INDIKASI GEOGRAFIS
Nugroho B. Koesnohadi
Ketua Umum
ii
KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSAT PENELITIAN TEH DAN KINA
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,
iv
DUKUNGAN GUBERNUR JAWA BARAT
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,
v
ABSTRAK
BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS
TEH JAVA PREANGER
Buku Persyaratan Indikasi Geografis (IG) Teh Java Preanger ini disusun oleh Masyarakat
Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger dibantu oleh Pusat Penelitian
Teh dan Kina (PPTK) dengan mendapatkan bimbingan teknis dari Ditjen Perkebunan dan
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
Teh Java Preanger adalah teh premium; yang berasal dari pucuk berkualitas baik yang
ditanam di pegunungan wilayah geografis Provinsi Jawa Barat; yang masing-masing lokasi
kebun/tanaman tehnya mempunyai kekhasan taste/aroma tersendiri; yang pada akhir abad
ke XIX menempati posisi kualitas terbaik dan mendapatkan harga terbaik di dunia; yang
dikenal sebagai Teh Java Preanger dan juga disebut sebagai “komoditas emas” yang
mampu merubah wilayah geografis Priangan (Preanger) menjadi wilayah “emas hijau”;
yang mampu memberikan keuntungan berlimpah ruah bagi pelaku usahanya, sehingga
para pengusahanya mampu membangun Kota Bandung sampai mendapat julukan “Parijs
van Java” dan bisa mendermakan sebagian hartanya untuk kepentingan orang banyak;
yang sampai saat ini tanaman tersebut dipelihara dan dikembangkan dengan standar Good
Agriculture Practices (GAP) dan pucuknya diolah dengan standar Good Manufacturing
Practices (GMP).
Nama Indikasi Geografis adalah Teh Java Preanger (Java Preanger Tea). Nama Barang
yang dihasilkan adalah Teh Hijau, Teh Hitam, dan Teh Putih, dengan Jenis Barang Teh
Hijau Steaming Java Preanger Gambung, Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan,
dan Teh Putih Java Preanger Gamboeng.
Ciri Khas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung berdasarkan uji organoleptik
mempunyai karakteristik taste/aroma : Thick Astringent, Brish after tasted, dan Steamed
Peanut Aroma. Teh ini berasal dari Perkebunan Teh Kelompok Tani Neglasari yang
berlokasi di lereng Pegunungan Gunung Tilu dengan koordinat 107O31’57.032” BT dan
07O10’55.623” LS, berketinggian 1.498 – 1.520 m dpl. Ordo tanah Andisol, dengan
kandungan C-Org tinggi, N Total sangat tinggi, P2O5 tersedia sangat rendah, Mg-dd
sangat rendah, dan K-dd sangat rendah. Hasil analisa tanaman : N sedang, P sedang, K
sangat rendah, Mg sangat tinggi, dan Zn Rendah. Produk teh ini berasal dari pucuk daun
tanaman yang bervarietas Camellia sinensis var. Assamica klon TRI 2025; yang dipetik
dan diolah oleh masyarakat Sunda yang sudah terlatih.
Ciri Khas Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan berdasarkan uji organoleptik
mempunyai karakteristik taste/aroma : Nice Astringent, dan Citrus Flower Aroma. Teh ini
berasal dari Perkebunan Teh Negara Kanaan yang berlokasi di lereng Pegunungan
Gunung Gedogan dengan koordinat 07O08’35,280” LS dan 107O19’20,300” BT,
berketinggian 1.350 – 1.500 m dpl. Ordo tanah Andisol, dengan kandungan C-Org tinggi,
N Total sangat tinggi, P2O5 tersedia sangat rendah, Mg-dd sedang, dan K-dd sangat
tinggi. Hasil analisa tanaman : N rendah, P rendah, K sangat rendah, Mg sangat tinggi,
dan Zn Rendah. Produk teh ini berasal dari pucuk daun tanaman yang bervarietas
Camellia sinensis var. Assamica klon TRI 2025 dan klon-klon seri Gambung; yang dipetik
dan diolah oleh masyarakat Sunda yang sudah terlatih.
Teh Putih Java Preanger Gamboeng berdasarkan uji organoleptik Teh Putih Java Preanger
vi
Gamboeng mempunyai karakteristik taste/ aroma : Mild Taste dan Rose Flower Aroma.
Teh ini berasal dari Perkebunan Teh PPTK Gamboeng yang berlokasi di area kaki
Pegunungan Gunung Tilu dengan koordinat 107º29’32” - 107º31’11” BT dan 07º07’18” -
07º09’11” LS, berketinggian kurang lebih 1.350 m dpl. Ordo tanah Andisol, Inceptisol dan
Entisol, dengan kandungan C-Org tinggi, N Total tinggi, P2O5 tersedia sangat rendah, Mg-
dd rendah, dan K-dd sangat tinggi. Hasil analisa tanaman : N sangat rendah, P sangat
rendah, K sangat rendah, Mg sangat tinggi, dan Zn Rendah. Produk teh ini berasal dari
pucuk daun tanaman yang bervarietas Camellia sinensis var. Assamica klon-klon seri
Gambung; yang dipetik dan diolah oleh masyarakat Sunda yang sudah terlatih.
Standar kualitas hasil uji organoleptik, standar kualitas hasil uji kimia, standar kualitas hasil
uji logam berat, dan standar kualitas hasil uji mikrobiologi Teh Java Preanger harus dapat
memenuhi standar kualitas tersebut dengan metode pengujian yang dilakukan oleh
Eurofins Dr. Specht Laboratorien – Jerman, Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) –
Gambung, Indonesia, dan SGS – Jakarta, Indonesia.
Permohonan untuk memperoleh Indikasi Geografis ini dilakukan oleh Masyarakat
Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger yang merupakan organisasi
masyarakat yang didirikan pada tanggal 10 Juli 2014 oleh Organisasi Masyarakat
Pertehan, Perkebunan BUMN Teh, Perkebunan Besar Swasta (PBS) Teh, Perkebunan
dan Pabrikan Teh Rakyat dengan mendapatkan dukungan dari Pemerintah Pusat cq.
Ditjen Perkebunan dan Pemerintah Daerah cq. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
Visi, misi, dan tujuan MPIG Teh Java Preanger diantaranya adalah untuk membantu
pelaku usaha teh yang berstandar Indikasi Geografis (IG) Teh Java Preanger untuk
memperoleh perlindungan hukum atas hak kekayaan intelektualnya. Oleh karena itu MPIG
Teh Java Preanger dengan bantuan PPTK Gambung dan bimbingan teknis dari Ditjen
Perkebunan dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat melaksanakan penyusunan Buku
Persyaratan Pendaftaran Indikasi Geografis Teh Java Preanger guna mendapatkan
sertifikat IG Teh Java Preanger dari Direktorat Jenderal HKI Kementerian Hukum dan HAM
Republik Indonesia.
vii
DAFTAR ISI
halaman
PENGANTAR KETUA UMUM MPIG TEH JAVA PREANGER……………………… i
PENGANTAR DIREKTUR PUSAT PENELITIAN TEH DAN KINA……………….... iii
DUKUNGAN GUBERNUR JAWA BARAT…………………………………………….. v
ABSTRAK BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS TEH JAVA
PREANGER………………………………………………………………………………… vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………... viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………….. xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………………... xii
PENDAHULUAN ………………………………………………………………………….. 1
viii
VII KETERUNUTAN PRODUKSI…………………………………………………….. 103
ix
DAFTAR TABEL
2 Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung... 17
3 Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan… 18
6 Perbandingan Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Pan Firing Java 21
Preanger Kanaan dengan Standar Kualitas Teh Java Preanger ………….
x
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Akta Notaris Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Pendirian 123
Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger….
2 Daftar Anggota Kelompok Tani Neglasari dan Daftar Kelompok Tani 147
GAPOKTAN Karya Mandiri Sejahtera penghasil pucuk teh segar anggota
MPIG-TJP Kabupaten Bandung………………………………………………….
3 Daftar Pengepul Pucuk Teh, Pengolah Pucuk Teh, Pemasar, dan Rantai Tata 150
Niaga Teh Java Preanger yang tergabung dalam MPIG Teh Java Preanger
Kabupaten Bandung……………………………………………………………….
4 Hasil Uji Teh Hijau Steaming Teh Java Preanger – Gambung……………….. 153
5 Hasil Uji Teh Hijau Pan Firing Java Preanger– Kanaan……………………….. 158
7 Peta Potensi Wilayah Indikasi Geografis Teh Java Preanger di Jawa Barat 170
dan Kabupaten Bandung…………………………………………………………..
8 Surat Rekomendasi Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tentang 176
Potensi Wilayah Geografis Penghasil Teh Java Preanger…………………….
9 Sertifikat HACCP, FSSC (ISO 22000 + PAS), ETP, Rainforest Alliance dan 178
UTZ Kanaan…………………………………………………………………………..
10 Surat Pernyataan Tidak Keberatan Dengan Logo Indikasi Geografis Teh Java 185
Preanger dari MPIG Kopi Arabika Java Preanger………………………………
xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman teh (Camellia sinensis) pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji
teh (diduga teh sinensis) dari Jepang yang dibawa oleh seorang berkebangsaan Jerman
bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di daerah Tijgersgracht
(elite) Batavia atau Jakarta sekarang.
Pada tahun 1826 tanaman teh melengkapi koleksi Kebun Raya Bogor, diikuti dengan
pelaksanaan percobaan penanamannya pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan,
Garut, Jawa Barat. Selanjutnya dicoba penanaman teh dalam skala luas
di Wanayasa (Purwakarta) dan lereng Gunung Raung (Banyuwangi).
Karena percobaan ini dianggap berhasil, maka pada tahun 1828 mulailah
dibangun perkebunan skala besar di Jawa yang dipelopori oleh seorang ahli teh yang
bernama Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson. Ini terjadi pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal van den Bosch. Teh pun menjadi salah satu tanaman
yang dimasukkan dalam Sistem Cultuurstelsel.
Teh kering olahan dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835.
Setahun berikutnya, dilakukan swastanisasi perkebunan teh. Karenanya pada tahun
1844 G. L. J. van der Hucht membuka perkebunan teh di kaki Gunung Salak yang disebut
Parakansalak, Soekabomen (Sukabumi). Sepuluh tahun kemudian Karel Frederik Holle
yang masih satu keluarga dengan Hucht mengundurkan diri dari pegawai Kantor
Pemerintah agar dapat mengurus perkebunan teh “Waspada” di Dayeuh Manggung, kaki
gunung Cikuray, Garut. Selanjutnya pada tahun 1865 – 1868 K.F. Holle dapat menguasai
2 (dua) lahan perkebunan di Limbangan yang bernama Waspada I dan Waspada 2.
Adriaan Walraven Holle, saudara dari K.F. Holle, diangkat menjadi Manajer Perkebunan
di Parakansalak Soekaboemen (Sukabumi) milik G. L. J. van der Hucht.
Pada tahun 1870 terdapat perubahan kebijakan pemerintah Belanda yang membawa
konsekuensi bahwa pemerintahan harus meninggalkan prinsip Sistem Tanam Paksa atau
Cultuurstelsel atau Sistem Monopoli ke prinsip perdagangan bebas (liberalisasi).
Berdasarkan hal tersebut, dikeluarkan Undang-Undang Agraria tahun 1870 (Kartodirdjo
dan Djoko Suryo, 1991 : 80). Dengan diberlakukannya Undang-Undang Agraria tersebut,
tanah telah diliberalisasikan. Sebagai akibatnya, banyak berdatangan para pemilik modal
asing bangsa Belanda maupun Eropa lainnya, yang mendapatkan kesempatan luas untuk
berusaha di bidang perkebunan di Hindia Belanda. Pada era ini teh jenis assamica mulai
masuk ke Indonesia (Jawa) didatangkan dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan
ditanam oleh Rudolf Eduard Kerkhoven di Pegunungan Gunung Tilu Gamboeng, Jawa
Barat (sekarang menjadi lokasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Gamboeng). Karena
sangat cocok dan produksinya lebih tinggi, secara berangsur pertanaman
teh sinensis diganti dengan teh assamica. Varian Assamica ini yang menjadikan teh
sebagai komoditas emas dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang
semakin luas. Selanjutnya, Rudolf Eduard Kerkhoven pun mengembangkan usahanya
1
dengan membuka kebun lain di Pegunungan Malabar.
R.E. Kerkhoven (tokoh utama dalam buku roman karya Hella S. Haasse “Heren van de
Thee”) yang sudah menjadi pengelola perkebunan teh Gamboeng, tertarik perhatiannya
pada beberapa persil di Pangalengan, yang berada di ketinggian 1400-1700 m, dan
bermaksud mendirikan perkebunan teh baru untuk putra-putranya. Ketika tahun 1896
penggarapan dapat dimulai, putra sulungnya masih terlalu muda. Karena itu Kerkhoven
mengangkat saudara sepupunya; Karel Albert Rudolf Bosscha; untuk menjadi pengelola
sementara ketika memulai penggarapan Kebun Teh di Malabar. Kepercayaannya kepada
Karel Albert Rudolf Bosscha dan hasil karyanya di Malabar menghasilkan NV Assam
Thee Onderneming Malabar yang berkembang dengan pesat; yang mampu menghasilkan
teh java preanger yang kualiatasnya pada saat itu dapat mencapai yang terbaik diseluruh
dunia apple to apple. Teh java preanger yang disebut sebagai komoditas emas tersebut
telah mampu merubah Priangan menjadi wilayah “emas hijau” yang mendatangkan
keuntungan berlimpah ruah. Sehingga para pengusahanya mampu membangun kota
Bandung sampai mendapat julukan “Parijs van Java” dan mendermakan sebagian
hartanya bagi kepentingan rakyat banyak.
Dengan demikian Teh Java Preanger dapat didefinisikan sebagai teh premium; yang
berasal dari pucuk berkualitas baik yang ditanam di pegunungan wilayah geografis
Priangan Provinsi Jawa Barat; yang masing-masing lokasi kebun/tanaman tehnya
mempunyai kekhasan taste/aroma tersendiri; yang pada akhir abad ke XIX menempati
posisi kualitas terbaik dan mendapatkan harga terbaik di dunia apple to apple; yang dikenal
sebagai Teh Java Preanger dan juga disebut sebagai “komoditas emas” yang mampu
merubah wilayah geografis Priangan (Preanger) menjadi wilayah “emas hijau”; yang
mampu memberikan keuntungan berlimpah ruah bagi pelaku usahanya, sehingga para
pengusahanya mampu membangun Kota Bandung sampai mendapat julukan “Parijs van
Java” dan bisa mendermakan sebagian hartanya untuk kepentingan orang banyak; yang
sampai saat ini tanaman tersebut dipelihara dan dikembangkan dengan standar Good
Agriculture Practices (GAP) dan pucuknya diolah dengan standar Good Manufacturing
Practices (GMP).
Teh Java Preanger berasal dari berbagai pegunungan di wilayah geografis Priangan
(Preanger) yang masing-masing mempunyai ke-khas-an sendiri-sendiri. Sebagai contoh
2
sama-sama teh hitam dari Pegunungan Gunung Malabar akan berbeda taste-nya
dibanding dengan teh hitam dari Pegunungan Gunung Tilu Rancabolang. Perbedaan taste
produk teh itulah yang disebut dengan ke-khas-an Indikasi Geografis (IG). Oleh karena itu
guna melindungi keberlangsungan teh java preanger tersebut, maka MPIG Teh Java
Preanger akan menetapkan standar mutu dan keamanan produk IG Teh Java Preanger
guna menghindari kemungkinan penduplikasiannya oleh pihak lain yang tidak bertanggung
jawab.
Tujuan
Teh Java Preanger yang bernilai sejarah, bernilai ekonomi, bernilai sosial budaya, dan
bernilai pelestarian lingkungan yang tinggi, merupakan kekayaan Intelektual yang harus
dilindungi keberlangsungan (sustainability)-nya dengan strategi, taktik, dan teknik
operasional yang cepat dan tepat yang dilakukan secara sistematis, programatis, dan
berkelanjutan.
Secara Strategis
3
akan terus dilanjutkan pada tahun 2015/2016 seluas 5.000 hektar, 2016/2017 seluas
5.000 hektar, dan seterusnya.
Sesegera mungkin melaksanakan pembangunan pabrik yang lebih efisien, lebih
efektif, dan yang lebih dapat menjamin perolehan mutu dan keamanan produk teh
yang dihasilkannya; yakni produk teh yang dapat dikatagorikan sebagai salah
satu the best quality and the cleanest tea in the world. Pabrik ini akan berstandar
Internasional (State of the Art) yang pada saat ini diperkirakan bernilai Rp. 8,5
milyar per unit pabrik. Pada tahap pertama akan dilaksananakan pembangunan
pabrik state of the art sebanyak 2 (dua) unit sebagai pabrik state of the art
percontohan yang akan dimiliki oleh BUMP (Badan Usaha Milik
Petani)/Koperasi/Gapoktan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur guna
mengolah pucuk yang dihasilkan dari tanaman teh-nya seluas 1.100 hektar yang telah
mendapat bantuan dana GPATN sebesar Rp. 17 milyar untuk program Intensifikasi dan
Rehabilitasi tanamannya tersebut dari total tanaman teh seluas 3.200 hektar yang
mendapat dana bantuan GPATN sebesar Rp. 48 milyar di Provinsi Jawa Barat. Pada
tahap selanjutnya akan dibangun Pabrik State of the art sebanyak 10 (sepuluh) unit
pada tahun 2016/2017, dan seterusnya.
Harus sesegera mungkin dilaksanakan peningkatan intensitas riset yang berkenaan
dengan perbaikan standar kualitas IG Teh Java Preanger dan peningkatan intensitas
pelatihan tentang tanaman dan pabrik pengolahan guna percepatan pencapaian
perkebunan teh rakyat yang berstandar IG Teh Java Preanger
Sesuai dengan perkembangan tuntutan pelanggan dan dalam rangka melestarikan teh
java preanger, maka MPIG Teh Java Preanger selain akan menetapkan standar mutu dan
keamanan produk IG Teh Java Preanger juga pada saatnya akan menerapkan standar
kualitas keamanan produk sesuai standar HACCP, ISO 22000, dan FSSC (ISO 22000 dan
PAS) sebagai satu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari standar mutu
dan keamanan produk IG Teh Java Preanger. Selain itu teh java preanger juga akan
diproduksi dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan/petani serta kelestarian
lingkungan hidup sesuai standar Sustainable Agriculture Network (SAN) dan standar UTZ.
Untuk itu MPIG Teh Java Preanger memerlukan dukungan sepenuhnya dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Organisasi Masyarakat Pertehan, Manajemen Perkebunan
BUMN Teh, Manajemen Perkebunan Besar Swasta (PBS) Teh, dan
Koperasi/BUMP/Gapoktan – Perkebunan Teh Rakyat. Teh Java Preanger adalah produk
teh yang berasal dari tanaman teh yang dihasilkan dari wilayah geografis Provinsi Jawa
Barat. Namun dalam penyusunan Buku Persyaratan Indikasi Geografis Teh Java
Preanger ini akan dibatasi terlebih dahulu pada wilayah geografis Kabupaten Bandung
saja; khususnya yang bersangkutan dengan wilayah geografis Perkebunan Teh PPTK
Gamboeng, Perkebunan Teh Rakyat disekitar Gambung, dan Perkebunan Teh Kanaan.
Sedangkan Pendaftaran Indikasi Geografis Teh Java Preanger yang dihasilkan selain dari
perkebunan-perkebunan tersebut diatas yang berlokasi di wilayah geografis Jawa Barat
akan disampaikan kemudian
4
I. PEMOHON DAN KELEMBAGAAN
Pemohon Indikasi Geografis Teh Java Preanger adalah :
Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Teh Java Preanger
yang selanjutnya disebut sebagai MPIG-TJP.
MPIG-TJP didirikan atas kesepakatan pelaku usaha dan organisasi masyarakat pertehan
dengan didukung Pemerintah Provinsi Jawa Barat Cq. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa
Barat serta dukungan dari Pemerintah Pusat Cq. Direktorat Jenderal Perkebunan –
Kementerian Pertanian pada tanggal 10 bulan Juli tahun 2014, namun baru mencakupi
wilayah geografis Kabupaten Bandung saja. Kemudian pada tanggal 17 Juli 2014 – MPIG
Teh Java Preanger dikembangkan cakupannya menjadi meliputi wilayah geografis
Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya pada tanggal 24 Juli 2014 dilakukan pengesahan
pendirian MPIG Teh Java Preanger Provinsi Jawa Barat.
MPIG-TJP diperkuat dengan Akte Notaris (Lampiran 1) dan pencatatannya pada Lembar
Negara diharapkan akan dapat memperkuat dan meningkatkan kemampuan organisasi
dalam melaksanakan kegiatannya.
MPIG-TJP memiliki struktur organisasi dan pengurus sebagaimana terdapat pada bagan
berikut :
5
STRUKTUR ORGANISASI
6
SUSUNAN KEPENGURUSAN LENGKAP
Dewan Pakar
Ketua : Dr. Rohayati Suprihatini, APU.
Sekertaris Ir. Yati Rahmiyati, MS.
Anggota Dr. Ir. Reginawanti Hindersah
7
Ir. Kustamiyati, MS.
Ir. Wahyu Widayat, MS.
Ir. Dini Jamia Rayati, MS.
Eko Pranoto, SP
Dewan Pengurus
Ketua Umum : Ir. H. Nugroho B. Koesnohadi
Ketua I Dr. Ir. H. Bambang Sriyadi, MS.
Ketua II H. Gunawan SH. MM.
Ketua III Drs. H. Sunarya
8
Bidang : PTPN VIII
Pengembangan Usaha Chepi Irfan Hielmy
dan Permodalan
a. Kabupaten Bandung: Endang, SH, MH. dan Wakil Ketua : H. Yayat Sudiyat
Wirasasmita
b. Kabupaten Bandung Barat : Endang Sopari
c. Kabupaten Garut : H. Supian Munawar
d. Kabupaten Ciamis: Otong
e. Kabupaten Sumedang : Edod dan Wakil Ketua : Jejen/Abah Ucin.
f. Kabupaten Sukabumi: Andi Suherlan, SH.
g. Kabupaten Cianjur : Endin Mahpudin
h. Kabupaten Tasikmalaya: H. Ena
i. Kabupaten Subang : R. Hidayat
j. Kabupaten Purwakarta : Apud Suwardie
k. Kabupaten Majalengka : Eko Waska dan Wakil Ketua : Endang
9
MPIG-TJP memiliki Seketariat yang saat ini beralamat di :
Jalan Surapati No.67 Bandung
NIA: 00001
Nama : NUGROHO B. KOESNOHADI
Tgl.lahir : 23 JUNI 1959
Alamat : KP. GIRIWANGI
RT/RW : RT 001/RW 009.
Desa : MEKARSARI.
Kecamatan : PASIRJAMBU.
Kabupaten : BANDUNG
Jabatan : KETUA UMUM
Bandung, ……….2014
Ketua Umum Pemegang
(…………………) (………………….)
KETUA UMUM
ENDANG, SH, M.H
WAKIL KETUA I
H. YAYAT S. W.
WAKIL KETUA II
RUKMANA KS
SEKRETARIS I BENDAHARA I
ROHMAT SUHANI H. WILDAN
SEKRETARIS II BENDAHARA II
DODI SURYANA TIEN SUPARTIKA
ANGGOTA
PETANI TEH RAKYAT
KABUPATEN BANDUNG
10
SUSUNAN PENGURUS MASYARAKAT PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS (MPIG) TEH
JAVA PREANGER KABUPATEN BANDUNG
MPIG-TJP Kabupaten Bandung memiliki Kartu Anggota seperti pada Gambar 4 berikut :
NIA: 00001
Nama : ENDANG, S.H, MH.
Tgl.lahir : 16 JULI 1966
Alamat : KP. TONJONG
RT/RW : RT 03/RW 30.
Desa : CIWIDEY.
Kecamatan : CIWIDEY.
Kabupaten : BANDUNG
Jabatan : KETUA UMUM
Bandung, ……….2014
Ketua Umum Pemegang
(…………………) (………………….)
MPIG-TJP Kabupaten Bandung pada saat ini memiliki anggota yang terdiri dari :
a. Petani penghasil pucuk teh segar sebanyak 50 orang dengan areal produksi seluas
52 hektar yang tergabung dalam kelompok tani Neglasari dan tergabung dalam
GAPOKTAN Karya Mandiri Sejahtera dengan total luas areal produksi sekitar 1.262
ha. Kelompok tani Neglasari dapat memproduksi pucuk daun teh segar sekitar 1 ton
pucuk teh per hari, sedangkan GAPOKTAN Karya Mandiri Sejahtera dapat
memproduksi pucuk daun teh segar sekitar 15 ton pucuk teh per hari. Daftar
Anggota Kelompok Tani Neglasari dan Daftar Kelompok Tani GAPOKTAN Karya
Mandiri Sejahtera penghasil pucuk teh segar anggota MPIG-TJP Kabupaten
11
Bandung terdapat pada Lampiran 2. Namun yang menjadi pemasok Pabrik Teh
Hijau Steaming Gambung Agro Lestari hanya 1 Kelompok Tani saja; yaitu Kelompok
Tani Neglasari yang menghasilkan sekitar 1 ton pucuk per hari atau 60 ton teh jadi
per tahun. Kelompok-kelompok tani selebihnya menjadi pemasok Pabrik Teh Hijau
Pan Firing Gambung Agro Lestari dan Pabrik Teh Hijau Pan Firing KUD Pasir
Jambu.
b. Penghasil pucuk teh segar lainnya adalah PPTK Gamboeng. Pucuk teh segar yang
dipanen untuk bahan baku Teh Putih hanya kuncup-kuncupnya saja sebanyak
kurang lebih 50 kg kuncup teh segar per hari atau 3 ton Teh Putih per tahun.
c. Kanaan adalah Perkebunan Besar Swasta yang menghasilkan pucuk segar rata-
rata sekitar 15 ton pucuk per hari yang diolah menjadi Teh Hijau Pan Firing
sebanyak 1.100 ton teh jadi per tahun.
d. Pengepul pucuk teh yang akan dibuat menjadi Teh Hijau Steaming Java Preanger
Gambung adalah Kelompok Tani Neglasari.
e. Pengepul pucuk teh yang akan dibuat menjadi Teh Hijau Pan Firing Java Preanger
Kanaan adalah Perkebunan Teh Kanaan.
f. Pengepul pucuk/kuncup teh yang akan dibuat menjadi Teh Putih Java Preanger
Gamboeng adalah Perkebunan Teh PPTK Gamboeng.
g. Pemasar Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung terdiri dari pengurus
kelompok tani yang mengumpulkan pucuk teh segar, mengangkut, dan menjualnya
ke Pabrik Pengolahan (GAL). Manajemen Pabrik Pengolahan GAL setelah
mengolahnya menjadi teh jadi kemudian menjualnya melalui PT. Kabepe Chakra
kepada PT. Unilever Indonesia.
h. Pemasar Teh Java Preanger Teh Hijau Pan Firing Negara Kanaan, pucuknya
berasal dari Perkebunan Teh Negara Kanaan dan diolah di Pabrik Teh Hijau Pan
Firing Negara Kanaan. Manajemen Pabrik Pengolahan Teh Negara Kanaan setelah
mengolahnya menjadi teh jadi kemudian menjualnya melalui PT. Kabepe Chakra
kepada PT. Unilever Indonesia.
i. Sedangkan pemasar Teh Putih Java Preanger Gamboeng, kuncupnya berasal dari
Perkebunan Teh PPTK Gamboeng dan diolah di Pabrik Teh Putih PPTK Gamboeng
yang kemudian produk Teh Putih tersebut dijual oleh Manajemen PPTK Gamboeng
kepada Importir Dubai, Importir Jepang, dan Agen Pasar Domestik seperti :
Kemchicks – Jakarta, Anna shop – Surakarta dan Kafe–Kafe di Jakarta, Bogor dan
Bandung.
j. Daftar Pengepul Pucuk Teh, Pengolah Pucuk Teh, Pemasar, dan Rantai Tata Niaga
Teh Java Preanger yang tergabung dalam MPIG Teh Java Preanger Kabupaten
Bandung terdapat pada Lampiran 3. Sedangkan Pabrik Teh Dewata, Rancabolang,
Patuhawati, Cibuni, Rancabali, Sinumbra, Pasir Malang, Kertamanah, Malabar,
Citambur, Purbasari, Sedep, Talun Santosa dan beberapa Pabrik Pengolahan teh
lainnya di Kabupaten Bandung berpotensi untuk dilakukan sertifikasi IG Teh Java
Preanger tahap berikutnya.
12
II. NAMA INDIKASI GEOGRAFIS DAN NAMA BARANG
Nama Barang Teh Java Preanger, adalah : (1) Teh Hitam, (2) Teh Hijau, dan (3) Teh
Putih.
Berdasarkan cara pengolahannya, teh hitam dibedakan menjadi dua jenis yaitu : teh hitam
orthodox dan teh hitam CTC (Crushing Tearing Curling).
Teh Hijau Steaming adalah Teh kering hasil pengolahan pucuk dan daun muda tanaman
teh (Camellia sinensis (Linnaeus) O. Kuntze) tanpa melalui proses oksidasi enzimatis
dengan menghentikan proses oksidasi enzimatis melalui proses steaming, pendinginan,
Primary Drying Tea Roller (PDTR), Tea Roller, Secondary Drying Tea Roller (SDTR),
Finally Dring Tea Roller (FDTR),Pengeringan Akhir, sortasi, dan grading sehingga layak
untuk dikonsumsi sebagai bahan minuman.
Nama jenis barang yang dimohonkan Sertifikat Indikasi Geografis dari Kementerian Hukum
13
dan HAM RI terdiri atas :
14
III. KARAKTERISTIK DAN KUALITAS PRODUK
Teh Java Preanger secara umum berasal dari pucuk berkualitas baik tanaman
Camellia sinensis var. assamica yang ditanam di Gunung/Pegunungan Jawa Barat yang
memiliki jenis tanah dan agroklimat sesuai untuk budidaya tanaman teh varietas assamica.
Gunung/Pegunungan yang terletak di wilayah geografis Jawa Barat tersebut mempunyai
ketinggian mulai dari 600 m dpl keatas, dengan suhu berkisar antara 13 – 25 oC dan curah
hujan tahunan lebih dari 2.000 mm dengan bulan basah minimal 9 (sembilan) bulan setiap
tahunnya, serta kelembaban relatif (RH) lebih dari 70 %.
Karakteristik Teh Java Preanger berdasarkan hasil uji organoleptik lebih terletak pada
kekhasan rasa/taste/aroma air seduhan produk teh yang berasal dari lokasi
kebun/tanaman teh yang bersangkutan di Gunung/Pegunungan Jawa Barat. Hasil uji air
seduhannya harus dapat mencapai syarat mutu baik sampai dengan sangat baik. Uji
organoleptik hanya dapat dilakukan oleh Tea Taster yang sudah ahli dan profesional.
Contoh :
Selain itu Teh Java Preanger juga harus dapat memenuhi standar uji organoleptik lainnya,
standar uji kimia, standar uji logam berat, dan standar uji mikrobiologi. uji kimia, uji logam
berat, dan uji mikrobiologi hanya dapat dilakukan di Laboratorium terakreditasi.
Sumber daya manusia Jawa Barat yang telah mendapatkan alih ilmu pengetahuan dan
tehnologi pembudidayaan tanaman teh dan cara pengolahannya dari Pengusaha
Perkebunan Teh Belanda, PPTK, dan Pemerintah Indonesia (Dinas Perkebunan Provinsi
Jawa Barat/Dinas Perkebunan Kabupaten Teh Jawa Barat) sehingga dapat menjadi faktor
manusia yang mampu memproduksi the best quality and the cleanest tea in the world
atau yang disebut dengan Teh Java Preanger sebagai Teh Premium.
15
3.1. Standar Kualitas dan Metode Pengujian
16
3.2. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Java Preanger
3.2.1. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung
Tabel 2. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung
Keterangan : * Khas taste/aroma Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung adalah :
- Thick Astringent
- Brish after tasted
- Steamed Peanut Aroma
Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung terlampir
(Lampiran 4)
17
3.2.2. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan
Tabel 3. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan
No Parameter Satuan Hasil Uji Cara pengujian
I Standar Uji Organoleptik
1 Kenampakan Teh Kering Baik Organoleptik
2 Warna Air Seduhan Baik Organoleptik
3 Rasa Air Seduhan * Baik Organoleptik
4 Ampas Seduhan Baik Organoleptik
II Standar Uji Kimia
1 Water Ekstract (b/b) % 35,78 SNI 01-3836-2000 point 5.4 dan atau ISO
9768
2 Ash Content (b/b) % 6,19 SNI 01-2891-1992 point 6.1 Cara Uji
Makanan & Minuman dan atau ISO 1575
3 Water Soluble Ash (b/b) % 58,30 SNI 01-3836-2000 dan atau ISO 1576
4 Alkalinity (b/b) % 1,99 SNI 01-3836-2000 dan atau ISO 1578
5 Ash insoluble in acid % 0,13 SNI 01-2891 : 1992 point 6.3 dan atau
ISO 1577
6 Anthraquinone mg/kg 0,01 ASU L00.00-34, DFG-S19, GC-MSD
III Standar Uji Logam Berat
1 Arsenic (As) mg/kg Less than AOAC 993. 14 AOAC 999.10; LBFD-07445
0,07 dan atau HK.00.06.1.52.4011
2 Mercury (Hg) mg/kg Not AOAC 999.10 AOAC 999.10 ; LBFD-07445
detected dan atau HK.00.06.1.52.4011
3 Copper (Cu) mg/kg 13,90 AOAC 993.14 & AOAC 999.10 AOAC
999.10 ; LBFD-07445 dan atau
HK.00.06.1.52.4011
4 Tin (Sn) mg/kg Not AOAC 993.14 AOAC 999.10 ; LBFD-07445
detected dan atau HK.00.06.1.52.4011
5 Lead (Pb) mg/kg 0,19 AOAC 993.14 AOAC 999.10 ; LBFD-07445
dan atau HK.00.06.1.52.4011
IV Standar Uji Mikrobiologi
1 Coliform MPN/gram <3 USFDA/CFSAN/BAM online, chapter 4,
September 2002 dan atau
HK.00.06.1.52.4011
Keterangan : * Khas taste/aroma Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan adalah :
- Nice Astringent
- Citrus Flower Aroma
Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan terlampir (Lampiran
5)
18
3.2.3. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Putih Java Preanger Gamboeng
Tabel 4. Hasil Uji Standar Kualitas Teh Putih Java Preanger Gamboeng
Hasil Uji Standar Kualitas Teh Putih Java Preanger Gamboeng terlampir (Lampiran 6)
19
3.3. Kelas Mutu
3.3.1. Perbandingan Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java Preanger
Gambung dengan Standar Kualitas Teh Java Preanger dengan Standar
Kualitas Teh Java Preanger.
Tabel 5. Perbandingan Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Steaming Java
Preanger Gambung dengan Standar Kualitas Teh Java Preanger.
No Parameter Satuan Syarat Mutu Hasil Uji Cara pengujian Ket
Keterangan : * Khas taste/aroma Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung adalah :
- Thick Astringent
- Brish after tasted
- Steamed Peanut Aroma
20
3.3.2. Perbandingan Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Pan Firing Java Preanger
Kanaan dengan Standar Kualitas Teh Java Preanger.
Tabel 6. Perbandingan Hasil Uji Standar Kualitas Teh Hijau Pan Firing Java Preanger
Kanaan dengan Standar Kualitas Teh Java Preanger.
2 Ash Content (b/b) % 4,00 -8,00 6,19 SNI 01-2891-1992 point 6.1 Cara OK
Uji Makanan & Minuman dan atau
ISO 1575
3 Water Soluble Ash (b/b) % Min 45 58,30 SNI 01-3836-2000 dan atau ISO OK
1576
4 Alkalinity (b/b) % 1,00 - 3,00 1,99 SNI 01-3836-2000 dan atau ISO OK
1578
5 Ash insoluble in acid % Maks 1,00 0,13 SNI 01-2891 : 1992 point 6.3 dan OK
atau ISO 1577
6 Anthraquinone mg/kg 0.02 0,01 ASU L00.00-34, DFG-S19, GC-MSD OK
III Standar Uji Logam Berat
1 Arsenic (As) mg/kg Maks 1,00 Less than AOAC 993. 14 AOAC 999.10; LBFD- OK
0,07 07445 dan atau
HK.00.06.1.52.4011
2 Mercury (Hg) mg/kg Maks 0,03 Not AOAC 999.10 AOAC 999.10 ; LBFD- OK
detected 07445 dan atau
HK.00.06.1.52.4011
3 Copper (Cu) mg/kg Maks 150,00 13,90 AOAC 993.14 & AOAC 999.10 OK
AOAC 999.10 ; LBFD-07445 dan
atau HK.00.06.1.52.4011
4 Tin (Sn) mg/kg Maks 40,00 Not AOAC 993.14 AOAC 999.10 ; LBFD- OK
detected 07445 dan atau
HK.00.06.1.52.4011
5 Lead (Pb) mg/kg Maks 2,00 0,19 AOAC 993.14 AOAC 999.10 ; LBFD- OK
07445 dan atau
HK.00.06.1.52.4011
IV Standar Uji Mikrobiologi
1 Coliform MPN/gram <3 <3 USFDA/CFSAN/BAM online, OK
chapter 4, September 2002 dan
atau HK.00.06.1.52.4011
Keterangan : * Khas taste/aroma Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan adalah :
- Nice Astringent
- Citrus Flower Aroma
21
3.3.3. Perbandingan Hasil Uji Standar Kualitas Teh Putih Java Preanger Gamboeng
dengan Standar Kualitas Teh Java Preanger.
Tabel 7. Perbandingan Hasil Uji Standar Kualitas Teh Putih Java Preanger
Gamboeng dengan Standar Kualitas Teh Java Preanger.
22
dan 107O30’52,460” Bujur Timur (BT). Pucuknya berasal dari seputaran kebun teh
PPTK Gambung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pusat penelitian teh dan kina
(PPTK) secara geografis berada di Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu,
Gambung, Kabupaten DT. II Bandung. Letak astronomis PPTK pada 107º29’32” -
107º31’11” BT dan 07º07’18” - 07º09’11” LS. Secara administrasi PPTK berbatasan
dengan:
Timur : Desa Lumajang
Barat : Desa Cisondari
Selatan : Desa Wanasari, Pengalengan
Utara : Desa Cibodas
Pusat Penelitian Teh dan Kina memiliki ketinggian ± 1.350 mdpl, dengan topografi
bergelombang dan berbukit. Jenis tanah adalah Andisol, curah hujan rata-rata 3000
mm/tahun, suhu rata-rata sekitar 17-28°C, kemiringan lahan berkisar 20-70%. Luas
kebun percobaan Gambung adalah ± 658,77 ha yang terbagi menjadi dua afdeling
yaitu afdeling Utara (11 blok) dan afdeling selatan (10 blok). Berdasarkan Sistem
Taksonomi Tanah (USDA, 1998) jenis tanah di KP. Gambung terbagi menjadi 3
jenis, yaitu Andisol, Inceptisol dan Entisol. Adapun pembagian klasifikasi tanah
berdasarkan kelas kemiringan lereng dan bahan induk dibagi dalam 6 SPT (Satuan
Peta Tanah) adalah :
Typic Udipsamment termasuk ke dalam jenis tanah Entisol (Soil Survey Staff,
1999), dengan ciri memiliki tekstur lempung kasar sebesar < 35%, mempunyai
solum dalam dan tidak memiliki sifat lain. Typic Melanudand tergolong dalam ordo
23
Andisol dengan ciri memiliki epipedon melanik. Typic Hapludand merupakan
Hapludand yang memiliki sifat dan ciri lain dari Melanudand. Typic Dystrudept
termasuk dalam ordo Inceptisol yang mempunyai horison bawah penciri kambik
dan memiliki kelembaban tanah udik (lembab). Humic Dystrudept merupakan
Dystrudept dengan kandungan bahan organik (humus) tinggi dan smempunyai sifat
epipedon umbrik atau molik (Soil Survey Staff, 1999).
Status hara N tanah Kebun PPTK Gambung adalah : 9,52% sedang dan 90,48%
tinggi dengan status N daun 50,00% sangat rendah, 33,33% rendah, dan 16,67%
24
sedang. Dari hasil analisis tanaman tahun 2014 Nitrogen di blok-blok kebun PPTK
Gambung menunjukkan N daun 16,67% sedang. Hal ini menunjukkan pada blok
tersebut sebagian besar menunjukan keadaan tanaman yang belum cukup dalam
kebutuhan akan N dan berpotensi terjadi defisiensi N sehingga keadaan hara pada
tanaman perlu diperbaiki supaya pertumbuhan tanaman tidak terganggu. Tanaman
yang mengalami defisiensi hara N yaitu sekitar 83,33% pertumbuhannya akan
melambat dan pada tanaman teh menyebabkan lebih banyak tumbuh pucuk burung
yang akan mengganggu produktivitas tanaman. Blok-blok kebun yang memiliki
status hara N contoh daun pewakil sangat rendah menunjukkan keadaan hara N
pada blok tersebut sudah mencapai titik kritis, pertumbuhan tanaman akan mulai
melambat dan akan terhenti apabila status haranya tidak segera diperbaiki. Blok-
blok kebun yang memiliki status N daun rendah sampai sangat rendah terjadi
akibat penyerapan N oleh tanaman masih rendah, sehingga perlu perhatian yang
serius terhadap pupuk N untuk mendukung pertumbuhan tanaman supaya optimal.
Status hara P tanah kebun PPTK Gambung adalah 90,48% sangat rendah, 4,76%
rendah, dan 4,76% sedang dengan status P daun adalah : 50,00% sangat rendah,
33,33% rendah, dan 16,67% sedang. Blok-blok di kebun PPTK Gambung yang
memiliki status hara P daun rendah menunjukkan pada blok tersebut sudah mulai
terjadi defisiensi P sehingga perlu perhatian untuk memperbaiki penyerapan P oleh
tanaman. Tanaman yang mengalami defisiensi hara P mengakibatkan
melambatnya pertumbuhan dan akibat lanjut tanaman akan mengerdil hal ini akan
mengganggu produktivitas tanaman. Blok-blok kebun yang status P daun sedang
menunjukkan penyerapan P oleh tanaman masih perlu ditingkatkan untuk
mendukung pertumbuhan tanaman supaya optimal.
Status hara K-dapat ditukarkan (K-dd) tanah Kebun PPTK Gambung adalah :
4,76% sangat rendah dan 95,24% sangat tinggi dengan status K daun adalah :
100% sangat rendah. Blok-blok Kebun PPTK Gambung dengan status K daun
100% sangat rendah menunjukkan tanaman pada blok tersebut sudah mulai terjadi
defisiensi K dan berada pada titik kritis sehingga keadaan hara perlu mulai
diperhatikan, penyerapan K oleh tanaman perlu diperbaiki supaya pertumbuhan
tanaman tidak terganggu. Kesuburan aktual K tersedia tanah yang hampir
keseluruhan (95,24%) sangat tinggi merupakan status tanah yang cukup baik.
Namun apabila melihat status hara daunnya yang rendah dan sangat rendah
kemungkinan jumlah pupuk yang diberikan tidak seimbang atau penyerapannya
tidak efisien dan efektif. Penyerapan unsur hara K bersinergis dengan unsur hara N
dan bersifat antagonis dengan unsur hara Mg. Oleh karena itu pemberian unsur
hara harus dilakukan secara seimbang dan berkecukupan.
Kebun PPTK Gambung memiliki status hara Mg tanah : 4,76% sangat rendah,
52,38% rendah, 19,05% sedang, dan 23,81% tinggi dengan status hara Mg daun
adalah 100% sangat tinggi. Blok-blok kebun yang memiliki status hara Mg daun
keseluruhan (100%) sangat tinggi sementara unsur hara lainnya tidak demikian
menunjukkan bahwa keseimbangan pupuk yang diberikan belum terpenuhi,
sehingga unsur hara yang diserap oleh tanaman tidak seimbang dan didominasi
oleh salah satu unsur hara saja. Akan tetapi untuk menjaga keseimbanagan hara,
pupuk Mg masih tetap perlu diberikan.
25
3.4.2. Teh Hijau Steaming
Teh hijau Steaming diolah di pabrik teh dengan koordinat 07O08’41,322” Lintang
Selatan (LS) dan 107O30’50,125” Bujur Timur (BT). Pucuknya berasal dari
seputaran kebun teh kelompok tani Neglasari, Pangalengan, Jawa Barat.
Berdasarkan profil tanah yang diambil pada koordinat 107O31’57.032” BT dan
07O10’55.623” LS. diperoleh informasi bahwa ordo tanahnya diperkirakan Andisol.
Tanah Andisol secara umum mempunyai Bahan induk berupa abu dan tufa volkan
intermidier atau bahan vulkanik tak-padu (“unconsolidated”). Fisiografi berupa lungur
volkan dengan bentuk wilayah berombak sampai berbukit. Mineral lempung (Clay
mineral) tanah andosol terutama ialah alofan (Alophane), disamping sedikit haloisit
dan gibsit, sehingga diduga pelapukan mineral mengikuti urutan : gelas vulkan-
gibsit-alofan dehidratasi haloisit. Menurut Munir (1995) Andisols berasal dari bahan
induk abu vulkanik, yang banyak mengandung gelas volkanik yang amorf, sedikit
feldspar, dan sejumlah kuarsa. Abu vulkan yang berasal dari gunung api di
Indonesia umumnya bersifat andesitik sampai basalt sehingga banyak mengandung
basa-basa dan unsur hara mikro (Hardjowigeno, 1993). Tanah ini umumnya
didominasi oleh mineral amorf seperti alofan, imogilit, besi dan aluminium
oksida/hidroksida. Deskripsi Profil Permukaan Tanah :
Kebun Neglasari terdapat pada ketinggian 1498 – 1520 m dpl dengan kemiringan
kereng 15-20% dan ditanami dominan oleh klon TRI 2025 dan 2024. Hasil analisa
tanah dan tanaman ditampilkan pada Gambar 7 dan 8 berikut.
26
Gambar 7. Hasil Analisa Tanah Neglasari
Untuk menunjang pertumbuhan tanaman status hara N daun harus dalam keadaan
optimal, kadar hara N pada tanaman minimal harus berada dalam status sedang
27
(3,11%-3,50%). Blok-blok kebun yang memiliki status hara N tanah sedang namun
status N daunnya rendah atau sangat rendah menunjukkan pupuk N yang diberikan
belum dapat diserap oleh tanaman dengan optimal. Blok-blok kebun yang tanaman-
nya memiliki status hara N daun rendah atau sangat rendah memerlukan pasokan
pupuk yang cukup dan penyerapan yang efektif supaya suplai N pada tanaman
meningkat. Kebun teh rakyat kelompok tani Neglasari memiliki kadar N-total tanah
sangat tinggi akan tetapi kadar N tanaman sedang. Hal ini berarti masih terdapat
potensi unsur hara Nitrogen yang dapat diserap tanaman karena masih terdapat
sumber-sumber Nitrogen yang berasal dari bahan organik atau biomassa.
Status hara P daun menunjukkan kecukupan kadar hara P pada daun yang diserap
tanaman dari tanah maupun pupuk. Status hara P daun tinggi atau sedang
menunjukkan P pada tanaman cukup baik untuk mendukung pertumbuhan tana-
man. Status hara P daun rendah menunjukkan sudah mulai terjadi defisiensi P pada
tanaman. Status hara P daun sangat rendah menunjukkan hara P pada daun sudah
mencapai titik kritis pada kadar hara tersebut pertumbuhan tanaman mulai
melambat dan dapat terhenti. Untuk menunjang pertumbuhan tanaman status hara
P daun harus dalam keadaan optimal, kadar hara P pada tanaman minimal berada
dalam status sedang.
Unsur hara P2O5 tersedia pada kebun teh rakyat kelompok tani Neglasari tergolong
sangat rendah karena ordo tanahnya adalah Entisol. Entisol merupakan tanah yang
baru berkembang, sehingga unsur-unsur hara masih berbentuk tidak tersedia
karena berada pada ikatan kompleks mineral-mineral primer tanah. Untuk
meningkatkan ketersediaan hara P maka peranan bahan organik sangat penting.
Bahan organik dapat diberikan di sekitar pohon bersama pupuk P karena pupuk P
tidak bersifat mobil sehingga tidak mudah hilang/tercuci di dalam tanah. Efektivitas
penyerapan pupuk dapat ditingkatkan dengan cara aplikasi pupuk P sekitar daerah
akar aktif tanaman. Bahan organik yang berasal dari seresah pangkasan akan
sangat membantu mengurangi retensi P pada mineral kompleks karena asam-asam
organik akan membantu pelapukan mineral. Selain itu penggunaan mikroba/bakteri
pelarut fosfat (BPF) juga dapat diaplikasikan.
Status hara K daun menunjukkan tingkat kesehatan tanaman dan kecukupan kadar
28
hara K yang diserap tanaman dari tanah maupun pupuk. Status hara K daun tinggi
atau sedang menunjukkan K pada tanaman cukup baik untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Status hara K daun rendah menunjukkan sudah mulai
terjadi defisiensi K pada tanaman. Status hara K daun sangat rendah menunjukkan
hara K pada daun sudah mencapai titik kritis dan pada keadaan tersebut
pertumbuhan tanaman mulai melambat dan dapat terhenti. Kadar hara K yang dapat
ditukarkan (K-dd) dan kadar K daun pada kebun teh rakyat kelompok tani Neglasari
tergolong sangat rendah. Untuk menunjang pertumbuhan tanaman status hara K
daun harus dalam keadaan optimal, kadar hara K pada tanaman minimal berada
dalam status sedang. Peningkatan serapan K pada tanaman juga dapat dilakukan
dengan aplikasi mikroba/bakteri pelarut kalium (BPK).
Teh hijau Pan Firing diolah di pabrik teh dengan koordinat 07O08’35,280” LS dan
107O19’20,300” BT. Pucuknya berasal dari kebun di seputaran kebun Nagara
Kanaan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ketinggian tempat Kebun Nagara
Kanaan 1350 – 1500 m dpl dengan ordo tanah yang dominan adalah Andisol.
Tanah Andisol secara umum mempunyai Bahan induk berupa abu dan tufa volkan
intermidier atau bahan vulkanik tak-padu (“unconsolidated”). Fisiografi berupa lungur
volkan dengan bentuk wilayah berombak sampai berbukit. Mineral lempung (Clay
mineral) tanah andosol terutama ialah alofan (Alophane), disamping sedikit haloisit
dan gibsit, sehingga diduga pelapukan mineral mengikuti urutan : gelas vulkan-
gibsit-alofan dehidratasi haloisit. Menurut Munir (1995) Andisols berasal dari bahan
induk abu vulkanik, yang banyak mengandung gelas volkanik yang amorf, sedikit
feldspar, dan sejumlah kuarsa. Abu vulkan yang berasal dari gunung api di
Indonesia umumnya bersifat andesitik sampai basalt sehingga banyak mengandung
basa-basa dan unsur hara mikro (Hardjowigeno, 1993). Tanah ini umumnya
didominasi oleh mineral amorf seperti alofan, imogilit, besi dan aluminium
oksida/hidroksida. Berdasarkan hasil analisa tanah tanggal 7 Januari 2014,
diperoleh informasi sebagai berikut.
29
Gambar 10. Presentase hasil analisis tanaman Kanaan
Status hara N tanah Kebun Nagara Kanaan adalah : 4,76% sedang, 28,57% tinggi,
dan 66,67% sangat tinggi dengan status N daun 30,00% sangat rendah, 50,00%
rendah, dan 20,00% sedang. Dari hasil analisis tanaman tahun 2014 Nitrogen di
blok-blok kebun Nagara Kanaan menunjukkan N daun 4,76% sedang. Hal ini
menunjukkan pada blok tersebut sebagian besar menunjukan keadaan tanaman
yang belum cukup dalam kebutuhan akan N dan berpotensi terjadi defisiensi N
sehingga keadaan hara pada tanaman perlu diperbaiki supaya pertumbuhan
tanaman tidak terganggu. Tanaman yang mengalami defisiensi hara N
pertumbuhannya akan melambat dan pada tanaman teh menyebabkan lebih banyak
tumbuh pucuk burung yang akan mengganggu produktivitas tanaman. Blok-blok
kebun yang memiliki status hara N contoh daun pewakil sangat rendah
menunjukkan keadaan hara N pada blok tersebut sudah mencapai titik kritis,
pertumbuhan tanaman akan mulai melambat dan akan terhenti apabila status
haranya tidak segera diperbaiki. Blok-blok kebun yang memiliki status N daun
rendah sampai sangat rendah terjadi akibat penyerapan N oleh tanaman masih
rendah, sehingga perlu perhatian yang serius terhadap pupuk N untuk mendukung
pertumbuhan tanaman supaya optimal.
Status hara P tanah kebun Nagara Kanaan adalah 95,24% sangat rendah dan
4,76% rendah dengan status P daun adalah : 5,00% sangat rendah, 55,00%
rendah, 35,00% sedang, dan 5,00% tinggi. Blok-blok di kebun Nagara Kanaan yang
memiliki status hara P daun rendah menunjukkan pada blok tersebut sudah mulai
terjadi defisiensi P sehingga perlu perhatian untuk memperbaiki penyerapan P oleh
tanaman. Tanaman yang mengalami defisiensi hara P mengakibatkan melambatnya
pertumbuhan dan akibat lanjut tanaman akan mengerdil hal ini akan mengganggu
produktivitas tanaman. Blok-blok kebun yang status P daun sedang menunjukkan
penyerapan P oleh tanaman masih perlu ditingkatkan untuk mendukung
pertumbuhan tanaman supaya optimal.
30
bentuk Al-P. Untuk mengurangi fiksasi P oleh Al peranan bahan organik sangat
penting. Bahan organik dapat diberikan di sekitar pohon bersama pupuk P karena
pupuk P tidak bersifat mobil sehingga tidak mudah hilang/tercuci di dalam tanah.
Efektivitas penyerapan pupuk dapat ditingkatkan dengan cara aplikasi pupuk P
sekitar daerah akar aktif tanaman. Bahan organik yang berasal dari seresah
pangkasan akan sangat membantu mengurangi fiksasi P oleh Al karena P yang
diikat oleh bahan organik akan mudah tersedia kembali untuk tanaman dibanding P
yang terfiksasi oleh Al. Selain itu penggunaan mikroba/bakteri pelarut fosfat (BPF)
juga dapat diaplikasikan.
Status hara K-dapat ditukarkan (K-dd) tanah Kebun Nagara Kanaan adalah : 100%
sangat tinggi dengan status K daun adalah : 75,00% sangat rendah dan 25,00%
rendah. Blok-blok Kebun Nagara Kanaan dengan status K daun 100% rendah
sampai sangat rendah menunjukkan tanaman pada blok tersebut sudah mulai
terjadi defisiensi K dan berada pada titik kritis sehingga keadaan hara perlu mulai
diperhatikan, penyerapan K oleh tanaman perlu diperbaiki supaya pertumbuhan
tanaman tidak terganggu. Kesuburan aktual K tersedia tanah yang keseluruhan
(100%) sangat tinggi merupakan status tanah yang cukup baik. Namun apabila
melihat status hara daunnya yang rendah dan sangat rendah kemungkinan jumlah
pupuk yang diberikan tidak seimbang atau penyerapannya tidak efisien dan efektif.
Penyerapan unsur hara K bersinergis dengan unsur hara N dan bersifat antagonis
dengan unsur hara Mg. Oleh karena itu pemberian unsur hara harus dilakukan
secara seimbang dan berkecukupan.
Kebun Nagara Kanaan memiliki status hara Mg tanah : 28,57% rendah, 52,38%
sedang, 4,76% tinggi, dan 14,29% sangat tinggi dengan status hara Mg daun
adalah 5,00% rendah, 15,00% sedang, 20,00% tinggi dan 60,00% sangat tinggi.
Blok-blok kebun yang memiliki status hara Mg tanah tinggi atau sedang namun
status Mg daunnya rendah atau sangat rendah menunjukkan bahwa keseimbangan
pupuk yang diberikan belum terpenuhi, sehingga unsur hara yang diserap oleh
tanaman tidak seimbang dan didominasi oleh salah satu unsur hara saja. Akan
tetapi untuk menjaga keseimbanagan hara, pupuk Mg masih tetap perlu diberikan.
Blok-blok kebun yang tanamannya memiliki status hara Mg rendah atau sangat
rendah, memerlukan pasokan pupuk yang cukup dan penyerapan yang efektif
supaya suplai Mg pada tanaman meningkat.
31
IV. SEJARAH WILAYAH DAN TEH JAVA PREANGER
Wilayah Priangan yang menjadi lokasi budidaya Teh Java Preanger secara
administratif berlokasi di Provinsi Jawa Barat; yang secara geografis terletak di
antara 5 o 50' – 7 o 50' Lintang Selatan dan 104 o 48' – 108 o 48' Bujur Timur.
Jawa Barat memiliki iklim tropis dengan suhu terendah tercatat 9 oC yaitu di puncak
Gunung Pangrango dan suhu tertinggi tercatat 34 oC di daerah pantai utara.
Curah hujan rata-rata tahunan di Jawa Barat mencapai 2.000 mm/tahun, namun di
beberapa daerah pegunungan bisa mencapai 3.000 - 5.000 mm/tahun.
Proses geologi yang terjadi jutaan tahun lalu menyebabkan Provinsi Jawa Barat
dengan luas 3,7 juta hektar terbagi menjadi sekitar 60 % daerah bergunung dan
pegunungan dengan ketinggian antara 500–3.079 m diatas permukaan laut (dpl.)
dan 40 % daerah dataran yang memiliki variasi tinggi antara 0–500 m dpl.
Wilayah pegunungan umumnya menempati bagian tengah dan selatan Jawa Barat.
Pada bagian tengah dapat ditemukan Gunung-Gunung berapi aktif seperti Gunung
Salak (2.211 m), Gede-Pangrango (3.019 m), Ciremai (3.078 m) dan Tangkuban
Perahu (2.076). Selain itu juga dapat ditemukan deretan pegunungan yang sudah
tidak aktif seperti Gunung Halimun (1.744 m), Gn. Ciparabakti (1.525 m) dan Gn.
Cakrabuana (1.721 m).
32
Menurut Balai Dinas Pengelolaan Air Provinsi Jawa Barat, di Jawa Barat terdapat
40 sungai yang berarti ada 40 Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS-DAS tersebut
dikelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok DAS. Kelompok yang memiliki
area terluas adalah DAS Citarum disusul kemudian oleh Kelompok DAS Cisadane-
Cimandiri.
Aspek iklim menunjukkan Jawa Barat merupakan daerah hampir selalu basah
dengan curah hujan berkisar antara 1.000 - 5.000 mm/tahun, dengan pengecualian
untuk daerah pesisir yang berubah menjadi kering pada musim kemarau.
Pada daerah Selatan dan Tengah, intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah Utara. Sementara untuk Daerah Aliran Sungai (DAS), bagian Utara
menjadi muara bagi beberapa sungai besar seperti Citarum, Cimanuk, Ciliwung dan
Cisadane. Sedangkan di Selatan terdapat lebih sedikit sungai besar yang mengalir
ke arah Samudra Hindia, yaitu Citanduy dan Cimandiri. Keadaan berbeda juga
ditemukan pada perairan laut yang membatasi Jawa Barat. Daerah Utara
berbatasan dengan Laut Jawa dengan perairan dangkal, sementara di Selatan
bersebelahan dengan Samudra Hindia yang memiliki perairan dalam.
Teh Java Preanger, pada dasarnya adalah teh yang dibudidayakan di wilayah
dataran tinggi Jawa Barat, dengan ketinggian tempat mulai 600 m dpl., yang
secara agroklimat cocok untuk budidaya tanaman teh.
Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan mutu teh yang
dihasilkan. Ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan
tanaman teh dan proses pembentukan daun teh serta tingkat serangan
hama/penyakit tanaman.
Tanaman teh (Camellia sinensis L.) pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1648,
berupa biji teh sinensis dari Jepang yang dibawa oleh seorang berkebangsaan
33
Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di daerah
Tijgersgracht (elite) Batavia atau Jakarta sekarang.
Andreas Cleyer, dalam sejarah Indonesia
dikenal sebagai seorang pegawai VOC
(Vereenigde Oostindische Compagnie),
ahli botani, dokter, dan pengajar. Pada
perkembangan karier selanjutnya, ia menjadi
pedagang mewakili VOC di Dejima, Jepang, dan
menjadi salah seorang japanolog Eropa
pertama.
F. Valentijn; seorang rahib juga melaporkan
tahun 1694 bahwa ia melihat tanaman teh
sinensis di halaman rumah gubernur jenderal
Gambar 11. Joannes Camphuys, Gubernur Hindia Belanda, Joannes Camphuys, di
Hindia Belanda ke-15
Batavia.
Pada abad ke-18 mulai berdiri pabrik-pabrik pengolahan (pengemasan) teh yang
didukung VOC. VOC adalah Kongsi Perdagangan Hindia Timur yang didirikan
pada tanggal 20 Maret 1602 merupakan persekutan dagang asal Belanda yang
memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia.
Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Kebun Raya Bogor sebagai kebun
botani pada tahun 1817. Pada tahun 1826 tanaman teh melengkapi koleksi Kebun
Raya Bogor, diikuti pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa
Barat. Dari sini dicoba penanaman teh dalam skala luas di Wanayasa (Purwakarta)
dan lereng Gunung Raung (Banyuwangi).
Karena percobaan ini dianggap berhasil, mulailah
dibangun perkebunan skala besar yang dipelopori oleh
Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson,
seorang ahli teh, pada tahun 1828 di Jawa.
Ini terjadi pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal van den Bosch. Teh pun menjadi salah satu
tanaman yang dimasukkan dalam Cultuurstelsel.
Teh kering olahan dari Jawa tercatat pertama kali
diterima di Amsterdam tahun 1835. Setahun berikutnya, Gambar 12. Graaf Johannes van den
Bosch. Lukisan potret dibuat
dilakukan swastanisasi perkebunan teh. oleh Raden Saleh.
Teh jenis asamica mulai masuk ke Indonesia (Jawa) didatangkan dari Sri Lanka
(Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung,
Jawa Barat (sekarang menjadi lokasi Pusat Penelitian Teh dan Kina). Karena
sangat cocok dan produksinya lebih tinggi, secara berangsur pertanaman
34
teh sinensis diganti dengan teh assamica. Varietas asamica ini yang menjadikan
teh sebagai “komoditas emas” dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia
berkembang semakin luas.
Di awal abad XX kualitas teh dari P. Djawa adalah yang terbaik mutunya di
seluruh dunia, ini berkat jasa para Preanger Planters yang mengembangkannya.
Teh menjadi komoditas ekspor unggulan yang mendatangkan banyak keuntungan
besar dan tentu saja uang. Dengan uang, para pemilik perkebunan mampu
melakukan apa saja, di antaranya ada yang lebih memilih untuk mendermakan
sebagian hartanya bagi kemakmuran rakyat banyak.
Terdapat 5 (lima) Thee Jonkers van Preanger atau Preanger Thee Planters
yang termahsyur di Nusantara : (1) GLJ van der Hucht (2) KF Holle (3) AW Holle
(4) RE Kerkhoven (5) KAR Bosscha.
35
Guillaume Louis Jacques (G. L. J.) van der Hucht; pionir Preanger Planters
yang membawa seluruh keluarganya dari Belanda untuk mengadu nasib di
Nusantara.
Gambar 15. Seorang petani mengangkut hasil teh untuk dibawa ke pabrik Parakansalak - diambil
pada Agustus 1935.
36
Gambar 16. Merek teh Parakansalak pada masa Hindia Belanda.
Gambar 17. Proses pengeringan teh di Parakansalak pada masa Hindia Belanda
37
Karel Frederik Holle tiba ke Hindia Belanda
bersama kedua orang tuanya pada usia 14
tahun. Pada tahun 1846 ia mengawali karirnya
sebagai pegawai kantor pemerintah hingga
sepuluh tahun kemudian mengundurkan diri
untuk bisa mengurus perkebunan teh
“Waspada” di Garut. Holle memang berasal dari
keluarga Hucht yang telah merintis usaha
perkebunan di Priangan sejak tahun 1844. Holle
menguasai dua lahan perkebunan di Limbangan
bernama Waspada I seluas 148 bahu yang
didirikan 3 Januari 1865 dan Waspada II seluas
50 bahu yang didirikan tanggal 29 April 1868.
38
Holle juga menerbitkan buku-buku pelajaran
berbahasa Sunda. Tak heran karena aktivitasnya
tersebut K.F. Holle diangkat sebagai Penasihat
Urusan Dalam Negeri Hindia Belanda.
Gambar 21. Proses Penjemuran Daun Teh di Perkebunan Waspada Garut 1860 -1890
39
Adriaan Walraven Holle, saudara dari K.F. Holle, adalah manajer perkebunan di
Parakansalak Soekaboemen (Sukabumi) milik GLJ van der Hucht. Jika bukan
karena kulitnya yang putih, mungkin A.W. Holle akan disangka sebagai Pribumi. Ia
begitu cinta pada musik Sunda dan sangat mahir bermain rebab. Berkat jasanya,
Gamelan Sari Oneng bisa melanglang buana ke peresmian Menara Eiffel (1889)
dan World Exhibitions (1893) di US.
A.W. Holle en zijn zoon, in 1877 gefotografeerd door de Naast de in dit artikel genoemde fraaie foto van moeder en
Parijse fotograaf Waléry (collectie mevrouw Dames-Holle). dochter (die staat afgedrukt in het Jaarboek van het
Centraal Bureau voor Genealogie 42 (1988) 198) werd
dezelfde dag door dezelfde fotograaf deze niet minder
fraaie foto gemaakt van A.W. Holle's echtgenote alleen
(collectie mevrouw Dames-Holle).
Gambar 22. Keluarga A.W. Holle
Gambar 23. Parakan Salak met de woning van A.W. Holle rond 1870
40
Gambar 24. Adriaan Walraven Holle, Administratur Perkebunan Parakan Salak-Sukabumi,
sedang memainkan rebab mengiringi gamelan Sunda Sarioneng (1860)
Gamelan Sari Oneng dulunya dipesan Adriaan Walrafen Holle, yang menjadi
administratur perkebunan teh di Parakan Salak, Sukabumi, sejak 1857. Minatnya
terhadap seni dan budaya Sunda itu menuntunnya untuk belajar hingga mahir
memainkan rebab. Secara bertahap, ia memesan gamelan dari Sumedang dan
ancak atau tempatnya dari perajin kayu di Thailand. Total Holle punya lima set
gamelan.
Oleh administratur perkebunan teh Parakan Salak pengganti Holle, Gustaf Mundt,
koleksi gamelan itu diangkut ke sejumlah negara untuk memeriahkan pameran teh,
kopi, dan kakao, yang merupakan komoditas andalan Belanda saat itu. Dua set
gamelan diboyong ke pameran di Belanda pada 1883. Sejak itu semuanya tak
pernah kembali lagi ke Sukabumi. Salah satunya disimpan di museum Leiden,
Belanda.
Dua set gamelan Sari Oneng dengan puluhan pemain atau nayaga dan penari pada
1889 diangkut kapal laut ke Parijs, Prancis. Misi dagang yang dibalut seni budaya
dari Hindia Belanda itu ikut memeriahkan peresmian menara Eiffel. Satu gamelan
dimiliki museum musik di Prancis, satu set gamelan lagi kembali ke Sukabumi.
Gamelan itu kini disimpan di Museum (Prabu Geusan Ulun) Sumedang.
41
Rudolf Eduard Kerkhoven adalah perintis
perkebunan teh di Gamboeng dan Malabar.
Varian Assamica yang menjadikan teh
sebagai komoditas emas.
42
Gambar 28. Gamboeng 1889. V.l.n.r. RU, Rudolp, Emile, Jenny met Bertha op schoot,
en Edu Kerkhoven
Gambar 29. Gamboeng, - 1909. Bertha en Rudolph Kerkhoven, en bezoek per rijtuig
43
Gambar 30. Kegiatan Pengarahan di Kebun Gamboeng Tempo Dulu
G
a
m
b
a
r
2
5
.
44
Gambar 32. Negla (1920) Pembukaan lahan untuk penanaman teh di wilayah Negla. (Foto Koleksi
PPTK Gambung)
Berkat bantuan Edward Julius Kerkhoven dan bekal ilmu yang dimilikinya, Bosscha
45
berhasil mendirikan sebuah pabrik teh dengan teknologi yang masih tergolong baru
pada zamannya sehingga mampu meningkatkan hasil produksi teh. Sehingga Teh
dari bumi priangan mampu menembus pasar eropa.
Pada tahun 1923, Bosscha menjadi perintis dan penyandang dana pembangunan
Observatorium Bosscha yang telah lama diharapkan oleh Nederlands-Indische
Sterrenkundige Vereeniging (NISV). Kemudian ia bersama dengan Dr. J. Voute
pergi ke Jerman untuk membeli Teleskop Refraktor Ganda Zeiss dan Teleskop
Refraktor Bamberg.
46
Selama hidupnya, Bosscha memilih untuk tidak menikah. Pada akhir hayatnya,
karena kecintaannya pada Malabar, beliau meminta agar jasadnya disemayamkan
di antara pepohonan teh di Perkebunan Teh Malabar.
Ketika Bosscha meninggal dunia, raja teh itu diantar ribuan warga. Iring-iringan
lebih dari 5 kilometer. Semua, baik orang Eropa maupun Pribumi, merasa
kehilangan administratur yang bersahaja itu.
47
Teh yang disebut sebagai komoditas emas tersebut telah mampu merubah
Priangan menjadi wilayah “emas hijau” yang mendatangkan keuntungan berlimpah
ruah. Sehingga para pengusahanya mampu membangun kota Bandung sampai
mendapat julukan “Parijs van Java” dan mendermakan sebagian hartanya bagi
kemakmuran rakyat banyak.
Pada saat itu Kurnadi Syarif Iskandar menjabat sebagai Direktur Utama PNP XIII.
Dalam melaksanakan ekspor teh-nya, Direksi PNP melakukan dengan cara
mengirimkan ke pusat pelelangan teh di Amsterdam. Namun pada tahun 1969 ada
ancaman dari ex para pemilik perkebunan Belanda yang diambil alih oleh R.I tanpa
ganti rugi, untuk menyita produk perkebuan (Teh) yang dikirim ke Amsterdam.
Karenanya Menteri Petanian pada saat itu membuat perjanjian dengan SCA NV
(Socomabel NV) di Antwerp, Belgia, untuk menjual produk teh PNP melalui Auction
di Antwerp.
Auction di Antwerp tidak berjalan sesuai dengan harapan PNP, karena para
Blenders dan Packers dari UK dan USA tidak mau datang ke auction di Antwerp
lebih disebabkan karena jumlah teh yang dilelang terlalu kecil serta biaya traveling-
nya terlalu tinggi dibandingkan dengan nilai pembeliannya; karena itu mereka
menempatkan ordernya pada Brokers Belanda saja. Karena jumlah calon pembeli
sedikit, sehingga tidak tumbuh persaingan yang sengit untuk menaikan harga;
malah sebaliknya para calon pembeli dapat bersepakat menekan harga.
Kontrak kerjasama dengan SCA NV (Socomabel NV) berlanjut sampai akhir 1971,
bersamaan dengan berakhirnya tugas S.Kartadjoemena di Eropa dan diangkatnya
menjadi Man. Director KPB. Setelah ada persetujuan Menteri Pertanian dan Dirjen
Perkebunan, dan keputusan Direksi PTP XII - XIII untuk membuka “TEA AUCTION
48
INDONESIA” di Jakarta, dengan konsep yang sudah diterapkan di negara-negara
produsen Sri Lanka, India, dan Kenya. Pada Februari 1972 terselenggaralah :
“AUCTION PERDANA TEH INDONESIA” bertempat di gedung Direktorat Jenderal
Perkebunan, lantai 4, Slipi Jakarta. Sampai dengan tahun 1990, harga teh
Indonesia di Jakarta Tea Auction (JTA) selalu lebih tinggi dari teh SriLanka di
Colombo Tea Auction (CTA). Bahkan pada tahun 1979 harga teh Indonesia di
JTA sempat mencapai lebih dari 200 % dibanding harga teh SriLanka di CTA.
(Sumber : Kajian dan Upaya Penyempurnaan Sistem Pemasaran Teh
Indonesia; PPTK Gambung).
Teh Indonesia; khususnya Teh Java Preanger seperti inilah yang akan terus
dilindungi dan dilestarikan kejayaannya oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi
Geografis (MPIG) Teh Java Preanger dengan strategi, taktik, dan tehnik
oprasional yang tepat dan cepat yang dilakukan secara sistematis, programatis, dan
berkelanjutan sebagai berikut :
Secara Strategis
Secara ekonomi pengusahaan perkebunan teh java preanger harus dijaga agar
terus menguntungkan (economically viable / Profit).
Secara sosial pengusahaan perkebunan teh java preanger harus dapat
mensejahterakan pelaku usaha, pekerjanya, dan masyarakat disekitarnya
(socially acceptable / People).
Secara lingkungan pengusahaan perkebunan teh java preanger harus dapat
menjamin kelestarian lingkungannya (environmently sustainable / Planet).
49
tanaman tehnya. Pabrik State of the Art adalah pabrik pengolahan yang lebih
efisien, lebih efektif, dan lebih dapat menjamin kualitas dan keamanan
produknya sehingga dapat menghasilkan produk the best quality and the
cleanest tea in the world.
Harus sesegera mungkin dilaksanakan peningkatan intensitas riset yang
berkenaan dengan perbaikan standar kualitas IG Teh Java Preanger dan
peningkatan intensitas pelatihan tentang tanaman dan pabrik pengolahan guna
percepatan pencapaian perkebunan teh rakyat yang berstandar IG Teh Java
Preanger.
Pada saat ini perkebunan teh yang dinilai telah memenuhi persyaratan IG Teh
Java Preanger di Kabupaten Bandung diantaranya Teh Putih Perkebunan Teh
PPTK Gamboeng, Teh Hijau Steaming Perkebunan Teh Rakyat Kabupaten
Bandung, dan Teh Hijau Pan Firing Perkebunan Teh Kanaan.
Sertifikat HACCP, FSSC (ISO 22000 + PAS), ETP, Rainforest Alliance dan UTZ
Kanaan terlampir. (Lampiran 9)
50
V. FAKTOR TANAMAN, GEOGRAFIS DAN MANUSIA
5.1. Faktor Tanaman
Tanaman teh pada dasarnya dapat dibedakan atas 2 (dua) varietas yaitu jenis
sinensis (Camellia sinensis var. sinensis) dan jenis assamica (Camellia sinensis var.
assamica).
Oleh karena sifat tanaman teh menyerbuk silang, maka disamping dikenal adanya
kedua jenis tersebut, di Indonesia juga dikenal jenis hibrid yang merupakan turunan
hasil persilangan antara jenis sinensis dan asamica.
51
Tanaman teh (Camellia sinensis) berasal dari daerah subtropis, karena itu di Indonesia
teh lebih cocok ditanam di daerah pegunungan seperti di wilayah geografis Jawa
Barat.
Perkebunan teh di Indonesia terletak pada : dataran rendah (<800 m dpl.), dataran
sedang (800-1200 m dpl.), dan dataran tinggi (>1200 m dpl.). Pembagian daerah
pengembangan teh berdasarkan elevasi sebenarnya lebih memperhatikan
kelembaban, suhu, sinar matahari dan sebaran curah hujan yang mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan dan kualitas.
Tanaman teh yang berasal dari daerah sub tropis di Indonesia dibudidayakan di
daerah pegunungan yang mempunyai lingkungan tumbuh seperti daerah asalnya.
Berdasarkan agroekosistem pertanaman teh di bedakan teh dataran rendah (< 800 m
dpl.), dataran sedang (800-1200 m dpl) dan datran tinggi (> 1 200 m dpl). Untuk
memenuhi kebutuhan bahan tanaman asal setek (klon), Pusat Penelitian Teh dan
Kina Gambung telah mengeluarkan anjuran bahan tanaman asal setek sebagai
berikut:
Tabel 11. Klon-Klon Tanaman Teh Anjuran PPTK
Teh Java Preanger adalah produk teh yang berasal dari tanaman teh yang dihasilkan
dari wilayah geografis Provinsi Jawa Barat. Namun dalam penyusunan Buku
Persyaratan Indikasi Geografis Teh Java Preanger ini akan dibatasi terlebih dahulu
pada wilayah geografis Kabupaten Bandung saja; khususnya yang bersangkutan
dengan wilayah geografis Perkebunan Teh PPTK Gambung, Perkebunan Teh Rakyat
disekitar Gambung,dan Perkebunan Teh Kanaan.
Sedangkan Pendaftaran Indikasi Geografis Teh Java Preanger yang dihasilkan dari
selain perkebunan-perkebunan tersebut di Jawa Barat akan disampaikan kemudian.
52
5.2.1. Keadaan Geologi
Proses geologi yang terjadi jutaan tahun lalu menyebabkan Provinsi Jawa
Barat dengan luas 3,6 juta hektar, terbagi menjadi sekitar 60% daerah
bergunung dengan ketinggian antara 500-3.079 meter di atas permukaan laut
(dpl) dan 40% daerah dataran yang memiliki variasi tinggi antara 0-500 meter
dpl. Secara geologis ciri utama daratan Jawa Barat adalah Jawa Barat
merupakan bagian dari busur kepulauan gunung api aktif dan tidak aktif yang
membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau
Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan
dengan ketinggian lebih dari 1.500 m dpl, wilayah lereng bukit yang landai di
tengah ketinggian 100 - 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian
0 - 100 m dpl, dan wilayah aliran sungai. Jawa Barat didominasi oleh endapan
alluvial yang terdapat di bagian utara dan sebagian di selatan. Endapan lainnya
yang cukup dominan adalah Elosen yang terdapat di bagian tengah - timur,
dan alluvial faces gunung api di bagian tengah – barat (UPI, 2012).
Jawa Barat sebagai bagian dari Pulau Jawa merupakan pulau terluar dari
busur selatan Asia, disamping itu dengan adanya penunjaman ini maka Pulau
Jawa memiliki kondisi geologi yang unik dan rumit. Pada jaman pra tersier
Jawa Barat merupakan kompleks melange yaitu zone percampuran antara
batuan kerak samudera dengan batuan kerak benua. Terdiri dari batuan
metamorf, vulkanik dan batuan beku, yang diketahui hanya dari data pemboran
dibagian utara laut jawa barat (Martodjojo, 1984 dalam Frasetya, 2012).
Pada tersier awal (peleosen) terbentuk komplek melange pada barat daya
Jawa Barat (Teluk Cileutuh) yang diduga sebagai bagian zona punjaman ke
53
arah Jawa Tengah. Disebelah utara Jawa Barat mulai diendapkan produk hasil
letusan gunung api yang terendapkan sebagai formasi Jatibarang sementara.
Pada kala Eosen, Jawa Barat berada pada kondisi benua, yang ditandai oleh
ketidakselarasan, tetapi Rajamandala-Sukabumi merupakan area terestrial
fluvial dimana hadir formasi Gunung Walat yang mengisi depresi interarc basin.
Pada kala Oligosen Awal ditandai oleh ketidaklarasan pada puncak Gunung
Walat berupa konglomerat batupasir kwarsa, yang menunjukkan suatu tektonik
uplift diseluruh daerah. Pada kala oligosen akhir diawali dari tansgesi marin,
yang terbentuk dari selatan-timur (SE) kearah utara-timur (NE). Bogor Through
berkembang ditengah Jawa Barat yang memisahkan off-shelf platform di
selatan dari Sunda shelf di utara. Pada tepi utara platform ini reef formasi
Rajamandala terbentuk yang didahului oleh pengendapan serpih karbonatan
formasi Batuasih. Kala ini juga diendapkan formasi Gantar pada bagian utara
ayng berupa terumbu karbonat dan berlangsung selama sikluas erosi dan
trangesi yang berulangkali, pada waktu yang sama terjadi pengangkatan
sampai Meosen Awal bersamaan dengan aktivitas vulkanik yang menghasilkan
struktur lipata dan sesar dengan arah barat daya timur laut.
Pada kala Meosen yaitu setelah formasi Rajamandala terbentuk maka pada
cekungan Bogor diisi oleh endapan turbidit dan volcanic debris. Sementara
pada bagian selatan diendapkan formasi Jampang dan Cimandiri. Di sebelah
utara diendapkan formasi Parigi dan formasi Subang. Pengangkatan kala
Meosin tengah diikuti oleh perlipatan dan pensesaran berarah barat-timur.
Pliosen akhir mengalami pengangkatan yang diikuti oleh pelipatan lemah zona
Cimandiri mengalami pensesaran mendatar. Sementara itu berlangsung
pengendapan formasi Bentang.
Struktur regional Jawa Barat memiliki empat pola struktur akibat adanya empat
aktifitas tektonik yaitu : Struktur perlipatan dan pensesaran yang mempunyai
arah barat ke timur : Diakibatkan oleh pengangkatan yang berlangsung selama
Miosen tengah Struktur perliparan dan pensesaran yang mempunyai arah
sekitar N45oE. Struktur ini diakibatkan oleh pengangkatan yang disertai oleh
volkanisme pada Oligosen akhir sampai Miosen awal.
54
Struktur disebelah timur Jawa Barat mempunyai arah sekitar N315 oE,
membentang ke barat di utara Bandung berarah timur-barat, semakin ke barat
maka struktur berarah umum barat daya. Struktur ini diakibatkan oleh aktivitas
tektonik yang berlangsung selama Kuarter. Sementara itu di dataran Jakarta
mempunyai struktur dengan arah utara-selatan. Di Jawa Barat daerah tengah
arah struktur sekitar N75oE yang di tunjukkan oleh Tinggian Rajamandala.
Pengangkatan pada pliosen akhir yang diikuti oleh perlipatan lemah. Pada
formasi Bentang sehingga batuan pada formasi ini relatif memiliki kemiringan
lapisan yang landai, selanjutnya diikuti dengan kegiatan tektonik sehingga
Zona Cimandiri mengalami pensesaran mendatar yang mempunyai arah
sekitar N45oE memotong struktur terdahulu.
Tanah – tanah Kebun Teh Rakyat Neglasari dan Kanaan memiliki bahan induk
berupa abu dan tufa volkan intermidier atau bahan vulkanik tak-padu
(“unconsolidated”). Fisiografi berupa lungur volkan dengan bentuk wilayah
berombak sampai berbukit. Mineral lempung (Clay mineral) tanah andosol
terutama ialah alofan (Alophane), disamping sedikit haloisit dan gibsit,
sehingga diduga pelapukan mineral mengikuti urutan: gelas vulkan-gibsit-
alofan dehidratasi haloisit. Menurut Munir (1995) Andisols berasal dari bahan
induk abu vulkanik, yang banyak mengandung gelas volkanik yang amorf,
sedikit feldspar, dan sejumlah kuarsa. Abu vulkan yang berasal dari gunung api
di Indonesia umumnya bersifat andesitik sampai basalt sehingga banyak
mengandung basa-basa dan unsur hara mikro (Hardjowigeno, 1993). Tanah ini
umumnya didominasi oleh mineral amorf seperti alofan, imogilit, besi dan
aluminium oksida/hidroksida.
55
formasi geologi Qlk, merupakan bahan volkanik yang berumur kuarter yang
berasal dari Gunung Kendeng (Koesmono et.al., 1996). Bahan volkanik
tersebut adalah lava yang berselingan dengan endapan-endapan lahar dengan
susunan breksi andesit dan breksi tufa (Subroto, 1987). Topografi daerah ini
bergelombang sampai berbukit.
Pada umumnya tingkat kesuburan tanah di Jawa Barat cukup baik. daerah
dataran rendah di sepanjang pantai utara misalnya, ditutupi oleh jenis tanah
alluvial yang subur untuk lahan pertanian/persawahan. Jawa Barat bagian
tengah yang merupakan daerah berbukit dan bergunung serta daerah lembah-
lembah diantara gunung-gunung tersebut, juga ditutupi oleh jenis tanah alluvial.
Sedangkan Di bagian selatan merupakan daerah pegunungan ditutupi oleh
jenis-jenis tanah latosol, organosol, dan litosol yang dapat dimanfaatkan untuk
lahan-lahan tanaman perkebunan (Bakosurtanal, 2012).
Gambar 41. Peta Jenis Tanah Provinsi Jawa Barat (Sumber : Nurina)
Kebun Teh Rakyat Neglasari dan Kanaan memiliki ordo tanah Andisol,
sedangkan Kebun PPTK Gambung memiliki ordo tanah Andisol, Inceptisol
dan Entisol.
5.2.3. Iklim
Curah hujan rata-rata tiap tahun di Jawa Barat mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya (3.063 mm/tahun) dengan kisaran curah hujan antara 2.123 -
4.669 mm/tahun. Jawa Barat memiliki iklim tropis, selama ini suhu terendah
tercatat 9oC yaitu di Puncak Gunung Pangrango dan suhu tertinggi tercatat
34oC di daerah pantai utara. Kecepatan angin rata-rata selama tahun
2009 sebesar 3 knot dengan tekanan udara sebesar 922,9 mb dan
kelembaban nisbi mencapai 79%.
56
Iklim di Jawa Barat adalah Tropis, dengan suhu 9 oC di Puncak Gunung
Pangrango dan 34 oC di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per
tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm
per tahun. Provinsi Jawa Barat memiliki curah hujan tahunan rata-rata paling
tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia dan mempunyai potensi
sumber daya air khususnya air permukaan mencapai rata-rata 35,155 milyar
m3/ tahun dalam kondisi normal.
Dikutip dari Abraham (2009), dikatakan bahwa berdasarkan data hujan dari
beberapa stasiun klimatik, Provinsi Jawa Barat memperlihatkan pola hujan tipe
monsoon dengan puncak musim hujan terjadi 2 (dua) kali, yaitu pada bulan
November dan April. Musim kemarau biasanya dimulai bulan Mei dan berakhir
pada Oktober dengan jumlah hujan yang bervariasi di beberapa daerah seperti
terlihat pada Gambar 42 berikut.
Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota
Bandung. Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat
merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad
Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun
1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Selama lebih kurang 50
tahun sejak pembentukannya, wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat baru
bertambah 5 wilayah, yakni Kabupaten Subang (1968), Kota Tangerang
(1993), Kota Bekasi (1996), Kota Cilegon dan Kota Depok (1999).
57
menjadi Provinsi Banten dengan daerahnya meliputi Kabupaten Serang,
Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten/Kota Tangerang
serta Kota Cilegon. Adanya perubahan itu, maka saat ini Provinsi Jawa Barat
terdiri dari 17 Kabupaten dan 9 Kotamadya, dengan membawahi 592
Kecamatan, 5.201 Desa dan 609 Kelurahan. Adapun monografinya dipaparkan
pada Tabel 12 berikut :
Tabel 12. Data Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
di Jawa Barat.
Luas Wilayah
No Kabupaten/ Kota Ibu Kota
(KM2)
1 Kab. Bogor Cibinong 3,440.71
2 Kab. Sukabumi Pelabuanratu 3,934.47
3 Kab. Cianjur Cianjur 3,432.96
4 Kab. Bandung Soreang 2,000.91
5 Kab. Garut Garut 3,065.19
6 Kab. Tasikmalaya Singaparna 2,680.48
7 Kab. Ciamis Ciamis 2,556.75
8 Kab. Kuningan Kuningan 1,178.58
9 Kab. Cirebon Sumber 988.28
10 Kab. Majalengka Majalengka 1,204.24
11 Kab. Sumedang Sumedang 1,522.21
12 Kab. Indramayu Indramayu 2,000.99
13 Kab. Subang Subang 2,051.76
14 Kab. Purwakarta Purwakarta 969.82
15 Kab. Karawang Karawang 1,737.53
16 Kab. Bekasi Cikarang 1,484.37
17 Kab. Bandung Barat Ngamprah 1,305.77
18 Kota Bogor Bogor 21.56
19 Kota Sukabumi Cisaat 12.15
20 Kota Bandung Bandung 167.27
21 Kota Cirebon Cirebon 37.54
22 Kota Bekasi Bekasi 210.49
23 Kota Depok Depok 200.29
24 Kota Cimahi Cimahi 48.42
25 Kota Tasikmalaya Tasikmalaya 471.62
26 Kota Banjar Banjar 1,135.90
Jawa Barat 34,816.96
Sumber : Survei Sosial Ekonomi 2007
58
Gambar 43. Peta Provinsi Jawa Barat Sumber : jabarprov.go.id
Provinsi Jawa Barat, sejak berdirinya sampai sekarang telah dipimpin oleh 12
orang Gubernur, yaitu : M Sutardjo Kartohadi (1945-1946), Mr. Datuk Djamin
(1946), M. Sewaka (1946-1952), R. Muhamad Sanusi Hardjadinata (1952-
1956), R. Ipik Gandamana (1956-1960), H. Mashidu (1960-1970), Solihin GP
(1970-1975), H. Aang Kunaefi (1975-1985), HR. Yogie SM (1985-1993), R.
Nuriana (1993-2003), H. Danny Setiawan (2003 – 2008) dan H. Ahmad
Heryawan (2008-sekarang/07 Oktober 2014).
Motto Jawa Barat adalah Gemah Ripah Repeh Rapih, yang merupakan sebuah
frasa berasal dari bahasa Sunda. Kata gemah-ripah dan repeh-rapih
merupakan kata majemuk yang mempunyai arti sebagai berikut :
Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50 - 7°50 Lintang
Selatan (LS) dan 104°48 - 108°48 Bujur Timur (BT) dengan batas-batas
wilayah sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta, sebelah
Timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, sebelah selatan, berbatasan
dengan Samudra Indonesia dan sebelah Barat, beratasan dengan Provinsi
Banten. Berdasarkan laporan Gubernur Jawa Barat tahun 2011, provinsi Jawa
Barat memiliki luas wilayah daratan seluas 3.711.654,00 hektar dan garis
pantai sepanjang 724,85 km (Provinsi Jawa Barat, 2011).
59
5.3. Faktor Manusia
Awalnya petani teh di Jawa Barat adalah masyarakat desa yang dipaksa menjadi
petani teh melalui kebijakan tanam paksa (Cultuur Stelsel) yang diberlakukan
pemerintah kolonial Belanda saat itu. Pucuk teh yang dihasilkan petani disetorkan ke
pabrik-pabrik perkebunan besar milik pengusaha Belanda. Perkebunan besar milik
Belanda tersebut mempekerjakan masyarakat Sunda yang hidup disekitar
perkebunan besar tersebut. Teh yang diproduksi oleh perkebunan besar yang para
pekerjanya adalah masyarakat Sunda tersebut pada akhir abad ke XIX pernah
menempati posisi kualitas terbaik dan mendapatkan harga terbaik di dunia apple to
apple; yang dikenal sebagai Java Preanger Tea; dan disebut juga sebagai
“komoditas emas”; mampu merubah wilayah geografis Priangan (Preanger) menjadi
wilayah “emas hijau”; mampu memberikan keuntungan berlimpah ruah bagi pelaku
usahanya, sehingga para pengusahanya mampu membangun Kota Bandung sampai
mendapat julukan “Parijs van Java” dan bisa mendermakan sebagian hartanya untuk
kepentingan orang banyak.
60
VI. PROSES PRODUKSI DAN PEMASARAN
Tanaman teh karena berasal dari sub tropis, maka cocok ditanam di
daerah pegunungan. Garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah
kecocokan iklim dan
6.1.1.1.1. Iklim.
Faktor iklim yang perlu mendapat perhatian ialah suhu udara, curah
hujan, sinar matahari serta angin. Faktor iklim ini sangat berkaitan erat
dengan tinggi tempat (elevasi).
a. Suhu Udara
b. Curah hujan
c. Sinar matahari
d. Angin
61
pertumbuhan teh. Tiupan angin yang kencang terus menerus selama
2-3 hari akan menyebabkan daun rontok. Angin dapat pula
mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pula terhadap
penyebaran hama penyakit.
6.1.1.1.2. Tanah
6.1.1.1.3. Elevasi
Persiapan lahan untuk penanaman teh terdiri atas 2 kegiatan: (1) untuk
penanaman baru, dan (2) untuk penanaman ulang.
62
6.1.1.2.1. Persiapan Lahan untuk Penanaman Baru (Newplanting)
Secara umum urutan kerja persiapan lahan untuk penanaman baru
adalah sebagai berikut :
a. Survei dan pemetaan tanah
Data survai ini berguna untuk menentukan prasarana dana sarana
yang akan dibangun seperti :
- Jalan kebun untuk transportasi dan kontrol
- Lokasi emplasmen (pabrik, perumahan, dll.)
- Pembuatan peta kebun dan peta kemampuan lahan
- Pembuatan fasilitas yang mendukung pengembangan
Kebun (fasilitas air, dll.).
d. Pengolahan tanah
63
segera dibuat jalan kebun untuk memudahkan pekerjaan
pemeliharaan tanaman. Lebar jalan kebun cukup 1 m dengan
panjang tergantung keadaan. Jangan terlalu banyak membuat
jalan sehingga banyak lahan terbuang atau terlalu sedikit
sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan. Selesai
pembuatan jalan, dibuat saluran drainase untuk mencegah
erosi. Pembuatan saluran drainase agar mempertimbangkan
kemiringan serta letak jalan kebun.
(3) Sanitasi lahan untuk persiapan lahan yang berasal dari kebun
yang telah terserang penyakit cendawan akar sebagai berikut
: (1) Penanaman rumput Guatemala selama dua tahun,
setelah itu baru ditanami teh, (2) lahan siap tanam
difumigasi terlebih dahulu dengan methyl bromida. Caranya
dengan mengalirkan methyl bromida ke dalam lembaran
plastik yang menutupi tanah selama dua minggu. Setelah itu
sungkup dibuka selama dua minggu baru dapat ditanami teh
lagi, (3) lahan difumigasi dengan Vapam menggunakan alat
suntik tanah sebanyak 8 ml/lobang. Jarak antar lobang 30 cm
x 30 cm. Penyuntikan pada saat tanah lembab/basah, atau
setelah disuntik Vapam kemudian disiram air. Setelah satu
bulan tanah dapat ditanami teh kembali.
64
dengan penataan tanah dan pembuatan lobang tanam. Bila
masih terdapat rumput liar, maka perlu disemprot dengan
herbisida.
Bahan Tanaman untuk tanaman teh java preanger terdiri atas Cinyiruan,
Kaligua, TRI 2025, Kiara 8, dan Varietas Sinensis; namun sejak tahun 1988
telah dianjurkan klon-klon yang terdiri dari seri Gambung yaitu, GMB 1, GMB
2, GMB 3, GMB 4, dan GMB 5. Klon ini mampu berproduksi di atas 3.500 kg
kering per hektar per tahun pada tahun ketiga. Klon anjuran seri
Gambung ini dibedakan menjadi (1) daerah rendah GMB 1, GMB 2, GMB
3, (2) daerah sedang GMB 3, GMB 4,dan GMB 5, (3) daerah tinggi GMB1,
GMB 2, GMB3, GMB 4,dan GMB 5. Khusus untuk klon GMB yang akan
ditanam di daerah rendah dan sedang memerlukan persyaratan: (1) pohon
pelindung sementara maupun tetap, (2) harus diberi mulsa 20 ton per
hektar untuk mempertahankan kelembaban tanah, (3) lahan harus diolah
dengan kedalaman minimal 40 cm, lobang tanam lebih besar dan dalam
disertai pembuatan rorak selang dua baris.
Bahan tanaman asal biji diambil dari kebun biji yang dikelola
secara khusus. Kebun biji dibedakan menjadi :
65
(b) Kebun biji poliklonal terdiri lebih dari 2 klon.
Gambar 44. Skema kebun biji 2 klon (A), 4 klon (B) dangan segitiga7
klon (C) dengan jarak tanam 3 x 3 m,4 x 4 m dan 5 x 5 m
66
Biji yang baik, yaitu biji yang tenggelam untuk dijadikan benih.
Sebelum biji disimpan biji dikeringanginkan dan dicampur dengan
fungisida. Disarankan biji segera dipakai karena daya kecambah
biji teh cepat menurun.
b. Penyimpanan biji.
Biji yang belum akan dipakai disimpan dalam kaleng agar dapat
tahan lama dengan daya kecambah yang masih baik sebagai berikut :
1) Biji hasil pungutan yang tenggelam dalam air diberi fungisida
dan dicampur merata dengan bubuk arang, kemudian
dimasukkan ke dalam kaleng. Sebelum biji dimasukkan dalam
kaleng, kaleng harus dicuci bersih dan dikeringkan, setelah
itu dalamnya dilapisi kertas koran.
2) Kaleng ditutup dengan penutup yang rapat. Di atas kaleng
diberi lobang pada setiap sudutnya.
3) Kaleng disimpan di tempat yang teduh tidak terkena sinar
matahari, tetapi tidak lembab. Alas kaleng diberi ganjal kayu
dan disusun tidak bertumpuk.
4) Daya tahan biji teh yang disimpan dengan cara ini dapat
mencapai empat bulan.
5) Biji yang akan dikecambahkan sebelumnya diambil dari
kaleng, kemudian direndam dahulu dalam air selama 2-4 jam.
Biji yang terapung jangan dipergunakan.
67
Hamparan pasir kali yang dicampur fungisida setebal 5 cm, kemudian
di atasnya dihamparkan biji yang ditutup lagi dengan pasir
Siram dengan air bersih dan tutup dengan karung basah yang
steril. Penyiraman dilakukan apabila keadaan pasir sudah kering
d. Penanaman biji.
68
pembongkaran sebagai berikut :
(1) Batang dipotong setinggi 15–20 cmdi atas tanah dua minggu
sebelum dibongkar.
(2) Bibit dibongkar sedalam 60 cm dengan cangkul. Kemudian
bibit dicabut dengan tangan agar akar rambut tidak rusak,
sedang akar tunggang dan akar cabang yang terlalu panjang
dipotong dan disisakan 30 cm.
(3) Bibit yang telah dibongkar dari bedengan pada hari yang
sama harus sudah ditanam di kebun. Bibit yang batangnya
kecil dari normal sebaiknya tidak dipakai.
b. Pesemaian.
69
pembibitan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
c. Pembuatan bedengan.
Tabel 14. Paket Media Tanah dan Bahan Campuran untuk Polibag
Dosis/m3 tanah
Bahan Campuran Ket.
Top soil Sub soil
Dithane M-45 /Manzate/ 400 300
Vandozep (g)
Tawas (g) 600 1000
TSP (g) 500 -
KCL/ZK (g) 300/500 -
Vapam/Trimaton(ml) 250/200 250/200 Fumigan
Basamid (g) 150 150 Fumigan
Sumber Pusat Penelitian Teh dan Kina,2006.
70
d. Penanaman setek.
e. Seleksi bibit.
71
6.1.1.5.1. Jarak Tanam
6.1.1.5.2. Pengajiran
Karena jarak antara 2 ajir dekat, maka lobang tanam dibuat di antara
kedua ajir yang telah ditanam. Ukuran lobang tanam untuk bibit asal
stump biji adalah 30 x 30 x 40 cm dan untuk bibit asal setek 20 x 20 x
40 cm. Lobang dibuat 1 minggu sebelum ditanam.
6.1.1.5.3. Penanaman
6.1.1.6. Pemeliharaan
6.1.1.6.1. Pemupukan
6.1.1.6.1.1. Waktu
6.1.1.6.1.2. Dosis
73
Tabel 16. Dosis pemupukan(kg/ha/th) untuk tanaman
belum menghasilkan (TBM)*.
Untuk tanah Andoisol/Regosol; **untuk tanah
Latosol/Podsolik
Urea N = 46%
ZA N = 21%
SP36 P2O5 = 36%
Fosfat alam P2O5 = 30%
74
MOP/KCl K2O = 60%
ZK K2O = 50%
Seng Sulfat Zn = 22%
Kieserit MgO = 27%
75
6.1.1.6.2. Pemangkasan
76
yang relatif tetap sekitar 60-65 cm berulang-ulang
setiap siklus pangkas.
77
tanaman teh asal biji. Makin tinggi pangkasan
sebelumnya, makin pendek dasar pangkasan
berikutnya.
78
6.1.1.6.2.6. Waktu Penyembuhan dari Pemangkasan
79
b. Pangkasan dengan Mesin
80
tanah dengan maksud memperbaiki pertanaman
yang rusak.
81
6.1.1.6.3. Pengendalian Hama dan Penyakit
82
ngengat dewasa. Ngengat aktif hanya malam hari.
Betina dapatmengeluarkan beratus-ratus telur. Ulat
Homona diparasit oleh beberapa jenis tawon parasitoid,
khususnya Macrocentrus homonae yang merupakan
tawon Braconidae
83
pada daun yang matang di bagian atas tanaman teh.
Setelah larva (ulat)menetas, dia berjalan ke pucuk dan
masuk ke dalamnya. Setelah masuk, dia mulai makan.
Ulat yang baru menetas hanya bisa hidup lama di dalam
pucuk. Biasanya terdapat hanya satu ulat per pucuk. Ulat
secara bertahap membuat semacam sarang dan makan
dari dalamnya. Dua hari sebelum menjadi kepompong,
ulat berhenti makan dan mulai melipat daun di
pinggirnya. Dalam lipatan daun, ulat membuat kokon
putih. Dewasa (ngengat) keluar dari kepompong pada
siang hari, biasanya antara jam 8:00 dan 15:00. Ngengat
kawin pada pagi atau malam
a. Tungau kuning
84
secara mekanis dengan mengumpulkan kepom-pong
sehingga produksi berkurang, cara mengendalikan
dapat dilakukan secara mekanis yaitu mengumpulkan
kepompong, menggunakan cara hayati dengan parasit
Rogas, Wilt dieses yang disebabkan oleh virus dan
penggunaan insektisida sesuai dengan rekomendasi.
d. Empoasca sp.
85
akhirnya mati sehingga terjadi lobang. Penyakit tersebar
melalui spora yang terbawa angin, serangga atau
manusia. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh
kelembaban udara yang tinggi, angin, ketinggian lokasi
kebun dan sifat tanaman. Banyaknya bulu daun pada
peko dapat mempertinggi ketahanan terhadap penyakit
cacar. Pengendalian penyakit dilakukan dengan
pengaturan naungan agar sinar matahari dapat masuk
ke kebun. Pemangkasan teh di musim kemarau agar
tanaman yang baru dipangkas dapat berkembang karena
pada saat ini cacar teh sulit berkembang. Pengaturan
daur petik kurang dari 9 hari dapat mengurangi sumber
penularan baru karena pucuk terserang sudah terpetik.
Untuk pencegahan, sebaiknya ditanam klon teh yang
tahan terhadap penyakit cacar daun.
b. Penyakit akar
86
c. Penyakit busuk daun
87
Fungisida yang dianjurkan untuk memberantas penyakit
penting pada tanaman teh bahan aktifnya terdiri atas:
tembaga oksiklorida 50%, tembaga hidroksida 77%,
bitertanol 30%, triadimefon 25%, tridemorf 75%,
propiconasol 25%, klorotalonial 75%, tembaga
ammonium karbonat 8%, methylbromida, natrium metan,
tembaga 50%, benomyl, benomyl+tiram dan mankozeb
80%.
6.1.2. Panen
Pemetikan teh hijau adalah pengambilan pucuk meliputi: 1 kuncup + 2-3 daun
muda sedangkan pemetikan untuk teh putih hanya kuncup-kuncupnya saja.
Akibat pucuk dipetik maka pembuatan zat pati berkurang untuk pertumbukan
tanaman. Pemetikan pucuk akan menghilangkan zat pati sekitar 7,5%, semakin
kasar pemetikan semakin tinggi kehilangan zat pati. Kehilangan zat pati akibat
pemetikan pucuk tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman asalkan
lapisan daun pemeliharaan cukup untuk melakukan proses asimilasi.
(1) Petikan imperial, dimana hanya kuncup peko (p) yang dipetik (p+0),
(2) Petikan pucuk pentil, peko+satu daun di bawahnya (p+1m),
(3) Petikan halus, peko+satu/dua lembar daun muda/burung dengan
88
satu lembar daun muda (p+2m, b+1m),
(4) Petikan medium, (p+2m, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m),
(5) Petikan kasar (p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t)
(6) Petikan kepel, daun yang tinggal pada perdu hanya kepel (p+n/k,
b+n/k).
(1) Pemetikan ringan, apabila daun yang tertinggal pada perdu satu
atau dua daun di atas kepel (rumus k+1 atau k+2),
(2) Pemetikan sedang, apabila daun yang tertinggal pada bagian
tengah perdu tidak ada, tetapi di bagian pinggir ada satu atau dua
daun di atas kepel (rumus k+o pada bagian tengah, k+1 pada
bagian pinggir),
(3) Petikan berat, apabila tidak ada daun yang tertinggal pada perdu di
atas kepel (k+0). Umumnya yang dilakukan hanya pemetikan
sedang dengan bidang petik rata.
Maksud dari jenis petikan yaitu macam pucuk yang dihasilkan dari
pelaksanaan pemetikan. Berdasarkan jumlah helaian daun, jenis
petikan terdiri atas beberapa kategori, seperti tersaji pada Gambar 31.
(1) Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk
burung (b) dengan satu daun muda (m), rumus p+1 atau b+1m.
(2) Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga daun muda,
serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3,
b+1m, b+2m, b+3m).
(3) Petikan kasar, pucuk peko dengan lebih empat daun dan pucuk
89
burung dengan beberapa daun tua (t) { (p+4 atau lebih, b+(1-4t)}.
Gambar 45. Jenis petikan : (1) petikan halus, (2) petikan medium,
(3) petikan kasar.
90
a. Pucuk setelah ditimbang harus segera diangkut ke Pabrik.
b. Curahkan pucuk dari waring pemetik.
c. Buanglah daun tua, rumput, dan benda-benda lainnya.
d. Kirablah pucuk agar terhindar dari panas.
e. Siapkan waring transport , hitung jumlahnya.
f. Masukkan pucuk ke dalam waring transport maksimal 25 Kg.
g. Dilarang mengisi dengan menjejalkan pucuk ke dalam waring.
h. Ikatlah ujung waring secukupnya saja agar tidak menyulitkan
pelaksana di Pabrik.
i. Masukkan waring ke atas truk dengan hati-hati.
j. Tatalah posisi waring diatas truck berdiri tegak pada lapisan bawah
hingga 1-2 jajar.
k. Tatalah alas tingkat kedua sebatas luas dua jajar waring wadah
tersebut.
l. Tatalah waring lainnya di tahap kedua berdiri tegak.
m.Lakukanlah penataan serupa pada waring berikutnya hingga truk
penuh.
n. Isikan maksimal 100 waring isi pucuk/truk (2.500 Kg).
o. Bersihkan pucuk yang tercecer. Pucuk yang bersih bisa disatukan
ke atas truk sedangkan pucuk kotor sapukan ke dalam kebun.
p. Angkut segera pucuk ke Pabrik jika tonase (berat) telah mencapai
2.500 Kg atau jika penimbangan telah selesai.
q. Dilarang menaikan, menumpang diatas pucuk.
r. Dilarang menaruh benda apapun diatas pucuk.
s. Turunkan segera pucuk dari atas truk dengan hati-hati.
t. Sapukan pucuk yang tercecer di atas truck dengan sapu lidi.
u. Bereskan kembali waring transport dengan teliti.
v. Kembalilah segera jika penimbangan belum selesai.
a. Siapkan wadah yang bersih dan mudah terjadi sirkulasi udara, agar
peko tidak terjadi panas akibat fisiologi tanaman.
b. Pada kondisi normal, pemetikan dilakukan pada pagi-pagi hari
91
sampai dengan sekitar pukul 10.00 wib
c. Pemetikan hanya mengambil pucuk peko saja (tanpa daun
terbuka) secara hati-hati, dijaga agar peko tidak ada penekanan
dalam genggaman tangan. Pemetikan hanya terhadap pucuk yang
memenuhi syarat petik produksi harian.
d. Pucuk peko dimasukkan sedikit demi sedikit ke wadah yang telah
ditentukan oleh mandornya.
e. Kumpulkan masing-masing wadah yang telah berisi peko ke
mandor petik untuk di cek dan dikirim pabrik.
f. Kirimkan sesegera mungkin ke pabrik teh putih untuk menghindari
penurunan kualitas akibat reaksi kimia dari pucuk peko yang tidak
terkendali.
g. Pengangkutan peko dilakukan secara hati-hati, jangan sampai
terjadi panas dan memar. Hindari penumpukan peko saat
pengangkutan dari kebun ke pabrik.
h. Sampai di pabrik, serah terimakan kepada petugas penerima
pucuk peko di pabrik teh putih melalui pass box (kotak penerimaan
pucuk).
i. Petugas penerima pucuk akan mencatat berat, jam datang, asal
pucuk (blok).
a. Stasiun Pelayuan
Rotary Panner
92
Gelebeg (Roll Pendingin)
Fungsi dari Press Cup Roller (PCR) adalah untuk pememaran pucuk
dan pemerasan cairan sel, pembentukan kenampakan, dan membentuk
fisik teh menggulung. Lamanya penggulungan sangat dipengaruhi oleh
kualitas pucuk (antara 15 – 40 menit). penggulungan pucuk halus lebih
singkat (sekitar 15 menit) dibandingkan dengan pucuk kasar (sekitar 40
menit).
c. Stasiun Pengeringan
93
- Apabila diremas menjadi bubuk.
- Tulang (Stalk) jika dipatahkan melenting.
- Tidak tampak blister (gelembung) akibat suhu tinggi.
- Tidak berbau asap atau kebakar.
Pektin dalam cairan sel akan pecah oleh enzim menjadi asam pektat dan
metil alkohol teruapkan. Asam pektat setelah pemasakan dan kering
akan membentuk semacam pernis sehingga permukaan teh kering
menjadi mengkilap.
d. Stasiun Sortasi
- Midleton
Berfungsi untuk memisahkan jenis ganggang, daun besar-besar dari
jenis lebih kecil.
- Vibro separator
Berfungsi untuk memisahkan, membersihkan serat-serat tangkai dari
bahan jenis halus dan kasar.
- Theewan/Gebosan/Winnower
Berfungsi untuk memisahkan fraksi teh yang berat, sedang dan ringan.
- Tea Crusher
Berfungsi untuk memecah keringan yang masih besar-besar
bentuknya.
- Molen
Berfungsi untuk menghancurkan, memotong jenis-jenis besar bahan
grade II dan off grade
- Tea Cutter
94
Berfungsi untuk memotong fraksi-fraksi besar menjadi fraksi yang lebih
kecil.
- Chotta Roller
Berfungsi untuk mempres dan mengayak.
e. Pengepakan
Bahan Baku
Pelayuan
Pendinginan
Penggulungan
Pengeringan
Sortasi
Pengepakan
a. Steaming (Mushiki)
95
perubahan kimiawi oksidasi karotenoid menghasilkan substansi mudah
menguap yang terdiri atas aldehid dan keton tidak jenuh yang
menghasilkan aroma pada daun yang dilayukan,mengurangi kadar air,
menciptakan aroma, meyiapkan daun pucuk untuk penggulungan dan
untuk Membunuh sel vegetatif bakteri (antara lain : Salmonella sp,
Mould dan Yeast). Suhu steam yang digunakan 94 oC pada tekanan 120
atm, waktu pelayuan 30 – 60, dan kadar air (layu) ± 75 %.
b. Cooling Machine
Tea Roller berfungsi untuk pememaran pucuk dan pemerasan cairan sel,
pembentukan kenampakan, dan membentuk fisik teh menggulung.
Lamanya penggulungan sangat dipengaruhi oleh kualitas pucuk (antara
15 – 20 menit).
96
membunuh sel vegetatif bakteri antara lain : Salmonella sp, Yeast dan
Mold serta dapat mengurangi bahaya kontaminasi Coliform dan E. Coli.
Pengeringan dan penggulungan dilaksanakan selama 45 menit dengan
suhu 80 0C.
h. Sortasi
- Midleton
Berfungsi untuk memisahkan jenis ganggang, daun besar-besar dari
jenis lebih kecil.
- Vibroshifter
Berfungsi untuk memisahkan, membersihkan serat-serat tangkai dari
bahan jenis halus dan kasar.
- Theewan/Gebosan/Winnower
Berfungsi untuk memisahkan fraksi teh yang berat, sedang dan
ringan.
i. Pengepakan
97
Bahan Baku
Steaming
(Mushiki)
Cooling Machine
Tea Roller
(Jyunenki)
Secondary Drying
Tea Roller (Chujyuki)
Oven
Sortasi
Pengepakan
Teh putih terbuat dari helaian pucuk daun Camellia sinensis yang sangat muda dan belum
mekar yang dipetik secara hati-hati, dimana pucuk muda (biasa disebut peko) ini masih
diselaputi rambut halus berwarna putih perak, sehingga memberi kesan warna putih
beludru, yang nantinya bila mengering akan berubah warna menjadi putih. Teh putih
diproses secara alami dan minimal yaitu hanya melalui pelayuan dan pengeringan dengan
bantuan angin dan sinar matahari segera setelah proses pemetikan dilakukan, tanpa
mengalami proses oksidasi/fermentasi maupun penggilingan sehingga tidak merusak
bentuk teh yang sebenarnya.
a. Pelayuan
1. Pelayuan pucuk disebar di atas alas yang dibuat dari bambu.
98
2. Pucuk dibeber sedemikian sehingga tidak ada penumpukan satu sama
lainnya.
3. Saat cuaca terang, pucuk dikeringkan di bawah sinar matahari untuk
beberapa jam sebelum jam 11.00 siang dan setelah 14.00 sore, dan
kemudian dipindahkan ke dalam ruangan. Prosedur ini diulangi untuk 2
sampai 3 hari.
4. Selama pelayuan, tidak diperlukan fanning atau pememaran. Tepi pucuk
mengeriting, rambut memutih, dan pucuk menjadi semerbak.
c. Sortasi
Proses sortasi berujuan untuk memisahkan produk teh putih berdasarkan
gradenya dan kemungkinan kontaminasi selama proses pelayuan sebelum
dilakukan proses pengeringan akhirnya.
d. Pengeringan
Hasil pelayuan Peko yang telah disortir dikeringkan pada temperatur 40 – 45OC
selama 20 sampai 30 menit.
99
Bahan Baku
(Pucuk Pekoe)
Pelayuan Matahari
(3 hari pagi/siang)
Pelayuan dalam
Ruangan
(3 hari sore/malam)
Sortasi Manual
Pengeringan
(oven dryer)
Pengemasan dan
Penyimpanan
a. Paper Sack
Paper sack yang digunakan terdiri dari 4 lapis kertas yaitu play standar (paling
luar), weth strenght auto ply, high perfomance craft, dan aluminium foil. Fungsi
pelapisan aluminium foil adalah untuk menjaga kualitas teh dari pengaruh luar.
Banyaknya isian didalam paper sack berbeda-beda untuk tiap jenis teh, tergantung
dengan besar kecilnya partikel teh kering jadi yang akan dikemas. Paper sack
digunakan untuk mengemas teh kering yang akan dieksport. Dalam pengemasan
teh kering dengan paper sack setelah dilakukan penimbangan, kemasan yang telah
berisi teh kering dipadatkan dan dibentuk/dirapikan dengan mesin penggetar.
100
b. Karung plastic
Karung plastik yaitu lapisan dengan plastik idi bagian dalam yang berfungsi untuk
menjaga kualitas bubuk dari pengaruh luar. Pengisian bubuk dilakukan secara
manual, dan setelah ditimbang kemudian dijahit secara manual.
c. Dooz/kardus
Dooz yang digunakan terlebih dahulu diberi lapisan yaitu plastik, ring karton, karton
luar dan ban-tip. Pengemasan dooz di sesuaikan dengan permintaan konsumen
(pasar). Biasanya Jepang menghendaki kemasan dengan kardus ini.
Untuk menjaga mutu dan keamanan produk selama proses penyimpanan sebelum
dikirim ke Gudang Marketing atau langsung ke Konsumen perlu dilakukan beberapa
tahapan kegiatan seperti dibawah ini :
1. Bahan keringan teh yang telah disortasi di kemas dalam karung plastik atau
dalam drum plastik kemudian disimpan di gudang kebun. Barang tersebut akan di
blending, dikemas, dan dikirimkan ke gudang marketing atau konsumen.
2. Pastikan bahwa barang tersebut disimpan digudang yang tidak bocor, tidak
terkena percikan air hujan yang masuk melalui ventilasi, dan selalu dipantau
suhu dan kelembabannya.
3. Penyimpanan di dalam gudang dikelompokan berdasarkan Grade.
4. Penyimpanan barang yang akan dirework di dalam gudang harus dipisahkan dari
barang yang sudah siap blending.
Untuk menjaga kualitas produk akhir agar sesuai dengan keinginan konsumen maka
diperlukan serangkaian pengujian terhadap teh kering yang akan dipasarkan.
Pengujian mutu produk akhir meliputi analisa kadar air, uji densitas dan uji
organoleptik.
b. Uji Densitas
Tujuan dari uji densitas adalah untuk mengetahui ukuran partikel teh kering
sebelum pengemasan. Nilai densitas pucuk teh merupakan salah satu penentu
mutu yang menentukan tingkat acceptability konsumen. Uji densitas dilakukan
dengan cara mengambil sampel 100 gram teh jadi yang kemudian dimasukkan
dalam gelas ukur tanpa ketukan. Hasil yang terbaca pada gelas ukur merupakan
nilai densitas teh jadi per 100 gram.
101
c. Uji Organoleptik
Dilakukan dengan tester panelis kepala bagian pabrik. Pengujian dilakukan pada
teh keluar dari pengering dan produk teh jadi untuk mengetahui persepsi warna,
rasa, aroma dan air seduhan, kenampakan teh kering serta kenampakan ampas
seduhan teh hitam yang meliputi uji kenampakan, uji air seduhan, dan uji ampas
seduhan.
102
VII. KETERUNUTAN PRODUKSI
I. Tujuan
Dapat melakukan penelusuran dari produk jadi hingga dapat menentukan identitas asal
bahan baku.
III. Definisi
Pendahuluan
Konsep Traceability
Kemampuan untuk menelusuri produk sampai ke sumber bahaya merupakan kontrol yang
dapat dibangun untuk menghindari atau setidaknya mengurangi terjadinya hal hal yang
tidak diinginkan.
Satu elemen terpenting dalam menerapkan sistem traceability adalah dengan penandaan
yang tepat, yang dalam hal ini adalah chop produk yang bersangkutan. Chop dapat
menunjukkan asal-usul bahan baku (tanggal dan lokasi areal pemetikan pucuk teh), dan
waktu dilaksanakannya pengolahan, sortasi, blending, pengemasan, penggudangan
(pelabelan), dan pengiriman produk akhir yang berasal dari bahan baku termaksud.
a. Penentuan alur proses traceability dari finish product hingga asal raw material.
b. Pengidentifikasian prosedur yang ada, berkaitan dengan informasi produk.
c. Pengidentifikasian rekaman yang ada, sebagai pendukung dokumentasi traceability
rekaman ini harus disimpan dan dicatat seakurat mungkin.
d. Tersedianya prosedur penarikan produk.
e. Dokumentasi dan rekaman.
103
7.1. Alur Proses Traceability Teh Hijau Pan Firing
Pemeliharaan TM
Pemetikan
Angkutan
Penerimaan Pucuk
Pelayuan
Penggulungan
Pengeringan
Sortasi
Pengemasan
Pengiriman
1. SOP Kebun
2. SSOP Penanganan Pucuk Pasca Petik
3. SSOP Pengangkutan
4. SOP Pabrik Pengolahan Teh Hijau Pan Firing
104
11. Form Laporan Repolishing FORM : SOP-PPGT-09
12. Form Laporan Redrying FORM : SOP-PPGT-10
13. Form Laporan Tea Tasting Hasil Sortasi Harian FORM : SOP-PPGT-11
14. Form Laporan Hasil Sortasi Keringan FORM : SOP-PPGT-12
15. Form Laporan Resorting FORM : SOP-PPGT-13
16. Form Laporan Suhu dan Kelembaban Gudang Kebun FORM : SOP-PPGT-14
17. Form Label Bungkus Tea Sample / Chop Sample FORM : SOP-PPGT-15
18. Form Label Karung / Sack FORM : SOP-PPGT-16
19. Form Laporan Pengepakan FORM : SOP-PPGT-17
20. Form Surat Pengantar Produksi Teh FORM : SOP-PPGT-18
21. Form Berita Acara Pengiriman Barang FORM : SOP-PPGT-19
22. Form Surat Perintah Jalan FORM : SOP-PPGT-20
23. Form Laporan Pemantauan Hama di Pabrik FORM : SOP-PPGT-21
24. Form Laporan Pemantauan Kontaminasi Fisik FORM : SOP-PPGT-22
25. Form Laporan Pemantauan Fungsi Magnet Detektor FORM : SOP-PPGT-23
26. Form Kalibrasi Mesin SGS FORM : SOP-PPGT-24
Bahan Baku
Steaming
(Mushiki)
Cooling Machine
Tea Roller
(Jyunenki)
Secondary Drying
Tea Roller (Chujyuki)
Oven
Sortasi
Pengepakan
105
7.2.1. Prosedur Produksi
1. SOP Kebun
2. SSOP Penanganan Pucuk Pasca Petik
3. SSOP Pengangkutan
4. SOP Pabrik Pengolahan Teh Hijau Steaming
106
7.3. Alur Proses Traceability Teh Putih
Bahan Baku
(Pucuk Pekoe)
Pelayuan Matahari
(3 hari pagi/siang)
Pelayuan dalam
Ruangan
(3 hari sore/malam)
Sortasi Manual
Pengeringan
(oven dryer)
Pengemasan dan
Penyimpanan
1. SOP Kebun
2. SSOP Penanganan Pucuk Pasca Petik
3. SSOP Pengangkutan
4. SOP Pabrik Pengolahan Teh Putih
107
2. Formulir Data Kadar Air
3. Formulir Data Suhu dan Kelembaban
4. Formulir Catatan harian Produksi
5. Formulir Buku Uji Inderawi Teh Putih
6. Formulir Bukti Pengeluaran Barang
108
VIII. LOGO DAN MAKNA
MAKNA LOGO
109
tanaman yang secara ekologis setidaknya mempunyai 4 (empat) fungsi; yaitu
: sebagai tanaman konservasi air, sebagai pencegah erosi, sebagai
pencegah banjir, dan sebagai pencegah bahaya longsor. Secara umum
setidaknya mempunyai 4 (empat) manfaat; yaitu : menyediakan dan
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
pelaku usaha perkebunan teh, melestarikan lingkungan, serta meningkatkan
pendapatan/devisa negara.
h. Kalimat “Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Teh Java Preanger”
yang mengelilingi lambang rangkaian 12 daun teh, gunung yang dihiasi
setangkai daun teh, dan 4 (empat) gelombang berwarna biru
menggambarkan persatuan dan kesatuan yang kokoh sel uruh pemangku
kepentingan teh untuk melestarikan tanaman teh secara berkelanjutan di
bumi Parahyangan.
110
IX. TANDA IG DAN PENGGUNAANNYA
Label MPIG Teh Java Preanger, ditetapkan sebagaimana gambar 53 diatas yang memiliki
makna :
Seorang “Mojang Sunda” yang sedang tersenyum ramah sambil memandang setangkai
pucuk teh yang bermutu tinggi, menggambarkan keramahan warga Sunda/Jawa Barat
yang mampu menghasilkan cita rasa Teh Java Preanger premium yang bermutu tinggi.
a. Tanda IG Teh Java Preanger hanya boleh digunakan pada produk teh hijau Pan
Firing, Teh Hijau Steaming, atau teh putih yang berasal dari pucuk teh yang
ditanam dan diolah di wilayah Jawa Barat dengan tata cara pemeliharaan dan
111
pengolahan serta kualitas produk sesuai ketentuan dalam Buku Persyaratan ini
b. Pelaku proses produksi pucuk, pemasaran pucuk teh segar, pengolahan teh hijau
dan teh putih haruslah yang terdaftar dalam Buku Persyaratan
c. Produk yang tidak memenuhi ketentuan diatas tidak boleh menggunakan tanda IG
Teh Java Preanger
MPIG Teh Java Preanger telah membentuk Tim Penilai kualitas Teh Java Preanger
yang akan melakukan penilaian atas kualitas produk untuk memastikan produk teh
yang bersangkutan dapat dinyatakan memenuhi kualitas IG teh Java Preanger dan
boleh menggunakan tanda IG teh Java Preanger.
Teh Hijau Steaming, Teh Hijau Pan Firing dan Teh Putih yang tidak melaui atau
tidak lulus pengujian kualitas oleh Tim Penilai Kualitas Teh Java Preanger tidak
boleh menggunakan tanda ig Teh Java Preanger.
112
X. PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
Pengawasan dan Pembinaan dilakukan untuk menjamin Kualitas dan keamanan produk
Teh Java Preanger agar tetap konsisten sesuai dengan standar mutu dan keamanan
produk Indikasi Geografis (IG) Teh Java Preanger. Secara khusus pengawasan dan
pembinaan dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan dan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam Buku Persyaratan.
Secara umum pengawasan dan pembinaan dilakukan secara eksternal dan secara
internal.
Pengawasan eksternal dilakukan oleh konsumen, pembina dari unit kerja terkait dan dari
Ditjen HKI Kementerian Hukum dan HAM. Hasil pengawasan eksternal disampaikan
kepada Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Teh Java Preanger (MPIG-TJP) dan
MPIG-TJP akan melakukan :
Pengawasan internal dilakukan oleh petani Teh Java Preanger dan oleh pengolah Teh
Java Preanger sendiri serta oleh petugas yang ditunjuk oleh MPIG-TJP untuk melakukan
pengawasan internal secara bertingkat. Petugas pengawasan internal adalah juga
anggota MPIG-TJP.
Pengawasan Internal dilakukan mulai dari budidaya sampai dengan pengolahan, yang
dilaksanakan secara mandiri oleh petani (autocontrol); pengawasan internal organisasi
oleh kelompok tani, dan pengawasan oleh MPIG TJP, termasuk Pengawasan Mutu oleh
Tim Penguji Mutu MPIG TJP.
113
di dalam Buku Persyaratan dan ditaati dalam praktek budidaya.
Pengawasan mandiri ini dimaksudkan agar daun teh yang
dihasilkan oleh masing-masing petani memenuhi standar mutu
untuk menghasilkan teh kualitas TJP.
114
membuat dokumentasi dan analisis hasil pengawasan
tersebut. Jika ada hal-hal yang perlu diperbaiki di lapangan
segera diberitahukan ke kelompok tani untuk diteruskan
kepada masing-masing petani.
115
dipasarkan dengan menggunakan tanda IG TJP yang berupa
label serta Kode Keterunutan. Pengujian mutu yang dilakukan
oleh Tim Penguji Mutu MPIG TJP dilakukan atas permintaan
pengolah terhadap produk yang akan diberi tanda IG dan Kode
Keterunutan. Pengujian dilakukan terhadap kualitas fisik,
organoleptik dan kejelasan asal usul bahan baku. Produk yang
tidak melalui pengujian mutu oleh Tim Penguji Mutu MPIG TJP
tidak diperkenankan menggunakan tanda IG TJP dan Kode
Keterunutan. Tim Penguji Mutu mencatat hasil pengujian yang
dilakukan dan melaporkan hasil pengujian kepada MPIG TJP
setiap kali selesai melakukan pengujian mutu.
116
PENUTUP
Teh Java Preanger adalah teh premium; yang berasal dari pucuk berkualitas baik yang
ditanam di pegunungan wilayah geografis Provinsi Jawa Barat; yang masing-masing lokasi
kebun/tanaman tehnya mempunyai kekhasan taste/aroma tersendiri; yang pada akhir abad
ke XIX menempati posisi kualitas terbaik dan mendapatkan harga terbaik di dunia apple to
apple; yang dikenal sebagai Teh Java Preanger dan juga disebut sebagai “komoditas
emas” yang mampu merubah wilayah geografis Priangan (Preanger) menjadi wilayah
“emas hijau”; yang mampu memberikan keuntungan berlimpah ruah bagi pelaku usahanya,
sehingga para pengusahanya mampu membangun Kota Bandung sampai mendapat
julukan “Parijs van Java” dan bisa mendermakan sebagian hartanya untuk kepentingan
orang banyak; yang sampai saat ini tanaman tersebut dipelihara dan dikembangkan
dengan standar Good Agriculture Practices (GAP) dan pucuknya diolah dengan standar
Good Manufacturing Practices (GMP).
Teh Java Preanger berasal dari berbagai pegunungan di wilayah geografis Priangan
(Preanger) yang masing-masing mempunyai ke-khas-an sendiri-sendiri. Sebagai contoh
sama-sama teh hitam dari Pegunungan Gunung Malabar akan berbeda taste-nya
dibanding dengan teh hitam dari Pegunungan Gunung Tilu Rancabolang. Perbedaan taste
produk teh itulah yang disebut dengan ke-khas-an Indikasi Geografis (IG). Oleh karena itu
guna melindungi keberlangsungan teh java preanger tersebut, maka MPIG Teh Java
Preanger akan menetapkan standar mutu dan keamanan produk IG Teh Java Preanger
guna menghindari kemungkinan penduplikasiannya oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab.
Teh Java Preanger yang bernilai sejarah, bernilai ekonomi, bernilai sosial budaya, dan
bernilai pelestarian lingkungan yang tinggi, merupakan kekayaan Intelektual yang harus
dilindungi keberlangsungan (sustainability)-nya dengan strategi, taktik, dan teknik
operasional yang cepat dan tepat yang dilakukan secara sistematis, programatis, dan
berkelanjutan.
Secara Strategis
117
Paralel dengan itu harus sesegera mungkin melaksanakan peningkatan intensitas
promosi, edukasi, dan pemasaran guna meningkatkan image dan harga jual Teh Java
Preanger agar secara ekonomi dapat senantiasa memperoleh keuntungan. Untuk itu
perlu segera dibangun Museum, Pusat Promosi, Pusat Edukasi, dan Pusat Pemasaran
Online yang mampu menjangkau pelanggan/konsumen dan calon pelanggan di dalam
maupun di luar negeri. Pembangunannya secara Online ini pada saatnya harus
dilanjutkan dengan pembangunannya secara fisik berupa Tea House yang didalamnya
terdapat museum, pusat promosi, pusat edukasi, dan pusat pemasaran Teh Java
Preanger.
Harus sesegera mungkin dilakukan peningkatan intensitas kegiatan intensifikasi dan
rehabilitasi tanaman teh agar dapat dicapai tanaman yang produktivitasnya tinggi yang
mampu menghasilkan pucuk yang berkualitas baik serta mampu menjaga kelestraian
lingkungan. Hal ini telah mulai dilaksanakan dengan bantuan dana GPATN sebesar
Rp. 48 milyar untuk tanaman seluas 3.200 hektar pada tahun 2014/2015. Program ini
akan terus dilanjutkan pada tahun 2015/2016 seluas 5.000 hektar, 2016/2017 seluas
5.000 hektar, dan seterusnya.
Sesegera mungkin melaksanakan pembangunan pabrik yang lebih efisien, lebih
efektif, dan yang lebih dapat menjamin perolehan mutu dan keamanan produk teh
yang dihasilkannya; yakni produk teh yang dapat dikatagorikan sebagai salah
satu the best quality and the cleanest tea in the world. Pabrik ini akan berstandar
Internasional (State of the Art) yang pada saat ini diperkirakan bernilai Rp. 8,5
milyar per unit pabrik. Pada tahap pertama akan dilaksananakan pembangunan
pabrik state of the art sebanyak 2 (dua) unit sebagai pabrik state of the art
percontohan yang akan dimiliki oleh BUMP (Badan Usaha Milik
Petani)/Koperasi/Gapoktan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur guna
mengolah pucuk yang dihasilkan dari tanaman teh-nya seluas 1.100 hektar yang telah
mendapat bantuan dana GPATN sebesar Rp. 17 milyar untuk program Intensifikasi dan
Rehabilitasi tanamannya tersebut dari total tanaman teh seluas 3.200 hektar yang
mendapat dana bantuan GPATN sebesar Rp. 48 milyar di Provinsi Jawa Barat. Pada
tahap selanjutnya akan dibangun Pabrik State of the art sebanyak 10 (sepuluh) unit
pada tahun 2016/2017, dan seterusnya.
Harus sesegera mungkin dilaksanakan peningkatan intensitas riset yang berkenaan
dengan perbaikan standar kualitas IG Teh Java Preanger dan peningkatan intensitas
pelatihan tentang tanaman dan pabrik pengolahan guna percepatan pencapaian
perkebunan teh rakyat yang berstandar IG Teh Java Preanger
Sesuai dengan perkembangan tuntutan pelanggan dan dalam rangka melestarikan teh
java preanger, maka MPIG Teh Java Preanger selain akan menetapkan standar mutu dan
keamanan produk IG Teh Java Preanger juga pada saatnya akan menerapkan standar
kualitas keamanan produk sesuai standar HACCP, ISO 22000, dan FSSC (ISO 22000 dan
PAS) sebagai satu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari standar mutu
dan keamanan produk IG Teh Java Preanger. Selain itu teh java preanger juga akan
diproduksi dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan/petani serta kelestarian
118
lingkungan hidup sesuai standar Sustainable Agriculture Network (SAN) dan standar UTZ.
Untuk itu MPIG Teh Java Preanger memerlukan dukungan sepenuhnya dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Organisasi Masyarakat Pertehan, Manajemen Perkebunan
BUMN Teh, Manajemen Perkebunan Besar Swasta (PBS) Teh, dan
Koperasi/BUMP/Gapoktan – Perkebunan Teh Rakyat.
Teh Java Preanger adalah produk teh yang berasal dari tanaman teh yang dihasilkan dari
wilayah geografis Provinsi Jawa Barat. Namun dalam penyusunan Buku Persyaratan
Indikasi Geografis Teh Java Preanger ini akan dibatasi terlebih dahulu pada wilayah
geografis Kabupaten Bandung saja; khususnya yang bersangkutan dengan wilayah
geografis Perkebunan Teh PPTK Gambung, Perkebunan Teh Rakyat disekitar Gambung,
dan Perkebunan Teh Kanaan.
Sedangkan Pendaftaran Indikasi Geografis Teh Java Preanger yang dihasilkan selain dari
perkebunan-perkebunan tersebut diatas yang berlokasi di wilayah geografis Jawa Barat
akan disampaikan kemudian.
119
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, 2009. Proyeksi Keragaan Sumberdaya Lahan Jawa Barat 2040 dan Kaitannya
dengan Kesediaan Pangan. Internet.
http://abam09tea.wordpress.com/2009/09/30/proyeksi-keragaan-sumberdaya-lahan-
jawa-barat-2040dan-kaitannya-dengan-kesediaan-pangan/
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), 2012. 22 Waduk untuk
Rehabilitasi Citarum. Internet. http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/22-waduk-
untuk-rehabilitasi-citarum
Carr,M.K.V. 1972. The climate requirement of tea plant. A review. Expl. 8 : 1-4.
Cook,R.L. 1962. Soil management for conservation and production. John Wiley and Sons
Inc., New York.
Cramer, H.H. 1967. Plant protection and world crop production . Pflanzenschutz
Nachrichten Bayer, Leverkusen, Germany.
Cup,G.A. 1973. Semai versus setekdalam hal bahan tanaman untuk peremajaan tanaman
teh. Pertemuan teh 1973, Bogor.
Dalimoenthe, S.L., dan M.E. Johan. 2009. Pemangkasan pada tanaman teh. PPTK,
Gambung.
Eden, T. 1965. Tea 2nd ed. Longmans Green and Co.Ltd., London.
Frasetya, B., Dirga S. S., Eko P., Eso S., Henly Y., Nofalia N., Nurina H. A., Putri I. N., dan
Rimma R., 2012. Kondisi Pangan Jawa Barat 2000 – 2012 Menghadapi Tekanan
Penduduk dan Perubahan Iklim. Mahasiswa Pascasarjana Prodi Magister Ilmu Tanah,
Faperta UNPAD.
Forum Mahasiswa Ekonomi Indonesia (FMEI), 2012. Tantangan Jawa Barat memperkuat
Sektor Pertanian menuju Ketahanan Pangan. Internet.
http://fmeindonesia.wordpress.com/2012/12/30/tantangan-jawa-barat-memperkuat-
sektor-pertanian-menuju-ketahanan-pangan/
Harler, C.R. 1963 Tea manufacture, Oxford Univ. Press, London. 112 p.
Johan, M.E., dan S.L. Dalimoenthe. 2009. Pemetikan pada tanaman teh. PPTK, Gambung.
Kementerian Lingkungan Hidup, 2012. Ekoregion Provinsi Jawa Barat. Pusat Pengelolaan
Ekoregion Jawa. Internet.
http://ppejawa.com/profile/13_ekoregion_provinsi_jawa_barat.html
Kuswandi Md, H. SH. Rumah Bambu – Koleksi Budaya Tani Tradisional Parahyangan dan
Koleksi Sejarah Teh Indonesia, (tt).
Mathews, G.A. 1985. Pesticide application technology. Lecture Note; Third MAPPS-UPM
120
Course on Pesticide Application Technology, Serdang, Selangor, Malaysia, October
22-26. 1985.
PPTK. 2006. Petunjuk kultur teknis tanaman teh. Edisi ketiga. PPTK, Gambung.
PPTK. 2009. More than a cup of tea. Edisi I. PPTK, Gambung. Bandung Jawa Barat.
Soil Survay Staff USDA. 1975. Soil taxonomy, a basic system of soil classification for
making and interpreting soil survey. Agric. Handbook No. 438, Washington DC, USA.
Universitas Pendidikan Indonesia, 2012. Kondisi Fisografi dan Geologi Regional Jawa
Barat. Internet.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-
YAKUB_MALIK/KONDISI_FISIOGRAFI_DAN_GEOLOGI_REGIONAL_JAWA_BARA
T.pdf
Venkataramani, K.S. 1964. Weeds and their control in tea fields. Symp. Pest, Disease and
Weed Control in Tea, UPASI (India).
Widayat, W. 2007. Hama-hama penting pada tanaman teh dan cara pengendaliannya.
PPTK Gambung.
121
LAMPIRAN-LAMPIRAN
122
Lampiran 1
Akta Notaris Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Pendirian Masyarakat Perlindungan
Indikasi Geografis (MPIG) Teh Java Preanger
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
Lampiran 2
Daftar Anggota Kelompok Tani Neglasari dan Daftar Kelompok Tani GAPOKTAN Karya
Mandiri Sejahtera penghasil pucuk teh segar anggota MPIG-TJP Kabupaten Bandung
147
148
149
Lampiran 3
Daftar Pengepul Pucuk Teh, Pengolah Pucuk Teh, Pemasar, dan Rantai Tata Niaga
Teh Java Preanger yang tergabung dalam MPIG Teh Java Preanger Kabupaten
Bandung
150
151
152
LAmpiran 4
153
154
155
156
157
Lampiran 5
158
159
160
161
162
163
164
Lampiran 6
165
166
167
168
169
Lampiran 7
Peta Potensi Wilayah Indikasi Geografis Teh Java Preanger di Jawa Barat dan
Kabupaten Bandung
170
171
172
173
174
175
Lampiran 8
Surat Rekomendasi Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tentang Potensi
Wilayah Geografis Penghasil Teh Java Preanger
176
177
Lampiran 9
Sertifikat HACCP, FSSC (ISO 22000 + PAS), ETP, Rainforest Alliance dan UTZ
Kanaan
178
179
180
181
182
183
184
Lampiran 10
Surat Pernyataan Tidak Keberatan Dengan Logo Indikasi Geografis Teh Java Preanger
dari MPIG Kopi Arabika Java Preanger
185
186
187
188
Lampiran 11
189
190
191
192
193
194
Lampiran 12
195
196
197
Lampiran 13
198
199
200
201