Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore E-Book-1 SINGADIWANGSA -2022

E-Book-1 SINGADIWANGSA -2022

Published by BULETIN HALLO CIPTO, 2022-07-05 05:41:46

Description: E-Book-1 SINGADIWANGSA -2022

Search

Read the Text Version

Pasangan H Hj. Anna Antiana (al ) dengan Rochana ( Kel Cirebon ) dikaruniai Dua anak all: 1. Subkhan Zamharis, S.E 2. Endah Widyaningsih, S.E Pasangan Drs. H. Enung Noermas dengan Hj. Yenny Sri Mutiana ( Kel Pondok Gede ) dikaruniai Tiga anak all: 1. Nelly Garmanawati 2. Aziz Nurmalik Alam 3. Rahma Nurhasanah Pasangan Drs. H. Dadang Nurmada dengan Ibu Munanah ( Kel Cikoko ) dikaruniai Empat anak dan Tujuh Cicit all: 1. Penni Ciko Fitriyah 2. Fahmi Yusup 3. Fahrial Sulaiman 4. Fahriza Nur Latifa Pasangan Tatat Rustati ( alm ) dengan Bpk. Bardja ( Kel Lampung ) dikaruniai Lima anak dan Empat Cicit all: 1. Yuli Rahmawati 2. Andryanto 3. Ade Triyono 4. PratiwI 5. Lili oktavia Pasangan Hj. Yus Rusmiati dengan Bpk. Kanian ( Kel Pondok Kelapa) dikaruniai Empat anak dan Sembilan Cicit all: 1. Anton Jayadiputra 2. Muhammad Karusman 3. Noviyanti 4. Dodi Karyadi Putra AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 51 Riwayat & Silsilah Keluarga

52 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 53 Riwayat & Silsilah Keluarga

54 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 55 Riwayat & Silsilah Keluarga

dbnseeedylbnakkhiJagaiaiaadhaatnSSykrhianutadbeeDaiasdetdenmmprardaulbnusaatrnkhienaapeeglnaaiynaaaiihknsaaanntaasyrKnaajniuTttaaeiiubtyespunitndhmpaaaecamnasyeaiilrrn.eaa.drdnelaaKyenPiainHuindnan(tasasenpatbjidoyt.auipidubseabuuanKSdHaeialasbnnspyikebelrwuly.aia.icaaaamKdaaAinHda.ahnnn(aaeutdbapaPohay,huSpbeilajbsasaedausealasmbaanpnaasgubkculyidaarmyaahIadodeaniadaiwhnilaamasudgwadmadnhnSaaiabglujsbukunaehahrpuhmMauJnagagnkiaclaaadiamsaanIanHoeratkmnai,tn,lamis.gaidJRdapddnaebaAgraefginbaunaeenahtrprhnduunrnngnbdisaairaiaaydisaeMddiesnuraatni,hmrtioduTciadgadJbRaypdiaibbnu,iepkaiafmnanaaeekadlpAwwanbnanhnbsiadesraeayredadianabksaaaibinahrisonke.abnedgasnIgbadralbm,r,aimpcaulatanakBImiAarwnnauhpareaeuenhrgsarnnpnabklaasigdadsgdedbaabaraisISkaagraeulmm,iianblhnaDdpshBImidaenin)iuaparter,akbkgassnpalsoeheagnadgiblarairrsaagaraTmaiiinenashpkkhhdan)apaeha,akasnaiohnardiliarTenhhe Ma Edod Ruchidad, istri Abah Soekarja bin Singadiwangsa wafat tahun 1952 56 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Abah Sukarya - 1932 (anak ke-5) Foto : Dok. keluarga Adalah putra keempat dari Pasangan Abah Reman Singadiwangsa dan Ma Nuraini. Abah Sukarya dikaruniai satu putri Entin Ma Edod Tisnasari yang lahir tahun 1930 dan seorang putra Oekan bersama Abah Moediarta lahir tahun 1932. Sayang di usia yang relatif muda beliau dipanggil yang Maha Kuasa, wafat tahun 1932, meninggalkan istri yang saat Karta (suami itu sedang mengandung putra kedua Oekan Moediarta (tiga bulan usia ke duanya) dan kandungan), sedang putrinya berumur dua tahun. Konon penyakit yang kedua anaknya diderita Abah Sukarya saat itu tifus yang cukup parah, saat itu beliau dirawat Oekan dan Ninik di RS Gunungjati Cirebon kemudian dibawa pulang ke desa Pancalang dan wafat di rumah Pancalang. Abah Sukarja mengabadikan hidupnya sebagai pendidik atau guru, bahkan saat itu di daerahnya beliau ini menjadi pelopor kaum perempuan untuk bersekolah sepertinya beliau berperinsip kaum perempuan tidak boleh ketinggalan dalam hal mengenyam Pendidikan. Adik kandung yang bungsu perempuan satu-satunya, yaitu Ma Kanaan, itu juga disuruh sekolah. Kedua orang tua Ma Naong memasukan ke sekolah keterampilan perempuan di daerah Cilimus, Kuningan. Sebetulnya Abah Soekarja mendorong adik perempuan satu-satunya itu meneruskan sekolahnya ke Bandung, sehabis tamat sekolah SR. Pertanyaannya kenapa harus sekolah ke Bandung?, disitulah luasnya wawasan Abah Soekarja AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 57 Riwayat & Silsilah Keluarga

Makam Abah Sukarya Ma Edod Ruchidad istri Abah Soekarja di Pancalang, wafat tahun 1932 dalam hal perkembangan pendidikan saat itu saat itu di Tanah Air. Dari beberapa informasi yang dimiliki Abah Soekarja mungkin dari kesukaan membaca surat kabar atau buku-buku, memang saat itu di Bandung terdapat sekolah istri pertama yang didirikan oleh Raden Dewi Sartika tahun 1904, sekolah itu merupakan sekolah pertama bagi para gadis-gadis Indonesia yang kurikulumnya disesuaikan dengan kurikulum kelas dua (Tweede Klasse Inlandsche School) milik pemerintahan Kolonial tetapi ditambah dengan mata pelajaran keterampilan yang sesuai dengan kodrat wanita, seperti memasak, mencuci, menyetrika, membatik, menjahit, menisik, merenda dan menyulam yang berhubungan dengan rumah tangga. foto : dok. keluarga Rumah penuh kenangan di Jatisampai, disinilah ma Edod membesarkan anak-anaknya 58 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Selain itu, diajarkan pula pelajaran agama, bahasa Melayu dan bahasa Belan- da, pelajaran-pelajaran tersebut tidak hanya diberikan secara teori tetapi juga praktek, Sekolah Istri berkembang cukup pesat dan menyebar ke pelbagai kota kabupaten bahkan murid-muridnya banyak yang dari daerah atau Kawedanaan dan Kecamatan. Abah Soekarya tahu persis Sakola Kautamaan Istri di Band- ung ini sudah banyak melahirkan wanita-wanita utama yang terdidik saat itu, olehkarenya beliau bersikukuh untuk mendorong adik kandungnya bisa seko- lah di sana, tetapi apa boleh dikata, Abah Reman Singadiwangsa dan Ma Nu- raini tidak mengijinkannya, karena beliau anak satu-satunya perempuan dan menurut beliau belajar tidak harus meninggalkan tempat tinggalnya. Sepeninggal Abah Sukarya, Ma Edod diperistri oleh Abah Karta yang merupakan Kepala Pegadaian kota Majalengka. Kedua putra dan putri Sukarya dibesarkan dalam kasih sayang seorang ibu dan saudara sepupu, serta bibi dan pamannya yang saling rukun asih. Sosok ayah baru yang cukup terpandang di Majalengka sangat mencintai anak-anaknya. Kepeloporan dalam hal mendidik kerukunan dan dalam keluarga besar yang ditanamkan Abah Reman Singadiwangsa sepertinya membuahkan kesadaran akan tenggang rasa, dan guyub baik sesama keluarga keluarga besar Singadiwangsa maupun dengan masyarakat. Inilah yang kemudian menjadi fondasi kokoh keluarga sampai hari ini. foto : istimewa Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon, disinilah Abah Sukarya dirawat , karena tifus yang cukup parah, kemudian dibawa pulang ke desa Pancalang dan wafat di rumah Pancalang. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 59 Riwayat & Silsilah Keluarga

Entin Tisnasari Putri pertama Abah Soekarja Lahir di desa Pancalang tahun 1930, bersuamikan Sumarto seorang polisi yang bertugas di Majalengka. Dari pasangan ini dikaruniai seorang putra yaitu Ivan Soemarto yang lahir tahun 1975. Saat ditinggal wafat ayahandanya (saat itu berusia dua tahun) Wa Entin dibesarkan oleh keluarga Abah Ganda yaitu mertua Abah Sukarya, yang kebetulan seorang bupati di Rangkasbitung. Wa Enting tumbuh dan besar di Rangkas dan kemudian dimasukan ke sekolah perawat di Bandung. Selesai dari pendidikan Sekolah Perawat di Bandung, Wa Entin kemudian bekerja dan mengabdikan diri sepanjang hidupnya sebagai perawat di RS Majalengka. Sosok wa Entin sangat dikenal masyarakat saat itu karena sifat suka menolong terutama yang berhubungan dengan kesehatan, meski bukan dokter atau bidan. Tapi saat itu peran wa Entin sebagai perawat sudah seperti dokter, artinya dipercaya bisa menangani orang sakit. Meskipun beliau bekerja di RS Majalengka, tetapi masyarakat sering kali memanggil beliau untuk memeriksa dan mengobati pasien di rumahnya. Saking dikenalnya nama wa Entin sebagai perawat saat itu, para keponakan yang kalau berjalan dengan beliau merasa bangga dan terhormat. Sampai akhir hayatnya wa Entin tetap sebagai perawat RS Majalengka. Para sahabat dan handaitaulan terutama masyarakat merasa kehilangan saat kepergian beliau. 60 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Putra satu-satunya Wa Entin Tisnasari yaitu Ivan Soemarto, dengan ke tiga putrinya. Foto tahun 2013 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 61 Riwayat & Silsilah Keluarga

Oekan Moediarta Putra Abah Sukraya yang kedua Lahir 17 Agustus 1932 di desa Pancalang, Kuningan, Jawa Barat, dengan status yatim saat dikandungan Ibunya tercinta usia sepuluh bulan. Oekan Moediarta merupakan putra ke-2 dari Abah Sukarya Dibesarkan dengan kasih sayang seorang Ibu dan saudara sepupu, bibi serta pamannya dan uwanya yang saling rukun asih. Juga oleh ayah barunya di Majalengka yang sangat dihormati dan menyayanginya. Haeminika adalah nama aseli bapak, konon katanya nama ini terlalu berbau Jepang, akhirnya beliau ganti dengan nama Oekan Moediarta dengan tambahan nama Mihardja, diambil dari nama abah, alias bapak Sambungnya, Kartamihardja. Sejak bapak lahir tahun 1932, beliau sudah ditinggal ayah kadungnya yang wafat tahun itu juga, ibunya (mak Iden, Edod Ruchidad, yang disebut ‘embi’) membawa Oekan kecil hidup bersama Abah Ganda dan nenek tirinya (mimi Pancalang). “Pada akhirnya bapak lebih banyak tinggal bersama keluarga Singadiwangsa yang memang dekat hubungannya dengan kelurga ini,” begitu tutur putri pertama Oekan Moediarta, Rina Ruchiani. Dalam mendedikasikan dirinya di dunia pendidikan, beliau sangatlah disiplin, lurus, istiqomah dan memiliki prinsip, sehingga terkadang terlihat kaku atau saklek, terutama dimata murid-murid siswa pada saat itu. Bapak termasuk sosok guru yg berhasil mencetak murid -muridnya, modalnya ya dengan disiplin yg tinggi, terutama dalam ilmu Matematika, salah satu 62 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

pelajaran yg ditakuti murid saat itu. Disatu sisi bapak juga sebenarnya memiliki selera humor yang tinggi, walaupun menyukai film perang juga hehehe.. kalo di rumah suka cari kegiatan, dia itu pintar ngisi waktu, ga suka huleng jentul (buang waktu dengan melamun), ada aja yang dikerjakannya, yang paling patut diteldanani semangat silaturahminya dengan saudara, beliau itu senang kalau mengunjungi saudara meski diluar kota ekalipun, ngobrol sama siapapun bisa nyambung dan ok. Kalo libur suka ngecrik lauk ke sungai sama teman-teman sehobi ngecrik lainnya, biarpun hari hujan, atau kalo ga ngecrik, beliau pasti baca buku, beliau itu kutu buku juga, terutama baca majalah dan Koran, koleksi majalah, koran langganannya segambreng, di simpan dalam rak-rak bukunya seperti halnya perpustakan pribadi, bacaan langganannya all;, Pedoman, Kompas, Pikiran Rakyat, Suara Karya, Merdeka dan koran lainnya, untuk majalah ; Intisari, Warnasari, Gading, Tempo, Gatra, Zaman , dan majalah lainnya , Selain koleksi, dimanfaatkan untuk menyalurkan hobinya mengisi TTS dari media2 diatas Sering dapet kiriman wesel atau barang hadiah nya. Oeakan Moediarta adalah seorang pendidik, sepanjang hidupnya didedikasikan menjadi guru, seperti di SMP di Pontianak Kalimantan Barat, kemudian pulang ke Majalengka mengajar di SMP Jatiwangi, karena keinginan memperdalam ilmu agama beliau mengajar matematika dan bahasa Inggris di Pondok pesantren Santri Asromo Maja. Disitulah beliau berguru kepada guru spiritualnya yaitu KH Abdul Azis Halim, cucu dari Syarief Hidayatulla. Dari Asromo beliau melanjutkan mengajar di SMPN I Majalengka dan kemudian ditugaskan ke Kawali Kabupaten Ciamis, menjadi Kepala Sekolah SMPN Kawali, dan terakhir ditarik kembali ke Majalengka menjadi Kepala Sekolah SMPN 3 Majalengka. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 63 Riwayat & Silsilah Keluarga

Kenangan bersama Almarhum OEKAN MOEDIARTA bin SOEKARYA Catatan Pengalaman bersama Almarhum. Sehabis Ashar, seperti biasa saya bersama almarhum ngobrol diberanda rumah di bawah pohon mangga rindang di Maja- lengka, ngobrol apapun bisa seru dengan beliau, dari masalah sejarah, pendidikan, film perang.. sampai tokoh-tokoh politik. Ini Ceritra soal Orde Baru (yang sudah banyak beredar dika- langan orang-orang media di Jakarta) dan bagi almarhum, ngobrol Orba sepertinya tidak pernah habis dikupas, maklum pahit asemnya rezim ini cukup membekas bagi beliau. Bicara soal Orba, saya teringat tokoh Orde Baru yang satu ini..., dialah ‘si Bung’, salah satu menteri penerangan di zaman Orba yang menjadi juru penerang Orde Baru kala itu, Almar- hum terlihat mencibir dan ingin menimpali ketika saya ke- pingin cerita tentang ‘si Bung’ ini....., maklum tokoh yang satu ini, terkenal pintar berkelit, licin dan ABS,... Begini, saya mulai cerita...., suatu saat pak Menteri ini sedang melakukan tur safari kedaerah Jawa Tengah, di tengah-tengah masyarakat Jateng saat itu dengan gaya seorang Orator ulung dan juru Kampanye Golkar, beliau mulai berpidato: “Soda- ra-sodara sekalian masyarakat Jawa Tengah....mulai besok, disini.!, ditempat ini.!, akan di bangun Pabrik Tektil..Soda- ra-sodara !!”, di tengah sorak sorai masyarakat yang meng- haru biru, tiba-tiba seseorang nekad nyeletuk mengkoreksi pi- dato tsb.... kurang huruf ‘S’ Pak!,...dengan sigap bak Orator ulung Pak Menteri itu langsung menimpali dengan cergas.... daan juga..Pabrik ‘ESS’!..sodara-sodara !!...Mendengar joke tersebut sontak almarhum ketawa terpingkal-pingkal diselingi batuk kecil......maklum ketawa Amarhum itu cukup mahal ..... setidaknya momen saat itu termasuk yang langka dan ternya- ta cerita-cerita politik seputar ORBA selain penuh intrik, juga menyisakan dagelan politik yang segar................. HFBZ/Depok 11/11/12 64 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 65 Riwayat & Silsilah Keluarga

Tahun 2022 66 Abah AbahR E M A N S I N GRAEDMI WA NA NSGI NS AG A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Tahun 2016 AbahAbahR E M A N S I N GRAEDMI WA NA NSGI SNAG A D I W A N G S A 67 Riwayat & Silsilah Keluarga

68 R E M A N S I N G A D I W A N G S A AbahRRiEwMayaAt N& SSiIlNsilGahA KDeIlWuaArgNa G S A 68 AbahRiwayat & Silsilah Keluarga

REMAN SINGADIWANGSA 69 69 AbahRRiEwMayaAt N& SSiIlNsilGahA KDeIlWuaArgNa G S A AbahRiwayat & Silsilah Keluarga

PdSbduaeeundbsbkmbndaiiasesoleaaiaihwAatralearnakalbpnmSraneataishpetapdeaernhhaibapbeanemnayaarer,dndkaIadgpnrnahBkaidiiighaagn(akddsaieaiRbdpngtdyiaaramlneeakraaisnablabnhiakntaiurasneSginMkiadnsan)cdlaadDnoa,,TnyaaubunabinodahyMSnapsaasalajaipeddanuhhneubawrHegaimgeaikbeJDhimradhannaasl.aidaajmputashukAikesibnrIpwiiaalaaadnaiaacdu,uaiasurrijnihliarninnasastnaraaegatgn.ysdaurnnsnnkaasaIusHiiaiydnytatahAda.KadaoTKaggiabmawbiielgnuiraefdhtrbmcarrhdpapaahaty.uisumuDinnaansaeiPdenndjs,hyltsiaermabyiaiaa.JhaamadaealbsntaebSekerraarpt(apeSbnnleanhbhwbbmueeamydangieiaaenaanrkpaenyalsnrtaRdadohdgnababagiseili,aueaengbpmdbpkaInnAllunaaaeiaaabeirhgkhhnbidniajasnauaSgiaaaaeaicdsdgbpruusrnnkDnaiiau,iaa,eaumsaspTRBMpsnndnsu)nIhee,naa.daeadaHheklhgonnnirHan.ikdilagidjgJhaddoatAairroaamniebudkmiimdbartkhbdpsaiaaairuaya,neunsKkanwlfnrJdmsnuandcaetsyaeyayasaarpabaapibaKaliennamIahuwdgealndahTaldbicunaapmaaiitaar.agrmnsnaiuhn,atiaeussa. 70 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Abah Djahar - 1911 (anak ke-6) Merupakan putra ke enam, Abah Reman Singadiwangsa dari pernikahannya dengan Ma Djui, beliau dikaruniai enam orang tiga laki-laki dan tiga perempuan all : 1.Suhaeni (Eha) 2.Suhendar Hardjasupriatna (Endon) 3. Unis Dantes 4. Daniswara (Ero) 5. Toariat (Uye) 6. Udin Tindarana Putra serta cucu-cucu Abah Reman dapat dikatakan nyarakola. Perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya bisa dilihat sebagian anak- anak dan juga cucunya mengenjam pendidikan. Tak seperti sekarang, pada waktu itu sebelum dan awal Indonesia merdeka masuk sekolah tak semudah sekarang. Putra ke dua Pada waktu itu bila sudah mengenyam kelas tiga di sekolah Abah Hardja, rakyat itu sudah bagus. Apalagi bila meneruskan ke tingkat yang lebih tinggi. Suhendar Setelah selesai kelas tiga meneruskan ke Hardjasupriatna kelas empat dan lima untuk selanjutnya menempuh pendidikan di sekolah guru Saat memberi di Sekolah Guru Desa. sambutan Abah Djahar salah satu putra pernikahan dari Abah Reman Singadiwangsa keponakan Rani yang menjadi pendidik di daerah Kuningan dan sekitarnya. Tak heran Rahmani binti bila putra Abah Djahar yaitu Suhendar Oekan Moediarta Hardjasupriatnaa atau Abah Endon ikut menjadi pendidik dan juga menjadi di Majalengka Tahun 1986. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 71 Riwayat & Silsilah Keluarga

foto : istimewa foto : istimewa SEKEDAR ILUSTRASI. Abah Endon kecil selain mendapatkan pendidikan formal disatu sisi, Abah Djahar sebagai orang tua mengajarkan sisi-sisi lain yang tidak didapatkan di sekolah, mis soal: keberanian, kemandirian dan keuletan, misalnya seperti menyuruh mencabut rumput dipinggiran sawah, mengecek saluran air di sawah saat tengah malam sendirian, atau juga mengtar surat untuk seoranguru penilik ke Cilimus sendirian berjalan kaki. kuwu di Desa Kubang. Bagaimana Abah Djahar mendidik Abah Endon bisa menjadi contoh bagi orangtua saat ini. Lewat didikan yang tegas disertai contoh, Abah Endon menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Dan itu dilakukan sejak kecil, saat Abah Endon masih duduk di bangku sekolah dasar. Abah Endon sejak dari kecil sudah biasa disuruh cabut rumput di sawah. “Itu didikan ayah,” katanya. Bahkan, ada pegalaman yang tak terlupakan Abah Endon. Saat masih di bangku sekolah dasar, pada waktu kelas 4 SD, disuruh ke ke Cilimus. “Ke penilik ngasih surat untuk juragan guru,” kata Abah Endon 72 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Abah Endon yang masih kecil itu, bila dibanding dengan anak-anak sekarang tentunya akan menolak menjalankan perintah Abah Jahar. Bayangkan abah Endon harus berjalan sekitar 11 atau 12 kilometer dengan kondisi jalan yang tak sama dengan sekarang. Berjalan lebih dari satu jam, bahkan bisa tiga jam perjalanan mengingat kondisi jalan yang harus masuk ke belukar atau menembus pematang sawah. Resiko jatuh atau ada binatang seperti ular tak dihiraukan oleh Abah Endon. Abah Jahar hanya memberi ciri-ciri rumah yang dituju. Dan Abah Endon ngicrik berjalan tanpa banyak bertanya. Sejak kecil sudah ditanamkan, keberanian, kemandirian dan ulet. Disuruh memeriksa air di sawah, saat tengah malam menjelang subuh. “Itu lewat kuburan, ngecek apakah air nya mengalir atau tidak,” kata Abah Endon (Ka-Ki ) Wa Adang, Om Unis Dantes, Abah Oekan bin Soekarya, Udin Tidarna beserta lainnya. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 73 Riwayat & Silsilah Keluarga

“Kalau takut begal, Abah Jahar hanya bilang, moal aya begal ka budak leutik mah,” kata abah Endon. Kalau bilang sieun atau takut, Abah Jahar akan memberikan dukungan supaya anaknya berani. Sieun ku setan? Moal aya setan, demikain biasa abah Jahar mendorong agar anaknya berani serta mandiri. Demikian pula saat Abah Endon masih di bangku sekolah dasar (sekolah rakyat) disuruh memeriksa air di sawah. Kalau siang hari itu mungkin biasa, tapi ini malam hari, tengah malam menjelang subuh. “Itu lewat kuburan, ngecek apakah air nya mengalir atau tidak,” kata Abah Endon yang kini berusia 8xx tahun. Tak ada rasa takut dibegal atau gangguan makhluk halus, Abah Endon jalan sendiri. Alhamdulillah di menjelang sawah yang dituju Abah Endon sempat bertemu dengan tukang kupat yang mau jualan ke pasar. Abah Endon pun merasa ada teman dan bisa ikut sampai sawah. Namun, setelah memeriksa dan meyakinkan air mengairi sawahnya, Abah Endon harus pulang sendirian. Abah Jahar berupaya agar anak-anaknya mendapat pengalaman di lapangan, selain bangku sekolah. “Kamu tidak akan dijadikan petani, tapi tani harus bisa, dagang harus bisa,” demikian Abah Jahar pernah menasehati Abah Endon. Tak heran bila Abah Endon juga mampu menjadi petani. Saat menjadi guru, Abah Endon sudah memiliki lahan yang ditanami tebu dan mampu menghasilkan. Dari menjual tanaman tebu, Abah Endon bisa membeli mobil. Apa yang diajarkan oleh Abah Djahar kepada anak-anaknya, termasuk Abah Endon, dapat dipetik saat Abah Endon sudah dewasa. Tak hanya agar bisa mandiri tapi jug memiliki prinsip yang dijadikan bekal hidup hingga sekarang. 74 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Kantor Kuwu desa Kubang Ruman Abah Endon, di desa Kubang Kecamatan Talun, Kab Cirebon. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 75 Riwayat & Silsilah Keluarga

76 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Udin Tindarana Daniswara (Ero) Unis Dantes S. Hardjasupriatna (Endon) 77 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga

dbnseeedylbnakkhiJagaiaiaadhaatnSSykrhianutadbHdeeDaiasdietdenmmprw.ardaulbnusaAatrnakhienaapeeglnndaaiynaaaiihknsgaaianntaasysrKsnaajniuTttuaaaeiiubtyesp,uynitndhmpaaae1caamnasyeaiilr9rn.weaa.drdnela1aKyenPiaianHuind4nan(tasasennpat.bjidoyt.auipidubsebabuuanKSdHiaeialasbnnnspyikebelrwuly.aia.iRcaaaamKdaaAinHeda.ahnnn(aameutdbapaPohay,huSpabeilajbsasaedaunsealasmbaanpnaasgubkSculyidaarmyiaahIadodenaniadaiwhnilagamasudgwadamadnhnSaaiabglujsbukunaehahrpuhmMauJnAagaIgnkiaclabaaddiamsaanIanHoueiratskmnai,tn,luaSmis.gaidyJaRdapddnaaebaAgiraefgwinbanunaeenahtrprhndaauunrnngnbdinshaairaiaaydisaeMddiebsBnuraatnii,hmrtiodiunTciandgadJbRaypdRiatibbnu,iepkaiiaefmnanaaeemkaSdlpAwwanbnaanhnbasiadesraheanyredadianabkisaaaibiSnalhrison,kei.abnendgasnIigbadrsalbgm,r,atimpcaualatranakBIdimiAarwnnauihApareaewuenhrgbsarnanpnabklaasaigdnadshgdedbaagbaraisISkaasgraeulmm,iiaanblhnaDdp.shIBmidaenin)iuaparter,akbkgassnpalsoeheagnadgiblarairrsaagaraTmaiiinenashpkkhhdan)apaeha,akasnaiohnardiliarTenhhe 78 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Abah Adisuyawan-(31 Des' 1914) (anak ke-7) Haji Abah Guru Adisuyawan adalah keturunan Abah Reman Singadiwangsa ke tujuh (pangais bungsu).Beliau menikah dengan Ibu Sainah Binti Sahil perempuan berdarah betawi (Manggarai) dan dikaruniai 7 putra dan 1 orang putri. Semasa hidup H. Adisuyawan mendedikasikan hidup nya di dunia pendidikan, dari mulai guru di beberapa SD sekitaran Kec. Pasawahan dan Mandirancan dan terakhir beliau menjadi Kepala Sekolah di SD Randobawa Ilir sampai dengan pensiun. Hobby dalam dunia pendidikan sampai akhir hayatnya beliau sudah membuat beberapa kamus bahasa diantarantaranya bahasa Inggris, Jepang, Arab, Belanda dan bahasa lainya (beliau juga sangat fasih bahasa Inggris), oleh karena itu santapan bacaan hariannya dan berlangganan The Jakarta Times. The Jakarta Times adalah Koran pertama yang berbahasa Inggris, saat itu tidak saja beredar di Jakarta tetapi di Sumatra , Sulsel, Kalimantan dan menjadi bacaan elit sejumlah tokoh masyakat di bidangnya; birokrat Abah Adisuyawan 79 bin Reman Singadiwangsa dan ponakan Ukan bin Sukarya menghadiri acara pernikahan di Majalengka sekitar tahun 1986. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga

Abah Adisuyawan dan Ibu Sainah istrinya, di sebelah kiri Mih Haji Kana’an, sementara yang berdir dari kiri; Ari, Ricky dan Ika pemerintahan, militer, akademisi, seniman, budayawan, wartawan serta kalangan usaha. Koran ini berdiri September tahun 1966 dan merupakan harian bahasa Inggris pertama di Indonesia. Koran ini dikenal karena liputannya yang agresif dan mendalam serta kontra terhadap yang berbau komunis. Atas reputasinya, The Jakarta Times disebut koran pemantau kritis pemerintah saat itu. Pemimpin redaksi pertamanya adalah Zein Effendi, bekas wartawan senior kantor berita Antara. Akhirnya harian ini di cabut izin cetaknya setelah peristiwa \"Malari\" 1974. Abah Adi, beliau lahir pada tanggal 31 Desember 1914 dan meninggal pada tgl 22 Januari 1997 di usia 83 tahun. Semasa hidup beliau jarang sekali sakit karena pola makan dan pola hidup yang beliau jalankan sangat disiplin, misalnya aturan dalam makan, cara mengunyah makanan yang sehat itu bagi beliau adalah 22 kali kunyah setiap kali suapnya, jadi dapat dibayangkan saat beliau makan butuh waktu ber jam-jam, karena terkait prinsip Pola makan sehat. Sampai akhir hayat beliau membaca 80 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Catatatan Tentang Koran The Jakarta Times Surat kabar berbahasa Inggris yang lahir di Jakarta tanggal 23 September 1966. Pemah dilarang terbit oleh pemerintah pada tanggal 21 Januari 1974. Harian ini termasuk di antara 11 surat kabar dan satu majalah yang mengalami pencabutan SIC (Surat Izin Cetak) dan SIT (Surat Izin Terbit) sesudah terjadi peristiwa yang dikenal sebagai \"Peristiwa 15 Januari\" (Malari), 1974. Pemimpin redaksinya adalah Zein Effendi, bekas wartawan senior kantor berita Antara. Ia termasuk kelompok yang kontra dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang makin berpengaruh dalam kantor berita nasional tersebut sekitar tahun 1963-1964, sehingga ia dipensiunkan dari Antara. Zein Effendi, sampai saat meninggalnya, masih memimpin bidang manajemen harian The Indonesia Times, yang mulai terbit pada tanggal 1 Mei 1974 sebagai pengganti The Jakarta Times. Redaksi The Indonesia Times awal dipimpin oleh Raden Petrus Hendro, yang juga bekas wartawan senior Antara. Hendro juga pernah menjadi kepala perwakilan kantor berita tersebut di Kohln, Jerman Barat, tahun 1962-1967. foto : istimewa foto : istimewa The Jakarta Times ini. Terbitan 26 November 1973 81 beberapa pekan menjelang peristiwa Malari,beberapa artikel di koran ini memuat panasnya konstelasi politik di ibukota saat itu. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga

buku tanpa pakai kaca mata baca. Putra putri beliau ; 1. Rasuka Adisuyawan (Alm) 2. Iwang Adisuyawan (Alm) 3. H. Rutjita Adisuyawan (Alm) 4. Hj. Nani Sumarni (Almrh) 5. H. Nurwasa Adisuyawan 6. Upayana Adisuyawan 7. Anam Syamsul Anam 8. Nurhayat Adisuyawan Umur '80 an masih sempat bikin alat olahraga dari batu..barbael angkat besi kalau sekarang mah…, tapi bebannya dari batu yang diikat kawat, mungkin begini cara abah menjaga kebugaran otot supaya nggak loyo. Karena hobinya membaca dan menulis akibatnya ruangan rumah penuh dengan rak-rak berisi buku-buku bacaan. Bacaan rutinnya selain buku, adalah koran berbahasa Inggris satu-satunya saat itu, The Jakarta Times, beliau berlangganan. 82 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 83 Riwayat & Silsilah Keluarga

Sinbad Bogor 21-22 Januari, Jahun 2017 84 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Situ Balong Dalem Kuningan, 13 januari 2019 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 85 Riwayat & Silsilah Keluarga

Artefak Keluarga. Salah satu peninggalan yang masih terawat, beberapa furnitur antik di tempat tinggal Ma Naong, di desa Pancalang. 86 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Hj. Kana'an (Ma Naong) - 1917-2010 (anak ke-8) Hj. Kana'an binti Reman Singadiwangsa H. Idris Natawidjaya Ma Kana’an atau yang akrab dengan panggilan Ma Naong, merupakan putri satu-satunya Abah Reman Singadiwangsa. Ma naong merupakan bungsu dari delapan bersaudara kelahiran Pancalang tahun 1917. Satu kakak (cikal) laki-laki bernama Muhara meninggal saat masih remaja, usia dan penyakit yang dideritanya tidak diketahui. Di usia remaja Ma Naong masuk sekolah di “Sakola Istri” atau “Sakola Kejuruaan Kepandaian Putri” “(Sakola Kautamaan Istri”) di Cilimus, yang sekarang menjadi kecamatan di Kabupaten Kuningan. Berbagai keterampilan dikuasai oleh Ma Naong, seperti memasak, menjahit, merenda, hingga membordir. Ada kisah unik mengapa Ma Naong dimasukkan ke sekolah waktu itu padahal jarang seorang anak perempuan bersekolah di tengah masa sulit penjajahan Belanda. Informasi yang diperoleh adalah karena ia merupakan anak perempuan satu-satunya. Jadi jangan dinikakan AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 87 Riwayat & Silsilah Keluarga

dulu karena kalau menikah akan dibawa oleh suaminya. “Sieun upami nikah dicandak ku carogena, Abah Reman sareng Ma Nurani (ibu) alim dikantunkeun janten disakolakeun sakola istri,” kata salah seorang cucunya. Sementara itu, lima kakak lelakinya sekolah di sekolah guru. Apa yang diperoleh di sekolah berupa keterampilan terbukti bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, Ma Naong atau Mimih panggilan akrab bagi anak-anaknya, selalu menjahitkan pakaian seragam putra-putrinya. Juga tidak pernah memberi uang untuk jajan karena lebih mengutamakan masak sendiri agar lebih sehat. Ikan segar dari kolam, ayam dari kandang, serta sayuran dan buah-buahan didapat dari kebun. Sejarah Sakola Dewi Sartika dan murid-muridnya tahun 1922 Kautamaan Istri Kegiatan sakola siswa kautamaan istri di masa penjajahan Belanda. Pelopor Sakola istri pertama adalah Raden Dewi Sartika 1904, mulanya di Paseban Kabupaten Bandung. Sekolah itu merupakan sekolah pertama bagi gadis-gadis Indonesia saat itu. Kurikulumnya disesuaikan dengan kurikulum Sekolah Kelas Dua (Tweede Klasse Inlandsche School) milik pemerintah, tetapi ditambah dengan mata pelajaran keterampilan yang sesuai dengan kodrat wanita, seperti memasak, mencuci, menyetrika, mem- batik, menjahit, menisik, merenda dan menyulam yang berhubungan dengan rumah tangga. Selain itu, diajarkan pula pelajaran aga- ma, bahasa Melayu dan bahasa Belan- da, pelajaran-pelajaran tersebut tidak hanya diberikan secara teori tetapi juga praktek, Sekolah Istri cukup pesat dan menyebar ke pelbagai kota kabupaten termasuk ke Cilimus. Murid-muridnya bukan saja dari kota, tapi banyak juga yang datang dari Kewedanaan dan Kecamatan. Sakola Kautamaan Istri ini diang- gap berhasil melahirkan wanita-wanita utama yang terdidik yang mana ini menjadi tujuan pendidikan tersebut, terutama di Tatar tanah Sunda saat itu. 88 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

IbbinutDi jRuiem(isatrni SaibnaghaDdjiawhaanr)g,sIabu(isKtarimabsiaahhId(irsitsrNi AatbaawhiIdsjkaajam))(,kIib-kuaE).dod ( istri abah Sukarja), Ibu Hj. Kanaan Om Indang, Om Ishak, bi Elin, Om Yaya, bi Ipah, bi Nana (ki-ka)1922 Hj. Kanaan & saat berlibur ke Bali Acara Sungkeman Idul Fitri kepada orang tua, Mih Hj. Kanaan & H. Ishak Natawidjaja di Arab Saudi. Kanaan dan Abah Adi Suyawan. Abah 89Hj. Kanaan saat menghadiri Resepsi Pernikahan Ishak Natawidjaja dengan Tinny Kartini 9 Agustus 1970 R E M A N S IHNjG. KA aDnI WaaAnNdiGaScaAra Pernikahan Ishak Natawidjaja Riwayat & Silsilah Keluarga AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 89 Riwayat & Silsilah Keluarga

Setelah menikah dengan H. Idris Natawidjaya, Mimih dikaruniai Lebaran di Pan- enam putra dan enam putri. Takdir tak dapat ditolak, suaminya meninggal calang Juni 1986, saat Ma Naong berusia sekitar 48 tahun. Mimih kemudian melanjutkan dari kiri: Ishak, Lin, tanggungjawab mengurus dan mendidik putra putrinya dengan bekal yang Udin Tindarana (be- ada. Istilah sekarang Mimih menjadi single parent atau orangtua tunggal. lakang), ma Kanaan, Nana, Unis Dantes, Memiliki 12 anak tentunya bukan perkara mudah. Namun, Nurmas, Sumirin, Mimih mampu menjalani tanggungjawab ini dengan cara mengolah dan Ismail (Maing), In- mengurus peninggalan orangtua dan suaminya. Termasuk mengolah dangkarsa. Jongkok: kebun untuk menghidupi dirinya dan putra-putrinya. Yuyun, Yaya Upaya keras Mimih selalu diiringi dengan doa yang tidak putus putus, memohon dan munajat kepada Allah SWT dengan sholat malam tahajud, sholat hajat dan sunnah lainnya seperti awabim fajri dan dhuha, shaum mutih (makan shaum bukanya nasi putih dan air putih aja). Mimih sangat ulet dan gigih menghadapi dan mengarungi kehidupan, khawatir putra-putrinya salah jalan ataupun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya. Selain membaca Al Quran rajin juga membaca buku. Apabila sudah membaca diambil dan diamalkan pesan-pesan dari buku tersebut. 90 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Untuk mengisi waktu sambil menambah wa- wasan nya Ma Kanaan rajin membaca dari buku, novel dan majalah, seprti Buku Purnama Alam, Mahabarata, Novel Si Datje, Si Hana Istri sang Pembo- rong, majalah Mangle, Sari- nah, Panjimas dll.,caranya dengan sewa di Bibliotik/ perpustakaan atau pinjam kepada saudara. Buku Mahabarata, Purnama Alam, Sarinah, dan Mangle dari Kang Unis Bandung. Majalah Panjimas dari Kang Ukan Majalengka. Alhamdulillah enam putra-putrinya semua sekolah dan lulus. Mereka bekerja bisa mandiri untuk kehidupannya sendiri. Legenda Mesin Jahit Singer Mesin jahit tua yang terlihat bersih terawat masiih berada di ruang tengah rumah yang dulu menjadi kediaman Ma Naong atau Ma Kanaan. Mesin jahit yang melegenda ini pernah dipakai oleh Ma Naon untuk menjahit baju anak-anaknya, termasuk baju untuk sekolah. Menurut Abah Indang karsa Natawidjaya, mesin jahit Singer ini merupakan pemberikan seorang Belanda yang bernama Tuan Berah (mungkin dari kata Beregh). Lidah orang Sunda lebih cocok menjebut “berah”. Yang menarik, mesin jahit Singer ini dibawa dengan cara “dipanggul” oleh Abah Isa Radji, yang merupakan adik se-ayah (beda ibu) dari Abah Idris Natawidjaya. Tak tanggung-tanggung, Abah Isa memanggul mesin jahit Singger ini sambil berjalan kaki dari Betawi (jakarta) ke Pancalang. Maklum, saat itu sulit menemukan kendaraan umum jurusan Kuningan. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 91 Riwayat & Silsilah Keluarga

MESIN JAHIT LEGENDARIS pemberian orang Belanda Tuan Bergh, beliau sahabat kental Abah Idris di Hotel Astor (suami Ma Naong yang bekerja di Hotel). Mesin jahit Singer dibawa langsung dari Jakarta oleh Abah Isa Radji saudara kandung Abah Idris, dengan dipanggul berjalan kaki Jakarta-Pancalang. Abah Idris Natawidjaya (suami Ma Kanaan) juga pernah “dipasihan” atau diberi pistol oleh Tuan Berah. “Ma Naong sok diajar nembak,” kata abah Indang. (Ma Naong pernah belajar menembak). Tuan Berah (Bergh) sobat kental Abah Idris di hotel Astor. Abah Idris dulu memang bekerja di Hotel Astor. Pemberian ini sebelum Abah Idris Natawidjaya menikah dengan Ma Naon. Saat itu Abah Idris sudah punya anak, Kang Ismail namanya. Ia sering dipanggil Maing yang lahir dari istri pertama, orang Raja Galuh. Jadi, Ma Naong itu dimadu, istri kedua Abah Idris. Maing meneruskan sekolah di HIS Jakarta, kemudian masuk ke API atau Angkatan Pemuda Indonesia. Ia diitangkap oleh Walanda atau tentara penjajah Belanda. Alhamdulillah, atas kebaikan Tuan Berah, Maing tak perlu mendekam lama di penjara. Ia dibebaskan. Maing atau Ismail tak mengenal kata menyerah. Ia bergerilya di Kuningan menjadi anak buah Karim Muda (pejuang melawan penjajahan waktu itu). Ismail atau Maing meningal di Bojong Sumbakeling. Sebelum bergerilya ia sempat menikah dengan Uwa Entin Majalengka binti Abah Sukarya, adiknya Abah Ukan bin Sukarya). Pernikan ini tak berlangsung lama, keduanya berpisah dengan alasan yang tak diketahui. Yang menarik, dalam hidupnya yang mencapai usia 93 tahun, Mimih menjadi tempat pengaduan atau dalam bahasa sekarang “curhat” bagi keponakan- 92 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Ikatan Pemuda Pelajar Pancalang (IPPP) di Alun-alun Pancalang tahun 1952 1. Jongkok sebelah kiri abah 6. Abah Nono 15. Uwa Ana Antiana Eddy Djunaedi 7. Abah Elom 16. Uwa Nanan Bintaro 8. Indangkarsa 17. Uwa Oom Muslihat 2.Jongkok kanan Ir. Latief Hasyim 9. Uwa Iti Aisyah 18. Yang berdiri berdasi, adik /kakak? (direktur AUP) 10. Abah Didin 11. Abah Dodo Abah Edung Durachman 3. Duduk dari sebelah kiri: 12. Uwa Titi yang sekarang 19. Imo Ilmara 1. Uwa Johan 20. Kurdi 2. Uwa Ikah di Bandung 21. Uwa Iwan adiknya 3. Uwa Nenen 13. Kakek Salet 4. Uwa Jojoh Uwa Nanan bintaro Yang berdiri: (jurutulis desa Pancalang) 22. Abah Maing (Ismail) 5. Abah Edung Durachman 14. Abah Kosim 23. Abah Makin. Bupati Kuningan) AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 93 Riwayat & Silsilah Keluarga

keponakannya bila ada masalah yang dihadapi. Sifat keibuan yang menonjol ditambah pengalaman hidup dalam mendidik putra-putri hingga berhasil mungkin yang menjadi alasan mereka secara terbuka mengemukakan masalah yang dihadapi. Peninggalan Mimih di Pancalang untuk menghidupi anak-anaknya adalah dua kolam yang berisi ikan untuk dijadikan lauk sehari-hari. Sawah dan kebun juga terurus dengan baik di tangan seorang perempuan tangguh ini. Sayang, sekarang kolam-kolam itu sudah tak berair, sementara kebun juga tak terurus. Pesan Mimih yang masih dikenang dan dijalankan oleh putra- putrinya antara lain: “Hidep sing alakur jeung dulur boh jeung batur” – kalian harus akur baik dengan saudara maupun orang lain. “Lobakeun silaturahim jeung dulur bae jeung batur supaya urang loba batur jeung dulur di dunya boh di akhirat” –perbanyak silaturahim dengan saudara atau orang lain agar banyak teman di dunia maupun akhirat kelak. Semoga keuletan dan kegigihan Mimih dalam mendidik putra-putri nya menjadi Suri tauladan bagi generasi penerus Dari hasil perkawinannya dengan H. Idris Natawidjaya, Ma Naong memiliki keturanan 12 putra dan putri, yaitu: 1. Hadiman Natawidjaja 2. Indarana Natawidjaja 3. Indarasa Natawidjaja 4. H. Indang Karsa Natawidjaja 5. Ilah Natawidjaja 6. Ishak Natawidjaja 7. Mala Natawidjaja 8. Hj. Elin Sukarintji Natawidjaja 9. Hj. Elin Sukarintji Natawidjaja 10. H. Yaya Nuryasa Natawidjaja 11. Hj. Ipah Idris Natawidjaja 12. Nana Ruhayana Natawidjaja, SE. 94 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Dari ke 12 putra dan putri Ma Naong, yang wafat enam orang dan yang sekarang masih ada dan mempunyai beberapa anak: 1. H. Indang Karsa Natawidjaja putra ke empat Ma Naong beristrkan dengan Hj. Esih Sukaesih dikaruniai tujuh putra-putri, yaitu: - Ika Nurasa, Iwa Nurcahya, Nurlijati, Ineu Nur Illah, Agung Tofani, Tuty Sugiarti, Fajar Indra Sakti 2. Ishak Natawidjaja merupakan putra ke enam yang beristrikan Tini Kartini dan dikaruniai tiga orang anak, yaitu: - Ryta Melyana, SE - Ari Hidayat Muliawan, MSc - drg. Dicky Fitriadi Dwinata, Sp Perio 3. Hj. Elin Sukarintji Natawidjaja bersusmiksn Drs. H. Sumirin Sangsudiarso dikaruniai empat anak, yaitu: - Dwi Kresnarini, Heru Cokro Ekananta. SE, Sangsudiarso Trihatmoko, Widyahrini Catur Pratiwi,S.komp 4. H. Yaya Nuryasa Natawidjaja beristrikan Hj. Yetty Sugiarti dan dikaruniai empat anak, yaitu: - dr. Inge, Bayu L. Nuryasa, Virgina,S.E., drg. Rayi. G.N 5. Hj. Ipah Idris Natawidjaja bersuamikan H. Ata Suwarta Natasasmita dikaruniai empat anak, yaitu: - Alvaz Suwarta Natasasmita, Khalis Khairiyah Suwarta, Selly Qodriyah Suwarta, Firdaus Suwarta Natasasmita 6. Firdaus Suwarta Natasasmita bersuamikan Tri Putranto,SE, dikaruniai empat anak, yaitu: - Maulana Budiman, SE Putranto, dr. Annisa Nuraeni D.P Putranto, Faizal Ramdhani Putranto. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 95 Riwayat & Silsilah Keluarga

Kisah Petualangan Hidup Indang Karsa Natawidjaya bin Idris Natawidjaya (Putra ke empat) Hidup Jujur di atas Jalan Berliku Pengalaman hidup manusia mengajarkan banyak hal untuk dipelajari. Kadang manis, kadang pahit. Namun yang penting pengalaman hidup ini bisa menjadi renungan sekaligus teladan yang memberikan pelajaran bagi orang lain. Sebagaimana yang pernah terjadi pada Indang Karsa Natawidjaya bin Idris Natawidjaya. Tak ada yag menyangka bahwa pria muda gagah berusia dua puluh enaman ini menjadi target rekruitmen lembaga intelijen. Mungkin sudah dipantau sejak lama atau kebetulan saja. Tak diketahui secara pasti. Yang sudah pasti setelah mengikuti seleksi di kantor Tenaga Kerja ia terpilih menjadi tim rekruitmen yang lulus dari pendidikan Saipan Pasific. Suatu saat Indang Karsa Natawidjaya ‘dijemput’ dari rumah untuk diajak makan di sebuah restoran. Ditanya-tanya banyak hal, termasuk latar belakang keluarga. Selanjutnya diajak jalan-jalan berkeliling Jakarta. Setelah selesai ia dibekali uang untuk pulang. Masiah dalam keheranan mau diajak kerja dimana, Indang kembalai didatangi orang-orang yang sama. Sekira tujuh hari setelah diajak jalan-jalan dan makan-makan kali ini juga kembali dijamu di restoran yang berdeda. Setelah selesai, Indang muda dikasih bekal untuk pulang. “Ini dilakukan berkali kali mungkin ada satu bulan lebih. Setelah itu dibawa ke dokter, ini pun berkali kali,” kata Indang. 96 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Kurang kebih dua bulan oom Indang (panggilan akrab dari keponakan-keponakannya) ‘dijemput’ lagi dari rumah ke sebuah hotel. Di sini baru diberi tahu bahwa ia akan dijadikan alat negara. “Kalau Anda setuju dan mau silakan tanda tangan,” kata oom Indang menirukan seorang yang 'menjemput' dari rumahnya. Ia pun tak tahu siapa yang membawa dari rumah berkali-kali itu. Seperti biasa, sebelum pulang ia diberi uang untuk ongkos. Yang mengherankan, selama “interogasi” di hotel ia tak melihat calon lain. Berikutnya kejadian serupa terjadi lagi. Ia dibawa ke sebuah ruangan di sebuah gedung. Orang yang mewawancarai atau menginterogasinya menyuruh pergi ke terminal Bogor. Secara umum ia diberi tahu apa yang harus dilakukan: naik kendaraan dari Jakarta ke terminal Bogor, melanjutkan ke arah Puncak tepatnya di suatu tempat di Cisarua. Di Cisarua ini ternyata sudah ada pemuda sebaya yang jumlah keseluruhannya 15 orang. Setelah turun disitu terkumpul 15 pemuda sebaya. Tak saling menyapa karena tak kenal satu sama lain. Setelah menunggu sekira 20 menit datanglah mobil yang beris tiga orang dewasa. Mereka dibawa ke sebuah tempat untuk dan langsung masuk ke kamar yang di isi masing-masing dua orang. “Kita besok akan belajar baris berbaris,” kata salah seorang penyemput tadi. Indang Karsa Benar, basoknya para pemuda Natawidjaja,saat ini dikumpulkan di lapangan dan dibagi bertugas sebagai senjata laras panjang yang disebut M2. Mereka belajar basic militer kurang lebih intelegen muda satu bulan setengah atau enam pekan. tahun 1957 an Setelah itu belajar dasar-dasar intelijen kurang lebih beberapa bulan. Di basic training ini, nama masing- AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 97 Riwayat & Silsilah Keluarga

Indang Karsa Natawidjaja muda, sedang melakukan tugas piket tahun 60' an. masing diubah. Semua dikasih cover name, nama palsu yang harus digunakan setelah bergabung di sini. Nama asli tidak boleh disebut-sebut dan tidak boleh kenalan dengan nama di KTP. Juga tak boleh cerita tempat tinggal dan dari mana berasal. Setelah selesai pendidikan kurang lebih tiga bulan setengah. Oom Indang dengan tiga orang teman ditempatkan di Bogor. Yang lain? Tak diketahui dibawa kemana. Di Bogor Oom Indang ditempatkan di seksi sandi (criptoman). Gedung tempat kerja tertulis Fa. Ksatrya (cover building). Di situ bergaul dengan cover name yang baru disandang. Oom Indang sendiri pernah menggunakan nama “Maman” dan “Sumarna” saat menjadi intel. Selain pendidikan dasar intelijen, Oom Indang juga mengecap pendidikan lanjutan dan keahlian keintelijenan. “Ieu ilmu khusus terutami trade craft,” kata Oom Indang yang artinya ini ilmu khusus terutama trade craft. Yang ada di keintelijenan. Juga “phsy war”, ilmu sabotase, ilmu mengerahkan masa, mencuri dengan lock pikking, analisis intelijen baik dasar maupun madya. Oom Indang juga pernah mendalami cara-cara inviltrasi, penetrasi, meng- iliciting, ilmu menyadap (wiretipping). Juga harus bisa bisa membikin bom menjinakkan bom. Oom Indang yang memulai kerja di akhir tahun 1957 tak ditempatkan di bagian Sandi selamanya. Ia dipindahkan ke bagian Keuangan. Di tahun 1961 dipindah ke bagian Pendidikan dan Latihan. Tahun 1962 dipindah lagi. Kali ini ditempatkan di BPI (Badan Pusat Intelijen) Repubik Indonesia. Di sini ia diangkat jadi pegawai negeri. Setelah beberapa tahun bekerja, Oom Indang baru tahu bahwa organsasi tempat berkarier sebelum menjadi pegawai negeri disebut Ksatrya Graha yang didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Dr Muhammad Hatta (Perdana 98 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga

Menteri). Organisasi ini di luar pemerintah yang ada. Karena bukan organisasi pemerintah, ia dan kawan-kawan harus mencari duit sendiri. “Bikin perusahaan sendiri dari (di bidang) pelayaran dan perdagangan,” ungkap Oom Indang. Waktu diangkat menajdi PNS selain mendapat gaji dari negara juga memperoleh uang kehormatan (UK). Oom Indang mendapatkan dobel gaji. Pasca Super Semar tahun 1966 Oom Indang terkena dampak yang mengakibatkan berhenti menjadi pegawai negeri. Karena BPI dipimpin oleh Waperdam I (Dr. Subandrio), Oom Indang ditarik lagi oleh organisasi pertama. Istilahnya ia “pulang Kampung”. Setelah berenti secara hormat dari BPI, Oom Indang sempat mengecap berbagai profesi. Bekerja di lahan holtikultura bersama Ir. Affandi (menteri pertanian kala itu) yang bertanggung jawab terhadap lahan seluas 40 hektar di daerah Puncak dan 1.000 hektar di Jampang Kulon. Selanjutnya pindah ke Pom Bensi, terus dipercaya menjadi penyalur minyak tanah sekabupaten Bogor dengan Kita Madia. Dengan gaji Rp 7.500 setiap bulannya Oom Indang harus menghidupi tujuh orang –anak dan istrinya. Namun karena kejujuran dan keuletannya selama Setelah melalui proses yang sangat rahasia, dengan cara penjemputan misterius dan interogasi rutin selama dua bulan lebih, barulah diberitahu bahwa ini proses recruitmen untuk menjadi alat negara AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 99 Riwayat & Silsilah Keluarga

berkarier bagi menjadi intel maupun saat sudah menjadi orang sipil, Oom Indang dibutuhkan banyak perusahaan. Tercatat pernah bekerja di PT. Wisma Nusantara International, yang gajinya Rp 15.000. Artinya dua kali lipat saat menjadi pegawai negeri saat itu. “Ti pegawai biasa janten wakil seksi, jadi kepala seksi, janten asmen (asisten manager). Setelah menjadi asmen divisi terus menjadi manager divisi menggantikan (ngagentos) orang Jepang. Jadi langsung dibawah direktur keuangan. Alhamdulillah tara (tidak pernah) korupsi (karena) didikan intel,” kata Oom Indang yang terlihat masih segar di usianya yang sudah lanjut itu. Selama bekerja Oom Indang beberapa kali berdinas ke Jepang bersama direksi PT Wisma Nusantara International. Bahkan, pernah menolak diajak pergi ke Jepang karena merasa tidak enak kepada teman-teman kerjanya. Bahkan, suatu saat salah seorang direktur setengah memaksa agar oom Indang berangkagt bersamanya ke Jepang. “You must joint me now,” kata atasannya. Ia tak bisa menolak untuk berangkat ke Tokyo. Kehidupan berliku Oom Indang namun lurus penuh kejujuran inilah menjadi teladan bagi anak muda sekarang. Wallahu A'lam Bishawab. Setelah selesai dari dinas intelen, Om Indang banyak mendapat penawaran pekerjaan, salahsatunya beliau memilih bekerja di PT Wisma Nusantara International, berkat disiplin dan kejujuranya kariernya kian melonjak dari staf biasa hingga menjadi Manajer Divisi, dan sering bolak balik ke Tokyo Jepang. 100 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook