Academia.eduAcademia.edu
EDAJ 2 (3) (2013) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEMBAKAU INDONESIA KE JERMAN Dinan Arya Putra  Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Abstrak ________________ ___________________________________________________________________ Sejarah Artikel: Diterima Juli 2013 Disetujui Juli 2013 Dipublikasikan Agustus 2013 Tembakau merupakan salah satu ekspor komoditas pertanian yang memiliki nilai jual yang tinggi, namun dalam lima tahun terakhr volume ekspor tembakau Indonesia ke Jerman mengalami kendala dimana banyaknya pesaing dari negara pengekspor selain Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis faktor-faktor yang memperngaruhi ekspor tembakau Indonesia ke Jerman. Metode analisis yang digunakan adalah OLS (Ordinary Least Square) yang selanjutnya di uji dengan menggunakan uji ECM (Error Correction Model). Dengan menggunakan data time series dengan kurun waktu 41 tahun (1970-2011), Hasil penelitian diperoleh nilai variabel yang signifikan 0.265648 produksi, 0.784236 harga dan 1.465788 GDP Riil Jerman dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 64% yang berarti variabel bebas seperti luas lahan tembakau, produksi tembakau, harga tembakau dunia, dan GDP Riil Jerman, dapat menjelaskan volume ekspor tembakau ke Jerman sebesar 64% dan sisanya 36% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. Kesimpulan yang bisa di ambil bahwa komoditas tembakau merupakan salah satu komoditas ekspor yang perlu adanya peran pemerintah dalam hal menjaga mutu dan kualitas produksi tembakau Indonesia yang sudah terkenal sejak tahun 1970 hingga sekarang maka untuk menjaga mata pencarian petani tembakau, saran yang bisa di lakukan pemerintah harus bekerja sama dengan petani dalam hal pembibitan serta menjaga mutu dan kualitas tembakau. ________________ Keywords: Ekspor, Komoditas Tembakau, Dan Metode Error Correction Model (ECM) Export, Tobacco Commodity, and Error Correction Model Method (ECM) ____________________ Abstract ___________________________________________________________________ Tobacco is one of agriculture commodity export which have high value, but for the last 5 years, volume of Indonesia’s tobacco export to Germany undergone a problem because there are many tobacco’s exporter be sides Indonesia. The aim of this research is to know factors analysis that influence Indonesia’s export tobacco to Germany. Analysis method used OLS (Ordinary Least Square) furthermore have a test used ECM (Error Correction Model). Using time series data with time frame 41 years (1970-2011). The research’s result got from significant variabel value 0,265 production, 0,784 price and 1,465 Germany’s Rill GDP with determination coefficient (R2) in the amount of 64%, it means independent variabel like tobacco’s area, tobacco’s production, world tobacco’s price and Germany’s Riil GDP can explain volume of tobacco export to Germany in the amount of 64% and the residue 36% explained by the other variabel that didn’t add inside this research. The conclusion is tobacco commodity is the one of export commodity that needs function of government to keep Indonesia’s tobacco production quality that renowned since 1970 until now. To keep tobacco’s farmer occupation, government should make with the farmer to keep grade and quality of tobacco and also for fledging tobacco. © 2012 Universitas Negeri Semarang  Alamat korespondensi: Kampus Gedung C-6, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang Telp/Fax: (024) 8508015, email: dinan.arya@gmail.com 35 ISSN 2252-6889 Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013) Indonesia dalam perdagangan dunia tembakau adalah net eksportir, dalam arti nilai ekspor lebih besar dari nilai impor. Produk tembakau yang utama di perdagangkan adalah daun tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk yang bernilai ekonomis. Gambar 1. menyajikan perkembangan luas areal dan produksi perkebunan seluruh Indonesia selama tahun 1971 – 2011. Perkembangan total luas areal tembakau pada tahun 1971-2011 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,23% per tahun, dimana total luas areal tembakau menunjukan peningkatan laju perkembangan mencapai 4,76% pada tahun 1971 – 1997. Akan tetapi antara 1998 – 2011 pertumbuhan luas areal tembakau menurun dikisaran 0,07% per tahun. Hal ini dikarenakan tembakau Indonesia hanya diusahakan oleh Perkebunan milik swasta, Perkebunan Rakyat (PR) dan Perkebunan Besar Negara (PBN), sementara perkebunan besar swasta (PBS) tidak melakukan penanaman sama sekali. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peran penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang bekerja pada sektor pertanian. Hasil pertanian di Indonesia antara lain padi, jagung, ubi, ketela pohon, tebu, tembakau, karet, rosella, kopi, kina. Tembakau termasuk salah komoditas yang mempunyai arti penting karena memberikan manfaat ekonomi, manfaat sosialnya pun sangat dirasakan. Peran tembakau didalam perekonomian Indonesia dapat ditunjukkan terutama oleh besarnya cukai yang disumbangkan sebagai penerimaan negara dan banyaknya tenaga kerja yang terserap baik dalam tahap penanaman dan pengolahan tembakau sebelum diekspor atau dibuat rokok, maupun pada tahap pembuatan rokok. Di samping Indonesia sebagai eksportir produk tembakau, Indonesia juga sebagai importer produk tembakau, baik produk daun tembakau maupun rokok. Secara keseluruhan posisi dampak krisis yaitu mempengaruhi sektor komoditi pertanian dimana komoditi tembakau. Di Indonesia yang pada saat itu mengalami surplus produksi tembakau tidak bisa terserap secara keseluruhan oleh produsen tembakau Indonesia dan hal ini diperburuk oleh menurunnya harga tembakau di dalam negeri. Gambar 1 Luas Area Dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia (Tahun 1971-2011) Sumber : http://ditjenbun.deptan.go.id Krisis global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008 perekonomian Indonesia mengalami kontraksi. Salah satu 36 Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013) Tabel 1. Perkembangan Harga Konsumen Tembakau Dunia Tahun 2005 - 2011 pada tahun 2005 dan terus meningkat pada harga tembakau pada tahun 2011 menjadi sebesar $ 4,485 per kg. dan rata-rata laju pertumbuhannya sebesar 0,77%. Pada tabel 1 tahun 2005-2011 perkembangan harga tembakau di dunia cenderung mengalami peningkatan pada harga nominal tembakau dimulai harga $ 2,790 per kg Gambar 2 Negara-Negara Pengimpor Tembakau Di Dunia Tahun 2003-2007 Sumber : http://faostat3.fao.org Pada gambar 1.5 menyajikan tentang negara pengimpor tembakau dunia tahun 20032007. Dimana terdapat 10 negara pengimpor tembakau dengan kuota terbesar, dimana pada posisi pengimpor tembakau dengan kuota terbesar ditempati oleh urutan pertama negara Jerman sebagai pengimpor tembakau terbesar dengan kuota 991 ribu ton. Disusul kemudian oleh Cina, Jepang, Belgium dan Francis masingmasing sebesar 379 ribu ton, 232 ribu ton, 286 ribu ton dan 209 ribu ton. Berdasarkan uraian di atas, tembakau merupakan salah satu komoditi ekspor pertanian yang ikut serta dalam salah satu penyumbang PDB di sektor pertanian. Semakin meningkatnya pengekspor tembakau di dunia maka semakin terjadinya persaingan mutu dan kualitas tembakau itu sendiri di pasaaran sehingga akan berakibat semakin meningkatnya ekspor ke negara tujuan tau menurunnya kuota ekspor ke negara tersebut dikarenakan persaingan komoditi tembakau. Dalam masalah ini peneliti ingin menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tembakau Indonesia ke Jerman dari tahun 1971-2011. Penelitian ini mengangkat judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Tembakau Indonesia Ke Jerman” Metedo penelitian Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk data runtut waktu (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data luas lahan, produksi tembakau, harga tembakau dunia, GDP Riil Jerman dan volume ekspor tembakau tahun 1970-2011. 37 Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013) time series. Akan tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus menggabungkan data cross section dengan data time series. Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode OLS. ECM merupakan model yang tepat untuk mengatasi masalah data yang tidak stasioner yang sering dijumpai dalam data time series. Hal ini penting agar hasil regresi tidak meragukan atau disebut regresi lancung (spurious regression). Selain itu, masalah perbedaan kekonsistenan hasil peramalan antara jangka pendek dengan jangka panjang dengan cara proporsi disequilibrium pada satu periode dikoreksi pada periode selanjutnya sehingga tidak ada informasi yang dihilangkan hingga penggunaan untuk peramalan jangka panjang (Thomas, 1997:150). Pengaruh variabel independen terhadap ekspor tembakau Indonesia ke Jerman tersebut ditunjukan oleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: Expt = β0 + β1 LLt + β2 Prt + β3 Ht + β4 GDPt Dimana Expt = Volume Ekspor Tembakau pada periode t LL = Luas Lahan Tembakau pada periode t Pr = Produksi Tembakau pada periode t H = Harga tembakau dunia pada periode t GDP = Gross Domestik Production Jerman pada periode t Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:118). Penelitian ini berasal dari data sekunder yang berasal dari publikasi resmi. Badan Pusat Statistik. Bank Indonesia. World Bank. Departemen Pertanian dan sumbersumber lain yang dipublikasikan serta penelitian sebelumnya tahun data 1970-2011 Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang timbul sebagai akibat langsung pengaruh variabel bebas (Sandjaja dan Heriyanto 2006:85). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah volume ekspor tembakau Indonesia ke Jerman yaitu kuantitas ekspor tembakau Indonesia ke Jerman yang dilakukan tiap tahun dan dinyatakan dalam ton/tahun Variabel Independen Variabel Independen adalah variabel yang diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain (Sandjaja dan Heriyanto 2006:84). Variabel dalam penelitian ini adalah : 1 X1 yang merupakan luas lahan tembakau (Ha) 2 X2 merupakan produksi tembakau (Ton) 3 X3 merupakan harga tembakau dunia ($ US) 4 X4 merupakan GDP riil Negara Jerman ($ US) Metode Analisis Data Untuk melihat seberapa besar faktorfaktor yang mempengaruhi ekspor tembakau selama kurung waktu 1971-2011 dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk dilihat keterkaitan variabel dalam jangka panjang dan Error correction Model (ECM) untuk melihat keterkaitan jangka pendek yang merupakan metode yang digunakan untuk mengoreksi persamaan regresi diantara variabelvariabelnya. Dalam penelitian menggunakan alat bantu softwere eviews 6. Ordinary Least Square (OLS) Teknik ini tidak berbeda dengan membuat regresi dengan data cross section atau Hasil Penelitian Dan Pembahasan Pada penelitian ini model persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tembakau Indonesia ke Jerman dimodifikasi menjadi bentuk logaritma natural karena dengan mengubah bentuk model persamaan menjadi bentuk logaritma natural menghasilkan estimasi nilai koefisian determinasi 0.649905 (R 2) yang jauh lebih baik, daripada nilai koefisien determinasi 0.580137 (R2) yang dihasilkan pada bentuk model persamaan linier biasa yang telah 38 Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013) dilakukan uji MWD, selain itu transformasi model tersebut meniadakan heteroskedastisitas pada model bisa di lihat pada lampiran. Pada umumnya hasil model ekspor tembakau Indonesia baik, dimana memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 64,9% untuk persamaan ekspor Indonesia ke Jerman. Nilai R2 sebesar 64,9 % pada model persamaan produksi beras Indonesia menjelaskan bahwa kemampuan variabel eksogen dalam menjelaskan variabel endogennya sebesar 64,9 % dan sisanya sebesar 35,1 % dijelaskan oleh variabel eksogen di luar model dapat dijelaskan pada tabel 2 menunjukan bahwa variabel variabel penjelas yang ada di dalam model berpengaruh nyata pada taraf sebesar 10% secara bersama-sama terhadap volume ekspor tembakau Indonesia ke Jerman. Hal ini menunjukan bahwa variasi peubah-peubah eksogen dalam persamaan tersebut secara bersama-sama dapat menjelaskan dengan baik variasi pengubah endogennya. Pengujian parameter secara keseluruhan untuk faktor yang mempengaruhi ekspor tembakau Indonesia ke Jerman, dimaksudkan untuk melihat pengaruh bersama-sama antar variabel bebas (variabel eksogen) dengan variabel bebas (endogen). Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai P value pada Analisis Of Variance yaitu sebesar 0,000 yang Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa tidak ada masalah multikollinieritas dalam persamaan regresi berganda. Hal ini dikarenakan nilai matriks korelasi dari semua variabel adalah kurang dari 0,8. Tapi bila dilihat secara umum, semua variabel ini tidak jauh satu dengan yang lainnya. Tapi bila dilihat secara umum, semua variabel independen memiliki nilai koefisien korelasi yang rendah sehingga dapat disimpulkan data tersebut bebas dari unsur multikolinearitas Tabel 4 Hasil Uji Normalitas 39 Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013) Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan menggunakan uji Jarque-Bera yang dilakukan pada variabel volume ekspor persamaan regresinya, diperoleh probabilitas sebesar 0,85 tabel 4 Sesuai dengan criteria pengambilan keputusan yang telah ditetapkan Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, karena nilai probabilitas lebih besar dari 10% maka data terbebas dari masalah heteroskedastisitas (0,44 > 0,1) maka dengan tingkat keyakinan 99% tidak adanya heterokedastisitas Pada tabel 6 dimana jika nilai probabilitas dari Obs* R-square melebihi tingkat kepercayaan, maka tidak adanya masalah autokorelasi yaitu uji Lagrange-Multiplier sebesar 0,2188 atau lebih besar dari 10 % (lampiran). Sesuai dengan kreteria pengambil keputusan, apabila nilai probabilitas dari Obs* R-squared lebih besar dari 10% maka persamaan regresi yang dihasilkan bebas dari autokorelasi Menguji perilaku data melalui uji akar unit dalam penelitian ini menggunakan uji Augmented Dicky-Fuller (ADF). Uji ADF digunakan untuk mengetahui stasioner data pada tingkat level. Pengujian uji Unit Root Test 40 Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013) intercept, semua variabel ekspor tembakau Indonesia ke Jerman, dari hasil uji derajat integrasi diketahui bahwa nilai probabilitas = 0,000 nilai ini adalah lebih kecil dari pada 0,01 α = 1% artinya variabel ekspor tembakau Indonesia ke Jerman telah stasioner di tingkat 1st difference pada intercept pada α = 10% pada tabel 7 digunakan apakah data yang digunakan dalam penelitian ini ditemukan stasioner atau tidaknya. Pada pengujian tingkat level pada intercept dikarenakan nilai probabilitasnya lebih besar dari α 10% dimana variabel yang tidak stasioner pada tingkat level Maka stasioneritas data tersebut bisa dicari melalui tahapan ke 2 pengujian pada tingkat 1st difference pada Sumber : data sekunder tahun 1970-2011 diolah Error Correction Model residual harus itu diperlukan uji kointegrasi. Uji kointegrasi stasioner pada tingkat 1st difference. Setelah dilakukan untuk memberikan indikasi awal mengetahui bahwa data tidak stasioner, maka bahwa model yang digunakan memiliki langkah selanjutnya adalah melakukan hubungan jangka panjang (cointegration indentifikasi apakah data terkointegrasi. Untuk relation) dapat dilihat pada tabel 8 Hasil uji kointegrasi didapatkan dengan membentuk residual yang diperloleh dengan cara meregresikan variabel independen terhadap variabel dependen secara OLS. Residual tersebut 41 Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013) harus stasioner pada tingkat 1st difference untuk dapat dikatakan memiliki kointegrasi. Setelah melakukan uji DF untuk menguji residual yang dihasilkan, didapatkan bahwa residual telah stasioner yang dapat dilihat dari nilai t-statistik yang signifikan pada α sebesar 10%. Error Correction Model digunakan untuk mengestimasi model ekspor (jangka pendek). Salah satu cara mengidentifikasi hubungan di antara variabel yang bersifat non-stasionary adalah dengan melakukan pemodelan koreksi kesalahan. Dengan syarat bahwa pada sekelompok variabel non-stationary terdapat suatu kointegrasi, maka pemodelan koreksi kesalahan adalah valid. Syarat ini dinyatakan dalam teorema reprentasi Engle-Granger (1987). Bagian ini akan membahas suatu bentuk sederhana dari model koreksi kesalahan, yaitu model koreksi kesalahan persamaan tunggal (single equation error correction model). Model ini digunakan jika kita dapat mengidentifikasi dengan baik bentuk hubungan kointegrasi yang ada pada sekelompok variabel. Hasil regresi adalah sebagai berikut. Adapun persamaan yang diperoleh dari uji ECM adalah : Expt = β0 + β1 DLLt + β2 DPrt + β3 DHt + β4 DGDPt + ETC(-1) Expt = 0.034485 - 0.106186 DLLt 0.184404 DPrt + 0.599116 DHt + 0.622161 DGDPt - 0.381324 ETC(-1) Model ECM Engle-Granger ini dikatakan valid jika tanda koefisien koreksi kesalahan ini bertanda negatif dan signifikan secara statistik. Berdasarkan pada hasil estimasi dengan menggunakan metode Error Correction Model diperoleh nilai ECT (Error Correction Trem) dengan tanda negatif yaitu nilainya sebesar 0.38. Jangka panjang merupakan suatu periode yang memungkinkan untuk mengadakan penyesuaian penuh untuk setiap perubahan yang timbul, sehingga dapat menunjukan sejauh mana perubahan pada variabel independen menyesuaikan secara penuh variabel dependen hasil regresinya adalah sebagai berikut. 42 Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013) Adapun persamaan yang diperoleh dari model ECM adalah : Expt = β0 + β1 DLLt + β2 DPrt + β3 DHt + β4 DGDPt + E Expt = -40.95494β0 -0.825595β1 DLLt + 0.265648β2 DPrt + 0.784236β3 DHt + 1.465788β4 DGDPt + E Persamaan di atas merupakan model dinamik Expt untuk jangka pendek, dimana variabel Ekspor tidak hanya dipengaruhi oleh DLLt, DPrt, DHt, dan DGDPt tetapi juga dipengaruhi oleh variabel error term et kelihatan disini nilai koefisien et signifikan untuk ditempatkan dalam model sebagai koreksi jangka pendek untuk mencapai keseimbangan jangka panjang. Oleh karena itu dalam ECM variabel et sering dikatakan pula sebagai faktor kelambanan, yang memiliki nilai lebih kecil dari nol, et < 0. Pada model ini nilai koefisien et mencapai -0.381324, yang menandakan bahwa nilai ekspor berada diatas nilai jangka panjangnya Kesimpulan Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tembakau Indonesia ke Jerman dengan menggunakan pendekatan Error Correction Model (ECM) dan asumsi klasik didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Luas lahan tembakau dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan tidak signifikan sedangkan jangka panjang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan ekspor tembakau Indonesia ke Jerman. 2. Produksi tembakau dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan tidak signifikan sedangkan jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan ekspor tembakau Indonesia ke Jerman. 3. Harga tembakau dunia dalam jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan ekspor tembakau Indonesia ke Jerman. 4. GDP Jerman dalam jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor tembakau Indonesia ke Jerman. Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Melihat hasil penelitian menunjukan bahwa dalam jangka pendek dan jangka panjang luas lahan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor tembakau pemerintah harus berhati-hati dalam mengambil keputusan terhadap pembatasan lahan untuk penanaman tembakau. Hal ini berhubungan dengan mata pencarian penduduk yang menganggap tembakau mempunyai nilai jual yang lebih tinggi dari komoditas pertanian, maka pemerintah harus memaksimalkan penyerapan tembakau petani lokal untuk di ekspor lebih tinggi. 2. Pemerintah dan petani bekerja sama untuk pemaksimalan mutu komoditas ekspor tembakau ke negara tujuan karena negara 43 Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013) Lipsey, R. G. P. N. Courant, D. D. Purvis dan P. O. Steiner. 1995. Pengantar Makroekonomi. Edisi Kesepuluh, Jakarta : binarupawan Mankiw N Gregoru. 2003. Macroeconomics, Fifth Editions, New York : Worth Publisher, 41 Madison Avenue Munadi, E.2007. penurunan pajak ekspor dan dampaknya terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesian ke india (pendekatan error correction model) informatika pertanian volume 16 No. 2, 2007 Rahmat H. Setianto,dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai EViews. Salemba Empat Sumarno, S.B., dan Mudrajad Kuncoro, Kinerja, dan Kluster Industri Rokok Kretek: Indonesia, 1996-1999. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Universitas Gajah Mada, 2002. Sharman. Khishor. 2000. Exsport Growth In India: has fdi plyed a role ? Charles sturt University. Australia. Sri Nuryanti, dan Muchjidin Rachmat, Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya Bagi Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Thomas. Samanhudi. 2009. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian Indonesia Ke Amerika Serikat. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pembangunan. Universitas Sumatera Utara Zainal, A. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaan ekspor sepatu olah raga dan sepatu kulit Indonesia (tahun 20022006), fakultas ekonomi UI. tujuan mengandalkan mutu dan kualitas produksi tembakau Indonesia yang sudah terkenal sejak tahun 1970 hingga sekarang. Pemerintah hanya saja kurangnya perhatian terhadap petani tembakau hal ini bisa dilihat dari tempat pembibitan tanaman tembakau yang sampai sekarang tidak tersebar merata di berbagai daerah hal inilah yang mengakibatkan mutu dan kualitas tembakau berkurang. 3. Harga bibit tembakau yang memiliki mutu dan kualitas tinggi sulit didapatkan oleh petani tembakau yang mengakibatkan mahalnya bibit tembakau tersebut mengakibatkan petani tembakau hanya menanam tembakau mutu dan kualitas rendah maka peran pemerintah dalam hal ini untuk memaksimalkan tempat pembibitan di berbagai daerah. DAFTAR PUSTAKA Ayu Lestari. 2010 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Karet Alam Indonesia. Skripsi. Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB Amir M.S 2008. File Unikom Silver Caesar.O Andrian D. Lubis. 2010 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Ekspor Indonesia. Penelitian Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdangagan Luar Negeri. Jakarta Aji, Heriyanto P. 2006. Analisis Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Ke Jepang dan Amerika Serikat I, Program Pascasarjana FEUI, Depok. Fan Hu,dkk. 1994. Declining U.S. Tobacco Exports To Australisa: A Derived Demand Approach To Competitiveness. North Carolina State University Gujarati, Damodar. 2010. Dasar-dasar Ekonometrika. Buku 1 Edisi 5. (diterjemahkan oleh Eugenia Mardanugraha, dkk). Jakarta. Salemba Empat Hady. Hamady. 2009. Ekonomi Internasional. Cetakan Kelima. Jilid Satu. Ghalian Indonesia 44 Dinan Arya Putra / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013) 45