Bogor, 24 Agustus 2021
Oleh Ruhyana
Kh. Idham Chalid seorang tokoh nasional situs makamnya berada di Bogor tepatnya di Cisarua Kabupaten Bogor, beliau meninggal dunia 11 Juli 2010. Pemilihan tempat pemakaman di Cisarua atas keinginan beliau sewaktu hidup dan berwasiat kepada keluarganya untuk dimakamkan di sini tepatnya berada di lingkungan Yayasan Darul Qur’an Cisarua yang di dalamnya terdapat lembaga anak-anak yatim yang beliau bentuk.
Jika ditelusiri biografinya, KH. Idham Chalid berasal dari Satui Banjar ( Kalimantan Sekatan-sekarang) lahir 27 Agustus 1921. Masa kecilnya tercatat ia habiskan di Kalimantan ketika di Sekolah Rakyat ( SR) Amuntai, kemudian ia lanjutkan di Madrasah Ar-Rasyidiyah yang lebih dikenal saat itu Arabisch School—di Amuntai untukmemperdalam bahasa Arab dan Inggris. Lalu melanjutkan studinya ke pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur sambil memperdalam bahasa Jepang, Jerman dan perancis.
Bergabungnya dengan NU diawali setelah lulus dari pesantren Gontor ia melanjutkan pendidikan di Jakarta, namun karena kefasihan dalam berbagai bahasa terutama bahasa Jepang dan Arab pada saat pendudukan Jepang di Indonesia, sering diminta bantuan untuk menjadi penerjemah pemerintahan Jepang ketika mengumpulkan para ulama Indonesia, di sinilah kontak dengan tokoh-tokoh NU mulai terbangun dan mulai bergabung dengan organisasi tersebut.
Kemampuan organisasinya ia aktif di organisasi sebagai pengurus besar Maarip NU, gerakan Pemuda Ansor ( GP Ansor) yang membawa kiprahnya di organisasi NU sebagai ketua Umum sangat lama 28 tahun. Ini sebuah kepercayaan dari kalangan NU yang tentu karena kemampuan dan kepiawaian mempimpin organisasi terbesar Islam di Indoensia ini. Pemikiran tentang NU dari tokoh ini terkenal dengan 3 ciri NU adalah pertama ajaran ahlussunah wa al-jama’ah/ aswaja, kedua sistem perjuangan yang dipimpin berakhlak ulama, dan ketiga kepribadian yang tradisional. Sedangkan slogan kepemimpinannya “ Jangan bertanya kita dapat apa dari NU, tapi bertanyalah apa yang bisa kita berikan kepada NU”. Ini sebuah symbol yang luar biasa agar NU semakin besar dan jasa-jasa NU dapat dirasakan semua kalangan masyarakat dengan berbagai generasi.
Jangan bertanya kita mendapat apa dari NU.
Tapi bertanyalah apa yang bisa kita berikan kepada NU
-Idham Chalid
Beliau terkenal tokoh Nahdlatul Ulama jebolan Pesantren Gontor yang aktif sebagai praktisi partai Persatuan Pembangunan ( PPP). Jabatan sebagai pemimpin Tanfiziah NU cukup lama ia jabat, sedangkan di pemerintahan pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri pada masa Kabinet Sastroamodjoyo II, Kabinet Juanda pada masa presiden Soekarno, sedangkan pada masa pemerintahan Soeharto sebagai Ketua MPR dan DPR dan pernah menjadi menteri Kesejahteraan Rakyat dan menteri social, dan Ketua dewan pertimbangan Agung.
Jasa terbesar Idham Chalid membawa organisasi NU mampu bertahan pada tiga masa, masa kemerdekaan, masa orde lama dan masa orde baru. Organisasi yang dibawanya mampu bertahan dalam badai politik saat itu, ketika NU bergabung dengan Masyumi, Idham Chalid menjadi pentolan Masyumi, ketika NU keluar dari Politik kembali ke khittah, begitu pula ketika NU berdiri sendiri menjadi partai di Pemilu, begitu juga ketika Nu menjadi fusi dari partai Persatuan Pembangunan, beliau posisinya tidak terdegradasi politik. Hal ini tentu karena kepiawaian mamainkan peran politik yang sedang berkuasa dengan tetap istiqomah memperjuangkan kepentingan umat yang lebih banyak.
Beberapa jasanya berkaitan dengan pendidikan tercatat sebagai pendiri Uinversitas Nahdlatul Ulama ( UNNU) yang sekarang berubah menjadi Universitas Islam Nusantara ( UNINUS) dan pernah menjabat sebagai rektornya, pendiriannya tentu bersama tokoh-tokoh lainnya. Beliau juga berjasa atas pendirian Universitas Lambung Mangkurat di Banjarmasin ( sekarang Banjar Baru Kalimantan Selatan) serta mengusulkan didirikannya Institut Agama Islam Negeri di setiap Provinsi. Selain itu beliau mewariskan dua buah yayasan pendidikan agama Islam Darul Maarif d Jakarta Selatan dan Darul Qur’an di Cisarua Bogor yang sekaligus menjadi tempat persitirahatan terakhir. Yayasan yang didirikannya tidak berdasarkan profit lebih besar pada kegiatan social yang diperuntukkan orang yang susah atau kurang mampu.
Sumber Referensi:
https://tirto.id/sejarah-hidup-idham-chalid-orang-nu-pertama-di-puncak-kekuasaan-edvF
You must be logged in to post a comment.