faktor daya dukung bisa
diambil dari Gbr. 33.4 dan qp bisa dipandang sama dengan qdr atau q ds (Pers. 33 . 1 3 atau
3 3. 1 4). Di pihak lain, jika tanah berada da1am keadaan homogen, tahanan geser yang
terjadi dalam tanah di atas tinggi dasar pangkal jembatan akibat perpindahan-perpindahan
tersebut akan memiliki dua buah pengaruh penting: tahanan geser
tersebut bisa me
rubah pola geser
sehingga faktor-faktor daya dukung (Gbr. 33 .4) tidak lagi dapat di
pakai, dan tahanan geser
tersebut bisa merubah intensitas tekanan vertikal dalam tanah
di dekat dasar pangkal jembatan. Pengaruh yang terakhir tersebut nampaknya merupakan
hal yang lebih pen ting. Dengan memperhitungkan pengaruh tersebut, besaran -yD1Nq
(Pers. 3 3 . 1 3 dan 33 . 1 4) harus diganti dengan ungkapan pjVq di mana pv adalah intensitas
tekanan vertikal e fektif yang sebenarnya yang muncul tepat di sisi p3llgkal jembatan pada
tinggi pondasi, pada saat keruntuhan pangkal jembatan terjadi (Vesic 1 963).
:t
1 86
Dalam kenyataan, keadaan tegangan di sekitar dasar dari pangkal jembatan yang ter
benam cukup dalam pada saat keruntuhan bersifat sangat rumit dan belum dipahami.
Percobaan berskala-besar dalam pasir homgen (Vesic 1 963, Kerisel 1964) menunjukkan
bahwa, untuk nilai-nilai Dr/2r yang lebih b esar dari sekitar 5, tahanan dasar pangkal jem
batan QP tidak lagi bertambah terhadap kedalaman sesuai dengan ramalan yang didasar
kan pada besaran rD/Iq , dan bahwa, untuk Dr/2r lebih b esar daripada sekitar 1 5 , tahanan
dasar pangkal jembatan tetap secara kasar konstan tanpa mempersoalkan kedalaman Dr.
Pemikiran ini menyarankan bahwa untuk nilai Dr/2r lebih besar daripada sekitar 1 5 , tekan
an Pv tetap secara praktis konstan dengan bertambahnya kedalaman; dan hanya bergantung
pada rjJ. Dalam lapisan yang homogen di bawah kondisi rjJ 0, tahanan netto dasar pangkal
jembatan per satuan luas menjadi secara praktis konstan untuk nilai Dr/2r lebih besar dari
pada sekitar 4 dan bisa diambil sama dengan 9c (Skempton 1 95 1 ).
Suku kedua di sebelah kanan Pers. 34. 1 . mengandung gesekan permukaan fs Nilai
fs biasanya dianggap sebagai jumlah dari kedua besaran
=
f,
Ca
+ Ph tan o
(34.2)
di mana ea adalah adhesi per satuan luas antara pangkal jembatan dan tanah, P h adalah
tekanan horisontal rata-rata pada permukaan vertikal pangkal jembatan di saat runtuh,
5 adalah sudut gesekan antara pangkal jembatan dan tanah. Nilai ea dan 5 dapat ditentu
kan secara pendekatan mela1ui pengujian laboratorium pada keadaan-keadaan tertentu.
Akan tetapi, kedua besaran tersebut bergantung pada metoda instalasi selain pada fak
tor-faktor lainnya. Lebih jauh lagi, kondisi tegangan pada permukaan sentuh tidak di
ketahui dan sama rumitnya dengan kondisi tegangan yang berkaitan dengan tegangan ver
tikal Pv - Oleh karenanya, fs biasanya dan sebaiknya diestimasi atas dasar data empiris
yang diperoleh dari pengamatan lapangan (Artikel 57).
1 87
dihasilkan oleh perpindahan parsia1 atau total dari tanah selama proses pemancangan tiang
berada di luar kemampuan analisis. Oleh karenanya, daya dukung Qd dari tiang tahanan
gesekan dapat ditentukan hanya dengan uji-beban (load-test) pada tiang pancang di lapang
an atau dengan cara lain yang kurang akurat berdasarkan nilal empiris fs Dalam Pasal
56 diberikan nilai-nilai fs yang berkaitan dengan jenis-jenis utama tanah. Di kota-kota di
mana tiang tahanan gesekan sangat umum digunakan, nilai empirik f yang ditentukan
berdasarkan pengalaman setempat agaknya cukup handal untuk mengatasi masalah di atas.
Daya dukung Qd dari tiang tahanan ujung, dalam situasi tertentu {Pasal 56, jilid 2),
mungkin sama dengan tahanan Qd y dari tanah terhadap penetrasi tiang pancang yang cepat
akibat tumbukan dari ram-pemancang-tiang yang dijatuhkan. Sebenarnya, paling tidak
terdapat suatu kemungkinan teoritis mengenai perkiraan besarnya nilai Qd y yang dikenal
sebagai tahanan dinarnik, yang dapat dipero1eh dari penetrasi tiang pancang rata-rata (S)
akibat beb((rapa pukulan palu yang terakhir, asalkan berat ram (WH) dan ketinggian jatuh
(H) diketahui. Oleh karenanya,' dilakukan u saha-usaha untuk menghitung daya dukung ter
sebut atas dasar informasi ini: Hasil-hasil usaha ini dikenal sebagai mmus-rumus tiang
.
pancang. Alinea berikut akan membahas konsep-konsep pokok yang mendasari rumus
rumus tiang pancang terse but.
Usaha yang dilakukan oleh palu yang dijatuhkan adalah WHH, dan usaha yang diperlu
kan untuk menambah penetrasi tiang pancang sebesar S melawan tahanan Qdy sama de
ngan QdyS. J ika seluruh usaha dari palu y ang dij atuhkan dipergunakan untuk menambah
penetrasi tiang pancang, maka dapat kita tuliskan
sehingga
Rumus ini merupakan rumus tiangpancang Sanders yang dipublikasikan sekitar tahun
1 850. Nilai yang diperoleh dengan menggunakan rumus ini ternyata terlalu besar ,karena se
bagian energi dari palu yang dijatuhkan berubah menjadi panas dan deformasi elastis.
Jika kita menganggap bahwa di bawah tumbukan palu, deformasi dan kehilangan
energi terjadi serentllk; yakni, jika adanya gelombang tegangan dalam tiang pancang dan
tanah diabaikan, maka dapat kita tuliskan
(34.3)
di mana menyatakan kehilangan energi dan, oleh karenanya, merupakan besarnya ener
gi yang tidak ikut menyebabkan penetrasi tiang pancang. Seandainya tidak terj adi penetrasi
dan semua energi pemancangan dimanfaatkan oleh proses penempatan elastis tiang
pancang, maka besarnya energi yang dikeluarkan sama dengan
di
WHH
iQd11Se
S =
sehingga diperoleh
Qd11L
AE
(34.4)
1 88
Jika kita menganggap bahwa hilangnya energi hanya terdiri atas deformasi elastis tiang
pancang dan, selanjutnya, tidak dipengaruhi oleh penetrasi ujung bawah tiang pancang ter
sebut, maka Pers. 34.3 menjadi
sehingga diperoleh
Qdy
WnH
(34.5)
s + ts.
Ungkapan ini dikenal sebagai rumus Danish. Penelaahan secara statistik menunjukkan bah
wa rumus tersebut harus digunakan dengan faktor keamanan 3 (Sorensen dan Hansen
1 957).
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk memperhitungkan energi yang hilang ter
sebut. Sebagian usaha-usaha ini telah menghasilkan pernyataan-pernyataan dan prosedur
prosedur yang sangat rumit. Akan tetapi, karena semua metoda y,ang didasarkan pada
Pers. 34.3 bersifat tidak logis akibat diabaikannya aspek dinamik fenomena terse but (Cum
mings 1940), maka rumus-rumus yang rumit itu tidak memiliki keuntungan yang hakiki
terhadap rumus-rumus yang lebih sederhana. Kebaikan relatif dan reliabilitas sua tu rumus
tiang pancang hanya bisa dipertimbangkan berdasarkan perbandingan dengan hasil-hasil
uji-beban.
Rumus Danish memiliki keuntungan bila dilihat dari segi kesederhanaannya dan ter
nyata memiliki kehandalan pada ruang lingkup kondisi yang luas (Agerschou 1 962). Ben
tuk yang agak lebih teliti dari rumus Danish dikemukakan oleh Janbu pada tahun 1 9 5 3 ;
rumus Janbu mengandung unsur semi-empiris untuk memungkinkan diperhitungkannya
variasi rasio Wp/ WH dari berat tiang pancang dan berat ram dari palu tiang pancang. Rumus
tersebut bisa diungkapkah sebagai
(34.6)
di mana
(34.7 )
Dalam Pers. 34.7, koefisien empiris
Cd
0,75 + 0,15
Wp
Wn
(34.8)
Penelaahan secara statistik (Pasal 56, jilid 20 menunjukkan bahwa rumus Janbu harus
digunakan dengan faktor keamanan yang dihitung sebesar 3, dan bahwa faktor keamanan
yang sebenarnya cenderung bernilai tidak kurang dari 1 ,75 atau lebih dari 4,4 (Flaate
1964).
Engineering News Fonnula (Wellington 1 888), yang digunakan di Amerika Utara seca
ra luas , ternyata serupa bentuknya dengan Pers. 34.5 kecuali bahwa besaran yang mengan
dung pemampatan elastis tiang pancang diganti oleh konstanta
c. Jadi
Wellington memandang besaran c sebagai penetrasi tambal).an dari ujung tiang pancang
yang akan terjadi jika tidak terjadi kehilangan energi. la mengevaluasi besaran ini berdasar-
1 89
kan bermacam-macam data yang dimilikinya pada saat melakukan penelitian dan menyim
pulkan bahwa c mendekati 1 in. untuk tiang yang dipancang dengan palu j atuh (drop ham
mer) dan 0 , 1 in untuk tiang yang dipancang dengan p alu-uap (steam hammer). Karena ia
menyadari bahwa p engestimasiannya melibatkan ketaktentuan , ia menyarankan agar beban
yang diijinkan per tiang pancang (Q0 ) tidak boleh melebihi 1 / 6 beban-akhir (ultimate load)
yang dihitung (Qdy ) Dengan menyatakan H dalam meter Clan S dalam inci, ia mendapat
kan
(34. 9)
Persamaan ini dikenal sebagai Engineering News formula.
Penelaahan untuk mengevaluasi derajat akurasi dari Pers. 34.9 (Agerschou 1 962,
Flaate 1 964) secara meyakinkan memperagakan bahwa tidak dijumpai hubungan yang me
muaskan antara kapasitas tiang pancang scbagaimana yang ditentukan melalui uji-beban
dan yang dihitung dengan Pcrs. 34.9. Untuk dua dari setiap seratus tiang pancang, daya
dukung yang sebenarnya mungkin bernil,i kurang dari 1 ,2 atau lebih dari 30 kali nilai yang
dihitung. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan faktor keamanan yang disarankan, y akni
sebesar 6. Tidak ada cara untuk meramalkan berapa kapasitas yang sebenarnya dalam
selang tersebut untuk tiang pancang tertentu. Berdasarkan kondisi-kondisi ini, penggunaan
seterusnya dari Engineering News formula tidak lagi dapat dipertimbangkan.
Pendekatan yang lebih memuaskan secara fundamental untuk mengembangkan rumus
rumus tiang pancang adalah menggunakan teori mengenai tumbukan longitudinal pada
batang (Glanville dkk. 1 938, Smith 1 960, Sorensen dan Hansen 1 95 7 ). Perhitungan
perhitungannya bersifat rumit dan tidak dapat dipadukan ke dalam hubungan yang cukup
sederhana untuk kegunaan praktis, selanjutnya, keterbatasan prosedur tersebut belum ter
atasi oleh perbandingan-perbandingan secukupnya antara daya dukung yang diramalkan
dan daya dukung yang diukur. Deilgan demikian, untuk saat ini, perencana pondasi
tiang tahanan ujung harus mengadakan pemilihan di antara beberapa alternatif y ang ada.
la mungkin menggunakan salah satu dari rumu s tiang pancang dinamik yang kurang di
setujui, seperti rumus Danish a tau Janbu, dengan resiko berupa pemancangan dua atau tiga
kali lebih banyak tiang pancang daripada jumlah tiang pancang yang diperlukan oleh pon
dasi ; ia mungkin mengestimasi tahanan ujung atas dasar rumus statik (Pers. 34. 1 ) dengan
resiko terj adinya over-estimasi dari daya dukung tersebut, terutama jika tiang pancang
berukuran panjang dan ditanam dalam pasir padat; atau alternatif lainnya, yaitu ia mung
kin akan melakukan uji-beban pada tiang pancang uji ukuran-penuh (full-size test piles)
di lapangan. Altematif yang terakhir tersebut bisa melibatkan prosedur-prosedur khusus
untuk memungkinkan pengevaluasian kapasitas ujung dan gesekan permukaan secara tcr
pisah (Pasal 56). Bilamana dapat dibenarkannya pengujian beban bergantung kepada
waktu y ang tersedia dan hubungan antara biaya pengujian dan biaya keseluruhan pondasi.
Soal-soal
1 . Suatu tiang pancang dari beton bertulang memiliki ukuran 1 6 X 1 6 in. Tiang ter
sebut dipancangkan melalui endapan pasir halus lepas dan lempung lunak dengan tebal
65 meter serta ke dalam lapisan pasir padat sejauh 2,5 meter. Muka air tanah terletak dekat
permukaan tanah. Pasir lepas dan lempung lunak mempunyai berat satuan tetbenam
45 kg/m3 , dan sudlit gesekan dalam dari pasir padat dalam keadaan terbenam sama dengan
3 5 . Hitunglah tahanan ujung tiang pancang tersebut.
1 90
Jwb.
Jwb.
3. Suatu pipa uji dengan jenis seperti yang diterangkan dalam Soal 1 dipancangkan
pada 'titik lain dari daerah yang akan ditempati bangunan. Kondisi tanah bersifat identik,
kecuali bahwa pasir yang dijumpai pada kedalaman 65 meter bersifat lepas (rp 30). Hi
tunglah tahanan ujung tiang pancang tersebut.
==
.Twb.
1 9 ton. (Tidak dilakukan uji beban, tetapi tiang pancang menembus pasir
begitu mudahnya di bav,:ah pukulan-pukulan palu sehingga diputuskan
untuk m engganti jenis pondasi di seluruh daerah yang di lapisan bawahnya
terdapat pasir lepas).
4. Tiang pancang seperti pada Soal 1 mempunyai panjang > 0 meter. Modulus elas
tisitasnya adalah 3,5 X 1 06 kg/in 2 . Berapakah daya dukung akhirnya berdasarkan rum u s
Danish? Berdasarkan rumus Janbu?
Jwq.
2 60 .t on; 1 90 ton.
Bacaan Pilihan
Salah satu dari tulisan-tulisan klasik mengenai mekanika tanah adalah Cummings, A. E.
( 1 940): "Dynamic pile driving formula", .!. Boston Soc. Cil>il Engrs. , 27, hal. 6-27 . Dicetak
ulang dalam Con tribu tions to S(Jil mechanics 1 925-1940, Boston Soc. Civil Engrs. 1 940,
hal. 3 92-4 1 3.
gelinciran
buah lereng. Dalam pe ristiwa tersebut terjadi pe rge rakan massa tanah pada arah ke bawah
dan pada arah ke luar (outward).
Gelinciran dapat terjadi melalui berbagai cara, secara pe rlahan-lahan atau mendadak,
serta dengan ataupun tanpa provokasi yang terlihat. Umunmya gelinciran diakibatkan oleh
penggalian terbuka atau penggalian bagian bawah dari lereng yang ada. Akan tetapi pada
beberapa hal, mungkin disebabkan oleh disintegrasi pe rlahan/bertahap struktur massa
tanah, dimulai pada retakan merambut (hair cracks) yang membagi tanah menjadi fragmen
fragmen bersudut (angular).
tekanan air pori dalam beberapa lapisan yang luar biasa penneabel, a tau akibat guncangan
yang "mencairkan" tanah di bawah lereng (lihat Pasal
49,
191
yang dispesiflkasikan d i berb agai b agian berbeda dari Pasal ini terpenuhi secara sempurna.
i.ebih jauh lagi, penting untuk selalu diingat bahwa berbagai ketidakkontinuan yang tidak
terdeteksi di dalam tanah - misalnya: sistem retakan merambut, sisa-sisa gelincinm tanah
sebelumnya, atau lapis tipis pasir berair - dapat menyebabkan tidak absahnya hasil-hasil
penghitungan.
tor of safe ty) lereng terhadap gelinciran dapat dinyatakan oleh persamaan
F =
tan cf>
tan tl
(3 5 . 1 )
Sementara itu, tanpa mempersoalkan ketinggiannya, tak ada lereng di atas pasir bersih
dengan sudut kelandaian yang lebih besar daripada
1/>.
Karena hanya sedikit tanah alami yang betu1-betul tak berkohesi. maka sisa pasal ini
hanya akan membahas le reng-le reng yang beralaskan bahan-bahan kohesip .
tan cf>
dapat berdiri tegak dengan kemiringan (slope) vertikal , setidaknya dalam j angka w aktu
yang singkat , asalkan ketinggian lereng agak lebi11 kecil dari He (Pers.
2 8 . 1 1 ).
Seandainya
ti nggi lereng lebih besar dari He , lereng menjadi tak stabil kecuali kalau sudut kelandaian
90 .
harus semakin
kecil . Jika fungsi lereng j auh lebih besar dari He , maka Jereng akan runtuh kecuali kalau
1/>.
Keruntuhan sebuah lereng dalam bahan kohesif b iasanya didahului oleh pembentuk
an retakan tarik (tension c racks) di belakang tepi atas lereng, seperti ditunjukkan dalam
Gbr.
3 5 . 1 . Gaya yang menyeb abkan retakan tarik di balik sisi dari sebuah lereng vertikal
ace
dalam Gbr.
28.3b.
akan dilanjutkan oleh gelinciran sep anjang permukaan lengkung, yang ditandai oleh
garis tebal dalam Gbr.
35. 1 .
p aling kecil di ujung sebelah atas, paling besar di bagian tengah, dan "inte rmediate" di
ujung bawah. Dengan demikian kurva ini mirip dengan busur sebuah ellips. Jika ke
runtuhan terjadi di sepanjang permukaan gelinciran yang memotong lereng pada atau di
192
Gbr.
W.
Fellenius 1 927).
atas (Gbr. 3 5.2a) ujung-kaki (toe}nya, maka gelinciran ini dikenal sebagai keruntuhan
failure). Di lain pihak, jika tanah di bawah tinggi (level) ujung-kaki dari lereng
tidak mampu memikul berat dari bahan yang terleiak di atasnya, maka keruntuhan terjadi
di sepanjang suatu permukaan yang terletak di bawah ujung-kaki dari le reng. Keruntuhan
jenis ini diperlihatkan dalam Gbr. 3 5.2b dan dikenal sebagai keruntuhan dasar (base fai
lure).
lereng (slope
1 93
W1l1
dan selanjutnya kita dapatkan
s
W2l2 +
-..
sr
d1e2
Trtlt - lrzlz
-..
d1ez
di mana W1 adalah berat dari irisan (slice) akfe yang cenderung menyebab kan keruntuh
an, dan W2 adalah berat dari irisan kbd t .f yang cenderung mencegah keruntuhan.
Seandainya bentuk permukaan gelinciran sedemikian rupa sehingga tak bisa direpre
sentasikan sekalipun secara approksimasi oleh sebuah busur lingkaran, maka prosedur
harus dimodifikasi menurut metoda-metoda yang akan kita bicarakan berkaitan dengan
permukaan-gelinciran komposit.
F =
sr
d tez
---
lrth
Wzlz
(3;').:2)
di mana r menyatakan jari-jari lingkaran kritis serta d 1 e2 menyatakan panjang dari per
mukaan gelinciran.
Seperti halnya te kanan-tanah dari suatu massa tanah, kestabilan sebuah lereng dapat
diselidiki dengan cara coba-coba (trial), atau jika kasu snya sederhana dapat diselidiki
dengan cara metoda analitik. Untuk membuat penyelidikan dengan cara coba-coba, kita
pilih beberapa lingkaran yang berbeda yang masing-masing merepresentasikan (me
nyatakan) permukaan gelinciran yang potensial. Kemudian untuk masing-masing ling
karan tersebut, kita hitung nilai F (Pers. 3 5 . 2). Nilai yang minimum menyatakan faktor
keamanan dari lereng terhadap gelinciran dan lingkaran yang bersangkutan merupakan
lingkaran kritis.
Pemecal1an analitik jarang dapat dipakai untuk menghitung faktor-keamanan dari
sebuah lereng yang berada dalam kondis-kondisi yang nyata di .Japangan, sebab metoda
ini terutan1a didasarkan pada asumsi-asumsi yang sangat disederlianakan. Walaupun begitu,
metoda ini- cukup berharga sebagai penuntun untuk pengestimasian letak dari pusat lingkar-
1 94
an kritis dan untuk memastikan karakter keruntuhan yang mungkin. Sebagai tambahan,
pemecahan analitik dapat digunakan pula sebagai alat untuk menilai apakah suatu lereng
diragukan keamanannya, dipastikan berbahaya, atau diragukan kestabilannya. Jika ke
stabilannya terlihat meragukan, maka faktor keamanan terhadap keruntuhan harus c;li
hitung menu rut prosedur yang telah dijelaskan di alinea sebelum ini.
Penyelesaian secara analitik mendasarkan diri pada asumsi-asumsi berikut ini: Menu
run ke suatu tinggi (level) di bawah "ujung-kaki" dari lereng, tanah bersifat homogen
sempuma. Pada tinggi ini, tanah bertumpu di atas permukaan horisontal dari sebuah
iapisan yang lebih kaku, yang dikenal sebagai
dasar-kokoh
trasi oleh permukaan gelinciran. Dalam hal ini lereng dipandang berupa sebuah bidang,
dan terletak di antara permukaan b idang horisontal seperti diperlihatkan dalam
35.2.
Gbr.
Akhirnya, efek pelemahan (weakening e ffect) dari retakan tarik diabaikan, sebab
telah dikompensasikan oleh batas keamanan yang biasa dipakai. Alinea-alinea berikut ini
berisikan rangkuman dari hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan.
Tahanan-geser rata-rata s per satuan luas permukaan yang dapat (potensial) meng
gelincir dalam lapisan lempung homogen pada kondisi tertutup (un-drained) atau kondisi
1/J
(18.5)
Jika
diketahui, maka sudut kritis He dari sebuah lereng yang memiliki sudut kelandaian
He = N.
'Y
Dalam persamaan ini
faktor-kestabilan Ns
(35. 3)
an murni). Nilai dari besaran ini bergantung pada sudut kelandaian (3 dan pada faktor-ke
dalaman nd
(Gbr.
3 5.2b)
dasar yang kokoh. Seandainya keruntuhan lereng terjadi, maka biasanya lingkaran kritis
adalah sebuah
menyinggung dasar-kokoh.
Posisi dari lingkaran kritis dengan acuan suatu lereng tertentu bergantung pada sudut
5 3
hasil penyelidikan secara teoretik. Berdasarkan gambar ini, keruntuhan semua lereng yang
nd
53 ,
195
Gbr. 3 5.3. Hubungan antara sudut-kela11daian dengan faktor kestabilan Ns untuk bahan
"licin" (Friction less) untuk berbagai nilai faktor-kedalaman na (oleh Taylor 1937).
apab_ila titik yang menyatakan nilai-nilai na dan berada di atas daerah berarsir dalam
Gbr. 3 5.3. Tetapi seandainya titik berada dalam daerah berarsir, keruntuhan terjadi di
sepanjang lingkaran-ujung-kaki. Sedangkan, apabila titik benida di bawah daerah berarsir,
maka lereng runtuh di sepanjang lingkaran-titik-tengah yang menyinggung dasar-kokoh.
Seandainya suqut-kelandaian dan faktor-kedalaman na diberikan, kita dapat meng
hitung faktor-kestabilan Ns (Pers. 35 .3) yang bersangkutan, tanpa harus melakukan peng
hitungan dari Gbr. 35.3. Selanjutnya nilai Ns menentukan nilai ketinggian kritis He dari
lereng.
Jika keruntuhan terjadi di sepanjang lingkaran-ujung-kaki, maka pusat lingkaran kritis
dapat ditempatkan berdasarkan sudut a dan 28 yang dapat diperoleh melalui Gbr. 3 5.2a.
Nilai a dan 8 untuk sudut kemiringan (3 yang berbeda diberikan pada Gbr. 3 5 .4a. Seandai
nya keruntuhan terjadi di sepanjang lingkaran-titik-tengah yang menyinggung dasar-kokoh,
maka posisi dari lingkaran kritisnya ditentukan oleh jarak hoisontal nxH dari ujung-kaki
lereng ke lingkaran kritis tersebut (Gbr. 3 5.2b). Nilai-nilai nx dapat diestimasi untuk ber
bagai nilai na dan (3 dengan menggunakan diagram (Gbr. 35.4b).
Jika lempung di bawah sebuah lereng terdiri atas beberapa lapisan dengan kohesi rata
rata yang berbeda c1, c2,
, dan seterusnya, atau jika permukaan tanah bersifat tidak
teratur (Gbr. 35.5), maka pusat dari lingkaran kritis harus ditentukan dengan cara coba
ralat (trial and error). Jelas bagi kita bahwa bagian terpanjang dari prmukaan gelinciran
yang sesungguhnya akan terletak dalam lapisan yang paling lunak. Karena itu, lingkaran
"coba" juga harus memenuhi kondisi ini. Jika salah-satu lapisan sebelah atas relatif lunak,
maka adanya dasar-kokoh di kedalaman yang agak besar tidak akan termasuk ke dalarri
permasalahan, karena bagian paling bawah dari permukaan gelinciran sangat mungkin se
luruhnya berada di dalal)l lapisan yang paling lunak. Misalnya, jika kohesi c2 dari lapis
an yang kedua dalam Gbr . 35.5 jauh lebih kecil daripada kohesi c3. dari lapisan ketiga
'
yang mendasari lapisan kedua tersebut, maka lingkaran kritis buka menyinggung dasar
kokoh tetaoi :1kan menyinggung bagian sebelah atas dari peqnukaan ketiga.
196
3 5.4. (a) Hubungan antara sudut ke landaian 13 dan parameter a dan () untuk lokasi
lingkaran-ujung-kaki kritis apabila 13 lebih besar dari 5 3 . (b) Hubungan antara sudut ke
landaian 13 dan faktor kedalaman nd untuk berbagai nilai nx (oleh W. Fellenius 1927).
Gbr.
t :!, ---,.....-=--r
ab
emudian, atas dasar diketahuinya nilai-nilai c1, c2, c3, dan seterusnya, maka kita meng
hitung nilai rata-rata kohesi c dari tanah di sepanjang permukaan gelinciran. Faktor ke
amanan lereng. terhadap gelinciran di sepanjang permukaan-coba berupa lingkaran ada
lah
(3 5.4)
F=
t
Nilai dari
F diletakkan di pusat
3 5.5).
Kurva-kurva ini
bisa dipandang sebagai sebuah lengkung kontur dari sebuah depresi. Pusat dari lingkaran
kritis berada di dasar dari depresi. Nilai Fm in yang bersangkutan akan merupakan faktor
197
lebih kecil dari kedua nilai tersebut diasosiasikan dengan dasar-kaku yang mewujudkan
keruntuhan dan merupakan faktor keamanan dari lereng.
s =
+ p tan cl>
maka kestabilan lereng pada tanah tersebut dapat diselidiki dengan menggunakan prosedur
yang diilustrasikan oleh Gbr. '35.6a. Gaya-gaya yang hekctja pada massa yang menggelincir
adalah: gaya kohesi resultan
C dan gaya
sekan di permukaan gelinciran. Gaya kohesi resultan C heketja pada arah paralel dengan
Cx
sehingga x
de r/L.
cLx
C, W,
c de
(Pllnjang dari
Berat
W juga dapat di
F mestilah me
Jika faktor-keamanan terhadap gelinciran sama dengan satu, maka lereng berada pada
ambang keruntuhan. Pada kondisi ini, setiap reaksi "elementer" dF dalan1 Gbr.
35.6a
garis kerja dari setiap elemen akan menyinggung sebuah lingkaran yang dikenal sebagai
r sin
q,
dan pusat lingkaran ini terletak pada pusat lingkaran gelinciran. Garis kerja dari reaJ<si
resultan F menyinggung sebuah lingkaran yang berjari-jari seciikit Iebih besar dari
r1,
tetapi untuk mudahnya kita asumsikan bahwa pada suatu faktor keamanan yang sama de
ngan satu, garis kerja dari F juga akan menyinggung lingkaran-gesekan. Kesalahan yang
Untuk suatu nilai If> tertentu, ketinggian-kritis (critical height) dari sebuah lereng yang
r
198
He=N.
'Y
yang pada dasarnya identik dengan Pers. 35.3, hanya saja Ns tidak saja bergantung pad
{3, tetapi juga pada 1/). Gambar 35.6b memperlihatkan hubungan antar a {3 dan Ns untuk ber
bagai nilai <P yang berbeda. Pada nilai sudut kdandaian {3, Ns tertentu, nilai Ns mula-mula
Gbr. 35.6. Keruntuhan lereng dalam bahan berkohesi dan bergesekan dalam. (a) Diagram
yang mengilustrasikan metoda lingkaran-gesekan. (b) Hubungan antara sudut kelandaian (3
dengan faktor kestabilan Ns untuk berbagai nilai !/) (oleh Taylor 1937).
199
bertambah secara lambat dan kemudian bertambah dengan cepat dengan bertambahnya
Semua titik pada kurva-kurva dalam Gbr. 35.6b berkaitan dengan keruntuhan di se
itu, apabila keruntuhan-dasar yang umum teljadi dalam tanah yang agak homogen di
lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan tegangan total, nilai
saat gelinciran akan mendekati no!.
metoda irisan
buah lingkaran-coba dan massa yang menggelincir dibagi menjadi sejumlah vertikal "slice"
1 , 2,
Gbr. 35.7b, dikenai gaya berat W, gaya-gaya geser T dan gaya-gaya normal
masing sisinya, dan oleh sekumpulan gaya pada dasarnya. Gaya-gaya tersebut adalah gaya
geser
P.
. kerja pada massa gelinciran secara keseluruhan, haruslah memenuhi syarat kesetimbangan.
Walaupun begitu, gaya-gaya T dan E bergantung pada deformasi dan hubungan tegangan
regangan dari bahan gelinciran di samping tidak bisa dievaluasi dengan teliti. Tetapi
Aproksimasi .. yang paling sederhana adalah dengan "menyusun'' gaya-gaya ini sehingga
sama dengan no!. Pada keadaan ini, seandainya keseluruhan lfngkaran-coba terletak di atas
muka air tanah, serta tidak ada tekanan pori-lebih (excess pore pressure), maka persyaratan
rW sin a
rS
"'
\')AI<-
w?
(35.5)
Gbr. 35.7. Metoda slice untuk penyelidikan kesetimbangan lereng yang terlet.k di atas
muka air tanah. (a) Geometri dari permukaan gelinciran yang berbentuk lingkaran. (b) Ga
ya-gaya pada "slice" umumnya, seperti slice 2 dalam (a).
200
Jika
dan
r
sehingga diperoleh
2:
-r
Wsin a=F
F=
(35.6)
F cos a
sb
Lcos a
(35.7)
--
'1;(sb/cos a)
'1;Wsin a
(35.8)
s=c + p tan!f>
di mana p adalah tegangan normal pada permukaan gelinciran
/.
Untuk mengevaluasi p,
W = Ssin a + Pcos a
dan
P
Pcos a
=l =
p
b
Dengan demikian
s=c +
W
==
S .
sm a
b-b
(35.9)
dan
s=
Seandainya
ma
= 1+
maka
COS
'1;Wsin a
(35.10)
(35.11)
(35.12)
Persamaan 3 5.12, yang menyatakan faktor-k eamanan F untuk lingkaran- coba yang di
selidiki, di ruas kanannya mengandung kuantitas m a (Pers. 35.11) yang juga merupakan
fungsi dari F. Oleh sebab itu, Pers. 35.12 harus diselesaikan dengan "aproksimasi ber
ulang", yaitu satu nilaf F
lanjutnya dipakai untuk menghitung F. Jika F yang diperoleh ini berbeda "jauh" daFi
F1 maka penghitungan diulang kembali dan konvergensi akan terjadi sangat cepat. Peng
hitungan dapat ditolong oleh diagram (Gbr. 35.8a) yang memberikan nilai ma yang di
perlukan (Janbu dkk. 1956), dan penyusunan secara tabulasi dari penghitungan-peng
hitungan (Gbr. 35.8b )
yang lain sampai nilai minimum F didapatkan, sebab penghitungan termaksud hanya
merujuk pada sa tu lingkaran-coba saja.
201
Besaran - besaran
dari penampang /in tang
No.
Jrisan
Olo
sin a
4
W sin
5
w
+-tan
b
<P
(5)
. b
F.=
8
(6) I (7)
8)
(
)
(6
4)
(
(b)
Untuk coba-pertama, F. =
F=
8)
(
4)
(
Gbr. 35.8.
Penghitungan faktor-keamanan lereng jika permukaan gelinciran berbentuk
lingkaran dan gaya antar slice diabaikan. (a) Diagram untuk menghitung faktor m01.. (b)
Bentuk tabel bagi perhitungan.
Pada umumnya, lereng terbenam sebagian dan akan terdapat tekanan pori yang bekerja
di sepanjang lingkaran-coba (Gbr.
3 5.9a).
23),
atau atas dasar observasi di lapangan. Jika tinggi dari permukaan air bagian luar (eksternal)
di mana Wa adalah berat bagian slice yang terletak di atas A - A, Wb adalah berat terbe
nam bagian df bawah ini dan
zb'Yw adalah berat suatu volume air yang sama dengan bagian
5
slice yang terbenam. Seandainya slice terbenam seluruhnya, seperti halnya slice
(Gbr.
maka
harus pula mencakup berat air yang terletak di atas slice. Tekanan
35.9a),
zb'Yw
Z'Yw + u, dimana u
tinggi air eksternal. Seandainya tinggi air eksternal A - A terletak di bawah 0 1 dimgn
202
Gbr. 35.9. Metoda slice untuk permukaan gelinciran berbentuk lingkaran seandainya
lereng terbenam sebagian. (a) Geometri dari sebuah permukaan gelinciran. (b) Gaya
gaya yang bekerja pada slice umumnya, seperti slice 2 dalam Gbr. (a). (c) Poligon gaya
untuk slice 2 jika semua gaya ditinjau. (d) Poligon gaya untuk slice 2 jika gaya-gaya T dan
E pada sisi-sisi dari slice dianggap sama dengan nol.
Karena gaya-gaya yang bekerja pada slice berada dalam kesetimbangan, maka gaya
gaya tersebut dapat dinyatakan oleh poligon gaya (Gbr. 35.9c). Gaya normal
terdiri
zl'Yw yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik oleh air terhadap A-A. Tegangan
(
=
sehingga diperoleh:
l =
+ p tan tf>)
1
[cl + (P
F
1
(cl + P' tan q,)
F
(35. 14)
(35. 1 5)
L (Wa + wb + z
b"tw ) r sin a
2:
. r + hwd2al
(35. 1 6)
203
-A
(35.17)
Dan selanjutnya
dan
F =
a =
(35.18)
(35.19)
Nilai dari F (Pers. 35.1 9) bergantung pada .P' yang dapat ditentukan untuk setiap slice ber
dasarkan poligon gaya (Gbr. 35.9c). Jika permukaan gelinciran berbentuk lingkaran, maka
kecil, dan
P'
tan cp
cl
Wa + wb + zb-rw = (zhw + p + ul) cos a + P' +
sin a
(35.20)
dan
P' =
9!_ sin a
(35.21)
F =
\' [cb +
i..{
ma
-------------------
(35.22)
Persamaan 35.22 seprti halnya Pers. 35.1 2 harus diselesaikan dengan cara aproksi
masi berulang karena terkandungnya faktor keamanan F dalam mcx yang muncul di ruas
kanan persamaan tersebut. Dapat dicatat bahwa pengaruh tingg( air eksten1al sepenuhnya
ditinjau dengan menggunakan berat terbenam Wb , dan juga dapat dicatat bahwa tekanan
pori-lebih
dihitung untuk tiap dasar slice seperti dijelaskan sehubungan dengan Pers.
35.13.
Prosedur yang diuraikan pada alinea terdahulu dapat dirnodifikasi untuk memnJau
gaya-gaya
dan T antar slice-slice (Bishop 1 955, Janbu 1 954a). Akan tetapi, jika per
mukaan gelinciran berbentuk lingkaran (sirkuler), akurasi akan bertambah baik tetapi
tidak akan lebih dari 1 0 atau 1 5%, dan usaha-usaha tambahan tidak dibenarkan (biasa
nya). Di lain pihak, jika permukaan gelinciran tidak berbentuk lingkaran, maka kesalahan
yang dihasilkan dapat cukup besar. Hal-hal ini akan kita tinjau pada pasal-pasal berikut.
Jika diperlukan, prosedur-prosedur yang akan dikembangkan dapat digunakan pula dalam
meninjau gaya-gaya an tar slice untuk permukaan gelinciran berbentuk lingkaran.
204
Gbr. 35.10. Geometri dari metoda slice untuk penyelidikan kesetimbangan lereng apabila
permukaan yang menggelincir tidak berbentuk lingkaran (sirkuler).
an. Untuk kondisi seperti itu, maka metoda slice. dapat diperluas (Janbu 1 954a, Non
veiler 1 965).
Massa yang menggelincir dengan permukaan bukan berbentuk lingkaran diperaga
kan dalam Gbr. 35.1 0. Gaya-gaya yang bekerja pada slice ke
11
yang sama seperti. yang diperlihatkan dalam Gbr. 35.9b, dan poligon gaya yang identik
dcngannya diberikan dalam Gbr. 35.9c.
. Kesetimbangan dari keseluruhan massa yang menggelincir terhadap momen di sekitar
sembarang titik kutub 0, mengharuskan bahwa
(35.23)
dan
(35.24)
-A
(35.25)
di mana
pl = p
zl')'w
(35.26)
Kita dapat mengevaluasi ungkapan ini apabila P' dan P1 diketahui. Sementara itu, besaran
besar-an tersebut bisa ditentukan dari poligon gaya (Gbr. 35.9c). Penjumlahan komponen
komponen v ertikal akan menghasilkan persamaan:
cos
205
P'
Pt
ul
P' +
Wa + Wb + tlTn-
(35.27)
Wa + Wb + tlTn +
(35.28)
(cb +
a
-'-------'-'-=----=--------'-
--------
(Wa + Wb + t:.Tn-
2: (Wa + Wb)x - 2: [
(f/m,.)
(35.29)
Persamaan
3 5.2a
3 5. 1 2,
aproksimasi bemlang sebab faktor keamanan F terkandung di dalam m01. yang muncul di
mas kanan persamaan tersebut. Lebih jauh lagi, dapat kita catat bahwa nilai F bergantung
pula pada !l.Tn sebagai pendekatan awal, !l.Tn dapat kita buat sama dengan no!. Perhitung
3 5. 1 1 ).
anya mengacu ke sebuah permukaan-coba (Trial surface) saja, maka perhitungan hams
diulangi untuk permukaan-permukaan yang lain sampai didapatkan nilai F yang terkecil
(minimum).
Untuk sebagian besar permasalahan praktis yang melibatkan permukaan gelinciran
yang tidak berbentuk lingkaran (tak sirkuler), asumsi bahwa !l.Tn sama dengan nol akan
memberikan hasil-hasil yang cukup akurat. Seandainya penampang-lintang dari permukaan
gelinciran cukup jauh dari bentuk sirkuler, maka penggunaan Pers.
3 5. 29
dengan !l.Tn
lebih disukai dari pada penggunaan asumsi penampang-lintang bentuk sirkuler dan peng
gunaan Pers.
3 5.22.
Akan tetapi, jika diinginkan ketelitian yang tinggi, maka nilai !l.Tn
3 5. 29
Seandainya nilai-nilai E dan T tidak no!, maka. hams dipenuhi persyaratan kesetim
bangan dari keselumhan massa yang menggelincir, baik untuk arah vertikal maupun hori
sontal, yakni:
(35.30)
(35.31)
Lebih jauh lagi, untuk tiap slice, !l.Tn dan 1/:;n dihubungkan bersesuaian dengan persyarat
an dari poligon gaya (Gbr.
kita dapatkan
flEn
dan selanjutnya
flEn
sec
3 5.9c).
cos
a + (Wa + Wb +
a - OVa + wb +
tlTn +
zb-rw) sin
tlTn) tan a
zl>-rw tan
.!_[cl +
F
(P
.!_[cl
F + P' tan q,]
(3 5.32)
tan
tan
If>
15
14
16
10
11
12
cb
ub
Wa
13
17
-- - - - - - -- - -- - - - -
2
-- -
- - - - -- - -- - - - -
:
-- - - - - - -- - -- - - - -
18
n
(17) a
19
Wa+ Wb
(19)
22
21
20
ub
tan
If>
(21) - cb
23
(22) tan
24
25
Ft
(23)
Ft
--
26
(14) + (25)
27
28
29
30
(18)
(27)
ma
ma
-- --
(26) . f ma
-- --- --
-- --
-- --
2:(20) =
--
2:(29)
..
2:(29) =
2:(30) =
2:(20) - 2:(30)
Ulangi langkah
24 sampai 30
Gbr. 35.11. Bentuk pentabelan untuk perhitungan faktor keamanan lereng dengan metoda slice, jika
permukaan gelinciran bukan berbentuk lingkaran (bukan sirkuler).
207
_!_. cb +
didapatkan
ma
tan
3 5 .33,
2: [ilEn + zbf',
ke dalam
3 5 .27
3 5.32
1 [1
tan
JI
rf>
(35.3-!)
sec a
tan
(35.35)
Tetapi karena
maka Pers.
3 5.3 1
\'
1._.
[FM
sec a
35 .30,
3 5.35
(Ha + TT b + .1T,)
tan
(35. 36)
35.30
dan
3 5.36
syaratan kesetimbangan dari gelinciran secara ke.seluruhan serta kesesuaian dengan semua
persyaratan
gitu, tidak semua perangkat nilai-nilai tersebut mungkin atau dapat diterima. Misalnya saja,
nilai-nilai Tn haruslah tidak melampaui tegangan geser tanah di sepanjang perbatas ver
tikal dari slice yang bersangku tan akibat pengaruh gaya-gaya normal En. Lebih jauh lagi,
tegangan-tegangan tarik seharusnya tidak muncul pada suatu bagian nyata dari sembarang
perbatas vertikal antara dua slice. Pada kebanyakan kasus akan terbukti memuaskan dan
bijaksana untuk menetapkan sembarang, tetapi dapat diterima (reasonable), nilai-nilai
tekanan tanah En, dan atas dasar nilai-nilai tersebut serta Pers.
1 6.5
menghitung (approk
simasi) batas atas dari nilai Tn. Nilai-nilai Tn yang lebih kecil dan memenuhi Pers.
dan
35.36
35.30
ditentukan dengan cara coba-ralat (trial and error). Suatu susunan tabel yang
35.29.
35. 1 2).
kan, diusulkan suatu revisi dengan approksimasi yang berulang. Revisi termaksud mungkin
(Pers.
35.34)
pada
F.
Ten tu saja tidak ada jaminan bahwa nilai F yang ditentukan pada akhirnya akan benar,
sebab perangkat nilai-nilai Tn yang lain (yang cocok) akan mengantarkan ke faktor
keamanan yang lain pula. Walaupun demikian halnya, nilai-nilai F untuk perangkat gaya
gaya yang berlainan (tetapi dapat diterima) tidaklah begitu cenderung berbeda sampai
batas-batas yang agak luas.
nya tidak dipenuhi oleh gaya-gaya yang diperoleh/diturunkan dari pemecahan (solution).
35.30
dan
sekali.
3 5.36
(1 965).
Seandainya tanah-di bawah-permukaan (sub soil) memiliki satu atau lebih lapisan tipis
yang sangat lemah, permukaan gelinciran akan cenderungteJ'diri dari tiga atau lebih penam
pang-penamoang vang tidak menvatu dengan semourna.
--.
13
14
9 10
15
--
1
-- 2
-- -
--
:
-- - -n
--
2:(13)
=0
16
tan
17
31
tan
32
ma
-
(17)
ma
=M
33
M
F
34
sec
36
35
a
M
F
sec
(35)-(31)
2:(36)
=0
- --
- --
- --
------------
209
:
w :
I
? _,iJJJj
t '7
bl/
. ":
.., _--...;.,...
, ?p I
------c
L e-m_p_u-nSB:
n
-- a k
g n-tLu
Gbr.
35.13. Keruntuhan lereng yang mendasari lempung tipis yang sangat lunak.
Di dalam penghitungan-penghitungan kestabilan, permukaan semacam ini tidak dapat
digantikan oleh sebuah kurva yang kontinu tanpa memberikan penyimpangan (error) dalam
Gambar 35.13 memperagakan lereng yang di bawahnya terdapat lempung tipis yang
sangat lunak dengan kohesi c. Jika lereng semacam ini runtuh, penggelinciran, terjadi
sepanjang beberapa permukaan komposit
abed.
abf,
an aktif karena tanah meregang secara horisontal akibat pengaruh beratnya sendiri. Bagian
tengah
beef bergerak
ke kiri di bawah pengaruh tekanan aktif pada bf. Bagian sebelah kiri
dari massa gelinciran cde mengalami keruntuhan pasif akibat dorongan dari bagian tengah
bcefyang bergerak maju.
Pp
ec yang sementara dipilih yang ter!etak dekat ke ujung-kaki lereng. Anggapan bahwa
nya adalah mengestimasi posisi perbatas sebelah kanan b dari bagian horisontal
permukaan penggelinciran yang potensial dan menghitung tekanan tanah aktif
penampang vertikal
Pp
cb
PA
dari
pada
Pp
C sepanjang
be.
dalam eadaan stabil, jumlah gaya-gaya penahan ini harus lebih besar daripada tekanan
tanah aktif
PA
penggelinciran sama dengan rasio antara jumlah gaya-gaya penahan dan gaya
PA.
Pe
mukaan yang tahanannya terhadap gelinciran paling kecil. Permuka.an ttrsebut berkaitan
dengan faktor keamanan yang paling kecil.
Soal-soal
1. Suatu galian yang lebar dibuat pada lapisan lempung lunak yang memiliki per
mukaan tinggi. Sisi galian naik dengan sudut 30 terhadap horisontal. Lapisan batu
an terletak pada kedalaman 40 meter di bawah permukaan tanah semula. Ketika gal ian
mencapai kedalaman 2 5 meter, terjadi keruntuhan. Jika berat satuan 1empung sama de nga n
120 kg/m3, berapakah kekuatan kohesip rata-ratanya? Apakah karakter dari permukaan
ge1inciran? Berapakah jarak dari kaki lereng sampai ke tempat permukaan gelin,ciran me
motong dasar penggalian?
Jwb.
2. Permukaan batuan pada Soal l terletak pada keda4lman 30 mete r di bawah per
mu)<:aan tanah semula. Berapakah kekuatan kohesip rata-raf dari lempung dan karakter
permukaan gelinciran?
Jwb.
210
3.
Suatu p e ngga lia n ctila ku ka n pa cta lempu ng lu na k sampa i ke cta1ama n 30 meter .
Baha n terse but mem ili ki b erat satua n 1 1 4 kg/m 3 cta n kohesi 700 kg/m 2 Sua tu 1apisa n
keras t er1eta k cti bawah la p isa n lu na k t ersebut pa cta ke cta lama n 40 m eter cti bawah per .
mu kaa n ta nah s emula. B erapa kah sudut 1ere ng pada saat keru ntuha n a ka n ter jadi?
2
mem iliki kohes i 2 5 0 kg/ m . Sis i pa rit na ik d e nga n sudut 80 t erhadap hor iso ntal. Sampa i
keda1am a n berapa p e nggalia n t ersebut dapat d ila ku ka n sebelum par it ru ntuh? Berapa kah
jara k dari bagia n atas 1er eng sampa i tempat permu kaa n ge li ncira n memoto ng permu ka
a n ta nah?
4.
Jwb. 1 , 2.
6. Sampai kedala ma n berapa parit da1am Soal 4 dapat d igali ta npa memerlu ka n
stru ktur p enaha n ji ka ta nah mem il iki sudut gese ka n dalam 2 0 d i samp ing koh es i yang
sudah dipu nyai nya.
Jwb. 1 4, 2 meter .
Bacaan Pilihan
. Pem bahasa n terperinci me ng ena i m etoda slice da n asumsi ya ng m endasar inya bisa
ctijumpai pada Ta ylor , D. W . (1 9 4 8 ) : Fu ndamentals of soil mechanics, New York, Joh n
Wil ey dan So ns, hal. 43 2-44 1 . Ra ng kuma n ya ng padat dar i metoda t ers ebut b erdasar ka n
s eg i pa nda nga n t e ka na n e fektif da n pe nggu naa n ko efisie n t e ka na n-por i d ib eri ka n da1am
B ishop , A. W. (1 9 5 5 ) : "Th e use o f the s lip c ircle in th e stab ilit y a nal ysis o f slopes", Geot. ,
S,ha \.7-1 7.
D iagram u ntu k pemecaha n kasus-kasus ya ng p ent ing da Jam pra kte k terdapat da1am
B ishop, A . W. d a n N. R. Morgenster n (1 9 60 ) : "Stab ilit y co effi c ie nts for earth s lo p es ",
Geot., 10, hal. 1 29- 1 5 0. Pem ecaha n u ntu k kasus- kasus ya ng 1a innya d ib er ika n oleh
Janbu, N. (1 9 5 4 b ): "Stab ilit y a na l ys is o f slo p es w ith d ime nsio nl ess para m eters", Harvard
SoilMech. Series No. 46, ha !. 8 1 .
Sebagia n a nalis is umum ya ng ada t id a k d ibatasi pada permu kaa n gel incira n d e nga n
b e nt u k l ing kara n da n mem p erh itu ng ka n ga ya-ga ya a ntar sl ice. A nalis is ters ebut d i kem
ba ng ka n secara mat emat ik oleh Morge nster n, N. R. da n V. E. Pr ice (1 9 6 5 ) : "Th e a nal ys is
of t he stab il it y o f ge ne ral sl ip surfaces," Geot., 15, hal. 79-9 3 . Untu k pemecaha n t ersebut
d ip erlu ka n komputer e1e ktr oni k.
secara
J ua s
benzantunll kenada
rlP.no<>n
nPnmn:mo m"-
211
lintang tertentu dan berdiri di atas suatu pondasi tertentu, intensitas dan distribusi
tekanan airpori bervariasi terhadap waktu dalam batas-batas yang luas. Untuk keperluan
disain, sebaiknya kita membedakan kondisi tekanan airpori sesuai dengan tiga tahapan:
selama masa konstruksi, dan khususnya segera setelah pembangunan bendungan selesai;
setelah waktu yang cukup lama di mana reservoar terisi penuh sehingga telah tercapai ke
adaan rembasan tunak dalam bendungan dan pondasinya; dan selama atau segera setelah
penurunan paras air dalam reservoar. Ketiga keadaan ini secara singkat dinyatakan sebagai
kritis pada waktu pertama kali pengisian reservoar, terutama jika bendungan memiliki
suatu inti yang miring._ Selanjutnya pada beberapa hal, keadaan lereng di hulu aliran
mungkin lebih k ritis pada saat tinggi air dalam reservoar daripada dalam keadaan reser
busi tekanan tidak hanya tergantung pada karakteristik bahan-bahan dan syarat batas
yang berkaitan dengan drainase, tetapi juga secara luas bergantung pada jadwal pelak
Gbr.
36.1
memperlihat
kan tekanan airpori yang diamati pada akhir masa konstruksi dari bagian hulu aliran
1 948).
Penimbunan tanah
dihentikan pada saat musim dingin ketika tinggi timbunan (bendungan) hampir men
capai s etengah ketinggian akhirnya dan pengaruh penghentian tersebut jelas terlihat.
Usaha-usaha dilakukan untuk memperkirakan tekanan pori dalam kondisi tersebut ber
dasarkan hasil pengujian laboratorium (Hilf
1 948).
Setelah pembangunan bendungan selesai dan reservoir terisi penuh selama beberapa
waktu, tirnbullah tekanan rembesan dalam tubuh bendungan. Tekanan tersebut dfuasil
kan oleh aliran tunak dari air yang keluar dari reservoar dan menelus (percolate) melalui
tubuh bendungan menuju lereng di sebelah hilir aliran. Tekanan airpori tersebut dapat
diestimasi berdasarkan metoda faringan aliran
(Gbr.
ekivalen, asalkan kondisi tanah di bawah dasar bendungan cukup sederhana, sehingga me300
Gbr. 36.1. Tekanan pori yang terukur dalam satuan meter dari air. Keadaan tersebut
terjadi dalam penampang kedap-air dari bendungan Green Mountains pada akhk masa
konstruksinya (Walker dan Daehn 1948).
212
mungkinkan kita membuat profil permeabilitas yang cukup handal dari bahan lapisan
tempat bendungan didirikan.
Kondisi tekanan airpori yang diawali oleh surutnya muka air secara luas bergantung
pada derajat (tingkat) kompresibilitas dari berbagai bahan penyusun tubuh bendung
an. Dalam bagian yang setengah kedap-air (semipervious) dan relatif tak-kompresibel se
bagaimana halnya yang dibangun dari pasir lanauan yang dipadafkan dengan baik, se
bagian besar air yang berada dalam ruang pori sebelum ber!angsungnya surut muka air tetap
tinggal dalam ruang pori; sedangkan se bagian air yang lain mengalir keluar sementara
angka pori tidak berubah. Sebagian aliran air tersebut muncul di bagian bawah lereng
jika tanah di bawah dasar bendungan bersifat tak-kedap-air, dan sebagian lagi akan meng
alir melewati dasar bendungan. Kondisi surut muka air diilustrasikan dalam Gbr.
23.4c
yang memperlihatkan jaringan aliran dalam bendungan pada saat setelah surut muka air
berakhir secara mendadak. Dan bendungannya sendiri tersusun dari pasir halus bersih yang
telah dipadatkan dengan baik dan diasumsikan terletak di atas dasar yang kedap-air. Kita
dapat melihat bahwa tekanan rembesan pada lereng di bagian hilir aliran tetap tidak ber
ubah dari nilai tekanan pada keadaan rese1voar-penuh (Gbr.
Dalam
praktek
keteknikan ,
1 5)
perlu
secara handal. Tidak lengkapnya informasi yang tersedia memaksa kita untuk membuat
asumsi-asumsi yang sifatnya kurang menyenangkan/menguntungkan sesuai dengan fakta
fakta yang dihadapi.
Perhitungan Kestabilon
Dalam setiap bendungan tanah, kecuali bendungan homogen yang terletak di atas
dasar yang tegar, permukaan potensial penggelinciran akan melewati bagian bendung
an yang paling lemah dan tanah di bawah dasar bendungan (Gbr.
213
Lokasi permukaan
an atau oleh kurva-kmva komposit dan postsmya ditentukan melalui cara coba-coba
dan ralat (trial and error). Penentuan posisi tersebut dimulai dengan kurva yang dianggap
letaknya paling dekat ke permukaan yang tahanannya minimum dan perhitungannya di-
nentuan tekanan pori yang berkaitan dengan keadaan-keadaan tersebut. Berdasarkan pasal
sebelumnya, penentuan ini harus didasarkan kepada penerapan teori konsolidasi dan aliran
air melalui medium porous pada syarat-syarat batas internal dan eksternal, di samping juga
didasarkan pada pengetahuan mengenai karakteristik tegangan-pembahan dan karakteristik
tekanan pori dari bahan penyusun bendungan. Karakteristik tekanan pori tersebut biasa
c dan cp yang digunakan dalam persamaan pada Pasal 35 merupakan nilai-nilai tegangan
efektif, dan analisis tersebut disebut
Nilai c dan cp dapat ditentukan dengan cukup handal berdasarkan uji laboratorium,
Uw
yang banyak. Sebagian peneliti lebih senang mengevaluasi tahanan geser secara lebih
angkat yang lain dilaksanakan di bawah kondisi terbuka sepenuhnya (fully drained con
dition). Nilai-nilai
tPcu
dan
pengujian tersebut me
nyatakan kondisikondisi batas, bergantung pada apakah bahan di bawah lereng di hulu
aliran secara praktis tidak dapat terkuras selama surutnya muka air, atau dapat terkuras
sedemikian cepatnya sehingga secara praktis mendisipasi/menyebarkan semua tekanan air
pori lebih (excess porewater pressure) selama berlangsungnya sumt muka air. Berdasar
kan pengetahuannya mengenai laju sumt muka air, dan permeabilitas serta dimensi
massa tanah yang terpengaruh oleh surutnya muka air, peneliti mempertimbangkan nilai
parameter kekuatan-geser (shear-strength) yang paling pantas di antara batas-batas' ini.
Pengalaman dan pertimbann diperlukan untuk memilih nilai tahanan geser yang
paling sesuai di antara kondisi-kondisi batas tersebut yang ditentukan melalui prosedur
pengujian, sama luasnya dengan pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan untuk
214
mengevaluasi
uw
prosedur yang dapat dikatakan lebih disenangi. Selain karena kita agak jarang menjumpai
situasi di mana kondisi
cp
buhnya kecenderungan untuk mengestimasi tekanan air pori yang akan digunakan dalam
analisis tegangan efektif. Ha! di atas sebagian disebabkan hasil estimasi tersebut dapat
lebih langsung dibandingkan dengan hasil-hasil pengamatan tekanan-pori di lapangan.
adalah kesalahan dalam katagori terakhir. Untuk keadaan ini, disain hendaknya didasar
kan
pada
asumsi-asumsi
yang
paling
tekanan-tekanan konsisten dengan sifat-sifat fisis yang diketahui dari bahan penyusun
bendungan dan pondasinya.
nya diungkapkan oleh rasio ng antara akselerasi horisontal maksimum yang dihasilkan
oleh gempa dan akselerasi vertikal yang berasal dari gaya gravitasi. Selama gempa berlang
sung, semua bagian tubuh bendungan dianggap dikenai gaya horisontal tunak sebesar
rng per satuan volume, di samping gaya-gaya lain yang juga bekerja mempengaruhi ben
dungan. Kemudian pengaruh gempa pada perhitungan kestabilan dapat diikutsertakan
dcngan menambahkan gaya horisontal statik sebesar perkalian rn g dan volume massa
gelinciran pada massa tanah di atas permukaan potensial penggelinciran, di samping gaya
gaya yang lainnya pada massa tanah tersebut. Permukaan penggelinciran yang berkaitan
dengan faktor keamanan minimum harus dicari dengan sistim mencoba-coba.
Newmark
1 963),
( 1 965) telah menunjukkan berdasarkap teori dan uji model Seed dan Clough
bahwa durasi gaya gempa berlangsung tidak begitu lama sehingga memungkinkan
penggantian gaya gempa tersebut dengan gaya statik sebesar -yng, dan jenis keruntuhan
yang ditunjukkan oleh analisis kestabilan konvensional tidak mungkin terjadi, asalkan ta
hanan geser bahan dalam tubuh bendungan tidak berkurang akibat gaya gempa. Namun,
in1pulsi yang berulang-ulang menghasilkan deformasi lereng berbentuk
tambahan yang sedang dari le bar bendungan, bersamaan dengan turunnya p uncak bendung
an. Pada pokoknya penurunan tidak bergantung pada nilai n ; penurunan bertambah
gdengan meningkatnya kecepatan tanah maksimum dan lamanya total p ulsa. Jika puncak
selama gempa berlangsung dan pada kondisi reservoar terisi penuh, maka bendung akan
runtuh akibat pelimpasan/melimpahnya air melalui p uncaknya tersebut. Oleh karena itu
dalam daerah gempa, disain bendungan harus memenuhi syarat bahwa p enurunan p uncak
bendungan tidak sebegitu besar sehingga memungkinkan terjadinya p elin1pasan air akibat
gelombang yang tertinggi pada saat reservoar terisi penuh. Gelombang termaksud mungkin
dihasilkan oleh guncangan gempa atau diakibatkan oleh p enggelinciran/longsoran tanah.
Masalah yang lebih
bendungan,
nya
atau
215
hasilkan retakan terbuka pada bagian bendungan yang kedap-air, yang akan menimbulkan
proses
pipa
runtuhan bendungan. Akan tetapi, retakan semacam itu mungkin juga dibentuk oleh pe
nurunan yang tidak sama walaupun tidak terjadi gempa bumi. Oleh karena itu, bendungan
tanah harus selalu didisain sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
semacam itu (Pasal
Bacaan Pilihan
Metoda a nalisis t ega nga n-efe.kti f, t erutama y a ng b erhu b u nga n d enga n su ru t muka air
y a ng c epat, dib erika n ol eh Bisho p, A. W. (1954): "Th e u s e o f por e- pr essur e co eff ici ent in
practic e", Geot., . ha !. 148-152. Pend ekata n t ega nga n-total diuraika n s ecara t ef};ierinci
dalam Ma nual EM 1110-2-1902: Stability of earth and rockfill dams, Corps o f E ngineers,
U.S. Army, Des. 27, 1960, ha!. 67.
direncanakan sampai kedalaman beberapa meter di bawah dasar galian. Sisi-sisi galian di
antara tiang-tiang H dilapisi oleh papan horisontal yang dipasang langsung pada saat galian
diperdalam guna menahan tanah. Kedua ujung papan tersebut dijepitkan pada bagian
dalam flensa tiang H. Tiang itu sendiri disangga oleh penopang baja atau kayu yang hori
sontal. Penopang tersebut dipasang selama penggalian berlangsung. Untuk mendisain pe
nopang tersebut, kita harus mengetahui besar dan distribusi tekanan tanah.
Dalam Pasal 27 diperlihatkan bahwa tekanan tanah bergantung tidak hanya pada
sifat-sifat tanah yang ditopang teta"i juga pada keterbatasan penyangga untuk meleleh.
Keterbatasan itu sendiri dihasilkan oleh prosedur konstruksi. Jadi, langkah pertama
dalam mempelajari tekanan tanah pada suatu galian terbuka adalah memeriksa sifat-sifat
lah penggalian masih belum berarti. Hal ini berarti keadaan semula dari tegangan dalam
tanah secara praktis belum berubah. Oleh karenanya, barisan penopang yang pertama
berada pada tempatnya sebelum massa tanah meleleh secara berarti. Selama penggalian
IIF=;'l=:==:J!t J
:.:,'};;i:-'?.:\:/::r:Ar
I
Gbr. 37.1. Diagram yang mengilustrasikan kondisi deformasi untuk tekanan lateral pada
_
struktur penahan dalam galian terbuka.
216
b erlangsung sampai ke tinggi (level) dari deretan penopang Il berikutnya, kekakuan per
angkat penopang I mencegah terjadinya pelelehan horisontal berikutnya dari mencegah
terjadinya pelelehan horisontal berikutnya dari massa tanah yang terletak di dekat per
mukaan tanah pada masing-masing sisi galian. Akan tetapi, tiang H dikenai tekanan tanah
lateral di luar galian. Di bawah pengaruh tekanan ini, tiang-tiang H tersebut meleleh ke
arah dalam dengan berotasi terhadap garis pada tinggi dari seperangkat penopang y ang
paling atas. Jadi, pemasangan penopang pada deretan kedua didahului oleh pelelehan
horisontal dari tanah di sebelah luar galian pada paras deretan penopang ini. Pelelehan
bertambah dengan bertambah nya kedalaman, karena ketinggian tepi di kedua sisi galian
3 7.1)
bergerak ke posisi
ab
ab 1 .
gangan dari bagian atas irisan-gelinciran, maka tanah hanya dapat runtuh seb agaimana
yang ditunjukkan dalam Gbr.
27.3.
kerja pada struktur penguat galian tidak dapat dihitung dengan menggunakan . teori
37. 1
ab1
dalam
27.3.
27)
bb 1 .
3 7.1) meleleh
dan sifat-sifat fisis tanah. Dalam pembahasan b erikut, kita akan menganggap bahwa kondisi
deformasi ini dipenuhi. Dalam Pasal 48
Qilid
2)
37.2
ab
ab1
per satuan panjang galian, dinyatakan oleh Pa untuk membedakannya dengan tekanan
tanah aktif PA yang dihasilkan oleh mass a pasir yang sama pada din ding penahan dengan
ketinggian H Karena b agian atas irisan gelinciran (Gbr.
tidak dapat bergc rak ke
37.2a)
samping, maka permukaan gelinciran memotong permukaan tanah secara tegak Iurus
(lihat
Gbr.
nyata gelinciran dapat diaproksirnasi cukup dekat dengan
spiral
logaritmik yang mempunyai persamaan
27.3). urva
r = roe' tan
(37.1)
sontal. Karena pelelehan struktur penyangga lateral mengakibatkan irisan terse b ut berge
rak ke bawah sepanjang punggung penyangga tersebut, maka tekanan tanah resultan be
kerja dengan sudut o terhadap horisontal. Penelitian teoritik telah memperlihatkan bahwa
titik kerja tekanan tanah ditentukan oleh b entuk permukaan gelinciran dan seb aliknya.
Jika kurva gelinciran serupa dengan
bd dalam
Gb r.
distribusi tekanan pasir pada struktur penguat secara kasar berupa parabola, sebagairnana
ditunjukkan dalam
Gbr.
27.3b,
n0H harus bernilai di antara 0,45 H dan 0, 5 5 H. Kesimpulan teoritis ini diperkuat dengan
pengukuran tekanan di keseluruhan galian. Oleh karenanya dalam perhitungan selanjutnya,
na dianggap diketahui.
217
(c)
Gbr. 37.2 . Metoda spiral logaritmik untuk menghitung tekanan tanah pada struktur pe
nguat dalam galian terbuka. (a) Diagram yang mengilustrasikan asumsi-asumsi yang men
dasari perhitungan. (b) Gaya-gaya yang bekerja pada irisan gelin ciran. (c) Perbandin gan per
mukaan gelinciran dengan permukaan gelinciran yang diasumsikan dalam teori Coulomb.
d1
37.2d)
Spiral logaritmik
titik
d1
(Gbr.
pada permukaan horisontal yang berdampingan dengan pinggir atas dari galian.
bd1
dinyatakan oleh
bd1
b dari
d1D1
melewati pusat
dapatkan
Sehingga diperoleh
(37. 2)
d2, d3 ,
(tidak di
P diperoleh dengan memplot nilai-nilai P1, P2 ,
dan seterusnya,
sebagai ordinat di atas d 1 , d 2 , . . . Tekanan tanah e fektif bernilai sama dengan ordinat
maksimum, yang berkaitan dengan titik C, dan permukaan gelinciran melalui d. Lebar
bagian atas irisan (ad) yang menghasilkan tekanan maksimum Pa selalu jauh lebih kecil
daripada lebar bagian atas irisan C oulomb abdc yang bersangkutan (Gbr. 37.2c).
Nilai Pa bergantung dalam batas-b atas tertentu pada na . Tekanan tersebut sedikit ber
tambah dengan meningkatnya nilai na dan selalu lebih besar daripada nilai Coulomb PA
yang bersangkutan. Untuk nilai-nilai rp
3 8 dan 8 0 , pertumbuhan na dari 0,45 sampai
0,55 akan menambah nilai Pa dari 1 ,03 PA sampai 1 , 1 1 PA . Jika. kita anggap na 0,55,
maka setiap kesalahan masih berada dalan1 batas-batas keamanan karena nilai ini merupa
kan nilai yang terbesar dan sebegitu jauh diperoleh melalui pengukuran di lapangan.
Sudut 8 memiliki pengaruh yang sangat kecil pada rasio
Pa
l,l PA
(37.3)
. .:27.3b.
21E
Gbr. 37.3. Diagram yang mengilustrasikan asumsi yang mendasari perhitungan tekanan
tanah dalam galian pada lapisan lempung di bawah kondisi 1> = 0.
tentu, distribusi tekanan pada suatu penampang agak menyimpang dari distribusi tekanan
lateral rata-rata secara statistik karena adanya variasi kondisi tanah dan efek dari urutan
prosedur pekerjaan. Sebagai konsekuensinya, untuk suatu nilai
P0
tekanan dalam masing-masing struktur pe nopang pada suatu elevasi tertentu. Prosedur
untuk mengestimasi tekanan maksimum yan,g Iiarus ditahan struktur penopang pada suatu
baris tertentu akan dibahas dalam Pasal
48 Qilid 2).
q>
(Pasal
1 8)
37. l
tegak lurus, maka pusatnya pasti terletak pada tinggi permukaan tanah (Gbr.
37 .3).
Te
kanan tanah horisontal Pa dan adhesi caH antara lempung dan turap bekerja pada sisi
galian
ab.
gaya-gaya yang bekerja pada irisan gelinciran terhadap p usat ::!gkaran. Momen yang
meruntuhkan berasal dari berat irisan. Momen penahan sama dengan jumlah momen
tekanltn tanah re sultan
Pa
c bd yang bekerja
n0 Pengukuran di keseluruhan galian yang dilakukan pada lempung lunak 3ampai lem pung
sedang yang jenuh menunjukkan bahwa nilai n a bervariasi di antara sekitar 0,30 dan
0,50
0,39.
sangkutan biasanya bukan berbentuk segitiga, tetapi secara kasar mendekati bentuk para
bola seperti halnya distribusi tekanan pada pasir. _Metoda untuk mengestimasi beban maksi
mum yang harus dipikul oleh masing-masing struktur penopang akan diuraikan dalam Pa
sal
48 Gilid 2).
dan kedalamannya :
H.
Bidang
ab
219
beban tambahan yang berasal dari berat blok- blok lempung yang berada di atas bidang
bidang tersebut. Oleh karenanya, bidang
bangunan. Jika daya dukung tanah di bawah bidang ini dilampaui, maka dasar galian akan
runtuh akibat pengangkatan. Daya dukung tanah untuk kondisi
oleh
cNe
(Pe rs.
33.7).
</>
0 dapat diungkapkan
adalah
F
Faktor daya-dukung
Ne
cNc
'YH
(37.4)
kedalaman dan lebar. Jika diasumsikan b ahwa tanah yang digali dapat disamakan dengan
abed
maka nilai
B/L
dan
Ne
H/B
Ne
1 956).
Struktur penyangga pinggir bawah turap mengu rangi momen lentur maksimum
pada bagian turap yang tertanam ke dalam tanah ; di samping itu, beban vertikal pada
ab dan cd
(Gbr.
37.4a) be rkurang sebe sar berat yang dialihkan akibat adhesi antara tanah
di atas tinggi dasar galian dan tunip . Jika tahanan titik dari turap lebih besar daripada
adhesi, maka pe ngurangan tersebut sama dengan adhesi antara lempung dan turap ; jika
lebih kecil, pe ngurangan terse but sama dengan tahanan titik.
Jika lapisan keras tersebut berada tidak jauh dari bawah dasar galian, maka perbatas
sebelah bawah dari lajur kesetimbangan plastis menyinggung permukaan sebelah atas
lapisan keras tersebut. Kecenderungan terjadinya pengangkatan jauh berkurang sekalipun
tanpa adanya turap, dan keefektifan turap banyak sekali bertambah.
(a)
Segiempat
fl/8
(b)
Gbr. 37.4. {a) Penampang galian terbuka pada endapan lempung yang dalam. (b) Nilai
faktor daya dukung Ne untuk mengestimasi kestabilan dasar galian terhadap pengangkat
an (Janbu dkk. 1956).
220
Soal-soal
kohesi, di mana 'Y = 1 1 5 kg/m3 dan et> = 3 0 . Nilai 8 dianggap sama dengan no!. Pusat tekan
an berada 1 6 meter di a"l as dasar galian. Tentukanlah juga nilai tekanan Coulomb PA
Jwb.
2.
Suatu penggalian terbuka dilakukan pada lapisan lempung yang memiliki berat
satuan 1 27 kgjm3 dan kohesi 635 kg/m2 sampai kedalaman 40 meter. Nilai et> dan 8 di
anggap sama dengan no!. Titik kerja tekanan tanah resultan pada struktur penguat terletak
1 8 meter di atas dasar galian. Berapakah besarnya tekanan tanah resultan?
Jwb. 59700 kg/m.
0,95.
3 3 meter.
4. Jika galian dalam .Soal 3 memiliki parit dengan lebar 5 meter dan panjang 1 50 me
ter, berapakah faktor keamanan terhadap pengangkatan dasar galian pada kedalaman
35 meter?
Jwb.
37. 1
di sekitar tengah-tengah ketinggian sisi- sisi galian. Namun, jika beberapa papan horisontal
yang menopang tanah di tengah ketinggian terscbut dihilangkan, maka b agian dari sisi gali
an yang tersingkap tetap berada dalam keadaan stabil, asal tanah setidaknya memiliki se
dikit kohesi. Untuk menjelaskan kenyataan ini, kita dipaksa/ diharuskan menganggap
bahwa tekanan yang mulanya bekerja pada papan-papan yang dihilangkan dialihkan ke
papan-papan yang masih tetap ada. Fenomena pengalihan tekanan ini dikenal sebagai
pelengkungan (arching).
Gambaran pokok mengenai pelengkungan dapat diperagakan dengan pengujian yang
diilu strasikan oleh Gbr.
3 8. 1 .
an 'Y ditempatkan pada pelataran yang memiliki pintu jcbakan (trap door)
ab. Pintu je
bakan tersebut dibuat dengan suatu skala (tidak terlihat) sehingga memungkinkan dilaku
kannya pengukuran tekanan pada pintu tersebut. Lapisan pa sir memiliki kedalaman
Selama pintu jebakan berada di posisi a salnya, tekanan pada pin tu jebakan tersebut,
seperti halnya tekanan pada pelataran yang berdampingan dengannya, bernilai sebesar
'YH per
satuan luas. Akan tetapi, segera setelah pin tu jebakan dibiarkan meleleh pada arah
ke bawah tekanan pada pintu berkurang menjadi suatu bagian kecil dari tekanan awalnya,
sedangkan tekanan pada bagian pelataran meningkat. Hal ini diakibatkan oleh kenyataan
bahwa penurunan prisma tanah yang terletak di atas pintu jebakan y ang meleleh ditahan
oleh tegangan geser sepanjang perbatas-perbatas lateralnya, ac dan
bd.
221
Penurunan
Gbr. 38.1. (a) Peralatan untuk menyelidiki pelengkungan dalam lapisan pasir di atas pintu
jebakan yang meleleh pada pelataran-horisontal. (b) Tekanan pada pelataran dan pintu
jebakan sebelum dan sesudah terjadi sedikit penurunan pintu.
rowongan, menunjukkan bahwa tekanan akhir pada pintu jebakan yang meleleh secara
praktis tidak bergantung pada kedalaman lapisan pasir H. Tekanan tersebut tidak melebihi
berat massa pasir yang hampir berukuran seperti yang ditunjukkan oleh daerah berarsir
abc
dalam Gbr.
38. 1 .
bakan dapat dipindahkan/dihilangkan selu ruhnya, dan pasir tidak akan. jatuh keluar dari
celah.
Bacaan Pilihan
Teori "ko nve nsio nal" me nge nai pele ngku nga n pada salura n, seperti goro ng-goro ng, di
bahas secara terperi nci dalam Castes, N. C. (1 9 5 6 ) : "Factors affecting vertical loads o n
u ndergrou nd ducts due t o archi ng", Hw y. Res. Board Bull. 1 25 , hal. 1 2-5 7 . Aka n tetapi,
kebe nara n hasil-hasilnya berga ntu ng pada nilai teka na n lateral ya ng dipa nda ng beker ja
pada permukaa n keru ntuha n a nggapa n; tidak ada cara ya ng ha ndal u ntuk memperkiraka n
besar teka na n i ni.
BAB
ENAM
PENURUNAN DAN TEKANAN SENTUH
PASAL 39 PENDAHULUAN
223
tidaklah praktis. Dengan demikian, dalam keadaan semacam itu mungkin diperlukan pe
nyelidikan hubungan intensitas pembebanan, penurunan, dan ukuran daerah yang di
bebani dengan metoda semi-empiris.
seperti misalnya pada telapak pondasi atau bagian-bagian dari pondasi rakit (pelat), yang
mengalihkan berat bangunan ke lapisan tanah-bawah. Tekanan yang bekerja pada telapak
pondasi atau pondasi pelat terse but dikenal sebag1i
tekanan sentuh
Distribusi tekanan sentuh pada dasar dari beberapa pondasi menyerupai distribusi
tekanan sentuh pada dasar pondasi yang sama yang ditopang oleh bahan-isotropik-elastis,
tetapi pada sebagian besar pondasi yang lain distribusi tekanan tersebut sama sekali ber
beda. Selanjutnya, jika bahan penyangga tersebut adalah lempung, distribusi tekanan
.
sentuh tersebut sangat bervariasi terhadap waktu. Untuk menyederhanakan disain, per
hitungan momen lentur dalam telapak bangunan biasanya didasarkan pada suatu asumsi
bahwasanya telapak bangunan tersebut bertumpu pada lapisan yang diwakili oleh pegas
pegas yang berjarak sama. Prosedur tersebut akan dibahas dalam Pasal 42. Pengalaman
mnunjukkan bahwa prosedur tersebut biasanya cukup akurat untuk kepentingan-ke
pentingan praktis. Oleh karenanya, disainer hanya perlu mengenali hubungan-hubungan
umum antara jenis tanah dan karakter distribusi tekanannya. Jika beda antara distribusi
tekanan yang dihitung dan distribusi tekanan yang sebenarnya cenderung bernilai besar
dan masuk ke dalam daerah yang tidak aman, maka resiko tersebut dapat dihilangkan
dengan memperbesar faktor keamanan.
Persamaan-Persamaan Boussinesq
Pemberian beban vertikal yang terpusat kepada permukaan horisontal dari sem
barang '.tu buh" padat akan menghasilkan seperangkat tegangan-tegangan vertikal pada se
tiap bidang-bidang horisontal
hitungan, terlihat bahwa intensitas tekanan vertikal pada setiap penampang horisontal
melalui tanah yang mengalami pembebanan akan berkurang, mulai dari maksimum di
titik yang terletak langsung di bawah beban dan menjadi no! di titik yang jauh dari titik
tersebut. Distribusi tekanan semacam ini dapat dinyatakan ole h : ruang-bentuk-kubah
atau ruang-bentuk-lonceng, seperti ditunjukkan dalam , Gbr.
4 l . l b.
diberikan oleh beban akan menyebar pada arah ke baw ah , maka tekanan maksimum pa<:Ja
sembarang penampang
horisontal
224
3Q
27rZ 2
1 + (r/z) 2
(40. 1)
r adalah jarak horisontal dari N ke garis kerja dari be ban Q terse but.
Persamaan 40. 1 adalah salah satu dari sejumlah persamaan.persamaan tegangan yang
disebut sebagai persamaan-persamaan Boussinesq, yang menentukan keadaan keseluruh-
r - - - - - - - --,
I
I
I
I
.- - --J
I
I
I
L - - - -.J
Gbr. 40.1. (a) Intensitas tekanan vertikal di titik N di bagian dalam massa padat setengah
takhingga (semi-infinite) yang menderita beban terpusat Q. (b) Tekanan vertikal pada titik
N di bawah pusat dari daerah-lingkaran yang memikul beban q per satuan luas. (c) Diagram
yang mengilustrasikan penggunaan bagan-pengaruh (influence chart) untuk menghitung
tekanan vertikal (Newmark 1942).
225
40. 1a).
bagian besar komponen-komponen lain dari tegangan di titik N bergantung. sampai batas
Distribusi Tekanan pada Penampang Horison tal di bai.,'Oh Daerah yang Mengalami Pem
bebanan
Dalam menghitung tekanan vcrtikal dalam tanah di bawah bangunan, biasanya di
asumsikan bahwa bangunan tersebut bersifat fle ksibel-sempurna. Jika suatu daerah pada
permukaan
dari
suatu
massa
y ang sangat
40. 1 b)
q,
dalam mass a terse but, dapat dihitung dengan car a membagi daerah
dA
dQ
q dA
40. 1 ,
dA.
Berdasarkan
di titik N sebesar
dp
"
3q
1
21rz2 1 + (r/z) 2
-
]% dA
(40.2)
Intensitas tekanan vertikal di titik N akibat seluruh be ban dihitung dengan mengintegral
kan Pe.rs.
dalaman
40.2
di bawah pusat (N') dari daerah terbeban yang herbentuk lingkaran dengan
(40.3)
Jika beban berintensi tas
40.2).
Diagram te rsebut
1 942)
Perangkat garis tersebut digambar dengan suatu skala sedemikian rupa sehingga jarak
sama dengan kedalaman
z.
AB
konsentrik. Djagram tersebut dibuat sedemikian hingga intensitas beban q yang terdistri
busi pada suatu sub Jaerah-terkecil yang dibatasi oleh dua garis radial yang berdekatan
dan dua lingkaran yang berdampingan menghasilkan tekanan-te kanan Pv
ruh
yang nilainya
0,005 q di titik
daerah penga
Pv pada kedalaman
yang menutupi daerah tempat bangunan clidirikan. Langkah ert ama dalam perhitung
an adalah membuat gambar tiruan bangunan tersebut pada kertas tipis dengan skala se
demikian rupa sehingga kedalaman
226
dian kita letakkan gambar tiruan tersebut di atas diagram sehingga titik D berada tepat di
atas titik N' pada diagram dan kita hitung jurnlah daerah pengaruh yang dilingkupi oleh
daerah pembebanan baneunan. Dalam con toh ini, jumlah daerah pengaruh adalah 3 1 ,5,
dan tegangan p yang bersangku tan pada kedalaman 50 meter di bawah D sama dengan
3 1 ,5 X 0,005 A 3000 473 kg/m . Tegangan Pv di sembarang titik lain pada kedalaman
yang sama diperoleh dengan prosedur serupa setelah menggeser gambar tiruan tersebut
sampai titik yang baru tersebut tepat berada di atas titik N'. Untuk menentukan tegangan
pada suatu penampang di kedalaman z1 yang berbeda, kita buat tiruan gambar rencana
=
227
terse but pada kertas tipis dengan skala yang berbeda, sehingga kedalaman z 1 terse but sama
dengan jarak
AB pada diagram.
lapisan kompresibel sangat tebal, maka tekanan ve rtikal dalam lapisan terse but berkurang
cukup besar dari atas lapisan sampai ke dasar lapisan. Akan tetapi, pemampatan suatu la
pisan tipis hanya bergantung pada tekanan vertikal rata-rata, yang secara kasar san1a dengan
tekanan vertikal di tengah-te ngah lapisan. Dengan demikian, jika lapisan kompre sibel ter
sebut relatif tipis, maka peru bahan te kan an terhadap ke dalaman dapat diabaikan dan boleh
jadi cukup akurat un tuk menghitung intensitas dan distribusi tekanan pada suatu bidang
horisontal di tengah-tengah lapisan.
Dalam Gbr.
B2 q
nya kurva Ca . Gambar tersebu t di atas menjadi hampir identik di kedalaman sekitar
Pada sembarang ke dalaman yang lebih besar daripada
3B,
3B.
sontal yang dihasilkan oleh pembebanan suatu daerah bujur sangkar secara praktis sama
dengan tekanan yang dihasilkan oleh be ban terpusat ekivalen yang bekerja di pusat daerah
yang mengalami pembebanan. Dengan demikian, tegangan-tegangan
horisontal di kedalaman yang le bih besar daripada
kan Pers.
Pv
pad penampang
40.1 .
Pemindahan tanah dari ruang yang ditempati oleh ruan g di bawah tanah mengurangi
tekanan vertikal di sembarang titik di bawah dasar penggalian. Untuk menghitung per
ubahan tegangan yang terjadi, dianggap bahwa permukaan tanah terletak pada tin
penggalian , dan berat badan yang digali bekerja ke arah atas pada tinggi ini.
ggi dasar
/ r----r---
Gbr. 40.3. Dialll'am yang mengilustrasikan efek penggantian beban merata seragam yang
bekerja pada daerah bujur sangkar dengan beban terpusat ekivalen yang bekerja di pusat
bujur sangkar pada tekanan vertikal. Kurva-kurva menyajikan tegangan sepanjang garis
vertikal di bawah pusat bujur sangkar.
Soal-soal
l.
Be ban terpusat sebesar 53.00 kg bekerja pada p ermukaan massa elastis yang sangat
luas. Berap akah intensitas tekanan vertikal akibat be ban terse but pada kedalaman 20 meter
tepat di bawah beban? pada kedalaman 40 meter? Pada kedalaman 2 00 meter? Berapa in-
228
tensitas tekanan vertikal di kedalaman-kedalarnan y ang sama seperti di atas pada titik y ang
berjarak h orisontal
meter dari garis kerja be ban terpusat terse but?
50
Jwb. 6,33; 1,58; 0,06; 0,045; 0, 1 50; 0,054 kgjm 2
2. Daerah berbentuk lingkaran pada permukaan dari suatu m assa elastis yang sangat
meluas memikul be ban merata seragam
kgjm 2 . Jari-jari lingkaran terse but adalah
meter. Berapakah intensitas tekanan vertikal p ada titik y ang berada
meter di bawah
pusat lingkaran? p ada titik di kedalaman y ang sarna di bawah pinggiran lingkaran?
2500
10
15
3.
Suatu bangunan yang sangat panjang memiliki lebar
meter. Beratnya merupa
2
kan beban tambahan yang secara p raktis seragam sebesar
kg/m pada permukaan
tanah. Di antara kedalaman
dan
meter terdapat lapisan J"empung lunak. Lapisan
tanah lainnya beru pa p asir padat. Hitu nglah intt'\nsitas tekanan vertikal akibat berat ba
ngunan terse but pada titik-titik yang berada p ada bidang horisontal di tengah-tengah lapis
an kompresibel terse bu t : tepat di bawah pinggiran bangunan ;
meter dari pinggir ke garis
tengah bangunan ;
meter dari pinggir ke garis-tengah bangunan ; tepat di bawah garis
tengah bangunan.
70
90
20
40
4.
1 20
200
1 15
1 20
20
70
Bacaan Pilihan
Rujukan-rujukan berikut ini mengandung diagram-diagram, tabel-tabel, atau nilai
nilai pengaruh yang berguna dalam perhitungan tegangan dalam bahan elastis :
229
3 94.
Mehta, M . R.
Illinois,
1 , pp.
3 93-
yang terletak di atas lapisan lempung lunak yang tertekan. Berat b angunan
4 1 . 1.a)
ngandung l apisan lempung lunak pada kedalaman D di bawah p on dasi pelat tersebu t. Be
rat bangunan dianggap tersebar merata di seluruh daerah yang diduduki oleh p on dasi pelat
tersebu t.
Karena p asir bersifat hampir tak-kompresibel dib andingkan dengan lempung lunak,
maka penurunan hampir secara kcseluruhan diakibatkan oleh pemampatan lapisan lem
pung. Mengingat lempung dalam keadaan rtekan, maka pemampatan y ang dihasilkan
oleh tekanan tertentu d apat dihitung dengan metoda yang diuraikan dalam Pasal
13.
Akan tetapi, kita perlu menghitung penurunan beberapa titik p ada dasar bangunan, karena
obyek u tama perhitungan penurunan adalah mengestimasi besarnya pelengkungan y ang
akan dialami b an gunan . Jika ketebalan lapisan lempung tersebu t adalah kecil dibandingkan
kedalaman dari penggulingan , maka dapat diasumsikan bahwa intensitas tekanan vertikal
rata-rata Pv dalam lempung di bawah sua tu titik tertentu dari pondasi bernilai sama dengan
intensitas tekanan vertikal di bawah titik ini di tengah-tengah lapisan tersebut. Tekanan
4 0 . 2)
Langkah beriku tnya adalah menghitung pemampatan S dari lapisan lempung di bawah
t.n
1 3 .2,
m,.t.p
Gbr. 4 1 . 1 (a) Penurunan bangunan yang mempunyai pondasi pelat. Lapisan tanah di
bawah bangunan mengandung lapisan yang kompresibel pada kedalaman D. (b) Distri
busi tekanan vertikal pada bidang horisontal di tengah-tengah lapisan kompresibel ter
sebut.
230
p0
p0
sama dengan tekan an vertikal P v sebagaimana yang dihitung da1am pasal sebelumnya.
Karena tebal lapisan kompresibel adalah 21!, maka perubahan ketebalan
P v adalah
S
Nilai
2HAn
S akibat tekanan
(41 . 1 )
2Hm.p.
tentu tetapi juga penurunan dasar pondasi pada titik termaksud. Jika lapisan tanah (sub
soil) di bawah bangunan mengandung beberapa lapisan koinpresibel, maka penurunan dad
titik tertentu pada pondasi sama dengan jumlah pemampatan masing-masing 1apisan se
Jika lapisan lempung berukuran relatif tebal, atau jika Pv dan mv tidak dapat di
pandang hampir konstan di keseluruhan tebal lapisan, kita bisa menguraikan lapisan terse
but menjadi beberapa lapisan dan menentu kan Pv serta mv untuk setiap lapisan secara ter
pisah. Di lain pihak, kita bisa mengganti Pers. 4 1 . 1 dengan persamaan yang lebih u mum,
yakni
f2H
}o m,.p. dz
(41.2)
dilakukan secara grafis seperti diperlihatkan dalam Gbr. 4 1 . 2. Tekanan vertikal tambahan
P v di sembarang kedalaman
diarsir dalam Gbr. 4 1 . 2a. Untuk menentukan perbatas sebelah kanan daerah yang diarsir,
nilai Pv harus dihitung untuk beberapa kedalaman z di bawah setiap titik. Dengan mem
plot nilai-nilai mv sebagai absis dan kedalaman sebagai ordinat, kita akan memperoleh
kurva pada Gbr. 4 1 . 2b. Lebar daerah yang diarsir dalam Gbr. 4 1 . 2c pada kedalaman
dibuat sama dengan hasil kali mvP v Oleh karenanya, seluruh daerah yang diarsir dalam
Gbr. 4 1 . 2c menyatakan penurunan
S.
Karena rendahnya permeabilitas lempung, air lebih mengalir sangat lambat dan memper
lambat pemampatan (Pasal 1 4). Metoda untuk menghitung laju penurunan disajikan
dalam Pasal
25. Akan tetapi, pada suatu waktu tertentu, penurunan daerah yang meng
alami pembebanan seragam berbentuk palung atau cakram, karena tekanan vertikal pada
lapisan kompresibel mencapai maksirnum di dekat pusat daerah tersebut dan berkurang
ke arah pinggir daerah ini (Gbr. 4 1 . 1 b).
Gbr.
mv
bervariasi
23 1
Beban q8 per
satuan /uas
/(
,
/./
f..Lempung
Lunak
Pasir
'
'
Gbr. 4 1 .3 . Hubungan antara lebar pondasi telapak berbentuk bujur sangkar dan penurun
an akibat beban yang sama per satuan Iuas (Kogler 1 933}.
232
Pada beban per satuan luas tertentu dari dasar pondasi telapak, kedalaman massa
pasir yang mengalami pemampa tan dan deformasi he bat bertambah jika lebar pon dasi ber
tambah. Di lain pihak, daya dukung akhir p ondasi telapak tersebut dan modulus tangen
awal pasir rata-rata juga bertambah. Sebagai konsekuensi beberapa faktor ini, penurun
an bervariasi terhadap lebar p ondasi mendekati seperti yang diperlihatkan oleh kurva ber
garis tebal dalam Gbr. 4 1 . 3 .
Dalam praktek, besar penurunan p ondasi telapak yang terletak d i atas lapisan pasir
tidak dapat diramalkan berdasarkan hasil-hasil pengujian laboratorium terhadap contoh
tanah. Akan tetapi, penurunan tersebut dapat diestimasi secara kasar dengan mengguna
kan aturan-aturan semi-empiris. Aturan tersebut sebagian didasarkan pada hubungan
hubungan umum yang disebutkan di atas dan sebagian lagi pada pengan1a tan hubungan
antara penurunan dan hasil-hasil uji lapangan yang sederhana seperti uji penetrasi (Pa
sal 54 dan 5 5).
Soa l s oa l
-
1 . Lapisan lempung lunak dflam Soal 3 , Pasal 40, memiliki kadar air alami 45%.
cm 3 , dan bera t satuan pasir
Bera t satuan bahan padat dari lempung tersebut ada1ah
3
padat sama dengan
kg/m . Muka air-tanah-bebas ter1etak pada permukaan tanah. Dari
basil pengujian konsolidasi, diperoleh nilai Cc sama deng(\n
Hitung1ah penurunan
bagian pinggir dan pusat bangunan tersebut.
2, 70 gJ
1 30
0,50.
Jwb.
8,5 ; 1 2, 3 in.
3000
2.
20
70
0,3 5 ;
1 25
Jwb.
34%
1 5 in .
PASAL 42 TEKANAN SENTUH DAN TEORI
REAKSI SUBGRADE
233
--
Lajur Tak-berhingga,
q8 per Sa tuan Luas
Gbr. 42. 1 . Distribusi tekanan sentuh pada dasar pondesi telapak yang mengalami pem
bebanan seragam dan yang luar biasa panjang, terletak di atas subgrade elastis, homogen,
dan isotropik .
bagian pinggir daripada di bagian pusat daerah tersebut. Penurunan seragam hanya dapat
diperoleh dengan mendistribusikan beban sedemikian rupa sehingga intensitasnya ber
_kurang dari maksimum di bagian pusat dan minimum di pinggir daerah pembebanan.
Dengan demikian, distribusi tekanan sentuh pada dasar pondasi telapak yang kokoh yang
terletak di atas lapisan pasir akan memiliki karakteristik-karakteristik yang sama.
Gambar 42. 1 merupakan penampang dari pondasi telapak kontinu yang kokoh dengan
iebar B dan terletak di atas subgrade yang el<istis-sempurna dan homogen serta meluas
sangat dalam. Beban pada pondasi adalah qaB per satuan panjang. Perhitungan-perhitungan
yang didasarkan pada teori elastisitas telah memperlihatkan bahwa tekanan sentuh bertam
bah seperti ditunjukkan dalam gambar, yakni mula-mula (lebih kecil daripada) kurang
dari 0,7qa di garis-pusat sampai tak-hingga di bagian pinggir. Jika pondasi telapak berada di
atas bahan elastis yang nyata, tekanan sepanjang bagian pinggir tersebut tidak bisa melebihi
suatu nilai tertentu qc yakni pada saat bahan tersebut beralih dari keadaan elastis ke ke
adaan _semiplastis atau plastis. Distribusi tekanan sentuh yang bersangkutan diperagakan
oleh kurva C1 dalam Gbt. 42.2a.
(a)
(b)
(c )
Gbr. 42.2. Distribusi tekanan sentuh pada dasar pondasi telapak-kokoh yang licin yang
ditopang oleh (a) bahan elastis nyata ; (b) pasir tak-berkoh esi ; (c) tanah yang memiliki ka
rakteristik intermediate. Kurva Cu mewa kili tekanan sentuh ketika pondasi telapak di
bebani sampai ke nilai akhir.
234
Jika beban pada pondasi telapak dalam Gbr. 42.2a ditambah, keadaan kesetimbangan
plastis menyebar dari bagian pinggir, dan distribusi tekanan sentuh berubah. Jika dasar
pondasi telapak bersifat licin, distribusi menjadi seragam-sempurna pada saat subgrade
runtuh akibat aliran plastis. Kurva Cu menyajikan distribusi pada tahap ini dan kurva C2
pada tahap kedua/selanjutnya.
Jika pondasi telapak yang kokoh atau fleksibel berada di atas permukaan massa pasir
kering tak-berkohesi, teori menunjukkan bahwa intensitas tekanan sentuh pada sembarang
beban berkurang mulai dari maksimum di pusat sampai bernilai nol di pinggir, seperti di
tunjukkan dalam Gbr. 42.2b. Penyelidikan eksperimental juga menghasilkan kesimpulan
yang sama.
Gambar 42 .2c mewakili distribusi tekanan sentuh pada dasar pondasi telapak yang di
sangga oleh subgrade dengan karakter di antara tanah kohesip murni dan tanah tak ber
kohesi murni. Pada beban yang kecil, tekanan sen tuh bertambah mulai dari bagian tengah
ke arah pinggir pondasi tersebut (kurva C1 ). Sementara beban bertambah, tekanan di
bagian tengah meningkat pada bagian pinggir tetap tak berubah. Pada saat runtuh, tekan
an berkurang mulai dari bagian tengah ke arah pinggir, seperti ditunjukkan oleh kurva
Cu .
p
=
(42.1)
antara intensitas tekanan p pada elemen tersebut dan penu.runannya S merupakan suatu
konstanta K8 (gram per centimeter kubik). Asumsi tersebut bertentangan dengan kenyata
an sebenarnya. Untuk membedakannya den gan tekanan sentuh sebenarnya yang bekerja
pada dasar pondasi telapak, maka tekanan ftktif p yang memenuhi Pers. 42. 1 disebut
reaksi subgrade. Dalam pasal-pasal berikut dari artikel ini, simbol p dengan jelas diguna
kan untuk reaksi subgrade. Simbol tersebut tidak dipakai untuk menyatakan tekanan
sentuh nyata. Koefisien K8 dikenal sebagai koefisien reaksi subgrade, dan teori yang di
dasarkan pada asumsi di atas disebut teori reaksi subgrade.
235
Gbr. 42. 3 . Reaksi subgrade pada dasar dinding penahan gravitasi yang kokoh.
subgrade memiliki distribusi planar. Di samping itu, kita harus memenuhi persyaratan
statika bahwa ( I ) reaksi sub grade total sama dengan jumlah be ban vertikal yang bekerja
pada subgrade, dan (2) momen beban vertikal resultan terhadap sembarang titik sama de
ngan momen reaksi subgrade total t erl1adap titik tersebut.
Misalkan kita pandang dinding-penahan-gravitasi yang kokoh seperti diperlihatkan
dalam Gbr. 42.3. Lebar dari dasar dinding tersebut adalah B, dan beban vertikal resultan
Q di dasar dinding bekerja pada jarak a dari ujung kaki dinding tersebu t. Reaksi subgrade
di ujung kaki dinding adalah Pa , dan di tumit dinding adalah P b. Berdasarkan alinea se
belumnya, distribusi reaksi tersebut dianggap Iinier di antara kedua titik-titik ini. Melalui
statika, kita memperoleh dua persamaan,
(42.2)
dan
Nilai-nilai Pa dan P b dapat diselesaikan dari persamaan-persamaan ini.
(42.3)
Perlu dicatat bahwa Pers. 42. 2 dan 42.3 tidak mengandung koefisien reaksi subgrade
K8 Dengan kata lain, distribusi reaksi su bgrade pada dasar pondasi telapak yang kokoh
tak bergantung kepada derajat kompresibilitas subgrade. Fakta ini memudahkan pem
visualisasian perbedaan antara reaksi subgrade dan tekanan sentuh yang sebenarnya. Jika
beban resultan Q pada P (!ndasi telapak tersebut bekerja melalui titik berat daerah pem
bebanan A, reaksi subgrade tersebar secara seragam pada dasar pondasi tersebut dan besar
nya sama dengan Q/A di se tiap titik. Di lain pihak, distribusi tekanan sen tuh nyata pada
dasar p ondasi y ang sama mungkin sama sekali tidak seragam, seperti ditunjukkan dalam
Gbr. 42.2. Distribusi tersebut bergantung pada karakteristik tegangan-deformasi dari sub
grade dan p ada in tensitas be ban tersebu t.
Walaupun terdapat ketidakscsuaian yang nyata antara te ori dan kenyataan, teori reaksi
subgrade dapat dipakai dengan aman sehubungan dengan disain pondasi telapak yang kerap
kali dilakukan, karena kesalahan-kesalahan yang terjadi masih berada dalam batas-batas ke
amanan yang biasa digunakan dan, sebagai suatu peraturan, teori tersebut juga berada
dalam daerah yang aman.
236
Gbr. 4 2.4. Pondasi telapak elastis yang sangat panjang dikenai beban garis dan disangga
oleh subgrade yang elastis. (a) Deformasi pondasi telapak terse but akibat beban. (b) Dis
tribusi reaksi subgrade.
ini diilustrasikan oleh Gbr. 42.4, yang menyajikan penan1pang dari pela t elastis segi
empat yang panjang. Sumbu pelat yang lebih pan.fang memi kul beban garis Q per satuan
panjang. Pelat terletak pada subgrade y ang elastis. Karena fleksibilitas pelat, penurunan
berkurang mulai dari pus at ke arah bagian pinggirnya. Dengan demikian , reaksi su bgrade
juga berkurang mulai dari maksimum di bagian te ngah sampai minimum di tepinya.
Jika pelat sangat fleksibel, bagian pinggirnya mungkin naik, clan reaksi subgrade di bawah
bagian luar pelat bisa menjadi n ol. Pada suatu keadaan, yaitu untuk beban garis Q ter
tentu dan lebar pelat B tertentu , m omen lentur maksimum dalam pelat yang fleksibel ter
sebut jauh lebih kecil daripada m omen !en tur maksimum p ada pelat yang kokoh.
Reaksi subgrade p ada dasar dari suatu bagian p on dasi yang relatip fleksibel dapat di
hitung dengan menggunakan teori batang elastis pada penyangga elastis yang kontinu
(theory o( elastic beams on c ontinuous elastic support). Te ori terse but didasarkan pada
fakta bahwa perpindahan vertikal dari bagian dae rah yang mengalami pembebanan di
akibatkan oleh penurunan dan lenturan di se tiap titik hams sama dengan penurunan per
mukaan tanah di titik yang sarna. Perhitu ngan penurunan permukaan tanah didasarkan
pada Pers. 42. 1 . Berbeda dengan Pers. 42.2 dan Pers. 42.3 yang ditujukan untuk p ondasi
yang kokoh, persarnaan-persamaan untu k menghitung reaksi subgrade pada pondasi elastis
selalu mengiku tsertakan nilai Ks (Pers. 42. 1 ).
Karena teori mengenai batang elastis pada pe nyangga elastis yang kontinu didasar
kan pada Pers. 42. 1 , maka teori tersebu t tidak le bih akurat daripada teori reaksi subgrade
untuk p on dasi telapak yang kokoh. Bahkan teori tersebut bisa kalah akurasinya, karena
teori termaksu d melibatkan diri pada kesalahan yang berkaitan dengan pengevaluasian
K8 Karcna perhitungan-perhitungan selamanya tidaklah praktis, penyelidikan tidak di
anjurkan kecuali kalau penyelidikan terse but mengakibatkan penghcma tan yang sanga t
besar pada biaya struktur.
Dalam semua teori reaksi subgrade, koefisien K8, yang merupakan ra.sio antara inten
sitas beban p ada subgrade yang fiktif dan perpindahan vertikal, dianggap merupakan
konstanta yang hanya bergantung pada sifat-sifat fisis tanah di bawah p ondasi. Akan te
tapi, rasio antara intensitas tekanan ra ta-rata pada permukaan padat tertentu dan pe
nurunannya tidaklah konstan. Untuk pondasi telapak berbentuk lingkaran pada dasar
isotropis yang elastis, rasio tersebut berkurang jika jari-jari p ondasi bertambah. Untuk
pondasi telapak dengan ukuran tertentu clan terletak di atas tanah, rasio tersebu t juga
berkurang dengan meningkatnya intensitas beban. Selanjutnya, r asio tersebut akan berbeda
untuk titik-titik yang berbeda pada dasar p ondasi yang sama. Oleh karenanya, evaluasi
Ks melibatkan banyak ketidakpastian,.dan prosedur y ang bisa dilakukan u'ntu k menen tu
kan K8 atas dasar uji-beban berskala-kecil bergantung pada .keterbatasan-keterbatasan
metoda-metoda uii-beb<Ul yang diuraikan dalam Pasal 54 (iilid 2).
237
1 . Dincting penahan gravitasi memiliki ctasar yang ukuran lebarnya sama ct engan
meter. Garis kerja resultan gaya vertikal ctan horisontal memotong ctasar ponctasi cti titik
yang berjarak m eter ctari ujung-kaki dincting tersebut. Berapakah reaksi subgracte cti ujung
kaki ctinding? dan cti tumito ctincting?
12
18
36
Bacaan Pilihan
HeH\nyi, M.
hal.
Terzaghi, K .
hal.
255.
( 1 946).
(195 5b ).
297-326.
4.
TIGA
MASALAH DI SAIN
DAN KONSTRUKS I
Pada Bagian I telah diuraikan mengenai diskripsi tanah asli (real soil) sebagaimana yang
diperlihatkan oleh hasil percobaan uji laboratorium. Pada Bagian 11 diuraikan proses-proses
teoritis untuk meramalkan keadaan bahan-bahan jdeal yang memiliki sifat-sifat yang ham
pir serupa dengan sifat-sifat tanah asli. Sebelum teori-teori tersebut diterapkan untuk me
nyelesaikan permasalahan pada disain dan konstruksi, lebih dahulu hams dilakukan dua
operasi/tindakan yang saling terlepas satu sama lain . Pertama, menentukan sifat-sifat pen
ting tanah di bawah permukaan dengan melakukan pemboran, pengambilan contoh tanah
(sampling), dan pengujian. Selanjutnya (yang kedua), mengganti atau mensubstitusi tanah
asli yang keadaannya jauh lebih kompleks dengan tanah ideal yang terdiri atas satuan
satuan tanah homogen dengan batas-batas yang sederhana.
Dalam beberapa hal di mana profil tanah asli cukup sederhana sehingga dapat diganti
dengan idealisasi yang layak disertai dengan kesalahan yang masih bisa ditolerir, teori
yang digabung dengan hasil-hasil pengujian tanah memungkinkan kita meramalkan keadaan
tanah penyangga bangunan secara matematis. Prosedur semacam ini dapat dilihat pada
penentuan besar dan distribusi penurunan (settlement) struktur yang berdiri di atas lapisan
lempung horisontal dan tebalnya seragam.
Di lain hal, hasil-hasil eksplorasi tanah hanya memberikan informasi kepada disainer
mengenai karakteristik umum tanah di bawah permukaan dan lokasi dari lapisan-lapisan
tanah yang rawan. Karakteristik detil dari lapisan tanah yang rawan tersebut tetap tak di
ketahui, dan seandainya bisa diketahui, waktu dan tenaga yang diperlukan untuk menda
patkan data-data yang bisa menjamin ketepatan peramalan keadaan tanah tersebut tetap
merupakan halangan. Dalam keadaan ini, para perencana hanya dapat membuat suatu
profil tanah idealisasi yang batas luarnya mirip dengan batas luar lapisan tanah rawan ter
maksud, yakni lapisan tanah yang lunak atau lapisan tanah yang kompresibel, dan mencan
tumkan sifat-sifat tanah yang paling jelek pada lapisan tersebut yang kira-kira sesuai dengan
data-data yang ada. Estimasi keadaan tanah dengan cara di atas hanya memberikan nilai
nilai batas atas dari kerusakan yang mungkin terjadi dengan adanya lapisan tanah rawan
tersebut, tetapi dengan nilai-nilai tersebut sekalipun, perencana mampu menghindari keja
dian-kejadian yang tidak diinginkan dengan membuat disain yang layak. Sebelum peralatan
penyelidikan sifat-sifat tanah di bawah _permukaan dikembangkan, dan sebelum prinsip
prinsip teoritis dari sifat-sifat tanah tersebut disusun, makn<t.atau (bahkan) kehadiran lapis
an tanah yang rawan terse but tetap tidak diketahui sampai hal terse but terungkapkan oleh
keadaan-keadaan yang tak terduga dari bangunan yang berdiri di atas lapisan tanah terse but.
240
Bagian I II buku ini berisi pengkaj ian ulang dari metoda-metoda pengeksplorasian tanah
dan ketidakpastian yang tak dapat dihindarkan yang berkaitan dengan hasil-hasil eksplorasi
tersebut. Selanjutnya dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan tanah di bawah per
mukaan, disertai der.gan lapisan tanah rawan yang mungkin d ij umpai dan cara-cara untuk
mengatasi dan menghindari bencana yang bisa ditimbulkan oleh lapisan tanah tersebut.
BA
aI
TUJlJif1
EKSPLORASI TANAH
ianah.
Sampai beberapa dekade yang lalu, kegiatan eksplorasi tanah masih tetap belum me
madai karena metoda-metoda pengujian tanah yang rasional bclum dikembangkan. Semen
tara itu, pada saat ini jumlah pengujian tanah dan perbaikan-perbaikan teknik pengujian
tersebut seringkali di luar proporsi yang berkaitan dengan nilai praktis yang dihasilkan.
Untuk menghin dari keadaan-keadaan ekstrim tersebut, perlulah disesuaikan program eks
plorasi dengan kondisi-kondisi tanah dan besarnya pekerjaan.
242
Alinea di atas menerangkan bahwa, jika profil tanah kompleks, maka program penguji
an tanah yang terperinci nampaknya tidaklah tepat. Dengan demikian, metoda eksplorasi
tanah harus dipilih sesuai dengan tipe profil tanah di lapangan tempat bangunan akan di
dirikan. Alinea-alinea berikut akan menguraikan karakteristik-karakteri stik penting dari
tipe-tipe utama profil tanah yang biasa dijumpai di lapangan.
hlaP
Sampai kedalam kira-kira 6 kaki dari permukaan tanah, dan kadang-kadang lebih
dalam lagi, sifat-sifat fisis tanah dipengaruhi oleh perubahan-perubahan musiman dari k e
lembaban dan temperatur serta oleh unsur-unsur biologis seperti akar, cacing, dan bakteri.
Bagian sebelah atas dari daerah ini disebut horison-A. Daerah .ini terutama dipengaruhi
oleh efek-efek mekanik akibat pelapukan dan hilangnya beberapa unsur penyusun tanah
akibat proses pelapukan (leaching), Bagian sebelah bawah dinamakan horison-B, tempat
diendapkan dan diakumulasikannya bahan-bahan yang dihanyutkan dari horison-A.
Sifat-sifat tanah di dalam horison-A dan B terutama merupakan perhatian para agro
nomis dan pembuat jalan. Insinyur pondasi dan bangunan tanah terutama tertarik pada
lapisan tanah di sebelah bawahnya. Di bawah horison-B karakter tanah hanya ditentu
kan oleh bahan-bahan kasar pembentuknya, metoda pengendapannya, dan oleh peristiwa
peristiwa geologi selanjutnya. Lapisan tanah yang membentuk profil tanah di bawah hori
son-B mungkin agak homogen, atau mungkin terdiri atas elemen-elemen yang lebili kecil
yang sifat-sifatnya agak merata. Bentuk, ukuran, dan susunan eiemen-demen ini menentu
kan struktur utama (primary structure) dari endapan. Oleh karena sebagian besar tanah
diendapkan di bawah air, maka struktur utamanya yang umum adalah stratifikasi (stra
tification). Apabila masing-masing lapisan tanah tersebut tidak lebih tebal dari 1 inci
dan kira-kira sama tebalnya, maka tanah tersebut dikatakan berlapis-lapis (laminated).
Contohnya adalah lempung "varved" yang telah diuraikan dalam Pasal 2. Aksi dari es,
tanah longsor, aliran yang sangat deras, dan beberapa unsur lain yang menghasilkan pem
bentukan endapan dengan struktur (susunan) yang tak menentu (eratik). Endapan semacam
itu tidak memiliki pola yang teratur. Semakin mendekati struktur eratik, semakin sukar
menentukan nilai rata-rata dari sifat-sifat tanah dan hasilnya pun semakin tak menentu.
Pada lempung kaku dan tanah-tanah lain yang kohesinya besar, struktur utamanya
bisa dikaitkan dengan struktur sekunder yang dibentuk setelah tanah diendapkan. Karak
teristik struktur sekunder yang terpenting adalah sistem retak-retak rambut (hair cracks),
sistem kekar (joint), atau sistem slickensides. Retak-retak rambut dan kekar biasanya
muncul di daerah dataran banjir yang terdiri atas lapisan-lapisan lempung. Masing-masing
lapisan tersebut untuk sementara waktu (setelah pengendapan) tersingkap ke udara bebas.
Pada saat tersingkap tersebut terbentuklah retakan-retakan akibat proses penyusutan.
Slickensides adalah permukaan mengkilap yang licin yang terjadi akibat perubahan volume
oleh proses-proses kimia atau deformasi oleh gaya gravitasi atau gaya-gaya tektonik yang
melibatkan penggelinciran-penggelinciran sepanjang dinding dari kekar yang sudah ada
atau yang baru terbentuk.
Jika lapisan tanah kohesif memiliki struktur sekunder yang mapan, maka hasil peng
ujian laboratoriumnya bisa memberikan konsepsi yang keliru tentang -sifat-sifat mekanik
nya. Oleh karenanya, bila menjumpai tanah semacam itu, petunjuk yang paling dapat di-
Eksplorasi tanah
0
243
I Kedalaman
95 ft
I
l}f\ J
"'
->c
1_...---
Maksimum
{_
lo
16 30
1I
1 46,
l
m
50
12
ra
40
Rata-rata
32,4%
i
(V
Minimum
22, 5%
Ujung-ujung setiap garis horisontal menunjukkan kadar air maksimum dan minimum dalam contoh tanah yang panjangnya 12 inci
-menyatakan nilai ra ta-ra ta
"A " menunjukkan contoh
tanah
ang dii/ustrasikan
dalam a). -
.1::
60
70
80
(a)
'E 90
.!!!
I
/0 20 30 40 50 6'0
Kadar Air - % Bera t Kering
roo o
F-
I =-
r1J
I A
10
zo 30 40 so oo
Kadar Air - % Berat kering.
Gbr. 4 3. 1 . Variasi kadar air alami dari lempung yang diambil dari sebuah lubang bor di
Boston. (a) Variasi dalam arah vertikal sepanjang stu kaki. (b) Variasi di keseluruhan lu
bang bor (Fadum 1 948).
Lanau-lempungan
organik yang
sanga t /unak
Pasir ke/abu
ha/us sampai
kasar
Lempung-lanauan
kelabu ge/ap
yang lunak
Mar/
65
60
55
140
1<:.
.;:: so
45
-...
- -_,i"- -o
- r-""
-I<>
><- - - - -
><x-
F
=
X \'-<>
o-
Ba tas
Cair \.
Ba tas
':ltf
Plas tis
zs
0 20 4() 60 80 f()l)
.30
x -
Gbr. 4 3 . 2. Variasi kadr air alami contoh tanah yang diambil dari lubang bor pada endap
an komposit di p antai.
244
Jika suatu lapisan tanah memilik1 tipe yang tak menentu (eratik), maka informasi
yang cukup mengenai variasi sifat-sifat tanahnya hanya dapat diperoleh dengan mengambil
contoh tanah yang menerus dari lapisan teratas sampai lapisan terbawah dan melaksanakan
serangkaian pengujian di setiap bagian dari contoh tanah tersebut, atau mengadakan peng
ujian-pengujian lainnya di lapangan. Salah satu jenis pengujian lapangan tersebut adalah
sounding ke bawah permukaan tanah akar. melengkapi data-data yang sinambung tentang
variasi tahanan penetrasi lapisan. Jenis pengujian lapangan yang kedua adalah "test pum
ping" untuk menentukan koefisien permeabilitas tanah yang akan memberikan i'lformasi
mengenai nilai rata-rata sifat tanah yang sedang diselidik:i .
245
Eksplorasi tanah
246
pp. 2 84-290. Note esp ecially the means to adapt the design and construction to the
elastic properties of the ground.
FitzHugh, M. M., J. S . Miller and K. Terzaghi ( 1 94 7 ). "Ship ways with cellular walls on a
marl foundation , " Trans. A SCE, 1 1 2, pp. 2 9 8 - 3 2 4 .
Zeevaert, L . ( 1 9 5 7 ). "Foundation design and behavior of Tower Latino Americana in
Mexico City," Geot. , 7, No. 3, pp. 1 1 5 - 1 3 3 .
Casagrande, A . ( l 960d). ' 'An unsolved problem of embankment stability o n soft ground,"
Proc. 1 st Paname rican Conf. Soil Mech. and Fou nd. Eng. , Mexico, 2, pp. 7 2 1 - 74 6 .
Terzaghi, K. ( 1 9 60d). " Stabilization of landslides." Series of memoranda contained in
Fro m th eory to practice in soil mechanics, New York, John Wiley and Sons, p p.
409-4 1 5 .
Terzaghi, K. and T . M . Leps ( 1 9 6 0 ). "Design and performance of Vermilion dam ," Trans.
ASCE, 1 2 5, pp. 63 - 1 00.
Terzaghi, K. and Y . Lacroix ( 1 964 ). " Mission dam , an earth and rockfill dam on a highly
compressible foundation ," Geot. , 1 4 , pp. 1 4- 5 0 .
Casagrande, A . ( 1 96 5 ). " Role o f the ' calculated risk' i n earthwork and foundation engine
ering," ASCE J. Soil Me ch. , 9 1, No. SM4 , July, pp. 1 - 40.
Prosedur Utama
Setiap eksplorasi di bawah permukaan tanah haruslah didahului oleh pengkajian ulang
semua informasi yang ada tentang kondisi geologi dan kondisi di bawah permukaan tanah
di lokasi p royek atau di sekitar lokasi tersebut. Di sebagian besar keadaan, informasi ini
harus ditambah lagi dengan hasil-hasil penyelidikan yang lebih langsung. Langkah langsung
yang pertama biasanya membor beberapa lubang dengan metoda yang pas dan terpilih, dan
mengambil contoh-contoh tanah yang utuh dari setiap lapisan tanah yang dijumpai oleh
alat pemboran. Di samping itu, mungkin diperlukan pula operasi pengambilan contoh tanah
yang lebih baik, pengujian lapangan yang lebih baik, atau kedua-duanya. Contoh-contoh
tanah tersebut akan diseli diki di laboratorium untuk mendapatkan sifat-sifat tanah. Peng
ujian-pengujian di lapangan seperti sounding ke bawah permukaan tanah, pengujian geser
di tempat/lapangan, atau test pemompaan memberikan informasi langsung mengenai detil
profil tanah dan besaran-besaran si fat fisik tanah di lapangan (in situ).
Pada tahun-tahun terakhir ini metoda-metoda eksplorasi geoflsik dirnanfaatkan untuk
kepentingan-kepentingan teknik sipil. Dengan menggunakan peralatan observasi di per
mukaan tanah akan diperoleh informasi yang menggambarkan posisi dari bat as antara tanah
dan batuan. Jika batuannya keras dan permukaannya agak rata/datar, maka posisi dan
topografi permukaan batuan tersebut dapat ditentukan dengan lebih murah dan cepat ke
tirnbang menggunakan peralatan pemboran. Dalaril kondisi-kondisi yang baik metoda-me
toda geofisik ternyata berhasil digunakan untuk menentukan lokasi batas antara lapisan
lapisan tanah yang berbeda dan untuk mendapatkan informasi tentang sifat fisik lapisan
lapi san ini. Tetapi, umumnya hasil-hasil survey semacam itu amat menyesatkan, dengan
demikian, metoda geofisik tidak boleh dipercaya kecuali jika penemuan-penemuan terse but
dikontrol secukupnya dengan pemboran-pemboran atau penyelidikan-penyelidikan
langsung lainnya.
Metoda yang dipakai untuk mendapatkan contoh tanah disesuaikan dengan persyarat
an dan permintaan proyek. Sementara itu, prosedur pemboran untuk memasukkan alat
pengambil contoh tanah dan mengeluarkannya kembali sebagian besar ditentukan oleh ke
adaan ekonomi dan kondisi lapangan. Sebagai pedoman, sembarang metoda pengeboran
bisa digunakan seiring dengan prosedur pengambilan contoh tanah tertentu. Oleh karena
nya, dalam pasal-pasal berikut ini akan diuraikan metoda pemboran dan pengambilan
contoh tanah secara terpisah.
247
Eksplorasi tanah
Pemboran
Prosedur yang paling murah dan paling baik dalam pem
METO DA PEMBORAN .
boran adalah wash boring, rotary drilling, dan auger drilling. Lubang dangkal sampai ke
dalaman
10
ft biasa dibuat dengan auger. Untuk melakukan pengeboran yang lebih dalam
jang
derek untuk menangani beban dan pipa p elindung ; pipa pencuci dengan diameter
dan panjang
5 ft
atau
10
inci
dan ujung atas pipa p encuci, dan di ujung bawah pipa dipasang mata bor (chopping bit)
(Gbr.
44.2).
Air dipompa ke bawah pipa pencuci dan keluar melalui mata bor. Peralatan
terse but juga dilengkapi dengan sebuah bak penampung air dan pompa tangan atau pompa
44. 1),
ft sedalam
ft
ke dalam tanah. Di ujung atas pipa lindung dipasang "tee" dengan gagangnya pada p osisi
horisontal, dan sebuah pipa pendek dimasukkan dalam arah horisontal ke dalam gagang
"tee" tersebut. Bak air diletakkan di bawah ujung pipa pendek tersebut dan diisi oleh
air. Pipa p encuci (wash pipe) diangkat ke posisi vertikal dengan menggunakan tali yang
ditarik oleh tangan dan melalui sebuah katrol yang berada di puncak derek dan selanjut
nya diturunkan ke dalam pipa p elindung. Pompa dij alankan dan air mengalir dari bak
Derek
Kaki empat dari Pipa'
248
melewati kepala swivel masuk ke dalam pipa pencuci dan akhirnya sampai ke mata bor
serta ruang di antara pipa pencuci dan pipa pelindung. Kemudim air akan kembali ke
bak penampung melalui "tee" dan pipa horisontal di puncak pipa pelindung sambil mem
bawa hancuran-hancuran tanah. Sementara air mengalir, pip a pencuci dikocok ke atas dan
ke bawah. Setiap satu kali kocokan bagian bawah pipa tersebut diputar sehingga tanah
akan terpotong. Dengan cara mengocok dan mencuci ini terbuatlah lubang, dan selanjut
nya pipa pelindung tambahan dapat dipancang lagi seandainya diperlukan.
Sementara proses pemboran b erjalan, pembor mengamati warna dan kondisi umum
campuran tanah dan air yang keluar melalui lubang bor. Bilamana ada perubahan yang
menyolok, maka pemberian air dihentikan dan diambil contoh tanah dengan split-spoon
(spoon sample) (lihat ha!. 253). Contoh tanah semacam itu juga diambil pada setiap ke
dalam 5 ft andaikata karakter tanah nampaknya tak berubah. Penyimpangan dari prose
dur ini tidak diperbolehkan, karena bisa mengakibatkan salah interpretasi kondisi tanah
di bawah permukaan. Bahkan seandainya pun pengambilan contoh tanah dilakukan dengan
hati-hati, adanya lapisan-lapisan lempung yang tebalnya beberapa kaki dan terletak di an
tara lapisan-lapisan pasir bisa t idak teramati.
Apabila pemboran pada tanah sebelumnya dihentikan untuk mengambil c.ontoh
tanah dengan spli t-spoon , maka air harus dibiarkan mencapai kesetimbangan di dalam
pipa pelindung. Pada keadaan ini elevasi muka air tanah harus ditentukan dan dicatat.
Biasanya air tanah bisa naik dari lapisan yailg lebih dalam ke elevasi yang jauh lebih tinggi
dari elevasi lapisan di atasnya. Kegagalan mengamati kondisi semacam ini bisa berakibat
fatal. Kadang-kadang terjadi pula peristiwa yang sebaliknya.
Peralatan sederhana yang diuraikan dalam alinea-alinea di atas memungkinkan seorang
pembor yang berpengalaman dan cermat mendeteksi perubahan-perubahan karakter tanah
dengan perasaan/intuisinya ketika mengocok dan memutar pipa-pencuci. Ha! ini tentu saja
merupakan suatu keuntungan. Oleh karenanya, pengebor itu kerap kali bisa menentukan
batas antar lensa-lensa atau lapisan-lapisan dengan ketepatan cukup baik dan dapat meng
hentikan pemboran untuk mengambil contoh tanah representatif di keseluruhan tanah
yang ditembus. Metoda-metoda pengeboran yang lain, atau peralatan pembo ran dengan air
yang lebih rumit, tidak memiliki keuntungan seperti ini. Namun demikian, metoda dan per
alatan tersP.but tetap digunakan mengingat biaya pelaksanaannya dan kecepatan bekerja
nya. Kekurangannya dalam ha! mendeteksi perubahan-perubahan kondisi tanah di bawah
perrnukaan harus diimbangi dengan pengambilan contoh tanah yang lebih sering atau si
nambung.
RO TARY DRILLIN G . Gambaran pokok rotary drilling serupa dengan pemboran de
ngan air, hanya saja batang bor dan mata bor diputar secara mekanik ketika pembuatan
lubang dilakukan. Mata bor memiliki wadah air tempat keluarnya air dari mata bor masuk
ke dalam ruang di luar batang bor. Penekanan batang ketika sedang berputar dikerjabn
secara mekanik dan hidraulik. Batang tersebut bisa dicabut dan diganti dengan tabung
contoh tanah bilamana diinginkan pengambilan contoh tanah.
Dalam rotary drilling sirkulasi fluida seringkali bukan oleh air tetapi oleh /umpur pem
boran (drilling mud), yang biasanya merupakan suspensi bertonit dengan konsistensi ber
warna krem dan be rat spesifik (specific gravity) antara 1 ,09 sampai 1 , 1 5 . Fluida dengan
berat satuan lebih tinggi berfungsi untuk mengangkat hancuran tanah, dan karakter tik
sotropinya yang ringan mencegah akumulasi hancuran tanah di dasar lubang di selang
waktu antara pemboran dan pengambilan contoh. Selanjutnya, lumpur termaksud mem
bentuk suatu lapisan tipis bahan kohesif pada dinding lubang yang biasanya mencegah
runtuhnya bagian dinding lubang tersebut yang berada dalam lapisan tanah dengan nilai
kohesi kecil atau tidak berkohesi sama sekali. Oleh karenanya, seringkali tidak diperlu
kan pipa lindung kecuali pada sedikit bagian atas lubang.
tric yang berkaitan dengan berbagai lapisan yang sebelumnya dilewati oleh lubang tersebut.
249
Eksplorasi taiwh
AUGER BoRIN G . Pengeboran yang dangkal biasanya acapkali dikerjakan dengan auger.
Auger, yang biasanya memiliki tipe seperti pada Gbr. 44.2a, dibenamkan tak seberapa
dalam ke tanah dan selanjutnya ditarik beserta tanah yang melekat padanya. Tanah
tersebut diambil untuk diteliti, auger tersebut kembali dimasukkan ke dalam tanah
dan kemudian diputar ke bawah. Apabila lubang tersebut tidak bisa terus terbuka se
hingga dapat dimasuki auger karena sekeliling sisi-sisinya tertekan atau karena dinding
nya runtuh, maka harus dipergunakan pipa pelindung yang berdiameter sedikit lebih
besar daripada diameter auger. Pipa pelindung tersebut harus dipancang sampai kedalam
an tak lebih dari kedalaman puncak dari contoh yang berikutnya dan harus dibersihkan
dengan memakai auger terse but. Kemudian auger dimasukkan ke dalam lubang yang sudah
bersih dan diputar ke bawah ke dasar pipa pelindung untuk memperoleh contoh tanah.
Auger boring tidak bisa dilaksanakan pada pasir yang terletak di bawah muka air tanah ka
rena pasir terse but tidak bisa melekat ke auger.
Tanah kohesif yang terangkat ke atas permukaan tanah oleh auger mengandung se
mua unsur-unsur padat pembentuknya, tetapi struktur tanah terse but sudah rusak sama se
kali, dan kadar airnya cenderung lebih besar daripada kadar air semula. Dengan demikian,
penggunaan auger sebagai alat pembor tidak dapat menghilangkan kebutuhan untuk men
dapatkan contoh tanah dengan split-spoon apabila lubang bor mencapai lapisan tanah
g
a
{a)
1....----->:>0
(d)
(b)
(c)
r:::: ::
r:
(e)
Penampang a-a
==.
==1
0
terbuka
(f)
pemancang
Arah rotasi
Gbr. 44.2. Peralatan pengambilan con toh tanah dalam pekerjaan pengeboran. (a) Auger
tanah . (b) Timba. (c) Bagian pemotong tanah/mata bor. (d) Spring core catcher. (e) Split
spoon sampler. (j) Scraper bucket.
250
bam. Hanya contoh tanah demikianlah yang layak dipandang mewakili karakter tanah-tak
terganggu (undisturbed soil).
Jika lapisan yang relatip kokoh, seperti lapisan kerik,il, berada di atas lapisan yang
sangat lunak, maka biasanya auge r boring tak mampu mengungkapkan posisi sebenarnya
dari batas antara kedua lapisan tersebut. Pada keadaan tertentu, adanya lapisan lempung
lunak setebal
ft di antara aua lapisan kerikil yang tebal terabaikan. Di lain hal, batas
antara lapisan kerikil dan lapisan lempung l unak di bawahnya tercatat 10 ft di bawah posisi
lindung sampai di b awah tinggi tempat beroperasinya auger. Pipa pelindung mendorong
atau menyeret tanah berbatu ke dalam lapisan lempung tersebut. Kesalahan-kJ salahan ter
sebut bisa dihindari dengan tetap menjauhkan mata bor (bagan pemotong tanah dari
auger) sebatas yang dapat dilakukan menurut karakteristik tanah yang ada ketika . peman
cangan pipa pelindung dilakukan.
Dengan menggunakan peralatan mekanik, auger boring dapat dilaksanakan sampai
mencapai kedalaman lebih dari 100 ft dan dengan diameter sampai beberapa kaki.
Omti
nuous flight auger terdiri atas segmen-segmen yang dapat diputar ke dalam tanah sementa
ra bagian lainnya terikat di ujung atas, kumpulan segmen tersebut di putar ke dalam tanah
lagi, bagian yang lainnya terikat, dan prosedur di atas di ulangi lagi. Bagian pemotongnya
dinaikkan ke permukaan tanah dalam gerakan spiral, tetapi kedalaman tempat suatu jenis
tanah tertentu tidak dapat dipastikan. Oleh karenanya, auger tersebut hams sering-sering
ditarik ke atas untuk memeriksa kondisi tanah yang melekat pada dasarnya, atau lebih
baik lagi dilakukan pengambilan contoh tanah.
44.3 ), yang me
mpakan variasi dari continuous flight auger, memungki nkan pengambilan contoh tanah
di dasar tanah di dasar auger tanpa hams menarik auger dari l ubang bor. Alat tersebut
CATATAN LAPAN GAN DA RI PEMBORAN . Apa pun prosedur yang dipakai dalam pem
boran, catatan-catatan lapangan yang dibuat oleh mandor atau insinyur pengawas hams
berisikan tanggal, bulan, dan tahun pemboran dilakukan, lokasi pemboran dengan acuan
suatu sistem koordin at yang sudah permanen, dan elevasi permukaan tanah terhadap
" bench mark" yang ada. Catatan-catatan tersebut hams memuat pula elevasi
muka air
tanah dan batas atas setiap lapisan tanah yang dijumpai , klasifikasi lapis an-lapisan tanah
oleh mandor, dan nilai tahanan yang diperoleh melalui standard penetration test. Jenis
peralatan yang di pakai untuk pemboran hams dicatat pula. Jika peralatan diganti, maka ke
dalaman ketika p ergantian dilakukan dan alasan pergantian tersebut ham s dicatat. Pe
mutusan atau penghentian pemboran hams diterangkan bahwa tidak dilakukan penyim
tidak dibuat satu buah sumur observasi dan mencatat pergerakan muka ah tanah selama
pemboran berlangsung. Jika beton akan ditempatkan di bawah muka air tanah, hams di
ambil contoh air sekitar 1 galon dari beberapa l ubang ba r untuk keperluan anali sis ki mia
dan untuk mengetahui apakah air tersebut mengandung unsur-unsur pemsak dalam kuanti
tas yang cukup untuk memsak beton. Jika ada indikasi bahwa air mengandung gas, analisis
hams dikerjakan di lapangan segera setelah contoh air tersebut diambil.
Informasi yang terkandung dalam catatan-catatan lapangan tersebut ham s disusun
dalam bentuk boring logs di mana batas antar lapisan diplot pada elevasi yang sebenarnya
pada skala vertikal.
251
Eksplorasi tanah
Batang pengambil
con toh tanah
Auger Fligh t
Tabung pengambil
contoh tanah
(a)
(b)
Gbr. 44.3. Hollow stem auger. (a) Disumbat ketika auger dimasukkan ke dalam tanah.
Plug diangkat dan tabung pengambil contoh tan ab dimasukkan untuk mengambil
tanah di bawah auger.
(b)
ketebalan dan kedalaman berbagai lapisan t anah. Sebaliknya, tanah semacam itu sering
kali menyesatkan dan merupakan penyebab dari keruntuhan pondasi.
ldentifikasi yang layak dari tanah di bawah permukaan dapat diperoleh dengan meng
ambil contoh tanah yang mengandung semua unsur-unsur penyusunnya dalam proporsi
yang tepat. Selanjutnya, ev.aluasi sifat-sifat teknik tanah seperti kekuaJ:an, kompresibilitas,
atau permeabilitas bisa didapat melalui pengujian laboratorium pada contoh tanah yang
hampir utuh atau bahkan yang benar-benar tak-terganggu. Biaya dan waktu yang dikeluar
kan semakin besar bila persyaratan yang diminta semakin tinggi terhadap derajat gangguan
yang dapat ditoleransi, dan dengan bertambahnya diameter pipa. Oleh karenanya, dalam
proyek kecil atau t ahap awal e ksplorasi yang besar a tau kompleks, biasanya lebih disenangi
memperoleh contoh tanah yang relatif tidak mahal, agak utuh dari lubang bor. Berdasar
kan informasi yang didapat dari contoh tanah ini, perlunya dilaksanakan prosedur pengam
bilan conioh tanah yang lebih terperinci/teliti dapat diperhitungkan.
252
--------------------------- Z8 N------------------------
'
--------- 7 "------------------ zz'
' ----------- 3'
Lekukan tempat memu tar
Lekukan tempat
m emu tar
.
I
Ulir
untuk pi-
Gbr. 44.4. Dimensi alat pengambil contoh tanah untuk standard penetration test (Ray
mond C oncrete Pile Co. ).
253
Eksplorasi tanah
Dalam pasir tak berkohesi atau hampir tak berkohesi yang terletak di bawah muka air
tanah, pasir cenderung keluar dari alat pengambil contoh tanah ketika diangkat dari dasar
!ubang bor. Timba (Gbr. 44.2b) tidak memenuhi harapan, karena operasi pengocokan
akan menghilangkan partikel-partikel yang halus dari pasir. Untuk memperoleh contoh
pasir yang mengandung semua unsur-unsur penyusunnya, maka alat pengambil contoh
tanah tersebut dilengkapi dengan core catcher yang terbuat dari baja (Gbr. 44.2d). Core
catcher dipasang p ada dinding di ujung bawah split-spoon. Ketika split-spoon diangkat,
mulut core catcher akan menutup dan mencari pegangan pada contoh tanah di dalamnya.
Seandainya tidak terdapat butiran kasar yang dapat dijadikan pegangan, mulut core cat
cher akan mengatup membentuk kubah yang dapat dimanfaatkan sebagai penopang contoh
tanah.
Jika alat yang telah dilengkapi core catcher di atas tidak mampu menahan pasir, maka
agar te tap masih bisa diperoleh contoh tanah yang utuh dari lubang bor yang berdiameter
4 inci dipakai scraper bucket seperti diperlihatkan dalam Gbr. 44.2/. Scraper Bucket
memiliki diameter sebelah dalam 2 inci dan panjang 30 inci. Ujung bawahnya disumbat
dengan sepatu kerucut. Pada bagian atasnya terdapat celah vertikal. Sisi yang bercelah
melengkung keluar dan tajam sehingga dapat berfungsi sebagai pemotong. Alat pengambil
contoh tanah itu didorong ke dasar lubang dan diputar dengan arah seperti pada gam
bar, kemudian sisi pemotong mengikis tanah di sekitarnya. Tanah yang terkikis mula
mula berkumpul di setengah bagia11 bawah alat ini dan kemudian di setengah bagian atas
nya. Contoh tanah secara keseluruhan terganggu dan sebagiannya terpisahkan, tetapi
hilangnya butiran tanah yang halus sangat sedikit.
Jika ditemui lapisan kerikil, contoh tanah tidak dapat diambil dari lubang bor yang
berdiameter 2 inci. Bahkan kita tidak mungkin memancang pipa pelindung melalui
lapisan tersebut, dan lubang tersebut kemudian harus ditinggalkan. Lubang bor berikut
nya harus dilapisi dengan pipa pelindung yang diameternya minimal 4 inci.
CONTOH-CONTOH TANAH DARI TABUNG BE R DINDING TrPIS (THIN-WALLED TUBE
SAMPLES).
Bila proyek menginginkan informasi yang handal mengenai tahanan geser atau
karakteristik deformasi tegangan dari suatu endapan, derajat ketergangguan contoh tanah
harus dikurangi seminim mungkin yang sesuai dengan keuntungan yang didapat dari
informasi tersebut. Apa pun jenis alat pengambil contoh tanah yang digunakan, gangguan
pada contoh tanah tetap tak terelakkan.
Derajat gangguan bergantung kepada cara mendorong tabung contoh tanah ke dalam
tanah dan dimensi tabung tersebut. Gangguan yang terbesar diakibatkan oleh pemancang
an tabung ke dalam tanah dengan tumbukan palu yang beruntun, dan hasil yang terbaik
didapat dengan mendorong tabung contoh tanah dengan kecepatan tinggi dan konstan.
Untuk contoh tanah yang diambil dengan cara di atas, derajat gangguan bergantung kepada
rasio luas sebagai berikut
Ar(%)
100
D z - D z
D;z
e
'
(44. 1 )
di mana De adalah diameter luar tabung, dan Di diameter sebelah dalamnya (Hvorslev
1 948). Rasio luas dari split-spoon untuk standard penetration test adalah 1 1 2%, se dang
kan nilai terse but tidak boleh melampaui 20% agar gangguan bisa diperkecil.
Jika pemboran menggunakan pipa pelindung yang diameter bagian dalamnya 2 inci,
maka alat pengambil contoh tanah terbesar yang dapat dipakai memiliki diame ter luar
2 inci. Contoh tanah yang cukup memuaskan dapat diperoleh dengan menggunakan taburrg
berdiameter 2 inci yang dibuat dengan baja no. 1 6 atau no. 1 8. Contoh tanah semacam itu
memiliki rasio luas sekitar 1 3%. Tabung tersebut biasanya mempunyai panjang 30 atau
36 inci. Ujung bawahnya membentuk sudut dengan sisi pemotong, dan ujung atasnya
disambungkan ke batang bor (Gbr. 44.5).
254
;;""
--- j
z""
__ _ _ __
Untuk mengambil contoh tanah, mandor memasang tabung tersebut pada bagian
bawah batang bor dan menurunkannya ke dalam lubang yang sebelumnya sudah dibersih
kan dengan air atau alat penggosok lainnya. Kemudian tabung terse but didorong ke bawah
se dalam kira-kira 6 inci le bih kecil daripada p,anjang tabung dari dasar lubang. Sebaiknya,
tabung didorong dalam satu gerakan kontinu yang konstan. Pemancangan tabung dengan
palu harus dihindarkan. Setelah tabung masuk ke dalam tanah, batang bor diputar untuk
menggeser ujung contoh tanah, dan tabung diangkat. Tanah di bagian ujung-ujung tabung
dipotong sedikit dengan hati-hati dan dilicinkan sehingga mangkuk logam dapat dirnasuk
kan ke dalam tabung untuk melindung{ permukaan contoh tanah. Kemudian bagian
terse but disegel dengan menaburkan lilin pada mangkuk logam.
Biasanya, setelah mengambil dua buah contoh tanah, pipa pelindung dimasukkan ke
dalam tanah beberapa inci. dan dibersihkan. Selanjutnya diambil lagi dua buah contoh
tanah. Dengan mengulang-ulang prosedur ini, kita bisa mendapatkan catatan yang hampir
kontinu mengenai lapisan tanah lempung terse but. Selama proses-proses di atas berlangsung
lubang bor harus tetap terisi air. Pipa pelindung tidak boleh dipancang lagi di bawah suatu
level tertentu sampai sebuah proses pengambilan contoh tanah pada kedalaman sedikitnya
satu kali panjang tabung d i bawah level ini selesai dikerjakan. Pelanggaran atas ketentuan
tersebut mengakibatkan contoh tanah tidak lagi berada dalam keadaan yang relatif tak
terganggu tetapi tanah malahan tertekan ke dalam pipa pelindung. Jika lempung sangat lu
nak, maka tanah mungkin meleleh ke dalam lubang yang ditinggalkan oleh tabung contoh
tanah sehingga dengan cepat pipa pelindung harus dipancang lagi ke dalam tanah sebelum
pengambilan contoh tanah berikutnya. Jika tanah agak kaku, beberapa contoh tanah bisa
diambil secara berturut-turut sebelum penambahan pipa pelindung barn diperlukan.
Setelah pengambilan contoh-contoh tanah dalam tabung selesai dikerjakan dalam
suatu proyek, kita selalu ingin menyelidiki sejauh mana konsistensi lempung telah ter
ganggu oleh operasi pengambilan contoh tanah. Akan tetapi, informasi semacam itu hanya
bisa diperoleh di tempat lempung terse but tersingkap, baik dalam penggalian terbuka atau
pada dasar lubang galian. Beberapa tabung contoh tanah dimasukkan ke dalam lempung di
dasar galian dan dibiarkan demikian. Kemudian tanah lempung dalam galian tersebut kita
potong sehingga diperoleh contoh tanah yang besar yang di dalamnya terdapat tabung
tabung contoh tanah tadi. Selanjutnya contoh tanah yang besar itu kita sayat-sayat sehing
ga akhirnya di dapat tabung-tabung contoh tanah yang penuh berisi lempung.
Penyelidikan semacam ini pernah dilakukan pada lempung dengan berbagai konsisten
si dalan1 terowongan dari jalan-bawah tanah di Chicago (Peck 1 940). Hasil-hasil pengujian
di suatu lokasi diperagakan dalam Gbr. 44.6, di mana kurva bergaris tebal a menyatakan
hubungan tegangan-regangan yang diperoleh melalui pengujian kompresi bebas pada contoh
tanah hasil sayatan tangan, dan kurva bergaris putus-putus b mewakili hubungan serupa
pada contoh-contoh tanah dalam tabung. Kurva bergaris putus dan bertitik c menyatakan
hubungan di atas untuk sebuah contoh tanah yang diremas sempurna pada kadar air tetap.
Berdasarkan hasil-hasil sejumlah besar pengujian semacam ini, disimpulkan bahwa kekuat
an,kompresif contoh lenipung dalam tabung berdiameter 2 inci secara kasar sama dengan
255
Eksplorasi ta1111h
0. 5
NE: 0 4
--
- -
E:
03
"l:l
--5
---
--
IS
10
Pe rsen Regangan
---
---
25
20
Gbr. 44.6. Kurva-kurva tegangan-regangan y ang diperoleh melal ui uji kompresi bebas
pada lempung di hieago. (a) Contoh tanah tak terganggu yang diambil dengan menya
yaf tanah dalam terowongan. (b) C ontoh lempung yang sama yang diambil dengan ta
bung berdiameter 2 inci. (c) Contoh tanah yang diremas dengan sempurna (Peck 1 940).
75% dari kekuatan kompresif contoh tana h hasil sayatan tangan, sedangkan peremasan
sempuma mengurangi kekuatan contoh tanah hasil sayatan tangan sampai 30% dari kekuat
an asalnya.
Tabung contoh tanah serupa dengan diameter 3 inci biasa pula digunakan. Dengan
penggunaan tabung berdiameter lebih besar, kesukaran menahan contoh tanah bertambah
dan cenderung lebih memuaskan penggunaan tabung-tabung jenis lainnya.
TABUNG PISTON. Sebagian gangguan yang berhubungan dengan pengambilan contoh
tanah memakai tabung, khususnya dalam tanah kohesif lunak yang tak seragam, muncul
karena berbagai porsi tanah
tebal yang sebenarnya. Ketika tabung kosong mulai menjalani dorongan yang pertama,
adhesi dan gesekan di bagian luar tabung ditambah dengan kecenderungan dasar lubang bor
menjadi tidak stabil bisa menyebabkan tanah naik ke dalam tabung lebih cepat daripada
laj u tur:unnya t abung. Sementara itu, setelah sebagian tabung terisi, adhesi dan gesekan
antara tabung dan contoh tanah melawan gerakan naiknya contoh tanah. Dalam kondisi
kondisi ekstrim porsi awal contoh tanah bisa berperan sebagai sumbat yang mampu me
nahan masuknya lapisan tanah yang lunak ke dalam tabung (Hvorslev
Melengkapi tabung contoh tanah dengan piston (Gbr.
44.7)
1 948).
bisa menghilangkan se
tanah. Di awal pendesakan adanya piston meng halangi masuknya contoh tanah lebih ke
dalam (tabung) dibandingkan dengan penetrasi tabung. Di akhir desakan, puncak contoh
tanah tidak dapat meninggalkan piston karena tidak mungkin terjadi ruang hampa antara
piston dan puncak contoh tanah; dengan demikian, pada tahap. ini adanya piston mem
bantu naiknya contoh tanah ke dalam tabung. Setelah tabung terisi penuh dengan contoh
tanah, piston sudah berada pada suatu posisi baru yang tertentu relatif terhadap tabung,
256
Tabung
Lubang Da/am
Batang Piston
---c.:, .-..1%1
(a}
(b)
Gbr. 44.7. Jenis tabung piston yang beroperasi secara hidraulik . (a) Diturunkan ke dasar
lubang bor, batang bor dikelem dalam posisi tertentu di permukaan tanah. (b) Tabung
contoh timah setelah didorong ke dalam tanah oleh air yang diberikan melalui ha tang bor.
kedua elernen tersebut diputar untuk rnernisahkan contoh tanah dari lapisan di bawahnya,
dan p iston beserta tabung diangkat dari lubang bor.
Tabung piston dengan rasio luas yang kecil sanggup rnernberikan contoh tanah ko
hesip yang baik sekali sekalipun 'tanah dalarn keadaan sangat lunak dan peka. Dengan
rnenggunakan rnekanisrne operasi secara hidraulik kita tioak lagi rnernerh.ikan batang
piston lain yang keluar ke permukaan tanah dari dalarn batang bor (Osterberg 1 952).
TABUNG FoiL. Panjang contoh tanah yang dapat diambil terbatas sarnpai beberapa
kaki dan derajat gangguan rneningkat dengan bertambahnya panjang. Persoalan di atas
257
Eksplorasi tanah
juga b erlaku pada tabung contoh piston. Dengan m enghilangkan g esekan dan adhesi antar a
contoh tanah dan tabung, contoh tanah dapat naik dengan bebas ke dalam tabung tanpa
menimbulkan gangguan pada tanah di bawah bagian pemotong, dan bisa diperoleh contoh
tanah kontinu yang lebih panjang. Sasaran-sasaran ini dipenuhi oleh
(Gbr.
44.8)
dengan rr.elapisi tabung contoh tanah dengan serangkaian pita baja vertikal
1 950).
dasar tabung tetap bersentuhan dengan tanah sete lah tanah memasuki tabung. Pita ter
maksttd tidak bergerak vertikal relatif terhadap tanah, tetap_i te tap diam ketika tabung
yang diperbesar dari sepatu pemotong yang berada cukup jauh di atas sisi pemotong
agar rasio luas tetap kecil. Walaupun p eralatan ini kompleks, telah pernah diperoleh contoh
tanah lempung dan lanau yang luar biasa lunak dan peka serta benar-benar tak terganggu
dengan panjang
60
kaki.
l>engunci pita
Kepala tabung
con toh tanah
Klos pita
.,
Gbr.
1 9 50).
44.8.
258
ambi.lan contoh tanah dengan memasukkan tabung berdinding tipis ke dalam tanah tidak
dapat dikerjakan apabila tanahnya terlalu keras atau padat karena bagian pemotong tanah
akan rusak atau tabung akan tertekuk pada saat dilakukan penetrasi ke dalam tanah. Lebih
jauh lagi , sekalipun tabung berhasil dibenamkan ke dalam tanah dengan pemancangan,
tapi akan mengalami gangguan yang luar biasa khususnya tanah yang rapuh. Dalam endap
an yang berturut-turut terdapat lapisan-lap isan tanah dengan konsistensi lunak dan keras,
kemungkinan dapat mengarnbil contoh tanah dengan tabung atau tabung piston sangat
kecil.
Dalam kondisi ini , kita bisa m engatasi masalah di atas dengan menggunakan
sampler.
Pitcher
diperagakan dalam
Gbr.
44.9.
lubang, tabung tipis tersebut digantung pada cutter barrel dan t1uida dialirkan ke arah
bawah melalui tabung serta menyingkirkan hancuran-hancuran tanah dari dasar lubang.
Cu tter Barrel
yang Berpu tar
Ma ta Bor
Tabung Co n toh
Tanah Berdin din g
(a)
(b)
Gbr. 44. 9. Sket diagramatik dari tabung Pitcher. (a) Tabung contoh tanah tergantung di
ujung bawah cutter barrel ketika diturunkan ke dasar lubang. (b) Tabung didorong masuk
ke dalam lapisan tanah yang lunak melewati ujung cutter barrel oleh pegas.
Eksplorasi tanah.
259
Ketika tabung mencapai dasar lubang, tabung ditarik sedikit ke atas, sementara sirkulasi
fluida diarahkan ke ruang di antara tabung dan barrel, ruang di bawah cutter barrel, dan
diarahkan juga ke atas ke ruang di sepanjang sisi cutter barrel. Jika tanahnya lunak, pegas
di kepala tabung menahan bagian pemotong (dari tabung) tetap berada di bawah cutter
barrel dan tabung didorong ke dalam tanah dengan cara seperti pengambilan contoh tanah
biasa. Jika tanahnya keras, pegas tertekan sehingga bagian pemotong tadi terdorong ke
tinggi (level) di atas dasar cutter barrel. Selanjutnya cutter barrel akan berputar membuat
potongan silinder tanah yang akan masuk ke dalam tabung dan tabung kemudian berperan
melindungi contoh tanah tersebut terhadap erosi oleh fluida yang bersirkulasi. Dengan
cara ini, alat pengambil contoh tanah tersebut secara otomatis menyesuaikan diri dengan
konsistensi tanah.
Modifikasi yang lain dari teknik pengambilan contoh batuan, di mana contoh yang di
ambil masuk ke dalam core barrel, secara luas dipakai di Amerika Seti kat oleh insinyur
insinyur dari Angkatan Bersenjata dan United States Bureau of Reclamation . Mereka meng
gabungkannya dengan alat pengambil contoh tanah yang dikenal sebagai tabung Denison
(Johnson 1 940). Lumpur pengeboran dimasukkan ke dalam lubang dalam wujud suspensi
melalui seperangkat batang bor. Core barrel diletakkan di dalam tabung yang lebih besar
(Gb r. 44. 1 0) yang dilengkapi dengan gigi pemotong di ujung bawahnya. Ketika proses
pemboran berlangsung, tabung sebelah luar tersebut berputar. Lumpur pemboran mengalir
ke bawah melewati ruang di antara core barrel dan tabung sebelah luar tadi . Lumpur akan
keluar melalui bukaan di antara gigi pemotong dan naik ke atas melewati ruang antara
tabung sebelah luar dan dinding lubang sampai ke ujung atas lubang bor. Alat untuk meng
ambil contoh tanah ini mempunyai panjang 24 inci dan diameter sebelah dalam 6 inci .
Di dalamnya terdapat tabung silinder yang tipis tempat contoh tanah berada ketika
dikeluarkan pada saat dikeluarkan dari alat tersebut, dan dilengkapi pula dengan spring
core catcher seperti yang diperlihatkan dalam Gbr. 44.2d. Di saat proses pemboran ber
jalan, alat tadi didorong ke dalarn tanah dengan h1enggunakan dongkrak yang menghasil
kan desakan sebesar satu sampai dua ton . Dongkrak tersebut juga memberikan reaksi se
baliknya pada peralatan pemboran itu.
Dengan tabung Denison ini berhasil diambil contoh-contoh tanah kohesip yang kaku
sampai keras yang mengandung serpihan-serpi han lunak. Demikian pula berhasil diperoleh
contoh tanah yang agak kohesif atau pasir lanauan dengan gangguan kecil. Akan tetapi,
apabila digunakan pada lapisan pasir bersih yang terleta:-: di bawah muka air tanah, tabung
Denison tetap kosong ketika dikeluarkan dari lubang bor. Operasi pemboran di atas juga
bisa menembus lapisan kerikil sampai suatu batas tertentu di mana lubang bor harus
ditinggalkan.
CoNTOH LEMPUNG HAsrL SAYATAN TAN GAN. Dalam proyek-proyek yang menyang
kut penggalian atau pembukaan terowongan pada lapisan lempung, kita bisa memper
oleh contoh tanah tak terganggu tanpa memerlukan lubang bor. Dalam situasi-situasi
tertentu penggalian lubang mungkin lebih cocok daripada pemboran. Contoh tanah yang
diperoleh dari penggalian lubang semacam itu setidaknya berpeluang lebih tidak terganggu
ketimbang contoh tanah yang diambil dengan prosedur litinnya.
Untuk mendapatkan contoh tanah tak terganggu yang diameternya besar dalam gali
an terbuka atau galian terowongan, lempung di sekitar contoh tanah disayat dengan hati
hati sehingga diperoleh tumpuan tanah yang sedikit lebili besar daripada contoh fanah
yang diinginkan. Lempung lunak biasanya diiris dengan kabel piano yang diregang kuat
kuat atau kawat baja yang tipis. Untuk tanah yang lebili kaku dipakai pisau atau spatula.
Wadah contoh tanah berupa tabung logam berdinding tipis yang tak memiliki bibir.
Setelah terbentuk tumpuan tanah dengan ukuran beberapa inci lebih besar daripada di
mensi akhir contoh. tanali, wadah tadi ditelungkupkan di atas tumpuan tanah tadi. Tanah
kemudian dipotong dengan hati-hati sebesar diameter wadahnya, setiap kali beberapa inci.
Setama proses pemotongan berlangsung, wadah tanah tersebut didorong ke bawah. Setelah
260
Lu mp u r p em boran
Tumpuan
Pendorong
Ta bu ng Seb elah
Luar y ang Berpu tar
Tabung Sebelah
Da/am yan g
Tidak Berpu tar
Tabu ng Berdin din g Tipis
Lumpur
Pemboran
Co re Ca tch er
Ma ta Bor
yang Berputar
Gbr. 44.1 0. Sket diagramatik yang memperlihatkan gambaran pokok dari tabung Deni
son.
tabung tanah terisi penuh, bagian tanah di bawah tabung dipotong dengan kabel piano.
Tanah dipotong tepat seukuran wadahnya tersebut, dan pori-pori yang ada di antara
contoh tanah dan tabungnya diisi dengan menaburkan lilin sepanjang keliling contoh ta
nah. Akhirnya wadah tanah tersebut ditutup dengan penutup logam dan selanjutnya di
segel.
PENGAM BILAN CONTOH TANAH PASIR. _l<ita harus membedakan pengambilan contoh
tanah pasir di bawah dan di atas muka air tanah. Di atas muka air tanah, kelembaban
20).
diambil dari lubang bor untuk diidentifikasi dengan menggunakan tabung yang dilengkapi
dengan core catcher (Gbr.
44.2d).
dengan tabung piston berdinding tipis. Alat pengambil contoh tanah semacam itu cukup
memadai untuk keperluan analisa di stribusi ukuran butiran dan stratifikasi. Akan tetapi,
dalam sebagian
mengakibatkan perubahan volume pasir yang masuk ke dalam tabung. Dengan demikian,
seandainya diperlukan informasi yang menyangkut angka pori alami pasir, harus digunakaP
prosedur khusus. Pada umumnya prosedur yang paling memuaskan adalah mengiris contoh
tanah dari suatu lubang ya ng digali untuk keperluan terse but.
Sebelum contoh tanah diambil dari lubang, terlebih dulu tanah di dasar lubang di
potong sehingga diperoleh tumpuan. Permukaan pasir dengan hati-hati diratakan, dan di
atasnya diletakkan tabung" logam yang berbentuk silindei: dengan sumbu berarah vertikal.
Tbung terse but biasanya mempunyai diameter
terbuat dari lempengan baja yang tipis. Tabung didorong perlahan ke dalam tanah sampai
seluruh bagiannya terisi pasir. Pasir di sekelilingnya disingkirkan dan puncak contoh tanah
disegel dengan tutup logam yang pas dengan ukuran tabung. Seandainya permukaan
Eksplorasi tanah
26 1
contoh tanah tidak rata dengan puncak tabung, ruang yang ada diisi dengan lilin sebelum
tutup dipasang. Kemudian sekop digunakan untuk mengiris tanah beberapa inci di bawah
tabung, dan contoh tanah selanjutnya ditelungkupkan. Kelebihan pasir dibuang sehingga
permukaan tanah ini juga bisa disegel dengan tutup logam .
Pasir yang berada di bawah muka air tanah tidak bisa di'ambil. dengan tabung contoh
tanah yang biasa digunakan. Lebih jauh lagi, angka pori pasir ini cenderung berubah secara
menyolok kalau rasio luas tabung tidak kecil. Kadang-kadang dapat pula diperoleh con
toh-contoh tanah yang baik dengan menggunakan tabung Denison dalam lubang yang pem
buatannya juga memakai lumpur pemboran. Lumpur tersebut bisa meresap ke dalam pasir
yang sangat kasar tetapi sebegitu jauh tidak mengganggu. Seringkali, harus digunakan pro-.
sedur yang lebih teliti.
Contoh pasir jenuh bisa tertahan di dalam tabung karena adanya gesekan di seluruh
permukaan kulit tabung asalkan setidaknya senantiasa terdapat tegangan kapiler yang kecil
dalam air-pori di dasar tabung. Tentu saja tegangan kapiler tersebut tidak akan muncul
kalau dasar tabung terendam. Dalam tabung Bishop (Bishop 1 948) tabung contoh tanah
berdinding tipis ditempatkan di dalam sebuah kamar serupa dengan dinding bell di dasar
pemboran. Setelah tabung ditekan ke dalam pasir, air dikeluarkan dengan men.ggunakan
udara yang dipampatkan (Gbr. 44. 1 1 ) untuk menghasilkan kamar yang terisi udara tepat
di atas contoh tanah. Tabung contoh tanah yang diseget pada bagan puncaknya dengan
katup anti bocor terangkat ke dalam kamar begitu cepatnya sehingga pasir tak bisa keluar
dari tabung; segera setelah dasar contoh tanah memasuki kamar yang terisi udara muncul
lah gaya kapiler dan contoh tanah bisa bertahan ketika tabung contoh tanah dan kamar
dia:ngkit dari lubang.
Sebagai suatu a:lternatif, muka air tanah dapat diturunkan sampai e suatu ketinggian
di bawah dasar lapisan pasir dan lubang digali dalam pasir yang terkuras. J_i ka lubang di
keringkan dengan menyedot ai rnya keluar, maka air yang mengalir ke dalam tempat pe
nampungannya cenderung melemahkan struktur pasir tersebut atau, jika pasir sudah ber
ada dalam keadaan lepas, maka lubang akan terisi oleh campuran air dan pasir. Oleh
karenanya, hasil yang memuaskan bisa diperoleh hanya jika penurunan muka air tanah di
lakukan dengan memompa air dari titik-titik sumur (Pasal 2 1 ). Muka air tanah harus tetap
;
berada beberapa kaki di bawah dasar galian.
Sehingga, pasir tak berkohesi yang berair dan berada di bawah dasar lubang bo r bisa di
ubah menjadi tanah kohesif, Selanjutnya dapat diambil dengan metoda-metoda pengambil
an contoh tanah yang cocok untuk lempung. Trl'nsformasi tersebut dilakukan dengan
menyuntikkan emulsi aspal yang dihilangkan dengan pelarut setelah contoh tanah diambil
(Bruggen 1 936), dan dengan memoekukan sumbat di ujung bawah tabung contoh tanah
(Fahlquist 1 94 1 ). Prosedur ini agak mahal dan memerlukan pera}atan yang rumit. Untung
nya, pada sebagian masalah dalam praktek, informasi yang cukup handal mengenai sifat
sifat pasir di bawah muka air tanah dapat diperoleh dengan cara tak langsung seperti uji
penetrasi atau uji pemompaan.
262
L aju r
Udara Terpampa tkan
j)
Kabel
Pipa L in dung
:
Ba tan g b o r ---,:,;.;,
;:'1+..JW.
::
,ti....U..,___
Udara
:=.:
'
=. .
"/;
Kepala dengan
Katup Pengaman
Tabung dengan
Con toh Tanahnya
Air ketika
- Dikeluarkan
oleh Udara
Con toh
(a)
(b)
br. 44. 1 1 . Prinsip tabung Bishop untuk pasir di bawah muka air tanah. (a) Tabung
. oleh batang bor dan air yang berada dalam bell diganti oleh udara
didorong ke dalam pastr
yang terpampatkan . (b) Tabung diangkat dengan kabel ke dalam bell yang berisi udara
(Bishop 1 948).
kecil. 1'etapi. bi.aya pemboran semacam itu akan sangat maha\ kecua\i ka\au daerah penye
lidikannya juga sangat kecil. Di samping itu, perubahan penting karakter tanah di bawah
10
atau
15
sangat sukar, dan jumlah tumbukan per kaki (foot) bertambah dengan cepat terhadap
Eksplorasi tanah
263
ke dalaman. Jika pasir sangat lepas, tiang silindrik dapat dipancangkan sampai ke sembarang
kedalaman, dan naiknya tahanan terhadap kedalaman sangat kecil.
Variasi tahanan penetrasi tanah sepanjang lajur vertikal dapat ditentukan dengan cepat
dengan biaya yang rendah melalui pengujian yang dikenal sebagai sounding bawah per
mukaan (subsurface sounding). Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah
penetrometer. Salah satu p rosedur yan_g paling banyak digunakan untuk mengukur tahanan
terhadap penetrasi adalah standard penetration test (hal. 253) yang telah diuraikan di mana
standard split spoon itu sendiri yang berperan sebagai penetrometer. Penerapan hasil-hasil
standard penetration test akan dibahas dalam Pasal 45 dan dalam pasal-pasal berikut
nya.
Sementara standar penetration test hanya memberikan satu nilai tahanan untuk setiap
kedalaman 5 ft, atau pada keadaan khusus sebuah nilai tahanan untuk setiap kedalaman
2 ft, kebanyakan jenis sounding bawah penaukaan yang lain menghasilkan catatan pe
netrasi yang kontinu atau hampir kontinu.
tersebut kita bisa menentukan semua kantung-kantung lapisan tanah lunak dalam waktu
singkat. Setelah informasi ini didapat, beberapa buah pemboran dilakukan di tempat
kantung-kantung tanah yang paling lunak berada. Pemboran tersebut memperlihatkan
bahwa sebagian besar kantung-kantung tersebut mengandung pasir bersih, bergradasi baik,
tetapi sangat lepas, bukannya lanau atau lempung yang kompresibel. Variasi panjang
tiang hanya disebabkan oleh variasi tak menentu dan sangat besar dari kepadatan pasir.
Jika metoda sounding akan digunakan sampai keuntungan maksimum , tekniknya
harus disesuaikan dengan kondisi tanah di bawah permukaan. Oleh karenanya banyak se
kali prosedur-prosedur yang telah dikembangkan yang dapat dibagi ke dalam dua kelom
pok besar, yakni statik dan dinamik. Dalam metoda statik batang sounding didorong ke
dalam tanah dengan tekanan statik, sedangkan dalam metoda dinamik pemancangan ha
tang dilakukan dengan pukulan palu.
METO D A SOUNDING STATIK. Peralatan sounding statik yang masih dipakai dikem
bangkan sekitar tahun 1 9 1 7 oleh Swedish State Railways (Fellenius dkk. 1 922), sekitar
tahun 1 927 oleh Danish Railways (Godskesen 1936), dan sekitar tahun 1 y35 oleh Depart
ment of Public Works di Belanda (Barentsen 1936). Peralatan yang terakhir ini di
kenal sebagai peralatan Dutch Cone dan sangat luas dipakai. Dalam bentuk primitifnya
Dutch Cone terdiri atas konus bersudut 60 dengan diameter 1 ,4 inci (Gbr. 44. 13a)
l
I
264
/07.8
Lan au /u n a k,
ko to ran ge /ap
IC!C! II---1--+--l
Pasir kasar den gan
ke k o toran hitam,
kulit-kulit bina tang
90 W.M41E'==t---l
Pasir kasar
Titik B
Tumbukan per
kaki penetrasi
0 20 .J()
/
1/0C!
/04.Z
100 t--+--+---1
L.anau dan
/empung lunak
90 11--t--t---l
80 14--+--+---l
Gbr. 44. 1 2. Catatan penetrasi untuk pemancangan rel baja di dua titik yang terpisah
sejauh 42 kaki melalui lanau dan lempung lunak masuk ke dalam butiran tanah glacial yang
kasar, Port Alberni, Vancouver, British C olumbia.
yang dipasang di ujung bawah batang yang diameternya 5/8 inci yang diselimuti oleh pipa
garis berdiameter % inci {Gbr. 44. 1 4a). Konus dimasukkan sedalam 20 inci ke dalam tanah
dengan laju 0,4 inci/detik oieh satu atau dua orang laki-laki yang menggunakan sebagian
dari berat badannya untuk membebani batang melintang yang dipasang di ujung atas
batang tersebut. Tekanan yang diberikan pada batang dicatat oleh pengtkur Bourdon yang
dihubungkan dengan silinder hidraulik yang terletak di bawah batang melintang. Setiap
selesai satu gerakan, pipa terdorong ke bawah sedalam 20 inci, dan penekanan diulangi.
Tekanan yang dialami batang selama masing-masing penekanan diplot terhadap kedalaman.
Masing-masing catatan penetrasi memberikan data untuk membuat profil konsistensi (Gbr.
44. 1 4b).
Peralatan Dutch Cone yang mula-mula dikembangkan masih bisa dioperasikan dengan
cepat dalam survey yang terperinci pada endapan tak menentu dari lempung, lanau,. dan
gambut lunak. Sekali sounding sampai kedalaman 40 kaki bisa dikerjakan dalam waktu
sekitar 1 5 menit. Tetapi peralatan tersebut telah dimodifikasi sehingga mampu bekerja
cepat pada e ksplorasi endapan lunak sampai sedalam 1 00 kaki, dan dapat dipakai pada
penyelidikan kepadatan relatif pasir. PeNU.atan di atas sangat luas digunakan, terutama
di Belanda dan Belgia, untuk mengestimasi panjang dan daya dukung tiang (yang panjang)
yang dipancangkan melalui tanah yang kompresibel masuk ke dalam pasir. Dalam peng-
265
Eksplorasi tanah
(a)
{c)
jl f
Penampang
x-x
(d)
(e)
Gbr. 44. 1 3. Penetrometer. (a) Dutch Cone yang pertama kali dikembangkan. (b) dan (c)
Dutch Cone yang dimodifikasi dengan ujung yang otomatis masuk ke dalam ketika pe
mancangan pipa lindung dilakukan dan otomatis memanjang setelah pengukuran tahanan.
(d) Penetrometer wash-point (e) Ujung pemancang berbentuk kerucut.
gunaan Dutch Cone penetrometer saat ini (Sanglerat 1 965), tidak hanya tahanan ujung
terhadap penetrasi yang ditentukan, tetapi juga gesekan yaTLg terjadi di sekeliling pipa pe
lindung.
Tahanan penetrasi pasir yang ditentukan dengan Dutch Cone nampaknya hampir se
mata-mata merupakan fungsi kepadatan relatif atau sudut gesekan dalam. Kedalaman
penetrasi di bawah permukaan tanah mempunyai pengaruh kecil dan biasanya diabaikan.
Untuk menghilangkan semua pengaruh kedalaman, begitu pula untuk menyelidiki endapan
yang terlalu padat bila ditembus oleh Dutch Cone, dikembangkanlah metoda Wash-Point
pada tahun 1 928 yang diterapkan pada proyek jalan bawah tanah di New York. Tanah
266
Gambut lunak
Lempung abu-abu lunak, gambut
Lempung abu-abu lunak
Gambut agak kokoh
Pasir padat
"
20
Konus
(a)
l2z::22l
\,
25
2
0-1 Ton per ft
2
1-2 Ton per ft
2
>2 Ton per ft
(b)
Gbr. 44. 14. (a) Penetrometer Dutch. Bagan menunjukkan catatan yang diperoleh dari
lubang uji tunggal. (b) Profil tanah sepanjang rute jalan ray a, yang menunjukkan variasi
tahanan penetrasi (Barentsen 1 936 ) .
di bawah permukaan mengandung pasir bersih sedang sampai kasar. Pada pene rapan me
toda ini, konus (Gbr.
2%
Per/engkapan
un tuk uji
penetrasi
Pipa pe
lin dung 3 inci,
{a)
Per/engkapan
untuk meman
cangkan pipa
pelindung
Ujung konus
Pencuci
(b)
Gbr. 44. 1 5. (a) Peralatan penetra'Si untuk menyelidiki kepadatan relatif pasir. (b) Sketsa
dari foto yang memperlihatkan ujung pencuci pada awal penekanan ke bawah. Dalam ruang
berbentuk kerucut di atas ujung tersebut, struktur pasir dihancurkan oleh penyemprotan
air.
Eksplorasi tanah
267
dian didorong ke. dalam tanah sejauh 10 inci dengan menggunakan dongkrak hidraulik
yang bekerja di ujung atas pipa. Selanjutnya air dialirkan. Air akan keluar dari kerucut
me1alui lubang yang arahnya ke atas dan mentransformasi tubuh tanah berbentuk ke
rucut (Gbr. 44. 1 5b) yang berada di atas puncak ujung kerucut menjadi bahan setengah
cair. Sebagian tanah dihanyutkan melewati ruang di antara pipa pencuci dan pipa pelin
dung. Sementara air bersirkulasi, dorongan yang tak seberapa cukuplah sudah buat me
nekan pipa pelindung ke bawah sedalam jarak yang dicapai pada penekanan konus se
belumnya. Kemudian pemberian air dihentikan, dan konus sekali lagi ditekan ke bawah
sedalam 10 i nci. Tekanan yang setiap kali diberikan oleh dongkrak untuk men do.rong
konus dibaca pada alat pengukur Bourdon yang dihubungkan ke saluran minyak dari dong
krak dan diplot pada sebuah diagram sebagai fungsi dari kedalaman. Dengan mengguna
kan prosedur ini pada pekerjaan di New York, dapat dikerjakan banyak sekali sounding
dalam waktu singkat. Hasil-hasil observasi tersebut dikalibrasi terhadap hasil-hasil uji
pembebanan pada plat tumpuan yang luasnya 1 ft2 yang terhampar di dasar galian ter
buka. Pengujian dilakukan pada beberapa kedalaman di bawah permukaan tanah semen
tara lubang digali . Hasil-hasil uji kalibrasi tersebut diperagakan dalam Gbr. 44. 1 6 . Se
lama uji penetrasi dan pembebanan tersebut reaksi terhadap tekanan dongkrak diberi
kan o1eh dasar pondasi bangunan yang ada (Terzaghi 1 930).
M ETODA DINAMIK. Metoda sounding dinamik adalah metoda pemancangan batang
(yang memiliki ujung pemancang) Ke dalam tanah dengan menggunakan pukulan palu dan
mengukur jumlah tumbukan per kaki penetrasi. Di samping standar penetration test,
masih ada beberapa pen?;ujian standard yang telah dikembangkan. Pada r.ebagian besar
pengujian tersebut, ujung pemancang merupakan konus baja yang secara otomatis dapat
menarik diri ke dalam atau memanjang keluar. Banyaknya ragam prosedur yang digunakan
menunjukkan bahwa tak satu pun meto da sounding yang benar-benar cocok untuk segala
macam kondisi tanah yang mungkin dijumpai. Pada suatu lokasi tertentu, harus dipilihkan
pula metoda yang sesuai dengan informasi yang diperuntukkan bagi proyek tersebut. Apa
bila digunakan suatu metoda baru, maka perlu dilaksanakan sejumlah eksperimen untuk
menyesuaikan prosedur terse but dengan kondisi tanah lokal.
Endapan yang paling umum dijumpai dengan struktur tak menentu adalah endapan
sungai atau pantai yang mengandung lensa-lensa lanau atau lempung yang terbenam di
dalam pasir, atau pasir dan kerikil dengan kepadatan relatif yang bervariasi. Informasi
umum mengenai struktur endapan semacam ini dapat diperoleh dengan memancang pipa
baja ekstra-kuat berukuran 1 inci dengan konus berdiameter 2 inci (Gbr. 44. 1 3e). Pipa
tersebut tersusun atas potongan-potongan berukuran 5 ft dan memiliki sambungan yang
rata. Masing-masing potong,an mempunyai berat 1 1 lb. Pada konus dipasang tangkai pendek
yang bersarang di dalam lubang berdiameter 1h inci dan disekrupkan ke dalam ujung bawah
rangkaian pipa. Pipa dipancangkan ke dalam tanah dengan menggunakan be ban pemancang
seberat 1 60 lb yang dijatuhkan setinggi 30 inci, dan dilakukan pencatatan jumlah tumbuk
an untuk setiap penetrasi se dalam 1 ft. Setelah pemanc angan pip a mendapat pe rlawan
an, pipa disambung sementara ujung pemancangnya (konus) tetap berada di dalam tanah.
Dengan menggunakan penetrometer sederhana semacam ini, dapat dikerjakan beberapa
sounding setiap harinya sampai ke kedalaman 60 atau 80 ft. Karena diameter konus lebih
besar daripada diameter pipa, maka gesekan di keseluruhan permukaan pipa cenderung
kecil dibandingkan tahanan ujung. Dengan bertambahnya kedalaman penetrasi ujung pipa,
berat p ipa juga bertambah. Dengan demikian, hubungan antara kepadatan relatif dan
tahanan sampai batas-batas tertentu bergantung kepada kedalaman.
268
(q)
00
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
Gbr. 44. 1 6. Hasil-hasil penyelidikan dari endapan pasir pada jalan bawah tanah di Houi
ton, New York, dengan menggunakan wash-point penetrometer dan dengan mengadakan
pengujian be ban pada daerah seluas 1 ft 2 dalam lubang uji setelah diperoleh catatan pene
trasi (Terzaghi 1 930).
kekuatan dan kepekaan tanah semacam itu dapat berubah secara radikal akibat proses
pemboran, pengambilan contoh tanah, dan penanganannya di laboratorium, maka di
'
kembangkanlah alat-alat untuk mengukur kekuatan tanah tak-terganggu dan remasan
balinbalilig
Bentuknya yang
paling
(Gbr.
44. 1 7a) yang dipasang pada dasar batang vertikal. Baling-baling dan batang tersebut dapat
didorong ke dalam tanah tanpa mengakibatkan gangguan yang berarti. Selanjutnya peralat
an tersebut diputar dan bisa ditentukan hubungan antara momen putar (torque) dan
putaran sudut (angular rotion). Hasilnya yang umum dijumpai pacta lempung lunak yang
tanah runtuh di sepanjang permukaan silindrikal yang melewati pinggiran sebe1ah luar
baling-baling, seperti di sepanjang permukaan sirkular horisonta1 yang datar di puncak dan
269
Eksp/orasi tanah
Pipa pelindung
Selubung
Baling-baling
(diperpanjang)
Tak- tergan ggu
(C )
25
50
Rotasi- Derajat
(b)
(d)
Gbr. 44. 1 7. Peralatan geser baling- baling. (a) Baling-baling berdaun-empat yang sederhana.
Kurva-kurva torka-rotasi yang umum untuk lempung peka yang lunak. (c) Selubung
untuk memasukkan baling-baling ke dalam tanah tanpa melakukan pemboran. (d) Penam
pang y-y melalui selubung sebelum baling-baling didorong ke dalam tanah (Cadling dan
Odenstad 1 9 50).
(b)
dasar mata pisau baling-baling. Dengan demikian, tahanan geser dapat dihitung jika dimensi
baling-baling dan momen putar diketahui. Seandainya baling-baling diputar cepat sampai
beberapa putaran, tanah akan teremas dan tahanan geser sekali lagi dapat ditentukan.
Dengan cara tersebut kita dapat m enghitung kepekaan. Tetapi, derajat gangguan yang di
sebabkan rotasi baling-baling berbeda dengan yang dihasilkan oleh peremasan contoh tanah
di laboratorium ; oleh karenanya, nilai numerik kepekaan yang ditentukan oleh kedua
prosedur terse but tidak dapat diperbandingkan secara tepat.
Baling-baling bisa digunakan untuk mengukur tahanan geser lernpung yang terletak
di bawah dasar lubang bor, dan nilai-nilai berikutnya dapat ditentukan sementara lubang
bor diperdalam. Pada tanah yang lunak baling-baling juga bisa didorong ke dalam tanah
tanpa p erlu melakukan p em boran sebelumnya. Dalam situasi ini batang ditempatkan di
dalam pipa pelindung dan b aling-baling yang dilindungi oleh sebuah selubung sampai ba_
270
tang mencapai kedalaman temp at pengujian akan dilaksanakan (Gbr. 44. 1 7c). Selanjut
nya baling-baling dikeluarkan dari selubungnya dan diputar.
Jika tanah terdiri dari 1apisan-lapisan pasir yang tipis sekalipun atau lanau padat, tor
ka (momen putar) bisa jauh lebih besar daripada yang dikehendaki kalau lapisan-lapisan
tersebut tidak ada. Andaikata kondisi ini dijumpai, hasil uji baling-baling mungkin akan
menyesatkan.
_! A (M/t)
c
ro'hm'
(44.2)
di mana t:.. h adalah besarnya penurunan level air dalam pipa pelindung selama selang wak
tu t:.. t, A adalah luas penampang sebelah dalam dari pip a pelindung, h adalah jarak rata
rata antara tinggi air dalam pipa pelindung dan tinggi kesetimbangan air dalam pipa pe
lindung dan tinggi kesetimbangan air dalam lajur tanah yang tak-kedap air selama selang
t:.. t, dan r adalah iari-jari rata-rata lubang silindris di bawah pipa pelindung. Koefisien C
merupakan kuantitas tak-berdimensi yang bergantung kepada bentuk lubang silindris dan
kedalaman penetrasi ke lapisan tak-kedap air . Nilai-nilai C untuk berbagai keadaan diberi
kan dalam Gbr. 44. 1 8 (Zangar 1 953).
Pada pengujian hulu jatuh dalam sebuah lubang bor, suspensi butiran halus dalam air
cenderung membentuk kuli t penapis pada dinding dan dasar lubang dalam tanah yang tak
kedap air ; oleh karenanya, permeabilitas yang diperoleh mungkin terlalu kecil. Kesalahan
tersebut dapat dihindari dengan menimba air dari dalam pipa pelindung sampai tinggi air
terletak di bawah lapisan tak-kedap air, dan dengan mengukur elevasi tinggi air pada
berbagai saat ketika aJJ naik menuju posisi setimbangnya . Nilai k dapat d ihitung dengan
menggunakan Pers. 44.2. Tetapi, ji ka lapisan permeabel merupakan lapisan tanah tak ber
kohesi, tinggi air tidak dapat diturunkan terlalu jauh atau lubang akan ambruk dan lapisan
tanah yang tak berkohesi tersebut akan naik ke dalam pipa pelindung.
Hasil-hasil pengujian semacam ini memberikan informasi Jebih banyak ctaripada
sekedar indikasi mengenai besarnya uilai koefisien permeabilitas. Informasi yang lebili han
dal didapat melalui uji-pe:'1ompaan (pumping-test) pada sumur:sumur pengujian.
27 1
Eksplorasi tanah
4000
2000
1000
'>
"
c::;
t;::
r-
I I
111
/V/
E"
70() .__
400
200
lie: /00
I:=
70 .__
40
1-
20
10
7
/
I
[:7'
I I
l....l 11
7 10
I/
20
::
40
Rasio
fcJ
!11
70 100
.t..;.
ro
200
'
: I
'
G br. 44. 1 8. Pengujian permeabilitu dalam lubang bor terbuka pada lapisan yang kedap
air. (a) Bagan untuk menentukan rasio L'/r untuk berbagai penetrasi L/H0, (b). (c) Ba
gan untuk menentukan koefisien C yang akan digunakan dalam Pers. 44. 2 (Zangar 1 9 53).
12
trtutup yang agak homogen air harus bebas masuk ke dalam sumur sepanjang tebal
akuifer. Sumur pengamatan harus dibuat dalam dua garis, sumur-sumumya searah dengan
aliran air tanah normal dan yang lain tegak lurus terhadap aliran tersebut. Sedikitnya dua,
dan lebih baik empat, sumur pengamatan harus dibuat pada setiap garis. Sumur pengamat
an juga harus memungkinkan masuknya air dari seluruh tebal akuifer. Tinggi air tanah
mula-mula di dalam semua sumur harus diamati untuk sva.tu waktu yang cukup lama agar
besarnya dan sifat fluktuasi yang biasanya terjadi di lapangan dapat terdeteksi. Kemudian
pemompaan harus dimulai dengan laju luah tetap dan tinggi air dalam sumur-sumur peng-
272
amatan harus diukur sampai kesetimbangan tercapai. Selanjutnya nilai k dapat dihitung
dengan menggunakan Pers. 23.9. Permeabilitas juga dapat dievaluasi berdasarkan laju pe
nurunan tinggi air di berbagai sumur pengamatan. Prosedur-prosedur tersebut dikenal de
ngan metoda-metoda tak-setimbang (nonequilibrium methods) (Todd 1 95 9).
Jika endapan tanah yang tak-kedap air berada dalam keadaan terbuka (Gbr. 23 .6b ),
sumur-sumur pengamatan bisa digunakan terutama untuk mengestimasi jari-jari pengaruh
sumur pemompaan, dan k dapat dihitung berdasarkan Pers. 23 . 1 2. Tetapi pada kondisi
ini nilai k harus ditambahkan untuk memperhitungkan rugi hulu (loss of head) yang di
alami air ketika memasuki tabir sumur (Pe tersen dkk. 1 95 5).
Jika kita i ngin mempcroleh hasil yang lebih handal dengan mengukur tinggi air yang
setimbang dalam sumursumur pengamatan yang berkaitan dengan pemompaan yang
konstan dari sumur uji , maka harus dilakukan tindakan-tindakan pengamanan yang khusus.
Jika perhitungan didasarkan pada Pers. 23 . 1) , jarak sumur pengamatan yang terdekat
dan sumur pemompaan ti dak bolch lebih kecil. dari tebal lapisan kedap ai r di bawah muka
air tanah asal (Pasal 23). Pada jarak ini dan jarak-jarak yang lebih besar, surut muka air
(drawdown) dalam sumur pengamatan mungkin kecil. Jika fluktuasi normal dari tinggi air
merupakan fraksi yang berarti dari fluktuasi akibat pemompaan dari sumur-uji, maka
kesalahan nilai k yang diperoleh tidak dapat ditolerir lagi. Kalau sumur pengamatan di
tempatkan lebih dekat terhadap sumur pemompaan, nilai k tidak lagi dapat dihitung
dengan menggunakan Pers. 23. 1 1 karena kurva surut muka ai r sebenarnya berada sangat
jauh di atas kurva Dupuit yang mendasari persamaan tersebut (Pasal 23). Boreli ( 1 95 5)
menurunkan persamaan-persamaan dari teori-teori yang lebih maju. Tetapi untuk meng
gunakart teori-teori ini, sumur-sumur pengamatan tidak boleh digali terlalu dalam pada
endapan tanah yang tak-kedap air, karena dalam radius di mana perbedaan antara per
mukaan Dupuit dan surut muka air sebenarnya cukup berarti , tinggi piezometric tidaklah
sama di sepanjang garis vertikal tertentu. Dengan demikian, untuk menentukan permuka
an surut muka air, sumur-sumur pengamatan tidak boleh digali terlalu jauh di bawah posisi
muka air tanah yang diturunkan.
Jika sumur pemompaan menembus beberapa akuifer yang satu sama lainnya dipisah
kan oleh lapisan kedap air (impervious layer), elevasi muka air tanah mula-mula harus- di
tentukan untuk masing-masing akuifer sementara sumur dibor. Bila semua elevasi muka air
tanah tersebut sama, nilai k dapat ditentukan dengan uji pemompaan tunggal, tetapi H0
dalam Pers. 23.9 harus dimodifikasi sesuai dengan cattan pemboran. Pada lembah sungai
tinggi piezometric 9ari lapisan atas akuifer tertutup (closed aquifer), yakni akuifer terbuka
yang dipisahkan dari akuifer di bawahnya dengan lapisan lempung, selalu lebih tinggi. Ke
mudian diperlukan dua uji pemompaan yang tak bergantung satu dengan yang lainnya.
Metoda Geofisik
Di awal pasal ini telah disebutkan bahwa berbagai informasi mengenai kondisi tanah
bawah-permukaan bisa diperoleh dengan menggunakan metoda geofisik, tanpa memerlu
kan tambahan pemboran atau sounding.
Beberapa metoda geofisik didasarkan pada kenyataan bahwa geometri dari medan
medan gaya bergantung pada lokasi dan batas antar bahan/material yang ada dalam medan
termaksud. Medan gaya tersebut mungkin telah ada secara alamiah, seperti halnya medan
magnit dan gravitasi bumi, atau inungkin juga sengaja dibuat manusia misalnya dengan
mengalirkan arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektroda yang ditanam di tanah.
Dalam medium yang homogen sempurna, geometri dari setiap medan gaya tidak ber
gantung pada sifat fisik medium dan dapat dengan mudah ditentukan secara akurat melalui
teori. Distorsi medan yang diakibatkan oleh adanya StJatu batas internal bergantung pada
sifat-sifat fisik material yang terletak di kedua sisi batas tersebut. Sifat-sifat tersebut mung
kin memperkuat atau memberikan suatu pengaruh terhadap intensitas medan. Karena
Eksplorasi tanah
273
itu, untuk menentukan letak batas antara dua macam batuan, sebaiknya digunakan jenis
medan gaya yang akan mengalami distorsi menyolok akibat perbe daan sifat fisik batuan
batuan tersebut. Metoda gravitasi disarankan seandainya yang berbeda adalah berat satu
annya. Seandainy:1 berat satuan hampir sama, tetapi konduktivitas listrik batuan-batuan
termaksud perbe daannya sangat menyolok, maka akan menguntungkan bila digunakan
metoda resistivitas listrik a tau metoda potensial listrik.
Guna menentukan posisi suatu batas internal, pola medan gaya riil di permukaan tanah
ditentukan melalui observasi permukaan yang sesuai. Pola in.i dibandingkan dengan pola
yang didapat melalui perhitungan yang didasarkan pada asu:msi b ahwa tempat medan
bekerja memiliki sifat yang sempurna homogen. Posisi batas internal diketahui atas dasar
perbedaan yang ada antara pola riil dengan pola ideal.
Metoda geofisik yang tergolong dalam kelompok kedua adalah metoda seismik.
Metoda ini didasarkan pada kenyataan bahwa laju perambatan gelombang elastik merupa
kan fungsi dari sifat elastik medium tempat gelombang tersebut merambat . Jika suatu ge
lombang mencapai batas dua medium yang memiliki sifat elastik berbeda, maka sebagian
akan dipantul dan sebagian lagi di.biaskan. Untuk menentukan posisi suatu batas internal,
misalnya antara batuan keras dan batuan lunak atau antara tanah dan batuan, maka diada
kan suatu kejutan kecil baik melalui pukulan palu atau ledakan mesin yang ditanam
di dalam lubang yang tak terlalu dalam. Selanjut nya waktu kedatangan gelombang-ge
lombang yang di.pantulkan atau di.bi.askan dicatat di beberapa titik yang berbeda di per
mukaan. Berdasarkan hasil-hasil pengamatan ini ki.ta akan dapat menentukan pos.isi batas
internal, asalkan batas tersebut tida k terlalu be rgelombang dan terdefinisi dengan baik
(well defined).
Di bidang teknik sipil, hanya metoda seismik dan metoda resistivitas listrik yang pene
rapannya penting. Kadang-kadang kedua metoda ini digunakan bersama-sama untuk saling
melengkapi. Metoda seismik terutama diterapkan untuk menentukan permukaan batuan
dasar (bed rock). Hasil yang didapat biasanya cukup handal seandainya permukaan batuan
tidak terlalu bergelombang dan lapisan atas batuan hasil pelapukan memiliki ketebalan
yang kecil. Untuk suatu endapan lapisan bumi (overburden) yang banyak mengandung
berangkal, survey melalui pemboran boleh dikatakan senantiasa tidak praktis, sedangkan
survey seismik dalam kasus i.ni tetap sama sederhananya dan handal seperti halnya apabila
samasekali tidak ada berangkal. Pada beberapa keadaan kedalaman ke permukaan ndapan
tanah yang kaku atau keras yang berada di bawah endapan yang lunak dapat ditentukan.
Karena kecepatan gelombang seismik jauh lebih besar dalam tanah jenuh ketimbang
dalam tanah tak-jenuh, metoda tersebut dapat pula dipakai untuk menentukan muka air
tanah pada tanah yang kedap air. Sementara itu, adanya lapisan tanah lunak di sebelah
bawah lapisa.::1 tanah yang lebih kaku biasanya tidak bisa dideteksi.
Metoda _resistivitas ternyata berguna dalam menentukan batas antara tanah-tanah
yang resistivitasnya rendah seperti lempung lunak dan endapan organik, dan tanah yang re
sistivitasnya lebih tinggi eperti pasir, kerikil, atau lapisan batuan. Tanah yang resistivitas
nya rendah dapat dideteksi sekalipun berada di bawah tanah yang resistivitasnya lebih
tinggi. Metoda terse but dapat dipakai mulai dari permukaan air. Di lain pihak, batas antara
tanah organik dan lempung lunak , atau antara lempung kaku dan serpihan lempung lunak ,
atau antara pasir le pas dan batu-pasir (sand stone) berbutir kasar. Dalam se gala hal, i.nter
pretasi yang dibuat perlu dikalibrasi dengan hasil pemakaian peralatan terse but pada tanah
tanah di daerah dekat dengan wilayah yang sedang disurvey.
Peralatan seismik dan resistivitas yang siap dibawa-bawa sudah dikembangkan untuk
keperluan teknik sipil. Dengan peralatan semacam itu, eksplorasi senantiasa dapat dikerja
kan dengan ekonomis dan cepat pada daerah yang luas. Pada beberapa keadaan tertentu
penggunaan kedua jenis peralatan tersebut sekaligus malahan membantu proses inter
pretasi. Misalnya, kita tidak mungkin menentukan apakah suatu batas asumsi merupakan
muka air tanah atau lapisan batuan dengan metoda seismik; sedangkan survey resistivitas
274
Bacaan Pilihan
Hvorslev, M. J. ( 1 948). Subsu rface exp lo ration and sampling of soils fo r civil engineering
p u rposes, Waterways Exp. Sta. , Vicksburg, Miss., 465 pp.
Cambefort, H. ( 1 955). Fo rages et sondages ( Borings and soundings), Paris, Fyrolles, 396
pp.
Lowe, J. ( 1 960 ) . " Current practice in soil sampling in the United States," Hwy. R es.
Board Special Rep t. 60, pp. 1 42- 1 54.
Sanglerat, G. ( 1 965). Le penetrometre e t la reconnaissance des sols (The penetrometer and
soil exploration ), Paris, Dunod, 230 pp.
pada penentuan sifat-sifat indeks (lihat Tabel 9. 1 , hal. 44) dari contoh tanah yang diper
oleh dengan tabung dari pemboran. Hasil-hasil pengujian berfungsi untuk mengkorelasi
tanah-tanah yang sebelumnya sudah dijumpai dalam pekerjaan serupa. Dengan demikian,
kita dapat memanfaatkan pengalam an-pengalaman terdahulu. Kekurangan informasi yang
diperoleh dari lubang bor diimbangi dengan pemakaian faktor keamanan sesuai dengan
kehendak kita. Di mana pun informasi dapat diperoleh melalui pemeriksaan struktur
struktur yang sudah ada di lokasi dekat tempat pekerjaan, kesempatan ini jangan di abaikan.
Eksplorasi tanah p ada p royek-proyek yang besar mungkin memerlukan penentuan satu
atau beberapa dari karakter tanah berikut: kepadatan relatip lapisan pasir, permeabilitas
lapisan pasir, tahanan geser dan daya dukung lapisan lempung, atau kompresibilitas lapis
an lempung. Pada setiap keadmm program eksplorasi hams dipersiapkan sesuai dengan
banyaknya informasi yang bermanfaat yang dapat diambil dari hasil-hasil uji-laboratorium .
Dengan bertambah kompleksnya profil tanah, kegunaan penyelidikan laboratorium yang
cermat dengan cepat berkurang, Kalau profil tanah tak-menentu, usaha-usaha hams di
pusatkan tidak pada keinginan untuk memperoleh data akurat yang menggambarkan sifat
sifat fisis masing-masing contoh tanah, tetapi pada usaha mendapatkan informasi yang
handal yang menggambarkan p ola struktural tanah di bawah permukaan. Usaha-usaha
untuk memperoleh informasi ini dengan melakukan pemboran dan pengujian biasanya
sia-sia. Karena profil tanah yang tak menentu sangat jauh dari lazimnya profil tanah yang
Eksp/orasi tanah
?..7 5
sederhana dan teratur, maka kita relatif jarang memerlukan pengujian tanah yang ter
perinci dan be rskala besar atas dasar pandangan p raktis. Pada pembahasan berikut ini me
ngenai cara mendapatkan informasi yang handal tentang kondisi tanah di bawah permuka
an, pengaruh derajat keruwetan profil tanah pada nilai praktis pengujian tanah secara
konsisten ditekankan.
Pandangan-Pandangan Geologis
Sebagian besar endapan tanah alami mewakili satu dari jenis-jcnis utama berikut ini:
endapan saluran sungai, endapan dataran banji r, endapan delta, endapan pantai, eildapan
glasial, endapan oleh angin (dune sand atau loess), endapan yang dibentuk oleh sedimentasi
dalam air yang tak bergerak, dan tanah residual yang dibentuk di tempat oleh pelapukan.
Endapan yang cenderung memiliki struktur agak teratur adalah endapan dataran banjir dan
endapan oleh angin dan endapan yang dibentuk dalam massa yang besar dari air yang tidak
bergerak pada jarak yang sangat jauh dari pantai. Endapan yang lainnya bisa dibedakan
oleh variasi-variasi yang penting dan tak menentu, setidaknya dalam konsistensi atau ke
padatan relatif, dan biasanya juga dalam ukuran butiran.
Pada bagian hulu sistem-sistem endapan saluran-sungai (river-channel deposits) biasa
nya menempati daerah di dasar lembah yang merupakan potongan batuan. Di daerah
hilir endapan tersebut terhampar dalam jalinan saluran yang tererosi dan berupa endapan
berbutir halus yang sebelumnya diendapkan oleh sungai pada berbagai kondisi sedimen
tasi. Ukuran butiran rata-rata be rkurang dengan bertambahnya jarak dari sumber endap
an; dan di suatu tempat ukuran butiran tersebut cenderung be rtambah secara umum
dengan bertambahnya kedalaman di ba\''ah permukaan. Tetapi, detil stratifikasi senantiasa.
tak menentu, dan ukuran buti ran serta kepadatan relatif bervariasi secara tak terduga.
Variasi glacial outwash yang diendapkan oleh es yang mencair di sekeliling dataran es juga
berperilaku tak menentu dan nyata. Varia si kepadatan , relatif lapisan pasir fluvioglacial,
seperti yang ditunjukkan oleh tahanan penetrasi , diilustrasikan dalam Gbr. 44. 1 6, dan
variasi kepadatan relatif lapisan pasir fluvioglacial dan lapisan ketikil yang terselimuti oleh
lapisan lanau lunak diperagakan dalam 'Gbr. 44. 1 2 .
Endapan dataran-banjir (Flood-plain deposits) diendapkan pada musim air pasang di
kedua pinggi ran sungai di dataran rendah. Endapan tersebut biasanya terdiri atas lapisan
lapisan lanau atau lempung yang sinambung dan tebalnya agak seragam , yang satu sama
lainnya dipisahkan oleh lapisan ndapan yang lebih kasar yang menerus. Tetapi, kesinam
bungan lapisan-lapisan ini dapat dipatahkan oleh massa endapan lain yang datang me
nempati atau melintasi saluran-saluran sungai . Patahan dapat terkumpul di satu tempat atau
memanjang berbentuk garis (Kolb and Shockley 1 9 59). Jika massa tanah semacam itu
berada di antara dua buah lubang bor, maka mungkin akan terlepas dari perhatian kita.
Beberapa kecelakaan pondasi yang terkenal disebabkan oleh kejadian tersebut di atas.
Endapan delta (Delta deposits) terbentuk di tempat masuknya air ke dalam bagian air
yang diam . Gambaran utama delta terlihat sederhana tetapi detil strukturnya bisa sangat
rumit, seperti ditunjukkan dalam Gmb. 45. 1 , karena arus yang mengangkut endapan ter
sebut secara kontinu berubah.
Endapan pantai (Shore deposits) disusun oleh endapan-endapan yang tererosi oleh
gelombang atau dibawa ke dalam massa air yang tak bergerak oleh sungai dan diangkut
dan diendapkan oleh arus pantai. Endapan tersebut biasanya terdiri atas pasir dan kerikil,
akibat fluktuasi tinggi air danau atau air laut yang disertai dengan berubahnya aliran air
yang memotong lajur pantai, endapan pasir dan kerikil dapat berupa perselang-selingan
dari' lapisan-lapisan atau kantung-kantung lanau, lempung, a tau gambut yang sifatnya
rumit. Endapan pantai semacam ini dikenal sebagai endapan pantai komposit (composite
shore deposits). Gambar 45 .7 dan setengah bagian tas dari . Gbr. 43 . 2 mengilustrasikan
struktur jenis endapan ini.
276
Legenda
Simbol k(cmlde t)
[[[[]
tll
5 samplli 25 X to- 4
4()
I
()
lOO
2(J()
10-4
.10()
41JtJ
Kaki
otJtJ
ouo
Gbr. 4 5. 1 . Profil permeabilitali endapan delta glasial yang relatip homogen di daerah
dekat Chicopee, M ass.
Unsur pembentuk endapan glasial (glacial deposits) diambtl dan diangkat oleh es
dan dihamparkart ketika es mencair. Selama dalam perjalanannya pencairan lempengan es
tersebut senantiasa diselingi dengan pembentukan es dengan perioda yang kerap kali ber
ubah. Lempengan es yang bergerak itu merubah bentuk (membajak) endapan glasial yang
sebelumnya diendapkan . Selanjutnya, di pinggiran lempung es berlangsung pemilihan dan
penggeseran bahan endapan glasial oleh aliran air yang muncul dart bawah lempengan es.
Oleh karenanya, endapan glasial memiliki struktur yang paling tak menentu dibandingkan
endapan-endapan lainnya. Kantung-kantung dan lensa-lensa bahan-bahan endapan berbutir
halus dan kasar yang tak-teratur dan bercampur baur dengan berangkal-berangkal akan ber
jajar satu sama lain secara kacau balau.
Sebaliknya, endapan oleh angin (wind-laid sediments) selalu benar-benar seragam.
Tetapi, batasnya bisa saja sangt tidak teratur, karena ingin menjatuhkan bebannya dalam
tumpukan-tumpukan yang tak teratur dan pada permukaan yang tidak rata. Selanjutnya
Loess (Pasal 2) mungkin kehilangan sifat homogen a_walnya akibat proses pelumeran
(leaching) atau pelapukan. Kekurangan pondasi yang dibuat pada tanah jenis loess ini di
sebabkan oleh kegagalan perencana mendeteksi adanya perubahan parsial tersebut.
Eksplorasi tanah
277
Berbagai unsur pengangkut material endapan, air yang mengalir, es dan angin , hanya
mengendapkan sebagian dari beban material padatnya dalam perjalanannya atau di akhir
masa perjalanannya. Sisanya dibawa ke dalam massa air diam yang besar seperti danau, te
luk, atau lautan terbuka. Sisa bahan padat ini hanya mengalami gaya gravitasi ketika berada
di luar lajur sempit tempat melintasnya arus pantai. Oleh karenanya, berlawanan dengan
endapan sedimenter lainnya, endapan yang dibentuk dalam massa air diam yang besar
ini biasanya secara relatif memiliki struktur sederhana. Struktur ini hanya mencerminkan
perubahan periodik atau progresif dari karakter material yang masuk ke daerah sedimen
tasi. Struktur ini sampai batas-batas tertentu dipengaruhi oleh komposisi kimia air.
Efek perubahan musiman dari karakter bahan suspensi diungkapkan oleh diagram ka
dar air (Gbr. 43. l b). Akibat efek ini, penyebaran kadar air dari nilai rata-ratanya dalam
arah vertikal untuk jarak beberapa inci sama pentingnya dengan pe rubahan terse but untuk
seluruh kedalaman. Efek pe rubahan musirnan juga tampak menyolok pada struktur sedi
men yang diendapkan dalam danau air tawar di dae rah kutub utara seperti halnya endapan
yang dijumpai di Kanada dan Amcrika Se rikat scbelah Utara. Dalam musim panas, bahan
suspensi di bagian pantai dari danau terdiri atas lanau dan lempung, karena material yang
lebih kasar seperti pasir dan kcrikil tclah diendapkan di mulut sungai (membangun endap
an delta). Partikel lanau mengendap pada musim panas. Tetapi, selama musim dingin sungai
tidak mengangkut bahan apa pun ke dalam danau karena sungai membeku seluruhnya. De
ngan demikian, di bawah lempengan es, hanya partikel lempung yang mengendap.
Sehingga, sedimen tenmsun dari lapisan lanau berwarna lembut dan lapisan berwarna gelap
yang terutama terdiri atas partikel lempung. Masing-masing lapisan ganda tersebut mem
bangun endapan per tahun. Endapan-cndapan ini pada akhirnya menghasilkan varvcd clay
(Gbr. 45 .2) yang disebutkan dalam Pasal 2 . Tebal lapisan ganda tersebut biasanya lebih
kecil dari 1 inci, tetapi suatu kali bisa mencapai beberapa kaki. Hal tersebut tergantung
pada jumlah material yang dihanyutkan ke dalam danau selama musim panas. Lapisan
sejajar yang ke-40 dari endapan lempung seperti di atas sangat sering dijumpai di Amerika
Utara dan Eropa Utara. Lapisan tanah semacam ini merupakan sumber potensial kesulitan
kesulitan konstruksi.
Seandainya sungai arktik (kondisi di kutub utara) seperti d atas memasuki sebuah
teluk bukannya danau air-tawar, maka pemisahan partikel-partikel bcrdasarkan ukurannya
akan berlangsung dengan sangat tidak scmpurna karena kandungan garam dalam air laut
Gbr. 4 5 .2 B agian yang melalui sampul tak terganggu dari Varved clay yang diamati
dalam sampler yang didisain dengan baik dengan diameter 4 inc.
278
menyebabkan flokulasi partikel-partikel lempung. Oleh karena itu, sebagian besar lempung
diendapkan secara serempak dengan lanau.
hingga keragaman pola slruktural, mulai dari . stratifikasi sederhana dari endapan pantai
yang dibentuk di danau yang besar sampai struktur yang sangat kompleks dari massa keri
kil, pasir, dan lanau yang diendapkan, dibentuk (dibajak), diubah, dierosi secara se
tempat, dan diendapkan-ulang sepanjang pinggiran lempengan es. Karakter tanah residual,
akibat variasi bahan asal dan tingkat pelapukan , sama pula rumitnya (Pasal 49). Jika
pemboran dilakukan pada dua titik yang terpisah sejauh 1 00 atau 200 ft, insinyur menge
tahui karakter dan urutan lapisan sepanjang kedua garis vertikal tersebut. Di antara kedua
garif. itu lapisan mungkin kontinu. Tetapi, lapisan tersebut mungkin pula terdesak sedtkit
dari masing-masing garis di atas , dan urutan lapisan pada separuh jarak k edua pemboran
tersebut mungkin sama sekali berbeda dengan urutan dari masing-masing lapisan sepanjang
garis di bawah titik bor. Program yang tepat untuk penyelidikan tanah tambahan dapat di
persiapkan hanya oleh insinyur yang benar-benar mengenal elemen-elemen geologi fisik
dan geologi wilayah tempat pemboran tersebut.
Gambaran geologi tanah kota-kota yang besar biasanya dapat diperoleh dalam publika
si dari musium lokal mengenai sejarah alam atau dari beberapa institusi yang serupa. Se
andainya proyek berada di daerah terbuka, sebaiknya kita menyelidiki apakah penelaahan
geologi daerah tersebut sudah dilakukan atau belum. Informasi umum mengenai geologi
daerah-daerah tertentu dapat ditemukan dalam literatur berikut ini:
Fenneman, N . M. ( 1 93 1 ), Physiography of Western United States, New York, 5 3 4 pp.
Fenneman, N. M . ( 1 9 3 8), Physiography of Eas tern Uni ted States, New York, 7 1 4 pp.
Atwood, W.W. ( 1 940), Th e Physiographic Provinces of North A merica, New York, 5 3 6 pp.
Literatur yang lebih spesifik harus dilihat dalam daftar pustaka di bawah ini:
Geologic Li terature on North A merica, bibliographic bulletins of the U . S. Geological
Survey, published every two years. Cumulative bibliographies are available for the years
1 7 8 5 - 1 9 1 8 and 1 9 1 9- 1 9 28 .
Bibliography and Index o f Geology Exclusiv e of North A merica, published annually
since 1 930 by the Geological Society of America.
Index to Geologic Mapping in the United States. Set of maps, one for each state,
prepared by U. S. Geological Survey showing areas described in various publications and
listing the publications.
R. F. Legget, "Geological Survey of the World," Appendix B in Geology and Enginee
ring, 2nd ed. , New York, 1 962. Contains brief discussions of the geological surveys of
various countries, their mailing addresses, and their publications.
R.F. Legget, "Geological Societies and Periodicals," Appendix C in Geology and
Engineering.
Ca talogu e of Pu blished Bibliographies i n Geology
Supply papers secara teratur se]ak tahun 1896 oleh U.S. Geological Survey.
Peta-peta survey tanah untuk pertanian yang akan dimanfaatkan oleh Departemen Per
tanian Amerika Serikat serta oleh berbagai pusat penelitian pertanian di negara bagian,
biasanya diiringi oleh suatu diskripsi yang setidaknya berbentuk ringkas mengenai bahan
asal (parent material) serta asal-mula geologinya.
279
Eksp/orasi tanah
dilangsungkan tidak bisa didapat, insinyur mesti mendasarkan diri pada kemampuannya
dalam mengobse rvasi dan menginterp retasikan keadaan geologi di lapangan. Pada proyek
proyek besar, survey geologi secara terperinci di lapangan dan daerah sekitarnya merupa
pada perjanjian yang telah ditetapkan, bukan berdasarkan pada pandangan rasional. Di
tempat bangunan didirikan, untuk kedua arah utama, spasi pemboran umumnya dibuat
sekitar
50
kaki. Untuk jalan di bawah tanah (sub way) atau proyek-proyek bendungan
1 00
seandainya j alur sedemikian panjangnya atau proyek terlampau besar, seringkali spasi di
perbesar menjadi
200
lampau banyaknya pemboran dan pengetesan yang harus dilakukan. Tentu saja hal ini
dapat menyebabkan tertundanya pelaksanaan pembangunan.
menimbulkan kerugian-kerugian yang nyata. Untuk profil tanah yang sederhana, spasi yang
biasa/umum mungkin terasa sangat kecil, sedangkan untuk profil yang sangat tidak ter
atur justru menjadi terasa sangat berlebihan. Guna mencegah kerugian uang maupun waktu
akibat terlampau banyaknya penggalian, maka sounding bawah permukaan sering lebih
disukai (menguntungkan). Suatu sounding lebih murah dan bij aksana ketimbang lubang
bor serta dapat diwujudkan di tiap titik di mana regulasi-regulasi konvensional mengharus
kan adanya sebuah lubang bor. Seandainy.a diagram-diagram penetrasi memiliki kemirip
an satu sama lainnya, maka profil tanah akan cenderung bersifat sederhana. Lubang-lubang
pemboran eksplorasi hanya diperlukan di satu atau dua lokasi di mana berlaku kondisi
yang maksimum dari rata-rata statistik. Sounding tambahan perlu dibuat kalau keadaan
setempat oleh interupsi saluran atau oleh massa tanah yang lain. Sounding tambahan itu
sebut, kita harus melakukan pemboran di dekatnya untuk menentukan jenis lapisan kom
presibel tersebut.
Jika diagram-diagram penetrasi yang diperoleh dari sounding eksplorasi sangat ber
beda secara konsisten , maka profil tanah cenderung tak teratur dan sounding-sounding
dengan taraf lebih tinggi perlu dibuat untlik mendapatkan data penetrasi yang cukup
lengkap sehingga memberi gambaran pasti (tidak meragukan) mengenai bentuk umum dan
kecenderungan yang dimiliki batas-batas antara butiran halus dengan butiran kasar, serta
bagian padat endapan dengan bagian lepasnya. Tetapi, hanya dipe rlukan beberapa lubang
bor untuk menentukan jenis-j enis tanah yang terletak di antara permukaan tidak tetap yang
berbeda atau menentukan apakah mas tanah yang memiliki tahanan luar b iasa atau sama
sekali tak memiliki tahanan tersusun dari pasir atau lempung. Persoalan ini akan muncul
apabila kita mengadakan sounding sebagaimana diperagakan di bagian kanan Gbr.
44. 1 2.
80
Pada diagram penetrasi tersebut terdapat keragu-raguan apakah tanah di antara El.
dan
60
tersusun dari pasir yang sangat lepas atau lempung. Untuk menjawab pertanyaan
ini dilakukan pemboran di sebelah lajur sounding. Catatan pemboran akan meyakinkan
kita bahwa tidak terdapat lempung di bawah El.
80.
dalam jelajah kedalaman ini terutama disebabkan oleh pasir yang berstruktur sangat le
pas.
1
'
280
l;>akukan (standardized). Praktek ini tidak hanya rnerupakan pernborosan tetapi juga rnem
bahayakan. Banyak ge dung rnengalarni kerusakan serius yang disebabkan oleh penurunan
akibat konsolidasi lapisan lernpung lunak yang berada di bawah kedalarnan yang dieksplo
rasi. Lebih jauh lagi, tidak ada aturan umurn yang telah disusun untuk rnemilih kedalarn
an terse but, sebab untuk suatu berat dan dirnensi tertentu dari sebuah struktur, kedalaman
ternpat t erjadinya penurunan sangat te rgantung pada profil tanah. Alinea berikut ini akan
rnengilustrasikan b e rbagai faktor yang perlu diperhatikan sebelurn kita rnenetapkan ke
dalarn dari lubang pernboran.
Seandainya karena alasan geologi yang tertentu atau berdasarkan hasil-hasil pernbor
an sebe lumnya diketahui bahwa tanah di bawah perrnukaan dari sekelornpok gedung
gedung tidak rnengandung lapisan lernpung atau lanau lunak, rnaka kedalarnan eksplorasi
tanah di lokasi bangunan-bangunan tersebut cukup sekitar
20
sarnpai
30 ft
di bawah sub
grade tergantung pada berat bangunan. Ukuran daerah yang diternpati bangunan-bangunan
tersebut tida k perlu diperhatikan karena kornp resibilitas lapisan pasir akan berkurang
15)
sebuah gedung akan sama besar baik ada gedung-gedung lainnya ataupun tidak.
Di pihak lain, jika lapisan tanah di bawah sekelornpok bangunan tersebut rnengan
dung lapisan yang lunak, ternpat terja dinya penurunan rnungkin terletak pada kedalarnan
yang lebih besar daripada lebar keseluruhan daerah yang diternpati bangunan-bangunan
tersebut, sebab bahkan pada kedalarnan 1 5 0 atau
200
sedang saj a besamya pada lapisan lernpung lunak yang tebal bisa menghasilkan penurunan
2).
eksplorasi sangat bergantung kepada ada tidaknya lapisan kompresibel seperti lempung
atau lanau plastis.
Jika keadaan geologi di lokasi bangunan memperlihatkan bahwa lapisan lempung
atau lanau berada jauh di bawah perrnukaan tanah, atau jika tak ada ha! a?a pun rne
ngenai kondisi tanah yang kita ketahui, maka perlu dibuat suatu e stimasi kasar mengenai
intensitas dan distribusi tekanan yang akan dihasilkan oleh bangunan-bangunan yang di
rencanakan pada lapisan tanah di bawahnya. Prose dur termaksud telah kita bicarakan
40. Atas dasar estimasi ini, dapat ditentukan kedalarnan terbesar D maks di
mana keberadaan suatu lapisan tebal lempung lunak dengan batas cair yang tinggi masih
dalam Pasal
merniliki pengaruh besar terhadap penurunan. Lu bang bor yang pertama harus dibuat
sampai ke dalaman ini. Semua pemboran dan sounding yang lainnya dapat dihentikan
pada ke dalaman sekitar 1 0 kaki di bawah dasar dari lapisan lempung yang paling bawah
yang dijumpai dalam lapisan tanah setebal Dm aks Prosedur ini harus diikuti, tanpa me
rnandang apakah karakter lapisan tanah sebelah atas menghendaki dibuatnya pondasi te
90
40
tersebut dijumpai peralihan perlahan-lahan mulai dari lanau lunak di dekat permukaan
tanah sampai lapisan pasir dengan be rbagai kepadatan pada ke dalaman lebih dari
65
kaki.
70
sampai
90
be rtanggung jawab atas pembangunan di atas terkejut karena bangunan mulai mengalami
penurunan ketika konstruksi sedang be rlangsung, dan. dalam waktu tiga tahun penurunan
bertambah sampai lebih dari
115
30
kaki yang
281
Eksp/orasi tanah
Seandainya lapisan batuan dijumpai dalam lapisan tanah setebal Dmaks tersebut, maka
topografi permukaan batuan harus ditentukan setidaknya secara pendekatan dengan
sounding atau pemboran, karena lekukan pada permukaan batuan mungkin terisi dengan
sedimen yang sangat kompresibel yang hanya dijumpai dalam lubang bor yang paling
dalam. Pengabaian atas tindakan pencegahan ini juga se ringkali merupakan penyebab
penurunan yang penting.
Hasil-hasil pemboran dan sounding ke bawah permukaan tanah harus dikumpulkan
dalam sebuah lapo ran yang mengandung semua informasi mengenai keadaan geologi
lapangan, daftar yang berisi sifat-sifat indeks semua contoh tanah yang diambil dengan alat
SPT, dan catatan hasil standar penetration test (SPT). Berdasarkan laporan ini kita dapat
memutuskan apakah perlu dilakukan penyelidikan tambahan atau tidak mengenai ke
padatan relatif dan permeabilitas lapisan pasir dan tahanan geser serta kompresibilitas
lapisan lempung.
Tabe/ 45. 1
Kepadatan Relatif Pasir berdasarkan
Hasil-Hasil Standard Penetration Test
'
u ml ah
t u m huk
0 -
4-
an N
10
1 0 - 30
30 - so
Lebih dari 50
Kepadatan Relatif
Sangat 1epas
Lepas
Sedang
Padat
Sangat padat
282
bulkan penurunan tinggi air seperti di atas. Di lain hal, berangkal (boulders) atau kerakal
(cobbles) yang diameternya beberapa inci lebih besar daripada diameter split-spoon bisa
membefikan nilai N yang terlalu tinggi.
Pada pasir halus yang jenuh atau pasir lanauan dengan kepadatan sedang sampai
relatif tinggi, dan mempunyai ukuran butiran efektif antara 0, 1 dan 0,05 mm, jumlah
tumbukan mungkin menjadi luar biasa besar karena tanah semacam ini cenderung mem
besar/berdilatasi selama penggeseran dalam kondisi tertutup (undrained conditions) (Pasal
15). Dengan demikian, pada tanah-tanah seperti itu standard penetration test harus di
lengkapi dengan prosedur-prosedur yang lebih handal, atau hasil-h asilnya harus diinter
pretasikan secara konservatif.
Pada proyek-proyek yang penting, informasi yang didapat dari standard penetration
test tentang kepadatan relatif pasir harus disertai dengan sounding ke bawah permukaan
tanah. Sounding ini memberikan catatan-catatan yang kontinu, seperti diperagakan dalam
Gbr. 44. 12 dan 44. 16, mengenai variasi tahanan penetrasi terhadap kedalaman. Tetapi,
tahanan te rhadap penetrasi penetrometer ke dalam lapisan pasir, atau energi yang diperlu
kan untuk menghasilkan penetrasi tertentu, tidak hanya bergantung kepada kepadatan
relatif pasir tetapi juga kepada dimensi titik ujung dan gagang alat penetrasi dan pada
batas-batas tertentu bergantung kepada bentuk butiran dan distribusi ukuran butiran
(grain-size distribution). Dengan demikian, setiap metoda sounding yang baru dan setiap
penggunaan metoda tersebut pada daerah yang belum dieksplorasi memerlukan seperangkat
uji kalibrasi yang memberikan data untuk menginterpretasikan catatan penetrasi.
Kalibrasi yang kasar dapat dicapai dengan melakukan sounding di sebelah lubang bor
tempat dilaksanakannya standard penetration test. Cara yang lebih tidak praktis tetapi
sekaligus lebih handal adalah melakukan uji beban permukaan (surface load test) di
berbagai kedalaman di bawah titik yang dekat dengan lokasi sounding. Pengujian dilakukan
pada pelat-tumpuan (bearing-plate) yang luasnya 1 re. Pelat tersebut diletakkan di atas
permukaan pasir yang horisontal. Pada jarak 3 ft dari pelat kita tidak boleh menempatkan
timbunan atau beban tambahan. Hubungan antara beban dan penurunan untuk peng
ujian-pengujian semacam itu pada berbagai lapisan pasir diperlihatkan dalam Gbr. 45.3a.
Kurva 1 dan 2 diperoleh dari pengujian pada pasir yang sangat padat, kurva 4 pada pasir
dengan kepadatan sedang, dan kurva 5 pada pasir lepas. Dengan bertambahnya kepadatan
relatif, daya dukung bertambah dengan cepat, dan penurunan akibat beban tertentu ber
Rurang. Gambar 45.3a memperagakan, berdasarkan pengalaman lapangan dan berkebalikan
dengan opini yang sudah tersebar luas, bahwa ukuran butiran tidak mempengaruhi ke
padatan relatif dari daya dukung pasir.
Bagian kanan Gbr. 44. 1 6 memperiihatkan hasil-hasil pengujian beban yang dilaku
kan untuk keperluan kalibrasi wash-point penetrometer (Gbr. 44. 1 3d). Prosedur tersebut
diuraikan pada halaman 268.
Berdasarkan hasil-hasil uji beban standard, seperti yang diilustrasik m . dalam Gbr.
45.3a, kepadatan relatif pasir dapat ditentukan dengan menggunakan diagram (Gbr.
45.3b ). Untuk keperluan ini kurva-kurva yang diperoleh dari uji kalibrasi dimasukkan ke
dalam diagram. Masing-masing kurva berkaitan dengan suatu pembacaan penetrometer.
Posisi kurva dengan acuan batas-batas yang ditunjukkan dalam gambar mengindikasikan
kepadatan relatif pasir yang ditembus oleh titik ujung penetrometer.
Tetapi uji beban standar (standard load test) mungkin memberikan hasil-hasil yang
menyesatkan jika butiran pasir berukuran halus atau sangat halus daiY jika kelembaban
pasir cukup besar. Akibat kohesi oleh adanya gaya-gaya kapiler (Pasal 20), pasir mungkin
riampak lebih kuat dan tak begitu kompresibel dibandingkan jika tak ada kelembaban
tanah. Pengaruh kohesi tersebut berkurang dengan cepat dengan bertambahnya lebar
daerah yang dibebani; Pengaruh tersebut terlalu besar untuk diabaikan jika daerah pem
bebanan berukuran 1 ft2 .
\ '
283
'lksplorasi tanah
;:;
E:
.!!!
"<:;
1 --r-+---+---
2==r---t---l
v;
/(l
(a)
Lepas
2--+---+---+--4H
i:!
::.
t:
3o
--2L-
4L-
o
L-
8--
IO
J
Beban Dalam Ton per ft2
(b)
Gbr. 4 5. 3 . (a) Hubungan antara beban dan penurunan pelat-tumpuan yang luasnya 1 ft 2
yang diletakkan di atas permukaan pasir. Kurva 1 menyatakan pasir halus yang bersih dan
padat dalam sumuran yang berada 26 ft di bawah dasar sungai ; 2 menyatakan pasir yang
sangat halus dan sangat padat dalam galian terbuka yang berada 26 ft di bawah permuka
an tanah di Lynn Mass ; 3 menyatakan pasir b.asah dengan kepadatan sedang yang dipadat
kan secara manual ; 4 menyatakan pasir dengan kepadatan sedang yang berada di dasar
galian sedalam 30 ft di H ouston Street, New York. Daerah yang diarsir menunjukkan selang
untuk kurva-kurva yang diperoleh di antara kedalaman 20 dan 60 ft; S menyatakan pasir
lepas, kasar, bersih, dan sangat tajam yang terletak di dasar galian terbuka di dekat Muske
gon, Mich. (b) Diagram untuk memperkirakan kepadatan relatif pasir berdasarkan hasil
.hasil uji beban standar (standard load test) pada pelat tumpuan seluas 1 ft 2 .
Jnformasi yang lebih akurat yang menggambarkan kepadatan relatif lapisan pasir
dapat diperoleh dengan menguji contoh tanah yang tak terganggu di laboratorium. Con
toh tanah tersebut disayat dengan tangan dari lubang penguj ian atau diambil dari lubang
o r dengan salah satu prosedur yang diuraikdn dalam Pasal 44. LubaJ I); p .:ngujian u lnu
korelasi hasil-hasil penguj ian dengan tahanan terhadap penetrasi yang be rsangkutan, maka
kita memperoleh data yang akurat untuk menginterpretasikan hasil-hasil dari semua soun
ding yang lain. Tetapi kita jarang sekali menemukan keadaan atau kesempatan di mana
penyempurnaan-penyempurnaan semacam itu dipe rlukan.
284
sebut dalam lapisan pasir yang berada di bawah dan di sisi struktur penahan-air (water
retaining structure). Hal ini dapat dikerjakan dengan mengadakan uj i permeabilitas pada
serangkaian contoh tanah yang agak kontinu yang didapat dari sejumlah besar lubang bor.
Tetapi, endapan alami tidak pernah homogen. Air menelus (percolate) melalui endapan ter
sebut sepanjang jaringan aliran yang agak rumit, mengikuti lensa-lensa atau lapisan-lapisan
tanah yang tersusun dari unsur-unsur yang paling kasar, dan permeabilitasnya dalam arah
vertikal biasanya j auh lebih kecil daripada permeabilitas dalam arah horisontal. Oleh
karenanya, penyelidikan laboratorium hanya dapat mengungkapkan orde besarnya per
meabilitas endapan tersebut sekalipun pengujiannya mencakup pengaliran air melalui
contoh-contoh tanah yang terpisah dalam arah horisontal dan vertikal. Di samping itu,
contoh tanah tidak pernah kontinu. Lapisan lanau tunggal yang berada di antara ke dua
contoh pasir yang berturutan bisa sangat mempengaruhi rasio permeabilitas vertikal dan
horisontal. Adanya lapisan semacam itu seringkali dijumpai (Gbr. 45.4).
Oleh karenanya, penggunaan contoh-contoh tanah yang tak terganggu sebaiknya dila
kukan pada pengujian permeabilitas. Hasil-hasil pengujian yang handal dapat diperoleh de
ngan menguji contoh tanah yang diambil dari lubang bor dengan menggunakan tabung con
toh tanah yang dilengkapi dengan core catcher (Gbr. 44.2d) a tau scraper bucket (Gbr.
44.2/). Jika contoh tanah diambil dengan tabung, maka unsur-unsur penyusunnya harus di
campur sccara keseluruhan sebelum pengujian. Setelah teknisi membuat 1 5 atau 20 peng
ujian permeabilitas pada contoh tanah dari suatu lapisan tertentu, maka ia dapat mengesti
masi koefisien permeabilitas lapisan-lapisan yang lain berdasarkan tekstur dan wujud umum
tanah tersebut. Hasil estimasi dan pengujian dapat dibuat untuk memperhitungkan per
bedaan antara kepadatan relatif tanah remasan dan tanah di lapangan. Rasio permeabilitas
horisontal dan vertikal dapat diperkirakan berdasarkan Pers. 1 1 . 10 dan 1 1 . 1 1 .
Penyelidikan terperinci semacam nti j arang dipertimbangkan dari degi ekonomi. Penen
tuan permeabilitas endapan alami yang berada di bawah muka air tanah dengan melakukan
uji permeabilitas di lapangan (in situ) kerapkali lebih handal ketimbang yang diperoleh de
ngan uji laboratorium.
Gbr. 4 5.4 . Lapisan lanau dalam pasir seragam yang sedang. Adanya lapisan tersebut tida}(
dapat dideteksi oleh bor uji yang biasa dilakukan. Padahal lapisan terse but mengurangi per
meabilitas lapisan pasir dalam arah vertikal menjadi pecahan yang kecil dari permeabilitas
horison tal.
285
Eksplorasi tanah
di lapangan
1 953)
ter sebut se
di
1 8).
1/>
gangan total sama dengan setengah kekuatan kompresif bebas (unconfine d compresive
strength) qu dari contoh lempung tak-terganggu. Kekuatan geser dapat juga ditentukan
secara langsung dengan menggunakan baling-baling (Gbr. 44. 1 7) atau torvane (Gbr.
1 8.3).
if> =
0, maka
peralatan untuk mengevaluasi kekuatari geser tertutup dari tanah lempung yang jenuh pan
tas mendapatkan perhatian khusus.
Selama pemboran, tahanan geser lcmpung dapat d iperkirakan secara )fasar berdasar
kan catatan standard penetration test. Tabel
tara kekuatan .kompresif
45.2
N yang
tertentu, penyebaran ni
9.1,
lai-nilai q u yang bersangkutan dari nilai rata-ratanya temyata san gat besar. Sehingga, uj i pe
mampatan hams selalu dilakukan pada contoh tanah yang diambil dengan alat SPT terse
but. Pengujian rutin lainnya yang dicantumkan dalam tabel
dengan lcmpung-lempupg lainnya yang dijumpai pada proyek yang serupa. Nilai qu yang
diperoleh melalui uji pemampatan cendcrung agak terlalu rendah karcna contoh tanah
nya cukup banyak terganggu . Penyelidikan tambahan yang dipcrlukan pada proyek
proyek yang pcnting bcrgantung kepada karakter profil tanah.
Tabe/ 45. 2
Hubungan Konsistensi Lempung, Jum/oh Tumbukan pada Sampling Spoon,
dan Kekuatan Kompresif Bebas
q_.,.
<2
2-4
4-8
8-15
1 5-30
<0.25 0;. ,50 0#50-1,00 lQ0-2 ,00 200.:.4,00
>30
>4>00
286
geser rata-rata dari lapisan lempung berdasarkan hasil uji laboratorium. Contoh tanah di
44)
mendapatkan nilai rata-rata yang agak handal, jarak antar lubang pemboran jangan me
lebihi
1 00
[t, Jika sebelumnya diketahui bahwa profil tanah agak teratur dan diperlukan
pemboran untuk mendapatkan contoh tanah, maka kita harus mengambil contoh tanah
di semua penampang lubang bor yang terletak dalam lapisan lempung. Pada penampang
penampang yang berada di antara lapisan lempung, kita lakukan standard penetration test
dan pengambilan contoh tanah.
Contoh-contoh tanah tersebut dikirim ke laboratorium dalam tabung bersegel yang
36
asal dari satu lubang harus diuj i dalam urutan yang sama dengan urutannya dalam lubang
bor dalam arah vertikal. Masing-masing contoh tanah dikeluarkan dari tabung dengan
cara sedemikian rupa sehingga contoh tanah secara kontinu bcrgerak relatif terhadap
tabung pada arah yang sama seperti ketika contoh tanah memasuki tabung; jika gesekan
sisi yang be rlebihan mengakibatkan terlalu tianyak gangguan selama pengeluaran, maka
tabung dipotong menj adi penampang-penampang berukuran
Untuk penguj ian rutin , masing-masing contoh tanah dipotong-potong menjadi pen am
pang dengan panjang sama dengan kira-kira tiga kali diame te r ; Jadi, contoh tanah her
diameter
inci. Jika pe
nampang contoh lempung yang paling penting dari tabung tertentu nampaknya relatif tak
7).
Setelah pe ngujian, contoh tanah dipotong menjadi dua bagian. Potongan yang satu di
gunakan untuk penentuan kadar air, dan separuh yang lain disimpan dalam toples yang
kedap udara. Rangkaian pengujian yang sama dilakukan se lama operasi berikutnya bila
ditemukan contoh tanah yang nyata berbeda dengan contoh ta_nah scbelumnya dalam
hal konsistensi, warna, atau wujud umumnya. Perubahan konsistensi ditunjukkan oleh
perubahan nyata tahanan lempung terhadap deformasi akibat pere masan oleh jari-jari
tangan. Contoh tanah yang paling penting dalam masing-masing tabung mungkin lebih
banyak terganggu daripada contoh-contoh tanah lainnya. Seandainya hal ini tcrjadi, uj i
pemampatan harus dilakukan pada salah satu dari contoh-contoh yang kurang terganggu.
Contoh tanah yang kedua dan seterusnya dibelah dalam arah memanjang. Separuh
nya dipakai untuk penentuan kadar air. Separuh yang lain harus disimpan dalam ruang
an yang lembab dengan permukaannya yang rata menghadap ke atas, selanjutnya contoh
tanah tersebut mulai menge ring perlahan-lahan. Pada tingkat pengeringan selanj utnya stra
tifikasi akan tampak jelas. Pada keadaan yang demikian harus dibuat suatu catatan tentang
detil stratifikasi yang mengindikasikan wama dan tebal rata-rata dari masing-m asing lapisan,
an kadar air dan inspeksi visual. Jika kita menguj i lima a tau en am con toh tanah dengan
cara ini dan tidak melihat ad<!nya perubahan-perubahan yang menyolok, maka contoh
tanah be rikutnya dikenakan uj i kompresi bebas dalam keadaan alaminya, selain penentu
an kadar air. Prosedur ini dilanjutkan sampai ditemukan contoh tanah yang jelas berbeda
dengan contoh tanah sebelumnya. Contoh tanah ini diuji sebagaimana contoh tanah yang
inci tersebut di atas diiris menjadi dua bagian yang sama besa menurut
panjangnya dan kita lakukan satu atau dua pengujian dengan torvane yang berdiameter
k ecil pada permukaan yang terpotong dari salah satu irisa n tersebut. Separuh irisan yang
lain digunakan untuk penentuan kadar air, penelaahan stratifikasi, dan pengujian lainnya
yang cocok. Gambar
45.5
contoh lempung lanauan sangat peka yang terstratifikasi yang terdapat pada longsoran
tanah akibat suatu gempa bumi utama (major earthquake) (Shanon and Wilson
1964).
Nilai
kepekaan dihitung atas dasar uji baling-baling tiruan (miniature vane tests) pada bagian
co nto h tanah yang teremas scmpurna di lokasi tempat uji torvane dilakuka n.
Setelah selesai melakukan semua pengujian-pengujian pada contoh tanah yang di
ambil dari sebuah lubang bor, kita lakukan uji pemampatan pada contoh-contoh tanah
Ked:rarnan
Kadar A1.r-%
8tJrar Kering
fr
.)
50
.
25
Se
0 20 4 0
r---,----,,-.,- r-Kepekat:Jn
--
Lernpung lanauan
b1ru-Aelabu
berwarna
--
....
Lr::rnpung ianal,-dn
herwarna hiru ke'abu
dengan iap1san lan;w
.
.
f:
:
.
h-
..
'
.
..
.
..
. I/
Batas Plastis
Gbr.
Kadar
ir Aiami
/--+--
' Ratas C<Jir
'
.;_.
.
i-.
..
..
:
i-f-..
rz
.
.
!-;-
..;.....
r:..
f-;
F:
---;
..
Lempung lanauan
.
.
05
.10
Kekua ran Geser
dalam Tvn/ft2
'--'--
45.5. HailhHi! survey png terperinci mengenai kekutan batas-batas Atterberg dan
kadar air alami dari pemboran pada lempung di da_euh longsoran akibat gempa bumi
Good Frid3y di \nchoragr, Al3sk!. tllhun JQ64
(Shllnnon cbn
Wiloon 1964).
tersebut dalam keadaan alami dan teremas serta pada beberapa contoh tersebut kita
tentukan batas-batas Atterberg. Hasil-hasil pengujian tersebut dinyatakan dalam diagram
seperti yang diperagakan dalam Gbr.
45.5.
diskripsi singkat mengenai karakteristik dari stratifikasi lempung (tidak terlihat dalam
gambar).
Jika penyelidikan dilakukan untuk memperkirakan faktor keamanan lereng atau tim
bunan terhadap gelinciran, maka pengetahuan- mengenai detil stratifikasi setidaknya sama
pentingnya dengan pengetahuan tentang kekuatan lempung, karena bagian pokok dari per
mukaan potensial penggelinciran mungkin ter!etak pada satu atau lebih lapisan-lapisan
pasir halus atau lanau kasar dan tidak pada lapisan lempung. Dalam keadaan semacam itu
diskrips i yang terperinci dan terilustrasikan dengan baik mengenai karakteristik stratifi
kasi harus dipersiapkan. Beberapa contoh tanah yang umum dari lapisan-lapisan yang
.
terstratifikasi harus disisihkan untuk penyelidikan le bih lanjut. Penyelidikan ini men
cakup penentuan kadar air alami dan batas-batas Atterberg dari masing-masing lapisan
45.6
macam itu.
Di setiap keadaan kita harus mencari kesempatan untuk menyelidiki derajat gangguan
dari contoh tanah dalam tabung sebagaimana dibahas dalam Pasal
44.
Semua pembahasan di atas berkenaan dengan penyelidikan atas lapisan lempung yang
agak homogen. Jika lapisan lempung di bawah permukaan tanah memiliki tebal dan kon
sistensi yang berubah-ubah, metoda penyelidikan harus dimodifikasi. Insinyur tidak lagi
memusatkan perhatian pada pengujian tanah melainkan berusaha menyelidiki topografi
bagian atas dan bawah ba tas lapisan lempung dan menentukan bagian lapis an yang paling
lunak dan paling keras. Metoda yang paling baik untuk mendapatkan informasi ini ada
lah melakukan se jumlah sounding ke bawah permukaan tanah yang dilengkapi dengan be
berapa pemboran. Setelah hasil-hasil penyelidikan ini terkumpul, dibuat dua atau tiga buah
pemboran untuk mengambil contoh tanah dalam tabung. Pemboran ini harus dilakukan
di lokasi yang terbaik dan terburuk di lapangan. Pada massa tanah yang berada di bawah
lapisan lempung kita laksanakan standard penetration test dan contoh tanahnya diambil,
sedangkan pada lapisan lempung diambil contoh tanah dengan tabung. Gambar
45.7
mem-
r:JrA
'
\(
ltf=1)
!
'
'
I
.ll
=p
'
)
88tiJS Plo!'l s
K dar A1r Alilfnr
8 ta ear
Gbr.
.I
45.6.
'
289
ORAN
1D
ELEVA
yarl!
! I),;O.Jtm
!
0,,.;27
o.k 4.tl
\_
IAuka Atr
Ta,., h
P1srr ge1ap
k sar ,a,.,g
f--o.?:e- 3.50
tra. S&dikrt
emoun4 abu-1bu
AbirUar yan_q
tJ11i:Jk
Lempung biru
vangkaku
Pasrr
biJdbU
tf.'0.3Z f),;t.Jim
I
I'4.Z1
0.72
\.
/Pf),1S
t---
adt 1uz
sedang vang
r::la..
2]
fC:
<
1angsedang
J3
F>rkil halu>
anq
pada Penetrr,,nutE. r
f)P.r K !k,
Gbr.
1}.
2}.
o-Batas Plastis,
1j
x-Batas Ca1r
45.7. Diagram yang menggambarkan catatan pemboran. catatan penetrasi. dan hasil
hasil p en guj ian tanah pada contoh yang diambil dari lubang bor di daerah endapan pant ai
komposit.
peragakan sebuah pemboran semacam ini. Pemboran berlangsung pada endapan pantai yang
komposit yang berada pada sebuah lereng yang tergenang air. Diagram sebelah kiri mem
perlihatkan ringkasan dari catatan mandor. Diagram pertama yang berikutnya merupakan
Cl\tatan penetrasi dari sounding ke bawah permukaan tanah yang dilakukan beberapa kaki
dari lubang bor. Dua diagram yang terakhir berisikan hasil-hasil pengujian tanah.
Gambar 45.8 menyajikan hasil-hasil survey kekuatan kompresif bebas dari endapan
lempung glasial yang strukturnya antara teratur dan tak menentu. Masing-masing lapisan
1'>0 'tl
16tJ"J0
!"(}+tit'
Permukaan Jalan
4041 4Z4f
0
-/0
-20
- 30
-40
-6()
-6()
Gbr.
0.2
ISil1222l 0.2 sampai 0.4
i:SSSSll 0.4 Sampai 0.8
- Di bawah
IZZZZ2I
c:::::::J
ft-L
Di
290
lempung tidak cukup homogen sehingga sulit bagi kita menyatakan nilai rata-rata sifat
sifat fisiknya. Sedangkan proyek menghendaki informasi umum tentang kekuatan kompre
sif lempung dan variasinya dalam arah horisontal dan vertikal. Untuk memenuhi perminta
au ini kita lakukan pemboran di titik-titik yang berjarak 200 ft, dan contoh tanah yang di
peroleh diuji dengan jenis-jenis pengujian yang sama dengan jenis pengujian pada contoh
tanah kontinu dari lapisan lempung yang homogen. Operasi penggalian terowongap se
lanjutnya memperlihatkan bahwa profil benar-benar mengungkapkan karakter umum lapis
an lempung yang dijumpai di berbagai penampang dalam terowongan. Sebagaimana yang
diharapkan, penyebaran sifat-sifat lempung yang berada di antara lubang-lubang bor dari
rata-ratanya merupakan ha! yang penting dan menuntut kewaspadaan yarig kontinu selama
konstruksi, tetapi penyelidikan tanah yang lebih detil tidaklah praktis maupun ekonomis
(Terzaghi 1943a )
normal dengan ICepekaan normal, nilai yang didapat melalui persamaan ini dipandang
cukup akurat untuk keperluan-keperluan praktis. Tetapi, seandainya lempung bersifat luar
biasa peka, nilai C
yang diambil den,gan alat SPT (Standard Penetration Test). Adanya prakomposisi biasa
nya dapat diduga dari karakter geologi lapangan tempat lokasi pekerjaan.
Pada proyek-proyek yang penting yang menghendaki perkiraan penurunan yang tepat,
kita memerlukan penyelidikan-penyelidikan tambahan. Penyelidikan tambahan yang
pertama kali dilakukan adalah pemboran yang berjarak tidak lebih dari 100 ft untuk
mengambil contoh tanah dalam tabung. Contoh tanah kontinu dari pemboran iili dikirim
untuk menjalani pengujian-pengujian sebagaimana halnya peng1,1jian untuk menyelidiki
tahanan geser lapisan lempung yang homogen. Tetapi, uji kompresi bebas (unconfined
compression test) atau uji geser tarsi (torsion shear test) perlu dilaksanakan pada beberapa
daii contoh tanah yang diambil hanya dari sebuah lubang untuk mendapatkan informasi
yang handal mengenai kepekaan lempung.
Setelah profil kadar air untuk semua pemboran di atas diplot dalam diagram seperti
dalam Gbr. 45.5, maka kita pilih sebuah pemboran yang representatif. Di dekat pembor
an ini kita lakukan pemboran untuk mengambil contoh tanah yang tak terganggu yang
291
10 a tau 15
kan keterlambatan kerja yang sebetulnya tidak perlu terjadi. Sedangkan sifat-sifat fisis lem
pung cenderung berubah banyak sekali dari satu titik ke titik lainnya sekalipun pada lapis
an lempung yang relatif homogen. Sehingga, karakteristik kompresibilitas lempung bisa di
tentukan dengan pengeluaran (waktu dan biaya) yang wajar hanya berdasarkan pada
hubungan s tatistik antara kompresibilitas dan sifat-sifat indeks lempung.
9.1,
Dari semua pengujian rutin pada tanah lempung seperti yang tercantum dalam Tabel
pengujian yang paling murah dan baik adalah penen tuan kadar air. Selanjutnya, kadar
air alami berhubungan lebih dekat dengan kompresibilitas berbagai bagian dari lapisan lem
pung ketimbang dengan sifat-sifat indeks yang lain. Dengan demikian, evaluasi kompresi
bilitas rata-rata lapisan lempung paling tepat didasarkan pada hubungan statistik antara
kadar air alami dan kompresibilitas komponen-komponen lapisan t ersebut.
Penurunan akibat konsolidasi lapisan lcmpung yang terbeban normal dengan angka
pori rata-rata
e0
Cc
asalkan semua kondisi yang lainnya sama. Pengalaman menunjukkan (Rutledge 1939)
bahwa
Cc/(1
hubungan
+
e0)
antara
kadar
air
alami
dan
rasio kompresi
(compression
ratio)
untuk lempung semacam itu dapat dinyatakan secara pendekatan oleh per
samaan linier. Untuk memanfaatkan relasi ini, kita lakukan pengujian konsolidasi pada
Cc/( 1
e0
bar 45.9 memperlihatkan diagram semacam itu. Semua titik yang mewakili masing-masing
hasil pcngujian diletakkan dekat ke sebuilh garis lurus. Jarak vertikal antara garis putus
putus menyatakan penyebaran nilai
Cc/(1
air tertentu.
e0
Setelah hubungan antara rasio kompresi dan kadar air alami ditentukan, selanjutnya
kita pakai relasi tersebut untuk mengestimasi nilai rasio kompresi yang berkaitan d engan
kadar air alami dari semua contoh tanah yang telah diuji. Akhirnya, nilai rata-rata
Cc(l
e0)
ditentukan dengan prosedur aritmatik atau grafik yang sesuai. Nilai ini secara
13.1 0.
dalam Pasal
13, ramalan penurunan seperti itu jauh kurang handal ketimbang ramalan
(j'jqj'
O.ZZ5
::::('.200
;:;
l<:
0
;;:;
"'
Q;
0.1?5
0./50
0./1?5
7o
y,y
,I
/
/
.!! /bo
//
0
Z5
30
../ /1.
"
'
/
/
.r
35
40
45
50
45.9. Hubungan statistik antara kadar air alami dan rasio kompresi untuk ontnh
J'
rtg artg
P.
un
Gbr.
1p n
45.10.
Gambar
56.8
ci
tu
11
tu" k
un A
tk
.tt
e.:md
distribusi penurunan daerah di dasar bangunan yang berada di atas lapisan lempung yang
agak homogen. Distribusi nyata ditunjukkan kontur sebelah kiri, dan pada kontur bagian
kanan tertera distribusi penurunan yang diperoleh dengan perhitungan. Struktumya sendi
ri kompleks tetapi simetris. Hasil-hasil seperi di atas tidak bisa diperoleh jika profil tanah
di bawah bangunan tidak menentu, karena penurunan bangunan di atas tanah semacam
itu tidak hanya bergantung kepada intensitas dan distribusi be ban tetapi juga kepada variasi
kompresibilitas tanah dalam arah horisontal. Di samping itu, laju penurunan tergantung
pada tingkat kesinambungan lapisan dan kantung-kantung tanah tak kohesi yang ada dalam
tanah. Sehingga, laju penurunan tersebut dapat berubah-ubah dari satu tempat ke tempat
lainnya. Gambar
45.10
nyajikan hasil-hasil pemboran uji dalam endapan komposit di selatan daratan Danau Erie.
Pemboran dilaksanakan lebih dari 100 buah dengan spasi antar lubang tidak lebih dari
100
ft. Sedangkan catatan pemboran tidak mengindikasikan apakah lapisan lempung yang
struktur yang direncanakan dapat bertahan terhadap estimasi penurunan di atas atau tidak,
spasi antara tempat-tempat yang paling keras dan lunak di dalam tanah dijadikan bahan
pertimbangan. Hasil-hasil penyelidikan tanah yang sangat terperinci sekalipun hampir tidak
menambah informasi yang telah dida"pat dengan prosedur y ang disarankan di atas.
Jika struktur yang direncanakan berupa bangunan, praktek yang berlaku sekarang ini
menerapkan sebuah lubang bor untuk setiap 2500 ft2 luas dacrah yang dilingkupi oleh ba
ngunan. Jika kita ingin membangun dinding penahan tanah dan akan membuat galian ter
buka, maka biasanya d ibuat paling tidak sebuah lubang bor per 100 ft panjang dinding
atau galian tersebut. Tetapi, pengaturan ini didasarkan pada perjanjian (konvensi) bukan
nya pertimbanganpertimbangan rasional. Jika profil tanah tak menentu, kita bisa men
dapatkan informasi yang lebih bermanfaat dalam waktu yang lebih singkat dengan meng
gabungkan beberapa pemboran dan sounding ke bawah permukaan tanah.
Kedalaman lubang bor bergantung kepada apakah terdapat lapisan lempung lunak.
Kalau kondisi geologi setempat atau kondisi yang diperlihatkan oleh pemboran sebclum
nya pada daerah di sekitamya menghapuskan kemungkinan ini, maka lubang bor tidak
diperlukan lebih dari kedalaman 20 atau 30 kaki di bawah permukaan tanah. Di pihak
lain, jika di dalam tanah terdapat lapisan lempung yang kedalamannya tidak diketahui,
dugaan mengenai kedalaman pemboran hanya dapat diputuskan berdasarkan perkiraan
kasar kedalaman lapisan lempung yang masih memberikan pengaruh pada struktur yang
direncanakan.
Penyelidikan-penyelidikan selanjutnya tergantung pada besarnya proyek, sifat per
masalahan disain, dan kondisi-kondisi tanah.
Pada pekerjaan-pekerjaan rutin seperti pondasi dari gedung atau jembatan yimg sudah
biasa dibuat, kita tidak membutuhkan penyelidikan selain dari pengujian rutin pada
contoh tanah yang diambil dengan alat SPT (Standard Penetration Test) (lihat Tabel9.1).
Pekerjaan-pekerjaan yang besar atau yang tidak biasa dilakukan mungkin mcnghendaki satu
atau lebih penyelidikan tambahan seperti yang dibahas pasal-pasal sebelumnya. Setelah
ha sil-hasil penyelidikan ini disarikan, kemudian insinyur harus memutuskan apakah ke
simpulan yang didasarkan pada data-data tersebut bisa dipandang sebagai kesimpulan
akhir atau apakah masih diperlukan observasi selama konstruksi berlangsung untuk me
nangani hal-hal yang masih belum p asti. Karena implikasi-implikasi praktis yang penting
dari ketidakpastian ini, maka bagian akhir pasal ini akan membahas hal tersebut secara
detil.
Rangkuman operasi-operasi sebelumnya memperlihatkan bahwa penyelidikan tanah
jarang b erupa prosedur sederhana yang hanya memerlukan ketaatan sungguh,sungguh pada
seperangkat peraturan-peraturan yang keras dan ketat. Penyelidik haruslah memiliki per
timbangan-pertimbangan yang matang dan berbagai pengalaman praktis dalam penyelidik
an tanah, jika tidak akan banak waktu dan biaya y;tng terbuang percuma.
Sehubungan dengan masing-masing langkah, pengetahuan mengenai geologi sedimen
ter dan massa-massa tanah tak terkonsolidasi lainnya merupakan informasi yang tak ter
nilai, karena pengetahuan yang sesungguhnya senantiasa terbatas sampai ke kondisi-kondisi
tanah di sepanjang garis-garis vertikal yang jauh terpisah. Dalam Pasal 43 telah disebutkan
bahwa hasil-hasil interpolasi dan perkiraan ten tang penyebaran yang mungkin terjadi dapat
menyesatkan. Hal tersebut tidak terjadi kalau penyelidik memiliki konsepsi yang agak jelas
mengenai anatomi massa tanah yang diselidiki. Pengetahuan mengenai geologi wilayah ter
sebut juga diperlukan untuk menentukan apakah lapisan lempung di bawah lokasi bangun
an pernah dikenai beban yang lebih b esar daripada beban yang ada sekarang dan, jika ya,
pengetahuan tersebut akan memberikan dasar bagi perkiraan besarnya tekanan tambahan.
Semakin besar pekerjaan yang dihadapi, kita akan lebih perlu menambah hasil-hasU
penyelidikan tanah dengan informasi yang diperoleh hanya dari sumber geolqgi, karena
survey tanah yang detil cenderung merupakan ketakmungkinan fisik pada pekerjaan
pekerjaan yang besar.
j.,
f'
'
'
11
Hasil-hasil penyelidik:rn. tanah untuk setiap proyek, baik proyek yang besar ataupun
kecil, akhirnya dipadukan ke dalam seperangkat asumsi yang merupakan landasan disain.
Langkah-langkah yang membawa ke hasil akhir ini melibatkan berbagai proses inter
polasi dan korelasi yang didasarkan pada hubungan-hubungan secara statistik. Oleh karena
nya, asumsi-asumsi tersebut senantiasa berbeda dengan kenyataan pada batas-batas ter
tentu. Tetapi, dampak pen ting dari kesenjangan yang pasti terjadi ini sangat berbeda
untuk berbagai jenis asumsi. Fakta ini dijelaskan secara d et il dalam a linea berikut.
Asumsi-asumsi yang menggambarkan sudut gesekan dalam dari tanah yang berpasir, ke
padatan relatif lapisan pasir, atau kompresibilitas rata-rata lapisan lempung masuk ke
dalam satu katagori. Kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan asumsi-asumsi ini ter
utama bergantung kepada jumlah dan kualitas dari pengujian lapangan (field test) yang
memberikan data dasar. Dengan demikian, asumsi yang salah dalam katagori ini tentunya
datang dari penyelidikan tanah yang tak memadai, asalkan profil tanah relatif sederhana.
Karakter yang membahayakan dari pasir yang sangat lepas yang terbenam atau. terbenam
sebagian tidak dapat didemonstrasikan secara handal oleh pengujian-pengujian yang ada
seperti telah dibicarakan dalam Pasal 17. Oleh karenanya, kita selalu mengasumsikan bahwa
pasir terbenam yang lepas bisa mencair akibat sedikit saja aksi dari luar kecuali kalau
pasir tersebut dipadatkan dengan peralatan bulatan.
Penentuan akurat dari koefisien permeabilitas rata-rata k1 dan
ku
untuk sembarang
lapisan tanah berdasarkan hasil-hasil pengujian merupaka n ha! yang tidak praktis, karena
nilai k1 dan ku bergantung kepada detil struktural lapisan yang tidak dideteksi oleh metoda
eksplorasi tanah. Tetapi, jika metoda penyelidikan permeabilitas dipilih dengan bijak
sana dan digunakan dengan pandai, kita akan mendapatkan nilai-nilai batas yang agak
handal pada hampir sembarang keadaan. Beda antara nilai-nilai batas dan nilai rata-rata
yang nyata tidak bisa ditentukan, tetapi kita hanya memerlukan pengetahuan mengenai
nilai-nilai batas tersebut pada kebanyakan tujuan praktis:
Sebegitu jauh informasi yang paling tidak handal diperoleh ketika kita berusaha men
duga tekanan air-pori dalam lapisan-lapisan pasir yang terstratifikasi atau dalan1 lapisan
lempung yang mengandung lapisan-lapisan tipis atau lapisan-lapisan tanah yang lebih per
meabel tak-kedap air). Hal ini diakibatkan oleh kenyataan bahwa intcnsitas dan distribusi
tekanan air-pori, pada kondisi-kondisi hidraulik tertentu, bergantung kepada detil struk
tural yang tidak dieksplorasi, bahkan lebih besar ketimbang kebergantungan koefisien per
meabilitas rata-rata lapisan semacam itu pada hal yang sama. Dengan demikian, jika faktor
keamanan pondasi terhadap keruntuhan, atau faktor keamanan suatu massa tanah ter
hadap penggelinciran, bergantung kepada tekanaJl air pori, maka asumsi pokok yang ber
kenaan dengan tekanan air pori tidak boleh dipercaya untuk sembarang keadaan, bagai
mana pun telitinya eksplorasi tanah dilakukan.
Pada keadaan semacam itu asumsi-asumsi yang mendasari disain harus dipandang tidak
lebih daripada sebagai ungkapan hipotesa kerja, yang senantiasa direvisi atas dasar hasil-ha
sil observasi di lapangan selama masa konstruksi. Secara praktis semua keruntuhan pondasi
bendungan dan struktur hidraulik lainnya dapat dihubungkan dengan kepercayaan yang
tidak selayaknya pada suatu asumsi tertentu, dan kebanyakan keruntuhan tersebut dapat
dihindari dengan operasi lapangan yang tepat selama perioda konstruksi. Dengan meman
dang korban makhluk hidup dan kerugian uang yang berkaitan dengan keruntuhan struktur
hidraulik yang penting, maka kepercayaan pada asumsi yang mendasari disain awal dan
melalaikan observasi lapangan yang diperlukan untuk penyelidikan kondisi tanah yang se
benamya, pada pengetahuan kita saat ini, harus diklasifikasikan sebagai kealpaan yang tak
dapat dimaafkan.
Meskipun kenyataan bahwa nilai-nilai tekanan air-pori yang dihitung tidak dapat di
percaya, perhitungan harus senan tiasa dibuat karena hasil-hasil perhitungan berperan
sebagai tujuan vital. Hasil-hasil perhitungan tersebut merupakan dasar untuk mengevaluasi
bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, mempersiapkan program observasi lapangan yang di
perlukan untuk mendeteksi bahaya-bahaya yang akan terjadi Silama masa konstruksi, dan
menginterpretasi hasil-hasil observasi ini.
Bacan Pilihan
Bekher. DJ ( 1945)
Lee,
325), 32 pp.
''
i lC:S.1
l-licrru tt. l
1 l<l'4
[\k
.tl'd \\
2, pp. 49-69.
J\
R. ccl
! vr;.tglu.
f..
1 !!.:; 'a'
\L,rs:ti
: i Jh\ i"vl
\Lr/.. cr 'l
k'
Mexico City). U. of Mexico, Faculty of Engine ering, 2nd ed., 614 pp.
\\;;).h. f,
l\. F.
Miks JnJ (
\\
! umh. l'
11'11)1
"The residual soils of Hong Kong," Geot., 15, No. 2, pp. 180--194.
Engl. Water Works A ssn., 43, pp. 19 L-22 3. Permeability survey of glacial outwash
adjoining a reservoir site. The capillary rise method used in this study has been super
seded by other procedures.
Ped;. k
H.
! '14!)
1.
Proc. Purdue Conf on Soil Mech., pp. 140-150. I nvestigation of physical proper
ties of somewhat erratic glacial clays in connection with tunneling operations.
Brown
\ 1 'JJ .1
Pn:J;.. K
i i '15
1;
326), 14 pp. Investigation of erratic sand and gravel deposits and location of boundary
of filled area.
l'vck. R
I ci :,cir;t
i l954J
JI
I I 9b0 I
Brasil," Pro c. 1st Panamerican Con/. on Soil Mech., Mexico, 1, pp. 149-17 7.
MoiJaktJl, C J.
l'li,.:.J. "John Day lock and dam: foundation investigations," Proc. ASCE,
88, No. P04, pp. 29-45. Exploration of five-mile stretch of river for selection of dam
site, requiring geological, geophysical and engineering studies.
APA
TEK
'A
KEST
Bll
b
S
L 46
Dl Dl (',.DJ DII\IG PE
(2)
( 1)
menahan gaya-gaya yang akan bekerja padanya. Apabila analisis menunjukkan bahwa
struktur tersebut tidak memuaskan, maka dimensinya diubah dan kemudian dilakukan
lagi analisis yang baru.
Pada pemilihan awal (pertama) dimensi dinding penahan, pendisain berpedoman pada
pengalamannya serta tabel-tabel yang berisikan rasio antara lebar dasar dan tinggi dari din
ding standar/baku (ordinary walls). Langkah pertama dalam menganalisis adalah meng
estimasi besar/nilai semua gaya yang bckerja di atas dasar dinding, termasuk tekanan yang
diakibatkan oleh timbunan tanah serta oleh berat dinding itu sendiri. Pendisain kemudian
menyelidiki kestabilan
dinding
terhadap
penggulingan
(overturning).
Pada langkah
terjadinya
bidang yang terletak pada atau di bawah dasar, untuk menahan tekanan di bawah ujung
kaki (toe) pondasi tanpa mengakibatkan runtuh dan menggulingnya dinding, serta dalam
menopang semua gaya-gaya vertikal (termasuk berat dari timbunan) sedemikian hingga
tidak terjadi gerakan pada arah kcluar, pemiringan (tilting), ataupun penurunan (settle
ment) yang berlebihan.
Mekanika tanah dapat berperan dalam disain dinding-dinding p enahan melalui dua
operasi berikut ini: mengestimasi tekanan yang ditimbulkan oleh timbunari-tanah ter
hadap dinding, dan mengestimasi apakah pondasi mampu menopant; bangunan. Kedua
subyek ini akan kita bicarakan secara terpisah.
I ,, "
Pada Pasal 28 dan 30 kita telah membicarakan metoda-metoda teoretis untuk meng1 hitung tekanan-tanah terhadap dinding-dinding penahan. Ada tiga asumsi .yang mendasari
pamn
:.
rc<Jsl:J I C) d r1 Tll
r
1'\lrl\
n
l'
Jl
u.
JK1Flllll
k: .11 1
'l' J1U
1 .nr 'J
...
llCI'I
1 /;.
I. loll
a/
' k
I ;.
/111
, 1,
dari musim
ke musim dan pada sctiap tahunnya tanah tersebu t mengalami kcadaan jenuh total atau
jenuh sebagian diselingi oleh keadaan pengurasan air
(drainage )
an parsial apabila timbunan itu terendapkan secara lepas (loosely deposited) atau tidak me
miliki sistem drainase yang memadai. Semua proses-proses tcrsebut akan menyebabkan
perubahan musiman pada tekanan-tanah. Perubahan termaksud tidak tercakupkan dalam
teori tekanan-tanah klasik. Sebagai contoh, pcngukuran sel tekanan di punggung se
buah dinding penahan yang terbuat dari beton bcrtulang setinggi
34
30%
kaki menunjukkan
dinding.
buatan dinding-dinding penahan, atau misalnya dinding memiliki tinggi lebili dari
maka akan lebili menguritungkan kalau:
20
kaki,
dengan menerapkan metoda empiris atau semiempiris. Barangkali metoda yang tertua
di antara metoda-metoda tersebut adalah metoda yang menggunakan peta atau tabel
tabel yang menyajikan nilai-nilai dari rasio antara lebar alas dengan tinggi yang sesuai (me-
I1Jj
I ,z.,
/._
"
11', \1
ekivalen.
Pada metoda
ini, dinding didisain untuk dapat menahan tekanan dari suatu cairan yang diasumsikan
memberi tekanan yang sama kc dinding seperti tekanan yang diberikan oleh timbunan
tanah yang scsungguhnya. Meskipun digunakan sccara luas, konsep fluida-ekivalen tidaklah
menuntun kita mendapatkan nilai_-nilai berat satuan dari fluida-ekivalen. yang bisa di
terima secara umum. Kebanyakan pendisain lcbih suka menerapkan persamaan-persama
an teoretis guna menghitung tckanan dari tanah tak bcrkohesi dan mensubsti,usikan kc
dalam pcrsamaan-pcrsamaan terscbut nilai-nilai sudut gcsekan-dalam yang dikctahui di
masa lampau biasanya mcnghasilkan disain yang cukup mcmuaskan. Namun dalam me
nentukan nilai lj) yang tepat untuk berbagai situasi yang bcrbeda, pendisain-pcndisain mc
miliki pandangan yang bcrbeda-beda, dan scmcntara itu prosedur terscbut di atas tidak
bisa dibcrlakukan pada timbunan-tanah yang kohcsip, sekalipun sekcdar berdasarkan
teoretis saja.
Meskipun demikian, prosedur-proscdur empiris maupun serriiempiris tcrsebut masing
masingnya merupakan kumpulan pengalaman yang berharga dan juga merupakan rang
kuman sej umlah besar informasi yang penting. Dcwasa ini, pengetahuan kita tentang sifat
sifat tanah mcmungkinkan dihilangkannya nilai-nilai yang tak masuk akal (reasonable)
untuk parameter tanah ata1 berat satuan fluida-ckivalcn. Di samping itu, pengctahuan
mengenai teori tekanan-tanah bisa dimanfaatkan dalam menentukan kohesi dan juga
mengestimasi pengaruh
dari
1\:rmuk l:m
l'cnuuk
<10
11
lt at
I
hHIr.
'
ll'
danJ111
i lJI
unn
'rs
Jl' 11 1
1 m
!Ut
1.
r 1
L r.
l<
si)
fJ.
dirtJI!Ig
299
Tanah h e r b u tir kasar ta n p a t l'r ca mpu r oleh partikel-partikel tanah y ang halus, sangat
p crmcahcl (pasir h c rsih a t au k c ri ki l ) .
Tanah b e r b u t i r kasar yang me miliki p e r m cabilitas rcn d a h karena terc a mpur olch p a rti
kel-partikel u kuran lanau
3.
Tanah residual dengan m a t erial granular, pasir kclanauan halus, d a n b atu-batu d cngan
kand u ngan lempung yang besar
I.cmpung lunak atau
sangat
an.
3.
Pcnnukaan t im bunan bcrqfat h o riS'ntal d an cli amping itu mcP1ikul .bcban t.im
4.
Seandainya pennukaan timbunan tanah berupa bidang datar (kategori 1), maka tekan
l--"
f.--
<2
..
E
.;;
Ca tatan:
Bilangan-bilangan
menunjukkan
pada
jems-Jems
kurva
tanah
material
hitungan
jenis
tekanan
5,
Gbr.
c\j
L
46. 1
yang bernilai
..
}?J
1..-....
- ... '7
peng
dapat didasar
6((
3/
2:1
I
I ' :/
'
{3
46. 1 . P eta (chart) u n tuk mengestimasi tekanan timbunan tanah terhadap dinding
(J()
kal yang melalui tumit dinding, melebar d ari dasar dinding ke permukaan timbunan. Te
kanan to tal y ang dialami penampang tersebu t adalah
i kvH2
kh
Nilai-nilai
dan kv d is aj ik an di ru as kan an Gm b. 46 . 1 , dinyatakan
tikalnya. adalah
dalan} b entuk sudu t kemiringan {3, masing-masing untuk berbagai jenis m aterial tirnbunan.
Dalam ha! ini diasumsikan b ahwa t ekanan tirnbunan bertambal1 dengan proporsi yang se
derh ana terhadap p ertambahan kedalaman di bawah titik a. Dengan demikian , titik kerj a
dari b awah. Jika material terdiri dari p otongan
teka nan tirn bunan-tanah terletak d i
iH
46 . 1 ),
./rH d ari bawah di man a H dalam ha! ini ad alah nilai semula (sebelum dikurangi).
kh
kv
dari kurva-kurva dalam Gbr. 46. 2. Seperti sebelumnya, peta menyajikan nilai-nilai tekanan
yang dialami oleh penampang vertikal
ab
b
..
....
'
,,
no
"3:r
.\ -
k11 I
,__ . l'i"qa
.!
kh
i- 6:/
Kemiringan Maks. 3 : 1
amihn 1 "'
I (i
{
k,o
ky
-
i- I'
/:......
.
'"
Gbr. 4 6. 2.
P la u n l u k
fvda1 nut
I
11
11
:.."'):'
..
.... '
.... .J:/
... ...
--
... r---
6 :/
'
oleh 1 i mhu11 11
m e m ihks
--
o n tal
30 1
b
Gbr.
Ke t J J g a y! : :.1ng d . d : i j !
rl dvll 'l..
b t 1 , t1111 t 1 l
an
1'
.. -'::. 1
\'
;_ 1 :
1 1 11
\ ("'1
U i t u tr,.
F H: !
tekanan resultan ada di sept::rtiga H dari dasar {bawah). Untuk material jenis 5, nilai H di
kurangi sebesar empat kaki dalam penghitungan tekanan total, namun titik kerja tekanan
resultan tetap di titik
sebelum dikurangi.
tH dari
kanan tiap satuan luas yang bekerja pada penampang vertikal ab di sembarang kedalam
an menjadi bertambah akibat beban tambahan itu, yakni sebesar:
fJ
-=
( f(
di mana C adalah koefisien yang nilainya tergantung pada jens tanah. Dalam Tabel 46. 2
di bawah ini disajikan berbagai nilai da1i C.
'
Sean dainya permukaan timbunan meinikul beban garis q tiap satuan panjang paralel
(/
'
t. --+ lJ . 2 )
Pd
gambarkan galis lurus dari titik C, yakni titik kerja gay a q , dengan sudut 40 t erhadap
horis ontal sampai memotong punggung dinding di titik d1 . Jika titik d1 berada di bawah
dasar dinding, maka pengaruh beban tambahan bisa diabaikan. Jika titik c terletak di
sebelah kiri bidang vertikal ab, aturan-aturan yang ada tetap tak mengalami perubahan .
'
Beban garis q juga menghasilkan suatu tekanan vertikal tambahan terhadap pcrmuka
an bagian luar dari tumit (heel) dinding. Dalam hal ini kita dapat mengasumsikan bahwa
Tabe/ 46. 2
\ tflil m lu; ( tlaia m
Perwnwan it!
'
da n .ff, l
0 . 27
o , :m
l , 00
;j
0 . :)9
1 , 00
302
tekanan p " pada paras ini terdistribusi se car a merata di seluruh dasar
Hanya bagian
p"
q'
( 46 . 3 )
e(
yang beke rj a secara langsung pada tumit dinding yang harus dipcrhati
Prose dur-prosedur yang diuraikan dalam aline a-alinea terdahulu menunjuk ke dinding
yang terletak di atas pondasi-pondasi yang secara relatif tidak akan meluluh (unyielding).
Oleh karena itu, gesekan din ding serta adhesi cenderung meruntuhkan (menadk ke bawah)
dinding serta mengurangi tekanan tanah. Akan tetapi , j ika dinding berada di at as pondasi
yang sangat kompresibel, penurunan yang dialami dinding relatif terhadap timbunan
tanah, arahnya cenderung berlawanan dengan arah gaya-gaya tersebu t . Hal ini akan mem
perbesar tekanan tanah secara sangat berarti (besar) (lihat Pasal
buku Jilid
1 ).
29
dan Gbr.
29. 1
pada
bel , misalnya lempung lunak, maka nilai-nilai te kanan timbunan-tanah yang dihitung
untuk material-material jenis:
1 , 2, 3,
demikian kenyataannya, kita perlu mcmbuat berb agai kctetapan yang dapat m encegah
penumpukan/peng-akumulasi-an air di belakang dinding, dan di samping itu, mengurangi
pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh cuaca dingin.
Untuk
mengeluarkan
air
yang
meresap
ke
dalam
timbunan-tanah
selama ber
langsungnya badai huj an , dibuat saluran keluar seperti lubang pengucuran (weep holes)
atau pengurasan punggung dinding (back drains).
Lu bang pengucuran
biasanya dibuat
dengan menanam pipa sepanjang 4 inci dalam dinding seb agaiman a ditunju kkan pada
Gbr:
46.3a.
Spasi pada arah vertikal antara b arisan lubang pengucuran horisontal jangan
1ebih dari 5 kaki. Untuk suatu barisan tertentu, spasi pada arah horisontal tergantung
pada kete tapan-ketetapan yang dibuat dalam mengalirkan air rembe san ke arah lubang
lubang p engucuran. Metoda yang te rmu rah tetapi yang paling kurang efektip adalah me
nimbun sekitar satu kaki kubik batu yang dihancu rkan atau kerikil di ujung tempat masuk
lubang-lubang pengucuran. Jika metoda ini yang digunakan, maka spasi horisontal lubang
lubang pengucuran jangan lebih dari 5 kaki. Air yang keluar dari lubang pengucuran
mere sap masuk ke tanah di ujung kaki dari dinding pe nahan di mana tanah dapat dibuat
sekering mungkin . Kondisi yang tidak diinginkan ini dapat dihindarkan de ngan meng
ding
pengurasan-pu nggung-din
(back drain) longitudinal yang meluas untuk keseluruhan panjang dari punggung
ujung dinding. Sistem drainase yang lebih detil dan biasa digunakan ad ala h :
pengurasan
y ang digunakan,
bunan tanah ke pengurasan (d rains). Penelitian teoretis yang berdasarkan pada jaringan
aliran
memperlihatkan
bahwa
tekanan
rembesan
yang
berasal
dari
proses
filtrasi
(perc olation) ini mungkin akan sangat memperbesar tekanan lateral yang ditimbulkan oleh
timbunan tanah dengan permeabilitas rendah (Terz aghi
dalam Gbr.
1 936a).
p-
303
3 (Tabel46.1) se
lama musim hujan, permukaan timbunan-tanah harus diselimuti oleh suatu lapisan tanah
samping itu, pennukaannya harus dimiringkan ke arah sebuah wadah/selokan yang letak
bunan-tanah, pipa termaksud harus dikelilingi oleh pengurasan kerikil (gravel drain) dengan
saluran keluar yang terletak sedemikian rupa sehingga suatu kerctakan pacta pipa masih
oleh tanah, pcnelusan air ke arah pcngurasan punggung dinding, serta bcrbagai pcnyebab
pengkondisian waktu lainnya , maka akibat cuaca dinginlah yang menjadi satu-satunya
faktor yang harus diperhatikan secara terpisah. Seandainya timbunan-tanah jenis 2 dan 3
lajur pembekuan, dan mungkin lapisan es akan terwujud sejajar dengan punggung dinding
(lihat Pasal 21, buku Jilid
pennanen oleh lapisan tanah yang sangat permeabel atau sangat tidak penneabel, maka
akan terwujud sebuah sistem tcrtutup. Pacta timbunan tanah semacam ini, pembentuk
an lapisan-lapisan. es scmata-mata hanya melibatkan migrasi air dari bagian pusat timbun
an-tanah ke arah lajur pembekuan, sedangkan volume dan bentuk dari timbunan-tanah
praktis tidak berubah dan pergerakan yang dialan1i dinding penahan ccnderung tidak
terlihat. Namun, seandainya air tanah naik memasuki timbunan-tanah, maka yang ter
wujud adalah suatu sistem terbuka, dan lapisan-lapisan es yang terjadi akan menghasil
kan gerakan dinding (arah keluar) yang sangat kuat sebab tak ada dinding penahan yang
mampu melawan tekanan yang berasal dari pengkristalan es. Telah dtkatakan bahwa
kondisi bisa ditolong dengan memasang pengurasan kerikil kontinu pada titik potong
antara punggung dinding dengan petmukaan tanah semula (lihat Gambar 46.4a). Penguras
bd,
penarikan air, melalui proses kapilaritas , kc arah lajur pembekuan , seperti ditunjukkan
oleh anak panah dalam Gbr.
menjadi sebuah sistem tertutup dengan menyclimuti seluruh permukaan kontak antara
timbunan-tanah dan dasamya, terus hingga satu sampai dua kaki di atas titik tertinggi
dari muka air tanah, dengan sclimut kerikil atau material yang permeabilitasnya tinggi
(Gbr. 46.4b). Pengurasan pcngumpul (collector drain) hendaknya dipasang jauh dari per
batasan sebel_ah dalam dari lajur pembekuan, dan di samping itu tempat keluaran (outlet)
harus dilindungi dari gangguan yang ditimbulkan oleh es. Jika timbunan-tanah merupakan
sebuah sistem tertutup atau tersusun dari tanah jenis 1, 4, atau 5, proses pembekuan rela,
tip tidak akan menimbulkan bahaya yang serius.
ESTIMASI
yang dihitung berdasarkan tcod akan lebih kecil daripada teknan timbunan-tanah yang
L"apisan-lapisan Es.
(b)
Gbr. 46.4. (a) Pengaruh/aksi cuaca dingin pada timbunan tanah di punggung dinding pe
nahan yang hanya mempunyai pengurasan di punggung dinding. (b) Metoda p engurasan
timbunan-tanah untuk mencegah pembentukan lapisan es.
304
305
(b)
(a)
[: c
Terkuras secara.
.:.!
--..##-- permanen-.#t::b!:::h:::t.n
_
b
C'
(c)
Gbr.
dung terhadap pengamh cuaca dingin. Sebagai tambahan, pennukaan dari timbunan
tanah yang permeabilitasnya medium hams diselimuti oleh lapisan yang telah terpadat
kan dengan sempurna yang tersusun dari tanah yang kurang permeabel, seperti ditunjuk
celah terbuka selama berlangsungnya badai hujan, maka perlu disisipkan sebuah lapisan
drain ase di antara dinding dan timbunan-tanal1, dengan kedalaman yang mencapai I ,Sz 0
di bawah puncak. Karena lapisan paling atas dari timbunan-tanah lempung sangat mung.
kip
retak dan
menjadi
agak permeabel
akibat
. selang-seling, maka lapisan drainase vertikal harus dihubungkan ke sebuah lapisan drainase
yang dimiringkan oleh sebuah penapis yang landai (lihat Gbr.
'mengumpulkan air yang menelus melalui lapisan atas lempung. Sifat-sifat fisika d'ari irisan
irisan lempung yang berada di antara penapis tersebut dan lapisan drainase yang dirniring
kan boleh diharapkan tetap sepanjang tahunnya.
Jumlah- air yang menelus melewati timbunan-tanah yang tersusun dengan baik sangat
lah kecil sehingga tidak ada partikel-partikel yang terhanyutkan dan menyumbat sistem
drainase tersebut. Karena itu, ukuran butiran material lapisan drainase tidak hams me
menuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku untuk lapisan penapis (Pasal
11 ).
TEKANAN- TANAH Y ANG BEKERJA PADA DINDING PENAHAN Y ANG TIDAK MELULUH.
Dinding kaku yang terletak pada suatu posisi yang tetap, misalnya bagian depan dari tang
gul jembatan yang berbentuk
alami tekanan-tanah aktip melainkan mengalami tekanan-tanah pada keadaan diam. Kita
makl umi bahwa nilai tekanan-tanah pada keadaan diam akan lebih besar daripada nilai
tekanan-tanah aktip. Tekanan termaksud tidak saja bergantung pada sifat-sifat fisika
timbunan-tanah tetapi juga pada cara menempatkan tirnbunan-tanah. Karena itu, intensitas
tekanan-tanah yang bekerja pada suatu 'dinding yang posisinya tertentu/tetap dapat di
mengenai hal tersebut sangatlah sedikit. Tekanan yang diakibatkan oleh timbunan-tanah
yang berada dalam keadaan lepas, terhadap dinding tetap yang rendah, ternyata le bill kecil
daripada tekanan yang diakibatkan oleh timbunan-tanah .Yao.g berada dalam keadaan pa
dat/terpadatkan (Terzaghi
1934a).
306
timbunan-tanah yang tersusun dari pasir berukuran sedang (medium) yang terpadatkan de
ngan baik menunjukkan bahwa, secara kasar, sama dengan nilai Coulomb di setiap kedalam
an ditambah dengan suatu nilai konstanta sekitar
0,13 ton/ft3
(Muller
1 939).
pondasi. Karena pondasi yang memadai menuntut setidaknya suatu pengetahuan tentang
jenis tanal1 yang ada di bawah pondasi tersebut, maka kita harus melakukan penyelidikan
tanah bawah permukaan, sckalipun misalnya sekedar menggunakan peralatan-peralatan
yang tidak moderen (kuno). Pemboran dengan sebuah"post-hole digger" atau alat-alat
yang sesuai lainnya, hingga sua tu kedalaman di bawah dasar pondasi yang sama dengan ke
tinggian dinding tersebut, merupakan persyaratan minimal untuk penyelidikan tanah
bawah permukaan termaksud di atas. Seandainya kita jumpai suatu lapisan kokoh pada ke
dalaman yang lebih kecil daripada nilai tersebut di atas (yaitu
boran bisa kita hcntikan ketika telah mencapai kedalaman dua kaki dalam lapisan terse but
asalkan pengalaman dan h ukti-bukti geologi yang tersedia menjamin bahwa tidak akan ada
!apisan lunak di kedalaman yang lehih besar. Sebaliknya, jika terdapat suatu lapisan lunak
yang meluas hingga kedalaman yang lebill hcsar daripada tinggi dinding, maka penggalian
ha rus diteruskan hingga mencapai dasar dan lapisan lunak tersebut, atau sampai kekakuan
tanah yang dijumpai telah jauh bertamhah besar. Di samping itu, pendisain dituntut untuk
mengetahui pula kedalaman penetrasi cuaca dingin serta kedalaman posisi tanah yang
mengalami keretakan/patah akibat perubahan volume secara musiman, sehingga pendisain
bisa menentukan dasar poncbsi di bawah kedalaman tersebut (Pasal
53).
tidak terscdia informasi, maka dimensi untuk pondasi tidak perlu muncul dalam perenca
naan, tetapi pcrlu diberikan sejumlah instruksi sederhana kepada insinyur pelaksana di
lapangan untuk mclakukan pemilihan dimensi sctelah informasi yang dibutuhkan tersedia.
Pondasi untuk dinding penahan setidaknya memenuhi dua persyaratan ini: faktor
keamanan terhadap gelinciran haruslah cukup besar/memadai, dan tekanan dari tanah
yang terletak di bawah ujung kaki pondasi haruslah sama atau lebih kecil darit'ada tekan
54).
dianggap bijaksana memberlakukan persyaratan bahwa resultan dari semua gaya yang
bekerja pada dinding di atas dasarnya haruslah terletak di sepertiga bagian tengah dasar
terse but sebagai tambahan, jika tanah bawah permukaan bersifat kompresibel haruslah di
penuhi syarat berikutnya bahwa perbedaan penurunan (differential settlement) dari
alami dinding penahan, di atas dasarnya, akan ditahan oleh gesekan antara tanah de
ngan dasar tersebut serta oleh tekanan tanah pasif dari tanah yang bersentuhan oengan
permukaan luar pondasi. Pada umumnya disyaratkan agar faktor keamanan terhadap ge
linciran bernilai sekurang-kurangnya
1 ,5.
Gesekan antara dasar dengan tanah yang agak permeabel seperti pasir bersih atau
pasir kelanauan adalah sama dengan tekanan normal total pada dasar dikalikan dengan
koefisien gesekan f antara tanah dengan dasar tersebut. Nilai koefisien gesek untuk tanah
.
bcrbutir kasar yang tidak mengandung lanau atau lempung dapat diambil sama dengan
0,55,
sedang untuk pasir berbutir kasar yang mengandung lanau bisa diambil f=
0,45.
Seandainya dinding terletak di atas lempung atau lanau, perlu diadakan tindakan pen
cegahan khusus. Sebelum pondasi telapak dipancangkan, sekitar
yang akan diselirriuti oleh beton harus diangkat dan kemudian digantikan oleh lapisan
pasir berbutir runcing yang dipadatkan dengan baik atau pasir maupun kerikil. Kita boleh
307
mengasumsikan bahwa koefisien gesek antara pasir dengan tanah yang mendasarinya ber
nilai sama dengan f 0,35. Namun, seandainya kekuatan geser terbuka (undrained shear
strength) s dari tanah yang mendasari lebih kecil daripada tahanan gesekan di bawah setiap
bagian dari dasar pondasi, pada suatu jarak di bawah dasar pondasi akan terjadi slip dalam
tanah akibat geseran. Jika tckanan normal naik. mula! dari nol di tumit dinding menjadi
p di ujung kaki scperti diperlihatkan pada Gbr. 46 .6a, keruntuhan antara a2 dan d akan
terjadi mclalui pcnggelinciran di sepanjang persentuhan antara lapisan pasir dengan tanah
yang mendasarinya, dan juga antara d dan a1 melalui geseran di dalam tanah itu sendiri.
Jika tekanan di dasar dinding mempunyai nilai p tiap satuan luas yang seragam, tahanan
gelinciran tiap satuan luas dari dasar dinding akan lebih kecil daripada nilai-nilai fp
dan s.
Gaya yang kedua yang menahan penggelinciran dasar dinding adalal1 tekanantanah
pasip dari tanah di depan bagian dinding yang terbenam. Dalam lajur perubahan ke
lembaban dan suhu sccara musiman, tekanan tanah pasif merupakan hambatan yang
kurang dapat diandalkan (unreliable). Adanya lubang-lubang akar mungkin membuat tanah
menjadi sedemikian kompresibel sehingga hambatan pasif menjadi tidak efektif sampai
dinding bergerak maju sejauh jarak yang cukup berarti. Seandainya tanall bawal1 permuka
an mengandung lanau dan muka air tanal1 sangat dekat ke pemmkaan, lapisan es dapat
terbentuk sepanjang musim dingin di bagian sebelah atas tanah (Pasal 21). Selama mu
sim-musim es mencair, tanah dapat sedemikian lunaknya sehingga hambatan pasifnya
boleh diabaikan. Mengingat kemungkinan-kemungkinan ini, maka tekanan-tanah pasif
hendaknya diabaikan saja kecuali kalau kondisi-kondisi setempat memungkinkan peng
hftungan batas bawah dari nilai tekanan-tanah pasif tersebut.
Seandainya faktor keamanan terhadap gelinciran hanya bisa mencapai 1,5 dengan
membuat pondasi yang sedemikian berat (heavy), maka mungkin akan lebih, ekonomis
membuat dinding di atas pondasi tiang-pancang seperti diperagakan pada Gbr. 46.6c.
Tiang-tiang vertikal akan menopang gaya-gaya vertikal, sedangkan yang horisontal oleh
tiang miring yang dipancangkan dengan sua tu sudut tertentu terhadap vertikal. Tiang verti
kal dapat dipancangkan dengan lebili mudah (murah). Walaupun begitu, karena han1batan
bagian atas tiang vertikal yang ditahan di tanah lunak sedemikian kecilnya, maka tidak
adanya tiang miring akan menyebabkan gerakan bertahap (gradual) dari dinding pada arah
keluar. Beberapa rangka jemba tan yang ditopang oleh pondasi tiang pancang, tanpa tiang
miring, bergerak maju seiring dengan perjalanan waktu sampai tegangan-tegangan yang be
kerja mulai menyebabkan tekukan melalui kompresi aksial (Terzaghi 1929b ). Seandainya
berat timbunan tanah di punggung dinding penahan melebihi setengah daya dukung dari
=
(h)
Gbr. 46.6 (a) Distribusi pendekatan tekanan kontak pada dasar dinding penahan jika resul
tan gaya memotong dasar dinding di titik sepertiga sebelah luar. (b) Diagram yang memper
lihatkan hambatan terhadap gelinciran seandainya kekuatan geser terbuka dari tanah di
bawaq dasar pondasi lebih kecil daripada hambatan gesekan antara dasar pondasi dengan
tanah di bawahnya. (c) Dasar dinding penahan yang ditopang oleh tiang-tiang tegak dan
tiang miring.
308
tanah bawah-pennukaan, maka gerakan yang tctjadi pada dinding penahan atau
"abutment" cenderung berlebihan, bahkan sekalipun pondasi telah dilengkapi oleh tiang
tiang miring yang cukup guna menahan tekanan dari timbunan-tanah (Peck, Ireland dan
Teng 1948). Pada situasi-situasi seperti itu, maka substitusi material yang ringan untuk
timbunan-tanah jenis yang biasa (ordinary), atau bahkan mengubah rancangan dari ke
seluruhan proyek sehingga meniadakan timbunan-tanah. Tanggul jembatan yang kokoh,
misalnya, mungkin tidak begitu diperlukan ketimbang tanggul terbuka (open abutment)
yang timbunannya meluas dengarr suatu kemiringan. Jalan raya yang terletak langsung di
belakang tanggul, dengan demikian memikul suatu struktur, bukan memikul timbunan.
PENURUNAN DAN TEKANANTANAH YANG DIIZINKAN.
Seandainya resultan dari se
mua gaya yang bekerja pada dinding memotong dasar pondasi dinding pada titik-titik yang
berada di sepertiga bagian luarnya, maka tekanan-sentuh pada dasar dinding bertambah,
secara kasarnya, mulai dari no! di bagian ujung kakinya. Karena itu, proses penimbun
an umumnya akan menyebabkan dinding miring ke arah luar. Jika dinding terletak di atas
tanah yang kokoh, misalnya pasir padat atau campuran lempung-pasir yang kaku, maka
miringnya dinding akan tidak begitu terlihat, asalkan saja tekanan di bawah ujung kaki
pondasi tidak melewati nilai tekanan yang diizinkan untuk tanah yang bersangkutan
(lihat Pasal 54, buku Jilid 2). Sebaliknya, jika dinding terletak di atas tanah yarig sangat
kompresibel, misalnya lempung yang sangat lunak, dinding akan mengalami pemiring
an yang sangat besar. Konsolidasi bertahap yang dialami lempung di bawah ujung-kaki
pondasi dapat menyebabkan bertambahnya pemiringan dinding dalam selang waktu be
berapa tahun. Akibat bertambahnya pemiringan adalah bergeraknya pusat gravitasi din
ding, dan di samping itu menyebabkan terus bertambahnya tekanan-tanah sampai
akhirnya dinding mengalami keruntuhan melalui proses penggulingan. Oleh sebab itu,
jika dinding terletak di atas tanah yang sangat kompresibel, maka pondasi harus didisain
sedemikian rupa sehingga titik kerja dari tekanan. resultan berada dekat ke titik tengah
dasar.
Seandainya dinding-penahan bertindak sebagai sebuah tanggul jembatan (bridge abut
ment), pemiringan dinding akan mengubah jarak antara tanggul-tanggul. Pada beberapa
jembatan jarak antara tersebut berkurang sampai akhirnya sebesar bentang struktur atas
jembatan yang bersangkutal), sedangkan pada jembatan lainnya akan bertambah dan
bisa melebihi bentang struktur atas jembatan. Peristiwa yang terakhir ini hanya dapat
terjadi jika timbunan tanah mengandung lapisan tanah yang kompresibel yang agak tebal,
misalnya gambut atau lempung lunak. Lapisan tersebut memampat akibat berat timbun
an-tanah, dan daerah di bawah timbunan akan mengalami penurunan. Karena tanggul ter
sebut di dekat pinggiran daerah yang mengalami pembebanan, dasar tanggul menjadi
miring, dan akibatnya dinding akan miring ke arah timbunan. Besarnya pergerakan ini
bisa jauh lebih besar ketimbang pemiringan ke muka yang diakibatkan oleh tekanan
timbunan-tanah.
Tinjauan di atas menunjukkan bahwa pondasi dinding-penahan bahkan memerlu
kan perhatian yang lebih seksama daripada perhatian yang diberikan untuk bangunan biasa.
Prinsip-prinsip umum dalam mendisain pondasi-pondasi akan dibicarakan dalam Pasal
53, 54,'dan 56.
Observasi-observasi Lapangan
Kita tidak bisa mengarttisipasi perbaikan lebih jauh dalam mendisain .dan membangun
dinding-dinding penahan sebeium ada informasi mengenai unjuk-prestasi (performance)
dinding penahan standar (ordinary) yang dilengkapi dengan timbunan-tanah dengan cara
yang umum dilakukan serta informasi mengenai keefektifan pengurasan (drains) guna
menghilangkan tekanan air pori dalam timbunan-tanah yang dipadatkan. Untuk mendapat
kan kedua jenis data tersebut, maka kita memerlukan observasi lapangan.
309
empirik akan lebih handal (reliable) jika dibandingkan dengan hukum-hukum itu s(mdiri.
Bahkan, data-data observasi yang mendasari hukum-hukum empirik yang dibentuk untuk
mengestimasi
tekanan
dari
timbunan-tanah
masih
belum
memadai.
Catatan-catatan
sekedar diskripsi tentang material timbunan-tanah secara samar-samar. Dan, di samping itu,
data mengenai perpindahan (displacement) umumnya terbatas pada hal-hal yang dapat
terlihat oleh pengan1atan yang scpintas lalu saja. Oleh karena itu, bidang penting penentu
curah hujan tahunan rata-rata, dan kedalaman penetrasi olch cuaca dingin. Informasi juga
harus disertai oleh sebuah sketsa yang menunjukkan penampang lintang dinding serta profil
dari tanah-bawah permukaan (subsoil) yang secara tegas mengungkapkan kondisi dari pon
dasi. Contoh (sample) timbunan-tanah bisa diperoleh dengan menggunakan sebuah "post
hole digger", dan diskripsi tentang material timbunan-tanah haruslah berisikan semua hasil
uji identifikasi yang disajikan dalam tabel
9.1
(Buku Jilid
1 ).
dari puncak (crest). Pengukuran terse but harus dilakukan sedikitnya empat kali dalam tiap
tahun, di setiap akhir musim (dalam hal ini ada empat musim.pada setiap tahun).
Perpindahan dinding-dinding penahan yang diakibatkan oleh cuapa dingin secara prak
tis merupakan fenomena yang tak dapat diselidiki. Tetapi, pengukuran kemiringan atau
pun perpi ndahan yang dilakukan secara periodik dalam bebenipa tahun tetap dapat di
dingin. Seandainya cuaca dingin merupakan penyebab, maka struktur es dalam laju'r pem
kan teori tekanan-tanah hendaknya juga berisikan semua hasil...hasil pengujian tanah yang
dilakukan sebelum pelaksanaan pembuatan dinding tersebut, serta di samping itu juga ber
isikan pengukuran periodik tekanan air pori di bcberapa titik yang dianggap dapat me
rupakan hal yang mendasar. Penting diingat bahwa hasil-hasil pengukuran tekanan hendak
nya jangan diharapkan sesuai dengan nilai-nilai tekanan tanah-aktif yang dihitung berdasar
kan teori; batas-batas keamanan yang diberikan oleh dinding yang didisain dengan baik
akan memungkinkan pergerakan yang lebih kecil daripada pergerakan yang diperlukan
untuk mengurangi tekanan lateral ke nilai aktifnya. Namun, sebelum dinding semacam
itu runtuh, kondisi deformasi untuk tekanan aktif 'harus dipenuhi. Oleh karena itu, disain
Tak ada basis (dasar) yang memuaskan kita dalam mendisain dinding kokoh (rigid)
yang tak meluluh di puncaknya sebelum kita memiliki catatan-catatan (banyak) menge
nai tekanan-tanah yang bekerja pacta dinding tersebut di lapangan. Beberapa data (sedikit)
dapat diperoleh melalui penggunaan sel-sel tekanan dengan luas yang kecil dibandingkan
dengan luas punggung dinding. Tetapi sebagai konsekuensinya, hasil yang didapat kurang
mantap. Kita bisa mendapatkan informasi yang lebih handal dengan menggunakan per
alatan yang mengukur tekanan pada daerah yang agak luas (Pasal
67).
310
Rangkuman
Dalam rangka mendisain dinding-penahan, perencanaan ketetapan-ketetapan drainase
yang memadai dan perhatian yang seksama terhadap kondisi-kondisi pondasi akan lebih
penting daripada menghitung secara benar tekanan-tanah. Tekanan yang ditimbulkan oleh
timbunan-tanah bisa diestimasi baik berdasarkan hukum-hukum semiempirik ataupun
dengan menggunakan teori tekanan-tanah. Metoda yang pertama memiliki kekurangan
yaitu beberapa dinding ternyata terlalu aman, dinding yang lain hampir tak stabil dan ka
dang-kadang ada juga dinding yang runtuh. Meskipun demikian, untuk pekerjaanpekerja
an yang nttin sifatnya, metoda yang pertama irii lebih murah dan lebih disukai. Metoda
yang kedua membutuhkan dipenuhinya persyaratan-persyaratan teoretik dalam membuat
sistem drainase dan timbunan-tanah. Metoda ini cocok untuk pekerjaan besar, atau dinding
penahan memiliki tinggi di atas
20 ft.
Bacaan Pilihan
Uraian lengkap menggunakan teori tekanan-tanah secara klasik dan penerapannya ter
hadap disain dinding-dinding penahan diberikan dalam buku: Earth Pressu res and R etain ing
Walls, W.C. Huntington, New York, John Wiley and Sons, 1 957. Dalam buku ini disajikan
metoda analisis dan disain yang mudah untuk berbagai jenis kondisi.
Contoh-contoh berbagai prosedur serniempiris yang disebutkan dalam artikel ini bisa
dilihat dalam rujukan berikut ini:
Turneaure dan Maurer ( 1 9 1 3). Principles of R einforced Concrete construction, 2nd ed.,
New York, hal. 370-373. Pen-disain-an menggunakan metoda fluida-ekivalen.
Trautwine ( 1 937). Civil Engineer's Reference-Book, 21st ed., Ithaca, hal. 603-606. Disain
berdasarkan rasio antara lebar dasar terhadap tingginya.
Buku-buku rujukan lain yang berisikan informasi penting adalah sebagai berikut:
Baker, Benyamin ( 1 88 1 ). "The actual lateral pressure of earthwork", Min. Proc. Inst. Cil'il
Eng, London, 65, hal. 1 40- 1 8 6, pembahasan hal. 1 87-24 1 . Makalah ini berisikan gra
fik yang mendiskripsikan penyebab-penyebab serta jenis-jenis keruntuhan dinding pe
nahan. Pembahasan teoretik dan metoda-metoda disain yang diusulkan sudah kc
tinggalan jam an.
AREA ( 1 93 3). "Use of portable cribbing in place of rigid retaining walls and the utility
of the different kinds of cribbing'', Committee R ep ort, Proc. A m. R wy. Eng. Assn.,
34, hal. 13 9- 1 48. Rangkuman mengenai pengala man perawatan/penanganan (main
tenance).
Terzaghi, K. ( 1 934a). "Large retaining-wall tests", Eng. News Record, 112, hal. 1 36-140,
259-262, 3 1 6-3 1 8, 403-406, 503-508. Uji-uji skala besar yang memperagakan penga
ruh yang ditimb11lkan oleh gerakan dinding penahan terhadap distribusi dan intensitas
tekanan-tanah.
Terzaghi, K. ( 1 9 34b). "Retaining-wall design for Fifteen-Mile Falls Dam", Eng. News
Record, 112, hal . 63 2-636. Pen-disain-an dinding penahan gravitasi setinggi 170 ft.
Kaufman, R.I. dan W.C. Sherman, Jr. ( 1 964). "Engineering Measurments on Port Alien
Lock", ASCE J. Soil. Mech. , 90, No. SM5, hal. 2 2 1 -247. Pengukuran tekanan lateral
timbunan-tanah pasir terhadap dinding kunci (lock wall) p ada beberapa kondisi-kondisi
tekanan hidrostatik.
31 1
Pendahuluan
Pada sebagian besar peketjaan, seperti: pemasangan berbagai peralatan/fasilitas bawah
ta nah, pembuatan ruang-ruang bawah tanah {basement) yang dalam dari suatu bangunan,
serta penyiapan pondasi bendungan-bendungan, harus dilangsungkan penggalian tanah
hingga suatu kedalaman yang letaknya di bawah muka air tanah, dan di samping itu pcrlu
dicegah/dikurangi mengalirnya air ke dalam galian tcrmaksud. Untuk mengatur aliran air
yang masuk, maka sdama atau lebih baik sebelum penggalian dilakukan dibuat suatu sistem
pengurasan (drainase). Pinggir atau tepi galian dimiringkan untuk mendapatkan kestabilan.
Bagi galian yang tepinya v ertikal dibuat struktur yang memperkuat berupa penopang
lateral (lihat Pasal 48).
Jumlah air yang harus dibuang dan waktu yang dibutuhkan untuk menguras tanah se
keliling pada suatu penggalian dengan dimensi tertentu dan mencapai kedalaman di bawah
muka air tanah akan bergantung pada kompresibilitas serta permeabilitas tanah yang ber
sangkutan. Pada umumnya, perencanaan ketetapan-ketetapan mengenai drainase tidaklah
mensyaratkan informasi tentang permeabilitas tanah bawah-permukaan sedemikian teliti
nya. Dengan demikian dalam pekerjaan-pekerjaan yang umum (rata-rata) semacam itu,
hanya uji-uji rutin saja yang diperlukan (lihat Tabel 9.1, halaman
toh tanah yang diambil dari lubang pengeboran eksplorasi. Uji pemompaan biasanya diada
kan pada pekerjaan-pekerjaan yang berskala besar. Namun, lokasi titik-titik tempat pemom-
. paan dan metoda drainase yang digunakan selalu harus diperhatikan dengan cermat, baik
dalam pekerjaan berskala besar maupun dalam pekerjaan berskala kecil.
Metoda-Metoda Drainase
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dengan. ongkos terkecil, kita perlu me
nyesuaikan metoda drainase dengan permeabilitas rata-rata tanah di seputar tempat
pekerjaan dilangsungkan serta kedalaman lubang acuannya adalah muka air tanah. Tam
bahan lagi, untuk pekerjaan skala kecil, metoda drainase perlu disesuaikan dengan macam
peralatan yang paling mungkin ter :dia di lapangan. Permeabilitas tanah-tanah yang sebagi
an besarnya tersusun dari endapan-endapan alami sangatlah bcrvariasi dari satu titik ke titik
lainnya. Tetapi, jika angin yang mengendapkan, pernyataan di' at as mungkin sekali tidak
"
berlaku. Tabel 47 . 1 (hal. 312) menyajikan batas -batas ekstrim dari variasi permeabilitas
Hingga akhir abad 19, drainase dari galian-galian tcrbuka umumnya diwujudkan
dcngan mcngalirkan air, yang meresap kc galian, mcnuju lubang yang dangkal atau kolam
kolam pcngumpul air yang bcrupa lubang yang dipcrkuat olch kayu (timber shaft) dan
kcmudian memompa air kcluar dari lubang terscbut. Untuk pekcrjaan-pckerjaan bcrskala
kccil, mctoda pengumpulan seperti ini masih tcrus digunakan. Bagian scbelah
bar 47.1
kiri Gam
mengilustrasikan metoda terse but, di mana sebuah penampang vcrtikal dari sebuah
galian yang luas dcngan tepi yang dimiringkan mengalami pemompaan. Sebagian bcsar
air munc ul dari ujung kaki lereng (slope). Air tersebut dibagi-bagi melalui saluran drainase
masuk ke dalam satu atau lcbih kolan1 pengumpul S. Pada tiap kolam pengumpul di
pasang sebuah pompa untuk memindahkan air yang terkumpul tcrsc but kc dalam pipa
luah (discharge pipe).
312
Tabe/ 4 7.1
Koefisien permeabili tas dari formasi tanah a/ami yang umum kita jumpai
1
\Il,u k (cm;del)
o11nas1
'
,,,
E1!! 4aprrEkdapanSungal
sung 1Ul1n di.Genissiat
'Mispurl
1 ,
MisSissippi
,
'
i/q;pan' Gla&tal
SampaiQ,40
0,02 sampai dengan 0,16
ugan (\12
0,02 sampai de
0,05 samvai
dengan 2;00
l'ill
.
..., datz Endilpair Laut di Lepa& Pantai
. Pasir seragam sangat halus,
5 sampai dengan
.
Bull 's liver; Six th Ave., N. Y., U = 5 sampai dengan
rmuxu .,
o,oooi
kerugian. Kerugian yang paling u tarn a adalah melunak dan juga mengelupasnya bagian
bawah lereng. Hal ini disebabk.an kecepatan rembasan, dan dengan demikian berarti pula
23
dan
24).
Tabe/ 4 7.2
K/asifikosi Tanah Berdasarkan Koefisien Permeabilitasnya
f:iUi
sectang
lteridan
gl!frendah.
Plfkfl:s tidak per.llieal:n:l
Diat<l$ 10t
1Q71 san)pai dengan 103
10- 3 sampai .dengar!l().; 6
ws sampai dertgan 10-7
Lebih kecil dari I07
313
: i;;?)ii:X:)t:/ifX'ii.':;',),;,;(jt
Pasir
bagian, Bawah :.:. Sumur "Bleeder"
Gbr. 47.1. (kiri) Posisi muka air tanah selama berlangsu11gnya pemompaan dari kolam
kolam pengumpul. (k.anan) Posisi muka air tanah selama berlangsungnya pemompaan dari
titik-titik sumur. Kondisi-kondisi tanah yang menyebabkait keruntuhan tanah melalui
peristiwa penyembulan, kendatipun pemompaan dilangsungkan, kecuali kalau sumur
"bleeder" B dipasang.
awal dari luapan ini, terjadi erosi bawah tanah pada arah mundur membentuk saluran-sa
luran (tunnels) di bawah tanah. Runtuhnya atap saluran/tcrowongan tersebut akan meng
akibatkan tenggelamnya permukaan tanah di sekeliling galian, merosotnya lereng, atau
ambruknya penumpu lateral (Pasal 63, buku Jilid 2).
Kemun gkinan pembentukan luapan bisa dikurangi dengan memasang barisan turap
turap di seputar galian yang ditanam sampai suatu kedalaman tertentu di bawah dasar gali
an. Turap-turap memotong rembasan di setiap lapisan yang letaknya di sebelah atas dari
tepi bawah turap dinding, dan juga mengurangi gradien hidraulik, yakni tempat naik
nya air ke arah dasar dari galian. Dalam pada itu, seandainya kondisi-kondisi yang ada
pada tanah tidak menguntungkan, maka turap-turap itu pun bahkan tak mampu men
cegah pembentukan luapan beserta segala konsekuensi yang tak diinginkan yang ditimbul
kannya. Pada pekerjaan-pekerjaan yang berskala kecil, misalnya penggalian lubang dang
kal yang diperkuat oleh kayu (shallow tin1bered cut) pada tanah mengandung air yang
tersusun dari butiran halus, biasanya diadakan timbunan kerikil ke dalam galian ter
maksud di tempat adanya kecenderungan naiknya tanah bersama air, tetapi prosedur
pencegahan semacam ini dipandang lamban dan juga berbahaya. Bahkan untuk pe
kerjaan berskala besar, misalnya penggalian untuk sebuah dam, boleh dikatakan sama
sekali tidak praktis.
Berbagai
tekanan hidrostatik yang bekerja pada satu lapisan kedap air yang relatif kontinu, misal
nya
ab
galian hanya akan menurunkan tinggi piezometri air yang ada di atas
bawah
ab
ab,
tetap tidak berubah. Andaikata kita 1etakkan tabung piezometri di suatu titik
di bawah ab, maka air dalam tabung ini akan naik sampai suatu ketinggian yang tak lain
adalah tinggi dari muka air tanah semula. Misalkan
mu
"fh 1,
ab
ab agak h orisontal,
ab
"fwh.
Seandainya
'Ywh
lebih
pengangkatan
(heave). Sebalik
blow.
3 14
315
metoda vak um. Akhirnya, sekitar tahun 1934, tanah berbutir halus berhasil dikonsolidasi
kan melalui proses elektro-osmotik. Prosedur terakhir ini dinamakan: metoda elektro
osmotik.
Alinea-alinea berikut ini berisikan uraian secara garis besar berbagai metoda utama
drainase serta kondisi-kondisi yang memungkinkan suksesnya metoda-metoda tersebut.
Kemudian dalam Pasal 59 (buku Jilid 2) kita akan membicarakan pengaruh drainase ter
hadap berbagai sifat yang memiliki keterkaitan erat dengannya.
316
b"'
-:.""
'!.l_
< CT)
Batuan Dasar
Pipa Pembuang
(b)
Gbr.
4 7.2. Drainase dari galian dalam. (a ) Dengan susunan bertahap rangkap dari titik
15
dibanding ketebalan massa tanah yang berdampingan. Tekanan rembesan dalam massa
tanah ini dapat membahayakan kestabilan lereng-lereng.
4 7 )b).
;-----.._
20
sampai
75
ukuran butiran untuk material filter ditunjukkan dalam Tabel 11.2. Jika tabir diberi celah,
3 17
le bar da' celah jangan melebihi diameter D7 0 dari material di sekeliling tabir. Jika lubang
bukaan berbentuk lingkaran, maka diameternya tidak boleh melebihi D8 0 dari material di
sekelilingnya. Pada masing-masing sumur dipasang pompa turbin sumur dalam atau yang
dapat beroperasi/ digerakkan oleh listrik di saat terbenam guna dapat mengangkat air ke
ketinggian yang melebihi ketinggian melalui pengangkatan oleh penyedotan. Untuk me
laksanakan pemboran dan pemasangan penapis bergradasi (graded filter) diperlukan tek
nik-teknik yang khusus (Mansur dan Kaufman
1962).
Sejumlah (kecil) air mungkin mengalir masuk ke dalam ruang antara sumur-sumur
termaksud. Guna mencegah mengelupasnya ujung-ujung kaki lereng-lereng, maka disaran
kan untuk mengeluarkan air melalui sederetan titik-titik sumur
g (Gbr. 47.2b ).
15
atau
20
meabilitas tanah relatif rendah sehingga kuantitas air tiap sumur terlalu kecil untuk
pemakaian pompa sumur-dalam berdiameter besar - ditinjau dari segi ekonomi - maka
akan lebih menguntungkan jika digunakan sebuah sistem titik-sumur "jet-eductor". Pom
pa jet-eductor diletakkan tepat di atas titik sumur, dan beroperasi dengan memanfaatkan
air bertekanan tinggi. Titik sumur diadakan di dasar sebuah pipa pelindung sedikitnya de
ngan diameter sebesar
atas suatu lapisan yang relatif tak kedap air, misalnya ab dalam {Gbr.
47. 1,
suatu "peng
angkatan" atau "blow" akan terjadi "meskipun pemompaan dari sumur-sumur telah me
wuju dkan pengurasan (drainase). Untuk menghindari keadaan yang tidak diinginkan se
perti itu, maka harus diadakan mekanisme p engeluaran air yang berada di bawah lapisan
yang menghalanginya. Mekanisme termaksud adalah apa yang disebut sebagai :
bleeder.
sumur
menanamkan ke dalam tanah titik-titik sumur, kemudian "mencuci" ruang yang ber
bentuk cincin di seputar pipa pengangkat air serta mengisi ruang tersebut dengan pasir
kasar.
Penting dicatat bahwa berat satuan jenuh "f sebagian besar tanah boleh dikatakan dua
kali lipat berat satuan 'Yw air . Oleh karena itu, kondisi untuk terjadinya "pengangkatan"
atau "blow'", yang dapat dirumuskan sebagai berikut
(lihat Ghr.
47. 1)
2h 1
Akan
tetapi pada beberapa formasi tanah, kenaikan air dalam tabung piezometri untuk air
dalam lapisan yang lebih di dalam akan lebih tinggi dibandingkan kenaikan yang dialarni
air dalam lapisan dekat ke perrnukaan. Kondisi ini dikenal sebagai :
kondisi Artesian.
318
Seandainya kondisi ini tidak terpenuhi , maka "pengangkatan" atau "blow" dapat ter
jadi sekalipun h jauh lebih kecil daripada 2h 1
Untuk mendeteksi adanya kondisi artesian, perlu dilakukan pemboran eksplorasi
hingga kedalaman sekurang-kurangnya h dan lebih baik lagi 1 ,5h di bawah tinggi "sub
grade". Sewaktu sampel diambil, air dibiarkan naik ke dalam pipa-pelindung sampai tiJ1ggi
nya menjadi stasioner, dan ketinggian paras air bisa ditentukan.
Metoda Vakum
Apabila ukuran butiran efektip rata-rata D1 0 dari tanah lebih kecil dari sekitar
0,05 mm, maka metoda-metoda drainase gravitasi yang diuraikan pada alinea-alinea
terdahulu tidak akan memberikan hasil seperti yang diharapkan, sebab air ditahan di dalam
ruang pori tanah oleh gaya-gaya kapiler. Akan tetapi, kestabilan tanah yang berbutir
sangat halus dapat diwujudkan dengan mem-vakum-kan penapis-penapis yang mengelilingi
titik-titik sumur. Kestabilan tersebut setidaknya dapat tercapai secara bertahap (lihat Gbr.
47.3). Sebelum diadakan pem-vakum-an, permukaan sebelah atas lapisan berbutir halus
maupun tanah di sekeliling penapis mengalami tekanan atmosfir Pa , yakni mendekati 1
ton perkaki-kuadrat (1 ton/ft2 ). Setelah vakum terwujud, tekanan pada tanah di sekitar
penapis menjadi hampir nol, sedangkan tekanan pada permukaan lapisan tetap Pa . Sebagai
akibatnya air secara bertahap didorong keluar tanah masuk ke dalam penapis yang telah
dikosongkan. Hal ini berlangsung terus sampai tekanan efektif pada tanah yang
berdampingan dengan barisan titik-titik sumur bertambah menjadi sama dengan tekanan
atmosfir. Pada saat yang sama tahanan geser tanah naik menjadi Pa tan rp, di mana rp
adalah sudut gesekan-dalam dari tanah yang bersangkutan. Peristiwa ini mirip dengan
proses lempung menjadi kaku akibat pengeringan (lihat Pasal 2 1 ).
Metoda-metoda yang akan dibicarakan berikut ini berguna dalam pembuatan penapis
yang dapat dikosongkan. Setelah titik-sumur tertanam dalam tanah, tekanan air yang me
mancar akan bertambah sampai sebuah lubang berdiameter 1 0 sampai 20 inci mengalami
penggerusan (penggosokan), sementara air terus mengalir, pasir terdorong ke dalam lu
bang sampai puncak dari pasir tersebut mencapai suatu ketinggian beberapa kaki di bawah
perrnukaan lapisan yang berbutir halus, Setelah itu, air berhenti mengalir, dan sisa dari lu
bang yang tersebut di atas dipenuhi oleh lempung atau lanau yang bertindak cbagai :
"segel". (lihat Gbr. 47 .3).
Pipa Header,
Pompa Hampa
Udara Terpasang
Tekanan
A tmosfir P8
air kapiler
Tinggi Piezometrik
Semu/a
Penapis Pasir,
Ruang Pori Dalam Keadaan Hampa
Udara
: .:_.
:
; .
. .
.,
Gbr.
Tinggi Air
Pads Penapis
319
Gbr. 4 7.4. Galian terbuka d i Candem, N .T . pada tanah lanau organik yang lunak. setelah dikonsolidasikan oleh metoda vakum (dengan izin " Moretrench Corp.").
Hasil-hasil yang bisa diperoleh da ri metoda ini diperagakan dalam Gbr. 47.4. Gambar
ini memperlihatkan sebuah galian terbuka pada suatu lanau organik yang memiliki ukur
an butiran efektip rata-rata kurang dari 0 . 0 1 mm. Sembilan puluh Iima persen tanah da
pat lolos/melampaui tabir ''200-me sh'' (0.07 mm). Dasar galian ada pada posisi sekitar
16 ft di bawah muka air-tanah semula. Sebelum d ilakukan pemompaan. lanau sangatlah
lunak sedemikian mpa sehingga derek (terlihat di latar belakang) harus dijalankan di atas
kayu yang keras. Setclah pcmompaan berlangsung dua minggu . tanah sudah sangat kaku
scdemikian hingga tepi galian tidak lagi memerlukan penopang lateral. Tanda-tanda nyata
yang ditinggalkan oleh peralatan pcnggalian menunjukkan tingginya derajat kohesi yimg
dipcroleh tanah selama berlangsungnya pemompaan.
Apabila mct oda vakum yang dipakai. maka biasanya spasi antara titik-titik sumur ada
lah 3 ft. Peralatan pemompaan yang digunakan serupa dengan yang digunakan untu k pe
ngurasan t anah yang permcabilitasnya rendah. U ntuk setiap 500 ft dari satu barisan titik
sumur, dipakai sebuah pompa 6 inci. Sebagai tambahan. satu atau dua buah pompa vakum
dilekatkan ke jalur (lines) pipa header. Untuk mengoperasikan keselumhan agregat pompa.
maka sebuah pomp a berkekuatan .20 daya kuda (hp) sudah memadai. Pompa-pompa va
kum tersebut bekerja secara kontinu . Dalam pr ktek, berhasil tidaknya metoda ini banyak
ditentukan oleh ku alitas dari p ompa-pompa vakum yang digunakan. di samping keteram
pilan dan pengalaman dari mandor dalam pekerjaan tersebu t.
Setelah tanah mengalami pengurasan ( drainase) melalui metoda vakum, maka partikel
partikel tanah terkumpul berpadu akibat suatu t ekanan efektif yang sama dengan tekanan
atmostlr (unbalanced), sedangkan mang-mang pori tanah terisi selumhnya o!eh air. Kare
ria itu, 'apabila stmktur tanah sedcmikian lepasnya. maka ada kemungkinan terjadinya ke
hancuran struktur bcrkaitan dengan terjadinya ''liquefaction' ' spontan (lihat Pasal 17)
yang disebabkan oleh guncangan yang berasal dari ledakan atau operasi pemanc angan tiang
ke dalam tanah. Namun kecelakaan jenis ini hingga sekarang. belumlah meluas untuk men
jadikannya perhatian bagi masyarakat umum.
320
1. 5 H
Anoda-anoda mmbahan
apabila diperlukan
_j_
Ka toda-katoda dengan
spasi 2 sampai 3H di mana
anoda terletak di titik
tengah di an tara dua ka toda
yang berdeka tan
321
bergantung pada tanah di dekatnya. Untuk pekerjaan yang berskala kecil, kita bisa meng
estimasi permeabilitas secara cukup akurat dengan mendasarkan diri pada hasil-hasil peng
ujian terhadap contoh tanah yang diambil dari pem boran eksplorasi. Pada pekerjaan skala
besar sebaiknya dilakukan uji pemompaan.
Untuk menentukan perlu tidaknya sumur "bleeder", maka lubang bor eksp!orasi
harus dibuat sampai kedalaman di bawah " sub-grade", setidak-tidaknya sama dengan jarak
vertikal antara muka air-tanah semula dan tinggi sub-grade . Air selalu harus dapat naik
dalam pipa-pelindung, setiap kali suatu contoh tanah diambil, dan tinggi kenaikan air ter
sebut harus dicantumkan dalam catatan-pemboran.
Penggalian-penggalian pada tanah dengan permeabilitas yang tinggi (k lebih besar
dari 0, I cm/ det) atau pada tanah berbu tir campuran sangat padat dengan permeabilitas
me dium (k antara w- 1 dan 1 0 - 3 cm/Jet) biasanya dapat dikuras dengan pemompaan dari
kolam.-kolam terbuka tanpa risiko-risiko yang aneh-aneh ( di luar perhitungan).
Pada kondisi-kondisi yang baik, tanah seragam yang permeabilitasnya medium bisa
juga dikuras tanpa mcnimbulkan berbagai ha! yang tak diharapkan dengan pemompaan
dari kolam-kolam . Kendatipun begitu , prosedur seperti ini melibatkan kemungkinan pem
bentukan " boils" pada dasar galian, yang dikaitkan dengan erosi bawah tanah serta terbe
namnya daerah di sekitar galian. Untuk menghindarkan risiko ini, maka lebih baik pengu
rasan tanah dengan permeabilitas medium di!akukan melalui pemompaan dari titik-titik
sumur atau sumur-sumur penapis. Penting diingat bawah drainase untuk tanah sebelum
pengga!ian dilangsungkan akan membutuhkan waktu 2 sampai 6 hari.
Kedalaman yang paling besar di mana muka air-tanah bisa diturunkan melalui penarik
art air dari seperangkat sumu r atau titik-titik sumur adalah sekitar 1 8 ft. Jika dasar dari
suatu galian yang direncanakan mcmiliki kcda!aman yang lebih besar, maka hendaknya di
pakai susunan be rtahap-rangkap. Kita pcrlu memasang dua pipa "heade;" atau lebih pada
suatu spasi vertikal yang tak lebih dari 1 5 ft. Jika batasan ruang tak memungkinkan pema
sangan susunan bertahap-rangkap , maka mungkin dapat digunakan titik-titik sumur eduk
tor . Jika kedalaman galian melebihi 50 atau 60 ft, biasanya l ebih disukai menguras tanah
di sekitar proyek dengan menggunakan pemompaan sumur-dalam (deep-well) yang diopera
sikan dalam pipa-pelindung dari sumur-sumur berdiameter besar.
Untuk tanah seragam yang memiliki permeabilitas yang rendah (k bernilai antara
w - s cm/det), drainase tak dapat diwujudkan baik dengan menggunakan pemom
paan dari kolam-kolam maupun pemompaan dari sumur-sumu r. Penstabilan tanah semacam
ini dapat diwujudkan secara sempurna dengan menggunakan metoda vakum . Besarnya air
yang bisa dikeluarkan adalah sangat kecil,tetapi s0andainya pemompaan dilangsungkan
sampai beberapa minggu maka tanah yang bersangkutan bisa menjadi sangat kaku sehingga
tepi-tepi galian dengan keda!aman febih dari 1 5 ft dan dengan sudut kemiringan 60 sam
pai 70 dapat kita buat tanpa adanya risiko keruntuhan.
Tanah lanau ha!us dan tanah kelanauan (silty) yang seragam dengan koefisien perme
abilitas di antara w- 5 dan l o- 7 cm/dct kemungkinan besar bersifat sangat lunak sehingga
tanah-tanah tersebut akan naik atau menjulang di dasar suatu galian, sekalipun galian ter
maksud memiliki kedalaman yang tidak terlampau besar. Drainase untuk tanah semacam
ini tidak dapat diwuju dkan dengan m enggunakan metoda vakum ataupun gravitasi, tetapi
penstabilan tanah tersebut dapat diwujudkan dengan menggunakan metoda elektro-osmo
sis. Sebagai suatu alternatip, penggalian pada tanah-tanah lunak yang termasuk dalam ka
tegori tanah yang disebut di atas dapat dilakukan dengan melalui peng-kompresi-an udara
atau pengerukan.
Tanah-tanah dengan koefisien permeabilitas lebih keci! dari sekitar 1 0- 7 cm/det biasa
u.ya (hanya ada sejumlah kecil pengecualian) bersifat sangat kohesif. Drainase untuk
tanah semacam ini umumnya menjadi tidak praktis. Hanya pada beberapa kasus tertentu
saja kadang-kadang digunakan m etoda elektro-osmosis. Namun sesungguhnya drainase me
mang jarang diperlukan sebab kekuatan geseran biasanya cukup besar untuk dapat mem-
1 0 - 3 'dan
322
pertahankan
kestabilan dari suatu galian yang kedalamannya tidak ter!ampau besar. Kita
dapat memperbesar kedalaman suatu galian pada tanah semacam ini, tanpa harus
me
nanggung risiko naiknya dasar galian, hanya dengan memperkecil kemiringan dari tepi gali
an
yang bersangkutan. Atau mungkin juga untuk suatu galian yang tepinya vertikal dengan
teral
(lihat Pasal
3 7).
Bacaan Pilihan
Installation and Operation of More tre nch pu mps and Wel/p oin t Systems.
Rujukan untuk aspek-aspek khususjspesifik mengenai drainase dapat dilihat di dalam
tulisan-tulisan berikut ini :
Casagrande, L. ( 1 94 9 ). "Electro-osmosis in Soils", Geot. , 1, No. 3 , ha!. 1 59- 1 7 7 .
Casagrande, L. ( 1 96 2 ). "Electro-osmosis and related phenomena", Rerista Ingenieria, Mexi
co, Suppl. 2, 32, April, ha!. 5 1 -62. (terdapat gambar-gambar da n teks dalam bahasa
S panyol pada hal. 1 -50 ; t eks dal am bahasa Inggris ada pada hal. 51 -62). Tulisan ini di
publikasikan pula dalam bentuk Hanard Soil Mech. Series No. 6 6.
Pendahuluan
Galian terbuka mungki n direncanakan untuk tetap terbuka , sepcrti halnya pada jalan
raya atau jalan kereta api, atau mungkin direncanakan hanya untuk scmcntara waktu, akan
ditimbun kembali setelah selesai digunakan . Sisi-sisi dari galian tanah pcrmancn biasanya
sampai ( Pasal 49) atau disangga oleh din
de ngan ke miring an tidak lebih
condong
yang
(i>asal 46)
dari I
(Gbr.
47.4) atau dibuat vertikal dan biasanya diperkuat satu terhadap yang lainnya. Pilihan
bergantung kepada biaya relatip dan batasan-batasan olch kondisi lokal sepanjang lebar gali
an.
Pasal ini membahas disain struktur penguat pada galian sementara dengan sisi verti
kal. Jika dasar galian akan berada di bawah muka air tanah, maka tanah di sekitar galian di
kuras sebelum atau selama penggalian. Oleh karenanya, disain struktur penguat tersebut
biasanya dilakukan tanpa memperhatikan posisi muka air tanah.
Data yang diperlukan sebagai dasar disain yang layak dari sistem penguat tersebut
terutama
bergantung kepada kedalaman gali an. Olch karenanya, baik sekali kalau kita
membedakan antara
da n
galian dalam
galian dangkal
(deep cuts) dengan kcdalaman lcbih bcsar dari 20 ft. Struktur pcnguat
pada galian dangkal, seperti parit-parit pada jaringan saluran air kotor dan saluran air
bersih
dapat
Karcna pcnycmpurnaan disain sistem
maka kita hanya membutuhkan pcninjauan tanah yang
sedikit ban yaknya telah dibakukan. Sistcm yang sudah biasa dipakai tersebut
semacam
323
umum untuk pelaksanaan konstruksi galian tersebut, dan kita tidak lagi perlu menghitung
tekanan-tckanan tanah. Sementara itu, dalam disain struktur penguat pada galian dalam
seperti jalan-jalan di bawah permu kaan tanah, dimensi galian dan karakter tanah di sekitar
nya harus dipeihatikan, karena penghematan yang diperoleh dari prosedur ini cenderung
jauh lebih besar dibandingkan biaya untuk mendapatkan data disain. Untuk memper
oleh informasi yang cukup mengenai karakter tanah, mungkin diperlukan pemboran untuk
memperolch contoh tanah dalam tabung atau uji p e.n etrasi (penetration test) di samping
juga dilakukan pem boran.
Pada waktu yang lampau disain struktur p enguat pada galian dalam biasanya didasar
kan pada asumsi bahwa tekanan tanah cenderung bertambah seperti tekanan hidrostatik
yakni merupakan perbandingan sederhana tcrhadap kedalaman di bawah permukaan tanah.
Akan tt;)tapi, teori (Pasal 37) dan pengalaman mcmperlihatkan bahwa asumsi ini seringkali
salah. Dengan demikian, pembahasan mengcnai galian yang dalam pada bagian kedua dari
pasal ini mengikutsertakan metoda disain struktur penguat berdasarkan distribusi tekanan
yang nyata.
He (ft)
Sangat Lunak
Lunak
Sedang
<8
8- 1 6
1 6-32
Pada lempung kaku dan lempung yang sangat kaku cenderung timbul kekar dan rekahan
dan, oleh karenanya, nilai He mungkin serendah 1 0 kaki. Nilai He untuk pasir kohesip
tergantung pada de rajat kohesi ; biasanya nilai tersebut berada di antara 1 0 dan 1 5 kaki,
tetapi mungkin jauh lebih besar.
Menjadi suatu kenyataan bahwa jika galian dengan sisi-sisi vertikal yang ta.k berpe
nguat sama sekali dibuat pada tanah kohesif, maka rekahan tegangan (tension crack) cen
derung muncul pada permukaan tanah yang berdampingan dengan galian beberapa jam
atau hari setelah penggalian .. Adanya rekahan-rekahan semacam itu amat mengurangi
ketinggian kritis (Pasal '3 5 ), dan segera atau beberapa waktu kemudian sisi galian akan run
tub. Untuk mencegah kecelakaan tersebut pinggiran sebelah atas dari galian yang sempit
ditopang satu sama lainnya seperti ditunjukkan dalam Gbr. 48. la. Penguat horisontal
tersebut biasanya dikenal sebagai penunjang (struts) atau penahanjpenopang (braces).
Struktur tersebut mungkin terbuat dari kayu, atau penyangga logam yang bisa diper
panjang yang dinamakan trench braces. Penguat i tu terikat erat oleh baja atau sekrup dan
kayu-kayu horisontal penyangga yang biasa berupa papan-papan ukuran 3 inci. Penopang
penopang tersebut umumnya berjarak sekitar 8 kaki satu sama lainnya, dan beban yang
dipikulnya tetap sangat kecil, kecuali kalau galian dibuat pada lempung gembung yang
kaku.
Jika kedalaman galian yang sempit melebihi sekitar He , maka penunjang biasanya di
pasang seiring dengan berlangsungnya proses p enggalian. Penunjang-penunjang tersebut
mendesak balok vertikal yang pendek yang dinamakan soldier beam. Balok tersebut
menumpu pada papan-papan horisontal yang disebut lagging atau papan acuan-lengkung
(Gbr. 48 . 1 b). Biasanya kita tidak perlu memasang papan-papan lagging dengan rapat se
kali satu sama lainnya , jika kita menyisakan ruang di antara papan-papan tersebut, maka
susunan papan-papan tadi membentuk lagging terbuka. Prosedur altematif yang lain adalah
mendesal<kan penunjang pada balok horisontal yang dinamakan wales. Balok tersebut
.
324
tr
(b)
...
(c)
r-
'
Gbr . . 48.1. Diagram-diagram yang mengilustrasikan berbagai metoda untuk membuat gall
an terbuka yang dangkal. (a) Barisan t unggal dari penunjang. (b) Lagging. (c) Turap.
menyahgga papan-papan vertikal yang disebut turap (sheeting). Bagian galian yang
terbawah dengan ketinggian sekitar -3Hc dapat dibiarkan tanpa penyan gga agar tersedia
ruang kerja yang cukup, asalkan tanah tidak memiliki kecen derungan untuk longsor . Se
andainya kecenderungan di atas ternyata a da, maka turap diteruskan sampai ke dasar gali
an, tetapi kita tidak perlu menopangnya dengan penunjang.
Pada pasir atau kerikil yang benar-benar tak berkohesi kita hanya dapat mengguna
kan turap vertikal. Sebaris turap biasanya dipancangkan pada masing-masing sisi galian,
dan wales (balok-ganjal datar) serta penunjang dipasang ketika proses penggalian berlang
sung. Biasanya setiap kali penunjang dipancangkan sedalam beberapa kaki, tetapi ujung
bawahnya selalu dibiarkan masuk sedalam beberapa kaki di bawah tinggi penggalian (Gbr.
48 . 1c).
Dimensi penguat dibuatkan standar yang agak baik, tanpa mempersoalkan jenis tanah
nya. Penunjang dipasang dengan jarak 8 ft pada arah horisontal dan 4 sampai 6 ft pada arah
vertikal. Trench braces yang terbuat dari logam tersedia untuk galian yang lebarnya sampai
5 ft. Untuk galian yang sempit kita biasa menggunakan penunjang dari kayu dengan ukur
an 4 X 6 inci. Dimensi penguat tersebut bisa mencapai sekitar 8 X 8 inci untuk galian
dengan lebar 1 2 ft. Turap atau lagging biasanya terdiri atas papan yang lebarnya 6 sampai
10 i nci. Penguat dengan dimensi-dimensi ini dapat dip akai dengan aman pada p asir tak
berkohesi sarnpai kedalaman sekitar 30 ft dan pada lempung lunak sampai kedalaman
sekitar 5 ft melebihi .!n
2
325
""'
Af
lA
(c)
(b)
..,..
""""
8r
18
IP=====:tjj l
cf
...,
le
Gbr. 48.2. Diagram yang mengilustrasikan berbagai metoda untuk membuat galian ter
buka yang dalam. (a) Penggunaan lagging dan soldier beams. (b) Penggunaan tiang-H,
lagging dan wales. (c) Penggunaan turap baja dan wales.
kesatuan struktural, dan dinding tersebut runtuh sebagai suatu kesatuan. Besarnya ke
tidaktentuan setempat dari tekanan timbunan di belakang dinding tidaklah seberapa pen
ting. Akan tetapi, setiap penunjang di dalam suatu galian terbuka dapat runtuh secara indi
vidual . Karna keruntuhan sebuah penunjang mengkaitkan pertambahan beban di sekitar
nya . maka keruntuhan tersebut bisa. memprakarsai keruntuhan progresif keseluruhan sis
tem penguat.
Akhimya, kita harus mengingat bahwa t ahanan geser tanah di dekat suatu pennuka
an vertikal tidak aktif secara penuh sampai permukaan tersebut meleleh sejauh jarak ter
tentu (Pasal 27). Adalah tidak praktis menyelidiki melalui uji laboratorium dengan cara .
tak langsung lai1mya apakah proses penggalian dan penguatan suatu galian benar-benar
berkaitan a tau tidak dengan gerakan yang cukup un tuk mengurangi tekanan tanah lateral
total sampai ke nilai aktif tersebut. Selanjutnya, pada tekanan total tertentu yang bekerja
pada sistem penguat, beban yang dipikul oleh masing-masing penunjang dapat sangat ber
beda, karena besarnya beban tersebut bergantung kepada faktor-faktor yang tak terduga
seperti variasi-variasi lokal tanah di sekitarnya, laju dan ketertiban pelaksanaan pcng
galian, waktu yang terlewat di antara pcngga!ian dan pemasangan penunjang di suatu titik
te rtentu dan tingkat serta keseragaman pra-penekanan. Berdasarkan fakta-fakta ini, tak ada
prosedur disain penguat yang patut dipcrcaya sampai kehandalannya terlihat dari hasil
hasil pengukuran pada galian yang u tuh. Sebegitu jauh, jenis pengukuran-pengukuran
komprehensip semacam ini pada galian yang dalam telah dilakukan hanya pada lapisan
pasir di Berlin, Munich, dan New Yo1:k ; pada lempung glasial peka yang lunak sampai
sedang di Chicago ; dan pada lempung !aut tak peka yang lunak sampai sedang di Oslo.
Di samping itu, ada pula beberapa perangkat observasi yang dilakukan pada galian untuk
berbagai kondisi tanah (Flaate 1966).
Sebagian besar observasi di atas terdiri atas pengukuran-pcngukuran beban yang di
pikul oleh penunjang pada penampang vertikal tertentu a tau pada beberapa penampang
vertikal dalam ga!ian. Pada beberapa keadaan, penentuan beban-penunjang disertai dengan
pengukuran-pengukuran lendutan (deflection) dan penurunan (settlement). Karena j arang
dilakukan pengukuran langsung yang handal dari tekanan tanah pada turap, maka besar
dan distribusi tekanan tanah pada turap harus diperkirakan dari beban-beban penunjang.
Prosedur yang kasar tetapi cukup mendekati kebenaran adi!!ah mengasumsikan bahwa
beban pada masing-masing penunjang sama dengan tekanan tanah total y ang bekerja pada
turap di suatu daerah empat persegi panjang yang dalam arah hori'sontal dibatasi oleh
326
Dimensi
Diagram
Tekanan
Nyata
T
a,
!}/
p3 =
Q3/b
-j (a3+o4 )
Gbr. 48. 3 . Metoda penghitungan diagram te kanan nyata dari beban Q pada penunjang
yang diukur dalam galian terbuka.
separuh jarak ke barisan vertikal dari penunjang-p enunjang di masing-masing sisi, dan dalam
arah vertikal oleh separuh jarak ke penunjang-penunjang yang tepat berada di atas dan di
bawahnya. Tekanan tanah dianggap terdistribusi seragam dalam daerah empat persegi-pan
jang. Daerah penyebaran tekanan tanah untuk penunjang yang paling atas meluas sampai
ke permukaan tanah. Untuk keperluan perhitungan, dasar galian dianggap sebagai sebuah
penunjang. Jika gaya geser pada turap di dasar galian tidak diukur, tekanan tanah per
satuan luas dianggap bernilai sama dengan sebaran tekanan tanah untuk penunjang sebe
narnya yang terbawah. Prosedur t ersebut diilustrasikan dalam Gbr. 48:3.
Distribusi nyata dari tekanan tanah. yang bekerja pada turap mungkin berbeda cukup
besar dari distribusi tekanan yang dihitung dengan prosedur yang telah diuraikan sebelum
nya karena pe ngaruh kesinambungan turap dan asumsi yang menyangkut tekanan di dekat
dasar galian . Lebih jauh lagi, dalam tanah yang tak berkohesi tekanan tanah di permuka
an haruslah nol. Oleh karenanya tekanan yang dihitung dengan cara ini dinamakan tekanan
tan ah .nyata (apparent earth pressure). Akan tetapi, jika tekanan tanah nyata diketahui,
beban-beban penunjang y ang bersangkutan dapat dihitung dengan prosedur yang sebalik
nya sebagai beriku t .
GALIAN DALA..\f YANG DIBUAT PADA PASIR. Pengukuran-pengukuran beban penunjang
dilakukan se!ama konstruksi jalan bawah tanah di Berlin , di mana dibuat galian terbuka
sampai kedalaman sekitar 38 ft pada pasir yang agak seragam, padat, dan halus. Sebelum
dan selama penggalian, tinggi air tanah diturunkan amat dalam di b awah keadaan akhirnya
melalui pemompaan dari sumur-sumur yang dalam (Pasal 47). Dengan demikian , selama
konstruksi galian terse but berada di atas muka air tanah. Ga!ian tersebut diperkuat sebagai
mana yang diperlihatkan dalam Gbr. 48.2b. Penunjang-penunjang disusun sepanjang
bidang-bidang ve rtikal yang satu sama lainnya beijarak sama di sepanjang galian, dan di
!akukan pengukuran-pengukuran beban penunjang yang berada di dalam enam buah bidang
vertikal (Spilker 1 93 7 ). Tekanan tanah nyata di dalam 4 buah perangkat penunjang di
tunjukkan dalam Gbr. 48.4a. Diagram tekanan nyata untuk perangkat penunjang yang
lain akan berada di antara diagram-diagram di a tas.
Walaupun pasir yang dijumpai pada galian ini agak seragam, berbagai diagram yang
menyat akan tekanan tanah nyata bervariasi cukup besar dari rata-rata statistiknya.
Variasi-variasi tersebut mungkin disebabkan, sampai batas-batas tertentu, oleh p erbeda
an-perbedaan sifat tanah setempat dan, sampai batas-batas yang luas, o!eh perbedaan-per
bedaan detil prosedur konstruksi di berbagai lokasi. Selanjutnya, jarak naH dari pusat
tekanan sampai ke dasar galian berada pada selang yang agak sempit, yaitu antara 0,46H
327
2
Tekanan tanah nyata - 100 lb/ft
4-
4-
7.9 '
4-
6. 6 '
n0 =0.50
n0 =0. 50
n0 = 0. 46
(a)
t:,
= -j rH2KA
KA = tan 2 (45-
1> = 4- 0 "
(b)
Gbr. 4 8.4. (a) Diagram-diagram tekanan tanah nyata untuk empat buah perangkat pe
nunjang di galian terbuka pada jalan bawah tanah di Berlin. (b) Pembandingan antara
beban total yang diukur dan yang dihitung pada perangkat-perangkat vertikal penun
jang di berbagai galian terbuka pada pasir.
dan
0,50H. Hasil-hasil yang serupa didapat pula dari {1engukuran-pengukuran tujuh buah
perangkat penunjang (strut) dalam galian pada pembuatan jalan bawah tanah di Munich
(K.lenner
Menurut Pasal 3 7 , tekanan tanah total untuk kondisi deformasi yang berkaitan
dengan penggalian dan sistem penguatan suatu galian terJ:>uka pada pasir haruslah sesuai
dengan tekanan tanah yang dihitung berdasarkan asumsi bahwa permukaan gelinciran me
H pada tanah
yang berat satuannya "f, komponen horisontal dari tekanan aktif total berganturtg ke
bahan turap dan sejauh mana turap akan mengalami penurunan. Tabel
(48. 1 )
328
Tabe/ 48. 1
Nilai-nilai Koefisien Tekanan Tanah A ktif KA
untuk Galian-Galian Terbuka pada Pasir (8 = if>/ 2)
0,4
0, 5
0 , 311
0 , 238
0. 202
Rankine
0 , 39 1
0 , 332
0 , 282
0,270
0,220
0,6
0 , 21-7
0, 257
0 , 340
0 , 235
yang dihitung dengan metoda spiral logaritmik untuk 8 = if>/2, dan untuk nilai na antara
0,4 sampai 0,6. Tabel tersebut juga memberikan. nilai KA tan2 (45 - cpj2) yang didasar
kan pada teori Rankine, Pers. 28. 1 .
=
Tabel 48. 1 menunjukkan bahwa, un tuk nihti if> tertentu dan untuk na antara 0,4 sam
pai 0,6, nilai Rankine tidak berbeda dari nilai yang diperoleh engan metoda spiral loga
ritmik lebihdari 1 5%. Lebih jauh lagi, untuk na 0,5, p erbedaan tersebut tidak melampaui
4%. Di lain hal, variasi sudut gesekan dalam if> sebesar 5 saja menghasilkan perubahan nilai
KA hampir 50%. Oleh karena nilai-nilai rj> untuk pasir pada galian-galian terbuka di Berlin,
Munich, dan New York tidak ditentukan dengan penjian-pengujian dan hanya dapat
diestimasi dari diskripsi tanahnya, maka jelaslah bahwa pengukuran-pengukuran beban-pe
nunjang (strut-load) tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk memperlihatkan kelebihan
metoda spiral logaritmik terhadap pemecahan Rankine yang lebih sederhana. Meskipun
demikian, evaluasi umum mengenai dapat dipakainya masing-masing p rosedur tersebut
untuk menghitung tekanan tanah total pada sisi-sisi sebuah galian dapat dibuat dengan
membandingkan jumlah beban pada perangkat vertikal penunjang tempat dilakukannya
pengukuran-pengukuran dengan tekanan tanah total yang dihitung berdasarkan Pers. 2 8 . 1
dan nilai-n ilai rp anggapan yang masuk akal. Perbandingan semacam itu diperagakan dalam
Gbr. 48.4b . Beban-beban penunjang yang diukur meliputi pula beban yang memper
hitungkan tekanan yang dialihkan kc tanah di bawah dasar galian , seperti diperlihatkan
dalam Gbr. 48.3 . Beban-beban penunjang yang dihitung didasarkan pada nilai if> 40
untuk pasir yang agak padat pada galian-galian di Berlin dan Munich, dan 3 5 untuk pasir
yang agak lebih lepas di New York. Persesuaian yang menakjubkan mcnunjukkan bah
wa pemakaian Pers. 28. 1 untuk menghitung tekanan tanah total pada galian-galian yang
serupa dibcnarkan.
Di l ain hal, distribusi tekanan tanah nyata pada suatu penampang vertikal tertentu
mungkin menycrupai salah satu dari diagram dalam Gbr. 48.4a . Distribusi tekanan ter
sebut berubah-ubah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Karena setiap penunjang
harus didisain untuk beban maksimum yang mungkin bekcrja padanya, maka disain pe
nunjang harus didasarkan pada sampul (envelope) dari semt!a diagram-diagram tekanan
nyata yang ditentukan dari beban-beban penunjang yang diukur. Gambar 48.5a mempcr
lihatkan hasil plot tekanan tanah nyata maksimum untuk setiap proyek di atas (proyek di
Berlin, Munich, dan New York). Tekanan dihitung dengan mengambil beban dari masing
masing penunjang yang tertinggi pada setiap p ermukaan d an mengubahnya menjadi tekanan
tanah nyata. Kemudian tekanan tanah nyata diungkapkan dalam besaran KA -yH, di mana
tan2 (45 - lj:J/ 2) adalah koefisien tekanan tanah Rankine . Sampul tekanan yang
KA
paling sederhana yang paling mewakili ketiga sampul tekanan tersebut berkaitan dcngan
tekanan seragam sebesar 0,65 KA -yH untuk keseluruhan kedalaman galian.
Dengan demikian, untuk suatu galian yang serupa pada pasir yang padat, penunjang
harus didisain untuk beban-beban yang ditentukan dari diagram tekanan nyata (Gbr.
=
329
I. O KA rH
05
3= ,
Ber/;
Munich -
I
I
I
h
'
Penunjang
,- . J
: I New York
:i
lh
KA =
tan2(45t)
!.OH
(a)
I
i
i
i
i
(b)
48 . 5b ). Prosedur ini harus berlaku untuk beban-beban p enunjang yang paling tinggi
yang dapat terjadi. Nilai beban yang paling mungkin pada suatu penunjang adalah sekitar
25% lebih kecil daripada be ban maksimum .
Diagram tekanan nyata untuk disain (G b r. 48.5b) telah dikembangkan berdasar
kan sejumlah galian yang agak terbatas banyaknya dan kedalamannya bervariasi dari
sekitar 28 sampai 40 ft. Dengan demikian, diagram tersebut harus digunakan dengan hati
hati untuk galian yang jauh lebih dalam, lebih jauh lagi, kita perlu tekankan bahwa dia
gram tekanan nyata (apparent pressure diagram) untuk disain tidaklah menyerupai distri
busi riil dari tekanan t anh yang bekerja pada turap di sisi-sisi galian; agaknya pcnghitung
an nilai-nilai dari beban-beQan penunjang yang tak akan t erlampaui oleh beban penunjang
pada suatu penunjang riil dalam galian yang serupa merupakan tindakan yang cerdik.
Umumnya, momen lentur pada turap atau soldier piles, dan dalam pada wales scrta lag
ging, akan banyak lebih kecil daripada momen lcntur yang dihi tung dari diagram tekanan
tanah nyata yang disarankan untuk menentukan beban-beban penunjang.
Jika muka air tanah diturunkan dengan memompa air dari gcnangan-gcnangan terbuka
dalam galian, kita hams memberikan kelonggaran-kelonggaran yang banyak untuk mem
pe rhitungkan tekanan rembesan yang bekerja p ada bagian bawah penguat. Drainase me
lalui ruang-ruang di scla-sela papan lagging tidaklah memadai untuk menghilangkan tekan
an rembesan terse but. Efek drainase semacam ini serupa dengan ef.ek lapisan drainase ver
tikal di belakang dinding penahan sebagaimana ditunjukkan dalam Gbr. 46. 5a.
GALIAN DALAM PADA LEMPUNG JENUH YANG LUNAK SAMPAI SEDANG.
Berlawanan
dengan pengukuran-pengukuran yang relatif sedikit pada galian di pasir, kita melakukan
banyak pengamatan-pengamatan dalam galian pada lempung yang lunak sampai sedang.
Meskipun sebagian besar informasi diperoleh di Chicago dan Oslo, beberapa perangkat
pengamatan juga dilaksanakan di lnggris dan Jepang. Di semua tempat kekuatan geseran
tertutup (undrained shearing strength) dari lempung diselidiki.
Diagram tekanan tanah nyata memperlihatkan berbagai macam bentuk, di antaranya
adalah bentuk-bentuk yang diperagakan dalam Gbr. 48.6a yang merupakan bentuk re-
330
presentatif. Nilai rata-rata n0 untuk 42 buah perangkat penunjang, yang mewakili semua
Jokasi dilakukannya pengukuran, adalah 0,3 9. Nilai-nilai tersebut berkisar antara 0,30 sam
pai 0,50 ; pada sebuah galian dijumpai nilai na yang luar biasa tinggi yakni 0,59 . Pengukur
an-pengukuran tersebut menghilangkan keragu-raguan bahwa variasi-variasi kecil dan tak
te relakkan pada prosedur konstruksi, seperti perbedaan-perbedaan selang waktu antara
penggalian lempung dan pemasangan penunjang,- merupakan ha! yang teramat penting
dal'!m penentuan beban yang akan dipikul oleh penunjang tersebut. Kenyataan ini diilus
trasikan dalam Gbr. 48.6b, di mana masing-masing batang horisontal (horizontal bar) me
nyatakan beban rata-rata yang dipikul oleh kedelapan buah penunjang yang berada pada
tingkat dan tahap penggalian yang sama dalam sebuah galian terbuka di Chicago . Di sam
ping itu gambar tersebut juga memperlihatkan nilai-nilai .beban penunjang maksimum dan
minimum pada tingkat dan tahapan termaksud. Galian tersebut memiliki 5 tingkat pe
nunjang. Penggalian dilaksanakan secara sistematis dari satu tingkat ke tingkat berikutnya,
dan setelah selesai setiap tahapan penggalian delapan buah penunjang yang baru dipasang
dengan hati-hati dan diberi tegangan pendahuluan (prestressed) masing-masing sebesar 1 0
ton. Meskipun dilakukan prosedur konstruksi seragam yang tak lazim, masing-masing be ban
.:t
/0
20
{l
30
40
10
20
S/A
-'--
Ch icago
2
Tekanan Tanah Nya ta - 1 00 lb!ft
10
20
06
10
20
rr r
I
.J
Chicaqo
oi--,,.-,:...-=;
Shellhaven
(a)
Hari ke-88
k
18
Vaterland 3
Oslo
Tokyo-M
(b)
48.6. (a) Diagram -diagram tekanan tanah nyata representatif untuk beban-beban
pada perangkat-perangkat penunjang di berbagai lokasi dengan endapan lempung yang lu
nak sampai sedang. (b) Variasi beban pada penunjang dalam sebuah galian terbuka di
Chicago ; masing-masing batang horisontal menyatakan beban rata-rata, beban minimum
dan beban maksimum pada 8 buah penunjang yang berada pada tingkat dan tahap peng
galian yang sama.
Gbr.
331
penunjang d i setiap tingkat bervariasi paling banyak sebesar 60% dari nilai rata-rata
nya. Variasi-variasi yang serupa merupakan karakteristik semua galian di mana data yang
memadai secara statistik diperoleh dengan mengukur beban-beban penunjang secukup
nya.
Beban total yang dipikul oleh perangkat-pe rangkat vertikal penunjang dalam suatu gali
an tcrbuka tertentu bervariasi jauh di bawah beban p ada masing-masing penunjang, asalkan
pe rangkat-perangkat penunjang tersebut berjarak sama dalam arah horisontal. Meskipun
demikian, variasi bcban total tersebut sangatlah besar. Kenyataan ini diilustrasikan dalam
Gbr. 48. 7 , di mana masing-masing ha tang horisontal menunjukkan selang be ban total dan
beban rata-rata pada perangkat vertikal penunjang-penunjang yang idcntik dalam sebuah
galian terbuka di Chicago. Gambar tersebut juga berisikan data untuk 5 buah galian yang
berbeda yang mengandung 5 sampai 17 perangkat penunjang. Pada bcberapa galian variasi
bebap. total dari nilai rata-ratanya tersebut mencapai 30%. Tak ada indikasi yang mc
nunjukkan bahwa variasi tersebut lebih kecil di tempat-tempat lain di mana pcngukuran
pengukuran telah pula dilakukan.
Penemuan-penemuan ini merupakan kenyataan-kcnyataan pcnting yang p raktis dan
terkenal. Penemuan tersebut mempe rlihatkan bahwa kesimpulan-kesimpulan yang salah
mengenai keabsahan teori tekanan tanah pada penguat dari galian terbuka cenderung
muncul jika pengukuran-pengukuran beban-penunjang hanya dilakukan pada satu atau dua
perangkat penunjang saja. Lebih jauh lagi , hasil-hasil perhi tungan secara teoritis untuk
memperkirakan beban yang harus dipikul oleh masing-masing penunjang dalam suatu gali
an hendaknya mempe rhi tungkan penyebaran (yang pasti terjadi) beban total pada per
angkat-perangkat penunjang dan beban pada penunjang-penunjang yang berada tingkat
yang sama dalam galian tersebut.
;(...
u;;
s
c
"
g>
/h
300
7 /
!9.
c::
&I
100
700
Gbr. 48.7.
332
1,0
0,5
1.0
0,5
0, 5
Nilai-Nilai 4clrH
1,0
Pal}rH2
Berdasarkan Pasal 37 , re sultan tekanan tanah A pada penguat dari sebuah galian
Oo dapat dihitung dengan asumsi bahwa per
terbuka pada lempung dengan kondisi rp
mukaan penggelinciran merupakan busur sebuah lingkaran. Selanjutnya, nilai
ber
yang mendefinisikan pusat dari tekanan, tetapi juga
gantung tidak hanya kepada rasio
di mana
a dalah adhesi antara turap dan lempung. Akan tetapi teori'
kepada rasio
=
cafe,
ea
Pa
na,
caic
na,
2
PafrH
2
cafe
na
na.
4c
(48.2)
'YH
na
na
an dasar galian akibat proses' pengangkatan (Pasal 37). Seandainya kekuatan geser rata
rata dari lempung yang berada di bawah dasar galian . adalah
maka cenderung terjadi
c,
333
12
eNS
e N6
/.0
04
02
i<.A
1.0
yang Dihitung =
Japan :
JI
JZ
J3- 7
JB
Chicago:
C!-4, Subway
C5,6
Subway
Gbr.
48 .9.
Oslo '
NI, 2
N3,4
NS.6
N l, B
N9
Yuasa 1963)
Enqland
EI
Poo/e Power Sta (Meqaw 1951)
She!lhaven (Skempton and Ward 1952)
EZ
Perbandingan antara tekanan tanah yang diukur terhadap galian terbuka yang
diperkuat dalam lempung yang lunak sampai sedang dengan tekanan yang dihitung dengan
teori Rankine (menurut Flaate 1 9 66).
keruntuhan dasar (base failure) bila kedalaman galian mencapai nilai kritis yang ditentu
kan oleh hubungan
J48.3 )
d i mana Ne adalah angka kestabilan. Menurut Gbr. 3 7 .4, Ne berorde 6 sampai 7 . Sebagai
suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana galian tersebut mendekati keruntuhan dasar
(complete base failure), digunakanlah bilangan N yang tak b erdimensi, di mana
'YH
N =
c
(48.4)
334
Telah ditunjukkan dalam Pasal 58 bahwa pergerakan turap dan penurunan permuka
an tanah di sekitar suatu galian terbuka pada lempung merupakan hal yang penting
untuk nilai N yang berorde 3 sampai 4. Di sekitar n.ilai inj, dalam lapisan lempung mulai
tcrbentuk suatu laju r plastis tak j auh dari sudut bagian bawah galian tersebut, dan lajur
plastis tersebut membesar dengan meningkatnya nilai N. Pada kondisi-kondisi ini, asumsi
sederhana yang menyatakan bahwa permukaan gelinciran meluas sebagai busur suatu
lingkaran mulai dari permukaan tanah sampai ke sudut bawah galian makin menjadi salah,
sementara irisan tanah di belakang galian bergabung dengan lajur plastis di atas di dasar
galian untuk membentuk lajur plastis yang lebih besar yang dibatasi oleh permukaan ge
linciran yang meluas semakin sangat jauh dari p inggir galian dan jauh le bih masuk ke dalam
tanah. Oleh karenanya, tekanan tanah pun bertambah.
Pada sebagian besar galian di mana telah dilakukan pengamatan-pengamatan, ke
dalaman yang dapat dicapai oleh lajur plastis tersebut (plastic zone) dibatasi oleh ada
nya lapisan batuan, atau oleh lapisan-lapisan material yang kekakuannya meningkat de
ngan bertambahnya kedalaman pada atau di sekitar dasar galian. Pada keadaan semacam
itu, persesuaian antara teK:anan tanah yang diukur dan yang dihitung (Gbr. 48. 9) nyata
nya memuaskan. Di lain hal, pada tiga buah galian di Oslo yang dinyatakan titik-titik
N 3 sampai dengan N8 dalam Gbr. 48.9, suatu massa lempung lunak yang luas melebar
di bawah galian, dan nilai N berkisar dari 6,3 sampai 8,5 pada kedalaman akhi r. Dengan
demikian, lajur plastis dapat berkembang tanpa hambatan di dasar galian, dan permuka
an gelinciran tak lagi menyerupai permukaan yang berkaitan dengan teori yang men
dasari lahirnya Gbr. 48.8. Tekanan tanah yang berkaitan dengan hal di atas amatlah
melebihi tekanan yang diperkirakan atas dasar Pers. 48.2.
Para ahli belum lagi mengembangkan teori yang cocok atau memuaskan untuk meng
hitung tekanan tanah pada p enguat dari suatu galian pada kondisi-kondisi seperti . yang di
uraikan dalam alinea di atas. Sebagai pendekatan kasar Pers. 48.2 dapat dimodifikasi secara
empiris untuk memasukkan faktor reduksi m p ada kekuatan geser c. Jadi
KA
4c
m -
-yH
(48 . 5 )
Untuk galian-galian d i Oslo d i mana l ajur plastis dapat terbentuk secara- bebas di bawah
nya dan di mana nilai N melebihi 4, nilai m ternyata sama dengan 0,4. Nilai-nilai m un
tuk lempung-lempung yang lain hanya dapat ditentukan berdasarkan pengukuran-peng
ukuran beban penunjang a tau tekanan lateral dalam endapan-endapan ini.
Nampaknya nilai m cenderung bergantung kepada karakteristik-karakteristik tegangan
regangan dari lempung. Pada bebcrapa galian di Chicago nilai N tersebut meleb ihi,4 pada
kedalaman sedang dan kedalaman san1pai ke lapisan lempung yang kaku di bawah dasar ga
lian sangatlah bcsar sehingga m emungkinkan lajur plastis bcrkembang secara penuh. Jadi
kondisi-kondisi untuk tekanan tanah yang bertambah besar pada penguat galian tersebut
nampaknya tcrpenuhi. Walaupun demikian , be ban penunjang yang diukur berkaitan de
ngan beban yang diindikasikan oleh Pers. 48.2, atau berkaitan dengan nilai m = 1 dalam
Pers. 48. 5 . Perbedaan yang paling nyata antara lempung di Chicago dan di Oslo adalah
tingkat pra-pembebanannya. Lempung di Oslo nampaknya benar-benar terbcban nonnal
kecuali kerak di sebelah atas, sedangkan di Chicago lempung yang lunak sekalipun telah
mengalami sedikit pra-pcmbebanan oleh es glasial (glacial ice). Walaupun pra-pembebanan
lempung di Chicago tidak mengubah kekuatannya secara berarti, peristiwa terse but cukup
lah sudah untuk mcnambah modulus tangcn awal (Pasal 1 5 ) kc suatu nilai yang cukup
lebih besar dari pada modulus serupa pada lempung yang terbeban normal. Dengan de
mikian, deformasi yang mcnyertai pengurangan tekanan akibat pcnggalian dan penyebaran
lajur plastis yang bersangkutan mungkin lebih kecil dari pada yang dijumpai pada lem
pung di Oslo. Karcna kita agak jarang menemukan lcmpung yang benar-benar terbeban
normal, maka nilai
335
Oleh karenanya Pers. 48. 2 nampaknya memberikan estimasi yang handal dari tekan
an total pada penguat galian terbuka yang dibuat lempung yang lunak sampai sedang
kecuali kalau nilai N melebihi 4 dan di samp ing itu kecuali kalau lempung di sisi
galian atau untuk kedalaman yang sangat besar di bawah galian memiliki modulus tangen
awal yang rendah dan tak lazim , seperti halnya yang dimiliki oleh lempung yang benar
benar terbeban normal.
Distribusi tekanan tanah nyata bervariasi dari satu galian ke galian yang lain, dan dari
satu penampang ke penampang yang lain pada galian yang sama, set:agaimana yang di
jumpai pada galian di pasir. Karena setiap penunjang hams -didisain untuk beban maksi
mum yang mungkin dipikulnya, maka disain penunjang tersebut hatuslah didasarkan pada
sampul dari semua diagram tekanan nyata yang ditentukan dari beban-beban penunjang
yang diukur. Gambar 48. 1 0 menyajikan hasil plot diagram-diagram tekanan-tanah nyata
maksimum yang representatif untuk galian di beberapa lokasi yang berbeda. Tekanan
tanah nyata pada setiap keadaan diungkapkan dalam besa ran I\ A rH. di mana I\ A di
definisikan oleh Pers. 48. 5 . Pada diagram (a) sampai (h) fakt or reduksi m diambil sebesar
1 ,0, dan tekanan tanah maksimum jarang melebihi 1 ,0 K.4 -yH. Akan tetapi . sebagaimana
0
: SJA -J6 '
:
l... - - ...,
1
33-...
53
I
08 -35'
/OH L--....1..-...__.
o ...--.--....,
Poole Power
Sta. - 3! '
(e)
- - - - - -
I
I
I
HBidq - 73 '
(f)
- - ---
r'
(h )
(q!
'
L-;
----
I
I
r - -1
Voter/and 3 -25'--""Lr--'
m =! O
!OH
T- 8/dq
19 '----...
0 5H
(d)
(c)
...._
!. OH
(b)
(a}
0 5H
I
I
SBA -37'
D8-42'
(/}
--,
I
I
I
I
_ _ J_
m = 0. 4
!OHL-----"U
(j)
Gbr. 48. 10. Diagram-diagram tekanan nyata maksimum untuk alian-galian terbuka yang
representatip pada lempung yang lunak sampai sedang. (a sampai d) Galian di Chicago.
(c dan f) Galian di Tokyo. (g) Galian di Osaka. (h) Galian di lnggris. (i) Galian di Oslo di
atas endapan lempung terbeban normal yang tebal dengan asumsi faktor reduksi m = 1,0.
(j) Data dari galian yang sama di Oslo jika m = 0,4.
336
dibahas dalam kaitannya dengan Gbr. 48 .9, tekanan nyata maksimum yang jauh lebih
besar yang dinyataka11 oleh diagram (i) diindikasikan untuk galian-galian di Oslo yang
memiliki nilai N lebih besar dari 4 dan di bawah galian tersebut dijumpai lapisan lempung
yang sangat tebal dengan modulus tangen awal yang sangat rendah. Jika m untuk ga!ian
galian ini bernilai 0,4, m aka kit a mendapatkan diagram ( ;) ; dalam segala hal kit a peroleh
pula diagram yang serupa untuk galian-galian yang lain.
Diagram tekanan nyata (apparent p ressure diagram) yang diper!ihatkan dalam
Gbr. 48. 1 1a dipandang sebagai dasar yang agak konservatip untuk mcmperkirakan beban
beban guna keperluan disain penunjang dalam galian pada lempung jenuh yang lunak
sampai sedang. Pada beberapa keadaan diagram tekanan nyata maksimum (Gbr. 48. 1 0)
menunjukkan tekanan yang agak lebih besar sepanjang jalur vertikal yang terbatas, tetapi
pengaruh dari ber!ebihnya beban penunjang ternyata kecil dan baik dalam batas-batas
faktor keamanan yang harus dipakai dalam mendisain penunjang tersebut. Metoda per
hitungan beban penunjang serupa dengan metoda yang digunakan untuk pasir sebagai
mana telah diuraikan sebelumnya. Faktor reduksi m harus diambil sama dengan 1 ,0 ke
cuali kalau faktor kestabilan N melebihi 4 dan di b awah galian terdapat lapisan lempung
yang tebal dengan modulus tangen awal yang sangat rendah.
Beberapa galian di Oslo dan Chicago pernah mengalami perioda cuaca di bawah titik
beku yang agak lama. Tekanan tanah nyata yang berkaitan dengan kondisi-kondisi ini tidak
tercakup dalam Gbr. 48. 1 0 . Dalam beberapa ha! tekanan tersebut mencapai beberapa kali
dari tekanan p ada tahap penggalian yang sama yang berlangsung sebelum penggalian.
GALIAN PADA MATERIAL-MATERIAL YANG LAIN.
Beberapa peneliti telah melakukan
serangkaian pengukuran pada dua buah galian pada lempung kaku yang retak. Salah satu
nya dikerjakan oleh DiBiagio dan Bjerrum pada tahun 1 9 5 7 pada parit pengujian di Oslo
yang kedalamannya hanya 1 4 ft . Pengukuran yang lainnya dibuat oleh Golder pada tahun
1 948 pada Park Village East di London di mana galian memiliki kedalaman sama dengan
52 ft. Besaran 1 - 4chH pada kedua galian tersebut bernilai negatif jika c ditentukan
dengan menggunakan pengujian tertutup (undrained test) pada contoh-contoh tanah yang
utuh. Meskipun demikian tetap dihasilkan tekanan yang cu kup besar. Berdasarkan infor
masi tak lengkap yang ada, maka buat sementara waktu disainer disarankan mengguna
kan diagram tekanan-tanah nyata maksimum dalam Gbr. 48. 1 1 b untuk kepcrluan disain
I";,oK,., J
"( H
1fiH
Il
flH
OH
--+
O.J.SH
/(A = /-m 4c
rH
(a)
Gbr. 4 8. 1 1 . Diagram-diagram tekanan nyata untuk disain penunjang dalam galian pada ta
nah lempung. (a) Diagram untuk lempung yang lunak sampai sedang ; nilai m diambil
sama dengan 1 ,0 kecuali untuk lempung y ang benar- benar terbeban normal ketika N
"(H/c melebihi 4 , di mana diambil m < 1 ,0. (b) Diagram sementara untuk lempung
kaku yang retak ; n ilai yang lebih kecil h anya dipakai jika pergerakan dapat dibuat tetap
minimum dan waktu konstruksi akan berlangsung singkat.
=
337
penunjang. Tekanan disain maksimumnya adalah 0,2"(H sampai 0,4"(H. Jika pergerakan
turap dapat dibuat tetap minimum dan waktu konstruksi akan berlangsung singkat, kita
dapat menggunakan tekanan disain maksimum sebesar 0, 2"(H. Kalau tidak, tekanan yang
dapat dipakai adalah 0,4"(H.
Humphreys (1 962) melakukan pengukuran-pengukuran pada dua bua1i pant yang
sempit yang diperuntukkan bagi galian dari suatu bendungan pada tanah residual d an
batuan yang lapuk sampai kedalaman lebih dari 80 ft. Karena kecilnya lebar parit dan
oleh karenanya begitu pula halnya berat tanah yang digali, maka keadaan semula dari
tegangan dalam tanah mungkin tidak banyak berubah. Tekanan bertambah hampir
secara linear terhadap kedalaman, sesuai dengan hubungan Pa
0,3 5"(H, d i mana Pa
adalah intensitas tekanan tanah nyata .
=
Data untuk galian-galian pada lempung yang utuh dan kaku tidak dipe roleh, dan
begitu pula halnya dengan tanah yang cen derung menunjukkan nilai-nilai c dan cp sekali
gus. Tanah yang termasuk dalam katagori terakhir ini adalah lempung pasiran, p asir
lempungan, lanau kohesif, dan berbagai tanah yang lain yang biasa dijump ai . Aturan-aturan
disain untuk tanah semacam itu tak dapat disusun sampai telah dilakukannya pengamat
an-pengamatan yang cukup.
Bacaan Pilihan
Tulisan-tulisan yang lebih umum mengenai t ekanart tanah pada penguat dari gaHan ter
buka dapat dijumpai pada :
338
Terzaghi,
( 1 90 8 ) :
tunnels, with practical formulas for earth p r.essures", Trans. ASCE, 60, p p. 1 - 2 3 , dengan
pembahasan-pembahasan di hal . 24- 1 00, berisikan catatan-catatan yang menarik mengenai
pengamatan-pengamatan pada parit-parit di berbagai jenis tanah yang berbeda. Bagian-bagi
an t eoritik dari tulisan tersebut dan pembahasannya hanya ditinjau dari sudut historis dan
data tanahnya tidak memadai.
Meskipun
terdapat
berbagai
macam
kondisi
yang mungkin
menyebabkan
suatu peng
Gbr. 49 . 1 .
bagian atas lereng atau bagian di luar puncak lereng. Se lama p enggelinciran bagian atas dari
daerah gelinciran, yang
dinamakan
sumber
Retakan dan
Jenjang
I
I
I
c::
Sumber
"- Gelinciran
0.:
,\1.
S
Menonjol
Gbr.
Lidah
340
atau lempung kaku yang retak galian yang sangat dangkal sckalipun dcngan kemiringan
Jereng standar mungkin saja menyebabkan pergerakan tanah ke arah galian, dan pergerak
an tersebut mungkin menjalar mulai dari galian sampai sejauh bcberapa kali kedalan1an
galian. Tanah lempung yang mengandung lapisan-lapisan atau kantung-kantung pasir yang
berair mungkin bereaksi terhadap gangguan dari keadaan kcsetimbangannya dengan cara
yang serupa. Endapan-endapan dengan sifat-sifat seperti ini merupakan
sumber gangguan
dengan sedapat mungkin menghindari endapan scperti yang telah diterangkan di atas.
Jika suatu proyek menghendaki galian-galian yang panjang pada tanah dcngan kecende
nunjukkan bahwa proyek tcrsebut tidaklah ekonomis kecuali kalau batas-batas keaman
an dikurangi sampai jauh lebih kecil daripada batas kesalahan pada perhitungan-perhitung
ru1
kestabilan. Dengan demikian , pada galian di tanah scmacam itu penggelinciran set empat
biasanya terjadi dan dipandang tak dapat terhindarkan. Pad a saat yang sruna perencanaan
teknik yang matang menghendaki agar penggclinciran tidak disertai dengan kerugian jiwa
manusia dan
kerusakan harta benda yang parah. Persyaratan ini hanya dapat dipenuhi
bila dilakukan pengan1atan-pengrunatan laan yang ckstcnsip dan cermat selama masa
konstruksi berlangsung dan sesudah masa t.e.rs.ebu t sclesai. Tak ada cara lain kecuali peng
a danya penggelinciran di waktu yang akan datang dan mendapatkan pcngukuran-pengukuran yang tepat untuk menghindari konsekuensi-konsekuensi yang fatal.
kepada sifat tanah yang dijumpai. Dengan demikian, untuk keperluan-kepcrl uan praktis
pengelompokan macam-macam gelinciran menurut jenis tanahnya merupakan ha! yang
paling sesuai. Jenis tanah dan jenis formasi tanah yang berbahaya di atas merupakan lapis
an-lapisan tanah yang tersusun atas "schist" yang lapuk atau lempung lunak yang berupa
serpihan, lempung kaku yang retak, lempung yang mengandung pasir atau lanau, dan
massa tanah khesif yang mengandung lapisan-lapisan atau kantung-kantung lanau atau
pasir yang berair. Berikut ini akan dibahas penyebab-penycbab dari gelinciran, dan . di
rangkumkan cara-cara praktis yang ada dalam menangani aspek-aspek teknik masalah-
masalah tersebut. Karena rumitnya masalah terscbut, infom1asi termaksud hanya ber
tindak sebagai pendahuluan terhadap penelaahan kestabilan lereng pada lapisan tanah
alami.
dianggap tanah yang stabil tempat galian dengan lcrcng standar dapat berdiri dengan
runan. Pasir padat dan sedang yang terletak di bawah muka air tanah sruna pula stabil
nya. Penggelinciran hanya dapat terjadi pada pasir jenuh yang lepas. Penggelinciran ter
sebut diakibatkan oleh pencairan spontan (Pas al 1 7). Gangguan yang mengakibatkan
penggelinciran pasir dapat dihasilkan baik oleh pcrubahan mendadak atau cepat dari
posisi muka air tanah. Sekali pc rgerakan tersebut memulai, pasir mengalir bagaikan suatu
cairan dan tak berhenq sampai sudut lereng mengecil kurang dari
1 0 .
tebal yang terdiri atas butiran-butiran yang bulat. l.ereng pan_tai hanya bersudut sekitar
1 5 .
Setiap beberapa dekade sesudah berlangsungnya pasang air !aut yang luar biasa tinggi
di musim semi, struktur pasir berhamburan ke bawah penampang pendek dari daerah pan
tai. Pasir mengalir dan menyebar dengan kecepatan tinggi dalrun lembaran berbentuk kipas
angin melintasi dasar dari massa air di sekitarnya. Lidah dari gelinciran tersebut sclalu jauh
34 1
-- - 1_<_1,-=::-=t::J
Sesudah Penggelmctran
Gbr.
---'"'"":..:::.:.:..:;.:.::... 1'-:z9'
49.2 : Penampang melalui aliran penggelinciran pasir di pantai Zeeland (Muller 1 89 8).
342
canal) digali melintasi plateau terscbut dan diisi dengan air untuk kcperluan irigasi . Lubang
tc rbuka yang direncanakan bcrukuran 1 60 X 60 ft digali sedalam 1 0 ft dengan kemiring
an le reng scbesar 1 , 5 (horisontal): I (vcrtikal). Selanju t ny a lubang terse but diisi dengan air,
dan tingggi air dibuat tetap dengan menggant i rembesan air yang hilang. Setelah beberapa
hari lcreng mulai terkclupas, dan d asar lubang mulai turun. Proses ini bcrlanjut dengan laju
yang be rkurang untuk perioda sekitar 6 minggu. Pada akhir perioda ini pcrmukaan yang
mcngelilingi g alian retak dan turun sejauh 20 ft dari pinggiran lubang semuhi, dan dasar
2+
as, locss bcrada dalam kead aan begitu lunak sehingga kit a tidak mun gkin berjalan di atas
nya.
VJi"ka sisi galian pada lapisan lempung lunak yang tebal mempunyai kemiringan s t an
Pergerakan
dasar (base failure) (lihat Pasal 35 dan -Gb r. 3 5 .2b) yang dihubungkan deogan naiknya
dasar galian. Jika Japisan Jempung terbcn an1 di bawah cndapan yang stabil, a t au jika
Japisan tersebut memiliki kerak yang kaku, pengangkatan terjadi bilamana dasar galian
mendekati permu kaa11 tanah yang lunak.
Di lain ha!, di bawah lapisan lempung lunak tcrdapat lapisan batuan atau lap isan Jem
pung yang tak scberapa jauh di bawah dasar galian , kcruntuhan terjadi di sepanjang ujung
kaki (toe) a,t au lingkaran dari J e rcng yang menyinggung pe rmu kaan lapisan kaku tersebut,
karena dasar galian tidak dapat mengangkat (Pasal 3 5 ).
Jika m assa lempung yang lunak memiliki ben tuk y ang t ak bcraturan , maka lokasi
pcrm ukaan gelinciran cen derung ditcntu kan oleh bcntuknya terscbut. Gambar 49.3 me ng
lalui suatu gclinciran yang terjadi selama m asa-masa konstruksi saluran Sodertalje di Swe
dia. Jika lempung lunak tcrsebut meluas sampai jauh ke bawah, maka keruntuhan dasar
akan terjadi hampir di sepanjang l ingkaran titik tcngah (midpoint circle). Akan tetapi, ada
nya kerikil di bawah lempung lunak tersebut meniadakan kemungkinan tetjadinya ke
tUntuhan dasar, dan gelinciran terjadi di sepanjang lingkaran ujung kaki (toe circle). Per
gerakan t e rsebut berlangsung begitu cepatnya sehingga menclan korban jiwa beberapa
orang pekerja (Felliniu s dkk. 1 922).
vFen galaman mcn unjukkan bahwa kctUntuhan gciinciran (sliding failure) selama kon
stru ksi pada massa lempung lunak jenuh yang homogen berlangsung pada kondisi tcr.
tutup (undraiie d condition). Oleh karenanya , kondisi
If>
0 berlaku (Pasal
1 8)
dan ta
hanan geseran c bisa diambil sama dengan separuh kekuatan kompresif bebas (uncon
fined c pmprc ssive strength). Faktor kcamanan lereng dari galian yang direncanakan pada
Jcmpung semac am itu t erhadap penggelinciran dapat diest imasi selama berlangsungnya
,
konstruksi dengan m e toda yang diuraikan d alam Pasal 3 5 . Akan tctapi, harus ditekankan
Gbr. 49.3. Penampang yang melalui gelinciran ujung kaki-lingkaran (toe-circle slide) pada
lempung lunak di saluran Sodertalje di Swedia (Fellenius dkk. 1922).
343
bahwa ketaksinambungan pacta lempung yang mengandung pasir atau lanau menghapus
kan keberlakuan hasil-hasil perhitungan. Penjelasan mengcnai ha! tcrsebut dijelaskan dalam
pembahasan mcngenai lempung t ak homogen.
Aliran Lempung
Setelah lereng p ada lempung yang lunak tuntuh , pergerakan tersebut biasanya berhenti
segera lidah penggelinciran (Gm b. 49. 1 ) telah mcnempuh j arak yang cukup jauh dari posisi
nya semula. Akan tetapi ada satu kekecualian pada aturan ini. Pada lempung hidup (Pa
sal 7), seperti yang terjadi di lembah St. Lawrence River di Quebec dan di Norwegia serta
Swedia, penggelinciran progresif yang ekstensip terus berlangsung, seringkali tanp a adanya
provokasi yang nyata. Pergerakan tersebut bermula sebagai suatu penggelinciran yang kecil
yang biasanya terjadi di tepi sungai, tetapi deformasi dari material yang menggelincirkan
mentransformasi lempung menjadi cairan y ang kental yang mengalir keluar dan meroboh
kan lereng curam yang baru dari p enyangganya, kemudian terj adi penggelinciran-pcng
gelinciran yang lain . Gangguan tersebut menjalar dengan cepat mulai dari titik awal di mana
lempung diubah menjadi matriks fluida dari material yang teremas y ang mengalir menuju
daerah retak di pinggir sungai dan bersamanya terbawa pula gumpalan-gumpalan lempung
yang masih utuh yang mengapung. Gambaran utan1a dari aliran semacam i tu pada anak
sungai St. Lawrenc e River yang berada di sebelah u tara diperlihatkan dalam diagram blok
(Gbr. 49.4). Selama berlangsung aliran tersebut suatu lekukan yang secara kasar berbentuk
. segiempat terbentuk dengan kedalaman 1 5 sampai 3 0 ft p anjang sekitar 1 700 ft sejajar de
ngan ungai tersebut, dan lebarnya 3000 ft (Sharpe 1 938). Dalam waktu sekitar setcngah
jam 3 . 5 00.000 yd3 lempung bergerak ke dalam saluran sungai melalui celah yang lebar
nya 200 ft . Saluran tersebut tersumbat sepanjang 2 mil, dan tinggi air di hulu naik 25 ft.
Pada aliran lempung yang hebat di Vaerdalen di Norwcgia p ad a tahun 1 893 , lebih d ari
60.000.000 yd3 lempung mengalir keluar dari sebuah celah yang sempit dalam waktu
kurang dari sa tu jam (Holmsen 1 953).
Bukti-bukti yang amat banyak menunjukkan b ahwa !empung tersebut mungkin mem
peroleh kepekaan e kstnmnya dan mungkin secara perlahan-lahan mengalami pcngurang
an kekuatan akibat pengurangan kadar garam dalam air pori sejak lempung tersebut di
endapkan dalam lingkungan laut. !v1atelial tersebut sebagian b esarnya terdiri atas kuarsa
yang bercabang dcngan halus dan mineral-mineral lempung yang tak aktip. Meskipun se
banyak 40% dari matelial tersebut mungkin berukuran lcmpung (< 0,002 mm), batas cair
dan indeks plastisitas tcrnyata rcndah, m asing-masing dalan1 orde 26 d an 7%. Di lain pihak,
kadar air alami berada di at as batas cair dan kepekaan S t seringkali melebihi 40. Kadar
garam dali air p mi cenderung hanya 1 sampai 3 gram per liter. Ha! ini berlawanan dengan
kadar normalnya .yakni sekitar 36 gram per liter air !aut. (Pasal 4).
CatatBn:
SCA R OF OLD
BEKASA LIRAN
TA NA H YANG
LA MA
Riviere 8/ance = Ja/an Umum
= Pasir
Sand
Clay
= Lempung
=
EA R THFL OW
Till
North
Till
Utara
Skala Pendekatan
Gbr. 49.4. Diagram blok yang memperlihatkan gambaran utama dari aliran pada lem
pung hidup di dekat St. Thuribe, Quebec (Sharpe 1 93 8).
344
tawar yang menelus (percolate) melalui lempung karena p ermukaan tanah telah terangkat
terhadap tinggi !aut yang berl aku pada saat pengendapan. Dengan demikian , - proses ter
sebu t masih bisa tcms berbngsung. Jika hipotesa ini benar, m aka frekuensi aliran lempung
mungkin b ertambah pada daerah terse bu t di mana kondisi-kondisi geologinya baik.
lunak atau dalam keadaan retak, maka lapisan tersebut bisa merupakan sum ber tambahan
dari kelemahan-kelemahan struktural. Dengan demikian, jika galian tersebu t dalam, m aka
penyelidikan kestabilan haruslah dilaksanakan untuk mempelajari apakal1 sebaiknya meng
ikuti l ereng standar atau tidak.
Massa tanah k ohesif yang, m engandung kantung-kantung a tau lensa-lensa t anah tak
berkohesi yang tak teratur biasanya ditemukan pada kawasan yang dulunya mengalami
jaman glasial di mana sedimen dicndapkan oleh es yang mencair dan kemudian didefor
masi oleh dorongan dari !em baran-lembaran es yang bergerak secara temporer. Massa tanah
tersebut juga dijumpai di lokasi tcrjadinya penggelinciranpenggelinciran tanah yang lalu
yang berlangsung pada massa pasir dan lempung yang terstratit1kasi.
Kantung-kan tu ng pasir dalam lempung bertindak sebagai reservoar air. Selama cuaca
basah kantungkantung pasir terscbut menjadi tempat tekanan hidrostatik yang benar yang
cendcrung menycbabkan pcrgerakan ke arah luar dari massa tanah yang mengandung kan
tung-kantung pasir terse but. Semcntara massa tanah bcrgcrak kcluar, massa tanah tersebut
hancur mcnjadl campuran lanau jcnuh, pasir, dan bongkah-bongkah lempung yang meng
alir sepcrti glasicr atau cairan >:iskous yang kental.
Karcna sumber kctakstabilan adalal1 tckanan air yang tcrperangkap dalam kantung
kantung pasir tcrscbut , tmika p enstabilan dapat diwujudkan dengan menggunakan drainase.
Al:an t e tapi, profil gcologinya ccndcrung sangat tidak tera.tur, dan jarak antara saluran
saluran drainase mungkin sangat sulit ditentukan lebil1 lanjut sckalipun t clah dilakukan
penyelidikan menyeluruh menge nai kondisi-kondisi tanah dan hidraulik mclalui pcm
boran , pengujian , dan survey-su rvey periodik t en tang muka air tanah. Pada kcadaan ini pro
sedur yang bijaksana dan efektif adalah membuat drainase auger h orisontal (horizontal au
ger drains) (Smith dan Stafford 1 9 57). Drainase scmacam itu biasanya terdiri atas pipa plas
tik atau logam yang berlubang-lubang atau berc elah dengan diam eter sekitar 2 i{lci. Pipa
tersebut dimasukkan ke dalam lubang yang dibor hampir horisontal masuk ke dalam tanal1
di bawah lercng. Panjang drainase tcrsebu.t bcrkisar mulai dari bcberapa kaki sampai lebih
dari 200 kaki. Spasi horisontalnya bcrgantung kcpada kcindisi-kondisi set em pat ; se ring
345
kali spasi tersebut bcrkisar dari 1 5 ft sampai 50 ft. Bebcrapa baris pipa yang dilctak
kan pada berbagai e1cvasi tcrnyata mungkin pula efektip. Drainasc tersebut biasanya di
buat sedikit miring ke bawah ke arah bidang muka galian untuk memungkinkan pcng
aliran air oleh gravitasi.
Lubang drainase tersebut biasanya dibuat dcngan menggunakan continuous-t1ight
hollow stem auger (Gbr. 44. 3). Dengan peralatan tersebu t kit a dapat memasukkan pipa
drainase tanpa menimbulkan kelongsoran lubang. Pada sebagian tanah penapis mungkin
diperlukan untuk mencegah terjadinya erosi dan penyumbatan di dalam tanah ; pada keadaan yang baik bahan penapis tersebut bisa terangku t ke dalam lubang di sekitar saluran
drainase akibat rotasi auger ke arah yang bcrkcbalikan dan pcrlahan-lahan menariknya dari
lubang tersebut. Lubang-lubang tersebut juga bisa dibuat dcngan baik dcngan meng
adakan modifikasi dari rotary drilling ketika air dialirkan melalui bagian dalarn pipa pelin
dung dan kembali lagi ke sekeliling bagian 1uar pipa pelindung terse but. Mata bor ditinggal
kan jika lubang mencapai panjang akhirnya, saluran drainase dipasang, dan pipa pelindung
die abut.
Teknik pemasangan drainase auger horisontal memer!ukan pcnycsuaian terhadap kon
disi-kondisi setcmpat, tetapi drainas.e semacam itu kerap kali dapat dipasang dengan cepat
dan ekonomis sehingga panjang dan spasinya ditcntukan dengan cara coba-coba. Bebe
rapa drainase mungkin tak produktif tctapi drainasc-drainase yang berada dalam kan
tung-kantung tanah yang tak kcdap air bisa saja luar biasa efektifnya. Bcgitu selcsai pe
masangan saluran-saluran drainase , dacrah termaksud mcnjadi stabil sehingga galian dapat
dibuat dengan lereng standar.
346
Gbr. 4 9 . 5 . Pena pang y ang melalui massa lempung kaku yang retak-retak. (a) Retakan
retakaa lama yang tertutup sebelum terjadi pengurangan tegangan akibat penggalian.
(b) Pengurangan tegangan mengakibatkan celah-celah membuka, selanjutnya sirkulasi
air melunakkan lempung di sekitar dinding.
massa tanah tersebut berubah menjadi matriks lunak yang mengandung inti-inti yang kcras.
Penggelinciran terjadi segera setelah tahanan geser dari lempung yang mengalami per
lemahan menjadi terlalu kec il untuk melawan gaya gravitasi. Sebagian bcsar penggelincir
an semacam ini terjadi sepanjang l ingkaran ujung kaki (Toe circle) yang melibatkan massa
tanah yang relatif dangkal, karena tahanan geser lempung meningkat dengan cepat ter
hadap pertambahan jarak di bawah pe1mukaan yang tersingkap. Air nampaknya hanya
memsak stmktur lcmpung saja; tekanan rembesan kelihatannya tidak menimbulkan
sesuatu akibat.
Gambar 49.6 memperlihatkan penggelinciran pada lempung retak yang sangat kaku
di samping galian jalan kereta api yang memiliki kcmiringan lereng 2 ,5 : 1 . Ketinggian le
reng adalah 60 ft. Karakteristik bentuk-S dari lereng setclah keruntuhan nampak jelas ter
lihat . Keruntuhan terjadi sekitar 80 tahun sesudah galian dibuat. Mata air atau indikasi
lain yang menunjukkan adanya air yang merembes tidak ditemukan.
Penelaahan catatan dari beberapa penggelinciran yang terlambat dengan sambungan
yang tersebar ke mana-mana menunjukkan bahwa tahanan geser rata-rata dari lempung ber
kurang mulai dari nilai awal yang tinggi pada saat penggalian sampai nilai di antara 0,20 dan
0,3 5 ton/ft2 pada saat penggelinciran. Karena proses perusakan mungkin berlangsung se
lama puluhan tahun, maka tidaklah ekonomis memilih sudut lereng pada lemp4ng semacam
itu atas dasar tahanan geser akhir (ultimate). Akan tetapi, kita cenderung memperlambat
bidang tanah di sekitar pinggir atas galian untuk lebar sama dengan kedalaman galian dan
dengan mengadakan perawatan permukaan tanah dari dacrah galian untuk mengurangi
permeabilitasnya. Andaikata pun terjadi p cnggelinciran di kemudian hari, hal tersebut
Gbr. 49.6. Foto penggelinciran pada lempung retak yang sangat kaku.
347
dapat diatasi dengan pe rbaikan-perbaikan setempat. Jika pen ggelinciran yang diperlambat
akan m em bahayakan jiwa manusia atau mengakibatkan kerugian hart a benda yang besar
sekali, maka lereng tersebut harus dilengkapi dengan titik-titik acuan dan ham s dilakukan
pengamatan-pengamatan periodik, karen a p en ggelinciran sem acam ini senantiasa didahului
oleh deformasi-deform asi yang meningkat dengan l aju yang dipercepat pada saat keadaan
keruntuhan didekati. Bila pergerakan tersebut mengkhawatirka n , m aka lereng pada penam
pang yang berbahaya haruslah dilandaikan .
Drainase dengan inti (core) yang keras juga digun akan dengan berh asil untuk men
cegah p ergerakan p ada penampang-penampang yang berbahaya. Drainase-drainase ini
berupa parit-p a1i t dad bingkai batu yang kering dan dipasang menaiki d an menuruni lereng
dengan spasi sekitar
15
atau
20 ft.
besar dadpada kedalaman lapisan lempung yang men galami pelu nakan . Dinding kaki bet on
menyangga ujung bawah seluruh bingkai tersebut. Efek yang mengu n tungkan dari jc nis
konstm ksi ini biasanya dianggap berasal dari bckcrjanya bingkai scbagai drainase, tet api
kita lebih cenderung meyakini bahwa fu ngsi utam a bingkai-bingkai te rse but adalah m eng
alihkan seb agian berat massa lempung yang tak stabil m elalui gesekan sisi terhadap dinding
kaki beton tersebut.
Perilaku serpihan-serpihan lempung yang ikatannya rapuh ditcntukan oleh berbagai
hal yang sama seperti pada lempung yang kaku. Dengan demikian, informasi selanjutnya
mengenai penggelinciran-penggelinciran pada lempung yang mengalami overkonsolidasi
berat dimuat d alam bagian yang berikut.
50%
bumi maupu n yang terbenam di bawah lapisan sedimen yang tipis. Semua batuan yang
masuk dalam katagori ini t erdiri atas endapan lempung atau lanau yang m endapatkan
karakteristik-karakteristiknya p ada saat di bawah pen garuh tekanan dan temperatur yang
relati p sedang.
Sementara tebal lapisan overburden (lapisan bumi) bertambah mulai dari puluhan sam
pai dengan ribuan kaki, porositas e ndapan lempung a tau lanau berkurang ; jumlah i katan
kohesip an tar partikel-partikel terbentuk semakin banyak seb agai hasil interaksi molekular,
te t api komposisi secara mineralogi dari partikel-partikel tersebut mungkin secara praktis
tak berubah. Akhirnya semua partikel benar-benar terikat permanen pada kedalaman yang
sangat besar, yakni ikatan-ikatan yang kokoh yang merupakan sifat-sifat riil batuan yang
diberikan kepada material tersebu t . Di samping itu , semua material yang berada di ant ara
lajur yang ikatannya baru terbentuk dan yang sudah sempurna dinamakan serpih (shale).
Oleh karenanya, sifat-sifat teknik serpihan dengan komposisi secara mineralogi tertentu
mungkin berkisar di ant ara sifat-sifat teknik tanah dan b atuan riil .
Perbedaan-perbedaan yang paling menyolok di an tara serpihan-serpihan yang dihasil
kan oleh pemadatan e ndapan-e ndapan sedimenter yang identik bersumber pada jumlah
ikatan-ikatan an t ar partikel yang permanen pe r satuan volume serpih an. Ukuran relatif d ari
tingkat ikatan tersebut diberikan oleh wujud dari contoh tanah utuh yang diperoleh dari
kedalaman beberapa ratus kaki. Dalam keadaan t e rbenam, serpihan ini hancur menjadi
fragmen-fragmen. Akan t etap i , bergan tung kepada tingkat ikatannya, ukuran fragmen
fragmen tersebut mungkin sama besarnya dengan suatu fraksi yang besar yang berukur
an satu inci atau sekecil ukuran masing-masing partikel mineral itu sendiri. Di antara bat as
batas ini , serpihan bisa dikatakan berkisar mulai dari yang dikatagorikan terikat dengan
baik, jenis-jenis ekstrim yang termasuk di d alamnya adalah serpihan yang menyerupai
batuan (rock-like), dan yang dikatagorikan berikatan lemah, jenis-jenis ekstrim yang
termasuk di dalamnya adalah serpihan lanau sampai lempung yang telah mengalami over-
348
konsolidasi berat. Di samping est imasi mengenai tingkat ikatannya, diskripsi serpihan h a
ruslah mcngindikasikan apakah bahan-bahan pembcntuk umumnya adalah lcmpung atau
lanau , di sampin g, misalnya, diskripsi lain yang menerangkan t entang " serpihan-lempung
berikatan lemah". Meskipun demikian , dalam batas-batas diskripsi tertentu sifat-sifat
teknik serpihan bisa berkisar seluas sifat-sifat t eknik lempung atau lanau.
Selama pemindahan oleh proses-proses geologi yang berkaitan dengan beban yang
berperan dalam transformasi lanau atau lempung menjadi serpihan , serpihan mengem
bang dengan dimensi horisontal yang praktis tetap . Ikatan-ikatan antar partikelnya yang
dibentuk selama atau sesudah kompresi tertekan oleh pemuaian berikutnya sampai atau
melewa t i titik keruntuhan. Oleh karenanya, serpihan biasanya diperlemah oleh jaringan
sambungan. Di bawah kedalaman berorde 1 00 ft sambungan benar-benar tertutup dan ter
pisah dengan jarak beberapa kaki. Akan tetapi, ketika kedalaman overburden selanjutnya
berkurang, sambungan membuka karena pemuaian yang tak sama dari bongkahan-bongkah
an yang berada di antara sambungan-sambungan tersebut. Kadar air bongkahan tersebut
kemudian bertambah dan kekuatannya berkurang sebagaimana halnya keadaan yang di
alami oleh lempung atau lanau pada saat berlangsungnya pengurangan tekanan dari beban
sifat-sifat
endapan
serpihan.
Walaupun
menyatakan "lapuk" untu k seluruh massa serpihan yang berada di atas serpihan yang keras,
sekalipun lapisan atas tidak ada. Dengan kata lain, istilah tersebut dikenakan pada materi
al yang sifat-sifat
tekniknya dibentuk oleh dua proses yang sama sekali berbcda. Untuk
menghindari kesalahpahaman, iWlah lapuk tersebut t idak akan digunakan dalam pem
bahasan selanjutnya.
Pada sembarang jenis serpihan , pengurangan sudut l creng sampai nilai setimbang akhir
nya teru tarn a tcrjadi akibat penggelinciran yang berulang-ulang terjadi dalam selang waktu
yang pendek. Penggel inciran meninggalkan bekas-bekas berupa benjolan-benjolan pada per
mukaan lereng dan membuat permukaan tersebut berprofil melcngkung yang disebut
"topografi longsor" (landslide topography). Detil dari rupa scrpihan yang terhampar
di bawah lcreng terutama bergantung kepada mineral-mineral pembcntuknya dan tingkat
ikat an. Contoh-contoh ekstrim dari serpihan yang tcrikat dengan baik dapat ditemukan di
kawasan Allegheny dan pada sehagian besar daerah di barat daya dan hant !aut dari Great
Lake .
Pada kwasan Allegheny yang dijumpai di Virginia Barat, se belah selatan Pennsylvania
dan timur Ohio, umumnya lereng disangga oleh serpihan yang sedikit banyaknya mengan
dung lanau dan terikat dengan baik. Bertambahnya kadar air dari bongkahan di antara sam
bungan-sambungan yang berhubungan dengan penghilangan be ban sangatlah kecil dan long
soran yang terjadi jarang mencapai kedalaman lebih dari
dalam
49 .7
dan
49. 8.
15
baik pada bagian bukit rnaupuh sayatan, hanya terja di sclama musim hujan. Jika kerun
tuhan terjadi, material yang longsor mengalir sebagaimana halnya cairan viskous dan ke
mudian diam. Karena pem1eabilitasnya yang relatif tinggi, material yang menggelincir
349
Gbr. 49.7. Potret dari longsoran yang terjadi pada lereng landai di atas serpihan yang ter
ikat dengan baik, dekat Barboursville, W. Va. (Ladd 1 93 5).
dapat distabilkan de ngan cara yang sedcrhana, umpamanya dcngan mcmasang drainase
auger horisontal .
Bilamana usaha telah dilakukan agar perhitungan kestabilan yang didasarkan pada
hasil-hasil pengujian laboratorium mcrup akan penanggung j awab longsoran semacam itu
pada serplhan yang agak terikat dengan baik, faktor keamanan lercng t e rhadap gelinciran
ternyata haruslah lebih besar daripada nilai yang dianggap cukup sekalipun digunakan
asumsi bahwa muka air tanah pada saat kerun t uhan t c rjadi berada di permukaan t anah.
Ke taksesuaian yang menyolok dan kuat antara keadaan yang diramalkan dan keadaan yang
dijumpai di lapangan dapat dengan sangat logis dijelaskan dengan menganggap bahwa peng
gelinciran didahului oleh pertambahan mendadak yang bersifat t emporer dan setempat
dari tekanan air-pori pada lajur penggclinciran . Serpihan yang berada dalam lajur ini terdiri
atas fragmen-fragmen makroskopik yang sedang menjalani proses pelapukan. Lcreng ter
sebut mengakibatkan akumulasi fragmen-fragmen digerakkan oleh gaya gaya geser dan sam
yang terbuka tcrsebut terisi dengan air. Scgera set clah pelapukan mencapai t ahap kritis
yang terjadi p_a da berbagai tempat dan waktu, fragmen-fragmen t ersebut hancur selama
perioda basah di bawah p engaruh gabungan dari t ekanan ove rburden dan rembesan . Berat
overburden secara t emporer dialihkan ke air, selanju tnya tekanan c fektip dan tahanan ge
ser yang b ersangkutan di sepanjang permukaan p otensial pe nggelinciran direduksi d an
tcrjadilah longsoran . Hal t-ersebut bisa berhenti dcngan t iba-tiba, karena tekanan air-pori
lebih berdisipasi dengan cepat akibat p e rmeabilit as yang relatif tinggi dari akumulasi frag
men - fragmen serpihan.
-, -- -- 1
-- ---
--
-- --
......
-
Hancur
1 9 3 5).
Permukaan setelah
Longsoran vang kedua
--------------
Gbr.
"":_..::...._
4 9. 8. Profil dari longsoran ganda pada serpihan yang terikat dengan baik (Ladd
350
Anggota-angota ekstrim lainnya dari famili serpihan adalah scrpihan lcmpung yang
ikatannya lemah seperti yang ditemukan p ada sebagian daerah di Dakota, Montana, dan
padang rumput yang luas sebelah barat propinsi-propinsi di Kimada. Serpihan-serpihan ini
pun mendapatkan sifat-sifat tekniknya melalui proses konsolidasi yang he bat akibat lapisan
ove rburden yang te balnya berorde ribuan kaki dan pemindahan beban selanjutnya . Di b a
wah kedalaman puluhan kaki serpihan ini juga bersifat sangat keras. Pada terowongan y.ang
dibuat di b awah kedalaman ini serpihan ternyata mengandung sambungan-sambungan yang
tersebar luas dan rapat seperti halnya serpihan yang terikat dengan baik . Di lain hal , per
ubahan kadar air yang dialami oleh lapisan setebal puluhan kaki yang paling atas akibat
proses penghilangan beban sama sekali berbeda. Sementara pada serpihan yang terikat de
ngan b aik proses terse but mungkin hampir tak terlihat, maka pad a serpihan lempung yang
ikatannya lemah perubahan tersebut bisa mencapai 1 0% atau lebih. Oleh karenanya. hasil
akhir dari pemindahan beban juga sangat berbeda. Serpihan yang terikat dengan baik ber
ubah menjadi agregat yang agak tak kedap air dengan bentuk angular, fragmen-fragmen
batuan makroskopik, tetapi serpihan lempung y ang ikatannya lemah berubah menjadi
lempung plastis yang kaku. Mekanika proses t ransisi mulai d ari serpihan kcras sampai men
jadi mat erial seperti lempung pada dasarnya sama dengan proses yang mengakibatkan long
soran p ada lempung retak y ang kaku yang diilustrasikan dalan1 Gbr. 49.5 . Akan tetapi,
karena permeabilitas serpihan lempung jauh lebih kecil daripada pcrmeabilitas lempung
yang mengalami prapembebanan yang kurang be rat , m aka proses pclunakan berlangsung
jauh lebih l an1bat .
Karena besarnya perubahan volume yang berkaitan dengan proses pcnghilangan beban
pada serpihan lempung yang ikatannya lcmah dalam kondisi tidak ada tegangan lateral,
maka h al tersebut menjadi pusat tegangan residu al horisontal yang hcbat. Sementara
overburden perlahan-lahan dihilangkan, rasio antara tegangan normal horisontal dan ver
tikal bertambah. Bahkan pada endapan lcmpung yang pernah mengalami prakonso!idasi
yang hebat rasio tersebut bisa mendekati koefisicn tekanan p asip KP dari lempung
(Skemp ton 1 96 1 b, Tcrzaghi 1 96 l a). Tcgangan-tegangan ini dapat menambal1 intensitas
proses penghancuran serpihan yang berada di sckitar lereng dari lembah sungai atau
di belakang galian yang dibuat oleh manusia.
Lereng alami pada serpihan lempung yang ikatannya lemah menyusu t t erutama di
sebabkan oleh penggelinciran yang bcrulang kali tcrj adi dalam sclang waktu yang sing
kat, dan dengan demikian menjadi se m akin datar. Dengan berkurangnya sudu t lereng,
tegangan
linciran.
dengan
sclang
waktu yang semakin mcningkat sampai kemiringan lereng menjadi I (vertikal) . 10 (ho
risontal) atau bahkan lebih kecil lagi. Pengamatan-pengamatan ini mcnunjukkan bal1wa
hilangnya kckuatan akibat p roses pcnghilangan beban berjalan luar biasa lambatnya
dan tidak dapat diramalkan secara handal atas dasar pengujian-pengujian laboratorium.
Akhirnya (Skcmpton 1 964), tahanan bisa mendekati kckuatan residual tanah di sc
panjang permukaan tempat regangan geser bernilai sangat besar (Pasal 1 8). Setiap
penggelinciran didahului oleh perayapan yang dipcrcepat sampai kcdalaman jaJ.!h lcbih
besar daripada kcdalaman tempat tcrjadinya v ariasi-variasi musiman dari kclcmbaban
dan tempcratur. Scgcra sctclah laju pcrayapan mcncapai nilai scbesar bcberapa inci per
tahun pcnggelinciran pun terjadi. Selama longsoran berlangsung serpihan yang berada di
atas permukaan gelinciran hampir tetap u tuh dan mempertal1ankan karakternya sebagai
lcmpung yang agak kaku dan retak be rat.
Karcna rendahnya pcrmcabil i ts scrpihan lcmpung yang ikatannya lcmal1 pada ke
dalaman di bawah pcrmuk<ran tempatnya bcrada, keruntuhan lercng d ari galian yang
baru atau pondasi m aterial yang berada di bawah timbunan baru terj adi pada kondisi
4>
0. Namun, segala usaha untuk menentukan t ahanan geser serpihan dengan meng
=
35 1
1 960).
berapa kali lebih besar daripada kekuatannya di lapangan pada saat mengalami ke
runtuhan. Pendapat-pendapat mengenai sebab-sebab ketaksesuaian yang menyolok ini
terpecah-pccah . Pada t ahun
1 966
rupakan faktor yang penting. Akan t etapi, adanya ketidaksesuaian tersebut masih merinta
ngi kcmungkinan mendapatkan infom1asi handal yang dapat ditcrima mengcnai karak
tcristik-karakteristik geser serpihan t ertentu dari sembarang sumbcr ketimbang analisis
penggelinciran yang t cl ah t erjadi pada serpihan yang sama pada kondisi-kondisi yang
serupa.
gangan geser yang hebat selama perioda yang panjang. Dengan demikian, serpihan ter
sebut su dah mencapai tahap pemuaian yang lebih lanju t kctimbang se rpihan yang ter
letak di bawah dacrah dataran tinggi di sekitarnya yang kurang terpotong. Oleh karena
nya, pada lcreng semacam itu kondisi- kondisi untuk kestabilan galian-galian yang baru
j auh berbcda dari yang diliarapkan dibandingkan pada tcmpat-tcmpat yang lebih j auh
dari lembah-lcmbah yang dalam tersebu t. Akan tetapi, seiring dengan perjalanan waktu
tahanan geser lempung di sekitar lcreng y ang baru akan berkurang sekalipun pada tem
pat-tempat yang jauh dari lembah. Pada scmbarang tcmpat penggalian harus dimulai
pad3 puncak lereng yang baru untuk mengurangi rekahan dari sambungan-sambungan y ang
ada di sekitar serpihan terse but sampai ke nilai minimumnya.
J nformasi kuantitatif yang bcsar jumlahnya yang menggambarkan pcrgerakan lereng
pada scrpilian yang ikatannya lcmah telah diperoleh di formasi Bearpaw di daerah South
Saskatchewan River Dam. Lereng alami naik sampai ketinggian sckitar
bah sungai dengan kemiringan
topografi longsoran yang umum . Landainya lcreng dan pcrioda waktu yang p anjang antara
penggclinciran-penggelinciran mengindikasikan bahwa lcreng sudah bcrada dalam tahap
pcngembangan yang lanjut . Selama pcrioda p engamatan pada tahun
1 944
sampai
1 964,
tak ada longsoran yang terjadi di luar dacrah yang dipengaruhi oleh opcrasi-operasi kons
truksi. Namun, rckahan pada jalan setapak di sepanjang pinggiran daerah berdataran tinggi
berangsur-angsur mcnjadi bertambah lebar. Di mana pun kesetimbangan lcreng diganggu ,
misalnya dengan melakukan pcnggalian pada permukaan lereng, pe nggelinciran pup terj adi
dan tahanan
bcntonit, dan di dekat sesar minor (minor fault) atau laju r geser. Karena permeabilitas
serpihan sangat rendah, pengadaan drainase hampir tidak efekti
telah ditunjukkan bahwa sifat-sifat fisika yang dimiliki oleh tanah yang ada di tempat
(in situ) dapat berbeda sekali dengan yang dimiliki oleh tanah angkutan (transported soil)
yang komposisi mineral serta karakteristik ukuran butirannya mirip. Lebili jauh lagi, sifat
sifat terscbut cenderur.g berubah dalam sclang jarak yang pcndek p ada sembarang arah
akibat sifat acak dari derajat pelapukan yang terj adi. Oleh krena i : u , konsekuensi-konse
kuensi yang berasal dari penghilangan lereng-lereng y ang ada, pengaruh-pengaruh rembasan
ke arah lcreng-lereng yang berasal .dari sumber-sumber buatan, a"tau derajat kestabilan
lereng yang diakibatkan oleh penggalian tidak pernah bisa diestimasi "Secara meyakinkan
dengan mendasarkan . pada hasil-hasil pengujian dan pemboran. Mekanika tanah hanyalah
---
352
yang bcnar terhadap berbagai hasil observasi di lapangan sebelum maupun selama pelaksa
naan pembangunan. untuk mengantisipasikan unjuk presta\i (performance) dari m aterial
secara umum, serta memanfaatkan secara maksimal berbagai hal/bukti yang bisa diperoleh.
Seiring dengan perjalanan waktu, lereng a lami di atas bcrbagai jenis batuan akan
makin bersifat rat a ; dan proses terse but tems berlangsung sampai kemiringan menjadi se
demikian kecil, yakni: 1 5 pada arah horisontal dibanding 1 pada arah vertikal, atau
mungkin lebih kecil lagi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa produk-produk pelapukan
batuan selalu dapat dikatakan secara kontinu dipindahkan dan mertgalami penurunan
ke arah dasar lereng tempat produk-produk tersebut berkumpul kemudian terhanyutkan
oleh erosi. Pemindahan produk-produk terse but temtama terjadi melalui peristiwa yang di
kenal se bagai "perayapan" (creep), yakni pergerakan seperti glasir yang tidak nampak yang
dijalani oleh material pada sua tu kedalaman temp at berlangsungnya variasi-variasi musiman
dali kelembaban dan temperatur. Walaupun begitu, pada beberapa jenis batuan sebagian
besar pe rpindahan terjadi mclalui pe1istiwa penggelinciran yang berulang-ulartg pada selartg
waktu yang pendek. Kontinuitas lereng yang mengalami penggelinciran terganggu akibat
adany a reruntuhan longsoran (topografi !ongsoran). Oleh karena itu, pergerakan tersebut
biasanya dapat tersingkap melalui detil topografi lereng.
Sifat dari material residual , sepcrti halnya mekanisme perpindahan reruntuhan, men
cerminkan jenis serta sifat mekanika batuan lapuk di dasarnya. Misalnya, pada batuan
"dapat lamt" seperti batu gamping (limestone), biasanya terdapat suatu perbatas tajam
yang sangat tidak rata antara batuan utuh dart batuan yang scpenuhnya mengalami pe
lapukart. Dalam hal irti sama sekali tak ada lajur trartsisi. Batuan lapuk tersusun dari mineral
bahart pembentuk batuan induk yang tak dapat larut dan biasanya bempa butiran sangat
halus. Pemindahan remntuhan terjadi semata-mata melalui peristiwa p crayapan. Di bawah
lapisan yang "merayap'', tanah residual cenderung memiliki kohesi yang cukup berarti
schirtgga lercng, dertgart perbartdirtgart : horisortt al l terhadap vertikal 5, pada tepi galian
masih dapat stabil.
Sebalikrtya, transisi b ertahap dari batuart (yartg mcrtgalami pelapukart) ke arah batuan
(yang u tuh) merupakan karaktcristik bagi batuan igneous intrusif, misalnya granit, dart
juga batuart metamorfik tirtgkat tinggi seperti "gneiss", dengan pcrsentase bahart pemben
tUk micaceous yang rendah dan pcrsentase tinggi bahan yang sccara kimiawi tak stabil sc
pcrti feldspar. Pcmindahan reruntuhan yang tak d apat larut, scperti juga halnya pemindah
an reruntuhan batuan yang dapat larut, hanya terjadi melalui perayap an . Kemiringan tepi
galian dengan perbandingan: 3 (untuk arah vertikal) dan 2 (untuk arah horisontal) sangat
lah biasa bahkan pacta galian yang dalam sekalipu n. Kadang-kadang teljadi juga penggelin
ciran di titik-titik potong lereng dengan lajur gcser (shear zone) y ang mengalami pe
lapukan a tau di titik-titik di mana orientasi dan lokasi sambungan-relict (relict joint) sangat
tidak menguntungkan. Tempat t erjadinya penggelinciran jarang sekali diketahui pada
awal pelaksanaan pcmbangunan, sedangkan biaya pencegahan dengan mengurangi in
klinasi dari keseluruhan lercng agaknya merupakan penghambat. Pada sebagian besar
kasus, akan lcbih ekonomis apabila lereng dikurangi secukupnya untuk material yang utuh
di samping mcngadakan lebar dasar galian yang memadai u ntuk memungkinkan berkumpul
nya material yang bcrasal dari jatuhan yang sifatnya sewaktu-waktu serta dapat dibersih
kan dari waktu kc waktu tanpa menycbabkan penyumbatan parit-parit drainase di ujung
kaki lereng.
Tempat terjadinya longsor di masa lampau biasanya ditunjukkan oleh topografi dari
lereng-lereng. Galian-galian pada material longsoran scnantiasa menyulitkan, scbab
material termaksud menempati keadaan diam sesaat setelah faktor-keamanan yang dimili
kinya terhadap pergerakan lebih lanjut menjadL sama dengan satu. Seandainya lokasi ini
tidak dapat dihindari , maka pembangunan hendaknya didahului oleh drainase p ermanen
dan mendasar.
353
Pi dalam lajur pelapukan batuan jcnis yang t a k dapat laru t , tidak jarang kocfisien
permeabilitas batuan yang mcngalami pelapukan naik/bertambah mulai dari bernilai
sangat kecil di dekat pcrmukaan tanah hingga mencapai nilai maksimum di dckat per
batas antara batuan yang mengalami pclapukan dengan batuan yang kuat. Dengan demi
kian, lajur batuan yang mengalami pelapukan akan membent uk ' 'kulit'' y ang relatif kedap
air di atas suatu lapisan yang tidak kedap air. Jika air masuk kc dalam lapisan tak kedap
air melalui suatu " gap" (celah) dalam kulit atau melalui belahan terbuka (open fissure) pa
da batuan yang kuat, maka dapat t erwujud kondisi artesian di dalam lajur tak kedap air se
dangkan lapisan atas yang kedap air dapat menggelincirkan lereng kendatipun sudut
inklinasi sedemikian kecilnya. Kemun gkinan ini diilustrasikan oleh c ontoh berikut.
Gambar 49.9 adalah sebuah penam pang melewati scbuah "pelana" dalam sederctan
buki t , yang memisahkan reservoir pcnyimpan di sebclah kiri dengan lembah yang dalam di
sebelah kanan. Pada pelana t ersebut dibuat scbuah tanggul-tanah yang kecil. Buk it
bukit tersusun dari gneiss dcngan "foliation dipping"1 ) sekitar 60 pada arah sumbu dari
tanggul . Pada puncak tcrsebut kcdalaman pelapukan batuan adalah sekitar 80 ft pada
Elevasi 1 300. Pembonin di sekitar titik ini menemukan suatu lapisan puncak yang terutama
terdiri atas lempung. Lapisan tersebut berada di atas lapukan gneiss yang lunak sampai se
dang yang kurang mengandung lempung dibandingkan lapisan puncak tadi. Selanjutnya di
bawah lapisan ini terdapat lapukan gneiss yang padat sampai keras di m ana dijumpai
tanda-tanda kehilangan air. Sebagaimana terlihat dalam gambar, kelandaian lereng di se
b elah kanan berkurang dari 1 ,5 (horisontal): 1 (vertikal) di dekat puncak sampai 5: 1 pada
Elevasi 1 1 00. Sebclum reservoir terisi , sama sekali tidak dijumpai bekas-bekas 1 ongsoran ;
pemindahan reruntuhan jelas hanya terjadi akibat perayapan .
Pada Elevasi 1 250 dipasang pipa-pipa tekan di atas tiang-tiang beton pada potongan
permukaan lereng dengan lebar sekitar 2 5 ft. Pcnggalian untuk masing-masing pondasi
tiang tcrsebut dihentikan pada kcdalaman di mana penggalian selanju tnya tidak lagi dapat
dilakukan kecuali dengan peledakan. Ketika tinggi air dalam rese rvoir mencapai Elevasi
1 30 5 , yakni sekitar 5 ft di at as elevasi b atuan 1apuk yang paling atas, pipa tekan me1entur
pada dua titik dan harus disangga . .Pada saat tinggi reservoir naik sampai Elevasi 1 320,
tiang-tiang penyangga dan tiang-tiang tambahan lainnya mengalami penurunan, dan se
buah mata air kecil memancar pad a Elevasi 1 1 00 , pada jarak sekitar 800 ft dari pelana. Ke-
Elev.
Timbunan
(ft)
- /400
Paras Piezome tric
- 1300
Gneiss yang
/apuk
Gbr. 4 9. 9. Pena mpang yang melalui pelana pada gneiss yang lapuk yang memisahkan re
servoir di sebelah kiri dengan Iembah yang dalam di sebelah kiri.
1) Kata " Foliation" adalah. istilah geologi untuk menyatakan orientasi paralel dari segaris (banding) mi
neral di dalam batuan. "Dip" adalah istilah geologi yang meny atakan sudut suatu bidang terhadap
bidang lain.
3 4
tika reservoir naik sampai Elevasi 1 380, menyemburlah lebih banyak mata air di atas Ele
vasi
1 100,
1 250
1 1 00 bergerak ke bawah kaki bukit sepanjang permukaan yang
dan seluruh bagian bawah lereng di antara pipa tekan pada Elevasi
de kat ke perbatas atas batuan lapuk terse but . Namun , lereng galian yang hampir vertikal
dan lereng alarni yang curam di sebelah atasnya tidak bergerak secara jelas.
Sementara tinggi reservoir naik, tinggi piezometric juga naik pada lapisan sentuh 'ang
t ak kedap air dari lajur pelapukan (Gbr. 49.9).
di atas mengindikasikan bahwa tekanan hidrostatik pada lajur yang tak kedap air ber
tambah dalam arah menuruni bukit, dan bahwa l ongsoran berawal di kaki lereng pada
Elevasi
pertama kalinya.
Lereng Talus
Istilah
talus
numpuk di kaki suatu karang batu yang terjal . Lereng dari gundukan talus tersebut biasa
nya antara
agak be rkurang pada saat badai hujan yang lebat. Sifat fragmen-fragmennya tampak tidak
berarti. Setelah longsoran dimulai, material yang jenuh mengalir dengan derasnya ke
bawah sambil mengangkut fragmen-fragmen batuan yang berukuran sampai beberapa
yard, menghantam jembatan-jembatan yang dilaluinya, dan menyebar di mulut lembah
seperti kipas. Longsoran ini yang disebut
biasa
nya terjadi di rangkaian pegunungan tinggi di setiap pelosok dunia. Pada lereng barat
dari Pegunungan Wasatch di U tah setiap ngarai mengandung tanda-tanda setidaknya sebuah
aliran batuan lumpur (Sharp e 1 938). Karena longsoran jenis ini terjadi tanpa memandang
kepadatan relatif atau karakter petrografic dari talus dan hanya pada lereng yang curam,
maka longsoran tersebut mungkin semata-mata disebabkan oleh tekanan rembesan dari
air yang menelus.
Di daerah Alpen batuan lumpur ternyata biasanya mengalir dengan didahului oleh
keringnya mata air yang memancar dari daerah akar aliran. Fenomena ini menunju kkan
pertambahan temporer ruang pori dari material talus sebelum penggelinciran terjadi,
sebagaimana halnya pertambahan angka pori dari contoh-contoh pengujian pasir padat
sebelum terjadi keruntuhan akibat geser (Pasal
1 5).
Karena longsoran pada talus tidak akan te1jadi tanpa adanya air yang berlimpah
limpah, maka bahaya longsoran semacam ini dapat diatasi dengan mencegah terjadi
nya penjenuhan temporer. Hal ini dapat diwujudkan dengan memasang drainase yang
dalam di sepanjang perbatas atas dari daerah yang dilindungi dan dengan menyelimuti
permukaan daerah tersebut dengan suatu lapisan tanah yang rel ati f t ak-permeabel. Di
berbagai keadaan drainase itu sendiri mendatangkan efek-efek yang diharapkan.
355
Lapisan batuan
a
_Jb t
(b)
I
j ======================P.=PH
S =========b
5
Oi
C Lapisan pasir ha/us yang
b
mengandung air
Gbr. 4 9. 1 0. (a) Kondisi geologi yang berkaitan dengan bahaya kerun tuhan lereng akibat
penjalaran. (b) Diagram gaya yang bekerja pada tanah di bawah lereng ab.
kinan penyebab kemntuhan lereng mendactak ctan yang seringkali menctatangkan ben
cana besar diilustrasikan oleh Gbr. 49 . 1 Oa.
Gambar 49 . 1 0a memperlihatkan suatu penampang yang melalui lembah yang ter
letak cti atas lapisan lempung lunak yang t ebal. Lapisan lempung tersebut berangsur
angsur menyusup ke arah kiri masuk ke ctalam pasir. Lempung yang memiliki kohesi rata
rata c itu menganctung lapisan horisontal pasir halus atau lanau kasar. seperti yang
diperagakan oleh lapisan S-S. Air pori ctalam lapisan S- S berhubun gan dengan air yang
beracta dalam massa pasir yang besar cti sisi kiri diagram tersebut . Garis tebal Ad dan Be
masing-masing menyatakan muka air tanah pacta pasir selama musim kering ctan musim
hujan yang luar biasa lebatnya . Garis putus-putus A b ctan Bg menyatakan tinggi piezo
metric yang bersangku tan un tuk air-poli pacta lapisan S-S.
Iisan ab digali pada lempung sampai kectalaman H. Setiap penampang horisontal di
bawah galian termasuk yang melalui lapisan S -S dikenai tegangan geser , karena lapisan
lempung cti atasnya c enderung menurun secara vertikal dan nienjalar secara horisontal
akibat pengaruh beratnya sendiri. Seandainya tekanan air-pori pacta lapisan S -S bernilai
renah yang berkaitan dengan garis piezometlic A b . tahanan geser cti sepanjang lapisan
s-s cencterung jauh lebih besar daripada jumlah. tegangan geser. Jika hal ini bena. ke,
stabilan lereng hanya bergantung kepada kohesi c dari lempung. Untuk sua tu sudut lereng
yang lebih kecil daripada 53 tinggi kritis He ctari lereng actalah
c
He = 5.52 -
"(
(49. 1 )
di mana 'Y adalah berat satuan lempung (Pasal 35). Jika d i bawah lapisan lempung
terdapat lapisan dasar yang kokoh dan tidak jauh dari dasar galian, maka karena renctahnya
nilai faktor kedalaman nD (Gbr. 35.2) tinggi kritis bahkan lebih besar lagi, dan ketinggi
an tersebut bertambah dengan sudut kelandaian yang semakin mengecil sampai 9cfr
untuk lereng bersudut 2 0 , seperti ditunjukkan ctalam Gbr. .. 3 5.3.
Akan tetapi, karena berlam t-larutnya musim hujan atdu mencairnya salju di permuka
an tanah di atas massa pasir yang besar, tinggi piezometric lapisan S-S bisa naik sampai ke
posisi yang ditunjukkan oleh garis Bg. Selama kenaikan tersebut berlangsung beban total
P per satuan luas pada lapisan S -S tak berubah, tetapi tekanan air-pori u ,.. bertambah. Ka
rena lapisan S -S terdiri atas tanah yang hampir tak berkohesi, maka tahanan gesernya
diten tukan oleh persan1aan
356
(p -
7tw
tan
q,
( 1 7. 1 )
rata, Jereng di atas lapis an S - S runtuh akibat terjadinya penjalaran, meskipun dalam
kenyataan lereng terse but mungkin masih tncmiliki faktor keamanan yang cukup terhadap
penggelinciran sepanjang permukaan berupa kurva yang berada di atas atau memotong
lapisan S -s.
Tinggi kritis lereng di atas S -S tidak pe rnah bisa 1ebih kecil daripada nilai yang di
dapat atas dasar asumsi bahwa te kanan air-pori uw sama dengan P (Pers. 1 7. 1 ), selanjut
nya tahanan geser di sepanjang lapisan S -S mcnjadi sama dengan no! . Implikasiimpli
kasi dari kondisi ini dii!ustrasikan dalam Gbr. 49 . 1 0 b yang menggambarkan penampang
vertikal melewati lereng ab dengan skala yang diperbesar. Berdasarkan Pers. 28. 1 0, tekanan
tanah aktif pada penampang vertikal aa1 adalah
PA
a1
(49.2)
4'Y
Nilai ini amat mendekati nilai 3 ,85c('y yang berdasarkan Gbr. 3 5 .3 merupakan tinggi
kritis 1ereng vertikal. Dengan demikian, jika tekanan air-pori cu kup besar untuk meng
atasi gesekan pada lapisan S-S, maka tinggi kritis lereng di atas lapisan tersebut akan
berkurang sampai sedikit lebih besar daripada tinggi kritis 1ereng vertikal, tanpa mem
persoalkan berapa besar sudut lereng yang sebenarnya. Untuk lereng yang landai , efek
tekanan air pori ini mungkin melibatkan pengurangan tinggi kritis sebesar hampir 50%.
Selama musim hujan yang sangat lebat atau selama pencairan selimut salju yang tebal
sekali, muka air tanah naik di setiap tempat. 01eh karenanya, tahanan geser dari setiap
lapisan yang mengandung air berkurang, dan iereng y ang sebe1umnya selalu stabil mung
kin runtuh. Pada tahun 1 9 1 5 longsoran terjadi pada lereng yang sangat landai dengan t inggi
sekitar 40 ft, dalam batas-batas Perusahaan Semen Portland Kuic kerbocker pada (anak)
sungai Claveric k dekat Hudson, N.Y. Lereng berada p ada lempung "varved" yang terdiri
atas perselang-selingan lapisan lempung dan lanau, m asing-masing setebal
inci . Tiba
tiba, tanpa adanya p rovokasi yang jelas terlihat, lereng bergerak sejauh 1 200 ft, dan per
mukaan dataran di depan ujung kaki lereng terangkat setinggi 300 ft. Sepanjang jarak
sekitar 600 ft, dasar anak sungai tersebut terangkat mele bihi tinggi t anah di sekitarnya, dan
pengangkatan terse but terjadi begitu cep atnya sehingga ikan tingg:;l terdampar di atas pung
gung bukit yang landai yang sebelumnya merupakan kawasan penampang anak sungai ter
se but. Bangunan pembangkit tenaga listrik yang berada di daerah ini hancur, dan orang
orang yang berada di dalamnya menjadi korban. Longsoran ini merupakan satu-satunya
longsoran dari sekian banyak longsoran yang pernah terjadi pada lempung varved di Sungai
Hudson sejak sungai tersebut mengalami penurunan (Newland 1 9 1 6). Sejarah lembah
tersebut menunjukkan secara cukup jelas bahwa l ongsoran terjadi sangat sering dengan se
lang waktu kira-kira 20 atau 25 tahun, yang berkaitan dengan t ahun terjadinya curah hujan
maksimum.
357
Beda antara longsoran gravitasi biasa akibat tak cukupnya kohe'i lempung dan long
soran akibat penjalaran lapisan lempung diilustrasikan oleh Gbr. 49. 1 1 a dan b . Berbeda
dengan longsoran jenis a, longsoran jenis b terjadi hampir mendadak. Longsoran tersebut
mungkin saja tidak di dahului oleh deformasi yang terukur sekalipun dari massa tanah yang
pada akhirnya runtuh, karena daerah yang lemah tidak berada dalam lapisan lempun:z_
tersebut tetapi hanya di perbatas antara 1empung tersebut dan lapisan dasarnya. Se
lanjutnya, tinggi kri tis lereng yang berada pada lempung homogen bergantung hanya kepa
da sudut lereng dan kohesi rata-rata c, sedangkan tinggi kritis lereng pada lempung yang
berada di atas lapisan yang mengandung air atau lapisan tanah yang tak berkohesi bergan
air-po ri u "" dalam lapisan terse but. Ketika tekanan air
tung secara luas kepada tekanan
.
pori bertambah, tinggi kri tis berkurang dan mendekati nilai He (Pers. 49. 2) tanpa me
mandang berapa besarnya sudut 1ereng. Dengan demikian. jika tinggi lereng pada lem
pung dengan lapisan .p asir atau lanau yang mengandung air lebih besar daripada He . r.1aka
faktor keamanan lereng terhadap gelinciran tidak dapat ditentukan dengan i1andal ke
cuali kalau tckanan air-pori uw diketahui.
Perkiraan kasar dari nilai tekanan air-pori maksimum yang mungkin pada lapisan yang
mengandung air tersebut dapat dibuat atas dasar tlsiografi dan geologi umum dari dacrah
tempat lereng tersebut berada. Akan tetapi. nilai riil dari tekanan air-pori tidak dapat di
hitung baik dengan teori maupun atas dasar pengujian-pengujian laboratorium. :'\'ilai ter
sebut hanya dapat ditentukan di lapangan dengan mengadakan pengamatan-pengamatan
piezomettic. Dengan demikian. jika prasyarat terjadi longsoran jenis b (Gbr. 49. 1 1 ) mung
kin sekali terpenuhi , maka insinyur harus mempertimbangkan apakah konsekuensi-konse
kuensi p ra ktis yang akan dihadapi akibat longsoran tersebut. Seandainya tak ada jalan
lain kecua1i dengan membangun rintangan-rintangan pe!indung, maka insinyur dibenarkan
melaksanakan konstruksi di atas tanpa persyaratan-persyaratan khusus dan sadar sepenuh
nya bahwa 1ongsoran mungkin terjadi beberapa tahun atau dekade setelah masa konstruk
si terse but. Di lain hal. jika longsoran dapat menimbulkan kerugian jiwa atau harta benda
yang parah, pemasangan dan pengamatan periodik dari alat ukur tekanan air-pori me
rupakan ha! yang dapat dielakkan . Bilamana pun perhi tungan kestabilan yang didasarkan
pada hasil-hasil pembacaan alat ukur tersebut menunjukkan bahwa batas keamanan lereng
ternyata sempit, maka kita harus menghindari bahaya terse but dengan memasang drainase
drainase un tuk menjaga agar tekanan air-pori dalam lapisan tanah yang mengandung air
terse but tetap berada dalam batas-batas yang aman.
Lapisan Lanau
Gbr. 4 9. 1 1 . Penampang melintang yang melalui longsoran yang umum terjadi pada lem
pung varved. (a) Jika tekanan air-pori pada lapisan lanau. tk- beraturan. (b) Jika tekanan
air-pori pada lapisan lanau hampir sama dengan tekanan overburden.
358
den.
:
antara persyarat
4.
Bagian yang Ialu dari pasal ini telah menjelaskan bahwa tak ada peraturan yang keras
dan bebas dapat dibuat lereng (Pasal 3 5) dapat digunakan dengan menguntungkan hanya
pada kesempatan-kesempatan tertentu ketika galian dilakukan massa tanah lempung yang
Junak sampai sedang dan agak homogen. Bila kita menjumpai tanah yang lain atau tanah
tanah kombinasi insinyur hams menyandarkan dirinya semata-mata p ada kemampuan
nya mengenali faktor-faktor yang menentukan kestabilan endapan tanah yang dihadapi
nya, pada kemampuannya menggambarkan implikasi-implikasi dari ketidaktentuan yang
masih tetap ada ketika proyek berada dalam tahap disain, dan pada kecerdikannya men
dapatkan cara-cara untuk mengatasi ketidaktentuan i ni selama l<onstruksi berlangsung.
Pengembangan hal-hal vital ini memerlukan p engetahuan geologi dan pengenalan me
nyeluruh dengan hukum-hukum yang berlaku pada interaksi antara air dan berbagai jenis
tanah. Hukum-hukum ini dimuat dalam Bagian I dari buku ini. Hukum-hukum ini hams di
tambahkan dengan pengetahuan yang luas mengenai pengalaman konstruksi galian dan
longsoran. Pengalaman pribadi hanya mempakan sebagian saja dari p engetahuan ini ; ha!
yang sama pentingnya adalah pengalaman yang dirangkumkan dalam riwayat-riwayat
peristiwa yang dibukukan dan diterbitkan.
Bacaan Pflihan
Beberapa publikasi yang membahas diskripsi, mekanisme atau perbaikan longsoran
dari segi pandangan yang terpadu. Di antaranya yang bermanfaat adalah :
359
Ladd, G. E. (1935). "Landslides, subsidences and rock -falls," Proc. A m. R wy. Eng. A ssn. ,
36, pp. 1091-1162.
Sharpe , C. F. S. (19 3 8 ). Landslides and rela ted phenom ena. New York , Columbia Univ.
Press. The classification of landslides is not suitable for purposes of the civil engineer,
but the descriptions of t he phenomena area valuable.
Terzaghi , K. ( 1 950 ). "M echanism of landslides," Geol. Soc. A m. , Engineering geology,
Berkey Vol. , pp. 8 3 -123 . Reprinted in From theory to practice in soil mechanics,
New York, John Wil ey and Sons, 1960, pp . 202- 245.
H RB (1958 ). " Landslides and engineering practice," Committee on landslide investigations,
Hwy. R es. Board Special Rept. 29, 232 pp.
Bacaan berikut ini memuat t ulisan-tulisan yang sangat baik yang berisikan longsoran
longsoran di berbagai t empat dan kondisi yang berbeda:
Newland , D. H. (1916 ). " Landslides in unconsolidated sediments," N. Y. State Museum
Bull. 1 8 7, pp. 7 9 - 105. Slides in varved clays on Hudson River.
Close , U. ad E. McCormick (1922). ' ' Where the mountains walked," Nat. Geog. Mag. ,
4 1 , pp. 445-464. Flow slides in loess in China.
Bjerrum , L. (1955). " Stability of natural slopes in quick clay ," Geot. 5, No. 1, pp. 101119 .
Skempton, A. W. and D. J. Henkel (1955). " A landslide at Jackfield, Shropshire, in a
heavily overconsolidated clay,'' Geot. , 5, No. 2, pp. 131-13 7 . The mechanism has
been reinterpreted in Skempton, A. W. (1964 ) : " Long-term stability of clay slopes,"
360
yang tidak dipadatkan cenderung patah dan bahwa permukaan pavemen t dengan kualitas
tinggi yang lain c enderung menjadi sangat tidak rata. Keperluan untuk menghindari
kondisi-kondisi yang tidak diinginkan ini membantu pengembangan metoda-metoda
pemadatan tanah yang memenuhi persyaratan ekonomi dan e fi siensi sekaligu s. Serentaknya
peningkatan aktifitas yang berkaitan dengan konstruksi bendungan t anah memberi dorong
an tambahan bagi pengembangan metoda-metoda pemadatan.
Penye!idikan-penyelidikan yang dilakukan membawa kepada kesimpulan bahwa tidak
ada satu pun metoda pemadatan yang sama cocoknya untuk semua jenis tanah. Lebih
j auh lagi, sejauh mana tanah terpadatkan oleh suatu prosedur tertentu bergantung secara
luas kepada kadar ai r t anah. Tingkat pemadatan yang tertinggi diperoleh bila kadar air
mempunyai su atu nilai tertentu yang disebut kadar kelem baban optimum (optimum mois
ture content), dan p rosedur untuk mempertahankan agar kadar air mendekati nilai op
timumnya selama pemadatan timbunan dikenal sebagai kontrol kadar kelembaban (mois
ture-content control).
Pada p okok kajian ulang berikut ini metoda-metoda yang ada untuk memadatkan
timbunan buatan di bagi ke dalam tiga kelompok, yakni : metoda yang c ocok untuk tanah
tak berkohesi , metoda untuk tanah lanauan atau pasiran dengan kohesi yang sedang, dan
metoda pemadatan untuk lempung. Akhirnya dibahas metoda-metoda untuk memadat
kan massa tanah alami dalam posisi asalnya.
1 9). Basil yang terbaik dicapai dengan menggunakan mesin yang digetarkan p ada frekuensi
[1 yang dekat dengan frekuensi resonansi fo untuk tanah dan penggetar. Jika /1 hampir
sama dengan [0 , penurunan cenderung mencapai 20 sampai 40 kali lebih besar daripada
penurunan yang dihasilkan oleh be ban statik yang e kivalen dengan gaya penggetar.
Pemadatan yang efektip diperoleh pada pemadatan kerikil dan pasir yang kasar, atau
timbunan batuan yang terdiri atas partikel-partikel yang ukuran-ukurannya sebanding
dengan menggunakan penggilas berkapasitas 5 sampai 1 5 ton yang dilngkapi dengan peng
I"-
getar yang berope rasi pada frekuensi antara 1 1 00 dan 1 5 00 pulsa per m enit (Bertram.
1 963 ). Material dihamparkan lapis demi lapis mulai dari 1 2 dampai 1 4 inci tebah1ya, pada
beberapa keadaan lapisan yang lebih tebal sekalipun ternyata berhasil dipadatkan, tetapi
pemisahan selama penempatan material sulit dihindarkan. Ukuran maksimum partikel
hanya. dibatasi oleh tebal lapisan. Pemadatan dengan tingkat yang tinggi biasanya di
capai cukup dengan menggilas 2 sampai 4 kali lintasan dengan kecepatan t idak lebih
dari sekitar 1 ,5 mil per jam. Kontrol kadar-kelembaban t i dak lagi perlu dilaksanakan.
Material semacam itu juga terpada tkan dengan memakai penggilas beroda pneumatic yang
digerakkan dengan heavy track-mounted diesel tractor. Selama p roses penggilasan, timbun
an mungkin diberi tambahan air. Pemadatan-pemadatan pada kondisi-kondisi semacam
ini dihasilkan oleh traktor, bukan oleh penggilas. Untuk mencapai tingkat pemadatan
yang memuaskan biasanya peralatan tersebut perlu menggilas sebanyak enam sampai
delapan lintasan di suatu tempat tertentu, asalkan material diendapkan dalam lapisan
dengan tebal tidak lebih dari 1 ft.
Pada daerah yang terbatas proses pemadatan mungkin menggunakan penggetar kecil
yang dapat bergerak sendiri , dan dioperasikan secara manual. Berat pemadat tersebut her-
361
variasi mulai dari beberapa ratus sampai beberapa ribu p ound, dan gaya penggetar dialirkan
ke tanah dengan frekuensi mendekati frekuensi resonansi untuk pemadat dan tanah melalui
pelat datar atau penggilas. Tebal lapisan yang dapat dipadatkan dengan efektif berkisar
18
362
Berdasarkan u kuran "feet" tersebut, tekanan sentuh bervariasi mulai dari sekitar
sampai
600
3 00
lb/inci2 . Penggilas yang sedikit lebih kecil dan lebih ringan secara luas diguna
kan untuk memadatkan timbunan jalan raya. Dengan perlengkapan yang biasa dipakai, te
bal lapisan setelah pemadatan tidak boleh melebihi
1 958).
Tanpa memandang jenis peralatan pemadatan atau tingkat kohes i tanah, keefektifan
prosedur pemadatan bergantung secara luas kepada kadar kclembaban tanah. Pernyataan
terutan1a berlaku untuk tanah berbutir halus yang seragam dan hampir bersifc.t tak-plastis.
Jika kadar air tidak mendekati nilai optimumnya, tanah semacam ini tidak bisa dipadat
Jika tanggul pengujian dibangun oleh tanah yang sifat-sifatnya s eragam dan dengan
pcngawasJn yangcermat terhadap kondisi-kondisi di lapangan, dan jika tebal lapisan, jenis
peralatan pemadatan dan jumlah lintasan penggilasan semuanya dibuat konstan, keefektif
an pemadatan temyata hanya bergantung kepada kadar air tanah dalam lapisan tersebut
pada saat pemadatan dimulai. Keefektifan pemadatan diukur melalui berat padatan per
satuan volume, dikenal sebagai
kepadatati kering
an kering dan kadar air yang diberikan mempunyai bentuk karakteristik seperti yang diper
lihatkan oleh kurva bergaris tebal
dalam Gbr.
50. 1 .
tanah itu sendiri. Misalnya, jika kapasitas penggilas diperkecil dan semua kondisi-kondisi
yang lain dipertahankan tak berubah, maka nilai kepadatan kering maksimum akan turun
dan kadar kelembaban optimum lebih tinggi daripada untuk penggilas yang lebih berat
b.
lebih ringan bisa menaikkan kepadatan kering maksimum, tetapi bahkan jika nilai ke
padatan tersebut hams mencapai nilai yang sebanding dengan nilai yang bersangkutan
untuk kurva
a,
maka kadar kelerhbaban optimum yang berkaitan dengan nilai 'Yd maks yang
\
\
"'
...
::::
E 140
{l
r::
(a)
130
{l
lb
2-
120
0
30
Gbr. 50. 1 . Hubungan antara kepadatan kering dan kadar kelembaban y ang diberikan
untuk suatu tanah tertentu (a) pada prosedur pemadatan yang spesifik dengan mengguna
kan penggilas tertentu. (b) Pada prosedur pemadatan yang identik tetapi dengan penggilas
yang lebih ringan. Kedua kurva tersebut mendekati garis pori-udara-nol yang menyatakan
hubungan untuk tanah yang benar-benar jenuh.
363
baru cenderung melebihi kadar kelembaban optimum untuk penggilas yang lebih berat.
Perubahan serupa ada hubungan kerapatan-kelembaban untuk tanah tertentu menyertai
variasi-variasi dalam tebal lapisan dan dalam jenis atau berat peralatan pemadatan. Dengan
demikian, istilah pemadatan 100% dan kadar kelembaban optimu m untuk tanah tertentu
hanya mempunyai pengertian spesifik sehubungan dengan suatu prosedur pemadatan yang
spesifik. Meskipun demikian, untuk suatu material timbunan yang potensial, selama kon
struksi berlangsung kita perlu mengetahui apakah kadar kelembaban di lapangan berke
lebihan atau kurang terhadap nilai optimum untuk prosedur pemadatan yang cenderung
ditetapkan. Lebih jauh lagi, selama timbunan dihamparkan insinyur harus mempunyai
cara untuk menentukan apakah pemadatan yang ditentukan tersebut dicapai sekalipun
jika karakter tanah timbunan berubah dari waktu ke waktu . Persyaratan-persyaratan ini
membawa ke pengembangan pengujian-pengujian pemadatan di laboratorium.
Tujuan setiap pengujian pemadatan di laboratorium adalah menentukan kurva kelem
baban-kepadatan di laboratorium yang se banding dengan kurva serupa untuk material yang
sama ketika dipadatkan di lapangan dengan menggunakan peralatan dan prosedur yang cen
derung ditetapkan. Sebagian besar metoda-metoda yang ada saat ini berasal dari prosedur
yang dikembangkan oleh California Highway Department p ada awal tahun 30-an ketika
peralatan pemadatan mempunyai berat yang relatif ringan. Menurut p rosedur ini yang di
namakan Uji Proctor Standar (Standard Proctor Test) (Proctor 1 93 3 , ASTM D-698- 58T),
contoh dikeringkan, dilumatkan, dan dipisahkan menjadi dua fraksi dengan mengguna
kan ayakan no. 4. Sebanyak 6 lb fraksi yang lebih halus dibasahi dengan sedikit air dan
diaduk sampai merata untuk menghasilkan agregat yang lembab yang kemudian dimasuk
kan ke dalam wadah silinder yang dimensinya tertentu dalam tiga lapisan yang sama.
Masing-masing lapisan dipadatkan dengan 25 tumbukan memakai pemadat standar yang
(boleh) dijatuhkan dari ketinggian 1 ft. Ketika silinder selesai diisi dan ditandai pada bagian
atasnya, berat dan kadar air tanah lembah di dalam wadah tersebut ditentul<an. Dengan
menggunakan besaran-besaran ini, kepadatan kering dapat dihitung. Dengan cara yang
sama kita tentukan kepadatan kering untuk campu ran agregat yang lebih lembab lagi se
cara berturutan, sampai kepadatan kering setelah pemadatan berkurang secara menyolok
dengan meningkatnya kadar air. Kemudian kita plot kurva yang menunjukkan hubungan
antara kepadatan kering dan kadar air. Kadar kelembaban optimum yang sesuai dengan
uji Proctor Standar adalah nilai kadar air di mana kepadatan kering mencapai nilai mak
simum.
Karena pengaruh metoda pemadatan pada kurva kelembaban-kepadatan, maka tak
ada satu pun jenis uji standar, termasuk uji Proctor, layak diharapkan untuk menghasil
kan hasil-hasil yang keberlakuan bersifat umum . lnformasi yang meyakinkan mengenai
kadar kelembaban optimum dapat diperoleh hanya dengan melakukan pengujian-peng
ujian lapangan berskala besar dengan memakai peralatan pemadatan yang digunakan
di proyek yang bersangkutan.
Usaha-usaha p ernah pula dilakukan u ntuk mengembangkan metoda-metoda labora
torium yang lebih mendekati jenis-jenis peralatan lapangan yang biasa digunakan daripada
pendekatan yang dapat dicapai oleh uj i Proctor Standar. Usaha-usaha ini menghasilkan
berbagai modifikasi dari prosedur semula. Untuk peralatan modern yang berat , terutama
yang berhubungan dengan konstruksi bendungan tanah atau apron dan taxiway untuk
pesawat-pesawat udara yang berat, Uji Proctor yang Dimodifikasi (Modified Proctor Test)
(ASTM D- 1 5 5 7- 5 8T) cenderung lebih memadai. Johnson dan Sallberg (1 962) tel.ih me
ngembangkan berbagai jenis pemadat-peremas (kneading compactor) yang menghasil
kan kurva-kurva kelembaban-kepadatan yang lebih realistis, tetapi sebegitu jauh tak ada
satu pun dari pengujian-pengujian semacam itu yang diterima secara luas.
Kurva-kurva kelembaban-kepadatan yang umum untuk beberapa j enis tanah disajikan
dalam Gbr. 50.2. Kurva-kurva tersebut didapat dengan metoda Proctor Standar. Kurva a
menyatakan hubupgan kelembaban-kcpadatan untuk campuran pasir-lempung, b u ntuk
3 64
&
130
E:
..!)1 120
{!l
c::
l!l
{!l
"'
Gbr.
/10
100
/36
:V
-7
I
I tzo
1 /
I
I
I
V Il )2
b
I
I IlO
I
-a'
'
I
11
1/.4 14
zo
0
15
10
9 0
Kadar Air dalam % Bera t Kering
I
I
I
6
5
--
I /
(a) Pasir bergradasi baik dengan sedikit persentase lempung. (b) Lempung dengan plastisi
tas rendah. (c) Lanau anorganik yang n on-plastis. (d) Lempung dengan plastis tinggi.
tanah lempung dengan plastisitas rendah,
presibilitas rendah, dan
d untuk lempung
Bila kadar kelembaban tanah di lapangan lebih besar daripada nilai optimumnya, tanah
harus diberi kesempatan mengering di dalam tempat penyimpanannya atau setelah di
hamparkan. Jika sebalikny.t, harus ditambahkan ke tempat asal tanah timbunan tersebut
atau dengan menyemprotkannya sebelum pemadatan. Dengan cara yang layak biasanya
. kita mampu mempertahankan kadar air sebesar 2 atau
3%
tetapi, untuk tanah tak-plastis yang seragam dan agak kohesif kadar air yang harus di
pertahankan mungkin lebih dekat lagi ke nilai kadar air optimumnya.
Berat satuan dan kadar air tanah diperiksa di lapangan dengan pengambilan contoh
tanah dan pengujian rutin. Untuk menentukan berat satuan, pada tanah yang dipadat
1
kan kita gali lubang yang bervolume seti daknya 2 0 ft3 , dan dengan hati-hati tanah gali
an tersebut diambil dan ditimbang sebelum terjadi pengurangan kelembaban akibat peng
uapan (evaporation). Volume tanah yang digali bisa Jiukur dengan salah satu dari beberapa
metoda yang ada. Pada sebuah prose dur yang le bih dulu dikembangkan dan lebih umum
digunakan, volume diukur dengan mengisikan pasir yang b e ra da dalam keadaan lepas ke da
lam lubang setelah berat satuan pasir dalam keadaan ini ditetapkan. Pasir dituang dari suatu
wadah yang ditimbang beratnya sebelum dan sesudah lubang diisi. Menurut prosedur yang
kedua, sebuah balon karet diletakkan di bawah suatu penutup horisontal dan disuntikkan
air kP- dalamnya untuk menyeuai kan bentuknya dengan bentuk lubang terse but ; volume
lubang ditentukan dengan mengukur volume air yang dimasukkan. Nilai kadar air pende
katan bisa didapat secara cepat dengan menentukan kehilangan berat akibat pengeringan
contoh tanah di dalam "pan" yang terletak di atas pelat yang p anas. Akan tetapi, dengan
sejumlah p engalaman secukupnya p ada proyek tertentu, seorang pengawas dapat meng
estimasi kadar air secara cukup akurat dengan melihat wuju d dan tekstur material. Jika
karakter material yang digunakan untuk timbunan sungguh bervaria si, atau jika pekerja
an berada pada daerah yang sering mengalami musim hujan, usaha memenuhi persyaratan
persyaratan kadar-kelembaban mungkin sangat memperbesar biaya konstruksi timbunan.
Kadar air p ada saat tanah dipadatkan mempengaruhi semua sifat-sifat tanah yang di
padatkan,
kadar air awal dari. nilai sedikit di bawah optimum ke nilai sedikit di atas optimum cen
derung mengakibatkan pengurangan yang besar dari koefisien p e rmeabilitas. Pengurangan
tersebut nampaknya bertambah dengan makin meningkatnya kandungan lempung dari ta
nah. Berkaitan dengan material inti (core material) untuk Ben dungan Mu d Mountain (Mud
Mountain Dam) yang mengandung sebanyak
3%
yang tinggi, penambahan kadar air dari 2% di bawah nilai optimum sampai 2% di atasnya
365
ternyata menurunkan koefisien permeabilitas sekitar 1 0.000 kali (Cary dkk. 1 943). Meski
pun mungkin ada sua tu pengaruh dari besaran ini yang dengan luar biasa diabaikan, tetapi
efek-efek yang jauh kurang p enting sekalipun selayaknya diperhatikan .
Pemadatan Lempung
Seandainya kadar air alami dari lempung yang berada dalam daerah tempat asal tim
bunan tidak mendekati kadar air optimum , maka mungkin sangat sulit mengubahnya
menjadi nilai optimum . Hal ini terutama sekali benar jika kadar air terlalu tinggi . Oleh
karenanya, maka mungkin kontraktor terpaksa menggunakan lempung dengan keadaan
hampir mendekati keadaan ketika lempung tersebut ditemukan.
Mesin penggali mengambil lempung dari tempat asal timbunan dalam bentuk bong
kahan. Sebuah bongkahan lempung tidak bisa dipadatkan dengan p rosedur-prosedur
yang telah diuraikan sebelumnya, karena baik getaran ataupun tekanan dengan durasi
pendek menghasilkan perubahan kadar air yang tak berarti. Akan tetapi, penggunaan
sheepsfoot roller ternyata efektif dalam mengurangi ukuran ruang-ruang terbuka antar
bongkah-bongkah lempung tersebut. Hasil yang terbaik dicapai jika kadar air sedikit lebih
besar daripada batas plastis. Seandainya terlalu besar lebilmya, maka lempung cende
rung melekat ke penggilas, atau penggilas cenderung terbenam ke dalam tanah . Jika
jauh lebih kecil, bongkahan lempv 1g tidak meleleh, dan ruang-ruang tersebut tetap ter
buka.
366
proses vibroflotation. Pada satu dari lapisan semacam itu, yang meluas dari permukaan
tanah sampai kedalaman yang berkisar antara 1 5 dan 30 ft, telah diledakkan 8 lb bahan pe
ledak dengan kadar dinamit 60% pada kedalaman 1 5 ft. Vibrasi yang dihasilkan oleh ledak
an tersebut mengurangi p orositas pasir dari nilai awalnya sebesar 50% sampai menjadi
43% (Lyman 1 942). Pada bendungan Karnafuli, lubang penggerusan yang besar dengan
volume 60.000 yd3 diisi dengan memasukkan pasir bersih yang seragam (D 1 0 0 , 1 8 mm ,
u
2) ke dalam air dan memadatkan pasir tersebut dengan serangkaian le dakan pada
kedalaman 1 5 , 3 3 , dan 50 ft di bawah permukaan pasir dan biasanya pada masing-masing
ledakan digunakan 8 lb bahan peledak. Lubang-lubang tersebut berjarak horisontal 20 ft
sa tu sama lainnya. Bahan peledak yang paling bawah diledakkan lebih dulu, dan kemudian
diikuti oleh bahan peledak yang berada di tengah dan di atas dcngan selang waktu 4 jam ;
selanjutnya rangkai an peledakan yang keempat dipasang dan diledakkan pada kedalaman
25 ft. Porositas pasir berkurang mulai dari sekitar 4 7% sampai menjadi 4 1 % (Hall 1 962).
Tanah pasiran dengan sedikit kohesi dan timbunan tanah kohesif yang sudah ada juga
bisa dipadatkan dengari pemancangan tiang. Akan tetapi, pemadatan tanah-tanah semacam
itu bukan disebabkan oleh getaran-getaran sehubungan dengan pemancangan tersebut,
tetapi oleh tekanan statik yang mengurangi ukuran ruang-ruang pori . Jika tanah berada di
atas muka air tanah dan sebagian besar ruang p ori terisi oleh udara, efek memadatkan
dari pemancangan tiang biasanya sangat memuaskan. Akan tetapi, jika tanah berada di
bawah muka air tanah, efek ini berkurang secara cepat dengan menurunnya permeabilitas
tanah. Agar air dapat meuinggalkan ruang p ori, kita bisa memasang drainase-drainase dari
kerikil. Jadi, misalnya, prosedur berikut ini ternyata berhasil memadatkan timbunan napal
(marl) yang lepas yang ditempatkan dalam sel-sel dari turap cofferdam (Fitz Hugh dkk.
1 974). Pipa-pipa baja dengan diameter 1 2 inci dipancang ke dalam timbunan. Ujung bawah
masing-masing pipa ditutup piringan b aja yang terpasang secara lepas dan tetap tinggal di
dalam tanah ketika pipa dicabut. Setelah pipa dipancang sampai ke dasar napal, pipa diisi
dengan campuran kerikil dan pasir serta disumbat dengan penutup yang kedap udara.
Kemudian pipa dicabut dengan memompakan udara bertekanan 20 sampai 20 lb/ince ke
dalam pipa. Tekanan udara menjaga tanah yang lunak pada tempatnya dan mencegahnya
teremas ketika kerikil keluar dari pipa dan masuk ke dalam lubang tersebut. Konsolidasi
tanah di sekitarnya dipercepat dengan menimba air dari lubang-lubang drainase.
=
Tanah yang kompresibel seperti lempung, lanau yang lepas, dan seagian besar tanah
organik juga bisa dipadatkan dengan memberikan be ban tambahan atau beban pendahulu
an (surcharging or preloading). Daerah yang akan dipadatkan ditutupi d engan timbunan
yang mempunyai berat per satuan luas cukup besar untuk mengkonsolidasikan tanah se
cukupnya untuk memperbesar keku atannya atau mengurangi kompresibilitasnya sejauh
yang diperlukan dalam kurun waktu operasi penambahan beban. Tanah lanauan yang
mengandung lensa-lensa atau lapisan-lapisan pasir cenderung mengkonsolidasi hampir
secepat pemberian beban tambahan, tetapi waktu yang jauh lebih lama mungkin diperlu
kan untuk tanah-tanah yang lebih tak permeabel. Laju konsolidasi dapat dihitung dengan
menggunakan teori dalam Pasal 2 5 , tetapi estimasi mungkin sangat tidak handal karena
spasi dan tingkat kesinambungan dari lapisan-lapisan drainase yang lebih tak kedap biasa
nya tidak dapat ditaksir. Jika laju konsolidasi yang diperkirakan ternyata terlalu lambat,
maka lapisan drainase alami seringkali ditambah dengan p emasangan drainase-drainas e
pasir (sand drains) yang serupa dengan yang telah diuraikan dalam alinea sebelumnya.
Drainase-drainase tersebut biasanya mempunyai diameter minimum 1 2 inci dan ditempat
kan dalam pola segitiga atau segiempat dengan jarak 6 sampai paling banyak 1 5 ft. Spasi
yang diperlukan bisa dihitung dengan teori, tetapi kehandalan dari kesimpulan-kesimpulan
tersebut merupakan subyek dari keterbatasan-keterbatasan pengetahuan kita mengenai per
meabilitas yang sebenar dari endapan tersebut dalam arah horisontal dan vertikal. Carpen
ter dan Barber ( 1 953) telah menyempurnakan teknik-teknik pemasangan drainase-drainase
pasir tersebut hingga mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Sebelurrr beban tambahan di-
367
berikan di atas daerah tempat drainase-drainase tersebut diletakkan, kita harus meng
hamparkan selimut drainase (drainage blanket) yang tak kedap air agar air yang keluar dari
drainase tersebut bisa mengalir. Baik ada ataupun tak ada drainase-drainase pasir, tim
bunan yang merupakan beban tambahan tersebut jangan ditumpuk terlalu cepat atau
dengan kelandaian yang sedemikian rupa sehingga terjadi keruntuhan dasar a tau peng
gelinciran ; jika ada drainase, maka tindakan di atas mengakibatkan drainase cenderung
menjadi tak-kontinu dan dibuat tidak e fektif. Untuk menghindari penggelinciran smacam
itu, penambahan beban dan pemasangan drainase-pasir dilengkapi dengan peralatan untuk
mengamati penurunan permukaan tanah yang menyangga beban tambahan, tekanan air
pori dalam tanah, dan pengangkatan atau pergerakan lateral dari tanah asal yang berada di
luar batas-batas beban tambahan (Bab 1 2).
Lanau lunak di bawah muka air tanah diubah ke keadaan setengah-cairan (semiliquid
state) akibat pemancangan tiang: Dengan demikian, proses pemancangan tiang justru me
lemahkan tanah setidaknya buat sementara waktu bukannya memadatkan. Pemadatan la
pisan tanah semacam i tu hanya dapat dikerjakan dengan beberapa proses drainase , dengan
penambahan be ban, atau dengan-kom-binasi keduanya.
Bacaan Pilihan
Sherard, Woodward, Gizienski dan Clevenger (19 6 3 ) dengan jelas menguraikan peralat
an pem ada tan prosedur-prosedur, dan kontrol untuk bendungan tanah dalam buku: Earth
. and earth-rock dams, New York, John Wiley and Sons, ha!. 72 5.
,
Pembuotan Timbunan- Tanah pada Jalon raya dan Ja/an Kereto Api di Masa Lolu
Sa!Upai tahun 1 930-an, timbunan tanah pada jalan kereta-api biasanya dibuat dengan
menumpukkan material dari tempat lain dari jembatan kayu tempat kereta melintasi celah
atau di atas timbunan yang telah siap. Timbunan semacam ini dipandang memuaskan jika
bersifat stabil permanen. Oleh karcna tidak dilakukan pemadatan buatan (artificial), maka
pecahan batuan tidak ditempatkan dulu di bawah jalur lintasan kercta-api sampai
timbunan-tanah yang bersangkutan mengalami " pencuacaan" (seasoned) selan1a bebcrapa
tahun lamanya. Scpanjang jangka waktu itu , timbunan akan mengalami penurunan akihat
beratnya sendiri. Bcsar penurunan tcrsebut adalah sekitar 3% clari tingginya jika timbunan
tersusun dari batuan, scdangkan untuk timbunan yang tersusun dari material mengandung
pasir adalah sekitar 4% dari tingginya dan untuk timbunan yang mengandung banyak lem
pung sekitar 8%. Untuk mcnccgah terjadinya penu runan/tcnggclamnya tanah pacta jalur
lintasan kcreta-api, maka puncak timbunan biasanya dihuat lchih tinggi dari yang scmcsti
nya scbcsar nilai pcnurunan yang dipcrkirakan akan tcrjadi.
368
Kemiringan standar untuk timbunan-tanah pada jalan kereta-api yang dibuat dengan
cara ini adalah 1 ,5 (pada arah horisontal) her banding 1 (pada arah vertikal). Dalam pada
itu, penting diingat bahwa timbunan dengan ketinggian 1ebih dari 1 0 atau 1 5 ft akan
cenderung runtuh baik selama pembuatannya ataupun sete1ah mengalami beberapa kali
musim kering/kemarau, seandainya tumbuhan tersebut banyak mengandung tanah lem
pung. Karena alasan ini, da1am p raktek, sudut kemiringan dikurangi mulai dari puncak
1 ,5 : 1 menjadi 3 : 1 di dasar timbunan. Insinyur yang menangani pembuatan timbunan
biasanya dilimpahi tugas untuk mengambil keputusan apakah karakter yang dimiliki lem
pung menyebabkan keharusan untuk memperata lereng. Walaupun begitu, kadang-kadang
insinyur yang berpengalaman pun banyak salah/gagal dalam mencirikan karakter tanah
yang bersangkutan, dan sebagai konsekuensinya penampang timbunan mengalami ke
runtuhan. Jika demikian halnya, lereng selanjutnya diperbaiki dan kestabilannya ditambah
baik dengan membuat timbunan yang rendah di sepanjang kaki lereng yang bergerak ke
arah luar ataupun dengan menggunakan dinding batu yang kering, mungkin dilengkapi
oleh drainase inti .keras (hard core).
Karena bertambahnya kepadatan dan berat lalu lintas, maka bagian sebelah atas tim
bunan yang tersusun dari lempung atau lempung kelanauan sering menjadi lunak, terutama
kalau dignangi air sehingga batuan alas jalan (ballast) cenderung menekan ke bawah tim
bunan dan membentuk lubang (dangkal) di mana air akan terkumpul di sini dan selanjut
nya akan memperlunak bagian timbunan yang ada di bawahnya. Perusakan alas jalan yang
berlanjut seperti ini menyebabkan ongkos perawatan jalan menjadi besar. Dalam kaitan
ini, di tahun 1 940-an telah dicoba mengembangkan berbagai metoda penstabilan. Metoda
yang paling berhasil di antaranya adalah penginjeksian pasir dan semen dalam bentuk
"grout" ke bagian sebelah bawah batuan alas jalan (Smith dan Peck 1 9 55).
Timbunan pada jalan raya yang mula-mula sekali, juga dibuat dengan menumpuk
tanah begitu saja. Standar kemiringan yang ditetapkan di Amerika Serikat bervariasi dari
1 ,5 : 1 sampai 1 ,75 : 1 . Penurunan yang dialami setempat jelas mengakibatkan ketidak
nyamanan lalu lintas, dan sering membuat hancurnya permukan jalan . Untuk lintasan
kereta api, secara rutin dapat ditinggikan dengan menambahkan batuan alas(ballast) di
bawah balok landasan rei, sedangkan perkerasan jalan raya hanya dapat dipertinggi dengan
cara mengganti permukaan yang bersangkutan (resurfacing) atau, sampai sejauh tertentu
di bawah perkerasan beton dengan "penyuntikan lumpur" (mud jacking). Di samping itu,
sehelum timbunan pada .i!llan niya dibuat mampu digunakan untuk Ialu lintas cepat, pen
cuacaan timbunan tidaklah mungkin berlangsung. Karena itu, dalam satu dekade setelah
"jalan keras" moderen mulai dikenal, penyebaran material menjadi berlapis-lapis dan pe
madatan dengan menggunakan peralatan penumbuk (hauling) dan mesin penggilas men
jadi umum dipraktekkan.
Telah diketahui bahwa sifat dari tinibunan yang dipadatkan dengan cara ini terutama
bergantung pada sifat-sifat fisis dari material timbunan yang bersangkutan. Sebagai konse
kuensinya, berbagai jawatan dan biro jalan umum berusaha mengkorelasikan sifat tanggul
yang dipadatkan dengan sifat indeks (index properties) dari material timbunan. Usaha
usaha tersebut mengarahkan ke cara penentuan kualitas tanah berdasarkan nilai batas
Aterbergnya serta kepadatan kering yang dipadatkan maksimum yang ditentukan melalui
uji Proktor Standar atau melalui kesetaraan lokal yang dimilikinya. P ersyaratan-persyaratan
seperti yang tercantum dalam Tabel 5 1 . 1 diambil sesuai dengan pengalaman di beberapa
tempat, dan sayangnya dian1bil begitu saja untuk tempat yang lain kendatipun tidak
dengan pengalaman yang sama dengan yang disebut terdahulu. Pembatasan kadar air hing
ga nilai beberapa persen dari kelembaban optimum jarang dispesifikasikan dan diperlukan,
asalkan persentase minimum yang dispesifikasikan untuk kepadatan kering proktor maksi
mum (maximum proctor dry density) telah tercapai.
369
Tabe/ 51. 1
Persyaratan untuk Pemadatan Tanah Tanggul
Diam bil dari: 1946 Construction and Material Specifications
of the Department of Highways, State of Ohio
Kondisi I
Kondisi 11
(lb/ft3 )
Berat Kering
di Lapangan
(Persen berat kering
m aksi mu m di
la boratorium)
Laboratorium yang
9 4,9-000,0
95 ,0- 1 02,9
103,0- - 1 09,9
11 0,0 - 11 9,9
89,9-000,0
90 ,0 - 1 0 2 , 9
1 0 3 ,0 - 1 09 , 9
1 1 0,0 - 11 9,9
di atas 1 20 ,0
*
mum Pemadatan
1 00
98
95
90
a ksi mum *
(lb/ft3 )
1 02
lOO
98
95
d i atas 1 20,0
Berat kering laboratorium maksimum ditentukan melalui Uji Proktor S tandar seperti yang dibica
Tanah yang memiliki berat kering maksimum kurang dari 90,0 lb/ft
:j:
lb/ft3
digunakan untuk tanggul yang tergolong dalam persyaratan ko ndisi 11 dan juga tidak dapat
digunak:an
un bik lapisan atas setebal 8 inci dari tanggul yang akan menjadi alas suatu perkeraSiln yang tergolong
Kecuali persyaratan di atas, tanah harus juga memiliki batas-cairan (liquid limit) yang tidak: lebih
dari 65. Di samping itu, untuk tanah yang memiliki batas cairan di antara 35 dan 65, indeks pJastis
minimumnya jangan kurang dari nilai yang diperoleh :lari rumus: (0,6 batas-cairan) - 9,0.
Pembuatan Timbunan- Tanah pada Jalan Raya dan Jalan Kereta Api di Masa kini
Pada dasarnya tidak ada perubahan/perbedaan dalam prosedur pembuatan timbun
an-tanah pada jalan raya dan jalan kereta-api, !<arena hampir semua jalan raya atau jalan
kereta api yang baru, dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan kernampuan memikul
beban yang lebih berat dan memungkinkan kendaraan bergerak dengan laju lebih cepat.
Apabila mungkin digunakan material-material butiran kecil (granular) stabil, namun peng
hematan dari segi ekonomi umumnya memaksa pemakaian material lain yang paling mi
rip, tanpa mempersoalkan bahan organik penyusunnya, asalkan saja bukan tersusun dari
bahan organik yang sangat kompresibel. Pada sebagian besar kondisi, tirnbunan disebar
dengan menggunakan buldoser menjadi lapisan-lapisan setebal sekitar 1 kaki dan dipadat
kan dengan mesin giling sampai diperoleh berat kering yang. dispesifikasikan. Kontrol ka
dar kelembaban jarang dispesifikasikan. Untuk material granular lereng standar dibiar
kan sebesar 1,5 : l . Untuk tanah kohesif bervariasi dari sekitar 2: 1 j ika tinggi t imbunan
1 0 ft sampai menjadi 3 : 1 jika tinggi timbunan 100 ft.
Prosedur seperti disebut .di atas umumnya memberikan hasil-hasil yang memuaskan
jika kadar air yang dimiliki material di dalam tempat asaL tanah timbunan tidak me-
370
lebihi nilai optimum Proktor standar sebesar lebih dari beberapa persen. Seandainya ta
nali penimbun terlampau basah kita mungkin menghadapi kesuli tan dan hambatan yang
serius. Oleh karena itu, aspek yang paling penting dalam survey tanah bagi material tim
bunan yang berbutir halus adalah memastikan relasi antara kadar kelembaban dengan nilai
optimumnya. Kecuali itu, informasi ini pe rlu dilengkapi oleh penentuan batas plastis dan
cairan yang akan menjadi dasar dalam menentukan kemungkinan bahwa material penim
bun dapat dikeringkan sampai ke kadar kelembaban optimum di bawah kondisi cuaca yang
ada (berlaku).
Seandainya kadar kelembaban terlampau besar dan cuaca terlampau basah untuk me
mungkinkan pengeringan efektif, maka pengaruh dari usaha pemadatan tidak akan bisa
memenuhi persyaratan spesifikasi bahwa 90 sampai 95% berat kering standar harus di
capai . Di bawah kondisi seperti ini, para insinyur haruslah menyeli diki kekuatan yang akan
diberikan oleh material timbunan setelah material t ersebut, dengan kadar kelembaban
yang alarni dimilikinya, ditempatkan dan dengan memanfaatkan peralatan pengangkutan
dan pemadatan untuk menghilangkan ruang-ruang pori y ang besar. Biasanya hanya per
alatan yang ringanlah yang bisa bekerja dengan baik pada timbunan semacam itu . Dengan
demikian i nsinyur selanjutnya harus memilih kerniringan timbunan untuk mendapatkan
faktor keamanan, y ang sesuai , terhadap pelampauan kekuatan material yang telah ditem
patkan itu . Pada kebanyakan kasus, timbunan-tanah yang baik/cukup m emuaskan dibuat
pada kadar uap air sedemikian hingga paling tinggi hanya 50 sampai 70% dari kepadatan
Proktor standar saja yang dapat dicapai (Jimenez-Quinones 1 963).
c uaca yang tropik lembab, derajat sa.trasi taa -t nah residual acaka i mend kati
.
nila1 1 00% dan usaha mengurang kadar uap an men]adi tldak prakt1s. Leb1h Jauh lag1, se-
l..J?:
andainya tanah-tanah dikeringkan dalam rangka mewujudkan uji p cmada tan, m aka karak
teristik tanah dapat berubah secara drastis dan tak reversibel serta kurva-keccpatan uap dari
laboratorium mungkin sama sekali tak ada kai tan dengan kondisi yang dijumpai di
lapangan.
Contoh ekstrim kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh pengeringan tanah sebelum
dilangsungkan uji pemadatan, diperagakan dalam Gbr. 5 1 . ! , yang merujuk ke abu Peepee
keo, yakni tanah vulkanik yang mengalami pelapukan yang terdapat di sebagian besar
bagian lembab dari pulau Hawaii (Willis 1 946). Batas cairan abu ini adalah sekitar 240%
dan batas plastis sekitar 1 3 0%. Pengeringan udara mengakibatkan tanah tidak plastis
(non-plastic). Diketahui bahwa kadar air alami hampir mencapai 200%. Jika suatu sampel
dipadatkan berdasarkan p rosedur proktor standar pada kadar air t ersebut, maka kcpadat
an-keringnya akan sekitar 25 lb/ ft3 . Kita akan mendapatkan relasi seperti disajikan oleh
kurva a seandainya tiap-tiap sampel dari sederetan sampel dibiarkan mengalami pengering
an hingga mencapai kadar air yang berbeda, dan selanjutnya dipadatkan. Tetapi, kalau ta
nah dikeringkan hingga mencapai kadar air 1 0% dan suatu kurva kerapatan-uap air dipero
leh dengan cara biasa dengan menambahkan uap air ke sampel yang dikeringkan , maka ber
arti kurva b yang kit a dapatkan. Kurva ini memiliki puncak pada kadar uap air 3 5% yang
berkaitan dengan kepadatan kering maksimum 77 lb/fe . Usaha untuk mengeringkan mate
rial di lapangan ke kadar uap air optimum yang ditentukan dengan cara ini merupakan usa
ha yang sia-sia. Lebih jauh, pemakaian mesin giling untuk memadatkan akan mengubah ta
nah menja di fluida yang mengalir dari tanggul (embankment). Di samping itu, telah diketa
hui bahwa material yang kurang baik ini dapat digunakan untuk membangun timbunan sta
bil pada jalan raya dengan tinggi l ebih dari 90 ft dan kemiringan 1 , 5 : 1 dengan meletakkan
nya seperlahan mungkin dalam lapisan setebal 4 ft menggunakan buldoser )rang amat ri
ngan (Hirashima 1 948). Ken datipun sifat yang dimiliki oleh abu Peepeekeo tidaklah biasa,
pengalaman serupa juga teramati dengan lebih sedikit pada tanah-tanah lain yang meng
alami pelapukan tropik dan mengandung oksida hidrat besi dan alumina, atau halloysitc
mineral lempung (Terzaghi 1 95 8 b , Jiminez-Quinones 1 963). Penurunan yang nyata dari
batas cair akibat pengeringan udara menimbulkan kecurigaan terhadap tanah tersebut.
371
70 --
\\ \
\ye- Pori
"
(a)
"
'
'
Udara No/
'
'
'
'
......
......
.......
.......
......
160
/80
200
Gb 5 1 . 1 . Kurva kerapatan uap air yang diperoleh melalui prosedur Proktor standar un
tuk a bu "peepeekeo" dari Hawaii. (a ) Kurv a yang diperoleh dengan mengeringkan masing
masing sampel berurutan dari kadar air alaminya sampai kadar air di mana sampai meng
alami pe madatan. ( b) Kurva yang diperoleh seandainya tanah dikeringkan sampai \\' = I O 'lc ,
sehingga selanjutnya air ditambahkan dan sampel-sampel dipadatkan dengan cara biasa
un tuk mewujudkan uji proktor (Willis 1 946 ) .
Pemakaian lempung yang agak kaku dalam membuat tanggul mungkin akan melibat
kan ekspansi bertu mtan mclalui "pembengkakan" saat bersentuh:m dengan air. Kalau eks
pansi yang terjadi tidak seragam (sama). maka akan cendemng terjadi rctakan, dan se
!anjutnya struktur !empung dapat mcngalami disintegrasi (pelumhan) dan lercng mulai
mengalami pengelupasan.
Meluasnya pembengkakan pada sebuah timbunan bergantung pada kapasitas pem
bengkakan yang inheren dimiliki oleh material yang bersangkutan serta pada faktor-faktor
seperti : kadar uap air di tempat timbunan di!etakkan, derajat/ tingkat serta metoda pcma
datan yang diadakan. dan tckanan yang berasal dari berat bagian yang mcndasari tanggul.
Pengamh gabungan dari faktor-faktor tcrsebut terhadap sebuah timbunan yang tcrsusun
dari potongan lempung kaku yang telah digulung dapat diselidiki dengan menyiapkan
sampel yang representatif yang sesuai dengan keadaan awalnya di dalam t imbunan. Ma
sing-masing sampel dimasukkan ke dalam cincin konsolidasi dan dikenai suatu tekan
an yang kelak sama dengan tekanan yang akan dialami lempung di suatu tit ik di dalam
timbunan. Selanjutnya air dibiarkan memasuki batuan porous yang menyelimuti bagian
atas dan dasa r sampel, kemudian pertambahan volume yang terjadi diukur. Kita akan
menetapkan baik t idaknya material melalui kccenderungannya untuk membengkak.
Seandainya pertambahan volume akibat tekanan vertikal yang diantisipasi dalam timbunan
melampaui nilai sekitar 5%, maka timbunan dianggap cenderung tak memuaskan.
Biaya pclaksanaan uji pembcngkakan serta berbagai kctidakpastian yang tercakp
di dalam menginterpretasikan hasil-hasilnya membenarkan usaha-usaha untuk meng
i dentitl kasi material-material penimbun yang mempcrlihatkan kapasitas pembengkakan
inheren yang berlebihan. Pada umumnya diketahui bahwa potensial inheren untuk mem
bengkak bergantung pada indeks plastisitas (Holtz dan Gibbs 1 956a, Seed dkk. 1 962),
sepcrti ditunjukkan dalam Tabel 5 1 .2.
Seandainya hams digunakan suatu lempung yang memiliki kapasitas pembengkakan
inheren yang tinggi sampai dengan yang sangat tinggi, maka kita dapat meminimalkan pe
ngamh-pengamh pembengkakan dengan menempatkan lempung pada kadar uap air yang
372
Tabe/ 51. 2
Re/asi Pendekatan Antara Indeks Plastisitas
dan Kapasitas Pembengkakan lnheren
! nd e ks p las t!S!tas
0 1 5
Lunak
20- 5 5
Tinggi
1 0 3 5
Gedang
3 5 00
paling tinggi yang dapat diwujudkan dalam praktek serta dengan menggunakan sembarang
material yang tak membengkak pada bagian terluar dari timbunan. Berat dari beban tam
bahan, kendatipun hanya beberapa kaki, di atas material y ang membengkak akan mengu ra
ngi ekspansi secara cukup besar dan menghasilkan "rugi" (hilangnya) kekuatan lempung.
2:1,
1 938).
3:1
6: 1.
Ke du a tipe pembuatan y ang disebut d i atas itu timbul dari p roses lamban "coba-coba"
(trial and error) dan keduanya berperan sama baiknya pada kondisi yang berlaku d i daerah
asal material timbunan tersebut.
3 73
Namu n, di Amerika Serikat sekalipun, di daerah dataran tinggi dan kaya, lereng-le
reng yang curam mungkin perlu dipertimbangkan dengan matang jika dilihat dari segi eko
nomis.
dibuat dengan lereng yang mendatar, tanggul-tanggul di lembah sungai Ohio yang me
rupakan daerah industri jauh lebih curam. Kecenderung2n seperti ini makin nyata pada
tahun-tahun belakangan dan mendorong penggunaan metoda-metoda teoretis untuk men
disain tanggul-sungai, bahkan un tuk tanggul-sungai di daerah di m ana sist em tanggul-sungai
telah ada dari semula. Di pihak lain, jika di daerah-daerah seperti itu faktor- faktor ekono
mi tidak berubah secara berarti, maka mekanika tanah hanya baik dimanfaatkan dalam
mengkorelasikan pengalaman pembuatan dan perawatan dengan sifat- sifat irrdeks dari
tanah yang menjadi material konstruksi. I nformasi yang didapat seperti ini akan meng
hilangkan cara duga-duga dalam mengklasifikasikan tanah yang terdapat di tempat pe ng
arnbilan mat erial timbunan yang baru . Penerapan metoda-metoda teoretis dalam men
disain suatu tanggul-sungai di daerah di m ana telah ada beb erapa tanggul-sungai me
rupakan hal yang pe rlu juga dipikirkan. Pada daerah seperti ini, metoda "coba-coba " men
jadi terlalu lamban dan mahal, sedangkan pengalaman yang didapat dari pembuatan sistem
tanggul sungai sebelumnya sulit dimanfaatkan sebagai penuntun . Hal ini disebabkan catat
an-catatan yang tersedia hanya beberapa saja yang menyajikan data lengkap/cukup menge
nai sifat-sifat dari material konstruksi. Karena itu, pen disain dipaksa untuk menggunakan
meto da-me toda yang dipraktekkan dalam mendisain bendungan- bendungan tanah.
Dalam Pasal 52 kita akan membicarakan pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi
kondisi yang ada d i tanah bawah permukaan terhadap kestabilan tanggul-sungai (Levees)
serta tanggul-tanah (earth embankment) lainnya.
Bacaan Pilihan
Casagrande, A. U 949). "Soil Mechanics in t he design and c onstruction of the logan air
port " , J. Boston S oc. Civ il Engrs 3 6 , No . 2 . ha!. 1 9 2 - 2 2 1 . Dicetak ulang dalam Co n
trib u tion to Soil Me cha n ics 1 94 1 - 1 953, Boston Soc. CiYil Engrs. 0 9 5 3 ), hal. 1 76205. Timbunan lempung yang diletakkan secara hidraulik.
AREA (19 55). " Soil engineering in railroa d construction". Proc. A m . R w.J Eng. A ssn. ,
56, hal. 694-702. Disain t anggul jalan kereta api untuk m enghindarkan kesalahan/
kelemahan yang lazim dij u m pai.
,
..
Dasar
Tanggul dan bendungan tanah sedapat mungkin dibangun di tas tanah yang relatip
tak-komp resibel dan kokoh. Akan tetapi, di kebanyakan daerah tanggul jalan kereta api
atau jalan raya harus dibuat di atas dataran rawa yang luas atau lembah-lembah yang ter
pendam dan terisi dengan lempung a tau lanau lunak. Tanggul sungai (Levee) harus di
sanla-sama dengan lapisan tanah pendukungnya mungk.in menjalar di atas lapisan lem-
374
pung yang luar biasa lunak atau di atas bagian-bagian lapisan pasir atau lanau yang mc
ngandung air yang tertekan (Pasal 49 dan Gbr. 49. 1 1 b). Peristiwa ini dinamakan kenm
tuhan dengan penjalaran (failure by spreading). Jika t anggul menahan suatu massa air, tang
gal bisa juga runtuh akibat pipa-pipa selokan, yang diakibatkan oleh erosi ke arah belakang
mulai mata air yang memancar dari tanah di dekat ujung kaki timbunan. Akhirnya, ke
runtuhan dasar bisa terjadi di bawah tirnbunan yang terletak di atas lapisan pasir yang
sangat lepas karena pencairan pasir. Keruntuhan jenis ini jarang terjadi kecuali pada saat
gempa bumi-gempa bumi besar (Ambraseys 1 960). Kemungkinan pancaran di bawah
tirnbunan dengan ketinggian sedang jauh bisa dikurangi dengan pemadatan pasir dengan
salah satu metoda yang diuraikan dalam Pasal 50. Keruntuhan akibat pipa-pipa dibahas
secara tepisah d alam Pasal 63. Dengan demikian, pasal ini hanya membicarakan kerun
tuhan-keruntuhan dasar dengan tenggelam atau penjalaran.
375
)
.,... - --------
Gelombang
Lumpur vang
Berpindah
Tekanan
Fluida
dari Lumpur'"
Lumpur Lunak
::- ,-,:_ :b: ::',::: ., . . . . ,:,:: :_:;,':'''''':::': : ' : ; - .,, ,:-c,:-:- .:' '
Pasir
Gbr. 52. 1 . Diagram yang memperlihatkan gaya-gaya yang bekerja pada tanah yang ber
batasan dengan bagian timbunan yang terbenam yang dibangun dengan metoda peralihan.
sudah masa konstruksi. Dengan demikian, jika timbunan bersifat permanen, kesinambung
an lapisan rakit di atas harus dihancurkan sebelum timbunan ditumpuk, agar material
timbunan dapat berpenetrasi ke dalam lapisan-lapisan yang lebih lunak.
Karena biaya dan manfaat relatip dari berbagai metoda untuk konstruksi timbunan
p'ada dataran berawa tergantung kepada kedalaman Japisan lunak, m aka konstruksi harus
didahului dengan penyiapan peta kontur dari dasar yang kokoh tersebut. Seandainya tebal
lapisan lunak tersebut tidak melebihi 5 atau 6 ft, maka penggalian tanah lunak itu mung
kin merupakan tindakan yang ekonomis. Jika tebal lapisan lunak tadi melebihi angka di
atas, biasanya kita lebih baik membiarkan timbu nan ditenggelamkan agar mengganti tanah
lunak terse but. Prosedur ini dinamakan metoda peralihan (displacement method):
Untuk mempercepat penetrasi m aterial timbunan dan mempcrsingkat masa penurun
an yang akan berlangsung, timbunan bisa dibuat sampai sctinggi 1 5 atau 20 ft di atas ke
tinggian akhirnya. Sebagai suatu alternatif pcnetrasi bahan timbunan dapat dilakukan
dengan meledakkan tanah bawah yang lunak. Jika posisi dari dasar lapisan yang lunak di
ketahui, jumlah bahan yang diperlukan untuk pembangunan timbunan itu dapat diper
kirakan secara agak akurat selama konstruksi berlangsung,
Kondisi keseimbangan timbunan di mana dasarnya dibuat dengan metoda peralihan
diilustrasikan oleh Gbr. 52. 1 . Bidang sentuh ah dikenai tekanan tanah aktif y ang dihasil
kan oleh material timbunan , Perpindahan ah ke arah kiri ditahan oleh jumlah dari tekanan
cairan bahan yang lu nak dan gaya yang diperlukan untu k mengatasi kohesinya. Jika
penetrasi timbunan dibantu oleh penambahan beban temporer atau o1eh peledakan, gaya
yang menghasilkan peralihan yang bersangkutan ternyata jauh 1ebih besar daripada gaya
yang hckcrja pada ah setelah konstruksi. Lebih jauh 1agi, setelah timbunan selesai di
bangun. hahan yang lunak tcrsebut mcmperoleh kembali sebagian dari kekuatannya yang
hila:ng se lama proses pergeseran (Pasal 4 ). Oleh karenanya, j ika tirn bunan mempunyai
penampang mdintang sama seperti yang ditunjukkan dalam Gbr. 5 2 . 1 , penurunan puncak
timbunan yang terus berlangsung cenderung menjadi tak bertalian segera setelah konstruk
si.
Contoh yang te1 kenal dari suksesnya penerapan metoda peralihan adalah kanal Kiel
yang dibangun pada tahun 1 887- 1 89 5 . Sepanjang jarak sekitar 1 2 mil kanal hams dibuat
pada Japisan gamhut dan lempung organik yang sangat lunak dengan tebal sampai 30 ft.
Pada beberapa hagian tanah begitu lunaknya sehingga orang tidak dapat berjalan di atas
nya. Metoda _ pembangunan kanal pada bagian-bagian ini diilustrasikan o!eh Gbr. 52.2.
Pada sisi dalam dari garis tengah setiap tanggul rencana, timbunan pasir dibuat seperti di
tunjukkan oleh garis putus-putus. Timbunan ini memindahkan bahan yang lunak melewati
pinggiran yang lebar hampir ke bawah ke tanah yang kokoh. Timbunan ini berfungsi se
bagai dasar tanggul dan merupakan bagian teiatas dari lereng kanal akhiri1ya. Untuk me
ngurangi bahaya longsor selama konstruksi, pengga!ian tidak dirnu1ai sampai 6 bulan setelah
timbunan tersebut ditempatkan. Sekalipun demikian, longsoran tetap terjadi pada bebe
rapa tempat.
376
7 imbunan Tambahan
Gbr.
Salah satu dari longsoran itu digambarkan dalam Gbr. 52.3. Gambar ini menyajikan
empat tahap berurutan dalam penggalian kanal tersebut. Tahap kedua b diikuti oleh long
soran, yakni tahap c di mana selama tahap ini timbunan pasir bergerak ke arah garis
tengah kanal. Untuk mengakhiri konstruksi, masih diperlukan penimbunan lebih banyak
pasir (tahap d), kemudian penggalian diselesaikan tanpa kecelakaan lebih lanjut (Ful
scher 1 898).
Sehubungan dengan konstruksi timbunan jalan kereta api dan jalan raya, metoda
peralihan disederhanakan menjadi prosedur rutin. Prosedur tersebut bahkan disarankan
sebagai sarana untuk konstruksi bendungan timbunan-batuan dengan tinggi sekitar 1 00 ft
melintasi Teluk Cobsock (Cobsock Bay) pada proyek Passamaqu oddy di Maine (Hough
1 938).
Lapisan tanah lunak dengan p ermeabilitas rata-rata yang relatif tinggi pada arah hori
sontal dapat dibuat memadai untuk menyangga berat timbunan yang ditempatkan di atas
nya dengan. menggunakan drainase-drainase pasir (sand drain), mungkin ditambah dengan
timbunan-timbunan penambah beban (Pasal 5 0).
Pasir
Gbr.
52. 3 . E mpat tahap berturutan dalam penggalian Kanal Kiel pada tanah y ang luar
biasa tunak.
377
Keruntuhan timbunan pada dasar semacam itu mempunyai karakter yang umum dari
ker.untuhan dasar sepanjang lingkaran titik tengah (Pasal 3 5 ). Akan tetapi, bagian p aling
atas dari permukaan gelinciran berada dalam timbunan buatan, dan tahanan geser pe r
satuan luas sepanjang bagian ini berbeda dengan tahanan geser sepanjang bagian bawah
nya. Langkah pertama dalam membuat p erhitungan kestabilan adalah 'menetapkan tahanan
geser tertutup rata-rata (average undrained shearing resistance)
permukaan gelinciran, atas dasar survey atas kekuatan lapisan lempung tersebut. Langkah
kedua a dalah menentukan t ahanan geser rata-rata s2 sepanjang bagian pe rmukaan ge
linciran yang berada dalam timbunan . Tahanan geser ini mungkin terdiri atas kohesi dan
gesekan atau hanya gesekan saja. Dalam analisa kestabilan timbunan riil diganti dengan
lempung ideal (</>
0 ) yang
tama keruntuhan dianggap terjadi sepanjang lingkaran titik tengah (midpoint circle ) ; akan
tetapi, lingkaran kritis riil harus ditentukan dengan cara coba-coba (trial and error).
Karena keruntuhan yang terus berlangsung, kekuatan geser rata-rata sepanjang pe rmuka
an gelinciran mungkin lebih kecil daripada kekuatan puncak rata-rata
terdeteksi
pada
(Bab 1 2), keruntuhan bisa dicegah dengan menutup daerah tersebut dengan lapisan tim
bunan yang tebal.
Longsoran akibat keruntuhan dari dasar lempung yang lunak umumnya terjadi selama
atau segera setelah konstruksi, karena kemudian kekuatan dari timbunan be rangsur-angsur
h,'leningkat akibat konsolidasi. Seandainya longsoran telah terjadi, biasanya kita bisa me
nent.ukan p o sisi perm:!Jkaan gelinciran dengan menggunakan lubang-lu bang pengujian atau
indikator-indikator lereng dan menghitung tahanan ge ser rata-rata dari lempung dengan
akurasi yang sangat tinggi. Jadi n ilai yang diperoleh tersebut dapat dipakai sebagai dasar
untuk men disain ulang. Gambar 52.4 mengilustrasikan prosedur tersebut. Gambar ter
sebut menyaj ikan p enampang yang melalui timbunan jalan raya yang. terbuat dari kerikil
yang dipadatkan dengan baik. Timbunan tersebu t ditempatkan di atas endapan lem
pung lanauan organik (Gottstein 1 93 6). Keruntuhan terjadi ketika puncak timbunan ber
ada
8 ft
Wl.
W (Pa
Beban
garis kerja berjarak horisontal 11 dari 0. Beban imbangan tersebut diberi dimcnsi sedcmi
kian hingga momennya W1 / 1 , ditambah momen yang diakibatkan oleh tahanan geser
50
gilas agar berat timbunan tetap sekecil mungkin. Setelah konstruksi beban imbangan ter
sebut, tak ada lagi gerakan kccuali scdikit penurunan akibat konsolidasi dasar timbunan.
378
100 '
Lempung
Organik
@-M-&L:MWOA
Lapisan Batuan
Gbr. 52.4. Penampang yang melalui timbunan kerikil pada endapan lempung lunak yang
seragam . Sisi kiri menunjukkan gambaran utama dari keruntuhan selama konstruksi ; sisi
kanan me mperlihatkan pembangunan kembali timbunan yang distabilkan dengan meng
gunakan be ban imbangan berupa kerikil (Gottstein 1 9 36 ).
Setelah timbunan tanah berhasil dibangun di atas p crmukaan massa lempung yang
homogen, dasar timbunan perlahan-lahan menurun akibat konsolidasi lapisan lempung
di bawahnya . Besarnya penu runan bisa menjadi besar sckali . Penurunan tersebut hams di
estimasi dengan menggunakan p rosedur yang dijabarkan dalam Pasal 4 1 , dan puncak
timbunan dibuat berada pada jarak yang sesuai di atas ketinggian akhir. Selama konso!ida
si berlangsung, daya dukung timbunan bcrtambah.
Pengamatan-pengamatan pada timbunan batuan yang dipakai sebagai dasar konstruk
si penahan ombak (breakwater) mendapatkan bahwa penurunan tirnbunan semacam itu
tidak hanya bergantung kepada sifat-sifat lapisan !empung di bawahnya tctapi juga secara
luas kepada metoda konstmksi. Pada abad yang tcrakhir timbunan dibuat dengan me
numpukkan batu-batu besar ke dalam air. Prosedur ini menghancurkan sama sekali struk
tur dari !apisan lempung yang teratas dan mcngakibatkan konsentrasi tegangan lokal yang
besar p ada material di bawahnya. Penurunan timbunan sangatlah besar. Konstruksi pena
han ombak yang lama di pelabuhan Spezia, ltali, merupakan sebuah contoh dari timbunan
di atas. Gambar 5 2 . 5a menyaj ikan penampang timbunan tersebut. Keda!aman air adalah
33 ft, dan kadar air lempung yang lunak mendekati 1 00%. Hasil-hasil pengujian beban me
nunjukkan bahwa lapisan-lapisan di bawahnya mempunyai kekuatan kompresif bebas se
kitar 0,5 ton/ft 2 Konstruksi dirnulai pada tahun 1 862. Untuk menjaga agar puncak
timbunan berada pada e!evasi yang hampir konstan meskipun terjadi penun:nan yang cc
p at, perlu dilakukan penambahan material p ada tirnbunan. Ha! ini dengan sendirinya
memp ercepat p enumnan. Selama waktu 50 tahun material yang ditambahkan tersebut
ekivalen dengan lapisan setebal 60 ft. Sementara penurunan bertambah, dasar timbun
an akan berbentuk seperti yang ditunjukkan dalam Gbr. 5 2 . 5a.
Pada tahun 1 9 1 2 konstruksi dari bagian struktur penahan ombak baru dimulai .
Untuk mencegah penumnan ber!ebihan dari bagian struktur yang barn tersebut lumpur
dibuang dengan mengeruk sampai kedalaman antara 7 dan 1 6 ft di bawah p ermukaan asal
nya dan menggantikannya dengan pasir berukuran antara 0,2 dan 0,4 mm ( Gbr. 52.5 b).
Dengan demikian, ketika tirnbunan dibangun, batuan berhenti di atas p asir bukannya
melesak ke dalam lapisan lempung, dan tak terjadi konsentrasi tegangan lokal pada lapis
an lempung. Mungkin sebagai hasil dari kondisi ini, penurunan dari timbunan yang baru
tidaklah penting dibandingkan penurunan timbunan yang lama. Di akhir perioda kon
struksi "penurunan sudah seh esar 1 ,7 ft; 9 tahun kemudian penurunan tersebut hanya men-
-------.
379
Gelombang Lumpur
Se tinggi 23 ft
(b)
Gbr. 5 2. 5 . Timbunan batuan dari struktur p enahan ombak p ada lempung lunak di pe
labuhan Spezia, I tali, yang dibangun (a) Dengan menumpukkan batuan secara langsung ke
lapisan lempung. (b) Dengan menumpukkan batuan ke lapisan pasir y ang sebelumnya di
endapkan dalam galian dangkal hasil pengerukan (Barberis 1 9 3 5).
capai 2, 7 ft. Prosedur yang serupa dengan berhasil digunakan dalam pembangunan struk
tur penahan ombak di p elabuhan Valparaiso, Chili, dan Kobe, Jepang (Barberis 1 93 5).
380
an pada masing-masing dari kedua jenis lempung tersebut dan selanjutnya membicarakan
metoda-metoda untuk memperbaiki kestabilan timbunan yang berada di atas lapisan se
macam itu .
lempung mulai menjalani p roses konsolidasi dan lapisan menjadi lebih padat di tempat
dekat perbatas atas dan bawahnya. Ternyata di sekitar garis tengahnya, b erat timbunan
rri asih ditopang oleh tekanan hidrostatik lebih, yang dinyatakan oleh tinggi piezometrik
di sebelah ldri gambar . Di bagian ini tahanan geser yang dimiliki lempung tetap sama
dengan nilai awalnya. Oleh karena itu, seandainya terjadi keruntuhan, maka bidang
gelincir akan mengikuti lapisan yang tahanan gesernya minimum dan terletak dekat
garis tengah lapisan lempun g . Untuk mengestimasi nilai miriimum tahanan geser, perlu
dilakukan
penelitian
tentang
kekuatan
geser
tertutup
(lihat Pasal 45). Karena kekuatan lempung cenderung memperlihatkan perbedaan, b aik
pada arah horisontal maupun vertikal, maka penentuan nilai yang representatif akan mem
butuhkan
pengalaman,
pertimbangan
mengenai stratifikasi dari lapis an-lapisan lempung. Kecuali 1tu , penting pula membuat ke
pastian bahwa sesungguhnya lempung yang ditinjau tidak mengandung sisipan p asir atau
lanau .
Setelah nilai yang sesuai untuk tahanan geser diseleksi, maka faktor keamanan ter
hadap gelinciran/kelongsoran bisa dievaluasi dengan metoda yang dibicarakan dalam Pa
sal 35 yang berkaitan dengan bidang-bidang gelinciran gabungan, Karena di sepanj ang
bagian horisontal dari permukaan gelinciran terdapat tahanan yang cukup besar, maka
l ereng a kan berbentuk S sebagaimana diperagakan dalam Gbr.
5 2.6a.
(a)
Lapisan Lempung
Homogen
A rah-A rah
Drainase
Tinggi Piezometri di
sepanjang
a-b
.
- - -
Lapisan Lempung
dengan bagian-bagian
/anau dan pasir
(b)
_ 1- - -- -
Arah-Arah
Drainase
Daerah/
Lajur ta rik
Tanpa Tahanan
Lajur
terhadap ge linciran/ Kompresi
kelongsoran
52.6. Jenis-jenis kerun:tuhan dasar timbunan yang mengandung lapisan Iempung yang
tipis (a) Jika lapisan lempung tidak mengandung pe misah (partings) horisontal yang tak ke
dap (pervious) air. (b) Jika lapisan lempung mengandung pemisah yang tak kedap air.
Gbr.
38 1
Penjalaran Timbunan Di Atas IApisan Lempung Dengan Komponen (Partings) Pasir atau
Lanau
Jika lempung mengan dung sisipan, y ang agak kontinu, pasir atau lanau, maka kelebih
an air dari bagian pusa t dari lapisan akan menguras (drain) tidak hanya secara vertikal me
lalui puncak serta dasar lapisan tetapi juga secara horisontal melalui pemisah-pemisah yang
sifatnya sangat permeabel, seperti ditunjukkan dalam
maksud merupakan tempat bekerjanya tekanan hidrostatik lebih yang nilainya besar. Beda
antara tekanan air pori lebih dengan berat dari tanah yang menjadi dasar serta berat
timbunan memlliki nilai terbesar di sekitar ujung kaki (toe) lereng. Di daerah ini, tahanan
geser yang dimiliki pemisah (seam) tak berkohesi cenderung bernilai nol. Satu-satunya
hambatan terhadap penjalaran timbunan di aerah ini diberikan oleh tekanan pasif dari
tanah yang terletak jauh di atas permukaan gelinciran. Bila tekanan ini dilampaui, bagiart
luar timbunan bergerak seutuhnya menjauhi bagian tengah timbunan,
tral terse but anjlok menimbulkan celah menyerupai palung seperti yang ditunjukkan dalam
Gbr.
5 2.6b. Karena kondisi tanah t idak pernah tepat simetris terhadap garis tengah tim
bunan, maka keruntuMn hanya terjadi pada satu sisi saj a, tetapi hampir tidak mungkin
memperkirakan pada sisi yang mana. Karakteristik penurunan berupa celah yang mirip
palung dari jenis keruntuhan ini telah berkali-kali diamati.
Faktor keamanan terhadap penggelinciran bergantung kepada distribusi tekanan
hidrostatik lebih dalam lapisan yang tak kedap air, yang selanjutnya bergantung kepada
variasi lokal yang tidak diketahui dan permeabilitas dan kepada detil-detil geologis lainnya
yang juga tidak diketahui. Implikasi p raktis dari ketidaktentuan ini diilustrasikan oleh
garis putus-putus,
Gbr.
52.6b.
Diagram yang memperlihatkan efek adanya lensa yang tak kedap air dalam la
'
pisan lempung di bawah timbunan pada kondisi tekanan hidrostatik.
Gbr. 51..7.
Masa/ah disain
382
dan konstruksi
Cara-cara Memperbesar Kestabilan Timbunan di A tas Lapisan Lempung Lunak yang Tipis
Jika dasar dari lapisan l empung y ang lunak b erada p a da kedalaman kurang dari 5 atau
6 ft di bawah permukaan tanah, disarankan untuk membuang l empung sel e ba r dasar tim
bunan. Dengan l a i n cara disai ner boleh memilih anta ra dua alte rnatif. Disaine r b i sa meng
atur agar timbunan diba ngun l e b ih p erlahan
tengah-tengah dari lapisan ters0but, atau ia dapat membuat p e rsiapan untuk mempercepat
proses konsol idasi dengan menggunakan drainase-dra inase pasir. Masing-masing me toda i ni
patut men dapat pertimbangan, tanpa memperhatikan apakah lapisan lempung mengandung
le nsa-lensa tipis yang tak kedap air a tau t i dak.
U ntuk menggunakan prosedur yang pertama, disaincr hams m c ngetahui laju
konsol i dasi dari bagian l ap i san. Pcrhi tu ngan saj a belum akan memadai , karena hasil nya b i sa
tak berlaku pada bebe rap a detil gcologis yang tak teramati, sepcrti adanya !ensa-lensa b e r
kadar koloidal t i nggi. Perhi tungan hanya digunakan u ntuk me m buat perkiraan pendahu
]uan dari l aju maksimum di mana timbunan dapat di bangu n . U n tu k m enghilangkan resiko
kemntu han, kemajuan konsolidasi h a m s diamati d i lapangan selama konstruksi dengan
menggunaka n alat p e ngukur t e kanan a i r-pori, dan laju pem bangunan hams di sesuaikan
dengan hasil-hasil p e ngukuran tersebu t. Ha! ini merupakan kerugian yang dipilih dengan
sadar, karena tindakan di atas tidak mc niada kan kemungkinan babwa pem bangunan
mungkin berlangsung sanga t ter!am bat.
Jika hasil-hasil perhitungan menunjukkan bahwa proses normal dari konsoli dasi ter
lalu !ambat u n tu k digunakan sebagai cara m emperkuat dasar timbunan, m aka p crcepatan
proses tersebut dengan menggunakan drainase-drainase pasir harus dipertim bangkan. P ro
sedur terse bu t telah diu raikan se belumnya.
Ringkasan
Kita dapat membuat timbunan-tanah yang t inggi di a t as tanah yang lunak dengan
menggunakan salah satu dari dua me toda berikut i n i. Metoda yang p e rtama melipu t i pc
mindahan tanah lunak t c rsebu t oleb berat t im bunan. Agar p enu m nan yang b e rlebiban
dapat dicega h (setelab timbunan selesai dibuat ), m aka henda knya t inggi t im bunan di
rcncanakan 1 5 ft atau
20
Di samping itu, segera setelah t i m bu nan sclesai mengalami penurunan, kelcbihan (excess)
material yang t erjadi dibuang. M e t o da kedua mclipu t i u saha mcmpcrccpa t konso!idasi dc
ngan menggunakan drainasc pasir yang d ipasang hi ngga ke dasar lapisan. Drainasc ini mc ng
alirka n air masuk kc dalam pipa drainase y ang t e rle tak di dasar t im bu nan. U n tuk m e nc n
tukan prosedur y ang pali ng ekonomis, maka p c rlu disiapkan suatu p e t a kontur t empat
dasar kokoh dari ! apisan lunak y ang bcrsangkutan. Seandainya kcdalaman lapisan ini
kurang dari 5 a tau 6 ft, akan lebih m cnguntungkan kalau dilakukan pcnggalian untuk
Disain t i m bu nan yang akan dibangun di atas suatu lapisan lempung yang tcbal haruslah
didahului dcngan penghi tungan kcstabilan. Pada kond isi-kondisi yang n ormal faktor kc
amanan tc rhadap pem bcbanan (sinking) dapat Jiambil sebcsar 1 , 5 . Tc t ap i , scan dainya t im
bunan sedemi kian panjllngnya, m a k a a k a n l e bih
c konomis
pada faktor kcamanan 1 , 2 a t au 1 , 1 , mcnentukan t i tik- t i tik paling lcmah d i dalam t a nah ba
wah pcrmukaan dcngan memanfa a t kan o bservasi pengangkatan (heave) sclama be r!ang
sungnya pem bangunan, dan menutup daerah-daerah yang pcrmukaannya tcrangkat dcngan
''beban pengi m bang'' yang bcrupa t i m bunan lapisan tcbal .
Perha t i an
khusus perlu
lapisan-lapisan lempung lunak. Kcsalahan c s t imasi tcrhadap kcstabilan t anah bawah pcr
mukaan jenis ini tclah mengakibatkan scjumlah kccclakaan yang bu ruk. Seandainya lem
pung tidak mcngandung komponcn lanau a tau pasir, maka tahanan terhadap penjalaran
(spreading) tergantung p a da tahanan geser rata-rata dari lapisan-lapisan paling lemah di
383
dalam tanah bawah permu kaan karena lapisan-lapisan yang sangat lemah t i da k selalu
harus bersifa t kontinu, maka kebc radaannya sering lupu t dari perhatian, bahkan pcneliti
yang cermat sekalipun. Jika lempung mengandung pula komponen lanau atau pasir, ham
batannya terhadap penjalaran terutama tergantung pada tekanan air pori di dalam kom
pone n tcrsebu t . Tekanan ini beru bah-ubah selama pembangunan dilaksanakan, dan pe
ramalan yang akurat mcngenai nilainya merupakan hal yang tak mungki n. Hanya ada dua
cara pengamanan yang dikenal dalam mencegah keruntuhan yang diakibatkan oleh pen
jalaran yang terjadi pada komponen-komponcn t e rsebut. Kedua cara tersebut adalah:
mengukur
Bacaan Pilihan
Porter, 0. J. ( 1 9 3 6 ) . " S t u dies of fill Constru c ti on over mud flats including a description
Cambridge, Mass . ,
1.
sand drains,
Proc.
hal. 2 2 9 - 2 3 5 .
.t
Montreal,
2,