Anda di halaman 1dari 23

Latar Belakang

Kelainan refraksi adalah suatu keadaan dimana ketika cahaya masuk ke mata yang sedang tidak
melakukan akomodasi, bayangan tidak tepat fokus pada retina. Keluhan visual dari kelainan
refraksi adalah mata kabur.1 Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan
yang terdiri atas kornea, aqueous humor, lensa, vitreous humor dan panjangnya bola mata. Pada
orang normal, susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian
seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di makula
lutea.
Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285
juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58% atau 39 juta orang menderita kebutaan dan 3,65%
atau 246 juta orang mengalami low vision. Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh
dunia adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, diikuti oleh katarak dan glaukoma.
Prevalensi severe low vision tertinggi terdapat di Lampung (1,7%), diikuti Nusa Tenggara Timur
dan Kalimantan Barat (masing-masing 1,6%). Provinsi dengan prevalensi severe low vision
terendah adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (0,3%) diikuti oleh Papua Barat dan Papua (masing-
masing 0,4%).
Mata yang normal disebut emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh. Mata dengan sifat
emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi pembiasan sinar mata dan berfungsi normal.
Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea atau perubahan panjang bola mata, maka sinar
normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut ametropia yang dapat berupa
miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.
Prosedur dalam menemukan dan mengoreksi kesalahan bias disebut dengan refraksi. Pemeriksaan
refraksi terdiri dari dua metode, yaitu objektif dan subjektif. Metode pemeriksaan refraksi objektif
yaitu retinoskopi, refraktometri dan keratometri. Metode pemeriksaan refraksi subjektif
dimasudkan untuk menemukan lensa yang tepat untuk dipakai.4 Metode pemeriksaan refraksi
subjektif bergantung kepada respon pasien saat dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan subjektif
lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan objektif. 5 Pemeriksaan subejktif terdiri dari 3
tahap yaitu verifikasi subjektif refraksi, penyempurnaan fraksi pembiasan dan menyeimbangkan
binokular subjektif
Pemeriksaan Penunjang Pada Refraksi
Tes Pinhole
Uji Pinhole dilakukan untuk mengkoreksi ketajaman penglihatan. Penglihatan kabur akibat
refraksi disebabkan oleh banyaknya berkas sinar tak terfokus yang masuk ke pupil dan mencapai
retina. Ini mengakibatkan terbentuknya bayangan yang tidak terfokus tajam.
Melihat kartu snellen melalui sebuah plakat dengan banyak lubang kecil mencegah sebagian besar
berkas tak terfokus yang memasuki mata. Hanya sejumlah kecil berkas sejajar-sentral yang bisa
mencapai retina sehingga dihasilkan bayangan yang lebih tajam. Dengan demikian, pasien dapat
membaca huruf pada satu atau dua baris dari huruf yang bisa terbaca saat memakai kacamata
koreksi yang sesuai.
Uji ini untuk mengetahui apakah tajam penglihatan yang kurang terjadi akibat kelainan refraksi
atau kelainan organik media penglihatan. Penderita duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak
6 m. Penderita di suruh melihat huruf terkecil yang masih terlihat dengan jelas. Kemudian pada
mata tersebut ditaruh lempeng berlubang kecil (pinhole atau lubang sebesar 0.75 mm). Bila
terdapat perbaikan tajam penglihatan dengan melihat melalui Iubang kecil berarti terdapat kelainan
refraksi. Bila terjadi kemunduran tajam penglihatan berarti terdapat gangguan pada media
penglihatan. Mungkin saja ini diakibatkan kekeruhan kornea, katarak, kekeruhan badan kaca, dan
kelainan makula lutea.

Gambar 1. Pinhole
Sumber: Khurana AK. Darkroom Procedure In Comprehensive
Ophthalmology 4 th ed.
Teknik Pemeriksaan Refraksi Subjektif
Grafik Mata Standar
Upaya untuk menentukan ketajaman visual dalam istilah kuantitatif menggunakan bagan mata
telah ada pada awal 1800-an di Jerman. Istilah "ketajaman visual" sendiri berasal dari Donders
pada tahun 1861 yang mendefinisikannya sebagai "rasio antara kinerja subjek dan kinerja standar"
dalam membedakan rincian pola pada pengujian. Lalu pada tahun 1862, Snellen menerbitkan
bagan matanya yang terkenal di Inggris dan hanya variasi dan perbaikan yang relatif kecil telah
dilakukan sejak itu.
Bagan Snellen
Sebelum kerja Snellen, bagan mata telah menggunakan huruf cetak. Snellen mendefinisikan font
baru, yang ia sebut "optotypes" dan yang ia letakkan pada kisi 5 x 5 [1,2]. Menggunakan standar
membagi derajat menjadi 60 menit (penggunaan basis 60 sebenarnya berasal dari Babilonia), ia
mendefinisikan "penglihatan standar" sebagai kemampuan untuk mengenali optotipe-nya dari
jarak 20 kaki ketika mereka membelokkan sudut 5 menit dari busur. Fitur terperinci dari
optotipenya, satu elemen grid, kemudian 1 menit demi 1 menit busur untuk visi "standar". Visi
standar dengan demikian kemampuan untuk membedakan fitur yang dipisahkan oleh busur 1
menit; grafik mata umumnya diskalakan untuk digunakan pada jarak 20 kaki.
Grafik Snellen diberi label oleh rasio kinerja dengan kinerja "standar", jadi kita semua akrab
dengan penggunaan visi 20/20, visi 20/40, dan sebagainya. Pilihan 20 kaki sebagai jarak
pengukuran adalah arbitrer. Mengingat preferensi untuk angka bulat seperti 1 dan 5 untuk optotip,
orang mungkin membayangkan bahwa ini adalah jarak dekat dimensi terbesar dari kantor atau
laboratoriumnya di mana ia dapat membaca optotipe ukuran standarnya yang merupakan angka
bulat yang bagus, meskipun ini adalah hanya spekulasi. Ternyata 20/20 bukanlah visi manusia
yang sempurna. Memang, itu mendekati rata-rata untuk orang dewasa di usia 60-an karena
penglihatan mereka menurun. Visi yang baik pada orang dewasa muda tanpa gangguan
penglihatan umumnya antara 20/16 dan 20/12, jauh lebih baik dari 20/20. Visi 20/20 telah diartikan
sebagai batas.
Gambar 1: Snellen Eye Chart

dari visi "normal" yang dengannya seseorang dapat mengatasi dengan cukup baik di sekolah atau
industri dan karenanya tidak memerlukan koreksi. Penglihatan melebihi 20/20 umumnya
ditingkatkan dengan lensa korektif.

Perhatikan bahwa 20/12 sesuai dengan resolusi sudut 0,01 derajat. Jika Snellen menggunakan
fraksi desimal daripada konvensi yang ditetapkan untuk membagi derajat menjadi 60 menit,
penglihatan standar mungkin didefinisikan secara sangat berbeda. Aplikasi resolusi sudut untuk
aplikasi yang relevan dieksplorasi dalam lampiran.

Optotip Snellen hanya menyertakan 9 huruf dengan serif yang kuat: C, D, E, F, L, O, P, T, dan Z.
Secara umum ini mudah dibedakan, meskipun F dan P dapat dicampur di dekat batas resolusi.

Pada tahun 1875 Snellen menciptakan satu set grafik baru yang menggunakan enam meter
bukannya dua puluh kaki sebagai jarak pengukuran "standar". Fraksi Snellen saat itu 6/6, 6/12,
dan seterusnya. Tidak diragukan lagi ia dikritik oleh para pendukung sistem pengukuran bahasa
Inggris, yang berjuang dengan gigih melawan sistem metrik yang didukung Perancis [3], tetapi
pengukuran metrik berlaku dan 6 meter adalah standar di Inggris hari ini sementara 20 kaki
digunakan di Amerika Serikat. .
Monoye pada tahun 1875 mengusulkan untuk mengubah fraksi Snellen menjadi desimal untuk
membuatnya lebih mudah untuk membandingkan nilai terlepas dari jarak pengukuran asli. Nilai
desimal 0,5, misalnya, dapat diturunkan dari 20/40 atau 6/12 atau hasil serupa menggunakan jarak
pengukuran "standar" lainnya. Ini menunjukkan betapa sewenang-wenang jarak 20 kaki atau 6
meter. Terlepas dari logika, fraksi Snellen tetap umum digunakan hingga saat ini.
Ukuran lain yang setara dari ketajaman visual adalah logaritma sudut minimum resolusi,
LogMAR. Ini mengubah perkembangan bagan Snellen ke skala linier. Visi 20/20 adalah 0,0, 20/40
visi 0,3, 20/100 adalah 0,7 dan 20/200 adalah 1,0. Interval bagan Snellen bukan progresi geometris
(yaitu tidak ada rasio ketinggian huruf yang konstan antara garis yang berdekatan) sehingga garis
pada bagan Snellen yang khas (20/200, 100, 70, 50, 40, 30, 30, 25, 20 , 15, 10) tidak menghasilkan
interval yang sama pada skala LogMAR.

Variasi pada Snellen Chart


Louise Sloan pada tahun 1959 menetapkan satu set baru 10 optotipe tanpa serif pada kisi 5 x 5,
dengan ukuran "standar" untuk digunakan pada 1 meter. Dia juga mengusulkan pendekatan
menggunakan semua sepuluh huruf pada setiap baris yang menstandarisasi efek crowding antara
huruf dan menghindari masalah beberapa huruf menjadi lebih mudah dikenali daripada yang lain
dan menjadikan ukuran huruf sebagai satu-satunya variabel yang diukur. Garis atas grafik ini jauh
lebih panjang dari garis bawah, sehingga grafik tersebut adalah segitiga terbalik. Bahkan, surat-
surat terbesar dicetak pada lebih dari satu baris. Banyak versi modern dari bagan Snellen
menggunakan optotip Sloan. Pada 1868 Green [4], yang telah bekerja dengan Snellen,
mengusulkan grafik dengan perkembangan geometris ukuran huruf dan jarak proporsional antara
huruf. Pendekatan ini ditemukan kembali oleh Bailey dan Lovie pada tahun 1976 [5] menggunakan
huruf Inggris (4 x 5 grid) dan jarak uji enam meter. Pada tahun 1982 National Eye Institute
mengadopsi grafik yang digunakan dalam Pengobatan Awal Studi Retinopati Diabetik [6], yang
menggunakan tata letak Bailey dan Lovie dengan optotip Sloan dan jarak uji standar 4 meter,
kembali diterangi ke tingkat cahaya yang dikalibrasi, dan yang membutuhkan protokol terperinci
untuk menghitung setiap huruf yang diidentifikasi dengan benar. Bagan ini, disebut bagan ETDRS
setelah studi awal, dan protokol yang terkait dikutip oleh Dewan Oftalmologi Internasional sebagai
"standar emas" untuk pengujian ketajaman visual dan digunakan sebagai standar penelitian. Bagan
Snellen, dengan optotipe Snellen atau Sloan, tetap menjadi standar umum di sekolah, bisnis, dan
kantor dokter mata.
Pendekatan Alternatif
Landolt C
Tidak semua optotip Snellen dapat dikenali secara setara. Landolt pada tahun 1888 mengatasi
masalah ini dengan mengusulkan bagan mata yang hanya memiliki satu simbol, sebuah cincin
dengan penahan di atas, bawah, kiri atau kanan, dan posisi 45 derajat di antaranya, pada dasarnya
huruf C dalam berbagai orientasi. Untuk mencocokkan hasil Snellen, ukuran "standar" dari C
adalah 0,35 "(yang subtend 5 menit busur pada 20 kaki) dengan celah 0,07" atau 1 menit busur
[7].

Gambar : Landolt C dalam beragam ukuran dan orientasi

Lea Test
Tes Lea dikembangkan pada tahun 1976 untuk menguji anak-anak prasekolah dan dinamai
menurut penemunya, Lea Hyvärinen dari Finlandia. Dia menggunakan satu set optotip bergambar
yang merupakan garis simbolis dari apel, rumah, kotak dan lingkaran. Berbagai versi untuk
menguji penglihatan dekat, penglihatan jauh, sensitivitas kontras, ambliopia dan kerusakan otak
telah digunakan.

Gambar 3: Kartu Uji Lea


Grafik HOTV
Tes lain untuk anak-anak prasekolah menggunakan grafik HOTV dan kartu HOTV. Satu set
terdapat empat optotip, versi sans-serif dari huruf H, O, T, dan V,. Optotip ini diwakili sama-sama
dikenali dan dibedakan secara maksimal. Seorang anak pertama kali diajarkan empat simbol
menggunakan kartu flash dan kemudian diuji terhadap grafik mata.
Tes klinis telah menunjukkan bahwa Tes Lea dan tes HOTV memberikan hasil yang sama untuk
anak-anak berusia 4 dan 5 tahun tetapi testabilitas lebih baik menggunakan simbol Lea dengan
usia 3 tahun.

Gambar 4: Bagan mata HOTV dan kartu flash


Tumbling E's
Pada tahun 1976 Taylor membuat grafik menggunakan optotipe tunggal, huruf bergaya E, dalam
berbagai orientasi untuk menguji ketajaman visual Aborigin Australia [12]. Ini telah menjadi
standar untuk pengujian buta huruf dan populasi yang tidak terbiasa dengan alfabet Romawi.

Gambar 5: Tumbling E Eye Chart


Taylor's E's pada dasarnya adalah kisi terpotong dengan tiga batang. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pengenalan dan orientasi kisi, secara umum, lebih unggul daripada
pengenalan huruf pada kedua visi foveal dan peripheral [13]. Ini dapat dipahami dalam hal teori
sampling. Ketika terlalu banyak energi dalam frekuensi spasial yang lebih tinggi, di atas frekuensi
Nyquist, huruf tidak dapat dibedakan. Surat pada umumnya membuang lebih banyak energi ke
beberapa frekuensi spasial yang lebih tinggi daripada kisi terpotong yang sebanding.
Sebuah studi lebih lanjut [14] menunjukkan bahwa ambang ketajaman visual untuk Tumbling E
sedikit lebih baik daripada Landolt C, terutama di hadapan astigmatisme. Studi ini menyimpulkan
bahwa lebih banyak kepercayaan dapat ditempatkan dalam ambang ketajaman visual yang
diperoleh dengan Tumbling E. Oleh karena itu, dari semua grafik mata, Tumbling E dianggap
sebagai pilihan terbaik. Ini memiliki keuntungan lebih lanjut karena mudah diproduksi dan
digunakan.

Uji Pola dan Ukuran Kualitas Gambar


Mengevaluasi kinerja lensa, kamera foto, kamera video, pesawat televisi, monitor komputer dan
printer memerlukan pengukuran kuantitatif kualitas gambar atau resolusi optik. Ini terkait erat
dengan pengukuran ketajaman visual di mana instrumen optik adalah mata dan gambar dibuat pada
retina dan diproses dalam korteks visual. Dua pendekatan berbeda telah digunakan. Yang pertama
adalah penggunaan gambar standar, yang ditafsirkan oleh seseorang, dan yang kedua adalah
penggunaan fungsi transfer modulasi. Kami akan berurusan dengan gambar standar terlebih
dahulu.

Frekuensi Spasial dan Garis-garis Resolusi


Frekuensi spasial adalah jumlah siklus per satuan jarak, mis. 10 baris per mm atau 100 baris per
inci. Dengan analisis Fourier, tambalan kecil gambar spasial yang kompleks dapat didekomposisi
menjadi faktor pada frekuensi spasial yang berbeda yang dijumlahkan untuk membuat tambalan
gambar total. Kemampuan sistem untuk mereproduksi frekuensi spasial yang tinggi akan
menentukan ketajaman atau resolusi gambar. Ada beberapa frekuensi spasial di mana gambar dari
garis-garis yang jaraknya berdekatan menjadi kabur dan tidak dapat dibedakan. Ini disebut
frekuensi cut-off dan sistem tidak dapat mereproduksi frekuensi yang lebih tinggi. Penerangan
inkoheren diasumsikan dalam mengukur frekuensi cut-off. Resolusi gambar sering diukur bukan
dalam hal frekuensi spasial tetapi dalam hal jumlah garis yang dapat diselesaikan di seluruh
gambar. Definisi adalah jumlah garis melintasi lingkaran yang tertulis dalam gambar, jadi itu
adalah yang lebih kecil dari dimensi gambar persegi panjang. Jadi untuk gambar televisi normal,
dengan rasio aspek 4: 3 dan pemindaian horizontal, itu adalah jumlah garis horizontal yang bisa
diselesaikan yaitu ukuran resolusi. NTSC standar menyediakan 525 garis yang dipindai, di mana
480 garis horizontal digunakan untuk gambar, tetapi resolusi dalam garis horizontal hanya 440
titik, yang menurut definisi memberikan ¾ (440) atau 330 garis resolusi dan gambar setelah
transmisi dan reproduksi resolusi sekitar 300 baris.
Sebagian besar pola pengujian memiliki bagian pola kisi untuk menguji resolusi. Sebagian besar
juga memiliki pola kisi-kisi yang meruncing sebagai irisan, di mana rasio garis hitam dengan ruang
putih konstan tetapi lebar irisan menurun. Pada titik tertentu, garis-garis individual menjadi tidak
dapat dibedakan, dan pola pengujian diberi label dengan angka-angka yang merupakan jumlah
total garis pada frekuensi spasial yang dapat dibedakan di seluruh gambar dan titik di mana garis-
garis menjadi tidak dapat dibedakan adalah ukuran resolusi gambar . Frekuensi cut-off (garis per
mm) kali ukuran gambar (dalam mm) menghasilkan garis resolusi (garis di seluruh gambar). Jelas,
jika gambar pernah diproses secara digital, garis resolusi tidak dapat melebihi jumlah piksel.
Pemeriksaan Kelainan Refraksi
Pemeriksaan visus Mata
Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 6 meter, karena pada jarak
ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Dengan kartu
snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti
Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter Bila pasien hanya dapat membaca pada
huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30 Bila pasien
hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti tajam penlihatan
pasien 6/50 Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat melihat jarak 6 meter yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat dengan jarak 60 meter
Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snelen maka dilakukan uji
hitung jati. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meterBila pasien hanya
dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan
tajam penglihatan 3/60 Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60,
yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.Dengan uji lambaingan tangan, maka
dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat
melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat
lambaian tangan padsa jarak 1 meter, berarti tajam penglihatannya adalah 1/300Jika tidak dapat
melihat lambaian tangan, dapat dilakukan pemeriksaan dengan sinar. Keadaan ini disebut sebagai
tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak terhingga. Bila
penglihatan sama sekali tidak mengenal adanyan sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0
atau buta total.
Pemeriksaan refraksi subjektif biasanya dilakukan setelah didapatkan riwayat bahwa
sebelumnya penglihatan pasien baik-baik saja lalu dinilai gambaran gejala penglihatan dan
gambaran setelah pasien diberikan koreksi gangguan refraksi.8,13 Pemeriksaan refraksi subjektif
dimaksudkan untuk menemukan lensa yang paling tepat untuk peresepan. Pada pemeriksaan
refraksi subjektif untuk mengoreksi kelainan refraksi, pemeriksa bergantung kepada respon pasien.
Walaupun begitu, mengoreksi astigmatisma akan lebih kompleks dan beragam pemeriksaan
subjektif dapat dilakukan. Pemeriksaan cross cylinder Jackson merupakan pemeriksaan yang
paling sering digunakan dalam mengoreksi astigmatisma. Tetapi teknik kipas astigmatisma lebih
mudah dipahami. Terdapat tiga tahap dalam melakukan pemeriksaan subjektif pada kelainan
refraksi:
Verifikasi subjektif pembiasan
Verifikasi subjektif pembiasan dapat dilakukan dengan metode trial-and-error.
Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari Snellen’s Chart.
Trial frame dipakai di wajah pasien dan dilakukan pemeriksaan ketajaman visual pada kedua mata,
secara terpisah.
Lalu pasang okluder didepan satu mata dan pasang kombinasi lensa yang tepat (sesuai pemeriksaan
pada retinoskopi atau refraktometer otomatis) pada mata lainnya. Dengan menaikkan atau
menurunkan kekuatan dari lensa mata untuk menentukan lensa sferis yang terbaik.
Lalu lakukan perbaikan sumbu silinder hingga menemukan kekuatan yang tepat dengan
menggunakan metode trial-and-error.
Lakukan hal yang sama pada mata lainnya.
Dan lakukan pencatatan.

Gambar 2.15. Vision Box Snellen’s Chart


(Sumber: Khurana AK. Darkroom Procedure In Comprehensive Ophthalmology 4 th ed. 2007)

Penyempurnaan fraksi pembiasan


Setelah memilih lensa yang tepat, sebelum dilakukan peresepan sebaiknya dilakukan pemeriksaan
silinder dan sferis.4
Penemuan silinder
Dapat dilakukan dengan tes Jackson crosscylinder atau dengan tes kipas astigmatisma.
Tes Jackson crosscylinder
Tes ini dilakukan untuk memverifikasi kekuatan dan axis dari silinder. Crosscylinder adalah
sebuah kombinasi dari dua silinder dengan kekuatan yang sama tetapi dengan tanda yang
berlawanan ditempatkan dari axis pada sudut kanan masing-masing dan dipasang di pegangan.
Crosscylinder yang sering digunakan adalah ±0,25 D sampai ±0,5 D.
Verifikasi kekuatan dari silinder
Untuk memeriksa kekuatan silinder, cross cylinder ±0,25 D diletakkan paralel dengan axis dari
silinder pada kacamata percobaan dengan tanda yang sama lalu dengan tanda yang berlawanan.
Pada posisi pertama, koreksi silindris 0,25 D dan kedua berkurang dengan jumlah yang sama.
Ketika ketajaman visual tidak berubah, posisi silinder pada kacamata percobaan benar. Tetapi jika
terdapat perubahan ketajaman visual, koreksi harus dilakukan hingga menemukan koreksi final
yang tepat.4

Gambar 2.16. Jackson Crosscylinder


(Sumber: Khurana AK. Darkroom Procedure In Comprehensive Ophthalmology 4 th ed. 2007)
Verifikasi axis dari silinder
Cross cylinder 0,5 D diletakkan didepan mata dengan sudut 45º ke sudut silinder dalam trial frame
(awalnya dengan silinder -0,5 D lalu hingga silinder +0,5 D). Bila pasien mengatakan tidak ada
perbedaan antara kedua posisi, axis pada trial frame adalah benar. Tetapi jika ada perubahan pada
satu posisi, lakukan penambahan koreksi silinder harus dirotasikan pada arah komponen silinder
plus dari cross cylinder. Tes ini dilakukan berulang kali hingga menemukan poin netral yang
tepat.4
Teknik kipas astigmatisma
Langkah - langkah yang dilakukan pada pemeriksaan astigmatisma dengan teknik kipas
astigmatisma:
Dapatkan visus terbaik dengan menggunakan lensa sferis positif atau negatif.
Dilakukan fogging (pengaburan) dengan menggunakan lensa sferis positif sehingga visus menjadi
20/50.
Dengan menggunakan kipas astigmatisma, penderita diminta memperhatikan dimana garis yang
tampak lebih hitam dan tajam.
Ditambahkan lensa silinder negatif pada aksis yang tegak lurus garis yang lebih hitam dan tajam
(pada aksis yang kabur) sehingga seluruh kipas astigmatisma tampak sama hitam dan tajam.
Diturunkan perlahan ukuran lensa sferis positif (atau tambah minus) sehingga didapatkan visus
terbaik pada Snellen’s chart. 1

Gambar 2.17. Kipas Astigmatisma. (A) Gambaran Kipas yang Dilihat dengan mata emetropi, (B)
Gambaran Kipas yang Dilihat oleh pasien dengan Astigmatisma
(Sumber: Khurana AK. Darkroom Procedure In Comprehensive Ophthalmology 4 th ed. 2007)
Teknik Slit Stenopeic
Slit stenopeic adalah lensa percobaan yang opak dengan celah persegi panjang yang lebarnya
membentuk sebuah pinhole untuk membentuk tegak lurus terhadap celah. Jika pemeriksa sulit
untuk menyimpulkan astigmatisma dengan menggunakan retinoskop biasa akibat keiregularitasan
mata atau media yang keruh, pemeriksa dapat mengkoreksi kelainan refraksi dengan lensa sferis
dan sebuat slit untuk menentukan koreksi sferosilindris. Teknik ini berguna pada pasien dengan
pupil mata yang kecil dan lentikular atau opasitas kornea. Jika pasien dapat mengakomodasi,
lakukan fog dan unfog dengan menggunakan lensa sferis positif untuk menemukan power yang
tepat. Lalu ubah posisi slit stenopeic hingga pasien mengatakan tampak gambaran yang tajam.1

Gambar 2.18. Slit Stenopeic


(Sumber: Khurana AK. Darkroom Procedure In Comprehensive Ophthalmology 4 th ed. 2007)

Penemuan sferis
Koreksi sferis dilakukan untuk penyempurnaan setelah dilakukan perbaikan kekuatan dan axis.
Penyempurnaan sferis dilakukan dengan:
Teknik fogging
Setelah kekuatan silinder dan axis diperbaiki dengan tes kipas astigmatisma atau cross cylinder,
tahap akhir dalam mengoreksi monocular adalah penemuan sferis. Dengan penambahan sferis plus
terkuat atau sferis minus terlemah yang menghasilkan ketajaman penglihatan terbaik. Ketika
teknik cross cylinder dipakai dalam mengkoreksi kekuatan silinder dan axis, kelainan refraksi
dianggap satu poin. Tambahkan sferis positif 0,25 D sampai pasien melaporkan penurunan
penglihatan. Jika tidak ada penambahan sferis, tambahkan sferis minus 0,25 D sampai pasien
melaporkan ketajaman visual maksimal. Dengan daya akomodasi, pasien dapat mengkompensasi
jenis minus. Hal penting bahwa sferis minus penting dalam mendapatkan ketajaman penglihatan.
Semakin ditambahkannya minus, pasien diminta untuk membaca huruf apakah semakin kecil dan
jauh. Pasien diminta untuk melaporkan huruf yang dilihatnya apakah semakin tajam, terang, kecil
atau gelap. Jika dilakukan dengan metode kipas astigmatisma mata masih berkabut, penambahan
sferis plus hanya akan semakin menambah kabur. Maka gunakan sferis minus untuk mengurangi
kekuatan sferis hingga ketajaman penglihatan didapat.

Tes Duochrome
Pasien diminta untuk membaca huruf dengan warna merah dan hijau. Pada mata dengan emetropia,
warna hijau akan jatuh pada bagian anterior retina dan warna merah pada posterior dari retina.
Pada orang dengan emetropia, ketajaman kedua warna tersebut sama. Ketika pasien mengatakan
warna merah lebih jelas daripada warna hijau maka pasien tersebut diindikasikan miopia.

Gambar 2.19. Tes Duochrome


(Sumber: American Academy of Opthalmology. Clinical Refraction In Clinical Optics. 2014-
2015)

Penyeimbangan teropong subjektif


Tahap akhir pada pemeriksaan refraksi subjektif adalah memastikan bahwa akomodasi telah
relaks pada kedua mata. Terdapat beberapa metode dalam menilai ketajaman visual pada kedua
mata. Salah satu metode yang sering dipakai adalah Prism Dissociation. Prism Dissociation
berguna dalam menilai keseimbangan binokular, tes ini merupakan tes yang sensitif. Pada tes ini,
akhir poin refraktif dikaburkan dengan +1,0 D sferis dan prisma vertikal dari 4 atau 5 prisma
diopter yang diletakkan pada satu mata. Penggunakan prisma membuat pasien melihat 2 bagian,
satu diatas yang lainnya. Pada baris pertama, biasanya 20/40 (6/12) terisolasi pada grafik. Pasien
akan melihat 2 garis terpisah. Pasien dapat membaca dan mengidentifikasi perbedaan antara kedua
gambaran yang kabur tersebut pada kedua mata dengan lensa terkecil 0,25 D. Pada prakteknya,
lensa sferis +0,25 D diletakkan pada satu mata sebelum mata lainnya. Jika seimbang, pasien akan
mengatakan bahwa dengan penambahan +0,25 D gambaran akan kabur. Setelah dilakukan
penyeimbangan pada kedua mata, lepaskan prisma dan kurangi kabur binokular hingga ketajaman
visual terbaik didapatkan.

Gambar 2.21. Keseimbangan binokular dengan menggunakan Prism Dissociation dari perspektif
pasien.
(Sumber: American Academy of Opthalmology. Clinical Refraction In Clinical Optics. 2014-
2015)

Teknik Pemeriksaan Refraksi Objektif


Retinoskopi merupakan keahlian penting dan alat untuk dokter spesialis mata dalam menentukan
kelainan refraksi sferosilindris pada mata. Sebuah retinoskop juga dapat membantu pemeriksa
dalam mendeteksi abrasi retina, irregularitas, dan opasitas, bahkan melalui pupil kecil. Retinoskopi
berguna untuk pemeriksaan pada bayi, anak dan dewasa yang tidak kooperatif.1
Retinoskopi
Retinoskopi disebut juga skiaskopi atau tes bayangan dimana merupakan metode pemeriksaan
objektif dalam menilai kelainan refraksi dengan metode netralisasi. Pada prinsipnya, retinoskopi
adalah keadaan dimana cahaya akan dipantulkan dari kaca ke dalam mata, arahnya bergantung
pada cahaya masuk ke pupil dan menunjukkan keadaan refraksi pada mata. Syarat dilakukannya
retinoskopi: 4
Kamar gelap, dengan panjang 6 m
Kotak percobaan yang berisi lensa sferis dan silindris dengan variasi plus dan minus, pinhole,
okluder dan prism
Kacamata percobaan, dengan ukuran dewasa dan anak-anak
Vision box
Retinoskop, alat sederhana untuk melakukan retinoskopi

Gambar 2.8. Macam –macam


retinoskop : (A) plane mirror
retinoscope, (B)Pristley-Smith
mirror retinoscope, (C)
streak retinoscope
(Sumber: Khurana AK. Darkroom Procedure In Comprehensive Ophthalmology 4th ed. 2007)

Cara pemeriksaan retinoskopi: 4,10


Pasien duduk dengan jarik 1 m dari pemeriksa
Mata pasien disinari cahaya dengan bantuan retinoskop dan sebelumnya pasien diinstrusikan untuk
melihat ke titik yang jauh (untuk merelaksasi akomodasi). Namun, bila siklopegik digunakan,
pasien dapat langsung melihat cahaya dari retinoskop
Melalui celah pada cermin retinoskop, pemeriksa mengamati sebuah red reflex pada area pupil
dari pasien
Kemudian retinoskop digerakkan pada meridian horizontal dan vertikal dengan tetap
memperhatikan red reflex
Pada kelainan refraksi derajat rendah, red reflex yang tampak pada pupil kabur dan bergerak
dengan cepat, sedangkan pada ametropia dengan derajat tinggi, red reflex tampak gelap dan
bergerak dengan lambat. Jika terdapat astigmastisma, ketika aksis tidak sesuai dengan gerakan dari
cermin, red reflex tampak berlawanan arah.

Gambar 2.9. Prosedur Melakukan Retinoskopi


(Sumber: Khurana AK. Darkroom Procedure In Comprehensive Ophthalmology 4th ed. 2007)

Gambar
2.10.
Retinal
Reflex

Movement
(Sumber: American Academy of Opthalmology. Clinical Refraction In Clinical Optics. 2014-
2015)

Refraktometri
Refraktometri (optometri) adalah sebuah metode objektif untuk menemukan kelainan refraksi
dengan menggunakan alat yang disebut refraktometer atau optometri. Refraktometer digunakan
dalam penilaian optalmoskopi indirek. Saat ini, autorefraktometer digunakan. Autorefraktometer
memberikan informasi yang cepat dalam menilai kelainan refraksi pada pasien dengan sferis,
silinder dengan axis dan jarak interpupil. Metode ini merupakan alternatif yang baik bila
dibandingkan dengan retinoskopi. Alat ini juga berguna dalam skrining, program penelitian dan
studi epidemiologi.4,11
Pada pemeriksaan dengan autorefraktometer teknik refraksi dilakukan secara cepat, sederhana dan
tidak menyakitkan. Pasien duduk dan menempatkan dagunya pada tempat yang tersedia di
autorefraktometer. Lalu, pada satu waktu satu mata diperiksa dengan mata fokus melihat kedalam
mesin dan terdapat gambar. Nantinya gambar tersebut akan bergerak masuk dan keluar sehingga
fokus akan diambil untuk pembacaan kapan gambar tepat jatuh di retina.1

Gambar 2.11. Autorefraktometer


(Sumber: Khurana AK. Darkroom Procedure In Comprehensive Ophthalmology 4 th ed. 2007)

Keratometri
Keratometri adalah sebuah metode objektif dalam memperkirakan astigmatisma kornea.
Keratometri tidak terlalu berguna dalam pemeriksaan refraksi rutin. Tetapi efektif dalam persepan
kontak lensa dan menilai kekuatan lensa intraokuler yang akan diimplantasikan. Keratometri
bergantung pada permukaan anterior kornea yaitu kaca konveks sehingga ukuran gambar
bergantung pada kelengkungan. 4

Gambar 2.12. Keratometer Bausch dan Lomb


(Sumber: Khurana AK. Darkroom Procedure In Comprehensive Ophthalmology 4 th ed. 2007)

Keratometri adalah alat utama untuk mengukur kelengkungan kornea dengan cara memfokuskan
cahaya pada kornea dan diukur refleksinya. Keratometri sendiri dibagi menjadi keratometri
manual dan auto keratometri, menurut penelitian yang dilakukan oleh Minwook Chang et al tahun
2012 mengatakan bahwa keratometri manual memiliki tingkat akurasi paling tinggi dibanding
yang lain tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara keratometer tersebut.. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Reshma Ramakrishnan et al tahun 2014 juga mengatakan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara manual dan auto keratometri, hanya saja keunggulan auto
keratometri yaitu lebih cepat dalam melakukan evaluasi dan lebih baik digunakan untuk
memeriksa anak-anak.12,14
Biometri
Biometri adalah metode penerapan matematika untuk biologi. Istilah ini awalnya digunakan oleh
Whewell pada awalnya di tahun 1800-an untuk menghitung harapan hidup. Kekuatan refraktif
mata terutama bergantung pada kornea, lensa, media okular, dan panjang aksial mata. Saat
merencanakan operasi katarak, untuk mencapai refraksi post-operatif yang diinginkan, daya
implan lensa intraokuler yang dibutuhkan dapat dihitung jika daya refraksi kornea, jenis media,
dan panjang aksial diketahui.15

Ultrasonografi adalah alat yang diperlukan untuk menentukan kekuatan lensa intraokuler
(biometri), memeriksa segmen posterior, perdarahan pada vitreous, pembedaan massa di okuli dan
benda asing di intraokuli.16
Scan-A
Scan-A (A untuk amplitudo) ditampilkan dengan sumber ultrasound tunggal menghasilkan
evaluasi amplitudo waktu satu dimensi dalam bentuk puncak vertikal sepanjang garis dasar
terhadap kuatnya echo. Semakin besar jarak ke kanan semakin besar pula jarak antara sumber
suara dan permukaan refleksi. Jarak antara masing-masing puncak dapat diukur secara tepat.
Digunakan terutama untuk mengukur kedalaman camera oculi anterior, ketebalan lensa dan
panjang aksial.16

Teknik pemeriksaan:
Pemeriksaan penyaringan digunakan untuk mendeteksi lesi. Pemeriksaan dilakukan dengan pasien
berbaring atau duduk. Setelah diberikan anastesi topikal yang diteteskan pada kedua mata dan
penutup mata tidak diperlukan. Pemeriksa duduk dengan peralatan pemeriksaan yang disediakan
di satu sisi dari pasien. Probe ultrasound pertama kali digunakan pada jam 6 dari limbus melalui
bagian tengah bola mata bertujuan untuk memeriksa lapisan chorioretinal berlawanan pada
meridian jam 12. Pasien diinstruksikan untuk melihat jauh dari probe terhadap meridian yang
diperiksa untuk menghindari scan melalui lensa. Probe digeser dari limbus ke fornix selalu
mengarah ke tengah bola mata, juga screening meridian utama dari kutub posterior ke ora serata.
Sorotan ultrasound selalu dijaga perpendicular ke retina yang berlawanan. Prosedur yang sama
diulangi di meridian jam 8, menggeser probe secara sementara disekitar bola mata.16

Ultrasonografi scan-A diindikasikan untuk mengevaluasi segmen posterior pada keadaan opak
menyeluruh ataupun sebagian dari segmen anterior atau posterior. Dapat juga dihunakan untuk
melihat posisi, mengukur tumor dan evaluasi pertumbuhannya, juga untuk mendeteksi benda asing
intraokular dan memperhitungkan luas dari kerusakan intraokular pada kasus trauma. Biometri
merupakan indikasi penting lainnya dari scan-A untuk pengukuran panjang lensa yang tepat yang
diperlukan pada kalkulasi kekuatan lensa intraokuler.16
Gambar 2.13. Pemeriksaan Scan-A
(Sumber: Diagnostic Procedures in Ophtalmology 1st edition.New Delhi. 2002)

Scan-B
Scan-B (B untuk Brightness), tampilan scan-B pada struktur okular tersebut tidak diperlihatkan
sebagai defleksi-defleksi vertikal pada layar tetapi lebih sebagai titik-titik cahaya. Semkain banyak
suara yang kembali dari struktur okular, maka semakin padatlah titik-titik cahaya. Transduser USG
untuk tampilan scan-B di scan pada mata, baik secara manual maupun dengan dorongan mata.
Scanning ini menghasilkan suatu seri banyak titik-titik yang terangnya bervariasi dari struktur
okular maupun orbital dan secara esensial menggambarkan potongan silang dua dimensi orbital
dan bola mata.16

Teknik pemeriksaan:
Mata diberikan anastesi topikal dan pasien ditempatkan pada posisi duduk atau berbaring.
Pemeriksa sebaiknya duduk disamping kepala pasien dan melakukan pemeriksaan dengan tangan.
Methylselulosa atau gel ophtalmic diletakkan pada ujung dari probe yang berfugsi sebagai alat
coupling
Scan vertikal dilakukan dengan penanda pada probe berorientasi superior.
Scan horizontal dilakukan dengan penandaan titik mengarah ke hidung.
Kemudian mata diperiksa dengan posisi pasien melihat lurus ke depan, ke atas, bawah, kiri dan
kanan. Untuk setiap posisi scan vertikal dan horizontal bisa dilakukan.
Kemudian pemeriksa memindahkan alat pemeriksaan pada arah berlawanan dengan gerakan
mata.16

Gambar 2.14. Pemeriksaan Scan-B


(Sumber: American Academy of Opthalmology. Clinical Refraction In Clinical Optics. 2014-
2015)

Retinometri
Heine (Heine Optotechnik gmbh & Co., Germany) Lambda 100 Retinometer (Interferometer)
bekerja berdasarkan prinsip Maxwellian view; sebuah lubang berukuran mikro disinari oleh lampu
halogen melalui filter merah dan digambarkan oleh sebuah sistem optik yang menuju pupil pasien.
Sistem optik tersebut terdiri dari dua lensa, dimana jaringan optik dengan jarak yangt bervariasi
dapat diposisikan dalam sinar paralel yang melewatinya. Difraksi yang dihasilkan membentuk pola
melingkar dengan garis-garis merah dan hitam pada jarak yang sama pada retina. Jarak antara garis
tersebut sesuai dengan E Snellen. Orientasi pada garis tersebut dapat dipilih dengan cara
menggunakan sebuah prisma pada 45 derajat. Karena sinar pada bidang pupil sangat sempit,
sebuah "jendela" kecil pada opasitas lensa akan cukup untuk memungkinkan cahaya lewat demi
keberhasilan pemeriksaan.
Retinometer hanya memberikan perkiraan atau gambaran dari potensi ketajaman. Ketajaman
seorang pasien mungkin dapat berupa lebih baik atau lebih buruk dari yang telah diharapkan.8
Berikut adalah langkah untuk mengukur potensi ketajaman pasien menggunakan Lambda 100
Retinometer:
Menyalakan alat, menentukan ketajaman (biasanya dimulai pada 20/300), tentukan sudut kisi,
mengurangi cahaya ruangan.
Menyandarkan retinometer pada kening pasien. lakukan pengamatan pada pupil dengan cahaya
merah untuk menemukan sebuah “jendela” sehingga pasien dapat mengetahui pola yang terbentuk
dan mengenali sudutnya.
Pilih pola yang lebih ringan secara bertahap dengan sudut yang berbeda hingga pasien tidak dapat
mengenali sudutnya. Ketajaman melihat pola sebelumnya kemudian diperiksa lagi, dan pasien
harus dapat mengenali sudutnya kembali. Hasil dari sudut terakhir yang dapat dibaca menunjukkan
potensi ketajaman pasien.

Anda mungkin juga menyukai