EDAJ 2 (3) (2013)
Economics Development Analysis Journal
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR
TEMBAKAU INDONESIA KE JERMAN
Dinan Arya Putra
Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
________________
___________________________________________________________________
Sejarah Artikel:
Diterima Juli 2013
Disetujui Juli 2013
Dipublikasikan Agustus
2013
Tembakau merupakan salah satu ekspor komoditas pertanian yang memiliki nilai jual yang tinggi,
namun dalam lima tahun terakhr volume ekspor tembakau Indonesia ke Jerman mengalami
kendala dimana banyaknya pesaing dari negara pengekspor selain Indonesia. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis faktor-faktor yang memperngaruhi ekspor
tembakau Indonesia ke Jerman. Metode analisis yang digunakan adalah OLS (Ordinary Least
Square) yang selanjutnya di uji dengan menggunakan uji ECM (Error Correction Model). Dengan
menggunakan data time series dengan kurun waktu 41 tahun (1970-2011), Hasil penelitian
diperoleh nilai variabel yang signifikan 0.265648 produksi, 0.784236 harga dan 1.465788 GDP Riil
Jerman dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 64% yang berarti variabel bebas seperti luas
lahan tembakau, produksi tembakau, harga tembakau dunia, dan GDP Riil Jerman, dapat
menjelaskan volume ekspor tembakau ke Jerman sebesar 64% dan sisanya 36% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. Kesimpulan yang bisa di ambil
bahwa komoditas tembakau merupakan salah satu komoditas ekspor yang perlu adanya peran
pemerintah dalam hal menjaga mutu dan kualitas produksi tembakau Indonesia yang sudah
terkenal sejak tahun 1970 hingga sekarang maka untuk menjaga mata pencarian petani tembakau,
saran yang bisa di lakukan pemerintah harus bekerja sama dengan petani dalam hal pembibitan
serta menjaga mutu dan kualitas tembakau.
________________
Keywords:
Ekspor, Komoditas
Tembakau, Dan Metode
Error Correction Model
(ECM) Export, Tobacco
Commodity, and Error
Correction Model Method
(ECM)
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
Tobacco is one of agriculture commodity export which have high value, but for the last 5 years, volume of
Indonesia’s tobacco export to Germany undergone a problem because there are many tobacco’s exporter be sides
Indonesia. The aim of this research is to know factors analysis that influence Indonesia’s export tobacco to
Germany. Analysis method used OLS (Ordinary Least Square) furthermore have a test used ECM (Error
Correction Model). Using time series data with time frame 41 years (1970-2011). The research’s result got from
significant variabel value 0,265 production, 0,784 price and 1,465 Germany’s Rill GDP with determination
coefficient (R2) in the amount of 64%, it means independent variabel like tobacco’s area, tobacco’s production,
world tobacco’s price and Germany’s Riil GDP can explain volume of tobacco export to Germany in the
amount of 64% and the residue 36% explained by the other variabel that didn’t add inside this research. The
conclusion is tobacco commodity is the one of export commodity that needs function of government to keep
Indonesia’s tobacco production quality that renowned since 1970 until now. To keep tobacco’s farmer
occupation, government should make with the farmer to keep grade and quality of tobacco and also for fledging
tobacco.
© 2012 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi:
Kampus Gedung C-6, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang
Telp/Fax: (024) 8508015, email: dinan.arya@gmail.com
35
ISSN 2252-6889
Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
Indonesia dalam perdagangan dunia tembakau
adalah net eksportir, dalam arti nilai ekspor
lebih besar dari nilai impor. Produk tembakau
yang utama di perdagangkan adalah daun
tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok
merupakan produk yang bernilai ekonomis.
Gambar 1. menyajikan perkembangan
luas areal dan produksi perkebunan seluruh
Indonesia selama tahun 1971 – 2011.
Perkembangan total luas areal tembakau pada
tahun 1971-2011 dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 3,23% per tahun, dimana total luas areal
tembakau menunjukan peningkatan laju
perkembangan mencapai 4,76% pada tahun
1971 – 1997. Akan tetapi antara 1998 – 2011
pertumbuhan luas areal tembakau menurun
dikisaran 0,07% per tahun. Hal ini dikarenakan
tembakau Indonesia hanya diusahakan oleh
Perkebunan milik swasta, Perkebunan Rakyat
(PR) dan Perkebunan Besar Negara (PBN),
sementara perkebunan besar swasta (PBS) tidak
melakukan penanaman sama sekali.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara pertanian,
artinya pertanian memegang peran penting dari
keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini
dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk
yang bekerja pada sektor pertanian. Hasil
pertanian di Indonesia antara lain padi, jagung,
ubi, ketela pohon, tebu, tembakau, karet, rosella,
kopi, kina. Tembakau termasuk salah komoditas
yang
mempunyai
arti
penting
karena
memberikan manfaat ekonomi, manfaat
sosialnya pun sangat dirasakan. Peran tembakau
didalam
perekonomian
Indonesia
dapat
ditunjukkan terutama oleh besarnya cukai yang
disumbangkan sebagai penerimaan negara dan
banyaknya tenaga kerja yang terserap baik
dalam tahap penanaman dan pengolahan
tembakau sebelum diekspor atau dibuat rokok,
maupun pada tahap pembuatan rokok. Di
samping Indonesia sebagai eksportir produk
tembakau, Indonesia juga sebagai importer
produk tembakau, baik produk daun tembakau
maupun rokok. Secara keseluruhan posisi
dampak krisis yaitu mempengaruhi sektor
komoditi pertanian dimana komoditi tembakau.
Di Indonesia yang pada saat itu mengalami
surplus produksi tembakau tidak bisa terserap
secara keseluruhan oleh produsen tembakau
Indonesia dan hal ini diperburuk oleh
menurunnya harga tembakau di dalam negeri.
Gambar 1 Luas Area Dan Produksi
Perkebunan Seluruh Indonesia
(Tahun 1971-2011)
Sumber : http://ditjenbun.deptan.go.id
Krisis
global
yang
terjadi
pada
pertengahan
tahun
2008
perekonomian
Indonesia mengalami kontraksi. Salah satu
36
Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
Tabel 1.
Perkembangan
Harga
Konsumen
Tembakau
Dunia
Tahun
2005
-
2011
pada tahun 2005 dan terus meningkat pada
harga tembakau pada tahun 2011 menjadi
sebesar $ 4,485 per kg. dan rata-rata laju
pertumbuhannya sebesar 0,77%.
Pada
tabel
1
tahun
2005-2011
perkembangan harga tembakau di dunia
cenderung mengalami peningkatan pada harga
nominal tembakau dimulai harga $ 2,790 per kg
Gambar 2 Negara-Negara Pengimpor
Tembakau Di Dunia
Tahun 2003-2007
Sumber : http://faostat3.fao.org
Pada gambar 1.5 menyajikan tentang
negara pengimpor tembakau dunia tahun 20032007. Dimana terdapat 10 negara pengimpor
tembakau dengan kuota terbesar, dimana pada
posisi pengimpor tembakau dengan kuota
terbesar ditempati oleh urutan pertama negara
Jerman sebagai pengimpor tembakau terbesar
dengan kuota 991 ribu ton. Disusul kemudian
oleh Cina, Jepang, Belgium dan Francis masingmasing sebesar 379 ribu ton, 232 ribu ton, 286
ribu ton dan 209 ribu ton.
Berdasarkan uraian di atas, tembakau
merupakan salah satu komoditi ekspor pertanian
yang ikut serta dalam salah satu penyumbang
PDB
di
sektor
pertanian.
Semakin
meningkatnya pengekspor tembakau di dunia
maka semakin terjadinya persaingan mutu dan
kualitas tembakau itu sendiri di pasaaran
sehingga akan berakibat semakin meningkatnya
ekspor ke negara tujuan tau menurunnya kuota
ekspor ke negara tersebut dikarenakan
persaingan komoditi tembakau. Dalam masalah
ini peneliti ingin menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor tembakau Indonesia ke
Jerman dari tahun 1971-2011. Penelitian ini
mengangkat judul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ekspor Tembakau Indonesia Ke
Jerman”
Metedo penelitian
Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang dicatat secara
sistematis yang berbentuk data runtut waktu
(time series data). Dalam penelitiaan ini
digunakan data luas lahan, produksi tembakau,
harga tembakau dunia, GDP Riil Jerman dan
volume ekspor tembakau tahun 1970-2011.
37
Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
time series. Akan tetapi, untuk data panel,
sebelum
membuat
regresi
kita
harus
menggabungkan data cross section dengan data
time series. Kemudian data gabungan ini
diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan
yang digunakan untuk mengestimasi model
dengan metode OLS. ECM merupakan model
yang tepat untuk mengatasi masalah data yang
tidak stasioner yang sering dijumpai dalam data
time series. Hal ini penting agar hasil regresi
tidak meragukan atau disebut regresi lancung
(spurious regression). Selain itu, masalah
perbedaan kekonsistenan hasil peramalan antara
jangka pendek dengan jangka panjang dengan
cara proporsi disequilibrium pada satu periode
dikoreksi pada periode selanjutnya sehingga
tidak ada informasi yang dihilangkan hingga
penggunaan untuk peramalan jangka panjang
(Thomas, 1997:150).
Pengaruh variabel independen terhadap
ekspor tembakau Indonesia ke Jerman tersebut
ditunjukan oleh persamaan regresi berganda
sebagai berikut:
Expt = β0 + β1 LLt + β2 Prt + β3 Ht + β4
GDPt
Dimana
Expt
= Volume Ekspor Tembakau
pada periode t
LL
= Luas Lahan Tembakau pada
periode t
Pr
= Produksi Tembakau pada
periode t
H
= Harga tembakau dunia pada
periode t
GDP
= Gross Domestik Production
Jerman pada periode t
Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Arikunto, 2002:118). Penelitian ini berasal dari
data sekunder yang berasal dari publikasi resmi.
Badan Pusat Statistik. Bank Indonesia. World
Bank. Departemen Pertanian dan sumbersumber lain yang dipublikasikan serta penelitian
sebelumnya tahun data 1970-2011
Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang
timbul sebagai akibat langsung pengaruh
variabel bebas (Sandjaja dan Heriyanto
2006:85). Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah volume ekspor tembakau Indonesia
ke Jerman yaitu kuantitas ekspor tembakau
Indonesia ke Jerman yang dilakukan tiap tahun
dan dinyatakan dalam ton/tahun
Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang
diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain
(Sandjaja dan Heriyanto 2006:84). Variabel
dalam penelitian ini adalah :
1 X1 yang merupakan luas lahan
tembakau (Ha)
2 X2 merupakan produksi tembakau
(Ton)
3 X3 merupakan harga tembakau dunia ($
US)
4 X4 merupakan GDP riil Negara Jerman
($ US)
Metode Analisis Data
Untuk melihat seberapa besar faktorfaktor yang mempengaruhi ekspor tembakau
selama kurung waktu 1971-2011 dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square
(OLS) untuk dilihat keterkaitan variabel dalam
jangka panjang dan Error correction Model
(ECM) untuk melihat keterkaitan jangka pendek
yang merupakan metode yang digunakan untuk
mengoreksi persamaan regresi diantara variabelvariabelnya. Dalam penelitian menggunakan
alat bantu softwere eviews 6.
Ordinary Least Square (OLS)
Teknik ini tidak berbeda dengan
membuat regresi dengan data cross section atau
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Pada penelitian ini model persamaan
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor
tembakau Indonesia ke Jerman dimodifikasi
menjadi bentuk logaritma natural karena dengan
mengubah bentuk model persamaan menjadi
bentuk logaritma natural menghasilkan estimasi
nilai koefisian determinasi 0.649905 (R 2) yang
jauh lebih baik, daripada nilai koefisien
determinasi 0.580137 (R2) yang dihasilkan pada
bentuk model persamaan linier biasa yang telah
38
Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
dilakukan uji MWD, selain itu transformasi
model tersebut meniadakan heteroskedastisitas
pada model bisa di lihat pada lampiran.
Pada umumnya hasil model ekspor
tembakau Indonesia baik, dimana memiliki nilai
koefisien determinasi sebesar 64,9% untuk
persamaan ekspor Indonesia ke Jerman. Nilai
R2 sebesar 64,9 % pada model persamaan
produksi beras Indonesia menjelaskan bahwa
kemampuan
variabel
eksogen
dalam
menjelaskan variabel endogennya sebesar 64,9
% dan sisanya sebesar 35,1 % dijelaskan oleh
variabel eksogen di luar model dapat dijelaskan
pada tabel 2
menunjukan
bahwa variabel variabel penjelas
yang ada di
dalam
model
berpengaruh nyata pada taraf sebesar 10%
secara bersama-sama terhadap volume ekspor
tembakau Indonesia ke Jerman.
Hal ini
menunjukan bahwa variasi peubah-peubah
eksogen dalam persamaan tersebut secara
bersama-sama dapat menjelaskan dengan baik
variasi pengubah endogennya.
Pengujian parameter secara keseluruhan
untuk faktor yang mempengaruhi ekspor
tembakau Indonesia ke Jerman, dimaksudkan
untuk melihat pengaruh bersama-sama antar
variabel bebas (variabel eksogen) dengan
variabel bebas (endogen). Pengujian ini dapat
dilakukan dengan melihat nilai P value pada
Analisis Of Variance yaitu sebesar 0,000 yang
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa tidak
ada masalah multikollinieritas dalam persamaan
regresi berganda. Hal ini dikarenakan nilai
matriks korelasi dari semua variabel adalah
kurang dari 0,8. Tapi bila dilihat secara umum,
semua variabel ini tidak jauh satu dengan yang
lainnya. Tapi bila dilihat secara umum, semua
variabel independen memiliki nilai koefisien
korelasi
yang
rendah
sehingga
dapat
disimpulkan data tersebut bebas dari unsur
multikolinearitas
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas
39
Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
Uji normalitas ini digunakan untuk
mengetahui apakah residual berdistribusi normal
atau tidak. Untuk menguji apakah distribusi
data normal atau tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Jarque-Bera yang dilakukan
pada variabel volume ekspor persamaan
regresinya, diperoleh probabilitas sebesar 0,85
tabel 4 Sesuai dengan criteria pengambilan
keputusan yang telah ditetapkan
Sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan, karena nilai probabilitas lebih besar
dari 10% maka data terbebas dari masalah
heteroskedastisitas (0,44 > 0,1) maka dengan
tingkat
keyakinan
99%
tidak
adanya
heterokedastisitas
Pada tabel 6 dimana jika nilai probabilitas
dari
Obs*
R-square
melebihi
tingkat
kepercayaan, maka tidak adanya masalah
autokorelasi yaitu uji Lagrange-Multiplier
sebesar 0,2188 atau lebih besar dari 10 %
(lampiran). Sesuai dengan kreteria pengambil
keputusan, apabila nilai probabilitas dari Obs*
R-squared lebih besar dari 10% maka persamaan
regresi yang dihasilkan bebas dari autokorelasi
Menguji perilaku data melalui uji akar
unit dalam penelitian ini menggunakan uji
Augmented Dicky-Fuller (ADF). Uji ADF
digunakan untuk mengetahui stasioner data
pada tingkat level. Pengujian uji Unit Root Test
40
Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
intercept, semua variabel ekspor tembakau
Indonesia ke Jerman, dari hasil uji derajat
integrasi diketahui bahwa nilai probabilitas =
0,000 nilai ini adalah lebih kecil dari pada 0,01 α
= 1% artinya variabel ekspor tembakau
Indonesia ke Jerman telah stasioner di tingkat
1st difference pada intercept pada α = 10% pada
tabel 7
digunakan apakah data yang digunakan dalam
penelitian ini ditemukan stasioner atau tidaknya.
Pada pengujian tingkat level pada intercept
dikarenakan nilai probabilitasnya lebih besar
dari α 10% dimana variabel yang tidak stasioner
pada tingkat level Maka stasioneritas data
tersebut bisa dicari melalui tahapan ke 2
pengujian pada tingkat 1st difference pada
Sumber : data sekunder tahun 1970-2011 diolah
Error Correction Model residual harus itu diperlukan uji kointegrasi. Uji kointegrasi
stasioner pada tingkat 1st difference. Setelah dilakukan untuk memberikan indikasi awal
mengetahui bahwa data tidak stasioner, maka bahwa model yang digunakan memiliki
langkah
selanjutnya
adalah
melakukan hubungan jangka panjang (cointegration
indentifikasi apakah data terkointegrasi. Untuk relation) dapat dilihat pada tabel 8
Hasil uji kointegrasi didapatkan dengan
membentuk residual yang diperloleh dengan
cara meregresikan variabel independen terhadap
variabel dependen secara OLS. Residual tersebut
41
Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
harus stasioner pada tingkat 1st difference untuk
dapat dikatakan memiliki kointegrasi. Setelah
melakukan uji DF untuk menguji residual yang
dihasilkan, didapatkan bahwa residual telah
stasioner yang dapat dilihat dari nilai t-statistik
yang signifikan pada α sebesar 10%.
Error Correction Model digunakan untuk
mengestimasi model ekspor (jangka pendek).
Salah satu cara mengidentifikasi hubungan di
antara variabel yang bersifat non-stasionary
adalah dengan melakukan pemodelan koreksi
kesalahan. Dengan syarat bahwa pada
sekelompok variabel non-stationary terdapat
suatu kointegrasi, maka pemodelan koreksi
kesalahan adalah valid. Syarat ini dinyatakan
dalam teorema reprentasi Engle-Granger (1987).
Bagian ini akan membahas suatu bentuk
sederhana dari model koreksi kesalahan, yaitu
model koreksi kesalahan persamaan tunggal
(single equation error correction model). Model
ini digunakan jika kita dapat mengidentifikasi
dengan baik bentuk hubungan kointegrasi yang
ada pada sekelompok variabel. Hasil regresi
adalah sebagai berikut.
Adapun persamaan yang diperoleh dari
uji ECM adalah :
Expt = β0 + β1 DLLt + β2 DPrt + β3 DHt +
β4 DGDPt + ETC(-1)
Expt = 0.034485 - 0.106186 DLLt 0.184404 DPrt + 0.599116 DHt + 0.622161
DGDPt - 0.381324 ETC(-1)
Model ECM Engle-Granger ini dikatakan
valid jika tanda koefisien koreksi kesalahan ini
bertanda negatif dan signifikan secara statistik.
Berdasarkan pada hasil estimasi dengan
menggunakan metode Error Correction Model
diperoleh nilai ECT (Error Correction Trem)
dengan tanda negatif yaitu nilainya sebesar 0.38.
Jangka panjang merupakan suatu periode
yang memungkinkan untuk mengadakan
penyesuaian penuh untuk setiap perubahan yang
timbul, sehingga dapat menunjukan sejauh
mana perubahan pada variabel independen
menyesuaikan secara penuh variabel dependen
hasil regresinya adalah sebagai berikut.
42
Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
Adapun persamaan yang diperoleh dari
model ECM adalah :
Expt = β0 + β1 DLLt + β2 DPrt + β3 DHt +
β4 DGDPt + E
Expt = -40.95494β0 -0.825595β1 DLLt +
0.265648β2 DPrt + 0.784236β3 DHt + 1.465788β4
DGDPt + E
Persamaan di atas merupakan model
dinamik Expt untuk jangka pendek, dimana
variabel Ekspor tidak hanya dipengaruhi oleh
DLLt, DPrt, DHt, dan DGDPt tetapi juga
dipengaruhi oleh variabel error term et kelihatan
disini nilai koefisien et signifikan untuk
ditempatkan dalam model sebagai koreksi
jangka pendek untuk mencapai keseimbangan
jangka panjang. Oleh karena itu dalam ECM
variabel et sering dikatakan pula sebagai faktor
kelambanan, yang memiliki nilai lebih kecil dari
nol, et < 0. Pada model ini nilai koefisien et
mencapai -0.381324, yang menandakan bahwa
nilai ekspor berada diatas nilai jangka
panjangnya
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari
penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi ekspor tembakau Indonesia
ke Jerman dengan menggunakan pendekatan
Error Correction Model (ECM) dan asumsi
klasik didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.
Luas lahan tembakau dalam
jangka pendek berpengaruh negatif dan tidak
signifikan
sedangkan
jangka
panjang
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
perubahan ekspor tembakau Indonesia ke
Jerman.
2.
Produksi tembakau dalam
jangka pendek berpengaruh negatif dan tidak
signifikan
sedangkan
jangka
panjang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perubahan ekspor tembakau Indonesia ke
Jerman.
3.
Harga tembakau dunia dalam
jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh
positif dan signifikan terhadap perubahan ekspor
tembakau Indonesia ke Jerman.
4.
GDP Jerman dalam jangka
pendek dan jangka panjang berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ekspor tembakau
Indonesia ke Jerman.
Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis
pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1.
Melihat
hasil
penelitian
menunjukan bahwa dalam jangka pendek dan
jangka panjang luas lahan berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap ekspor tembakau
pemerintah harus berhati-hati dalam mengambil
keputusan terhadap pembatasan lahan untuk
penanaman tembakau. Hal ini berhubungan
dengan mata pencarian penduduk yang
menganggap tembakau mempunyai nilai jual
yang lebih tinggi dari komoditas pertanian,
maka pemerintah harus memaksimalkan
penyerapan tembakau petani lokal untuk di
ekspor lebih tinggi.
2.
Pemerintah dan petani bekerja
sama untuk pemaksimalan mutu komoditas
ekspor tembakau ke negara tujuan karena negara
43
Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
Lipsey, R. G. P. N. Courant, D. D.
Purvis dan P. O. Steiner. 1995. Pengantar
Makroekonomi. Edisi Kesepuluh, Jakarta :
binarupawan
Mankiw
N
Gregoru.
2003.
Macroeconomics, Fifth Editions, New York :
Worth Publisher, 41 Madison Avenue
Munadi, E.2007. penurunan pajak ekspor
dan dampaknya terhadap ekspor minyak kelapa
sawit Indonesian ke india (pendekatan error
correction model) informatika pertanian volume
16 No. 2, 2007
Rahmat H. Setianto,dkk. 2011. Cara
Cerdas Menguasai EViews. Salemba Empat
Sumarno, S.B., dan Mudrajad Kuncoro,
Kinerja, dan Kluster Industri Rokok Kretek:
Indonesia, 1996-1999. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, Universitas Gajah Mada,
2002.
Sharman. Khishor. 2000. Exsport Growth
In India: has fdi plyed a role ? Charles sturt
University. Australia.
Sri Nuryanti, dan Muchjidin Rachmat,
Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan
Implikasinya Bagi Indonesia. Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Thomas. Samanhudi. 2009. Analisis
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor
Produk Pertanian Indonesia Ke Amerika
Serikat. Skripsi. Program Studi Ekonomi
Pembangunan. Universitas Sumatera Utara
Zainal, A. 2007. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Permintaan ekspor sepatu olah
raga dan sepatu kulit Indonesia (tahun 20022006),
fakultas
ekonomi
UI.
tujuan mengandalkan mutu dan kualitas
produksi tembakau Indonesia yang sudah
terkenal sejak tahun 1970 hingga sekarang.
Pemerintah hanya saja kurangnya perhatian
terhadap petani tembakau hal ini bisa dilihat
dari tempat pembibitan tanaman tembakau yang
sampai sekarang tidak tersebar merata di
berbagai daerah hal inilah yang mengakibatkan
mutu dan kualitas tembakau berkurang.
3.
Harga bibit tembakau yang
memiliki mutu dan kualitas tinggi sulit
didapatkan oleh petani tembakau yang
mengakibatkan mahalnya bibit tembakau
tersebut mengakibatkan petani tembakau hanya
menanam tembakau mutu dan kualitas rendah
maka peran pemerintah dalam hal ini untuk
memaksimalkan tempat pembibitan di berbagai
daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Lestari. 2010 Analisis Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Karet
Alam Indonesia. Skripsi. Program Studi
Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas
Pertanian. IPB
Amir M.S 2008. File Unikom Silver
Caesar.O
Andrian D. Lubis. 2010 Analisis Faktor
Yang Mempengaruhi Kinerja Ekspor Indonesia.
Penelitian
Pada
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Perdangagan Luar Negeri.
Jakarta
Aji, Heriyanto P. 2006. Analisis Kinerja
Ekspor Perikanan Indonesia Ke Jepang dan
Amerika Serikat I, Program Pascasarjana FEUI,
Depok.
Fan Hu,dkk. 1994. Declining U.S.
Tobacco Exports To Australisa: A Derived
Demand Approach To Competitiveness. North
Carolina State University
Gujarati, Damodar. 2010. Dasar-dasar
Ekonometrika. Buku 1 Edisi 5. (diterjemahkan
oleh Eugenia Mardanugraha, dkk). Jakarta.
Salemba Empat
Hady.
Hamady.
2009.
Ekonomi
Internasional. Cetakan Kelima. Jilid Satu.
Ghalian Indonesia
44
Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
45