Share

Mengungkap Cara Beethoven yang Tuli Menciptakan Karya Musik Paling Hebat dalam Sejarah

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis · Selasa 08 November 2022 06:04 WIB
https: img.okezone.com content 2022 11 07 18 2702678 mengungkap-cara-beethoven-yang-tuli-menciptakan-karya-musik-paling-hebat-dalam-sejarah-u7eSfJIoIu.jpg Beethoven. (Foto: Getty Images)
A A A

LAURA Tunbridge, seorang profesor musik di Universitas Oxford dan penulis biografi "Beethoven: a life in nine pieces", menggambarkan bagaimana momen epik saat Ludwig van Beethoven tampil di pertunjukan perdana Simfoni Kesembilan. Acara Royal Court Theatre of Vienna pada 7 Mei 1824 itu spesial karena sudah 12 tahun sang maestro absen dari pertujunjukan.

Mengutip dari BBC News Indonesia, sang maestro hebat itu naik ke podium di depan salah satu orkestra terbesar yang pernah ada, untuk sebuah konser luar biasa. Untuk pertama kalinya, formatnya telah diubah untuk menyertakan suara manusia dalam sebuah simfoni.

"Dia naik podium selama pertunjukan perdana (simfoni), tetapi ada direktur musik di sisinya yang menjaga ketertiban, karena saat itu sudah diketahui bahwa Beethoven sudah lama berhenti menjadi konduktor yang andal," kata Prof Tunbridge.

"Ternyata tepuk tangan terjadi pada salah satu segmen, karena penonton ingin mendengarnya lagi," tambahnya.

Ini berpotensi menjadi malam yang kacau. Komposer dan konduktornya tuli, karya itu luar biasa panjang dan rumit, dan - seperti yang biasa terjadi pada saat itu - para musisi hanya melakukan sedikit latihan.

 Baca juga: Sepak Terjang Laskar Hizbullah yang Beranggotakan Kiai dan Santri dalam Pertempuran Surabaya

"Sungguh menakjubkan bahwa hasilnya sangat baik, mengingat kurangnya persiapan," kata Prof Tunbridge.

Dengan punggungnya menghadap ke penonton, Beethoven memimpin para musisi dengan hasrat yang tak terkendali, menggoyangkan tubuhnya dan melambaikan tangannya mengikuti musik.

Begitu asyiknya ia, sehingga di akhir lagu dia terus menggerakkan tangan, sampai salah satu solois - yang diyakini adalah penyanyi contralto Caroline Unger - mendekatinya dan membalikkannya, sehingga ia bisa melihat tepuk tangan meriah.

Pada saat itu, pendengaran Beethoven sudah sangat terbatas.

Beethoven lahir 250 tahun lalu di Bonn, Jerman. Meskipun tidak ada kepastian kapan tepatnya ulang tahunnya (diyakini adalah pada 16 Desember), ada catatan bahwa ia dibaptis pada 17 Desember 1770.

Ia menjadi komposer dengan imajinasi, hasrat, dan kekuatan yang luar biasa - ditandai dengan kepribadian yang kompleks dan kontradiktif.

Tahun-tahun paling berpengaruh di masa mudanya bertepatan dengan Perang Napoleon, saat terjadi pergolakan politik yang fenomenal di sebagian besar Eropa.

Meskipun Beethoven lahir di Jerman, ia diakui dan diadopsi sebagai salah satu musisi terhebat Wina - sebuah prestasi yang luar biasa di kota yang juga mencatat Wolfgang Amadeus Mozart, Joseph Haydn, Franz Schubert dan Antonio Vivaldi sebagai putra-putra daerah itu.

"Melalui berbagai cara, dia merevolusi ruang lingkup musik dalam hal suara dan volume," kata Prof Tunbridge.

"Dengan ambisinya, dan kepercayaan bahwa musik dapat mengekspresikan gagasan dan perasaan, ia menunjukkan bahwa musik lebih dari sekadar hiburan murni, namum memiliki arti yang jauh lebih dalam," tambah akademisi itu.

"Beethoven memainkan peran kunci dalam mengangkat musik ke bentuk seni," kata Prof Tunbridge.

Pada saat yang sama, ia juga memiliki reputasi sebagai orang yang pemarah, egois, narsistik, tidak ramah, suka cemberut, frustrasi dalam hal romantika, tidak terawat, pelit, hipokondriak, dan pecandu alkohol.

"Itu adalah bagian dari mitos yang meromantisasi Beethoven," kata Prof Tunbridge, karena "kita lebih suka citra seorang seniman yang tersiksa oleh kekacauan internalnya dan penyakit-penyakitnya secara fisik".

Mengilustrasikannya sebagai seorang master yang mendedikasikan dirinya pada seni di atas segalanya, dengan kemampuan untuk menciptakan karya yang berada di luar imajinasi kita, membuat Beethoven terlihat seperti seseorang yang bukan dari dunia ini.

Kesehatan yang Buruk

Beethoven memiliki reputasi sebagai orang dengan karakter yang sulit - tetapi jika ingin memandang hal ini secara adil, dia menderita banyak penyakit, dan menjalankan beberapa perawatan medis yang mengerikan dan bahkan kontraproduktif.

Sejumlah ahli modern telah melakukan penyelidikan forensik sejarah untuk mencoba menentukan penyakit apa yang dideritanya, bagaimana mereka berkorelasi dengan ketuliannya, dan bagaimana hal itu memengaruhi kepribadian dan kreasi musiknya.

Baca Juga:

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Ahli bedah saraf Inggris Henry Marsh menyusun daftar rinci penyakit, dengan pendekatan sebagaimana ia akan dirawat pada zaman sekarang, dalam film dokumenter BBC World Service "Dissecting Beethoven".

Menurut dokter itu, komposer itu menderita "penyakit radang usus, sindrom iritasi usus besar, diare hebat, penyakit Whipple, depresi kronis, keracunan merkuri, dan hipokondriasis".

Sehari setelah kematian Beethoven (27 Maret 1827), dokter terkemuka Johannes Wagner melakukan autopsi pada jenazahnya dan menemukan perutnya bengkak, dengan hati rusak parah dan mengerut hingga seperempat dari ukuran normal - semua hal yang merupakan indikator sirosis akibat konsumsi alkohol.

Kecanduan alkohol merupakan kondisi yang umum dalam keluarga Beethoven: neneknya menderita penyakit itu dan ayahnya adalah seorang pemabuk terkenal.

Beethoven sering minum-minuman anggur, juga saat menghadiri acara-acara perkumpulan. Saat itu, minum anggur memang biasa dilakukan, sebab air seringkali tidak layak untuk dikonsumsi, kata Prof Tunbridge.

William Meredith, seorang peneliti di Pusat Studi Beethoven di Universitas San José, California, menemukan hubungan antara konsumsi anggur dan kemungkinan keracunan timbal, berdasarkan sampel rambut komposer itu yang dianalisis secara kimiawi dan menunjukkan keberadaan logam tersebut.

Para pedagang minuman anggur biasa memfermentasi jus anggur dalam tong yang telah dilapisi timbal, sehingga minuman menjadi manis dan kental - dan tanpa disadari merusak kesehatan pelanggan mereka.

Keracunan timbal dapat menyebabkan kerusakan saraf, meski tidak ada cara untuk membuktikan bahwa Beethoven menderitanya.

Bagaimana Ia Kehilangan Pendengarannya?

Apa yang telah dibuktikan adalah bahwa pendengaran Beethoven sangat terpengaruh, seperti yang diamati dan dilaporkan oleh Dr Wagner setelah autopsi. Meredith mengatakan kepada BBC bahwa ketulian mungkin terkait dengan penyakit pencernaannya, karena saat mulainya bertepatan.

"Lebih lagi, Beethoven terus-menerus mengeluhkan demam dan sakit kepala, yang dideritanya selama sisa hidupnya."

Teori lain, yang dikemukakan oleh Dr Philip Mackowiak dari Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, adalah bahwa hal itu mungkin merupakan efek samping dari sifilis kongenital.

Penyakit itu - "diimpor" dari benua Amerika - melanda Eropa hingga di luar kendali dan menyebabkan masalah serius dalam populasi yang tidak berdaya.

Dalam kasus Beethoven, penyakit itu timbul sebagai keluhan gastrointestinal dan ketulian, kata Dr Mackowiak. Tetapi ahli bedah saraf Henry Marsh percaya bahwa tidak ada bukti konklusif tentang ini, hanya spekulasi.

Trauma sebagai tuna rungu

Yang diketahui secara pasti adalah bahwa masalah pendengaran Beethoven dimulai antara tahun 1797 dan 1798.

Mengikuti nasihat dokternya, pada 1802 Beethoven meninggalkan Wina dan mencari ketenangan di kota terdekat bernama Heiligenstadt untuk mencoba menerima kondisi kesehatannya.

Di sini, ia menulis surat kepada saudara-saudaranya - kumpulan surat yang kemudian dikenal sebagai Heiligenstadt Testament - di mana dia mencatat pikiran-pikirannya untuk bunuh diri dan keinginannya untuk menghindari orang lain.

"... hampir enam tahun yang lalu saya terserang penyakit berbahaya yang telah diperburuk oleh dokter yang tidak mampu," tulisnya, mengungkap isi hatinya dan membahas bagaimana ketulian membuatnya menderita - dan bagaimana hal ini menjelaskan perilakunya yang tidak menentu.

"Saya harus hidup sebagai penjahat. Jika saya mendekati orang-orang, kesedihan yang mengerikan segera mencengkeram saya: yaitu memperlihatkan diri saya sehingga kondisi saya terungkap," tulis Beethoven.

Namun terlepas dari ketidakbahagiaannya karena kehilangan pendengaran, ia memutuskan untuk terus hidup demi dan melalui karya seninya. Surat yang tidak pernah dikirim itu ditemukan di antara kumpulan kertas-kertas setelah kematiannya.

Salah satu bagian yang paling mengharukan berbunyi: "Ah! Bagaimana mengakui kelemahan perasaan saya, bahwa dalam diri saya seharusnya ada dalam keadaan yang lebih sempurna, pada tingkat kesempurnaan yang hanya diketahui oleh sedikit musisi."

Pertama-tama, Beethoven mengatakan ia kehilangan kemampuan untuk mendengar frekuensi tertentu, tetapi seiring waktu, dirinya kehilangan sebagian besar pendengarannya.

"Ada laporan yang menggambarkannya sebagai tuli dan berbicara dengan keras," kata Prof Tunbridge, "tetapi tidak diketahui persis bagaimana situasinya."

Apa yang diketahui bahwa pada tahun 1818 sudah sulit baginya untuk memahami ucapan orang, jadi dia memintanya untuk menulis pertanyaan-pertanyaannya dan komentarnya.

Ada anekdot yang terekam di akhir hidupnya yang menunjukkan bahwa Beethoven masih bisa menangkap suara tertentu, meski dengan cara yang halus, seperti saat ia terkejut mendengar jeritan bernada tinggi.

Musik sebagai rangkaian getaran

Yang menambah rasa frustrasi karena tidak bisa menikah adalah ia juga tidak bisa mendengar.

Tapi ia tidak hanya terus mengarang musik, Beethoven juga menciptakan beberapa karyanya yang paling ekspresif, mengharukan, dan eksperimental.

Dalam Heiligenstadt Testament, "Beethoven memutuskan bahwa hidup terus memiliki nilai, bahwa ia akan terus mengarang, dan bahwa musiknya akan menyelamatkannya," kata Prof Tunbridge.

Karena keunggulan instrumen Beethoven adalah piano, ia terus mengarang musik dengan instrumen itu, dengan bantuan berbagai perangkat yang ditambahkan untuk memperkuat suara.

Meski begitu, instrumen Beethoven yang paling kuat adalah otaknya.

"Anda harus ingat bahwa musisi sangat bergantung pada imajinasi mereka, bahwa mereka dapat mendengar suara di kepala mereka, dan bahwa Beethoven telah menciptakan musik sejak masa kanak-kanak," jelas Prof Tunbridge.

"Mungkin dia tidak bisa mendengar dunia luar, tetapi tidak ada alasan untuk berpikir bahwa kemampuan mendengarkan musik dalam pikirannya memburuk atau kreativitas musiknya berkurang," tambah profesor itu.

Di luar keputusasaan menulis musik yang tidak dapat didengar telinganya, Beethoven menghadapi tantangan baru: memperkaya karyanya dengan kekuatan dan ekspresi fisik yang belum pernah dialami sebelumnya.

Faktanya, beberapa penafsir modern menganggap bahwa ketulian meningkatkan bakat musiknya dalam banyak hal.

"Jika Anda tidak dapat mendengar dengan baik, Anda bergantung pada energi musisi untuk mengekspresikan musik Anda," kata komposer Inggris, Richard Ayres, kepada BBC.

Ayres, yang juga tuna rungu dan menulis karya yang terinspirasi oleh Beethoven, berkata bahwa maestro hebat tersebut membuat "musik yang lebih bersemangat, garis musiknya lebih menonjol dan lebih jelas" dengan ketebatasannya.

Itulah yang diminta Beethoven dari para musisi - dia bisa melihat gerakan tubuh mereka dan energi yang mereka berikan untuk penampilan mereka, kata Ayres.

Musiknya mendapatkan kualitas yang berdetak kuat, yang membawanya ke tempat-tempat tak terduga yang menghasilkan momen-momen yang tak terduga dan mengharukan, seperti yang dicontohkan oleh karya terakhirnya.

"Heiliger Dankgesang" miliknya (kuartet senar No.15, Opus 132) misalnya, adalah karya yang sangat menggembirakan, diciptakan sebagai rasa syukur kepada Tuhan karena telah membantunya sembuh dari penyakit.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini