Academia.eduAcademia.edu
Jalan Terjal Menuju “MANDIRI DALAM EKONOMI” Oleh: Miko Edli Tama Putra Indonesia adalah Negera yang memliki sejarah panjang, sejarah dari penindasaan, sejarah dengan penderitaan dan sejarah atas pertumpahan darah, tapi sejarah itulah yang menjadi batu tapal kemerdekaan, kebangkitan dan revolusi Indonesia. Sejarah-sejarah itu membuat rakyat Indonesia semakin sadar tentang hak-haknya dan kemudian datang kegelisahan bangsa untuk memerdekaan diri dari segala bentuk perengutan hak yang diberikan dan diangurahkan Tuhan bagi bangsa dan tanah Indonesia. Begitu banyak akhirnya gagasan-gagasan untuk indonesia yang merdeka dan Indonesia yang bersatu, hingga menjadi landasan dan visi bagi masa depan. Salah satunya adalah konsep TRI SAKTI pada tahun 1963 diperkenalkan oleh tokoh revolusinya, sang proklamator dan merupakan presiden pertamanya yang disegani di dalam Negeri bahkan Negeri barat dan timur sekalipun ialah Ir. Soekarno. Konsep TRI SAKTI tersebut kembali digaumkan oleh Presiden ke tujuh Ir. Jokowidodo sebagai flatfrom pemerintahannya, dimana ada 3 visi besar yang termaktub dalam konsep TRI SAKTI, yakni: Indonesia yang Berdaulat secara Politik Indonesia yang Mandiri secara perekonomian Indonesia yang Berkepribadian secara Sosial-Budaya. Tegas dan jelas prinsip ini mengagas indonesia untuk menjadi Negera maju yang memiliki kekuatan sebagai bagian dari dunia dan memiliki kemandirian sebagai Negera yang merdeka. Konsep ini memotori indonesia untuk menjadi Negera yang disegani oleh Negera lainnya, baik asia hingga afrika bahkan eropa sekalipun, sehingga dunia menjadikan indonesia menjadi pilar penting bagi dunia. Namun mari kita telisik mendalam mengenai kemungkinan perekonomian konsep TRI SAKTI ini. Tentu bukan hal mudah menulis dan menelisik tentang perekonomian Indonesia, apalagi untuk berbicara tentang kemandiriannya, karena kita harus melihat kedudukan ekonomi Indonesia dari berbagai sudut pandang, hingga kita bisa mendapatkan sebuah kesepakatan bagi Indonesia. Mari terlebih dahulu kita singkirkan skeptisme dalam diri kita, karena kita lahir dari darah yang berkeyakinan teguh maka mari kita ikhtiarkan melalui tulisan ini kita berupaya memahami keadaan, memahami tantangan dan memikirkan jalan menuju keadlian dan kemakmuran yang bisa memandirikan kita sebagai suatu bangsa. “there is also a community of interest between the members of one nation which make such a study interesting in itself and valuable as a guide for national policy” –Bertil Ohlin- Persamaan keperluan antara rakyat dan pada satu bangsa, yang membiarkan hati mempelajarinya dan berharga sebagai pedoman politik nasional. Begitula bunyinya maka mari kita lihat seberapa jauh tanah dan bangsa kita mampu mewujudkan kemandiran ekonomi. Kedudukan suatu Negeri dalam perekonomian dunia ditentukan oleh dua pasal, yang pertama adalah letak geografis atau kedudukan suatu Negeri. Kedua adalah oleh kecakapan atau kemampuan rakyatnya dalam mengolah dan mempergunakan harta yang diberikan Tuhan. Jika kita sepenitas lalu kepada sejarah, nyata kebenaran itu. Kita perhatikan saja kedudukan daerah Laut Tengah. Di masa itu orang memandang bahwa Laut Tengah sebagai laut dunia orang Eropa pada zaman tengah atau masa sebelum kapitalisme muda dan kapitalisme raya, sangat terbatas. Mereka tidak berani menempuh laut besar sebelah barat, orang takut jatuh kebawah kalau sampai ketepinya, tapi karena biasa memakan cengkeh, lada dan pala orang tahu bahwa ada tanah Hindia, tetapi mereka tak tahu jalan ke Negeri itu, hanya saja mereka sadari tempatnya disebelah timur. Sebab orang Arab memberikannya dengan untanya hingga ke tepi Laut Tengah dan orang Eropa bangsa barat menjemput barang-barang tersebut ke Laut Tengah. Itulah sebabnya Laut Tengah menjadi laut dunia dan kota pesisir Italia jadi masyhur sebagai pusat pertemuan pelayaran dan perdagangan dunia. Tetapi setelah orang tahu bahwa dunia bulat, setelah orang protugis dan spanyol berani melewati khatulistiwa dengan kapalnya, setelah mereka tahu jalan ke Hindia dengan berkeliling Afrika menuju ketimur dan berkeliling Amerika Selatan menuju ke Barat, daerah Laut Tengah menjadi tidak berarti, pusat perekonomian Eropa pindah dari Laut Tengah ke Eropa Barat daerah Vlaanderen. Pengetahuan bahwa tanah baru diseberang lautan itu adalah lumbung emas, menyebabkan orang Spanyol berduyun-duyun kesana. Yang pindah ketempat itu adalah rakyat yang kuat bertindak, yang berani dan yang tinggal mereka adalah yang suka bersenang-senang, takut lelah, segan berusah. Pemerintah Spanyol yang menjadi kaya raya karena mempunyai monopoli atas tambang emas membelanjakannya uang sesukanya, sehingga harga barang naik berlipat ganda di dalam Negeri, oleh karena itu menyadi sebab untuk orang membeli ke luar Negeri. Vlaanderen mengunakan kesempatan itu, mereka bergiat menghasilkan barang-barang keperluan untuk dijual kepada orang Spanyol. Emas yang disangka pangkal kekayaan tadi, ternyata kemudian mencelakakan ekonomi Negeri. Perekonomian Negeri mundur karenanya, sedangkan mas itu mengalir ke luar untuk membayar barang-barang tadi. Contoh yang dilukiskan mendukung pasal yang diatas dimana sejarah menunjukan kebenarannya. Faktanya adalah bahwa kedudukan Indonesia mengelilingi khatulistiwa, mempunyai kedudukan sentral, kedudukan itu dikuatkan lagi oleh keadaan Indonesia yang terdiri dari berbagai jenis pulau yang merupakan Negera kepulauan terbesar di dunia setidaknya terdiri dari 13.487 pulau, luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Terletak diantara dua benua Asia dan Australia, diapit dua lautan samudera Hindia dan samudera Pasifik serta menduduki tempat yang panjang kira-kira sepersembilan dari pada lingkaran bumi tepatnya terbentang sepanjang 3.977 mil. Maka Nusantara kita ini menjadi tempat pemberhentian dan stasiun yang ditetapkan alam bagi segala perhubungan Negeri. Seolah-olah menentukan Indonesia sebagai jalan raya dan tempat pemberhentian. Perubahan jalan perhubungan seperti pembukaan selat Suez dan selat Panama tidak mengubah melainkan menetapkan kedudukan Indonesia dipusat Sentral. Diluar letaknya, keadaan Indonesia juga ditentukan kesuburan tanahnya, keadaan musim dan banyaknya gunung yang tinggi dan hutan yang lebat menganugerahi Indonesia dengan iklim yang baik. Di tanah Indonesia tumbuh tanaman bebagai asal tropika dan sub tropika, bukan saja buah ubi hutan yang sudah tumbuh dengan sendirinya, tetapi juga gandum dan apel dapat ditanam ditanah ini. Setidaknya 10%dari wilayah Indonesia terdiri dari tanaman, 12% mamalia, 16% reptil, 17% burung dan 25% Ikan. Indonesia menjadi peringkat tiga dunia untuk kekayaan mahluk hidup. Didalam tanahnya terdapat kekayaan Sumber Daya Alam berupa minyak bumi, timah, gas alam, bauksit, batu bara, emas, perak dan sebagainya. Belum lagi kekayaan budayanya, setidaknya Indonesia memiliki 721 bahasa daerah dan memiliki sektira 300 etnis. Semua ini menjadikan Indonesia faktor yang penting dan berharga bagi perekonomian Internasional. Sejarah mencatat melalui Van Soest dalam kitabnya Geschhidenis Vanhet Culturstelsel I, hal 9 “perhubungan yang berabad-abad dengan Hindustan, Persia dan Arab beserta dengan kemajuannya sendiri, membentuk ketiga golongan bangsa yang utama, orang melayu, orang bugis dan orang jawa menjadi bangsa yang sangat tinggi derajatnya. Tiap-tiap dari padanya menunjukan suatu dari pada pembawaan manusia yang diberi alam: orang melayu menjadi saudagar yang kuat berusaha dan keras hati menduduki tanah baru; orang bugis menyatakan keberanian; orang jawa dan beberapa golongan lain memupuk keberanian dengan sebaik-baiknya” jadinya dari dahulu kita memliki tenaga produktif. Ada orang jawa yang menjadi produsen, ada orang bugis yang mendistribusikan hasilnya dan ada orang melayu yang menjadi pedagangnya. Sayang tenaga itu tersebar dan tidak terorganisir dengan baik menjadi golongan proses ekonomi. Sejarah juga mencatat bahwa persebaraan kepercayaan yang kita terima dari dua aliran Hindu dan Islam membentuk kepribadian dan budaya pada bangsa Indonesia, Hindu membangun kepribadian sabar dan tenang dan Islam memperkokok kedamaian dan keaktifan. Dari dahulu kita diwarisi semua keindahan dan kekayaan yang tergambarkan, semua itu adalah faktanya. Namun kita ternyata bangsa yang tak pandai memakai peradabaan yang kita peroleh, tak pandai mengorganisir tenaga yang menjadi pembawaannya dan tak pandai memaknai anugerah. Itulah sebab yang membawa bangsa kita pada kekalahan dewasa ini, dimana perpecahan, kesatuan yang dibangun lama di Negeri ini sekarang digoyahkan, karena ketamakan dan kebodohan atas ketidaktahuan kita, satu gologan saling membenci dan memaki, satu tokoh dengan yang lainnya saling menghujat dan menjatuhkan, kita di paksa untuk terpecah belah atas kepentingan dan kerakusan. Mereka, orang-orang itu seperti pernah berkorban nyawa dan darah pada Negeri ini sehingga menuntut mereka untuk di bela. Nyatanya mereka yang merusak dan memberikan kita kekalahan dalam perjuangan penghidupan, Tergambar pada kita bahwa kita memiliki faktor untuk kedudukan sentral dalam perekonomian dunia, untuk kemakmuran dan untuk kemandirian perekonomian. Sekarang kita telisik masalah yang muncul karena kebodohan atas ketidaktahuan kita, atau ketamakan dan keserakahan kita, perlunya kita melakukan recheck untuk mencapai kemandirian perekonomian tersebut. Jika kita gunakan neraca perdagangan Indonesia dengan Negera-Negera ASEAN tahun 2016 (ribu US$) untuk melihat keadaan kita, bahwa kita mengalami defisit sebesar 1.503.448,1, dimana ekspor Migas sebesar 3.943.882,8 dan Non-Migas sebesar 27.285.296,3 dan impor Migas sebesar 8.646.990,4 dan Non-Migas 22.832.994,1 hal ini membaik progresif dari tahun-tahun sebelumnya yang mengalami defisit berturut-turut dari tahun 2011-2015 sebesar 9.009.967,1; 11.833.124,9; 13.221.127,7; 11.057.844,3; 5.217.969,7. Namun terjadi penurunan kinerja impor dan ekspor cukup signifikan dari tahun 2014 ke tahun 2015 dan 2016. Defisitnya neraca perdagang tersebut menunjukan bahwa Indonesia pada tahun 2016 harus membayarkan selsisih impor dan ekspor pada Negera-Negera ASEAN sebesar US$ 1.503.448.100. lain hal nya dengan Negera-Negera Uni Eropa Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan pada tahun 2016 sebesar US$ 3.231.322.600 yang berarti Negera-Negera Uni Eropa membayarkan selisih impor dan ekport sebesar US$ 3.231.322.600 kepada Indonesia. Secara keseluruhan ada 12 grup Negera yang menjalin kerjasama impor dan ekport dengan Indonesia antara lain ASEAN, UNI EROPA, APEC, ACTFA, ANZ, BRIC, D8, ECOWAS, FEALAC, G20, GSTP dan OKI. Dimana kinerja neraca perdagangan yang terdiri dari impor dan ekport yang terdiri dari Migas dan Non-Migas tersebut memberikan Indonesia surplus sebesar US$ 7.670.700.00 pada tahun 2015. Jika dilihat dari dalam Negeri tentang kesejahteraan masayarakat maka Indonesia yang memiliki kurang lebih 250 juta penduduk. Menurut data Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Indonesia berada pada garis kemiskinan pada tahun 2015 sebesar Rp. 330.776/bulan. Data itu menunjukan penduduk sebesar 28,59 juta orang atau 11,22% orang dari total populasi berada dibawah garis kemiskinan. Artinya sebanyak 28,59 juta penduduk Indonesia berpenghasilan dibawah Rp. 330.776/bulan. Hal ini akibat kesenjang yang pernah penulis bahas pada tulisan sebelumnya. Hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat 110 dari 157 Negera dalam indeks kebebasan ekonomi -heritage foundation-. The economist menempatkan Indonesia pada peringkat 71 dari 111 Negera dalam indeks kualitas hidup. Kita lihat data Badan Perencanan dan Pembangunan Nasional mengenai rata-rata pendapatan perkapita dan konsumsi perkapita menurut golongan rumah tangga, pada table di bawah ini: Keterangan Rata-rata pendapatan perkapita Rata-rata konsumsi perkapita Buruh Tani Rp. 5.986 Rp. 5.487 Pengusaha Pertanian Rp. 11.420 Rp. 10.027 Bukan Pertanian golongan rendah di desa Rp. 13.421 Rp. 12.234 Bukan angkatan Kerja di desa Rp. 15.039 Rp. 13.725 Pertanian golongan atas di desa Rp. 29.203 Rp. 24.002 Bukan pertanian golongan rendah di kota Rp. 18.768 Rp. 16.735 Bukan angkatan kerja di kota Rp. 19.580 Rp. 17.161 Bukan pertanian golongan atas di kota Rp. 40.889 Rp. 33.221 Data diatas menunjukan bahwa tingkat pendapatan dan konsumsi masyarakat masih sangat rendah dan terdapat kesenjangan yang cukup signifikan antara desa dan kota, ini menunjukan daya beli masyarakat dalam Negeri masih rendah. Indonesia saat ini tepatnya dari tahun 2013 hingga nanti tahun 2035 akan mengalami bonus demografi, yang mana angkatan kerja atau tenaga produktif yang berada pada usia 15-64 tahun mendominiasi dari total penduduk Indonesia, ini menjadi tantangan dan peluang bagi Indonesia, hal ini akan menjadi musibah atau bencana apabila tidak dimanfaatkan, diorgansir dengan baik, namun akan menjadi keuntungan bagi Indonesia bila dimanfaatkan dengan baik. Indonesia memiliki waktu setidaknya 19 tahun lagi untuk bergegas menjadi Negera maju dengan didorong tingkat tenaga produktif yang lebih banyak dari angkatan tua ataupun balita, jika tidak Indonesia akan terjebak menjadi Negera yang berkembang karena 67,28% penduduk produktif akan menjadi angkatan tua 19 tahun kemudian. Hal ini akan menjadi bencana apabila kemiskinan dan pengganguran menjadi masalah yang tidak terpecahkan, bagaimana tidak Negera harus menanggung dan menjamin kurang lebih 168,2 juta penduduk tua pada tahun 2035 atau tepatnya ketika bonus demografi berakhir. Saat ini setidaknya masih ada 5,81% pengangguran terbuka dari 69,50 partisipasi angkatan kerja. Bagaimana dengan tingkat harapan hidup, pendidikan dan standar hidup Indonesia saat ini? Setidaknya United Nations Develoment Programme menempatkan indeks pembangunan manusia pada peringkat 108 dari 177 Negera dan Forum Ekonomi Dunia menempatkan Indonesia pada peringkat 51 dari 122 Negera mengenai daya saing global. Penduduk Indonesia pada tahun 2011 sebesar 20,56% tidak sekolah, 28,84% tamatan SD, 18,84% hanya sampai SMP, 23,68% menyelesaikan SMA sederajat dan paling tidak 8.05% adalah Sarjana. Namun tingkat kecerdasaan tidak hanya ditentukan dari sekolahnya, karena keuletan yang dicontohkan Thomas Alfa Edison untuk belajar meski tanpa sekolah sekalipun mampu menjadi orang cerdas, karena itulah karunia yang diberikan Tuhan pada manusia tidak cukup diukur dengan lulusan mana, karena kecerdasan bukan sekedar tentang sekolah dan nilai namun juga tentang wawasan. Namun The organization for Economics Co-operation and Development menyatakan bahwa budaya membaca penduduk Indonesia diperingkat terendah diantara 52 Negera di Asia. Atau Programme for Interntional Student Assesment menyatakan bahwa kopetensi membaca Indonesia 397 point. Anak-anak dan penduduk Eropa memiliki kemampuan membaca dalam setahun rata-rata menghabiskan 25 buku dalam setahun, bandingkan dengan penduduk Indonesia mencapai titik 0 tepatnya 0,001% artinya dari 250 juta penduduk Indonesia hanya 25 anak yang mampu menghabiskan satu buku dalam setahun, hanya 1 BUKU! (UNESCO, 2012). Penduduk Indonesia hanya membaca 27 halaman buku dalam setahun (UNESCO, 2014) ini menunjukan bahwa kita sangat tertinggal, hanya sedikit ternyata yang kita ketahui, jika dibandingkan dengan yang lain. Terpapar dan tergambar jelaslah, sejelas-jelasnya pada kita sekarang keadaan Indonesia, tentang Fakta dan Masalahnya. Mengenai integritas berdasarkan indeks prespsi korupsi Indonesia berada pada 114 dari 179 Negera dengan score Indonesia 32 point. (transparency International 2013). Begitu banyak yang harus diperbaiki untuk kita kedepannya, begitu besar tantangannya, namun inilah jalan terjalnya yang harus ditempu. Jangan sampai pada akhirnya kita mengalami apa yang telah di gambarkan diatas seperti pada zaman tengah yang lalu. Kita memliki tenaga produktif dan harapan sendiri menjadi pedoman apa yang harus kita lakukan untuk politik perekonomian. Kita tak bisa hanya mengandalkan kekayaan yang tebentang luas dari sabang-marauke tadi, karena tidak demikian dunia menghendakinya. Zaman Hindia-Belanda menjadi contoh yang tak bisa kita ikuti, dimana saat tersebut gula jawa menjadi primadona seantero jagat namun pada akhirnya jatuh karena politik perekonomian dunia. Hal demikian terjadi ketika nafsu otarki yang lebih suka hidup miskin bergantung pada luar Negeri, membuat Negeri-Negeri memperkuat ikhtiar untuk memperbuat barang-barang yang selama ini di impor, segala pengetahuan ilmu dan persiapan industry nasional dimobilisasi untuk itu. Tanaman yang selama ini tambuh diNegeri asing dalam keadaan iklim yang sesuai dengan dia, di coba ditanam di dalam Negeri sendiri. Apa yang selama ini diterima saja sebagai perbuatan alam, dicoba mengadakannya di dalam laboratorium dengan tiada memandang ongkos. Terutama Jerman yang sangat kuat pada masa itu menuju otarki. Karet yang mudah mendatangkannnya, dipilih dengan jalan procade kimia dengan ongkos yang lebih mahal. Bensin yang selama ini dipandang sebagai hasil bumi saja, semata-mata pemberian alam, dibuat oleh orang dari batu bara, juga dengan ongkos yang lebih mahal. Demikianlah banyak lagi contohnya bahwa orang lebih suka membuat sendiri dengan ongkos mahal dari pada membeli ke luar Negeri dengan harga murah. Kalau begitu heran kah kita kalau Negeri asing selama ini tidak menghasilkan gula mencoba pula membuat gula sendiri? Dalam kira-kira sepuluh tahun sebelum perang dunia kedua kita lihat Rusia membuat gula sendiri, Jepang demikian pula, apalagi India yang biasa membuat sendiri. Kemajuan industrinya belum dapat waktu itu menyamai industry gula jawa yang sempurna tekniknya, tetapi dimana konkurensinya kita kalah, karena disana diadakan proteksi/penolakan gula masuk. Oleh sebab itu perekonomian yang didasarkan export economie sangat rentan akan goncangan proteksi. Export economie bukan tujuan yang utama, melainkan tindakan yang kedua, usaha yang mengikuti dibelakangnya yang utama ialah impor. Dengan impor didatangkan barang yang perlu untuk mencukupkan kebutuhan rakyat dan barulah datang ekspor untuk membayar impor itu. Politik perekonomian yang dipakai oleh Negeri-Negeri tak lain wujudnya melainkan mengutamakan keperluan rakyatnya dan menjaga supaya penghidupan rakyatnya jangan sampai rusak. Sebab itu, bagi pedangan atau saudagar asing yang datang berniaga ke suatu Negeri asing, diadakan beberapa rintang seperti Bea masuk, peraturan harga hingga larangan menjual barang-barang yang ada dan dihasilkan sendiri oleh Negeri itu. Maksudnya supaya terpelihara perekonomian penduduk sendir dari pada bangsa asing. Politik perekonomian itu dipakai oleh Negeri-Negeri sebagai muslihat untuk menjaga penghidupan rakyat suatu Negeri terhadap asing. Itulah politik perekonomian yang tersohor dalam sejarah sebagai politik merkantilisme, tujuan politik merkantilisme tidak lain melainkan memperbanyak ekspor dan menjadikan impor mencapai neraca perdagangan positif, supaya kelebihan harga ekpor itu dibayar oleh Negeri lain dengan emas. Tetapi karena semua Negeri berbuat begitu, bertumpulah muslihat dengan muslihat, maksud yang dituju tidak tercapai., akhirnya kerugian yang ditanggung karena politik merkantilisme itu diusahakan mencabutnya dengan politik penjajahan, yang pada masa itu bangsa kita ikut menjadi sasarannya. Hal tersebut sangat bertentangan dengan konsep keadilan. Sejarah seperti terulang apa yang terjadi pada zaman tengah seperti yang penulis gambarkan diawal tadi seperti terjadi kembali pada zaman kapitalisme raya tepatnya abad 18an. Fakta yang penulis tunjukan untuk memberi gambaran pada Negeri kita saat ini seperti menjadi tanda bahwa sejarah akan berulang kembali. Kita lihat saat-saat ini dimana dunia menakutkan Trump effect menyusul dilantiknya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat, seperti pidatonya “Rakyat Amerika yang utama” jangan heran kita ketika Amerika Serikat mengunakan proteksi untuk rakyatnya nanti, maka goncanglah perekonomian seantero dunia karenanya, sebab Amerika menjadi Negera yang memeiliki kekuataan perekonomian yang menentukan nasib perekonomian Negera lain. Indonesia adalah Negera yang akan mengalami dampak yang sangat terasa apabila proteksi terjadi, karena Amerika Serkat adalah salah satu rekan atau mitra dagang terbesar Indonesia. Ketergantung kita terhadap Negeri lain sangat lah kuat. Selain hal yang dicemaskan dunia saat ini dengan trump effect, telah lalu pada bulan Juni 2016 perekonomian dunia tegoncang setidaknya hanya karena melambatnya pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan perubahan struktur ekonomi di Tiongkok, ini sangat berpengaruh di seluruh dunia. Contoh nyatanya melemahnya ekspor ke Tiongkok telah melemahkan ekonomi di Argentina, yang memiliki 35% ekspor ke Tiongkok. Kondisi yang sama dialami Negera-Negera di Amerika Latin, Afrika, Asia Tengah, serta Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tiongkok menerima 11% barang ekspor Indonesia. Kemudian Bank Dunia mengkhawatirkan mengenai rapuhnya pertumbuhan ekonomi dunia yang sering disertai gejolak. Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan dunia ke 2,4%, turun dari proyeksi mereka pada bulan Januari yang sebesar 2,9%. Hal itulah faktanya ketergantungan kita sangat kuat, meski pertumbuhan ekonomi yang terus tumbuh hingga 5,02% tidak menjadi Faktor kita adalah Negera yang makmur telihat ketimpangan pada tulisan sebelumnya yaitu “Cita Kemakmuran dan Gerogot Ketimpangan di Negeri” di balik pertumbuhan ekonomi tersebut dan pertumbuhan itu tidak sama sekali menjadikan kita Negera yang mandiri pada faktanya, belum kita berbicara modal dan hutang luar Negeri kita. Namun hal itu tak cukup menjadi bahan diskusi dan diratapi semata, semua elemen perlu bekerja mewujudkan kemandirian tersebut bukan mencaci dan bukan hanya mengomentari. Menjadi bahan diskusi dan mengomentari penting terutama bagi 65 juta anak muda sekarang sebagai bentuk kita paham dan tahu letak dan keadaan Negera kita, itu menunjukan keindonesian kita, namun akan lebih baik jika kita secara nyata dengan gagasan, kerja dan karya untuk Negeri. Bung Hatta pernah memikirkan dan menuliskan pada rentan tahun 1933-1941 tentang perekonomian di dunia baru nanti, tepatnya abad ini pasca perang duani II pada tulisan tersebut bung Hatta mengatakan, dalam perekonomian Indonesia akan mandiri jika kita tidak hanya menjadi tukang menggunakannya saja, tetapi juga tukang menghasilkan. Barang penghasilan Indonesia tidak semua harus dijual diluar Negeri tetapi mesti dimakan sendiri. Selanjutnya Indoensia harus mampu juga mempergunakan barang-barang dari luar negeri, yang masuk sebagai bayaran ekspor, singkatnya Indonesia mesti mempunyai pasar yang luas didalam Negeri, keluasan itu bergantung pada kemakmuran rakyat, sebab rakyat yang miskin tidak dapat membeli, oleh karena itu, usaha yang terutama bagaiamana Indonesia untuk mencapai kedudukan yang semestinya dalam perekonomian Internasional ialah membangun pasar didalam Negeri. Ini sama artinya mengusahakan supaya rakyat seluruhnya menjadi makmur. Pokok penghasilan rakyat mesti diperbaiki, supaya bertambah penghasilannya, sehingga kesenjangan mampu di pangkas. Upah buru dinaikan sampai sepantas-pantasnya, supaya daya beli masyarakat meningkat. Industry dan kerajian mesti diperbanyak jumlahnya dan ragamnya, bukan perusahaan-perusahaan kecil, atau kerajinan-kerajinan kecil saja yang dikerjakan bangsa kita, seperti yang dirancang pemerintah Hindia-Belanda dahulu, tetapi juga perusahaan besar harus dapat dikemudikan oleh bangsa kita, sebisa-bisanya sebagai koperasi agar merata kemakmurannya. Pada mulanya hendaknya pemerintah meminjamkan modalnya. Untuk berbagai bahan baku yang tersedia di dalam Negeri, diadakan industry yang mengerjakannya, bukan diberikan pada asing untuk mengelolanya, namun harus bangsa sendiri!. Dengan begitu berubahlah pula susunan impor Indonesia. Penulis sepakat akan pemikiran bung Hatta tersebut Pengalaman Indonesia di masa lalu memberikan tanda pada kita bahwa Indonesia harus dapat menghasilkan sendiri minimal barang-barang sekunder, sehingga kita mampu mandiri. Kalau saja tiap-tiap orang mengerjakan hanya pekerjaan yang paling mudah dikerjakannnya, maka kemampuan dalam pekerjaan itu semakin hari semakin bertambah dan semakin bertambah hasil tiap-tiap orang, semakin bertambah pula kemakmuran Negeri. Begitulah faedahnya sistem pembagian kerja. Singkatnya agar jalan menuju kemandirian bisa tercapai, jika kita bisa menghasilkan sendiri segala yang kita perlukan bagi penghidupan rakyat, dan kita memiliki semua modalnya. Setidaknya pemerintahan kita saat ini bisa menjaga hubungan antara desa dan kota saling melengkapi produksi kebutuhan. Meninjau kebutuhan dalam Negeri dan sumber produksinya, jika salah satu kebutuhan konsumsi terpenuhi dengan sumber produksinya, jangan ditambah lagi atau hentikan penambahan sumber produksinya, contohnya saat ini dimana tanah dan hutan Sumatera dan Kalimantan di bakar habis-habisan untuk memberikan kebutuhan asing akan kelapa sawit sedangkan dalam Negeri kekurangan daging, beras, cabai, bawang, jagung dan lain sebagainya, belum lagi rusaknya ekosistem hutan disana yang mengakibatkan kita terancam kekurangan makanan kemudian hari. Integritas sebagai Bangsa yang merdeka paling penting untuk di jaga sehingga kita mampu memerdekan semua rakyat kita, bukan hanya segelintirnya. Jika kita memang berkeinginan dalam memerdekakan rakyat dan menuju kemakmuran bahkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Inodonesia. Jakarta, Jumat 10 Februari 2016