BRF : Silsilah Kerajaan Inggris

Duke of Bekasi
14 min readMar 4, 2023

Ngomong-ngomong soal British Royal Family memang tidak ada habisnya. Sebab topik BRF ini memang selalu menarik untuk dibahas baik dari sisi sejarah maupun gosipnya. Tetapi saya lebih suka membahas sejarahnya yang kaya dan menarik untuk dipelajari. Di tulisan saya kali ini, saya ingin menulis lengkap silsilah Kerajaan Inggris ini dimulai dari masa awalnya. Tulisan ini sebelumnya ada di profile Quora saya, namun saya merasa kurang kalau konten ini hanya bertengger di media sosial Quora saja.

Okelah, tidak butuh waktu lama, mari kita bahas.

British Royal Family in 2019

Jika kalian ingin menggunakan jawaban saya sebagai bahan konten (entah itu TikTok, Twitter, Youtube, dll) tolong izin terlebih dahulu kepada saya dan jangan lupa untuk memberikan kredit. Be Responsible, and Be Respectful. Terima kasih.

*tahun yang ditanda kurung merupakan tahun berkuasa.

Inggris adalah adalah negara dengan kerajaan tertua di Eropa. Kerajaan Inggris telah berdiri sejak abad ke-9 hingga saat ini, abad 21. Sebelum menjadi Inggris Raya, pulau di barat laut Eropa itu tadinya dikenal sebagai peradaban Anglo-Saxon. Di abad ke-5, suku Jermanik yang berasal dari daratan Eropa bermigrasi ke pulau Inggris dan menjadi peradaban Anglo-Saxon. Ada tujuh kerajaan utama di era Anglo-Saxon. Tujuh kerajaan ini akhirnya bersatu di bawah Wessex. Tujuh kerajaan itu adalah:

  1. East Anglia
  2. Mercia
  3. Northumbria
  4. Wessex
  5. Essex
  6. Kent
  7. Sussex

Terdapat perdebatan soal siapa raja pertama di tanah Inggris. Ada pendapat yang mengatakan raja pertama berasal dari Kerajaan Wessex atau Kerajaan Saxon Barat di barat daya Inggris. Raja pertamanya adalah Egbert dan umum diakui sebagai Raja Pertama Inggris. Namun ada pula yang bependapat Offa dari Mercia adalah raja pertama karena berkuasa dari 757 hingga 796. Berikut penguasa Inggris di era Anglo-Saxon dan tahun berkuasanya seperti dikutip dari Encyclopaedia Britannica:

Wangsa Wessex

  • Egbert (802–839)
  • Aethelwulf (Ethelwulf) (839–856)
  • Aethelbald (Ethelbald) (856–860)
  • Aethelberht (Ethelbert) (860–865)
  • Aethelred I (Ethelred) (865–871)
  • Alfred the Great (871–899)
  • Edward the Elder (899–924)
  • Elfward (924)
  • Athelstan (925–939)
  • Edmund I (939–946)
  • Eadred (Edred) (946–955)
  • Eadwig (Edwy) (955–959)
  • Edgar (959–975)
  • Edward the Martyr (975–978)
  • Ethelred II the Unready (Aethelred) (978–1013)

Wangsa Denmark

  • Sweyn Forkbeard (1013–1014)

Wangsa Wessex (Dikembalikan)

  • Ethelred II the Unready (Aethelred) (1014–1016)
  • Edmund II Ironside (1016)

Wangsa Denmark

  • Canute (1016–1035)
  • Harold I Harefoot (1035–1040)
  • Hardecanute (1040–1042)

Wangsa Wessex

  • Edward the Confessor (1042–1066)
  • Harold II (1066)

Wangsa Normandia

Pada 1066, William I, Adipati Normandia, menaklukkan Inggris. Orang-orang Norman dari Prancis yang menginvasi Inggris mendarat di pulau Inggris dan menggantikan bangsa Anglo-Saxon sebagai bangsa penguasa Inggris.

Penguasa pertama dari Wangsa Normandia adalah William I atau William the Conqueror (William Sang Penakluk), yang merupakan nenek moyang penguasa kerajaan Inggris sekarang.

William the Conqueror

William I (1066–1087) menikah dan memiliki 9 anak. Diantaranya William II, Henry I, dan Adela. Setelah William I meninggal, William II naik takhta.

William II of England

William II (1087–1100) tidak pernah menikah selama hidupnya, kemudian ia meninggal tanpa pewaris. Karena tidak adanya pewaris dari William II, adiknya, Henry I (1100–1135) naik takhta.

Henry I of England

Henry I memiliki banyak anak, namun yang diakui hanya dua yaitu, William dan Matilda. Sayangnya sang pewaris takhta, William, meninggal dan Matilda pun menjadi pewaris takhta berikutnya.

Tetapi, saat Henry I meninggal, sepupu Matilda yang bernama Stephen (Anak dari Adela) merebut takhta. Hal ini mengakibatkan perang saudara selama satu dekade antara pihak Matilda dan pihak Stephen. Stephen (1135–1154) memenangkan pertempuran dan ia pun menjadi Raja Inggris saat itu.

Stephen of England

Stephen menikah dan memiliki 4 anak, sayangnya dari semua anaknya itu, tidak ada yang tertarik menjadi penguasa berikutnya. Setelah kematian Stephen, taktha pun jatuh kepada anak Matilda, Henry II (1154–1189).

Wangsa Angevin

Henry II of England

Henry II menikah dengan Eleanor of Aquitaine dan memiliki 10 anak, diantaranya Henry the Young, Richard, dan John. Di masa pemerintahannya, ia mengubah sistem kerajaan (yaitu dengan adanya 2 raja dalam satu kerajaan). Ia menunjuk anaknya, Henry the Young sebagai raja yang mendampinginya. Hal itu tentu tidak disetujui oleh anak — anak lainnya dan terjadilah perang saudara.

Namun, 10 tahun setelah perang itu, Henry the Young meninggal, begitu juga dengan Henry II yang menyusul putranya itu 6 tahun kemudian. Akhirnya, Richard (1189–1199) pun naik takhta dan dikenal sebagai Richard I the Lionheart (Richard si Hati Singa).

Richard I of England

Richard I meninggal tanpa pewaris dan takhta berikutnya jatuh kepada adiknya, John (1199–1216).

King John of England

Setelah John wafat, takhta diteruskan kepada putranya, Henry III (1216–1272).

Henry III of England

Takhta pun lalu berlanjut kepada putra Henry III, Edward I (1272–1307).

Edward I of England

Dan takhta terus berlanjut ke Edward II (1307–1327), dan Edward III (1327–1377).

Edward II of England
Edward III of England

Edward III memiliki 9 anak, termasuk Edward the Black Prince, Lionel Antwerp, John of Gaunt, Edmund of Langley, Thomas Woodstock. Karena pewaris takhta, Edward the Black Prince meninggal sebelum Edward III. Maka, setelah Edward III meninggal, takhta diteruskan kepada anak Edward the Black Prince, Richard II (1377–1399).

Richard II of England

Setelah kematian Richard II tanpa pewaris, takhta diteruskan ke Henry IV yang merupakan sepupunya (anak dari John of Gaunt).

Wangsa Lancaster

Henry IV of England

Henry IV (1399–1413) merupakan raja pertama dari wangsa Lancaster. Setelah kematian Raja Henry IV, anaknya, Henry V (1413–1422) menjadi raja.

Henry V of England

Henry V mati muda karena disentri. Saat kematiannya, anaknya, Henry VI (1421–1471) & (1470–1471) masih berusia 9 bulan dan menjadikan ia raja termuda saat naik takhta.

Henry VI of England

Henry VI menikah dengan Margaret of Anjou, mereka memiliki anak namun mati muda. Henry VI ditangkap dan dikurung di Menara London dan tak lama kemudian ia meninggal. Karena tak ada pewaris, takhta jatuh ke Edward IV (1461–1470) & (1471–1483).

Edward IV of England

Wangsa York

Edward IV sendiri merupakan sepupu Henry III (3rd Cousin) dan cicit dari Edward III. Edward IV menikah dengan Elizabeth Woodville dan memiliki 10 anak termasuk Edward dan Elizabeth of York. Setelah Edward IV meninggal, putra sulungnya, Edward (1483) naik takhta menjadi Edward V dan didampingi pamannya, Richard.

Edward V of England

Namun, tak lama setelah naik takhta, Edward V dan adiknya menghilang di menara London. Rumor mengatakan kalau Richard, pamannya sendirilah yang membunuhnya. Karena tak lama setelah kehilangan Edward V dan adiknya, Richard (1483–1485) naik takhta sebagai Richard III.

Richard III of England

Richard III hanya menduduki takhta selama 2 tahun. Ia meninggal di pertempuran Bosworth pada tahun 1485. Bahkan kerangka Richard III baru ditemukan pada tahun 2012 di bawah lahan parkir. Takhta berikutnya jatuh kepada Henry VII (1485–1509).

Wangsa Tudor

Henry VII of England

Henry VII berhasil merebut takhta setelah mengalahkan Richard III di pertempuran Bosworth. Henry VII merupakan cicit John of Gaunt (masih memiliki hubungan keluaga dengan Richard III).

Henry VII pun menikah dengan saudari Edward V, Elizabeth of York. Mereka memiliki 4 anak yaitu, Arthur, Henry, Margaret, dan Mary. Pewaris takhta, Arthur of Wales meninggal saat berusia 15 tahun. Hal ini membuat Henry si anak kedua lah yang menjadi pewaris takhta. Setelah Henry VII meninggal, Henry menjadi raja sebagai Henry VIII.

Henry VIII of England

Henry VIII (1509–1547) merupakan raja yang paling kontroversial dalam sejarah inggris karena kisahnya yang memiliki 6 istri. Di masa pemerintahannya, Gereja Anglikan dibentuk. Henry VIII memiliki 3 anak yang bertahan hidup yaitu, Mary (dari istri pertamanya, Katherine of Aragon), Elizabeth (dari istri keduanya, Anne Boleyn), dan Edward (dari istri ketiganya, Jane Seymour). Setelah Henry VIII, putranya, Edward naik takhta sebagai Edward VI (1547–1553) di usianya yang ke 9. Sayangnya usia Edward VI tidak panjang, di usia ke-15 tahun ia meninggal karena sakit.

Edward VI of England

Sebelum meninggal, Edward VI berwasiat agar takhta diberikan kepada sepupunya, Lady Jane Grey (1553) agar kerajaan Inggris tetap menjadi kerajaan Protestan.

Lady Jane Grey

Lady Jane Grey memang naik takhta dan menjadi ratu, namun hanya 9 hari. Karena Mary, kakak Edward VI yang beragama Katholik merebut kekuasaannya. Lady Jane Grey dieksekusi penggal tak lama kemudian, dan Mary pun naik takhta sebagai Mary I (1553–1558).

Mary I of England

Mary I terkenal akan kekejamannya yang membuat ia dijuluki Bloody Mary. Ia juga ratu terburuk sepanjang sejarah Inggris. Mary I meninggal tanpa pewaris dan takhta jatuh kepada adiknya Elizabeth I (1558–1603).

Elizabeth I of England

Masa pemerintahan Elizabeth I dikenal sebagai Golden Age dan Era Elizabeth karena perkembangan drama Inggris oleh beberapa pujangga seperti William Shakespeare dan Christoper Marlowe. Ratu Elizabeth I juga dikenal sebagai ‘The Virgin Queen’ karena sepanjang hidupnya ia tak pernah menikah. Karena tak menikah dan tak memiliki anak, takhta jatuh kepada James I (1603–1625) yang merupakan anak dari Mary of Scots.

Wangsa Stuart

James I of England

James VI dan I merupakan seorang Raja Skotlandia sebagai James VI dari tanggal 24 Juli 1567 dan Raja Inggris dan Irlandia sebagai James I dari persatuan mahkota — mahkota Skotlandia dan Inggris pada tanggal 24 Maret 1603 sampai kematiannya pada tahun 1625. Setelah James I wafat, putranya, Charles I (1625–1649) menjadi raja.

Charles I of England

Parlemen

Oliver Cromwell

Tetapi, Oliver Cromwell (1653 -1658), seorang pemimpin militer dan politik Inggris, tidak menyukai sistem monarki dan ingin menghapus jabatan raja. Ia pun mengeksekusi penggal Charles I, dan Cromwell pun menjadi Lord Protector dari persemakmuran Inggris, Skotlandia, dan Irlandia.

Setelah Oliver Cromwell, Richard Cromwell (1658–1659) menggantikan ayahnya sebagai Lord Protector.

Hal itu tidak berlangsung lama, karena putra Charles I, Charles II (1660–1685) kembali dari pembuangannya di Perancis dan menduduki takhta kerajaan Inggris. Richard dilengserkan karena memerintah tidak becus.

Wangsa Stuart (Dikembalikan)

Charles II of England

Charles II menjadi raja sampai pada kematiannya yaitu tahun 1685. Ia memiliki banyak anak namun semuanya dianggap tidak sah karena hasil dari luar pernikahan. James, Adipati Monmouth, putra tidak sah Charles II memulai pemberontakan dengan harapan dapat menjadi raja berikutnya. Sayangnya, ia dikalahkan oleh tentara kerajaan yang didukung oleh saudara Charles, James II. Adipati Monmouth dieksekusi dengan kepala dipenggal dan saudara Charles menjadi penguasa berikutnya, Raja James II (1685–1688).

James II of England

Namun, James II adalah orang Katholik, karena hubungan Katholik dengan Kerajaan Inggris sedang renggang. Maka, Raja James II mundur dari jabatannya dan takhta turun kepada Mary II (1689–1694), putrinya yang seorang Protestan dan William van Oranje/William III (1694–1702), suami Mary II.

William III and Mary II of England

Mary II dan William van Oranje tidak memiliki anak, dan ketika keduanya meninggal, takhta jatuh kepada adik Mary II, Anne (1702–1714).

Anne of the Great Britain

Ratu Anne juga seperti kakaknya, yaitu tidak memiliki keturunan yang hidup. Anne terakhir kali bersalin pada tanggal 25 Januari 1700. Bayinya terlahir mati. Seumur hidupnya, paling sedikit Anne sudah tujuh belas kali mengandung, dan mengalami keguguran atau melahirkan bayi yang mati dalam kandungan sekurang-kurangnya dua belas kali. Dari lima anaknya yang terlahir selamat, empat orang mati sebelum genap berumur dua tahun. Anaknya yang berhasil hidup paling lama adalah William, Adipati Gloucester, namun William meninggal di umurnya yang ke-11.

Anne menderita penyakit pirai kambuhan (rasa sakit pada tungkai maupun lengan, dan akhirnya juga pada perut serta kepala), paling tidak sejak tahun 1698. Hal ini membuat Ratu Anne adalah penguasa Inggris terakhir dari wangsa Stuart. Takhta selanjutnya dimiliki oleh George I (yang merupakan sepupu Ratu Anne).

Wangsa Hanover

George I of the Great Britain

Setelah kematian Ratu Anne tanpa adanya penerus tahta, George I (1714–1727), putra dari Sophia dari Hanover — cucu dari James I melalui putrinya Elizabeth — adalah pewaris tahta terdekat yang bukan beragama Katolik.

Setelah George I, takhta diteruskan kepada putranya, George II (1727–1760).

George II of the Great Britain

George II memiliki 8 anak dari hasil pernikahannya dengan Caroline of Ansbanch. Namun, putra sulung sekaligus pewarisnya, Frederick, Pangeran Wales meninggal sebelum dirinya. Ada fakta menarik ketika George II mendengar kabar kematian pewarisnya itu. Sang raja sedang bermain kartu dengan salah satu gundiknya saat mendengar kabar itu. Bukannya berduka, ia justru tetap melanjutkan permainan kartunya itu, lalu mengatakan “Saya telah kehilangan putra sulung saya, tetapi saya senang.”

Karena hal tersebut, setelah George II wafat, takhta pun diteruskan kepada putra Frederick, George III (1760–1820).

George III of the Great Britain

Raja George III terkenal akan ‘kegilaannya’. Dia diyakini menderita porfiria, penyakit yang membuat urin pasien berwarna ungu kebiruan dan menyebabkan serangan kegilaan. Dirinya juga terkena Bipolar dimana emosinya tak stabil yang menyebabkan George III harus diikat dengan baju pengekang. Seakan sebagai Raja tak berkuasa, George III akhirnya menghabiskan sisa hidupnya di tempat pengasingan. George III memiliki 15 anak dari pernikahannya dengan Ratu Charlotte diantaranya, George IV, William IV, Frederick, dan Edward.

George IV (1820–1830) pun naik takhta setelah ayahnya meninggal.

George IV of the United Kingdom

Setelah George IV wafat takhtanya diteruskan kepada adiknya, William IV (1830–1837) karena George IV tidak memiliki pewaris yang sah.

William IV of the United Kingdom

Sama seperti kakaknya, William IV tidak memiliki anak yang sah. Ia sempat memiliki 2 anak perempuan sah namun mereka meninggal saat masih bayi. Jadi ketika William IV wafat, takhta pun diteruskan kepada keponakannya, Victoria. Victoria merupakan anak dari Pangeran Edward, Adipati Kent (putra keempat George III). Seharusnya takhta turun kepada Edward tapi Edward sudah meninggal sejak Victoria masih bayi.

Victoria of the United Kingdom

Victoria (1837–1901) naik takhta di usianya yang ke 18 tahun. Setelah ia menjadi Ratu, ia menikahi sepupunya sendiri, Albert. Ratu Victoria dan Pangeran Albert memiliki 9 orang anak (4 orang laki-laki & 5 orang perempuan), 9 orang menantu (5 orang laki-laki & 4 orang perempuan), 42 orang cucu (20 orang laki-laki & 22 orang perempuan), dan 87 orang cicit. Ratu Victoria hidup cukup lama untuk melihat semua cucunya dan bahkan banyak dari ke-87 cicitnya lahir. Sedangkan Pangeran Albert hanya sempat melihat dua orang cucunya selama hidupnya.

Karena itulah Ratu Victoria disebut sebagai ‘Nenek Raja — Raja Eropa’

Victoria dan keluarga besarnya
Queen Victoria and Prince Albert

Ratu Victoria mangkat pada usianya yang ke-81 tahun, setelah itu putranya, Edward VII (1901–1910) menjadi Raja.

Wangsa Saxe-Coburg dan Gotha

Meskipun merupakan anak dan ahli waris Ratu Victoria, Edward VII mewarisi nama ayahnya yang keturunan Jerman dan merupakan satu-satunya penguasa dan penerus tahta Britania Raya dari Wangsa Saxe-Coburg dan Gotha.

Edward VII of the United Kingdom

Wangsa Windsor

Setelah mangkatnya Edward VII, putranya, George V (1910–1936) menjadi raja. Sebenarnya, pewaris takhta utama bukanlah George melainkan kakaknya George, Albert Victor. Tetapi karena Albert Victor meninggal di usia yang muda, George pun menjadi pewaris utama. Kasus ini serupa dengan Pangeran Arthur, putra dari Henry VII yang meninggal di usia muda dan adiknya, Henry yang menggantikan posisi pewaris takhta.

George V of the United Kingdom

George V menikah dengan Ratu Mary dari Teck dan memiliki 6 anak termasuk Edward VIII dan George VI.

Edward VIII (1936) pun naik takhta ketika ayahnya wafat namun tak sampai setahun, Edward VIII turun takhta demi menikahi Wallis Simpson.

Edward VIII of the United Kingdom

Edward VIII pun menyerahkan takhta kepada adiknya, George VI (1936–1952).

George VI of the United Kingdom

George VI menikah dengan Elizabeth Bowes-Lyon dan memiliki 2 orang putri yaitu, Elizabeth II dan Margaret. Saat usianya yang ke 56 tahun, George VI mangkat dan takhta dilanjutkan ke Elizabeth II (1952–2022).

Elizabeth II of the United Kingdom

Elizabeth II menikah dengan Pangeran Philip. Mereka memiliki 4 anak, yaitu Charles, Anne, Andrew, dan Edward.

Sampai detik ini, Ratu Elizabeth II memegang rekor monarki dengan jabatan terlama dalam sepanjang sejarah Inggris/Britania Raya yaitu selama 70 tahun. Ini mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang Ratu Victoria yaitu 63 tahun. Setelah Ratu Elizabeth II wafat di usia 96 tahun pada tanggal 8 September 2022, putra sulungnya, Charles menjadi seorang raja baru menggantikan posisi ibunya.

Charles III of the United Kingdom

Penobatan Raja Charles sendiri akan dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2023 mendatang.

Dengan Raja Charles III yang kini menduduki takhta, urutan pewaris takhta pun kini berganti dengan William, putra sulung Charles menjadi Pangeran Wales.

William, Prince of Wales

Dan urutan kedua diduduki oleh putra sulung William, George.

Prince George of Wales

Jadi inilah urutan lengkap garis suksesi tahun 2023

  1. HRH Prince William, Prince of Wales (b. 1982)
  2. HRH Prince George of Wales (b. 2013)
  3. HRH Princess Charlotte of Wales (b. 2015)
  4. HRH Prince Louis of Wales (b. 2018)
  5. Prince Henry (Harry), The Duke of Sussex (b. 1984)
  6. Master Archie Mountbatten-Windsor (b. 2019)
  7. Miss Lilibet Mountbatten-Windsor (daughter of Prince Henry) (b.2021)
  8. Prince Andrew, The Duke of York (b. 1960)
  9. HRH Princess Beatrice of York (b. 1988)
  10. Sienna Elizabeth Mapelli Mozzi (daughter of Princess Beatrice) (b. 2021)
  11. HRH Princess Eugenie of York (b. 1990)
  12. August Philip Brooksbank (son of Princess Eugenie) (b. 2021)
  13. Princess Eugenie’s expecting baby in this summer
  14. HRH Prince Edward (b. 1964)
  15. James, Viscount Severn (b. 2007)
  16. Lady Louise Windsor (b. 2003)
  17. HRH Princess Anne, Princess Royal (b. 1950)
  18. Peter Phillips (b. 1977)
  19. Savannah Phillips (b. 2010)
  20. Isla Phillips (b. 2012)
  21. Zara Tindall (b. 1981)
  22. Mia Grace Tindall (b. 2014)
  23. Lena Elizabeth Tindall (b. 2018)
  24. Lucas Philip Tindall (b. 2021)
  25. David Armstrong-Jones, Earl of Snowdon (b. 1961)
  26. Charles Armstrong Jones, Viscount Linley (b. 1999)
  27. Lady Margarita Armstrong-Jones (b. 2002)
  28. Lady Sarah Chatto (b. 1964)
  29. Samuel Chatto (b. 1996)
  30. Arthur Chatto (b. 1999)
  31. HRH Prince Richard, Duke of Gloucester (b. 1944)
  32. Alexander Windsor, Earl of Ulster (b. 1974)
  33. Xan Windsor, Lord Culloden (b. 2007)
  34. Lady Cosima Windsor (b. 2010)
  35. Lady Davina Windsor (b. 1977)
  36. Senna Lewis (b. 2010)
  37. Tane Mahuta Lewis (b. 2012)
  38. Lady Rose Gilman (b. 1980)
  39. Lyla Gilman (b. 2010)
  40. Rufus Gilman (b. 2012)
  41. HRH Prince Edward, Duke of Kent (b. 1935)
  42. George Windsor, Earl of St. Andrews (b. 1962)
  43. Lady Amelia Windsor (b. 1995)
  44. Lady Helen Taylor (b. 1964)
  45. Columbus Taylor (b. 1994)
  46. Cassius Taylor (b. 1996)
  47. Eloise Taylor (b. 2003)
  48. Estella Taylor (b 2004)
  49. HRH Prince Michael of Kent (b. 1942)
  50. Lord Frederick Windsor (b 1979)

Catatan Kaki :

--

--