Prancis Tuduh Rusia Jadikan Vaksin Sputnik V Alat Propaganda

Prancis Tuduh Rusia Jadikan Vaksin Sputnik V Alat Propaganda

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 26 Mar 2021 18:52 WIB
A medical worker moves a box of Russias Sputnik V coronavirus vaccine out from a refrigerator prior to administering a vaccination in Moscow, Russia, Saturday, Dec. 5, 2020. Thousands of doctors, teachers and others in high-risk groups have signed up for COVID-19 vaccinations in Moscow starting Saturday, a precursor to a sweeping Russia-wide immunization effort. (AP Photo/Pavel Golovkin)
Ilustrasi vaksin Sputnik V (dok. AP/Pavel Golovkin)
Paris -

Pemerintah Prancis menuduh Rusia menggunakan vaksin virus Corona (COVID-19) buatannya, Sputnik V, sebagai alat propaganda. Rusia dinilai memanfaatkan vaksin buatannya untuk menyebarkan pengaruh dan pesan negaranya, bukannya memerangi pandemi Corona yang memicu kritis kesehatan global.

"Dalam hal bagaimana itu dikelola, itu (vaksin Sputnik V) lebih merupakan sarana propaganda dan diplomasi agresif daripada sarana solidaritas dan bantuan kesehatan," ujar Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, kepada radio France Info dan dilansir AFP, Jumat (26/3/2021).

Vaksin Rusia mendapat banyak kecaman dari negara-negara Barat. Namun Presiden Vladimir Putin -- yang divaksin sputnik pada Selasa (23/3) waktu setempat -- menganggap skeptisisme terhadap vaksin Rusia sebagai hal 'aneh'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pernyataannya, Le Drian menyebut bahwa Rusia dan China menggunakan vaksin Corona buatan mereka untuk mendapatkan pengaruh di luar negeri 'bahkan sebelum memvaksinasi populasi mereka sendiri'.

Disebutkan Le Drian bahwa Rusia mengumumkan 'dengan banyak perhatian media' bahwa mereka akan mengirimkan 30 ribu dosis vaksin ke Tunisia.

ADVERTISEMENT

Namun, lanjut Le Drian, diketahui bahwa program COVAX yang didukung Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah mengirimkan 100 ribu dosis vaksin ke negara Afrika Utara itu, dengan 400 ribu dosis lainnya akan datang pada Mei.

"Seperti itulah kerja solidaritas yang sebenarnya, itulah kerjasama kesehatan yang sesungguhnya," sebut Le Drian.