Anda di halaman 1dari 210

HAK ASUH ANAK DALAM HUKUM KELUARGA

DI INDONESIA DAN TUNISIA

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

HAKIMAH FARHAH
NIM. 1112044100047

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1437 H/ 2016 M
HAK ASUH ANAK DALAM HUKUM KELUARGA
DI INDONESIA DAN TUNISIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi
Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh

Di Bawah Bimbingan

Drs.H.Wahyu Widiana, MA.


NIP 19520918 197803 1 003

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M

ii
ABSTRAK

Hakimah Farhah, NIM 1112044100047, Hak Asuh Anak dalam Hukum


Keluarga Indonesia Tunisia. Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi Hukum Keluarga
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
1437 H/ 2016 M. Xii + 88 halaman + 57 lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hak asuh anak menurut hukum
perkawinan di Indonesia dan Tunisia, apa yang mempengaruhi pembentukan peraturan
perundang-undangan hukum keluarga khususnya hak asuh anak di Indonesia dan Tunisia, apa
segi segi persamaan dan perbedaan hak asuh anak di Indonesia dan Tunisia.

Penelitian ini menggunakan metode library research, dengan meneliti Undang-


undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, dan Code of
Personal Status and Suplementry Laws 1956-2010, berbagai buku, majalah, surat kabar, dan
tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang ada hubungannya dengan judul yang dibahas dalam
skripsi ini. Sumber data diperoleh melalui studi kepustakaan. Adapun analisis data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah analisis komparatif.

Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan antara peraturan Hak asuh anak
antara Indonesia dan Tunisia diantaranya di Tunisia seorang Ibu berhak untuk menolak
mengasuh anak sedangkan di Indonesia tidak ada. Faktor-faktor kenapa seperti itu
diantaranya dari segi mazhab Tunisia menganut mazhab Maliki dan Hanafi salah satunya
tertera pada pasal 62 UU No 39 tahun 2010 bahwa ayah dilarang membawa anak keluar dari
negeri ibu apabila ibu tidak rela. Sedangkan Indonesia menganut mazhab Syafii seperti yang
tertera pada pasal 105 KHI anak yang sudah mumayiz diperkenankan memilih kepada siapa ia
ingin diasuh. Adanya faktor sejarah politik Tunisia pernah dijajah oleh Perancis dan
mengalami sekulerisasi dalam semua bidang termasuk hukum, yang memasukan perkara
perceraian ke Pengadilan Negeri, sedangkan pergolakan politik dalam pembentukan hukum
keluarga di Indonesia antara kubu sekuler,feminis dan umat Islam yang dimenangkan oleh
umat Islam sehingga pasal-pasalnya tidak jauh dari ajaran Islam.

Kata Kunci : Hak Asuh Anak dalam Hukum Keluarga di

Indonesia dan Tunisia

Pembimbing : Drs.H.Wahyu Widiana, MA.

Daftar Pustaka : Tahun 1972 sampai Tahun 2014

iv
KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmaanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa Ta’ala yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta memberikan segala petunjuk dan

kemudahan kepada penulis sehingga atas karunia pertolongan-Nya lah penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi

Agung Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para ummat-Nya.

Dalam penulisan skripsi ini, sedikit banyak hambatan dan kesulitan yang

penulis hadapi, akan tetapi syukur Alhamdulilah berkat rahmat dan inayah-Nya,

kesungguhan serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun

tidak langsung segala hambatan dapat diatasi sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk motivator terhebat sepanjang

perjalanan hidup penulis, yaitu kedua orang tua penulis Drs, H Sirojuddin SH, dan

ibunda Hj Yuyu Rubiasih beserta adik-adiku terkasih dan tercinta Mutia Wardah,

Zakiyah Fitratunisa, Akbar Fariz Ramzi, dan Habib Baqir Azfa yang tiada lelah dan

bosan memberikan motivasi, bimbingan, kasih sayangnya serta do’a, semoga Allah

SWT senantiasa memberikan rahmat dan kasih sayang kepada mereka semua.

v
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA selaku Dekan fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag dan Arip Purkon, MA selaku Ketua Program Studi

dan Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Jakarta.

3. Drs. H. Wahyu Widiana, MA selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan memotivasi selama

membimbing penulis semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan

kasih sayangnya kepada beliau.

4. Dede Ahmad Permana, MA, Dr, H. Nasich Salam Suharto, Lc,Llm, Drs, Budi

Juliandi, MA, sebagai narasumber yang telah meluangkan waktu, tenaga,

fikiran dan membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.

5. Segenap Bapak Ibu dosen, pada lingkungan Program Studi Hukum Keluarga

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

memberikan banyak ilmu selama penulis duduk di bangku kuliah.

6. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas

Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanan dan penyediaan buku-

bukunya sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

vi
7. Sahabatku terkasih Farahdhiba Auriyanthie, Miftahul Jannah, Rahma Fauzia

Sina yang senantiasa memberikan semangat, canda, tawanya melewati suka

duka selama di bangku perkuliahan serta kesabaran dan kesetiaannya

menemani dari awal bertemu sampai pada penulis dapat menyelesaikan

skripsi.

8. Seluruh teman-teman Peradilan Agama angkatan 2012 yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat serta kenangan indah

penulis selama di bangku perkuliahan semoga kesuksesan selalu menyertai

kita.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan Double Degree Ilmu Hukum Tahun 2014 yang

sudah senantiasa menjadi tempat berbagi canda tawa dan berbagi ilmu nya

semoga kesuksesan selalu menyertai kita.

10. Teman-teman KKN LOGIC yang telah mengajarkan arti hidup, arti bekerja

sama yang baik dan pengalamannya selama KKN sebulan di desa Kresek

semoga kesuksesan selalu menyertai kita.

Tidak ada yang dapat penulis berikan atas balas jasa dan dukungannya, hanya

doa semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang

berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

vii
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk skripsi ini.

Bogor, 22 April 2016

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PEMGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah ....................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................ 11
D. Review StudiTerdahulu ....................................... 12
E. MetodePenelitian ................................................. 13
F. SistematikaPenulisan ........................................... 15

BAB II REFORMASI HUKUM KELUARGA DI INDONESIA DAN


TUNISIA
A. Reformasi Hukum Keluarga di Indonesia ........... 17
1. MasaKerajaan Islam ..................................... 18
2. MasaPenjajahan ............................................ 19
3. PascaKemerdekaan ....................................... 24
B. Reformasi Hukum Keluarga di Tunisia............. 33
1. Biografi dan Sejarah Berdirinya Negara Tunisia 33
2. SistemPemerintahan di Tunisia .................... 40
2.3. Eksekutif................................................ 41
2.4. Legislatif................................................ 42
2.5. Yudikatif................................................ 43
3. SistemHukum di Tunisia .............................. 43
4. Reformasi Hukum Keluarga Tunisia ............ 44

BAB III HAK ASUH ANAK MENURUT HUKUM PERKAWINAN


ISLAM DI INDONESIA DAN TUNISIA
A. Hak Asuh Anak menurut Para Ulama Mazhab ... 50
1. Dasar Hukum Hadhanah ............................. 51
2. Yang Berhak Melakukan Hadhanah............. 52
3. Syarat Syarat Hadhanah dan Hadhin ............ 55
4. Masa dan Upah Hadhanah............................ 57

ix
B. Hadhanah Menurut PeraturanPerundang-undangan
Hukum Keluarga di Indonesia ............................. 60
1. HadhanahMenurutUndang-UndangNomor 1 tahun
1974 .............................................................. 60
2. HadhanahMenurutInpres KHI (kompilasiHukum
Islam) Nomor 1 tahun 1991 ......................... 62
3. HadhanahMenurutUndang-UndangTentang
PerlindunganAnak ........................................ 64
C. Hadhanah Menurut PeraturanPerundang-undangan
Hukum Keluarga di Tunisia ................................ 66

BAB IVANALISIS PERBANDINGAN HAK ASUH ANAK MENURUT


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
DAN TUNISIA
A. Segi-Segi Persamaan Hak Asuh Anak di Indonesia dan
Tunisia ................................................................. 75
1. Yang Berhak Mengasuh Anak ..................... 75
2. Kewajiban Menafkahi Anak Pasca Perceraian 75
B. Segi-Segi Perbedan Hak Asuh Anak di Indonesia dan
Tunisia ................................................................. 77
C. Analisis perbandingan hak asuh anak di Indonesia dan
Tunisia ................................................................ 82

BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................... 86
B. Saran-saran .......................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 92


HASIL WAWANCARA ........................................................... 95
LAMPIRAN ............................................................................... 106

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada

semua makhluknya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh tumbuhan. Ia

adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT, sebagai jalan bagi makhluk-

Nya untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.1

Dalam menjalani kehidupan suami istri, ada kalanya terjadi suami

tidak lagi menyenangi dan membenci istrinya dan sebaliknya juga mungkin

terjadi istri tidak lagi menyenangi dan membenci suaminya atau bahkan kedua

duanya sama sama saling tidak menyukai dan saling membenci satu sama

lain. Ketika kebencian itu menjadi semakin membesar perpecahan tidak dapat

dielakan dan ketenangan rumah tangga akan lenyap sehingga berakibat

mengganggu sendi-sendi kehidupan dan pemenuhan hak dan kewajiban dalam

rumah tangga. Jika krisis rumah tangga ini sampai pada tahap tidak bisa

didamaikan lagi, jika kebencian ada pada suami ia bisa menggunakan hak

talak yang ada padanya, dan jika kebencian ada pada istri ia dimungkinkan

1
Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqih Munakahat 1, (Bandung: Pustaka Setia,1999),
h .9

1
2

untuk menebus dirinya dengan jalan khuluk, yaitu mengembalikan mahar

kepada suaminya untuk mengakhiri ikatan perkawinan di antara mereka.2

Setelah perkawinan putus antara suami istri pasti akan memperebutkan

hak asuh anak. Karena masing masing orang tua merasa paling berhak atas

hak asuh anak. Hak asuh anak tidak kepada sembarangan orang diberikan.

Pemeliharaan anak adalah pemenuhan berbagai aspek, yaitu pendidikan, biaya

hidup, kesehatan,ketentraman, dan segala aspek yang berkaitan dengan

kebutuhannya. Selain itu hak anak terhadap orang tuanya adalah anak

mendapatkan pendidikan, baik menulis maupun membaca, pendidikan

keterampilan dan mendapatkan rezeki yang halal. Hal ini berdasarkan hadis

nabi Muhammad sebagai berikut:

َ‫ََىَباََ(َرواه‬
َ ‫الرمَايَ َةََوَا َنَلََيََرَزَق َهَاَ َل‬
َ َ‫ىَوَالدََاَ َنَيَ َعَل َمهََالَكَتَاَبَ َةََوالسَبَاَحَةََ َو‬
َ ‫حَقََالَ َولَدََ َعَل‬
)‫البىهقى‬
“Hak seorang anak kepada orang tua nya adalah mendapat pendidikan
menulis, renang, memanah, dan mendapatkan rezeki yang halal” (Riwayat
Baihaqi)3

Dalam konteks negara Indonesia masalah hak asuh dalam pasal 45-47

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan di Indonesia yang

pada prinsipnya kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak

mereka dengan sebaik-baiknya. Tetapi apabila terjadi perceraian hal ini diatur

2
Anis Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2012).h.135-136
3
Ahmad Hasyim, Mukhtaru al-Hadits Nabawi, (Beirut: Dar al-Fikr, 2000), h. 68.
3

dalam pasal 105 Kompilasi Hukum Islam Nomor 1 tahun 1991, yang

selanjutnya disebut KHI, bahwa dalam hal terjadi perceraian

a. Pemeliharaan anak yang belum mumayiz atau belum berumur 12 tahun

adalah hak ibunya .

b. Pemeliharaaan anak yang sudah mumayiz diserahkan kepada anak untuk

memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak

pemeliharaannya.

c. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya .

Ketentuan KHI tersebut menegaskan bahwa tanggung jawab seorang

ayah kepada anaknya tidak dapat gugur walaupun ia sudah bercerai dengan

istrinya atau ia sudah kawin lagi. Bagi anak yang belum mumayiz maka ibu

mendapat prioritas utama untuk mengasuh anaknya .

Sedangkan syarat-syarat untuk menjadi hawadhin (orang yang

berhak memelihara) menurut Wahbah Zuhaili adalah: baligh, berakal,

memiliki kemampuan untuk mendidik anak yang dipelihara, mempunyai

sifat amanah, orang yang mengurus hadhanah anak disyaratkan harus

beragama Islam menurut Syafiiyah dan Hanabilah.4

4
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Waadilatuh, (Jakarta: Gema Insani,2011, jilid 10),
h.66.
4

Salah satu fenomena abad ke 20 di dunia muslim adalah adanya usaha

pembaruan hukum keluarga (perkawinan, perceraian, kewarisan). Sampai

tahun 1996 di negara Timur Tengah misalnya hanya tinggal lima negara yang

belum memperbaharui hukum keluarga, bahkan negara-negara ini pun sedang

dalam proses pembuatan draft yakni Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Qatar,

Bahrain, dan Oman.5

Tujuan usaha pembaharuan hukum keluarga berbeda antara satu

negara dengan negara lain, yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi

tiga kelompok.

Pertama, negara yang bertujuan untuk unifikasi hukum keluarga.

Alasan pembaruan untuk unifikasi ini adalah karena adanya sejumlah mazhab

yang diikuti di negara tersebut. Yang boleh jadi terdiri dari mazhab masih

dikalangan Sunni, namun boleh juga antara Sunni dan Shi’i. Bahkan untuk

kasus Tunisia. Unifikasi hukum keluarga ditujukan bukan hanya untuk kaum

muslimin, tetapi juga untuk semua warga negara tanpa memandang perbedaan

agama. Anderson misalnya menyebut Undang-undang Hukum Perkawinan

Tunisia berlaku untuk seluruh warga Tunisia, khususnya setelah dicapai

kesepakatan di Perancis pada tanggal 1 Juli 1957 termasuk Yahudi sejak

tanggal 1 Oktober 1957, kecuali untuk kasus kasus yang belum ada aturannya

5
Dawoed El Alami dan Doreen Hincheliffe,Islamic Marriage and Divorce Law of
The Arab World, (London:the Hague,Boston Kluwer Law International,1996), h.4
5

dalam Undang-undang ini berlaku peraturan yang sebelumnya.6Kedua, usaha

pembaharuan Hukum Islam adalah untuk pengangkatan status wanita.Ketiga,

untuk merespon perkembangan dan tuntutan zaman karena konsep fiqih

tradisional dianggap kurang mampu menjawabnya.

Salah satu negara yang melakukan unifikasi hukum adalah negara

Tunisia. Undang-undang hukum Keluarga yang pertama kali berlaku di

Tunisia, yang mayoritas penduduknya pengikut Mazhab Maliki, adalah Code

Of Personal Status (Majallat al-ahwal AL-syakhsiyah) No. 66 tahun 1956,

yang pemberlakuannya adalah pada tanggal 1 Januari 1957. Undang-undang

yang oleh Menteri Kehakiman ditegaskan pada sambutan nya sebagai

Undang-undang yang berlaku untuk Pengadilan Negeri dan Pengadilan

Agama ini, kemudian diperbaharui beberapa kali.

Undang-undang hukum keluarga di Tunisia dideklarasikan pada tahun

1956, diamandemen pada 4 Juli 1958 dengan Undang-undang Nomor 70

tahun 1958, 19 juni 1959 dengan Undang undang Nomor 77 tahun 1959, 21

april 1964 dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 1964, 3 Juni 1966 dengan

Undang-undang Nomor 49 tahun 1966, 18 february 1981 dengan Undang-

undang Nomor 7 tahun 1981, 12 juli 1993 dengan Undang-undang Nomor 74

tahun 1993, 6 Maret 2006 dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 2006, 14

6
J.N.D. Anderson, The Tunisian Law of Personal Status, Internatonal and
Comparative Law Quartely (7 April 1985) h.266
6

Mei 2007 dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007, 4 Maret 2008

dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2008, 26 Juli 2010 dengan Undang-

undang Nomor 39 tahun 20107 Undang-undang Perkawinan tahun 1956

berdasar pada perpaduan antara Hanafi dan Maliki yang disesuaikan dengan

tuntutan modern. Meskipun Undang-undang perkawinan Tunisia telah

diumumkan keberadaannya oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 3 Agustus

1956, lewat sebuah siaran yang dilanjutkan dengan sambutan Perdana Mentri

sekaligus Presiden Habib Bu Ruqayba, Undang-undang ini ditetapkan tanggal

13 Agustus 1956 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 1957.8

Dalam Undang-Undang Hukum Keluarga di Tunisia dalam hal hak

asuh anak pada dasarnya selama perkawinan, orang tualah yang menjadi

pengasuh dan pemelihara anak-anaknya. Berbeda ketika telah terjadi

perceraian, maka seorang wali anak sebagaimana ketentuan di Tunisia,

dibolehkan mencari pengasuh sebagai pengganti orang tua berdasarkan pasal

58 Code of Personal Status 1958.9

A person entitled to the custody of a child must be major,reliable and


capable of undertaking the duties of custody, such person must also be free
from all infectious disease, if the person so entitled is a man the child, if a
female, must be within prohibited degrees of marriage. Where the custodian is
7
Mustofa Sakhri, Majallah Al-akhwalu Syakhsiyah, (Tunisia: Pemerintah Republik
Tunisia, 2013), h.10-194
8
Dedi Supriyadi, Perbandingan Hukum Keluarga di Dunia Islam,
(Bandung:Penerbit Pustaka Al-Fikriis,2009), h. 29.
9
Dedi Supriyadi, Perbandingan Hukum Keluarga di Dunia Islam,h.114.
7

a woman she must not be cohabiting with a husband living with whom is
found by the court to the prejudicial to the interest of the child unless her
husband is a close relative or guardian of the child.
Pasal 58 di atas, menguraikan tentang persyaratan menjadi seorang

pengasuh khsusnya bagi pengasuh laki-laki. Persyaratan tersebut di antaranya

1. Pengasuh anak harus orang dewasa yang matang (major), dapat dipercaya

(reliable), dan mampu melaksanakan kewajiban pemeliharaan.

2. Seorang pengasuh harus bebas dari semua penyakit baik pengasuh laki laki

ataupun perempuan (untuk perempuan usianya berada pada usia dilarang

kawin )

3. Seorang pengasuh perempuan tidak mesti tinggal bersama dengan ayah

anak yang diasuh kecuali terjadi hubungan kekerabatan dengan ayah anak

yang diasuh tersebut.

Untuk pengasuh yang berstatus perempuan, persyaratannya dijelaskan

dalam pasal 59 sebagai berikut :

Where the woman is entitled to the custody of a child is follower of a


religion different from that of the childs father, she can have the custody of
the child only up to five years of its age provided that there is no risk. That it
shall become inclined towards her religin-unless she is the guardian of the
child.

Intisari dari pasal tersebut adalah bahwa pengasuh perempuan

dibolehkan menjadi pengasuh meskipun agamanya berbeda dengan agama


8

ayah anak yang diasuh. Kebolehan mengasuh anak ini dibatasi kepada anak

yang berusia di bawah lima tahun.

Peraturan hukum keluarga di Tunisia mengenai hak asuh anak yang

ditulis secara rinci yaitu dibolehkannya seorang pengasuh anak sebagaimana

ketentuan di Tunisia untuk mencari pengasuh sebagai pengganti orang tua

bagi si anak yang akan diasuh, dibolehkannya pengasuh menganut agama

yang berbeda dengan agama ayah anak yang diasuh. Selanjutnya pengadilan

dapat memutuskan batas waktu pemeliharaan anak dengan memperhatikan

sepenuhnya kepada kondisi anak yang bersangkutan (pasal 67). 10

Pada pasal 55 Undang-undang Nomor 74 tahun 1993 tentang

Perkawinan di Tunisia menjelaskan adanya kebolehan ibu untuk menolak

mengasuh anak, selanjutnya pada pasal 56 adanya hukuman bagi ayah yang

tidak memberikan nafkah kepada anak dan pengasuh yaitu dipenjara selama

3-1 tahun atau denda sebesar 100-1000 Dinar Tunisia.11

Dan menurut pernyataan Tahir Mahmood Undang-undang Hukum

Perkawinan di Tunisia adalah yang paling progresif dibandingkan dengan

negara muslim lainnya, bahkan bagi beberapa kalangan peraturan Hukum

10
Dedi Supriyadi, Perbandingan Hukum Keluarga di Dunia Islam, h.92.
11
Mustofa Sakhri, Majallah Al-akhwalu Syakhsiyah (Tunisia: Pemerintah Republik
Tunisia, 2013), h.110-133.
9

Keluarga Tunisia dianggap menyalahi bahkan menentang syariat islam.12

Menurut Mounira M Charad dan Amina Zarrugh Hukum Keluarga Tunisia

liberal, dan berada di barisan terdepan dalam hal hak-hak asasi perempuan di

Dunia Arab, serta membawa perubahan yang cukup signifikan.13Hal inilah

yang penulis anggap sebagai sesuatu yang menarik untuk diteliti apa

sebenarnya faktor-faktor dalam pembentukan hukum keluarga khususnya hak

asuh anak di Tunisia sehingga peraturan tersebut dianggap lebih progresif

dibandingkan dengan peraturan Hukum Keluarga di dunia Muslim khususnya

di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana hak asuh anak di negara Tunisia?

2. Bagaimana hak asuh anak di negara Indonesia?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan hukum

keluarga di Indonesia dan Tunisia ?

4. Mengapa hukum keluarga di Tunisia disebut sebagai hukum keluarga

yang paling progresif di antara negara muslim lainnya ?

12
Dedi Supriyadi, Perbandingan Hukum Keluarga di Dunia Islam, h.108.
13
Charad, Mounira M, dan Zarough,Amina, “The Arab Spring and Women Rights in
Tunisia”, diakses pada 1 Mei 2016 dari http://www.e.ir.info/2013/09/04the-arab-spring-and-
women-rights-in-tunisia/.
10

5. Mengapa hukum keluarga di Tunisia disebut sebagai hukum keluarga

yang sekuler dan mengedepankan kesetaraan jender di antara negara

muslim lainnya ?

6. Apa saja pebedaan mengenai hak asuh anak antara negara Indonesia dan

Tunisia?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Meniadakan adanya kajian yang lebih luas dan tidak terbatas,

disebabkan terlalu banyaknya negara Islam di dunia ini, maka penulis

membatasai permasalahan dan akan menjelaskan mengenai hak asuh anak

yang berlaku di Indonesia dan Tunisia. Berdasarkan latar belakang dan

permasalahan di atas maka penulis ingin menelusuri lebih jauh analisis

perbandingan terhadap peraturan perundang-undangan hukum keluarga di

Indonesia dan Tunisia.

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana hak asuh anak menurut hukum perkawinan di Indonesia dan

Tunisia ?

b. Apa yang mempengaruhi pembentukan peraturan perundang-undangan

Hukum Keluarga khususnya mengenai hak asuh anak di Indonesia dan

Tunisia ?

c. Apa segi segi persamaan dan perbedaan mengenai hak asuh anak di

Indonesia dan Tunisia?


11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui hak asuh anak menurut hukum perkawinan di Indonesia

dan Tunisia

b. Untuk mengetahui yang melatar belakangi pembentukan peraturan

perundang-undangan mengenai hak asuh anak di Indonesia dan Tunisia

c. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan mengenai hak asuh anak di

Indonesia dan Tunisia.

2. Manfaat Penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kepentingan pihak-

pihak diantaranya:

a. Penulisan skripsi ini diharapakan mampu mengembangkan pengetahuan,

menambah khazanah keilmuan di bidang hukum keluarga khsususnya di

bidang hak asuh anak (hadhanah)

b. Penelitian ini diharapkan akan menjadi pelengkap penelitian-penelitian

sebelumnya.

c. Memberikan sumbangan kepada mahasiswa atau siapa saja yang konsen

dengan permasalahan ini.

d. Memberikan saran kepada pemerintah ketika nanti akan merevisi

Undang-Undang Perkawinan di Indonesia khususnya di bidang hak asuh

anak.
12

E. Review Studi Terdahulu


1. Skripsi Aris Munandar, Poligami Dalam Hukum Keluarga di Dunia

Islam (Perbandingan Hukum Keluarga Indonesia-Turki) prodi SAS 2007.

Skripsi ini memaparkan tentang perbandingan poligami di negara

Indonesia dan Turki. Sedangkan penelitian penulis menulis mengenai

perbandingan hak asuh anak di negara Indonesia dan Tunisia.14

2. Skripsi Dinda Choerul Ummah, Kriminalisasi Poligami dalam Hukum

Keluarga di Dunia Islam (studi komparatif undang- undang hukum

keluarga di Indonesia_Tunisia), prodi SAS 2014. Skripsi ini membahas

mengenai perbandingan Hukum Keluarga mengenai aturan kriminalisasi

bagi praktik poligami antara negara Indonesia dan Tunisia. Sedangkan

penelitian penulis membahas tentang perbandingan hak asuh anak di

negara Indonesia dan Tunisia.15

3. Paper Charad M Mounira, Family Law Reforms in The Arab world:

Tunisia and Morocco, Department of economic and Social Affairs

(UNDESA) Division for Social Policy and Development Expert Group

Meeting, New York 15-17 May 2012. Artikel ini membahas mengenai

14
Aris Munandar, “Poligami Dalam Hukum Keluarga di Dunia Islam (Perbandingan
Hukum Keluarga Indonesia-Turki”,( Skripsi S1 Fakultas syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007)
15
Dinda Khairul Ummah, “ Kriminalisasi Poligami dalam Hukum Keluarga di dunia
Islam (Studi Komparatif Undang-Undang Hukum Keluarga Indonesia-Tunisia),” (Skripsi S1
Fakultas Syariah dan hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2014)
13

pembaharuan Hukum Islam di dunia Islam khusunya di negara Tunisia

dan Maroko mencakup segala aspek perkawinan, wasiat, waris,

sedangkan penelitian penulis mengkaji mengenai perbandingan hak asuh

anak di negara Indonesia dan Tunisia.16

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa aspek metodologi penelitian

yang akan digunakan yaitu :

1. Jenis Penelitian

Penelitian skripsi ini sepenuhnya menggunakan metode penelitian

kepustakaan (library research) yaitu dengan meneliti peraturan Hukum

Keluarga yang berlaku di Indonesia dan Tunisia dan juga meneliti berbagai

buku, majalah,surat kabar, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang ada

hubungannya dengan judul yang dibahas dalam skripsi ini.

2. Data penelitian

a. Sumber Data

Undang-Undang Perkawinan di Indonesia Nomor 1 tahun 1974, Inpres

Kompilasi Hukum Islam Nomor 1 tahun 1991. Dan the Code of Personal

Status and Susplementary laws 1956-2010 (Tunisia: kitab Undang-undang

hukum pribadi dan hukum-hukum tambahan 1956-2010)

b. Jenis Data

16
Charad M Mounira, “Family Law Reforms in The Arab world: Tunisia and Morocco”
Division for Social Policy and Development Expert Group Meeting, New York 15-17 May
2012.
14

Ada dua jenis data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini.

1) Data primer : yaitu data yang berasal dari Al-Qur’an, kitab hadis, Undang-

undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, Inpres Kompilasi Hukum Islam

Nomor 1 tahun 1991 dan the code of Personal Status and Suplementary Laws

1945-2010 (Tunisia: kitab Udnang-undang hukum pribadi dan hukum-hukum

tambahan 1956-2010, dan buku fiqih mazhab yang membahas hak asuh anak.

2) Data sekunder : yaitu data yang berupa dokumen-dokumen yang terdapat

dalam buku, majalah,surat kabar, jurnal ilmiah, internet, dan artikel yang

relevan dengan tema skripsi ini.

c. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah studi naskah

dan pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data yang membahas tentang hak

asuh anak (hadhanah), undang-undang hak asuh anak, syarat-syarat, serta

penerapan pemberian hak asuh anak di negara Indonesia dan Tunisia. Dan

juga wawancara sebagai upaya untuk melengkapi data-data yang bersumber

dari dokumen dan perundang-undangan.

Setelah data terkumpul dari berbagai sumber maka penulis akan

memaparkan data tersebut, kemudian penulis analisa. Secara teknis penulisan

ini berpedoman pada buku “ Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012”

d. Analisis data
15

Adapun analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis

komparatif yaitu penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini

dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih

fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran

tertentu.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terbagi menjadi beberapa sistematika pembahasan. Ini

dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam penyusunan skripsi serta

mempermudah para pembaca untuk mengkonsumsi isi skripsi ini. Sitematika

pembahasan dalam penelitian ini terbagi menjadi lima bab yaitu:

BAB I Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan kegunaan, review studi terdahulu, metode

penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II Berisi tentang sejarah terbentuknya aturan mengenai hak asuh

anak, sitem hukum, sistem pemerintahan dan sistem peradilan

di negara Indonesia dan Tunisia.


16

BAB III Berisi tentang paparan peraturan perundang –undangan,

perysaratan, mengenai hak asuh anak di negara Indonesia dan

Tunisia .

BAB IV Berisi tentang analisis perbandingan mengenai hak asuh anak

antara negara Indonesia dan Tunisia.

BAB V Kesimpulan dan penutup.


BAB II

REFORMASI HUKUM KELUARGA

DI INDONESIA DAN TUNISIA

A. Reformasi Hukum Keluarga di Indonesia

Pembaharuan terhadap hukum keluarga Islam dibarengi dengan upaya

pemerintah di negara tertentu untuk mengatur dan menertibkan aturan-aturan

terkait dengan masalah keluarga. Trend pembaharuan ini diawali di Turki

dengan dibuatnya qanun yang sesuai dengan spirit pembaharuan hukum di

Turki. Upaya ini kemudian diikuti beberapa negara muslim lainnya seperti

Tunisia, Maroko dan Mesir. Di Asia Tenggara upaya ini diawali pemerintah

Malaysia dan kemudian Indonesia.1

Menurut Khairudin Nasution, dibandingkan dengan negara muslim

lainnya, Indonesia termasuk negara yang terlambat dalam memberlakukkan

pembaharuan hukum keluarga. Hal ini terjadi karena Indonesia sendiri baru

membuat aturan hukum keluarga secara rinci dan unifikasi pada tahun 1974,

yakni ketika diundangkannya Undang-undang Nomor 1 tahun 19742

1
Euis Nurlaelawati, Modernization,Ttradition, and Identity, (Jakarta: The
Netherlands Amsterdam University Press, 2010), h. 13-14.
2
Khoirudin Nasuttion, Status Wanita di Asia Tenggara:Studi terhadap Perundang-
Undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, (Jakarta:
INIS,2002), h.88-1000.
17
18

1. Masa Kerajaan Islam

Sebelum para penjajah menginjakkan kakinya di bumi persada

nusantara ini, Islam sudah lebih dulu hadir dan dianut bangsa Indonesia,

bahkan telah menjadi suatu kekuatan dalam bentuk kerajaan-kerajaan Islam di

Samudera Pasai, Demak, Cirebon, Bone, dan lain-lain.

Dalam proses Islamisasi kepulauan Indonesia yang dilakukan melalui

jalur perdagangan dan perkawinan, peranan hukum islam sangat besar.

Adanya interaksi dan asimilasi antara para saudagar sebagai pembawa ajaran

agama Islam dengan penduduk menjadi titik awal pemasyarakatan hukum

Islam. Kontrak perdagangan dan perkawinan antara seorang pedagang Muslim

dengan penduduk di beberapa daerah nusantara sebagai salah satu media

peresapan hukum Islam.3

Posisi sentral saudagar dalam penyebaran Islam kemudian secara

formal beralih kepada peran ulama. Misalnya Nurudin ar-Raniri yang menulis

buku Hukum Islam dengan judul Sirathal Mustaqim pada tahun 1628. Kitab

tersebut merupakan kitab hukum Islam yang pertma yang disebarkan ke

seluruh Indonesia.kitab tersebut oleh Muhammad Arsyad al-Banjari kemudian

diperluas dan diperpanjang uraiannya dengan judul Sabilal Muhtadin. Buku

tersebut kemudian dijadikan pegangan dalam menyelesaikan sengketa antara

umat Islam di daerah kesultanan Banjar. Disamping itu, di kesultanan


3
Abdul Halim, Peradilan Agama dalam Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002), h.35.
19

Palembang dan Banten terbit pula beberapa kitab hukum Islam yang ditulis

oleh syekh Abdul Samad dan Syekh Nawawi al-Bantani. Kitab tersebut

dijadikan pegangan umat Islam dalam menyelesaikan berbagai masalah yang

mereka hadapi. Di beberapa kerajaan seperti kerajaan Demak, jepara, Tuban,

Gresik, Ngampil dan Mataram pemeluk agama Islam juga melaksanakan

hukum Islam. Hal ini dapat dibuktikan dari karya para pujangga yang ada saat

itu antara lain Sajinatul Hukum.4

2. Masa Penjajahan

Intervensi kolonial Belanda di akhir abad ke-16 ditandai dengan

kedatangan organisasi dagang belanda VOC (Vereenidge Oost Indische

Compagnie) tahun 1596 di Banten. Ketertarikan pihak kolonial terhadap

kawasan Nusantara, bukan saja disebabkan semakin terdesaknya posisi

Belanda dalam percaturan politik internasional tetapi secara ekonomis

Nusantara saat itu memang menjanjikan karena banyaknya rempah-rempah

yang bernilai tinggi.5

Pada tanggal 4 Maret 1620 dikeluarkan instruksi agar di daerah yang

dikuasai VOC harus diberlakukan Hukum Sipil Belanda, antara lain dalam

soal kewarisan. Instruksi tersebut tidak dapat dilaksanakan karena mengalami

kesulitan akibat perlawanan dari pihak Islam. Berlakunya Hukum Perdata

4
Abdul Halim, Peradilan Agama dalam Politik Hukum di Indonesia,h. 35-36.
5
Abdul Halim, Peradilan Agama dalam Politik Hukum di Indonesia,h. 46
20

Islam diakui oleh VOC dengan Resolutie der Insiache regeling tanggal 25

Mei 1760, yaitu, berupa suatu kumpulan aturan Hukum Perkawinan dan

Hukum Kewarisan menurut Hukum Islam, atau Compendium Freijer untuk

dipergunakan pada pengadilan VOC.6

Ketika penjajah Belanda mulai berkuasa, berbagai cara mereka

lakukan untuk mencengkeram kekuasaannya di Indonesia, di samping

menggunakan kekuatan militer dan politik Belanda juga mengembangkan

politik hukum. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh sebuah asumsi bahwa

yang menjadi motivasi dan dorongan kuat untuk melakukan perlawanan

bangsa Indonesia ternyata adalah keyakinan terhadap ajaran agama yang

sangat kuat serta keinginan luhur untuk hidup bebas yang mendasar dalam

jiwa bangsa Indonesia.

Strategi pun diatur secara sistematis dan bertahap untuk menggapai

tujuan tersebut. Strategi pertama, mereka sama sekali tidak menyentuh dan

ikut campur dalam masalah hukum, bahkan mereka mengakui bahwa hukum

yang berlaku di Indonesia adalah hukum Islam, oleh karena itu politik hukum

dalam peradilan pun diperlukan undang-undang Islam untuk penduduk asli

disebut juga dengan teori Receptie in Complexu. Orang Belanda yang berjasa

dalam masalah ini adalah Freijer(1760), Carel Frederik Winter (1799-1859).

6
Sulaikin Lubis, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta:
Kencana Media Group, 2005), h.25-26
21

Aplikasinya dalam pelaksanaan peraturan hukum keluarga di Indonesia

disebutkan dalam pasal 13 Stbl. 1820 No.22 jo. Stbl 1835 No.58

“Jika di antara orang Jawa dengan orang Madura terjadi perselisihan


mengenai perkawinan atau pembagian harta pusaka dan sengketa-sengketa
sejenis dugaan itu harus diputus menurut Hukum Syara (agama) Islam, maka
yang menjatuhkan keputusan dalam hal ini hendaklah betul-betul ahli Agama
Islam, akan tetapi segala persengketaan mengenai pembagian harta benda atau
pembayaran yang terjadi karena keputusan itu harus dibawa ke muka
pengadilan biasa, pengadilan itulah yang akan menyelesaikan perkara itu
dengan mengingat keputusan ahli agama dan supaya keputusan itu
dijalankan.”7

Strategi kedua, adalah mempersempit ruang gerak Hukum Islam bagi

anak jajahan. Politik hukum ini berasal dari anjuran Cornellis Van

Vollenhoven yang dijuluki sebagai penemu hukum adat. Jejak langkah

Cornelis Van Volenhoven kemudian dilanjutkan oleh muridnya yang bernama

Cristhian Snouck Hurgronje. Teori ini belakangan disebut dengan teori

receptie. Dengan Stbl 1907 No. 204, kata diperlakukan diganti dengan

“diikuti’. Dengan Stbl. 1919 No. 286 kata diikuti diubah menjadi

memerintahkan. Dengan Dengan Stbl. 1919 No. 286atau Stbl. 1919 No, 621

muncul ayat baru sebagai tambahan pasal 75 RR yaitu ayat (6) “ bagi

penduduk pribumi dan Timur Asing berlaku Hukum Perdata dan Hukum

dagang ( berlaku pada tanggal 1 Januari 1920). Pada tahun 1929 baru

diadakan perubahan menganai isi Stbl. 1925 dan dalam kaitannya dengan

Lembaga Peradilan Agama , pada tahun 1929 baru diadakan perubahan

7
Sulaikin Lubis, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia,h.27-28.
22

mengenai isi dari IS, yaitu dengan Stbl. Tahun 1929 No.221. Pemerintah

Hindia Belanda mengubah Pasal 134 ayat (2) IS sehingga dinyatakan bahwa,

“ dalam hal terjadi perkara perdata antara sesama orang Islam akan
diselesaikan oleh Hakim Agama Islam apabila Hukum Adat mereka
menghendakinya”.
Pernyataan Pasal ini dapat diartikan bahwa Hukum Islam tidak

berlaku lagi di Indonesia kecuali untuk hal-hal yang dikehendaki oleh Hukum

Adat. Pasal 134 ayat (2) IS 1925 itulah yang menjadi sumber formal dan

pangkal teori receptie.8

Sikap Belanda yang semena mena dan yang mengkotak-kotakan

tersebut mengundang kebencian dan mengobarkan perlawanan dimana mana.

Apa saja yang datang dari Belanda disebut produk kafir yang haram untuk

diikuti dan ditaati. Teori ini disebut juga dengan teori receptie exit yang

dipelopori oleh Hazairin.9

Masa awal penjajahan Belanda, hukum perkawinan yang berlaku

adalah hukum perkawinan Islam khsusunya yang berasal dari kitab kitab fiqih

berbahasa Arab atau dari kitab Undang-undang yang dibuat oleh beberapa

kerajaan Islam. Kemudian Belanda menerjemahkannya ke dalam bahasa

belanda. Compendium freijer adalah kitab hukum yang berisi aturan-aturan

hukum perkawinan dan hukum waris menurut hukum Islam. Sementara di

8
Sulaikin Lubis, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia,h.28-29.
9
Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam
Hukum Nasional, (Jakarta:PT Semesta Rakyat Merdeka,2012), H. 6.
23

landraad Semarang tahun 1750 dibuat compendium tersendiri yang hampir

menyerupai kitab Muharrar, dan untuk daerah Makasar oleh VOC disahkan

suatu compendium tersendiri.10

Namun berdasakan Stbl nomor 55 tahun 1982, Compendium Freijer

yang sebagian diperbaharui itu yang kemudian dicabut secara berangsur-

angsur pada abad ke 19 dengan demikian berakhirlah riwayat hukum

perkawinan Islam yang tertulis dan dicukupkan dengan menumpang pada

pasal 131 ayat 2 sub b IS (Indische Staatsregeling) yang merupakan

kelanjutan dari pasal 75 redaksi lama Regelings regrement (RR) tahun 1854

yang hanya mengatur masalah pendaftaran perkawinan, sedangkan dasar

perkawinan adalah hukum adat.

Dengan dicabutnya Compendium Frijer tanggal 3 agustus 1828, secara

tekstual hukum perkawinan yang berlaku adalah hukum adat, kecuali agama

kristen berlaku HOCI (Huwelijk Ordonantie Christen Indonesiers Java

Minahasa and Ambonia) yakni Undang-undang Perkawinan Kristen, Jawa,

Minahasa dan Ambon.11

10
Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam
Hukum Nasional, h. 79.
11
Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam
Hukum Nasional, h. 80.
24

Tuntutan masyarakat Indonesia mempunyai hukum perkawinan

tersendiri dan terlepas dari hukum perkawinan yang sudah ada yakni buatan

Belanda yang dianggap tidak sesuai dengan jiwa keadilan bangsa Indonesia.

Awal 1937 pemerintah Belanda, gubernur jenderal Mr.A.W Tjarda van

Starkenborgh membuat rancangan pendahuluan ordonansi perkawinan tercatat

yang ditawarkan kepada mayarakat. Ordonansi ini tidak berlaku untuk umum

tetapi untuk orang Indonesia dan timur asing bukan Cina (Vreende

Oosterlingen) yang hukum perkawinannya tidak diatur dalam peraturan

tertulis dengan sukarela tunduk pada ordonansi ini. Dalam ordonansi ini

diusulkan untuk menghapuskan poligami. 12

Namun banyak organisasi-organisasi Islam yang menolak rancangan

ordonansi ini, demikian pula dalam organisasi-oraganisasi wanita juga tidak

terdapat kesepahaman pendapat. Akhirnya rancangan ini batal dibicarakan

dalam dewan rakyat (volksraad), dan ditarik kembali pemerintah Belanda.

3. Pasca Kemerdekaan

Masa awal kemerdekaan, keinginan membuat hukum dan peraturan

perundang-undangan yang berciri khas ke-Indonesiaan Undang-undang

Nomor 22 tahun 1946 tentang Perkawinan. Undang-Undang ini hanya berlaku

untuk wilayah Jawa dan Madura. Uniknya justru Undang-undang inilah yang

12
Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam
Hukum Nasional, h. 81.
25

pertama kali dibuat oleh bangsa Indonesia. Sayangnya Undang-undang

Perkawinan ini hanya berlaku untuk wilayah Jawa dan Madura saja.

Untuk memperluas cakupan wilayah dari Undang-undang ini, maka

dibuatlah Undang-undang baru yaitu Undang-undang Nomor 32/1954 tentang

Penetapan Berlakunya Undang-undang No. 22/1946 diseluruh daerah luar

Jawa dan Madura. Keberadaan Undang-undang Nomor 22 tahun 1946 dan

Undang-undang Nomor 32 tahun 1954 ini adalah sebagai kelanjutan dari Stbl

nomor 198 tahun 1985 dan sebagai pengganti dari Huwelijks Ordonantie Stbl

nomor 348 tahun 1929 jo. Stbl No 467 tahun 1931 dan Vorstenlandse

Huwelijk Ordonantie Stbl nomor 98 tahun 1933.

Langkah maju telah diupayakan pemerintah dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat terhadap kepastian hukum. Setidaknya pada tahun

1950 pemerintah telah berupaya memenuhinya dengan jalan membentuk

panitia penyelidikan peraturan hukum perkawinan, talak, dan rujuk yang

ditugaskan meninjau kembali segala peraturan mengenai perkawinan dan

penyusunan rancangan Undang-undang perkawinan yang dikehendaki zaman,

kepanitiaan itu dibentuk berdasarkan surat Penetapan Menteri Agama No

B/4299 tanggal 1 Oktober 1950, panitia ini tidak dapat bekerja sebagaimana

mestinya karena banyak hambatan dan tantangan dalam melaksanakan

tugasnya.
26

RUU tentang Perkawinan mengatur ketentuan-ketentuan pokok

perkawinan yang bersifat nasional, tidak membedakan golongan atau suku

bangsa. Sementara RUU perkawinan umat Islam ditarik dari pengusulan. DPR

yang akan membahas RUU tersebut merupakan DPR yang terpilih dari hasil

pemilu 1971.

RUU tersebut menarik perhatian masyarakat luas, terutama umat

Islam. Seluruh lapisan masyarakat terpanggil minatnya untuk memperhatikan

RUU tersebut karena ternyata banyak materi RUU perkawinan yang diajukan

pemerintah itu menyinggung wilayah sakral agama yang begitu dijaga ketat

oleh pemeluknya.

Yang menjadi objek kemarahan masa Islam adalah di dalam RUU

tersebut memuat beberapa pasal yang bertentangan dengan ajaran Islam

sebagaimana yang di permasalahkan oleh K.H Jusuf Hasim tokoh Nu dan

anggota DPR pada waktu itu. Adapun pasal pasal tersebut adalah.

Pasal 2 ayat 1 perkawinan adalah sah apabila dilakukan dihadapan

pegawai pencatat perkawinan. Pasal 3 ayat 2 pengadilan dalam lingkungan

peradilan umum selanjutnya dalam UU ini disebut pengadilan, dapat memberi

izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari satu tanpa adanya batasan

jumlah istri. Pasal 7 ayat 1 perkawinan hanya diizinkan jika para pihak pria

sudah mencapai umur 21 tahun dan pihak wanita umur 18 tahun. Pasal 8
27

tentang larangan perkawinan dengan anak adopsi. Pasal 10 ayat 2 apabila

suami dan isteri telah bercerai untuk yang ke dua kalinya maka di antara

mereka tidak boleh melangsungkan perkawinan lagi. Pasal 11 ayat 2

perbedaan agama/kepecayaan tidak merupakan penghalang perkawinan. Pasal

12 bagi janda ditetapkan jangka waktu 306 hari. Pasal 13 ayat 2 bila

pertunangan itu mengakibatkan kehamilan maka pihak pria diharuskan kawin

dengan wanita itu jika disetujui oleh pihak wanita. (Pasal ini seolah olah

melegitimasi perzinahan). Pasal 37 (1) harta benda yang diperoleh selama

perkawinan menjadi milik bersama. Pasal 39 apabila pasangan bercerai maka,

harta benda dibagi sama antara bekas suami-istri. Pasal 46 poin c bekas suami

wajib memberikan biaya penghidupan kepada bekas istri selama ia masih

hidup dan belum kawin lagi. Pasal 49 anak yang dilahirkan di luar perkawinan

mempunyai hubungan nasab dengan ayah nya. Pasal 62 pengangkatan anak

mengakibatkan putusnya hubungan keluarga antara anak yang diangkat

dengan keluarganya sedarah, semenda garis ke atas dan ke samping. 13

Dalam konteks perdebatan RUU perkawinan, setidaknya tiga

kelompok yang berlainan dan masing masing memiliki kepentingan untuk

mendominasi atau setidaknya mewarnai RUU perkawinan.

13
Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam
Hukum Nasional, h. 102-103.
28

Pertama, kubu sekuler yang diwakili oleh ahli hukum pendidikan

barat yang memakai ketentuan hukum perkawinan dalam BW dan H.O.C.I

untuk diperlakukan bagi semua warga negara. Kedua, para aktifis perempuan

yang memperjuangkan nasib dan hak-hak perempuan dan anak-anak dalam

perkawinan. Ketiga, umat Islam yang memperjuangkan pemberlakukan

syariat Islam dalam UU perkawinan.14

Tak pelak lagi, pengajuan rancangan undang-undang dengan pasal

pasal kontroversial seperti itu telah memicu protes dari umat Islam, dan umat

Islam memandang bahwa hal itu merupakan bukti nyata dari kebencian

pemerintahan terhadap Islam. Umat Islam pun tidak bisa membendung reaksi

mereka dan mereka melakukan demonstrasi secara besar besaran. Tidak

kurang dari 700 perempuan dari berbagai kelompok juga beratus ratus

pemuda muslim menduduki lantai gedung DPR, ketika draft sedang dibahas

dan demonstrasi besar besaran juga terjadi di luar gedung.

Untuk mengatasi kekacauan ini dilakukanlah lobi antara kelompok

kelompok muslim yang diwakili partai persatuan pembangunan PPP dan

pemerintah yang diwakili kelompok militer. Dalam lobi ini dicapai

kesepakatan penghapusan beberapa pasal kontroversial tersebut, rancangan

Undang-undang itu kemudian disahkan sebagai Undang-Undang Perkawinan

14
Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam
Hukum Nasional, h. 103.
29

di DPR pada 22 desember 1973 dan ditetapkan sebagai Undang-Undang

Perkawinan No.1/1974 tentang Perkawinan.

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, maka

ketentuan perkawinan yang diatur di Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata) tidak berlaku lagi. Hal ini berarti Undang-undanng

Perkawinan akan menjadi sumber pokok bagi peraturan hukum perkawinan,

perceraian, dan rujuk yang berlaku bagi semua Warga Negara Indonesia. 15

Untuk melaksanakan Undang-undang No. 1 tahun 1974 yang telah

diundangkan pada tanggal 2 Januari 1974 secara efektif, maka masih

diperlukan peraturan-peraturan pelaksanya, antara lain yang menyangkut

tantang masalah-masalah: pencatatan perkawinan, tata cara pelaksanaan

perkawinan, tata cara perceraian, cara mengajukan gugatan perceraian,

tenggang waktu bagi wanita yang mengalami putus perkawinan, pembatalan

perkawinan, ketentuan dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang.16

Sebagai tindak lanjutnya pada tanggal 1 april 1975 oleh pemerintah

ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksana Undang-

undang No. 1 tahun 1974. Dalam Peraturan Pemerintah ini, memuat tentang

15
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di
Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) h. 242.
16
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di
Indonesia, h. 251.
30

masalah-masalah yang dikemukakan di atas, yang diharapkan akan dapat

memperlancar pelaksanaan Undang-undang No.1 tahun 1974.17

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 berlaku untuk semua warga

negara di Indonesia, tak pelak menimbulkan persepsi yang berbeda terutama

di kalangan hakim Pengadilan Agama dalam memutuskan suatu perkara,

karena setiap putusan hakim mengandung ijtihad. Jika ada yang tidak

sependapat dengan hasil ijtihad tersebut, maka ijtihad hakim tidak dapat

dibatalkan dengan ijtihad lain. Akibatnya akan terjadi kesimpangsiuran

keputusan dalam lembaga lembaga peradilan agama dan semakin

mempertajam perbedaan tentang masalah-masalah hukum Islam.18

Karena belum ada kompilasi di Indonesia, dalam praktik sering

dijumpai adanya keputusan pengadilan agama yang tidak seragam padahal

kasusnya sama. Masalah fiqih yang semestinya membawa rahmat malah

menjadi perpecahan. Hal itu disebabkan karena umat Islam salah paham

dalam mendudukan fikih, selain belum adanya Kompilasi Hukum Islam.

Akhirnya pada tanggal 10 Juni 1991 dibuatlah Kompilasi Hukum

Islam yang dikeluarkan dalam bentuk Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991.

17
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di
Indonesia, h. 252.
18
Rahmat Djatnika, Sosialisasi Hukum Islam di Indonesia, dalam Abdurahman
Wahid, Iet. Al, Kontroversi Pemikiran Islam di Indonesia, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1990) h. 254.
31

Instruksi itu dilaksanakan dengan keputusan Menteri Agama Nomor 154

tanggal 22 juli 1991. Yang bertujuan untuk meunifikasi Hukum Islam yang

masih berserakan dalam berbagai kitab fiqih klasik, dan sebagai peraturan

khusus yang menjelaskan secara rinci bagaimana hukum perkawinan, wakaf,

warisan di Indonesia.19

Instruksi Presdien Nomor 1 tahun 1991 ini ditujukan kepada Menteri

Agama untuk menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam yang sudah

disepakati tersebut, sesuai dengan maksud penetapannya Instruksi Presiden

tersebut hanyalah mengatur tentang soal penyebarluasan Kompilasi Hukum

Islam yang telah diterima oleh para ulama dalam satu lokakarya nasional.

Kompilasi ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyelesaian masalah-

masalah di bidang perkawinan, waris dan wakaf. Kedudukan KHI di sini

hanyalah sebagai pedoman yang dipakai baik di lingkungan Pengadilan

Agama maupun warga masyarakat dalam bidang hukum perkawinan,

kewarisan, dan perwakafan.20

Hak asuh anak merupakan bagian dari sebuah lembaga perkawinan

dan salah satu kompetensi absolut dari Pengadilan Agama berdasarkan

19
Zarkowi Soedjati, Sejarah Penyusunan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia cet.I,
(Surabaya: Arkola, 1997), h. 16-17.
20
Abdurahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: CV Akademika Presindo,1995), h.
53-55.
32

Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Pengadilan Agama21. Regulasi

mengenai hak asuh anak di Indonesia selain diatur dalam Undang-undnag

Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam juga diatur dalam Undang-

undang Nomor 23 tahun 2002 dan direvisi kembali pada Undang-undang

Nomor 32 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Hal-hal yang diatur dalam Hukum Perkawinan di Indonesia yang

terdapat dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

diantaranya :

1. Dasar Perkawinan yang diatur dalam pasal 1-5

2. Syarat-syarat Perkawinan yang diatur dalam pasal 6-12

3. Pencegahan Perkawinan yang diatur dalam pasal 13- 21

4. Batalnya Perkawinan yang diatur dalam pasal 22- 28

5. Perjanjian Perkawinan yang diatur dalam pasal 29

6. Hak dan kewajiban suami istri yang diatur dalam pasal 30- 34

7. Harta benda dalam perkawinan yang daitur dalam pasal 35-37

8. Putusnya perkawinan dan akibatnya yang diatur dalam pasal 38- 41

9. Kedudukan anak yang diatur dalam pasal 42-44

10. Hak dan kewajiban orang tua dan anak yang diatur dalam pasal 45- 49

21
Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 Pengadilan Agama bertugas dan
berwenang memerikasa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara
orang-orang yang beragama Islam di bidang: perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat,
infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah.
33

11. Perwalian yang diatur dalam pasal 50- 54

12. Ketentuan lain-lain yang diatur dalam pasal 55- 63

B. Reformasi Hukum Keluarga di Tunisia

1. Biografi dan Sejarah Berdirinya Negara Tunisia .

Tunisia adalah negara Arab muslim di Afrika utara. Ia berada di

pesisir Laut Tengah. Tunisia berbatasan dengan Aljazair di sebelah barat dan

Libya di sebelah timur. 40 % wilayah Tunisia berupa padang pasir dan

sisanya tanah subur. Ibu kota Tunisa adalah Tunis. Sistem pemerintahannya

adalah Republik.22

Penduduk negara ini diperkirakan hanya di bawah 10,8 juta pada tahun

2013. Nama Tunisia berasal dari ibu kota, Tunis, yang terletak di pantai timur

laut Tunisia.23 Etnik Tunisia terbesar adalah Arab Barbar. Minoritas Yahudi

masih ada yang tinggal sejak tahun 1957. Beberapa penduduk Kristen tinggal

di bagian timur, khususnya di daerah kota. Bahasa nasional adalah bahasa

Arab, sedangkan Perancis merupakan bahasa kedua yang dominan dipakai

dalam bidang pendidikan dan bisnis.24

22
Dedi Supriyadi, Perbandingan Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam, h. 107.
23
Tunisia, diakses pada tanggal 18 April 2016 dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Tunisia.
24
Reva S. Simon dkk. 1996. (Ed.), Encyclopedia of Modern Middle East, (New
York: USA, 1996), h. 1974-1976.
34

Dalam konstitusinya, Islam merupakan agama negara, seperti halnya

negara-negara Arab yang lain. Sedangkan mazhab fiqih yang paling dominan

di Tunisia adalah Mazhab Maliki dan Hanafi.

Pada pertengahan abad ke 19, Tunisia menanggung sejumlah problem

yang sama sebagaimana dialami oleh imperium Usmani dan Mesir.

Menghadapi kekuatan ekonomi Eropa yang sedang berkembang pesat dan

kemunduran perekonomian internal, para bey tunisia berusaha untuk

memodernisir rezim mereka. Pada tahun 1857 Muhamad Bey (1855-1859)

memberlakukan konstitusi yang memberikan perlindungan kepada penduduk

tunisia, persamaan pajak, kebebasan agama, dan pengadilan campuran

Tunisia-Eropa. Konstitusi liberal tahun 1861 melahirkan sebuah senat oligarki

yang direkrut melalui kooptasi, namun beberapa upaya reformasi ini belum

dapat dilembagakan sepenuhnya, sebab jumlah tentara dan administrator yang

ada belum memadai.25

Secara politik upaya reformasi ini bergantung kepada dukungan pihak

ulama. Yang mana Khayr al-Din (berkuasa pada tahun 1873 dan 1877)

berusaha mempengaruhi mereka agar menerima teknik-teknik pemerintahan

Eropa. Meskipun kapasitas ulama sangat kecil untuk melancarkan perubahan

atau untuk menjalankan kekuasaan politik, peran mereka di dalam masyarakat

25
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
2000), h.228
35

Tunisia sangat besar, sebab mereka adalah para sarjana lulusan perguruan

masjid besar, dan bekerja sebagai guru atau hakim.26

Pada sisi lain Tunisia tidak mampu bertahan dari tekanan politik dan

ekonomi internasional. Perancis yang menduduki Al-Jazair sejak tahun 1830,

memanfaatkan pertikaian perbatasan sebagai dalih untuk memasukan

pengaruh perancis pada tahun 1881. Perancis secara progresif membimbing

seluruh biro pemerintahan Tunisia dibidang finansial, pos, pendidikan,

telegrap, pekerjaan umum, dan pertanian. Mereka menghapuskan komisi

finansial internasional dan menjamin hutang hutang Tunisia, membentuk

sistem peradilan baru bagi warga Eropa dengan tetap mempertahankan

Pengadilan Syariah untuk menangani kasus kasus warga Tunisia, dan

melancarkan pembangunan jalan, pelabuhan, dan pertambangan. Di wilayah

pedalaman mereka menukuhkan para pejabat lokal (qa’id) dan memperlemah

suku suku independen.27

Tetapi sekalipun secara politik relatif tenang, para pejabat, intelektual,

dan ulama Tunisia bangkit untuk menentang pemerintah Perancis. Munculah

generasi baru dari para pemuka nasional Tunisia dari kalangan birokratik yang

terdidik secara modern, sebagaimana yang terjadi di dalam masyarakat

Usmani. Semenjak tahun 1880 an sampai tahun 1930 an para pemuka Tunisia

26
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam,h.229
27
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam,h. 228-231.
36

muncul dari latar belakang pemerintah dan para ulama, sebagian mereka

berlatar belakang sekolah Perancis, sebagian lainnya merupakan kalangan

yang berpihak kepada reformasi kultural Islam.28

Pada tahun 1920 Abdul Aziz al-Thalibi, seorang jurnalis dan reformer

Arab yang mashur, menjadi pimpinan juru bicara partai Destour. Tuntutan

utama partai ini adalah pemberlakuan kembali konstitusi 1861. Pada tahun

1930-an generasi nasionalis baru tampil ke barisan terdepan. Selama satu

dekade lebih partai Destour dipimpin oleh beberapa keluarga konservatif,

dengan sebuah model pendidikan yang menggabungkan pengajaran bahasa

Arab dan Perancis dan gagasan sosialis sekuler tentang masyarakat Tunisia,

bangkit menentang elite lama. Para pemuka baru ini mendapat dukungan kuat

dari orang kota, kaum petani migran, dan penduduk kota yang lebih luas.

Dengan dipimpin oleh Habib Bourguiba, yang lahir di Monatsir tahun 1903

dan belajar di Paris pada tahun 1920 an, dan Mahmud Materi, gerakan para

pemuka tersebut menuntut partisipasi yang lebih besar dalam partai destour,

dan muncul pula sebuah gerakan yang lebih militan, lebih terorganisir, dan

memiliki keherensi ideologis melancarkan perlawanan terhadap pihak

Perancis.29

28
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam. h. 231.
29
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam. h.233
37

Pada kongres Destour tahun 1932 Bourguiba menuntut kemerdekaan

bagi Tunisia dan mengusulkan sebuah perjanjian persahabatan untuk

melindungi beberapa kepentingan Perancis.

Pada tahun 1934 kelompok radikal mengambil alih Destour dan

menciptakan partai Neo-Destour dengan materi sebagai presiden dan

Bourgiba sebagai Sekertaris Jenderal partai baru ini secara gigih menyerukan

boikot terhadap produk produk perancis dan pembentukan sebuah rezim

demokrasi parlementer. Meskipun pada dasarnya berorientasi sekuler, para

tokoh Neo-Destour memiliki akar akar tradisi muslim dan membangkitkan

sentimen muslim melalui pertemuan dibeberapa masjid dan serambi mesjid.30

Pada tahun 1949 kalangan Neo-Destorian, termasuk para pendukung

Munsif mengeluarkan sebuah deklarasi yang menuntut pemerintahan yang

mandiri bagi Tunisia. Kelompok pertanian, mahasiswa, feminis, dan

perkumpulan buruh juga mendukung tuntutan nasional tersebut. Bourguiba

kembali memimpin kolaborasi antara Neo-Destour dengan beberapa

perkumpulan buruh dan kelompok lainnya. Dibalik kesabaran dan kehendak

Bourguiba yang sangat kuat, pada akhir tahun 1952 warga Tunisia mulai

membuka jalan bagi terorisme urban. Akhirnya mereka dikalahkan di

30
Ira M lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 233.
38

Indochina, di bawah tekanan diplomatik Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN),

dan kekejaman melanda Tunis.31

Pada musim semi tahun 1955 pihak Perancis mengakui sebuah

pemukiman Tunisia yang secara internal bersifat otonom. Sebuah protokol

Perancis-Tunisia pada bulan Maret 1956 menghapuskan protektorasi tahun

1881. Bagi Tunisia kemerdekaan relatif mudah dicapai. Tunisia telah lama

mempertahankan identitas politiknya di bawah kepemimpinan Beys

Husaniyyah, ia dapat dipandang sebagai kontinuitas elite dan kesatuan

nasional yang bersifat relatif. Bahkan Tunisia tidak pernah menderita

sebagaimana penderitaan Al-jazair akibat kolonisasi Perancis. Kebalikan dari

sistem koloni di Al-jazair, para pemukim Perancis di Tunisia tidak mengambil

perlawanan senjata terhadap gerakan kemerdekaan Tunisia. 32

Pembentukan sebuah pemerintahan Tunisia yang merdeka segera

dilanjutkan dengan konsolidasi kekuasaan Bourguiba. Pada tahun 1957

majelis konstituante melucuti anggaran belanja Bey, melucuti gelar, dan

kekuasaannya. Bourguiba ditetapkan sebagai kepala negara. Konstitusi tahun

1959 mepercayakan seluruh kekuasaan kepada presiden. Pemerintah baru ini

secara progresif menghentikan pejabat pejabat Perancis dan mengganti

31
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam,h.234
32
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 235.
39

mereka dengan kalangan militan, meskipun sekitar 2500 warga perancis

masih bertahan dalam kedinasan Tunisia.

Sebagai respon terhadap kebutuhan politik dan kebutuhan ekonomi,

rezim Tunisia merdeka telah mencoba menerapkan sejumlah strategi ekonomi

yang berbeda. Sejak tahun 1956 sampai 1961, secara umum rezim Tunisia

memberlakukan kebijakan ekonomi liberal dengan mengambil pertanahan

warga Perancis, menempatkan kekayaan wakaf di bawah penguasaan

pemerintah, dan membuka jalan bagi pemilikan pribadi terhadap pertanahan

kolektif.33

Selain berupaya untuk membangun perekonomian, rezim Tunisia

teguh menjalankan sekularisasi masyarakat Tunisa secara drastis, mirip

dengan program Mustafa Al-Ataturk. Perguruan masjid Zaytuna diambil alih

di bawah penguasaan kementerian pendidikan dan sejumlah sekolah agama

dimasukan ke dalam sistem sekolah negri. Rezim baru tersebut menciptakan

sebuah peradilan sekuler. Undang-undang Perkawinan diberlakukan pada

tahun 1956 yang melarang poligami dan memasukan perkawinan dan

perceraian ke dalam perkara sipil. Undang-undang tersebut juga memberikan

persamaan hak kepada wanita (istri). Partai Neo-Destour yang diubah

namanya menjadi Partai Sosialis Destourian menjadi sponsor bagi program

33
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h.235.
40

sekolah secara besar besaran, pendukung emansipasi wanita, sebagai sarana

pendidikan politis massa, dan sebagai pelopor sekulerisasi.34

Habib Bourguiba diangkat menjadi presiden pertama Tunisia pada

tahun 1975. Pada tahun 1987 ia digulingkan oleh perdana menteri Zine el-

Abidine Ben Ali dengan alasan kesehatan.35 Pada 13 desember 2011 Ben Ali

di gantikan oleh Moncef Marzouki, dan pada 31 desember 2014 Marzouki

digantikan oleh Beji Caid Essebsi dari partai Nida Tounes yang beraliran

sekuler hingga sekarang.36

2. Sistem Pemerintahan di Tunisia

Tunisia adalah negara republik dengan menyebut Islam sebagai agama

resmi negara.37 Piagam konstitusi pertama Tunisia dapat ditelusuri kembali ke

Fundamental Pakta (1857) yang didirikan oleh Muhammad Bey (1855-1859),

menyusul penurunan pemerintahan Ottoman pada awal abad ke 19.

Fundamental Pakta berisi mengenai aturan yang mengatur hubungan antara

pemerintah, masyarakat, dan orang asing dalam upaya untuk memperkuat

kekuasannya dan memenangkan kekuatan eropa. Namun dokumen ini

34
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam,h. 236
35
Kenneth Perkins, A history of Modern Tunisia, (Cambridge: Cambridge University
Press, 2004), h..xi.
36
List of Presiden Tunisia, diakses pada tanggal 25 maret 2016 dari
https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Presidents_of_Tunisia,
37
Wawancara pribadi dengan Budi Juliandi dosen di IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa.
Ciputat 13 Desember 2015.
41

digantikan pada tahun 1861 dengan konstitusi baru pada tahun 1959 untuk

memperkuat kekuatan Habib Bourguiba, pemimpin nasionalis yang memimpin

Tunisia ke kemerdekaan untuk mencapai hal ini, para perancang merubah

konstitusi republik Prancis ke empat, yang pada saat itu berlaku di Tunisia dan

diperkuat dengan eksekutif, dokumen-dokumen ini diubah pada tahun

1988,2002, dan 2005.38

Sistem pemerintahan di Tunisia yaitu Presidensial diadopsi dari model

pemerintahan Perancis yang terdiri dari cabang eksekutif, legislatif, dan

yudikatif.39

2.1 Eksekutif

Kekuasaan eksekutif diberikan kepada seorang presiden (Rais al

Jumhuriyah) dan dipilih oleh suara langsung untuk jangka waktu lima tahun,

dan di bantu oleh kepala pemerintahan (Rais al-Hukumah) dan kabinet.

Kepala pemerintahan ditunjuk oleh presiden, sedangkan anggota lain dari

kabinet ditunjuk oleh presiden berdasarkan rekomendasi dari perdana mentri.

Meskipun seorang presiden dibantu oleh seorang kepala pemerintahan akan

tetapi presiden selalu menjadi orang nomor satu di Tunisia.40

38
Constitutional History of Tunisia, di akses pada tanggal 19 desember 2015 dari
http://www.constitutionnet.org/country/constitutional-history-tunisia.
39
Constitutional History of Tunisia, di akses pada tanggal 19 desember 2015 dari
http://www.constitutionnet.org/country/constitutional-history-tunisia.
40
Wawancara pribadi dengan Budi Juliandi dosen di IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa.
Ciputat 13 Desember 2015.
42

2.2 Legislatif

Kekuasaan legislatif dipegang Majlis Perwakilan Rakyat, anggotanya

dipilih melalui pemilihan umum untuk masa jabatan 5 tahun. Legislatif Tunisia

terdiri dari Majlis Perwakilan Rakyat, yang terdiri dari 217 kursi. Pemilihan

pertama untuk Majelis Perwakilan Rakyat terjadi pada 26 Oktober 2014.

Sistem legislative di Tunisia adalah bikameral. Bagian terkecil

parlemen bikameral adalah Dewan Perwakilan Rakyat Tunisia (Majlis al-

Nuwaab), yang memiliki 214 kursi. Anggota yang dipilih oleh suara terbanyak

untuk masa jabatan lima tahun. Setidaknya 25% dari kursi Dewan Perwakilan

Rakyat Tunisia disediakan untuk oposisi. Lebih dari 27% dari anggota Dewan

Perwakilan adalah perempuan. Dewan perwakilan rakyat berfungsi sebagai

wadah untuk membahas mengenai kebijakan nasional terutama yang

diselenggarakan perwakilan dari enam partai oposisi. Anggota oposisi sering

memilih menentang pendapat dari partai yang berkuasa atau abstain. Karena

mayoritas anggota dewan diusung oleh partai yang memerintah.

Majelis tertinggi adalah Dewan Penasehat, yang termasuk 112 anggota

termasuk perwakilan dari provinsi, organisasi profesional dan tokoh nasional.

41 anggota yang ditunjuk oleh Kepala negara sementara sisanya dipilih oleh
43

rekan-rekan mereka. Sekitar 15% dari anggota dari dewan penasihat adalah

perempuan. 41

2.3 Yudikatif

Sistem pengadilan di Tunisia sama persis seperti di Indonesia karena

kedua negara ini sama sama menganut sistem hukum civil law, ada

pengadilan tingkat pertama, banding, dan kasasi, sampai hari ini Pengadilan

Agama hanya menjadi salah satu bagian dari Pengadilan Umum. Meskipun

Tunisia adalah negara muslim yang menyebut Islam adalah agama negara,

namun tidak menjadikan syariat Islam sebagai landasan hukum formalnya.42

3. Sistem Hukum di Tunisia.

Tunisia adalah negara republik yang menganut sistem hukum civil

law. Hal ini dipengaruhi karena Tunisia pernah dijajah oleh Perancis dari

tahun 1881-1883M.43

Sistem hukum civil law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya

kodifikasi, hakim tidak terikat kepada preseden sehingga undang-undang

menjadi sumber hukum yang utama, dan sistem peradilan bersifat

41
https://en.wikipedia.org/wiki/Politics_of_Tunisia, diakses pada tanggal 11 april
2016.
42
Wawancara pribadi dengan Budi Juliandi dosen di IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa.
Ciputat 13 Desember 2015.
43
http//:www.indfoprof.co.il/country/tunis2a.htm diakses pada tanggal 19 desember
2015
44

inkuisitorial. Inkuisitorial maksudnya, bahwa dalam sistem itu, hakim

mempunyai peranan besar dalam mengarahkan dan memutuskan perkara. 44

Sebelum tahun 1956 perkara hukum keluarga diselesaikan melalui

dua pengadilan, yaitu pengadilan Mazhab Maliki dan pengadilan Mazhab

Hanafi. Setelah 1956 perkara Hukum Keluarga di selesaikan di Pengadilan

Negeri sejak peleburan Pengadilan Agama ke dalam Pengadilan Negeri dan

segala sengketa Hukum Keluarga diselesaikan di Pengadilan Negeri.45

4. Reformasi Hukum Keluarga Tunisia

Dimulai pada abad ke 20 negara negara muslim mulai memperbaharui

hukum keluargsanya dan beranjak dari hukum yang klasik kepada hukum

yang progresif, setidaknya ada 11 pokok persoalan yang dibahas pada

pembaharuan hukum keluarga di dunia Islam. Diantaranya, batas usia nikah,

pengaturan hak asuh anak, pencatatan perkawinan, mahar, poligami, nafkah

istri, perceraian di pengadilan, hak-hak setelah perceraian.46

Tunisia melakukan reformasi dan kodifikasi hukum keluarga setelah

negara itu memperoleh kemerdekaan. Pada akhir tahun empat puluhan,

44
http://hendyyap-law.blogspot.co.id/2012/12/sistem-hukum-civil-law-dan-
commonlaw.html diakses pada tanggal 21 januari 2016.
45
Wawancara pribadi dengan Budi Juliandi dosen di IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa.
Ciputat 13 Desember 2015.
46
M Atho Muzhar, Islam danIislamic Law in Indonesia a Socio-Historical Approach.
(Jakarta,:Office of Religious Research and Development, and Training Ministry of Religious
Affairs Republic of Indonesia,2013), h. 158-159.
45

beberapa ahli hukum terkemuka Tunisia berpikir bahwa dengan melakukan

fusi terhadap Mazhab Maliki dan Mazhab Hanafi, maka sebuah ketentuan

hukum baru mengenai hukum keluarga dapat dikembangkan yang sesuai

dengan perkembangan situasi dan kondisi sosial di Tunisia.47

Presiden habib Bourguiba yang memerintah selama 31 tahun, memberi

hak-hak lebih banyak kepada perempuan dibanding negara negara Arab lain.

Beberapa bulan setelah kemerdekaannya pemerintah Tunisia langsung

memberlakukan hukum keluarga. Oleh banyak pengamat, hukum keluarga

tersebut dianggap cukup maju dalam mengiterprestasikan syariat islam,

terutama dalam membela hak-hak perempuan, namun bagi kalangan tertentu

hukum keluarga itu dianggap menyalahi bahkan menentang Syariat Islam.48

Meskipun undang-undang hukum keluarga yang dikeluarkan oleh

Presiden Bourguiba menuai kritik dan kecaman, tetapi pembaharuan hukum

keluarga tidak sempat membuat goncang sosial dan politik di negara tersebut.

Atas saran dan dukungan beberapa elit ulama pembaharu, Bourguiba tetap

memberlakukan hukum keluarga tersebut. Ini tidak menutup kenyataan bahwa

beberapa ulama negara Timur Tengah terus melakukan kritik dan tetap

47
Masnun Tahir,Hak- Hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Syiria dan
Tunisia,AL-Mawardi Edisi XVIII (T.tp 2008), h. 210.
48
Dedi Supriyadi, Perbandingan Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam, h. 108.
46

menyuarakan penolakan terhadap hukum ini. Bahkan, mereka menjadikannya

sebagai tolok ukur serta menggolongkan Tunisia sebagai negara sekuler yang

anti Islam padahal dalam konstitusinya Islam merupakan dasar negara.49

Tokoh agama Pakistan mengkritisi ordonansi hukum keluarga tersebut

dan beberapa ulama Arab juga menganggap pembaharuan hukum keluarga

Tunisia sebagai sekularisasi dan westernisasi hukum secara membabi buta,

yang muncul karena perasaan inferior terhadap barat. Tetapi pemerintah

Tunisia lebih memilih pandangan ulama-ulama pembaharu, seperti

Muhammad Abduh, Qasim Amin, Rifa’ah Tahtwi dan pemikir Tunisia Tahir

AL-Haddad menurut mereka syariat selalu berpijak kepada kebaikan dan

menolak segala bentuk penindasan.50

Hukum Keluarga di Tunisia oleh banyak pakar dinilai paling progresif,

liberal dan radikal dari Negara-negara Muslim dalam kepeduliannya terhadap

masalah hak-hak perempuan. Pembaharuan yang dimasukan dalam hukum

Keluarga di Tunisia cukup revolusioner dan distingtif dari negara-negara di

kawasan Arab.51

49
Dedi Supriyadi, Perbandingan Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam, h. 108.
50
Dedi Supriyadi, Perbandingan Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam,h. 109.
51
Tahir Mahmood, Fasmily Law Reforms in the Muslim World, (Bombay:N.M.
Tripathi PVT. Ltd, 1972), h.100.
47

Reformasi hukum keluarga Tunisia merupakan yang paling inovatif di

dunia Muslim sejak penghapusan syariat Islam di Turki pada tahun 1920,

akan tetapi hukum perkawinan di Tunisia tidak sama sekali menyingkirkan

syariat Islam pada undang-undangnya seperti yang dilakukan oleh Mustafa

Kemal At-taturk melainkan lebih kepada menginterprestasikan hukum Islam

dengan menggunakan metode ijtihad atau menggunakan alasan tersendiri

terhadap pembaharuan Hukum Keluarga. Reformasi Hukum Keluarga

dilakukan oleh Habib Bourguiba yang memiliki sifat rasionalistis yang tinggi

yang ditanamkan sejak ia mengenyam pendidikan di Perancis. 52

Undang-undang hukum keluarga di Tunisia dideklarasikan pada tahun

1956, diamandemen pada 4 Juli 1958 dengan Undang-undang Nomor 70

tahun 1958, 19 juni 1959 dengan Undang undang Nomor 77 tahun 1959, 21

april 1964 dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 1964, 3 Juni 1966 dengan

Undang-undang Nomor 49 tahun 1966, 18 february 1981 dengan Undang-

undang Nomor 7 tahun 1981, 12 juli 1993 dengan Undang-undang Nomor 74

tahun 1993, 6 Maret 2006 dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 2006, 14

Mei 2007 dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007, 4 Maret 2008

52
Kenneth J Perkins, A History of Modern Tunisia, h.137.
48

dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2008, 26 Juli 2010 dengan Undang-

undang Nomor 39 tahun 201053

Hal-hal yag diatur dalam Hukum Perkawinan di Tunisia menurut

Majalah al-Akhwalu Syakhsiyah tahun 2010 yang terdiri dari 12 bab

diantaranya:

1. Bab ke 1 tentang pernikahan diatur pada pasal 1-27

2. Bab ke 2 tentang perceraian diatur pada pasal 29-33

3. Bab ke 3 tentang iddah diatur pada pasal 34-36

4. Bab ke 4 tentang nafkah diatur pada pasal 37-53

5. Bab ke 5 tentang hadhanah diatur pada pasal 54-67

6. Bab ke 6 tentang nasab diatur pada pasal 68-76

7. Bab ke 7 tentang orang-orang yang tidak bisa menggunakan harta diatur

pada pasal 77-80

8. Bab ke 8 tentang orang yang mafqud diatur pada pasal 81-84

9. Bab ke 9 tentang warisan diatur pada pasal 85-152

53
Mustofa Sakhri, Majallah Al-akhwalu Syakhsiyah, (Tunisia: Pemerintah Republik
Tunisia, 2013), h.10-194
49

10. Bab ke 10 tentang orang yang boleh dan tidak boleh menggunakan harta

diatur pada pasal 153-170

11. Bab ke 11 tentang wasiat diatur pada pasal 171-199

12. Bab ke 12 tentang hibah diatur pada pasal 200-213


BAB III

HAK ASUH ANAK MENURUT HUKUM PERKAWINAN ISLAM

DI INDONESIA DAN TUNISIA

A. Hak Asuh Anak menurut Para Ulama Mazhab.

Hadhanah (pengasuhan anak) berasal dari bahasa Arab yang

mempunyai arti antara lain: hal memelihara, mendidik, mengatur, mengurus

segala kepentingan anak anak yang belum mumayiz (belum dapat

membedakan baik dan buruknya sesuatu yang bagi dirinya). Hadhanah

menurut bahasa, berarti meletakan sesuatu di dekat tulang rusuk atau di dekat

pangkuan karena ibu waktu menyusukan anaknya meletakan anak itu

dipangkuannya, seakan akan ibu disaat itu melindungi dan memelihara

anaknya sehingga hadhanah dijadikan istilah yang maksudnya pendidikan dan

pemeliharaan anak sejak lahir sampai sanggup berdiri sendiri mengurus

dirinya yang dilakukan oleh kerabat anak itu .1

Para ulama fiqih mendefinisikan hadhanah sebagai tindakan

pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, baik laki laki maupun perempuan

atau yang sudah besar tetapi belum mumayiz, menyediakan sesuatu yang

menjadi kebaikannya, menjaganya dari sesuatu yang menyakiti dan

1
H.M.A Tihami, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2010), h. 215.

50
51

merusaknya, mendidik jasmani, rohani, dan akalnya, agar mampu berdiri

sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawab.2

1. Dasar Hukum Hadhanah

Dasar hukum adalah firman Allah SWT (QS at-Tahrim ayat 6 ):

‫يَاَ ي َها الَ ِذ ي َن ءَ َامن وا ق و اَن ف َسكم َو اَهلِىكم ناَ را َو ق و د َها النَا س َوالِ َجا َرة َعلَىهَ َملَىِ َكة‬

‫ِغلَ ظ ِش َداد لَ ىَعصو َن الل َما اَ َمَر هم َو يَف َعلو َن َما ي ؤ َمر و َن‬
Hai orang orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu (QS at-
tahrim :6)

Pada ayat ini orangtua diperintahkan oleh Allah SWT untuk

memelihara keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh

anggota keluarganya itu melaksanakan perintah perintah dan larangan

larangan Allah, termasuk anggota keluarga dalam ayat ini adalah anak.

Mengasuh anak anak yang masih kecil hukumnya wajib, sebab

mengabaikannya berarti menghadapkan anak-anak yang masih kecil kepada

bahaya kebinasaaan. Hadhanah merupakan hak bagi anak anak yang masih

kecil, karena ia membutuhkan pengawasan, penjagaan, pelaksaan urusannya,

dan orang-orang yang mendidiknya. Dalam kaitan ini terutama ibunyalah

yang berkewajiban melakukan hadhanah.

2
H.M.A Tihami, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap, h. 215.
52

2. Yang Berhak Melakukan Hadhanah

Seorang anak pada permulaan hidupnya sampai pada usia tertentu

memerlukan orang lain untuk membantunya dalam kehidupannya, seperti

makan, pakaian, membersihkan diri bahkan sampai kepada pengaturan dari ia

bangun sampai ia tidur. Orang yang menjaganya perlu mempunyai rasa kasih

sayang, kesabaran, dan mempunyai keinginan agar anak itu baik di kemudian

hari. Di samping itu ia harus mempunyai waktu yang cukup pula untuk

melaksanakan tugas itu dan orang yang memiliki syarat-syarat tersebut adalah

wanita. Oleh karena itu agama menetapkan bahwa wanita adalah orang yang

sesuai dengan syarat-syarat tersebut sebagaimana disebutkan dalam sebuah

hadist

‫ياَ َر سولَللِ اِ َن اب ِن َه َدا َكا َن بَط ِن لَه َو‬: ‫ ا َن امَراة قَالَت‬,‫اص‬ِ ‫َو َعن َعب ِد اللِه ب ِن ع َمَر َو ب ِن ا َلع‬
‫ َو َز َع َم اَب وه اَنَه ىَن َز َعه ِم ِن‬،‫ َو ثَد ِب ى لَه ِس َقا ء‬،‫ َو ِحج ِر ى لَه ِح َواء‬، ‫َعاء‬
.‫ روه امحد و ابو داود‬. ‫حى‬ ِ ‫ت اَحق بِِه ما َل تَن ِك‬ ِ َ ‫ فَ َق‬.
َ َ ‫ال اَن‬
“Dari Abdullah bin Umar bahwasanya seorang wanita berkata: ya
rasulllah bahwasanya anaku ini perutkulah yang mengandungnya, yang
mengasuhnya, yang mengawasinya, dan air susukulah yang diminumnya.
Bapaknya hendak mengambilnya dariku “ maka berkatalah rasulullah “
engkau lebih berhak atasnya (anak itu) selama engkau belum nikah
(dengan laki laki yang lain ).”(H.R. Ahmad dan Abu Daud; Al-muntaqa II:
671).3

Menurut Imam Malik dalam kitab Al-Muwatha dari Yahya bin Said

dari Qasim bin Muhammad dari Ashim bin Umar ia berkata: bahwasanya

3
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidiqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, (Semarang:
PT. Petrajaya Mitrajaya,2001). h. 434.
53

Umar r.a menikah kemudian bercerai, pada suatu waktu Umar pergi ke Quba

dan menemui anaknya. Anaknya itu lantas meletakannya di atas kudanya .

Dalam pada itu datanglah nenek si anak, Umar berkata : “anaku” wanita itu

juga berkata “anaku “ maka di bawalah perkara itu kepada khalifah Abu

Bakar. Abu bakar memberi keputusannya bahwa anak Umar itu ikut ibunya

dengan dasar yang di kemukakannya “Ibu lebih lembut kepada anak , lebih

halus, lebih pemurah, lebih baik, dan lebih penyayang, ia lebih berhak atas

anaknya (selama ia belum menikah lagi dengan laki laki lain”.4

Menurut hadis-hadis di atas dapatlah ditetapkan bahwa si ibu dari anak

adalah orang yang paling berhak melakukan hak asuh selama ia dalam masa

iddah talak raj,i, talak bain, atau telah habis masa iddahnya, tetapi ia belum

kawin dengan laki laki lain.

Apabila seorang ibu udzur mengasuh seorang anak atau sudah

meninggal, maka berpindah hak asuh itu kepada anggota keluarga lainnya,

seperti urutan yang akan diterangkan di bawah ini menurut beberapa Mazhab :

a. Menurut Mazhab Hanafi hak mengasuh ibu berpindah dari ibu kepada :

1) Ibu dari ibu (nenek)

2) Ibu dari bapa

3) Saudara perempuan seibu sebapa ( kandung)

4) Saudara perempuan seibu

4
H.M.A Tihami, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap, (Jakarta:PT Raja Grafindo
persada, 2010). H. 218-219
54

5) Saudara perempuan sebapa

6) Anak perempuan dari saudara perempuan seibu bapa

7) Bibi ( saudara perempuan ibu )

8) Bibi ( saudara perempuan bapa )

b. Menurut Mazhab Maliki

1) Ibu dari ibu ( nenek seterusnya ke atas )

2) Bibi kandung

3) Bibi se ibu

4) Bibi ibu ( saudara perempuan nenek)

5) Bibi ibu ( saudara perempaun bapak dari ibu )

c. Menurut Mazhab Syafii

1) Ibu dari ibu

2) Bapak

3) Ibu dari bapak ( nenek)

4) Ibu dari ibunya bapak( ibu nenek) dan seterusnya ke atas

5) Kerabat ( keluarga ) terdekat yang perempuan dan

6) Kerabat ( keluarga) yang terdekat laki laki

d. Menurut Mazhab Hanbali :

1) Ibu dari ibu ( nenek)

2) Ibu dari ibu nya ibu ( ibu nenek)

3) Bapak

4) Ibu dari bapak ( nenek)


55

5) Kakek

6) Ibu dari kakek

7) Saudara perempuan seibu sebapa

8) Saudara perempuan se ibu

9) Saudara perempuan sebapa

10) Bibi kandung ( saudara perempuan dari ibu )

11) Bibi seibu dan seterusnya .5

3. Syarat-Syarat Hadhanah dan Hadhin

Untuk kepentingan anak dan pemeliharaannya diperlukan syarat-syarat

bagi hadhanah dan hadhin syarat syarat itu adalah:

1) Tidak terikat dengan suatu pekerjaan yang menyebatkan ia tidak melakukan

hadhanah dengan baik, seperti hadhinah terikat dengan perkerjaan yang

berjauhan tempatnya dengan si anak, atau hampir seluruh waktunya

dihabiskan untuk bekerja.

2) Hendaklah ia orang yang mukalaf, yaitu orang yang telah balig, berakal, dan

tidak terganggu ingatannya. Hadhanah adalah suatu pekerjaan yang penuh

dengan tanggung jawab, sedangkan orang yang bukan mukalaf adalah orang

yang tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.

3) Hendaknya mempunyai kemampuan melakukan hadhanah.

5
Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam Suatu Studi Perbandingan dalam Kalangan
Ahlu Sunah dan Negara Negara Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1995), h. 402-403.
56

4) Hendaklah dapat menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak, terutama

yang berhubungan dengan budi pekerti, orang yang dapat merusak budi

pekerti anak, seperti pezina, dan pencuri, tidaklah pantas melakukan

hadhanah.

5) Hadhin hendaklah orang yang tidak membenci anak jika hadhin orang yang

membenci si anak dikhawatirkan anak berada dalam kesengsaraan. 6

Para ulama berbeda pendapat tentang siapa yang berhak terhadap

hadhanah apakah yang berhak itu hadhin atau mahdin (anak) sebagian

pengikut mazhab hanafi berpendapat bahwa hadhanah itu merupakan hak

anak. Sedangkan menurut Syafii, Ahmad, dan sebagian pengikut Mazhab

Maliki berpendapat bahwa yang berhak terhadap hadhanah itu adalah hadhin.7

Jika memerhatikan maksud ayat ayat qur,an dan hadits maka dapat

dipahami bahwa hadhanah itu di samping hak hadhin hadhanah juga

merupakan hak mahdhin (anak), Allah swt memerintahkan kepada keluarga

agat memelihara dan menjaga keluarganya dari api neraka dengan mendidik

dan memeliharanya agar menjadi orang yang melaksanakan perintah-perintah

Allah dan menjauhi larangan-larangn Nya. anak termasuk salah satu anggota

6
H.M.A Tihami, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap, h. 221.
7
H.M.A Tihami, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap, h. 222.
57

keluarga. Jadi terpeliharanya anak dari api neraka merupakan hak anak yang

wajib dilaksanakan oleh orang tuanya .8

4. Masa dan Upah Hadhanah.

Para ulama sepakat bahwa masa hadhanah itu dimulai sejak kelahiran

anak sampai usia mumayiz. Di atas usia mumayiz, para ulama berbeda

pendapat mengenai tempat tinggal anak tersebut.9

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa seorang hadhin baik itu ibu

kandung maupun wanita lebih berhak atas anak sehingga ia tidak lagi

membutuhkan bantuan wanita. Artinya ia mampu mengurus sendiri keperluan

makan,minum, pakaian dan bersuci.

Ulama Malikiyah berpendapat masa hadhanah bagi anak lelaki selesai

hingga ia baligh, meskipun anak itu gila ataupun sakit. Menurut pendapat

yang masyhur, bagi anak perempuan masa hadhanahnya hingga ia menikah

dan melakukan hubungan suami istri, hal ini terjadi apabila terjadi perceraian

atau ibu ditinggal mati suaminya. Adapun jika masih berstatus sebagai istri

maka hadhanah adalah hak suami istri. Seorang anak tidak diminta untuk

memilih menurut Hanafiyah dan Malikiyah karena ia belum bisa menentukan

8
H.M.A Tihami, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap, h. 222-223.
9
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Waadilatuhu Jilid 10, Penerjemah Abdul
Hayie al-Kattani, dkk, (Depok: Gema Insani,2007), h.79.
58

pilihan dengan akal sehatnya sehingga terkadang ia lebih memilih ikut orang

yang biasa bermain bersamanya.

Ulama Syafiiyah berpendapat jika suami istri bercerai dan punya anak

yang sudah mumayiz, baik lelaki maupun perempuan yaitu menginjak usia

tujuh atau delapan tahun dan kedua orang tuanya sama-sama layak untuk

mengurus hadhanahnya, baik dalam masalah agama,harta, maupun kasih

sayang, kemudian keduanya saling berebut untuk mengasuh anak tersebut

maka si anak dipersilahkan untuk memilih salah satu di antara keduanya.

Siapa saja yang dipilih maka dialah yang berhak untuk mengasuh anak

tersebut.

Ulama Hanabilah sependapat dengan ulama Syafii’yah, yaitu jika anak

lelaki yang normal sudah mencapai usia tujuh tahun maka ia dipersilahkan

untuk memilih salah satu dari kedua orangtua, kalau memang keduanya

berebut untuk mengurusinya. Siapa saja yang dipilih maka ia berhak untuk

mengurus anak tersebut.10

Menurut mayoritas ulama selain Hanafiyah, seorang hadhin tidak

berhak meminta upah hadhanah, baik statusnya sebagai ibu maupun

selainnya karena seorang ibu berhak mendapat nafkah jika statusnya masih

seorang istri. Adapun jika statusnya selain ibu dari si anak maka nafkah anak
10
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Waadilatuhu Jilid 10, Penerjemah Abdul Hayie al-
Kattani, dkk, h. 80-81.
59

di tanggung ayahnya akan tetapi jika anak yang di peliharanya membutuhkan

bantuan lain, seperti memasak dan mencuci pakaian maka hadhin berhak

mendapat upah.11

Ulama Hanafiyah berkata, seorang hadhinah tidak berhak mendapatkan

upah hadhanah jika statusnya sebagai istri atau dalam masa iddah cerai, baik

cerain ba’in maupun cerai raj’i, seperti halnya tidak mendapatkan upah dalam

radha karena ia mendapatkan nafkah sebagai istri dalam masa iddah, dan

nafkah itu cukup untuk keperluan hadhanah. Adapun setelah selesainya iddah

maka hadhinah berhak meminta upah hadhanah karena terhitung upah

pekerjaan.

Seorang hadhinah yang statusnya bukan istri juga berhak mendapatkan

upah hadhanah, namun upah itu belum termasuk upah menyusui dan nafkah

untuk anak. Jadi semuanya ada tiga kewajiban yaitu upah hadhinah

(pengasuh), upah menyusui, dan nafkah anak.12

Seorang suami wajib membayar upah penyusuan dan hadhanah. Ia juga

wajib membayar ongkos sewa rumah atau perlengkapannya jika sekiranya si

ibu tidak memiliki rumah sendiri sebagai tempat mengasuh anaknya. Ia juga

wajib membayar gaji pembantu rumah tangga atau menyediakan pembantu

11
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Waadilatuhu Jilid 10, h.. 73.
12
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Waadilatuhu jilid 10, h.73.
60

tersebut jika si ibu membutuhkan. Hal ini bukanlah bagian dari nafkah anak

seperti makan, minum, tempat tidur dan keperluan yang lainnya, tetapi upah

ini hanya wajib dikeluarkannya saat ibu pengasuh mengasuh asuhannya, dan

upah ini menjadi utang yang ditanggung oleh ayah serta baru bisa lepas dari

tanggungan ini kalau sudah dibebaskan atau dibayarkan hal ini menjadi

kewajiban bagi seorang suami karena kedudukan suami dalam Islam adalah

sebagai pemberi nafkah .13

B. Hadhanah Menurut Peraturan Perundang-undangan Hukum Keluarga


di Indonesia

1. Hadhanah Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

Pada dasarnya orang tua bertanggung jawab atas pemeliharaan anak-

anaknya, baik orang tua dalam keadaan rukun maupun dalam keadaan sudah

bercerai.14 Hal ini dirumuskan dalam pasal 41 dan 45 Undang-Undang Nomor

1 tahun 1974 tentang Perkawinan sebagai berikut::

Mengenai kewajiban orang tua terhadap anak dijelaskan dalam pasal

45 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974

1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka


sebaik baiknya.
2. Kewajiban orangtua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban
terus berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

13
H.M.A Tihami, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap, h. 217-226.
14
Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.
66.
61

Namun apabila terjadi perceraian maka kedudukan orang tua sebagai

pengasuh anak dijelaskan dalam pasal 41 Undang-undang Nomor 1 tahun

1974

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah :

a. Baik ibu maupun ayah berkewajiban memelihara dan mendidik anak-


anaknya, semata mata berdasarkan kepentingan anak bilamana ada
perselisihan mengenai penguasaan anak anak pengadilan memberikan
putusannya.
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendiikan yang diperlukan anak itu bilamana bapak dalam kenyataannya
tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan
bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut .
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan
biaya penghidupan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri
Mengenai aturan siapa yang berhak mengasuh anak, dalam pasal 47

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 memberikan acuan pemeliharaan anak:

Anak yang belum dewasa mencapai umur 18 (delapan belas tahun) atau belum

pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya

selama mereka tidak di cabut dari kekuasaannya.

Bila orangtua lalai dalam bertanggung jawab baik dalam hal merawat dan

mengembangkan harta anaknya. Orang tua yang demikian dapat dicabut atau

dialihkan kekuasannya bila ada alasan-alasan yang menuntut pengalihan

tersebut. Hal ini berdasarkan pasal 49 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

tentang Perkawinan yang berbunyi :


62

1) Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut hak kekuasananya
terhadap seorang anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atau atas
permintaan orang tua yang lain, keluarga dalam garis lurus ke atas dan
saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang dengan
keputusan pengadilan dalam Hal-Hal :
a. Ia sangat melalaikan kewajiban terhadap anaknya.
b. Ia berkelakuan buruk sekali.
2) Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, mereka masih tetap
berkewajiban untuk memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut.
2. Hadhanah Menurut Inpres KHI (kompilasi Hukum Islam) Nomor 1 tahun

1991

Garis hukum yang terkandung dalam pasal 41 Undang-undang Nomor 1

tahun 1974, tampak tidak membedakan antara tanggung jawab pengasuhan

anak yang mengandung nilai non materil atau yang mengandung nilai kasih

sayang. Undang-undang perkawinan penekanannya berfokus pada nilai materiil

nya saja, sedangkan pasal 105 KHI penekannanya meliputi kedua aspek

tersebut.

Dalam hal terjadi perceraian

a. Pemeliharaan anak yang belum mumayiz atau belum berumur 12 tahun adalah
hak ibunya .
b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayiz diserahkan kepada anaknya untuk
memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya .
c. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.15
Ketentuan KHI tersebut, tampak bahwa tanggung jawab seorang ayah

kepada anaknya tidak dapat gugur walaupun ia sudah bercerai dengan istrinya

atau ia sudah kawin lagi. Dapat juga dipahami bahwa ketika anak itu masih

kecil (belum mumayiz) maka pemeliharaannya merupakan hak ibu, namun


15
Inpres Kompilasi Hukum Islam No. 1 tahun 1999.
63

biaya ditanggung oleh ayahnya. Apabila anak sudah mumayiz maka anak

berhak memilih di antara ayah dan ibunya yang ia ikuti. Tergantung dari anak

dalam menentukan pilihannya.

Sedangkan pada pasal yang menjelaskan tentang adanya perceraian yaitu

pada pasal 156 KHI juga dibahas tentang hadhanah, yang berisi:

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah :

1) anak yang belum mumayiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya,


kecuali bila ibunya telah meninggal duina, maka kedudukannya diganti oleh
:
a) Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu.
b) Ayah
c) Wanita wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah
d) Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan
e) Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu
f) Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah
g) Anak yang sudah mumayiz berhak memilih untuk mendapatkan
hadhanah dari ayah atau ibunya
h) Apabila pemegang hadhanah tidak dapat menjamin keselamatan jasmani
dan rohani anak meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi
maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan pengadilan agama
dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai
hak hadhanah pula .
i) Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah
menurut kemampuannya , sekurang kurangnya sampai anak tersebut
dewasa dan dapat mengurus diri sendiri (21) tahun
j) Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya
menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak anak
yang tidak turut kepadanya .
Dari penjelasan di atas nampak jelas bahwa kedudukan hak asuh anak
pasca bercerai lebih condong kepada wanita karena kasih sayang, naluri
kewanitaan, dan kesabaran mereka lebih tinggi di bandingkan dengan
kaum laki laki. Dan penjelasan dari setiap pasal pada KHI ini di nilai
lebih rinci di bandingkan dengan UU no 1 tahun 1974.
64

3. Hadhanah Menurut Undang-Undang Tentang Perlindungan Anak.

Pada dasarnya tidak ada pembedaan dalam peran orangtua sebagai

pengasuh anak sebagaimana dijelaskan dalam pasal 7 dan 26 Undang-undang

Nomor 23 tahun 2002 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-undang

Nomor 35 tahun 2014

Pasal 7
1. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh
oleh orang tuanya sendiri.
2. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh
kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut
berhak diasuh dan diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang
lain sesuai dengan ketentuan pearturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 26
1. Orangtua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
a. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak
b. Menmbuhkembangkan anak sesuai dengan kemapuan, bakat, dan
minatnya, dan
c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak anak
2. Dalam hal orang tau tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau
karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung
jawabnya, maka kewajibannya dan tanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dapat beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mengenai pencabutan kuasa asuh orang tua dijelaskan dalam

pasal 30 dan 31

1. Hal orang tua sebagaimana dimaksud dalam pasal 26, melalaikan


kewajibannya, terhadapnya dapat dilakukan tindakan pengawasan atau
kuasa asuh orangtua dapat dicabut.
2. Tindakan pegawasan terhadap orang tua atau pencabutan kuasa asuh
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan melalui penetapan
pengadilan.
65

Pasal 31
1. Salah satu orang tua, saudara kandung, atau keluarga sampai derajat
ketiga dapat mengajukan permohonan ke pengadilan untuk
mendapatkan penetapan pengadilan tentang pencabutan kuasa asuh
orang tua atau melakukan tindakan pengawasan apabila terdapat
alasan yang kuat untuk itu.
2. Apabila salah satu dari orang tua, saudara kandung, atau keluarga
sampai dengan derajat ketiga, tidak dapat melaksanakan fungsinya,
maka pencabutan kuasa asuh orangtua sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 dapat juga diajukan oleh pejabat yang berwenang atau lembaga
lain yang mempunyai kewenangan untuk itu.
3. Penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
menunjuk orang perseorangan atau lembaga pemerintahan/masyarakat
untuk menjadi wali bagi yang bersangkutan.
4. Perseorangan yang melaksanakan pengasuhan anak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) harus seagama dengan agama yang dianut
anak yang akan diasuhnya.
Sedangkan ketentuan pidana bagi orang yang menelantarkan anak,

tidak mengasuh, diatur di pasal 77B:Setiap orang yang melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76B,16 dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah).

Pasal ini terlihat lebih luas cakupannya bukan hanya hubungan antara

ayah dan anak saja akan tetapi bagi siapapun yang salah memperlakukan,

menelantarkan anak, akan dihukum dan didenda seperti yang telah

dituliskan pada alinea di atas.

16
Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh
melibatkan anak dalam situasi perlakuan salah dan penelantaran.
66

C. Hadhanah Menurut Peraturan Perundang-undangan Hukum Keluarga


di Tunisia

Undang-undang hukum keluarga di Tunisia dideklarasikan pada tahun

1956, diamandemen pada 4 Juli 1958 dengan Undang-undang Nomor 70

tahun 1958, 19 juni 1959 dengan Undang undang Nomor 77 tahun 1959, 21

april 1964, dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 1964, 3 Juni 1966 dengan

Undang-undang Nomor 49 tahun 1966, 18 february 1981 dengan Undang-

undang Nomor 7 tahun 1981, dan terakhir 12 juli 1993 dengan Undang-

undang Nomor 74 tahun 1993, 6 Maret 2006 dengan Undang-undang Nomor

10 tahun 2006, 14 Mei 2007 dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007, 4

Maret 2008 dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2008, 26 Juli 2010

dengan Undang-undang Nomor 39 tahun 2010.17

Ketentuan tentang pemeliharaan anak secara umum bersumber dari

prinsip-prinsip Mazhab Maliki dan Hanafi. Dalam fiqih Mazhab Maliki

dinyatakan bahwa jika seseorang mentalaq istrinya, pemeliharaan anak

menjadi hak ibu, dengan alasan seorang ibu lebih besar kasih sayangnya dan

memahami kemaslahatan dan kebutuhan anak daripada ayah.18

17
Mustofa Sakhri, Majallah Al-akhwalu Syakhsiyah, (Tunisia: Pemerintah Republik
Tunisia, 2013), h.10-194
18
M Atho Muzhar, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, (Ciputat: Ciputat Press,
2003), h. 91.
67

Pasal 54: Hadhanah adalah memberikan pendidikan dan perlindungan


kepada anak.
Pasal 55: Apabila ibu menolak untuk mengasuh anaknya maka ia tidak
diwajibkan untuk mengasuh anaknya, tetapi apabila tidak ada yang
menggantikan maka ibu tetap wajib mengasuh anaknya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mazhab Hanafi yang menyebutkan bahwa

seorang ibu jika menolak untuk mengasuh anak maka ia tidak boleh dipaksa

untuk mengurus hadhanah anaknya, sebagaimana tidak boleh dipaksa jika

menolak untuk tidak mau menyusui anaknya.19

Pasal 56: biaya pengasuhan adalah kewajiban ayah serta ayah wajib
menyediakan tempat tinggal dan biaya hidup untuk anaknya.
- Seorang ayah mempunyai kewajiban untuk memastikan adanya
orang yang menjadi pengasuh terhadap anaknya di tempat
tinggal yang dimiliknya dan apabila ia tidak melaksanakannya
maka hilang hak asuh ayah kepada anaknya.
- Contoh kewajiban seorang ayah adalah memiliki pengasuh
untuk anaknya di rumah yang layak lalu ayah dapat menentukan
pembayaran sewa rumah yang merupakan kewajibannya.
- Kewajiban seorang ayah adalah memberikan tempat tinggal
yang layak bagi yang menjadi pengasuh dan anaknya. Selain itu
ayah juga wajib memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya
sesuai dengan kemampuannya.
- Hak-hak bagi anak dan pengasuhnya tersebut tidak dapat
dilanggar kecuali mendapat penggantinya yang sesuai disertai
jaminan untuk memenuhi hak-hak anak dan pengasuhnya.
- Dimungkinkan bagi hakim untuk meninjau kembali putusan
yang berlaku tentang tempat tinggal pengasuh dan kebutuhan
anak apabila terjadi perubahan keadaan, sebagaimana yang
telah disepakati oleh hakim, dan hakim menentukan sebab-
sebab yang menjadikan putusan tersebut ditinjau kembali.
- Ketetapan keputusan mengenai hak bagi pengasuh dan anak
dikeluarkan oleh hakim pengadilan dan berlaku seketika itu
pula.

19
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Waadilatuhu Jilid 10, Penerjemah Abdul Hayie al-
Kattani, dkk, h.72.
68

Hal ini menunjukan adanya peraturan secara rinci yang membahas tentang apa

saja hak-hak anak dan hak-hak pengasuh, dan hak-hak tersebut tidak bisa

dilanggar kecuali mendapat penggantinya yang sesuai, dan apabila terjadi

perubahan dalam keadaan anak, orang tua, atau pengasuh maka perubahan

tersebut diajukan dalam surat permohonan baru dan dikeluarkan dengan putusan

pengadilan yang terbaru.

Peraturan ini juga merupakan pendapat dari Mazhab Maliki yang

menyebutkan bahwa nafkah dan tempat tinggal untuk hadhinah dan anak-anak

yang diasuh ditanggung oleh ayah mereka.20

Pasal 56 (tambahan): Hukuman bagi bapak yang tidak dapat memberikan


biaya nafkah anak/ menanggung tempat tinggal: dipenjara selama 3 bulan-1
tahun atau denda 100 s/d 1.000 dinar Tunisia (Rp,665.200 – 6.652.519)
- Ayah juga akan dihukum dengan hukuman yang serupa
sebagaimana yang sudah ditetapkan pada alinea sebelumnya
apabila pengasuh melakukan tindak pidana dikarenakan tidak
terpenuhinya hak pengasuh. Pengasuh juga dapat diberhentikan
sebagai pengasuh dan tidak mendapatkan bayaran selama satu
bulan terakhir dia bekerja.
- Ketentuan hukuman tersebut menunjukan bahwa tidak
memenuhi hak pengasuh dan anak merupakan tindakan
kejahatan yang dapat dikenakan sanksi.

Pasal ini menjelaskan hukuman bagi ayah yang tidak memberikan nafkah

anak dan hak-hak pengasuh yaitu di penjara selama 1-3 bulan atau denda 100 s/d

1000 dinar Tunisia, hal ini menunjukan bahwa tidak memberikan nafkah kepada

anak dan tidak memberikan hak-hak pengasuh merupakan suatu tindakan kriminal
20
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Waadilatuhu Jilid 10, Penerjemah Abdul Hayie al-
Kattani, h.74.
69

dan dapat dikenakan sanksi. Hal ini juga merupakan suatu pembaharuan dalam

Hukum Keluarga Islam dimana menurut pendapat para Imam Mazhab tidak

ditemukan adanya hukuman bagi ayah yang tidak memberikan nafkah kepada

anak dan pengasuh nya.

Pasal 57: Pengasuhan menjadi hak kedua orang ketika mereka masih dalam
ikatan perkawinan.
Hal ini menunjukan bahwa kewajiban mengasuh anak selama masih dalam

ikatan perkawinan lebih diutamakan oleh kedua orang tuanya, karena secara fisik

maupun psikologis merekalah yang paling berhak akan hak tersebut.

Pasal 58: Syarat orang yang berhak mengasuh.


1. Pengasuh anak harus orang dewasa yang matang, dapat dipercaya dan
mampu melaksanakan kewajiban pemeliharaan.
2. Seorang pengasuh harus bebas dari semua penyakit baik pengasuh laki laki
ataupun perempuan (untuk perempuan usianya tidak berada pada usia
dilarang kawin).
3. Seorang pengasuh perempuan tidak mesti tinggal bersama dengan ayah anak
yang diasuh kecuali terjadi hubungan kekerabatan dengan ayah anak yang
diasuh tersebut.

Pasal ini menjelaskan persyaratan secara rinci mengenai syarat-syarat orang

yang berhak mengasuh anak, agar pengasuh bukanlah orang yang sembarangan,

sebab anak yang belum mumayiz rentan sekali meniru kebaikan maupun

keburukan orang-orang di sekitarnya, maka diharapakan pengasuh haruslah orang

yang baik dan bertanggung jawab.

Pasal 59: Jika pengasuh memiliki agama yang berbeda dengan agama bapak
anaknya, maka tidak sah pengasuhannya kecuali anak tersebut belum genap
usianya (5) tahun. Dan tidak ada kewajiban bagi pengasuh untuk mengikuti
70

agama bapak si anak. dan ketentuan dalam pasal ini tidak berlaku bagi ibu jika ia
yang menjadi pengasuh.
Intisari dari pasal tersebut adalah bahwa pengasuh dibolehkan menjadi

pengasuh meskipun agamanya berbeda dengan agama ayah anak yang diasuh.

Kebolehan mengasuh anak ini dibatasi kepada anak yang berusia di bawah lima

tahun.

Pasal 60: Bagi ayah, ibu, maupun wali dalam hal bertemu dengan anak, dari
pemegang hak asuh pasca perceraian harus tetap mempertimbangkan keadaan
anak dari segi kedisiplinan dan memberikannya hak untuk belajar di lembaga
pendidikan. Apabila Ayah, Ibu atau Wali mengajak anak menginap maka anak
harus ditemani pengasuhnya.
Meskipun anak berada dalam kuasa asuh salah satu orang tua maupun

pengasuh, orang tua tetap berkewajiban untuk memberikan hak pendidikan

kepada anak nya, apabila Ayah,Ibu, atau wali mengajak anak menginap maka

anak harus ditemani pengasuh agar anak terebut terurus dan tidak terlantar.

Pasal 61: Jika seorang pengasuh membawa pergi anak asuh dengan jarak yang
jauh sehingga menyulitkan wali untuk bertemu dan memberikan hak-hak anak
tersebut maka ia kehilangan hak asuh terhadap anak tersebut.
Pasal ini menjelaskan bahwa menjadi pengasuh anak di Tunisia haruslah

bertanggung jawab, apabila pengasuh membawa anak jauh dari orang tuanya atau

wali nya yang menyebabkan wali/orang tua kesulitan untuk menemui atau

memberikan hak-hak anak maka pengasuh tersebut akan kehilangan hak asuh nya.

Pasal 62: seorang ayah dilarang membawa anak keluar dari negeri ibunya,
atau menjauhkan anak dari ibunya sementara ibunya yang memiliki hak asuh anak
tersebut, kecuali mendapatkan izin darinya dan telah terselesaikan segala urusan
anak tersebut.
71

Hal ini sesuai dengan pendapat Mazhab Hanafi yang menyatakan bahwa

selama hadhanah anak masih diurus ibunya, seorang ayah atau wali tidak berhak

untuk membawa anak keluar dari negara ibunya jika ia tidak rela.21

Pasal 63: barangsiapa yang mengambil paksa hak asuh anak dari pengasuh
yang terdahulu, dengan berbagai alasan maka anak dan pengasuh wajib dilindungi
oleh wali dari anak tersebut (orangtua).
Seringkali pengambil paksaan oleh orangtua atau orang lain yang tidak rela

apabila anak diasuh oleh orang tua atau wali yang kini menjadi pemegang hak

asuh anak tersebut, dalam hal ini maka seorang wali atau orang tua yang

memegang hak asuh haruslah melindungi anak dan pengasuh nya dari

kemungkinan terburuk akibat adanya perebutan hak asuh.

Pasal 64: apabila ada seseorang yang bersedia dan menyatakan siap
berkomitmen untuk menjadi pengasuh maka hakim akan memberikan hak asuh
kepadanya dan kepada orang lain yang bersamanya.
Pada dasarnya pemberian hak asuh anak pasca perceraian diberikan kepada

salah satu orang tua baik ayah ataupun ibu tapi apabila ada orang lain yang ingin

mengasuh anak tersebut maka pengadilan lah yang akan memutuskan kepada

siapa hak hak asuh diberikan.

Pasal 65: seorang pengasuh tidak boleh mengambil upah kecuali melayani
urusan anak asuh dari memasak, mencuci baju, dan yang lainnya sebagai mana
kebiasaan.

21
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Waadilatuhu Jilid 10, Penerjemah Abdul
Hayie al-Kattani, dkk, h.76.
72

Pasal 66: Apabila anak berada dalam kuasa asuh salah satu orangtua baik
bapak maupun ibu, maka bapak/ibu tidak boleh melarang bapa/ibu anak tersebut
untuk mengunjungi dan memberikan perhatian pada anak tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat ulama Hanafiyah yang berpendapat, jika si

anak berada dalam asuhan hadhinah maka ayah dari anak tersebut berhak untuk

menjenguk anaknya , batasnya adalah seminggu sekali, sedangkan ulama

Malikiyah berpendapat seorang Ibu juga berhak untuk menjenguk anaknya

apabila anak berada dalam kuasa asuh ayahnya, waktu untuk menjenguk anak

yang belum sekolah adalah seminggu sekali akan tetapi apabila anak telah

mencapai usia sekolah maka ia boleh menjenguknya secara berkala.22

Pasal 66 (tambahan): apabila salah satu wali yang mengasuh anak meninggal
dunia, maka kakek dan nenek memiliki hak untuk mengunjungi cucunya.
Pasal 67: Jika suami/istri meninggal maka, hak asuh jatuh kepada yang masih
hidup yaitu bapak atau ibu. Apabila terjadi perceraian maka hak asuh jatuh ke
salah satunya.
- Dan apabila terputusnya pernikahan dan keduanya saling
mengikat dalam kehidupan maka hak asuh tersebut jatuh kepada
keduanya atau selain darinya.
- Bagi hakim ketika memberikan keputusan untuk lebih
mempertimbangkan kepada kebutuhan anak .
- Seorang ibu berhak memutuskan mengenai keikutsertaan anak
bersamanya ketika akan melakukan perjalanan jauh, ibu juga
berhak memutuskan hal mengenai pendidikannya dan berhak
mengatur keuangan anak.

22
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Waadilatuhu Jilid 10, Penerjemah Abdul
Hayie al-Kattani, dkk, h. 78.
73

- Bagi hakim, dalam memutuskan perkara lebih


mempertimbangkan seorang ibu sebagai pemegang hak asuh
apabila wali berhalangan/lalai dalam melaksanakan
kewajibannya sehingga menyebabkan terlantarnya anak.23

Hal yang paling menonjol dalam pasal ini adalah adanya pemberian hak asuh

kepada kedua orang tua pasca perceraian apabila mereka mengikat diri untuk tidak

saling memutuskan tali silaturahmi dan berhubungan baik antara keduanya, akan

tetapi ibu lah yang menajdi prioritas utama yang memegang kendali baik dari sisi

pengaturan kebutuhan anak, maupun keuangannya.

23
Mustofa Sakhri, Majallah Al-akhwalu Syakhsiyah, (Tunisia: Pemerintah Republik
Tunisia, 2013), h.110-133.
BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN HAK ASUH ANAK MENURUT

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA DAN

TUNISIA

Akibat hukum perceraian terhadap kedudukan dan perlindungan anak

menurut pasal 41 huruf (a) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 ialah baik

bapak maupun ibu tetap mempunyai kewajiban memelihara dan mendidik anak

anaknya, semata mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana terjadi

perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, maka pengadilan yang

memberikan keputusannya. Akibat hukum perceraian terhadap anak ini tentu saja

hanya berlaku terhadap suami istri yang mempunyai anak dalam perkawinan

mereka, tetapi tidak berlaku terhadap suami istri yang tidak mempunyai anak

dalam perkawinan mereka. 1

Menurut Hetterington perceraian orangtua berpengaruh besar terhadap

sikap anak di antaranya adalah terganggunya pergaulan dengan teman sebaya,

terhambatnya perkembangan anak, dan hal ini akan terus berlangsung sampai

anak menginjak usia remaja, dan interaksi sosial sedikit terganggu ketika masa

dewasa.2

1
Muhammad Syaifudin, Hukum Perceraian, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 371.
2
Save M Dagun, Psikologi Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2013), h. 119-120.

74
75

A. Segi-Segi Persamaan Hak Asuh Anak di Indonesia dan Tunisia

1. Yang Berhak Mengasuh Anak

Dalam hukum di Indonesia maupun di Tunisia kewajiban mengasuh anak

sama sama berada ditangan kedua orang tua, seperti yang tertera dalam pasal 45

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974

1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik
baiknya.
2) Kewajiban orangtua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku
sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban terus berlaku
meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.
Namun apabila terjadi perceraian maka kedudukan anak di jelaskan
dalam pasal 41 (a) “Baik ibu atau bapak berkewajiban memelihara dan mendidik
anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada
perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, pengadilan memberi
keputusannya”.

Sedangkan menurut peraturan hadhanah di Tunisia pun tidak jauh

berbeda dengan Indonesia seperti yang tertera dalam pasal 57 Undang-undang

Nomor 49 tahun 1966 tentang Perkawinan Tunisia.

Pasal 57: pengasuhan menjadi hak kedua orang ketika mereka masih dalam
ikatan perkawinan. Namun apabila terjadi perceraian pemberian hak asuh anak di
jelaskan pada Pasal 67: Jika suami/istri meninggal maka, hak asuh jatuh kepada
yang masih hidup yaitu bapak atau ibu. Apabila terjadi perceraian maka hak asuh
jatuh ke salah satunya.

2. Kewajiban Menafkahi Anak Pasca Perceraian

Menurut Kompilasi Hukum Islam kewajiban menafkahi anak pasca

perceraian jatuh ke tangan ayah, jumlah nafkah disesuaikan dengan kemampuan

ayahnya. Seperti yang tertera dalam pasal 156 huruf d KHI.


76

“Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah
menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan
dapat mengurus diri sendiri (21) tahun”
Begitupula di dalam Undang-undang Hukum Keluarga Tunisia yang

mewajibkan ayah untuk menafkahi anak nya pasca perceraian hanya saja dalam

peraturan Hukum Keluarga di Tunisia peraturannya dibuat sangat rinci dari mulai

penjabaran biaya nafkah anak dan pengasuh, biaya tempat tinggal dan biaya upah

bagi pengasuh. Seperti yang tertera dalam pasal 56 Undang-undang Nomor 20

tahun 2008 tentang Perkawinan Tunisia.

Pasal 56: biaya pengasuhan adalah kewajiban ayah serta ayah wajib
menyediakan tempat tinggal dan biaya hidup untuk anaknya.
1. Seorang ayah mempunyai kewajiban untuk memastikan adanya orang yang
menjadi pengasuh terhadap anaknya di tempat tinggal yang dimiliknya dan
apabila ia tidak melaksanakannya maka hilang hak asuh ayah kepada anaknya.
2. Contoh kewajiban seorang ayah adalah memiliki pengasuh untuk anaknya di
rumah yang layak lalu ayah dapat menentukan pembayaran sewa rumah yang
merupakan kewajibannya.
3. Kewajiban seorang ayah adalah memberikan tempat tinggal yang layak bagi
yang menjadi pengasuh dan anaknya. Selain itu ayah juga wajib memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anaknya sesuai dengan kemampuannya.
4. Hak-hak bagi anak dan pengasuhnya tersebut tidak dapat dilanggar kecuali
mendapat penggantinya yang sesuai disertai jaminan untuk memenuhi hak-
hak anak dan pengasuhnya.
5. Dimungkinkan bagi hakim untuk meninjau kembali putusan yang berlaku
tentang tempat tinggal pengasuh dan kebutuhan anak apabila terjadi
perubahan keadaan, sebagaimana yang telah disepakati oleh hakim, dan hakim
menentukan sebab-sebab yang menjadikan putusan tersebut ditinjau kembali.
6. Ketetapan keputusan mengenai hak bagi pengasuh dan anak dikeluarkan oleh
hakim pengadilan dan berlaku seketika itu pula.
77

B. Segi-Segi Perbedaan Hak Asuh Anak di Indonesia dan Tunisia.


Hal Indonesia Tunisia

Yang berhak -Ibu/bapak/keluarga -Pasal 57,58 Undang-

untuk mengasuh sampai derajat ketiga. undang Nomor 74 tahun

anak -Ibu/bapak tidak memiliki 1993 tentang

wewenang untuk menolak Perkawinan di Tunisia

keputusan hakim. Ibu/bapak/pengasuh

-Pasal 31 dan 39 Undang- (orang ke tiga)/orang

undang Nomor 23 tahun yang ingin mengasuh

2002 apabila orang tua anak tersebut.

melalaikan kewajibannya - Pasal 55, ibu berhak

maka pengadilan dapat menolak keputusan

menunjuk orang hakim apabila ia tidak

perseorangan atau ingin mengasuh

lembaga

pemerintahan/masyarakat,

atau orang tua angkat

untuk menjadi wali bagi

anak tersebut.
78

Agama pengasuh Pasal 31 ayat 4 Undang- Pasal 59 pengasuh boleh

udang Nomor 23 tahun berlainan agama dengan

2002 tentang Perlindungan agama ayah si anak

Anak, seorang pengasuh apabila anak tersebut

harus memiliki agama belum genap berusia 5

yang sama dengan agama tahun.

anak.

Mengenai hak-hak Tidak diatur karena -Pasal 56, ayah

pengasuh (babby Indonesia hanya menganut berkewajiban untuk

sitter) orang tua, keluarga sampai memberikan tempat

derajat ketiga, orang tinggal yang sama bagi

perseorangan yang turut pengasuh dan anak

serta dalam lembaga asuhnya.

pemerintahan, lembaga -jika pengasuh pergi

pemerintahan/masyarakat, maka kewajiban wali

orang tua angkat yang adalah menggantikan

berhak mengasuh anak. kewajiban pengasuh

yang menyebabkan jatuh

hak asuhnya.

-Pasal 65, seorang

pengasuh tidak boleh


79

mengambil upah kecuali

melayani urusan anak

asuh dari memasak,

mencuci baju dll.

-hakim memberikan hak

asuh kepada ibu asuh

apabila wali( orang tua)

berhalangan untuk

menjaganya, tidak jelas

tempat tinggalnya, atau

karena suatu sebab yang

dapat membahayakan

anak tersebut.

Syarat syarat Menurut Undang-undang -Pasal 58, pengasuh

pengasuh Nomor 23 tahun 2002 harus orang yang dewasa

tentang perlindungan anak dan dapat dipercaya

persyaratan bagi pengasuh, -Pengasuh harus bebas

pengasuh memiliki agama dari semua penyakit.

yang sama dengan anak,


80

bertanggung jawab, cakap,

berkelakuan baik.

-Bagi orang yang ingin

berpartisipasi mengasuh

anak dapat melalui

lembaga

pemerintahan/masyarakat

yg bersangkutan (pasal 37)

Apabila anak Tidak diatur. -Pasal 62, seorang ayah

diasuh oleh salah dilarang membawa anak

satu orang tua. jauh dari negeri ibunya

kecuali telah

mendapatksn izin dari

ibu dan telah

terselesaikan urusan anak

tersebut.

- Pasal 66, apabila salah

satu orangtua memiliki

hak asuh anak maka ia

tidak boleh melarang

orangtua lainnya untuk


81

mengunjungi atau

memberikan perhatian

pada anak tersebut.

Batas usia anak Pasal 105 KHI Jika belum Tidak diatur. Hanya saja

untuk diasuh berusia 12 tahun di Tunisia penetapan hak

pengasuhan jatuh ke asuh anak berdasarkan

tangan ibu dan apabila di kepentingan dan

atas 12 tahun (sudah kemaslahatan anak(pasal

mumayiz) diperkenankan 67)

untuk memilih

Sanksi bagi ayah Tidak ditemukan adanya Pasal 56 hukuman bagi

yang tidak sanksi bagi ayah yang ayah yang tidak dapat

memberikan tidak menafkahi anaknya memberikan nafkah

nafkah anak. baik dalam Undang- anak/menanggung tepat

undang No. 1 tahun 1974 tinggal anak beserta

maupun KHI, akan tetapi pengasuh dipenjara

Menurut pasal 77B selama 3 bulan sampai 1

Undang-undang Nomor tahun atau didenda

35 tahun 2014 tentang sebesar 100-1000 dinar

Perlindungan Anak. Orang (Rp,665.200-6.652.519)

yang dengan sengaja tidak


82

mengurus dan

menelantarkan anak

dipidana penjara paling

lama 5 tahun atau denda

sebesar Rp 100.000.000

(seratus juta rupiah)

C. Analisis Perbandingan Hak Asuh Anak di Indonesia dan Tunisia

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa aturan hadhanah di Tunisia lebih

progresif dibandingkan dengan Indonesia. Hal ini berdasarkan adanya peraturan

mengenai bolehnya orang ketiga selain orang tua (baby sitter) untuk merawat

anak dan hak-hak si pengasuh dijelaskan secara jelas dan rinci dalam undang-

undang tersebut, adanya hukuman bagi ayah yang tidak memberikan nafkah

anak dan pengasuh sebesar 100-1000 dinar, adalah perbedaan yang mencolok

apabila kita membandingkan dengan peraturan hukum perkawinan di Indonesia,

karena peraturan sanksi yang terdapat dalam pasal 77B Undang-undang Nomor

35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak di Indonesia menurut penulis

bukanlah pasal hukuman bagi ayah yang tidak memberikan nafkah anak dan

pengasuh melainkan sebuah pasal yang berisi hukuman bagi siapa saja yang

menelantarkan anak. Ada sejumlah alasan Tunisia memperbaharui hukum

keluarganya di antaranya :
83

1) Untuk menghindari pertentangan antara pemikir Mazhab Hanafi dan Mazhab

Maliki.

2) Untuk menyatukan pengadilan menjadi pengadilan nasional, sehingga tidak

ada lagi perbedaan antara Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri.

3) Untuk meunifikasi undang-undang

4) Untuk membentuk undang-undang baru sesuai dengan perkembangan zaman.


3

Beberapa faktor penyebab negara Tunisia memiliki hukum keluarga yang

lebih progresif dibandingkan dengan Indonesia adalah karena adanya perbedaan

mazhab yang dianut. Mazhab Maliki dan Hanafi yang di anut di Tunisia menjadi

faktor terpenting dalam pembentukan hukum keluarganya, salah satu contohnya

adalah yang terdapat dalam pasal 56 Undang-undang Nomor 74 tahun 1993

tentang Perkawinan Tunisia yang menjelaskan secara rinci hak-hak anak dan

pengasuh yang harus dipenuhi ayah, hal ini sama persis dengan yang

diungkapkan oleh mazhab Maliki. Pasal 62 Undang-undang Nomor 39 tahun

2010 tentang Perkawinan Tunisia yang menyebutkan bahwa ayah dilarang

membawa keluar anak dari negeri Ibu nya sedangkan Ibu lah yang memiliki hak

asuh terhadap anak tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat Mazhab Hanafi yang

menyatakan bahwa seorang ayah atau wali tidak berhak untuk membawa anak

keluar dari negeri ibunya jika ia tidak rela.

3
Dinda Khairul Ummah, “ Kriminalisasi Poligami dalam Hukum Keluarga di dunia
Islam (Studi Komparatif Undang-Undang Hukum Keluarga Indonesia-Tunisia),” (Skripsi S1
Fakultas Syariah dan hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2014), h.58.
84

Mayoritas mazhab yang dipakai Indonesia adalah Mazhab Syafii, dan

Mazhab Syafii ini memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan undang-

undang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Di antaranya pada

pasal 156 KHI yang menyebutkan bahwa kedudukan orang-orang yang berhak

mengasuh anak setelah ibu adalah ayah dan seterusnya hal ini sama seperti yang

diungkapkan oleh Mazhab Syafii yang meletakan ayah pada posisi kedua setelah

Ibu dalam hal pemeliharaan anak. Pasal 105 KHI yang menyebutkan bahwa anak

yang sudah berusia 12 tahun (sudah mumayiz) diperkenankan untuk memilih, hal

ini sama seperti yang diungkapkan oleh Mazhab Syafii bahwa anak yang sudah

mumayiz diperkenankan untuk memilih kepada siapa ia ingin diasuh.

Faktor politik pun sangat berpengaruh pada pembentukan peraturan

hukum keluarga di Indonesia dan Tunisia, sejak tahun 1883 Tunisia berada

dalam dominasi politik Perancis, yang ternyata berpengaruh pula dalam bidang

hukum. Selama periode ini, budaya hukum di Tunisia mengalami pem-Barat-an

secara luas. Hukum perdata, hukum pidana, hukum dagang, dan hukum acara

yang berlaku sampai tahun 1956 menggambarkan secara jelas prinsip-prinsip

yurisprudensial dan hukum perdata Perancis.4 Selain itu, rezim Tunisia teguh

menjalankan sekularisasi masyarakat Tunisia secara drastis, mirip dengan

program Mustafa Al-Ataturk.Rezim baru tersebut menciptakan sebuah peradilan

sekuler yaitu menghilangkan pengadilan bermazhab Hanafi dan Maliki untuk

4
M Atho Muzhar dan Khairudin Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam
Modern:Studi Perbandingan dan Keberanjakan UU Modern dari Kitab-Kitab Fikih, h.85.
85

orang Islam dan menyatukannya kedalam suatu Pengadilan Umum. Undang-

undang Perkawinan diberlakukan pada tahun 1956 yang memasukan perkawinan

dan perceraian ke dalam perkara sipil. Undang-undang tersebut juga memberikan

persamaan hak-hak lebih kepada wanita (istri). Pembaratan dan sekularisasi

disegala bidang ini lah yang menyebabkan hukum keluarga di Tunisia terlihat

lebih progresif dibanding negara Indonesia.

Sedangkan di Indonesia pertentangan antara kubu sekuler, aktifis

perempuan, dan umat Islam yang dimenangkan oleh umat Islam dalam

perancangan RUU hukum perkawinan, pasal-pasal yang dianggap bertentangan

dengan hukum Islam dihapuskan, dan Kompilasi Hukum Islam dibentuk dengan

bersumber dari kitab kitab fikih klasik, sehingga hukum perkawinan di Indonesia

tidak beranjak jauh dari ajaran fikih klasik.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya

maka sebagai akhir dari bagian penelitian ini penulis akan menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Peraturan hak asuh anak di Indonesia diantaranya menyebutkan ibu lebih

berhak dalam mengasuh anak, kedudukan setelah ibu adalah ayah, nenek

dan seterusnya dalam garis keluarga ke atas. Kedua, anak yang belum

berusia 12 tahun (mumayiz) adalah hak ibu dan apabila sudah lebih dari

12 tahun anak bebas memilih. Ketiga, mengenai persyaratan agama

pengasuh, pengasuh haruslah seagama dengan anak. Keempat, nafkah

anak pasca perceraian ditangung sepenuhnya oleh ayah disesuaikan

dengan kemampuan ayah. Kelima, penentuan hak asuh anak adalah

sepenuhnya kuasa hakim. Sedangkan mengenai peraturan hak asuh anak

di Tunisia di antaranya, pertama, seorang ibu berhak untuk menolak

kuasa asuh apabila ia tidak ingin mengasuh, kedua, kuasa asuh bisa

diberikan pada orang ketiga (baby sitter) atau kepada orang yang ingin

mengasuh dan segala hak-hak nya diatur dalam undang-undang, ketiga,

nafkah anak dan pengasuh ditanggung oleh ayah dimulai dari nafkah

86
87

uang dan nafkah tempat tinggal, keempat, seorang pengasuh tidak berhak

untuk mendapat bayaran kecuali ia memasak, mencuci untuk anak.

Kelima, anak tidak boleh dibawa pergi dari negara ibu nya atau

menajuhkan ia dari ibunya sementara ibunya yang memegang kuasa asuh

kecuali telah mendapat izin dari ibu, keenam, pengasuh boleh berlainan

agama dengan ayah si anak hanya pada usia anak belum genap 5 tahun,

ketujuh, salah satu orang tua tidak boleh menghalangi orang tua yang

lainnya untuk mengunjungi dan memberikan perhatian kepada anak,

kedelapan, hukuman bagi ayah yang tidak menafkahi anak/menanggung

tempat tinggal anak dan pengasuh dipenjara selama 3 bulan- 1 tahun

didenda 100 s/d 1000 dinar.

2. Hal-hal yang mempengaruhi pembentukan peraturan perundang-

undangan Hukum Keluarga di Indonesia dan Tunisia yaitu pertama,

adanya perbedaan mazhab. Mazhab Maliki dan Hanafi yang di anut di

Tunisia menjadi faktor terpenting dalam pembentukan hukum

keluarganya, salah satu contohnya adalah yang terdapat dalam pasal 56

Undang-undang Nomor 74 tahun 1993 tentang Perkawinan Tunisia yang

menjelaskan secara rinci hak-hak anak dan pengasuh yang harus dipenuhi

ayah, hal ini sama persis dengan yang diungkapkan oleh mazhab Maliki.

Pasal 62 Undang-undang Nomor 39 tahun 2010 tentang Perkawinan

Tunisia yang menyebutkan bahwa ayah dilarang membawa keluar anak

dari negeri Ibu nya sedangkan Ibu lah yang memiliki hak asuh terhadap
88

anak tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat Mazhab Hanafi yang

menyatakan bahwa seorang ayah atau wali tidak berhak untuk membawa

anak keluar dari negeri ibunya jika ia tidak rela.Mayoritas mazhab yang

dipakai Indonesia adalah Mazhab Syafii, hal ini memiliki pengaruh yang

kuat dalam pembentukan Hukum Perkawinan dan Kompilasi Hukum

Islam di Indonesia. Di antaranya pada pasal 156 KHI yang menyebutkan

bahwa kedudukan orang-orang yang berhak mengasuh anak setelah ibu

adalah ayah dan seterusnya hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh

Mazhab Syafii yang meletakan ayah pada posisi kedua setelah Ibu dalam

hal pemeliharaan anak. Pasal 105 KHI yang menyebutkan bahwa anak

yang sudah berusia 12 tahun (sudah mumayiz) diperkenankan untuk

memilih, hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Mazhab Syafii

bahwa anak yang sudah mumayiz diperkenankan untuk memilih kepada

siapa ia ingin diasuh. Faktor politik pun sangat berpengaruh pada

pembentukan peraturan hukum keluarga di Indonesia dan Tunisia, sejak

tahun 1883 Tunisia berada dalam dominasi politik Perancis, yang ternyata

berpengaruh pula dalam bidang hukum. Selama periode ini, budaya

hukum di Tunisia mengalami pem-Barat-an secara luas. Rezim baru

tersebut menciptakan sebuah peradilan sekuler yaitu menghilangkan

pengadilan bermazhab Hanafi dan Maliki untuk orang Islam dan

menyatukannya kedalam suatu Pengadilan Umum. Undang-undang

Perkawinan diberlakukan pada tahun 1956 yang memasukan perkawinan


89

dan perceraian ke dalam perkara sipil. Undang-undang tersebut juga

memberikan persamaan hak-hak lebih kepada wanita (istri). Pembaratan

dan sekularisasi disegala bidang ini lah yang menyebabkan hukum

keluarga di Tunisia terlihat lebih progresif dibanding negara Indonesia.

Sedangkan di Indonesia pertentangan antara kubu sekuler, aktifis

perempuan, dan umat Islam yang dimenangkan oleh umat Islam dalam

perancangan RUU hukum perkawinan, pasal-pasal yang dianggap

bertentangan dengan hukum Islam dihapuskan, dan Kompilasi Hukum

Islam dibentuk dengan bersumber dari kitab kitab fikih klasik, sehingga

hukum perkawinan di Indonesia tidak beranjak jauh dari ajaran fikih

klasik.

3. Persamaan hak asuh anak antara Indonesia dan Tunisia diantaranya yang

berhak mengasuh selama perkawinan adalah hak kedua orang tuanya

namun apabila terjadi perceraian hak asuh anak jatuh ke salah satu orang

tua atau pengadilan yang memutuskannya. Nafkah anak sama-sama

diberikan oleh ayah sesuai dengan kemampuan ayah.

Perbedaan yang mencolok antara peraturan hadhanah di Indonesia dan

Tunisia terletak pada pertama, di Tunisia hak-hak, kewajiban dan

persyaratan bagi pengasuh diatur sebegitu rinci dibandingkan Indonesia,

kedua, persyaratan agama untuk pengasuh di Indonesia harus segama

dengan anak sedangkan Tunisia boleh tidak segama asalkan anak belum

berusia 5 tahun. Ketiga, peran ibu menjadi begitu penting apabila ayah
90

akan membawa anak keluar negeri dari negeri si ibu padahal ibu yang

memiliki hak asuh, maka ayah harus meminta izin kepada ibu dan harus

terselesaikan segera urusan anak tersebut. Keempat, seorang ibu berhak

untuk menolak mengasuh anaknya apabila ia memang tidak mau.

Peraturan ini membuktikan bahwa Hukum Keluarga di Tunisia lebih

progresif dibandingkan dengan Hukum Keluarga di Indonesia, karena

Hukum Keluarga Tunisia lebih mengedepankan hak-hak perempuan yang

dan menempatkan kesetaraan jender antara laki-laki dan perempuan

dalam praktek kehidupannya. Dan perbedaan yang terakhir adalah adanya

sanksi bagi ayah yang tidak menafkahi anak/menanggung tempat tinggal

anak dan pengasuh selama 3 bulan- 1 tahun di denda 100 s/d 1000 dinar

Tunisia, sedangkan hukuman bagi ayah yang tidak menafkahi anak dan

pengasuh di Indonesia tidak ada dalam Undang-unndag Nomor 1 tahun

1974 maupun KHI tetapi dalam pasal 77B Undang-undang Nomor 35

tahun 2014 tentang Perlindungan Anak di Indonesia yang menyatakan,

orang yang dengan sengaja tidak mengurus dan menelantarkan anak

dipidana penjara paling lama 5 tahun atau denda sebesar Rp 100.000.000

(seratus juta rupiah).


91

B. Saran-Saran

Sebagai catatan akhir ggmaka penulis akan memberikan saran:

1. Aturan perkawinan khususnya hadhanah di Indonesia diharapkan bisa

menampung semua aspirasi berbagai pihak, khususnya penetapan hak asuh

anak haruslah berdasarkan kemaslahatan bagi anak.

2. Pengetahuan perbandingan hukum keluarga Islam ini sangat penting di

Indonesia karena seringkali kita memperdebatkan masalah yang di negara lain

sudah selesai, contohnya di Indonesia tidak ada hukuman bagi ayah yang tidak

memberikan nafkah kepada anak nya sedangkan di Tunisia sudah ada

hukumannya.

3. Agar Indonesia segera meng-amandemen undang-undang hukum keluarganya

yang sejak tahun 1974 belum pernah diamandemen sedangkan peraturan

mengenai Hukum Keluarga di Tunisia sudah mengalami 6 kali amandemen.

Agar peraturan hukum keluarga khsusunya hadhanah lebih sesuai dengan

perkembangan zaman.

4. Masalah hukuman bagi ayah yang tidak menafkahi dan menanggung tempat

tinggal anak beserta pengasuh selama tiga bulan-1 tahun didenda 100-1000

dinar di negara Tunisia haruslah diadopsi oleh Indonesia karena selama ini

Undang-undang Hukum keluarga di Indonesia hanya sebatas pedoman karena

tidak ada hukuman bagi orang yang melanggar.


92

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet dan Aminudin, Fiqih Munakahat 1, Bandung: Pustaka Setia,


1999.

Ali,Zainudin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,


2006.

Bintania, Anis, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2012.

Daly, Peunoh, Hukum Perkawinan Islam Suatu Studi Perbandingan dalam


Kalangan Ahlu Sunnah dan Negara-Negara Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1995.
Dagun, Save M, Psikologi Keluarga, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013.
Djatnika, Rahmat,Sosialisasi Hukum Islam di Indonesia,dalam Abdurahman
Wahid, Iet Al, Kontroversi Pemikiran Islam di Indonesia, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1990.
El Alami, Dawood dan Doreen Hincheliffe, Islamic Marriage and Divorce
Law of the Arab World, The Hague Boston Kluwer Law International,
(London 1996).
Kenneth, J Perkins, A History of Modern Tunisia, Cambridge: Cambridge
University Press, 2004.
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2000.
Mahmood, Tahir, Family Law Reforms in the Muslim World, Bombay:N.M. Tripathi
PVT. Ltd, 1972

Munandar, Aris, “Poligami dalam Hukum Keluarga di Dunia Islam


(Perbandingan Hukum Keluarga Indonesia-Turki”,Skripsi S1 Fakultas
syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007

Muzhar, M Atho dan Khairudin Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam


Modern:Studi Perbandingan dan Keberanjakan UU Modern dari Kitab-Kitab
Fikih, Ciputat: Ciputat Press, 2003.
93

Muzhar, M Atho, Islam and Islamic Law in Indonesia a Socio-Historical


Approach, Jakarta: Office of Religious Research and Development, and
Training Ministry of Religious Affairs Republic of Indonesia, 2003.
Nasution, Khoirudin, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi Terhadap
Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan
Malaysia, Jakarta: INIS, 2002.
Nurlaelawati, Euis, Modernization, Tradition, and Identity, Jakarta: The
Netherlands Amsterdam University Press, 2010
Soedjati, Zarkowi, Sejarah Penyusunan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia cet,
ke 1, Surabaya: Arkola, 1997.
Syaifudin, Muhammad, Hukum Perceraian, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Sakhri, Mustofa, Majallah Al-akhwalu syakhsiyah, Tunisia: Pemerintah Republik


Tunisia, 2013.

Sopyan, Yayan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam


Hukum Nasional, Jakarta: PT Semesta Rakyat Merdeka, 2012.
Tihani,H,M,A, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Lengkap, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010.
Ummah, Dinda Khairul, “ Kriminalisasi Poligami dalam Hukum Keluarga di
Dunia Islam (Studi Komparatif Undang-Undang Hukum Keluarga Indonesia-
Tunisia)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014.
Usman, Rachmadi, Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di
Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

Zuhaili, M Wahbah, Fiqih Islam Waadilatuhu jilid 10, Penerjemah Abdul Hayyie
al-Kattani, dkk, Depok: Gema Insani, 2007.

Perundang-Undangan
Instruksi Presiden R.I No. 1 tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-undang No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Undang-undang No. 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
94

Undang-undang no 74 tahun 1993 Tentang Perkawinan di Tunisia.

Sumber Internet
http://www.constitutionnet.org/country/constitutional-history-tunisia diakses pada
tanggal 19 Desember 2015.
http://www.indoprod.co.il/country/tuni2a.htm diakses pada tanggal 19 Desember
2015
Charad, Mounira M, dan Zarough, Amina, “The Arab Spring and Women Rights in
Tunisia”. Artikel diakses pada 1 Mei 2016 dari
http://www.e.ir.info/2013/09/04the-arab-spring-and-women-rights-in-tunisia/.

Jurnal
Simon, Reeva S dkk (Ed.), Encyclopedia of Modern Middle East. New York,
USA. 1996.
Tahir, Masnun, Hak- Hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Syiria dan
Tunisia,AL-mawardi Edisi XVIII 2008,
Mounira M Charad,Family Law Reforms in the Arab World Tunisia and
Morocco, Texas: Department of sociology of Texas at Austin, 2012.

Hasil Penelitian
Wawancara pribadi dengan Dr Budi Juliandi dosen di IAIN Zawiyah Cot Kala
Langsa, 14 Desember 2015.

Wawancara pribadi dengan Dede Ahmad Permana MA, dosen IAIN Sultan
Maulana Hasanudin sedang mengambil S3 Syariah di Universitas Zitouna
Tunisia, 29 Maret 2016

Wawancara pribadi dengan Dr, H, Nasich Salam Suhato, Lc,Llm, Hakim di


Pengadilan Agama Cibinong, 1 Maret 2016
95

HASIL WAWANCARA

Nama : Dede Ahmad Permana, MA

Jabatan : Dosen di IAIN Sultan Maulana Hasanudin, sedang

mengambil S3 Syariah di Universitas Zitouna Tunisia

1. Berapa kali Tunisia mengalami pegantian presiden?

Tunisia mengalami 4 pergantian presdien yaitu, Habib Bourguiba (

1956-1987), Zainal Abidin Ben Ali (1987-2011), Moncef Marzouki ( 2011-

2014), Al Baji Qaid as Sibsi (2014 samapai sekarang)

2. Jika Habib Bourguiba beraliran sekuler presiden sekarang lebih islami atau

masih sama seperti Habib Bouguiba (sekuler)?

Presdien Tunisia saat ini yaitu Al-Baji Qaid as Sibsi di calonkan dari

partai Nida Tounes yang beraliran sekuler, sehingga sistem pemerintahan

peradilan dan sebagainya masih mengikuti aliran presiden pertama Tunisia

yaitu Habib Bourguiba.

3. Sistem hukum apa yang di pakai di tunisia civil law/common law?

Sistem hukum yang dipakai di Tunisia adalah civil law (hukum tetulis)

karena Tunisia pernah dijajah oleh Perancis dari tahun 1881-1883. Sehingga
96

Tunisia mengadopsi sistem hukum nya seperti yang diterapkan di negara

Perancis

4. Sebelum kemerdekaan Mazhab Maliki dan Hanafi sangat kental di Tunisia

setelah kemerdekaan tahun 1956 mazhab apa yang sangat berpengaruh di

tunisia?

Sebelum kemerdekaan mazhab Maliki dan Hanafi sangat berpengaruh

di Tunisia bahkan pengadilan Islam nya pun terbagi menjadi dua yaitu

pengadilan mazhab Maliki dan Pengadilan Mazhab Hanafi, setelah

kemerdekaan tahun 1956 peradilan agama dimasukan kedalam Pengadilan

Negeri, dan mazhab yang berkembang saat ini adalah mazhab Maliki, tetapi

dalam aqidah yang berkembang adalah Sunny Asy’ari.

5. Apa sistem pemerintahan yang dipakai untuk saat ini? Parlementer atau

presidensial?

Bentuk negara adalah Republik, sistem pemerintahannya dalah

Parlementer. Presiden sebagai kepala negara, perdana menteri sebagai

kepala pemerintahan.

6. Presiden Habib Bourguiba mereformasi hukum keluarga menjadi begitu

sekuler sehingga banyak ulama yang mengkritisi bahwa hukum keluarga di

Tunisia terkesan beranjak jauh dari ajaran islam, apa hal yang mempengaruhi

Habib Bourguiba mereformasi hukum keluarga menjadi seperti itu?

Presiden Habib Bourguiba berasal dari partai Neo-destour yang

beraliran sekuler, ia merubah drastis sistem peradilan menjadi peradilan


97

sekuler, merubah sistem ekonomi menjadi ekonomi sosialis, bulan puasa di

anggap menjadi penghalang berkegiatan, dan jilbab di pandang sebagai

sesuatu yang memberatkan bagi kaum perempuan, kaum perempuan dipaksa

untuk bersekolah di sekolah khusus perempuan sehingga kedudukannya

menjadi setara dengan lelaki. Perubahan besar besaran ini juga mirip

dengan program Mustafa Kemal At-tatruk yang melakukan sekularisasi besar

besaran di Turki .

7. Dari beberapa literatur yang saya baca Tunsisia adalah negara sekuler yang

memisahkan antara agama dan negara, lalu seberapa besar sebenarnya

peranan agama dalam setiap bidang kenegaraan atau kehidupan sosial di

Tunisia?

Contoh praktek sekularisasi dalam kehidupan beragama adala , setiap

adzan masjid hanya boleh menyerukan adzan yang berasal dari kaset, masjid

hanya dibuka pada jam jam shalat saja setelah itu tidak ada kegiatan lain

selain shalat, wanita Tunisia banyak yang tidak berkerudung, dan dalam

praktik kenegaraannya karena presiden saat ini diusung oleh partai yang

beraliran sekuler maka produk hukum yang dihasilkan pun dipengaruhi oleh

aliran partai tersebut.

Ciputat, 29 Maret 2016


98

HASIL WAWANCARA

Nama : Dr, H, Nasich Salam Suharto, Lc, Llm.

Jabatan : Hakim di Pengadilan Agama Cibinong.

S1 Mesir, S2 Sudan, S3 Sudan

1. Dalam Undang-undang Perkawinan secara tekstual sebenarnya saya belum

menemukan apa saja syarat syarat seseorang untuk menjadi pengasuh,

sedangkan dalam Undang-undang Perkawinan di Tunisia dituliskan secara

rinci, seperti harus orang yang dewasa bertanggung jawab dan bebas dari

segala macam penyakit. Apa yang menjadi sudut pandang seorang hakim

dalam menentukan persayaratan apa saja yang harus dipenuhi untuk menjadi

pengasuh bagi anak?

Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dan

KHI anak yang belum berusia 12 tahun adalah hak ibunya dan yang sudah di

atas 12 tahun berhak memilih kepada siapa ia ingin mengasuh, apabila anak

yang belum berusia 12 tahun dijatuhkan ke tangan ibu tetapi ibu nya tidak

bertanggung jawab (suka mabuk-mabukan, tidak diberi makan, tidak

disekolahkan) maka anak itu tidak berhak untuk diasuh oleh ibu nya. Semua

ini berdasarkan kepentingan anaknya , meskipun dalam undang-undang

tidak dijelaskan secara eksplisit syarat-syarat umtuk pengasuh anak, tetapi


99

hakim melihat dari sisi kebaikan dari kedua orang tua baik itu sifat,

pertanggung jawaban, dan kesiapan materi dalam mengasuh anak jangan

sampai ketika anak dijatuhkan kepada salah satu orang tua anak tersebut

ditelantarkan. Sehingga pemilihan pengasuh bagi anak sangatlah didasarkan

pada kepentingan dan keinginan anak.

2. Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002 seorang

pengasuh haruslah seseorang yang memiliki agama yang sama dengan agama

anak, dalam konteks hakim memutuskan seseorang yang memiliki agama

yang berlainan dengan anak berhak untuk mengasuh anak tersebut apakah

yang menjadi alasan hakim dalam membuat putusan tersebut?

Pada dasarnya menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002

tentang perlindungan anak, seorang pengasuh haruslah seagama dengan

agama anaknya. Akan tetapi hakim sebagai corong undang-undang berhak

memutuskan perkara secara contra legem (putusan pengadilan yang

mengesampingkan undang-undang) apabila dalam suatu kasus anak lebih

memilih diasuh oleh ayah yang beragana lain dengan agama anaknya

ketimbang untuk diasuh oleh ibu nya meskipun ibu nya seagama dengan anak

tersebut, dalam hal ini hakim tidak bisa memaksakan kehendak bahwa anak

itu harus diasuh oleh ibunya yang seagama dengannya, karena pada

dasarnya penetapan hak asuh anak didasarkan pada kepentingan anak.


100

3. Adakah hukuman bagi ayah pada konteks Undang-undang hukum keluarga di

Indonesia yang tidak memberikan nafkah uang dan nafkah tempat tinggal

pada anak pasca perceraian ?

Pada dasarnya nafkah anak pasca perceraian diberikan sampai ia

dewasa (mumayiz), apabila seorang ayah lalai dalam memberikan nafkah

anak baik itu berupa nafkah maskan atau kiswah maka hal ini dapat diajukan

permohonan eksekusi terhadap pengadilan, dan pengadilan agama lah yang

dalam hal ini berwenang untuk mengeksekusi secara paksa hak-hak anak

yang dilalaikan oleh ayah nya padahal keadaan keuangan ayah pada saat itu

dalam keadaan mampu.

4. Ketika hak anak sudah dijatuhkan pada ibu/bapak apakah bapak/ibu tersebut

berhak untuk memutuskan semuanya dalam pendidikan, masa depan dll tanpa

mempertimbangkan pendapat dari orang tua yg lainhya? lalu apakah ada

hukuman bagi orang tua yang memiliki hak asuh apabila ia menghalang

halangi orang tua yg lainnnya untuk mengunjungi dan mengasuh anak

tersebut?

Inilah yang menjadi perdebatan pada saat ini karena apabila salah

satu orang tua menghalang-halangi orang tua lainnya untuk mengasuh atau

sekedar mengunjungi anaknya tidak ada hukuman bagi orang tua yang

berperilaku seperti itu dalam undang-undang, tetapi apabila ada orang tua
101

yang melalaikan kewajibannya ketika ia berkedudukan sebagai kuasa asuh

bagi anak tersebut, maka orang tua tersebut berhak untuk dicabut kuasa asuh

nya berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.

Cibinong, 1 April 2016.


102

HASIL WAWANCARA

Nama : Drs, Budi Juliandi, MA

Jabatan : Dosen di IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa.

1. Bagaimana pendapat bapak tentang hukum keluarga di Tunisia ?

Sejak diundangkan tahun 1956 pemerintah meunifikasi hukum

keluarga yang sbeelumnya sangat plural. Bagi penganut Mazhab Hanafi

mereka memiliki pengadilan hukum perkawinan sendiri begitu juga, Mazhab

Maliki, agama Nasrani dan Yahudi memiliki pengadilan masing masing.

Setelah 1956, semua tunduk di bawah 1 hukum yang sama tanpa ada

perbedaan agama dan mazhab fiqih.

2. Berarti undang-undang hukum keluarga di Tunisia berlaku untuk semua

wagama ?

Ya, untuk semua agama. Karena itu kelompok tradisionalis banyak

mengkritiknya. Tapi di luar mereka banyak sekali orang yang mengaguminya

terutama karena sebagian pasalnya berani keluar dari mainstream Islam

tradisional. Berdasarkan pernyataan Tahir Mahmood Undang-undang

Perkawinan di Tunisia itu progresif dan cukup radikal di dunia Islam sejak

1956 sampai sekarang.


103

3. Sudah berapa kali undang-undang hukum perkawinan di Tunisia mengalami

amandemen ?

Undang-undang hukum keluarga di Tunisia dideklarasikan pada

tahun 1956, diamandemen pada 19 juni 1959 dengan Undang undang Nomor

77 tahun 1959, 21 april 1964, dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 1964,

18 february 1981 dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 1981, dan terakhir

12 juli 1993 dengan Undang-undang Nomor 74 tahun 1993.

4. Bagaimana sistem peradilan di Tunisia?

Sistem pengadilan sama persis seperti di Indonesia karena kedua

negara ini sama sama menganut sistem hukum civil law, ada pengadilan

tingkat pertama, banding, dan kasasi, sampai hari ini Pengadilan Agama

hanya menjadi salah satu bagian dari Pengadilan Umum. Meskipun Tunisia

adalah negara muslim yang menyebut Islam adalah agama negara, namun

tidak menjadikan syariat islam sebagai landasan hukum formalnya.

5. Bagaimana sistem pemerintahan di Tunisia?

Tunisia adalah negara republik dengan menyebut Islam sebagai

agama resmi mereka. Karna hampir 99% penduduknya beragama Islam.

Pemerintahanya d pegang oleh Presdien (Ra’is al-Junguriyah). Sistem yang

baru sekarang, selain ada presdien ada pula Rais al-Hukumah (kepala

pemerintahan). Tapi selalu Presiden yang menjadi orang nomor satu di

negara ini.
104

6. Dari beberapa sumber buku yang saya baca, Tunisia adalah negara sekuler

itulah yang menyebabkan peratuuran hukum keluarganya seperti itu

bagaimana menurut bapak ?

Bisa dibilang sekuler-islamis ada beberapa tulisan yang menyebutkan

seperti itu. Sistem hukumnya tidak berbasis syariah, namun Islam dijadikan

agama resmi negara. Lembaga fatwa dan kementrian agama sampai saat ini

masih dipertahankan. Meski mayoritas, namun mereka tidak ingin syariat

Islam sebagai landasan konstitusi negara. Pemahaman islam elit mereka

tidak konservatif, malah bisa disebut liberal, tetap tidak meninggalkan Islam

namun jauh dari pemahaman maiinstream konservatif-tradisionalis.

Ciputat, 13 Desember 2015.


105

Foto bersama Dr, H, Nasich Salam Suharto, Lc, Llm,

Hakim Pengadilan Agama Cibinong.


4#4d{411 6!13iaYl 4*a

. L.#Jt cXpV il4, )trdr.in + ( 195 6 .,i t3\ 137 6 I F 6A


b" *' j
( 1956 .>ti t7 4 rrt ert 66 >* u*)t.rsrl) ,
,eil ,r"r,rl
i<t-ll *W.f! t..iqiar.lt .r--, qlt.r:.!l 6rr .fftl +J" JSrll dt .:- .iit ,.";r
.irl,Jlr i.pttl lr ll^ ur.i utp d4. o, J1.tt f .;t; dLri Jt , at r.r- (rlit;y'|
'rnt'[
e

i{d$ (1876 * 5) 1293 rrull 6u 30 d 6,13tt !f-tt ,,\r u* t--ry--l,t .r-n r-:li
' .ci6!L-e iritlt iftsJl fL.Il r...IEE+
t:ln L,r*-' ir.JJllal-llfEE+drdl (1955r.-:,.- 2l)L375 ;+30 4pltvti *:
.(1956 €,rl 3) 1375 ia+r cri 25 ,t irgturiqa r.J
i..e,L:,r.lr.r-!r -Lr;i .iiL€I (1956 i}-r+ 12)- t375 i+ll €i 30 i er:tt vt'iabt
cs34-Jle ;4,.J-ft; ;r i&JrU
cij-rlt.rt-it.,lt .W a,cJ,.a;J7-afl ( 1956.::i 3) L375 i.+ll 63 25 A O3htuy' *t
ill
*1, .l.r,j,5jJl qiist u,b:
G
"-t4*
i-jt&lr+r$lV.',jtrjf V ,J.c.V3
: jq ur ur.iurrr[
' uelt Ji'e;lt
.Jlj,-!l :!r," 5lr Jr-lJ.i.JL 3 .:r-e- i-"eiL:Jl .Jljr.-!t i*:t-Il &{ L1i i-2r,.-ll ,2eyaft
.t'i. r+,,iJl
2 J*aill
.rl";trt{Jo3d,ria.e-q L957 ,s;61o-.z;o U,l.rqlt64Ja;gAil+tt.iAlt<-LJ'^,ll6ra--
Ji *-6 *Pr q+ ,tr 1957 qa5:.-i e)v ,1$.e.:rlj l. .rdt cl;tlt ai:1 .;Ur
oi Jlir H^ -p{.p
Cf.,lr C \p
.J:'.^tt U-t'!il| CK->tl is;V .;; ,t-,.it 1956 ,Fri
' .e,\+t J-di
19 57 tJ 40 r.re ojtil t ;r. 5 Wt jr3i .,i:4 $*,ilt.l+,-!.-!l #,i) -5- 4- 3 cl3^ailt

6 S*at
. uA ur,i i:$t t4-:{4 Js. or* cJ-r,ll uyree i-,rl.lJj u {jr t i,
. j3=il o-31 rrslr ur3
(1956 c,ri 13) t3T6
lF 6C rrr
gr4Jr :

4:t*l
!L'. . :..,.=11 L,J+-+l (1)

9
tL)Z+t#!l Cf lg'-!f tAl qA

cl-9Yl {,rlf,Stl
. tzrct qitt

aisL)I,l+
'1981. ,?E 201293903 r're (,.3or's*44'i rr-,3 (1

alJtr gt )f \rj; ,#e.1.p*1 Jrf)r'rs]^ y1-ra Sail".ottl *rL'rflt4 Fl sJ*


.
b3.- $*.Jlq",;t^Ipr ' = :;!l r>['{ i 't,,:t-Jl '
26 ,r 1 61981ir

$r3-1 .:Frf
y ,.lc'lCtg el-r.iJt+ 'l.cCl C'' ds
-4 dzz4x9 a.+

Lg77 -.>.r-t6l 27 'Lt"" 318 :'rc (i'!' 'l#:tj (2


t+J' !.?r;J'i)l o'ia c^153 tJltl j, zl"l3
Jt,c.+ el t-l-rall6-ta, 1..t
-.'Si
(::;;rF t3
1e80,*"e 18 L *';:::
Jt -SJ ; i d.9jt
.r- t"Il.:t d ot-1
.ru.il o^:- lt t: +tii:rt Jl3rr u-r:LJl ;
..,--,ir -^*' )tiDt, rt )tt ,.,A["#'H:*H]'5]
,L99 a2 6-1.986;-t
(4
LggZ g3a OZ *Lrt'2&31'r'tc' (i4' s+6;ba
) +1i.rd3trle ot ,* z*x:lt JlfIl zlat y de)l ;l'aill
,"-,-
-,,.'UiJr*..;)r 6!r/r ;r,.ill ;r>[J 'a'
yVc&J"*rl .;*lrrg:,j, t -,."ur e, "...ai,-)l t+lij
if;J.ir u-
i*P r.;,rurl oI t'r td" .ir',-) Uu' q}li3y' !l J'<'!tr L!''* *)f:Lrl
"J!
rtai}l ,at * ,sfr'u;iiilr fr : . {l '-'tdll }+ u ljuJ)l3l '1l51;)l 'r"c *j'''J!
a<U'ft J-rl
' 183 g'.a L992 it

Lgg6xg:si 18 & 29 a*54 'r'r' drr' <i'Hz's-rrf (5


e!;u Ua;,
u-+er \-a*kl+''rtrl ilrl dt lU
* * ,"^-,,'11:lf:1ffi
j;r*r'<r 6l -5;c'- rJ +-lliiJl.,i (2)

10
arflaH1aniltUtJp)lg+ai,.,IJ"raaJlgtS*ttd:F{cr.1etf5r=:.Jlsr++f c^a"tgrtlt
'd:t\ ;r-lt ;r JS aq)
y, !,
e.-- I ;$e)! f44-,. *l fu *a-ir blr-r -r-::^,- ) r, ;-rd5ll5
.y*Jr.ac^:.1

2oo5 a4-5,7 oz'LL,:,. rr?u,{?::3.rb3 (6 ,

,r-.:+lJterll $*> bljr3l0s.rrik-llrJlt-g g7tll "ryi5lll 4$*sAy.tJ!lr.'tl O[


,* ei
.403 scZ 6.24O5 ;t
2OO7 d* 7 Li-ai'. 12678 r.b, (i.r. (# -.rr-rl (7
irl t*.Jl )l ir , 'Sl dlfYl 4-i, d,*; {tJt .3*-d Ur, ,-;;Jl &ifl irl
:,te dfll
,Jr ilaib'+.lJ t=.-:a-. e Liigb Li:Ll .r-15 .ii- 'J il).1; ll4 al-,2t:31.r*,-t q w * dtlt
. +y-)l ir,-Pl6.rt 1g cit :,-..4r*ll U! U diill OS4t,J-+l
229 ,;cL s2OA7 o
.61993:**- L2 * ire.fi L993 eLt74 a*;1qi6! ;;r) 2 *1nitt
cI-r&Jt,lsi F, t u;1f I (5,tt k .liJgit! tjl.r6rl .r-;i.u3,3i CU*L+ll E .L-b GJIS,
-trLi ,\-l r.r+f fi atra iy.
Lg7}.prrr 14 .Ai. 6924 r.r.c, d.i. e+4n -rri (8
lr:j uii .W 6,-+*t k r". qrJl t-r4J1 ,*<,- jrq ) ,{fl ,y l.F -ill or,;4V ),5
iltz."J .

J6 \.=Lll l{..J\iJ- Lrrjl ,l+Yl Ly ,* .irdl J*)l (t<- ,rrt" ** .1lJ; .J, 1 ..-Ur
123 J+A fl(-) L:.:L: i{Jl ,b *.:.ri tail elj.ltcll $,JJltt rlPl ,H U ,t
'c,loilt"
229 uclgToa
t973 arc+ 26'Li.i. 8506 .rd.c si& s#z,3lr+l (9
cb 1br*t i/r)l +U,, \ -Lll CE d l,-l-r.r t{..!t ;r c*.L : t4q +ltl +=,3t:r|l3l
ir.a
i-<r.llr-ii3 t l{Jq 0YeiJl L.r ir--rj*l q} i-Lll rll;,r r)l'Jl ;f * l.:t :r,l L-l.t3Jl
aY .iy'l ^:,iJl*l J+,€Jl $t{^G .i* d irlrll ,p es 1tu-t.qJl 1br! l*t-t *
. -iy'l l.t6J ls; trt.S ieL|l JFI
. . L27 oP I gL973 a
(10
Jr q:.;eruu{, Lbr' kJ' **,r3{'',,t*',i2tr}i',I frfftti',"
- u*L*l

re81;*"eg t *.-t*. rr;:t:::'X,r," (11


.) re)l t$ Jl3 .Jtle ;r ii- i t-t{Jl d.a^r .' ..1..,: irl .rn l-.Ll I U d,lll * aii dt*
O;UIJ tiJi, irJ'& f{t{ d .r<lt illi .ltJ-r,.r tlt.ralt .tlJs ,:-t c, .*,t{ tr.rr.! fW C n i;4
g.U-.
'

. iJEl OsJr r,.&LlJ VPt

,.
1I
:::i.:
. ,'. -,, 'i ,r. -.,' : : , ." ' '"o.? o{)s LL +' GJf .=''lv:-- f?f: f4'-1 ?'-i= }-'-
jldler.,J.'l3l Ul t1; if J*u l3t t1:, e$4t bsr;.-,- I i-.!*U i..r;ll lr!{ll
elsjt
l#.+ rl t{rt7F! fC C-<fl OU.:lli,: t-l.r1 l dl; rls.,:-l dy ,? &. i.+tl i!:tll e;t$.
- € ArL.:i ,f'* rt
-2O9 ;c2 gL982;:'
1995.h+rr 5 etf. 3.5g62rd-*i+ (13
'a4l,srtri
L3lJ;t tVt *->ls +Jpr \3lft &i-$l dtr fr* d gJlt dtrt atsrl i,. Otr JCI ol
a.5fa,'<r., ./t t trOt Ji..;r.:t dtrl rie f)1;{i c-!t Jt -.rU+'l O. i,rill .r-,:fflr
. i'e.:ll Jlf)l ih., i,, d*l
ry' lt:"t
.4M ucL995 a

dejjtu
3 Jt6i,l
r
-d6?ajfl | 'uI :f I et1lirt dir:J Y

L966 (,,-b 3l *25^ 3384 s+- d& s4*L,3rr+i(14


. &l ir. >tLq Ql;;,.;*'_$t r.5, iJ-tl y'rj
.
dJl r+Jl \et )3,s .' .,'"-r I l3l )l ta;1 .*:r Y gr Ot dJt r.+ i.L Il g$t
|^rr. Ai*+:.,-:
6t(>-l t
qF i,':.',-t:.tl-1t =1,Rc;JJl $l
4bul t , r.*Lll Ujlijt trl! .---5; )5 itr,Jl
ft<,>yl ir, &, ) ,J.L')l W b*'cJlsl
j
. rj.a,Jl3 rpLl;:Jtl rW ;r,42L J*";ltcr+ U&Jl-fl3yJ ,4t ,.0jtill
. 37 e 1966 i:*J 1 .r.te e ii I
d*lt 2Utty5350 r.rc, si& e,*n rr.+I (15
1968
-tl3l3ti dtrl.llJ3,r[" t $ti;le,]grhJl dl* L:u 6!r]l ii]r ++ ,f]l O-ritill irl
JJtl Oti i: .#Jl dlf)l iW O, 4 Jaill W} oJt i4*1q ri,Jl dlJi fEl Ji Ca3. riU
" tgl:.*_
, 261,ol968a
l977.grrr 19 UArr 6t2 t* ur',t o*zrait-'i (16
.-zUtJlrlc!r.r,Jlb.y1g.r:lf :3aJ!clff &z=*lJllldlfllihF. :tt,bc3:lJ.ltrtelj/. ,
. frf. f lL.rt ,lt;,):3+t,f-S.,Jl &r.t{:,U!.fPt ft}lOil qr:Jt-tn-fll
. 223 gc I 6192,, ,,, -,.,,,.. , .::, i
1936.lturst L4+efu 156d1 .r.rc o;.r'. s+#i3--lpe;Sl7i
V# eirtJl.3l-rall ,yg *ir.Lii.lY.rct*)r.3t.r.rllG<,.'t+L.,rtt'i-<r.tlsLga{Ol '.r ', ..
I"--Jq *|; *u{Jy,F rflirer.rrr"atl 4 qyt * W,* ofr o,,**i,.'' .'''
12.
t:.';t,
fr."Vu*-{+:l iier i"{-l 3!&;r +? i*Jo,f,gfi43+ : *fl;ff. j .
,,-,;'..

89 ,11988. t 'J 5 rre €;.ig*Lit-p+;.i 2l4up2 C1985i,


2OO3 €L222.b:*.23997 ra.c sl'r' s,:sir:Jbi (18
.
-* * ,r*rl tite j,*.rll;r" ,t6-:Yl .,ilt .*+Cr r+ll L:Sl ry gtr.t Ot<. C ;'t rrt
-&2erer$;l:
': z}O'drlbl 28 Uag,12005.147 s'ro el'ta s*rtrr-ri (19
d,tf ;r 3! Ji.ael.4Et g.rc Jiz->lr1;,rhlr.l,blr .:,|-ri!tl q3dt* "'{: J]-at*
ayl LJti +Grl 6f> ol i-rti tr dti * i^,:titl 7*t)l e...^ll .:Iq dl,€Il
. jr,!6i',ri',r!;;,-;:::l;i5,,**d11f,
"1r,
;3T"1#
( ,J'b * )t;\

,:-l .lii irrnljl Jlfjl th". j J-^:-Il Cl!*tt:rs J:*'dt 5l 'LJl L,jtl ir'r d #l
\jll .?atu-t--..> ksJl J'*{ c.ir-itl $ i+Jrl OF O! J9-rll '-;'.J; Jle ,;l;il| '3t
-'3lilt r1;.! r--.i-cll i^<r., rtii
.i! a* t 2V /rs;f-. r,! 4,7-J4il fi r.->. ;-r-k irlJl3
i.alll JAI ir 4$B;sla-: -blr;-:ti fff lc,[Vr^r rt{i)l *;:.1-dt}l ri' Ol i4- C
zzs**');H""
u4y 26 l1-i.tt,-31885 rr-c e.3& e44:,,'s !$ (21
2AOg
. .fa-)l eFJl ir. "={l r! cljr'rJt 1r+r' g-Ftt
. ""'- d
) r^r 1968 i." . &.. \-i,{rl i^ta, $!.::-t Urlt pUlt ,lsl -f .JiLrlJ esstll lSafl irl
l"fFl.L/tlr:..1tr-5nr {sllgl;t r:.e,te':)l 2*;t$litli.pz,i-fu^r)t,f tJtC!'^r
.- .i I g 4,, 3 J-aiJl.f * {s)l t;or,*1l 4.ttt :
ZJ-- t;-f t .,^t &-\.tll Cry lP1 ,Jt-"r,,.f S i+rlU 'l+Jlr.lPrll i'l Jtiel ui<r-
. k;tjj ir, +&Jt C \irtdJl
. 295 al g2OA9 t
4 Snin
.snli funt3 reh{ '' i 1*n"u le e * yt elriJr '-1iJ X
t{d! F: gi,t ryrrl c[3tj3 a,rrirS t{|&*rd ^tiF asLrl6..lti.l;i]tl elrl, a-..,*irg t i
-.li*ll

1957 c:5lzri *! C.,;tt irj,ull;r 31 J"..aJl .r* *1b7*;)l uili €^r:; ! 4/t
L-+t Jt
"',"r) :#rt
ft'i',,rJ q i o',j:t;,$fl 61T5 #i
'9 sc 1965 a
L1
i I :-:r .,. ''.1.
.- :::: J3 r3rJ
ffl crJ3;le !iSti;|3 .li,.btl *l*:s e!rJ! c)e -*-r;41o;gl'01.ir:: "'
"Ulr oulra;,:fr dr3,-)r zW ;r.4Jrtl ry4-c/iir..alt rr.,l drJ3 or=r;U ftil J+

196S'zrt+= 23L' bt''5584 s're'ri.rr g*rer3 rt;r (24"


d>r* g;fr dtltou cll3 *t*-*t /Ul ;to qbst i,rirl.iJl Jtl*tl ihF f?- li'l
*i eri' -riis or'ur y )J "]
: *uti' o*.:41* r: J*i 1e3s
4t. q.trr:rt
" gu ft
t ) 4l}l *
'J" J*t
"t ' 267 a1968a
1975 ctt-* t7 Uerta9772 r'r'G' g3"1" A+cz'l-lr+r (25
t eiae 1962 i,ttrz .]-r .- Jt.rJsr \-ttl ;..21957
a:t
^ir f C{l d:fl ''H
..irc;raJ+rt*=f;'jyi':Sf;
d,<€

lrg94 L e'z'29651 'r'r.e d"A s*riz's-lr-ri (26


(fV 18
q:'c-il L':"- tit
t ,3't-6r-ru Jr ra'ft 1.<},t z'Sq'qll 7W €rd,fi Live!dt-3.'fS
ou;!l};r't'c
.r-rr, Jttt t* *;*"*)l G,lrYl J'4.1r^tt {<-t1t1*J.: I

.;,; j-.r,-r5 i;lr at;r O-rl, 3 Jr.aifr' i.lrifr


iil Jt;.'l 'l';;r;l 'r.Jli a'L'il ',-,L{q
' ,t'i 4lt €llc3t 7*t d.$t Ol3 i*l* tj'!r
Ot q,-jc .r lil )t UUa,-l i.-:.=lr ,rttt
-
, . .:$3 fi.,.'-oilfli+-ttr -pr.r J+ J..-rl ^. €rqt oilijl
.*tt qgjJt oju.ll lt<,-) -1-,-,b1, i.4*)l cll5-)l zJat yv Ji r'rJ! E)tlt tf ,*
ljjtt nFiJ:Jr gi-,1i+-rllr ii.#Jl iltlle '-Uilt r\-i J+ a-:u:Il i^'-Pl 'l',r S d
r:.c r.tgf .i+; r.rle t-r- ,.fiO| i.<r.tl *t a';41 3"':lll':$ J"t ii- ,* l'i3E t=iJ'
-r-a"bet$ldi"lr'1iLdll{i4frJd:.'"ti:ttd{*''i:^'al.'*)r'La;yl
. 45 ,-r L994t*J7 s& c-r I r-3

ai., 1--yp,,.qa)5ry,
}ir ZOO 7 ayt 3Z;; t *tniq igOq ,yttlZ,l s' irpl L964:{
-1i* o9lsk
.QOO7 et" 14 6;

r.r ar dlg dlr3 <,J.e ,sh'u -adelarl it{t &/ Jrtg--.+' a'ds &5i 6i ':l+J
af'tS Ai',,t
l*1.el6i {iSa X
a+L'5 Lt{L
)AE &
69s 6l$Jl dic, er*fr-Lrri.t-
Ir-1} ,1,.-.,1 xtJUIOiX_r .,l.'-j:fe 65ta'tr O. tyq:rt gle' :ir.ir l;iatl ai*'ll
-Cn+-1iJU a,'6lrl ahlla+lli

T@1384 r.rc dir. c44z'E:r-ci(27


' i'el a)l!! rryt3;r':^" d*tt ;* i^Lfl 6!ri
dJl -rrttl \+s jgr-r cj:-tt3t )l
tf:.1 .7'73a Y ir l'l ,* *t 69ie
.
titoF- q*t I q* #l
. ^,.,
}:rff,J*;# H
'L4
!r'li:r :

j ,lvi, tpJI +i"- d), J* rA ^irqY i ll ua2 '-tp ,v q,ajl 4rlt.,. o;u
i-t o-lrt -=,. f C zti S*al,=,r;i;u.g r")l r^61 gr ?' Lr) i:i-lttJ-fd
u i rla 131

iTrltr' - ir3)l
trl;t 0rr)l -ir'r.'"| d'S-{ Y
Lrl\& driJl &i Jl .litotl .iJl J+ {ttt 4 ,ji* $q

1993 2a**2t221i5,10298 rf tr*Y:'!E {29


l.bs ;41.r.i.{ ,r.::2 Ol +t ;<r- f c ) e[ r r;s!3 iiUal r*i; * lA
At' o**l J2L*,. Ol
Z$:liltft,*i; ,-;l sb}Jfrf',., i .rFYl .,-t-)l t3.r.l..t-l elrJt 'y Q&)l 't 4
qt-- td' .-;r;;e., rrlur .p. ort u - .iril
ro u'ti-:)ri'
; 'air
t=u'"+t Yt 1):
itl cr.rrrb r .rtrr:arll ,/t r'Jtl *ly't
. ,-.,jdJl i,ty6jJl 6. .1t do
ii4;6't .l'et5i
&-t )t;tl J'l iilL' ,l-it ,A d!1"" U
;:t epri. ,Ur jr*ll Jr*,;,lLtt
i,-rblZi*a,,-,-+l r=Jo eB . ltJl ltlrllr i'iUJJ iiL' ii'tt \- .51 6- iSl d AS€) 'tjiJl
ot ;k, rr-+l J"l"'' ill ti.l' g,JEJt ir r;l 3l r O"
""rr tllfr$f3
,.rP1994'' I 1 :r'o r:r 6;
- 109
Lggg gea29 Ut)r.26855 -r.r-c' s,3& e*4.art-F (30
Jr*t'r.J ',l,l d t) ti+-t)r i:3i'r;-''j'tg! drrJ +Pl et.;Al.,'n I i g" 14 be;\ i;
rr3oProiil*'fi:"H
2OO7 ot-*7 12678 i'r'c' e:.r' c#-1tr3 (31
+{rv
;,. J.d 1r.+t ;7ritl 019 ,k-aijl J.' \r'.r2. .Jyi
\J
;/ ,!' 6!r}r .r;,1 1,..**|
}rP|
;,rrt";I, ti.+ lJ,l l,rrr+r! z, +l i'!y'Jt k'f' d*u' ,?l \**t 4.ltpl Jae':ll
4s)t i,>{'ll
.229 uel4.2OO7 tt

74 -* ct1.ritilt1. l:i) 6 +aill


gfult ai3li' 6,fe' 'iJi*;alifl glai
ilrs
_rlt g!-l rjt d.r,a-.r.f ..xatitl eLdg aElJ[,f oir.a 3,c plt 3i g,'rl Cii'l AtJ

1986+g:s t7 LL,t
15618 -r.r.c'si're s41alg,)t$(32
Of i6fi3'iu-1V 7t$Pire iJ;t':tl zt"oE)l4t;JJ
,y $W t:,-;t J) t6J;Ls;,c Cil-* ':*''
Jicu1s6.1.a;I:*#r##,

15
'/
r'_.-.+

ir;Pi l
1
Jerlr
j d,'Jf+'itf a:ffgr. .rii *f U.+.- aiSl y d.a4.l 4JlEJt+r.ff gff-l
t;,i,r

4r
r.
i., rli
1._ ii.

-ctfull .l,F a>r/AnSt tlta,.

8*pilt
,Ft si&tS l$i-1r..-t3llJ l.UrJ lji )ti tc CuSf Oi qJA13 Y.lr tf t',' t rt$ 6'rCl
-r{gj16r3i o3r1i tr.r+r a*tr
-.,, cerr Y ir. (ttpShir3

9 *piti
,b d3rlt ti *lfrCr + )lSrlf Ols t*e,,,zit* t {?t, t{lJlf iri a?ri'll Cfrl'
-r.-gl &r*sJ:Jfl

10.Plll
Oi 4f cr,4at S'SiJ sali-.h;'t La+ft-l|.2tl 6l1ill .l$f L't-r-r;;'d Y
6+tJlt0 cjta.ill
g*'LjoJ ltr.'U a.+- LddSJirlJrtJ ai .r-lrr -a:fSjlr9i rJ(Jl rf,fl rif.t+ o-2a i$3a
-yLq .r.e Yl, C6?rrl C[+€ a.-lJira

Jr#ift-;ta;,
11 J*irt
tdt OIS,I c3ji:.lr. -,tlti ol!,t tp.rec,f.c+3+:+. d.Jx?r,IJtJi6l1pf LC.FJ
.et{ll cJF ayUl OtS l3l fri €i euntt s!-+JlJ driJdi C,. Dlta* &'.*/ert

16
(1993 !*+* 12 *r t-,*tt

-;'f*rff dflrfof d:g tiauiSGLaf cr|lq kJE _. tltJ,.atS t rJS

LgZ O O: *t L 4 * ig,, 6924srrc drrr edlari rl_rf ( 33


+ ;:alit, i,r'1",!*l l{...1&- .,:ll i,_,kJl
ls.r5;
.l(- frq.l rCll if l5a G}l +;_,-U }5.
iLta.'r
Jo ::^rLll t{,Jn- qr:rf ,l+Il 4r, * -tptJ-Yt lK-,} **dr3 i..,J, {.-...8r
L23 J,+al
fK'.yu:Lr t-r{JTJ.*.rfa.:,..ri t{jt ri *irtdt t Sp[ ,trrlij+ n ,f
,' 'sll.il/
.229 _)OZOo
1986..1.rJ,ist l4*i?U 15G41 r.re
da. s{*a,.ilr+f (34
,t tS JzrtJt 3tJCt,y]6,rbisli Ayrd.r,_ydfralt \*<,,Vu ;leil_tl rt :el3l
ge &x.s Sl ,*<-tl obl4 >trt5.f3 irrr clt.r.all 4rr;
s * ,k?J ,* o1a c:$71

fi.Vl, Jle.lt,a-:Yl 03i ;--=rtg


,g-s;l
rs- i4+l Jf * y L-J^ : obrPll iJ* ll
- . r.rl.t.4!l
- 89 dp 1988 LJ 5 5r' 12 ci;-r ertjs :-*,t2t4 op2 ul9g6 tt

13 .pein
E;r eti.rll .rrf -rffr +.fr ..;l6tt 6!.U FJ t3l ..;13a 6161;S sg
-a)lbrl a4 jt33'}t3ad ae q+iJa }l3.t^:ir"t3ril.rl.e;i_.;tf
yt
+ rytt.tr t'tJ4t, -i*i4x-a.xrr L
1968 J+ri:st Z2Ui23a 6246.". srJ s{*a.t:G@
.6a1gull dllJJ k :.: J+ ,LJt f t3Utrrar ir.,J,q kJHt J+,t{t ,* a$r:f y
..*lfiir-i1Q:rafl

lrsj; , . ;: ,W g. r+&ll k.J4


tsr0 lulrr t4'+
irt l
i;. 6e2a,TYtj1lr1*, ru
Crrt
*,_rdt
d- r{fl ,Jln4.iy'l .r.-r_ f. J5
. :lrta_.f
f123_:,:gt 't+)l L! * -iFrt J-)t lt<'. ,rI" **.rlri
t{i.-lir- qr:I t-.,Ur
J*ilfrGyqJar r.,-r{JiJ.*,p*s gr ri.ir,.ir "Jr
}rsr,./:*r..L* \r €
.OEL
.229 ,)r l97O i)

17
,f ir r:l r

(j-+l dt aryl <J€ -btJ*l' Oe: rjl-lt dt:u[ ;gsll ;4 rrl't j .;ry. JJi$UU#l i!,
.,^.-, .rf ,r.
-1.,:.:,-..
^
403 opZ 1.2OO5 o' '.

6:.tejlt itg.
14 S,at
-Tijrr i.,$r , at e.,3 elrjJl Ctr.
rll)l5 f{tcitt 3l etr;t$t 3i 6-r^r .^tl rl a4t-.gtt i 6.r+jtg
-3.rc,3i 16; Gl'r r 'fiitlS

1961 (*E L7 +t;y


319 u.c sia. c{ii.3rt-.r"r (38
& 6tJt ftllll
i"-?lJ t{j) iJ*")l c3;t4iil-:l,l6el,eJ!
ft.iJt +Jr..Jl
i,ElJ.rJn_ i,itill

LW)t J[+) 1.*-1 ..,/all.u,.ll 1l,;lJ.3 €$3 i*il i3l ,t";Jl irit -rr
at-rJl_:lit 41|ti"
Lsss ot,r,. ze
-*r:St
ua.r26tss."l}:11o-,* qr*
,,i1 1J Jl E)tj 'j+-s)3 &;ir.r,jr W! dt:[ i$l .] | I y 14 J-aAt ;y
.t27 *;ou4i,lsfi;"#
l2\.Zri^ 56887 r.rc zriaeQ +3r.li+Yr : .r"+,tr ao-1st - str.qr 6S* (40
2010.ll.;li t
,!r* t-lrt Cr C.,- t {- JS irti tl y,i €J,ar- ri .iJ.tl ,y ,sf$l +* TWti'rlJ irl
j-rr Jt '#
i-* J+ *y;J,j I I y 17 Jarli lts,rl g u;[:-fJlt g.EJl oli rail iDt:
it<>l d;L dr/J rr,jll iLAl i,. .JJ; $tV Jlb LLill c.,l,.e ,,-Jl ;r. qlrft ,ll3,.ll t a:;. -

r,j. iu )tr) f ) *t j y'rlt ir>tL* g-r.a:Jt cttlll lrt+el SFrr il4.ll u-it U 14 J,,e;fl
dpltu"u*)'i?f,;fr,,r; j'*1:5ifi;#:;il;;.ff
.(2x;6-)
15 *Pilt
clS Cr {^dt g9l9 tts-i 6t ,5e,-Ze ttg,-Zecr+-}rl ,J-*l a+l-;li}g &{.J''.fl

18
,. -ro-:dts1fl
li'lrti d.J'r{ .}IJ43J &.rr r=;3q ditilirl Jryi rJaL-il* at._rs.rr-
"b*.rll .
-.lidt s_.;qr+.r t9l:._ 61, r)l3}l &LlJr, t l.c' Ab el1t d3l3'1i

;Ytr fj,gtr.tfrr;++t-trr
9.11.,.-iitxtsKirr
!#iilr
ieGrrlg";r- cr fiJ).rJ era. +rr i1r 1
t,.
ffi,or"

& eur 6u::!,..1! r4:y ;,-yr ;'jHill L?i3,'&iffi:r-ri (41

1L*u, 5fr'*5 fiL5Ea[],tf, fril


Lt rr,r J+v r,.-i,-,r,r*r .ri-, :

+bi. 56B87s.r.e ? . --r a+r.r+:f 2 .s.rr r]lrI,i


ot
2010 drr3r L2
r
,lrf L, .1 C.. t {- Js ots u y., r:r, ri .t J ,,# ;r csyt)t ep 1Vri-it.1 6** 1+z
^_
,Jt
':';-tt ,F t* # *t! ri I y 17 J+;sr
f lr<-t e ;*- rrr" t aalti,r r-r, *
ft<-! * {s}.r,Jt iLtt'gr e]r.Jt-'.Jr ltJrriou., ), n.lrr)l qt:;-t r,+..-
Ypu )-tzt f)-J.J dt)toy+ er,"t Jl Sr=-l;4 ,3 arytr,_i; _i+;ldlt

-( u":.tpt'-)

19
aJt -.:.:1c.1958
- a,t,r*4 o,e irt-rl 1958'.r.t70 u*,ii$tilk ej;) I9 +'lJl
illfr i; i'',1ii6+ U
6{-;4 26' it*tt Le 64 -zt t L 1y'r'1\
ttl 2l g"
-"r L964..4,
s.rlr 3 si nil.'
irlt 1 oe'e 61gt3l1

.Li4. Al+titl sirei


aJb L*te$S tr 'S
8,+tU q,ebJ6+t.l..tl glri'r a'Jac{'l3dl+?J a*?dJi
Ut ;r, af,rr Crrt-r,r.rlns.r-p9i ''r'ue
uli 6-9*1ji3 d'trltt tl1d3 adh+J ptc' 6+t
'-iustill pt<ri fi$c a;g Fl.ldddl

3 s'r- E t* 3r;13ll I C#a'!I el)tt (# lq.tpr.'i5!t dS iiq3E'll cvn4l:J.rl'+'


a93
a4lrf arhrf *r*,il*,, tGgiTari.lil L377 r-r- 4U*:19:'Y
-JlYl 4'.-Ji e*!.c"r 1o,loJ*).;lLtJ al5 glff Jfe f!'{d''
!3.r{tu 4 6$ll d3t#i.rl o/&1a ttaqi, ll
e etst.rae pr-;-;t .L.iJ girlr.dtrEftrall
iuii.ill+ ' tFff &qJE
.d.6ill la+t tlifl ;r3l-r+rf (*}3,$l &5Eta LErr 53 c''aa!f 6*oi*Y-1

-tlY3 tuT,j5.;*,]i d?rrl sltJ'+*J

'1981 .gr:5r 7 i!b? 4969 r'r'c si'r,l's*.ai lr+x (43


.
z$Jor.V-oy.Lrl.:.1j3'ir)e-iiILIlkl/YcDUtt.t+iJEibi'l>leiilJolue.s)G),loyb
v.x."i,.lrfl :ac oi(-s ,* u .*x;r/:l-r ci.1ri' itala' C e'l tt- + "! €lJl'J t:t.l
e..a;:J r.-. r !r c'--b ,)r:r.-at 1'<ll Oti
- 143r."3 61981o

t{3.ra t L&ld!3 4idL.3i-g;tt a+J.i+ etfl t lac*1

20
(;id :Lig wrrl#x iil'a. I i.r'

er; ga,L=+ll L964 gtg 20 E, ily.rl 19643ii, 1 e* eq,.e!! li,) 21 4.Iitt,


.G964ggl2l S, irr.rl Lg&iii 1 eraaofliltl

1ff+ .Gr3lgi .rirll=p3ry gr crlti{ dcJr{;rF3l g;irtlr.o.r.r,,Latl 6l$ll


;t6l-.1'.
15.1-s.-alj o{.EJfl d;rhtl &. c,,ll}l \zhlte&rtirl d,6htl a. rrrrlr! EJ}iaall ptsr'i
-aliltl oa.o (y zOt l9t I&e 17 e L6e
'.1-t iFs+r
ryt CFt eip o)lei 18.l/Aarr ;tsr} ti++i3 a4lj? &l'+E i:,-ir lr[
,*At'll ot- at :-:"ljl 6wbrg 6l&lrl st lrirl J{t,
mffSH *,
.cjl..a.arl 116,, ,Jrill F3lJ+rl (b 1o31'].3Jl &Jgti l Ur 53 cjtairl cI*la.i+ Ye

L975 iJ+t 15 Lc11. 11609 rtr.e si& s4&,6;b3(44


. l^i t-i c.:t-i c.,t
6tOL{,,..ll jriyq. : -;'Jl .}H irS€
-'--J82
aZVl975tt
2005 ,.p, rer 28 -br.2A05.l47 s.r.c, Ei.t e{{aJJrJE (45
f if 31 J..^iJl 6!5l lrr -E-y{i,.Ltl -tait-ls.rl-tlill oa;A3t,*Alll6lJrl }l 1V}U
,..,i I
ir>tb sI" Ljti .: JtLll d;rr Ol i*ae ex-c {$ ,* LjtiJl p;fl i^#^Jl dri dil4tl
Lle rrll lj.r ,t lrl F ts'J Z;./ qt)ilt {r}t ;4- d-. J5,- d ^il'd jar. oti2 .-=-cl d.:}t
.. I
,J,! t UZZ s3 :21J .-€.atl Ct<>l -bL, ,rfr otit :r:'^, Jl qrj1 t,

( )t-* * )tl)
22 r1nttt

'f*rJ3i
g,i 'ri"r rj2d cJc.riJiJ'!fu !,,te ,r:rH-i#ril1flffi*
o. t{rJ:6. C[d.i j ,r,.*l t$l i'lj,f &tisi-f -i
.FSl'+rl l3=,lc
t+l4ill rUll.qi
r3+_ itt tJJ c;r ;,rlrt oito [6.ti.rig a+fiJl 1,l.c' ,'trll e.gt.e
-;JrAt atl ?.rJ-.5

1968 u*.;t 25 +ili. 6030 .r.r.c. e:.r. (# s6 146


,* --.lc;.iJf g<lf ,.;alj
)t$r J,=ldJl t'\, Jj(--- .= . ;Jt s-i ,t ge ) .r*UJl d1,ft

2l
7 '-':'.- --'I -r-!r'3J)-'9t'' !T!iT,:il':f "'"ff.:Y!ff,etl!,' , ,l:.
tsiti!,,
':' '' ttdr 22 s3 tZL dJeilt - ' ,'
:
t:r."#
:: i-i 11t+tlu,o19:U"r*=^lJ,r:f,u = '1ti1$j;il;y
. i''
j ,, ,_-l
atj ,r s:tt drlV*yii4 ,J -Jirjl d,, e€ ) ,= .'ll ji 6gsj qt.--t p:ll .i;.-. ot
.egrJlLr;r.*.i)^:*lg EjO,J d: iilJll :

3L,-f (t*jrl. r i!i& r:,LiL. ) 2006 O

r*>lJa & Cn+e;ft 8f c$rq++a t4di

.(1993 a**lZ*iry.l L993.t t74a*stttalq;a) 23 gaitt


Abrrl yiA.il, '.iJ *.; rir-pf[-;i:f I &t J .ji C61rjrt !r ,r>t3 crS a,le

.Erlrll3 . 1.r rJ I A4rZ3;)l,+!,,,>ad-rrl A!+lCq a,.rJr:il


.:lr3 L al:,o3S rt+}l a+rJI C*'*l ir-*t O$,AJ*8 6,le AtiJrrl*i
14 egAsa
-a+t qt A)l.bIlJ J'.alrl3 gleil $

t#t+l Ab j.r3 4,le ,ti{lf lJ a}. J-irl olE 634 6i aOUf t o,r{3J .t-+L, I el$t slrg
-dt l{t AtS irl6_r-}t a,fc' at.ii} l L,f.6lJ,,3 ai a+rif t arlcaa;.a.ilt C,yJ*ii. &U.f L

19 62 (;,-Jr 1 3 I a.i. LZIO s.r.c sia. q{*ari JtJ,.i (5 4


i]t,tall dj"a)l :.ptaU t:.^L', )litiit /;.JU{ tei .;'- >U k+rj J*, t{j!:?tJt 4t}t c-tig 139
( .-r;tJ ql. t{ +? ,y ,Ss *|t c-+- t ,tirl ;lc .rib ).:7. Urr Al .r:-) ; irq
; d = 3ra-
. L5 ,y1962 o
1977 d*.l'tt L9 +t;it 872 *- sluA g+4zr,lr_ri (55
.1lr! .rl" J4kjKJ t{.bL,*lr L:altr dt t I" yli t,+s)Cr-, + t3l
g1y't ,"!c1 .r,,!o f
. oY.Lrl *3-lllrjrl r,g*2d$:;iJ* d
1..,a. .*trll llg tt+ll Oelu.l"r_ 04. ,F U t1:rl-l OJ^^a^11 irJ..f ;$J &La$ et-l
i.pr":_Y i-t:/t rj+ .i*)t qf rlflt
*: ?
,,;?T:is'Iliou,,u
rsiJl s-r+t
e)l 6UiYl.-?j) Q$lii)tc ;rj
.250'op.LVL978 t:
tg78 ,SL, g'L-6L,1165 .o. ur.i a+4l+lr+r (57
.rq+tjil g.r,:. .{Jit 61il t1.r.4.. OtS Ot3 tz,
lB {}t
. odrgJJtp ulr
J,^(.ltJ d$t rAe J,,,-, &tl u-t-)l ,f -Jt[f b.rl.-t, QtJl.2L:?b C"l ,f. i5tJl
.38 dJi ,* V;t c,t*lg 6t1a J, OtirLJl .irt .-
ealV c. .il!+ 6;jJl -pt"ell Jt tt
23
:t

iirl
._,..

':r::
a7-. ---:.- : tJa '. :t'itti--JrJ -.,'
,{}tg,-u.{,,|
A2O125.*r-r iiitall 'J2'I\r3!
t:r..
r:
7

Cs?irl 8n* iltii'l&


25;att
' " A a+f yr +;lr,Ilj l.cE:?Jj.ll 'r'-i ts'z ri1
xrelr c!{rl rsLqri cJe .Js,'lt -
lffiEj ev.--tt cJ- trdr op-irl'+,
T,S,'ffiffi fiH

a:a; Y-, a{*rl eli. L&l'?JjJl L-as;l lil


db- +llrEefr &e++*f E ril! .rr"tt a+dltr
rtfrtt
aj2;!r oJ.[;u6tra*ir-t*l iiL.e{Jt rr.Js au ,t*;tl. stfrtl LLtr'*+*r
^t+,'
tti "Ai+'*f W
, -ail,gii{3; L.{:r d'5 +p r-at'+i tu it,l.i}|9 c'b-.;rt'

1 974t*t:9 *i:tb 11564 r!r'o ei'r' s4*n rl-r3 (118


i3jji i'**r-u il';"ll rrit "Et"'r .-lr'""-r,! an, i![
Lr-r ,l,rrAirp {&,1.i.1ii fr iJrl' c"tt i'<'J oli i"a'Jl dli
t:Lri ,it UL i"e''l L4Yi ,ul,|
'.&,* azt)iloit
r-r.ll,:;.i, -.;-; *lrt..ll frlr i"'€'Il '!3 Ltgv *i .+t
rs7l.\usr 4 ut'r'2o63:Y-"#i* t"'
.-l>tfl Otf l3l
i;.r, .r)l.t+ lili& ,iJ<1 o'tt el!! 6:1t'e dt-. at^: -"Y i4 l Ogslt
..a1

J+t ilirtl i-<rJ oafi*a' ir'dls i-ltlu


t64,2cL 6L978;t
. rrJF (120
1978 -#s7 Uilli,' 1306
"rc t:.11i;
c,,tjt{j ..2$| !,Jbo.k,3J Q}|.,2;'.13[j.a,
t.t2ib*13',q5}t}z,i:.ii.1tJl.L'*}.t4
i** ,i'' i *, irr t' ute ott l' 'tq J'p!t) rupr+ y''c 'sli
a,. 562$.ill o,.ri,
78,r rs79 i:)2t,..., ; g +LoJ ;i##tJilffi
34
tF-,i?; '
ffi#:.
ail- tr.
\;il:ii., ,,"' i" " ' " . , .4igil4ldrtJgdte+lriirlCt,C,,i.ioti;t
i:-,:i
..,,|.
;:i ':::.'
'- :-'.
z}Aza+r+ 11 Li.!. 16947 s.rc oiae-1r.r-1zrri JIJE (137

i--'rlr ca{r 11 .;..s n", *]


xI?:J f*;;Iiy:tr:}: G
.zooin a,* 7 Li:t.l trr, ..,!'fr H:*c 138
,.,.l| OI.TWL i:.-rl i+ll +:.r- + jF
:.'.-tY.-
) l:ras iJ.tc -t* U :.ll iiJl-Jl {'J., }r,.. OL

V#an-grltzrr*Ss ,*b.j ,y*-j.ujti .:ftJ Or[:.a=ff O3.,5,ttt blab- dl+ L* Jl


\*ti.lU (;r.,-, d, Ji ea- Oi rA'u i,, i.iJf t1;J qr:tl i--t l ;FJl il i4> ., Aiql
U s A 4 1lulr :4lr ; rrrrOr. f;L Oi 1:;.9l I i,.9,'-,- dte Ottr {.1Jl l> jc -ilrb*
-td"
223 o"L e20O7 t
2008 o'sb 6 Lt.ti.2O92O r.Lc sJa. U4.3 rr; 1139
,ter)l ai US h pUtt .*ta. d GJIJI .:[, cJJ"4i ** -.l=it fjlr".. rirul 6ti.*.-l ,6,ee s is!
Cy*lt3'"'. JK .rtj)l rF|-s.r--L .r=1-Ult .-^=..;-1 t$c'y.:-)l t 3.aa
243 o? 1 62009 a
2OO8 Ot * L2 U is',. 22584.*- e.1& e{*ari ,r; E 140
c,- ie r!)/&lls53r: c*t,t t\A3 u* 4t-trjJl (*<f-l o-Azi Ol.tn pdl (*<Il i-<', irl
&:dlr ijl.'ill. \S.ljl #|-jl sl j$ 6t)l ,t,l:;l;rl.ult .rfrLtt.+: Giyla}l Lt+tr +r+ ;,r
,fs ,!g Sia-il3.r,b ,?t ; l6 u,. 5 t;i32 J*ill gt<>) ti,.!r.rJi, a2lll gz3
S,$b C kA f& Jle .*lb Or+:lr i;,i'lLp,r:<.-rl, i.rt4l i-rSkll #LJJI G-+ 3tfil i-)l
De ,t t{.af U gf1 UJ,ulls t-l+Jl i.<r., (t,l .}iJ ,,:Jl f*}JtJl 63elJl L*y t tLJl
ii2tJl Ltfi,'.141e tr. rj ,n;-l,.:.crl Jl .;:l1sYl Cr.r.r,l-*ll glylJl Za4;3 65:tte 6:V
\--r- c^L,:-l fle +,-.tl:r+l Jl5rYl ,ftd. €.lJ;l ,* 1,... tll i{t.=-; Vl$:r
. l+f iiJti, i.<^tl \t'l.7 C Ji.<-:,- ) r1.rJ!e dy j;.t .,:ll ii.:Jl ,k3 ija-Jl ,lP t{Jlil
' .^-tlLtl . 'U+ et-..,:l / tel l-ls tr L45 s L44 +l*;Sl fl3Y .3; Ye ;g;.p ,rlc ,?Wll
+b ,Jr.JJt ilt i.<-tt lll r.erll iJrtJl bl:". 'zt2.a3leti AJ.Ltl .r<ll i.<r., ft l
. A;Pl 6e -tVl>u :+lt qrrUU ./t*;l .-Ok-f l
a
1SF
. ,r
12 2OO9 qnl* - 6L I 6O:.uJ$ - iJjEJt detlq .r .1i.,.

27 S,eitt
6s* 6S r:{l L11ej r*rt Cn+ did{Jl t!.r{-d;-;d! Cirr dE+J.iJl ,r-i Ot, ri1
.: ' . -p.rritt cji..a.arl g&rrlf f.(r, &JlCl

J/
1r -. at:

i ;,li
s,4j.u;;;-rfi "rit:+;x, ct*ir a,' 5d,G,5, (::ilI'lifadJ
*At fut,&:"i -.of o-*.r Larr. aa'*2 or;41 6att CFr
r |rlxfi C3 t'3ti
.1i+3
: 'c'Jt..$l .rt* t{i'

2AOZ (**.L7 Liri" 10B61 r'rc si'r' s44,,,3lr-rr


(14I
oitnll tilt*' Oi<{
e )ljr\ i^Sq,(t+,-t .;.i. t Cr 28 J-,";tt6-'rr.tilildPr
li sk'i ip,+b tL i;",; )s"teri es
$OJ.h$
bq 4 r*'.'f'
##
496 oPZ U2OOZ;;

,rJE l ldU(tl
A)-Iatl a,

-glriJl ;,li.c, d-JA Albll

igZZ €,ri*r 20Uiri.9062 r.r.c sl'lr ,# *l(t42


?-r'Jl {t.:'rr,-) V).*'
t47 al.EL973 d

2006,fri*r 06 Lg3,' 5901 t2005'r'lc a3& '{#lr:'rC143


ulr*. q:. ir.:-!r ut4all etl zt j)lii::i td i,3js t dl tdtq' ,-9.: -- r. l l {ft :-

., t^, i.. u-, rr.#*, .r6iif3*l*::['5i$i*u!t


i$tJl L-t*tt
:tr'#'l*l
c':q e qr+
,t L^.r*lt i-rr.Jq tL .ri i;il^d- 6'rJ
.u,-:+, ,r+ i*,fl i.,-rtill gr'l! rl i';+r 4t''ftt 3i ipt':4fi 3f
i''-'t^ailt

;1,:; git3; O.. r*y iuJf, .r"t:r ;>r-X


rrl ut T i'"**tr..l',,-!t a4.. c^u..
i.+-#tl r-U-.i rr.qj*; \+?-1yt{.,..l qrall ,y ,-rv: ;l.,iX iir":Jl iJtJ-t'
^.:*^lJ r" ;>r1ltr E!.rJt ;ti-
; al]ir
['"t ;; r*rt, r1,3T3 c3 e; ,,*r, *'*i,, t'ar.1'"'r
'\teble
:o.1
utlfutY/,w.t sP
it+It ..r-.a . lrrlt ivtv g €t' .^rv 6$
I .;,lb cry i rr."]+r AiJ*IUr ..-L'o 'r]'r-r i'S"tl 7p '2l,* 2L+.lu"'yLl!fE'

38
P? ir-:
]i:i1'{?
;li l

:r.i';
i ."i

,Juq. u<4 6- r:;;;ril,;iLittrtrill r,t4.'allto.u;;iLi}ltrrsl3[


,s*it i ^l*. J,l;I Fr<r- ;r-lll i-r,r ir .l-rrt Jr''') Uut 3 *i J-t {.Ithl c':t u+r
ir3rLll ,.<}l i-<r.. Uf, t -r^t ,F dr, te +lJ, OIS dl ClL.. UtLll'r t.::1F
u yt r./i o36-e .:lll! -iyr /t u arle it ;t J J'4, I, z='e*3 q,Jl Ol ilq {,
. r,;lrtl

LggT drlrl .*+eti.55108 !.!e si'r' s*'3-lr-F (146


l <-i *
u--t, i-<,.I| sr, 6>\Llt, e3j#l,:,t-, :lt ffl !H i-'t' # *dl it ll ol
t -<.r t^,a-re Jl, i.irrl ar+r o;u o, 4t 5+O 4*al.=l 'Pr '.r;i'-q a ?.9.}{t
.oru'i,3p:rt;.r-,tr-tyludtilrlt;ri.qr---sy"lSr4rillj.il;oyLllr<.-
29O ,e2 6L997 ;'t

2000 6ga 27 .er!- 34179 r'l.' si'rr cll€ll ps-1L47


i:Q$l 0[
, .+ +-.-Jl , yilt ir-t , ii^,;:ll;J^UJq i=^,or:Jl Jf3,''!t .r;i -;51'-trb ;r'i2Vhl
L. rl t Jt .1* ;. j'ap Jt tt, )t ;tt ii* W;F ) ir-rrl q s ).-,,LIl diJLt
tnj'lr rlqr--'t{JP cujl n. t#l:.i :-q; rrpr u".a cl&jl i,sl, ijlitJl ii..e'jt 't-'f)tj
i$'ajl
-L'of cr 1t J"dJtrr-rulelllo'
"
;J oer 6.r;lJ irri:rt B.rl.1)l ,rle tf 7---sltrJqlrl} i:+:r i'$ii 1*t * iJL:Jl &l
i''L'al ,qid
' urr, .J,2p1.€ilt
;pt ,rir ;ur lrlrl '4:|:f!:
245 e2OO2 i.' 1 r& rr c! I
t

40
C[a.1iJl att t.;lt+ dlc ali4 '2
ui &^ Al ()'tar- k r-r-glr.r

-+ a?rjrl a-d0a. 3i 6$.tr eLfrl Cttlt' a^., d!'D "V+ '3


La)lt rt ,i- F?l:itl f3:rtr3 €rgl J,ratl 6'c f4f1 cs?JJll t . )4 dL dz4t
-o)tcl anttil|j aa3Ell CgJ'''aa'! Ctrr!+It CSfh'l
6'r"l i@t &l t{l e+f alr++f g;sLtl )'Jv'all ae ta' ti*l;'bft <'tt a{''"?q'
dnt g Ue a+. ,jl .a[+r ,Y'* db*il3r- d.3rL';^l t Jrr.i olD .;.3ryLr; ;;oLar
;r|.,{+iaa"'r-,r"* r. ku.r{ tiitii.Sl3 Lr:iJl at?lJ'.tt al1t3 a*t*lt aita-; 8s4ll
Jterr,-*lri +.ra6rr.i+s.eL.i?Xl t,''' txf'€ei 13-1titl 6i o;1vi'"ss AF
Itl, ;JL *asJrt tAi adl-r?rlF,rrAJ ta1,alt 6c &,s t' fiaL'ls
1r3.r!ir.l. ll.A,..lif "l-
7l-n',tt ar. &9i a:5rfi € (*tjj8l+ 'Ilui.e arufu a.rt.arl
gl'5 L r$u 14,7A 6r'cllr;;'rrlj
J}arl (F tC o4f .riIlJ{3,*I F, t 4lr3 dS t@:tfl!
-3.r*tj lrls l54ll 'lrrd c[l'r g"ls$n Lgsttt

I El.lt - &lJfJ3
f .ltr
r ?-"--ete a-ar4 P)l--lalt
11g64fJi4r 20 Uila 2668 r.Lc. s.3.r. #tr+i (148
.r:4 + -$ru i;9l| i'-r+.+q dniPl .er g;t dt)l;o t)r.t*'y6ylaJl +L' i'Ui 13[
.:ttt, 2 J+U .i,4l)|.-,ii!q >{-,) If^r"' s *s)l i..-:2'':.it5 L{4 itJ/l'.<t"'lJ
'(i":Fr lY'r,.
ylr, UJ,l i:Lrt 4lt l'ue
uyLr r.ijln- Jlirl .l5r ,)t Jl Ct'Jl ftldjl C-€r- t,'<Il ..7t"a=)l
.rilL,
t47 a1964;t
Lg64d'Jri 2'* a* 2994:'!. si'r' (# -lr.;i 1149
Ori:J116>\Llt 4q ,*-ll f{iitil dlfl Y,aa"- \i O,,'l,lV
-,.*as*)t
"'rih!l 01
=lbr [r* )ii gl-*r eu,b!\Ji e-- .rr:it C!^!Jl ot5 "tJJlt
cr Jrr,Jl u;u 13[

plJr purJt p ?*-$tl.ti -"r-. !r er-ur ,isw at -', ,t;'r,JltcJ"-tl f o>riLlt

.J,t\' u"-Jr .r*tl, ilt fr ai-t-r i+J llh,l t2ttt.,- ^;;u


inrb t"ryi 3t,/y'|
]ti ,,'tr JL)t u Li;)tci;l.Llll ,=th. ual u.ai 6tJt ;vu + * t.:s i'i<'
"<rt

lg73 $,Z&aA'LU!.9062 s.tc at'r' rr.}3 (150


f
r-3. t {+t i trlt .Jt .rlle i=ry.e}l iiv" hf
" f r
;a+rJ r
*."ji.]*1ff,rr$
L47 uc L 4L973 t:

4r
.fit::;1;-:r j ,

:il:.'j

''. .::.,
1968 -lrtr?- 4L;11i.6L75 r.rc gi.r. s{*E 3JU,f (186
rrlJI dff irft.rlJ-9 ,J+, i,r 31 J.eill d,lrp!1 .ji)t ;te .r*-!Lt rT;S
',

ts82r#r.r tzuipt 61eo


,r(l| {Jf, a}Lell i-L?F, l*Vi)lr*alr .f-J O,g3r.rtl C:r ri)llJl ,* *:lt 6ti;l
':'y#L,ru
if&C<fl6t'i t3g.ull;rrlll3.toia..eJlr;.raDlt OlikiLirt )t rtil.uio,LaiIi,
.ri
.L^fYl
{stJ3 Oli .,3lirJf a<4f o-fittt' tr: JJi, dr ittLll i+rJl i.(a.. l+'.- qr:ll i+Jl tski
C O3f{,'.<il
.gi J.L.I3.r,,.b
tes2rr-.r*r e +rri. ezgq1.0,::r:c"::r:3j,," e rss
rt;ll .:!ii errl.;:lt{ [. r :: r.!)Altl ,J, ilt.tl i-I? !i ,rr.ktl Oet;Jl lt l;9. ell rrUUf
olLr! .*<tl Oli .IJ&.r ..<ll l-lae ;\t :l;ltt Or* r+ Lflt Lr-uY OS€ ) ,r.<fl
**;;7i:,:x;i
ssfu +tlr:f.r.-yt a<<lrr6e.1rL- 1998.j>.r.+.,ip 231.2;fl54506 rd.c,gi.r.!fii:zr;q3( 189
4:ll Cilj Olr d>lr. ;V 4 G,',t-all -rPtr .1113 l.lSle ri>tLlt .,le irt!-,;ll ,Fl ,-P -
irti -ulr *+b cr C*tl Llt;e br.";e i.<fl il-rll C t rrrt c!3 ;f tdr.r"r
y't)t t\tt Jy,.rl eql Jl +Ut 6rll =Jt'tlirl.rlr
,s-fit + ir. La;=1 ,ft-;Jl|
-t>tVs
,rrla.:l rrtti
oitill lb tr,r .ilrb)l .ql'.rirl t,. Oq .-l;{l 6jJl Llf ;r 242 J4ilt oPt
.fe
k"-- r dik-ll +b J' rr.6JJl rr)l dt)t ll...iil + ,* bl* e-* *-Al irl-rl Ol -
. b*:.t >t.(i.J LJa!:-)t t'te Ujti5 l,itl
ri k-<> ar{ +iUll ficaLl.Lr fLr Ol O5r eJtl jr.:,ll ,* *6 U tJlJl i-.(r*. Ol -
"L.iill3 f 4t: ,Jtt rrti 3 1 ;-a;tt oth:.1ibr ujsr t ib Lt ,.'. . ri ,s.r^ ,* ,*v
'6JPJ| gftallr.t+.
( )t^b * )t;)

Ert,l '{6Stlei d3lJfJS


I et tt':.lA)---tarl

1964 24'* t:t


t .1A't
tn"n ' 3285 .rd€ d.r. e#:2.3 Jt,e ( 19CI
e

;4p oi 4l,c C *f* ,;4 tl *.r>t!n *tu.;- i -bli)l be elblt 2r;irt ,2si
.'r,nu.-Slgl* "r;;Utrg.r.t :et iil155
r.?WJli.<.*ll
u,,L964a
. 1968 .a-V2L +t i.6413 r.rc, ei.r. a.*,s;r$ (19tr
sr*.,- i..a*.iJl dl3.-,ll il4. br 31 ..;'.a;tt gr ir"r-!1 .tFJl t+ cr,V .,:Jt i,l,'.Jl *a Jl
47

E
.d
+*ii
,:i:,::.,,:

,:ii,::,

.""
d[+rjl
' ''" ,:
i.*,*rf}:5trffi'Jl:frt'
cur. El4tt ztt3t*r L rd{? ;-;."!r g/aBcril{i ai .r*r :f I 6)r.tg ,rsr.4 :l3
. -1{13 6,.c,-p5119\
&!+ c gl3Lc.Ct5., c[li.4rj !l c du.eiLatl cE>. djr aibtJ!. slg eli4 i.;gxt *ws
dl ( slrt cttc 6let.ll3 t+64 g}|...o)tr g^ct.ia:fi ozt4;tt dstaa djtJtt t bua sA
- €xll.t-tljll'arJc ali3[r.. etj:tl C*,b
6ii.tt!c..aKtl*idrrd"rdrejrC6;erJiA.JtJ,if d8{lSletr 66;r. \t te3t3.t-l...ir
- ! - a*c.[<f*Yl
.ljirr .r?3J
t ;-r'-* t 9616 ati 4ralat e brrier r c!* r+rr e+b ar.c.ril J,Jer.J Fr 3 l, r

<e4az;il ua. ? "r.l { ri l*Lr.fi -r.9 tr (ajrtl. e tc.ri.r)f ot€ &{ cnansr_t ' ,! .' -rt L
,

-tit litb.n.d3
;4-fCf .rirs .3i Grs dit-rr &)l3 adr,l.art a.4daJrJrs3 JJsi,i :',-t3 &lt sJaJ s^, .

cSlL snJf .r{art (i. t+i. entail tei>U- .]r,a*l ,43!tr (,L !rf,;+t"s, _rr1 tr3p 30 tr:.
cHr,
JsJ4 a'€EJrf aJJJGJI dStJrJjajr e#? t,rl ol.r+ cJ ri4 6i ;_.;.-*r a,!,ta <rbt'
<,l. allJsa tiaf*.fi CUgj.l, aS+r .iuvi,rrtt IstCi+r aitnirJt,l a;.aifq: CB{-drt
-;,a?tt et*f*t ar.t a.J c;.3Jl,.i3 F, L. Le+gi yS 16_rl
-el€rt ?'t-9ia.r r!i-e-;'rat;^ &.4{.r, e."i t c,jc *t{ la.a.i}t ;_x,!t E6t3Jdi*J
t6iSl3 t,l:-?t gi reEsti;tl'.y, af+l,3J+A ;sSi3 is3r.r{t a,J.e adr*fr arsg;afr .1..r.iJ
..1t -!t LFSrJtl ..r^J,rf U ;-r,-,! I gi,l&.
L - 6,r :rtt_.pll al|ll
t+5 rlall.;tl e& ira4a lr.ri &E i_rit.r-.r A){btt L $l.r4f LSe.tf adzit
rro.
*t'2;11 't"+ ?3ltAl [isnd g'ftr a*r-.,]+]r Ct,. r.raiJ ,ltit, dIr:J tr gr.et L glazl
-;-;,-,Yt (:,,;ti &c i;sLalr 2j..Jr,iil dltJrjrr Lsy;dstilr cr3L"Cr go+, i*rr
4'te €ttl r33* F, L q?l;bi, q alt6, I i3X t> L &t p bll r ot nrr, .i;r- I (?€fa, j,+{,
-*t4}l l.a.f.ar
+l-r+rt3 aiairlJ ailrir+} U aAeitf FS+rt *tj.?iVt:iiJt3i .3L'.t;..:f t 6s tril J. riJ
-X3[ifl gt4 ari(utl3
1975 la*r 11 Lcli. 10439 s.rc elJ.. s1F,srr+i i tO
, 't{ili i J1;-,l7l;r,:i6lilU,-it't, Yr.g.rJ i.2J.all iJ+l;r!c) 1.1} y
l$t bi ,t r tb !r+ -il.r J-r!t i**,, t{+ rh, b-ir ijLaJ-tr i.ai.Jts..irf }Urff
tr.r.ti; r9.rl l;t+ cf.ti J*,.)r .

83 ,-e L
- EL975 ;.t

LgT6arr+ 15 Ltli. 194 r,r^e a;.,r,. s+*a.j -1tJ;. 14lZ


,-*)l jrJ3r.-all,-ih';.'Yl:1r.,.$ 4f-f.rjl ileb.ll;r.ta[..rLt-Il in...efr.r.-i-.tl tl1
ft
.' .
L}bJlV* t{-g iIS Ib ,-p}t "r:+ ;[J^:lr ]r:,
LL6 o,"Z g1976 a

83
iili$i{,.'.t1. U'. '
jr].r.:t.l': i:i".
',::''.,: - j,i'
.:ii;r: . . :.'
!:..:
,.tt:f r?,t
:'li ..1

.1i99l r*.1+ 12 * ireJf t993 zt t74 b* ootilrr -fral) )*32 +dbtt'


s+r4th,,*3tr,.JEltl .al.rr {l/h*ttuyI a* pae a;ruf cr+r.ilr .rs.i,1!4,a |b1
.ptc?.tr

1998 &tJ? 15 Li;1i. 64270 r.rc'slrr s{*erlJl}i (450


if -&il *1, i-ult i.flr.7)l -rrljilj lrr, .1^,- irte {: g# \J rgJlt ,'lt i i+r;lt rt../e'u-l {
lb, .1,.] r-<r.U dri lr^; -i;t-f i rp- ai t S,U;1 ri*tf g.t;,l,.,."tl,rtr .iJg,Jl .r-i,.-t
,ofll e,lA*lC rf Jtirruu=-Il r=l'u:*'
322 oP 1 61998 o

33,p*l
. 6tl (1. c,ttrltt;' i a+.ii"ll3 crJ.i-'rll cl"6 ayt tt e.3f l5t

&Jllfl l;tjSlt
9
A,hll

34r1,*tt
o,re.r3i dliarl dltG kJ6 Crt,r3l ;-p.rtl 'lr, Alla+ k?n B3Jtgi'l.1'rt afSsl.e qa?d
-4,,it:f I dJairt+ ald{fl 5.rrrl ;.r,r cpr"ifi 6}l

35 ;'ailt
, -l-ri e.r. t{+, l4il- <;Aiidj }rii33 -al.tsi a 'ni aSyf ;.l. &l+rlJ*n ai&dl a:rj
t<S,r"i &t :lt tri rl&tS 7t4l Z7aa9 :<al
C*JE 6a21tt dA.Jt;,u .''-algkt + CFr
-, tsJ'll ti.lti ri &Yi.rt

90
in
iil;nj
t
i!j

r
i

eflrJl qrttiStl
?-Eiitt

37 trnitt
pljit}l3 a;r-.flr3 a{?&il| I ?.iiill q3t*-i

* aY2181 r.r.c' si+r,,a;i;,;:rrj (461


@; 3
''i].j> t'
* *r;r * irt;>JtriiJ iJtL4 qr+.tl titS l',C t-r* 6v*u i'm 6!t '-:'.ls
.{3Gjluil;
68,f 1963 'r
1964 -x.til 24'+ t,:*. 347 5 r'r'c a3'rr e*aai ;r-F (462
.'ult $G aF-.rtJl ,-t, r.'-*! f".i j; * -i?-r ;rg' ,? -rr:;:dl i 'u'!t .p
*rltJ,-.**Uril+L+rL,jiui:lrrl-.rl4s)i:ffi *:rff;;;,rj
1980 ,y,sb 4 4.b?,444L rd+ ci& s4g;,arr-F (463
t4..*
qr5u ai .Jr^r Yr
Y 6+,o 63ct
::r1ffi;f;!ft}ffi. :;[
62,.r 1 61980 o
. tgaf ryrtr 10 Ubr.3613 r.r-c, d.r.r-s*.ari )t$ (464
i'Ldll ;:;Cl L-tii o[-
ti v*s-*-,-
,r:Jl c,ut .^all €iJr E/r ir. c'-'€l iJ^!l ,r{rn
t{.*i:i'
irrdq iit^rxr) r1+;ltt't; oi.rlr-! llt"ri r#Ji,-
:.-:u
4 i/r:u * fif xt'-
ir<, ii ailr+-*+,."!q.. 14+ JrarJliriy;lJJr e fi! +.l.rtl C f{#b Fr
"lr!t
Jy .pr r..'uol;l--U .:.1J3 if g-U-rtt .) oit*3*') ef 'r!eb a *:5'"S,
95.ri nrrar i'
1981 .r.-,ri L4'-ig 4701r'Lc' 93'l' ,*donrr+i C465
ote,r=- l r-.,,, 61y'lors ii i* t )lte,latrr €'1;-[ B[ )l r:+rj ule fi
;dl
U g ]t.;^t I
,.r! ;^uia;*. e,g..r1r .;>\;.l oia 6:m .*<Ilr t-r+- tir",#ti:' iar,l ciu,
91
f!:!lI:i

::
ks]a'

ai.iill l-U-_ q-?F il,+ei*i t


:

i'i:ir,
i+j:t'
.
a{*31i}f
a.-!-' t=r+Jdf
c.-cJ-15 .-.
:

;, -,1.

.-,,:''

- :'. 38 Jlea{r
-l"e3.te i.t,o di3;tir ,rtcl l11 crJ;.rtl 1i?Ju &J^c di.a4 O! eritt &t1+J

iger
nsv 22 L b}. 794 :|.6.(?^i& rtJE (/L7g
@JU4 fir d flrt, z*trt J*, ..;Lu..stf .5b r41 dj*rU s>. e2 ,JcLrErYr. 1p g$t
-Lf )t ir..t6rb.l J:e I'*:u taJlsrliJl-i.,.il^ltl
4O,r 19610
! .rll3 .r^..r lg73 €JE*r 20 +e,'.. 9iS4 r.r.e g3.r. g{+A.i -lr-ri (4E0
,jr"t, )t JltazJc ;tte qta e$ ;lr;il 13[ q73Jl dH >t ."tr' el3*.dl ..:,,,-
-t'jr., *r'A;,!rff;;'l:
. oza417'Lif. 10384 .r.r- es t#rr+i
1974 (481
q JrL f<r., iitL. r6,fr.frlLll .:t7'1, n 4$Vi s-fr, k-;ij UG J-. .r ,rtr l'lr.t.-u i1
' ' .fdl .r>tpl
f

,5.- ,, ,:^r; ai ii.alt ,t iiJt J, r*<z.lt .k *s


84,r2 gt974a
L229 r.rc si.r. s44:,,3 j:3
1977 a47e415 L 2g. (482
gclt ,* yj ,s.<lt c!*.rlt ai.! Oln>IJ 4:jl dr^a.'.:-) sLijt cl.e*-rll J"ri- )
. 4i
Cr -r+)l ljr g:..|e j.a:,. Jle iS-11ter J-f .r.tt Vs j ,y 41 }t €-fb t3l.:rJir cit.i;}l
8l .e2 C1977 o
1981 .r.....l,ri l4L?rb 47[tr,r.c (,:& ,#rg; (483
;;$ ,;.> try glt OK ei p1 lt t#t -7lj c-t*i til Y! r:rye; ;l,e lc,,";Jt O. ggt.;^11
S a! LFat, u.q;.,.r &J,<..:lji ;>[+ ,ri: 6JJl cts<]b u_r*Vr ,*W a$t c"itt
otijyl j i,7eyt iSrt-:- ?trt Oi 3t i.n.r.lrl GXf$ +h,, \p ,:,,t+ dfl \rpJaft dlt*
.*i'Jl l,.7le ;r 63 fl,ri*,-l.Jt tC OLf OlilstJl ule

' ie81 6rjry eutsi,,srrj-::1*',"* ouu*


d-tiJ)l J 4s)t i*A!..-, LrAfl L.5 qH.Jj'*-rU q$.Jo .;Uyl gtl,t ,* OiGtl *1
Oi dli .r.e- Ir trr. iJat -r3 ir.rt ^ 1a.;:jS,-i:i'r.r.r ) cf$ gSr.rJU kJ 0l5 A[ifttJl
.,,le
tl. Oj;EJl J.i!, ,Li $ Jall rlll irli lllr dtirll (+lr ir, tJt glt .tiobrt .j; Ji,:i
.,,le
.uiatl U.q:-. l'La,- 1r oti;yl '*lt UVt: ,p-}1,,}til tjlliUue qt}t J.o i:i ,..e1

leBI a1rr3ry zr +.,rss;:X1t#,;


s,:.:ts.elr k-. ri * ..*i + ilt:a;i i,[,
r4B5
FU * 4 s JL-b L, t rtt .,+- t{r.L,r Oi ;1
}i-
4: jl l-?l3: kD+''!c^* '"i Jr' '

60 e3619814

j
=:1: 1'F-- '1-:: -:-I-,|l (fa -'(J.
:i , ,. ''.', j;J;-."irr'J$i
7 .r220l2 rl^.1.-5uit'iJlil+IL- )tfu

39,pitt
dirJae 6F artf.a+ et ;3ru-r FSLr.rt Ol Yt ;*l tll ai.aitg 1*a3tt fili X
:l3.raett rI> oi.**f afb a+ril dists l3t, 4l?d *T.ffIe?E

Atri)#tf r-irr+rrrr aie3r trr ''tJiil dr clt d &q p3 a:41p boettt 1ta
tll
r$ 6&" Ff J{t+ 6i ct,c -2aa ;,u }?i FShrl al ti-li' 4{ld+at
jt> rGrt^
'r*r
'€l!3 6,lc ;i;t ..eU3 ' "' U &J{3

4l J*nr
.d!r;r+ d:rrtt . t& +!i, l k+rj (l,l- 7-*..y'[!a;it t("""cJt a+J-rJi '-'::ri 131

42,1nitt
-;Af qb+t e?1jJl 2t;a3't-? ""i :'

1981 g;rr19 Ubb3927 r.re (7& s,!43'3tr+1 (506


C-+c,iU. lq, -r,!:r;
.r;15 gpr i.r--qgll iaidq .,.>t-)t {ail i t'ro y'lr ilJ\ id*:tl U a'tl Ol
+;.e rtti *3 J.i iti:.,.;1u i;v dr:,-, aY ir., d'll3 (i&);r'rtr H^ oiY[ ltJl

g &.5a.rJl &. ft41 jtf U,.i dlJiJ Ll.rrri.e it,:"\ adl q-i{
Li : J kl'+: iiii ilii! LFtl
Jrrlf U,-A ;.;s! i-rt UyE.ltif if r.Py'r:J tL*';' s'-x.'lirl1Dlr)l * +*V
,jlf ; trJ ,*w-r 6,;ull J.^,: Jb 14 t Lic,L!'"rl ,t z*lt.;x.-' 6- ;ai:l ori3
-l1;.1,u)l .ru!l 'JtL; oi g,' t.,-:w
5O .r2 gL98L tt

98
.(1993 ilk* L2 y;re-lr 1993 ut74 -* irrrutt air) 43 }nitt
: drtii.ra a+ll:att; ?Ahilt G;ti{ tl
-1,tJft la$alt .r3j- Lplrr a4+ A,.t -t3t ag qJ$ 4 a.;;3,,-ltri Al3l1*i-
-UAi 61e sxjlt -

t96l 3 LC,;. 2181 r.rc 6,l& (+',,*alb3 (507


"O*,*.
tb *t;t ;b lt$2,11 iiir Ut!{ gr*I UjrU tC i3r l;:-.r ..1"i
1!t i;t,'i- *-r1, t
-4.itir[uriti

re 64 :+-*e 24 L
jJ:;
2-s* 3 47 5,.-
g
3rf#L
i,trlt;>
r;;'Jl
r r**
,,u!t suorft.:lJi.rl" * -;?-Y dI!" .?
t-ui't3f€nt
a=a:lJt)x,.>rutc[iu,5a:t jOwulv-..t)qtlti},.*-i*::fiI;l
tiz urt964a
1974 er;$ 2l L Lid,, 9412.r'r.c s3& (# rb3 (509
Lb Cr.r e ai isa-l ;E r:tdl pl,{ +U"t *.8 dliltn.ru-i tiu (Jtp.l+l *;;''i ti!
"-:"
q;; ,fu v -F Ai kJ .rJ u.JJ3 ,* ,H"\r{J Cr. CJ L,+JI ;r" rb trli.or
"o;ilI L-?n&t^:tl j -;,; + t+Jt lst :cl t{.<>J ,-,:Jlatl t rl d l3l +.rAJl
78,r1'41974d
1981 .,r-rt 10'Li"r.3613 r.!eei.r. (#lr;r (510
iJ^!t ,J--4,i-at+\l ii.i:ll t}ii Ol
-Jl c,ut-Ell Sj ujzt.+:,-.giJl Ly'l dr.4
(iril! irl,€Il) r.t.'iiJl ,*(b .ri r!-r, itt "i A+9* i,-)v Jte J,-;rl3 * #f ilt- tr#-,
arS oi ir3l C-e^# e.;.!t., Cd, ,3uilr irrt:-- cr-jJlt' ..+! i+;.rtt .i gr+;t- ag
"lr!t
.r!=b e ipb ii.i:ll dt!.
Jr r9"r ar. ,.alir- 1r d$3 if LUJI sl b5;-r,,:-21 #f
'+J"ll it:'Jt

1e84 qrb 15 + rri, sss2ii:l*1,'l*,ru,


.rJr dEtll >\" ir!, vlr .;1, .-+r oir:.ar*,Jl Jlfll lta ;r,46 )*";St Cl3i,:-i'il
.rlr k';;: .J iri Jt r;i'tl tr.t*it I J.i- ob
"rrlr J, "-lll ,* u-fl,J/t -lti.atl .s)3i
.\.--*Jl up ,11.t;313 ir":r i-.rtJl rb*..,> .15.iJl ;le /&Jt .cil
224 op 161984,r
. 20046rlr;03 Lt# t27\-t*,d*.e#i.3rr-F (512
.*fr Q4tlti.rL-.,r";e *a,rtf frJlr .}lafr Jssl Uje ,1,:,)l(Jle 6ui)t (*.ljOl

99
A;:i;{G H[ifiilfi;.:Fi,i [4,:,, ,
,,p!,,r:, u.p' rr:.sr?.'?,l: e- .

'2OO7
*+ L1 Lari. 7596 r.re sl&'c*{zi:-ltoE t513'
23 J.eil1r<-i 6i, .'Irl J, 6ur)lr jr gtr) !.,r-i 9t
tbri J(:, 1,-!t il--t l it+ .

t rr.f!i.rt Ar-"i,tr*r..rYrlt,rfei6)lr.;lrirliJ-kltJir.*31dlf)f it+'Jt .

i A,*f,*.r!r r- .lt- ilr oq *+ erl"F-lj { l7 4..,*- i { :--


iryq +&' I &:.- tln 61i')l
;y-rft f J4t I ,-..-,!t atf ;[f ;,r;i .,tr.rt
1
l{. :
=lr
.rt| +rtl, clt{ c,t-e,,[r.c,t{ &ldtl iJ-!r tgatle lltiill itt '?i'ri tJ.is .i trttt '3J& I
-.u.a&i,JrSr.;.ei,rr.a!lriU'kril+*r-rdflaff;O"

L993 a.t7 4 ore sisuq 6a) M ;nilt


a+rflt O. LX;a ;1t.5 12a ri r*Si r&+ *g[,] 'rY3]t arlc t:l+J
g,lc igWtll rt]t3l
-,rr3}r ai{blt {d.- Lr}! ,lg,.,i 64 tsto 6[r .,J}r diJai Ct's

45 J!.aill
-&-lIl arte :f9 c'g ri,,'l .,J-c y>Jt4dl I .,l,- a;'a;'l '-'ii, 'r:19!>t 'r're3 ll[

2Al2 !,*-rt 10 U i.)r.ZOLL t 63622 tc sJ.l. s#ir3 -tt ,it514


+r<it i-rlt r;b. t,pi.,.i.rJ, y +rJl *st n A d$l ,f ;tf u.rP\ rftlJl "l-i
y+3-o--c.P{.r"*,-c!.:I*i tJ gt-1 y46 s45 }ailup e:*'J,li5$ eL51
i{Jt rir,J" ,L^ie)q;f i ei-21r Ol L1-* sf|,, ;,ezyb i,Jls[i']t{+ i{tl
...i4'-)24,r,Ylle/.,_J L.l.l 3.204 S*Al6j}&\#- ul -ri" i'!i.llj3.i>\*
j t.r* "Jrr
ti t,.,J -;,;._r,
.r-l"r r--l. gtJr brr*. 4 \W: cY .Cu oE" i.^-'lolr
"rae ,io"-rrir-ri tfu qf -l
tr- #d,. -ri-Jl ri ..5tt t Jl'-treLi ,fW !ru'''
e;st rr+l ! r..i: df ffr) 22"* Jo; 6* *-'*)l &-Jt Ole ,r'r4 Lfi .ti'Jl ft r}' qdt
t, ,Je ,rt ui,.Jl ira.-')r;-i-f ZOO tSitl $itl * ,/Fl AJll 't"'e l" 9: B
Xi.-, |j s; ;rp y';ii+r- tJ-I,. i2$cle i"{Jl u5: r3,-. r .rli) L-/r[ irtgll J)-u-\Jl ;su
a.,etall rPl iJti- c';-fEt It 3l-1 rr. M3 J*at \* ,.rlt*a,Jl i..tJl i'rctatl fr:)t

* tl *r EJt Jib i;rrd-l rr s;r u-_*:r:.c .r,J:$l.p.rll rl.rrliJt €-l ,31t:^1ld,


,uj .1i.ri*o:q g:-l,rtr Jiul u €iol L1a ,ri; oi t*s 'Jtll ir6 Q
^'4 S*
100
i.{-i;l, s t t.ir- r!!;r+Ilrt efl.t:i.Il rJlall ,ss ly @-j}.t |Yroli.l d1.-,:
i+Jt drt !r,t,l;,
f J:,l,

:. ii..
:,, 1

f
;Lu<tri J:*l.r[..;pli ,l d.Pt ,Jry-ol,rt".r;.i -+r;ra,r-:r
c.zott ;g[,. .

-
::.:,:t:
: ii::i
j *,. jlLll3 Olt 9a$ c,,tr;r 6-+.rlP stj, ,#rLll .ty, ;yli):*t t!t't J+, Ol' )\.iel ,

g"Li ri^ ts 4ts LC.! n +/ t t 45 J*ill ett;afii ;g .=.--i $ ai<t $/!l


.+6 .rsl.t- g.frl
-i. ' 7 o22AL3 ,su4-i6liL+tl

.(1993 L993 -a.t74:ino$6\irD46 Jlain


i,t * L2 *irg.ll
164&3 cl-l-r. aikf 6rJt o.rr13i .ra3t &." arb Gi- ,t4*l c,lo&lii}f *
a/...EJr-l lJirt"ii Xl &,te
,1t tlt a+eil, ?ra>'itttta4rl d7-!3t qirl*4iri,4i.IlJ
1q2,13& tr'i-'t r.Ai ir3i rtgs$l tC J3J3*
.F4J.ll6,.c-iilr Ctai, r:f4(tl ,3,e 6irj6trll iESJlrfl ru+tl <rb ALa3Xl J'{tu€ t S

1964+:.rS 24!.er!,-3475 r.r.c, ei& s+Frl-rt+a (5tr5


,"u!t $ti oJ6..tt13 ,rl, u-*, fl,.i ,::; + -iAY d;lL, ,i- t:rd i ,u,!t .;>
i*t)l J,oce-2q tgi rtry LCt:,j 6txk
tq+et 4slt qttL, .-rii.l u;i 15iI f<fl iitdl
.taeL{ t+l,c^-i,
ffyfi;f;
19711 25..8L94 r!r.e, (i& s4*art.;3
4..-ar 14 (5tr5
.1f5,-!r ,t46.,ff),-..-*tl i)e l)r+ ir,:c i-s[Jl ,b* G> f $.;)t i;i;91
'(ira*:tt
yIr.J + JoL-: ) r.ltjl jlr tr tp. t{.-P ^an
)ti ir.ill i.i.i'Jl
& t'+.tV +tJl Cl
.Ujtir-':gtJ
233 al97lo
1981 4* 9 Lil'.- 5338 r.!c, (itt <#rtJE (517
g;spd .-Jl illl.2iUr 8 ,rt s. ) r:r".a ,ff * rti5 61, L6 ;rd" d J'ALJI Oi Utb
J.al,;p .Li-.I t e.rlls 6Wl Alt gilrs .;ti .;3 J--Jl ll^ ali J;td! ql-r ,-it * db r'1
.;iC u46
L43 s2 g.l98l tt
19SZ g;te 11 !.-Ar'. 664L rlrc a:.r. 1r.+:2,3-/1E (SnB
,rf. U-;;; irp !-J,,rl3 kii U-1,ti .: i"- fl te-rlle ,rte t{niiJ irJEftk i iit-a> i ,/t o+t
.r!+rl UJt*. OJs{ ri'fujl dljj +U.,} rti4ll (F<ft irli dlli,.r tri i;U- C.--1, ! taJlJ
. iJq o;+ uai,Jr *_f1
e$rl 46,l.trjJ/r
' re84rk 15 uat^ggeiler{i1t#;* (sre
* 6urIl >{" ot, yll ,rl" .",1.1 ci q..*,$r J1.*!r ,? U 46 W tts'i €-iil
It q*, *+ oi Ji;ir ;o l.a;{lt )..3-3t lli- Ob (*<lt .,le d/-P. tJi.,tr;"lt .s}.2i
.-^--*Ji jc :2l,ts3ltir:r i-rtJl &* ;'z' rs'il! * ft q/l
: 224,-e 161984ir

101
'FiiJ,.i

i _;i':::.1
..
47 64tt
-tL.rtf {rle &Laryt L:.qJ+ Gb a.da. ,,J*t.J,-,e gt* ;*t,
-'... :'

1989 .t| 23 Le$.22695 rd.c (?3.t s*nrt+l(525


,i2* +i lt tr& 2.r* r.rr. drJ3 f<'.t q,, .1.'; glr ;ti 9f*'-J1j" y-"t' 3!t Jr.' Ot
ir-yr .; ;tJl ire+Ji .lrr-!r iJ4, O, 47 t M e{*"r;lq*j
d, =lr,r' *l'fj:]l;";1?l'#
,FU 11*i,1i.7596 (526
2OO7
".rc ca'. u*'artrr
)3 J.a;ttrr<-i .;ie .'YJ ,.[o .rti;)q.-,!t t..t-i l!ts Js& e.r".r1t tt--Jrl fti
3t;ly -rl+, "l
tr rr y!i.,le aU"i Ar,^-, rIr!! uJ, .rEi)l.r+lr OP JbX,.r irar.:.ll clls-ll ;r,
Li*:'-'-
C r+l ,*L*.7!t r.-".tt- jlr
o! 47
.,*r,-,5;u;-i-i u J'..iJlCGi cr
O+fl :" ji$ 1.r,.,.-!t atf { Cr).l .J" .rUt>ti t JU Y J:::- 6!u tr'tt3 .J' Ou;yt
)l
. .j.ir..,s -2?')l
n.r)5i
267 ,rZ 6,20O7 o

48,Pitt
plr ,r,te1:rrlt lil irtrtll &Jrrtl a*274 t{ g!r.3JIl 3c}i* iJAJ 8i g}t crle
-.llCf er ''ul

'Jr*irl Alh[fjilf gr ptS*i

49 Sant
&tts rit, r..ii,r r. &it ,r3.r.a.r rl,rff,.if;ff#H,HiIr*,
1968 aoqjs 11- L 216. 6L39 rae da. s#z's i$ (527
triu sl;ls l#
i:e.ra.,. i.rl .rJJhii:tfll gr" ir-a;o!)r,trr*!r ,lon ;rr-49 W -aa
ifr! ,;l 6iI ju::-)| )ljilU+':Jl L"* LJ& oJSt elJ3 ,rt' t-..trr " ufl t, -l
i+ g;,, it+.-Jl..:lJ, JtaI O. t+J, ilJ^Lllq.rfl tI.gti:Nl J3r e{ r3UUt, d,PtL'l

z'::::i#r1
r.03
, i;i.:i'

..:ii :i
,,,.,.
.5,,.:

aSjA. fKr,i
50 4rul
liJ'rtl L0hrrJ'ratl S."ry:+ t J FJLnttJ SfuttJ ej.adilt3ptrtail aa.aiJt .I"r,
i

1974 a{fg? I 1 L erji I07g3 s.b


s+4a.rJ+i (SZg
liu=-Il i.(r.r c.i3l Ji:-. \& trt<.- c..a^a*s tg.rc ift ilr,ll o.si.r. uuri.. ,rg rl1
L4tts<- -re t.er>. t <,- i-<^il t{::f ,,r:Jt aalr rr.u, j €,,ct
{1tyd, i.il.rr,Jt
J.(-llr,.nltlr F^Lll J.+OiLaI 4 ii;i:Jt .lr& O! ir<-I r+,r .gUL,t e.+ y,E-,=rf
. ...]tlJJr,oJl i,, .ill .i-*, rre
r4*tr3
L54 a,"2
4l9Z4t:
1975 ,Jertl28 Li;1t LL47Z rr.c
sJ& s44r,Elr+i (530
i-<*,. sk:7) d-f y br--lirr c,,l |lf,J/l u lal{-s i,s-$r ,-[tr.1s'trr uor
Jr--lr
Vyrdl i,5,', ar. .:lJ3 d td, qti.l O1 .rtlie rt -!r €jJt dl^-J dirfl g,;r ...-_:-
-Olrell j .:.,3;!.ai d tr t-u:;-. ujg yL, kl- io *
Lylt
228aLet975o
1977 +:al 12Lt"i,ll37:.r.c, (i.r. (531
s{iirj-,r+t
50 oi-a^ill Jrb tju=-tr t=lt-r:rr re.r g-5s-tr iaqjt )-p:. ort ot<-)t ir"rgrr ji oi urg
C
.q..- -, * ,rV *t{rJttr i !^a:..:Jt.J|j>!t iW
;r.
58 ,f L9ZB z;*}2r-.:, .i
f
1981r1+a€r 8 Atri. 6101 .r.!c sLr. s{*ir:-lr.ri (532
.-iU=-:l .sJ r,-r+ ir. t+JLi ,r<-Jt t# ibtr V3.ar,-r 4$Ufql f+t
gr<r* l""lf
s I f I 14.7 J.,aill gb ,*.+r. LSft ,J.3t lgi,,Lq I &.rtit i,<_tt tl
,Sfl ,rf,;
,*l*""./UrJl1><flOF €lJi.,.r .*slt r-_i:ss.tts-*W,*lrtt{rr,:_, qril.:rliJl;
.+ d,.L. ts';UL € ;r-51-+r+itd!,-r*_*.,,iO. k f b
2L3 ,r461991o
1982 #+ 23 +i1,.a 62LS r.!e (r.r.-s*{i.3 -rrJ'3 {533
Ot<..)l .ry"r ...i.lrl A 56 J*ilt $,-e*gJltl i;tiill oei,ll0K-yi t.;rrilr .or,-
.il+ll,"'.X i/ 50 J.eiI W.p s:t)l i;*S1zrt*
6r.,1_.Ja;:ti
435 uql gLgg?;;

ro4
r.*L rvi;*rr.lrr r ir.r;,r so'$q ult*' *ry:
Yo -g.*
263 ,rP (1te g'r' )2006 o
2OA7 eb 3 L i* L0732 t 101 1 1. r.r- - sl). <*aa'l :t:7 (547
g,lrl U:fr-ft ?$' F^t rrsl t+:frl.1 ,t'rtt gUrl ta'tlt*'l 'tap i''G'lIir"!.
Jl
,i d,Pt Jl
('iJr ,.*. cr)t u; ,Jrta.r dj^u ttti,ti).te 155*tt $tt., cJ^-r a6-1
Jab^' cr t-lfl
;r ki* g.iJr i75Jl J'et *t# .ret".:?Jl ibll Jr>{J i#Jt.,t4''*\'
aAl l+lr; u.:{ LrU .r,-.r;' n drlt ,14;:'a-.}'a1€l't Pr 1rf 42tJ '-;l:
i;tl,* 6wlr C .!.r; qrJl dl Lr"- J' E:'*;tt'r,,i t
I ,v23 )*;St o-Y ,*
.Sf g<--;iu r. rg.r,r:pl dl,.ptJ! i-<-tt 4 c')ALt":-'J gJ- Jt *.l
j g,.-, ).r Ju.-ilr ji, i 1 a54 t 50 ;tt'e;lt itGl6.;-'.J'oiti'lj oi-
^ffr+.1
ti>r, ;;ur
X-if ,,*i J **yitrta., Jr gr./rr ,,Yt ia.a'' .i +trt i,-lJl i,. r'-- 311l 'j41'17ll
br;g,L)l lJ.r,rte iYrr
()t^b * )tl)
2008i{J..f-! 11 L i921852 st' 16;.';.' e*je'a-1t-1'3 (548
.rL=l- L--t-jl r.ri' iiill Ol
e;"; t rro d iiit+l e*i {u=, t, iJait9 +J' .rdl
lJf oUrr;tlr.-!atll ,{$ ,-a>,r-U!tc)J,. ci5te:+l Lteyfl L-:tlt ';i:Il ilta- a'
-itV l{.Jt$n-
ti-blj[oer ifL.:"-)l us-hc.;;dl c,lf ]*:^-.:Lr dt^. ; {'IP Ju''$
.r,.t(l:rr q.'1^i ie 's,r''l>oJ- Jt
271 oPZ 6-2008 et

51 4"ill
a-:'dl dailri
OJ4.r er3r sb'J,'a-ai tr G;.ift cr,t a*f l4+*ttt dlJ.H

1980 o"sb 4Uty 4441r.!c, s,3.r.s*n lt-13 (549


l*!Js Oi.f.,- IJ ili:*. ir,-l+ 6ft b- ',, .dlr,l ril1l ..G Jt'r' !iti& t'g =tl
.4t .a;i t+ ,-rL'ff.. I ,-<r.. td^4tt
ry
62,-r't61980a
eab- 29 Ut\i.29967 t*, <;r.' sr3'arrrst550
2OOg
,l;+) ot i)l \/ll ,rir r;1 ci ZO0l ''..,r 51 r'rr Ojtill u :.* 3 5*ilt i/ (..t.l.:-.
i*itri c+ i<,Jt ali 4t.+i..rl :r.:-[ Jl .r'trt r!\ *l !-lL ,Je 'tf o;*t lp'*:lt
.&?a-tif.r iirJa:,.Jirrq ;itS utg-J iit'.rle sL':e)t,
33L se 2g2009 o '

rc7
5T;yaiu,
:3tia*Er rrt*j'.{itF,Ei;i1tt dlt},6iaitr e-jJ,.Gt ;u:'ar.:A!

1962 si& s4*rrarr"s 1551


L4LS.r.Lc,
6re$l .lt :*)l "**l6uet*, ;;ri ,.ui-fr
k+i ..,ll J.rLrJl ,rl,c lst :rt iiiJr 2r; gJtr brli Ojs
.<fr
.inipl 4 g;s ;w a* r,.cr:-ltc$;,;;5 oT L*r
i-1 Ur!
55,r1962a
1969 -14.-.2t .*U Ab 7076 !.!c, st r. s+elrslr_ri (552
dt*J +J, .;Uf Af.>3n;Ul g-r) &:^. -itJt Lflt."jti rta:7,) rj.l,- &;:Jl r,,-.ri;
- ,,'#li#lJ
1975 drji 28 L bi 11477 rdc s3.rr s#z,sJ-ri (558
i--<'." rtgT) J-f y tyjri;3 .:,t-.pr-a!l ,y V*t ir<-ftJ ,4flr ..;Sttl ti.fl .y;;
\*i,€Jl i-<r., i', .:JJ! d k+ ilti; i1s C.!3r.lt -,.!fr *rftl dt-J JLll
Crr.- Ly}l
..rt:r!l + *lE &J rJ k t.r^:-r UJ;E yL k-<- JO d.
- 228 ,r L 6L975 ;-t

L97B rl-l:si.lo +i* Lg25 sa- sJ& s#ar: -rr_rg (5S4


k-<' OJd )b zt;it ,ri3 .2.elul) b.*i 4+rl) +'!f, i.,_stlt iJllt Oh i^<r.ft .,b
" . u;alJ w-r-t \i4* Jt&lt

1e80.-,rr. 15 a 2;i* 4825r,y":"Nl-,uru


,ly e r:.,',Jr..- 4r(:, 4t)l QG, Ali ecll L)* t.t ...> * A iFi.Jt ,.ri, aiUrg
. p.a*l e,l*}
)*a>l j.r'-; ) i^<r.ll il! .t lt ,.;"c-,_ Y 6;i
67 ,r2 uLggo;t
1981 AtJ* 11 li,ri. 5795 s.!c sJ.r. s+rirtlr+i (556
i,lte t2-tit Qi * r".ll CiUl dFi, 8$i^l I 4il t 1 J&igt + o3,gl I j Al -t :-,- oi.o*LJl g.
ji AJ;iIl g* ui O>tL$ r-;l-.++# ijt.,ilt 11153 iijl\t e,ti ,rr i:;tll c,,i" t dy.hJt
.c2t-=t .t*i rt;ltoi.-t" dq.o:yr t- cLll
C:-rlt
165 ,-r2
e1981ir
. ;'rr*i +^,- tc 6.55*tt ifiJlr,iJ.Ltt ielrb r4rriC qarllj i1stlt.63;Jt tll.-.rL*rt
2L5 op2
U1981 ;t

or<-)r +., ..i.i. r u s6 J,e;, :yfrffi::,5,ilffi:


.il+ll ,-# U a;lt 4;r4r.1l;Jl &.a$ zrtre p-idJ,.-ift
(ss*

. 5O.1t
r!.:cl ,. - &rt.rltli:-rlt rJ3* i.ltrlt g,t,[p.:)t
'; pi - Ly]t i;(*" /:rl.]l u a[
108
5;3 drstr
&.d3 t J.? F€te tst.iiX! plAt !.a:tl Chilrl.. Flb 2-:i$ &rziasltf .s.ti 13[
-d3,..at, I <r.lcstirat t ^r:f3! tj sY3lt1 sb a?fi, I

aag 1981 *rl* 18 gr,iry-rl 1981 a.,r7 l,rc orrlirl{ 4#i.l) ,rS{ 53 JEUI
.(1993 **l2 * i19.$ L993 aur74'-iofri,rr

FSr t el.,ff.r r-r(r t.t r.e ail-r".r3i a;iifg Adlc, F(* dr GIS
",;ilzutalbll
-.rt+r 13t ,1. a*I6+J pbl 2afrl a3)15 Cr., Cltof ;& a3.*lq +3bi {rt.rt] e$e
-(s 1000) -rt+s di .,rt (.1001
r-r liri I ;q.afi _ri l.(s trtr 3i ;3t - {til I .' igl j I s} 13

albrl a+t-p ri zazJtt Ut- Cl. &){brt a+ter aEairl El+.z 99tu o.tjigt
q#r.i d.dLfJEr.fl !.o13osY-9i3Al:n^tl;$Lat birf ;'Ar:^', aiQ ptS>i l4,1i-;st atl
iggtult &.trtt &3itirt+ t{Jlc'o-Jsaif,l &-r;"ill t:lj €llil as.tl3
.r{rir 6,^irl dt+f u,a)l&)l LFr} ruSr.tf 4b.r*a}l lfada!,

HtiSrl
Ltu.rlbrtl
AsLe+,| e.b

54+,ei,,
-r:rt_ra Vtg;,, qa+. L.$Cf .Ea-aftA+rf

1967 6\a26LAt,543l r.ro sil. ur*as.1rg 1581


tli ll' F * rdr \iri,€rl 2,.? .*! I* t*Y, ltfT! it;r: *4rlt<-!!
t+t ol

-*,r +* t,*.ll *\fi:;;#,


tt2
+ilt:..
.rrli.'

- !- -:.

53 Jd,,
crrd3 tr1+? fiatc At.iiIq plat fitl dlainr* FIJ *-,'.$ i]3'aa.is{l s.ui 13[
-d3Ha}t rrlc,jti.6lt sY1*lj rY3It gfe
.1.rjtf

rat 1981 grig 13 gr,iry-,l 1981 .t 17 irr ctt'lfli.-rs.bl1 11S{ 53 Jci,f


.(1993 e*r* 12 * i19.Jt L993 -aut74 -nofultr

FS- L. el.,lr.r l-;4.& l+rc o,alrAAyt rl +l€.r3i aialg ddle FS- ri. dS
-rtiis zgrt ir a{h}*J fbt:,tii a3}3 Cn* Crbf t4. EFrJtr.J3t J ttrtj e4te
-(s 1000) rt ls di .,rt (.1001
cr tirt I itd.a.i3 ri e<5 La.tl f i ;3 t - lti! l, :iJ i I r! l3
-.r
Albrl agr;a 3i aia.aill Ul+. 6fs !){tetr a.-rl;a5 a:airl OL.6 $9$ ^ d*t
t*{*i 4dlefJEr.tl6,16os}f-9'bdlr:rt^tl;.r3La} bA{ArIJAr3 a3!ptf+i 141;j.rt-,-lt
ggtj.;a$ &.b.tf &3lit'Zll+ ldlg o-3l,4ill J- rr-&ll ti33 €lli3 or"tli

a;euL\Jl tJliStl
A3L;+,1 s.3

54 ryaitt
.r:Jt-ra p@g ai**. L.ttCf da.ar, aiGrJll

L967 g\a 26 LL1f,r 543I r.ro s:.r. s#ari Jln (581


t'qJ", F,*rr' \raa,€, y z*s1 * tt*! rpy, lFr! tC iE! 44'
t^r*,/l;etLll Jfl! ot
:-i.€rl +tb f )WJl J;,z.2
L48 ucl967 t:

1t2
. d
{ttr ll f -, .:ilt*. ellJl i.t ..:. r.flI *Sft # ert, * d rr,,g U[
6lt;>
199z,tc:tt .2L y
tsi.r r*ri:'**;?X,t*, r **
&es brL,-[e t+t{ $l*tl a,<€ ) r]!i ..aijt tF dl CtJl Ct]u& d,l-, I{J i;t.i}l ,t<-i q

. !iyiet 33540 .t{.e 1,34. s{4ii3rt,f


L992 ;y4t22 1584
i;t*aJ..t b1 *;161 L3;rt .&i rii {c g-p
-*t i I y 61 r 60 r 5 4 dj"a;tt ;r, 14,
-jiye';.- fJr.,- ) 6:>.,:: iV r-.*.ut j i.riut t
C
u-i
^,i3> )l^-l ,*
Or"a*U
',- ".r-i
*r.ll dt-:F -il;)l i J_ rjt iluut Lqjli3 i.r"!t
lJ*r tkJf O. o<.a: Jrtl ot, .o-rir,
a, jt g,Ji -r" r ! t, +:t iljiu,t -rtt-..
,P ti * v$r, al;aU ott 13[ )t.--2-l3Jl
.fjt j> .'. J,L,€,- Ji., Otft JlJi:-)le llii *- }J if i:;tll
"|1Jlr

leee (*E 26 u e,i. 67ss4':':: X,1* ruuu


!-Ir tJirJ li.--+ qj s c.7,2u-V c,Srr €.Le. t{ $;> J
4,lt 1Pt
"
^{
335 a2
o1
gL999 t:
q,a.:," 17 12t3.35890 .t.b sl& e*tr i -rt+i(586
2OO9
& *-* iil;ll ol ,t.iill di +& 6.r L.:-->r -.1.C 61 r 60 t 54 r)j-";)l U bi
t+"E-;U9 irylt ,j-. U lr.-. ) 6,- r*W.r:r.r:.t3[ i,ir+*t i.gl.il L.r.r-i 6,i- ,t nt
eiJ4 3tylf .f .[3Jl J*- )3 rlr'85 ,;sF 4 ,licJtg . 'JE:, + ' ': ;;r.-ilr+)l ., .[rlt u.Ul
t ;ttl ,* 6I Je.r- dfrjJ c.. zr*,a3 iit -, -r,r ,* sl O5h.aill U L*iS tS1 :1
t€J-z-- r:W\ l'gs)l Ctj OtJ i..=i, i:jl.tt citf l{ UL*, CrJ{ J.!l JSI t$t;4 }Jl
"l.,a.ijI

#ul E * ; *si e*t, ttf e y;i ll^ ,rslll 61 JLa;lt ,t<-iru:u cJ lJ*s t
,a- Z-tU j JJ! -.-Ja,g, irrS.Ul ir.l-.afl ..:,;t'*i; l3!, J,A.Lll Z^l*a. )l^?l iiti.lq &L€fl
*;*[,-,13.r1J.r!t oi 1.1.1 556 Jtaitt, is;l3ll Ur-!l i-rpEll s ,:'5l.tili {e.iLJJl i
U . ,-"1 F ci ou-r .;b, O,.,lrlt cty., ,=i #ltt 6-L. uJJl )Al bl eli )3 d*rJirl
.i.=-t i.a,J.h irLJl 6> i,-./f g,. r.tllt 6",U s5;Jll rrill
- 337 ,r2 6.20O9
o

.1.6J'*A .l?,J F, l3t yl t{{lt,..Jy"i y a3lJerJfl C,.zUJ;t Jf , *#;


1993 ,r".rr. 8 L'.air 36815 rdc, sJr. s*.ad,rL$ (587
b. * d.r ..rr)t teJt Cbl l3l i;t atl
1\t * t zr.;,Vt -tll'/,,,* i. {- oJ"i2.t| irl,t,a.
;
.iiLa*lJ C.,a'-Jf lA '
89 ,r L994ii-J-1 -:Jr e., ri 1
113
i#i,ii' .. ,
.1:+?!. ..
r'allr- Eti;.*u.p r*r p Lu j, ;,:' ;ffi; -*;e;;;i+EtrI' i:' i' r'
i:i-i*,''
ilfiffi fi '&or*yBt;loliufur,p",Q*5'+;t+if].4'.t':l'^,,
2}08.rx.,,r-r 251i5,, 26fi96 r'r.' strri (#rll3 (589
ze,l*uzl,,ll 7-urr!r 6.a. ,t grt4iii
-- \' - s- it"'*I Urr'-!r aa* :,oill $*;)l y 7t'P'
"dLa- di; t! ':Jl 'uc L'La'ill oJ^a"tt
'
- 297 ue 2 U2OA8 i: :

ran s'isal156 tPitt


12008 r'rl'
&5; Fl lit, .{*ti dt a"e XU dt' 'tl 6tS r3t ^3L C' E {i're'ill O1f?t"t
* * 4 t8- aP' * TIi
"l.e
€u, &s,t,
;TllliJffi*;:;f,t
d,ier,"iL,f ir' E$.,l t
--! -r:,.+
r
1,.-t
r
:LTfl l75}"tfl'tr3
p39t tlJ.rzi i4W3'*"e a:;bE'I1*T
|'ZWl;''t3t'il etsti ur*t ptjJt'U'e9
f--
OS;,,.?.*'LA
'l'":-;*l'!', ^ . ..,,
t6'!i.'-d' a!;b.ll ..,i,Jl *lz.!tl6a' qIJit'J )13
6f.r *!.t ett olD €;1;1 &S,,.ltr
Jlr4f 6*rl l;,o ol-'r^*I,,r a'rtf.ra +'^'f ri a-r;U 9l *,-1T;flffil
jaiij gr3**r3*j.rBrr ?*gi: i-p. 61:r:;f.+rl (,jrr4* dl';Il FS'Jr l a'+L'' {3S{J
u1ritcq;t .ri.c t{*L, eJt+,;.,Y t s.'',2&ll&lel-,s} t;bj ar;t-.f,f +lLtLars*tl
-autar'rtl L-*'lta'tcl, g' a'2'Lgl crll'"'i ;d'fi3
|eig.- aj6h,| + oaJl|l,'r4zlnrtt ala1E il/;tS.rtatI ar-JJE I_ab\:zt14"
-.J -Uf ;rrrft &l*l-r+)tl t-lt' arllrdl al;t3

'rac' g.4' g{*e'I JL'3


(590
.ot ;,rstg $rlr .7!r,rl; &<."- t{t &4C t'tYll
i,! W W*x,rt rr ft ,r {i:+l t,;r;J )e oJ;2ll ;r' CAtrass tJ;bll
C k"- ;b
i*t}l
-Ct *, -r".rrr c rfu
' #: tr#
1968 a{Er? 23'*iw.5739 rac' (id' giryJLs t59.1
t-+ttta ,*ta; €itf rl, t+t"! u;a r i" +#tJ]
,/ Ulb 1++. i,15
"-rff C) ?t:t
!_ l a.*t fut -rre, dl i,-,y'r cu; t g+u r *Y;frI'rffi";
i

LL4
.; , rrj r++*!;#S3lri?q.,*?-. $ e Hi *-_*:it @i+t; rut ff,E d* d _!il+r.t,re,.[5r .
i,*s$ oe 6.ltill. t(+e4:lttorteU!$ft'
,

' "''.q+j;li.',5,t,.iy'!ot,},.
I ir,-r+l ri-. r;
C'q f*. ar-l st{ir{i, Ul,itilr,ryltl e LJ;;.rtryqkt g.56,.tr
.=tjltrJi,,-a5z}tg'.t tiJt4 ,L5 .r;t
inL;tj &J.t l:; otJl tre; ,ri<,-I .-Ltl ote
uJl .:,tjll #t-5ll 6-.a, ,rl.1l2tJrL:-)l qift- LrtJ ..fr + kl1j6-tue.& ini)l i,. l{.:.
..r?rll u qt,s-!43 -tit;rtc.{*+Yj:J--d tet}o1ul rdy' "'1

d irt5 l3l
zo..z,ss, rc 4 ::{r?iil:tr
dt, if gU; A5JcJl OJji -b;V." Ol
ba(6;a,
:=.a:.:Jl at
::iffi
-!t llr*. ;r,56 J'.eitlyb .,.isl
.!'or"i.*u g r+$-rlv!t -t o jrsz*t-,tl.i(,-d Eb +tiJt ;,p, dt.
Juttp oFilt g rdK;t vlr ;t o *tC o*- p_ti! i:.rrtt ot u.":Jl tl^ ;r. oAt*r-,r
j.r^,- I .llli til, br*
e i,<-ll d .rlt .{rlt titi*-l ,r:^,- tr.tll1 J.it i.:.All ,r:<- Oli
.eie,Jj.i + L*)t iJt<.y lF ,?ct J-a;ll q5 jotsr,ai rtr*Ott
i:V7stdl,.t .,{: .,<-Jl QV t i:illl ,;r. e!"ejt r.-., d;tCt Op cll3 gp y;ir
lJr C=ll ++l ,lr I1cll3 C f.rt .t! rE . )s OSieJl :ieJ4c. dt,:. O<-tl O! +-. W1.^Ar.a
.6-* J;tClOtf,)l
|-t.r:J ti3t-. yJ,, b,t'"i! ,,=$., sr.t ..lJl i-<r.fl Ol ea3- +;rr*ff jf t jl g+)U.s
r+- t, Zl* J-Zs d ,JyLrl :=ail ir>.l*all i-l+l Jl" .:r-:cl U 8t-p!t* c.1t'>t-.ai rJ tr
-iprit$-*OF- Ot l*2.1-bE-)l Ol g.c ytjt n<*tl :r-:.. if t{JjtJ t.r, .i^U J}:3
,^ai,t;,! i*L'-tdlfl laiS itJi<{cll3oli i,S-Jl in.6*-.3u,t;r4s)l irli.rlj3 t rrall
>t-r q:, cl;tcl rre!;-.i.1 .:rt, q .r--
' li.;iJri#fJ#,f;i
7 .rc20l3.r.ru F-ruJtil+r,rs..
-.L,tzA cx g{lutq-
( 2008 .rrto 4 9, i.rs.Jl2008 if-l) )}5{56 J.4i,l
cJSlt&s r-Al lt;Uar l,lrtr 6r a.1la3*t3 ple arlt;<fi| a3y5 S. &+rllr,b.+3t"J
VjJrAz*.t aj,atC)l irtIa"q..*Yl fuirl slss' .)r,. L air.t+rl oas*.r '-'+ttsUt *.ri- S.
a.i€lrlr rrilt tli,Jtl &- (* dlaJJl 3l'-'Jl:ilf .Lr'-J Oa*;anrl !9r 4i.a-;Jl +
- &It lilaA. t{3t J'r' l'!at3 lCjJ,Zr,.s
6,r li..5tatlr 6r..,pr Lr++si lil ardi:tl ejaarb eJritl d],t$Edl ol&iqJyl t$t'*s
iCls.''-vU t$l*"ti ru'${f dr'gl
Cr 4'.el!3tf *l:lSrt Je-^ e& o.traQ trl €lli3 4;
e.L'ar !$r a*r.i Fs+!, iss,.,a''-e A,.^ o*:ifliffi.:l:fjl".,#
1u:an aa11alt oira gbl ir Hvl e+I3 C61 e.+rl C#*dXt C[irt+rl :Ljr+J YJ
-r-rtiell ir4ai33f a-rSt=.ttf t dstr.liiJl ,,31+t a,ierdrl ;;e,,.'iJ:,lr t&ill dt Cls e+,.

L27
@;i -.--i-
at". i,raaa
-
rr-rE c638
.. 't ,.,
ai rS"tt -t1t'
elJ3,;9 ,sf.rtl g-t -. 3-r.i ..i.iir qv *Oyl i'A'f r,. f"t:,fl
J;io9J..,;o'ourioi"ri g,t*"ll \Pl'"t
c, Jt'',"!t -?f;
1978 i:-I3 sJe rr c3 6
e4 a
1996 "xr,"r-r 10 af,;lr 01 r'rt (r3'l'' ell'rill Fs'. C639
d L:t"}I -BJEI rr.rj roFi, q-f.rir.rJEl JiLtl ,,Laill e"f^eu i'l
&l,F;t 4
. e .146ll,-r- lyl.rtrrJg

'L:z.Ll ;+
ifflJ o[
J*+[ +r qret:?)b qr-.i:,| oztrfubJ'iLll J-t 4t'a!t^o*fl j32
I.j ;-|;5ULu; b,r;*-ro1,,:l t {?r:r., a.fUr arr:.U:ir ;,r!q rl--[ d rltl'l
221ozlgg7,-;:-*:

7 -no#E'k ra) 58 ,1"i01


a:L:dtl g';.,,,l-L&Ji,iJ
ary.a:{r Artn',+plal rrlc l;st3 ti1ri f'aff- a$f Ai 2+4t1l ,"l-]tyl i't tlt-'
irrzldrr a.Li.c &rf*.ii tJSi 13tt*lf 6re"fJr' &tS l![ rlj,rtf
;;;-" a,u:*t t $aa.,it i1ts l3b day' :+"'r'jt{ &': Oti :Y'in
"f.'t lJt.dcl €t'5 &yi FSt+'l -.;g rtt L !" cl*r efr i;r adtB &jlg
,f ar""*fr a*f,-f
&lc, ,lrf ptc 3're aiLratlft $ 6tr:rfl"t9i el f+tf 3i 6{e'ett lr-p'e G'j't-&5,:t
{.*r- 1i,rr 6i c.iS ri aj,ao,*$ b.a,2tc.its tdi ri te*f 4i} ':*tt'* ptr .rfrldF'tlt+
I fr1

Lg62 €ri*r L9 -i5" 1479 r'r.e sr& e*'s-rt+x (641


E'r*i'r"-r{rii+4r{':{r"*. j,'l;"i,rs,;}f.:6:}rs
Lg6Ztn1r 6 *t* L5O7 rrh' cf44 4:rts (642
.
c.,ti"ell .l. .rarr t4 +$r or^^a'-ll orj& f .P J;tll t*
- "T,5,:;#l
"
.,f.rUr i--/Jrr ja'.:ll :rl+iJ*lt J';-lub aiull
'b:;':"'P C-r.,titt f/1"]
57 ucL962;'t
'
122
, 'i,;:;1; 1 ,: r-;:: .:t,,',.
:.:;.!-, 2003#411,2-61jfr$,:A/6V!:ggjg$ ,jr+itt651 .

'
-7q+$ii,.'.#:kdrdoai-pr.e*rrgJ,iruG;.i,;tgi$rlU+;+u''
irJ; ;J r'*l.i €;> Jr o_.-z'Jt * P t{Jtla;.i o-* Uls'::iitiir:Lt U }ai#1
.g,t !t;;pi111s*1'JeptO_i.a*tt
i l6.rrrol*-bItsot

i,,-a-vtte,-r!
2oo8 ;*.+r ?s + t* ru*!]!-i;:*#
,qm :* dssz:
cr^- A s t d' ",

=,:Ilff
59,pirr
Fa,il t3l :f l !i3r .:- e6: )13 dtrar{t 9i 13ar-xa (3r. Ztlt&Jf l fiaisr crts lil
pt<>l !13 raa;l E*sJ'*i.at! 6l t4e ot>4y Olr o-.,rr.e rir 2 -rtittl it ra.*0
"f -:r: " t+rl (P cdts al pYt <,t.1-art tao

t979 gt 15 Lef. 2000 s.r.c, sJ& e14:.ralr+i (653


It!':ll !-ittn- U .:;i, fle i,-+J.=ll ..<ll 'L,Jy i*U!f $rPl Cf (t
I
1i...arl .J":+!f
.frJt
iy* 1! +tl rE - trr . L+t .-.,3,1.L11 s$.1 6lJl 3fEI .rety, .r++!f C<rl ,J,t... lb (2
C C;s erallg lr-'>tl_Uti ?t l,i: ;e [n 'r-r rl\bt- 1," 6.. +.s!'.a; 1* L3ls if rJl]t
,.f.r j>t-)t C r", *rl,-*'- r-pY iiA,.1;9--Ut tJ"tIJ! i.r-tjlr 'Ur-Jl q,rtt t{r-J*
.Ol{)lOtSrir. q-l-l
U ,J,;.,-Y i.1L-a-3 z?$tJt+.r i,.U!f r::.,1i,r.!". ali.rJ3,,!e t*tle
^+ Jtar;*tt Ja;
. iJ.k l r ,tJl . , ,L' util tt,ragi- tr LiUJI dvP ;y ^;t;4f7p*
"^ll .;+!f f<Il

I 98 2 t:t* 3U t ti^ 7 422 t.b d.r. d3z;a.lr+r CbSa


'r"r kJ Jrl i;t.i2- ,Lkr
Crt*tt rL.ll #f s-.lr:rl ,.r-/f k=rj t
io;-7!t Oyg C'.(-
;* UL_ Iri';Jl ii.all r,L.:'l.rn i,tj:Jl i#lL C<fl &i5 *-AJ ,r*rJls.l- rr=s-
dll .,4:{ lt^ll futtl .r"t1s g, ,Sfl cUi irW g-rr .^>. si 6lll iritiJl r--'- ,,.jfll,liil!
t<:, rt+t dr<€ te tn rr.rr .*tgr!:rHtgt.1n Or.!.r dr.lll fyr,tle t"ey'l !r.
ojuf, 3r* *3 i, i.;r-tl u,alt,rs- !t ;*s1Jj ntgltsft €.:""i t qP etl&r
"<ft . :.futr=-*r;
' 63. op 1983';..J 9 !J.e r;;., ;'E
tggg .aa*- 4L iuru
c.;lf ytriiUltl.p-i;!f ,r.;2riar;*tl,-,igg*-rJtC l,r)ti-lglt i;Ua,-ir'"alJrJ:i,-) dt
: b,-, * -vt{$qa> i ol..*
%;i::t{;S*"
;''2003r+.r€, 26UL,?.27602 ssa s)la s1t14;t+e C656
.:r-!r ir r--t<i:.- A .#'-/r i->Ualtl*; -'SiUtle i'-r'!t *r glt $t'2; i)et bL
,i

; ti;l:
:a
i ,'J{+,r*.l:rc^- yJ r .* }u.'t{ir!'ia,Qtoln-i",..".5 :1.'.',. fi:j'..ii:.i
,.1
,a
'

1'!i
,i
414 ueL g2003'ir' r.-a

bii.26686..r'-sr+-{r*a?+ ,G teSZ
i
2008 r..* s 25 ) :
.....

itt' ti-^a*-l.Jl dtr.-lt iLPa ar./l dj'eitl 6 asP'


i>J-,a, iL}l1,. gp:!t 6* i g-, 1r,:lt ..€3Li,?.ffr,..- c^:tt .t*. u!-Zllt O tiAl
=f 297 u"2 62008 o

4 ouo#tlltr ;a) 60 +ei{l

ttl.-sli e4rt33 ar;ait t LJla:JI r!'r ,gt9Yr 6r o-xar qJlr


askt dl S

du c44Z'SrUg t658
uis :.,JJ'6,."u i'ls'tl ills,il i"r )
u$ f-s.i Jl iijlJt i
tursL.,,l
ir itt;'l ai
rl3' J1i^a*tt r'<Jt i'P;r
'llJ
e* e{a;rlt 63ot,:e.t-*ti!t'Jlr
iis * ;i;' et
€,i,r*I .r*J 6ll-.lo'or' f- ':I'
t'a:-tt
..7!i ;ru y
1'a'
i'<*lr r
r,tlltb

;f!;;i gr4t * u6t,"r s+r'.Ww11 ''t '=*a;


:;;,5 r'I; ^{;.u-i i"-" ;'s n -utar t'l *rrtr
W;ptr,
992:,*:, 22'L t)i'33540'r'r'c' (i& (#-rri
(659
1
61"1 60 r 5;4 dteill ;f b?
ijt;g irl ,..J.dJl l'J.r,, ,V3 $3 ^)t Cr',*'' '-;i i i ! r'o.r-j
.jhe J, tr.. ) Gp' '*v'r'r c'ut ; op-ri 'iul * )t'ri * u'i
tl+ CIIJI , ot-:,-, u,lrp ^.r-*, -;i'ut-;b
.-l/)l ; J'" iJ6uJ t''6;t1:"'!t
i)*'o -nL"' o,^i-tl i's, l{ )[
,*
U ,F * .,tli ;, ,ftot-t't -oi ^" *;aq
tJ3: ii- p' "--J,ll
,X' ;+^' .pe;-'rtt'1 or<a.rr.,i'-: 5
fri! L;f:
l

(660
lgg4o.-;t 8 +.';1i'387g8r'Lc' e3"r''t,4,;,l-rri
' r 60 b)*2i$ U i-?
i.:;tll etl-lll LL-., EL'ill.i'-Ol Y^ ';tl Jlj,-!l ibv a61
't
. .^t/^ - :- r - .r.. ; -
Te,;{;;'i; * f'/r, ; #l 5 : ry: i';i :#:.fl:
L=fi;tG"tr*ro';.Jrr*Lr;-Jrurl3,rb?t'1irur-:"',Li'?."::
j ;;{ ; ; ;,rr rA,Jr \e.,u'.*;. ,,i .1t' Lf l' (.Y:: fl
.-l;ru *iflI*
;;i,fr;&.>lr f;];usrF,i pr.,
',t"
r*{:r"1''
.f:l.rJlftE.]t

1996Jr!+r.{r 10 ai-rit 01 s'r'c d4'(,f.litr ps- 1661


,rr.\J Jlalj i'iuil t{JJt 'lt
illJl ol
,t,lt iarrr.+ri, u4 ir' atJirl *.'ri
clbv2JY'lt g'a;j: g$PPt rt3tJt
-J a*
r25
*. d.i$;$.i6i,U*n .*+ii$tieias4tr+7;altgf
' f .': .. i:| ..::_ f i.'a::-
ljii,Y,s,+lri+l
.' l
W*"i;.sr;y1i1y.;p *'gi:i'.Ji. t-,.1r i+J !.dD *irlli.+r: *t yi*
q+ ir tSy*{ | r.Er;; .;rnef- (irt .:.Il Git;; *J-) L-dr*, zrtb* t i6itl;ll i. &[:tir,
*-rr,, UOLU 4rElrdtt-Jt Jaz ;rrt-E elli q1 93,s..=li +sr ojtiJl-1
..1:rl3z; rSj,5y'}l ;:l

d EL.JJ YjhLl,J-Jnlu.-{bk .tpir d.JJ;t.p,irt5,.t e J.iLU Lrf.aijl i--L.all O[


. r- .r,_.raC! VL..i rt-Jr
J<:dl CJ gPt :dle,ri:ll t2lj;-$ Jihll ,r,, e!"!l(J.=L,l !."11 ,+:fnrJl Ot
r-i; !-a:fq Lt*-b c?e*.t iril3Jt .azrt=.. ir,-.iltf Or*..b:jr ir,!\ ,,t >[d i34 r.:;iJl
-i.rlee.:+ltJ
i' Z2lal9gT,*r3:lclircig
2O0S rO"* t 25 LG,'ta 26686 s3.r. s+*z.i JL'3 {662
.r.r.e
zal+tzkll,4gUerlr 6-7 ,t g t O[ i..a:r:Jl dl5>jl ir2ljll J3*aJt y g9i-,--
L,,JJ:r \
.lr;;l+>iJ'L.- r:Jl.r= rJiirl OJ"ir.ll
"}
297 e2 .=2OA8 b
2AO9 ..:,a.:- L7 Lt.i.35890 .r.re si,t s+ia,srb3(663
* ui 'ut ijLi -l rrl ,t,iiJl &t de 6..1c t ::+r o.i.l 61 r 60 r 54 dJarJl U'b? l'
t a;U3 \r 5- &. frr.,-) 6- .*w.rr crtS! i bra*U i-r:ul t r-r-i it4r- Jt&l
oU+ Cr*Ji;r ;lf OS4:r {+-r'E-, ,ttP C rltJlr .
-t:*i gc .3lri)l
'JE- 4 .frtt l-r,Ul
i:;t l -b 67 J.artt r+>.tJJiJ ut ar*ai iiL-. -r-: ;le tl dJ;Al U i"P.-irt< f1:1
kLqlr J*,, 4t)t jrj aul i..:: n.i:.,l}l .,it' lll tiLi., oJ,<{ J.!l a,.<J W)-.E-s. })l
#tlr E"* ; ,-=ri e*t' a-f e yii tjA ,fll 61 J"a;lt l<-i ilrtb €^J J--s t
-^-tU errSill i-l-all t-'.2tuis li[, Jt i,LJI i>Jaa JL3l iit Arb iil,€tl
..i , Lll
-.:..l,*2.6r
^;-
*iv.KrlJiltai 1.rlg 556 J,,r;lq
zsiltql:-ll i"reuJl c^,&il Jili +& -il/)l i
;7zo.^i ;si.;[ou-3;iho O. Jrlt or..4 Jatatt.;a1..-6JJl iFll irl.:J':)e a-11"2Jl1
.i :rt i, rl,.i-rlrJl 6> i- 2V.y ..rll3 6r.* 6:$ 2 tAl
337 a2 6.2009;t

61 4"ot
Jla.3 a3l+?trf f Bett drlll dD llrlr-fJ ail,rlr AErJ'a.{ YYt diJg!{ lft
-t{3L:- & o..olii.r

a;gr; L5'*e\i.6707 r.r.c, si.r. rr!4arl-ttri


1969 (664
.Jt
"r1, +-5'BJ
itt;rJt O53s C rE,tl Jrtt Oi i:.e*ijl .Jt5-!t iW 0.60 J'.iJl L'.efl
,i*..:yJt irJ+'ll irit l3l)[ .'?l3tili{r 6t rll y J<+.) J;t 9i.Jt-+rl ir:--rdJ
.il rir. ,ib ,*
iitaJ-l gU,-[.!,tL' ,;ot ri3 6.ill f.<tl iriu lr,iri * fll * d*etji (Jl,e t-irr
nl, S,an i" r..{ -ttJ .*,fr .f&f ,,r af-t I pt; * tis * €i J}lolr"ui,rte
.&rr
213 e rg69 o
+::i;!i
:ti.*':.

d Lra.rre kaL:-&.!a u tatr3r*:rlLi *-il.tfi#;[,%


6 .r.r- gL'L. dt:b6 )l$ (672
z^t*, zviar t arll 6..7 d ef, t rT oi ira*lt .,tr!] i!* P-
:sjtfl rli"eitt ;t' GI
'r:r ;Lail'OJ'a|'l
"{l297
"t!a-Xi-,.;
se 2 |2OOB i,

63 ;raitl
<rrrlr aAfr.jt. ei+tl ii+rrt J{i tl{'"1 alL;+,i @ W .lar a"
.t6:ft .' - alairs'*t fuHir,"tl ell t*:lYl 6rJ3}l 1$i'21> g' Ar.t;t'tt-i

1986 -r.,.r:sl7 Ui$. 15532 ;,;.''' 6:,a' s#z'a i*7 (673


-r^,- clli e trCili -r:-1 ,$)l oe: ,r-)\-rlf**'4t ".!} q L<^tt 't':r-t irl
.,/ajl 9a-- 3:*,- tr dr I I 68 e ir:rr iJb- 63 ,+4"J1^C*- I.Oi
7S ;1988 ,;*J 4rre r) ri ; -: [n-l .r:] tt92 ucZ gL986 t:

i +g ox 61litztq;;i) 64 rYalt

,JrJ.rl oit.o LFSteJf crtrS-l W tZ* 't^:"'r Oi afU+tl r$t &.ge &l SS+t*rg
-t+ o-*a'

@i.,6r ataal .r.ro d&, qr6_ i:z (67 4


oe: tr:k-[e t{j'tt $tdJt ,j& I .jti -4ikil,:t ft^JltrE:ll.| u.t*. taj iil'+}'l rr<-J
o1
.kiJa.t! at"iillip.tu
83 ,f 1994 i:*J 1 rJe.: t! 6

'128
r::"':i
't:.+ l::.

:i.i:rr.
,::j:

65.,-itt
3eig r''gl$ 1ta3ib..3,.l itr.aortl dt* a.d; &lc':f t 7,2a1 Z);E,lqJl A;-ti :f
.6J,tll r-r'gra*r dllS

1963 r.'4, 3 L e.'.. 2L81 ..re si.l. s$n :b7 (677


'6tiiluiE
rsBT .Fv13 L atA L647r'*uH
** oi o;utt
ffj'* .ur*
oJ".a,J irrj+ gr*lr f ;-r*,- r. !l tib l{rLa,- e tri f.l Lifl
LLLarggo a*r 1 t.re u r - r,:i ;:::r*gr{,
2003 €J,-a$ 2OUtsi,.2L743 r.!c er.t' s*ii'r 161 (679
fF t i i.:.itll 3!t ..*te ;^, .7!te fll r+ **'i .re*:'./ r*':At &*:-Il i;;tll Jl
Urll i-;.!l .:t 713 ;r-; qt;,-dJJ3 O!.r't',-|,Ji' ,* A:'al-l irr.l1 OJ'n"ll il''3+
.o-5* ri,.r>tu, i*s|liiy'Jl gt"ai;L d9' l$,rb
.L47 ZOO3 :." J 10 r& g2 6 | - La,J r410,p2t2003o
66,Pill
.E yrb r3[e oa6r3 crr a.-rtrj 4rp'r e4 :f
T:.'j,;Iff"lH#*,
,r.':tt L rJEtt ditrtJ,?)t fA+ tJuir t 6> a.r,,-rt*.lqi$. {' a-plr g.;e?ti &+-U

c;o|i,. O Lelift 2006 z.j,;|.'r 10 .r'r.drriE q a{iElt tJiaill r3'*,''i) 'cJbr&&!0


(2006

19a2-r*.., 9 U1.;t 6791rd.c, si& ,# lt+i (5EG

,-;it \prb c.e;rj .rrjrt Lrzlt s. i^^?te GJllq 4f +, iiJtill i'+ll 4l}l
.rtJJ,J gf.;uj J- cri3 Wu- oer g f<? iit,j,> f t+r- .rai;
&tuf, r,'rlrrl
.€1)r!t
d,.!. ) cll& .r;i a;.iJl
' zLL,r4gl982b

r29
: ii:".
i.i. -: v
.i.lilr
'-Yjn
i; ' , i. , ZfiNJ+:'?aE 6.f,*!rl{,1,e!1.fifi <t"- rff]fij-'...:.,,tl
,,.. - - ,,. .-..
-., ?!'.-
i
, ,, .. ;..
i;iitoop a, *,ro,+4;i;;ore.ip-'g,t,-r,Jn1 ailsi#+tl,.li*.'iff;',';;;:,,:.'.,i,
"'
irrf *ltjl,il;iiaqr2 r'ri"-r try':i'l-
F,rr^;#iiffist#
t{r.rl si.

:;H##nr
:.I:r1a1!'''

rs u tsi, 2*Gs6,"lfi I#l;


;r;;i.e*:lrfoJfr (6$3

i,,,l*t zV.l ,.T.-urlr 6.+ 4 g, dr oi

297 scT g}OO8;t


'
23|i'i25421
2OOg d'rri (# $i 'r'r't sl4'
- t684
Jl
.;'rr tr.ru zrirdeirld)l €r3lJ. tF v} ,r.nll'{YllfUt + oj^^a"tl:"r^4'
i2r*a' Fs )Pla
;ilatilt !{ "'ti-, o,t1"'1r qr-ar o;rjfi ot; o.l*-tt tC{t:*i:.::.1'U
"'
r,Jp;tc,r,*,-nlrr,[,.fr-i-j;'O;Lrtt"*tl'*f
}Aft C r#-'tit ;jr,S{-Yi !:l- lz"tr OF s ir.;;-ft Jihll 1i-u; '} t.-a,o
a ;;r09 10 ; c-' ti 1+Ln-l s-;l,t3tr. '2e 62009

) )ry'96 JEi'l
aug ll1
'a;-.;-rll gl;;ta g.t14-z2U;'t A- a,Jt" qi'all fu*a{r tga'l3 'r-ia.c'Lrar gtlS
-iU-r;artl
t"rt^ iJlJjJl Y'L La+lt
-p-rZitl cji,a.art+ i-r'ft 'i3lelJ'?)'

(685
2003 -,i!..:i!r 31 L A3' 30168 :'!c s't'ir:'sl ell'r:tl
f
q- -nu!>i'r:*lr Jl3e-Yl il"'"' '>"* slt
a\z-djl Il A-}r ir
- "'r;Ji':lt t"'r'*';r 4i i rr r 'rlr
. .r-)t il.,lrq ,Iotr,'r='.,!'Lt'r
ii;S#l
2005 bt*7 Ui1;-21t22' 19565 *'c' qn"'diJuos-t rs-
t686

J.;; i*-:,{.,-'l J'iLtl oF--i';'otl r


r)$l *!t v!} c
e.,lir*r e'rrt .t a;, lr-r) irle q$-i2t,j y o1aii,e ryo! ^'-'q
(682
2OO8 +r+r$ 5 Uay {SZel r'Lc at''r' gf'rr'F
qG t'.e*t' e$t '3P '"
.:S-Jl i ;l 'it
,;- J=i;; € ,P -*e oe'aeuqot5 .rt 1;
v.l i':'iul .iP t ub i,, r''qjJl
.r.A,1r ,.r- .!u. ipi ,*iq ' 't' " lolq
Y ,ts-
25L 62008 it
1
25'* ipe 26656 t'r.c'rcar''-e44'arr>f (688

flHlffi '*'#i ffr,


2008 r'4*tt'1')s
zer..u ivta7.t^e,lf er 4 s,, di +
297 tt
ueL U2008

130
igee aj 24UAr. 4875 s.rc e3.rr s{*zs JIJ'I (689
r+i . t,"ir:tl ,of'-r',Vly b3>ritilL,r'at grltt flt t...."tt SJ'".I#,}"*
3L e 19660
1 967 ,Sr* il42.i5. 4812 r.Lc' si.r.. s#i,s -lr+i t69G

L45 aL967;)
*1tt
Lg6g q5t 13 (,,.t (,4r-l-lr-ri
6648 s.!c. (691
,;itgeeoljz- 3 O Lr,rt+g r-rc ojul\ C$r +t'*Jr Orr'-!r 'W o' 67 S*;lt cFaJ,t
.u.e
fU-r J&tt,o* Jr rijt,ir-yll r l.- .+& drl iit.all :ry €uEi--oil ':''"aal B[
dtir.:-l $z oj.A,Jr rL r3!i ..:lJ3 ,-Gq*toJ"'a*ll qels-ol..:tl3 4 '+lt
* i'<a.tt
,r*- ,-t*tt-ri3 r.1ri o;iri LJ u:Jl -i9pt 6* *3:;oi ,-t'ol5 ijqll
.irJ..a,.r"*Oryr_fr]i,
1969 x+ttr- 6* L t i. 682V !.!c e.3&. e*.ai 1lis (692

,-u!t fsb r$?) sg \ete fiJi"- i^Latl ..:lb ,lrr i'J^A'Jl


.
%iftXiJ
24U tw 7Ot9 s.r.e sti. e,4tulrt+x (693
L97O s"-2l.r
b:-r4 ,4 +;-S>t y.fi3.frlill :la='. ) Oil'Jl Wsl **ytJL-' qrt 03"ae-ll z^14'
-k-J*,
;;'>ri;byJ, i,,l*It .:llr.itai,"it r.ntrai
ofic,r*,!t,f *
.irjliJl S*3 ;r*>,,le.+l-tt 6> "|.,,a[if sii'i:Jl i-<r.'
;p,ki r,
227 a
1970 o
tgZl ).rjrr 3+tr1.8603 r.!c s:& e{*AiJbs {694
J!,[,/r o#',.1, i,J*e,*t C
.
r& .rrr-- o!
:H3;f, l3l#[rffi
al gL973;t

131
ir':
.j:l

!:'

68 ,1'eitt
gprjrg q!'ill cHlJ
-J,tsb aaitl.lai a,. &J-rati ztVt;':3iqJllJbSt*3i

(738
1968 2+1gt 18 L by 6L43 'rtrc"s3& s+*'arlJ'a
.fi)l cLli g.. rya;11e,,..!l r;k €-*-.-:rl OI' ioa7.:!1.!3,-!f ZW 0'68 Jlailt L-ASI
.u,-;Jil,j
' 3i *-<lt9
267 a1968t:
tg73 \t#zO *e'i' 9062 t'r. ei'!' *F's -iit (739
t;1
q-:-t''6i, ilrl dt't') lJ-L:+3)liO{'L'+'=:':'-oal;pe}l..a1ri)AJ'\'=\f'-lv
q c^":'- Y V1 - !' , 'tl ,;t'-
alL47 g1973;:
.-6? tg73 ,rosv 6 g2lr} r're si'!' (F )bS (74O
5'JrtLfy' u.,l
ra,ar -l *, €; *;/J yi -l.IJ*-)r '"^-'s* eaur a:^r:
oitill
lQeLnl973;:
lg73 t:r,sv LZUbr'8555 r'r'c si&t s*Fn )t$ (74L
Uur=' ti[
ul- .rq i;lr- .-.*;Jl .:lJi c,Ut-'','rt' 6.la i'i ^+'-"' *l -.+
r,i
g'a*t t'crl
tit-j':"!";l13[
i*G.fl,rler .JrL *;,fr"",,Jl63csap'rulj-r;n 'u';iltt'>'lat:>l'
-qc.tfl7!-fr+!r.a4Ui
139
'rLgl973o
1-9734 "2r 11LG'i'91OB l'rc, sir' s1jan )t$(742
ot
i44s y!r.r.1)-, ..r! '
:"-*:,- ,ri ;,6q o" i etii;rieq t"C * lY .{ f:,rtrtl
.
" o;Eu
orgi.. r<Ir 6.ti- E:LJ
u.rr- i'r<.,-'orr'-it.-iJt,'ll u''5
'l44,,rlVl973tt
""rlJ
lg7sa{LJ,a 15 &eri' 116Q9 r'ra' si't' '|# )t$ O43
-lril'r- cr'
if .r+f .ilrrYq ,f :1 @r,Jl) '.zr srEu t'-d* :-*/j)q 'r'Jl
Ffrf ;t-iJ;,',r*'l't;'#r,"r'p"'r""'];[:[tr#,
..u,.t j r;t-i 4 {$
Y *#|.,t;y!t" ":q'dJt*
182 e2 u1975 u '

138
.rt;ii.ctrt*..rg tar*Ut .n$p64rlgli ,i**<II..,j '

. kr,*P j
6!r,t e,r; *sa;tt?yzl l\l^L_L e*n 1 ffi-.}.r, -.a;.:li f<tt .i tr.r&
29 ,-f . 2O09rJ ; 79 /78 t*. .;;ur ii:gr, y-,-
71'

d Oi, i..?Lrl i1{u..il;dt 3z;-.>tip* .E ,**.;jtiil ltEitt irt itt 4 ,,;.Jjll


'g'PsaV'a
3L7 ,r2 g2OO9 tt

69 S,ran
utC Xr lf+rj C6g tJ:a; g3)li}f frlc, ,-.r\ a?J, arjrr_ltSi)ft Ai.c,.+*:fr ,-.11* X
-a)brt eUti ir j aitir a. j rt:^ TSjlt n*^ ir. air{ arf 4r,=il ae .j

L978 s;rt= 10 A eri.S?l r.r., .,j& e#i.r i+z {227,


. ..= u'll 4r.c^:'"-6yLrtrcSgeutry
fUlf *ru_o,3.pHr rrlr
,-r L gL9ZBtt 13
1982 d+*i 27 +et3. 5t79 r.r.e s.i.rr d4:a.sJ+i (Z7E
(4 u M3 S*;St; .i*a-ult .p 3Jr +Jr .lr_ \* )r.,a ur i**, )t
e+l O, irEilt ;r+I f rgi
2ta-$g<!c!3.-2. jaU{li klrii)rt&lri,J.<rdr,.eirr, j.r!./t;.r)r,,
"#i "rjl,.(fg
-ra;,; 69 J+;Ut3lb O3i_..-..,;Jl,F Gf ,
:&6-r*rffl.e c1$J+.:Jl Xtlleir$ 6pu
-u;*llta;*rs

u bi.
19e1 6.,,ii+r 3 rrorr')Lfr"X:,, nzs
It"4,iiteptri,.;' JtgE;F{+rjll.-z'.r!3|3!ciir-,a*tt.ttf!tZlr*;1169J*;l4.ual*:-,
. uJty.;r.! r:J:f l
**; Oli i.7eJt ihlrt

rssz ot* 2 + i,t s3'63o."- I{#lj* uru*


ial* Zg*.t 15Jp5 ,*:I f Asft if J^+l te*.r iAr.t
QJ*)t iJ+t .Uf i7e1l1;141
L:
Juljl' : i
" crii iy i rlnar €-:t'rqrrtl i.Ltl .pE a-1J +:Lrr or4!r 6n::, JLiIrH^ ri.r JiJ

118.rD#Ij'#''#
1993 gJE*r L6Ubi.32t17 slb s,id,. e1-jars,rr+a (ZgI
,E*Jl*4': .'Jlqrif ('.<r.ll.ri6-iLt5i., , qr:, t,.,fitJr;r.$bi..rl6flf
VLr e,rg.J
o4,r.\994
J &"-J 1 s.rr e, ri
;

rM
ZA,pn
;rflll eruatt ,fuqt,.rlrFi li19 r4.ilt]g L. k+ir"a{ litslsEXl slc dh.e y.
al treiffi &f+ ;:a 4!,r. U .1,, Jnetl crit 4lr.o.rlg,ltSf ri-r.:f arf.?tf Si ,bi
.rt{$ t t {Ce *9igsfu;} I &. r}+f]t t t4aatc, ar(.r-t
1975 a+t.r.:s. 15 li6. tl022 r.re glr. s+dsrr.1t+r (783
dli::"1&&tC lry."I rE tric.r'..""ir;tijll p:rrlc<ll qrrtl rtlil iillt JP Jrr,JllLibaol
i.rti.:,. Cl.rqrykilrf {r;:li-.ritt,sr-lr6rfl j;i1;,.68Ji.eillfK>i;1}}t li}*
qi AJ,*LII r(tl Jt,;i,tirli lXr ti,l- t{*lrUil it;!fl e tirl,:,-f U+ 6a.1t ;rti:Jl3./ri)l Ol3
1r<-lOr*.r;il+Iluird,.70.1i.a;l1r<-i*J.;j..r;uiirt l6.rre\JrrbiJltl.:lbJtrJ
.r;n!-i.t4:-lesf3Cff f,y
fir, 123
Lz.r ().eot
J*At
L79 ,r?2 eL975 i)
1978 42.2b L'6rr LTSO r.r. s,34. e442,3:t-F (784
L4
!'Jlti4,r,;:Sr rJrr*lr ilo, ;r.7O J.aill dltn-t !^L, €+ l3l(Jl.zif, .fri)l + J-")
.,.,.u.rtjp glte .7!r g;^, .;l Uttlr qlt#! r *'^-r4 oe*3ii l3l tlr ute
118,.;" 161978o
. 1989 orrr+ 13 +Ai.234e0 s.r- €,tA s,:4zrlrlJ,i (785
.
,s,J.-, * Jil*S.-;;tS Si-1t g;+)J,ti-r+ rJt,JLill
4l,e 1989o
7L;r,itt
tr'*r.r.. dirrl i21E *l3t g,l3$l di.e CE+ &.JiStAJ+ii a:- pkil l.t.dtt dSatj lil
-e.r.irt Cr. {rJtf +";"-.ai* l.rrtl3i

L978 i,"il; 10 L b:r. 521r.b, s,i.L. s4$n :bi (786


..-;Jl +,.:3- 6)A!lt 1.<ll erEi,, ftJl t ,l;laJ',- *4 #LJl ir)r

198Sr*.t . 5 Ltri.12799 !.rc, sl.r. s{*a.i rL'3 787


,
\r^; c+- u-u eirr..n^" -u,lt ols ,lri...C!rl ,ttr 67 ;r+ t#a,.x-li.- ClJ i+rll .:,.rlr 13[
: ' -6r}lrrjll
'207
a"2e1985o

r45
JL,3I I fA irla &tX | 6; g .ral rr ,o, lJ ay rs ",24 .,,ls r1;*r;t^ral t*'"4
I
Olllllbil 3l
4+ t"+J T
&JlrJE ll rrrr-lr-riIl (,lc t3sf..aE.31itr o,"rn}t'+igE,*"':Jll{l AlJitlJ*3
-r]r,iXr rjs{y,a1r
r.rf irr. tg &.r.e3 SllCl '3J83 LJ'f:dlJ &lt ){3:ll,

1981 unsv L2Ubt'37L2 r'!G' 6,ar. 4#lr-l3 (788


$ i=riJl ira*^!r tl.5-Y ao'o1
o *l* rttt{f^+u Cy.-)ldill3rk"{<iJ.:f
titt ri; n*-,i't*$# €ltll,*ib 7 4
ir^
ut t", *.;;]ffi,#
.u

ia*l bs )i-rr, p}-)l ,W Joiz:,t-tir dlj if iu ; 'tyi41 '-'Jt ;lfl:r gt"U-:i


.',. -rJt .lr*: oir -ir;.-,. r.l ;
-- - !#Jr Jrrag ;iL-I Jil i'J{oikr 6tiL-Yt
gi
.rji
' - t lih.-:Jl esj ,rlr >tlsI trraetl ./ri)l lrlJl qr'y-)t 't'*ai'll rii 'r':pl tJ ii.* J,et-
qr
. 65 .ffr"*:iaff! I yl u'" rEt j,e'rJt.' 1-:\ rv-3 citp-L-)l$-ti
99 ,* 161981ir

d3L &tl df,Si F5 ralg g'*,Jl fi'a't:r'rul rlt


lr:3ytf $3Jl a319 .rlCl dtrdi 6;d"tr atCl d3lr OL9 drll
tirn-,1.o 6brriJ4ll l;15 Ak AF Jgl ' 'isr b'*t af-.rJ rtf rflr da3
.4iLrJ dtI!

e,3'r,.l,* ,srr+r (789


1981 urst 12 U drv 37 12 r'r'c'

c,rjir* r- qgryrr o.>r-)r.a;l ;,br<-iJ. :ft JE irJPl i#*:I(.lt''.!t


ita''r1
pt-yt,t ,,**-.it*o c-U"i, 7 4 s73 t68 qt "a;1 Ot'U:-ftt !--ijl
€V#ct1g :r.lt*L-t\l+Jl.rjt'J
jil;el g'{:ttllt
la,A Jet)i.re p)t-)l r\,ai -br*l 'r3e '*31-,'V'iu *'rJ9 ij41"7!l
il*-fjytt i, . . . *rr., -,1.r ;6i Jr clr+r,.;a.k-I .rty j*:pt 9r*iiit#.o1r.h-tl
t's u: u'kV
.,riju lih--:Jl ori.J.trlr+[1;ryrr-u$,r']-)l'tiittrri
+es ue t$I,s' -yt i i ri pt j 9'rl!'=' "J!'j*"e 6l"L-) I'brr-i +
-
"'*"' 99el619814.
1983 u"2v 15Uefs.7329 r'rt s)'L' s*Fn-rr-rl (790
l,Arj c-+- 1, ..'iqt ;,rr'. -r. d d, l,' t{LpJ U'rlt iJl'tl .,fur { U it"-., 3; i1:jlt caq4'
,
.-rltr irI3lf ei'fr"f +
iJq i+> u.ze.;sJl ql",l,UJb tde '==1":'Ct3
;a,;i
: ri, -tz? C)r-alj t*, .rr:ro5 ( 'ta.e*4'rlJ7q-68 ou'oitt3 U& ilh tr6I 13 Jraill)
;J'"I;;i..l,qiriei:e>c"Sf LTlrfrflTif.:;il;;{
'd ')tzzir.ilar.
r46
:'+t.a.

i, l::)l-',i;
':::':tr','
',
#^ii+i*7sffilffi c,r.jr,!i,ry1p-+.t1 r.r:,.s3*.rli!jt.l,i', .

O. i. ;y 68'.1..a;lt ft(-ibt^e .r; i.rdij a3f1 ;f cf Lrrt P|


.":" *i"$t
+ur- ot "i, U
.
t
g

. da"'Ui &*;,,iIii ;a.r is.p]l',g -r" r;r=i -roar'i'{' *it n i

eLil+ .r-Jii 4rtl-ur)l


i-<rJl ;re 2>t}Jit 59339 * ,l*,)l f<lt
,t7 lr i^at*3 dt;t i;3
f.lJ
Olt .-i,f l r,
i, ail €rh+i d,r gr tsl, qse,a6 Oll rri'
; ;.rll Ol ei4l97 8 17 1 22
.|, *$ Alrt .p! ri 6-.r ..1i, tf. Jr All ?i,-$ t Lrli dB .r., \-i,ll JSr,
;) 6i:f i
: ..t;+t?)u.{:i6g(59339r.rrigetti+&.f-ril)it$\.i,ilJ'i.rie. ...r4.:ir.^-tJt5
dlt.c$,}-l-t ;r. 7 4 J.z,ill + d;rlt i*
-14+rt
4l r:-Jl ol ql EU)t dl- tr -i ",.,
.r-.Orl u. $t itr59339 r.rr 1rail ! olt ri^ll ii t r*r Eptl,rt .L..It rtit -. frF.q
: .Lgr.;r9Ut-lelJJlt+tJbrO!t..r;9i,^tl tr*7.7L1
./r{llr:..i- 6. si uat*;Jlt{.r ".;,r.}-Il,.iiUirtJlrrljill Ut.=r oesd 4t*) 4l
bt-i gt .r+r-.iy ..rt5*t ,rArn ,". 'rJrf lir gJ S 6Lr tr *{13 Jn qli a:<€ ) Jj
irli .Fi T'i lJr J,-Jld>.L-l B[' : ,r-e; .rrJt ..i.i.C O.74 J*ill G.l.etEir r=ftstldtt)l
Tr lt ;:s i3[".7!l drrJ ylt J+,,tl,:,t ob drll #ill Jil d, rt U+.ixL-ll.rt
6.iX 6i:,Il .rolll g ,ib- l$r + aEt ! Crl, gr .r.7- 0l .rJ3'lJ ,a:Jl l.te .i- U ,.1.e iiill i
irl ilr:a)l l.ire Srl, urr:cr @) U P.r3 oJ.<.I iri W ,r S:ii& ..-:Jl ,F J,;*zl
-r-.;,-$ irr: ci t4:t-:A,r i*il| 6\ti O. gt *: - $iL-*:J u. t-1r.e $ r3l,-;*'- )-a>
,r* .+ ,f,ei U GrJ e q4l 3r -'.;*,- +Jr ;Sf t a! q.i .,i:, irl ..r"'} 9;..11 9;1 rzlj!
"!=i
.ti5,t3e lrile t{3. +irJrLtl .*<tt i.<r.. *; #,
28 a" ZALO otJz- i-;itaJt iLTll, rJ.:l.

75 Sniu
dJ433 Fstirf Fs4 :rt d.i.e eiJJi )g 4, flj)ttt .rl3itt 3i a4tL, d*> :l-l.Jlt G.a3 lit
-a.ae-1v?..11d3t+Xl Jil-l e*.? irr.ratl ail,a

1974 rglr*r 5*Z*


9736 s.b si.r. +?.4,s !:7'(792
a,:si l-<r.ltgll,.n7ert lLIl\r-;Jt},l j.rcrr\[,=JtbeuTe;;1d.rLt'.i;1 .*xtt ts..fl4
. i:.,ar-!.tl crlf! I zJ4,
Or,7 s.[.ailJ t *u: Cll t3f;f ;,"
150g." lgl974t:

. 19762,.tu,? 27'LLrt^11005 slb d& s*F;:bZ (793


..rL-)l e .rt :r)tl Y u.L=-)l e rlLll i;2till iEJlJ,aI f K2-f e4 aArrf I O, itr I
Jqir- dti rl 1j),\ll .rl3Jl ./ qs) rP e)t r* trl dl ,J: t 1 o,7 5 J.€;il.j dPt t;tl :i
O.:="1^rtg.,i.rt =Yl3 tJg,Jjl1.;rL-t-.+er!:7)U'sLJi:r,ittjt, +JJll.rtj)|"pL96.;
ct& ol Ul! !.. .'Jl rsfi j t"rt :"t g. ,./ y, i,!ti u4,/y'1 ,l",iil i ird^ll"J4-Jtl
cq

L47
,sr..Prr.g
--i::1.: -. .i.
r+rJ-i
.ri:.

.f+r i;ii.i. i:x2i 4'1$i4p' tiii


|'a

+*tt'6rl)f
::..' -'j..'i -... -'t -:;

,Ir
.'.: i.:1

i'
f+Jl{rtrtit"i;$ il' t ,l.rfy"it ,,{ Olr.rfij d,;r,'s.$,$'6 tcrt,
;i;r -i*;iie.rr.-ti.i.rartf€-';;r:*1r++1it*'{i'xl'rtpt
tr;* i,. }r; i;c
ol -ir]rfr r-r.r .rl-rlli.i t*t e) u iJ s ot4: if
sb;st
"^'-:ll .riJ
.r,,u,^$ir--)ciqa-,5,ra*,llOt;nO*t..fr"t;*'*t4t.a!llb./2J'e>
,r* "+,$ u,rii, C .r.-tl J*l v .*-+*b 6sit' ir! + qt!-ol }$ r"irll't ' ': r2l2i[
' 'ulr.+r"
rfi:ffi,Iffi
.uiur t tb h,.3, 4i
ffi:#
76 ;u*il
,.-j,. Ch4 Fs'.i {rF 6lur dl.,b.a'p*ri o+ U}lStrJff''JL"

l9g3 .*V 26 + er'r. 27777 r.r.c, 6i.r,r ,*-;o.l.1t+i (801


+Stl.rll$:r)lti're i+Pf ..rf.iluf,-JC^et'ctjt ;54'="' ;il,;;
z+ytt,,3;-J,-et-:!l-Jl"!tbtillr.-- iI.rC^=b.zlrtf-t,L?l+tli'<"rli.,J+:-kle
'L':alJ
283 al993t:

t49
:r"l'1. 1;:

77 ;.in

'jk'r.t;ttlg1'Al&Sdd L

; .)l3 4t-:Xrr
78,1r1ilt
L{t f5Ldl 6Sa,3 org+l *ti l3l X[.r.*i +i.
"&r-lf "q11
d.*a$l c;e+t
.dlti+

79 rlnitt
-d.!,-.i-r.r
y.. rla,ri,lll i itJ.-'2-
-
ell;dl ir,r .l>--- o tr
-L_

80 &.iJ,
,t^?ttalt 6S,qr aiir*a ?tj,rlt Aj,tj.ra dl ^1.,9 &ep&Jl9gi i;c,.t^l:lrl diL lil
--r r.-$,a sJd-> LJ.JzlJt e yi h, ryttrl! at3.rtt arJepgti

150
s ff i4r"^-

1rt*.g f-)
82;,aztt
,-t-;alt Cl33 L'oa\t'"1di3 lil
Fshrt (lF,-..It t,6d3.,:!t,iJ ajlrflrrl,t.3Xt* L3i
*'L oar.n tt itt, -^.i",'+ *=l Ff'4J' $ f,'t+i* :l )+i *J're*
;;' -i
* Fsh,'l -':#'trffif,1'"yHfl?Hi ffi -Ou"r,,l

1996.*r:Sr 8 LCi. 7785O-t*c.&lJJ*alE eall.g*yl l-rsir'll irt;tt'- dr'r4r 6S-


tE02
-,t
r- r. r! jt c *t f r ;tt 2et,p a tt t At 4?t E u . :'t
di:,
:l', ffi;
;;J t - Jt i 9 J, pi--Jl.Jrb- r' L i;ul o' ==i- .r'l c'i-! \-Ltl 5erll ot
c-.>zlr,$btq.ra-:il6JtlJr,Jl.-.i#ll}i;"rrrcl;r ^aI-t":+)t'Uv3l!'r'060l5ctiel
a t^. **rtt ; I 6 y 82 Jt:ilt f t<''l'l''&ile 9'$; )'''e
tr a*:
dL ;1 di i,, ;*ur rrr!
.rJq iriitr.rqr./rr:rr t iJ ar,P u.l'-t'-1 q; g''l guyr d.ltl dlt r*'l ..'r
i.irtldt -F+.IJJ3.*
(tP*fr\
i+Jl dyt ,. .<,..-ij-,2J3 6el.*irer;5J l{.t' ,/'l,f ? t',Llt #:r"":}tOy'b
e'rr ;'r $*ai ii'P.'elJ
i * t ,*{?,;nrll ,r)l i:je kl .f. * ! t€J" .rrrll tll 4rUf "lJjl
. rd i,l4s-.Il .*lr @..rt i if -rll
(t4e 6-)

151
E1:.i{r'. ii+:i'r. .:,..:
*ir-;:,:...::.I
i:ri. 1l r
f-. +1 i -.! .. .

,,' -eit pUl,Al4f Ji {3t1; 13a lsJr$,li 1"r{ l-i5t cii53 4$jlln +8r rca:r{i

84
- -t--paill
-&lde.altr phll &f :f I d$rl dj:.i* X +l{.,F cl+Sr s3!'a"r$ OtS l5l

r52
,,
t,i.'

:'j ':i;

.:

.lril HqIl
&ts pts.ll
85,p*rrr
.o&13. &rlJl 6\> 5fr29.1.S-J,J '^'Ull dl+t, &lXl d;''iL*

1981 tal;rll.2Ui1f4 3915 r.rc, s3.r. <#lt+r (804


&, t{i,Jt, &LJ .-f<f ;.
q;tt+ l{ t{#rt" #-:,srtll oh4;r' )frLl "ib*l ,"e iaz- i'l
,,i1,*-ri.rrsi!5;U5,!3llL5ti.-->rl'e:-iJlola-l 6;:ld,tl>dlOSgJltC.,lr'ltc''U3
; rr.i,,* + -
n e'Vffi g Xr,*jI;t,*.Hl
"
149,.2e3619814
lg87 667 241...1;r'L4575 r'r'c s'3'r' '{#lr-F (805
dlae gr'12 t, -r^r t +-rllr ri t rJb itij tSJu r" ) d oU,
i+a! ei'r;ft irt # ii J,.+ll q
.-,.e1l-)t*-)tri'.a*.St.ttrlt
233 uel987 a

86,pilr
e\tt ,ia I aSJi L tra.r-!, $l1tut )li X3i aU U11i Fl.-i FrJ AtiSl dft lil
.x fi .r-g &sl+ Lt<irp &tsi

87,paue
' I dYl !'li-l?l *,,.l.1 a5Jill Ct' 6si'J
.-(;itt CE+ aihltr ajli+ll.i
-.l3"rl3ii#drl' r,lrLae. u
a.ill !-alttll &rJ.lrl -e
.;aiUll aa.*a..lalt agaSlt' s
-,. .. .&!r+tt..a
.arrd! getu orlp @ l. ei aSJ:tI r:ilI ?3s ,t+J* F, lbli

r53'
W'!:frJi,r,,ff-
::
t..,',-a,','. t.1.,.,t, t.'',,,. 1,'..'.. .. . ,t' i,",r.., .
a,i .
& .-arfi198l
ZOA2 iJr$'fi , eba t377 6 r.rc ei++:e*r*: yJa(8O7 :

J{ .rt-- (F"ll J,:ll .rijl ,-irl i,E .$Li,,e #.rr j+ ir:';lc


yr I it rtt oi cJ!JJI q. ryf:]i,
, r* ,
: OU, g,.* :li &rll .r,; lJt::.l i'li sa*:J OJ"1 n, "'.,{'g* t'ib
.i,.+ildl*,Cf lt^{rq^Yl..-jgdur.r-'
lO7 ,92ffi6i:-6:rc'r61
2003al*26Li.j,"2&28!d6(,lA.d**ajJlJ'3c808
-.ti:.-i;-it i.-' *-,n a
J. ,,,4t.! .rJr irt:; k-^s i, ?" { u.l, Yo ';.-t ttU
* jt * t-, ,rjt J=, -)r u ,5,g4, rlr ;J4r i iugryii.-:l ,t3;r "r<-i .rJjLirY
4M 2003o

CF '' :*l dialt


.r.at,2 alsri ts+!z pi grr-i -\b,ta EIS *tvdSt;,l &g )ll &lxt eirrta3rrln &sig3
-oJj.i,i33 Fl.bIt*,rs.ttt 6rlt

1985 .f-.*+ 13'Le*' 1016O s'ri .;r' s+lzn rt-r3 (810


!l .-,& i+- €J .:U, + L)tt-+1.,-:;- er\: OIJ #t-rl Cf+l + g>{-)l 6L:tl 'll
J+*L4dlvr+te
03 - 102 a" 1993';'J 9 r-rr c-, ci I

lgg3 e+L3r3 14'Ua.i. 8488 r'r'e el'r' e#zn -;r+i (811


.Jrr.y'li,-;r!le iurl
.,-.,ul Ji;r uili r'::r. it.LII zl) 4 J-l]r1-tll oyel 'f,|
U;*t .:,$Yl Jn-:.qln Y* q-, Yro.rl t/i$ t{i'ot
-.
JrerrL;rtsi rrl.li .i
t i.;'te:l! ;uriryy-f l yllj .;::^. o! 6.>t -{i: et fltut ,] +- fYl C*: !
.'.

Gi "J*...;*ri,nvr, .-"+iu'et tur-erti rt^.d :f:4 * f .f:,at.3*


. oJtJl,rrit iit4 +e-;Jt1..)l-)lflll6'tJ
:

Jl
,5-,-:28-7t.rt ,a:il u=J"t./+ ;)A-)l }tlrit LreJ4a'C :*Jt .l'-t.
-+'st:tf a:[s:/'3':$lJl
:'2" L957'
.=-rr; . ,*;ufir yr++f ,.s'rL nro'-x q!*i
U.rd *i 1>i*lr
.,slord - r.irj'*E,ulrt;ur
J '- u!e5
i.*:t!I'rul olr f #) t{:<LtA3'4
i;rifi.eq ,t;r)t,;tr irta.l tj t &J- g.ru i +y-yt iil'r'll dLsl
. Lzl - lzlb L993 ir""J 9 r.r.e c-, rl 1

|994-#'37$*evs],79ld.c(,3lI.1g44z,3l)rj(812
rt q, islutel.r,irti Jdr:" c,:{ +-rl cfiu't i$t
a!i I g g"-88
ry_$i
105.rP zAOzLJ 10 rJr rr 13
1''
L54
......,

.kii-
:+i,
S$n-i
ili.r,': ffi'
:i r:
ffi.
i!:j;'
;.i '

.jl3ll etCl
odarirll uf

89 *pirr
-=2. $ t3r oarrerl r StEJi fuSJlCl

90,par
(3-G,i3i+dLaai1}l 6i.f.-.;a=r )l^eOtr.l+rlJ (2-glr (1 . .rl=+fr,r. ar$trir
ClrlCr.=rt9(6.nlriqJlri l -{.} 6l-3 ett-tttt}tr <5-Aa,,Ol,r&fxi&tJ(4-&*YtJ
-eslts(9-,"'!ri Aienit rr.rtartr (8-**ri Alaan F,..rlJ (7 -ra* 5i 6 4zart
rf}t r r34l dt. ;t:ft ld.c .t 'J *.J pltt ;,rattS (2 - Flt ( 1 ' rt ...iil gr,r dltIJtJ$tJ
,3lzJ/t &Lr i,+Yt ,-G,U (4- cliSrs (3 { * ) LSi iJ}l y4 JS;U dr . ut)ft f.r.c doJ'"n+
.l+.r-iJrr (6-p93i qfilri iztz:y.tl c.;!t3 (5;.riiLr df Laa3:fl Fd.c,.ttr .+.J

."1-.,, j Ot5./r" b .-iLar i:tips f)l$lr[.rrp li(r x

2010 6t ? 15 LL,'r.4L618:.r.c (P.(#rtrr (819


Ott t3l 354 J.aA
.5- +J" g4-titt et Q..raJt Ci Ol 1l g O.565 J'..ill Lrlrtl
Otf l3b rjlr r:.. ,li:.r-31J*<, ,-i.rldtl i,Jtl C/ .Jrq dG* Ott il,Jr.ll J.., e+ ,*t.>tt7

o st t *istil oK,:,.*1,* r.^.,Jr i,rtJt gr 1t;ffi'ff ffit:l:'t#:


Jila:ll u.a:tt 9 o,.u 355.[at Ou Jklt r iSJt{tt iti.z ie;ee .-i I I y a;lt 9O Jt fK-t &b
..cltltVr*
.:.13 .} ,.;*2sy ,f t e $jj,r)yt.rJl;r.pt^all Jrli-)l Ol
Ll f !r, 355 JtaiJlr s,A$'it
. ,.-ir-.1La..9 Oja.t^ll ,l,if.rt.tl ril*,
^rjL+
0J$ .ll *jl ,,.(- irn JUIr.e :jt{,| *b-7We i16.rJ[ ,LA+".| -tn .:"i$t r3.u- *i r;lal
. -r-r:.f[r*ft r.rfl t jlr €t t{rf dl*, Jt K ir. C^hll {.t.> i )l iloU
,.12 g 2OIO p;- f 031102 t*)t - +i-itjall if+It )J.1i.

L56
:,'ffi,':;:
i.i.a{:-j .

,.i,
]:j &Itill tl+l
-,a$tr &rll .ri
91
'Pilt
' ! dlll oatoJitr r;ta.r! qilrill tia49 asgl a-&JlJllllz' P+* e:z:xt
<r)t ; a ;5,r' al,, Cl ;- Or, vlg
.r+l rr (2 ..,,rt r ( 1 . d t &,
a;yt3 (5-dil.a-,;;;;, &tO'cr4l'
(2-rrr.(t t e-t-itt 6t3
13 -e'rdrr "Jrr

.syrr,^;,;ltg- Crlilll - Atititl3 - lrff rr - C;glJIJ -' "' lll ' tu u;rrill

93 Sreitt
t W' :'^i'l qiL"ti
-ojoi:i r-.fi a+J-rl! &-rlCl L-.;Ffl p't'c' 't'r-r ea 16tttt'\
--&i .jK
ti,ilS lJS3 {'JJa'l'rlf ire L"t,"1 't^,;}'+ 'l:4t9'13
.(il!f I .$39 si3i Jt Al5 l-.1S! 'rr'r' tl 'rl1 11.c' tasl-ll.ift &JFI?+ cr"tYl '-dU '
J i" 1*ls3 r4'J"1 -rllr 9*i rtrlnl
,ilrtr +1, ";oi 'r'iil -ffilt;j
-rrlu a;*t9.Clr a-r as4l;ltLrsS t,e tarlJ'i3l'.uu'''"1 95u caltg'5

, 6Uil gUfl c*ta"rai


-a.J-rl, &lrr e-F 'r+r lit CJjJf - 1
.&rfr gJi Crjr, Otl P l3t a+ai!U'2

.ej5 a$ A,$ r)tS l3t a+r.iJl,.t'*a'"ll

t5v
;i.:

&Ilill t1l{t
.;arl!t{ &rll .{t
91 .1l"it
' t p9 gljjt:'l Li'-r++ asJf,'l L'.SJlJtltJ"tZ' e+'s oa;ztt
r;zat/J;r .,:Jl,t lal+
(2l+*t (I ' dt'"JJl &..
. -cgt, ta-nyta!,J (3 -yc otlJStt'+,lJ (2't*t(t
a;!g(5-.+-..it a+vt 4te--a{13 13';'r+lrr ' *t*ittis^s
-

:''rll.. tu t'i'rgEl
-s;,rl,-t$- drli;tl3 - &ti,litb - t>iltS- el+lrf - r

93 1.eitt
r Z;cli' :' ill srta.,oi
*'a 16rltt'\
-r;iii si .3lS lr5i a+Jjl, &tfCf avfr frt'c' 't'r-r
--rJji\
Sl,ltS lJS3c1J'a,l'rtf A.c Lrf>ail't^'-rn'f
a:4t9'1
tl
-&rYl ,tt-gl &iji OtS l-.,153 'rr't' 'rlj i;c' ta'rl-lail 'toJ''+ 6|.'rYl
CliU ' 3
i'J a312htt a;*6 - 4
,C;;:f t+], "*i li Os lJS3 yrdl 'rllr 11Yi 'tail d.,J -d$lS ,3.Ffrtt9d$AS
&J'ri+ qJlU cl;tI'ls -5
-qilff r:;*g'Cll a-r aa*,ltutt LrSi 6'r'c' tasl+al

94 S,att
!ti5l C#ll ,4ta.,,-i
r
.a+.J-rl, &trr e:3 .ler lit er}'l ' 1
-&lfr elr Arjl, &s{ Fl. l3l a}.alJU'2

-&lfl 1-';ACTIB (it5 l3ta?rifl ,-r'*a'ei'l

t5v
*+;firi- j .: fiij ;: /.: .: -.
.ii-*.Ii,; -.l.ii
1t:5.i !.r
'
.i.: .

:.:!:'i. :44. -
;1i--.i _ {B.
r\ir

-&{Yt .3,;IJ ,#i Si &15 lJSl qalntl .rlr ile trosl+all ct Jr{ &l}l !Ei-l-2
&4J cifi Ji OIS Ll53 t:ala l atl 6,"ca -.rlf 3,.e t^r4s.t;ail tr'r:r+'f 6t?-*:*tl3 - 3
-rs;lrt (3!iA$t
]'l
+!ft i!'r a-i C[EdErtrl SJSS 6rc' trasl-J,-a3l 'LtJ t-r.]f Og;'tb'&

97 S,aitt
! a5)t1&lttl r+tr.rai
--J-Xt ri.J,.fSlf &;31 FaeJ &llrfl Aflr;.rc.tr-r*'f pttt - 1
i*l <r:Sl Ji tJSi ufrart rrig &.c,f ?!,t &s FailJ.aitJ
r.rrill .toJFa{ f}, t i}'ll -2
.sJrlS64Yl.tt3
-4, -1'33i ,',titt irL{3 ;3r;-f Ca &lS Al .hrl3 - 3

98 lrur
, furFlo{d4tl
-<Ai -Sl AtS lJS3 13'.:ll .rtf fi .rt3[l -r3ry3 't -r *'f ,rJ!t . 1
si CfS-rt3 ;Jij.Xl ir rfsh i$i5l 3i 6'1Yl -rlr ri .rtjfl :3g3 't',-r ]'J p*t9 .2
'it'tUt++r
-Cr.l Cr{f t{.. &rS, Y aif 6.r>13 ai+ e. tl,f5 't-r-r r't o+Yl '-L'::U ' 3
,i tJsS'rrClr qJlt &e tarl-;ill9 i.r+t3 --4-i C, tCJs't-ri'l 9$ a;'*r3'4
-ry}tt ilt3.:tl
a5!rr qJf l &.e asl-.riil &sl.&g ,#l i l-.fl l.-r*11 t: Oi &JH! pltt ilt3 ' 5
6'1Il .rtrr urCts
-gJll i !5i
gr.r-alt 6a 6ra7 aeei;r aF rr} ri r!) ;f1t5 ilri., 7.ts,htua c{315 l3t ;.I+rl3 - 6
c,.^iit qlrj3i fy, ,,3l &ils Olb .r'fi eltt ,Ft s\ r'rrg a.,3J 4 g16 6[ t€J**
.O,.l.l*sJti
. .qJf l l.lc, ir+Xl 'rtf fi .rrC! .g?f ,fis $t3 -T

158
99,1rilt
LlYl Jlr-i . af qJf t
.d,btt&b &yl 13,113 !4Il C,r dltlf srtultJa, +#a'ilf at.r gllt:t'r .r;-:lifr ' 1
-qlh- At, &':f l r3ir3 ai4f g'' t:'{+'E fr 19 <shl'btl9 '2
-ditt,lb tyl af93 .rlj[l lrrt'c' rri'e cr'a€'{l V+an\ '3

-*t}to55; !""rr :.,:,,ll


j-ki,- ,li.-uli rip wrr r'r."it iat*a,t{., :-ln- -1i:t l;11
*r.-"- d r3l t #e r+r t{j!i t.i, Lrti
:n fi ;.rt;tr:

100 +ei,l
, f5tt r3tlt
tr5)l3,Jt*i 6,ei
-'f.a'fj$ Cl"a-,rf . 1
eg,, wil L F{3t31, aaJrs5 LLc,t.ab iE 5)tl &lb -2
Cr.Li.,- OL, ir*f ct! f Cr-?! r3ry33 dis blt ir1l &l f &ll sJ?J rri'c' 't-rJ:"'tl5 -3
-,rari ql a3'739

1O1 J.di,l
r lliltr af 1ot:tt
-dir,/ &1, &|yl 'rlf ri .rt3tl p'r'e 'r:'c' :' itt ' 1
..),hr/ OL, i#Xt'rlr-ri -ItCl ef gl-:Jtl'2

LOz +oil
r &Ert- &6t &brjjt 3i a.?6Jt
.dzl*&r, il+yr .rrr ri
1A :f;; fi:i,;; X Sl : I

t59
);r!ii.5:

!. :li .

1'04,Yan
r dSlf ta' €i/, b4t'=,t,.f I AUaS Citir
64:ll '
: - .dft all l![ ;'ltlJJ--t;r :ltt ' 1
-t.,. ,t au4 pab.ri.e l.r.c'. t inairyt 610&l$-2
.C6ilft' ar{(i t:rtlslt iiti1 at ;d-lrl Cf o4llt O$'3
sL,,,.rs! .3,;r {3{16,{.. O]tif xi t'*uo
q.l6r &u1 6" 66iel el ril.j'r | '4

-C[*rilt Ja- d9. J,sa$ F.{f eFt{'l arsr*l bl'r'a'g a* t1


"&.1
si
'Sa-l
,blfutt9-6
.,:al€tl 64l,

105 Jfi,l
r df)llr- o14L A4t $l.iin"'t at9;-It'
-&s-.;-a3l lil aitlJlll'-:' iJl ' 1
. .t.Lc,r. a a$15)tt 6tiisJt9 -2
-if+rilr Je'. d!r.J>S;tlr.5tqJ (i$rn'l a*E *."'itU'3
-,r;riir'c 3i aqri Ca (Ftarl t{l ,'u(a3 a11c Ot3vx.s -4
-derlt 1]tJ 1i1XI &frf rrt:ftr.f qJlE .t"la-ft3 ' 5

106*;.ira
a3,,, blt t.l. }tt at3+It
' crfJFi ' r' ;t1 ' I
.a'r-;'itl lil
'&taa,"*11ffi,iffi1:"3 ''ltlil'

,.. Ols if C*ra,z+rr e. &-rXrr'4


,=f=y.eirtf
.4gtYt da'' #i.
.igxf dit4 C, ji ,:I,-fr AB gl v+'*t '5
€4*t+J A4a-'tClt+r ,l&ii1i11:t; it.r'-9-U*r+r q1}ti 'trr-grtl3
a.ada"arr
-6
aryl'gr ?{"s &1ta ll[
gi U4rr &S+ FJ El-tl,frFirr enayqr t3,;ll dit4 ri .,-r*

160
t'uAl. i e9;tt ri 1)tu',: ' 6,1s aJ f[r-riP:{..e.s]it y_Y't:'l
6,r.i6li3l c,
-p}-;i,'$si S'i3g c3rltS:t1aiS
{3ir$ii!l p'r- +i.:4ltl dS {]$ !t3:2
r .l-i .prf 'rrf ee k &$ tCr'3
At3,ltJ 6rj t"ni.r*1 , g4:fL,.r Ldtir Abr.if
.Otrfir a?1ia$urlJ -
-&-. Jjll 'r-i .q C.l5 pll3 o+ rflr OtS.r &ISCJ
";tf crEl
108 J€i,l
ef r3*i
' 6;1i -;i1 &llr e,r 'rati
-.u*frr ir+ &lJrda U ,y.t ---
at ,z-:4Edis At, &ll &lfr {3dl d'r,. &rsi &i ' 1

-; lr* i A;F *.-i t *a-tta3 o6..,''a{3 {'ab ,:JJ'I Hl'"'i rr' &rsl A1 '2 ..=*#arXrtt
-a-s4tall9i 4Ur &t}Cr. .1U:f*r 4f Aisdl 't'':rr ;Jil I'rr ars{ ai '3
a{.s,Eil CFii3J &l3Il ir. erJi 3i-s5lrr 31 43r (,f+ rJ|iIl s'rc rlj lirt Cdt'l &d{3
ri-rs,SstiiF t.rat;;3,;yi..'* &ls l5t;6.ailr 9-.q-rsx$
p6u f,.z1als af+r
.&u7l ir l5y3
d'' ful5;3 'alAurL+"'i3;J;l &' A,s{ Ol'4
ri y.S ur,t.tt &)13 i1.r dt;glr
-6J;Xf 2*,,,1tu 3i f4,ziJA oS r+af l €;i ;rii 'ttf 1,3t{'t &13

109 &an
a#.,fitf .ra 2! tr r+t t 64lt-ll r.5rl=g'rd r g' rl5t"rl} 19 .stz t+'* t
e':? t l 3t
-rir;La g$ |Yt q.{ri LasA C"Jd F5

110 J'elll
'talt gr OtS lil
&rS*3.rlt lfii! .qErl a4AJn l r.*r.,taii,-! ail3;'rtlJ r"{:r}'Urj
zar:t:'
a;+aAfr; .ralr g. ,i5 JI3 ,4 V\ a;y' gv$9 Lir''itl dJa'i'l d+ll
.r*l (.it t tJyrlt ;*tJ qrll, &liyt atst 9* elj+i a)3 ri .:J* OEii
''r-lCl
.. 1. tt a4iail ;lilg ti.;g,fu3arj;lr C#+l .rtll ? l."tx

161
:'
ri ci3s at>t5cr li asts p* *'r+l r ;'tadt
'ilfff*,'$i5Eui,ra-s*reirii;11'ttl!*jio;.*.-l*^T*i
"eitsit**U+;i,U;g',.srrrsi
;fi;. ; I +yt t'r"rt'"; iyr ;"*lt &1,: ':re r',r-*r r'5ry3 gr r'r5u
LLZ +.i,,
2y-! t*r,3i,da5r;3l * .t1to4tl gtauai }14"rt &rlj llt
A, F6I{.,-ti -&rXt

u"{lill gl+ll
*#er.:t! Arll et

, d.lil a5)l5 a#artl


.o&3t[ a..rtc ' 1
e{ir! A*,*9 '2
:r*itl y, Za't4 '3

ciils &f cFr,;lt ,,t*.-l&e zq3ot13 orl-r,-iil .li.c:' Clgl *&-1,4 111r'tr''atrll
Ct-l OlAJatlt
^ t 3o., 6'Si F' (2.*ttt (1
91 aletltr 2}r3 15 .{3gl&[, 4i,:l (4.a*:trr !3..),.,j1.,.Id|J
r.Ir &rrr (&.rI ; ;6t", i :taiu 3f i..ry:^t:.,'-Ti3f*
.arrur,L, utut(9 -.ratr 3i .1,i.p's >ttri ;ralt d'bJ! it'sptu

,i: tlr;t fr-ri ,pri 3i'r*"e ti uets u't-*i li'l6 '\' €+IJ lit.I drrn' q'r '+t
14z,.at y+t1Jo';;,rrjr.-G'{ q:iiY -. '.1j?l cojl5i';J
228 6e 1990'.t

162
.t
':i

;r, tl4 Ji.irt fl+! c..,arl .ti, \r:ie^rltrli, -r.1tjl de A.rrf! t* tLi:t'Jl c+l
.rK irl ,f$l e,b*l g z.zll9 ralriJl .ur dtll e.+ .4..-.i4r.-"alJt " Ot ; t ;
rl d .ll 6.It (5 #, alr .rrl ,.rJ (4 i,{Yl (3 )t" otr *t {2 -,)t(1 ,, &<, d ol i,t *lr
lr.rf Ji- Ar-df irj (8 jI rl .;{t dt tZ sf3,-,I el cr.itt cfl o1(6 yll
"F.- . " U3.rJl $3.t*(9 .r*t rl -,Jl fe5
n;l.5Jl U,* e9.rl-.5 fl €.r-r
i;a^tt +s Af..l.i..ri,lt irl clJ3 e i;:
e-tl-f
5, C.!lr:Itr
/ Vb g) il3-rJl rJJd 6ti':-) .rlrp ) dti qtl rLrll Jt .eijl d-i{ Crrt3
c;J.
.28 .f 2010 c-,st l1*.r -95lg4r-rr!l - iJitiill ifdt t*

115 .pilr

,4 F5 (4 . ;.r. - &ffi:srfiff,}ti:5ffi'-HlrJiIlr
(6,.iraF F.di#"t:.+iJnrl t*1tJ 3.r+g a$*. Lnrr+r *r}gtl F5 (5 .
c

.?.l3,rlt AJALo Ff

1 16 JLdi,t
-Zj=;E ei=a-;a C^3tS i1r 4,lc .hl 8t9 p.rar f+f a.ua. $+J;-C.itS tj.

LL7 +,rilt
.?+Or '.td+l :
<rfe a4r iJt.l'irl f'G a?$ll'-r.i.lii.l3 ai-rll auait tfl

118 +,ei,,
.. ?r-,'tf sla'6g7lt p'ti.r lir.r'g ;Jl3 a+f-;lirl '-':lii.fJ a+l.ttt-l ariJfl il.Llil lll

L63
';,.:-{g:
. 1.

'i;iiri'.'. :
i:l::
l-.r .'

::: :
,i

.12A J4l
:
&{tJ a...I C, F,+ttS t#+Li ai.rar -lJ*. f .:!.L b3Eif &ti} | A. l{l {i}f Y 6.
-*efr 4.i. /:i!l' o4|fscrrahlt Jttt' glt a:1ea a!,l &ftr r<rll aA gt Frll

LZl J..!l
r !Li3l g$lg;Jii ef t{-Fq a#atc,J4lai a,iii cj$-.,tiitl gr r=uatrll
-
.&{l dit4 Ji &rl cr-i+ si &t4 ri '-.tl Cf iSt3 Aztlz;'rt - |
-&fvl dit4;i .3.rxl '-a,: i 6ryf Ji c.4Ji e, qJlu azY.6 '2

,u.rl"'ll lfql
tlPll d
L22 +.lJ'
r 6'| ^dr Pr
- ffi l,if: f ffi1'#.3tou
&r !tr-r- qJ+- -dEfr
.C,!r*tl

123,1,ai*t
- r pr alr1l t 6r1i: cl. d;+ Y ALJeJi c+a-
-a?rirl1 (6 . erirt, (5 -a:dl, (4.,'u.rX'rr (3 - nlrr (2 ' '':i!t (1
a;lrg aidiAllj 6r;Yr a{3 .r{tr,j+#!fj CI?J.}tl tt c}5't OL+ilt
Td
-
16/*
:i: ii..

(5;6a!:tr'€.4, 14-a;4tet3 - *irU'12-,3,4xr (1_: ]t.,rzaa ":' TtI *,.

!''4i,r at5 GJ?''J *illr iri-Yl


iy.tdzlta+fjrrr Cf-/r c)l' ' 'ritl .j. ali4 gfift
&lill ir'td-'t t'*tr arl't .,tt Ci,Jl
Lrf +*&i; 1*p! ,ol, eltr isttutt .,rt
/ u{'',dl

1264oiu
A*Yl c{i+ fi+'i;'l}li}l qdlall cd+
Afyl 4,"i{J ota4tl sll,i,aJll C;r !t*i
.l'g;rr t;t' *9 ri a;daa'l ci;!'r3 .,1t C$$ll bA 1.daJ-l
.,rf '''',tr "t ;aU:a
'e
o'l'14'l
t'dii+ ff* -ri +A33$igtl9
erJrt cll, ^, 6,. e$tsc-r-r' nill .,Jt Sgli'l c,.
l}t, kri+ x+'Jj'lJ
o,./'l,.^ll .11 ,:lr:rr A.qoa41*r3,i'':rr <rrt e;-rrl &" .r]ill
"*t3 - -.3tS At *ga'ilq q3ttlrr L++ls o,'u'll sJ[ r-.+' &"r t+{li4

L27,J.",tt
Y crJ- 64xl au=r o. t{:ri o. g+a;i a*yl iij+
Fc .D+f l1 d u t:$ y ',tl &. t.brct dziiis a?rdll *its ttu
,rl{r,}-cri..yir o,'-tt c)r' ^,rdaA ci;!t '4qait c''r"l/Jl
li Wz*arys*' iitt ".tl'J'J,.3ll a,rtt:;\ rf!' ri Taili't
rrti'{ a+rjlr UJJ1 .,fl..i itr irt Ugl'tt9g*' tt} .,Jt &ilill Ot Ltd:'+ *}
44 ;@ .-,",,r qry b o,a.r,.'' I
1 #Jffi *'ilf,iJg'5
-
a,{+.J Cn+J+*. ni e#llri tjfii it3,tt9 f{j4> csl(
r d+<
F$tit FaJ'Si ;';Xl
. -oa.Ldl orl &Uf l ,, tet:'zt Pll

L65
', 1;,l I- 28'
ti,,*. OS, F, llt ,ros-,tr;,l Ur;St Cr teii4 rflfi c';* t'+v*l,lf i.Olll' '
.*+{-JL*; o-r-n, rit or.-rr .,Jt erflrrtsr t .Ei, }tt 66ui}tlr..1, t**ryn --*-
*.-t-

itt'elt i**:Ii'i..! x

129 \,r.itl
t tir-c,2:r,, &L.J+rl{ d19{at+,|
(3 - y Ob r4lr (2.'a*:ft ('1
6.a+zatr Clrr (5 -O*xr,l+, (4-c,4rb (ii - 6*-zan Cltr 51, (7 l v5tt Ctlr
(10 - 6*aart r..lrr-(9 --rryr a*t ;tj
(11' @t r'ett altr
-';tf*::'r oir*l, Oi-ealarr c. i,+Tt-- ei 4tt
+)u ;*it, ttO - FYlr (15 -.ralrr (14''rllr
(13

1999 gu 24LAy 4241r'le l;ltiltl zrrrtl i1'e-pto 65-


(824
.rt,.lt ,, kJ .r- 1! ri.r! ri J:nJl 1!r c''. irr, iJtIt' uils ot-52e'r =! :l ,1|l'IiiY]tJ
$i ;bit" r..I--- 3'-1 cl :'l oe s'at*; ttij'
i*;it 4r-:
;&
13-,, #,fl"j H
239 a2001 zu,6;teoJl

Al lis.O1, irryl &ll :fr A+yl Cf furY


;.l3 11tit3i tJJSi ir+Yl -rxgi 6,r dts ca'3
-
-,+!ri erzt;'i pt<e!r Y3 pYgi rfYri *tzt:'i;Jiyl

Y
Xr -<r$i ri r:Si l.r.reir ri OtS l'r'*19 pl$ 1!r u+.)lld:rifr3i{Yr3l 'z4tt Cf ''Ui g. ''ud
g,I.r gIgi ; ,a, tr,.r.:r Cas*;si rl ;.r-rr (3*l'l t}t, tlr Cfiqtt
a*E'! ta't &:3t 91"'t Fe
alyt 6;.l igfff I JSAt 664fiYr da- Gtl,.JSll, Y+/-r:,b
,'.r:{l isl dlt'ir iF l'Cti &f a*'4l3tl

glr't i1g*ri v4eapt )l3 ls'riir3l t'r-t3 9)u 2lrr 43art 6ltl gr &-l* T
l'rrt39>lrcxr
'3i .g{irrtt-.o-r,,re5ffi

166
' I i
' ""'-:.
[55 J#l't'
-,,qrz4sts.g, a*l'rt4lx, qilrl $,pa6Jr qJSu flt'Er'&.,srx

6t $rtEr Yr qrlu ilr &tl Yr


t2tzt'' qECr p$t @l tll ;gl gr rul Y
-g!r rt4i rt+i

,-i lt &lSrtr rdr rilt glit 8*t Cf ''U+ Y


,r Ctr *Ufi cufi 6t t;t;tir. ltr -t:*:,+' 615

.rrlri 6s uraz; p'lt +u;i 6t zti-,i i**sqJy' F"l Aiefitt rt'tt g ''uJ )f

.ttF.e1 eu{i ,t+i .luc;3 ir. Yr ?* {.rrl 64 &lan'tl F"l agl ea'"JJ I.
6ie "r. "slri

x
..raaf ri r.rd ,,}ltr glr aidrarll &lxl cal3i zst 91ai*'l cf ''ud

t39 J.ai"
-r{t. .J, d W.&(J F, rtt qJ}t, ca}t o$z4aitt Cl ''u: Y

140 Jidi,l
-e!! :f, F.rrt, qJ$ e.I?rl x3 .gll q!,Il ea ''uJ T

r67
.a+,.",+i:Y3 pell,ttgtlu ar+Xi,tl si"ral- t ir,,.aiA <rfej ats # "+Il.gl O';+:r

-qJlu E.rert Yr t5t ,+?'r! tll ef &ri I

143 +d.i,,
-a+ls taL &rl &3ts l3t,,Jyr;.brt l!,;'l+rl cf '*u: Y

7 -*osur! rt.143 Jie,i'l


-! ';s4-,3' t'tu
iJ.J g Cte3lfl t a{la r* al3':'U" At, 13r';Yl a'{3i ar-pit3i a':'r': a4rt t*i
-?'I3.rll tgS'fi' S 1 U +Jl3 tJ;Il o" cv'ar'tf a#a*$t

l99S €f.r24rrlli^ 50749 s'r- €". s4j;'arr33 (825


nLi;;1l 4fi )ar.l .$ u*o ll 6t i2t 3 srzoorS; 'fi 3i iJstJl ?+
6 oF 'ri i"'rlt Q b*
e u#
.:a,t irF- oi J. i.rg -La., irr,<. oi 4 ..-'7.1r-1) oi
-1:; crl+:T iS "J'
t'u,r OJj'i ) ru-!l
;p f{.=2.,- ,f-iJl dl .uusl.z:-t- + t*rrlr -)l -ll 't
.# :Jl,erq0i;,-,l{C,t-Jt
5t6 aZ E1998 a

&l..ll !r,l+l
Leti J3L{ ,.ls l 14r

fSJ:^i.Jl UL^.UI

tMJk@.tr$
j1-*te.lt, rriLII .]lsistr E#?trlu aJ;b 'u+ri teii $j1ei3t ':s; ti1

au eni*Au'e :t e\-l.t: dt" F{l*r r.r+rl r' .Ot,51;ff


5ffi-ffi
-!3tc,L;,lt:,Y ;J,,it etialt gr &15-dA

168
e*Sll ll 'elLdl
145 Jc'i't
irailt AlllA Lrtt;Sh t*!z"rt f.! ertb;'r+fi t if t-=li f'tgt aSg ti1
JoJ +;t, sitar 9!f g;rtr ji 68altClffr oiul{.tl 4+q, g*&dl ;'ra}l ji f}t,

e*rostt ilt .rrl


L46 J'ai"
-
plg, ,?, 'ileri$3 l.ra, rflri a't-' uri3 kir tz-lr;i3t as; ti1
.'.rtt1
Js;ttr't {i# Fd*r-.+rf3 c(.;'}f gfr+ Lr gr3'r AS' Grl'!4'l 'qrl'J dlAi't a;5l,J
.664iYl.li* dE

irotSll *+ul
a.cf& cr3L4 .r.

147 J,-itt
'iSJ
Ck+!r AtS l3l;.r+lf c.l-r3i .r-lf 8{l ll3r- 3,rijS}t tht'l' aSJilI Ot'
)f9 gl(tl , 'iSJ 6t.J,r- *+* F61,+r{ 13tS AF Al ' :" ql+} paga'-gi
:t UJt rl.t-;tltr+
.aSJitl *u&3

148 .p,eill
da+ 4;jrJ{r+ :r a,.3 &t :" t++} t{{ g4-) 3i anslt (.LltI?+ d*;Jl ols lil
'
F:rL.r,-i2--.ba-d crr cj3!r 't^r* 4Elr c,llrrll - Tflff 5;

r69
iL..
:' ;:r,'rl
it_.1._
tl1
' -p1rtl.,ai cJ- ,.rllglafl,ll r+asir cltt'rlr etJfl C'est
', -}

150 J.".a{l
d+J'l
:t E,rI lar .rf3 llt:tt t{t'} ell* }! e3.ljer 13'c'3i
'A+toi'c Hil*
r Cri$1r CE3t+lI Lvl a+lir{ifr+}-l&->ltlr
a3si, r ei,-utr 4-113'
* tr-#tr
fri#-il'"ffi''
-'dtJrI tr'L'r-T^ XXX{, i*ij
79a g3t'3 CI
al-^ ^::-'-:r-t.t r""tt'r u> 'rl3'J 6i t a4ust
ir. drts rfl ''un!ll ;t33 g;rt3 -ae9f, tr-rf a'drt3 ad33j

a5..;3 6r 'r3ri'arll "


'zrll
t*r
lp 1394 FS" OU oirii
a;.i s3,.1 rsdr ; *; oP tF'I
J*l6 AF k+f ''*,,^145J"
*.,
1XXff*"J ffi
l

-te4b3r p?r ar;e r4}b3r plr ;v' q-;91 'rll ''u3

170
=- r:, ffi,l '
,
', iE
'ix
.:i
'€
' -,Y}
''n
..LA3d13 J,281 .
.E
.::
. .'.:: :q
.1
li

t2^p$l?l-plli
l,z *!l -dE Il,irrz - 6g4l -;>i€Jl

>-ira,ll
(1993 -rJJc* ;14i6! |n) 1 53 *1'la'itt
FJ &' ,i''al'
.(l)"ir.g z;-, zrt -gir.a" gD9 't t:usl il- el#jrt"3 t-p++r;S+.
z*,ab.til djil,r{ Gibn_j 4 ,oar4- a.6r,(;. a+u.ll lll o't &-.9 -latit! etrir
'a41bi'l3 ?4J..{l ai)Ltu3

s+:-;if,:ftr2010 4,.*26ia)fl2010i'.,139)reaiujl ;r,'2'*aL;)t!lc'.ijr(l)


.. i.rll-u Jl.-,-

1973-;5..4: 18 L 25e7674'r'r4' ,,3& '{#-;r;1826


P :*-
. ''#...3 u.r, t4UiJl t* bS 3 4c P'" * *B 'Jit,,
\bJ i'rS'z'[l :L:-l
'!
art r'.-t i* Jlr 4t-a:Jtpi-<,-.tl J.t,.;; u'; i'i<{) 9!olsi'<'Jl".'&t
'r"i'iJ.lrE)*t #y:
]rggZ lt-uAl 22 U -c:i, 57743 r'r'c' (i't' @ ii (827

c,ltzzr-r.e,,3iriltr*',.'"*ilfffi :lj}#rtf;.fi
'
aZ 273 6L997;t
1998 1y.su 23 Ltw 46492 r'r'c' ei*r s+izi ll*r (82&
.=:t' ai .r^,. cUSe o>{.Llt z*+ Qu;r5lf qe'tni 'lc i^'LJl b'*
yV o:lt ti.,tt lii' f
oe-loti dt;ttoClr{tr<r/d.u, f iJ t 153.1-a;lt * *,qdt.ff;#'zi3l5"
-'*'34d;ld'-
.:lr& 3t Lsti -;G s-q; fd! r+r'J rt*- 'it ]J-:lt

2}O6.irrgi13*a)i'8551r'!c'e'3'r's#r'J'lr+i(829
"..J, iel;2')151JrJ6Jl + {b C 4lhlrr l;i -";*a
's'$le 6e L?'ry::i
181 6e(c'uitY)20060

t7r
" .' ' : - :', ,trf.9.$.idio, il.98lil,!:
srtit- t,,+iiJrf S,4 Jlaidl
a,rElr dt+ilrt: ';i.tlr,
iu:UU e3sl'?B4ltl1a,.i9i o31-ii *4r3.ll*-utr
t
. af|i!; t. t6r.uf 3,i n*tt
g3 .r+ t
+r1, t +,-r+ cle+ Xf.etrir'q €il'af ar+f
l l o&r'6r
-J,+t a;|e p.r3a 61*e g-s..;,-telt Alf nrr t
i 6ti:iei &*tltrl ;'ir ^r:+{

WGTi U t* 9697 sJ.c at r.. (.,.{3f J+r (830


6ej.al/t gA$L.* *Wlll&l #U"€tt *-r&rt; j d; otlt" 2324 Q.a /E 'Fr
'r{r+,*' j.i''G'*o'r-'.}fCr1llrd,,A#:5;'1-.";il
' 1O2
a2El973t:
1981 gu264i)365 r'rc sJ'r'-u**'i-rr-:'i tE31
ol',,,.JJSCs.rpulo)eViVt4"44e!r*"i*till'rJlei"i'tJtt;ttoiutl
iftLlt ,tr ;q dL-dl 251 J+,Ji.fK-! 6:.* ,l r-.Ja # r"t-!t u^ srer $tr*
id.J y6 tlt
Je n igt o"ur *oj 4.:*,q
i- ' .i,l.;Jl .r[ rt*i i,* lSPqtJ
or^ul .sL:cl
r<l,ri !t;:-)l L,.'Il rlri6JJlr.rEJl
* ,fP '
74.12 7198L;: '

i-rdl 1981 eil,tT ox


slrtilq *.a') 155 }eASl
rff+-,Y rosf+i., &31+ yt dt.ai Y3 2.lt oi-.,,''otz'l .,le alYCt g/4)t ef f5U nf *9t
-a{€JF,A

*Aj;.3111 !d-esi.r- s,Hzn -'trs (832


1998 u,"-lr. 18
.tf)t tj,ae *;.:l-!
.
dgl y aih )t JiL"r Ye ,-zLall .J, t)rl .r3lt f 9Xt d *il
,jzt lVj t*r:Vl;r C\t ,ror oi at<rilJ+JJ c g--J-dlJj.,.r i"-Pl 'trii *J'g*i
,4t r- U a";,.-.y1, q:-;r..i" oi;.lt "1eicl;rs -r;.*ttr:t&[s.raq S;US ,r?r3:i
j+ y, k:er. ,l,i:;! clleTU iliti L)rl 'ir c;u, &[e L-l;'rJl3
dJlr ii;.1Jl
?lt t* o3b
,*
..-i I
6
g,'. 155 Jteilt er+ d)3 \ ,-rat J$ *; 7!! f*l Yl
179 se 1998 4:LJ 3 .rJr r:, r.3 g
2001 ,rri*l 6+t;i.4232 r.rb sl.!. ,r*$ra:t+3 (833
,*l.r.r-
t Oi qt, J-P U *'diJl P ,tfr:tl ,rL''l ti<Jl ;--f-a,r.Jrl &$l rtJl- f'l
-"r[ , iSS J-"^rrt<-l u*g i"*r ,*till +t ,* :,-f3.:rlr tr *till:+lr
=!t 73 ,-r2 E200L a

L72
'8
,[-5'6.i J ,,,,I
*
, -euoga:u1i gea;9 *.r*.l JtJ rirrrl*.'d€att-qi+1t -B
.:
ail{'l'tlrl2i git'Iridi'a'-b
dl*F 6a cats, llt 6aari !;$ alt3-lr.raIr-i;-- "+;r+-
!.

6rEt r* Luir-a, .rE,'j, ci;tl ,"lall diF a'


T5j,lrffiffiHl
ffi8 r.r- cfa. #4z,lrLg (834
.i,.':'e)v L|WP A
uczJ;|cJil:''"rlill 4tjJJ
U *4-"1-ct, o! ra!;r;s 3.c CiLs or
' ' 15$ ;i6 y J'aill ,;'- 'Pui"tl :'-J,l 'H
. 2O3 ucl
gL986;:

f.b..J'a.c Z.r36tJt" rdfc sl,1lJ+i/all 6fi ti1


55> g.r.a C*ra_eff 11"aLg
(

.rer:1;1,:Ite2010tL-f26.lO'/lt2010Lt39r'reOjtiltge2.l-a;tt';.,t'^tt':;ir(1)
-- idl.r.i Jl.-,-

La'3' 9098 r'b (i't' (#-rri


1983 gt 19 (835
r{)rl u.-.o +,-rJljl .i, dr (",i I I 157 Jeill') rAl J' J-:.l:,Jl 'Jt.:St' Uir e'e' rtjl
d;f ii4t '*
iJjE f i;.aU riri -ea, ^+ I r;'-,-i'-rll3 ,P 6r*tU *:i'-'El6'rJ
- g<fr,
.r<+t cVa -.7y-i:yuJir.rrt : !- f ! ! 19 J-ai'll)
62 oP 1985 =".'' l 4 rJr ':r c3 g
1984 €)r* 13 La'i' 10498 s'r' s;rA d'&'3Jl-;'i
(836
L.sip qu f r+lr ie bl'rr' .ry'rtJr s:.,J .p
f ? fi#5";:11
LggT ,luzl2}:Lcrj- 57743 ilc sLr'' e'#tus liz f837

ortz7rrro5"rilr.ifl
ffi*ai?]T'f-S#r'r'{,Xfir
'
ueL 273 n1997 a
2000-r."sJi 16'Li;t a478:'r'' ei't' (#lrl3 t838
iriiJl ,.-,1;l t*uijlr:; f ./ltjl iJ'"i cr'ri;l tvtit uP U.:o.* d CUitf irl ft
j -j I '* it14l y'q irS 6 z;-e ..:Jl; to.;l''!l t* gl Cr
't
O" ,*6JltJt-'r1"7'2"-i .dll
.346 oP 1620004

173
r;rae'p?J$l .(lAS+tSEltr.rr t*t*r#i?
H O
-?,€+*rE3 J3t3 .lJ,Si o-UrJi s9.rr !'rn;t l J+ir'll &ttr:r' iS

.t
-ZJ.tnar.,rt+ll {.a d lStJ*iJ-ll 4i 85.gl

dE Il ,.,ia.,Zg }gierJ|
160,p**
pi e3e,! o,v*A.,iiJ4-j ,-a*r tl3t3+ 615l et9'.41i.c, dal g;iut .1a3nilliA tt i:'tl
-t514 4li.e a*tl rfr:* dilr'ib l,!i.E
t-t^:i4
crft g.$€ Y g;J.Jl-X.r'r:ll a*'!tl 4*lt ChtSJ*i oab'/itl i{3 der'l ' "l'''' 1"<';

-i3t'+trll LCfi+r a4.llJil i3|1;' 't$t

b? 4208 r.r- (:'l+j>ls,a*,ij -lr-re (839


1980 a+ry,. ;-rr 'L
,Sf+l{-le urrfl 4,t'y l&J !t'+Il &r=^LJI .4f53U + OJlLfl g<ft 3'r Al
orl .-r. *;*Jl ,!l;-F .*i*'\bl *lal cltlte u*l * u ;r"27ova;l
lijl iry 4i \*b O, +-q*tgb ,rc-U i+t" !, f *U r" J$':5JI )f'
u';'tl" Up;,] #
*flrdJr f&aJl A* t ltlp -'i^; 'lt 'rt Ll e 1980 ir
1981 g;r. 18 Lert,. 3509 r'r'c ,,i& ,#rbi ( 840
iJi,Jl r-1lt r",y-, ci .# CflLJl or* -kti,Jl :Jrldl ,*r,J l{.-t-i .55"jlt Oi UtL
gp )[ii i.rll cJt il.b -ri ..1, Jr=. tr3 'riiJl Clrt Cyru i :-rLtl t']4.i 1t'
+& g;rsrl t-| a-:;:J * Ov-. + * 4L';' , '1lII y+ g-t id
t-t-
irulii r^Urrl dl e+l i,.:f &, gJ J'*r, #-Jl d'.; .rJr 'ltrtt l-*ilt ;r '{ip'=ltJ
30*y;i;il
1981 alr? 16 '*;1,t'5682 s'r.c' eia' s':g'arr:a {84n
qt''t i.tl
Jy:;t Jra{ 1--';> ft'4iJl il
) .. -Lll i.rt4.i "l-f A o\lrLlr.r qr'.ati:ll
' .tri, Or+ .ft&ll iJ^i lb * +P- tr i.l'i'Jl l511'tt
jJir, tJ .JJJ3 tUt filuJt
! rel I i ..r.L!t Je'* ialhll 4t)l irt<-'! 1& dl':!:l t4'ot
'rr.lll l*<'-.glJ (+i^:lt .5-tJ c.1li[
c213[
e- ,J utb
197 a2 619814

174
fit dlaiil e-ar#It aY,hll a :945i3, ' ,
-aa-;*t 4ai

r.!c' gi'rt g#Ztilf1g C848


grldl (n"' l{-t-i a;5erJt ai U$.
lli,Jl 6.,l.rr i,y- c+ d*, iftLtt cr.r:I tgl
;p >t;l i.rlt c.lJu il.g uti y .t-r:-, L3 -r-a'Jl ltr,l e^ ru C :i+tt
t'!'
4c 1;r;:fr i4 ,;aa -e.- 4 ?V ,tl" i?;'r .:l" oa,q-t L"i'::f -
auJlt] bL;trl ./l dl i#l &6 d JH!, JE-'l Ln.; sl' JlJt '..1;tt o, ,r'i.-:ij

LggZ ge 26U.6Y 25370 r'rr' si'!'-e*li*i rr-F (849


f ,,.U:t t'r:6ll $t sct"a:;l ,y -f Cl.,:)le jJt, (JLa'Jl ,J'Jfl Xb'.d''*'i' ol
' il tAl 'jr Ji'
.16 ,,r 1992 o
2OO6€Ji.t 2lU-..:)b 6541.r.r.c' dlr'.i+ & vr-r ,r,-i-a'+jlt&i-t-lrJi (850
r

a-;lrl3 i-.at!l {.;r3+ lklf f .)zaeJ iJ'Jl rf.;ld * fi'';Jl '''}Lll '{it$;'j l-,tsi
cU r-tl;rl
* ftJ;l ?-t' $.-i*iLill Jli"'-)l il4' J' 161 .1"a;lt ft3) Urrla;
^*ifr,- t" d+
e Vf .i,..a:Jlr eJlyt izlsle i-cl.*,l <r3't'\ ftCl'ql" g'u" !r;e
aiLaJl
(:* * :ts \
2007 a*t;J'+ 2 ut''i,8674.r.re df rj+ nuj:gl g/A,rLl;LL,/r -rr-F (851
1+lldrrJF-a;Uta$dib-Il.rcrgl'rilq'Ellzllr'trslt/Jy'.r't;llt!
. tba., .ru-ll ;te f:,Ll ?t'J aietJt CL.AI 't..anl
(:* * is)
t62 *,.,rtt
tAj+* F, l3t afbH g,S y'r i,tc;L,"t 69+ a*tcrgt?''ll t'6t FJEJ *l "U-1r,

L53 Jiai,l
AtS llrt fCU.+t SS+Jr+'Ell cr1t3 cri'rl' ;d'" ditfu>r:ig.'3J3r'U*: fun+fl df ttr-r' i
-t{.t-.;gl C.nf JE ll ' '^G: \fu

176
..' ::, . ',i.'.,: :: t' ': :
: . ,'

rK>) UrrtrtJn Jt \i^r41.,{:} 0t5 l3l kJqt J* 3LiJ+ Jritl! !f!*, s,'t)t.ai isl

i6sy't,i*;;1t CO, U et4il i,S,r,, r.+l;':J ,+fl J, o.)l-^el Jirll !.4,; i,l
Cf tn-r"U.r .ll V.tt ijt -lr r:t tl,.4i.Lll {;Al4
i-rrU r., .:rJ, ,) €J la.J:le taJr
" i;ll .lA .iii Al 6ef$i t{l €yl;fit Li-?illJl dlJ3 srl^:,-Ol Or: iltll cIl;J g-i
. ,r#ldi<ll $t ll t':j? )e .rit:Jl .:rr C irJ* Ol ..a,-r " Jr,Jll \i*
17 C 2008 ,rtV.- 43142 s-r,ll - :iitirl a4.ll, :P

c----i..Il

l64Jic.Ufl
-yrnalg 6ty}lr Jdir+r! 4d! dir'+, 4ltr Ll.tl, ' r':tl E&+J :f gitll 9 4a;zlJt
-FShrl ErFs- 6rlc' 'ig:* adrc

165 Jied'
ti ta*3 e,?J Y3 SiGLl as'aar- rrS+lt dr1 a4eu,tl taJ',U g.:,l d3tL' ?l e*
-{t;jt <,ra [a3La] ' ifu:$ f5+rt .b+ taJviq dilt
"t

L tri. 2965t r.r.c' sJ.L (# tt+i (668


2OO4 ,.rosv 2
,rif i; t f ;r 16S J'.eill te,te u:Jl {a-ll db e lp-os ole #"Jl i# al
erE j .,1* r,r*Ilr iJi,tl .rti)l O ,f-rllt
t; J" dlji C e.rll Ol )l tlAYl
. Ot
J"i,Jl
$tdll
W * frLl yte gq .l+r
(.J-li. * :lt )

-?attrr r+e!r A aaa*lr Jr-JEl:f+Y'

179
I
aSri.ire ;9tSsl

167,s*gt
y
-Jj.. tt qlc,JJaftl I Z;y-a l.Le l't FS*, Yt C;* FS''i CFtslt;+ttlt

158 Jei,,
-
g5 gryq FSHI 6.rt ?taalr &r.rl plar 6r'J'a+rl r-gz ltS
i
k +l;;|O,

-afalf oir.o q"rl3gi ;s,t o:*A!3:-1l3tld}ler:8"''l el ffl*'l lir'o 3t<*i e'aJtti3 :f

-t3tit pi tJnts |JJS3 F{+teJr+-I I L-t' *b;/4ltl .t} (,t'e C*lai3 ?l+l lirn lts>i

::l
it)
1;
!'-,
ii
r
;!
{:
E:',
F;=-'
E:
E:.
E.
E
ts,
&'
E!
tr:.
E'
ffi;
B.i
*irt
B*i., '
G+.
IEi.l:' .
E{.-
E.
E>-j- .
ffi,,
ES.r . ..

ffi+.,-
Eil.:
ffi.':,, 180
ffi,,:.
ei::l .
H.::..'
ffi,:.
Fl:-'j
wtsi*.
6r:ir::r.'
ffit
E&rE.:
Bj:'j;.i
ffi:i!.:-.
@.:tj.'
(1)J",ire gst{l gti*tl
a+a$l

clgYl IJI+JI
a.cb pt(*t
- r3r':e €t*li171 .Pe*a
a#cjll
-bzb 91ti{e 8tS e$* 7;pl dF 't'* dl3rtr 'rr1 tt cJt

1960 >r.rxi 4* 4b 48 t 4O r'!e, e3'L' a*4n ;r+i


(859
.J.a,JIJ=# ,f, o:tcl:! ilLq qrt LAy^i i'rs Ol )t i=-rl ,rl!l,.*.ll ry)
1e81,,ssi 28'Le,\A38s1'.* Ifiil*,u'*
.r:<-Jl.-Jc 6uU r4t.:tl3
i?rrl P y?ajl ,! t 4t ,? ?tfc^U"i *-)t oi Utg
e,,1lt'
o{}ro*cl: g cl .;tahai;'=:Ji:" '>'r;t'.r'trei At;tiJtqaX=rl^.J{t
i-pl- tJr t'tgr,r<-Jl,,b t5skJl
olr,-t ;t4ld tJ 'l-.i ,* -ilt,Je i,-:t<Jl 4*'Jb J'uul:.J
&i l'{'rlii 4; 3i k->{-) q"b
ir ki.f$l ,;t i*t':1i ca;'ut iarjl.*-1, 'si:l-i dJl>., 5l4ir,. irai
!ra:J rA.4l)l
19 ,r4 c' 1981 ,l
L72 Jrd"t l
J'J''t-r'd' lit
-,r-J ri.rl dlsa{iaCl bee"''r-'L Utl A'UA

173 ..,rc"e$
j'4Et
-adiJJBl a+rall dllS dltpi2'll9 'jtrt'l
ast.r* a*.,a3Jl

.Al' , Sr,U ,rraSlf Cts+ Ctf.$l rb)E;t e' a{'raJt'l e'a3


\

,, .t 77 ,i3;uJt J! l7l 6Jr-iIJ o--zdli:-c 6:ul trt


Ig j ar,lt 1g5g .r;+ 199
:#;;$
181
.', '. : '-- -.... t .I ...r.T1,:,,:,,?,

-*" *u ;Le-:tl u
u o-1,,4tg!.-t!t,#u*jt f:o:r''.i;uJ{ *' ;',;i
A y*l 6d- u pq r-- rri i dt s 7t,i r. u .t'bai i'<-"tt,rt' * t'3
-'.* 5*1411

i tu: u3i "ufit g,.+..,t,*)t !17


.

9
'e3 EL974;,>
2010 *Ju4r O5 +fui. 31115 '.r--r;o.-rr1.r, :,.-$ (872
iiur j !'r
- " c,.1)l Cilr' ;r Jiall " ,' t I 88.1"a;tl .;;;t
JLa;Jl 3, C)it,f>t;i
,*tnz;)W e$laflgt {
t

l,r 1tzz-Sn ttJ.rort tl"ltJ'dtg/tt


tli;; "!,l t I U7-2 J''dJl ) r.el ...".,;1 'rlii
Cs'Lfr Jr g-Ju- l,lj ;y:,- r;ti
i*,+"-u)r
' .-iler-ljtEl tde
if lJ"Ett"ff r:i t'3 )i-'nl,J.=rptJ u*5ilc/itilt dEsll
-*-'-SJl li+$
U$l (,J'ilt ,fB;l Jrdl r{.'Jl if 18 J'e}tlt-g-"rll ;,r 5 J'a;lt iut i'l
O+, Cf *i, r++iLf.ri-ff iJL-.r 1+.rlt dpt €ilt
in... qtJl..ill q.^Ariri r.t=.Jl3
,-iO-*f Jtai) i---:J[, ]lr .s;i//l oitijl c. i tr 3n 6llsa;u * i,ti4t,illCf
lJ"i,r,i; ^+.-rr:.1&!r)l J{=i1" ol .,-bst6Jll ll I ,ta,1+illi '$3r €i1i" r3t':ll dt"il
,njr;* arll .i>t=l e L*jl el.i" r;l e1 e$ q'i'l .1i t 1 6 L74J'alt rir
";G
;;;Bj, iri,e ;o,"*:; ; *:,
;af ;5,j:,}nffi i

-d:It{ trIrlrll &Jlfr,i t4:7i Al lo'alll atg tll

-g/a3ill ;rt ,4a.+t9 t{gq u,H,.:FS'r 3i a*1 "utl a++'tt Yt a4€rl '-r.ii Y

tg98gt ;rI 24U25.5O749 r.rc, d,t s*rtlr+i (873'


,t iitl $n jL; :fu ,-+!l y iLis 3 iyzttarS; aiei :JslJl i6l! ;"* ii *i$ A J"*
. Or* ,ri,1 ,r"rrfr 'r.,- -Ln a.rS. oi 4 "'-'-' 3:-'- Y ut'i ii *
"y,t. 516 oPZ o
6L998

L77 +oiJ'
.176 d,,z.iltl sir.ol.e.i'a?J Y 6(lj glr1ll u' a{iart &ac*-/tif*f
I

t82
'4,t nryg
**

L78 Jai'f
( l)'luulo.e a:or" gqt I g4 {be 9l *-,! 4{lclr"o.tl e,. adJaJrl jlei
fSl-"'f taLa'l lil

.r.-3o .;r*rtr 20 1 0 *^r 26 4 plt20 I O e-J 39 :-re ojtill 4 2 S*au.;.,tJl ci5c ( I )


.. i-rll J-, Jl."

1960-rrr3i 4'+t;i.48t4O r.Lc sJ.!' c44z'3-lt+r (874


!
.
Jn Jl Jzsi t o :.t*l3t irLq d &Ct y^i ots c,l :1 i..."rt *r:}l'*'l ry Y
tG ,r 1960 ii

179 Jieill
-g'a3ll5t39 .u1a3Jrl tit',?F yt &litl <,j'c, slj lrat:lf &-ll] 1lla3 Y

. l97a,F+ 29'L ts:.. 9477 .r.r.e e3&' (#.1t+r (875

ir. i,S€t -*3\6-ll ar +ar;Jl Cf ),r.!t,:^,,f *jl f:O\ fi t.. # if \.r'd


;l-ot llr.* i..rrl Gr ,* *s oPl
i^<"'tt
"r-! +rJr i
u oL ,v ,!i= oi
-
;;. ;r.ri'u,!t Ls* y,f )t 2.a- d

9 .r3 gl974a
z}]r0..xlEsr 2 +i* 4U372-:lc <;,ta s44i,.3rlJg (876
hi )l u,u p& ol i,<{ I r+er;:, irl kJtIa,J -.'3-lletl itaLJl z4Ll ;le dy})l v *
.rfre
O.* e;t -
ftlr. +
clJUljf ,t,;l I f ,,r 180 J"ailt ei;i:b t;25
u-r.a*i
ta;,a ef
l-r;'a{f ..+i t-:, i,*i i+' Lrrt :rt Jldl dr' .Jb \ O* ).r dt'. O'. Ot Ptl
i.-U. Jl ,-g-

isl ipt; d'3 Jl {:i i'J|,!11 ,lijl


U.Jf iJb e^. qrtt- 14 r;*i.'-t )l i=$ll '. i-t d k ".
.rtill iz,ll .r^A*.iyrLJl Os-f\ t'' J-E'J' trtr.;'r i--'lill so atif
t#t$f & ,/l
113
ria.a-,- ter 14 g#.r rf i3ll .ul rt'.il{ e d Ur;U iytll Jt"Il ir' tdl
'# ^U
g!, (J-*fr *c jVcfililrJJl.:lji cfe'-bit:Jill 'ir ir ' c,-r)t '=qf.';it^t*' 5t
-.4;1

t'e l{,.t<>l +J" ;;+5 *}l &.3


,rln rt; t OU y5 ,f G* firrt fr ,1'^,lf Ufi &, iir:tl 3l:
+..liJl gf dr lef tt..)l
rjl+l l3l ll ybl{ 036- c,;lt 4* i-a:'.:*ll .:,1$l
f SO S*':t' ryurl e;;tt z2r.c gg4 Jl ':'ll3 C oq{r il+lt u;i 6' L79
ta-" ;i t ir"ltdllS
.:.lJjJ ,jir,i .-:<Jl t, iL"{-fl .:t_11!l ef:, .} Ot.-J if+Il L,j; A,179 J-€.t!l .r!"i:at
dy v{-tr Js i-; Jl.;t = *i.llJtll U *ll ;l e,* ar 4 b*-) 6'tJle '-:t'nt
183
rl-'t
,).:.
,i,, ;r sus, l,+ rr-r i4,$*:i, n,* *.*i"rfil[T
#,,
;* Jt c3 -j;1V *tri Ul t{Jua'J Yrl&tt gflt rr''*u fttlr'- g+Et.r Lnrr
fF * t
t"t't el fiaVj'ai 31 69ti;t t31l U l-lr#
.h--"; r:1!!3 l.(L.Jr./l O!2Il gt
liu *c.,-Jlr f+I +r -ir-r ,-it I ;f 180-1r'a1t (ct,!-f i..<'dl .Pols'"ti
6l
qt rPri,r-li f-tel"'f ,r;tq zlrTiuz*;i4+l d.llt ea
l3l t"i &-1)l
ff ::'l t-
ur6]e$ ; --u:r gsrl crti c,ti] ]tf r.r kl ldl lF )l .,'PJt' c'J; t+6
ol

t dl..Ei. e;rt ;iC a 180 r l7g olnaf.;;L' ,* glrl-'l '.:tl.r. oF *ift 'FC . u;alltr,ti3
13 e 2010 r',1*'-s - LO3 I l:02r'r'.ll - iniuJl il'J'q'Jir

180 +'e'i'l
ir Fetir dst'f Ar. ir. atd€l{ pa^+ i r'\s **Tffir,
.&3lct?*.utiptf.*l(,jc€€.tqJB|aJcJ]rljrt3

ffirr2g +olzL';'t. as*' *rvz;i *e(877

F{.i+rrl
.*:t €.rL dO 3
clJUf .re-a'*;)lf ,l.,: I I ir' 180.ldJt c-,Y!:}
1,Sa.q!l c.-ro3 t* ,*,L i -^*leae- b-fi;rl rJl,>-Il ,t JV g!;*
)r rlt' Aty>!
''rr
iJtr- e-.r q;:sU+, i'l It i.$'Uf ..""':'- d t'r. nt']tf
.1tt3 Jl + i'J"iL$ ''Lilt
C,-$f
u.ft3 t" Ltg'J' 1'r1'7r i*'talt 'tio lt;ft'Ct{jl Jr€ t/l
JLr.ll i+fl urbrEai-&Jl ost' td!
t'^r.'-L.r .5., q ,*"-, el ii2Jl 'tt'l u,a.*; cl'h:a4e d.! U;U ;;Lfl dt")l d/
ittll rje ir . gl:t 2q5 s1p*tsl
o.,r*It *s jv qywJ*,ild-tli 6-a'-\i,i
y5, rl ,Z.urStf" ,Fl ul:;r gdl 6l: t'3 t*n13-'4,, i+5 it-;Il
,rle :ljtr ,fg ''l=+
i"':-Il c'tr$l
-S*ai o./ryl l3l )i]!q o3d e,;)f *-f
gn Jt .:,tli O,*t"lll .rli C o1..-r il,+l ,rir ;r'179
eJ" F .if iAl '-iriul a.nilt isV erJr
SO
.ltt.ll lrri ISr ;-lr.,r-I .rl,r!Jl 'jJti C ot*r aalt 4 u
C
L79 J*"ilt ':'L.a*r
ou=u'oi y * Jr at - i.our q ;rr'";r o3$ cr :1 )ar4Y q;'itle ..-i.;"'all
*-lsr 3l J,,li, o.1-! r(L & dtilt til u ;x**'.,tr :l
or
fr 1 ;r Sf iJ.a;rt f,<-r . .4 )'r.eEtL erll
Pl J-lUJUl,oUil

j# r+ .rtkjuatl./JlJaIt g*t ,t :*tltbj r.-,j g.uit.eQljr


Cay..lcj,a|.r;+
J| dv 't r-b #
o; 4li, .(,L ,tv i.,,. rr'. rt iaal a:t'1'zit 5l at)ib
.,l1*
J"-F i'<''tl srP oK
'?li'**yt dti
Lsr..;c.:-,.Jte jr*I +r *"-! q-:Jr.-i I f d/
180.J.'':ll ft<-l
;r"Jr;\ r{rriu. df
@g' a."'ll a:eu\*
,til4 ztrTira4ia;Ll.:ll
t'4 'l;Jt
tl.1 a;y.rJl i s-l-Xt ,S;f oli .rSf rp t#+ 6ufr tpi/il 4* ')l 'rl1l3l
^*O
r^+t+l, stftj 180 r l7g }FUAI &!r $r ort-l t'-$* AJ* Wti,F d
f i,.
r
' g'aalJb'L'ai "'ift
-13 ,r 2010rr*'.'- 103/1Q2:'s,Jt, qiitiJl il+tqrJ+
I
. . '{lr
.:l'.,- ,
.g
:B

r3l;tij'f sr l,l'
,.-#
^4
_l *
-.-
{
Af <rpglt al

181 dci,l
-gJ4:r'tf 71El i:.3 bt ralr rli l'. e. e#'Cl 6'ira' /'l c,*€tl

182 +c.i,t
1*' Utl Cl,aI X
-g/-9ll asif 1.14rtl -rrrf t36!Ef Q9 6'r*13 l.i+"t :f t eljl!

183 +d.itt
.!-3;t fJF. * a:-Dt-?3 r;)l cd],l (,Jl tJl]i:,Hrt;.ad';,
Ytetsr

'LL;c e-r* rilr pr' tIl e*rg !-t5349r a'$i &i dol.&+ d{''l' A+agtl ea3
.35 ,S,, att r ai{*tl A"ttl
..c!+alrd4z4pi.,ttg.E$|et3gculbA4C',a3llil6Ji.acis

tg74 qu26 +Air 10059 ra-e ei.r.r a4;;,a-rr+r (878


eb'.,;-btirjt=-..JLlt.rL.riyL.a,Jl s*l>3aybt*ilb;'r/eJ*''lJ'La')le'a'-
';ity3Sr 184;d.^";lt
.17 ucT g1974o

185
zll Jl ut. .rll
l;.<
t+ g.ia!rl,-t

ttz*rgffa l3t, $ oE A' *d * &?&l,1.1i s6rtt 4 r,;psll4b


ltl
6-3r/tt 31
-A,3A d4lA tt s/allt a;i

186 +41,1
.Al;$t{ l,i#.dt5 &ter-Jrtl .rtLp2*ra;; 'ri'c' l':3'2'9r Crrsf tli
c;33 {',oaill

-asjrf ;jf."l r:Je' 'i|rt rir'rf asi'l a"' &lill Le/;'A&JlClJ*x a+Ja'l

188 Jid'i'l
aJk cJSCf ti4o3 ''t:ii dSJlJ ll.1l 4dle r3dr }l dlr
i99,tJta&!r{a arl"er..iig: ,jf'r+ -2.l3.rll

6> at (.rasAlta[|i Fr,lli t{+ aj{df ,dll ;Laii ;A"


"q* L 'ra{t+ 2"'i€9ll
ii{:ft al1h a''atq
-{lr5 Laltirf f. a+r'rl tF Jda-i FJ At 43td-

lit Yt asJf,tl Crr3 cl^fc 'rrj r+.t3 U:; Y a#aCf dEu"6+ dtlf iF t*'tfifrl*t

185
::''*t:.
.il ,
,,i .,
;i .:
:: i,
:i Oe,r;!l6Jlu,$'l
'lt:
a{?lCladJaCt

191 Jici,,
rrii p15.rtl99i 6-o.rr V 3? &i i tJS5 ri.l rY3l A3 Lot ;;r
**35 ,-,1?t ut 91,r
Ai3ir;r fr^lg glrtCl Li t* t A;rf ig 9i r.lffi f31g k aJ-a. aj'sd',,.l.c' ?+' U sT3*e
' -asr;tt &t\ 4lliirl6;6i 63a;gsittt u.l"i
'tir-;,ll
615$irll'a' utl rti>1t eYj.r$aJie4Y3
r
-r'l? Ji l.l? F{*li &i r$s tt1- 1
?*.nJtf -1i.rar ti* )l; p.ltt ei 3i 4l - '* i+il Ji 4*rl r$ c*sI tsl - 2
<,le E{laGJrst+ s,-i Ot, cr'3lill ar.s *t "FL .brt ($ <resl SF e+li,l
.:*r Utl a.brl .lc,U'All .r3Lijl
A3aitl
6g a49Lar a+rl;IiYr !La3fl3 - rJLiilll a{.-rl olE Z{Je. aJ+lCl&-r.*lii3
-!"-tiill dE 9r,i3
.+- d*. Jlli (879
19)4 lx 1123 U e$, 41635 s.!42'3
.:..Ell,Jt ,-i\t ,f le i krr:. L5jlt * W of : Jl J'pL'Jl 0! fr"
u=f".--frf li.-.oj)lrt<-i-f.irt:elr *;)liro:!t:- uel:;Jl''r)\'"' z';'.u*blill
},;i;*,.;f-frr.eli.r.a,-ll )l j;t J'4!+e2r':)r 'lrr+!iao" ir' 191 J#dl f.5-'!
ucl994o 327
tg97 c*lL 11 a i;i. 56816 r.r-c. d& s,r43'3 rlJi (880
Jlrll
,r:lt '=,a+ill itat pt* t u v.r,i f j &-J/l Lt+r.olt5rl313'lJl..;r'
iruqr;o, zJ,-tu €r{l d t, *:liry.lt - d, L957 o,e;b'i,!t{tt<-! )At a;7
if-t t r..rr! .rkll ,: ; i,, f6 f JLairl Y:l- ,,1,-+J! '.:,,t? ilsill ae'il oi 3t t{.'l-i i,'
I

ri,JL JUr, ult ,-t Jrl Sait*t,!";.lt ri' i')A'L:i ':J"'.;'l oS{ Y Jt'tt, rti>)\l
"!
3OOo,"2 g.L997 ;:
1998 {tJ+r 24'*b"' 50749 r'r.c dj,L' s4ituarrJ3 (8En

X.,i ;; f".E :I]fr'H ;*


ilfi::n.i
"'1' .i3 jr-,t "rG
"'
;f re..+*,- 6jJI gJl .W;La i-t *$irl3". r
fl],;':rlIj;l, flj
516 aZ
e1998 o
2003 orrr+ 26'L gftA 24628 ir'r' si& e{+'3 rl$ (882
&l,"lt :J-rl's1{il+ -.JruiirE i'*'3.,J Ub UtJ* .+l i.?lri V}l Ol
J. #*Jl .J

t87
IJJSI,Ulll rY3i;1,r sf3Yr'ar4at x[a#agll oila'1-'' n !l
l.,,'zl,tt3t3L,
.cu+ri! r . a- 6tu -Jsil! F{:d-r

oarladlldlpl
uJlr dg{ill

.4*'.8.#ri as -.'a3ll 'l-.g 'r-f a;..al,il

6t:+rtot o3i ,-e;iLr**t Etbg'r+ &9+ 6i tt13- .rJIl


rlf rr. '* uttj
u r .}. Y r e, .' :i r 4 1 z4,ajttr /'. I :-l : f ,f"lt;#.,:
y-c,
:rr+ #i+ rrs t{')ti di't' &lb
-a*-rr,+ Fa.)l^t lll 13r aAtzz- afl-r flij
-

at lit
(;il*arl Ldlt rEJ .lF l'.r+ il$ J'-Yl te " *l r19 aAa3fl c'':t+ <,''aCl d!3 -.1>;!l
<ril3r4l3 i,f a-#rlrtl a.aiiJ'i1l ci'{'l ar" r*{a rl-rFr * **$'ffi

Y1 s-;Jl 'lo t!'94!ltlftl Y


-a3Jrl dir3 llt Yt CIJFailI 'rrf Ult

188
g
H
.s
j"a

g1t+.^!l,g$t a
iE
?q-/4ct 3y!a+ :F
!
i
I97 +a.ill
3 a#aCl dlr{3
-d39q dE3l lU taJa. t3ry '1
era$'l tun+{
-<e,tastt jF 4r s'<,3tl
a+tl'2-
-sJaCl ;W GCo',i + r,a3lt
s'Y{f -3
4
'r*f al s'aJnl
r.1'1 -
'r*,it;Er

(883
1989#..4rr 5,=br'23089 :'rc' g'3.r' '.,*f,6-lr+i
*tr l,b.ui a;$l !,ar.-:.J19 ir3'4rle 6f ,}Jj,lSlti'L'
v-* €,ir ilj'at. Jg' it>J,l ut
ca;'7 0t'
.kai di.9 ltr*-,>l-3 4psva,6.gi curi u- o;;-.,'-EJa'
460 a 1989 'i
(884
2008 +..r'g+: 4Li;u. 21296 r'Lc d& "$rt'
-'* )l']pj
-,t* -$l E n,* -il c't it v7Y'
301 a2EZAO8I

tl Ct'i aJ+lCl zata3ltS Lr;$;:f t a+''Cl


t"r..c, (f4 ..'';,PJjldilz+ -'' I itvr atfrg,
^ a!.'.ari
Fsa, sr.i. o",
af, ilr"diL ri.r-1f., i etai ti,rr..'i .1co
J,..n ,i. r;tl+ li;diwl &tsr ,*;=lira )l+ cJ:;'r 6s ril dt'i t's [3[.5er[

L99 J.+33s
.gJad,t ?.S-r: (,rt A* (*}l!.e=JJ lJ;sagi )S i* otl &)tla*

189
t/

li:a:i.r:
;i...;ii - .1

.:li:

" |:.
(1)
J,rAb cJ,lfi Iqili(ft
a+drl L
.Iglfi k t frl
a,cb. ttt*l

200 +..i,1
1i*irrA.r:f kJ+I oarhCtq.t rUa;aa ric, aJdl
F|!uq plalr A .,u!tl e &A 6i g*:rt a+ a- .r-;.2i-r Oi lrs qaAlClir+r,
-oZ* 1+ 1,.JA3J C!r.

1995 1*4 3 LAY 34509 r.r.c (1a. sge,srr*i (885


;1'*;,; Lra*; cti:i4.iX{ i=ar-:Jl dl9-!l lJ4. Or 200 Jr-n;lt oti:3l.u i{Jl .ri,
i-l*.Jl ,6V-.J.- €r-f id. dl -u, ,f'U eU3 + c'U i5Ul #U ri" Oi[:+ a,a5,c O3.-q )r-
.uiJl ,=l.;.rt" eJt fJ; &lJi .,tz*jl;r, il+tl 4,f 2O2 J4ill ct-.a:31t4;r:^i*13
.ltbYl gr ef S ti'.'fl tr<! r^. rrlt tc ,-r,lLl tr.trlyr i-Jl i,bb e c/b-) t.j V.l":tt
-. :"rtf d!e:rlu61i^--f4J
.f*r.lt i$,U Ja;;f tr ,a.V5i-i3jtill r-1ti{3 !{l .ti,,J r-ra'll
.5>,n3cls.r* ./ ./l .)Ji,iJl i>{n eJl Ji..J +Pl i4*11 iln i#irt,,i FCJ
441 ap 1995 o
1997 t*ttt' 20 La f. 4680 2. s;- sJ.r.'e+4err Jli ( 886
-;d\)t,-ia-Jl Jdr) *si4> *ri$l .l;,,,1?t O[
zorzdJr. 10 L t)i. zorrr 636r|7**J"H.,'*,*r,
+L(Jl6.rll o;t.- 1;;it,3s-rir" q$l n it {jil P i:-f ,t.Jr"J! frLrl .:lJ
t3a-3 i.z,-,o,P r,J"r:-,- cE--f.
dt-i 6
l. a 46 3 45 Jt"djt td, ,;ca.-;J:t i5lll ,-,1--:5f
f L.
.i..4Jl rir,P,tj,)q ;re i Oy,&l .ril:
€p y.i gcil>La !./r[i:tsq.r=4Jl
. . i n--r 144iJ]e1 J i.all ri" oli .:'lJ3 -i)E.,,Jpr
.
e.l.f g2O4 J-eil!6Pf
.i t i Vf ti E;,r .r*ll tj,l6l t^t- d-9 r4i4t CV.lb irt a,. i:.-/J Ol,
-ric
*)l-u-Jr 1*; €t' -trf, ,P e -u-Jl r[ G<Jl r] Jt 4,.-4 L, tLt l,ru&.
r.3

ct t[ srsa I 1*ii Jirjt f lrr) i2,p b; V. rf ]t j:-lt r.ll9 ,ir{ +', ;: ri,Jl (il.l) kjt
.196/- qU28 ,f Lrtl1964 irJ 17 ,-t' a;UJL -'i<I l'r'r
';*;l ttl
190
iiti j,fq1:UJ .ri-l rjSjll Jqpdll-lp' .s:i $: 6fr1!..t:i>- t iJ gE
;
6
200
IJ-t.-, .i .i-f t y-.a3 i+> LJ.4 r_1t:rl5 {:{Jl \-5 .::+r .rti) i;-.1b1 irl+ i: $h:-tl
i.:rlr:,. i
{a -:::i
fJ,i,
:

ilulf'rr,lll ille'et;j l3tI! 1.t.3 y M3 S*;lr,W ,rAl i,t tl i.rpuJl .rlii.Il


-* -fi y rpJl -bir- irt .:-l el -r;,Jl AF.r:r ,r,1;(ll ;u.rJl rl.rc[ iJr;,.:-l j 11...:ll .,tr .

eUi Ufir""t
"=:f. C:-, ,/l JtLll Cr 4, Z#-lqt* i..r-r-.ruu iri t.f ..lr+iq*, C
j*
iELtl ii ll Jt -=.r=-t a. Ct:l rll el .;l.r:,)l rlhrl ,s$ Ar L*jl i^Sq,Olr J-"!i
Jt c<l;te &r$ .Il, J'.."9 C:^ 4;rtl Jx. Ol up,t -ai qr:llr;ilird-yl c.r.J ,Ui
. oi .r. 5,Ellr Oll ,:ri,$ .rtejir Cf .,le .:trr dPl aty.1.. tiLi.. {fl ,.L'-0l Jt.:rl

. crl-t- 6-t.J
7 ,PZOL3 etu :ti.r,ludlt :l+l\ r"::"

,itlll
v.. r-rLdl
a+{rl 6t5li
ZOL J.&i#
Ji qfAlCf d3L l:tt ?rLq aldrr al rfgaCl crfl:,JaCt ,4;ilfi Fdt.,Jd a*6ll Ff
- r_Lrt-
'1, At ,J. gol,t,t .r4i?t
&tJ FdLn t dl{3 e, tJJ.a$e

1981J'*.rJr 2L U43. 5147 -r.l.c s.r.t er*.t i -lt+i (888


,-l.trrrt4;rr.-..rl5Jl.ii:ta6 ,4t73.2fd-,. .5n5ll )f ;f!.y,;i"o1.,r.ptr1y'l1lrt .r;S---t4ll
d ,-.,gj,ll i$L ,!:ir- el5 .:.1.t.3e t.l'- U )*l d;r\el -, +r rll * 4 Cli g.
4l-li i+fl
irjuJle ebu lirt4. ir-5fr g.1ti,Jl J,4.-Jl C 1st dlr3 iSL p..;r f-ail lqni qdl Lyj
"4 n4Lr )r U,-.rb C OJ{ 6- -1ti.Jl-fr.rJl Cf f=-rll.:tJ!,rl" \=L.:: t .:<! 0!i 4&r
269,_e461981a
1990 ql; l. 8 L cri. 18652 s.r.c, ei.!. s{.2.3 -)tJ3 tr8Eg
.J -.,. 3l5J.t ri r+Ul .rt t{;pase rI ..,. g}l Jt,-,. r"rtl
'Jr.aiJl)
frl-:rl Ji f.t*, qd f-
'(i
a12oL
2lg ,y 1gg0 a
2OO2 r*fi4s 23 *C.t 15900 r.r- dl. e{*i.3 tr$ (E90
.\+frl itiJ J.:i
A..l;4a- $t-iir. Ali:.'=Jl r5iell;,. c.;$ct, q{Jl rir Ol
-r- JAll
r:-r- fe ;r"a,.f I U .F 541 .t.rrJ Syl: @; €b *sq j.a> .tS +; acJf lga!.-iri Ol5 U
l)f + )f citk {.:{Jl OlJr^, clJ3r .,. y':Il .u$l ge atir Ji :+lr} ql:.; :.i,1!
"fIl
t- i{Jt .lt.L,l sii U e--h i ar(1 + i,J,Lfl ..<ll Oli uii i-etl r.73!l eIJ+ qu
-o- .t ^^lJJt itir J., sLijt F!.-rlt

19r
t

,r::l:',:
r.:,t:.t..: l
: ;; i 2006 *"t ,,9,'LiiSg..ai4+{!, tj.rl1'11c-;p6'+rur .+a Gr.&.:e*Jda*Jr..,r.r'tez,r
ljrl:
' ')'1' !

*i # ;,,ii 4 J v*iilv*1t n,r-rt & dI * r,


2,,- W : -tp +err'ii uu
,, i ..-!-,|n5,;u.Uuelo;u1,41;;.-tu'r$i4<'-lroFr
: Zit nZO06l-J \.n.;'l i'<z't i":+ll';315'rJl el]l-;i

a{tl ar#!. Ca c,btfir :r [.d3 {-r.Jartl FJ..] ttr- v*Ns


tLff m,
' 1995 ozl+ 3 >Zti' 34509 5'b sl'r' '.r;J,!.-lr+r (892
rt-&il tJ q;ll lit
;1'va*: o,;aoti:i{.:ll{ l..e"Lt3l.1f5r!f 1W d' 200.1-"iltostr#
iJ*lt dt .,;, e,-fid. dt -,;, i,Lr crli .l ci: i,sLlU:f
j
./je o5-! )le
i'-s})t
,-rt
$* Jt r=t---t; *r^-;r {+ll .,+ n 2a? J,'ailt'l'iril k
J els ,ari"<it ut itf--L i""r+r u'rcl5Er'!+Jl i+-L q ./t4I t'+ :t+t
Jt llr-,ir-f{J.rr":J, rsL#, Ue ra:2v1{iEll 'ruie i4lt ri'J 'r'r-ll';tb)l
..Jrir eJl't ,f * € dl rrzJr i>t"' dl lia.J l+.;Jiti+rll 'l^'' 141t' d:t'J'
4l ,-e 1995 ir

2O3 Jiai'l
-4a.JJlhJ Ai 4, gsrrxt &tS 1l4!r.l'l FiJ F' llt

tu gqlu/l! |n) 2o4+'i'l


y
&t_ltirlt - {.,,iJt+ tg- a+;rr-a41rrrr &tir.llls -1*.' u a.+t.f Yt a+{rl e!'3
alrul.+
.@ffirltffiffii
aJat+rr pK>Yr ;rcr-'. el
t1l -at+-rl ii:t airq ?-arlll.l

J:tuJJ 3,.> bittl\ Jr p.r.. t tlr'r; (1


irrti1i UA dt-J.rr!J .ttr5* 4:u a' c'i*? ,fr.
.1998 ,U-izO a a-'lt 1998
2006 ,.r"sl, g *eri'4587 'r'ra si'L s44an'lr.l'r t893
iluq,{6, ;y .li j.r yrrtt rI;: * t
rtf :4r d*,-i';'Ulf
Jf
t7 w :tC i'rrl oi utl
.;no*tAr;"tU &Jt' *l rrit" C t*i {.TiltF.,
'"^
27L &*.l uai^;Jt
,t,.2}06 i^d+I ;l2$l '-,l1lS
.* '-{>'I
2007 ...,;si 27 ict!, L0776 :.rc C,.''A g44,3.1r.:ri t894
.ltltr l.q.ril5 e)3,,.:it clJ:t lt'> J';u'-gJ cli 'rfja:' tl- O::t' 1,:c{i,e :
: .ili,Jl Je.r.rt;i:IldJlJJtird-:l.rt,.r)r.6.ter-Yl-O*)ti
233 u'"16.2007;t

192
206 J..ill
' . t.nj.-U{idl dfjltq'.!taa. <;Zy J)l^iaJdl d3-1.tra l5t

&'tttl r-rLll
a#il (/.e5ljQt
2O7 +.ut
,=UrStf *lrjalt igl;Ejg,,/l u.6lCl !'.4-r )f
!Laa,.:raYt l.!.,. *Lhj.,l .kr3 ljrt Xl
Cn d+t-i tre clste cEffi al r-r.-rai.lrJ.li+ <rr-tlf arhtl Ll ,**t
a{,t &3lSgi
.)l ad3Ell alhrt &r1.1:;tl
A. d,,} ?J Cf ot.:i t,rJri+ vt $r;.ejrratt c,ralCf *
-qg,+c, sb 6A4 FJ l,r lJ^ cls o:r*

-,.tlt sl A9i;6,r a! t +tPtCl.)-r AI cr.Sr6Cl cl* rfgaCl eei,tl &his,l l' tj

2006 >u:si 10 LA'i. 1894 s.r.e s3& s*.3.rr-rr (895


i-Jtr i d J,-rr ).1 .-,. JF$ ,,r$ ..^fil oti.-:-l &l-., fLt UU- "t* ,-ii I U VO7 J*;St ;;1
{'i'-
vVli:*..1*$; i, ;r i5u .rer 2lO Jeilt Ct<-i ry '.eit + Lrlt C 'rAlrl
q*Jl.t^:.+t:Jt
.
7;+ )t c-ssJtt - Jg-t t
183 g." 2007 z'-."!7 ttco 3 I

20B,pirr
-Lr.rrrl &. qilAJI I *q,Att glL gralCl r3,*al T

t*F) a4Jl 'ii3t5 l3t o-a.r.drq f.-il. {fr;r5 arq, lJ{rrl t:c t,il.:Jt LG'i (r.i*r,ar*
.o:J.rl6,r al r-r.3o3l,l alsi t ;G afta!{ oilA'LlfuSrutt j9l2,i3 )fi.,fc,

193
B:,
F,'
E-l
H
ill
\J-t
lrt sLdl
a .'
Si.
Z:
6-
F
Z+dt1.Zs*il
ii
t'
fi 209 prirr
i
"&q lbJAllJ ?r,4ruaar.tl3 *lh isl4:{ALea,Jd ztii gatglt .t-r-ri.&l !3[

ZLO +,.ir
.r-!' 4l' Lt7it Vtla t33il3 ?1.-'ifi,|-.gitl arE> ;l.cr-.,. Cl .+llJl, ji+*
, 212 dLa.atq is.;t3il itCt,J. Ct .r;JJ F, k ad3?t qJ+,-!t
lr3ra.1 dlB.yt lil.o &rq &{r{ g.olrl jrl ^ql.c' 9+J q.4t,..raCl dii l3t- 1
.:, -d,:. !,**S
4 tg gt rfr t+r';.1-\l qil*-i tr..zi! JfrJ ai a. lj?t yalrrl elr-l l\l-2
-a.a.a:rl g.r fuitill r*l.c /u.eJEaJ t* etbsJl arl.e;sti-r{: qg"r-i lSlrlad.ct :?Xl
.eo+Jrl c'ir crrl ta.- CIIAJ l.rI3 l*all .r.+ uAl3rl air-.r bi -3

1963 r.isi 15 Lt.i. 2006 r.re €:{. e,r4z,1-rt-F (896


-
Cr::r!l oi,yi;st.a'- it5 l3lYt ii€Jl I Tfltlr-- )
55 e 1963 o
1984-*aju 29 U25.9O9a.r.rc. ei4. a14zn:b3 (897
i--<llJEJl oPil.,ll,. g.+l:lj ;-*-{;i ,ki.iara:.Jl.lr3-!r il,4, b.zLO )*at ;a:
g.r-. k Ll..I| Vtr-i t*tJ jt tti ;r,t;+v t Alrl 6-ri t;1i{Jl 4 Lf }t +L t ig
.z-n 'Jl,Joiu)l * aAUpurlsfp )t'$ * gnit;ttr:;t^(,

1e8s,er^zL L ab rrrr::Y;"X.L,rm
girr e;tir &1 d ;G c-tlt irt5 Ol4ilf i& q ,t l.;a e-.tlll rLr-l U.b-* iU f '
.rJ.r. JPiJli

.
2}O6.l*r:si 10,L Ari. t894 s.!c ei.r. e*frlJE (899

.,r*rr,., i r bu ;,,i
- ^, *;ffnf EI,$*-;,,f, l,r:i
.J d J;. )r -,. rrrll ,,,.XJ \+lrl dLir':.-|,)t.j iJfJ t -t:l. "q ,-ii t 7ZOZ J-dJ,ol

183 ..P2OO7 z:""J7 r.r,or=J1


' '' ' .
. 2007 t*tst 19 +i;e L2L35 e.ra a3,L. a*zra;ri (900
i"<r... c, ;l 4ti,l J.Jl :..<r?. i.ti ; 21 r*,=,-atrlt -rt -c1 ,,ui "J"
i,6Jl Q
Lf lt+b &* )
L94
, ** ,=ftol c-r'. ,fr.7g .:;;'f3atJ1'.jl. j c^a;i FfT gr$l
I .Ja+i-;f;fiipUl
--,.i, (&
fi+It if:
. .-rrPl ,; b-Qr .=df J.i ,n+- alf q;jll'.*ttp gAlt
237 al'4.2OO7;t

21l;.aitt
afj,.-- tJJ {y pf.e 67aa 't^- " J s3.a.a}1 g{,*f - a6tl LZ*ilg.rtlrf pt4ill q:
5i
s-'",.,"r dt- crs *",|-+trr *:f,j3'.fffit':ff ffifH,5
p-_ei rirri Lqtisre.rlprailr .iA1*r3tYtijffi: tfitr]

212 Jrei,i
ilCl d1r it .93 l:rt a*{Jl |-Z-*-$t r=r-th-vl2'1 !fri1' 1
. a;3Yt
-{i.Ji ;rrr-, a!ai. 6strj IJJact| *gill {)F>
"+-.-r.
q,r^,,r o.4 &'-'.r'Irt t ^ta' ri1 t'i tiraCl "f;Ar;I#,S,;1:#
asb..r 9i ala; dry{rl }LS el3t A r-r.,nCl dJ L t'.raCl *co'tult grLo ri1 ' 3
to4al
-o=rOrt 4.L*-lr:4 *gflltt (J;+ Yt ''rtCJ tcj lits dL€IsYl Y { ";r ri
a;1 at 'q Y

213 J,r,ut
-{lS FJ 6L< a4t-.,{:.r 6't agtt LZ*lt &q'8JiJ '

alr tsr.rtf eJ'-'iJ ;rr 3i 7*.lt +OluE'l i", a't dllJ'4l'l a' +Jbrtl s'rJ lfi
gC3-fr jr** )t3 ar3tirl .ar-rU-fr Ui a*rrug '
;J:tar 4t tzzii t,o 6;rq'1 C=* Oi
-tJJaJIl-)'litl a{d3 L sti f ;lf l yrzl! :f t k4a

195

Anda mungkin juga menyukai