Anda di halaman 1dari 238
BUKU PEDOMAN Penyelidikan Dan Penanggulangan Kéjadian Luar.Biasa Menular Dan Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit) Edisi Revisi Tahun 2017 BUKU PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN (PEDOMAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT) EDISI REVISI TAHUN 2017 Katalog Terbitan Kementerian Kesehatan Republik indonesia, 2017 Pembina dr. M, Subuh, MPPM; Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendelian Penyakit Pengarah dr, Jane Soepardi, MPH, D.Sc; Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Penulis dr. Nancy Dian Anggraeni, M. Epid; Subdirektorat Surveilans dr. Ann Natalia Umar; Subdirektorat Surveilans Dwi Mazanova, SKM, M.kes; Subdirektorat Surveilans Puhilan, SKM, M. Epid; Subdirektorat Surveilans Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans Abdurahman, SKM,M.Kes; Subdirektorat Surveilans Ua Septiana, SKM, M.kes; Subdirektorat Surveilans Muammar, SKM,M.Epid, Subdirektorat Surveilans Vivi Voronika, SKM ; Subdirektorat Surveilans dr. Cornellya ; Subdirektorat Surveilans dr. Rusipah, M.Kes; World Health Organization Indonesia dr. Sidik Utoro, M.Kes; World Health Organization Indonesia Niprida Mardin, SKM., M.kes; World Health Organization Indonesia Kontributor Johanes Eko Kristiyadi, SKM, MKM; Subdirektorat Zoonosis dr. Yullita Evarini Yuzwar, MARS; Subdirektorat Hepatitis dan Penyakit infeksi Saluran Pencernaan M. Edy Hariyanto, SKM, M.Epid; Subdirektorat linfeksi Saluran Pernafasan Akut dr. Fatchanuraliyah, M.Epid; Subdirektorat Filariasis dan Kecacingan Sri Budi Fajariyani, SKM; Subdirektorat Malaria Rohani Simanjuntak, SKM,MKM ; Subdirektorat Arbovirosis Rahpien Yuswani, SKM, M.Epid; Subdirektorat Higiene Sanitasi Pangan dr. Suhesti Dumbela; Subdirektorat Karantina Kesehatan Editor Puhilan, SKM, M. Epid; Subdirektorat Surveilans PEI isi revi tanun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLS PENVAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan karunia dan rahmat-Nya, pada akhirnya Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit) Edisi Revisi Tahun 2017 Ini dapat selesai disusun. Indonesia merupakan Negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para Tim Gerak Cepat maupun petugas survellans yang diterjunkan ke lapangan, Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan Tim Gerak Cepat maupun petugas surveilans di lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingge memudahkan kinerja Tim Gerak Cepat maupun petugas surveilansmengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB. Buku Pedoman ini adalah pedoman praktis berbasis epidemiolog! untuk melakukan penyelidikan dan penanggulangan KLB penyakit menular dan keracunan pangan, yang merupakan panduan teknis dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/per/x/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Waban dan Upaya Penanggulangannya serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 86/Menteri/per/X/2014 tentang Penanggulangen Penyakit Menular. Buku ini dinarapkan dapat menjadi 2cuan sumber informasi epidemiologi penyakit menular yang berpotensi terjadi KLB dan keracunan makanan, serta panduan bagi petugas epidemiologi untuk melakukan upaya-upaya penanggulangan KL secara terstruktur Akhirnya semoga keberadaan buku ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau rujukan intormasi oleh semua pihak terkait yang membutuhkan sehingga dapat memperkuat peran surveilans epidemiologi di masa yang akan datang, Tidak lupe kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya buku pedoman ini, kami sampaikan terima kasih. sakarta, Mei 2017 Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 7 dr. HM, Subuh, MPPM a Edisi Revisi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDKAAN OAN PENANGGULANGAN KLS PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. KATA PENGANTAK Penyelidikan dan penanggulangan KLB sangat bergantung dari kemampuan dan kemauan petugas pelaksana yaitu Tim Gerak Cepat maupun petugas surveilans. Salah satu tantangan dan sekaligus keunggulan seorang ahli epidemioiogi adalah pada kemampuannya melakukan penyelidikan suatu Kejadian Luar Biasa (KLB] KLB seringkali diikuti dengan kejadian yang sangat cepat, banyak orang terserang dan tuas wilayah yang terserang bisa sangat iuas, serta dapat menimbulkan kecemasan berbagai pihak. Satu petugas dengan petugas lain seringkali saling menyatahkan, bahkan masyarakat pun disalahkan. Pada situasi seperti ini diperlukan seorang ahli epidemiologi, yang dituntut selalu bertindak tenang, professional, berpegang pada dasar-dasar ilmiah, pendekatan sistematis, dan berorientasi pada upaya penyelamatan dan pencegahan pada populasi yang mengalami KLB. Buku ini merupakan pedoman praktis penyelidikan dan penanggulangan KLB di lapangan yang ‘menjelaskan aspek Klinis, aspek epidemiologis, dan langkah-langah penyelidikan dan penanggulangan KLB. Buku ini tidak membahas secara mendalam tentang patofisiologi, mikrobiologi, entomologi, dan sanitasi lingkungan. Buku ini dapat menjadi referensi dalam penanggulangan KLB seperlunya, sebagaimana dimaksud datam Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan PP No. 4G tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, serta menjadi penjabaran pelaksanaan teknis dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 86/Menteri/per/X/2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Tak ada gading yang tak cetak, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang akan lebih menyempurnakan buku ini. Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan buku ini Jakarta, Mei 2017 Direktur Survellans dan Karantina Kesehatan a cas dr. Jane Soepardi, MPH, D.Sc - CasiRevsiTonan 07 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN DAFTAR IS! Halaman HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR i SAMIBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT i DAFTARISI iv BAB| PROGRAM PENGENDALIAN KEJADIAN LUAR BIASA {KLB) PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 1 A. Pendahuluan vt B. Tujuan . 1 . Dasar Hukum 2 D. Pengertian ennui a2 E. Program Pengendalian Kib Penyakit Menular Dan Keracunan Pangan 3 BAB II LANGKAH-LANGKAH PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB 5 A. Tata Cara Pelaksanaan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB sone 8. Kegiatan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB : 18 BABII PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KiB PENYAKIT BERPOTENSIKLB 31 A. PenyakitZoonosis 31 Lo ANAKS so nnnnnnnnnnnnn se sooo 31 2. Flu Burung / Avian influenza (HSN) en 233 3. Leptospirosis fone 38 4. Pes - 50 5. Rabies - 36 8. PenyakitArbovirosis “ - - 63 1. Demam Berdarah Dengue (D80) 63 2. Demam Chik (Chikungunya) sen sone nm 3. Demam Kuning (Yellow Fever) -nsnsnnnnsnnesniitnnnesininnnane 78 4. Japanese Encephalitis (1) aL a en see 86 6. Fllariasis... . 96 C.Penyakit Diare dan Infeksi Saluran Pencemnaan .e.nm seni 1OL 1 Diate an 7 . 101 Diare Berdarah Kolera/Suspek Kolera 2. Hepatitis A smn sesnannnseene WM 3. Hepatitis £ qa 4. Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut / Hand Foot Mouth Disease {11FMD) «nee 126 ©. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu - 130 Bo CAMPAK ors 130 2. bifteri sn 139 Bo PEMUSIS sn - . “7 4. Poliomyelitis. - 7 oo 155 5. Tetanus Neonatorum 160 6. Meningitis MeningokOKUS ov. a 166 € Penyakit InfeksiSaluran Pernapasan ry 1. Influenza A Baru... sn nines soe 172 2. Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERSCOV) navn 47 3. Penyakit Virus Ebota.. ves 187 Fast Revs Town 2077 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN BABIV Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Kerecunan Pangan ommone> Pendshuluan Penyebaran Pengertian Gambaran Klinis, Etiologi Penyelidikan Epidemiologi Penanggulangan Kejadian Luar Biasa 197 197 197 197 197 197 198 206 BABV Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Penyakit Misterius (belum diketahui penyebabnya) A mone DAFTAR PU! Pendahuluan Penyebaran Gambaran Klinis Etiologi Kejadian Luar Biasa ... ISTAKA 215 215 215 215, 215 23 = ‘dist Revisi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN BABI PROGRAM PENGENDALIAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN A, PENDAHULUAN Dalam upaya mewujudkan Indonesia yang lebih sehat, Kementerian Kesehatan menetapkan berbagai prioritas program kerja di bidang Kesehatan yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019, dimana salah satu indikator di bidang surveilans kesehatan adalah persentase respon < 24 jam terhadap sinyal penyakit berpotensi KLB yang muncul dalam Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) dengan target 90% pada tahun 2019, Sesuai dengan International Health Regulation (IHR) 2005 terdapat 8 kapasitas inti yang hharus dimiliki oleh setiap negara yaitu. Surveilans dan respon adalah dua kapasitas inti minilal yang, harus dilaksanakan dalam rangka deteksi detek, prevent dan respon terhadap ancaman masalah keshatan masy. Hal ini dituangkan dalam visi Global Health Security Agenda (GHSA) untuk perlindungan dan keamanan global dari ancaman penyakit infeksi, dimana surveilans dan respon berperan dalam hal ‘pencegahan dan mitigasi akibat dari terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang. . berhubungan dengan pathogen berbahaya serta deteksi cepat, memutuskan mata rantai penularan pada manusia dan mengurangi dampak ekonomi, politik dan keamanan akibat KLB. Upaya peningkatan di bidang kesehatan-dilakukan secara bertahap setiap tahunnya dengan berbagai macam strategi dan inovasi seiring dengan perkembangan penyakit yang berpotensi KLB dan masalah kesehatan, dimana masalah kesehatan ini sangat di pengaruhi oleh perubshan pola hidup, globalisasi, perubahan iklim, pembangunan dan pertumbuhan penduduk serta perkembangan agen penyakit. Meningkataya mobilisasi manusia dan barang dewasa ini mendorong semakin besarnya faktor risiko. menularnya penyakit lintas dan antar negara seperti HSN1, H7N9, MersCov dan Ebola serta ditemukannya laporan dari unit petayanan Kesehatan mengenai jenis penyakit yang belum diketahui, maka Kementerian Kesehatan menerbitkan Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa dan Keracunan Makanan yang telah disesuaikan dengan perkembangan masalah kesehatan. Buku pedoman ini merupakan acuan bagi program dan tenaga survellans yang telah dirancang secara terarah dan sisternatis meliputi peran dan tanggung jawab di semua tingkat . administrasi, balk daerah maupun di tingkat nasional dalam penanggulangan KLB di lapangan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat mencapaihasil yang optimal. . 8. TUJUAN 4. Tujuan Umum Dilaksanakannya pengendalian KLB penyakit menular dan keracunan pangan sesuai pedomar, 2. Tujuan Khusus 2. Menurunnya frekuensi KLB penyakit menular dan keracunan pangan b. Menurunnya angka kesakitan pada setiap KLB penyakit menular dan keracunan pangan & Menurunnya angka kematian pada setiap KLB penyakit menular dan keracunan pangan d, Menurunnya periode waktu KLB penyakit menular dan keracunan pangan fe. Terbatasnyadaerah/wilayah yang terserang KLB penyakit menular dan keracunan pangan sine Toman 707 EE PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN ¢. DASAR HUKUM, 1 Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit ‘Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447); Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIll/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/x/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 503); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 172); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Surveilans. \// Kesehatan D. PENGERTIAN 1 Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejedian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah (Permenkes No.1501 Tahun 2010) Kriteria KLB. Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut: a, Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah, b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya, . Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya, 4d. Jumiah penderita Seru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya. 2, Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau tebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah Kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya, i. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu_ menunjukkan kenatkan 50% (lima puluh persenj atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. a. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenatkan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun, waktu yang sama. Penanggulangan KIB adalah kegiatan yang dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Meliputi: penyelidikan epidemiologi; penatalaksanaan penderita, yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR OAN KERACUNAN PANGAN ze penderita, termasuk tindakan karantina; pencegahan dan pengebalan; pemusnahan penyebab penyakit; penanganan jenazah akibat KL8/wabah; penyuluhan kepada masyarakat; dan upaya penanggulangan lainnya, mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010, 4, Program Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen penanggulangan KLB yang bertujuan agar KLB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat E, PROGRAM PENGENDALIAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Sebagaimana pada umumnya, suatu program pengendalian KLB harus mengikuti siklus manajemen yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan monitoring/evaluasi 1. Perencanaan Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan tersebut memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna, Dalam menyusun perencanaan untuk pengendalian KLB penyakit menular dan keracunan makanan dapat mengikuti tahapan penyusunan perencanaan sebagai berikut: a. Lakukan analisis masalah . Yang dimaksudkan dengan analisis masalah adalah mempelajari secara cermat permasalahan yang ada terkait dengan pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB) yang selama ini terjadi di suatu wilayah. Analisis dapat diawali dengan kegiatan mengumpulkan semua data yang terkait dengan KIB tersebut kemudian data itu diolah dalam bentuk berbagai tampitan dan perhitungan-perhitungan. Dari pengolahan tersebut akan didapatkan daftar/listing masalah. Beberapa contoh masalah yang terkait dengan KLB dan keracunan misalnya 1) KLUB masih sering terjadi setiap waktu 2), Setiap KLB terjadi menyerang sejumlah besar penduduk 3) Setiap KLB terjadi memerlukan waktu lama untuk menghentikan 4) Sotiap KLB terjadi selalu disertai korban meninggal yang cukup banyak Dari serangkaian daftar masalah tersebut selanjutnya dicari akar penyebab dari masing- masing masalah, Banyak teori yang dapat digunakan untuk menelusuri akar ‘masalah salah satunya memakai teori sirip ikan. Dari kegiatan ini pada akhimnya akan didapatkan daftar masalah yang dilengkapi dengan akar masalahnya. b. Penetapan masalah prioritas . Setelah kita ketahui daftar masalah dengan berbagai penyebabnya, maka tugas selanjutnya adalah menetapkan prioritas masalah. Banyak teori yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah. Secars. sederhana penetapan prioritas dapat dipertimbangkan beberapa hal di bawah ini: 4 2). Keseriusan masalah, yang dapat diukur dari dampak yang ditimbulkan misalnya | angke _kematian dan kecepatan penularan 4 2) Ketersediaan teknologi atau kemudahan mengatasi masalah tersebut 3) Sumberdaya yang tersedia, i & Inventarisa i Seperti hainya identifikasi masalah dan penyebabnya, maka untuk alternatif A pemecahan masalah juga perlu diawali identifikasi berbagai alternatif pemecahan ] masalah. Dari berbagai alternatif masalah tersebut kemudian ditetapkan alternatif i pemecahan masalah yang paling prioritas. Untuk menetapkan prioritas alternatif | emecahan masalah dapat dipertimbangkan beberapa hal di. bawah Iternatif pemecahan masalah Edisi Revi Tahun 2017 ES PENYAKIT MENULAK DAN KERACUNAN PANGAN DOMAN PENYEL:DIKAN DAN PENANGGULANGAN “reid dakoya alter natii pemecahan masaiah terseout 1 Fristen tidaknya alternatif pemecanan masaiah tersebut ‘jenyusun dokumen perencanaan Setelah kita tetapkan prioritas altemnatit pemecanan masalah. maka lang! slanjutnya adalah menuangkan al-hal tersebut yaiam iokumen perencenaan. Dokumen perencanaan sebaiknya ditulis secara detail/rinc, agar setiap orang dapat memahami dengan mudah dari isi perencanaan tersebut. Beberapa Komponen penting yang sebaiknya ditampung dalam dokumen perencanzan adalah sebagai berikut 1) Target/tujuan yang akan dicapai_(sebaiknya memenuhi SMART = specific, measurable, achievable, reliable, timely) 2). Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan 3) Dimana kegiatan akan dilaksanakan 4) Kapan kegiatan akan dilaksanakan (jadwel waktu pelaksanaan) 5) Satuan setiap kegiatan 6) Volume setiap kegiatan 7) Rincian kebutuhan biaya setiap keglatan dan dari mana sumber biaya akan diperoleh 8) Ada petugas yang bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan 9) Metoda pengukuran keberhasilan 2, Pelaksanaan Pada prinsipnya tahap peleksanaan adalah tahap implementasi dari dokumen perencanaan, Oleh karena itu pada tahap pelaksanaan yang terpenting adalah menggerakkan seluruh komponen perencanaan, sesuai dengan jadwal waktu yeng telah ditetapkan, Mengkoordinasikan semua pihak/orang-orang yang bertanggung jawab dari setiap kegiatan, sehingga terjadi koordinasi dan kerjasama yang optimal. Hal-hal yang perlu diwaspadai pada tahap pelaksanaan ini adalah: 1) Kemungkinan tidak tepatnya waktu pelaksanaan seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan dari sebagian atau keseluruhan kegiatan. 2) Kemungkinan tidak terjadinya koordinasi antar kegiatan 3) Pemahaman yang berbeda dari penanggung jawab kegiatan 3. Pengendatian (monitoring/supervisi) Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang dapat mengancam pencapaian tujuan dari perencanaan tersebut maka diperlukan kegiatan monitoring secara kontinyu selama kegiatan berlangsung. Setiap kegiatan harus dilakukan supervisi secara rutin dan berkesinambungan. Supervisi dilakukan bukan berarti tidak percaya kepada pananggung jawab kegiatan namun semata-mata untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan benar-benar dilaksanakan sesuai dengan dokumen perencanaan. HEI se tenon 0r7 seanaran fwania-telamemeatetemeees menemesenabemtaaet PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. Bagi LANGKAH - LANGKAH PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN TATA CARA PELAKSANAAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB. Dalam melakukan penyelidikan dan penanggulangan KLB penyakit menular dan keracunati pangan dapat dilaksanakan dengan beberapa tahapan. Tahapan tersebut dapat dilakukan secarz bersamaan, yang terpenting dalam tahapan kegiatan dipastikan memuat selurun unsur-unsur dalam pelaksanaannya. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut Menegakkan atau Memastikan Diagnosis Untuk membuat penghitungan kasus secara teliti guna keperluan analisis di tahapan berikutnya maka perlu memastikan diagnosis dari kasus-kasus yang dilaporkan terhadap KLB yang dicurigai. ‘Alasan mengapa langkah ini penting adalah 3. Adanya kemungkinan kesalahan dalam diagnosis b. Memastikan adanya tersangka atau adanya orang yang mempunyai sindroma tertentu. © Informasi bukan kasus (kasus-kasus yang dilaporkan tetapi diagnosisnya tidak dapat dipastikan) harus dikeluarkan dari informasi kasus yang digunakan untuk memastikan ada/tidaknya suatu KLB, Diagnosis yang didasarken atas pemeriksaan klinis saja mudah salah, sering tanda atau gejale dari banyak penyakit adalah tidak begitu khas untuk dapat menegakkan suatu diagnosis. Beberapa faktor penyulit lain seperti banyak penderita tidak memperlihatkan sindroma yang khas bagi penyakit mereka, serta dimungkinkan banyak serotipe dari spesies penyebab penyakit menular terdapat secara bersamaan di masyarakat. Oleh karena itu, bila mungkin harus dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis. Namun kkarena beberapa konfirmasi laboratorium membutuhkan waktu, maka kriteria tanda-tanda den gejalagejala suatu penyakit seperti pada daftar dibawah dapat dipertimbangkan untuk menetapkan diagnosis lapangan. Selanjutnya dapat ditetapkan orang-orang yang memenubi kriteria/gejala berdasarkan diagnosis lapangan dapat dikategorikan sebagai kasus, sebaliknya orang-orang yang tidak memenuhi riteria/gejela dapat dikeluarkan dari kasus. Memastikan terjadinya KLB Dalam membandingkan insiden penyakit berdasarkan waktu harus diingat bahwa beberapa penyakit dalam keadaan biasa ( endemis) dapat bervariasi menurut waktu (pola temporal penyakit). Penggambaran pola penyakit penting untuk memastikan terjadinya KLB adalah pola musiman penyakit ( periode 12 bulan) dan kecederungan jangka panjang (periode tahunan). Dengan demikian untuk melthat kenaikan frekuensi penyakit harus dibandingkan dengan frekuensi penyakit pada tahun yang sama bulan berbeda atau bulan yang sama tahun berbeda, Tujuan tahap ini adalah untuk memastikan apakah adanya peningkatan kasus yang tengah berjalan memang benar-benar berbeda dibandingkan dengan kasus yang “biasa terjadi pada populasi yang dianggap mempunyai risiko terinfeksi. Apabila insidens yang tengah berjalan secara menonjol melebihi insidens yang. maka biasanya dianggap terjadi KLB. Perbedaan-perbedaan Kecil antara insidens yang "biasa" dan yang tengah berjalan dapat menimbulkan ketidakpastian, sehingga peneliti harus selalu waspada rmencari kasus-kasus baru yang dapat memastikan dugaan adanya KLB. Populasi beresiko pada KLB kadang belum dapat dipastikan dengan teliti apabila KLB baru tersangka. Untuk itu dapat diasumsikan dengan seluruh populasi yang tinggal pada daerah geografik atau institusi tertentu tempat penyakit terjangkit. Apabila tersangka KLB areata? PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLS PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN dixetahui atau diduga berjangkit di suatu oopulasi yang sangat terbatas misainva suatu sekolah, rumah perawatan, tempat pemeliharaan anak bay! disiang hari atau kelompok sosial tertentu, maka informasi yang ada tentang angka insidens yang "biasa” dan yang tengah erjalan pada kelompok yang bersangkutan dapat digunakan uncuk menetapkan terjadi atau tudaknya KLB. 11, Menghitung jumlah kasus/angka insidens yang tengah berjalan Agabila dicurigai terjadi suatu KLB, harus dilakukan penghitungan awal dari kasus- kasus yang tengah berjalan (orang-orang yang infeksinya atau keracunannya terjadi di dalam periode KLB) untuk memastikan adanya frekuensi kasus baru yang “berlebihan’, Pada saat enghitungan awal itu mungkin tidak terdapat cukup informasi mengenai setiap kasus untuk memastikan diagnosis. Dalam keadaan ini, yang paling baik dilakukan adalah memastikan bahwa setiap kasus benar-benar memenuhikriteria kasus yg telah ditetapkan: Konfirmasi hasil pemeriksaan penunjang sering memeriukan waktu yang lama, oleh karena pada penyelidikan KLB pemastian diagnostik ini sangat diperlukan untuk keperluan identifikasi kasus dan kelanjutan penyelidikan ini maka pada tahap ini paling tidak dibuat distribusi frekuensi gejala klinis Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada pada kasus sebagai berikut: a. Buat daftar gejala yang ada pada kasus b, Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut Susun kebawah menurut urutan frekuensinya Tabel 1. Frekuensi Gejala pada Kasus-Kasus Suspek Campak di 1", November 2013 _ [__Jumiah |” Prosentase | 1 | Bercak Kemerahan/Rash 62 100% 2_| Pilek “so | 95% [3 [Meta Merab/Conjungtivitis | 55 | 89% =| 4 [Panas>3e°C 54 | a Jumiah Kasus Laporan kesakitan yang diterima oleh dinas kesehatan segera dapat diolah untuk penghitungan kasus. Di samping catatan Dinas Kesehatan, sumbersumber tambahan lain seperti dokter, rumah sakit aau Klinik, dan laboretorium penting untuk diperhitungkan, Hubungen dengan dokter-dokter praktek kadang-kadang menyingkapkan kasus-kasus yang didiagnosis tetapi tidak dilaporkan, dan juga kasus- kasus tersangka yang diagnosisnya belum dapat ditegakkan. Rumah sakit dan klinik dapat memberikan informasi Klinis dan laboratorium mengenai kasus-kasus yang dirawat den melaporkan hasil tes diagnosis para tersangka secepatnya Kasus-kasus yang telah diketahul beserta orang-orang di sekitarmya merupakan sumber informasi yang penting untuk mendapatkan kasus-kasus tambahan yang tidak didiagnosis atau tidak dilaporkan. Kasus-kasus yang diwawancaral_mungkin memberikan ppetunjuk ke arah adanya kasus-kasus subklinis maupun klinis di antara anggota keluarganya, sanak saudaranya atau kenalannya. Wewancara itu mungkin dapat menuntun kepada penemuan sumber infeksi, atau kontak yang menjadi sakit Karena penularan dari kasus yang diwawancarai MEINE tahun 207 9 mae Me RRR nooner cee i PEDOMAN PENYELIDKAN DAN PENANGGULANGAN KL PENYAKIT ENULAR DAN KERACUNAN Pancan) @ HEE WV. Menggambarkan karakteristik KLB Seperti disebutkan di atas, KLB sebaiknya dapat digambarkan menurut variabel waktu, tempat dan orang. Penggambaran ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat disusun hipotesis_mengenai sumber, cara penularan, dan lamanya KLB berlangsung. Untuk dapat merumuskan hipotesis-hipotesis yang diperlukan, informasi awal yang dikumpulkan dari kasus-kasus harus diolah sedemikian rupa sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut a. Variabel waktu : 1) Kapan periode yang tepat dari KLB ini? 2) Kapan periode paparan (exposure) yang paling mungkin? 3) Apakab KLB ini bersifat “common source” atau ‘propagated source’ atau keduanya? b. Variabel tempat : 2) Dimanakah distribusi geografik yang paling bermakna dari kasus-kasus (menurut) tempat tinggal? Tempat kerja? Tempat lain? 2) Berapakah angka serangan (attack rate) pada setiap satuan tempat/geografik? ¢. Variabel orang (kasus) yang terkena : 1) Berapakah angka serangan menurut golongan umur, dan jenis kelamin 2) Golongan umur dan jenis kelamin manakah yang risiko sakit paling tinggi dan paling rendah 3) Dalam hal apa lagi karakteristik kasus-kasus berbeda-beda secara bermakna dari karakteristik populasiseluruhnya Penjelasan Variabel Waktu Variasi kejadian kasus-kasus suatu penyakit dalam suatu populasi menurut waktu biasanya disebut pola temporal penyakit yang digunakan untuk menggambarkan pola temporal penyakit; periode KLB, yang panjangnya bervariasi tergantung dari lamanya KLB yang bersangkuta. Dari gambaran periode waktu insidens suatu penyakit_ merupakan ertimbangan yang penting dalam memastikan atau menyingkirkan adanya suatu KLB pada waktu yang tengah berjalan dan dalam meramalkan periode- periode KLB pada masa yang akan datang Pembahasan selebihnya mengenai waktu sebagai variabel epidemiologi akan dipusatkan pada _pembuatan dan penggunaan kurva epidemi. Sebuah kurva epidemi dibuat terutama untuk: 3), Menentukan apakah sumber infeksi/diperkirakan bersifat ‘common source’ atau propagated source’ atau keduanya; dan 2). Mengidentifikasikan waktu paparan yang diperkirakan dari kasus-kasus terhadap sumber infeksi Grafik 1. Kurva Epidemik KLB Campak di Desa Talaga 5 6 7 8 9 Ww aporan KLB Subdit Surveilans 2011 Edisi Revit Tahun 2017 RA 2 BEE coonan powycuone 0a PeNANGGULANGAN UB PENYANTMENULAR DAN KERACLNAN PANG Untuk menggambarkan kurva epidemi harus diperoleh tanggal mulai sakit (onset of Mines) dari kasus:kasus. Untuk penyakit-penyakit tertentu yang mempunyai masa inkubasi atau masa laten yang sangat_pendek, jam mulai sakit harus diperoleh untuk setiap kasus. Selanjutnya, pilihlah interval waktu yang akan digunakan untuk membuat grafik dari kasus- kasus tersebut. Interval waktu yang sesuai, yang dapat bervariasi dari kurang dari satu jam hingga bulanan atau lebih lagi, dipilin berdasarkan masa inkubasi atau masa laten penyakit dan lamanya periode KLB. Pada suatu KLB penyakit yang mempunyai masa inkubasi dalam hitungan jam (seperti pada penyakit- penyakit yang ditularkan melalui makanan) dengan kasus-kasus yang terbatas dalam hitungan hari, lebih baik digunakan interval satu atau beberapa jam. Sedangkan pada penyakit-penyakit yang ~mempunyai masa inkubasi dalam hitungan hari, interval harian lebih cocok. Interval yang sesuai untuk menggambarken grafik kasus adalah penting untuk penafsiran kurva epidemi nanti. Kesalahan yang paling penting yang dapat dibuat di sini ialah pemilihan interval yang terlalu panjang, seperti dalam hal menggambarkan grafik kasus-kasus keracunan stafilokok menurut minggu atau bulan timbulnya gejala. Interval yang demikian ‘akan menyembunyikan perbedaan- perbedsan kecil dalam distribusi temporal, termasuk gelombang kasus sekunder yang ditimbulkan oleh penularan orang ke orang, sehingga tidak memungkinkan penggunaan grafiknya untuk kedua tujuan utamanya. Suatu pedoman yang berguna dalam memilih interval untuk menggambarkan grafik kasus ialah memilih interval sebedar seperdelapan atau seperempat masa inkubasi penyakit yang bersangkutan. Seringkali ada baiknya membuat beberapa kurva epidemi, masingmasing berdasarkan interval yang berbeda, untuk mendapatkan grafik yang paling baik memperagakan data, Kurva Epidemi dari KLB dengan ‘Common Source’ dan ‘Propagated Source’ KLB seringkali disebutkan sebagal mempunyal ‘common source’ (kasus-kasus terjadi karena paparan terhadap sumber yang sama dan umum) atau ‘propagated source’ (penularan orang ke orang). Pada KL8 beberapa penyakit kedua jenis sumber ini mungkin terlibat, kasus-kasus awal tefjadi karena paparan suatu sumber bersama, dan kasus-kasus berikutnya (sekunder) terjadi karena penyebaran orang ke orang, seperti dalam grafik 2. Pada grafik 2 digambarkan bahwa K LB yang terjadi setelah tanggal 8 Juli tidak berhubungan dengan kejadian KLB sebelumnya. Kemungkinan KLB tersebut merupakan bagian dari pola ‘endemik penyakit itu. Grafik 2. Kasus Hepatitis A Menurut Tanggal Mulai Sakit, KLE Hepatitis A, Maret-September 2013, Desa X, Kab. Sukajadi, Prov. X 9 ] f | ‘Sumber : Laporan KLB Subdit Surveitans 2013 rec eremtersetnome sow eaemebaser i i ! i PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. Lamanya KLB berlangsung dipengeruhi oleh beberapa hal seperti 4) Jumlah orang-orang rentan yang terpapar terhadap suatu sumber infeksi dan menjadi terinfeksi 2}, Periode waktu ketika orang-orang rentan terpapar terhadap sumber itu; 3) Periode inkubasi minimum dan maksimum dari penyakit itu KLB yang melibatkan sejumlah besar kasus, dengan kesempatan paparan terbatas pada satu hari atau kurang, dari suatu penyakit yang mempunyai masa inkubasi beberapa hari atau kurang, biasanya mempunyai kurva epidemi yang mendekati distribusi "normal" (Grafik 3 dan Grafik 4) Grafik 3. KLB Keracunan PT SD Bogor, Juni 2001 © «0 2 ‘1 02 03 08 05 “06 “7 “08 "09 10 18 Grafik 4. KLB Keracunan Makanan di Pabrik Sepatu, 2001 Apabila kurva epidemi demikian didapatkan dalam praktek epidemiologi, kita biasanya dapat menyimpulkan bahwa terdapat suatu sumber "common source" dan bahwa paparan kasus terhadap sumber itu terjadi selama waktu yang pendek (relatif terhadap masa inkubasi maksimum penyakit itu). Berdasarkan selisih masa inkubasi maksimum dan minimum, lamanya KLB penyakit ini yang disebabkan oleh paparan tunggal dan singkat biasanya adalah 5 jam (6 jam - 11 jam). KLB di atas ternyata berlangsung selama 7 jam. EdisiRevisi Tahun 2017 EA PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. Dengan paparan yang berkepanjangan dan penularan terus menerus selama masa KLB berlangsung, periode KLB akan bertambah lama, seperti terlihat pada grafik 5. Paparan yang terputus-putus, akan menghasilkan kurva yang mempunyai puncak-puncak yang jarak waktunya tidak teratur. Grafik 5. Kurva Epidemik KLB Difteri di Provinsi X, 2017 | tL kl I ‘Sumber : Laporan KLB PHEOC Subdit Surveilans 2017 Menentukan Periode Paparan yang Paling Mungkin dari Kasus-Kasus dalam KLB ‘Common Source’ Dengan mengetahui masa inkubasi rata-rata, maksimum dan minimum dari suatu penyakit yang tengah diselidiki dan tanggal-tanggal mulai sakit dari kasus-kasus, waktu paparen yang paling mungkin dari kasus-kasus terhadap sumber dapat diketahui. Ada dua metode yang sering dipakai untuk hal ini. Metode pertama menggunakan masa inkubasi rata- rata, Untuk dapat menggunakan metode ini, perlu diidentifikasi tanggal puncak KLB atau tanggal kasus median, lalu dihitung ke belakang selama satu masa inkubasi. Pada KLB yang mempunyai ‘propagated source’ kasus-kasus terjadi dalam periode yang lebih lata daripada KLB penyakit yang sama yang mempunyai ‘common source’ Tetapi juga dalam hal ini lamanya masa inkubasi mempengaruhi lamanya KLB dengan ‘propagated source’ KLB yang berupa letusan disebabkan karena penularan orang ke orang lebih jarang ditemukan. Apabila terjadi, biasanya melibatkan penyakit yang mempunyai masa inkubasi pendek. Apabila generasi kedua dan ketiga terjadi, interval di antara puncak-puncaknya seringkali mendekati masa inkubasirata-rata penyakit itu Metode kedua menggunakan masa inkubasi minimum dan menghitung ke belakang dari kasus pertama dan menggunakan masa inkubasi maksimum dan menghitung ke belakang dari kasus terakhir. Namun, metode-metode ini hanya dapat dipakai apabila lamanya KLB adalah kira-kira sama atau kurang dari selisih masa inkubasi maksimum dan minimum dari penyakit bersangkutan. Jika lamanya KLB jauh lebih panjang daripada selisih, ini, maka KLB ini mungkin disebabkan oleh ‘common source’ yang berlangsung terus-menerus atau oleh ‘propagated source’ atau gabungan keduanya. ee oe is fi IPEOOMAN PENYELIDKAN DAN PEXANGGULANGAN KLBPENYAKIT MENULAR DAN KERACLNAN Pana) a Dengan paparan selama satu hari atau kurang dan dengan mengetahui bahwa masa inkubasinya adalah antara 15 dan 50 hari, kita dapat mengharapkan bahwa lamanya KLB yang terjadi tidak akan lebih panjang dari 35 hari (50 - 15). Kenyataan bahwa lamanya KLB ini (24 hari) kurang dari yang diharapkan lebih kecil menyokong kesimpulan tentang periode paparan yang singkat. Dua keterbatasan dari metode minimum/maksimum untuk mengidentifikasi periode paparan yang paling mungkin. Pertama, menghitung ke belakang 15 hari dari kasus pertama menghasilkan tanggal 6 Agustus, satu hari sebelum tanggal paparan yang sesungguhnya (dan : bukan, secara ideal, tanggal paparan yang sesungguhnya atau satu dua hari sesudah Paparan). Ini mungkin disebabkan karena beberapa hal 1) kasus pertama bukan “hepatitis” yang sebenarnya, 2) kasus ini adalah hepatitis, tetapi mendapat paparan di tempat lain dan sebelum pesta, 3) kasus itu mempunyai masa inkubasi yang tidak khas pendeknya, atau 4), tanggal mulai sakit tidak benar. Kelemahan kedua adalah bahwa dengan menghitung ke belakang 50 hari dari kasus terakhir menghasilkan tanggal 25 Juli, yaitu 12 hari sebelum paparan. Hasilnya adalah periode paparan dugaan yang terlalu panjang. Hal ini disebabkan karena KL@ itu hanya berlangsung selama 24 hari, yaitu 11 hari lebih pendek daripada periodenya yang maksimum secara teoritis. - Maka dalam hal ini, dan secara_ umum, periode paparan yang paling mungkin biasanya lebih teliti dan dildentifikasi dengan menggunakan masa inkubasi rata-rata. Tabel 2. Kasus-kasus Penyakit "x" yang Terjadi dalam Tiga Keluarga Menurut Keluarga dan Tanggal Mulai Sakit re | Kasus menurut tanggal inulainya sakit(bulan Agustus) Nomor} i 12/3) 4 ]5]6/7),8 ]9 1] Lt I x | I [x (a To ct Tox Lx Ea Oe a t x Untuk mengidentifikasikan kasus-kasus sekunder (misalnya, di kalangan anggota keluarga), pertama- tama tetapkaniah tempat tiap kasus menurut saat mulai sakit dan keluarganya. Kemudian, untuk kasus-kasus selanjutnya dalam keluarga yang sama bandingkan interval antara dua kesus dengan lamanya masa inkubasi ditambah periode menular dari kasus sebelum mulai sakitnya. Contoh pada Tabel 2 menggambarkan metode ini, Untuk penyakit hepatitis ini dianggap bahwa lama sakit dan periode menulamya berlangsung hanya satu hari. Masa inkubasi dari penyakit ini adalah 2 - 5 hari. Sebuah rmenunjukkan hari mulai sakit tuk setiap kasus dalam keluarga yang bersangkutan. Pada keluarga pertama, interval antara waktu mulai sakit dari kasus pertama dan . kesus kedua, dan antara kasus kedua dan ketiga, adalah konsisten dengan penyebaran sekunder. Pada keluarga kedua, kesus kedua dan ketiga keduanya mungkin merupakan penyebaran sekunder dari kasus pertama, Artinya bahwa interval antara saat mulai sakitnya adalah sama besar atau lebih besar dari harga minimum dan sama besar atau lebih kecil dari harga maksimum dari masa inkubasi. Pada keluarga Ketiga, interval antara kasus pertama dan kedua adalah lebih besar dari masa inkubasi penyakit, sehingga tidak menunjukkan pada adanya penyebaran sekunder dari kasus pertama. Demikian pula pada keluarga kedua, kasus yang terjadi pada tanggal 9 tidak dianggap sekunder dari kasus yang terjadi pada tanggal 8 karena interval di antaranya terlalu pendek; dan pada keluarga pertama, kasus yang terjadi pada tanggal 8 adalah sekunder terhadap kasus yang terjadi pada tanggel 14 dan bukan terhadap kasus yang terjadi pada tanggal 1. i | PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN! Secara umum, penggambaran suatu KLB menurut variabel waktu dianggap terlaksana dengan baik apabila: a. Interval waktu untuk menggambarkan kasus-kasus dalam grafik adalah sesuai untuk ‘mengidentifikasikan periode paparan yang paling mungkin. b. Semua kasus yang diketahui telah digambarkan dalam grafik menurut tanggal mulainya geal. ©. Kurva dapat dikenal sebagai KL8 yang mempunyai ‘common source’ atau ‘propagated source’ atau keduanya. 4, Dalam hal KLB ‘common source’, tanggal atau periode berikut telah diidentifikasikan a). puncak KLB; b) permulaan, akhir serta lamanya KLB; )_periode paparan yang paling mungkin dari kasus terhadap sumber. e. Selanjutnya, apabita sumbernya adalah ‘common source’ dan ‘propagated source’ bersama: sama, _kasus-kasus ‘propagated source’ yang iketahui atau dicurigai dapat diidentifikasikan dan ditunjukkan dalam grafik Penjelasan Variabel Tempat Informasi yang dikumpulkan pada waktu penghitungan diharapkan dapat memberikan petunjuk mengenai populasi yang mempunyai risiko menurut tempat. Hal ini dipadukan dengan informasi fain, diharapkan dapat membantu mengidentifikasikan sumber infeksi dan cara penularan. ‘Spot map’ dari kasus-kasus (Gambar 1) dibuat untuk mengetahui adanya pola tertentu dalam distribusi kasus menurut tempat. Dengan mempunyai alamat dari para kasus dan sebuah peta dari daerah yang bersangkutan, dapat diletakkan titik atau jarum pada peta untuk mewakili kasus dan menggambarkan cistribusinya menurut tempat tinggal. Perlu dicari engelompokan kasus, yang mungkin sesuai dengan lingkungan geografik tertentu, seperti Blok sensus, lingkungan pembuangan limbah, dan daerah sekolah. Jike memang terdapat pengelompokkan, hubungan dengan kemungkinan sumber infeksi seperti air atau bahan makanan mungkin menjadi tampak jelas. Logon = Gambar 1. Spotmap Sebaran Kasus KLB Diare di Distrik X Kabupaten Y ProvinsiZ, 2017 Apabila pengelompokan menurut tempat tinggal tidak tampak secara nyata, hal itu mungkin disebabkan karena tidak digunakan "tempat” yang sesuai. Misalnya, memetakan WRREME sisi nevis tatun 2017 kasus-kasus brucellosis pada _manusia menurut tempat tinggal _mungkin tidak akan mengungkapkan sesuatu, sedangkan memetakannya menurut tempat kerja _mungkin memiberikan petunjuk yang diperiukan tentang sumbernya, Mungkin pula terjadi bahwa sekalipun tidak tampak pengelompokan secara nyata, distribusi spasial itu masih bermakna Apabila penyebab penyakit itu menyebar terbawa udara, maka pola yang terlihat mungkin dapat diterangkan oleh arah angin pada saat paparan kasus terhadap penyebab itu. Apabila penyebab penyakit menyebar melalui air, maka penyebaran kasus yang luas secara geografik Bikar y = wal us “Lanjat| * |én‘ibiotik Fithan: > battin-500mg co: ¥ Cproficksasin: sde Feng road ; Tamra] | erpmin scons Enimagurensss LSWABE L: “ | moka: 3830 mg fest at | feasn: 800mg crermpennse t | kicramfeshal: 800 me tase Fests ditruton OMGHOSAPAST [pens Osun fumanGee eee | erapi: Siop] Membunik Membaik t 1 + Terapictajutkan ieninigest | [SeasiSyok) [Famowel] | gae7 har PT Rojuk RS Foun HERYSLtD Pros Patten RAK BABA ANTRAL S DENT Ne Pekerfaan i. IDENTIFIKASIPENYAKSY 2. Gejala umum yang dirasakan/teramati 2. Demam b. SakitKepala . Muntah-muntah, bila Ya, apa disertai darah_: Ya / Tidak d. Sakit Perut, bila Ya apa disertai darah = Ya /Tidak fe. Gejala Kulit f.kulit kemerahan, mulai kapan & gatal-gatal, mulai kapan h. Pembengkakan kulit, mulai kapan sens i. Pada pembengkakan ada cairan Ya / Tidak it Apa terdapat jaringan nekrotik pada luka: Ya / Tidak k. Apa ada rasa nyeri tekan Ya/ Tidak |. Lokasi perlukaan di GejalaPernafasan Sesaknafas :Y¥a/Tidak b, Batuk-Batuk, apa disertai darah Ya/ Tidak © Detak antung lebih cepat Ya Tidak 3. Gejala Fisik a. Pembesaran kelenjar getah beningketiak = Ya/ Tidak b._ NyeriTekan perut Ya / Tidak ©. PembesaranHati Ya//Tidak 4, Kondisi penderita saat dilakukan wawancara IL RIWAYATPENGOBATAN, 1. Kapan mendapatkan pengobatan pertama kali 2. Dimana mendapatkan pengobatan pertama kali 3. Obatyang sudah diberikan Iv. RIWAYATKONTAK 1, Apakah pernah kontak dengan hewan (kambing, sapi,kerbau) © Memelihara—:Ya/ Tidak © Memegang — :Ya/Tidak © Menyembelih : Ya/Tidak © Makan. Ya/Tidak — Kapan © Yang dimakan © Makan 2. Kondisi hewan dimakan : Sehat /Sakit / TidakTahu Kalau kondisi hewan sakit, sebutkan tanda-tandanya Edisi Revisi Tahun 2017 ED V. PEMERIKSAAN SPESIMEN 1. Sediaan yang diambil_; kulit / rectal swab / dahak /darah vena /eksudat vesicle 2. Hasil pemeriksaan Laboratorium Kult © Fectal swab darah vena © eksudat vesicle Lampiran 3 (Antraks) Tanggal Penyelidikan Pelaksana FORM SURVEILANS KETAT pada KLB ANTRAKS (contoh) Minggu Lokasi. Temmak —Jumiah—-Kematian Periode Faktor Risiko Mati Penderita_Penderita Sakit_ ~ T.Tinggal__Bekerja DesaA 5 T T 412 juni 1 ~ DesaB 6 0 0 Desac 8 i a 6-15juni 1 Lampiran 4 (Antraks) ‘SKD—KLB ANTRAKS (contoh) Lokasi | Ternak [ ~ arian Kejadian Total mati [14 is | i¢ | 17 18 AR} CFR pP[M|P[mM|P[Mip|M|P[M Desaa | i500 fo |olojlololololo{2jo0 0 DesaB | 500 |o/o|lo/lolojo,olojolo [Lo Desac | 1000 [0 [0 |o]o}s |o|20|0}30| 0 oO Deseo | 1500 |2 {0 [8 |o |is|o {4o]o |i} 0 o Desaé | 900 {0,0 ]o]o|o|o|0|o|0\|0 o Total [3400 [2 fo} [o fate tse] 0 [ast o 4 Edisi Revisi Tahun 2017 1 scores T= o-oo moc meee eens ! IPEDOMAN PENYELIOIAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKT MENULAR OAN KERACLNAN PANGAN] @” 2. FLU BURUNG / AVIAN INFLUENZA (HSNA) Flu Burung (FB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas. Virus influenza terdiri dari beberapa tipe, antara lain tipe A, tipe B dan tipe C. Influenza tipe A terdiri dari beberapa subtipe, antara lain H1N1, H3N2, HSN1 dan lain, Batasan KLB Flu Burung adalah ditemukannya 1 (satu) Kasus Konfirmasi HSN1 pada pemeriksan Laboratorium dengan RT-PCR. 3. Gambaran Klinis, asus Flu Burung(HSN1) pada manusia diklasifikasikan dalam 4 jenis kasus sesuai perkembangan diagnosis, yaitu seseorang dalam penyelidikan, kasus suspek FB, kasus probable dan kasus konfirmasi a 2 3) Seseorang Dalam Penyelidikan Seseorang / sekelompok orang yang telah diputuskan oleh pejabat kesehatan berwenang untuk diinvestigasi terkait kemungkinan infeksi HSN1 Kasus Suspek FB Seseorang yang menderita demam panas 2 38° C disertai dengan satu atau lebih gejala berikut: 3) batuk by sakit tenggorokan @) pilek a) sesak nafas (nafas pendek) ditambah dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini a) pernah Kontak dengan unggas sakit/mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya serta produ mentahnya (telur, jeroan) termasuk kotoran dalam 7 hari terakhir sebelum tirsbul gejala diatas. Yang dimaksud dengan kontak adalah memegang, menyembelih, merawat, membersihkan kandang, mengolah, membunuh, mengubur, membuang, membawa. Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna dari wilayah yang di curigai terdapat hewan atau manusia yang terkonfirmasi HSN1 dalam satu bulan terakhir. b) pernah tinggal di lokasi yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas. Luas lokasi ditentukan dengan mobilisasi unggas yang mati _pernah kontak erat dengan penderita FB HSN1 konfirmasi atau probabel dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di tas, 4) pernah Kontak dengan spesimen FB HSN1 dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas ©) ditemukan adanya lekopenia (< 5000/1!) | ditemukan adanya antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan Hemaglutinase Inhibition = * (Hi) test menggunakan eritrosit kuda; atau Seseorang yang menderita Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini a) Leukopeniia (<5000) atau limfositopenia b) Foto toraks menggambarkan pneumonia atipikal atau infltrat baru di kedua sisi paru yang makin meluas pada serial foto asus probable FB HSN1 ‘Adalah kasus yang memenuhi kriteria kasus suspek dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini a) Diternukan adanya kenaikan titer antibodi 4 kali terhadap HS dengan pemeriksaan Uji HI menggunakan eritrosit kuda atau ujf ELISA Eases Tahun 2007 EE vi HEE” eDoMAN PENYELIOIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT NENULAR DAN KERACUNAN PANGAN lasil laboratorium terbatas untuk influenza HS . terdeteksinva antibod! spesitik HS _ dalam spesimen serum tunggai) menggunakan neutralisasi test; Atau ) Seseorang yang meninggal karena penyakit saluran naoas akut vang tidak isa Iijelaskan enyebabnya dan secara epidemiologis snenurut wakcu tempat dan pajanan_berhubungan dengan kasus probabel atau konfirmasi 4) Kasus konfirmasi FB HSN Adalah kasus suspek atau kasus probabel dengan satu atau lebih keadaan di ‘bawah ini a) PCRinfluenza A/ HSN positif b) Peningkatan > 4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk HSN1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil < 7 hari setelah awitan penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula 2 1/80 ¢)__Isolasi virus HSN1 positif 4d) Titer antibodi mikronetralisasi HSN1 2 1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke > 14 setelah awitan penyakit disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda 2 1/160 atau western blot spesifik HS positif b. Etiologi Saat ini diketahuibahwa subtipe yang paling virulen yang menyebabkan Flu Burung adalah subtipe HSN2. Dari hasil studi yang ada menunjukkan bahwva unggas yang sakit (oleh Influenza A HSNi) dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada O8C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh ungges yang sakit virus dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit. Dalam tinja unggas di suhu 4°C virus dapat bertahan sampai 35 hari, namun pada suhu kamar (37°C) hanya selama 6 hari. c. Masa Inkubasi ‘Sampai saat ini masa inkubasi belum diketahui secara pasti namun untuk sementara para ahli (WHO) menetapkan masa inkubasi virus influenza ini pada manusia rata-rata adalah 3-5 hari (1~ 7 har). d. Sumber dan Cara Penularan ‘Avian influenza (HSN1) dapat menyebar dengan cepat diantara populasi unggas dengan kematian_ yang tinggi, bahkan dapat menyebar antar peternakan, dan menyebar antar daerah yang luas. Penyakit ini menular kepada manusia dapat melalui 1) kontak langsung dengan sekret/lendir atau tinja binatang yang terinfeksi melalui saluran pernafasan atau mukosa konjunctiva (selaput lendir mata). 2) melalui udara yang tercemar virus Avian influenza (HSN1) yang berasal dari tinja atau sekret/lendir unggas atau binatang lain yang terinfeksi dalam jarak terbatas 3)__kontak dengan benda yang terkontaminasi virus Avian influenza (HSN2) Sampai saat ini secara epidemiologis dan virologis belum terbukti terjadinya penularan dari manusia ke manusia. Begitu juga dengan penularan pada manusia melalui daging yang dikonsumsi. Orang yang berisiko tinggi terserang flu burung (HSNN2) ini adalah pekerja peternakan, penjual, penjamah unggas, produk mentahnya, dan petugas laboratorium serta masyarakat luas yang berdomisili dekat dengan unggas. @. Pengobatan 1) Pengobatan Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam pertama) : a) Dewasa atau Berat Badan 2 40 kg Oseltamivir 2x75 mg per hari selama 5 hari b) Anak < 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgB, 2 kal sehari selama Sher EEE) fistcaitina7 : PEDOMAN PENYELIDKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PaNcan

15=23 kg: 45 mg 2x/hari = > 23-~ 40 kg : 60 mg 2x/ hari > 40 kg : 75 mg 2x/hari 2) Pengobatan Lain 4) Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal dan atipikal b) Terapilain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan bergizi Obat yang dapat digunakan untuk pengobatan FB adalah Oseltamivir oral Pemberian Oseltamivir efektif pada < 48 jam pertama sejak mulai timbul gejala demam. f. Epidemiologi Kasus Flu Burung pada manusia (kasus FB) di temukan pada tahun 1997 di Hongkong kemudian menyebar ke Belanda dan negara-negara di Asia, dan saat ini sudah tersebar di 13 negara termasuk Indonesia. Kasus FB konfirmasi di Indonesia, pertama kali ditemukan di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten pada bulan Juni 2005. Hingga Tahun 2014 Kasus kemudian menyebar ke 15 propinsi (DKI Jakarta, Jabar, Banten, Jateng, Jatim, Sulsel, Bali, Lampung, Sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, DI Yogyakarta, Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat). Kasus terbanyak pada daerah yang mobilitas penduduk dan unggasnya sangat padat seperti daerah DKI Jakarta,Jabar, dan Banten. Sampai dengan laporan sampai tahun 2016, telah ditemukan sebanyak 199 kasus FB konfirmasi dengan 167 kematian. Kasus Flu burung menyerang semua golongan umur tetapi terbanyak pada usia Balite sampai usia produktif dengan tidak membedakan antara lelaki dan perempuan, Situasi Flu Burung di Indonesia Tahun 2005 - 2016 & Kejadian Luar Biasa Kriteria KLB : Setiap kasus konfirmasi Flu Burung, Namun demikian setiap kasus suspek FB ditangani seperti kasus konfirmasi sampal diketahui hasil negatif. fo. 1) Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap setiap laporan adanya kasus konfirmasi F8 pada manusia dengan tujuan untuk penegakan diagnosis, - mendapatkan kasus tambahan, gambaran klinis dan laboratorium, mengetahui t sumber dan cara penularan baik sumber penularan manusia atau hewan penular, mengetahui risiko penularan virus FB (HSN1) diantara kontak kasus FB (HSN1), mengetahui gambaran epidemiologi dan virologi FB (HSN1). Adapun Pelaksanaan PE sebagai berikut: a) Pencegahan Universal Untuk Tim Penyelidikan Epidemiologi Gunakan APD, misalnya Sarung tangan dan Masker b) Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans Kontak Kasus FB di Rumah Sakit Konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak RS untuk maksud kedatangan Informasikan kepada pihak RS agar melakukan pemantauan terhadap petugas Kesehatan selama 2 kali masa inkubasi sejak Kontak terakhir dengan Taner Tanto” EE a PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN kasus dan Bila dalam pemantauan ada yang menderita IL! agar segera_melapor ke Dinas Kesehatan Lakukan pengambilan swab nasofaring dan orofaring bila ada yang menderita ILI selama dalam pemantauan dan perlakukan seperti kasus suspek 8 Penyelidikan Epidemiologi dan Surveitans Kontak Kasus FB di Lapangan Berkoordinasi dengan petugas puskesmas untuk PE ke lapangan Lakukan Pencarian kasus tambahan ~ _ Lakukan pencarian faktor resiko dan sumber penularan ~ _Lakukan pemantauan kontak baik Kontak unggas maupun Kontak kasus selama 2 kali masa inkubas!sejak kontak terakhir Lakukan pengambilan swab nasofaing dan orofaring bila ada Kontak ‘yang menunjukkan gejala IL! dan beri oseltamivir sesuai dosis Segera rujuk ke RS Rujukan FB dengan menginformasikan terlebih dahulu kepada RS Segera melapor ke pihak terkait (Kesehatan manusia dan Kesehatan hewan untuk koordinas! lebih lanjut) 2) Penanggulangan Penanggulangan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apaksh sudah terjadi penularan antar manusia atau belum.Kegiatan Penangguiangan sebagai berikut: a) b) Belum terjadi penularan antar manusia Pencarian kasus tambahan Pemantauan kasus kontak unggas dan kasus selama 2 kali masa inkubasi sejak kontak terakhir Merujuk ke RS Rujukan FB bila dalam cemantauan menemukan kasus !LI ~ _ Penyuluhan kepada masyarakat apa yang harus dilakukan bila timbul gejala ILI Sudah terjadi penularan antar manusia - _ Karantina Wilayah = Pemberian Profilaksis oseltamivir kepada seluruh masyarakat di wilayah karantina + Surveilans aktif di wilayah karantina Karantina rumah bila ada kasus di luar karantina wilayah Sistem Kewaspadaan Dini KLB Pada sistem kewapadaan dini flu burung dilakukan dengan mendeteksi adanya kasus pada hewan, peningkatan kasus IL, adanya kluster pneumonia sehingga bisa dilakukan kewaspadaan dengan pengamatan ketat kepada yang kemungkinan dapat tertular. SKD KLB dilakukan dengan melakukan kegiatan surveillans aktif dan pasif 1) Sasaran » a a Peternakan unggas skala rumah tangga (sektor 3 dan 4), pasar unggas, pasar hewan, pasar tradisional (wet market), lalu lintas : unggas, produk mentah unggas dan pupuk dari kotoran unggas. Hewan tertentu selain unggas yang mempunyai indikasi sebagai sumber penularan FB, Semua penderita Influenza Like illness (ILI) dan pneumonia serta _kematian akibat pneumonia Semua orang yang kontak dengan unggas yang sakit atau mati dan atau PEGI Cis Revist ranun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN = produk mentahnya (telor, jeroan } serta kotorannya, fe) Semus orang yang kontak dengan kasus FB (suspek, probable, konfirmasi) 4) Semua orang yang kontak dengan spesimen FB 2) Jenis Petaksanaan SKD KLB Flu Burung, Jadi untuk kewaspadaan pada surveilans flu burung, data dapat diperoleh dari a) Surveilans Faktor Risiko (surveilans influeriza pada hewan) b) Surveilans Influenza Like illness (IL! influenza klinis) ) Survellans Pneumonia 4) Surveilans Berbasis Laboratorium (serologi dan virologi) €) Penyelidikan Epidemiologi pada populasi berisiko tinggi (wabah A unggas) f)Survellans Kasus FB di Puskesmas dan RS 8) Surveilans Kasus FB pada RS Khusus Rawat Kasus h)_ Penyelidikan Epidemiologi Kasus FB dan Surveilans Kontak Kasus Flu Burung, Sono ena a eeseesseamatestiae ses meme se 3), Deteksi Dini Risiko Penularan FB (HSN) Unggas - Manusia Pendekatan yang diterapkan adalah sebagai berikut : 3] Menemukan sedini mungkin adanya kejadian wabah FB (HSN2) Unggas, dengan melaksanakan surveilans Wabah FB (HSN1) Unggas b) Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans ILI diantara Kontak ‘ Unggas pada wabah F8 (HSN1) tersebut diatas <) Pemeriksaan kasus ILI diantara Kontak Unggas. Memeriksa lebih teliti dengan pemeriksaan laboratorium setiap kasus ILI diantara kontak Unggas tersebut untuk mengetahui adanya virus FB (HSNI), yaitu dengan mengambil spesimen usap nasofaring, usap tenggorok dan darah tersebut untuk dilakukan Uji PCR dan atau Uji Serologi serta identifikasi hubungan epideriologi dan kesamaan virus FB (HSN1) pada unggas 4) Identifikasi sfat dan peta sebaran virus-virus yang ditemukan pada unggas dan manusia sebagai bagian dari Survellans Virologi FB (HSN1) i €) Berdasarkan data Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans ILI diantara Kontak Unggas pada Wabah FB (HSN1) tersebut dapat ditetapkan gambaran epidemiologi menurut waktu, tempat dan orang serta besarnyarisiko penularan FB (HSN) unggas- manusia 4) Disamping itu, adanya penularan FB (HSN1) unggas ~ manusia dapat dilakukan dengan mengidentifikasi atau menelusuri adanya kontak dengan unggas sebagai sumber penularan terhadap kasus-kasus FB (HSN2) manusia yang ditemukan. Kontak dengan unggas dimaksud adalah kontak dengan unggas sakit atau mati mendadak Karena FB (HSN1) atau yang belum diketahui penyebabnya serta . produk mentah {telur, jeroan) dan kotorannya pada 7 hari terakhir sebelum timbul gejala. Kontak dengan unggas adalah merawat, mengolah, memegang, rmembawa unggas atau membersihkan kandangnya i | | F t 4) Deteksi Dini Risiko Penuleran FB (HSN1) Manusia - Manusia Pendekatan yang diterapkan adalah sebagai berikut a) Menemukan sedini mungkin adanya Kasus FB (HSN1) Manusia (kasus indeks) melalui Surveilans £8 di Unit Pelayanan *) Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans il! diantara Kontak Kasus FB (HSN1) manusia tersebut diatas **) Pemeriksaan kasus ILI diantara orang yang kontak dengan Kasus indeks. Yaitu memeriksa lebih teliti dengan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya virus FB (HSN1) pada kasus ILI tersebut, dengan mengambil spesimen usap nasofaring, usap tenggorok dan darahnya untuk dilakukan Uji PCR dan atau Uji >) PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENVAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Serologi serta identfikasi hubungan epidemiologi dan kesamaan virus F8 (HSN2) dengan kasus indeks dan virus pada unggas Identifikasi sifat dan peta virus-virus yang ditemukan sebagai bagian dari Surveilans Virologi FB (HSN1) Kemungkinan telah terjadinya penularan 8 (HSNJ) manusia ~ manusia juga dapat dilakukan dengan mengidentifikasi adanya kontak dengan kasus FB (HSN1) lain (sumber penularan) Berdasarkan data Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans ILI diantara Kontak Kasus FB (HSN1) tersebut dapat ditetapkan gambaran epidemiologi menurut waktu, tempat dan orang serta besarnya risiko penularan FB (HSN1) manusia ~ manusia Penemuan kasus FB (HSN2) manusia juga digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan telah terjadinya penularan FB (HSNA) unggas — manusia yaitu dengan mengidentifikasi adanya Kontak dengan unggas dengan FB (HSN4) (sumber penularan). Edisi Revisi Tahun 2017 i : f | ' | PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 3. LePTOSPIROSIS Masyarakat Internasonal Pemerhati Leptospirosis (International Leptospirosis Society/ILS) menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan insiden Leptospirosis yang tinggi. Diperkirakan Leptospirosis sudah ada di 33 provinsi arena berkaitan dengan Keberadaan binatang tikus (Rodent) sebagai reservoir utama disamping binatang penular Iain seperti anjing, kucing, sapi dan Iain-lain, serta lingkungan sebagai faktor resiko. Laporan insidens lepotospirosis sangat_ dipengaruhi oleh tersedianya _perangkat laboratorium diagnostik, indeks kecurigzan klinik dan insidens penyakit itu send Penularan pada manusia terjadi melalui paparan pekerjaan, rekreasi atau hobi dan bencana alam. Kontak langsung manusia dengan hewan terinfeksi di areal pertanian, peternakan, tempat pemotongan hewan, petugas laboratorium yang menangani tikus, pengawasan ewan pengerat. Sedangkan kontak tidak langsung penting bagi pekerja pembersin selokan, buruh tambang, prajurit, pembersih septictank, peternakan Ikan, pengawas binatang buruan, pekerja kanal, petani kebun dan pemotongan gula tebu. Penyakit ini sifatnya musiman. Di negara beriklim sedang puncak kasus cenderung terjadi pada musim panas dan musim gugur karena temperatur. Sementara pada negara tropis insidens tertinggi terjadi_ selama musim hujan. a. Definisi Dan Kriteria Diagnosis Letospirosis 1) Definisi Kasus Leptospirosis adalah penyakit zoonosis akut — disebabkan oleh bakteri Leptospira dengan spektrurs penyakit yang luas dan depat menyebabkan kematian, 2) Kriteriakasus Ada 3 (tiga) kriteria yang ditetapkan dalam mendefinisikan kasus Leptospirosis yaitu a) Kasus Suspek Demam akut dengan atau tanpa sakit kepala disertai = Nyeriotot ~ Lemah (Malaise) dengan atau tanpa, = Conjungtival suffusion (mata merah tanpa eksudat) DAN b) Ada riwayat terpapar lingkungan yang terkontaminasi atau aktifitas yang merupakan faktor risiko Leptospirosis dalam 2 minggu sebelumnya : ‘+ Kontak dengan air yang terkontaminasi kuman Leptospira/ urine tikus saat terjadi banijr. ‘+ Kontak dengan sungai, danau dalam aktifitas mencuci, mandi berkaitan ekerjaan seperti tukang perahu, rakit bambu dil ‘+ Kontak di persawahan atau perkebunan berkaitan dengan pekerjaan sebagai petani/pekerja perkebunan yang tidak mengunakan alas kaki + Kontak erat dengan binatang lain seperti babi, sapi, kambing, anjing yang dinyatakan secara Laboratorium terinfeksi Leptospira, . ‘+ Terpapar seperti menyentuh hewan mati, kontak dengan cairan infeksius saat hewan berkemih, menyentuh bahan Iain seperti placenta, cairan amnion, menangani ternak seperti memerah susu, menolong hewan melahirkan, dll. ‘* Memegang atau menangani spesimen hewan/manusia yang diduga terinfeksi Leptospirosis dalam suatu laboratorium atau tempat lainnya. + Pekerjaan yang berkaitan dengan kontak dengan sumber infeksi seperti dokter hewan, dokter, perawat, pekerja potong hewan, pekerja petshop, petani, pekerja perkebunan, petugas kebersihan di rumah sakit, pembersih selokan, pekerja tambang,pekerja tambak udang/ikan air tawar, tentara, pemburu, tim enyelamat lingkungan (SAR), ‘+ Kontak dengan sumber infeksi yang berkaitan dengan hobby dan olah raga seperti pendaki gunung, trekking hutan, memancing, berenang, arung jeram, trilomba juang (triathlon) casiReniTann27 EE SEES" _reooman eenELDiad DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN ©) Kasus Probable asus suspek dengan minimal 2 gejala/tanda kinis dibawah ini + Nyeribetis + ikterus + Oliguria/anuria + Manifestasi perdarahian + Sesaknafas *Aritmiajantung + Batuk dengan atau tanpa hemoptisis + Ruamkulit Kasus suspek dengan RDT (untuk mendeteksi IgM anti Leptospira) positif, atau ~ _Kasus suspek dengan 3 dari gambaran laboratorium dibawah ini ‘© Trombositopenia <100 000 sel/mm # Lekositosis dengan neutropilia > 80% © Kenaikan bilirubin total > 2gr%, atau amilase atau CPK ‘+ Pemeriksaan urine proteinuria dan/atau hematuria 4) Kasus Konfirm: asus suspek atau kasus probable disertal saiah satu dari berikut ini: = Isolasi bakteri Leptospira dari spesimen Klinik + PCRpoSsitit Sero konversi MAT dari negatif menjadi positf atau adanya_kenaikan titer 4x dari pemeriksaan awal = Titer MAT320 (400) atau lebih pada pemeriksaan satu sarnpel b. Gambaran Ktinis Leptospirosis terbagi menjadi 2 berdasarkan diagnosa klinik dan penanganannya 1) Leptospirosis anikterik : kasusnya mencapai 90% dari seluruh kasus leptopsirosis yang dilaporkan. Biasanya penderita tidak berobat karena gejala yang timbul bias sangat ringan dan sebagian penderita sembuh dengan sendirinya, 2) Leptospirosis ikterik ; menyebabkan kematian 30-50% dari seluruh kematian yang dilaporkan_karena leptospirosis. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh penyakit Leptospirosis terbagi menjadi 3 fase, yaitu 1) Fase Leptospiremia ( 3 ~ 7 hari), terjadi demam tinggi, nyeri kepala, myalgia, nyeri perut,mual, muntah, conjuctiva suffusion, 2) Fase immune ( 3 ~ 30 hari), terjadi demam ringan, nyeri kepala, muntah, meningitis, aseptik, 3) Fase Konvalesen (15 - 30 hari), terjadi perbaikan kondisi fisik berupa pulihnya kesadaran, menghilangnyaikterus, tekenan darah normal, produksi urine mulai normal, Pada Penderita Leptospirosis dapat menimbulkan komplikasi : 1) Pada ginjal : terjadi Acute Renal Failure, melalui mekanisme invasi leptospira menyebabkan kerusakan tubulus dan glomerulus. Kemudian terjadi reaksi immunology yang sangat cepat yang pada akhinya menyebabkan terjadinya reaksi ‘non spesifik terhadap infeksi (iskemia ginjal. 2) Pada mata : terjadi infeksi konjungtiva. 3) Pada hati : terjedi jaundice (Kekuningan) setelah hari keempat dan keenam dengan adanya pembesaran hati (Hepatomegali) dan konsistensinya lunak. 4) Pada Jantung : terjadi aritmia, dilatasi jantung dan gagal jantung, 5) Pada Paru : terjadi haemorhagic pneumonitis dengan batuk darah, nyeri dada dan cyanosis, ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) 6) Perdarahan (Hematesis, Melena) | | | i PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 7) Infeksi pada kehamilan :terjadi abortus dan kematian fetus (stil birth) 8) Komplikasi lain, meliputi Kejadian cerebrovaskuler, rhabdomyolisis, purpura trombotik trombositopenia, cholecystitis calculus acute, erythemanodosum, stenosis aorta syndroma Kawasaki, arthritis reactive, epididimitis, kelumpuhan syaraf hypogonadisme pria dan Guillain-Barre Syndrome. Etiotogi Leptospira yane sudah masuk ke dalam tubuh dapat berkembang dan ‘memperbanyak diri serta_menyebar ke organ tubuh. Setelah dijumpai leptospica di dalam darah (fase leptospiremia} akan menyebabkan terjadinya kerusakan endotel kapiler (vasculitis). Masa iInkubasi Masa inkubasi Leptospirosis antara 2 - 30 hari, biasanya rata - rata 7 - 10 hari ‘Sumber dan Cara Penularan Risiko manusia terinfeksi tergantung pada paparan terhadap faktor risiko Beberapa manusia memiliki risiko tinggi terpapar Leptospirosis karena pekerjaannya, lingkungan dimana mereka tinggal atau gaya hidup. Kelompok pekerjaan utama yang berisiko yaitu petani atau pekerja perkebunan, petugas petshop, peternak, petugas pembersih saluran air, pekerja pemotongan hewan, pengolah daging dan milter. Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi terinfeksi Leptospirosis yaitu bencana alam seperti banjir dan peningkatan jumlah manusia yang melakukan_olahraga rekreasi air. ‘Manusia dapat terinfeksi Leptospirosis karena kontak secara langsung atau tidak langsune, ‘dengan urine hewan yang terinfeksi Leptospira 1) Penularan Langsung: ‘2. Melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung kuman Leptospira masuk ke dalam tubuh pejamu b. Dari hewan ke manusia merupakan penyakit akibat pekerjaan, terjadi pada orang yang merawat hewan atau menangani organ tubuh hewan misalnya pekeria potong hewan, atau seseorang yang tertular dari hewan peliharaannya Dati manusia ke manusia meskipun jarang, dapat terjadi melalui hubungan seksua pada masa konvalesen atau dari ibu penderita Leptospirosis ke janin melalui sawar plasenta dan air susu ibu. 2 Penularan tidak langsung Terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air dan lumpur yang tercemar_urin hewan a. Untuk daerah endemis atau terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), pengobatar dengan antibiotika yang sesuai dilakukan sejak KASUS SUSPEK DITEGAKKAN SECARA KLINIS. b.Sedangkan untuk daerah bukan endemis dan KLB pengobatan dilakukan setelah dinyatakan KASUS PROBABEL DITEGAKKAN. Pengobatan 1) Terapi untuk kasus Leptospirosis ringan 2) Pilihan: Doksisiklin 2x100mg selama7 (tujuh) hari kecuali pada anak, ibu hamil, atau bila ada kontraindikasi Doksisikln. b) Alternatif (bila tidak dapat diberikan doksisiklin): ~ Amoksisitin 3x500mg/hari pada orang dewasa = atau 10-20mg/keBB per 8 jam pada anak selama 7 (tujuh) har - Bila alergi Amoksisilin dapat diberikan Makrolid - Gail Rev Tah 7 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 2) Terapi kasus Leptospirosis berat 3) Ceftriaxon 1-2 gram iv selama7 (tujuh) hari 8). Penisilin Prokain 1.5 juta unit im per 6 jam selama? (tujuh) hari ©) Ampisilin 4 x1 gram iv per hari selama7 (tujuh) hari d) Terapi suportif dibutuhkan bila ada komplikasi seperti gagal ginjal, perdarahan ‘organ (paru, saluran cerna, saluran kemih, serebral), syok dan gangguan neurologi. 3) Sistem Rujukan Indikasi kasus yang dirujuk ke rumah sakit dati il atau provinsi yang memiliki fasilitas perawatan intensif: Leptospirosis berat yaitu kasus suspek dan kasus probable yang disertai gejala/tanda klinisikterus, manifestasi perdarahan, anuria/oliguria, sesak nafas, atau aritmia jantung. Mempunyai fasilitas ruang perawatan intensif, dialisis dll untuk menangani komplikasi gagal ginjal, ARDS, dan perdarahan paru. 4) Profilaksis Saat ini belum ada kebijakan dari Kementrian Kesehatan perihal tata cara profilaksis, mengingat Leptospirosis apabila cepat dalam diagnosa relatif mudah disembuhkan dengan antibiotik. Epidemiologi Leptospirosis tersebar luas diseluruh dunia, antara lain : Rusia, Argentina, Brasilia, ‘Australia, Israel, Spanyol, Afghanistan, Malaysia, Amerika Serikat, Indonesia , dan sebagainya. Di Indonesia sejak tahun 1936 telah dilaporkan leptospirosis dengen mengisolasi serovar leptospira, baik dari hewan liar maupun hewan peliharaan. Secara klinis leptospirosis pada manusia telah dikenal sejak tahun 1892 di Jakarta oleh Van der Scheer. Namun isolasi baru berhasil dilakukan oleh Vervoort pada tahun 1922. Pada tahun 1970 an, kejadian pada manusia dilaporkan Fresh, di Sumatera Selatan, Pulau Bangka serta beberapa rumah sakit di Jakarta. Tahun 1986, juga dilaporkan hasil penyelidikan epidemiologi di Kuala Cinaku Riau, ditemukan serovar pyrogenes, semaranga, rachmati, icterohaemorrhagiae, hardjo, javanica, ballum dan tarasovi. Pada tahun 2012 - 2016 kasus Leptospirosis dilaporkan di enam provinsi : KI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Pada tahun 2012 terjadi penurunan kasus tetapi meningkat angka kematiannya yaitu dilaporken 239 kasus dengan 29 meninggal (CFR 12,13%). Tahun 2013 terjadi KLB di Kabupaten Sampang, Malang dan meningkatnya kasus di Provinsi DKI Jakarta paska terjadi banjir besar. Pada tahun tersebut terjadi 640 kasus dengan 60 kematian (CFR 9,38 %). Sedangkan pada tahun 2014 terjadi 524 kasus dengan 62 kematian (CFR 11, 27 %). Pada tahun 2015 terjadi 264 kasus dengan 47 kematian (CFR 17,8%). Untuk tahun 2016 terjadi KLB Leptospirosis dibeberapa daerah termasuk Kab. Satipang yang menyebakan peningkatan jumlah kasus yaitu 349 kasus dengan SO kematian (CFR 14,33%) Umumnya menyerang petani, pekerja perkebunan, pelajar, pekerja tambang / selokan, pekerja rumah potong hewan dan militer. Daerah yang rawan banjir, pasang surut dan areal persawahan, perkebunan, peternakan memerlukan pengamatan intensif untuk mengontrol kejadian Leptospirosis di masyarakat. PEDONAN PENYELIOKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKET MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN af ET | Grafik situas Leptospirosis di Indonesia Tahun 2012 ~ 2016 i Bok | "50 | a | 34g eo, | @2 [ar [60 Pose | are piass| ) fh. Kejadian Luar Biasa . Penanggulangan KLB leptospirosis ditujukan pada upaya penemuan dini serta Pengobatan penderita untuk mencegah kematian. Intervensi lingkungan untuk mencegah munculnya sarang- sarang atau tempat persembunyaian tikus. 2) Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap setiap faporan kasus dari rumah sakit atau laporan puskesmas. Penyelidikan kasus Leptospirosis lain di sekitar tempat tinggal penderita, tempat kerja, tempat jajan atau daerah banjir banjir sekurang-kurangnya 200 meter dari lokasi banjir. Penyelidikan Epidemiologi dilakukan pada: Pelaksanaan PE di Rumah Sakit 2} Pastikan Kesiapan pihak RS menerima Kedatangan tim, bertemu dengan dokter yang merawat penderits serta Tim Leptospirosis; Diskusikan hasil wawancara, pemeriksaan, laboratorium serta diagnosis kasus menurut dokter yang merawat dan tim dokter rumah sakit; ©) Dokumentasikan seluruh data yang terdapat dalam rekam medis, laboratorium dan kalau dipertukan foto thoraks; Isi formulir yang. dibutuhkan secara lengkap dan lakukan wawancera dengan penderita dan keluarganya untuk mengetahui perjalanan penyakit, kemungkinan sumber penularan dan kontak kasus di rumah Identiikasi dan catat pasien lain yang yang berasal dari wilayah yang sama dan mempunyai keterpaparan faktor ristko Leptospirosis, dan cata dalam formulir pelacakan kasus Leptospirosis di RS; f) Catat nama dan nomor telepon kerala ruangan atau kontak person yang ditunjuk untuk memantau pasien suspek tersebut, dan nama dan nomor telepon dokter yang merawat penderita; 8) ka kasus menunjukkan gejala suspek dan minimal sudah 6 hari sakt dari onset untuk i 7 diambil darahnya untuk dilakukan pemeriksaan RDT dan segera_mendapat pengobatan doksisiklin; h) Pasien yang ditemukan di RS untuk dilakukan pemantauan dan apabila keadsan : memungkinkan bisa diambil darahnya untuk dilakukan pemeriksaan MAT, | i t i i : | | : b) dj e) Pelaksanaan PE di Puskesamas /Lapangan a) Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap semua kasus yang menunjukkan probabel Leptospirosis dan kasus Leptospirosis posit minimal dengan ROT; Edisi Revi Tahun 2017 (EEA SEES" PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN bb) Puskesmas menerima laporan adanya laporan kasus suspek Leptospirosis atau, maka segera dilakukan pencatatan di buku catatan harian penderita Leptospirosis dan buku laporan kasus rutin mingguan diteruskan untuk laporan bulanan ke kabupaten; <) Penyelidikan epidemiologi kasus Leptospirosis lapangan dilakukan oleh tim enyelidikan epiderriotogi puskesmas, kabupaten/kota, termasuk tim litbangkes dan BBTKL dengan tim propinsi maupun tim pusat sesuai kebutuhan. Sebaiknya adalah Tim yang melakukan penyelidikan epidemiotogi di rumah sakit pada kasus Leptospirosis, vyang sama; Untuk penyelidikan awat dilakukan oleh puskesmas berkoordinasi dengan dinkes kabupaten/ kota. Pelaksana PE adalah perawat/sanitarian di puskesmas yang telah mengikuti pelatihan/mempunyai kompetensi khusus; Petugas PKM menyiapkan peralatan dan logistik PE seperti (masker, sarung tangan), dan lain-lain. 4) Pencarian penderita baru setiap hari dari rumah ke rumah, apabila ditemukan suspek dengan gejala klinis Leptospirosis, lakukan wawancara dengan keluarga terdekat penderita yang mengetahui perjalanan penyakit penderita, isi formulir penyelidikan epidemiologi lapangan dengan lengkap; 6) Identifikasi adanya kasus lain yang menunjukkan gejala suspek yang sama dengan kasus Leptospirosis positip yang dirawat. Catat nama, alamat dan kapan mulai sakit serta keadaan pada saat wawancara dilakukan; 1) Apabila diantara kontak ada yang menderita sakit demam, nyeri kepals, myalgia, malaise dan conjunctival suffusion lakukan pengambilan serum darah untuk dilakukan pemeriksaan ROT dan PCR, dan segera mendapatkan pengobatan doxyciklin dan rujuk ke RS apabila menunjukkan probable dengan perdarahan dan gagal ginial; i) Identifkasiorang-orang yang mempunyai keterpaparan faktor risiko yang sama dengan penderita terutama yang tinggal serumah, teman bermain, tetangga terdekat, dan lingkungan sekitar. Catat nama-nama suspek tersebut dalam formulir pelacakan kasus taribahan; i) Memberikan penjelasan kepada semua masyarakat di lingkungan kasus Leptospirosis memantau kondisi dir sendiri, tka menunjukkan gejala dengan demam atau sama dengan kasus suspek Leptospirosis segera ke puskesmas terdekat untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut; Ik) Tim puskesmas agar melakukan pemantauan wilayah setempat di daerah terjedinya kasus untuk mencari kasus tambahan dan catat hasilnya dalam formulir dan apabila ditemukan suspek Leptospirosis segera melaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota untuk diambil spesimennya dan segera dilakukan pengobatan. 1) Catat nama dan nomor telepon Kontak person dari keluarga penderita serta tim puskesmas dan Kabupaten/Kota; tm) Observasi lingkungan sekitar tempat tinggal, adakah faktor risiko seperti bani daerah kumuh dengan banyak genangan air, daerah pertanian, perkebunan dan banyak populasi tikus, sanitasi lingkungan jelek dll. Ambil foto-foto yang dianggap penting. Jika di sekitar rumah tidak ditemukan adanya faktor risiko, tanyakan lebih jauh tempat penderita main/pergi dalam 2 minggu terakhir; 1) Dilakukan pengambilan spesimen tikus, air dan tanah untuk dilakukan pemeriksaan PCR dan MAT; ©} Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) oleh puskesmas dilakukan 2 kali masa inkubasi kasus Leptospirosis dari terjadinya puncak kasus dan apabila ada yang menunjukkan gejala suspek untuk segera dilakukan pengobatan 4 e Laporan penyelidikan epidemiologi sebaiknya dapat menjelaskan a) Diagnosis KLB leptospirosis b) Penyebaran kasus menurut waktu (minggu), wilayah geografi (RT/RW, desa dan PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENVAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN SEE Kecamatan}, umur dan faktor lainnya yang diperlukan, misainya sekolah, tempat kerja, dan sebagainya ¢} Peta wilayah berdasarkan faktor risiko antara lain, daerah banjir, pasar, sanitast lingkungan, dan sebagainya, d) Status KLB pada saat penyelidikan epidemiologi dilaksanakan serta_perkiraan peningkatan dan penyebaran KLB. Serta rencana upaya penanggulangannya soo erates conntinane gee Penegakan diagnosis kasus dapati dilakukan dengan Rapid Test Diagnostic Test (ROT) dengan mengambil serum darah penderita untuk pemeriksaan serologi, jenis ROT diantaranya Leptotek Lateral Flow dengan ROT (Rapid Test Diagnostik) Pemeriksaan dilakukan dengan dengan memasukan 5 mL serum atau10 mu darah, dan 130 mi larutan dapar, hasil dibaca setelah 10 menit. Leptotek Lateral Flow cukup cepat, mendeteksi IgM yang menandakan infeksi baru, relatif mudah, tidak memerlukan almari pendingin untuk menyimpan reagen, namun memerlukan pipet semiotomatik, dan pemusing bila memakai serum. Alat ini mempunyai sensitifitas 85,8% dan spesifitas 93,6%, KLB Leptospirosis ditetapkan apabila memenuhi salah satu kriteria. (sesual Permenkes 1501. Tahun 2010) sebagai berikut: a) Terjadinya kasus baru di suatu wilayah kecamatan, kabupaten/kota yang 1 sebelumnya belum pernah ada/tidak dikenal kasus Leptospirosis, atau b) Munculaya Kesakitan Leptospirosis di suatu wilayah kecamatan yang selama 1 tahun terakhir tidak ade kasus; } Terjadinya peningkatan Kejadian kesakitan/ kematian Leptospirosis cua kali aca lebih dibandingkan dengan jumiah kesakitan/ Kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebeiumnya (jam, hari, mingge atau bulan) berturut- turut tergantung jenis penyakitnya, atau 4) Terjadinya peningkatan kejadian kesakitan secara terus menerus di suatu wileyah kecamatan, kebupaten/kota selama 3 (tiga) kurun waktu datam jam, hari,minggu atau bulan berturut-turut menurut jenis penyakitnya, atau @} Terjadinya peningkatan angka kematian (case fatality rate) akibat kasus Leptospirosis sebanyak 50% atau lebih dibandingkan angka kematian kasus Leptospirosis pada periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama 2) Penanggulangan a) Penyediaan logistik di sarana_kesehatan, koordinasi dengan pemangku kepentingan dan sektor terkait, penemuan dini penderita dan pelayanan pengobatan yang tepat ui puskesmas dan rumah sakit melalui pengambilan spesimen serum darah kasus probabel, b)Lakukan pemeriksaan RDT, ¢) Untuk diagnosa pasti (konfirmasi} kirim spesimen kasus Leptospirosis berat ke - laboratorium rujukan Nasional Leptospirosis (RSUP Dr. Kariadi) untuk dilakukan pemeriksaan MAT, Lakukan pengobatan terhadap pasien Leptospirosis ringan Doksisiklin 2x100mg selama? (tujuh) hari kecuali pada anak, ibu hamil, atau bila ada kontraindikasi Doksisiklin @) Lakukan pencegahan dengan memutuskan rantal penularan hewan /tanah tercemar ke manusia f)_ Rujuk pasien ke RS apabila diperlukan penanganan lebih lanjut. 8) Penyuluhan masyarakat tentang tanda-tanda penyakit, resiko kematian serta tatacara_pencarian pertolongan. CTS REM RR TOME AERTS SENET SS Nae RN AREER 3) 4) ‘Sistem Kewaspadaan Di 1 2) 3) 4) Upaya pencegahan terhadap penyakit Leptospirosis dengan cara sebagai berikut a) Melakukan kebersihan individu dan sanitasi lingkungan antara lain mencuci kaki, tangan dan bagian tubuh lainnya setelah bekerja di sawah. b) Pembersihan tempat penyimpanan air dan kolam renang, ©) Pendidikan kesehatan tentang bahaya, cara penularan penyakit dengan melindungi pekerja beresiko tinggi dengan penggunaan sepatu bot dan sarung tangan, vaksinasi terhadap hewan peliharaan dan hewan ternak. 4) Pemeliharaan hewan yang baik untuk menghindari urine hewan-hewan tersebut terhadap masyarakat. e)Sanitasilingkungan dengan membersihkan tempat-tempat habitat sarang tikus. f) Pemberantasan rodent bila kondisi menungkinkan. Surveilans Ketat Pada KLB a) Pengamatan perkembangan jumlah kasus dan kematian leptospirosis menurut lokasi geografis dengan melakukan surveillans aktif berupa data kunjungan berobat, baik register rawat jalan dan rawat inap dari unit pelayanan termasuk laporan masyarakat yang kemudian disajikan dalam bentuk grafik untuk melihat kecenderungan KIB. b) Memantau perubahan faktor risiko lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan habitat rodent (banjir, kebakaran, tempat penampungan pengungsi, daerah rawa dan gambut) LB Pemantauan terhadap kesakitan dan kematian leptospirosis Pemantauan kondisi rentan yang menyebabkan peningkatan kontaminasi terhadap tanah atau air permukaan, seperti hujan, banjir, dan bencana lainnya, Pemantauan terhadap distribusi dan populasi rodent serta perubahan habitatnya, Pemantauan kolompok risikolainnya, seperti petani, —_pekerja perkebunan, pekerja _pertambangan dan selokan, pekerja rumah potong hewan, dan milter, PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KL PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Lampiran 1 (Leptospirosis) FORM PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA LEPTOSPIROSIS Provinsi Kab /Kota Kecamatan Puskesmas Desa Dusun/aT 1. IDENTITAS : Nama Umur Sex Alamat Pekerjaan eeceamaanr asi ast e-nreenemaeme serenade: U,IDENTIFIKASI PENYAKIT 1. Gejala umum yang dirasakan/teramati 2. Demam b. NyeriKepala c Myalgia d. Malaise . Conjuctival suffusion! 4. tkterik 8 Nyeribetis h. lain fain (sebutkan), . Tanggal mulai sakit/timbul gejala 3. Apakah ada komplikasi yang menyertai_: Ya / Tidak, apa il, RIWAYATPENGOBATAN Kapan mendapatkan pengobatan pertama kali Dimana mendapatkan pengobatan pertama kali 3. Obat yang sudah diberikan IV, RIWAYAT KONTAK 1. Apakah di rumah/sekitar rumah ada yang sakit seperti yang dialami sekarang ? Ya / Tidak : Kapan i 2. Apakah di tempat kerja/sektar tempat kerja ada yang sakit seperti yang dalam sekarang ? Ya : Plidak, Kapa enn i 3._Apakah tempat tinggal / tempat kerja merupakan daerah bani ? Ya / Tidak Apakah 2 minggu sebelum sakt pernah Kontak dengan faktorrisko? i Sebutkan, 1. Sediaan yang diambil = darah vena, Has Lab: +/- ‘ Tanggal Penyeliikan . Pelaksana Edisi Revisi Tahun 2017 47 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Lampiran 2 (Leptospirosis) Laporan Surveitans Ketat pada KLB Leptospirosis, Puskesmas/RS Puskesmas Kabupaten/Kota Tangeal Laporan KLB/Mg. 2 non n.nu/Minggu 18 Tempat | Lokasi Tinggal | Pekeriaan z e Desa DesaB Desa Desa 0 Dest | I Total e/e]e)e]e/o/2| eleleejelele se]=)e[e] =] = [elele/efefefe Lampiran 3 (leptospirosis) Laporan data individu kasus Leptospirosis onset | GEIALAKLINIS FAKTORRISICO] eT BEM isi Revisi tahun 2017 !PEDOMAN PENYELIDKAN DAN PEXANGGULANGAN KLBPENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. @ $ESF DIAGRAM ALUR DIAGNOSIS KLINIS DAN LABORATORIUM LEPTOSPIROSIS DI PELAYANAN KESEHATAN Py Lemah (Malaise) dengan atau tanpa, Ce ee eee eC ee Cry eee ream eed : Dey so etree adtemmmternas -oenanad ne ba: | pug Orme Icy : ren urin - Reuter) OTe Te ue J Lair. tanah, | ‘Summek + 32 peer) panne Re Barecivnn mere) jeter ren Fs ‘ Pe ei paeen pair roa era ee Deas pasion as renner reas 5 arta iiascs } Laboratorium: oad Pree oc pris ee oor pach Se z omc ries ca Ere ora PePEe td pay rey — ae | i ! f | | ae ue Peter ts 2) ols Leptospira post - ee ee ke ee ee Pen ae rer aa ee teed es pee aes ern een : Esiseis) anon Tann 707 EE PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN PES Pes adalah penyakit Zoonosa yang bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis melalui gigitan pinjal tikus atau rodent lain yang dapat mengigit dan menularkan ke binatang lain/manusia. Merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam internasional Health Regulation (IHR), UU Karantina No. 1 & 2 tahun 1962 serta UU. Wabah No. 4 tahun 1984, sehingga sesuai Undang- undang pengelolaan penyakit tersebut dibawah tugas dan ewenangan Pusat (Ditjen PPM dan PL) perlu pengendalian secara berkala pada pinjalnya Penyakit Pes merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus/rodent lain dan dapat ditularkan kepada manusia metalui gigitan pinjal tikus di daerah enzootik. Pes pada manusia yang pernah dikenal sebagai black death pada perang dunia il dan mengakibatkan kematian ‘yang sanget tinggi Penyakit ini juga dikenal sebagai “sampar” yaitu penyakit yang sangat fatal dengan Bejala bacteriemia, demam yang tinggi, shock, penurunan tekanan darah, nadi cepat dan tidak teratur, gangguan mental, kelemahan, kegelisahan dan koma (tidak sadar). Batasan KLB Pes adalah ditemukannya pada pemeriksaan secara serokonversi meningkat empat kali lipat (2 X pengambilan), F1 2 2, F1 khusus 21, ditemukan Yersinia pestis dari pinjaltikus tanah, sarang tikus atau bahan organik lain, manusia hidup maupun meninggal, (satu) penderita dengan ditandai gejala Klinis Pes yaitu demam, sakit kepala, bubo/pembesaran Kelenjar getah bening di ketiak dan leher, adanya perdarahan pada keulit;mulut hidung, urine dan rektum, gangguan pernafasan (batuk dan sesak nafas), disertai satu atau lebih adanya riwayat kontak tergigit pinjal, kontak dengan binatang pengerat dalam satu 1 minggu terakhir, kontak dengan penderita Pes terkonfirmasi dalam 1 minggu terakbir, pernah berkunjung ke wilayah focus Pes/terancam dalam 1 minggu terakhir, tanpa adanya pemeriksaan laboratorium penunjang. a. Gambaran Klinis Gejala Klinis Pes terbagi menjadi 3 tipe yaitu 1) Tipe Bubonik, dengan gejata mirip flu, demam, pusing, lemah, benjolan lunak berisi cairan di daerah tonsil/amandel, konstipasi, diare, muntah dan gejala spesifik lymphadenitis (pembesaran kelenjar getah bening di daerah ketiak dan lipat paha/bubo). 2) Tipe Septikemia, dengan gejala demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, perdarahan dibawah kulit dan organ lainnya, pembekuan darab, tekanan darah rendah, mual muntah, organ tubuh tidak bekerja dengan baik. 3) Tipe pulmonik ditandai dengan gejala pneumonia/radang paru, nafas pendek, sakit pada dada, malaise, sakit kepala, batuk dengan sputum yang produltif dan c serta sesak nafas, dapat menyebarkan lewat udara dan merupakan ancaman pandemi Pes. b. Etiologi Disebabkan oleh kuman/bakteri Yersinia pestis (Posteurellapestis) Sesuai dengan nama kuman penyebabnya maka penyakit ini dikenal pula dengan nama pasteurellosis atau yersiniosis. Selain itu juga dikenal dengan nama Plague. Kuman berbentuk batang, ukuran 1,5-2 x 0,5-0,7 mikron, bipolar, non motil on sporing, pengecatan bersifat gram negatif, pada suhu 28 © C merupakan suhu optimum totapi kapsul berbentuk tidak sempurna. Pada suhu 37 ® C merupakan suhu yang terbaik bagi pertumbuhan_bakteri tersebut. Masa Inkubasi Masa inkubasi dari penyakit Pes tipe bubo adalah 2-6 hari, masa inkubasi Pes tipe septikemia 2-6 hari sedang masa inkubasi untuk tipe paru-paru adalah 2-4 hari Edisi Revisi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 4. ‘Sumber dan Cara Penularan Sumber penyakit Pes adalah hewan-hewan rodent (tikus,kelinci). Kucing dapat pula sebagai sumber penularan kepada manusia. Di Amerika kecuali tikus, tupai juga merupakan sumber penularan yang penting. Ditularkan dari tikus ke manusia, melalui gigitan pinjal yang merupakan vektor dari penyakit ini, Jenis pinjal yang dikenal sebagai vektor penyakit pes antara lain : Xenopsylla cheopis, Pulex iiritans, Neopsylla sondaica, Stivalius cognatus. Pengobatan Diberikan Streptomycine dengan dosis 3 gr/hari (IM), 2 kali sehari selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis dikurangi menjadi 2 gr/hari selama S hari berturut-turut. Setelah demam hilang dilanjutkan dengan pemberian 1) Tetracycline 4-6 gr/hari selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis diturunkan menjadi 2 gr/hari selama § hari berturut-turut atau, 2) Chloramphenicol 6-8 gr/hari selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis diturunkan menjadi 2 gr/hari selama 5 hari berturut-turut Epidemiologi Tahun 1400 KLB pes terjadi disebagian besar daratan Eropa dengan menelan korban sebanyak Kurang lebih 25 juta jiwa. Penyakit ini berasal dari india, Pada tahun 1894 pandemik pes selama 5 tahun sudah menyebar ke 4 benua. Penyebaran ini diduga berasal dari Canton daratan Cina Pada periode tahun 2004 -2008 masih ditemukannya titer positif balk pada manusia, rodent ataupun pinjal, di daerah fokus pes (Jatim, Jateng, dan DI.Yogyakarta ) maupun daerah terancam (Jabar). Surveilans aktif dan pasif terhadap rodent dan pinjainya masih tetap dilakukan secara rutin di 4 daerah tersebut. Hal tersebut untuk mengantisipasi terjadinya KLUB Pes yang biasa terjedi setiap 10 tahun. Terakhir KLB Pes terjadi_ pada tahun 2007 di Dusun Surolowo, Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur Nongkojajar Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2008 dan 2009 spesimen yang diperiksa tidak ada yang menunjukkan positif pada manusia. Pada’ tahun 2010, sebelum Merapi meletus, dilakukan uji serologi pada tikus di Kecamatan Selo Boyolali dan Kecamatan Cangkringan Sleman, Dari 407 tikus diperiksa, yang positif 34 ‘ekor. Akan segera dilakukan surveilans pes (human and rodent) pasca bencana Merapi Pada tahun 2005 dan 2016 tidak ditemukan kasus pes positif pada rodent pada manusia, Grafik 7. Proporsi Spesimen Kasus Pes pada manusia yang diperiksa dan Kasus Positif Pes di indonesia Periode Tahun 2010-2016 Diperiksa Positif EdisiRevisi Tahun 2017 IE HBP” pepomAn PENVELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 8. Kejadian Luar Biasa 1). Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap setiap laporan_adanya tersangka kasus pes pada manusia Tersangka Pes adalah ditandai dengan gejala kins Untuk pemeriksaan serologi, serum dibawa dengan termos es ke Balai Laboratorium Kesehatan terdekat dan dikonfirmasi ke BLK Yogyakarta. Apabila belum dapat dikirim, serum dapat disimpan di kulkas Puskesmas atau Dinas Kesehatan. Penetapan diagnosis KLB didasarkan pada peningkatan sero konversi, Flea Index dan ditemukannya Yersinia pestis. Penetapan KLB8 apabila suatu Desa, Dusun, RW memenuhi_ salah satu kriteria sebagai berikut a) Pada pemeriksaan secara sero kenversi mer b) Flea Index Umum 2, Fikhusus 1 «)Ditemukan yersinia pestis dari pinjal, tikus, tanah, sarang tikus atau bahan organik lain, manusia hidup maupun meninggal , pada suatu desa/lurah/dusun/RW. Gambaran epidemiologi KLB Pes tersebut diatas dapat digunakan untuk mengidentifikasi_ sumber dan cara penularan : a} Identifikasi hewan sumber penuler, terutama adanya sejumiah hewan tertentu yang mati pada daerah dan dalam periode KB. b)_ Hubungan distribusi kasus dan distribusi hewan sumber penular yang dicurigai c)_ Melakukan identifikasi diagnosis hewan atau produk hewan tersangka, terutama dengan pemeriksaantaboratorium 2), Penanggulangan Penanggulangan yang dilakukan bertujuan untuk mencegah dan atau membatasi penularan penyakit Pes di lingkungan rumah dan lokasi sekitarnya serta di tempat-tempat umum yang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan penyakit, Pes. Kegiatan penanggulangan yang dilakukan adalah seba a) Penemuan dan pengobatan penderita terutama pada daerah fokus. b) Menghindari kontak dengan penderita Pes. Apabila terjadi Pes Bubo, maka penderita diisolasi di rumah dan kontak tidak boleh keluardesa. 4) Apabila penderita Pes paru maka penderita dan kontak serumah serta rumah disekitarnya diisolasi. Rumah sekitarnya dapat seluas RW, Dusun, dan Desa yang diperhitunan secara epidemiologis dengan memperhatikan letak dan batas situasi wilayah. €) Setiap penderita dan kontak mendapat pengobatan sesuai dengan tatacara yang telah ditentukan. ) Melakukan pemberantasan pinjal dengan dusting méiggunakan insektisida (fenithrothion) dan tepung pencampur (kaolin, gaplek) dengan perbandingan 1 20 dilakukan didalam dan diluar rumah serta di sarang-sarang tikus. 8) Penyuluhan tentang bahaya Pes serta pencegahannya kepada masyarakat h) Sosialisasi terhadap petugas Kesehatan, peternakan, karantina hewan, Pemda, DPRD, Tokoh Agama (TOGA) dan Tokoh Masyarakat (TOMA). kat 4 kali lipat (2 X pengambilan). 3) Surveilans Ketat pada KLB a) Petkembangan jumlah kasus dan kematian Pes dengan melakukan surveillans aktif dan aktif. Pengamatan secara aktif adalah pengamatan yang dilakukan dengan cara mencari tersangka penderita dengan gejala-gejala panas meringkil (panas dengan bubo sebesar buah duku pada daerah lipat paha, ketiak) atau panas dengan batuk darahdengan tiba- tiba tanpa gejala sebelumnya. Kegiatan aktif dilakukan dari rumah ke rumah, bersamaan waktunya dengan kegiatan WE Seton pengamatan tethadap rodentia (trapping). Sedangkan pengamatan secara pasif adalah pengamatan yang dilakukan di Puskesmas, | Puskesmas Pembantu( Pustu), Puskesmas Keliling (Pusling) maupun rumah sakit terhadap penderita/tersangka penderita pes dengan gejalaa-geiala seperti tersebut di atas yang datang ke pusat- pusat pelayanan kesehatan tersebut. b) Perkembangan kematian tikus tanpa sebab (ratfall) baik secara aktif dan pasif. Tikus yang ditemukan mati dimasukkan datam kantong plastik untuk diperiksa di laboratorium secara serologl <) Perkembangan Flea index (index pinjal) untuk melihat trend kemungkinan . meningkatnya kasus pes untuk upaya tindakan penanggulangan segera. 2:-cremranesmetion revsnmboeclr ee: h. Sistem Kewaspadaan Dini KLB Untuk mengetahui secara dini akan adanya penularan pes dari rodent ke hewan fain {kucing, kelinci, marmut, anjing dan binatang lainnya) serta pada manusia di daerah endemis pes perlu adanya sistem kewaspadaan dini (SKD). Ada beberapa variabel penting yang perlu diperhatikan di dalam mendiagnosa kemungkinan terjadinya penularan pes di suatu wilayah, antara lain: : 1) Variabel umum = 2) Keadaan desa, dusun, RW yang sedang mengalami paceklik atau pasca panen raya. b) Terganggunya habitat tikus, kebakaran hutan, gunung berapi meletus dan gempa bum )_ Ditemukan ratfall di Peningkatan populasi tikus rumah 2) Variabel Teknis a) Flea Index, Fl umum >= 2, Fi khusus X. cheopis>= 1 b}Positip serologi pada rodent dan manusia Bila ditemukan satu variabel umum dan satu atau lebih variabel teknis maka perludiwaspadai (warning). Kewaspadaan yang dimaksud adalah peningkatan surveillans terhadap manusia, hewan dan lingkungan serta dilakukan tindakan selanjutnya sesuai dengan alur (flow chart) yang telsh ditetapkan. EdisiRevisi Tahun 2017 gE |PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Lampiran 1 (PES) FORM PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA PES Provinsi kab /kota Kecamatan Puskesmas Dess Dusun/RT 1. IDENTITAS Nama Umur Sex Alamat Pekerjaan 1. IDENTIFIKASIPENYAKIT 1, Gejala unum yang dirasakan/teramati a. Demam tinggi b.Sakit kepala hebat . Tubuh menggigi/dingin d.Benjolan dileher/ketiak/paha e.Batukhebat dan berdarah ——_—f.Sesak Nafas 8. Nyeriotot h.Pembengkaan kelenjarlimpa 2. Tanggal mulat sakit/timbul gejata 3. Apakahadakomplikasiyangmenyertai —: Ya/ Tidak, apa Ill RIWAYATPENGOBATAN 1. Kapan mendapatkan pengobatan pertama kali 2. Dimana mendapatkan pengobatan pertama kali 3. Obat yang sudah diberikan 1, RIWAYATKONTAK 1. Apakah di rumah/sekitar rumah ada yang sakit seperti yang dialami sekarang ? Ya /Tidak, Kapan 2. Apakah di tempat kerja/sekitar tempat kerja ada yang sakit seperti yang dialari sekarang ? Ya Mhidak, Kaparncninnn 3. Apakah ada kondisi bencana alam/ banjir di sekitar tempat tinggal: Ya / Tidak, koncisi apa ? V. VEKTOR 1. Apakah terjadi peningkatan populasi tikus di sekitar lokasi KL8.? Va / Tidak. Adakah selain tikus populasi meningkat ? a / Tidak, populasi apakahitu ? 2. Apakah diterukan tikus mati dilingkungan sekitar rumah? Ya/tidak VI, PEMERIKSAAN SPESIMEN 1. Sediaan yang diambil = darah vena , Hasil Lab : + /- Tanggal Penyelidikan tampiran2, Laporan Surveilans Ketat pada KLB PES Puskesmas/%S : buskesmas : Kabupaten/kota Tanggal LaporanKL9/Mg a /minggu 38 Tempat: | Lokest” cc MingelNeeden Etiggal’<| “Bokerieon. i Sorat iM ies vieen pw te [Me TM Desa ofo;olololofo Desa —_teofofeolofolofo Desa ofo[ofe|s{olz besa zfo[s{o[is|o [4 Desa epefofofojoye Total “Ta fote po fz fe faefo lz Eas Rev Tahun 207 i i I |PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAD = Lampiran 3 Flowchart Kegiatan Surveitans Pes pade Manusia | Pengamatengejawat | tenanglaree | Daerhfokus | [ Daerahterancam | | Oaerahbelas fous | = Pengamatan att Pengamtan past | | ~ Pengamatan past | + Pengamatan past (Pustu/Pxe) | tmostrenaa onda sus 1 ~ anastanpa bab yangjelos {fever unkxown origi) + Batukéorh tut = bo Pengambln spesinen: | Penylidhanpldemioogh | Tersngla Pes | Darah | pencarontesangta in: = Caran bubo Radius 200 m Sputum = Waktu kali masa ~~ inkbasi(2mingeu) | Tersangta pes { pemericaan Serotgs pemerisaan sateioogis | - pl ~_ Uo Hasitesrepntt | | aster posit Has tes neat sites postit_| | etuer 17128 > terph 1 propikss i steers 17128 > terapi | a —, penderta pes | onfemasi pes * Profs weatment ~ Serokorvers > nak al Terapipendertapes_| | - Pesbubo > Kontak ipa (terapipenderta pes)" ___penderta/serumah = Pespars > semua penduduk dusun/slesi penduduk ‘+ Penyulunan massal | ‘ Perbatantingkungan | 8 BES" peooman PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN > 5. RABIES Penyakit rabies merupakan penyakit menular akut dari susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Ditularkan oleh hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera melalui Bigitan, aerogen, transplantasi atau kontak dengan bahan yang mengandung virus rabies pada kulit yang lecet atau mukosa. Penyakit ini apabila sudah menunjukkan gejala klinis pada hewan dan manusia selalu diakhiri dengan kematian, angka kematian Case Fatality Rate (CFR) mencapai 100% dengan menyerang, pada semua umur dan jenis kelamin. Kekebalan alamiah pada manusia sampal saat ini belum diketahui. ‘Adapun landasan hukum yang dipergunakan di indonesia diantaranya UU No.4 Th.1984 tentang wabah penyakit menular, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/per/x/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya Keputusan bersama Dirjen P2 dan PL, Dirjen Peternakan dan Dirjen PUOD No. KS.00-1.1554, 'No.99/TN.560/KPTS/DJP/Deptan/1999,NO.443.2-270 tentang Pelaksanaan Pembebasan dan Mempertahankan Daerah Bebas Rabies di wilayah Republik Indonesia, Gambaran Klinis Gejala Klinis Rabies terbagi menjadi 4 stadium berdasarkan diagnosa klinik: 1) Stadium prodromal, dengan gelala awal demam, malaise, nyeri tenggorokan selama beberape har 2}, Stadium Sensoris, penderita merasa nyeri, panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan sensorik. 3) Stadium eksitasi, tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, pupil dilatasi. Stadium ini mencapai puncaknya dengan muncul macam ~ macam fobi seperti hidrofobi, fotofobi, aerofobi. Tindak tanduk penderita tidak rasional_dan kadang-kadang maniakal. Pada stadiurn ini dapat terjadi apneu, siancsis, konvulsa dan takikardi 4) Stadium Paralyse, terjad! inkontinentia urine, paralysis flaksid di tempat gigitan, parziyse ‘ascendens, koma dan meninggal karena kelumpuhan otot termasuk otot pernafasan. b. Etiologi Virus Rabies termasuk golongan Rhabdovirus, berbentuk peluru dengan kompoisisi RNA, lipid, karbohidrat dan protein. Sifat virus rabies cepat mati dengan pemanasan pada suhu 60°C, sinar ultraviolet dan gliserin 10%, dengan zat- zat pelarut lemak (misainya air sabun, detergent, chloroform, ethe, dan sebagainya), diluar jaringan hidup, dapat diinaktifkan dengan &- propiolakton, phenol, halidol azirin. Bisa bertahan hidup dalam beberapa minggu di dalam iarutan sliserin pekat pada suhu kamar, sedangkan pada sunu di bawah 4°C dapat bertahan hidup sampai berbulan-bulan. c. Masainkubasi Masa inkubasi dari penyakit rabies 2 minggu $3 2 tahun. Sedangkan di Indonesia masa inkubasi_berkisar antara 2 ~8 minggu. d. Sumber dan Cara Penutaran Sumber penyakit rabies di Indonesia oada umumnya adalah anjing (98%), kucing dan kera (2%). Namun di dunia sumber penularan rabies lainnya (serigala, raccoon/rakun, kelelawar}. Cara penularan melalui gigitan dan aon yigitan {aerogen, transpiantasi, Kontak dengan bahan ‘mengandung virus rabies pada kulitlecet atau mukosa) . Pengobatan Setiap kesus gigitan hewan penular rabies ditangani dengan cepat melalui pencucian luka gigitan dengan sabun / detergen dengan air mengalir selama 15 menit, kemudian diberikan antiseptic (alkohol 70%, betadine, obat merah, dan lain-lain). Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) dihentikan bila hewan penggigit tetap sehat selama 14 hari ‘observasi dan hasil pemeriksaan laboratorium negatif. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) Edist Revisi Tahun 2017 I !PEDOMAN PENYELIOKAN DAN PENANGGULANGAN KLP PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN] @” dilakukan berdasarkan 1) Luka Risiko Rendah Yang termasuk luka risiko rendah adalah jilatan pada kulit Iuka, garukan, atau lecet, Iuka keci di sekitar tangan, badan dan kaki Pemberian VAR dibefikan pada hari ke 0 sebanyak 2 dosis secara intramuskuler (im) di lengan kiri dan kanan. Suntikan kedua dilanjutkan pada hari ke 7 sebanyak 1 dosis dan hari ke 21 sebanyak 1 dosis. Bila terjadi kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) kurang, dari 3 bulan setelah mendapat VAR lengkap maka tidsk perlu diberikan VAR, bila lebih dari 3 bbulan sampai 1 tahun maka diberikan VAR 1 kali dan bila lebih dari 1 tahun dienggep penderita baru yang harus diberikan VAR lengkap. 2). Luka Risiko Tinggi Yang termasuk Iuka resiko tinggi jilatan/luka di mukosa, luke diatas daerah bahu, (mukosa,leher, kepala), luka pads jari tangan dan kaki,genetalta, Iuka lebar/dalam dan tuka yang banyak (multiple wound) Pengobatan melalui kombinasi VAR dan SAR, Serum Anti Rabies (SAR) diberikan seat bersamaan dengan VAR pada hari ke 0, sebagian besar disuntikan pada luka bekas gigitan dan sisanya disuntikan secara im pada regio gluteal, Sebelum pemberian SAR harus dilakukan skin test terlebih dahulu, Pemberian VAR sebanyak 4 kali pemberian secara im pada . hari ke O dengan 2x pemberian, hari7 (1X) dan hari 21 (1%). f. Epidemiotogi . Rabies tersebar luas diseluruh dunia, antara lain : Rusia, Argentina, Brasilia, Australia, Israel, Spanyol, Afghanistan, Amerika Serikat, Indonesia , dan sebagainya. Tahun 2010 penyakit Rabies menyebar di 25 provinsi sebagai daerah tertular dari 34 provinsi di indonesia, hanya 9 Provinsi yang masih bebas yaitu Kepulaun Riau, Bangka Belitung, OK! Jakarta, 0.1. Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat yang masih dinyatakan sebagai daerah bebas rabies. Pada Agustus 2014, Kalimantan Barat dinyatakan bebas rabies namun pada buian September 2014 kembali terjadi Kejadian Luar Biasa di Kalimantan Barat tepatnya di Kabupaten Ketapang dan Melaw Situasi Rabies di Indonesia tahun 2015 dilaporkan 80.403 kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR), dengan Lyssa (kematian rabies) sebanyak 118 orang dan telah diakukan pemberian VAR (Vaksin Anti Rabies) 57.899 orang (72,01 %). Sedangkan tahun 2036 dilaporkan S7.474 kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR), dengan Lyssa (kematian rabies) sebanyak 77 orang dan telah dilakukan pemberian VAR {Vaksin Anti Rabies) 37.503 (65,259) Grafik Situasi Rabies Oi Indonesia Tahun 2012 2016 { | i | | i | i i 2 [sm GHPR| 84,750 | —6e.te | —7aer | eoa0a | arava caaPeT_| 74,331 54,059 | _ 59.541 37,009 | 37.603 | (eesiven tar a ane 7 Keterangan GHPR : Gigitan Hewan Penular Rabies PET : Post Exposure Treatment Lyssa : Kematian karena Rabies OO "Eels Revis Tahun 2017 EA BEBE coowan pewveuowan oan PeNANGcULANGAN KL® PENYAKIT ENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 8. Kejadian Luar Biasa Calam rangka menulu Indonesia bebas Rabies 2020, batasan kriteria KLB rabies adalah apabila terjadi 1 (satu) kasus kematian Rabies (Lyssa) pada manusia dengan riwayat digit Hewan Penular Rabies di daerah bebas rabies atau apabila terjadi peningkatan kasus kematian Rabies (Lyssa) pada’ manusia dengan riwayat digigit Hewan Penular Rabies 2 (dua) kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya 1) Penyelidikan epidemiologi Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap setiap laporan adanya peningkatan kasus gigitan hewan tersangka Rabies. Penyelidikan diarahkan pada penemuan kasus tambahan gigitan hewan tersangka rabies lainnya, asus Rabies adalah penderita gigitan hewan penular Rabies dengan gejala Klinis rabies yang ditandai dengan Hydrophobia. Penegakan diagnosa dilakukan secara konfirmasi Laboratorium pada Hewan Penular Rabies dengan cara memotong hewan yang menggigit dan mengirimkan kepalanya ke Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPP) atau Balai Besar Penelitian Veteriner (BBvet) Bogor untuk diperiksa otaknya. Otak diperiksa apakah di otak ditemukan Negri Bodies, bila ditemukan kasus tersebut adalah asus konfirm diagnose Rabies. 2) Penanggulangan Penangguiangan yang dilakukan bertujuan untuk mencegah dan membatasi penuiaran penyakit Rabies, a) Wlelengkapi unit pelayanan kesehatan dengan iogisti pengambilan spesimen (bila diperlukan}. 'b) Berkoordinasi dengan Dinas Peternakan setempat untuk tatalaksana hewan penular rabies {vaksinasi, eliminasi dan vembatasan lalu-lintas hewan penuiar rabies; © Melibatkan oara pengambil keputusan dan tokoh masyarakat uncuk menyampaikan informasi tentang apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan masyaraket bila teriadi kasus gigitan/ kasus rabies. 4) Pencucian iuka gigitan hewan penuiar rabies dengan sabun atau detergen dengan air mengalir setama 10-15 menit. Pemberian VAR dan SAR sesuai prosedur (Pengobatan) Penyuluhan tentang bahaya rabies serta pencegahannya kepada masyarakat. untuk pengobatan dan 3) Survellans Ketat pada KLB a) Perkembangan jumlah kasus gigitan dan kasus rabies dengan melalui surveillans aktif di iapangan berupa data kunjungan berobat, baik register rawat jalan dan rawat Jnap dari unit pelayanan termasuk rables center dan masyarakat yang kemudian disajikan dalam bentuk grafik untuk melihat kecenderungan KLB. 3b} Berkoordinasi dengan Dinas Peternakan mengenai data perkembangan populasi hewan tersangka rabies Sistem Kewaspadaan Dini KLB 3) _ Kajian Epidemiologi Ancaman KLB Melaksanakan pengumpulan data dan pengolahan data serta informasi gigitan HPR, ieesakitan dan kematian rabies pada manusia dan hewan, kondisi rentan KLB seperti populasi HPR, cakupan imunisasi anjing atau HPR serta ketersediaan logistik penanggulangan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan, 2) Peringatan Kewaspadaan Dini KLB Bila dari kajian epidemiologi adanya kecenderungan ancaman KLB (adanya cakupan imunisasi HPR rendah, peningkatan gigitan dan adanya kasus GHPR positif rabies) maka diberikan peringatan kewaspadaan dini kemungkinan adanya ancaman KLB kepada pemangku kepentingan (Puskesmas,Rumah Sakit, Peternakan, Camat, Kepala Desa/Lurah, HEE tasitessitaxnz07 ~ PEDONAN PENYELIKAN DAN PENANGGLLANGAN KL PENYAKIT MENULAR OAM KERACUNAN pancint @” 3EBF* Bupati, Walikota dan fatn-lain) 3) Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB Peningkatan dan penyelidikan lebih dalam mengenai Kondisi rentan KLB dengan ‘melaksanakan PWS kondisi rentan KLB. Melakukan PWS penyakit potensial KLB (Rabies) secara intensif di Puskesmnes dan Puskesmas pembantu Penyelidikan awal tentang adanya KLB. Melakukan penyuluhan Kesehatan untuk mendorong kewaspadaan KLB di Puskesmas, Pustu, kliniklainnya dan masyarakat. Kesiapsiagaan menghadapi KLB antara lain Tim Gerak Cepat Puskesmas, Kabupaten/Kata, Logistik dan lain-Iain. Menjalin koordinasi dan kerjasama dengan program dan lintas : sektor terkait untuk memperbaiki kondisi rentan KLB rabies eperti : imunisasi HPR, eliminasi HPR tak berpemilk, pengawasan gigitan HR dan lain-ain, scomrter oe Sor seemed coracerahamelenacn I \PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Lampiran Form PE Rabies FORM PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA RABIES. Provinsi Kab /Kota Kecamatan Puskesmas Desa Dusun/RT LIDENTITAS Nama: mur Sex Alamat Pekerjaan: HIDENTIFIKASI PENYAKIT Gejala yang timbul : a. Berkeringat b. Sulit c. Peka pada d. Peka pada e. Airliur f. Takut pada air g.Airmata hh. Kejang- i. Nyeri tekan 1. Apakah pernah digigit hewan penular Rabies: Ya / Tidak, Kapan 2. Hewan apa yang menggigit Anjing/ Kucing/kera/ 3. Lokasi gigitan di Muka/Telinga/Leher/Tangan-Kaki/Perut/_ Pantat 4 Bagaimanatipe luka :Sayatan/cakar/parut/tembus 5. Riwayat gigitan Tiba-tiba/memegang /mengganggu/galak Setelah menggigit apakah hewan tersebut di bunuh : Ya / Tidak, kalau tidak iapakan ILRIWAYATPENGOBATAN 1. Bagaimana merawat luka dicuci dgn air/air&sabun/yodium tintur/antiseptik lain 2. Dimana mendapatkan pengobatan pertama kali 3. Obat yang sudah diberikan 4. Apakah penderita diberikan VAR ? Ya / Tidak, berapa kali diberikan suntikan VAR : 5. Bagaimana kondisi pasien setelah mendapatkan suntikan VAR : sembuh/mati/tidak tahu IW.RIWAYAT KONTAK 1. Apakah di rumah/sekitar rumah banyak orang yang digisit oleh hewan yang sama? Ya/ Tidak, Kapan 2. Apakah hanya ada 1 hewan yan; menggigit orang di lokasi kejadian ? Ya /Tidak, Kalau {ebih berapa V, PEMERIKSAAN SPESIMEN 1. Sediaan yang diambil : Otak hewan tersangka , Hasil Lab : + /~ Tanggal Penyelidikan y PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Lampiran Laporan Surveilans Ketat Laporan Surveians Ketat gigitan anjing/hewan lain pada KLB RABIES aes ont ene rma amare reer camel ae | | Puskesmas/RS Puskesmas Kabupaten/Kota ‘Tanggal Laporan KLB/Mg :......... -/minggu 18 Tempat || Lokasi # Total - Tinggal | Pekerjaan “ 18 — i mp [wp [wb TM 4 | Desa A 0 0 b 2p 2 0 i Desa B 0 pb p pp 9 i Desac b 5 pb pb Bb 5 0 i Desa 2 pp hb a i Desae 0 bb 10 o t Total b zg b pb 0 po. i i i i i ‘ Ea Rei Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KL PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. Lampirar flowshart FLOW CHART PENATALAKSANAAN KASUS GIGITAN HEWAN TERSANGKA RABIES | a cto [coats Tinggi f Tinggi t 1 1 sega aon | | saat Soot en VAR dan SAR VAR: VAR dan SAR — [aspen] (Srancaom a pr Lanjtkan VaR. |_| S20 epeise “pena ™ ca Ea [at —i— i [~ ve ] EI Spine x] tata | perks Posi 1 | var Lanjutkan oa SESE SSPE a aR RAS EG wh mea eeneneebs ee , |PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT HENULAR DAN KERACUNAN PANGAK] ti B. PENYAKIT ARBOVIROSIS 1, Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aeeypty. Penyakit DBD masih merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia, Hampir seluruh Kab/Kota di Indonesia endemis terhadap penyakit ini. Sejak ditemukan pertama kali tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya, saat ini penyebarannya semakin meluas mencapai_seluruh provinsi di Indonesia (34 provinsi). Penyakit ini seringkali menimbulkan KLB dan menyebabkan_kematian. - a. Gambaran Manifestasi Klinis infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue (DD), demam berdarah dengue (080), sindrom renjatan dengue (SRO) dan expanded dengue sindrom (EDS). Demam Dengue ialah demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti sakit kepala, nyeri di belakang bola mata, pegal, nyeri sendi dan ruam. Hasil pemeriksaan laboratorium biasanya lekopenia ( lekosit < 5.000/mm3), trombositopenia (trombosit £ 150.000 mm3), dan peningkatan hematokrit 5-10 %, : Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai panas tinggi mendadak berlangsung selama 2 ~ 7 hari, tanpa sebab yang jelas kadang-kadang bifasik, disertai timbulnya gejala tidak ada nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati - dan tanda-tanda perdarahan berupa bintik merah dikulit (petekia}, mimisan, perdarahan pada mukosa, perdarahan gusi atau hematoma pada daerah suntikan, melena dan hati membengkak. Tanda perdarahan yang tidak tampak dapat diperiksa dengan melakukan tes Torniquet (Rumple Lede). Bintik merah dikulit sebagai manifestasi pecahnya kapiler darah dan disertai tanda-tanda kebocoran plasma yang dapat dilihat dari. pemeriksaan taboratorium adanya peningkatan kadar hematokrit (hemokonsentrasi) dan/atau hipoproteinemia (hipoalbuminemia) dan pemeriksaan radiologis adanya efusi pleura atau ascites. Pada panas hari ke 3 ~ 5 merupakan fase kris dimana pada saat penurunan suhu dapat terjadi sindrom syok dengue Panas tinggi mendadak, perdarahan dengan trombositopenia(trombosit < 1100.000/mm3) dan hemokonsentrasi atau kenaikan hematokrit lebih dari 20 % cukup untuk menegakkan diagnosis Klinis demam berdarah dengue. Banyak teori patogenesis namum belum dapat dipahami sepenuhnya mengapa infeksi dengue pada seseorang dapat menimbulkan gejala ringan sebaliknya pada yang lainnya menimbulkan syok. Teori yang banyak dianut adalah teori infeksi sekunder dan adanya reaksi imunitas didalam tubuh seorang penderita Sindrom Renjatan Dengue (SRO) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat il! dan 1V dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan : lemah, menyempitnya tekanan nadi (s 20 mmHg) atau hipotensi yane ditandai dengan kulit . dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah sampai terjadi syok/renjatan berat (tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darab). - Expanded Dengue Syndrom (EDS) adalah demam dengue yang disertai manitestasi klinis yang tidak biasa (unusual manifestation) vang ditandai dengan kegagalan organ berat seperti hati, ginjal, tak dan jantung. &. Etiologi Virus dengue termasuk dalam famili flaviviridae. Terdapat 4 tive virus dengue penyedab DBD yaitu Den-1, Oen-2, Den-3 dan Den-d, Di Indonesia yang terbanyak adalah tipe virus Den-3. ©. Masa Inkubasi Terdapat masa inkubasi ekstrinsik dan masa inkubasi intrinsik. Masa. inkubasi ekstrinsik merupakan periode waktu perkembangbiakan virus dalam kelenjar tiur nyamuk Edisi Revisi Tahun 2017 Ga e& BEE" | peooman PENYELIOKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN sampai dapat menularkan pada manusia yang berkisar 8 ~ 10 hari. Masa inkubasi intrinsik merupakan periode waktu perkembangbiaken virus di dalam tubuh manusia sejak masuk sampat timbulya gejala penyakit yang berkisar 4 -6 hari d. Sumber dan Cara Penularan Sumber penularan penyakit adalah manusia dan nyamuk Aedes. Manusia tertular ‘melalui gigitan_nyamuk Aedes yang telah terinfeksi virus dengue, sebaliknya nyamuk terinfeksi ketika menggigit manusia dalam stadium viremia. Viremia terjadi pada satu atau dua hari sebelum awal munculnya gejala dan selama kurang lebih lima hari pertama sejak timbulnya gejala. Terdapat 2 jenis vektor, yaitu Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Ae. aegypti merupakan vektor utama e. Pengobatan/ Tata laksana Tatalaksana infeksi virus dengue dengan dibedakan menurut derajad berat ringanya penyakit: Pengobatan demam dengue adalah simtomatif dan suportif yaitu istirahat selama demam. Pengobatan ditujukan untuk mencegah penderita masuk ke fase syok. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah memberi minum sebanyak penderita mampu, memberi obat Penurun panas golongan parasetamol, kompres dengan air hangat. Apabila penderita tidak dapat minum atau muntah-muntah pasang infus cairan Ringer Laktat atau NaCl dan segera rujuk ke Rumah Sakit. Pengobatan demam berdarah dengue derajat | dan Il bersifat suportif dengan pemberian cairan (Ringer Lactat/Asetat atau NaCl) dosis rumatan (maintenance) dan simptomatis dengan analgetik antipiretik (parasetamol) disertai monitoring yang ketat tanda-tanda vital dan kemungkinan terjadinya kebocoran plasma (hemokonsentrasi). Penderita dirawat di rumah sakit bila terdapat kenaikan kadar hematokrit > 20%, disertal jumlah trombosit kurang dari 1100,000/mm3, atau menunjukkan tanda-tanda perdarahan spontan selain petekia, f. Epidemiologi Penyakit _Demam berdarah merupakan imasalah kesehatan dunia termasuk Indonesia dan sering menyebabkan KLB diberbagai wilayah dengan jumiah kasus dan kematian yang cukup tinggi. 080 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya dengan total kasus sebanyak 58 kasus (Angka Kesakitan, Incidence rate (IR): 0,05 per 100,000 penduduk) dengan 24 kasus meninggal (Angka kematian, Case fatality rate (CFR) : 41,356) Dengan meningkatnya sarana transportasi dan urbanisasi, saat ini kasus DBO ditemukan di seluruh provinsi dan lebih dari 450 kabupaten/kota Grafik perkembangan kasus DBD di indones tah 1968-2016 | ! t il ! : : 1 4 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN, @ Po sce % 8. Kejadian Luar Biasa KLB DBO ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Permenkes No 1501/2010, yaitu bila ditemukan satu atau lebih kondisi berikut 1) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu (D8D) yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah, 2) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya, 3) Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu_menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan. angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama, Penanggulangan KLB DBD Penanggulangan KL8 DBD diarahkan pada upaya mencegah kematian dan menekan penyebaran kasus. Upaya pencegahan kematian dilaksanakan dengan penemuan dini kasus yang diikuti dengan tatalaksana kasus yang benar, termasuk monitoring secara ketat tethadap kemungkinan terjadinya kebocoran plasma berlebihan, Sementara upaya Pencegahan diarahkan pada upaya pemutusan mata rantai penularan manusia-nyamuk- manusia dengan pemberantasan sarang nyamuk, atau membunuh nyamuk dewasa terinfeksi. 1) Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap laporan adanya penderita OBO, terutama apabila_terjadi peningkatan kejadian atau adanya kematian akibat DBD. Pada daerah yang selama beberapa waktu tidak pernah ditemukan kasus DBD, maka adanya satu kasus OBD perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi Disamping upaya penegakan diagnosis, penyelidikan epidemiologi ditujukan pada penemuan kasus lain disekitar penderita, kasus indeks, serta sumber dan cara penularan. Penyelidikan epidemiotogi juga ditujukan kepada identifikasi adanya nyamuk enular DBD, tempat perindukan dan distribusinya. Penyelidikan epidemiologi dapat menentukan kemungkinan peningkatan dan penyebaran kasus DBD serta kesiapsiagaan penanggulangan KLB di Puskesmas, Rumah Sakit, dan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, serta kemungkinan peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini KLB DBD. KLB OBD dinyatakan telah berakhir apabila selama 14 hari keadaan telah kembali kepada jumlah normal tanpe ada kematian karena DBD atau DD. 2) Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) a) Pengertian Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)* adalah upaya penanggulangan yang meliputi: pengobatan/perawatan penderita, pemberantasan vektor penular, penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi/ _penilaian penanggulangan yang dilakukan di seluruh wilayah yang mengalami KLB. Tujuan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa adalah membatasi penuleran/ penyebaran DBD, sehingga KLB yang terjadi di suatu wilayah tidak meluas ke wilayah lainnya, (mengatasi KLB di wilayah sendiri dan membatasi kasus meluas} b) Langkah-langkah pelaksanaan penanggulangan KLB Bila terjadi KL8/wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval 1 minggu), PSN 3M plus , larvasidasi, penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit KLB, dan kegiatan penanggulangan lainnya yang diperlukan, seperti: pembentukan posko pengobatan dan posko penangggulangan, penyelidikan KLB, CisikeniTenn to? EE HESS" _peDOMAN PENYELIMAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta peningkatan kegiatan surveilans kasus dan vektor, dan lain-lain, 1) Pengobatan dan Perawatan Penderita Penderita DBD derajat 1 dan 2 dapat dirawat di puskesmas yang mempunyai fasilitas perawatan, sedangkan DBD derajat 3 dan 4 harus segera dirujuk ke Rumah Sakit. 2) Pemberantasan Vektor Penyemprotan insehtisida (pengasapan / pengabutan} Pelaksana > Petugas dinas Kesehatan kabupaten/ kota, puskesmas, dan tenaga lain yang telah dilatih . Lokasi Meliputi seluruh wilayah terjangkit Sasaran Rumah dan tempat-tempat umum Insektisida : Sesuai dengan dosis lat hot fogger/mesin pengabut dan/atau ULV Cara Fogging/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan interval satu minggu 3) Pemberantasan sarang jentik/nyamuk (PSN 3Mplus) Pelaksana_ : Masyarakat di lingkungan masing-masing, . Lokesi Meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya yang merupakan satu kesatuan epidemiologis . Sasaran Semua tempat potensial bagi perindukkan nyamuk: tempat penampungan airbarang bekas ( botol, pecahan gelas,ban bekas, dil) lubang Pohon/tiang pagat/pelepah pisang, tempat minum burung, alas pot, dispenser, tempat penampungan air di bawah kulkas, dibelakang kulkas dsb, di rumah/bangunan dan tempat umum Cara: Melakukan kegiatan PSN 3M plus. *Menguras bak mandi *Menutup tempat penampungan air *Mendaur ulang barang-barang bekas *Plus: upaya menghindari gigitan nyamuk Contoh = ‘+ Menguras dan menyikat TPA (tempat penampungan air) * Menutup TPA + Memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi TPA ‘atau membuangnya ke tempat pembuangan sampah tertutup Pus: ‘* Menaburkan bubuk larvasida + Memelinara ikan pemakan jentik ‘+ Menanam pohon pengusir nyamuk (sereh, zodia, lavender, geranium, dil) + Memakai obat anti nyamuk (semprot, bakar maupun cles), + Menggunakan kelambu, pasang kawat kasa, dll. + Menggunakan cara ain disesuaikan dengan kearifan lokal 4) Larvasidasi : Pelaksana Tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas puskesmas/ dinas kesehatan kabupaten/kota Lokasi Meliputi seluruh wilayah terjangkit : Sasaran Tempat Penampungan Air (TPA) di rumah dan Tempat- Tempat Umum (TTU) Larvasida Sesuai dengan dosis Cara Larvasidasi dilaksanakan diseluruh wilayah KLB Tahun 2017 |PEDOMAN PENVELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN! @ “ww 5) Penyuluhan Penyuluhan dapat dilakukan oleh segenap tenaga_kesehatan yang dikoordinasikan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. ©) Evaluasi Pelaksanaan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penilaian operasional ditujukan untuk mengetahui persentase (coverage) pemberantasan vektor dari jumlsh yang direncanakan. Penilaian ini dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah secara acak dan wilayah-wilayah yang direncanakan untuk pengabutan, larvasidasi dan penyuluhan. Pada kunjunga tersebut dilakukan wawancara apakah rumah sudah dilakukan pengabutan, larvasidasi dan pemeriksaan jentik serta penyuluhan. g} Evaluasi Hasil penanggulangan KLB Penilaian ini ditujukan untuk mengetahui dampak upaya_penanggulangan terhadap jumlah penderita dan kematian DBD. Penilaian epidemiologis dilakukan dengan membandingkan data kasus/ kematian DBD sebelum dan sesudah : Penanggulangan KLB. Data-data tersebut digambarkan dalam grafik arian, mingguan atau bulanan, serta dibandingkan pula dengan keadaan tahun sebelumnya pada periode yang sama. (dalam bentuk laporan} patie SRE AERA REA 8 ee Ea tm ore a ss seen wwe elie i ee ee tL Gatatan + Setidak-tidaknya ditanyaken pada 25 penderita rawat jalan, rawat inap atau ke rumah di lokasi KLB DBD-DD. Apabila terdapat keragu-raguan dapat ditanyakan pada beberapa lokasi dan ditambahkan beberapa gejala lain yang - dipertukan PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN 8 PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Lampiran 1 FORMPENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE Tanggal Penyelidikan Pukul IDENTITAS KEPALA KELUARGA, 1. Nama 2. Umur 3. Alamat 4. RT RW Kelurahan 5, Kecamatan : 6. Kab/Kota 7. Pekerjaan 8. Alamat pekerjaan : 9. Hubungan dengan penderita (iis bila responden adalah orang-orang kontak) Hubungan sedarah serumah (orang tua, anak, saudara, bukan saudara) Hubungan tidak serumah (tetangga, terian kantor, teman sekolah, atau lainnya) Sebutkan, IDENTITAS PENDERITA 1 Nama 2. Umur /jenis kelamin ue 3. Pekerjaan/sekolah 4 AlamatPekerjaan/sekolah RIWAYATPENYAKIT 1 2 3 4 Keluhan / gejala utama yang muncul Kapan mulai muncul (tg! /jam) ‘Apa yang dilakukan saat timbul gejala pertama kali ? Sebutkan : a a Gejala lain yang timbul No. Gea Kapan Kondisi(baik/tetap/kurang) 2 | Lal _______t — | ‘npakah saat sekarang ini sedang menderita sakitlain (yang sudah didiagnosa oleh tenaga medis) ? a.Ya b-Tidak Bila Ya, sebutkan: . Apakah ada anggota serumah juga menderita gejala serupa (tersangka DBO) ? a. Ada b. Tidak (Bila ada, fakukan pelacakan dengan form ini) Revisi Tahun 2017 i | t i i i i q i | PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN! SPESIMENDIPERIKSA Sampel diperiksa * Ambil darah dari ujung jari teteskan ke “paper disc” hingga penuh. PEMERIKSAANJENTIK t — i sneer | | | No Tempat Pemeriksaan Jentik HasilPemeriksaan | ~__Keterangan PENGOBATAN DAN KONDISI TERAKHIR a} Perawatan yang diberikan b. d b)_Keadaan penderita saat ini 2. Sembuh| b. Meninggal, tanggal < Tetap cainenTonn707 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN, Lampiran 2 Surveilans Ketat pada KLB Demam Berdarah Formal Rawat {alan/Rawat nap KL pp.080 Pox PostesmasyRs tenikota — _ | | Geiala 5 é § 2 g 5 3 5 | i : é i el & 2 E 3 it a) $ é |. zl. g] els), ai z/ 3 Pare S| — | ele], 1h) 65 g| 4] 215 Bee 8 e{ 2 (2{$ la je) sl | 4) 2] 2) bl fl ala |g is ree ee Pe es ie a ea Pas w | | {of } fo} i Catatan : data direkam setidak-tidaknya 2 minggu sebelum KLB sampai dengan 2 minggu setelah seluruh wilayah Kabupaten/Kota dinyatakan tidak ada KLB FEM &disi Revisi Tahun 2017 2 cement a ynnaeetsemenne scared ees PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. DEMAM CHIK (CHIKUNGUNYA) Chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak menyebabkan kematian dan dikuti dengan adanya imunitas didalam tubuh penderita, tetapi serangan Kedua kalinya belum diketahui, Penyakit ini cenderung menimbulkan kejadian luar biasa pada sebu2h wilayah, a. Gambaran Klinis, Demam chikungunya atau nama lainnya demam chik adalah suatu_penyakit menular dengan gejala utama demam mendadak, nyeri pada persendian dan ruam makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit yang kadang-kadang disertai dengan gatal. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah. Pada anak-anak sering tidak menampakkan gejala yang khas. Pada beberapa penderita mengeluh nyeri di belakang bola mata dan bisa terihat mata kemerahan dan mata berair Demam tinggi, timbul mendadak disertai mengigil dan muka kemerahan. Demam bisa bertahan selama 2-4 hari. Pada anak dapat timbul kejang demam, kadang:kadang disertai penurunan kesadaran. Kejang demam tersebut bukan akibat langsung dari infeksi virus, terbukti dari pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan kelainan biokimia dan kelainan jumlah sel Nyeri sendi biasanya terlokalisir pada sendi besar, terutama sendi lutut dan tulang belakang, tetapi bisa juga terjadi pada beberapa sendi kecit terutama send pergelangan kaki, pergelangan tangan, jari kak’ dan jeri tangan. Sendi yang nyert tidak bengkak, tetapi teraba lebih lunak. Pada _pemeriksaan sendi tidak terlihat tanda-tanda Pengumpulan cairan send. Nyeri sendi sering merupakan keluhan pertama sebelum keluhan demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang-kadang penderita memerlukan "kursi roda” saat berobat ke fasilitas Kesehatan. Pada posisi berbaring biasanya pencerita miring dengan lutut menekuk dan berusaha membatasi gerakan Nyeri sendi terutama banyak dialami oleh wanita dewasa Nyeri otot bisa terjadi pada seluruh otot atau hanya pada otet daerah kepala dan bahu. Kadang- kadang terjadi pembengkakan otot sekitar mata kaki. Sakit kepala sering terjadi, tetapi tidak terialu berat. Ruam di kulit bisa terjadi pada muka, badan, tangan, dan kaki, tetapi bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papular. Ruam mulai timbul 1-10 hari setelah nyeri sendi, Ruam bertahan 7-10 hari, diikuti dengan deskuamasi kulit. Kadang-kadang ditemukan perdarahan pada gusi. Di India, ditemukan perdarahan usi pada S anak di antara 70 anak yang diobservasi b. Etiologi ‘Agent (virus penyebab) adalah virus chikungunya, genus alphavirus atau “group A” antrophod- borne viruses (alphavirus), famili Togaviridae. Virus ini telah berhasil dlisolasi di berbagai daerah diindonesia Vektor utama penyakit ini sama dengan penyakit Demam Berdarah Dengue, yaitu nyamuk Aedes sp. Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu penelitan lebih tanjut. Masa inkubasi Masa inkubasi antara 2-12 hari, tetapi pada umumnya 3-7 hari d. Sumber dan Cara Penularan Penularan demam chik terjadi apabila penderita yang sakit (dalam keadaan viremia) digigit oleh nyamuk penular Aedes sp, kemudian nyamuk tersebut menggigit orang lain. Biasanya penularan terjadi dalam satu rumah, tetangga, dan dengan cepat menyebar ke satu wilayah ( RT/RW/ dusun/desa). er 7 | EEE” _pEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN e. Pengobatan Pengobatan bersifat simptomatis menurunkan demam dan mengurangi rasa nyeri dengan obat analgetik-antipiretik, beristirahat selama demam dan nyeri sendi akut. Makanan seperti biasa, tidak ada pantangan. { Epidemiologi Penyebaran penyakit chikungunya di indonesia terjadi pada daerah endemis penyakit demam berdarah dengue. KLB sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit chikungunya. Berdasarkan data yang ada chikungunya lebih sering terjadi didaerah sub urban. KLB chikungunya sering terjadi, antara lain di Tanzania pada tahun 1952, Uganda tahun 1963, Sinegal tahun 1967, 1975 dan 1983, Angola tahun 1972, Afrika Selatan tahun 1976, Zaire dan Zambia di Afrika Tengah pada tahun 1978-1979, Pada tahun 1950 mulai menyebar ke wilayah Asia yaitu India, Filipina, Thailand, Myanmar, Vietnam. Kejadian Ivar biasa pernah terjadi di Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh (2000). Pada tahun 2010 KL8 Chikungunya terjadi di NAD, Sumatera Selatan, Babel, Lampung, Banten, OKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogya, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Setatan, Kalimantan Timur, Sulswesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Ball Saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia potensial untuk timbulnya KLB chikungunya. 8 Kejadian Luar Biasa Definisi Operasional KLB Chikungunya adalah ditemukan lebih dari satu penderita Chikungunya di suatu desa/kelurahan yang sebelumnya tidak pernah ditemukan penderita. (Pedoman Pengendalian Chikungunya, Kemkes, 2007) Penanggulangan KLB Demam Chik terutama diarahkan pada upaya pemutusan mata rantai penularan kasus-nyamuk-orang sehat. Pengobatan bersifat simptomatis. Upaya pencegahan terutama diarahkan pada pencegahan terjadinya KLB di daerah berbatasan atau penyebaran daerah yang mempunyai frekuensi transprtasi yang tinggi Penyelidikan epidemiolog! dilakukan terhadap dugzan penderita demam chik, terutama apabila_memilki gejala demam mendadak, nyeri sendi, dan ruam. Adanya KLB demam chik sering rancu dengan adanya KLB demam dengue, demam berdarah dengue, dan campak, oleh karena itu disamping distribusi gejala dan tanda-tanda dari sekelompok penderita yang dicurigai, diagnosis dapat didukung pemeriksaan serologis dengan metode Elisa atau Rapid Diagnostic Test (RDT) pada sebagian penderita. Secara operasional sebaiknya hanya diambil pada 10-25 penderita dengan gejala demam mendadak, nyeri sendi dan ruam. Tatacara pengambilan dan pengiriman spesimen demam chik adalah sebagai berikut 3} Sampel adalah serum darah sebanyak 5-7 cc yang diambil dari penderita akut. 2), Sampel disimpan dan dikirim selalu berada pada suhu 4-8 °C, sehingga pengiriman hharus menggunakan termos dingin. Identitas dan data pendukung perlu dilampirkan dengan cermat berupa nama penderita, tanggal mulai sakit, tanggal pengambilan spesimen, umur, jenis kelamin, alamat dan gejata gejala yang timbul (demam, nyeri sendi, ruam, mimisan, batuk darah, berak darah, dan syok) serta nama, alamat, telepon dan faksimili pengirim spesimen 3}. Pemeriksaan dapat dilakukan di Bagian Virologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, JI. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat atau di Laboratorium Kesehatan Daerah yang telah mampu melakukan pemeriksaan 44) _Hasil pemeriksaan laboratorium dikirimkan kepada pengirim. HEE cas tora nnzn7 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN! cece sacle nr Laporan penyeiidikan epidemiologi sebaiknya dapat menjelaskan 1) Diagnosis kLB, 2) Penyebaran kasus menurut waktu (minggu), wilayah geografi (RT/RW, desa dan Kecamatan), umur dan faktor lainnya yang diperlukan, misalaya sekotah, tempat Kerja ddan sebagainya 3) Gambaran besar masalah keberadaan nyamuk dan jentik Aedes 4) Status KLB pada saat penyelidikan epidemioiogi dilaksanakan serta perkiraan peningkatan dan penyebaran KLB. 5) Faktor-faktorrisiko lain yang berkontribusi terhadap timbulnya KLB . 6} Rencana upaya penanggulangannya. 2) Upaya Penanggulangan Penanggulangan KLB dilaksanakan terhadap 3 kegiatan utama, penyelidikan KLB, upaya pengobatan dan upaya pencegahan KLB serta penegakan sistem surveilans ketat selama periode KLB. Demam chik belum ditemukan obat, tetapi dapat sembuh sendiri sehingga engobatan bersifat simptomatis dengan pemberian obat penurun panas dan mengurangi nyeri, dan beristirahat selama fase akut, serta pada umumnya tidak . memerlukan perawatan di rumah sakit. Untuk memutus mata rantai penularan kasus-nyamuk-orang lain perlu dilakukan tindakan sama dengan upaya pemberantasan KL8 OBD yaitu, gerakan : pemberantasan sarang nyamuk, pemberian larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, periindungan diri menggunakan repelen, obat nyamuk bakar dan sejenisnya, penggunaan kelamu sertaisolasi penderita agar tidak digigit nyamuk Pada daerah KLB dapat dilakukan pengasapan {fogging} untuk membunuh nyamuk dewasa terinfeksi yang dilakukan pada wilayah KLB sebanyak 2 kali pengasapan dengan interval satu minggu b) Surveilans ketat pada KLB Perkembangan kasus dan kematian setiap hari disampaikan ke dinas kesehatan kabupaten/kota, Dilakukan analisis mingguan terhadap perkembangan kasus dan kematian, b. Sistem Kewaspadaan Dini KLB Pemantauan kemungkinan terjadinya KLB demam chik dilaksanakan oleh setiap unit pelayanan kesehatan dan masyarakat, baik terhadap penderita maupun pemantauan jentik berkala. Intensifikasi pemantauan kemungkinan terjadinya KLB demam chik ini sangat bergantung pada adanya peringatan kewaspadaan KLB yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan. SKD-KLB demam chik oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan : Provinsi dan Kementerian Kesehatan terutama berdasarkan data dan informasi adanya peningkatan serangan KLB deméa chik yang diperoleh dari laporan. Adanya peningkatan frekuensi serangan KL8 demam chik disuatu wilayah mendorong Dinas Kesehatan . Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi. dan Departemen Kesehatan untuk mengeluarkan edaran peringatan kewaspadaan KLB demam chik agar semua unit kesehatan dan masyarakat meningkatkan kewaspadaan, terutama melakukan upaya- upaya pencegahan yang memadai SKD-KLB_demam chik juga berdasarkan data curah hujan serta perkembangan nyamuk melalui pemantauan jentik berkata. Pemantauan jentik berkala sebaiknya wajib dilaksanakan di tempat-tempat umum, seperti sekolah, masjid, pasar, gedung pertemuan, dan sebagainya. SKD-KL8 demam chik dilaksanakan bersamaan dengan SKD-KLB DBD, Lampiran 1 i j | i | i | | i i | cannes Taonto7 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN FORM PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM CHIKUNGUNYA, {Pendataan Kasus Rawat Jalan/inap} Tanggal Penyelidikan Pokal Puskesmas/RS. uskesmas Kabupaten/Kota ne eens To PT gn ay rarest | sae tgumse for | |g | te ol clus awa bert torn | | Sf come B] gpm [se | ee | ale pleldled| “ | alt Ela] E/2E — - Eley e E| | | | f ee a ee ee Lampiran 2 Formuli PenyelidikanKL8 Demam Chik Gambaran EpidemiologiNtenurut toes pusesmas/RS Puskesmas Kabupaten/Kota TangealPenyetikan KB tok Populasi | Kasus | Meninggal ‘AR/100 cr/100 | Desa 7500 3 3 a o] Desa 500 ° 3 Desa C 1.000 5 oO } Deve 3.500 5 a) Desa E 900 ~ oO 0 Total 5400 30 tS o | ‘AR odaiah attack rate per 100 populasi pada periode KLB CFR adalah asus ‘meninggal per 100 kasus Ea Edisi Revisi Tahun 2017 ~ BE PEDOMAN PENYELIDIKAN OAN PENANGGULANGAN KLS PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN} -ampiran 2 Formulir Penyeli Puskesmas/Rs Puskesmas Kabupaten/Kota Tanggal Penyetidikan KLB ikan KLB Demam Chik Gambaran Epidemiologi Menurut Umur ‘Umur [__Populasi | Kasus | Meninggal | AR/100 ‘CFR/100 foam I [rath Siath { 2isth t [feet ‘Ait adaioh attack rate per 100 populesi pada periode KIB CFRadolah kasus meninggal per 100 kosus Lampiran 3 Formulir Penyelidikan KLB Demam Chik Pendataan Nyamuk, Jentik dan Tempat Perindukan Jentik (TP) Puskesmas/RS Puskesmas Kabupaten/Kota ‘Tanggal Penyelidikan KL8 Lokasi Imlkasus | Jml. TP Tami. (+) | Keterangan Donne 1 Asrama [ | Pasar T | Desa. Lampiran 4 Format Laporan Penyelidikan KLB Demam Chik 1, TimPenyelidikan KLB Nama : Gelar . Tempat Tugas : Jabatan 2. Tanggal Penyelidikan KLB : 3. Distribusi Gejala (setidak-tidaknya ditanyakan kepada 10 - 25 penderita yang dicurigai : yang dipilih secara acak pada waktu berobat), kasus meninggal dan hasil pemeriksaan laboratorium, Gejala/Tanda Kasus Juml Prosentase [Demam Ruam | NyeriSengi : Perdarahan Meninggal Serologs { 4. Kurva Epldemi KIB Demam Chik menurut tanggal mulal saKit atau tanggal berabat kasus dengan gejalademam dengan ruam. ! ‘ Edisi Revisi Tahun 2017 | PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 5. Gambaran Epidemiologi Menurut Wilayah dan Umur Gambaran epidemiologi meliputi wilayah kejadian, kelompok umur dan gambaran faktor risiko nyamuk Aedes sp. di lokasi kejadian yang dicurigal 6. Upaya Penanggulangan KL a) Upaya Pelayanan Pengobatan dan Rujukan b) Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk ©) Upaya Penunjang|ainya d)_ Penyelenggaraan Surveilans pada periode KL8 7. Kesimpulan a} Penetapan adanya KLB by Diagnosis KLB ¢) Waktu mulai terjadinya KLB 4) Gambaran epidemiologi dan keadaan pada saat penyelidikan yang meliputi kecenderungan dan kemungkinan penyebaran (buat grafik dan mapping) ) Upaya Penanggulangan KLB #) Rencana upaya penanggulangan, termasuk rencana penyelenggaraan surve epidemiologi_ dan upaya pencegahan terjadinya KLB di daerah lain, ‘Swanger Boge 2008 Magu 18 anon 18 Marae 16 Tp BH Gai Reva Tan 207 Lampirans : Laporan Surveilans Ketat pada KB Demam Chik Puskesmas/RS_ - Puskesmas Kabupaten/Kota vs ‘Tanggal Laporan KLB/Mg Jminggu 18 : Format laporan _ . Minggu Kejadian ] Lokast': | Poputest . Tere fan | cer ia ao Pp [M|? [M|P [mM|P[M|P [M | ‘Desa A a | Desa’ ' Desa ~~ ~ . Desa [ - - Desa E T _ Total ~ I 1 i Contoh penfsan format laporan Minggu Kejadian asta Wi pepun re ef ak | oe i > Tm [Ppa me [ape pm Pasa tise Too foto oz for toler te i dees” |500yo-[o [oo ojo [ojo fo 0 i Desac [1000 _[o-[o [o fo 0 [30}0 [ss [0 /ss[o i Oesad 15002 |o [@ |o 0 [@fo |7}e [sa lo i bast [slo foe pe tote fe fe testo Total 5400 2 [0 [8 fo [20/0 [32]o 37 [0 [is fo Analisis Singkat Perkembangan KLB dan Kecenderungannya Upaya Penanggulangan KL8 Perencanaan Upaya Penanggulangan KLB Edisi Revisi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGU! ANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN oo SEMAM KUNING (YELLOW FEVER) Bemam Kuning (Yellow Fever! adalah nenwakit gdemam nemoragik sires akut yong itularkan oleh ayamuk yang teniniekst “irus “emam Kuring/ Yellow Fever” Istigh ~engacu pada gejala ikterus vang muncul oada beberapa pasien a. Sambaran Klinis, Semam kuning ditandai berbagar manitestast klinis muiai dart ringan sampai berat Semam Kuning paoa manusia memiliki karakteristk sebagai berikut: 1), Fase akut ; beriangsung selama 4-$ nari dengan manitestasi ‘Demammendadak Sakit kepaia atau sakit punggung Nyeri otot + Mual Muntah = Mata merah (injeksio konjungtiva). Pada fase ini demam kuning biasanya sulit dibedakan dengan penyakit lain dengan manifestasi klinis yang sama, 2), Fase beracun (toxic phase); terjadi pada 15% kasus, yang ditunjukkan dengan tanda dan ejata berikut 1) tkterus 2) Urine berwarna gelap 3) Produksi urin menurun (oliguria) 4) Perdarahan dari hidung, gusi atau pada tinja (melena) 5) Muntah darah (hematemesis) 6) Cegukan (hiccups) 7) Diare 8) Denyut nadi melambat dalam hubungannya dengan demam Tidak ada pengobatan khusus untuk demam kuning. Pada fase toksik, dukungan Pengobatan dilakukan untuk mengobati dehidrasi dan demam, Dalam kasus yang parah, kematian dapat terjadi antara hari ke-10 ke-14 setelah onset (saat gejala pertama pertama kali muncul). Demam kuning sulit untuk didiagnosis pada tahep awal. Hal ini disebabkan gejalenya sulit dibedakan dengan malaria berat, demam berdarah dengue, leptospirosis, virus hepatitis (terutama bentuk fulminan hepatitis B dan D), demam berdarah lain (Bolivia, Argentina, Venezuela dan demam berdarah flavivirus lain seperti West Nile, Zika, dan lain-lain) den penyakit lainnya, serta keracunan. Tes darah dapat mendeteksi antibodi demam kuning yang dihasikan sebagai respons terhadap infeksi. Berdasarkan pedoman WHO, spesimen untuk pemeriksaan penyakit virus Demam Kuning adalah spesimen serum. Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium yang terampil dn berpengalaman atau sudah dilatih sesuai dengan kondisi dan situasi setempat. b. Etiologi Virus demam kuning merupakan arbovirus dari genus flavivirus, dan nyamuk Aedes sp. adalah vektor utama. Nyamuk ini membawa virus dari satu host ke yang lain, terutama antara Kera, dari Kera ke manusia, dan dari manusia ke manusia. Manusia dan Kera merupakan hospes utama. Masa inkubasi Pada manusia, demam kuning ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi virus demam kuning dengan masa inkubasi berkisar antara 3-6 hari. Virus dalam darah penderita sudah dapat bersifat infektif terhadap nyamuk sejak sebelum penderita demam sampai hari ke-3 atau 4 setelah onset. PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN af s scereceacdoacbae i Pada vektor nyamuk, hal yang periu diperhatikan dalam pengendalian penyakit ‘adalah masa inkubasi ekstrinsik, yaitu waktu yang diperlukan virus di dalem tubuh nyamuk untuk dapat menimbulkan penyakit pada manusia sejak virus masuk ke tubuh nyamuk. ‘Masa inkubasi ekstrinsik demam kuning umumnya berkisar antara 9-12 hari pada temperatur daerah tropis. Pada umumnya, jika sudah terinfeksi virus ini, maka virus akan terus berada di tubuh nyamuk hingga nyamuk mati : 4. Sumber & Cara Penularan Penularan demam kuning terdiri dari tiga jentssiklus, yaitu a 1). Tipe Sylvatic (Jungle YF) i 2) Nyamuk menggigit monyet terinfeksi virus demam kuning b) Kemudian nyamuk ini biasanya akan menggigit monyet lain atau manusia yang masuk ke hutan }_Terjadi di hutan hujan tropis 2) Tipe intermediate a) Virus dapat ditularkan dari monyet ke manusia atau dari manusia ke manusia melalui nyamuk : b) Tipe ini paling sering terjaci di Afrika 3) Tipe Perkotaan a) Penularan virus antar manusia melalui nyamuk, terutama Aedes aegypti . b)Jenis transmisi ini sangat rentan menyebabkan epidemi penyakit demam kuning dalam area yang lebih luas. Umumnya tipe penularan mengikuti Kondisi geografis setempat atau sesuai zona penularan, 1) Zona endemis merupakan area dimana terdapat virus demam kuning yang terus menerus ada. Zona ini termasuk area hutan yang merupakan tempat sirkulasi virus demam kuning pada nyamuk dan monyet atau simpanse 2). Zona intermediate atau emergensi adalah area di luar zona endemis yang di dalamnya terdapat aktiftas Kehidupan manusia seperti desa, perkebunan dan area enggembalaan. Situasi ini meningkatkan potensi penularan dari manusia ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi di wilayah area endemis. Virus tetap tinggal dalam telur nyamuk sepanjang musim kering dan aktif kembali di musim_hujan. Manusia yang bekerja atau tinggal di ladang atau savana dapat terinfeksi ketika digit oleh nyamuk yang terinfeks. 3) Zona risiko tinggi adalah area dimana terdapat potensi epidemi karena manusia terinfeksi demam kuning setelah digigit oleh nyamuk Aedes Aegyoti. Akibatnye nyamuk menjadi vektor virus demam kuning. Nyamuk menyebarkan demam kuning ketika ‘menggigit manusia yang belum terinfeksi e. Pengobatan Tidak ada pengobatan khusus untuk demam kuning, hanya perawatan suportif . untuk mengobati dehidrasi dan demam. Infeksi sekunder bakteri dapat diobati dengan antibiotik. Perawatan suportif dapat meningkatkan hasil terapi. 4 4. 1. Epidemiologi 1 Hampir 50% dari orang-orang yang terinfeksi tanpa pengobatan akan mati karena ' demam kuning. Setiap tahun diperkirakan terjadi 200.000 kasus demam kuning di 4 seluruh dunia, dengan 30.000 kematian i Iumiah asus deram tuning telah rneingat slama cua detade terakir Karena " populasi yang kebal terhadap infeksi menurun, penggundulan hutan, perpindahan penduduk, dan perubahan iklim. Menurut WHO (sampai dengan Mei 2016), terdapat 47 negara endemik demam aP BEBE" _pcoomaN PENVELIOICAN DAN PENANGGULANGAN KLE PERYAKIT MENULAR OAN KERACUNAN PANGAN kuning, Afrika (34 negara) dan Amerika Latin (13 negara}. Sampai dengan 2 Februari 2017 tercatat sebanyak 901 kasus (151 konfirmasi, 42 discard, dan 709 suspek) dengan 143 kematian (54 konfirmasi, 3 discard, 86 suspek) yang diduga terkait demam kuning. Kementerian Kesehatan Brazil melaporkan bahwa KL8 demam kuning yang saat ini sedang terjadi berawal dari Desember 2016. Di Brazil, sejak awal wabah pada bulan Desember 2016 sempai ringgu epidemiologi ke-6 tahun 2017, dilaporkan jumlah kasus demam kuning sebanyak 1.336 kasus (292 dikonfirmasi, 124 discarded, dan 920 kasus suspek dalam investigasi), termasuk 215 kematian (101 dikonfirmasi, § discarded, dan 109 dalam penyeliikan). Tingkat fatalitas kasus (CFR) adalah 35% di antara kasus yang dikonfirmasi dan 12% di antara kasus suspek. Sampai saat ini belum pernah dilaporkan keberadzan kasus demam kuning dan risiko penularan ke Indonesia pada situasi sekarang tergolong rendah mengingat transmis di daerah terjangkit masih terbatas pada transmisi sylvan, namun upaya antisipasi dan kewaspadaan harus sudah dilaksanakan. Penemuan satu kasus demam kuning sudah dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Kasus demam kuning harus dilaporkan kepade institusi kesehatan setempat secara berjenjang menggunakan formulir W1 Selanjutnya dilakukan tindakan 4) Isolasi. Kewaspadaan universal terhadap darah dan cairan tubuh paling sedikit sampei dengan 5 hari setelah sakit, penderita yang sedang dirawat agar dihindari terhadap gigitan nyamuk. Ruang perawatan agar dipasangi kasa nyamuk, tempat tidur dipasanei kelambu, ruangan disemprot dengan insektisida dengan efek residual 2) Rumah penderita dan rumah di sekitar penderita disemprot dengan insektisida yang efektif. 3) _Imunisasi terhadap kontak. Keluarga dan mereka yang kontak dengan penderita yang sebelumnya belum pernah diimunisasi agar diberikan imunisasi 4) Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi. Lakukan penyelidikan semua tempat, termasuk daerah berhutan yang dikunjungi oleh penderita 3~ 6 hari sebelum mereka sakit. Tempat-tempat tersebut dianggap sebagai fokus penularan, awasi semua orang yang berkunjung ke daerah tersebut. Cari tempat-tempat yang pernah dikunjungi oleh penderita dan tempat mereka bekerja beberapa hari sebelum mereka sakit. Lakukan penyemprotan terhadap tempat-tempat tersebut dengan insektisida yang efektif untuk mencegah penularan. Lakukan investigasi terhadap mereka yang menderita demam walaupun ringan dan orang-orang yang meninggal dengan sebab yang tidak jelas terhadap kemungkinan bahwa orang tersebut menderita demam kuning. Orang yang akan pergi ke Negara yang dinyatakan terinfeksi demam kuning harus mendapatkan vaksinasi untuk pencegahan. Setiap Negara berhak menolak kedatangan orang dari Negara terjangkit yang tidak dilengkapi dengan bukti vaksinasi (international Certificate of Vaccination / ICV}. h. Sistem Kewaspadaan Dini Sistem kewaspadaan dini terutama dilakukan di pintu-pintu masuk Negara dengan memastikan setiap orang yang datang dari Negara terjangkit telah memiliki kekebalan terhadap penyakit demam kuning yang dibuktikan dengan ICV. Dinas Kesehatan kabupaten/kota_ melakukan kewaspadaan berdasarkan laporan dari sarana_pelayanan Kesehatan (puskesmas, RS, Klinik swasta, dan lain-tain} dan masyarakat, BE castes tiv — vee meacvaabebane en 4, JAPANESE ENCEPHALITIS. Japanese Encephalitis merupakan penyakit virus yang penyebarannya berkaitan erat dengan keadaan lingkungan. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia, dari Asia Timur yaitu Jepang dan Korea, Asia Selatan seperti India dan Srilangka, serta Asia Tenggara termasuk seluruh kepulavan Indonesia, bahkan sampai ke negara bagian Northern Territory di Australia. Penyakit JE termasuk Arbovirosis (arthropod borne viral - disease) yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh Artropoda. Dalam perjalanan penyakit Arbovirosis diperlukan reservoar (sumber infeksi) dan vektor. Sebagai vektor penyebar virus JE adalah nyamuk yang biasa ditemukan di sekitar - rumah, antara Iain Culex tritaeneorhynchus, Cx. quinquifasciatus dan lain-lain. Nyamuk Culex merupakan jenis nyamuk antropazoofilik yang tidak hanya menghisap darah binatang tapi juga darah manusia, karena itulah melalui gigitan nyamuk Culex dapat terjadi penularan JE dari hewan ke manusia. Manusia merupakan dead end host untuk JE, artinya manusia tidak akan menjadi sumber penularan penyakit ini bagi mahluk lain. Nyamuk ini urmumnya menggigit pada sore dan malam hari. Daerah persawahan, yang terutama pada musim tanam selalu digenangi air, diduga berpengaruh pada endemisitas JE. Di daerah urban nyamuk ini dengan mudah ditemukan di selokan dan air tergenang. Selain itu, pada : musim hujan populasi nyamuk akan meningkat, sehingga menyebabkan peningkatan penularan penyakit. i Selain nyamuk yang berperan pada penyebaran penyakit JE, terjadinya infeksi JE pada manusia diperiukan hewan lain sebagal host (pejamu) tempat berkembangbiaknya Virus sebelum masuk ke dalam tubuh manusia. Babi sebagai salah satu hewan pejamu virus JE merupakan amplifier terbaik bagi perkembangbiakan virus JE, meskipun banyak jenis hewan tain yang dapat menjadi pejamu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya antibodi terhadap JE pada burung air, sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, anjing, kucing, maupun unggas. JE dapat menyerang manusia pada semua umur, namun angka kejadian pada anak lebih tinggi daripada dewasa. Di Thailand, Taiwan, demikian pula di Indonesia (Denpasar), i proporsi umur terbanyak penderita, masing-masing antara 5-9, 2-5, dan 2-3 tahun. i Pemberian vaksinasi J pada anak sekolah di lepang, telah menyebabkan pergeseran usia penderita JE dari anak ke dewasa 1 1 2. camberan Marites ins apanese encephalitis dapat beri | 1) Encephalitis fatal, diawali dengan viremia diikuti perkembangbiakan virus ekstra dan | ina neural yngcepat yang mengaibationKemation sel tak | 2) Encephalitis subklinis, didahului viremia ringan, infeksi otak lambat dan kerusakan ringan dari sel otak - 3) Infeksi asimtomatik, hampir tidak ditemui_ viremia, replikasi_ virus di ekstraneural sangat terbatasnya, tidak ada neuroinvasl. 4). Infeksi persisten, Sekuele Sekuele atau gejala sisa ditemukan pada 50-70 % kasus, umumnya pada anak usia di - bawah 10 tahun. Pada bayi gejala sisa akan lebih berat. Kekerapan terjadinya sekuele 4 berhubungan langsung dengan beratnya penyakit Sekuele dapat berupa gangguan ' 1) Sistem motorik (Motorik halus, Kelumpuhan, gerakan abnormal) 2} Perilaku (Agresif, Emosi tak terkontrol, Gangguan perhatian, Depresi) 1 3) Intelektual (Abnormal, Retardasi) 4) _Fungsi neurologi lain (Gangguan ingatan/memor, afasia ekspresif,epilepsi, paralisis saraf kranial, kebutaan) Ea Rei Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MEX b. Etiologi Virus JE termasuk Arbovirus group 8, dari genus Flavivirus dan familia Flaviviridea Virus ini relatif labil terhadap suhu yang tinggi, rentan terhadap berbagai pengaruh. desinfektan, deterjen, pelarut leak, dan enzim proteolitik. infektivitasnya paling stabil pada pH 7-9, namun dapat dilemahkan oleh radiasi elektromagnetik, eter, dan natrium deoksikolat Seperti virus lainnya, virus JE berkembang biak dalam sel hidup, yaitu di dalam sitoplasma. Masa viremia yang pendek menyebabkan sulit mengisolasi virus dari darah pasien, sementara untuk mengisolasi virus dari otak (organ yang terinfeksi virus) pada ‘otopsi sult dilakukan karena alasan budaya, ¢. Masa Inkubast Masa inkubasi JE bervariasi antara 4-14 hari, diikuti perjalanan penyakit melalui 4 stadium Klinis, yaitu: 1) Stadium prodromal : 2-3 hari 2) Stadium akut : 3-4 hari 3) Stadium sub akut : 7-10 hari 4) Stadium konvalesen : 4-7 minggu 1) Stadium Prodromat Pada stadium prodromal keluhan berupa nyeri kepala hebat yang tidak dapat hilang dengan pemberian analgetik, gangguan pernapasan, anoreksia, mual, nyeri perut, muntah, diare, dan gangguan sensorik, termasuk episode-episode psikotik. Seorang pasien JE mungkin hanya mengalami demam ringan atau gangguan pernapasan ringan (Flu ike syndrom) 2) Stadium Akut Stadium akut ditandai dengan demam tinggi yang tidak turun dengan pemberian antipiretik. Apabila selaput otak telah terinfeksi dan membengkak maka pasien akan merasakan nyeri dan kekakuan pada leher. Pasien menunjukkan gejata peningkatan tekanan intra kranial, yaitu berupa penurunan kesadaran, kejang, kelemahan otot-otot, ‘gangguan Keseimbangan dar, Koordinasi, kekskuan pada wajah (wajah topene), dan tremor. Tanda klinis yang agak khas pada JE adalah terjadinya perubahan gejala susunan saraf pusat yang cepat, misalnya hiper-refleksi diikuti dengan hiporefieksi. Status mental pasien dapat bervariasi dari konfulsi, delirium, disorientasi, sedangkan kesadaran dapat menurun dari somnolen sampai koma. Bisa juga disertai oligouria, diare, dan bradikardiarelatif. Pada stadium i: pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan leukositosis yang pada awalnya didominasi sel polimorfonuklear, tetapi setelah beberapa hari menjadi limfositosis. Pada pemeriksaan urin menunjukan adanya albuminuria. Apabila pasien dapat melalui stadium ini, make demam akan turun pada hari ke-7 dan gejala menghilang pada hari ke-14. Namuun bila demam tetap tinggi maka gejala memburuk, Pada kasus fatal perjalanan penyakit berlangsung cepat, pasien mengalami koma, dan diakhiri dengan kematian 3) Stadium Subakut Gejala gangguan susunan saraf pusat berkurang, tapi terdapat komplikasi berupa pneumonia ortostatik, dekubitus dan infeksi saluran kemih, sebagai akibat dari perawatan lama dan pemasangan kateter urin. Gangguan fungsi saraf dapat menetap, seperti paralisis spastik, hipertrofi otot, fasikulasi, gangguan saraf cranial, dan gangguan jaras ekstrapiramidal Fai Ret Tan 207 cath che i | ji ' IPEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN] y 4) Stadium Konvalesens Ditandai dengan kelemahan, letargi, gangguan koordinasi, tremor dan neurosis, kadang disertai_penurunan berat badan. Stadium ini bisa berlangsung lama, |. Sumber dan Cara Penularan Sebagai penyebab zoonosis, kehidupan virus JE memerlukan hewan vertebrata seperti babi sebagai reservoir dan nyamuk Culex sebagai vektorya, sehingga siklus kehidupan virus dapat berlangsung terus seperti skema pada Gambar 3. Infeksi pada manusia timbul secara kebetulan terutama pada orang yang tinggal dekat dengan reservoir dan vektornya cukup banyak, misalnya di area peternakan dan daerah pedesean, Siklus penularan JE dapat terjadi antara sesama babi, unggas atau hewan besar lainnya, serta dari, unggas atau hewan besar lainnya kepada manusia, keduanya dengan perantaraan vektor. Penularan JE pada manusia terjadi melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, terutama nyamuk Culex karena nyamuk ini dapat hidup mulai dari ketinggian 0- 1.300 m di atas laut. Reproduksi virus JE terjadi dalam tubuh hewan reservoir seperti babi yang merupakan amplifier terbaik. Bila darah babi yang mengandung virus tersebut dihisap oleh vektor nyamuk, maka nyamuk tersebut akan menyebarkan virus melalui gigitannya pada manusia atau hewan lain. ree tees as ATE tare Pengobatan Tidak ada pengobatan yang dapat menghentikan atau memperiambat perjalanan penyakit JE, tetapi bisa dicegah dengan vaksin JE. Pengobatan dilakukan secara simtomatik dan suportif. Cairan diberikan untuk mengatasi dehidrasi dan menjaga keseimbangan elektrolit, sementara untuk mengatasi demam dan nyeri diberikan analgetik dan antipiretik. Pada pasien JE, perlu diperhatikan cara pemberian makanan (kalori), pengawasan jalan napas, dan pengendalian kejang. Sampai saat ini belum ada antiviral yang*efektif terhadap virus JE. Pada kondisi tertentu, pasien sebaiknya dirawat di unit perawatan intensif. Dalam perawatan penderita hal-hal yang perlu diperhatikan: 1) Awasi Tanda-tanda Vital a) Secara rutin dan seksama diperiksa frekuensi nadi, volume nadi, tekanan darah, frekuensi napas dan keadaan kulit terutama ekstremitas atas dan bawah. Bila terdapat tanda-tanda syok (Nadi lemah dan cepat atau tidak teraba, turunnya tekanan darah, akral dingin, pengisian kembali pembuluh darah kapiler lambat (e3detik), perlu secepatnya diatasi dengan pemberian cairan intravena larutan Ringer's lactate atau NaCl 0,9% 20 mi/kgBB secepat mungkin. Bila keadaan pasien belum membaik maka pemberian dapat diulangi dan bila setelah 2x emberian cairan_isotonik tetap belum ada perbaikan maka pasien diberi 10me/ kgBB darah, plasma atau cairan koloid, - : "EdisiRevisi Tahun 2017 RSS PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN ) Bila terjadi gagal napas, minimal kita harus melakukan pernapasan buatan dan kalau memungkinkan dilakukan intubasi endotrakeal kemudian pernapasan dibantu dengan ventilator mekanik. Selama melakukan perawatan jalan napas dan perawatan pernapasan, pemberian oksigen sangat mutlak diperlukan. 2) Mengatasi Kejang ‘Mengatasi kejang pada anak diberikan diazepam rektal (supositoria) segera saat kejang berlangsung dengan dosis : 0,5-0,75 mg / ke8B / kali, atau § mg untuk anak usia dibawah 3 tahun dan 7,5 mg untuk anak usia di atas 3 tahun, atau 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg, f. Kejadian Luar Biasa KLB JE adalah diteriukannya 1 kasus yang tadinya tidak pernah ada di suatu wilayah, atau adanya kematian karena JE, atau terjadi peningkatan kasus 2 kali lipat dibandingkan periode yang sama sebelumnya (Sesuai kriteria KLB pada Permenkes 1501 tahun 2010), 2) Inwestigasi KLBJE JE merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena selain dapat menimbulkan KLB juga Karena angka kematiannya tinggi. Pada penderita vang bertahan hidup, penyakit ini dapat menyebabken gejala sisa seumur_hidup. Meskipun JE merupakan penyakit yang ditemukan di daersh pedesaan dimana tempat perkembangbiakan nyamuk berdekatan dengan host senguat seperti babi an hewan ternak lainnya, XLB JE juga pernah dilaporkan terjadi ai daerah pinggiran kota dimana kondisinya masih mirip daerah pedesaan. Langkah-langkah investigasi KL JE a) Tetapkan KiB 5) Tentukan berapa jumiah suspek kasus dan lakukan konfirmasi KLE, cj Petakan daerah yang termasuk dalam area KLB 4) Untuk investigasi kasus, isi Formulir Investigasi Kasus JE (formulir) investigasi =) Buat daftar kasus yang mencakup umur, jenis kelamin, distribusi kasus, tanggal ‘mulai panas dan gejala lain sehingga diketahui kronologis dan beratnya penyakit. Konfirmasi laboratorium tersangka JE yang ditemukan di lapangan pada saat investigasi 3) Pemeriksaan terhadap adanya host serantara seperti babi, hewan ternak tainnya, peternakan unggas yang berdekatan dengan kasus. &) Survellans vektor segera dilaksanakan termasuk pengumpulan jentik dan nyamuk dewasa, mengidentifikasi spesies nyamuk dan kepadatan nyamuk. ©) Mencar! informasi apakah ada riwavat KL8 JE sebelumnya di fokas! investiga ) Menganalisis dan melaporkan distribusi dan faktor resiko yang berhubungen dengan KiB. fe) Setelah KLB tertangani dengan baik, mempersiapkan iaporan lengkap untuk dilaporkan ke Dinkes.Provinsi dan seianjutnva xe Kemenkes. Hal-hal vang harus dipersiapkan dalam penanggulan Ki JE: 2} Ketersediaan obat, alat aan periengkapan 5). Ketersediaan tenaga Kesehatan yang teriatih termasuk dokter, perawat dan renage Kesehatan lainnya. Gd. Perlu diidentifikasi fasilitas pelayanan Kesehatan yang dapat _melakukan tatalaksana kasus JE seperti RSUD dan RS fainnya, Dipastikan bahwa ‘asilitas pelayanan Kesehatan tersebut mempunyai obat, peralatan dan perlengkapan yang memadai PEDOWAN PENYELIDKAN DAN PENANGGULANGAN KLBPENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN Pancan @ EE” 2) Penanggulangan KLB Segera setelah diketahui adanya suspek KLB maka kegiatan penanggulangan harus segela dilakukan, Tatalaksana Klinis suspek kasus JE sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian JE. Kasus harus segera dirujuk ke unit yang dapat melakukan tatalaksana suspek kasus JE. Beberapa hal yang diperlukan dalam penanggulangan KLBJE: 3) Monitoring harian pada seat terjadinya KLB, termasuk kasus dan kemation. Merujuk penderita segera ke fasiltas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi yang dapat melakukan tatalasana kasus JE. : 8) Laporan harian ke Dinkes Provinsi/Kemenkes. I ). Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang JE dan cara pencegahan dan penaggulangannya, Juga agar masyarakat mejauhkan kandang babi, dan ternak fainnya dari pemnukiman, 4) Pengendalian vektor seperti: PSN, fogging, penggunaan kelambu, dan lain-lain segera dilaksanakan, 1 ryceementersantene venereal | & Sistem Kewaspadaan Dini KLB Monitoring terhadap tanda peringatan dini terjadinya suatu KLB JE merupakan kegiatan yang sangat penting sehingga perlu dilakukan di berbagai tingkat. Dalam melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini terhadap terjadinya KLB JE maka . semua Komponen surveilans seperti pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data, tindak lanjut dan umpan balik harus dilakukan secara sistematis dan terorganisir. Supervisi dan monitoring pada semua tingkat menjadi keharusan untuk memastikan dilaksanakannya_susrveilans secara efektif. Petugas kesehatan perlu melakukan monitoring kasus JE, baik harian, mingguan ataupun bulanan sesuai kebutuhan. Selama terjadinya KLB maka monitoring harian harus dilakukan. Beberapa tanda peringatan dini terjadinya suatu KLB JE: 1) Laporan adanya suspek kasus JE di daerah non endemis atau peningkatan suspek kasus yang tidak biasa. 2), Perubahan kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangt 3) Keberadaan host penguat dalam jumish yang cukup besar, 4) Ditemukannya virus JE pada vektor 5) Ditemukannya virus JE pada hewan reservoir. an vektor Faktor risiko terjadinya KLBJE di suatu daerah: 1) Peningkatan populasi yang rentan 2) Tingginya kepadatan nyamuk culex 3) Keberadaan host penguat seperti babi, hewan ternak !ainnya, unggas air, dil . 4) Adanya area persawahan. anew Tohono EL ef BE" Jecooman PENVELIDKAN DAN PENANGGULANGAN KL PENVAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN » MALARIA Penyakit Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Malaria (plasmodium) bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina. Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P falciparum dan P vivax, sedangkan P Malariae dapat ditemukan di beberapa Provinsi antara lain: Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua. P. Ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Sedangkan tahun 2010 di Pulau Kalimantan dilaporkan P Knowlesi yang dapat menginfeksi manusia yang sebelumnya hanya menginfeksi hewan primata/monyet dan sampai saat ini masih terus diteliti Kriteria KLB Malaria dibedakan antara daerah tahap pemberantasan, pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan 2. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Pemberantasan dan Preeliminasi Pada Desa atau Kelurahan 4) Terjadi_ peningkatan jumiah penderita dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini a) Jumleh penderita dalam sebulan pada bulan sebelumnya b) Jumish penderita dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya atau 2) Terjadi peningkatan jumiah penderita malaria meninggal dalam periode tertentu lebih dari $0 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama =e a =a Blase var} 1, % "fines Goetan GR SPW! “peg EAE HNO pope? Gambar. Alur penetapan KLB Malaria pada Daerah Tahap Pemberantasan, pre- eliminasi dan eliminasi b. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Eliminasi Pada Desa atau Kelurahan 41) Terjadi peningkatan jumlah penderita malaria Indigenous di suatu wilayah tertentu dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini 1) Jumish penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan pada bulan sebelumnya 2) Jumlah penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya atau MOM fs twatmtor 1 | | i ' | i I i E i 2) Terjadi peningkatan jumiah penderita malaria (indigenous dan atau impor) meninggal dalam periode tertentu lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama 3) Pada Daerah Pengendalian Malaria Tahap Pemeliharaan Terjadi KLB malaria jika : ditemukan satu atau lebih penderita malaria indigenous (termasuk penderita malaria introduce) Gambaran klinis Gejala Klinis yang ditimbulkan oleh penyakit Malaria pada dasarnya bagi penderita yang masih sensitif secara berurutan meliputi; mengigil (15 - 60 menit) demam (2 ~ 6 jam) antara 37.5°C ~ 40°C; berkeringat (2 ~ 4 jam). Gejala lain yang mungkin timbul adalah sakit kepala, mual atau muntah dan diare sera nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa, Pada Penderita Molaria dengan komplikasi (berat) gejala yang timbul adalah ; gangguan kesadaran, kejang, panas tinggi, pucat / anemia, mata dan tubuh menguning serta perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan, jumlah kencing berkurang (oliguri), tidak dapat makan dan minum, warna urine seperti the tua sampai kehitaman dan nafas cepat asus Malaria adalah semua penderita Malaria dan semua penderita tersangka Malaria atau malaria Klin, Penyakit malaria diketahui berdasarkan 1) Diagnosa tersangka malaria yang disebut Malaria Klinis, yaitu penyakit malaria yang diketahui hanya berdasarkan gejala klinis yang timbul tanpa pemeriksaan laboratorium: 2) Diagnose Laboratorium yang disebut positif malaria atau penderita malaria, yaitu enyakit malaria yang diketahui berdasarken pemeriksaan mikroskopis. terhadap sediaan darah, dinyatakan positit jika pada pemeriksaan tersebut _ditemukan Plasmodium. Seseorang dapat ditulori oleh P. falciparum, atau P. vivax/malariae atau campuran keduanya. Etiotogi Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah mereh_manusia. Penyakit ini secara alam ditularkan melalui ggitan nyamuk Anopheles betina Spesies Plasmodium pada manusia adalah 4) Plasmodium falciparum (P falciparum) 2) Plasmodium vivax (P vivax) 3) Plasmodium ovale (P ovale) 4) Plasmodium malariae (P malariae) 5) Plasmodium knowiesi (P knowles’) . Penetapan etiologi KLB malaria dapat ditegakkan jika distribusi gejala.kasus kasus yang dicurigai menunjukkan gejala demam adalah dominan, dan gejala lain yang menonjol adalah mengeigil, dan berkeringst, tetapi beberapa daerah bisa mempunyai gejala dan tanda lebih spesifik. Sumber data analisis etiologi KL8 malaria dapat berdasarkan data Penemuan Kasus Malaria Secara Pasif di Fasiitas Pelayanan Kesehatan, atau Penemuan Penderita Demam Massal, Setiap penderita yang dicurigai dilakukan uji diagnostic dengan pemeriksaan mikroskopis sediaan darah, RDT atau pengujian Iain yang sesual Gejala kinis penderita malaria bisa rancu dengan gejala klinis DBD, oleh karena itu, distribust gejala dan hasil pengujian laboratorium menjadi sangat penting untuk menentukan etiologi KLB malaria. Gejala dan tanda penyakit lain yang dicurigai atau mirip dengan gambaran Klinis malaria juga peru ditanyakan pada saat mewawacarai penderita yang dicurigai, sehingga pada waktu analisis distribusi gejala dapat dimanfaatkan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lzin sebagai etiologi KLB ini. Misalnya, jika juge cai Revs Than 2017 dengen D8, maka wajib ditanyakan bercak kemerahan, tanda-tanda perdarahan, dan perlunya pemeriksaan trombosit dan hematokrit. Gejala dan tanda Klinis tersebut ditanyakan pada setiap penderita yang dicurigai (suspek malaria), Gejala dan tanda Klinis ini sebaiknya ditanyakan pada semua penderita, tetapi apatila jumlah kasus malaria pada KLB ini cukup besar, gejala dan tanda Klinis ini bisa ditanyakan pada sebagian penderita sampai jumlsh cukup memadai untuk analisis etiologi KLB malaria (minimal 25 suspek malaria), tetapi gejala dan tanda klinis yang merupakan kriteria kasus malaria, wajib ditanyakan pada semua penderita, misalnya gejala demam dalam 48 jam terakhit mengeigil, sakit kepala dan ikterik Gambaran distribusi gejala malaria pada KLB malaria dapat dimanfaatkan untuk menentukan etiologi KLB malaria. Contoh dapat di linat_pada tabel dibawah ini ribusi Gejala Pada KLB Malaria Jumiah Kasus Dicurigai % Demam (37,5-400C) ‘Menggigil Berkeringat_ ‘Sakit kepala [Mual Muntah Diere Nyeri otot "Anemi (pucat) Mata/Kulit kuning (ikterus) ‘Air kencing seperti air teh Jhitam Gangguan kesadaran Meninggal Jumiah kasus yang diperiksa Hasil Pengujian Laboratorium _ - Hasil Pengujian Laboratorium Jumiah Kasus | Jumlah Hasil No | Metode Pemeriksaan Diperiksa Pemeriksaan ROT __ ~ Mikroskopis P falsiparum _ _ P. vivak Z 1 Masa Inkuba: ‘Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala Klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi_bervariasi tergantung spesies plasmodium (tabel 11.1). Masa prepaten adalah rentang waktu sejak WEG csisirevisitanun 2017 - sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai parasit dapat dideteksi dalam sel darah merah dengan pemeriksaan mikroskopik Tabel 1. Masa inkubasi Penyakit Mal ria Plasmodium Masa Inkubasi (rata-rata) P. falciparum 9-4 hari (12) : P. vivax 12-17 hari (35) P.ovale 16~18 hari (17) : P. malariae 18-40 hari (28) Pknowlesi 10-12 hari (11) d. Sumber dan Cara Penularan Sumber penyakit adalah manusia yang merupakan Host intermidiate dan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi sebagai host definitive. Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang siap menularkan (infected) dimana : sebelumnya nyamuk tersebut telah menggigit penderita malaria yang dalam darahnya mengandung gametosit (gamet jantan dan betina) Analisis Sumber dan Cara Penuiaran, sumber penularan adalah lokasi dimana penularan : dari orang (penderita) — nyamuk - orang lain (penderita baru) teriadi. Artinya lokasi tersebut banyak terdapat kasus malaria ditempat tersebut atau banyak kasus malaria yang berhubungan dengan tempat tersebut, ada tempat dimana nyamuk berkembang biak (tempat perindukan nyamuk), dan terjadi hubungan antara kasus yang digigit nyamuk, dan nyamuk infected tersebut mengigit calon kasus baru. Informasi adanya sumber dan cara penularan, sangat penting dalam upaya memutus rantai penularan malaria, Langkah analisis sumber dan cara penularan 1) Mengembangkan hipotesis sumber dan cara penularan bersasarkan analisis terpadu tethadap perkembangan kasus, distribusi kasus berdasarkan lokasi (dusun/desa), distribusi_kasus_menurut karakteristik penduduk (jenis kelamin, umur, tempat bekerja dan faktor lain yang dicurigai), hasil survei bionomic vektor, hasil pengamatan kebiasaan penduduk, perubahan lingkungan dan sebagainys, 2) Membuktikan hipotesis yang telah disusun dengan survei dinamika penularan, baik berdasarkan data yang telah diperoleh, maupun mengembangkan survei baru untuk melengkapi hasil pendataan sebelumnya e. Pengobatan Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh : semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk stadium gametosit ‘Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan_ klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.Pengobatan terdiri dari: - 1) Pengobatan terhadap penderita di lokasi KLB. a) Malaria tanpa komplikasi = Plasmodium falciparum positif : ACT selama 3 hari dan Primakuin 1 hari to. = Plasmodium vivax positif: ACT selama 3 hari dan Primakuin 14 har. i b) Malaria berat fo Pian utama il * Artesunate intravena Pengobatan malaria berat di tingkat Puskesmas dilakukan dengan memberikan artesunate/artemeter ataupun kina dihidroklorida intramuscular sebagai dosis awal sebelum merujuk ke RS rujukan. Apabila rujukan tidak memungkinkan, pengobatan Edisi Revisi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN dilanjutkan dengan pemberian dosis lengkap artesunate/artemeter intra. muscular. Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil di Puskesmas dilakukan dengan memberikan kina HCI pada trimester 1 secara intra muscular dan artesunate/artemeter injeksi untuk trimester 2 dan 3, Pengobatan malaria di RS dianjurkan untuk menggunakan artesunate intravena Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil pada trimester 2 dan 3. menggunakan artesunate intravena, sedangkan untuk ibu hamil trimester 1 menggunakan kina parenteral 2 Pengobatan terhadap masyarakat di lokasi KLB Dilakukan MBS, Semua penduduk di lokasi KLB diperiksa sediaan darahnya, bila ditemukan penderita positif malaria segera diobati dengan pengobatan sesuai jenis, plasmodiumnya. 3 Pengobatan lanjutan MFS dilakukan setiap 2 minggu sampai kegiatan penyemprotan rumah selesai, pada semua penderita demam yang ditemukan di lokasi KLB, bila positif malaria diikuti dengan pengobatan sesuai jens plasmodiumnya. Bila ditemukan penderita kambuh atau belum sembuh, segera diberikan pengobatan lini berikutnya. Dengan adanya kebijakan pengobstan malaria saat ini, dalam kondisi KLB pengobatan malaria secara klinis tidak diterapkan lagi. Diupayakan pengobatan pada penderita malaria melalui konfirmasi pemeriksaan sediaan darah baik secara mikroskopik maupun dengan ROT dan pengobatan sesuai jenis plasmodium yang ditemukan. Disamping itu ada _upaya pencegahan penularan melalui pengobatan yang disebut prophylaxis. f. Kejadian Luar Biasa 1) Sumber Informasi Adanya KLB Malaria a) Sistem deteksi dini KLB malaria di Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas _pelayanan Kesehatan (SKD-KLB malaria) melalui kegiatan pemantauan adanya KIB di masyarakat, Pemantauan Wilayah Setempat Kasus Malaria dan penyelidikan dugaan adanya KLB malaria b) Laporan masyarakat 2) Memastikan adanya KLB Malaria Penetapan KLB Malaria ditaksanakan secara bertahap sejak adanya dugaan adanya KLB Malaria, sampai KLB dinyatakan berakhir. Adanya dugaan KLB Melaria sudah memerlukan penyelidikan dan penanggulangan KLB sesuai dengan kondisinya a) Memantau perkembangan jumiah absolut kasus malaria suspek dan kasus malaria positif dari waktu ke waktu (harian, mingguan dan bulanan) b) Menentukan waktu mulai KL8- malaria, memantau perkembangan luas daerah berjangkit KLB dan memantau perkembangan besarnya attack rate kasus malaria suspek dan kasus malaria positif selama periode KLB (harian. mingguan dan bulanan) ©) Memantau perkembangan slide positivity rate (SPR) dan proporsi Plasmodium falsiparum dari waktu ke waktu (harian, mingguan dan bulanan) 4) Jika dipertukan, melakukan penyelidikan lebih Iuas untuk mengetahul pengaruh faktor risiko tertentu dan identifikasi sumber-sumber pen ularan ©) Pelaksanaan Kegiatan Penanggulangan KLB Malaria d) Puskesmas segera membuat laporan adanya KLB malaria kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (laporan KLB 24 jam/W1). e) Melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera setelah Laporan KLB 24 Jam/W1 HE esis evisi tanun 2017 ) i i f | PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN HLS PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN] @ HESS Pose dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Survei pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dapat dilaksanakan bersama dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi Mendirikan pos-pos pelayanan Kesehatan dekat dengan pemukiman penduduk (metode Penemuan Penderita Demam Massal/MFS), terutama pada lokasi yang diduga terjadi penularan yang tinggi 4) Tujuan Memastikan adanya KLB malaria Mencari, menemukan dan mengobati penderita malaria, sehingga dapat menurunkan risiko penularan setempat (menghilangkan sumber-sumber penularan) 2) Pelaksanaan - Penderita berobat ke pos-pos Kesehatan direkam dalam Register Berobat ++ Pos Kesehatan. Penderita demam (kasus malaria suspek) diberi tanda sebagai kasus malaria suspek. = Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diwawancarai_ dengan menggunakan formul ir wawancara Form Penyelidikan Epidemiologi KLB Malaria (lampiran Ipklb- 01) ~Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diambil spesimen darah dan diuji secara mikroskopis atau RDT yang sesuai + Setiap kasus malaria positif mendapat pengobatan standar ~ Penderita demam yang tidak datang ke pelayanan Kesehatan didatangi ke rumah penderita ~ Setiap kasus malaria positif diikuti dengan pemeriksaan Kontak dengan menguli sediaan darah penghuni rumah (3-5 rumah) yang berdekatan dengan rumah kasus malaria positif. Kasus malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) harus mendapat pengobatan standar. = Rangkaian kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MF5) diselesaikan dalam waktu secepatnya tidak lebih dari 7 hari sejak kegiatan ini dilaksanskan, termasuk pemberian obat kepada penderita malaria positif untuk menghilangkan parasit malaria dari penderita. Cara ini diharapkan dapat menurunkan risiko penularan dan mencegah terjadinya reinfeksi + Melakukan analisis untuk memastikan adanya KLB Malaria dan atau evaluasi dampak terhadap perkembangan dan perluasan KLB malaria (hat analisis pada kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal/MFS) + Jka diperlukan, mengintensifkan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) di seluruh wilayah KLB malaria, sehingga seluruh penderita malaria dapat ditemukan dan diobati dalam waktu kurang dari 7 hari sejak rmulaimetaksanakan Penemuan Penderita Demam Massal, sehingga dampak pengobatan dapat _menurunkan riko penularan malaria dan mencegah reinfeksi diseluruh wilayah KLB 3) Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan menerapkan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), sesuai hasil analisis dan keputusan tim penanggulangan KL8, terutama pada wilayah- wilayah KLB dengan attack rate dan atau case fatality rate yang tinggi 4) Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan mendistribusikan kelambu berinsektisida, sesuai analisis dan keputusan tim penanggulangan KLB Melaksanakan upaya penanggulangan KLB Malaria dengan melaksanakan Penyemprotan Insektisida (IRS), sesuai analisis. dan keputusan_ tim penanggulangan KLB 6) Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan dapat dilakukan berbagai_penyelidikan lebih luas : 5 Edisi Revisi Tahun 2017 Melakukan kajian pengaruh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap KLB malaria - Melaksanakan survei pengaruh pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap malaria dan KLB malaria + Melaksanakan kajian pengaruh —_kondisi lingkungan pemukiman, —curah hyjan dan migrasi. penduduk terhadap KLB malaria, terutama untuk mengetahui adanya lingkungan sebagai sumber-sumber penularan Melakukan survei dinamika penularan = Melaksanakan pengamatan dan survei vektor - Data vektor yang dikumpulkan adalah meliputi spesies vektor, bionomik dan tempat perkembangbiakan. Data tersebut dikumpulkan dari hasit kegiatan survey vektor pada saat konfirmasi KLB dan akhir KLB. (Lihat pada Pengmatan dan Survei Vektor] + Melaksanakan verbal otopsi ‘Melaksanakan surveilans Secara_umum, surveilans selama periode KLB malaria adalah memanfaatkan data yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan penanggulangan KLB malaria, antara lain, kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Pos-pos Kesehatan dan atau Fasilitas Kesehatan Lain; Pemeriksaan Darah Massal (MBS), kegiatan penyemprotan rumah (IRS), penyelidikan _epidemivtogi, pengamatan vektor dan sebagainya. 7 8) Menetapkan luasnya KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang (epidemiologi deskriptf) Secara umum, data penderita malaria berdasarkan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal dapat diolah dan disajikan dalam berbagal bentuk tampilan analisis yang memberikan gambaran luasnya KLB malaria: a) Kurva epidemi atau grafikfluktuasi kasus mingguan, atau bulanan. b)_Distribusi Kasus KLB malaria menurut hasil pengujian laboratorium ¢)_KLB malaria Distribusi Kasus menurut umur dan jenis kelamin d)_Distribusi Kasus KLB malaria menurut Desa/Dusun dan waktu @)Distribusi Kasus KLB malaria menurut karakteristik khusus lainnya. g: Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD KLB) Secara umum pelaksanaan SKD-KLB malaria terdiri dari kegiatan 1) Kajian epidemiologi secara terus menerus dan sistematis terhadap penyakit berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB agar dapat menentukan adanya daerah atau PEDUMAN PERVELIOIKAN Didé PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN af he kelompos masyarakat yang ren reryauinya Kee 2) Memberikan peringatan pada pengelola program dan sektor serta masyarakat adanvi daerah atau kelompok rentan KLB malaria agar meningkatkan kewaspadaan dar kesiapsiagaan terhadap KiB malaria Meningkatkar kewaspadaan dan kesiansiagaaeG: Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota, Puskesmas, ruman sakit dan fasiitas Kesehatan fainnya serta masyarakat d: daeran rentan KL8 malarie tethadap kemungkinan terjadinya kK. malaria, vaitu a} Melaksanakan berbagat upaya pencegahan terjadinya KLB (merupakan bagian 6: 1s rriestatitanieteene cmecroncebaevha ee: bo. rogram penanggulangan KB! i b) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap Kemungki nan terjadinya KLB (merupakan bagian i dari program penangeulangan KLB) | «) Melaksanakan sistem dts! dit timbulnys kondsirentan terjadinya KLB dan respon t 4) Melaksanakan sistem deteksi dini adanya KLB dan respon i e) Melaksanakan penyelidikan dugaan KL8 malaria | | inden ho SKD-KLB renan KL i Malaria (Gpaa masyarakat enc Sistem oo ankis” J [Deters i Bin j (kajan ep) | __ Pl kongisi_ Ff Penyetiikan menent- | (perngatan]{]Rentan_| *[rentan ue kan daerehi | | kewaspadaan | | [KLB masyarakat |>} pada daeran Indentinikasi rertan vg rentan Sistem) P| KLB GI tenadikL8 | [KLB malana masyarakat Deteksi (eat oka Lfparsrasus malaria Kesiapsiagaan E ‘menghadapi Penyeligikan KB jugaan KLB. Edisi Revisi Tahun 2017 ‘of BEEP reooman penveuowan oat PENANGGULANGAN KLB PENYAIIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Lampiran 2 FORM PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEIADIAN LUAR BIASA MALARIA Puskesmas Kabupaten ‘Tanggal Penyelidikan A. IDENTITAS PENDERITA 1. NAMA, 2. Umur (tahun + bulan) 3. Status dalam keluarga 4, Alamat RT/RW Kelurahan/Desa Kecamatan : Kab/Kota Provinsi 5. Pekerjaan Utama Alamat tempat kerja Pekerjaan sampingan Alamat tempat kerja 7. Hubungan dengan Penderita (diisi apabila responden adalah orang-orang kontak) a. Hubungan sedarah serumah (orang tua, anak, saudara, bukan saudara} b. Hubungan tidak serumah (tetangga, teman kantor, teman sekolah, lainnya sebutkan) B._ RIWAYAT PENYAKIT 1, Sakit yang sekarang sudah berapalama? hari 2. Antara 2-4 minggusebelum sakityang sekarang, apakah pergibermalam ke luar daerah/desa? Ya/Tidak 3. Jka Ya, sebutkan alamatnya ! RT/RW/Ousun Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten Provinsi a 4, Apa gejala yang timbul pada sakit yang sekarang ? Demam Pusing Mual . Muntah Menggigil Pegal-pegal . & Diare 5. Pernahkan sakit dengan gejala seperti sakit yang sekarang ? Ya/Tidak 6. Jika Ya, kapan/tanggal berapa sakit yang terakhir? 7. Tempat tinggal saat sakit tersebut dimana ? RT/RW/Dusun Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten Ppeaogse Provinsi ese 8. Diagnosis yang dibuat Puskesmas : Pf/Pv/Mx 9. Tanggal Sediaan Darah dibuat Nomor slide Sediaan darah | 4 4 4 | i i ¢ | | PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KL PENYAKIT MENUCAR DAN KERACUNAN PANGAN. 10. Tanggal pemeriksaan Sediaan Darah Laboratorium Pemeriksa 11. Klasifikasi penderita a. Indigenous b. Relaps Import . 12. Daftar Spesimen Sediaan Darah semua penghuni rumah penderita 0. Jens | ; no. | so | Nema | umur | getamin | Klint | Diagnosis | Obst oT __| 2 - —f{ (3 _ _ _ 4 = | 5 — J TTempatkegatan [Jam ‘ 18.00-20.00 02.00-04,.00 (04.00-06.00. | I { J 24, Kondisi sekitar rumah a. ada genangan air berjentik b. ada tambak tidak terurus dan berjentik banyak semak bernyamuk d. dekat dengan hutan Km e Jainnya : 15. Kegiatan kumpul-kumpul (kegiatan sosial) yang selalu dihadiri Pewawancara 96 6. PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN FILARIASIS Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, payudara, dan scrotum, menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya. Secara tidak langsung, penyakit yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk, dapat berdampak pada penurunan produktivitas kerja penderita, beban keluarga dan menimbulkan_kerugian ekonomi bagi negara yang tidak sedikit. i Indonesia, berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, sampai tahun2016 13.009 kasus kronis filariasis. Berdasarkan rekapitulasi data kabupaten/kota selama 7 tahun terakbir, peningkatan jumlah kasus kronis terjadi pada periode 2010 - 2014, peningkatan ini terjadi karena adanya kasus kronis filariasis lama yang baru ditemukan dengan adanya kegiatan penemuan kasus oleh kader dan tenaga kesehatan. Kemudian di tahun 2015 ~ 2016 terjadi Penurunan jumiah kasus kronis filariasis dibeberapa provinsi antara lain yaitu di Provinsi Papua Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Riau dan Jawa Timur. kriteria Kejadian Luar Biasa_ yang mengacu pada PERMENKES Nomor 1501/Menkes/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan, yaitu rata-rata jumiah kesakitan per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya. a. Gambaran Klinis asus Klinis filariasis adalah seseorang yang terinfeksi cacing filaria, dan sudah menunjukkan gejala-gejala kiinis baik akut maupun kronis. Gejala klinis akut berupa limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis, orkitis, epididimitis dan funikulitis yang disertai demam, sakit kepala, rasa lemah dan timbulnya abses. Abses dapat pecah dan mengalami penyembuhan dengan meninggalkan jaringan parut terutama di daerah lipat paha dan ketiak. Gejala klinis akut pada infeksi Brugia tampak lebih jelas dan berat. Gejala klinis kronis terdiri dari fimfedema, Iymph scrotum, kiluria (urin seperti susu), dan hidrokel. Gambaran klinis yang tampak tergantung dari cacing penyebab filariasis. Pada infeksi Brugia, pembengkakan terjadi pada kaki terdapat di bawah lutut, pada lengan di bawah siku, Pada infeksi Wuchereria brancrofti pembengkakan terjadi pada seluruh kaki, selurun lengan, scrotum, penis, vulva, vagina dan payudara Sebagian besar kasus filariasis yang ditemukan di Indonesia adalah kasus filariasis kronis, sedangkan untuk kasus Klinis akut dapat ditemukan melalui survei aktif kasus, Penegakan diagnosis berdasarkan pemeriksaan sediaan apus tebal darah jari yang dilakukan_malam hari. Hasil pemeriksaan dinyatakan posit bila ditemukan mikrofilaria pada sediaan darah. . b. Etiologi Filariasis di Indonesia disebabkan oleh 3 spesies cacing filaria yaitu, Wuchereria banerofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Dari ketiga jenis cacing filaria, Brugia malayi paling banyak tersebar di wilayah Indonesia, sementara Brugia timori hanya terdapat di wilayah Indonesia timur yaitu di pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di wilayah NTT. Sedangkan Wuchereria bancrofti terdapat di pulau Jawa, Bali, NTB dan Papua Masa Inkubasi ‘Masa inkubasi filariasis tergantung deri jens spesies yang menginfeksi. Pada infeksi oleh Brugia spp masa inkubasi berlangsung selama 2 bulan, sedangkan pada spesies Wuchereria bancrofti masa inkubasi selama 5 bulan Edisi Revisi Tahun 2017 a ae PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLS PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 4. Sumber dan Cara Penularan Sumber penularan Filariasis adalah nyamuk. Di Indonesia, telah teridentifikast 23 spesiesnyamuk yang menjadi penular filariasis. Seorang dapat tertular filariasis apabila orang tersebut mendapat gigitan nyamuk infektif, yaitu nyamuk yang mengandung larva cacing stadium 3. Pada saat nyamuk . infektif menggigit manusia, larva ini akan keluar dari probosis dan tinggal di kulit sekitar lubang gigitan nyamuk. Saat_nyamuk menarik probosisnya, larva ini akan masuk melalui Juka bekas gigitan nyamuk dan bergerak menuju sistem limfe Kepadatan nyamuk, suhu dan kelembaban sangat berpengeruh terhadap penularan filariasis. Mobilitas penduduk dari daerah endemis filariasis ke daerah lain atau sebaliknya, berpotensi menjadi media penyebaran filariasis antar daerah. fe. Pengobatan Pengobatan filariasis terdiri dari pemberian obat massal pencegahan filariasis (POMP filariasis) dan pengobatan individual. POMP filariasis dilaksanakan dengan memberikan obat filariasis kepada seluruh penduduk sasaran di wilayah yang telah dinyatakan endemis melalui survei darah jari dan atau survei serologis(mikrofilaria rate > 1%). POMP filariasis tidak diberikan kepada anak <2 tahun, balita dengan gizi buruk, ibu hamil, orang dengan sakit berat, dan lansia di atas 70 tahun. POMP Filariasis bertujuan untuk memutus mata rantai penularan filariasis di daerah endemis. Obat yang diberikan adatah Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dan Albendazole. Pengobatan individual dilaksanakan pada kasus klinis akut dan kronis filariasis. Tujuan engobatan ini adalah untuk mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis. Obat i yang diberikan adalah DEC f.Epidemiologi Sebanyak 1,1 milyar penduduk di $5 negara di dunia , hidup di daerah endemis filariasis dan berisiko tertular penyakit ini, Di Asia Tenggara terdapat 9 negara endemis filariasis yaitu Bangladesh, India, indonesia, Meldives, Myanmar, Nepal, Srilanka, Thailand dan Timor-Leste dan diperkirakan 700 juta orang tinggal di daerah endemis filariasis, atau sekitar 64% dari angka kesakitan filariasis di dunia, Diperkirakan 60 juta orang mengandung mikrofilaria yang dapat bermanifestasi Klinis menjadi filariasis kronis. Keadaan di Asia Tenggara ini mencerminkan separuh dari gambaran filariasis didunia. Oi Indonesia, Filariasis tersebar diseluruh wilayah. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sampai tahun 2016 jumiah kasus kronis di Indonesia mencapai 13.009 kasus. Terdapat 3 (tiga) provinsi dengan jumlah kasus kronis tertinggi yaitu. Nusa Tenggara Timur (2.864 orang), Aceh (2.372 orang) dan Papua Barat (1.244 orang). Adapun 3(tiga) provinsi dengan kasus terendah adalah Kalimantan Utara (11 orang), Nusa Tenggara Barat {14 orang), dan Bali (18 orang). Berdasarkan survei darah jari dan kajian epidemiologi telah teridentifikasi 326 kabupaten/kota endemis filariasis dengan tingkat endemisitas filariasis berkisar antara 1- 19,64%, Penentuan endemisitas filariasis di kabupaten/kota melalui survey darah jari di desa dengan jumlah kasus Klinis filariasis terbanyak. Mikrofilaria rate (Mf) 1% atau lebih merupakan indikator sebagai kabupaten/kota endemis filariasis. Mf rate dihitung dengan cara membagi jumiah sediaan yang positif mikrofilaria dengan jumlah sedian darah yang diperiksa dikali seratus persen 8. Kejadian Luar Biasa Kasus Klinis Filariasis dan Penanggulangannya Kejadian luar biasa kasus Klinis filariasis terjadi bile rata-rata jumlah penderita kronis filariasis baru (kasus usia kurang 15 tahun), perbulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah penderita kronis Edisi Revisi Tahun 2017 & HEE" | pEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR BAN KERACUNAN PANGAN filariasis baru perbulan pada tahun sebelumnya Bila kriteria KLB tersebut terpenuhi, penyelidikan epidemiologi dilaksanakan_ untuk menegakkan diagnosis, memastikan terjadinya KLB dan menemukan kasus tambahan Langkah penanggulangan meliputi a) Upaya penatalaksanaan kasus Pemberian obat DEC 6 mg/kgBB sehari, diberikan terbagi dalam 3 dosis selama 12 hari pada penderita bb) Upaya membatasi penularan filariasis di sekitar rumah penderita. Upaya ini dilakukan pada kabupaten/kota yang endemis maupun tidak endemis filariasis, dengan memberikan obat DEC 6 mg/kg88 sehari, diberikan terbagi dalam 3 dosis selama 12 hari pada kontak serumah dan sekitarnya yang pemeriksaan laboratoriumnya positif. Pengobatan ini harus dilakukan dibawah pengawasan tenagakesehatan. h. Sistem Kewaspadaan Dini KLB Bila ditemukan penderita filariasis kronis, maka dilakukan surveillans aktif untuk mencari_kasus kronis tambahan. Puskesmas harus melaporkan setiap kasus kronis, tambahan setiap bulan. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan apus tebal darah jati atau dengan menggunakan Rapid Diagnostic Test (ROT) pada penderita, kontak serumah dan sekitarnya untuk memastikan diagnosis dan mengetahui adanya penularan, Ea Rol Tohn 217 [PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN} <= ese Lampiran 1 FORMULIR PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOG! KEJADIAN LUAR BIASA FILARIASIS: Puskesmas Kecamatan « : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kote « se Provins: arrest ommend Tanggal Penyelidixan LL IDENTITAS PENDERITA 1. Nama 2. Umur smn 3. Jenis Kelamin: L/P 4. Pekerjaan : | 5. Alamat Rr RW Kelurahan Kecamatan : Kabupaten/Kota Provinsi I, RIWAYAT PENYAKIT A. Anamnesis Apakab pernah mengalami gejala klinis akut di bawah ini ? Berapa frekuensi serangan pada 6 bulan i terakhir ini? | Geils ins Akal FrekuensSerangan _ ' a. Demam berulang Oka [| 1 kal [] >a kati i b. Abses oka [7] a kali (4 kal ¢. Limfangitis kati [| 1 kal [| >a kati d. Funikulitis Okali Lali | >a kali e. Limfadenitis oka [| a kat > kali f. Epididimitis oka [] 1 kati > dali g. Adenolimfangitis Okalt [J] > kel ‘ h.Orkitis Okali [J > 4 kati 8. Tahun mulai bengkak . ©. Tahun mulai menetap dl desa iN .ronenrninnTahun ©. Apakah pernah mendapatkan pengobatn dengan DEC?[—]Pemah [~] Tidak pernah I. PEMERIKSAAN BADAN 1. Letak pembengkakan. 2. Pengukuran anggotatubuh yang bengkak P| Tungka tas, ukuran lingkar..cm,..cm dar ltut Tungkai bawah, ukuran lingkar....cm, ....cmn dari lutut Lengan atas, ukuran lingkar....cm, ....cm dari lutut Lengan bawah, ukuran lingkar.....cm, ....em dari lutut GatenTanto” EE [)seturan tung karan ingore... em dai uta Seluruh lengan, ukuran lingkar....cm, ....cm dari tutut 3. Apakah ada jaringan parut (filarial scar)? ‘Ada, dimana lokasinya Tidak ada 4, Suhu tubuh saat ini... ote 5. Apakah ada luka dan lesi di kulit ? ‘Ada, dimana lokasinya, [LJ Tidak ada 6. Tanda-tanda stadium limfedema yang ditemui : Bengkak hilang waktu bangun tidur pagi Bengkak tidak hilang waktu bangun tidur pagi Lipatan kulit dangkal [] cenjton kt TE] tiatan tat dalam Gambaran seperti lumut Tidak dapat melaksanakan tugas sehari-hari IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. Pemeritsaandarah ja | Post | eso 2, Pemeriksaan Ropid Diagnostic Test (ROT) | Positif | Negatit V. DIAGNOSIS STADIUM LIMPEDEMA [[] timtedema stadium 1 Limfedema stadium 2 Limfedema stadium 3 Limfedema stadium 4 ~ Limfedema stadium 5 Limfedemastodum 6 [J timtedemastaium 7 VL. PENGOBATAN Bila hasil pemeriksaan laboratorium positif, berikan DEC dengan dosis 8 mg/KgBB 3 kali sehari i : | } i { fl IPEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN} “wn 7 .PENYAKIT DIARE DAN INFEKSI SALURAN PENCERNAAN 1. DIARE Diare_akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi car dan berlangsung kurang dari 7 hari Diare adalah penyakit dimana penyebabnya adalah infeksi, malabsorspi, keracunan pangan, dan terkait penggunaan antibiotik (DTA/AAD). Diare dapat menimbulkan KLB dengan jumiah penderita dan kematian yang besar. KLB sering terjadi di daerah dengan kualitas sanitasi buruk, air bersih yang tidak memadai dan banyaknya gizi buruk 2. Gambaran Klinis ‘Sesuai dengan penyebabnya, diare dapat disertai gejala lain seperti muntah, dehidrasi, sakit_perut yang hebat, lendir dan darah dalam tinja, dan lain-Iain. Selengkapnya dapat dillhat dalam tabel 1. b. Etiologi Di Indonesia penyebab utama KLB diare adalah Vibrio cholerae dan Rotavirus. > [mame Lf a | [Rk i] e a N al t = =a £ 2! 3 a |, wor} 3 (OL : | preeseal errea ercerra crea ema > ect [ Pem® HLS L E N __ ¥ of pam A ; | J Ky Ast ty 1 eng hone ecm ‘snes | Basis t = | 1 Of ren }o | —— 1 | A) erties R ‘aaron ——_ ‘ay =} Tons Gatoates | ‘| Ger Sede ee k Co io LY eaten [Feo a : ‘wnno) Tainan? EE PEDOMAN PENVELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. Tabel 1: Etiologi, Masa Inkubasi, Gejala, Sumber Dan Cara Penularan Penyakit Berpotens! KLB Diare j ; sumberdan Cara Etiologi Masa inkubast Gejala i i I | "i Penularan | | v. cholerae Beberapa jam - | Diare mendadak tanpa| Makanan dan minuman Shari rasa sakit perut, kadang- | yangterkontaminasi kadang — muntah, — tinja \ mengucur seperti air | cucian beras, berbau amis, asidosis & shock } 12-24 jam | Biare, demam, sakit perut | Daging, unggas. susu & { telur yang terkontaminasi ~T2=ahat | Dare, sakit-perut, | Makanan saus & kaleng yang terkontaminasi Makanan dan minuman vangtertomemines Tis =a] Bara, an peas, aa, Won (manana ane munich, demam, sat | terontinas. | Kept, Kodang adore seve dient “Ties manta, a pera, | Dagger, man Staphylococcus aureus | diare, suhubadan tinggi | kaleng dan roti yang. | | terkontaminasi Costar © = 2a “am | Dire, ater usd Desig, makanan—faleng perfringens biasanya 10 - vang terkontaminasi 32jam | Baatuscereus —[2-6jam | Dlave, muntah, nual} Bubur Kalena, puding Yang terkontaminasi | [Streptococcus [S=20jam | Mual;montah, dare | Makanan yang ter feecais | | kootaminast | Enterococcus | 2=1jam | Mua, mantah, dare | Melalui_makanan Waleng yang terkontaminasi | Masa Inkubs Sesuai dengan etiologi diare. Lihat tabel 1 Sumber dan Cara Penularan Cara penularan diare adalah secara fecal-oral. Tinja penderita diare mengandung kuman yang dapat mencemari sumber air bersih dan makanan. Penyebarannya melalui lalat, tangan tercemar. Pengobatan Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang terdiri_atas 1) Oralit Osmotaritas Rendah Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan di rumah dengan memberikan oralit. Bila. tidak tersedia, berikan lebih banyak cairah rumah tangga yang mempunyai osmolaritas rendah yang dianjurkan seperti air tain, kuah sayur dan air matang. Edisi Revisi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDKAN DAN PENANGGULANGHN KL PENYAKITMENULAR DAN KERACUNAK PANGAN a 2) Zine Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta mencegah terjadinya diare ulang pada 3 bulan berikutnya. Zine diberikan pada setap diare dengan dosis, untuk anak berumur kurang dari 6 bulan i diberikan 10 mg (1/2 tablet) zine per hari, sedangkan untuk anak berumur lebih dati 6 : blan diberikan 1 tablet zine 20 mg. Pemberian zinc diteruskan sampai 10 hari, walaupun ‘ diare sudah membaik, Hal_ini untuk mencegah kejadian diare ulsng selama 3 bulan ke ' depan. yo 3) Pemberian ASI / Makanan i Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada | penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. 4) Pemberian antibiotika hanya atas indikasi Antibiotik hanya bermanfaat pad anak dengan diare berdarah, suspek kolera dan infeksi-infeksi diluar saluran pencernaan yang berat, seperti pneumonia. Obat antiprotozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (aruba, giardia) 5) Pemberian Nasihat Ibu atau keluarga yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasihat tentang a) Cara memberikan cairan dan obat di rumah b) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan (diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan atau minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah, tidak membaik selama 3 hari Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan Bagan rencana pengobatan yang sesuai (Lampiran 1) 1) Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah 2) Rencana terapi 8 untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang di Sarana Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam 3) Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di Sarana Kesehatan dengan pemberian cairan intra Vena. DIARE BERDARAH Diare berdarah atau disentri adalah diare disertai darah dan/atau dan lendir dalam tinja dapat disertai dengan adanya tenesmus. Diare berdarah (disentri) dapat disebabkan oleh penyebab diare, seperti infeksi bakteri, parasit dan alergi protein susu sapi, tetapi sebagian besar disentri disebabkan oleh infeksi bakteri. Penularannya secara fekal oral. Infeksi ini menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi dan hygiene perorangan yang buruk. Di Indonesia penyebab disentri adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter jejuni, Escherichia cali (E. coli), dan Entamoeba histolytica, Disentri berat umumnya disebakan oleh i Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Salmonella dan Entero Invasive E. Coli (EEC). ‘Aspek khusus penatalaksanaan disentri adalah pengobatan antibiotik oral (selama 5 : hari), yang masih sensiti terhadap Shigella menurut pola setempat atau di negara tersebut. Obat lini pertarva untuk disentei adalah Cotrimoksasol. \ okas cimana § feenert yong terbenyak, ansbiotk yang sensi? (100%) antara fin aaah r. Siproiotsasn,Moramferito,asam naldsat, scfakzon, dan aettomiin, Temetopim Yang duly { Giorankan sebape ini pertame udeh féak Ses (50 lg (Putnam et 3 2007), Sedangkan penelitian di Jakarta pada bulan Juli hingga Oktober 2005 menunjukkan bahwa Shigella sonnei dan Shigella flexneri sensitif terhadap siprofloksasin, kloramfenikol, asam nalidiksat, dan sefiksim; sedangkan kotrimoksazol, kolistin, dan tetrasikiin sudah mengalami resistensi (Elvira etal, 2007). Cai Reis Tahun 2007 “COTRIMOKSASOL umur (2x sear setama Shari) | atau Tablet Dewasa | Tablet Anak | SirupperSml BERATEADAN | (aometmps | (2omeTmp+ | (4Om¢ Tmps 200me sronasey_| toons | 2-<4bulan ~ ~ | (4-64) * 2 abin-5 tahun menjadi dehidrasi berat Karena diare akut secara tibatiba (biasanya disertai muntah dan mual), tinjanya cair seperti air cucian beras, tanpe rasa sakit perut (mulas); atau 2) Setiap penderita diare akut berumur >2 tahun di daerah yang terjangkit KLB Kolera, 3) Kasus kolera ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium TatalaksanaKolera “Antibiotika Vang Digunakan Dalam Pengobatan Kolera Aatibiotia (diberikan selama 3 hari) a Doxycycline Dosis tunggal ‘aimg/kebB/hart po i Tetracycline 4x sehari >, |a2.5me/kes8 Trimethoporim (TMP) TMP Sma/kgBB 4 ‘Sulfamethoxazole(SMX) 2x | Dan sehari SMX 25 me/ke | PEDOMAN PENYELIDIAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PaNcaN: EEE “Antibitika Vang Digunakan Dalam Pengobatan Kolera ni Pertama Tetracycline 4xsehari 4500 me | selama 3 hari } ‘Doxycycline Dosis tungeal ~fa00me Linikedue oe Trimethoporim (TMP) Sulfamethoxazole TMP 160 mg . | (SMX) 2x sehari Dan SMX 800 mg/kg | Ciproffoxacin Dosis tunggal rooome 4) Chloramphenicol mungkin dapat digunakan bila antibiotika yang dianjurkan diatas tidak tersedia atau bila V. cholerae 02 resisten terhadap antibiotika diatas. 5} Doxycycline adalah antibiotika pilihan untuk orang dewasa (kecuali wanita hamil) karena : hanya dibutuhkan dosis tunggal 6) TMP-SMX adalah antibiotika pilihan untuk anak-anak. Tetracycline sama efektifnya namun bbegitu, di beberapa negara tidak ada sediaan untuk anak-anak, . 7) Chloramphenicol adalah antibiotika pilihan utana untuk wanita hamil (trimester 1 dan 2), Tetracycline merupakan obat pilihan utama f. Epidemiotogi Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada anak berumur kurang dari $ tahun (balita). Menurut World Heaith Organization (WHO) dan United Nations Childrens’s Fund (UNICEF), terdapat sekitar dua mmilyar kasus diare di seluruh dunia setiap tahun, dan 1.9 juta anak balita meninggal karena diare setiap tahun, sebagian besar terjadi di negara berkembang. Jumiah kematian anak balita karena diare ini merupakan 18% dari semua kematian anak balita dan berarti lebih dari SOOO anak balita meninggal setiap hari karena diare. Dari semua kematian anak balita karena diare, 7856 terjadi di wilayah Afrika dan Asia Tenggara (World Gastroenterology Organisation, 2012) Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia, terlihat dari angka kesakitan diere yang tinggi. Berdasarkan hasil survei morbiditas diare sejak tahun 2003-2015, angka kesakitan diare pada balita berkisar 1000-1300 per 1000 balita. Hasi! Riskesdas tahun 2013 memperlihatkan perubahan insidens diare pada balita 679 per 1000 balita (Depkes, 2003; 2006; 2008; 2010; 2012; 2013;2015). Selama 2003-2010, KLB diare menunjukkan fluktuasi baik frekuensi kejadian dan . jumiah penderitanya maupun Case Fatality Rate nya. KLB diare terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, . KLB diare sering terjadi di daerah yang mengalami kekeringan, kemarau panjang, . sanitasi buruk, rendahnya kebersihan perorangan. KLB diare juga sering terjadi pada sekelompok orang yang sedang mengadakan perjalanan, kelompok jemaah haji, pengungsi dan sebagainya, balk disebabkan_karena buruknya sanitasi dan penyediaan air bersih, status . aizi dan kondisi kesehatan menurun. 8. Kejadian Luar Biasa dan Penanggulangannya . Upaya penanggulangan KIB diarahkan terutama mencegah terjadinya dehidrasi dan kematian. Penegakan sistem rujukan dari keluarga ~ pos pelayanan kesehatan dilakukan dengan cepat dan menjangkau semua penderita, Apabila diagnosis etiologi dapat teridentifikasi dengan tepat, maka pemberian antibiotika dapat mempercepat penyembuhan dan sekaligus menghilangkan sumber_penularan dengan cepat. Bagimanapun juga identifikasi YF BEE Incooman PeNVELIOIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN faktorrisiko lingkungan sangat penting untuk _mencegah penyebaran penyakit. 1) Penyelidikan Epidemiologi KLB diare terjadi di suatu wilayah apabila memenuhi salah satu kriteria 2} Peningkatan kejadian diare terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut, ») Peningkatan kejadian diare dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya ) Jumlah penderita baru diare dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya. 4) Rata-rata jumlah Kejadian diare per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian diare per bulan pada tahun sebelumnya. €) Kematian diare (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 0% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan kematian Karena diare suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. Penegakan diagnosis KL8 diare berdasarkan gambaran klinis kasus, distribusi gejala, gambaran epidemiologi dan hasil pemeriksaan laboratorium : a) Gejala yang ditemukan pada KLB diare karena V. cholerae. Diare berbentuk cair seperti air beras merupakan tanda khas pada diare kolera ini. Sebagian besar penderita menunjukkan gejala diare cair dan muntah yang hebat disertai dehidrasi, shock tanpa tenesmus, terutama terjadi peningkatan kasus pada golongan umur diatas 5 tahun atau dewasa. Pada KLB ini sering disertai kematian, terutama pada anak balita, Spesimen tinja untuk pemeriksaan adanya bakteri V. cholerae, diperoleh dengan rectal swab, kemudian dimasukkan ke dalam botol Carry and Blair, serta disinypan pada suhu kamar. Spesimen muntahan untuk pemeriksaan V. cholerae diambil sebanyak 1 — 5 cc dari tempat penampungan, kemudian dimasukkan ke dalam botol alkali pepton, isimpan pada suhu kamar. Sampel air untuk pemeriksaan kuman V. cholerae diambil sebanyak 1 liter dan disimpan dalam suhu dingin 4°C Gejala yang ditemukan pada KLB diare menunjukkan karakteristik gejala diare dengan darah dan atau, lendir disertai tenesmus (mules). Yang disebabkan oleh shigella dan salmonella non tifosa sering berbau busuk, diare yang disebabkan oleh amuba berbau amis. Pada pemeriksaan spesimen tinja ditenukan kuman penyebab diare berdarah (disentri). Penegakan diagnosis KLB, penyelidikan KL8 diate dapat menggambarkan kelompok rentan dan penyebaran kasus untuk upaya penanggulangan. Kurva_epidemi dibuat dalam harian dan mingguan yang mengambarkan kasus dan atau kematian Tabel dan grafik dapat menjelaskan gambaran epidemiologi angka serangan (attack rate) dan case fatality rate (CFR) menurut umur, jenis kelamin dan wilayah . tertentu. Peta (area map dan spot map) dapat menggambarkan penyebaran kasus dan kematian dari waktu ke waktu, Penyelidikan KLB mampu menggambarkan hubungan epidemiologi kasus-kasus dan. faktor risiko tertentu, sanitasi dan sebagainya yang sangat diperlukan dalam ‘upaya pencegdhan perkembargan’ dan penyebaran KLE diare. Hubungan kasus dengan faktorrisiko diketahui berdasarkah huburigan asosiasi, dan dapat diperkirakan dari pola penyebarah kasus dan pola’ sanitasi daerah KLB dalam suatu peta atau grafik. 8) 2). Upaya Penanggulangan KLB Upaya penanggulangan KLB diare yaitu melakukan upaya penyelamatan penderita dengan mendekatkan pelayanan ke masyarakat. dj daerah terjadi KUB diare, dengan eraser re areamssmmcamnacascs ace sebemeha soe membentuk 90s Kesehatan pusat rehidrasi dan penyuluhan agar masyarakat dapat melakukan pertolongan sementara di rumah tangga dan segera membawa ke pos pelayanan kesehatan terdekat. Upaya pencegahan dilakukan sesuai dengan hasil penyelidikan terhadap populasi berisiko dan faktor risikonya. Secara umum, pada KLB kolera pemberian antibiotika pada penderita dapat memutus mata rantai penularan, bersama dengan distribusi air bersin, memasak air sebelum diminum, pemberian kaporit dan pengamanan makanan. Upaya penanggulangan didukung oleh sistem surveilans selama periode KLB yang dapat menuntun arah dan evaluasi upaya_penanggulangan Tugas utama Pos Kesehatan dan Pusat Rehidrasi (PR) adalah a) Merawat dan memberikan pengobatan diare sesuai bagan tatalaksana diare sesvai derajat dehidrasinya (sesuai standar) b) Melakukan registrasi pencatatan nama, umur, alamat lengkap, tanggal berobat dan waktu mulai_ sakit, gejala, diagnosa (sebagaimana terlampir) c) Mengatur fogistik dan obat-obatan 4) Memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarea fe) Memberikan pengobatan preventif terhadap kontak serumah pada kasus/KLB kolera, ) Memibuat laporan harian kepada puskesmas, Tim penanggulangan KLB menyelenggarakn penyuluhan untuk melakukan perawatan dini dan mencermati tanda-tanda dehidrasi, penyuluhan segera berobat bagi setiep penderita dan bahkan secara aktif mencari kasus sedini mungkin. Upaya ini bekerjasama dengan para guru, petugas desa atau kelurahan, petugas Puskesmas lainnya. Pada KLB kolera dapat dilakukan kaporisasi sumber air minum yang digunakan oleh penduduk daerah terjangkit KLB diare. Penduduk juga mendapat penyuluhan memasak air minum, pengamanan makanan dari pencemaran, lisolisasi bahan atau pakaian dan lantal Sistem Kewaspadaan Dini KLB di beberapa daerah di Indonesia. Kewaspadaan dir Frekuensi KLB diare sudah berkurang, tetapl tahun masth dilaporkan adanya KLB diare terhadap kemungkinan terjadinya KLE Diare tetap harus dilakukan. Kegiatan SKD KLB Diare adalah pengamatan dan pencatatan untuk y 2) Kasus diare mingguan untuk melthat pola maksimum-minimum tahunan (trend dilihat minimal dalam 3 tahun). Faktor risiko (perubahan iklim, lingkungan, sanitasi, PHBS). PWS KLB diare harus dilaksanakan di setiap unit pelayanan, terutama di Puskesmas dan rumah sakit serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan pelaporan berjenjang sampai ke tingkat Pusat. PWS KLB diare juga perlu dikembangkan di Iaboratorium, baik di Balai Laboratorium Kesehatan Pusat dan Daerah maupun laboratorium rumah sakit dan puskesmas. Edisi Revisi Tahun 2017 BE" ircvomsn envELIOMAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAW KERACUNAN PANGAN a Lampiran 1 RENCANA TERAPI A UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH 1._ BERL CAIRAN LEBIH_BANYAK DARI BIASANYA ‘Teruskan ASI lebih Bering dan lebih lama * Anak yang rnendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambshan ‘* Anak yang tidak rhendapat ASI eksklusif, beri susu yang blasa difminuim dan orallt-staw cairan rumah tangga sebagal tambahan matang, dsb) late berhent. Bila muntah, tunggu 10 menit likit demi sedikit. dibert 50-100 mi setiap kali berak + Umur'> 1 tahun diberi 100-200 mi setiap kali berak * Anak harus diberi.6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila: ~Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C. = Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk. * Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. 2. BERI OBAT ZINC Beri Zinc 10 hari berturut-turut waiaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI. - Umur <6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari - Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari. 3. BER! ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI * Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat * Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan * Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air'kelapa hija +.Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil setiap 3-4 jam) # Setelah diare berhenti, beri makanan yafig sama dan makanan tambahan selama 2: minggu 4. QNTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI. MISAL: DISENTERI, KOLERA dill 5. NASIHATIIBU/ PENGASUH Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila * Berak cair lebih sering * Muntah berulang * Sangat boos *¢ Makan dan minum sangat sedikit * Timbul demam * Berak berdarah Psu PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. B RENCANA TERAPI B UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRAS! RINGAN/SEDANG JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI SARANA KESEHATAN - ORALIT yang diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak * Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini Jumiah Oralit 300ml 600ml 4.200 ml ' + Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah. * Bujuk ibu untuk meneruskan ASI. . * Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini. * Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit * Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN, BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT: Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. * Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU. C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI + Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur. * Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi : Rencana Terapi B + Anak mulai diberi makanan, susu dan sari béah, i + Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana _— Terapi C BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPIB * Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah. * Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah . * Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah. ta raw ape i Ny 2d) pease eu Na Races: eadeec ice iauel ELEAWACG Naat cel Waly Ceca ata Dapatkah ‘Saudara memberikan calran Intravena? ‘Adakah Terapi terdekat (datam 30, | Apakah Saudara ‘dapat menggunakan pipa nasogastri Jorogastrik untuk rehidrasi? ‘Apakah penderita bisa Segera rujuk ‘anak untuk {f rehidras! metatut Nasogastri pen | PEDOMAN PENYELIDKAN DAN PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN pancan [BS Form Penyelidikan KLB Diare Formulir Wawancara Kasus Dirawat Untuk Penegakan Diagnosis KLUB Diare Puskesmas/RS Kabupaten/kota Tanggal Wawancara mpep ep eee re r 2) & iy pope | oor | lB) OS 5 $/5|_ 8 3 glels 2 SB) ele asl s 3 8) 2/3) 8/8) |S) 2/2 3 S| | 8 2 2) 2) 5) 2) 8) 8] 3) 8] 6) 5) 3) 2) 3) § 8 @| 2/28 €/ 5/3/28] 8] 3] 5]5) 8) é) 2) 3] 2) a a 1123 a {sé [7 [8 [s [30/11 | a2fa3 [aa [as [a6 ir | 18 | i9 [20 T Tt Catatan a. Setidaknya ditanyakan pada 25 penderita rawat jalan, rawat inap atau ke rumah di lokasi KLE diare. Apabila terdapat keragu-raguan dapat ditanyakan pada beberapa lokasi dan ditambahkan beberapa gejala lain yang diperlukan. 6, Kolom 14 diisi sesual dengan derajat dehidrasinya Tanpa Dehidrasi= TD Dehidrasi Ringan-Sedang = DRS Dehidrasi Berat = D8 Formulir Sanitasi dan Pelayanan Kesehatan KLUB Diare Puskesmas Kabupaten/Kota —arenmniininninnnn ‘Tanggal Pendataan Wort: Toa, | sera ese | aan | coran | Menurut Umur Keluarga Klinik, | Hujan Desa/ | emo routes | | Kelurahan | | vw [rer | Mokasi [| § j.) € | | T | i 5 lgicd « i ' il |e) elai | Be le 4 (23/8) 3) alels sles 8 be =. 4 t + 4 jt ; CEE T caine Tan 207 Lampiran 3 Format Laporan Penyelidikan KLB Diare ‘Tim Penyelidkan : Nama, gelar dan tempat tugas Lokasi dan Tanggal penyelidikan KLB 3, Penegakan diagnosis etiologi KL8 diare 2. Gambaran klinis penderita b. Distribusi gejala dan tanda kasus © Gambaran epidemiologi . Hasil pemeriksaan laboratorium 4. Data pidemiologi Kurva epidemi harian atau mingguan Tabel, grafik dan peta distribusi kasus menurut lokasi, umur dan jenis kelarin Tabel dan peta data sanitasi Analisis epidemiologi tentang kecenderungan peningkatan KLB, penyebaran lokasi KLB, kelompok rentan KLB (menurut lokasi, umur, jenis kelamin, sanitasi) dan risiko beratnya KLB (dehidrasi dan kematian) 5. Upaya penanggulangan a. rencana penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pencegahan, b.rencanasurveilans c._rencana penyelidikan tanjutan apabila diperlukan 6. _Evaluasiterhadap upaya penanggulangan yang sudah dijalankan, PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. 2 Lampiran 4 Surveilans Ketat pada KLB Diare iaporan Surveiians Ketat pada KLBDiare — : Hari dan Mingguan \ | Dinas Kesehatan kab/Kota . Tanggaltaporan UnitPelayanan | Minggu Ke Minggu Ke.. er : — - . g g ae é | boo petals rea Blak s E . : [3 3 bl gel Pal gee e ere S ber 8 : el gleyeh 2] apergleg Pete [eres | pustesmasa | §'/'8) 8) 8) § | 8)8p si). S| spay s s|3}3 of 0-4 ~ . | os saa | [op oie : Total Total e Ve = | al. a\q 3 3) 8 2/8 2/8 si) s3/Z/E] 5] 3/2/e] 5 |] 3/82) 5] 3 Puskesmas 8 §|8/8/3; § | 8}3)2] 5 |} 8) 8/s}.5 | 3 of oa oa saa Sad saa >a >a sia oi Lo Total Total Totat Total a | fa 4 Z ef 8) .} | 218 2| 8 ide . | RSX 5 {€/alsl's |e) aye) 5 | s)aypey ‘8. oa |S oa | | 51a | saa ~ [oa 314 1d i; Total Total Total i Calatan: Data ini Kemunghinan diditibusikan SO%. Angka tertinggi distribusi penyakit adalah pada anak muda sampai dengan usia pertengahan(15-40) tahun. Walaupun infeksi sering terjadi pada anak tetapi biasanya asimtomatis atau menyebabkan sakit yang ringan tanpa jaundice (anicteric) sehingga penyakit ini tidak terdiagnose. HEV terutama ditularkan melalui fekal-oral, air minum yang tercemar tinja merupakan media penularan yang paling sering terjadi 0} Indonesia pernah dilaporkan terjadi KLB/wabah tersangka Hepatitis € di desa, Sayan, Tanah Pinoh, dan Sokan, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat pada tahun 1987, dengan jumlah kasus 2.500 orang. Pada saat investigasi selama 9 hari ditemukan kasus Hepatitis yang terdiri atas 44 penderita lakilaki umur 3-50 tahun dan 38 penderita perempuan usia 6-70 tahun. Pada tahun 1992 terjadi lagi KLB Hepatitis yang ke dua kalinya di kecamatan Kayan Hil, menyerang 10 desa, jumlah kasus 1.262 orang dengan kematian 12 orang. HREER tes teviss tahun 2017 + : £ [PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Form Penyelidikan KLB Hepatitis E Formulir Wawancara Kasus Dirawat Untuk Penegakan Diagnosis ‘*tampiran 1 iB Hepatitis € Puskesmasfts Kabupaten/Kota: TanggalWawancora ejta tab oa s | | i le | \2 3 5 z 3 g| < § £| 2 2 2 §| ele S}e}_| 8] £) 2) &) z 3 2) ele gl 2| | 2) els) 2) 2| 2) 82/2 & & ©) 2/29) 5) 8) @) S| | |) 8) z| a) El a a e j}— j= {joj " —j— |} al — rf2|3lalsle{7] sls frlul[as|x 19 | 20 Catatan : Setidak idaknya ditanyakan pada 25 penderita rawat jalan, rawat inap atau ke rumah di lokasi KLB diare. Apabila terdapat keragu-raguan dapat ditanyakan pada beberapa lokasi dan ditambahkan beberapa gejala lain yang diperlukan. Formulir RawatJalan/Rawat inap KB Hepatitise Pos/Puskesmas/Rumah Sakit Kabupaten/Kota oo Gejala © q = . z 3 g § § 5 . gl} 2] 3 < 3 els 8) 5) 3 z e| 2] ¢/ 2] 8 . eel eo| s zg s|/ ee] F] gi é 2/5] 24) 2] = g B) 2) Eo) Fl E B| 2] 22| 5| 2 8] 8] aj} @] & . i [2 a{s5 718 nlm) a |i | is i i L 2 minggu setelah KLB dinyatakanselesai Catatan : data direkam 2 minggu setidak-tidaknya sebelum mulai KLB dan berakhir EcisiRevisi Tahun 2017 [RES Formule Wawancara Makan - Sumber Panlaran KiB Hepatitis Lokasi wee se Puskesmas a | Kabupaten/Kota I Lo . - _ — > | | ‘Makanan yang =... [> \ | GejalaSakit dimakanselama,,.cf 2 | a 7 periode paparan*) | | : Te] i a oe ¥ i el #3] 5 i | 2) El] es e/2|3 5 e| 2) f8l ia) 3) =) eles) |S) El EE les s|2| 28/5] s| a| &| &| 25! £| =| é & Be TpPe, 3s patspet? ye, s pw lapEys 25 I I Coe — P -} Catatan Wawancara dilakukan terhadap semua kasus dan orang sehat, tetapi apabila jumlahnya cukup besar maka secara operasional dapat ditanyakan pada sekelompok orang yang memiliki angke serangan terbesar saja, misal desa, kelas, blok Rani or, blok asrama dan sebagainya. ae *) Periode paparan adalah waktu antara 15 hari kasus pertama s/d 50 hari kasus PePaAP. KL. - awe luo ‘Tabel Analisis Data Makanan Sumber Penularan 7 aa al uf Hepatitis € e smear2uN2o4 Lotasi sion oatequde Puskesmas : Kabupaten/Kota ws a Matanan [| —__Mk } ask Ten! Fopulasi | fasue [AR | populoer | wasus [ae] | MR Kenting 78 8 Fe te esta 8 = wo) Peniaac | as 26 | s | 4 te RansumD 8 10 [2220 rg Catatan = AR adalah Kasus Gibagl populat x 100; AR adalah AR makan/AR tak maton, dinaai AR dlcuriasebag suber peniaran, tet seara pelts makaran yang dak dmekan dewga asus cukup besar menunjukkan makanan tersebut bukan sebagai sumber penularan hepatitis A 124 Ld Edisi Revisi Tahun 2017 scoot eon. oma oarrauncoaannsronmarucnanonxaannricen af Lampiran 2 Surveilans Ketat pada KLB Hepatitis A Laporan Surveilans Ketat Pada KLB Hepatitis A Mingguan Kus Lokasi KLB: Dinas Kesehatan Kab/Kota TanggalLaporan Catatan : Data ini kemungkinan didistribusikan setiap hari, tetapi data epidemiologi tetap dibuat menurut mingguan berobat, bukan mingguan pelaporan. I ae a REIN Edis Revisi Tahun 2017 RES ef 2252" ‘pcoowan PENVELIOKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 4. PENYAKIT TANGAN, KAKI DAN MULUT / HAND FOOT MOUTH DISEASE (HEMD) PTKM atau penyakit tangan, kaki dan mulut, yang dikenal dengan Hand, Foot, and Mouth Disease (HEMD) ini, adalah penyakit menular yang umumnya diseabakan oleh sekelompok enterovirus, termasuk Coxsackievirus A16 (CA16) dan Enterovirus 71 (EV71). Sedangkan kemerahan dapat berbentuk papulovesikuler yang terdapat pada telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya, pada beberapa kasus kemerahan berbentuk makulopapular tanpa vesikel yang dapat mengenai bokong,lutut dan siku pada balita dan bayi a. Gambaran Kli Gejala awal muncul demam (38-39°C), nafsu makan turun dan nyeri menelan. Timbul vesikel dan ruam di dalam mulut. Vesikel ditemukan di lidah, gusi atau mukosa pipi. Vesikel ini mudah pecah dan menjadi ulkus yang menyebabkan anak tidak mau makan dan ludah meleleh keluar. Ruam dengan vesikel dapat juga ditemukan pada telapak tangan, kaki dan bokong pada bayi. Gejala lain dapat berupa nyeri otot, muntah, diare, nyeri perut dan konjungtivitis. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat infeksi EV-71, dapat menyebabkan gangguan neurologi berat atau radang otak (meningitis aseptik, encephalitis) maupun kelumpuhan bahkan kematian serta terbanyak menyebabkan KLB. Pada umumnya penyakit ini menyerang anak usia di bawah 10 tahun Penyakit ini berbeda dengan penyakit kuku dan mulut pada binatang, b. Etiologi Disebabkan oleh human enteroviruses spesies Coxsackievirus A16(CA16) dan Enterovirus 71 (EV71). Genus Enterovirus family Picornaviridae. Serotipe HEV-A yang lain adalah Coxsackie virus AG dan Coxsackievirus A10, serta Echovirus. Infeksi EV71 menjadi perhatian khusus karena dapat menyebabkan penyakit yang parah pada anak-anak, kadang- kadang menyebabkan kematian. Masa Inkubasi Masa inkubasi 3-7 hari dan masa infeksius minggu pertama sejak timbul gejala, 4. Sumber dan Cara Penularan Secara kontak langsung dengan cairan tubuh penderita (cairan hidung, mulut, vesikel) melalui batuk, berbicara dan bersin (droplet) Secara oral fecal melalui tangan, mainan, dan alat-alat lain yang tercemar oleh feses penderita. Enterovirus masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran cera, berkembang biak di orofaring dan banyak ditemukan dalam feses penderita. Replikasi enterovirus dapat terjadi di saluran gastrointestinal atau saluran respirator. Setelah fase viremia, infeksi akan mengenai jaringan dan beberapa crgan sehingga menimbulkan gejala yang bervariasi. Penularan virug melalui faecal-oro route dan dapat pula melalui Kontak langsung melalui droplets. Virus akan diekskresi melalui feses selama beberapa minggu. fe. Pengobatan Pada umumnya penderita infeksi PTKM bersifat ringan sehingga terapi yang diperlukan hanya bersifat simptomatis. Bila timbul tanda bahaya (gejala neurologi, kejang mioklonik, iritabel, insomnia, abdomen distensi, muntah berulang, sesak nafas, halusinasi) segera rujuk ke Rumah Sakit. Pada pasien rawat inap, terapi suportif merupakan hal_utama. Tidak diperlukan terapi spesifik untuk enterovirus. Untuk mencegah timbulnya komplikasi perlu dilakukan deteksi awal adanya keterlibatan gangguan SSP khususnya batang otak dan monitor denyut jantung, frekuensi_nafas, tekanan darah, saturasi oksigen, keseimbangan cairan dan fungsi ventrikel kir Komplikasi_ yang mungkin terjadi adalah Meningitis aseptik, Ensefalitis, Paralisis, Dekompensasio kardio-pulmonal dan kegagalan ventrikel iri. pr cerned ote: [oou pare OAvrouNcaRARantisroIMTHONLARnaLKcAcA eM of BE Bila keadaan_memburuk perlu dilakukan intubasi endotrakeal karena pasien dapat ‘mengalami Edema pulmonal dalam waktu singkat Pemeriksaan Laboratorium 1) Isolasi virus dan uji serologi Dilakukan terutama pada penderita PTKM yang dirawat dan secara klinis cepat memburuk atau mengalamikomplikasi 2) Pemeriksaan uji serologi dilakukan pada fase akut dan konvalesen dengan jarak pengambilan 14 hari 3) Spesimen yang diambil pada fase akut : Feses : virus dapat ditemukan sampai beberapa minggu Usap tenggorok : beberapa hari sejak awal penyakit Darah dan bahan yang sesuai gejala klinis, seperti cairan vesikel, Liquour Cerebro Spinal {LCS), apusan mata dan jaringan ‘Swab tenggorok dan vesikel dikirimkan dengan menggunakan media transportasi virus (VIM), sedangkan untuk sediaan tinja atau rectal swab menggunakan media transportasi untuk tinja atau rectal swab. 4) Spesimen serum harus diambil berpasangan (paired) 5) Pengujian untuk menetralisir antibodi terhadap enterovirus tidak dianjurkan untuk rutin digunakan dalam diagnosis infeksi enterovirus. Sampel serum dipasangkan dikumpulkan untuk diagnosis serologis serotipe tertentu enterovirus, untuk interpretasi serum titer antibodi lebih sulit. 6) Sampel serum dari pasien rawat inap dapat digunakan untuk pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) deteksi £V71, tetapi spesifisitas dan sensitivitas tes serologi untuk Infeksi EV71 tetap diperlukan untuk menjadi penilaian 7) Spesimen dikirimkan ke : Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbang Kemenkes JI. Percetakan Negara No.29 jakarta 10560 Telepon 021-4244375, Fax 021 4245386 Epidemiotoy Penyakit yang berhubungan dengan infeksi EV71 pertama kali dijelaskan oleh Schmidt, dan rekannya di tahun 1974, yang melaporkan pada 20 pasien dengan penyakit SSP (Sistim sraf pusat) , termasuk satu kematian di California, Selanjutnya di Amerika Serikat antara tahun 1969 dan 1972, ialu di New York, Amerika Serikat tahun 1972 dan 1977, Australia tahun 1972-1973 dan 1986, Swedia tahun 1973, Jepang pada tahun 1973 dan 1978, Bulgaria pada tahun 1975, Hongaria pada tahun 1978, Prancis pada tahun 1979, Hong Kong (China) tahun 1985, dan Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1987. Selama terjadinya wabah, EV71 menyebabkan spekirum yang luas dari Penyakit, termasuk HFMD, aseptik meningitis, ensefalitis, kelumpuhan, gejala pernapasan akut dan miokardits. . Selain itu selama dekade terakhir, banyak wabah HFMD telah ‘iilaporkan di negara- negara kawasan Pasifik Barat, termasuk Jepang Malaysia, Singapura dan China. Insiden HFMD, terutama yang disebabkan oleh infeksi EV71 Sebuah studi cross-sectional di Singapura menunjukkan bahwa, terjadi penurunan antibodi maternal, seroprevalensi untuk EV71 meningkat pada tingkat rata-rata dari 12% per tahun pada anak-anak dari dua sampai lima tahun, dan mencapai tingkat tetap sekitar 50% pada mereka yang berusia lima tahun atau lebih, ‘Akhir tahun 1990-an, dua wabah masyarakat luas terkait dengan infeksi EV71 terjadi, yang pertama di Sarawak, Malaysia, pada tahun 1997 sebanyak 2628 kasus dan yang kedua di Taiwan (Cina) tahun 1998 dengan 129.106 kasus yang dilaporkan. Pada tahun 2008 dilaporkan terjadi KLB PTKM/HFMD di Cina dan pada Tahun 2003 dilaporkan terjadi KLB PTKM/HFMD di Indonesia (jumlah kasus 94 kasus klinis ~ 1 positif EV 71) dan di beberapa negara di Asia seperti Taiwan, Hong Kong, Vietnam, Singapore dan 08 HE‘ peoonan penveLnas ony PeNANGCULANGAN KB PENYARIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Malaysia. Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut ini menyerang sebagian besar anak di bawah 10 tahun dengan masa inkubasi 3-7 hari dan masa infeksius minggu pertama sejak timbul eelala Di Indonesia penyakit ini telah ada sejak tahun 2000 terjadi di Batam sebanyak 12 kasus dan 7 kasus di Jakarta, Tahun 2001 ditemukan 3 kasus di DIY dan 48 kasus di Kabupaten Boyolali, tahun 2009 terjadi 9 kasus di Jakarta. 8 Kejadian Luar Biasa kriteria KLB PTKM sesuai dengan kriteria penetapan KLB pada Permenkes 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 1). Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui gambaren kelompok rentan dan penyebaran kasus agar mendapatkan arah upaya penanggulangan. Petugas membuat kurva epidemi dibuat dalam harian dan mingguan kasus dan atau kematian, sampai KLB dinyatakan selesai. Tabel dan grafik dapat menjelaskan gambaran epidemiologi angka serangan (attack rate) dan case fatality rate menurut umur, jenis kelamin dan wilayah tertentu, Peta area map dan spot map dapat menggambarkan penyebaran kasus dan keratian dari waktu ke waktu Analisis juga dilakukan untuk menggambarkan hubungan epidemiologi kasus-kasus dan faktor risiko tertentu, sanitasi dan sebagainya, yang sangat diperlukan dalam upaya pencegahan perkembangan dan penyebaran KLB. Hubungan kasus-faktor risiko tidak selalu dipercleh berdasarkan_hubungan asosiasi, tetapi dapat diperkirakan dari pola penyebaran kasus dan pola sanitasi daerah KLB. dalam suatu peta atau grafik. Tindakan surveilans ketat dilakukan terhadap penderita, kontak erat, dan faktor risiko potensial, dapat dilengkapi dengan pengambilan sampel untuk konfirmasi laboratorium Hasil analisis disampaikan melalui laporan harian dan mingguan sesuai dengan prosedur yang berlaku. 2). Penanggulangan KLB Penanggulangan KLB dilakukan dengan cara: a) Tata laksana Kasus b) Respon cepat dengan melakukan advokasi, sosialisasi kepada instansi terkait agar dapat = Melakukan penyuluhan tentang penyakit TKM kepada orang tua murid dan masyarakat sekitar yang terkena kontak. - Melakukan tindakan pengamanan lingkungan guna mencegah kepanikan masyarakat dan hal-hal yang dapat mengganggu upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit TKM ini + Penderita PTKM yang menunjukkan gejala sakit dapat dillburkan setama 2 kali masa inkubasi. + Melakukan tindakan perbaikan kualitas sanitasi lingkungan melalui desinfeksi dan dekontaminasi, baik di lingkungan permukiman maupun sekolah }. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHS) antara lain Meningkatkan hygiene/kebersihan perorangen, seperti cuci tangan dengan sabun, menutup mulut dan hidung bila batuk dan bersin, serta tidak menggunakan secara_bersama-sama alat-alat rumah tangga (misal cangkir, sendok, garpu) dan alat kebersihan pribadi (misal handuk, lap muka, sikat gigi dan pakaian, terutama sepatu dan kaus kaki + Membersihkan alat-alat yang terkontaminasi dengan air dan sabun = Melakukan pengamatan terhadap kontak penderita dalam satu rumah secara ketat PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. 2 we Bila terjadi peningkatan kasus, agar dilaporkan oleh instansi kesehatan kepada kepala Daerah setempat secara berjenjang dan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan sesuai dengan prosedur yang berlaku. h. Sistem Kewaspadaan Dini KLB Secara nasional KLB PTKM hampir tidak pernah terjadi, namun demikian kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB PTKM tetap harus dilakukan untuk kesiapsiagaan Kegiatan KD KLB PTKM adalah pengamatan dan pencatatan bila muncul satu kasus PTKM, ddan faktor risiko (perubahan iki, lingkungan, sanitasi, PHBS) Lampiran Formulir Penyelidikan KLB PTKM (HFMD) Berobat/ | Tai | Tel tak berobat | sakt | sembuh Gejala Kins Spesimen | Lab } Kematian | : ~~ Eeisi Revisi Tahun 2017 ESE" PEDOMAN PENVELIOIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 1. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) TERTENTU 1 CAMPAK/RUBELLA a. Pendahuluan Penyakit campak adalah penyakit yang sangat menular (infeksivs) disebabkan oleh virus RNA dari genus Morbilivrus, dari keluarga Paramyxoviridae yang mudah mati karena panas dan cahaya. Gejala Klinis campak adalah demam (panas) dan ruam (rash) ditambah dengan batuk/pilek atau mata merah, Masa inkubasi penyakit ini antara 7 ~ 18 hari, rata-rata 10 hari. Penyakit rubela adalah penyakit yang mirip dengan campak disebabkan oleh virus dari ‘genus Rubivirus. Gejala dan tanda rubella ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital. Masa inkubasi penyakit rubella antara 12 ~ 21 har Sumber penularan dari kedua penyakit tersebut adalah melalui percikan fudah dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin atau sekresi hidung. Masa penularan penyakit campak adalah 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash, puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit Sedangkan masa penularan penyekit rubella diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash Komplikasi penyakit campak sering terjadi pada anak usia <5 tahun dan penderita dewasa >20 tahun. Komplikasi yang sering terjadi adalah diare dan bronchopneumonia Penyakit campak menjadi lebih berat pada penderita malnutrisi, defisiensi vitamin A dan immune defisiency (HIV) serta karena penanganan yang terlambat. Sedangkan pada penyakit rubela yang harus diwaspadai adatah komplikasi pada ibu hamil trimester pertama yang dapat mengakibatkan anak yang dikandungaya menjadi abortus, prematur, lahir mati atau lahir hidup dengan cacat kongenital berupa tuli, buta dar atau penyakit jantung bawaan (Congenital Rubela Sindrom/CRS). 6. Definisi operasional 1) Tersangka (suspek) campak adalah demam (panas) dan ruam (rash) ditambah dengan batuk/pilek atau mata merah, KLB tersangka (suspek) campak adalah adanya 5 atau lebih suspek campak dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologi 3) Hubungan Epidemiologi adalah adanya kontak antara satu suspek dengan suspek lainnya. 4) KLB campak pasti adalah apabila hasil pemeriksaan laboratorium terdapat minimal 2 spesimen positif IgM campak dari spesimen suspek yang diperiksa 2 5) KLB rubella pasti adalah apabila hasil pemeriksaan laboratorium terdapat minimal 2 spesimen positif IgM rubela dari spesimen suspek yang diperiksa. 5) KLB_ mixed (campuran) apabila hasil pemeriksaan laboratorium terdapat minimal 1 spesimen positif gM campak dan minimal 1 spesimen positif IM Rubela dari spesimen yang diperiksa, 7) Kematian campak adalah kematian dari seorang penderita campak pasti (klinis, laboratorium maupun epidemiologi) yang terjadi dalam 30 hari setelah timbul rash, bukan disebabkan oleh hal-hal lain seperti: trauma atau penyakit kronik yang tidak berhubungan dengan komplikasi campak 8) Spesimen adekuat adalah 2) Spesimen serum : diambil 4 - 28 hari sejak muncul ruam (rash) sebenyak 1 cc serum (3 - 5 ce darah), dikirim ke laboratorium menggunakan rantai dingin (suhu 2-8 °c) ) Spesimen urin : diambil <5 hari sejak muncul ruam (rash) sebanyak minimal 60 cc, dikirim ke laboratorium menggunakan rantai dingin (suhu 2-8° c). REDE sisi revisi Tatun 2017 4 7 i f i 1 ' PEDONAN PENYELIOKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENVAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan KL8_campak bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi KLB berdasarkan lokasi dan waktu kejadian, umur dan status imunisasi penderita, sehingga dapat diketahui luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang berisiko. Disamping itu juga untuk mendapatkan faktor risiko terjadinya KLB sehingga dapat di Langkah-langkah investigasi Penyeli kukan tindak lanjut. kan KLB 1) Konfirmasi awal KLB 2) 3 4) Lakukan pengecekan data di puskesmas seperti W2 dan register pasien. Apabila ditemukan minimal 5 kasus suspek campak dalam 4 minggu berturut-turut dan mempunyai hubungan epidemiologi , maka dinyatakan benar ini adalah KLB suspek campak. Pelaporan Segera KLB Segera informasikan melalui SMS/Telp/Email dalam 24 jam pertama secara berjenjang dari puskesmas ke kab/kota dan provinsi serta pusat, kemudian citindaklanjuti dengan pengiriman Wi Persiapan penyelidikan a) Pembentukan tim penyelidikan dan siapkan surat Tugas b} Mengumpulkan data informasi awal : Wilayah KLB (dataran rendah/tinggi), Total Populasi dan populasi rentan di wilayah KLB, membuat mapping kasus sementara untuk menentukan luas wilayah penyelidikan, mempersiapkan sarana dan prasarana (transportasi dan bahan yang dibutuhkan selama penyelidikan), situasi keamanan dan cuaca/musim. ©) Persiapan alat penyelidikan KLB Format pendataan yang terdiri dari C1 { list kasus), C2 ( Formulir factor resiko), pedoman surveilans Campak dan rubela, bahan KIE. Formulir pendataan anggota keluarga sehat: nama, nama KK, umur, jenis kelamin, status imunisasi, pendataan status imunisasi anak sehat, Alat ambil spesimen dan obat-obatan sesuai kebutuhan seperti Vitamin A dan obat d penurun panas. = Informasikan kepada pihak terkait tentang rencana penyelidikan lapangan seperti Kecamatan, RT, RW, sekolah dan pihak keamanan. Penyelidikan lapangan Penyelidikan lapangan menyeluruh (full investigation ) a) Mendata usia dan status imunisasi serta riwayat berpergian anggota keluarga dalam 1 bulan terakhir. Anggota keluarga yang sakit campak di catat dalam formulir C1 sedangkan anggota keluarga yang sehat di catat*dalam formulir pendataan anggota keluarga sehat b) Pendataan dimulai dari kasus pertama yang dilaporkan bergerak melingkar hingga semua kasus yang terlaporkan dan kasus baru yang ditemukan terdata, ©) Ambil sampel pada kasus yang memenuhi kriteria spesimen adekuat 5 ~10 serum dan 3 sampel urin dan kirim ke laboratorium nasional sesuai dengan wilayah. Spesimen serum tiba di laboratorium tidak boleh lebih dari 5 hari dari wakt Pengambilan. Sedangkan spesimen urin tiba di laboratorium daiam 24 jan: pertama, © Pendataan dilanjutkan ke wilayah yar kasus-kasus yang ditemukan. ' mempunyai hubungan epidemioiog! dengan Casinevs Tonto? EEE NOGLLANGAH XB PENYAKIT AENULAR DAN KERACUNAN PANGAN MAN PENVELIOIKAN DAH > lepgumpulican intosmast faktor Aisiko bulan} dan desis Sets cakupan imunisast campak/cempak-ruaela, cosis vertama {Lavl sta dan anak sekolah} di tingkat puskesmas, dss terrangkit ¢ werisike selama 2-5 tahun teraKhir 8} srekuenst pelayanan imunisasi masyarakat setempat, 6; solenagaan, ketersediaan vaksin dan kyalitas vaxsin dianteranya penyimpanan vaksin a8 gratik monstoring sui eenvimpanan ) Scatus gizi masyarakat secara unum, daeral kumun atau padat atau daerah pengungs: sedua ibadi NN Gesu sake 6) Totalaksana kasus a) Penderita dianjurkan istirahat di tempat tinggal ) Beri antipiretik atau penurun panas Beri vitamin A, 2 kali sesuai dosis sebagai verikut + Umur 0 6 bulan, bagi bayi yang tidak mendapatkan Ast, diberikan vitamin A sebanyak 1 kapsul 50.000 IU. pada saat penderita ditemukan, dan kapsul kedua diberikan keesokan harinya. + Umur 6 ~ 11 bulan, pada saat penderita ditemukan, diberikan vitamin A sebanyak 100.000 1U (kapsul biru) dan kapsul kedua diberikan pada hari . kedua ‘+ Umur 12 ~ 58 bulan, saat penderita ditemukan, diberikan vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 1U (kapsul merah), den kapsul Kedua diberikan pada hari kedva ‘+ Penderita dengan komplikasi mata mendapatkan tambahan dosis ke 3 vitamin ‘A pada 2 minggu setelah dosis ke 2 - Komplikasi: bile ditemukan penderita dengan komplikasi seperti bronkopnemoni dan atau diare harus dirujuk ke puskesmas/RS. ~ Menggunakan masker selama 4 hari sejak mulai timbul ruam di kulit, untuk menghindari penularan = Diberitahukan kepada orang tua penderita, bila ada gejala komplikasi atau dlemam tetap tinggi, sesak napas, diare segera bawa ke pusk/RS. 7) Pengolahan dan Analisa data a) Menghitung angka serangan (Attack Rate /AR), berdasarkan: Gol umur + Wilayah KLB. Status imunisasi Efikasi vaksin dihitung dengan rumus : 1- (AR diimunisasi: AR tidak imunisasi) Bila EV < 0,85, maka ada masalah dengan cold chain dan cara pemberian imunisasi. b) Angka kematian (Case Fatality Rate /CFR) ©} Periode KLB, membuat grafik gratik epidemiologi berdasarkan tanggal ruam, untuk . memperkirakan masa inkubasi terpanjang KLB Campak/Rubela yang sedang terjadi, yang digunakan untuk menetapkan KLB berhenti. Bila tidak didapatkan kasus baru selama 2 x masa inkubasi terpanjang maka KLB . dinyatakan berhenti e) Besaran populasi rentan dapat memprediksi besar, lama dan berulangnya KLB. f) Membuat pemetaan semua kasus yang ditemukan selama investigasi untuk menentukan uas wilayah yang akan dilakukan penanggulangan. 4) ee PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 6 8) Pelaporan a} Latar Belakang b) Metodologi ©) Analisa kasus campak /rubela 4) Analisa pelaksanaan program imunisasi (Manajemen, logistik, cakupan) e) Upaya yang sudah dilakukan - 4) Kesimpulan dan rencana tindak lanjut 4. Penanggulangan KLB Penanggulangan KL8 campak/Rubela didasarkan pada analisis dan rekomendasi hasil_ penyelidikan KLB, dilakukan sesegera mungkin agar transmis virus dapat dihentikan dan KLB tidak meluas serta dibatasi jumlah kasus dan kematian. Penanggulangan KLB. campak /rubela dilakukan dengan pemberian imunisasi tambahan (utbreak Respon Immunization/ORI) dengan strategi sebagai berikut 2) Imunisasi selektif Imunisasi selektf dilakukan pada daerah dengan risiko sedang, yaitu bila cakupan imunisasi >90% atau jumlah balita rentan belum mendekati jumlah <20% kohort bayi satu tahun, maka: a) Dilakukan imunisasi campak kepada seluruh anak usia 6 bulan ~ 59 bulan yang tidak mempunyai riwayat imunisasi campak (lisan maupun berdasarkan kartu/catatan) yang. berkunjung ke puskesmas maupun posyandu hingga 1 bulan dari kasus terakhir 'b) Meningkatkan cakupan imunisasi rutin di desa terjangkit dan sekitarnya, upayakan semua anak sudah diimunisasi. Selanjutnya lakukan evaluss, apabila KLB berlanjut, konsultasikan dengan Subelt Surveillans/Imunisasi Pusat/Propinsi, untuk mempertimbangkan pelaksanaan imunisasi . massal di wilayah KLB dan desa sekitarnya yang mempunyat hubungan epidemiologi.(desa t yang terserang) upayakan cakupan 100%. i | 2) Pemberian imunisasi campak masa i Imunisasi masaldlakukan di daerahrisiko tinggi, yatu dengan mempertimbangkan hathal sebagai berikut i a) Daerah dimana cakupan imunisasi rendah (<90 %) atau jumlah Balita rentan telah mendekatijumiah kohort bay! satu tahun 220% b) Mobiltas penduduk tinggi ¢) Daerah rawan gizi d) Daerah pengungsi maupun daerah padat dan kumuh, Pada keadaan ini dliakukan imunisasi campak secara masal kepada seluruh anak pada golongan umur tertentu tanpa melhat status imunisasi anak tersebut. Golongan umur dan luas wilayah yang menjadi sasaran sesuai dengan hasil kajian epidemiologi Pelaksanean imunisasi masal ini harus laksanakan sesegera mungkin, sebaiknya pada seat daerah tersebut diperkirakan belum terjadi penutaran secara las. Selanjutnya : Cakupan imunisasi rutin tetap dipertahankan tinggi dan merata Apabila KLB yang terjal adalah KLB rubela aka 1) la ada iby hamil yang menderita rubela, bu hamil tersebut di monitor untuk - mengetahui adakah dampak dari rubela terhadap kehamilannya ( abortus, prematur, lahir mati atau CRS). 2} tb hamil yang tidak menderita rubela diupayakan untuk menghindari Kontak dengan penderita ij i Edisi Revisi Tahun 2017 RES PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN . Sistem Kewaspadaan Dini KLB Kegiatan SKD campak meliputi kegiatan 1) Pemantauan populasi rentan 2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) kasus campak mingguan 3) Tindakan terhadap ancaman KLB campak 5 EEA al i iE i ie | § Pia iT : la | . he | 1 iLEF 4 il tk i HLH =e . ile =Z , $2/2 4 19 | = || S* beers g HR as 1 ft Z, [itt F 98 3 He |. Hu ‘4 oo [ Lit lH fs | ay | 8 HAL] ; ll} 3 | il i | | 3 A, u Hla TELL REDE esis revisi atun 2017 | | | | i i | ' Lampiran 2 FORM PENYELIDIKAN KLB CAMPAK Provinsi : kab,/Kota Kecamatan Puskesmas Desa Dusun/RT. 1. IDENTITAS Nama umur : Sex Alamat |. IDENTIFIKASI PENYAKIT 21 Gejala umum yang dirasakan/teramati a. Demam b.Batuk c. Pilek d.Rash 2) Tanggal mulai demam 3} Tanggal mulai timbul rash/ ruam kulit se 4) Apakah ada komplikasi yang menyertai_ : Ya/Tidak, sika ya, sebutkan: 2.Diare; b,Sesaknapas; ¢. Tidak sadarkan diri; d. Kejang RIWAYATPENGOBATAN 1) Kapan mendapatkan pengobatan pertama kali: . 2} Dimana mendapatkan pengobaten pertama kali 3) Obat yang sudah diberikan /. RIWAYAT KONTAK. 1) Apakah di rumah ada yang sakit seperti yang dialami sekarang ? Ya / Tidak, Kapan tanggalkasuslein musi mengalamideram... 2). Apakah di sekolah anak ada yang sakit seperti yang dialami sekarang ? Ya /Tidak, Kapan tangga! kasus Iain mulai: mengatami demam... 3) Apakah penderita menunjukan keadaan kekurangan gici? Ya/ Tidak (38/U) Menurut WHO pada Balita atau yang mengalami kwashiorkor menggunakan LLA: ~ > 13,5 em: tidak malnutrisi + 11,5~13,5 cm: malnutrisi sedang - <11,5 em: matnutrisi berat. 4) Apakah imunisasi campak sudah diberikan pada penderita : Ya /Tidak, Berapa kali anak mendapatkan imunisasi campak/ MR dan pada usia berapa imunisasi campak terakhir diberikan /. PEMERIKSAAN SPESIMEN Sediaan yang diambil_: Tanggal diambil serum. Tanggal diambil urine... Tanggal Penyelidikan Pelaksana Ga Revs Tahin iT BE” ‘pEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT NENULAR DAN KERACUNAN PANGAN] a Lampiran 3 Surveilans Ketat pada KLB Campak (C-1) (contoh) engamnalan Harlan Penderita & Kematian Compak Lokasi 1 2 [ 3 Lampiran 4 (Format C-2) ‘Standard Informasi Minimal Faktor Risiko c2 Pada Penyelidikan kib Campak Populasi_teresko oi dserah KL6 dan sekitarnya Ur —[ Osea esa a Dass F =} Ts} a= oh 16-4 Sis ‘Cakupan Imunbast Campak di DESA KIB dan sekiernya 3—5 th wrakhir (6) Tahun Desa. Desa Desa Desa Desa, Takupan imunessi di PUSKESMAS KI6 3-5 tahun wrath) TF. Th Th. Th Th. ‘Apakah ada W7MGaksin vial monitor) vaksih | Ya, berapa vial? = campak pada kondsi C atau D 7 Tidak Observasi dan that buku catatan stok dan kondisi vaksin Bagaimana kordisi chold cham > (hat kondisi cold chain bersama petugas —_imunisasi puskesmas) Apakah desa terjanget mudah dijangkad da] fasilitas pelayanan kesehatan ?, Jelaskan “Apakah penduduknya padat 7 racial ‘Apakah_vaksin dan ogstk lannya trseda 7, sebutkan logistk yang tidak tersedia dan sebutkan sejak kapan ? ‘Apakah ada tenaga imunisasi ? Gelaskany | Wdentiizasi —Taktor —sosial —Tannya yang berpengaruh terhadap pelaksanaan imuneasi Bagaimana Kondst gi masyarakat secara umum ? MRED aster Thun 2017 |eDoMaN PENYELIIKAN DAN PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN Pancan. @: 3 Formulir Permintaan Pemeriksaan Spesimen Yth, Laboratorium Bersama ini kami kirimkan spesimen penderita Campak dari Desa: Puskesmas Kabupaten: ___ i I Edisi Revisi Tahun 2017 [REY HEE” IpeDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN! , * Provinsi KLB minggu ke No EPID KLB i Tel imun “Telspesimen | Nama campak No pia feramnir | Darah Urine ‘Tanggal pengiriman spesimen ke propi — | Tanggal pengiriman spesimen ke laboratoriu Kondisi spesimen waktu di terima di provinsi BAK Volume kurang : { Tidak dingin —_ ‘angeal Pengirim: Tembusan : Kasubdit Surveilans dan Respon KLB 4 Gone) Catatan: Formulir C1 terlampir Ea Edisi Revisi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 2. DIFTERI a. Pendahuluan Difteri_merupakan penyakit menular akut yang disebbkan oleh Corynebacterium Diphtheriae pada tonsil atau laring, faring dan hidung kadang-kadang pada selaput mukosa dan kulit. Difteri dapat menyerang orang yang tidak mempunyai kekebalan. - Gejala klinis difteri adalah demam + 38 oC, sakit waktu menelan, pseudomembran putih keabu-abuan, tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring atau tonsil, leher membengkak seperti leher sapi (bullneck}, karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak nafas disertai bunyi (stridor) Masa inkubasi penyakit difteriadalah antara 2 ~ $ hari, dengan masa penularan penderita 2 - 4 minggu sejak masa inkubasi apabila tidak mendapatkan pengobatan yang ‘adekuat, sedangkan masa penularan carrier bisa sampal 6 bulan Sumber penularan adalah manusia baik sebagai penderita maupun carrier. Seseorang dapat menyebarkan bakteri melalui pernafasan droplet infection atau melalui muntahan, pada difteri kulit bisa melalui cairan luka, Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa miokarditis, kelumpuhan susunan syarat perifer & Pusat, serta Gagal ginjal. Definisi Operasional 1) Kasus probable (klinis) adalah kasus yang menunjukkan gejala-gejala demam, sakit menelan, dan pseudomembran putih keabu-abuan, yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah Kasus konfirmasi adalah 2). Kasus konfirmasi laboratorium adalah kasus probable disertaihasil laboratorium positif, ) Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi adalah kasus probable yang ada hubungan epidemiologi dg kasus konfirmasi laboratorium, 3) Kontak kasus adalah orang serumah, tetangga, teman bermain, teman sekolah, termasuk guru, teman kerja yang kontak dengan kasus probable atau kasus konfirmasi 4) Carrier adalah kontak kasus yang tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi hasil pemeriksaan laboratorium positifC. diphteriae 5) KLB Difteri adalah ditemukannya minimal satu kasus difteriklinis 6) Anak dengan imunisasi Difteri lengkap adalah seorang anak yang sudah mendapat dosis imunisasi difteri sesuai dengan usia. 2 b. Penyelidkan Epidemiologi Penyelidikan KLB. diteribertujuan untuk mengetahuigambaran epidemiologi KB berdasarkan waktu keladian, umur dan status imunisas| penderta,sehingga dapat ketal luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang berisiko. Disamping itu juga untuk mendapatkan faktsr isto teradinya KLB schingga dapat dllakukan indaklanut Langkah-langkah investigasi Penyelidikan KLB 1} Konfirmasi awal KLB ‘Memastikan kasus memenuhi kriteria definisi operasional kasus probable (klinis) 2) Pelaporan Segera KLB Segera informasikan melalui SMS/Telp/Email dalam 24 jam pertama secara berjenjang dari - puskesmas ke kab/kota dan provinsi serta pusat, kemudian ditindaklanjuti dengan pengiriman W1. 3) Persiapan investigasi a) Pembentukan tim investigasi dan siapkan surat Tugas Edisi Revisi Tahun 2017 4) 3) PEOOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUMAN PANGAN b} Mengumpulkan data informasi awal : Wilayah KLB (dataranrendah/tinggi), Total Populasi dan populasi rentan di wilayah KL8, membuat mapping kasus sementara untuk menentukan luas wilayah investigasi, mempersiapkan sarana_ dan prasarana (transportasi dan bahan yang dibutuhkan selama penyelidikan), keamanan dan cuaca/musim ) Persiapan alat penyelidikan KLB + Format pendataan yang terdiri dar list individu kasus difteri, pedoman surveilans difteri dan bahan KIE, + Format pendataan status status imunisasi bukan kasus disekitar kasus = Alat dan bahan pengambil spesimen dan obat-obatan sesuai kebutuhan seperti media amis, swab tenggorok dan antibiotik untuk profilaksis - Formulir rujukan kasus ke RS bila ditemukan kasus baru seat penyelidikan di lapangan. + Informasikan kepada pihak terkait tentang rencana investigasi lapangan seperti Kecamatan, RT, RW, sekolah dan pihak keamanan. Investigasi lapangan a) Mendata Usia dan status imunisasi serta riwayat berpergian anggota keluarga dalam 2 minggu terakhir. Anggota keluarga yang sakit difteri di catat dalam formulir list kasus difteri sedangkan anggota keluarga yang sehat di catat dalam formulir formulir pendataan status imunisasi bukan kasus. Pendataan dimulai dari kasus pertama yang diiaporkan bergerak melingkar hingga semua kasus yang terlaporkan terdata dan kasus baru yang ditemukan, ©) Kasus yang ditemukan dirujuk ke RS dan mengindentifikasi kontak kasus (erat) sejak mulai_masa inkubasi untuk mencari kasus tambahan dan karier serta diberikan profilaksis. Pendataan difanjutkan ke wilayah yang mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus ~ kasus yang ditemukan. ‘Ambil sampel apus tenggorok pada kasus sebelum diberikan antibiotik dan minimal 20 Kontak kemudian kirimkan sampel ke laboratorium untuk pemeriksaan pemeriksaan PCR dan kultur bakteri C. diptheriae, ) 9) e Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko a) Data cakupan imunisasi Difteri berdasarkan usia pemberian ( DPT-HB-Hib,DT dan Td) di tingkat puskesmas, desa terjangkit dan desa sekitar berisiko selama 3 - 5 tahun terakhir, b) Frekuensi pelayanan imunisasi masyarakat setempat. ) Ketenagaan, ketersediaan vaksin dan kualiw’s vaksin diantaranya penyimpanan vaksin dan kontrol suhu penyimpanan. 4d) Daerah kumuh atau padat atau daerah pengungsi Tatalaksana kasus a) Penderita dirujuk ke RS dan dirawat dalam ruangan terpisah dengan penderite lain b) Penderita diberikan antibiotk (eritromicin) dengan dosis 40 - 50 kg/8B/hari maksimal 2 eram/hari yang dibagi dalam 4 dosis diberikan selama 14 hari. Sedangkan kontak dliberikan antibiotik yang sama sebagai profilaksis selama 10 hari «) Penderita diberikan Anti Difteri Serum (ADS) didahului dengan test sensitifitas. Dosis pemberian ADS sesuai kondisi penyakit sebagai berikut Edisi Revisi Tahun 2017 i PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKI MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN se Kondisi Penyakit Rentang Dosis Antitoksin - z i Ky 20.000 ~ 40.000 20.000 — 40.000 Lesi kulit saja | Penyakit faring/laring dalam | durasi <48 jam | Lesi nasotaring | 40,000 ~ 60.000 |Penyakit yang meluas dalam | 80,000 ~ 100.000 durasi >72 jam i Pembengkakan difus pada 80.000 ~ 100.000 tener d) Berikan penjetasan cara minum obat dan efek samping obat, obat diminum setelzh ‘makan untuk menghindariiritasi lambung yang merupakan efek samping obat. €) Diperlukan 1 orang yang akan memantau dalam minum obat untuk setiap kelompok kontak erat (PMO). 7) Pengolahan dan Analisa data a). Menghitung angka serangan (Attack Rate /AR), berdasarkan: Gol umur + Wilayah KLB Status imunisasi kasus dan kontak Bila memungkinkan hitung Efikasi vaksin dengan rumus : 1- (AR diimunisasi lengkap AR tidak diimunisasi atau diimunisasi tidak lengkap. Bila EV < 0,85, maka ada masalah dengan cold chain dan cara pemberian imunisasi. b) Angka kematian (Case Fatality Rate /CFR) ¢) Periode KLB, membuat grafik epidemiologi berdasarkan tanggal nyeri telan/tenggorok untuk memperkirakan masa inkubasi terpanjang KLB difteri yang sedang terjadi, yang digunaken untuk menetapkan KLB berhenti. Bila tidak didapatkan kasus baru selama 2x masa inkubasi terpanjang maka KLB dinyatakan berhenti 4d) Besaran populasi rentan dapat mempredixsi besar, lama dan berulangnya KLB. e) Membuat pemetaan semua kasus yang ditemukan selama investigasi untuk menentukan luas wilayah yang akan dilakukan penanggulangan. 8) Pelaporan a) Latar Belakang b) Metodologi ¢) Analisa kasus Difteri d) Analisa pelaksanaan program imunisasi (Manajemen, logistik, cakupan) fe) Upaya yang sudah dilakukan 4) Kesimpulan dan rencana tindak lanjut. Penanggulangan KiB Penanggulangan KLB Difteri ditujukan pada upaya pengobatan penderite untuk mencegah komplikasi yang berat serta sekaligus menghilangkan sumber penularan. Penanggulangan KLB difteri dilakukan dengan pemberian imunisasi tambahan (Outbreak Respon Immunization/ORI). Sasaran imunisasi (ORI) adalah anak usia 1-15 tahun atau usia tertinggi kasus terjadi, dengan jenis vaksin berdasarkan kelompok umur yaitu 2) Umur 2 bulan s.d 3 tahun diberikan vaksin DPT-HB-Hib, 2) Umur > 3 tahun s.d 7 tahun diberikan vaksin OT 3) Umur> 7 tahun diberikan vaksin Td af $EE™ reoomay penvevonan o9N PENANGGULANGAN KL8 PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Respon immunisasi dilakukan di wilayah KLB berdasarkan hasil cakupan maka dilakukan respon imunisasi dengan dua strategi, sebagai berikut 1) Imunisasi selektif bila cakupan immunisasi dasar DPT-HB >90% dilakukan bagi sasaran yang belum mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan usia dengan ketentuan sebagai berikut: a) Pada semua usia, bila status imunisasi dasar diketahui < 3 dosis, maka segera lengkapi dosis imunisasi difteri (3 dosis), dengan interval waktu pemberian sesuai usia anak. b) Anak usia 2 18 bulan, bila status imunisasi dasar diketahul sudah lengkap imunisasi dasar 3 dosis tetapi belum mendapatkan imunisasi booster, maka diberikan 1 dosis sebagai booster. Interval waktu pemberian 3 dosis imunisasi dasar: + Pada usia < 1 tahun: antara dosis pertama - kedua dan dosis kedua ~ ketiga interval 1 bulan. ~ Pada usia > 1 tahun: antara dosis pertama — kedua interval 1 bulan dan dosis kedua ketiga interval 6 bulan, 2) Immunisasi masal bila cakupan immunisasi dasar DPT-HB-Hib <90% berturut-turut selma 3 tahun terakhir, dilaksanakan sebanyak 3 putaran dengan interval 1 bulan. d, Sistem Kewaspadaan Dini KLB Difteri adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dan potensial menyebabkan KLB. Kasus difteri yang dilaporkan akhir-akhir ini cenderung meningkat, oleh sebab itu perlu dilakukan penguatan pelaksanaan surveilans Difteri yang terintegrasi dengan surveilans AFP melalui surveilans aktif di rumah sakit sebagai upaya SKO KLB. 4) Puskesmas : a} Penemuan kasus Setiap kasus difteri_ yang ditemukan di wilayah puskesmas, dicatat dalam formulir penyelidikan KLB difteri dan dilakukan pencarian kasus tambahan serta identifikasi kontak. Dalam upaya penemuan / pelacakan kasus baru pada waktu investigasi KLB dapat dikembangkan pencarian kasus di masyarakat dengan gejala tonsiltis dan atau faringits. b) Pencatatan dan Pelaporan c) Petugas surveilans harus memastikan bahwa setiap kasus difteri yang ditemukan, baik yang berasal dari dalam maupun luar wilayah kerja, dicatat dan dilaporkan sebagai KLUB, Kasus tersebut juga dilaporkan pada laporan rutin STP ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. d) Setiap minggu direkap dalam W2/PWS KLB dan dilaporkan Ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai alat SKD KL. e) Semua laporan rutin maupun laporan KLB didokumentasikan ) Analisa data: Setiap akhir bulan dilekukan tabulasi kasus difteri menurut bulan, desa, kelompok umur dan status imunisasi Membuat grafik trend kasus difterisetiap bulan dan tahunan 8) Membuat grafik kasus difteri berdasarkan status imunisasi dan golongan umur h) Membuat spot map kasus difteri berdasarkan desa i) Mengidentifikasi daerah-daerah yang masih perlu mendapat perhatian ( daerah sul konflik dan lain-lain} i) Mapping populasi rentan difteri selama § tahun terakhir menurut desa k) Diserninasi informasi Mendiskusikan hasil kajian data tersebut dengan pimpinan puskesmas dan program terkait_ pada pertemuan berkala puskesmas. _ Goa Tanto i : PEDOMAN PENYELIDIKAN OAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN: 2) Rumah Sakit (Survelians Asti a) Penemuan kasus Penemuan kasus dapat dilakukan oleh kontak person rumah sakit atau saat kunjungan aktif oleh petugas kabupaten b) Pencatatan dan Pelaporan ©) Setiap kasus difteri dilaporkan dengan formulir KORS ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Apabila ditemukan pada saat petugas kabupaten melakukan surveilans aktif RS, kasus dicatat dalam formulir FPPD. d) Data tersebut direkap dalam formulir STP RS dan dilaporkan setiap bulan ke Dinas kesehatan Kabupaten/kota Kabupaten a) Penemuan kasus Setiap minggu petugas dinas kesehatan kabupaten/kota mengunjungi rumah sakit di wilayah kerjanya untuk mencari dan menemukan secara aktif kasus difteri (diintegrasikan Surveilans AFP). Tata cara pelaksanaan surveilans aktif RS lebih rinci {ihat buku pedoman surveilans AFP tahun 2007. Setiap kasus difteri yang dilaporkan dari rumah sakit segera diinformasikan ke puskesmas lokasi kasus untuk pencarian kasus tambahan dan identifikasi kontak. b) Pencatatan dan pelaporan Laporan integrasi ¢) Lakukan rekapitulasi data difteri yang bersumber dari laporan KLB ke dalam formulir integeasi 4) Kirim laporan integrasi ke provinsi setiap bulan sebagai lampiran laporan STP. Provirist a) Pencatatan dan pelaporan b) Laporanintegrasi ¢) Rekap data difteri dari laporan integrasi kabupaten menggunakan formulir integrasi provinsi 4) Kirim laporan integrasi ke pusat cq, Subdit Surveilans setiap bulan. 3 4) Eas Re Tahun 2017 jay PEDOMAN PENYELIDIKAN DAH PENANGGULANGAN KL PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Lampiran 1 Formulir Penyelidikan Epidemiologi Difteri Identitas Pelapor 1 Nama 2. Nama Kantor & Jabatan 3. Kabupaten/Kota _ 4 Provinsi S_ Tanggal Laporan J 200 .Identitas Penderita 1. No. pid = 2 Nome O00 OOOO 3. Nama Orang Tua/KK 4. Jenis Kelamin : [1] Lakitaki [2]. Peremp, Tal. ahir: /_/__, 5. Umur: th, bl 6. Tempat Tinggal Sast ini 7. Alamat (Jalan, RT/RW, Blok, Pemukiman) » 8, Desa/Kelurahan , Puskesmas 9. Kecamatan 10. Kabupaten/Kota -Provinsi: 11. Tel/HP 12. Pekerjaan 13, Alamat Tempat Kerja 14. Orang tua/ Saudara dekat yang dapat dihubungi 15, Alamat Ualan, RT/RW, Blok, Periukiman) 16. Desa/Kelurahan: Kecamatan 17, Kabupaten/Kota > Provinsi Tel/HP Riwayat Sakit 1. Tanggal mulai sakit (demam) 2. Keluhan Utama yang mendorong untuk berobat: 3. Gejala dan Tanda Sakit a) Demam [ftangeat: / (20. ) SakitKerongkongan [=] Tanggal: / /20__ ©) Leher Bengkak (Ey feneeal: 7/20 d) Sesak nafas ~ Tanggal: / /20__ @) Pseudomembran Tanggal: / /20__ 4) Gejalalain, sebutkan 4, Status imunisasi Difteri a. Belum Pernah b. Sudah, berapa kali: tahun pemberian: —_c.Tidak tahu 5. Jenis Spesimen yang diambil a, Tenggorokan b. Hidung, « Keduanya 6. Tanggal pengambilan spesimen:_// No. Kode Spesimen: FREER sisi revisi tahun 2017 | | PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENVAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN. @ vu Riwayat Pengobata: 1 Penderita berobat ke ‘A, Rumah Sakit; Dirawat ¥/T Tracheostomi ¥/T 8, Puskesmas; Dirawat ¥/T .Dokter Praktek Swasta . Perawat/mantri/Bidan E, Tidak Berobat Antibiotik Obat lain: ADs: Kondisi Kasus saat ini 2. Masih Sakit b.Sembuh .Meninggal Riwayat Kontak 1. Dalam 2 minggu terakhir sebelum sakit apakah penderita pernah bepergian [1] Pernah (2) Tidak pernah [3] Tidak jelas Jika Pernah, kemana: 2. Dalam 2 minggu terakhir sebelum sakit apakah penderita pernah berkunjung ke rumah teman/saudara yang sakit/meninggal dengan gejala yang sama: [a}Pemah [2] Tidak pernah [3] Tidak jelas Jika Pernah, kemana: 3. Dalam 2 minggu terakhir apakah pernah menerima tamu dengan sakit dengan gejala yang sama’ [a}Pernah [2] Tidak pernah [3] Tidak jelas Jika Pernah, dari mana Kontak kasus (Semua kontak didata status imunisasinya, namun hanya 20 kontak yang diambil swab tenggorok) I y status] 2 ot NaMa/UMUR 1UB_DG KASUS HASILLAB | PROFILAKSIS 1AMA/U HUB DGKASUS | Mi Nicas) w el=]=19)9]2]°)5]= | | | T | } | 4 Edisi Revist Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Lampiran 2 List Kasus Difteri Lampiran 3 Format Laporan Penyelidikan KLB Difteri Penyelidikan Epidemiologi: Nama, gelar, dan tempat tugas 2. Lokasi dan tanggal penyelidikan KLB 3. Penegakan diagnosis KLB a) Gambaran klinis penderita by Distribusi gejala dan kasus ©) Gambaranepidemiologi d)_Hasil pemeriksaan laboratorium 4. Data Epidemiologi 2) Kurva epidemi harian dan mingguan b) Tabel, grafik dan peta distribusi kasus menurut lokasi, umur dan jenis kelamin ©) Tabel dan peta data cakupan imunisasi dan kasus beberapa tahun 8) Analisis epidemiologi tentang kecenderungan peningkatan KLB, penyebaran lokasi KLB dari satu daerah ke daerah lain, kelompok rentan KLB (menurut lokasi, umur, Jenis kelamin, status imunisasi) dan risiko beratnya KLB (bullneck dan kematian) 5. Upayapenanggulangan: 2) Rencana penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pencegahan b) Rencanasurveillans )_ Rencana penyelidikan lanjutan apabila diperlukan 6. Evaluasi terhadap upaya penanggulangan yang sudah dilakukan Edisi Revisi Tahun 2017 svar sane suse emerge erecta | Lampiran 4 Format Surveilans Ketat pada KLB Difteri [Taparaa Sumvéilans Ketat pada kia bier ~ | : Pos/Puskesmas/Rumah Sakit Kabupaten/Kota: | : ~~ co a < | 5 le | | | &| «| §) . a 5} 3! s| lale Bie] 2/8 gs! 3| S$] 5 3/ f| a3 e/ 3] sl] 2) €| £2) 2) =| 2) §)a\z F| &) a| 3 : 2) 2) 28)| 5| 8] &| 2| 8 é é| a] a] 2 reps Taps ye yz yale pe pa | { t - . CC Tt Lot Ct Catatan : Laporan surveilans epidemiologi berupa laporan perorangan kasus, balk Kab/kota, maupun Provinsi. 3. PERTUSIS Pertussis atau Whooping Cough (dalam bahasa Inggris), di Indonesia lebih dikenal sebagal batuk rejan adalah satu penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan. Di dunia terjadi sekitar 30 sampai 50 juta kasus per tahun, dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus (data dari WHO). Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun. 90 persen kasus ini terjadi di negara berkembang. Serangan pertusis yang pertama tidak selalu memberikan kekebalan penuh. Jika terjadi serangan pertusis kedua, biasanya bersifat ringan dan tidak selalu dikenali sebagai pertusis. Gambaran Klinis Gejala timbul dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi, Bakteri menginfeksi lapisan tenggorokan, trakea dan saluran pernapasan sehingga pembentukan lendir semakin banyak Pada awalnya lendir encer, tetapi kemudian menjadi kental dan lengket. Infeksi berlangsung selama 6 minggu, dan berkembang melalui 3 tahapan. 1) Tahap kataral (mulai terjadi secara bertahap dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi) gejalanya menyerupai flu ringan; bersin-bersin, mata berair, nafsu makan berkurang, lesu, i batuk (pada awalnya hanya timbul di malam hari kemudian terjadi sepanjang hari) Lo: 2) Tahap paroksismal (mulai timbul dalam waktu 10-14 hari setelah timbulaya gejala awa). i Batuk 5- 15 kali ditkuti dengan menghirup nafas dalam dengan nada tinggi. Seteiah : beberapa kali bernafas normal, batuk Kembali terjadi diakhiri dengan menghirup nafas hot bernada tinggi. Batuk bisa disertai pengeluaran sejumiah besar lendir yang biasanya ditelan f oleh bayi/anak-anak atau tampak sebagai gelembung udara di hidungnya). Batuk atau i lendir yang kental sering merangsang terjadinya muntah, Serangan batuk bisa diakhiri oleh : penurunan Kesadaran yang bersifat sementara. Pada bayi, apneu (henti nalas) dan | tersedak lebih sering terjadi dibandingkan dengan tarikan nafas yang bernada tinggi Canes Tonan207 EEE Pw ee | PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 3) Tahap konvalesen (mulai terjadi dalam waktu 4-6 minggu setelah gejala awal). Batuk semakin berkurang, muntah juga berkurang, anak tampak merasa lebih baik. Kadang batuk terjadi selama berbulan-bulan, biasanya akibat iritasi saluran pernafasan, Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut 1) Pembiakan lendir hidung dan mulut 2) Pembiakan apus tenggorokan 3) Pemeriksaan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih yang ditandai dengan sejumiah besar limfosit) 4) Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertussis 5) ELISA. Etiologi Penyebab Pertussis adalah Bordetella pertussis, basil pertusis; Bordetella parapertussis adalah penyebab parapertusis. ‘Masa Inkubasi Masa inkubasi umumnya 7-20 hari, rata-rata 7-10 hari ‘Sumber dan Cara Penularan Saat ini manusia dianggap sebagai satu-satunya pejamu. Penularan terutama melalui kontak langsung dengan discharge selaput lendir saluran pernapasan dari orang yang terinfeksi lewat udara, kemungkinan juga penularan terjadi melalui percikan ludah. Seringkali penyakit dibawa pulang oleh anggota saudara yang lebih tua atau orang tua dari penderita, Masa penularan, sangat menular pada stadium kataral awal sebelum stadium paroxysmal. Selanjutnya tingkat penularannya secara bertahap menurun dan dapat diabaikan dalam waktu 3 minggu untuk Kontak bukan serumah, walaupun batuk spasmodic yang disertai “whoop” masih tetap ada. Pengobatan 1) Jika penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan di dalam :amar yang tenang dan tidak terlalu terang, agar tidak merangsang serangan batuk. 2), Pengisapan lendir dari tenggorokan bila perlu. 3) Pada kasus yang berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang dimasukkan ke trakea. 4) Untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan karena bayi biasanya tidak dapat makan akibat batuk, maka diberikan cairan melalui infus. 5). Gizi yang*2aik sangat penting, dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering 6) Pemberian Antibiotik yang efektif terhadap pertusis (seperti azithro-Mycin, eritromisin atau trimetoprim-sulfametoksazol) harus diberikan ke semua kontak dekat orang dengan pertusis, tanpa memandang usia dan status vaksinasi Epidemiologi Penyakit endemis yang sering menyerang anak-anak (khususnya usia dini) tersebar di seluruh dunia, tidak tergantung etnis, cuaca ataupun lokasi geografis. KLE terjadi secara periodik. Sekitar 80% kematian terjadi pada anak-anak berumur dibawah 1 tahun, dani 70% terjadi pada anak berumur dibawah 6 bulan. Case Fatality Rate (CFR) di bawah 1% pada bayi dibawah 6 bulan. Angka kesakitan sedikt lebih tinggi pada wanita dewasa dibanding pria. Pada kelampok masyarakat yang tidak diimunisasi, khususnya mereka dengan kondisi dasar kurang gizi dan infeksi ganda pada saluran pencernaan dan pernapasan, pertusis dapat EdisiRevisi Tahun 2017 ‘menjadi penyakit yang mematikan pada bayi dan anak-anak. Pneumonia merupakan sebab kematian yang paling sering. Encephalopathy yang fatal, hypoxia dan inisiasi karena muntah ‘yang berulang kadang- kadang dapat terjadi a 8. Kejadian Luar Biasa Kriteria KLB Pertusis sesuai dengan kriteria penetapan KLB pada Permenkes 1501 : tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan i Upaya Penanggulangan } Penyelidikan Epidemiologi dilakukan untuk mengetahui gambaran kelompok rentan io: dan penyebaran kasus agar mendapatkan arah upaya penanggulangan. Petuges membuat i kurva epidemi dibuat dalam harian dan mingguan kasus dan atau kematian, sampai KLB dinyatakan selesai. Tabel dan grafik dapat menjelaskan gambaran epidemiclogi angka serangan (attack rate) dan case fatality rate menurut umur, jenis kelamin dan wilayah tertentu, Area map dan spot map dapat menggambarkan penyebaran kasus dan kematian dari waktu ke waktu. | i Penyelidikan Epidemiologi dan Upaya Penanggulangan 1) Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap kasus-kasus yang ditaporkan dari rumah sakit, puskesmas maupun laporan masyarakat. Penyelidikan lapangan dilakukan untuk i mengidentifikasi kemungkinan adanya kasus lain, terutama pada kelompok rentan. Laporan dint memungkinkan dilakukan penanggulangan KLB yang lebih balk Isolasi: Untuk kasus yang diketahui dengan pasti dilakukan isolasi. Untuk tersangka kasus segera dipindahkan dari lingkungan anak-anak kecil dan bayi disekitarnya, khususnya dari bayi yang belum diimunisasi, sampai dengan penderita tersebut diberi paling sedikit 5 hari dari 14 hari dosis antibiotika yang herus diberikan. Kasus tersangka yang tidak mendapatkan antibiotika harus diisolasi paling sedikit selama 3 minggu. Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap sekret dari hidung dan tenggorokan, serta barang-barang yang dipakai penderita. Pembersihan menyeluruh, Karantina: Lakukan karantina terhadap kontak yang tidak pernah diimunisasi atau yang tidak diimunisasi tengkap. Larangan tersebut berlaku sampai dengan 21 hari sejak terpajan dengan penderita atau sampai dengan saat penderita dan kontak sudah _menerima antibiotika minimal § hari dari 14 hari yang diharuskan. Perlindungan terhadap kontak: Pemberian imunisasi aktif kepada kontak untuk melindungi terhadap infeksi setelah terpajan dengan penderita juga tidak efektif. Kontak yang berusia dibawah 7 tahun dan yang belum mendapatkan 4 dosis PT- HB atau yang tidak mendapat DPT dalam 3 tahun terakhir harus segera diberikan suntikan satu dosis setelah terpapar. Dianjurkan pemberian erythromycin selama 14 hari bagi anggota keluarga dan kontak dekat tanpa memandang status imunisasi dan umur. 6) Lakukan investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi: Lakukan pencarian kasus secara ini, cari juga kasus yang tidak dilaporkan dan kasus-kasus atiplx. Oleh karena bayi-bayi dan anak tidak diimunisasi mempunyai rsiko tertular. 7) Pengobatan spesifik: Pengobatan dengan erythromycin memperpendek masa penularan, namun tidak mengurangi gejala kecuali bila diberikan selama masa inkubasi, pada stadium kataral atau awal stadium paroxysmal. 2) 3 4 5) h, Sistem Kewaspadaan Dini KLB 1) Lakukan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya kepada orang tua bayi, tentang bahaya : pertusis dan manfaat memberikan imunisasi mulai usia 2 bulan dan mengikuti jadwal pemberian imunisasi yang dianjurkan, 2). Pada kejadian luar biasa, dipertimbangkan untuk memberikan perlindungan kepada petugas, kesehatan yang terpajan dengan kasus pertusis yaitu dengan memberikan erythromycin 4 selama 14 hari Edisi Revisi Tahun 2017 REE 3) Lakukan pencarian kasus yang tidak terdeteksi dan yang tidak dilaporkan untuk melindungy anak- anak usia prasekolah dari paparan dan agar dapat diberikan perlindungan yang adekuat bagi anak-anak usia di bawah 7 tahun yang terpapar. Akselerasi pemberian imunisasi dengan dosis pertama diberikan pada umur 4-6 minggu, dan dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4 minggu, mungkin diperlukan; bagi anak-anak yang imunisasinya belum lengkap, sebaiknya dilengkapi: EAM Edisi Revisi Tahun 2017 Lampiran 3 Formulr Penyeldikan Epidemiolog Pertussis 1 Identitas Pelapor 1. Nema _ — 2. Nama Kantor &Jabatan _ ho: 3. Kabupaten/kota i ‘aProvins! i 5. Tanggal Laporan 70 { i Adenttsenderta i No. Epid ool Nama Nama Orang Tua/KK Jeni Kelamin [2] Lak-aki (2) Peremp, Tel. tahir: _/__,Umur:_th, bl i Alamat (Jalan, RT/RW, Blok, Pemukiman) E Desa/Kelurahan Puskesmas: Kecamatan poe Kabupaten/kota “Provinsi Tey Pekeraan Alaenat Temp w Kerja i f Orang tua/ Saudara dekat yang dapat dihubungi i Alamat (Jalan, RT/RW, Blok, Pemukiman) Desa/Kelurahan | Kecamatan i Kabupaten/kota | Provinsi Tey? i i i tn, Riwayat sakt ‘Tanggal mulai sakit (demam) : Keluhan Utama yang mendorong untuk berot Gejata dan Tanda Sakrt: i eatuk (1 tanggat: 7/20 | Batukalsertaipengeluaranlendic — []Tanggal: / /20_ i Baruk disertattarikan nafas ( teneeal: p20 f Muntah Cp teraeats 7 20 i Gejalalain,sebutkan status imunisasi Pertussis: | 2. Belum Pernah :Sudah, berapa kal tahun Tidak Tahu Jens i Spesimen yang diambil: ‘ a. Tenggorokan ». Hidune e.Keduanya i ‘anggal pengambilanspesimen:_//_ j node spemen + i Edisi Revisi Tahun 2017 1N PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENVAKIT MENULAR DAN KF2ACUNAN PANGAN Iv. Riwayat Pengobatan Penderita berubat ke: A. Rumah Sakit Dirawat ¥/T B. Puskesmas Dirawat ¥/T C. Dokter Praktek ©. Perawat/mantri/Bidan E. Tidak Berobat Antibiotik: Obat lain: Kondisi Kasus saat ini a, Masih Sakit ’b. Sembuh c Meninggal V. Riwayat Kontak Dalam 2 minggu terakhir sebelum sakit apakah penderita pernah bepergian {1} Pernah (2) Tidak pernah (3} Tidak jelas 2ika Pernah, kemana: Dalam 2 minggu terakhir sebelum sakit apakah penderita pernah berkunjung ke rumah teman/saudara yang sakit/meninggal dengan gejala yang sama: {2} Pernah [2] Tidak pernah [3] Tidak jelas ka Pernah, kemana: Dalam 2 minggu terakhir apakah pernah menerima tamu dengan sakit dengan gejala yang sama: {1]Pemah 2) Tidak pernah (3) Tidak jelas Jika Pernah, dari mana: Vi. Kontak kasus | STATUS | wama/umur | HUBDG KASUS imunisas: | PASH LAB PROFILAKSIS a — — 2 s3 (a _| Vs. reT ~ - 7 t—___- eecoene mies amneaemente= esosmnnatan sf veer emanate wether, PEDOMAN PENELIDKAN DAN PENANGGULANGAN KL8 PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Lampiran 2 Laporan Penyelidikan KLB Pertussis, 1. Tim Penyelidikan : Nama, gelar dan tempat tugas 2. Lokasi dan Tanggal penyelidikan KLB 3. Penegakan b 4 nosis etiologi KLB Pertusis Gambaran klinis penderita Distribusi gejala dan tanda kasus Gamberan epidemiologi Hasil pemeriksaan laboratorium (strain) 4. Data Epidemiologi b 4 Kurva epidemi harian atau mingguan Tabel, grafik dan peta distribusi kasus menurut lokasi, umur dan jenis kelamin Tabel dan péta data cakupan imunisasi dan kasus beberapa tahun Analisis epidemiologi tentang kecenderungan peningkatan KLB, penyebaran lokasi KUB dari satu. daerah ke daerah tain, kelompok rentan KLB (menurut lokasi, umur, jenis kelamin, status imunisasi) dan risiko beratnya KLB Upaya penanggulangan 1. _rencana penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pencegahan, 2 3. rencana surveilans rencana penyelidikan lanjutan apabila diperlukan Evaluasi terhadap upaya penanggulangan yang sudah dijalankan Edisi Revisi Tahun 2017 P sess & ES tampiran 3 Surveilans Ketat pada KLB Pertussis, Laporan Surveilans Ketat pada KLB Pertussis Pos/Puskesmas/Rumah Sakit Kabupaten/Kota Sn > ry 1 2 & lg « | ' ig) g | | lai og ls bed) 2s) .| | 2 88 ge) ia ta 3d 6 7 a “i eae {zt ets j8 I a TE rena OP Catatan : laporan surveilans epidemiologi berupa laporan perorangan kasus, baik Kab/kota, maupun Provinsi PEED cist Revisi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIOIKAN DAN PENAWGGULANGAN KLS PENYAKIT MENULAR DAN KE"ACLNAN PANGAN. keterangan stad oe PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 4, POLIOMYELITIS a. Pendahuluan Poliomyelitis (polio) adalah penyakit virus yang sangat menular, terutama pada anak-anak yang menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Virus terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhildel, strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae. Perbedaan tiga jenis strain terletak pada sekuen nukleotidanya. VP1 adalah antigen yang paling dominan dalam membentuk antibodi netralisasi. Strain-1 adalah yang paling paralitogenik dan sering menimbulkan wabah, sedang strain-2 paling jinak. Masa inkubasi biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari Sumber dan Cara Penularan berasal dari virus ditularkan oleh infeksi droplet dari orofaring (saliva) atau tinja penderita yng infeksius. Penularan terutama terjadi dari penularan langsung manusia ke manusia (fekal oral atau oral-oral). Pada fase eradikasi Polio sejak 1997, kasus Poliomyelitis sangat sulit ditemukan sehingga untuk menilai sensitifitas penemuan digunakan indikator penemuan kasus AFP yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium tinja penderita Definisi operasional : 1. Kasus AFP : semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh), proses terjadi kelumpuhan secara akut (<14 hari), serta bukan disebabkan oleh ruda paksa. 2. Hot Case adalah kasus-kasus yang sangat menyerupai polio yang ditemukan < 6 bulan sejak kelumpuhan dan spesimennya tidak adekuat perlu dilakukan pengambilan sampel kontak Kategori Hot Case dibuat berdasarkan kondisi spesimen yang tidak adekuat pada kasus yang sangat menyerupai polio. Terdapat 3 Kategori Hot Case yaitu A, B, dan C dengan kriteria sebagai berikut: Kategori A: a) Spesimen tidak adekuat, b) Usia<5 tahun, 0 Demam, d) Kelumpuhan tidak simetris. Kategori a) Spesimen tidak adekuat, bb) Dokter mendiagnosa suspect poliomyelitis. Kategori C: a) Spesimen tidak adekuat, b) Kasus mengelompok 2 atau lebih (cluster) 3. Hot Case Cluster adalah a) 2 kasus AFP atau lebih, b) Berada dalam satu lokasi (wilayah epideriologi), a Beda waktu kelumpuhan satu dengan yang lainnya tidak lebih dari 1 bulan 4, VDPV (Vaccine Derived Polio Virus) adalah kasus polio (confirmed polio} yang disebabkan Virus polio vaksin yang telah bermutasi '5, Kasus polio pasti (confirmed polio case): Kasus AFP yang pada hasil faboratorium tinjanya ditemukan virus polio liar (VPL), eVOPV (circulating Vaccine Derived Polio Virus), atau hot case dengan salah satu spesimen kontak positif VPL/VDPV. 6. Kasus polio kompatibel : Kasus AFP yang tidak cukup bukti untuk diklasifikasikan sebagai kasus non polio secara laboratoris (virologis) yang dikarenakan antara lain a) Spesimen tidak adekuat dan terdapat paralisis residual pada kunjungan ulang 60 hari setelah terjadinya kelumpuhan. b) Spesimen tidak adekuat dan kasus meninggal atau hilang sebelum dilakukan kunjungan ulang 60 hari Ea Revi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN’ kasus polio kompatibel hanya dapat ditetapkan oleh Kelompok Kerja Ahii Surveilans AFP Nasional berdasarkan kajian data/dokumen secara klinis atau epidemiologis maupun kunjungan lapangan. 7. KLB polio : ditemukannya minimal satu kasus polio pasti 8. Kejadian KLB polio dapat dinyatakan berakhir setelah paling sedikit selama enam bulan sejak ditemukan virus polio terakhir, tidak ditemukan virus polio melalui surveilans AFP yang adekuat. 9. Surveilans AFP adekuat: bila tercapai penemuan kasus AFP dengan Non Polio AFP rate minimal 2/ 100,000 anak < 15 tahun, spesimen adekuat minimal 80 % serta Kelengkapan & Ketepatan laporan mingguan minimal masing-masing 90 % & 80%. 10.Spesimen AFP berupa tinja yang diambil pada kasus AFP yang lama lumpuhnya belum lebih dari 2 bulan. 11.Spesimen Adekuat adalah 2 spesimen dapat dikumpulkan dengan tenggang waktu minimal 24 jam, a) Waktu pengumpulan ke 2 spesimen tidak lebih dari 14 hari sejak terjadi kelumpuhan. b) Masing-masing spesimen minimal 8 gram (sebesar satu ruas ibu jari orang dewasa), atau 1 sendok makan bila penderita diare. Pada saat diterima di laboratorium dalam keadaan 1) 2 spesimen tidak bocor. 2) 2 spesimen volumenya cukup. 3) Suhu dalam sposimen karier 2 - 8° C 4) 2 spesimen tidak rusak{kering, dll. 12.Kontak adalah anak usia < 5 tahun yang berinteraksi serumah atau sepermainan dengan asus sejak teriadi kelumpuhan sampai 3 bulan kemudian. Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi kasus polio edalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis (pengumpulan data dan informasi, pengolahan dan analisis) di lokasi kejadian untuk: 1) Identifikasi adanya penularan setempat 2) Identifikasi wilayah dan populasi berisiko terjadinya kasus atau daerah risiko tinggi terjadinya penularan 3) identifikasi desa yang perlu segera dilaksanakan Imunisasi Polio Terbatas (ORI) 4) Identifikasi Provinsi yang akan melaksanakan imunisasi mopping up Langkah-langkah investigasi Penyelidikan KL8 Konfirmasi awal KLB Laboratorium Polio Nasional yang menemukan virus polio melaporkan ke Dirjend P2P dan Dinas Kesehatan Provinsi dalam 1 x 24 jam. Selanjutnya Dinas Kesehatan Provinsi meneruskan informasi penemuan virus polio ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Pelaporan Segera KLB Dinas Kesehatan Provinsi bersama Kab/Kota dan Puskesmas melengkapi data kasus dan segera melaporkan ke Ditjend P2P datam 1 x 24 jam dengan menggunakan form W1. Persiapan investigasi a) Pembentukan tim investigasi dan slapkan surat Tugas '9) Mengumpuikan data iniormasi awal : Wilayah KLB {dataran rendah/tinggi), Total Populasi dan populasi rentan di wilayah KLB, pengecekan data di puskesmas seperti W2 dan register 25, untuk menilai sensitifitas penemuan kasus AFP, membuat mapping kasus sementara untuk menentukan luas wilayah Investigasi, mempersiapkan sarana dan prasarane (transpertasi dan bahan yang dibutubkan selama penyelidikan}, keamanan dan cvaca/' c} Persiapan alat penyel y 2 3 iken KB Edisi Revisi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN: @ , . Format pendataan yang terdiri dari FP-L ( list kasus) dan FP4 (format investigasi, pedoman surveilans AFP, bahan KIE. Format pendataan yang terdiri dari FP 1 ( list kasus), pedoman surveilans AFP, bahan KIE + Format pendataan status imunisasi anak sehat lat ambil spesimen dan obat-obatan sesuai kebutuhan seperti obat penurun panas, + Informasikan kepada pihak terkait tentang rencana investigasi lapangan seperti Kecamatan, RT, RW, sekolah dan pihak keamanan. 4) Investigasi lapangan Investigasi lapangan menyeluruh (full investigation } Mendata usia dan status imunisasi serta riwayat berpergian anggota keluarga yang dalam 1 bulan terakhir. Anggota keluarga anak usia kurang 15 tahun yang sakit lumpuh layuh di catat datam formulir FP 1 sedangkan anggota keluarga yang sehat di catat dalam formulic bantu. a) Pendataan dimulai dari kasus pertama yang dilaporkan bergerak melingkar hingge semua kasus yang terlaporkan terdata sampai tidak ditemukan kasus baru lagi yang berhubungan secara epidemiologi b) Ambil sampel tinja dari 5 anak usia balita yang mempunyai kontak erat dengan kasus polio pasti (tinggal serumah atau sepermainan) dalam 3 bulan pertama lumpuh, bila jumlah kontak usia balita kurang dari S anak maka dapat ditambahkan anak lainnya dalam satu rumah/sepermainan. Masing-masing kontak diambil 1 spesimen tinja, ©) Semua kasus AFP tambahan yang ditemukan saat investigasi lapangan diambil sampel tinjanya masing-masing 2 sample, kecuali kasus AFP yang kelumpuhannya sudah > 2 bulan ‘Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko a) Gata cakupan imunisasi polio, i tingkat puskesmas, desa terjangkit dan desa sekitar berisiko selama 3 - 5 tahun terakhir, dan tatalaksana rantai dingin vaksin. bb) Frekuensi pelayanan imunisasi masyarakat setempat. ©) Ketenagaan, ketersediaan vaksin dan kualitas vaksin diantaranya penyimpanan vaksin dan kontrol suhu penyimpanan. d) Daerah kumuh atau padat atau daerah pengungsi. e) Mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis Poliomyelitis 6). Tatalaksana kasus 2) Penemuan dini dan perawatan dini untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah bertambah beratnya cacat. Kasus polio dengan gejala klinis ringan dirawat di rumah, bila gejala klinis berat dirujuk ke RS. Tanda klinis berat antara lain: kesadaran menurun, demam tinggi, atau kejang. Rehabilitasi medik dilakukan setelah masa akut terlewati untuk mencegah kecacatan b) Mencegah terjadinya penularan ke orang lain melalui kontak langsung (droplet) dan Pencemaran lingkungan (fecal-oral) pengendalian infeksi, yang sakit maupun sehat menggunakan masker dan buang air besar di jambang dengan septic tank Pengolahan dan Analisa data 3} Menghitung angka serangan (Attack Rate /AR), berdasarkan: ~ Gol umur - Desa terjangkit Status imunisasi b) Menghitung angka kematian (Case Fatality Rate /CFR) } Periode KL8, membuat grafik berdasarkan tanggal lumpuh. Bila tidak didapatkan kasus baru selama 2 kali masa inkubasi terpanjang maka KLB dinyatakan berhent. 4) Besaran populasi rentan dapat memprediksi besar, lama dan berulangnya KLB e) Membuat pemetaan semua kasus yang ditemukan selama investigasi untuk menentukan luas wilayah yang akan dilakukan penanggulangan, Gai Revl Tahun 2017 YF EEE pcooman peNYELIOKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MERULAR DAN KERACUNAN PANGAN 8) Pelaporan a) Latar Belakang b) Metodologi ) Analisa kasus campak /rubela 4d) Analisa pelaksanaan program imunisasi (Manajemen, logistik, cakupan) e) Upaya yang sudah dilakukan f) Kesimpulan dan rencana tindak lanjut. d. Penanggulangan KLB Penanggulangan KL@ polio didasarkan pada analisis dan rekomendasi hasil penyelidikan KLB, dilakukan sesegera mungkin agar transmisi virus dapat dihentikan dan KLB tidak meluas serta dibatasi jumlah kasus dan kematian, Penanggulangan KLB polio dilakukan dengan pemberian imunisasi tambahan (Outbreak Respon Immunization/ORI). Jenis OPV (Oral Polio Vaksin) yang diberikan sesuai dengan jenis VPL/VOPV yang sedang terjadi KLB, bila KLE \VPL/VDPV tipe 1 atau 3 maka diberikan b-OPV (tipe 1 dan 3), bila KLB VPL/VOPV tipe 2 maka diberikan m-OPV tipe 2. Strategi Penanggulangan sebagai berikut 1) Respon imunisasi OPV Terbatas (Outbreak Response Immunization) Imunisasi OPV Terbatas atau disebut Outbreak Response Immunization (ORI) adalah pemberian 2 tetes vaksin polio oral (OPV) kepada setiap anak berumur bila tidak, stop pelacakan !!! Tanggatlahir bays —Tanggal mulai sakit _ Bila bay! meninggal tg meringgal’_____Umur meringgal=_____har Waktu thir apakah bayi menangls " @ Va». Tidak Tidak Tahu Bila jawaban no 4 tidek tahu, maka tanyakan apakah terlinat tands-tanda kehidupan lain dari bay (mis, sedikit gerakan)2. Ya b Tidak, Tok tahu Selelah lahir apakah bayi bisa mene'ak atau mengisap susu botol dengan balk 8, Ya b. Tidak c. Tidak tahu > bila jawaban tidak, stop pelacakan !!! 7. Apakah 3 nani kercudian iba-tiba mulut bayi mencucu dan tidak bisa menetek: a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu ‘> bia janaban tidak, step pelacakan It! 8. Apakah bayi mudah kejang jika disentun/lerkena sinar atau bunyi a Ya b, Tidak o. Tidak tahu 9. Apakah bay dirawat : a. Ya b. Tidak Bia ya, dimana RS/Puskesmas Tol, Mulal dirawat_ 410. Keadaan bay! setelah drawal a. Semibah B. Belum sembuhe, Meninggal 1M RIWAYAT KEHAMILAN a _ No | Kehamilan Ke | Nama Pemerikea 1 Ramat ~[ Frekuenst L | _| Pemeriksaan \ 41. Apakeh ibu pernah mendapat Imunisasi TT pada waktu hamil bay ini: a. Ya. tidak 2. Sumber informasi imunisasi TT: a. Ingatan b, Buku catalan 3, Berepa kali mendapat imunisasi TT pada saat kehamilan bayi tersebut @ Pertama kali: bulan, teh. Imunisesi ». Kedua kali: butan. igh. Imunisasi ~ 4. Perahkah iou mendapat imunisasi TT pada kehamilan Sebelumnya a. Ya b. Tidak Bila "Ya": kepan mendapat suntikan 2. Kehamilan ke Berapa kal ». Kehamilan ke Berapa Kall «. Kehamilan ke “Barapa kali 4. Kehamilan ke Beran kali 7 ©. Kehamilan ke _Berapa kali _— Pernahkah ibu mendapat suntan TT calon penganiin : a. ya b. Tidak Bits "Ya" kapan mendapat suntkan: a, Tahun: ____b, Berapa kal 5. Tentukan status TT ibu pada saai kehamilan bay lersebut berdasarkan jawaban no 3 dan 4 dengan mempertimbangkan interval waktu pemberlan TT at 112 ¢.1T3 114 eTTS TELM Edisi Revisi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIKAN DAY PENANGGLLANGAN KLS PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN Pancany 7 WW. RIWAYAT PERSALINAN No | Kehamila Ke "| Nam 1 —t - i + Tali pusat dipoiong dengan 1 Sunting DSilcl — CPisay d Sembiy @, Teak tahu f Lain-ain 2 Setelah tak pusat dipotong obat apa saja yang dibubuhkan di ali pusat &Aikohei —&, Betadin MYedium —_&, Ramuan tradisionat . 2. Stay yang morawal tai puset sojak lahir sampaitali pusat puput 2a. Tenaga kesehal 'b. Bukan Tenaga kesehatan 4 Onavramuan apa yang cibubuhkan selama merawat tat pusal Kesimpulan Diagnosis: a. Konfirm TN b. Tersangka TN ¢. Bukan TN ‘Cakopén Porsalinan Tenaga Kesehatan | Gakupan Kunjungan Neonatus 2. KNI Tim Pelacak “abatan a_i Tanda Tangan ’ Edisi Revisi Tahun 2017 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN ;. MENINGITIS MENINGOKOKUS Meningitis meningokokus adalah penyakit yang disebabkan oleh —_bakter meningokokus, yang dapat menginfeksi selaput otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini jika tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kerusakan otak dan berakibat fatal pada 50% kasus. Terdapat berbagai macam bakteri yang dapat menyebabkan meningitis. Neisseria Meningitidis merupakan salah satu bakteri yang berpotensi menyebabkan wabah yang besar. Terdapat 12 macam serogroup N. Meningitidis yang telah diidentifikasi, 6 diantaranya (A, 8, C, W, X dan Y} dapat menyebabkan wabah.-Salsh satu upaya pencegaian dapat dilakukan dengan vaksinasi. Wilayah yang dikenal sebagai meningitis belt adalah sub- sahara Afrika yang membentang dari Senegal di bagian Barat sampai ke Ethiopia di Bagian Timur. a. Gambaran Klinis Gejala yang paling umum adalah demam mendadak, nyeri kepala hebat, mula dan sering disertai muntah, kaku kuduk dan seringkali timbul ruam petekie dengan makula merah muda atau sangat jarang berupa vesikel. Sering terjadi delirium dan koma; pada kasus berat timbul gejala prostrasi mendadak, ekimosis dan syok. Meningitis bakteri dapat mengakibatkan kerusakan otak, gangguan pendengaran atau ketidakmampuan belajar pada 10% sampai 20% dari korban. Meningococcemia dapat timbul tanpa mengenai selaput ‘tak dan harus dicurigai pada kasus-kasus demam akut yang tidak diketahui penyebabnya dengan ruam petekie dan lekositosis. Diagnosis Diagnosis awal meningitis meningokokus dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinis iikuti dengan pungsi lumbai yang menunjukkan cairan tulang belakang (LCS) bernanah Diagnosis pasti dibuat dengan ditemukannya meningokokuspada LCS atau darah. Pada kasus dengan kultur negatif diagnosis dibuat dengan ditemukannya polisakarida terhadap grup spesifik meningokokus pada LCS dengan teknik 1A, CIE dan teknik koaglutinasi, atau ditemukannya DNA meningokokus pada LCS atau pada plasma dengan PCR. Pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan gram, sediaan yang diambil dari petekle. b. Etiologi ‘Neisseria meningitidis, suatu jenis meningokokus dengan beberapa serogrup telah di Identifikasi menyebabkan meningitis, yaitu grup A, 8, C, W135, X, Y dan Z, KLB N, Meningitidis biasanya disebabkan oleh strain yang berdekatan. Grup A, B, C, W135, dan X dapat menyebabkan Epidemic Distribusi Geografis dan kemampuan epidemi berbeda sesuai dengan serogrup tersebut. © Masa inkubast Masa inkubasi rata-rata adalah 3-4 hari, tetapi dapat bervariasi antara 2-10 hari, d. Sumber dan Cara Penularan Penularan terjadi dengan kontak langsung seperti melalui droplet dari saluran pernafasan atau sekresi tenggorokan dari karier. Prevalensi karier dapat mencapai 25% atau lebih dapat terjadi tanpa ada kasus meningitis. Penularan dapat terus terjadi sampai kuman meningokokus tidak ditemukan lagi di hidung dan mulut. Meningokokus biasanva hilang dari nasofaring dalam waktu 26 jam setelah pengobatan dengan antibiotika. \. Meningitidis hanya menginfeksi manusia tidak ada reservoir hewn, fe. Pencegahan 1) Untuk perlindungan jangka panjang dilakukan vaksinasi untuk beberapa kasus meningitis seperti. yang berhubungan dengan meningokokus, Haemophilus influenzae type 8, pneumokokus atau infeksi virus mumps. Vaksir: ini bertahan dalam tubuh selama 24 bulan dan antibodi akan terbentuk maksimal setelah 1 bulan pemberian vaksinasi Edisi Revisi Tahun 2017 ree camamenmatases: err be { + i t PEDOMAN PENYELIOKAN DAN PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN SE ° \Vaksin meningokokus tersedia untuk grup A, C, W135 dan Y. Di negara-negara di mana vaksin untuk meningitis C diperkenalkan, kasus-kasus yang disebabkan oleh patogen ini sudah jauh menurun, Sast ini tersedia vaksin kuadrivalen, yang menggabungkan keempat senis vaksin itu 2) Untuk perlindungan jangka pendek dengan penggunaan antibiowk Profilaksis antibiotik jangka pendek adalah sebuah metode pencegahan fain, terutam: untuk meningitis meningokokus. Pada kasus meningitis meningokokus, pengobatar profilaksis pada orang yang berkontak erat dengan antibiotik {misainya rifampis siprofloksasin atau seftriakson} bisa menurunkan risiko mereka untuk menderita penyakit tersebut, tapi tidak melindungt terhadap infeksi di kemudian hari. Resistens terhadap rifampisin mulai meningkat sejak digunakan, sehingga dianjurkan untus mempertimbangkan penggunaan antibiotik lain. Walaupun antibiotik sering digunakan dalam upaya untuk mecegah meningitis pada mereka yang mengaiami fraktur tulang tengkorak basilar tidak ada cukup bukti untuk menentukan apakah hal ini bermanfaat atau membahayakan. Hal ini berlaku baik bagi mereka yang mengalami kebocoran LCS maupun yang tidak. 3) Perubahan prilaku, seperti menutup hidung dan mulut (menggunakan masker} jike sedang flu atau bersin, mencuci tangan dengan sabun setelah membuang ingus Pengobatan Meningokokal berpotensi kematian dan harus mendapatkan pengobatan 38°C) mulai dari yang ringan (influenza like les) sampai dengan Pneumonia, ditambah salah satu keadaan di bawah ini a} Dalam 7 hari sebelum sakit, pernah kontak dengan kasus konfirmasi influenza b) Dalam 7 hari sebelum sakit pernah berkunjung ke area yang terdapat satu atau lebih kasus konfirmasiinfluenza 2) Probable Seseorang dengan gejala di atas disertai dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap Influenza A baru tetapi tidak dapat diketahui subtipenya dengan menggunakan reagen influenza musiman atau Seseorang yang meninggal karena penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang tidak diketahui penyebabnya dan berhubungaan secara epidemiologi {kontak dalam 7 hari sebelum onset) dengan kasus orobable atau konfirmasi Edisi Revisi Tahun 2017 ig 3) Konfirmasi Seseorang dengan gejala di atas sudah dikonfirmasi laboratorium dengan pemeriksaan satu atau lebih test di bawah ini a) Real time PCR b) Kultur virus ¢). Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza dengan netralisasi tes Diagnosis influenza secara klinis dibagi atas kriteriaringan, sedang dan berat. 1) Kriteria ringan yaitu gejala Il, tanpa sesak napas, tidak disertai pneumonia dan tidak ada faktor risiko 2) Kriteria sedang gejata IL! dengan salah satu dari kriteria: faktor risiko, penumonia ringan (bila terdapat fasilitas foto rontgen toraks) atau disertai Keluhan gastrointestinal yang mengganggu. seperti mual, muntah, diare atau berdasarkan penilaian klinis dokter yang merawat 3) Kriteria berat bila dijumpai kriteria yaitu pneumonia luas (bilateral, multilobar), gagal rnapas, sepsis, syok, kesadaran menurun, sindrom sesak napas akut (AROS) atau gagal multi organ. Etiotogi Penyakit Influenza disebabkan oleh virus Influenza. Virus influenza terdiri dari 3 tipe (A, 8 dan C). Virus Influenza A adalah jenis virus yang dapat menginfeksi manusie dan ewan sehingga kemungkinan terjadinya mutasi di alam akibat interaksi antara manusia dan hewan, sangat besar. Virus Influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia Virus influenza sangat mudah, virus influenza yang bermutasi dapat menyebabkan kesakitan dan kematian yang tinggi. Kemudahan bermutasi ini juga yang dapat menyebabkan fpandemi akibat terbentuknya subtipe-subtipe baru yang lebih patogen. Selain virus Influenza A, virus Influenza tipe 8 juga dapat menyebabkan pandemi namun dengan skala yang lebih kecil. Virus Influenza tipe C cukup stabil sehingga tidak pernah menyebabkan epidemi yang besar. Sampai saat ini telah terdapat 17 subtipe HA dan 10 subtipe NA, Munculnya virus influenze dengan protein hemagglutinin (HA) baru pada populasi manusia, dimana manusia belum mempunyai kekebalan terhadap virus tersebut dan mudahnya transmisi virus baru inj antar manusia menyebabkan terjadinya pandemi influenza Virus Influenza yang bersirkulasi di Indonesia pada manusia adalah virus influenza musiman Influenza A (HINIpdm0S dan H3N2), Influenza B. Adapun virus avian influenza A (HSN) dapat _menginfeksi manusia pada keadaan tertentu dan terbatas penularan dari uunggas ke manusia. Virus influenza dapat tetap menular dari permukaan suatu benda yang terkontaminasi virus ini hingga 3. bulan pada suhu dingin. Virus influenza dapat bertahan hidup di air pada suhu 0°C selama lebih 30 hari dan pada suhu 22°C selama 4 hari Masa Inkubasi Masa inkubasi berkisar antara 1-7 hari, sedangkan masa penularan berkisar antara 1 hari sebelum mulai sakit (onset) sampai 7 hari setelah onset. Namun puncak dari virus shedding (pengeluaran virus) terjadi pada beberapa hari pertama sakit |. Sumber dan Cara Penularan Cara penularan penyakit dapat melalui penularan langsung (saat orang yang. terinfeks bersin, terdapat lendir hidung yang masuk secara langsung pada mata, hidung, dan mulut dari orang lain); melalui udara yaitu saat seseorang menghirup aerosol (butiran cairan kecil dalam udara) yang dinasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah ("Droplet infection’); dan melalui penularan tangan-ke-mata, tangan-ke-hidung, atau tangen ke-mulut, baik dari permukaan yang terkonteminasi atau dari Kontak personal langsung Ci Reva Tah 7 ra seperti bersataman, Cara penularan mana yang paling efektif masih belum jelas, namun semuanya memiliki kontribusi dalam penyebaran virus Pengobatan 1) Kasusringan Sebagian besar kasus akan sembuh dalam waktu satu minggu. Penanganan pada kasus ringan tidak pemerlukan perawatan RS, tidak memerlukan pemberian antivirus kecuali kasus dengan klaster serta diberikan pengobatan simptomatik. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) diberikan pada pasien dan keluarga. Pasien diamati selama 7 hari. Pengobatan simptomatik diberikan sesuai gejala, 2) Kasus sedang Perawatan di ruang isolasi dan diberikan antivirus. Dilakukan pemeriksaan RT- PCR hanya satu kali pada awal, Jika keadaan umum dan klinis baik dapat dipulangkan dengan KIE. Jika terjadi perburukan segera rawat ICU. 3) Kasus berat. Perawatan di ruang isolasi ICU/PICU/NICU dan diberikan antivirus serta diperiksa RT-PCR satu kali pada awal. Pada influenza A baru yang berat dengan pneumonia .gambarannya sama dengan pneumonia pada flu burung 4) Kasus berat pada anak Apabila terdapat pneumonia dan/atau ditemukan gejala berbahaya / berat seperti tidak bisa minum, muntah terus menerus, kebiruan di sekeliling bibir, kejang, tidak sadar , anak dibawah 2 tahun dengan demam atau hipotermia, pneumonia luas (bilateral, multilobar), gagal naps, sepsis, syok, kesadaran menurun, ARDS sindroma sesak nafas akut), gagal multi organ. 5) Kriteria rawat ICU Yaitu gagal_napas (kriteria gagal napas: analisis gas darah PaCO2< 30 mmHg, frekuensi pernapasen > 30 x/m, pada anak sesuai usia, rasio Pa02/Fi02< 200 ARDS, <300 ALI), syok (kriteria. syok: tekanan darah diastolic < 80 mmHg, pada anak takikarcia, laktat dehirogenase > 4, bila tersedia fasilitas) tiviral 1) Direkomendasikan pemberian Oseltamivir atau Zanamivir. Zanamivir dapat diberikan pada kasus yang diduga resisten Oseltamivir atau tidak dapat menggunakan Oseltamivir. 2) Pemberian antiviral tersebut diutamakan pada pasien rawat inap dan kelompok risiko tinggi komplikasi 3) Pengobatan dengan Zanamivir atau Oseltamivir harus dimulai sesegera mungkin dalam waktu 48. jam setelah awitan penyakit. 4) Dosis pemberian Oseltamivir untuk dewasa adalah 2 x 75 mg selama 5 (lima) hari, dapat diperpanjang sampai 10 hari tergantung respons klinis. 2 Dosis pemberian Zanamivir untuk usia > 7 tahun dan dewasa adalah 2 x 10 mg inhalasi. 8) Dosis Oseltamivir pada anak, 2 mg/kg BB dibagi dalam 2 (dua) dosis atau berdasarkan kisaran berat badan, Surat Badan Dosis Oseltami Ke 30mg (2x/hari) 35-23 Ke 45 mg (2x/hari) 24-40 Ke 601mg (2x/hari) >40Kg 75mg (2x/hari) vendasi dasis aseltamivir untuk anak < 1 tahun. Dosis Oseltamivir + 3bulan 2.mg (2x/hari) 3-8 bulan 201mg (2x/hari) 6-21 hulan 25 mg (2x/nari) Edisi Revisi Tahun 2017 ~ 8) Perempuan hamil direkomendasikan untuk diberi Oseltamivir atau Zanamivir. 9} Antiviral tidak direkomendasikan untuk profilaksis pada influenza A, 1) Bila terjadi pneumonia maka antibiotik direkomendasikan untuk diberikan berdasarkan kejadian (evidence based) dan pedoman pneumonia didapat masyarakat. Antibioti! - diberikan sesuai pedoman 2} Tidak direkomendasikan pemberian antibiotik profilaksis 3) Rekomendasi antibiotik pada dewasa yang dianjurkan adalah golongan betalaktam atau - sefalosporin generasi Ill, aminoglikosida atau fluorokuinolon respirast (levotloksasin atau moksifloksasin) kecuali untuk anak 4) Pada anak dengan pneumonia ringan dapat diberikan Amoxiciline dosis tinggi 40-SOmg/KgBB/kali, diberikan 2 kali sehari dan bila klinis berat Ampicillin injeksi (1V) dapat dikombinasikan dengan golongan Aminoglikosida yaitu Gentamisin (7.5mg/kg88/he) atau Amikasin (15-25 m/kgae/r). gem mbar cacy enencees ahead Kortikosteroid 1) Penggunaaan kortikosteroid secara rutin harus dihindarkan pada pasien influenza A baru, 2) Dapat diberikan pada syok septik yang memerlukan vasopresor dan diduge mengalami adrenal insufisiensi. dapat diberikan dosis rendah hidrokortison 300 mg /hari dosis tarbagi f. Epidemictogi Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, dan bersirkulasi sepanjang tahun. Virus influenzé) musiman dan pandemi adalah virus yang sangat mudan menular antar manusia dan menyebar terutama melalui batuk dan bersin. Penyakit ini tercatat paling tinggi pada musi dingin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di negara tropik Di Indonesia, kasus infeksi influenza musiman berlangsung terus sepanjang tahun yang mengikuti pola sirkulasi virus influenza musiman, Pandemi influenza yang terjadi pada abad ke 21 yaitu pandemi yang disebabkan oleh virus Infiuenza AHIN1 (tahun 2009) yane merupakan virus gabungan (reassortment) antara virus manusia, unggas dan babi. Influenze A HIN pdm09 tahun 2003-2017 terdeteksi positif dengan jumlahpenderita positif adalah 136! orang. Influenza ini sudah beredar secara luas di masyarakat. Pada umumnya risiko penularan virus influenza meningkat pada bayi atau anak-anak orang berusia lebih dari 50 tahun, orang dengan kondisi sistem imun yang lemah seper pada HIV/AIDS, hamil, kemoterapi dan transplantasi organ, serta pada orang-orang yank memiliki penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit jantung, penyakit ginjal atau par paru. Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada individu di atas i 65. tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-penyakit tertentu. Pada anak anak usia 0- 4 tahun, yang berisiko tinggi komptasi angka morbiditasnya adaiat '500/100.000 dan yang tidak berisiko tinggi adalah 100/100.000 populasi. Pada epider: influenza 1969-1970 hingga 1994-1995, diperkirakan jumish penderita influenza yang masuik rumah sakit 16.000 sampai 220.000/epidemik. Kematian influenza dapat teriadi karen pneumonia dan juga eksaserbasi kardiopulmoner serta_ penyakit kronis lainnya, 8. Kejadian Luar Biasa Kriteria KLB Influenza musiman sesuai dengan kriteria penetapan KLB pada Permenkes . 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabsh dan Upaya Penanggulangan, kriteria KLB Inluenza A Baru bila ditemukan 1 kasus influenza yang terkonfirmasi. 1) Penyelidikan Epidemiologi 4 Edisi Revisi Tahun 201 7 PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN vendikan Zoidemiclogi ditakukan untuk: ‘dentifikasi dini kasus, Kontak dan xasus tambahan ’) Menetapkan besarnya masaiah ¢). Identifikasi daerah dan populasi berisiko tinggi 4) Mengetahui pola penyebaran di masyarakat ) Mendapatkan arah upaya penanggulangan Sasaran penyelidikan epidemiologi influenza A baru adalah semua masyarakat yang mempunyai risiko terjangkit Flu A baru tersebut, meliputi 2) Orang yang baru kembali dari daerah terjangkit b) Kontak penderita ©) Tenagakesehatan a) Persiapan Sebelum ke Lapangan Koordinasi tim dengan Lintas Program/Lintas Sektor Persiapan administrasi Persiapan logistik : masker standar investigasi untuk semua petugas dan untuk penderita serta kontak lain, alat pemeriksaan penderita (stetaskop dan sebagainya}, alat_wavrancara formulirisian), dan leaflet serta brosur untuk keluarga penderita Rapat persiapan tim Investigasi dilakukan oleh tim investigasi yang telah ditetapkan dan ditambah bila diperlukan serta berkoordinasi dengan tim Propinsi, Kab/Kota dan Puskesmas Persiapan langkah-langkah investigasi : daftar kegiatan yang akan dilakukan selama i iapangan (satu fembar saja}, beserta formulir wawancare dan pemeriksaan untuk penderita dan untuk kasus tambahan serta peralatan medik dan laboratorium. Pencegahan Universal Untuk Tim Penyelidikan Epidemiologi Sampai dengan saat ini, penderita dapat menjadi sumber penularan, oleh karena itu perlu_dilakukan upaya pencegahan. Upaya pencegahan bagi petugas yang ke lapangan Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) ‘Mencuci tangan dengan sabun atau alkohol setelah memeriksa penderita ~ Menjaga jarak bicara kurang lebih 2 meter Membuang APD yang sudah dipakai diperlakukan seperti sampah medis. ©) Kegiatan di lapangan - Satu orang anggota tim masuk ke rumah dengan menggunakan masker, dan segera_menjelaskan rencana kegiatan, masalah Flu A baru, hubungan dengan anggota keluarga yang dicurigai sebagai penderita Flu A baru(belum pasti), risiko penularan kepada anggota keluarga yang lain. Tegaskan bahwa tim akan membantu keluarga ini mencegah berkembangnya penyakit diantara anggota keluarga. Sedapat mungkin penderita diminta tidur di tempat tidur dan mengenakan masker. Setelah dipersilakan, maka anggota tim yang lain masuk ke rumah. Gunakan masker pada waktu akan masuk ke rumah penderita = Timmelakukan wawancara dan mengisikan dalam formulir penyelidikan Apabila ditemukan suspek maka segera dikoordinasikan dengan dokter puskesmas untuk proses rujukan. = Semua kontak dipantau selma 10-14 hari dari kontak terakhir atau sesuai masa inkubasi terpanjang Memberikan pesan kepada keluarga dan masyarakat sekitar. | } P Moda transportasi + Aitivitas selama perjalanan €. Informasi Klinis Data klinis ~ Tanggal mulai timbul gejala : Edisi Revisi Tahun 2017 fl] PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT NENULAR CAN KERACUNAN FANGAN = Tana dan goala = Kronologts sai tanggal mulaike pelayanan Kesehatan, tanggal masuk RS, tgl mula perburukan ans, dan hasilakhi irawat) = Adakah pneumonia dan perburukan ke arah gagal rapas ? Adakah ARDS ? Komplicasi yang tradi (seperti gagal ginal atau kegagalanfungs organ lan, koagulopat,inflsi sekunder, sepsis ll) = Adakah peryakit kronis lain (missal mmunosupresi,kanker, penurunan fungsi ginal, hemoglobinophati, penyakt hat, penyakit neurologi, penyakit metabolic endokrin, dill = Tanggal dan hail pemeriksaan penunjang (Lab, xray, ct scan, dl) = Penggunaan alat bantu pernapasan (oksigen, ventilator, penggunaan inhaasi, ECMO (extra corporeal membrane oxygenation), ll): = Penggunaan obat {antibiatic, kortikosterod, dl) f. Data laboratorium Taregal - Tnggal dan Pengamnbian | /2M8 | Hens basil Nama lad soterangan . e Spesimen | Pemeritsaan Pemeriksa 8 Spesimen Pemeritsaan [PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN | & = 3, PENYAKIT VIRUS EBOLA Penyakit virus Ebola adalah salah satu dari penyakit yang gejata klinisnya demam dengan pendarahan. Ini adalah penyakit yang sering berakibat fatal pada manusia dan primata (seperti monyet, gorila, dan simpanse). Penyakit ini sudah ada di dunia sejak tahun 1976 dan sempat terjadi : KLB di beberapa negara, Pada maret 2014 KLB penyakit ini mulai terjadi kembali di beberapa negara - di Afrika Barat yaitu Guinea, Uberia dan Sierra Leone. KLB penyakit ini juga bisa menjadi risiko Kesehatan masyarakat bagi negara lainnya. Virulensi virus, pola penularan di masyarakat, sarana pelayanan Kesehatan dan lemahnya health systems pada negara ~ negara yang berisiko ‘memungkinkan terjadinya penyebaran secara global. Berdasarkan hal tersebut WHO menyatakan penyakit virus Ebola sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (KKMMD). Berdasarkan laporan WHO, sejak Desember 2013 - 10 luni 2016, ditemukan 28,652 kasus dengan 11.325 kematian, atau total kematian/total kasus 39,52 %. Kondisi kasus di indonesia sampai 2017 masih belum terdapat kasus yang dinyatakan positif, Namun mobilitas dari dan ke negara terjangkit merupakan faktor risiko penyebaran penyakit di Indonesia termasuk jamaah haji atau umroh yang kontak dengan warga negara dari negara terjangkit. ove saunter rene mde a. Gambaran klinis Gejala khas pada penyakit ini adalah demam (>38°C), sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, lemah (weakness), diare (berdarah / tidak berdarah), muntah (vomit), tidak nafsu makan I (loss of appetite) dan nyeri perut. Gejala yang terkadang timbul dari penyakit ini adalah bitnik merah, mata merah, cegukan, batuk, nyeri tenggorokan, susah bernafas, nyeri dada, | nyeri telan dan perdarahan internal ataupun eksternal. i b. Etiologi Terdapat 5 tipe virus Ebola yang dapat menyebsbkan infeksi, yaitu Ivory Coast, Sudan, Zaire, Reston dan Bundibugyo. Spesies Bundibugyo, Sudan, dan Zaire adalah penyebab wabah besar di Afrika yang menyebabkan kematian pada 25-90% kasus Minis. Tipe reston hanya menyebabkan infeksi pada hewan namun tidak menimbulkan kefatalan pada manusia Masa Inkubasi Masa inkubasi dari penyakit virus Ebola adalah 2-21 hari, umumnya 8-10 hari setelah terinfeksi. ‘Sumber dan Cara Penularan Penularan penyakit virus Ebola bisa melalui 2 cara, yaitu: 1) Penularan dari hewan ke manusia, dapat terjadi dengan melakukan Kontak langsung dengan darah, sekret atau organ atau cairan tubuh dari hewan penular (monyet, simpanse, kera, gorilla, kelelawar buah) yang terinfeksi baik sudah mati atau masih sakit. 2) Pentiaran antar manusia terjadi dengan 2 cara, yaitu: a) Kontak langsung dengan selaput lendir atau kulit terluka dengan darah atau cairan ‘tubuh orang terinfeksi b) Kontak tidak langsung dengan barang, alat medis, atau lingkungan terkontaminas! dan cairan tubuh pasien terinfeksi. fe. Pengobatan Pengobatan untuk kasus PVE dalam bentuk terapi simptomatis karena Terapi defini sampai saat ini belum ada.Terapi simptomatis sesuai dengan temuan kiinis yaitu pemberian obst penurun paras, pemasangen infus (terapi cairan kristaloid atau koloid sesuai Klinis), transfusi darah (ka perlu dilakukan hemodialisa dengan menggunakan hemofiter khusus virus), pemberian 02, dan juga infeksi sekunder. Selain hal tersebut, juga perlu dilakukan pemantauan ketat untuk perdarahan dan komplikasilainnya EdisiRevisi Tahun 2017 [ENA 6 EP rcocwan rewvexiowan 00x PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 4. Epidemiologi Penyakit virus Ebola ditemukan pertama kali tahun 1976 pada kejadian Ivar biasa (KLB) di dua tempat yeng terjadi bersamaan, yaitu: Nzara, Sudan, dan Yambuku, DR Kongo (d/h Zaire). Perkembangan KLB PVE sejak Tahun 1976 ~ 2015 telah terjadi di beberapa negara, yaitu: 1976 terjadi di Sudan dan DR. Kongo;1977 di DR. Kongo; 1979 di Sudan;1994 di Gabon dan Cote d'Woire;1995 di DR. Kongo; 1996 di Gabon dan Afrika selatan; 2000 di Gabon; 2001-2002 di Kongo dan Gabon; 2003 di Angola; 2004 di Sudan; 2007 di Uganda dan OR. Kongo; 2008 di OR. Kongo; 2012 di DR. Kongo; 2014 di DR. Kongo, Guinea, Liberia, Sierra Leone, Nigeria dan Senegal. 2015 di Guinea, Liberia, Sierra Leone dan 2016 di Guinea, Liberia, Sierra Leone. Grafik 1 Situasi PVE di Dunia Desember 2013 ~ 10 Juni 2016 ‘Amerika United kingdom spain 9 tala 9 mai § senegal 9 Nigeria By SIC CONC) ARES SANNSR ASS 1124 a Guinea 6000 8000 «10000 «12000 «1400016000 Kematian 1 Kasus htpp;//apps.who int/ihr/eventinformation Grafik diatas menunjukkan bahwa kasus terbanyak berada di Sierra Leone, namun kematian tertinggi berada di Guinea yang memiliki jumlah kasus terendah diantara 3 negara terjangkit di Afrika Barat. Hal tersebut menunjukkan bahwa tatalaksana kasus dan penelusuran kontak melali penyelidikan epidemiologi dapat membantu meringankan angka kesakitan bahkan kematian akibat penyakit virus Ebola. Gain Rov Takin Dn? [PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN < x Gi Gambar 1.Sebaran kasus PVE, Maret 2015 | | j | htpp://apps.who int/ir/eventinformation & Kejadian Luar Biasa KLB PVE ditetapkan bila ditemukan satu atau lebih kasus konfirmasi berdasarkan pemeriksaan Laboratorium, 1) Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi bertujuen untuk memastikan diagnosis kasus, mengetahui perjalanan penyakit, mengetahui_gambaran epidemiologi, mengetahui faktor Tisiko, memastikan adanya penularan secara efektif, mengetahui kasus tambahan, metakukan identifikasi Kontak dan melakukan penanggulangan segera Penyelidikan epidemiologi dilakukan ketika: a) Ditemukan kasus datam investigasi b) Ditemukan kasus konfirmasi ¢) Ditemukan peningkatan sindrom penyakit yang dicurigal melalui surveilans berbasis kejadian, misainya ditemukan Klaster penyakit atau kematian yang tidak diketahui penyebabnya Penyelidikan epidemiologi dilakukan oleh tim gerak cepat (TGC) Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat sesuai dengan besaran masalah, : 2), Penanggulangan KLB Penanggulangan KLB PVE fokus pada penanganan cepat dan minimalisasi keruginy sebagai upaya untuk mencegah kematian dan penyebaran kasus. Upaya pencegahan . kematian dilaksanakan dengan penemuan dini kasus yang dlikuti dengan tatalaksana kasus yang benar, termasuk monitoring secara ketat terhadap perdarahan internal maupun eksternal yang mungkin terjadi. Sementara upaya pencegahan penularan diarahkan pada upaya pemutusan mata rantai penularan antar manusia ataupun dari manusia ke hewan, melalui beberapa cara berikut: a) Pelaksanaan surveilans aktif untuk penemuan kasus dan juge penelusuran kontak, bb) Pengendalian hewan penular penyakit virus Ebola. ) Diberlakuan karantina rumah bagi Kontak Kasus selama 21 hari sejak kontak terakhir dengan kasus jika terjadi penularan lokal yang terbatas. d)Penerapan standar kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi beik di masyarakat termasuk pelaksanaan pemakaman jenazah sesuai SOP jika terdapat kasus meningeal. Ea Rev Tahun 217 HE PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN €) Penggerakan atau pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi akti dalam pencegahan penyebaran dan pengendalian penyakit 3). Surveilans ketat pada KLB PVE Perkembangan kasus baru dan kematian KLB PVE direkam melalui formulir pemantauan Kontak. Dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah setelah berkahir masa inkubasi (21 hari sejak Kontak terakhir). Jika dalam masa inkubasi diternukan kontak yang menunjukkan gejala yang terkait PVE maka segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk dilaporkan secara berjenjang pada tingkat berikutnya. Sistem Kewaspadaan Dini KLB Kewaspadaan dilakukan di wilayah bandar udara, pelabuhan, dan pos lintas batas darat, negara. Upaya kewaspadaan yang dilakukan adalah: 1) Pemutakhiran informasi untuk mengetahui perkembangan penyakit dari negara-negara lain, melalui website WHO, Kementerian Kesehatan negara terjangkit dan sumber lain yang terpercaya 2) Penyebarluasan informasi perkembangan penyakit virus Ebola dan tindakan kewaspadaan kepada unit-unit terkait di bandar udara/pelabuhan/PLBD. 3) Mengidentifikasi faktor risiko transmisi virus dan tindakan perbaikan (respon). Misalnya diketahui ada petugas tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat memeriksa kasus dalam investigasi, segera diingatkan untuk menggunakan APD yang sesuai 4) Mendeteksi adanya kasus dalam investigasi, baik pada pelaku perjalanan dari negara terjangkit, dan petugas kesehatan, dan petugas Iain di pintu masuk negara. 5) Laporan kewaspadaan dan deteksi (pemantauan) disampaikan ketika ada informasi dari petugas imigras', agen, maskapai atau sumber lain tentang kedatangan pelaku perjalanan dari negara terjangkit ke Dirjen PP dan PL melalui Posko KLB 6) Pengawasan kedatangan terhadap orang, barang dan alat angkut yang datang dari negara terjangkit. 7) Pemeriksaan keschatan dan analisis risiko bagi pelaku perjalanan dari negara terjangkt. Deteksi dini di wilayah dilakukan melalui peningkatan kegiatan surveilans berbasis, kejadian («vent based surveillance) yang dilakukan secara pasif maupun aktif. 1) Mendeteksi kasus Klaster penyakit/ kematian yang tidak diketahui penyebabnya, 2) Melakukan pemantauan terhadap warge di wilayahnya yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam waktu 21 hari sejak kepulangannya dari negara terjangkit berdasarkan hasil surveilans aktif dan notifikasi dari Dinas Kesehatan setempat atau KKP. 3) Melakukan pemantauan terhadap Kontak kasus (termasuk petugas puskesmas, bila ada) selama 21 hari sejak kontak terakhir, berdasarkan notifikasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 4) Melapor kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bila menemukan orang sakit yeng memenuhi kriteria kasus dalam investigasi veer etwemeans men en ebaecbe | 4 TPEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN 7 FORMULIR INVESTIGASI KASUS Data Dasar Identitas Kasus Nama Tl lahir / umur Jenis Kelamin Pekerjaan (sebutkan secara spesifik) Alamat Tanggal mulai sakit, tanda dan gejala Tanggal masuk RS /tanggel kunjungan ke layanan kesehatan Nama Tel RS Daftar kontak kasus Nama ] Umur [aK | Hubungan dg Kasus {= No. Klaster: Ruang rawat | Alamat No hp/ telp | | | Rumah yang dapat | | | dimubungi | Edisi Revisi Tahun 2017 191 ilar spemien,geerertieaan tj : Tel Pemeniksaan—j eengambitan | Jenis Spesimen Jenis Pemeriksaan tab | Lab dan Hast Informasi Paparan dan Riwayat Perjalanan a. Riwayat kontak dengan hewan + Jenis Hewan Tanggal kontak = Jenis kontak {misal penjaga hewan, pengunjung } Riwayat kontak manusia = Riwayat kontak dengan orang yang bergejala demam mendadak disertal minimal 3 gejala (sakit kepaia, muntah, diare, tidak nafsu makan, lemah, nyeri perut, sakit otot atau sendi, sulit menelan, sesak napas dan atau cegukan (hiccup), jenis kontak, frekuensi, lama paparan dan lokast Rivayat dirawat di RS sebelumnya siwayat mengunjungi kasus yang éirawat di RS Paparan rakana> wayat mengkonsumsi makanan atau minuman yang belum dimasak = Riwayat mengkonsumsi daging atau produk hewan setengah matang. = Riwayat menyiapkan daging’ Riwayat perjalanan: ~ Tanggal perjalanan + Tujuan = Durasi perjalanan - Moda transportasi Aktivitas selama perjalanan Informasi Klinis Date Klinis: Tanda mulai geiala = Tanda dan gejala Kronolog! sakt (gl mulai ke pelayanan kesehatan, masa inkubasi bahan racun ‘terpanjang (R), maka bahan racun (R) tersebut bukan etiologi KLB KP ©) ike periode KLB KP > selisih masa inkubasi bahan racun terpanjang-terpendek (Ri, maka bahan racun (R) tersebut bukan etiologi KLB KP Tabel 3. KLB Keracunan Pangan ‘asa iakubasi | Masainkabast | Penyakit Diingkian | jwo | namapenyakit | Terpendek | Terpendek i 1 WiParahaemolnticuspijam SP Beta — 2. perfringens ‘iam 3jam Disingkirkan 3. shigella dysentriae /2 jam LL I isingkirkan 3) Gambaran Epidemiologi Menurut Ciri Tempat dan Orang Setiap daerah mempunyal pengalaman epidemiologi yang berbeda dengan daerah lain. Data epidemiologi ini diketahui berdasarkan surveilans KLB keracunan, pangan di daerah tersebut. Misalaya KLB keracunan pangan Karena racun malation (insektisida), akan banyak terjadi di daerah dengan program penanggulangan malaria atau demam berdarah, sedang pada daerah Iain akan sangat kecil kemungkinan terjadi KLB keracunan pangan malation. Golongan umur juga seringkali dapat digunakan untuk identifikasi etiologi KLB keracunan. pangan. Misainya, KLB keracunan makanan karena virus hepatitis A sering terjadi pada anak-anak SD dan SLTP, karena virus ini dapat bertahan hidup lama dalam minuman dingin (es), pedahal minuman_dingin sangat disukat anak sekolah. Gambaran epidemiologi menurut ciri pekerjaan, kebiasaan makan dan minum, serta citi epideriolog’ lain, dapat digunakan sebagai cara untuk identifikasi etiologi KLB keracunan pangan Pemeriksaan Pendukung Pemeriksaan spesimen tinja, air kencing, darah atau jaringan tubuh lainnya, serta pemeriksaan muntahan dapat digunakan sebagai cara untuk identifikasi etiologi KLB keracunan_pangan. Tim penyelidikan mengambil, menangani, mengemas dan mengirimkan spegimen ke laboratorium dengan tepat dan cepat. Kondisi spesimen diharapkan tidak berubah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi, selama pengiriman sampai saat dianalisis. Penanganan spesimen harus_dilakukan secara aseptis. Secara sistematis, seharusnya spesimen yang diambil dan diperiksa laboratorium adalah digunakan untuk memperkuat pemeriksaan etiologi yang telah ditetapkan dalam diagnosis banding. Misalnya, KLB keracunan pangan tersebut diatas dengan diagnosis banding Vibrio parahaemolyticus, Clostridium perfringens dan Shigella dysentriae, maka sebaiknya pemeriksaan laboratorium diarahkan oleh investigator untuk identifikasi kemungkinan ketiga penyebab tersebut sebagal penyebab, termasuk prosedur pengambilan sampel dan pengamanan dalam penyimpanan dan_pengiriman spesimen Penarikan Kesimpulan Dengan memperhatikan berbagai cara dalam menetapkan etiologi KLB keracunan, Edisi Revisi Tahun 2017 I |PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLE PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN | pangan tersebut di atas, maka kesimpulan etiologi harus didasarkan pada semua analisis tersebut di atas. Semakin lengkap data tersebut diatas yang dapat ditemukan oleh para investigator, maka semakin tepat etiologi yang ditetapkannya, Seringkali etiologi spesifik tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, tetapi bagaimanapun juga diagnosis banding etiologi merupakan hasil kerja maksimal yang cukup baik. 4 i ' | | ' 2, Identifikasi Sumber Keracunan . Secara teoritis, kasus keracunan terdistribusi antara masa inkubasi terpendek dan masa inkubasi terpanjang, dengan jumlah terbanyak pada masa inkubasi rata-rata, atau median, Beberapa Teknik Untuk Identifikasi Sumber Keracunan 4! a. Memanfaatian diagnosis dan masa inkubasi kasus-kasus KLB hy ». Analisis epidemiologi deskriotif i €. Pemerksaanpenuniane ' 4. Analisis epidemiologi analitik . . Hubungan khusus antara kasus dan sumber keracunan i a. Memanfatkan Diagnosis dan Masa Inkubasi Kasus-Kasus KLB . Apabila waktu terpaparnya belum jelas, tetapi diagnosis KLB sudah diperoleh, sehingga sudah dapat diketahui masa inkubasi terpendek dan terpanjang penyakit etiologi KiB. ‘Bumus: Periode Paparan KLB adalah periode waktu sebelum kasus pertama (A) dikurangi masa inkubasi terpendek penyakit (A1) sampai dengan kasus terakhir KLB (B) dikurangi masa inkubasi terpanjang penyakit (81). Grafik 1. KLB Keracunan Periode paparan KIB ‘Maso inkubas! terpanjang envakit pada kasus = Kasus b "Masa iakubasi terpendek : Demonte i? i 1 7 b. Analisis Epidemiologi Deskriptif ‘Gambaran epidemiologi KLB destriptf dapat ditampikan rmenurut karaktersuk : tempat dan orang dan akan lebih banyak ditampilkan dengan menggunakan bentuk tabel i dan peta. Edisi Revisi Tahun 2017 RE ef BE jocooman venve.iokan DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN Attack rate dan Case Fatality Rate Attack rate adalah sama dengan incidance rate tetapi hanya dalam periode KLB saja. Jumlah kasus KLB selama periode KLB Attack Rate = ——~——~——___________ x Jumlah populasi rentan KLB {Catatan : sebelumnya perlu ditetapkan mulai dan berakhirnya KLB, sehingga kasus- kasus di luar periode KL8 dapat disingkirkan). Case Fatality Rat _Jumlah kasus KLB yang meninggal selama periode KLB vk ase Fay Rat = ak asus RIB selama pride KIB dentifikasi kelompok rentan (attack rate) dimanfaatkan untuk menuntun kepada sumber keracunan dengan mengajukan pertanyaan : 3) “Adakah suatu kondisi yang menyebabkan kelompok tertentu lebih rentan dibandingkan_kelompok lain ?” 2) “Adakah keadaan yang dicurigai tersebut berhubungan dengan sumber keracunan?” Secara_umum, langkah pertama identifikasi sumber keracunan dengan memanfaatkan rate adalah dengan menetapkan specific attack rate dan specific case fatality rate menurut umur dan jenis Kelamin, tetapi dengan memperhatikan berbagai keadaan lingkungan yang berhubungan dengan kejadian KLB dapat juga mencurigai karakteristik lain yang berhubungan dengan sumber keracunan. \dentifikasi sumber keracunan berdasarkan karakteristik pada langkah pertama, seringkali tidak langsung menemukan sumber Keracunan tetapi_menernukan kearaiteristik lain yang dicurigai berhubungan dengan sumber keracunan yang dicari (hipotesis). Kemudian hasit analisis pada identifikasi karakteristik terakhir ini dapat juga menghasilkan karakteristik baru yang dicurigai berhubungan dengan sumber keracunan yang dicari(hipotesis), demikian seterusnya. Seorang penyelidik, setelah mencermati berbagai kondisi yang berhubungan dengan sumber keracunan, dapat saja sekaligus memperkirakan beberapa karakteristik yang dicurigai berhubungan dengan sumber keracunan yang dicari (beberapa hipotesis). Tabel distribusi kasus Tabel 14. KLB Keracunan Pangan Menurut Umur PT. Sepatu Baru, Bogor, Juni 2011 [" Gol. Populasi Ka Meni ‘Attac € | uma Rentan su egal k oLF as 5 0 10 @ 15-24 600 0 24 ° [25-44 so. | 0 5 o ae rs ee Total 3650 [660 0 18 oo 1 1 i } (Catatan : sebelumnya periu ditetapkan mulai dan berakhirnya KLB, sehingga kasus-kasus diluar periode KLB dapat disingkirkan), WEG sisi nevis tahun 2017 4 | ' | i i t i I { ib i i i PEDOMAN PENYELDKAN DAN PENANGGULANGAN KLB PENYAKIT MENLLARDAN nenACUNAN PANGAN ca SR Tabel 15. KLB Keracunan P-ngan Menurut Jenis nelamin PT. Sepatu ®>..1 _ Bogor, Juni 2018 oo Jenis Kelamin | PopulasiRentan| Kasus | .Aeninggal | Attack rate (%)|CFR (%) | Spot map kasus : veut ew efefuad (LB Keracunan Pangan 1 titik = 5 kasus, K = kantin Gambar 3. Spot Map KLB Keracunan Pangan PT. Sepatu Baru, Bogor, Juni 2021 Dengan mencermati pola distribusi kasus dapat mengarahkan pada lokasi sumber penyebaran KLB. Daerah dengan jumiah kasus sedikit juga penting untuk menelusuri mengapa_kasus-kasus ini juga mendapat bahan beracun, ¢. Pemeriksaan Penunjang Berdasarkan gambaran e,.-emiologi menurut karaktersstik waktu, tempat dan orang, penyelidik biasanya sudah dapat mengidenti.sasi dugaen sumber keracur. 1. Dugaan PL, Dit.P282, Jakarta, 1999 Departemen Kesehatan Rl. Peran Surveilans Dalam Upaya penanggulangan KLB Penyokit ‘Menular dan keracunan, Departemen Kesehatan Ri, Direktorat Jenderal PPM&PLP, Jakarta, 1998, Departemen Kesehatan Rl, Pedoman dan Protap Penatalaksanaan Kasus Antraks di Indonesia., Subdirektorat Zoonosis, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat enderal Pemberantasan Penyakit-Penyehatan Lingkungan, 2002. Departemen Kesehatan, Pedoman Tatalaksana Kasus dan Laboratorium Antraks di Rumah Sakit, Rumah Sakit Penyakit infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Direktorat Jenderal PPMEPL, Departemen Kesehatan Ri, 2003. Departemen Kesehatan. Pedomen Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Ditjen PPM-PL, Depkes Rl, Petunjuk Teknis Pelaksanaan SKO-KLB Penyakit Menular dan Keracunan, 1995, Jakarta Ditjen PP dan PL Kemenkes Rl. 2015, Pedoman Kesiapslagaan Menghadapi Penyakit Virus Boole, Ditjen PP dan PL, Kemenkes Rl, Buku Saku Tatalaksana Malaria, 2014, Jakarta Ditjen PP dan PL, Kemenkes Rl, Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Edisi Revisi Tahun 2017 27) 23) 29) 30) 31) 32) 33) 34) 35) 36) 37) 38) 39) 40) 41) 42) 43) 44) 45) 46) 47) 48) 49) 50) 51) 52) 53) 54) 55) MENULAR DAN KERACUNAN PANGAN PEDOMAN PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLS PENYA informasi Malaria, 2014, Jakarta Ditjen PPM-PL Depkes RI, Pedoman Pemberantasan Rabies, jakarta, 2001 Ditjen PPM-PL Depkes RI, Pedoman Tatalaksana Leptospirosis, Jakarta 2003 Ditjen PPM-PL Depkes Rl, Pedoman Tatalaksana Pes, Jakarta, 2001 Ditien PPIV-PL, Depkes RI, Pedoman Surveilans dan Respon KLB dalam Rangka Reduksi Campak diindonesia, Jakarta, 2002 Ditlen PPM-PL, Depkes Ri, Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, 2011, Jakarta DitjenPPM-PL Depkes Rl. Petunjuk ——-Pelaksanaan —Sistim Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan KLB Diare, 1996, Jakarta Divisi infeksi & P. Tropik. Departemen limu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM, 2008, Pedoman Klinis Enterovirus Farmakologi dan Terapi. edisi 4. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta, 2002 Ganda Husada S,W, Pribadi dan H.D. llahude. Parasitologi Kedokteran, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, Jakarta. 1990, Goodman & Gilman's, The Pharmacological Basis of Therapeutics, Tenth Edition, McGraw- Hill Medical Publishing Division, Chapter 42, Drugs Used in The Chemotherapy of Helminthiasis. 2001. http://www. mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pafs/8440/DOH-8440-IND.pdf http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs100/en/ Indonesia, Departemen Kesehatan. 2008, Pedoman Penanggulangan _Episenter Pandemi influenza, Jakarta Indonesia, Bapenas. 2007, Panduan Rencana Kesiapsiagaan Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Kemungkinan Pandemi influenza, Jakarta Indonesia, Departemen Kesehatan, Ditjen PP & PL. 2003, Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit SARS, Jakarta Indonesia, Departemen Kesehatan, Ditjen PP & PL. 2008, Pedoman Surveilans Integrasi Avian Influenza, Jakarta Indonesia, Departemen Kesehatan, Ditjen PP dan PL, Manual Pemberantasan Penyakit Menular, DAMES CHIN, MD, MPH, Editor Penterjemah : Dr. 1 NYOMAN KANOUN, MPH, Edisi 17,Tahun 2000 Indonesia, Kementerian Kesehatan, Balitbangkes. 2013, Penyakit Menular Non Neglected kajlan Program dan Penelitian, Jakarta Informal Expert Consultation on Surveillans, Diagnosis and Risk Reduction of Leptospirosis, International Society for Infectious Disease, 2008. Hand Foot Mouth Disease- Singapore, Investigasi KLE Keracunan Pangan, Sholah Imari, FETP-Kementerian Kesehatan -WHO, 2031. Kementerian Kesehatan Rl, Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya, 2007 Kementerian Kesehatan Rl, Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia, 2005 . Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No, 893/MENKES/SK/VII/2007 tentang Pedoman Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Pengobatan Filariasis, 2007. Komite Penasehat untuk Praktik Imunisasi (ACIP). MMWR 2006;55(No. RR-17):1-33. (3). CDC. Pertussis—United States, 2001-2003, MMWR 2005;54:1283-6. Lampiran IV Keputusan Menteri Kesehatan No. 1582/Menkes/SK/XI/2005 tentang Buku Pedoman Pengobatan Massal filariasis. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal PP & PL. Jakarta, 2006, Lampiran V Keputusan Menteri Kesehatan No, 1582/Menkes/SK/X1/2005 tentang Buku Pedoman Pengobatan Massal Filariasis. Departemen Kesehatan Republik indonesia Direktorat Jenderal PP & PL. Jakarta, 2006. Laporan Data KLB Keracunan Pangan di Indonesia Tahun 2010 ~ 2014, Subdit Higiene Sanitasi Pangan, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Ditjen PP dan PL, Jakarta, 2014, Laporan Tahunan KLB Keracunan Makanan di Indonesia Tahun 2008 - 2010, Subdit Edisi Revisi Tahun 2017 Surveilans dan Respon_KLB, Direktorat Simkarkesma, Ditjen PP dan PL, Jakarta, 2011. 56) Modul Pelatihan Penanggulangan Rabies, Ditjen PP & PL, Jakarta 2008, 57) Outbreak Analysis - Epi Curves, University of North Carolina, Division of Public Health, NC 2008 58) Pedoman Kebijakan dan Pengendalian Flu Burung, Ditjen PP dan PL, Kemenkes, 2009 59) Pedoman Pelaksanaan Program Penanggulangan Rabies di Indonesia, Ditjen PP & PL, Jakarta 2009 60) Penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KL8) Keracunan Pangan, Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra, Ditjen PPM&PL, Jakarta, 2003 61) Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang, Jenis Penyakit Menular tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangannya. 2010, 62) Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 45/ 2014, tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan 63) Peraturan Pemerintah Ri, No. 40 tahun 1991, tentang Penanggulangan KLB Penyakit Menular 64) Principles of Epidemiology, 2nd ed, US, CDC, 1998 65) SPI Sulianti Saroso Ditjen PP dan PL, Pedoman Tatalaksana Kasus dan pemeriksaan Laboratorium Leptospirosis di Rumah Sakit, Jakarta 2003, 66) Soeharsono. Zoonosis. Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Kanisius, 2002 67) Surveilans Keamanan Pangan, Direktorat Survellans dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Deputi. Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta, 2002 68) The Role of Albendazole in Programmes to Eliminate Lymphatic Filariasis, E.A. Ottesen, M.M., Ismail and J. Horton. Published on Parasitology Today, Vol : § No. 9.1999 69) Third Edition, Churchill Livingstone,dinburg, London, Meloourne and New York 70) Treatment of Brugia timori and Wuchereria bancrofti infections in Indonesia using DEC or a Combination of DEC ang Albendazole : Adverse Reactions and Short Term Effects on Microfilarige. Taniawati Supali, Is Suhariah Ismid, Paul Rickert and Peter Rischer. Tropical Medicine and international Health vol 7 No, 10 PP 894-901 October 2002. 71) Undang-Undang No. 4 Tahun 1984, tentang KLB Penyakit Menular 72) US Department of Health and Human Services,Principles of epidemiology. An introductions and biostatistics. Second editions, Atlanta, Georgia, 12/92. 73) WHO Aviation Guide which includes information on sanitizing of aircraft 11)WHO. 2014 Ebola Surveillance in Countries with No Reported Cases of Ebola Virus Disease 74) WHO Organization Writing Group.2009, Nonpharmaceutical Intervention for Pandemi Influenza, International Measures 75) WHO, 2008, EV 71, www.who.int/csr/don/2008_05_01/en/index html 76) WHO, Division of Emerging and Other Communicable Diseases Surveillance and Control, Global Programme for Vaccines and immunization, Expanded Programme on Immunization, District Guidelines For Yellow Fever Surveillance, 1998 7) WHO, Food Safety and Foodborne iilness, Revised January, 2002 78) WHO, Global Incidence, Control Programme, Prevention Strategis 2003 79) WHO, Guideline for The Surveillance and Control of Anthrax in Humans and Animals, 2001 80) WHO, Water Related Diseases, Prepared for world water day, 2001 81) WHO2011, A Guide to Clinical Management and public Health Response for Hand, Foot and Mouth Disease 82) WHO. 2007, Interim Protocol : Rapid operations to contain the initial emergence of pandemic influenza 83) WHO. 2009, Interim WHO Guidance for the Surveillance of Human infection with Swine Influenza A (HANA) Virus 84) WHO. 2013, Global Pandemic Influenza Surveillance casiRensiTahan 7007 SEE 85) WHO. 2014. Risk Assessment Human infections with Zaire Ebolavirus in West Africa 86) WHO. 2014. WHO Statement on the Meeting of the International Heaith Regulations Emergency Committee Regarding the 2014 Ebole Outbreak in West Africa 87) WHO. 2014.Case definition recommendations for Ebola or Marburg Virus Diseases 88) WHO. Control of Lymphatic Filariasis. A Manual for Health Personel, WHO Geneva. 1987. 89) WHO. Preparing and Implementing 2 National Plan to Eliminate Lymphatic Filariasis. WHO Geneva, Switzerland. 2000, 90) WHO.2014Travel and transport risk assessment: Recommendations for public health authorities and transport sector Cai Reval Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai