kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meningkatnya jumlah aktivitas penerbangan berdampak positif bagi GMF AeroAsia (GMFI)


Minggu, 29 November 2020 / 13:32 WIB
Meningkatnya jumlah aktivitas penerbangan berdampak positif bagi GMF AeroAsia (GMFI)
ILUSTRASI. Pesawat terpakir di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/pras.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) turut merasakan angin segar dari peningkatan jumlah aktivitas penerbangan di kuartal tiga hingga pertengahan kuartal empat tahun 2020. Peningkatan aktivitas penerbangan ini menumbuhkan optimisme bagi GMF terhadap bangkitnya industri aviasi di masa pandemi COVID-19. 

Berdasarkan data yang diperoleh dari kanal resmi Badan Pusat Statistik, pada bulan Mei, jumlah penumpang di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta untuk keberangkatan domestik berjumlah 27,500 orang. Angka ini menurun lebih dari 90% sejak bulan Januari 2020.

Direktur Utama GMF, I Wayan Susena, tidak menampik GMF terkena imbas dari pandemi COVID-19. Menurutnya, pandemi memberikan dampak pada banyak sektor, terutama industri penerbangan. "Namun kita tidak bisa hanya tinggal diam, di saat seperti ini berbagai upaya penyesuaian bisnis tetap dilakukan secara cepat untuk mempercepat recovery Perseroan,” ungkap Wayan, Jumat (29/11).

Pada kuartal III/2020 ini, GMF telah mencatatkan pertumbuhan jumlah event produksi hingga lebih dari 100% pada sektor bisnis engine maintenance dibandingkan kuartal sebelumnya. Pencapaian positif lainnya juga dirasakan oleh sektor bisnis component maintenance yang mencatatkan pertumbuhan event produksi hingga 38% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Wayan mengungkapkan, membaiknya kinerja operasional GMF pun dapat dilihat dari mulai masuknya beberapa customer asing yang semula melakukan penundaan terhadap perawatan armadanya akibat pandemi. Salah satunya datang dari Filipina.

Baca Juga: Garuda Indonesia sediakan 150 titik layanan tes PCR dan swab test

Hingga akhir kuartal ketiga tahun 2020, Perseroan mampu mendatangkan berbagai customer Internasional baru ditengah pandemi COVID 19. Customer baru ini berasal dari wilayah Eropa, Afrika, Oceania dan Asia Selatan. Selain itu, Perseroan juga mampu mempertahankan kepercayaan customer Internasional lain yang kembali mengirimkan armadanya meskipun terjadi penundaan ataupun penjadwalan ulang (reschedule) terkait dengan Pandemi COVID 19. 

“Kami menyambut dengan tangan terbuka bagi customer yang hendak menyiapkan kembali armadanya. Personel GMF akan memberikan dukungan terbaik dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan yang berlaku agar maskapai-maskapai tersebut dapat kembali beroperasi secara optimal dan prima.” tambah Wayan.

Beberapa maskapai kini masih perlu mengencangkan ikat pinggang untuk bertahan di masa pandemi dengan mengefisienkan operational cost, salah satunya melalui optimalisasi jumlah armada aktif agar dapat terutilitasi secara maksimal. Hal ini berdampak pada peningkatan permintaan redelivery pesawat dari maskapai kepada lessor.

Memasuki kuartal IV, GMF telah menerima beberapa permintaan untuk melakukan pengerjaan project redelivery tersebut. Peningkatan project redelivery menjadi salah satu pendorong peningkatan jumlah event pada sektor bisnis airframe maintenance, sehingga mampu tumbuh 13% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Perseroan saat ini juga masih dalam proses pengembangan capability serta securing pekerjaan pesawat angkut militer dan explore untuk project lainnya. Pengembangan bisnis ke area non-aviasi juga terus di lakukan melalui peningkatan bisnis perawatan Industrial Gas Turbine Engine yang telah di miliki GMFI.

Karena menurut Wayan, potensi pasar untuk melakukan perawatan pada mesin – mesin turbin pada area pertambangan, minyak dan gas masih sangat luas. Kerja sama dengan OEM serta partner – partner lainnya diharapkan dapat meningkatkan volume bisnis ini.

"Saat ini proporsi pendapatan dari Industri Pertahanan maupun Non-Aviasi lainnya kurang dari 5% dari total pendapatan Perseroan dan ditargetkan untuk tumbuh sangat signifikan yang dapat menunjang Pendapatan Perseroan kedepannya," katanya.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, GMFI membukukan pendapatan US$ 191,83 juta pada kuartal III tahun ini atau menysut 48,37% dari periode yang sama tahun lalu. Rinciannya, pendapatan dari repair dan overhaul senilai US$ 133,98 juta turun 53,73% dari periode yang sama tahun lalu, pendapatan dari perawatan US$ 37,25 juta, dan operasi lainnya menyumbang US$ 20,59 juta.

Di lain sisi, beban pegawai Garuda Maintenance Facility Aero Asia meningkat 6,54% jadi US$ 94,04, beban subkontrak naik 6,74% jadi US$ 108,36 juta, beban penyusutan 35,45% lebih tinggi jadi US$ 18,11 juta, dan beban opersional lainnya juga meningkat 101,69% jadi US$ 84,65 juta. Hanya beban material yang mengalami penurunan 35,19% jadi US$ 64,82 juta.

Dengan demikian Garuda Maintenance Facility Aero Asia mencatat rugi periode berjalan sebesar US$ 160,54 juta, padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, emiten ini masih laba US$ 9,50 juta.

Meski demikian, menjelang tutup tahun, aktivitas penerbangan diprediksi masih akan menunjukkan tren positif. Hingga kuartal tiga kemarin, sektor bisnis line maintenance meningkat hingga 77% akibat meningkatnya volume penerbangan domestik maupun internasional terbatas.

“Masyarakat semakin sadar dengan protokol kesehatan, ekosistem dunia penerbangan Indonesia pun semakin adaptif terhadap penyesuaian-penyesuaian di masa pandemi ini, kami rasa dalam waktu dekat grafik kenaikan penumpang akan semakin meningkat. GMF akan bersiap terhadap hal tersebut dengan terus mengedepankan keamanan dan kebersihan armada customer kami,” imbuh Wayan.

Aktivitas penerbangan yang meningkat juga diharapkan dapat turut menggenjot perbaikan kinerja GMF dengan peningkatan work order pada perawatan yang berbasis flight hours. Untuk menjaga keberlangsungan bisnis selama masa pandemi, GMF menerapkan strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. 

Untuk jangka pendek, Perseroan menerapkan strategi “cash is king” yang berfokus dalam pengelolaan likuiditas Perseroan serta optimalisasi sumber daya. Sedangkan strategi jangka menengah GMF akan berfokus kepada diversifikasi bisnis (“business diversification”). Strategi jangka pendek dan jangka menengah ini merupakan Langkah-langkah yang ditempuh oleh Perusahaan dalam menghadapi tantangan yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. 

Dalam pandangan jangka Panjang, GMF juga akan melakukan berbagai aksi korporasi untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis MRO, antara lain kerjasama dengan pihak ketiga/partner.

Selanjutnya: Garuda Indonesia wajibkan tamu yang berkunjung ke kantor sudah melakukan rapid test

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×