15=23 kg: 45 mg 2x/hari
= > 23-~ 40 kg : 60 mg 2x/ hari
> 40 kg : 75 mg 2x/hari
2) Pengobatan Lain
4) Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal dan atipikal
b) Terapilain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan bergizi
Obat yang dapat digunakan untuk pengobatan FB adalah Oseltamivir oral
Pemberian Oseltamivir efektif pada < 48 jam pertama sejak mulai timbul gejala demam.
f. Epidemiologi
Kasus Flu Burung pada manusia (kasus FB) di temukan pada tahun 1997 di Hongkong
kemudian menyebar ke Belanda dan negara-negara di Asia, dan saat ini sudah tersebar di 13
negara termasuk Indonesia. Kasus FB konfirmasi di Indonesia, pertama kali ditemukan di
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten pada bulan Juni 2005. Hingga Tahun 2014 Kasus
kemudian menyebar ke 15 propinsi (DKI Jakarta, Jabar, Banten, Jateng, Jatim, Sulsel, Bali,
Lampung, Sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, DI Yogyakarta, Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat).
Kasus terbanyak pada daerah yang mobilitas penduduk dan unggasnya sangat padat seperti
daerah DKI Jakarta,Jabar, dan Banten. Sampai dengan laporan sampai tahun 2016, telah
ditemukan sebanyak 199 kasus FB konfirmasi dengan 167 kematian. Kasus Flu burung
menyerang semua golongan umur tetapi terbanyak pada usia Balite sampai usia produktif
dengan tidak membedakan antara lelaki dan perempuan,
Situasi Flu Burung di Indonesia Tahun 2005 - 2016
& Kejadian Luar Biasa
Kriteria KLB : Setiap kasus konfirmasi Flu Burung,
Namun demikian setiap kasus suspek FB ditangani seperti kasus konfirmasi sampal
diketahui hasil negatif.
fo. 1) Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap setiap laporan adanya kasus
konfirmasi F8 pada manusia dengan tujuan untuk penegakan diagnosis,
- mendapatkan kasus tambahan, gambaran klinis dan laboratorium, mengetahui
t sumber dan cara penularan baik sumber penularan manusia atau hewan penular,
mengetahui risiko penularan virus FB (HSN1) diantara kontak kasus FB (HSN1),
mengetahui gambaran epidemiologi dan virologi FB (HSN1). Adapun Pelaksanaan PE
sebagai berikut:
a) Pencegahan Universal Untuk Tim Penyelidikan Epidemiologi
Gunakan APD, misalnya Sarung tangan dan Masker
b) Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans Kontak Kasus FB di Rumah Sakit
Konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak RS untuk maksud kedatangan
Informasikan kepada pihak RS agar melakukan pemantauan terhadap
petugas Kesehatan selama 2 kali masa inkubasi sejak Kontak terakhir dengan
Taner Tanto” EEa
PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
kasus dan
Bila dalam pemantauan ada yang menderita IL! agar segera_melapor ke
Dinas Kesehatan
Lakukan pengambilan swab nasofaring dan orofaring bila ada yang
menderita ILI selama dalam pemantauan dan perlakukan seperti kasus suspek
8
Penyelidikan Epidemiologi dan Surveitans Kontak Kasus FB di Lapangan
Berkoordinasi dengan petugas puskesmas untuk PE ke lapangan
Lakukan Pencarian kasus tambahan
~ _ Lakukan pencarian faktor resiko dan sumber penularan
~ _Lakukan pemantauan kontak baik Kontak unggas maupun Kontak kasus selama
2 kali masa inkubas!sejak kontak terakhir
Lakukan pengambilan swab nasofaing dan orofaring bila ada Kontak
‘yang menunjukkan gejala IL! dan beri oseltamivir sesuai dosis
Segera rujuk ke RS Rujukan FB dengan menginformasikan terlebih dahulu
kepada RS
Segera melapor ke pihak terkait (Kesehatan manusia dan Kesehatan hewan
untuk koordinas! lebih lanjut)
2) Penanggulangan
Penanggulangan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apaksh
sudah terjadi penularan antar manusia atau belum.Kegiatan Penangguiangan sebagai
berikut:
a)
b)
Belum terjadi penularan antar manusia
Pencarian kasus tambahan
Pemantauan kasus kontak unggas dan kasus selama 2 kali masa inkubasi
sejak kontak terakhir
Merujuk ke RS Rujukan FB bila dalam cemantauan menemukan kasus !LI
~ _ Penyuluhan kepada masyarakat apa yang harus dilakukan bila timbul gejala ILI
Sudah terjadi penularan antar manusia
- _ Karantina Wilayah
= Pemberian Profilaksis oseltamivir kepada seluruh masyarakat di wilayah
karantina
+ Surveilans aktif di wilayah karantina
Karantina rumah bila ada kasus di luar karantina wilayah
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Pada sistem kewapadaan dini flu burung dilakukan dengan mendeteksi adanya
kasus pada hewan, peningkatan kasus IL, adanya kluster pneumonia sehingga bisa
dilakukan kewaspadaan dengan pengamatan ketat kepada yang kemungkinan dapat
tertular.
SKD KLB dilakukan dengan melakukan kegiatan surveillans aktif dan pasif
1) Sasaran
»
a
a
Peternakan unggas skala rumah tangga (sektor 3 dan 4), pasar unggas, pasar
hewan, pasar tradisional (wet market), lalu lintas : unggas, produk mentah
unggas dan pupuk dari kotoran unggas.
Hewan tertentu selain unggas yang mempunyai indikasi sebagai sumber penularan
FB,
Semua penderita Influenza Like illness (ILI) dan pneumonia serta _kematian
akibat pneumonia
Semua orang yang kontak dengan unggas yang sakit atau mati dan atau
PEGI Cis Revist ranun 2017PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN =
produk mentahnya (telor, jeroan } serta kotorannya,
fe) Semus orang yang kontak dengan kasus FB (suspek, probable, konfirmasi)
4) Semua orang yang kontak dengan spesimen FB
2) Jenis Petaksanaan SKD KLB Flu Burung,
Jadi untuk kewaspadaan pada surveilans flu burung, data dapat diperoleh dari
a) Surveilans Faktor Risiko (surveilans influeriza pada hewan)
b) Surveilans Influenza Like illness (IL! influenza klinis)
) Survellans Pneumonia
4) Surveilans Berbasis Laboratorium (serologi dan virologi)
€) Penyelidikan Epidemiologi pada populasi berisiko tinggi (wabah A unggas)
f)Survellans Kasus FB di Puskesmas dan RS
8) Surveilans Kasus FB pada RS Khusus Rawat Kasus
h)_ Penyelidikan Epidemiologi Kasus FB dan Surveilans Kontak Kasus Flu Burung,
Sono ena a eeseesseamatestiae ses meme se
3), Deteksi Dini Risiko Penularan FB (HSN) Unggas - Manusia Pendekatan yang diterapkan
adalah sebagai berikut
: 3] Menemukan sedini mungkin adanya kejadian wabah FB (HSN2) Unggas, dengan
melaksanakan surveilans Wabah FB (HSN1) Unggas
b) Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans ILI diantara Kontak
‘ Unggas pada wabah F8 (HSN1) tersebut diatas
<) Pemeriksaan kasus ILI diantara Kontak Unggas. Memeriksa lebih teliti dengan
pemeriksaan laboratorium setiap kasus ILI diantara kontak Unggas tersebut untuk
mengetahui adanya virus FB (HSNI), yaitu dengan mengambil spesimen usap
nasofaring, usap tenggorok dan darah tersebut untuk dilakukan Uji PCR dan atau
Uji Serologi serta identifikasi hubungan epideriologi dan kesamaan virus FB
(HSN1) pada unggas
4) Identifikasi sfat dan peta sebaran virus-virus yang ditemukan pada unggas dan
manusia sebagai bagian dari Survellans Virologi FB (HSN1)
i €) Berdasarkan data Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans ILI diantara Kontak
Unggas pada Wabah FB (HSN1) tersebut dapat ditetapkan gambaran
epidemiologi menurut waktu, tempat dan orang serta besarnyarisiko penularan FB
(HSN) unggas- manusia
4) Disamping itu, adanya penularan FB (HSN1) unggas ~ manusia dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi atau menelusuri adanya kontak dengan unggas sebagai
sumber penularan terhadap kasus-kasus FB (HSN2) manusia yang ditemukan.
Kontak dengan unggas dimaksud adalah kontak dengan unggas sakit atau mati
mendadak Karena FB (HSN1) atau yang belum diketahui penyebabnya serta
. produk mentah {telur, jeroan) dan kotorannya pada 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala. Kontak dengan unggas adalah merawat, mengolah, memegang,
rmembawa unggas atau membersihkan kandangnya
i
|
|
F
t
4) Deteksi Dini Risiko Penuleran FB (HSN1) Manusia - Manusia Pendekatan yang
diterapkan adalah sebagai berikut
a) Menemukan sedini mungkin adanya Kasus FB (HSN1) Manusia (kasus indeks)
melalui Surveilans £8 di Unit Pelayanan *)
Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans il! diantara Kontak
Kasus FB (HSN1) manusia tersebut diatas **)
Pemeriksaan kasus ILI diantara orang yang kontak dengan Kasus indeks. Yaitu
memeriksa lebih teliti dengan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
adanya virus FB (HSN1) pada kasus ILI tersebut, dengan mengambil spesimen usap
nasofaring, usap tenggorok dan darahnya untuk dilakukan Uji PCR dan atau Uji
>)PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENVAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
Serologi serta identfikasi hubungan epidemiologi dan kesamaan virus F8 (HSN2)
dengan kasus indeks dan virus pada unggas
Identifikasi sifat dan peta virus-virus yang ditemukan sebagai bagian dari
Surveilans Virologi FB (HSN1)
Kemungkinan telah terjadinya penularan 8 (HSNJ) manusia ~ manusia juga dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi adanya kontak dengan kasus FB (HSN1) lain
(sumber penularan)
Berdasarkan data Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans ILI diantara Kontak
Kasus FB (HSN1) tersebut dapat ditetapkan gambaran epidemiologi menurut
waktu, tempat dan orang serta besarnya risiko penularan FB (HSN1) manusia ~
manusia
Penemuan kasus FB (HSN2) manusia juga digunakan untuk mengidentifikasi
kemungkinan telah terjadinya penularan FB (HSNA) unggas — manusia yaitu
dengan mengidentifikasi adanya Kontak dengan unggas dengan FB (HSN4) (sumber
penularan).
Edisi Revisi Tahun 2017i
:
f
|
'
|
PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
3.
LePTOSPIROSIS
Masyarakat Internasonal Pemerhati Leptospirosis (International Leptospirosis
Society/ILS) menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan insiden Leptospirosis yang
tinggi. Diperkirakan Leptospirosis sudah ada di 33 provinsi arena berkaitan dengan
Keberadaan binatang tikus (Rodent) sebagai reservoir utama disamping binatang penular
Iain seperti anjing, kucing, sapi dan Iain-lain, serta lingkungan sebagai faktor resiko.
Laporan insidens lepotospirosis sangat_ dipengaruhi oleh tersedianya _perangkat
laboratorium diagnostik, indeks kecurigzan klinik dan insidens penyakit itu send
Penularan pada manusia terjadi melalui paparan pekerjaan, rekreasi atau hobi dan bencana
alam. Kontak langsung manusia dengan hewan terinfeksi di areal pertanian, peternakan,
tempat pemotongan hewan, petugas laboratorium yang menangani tikus, pengawasan
ewan pengerat. Sedangkan kontak tidak langsung penting bagi pekerja pembersin selokan,
buruh tambang, prajurit, pembersih septictank, peternakan Ikan, pengawas binatang buruan,
pekerja kanal, petani kebun dan pemotongan gula tebu.
Penyakit ini sifatnya musiman. Di negara beriklim sedang puncak kasus cenderung terjadi pada
musim panas dan musim gugur karena temperatur. Sementara pada negara tropis insidens
tertinggi terjadi_ selama musim hujan.
a. Definisi Dan Kriteria Diagnosis Letospirosis
1) Definisi Kasus
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis akut — disebabkan oleh bakteri
Leptospira dengan spektrurs penyakit yang luas dan depat menyebabkan kematian,
2) Kriteriakasus
Ada 3 (tiga) kriteria yang ditetapkan dalam mendefinisikan kasus Leptospirosis yaitu
a) Kasus Suspek
Demam akut dengan atau tanpa sakit kepala disertai
= Nyeriotot
~ Lemah (Malaise) dengan atau tanpa,
= Conjungtival suffusion (mata merah tanpa eksudat) DAN
b) Ada riwayat terpapar lingkungan yang terkontaminasi atau aktifitas yang
merupakan faktor risiko Leptospirosis dalam 2 minggu sebelumnya :
‘+ Kontak dengan air yang terkontaminasi kuman Leptospira/ urine tikus saat
terjadi banijr.
‘+ Kontak dengan sungai, danau dalam aktifitas mencuci, mandi berkaitan
ekerjaan seperti tukang perahu, rakit bambu dil
‘+ Kontak di persawahan atau perkebunan berkaitan dengan pekerjaan sebagai
petani/pekerja perkebunan yang tidak mengunakan alas kaki
+ Kontak erat dengan binatang lain seperti babi, sapi, kambing, anjing yang
dinyatakan secara Laboratorium terinfeksi Leptospira, .
‘+ Terpapar seperti menyentuh hewan mati, kontak dengan cairan infeksius saat
hewan berkemih, menyentuh bahan Iain seperti placenta, cairan amnion,
menangani ternak seperti memerah susu, menolong hewan melahirkan, dll.
‘* Memegang atau menangani spesimen hewan/manusia yang diduga terinfeksi
Leptospirosis dalam suatu laboratorium atau tempat lainnya.
+ Pekerjaan yang berkaitan dengan kontak dengan sumber infeksi seperti dokter
hewan, dokter, perawat, pekerja potong hewan, pekerja petshop, petani,
pekerja perkebunan, petugas kebersihan di rumah sakit, pembersih selokan,
pekerja tambang,pekerja tambak udang/ikan air tawar, tentara, pemburu, tim
enyelamat lingkungan (SAR),
‘+ Kontak dengan sumber infeksi yang berkaitan dengan hobby dan olah raga
seperti pendaki gunung, trekking hutan, memancing, berenang, arung jeram,
trilomba juang (triathlon)
casiReniTann27 EESEES" _reooman eenELDiad DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
©) Kasus Probable
asus suspek dengan minimal 2 gejala/tanda kinis dibawah ini
+ Nyeribetis
+ ikterus
+ Oliguria/anuria
+ Manifestasi perdarahian
+ Sesaknafas
*Aritmiajantung
+ Batuk dengan atau tanpa hemoptisis
+ Ruamkulit
Kasus suspek dengan RDT (untuk mendeteksi IgM anti Leptospira) positif, atau
~ _Kasus suspek dengan 3 dari gambaran laboratorium dibawah ini
‘© Trombositopenia <100 000 sel/mm
# Lekositosis dengan neutropilia > 80%
© Kenaikan bilirubin total > 2gr%, atau amilase atau CPK
‘+ Pemeriksaan urine proteinuria dan/atau hematuria
4) Kasus Konfirm:
asus suspek atau kasus probable disertal saiah satu dari berikut ini:
= Isolasi bakteri Leptospira dari spesimen Klinik
+ PCRpoSsitit
Sero konversi MAT dari negatif menjadi positf atau adanya_kenaikan titer 4x
dari pemeriksaan awal
= Titer MAT320 (400) atau lebih pada pemeriksaan satu sarnpel
b. Gambaran Ktinis
Leptospirosis terbagi menjadi 2 berdasarkan diagnosa klinik dan penanganannya
1) Leptospirosis anikterik : kasusnya mencapai 90% dari seluruh kasus leptopsirosis yang
dilaporkan. Biasanya penderita tidak berobat karena gejala yang timbul bias sangat
ringan dan sebagian penderita sembuh dengan sendirinya,
2) Leptospirosis ikterik ; menyebabkan kematian 30-50% dari seluruh kematian yang
dilaporkan_karena leptospirosis.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh penyakit Leptospirosis terbagi menjadi 3 fase, yaitu
1) Fase Leptospiremia ( 3 ~ 7 hari), terjadi demam tinggi, nyeri kepala, myalgia,
nyeri perut,mual, muntah, conjuctiva suffusion,
2) Fase immune ( 3 ~ 30 hari), terjadi demam ringan, nyeri kepala, muntah, meningitis,
aseptik,
3) Fase Konvalesen (15 - 30 hari), terjadi perbaikan kondisi fisik berupa pulihnya
kesadaran, menghilangnyaikterus, tekenan darah normal, produksi urine mulai normal,
Pada Penderita Leptospirosis dapat menimbulkan komplikasi :
1) Pada ginjal : terjadi Acute Renal Failure, melalui mekanisme invasi leptospira
menyebabkan kerusakan tubulus dan glomerulus. Kemudian terjadi reaksi
immunology yang sangat cepat yang pada akhinya menyebabkan terjadinya reaksi
‘non spesifik terhadap infeksi (iskemia ginjal.
2) Pada mata : terjadi infeksi konjungtiva.
3) Pada hati : terjedi jaundice (Kekuningan) setelah hari keempat dan keenam dengan
adanya pembesaran hati (Hepatomegali) dan konsistensinya lunak.
4) Pada Jantung : terjadi aritmia, dilatasi jantung dan gagal jantung,
5) Pada Paru : terjadi haemorhagic pneumonitis dengan batuk darah, nyeri dada dan
cyanosis, ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
6) Perdarahan (Hematesis, Melena)|
|
|
i
PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
7) Infeksi pada kehamilan :terjadi abortus dan kematian fetus (stil birth)
8) Komplikasi lain, meliputi Kejadian cerebrovaskuler, rhabdomyolisis, purpura
trombotik trombositopenia, cholecystitis calculus acute, erythemanodosum, stenosis
aorta syndroma Kawasaki, arthritis reactive, epididimitis, kelumpuhan syaraf
hypogonadisme pria dan Guillain-Barre Syndrome.
Etiotogi
Leptospira yane sudah masuk ke dalam tubuh dapat berkembang dan
‘memperbanyak diri serta_menyebar ke organ tubuh. Setelah dijumpai leptospica di dalam
darah (fase leptospiremia} akan menyebabkan terjadinya kerusakan endotel kapiler
(vasculitis).
Masa iInkubasi
Masa inkubasi Leptospirosis antara 2 - 30 hari, biasanya rata - rata 7 - 10 hari
‘Sumber dan Cara Penularan
Risiko manusia terinfeksi tergantung pada paparan terhadap faktor risiko
Beberapa manusia memiliki risiko tinggi terpapar Leptospirosis karena pekerjaannya,
lingkungan dimana mereka tinggal atau gaya hidup. Kelompok pekerjaan utama yang
berisiko yaitu petani atau pekerja perkebunan, petugas petshop, peternak, petugas
pembersih saluran air, pekerja pemotongan hewan, pengolah daging dan milter.
Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi terinfeksi Leptospirosis yaitu bencana alam
seperti banjir dan peningkatan jumlah manusia yang melakukan_olahraga rekreasi air.
‘Manusia dapat terinfeksi Leptospirosis karena kontak secara langsung atau tidak langsune,
‘dengan urine hewan yang terinfeksi Leptospira
1) Penularan Langsung:
‘2. Melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung kuman Leptospira
masuk ke dalam tubuh pejamu
b. Dari hewan ke manusia merupakan penyakit akibat pekerjaan, terjadi pada orang
yang merawat hewan atau menangani organ tubuh hewan misalnya pekeria
potong hewan, atau seseorang yang tertular dari hewan peliharaannya
Dati manusia ke manusia meskipun jarang, dapat terjadi melalui hubungan seksua
pada masa konvalesen atau dari ibu penderita Leptospirosis ke janin melalui
sawar plasenta dan air susu ibu.
2 Penularan tidak langsung
Terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air dan lumpur yang
tercemar_urin hewan
a. Untuk daerah endemis atau terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), pengobatar
dengan antibiotika yang sesuai dilakukan sejak KASUS SUSPEK DITEGAKKAN
SECARA KLINIS.
b.Sedangkan untuk daerah bukan endemis dan KLB pengobatan dilakukan setelah
dinyatakan KASUS PROBABEL DITEGAKKAN.
Pengobatan
1) Terapi untuk kasus Leptospirosis ringan
2) Pilihan: Doksisiklin 2x100mg selama7 (tujuh) hari kecuali pada anak, ibu hamil,
atau bila ada kontraindikasi Doksisikln.
b) Alternatif (bila tidak dapat diberikan doksisiklin):
~ Amoksisitin 3x500mg/hari pada orang dewasa
= atau 10-20mg/keBB per 8 jam pada anak selama 7 (tujuh) har
- Bila alergi Amoksisilin dapat diberikan Makrolid
- Gail Rev Tah 7PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
2) Terapi kasus Leptospirosis berat
3) Ceftriaxon 1-2 gram iv selama7 (tujuh) hari
8). Penisilin Prokain 1.5 juta unit im per 6 jam selama? (tujuh) hari
©) Ampisilin 4 x1 gram iv per hari selama7 (tujuh) hari
d) Terapi suportif dibutuhkan bila ada komplikasi seperti gagal ginjal, perdarahan
‘organ (paru, saluran cerna, saluran kemih, serebral), syok dan gangguan neurologi.
3) Sistem Rujukan
Indikasi kasus yang dirujuk ke rumah sakit dati il atau provinsi yang memiliki
fasilitas perawatan intensif:
Leptospirosis berat yaitu kasus suspek dan kasus probable yang disertai gejala/tanda
klinisikterus, manifestasi perdarahan, anuria/oliguria, sesak nafas, atau aritmia
jantung. Mempunyai fasilitas ruang perawatan intensif, dialisis dll untuk menangani
komplikasi gagal ginjal, ARDS, dan perdarahan paru.
4) Profilaksis
Saat ini belum ada kebijakan dari Kementrian Kesehatan perihal tata cara profilaksis,
mengingat Leptospirosis apabila cepat dalam diagnosa relatif mudah disembuhkan
dengan antibiotik.
Epidemiologi
Leptospirosis tersebar luas diseluruh dunia, antara lain : Rusia, Argentina, Brasilia,
‘Australia, Israel, Spanyol, Afghanistan, Malaysia, Amerika Serikat, Indonesia , dan
sebagainya.
Di Indonesia sejak tahun 1936 telah dilaporkan leptospirosis dengen mengisolasi
serovar leptospira, baik dari hewan liar maupun hewan peliharaan. Secara klinis leptospirosis
pada manusia telah dikenal sejak tahun 1892 di Jakarta oleh Van der Scheer. Namun isolasi
baru berhasil dilakukan oleh Vervoort pada tahun 1922.
Pada tahun 1970 an, kejadian pada manusia dilaporkan Fresh, di Sumatera Selatan,
Pulau Bangka serta beberapa rumah sakit di Jakarta. Tahun 1986, juga dilaporkan hasil
penyelidikan epidemiologi di Kuala Cinaku Riau, ditemukan serovar pyrogenes, semaranga,
rachmati, icterohaemorrhagiae, hardjo, javanica, ballum dan tarasovi.
Pada tahun 2012 - 2016 kasus Leptospirosis dilaporkan di enam provinsi : KI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Pada tahun 2012 terjadi
penurunan kasus tetapi meningkat angka kematiannya yaitu dilaporken 239 kasus dengan 29
meninggal (CFR 12,13%). Tahun 2013 terjadi KLB di Kabupaten Sampang, Malang dan
meningkatnya kasus di Provinsi DKI Jakarta paska terjadi banjir besar. Pada tahun tersebut
terjadi 640 kasus dengan 60 kematian (CFR 9,38 %). Sedangkan pada tahun 2014 terjadi 524
kasus dengan 62 kematian (CFR 11, 27 %). Pada tahun 2015 terjadi 264 kasus dengan 47
kematian (CFR 17,8%). Untuk tahun 2016 terjadi KLB Leptospirosis dibeberapa daerah
termasuk Kab. Satipang yang menyebakan peningkatan jumlah kasus yaitu 349 kasus
dengan SO kematian (CFR 14,33%)
Umumnya menyerang petani, pekerja perkebunan, pelajar, pekerja tambang / selokan,
pekerja rumah potong hewan dan militer. Daerah yang rawan banjir, pasang surut dan areal
persawahan, perkebunan, peternakan memerlukan pengamatan intensif untuk mengontrol
kejadian Leptospirosis di masyarakat.PEDONAN PENYELIOKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKET MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN af ET
| Grafik situas Leptospirosis di Indonesia Tahun 2012 ~ 2016
i
Bok
| "50 | a | 34g
eo, | @2 [ar [60
Pose | are piass| )
fh. Kejadian Luar Biasa
. Penanggulangan KLB leptospirosis ditujukan pada upaya penemuan dini serta
Pengobatan penderita untuk mencegah kematian. Intervensi lingkungan untuk mencegah
munculnya sarang- sarang atau tempat persembunyaian tikus.
2) Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap setiap faporan kasus dari
rumah sakit atau laporan puskesmas. Penyelidikan kasus Leptospirosis lain di sekitar
tempat tinggal penderita, tempat kerja, tempat jajan atau daerah banjir banjir
sekurang-kurangnya 200 meter dari lokasi banjir. Penyelidikan Epidemiologi dilakukan
pada:
Pelaksanaan PE di Rumah Sakit
2} Pastikan Kesiapan pihak RS menerima Kedatangan tim, bertemu dengan dokter
yang merawat penderits serta Tim Leptospirosis;
Diskusikan hasil wawancara, pemeriksaan, laboratorium serta diagnosis kasus
menurut dokter yang merawat dan tim dokter rumah sakit;
©) Dokumentasikan seluruh data yang terdapat dalam rekam medis, laboratorium dan
kalau dipertukan foto thoraks;
Isi formulir yang. dibutuhkan secara lengkap dan lakukan wawancera dengan
penderita dan keluarganya untuk mengetahui perjalanan penyakit, kemungkinan
sumber penularan dan kontak kasus di rumah
Identiikasi dan catat pasien lain yang yang berasal dari wilayah yang sama dan
mempunyai keterpaparan faktor ristko Leptospirosis, dan cata dalam formulir
pelacakan kasus Leptospirosis di RS;
f) Catat nama dan nomor telepon kerala ruangan atau kontak person yang ditunjuk
untuk memantau pasien suspek tersebut, dan nama dan nomor telepon dokter yang
merawat penderita;
8) ka kasus menunjukkan gejala suspek dan minimal sudah 6 hari sakt dari onset untuk
i 7 diambil darahnya untuk dilakukan pemeriksaan RDT dan segera_mendapat
pengobatan doksisiklin;
h) Pasien yang ditemukan di RS untuk dilakukan pemantauan dan apabila keadsan
: memungkinkan bisa diambil darahnya untuk dilakukan pemeriksaan MAT,
|
i
t
i
i
:
|
|
:
b)
dj
e)
Pelaksanaan PE di Puskesamas /Lapangan
a) Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap semua kasus yang menunjukkan
probabel Leptospirosis dan kasus Leptospirosis posit minimal dengan ROT;
Edisi Revi Tahun 2017 (EEASEES" PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
bb) Puskesmas menerima laporan adanya laporan kasus suspek Leptospirosis atau, maka
segera dilakukan pencatatan di buku catatan harian penderita Leptospirosis dan buku
laporan kasus rutin mingguan diteruskan untuk laporan bulanan ke kabupaten;
<) Penyelidikan epidemiologi kasus Leptospirosis lapangan dilakukan oleh tim
enyelidikan epiderriotogi puskesmas, kabupaten/kota, termasuk tim litbangkes dan
BBTKL dengan tim propinsi maupun tim pusat sesuai kebutuhan. Sebaiknya adalah Tim
yang melakukan penyelidikan epidemiotogi di rumah sakit pada kasus Leptospirosis,
vyang sama;
Untuk penyelidikan awat dilakukan oleh puskesmas berkoordinasi dengan dinkes
kabupaten/ kota. Pelaksana PE adalah perawat/sanitarian di puskesmas yang telah
mengikuti pelatihan/mempunyai kompetensi khusus;
Petugas PKM menyiapkan peralatan dan logistik PE seperti (masker, sarung tangan),
dan lain-lain.
4) Pencarian penderita baru setiap hari dari rumah ke rumah, apabila ditemukan suspek
dengan gejala klinis Leptospirosis, lakukan wawancara dengan keluarga terdekat
penderita yang mengetahui perjalanan penyakit penderita, isi formulir penyelidikan
epidemiologi lapangan dengan lengkap;
6) Identifikasi adanya kasus lain yang menunjukkan gejala suspek yang sama dengan
kasus Leptospirosis positip yang dirawat. Catat nama, alamat dan kapan mulai sakit
serta keadaan pada saat wawancara dilakukan;
1) Apabila diantara kontak ada yang menderita sakit demam, nyeri kepals, myalgia,
malaise dan conjunctival suffusion lakukan pengambilan serum darah untuk
dilakukan pemeriksaan ROT dan PCR, dan segera mendapatkan pengobatan doxyciklin
dan rujuk ke RS apabila menunjukkan probable dengan perdarahan dan gagal ginial;
i) Identifkasiorang-orang yang mempunyai keterpaparan faktor risiko yang sama
dengan penderita terutama yang tinggal serumah, teman bermain, tetangga
terdekat, dan lingkungan sekitar. Catat nama-nama suspek tersebut dalam formulir
pelacakan kasus taribahan;
i) Memberikan penjelasan kepada semua masyarakat di lingkungan kasus Leptospirosis
memantau kondisi dir sendiri, tka menunjukkan gejala dengan demam atau sama
dengan kasus suspek Leptospirosis segera ke puskesmas terdekat untuk dilakukan
pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut;
Ik) Tim puskesmas agar melakukan pemantauan wilayah setempat di daerah terjedinya
kasus untuk mencari kasus tambahan dan catat hasilnya dalam formulir dan apabila
ditemukan suspek Leptospirosis segera melaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota
untuk diambil spesimennya dan segera dilakukan pengobatan.
1) Catat nama dan nomor telepon Kontak person dari keluarga penderita serta tim
puskesmas dan Kabupaten/Kota;
tm) Observasi lingkungan sekitar tempat tinggal, adakah faktor risiko seperti bani
daerah kumuh dengan banyak genangan air, daerah pertanian, perkebunan dan
banyak populasi tikus, sanitasi lingkungan jelek dll. Ambil foto-foto yang dianggap
penting. Jika di sekitar rumah tidak ditemukan adanya faktor risiko, tanyakan lebih
jauh tempat penderita main/pergi dalam 2 minggu terakhir;
1) Dilakukan pengambilan spesimen tikus, air dan tanah untuk dilakukan pemeriksaan
PCR dan MAT;
©} Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) oleh puskesmas dilakukan 2 kali masa
inkubasi kasus Leptospirosis dari terjadinya puncak kasus dan apabila ada yang
menunjukkan gejala suspek untuk segera dilakukan pengobatan
4
e
Laporan penyelidikan epidemiologi sebaiknya dapat menjelaskan
a) Diagnosis KLB leptospirosis
b) Penyebaran kasus menurut waktu (minggu), wilayah geografi (RT/RW, desa danPEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENVAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN SEE
Kecamatan}, umur dan faktor lainnya yang diperlukan, misainya sekolah, tempat
kerja, dan sebagainya
¢} Peta wilayah berdasarkan faktor risiko antara lain, daerah banjir, pasar, sanitast
lingkungan, dan sebagainya,
d) Status KLB pada saat penyelidikan epidemiologi dilaksanakan serta_perkiraan
peningkatan dan penyebaran KLB. Serta rencana upaya penanggulangannya
soo erates conntinane gee
Penegakan diagnosis kasus dapati dilakukan dengan Rapid Test Diagnostic Test
(ROT) dengan mengambil serum darah penderita untuk pemeriksaan serologi, jenis
ROT diantaranya Leptotek Lateral Flow dengan ROT (Rapid Test Diagnostik)
Pemeriksaan dilakukan dengan dengan memasukan 5 mL serum atau10 mu
darah, dan 130 mi larutan dapar, hasil dibaca setelah 10 menit. Leptotek Lateral
Flow cukup cepat, mendeteksi IgM yang menandakan infeksi baru, relatif mudah,
tidak memerlukan almari pendingin untuk menyimpan reagen, namun memerlukan
pipet semiotomatik, dan pemusing bila memakai serum. Alat ini mempunyai
sensitifitas 85,8% dan spesifitas 93,6%,
KLB Leptospirosis ditetapkan apabila memenuhi salah satu kriteria. (sesual
Permenkes 1501. Tahun 2010) sebagai berikut:
a) Terjadinya kasus baru di suatu wilayah kecamatan, kabupaten/kota yang
1 sebelumnya belum pernah ada/tidak dikenal kasus Leptospirosis, atau
b) Munculaya Kesakitan Leptospirosis di suatu wilayah kecamatan yang selama 1
tahun terakhir tidak ade kasus;
} Terjadinya peningkatan Kejadian kesakitan/ kematian Leptospirosis cua kali aca
lebih dibandingkan dengan jumiah kesakitan/ Kematian yang biasa terjadi pada
kurun waktu sebeiumnya (jam, hari, mingge atau bulan) berturut- turut
tergantung jenis penyakitnya, atau
4) Terjadinya peningkatan kejadian kesakitan secara terus menerus di suatu wileyah
kecamatan, kebupaten/kota selama 3 (tiga) kurun waktu datam jam, hari,minggu
atau bulan berturut-turut menurut jenis penyakitnya, atau
@} Terjadinya peningkatan angka kematian (case fatality rate) akibat kasus
Leptospirosis sebanyak 50% atau lebih dibandingkan angka kematian kasus
Leptospirosis pada periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
2) Penanggulangan
a) Penyediaan logistik di sarana_kesehatan, koordinasi dengan pemangku
kepentingan dan sektor terkait, penemuan dini penderita dan pelayanan
pengobatan yang tepat ui puskesmas dan rumah sakit melalui pengambilan
spesimen serum darah kasus probabel,
b)Lakukan pemeriksaan RDT,
¢) Untuk diagnosa pasti (konfirmasi} kirim spesimen kasus Leptospirosis berat ke
- laboratorium rujukan Nasional Leptospirosis (RSUP Dr. Kariadi) untuk dilakukan
pemeriksaan MAT,
Lakukan pengobatan terhadap pasien Leptospirosis ringan Doksisiklin 2x100mg
selama? (tujuh) hari kecuali pada anak, ibu hamil, atau bila ada kontraindikasi
Doksisiklin
@) Lakukan pencegahan dengan memutuskan rantal penularan hewan /tanah
tercemar ke manusia
f)_ Rujuk pasien ke RS apabila diperlukan penanganan lebih lanjut.
8) Penyuluhan masyarakat tentang tanda-tanda penyakit, resiko kematian serta
tatacara_pencarian pertolongan.
CTS REM RR TOME AERTS SENET SS Nae RN AREER3)
4)
‘Sistem Kewaspadaan Di
1
2)
3)
4)
Upaya pencegahan terhadap penyakit Leptospirosis dengan cara sebagai berikut
a) Melakukan kebersihan individu dan sanitasi lingkungan antara lain mencuci
kaki, tangan dan bagian tubuh lainnya setelah bekerja di sawah.
b) Pembersihan tempat penyimpanan air dan kolam renang,
©) Pendidikan kesehatan tentang bahaya, cara penularan penyakit dengan
melindungi pekerja beresiko tinggi dengan penggunaan sepatu bot dan
sarung tangan, vaksinasi terhadap hewan peliharaan dan hewan ternak.
4) Pemeliharaan hewan yang baik untuk menghindari urine hewan-hewan
tersebut terhadap masyarakat.
e)Sanitasilingkungan dengan membersihkan tempat-tempat habitat sarang
tikus.
f) Pemberantasan rodent bila kondisi menungkinkan.
Surveilans Ketat Pada KLB
a) Pengamatan perkembangan jumlah kasus dan kematian leptospirosis
menurut lokasi geografis dengan melakukan surveillans aktif berupa data
kunjungan berobat, baik register rawat jalan dan rawat inap dari unit
pelayanan termasuk laporan masyarakat yang kemudian disajikan dalam
bentuk grafik untuk melihat kecenderungan KIB.
b) Memantau perubahan faktor risiko lingkungan yang menyebabkan terjadinya
perubahan habitat rodent (banjir, kebakaran, tempat penampungan
pengungsi, daerah rawa dan gambut)
LB
Pemantauan terhadap kesakitan dan kematian leptospirosis
Pemantauan kondisi rentan yang menyebabkan peningkatan kontaminasi
terhadap tanah atau air permukaan, seperti hujan, banjir, dan bencana lainnya,
Pemantauan terhadap distribusi dan populasi rodent serta perubahan habitatnya,
Pemantauan kolompok risikolainnya, seperti petani, —_pekerja
perkebunan, pekerja _pertambangan dan selokan, pekerja rumah potong hewan,
dan milter,PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KL PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
Lampiran 1 (Leptospirosis)
FORM PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA LEPTOSPIROSIS
Provinsi Kab /Kota
Kecamatan Puskesmas
Desa Dusun/aT
1. IDENTITAS
: Nama Umur Sex
Alamat Pekerjaan
eeceamaanr asi ast e-nreenemaeme serenade:
U,IDENTIFIKASI PENYAKIT
1. Gejala umum yang dirasakan/teramati
2. Demam b. NyeriKepala c Myalgia
d. Malaise . Conjuctival suffusion! 4. tkterik
8 Nyeribetis h. lain fain (sebutkan),
. Tanggal mulai sakit/timbul gejala
3. Apakah ada komplikasi yang menyertai_: Ya / Tidak, apa
il, RIWAYATPENGOBATAN
Kapan mendapatkan pengobatan pertama kali
Dimana mendapatkan pengobatan pertama kali
3. Obat yang sudah diberikan
IV, RIWAYAT KONTAK
1. Apakah di rumah/sekitar rumah ada yang sakit seperti yang dialami sekarang ? Ya / Tidak
: Kapan
i 2. Apakah di tempat kerja/sektar tempat kerja ada yang sakit seperti yang dalam sekarang ? Ya
: Plidak, Kapa enn
i 3._Apakah tempat tinggal / tempat kerja merupakan daerah bani ? Ya / Tidak
Apakah 2 minggu sebelum sakt pernah Kontak dengan faktorrisko?
i Sebutkan,
1. Sediaan yang diambil = darah vena, Has Lab: +/-
‘ Tanggal Penyeliikan .
Pelaksana
Edisi Revisi Tahun 2017 47PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
Lampiran 2 (Leptospirosis)
Laporan Surveitans Ketat pada KLB Leptospirosis,
Puskesmas/RS
Puskesmas Kabupaten/Kota
Tangeal Laporan KLB/Mg. 2 non n.nu/Minggu 18
Tempat | Lokasi
Tinggal | Pekeriaan
z
e
Desa
DesaB
Desa
Desa 0
Dest | I
Total
e/e]e)e]e/o/2|
eleleejelele
se]=)e[e] =] =
[elele/efefefe
Lampiran 3 (leptospirosis)
Laporan data individu kasus Leptospirosis
onset | GEIALAKLINIS FAKTORRISICO] eT
BEM isi Revisi tahun 2017!PEDOMAN PENYELIDKAN DAN PEXANGGULANGAN KLBPENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. @ $ESF
DIAGRAM ALUR DIAGNOSIS KLINIS DAN LABORATORIUM LEPTOSPIROSIS
DI PELAYANAN KESEHATAN
Py
Lemah (Malaise) dengan atau tanpa,
Ce ee eee eC ee
Cry
eee ream eed
: Dey
so etree adtemmmternas -oenanad ne ba:
|
pug
Orme Icy
: ren urin
- Reuter)
OTe Te ue
J Lair. tanah, |
‘Summek + 32 peer)
panne Re
Barecivnn mere) jeter
ren Fs ‘
Pe ei paeen pair
roa era
ee Deas
pasion as
renner reas 5
arta iiascs } Laboratorium:
oad Pree oc
pris ee
oor pach Se
z omc
ries ca
Ere ora PePEe td
pay rey
— ae
|
i
!
f
|
|
ae ue
Peter ts
2) ols Leptospira post
- ee
ee ke ee ee
Pen ae rer aa
ee teed es
pee
aes
ern
een
: Esiseis)
anon Tann 707 EEPEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
PES
Pes adalah penyakit Zoonosa yang bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Yersinia
pestis melalui gigitan pinjal tikus atau rodent lain yang dapat mengigit dan menularkan ke
binatang lain/manusia. Merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam internasional
Health Regulation (IHR), UU Karantina No. 1 & 2 tahun 1962 serta UU. Wabah No. 4 tahun
1984, sehingga sesuai Undang- undang pengelolaan penyakit tersebut dibawah tugas dan
ewenangan Pusat (Ditjen PPM dan PL) perlu pengendalian secara berkala pada pinjalnya
Penyakit Pes merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus/rodent lain dan dapat
ditularkan kepada manusia metalui gigitan pinjal tikus di daerah enzootik. Pes pada manusia
yang pernah dikenal sebagai black death pada perang dunia il dan mengakibatkan kematian
‘yang sanget tinggi
Penyakit ini juga dikenal sebagai “sampar” yaitu penyakit yang sangat fatal dengan
Bejala bacteriemia, demam yang tinggi, shock, penurunan tekanan darah, nadi cepat dan tidak
teratur, gangguan mental, kelemahan, kegelisahan dan koma (tidak sadar).
Batasan KLB Pes adalah ditemukannya pada pemeriksaan secara serokonversi
meningkat empat kali lipat (2 X pengambilan), F1 2 2, F1 khusus 21, ditemukan Yersinia pestis
dari pinjaltikus tanah, sarang tikus atau bahan organik lain, manusia hidup maupun meninggal,
(satu) penderita dengan ditandai gejala Klinis Pes yaitu demam, sakit kepala,
bubo/pembesaran Kelenjar getah bening di ketiak dan leher, adanya perdarahan pada
keulit;mulut hidung, urine dan rektum, gangguan pernafasan (batuk dan sesak nafas), disertai
satu atau lebih adanya riwayat kontak tergigit pinjal, kontak dengan binatang pengerat dalam
satu 1 minggu terakhir, kontak dengan penderita Pes terkonfirmasi dalam 1 minggu terakbir,
pernah berkunjung ke wilayah focus Pes/terancam dalam 1 minggu terakhir, tanpa adanya
pemeriksaan laboratorium penunjang.
a. Gambaran Klinis
Gejala Klinis Pes terbagi menjadi 3 tipe yaitu
1) Tipe Bubonik, dengan gejata mirip flu, demam, pusing, lemah, benjolan lunak berisi
cairan di daerah tonsil/amandel, konstipasi, diare, muntah dan gejala spesifik
lymphadenitis (pembesaran kelenjar getah bening di daerah ketiak dan lipat
paha/bubo).
2) Tipe Septikemia, dengan gejala demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut,
shock, perdarahan dibawah kulit dan organ lainnya, pembekuan darab, tekanan darah
rendah, mual muntah, organ tubuh tidak bekerja dengan baik.
3) Tipe pulmonik ditandai dengan gejala pneumonia/radang paru, nafas pendek, sakit
pada dada, malaise, sakit kepala, batuk dengan sputum yang produltif dan c
serta sesak nafas, dapat menyebarkan lewat udara dan merupakan ancaman pandemi
Pes.
b. Etiologi
Disebabkan oleh kuman/bakteri Yersinia pestis (Posteurellapestis) Sesuai dengan
nama kuman penyebabnya maka penyakit ini dikenal pula dengan nama pasteurellosis
atau yersiniosis. Selain itu juga dikenal dengan nama Plague.
Kuman berbentuk batang, ukuran 1,5-2 x 0,5-0,7 mikron, bipolar, non motil on sporing,
pengecatan bersifat gram negatif, pada suhu 28 © C merupakan suhu optimum totapi
kapsul berbentuk tidak sempurna. Pada suhu 37 ® C merupakan suhu yang terbaik bagi
pertumbuhan_bakteri tersebut.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi dari penyakit Pes tipe bubo adalah 2-6 hari, masa inkubasi Pes tipe
septikemia 2-6 hari sedang masa inkubasi untuk tipe paru-paru adalah 2-4 hari
Edisi Revisi Tahun 2017PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
4.
‘Sumber dan Cara Penularan
Sumber penyakit Pes adalah hewan-hewan rodent (tikus,kelinci). Kucing dapat
pula sebagai sumber penularan kepada manusia. Di Amerika kecuali tikus, tupai juga
merupakan sumber penularan yang penting.
Ditularkan dari tikus ke manusia, melalui gigitan pinjal yang merupakan vektor dari
penyakit ini, Jenis pinjal yang dikenal sebagai vektor penyakit pes antara lain : Xenopsylla
cheopis, Pulex iiritans, Neopsylla sondaica, Stivalius cognatus.
Pengobatan
Diberikan Streptomycine dengan dosis 3 gr/hari (IM), 2 kali sehari selama 2 hari
berturut-turut, kemudian dosis dikurangi menjadi 2 gr/hari selama S hari berturut-turut.
Setelah demam hilang dilanjutkan dengan pemberian
1) Tetracycline 4-6 gr/hari selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis diturunkan
menjadi 2 gr/hari selama § hari berturut-turut atau,
2) Chloramphenicol 6-8 gr/hari selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis
diturunkan menjadi 2 gr/hari selama 5 hari berturut-turut
Epidemiologi
Tahun 1400 KLB pes terjadi disebagian besar daratan Eropa dengan menelan
korban sebanyak Kurang lebih 25 juta jiwa. Penyakit ini berasal dari india, Pada tahun 1894
pandemik pes selama 5 tahun sudah menyebar ke 4 benua. Penyebaran ini diduga berasal
dari Canton daratan Cina
Pada periode tahun 2004 -2008 masih ditemukannya titer positif balk pada
manusia, rodent ataupun pinjal, di daerah fokus pes (Jatim, Jateng, dan DI.Yogyakarta )
maupun daerah terancam (Jabar). Surveilans aktif dan pasif terhadap rodent dan
pinjainya masih tetap dilakukan secara rutin di 4 daerah tersebut. Hal tersebut untuk
mengantisipasi terjadinya KLUB Pes yang biasa terjedi setiap 10 tahun. Terakhir KLB Pes
terjadi_ pada tahun 2007 di Dusun Surolowo, Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur
Nongkojajar Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2008 dan 2009
spesimen yang diperiksa tidak ada yang menunjukkan positif pada manusia. Pada’ tahun
2010, sebelum Merapi meletus, dilakukan uji serologi pada tikus di Kecamatan Selo
Boyolali dan Kecamatan Cangkringan Sleman, Dari 407 tikus diperiksa, yang positif 34
‘ekor. Akan segera dilakukan surveilans pes (human and rodent) pasca bencana Merapi
Pada tahun 2005 dan 2016 tidak ditemukan kasus pes positif pada rodent pada manusia,
Grafik 7. Proporsi Spesimen Kasus Pes pada manusia yang diperiksa
dan Kasus Positif Pes di indonesia Periode Tahun 2010-2016
Diperiksa
Positif
EdisiRevisi Tahun 2017 IEHBP” pepomAn PENVELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
8. Kejadian Luar Biasa
1). Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap setiap laporan_adanya
tersangka kasus pes pada manusia Tersangka Pes adalah ditandai dengan gejala
kins
Untuk pemeriksaan serologi, serum dibawa dengan termos es ke Balai
Laboratorium Kesehatan terdekat dan dikonfirmasi ke BLK Yogyakarta. Apabila belum
dapat dikirim, serum dapat disimpan di kulkas Puskesmas atau Dinas Kesehatan.
Penetapan diagnosis KLB didasarkan pada peningkatan sero konversi, Flea Index dan
ditemukannya Yersinia pestis. Penetapan KLB8 apabila suatu Desa, Dusun, RW
memenuhi_ salah satu kriteria sebagai berikut
a) Pada pemeriksaan secara sero kenversi mer
b) Flea Index Umum 2, Fikhusus 1
«)Ditemukan yersinia pestis dari pinjal, tikus, tanah, sarang tikus atau bahan organik
lain, manusia hidup maupun meninggal , pada suatu desa/lurah/dusun/RW.
Gambaran epidemiologi KLB Pes tersebut diatas dapat digunakan untuk
mengidentifikasi_ sumber dan cara penularan :
a} Identifikasi hewan sumber penuler, terutama adanya sejumiah hewan tertentu
yang mati pada daerah dan dalam periode KB.
b)_ Hubungan distribusi kasus dan distribusi hewan sumber penular yang dicurigai
c)_ Melakukan identifikasi diagnosis hewan atau produk hewan tersangka, terutama
dengan pemeriksaantaboratorium
2), Penanggulangan
Penanggulangan yang dilakukan bertujuan untuk mencegah dan atau
membatasi penularan penyakit Pes di lingkungan rumah dan lokasi sekitarnya serta di
tempat-tempat umum yang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan penyakit,
Pes.
Kegiatan penanggulangan yang dilakukan adalah seba
a) Penemuan dan pengobatan penderita terutama pada daerah fokus.
b) Menghindari kontak dengan penderita Pes.
Apabila terjadi Pes Bubo, maka penderita diisolasi di rumah dan kontak tidak
boleh keluardesa.
4) Apabila penderita Pes paru maka penderita dan kontak serumah serta rumah
disekitarnya diisolasi. Rumah sekitarnya dapat seluas RW, Dusun, dan Desa yang
diperhitunan secara epidemiologis dengan memperhatikan letak dan batas situasi
wilayah.
€) Setiap penderita dan kontak mendapat pengobatan sesuai dengan tatacara yang
telah ditentukan.
) Melakukan pemberantasan pinjal dengan dusting méiggunakan insektisida
(fenithrothion) dan tepung pencampur (kaolin, gaplek) dengan perbandingan 1
20 dilakukan didalam dan diluar rumah serta di sarang-sarang tikus.
8) Penyuluhan tentang bahaya Pes serta pencegahannya kepada masyarakat
h) Sosialisasi terhadap petugas Kesehatan, peternakan, karantina hewan, Pemda,
DPRD, Tokoh Agama (TOGA) dan Tokoh Masyarakat (TOMA).
kat 4 kali lipat (2 X pengambilan).
3) Surveilans Ketat pada KLB
a) Petkembangan jumlah kasus dan kematian Pes dengan melakukan surveillans aktif
dan aktif. Pengamatan secara aktif adalah pengamatan yang dilakukan dengan
cara mencari tersangka penderita dengan gejala-gejala panas meringkil (panas
dengan bubo sebesar buah duku pada daerah lipat paha, ketiak) atau panas
dengan batuk darahdengan tiba- tiba tanpa gejala sebelumnya. Kegiatan aktif
dilakukan dari rumah ke rumah, bersamaan waktunya dengan kegiatan
WE Setonpengamatan tethadap rodentia (trapping). Sedangkan pengamatan secara pasif
adalah pengamatan yang dilakukan di Puskesmas, | Puskesmas
Pembantu( Pustu), Puskesmas Keliling (Pusling) maupun rumah sakit terhadap
penderita/tersangka penderita pes dengan gejalaa-geiala seperti tersebut di atas
yang datang ke pusat- pusat pelayanan kesehatan tersebut.
b) Perkembangan kematian tikus tanpa sebab (ratfall) baik secara aktif dan pasif.
Tikus yang ditemukan mati dimasukkan datam kantong plastik untuk diperiksa
di laboratorium secara serologl
<) Perkembangan Flea index (index pinjal) untuk melihat trend kemungkinan
. meningkatnya kasus pes untuk upaya tindakan penanggulangan segera.
2:-cremranesmetion revsnmboeclr ee:
h. Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Untuk mengetahui secara dini akan adanya penularan pes dari rodent ke hewan
fain {kucing, kelinci, marmut, anjing dan binatang lainnya) serta pada manusia di
daerah endemis pes perlu adanya sistem kewaspadaan dini (SKD). Ada beberapa
variabel penting yang perlu diperhatikan di dalam mendiagnosa kemungkinan terjadinya
penularan pes di suatu wilayah, antara lain:
: 1) Variabel umum =
2) Keadaan desa, dusun, RW yang sedang mengalami paceklik atau pasca panen raya.
b) Terganggunya habitat tikus, kebakaran hutan, gunung berapi meletus dan gempa
bum
)_ Ditemukan ratfall
di Peningkatan populasi tikus rumah
2) Variabel Teknis
a) Flea Index, Fl umum >= 2, Fi khusus X. cheopis>= 1
b}Positip serologi pada rodent dan manusia
Bila ditemukan satu variabel umum dan satu atau lebih variabel teknis
maka perludiwaspadai (warning). Kewaspadaan yang dimaksud adalah
peningkatan surveillans terhadap manusia, hewan dan lingkungan serta dilakukan
tindakan selanjutnya sesuai dengan alur (flow chart) yang telsh ditetapkan.
EdisiRevisi Tahun 2017 gE|PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
Lampiran 1 (PES)
FORM PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA PES
Provinsi kab /kota
Kecamatan Puskesmas
Dess Dusun/RT
1. IDENTITAS
Nama Umur Sex
Alamat Pekerjaan
1. IDENTIFIKASIPENYAKIT
1, Gejala unum yang dirasakan/teramati
a. Demam tinggi b.Sakit kepala hebat
. Tubuh menggigi/dingin d.Benjolan dileher/ketiak/paha
e.Batukhebat dan berdarah ——_—f.Sesak Nafas
8. Nyeriotot h.Pembengkaan kelenjarlimpa
2. Tanggal mulat sakit/timbul gejata
3. Apakahadakomplikasiyangmenyertai —: Ya/ Tidak, apa
Ill RIWAYATPENGOBATAN
1. Kapan mendapatkan pengobatan pertama kali
2. Dimana mendapatkan pengobatan pertama kali
3. Obat yang sudah diberikan
1, RIWAYATKONTAK
1. Apakah di rumah/sekitar rumah ada yang sakit seperti yang dialami sekarang ? Ya /Tidak, Kapan
2. Apakah di tempat kerja/sekitar tempat kerja ada yang sakit seperti yang dialari sekarang ? Ya
Mhidak, Kaparncninnn
3. Apakah ada kondisi bencana alam/ banjir di sekitar tempat tinggal: Ya / Tidak, koncisi apa ?
V. VEKTOR
1. Apakah terjadi peningkatan populasi tikus di sekitar lokasi KL8.? Va / Tidak. Adakah selain
tikus populasi meningkat ? a / Tidak, populasi apakahitu ?
2. Apakah diterukan tikus mati dilingkungan sekitar rumah? Ya/tidak
VI, PEMERIKSAAN SPESIMEN
1. Sediaan yang diambil = darah vena , Hasil Lab : + /- Tanggal Penyelidikan
tampiran2,
Laporan Surveilans Ketat pada KLB PES
Puskesmas/%S :
buskesmas : Kabupaten/kota
Tanggal LaporanKL9/Mg a /minggu 38
Tempat: | Lokest” cc MingelNeeden
Etiggal’<| “Bokerieon. i Sorat iM
ies vieen pw te [Me TM
Desa ofo;olololofo
Desa —_teofofeolofolofo
Desa ofo[ofe|s{olz
besa zfo[s{o[is|o [4
Desa epefofofojoye
Total “Ta fote po fz fe faefo lz
Eas Rev Tahun 207i
i
I
|PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAD =
Lampiran 3
Flowchart Kegiatan Surveitans Pes pade Manusia
| Pengamatengejawat |
tenanglaree |
Daerhfokus | [ Daerahterancam | | Oaerahbelas fous |
= Pengamatan att Pengamtan past | | ~ Pengamatan past |
+ Pengamatan past (Pustu/Pxe) | tmostrenaa
onda sus 1
~ anastanpa bab yangjelos
{fever unkxown origi)
+ Batukéorh tut
= bo
Pengambln spesinen: | Penylidhanpldemioogh |
Tersngla Pes | Darah | pencarontesangta in:
= Caran bubo Radius 200 m
Sputum = Waktu kali masa
~~ inkbasi(2mingeu) |
Tersangta pes
{ pemericaan Serotgs pemerisaan sateioogis |
- pl ~_ Uo
Hasitesrepntt | | aster posit Has tes neat sites postit_|
| etuer 17128 > terph
1 propikss i
steers 17128 > terapi | a —,
penderta pes | onfemasi pes * Profs weatment
~ Serokorvers > nak al Terapipendertapes_| | - Pesbubo > Kontak
ipa (terapipenderta pes)" ___penderta/serumah
= Pespars > semua
penduduk dusun/slesi
penduduk
‘+ Penyulunan massal |
‘ Perbatantingkungan |8 BES" peooman PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
>
5. RABIES
Penyakit rabies merupakan penyakit menular akut dari susunan syaraf pusat yang disebabkan
oleh virus rabies. Ditularkan oleh hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera melalui
Bigitan, aerogen, transplantasi atau kontak dengan bahan yang mengandung virus rabies pada kulit yang
lecet atau mukosa. Penyakit ini apabila sudah menunjukkan gejala klinis pada hewan dan manusia selalu
diakhiri dengan kematian, angka kematian Case Fatality Rate (CFR) mencapai 100% dengan menyerang,
pada semua umur dan jenis kelamin. Kekebalan alamiah pada manusia sampal saat ini belum diketahui.
‘Adapun landasan hukum yang dipergunakan di indonesia diantaranya UU No.4 Th.1984 tentang
wabah penyakit menular, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/per/x/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya
Keputusan bersama Dirjen P2 dan PL, Dirjen Peternakan dan Dirjen PUOD No. KS.00-1.1554,
'No.99/TN.560/KPTS/DJP/Deptan/1999,NO.443.2-270 tentang Pelaksanaan Pembebasan dan
Mempertahankan Daerah Bebas Rabies di wilayah Republik Indonesia,
Gambaran Klinis
Gejala Klinis Rabies terbagi menjadi 4 stadium berdasarkan diagnosa klinik:
1) Stadium prodromal, dengan gelala awal demam, malaise, nyeri tenggorokan selama beberape
har
2}, Stadium Sensoris, penderita merasa nyeri, panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka
Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan
sensorik.
3) Stadium eksitasi, tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala
hiperhidrosis, hipersalivasi, pupil dilatasi. Stadium ini mencapai puncaknya dengan muncul
macam ~ macam fobi seperti hidrofobi, fotofobi, aerofobi. Tindak tanduk penderita tidak
rasional_dan kadang-kadang maniakal. Pada stadiurn ini dapat terjadi apneu, siancsis, konvulsa
dan takikardi
4) Stadium Paralyse, terjad! inkontinentia urine, paralysis flaksid di tempat gigitan, parziyse
‘ascendens, koma dan meninggal karena kelumpuhan otot termasuk otot pernafasan.
b. Etiologi
Virus Rabies termasuk golongan Rhabdovirus, berbentuk peluru dengan kompoisisi RNA,
lipid, karbohidrat dan protein. Sifat virus rabies cepat mati dengan pemanasan pada suhu
60°C, sinar ultraviolet dan gliserin 10%, dengan zat- zat pelarut lemak (misainya air sabun,
detergent, chloroform, ethe, dan sebagainya), diluar jaringan hidup, dapat diinaktifkan dengan &-
propiolakton, phenol, halidol azirin. Bisa bertahan hidup dalam beberapa minggu di dalam iarutan
sliserin pekat pada suhu kamar, sedangkan pada sunu di bawah 4°C dapat bertahan hidup sampai
berbulan-bulan.
c. Masainkubasi
Masa inkubasi dari penyakit rabies 2 minggu $3 2 tahun. Sedangkan di Indonesia masa
inkubasi_berkisar antara 2 ~8 minggu.
d. Sumber dan Cara Penutaran
Sumber penyakit rabies di Indonesia oada umumnya adalah anjing (98%), kucing dan
kera (2%). Namun di dunia sumber penularan rabies lainnya (serigala, raccoon/rakun, kelelawar}.
Cara penularan melalui gigitan dan aon yigitan {aerogen, transpiantasi, Kontak dengan bahan
‘mengandung virus rabies pada kulitlecet atau mukosa)
. Pengobatan
Setiap kesus gigitan hewan penular rabies ditangani dengan cepat melalui pencucian
luka gigitan dengan sabun / detergen dengan air mengalir selama 15 menit, kemudian diberikan
antiseptic (alkohol 70%, betadine, obat merah, dan lain-lain). Pemberian Vaksin Anti Rabies
(VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) dihentikan bila hewan penggigit tetap sehat selama 14 hari
‘observasi dan hasil pemeriksaan laboratorium negatif. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR)
Edist Revisi Tahun 2017I
!PEDOMAN PENYELIOKAN DAN PENANGGULANGAN KLP PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN] @”
dilakukan berdasarkan
1) Luka Risiko Rendah
Yang termasuk luka risiko rendah adalah jilatan pada kulit Iuka, garukan, atau lecet, Iuka keci di
sekitar tangan, badan dan kaki
Pemberian VAR dibefikan pada hari ke 0 sebanyak 2 dosis secara intramuskuler (im) di
lengan kiri dan kanan. Suntikan kedua dilanjutkan pada hari ke 7 sebanyak 1 dosis dan
hari ke 21 sebanyak 1 dosis. Bila terjadi kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) kurang,
dari 3 bulan setelah mendapat VAR lengkap maka tidsk perlu diberikan VAR, bila lebih dari 3
bbulan sampai 1 tahun maka diberikan VAR 1 kali dan bila lebih dari 1 tahun dienggep
penderita baru yang harus diberikan VAR lengkap.
2). Luka Risiko Tinggi
Yang termasuk Iuka resiko tinggi jilatan/luka di mukosa, luke diatas daerah bahu,
(mukosa,leher, kepala), luka pads jari tangan dan kaki,genetalta, Iuka lebar/dalam dan tuka
yang banyak (multiple wound)
Pengobatan melalui kombinasi VAR dan SAR, Serum Anti Rabies (SAR) diberikan seat
bersamaan dengan VAR pada hari ke 0, sebagian besar disuntikan pada luka bekas gigitan
dan sisanya disuntikan secara im pada regio gluteal, Sebelum pemberian SAR harus
dilakukan skin test terlebih dahulu, Pemberian VAR sebanyak 4 kali pemberian secara im pada
. hari ke O dengan 2x pemberian, hari7 (1X) dan hari 21 (1%).
f. Epidemiotogi
. Rabies tersebar luas diseluruh dunia, antara lain : Rusia, Argentina, Brasilia, Australia, Israel,
Spanyol, Afghanistan, Amerika Serikat, Indonesia , dan sebagainya.
Tahun 2010 penyakit Rabies menyebar di 25 provinsi sebagai daerah tertular dari 34
provinsi di indonesia, hanya 9 Provinsi yang masih bebas yaitu Kepulaun Riau, Bangka Belitung, OK!
Jakarta, 0.1. Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat
yang masih dinyatakan sebagai daerah bebas rabies.
Pada Agustus 2014, Kalimantan Barat dinyatakan bebas rabies namun pada buian
September 2014 kembali terjadi Kejadian Luar Biasa di Kalimantan Barat tepatnya di Kabupaten
Ketapang dan Melaw
Situasi Rabies di Indonesia tahun 2015 dilaporkan 80.403 kasus Gigitan Hewan Penular
Rabies (GHPR), dengan Lyssa (kematian rabies) sebanyak 118 orang dan telah diakukan pemberian
VAR (Vaksin Anti Rabies) 57.899 orang (72,01 %). Sedangkan tahun 2036 dilaporkan S7.474 kasus
Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR), dengan Lyssa (kematian rabies) sebanyak 77 orang dan telah
dilakukan pemberian VAR {Vaksin Anti Rabies) 37.503 (65,259)
Grafik Situasi Rabies Oi Indonesia Tahun 2012 2016
{
|
i
|
|
i
|
i
i
2
[sm GHPR| 84,750 | —6e.te | —7aer | eoa0a | arava
caaPeT_| 74,331 54,059 | _ 59.541 37,009 | 37.603 |
(eesiven tar a ane 7
Keterangan
GHPR : Gigitan Hewan Penular Rabies PET : Post Exposure Treatment Lyssa : Kematian karena Rabies
OO "Eels Revis Tahun 2017 EABEBE coowan pewveuowan oan PeNANGcULANGAN KL® PENYAKIT ENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
8. Kejadian Luar Biasa
Calam rangka menulu Indonesia bebas Rabies 2020, batasan kriteria KLB rabies adalah
apabila terjadi 1 (satu) kasus kematian Rabies (Lyssa) pada manusia dengan riwayat digit
Hewan Penular Rabies di daerah bebas rabies atau apabila terjadi peningkatan kasus
kematian Rabies (Lyssa) pada’ manusia dengan riwayat digigit Hewan Penular Rabies 2 (dua)
kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
1) Penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap setiap laporan adanya peningkatan
kasus gigitan hewan tersangka Rabies. Penyelidikan diarahkan pada penemuan kasus
tambahan gigitan hewan tersangka rabies lainnya,
asus Rabies adalah penderita gigitan hewan penular Rabies dengan gejala Klinis
rabies yang ditandai dengan Hydrophobia. Penegakan diagnosa dilakukan secara
konfirmasi Laboratorium pada Hewan Penular Rabies dengan cara memotong hewan
yang menggigit dan mengirimkan kepalanya ke Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner
(BPP) atau Balai Besar Penelitian Veteriner (BBvet) Bogor untuk diperiksa otaknya. Otak
diperiksa apakah di otak ditemukan Negri Bodies, bila ditemukan kasus tersebut adalah
asus konfirm diagnose Rabies.
2) Penanggulangan
Penangguiangan yang dilakukan bertujuan untuk mencegah dan membatasi
penuiaran penyakit Rabies,
a) Wlelengkapi unit pelayanan kesehatan dengan iogisti
pengambilan spesimen (bila diperlukan}.
'b) Berkoordinasi dengan Dinas Peternakan setempat untuk tatalaksana hewan penular
rabies {vaksinasi, eliminasi dan vembatasan lalu-lintas hewan penuiar rabies;
© Melibatkan oara pengambil keputusan dan tokoh masyarakat uncuk menyampaikan
informasi tentang apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan masyaraket bila
teriadi kasus gigitan/ kasus rabies.
4) Pencucian iuka gigitan hewan penuiar rabies dengan sabun atau detergen dengan air
mengalir setama 10-15 menit.
Pemberian VAR dan SAR sesuai prosedur (Pengobatan)
Penyuluhan tentang bahaya rabies serta pencegahannya kepada masyarakat.
untuk pengobatan dan
3) Survellans Ketat pada KLB
a) Perkembangan jumlah kasus gigitan dan kasus rabies dengan melalui surveillans
aktif di iapangan berupa data kunjungan berobat, baik register rawat jalan dan rawat
Jnap dari unit pelayanan termasuk rables center dan masyarakat yang kemudian
disajikan dalam bentuk grafik untuk melihat kecenderungan KLB.
3b} Berkoordinasi dengan Dinas Peternakan mengenai data perkembangan populasi
hewan tersangka rabies
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
3) _ Kajian Epidemiologi Ancaman KLB
Melaksanakan pengumpulan data dan pengolahan data serta informasi gigitan HPR,
ieesakitan dan kematian rabies pada manusia dan hewan, kondisi rentan KLB seperti
populasi HPR, cakupan imunisasi anjing atau HPR serta ketersediaan logistik
penanggulangan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan,
2) Peringatan Kewaspadaan Dini KLB
Bila dari kajian epidemiologi adanya kecenderungan ancaman KLB (adanya cakupan
imunisasi HPR rendah, peningkatan gigitan dan adanya kasus GHPR positif rabies) maka
diberikan peringatan kewaspadaan dini kemungkinan adanya ancaman KLB kepada
pemangku kepentingan (Puskesmas,Rumah Sakit, Peternakan, Camat, Kepala Desa/Lurah,
HEE tasitessitaxnz07 ~PEDONAN PENYELIKAN DAN PENANGGLLANGAN KL PENYAKIT MENULAR OAM KERACUNAN pancint @” 3EBF*
Bupati, Walikota dan fatn-lain)
3) Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB
Peningkatan dan penyelidikan lebih dalam mengenai Kondisi rentan KLB dengan
‘melaksanakan PWS kondisi rentan KLB. Melakukan PWS penyakit potensial KLB (Rabies)
secara intensif di Puskesmnes dan Puskesmas pembantu
Penyelidikan awal tentang adanya KLB. Melakukan penyuluhan Kesehatan untuk
mendorong kewaspadaan KLB di Puskesmas, Pustu, kliniklainnya dan masyarakat.
Kesiapsiagaan menghadapi KLB antara lain Tim Gerak Cepat Puskesmas, Kabupaten/Kata,
Logistik dan lain-Iain. Menjalin koordinasi dan kerjasama dengan program dan lintas
: sektor terkait untuk memperbaiki kondisi rentan KLB rabies eperti : imunisasi HPR,
eliminasi HPR tak berpemilk, pengawasan gigitan HR dan lain-ain,
scomrter oe Sor seemed coracerahamelenacn
I\PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
Lampiran Form PE Rabies
FORM PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA RABIES.
Provinsi Kab /Kota
Kecamatan Puskesmas
Desa Dusun/RT
LIDENTITAS
Nama: mur Sex
Alamat Pekerjaan:
HIDENTIFIKASI PENYAKIT
Gejala yang timbul :
a. Berkeringat b. Sulit c. Peka pada
d. Peka pada e. Airliur f. Takut pada air
g.Airmata hh. Kejang- i. Nyeri tekan
1. Apakah pernah digigit hewan penular Rabies: Ya / Tidak, Kapan
2. Hewan apa yang menggigit Anjing/ Kucing/kera/
3. Lokasi gigitan di Muka/Telinga/Leher/Tangan-Kaki/Perut/_
Pantat
4 Bagaimanatipe luka :Sayatan/cakar/parut/tembus
5. Riwayat gigitan Tiba-tiba/memegang /mengganggu/galak
Setelah menggigit apakah hewan tersebut di bunuh : Ya / Tidak, kalau tidak
iapakan
ILRIWAYATPENGOBATAN
1. Bagaimana merawat luka dicuci dgn air/air&sabun/yodium
tintur/antiseptik lain
2. Dimana mendapatkan pengobatan pertama kali
3. Obat yang sudah diberikan
4. Apakah penderita diberikan VAR ? Ya / Tidak, berapa kali diberikan suntikan VAR :
5. Bagaimana kondisi pasien setelah mendapatkan suntikan VAR : sembuh/mati/tidak tahu
IW.RIWAYAT KONTAK
1. Apakah di rumah/sekitar rumah banyak orang yang digisit oleh hewan yang sama? Ya/
Tidak, Kapan
2. Apakah hanya ada 1 hewan yan; menggigit orang di lokasi kejadian ? Ya /Tidak, Kalau
{ebih berapa
V, PEMERIKSAAN SPESIMEN
1. Sediaan yang diambil : Otak hewan tersangka , Hasil Lab : + /~ Tanggal Penyelidikany
PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
Lampiran Laporan Surveilans Ketat
Laporan Surveians Ketat gigitan anjing/hewan lain pada KLB RABIES
aes ont ene rma amare reer camel ae
|
|
Puskesmas/RS
Puskesmas Kabupaten/Kota
‘Tanggal Laporan KLB/Mg :......... -/minggu 18
Tempat || Lokasi # Total
- Tinggal | Pekerjaan “ 18 —
i mp [wp [wb TM
4 | Desa A 0 0 b 2p 2 0
i Desa B 0 pb p pp 9
i Desac b 5 pb pb Bb 5 0
i Desa 2 pp hb a
i Desae 0 bb 10 o
t Total b zg b pb 0
po.
i
i
i
i
i
‘
Ea Rei Tahun 2017PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KL PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN.
Lampirar flowshart
FLOW CHART PENATALAKSANAAN KASUS GIGITAN
HEWAN TERSANGKA RABIES
| a cto [coats
Tinggi f Tinggi
t 1 1
sega aon | | saat Soot en
VAR dan SAR VAR: VAR dan SAR
—
[aspen] (Srancaom
a pr
Lanjtkan VaR. |_| S20 epeise
“pena
™ ca Ea [at
—i—
i
[~ ve ] EI Spine x]
tata | perks
Posi
1
| var
Lanjutkanoa SESE SSPE a aR RAS EG wh mea eeneneebs ee
,
|PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT HENULAR DAN KERACUNAN PANGAK]
ti
B. PENYAKIT ARBOVIROSIS
1, Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang ditularkan
oleh nyamuk aedes aeeypty. Penyakit DBD masih merupakan salah satu penyakit yang
menjadi masalah kesehatan di Indonesia, Hampir seluruh Kab/Kota di Indonesia endemis
terhadap penyakit ini. Sejak ditemukan pertama kali tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya,
saat ini penyebarannya semakin meluas mencapai_seluruh provinsi di Indonesia (34 provinsi).
Penyakit ini seringkali menimbulkan KLB dan menyebabkan_kematian.
- a. Gambaran
Manifestasi Klinis infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue (DD),
demam berdarah dengue (080), sindrom renjatan dengue (SRO) dan expanded dengue
sindrom (EDS).
Demam Dengue ialah demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti sakit
kepala, nyeri di belakang bola mata, pegal, nyeri sendi dan ruam. Hasil pemeriksaan
laboratorium biasanya lekopenia ( lekosit < 5.000/mm3), trombositopenia (trombosit £
150.000 mm3), dan peningkatan hematokrit 5-10 %,
: Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai panas tinggi
mendadak berlangsung selama 2 ~ 7 hari, tanpa sebab yang jelas kadang-kadang bifasik,
disertai timbulnya gejala tidak ada nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati
- dan tanda-tanda perdarahan berupa bintik merah dikulit (petekia}, mimisan, perdarahan
pada mukosa, perdarahan gusi atau hematoma pada daerah suntikan, melena dan hati
membengkak. Tanda perdarahan yang tidak tampak dapat diperiksa dengan melakukan tes
Torniquet (Rumple Lede). Bintik merah dikulit sebagai manifestasi pecahnya kapiler darah
dan disertai tanda-tanda kebocoran plasma yang dapat dilihat dari. pemeriksaan
taboratorium adanya peningkatan kadar hematokrit (hemokonsentrasi) dan/atau
hipoproteinemia (hipoalbuminemia) dan pemeriksaan radiologis adanya efusi pleura atau
ascites. Pada panas hari ke 3 ~ 5 merupakan fase kris dimana pada saat penurunan suhu
dapat terjadi sindrom syok dengue
Panas tinggi mendadak, perdarahan dengan trombositopenia(trombosit <
1100.000/mm3) dan hemokonsentrasi atau kenaikan hematokrit lebih dari 20 % cukup untuk
menegakkan diagnosis Klinis demam berdarah dengue. Banyak teori patogenesis namum
belum dapat dipahami sepenuhnya mengapa infeksi dengue pada seseorang dapat
menimbulkan gejala ringan sebaliknya pada yang lainnya menimbulkan syok. Teori yang
banyak dianut adalah teori infeksi sekunder dan adanya reaksi imunitas didalam tubuh
seorang penderita
Sindrom Renjatan Dengue (SRO) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat il! dan
1V dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan
: lemah, menyempitnya tekanan nadi (s 20 mmHg) atau hipotensi yane ditandai dengan kulit
. dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah sampai terjadi syok/renjatan berat (tidak
terabanya denyut nadi maupun tekanan darab).
- Expanded Dengue Syndrom (EDS) adalah demam dengue yang disertai manitestasi
klinis yang tidak biasa (unusual manifestation) vang ditandai dengan kegagalan organ berat
seperti hati, ginjal, tak dan jantung.
&. Etiologi
Virus dengue termasuk dalam famili flaviviridae. Terdapat 4 tive virus dengue
penyedab DBD yaitu Den-1, Oen-2, Den-3 dan Den-d, Di Indonesia yang terbanyak adalah
tipe virus Den-3.
©. Masa Inkubasi
Terdapat masa inkubasi ekstrinsik dan masa inkubasi intrinsik. Masa. inkubasi
ekstrinsik merupakan periode waktu perkembangbiakan virus dalam kelenjar tiur nyamuk
Edisi Revisi Tahun 2017 Gae& BEE" | peooman PENYELIOKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
sampai dapat menularkan pada manusia yang berkisar 8 ~ 10 hari. Masa inkubasi intrinsik
merupakan periode waktu perkembangbiaken virus di dalam tubuh manusia sejak masuk
sampat timbulya gejala penyakit yang berkisar 4 -6 hari
d. Sumber dan Cara Penularan
Sumber penularan penyakit adalah manusia dan nyamuk Aedes. Manusia tertular
‘melalui gigitan_nyamuk Aedes yang telah terinfeksi virus dengue, sebaliknya nyamuk terinfeksi
ketika menggigit manusia dalam stadium viremia. Viremia terjadi pada satu atau dua hari
sebelum awal munculnya gejala dan selama kurang lebih lima hari pertama sejak timbulnya
gejala. Terdapat 2 jenis vektor, yaitu Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Ae. aegypti merupakan
vektor utama
e. Pengobatan/ Tata laksana
Tatalaksana infeksi virus dengue dengan dibedakan menurut derajad berat ringanya
penyakit:
Pengobatan demam dengue adalah simtomatif dan suportif yaitu istirahat selama demam.
Pengobatan ditujukan untuk mencegah penderita masuk ke fase syok. Pertolongan pertama
yang dapat dilakukan adalah memberi minum sebanyak penderita mampu, memberi obat
Penurun panas golongan parasetamol, kompres dengan air hangat. Apabila penderita tidak
dapat minum atau muntah-muntah pasang infus cairan Ringer Laktat atau NaCl dan segera
rujuk ke Rumah Sakit.
Pengobatan demam berdarah dengue derajat | dan Il bersifat suportif dengan pemberian cairan
(Ringer Lactat/Asetat atau NaCl) dosis rumatan (maintenance) dan simptomatis dengan
analgetik antipiretik (parasetamol) disertai monitoring yang ketat tanda-tanda vital dan
kemungkinan terjadinya kebocoran plasma (hemokonsentrasi). Penderita dirawat di rumah
sakit bila terdapat kenaikan kadar hematokrit > 20%, disertal jumlah trombosit kurang dari
1100,000/mm3, atau menunjukkan tanda-tanda perdarahan spontan selain petekia,
f. Epidemiologi
Penyakit _Demam berdarah merupakan imasalah kesehatan dunia termasuk Indonesia
dan sering menyebabkan KLB diberbagai wilayah dengan jumiah kasus dan kematian yang cukup
tinggi. 080 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya
dengan total kasus sebanyak 58 kasus (Angka Kesakitan, Incidence rate (IR): 0,05 per 100,000
penduduk) dengan 24 kasus meninggal (Angka kematian, Case fatality rate (CFR) : 41,356)
Dengan meningkatnya sarana transportasi dan urbanisasi, saat ini kasus DBO ditemukan di
seluruh provinsi dan lebih dari 450 kabupaten/kota
Grafik perkembangan kasus DBD di indones
tah
1968-2016|
!
t
il
!
:
:
1
4
PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN, @
Po sce
%
8. Kejadian Luar Biasa
KLB DBO ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Permenkes No
1501/2010, yaitu bila ditemukan satu atau lebih kondisi berikut
1) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu (D8D) yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal pada suatu daerah,
2) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya,
3) Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu_menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan
dengan. angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu
yang sama,
Penanggulangan KLB DBD
Penanggulangan KL8 DBD diarahkan pada upaya mencegah kematian dan menekan
penyebaran kasus. Upaya pencegahan kematian dilaksanakan dengan penemuan dini kasus
yang diikuti dengan tatalaksana kasus yang benar, termasuk monitoring secara ketat
tethadap kemungkinan terjadinya kebocoran plasma berlebihan, Sementara upaya
Pencegahan diarahkan pada upaya pemutusan mata rantai penularan manusia-nyamuk-
manusia dengan pemberantasan sarang nyamuk, atau membunuh nyamuk dewasa
terinfeksi.
1) Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap laporan adanya penderita OBO,
terutama apabila_terjadi peningkatan kejadian atau adanya kematian akibat DBD.
Pada daerah yang selama beberapa waktu tidak pernah ditemukan kasus DBD, maka
adanya satu kasus OBD perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi
Disamping upaya penegakan diagnosis, penyelidikan epidemiologi ditujukan
pada penemuan kasus lain disekitar penderita, kasus indeks, serta sumber dan cara
penularan. Penyelidikan epidemiotogi juga ditujukan kepada identifikasi adanya nyamuk
enular DBD, tempat perindukan dan distribusinya.
Penyelidikan epidemiologi dapat menentukan kemungkinan peningkatan dan
penyebaran kasus DBD serta kesiapsiagaan penanggulangan KLB di Puskesmas, Rumah
Sakit, dan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, serta kemungkinan
peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini KLB DBD. KLB OBD dinyatakan telah berakhir
apabila selama 14 hari keadaan telah kembali kepada jumlah normal tanpe ada
kematian karena DBD atau DD.
2) Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
a) Pengertian
Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)* adalah upaya
penanggulangan yang meliputi: pengobatan/perawatan penderita, pemberantasan
vektor penular, penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi/ _penilaian
penanggulangan yang dilakukan di seluruh wilayah yang mengalami KLB.
Tujuan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa adalah membatasi penuleran/
penyebaran DBD, sehingga KLB yang terjadi di suatu wilayah tidak meluas ke wilayah
lainnya, (mengatasi KLB di wilayah sendiri dan membatasi kasus meluas}
b)
Langkah-langkah pelaksanaan penanggulangan KLB
Bila terjadi KL8/wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan
interval 1 minggu), PSN 3M plus , larvasidasi, penyuluhan di seluruh wilayah
terjangkit KLB, dan kegiatan penanggulangan lainnya yang diperlukan, seperti:
pembentukan posko pengobatan dan posko penangggulangan, penyelidikan KLB,
CisikeniTenn to? EEHESS" _peDOMAN PENYELIMAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta peningkatan kegiatan surveilans
kasus dan vektor, dan lain-lain,
1) Pengobatan dan Perawatan Penderita
Penderita DBD derajat 1 dan 2 dapat dirawat di puskesmas yang mempunyai
fasilitas perawatan, sedangkan DBD derajat 3 dan 4 harus segera dirujuk ke
Rumah Sakit.
2) Pemberantasan Vektor
Penyemprotan insehtisida (pengasapan / pengabutan}
Pelaksana > Petugas dinas Kesehatan kabupaten/ kota,
puskesmas, dan tenaga lain yang telah dilatih .
Lokasi Meliputi seluruh wilayah terjangkit
Sasaran Rumah dan tempat-tempat umum
Insektisida : Sesuai dengan dosis
lat hot fogger/mesin pengabut dan/atau ULV
Cara Fogging/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan interval
satu minggu
3) Pemberantasan sarang jentik/nyamuk (PSN 3Mplus)
Pelaksana_ : Masyarakat di lingkungan masing-masing, .
Lokesi Meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya yang
merupakan satu kesatuan epidemiologis .
Sasaran Semua tempat potensial bagi perindukkan nyamuk: tempat
penampungan airbarang bekas ( botol, pecahan gelas,ban bekas, dil) lubang
Pohon/tiang pagat/pelepah pisang, tempat minum burung, alas pot, dispenser,
tempat penampungan air di bawah kulkas, dibelakang kulkas dsb, di
rumah/bangunan dan tempat umum
Cara: Melakukan kegiatan PSN 3M plus.
*Menguras bak mandi
*Menutup tempat penampungan air
*Mendaur ulang barang-barang bekas
*Plus: upaya menghindari gigitan nyamuk
Contoh =
‘+ Menguras dan menyikat TPA (tempat penampungan air)
* Menutup TPA
+ Memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi TPA
‘atau membuangnya ke tempat pembuangan sampah tertutup
Pus:
‘* Menaburkan bubuk larvasida
+ Memelinara ikan pemakan jentik
‘+ Menanam pohon pengusir nyamuk (sereh, zodia, lavender, geranium, dil)
+ Memakai obat anti nyamuk (semprot, bakar maupun cles),
+ Menggunakan kelambu, pasang kawat kasa, dll.
+ Menggunakan cara ain disesuaikan dengan kearifan lokal
4) Larvasidasi :
Pelaksana Tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas
puskesmas/ dinas kesehatan kabupaten/kota
Lokasi Meliputi seluruh wilayah terjangkit :
Sasaran Tempat Penampungan Air (TPA) di rumah dan Tempat-
Tempat Umum (TTU)
Larvasida Sesuai dengan dosis
Cara Larvasidasi dilaksanakan diseluruh wilayah KLB
Tahun 2017|PEDOMAN PENVELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN! @
“ww
5) Penyuluhan
Penyuluhan dapat dilakukan oleh segenap tenaga_kesehatan yang
dikoordinasikan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
©) Evaluasi Pelaksanaan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Penilaian operasional ditujukan untuk mengetahui persentase (coverage)
pemberantasan vektor dari jumlsh yang direncanakan. Penilaian ini dilakukan
dengan melakukan kunjungan rumah secara acak dan wilayah-wilayah yang
direncanakan untuk pengabutan, larvasidasi dan penyuluhan. Pada kunjunga
tersebut dilakukan wawancara apakah rumah sudah dilakukan pengabutan,
larvasidasi dan pemeriksaan jentik serta penyuluhan.
g}
Evaluasi Hasil penanggulangan KLB
Penilaian ini ditujukan untuk mengetahui dampak upaya_penanggulangan
terhadap jumlah penderita dan kematian DBD. Penilaian epidemiologis dilakukan
dengan membandingkan data kasus/ kematian DBD sebelum dan sesudah
: Penanggulangan KLB. Data-data tersebut digambarkan dalam grafik arian,
mingguan atau bulanan, serta dibandingkan pula dengan keadaan tahun
sebelumnya pada periode yang sama. (dalam bentuk laporan}
patie
SRE AERA REA 8 ee Ea tm ore a ss seen wwe elie
i
ee ee tL
Gatatan + Setidak-tidaknya ditanyaken pada 25 penderita rawat jalan, rawat inap
atau ke rumah di lokasi KLB DBD-DD. Apabila terdapat keragu-raguan dapat
ditanyakan pada beberapa lokasi dan ditambahkan beberapa gejala lain yang
- dipertukanPEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN 8 PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
Lampiran 1
FORMPENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE
Tanggal Penyelidikan Pukul
IDENTITAS KEPALA KELUARGA,
1. Nama
2. Umur
3. Alamat
4. RT RW Kelurahan
5, Kecamatan :
6. Kab/Kota
7. Pekerjaan
8. Alamat pekerjaan :
9. Hubungan dengan penderita
(iis bila responden adalah orang-orang kontak)
Hubungan sedarah serumah (orang tua, anak, saudara, bukan saudara)
Hubungan tidak serumah (tetangga, terian kantor, teman sekolah, atau lainnya)
Sebutkan,
IDENTITAS PENDERITA
1 Nama
2. Umur /jenis kelamin ue
3. Pekerjaan/sekolah
4 AlamatPekerjaan/sekolah
RIWAYATPENYAKIT
1
2
3
4
Keluhan / gejala utama yang muncul
Kapan mulai muncul (tg! /jam)
‘Apa yang dilakukan saat timbul gejala pertama kali ? Sebutkan :
a
a
Gejala lain yang timbul
No. Gea Kapan Kondisi(baik/tetap/kurang)
2 |
Lal _______t — |
‘npakah saat sekarang ini sedang menderita sakitlain (yang sudah didiagnosa oleh
tenaga medis) ?
a.Ya b-Tidak
Bila Ya, sebutkan: .
Apakah ada anggota serumah juga menderita gejala serupa (tersangka DBO) ?
a. Ada b. Tidak
(Bila ada, fakukan pelacakan dengan form ini)
Revisi Tahun 2017i
|
t
i
i
i
i
q
i
| PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN!
SPESIMENDIPERIKSA
Sampel diperiksa
* Ambil darah dari ujung jari teteskan ke “paper disc” hingga penuh.
PEMERIKSAANJENTIK
t —
i sneer
| | |
No Tempat Pemeriksaan Jentik HasilPemeriksaan | ~__Keterangan
PENGOBATAN DAN KONDISI TERAKHIR
a} Perawatan yang diberikan
b.
d
b)_Keadaan penderita saat ini
2. Sembuh|
b. Meninggal, tanggal
< Tetap
cainenTonn707PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN,
Lampiran 2
Surveilans Ketat pada KLB Demam Berdarah
Formal Rawat
{alan/Rawat nap KL
pp.080
Pox PostesmasyRs
tenikota — _
| | Geiala
5
é §
2 g 5 3 5
| i : é i
el & 2 E 3 it
a) $ é |. zl.
g] els), ai z/ 3 Pare
S| — | ele], 1h) 65 g| 4] 215 Bee 8
e{ 2 (2{$ la je) sl | 4) 2] 2) bl fl ala |g is
ree ee Pe es ie a ea Pas w
| | {of } fo}
i
Catatan : data direkam setidak-tidaknya 2 minggu sebelum KLB sampai dengan 2 minggu
setelah seluruh wilayah Kabupaten/Kota dinyatakan tidak ada KLB
FEM &disi Revisi Tahun 20172
cement a ynnaeetsemenne scared ees
PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN.
DEMAM CHIK (CHIKUNGUNYA)
Chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak menyebabkan kematian dan dikuti
dengan adanya imunitas didalam tubuh penderita, tetapi serangan Kedua kalinya belum
diketahui, Penyakit ini cenderung menimbulkan kejadian luar biasa pada sebu2h wilayah,
a. Gambaran Klinis,
Demam chikungunya atau nama lainnya demam chik adalah suatu_penyakit
menular dengan gejala utama demam mendadak, nyeri pada persendian dan ruam
makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit yang kadang-kadang
disertai dengan gatal. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit
kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di
bagian leher, mual, muntah. Pada anak-anak sering tidak menampakkan gejala yang
khas. Pada beberapa penderita mengeluh nyeri di belakang bola mata dan bisa terihat
mata kemerahan dan mata berair
Demam tinggi, timbul mendadak disertai mengigil dan muka kemerahan. Demam
bisa bertahan selama 2-4 hari. Pada anak dapat timbul kejang demam, kadang:kadang
disertai penurunan kesadaran. Kejang demam tersebut bukan akibat langsung dari
infeksi virus, terbukti dari pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan
kelainan biokimia dan kelainan jumlah sel
Nyeri sendi biasanya terlokalisir pada sendi besar, terutama sendi lutut dan
tulang belakang, tetapi bisa juga terjadi pada beberapa sendi kecit terutama send
pergelangan kaki, pergelangan tangan, jari kak’ dan jeri tangan. Sendi yang nyert tidak
bengkak, tetapi teraba lebih lunak. Pada _pemeriksaan sendi tidak terlihat tanda-tanda
Pengumpulan cairan send. Nyeri sendi sering merupakan keluhan pertama sebelum
keluhan demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang-kadang penderita
memerlukan "kursi roda” saat berobat ke fasilitas Kesehatan. Pada posisi berbaring
biasanya pencerita miring dengan lutut menekuk dan berusaha membatasi gerakan
Nyeri sendi terutama banyak dialami oleh wanita dewasa
Nyeri otot bisa terjadi pada seluruh otot atau hanya pada otet daerah kepala dan
bahu. Kadang- kadang terjadi pembengkakan otot sekitar mata kaki. Sakit kepala sering
terjadi, tetapi tidak terialu berat. Ruam di kulit bisa terjadi pada muka, badan, tangan,
dan kaki, tetapi bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papular. Ruam mulai
timbul 1-10 hari setelah nyeri sendi, Ruam bertahan 7-10 hari, diikuti dengan deskuamasi
kulit. Kadang-kadang ditemukan perdarahan pada gusi. Di India, ditemukan perdarahan
usi pada S anak di antara 70 anak yang diobservasi
b. Etiologi
‘Agent (virus penyebab) adalah virus chikungunya, genus alphavirus atau “group
A” antrophod- borne viruses (alphavirus), famili Togaviridae. Virus ini telah berhasil
dlisolasi di berbagai daerah diindonesia
Vektor utama penyakit ini sama dengan penyakit Demam Berdarah Dengue, yaitu
nyamuk Aedes sp. Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu
penelitan lebih tanjut.
Masa inkubasi
Masa inkubasi antara 2-12 hari, tetapi pada umumnya 3-7 hari
d. Sumber dan Cara Penularan
Penularan demam chik terjadi apabila penderita yang sakit (dalam keadaan
viremia) digigit oleh nyamuk penular Aedes sp, kemudian nyamuk tersebut menggigit
orang lain. Biasanya penularan terjadi dalam satu rumah, tetangga, dan dengan cepat
menyebar ke satu wilayah ( RT/RW/ dusun/desa).
er 7 |EEE” _pEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
e. Pengobatan
Pengobatan bersifat simptomatis menurunkan demam dan mengurangi rasa nyeri
dengan obat analgetik-antipiretik, beristirahat selama demam dan nyeri sendi akut.
Makanan seperti biasa, tidak ada pantangan.
{ Epidemiologi
Penyebaran penyakit chikungunya di indonesia terjadi pada daerah endemis
penyakit demam berdarah dengue. KLB sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan
Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan kejadian
penyakit chikungunya. Berdasarkan data yang ada chikungunya lebih sering terjadi
didaerah sub urban.
KLB chikungunya sering terjadi, antara lain di Tanzania pada tahun 1952, Uganda
tahun 1963, Sinegal tahun 1967, 1975 dan 1983, Angola tahun 1972, Afrika Selatan tahun
1976, Zaire dan Zambia di Afrika Tengah pada tahun 1978-1979, Pada tahun 1950 mulai
menyebar ke wilayah Asia yaitu India, Filipina, Thailand, Myanmar, Vietnam.
Kejadian Ivar biasa pernah terjadi di Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh
(2000). Pada tahun 2010 KL8 Chikungunya terjadi di NAD, Sumatera Selatan, Babel,
Lampung, Banten, OKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogya, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Setatan, Kalimantan Timur, Sulswesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Ball
Saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia potensial untuk timbulnya KLB chikungunya.
8 Kejadian Luar Biasa
Definisi Operasional KLB Chikungunya adalah ditemukan lebih dari satu penderita
Chikungunya di suatu desa/kelurahan yang sebelumnya tidak pernah ditemukan
penderita. (Pedoman Pengendalian Chikungunya, Kemkes, 2007)
Penanggulangan KLB Demam Chik terutama diarahkan pada upaya pemutusan
mata rantai penularan kasus-nyamuk-orang sehat. Pengobatan bersifat simptomatis.
Upaya pencegahan terutama diarahkan pada pencegahan terjadinya KLB di daerah
berbatasan atau penyebaran daerah yang mempunyai frekuensi transprtasi yang tinggi
Penyelidikan epidemiolog! dilakukan terhadap dugzan penderita demam chik,
terutama apabila_memilki gejala demam mendadak, nyeri sendi, dan ruam. Adanya KLB
demam chik sering rancu dengan adanya KLB demam dengue, demam berdarah
dengue, dan campak, oleh karena itu disamping distribusi gejala dan tanda-tanda dari
sekelompok penderita yang dicurigai, diagnosis dapat didukung pemeriksaan serologis
dengan metode Elisa atau Rapid Diagnostic Test (RDT) pada sebagian penderita. Secara
operasional sebaiknya hanya diambil pada 10-25 penderita dengan gejala demam
mendadak, nyeri sendi dan ruam.
Tatacara pengambilan dan pengiriman spesimen demam chik adalah sebagai berikut
3} Sampel adalah serum darah sebanyak 5-7 cc yang diambil dari penderita akut.
2), Sampel disimpan dan dikirim selalu berada pada suhu 4-8 °C, sehingga pengiriman
hharus menggunakan termos dingin. Identitas dan data pendukung perlu dilampirkan
dengan cermat berupa nama penderita, tanggal mulai sakit, tanggal pengambilan
spesimen, umur, jenis kelamin, alamat dan gejata gejala yang timbul (demam, nyeri
sendi, ruam, mimisan, batuk darah, berak darah, dan syok) serta nama, alamat,
telepon dan faksimili pengirim spesimen
3}. Pemeriksaan dapat dilakukan di Bagian Virologi, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan, JI. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat atau di
Laboratorium Kesehatan Daerah yang telah mampu melakukan pemeriksaan
44) _Hasil pemeriksaan laboratorium dikirimkan kepada pengirim.
HEE cas tora nnzn7PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN!
cece sacle nr
Laporan penyeiidikan epidemiologi sebaiknya dapat menjelaskan
1) Diagnosis kLB,
2) Penyebaran kasus menurut waktu (minggu), wilayah geografi (RT/RW, desa dan
Kecamatan), umur dan faktor lainnya yang diperlukan, misalaya sekotah, tempat Kerja
ddan sebagainya
3) Gambaran besar masalah keberadaan nyamuk dan jentik Aedes
4) Status KLB pada saat penyelidikan epidemioiogi dilaksanakan serta perkiraan
peningkatan dan penyebaran KLB.
5) Faktor-faktorrisiko lain yang berkontribusi terhadap timbulnya KLB
. 6} Rencana upaya penanggulangannya.
2) Upaya Penanggulangan
Penanggulangan KLB dilaksanakan terhadap 3 kegiatan utama, penyelidikan
KLB, upaya pengobatan dan upaya pencegahan KLB serta penegakan sistem
surveilans ketat selama periode KLB.
Demam chik belum ditemukan obat, tetapi dapat sembuh sendiri sehingga
engobatan bersifat simptomatis dengan pemberian obat penurun panas dan
mengurangi nyeri, dan beristirahat selama fase akut, serta pada umumnya tidak
. memerlukan perawatan di rumah sakit.
Untuk memutus mata rantai penularan kasus-nyamuk-orang lain perlu dilakukan
tindakan sama dengan upaya pemberantasan KL8 OBD yaitu, gerakan
: pemberantasan sarang nyamuk, pemberian larvasida, memelihara ikan pemakan
jentik, periindungan diri menggunakan repelen, obat nyamuk bakar dan
sejenisnya, penggunaan kelamu sertaisolasi penderita agar tidak digigit nyamuk
Pada daerah KLB dapat dilakukan pengasapan {fogging} untuk membunuh nyamuk
dewasa terinfeksi yang dilakukan pada wilayah KLB sebanyak 2 kali pengasapan
dengan interval satu minggu
b) Surveilans ketat pada KLB
Perkembangan kasus dan kematian setiap hari disampaikan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota, Dilakukan analisis mingguan terhadap perkembangan kasus dan
kematian,
b. Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Pemantauan kemungkinan terjadinya KLB demam chik dilaksanakan oleh setiap unit
pelayanan kesehatan dan masyarakat, baik terhadap penderita maupun pemantauan jentik
berkala. Intensifikasi pemantauan kemungkinan terjadinya KLB demam chik ini sangat
bergantung pada adanya peringatan kewaspadaan KLB yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan.
SKD-KLB demam chik oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
: Provinsi dan Kementerian Kesehatan terutama berdasarkan data dan informasi adanya
peningkatan serangan KLB deméa chik yang diperoleh dari laporan. Adanya peningkatan
frekuensi serangan KL8 demam chik disuatu wilayah mendorong Dinas Kesehatan
. Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi. dan Departemen Kesehatan untuk
mengeluarkan edaran peringatan kewaspadaan KLB demam chik agar semua unit kesehatan
dan masyarakat meningkatkan kewaspadaan, terutama melakukan upaya- upaya
pencegahan yang memadai
SKD-KLB_demam chik juga berdasarkan data curah hujan serta perkembangan
nyamuk melalui pemantauan jentik berkata. Pemantauan jentik berkala sebaiknya wajib
dilaksanakan di tempat-tempat umum, seperti sekolah, masjid, pasar, gedung pertemuan,
dan sebagainya. SKD-KL8 demam chik dilaksanakan bersamaan dengan SKD-KLB DBD,
Lampiran 1
i
j
|
i
|
i
|
|
i
i
|
cannes Taonto7PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
FORM PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM CHIKUNGUNYA,
{Pendataan Kasus Rawat Jalan/inap}
Tanggal Penyelidikan Pokal
Puskesmas/RS.
uskesmas
Kabupaten/Kota
ne eens To
PT gn ay
rarest | sae tgumse for | |g | te ol clus awa
bert torn | | Sf come B] gpm [se | ee
| ale pleldled| “
| alt Ela] E/2E
— - Eley e E|
| |
|
f
ee a ee ee
Lampiran 2
Formuli PenyelidikanKL8 Demam Chik Gambaran EpidemiologiNtenurut
toes
pusesmas/RS
Puskesmas
Kabupaten/Kota
TangealPenyetikan KB
tok Populasi | Kasus | Meninggal ‘AR/100 cr/100 |
Desa 7500 3 3 a o]
Desa 500 ° 3
Desa C 1.000 5 oO }
Deve 3.500 5 a)
Desa E 900 ~ oO 0
Total 5400 30 tS o |
‘AR odaiah attack rate per 100 populasi pada periode KLB CFR adalah asus
‘meninggal per 100 kasus
Ea Edisi Revisi Tahun 2017 ~BE
PEDOMAN PENYELIDIKAN OAN PENANGGULANGAN KLS PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN}
-ampiran 2
Formulir Penyeli
Puskesmas/Rs
Puskesmas
Kabupaten/Kota
Tanggal Penyetidikan KLB
ikan KLB Demam Chik Gambaran Epidemiologi Menurut Umur
‘Umur [__Populasi | Kasus | Meninggal | AR/100 ‘CFR/100
foam I
[rath
Siath {
2isth t
[feet
‘Ait adaioh attack rate per 100 populesi pada periode KIB
CFRadolah kasus meninggal per 100 kosus
Lampiran 3
Formulir Penyelidikan KLB Demam Chik
Pendataan Nyamuk, Jentik dan Tempat Perindukan Jentik (TP)
Puskesmas/RS
Puskesmas
Kabupaten/Kota
‘Tanggal Penyelidikan KL8
Lokasi Imlkasus | Jml. TP Tami. (+) | Keterangan
Donne 1
Asrama [ |
Pasar T
| Desa.
Lampiran 4
Format Laporan Penyelidikan KLB Demam Chik
1, TimPenyelidikan KLB
Nama : Gelar
. Tempat Tugas : Jabatan
2. Tanggal Penyelidikan KLB :
3. Distribusi Gejala (setidak-tidaknya ditanyakan kepada 10 - 25 penderita yang dicurigai
: yang dipilih secara acak pada waktu berobat), kasus meninggal dan hasil pemeriksaan
laboratorium,
Gejala/Tanda Kasus Juml Prosentase
[Demam
Ruam
| NyeriSengi
: Perdarahan
Meninggal
Serologs {
4. Kurva Epldemi KIB Demam Chik menurut tanggal mulal saKit atau tanggal berabat kasus
dengan gejalademam dengan ruam.
! ‘ Edisi Revisi Tahun 2017| PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
5. Gambaran Epidemiologi Menurut Wilayah dan Umur
Gambaran epidemiologi meliputi wilayah kejadian, kelompok umur dan gambaran
faktor risiko nyamuk Aedes sp. di lokasi kejadian yang dicurigal
6. Upaya Penanggulangan KL
a) Upaya Pelayanan Pengobatan dan Rujukan
b) Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk
©) Upaya Penunjang|ainya
d)_ Penyelenggaraan Surveilans pada periode KL8
7. Kesimpulan
a} Penetapan adanya KLB
by Diagnosis KLB
¢) Waktu mulai terjadinya KLB
4) Gambaran epidemiologi dan keadaan pada saat penyelidikan yang meliputi
kecenderungan dan kemungkinan penyebaran (buat grafik dan mapping)
) Upaya Penanggulangan KLB
#) Rencana upaya penanggulangan, termasuk rencana penyelenggaraan surve
epidemiologi_ dan upaya pencegahan terjadinya KLB di daerah lain,
‘Swanger Boge 2008
Magu 18 anon 18 Marae 16
Tp BH
Gai Reva Tan 207Lampirans
: Laporan Surveilans Ketat pada KB Demam Chik
Puskesmas/RS_
- Puskesmas
Kabupaten/Kota vs
‘Tanggal Laporan KLB/Mg Jminggu 18
: Format laporan _ .
Minggu Kejadian ]
Lokast': | Poputest . Tere fan | cer
ia ao Pp [M|? [M|P [mM|P[M|P [M |
‘Desa A a |
Desa’
' Desa ~~ ~
. Desa [ - -
Desa E T _
Total ~ I 1
i Contoh penfsan format laporan
Minggu Kejadian
asta Wi pepun re ef ak | oe
i > Tm [Ppa me [ape pm
Pasa tise Too foto oz for toler te
i dees” |500yo-[o [oo ojo [ojo fo 0
i Desac [1000 _[o-[o [o fo 0 [30}0 [ss [0 /ss[o
i Oesad 15002 |o [@ |o 0 [@fo |7}e [sa lo
i bast [slo foe pe tote fe fe testo
Total 5400 2 [0 [8 fo [20/0 [32]o 37 [0 [is fo
Analisis Singkat Perkembangan KLB dan Kecenderungannya
Upaya Penanggulangan KL8
Perencanaan Upaya Penanggulangan KLB
Edisi Revisi Tahun 2017PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGU! ANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
oo SEMAM KUNING (YELLOW FEVER)
Bemam Kuning (Yellow Fever! adalah nenwakit gdemam nemoragik sires akut yong
itularkan oleh ayamuk yang teniniekst “irus “emam Kuring/ Yellow Fever” Istigh
~engacu pada gejala ikterus vang muncul oada beberapa pasien
a. Sambaran Klinis,
Semam kuning ditandai berbagar manitestast klinis muiai dart ringan sampai berat
Semam Kuning paoa manusia memiliki karakteristk sebagai berikut:
1), Fase akut ; beriangsung selama 4-$ nari dengan manitestasi
‘Demammendadak
Sakit kepaia atau sakit punggung
Nyeri otot
+ Mual
Muntah
= Mata merah (injeksio konjungtiva).
Pada fase ini demam kuning biasanya sulit dibedakan dengan penyakit lain dengan
manifestasi klinis yang sama,
2), Fase beracun (toxic phase); terjadi pada 15% kasus, yang ditunjukkan dengan tanda dan
ejata berikut
1) tkterus
2) Urine berwarna gelap
3) Produksi urin menurun (oliguria)
4) Perdarahan dari hidung, gusi atau pada tinja (melena)
5) Muntah darah (hematemesis)
6) Cegukan (hiccups)
7) Diare
8) Denyut nadi melambat dalam hubungannya dengan demam
Tidak ada pengobatan khusus untuk demam kuning. Pada fase toksik, dukungan
Pengobatan dilakukan untuk mengobati dehidrasi dan demam, Dalam kasus yang parah,
kematian dapat terjadi antara hari ke-10 ke-14 setelah onset (saat gejala pertama pertama
kali muncul).
Demam kuning sulit untuk didiagnosis pada tahep awal. Hal ini disebabkan
gejalenya sulit dibedakan dengan malaria berat, demam berdarah dengue, leptospirosis,
virus hepatitis (terutama bentuk fulminan hepatitis B dan D), demam berdarah lain
(Bolivia, Argentina, Venezuela dan demam berdarah flavivirus lain seperti West Nile, Zika,
dan lain-lain) den penyakit lainnya, serta keracunan.
Tes darah dapat mendeteksi antibodi demam kuning yang dihasikan sebagai
respons terhadap infeksi. Berdasarkan pedoman WHO, spesimen untuk pemeriksaan
penyakit virus Demam Kuning adalah spesimen serum. Pengambilan spesimen dilakukan
oleh petugas laboratorium yang terampil dn berpengalaman atau sudah dilatih sesuai
dengan kondisi dan situasi setempat.
b. Etiologi
Virus demam kuning merupakan arbovirus dari genus flavivirus, dan nyamuk
Aedes sp.
adalah vektor utama. Nyamuk ini membawa virus dari satu host ke yang lain,
terutama antara Kera, dari Kera ke manusia, dan dari manusia ke manusia. Manusia dan
Kera merupakan hospes utama.
Masa inkubasi
Pada manusia, demam kuning ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi virus demam kuning dengan masa inkubasi berkisar antara 3-6 hari. Virus dalam
darah penderita sudah dapat bersifat infektif terhadap nyamuk sejak sebelum penderita
demam sampai hari ke-3 atau 4 setelah onset.PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN af s
scereceacdoacbae
i
Pada vektor nyamuk, hal yang periu diperhatikan dalam pengendalian penyakit
‘adalah masa inkubasi ekstrinsik, yaitu waktu yang diperlukan virus di dalem tubuh nyamuk
untuk dapat menimbulkan penyakit pada manusia sejak virus masuk ke tubuh nyamuk.
‘Masa inkubasi ekstrinsik demam kuning umumnya berkisar antara 9-12 hari pada
temperatur daerah tropis. Pada umumnya, jika sudah terinfeksi virus ini, maka virus akan
terus berada di tubuh nyamuk hingga nyamuk mati
: 4. Sumber & Cara Penularan
Penularan demam kuning terdiri dari tiga jentssiklus, yaitu
a 1). Tipe Sylvatic (Jungle YF)
i 2) Nyamuk menggigit monyet terinfeksi virus demam kuning
b) Kemudian nyamuk ini biasanya akan menggigit monyet lain atau manusia yang
masuk ke hutan
}_Terjadi di hutan hujan tropis
2) Tipe intermediate
a) Virus dapat ditularkan dari monyet ke manusia atau dari manusia ke manusia
melalui nyamuk
: b) Tipe ini paling sering terjaci di Afrika
3) Tipe Perkotaan
a) Penularan virus antar manusia melalui nyamuk, terutama Aedes aegypti
. b)Jenis transmisi ini sangat rentan menyebabkan epidemi penyakit demam kuning
dalam area yang lebih luas.
Umumnya tipe penularan mengikuti Kondisi geografis setempat atau sesuai zona
penularan,
1) Zona endemis merupakan area dimana terdapat virus demam kuning yang terus
menerus ada. Zona ini termasuk area hutan yang merupakan tempat sirkulasi virus
demam kuning pada nyamuk dan monyet atau simpanse
2). Zona intermediate atau emergensi adalah area di luar zona endemis yang di dalamnya
terdapat aktiftas Kehidupan manusia seperti desa, perkebunan dan area
enggembalaan. Situasi ini meningkatkan potensi penularan dari manusia ke manusia
melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi di wilayah area endemis. Virus tetap tinggal
dalam telur nyamuk sepanjang musim kering dan aktif kembali di musim_hujan.
Manusia yang bekerja atau tinggal di ladang atau savana dapat terinfeksi ketika digit
oleh nyamuk yang terinfeks.
3) Zona risiko tinggi adalah area dimana terdapat potensi epidemi karena manusia
terinfeksi demam kuning setelah digigit oleh nyamuk Aedes Aegyoti. Akibatnye nyamuk
menjadi vektor virus demam kuning. Nyamuk menyebarkan demam kuning ketika
‘menggigit manusia yang belum terinfeksi
e. Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk demam kuning, hanya perawatan suportif
. untuk mengobati dehidrasi dan demam. Infeksi sekunder bakteri dapat diobati dengan
antibiotik. Perawatan suportif dapat meningkatkan hasil terapi.
4
4. 1. Epidemiologi
1 Hampir 50% dari orang-orang yang terinfeksi tanpa pengobatan akan mati karena
' demam kuning. Setiap tahun diperkirakan terjadi 200.000 kasus demam kuning di
4 seluruh dunia, dengan 30.000 kematian
i Iumiah asus deram tuning telah rneingat slama cua detade terakir Karena
" populasi yang kebal terhadap infeksi menurun, penggundulan hutan, perpindahan
penduduk, dan perubahan iklim.
Menurut WHO (sampai dengan Mei 2016), terdapat 47 negara endemik demamaP BEBE" _pcoomaN PENVELIOICAN DAN PENANGGULANGAN KLE PERYAKIT MENULAR OAN KERACUNAN PANGAN
kuning, Afrika (34 negara) dan Amerika Latin (13 negara}.
Sampai dengan 2 Februari 2017 tercatat sebanyak 901 kasus (151 konfirmasi, 42
discard, dan 709 suspek) dengan 143 kematian (54 konfirmasi, 3 discard, 86 suspek) yang
diduga terkait demam kuning.
Kementerian Kesehatan Brazil melaporkan bahwa KL8 demam kuning yang saat ini
sedang terjadi berawal dari Desember 2016. Di Brazil, sejak awal wabah pada bulan
Desember 2016 sempai ringgu epidemiologi ke-6 tahun 2017, dilaporkan jumlah kasus
demam kuning sebanyak 1.336 kasus (292 dikonfirmasi, 124 discarded, dan 920 kasus
suspek dalam investigasi), termasuk 215 kematian (101 dikonfirmasi, § discarded, dan 109
dalam penyeliikan). Tingkat fatalitas kasus (CFR) adalah 35% di antara kasus yang
dikonfirmasi dan 12% di antara kasus suspek.
Sampai saat ini belum pernah dilaporkan keberadzan kasus demam kuning dan
risiko penularan ke Indonesia pada situasi sekarang tergolong rendah mengingat transmis
di daerah terjangkit masih terbatas pada transmisi sylvan, namun upaya antisipasi dan
kewaspadaan harus sudah dilaksanakan.
Penemuan satu kasus demam kuning sudah dinyatakan sebagai Kejadian Luar
Biasa (KLB). Kasus demam kuning harus dilaporkan kepade institusi kesehatan setempat
secara berjenjang menggunakan formulir W1
Selanjutnya dilakukan tindakan
4) Isolasi. Kewaspadaan universal terhadap darah dan cairan tubuh paling sedikit
sampei dengan 5 hari setelah sakit, penderita yang sedang dirawat agar dihindari
terhadap gigitan nyamuk. Ruang perawatan agar dipasangi kasa nyamuk, tempat
tidur dipasanei kelambu, ruangan disemprot dengan insektisida dengan efek
residual
2) Rumah penderita dan rumah di sekitar penderita disemprot dengan insektisida yang
efektif.
3) _Imunisasi terhadap kontak. Keluarga dan mereka yang kontak dengan penderita yang
sebelumnya belum pernah diimunisasi agar diberikan imunisasi
4) Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi. Lakukan penyelidikan semua
tempat, termasuk daerah berhutan yang dikunjungi oleh penderita 3~ 6 hari sebelum
mereka sakit. Tempat-tempat tersebut dianggap sebagai fokus penularan, awasi
semua orang yang berkunjung ke daerah tersebut. Cari tempat-tempat yang
pernah dikunjungi oleh penderita dan tempat mereka bekerja beberapa hari
sebelum mereka sakit. Lakukan penyemprotan terhadap tempat-tempat tersebut
dengan insektisida yang efektif untuk mencegah penularan. Lakukan investigasi
terhadap mereka yang menderita demam walaupun ringan dan orang-orang yang
meninggal dengan sebab yang tidak jelas terhadap kemungkinan bahwa orang
tersebut menderita demam kuning.
Orang yang akan pergi ke Negara yang dinyatakan terinfeksi demam kuning
harus mendapatkan vaksinasi untuk pencegahan. Setiap Negara berhak menolak
kedatangan orang dari Negara terjangkit yang tidak dilengkapi dengan bukti vaksinasi
(international Certificate of Vaccination / ICV}.
h. Sistem Kewaspadaan Dini
Sistem kewaspadaan dini terutama dilakukan di pintu-pintu masuk Negara dengan
memastikan setiap orang yang datang dari Negara terjangkit telah memiliki kekebalan
terhadap penyakit demam kuning yang dibuktikan dengan ICV. Dinas Kesehatan
kabupaten/kota_ melakukan kewaspadaan berdasarkan laporan dari sarana_pelayanan
Kesehatan (puskesmas, RS, Klinik swasta, dan lain-tain} dan masyarakat,
BE castes tiv —vee meacvaabebane en
4, JAPANESE ENCEPHALITIS.
Japanese Encephalitis merupakan penyakit virus yang penyebarannya berkaitan
erat dengan keadaan lingkungan. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia,
dari Asia Timur yaitu Jepang dan Korea, Asia Selatan seperti India dan Srilangka, serta Asia
Tenggara termasuk seluruh kepulavan Indonesia, bahkan sampai ke negara bagian
Northern Territory di Australia. Penyakit JE termasuk Arbovirosis (arthropod borne viral
- disease) yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh Artropoda. Dalam
perjalanan penyakit Arbovirosis diperlukan reservoar (sumber infeksi) dan vektor.
Sebagai vektor penyebar virus JE adalah nyamuk yang biasa ditemukan di sekitar
- rumah, antara Iain Culex tritaeneorhynchus, Cx. quinquifasciatus dan lain-lain. Nyamuk Culex
merupakan jenis nyamuk antropazoofilik yang tidak hanya menghisap darah binatang tapi
juga darah manusia, karena itulah melalui gigitan nyamuk Culex dapat terjadi penularan
JE dari hewan ke manusia. Manusia merupakan dead end host untuk JE, artinya manusia
tidak akan menjadi sumber penularan penyakit ini bagi mahluk lain. Nyamuk ini urmumnya
menggigit pada sore dan malam hari. Daerah persawahan, yang terutama pada musim
tanam selalu digenangi air, diduga berpengaruh pada endemisitas JE. Di daerah urban
nyamuk ini dengan mudah ditemukan di selokan dan air tergenang. Selain itu, pada
: musim hujan populasi nyamuk akan meningkat, sehingga menyebabkan peningkatan
penularan penyakit.
i Selain nyamuk yang berperan pada penyebaran penyakit JE, terjadinya infeksi JE
pada manusia diperiukan hewan lain sebagal host (pejamu) tempat berkembangbiaknya
Virus sebelum masuk ke dalam tubuh manusia. Babi sebagai salah satu hewan pejamu
virus JE merupakan amplifier terbaik bagi perkembangbiakan virus JE, meskipun banyak
jenis hewan tain yang dapat menjadi pejamu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya
antibodi terhadap JE pada burung air, sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, anjing, kucing,
maupun unggas.
JE dapat menyerang manusia pada semua umur, namun angka kejadian pada anak
lebih tinggi daripada dewasa. Di Thailand, Taiwan, demikian pula di Indonesia (Denpasar),
i proporsi umur terbanyak penderita, masing-masing antara 5-9, 2-5, dan 2-3 tahun.
i Pemberian vaksinasi J pada anak sekolah di lepang, telah menyebabkan pergeseran usia
penderita JE dari anak ke dewasa
1
1
2. camberan
Marites ins apanese encephalitis dapat beri
| 1) Encephalitis fatal, diawali dengan viremia diikuti perkembangbiakan virus ekstra dan
| ina neural yngcepat yang mengaibationKemation sel tak
| 2) Encephalitis subklinis, didahului viremia ringan, infeksi otak lambat dan kerusakan
ringan dari sel otak
- 3) Infeksi asimtomatik, hampir tidak ditemui_ viremia, replikasi_ virus di
ekstraneural sangat terbatasnya, tidak ada neuroinvasl.
4). Infeksi persisten,
Sekuele
Sekuele atau gejala sisa ditemukan pada 50-70 % kasus, umumnya pada anak usia di
- bawah 10 tahun. Pada bayi gejala sisa akan lebih berat. Kekerapan terjadinya sekuele
4 berhubungan langsung dengan beratnya penyakit
Sekuele dapat berupa gangguan
' 1) Sistem motorik (Motorik halus, Kelumpuhan, gerakan abnormal)
2} Perilaku (Agresif, Emosi tak terkontrol, Gangguan perhatian, Depresi)
1 3) Intelektual (Abnormal, Retardasi)
4) _Fungsi neurologi lain (Gangguan ingatan/memor, afasia ekspresif,epilepsi, paralisis saraf
kranial, kebutaan)
Ea Rei Tahun 2017PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MEX
b. Etiologi
Virus JE termasuk Arbovirus group 8, dari genus Flavivirus dan familia Flaviviridea
Virus ini relatif labil terhadap suhu yang tinggi, rentan terhadap berbagai pengaruh.
desinfektan, deterjen, pelarut leak, dan enzim proteolitik. infektivitasnya paling stabil
pada pH 7-9, namun dapat dilemahkan oleh radiasi elektromagnetik, eter, dan natrium
deoksikolat
Seperti virus lainnya, virus JE berkembang biak dalam sel hidup, yaitu di dalam
sitoplasma. Masa viremia yang pendek menyebabkan sulit mengisolasi virus dari darah
pasien, sementara untuk mengisolasi virus dari otak (organ yang terinfeksi virus) pada
‘otopsi sult dilakukan karena alasan budaya,
¢. Masa Inkubast
Masa inkubasi JE bervariasi antara 4-14 hari, diikuti perjalanan penyakit melalui
4 stadium Klinis, yaitu:
1) Stadium prodromal : 2-3 hari
2) Stadium akut : 3-4 hari
3) Stadium sub akut : 7-10 hari
4) Stadium konvalesen : 4-7 minggu
1) Stadium Prodromat
Pada stadium prodromal keluhan berupa nyeri kepala hebat yang tidak
dapat hilang dengan pemberian analgetik, gangguan pernapasan, anoreksia, mual,
nyeri perut, muntah, diare, dan gangguan sensorik, termasuk episode-episode
psikotik. Seorang pasien JE mungkin hanya mengalami demam ringan atau gangguan
pernapasan ringan (Flu ike syndrom)
2) Stadium Akut
Stadium akut ditandai dengan demam tinggi yang tidak turun dengan pemberian
antipiretik. Apabila selaput otak telah terinfeksi dan membengkak maka pasien akan
merasakan nyeri dan kekakuan pada leher. Pasien menunjukkan gejata peningkatan
tekanan intra kranial, yaitu berupa penurunan kesadaran, kejang, kelemahan otot-otot,
‘gangguan Keseimbangan dar, Koordinasi, kekskuan pada wajah (wajah topene), dan
tremor.
Tanda klinis yang agak khas pada JE adalah terjadinya perubahan gejala susunan
saraf pusat yang cepat, misalnya hiper-refleksi diikuti dengan hiporefieksi. Status
mental pasien dapat bervariasi dari konfulsi, delirium, disorientasi, sedangkan
kesadaran dapat menurun dari somnolen sampai koma. Bisa juga disertai oligouria,
diare, dan bradikardiarelatif.
Pada stadium i: pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan leukositosis
yang pada awalnya didominasi sel polimorfonuklear, tetapi setelah beberapa hari
menjadi limfositosis. Pada pemeriksaan urin menunjukan adanya albuminuria. Apabila
pasien dapat melalui stadium ini, make demam akan turun pada hari ke-7 dan gejala
menghilang pada hari ke-14. Namuun bila demam tetap tinggi maka gejala memburuk,
Pada kasus fatal perjalanan penyakit berlangsung cepat, pasien mengalami koma, dan
diakhiri dengan kematian
3)
Stadium Subakut
Gejala gangguan susunan saraf pusat berkurang, tapi terdapat komplikasi
berupa pneumonia ortostatik, dekubitus dan infeksi saluran kemih, sebagai akibat
dari perawatan lama dan pemasangan kateter urin. Gangguan fungsi saraf dapat
menetap, seperti paralisis spastik, hipertrofi otot, fasikulasi, gangguan saraf cranial,
dan gangguan jaras ekstrapiramidal
Fai Ret Tan 207cath che
i
|
ji
'
IPEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN]
y
4) Stadium Konvalesens
Ditandai dengan kelemahan, letargi, gangguan koordinasi, tremor dan
neurosis, kadang disertai_penurunan berat badan. Stadium ini bisa berlangsung lama,
|. Sumber dan Cara Penularan
Sebagai penyebab zoonosis, kehidupan virus JE memerlukan hewan vertebrata
seperti babi sebagai reservoir dan nyamuk Culex sebagai vektorya, sehingga siklus
kehidupan virus dapat berlangsung terus seperti skema pada Gambar 3. Infeksi pada
manusia timbul secara kebetulan terutama pada orang yang tinggal dekat dengan
reservoir dan vektornya cukup banyak, misalnya di area peternakan dan daerah pedesean,
Siklus penularan JE dapat terjadi antara sesama babi, unggas atau hewan besar
lainnya, serta dari, unggas atau hewan besar lainnya kepada manusia, keduanya dengan
perantaraan vektor. Penularan JE pada manusia terjadi melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi, terutama nyamuk Culex karena nyamuk ini dapat hidup mulai dari ketinggian 0-
1.300 m di atas laut.
Reproduksi virus JE terjadi dalam tubuh hewan reservoir seperti babi yang
merupakan amplifier terbaik. Bila darah babi yang mengandung virus tersebut dihisap oleh
vektor nyamuk, maka nyamuk tersebut akan menyebarkan virus melalui gigitannya pada
manusia atau hewan lain.
ree tees as ATE tare
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat menghentikan atau memperiambat perjalanan
penyakit JE, tetapi bisa dicegah dengan vaksin JE. Pengobatan dilakukan secara simtomatik
dan suportif. Cairan diberikan untuk mengatasi dehidrasi dan menjaga keseimbangan
elektrolit, sementara untuk mengatasi demam dan nyeri diberikan analgetik dan
antipiretik.
Pada pasien JE, perlu diperhatikan cara pemberian makanan (kalori), pengawasan
jalan napas, dan pengendalian kejang. Sampai saat ini belum ada antiviral yang*efektif
terhadap virus JE. Pada kondisi tertentu, pasien sebaiknya dirawat di unit perawatan
intensif. Dalam perawatan penderita hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Awasi Tanda-tanda Vital
a) Secara rutin dan seksama diperiksa frekuensi nadi, volume nadi, tekanan darah,
frekuensi napas dan keadaan kulit terutama ekstremitas atas dan bawah. Bila
terdapat tanda-tanda syok (Nadi lemah dan cepat atau tidak teraba, turunnya
tekanan darah, akral dingin, pengisian kembali pembuluh darah kapiler lambat
(e3detik), perlu secepatnya diatasi dengan pemberian cairan intravena larutan
Ringer's lactate atau NaCl 0,9% 20 mi/kgBB secepat mungkin. Bila keadaan
pasien belum membaik maka pemberian dapat diulangi dan bila setelah 2x
emberian cairan_isotonik tetap belum ada perbaikan maka pasien diberi 10me/
kgBB darah, plasma atau cairan koloid,
- : "EdisiRevisi Tahun 2017 RSSPEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
) Bila terjadi gagal napas, minimal kita harus melakukan pernapasan buatan dan
kalau memungkinkan dilakukan intubasi endotrakeal kemudian pernapasan
dibantu dengan ventilator mekanik. Selama melakukan perawatan jalan napas
dan perawatan pernapasan, pemberian oksigen sangat mutlak diperlukan.
2) Mengatasi Kejang
‘Mengatasi kejang pada anak diberikan diazepam rektal (supositoria) segera saat kejang
berlangsung dengan dosis : 0,5-0,75 mg / ke8B / kali, atau § mg untuk anak usia
dibawah 3 tahun dan 7,5 mg untuk anak usia di atas 3 tahun, atau 5 mg untuk berat
badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg,
f. Kejadian Luar Biasa
KLB JE adalah diteriukannya 1 kasus yang tadinya tidak pernah ada di suatu wilayah,
atau adanya kematian karena JE, atau terjadi peningkatan kasus 2 kali lipat
dibandingkan periode yang sama sebelumnya (Sesuai kriteria KLB pada Permenkes 1501
tahun 2010),
2) Inwestigasi KLBJE
JE merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena selain dapat
menimbulkan KLB juga Karena angka kematiannya tinggi. Pada penderita vang
bertahan hidup, penyakit ini dapat menyebabken gejala sisa seumur_hidup.
Meskipun JE merupakan penyakit yang ditemukan di daersh pedesaan dimana
tempat perkembangbiakan nyamuk berdekatan dengan host senguat seperti babi
an hewan ternak lainnya, XLB JE juga pernah dilaporkan terjadi ai daerah pinggiran
kota dimana kondisinya masih mirip daerah pedesaan.
Langkah-langkah investigasi KL JE
a) Tetapkan KiB
5) Tentukan berapa jumiah suspek kasus dan lakukan konfirmasi KLE,
cj Petakan daerah yang termasuk dalam area KLB
4) Untuk investigasi kasus, isi Formulir Investigasi Kasus JE (formulir) investigasi
=) Buat daftar kasus yang mencakup umur, jenis kelamin, distribusi kasus, tanggal
‘mulai panas dan gejala lain sehingga diketahui kronologis dan beratnya penyakit.
Konfirmasi laboratorium tersangka JE yang ditemukan di lapangan pada saat
investigasi
3) Pemeriksaan terhadap adanya host serantara seperti babi, hewan ternak tainnya,
peternakan unggas yang berdekatan dengan kasus.
&) Survellans vektor segera dilaksanakan termasuk pengumpulan jentik dan
nyamuk dewasa, mengidentifikasi spesies nyamuk dan kepadatan nyamuk.
©) Mencar! informasi apakah ada riwavat KL8 JE sebelumnya di fokas! investiga
) Menganalisis dan melaporkan distribusi dan faktor resiko yang berhubungen
dengan KiB.
fe) Setelah KLB tertangani dengan baik, mempersiapkan iaporan lengkap untuk
dilaporkan ke Dinkes.Provinsi dan seianjutnva xe Kemenkes.
Hal-hal vang harus dipersiapkan dalam penanggulan Ki JE:
2} Ketersediaan obat, alat aan periengkapan
5). Ketersediaan tenaga Kesehatan yang teriatih termasuk dokter, perawat dan
renage Kesehatan lainnya.
Gd. Perlu diidentifikasi fasilitas pelayanan Kesehatan yang dapat _melakukan
tatalaksana kasus JE seperti RSUD dan RS fainnya, Dipastikan bahwa ‘asilitas
pelayanan Kesehatan tersebut mempunyai obat, peralatan dan perlengkapan
yang memadaiPEDOWAN PENYELIDKAN DAN PENANGGULANGAN KLBPENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN Pancan @ EE”
2) Penanggulangan KLB
Segera setelah diketahui adanya suspek KLB maka kegiatan penanggulangan
harus segela dilakukan, Tatalaksana Klinis suspek kasus JE sangat penting dalam
upaya menurunkan angka kematian JE. Kasus harus segera dirujuk ke unit yang
dapat melakukan tatalaksana suspek kasus JE. Beberapa hal yang diperlukan dalam
penanggulangan KLBJE:
3) Monitoring harian pada seat terjadinya KLB, termasuk kasus dan kemation.
Merujuk penderita segera ke fasiltas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi yang
dapat melakukan tatalasana kasus JE.
: 8) Laporan harian ke Dinkes Provinsi/Kemenkes.
I ). Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang JE dan cara pencegahan dan
penaggulangannya, Juga agar masyarakat mejauhkan kandang babi, dan ternak
fainnya dari pemnukiman,
4) Pengendalian vektor seperti: PSN, fogging, penggunaan kelambu, dan lain-lain
segera dilaksanakan,
1 ryceementersantene venereal
|
& Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Monitoring terhadap tanda peringatan dini terjadinya suatu KLB JE merupakan
kegiatan yang sangat penting sehingga perlu dilakukan di berbagai tingkat.
Dalam melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini terhadap terjadinya KLB JE maka
. semua Komponen surveilans seperti pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data, tindak lanjut dan umpan balik harus dilakukan secara sistematis dan terorganisir.
Supervisi dan monitoring pada semua tingkat menjadi keharusan untuk memastikan
dilaksanakannya_susrveilans secara efektif.
Petugas kesehatan perlu melakukan monitoring kasus JE, baik harian, mingguan
ataupun bulanan sesuai kebutuhan. Selama terjadinya KLB maka monitoring harian
harus dilakukan. Beberapa tanda peringatan dini terjadinya suatu KLB JE:
1) Laporan adanya suspek kasus JE di daerah non endemis atau peningkatan suspek
kasus yang tidak biasa.
2), Perubahan kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangt
3) Keberadaan host penguat dalam jumish yang cukup besar,
4) Ditemukannya virus JE pada vektor
5) Ditemukannya virus JE pada hewan reservoir.
an vektor
Faktor risiko terjadinya KLBJE di suatu daerah:
1) Peningkatan populasi yang rentan
2) Tingginya kepadatan nyamuk culex
3) Keberadaan host penguat seperti babi, hewan ternak !ainnya, unggas air, dil
. 4) Adanya area persawahan.
anew Tohono ELef BE" Jecooman PENVELIDKAN DAN PENANGGULANGAN KL PENVAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
»
MALARIA
Penyakit Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Malaria (plasmodium)
bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria
(anopheles) betina. Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P falciparum
dan P vivax, sedangkan P Malariae dapat ditemukan di beberapa Provinsi antara lain: Lampung,
Nusa Tenggara Timur dan Papua. P. Ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan
Papua. Sedangkan tahun 2010 di Pulau Kalimantan dilaporkan P Knowlesi yang dapat
menginfeksi manusia yang sebelumnya hanya menginfeksi hewan primata/monyet dan sampai
saat ini masih terus diteliti
Kriteria KLB Malaria dibedakan antara daerah tahap pemberantasan, pre eliminasi,
eliminasi dan pemeliharaan
2. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Pemberantasan dan Preeliminasi Pada Desa atau
Kelurahan
4) Terjadi_ peningkatan jumiah penderita dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini
a) Jumleh penderita dalam sebulan pada bulan sebelumnya
b) Jumish penderita dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya
atau
2) Terjadi peningkatan jumiah penderita malaria meninggal dalam periode tertentu lebih
dari $0 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama
=e
a =a
Blase
var} 1,
%
"fines Goetan GR SPW! “peg EAE HNO pope?
Gambar. Alur penetapan KLB Malaria pada Daerah Tahap Pemberantasan, pre-
eliminasi dan eliminasi
b. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Eliminasi Pada Desa atau Kelurahan
41) Terjadi peningkatan jumlah penderita malaria Indigenous di suatu wilayah
tertentu dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu
keadaan dibawah ini
1) Jumish penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan pada
bulan sebelumnya
2) Jumlah penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan, pada
bulan yang sama tahun sebelumnya
atau
MOM fs twatmtor1
|
|
i
'
|
i
I
i
E
i
2) Terjadi peningkatan jumiah penderita malaria (indigenous dan atau impor)
meninggal dalam periode tertentu lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya
dalam periode yang sama
3) Pada Daerah Pengendalian Malaria Tahap Pemeliharaan
Terjadi KLB malaria jika : ditemukan satu atau lebih penderita malaria indigenous
(termasuk penderita malaria introduce)
Gambaran klinis
Gejala Klinis yang ditimbulkan oleh penyakit Malaria pada dasarnya bagi
penderita yang masih sensitif secara berurutan meliputi; mengigil (15 - 60 menit)
demam (2 ~ 6 jam) antara 37.5°C ~ 40°C; berkeringat (2 ~ 4 jam). Gejala lain yang
mungkin timbul adalah sakit kepala, mual atau muntah dan diare sera nyeri otot atau
pegal-pegal pada orang dewasa,
Pada Penderita Molaria dengan komplikasi (berat) gejala yang timbul adalah ;
gangguan kesadaran, kejang, panas tinggi, pucat / anemia, mata dan tubuh menguning
serta perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan, jumlah kencing berkurang
(oliguri), tidak dapat makan dan minum, warna urine seperti the tua sampai
kehitaman dan nafas cepat
asus Malaria adalah semua penderita Malaria dan semua penderita tersangka
Malaria atau malaria Klin,
Penyakit malaria diketahui berdasarkan
1) Diagnosa tersangka malaria yang disebut Malaria Klinis, yaitu penyakit malaria yang
diketahui hanya berdasarkan gejala klinis yang timbul tanpa pemeriksaan laboratorium:
2) Diagnose Laboratorium yang disebut positif malaria atau penderita malaria, yaitu
enyakit malaria yang diketahui berdasarken pemeriksaan mikroskopis. terhadap
sediaan darah, dinyatakan positit jika pada pemeriksaan tersebut _ditemukan
Plasmodium. Seseorang dapat ditulori oleh P. falciparum, atau P. vivax/malariae atau
campuran keduanya.
Etiotogi
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup
dan berkembangbiak dalam sel darah mereh_manusia. Penyakit ini secara alam ditularkan
melalui ggitan nyamuk Anopheles betina
Spesies Plasmodium pada manusia adalah
4) Plasmodium falciparum (P falciparum)
2) Plasmodium vivax (P vivax)
3) Plasmodium ovale (P ovale)
4) Plasmodium malariae (P malariae)
5) Plasmodium knowiesi (P knowles’) .
Penetapan etiologi KLB malaria dapat ditegakkan jika distribusi gejala.kasus kasus
yang dicurigai menunjukkan gejala demam adalah dominan, dan gejala lain yang menonjol
adalah mengeigil, dan berkeringst, tetapi beberapa daerah bisa mempunyai gejala dan
tanda lebih spesifik. Sumber data analisis etiologi KL8 malaria dapat berdasarkan data
Penemuan Kasus Malaria Secara Pasif di Fasiitas Pelayanan Kesehatan, atau Penemuan
Penderita Demam Massal, Setiap penderita yang dicurigai dilakukan uji diagnostic dengan
pemeriksaan mikroskopis sediaan darah, RDT atau pengujian Iain yang sesual Gejala
kinis penderita malaria bisa rancu dengan gejala klinis DBD, oleh karena itu, distribust
gejala dan hasil pengujian laboratorium menjadi sangat penting untuk menentukan
etiologi KLB malaria. Gejala dan tanda penyakit lain yang dicurigai atau mirip dengan
gambaran Klinis malaria juga peru ditanyakan pada saat mewawacarai penderita yang
dicurigai, sehingga pada waktu analisis distribusi gejala dapat dimanfaatkan untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit lzin sebagai etiologi KLB ini. Misalnya, jika juge
cai Revs Than 2017dengen D8, maka
wajib ditanyakan
bercak kemerahan, tanda-tanda
perdarahan, dan perlunya pemeriksaan trombosit dan hematokrit. Gejala dan tanda Klinis
tersebut ditanyakan pada setiap penderita yang dicurigai (suspek malaria), Gejala dan
tanda Klinis ini sebaiknya ditanyakan pada semua penderita, tetapi apatila jumlah kasus
malaria pada KLB ini cukup besar, gejala dan tanda Klinis ini bisa ditanyakan pada
sebagian penderita sampai jumlsh cukup memadai untuk analisis etiologi KLB malaria
(minimal 25 suspek malaria), tetapi gejala dan tanda klinis yang merupakan kriteria kasus
malaria, wajib ditanyakan pada semua penderita, misalnya gejala demam dalam 48 jam
terakhit
mengeigil, sakit kepala dan ikterik
Gambaran distribusi gejala malaria pada KLB malaria dapat dimanfaatkan untuk
menentukan etiologi KLB malaria.
Contoh dapat di
linat_pada tabel dibawah ini
ribusi Gejala Pada KLB Malaria
Jumiah Kasus Dicurigai %
Demam (37,5-400C)
‘Menggigil
Berkeringat_
‘Sakit kepala
[Mual
Muntah
Diere
Nyeri otot
"Anemi (pucat)
Mata/Kulit kuning (ikterus)
‘Air kencing seperti air teh
Jhitam
Gangguan kesadaran
Meninggal
Jumiah kasus yang diperiksa
Hasil Pengujian Laboratorium
_ -
Hasil Pengujian Laboratorium
Jumiah Kasus | Jumlah Hasil
No | Metode Pemeriksaan Diperiksa Pemeriksaan
ROT __ ~
Mikroskopis
P falsiparum _ _
P. vivak Z 1
Masa Inkuba:
‘Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai
timbulnya gejala Klinis yang ditandai dengan demam. Masa
inkubasi_bervariasi
tergantung spesies plasmodium (tabel 11.1). Masa prepaten adalah rentang waktu sejak
WEG csisirevisitanun 2017 -sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai parasit dapat dideteksi dalam sel darah
merah dengan pemeriksaan mikroskopik
Tabel 1. Masa inkubasi Penyakit Mal
ria
Plasmodium Masa Inkubasi (rata-rata)
P. falciparum 9-4 hari (12)
: P. vivax 12-17 hari (35)
P.ovale 16~18 hari (17)
: P. malariae 18-40 hari (28)
Pknowlesi 10-12 hari (11)
d. Sumber dan Cara Penularan
Sumber penyakit adalah manusia yang merupakan Host intermidiate dan nyamuk
anopheles betina yang terinfeksi sebagai host definitive. Penyakit malaria ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang siap menularkan (infected) dimana
: sebelumnya nyamuk tersebut telah menggigit penderita malaria yang dalam darahnya
mengandung gametosit (gamet jantan dan betina)
Analisis Sumber dan Cara Penuiaran, sumber penularan adalah lokasi dimana penularan
: dari orang (penderita) — nyamuk - orang lain (penderita baru) teriadi. Artinya lokasi
tersebut banyak terdapat kasus malaria ditempat tersebut atau banyak kasus malaria
yang berhubungan dengan tempat tersebut, ada tempat dimana nyamuk berkembang
biak (tempat perindukan nyamuk), dan terjadi hubungan antara kasus yang digigit nyamuk,
dan nyamuk infected tersebut mengigit calon kasus baru. Informasi adanya sumber dan
cara penularan, sangat penting dalam upaya memutus rantai penularan malaria, Langkah
analisis sumber dan cara penularan
1) Mengembangkan hipotesis sumber dan cara penularan bersasarkan analisis terpadu
tethadap perkembangan kasus, distribusi kasus berdasarkan lokasi (dusun/desa),
distribusi_kasus_menurut karakteristik penduduk (jenis kelamin, umur, tempat
bekerja dan faktor lain yang dicurigai), hasil survei bionomic vektor, hasil
pengamatan kebiasaan penduduk, perubahan lingkungan dan sebagainys,
2) Membuktikan hipotesis yang telah disusun dengan survei dinamika penularan, baik
berdasarkan data yang telah diperoleh, maupun mengembangkan survei baru untuk
melengkapi hasil pendataan sebelumnya
e. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
: semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk stadium gametosit
‘Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan_ klinis dan parasitologik
serta memutuskan rantai penularan.Pengobatan terdiri dari:
- 1) Pengobatan terhadap penderita di lokasi KLB.
a) Malaria tanpa komplikasi
= Plasmodium falciparum positif : ACT selama 3 hari dan Primakuin 1 hari
to. = Plasmodium vivax positif: ACT selama 3 hari dan Primakuin 14 har.
i b) Malaria berat
fo Pian utama
il * Artesunate intravena
Pengobatan malaria berat di tingkat Puskesmas dilakukan dengan memberikan
artesunate/artemeter ataupun kina dihidroklorida intramuscular sebagai dosis awal
sebelum merujuk ke RS rujukan. Apabila rujukan tidak memungkinkan, pengobatan
Edisi Revisi Tahun 2017PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
dilanjutkan dengan pemberian dosis lengkap artesunate/artemeter intra. muscular.
Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil di Puskesmas dilakukan dengan memberikan
kina HCI pada trimester 1 secara intra muscular dan artesunate/artemeter injeksi
untuk trimester 2 dan 3,
Pengobatan malaria di RS dianjurkan untuk menggunakan artesunate intravena
Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil pada trimester 2 dan 3. menggunakan
artesunate intravena, sedangkan untuk ibu hamil trimester 1 menggunakan kina
parenteral
2
Pengobatan terhadap masyarakat di lokasi KLB
Dilakukan MBS, Semua penduduk di lokasi KLB diperiksa sediaan darahnya, bila
ditemukan penderita positif malaria segera diobati dengan pengobatan sesuai jenis,
plasmodiumnya.
3
Pengobatan lanjutan
MFS dilakukan setiap 2 minggu sampai kegiatan penyemprotan rumah selesai,
pada semua penderita demam yang ditemukan di lokasi KLB, bila positif malaria diikuti
dengan pengobatan sesuai jens plasmodiumnya.
Bila ditemukan penderita kambuh atau belum sembuh, segera diberikan pengobatan
lini berikutnya.
Dengan adanya kebijakan pengobstan malaria saat ini, dalam kondisi KLB
pengobatan malaria secara klinis tidak diterapkan lagi. Diupayakan pengobatan pada
penderita malaria melalui konfirmasi pemeriksaan sediaan darah baik secara mikroskopik
maupun dengan ROT dan pengobatan sesuai jenis plasmodium yang ditemukan. Disamping
itu ada _upaya pencegahan penularan melalui pengobatan yang disebut prophylaxis.
f. Kejadian Luar Biasa
1) Sumber Informasi Adanya KLB Malaria
a) Sistem deteksi dini KLB malaria di Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas _pelayanan
Kesehatan (SKD-KLB malaria) melalui kegiatan pemantauan adanya KIB di
masyarakat, Pemantauan Wilayah Setempat Kasus Malaria dan penyelidikan dugaan
adanya KLB malaria
b) Laporan masyarakat
2) Memastikan adanya KLB Malaria
Penetapan KLB Malaria ditaksanakan secara bertahap sejak adanya dugaan adanya
KLB Malaria, sampai KLB dinyatakan berakhir. Adanya dugaan KLB Melaria sudah
memerlukan penyelidikan dan penanggulangan KLB sesuai dengan kondisinya
a) Memantau perkembangan jumiah absolut kasus malaria suspek dan kasus malaria
positif dari waktu ke waktu (harian, mingguan dan bulanan)
b) Menentukan waktu mulai KL8- malaria, memantau perkembangan luas daerah
berjangkit KLB dan memantau perkembangan besarnya attack rate kasus malaria
suspek dan kasus malaria positif selama periode KLB (harian. mingguan dan bulanan)
©) Memantau perkembangan slide positivity rate (SPR) dan proporsi Plasmodium
falsiparum dari waktu ke waktu (harian, mingguan dan bulanan)
4) Jika dipertukan, melakukan penyelidikan lebih Iuas untuk mengetahul pengaruh faktor
risiko tertentu dan identifikasi sumber-sumber pen ularan
©) Pelaksanaan Kegiatan Penanggulangan KLB Malaria
d) Puskesmas segera membuat laporan adanya KLB malaria kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (laporan KLB 24 jam/W1).
e) Melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera setelah Laporan KLB 24 Jam/W1
HE esis evisi tanun 2017)
i
i
f
| PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN HLS PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN] @ HESS
Pose
dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Survei pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat dapat dilaksanakan bersama dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi
Mendirikan pos-pos pelayanan Kesehatan dekat dengan pemukiman penduduk
(metode Penemuan Penderita Demam Massal/MFS), terutama pada lokasi yang diduga
terjadi penularan yang tinggi
4) Tujuan
Memastikan adanya KLB malaria
Mencari, menemukan dan mengobati penderita malaria, sehingga dapat
menurunkan risiko penularan setempat (menghilangkan sumber-sumber
penularan)
2) Pelaksanaan
- Penderita berobat ke pos-pos Kesehatan direkam dalam Register Berobat
++ Pos Kesehatan. Penderita demam (kasus malaria suspek) diberi tanda sebagai
kasus malaria suspek.
= Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diwawancarai_ dengan
menggunakan formul ir wawancara Form Penyelidikan Epidemiologi KLB
Malaria (lampiran Ipklb- 01)
~Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diambil spesimen darah dan
diuji secara mikroskopis atau RDT yang sesuai
+ Setiap kasus malaria positif mendapat pengobatan standar
~ Penderita demam yang tidak datang ke pelayanan Kesehatan didatangi ke
rumah penderita
~ Setiap kasus malaria positif diikuti dengan pemeriksaan Kontak dengan
menguli sediaan darah penghuni rumah (3-5 rumah) yang berdekatan dengan
rumah kasus malaria positif. Kasus malaria positif (simtomatis dan
asimtomatis) harus mendapat pengobatan standar.
= Rangkaian kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MF5) diselesaikan
dalam waktu secepatnya tidak lebih dari 7 hari sejak kegiatan ini dilaksanskan,
termasuk pemberian obat kepada penderita malaria positif untuk
menghilangkan parasit malaria dari penderita. Cara ini diharapkan dapat
menurunkan risiko penularan dan mencegah terjadinya reinfeksi
+ Melakukan analisis untuk memastikan adanya KLB Malaria dan atau evaluasi
dampak terhadap perkembangan dan perluasan KLB malaria (hat analisis
pada kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal/MFS)
+ Jka diperlukan, mengintensifkan kegiatan Penemuan Penderita Demam
Massal (MFS) di seluruh wilayah KLB malaria, sehingga seluruh penderita
malaria dapat ditemukan dan diobati dalam waktu kurang dari 7 hari sejak
rmulaimetaksanakan Penemuan Penderita Demam Massal, sehingga dampak
pengobatan dapat _menurunkan riko penularan malaria dan mencegah
reinfeksi diseluruh wilayah KLB
3) Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan menerapkan
Pemeriksaan Darah Massal (MBS), sesuai hasil analisis dan keputusan tim
penanggulangan KL8, terutama pada wilayah- wilayah KLB dengan attack rate dan
atau case fatality rate yang tinggi
4) Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan mendistribusikan
kelambu berinsektisida, sesuai analisis dan keputusan tim penanggulangan KLB
Melaksanakan upaya penanggulangan KLB Malaria dengan melaksanakan
Penyemprotan Insektisida (IRS), sesuai analisis. dan keputusan_ tim
penanggulangan KLB
6) Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan dapat dilakukan berbagai_penyelidikan
lebih luas :
5
Edisi Revisi Tahun 2017Melakukan kajian pengaruh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan
terhadap KLB malaria
- Melaksanakan survei pengaruh pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
terhadap malaria dan KLB malaria
+ Melaksanakan kajian pengaruh —_kondisi lingkungan pemukiman, —curah
hyjan dan migrasi. penduduk terhadap KLB malaria, terutama untuk
mengetahui adanya lingkungan sebagai sumber-sumber penularan
Melakukan survei dinamika penularan
= Melaksanakan pengamatan dan survei vektor
- Data vektor yang dikumpulkan adalah meliputi spesies vektor, bionomik dan
tempat perkembangbiakan. Data tersebut dikumpulkan dari hasit kegiatan
survey vektor pada saat konfirmasi KLB dan akhir KLB. (Lihat pada Pengmatan
dan Survei Vektor]
+ Melaksanakan verbal otopsi
‘Melaksanakan surveilans
Secara_umum, surveilans selama periode KLB malaria adalah memanfaatkan
data yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan penanggulangan KLB malaria,
antara lain, kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Pos-pos
Kesehatan dan atau Fasilitas Kesehatan Lain; Pemeriksaan Darah Massal
(MBS), kegiatan penyemprotan rumah (IRS), penyelidikan _epidemivtogi,
pengamatan vektor dan sebagainya.
7
8) Menetapkan luasnya KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang (epidemiologi
deskriptf)
Secara umum, data penderita malaria berdasarkan kegiatan Penemuan Penderita Demam
Massal dapat diolah dan disajikan dalam berbagal bentuk tampilan analisis yang
memberikan gambaran luasnya KLB malaria:
a) Kurva epidemi atau grafikfluktuasi kasus mingguan, atau bulanan.
b)_Distribusi Kasus KLB malaria menurut hasil pengujian laboratorium
¢)_KLB malaria Distribusi Kasus menurut umur dan jenis kelamin
d)_Distribusi Kasus KLB malaria menurut Desa/Dusun dan waktu
@)Distribusi Kasus KLB malaria menurut karakteristik khusus lainnya.
g: Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD KLB)
Secara umum pelaksanaan SKD-KLB malaria terdiri dari kegiatan
1) Kajian epidemiologi secara terus menerus dan sistematis terhadap penyakit berpotensi
KLB dan kondisi rentan KLB agar dapat menentukan adanya daerah atauPEDUMAN PERVELIOIKAN Didé PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN af
he
kelompos masyarakat yang ren
reryauinya Kee
2) Memberikan peringatan pada pengelola program dan sektor serta masyarakat adanvi
daerah atau kelompok rentan KLB malaria agar meningkatkan kewaspadaan dar
kesiapsiagaan terhadap KiB malaria
Meningkatkar kewaspadaan dan kesiansiagaaeG: Dinas Kesehatan.
Kabupaten/Kota, Puskesmas, ruman sakit dan fasiitas Kesehatan fainnya serta
masyarakat d: daeran rentan KL8 malarie tethadap kemungkinan terjadinya kK. malaria,
vaitu
a} Melaksanakan berbagat upaya pencegahan terjadinya KLB (merupakan bagian 6:
1s rriestatitanieteene cmecroncebaevha ee:
bo. rogram penanggulangan KB!
i b) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap Kemungki nan terjadinya KLB (merupakan bagian
i dari program penangeulangan KLB)
| «) Melaksanakan sistem dts! dit timbulnys kondsirentan terjadinya KLB dan respon
t 4) Melaksanakan sistem deteksi dini adanya KLB dan respon
i e) Melaksanakan penyelidikan dugaan KL8 malaria
|
| inden
ho SKD-KLB renan KL
i Malaria (Gpaa masyarakat
enc Sistem
oo ankis” J [Deters
i Bin
j (kajan ep) | __ Pl kongisi_ Ff Penyetiikan
menent- | (perngatan]{]Rentan_| *[rentan ue
kan daerehi | | kewaspadaan | | [KLB
masyarakat |>} pada daeran Indentinikasi
rertan vg rentan Sistem) P| KLB GI
tenadikL8 | [KLB malana masyarakat
Deteksi
(eat oka Lfparsrasus
malaria
Kesiapsiagaan E
‘menghadapi Penyeligikan
KB jugaan KLB.
Edisi Revisi Tahun 2017‘of BEEP reooman penveuowan oat PENANGGULANGAN KLB PENYAIIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
Lampiran 2
FORM PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEIADIAN LUAR BIASA MALARIA
Puskesmas
Kabupaten ‘Tanggal Penyelidikan
A. IDENTITAS PENDERITA
1. NAMA,
2. Umur (tahun + bulan)
3. Status dalam keluarga
4, Alamat
RT/RW
Kelurahan/Desa Kecamatan :
Kab/Kota
Provinsi
5. Pekerjaan Utama Alamat tempat kerja
Pekerjaan sampingan Alamat tempat kerja
7. Hubungan dengan Penderita
(diisi apabila responden adalah orang-orang kontak)
a. Hubungan sedarah serumah (orang tua, anak, saudara, bukan saudara}
b. Hubungan tidak serumah (tetangga, teman kantor, teman sekolah, lainnya sebutkan)
B._ RIWAYAT PENYAKIT
1, Sakit yang sekarang sudah berapalama? hari
2. Antara 2-4 minggusebelum sakityang sekarang, apakah pergibermalam ke luar daerah/desa?
Ya/Tidak
3. Jka Ya, sebutkan alamatnya !
RT/RW/Ousun
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kabupaten
Provinsi a
4, Apa gejala yang timbul pada sakit yang sekarang ?
Demam
Pusing
Mual .
Muntah
Menggigil
Pegal-pegal .
& Diare
5. Pernahkan sakit dengan gejala seperti sakit yang sekarang ? Ya/Tidak
6. Jika Ya, kapan/tanggal berapa sakit yang terakhir?
7. Tempat tinggal saat sakit tersebut dimana ?
RT/RW/Dusun
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kabupaten
Ppeaogse
Provinsi ese
8. Diagnosis yang dibuat Puskesmas : Pf/Pv/Mx
9. Tanggal Sediaan Darah dibuat Nomor slide Sediaan darah|
4
4
4
|
i
i
¢
|
|
PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KL PENYAKIT MENUCAR DAN KERACUNAN PANGAN.
10. Tanggal pemeriksaan Sediaan Darah Laboratorium Pemeriksa
11. Klasifikasi penderita
a. Indigenous
b. Relaps
Import
. 12. Daftar Spesimen Sediaan Darah semua penghuni rumah penderita
0. Jens |
; no. | so | Nema | umur | getamin | Klint | Diagnosis | Obst
oT __|
2 - —f{
(3 _ _ _
4 = |
5 — J
TTempatkegatan
[Jam
‘ 18.00-20.00
02.00-04,.00
(04.00-06.00.
|
I
{
J
24, Kondisi sekitar rumah
a. ada genangan air berjentik
b. ada tambak tidak terurus dan berjentik
banyak semak bernyamuk
d. dekat dengan hutan Km
e
Jainnya :
15. Kegiatan kumpul-kumpul (kegiatan sosial) yang selalu dihadiri
Pewawancara96
6.
PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
FILARIASIS
Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang
menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak sistem limfe,
menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, payudara, dan scrotum, menimbulkan
cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya. Secara tidak
langsung, penyakit yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk, dapat berdampak pada
penurunan produktivitas kerja penderita, beban keluarga dan menimbulkan_kerugian ekonomi
bagi negara yang tidak sedikit.
i Indonesia, berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, sampai tahun2016 13.009 kasus
kronis filariasis. Berdasarkan rekapitulasi data kabupaten/kota selama 7 tahun terakbir,
peningkatan jumlah kasus kronis terjadi pada periode 2010 - 2014, peningkatan ini terjadi
karena adanya kasus kronis filariasis lama yang baru ditemukan dengan adanya kegiatan
penemuan kasus oleh kader dan tenaga kesehatan. Kemudian di tahun 2015 ~ 2016 terjadi
Penurunan jumiah kasus kronis filariasis dibeberapa provinsi antara lain yaitu di Provinsi Papua
Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Riau dan Jawa Timur.
kriteria Kejadian Luar Biasa_ yang mengacu pada PERMENKES Nomor
1501/Menkes/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan, yaitu rata-rata jumiah kesakitan per bulan
selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
a. Gambaran Klinis
asus Klinis filariasis adalah seseorang yang terinfeksi cacing filaria, dan sudah
menunjukkan gejala-gejala kiinis baik akut maupun kronis. Gejala klinis akut berupa
limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis, orkitis, epididimitis dan funikulitis yang
disertai demam, sakit kepala, rasa lemah dan timbulnya abses. Abses dapat pecah dan
mengalami penyembuhan dengan meninggalkan jaringan parut terutama di daerah lipat
paha dan ketiak. Gejala klinis akut pada infeksi Brugia tampak lebih jelas dan berat. Gejala
klinis kronis terdiri dari fimfedema, Iymph scrotum, kiluria (urin seperti susu), dan
hidrokel.
Gambaran klinis yang tampak tergantung dari cacing penyebab filariasis. Pada infeksi
Brugia, pembengkakan terjadi pada kaki terdapat di bawah lutut, pada lengan di bawah
siku, Pada infeksi Wuchereria brancrofti pembengkakan terjadi pada seluruh kaki, selurun
lengan, scrotum, penis, vulva, vagina dan payudara
Sebagian besar kasus filariasis yang ditemukan di Indonesia adalah kasus filariasis
kronis, sedangkan untuk kasus Klinis akut dapat ditemukan melalui survei aktif kasus,
Penegakan diagnosis berdasarkan pemeriksaan sediaan apus tebal darah jari yang
dilakukan_malam hari. Hasil pemeriksaan dinyatakan posit bila ditemukan mikrofilaria
pada sediaan darah. .
b. Etiologi
Filariasis di Indonesia disebabkan oleh 3 spesies cacing filaria yaitu, Wuchereria
banerofti,
Brugia malayi dan Brugia timori. Dari ketiga jenis cacing filaria, Brugia malayi paling
banyak tersebar di wilayah Indonesia, sementara Brugia timori hanya terdapat di wilayah
Indonesia timur yaitu di pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di
wilayah NTT. Sedangkan Wuchereria bancrofti terdapat di pulau Jawa, Bali, NTB dan
Papua
Masa Inkubasi
‘Masa inkubasi filariasis tergantung deri jens spesies yang menginfeksi. Pada
infeksi oleh Brugia spp masa inkubasi berlangsung selama 2 bulan, sedangkan pada
spesies Wuchereria bancrofti masa inkubasi selama 5 bulan
Edisi Revisi Tahun 2017a ae
PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLS PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
4. Sumber dan Cara Penularan
Sumber penularan Filariasis adalah nyamuk. Di Indonesia, telah teridentifikast 23
spesiesnyamuk yang menjadi penular filariasis.
Seorang dapat tertular filariasis apabila orang tersebut mendapat gigitan nyamuk
infektif, yaitu nyamuk yang mengandung larva cacing stadium 3. Pada saat nyamuk
. infektif menggigit manusia, larva ini akan keluar dari probosis dan tinggal di kulit sekitar
lubang gigitan nyamuk. Saat_nyamuk menarik probosisnya, larva ini akan masuk melalui
Juka bekas gigitan nyamuk dan bergerak menuju sistem limfe
Kepadatan nyamuk, suhu dan kelembaban sangat berpengeruh terhadap penularan
filariasis. Mobilitas penduduk dari daerah endemis filariasis ke daerah lain atau sebaliknya,
berpotensi menjadi media penyebaran filariasis antar daerah.
fe. Pengobatan
Pengobatan filariasis terdiri dari pemberian obat massal pencegahan filariasis
(POMP filariasis) dan pengobatan individual. POMP filariasis dilaksanakan dengan
memberikan obat filariasis kepada seluruh penduduk sasaran di wilayah yang telah
dinyatakan endemis melalui survei darah jari dan atau survei serologis(mikrofilaria rate >
1%). POMP filariasis tidak diberikan kepada anak <2 tahun, balita dengan gizi buruk,
ibu hamil, orang dengan sakit berat, dan lansia di atas 70 tahun. POMP Filariasis
bertujuan untuk memutus mata rantai penularan filariasis di daerah endemis. Obat yang
diberikan adatah Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dan Albendazole.
Pengobatan individual dilaksanakan pada kasus klinis akut dan kronis filariasis. Tujuan
engobatan ini adalah untuk mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis. Obat
i yang diberikan adalah DEC
f.Epidemiologi
Sebanyak 1,1 milyar penduduk di $5 negara di dunia , hidup di daerah endemis
filariasis dan berisiko tertular penyakit ini, Di Asia Tenggara terdapat 9 negara endemis
filariasis yaitu Bangladesh, India, indonesia, Meldives, Myanmar, Nepal, Srilanka, Thailand
dan Timor-Leste dan diperkirakan 700 juta orang tinggal di daerah endemis filariasis, atau
sekitar 64% dari angka kesakitan filariasis di dunia, Diperkirakan 60 juta orang
mengandung mikrofilaria yang dapat bermanifestasi Klinis menjadi filariasis kronis.
Keadaan di Asia Tenggara ini mencerminkan separuh dari gambaran filariasis didunia. Oi
Indonesia, Filariasis tersebar diseluruh wilayah. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sampai tahun 2016 jumiah kasus kronis di Indonesia mencapai 13.009
kasus. Terdapat 3 (tiga) provinsi dengan jumlah kasus kronis tertinggi yaitu. Nusa Tenggara
Timur (2.864 orang), Aceh (2.372 orang) dan Papua Barat (1.244 orang). Adapun 3(tiga)
provinsi dengan kasus terendah adalah Kalimantan Utara (11 orang), Nusa Tenggara Barat
{14 orang), dan Bali (18 orang).
Berdasarkan survei darah jari dan kajian epidemiologi telah teridentifikasi 326
kabupaten/kota endemis filariasis dengan tingkat endemisitas filariasis berkisar antara 1-
19,64%, Penentuan endemisitas filariasis di kabupaten/kota melalui survey darah jari di
desa dengan jumlah kasus Klinis filariasis terbanyak. Mikrofilaria rate (Mf) 1% atau lebih
merupakan indikator sebagai kabupaten/kota endemis filariasis. Mf rate dihitung dengan
cara membagi jumiah sediaan yang positif mikrofilaria dengan jumlah sedian darah yang
diperiksa dikali seratus persen
8. Kejadian Luar Biasa Kasus Klinis Filariasis dan Penanggulangannya
Kejadian luar biasa kasus Klinis filariasis terjadi bile rata-rata jumlah penderita kronis
filariasis baru (kasus usia kurang 15 tahun), perbulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah penderita kronis
Edisi Revisi Tahun 2017& HEE" | pEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR BAN KERACUNAN PANGAN
filariasis baru perbulan pada tahun sebelumnya
Bila kriteria KLB tersebut terpenuhi, penyelidikan epidemiologi dilaksanakan_ untuk
menegakkan diagnosis, memastikan terjadinya KLB dan menemukan kasus tambahan
Langkah penanggulangan meliputi
a) Upaya penatalaksanaan kasus
Pemberian obat DEC 6 mg/kgBB sehari, diberikan terbagi dalam 3 dosis selama 12 hari
pada penderita
bb) Upaya membatasi penularan filariasis di sekitar rumah penderita.
Upaya ini dilakukan pada kabupaten/kota yang endemis maupun tidak endemis
filariasis, dengan memberikan obat DEC 6 mg/kg88 sehari, diberikan terbagi
dalam 3 dosis selama 12 hari pada kontak serumah dan sekitarnya yang
pemeriksaan laboratoriumnya positif. Pengobatan ini harus dilakukan dibawah
pengawasan tenagakesehatan.
h. Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Bila ditemukan penderita filariasis kronis, maka dilakukan surveillans aktif untuk
mencari_kasus kronis tambahan. Puskesmas harus melaporkan setiap kasus kronis,
tambahan setiap bulan. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan apus tebal darah jati
atau dengan menggunakan Rapid Diagnostic Test (ROT) pada penderita, kontak serumah
dan sekitarnya untuk memastikan diagnosis dan mengetahui adanya penularan,
Ea Rol Tohn 217[PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN} <= ese
Lampiran 1
FORMULIR PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOG! KEJADIAN LUAR BIASA FILARIASIS:
Puskesmas
Kecamatan «
: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kote « se Provins:
arrest ommend
Tanggal Penyelidixan
LL IDENTITAS PENDERITA
1. Nama
2. Umur smn
3. Jenis Kelamin: L/P
4. Pekerjaan :
|
5. Alamat
Rr RW Kelurahan Kecamatan :
Kabupaten/Kota Provinsi
I, RIWAYAT PENYAKIT
A. Anamnesis
Apakab pernah mengalami gejala klinis akut di bawah ini ? Berapa frekuensi serangan pada 6 bulan
i terakhir ini?
| Geils ins Akal FrekuensSerangan _
' a. Demam berulang Oka [| 1 kal [] >a kati
i b. Abses oka [7] a kali (4 kal
¢. Limfangitis kati [| 1 kal [| >a kati
d. Funikulitis Okali Lali | >a kali
e. Limfadenitis oka [| a kat > kali
f. Epididimitis oka [] 1 kati > dali
g. Adenolimfangitis Okalt [J] > kel
‘ h.Orkitis Okali [J > 4 kati
8. Tahun mulai bengkak
. ©. Tahun mulai menetap dl desa iN .ronenrninnTahun
©. Apakah pernah mendapatkan pengobatn dengan DEC?[—]Pemah [~] Tidak pernah
I. PEMERIKSAAN BADAN
1. Letak pembengkakan.
2. Pengukuran anggotatubuh yang bengkak
P| Tungka tas, ukuran lingkar..cm,..cm dar ltut
Tungkai bawah, ukuran lingkar....cm, ....cmn dari lutut
Lengan atas, ukuran lingkar....cm, ....cm dari lutut
Lengan bawah, ukuran lingkar.....cm, ....em dari lutut
GatenTanto” EE[)seturan tung karan ingore... em dai uta
Seluruh lengan, ukuran lingkar....cm, ....cm dari tutut
3. Apakah ada jaringan parut (filarial scar)?
‘Ada, dimana lokasinya
Tidak ada
4, Suhu tubuh saat ini... ote
5. Apakah ada luka dan lesi di kulit ?
‘Ada, dimana lokasinya,
[LJ Tidak ada
6. Tanda-tanda stadium limfedema yang ditemui :
Bengkak hilang waktu bangun tidur pagi
Bengkak tidak hilang waktu bangun tidur pagi
Lipatan kulit dangkal
[] cenjton kt
TE] tiatan tat dalam
Gambaran seperti lumut
Tidak dapat melaksanakan tugas sehari-hari
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeritsaandarah ja | Post | eso
2, Pemeriksaan Ropid Diagnostic Test (ROT) | Positif | Negatit
V. DIAGNOSIS STADIUM LIMPEDEMA
[[] timtedema stadium 1
Limfedema stadium 2
Limfedema stadium 3
Limfedema stadium 4 ~
Limfedema stadium 5
Limfedemastodum 6
[J timtedemastaium 7
VL. PENGOBATAN
Bila hasil pemeriksaan laboratorium positif, berikan DEC dengan dosis 8 mg/KgBB 3 kali seharii
:
|
}
i
{
fl
IPEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN}
“wn
7
.PENYAKIT DIARE DAN INFEKSI SALURAN PENCERNAAN
1. DIARE
Diare_akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada
umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi car dan berlangsung kurang dari 7 hari
Diare adalah penyakit dimana penyebabnya adalah infeksi, malabsorspi, keracunan pangan,
dan terkait penggunaan antibiotik (DTA/AAD). Diare dapat menimbulkan KLB dengan jumiah
penderita dan kematian yang besar. KLB sering terjadi di daerah dengan kualitas sanitasi buruk,
air bersih yang tidak memadai dan banyaknya gizi buruk
2. Gambaran Klinis
‘Sesuai dengan penyebabnya, diare dapat disertai gejala lain seperti muntah, dehidrasi,
sakit_perut yang hebat, lendir dan darah dalam tinja, dan lain-Iain. Selengkapnya dapat dillhat
dalam tabel 1.
b. Etiologi
Di Indonesia penyebab utama KLB diare adalah Vibrio cholerae dan Rotavirus.
> [mame Lf a | [Rk i]
e a
N
al
t = =a
£ 2! 3
a |, wor}
3 (OL :
| preeseal errea ercerra crea ema
> ect [ Pem® HLS L
E
N __
¥ of pam
A ; | J
Ky Ast ty
1 eng hone ecm ‘snes | Basis
t =
| 1 Of ren
}o | ——
1 |
A) erties
R ‘aaron ——_
‘ay =}
Tons Gatoates |
‘| Ger Sede ee
k Co io LY eaten [Feo
a
: ‘wnno)
Tainan? EEPEDOMAN PENVELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN.
Tabel 1: Etiologi, Masa Inkubasi, Gejala, Sumber Dan Cara Penularan Penyakit Berpotens! KLB
Diare
j ; sumberdan Cara
Etiologi Masa inkubast Gejala
i i I | "i Penularan |
| v. cholerae Beberapa jam - | Diare mendadak tanpa| Makanan dan minuman
Shari rasa sakit perut, kadang- | yangterkontaminasi
kadang — muntah, — tinja \
mengucur seperti air |
cucian beras, berbau amis,
asidosis & shock
} 12-24 jam | Biare, demam, sakit perut | Daging, unggas. susu &
{ telur yang terkontaminasi
~T2=ahat | Dare, sakit-perut, | Makanan saus & kaleng
yang terkontaminasi
Makanan dan minuman
vangtertomemines
Tis =a] Bara, an peas, aa, Won (manana ane
munich, demam, sat | terontinas.
| Kept, Kodang adore
seve dient
“Ties manta, a pera, | Dagger, man
Staphylococcus
aureus | diare, suhubadan tinggi | kaleng dan roti yang.
| | terkontaminasi
Costar © = 2a “am | Dire, ater usd Desig, makanan—faleng
perfringens biasanya 10 - vang terkontaminasi
32jam
| Baatuscereus —[2-6jam | Dlave, muntah, nual} Bubur Kalena, puding Yang
terkontaminasi |
[Streptococcus [S=20jam | Mual;montah, dare | Makanan yang ter
feecais | | kootaminast |
Enterococcus | 2=1jam | Mua, mantah, dare | Melalui_makanan Waleng
yang terkontaminasi |
Masa Inkubs
Sesuai dengan etiologi diare. Lihat tabel 1
Sumber dan Cara Penularan
Cara penularan diare adalah secara fecal-oral. Tinja penderita diare mengandung
kuman yang dapat mencemari sumber air bersih dan makanan. Penyebarannya melalui
lalat, tangan tercemar.
Pengobatan
Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan
Diare), yang terdiri_atas
1) Oralit Osmotaritas Rendah
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan di rumah dengan memberikan
oralit. Bila. tidak tersedia, berikan lebih banyak cairah rumah tangga yang mempunyai
osmolaritas rendah yang dianjurkan seperti air tain, kuah sayur dan air matang.
Edisi Revisi Tahun 2017PEDOMAN PENYELIDKAN DAN PENANGGULANGHN KL PENYAKITMENULAR DAN KERACUNAK PANGAN a
2) Zine
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta
mencegah terjadinya diare ulang pada 3 bulan berikutnya.
Zine diberikan pada setap diare dengan dosis, untuk anak berumur kurang dari 6 bulan
i diberikan 10 mg (1/2 tablet) zine per hari, sedangkan untuk anak berumur lebih dati 6
: blan diberikan 1 tablet zine 20 mg. Pemberian zinc diteruskan sampai 10 hari, walaupun
‘ diare sudah membaik, Hal_ini untuk mencegah kejadian diare ulsng selama 3 bulan ke
' depan.
yo 3) Pemberian ASI / Makanan
i Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
| penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.
4) Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotik hanya bermanfaat pad anak dengan diare berdarah, suspek kolera dan
infeksi-infeksi diluar saluran pencernaan yang berat, seperti pneumonia. Obat
antiprotozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (aruba, giardia)
5) Pemberian Nasihat
Ibu atau keluarga yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasihat tentang
a) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan (diare lebih sering,
muntah berulang, sangat haus, makan atau minum sedikit, timbul demam, tinja
berdarah, tidak membaik selama 3 hari
Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan Bagan rencana pengobatan yang
sesuai (Lampiran 1)
1) Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah
2) Rencana terapi 8 untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang di Sarana
Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam
3) Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di Sarana Kesehatan
dengan pemberian cairan intra Vena.
DIARE BERDARAH
Diare berdarah atau disentri adalah diare disertai darah dan/atau dan lendir dalam tinja
dapat disertai dengan adanya tenesmus.
Diare berdarah (disentri) dapat disebabkan oleh penyebab diare, seperti infeksi bakteri,
parasit dan alergi protein susu sapi, tetapi sebagian besar disentri disebabkan oleh infeksi
bakteri. Penularannya secara fekal oral. Infeksi ini menyebar melalui makanan dan air yang
terkontaminasi dan biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi dan hygiene perorangan yang
buruk.
Di Indonesia penyebab disentri adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter jejuni,
Escherichia cali (E. coli), dan Entamoeba histolytica, Disentri berat umumnya disebakan oleh
i Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Salmonella dan Entero Invasive E. Coli (EEC).
‘Aspek khusus penatalaksanaan disentri adalah pengobatan antibiotik oral (selama 5
: hari), yang masih sensiti terhadap Shigella menurut pola setempat atau di negara tersebut. Obat
lini pertarva untuk disentei adalah Cotrimoksasol.
\ okas cimana § feenert yong terbenyak, ansbiotk yang sensi? (100%) antara fin aaah
r. Siproiotsasn,Moramferito,asam naldsat, scfakzon, dan aettomiin, Temetopim Yang duly
{ Giorankan sebape ini pertame udeh féak Ses (50 lg (Putnam et 3 2007), Sedangkan
penelitian di Jakarta pada bulan Juli hingga Oktober 2005 menunjukkan bahwa Shigella sonnei dan
Shigella flexneri sensitif terhadap siprofloksasin, kloramfenikol, asam nalidiksat, dan sefiksim;
sedangkan kotrimoksazol, kolistin, dan tetrasikiin sudah mengalami resistensi (Elvira etal, 2007).
Cai Reis Tahun 2007“COTRIMOKSASOL
umur (2x sear setama Shari) |
atau Tablet Dewasa | Tablet Anak | SirupperSml
BERATEADAN | (aometmps | (2omeTmp+ | (4Om¢ Tmps 200me
sronasey_| toons |
2-<4bulan ~ ~ |
(4-64) * 2
abin- bila tidak, stop pelacakan !!!
Tanggatlahir bays —Tanggal mulai sakit _
Bila bay! meninggal tg meringgal’_____Umur meringgal=_____har
Waktu thir apakah bayi menangls " @ Va». Tidak Tidak Tahu
Bila jawaban no 4 tidek tahu, maka tanyakan apakah terlinat tands-tanda kehidupan lain dari bay (mis, sedikit
gerakan)2. Ya b Tidak, Tok tahu
Selelah lahir apakah bayi bisa mene'ak atau mengisap susu botol dengan balk 8, Ya b. Tidak c. Tidak tahu
> bila jawaban tidak, stop pelacakan !!!
7. Apakah 3 nani kercudian iba-tiba mulut bayi mencucu dan tidak bisa menetek: a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
‘> bia janaban tidak, step pelacakan It!
8. Apakah bayi mudah kejang jika disentun/lerkena sinar atau bunyi a Ya b, Tidak o. Tidak tahu
9. Apakah bay dirawat : a. Ya b. Tidak
Bia ya, dimana RS/Puskesmas Tol, Mulal dirawat_
410. Keadaan bay! setelah drawal a. Semibah B. Belum sembuhe, Meninggal
1M RIWAYAT KEHAMILAN a _
No | Kehamilan Ke | Nama Pemerikea 1 Ramat ~[ Frekuenst
L | _| Pemeriksaan \
41. Apakeh ibu pernah mendapat Imunisasi TT pada waktu hamil bay ini: a. Ya. tidak
2. Sumber informasi imunisasi TT: a. Ingatan b, Buku catalan
3, Berepa kali mendapat imunisasi TT pada saat kehamilan bayi tersebut
@ Pertama kali: bulan, teh. Imunisesi
». Kedua kali: butan. igh. Imunisasi ~
4. Perahkah iou mendapat imunisasi TT pada kehamilan Sebelumnya a. Ya b. Tidak
Bila "Ya": kepan mendapat suntikan
2. Kehamilan ke Berapa kal
». Kehamilan ke Berapa Kall
«. Kehamilan ke “Barapa kali
4. Kehamilan ke Beran kali 7
©. Kehamilan ke _Berapa kali _—
Pernahkah ibu mendapat suntan TT calon penganiin : a. ya b. Tidak Bits "Ya" kapan
mendapat suntkan: a, Tahun: ____b, Berapa kal
5. Tentukan status TT ibu pada saai kehamilan bay lersebut berdasarkan jawaban no 3 dan 4 dengan
mempertimbangkan interval waktu pemberlan TT
at 112 ¢.1T3 114 eTTS
TELM Edisi Revisi Tahun 2017PEDOMAN PENYELIKAN DAY PENANGGLLANGAN KLS PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN Pancany 7
WW. RIWAYAT PERSALINAN
No | Kehamila Ke "| Nam
1 —t -
i
+ Tali pusat dipoiong dengan
1 Sunting DSilcl — CPisay d Sembiy @, Teak tahu f Lain-ain
2 Setelah tak pusat dipotong obat apa saja yang dibubuhkan di ali pusat
&Aikohei —&, Betadin MYedium —_&, Ramuan tradisionat
. 2. Stay yang morawal tai puset sojak lahir sampaitali pusat puput
2a. Tenaga kesehal 'b. Bukan Tenaga kesehatan
4 Onavramuan apa yang cibubuhkan selama merawat tat pusal
Kesimpulan Diagnosis: a. Konfirm TN b. Tersangka TN ¢. Bukan TN
‘Cakopén Porsalinan Tenaga Kesehatan
| Gakupan Kunjungan Neonatus 2. KNI
Tim Pelacak
“abatan
a_i
Tanda Tangan
’
Edisi Revisi Tahun 2017PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
;. MENINGITIS MENINGOKOKUS
Meningitis meningokokus adalah penyakit yang disebabkan oleh —_bakter
meningokokus, yang dapat menginfeksi selaput otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit
ini jika tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kerusakan otak dan berakibat fatal
pada 50% kasus. Terdapat berbagai macam bakteri yang dapat menyebabkan meningitis.
Neisseria Meningitidis merupakan salah satu bakteri yang berpotensi menyebabkan wabah
yang besar. Terdapat 12 macam serogroup N. Meningitidis yang telah diidentifikasi, 6
diantaranya (A, 8, C, W, X dan Y} dapat menyebabkan wabah.-Salsh satu upaya pencegaian
dapat dilakukan dengan vaksinasi. Wilayah yang dikenal sebagai meningitis belt adalah sub-
sahara Afrika yang membentang dari Senegal di bagian Barat sampai ke Ethiopia di Bagian
Timur.
a. Gambaran Klinis
Gejala yang paling umum adalah demam mendadak, nyeri kepala hebat, mula dan
sering disertai muntah, kaku kuduk dan seringkali timbul ruam petekie dengan makula
merah muda atau sangat jarang berupa vesikel. Sering terjadi delirium dan koma; pada
kasus berat timbul gejala prostrasi mendadak, ekimosis dan syok. Meningitis bakteri dapat
mengakibatkan kerusakan otak, gangguan pendengaran atau ketidakmampuan belajar
pada 10% sampai 20% dari korban. Meningococcemia dapat timbul tanpa mengenai selaput
‘tak dan harus dicurigai pada kasus-kasus demam akut yang tidak diketahui penyebabnya
dengan ruam petekie dan lekositosis.
Diagnosis
Diagnosis awal meningitis meningokokus dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinis
iikuti dengan pungsi lumbai yang menunjukkan cairan tulang belakang (LCS) bernanah
Diagnosis pasti dibuat dengan ditemukannya meningokokuspada LCS atau darah. Pada
kasus dengan kultur negatif diagnosis dibuat dengan ditemukannya polisakarida terhadap
grup spesifik meningokokus pada LCS dengan teknik 1A, CIE dan teknik koaglutinasi, atau
ditemukannya DNA meningokokus pada LCS atau pada plasma dengan PCR. Pemeriksaan
mikroskopis dengan pewarnaan gram, sediaan yang diambil dari petekle.
b. Etiologi
‘Neisseria meningitidis, suatu jenis meningokokus dengan beberapa serogrup telah di
Identifikasi menyebabkan meningitis, yaitu grup A, 8, C, W135, X, Y dan Z, KLB N,
Meningitidis biasanya disebabkan oleh strain yang berdekatan. Grup A, B, C, W135, dan X
dapat menyebabkan Epidemic Distribusi Geografis dan kemampuan epidemi berbeda
sesuai dengan serogrup tersebut.
© Masa inkubast
Masa inkubasi rata-rata adalah 3-4 hari, tetapi dapat bervariasi antara 2-10 hari,
d. Sumber dan Cara Penularan
Penularan terjadi dengan kontak langsung seperti melalui droplet dari saluran
pernafasan atau sekresi tenggorokan dari karier. Prevalensi karier dapat mencapai 25%
atau lebih dapat terjadi tanpa ada kasus meningitis. Penularan dapat terus terjadi sampai
kuman meningokokus tidak ditemukan lagi di hidung dan mulut. Meningokokus biasanva
hilang dari nasofaring dalam waktu 26 jam setelah pengobatan dengan antibiotika. \.
Meningitidis hanya menginfeksi manusia tidak ada reservoir hewn,
fe. Pencegahan
1) Untuk perlindungan jangka panjang dilakukan vaksinasi untuk beberapa kasus
meningitis seperti. yang berhubungan dengan meningokokus, Haemophilus
influenzae type 8, pneumokokus atau infeksi virus mumps. Vaksir: ini bertahan dalam
tubuh selama 24 bulan dan antibodi akan terbentuk maksimal setelah 1 bulan
pemberian vaksinasi
Edisi Revisi Tahun 2017ree camamenmatases: err be
{
+
i
t
PEDOMAN PENYELIOKAN DAN PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN SE
°
\Vaksin meningokokus tersedia untuk grup A, C, W135 dan Y. Di negara-negara di mana
vaksin untuk meningitis C diperkenalkan, kasus-kasus yang disebabkan oleh patogen ini
sudah jauh menurun, Sast ini tersedia vaksin kuadrivalen, yang menggabungkan
keempat senis vaksin itu
2) Untuk perlindungan jangka pendek dengan penggunaan antibiowk
Profilaksis antibiotik jangka pendek adalah sebuah metode pencegahan fain, terutam:
untuk meningitis meningokokus. Pada kasus meningitis meningokokus, pengobatar
profilaksis pada orang yang berkontak erat dengan antibiotik {misainya rifampis
siprofloksasin atau seftriakson} bisa menurunkan risiko mereka untuk menderita
penyakit tersebut, tapi tidak melindungt terhadap infeksi di kemudian hari. Resistens
terhadap rifampisin mulai meningkat sejak digunakan, sehingga dianjurkan untus
mempertimbangkan penggunaan antibiotik lain. Walaupun antibiotik sering digunakan
dalam upaya untuk mecegah meningitis pada mereka yang mengaiami fraktur tulang
tengkorak basilar tidak ada cukup bukti untuk menentukan apakah hal ini bermanfaat
atau membahayakan. Hal ini berlaku baik bagi mereka yang mengalami kebocoran LCS
maupun yang tidak.
3) Perubahan prilaku, seperti menutup hidung dan mulut (menggunakan masker} jike
sedang flu atau bersin, mencuci tangan dengan sabun setelah membuang ingus
Pengobatan
Meningokokal berpotensi kematian dan harus mendapatkan pengobatan 38°C) mulai dari
yang ringan (influenza like les) sampai dengan Pneumonia, ditambah salah satu
keadaan di bawah ini
a} Dalam 7 hari sebelum sakit, pernah kontak dengan kasus konfirmasi influenza
b) Dalam 7 hari sebelum sakit pernah berkunjung ke area yang terdapat satu atau lebih
kasus konfirmasiinfluenza
2) Probable
Seseorang dengan gejala di atas disertai dengan hasil pemeriksaan laboratorium
positif terhadap Influenza A baru tetapi tidak dapat diketahui subtipenya dengan
menggunakan reagen influenza musiman atau Seseorang yang meninggal karena penyakit
infeksi saluran pernapasan akut yang tidak diketahui penyebabnya dan berhubungaan
secara epidemiologi {kontak dalam 7 hari sebelum onset) dengan kasus orobable atau
konfirmasi
Edisi Revisi Tahun 2017ig
3) Konfirmasi
Seseorang dengan gejala di atas sudah dikonfirmasi laboratorium dengan
pemeriksaan satu atau lebih test di bawah ini
a) Real time PCR
b) Kultur virus
¢). Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza dengan netralisasi tes
Diagnosis influenza secara klinis dibagi atas kriteriaringan, sedang dan berat.
1) Kriteria ringan yaitu gejala Il, tanpa sesak napas, tidak disertai pneumonia dan tidak ada
faktor risiko
2) Kriteria sedang gejata IL! dengan salah satu dari kriteria: faktor risiko, penumonia ringan
(bila terdapat fasilitas foto rontgen toraks) atau disertai Keluhan gastrointestinal yang
mengganggu. seperti mual, muntah, diare atau berdasarkan penilaian klinis dokter yang
merawat
3) Kriteria berat bila dijumpai kriteria yaitu pneumonia luas (bilateral, multilobar), gagal
rnapas, sepsis, syok, kesadaran menurun, sindrom sesak napas akut (AROS) atau gagal multi
organ.
Etiotogi
Penyakit Influenza disebabkan oleh virus Influenza. Virus influenza terdiri dari 3 tipe
(A, 8 dan C). Virus Influenza A adalah jenis virus yang dapat menginfeksi manusie dan
ewan sehingga kemungkinan terjadinya mutasi di alam akibat interaksi antara manusia
dan hewan, sangat besar. Virus Influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia
Virus influenza sangat mudah, virus influenza yang bermutasi dapat menyebabkan
kesakitan dan kematian yang tinggi. Kemudahan bermutasi ini juga yang dapat menyebabkan
fpandemi akibat terbentuknya subtipe-subtipe baru yang lebih patogen. Selain virus Influenza
A, virus Influenza tipe 8 juga dapat menyebabkan pandemi namun dengan skala yang lebih
kecil. Virus Influenza tipe C cukup stabil sehingga tidak pernah menyebabkan epidemi yang
besar.
Sampai saat ini telah terdapat 17 subtipe HA dan 10 subtipe NA, Munculnya virus
influenze dengan protein hemagglutinin (HA) baru pada populasi manusia, dimana manusia
belum mempunyai kekebalan terhadap virus tersebut dan mudahnya transmisi virus baru
inj antar manusia menyebabkan terjadinya pandemi influenza
Virus Influenza yang bersirkulasi di Indonesia pada manusia adalah virus influenza
musiman Influenza A (HINIpdm0S dan H3N2), Influenza B. Adapun virus avian influenza
A (HSN) dapat _menginfeksi manusia pada keadaan tertentu dan terbatas penularan dari
uunggas ke manusia. Virus influenza dapat tetap menular dari permukaan suatu benda yang
terkontaminasi virus ini hingga 3. bulan pada suhu dingin. Virus influenza dapat bertahan
hidup di air pada suhu 0°C selama lebih 30 hari dan pada suhu 22°C selama 4 hari
Masa Inkubasi
Masa inkubasi berkisar antara 1-7 hari, sedangkan masa penularan berkisar antara 1
hari sebelum mulai sakit (onset) sampai 7 hari setelah onset. Namun puncak dari virus
shedding (pengeluaran virus) terjadi pada beberapa hari pertama sakit
|. Sumber dan Cara Penularan
Cara penularan penyakit dapat melalui penularan langsung (saat orang yang. terinfeks
bersin, terdapat lendir hidung yang masuk secara langsung pada mata, hidung, dan mulut dari
orang lain); melalui udara yaitu saat seseorang menghirup aerosol (butiran cairan kecil
dalam udara) yang dinasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah
("Droplet infection’); dan melalui penularan tangan-ke-mata, tangan-ke-hidung, atau tangen
ke-mulut, baik dari permukaan yang terkonteminasi atau dari Kontak personal langsung
Ci Reva Tah 7ra
seperti bersataman, Cara penularan mana yang paling efektif masih belum jelas, namun
semuanya memiliki kontribusi dalam penyebaran virus
Pengobatan
1) Kasusringan
Sebagian besar kasus akan sembuh dalam waktu satu minggu. Penanganan pada
kasus ringan tidak pemerlukan perawatan RS, tidak memerlukan pemberian antivirus
kecuali kasus dengan klaster serta diberikan pengobatan simptomatik. Komunikasi
Informasi Edukasi (KIE) diberikan pada pasien dan keluarga. Pasien diamati selama 7
hari. Pengobatan simptomatik diberikan sesuai gejala,
2) Kasus sedang
Perawatan di ruang isolasi dan diberikan antivirus. Dilakukan pemeriksaan RT-
PCR hanya satu kali pada awal, Jika keadaan umum dan klinis baik dapat dipulangkan
dengan KIE. Jika terjadi perburukan segera rawat ICU.
3) Kasus berat.
Perawatan di ruang isolasi ICU/PICU/NICU dan diberikan antivirus serta diperiksa
RT-PCR satu kali pada awal. Pada influenza A baru yang berat dengan pneumonia
.gambarannya sama dengan pneumonia pada flu burung
4) Kasus berat pada anak
Apabila terdapat pneumonia dan/atau ditemukan gejala berbahaya / berat seperti
tidak bisa minum, muntah terus menerus, kebiruan di sekeliling bibir, kejang, tidak sadar ,
anak dibawah 2 tahun dengan demam atau hipotermia, pneumonia luas (bilateral,
multilobar), gagal naps, sepsis, syok, kesadaran menurun, ARDS sindroma sesak nafas
akut), gagal multi organ.
5) Kriteria rawat ICU
Yaitu gagal_napas (kriteria gagal napas: analisis gas darah PaCO2< 30 mmHg,
frekuensi pernapasen > 30 x/m, pada anak sesuai usia, rasio Pa02/Fi02< 200 ARDS, <300
ALI), syok (kriteria. syok: tekanan darah diastolic < 80 mmHg, pada anak takikarcia, laktat
dehirogenase > 4, bila tersedia fasilitas)
tiviral
1) Direkomendasikan pemberian Oseltamivir atau Zanamivir. Zanamivir dapat diberikan pada
kasus yang diduga resisten Oseltamivir atau tidak dapat menggunakan Oseltamivir.
2) Pemberian antiviral tersebut diutamakan pada pasien rawat inap dan kelompok risiko
tinggi komplikasi
3) Pengobatan dengan Zanamivir atau Oseltamivir harus dimulai sesegera mungkin dalam
waktu 48. jam setelah awitan penyakit.
4) Dosis pemberian Oseltamivir untuk dewasa adalah 2 x 75 mg selama 5 (lima) hari,
dapat diperpanjang sampai 10 hari tergantung respons klinis.
2 Dosis pemberian Zanamivir untuk usia > 7 tahun dan dewasa adalah 2 x 10 mg inhalasi.
8) Dosis Oseltamivir pada anak, 2 mg/kg BB dibagi dalam 2 (dua) dosis atau berdasarkan
kisaran berat badan,
Surat Badan Dosis Oseltami
Ke 30mg (2x/hari)
35-23 Ke 45 mg (2x/hari)
24-40 Ke 601mg (2x/hari)
>40Kg 75mg (2x/hari)
vendasi dasis aseltamivir untuk anak < 1 tahun.
Dosis Oseltamivir
+ 3bulan 2.mg (2x/hari)
3-8 bulan 201mg (2x/hari)
6-21 hulan 25 mg (2x/nari)
Edisi Revisi Tahun 2017 ~8) Perempuan hamil direkomendasikan untuk diberi Oseltamivir atau Zanamivir.
9} Antiviral tidak direkomendasikan untuk profilaksis pada influenza A,
1) Bila terjadi pneumonia maka antibiotik direkomendasikan untuk diberikan berdasarkan
kejadian (evidence based) dan pedoman pneumonia didapat masyarakat. Antibioti!
- diberikan sesuai pedoman
2} Tidak direkomendasikan pemberian antibiotik profilaksis
3) Rekomendasi antibiotik pada dewasa yang dianjurkan adalah golongan betalaktam atau
- sefalosporin generasi Ill, aminoglikosida atau fluorokuinolon respirast (levotloksasin atau
moksifloksasin) kecuali untuk anak
4) Pada anak dengan pneumonia ringan dapat diberikan Amoxiciline dosis tinggi
40-SOmg/KgBB/kali, diberikan 2 kali sehari dan bila klinis berat Ampicillin
injeksi (1V) dapat dikombinasikan dengan golongan Aminoglikosida yaitu Gentamisin
(7.5mg/kg88/he) atau Amikasin (15-25 m/kgae/r).
gem mbar cacy enencees ahead
Kortikosteroid
1) Penggunaaan kortikosteroid secara rutin harus dihindarkan pada pasien influenza A baru,
2) Dapat diberikan pada syok septik yang memerlukan vasopresor dan diduge mengalami
adrenal insufisiensi. dapat diberikan dosis rendah hidrokortison 300 mg /hari dosis tarbagi
f. Epidemictogi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, dan bersirkulasi sepanjang tahun. Virus
influenzé) musiman dan pandemi adalah virus yang sangat mudan menular antar manusia dan
menyebar terutama melalui batuk dan bersin. Penyakit ini tercatat paling tinggi pada musi
dingin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di negara tropik
Di Indonesia, kasus infeksi influenza musiman berlangsung terus sepanjang tahun
yang mengikuti pola sirkulasi virus influenza musiman, Pandemi influenza yang terjadi pada
abad ke 21 yaitu pandemi yang disebabkan oleh virus Infiuenza AHIN1 (tahun 2009) yane
merupakan virus gabungan (reassortment) antara virus manusia, unggas dan babi. Influenze A
HIN pdm09 tahun 2003-2017 terdeteksi positif dengan jumlahpenderita positif adalah 136!
orang. Influenza ini sudah beredar secara luas di masyarakat.
Pada umumnya risiko penularan virus influenza meningkat pada bayi atau anak-anak
orang berusia lebih dari 50 tahun, orang dengan kondisi sistem imun yang lemah seper
pada HIV/AIDS, hamil, kemoterapi dan transplantasi organ, serta pada orang-orang yank
memiliki penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit jantung, penyakit ginjal atau par
paru.
Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada individu di atas
i 65. tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-penyakit tertentu. Pada anak
anak usia 0- 4 tahun, yang berisiko tinggi komptasi angka morbiditasnya adaiat
'500/100.000 dan yang tidak berisiko tinggi adalah 100/100.000 populasi. Pada epider:
influenza 1969-1970 hingga 1994-1995, diperkirakan jumish penderita influenza yang masuik
rumah sakit 16.000 sampai 220.000/epidemik. Kematian influenza dapat teriadi karen
pneumonia dan juga eksaserbasi kardiopulmoner serta_ penyakit kronis lainnya,
8. Kejadian Luar Biasa
Kriteria KLB Influenza musiman sesuai dengan kriteria penetapan KLB pada Permenkes
. 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan
Wabsh dan Upaya Penanggulangan,
kriteria KLB Inluenza A Baru bila ditemukan 1 kasus influenza yang terkonfirmasi.
1) Penyelidikan Epidemiologi
4
Edisi Revisi Tahun 201
7PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN
vendikan Zoidemiclogi ditakukan untuk:
‘dentifikasi dini kasus, Kontak dan xasus tambahan
’) Menetapkan besarnya masaiah
¢). Identifikasi daerah dan populasi berisiko tinggi
4) Mengetahui pola penyebaran di masyarakat
) Mendapatkan arah upaya penanggulangan
Sasaran penyelidikan epidemiologi influenza A baru adalah semua masyarakat
yang mempunyai risiko terjangkit Flu A baru tersebut, meliputi
2) Orang yang baru kembali dari daerah terjangkit
b) Kontak penderita
©) Tenagakesehatan
a) Persiapan Sebelum ke Lapangan
Koordinasi tim dengan Lintas Program/Lintas Sektor
Persiapan administrasi
Persiapan logistik : masker standar investigasi untuk semua petugas dan untuk
penderita serta kontak lain, alat pemeriksaan penderita (stetaskop dan sebagainya},
alat_wavrancara formulirisian), dan leaflet serta brosur untuk keluarga penderita
Rapat persiapan tim
Investigasi dilakukan oleh tim investigasi yang telah ditetapkan dan ditambah
bila diperlukan serta berkoordinasi dengan tim Propinsi, Kab/Kota dan Puskesmas
Persiapan langkah-langkah investigasi : daftar kegiatan yang akan dilakukan selama
i iapangan (satu fembar saja}, beserta formulir wawancare dan pemeriksaan
untuk penderita dan untuk kasus tambahan serta peralatan medik dan laboratorium.
Pencegahan Universal Untuk Tim Penyelidikan Epidemiologi
Sampai dengan saat ini, penderita dapat menjadi sumber penularan, oleh
karena itu perlu_dilakukan upaya pencegahan.
Upaya pencegahan bagi petugas yang ke lapangan
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
‘Mencuci tangan dengan sabun atau alkohol setelah memeriksa penderita
~ Menjaga jarak bicara kurang lebih 2 meter
Membuang APD yang sudah dipakai diperlakukan seperti sampah medis.
©) Kegiatan di lapangan
- Satu orang anggota tim masuk ke rumah dengan menggunakan masker, dan
segera_menjelaskan rencana kegiatan, masalah Flu A baru, hubungan dengan
anggota keluarga yang dicurigai sebagai penderita Flu A baru(belum pasti), risiko
penularan kepada anggota keluarga yang lain.
Tegaskan bahwa tim akan membantu keluarga ini mencegah berkembangnya
penyakit diantara anggota keluarga.
Sedapat mungkin penderita diminta tidur di tempat tidur dan mengenakan masker.
Setelah dipersilakan, maka anggota tim yang lain masuk ke rumah. Gunakan
masker pada waktu akan masuk ke rumah penderita
= Timmelakukan wawancara dan mengisikan dalam formulir penyelidikan
Apabila ditemukan suspek maka segera dikoordinasikan dengan dokter puskesmas
untuk proses rujukan.
= Semua kontak dipantau selma 10-14 hari dari kontak terakhir atau sesuai masa
inkubasi terpanjang
Memberikan pesan kepada keluarga dan masyarakat sekitar.|
}
P