Suatu peta merupakan penggambaran secara grafis atau bentuk skala (perbandingan) dari konsep mengenal bumi. Hal ini berarti bahwa peta merupakan alat untuk menyampaikan informasi mengenai ilmu bumi.
A. Sejarah Perkembangan Peta Masa Prasejarah
Kartografi merupakan ilmu dan seni dalam pembuatan peta. Pertama kali, peta dibuat oleh bangsa Babylonia berupa lempengan berbentuk tablet dari tanah liat sekitar 2300 SM. Peta kuno tersebut berupa sebuah ukiran peta kota suci bangsa Babylonia yaitu Nippur yang dibuat pada periode Kassite (abad 14-12 SM). Peta jaman kuno semuanya masih dibuat dengan tangan. Namun, mutu ilmiahnya cukup tinggi sesuai dengan perkembangan jamannya, terutama peta-peta orang Yunani dan Tiongkok. Pemetaan masa Yunani dan Romawi mencapai kejayaannya setelah Claudius Ptolemaeus (Ptolemy, sekitar 85-165M) menemukan adanya garis lintang. Eratosthenes, sekitar 250 SM, membuat kontribusi besar untuk kartografi. Ia mengukur lingkar bumi dengan akurasi besar. Dia membuat sketsa, cukup tepat, rute dari Nil ke Khartoum, menampilkan dua anak sungai Ethiopia. Dia membuat kontribusi penting lain dalam menggunakan grid untuk mencari posisi tempat di bumi.
B. Sejarah Perkembangan Peta Abad Pertengahan
Sejak periode pertengahan, peta-peta wilayah Eropa didominasi dengan cara pandang agama, yang dikenal dengan peta T-O. Ilmu kartografi terus berkembang dengan lebih praktis dan realistik di wilayah Arab, termasuk daerah Mediterania. Tentu saja, cara pembuatan peta masih dilukis dengan tangan, di mana penyebarannya masih sangat dibatasi. Pada zaman penjelajahan (Exploration Age) dari abad ke-15 hingga 17, kartografer- kartografer Eropa menyalin peta-peta yang sudah ada sebelumnya (sebagian sudah diberikan secara turun-temurun selama berabad-abad) dan menggambarkan peta mereka sendiri berdasarkan pengamatan yang dilakukan para penjelajah dan teknik survei yang baru. Pada tahun 1492 seorang kartografer Jerman, Martin Behaim, membuat globe bumi tertua dan masih ada hingga sekarang. Pada abad 15 terdapat penemuan berbagai alat cetak peta, berupa papan kayu yang sudah diukir, lempeng tembaga yang diukir (abad 16). Kemudian ditemukan Navigation Chart yang menyajikan garis pantai, pulau, sungai, pelabuhan, simbol-simbol pelayaran, dan garis-garis kompas, serta padua navigasi lainnya. Pertama kali peta dunia disajikan secara utuh pada awal abad 16. Gerardus Mercator dari Flandes (Belgia) mengembangkan proyeksi silindris yang semakin luas digunakan untuk Navigation Chart dan Peta Global. Namun ternyata perpetaan zaman pertengahan mengalami kemerosotan, bahkan lebih rendah dibandingkan dengan zaman kuno, terutama sampai dengan tahun 800 itu. Tetapi pada akhir zaman pertengahan sudah mulai ada percetakan peta, meskipun masih sangat sederhana.
C. Sejarah Perkembangan Peta Abad XX
Kemajuan dalam kartografi sekarang menjadi tergantung pada memiliki cara akurat menentukan posisi tempat di dunia. Menghitung lintah mudah, dan sudah lama dicapai dengan sextant, tetapi masalah akurat menghitung bujur terbukti tantangan besar. Pemetaan modern berdasarkan pada kombinasi penginderaan jauh (remote sensing) dan pengecekan lapangan (ground observation). Geographic Information Systems (GIS) muncul pada periode 1970-80-an. Pada GIS, database, analisa dan tampilan secara fisik dan konseptual dipisahkan dengan penanganan data geografinya.
D. Perkembangan Perpetaan di Indonesia
Kegiatan pemetaan di Nusantara dilakukan sejak delapan abad lalu. Pada masa kerajaan Majapahit sekitar tahun 1292, ditemukan bukti adanya peta administratif pada masa pemerintahan Raden Wijaya. Sejarah mencatat tentang peta Indonesia, paling awal diperkirakan dibuat pada abad ke-15, ketika Laksamana Cheng Ho dari Cina membuat peta navigasi pelayaran di wilayah negeri (Mapitek, 2009). Francisco Rodrigues, ahli kartografi yang ikut dalam ekspedisi mencari rempah-rempah ke Pulau Jawa dan Kepulauan Maluku membuat peta dari kepulauan dan perairan yang dikunjungi. Selama ekspedisi tersebut, diikut sertakan sejumlah mualim pribumi yang berpengalaman sehingga akhirnya diperoleh salinan peta. Pada akhir abad 16, Belanda mulai melakukan survei dan pemetaan wilayah Nusantara akibat ditutupnya pelabuhan di daerah jajahan Portugis di Semenanjung Malaka bagi orang Belanda. Survei pemetaan di kawasan Nusantara ini, dilakukan oleh Claudius Ptolomeus, kemudian dilanjutkan oleh Jan Huygen van Linscoten. Pada ekspedisi awal pada tahun 1549, Claudius Ptolomeus berhasil menemukan kunci rahasia pelayaran ke Timur Jauh. Hingga ia kemudia menyusun peta yang disebut India Barat dan India Timur.