Academia.eduAcademia.edu
MAKALAH MONITORING EVALUASI DALAM PROGRAM KESEHATAN GIGI Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kesehatan Program Studi Imu Keperawatan Gigi Disusun oleh kelompok 6 : Ayu Dewi Sri Y (14/368785/KG/09976) Hiediyati Raudah (14/368790/KG/09979) Ellysa Ardiani (14/368791/KG/09980) Tri Wanudyawati (14/368792/KG/09981) Atma Beauty M (14/368820/KG/09983) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Monitoring Evaluasi Dalam Program Kesehatan Gigi” dengan tepat waktu. Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan dan menambah pengetahuan serta wawasan kami mengenai judul makalah yang kami buat ini. Dengan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. drg. Julita Hendrartini, M.Kes yang telah memberikan kami tugas membuat makalah ini sehingga kami dapat menggali informasi yang lebih dalam mengenai materi mata kuliah ini. Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan tidak terlepas dari kesalahan baik kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kelengkapan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pribadi dan para pembaca. Yogyakarta, 20 Mei 2016 Penyusun DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. 1 KATA PENGANTAR........ 2 DAFTAR ISI 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.. 4 1.2. Rumusan Masalah.. 4 1.3. Tujuan. 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Monitoring 6 2.2. Evaluasi 7 2.3. Perbedaan Monitoring dan Evaluasi 12 2.4. Pentingnya Monitoring Dan Evaluasi Dalam Program Kesehatan Gigi 13 2.5. Peran Dental Hygienist Dalam Monitoring Program 14 2.6. Contoh Penerapan Monitoring dan Evaluasi dalam Program Kesehatan Gigi 15 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan 20 DAFTAR PUSTAKA.. 21 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu kegiatan yang bersifat menyeluruh, terpadu dan meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Sebuah organisasi pada umumnya dibangun dengan tujuan untuk mencapai target tertentu, demikian juga dengan organisasi yang bergerak dibidang kesehatan gigi. Demi mencapai target yang telah ditentukan tersebut maka manajemen organisasi akan melakukan berbagai langkah perencanaan (planning) sesuai dengan analisa situasi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Ketika perencanaan itu sudah dilaksanakan maka akan dihasilkan capaian-capain tertentu dari masing-masing program dan unit organisasi. Maka kegiatan selanjutnya dari organisasi tersebut adalah mengukur sejauh mana capaian dari masing-masing program dibandingkan dengan perencanaan yang sudah ditetapkan diawal kegiatan organisasi. Dari keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja inilah maka evaluasi dilaksanakan, baik terhadap program itu sendiri maupun terhadap langkah-langkah dalam pelaksanaan program. Tanpa adanya monitoring dan evaluasi, sulit rasanya untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang sudah direncanakan oleh sebuah organisasi telah tercapai atau belum. Dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back) terhadap program atau pelaksanaan suatu kegiatan. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan monitoring? Apa yang dimaksud dengan evaluasi? Apa perbedaan monitoring dan evaluasi? Bagaimana pentingnya monitoring dan evaluasi dalam program kesehatan gigi? Apa saja contoh penerapan monitoring dan evaluasi dalam program kesehatan gigi? Tujuan Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan monitoring Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi Untuk mengetahui perbedaan monitoring dan evaluasi Untuk mengetahui pentingnya monitoring dan evaluasi dalam program kesehatan gigi Untuk mengetahui contoh penerapan monitoring dan evaluasi dalam program kesehatan gigi BAB II PEMBAHASAN 2.1 MONITORING Pengertian Monitoring Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program atau memantau perubahan, yang fokus pada proses dan keluaran. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang dilakukan dan melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang diberikan (Supriyanto & Anita , 2007). Monitoring merupakan pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran (awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu. Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan kecenderungan bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu, pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu (Muninjaya, 2004). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa monitoring berkaitan dengan aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang dilaksanakan, dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang diimplementasikan, dan diperlukan agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi risiko yang lebih besar. Monitoring adalah pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran (awareness) tentang apa yang ingin diketahui . Likert mengatakan, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap suatu objek perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable). Saefulloh yang menyatakan bahwa pelaksanaan monitoring yang dilakukan sejak awal, rutin pada proses dan di akhir pelaksanaan program, akan memberikan peningkatan efisiensi, efiktivitas, produktifitas serta secara akuntabilitas dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Webste,s New Collegiate Dictionary, monitoring cenderung bersifat pengawasan, yaitu melakukan kegiatan pengawasan terhadap jalannya proyek. Menurut Azwar, untuk dapat melakukan pekerjaan pengawasan dengan baik, maka hal yang harus diperhatikan adalah objek pengawasan. (Kinanti, 2010) Tujuan Monitoring Manjaga agar kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai dengan tujuan dan sasaran. Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi risiko yang lebih besar. Melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil monitoring mengharuskan untuk itu. (Supriyanto & Anita, 2007) Langkah-Langkah Pokok Untuk Melakukan Monitoring Menyusun rancangan monitoring, seperti untuk menghimpun data atau informasi tentang pelaksanaan program yang hasilnya akan dibagikan dan diserahkan kepada pengelola untuk memperbaiki pelaksanaan program, Sasaran atau aspek-aspek yang akan dimonitor, Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program, Pendekatan metode,teknik dan instrumen monitoring, Waktu dan jadwal kegiatan monitoring, dan Biaya monitoring. Rencana ini didiskusikan dengan pengelola dan penyelenggara program untuk memperoleh masukan bagi penyempurnaannya. Hasil penyempurnaan ini dapat disebut program monitoring. (Supriyanto & Anita, 2007) EVALUASI Pengertian Evaluasi yang sistematis merupakan bagian integral dari organisasi dan pelaksanaan program perawatan kesehatan mulut masyarakat (Petersen dan Kwan, 2004). Evaluasi merupakan bagian yang penting dari proses manajemen karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back) terhadap program atau pelaksanaan kegiatan (Whitte, 2006). Banyak batasan tentang evaluasi, secara umum bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menilai atau menetapkan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program dengan tujuan yang direncanakan. Menurut kamus istilah manajemen, evaluasi ialah suatu proses bersistem dan objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan didalam suatu organisasi atau pekerjaan. Sedangkan menurut Perhimpunan Kesehatan Masyarakat Amerika, evaluasi ialah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut mencakup kegiatan-kegiatan memformulasikan tujuan, identifikasi kriteria yang tepat untuk digunakan mengukur keberhasilan, menentukan dan menjelaskan derajat keberhasilan dan rekomendasi untuk kelanjutan aktivitas program. Tujuan Evaluasi Menentukan tingkat kinerja suatu program: melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran program. Mengukur tingkat efisiensi suatu program: melalui evaluasi dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu program. Mengukur tingkat keluaran: mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari suatu program. Mengukur dampak suatu program: evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu program, baik dampak positif maupun negatif. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan: untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target. Sebagai masukan (input) suatu program yang akan datang: untuk memberikan masukan bagi proses program ke depan agar dihasilkan program yang lebih baik. (Arifin, Zainal. 2010) C. Langkah-langkah Evaluasi Program Langkah yang mendasar yang esensial diperlukan untuk evaluasi program dan hubungannya satu dengan lainnya adalah sebagai berikut : 1. Deskripsi program, tujuan dan sasaran spesifik Langkah pertama dalam melaksanakan evaluasi program adalah untuk menghasilkan detail deskripsi program yang dimaksud, termasuk tujuan dan sasaran program. Karena evaluasi selalu meramalkan tentang sasaran program, sasaran tersebut harus dispesifikasi sebelum dilanjutkan dengan banyak aktifitas-aktifitas evaluasi lainnya. Disini jelas bahwa evaluasi tidak akan berharga apabila program tak mempunyai tujuan atau sasaran dengan kriteria yang jelas atau kabur sehingga evaluasi tidak bermanfaat ; evaluasi akan menilai apakah tujuan dan sasaran tercapai atau tidak (berdasarkan kriteria). Tujuan dari evaluasi misalnya jenis evaluasi yang akan dilakukan dan kegunaan dari temuan evaluasi. Deskripsi Produk/Layanan/Program yang akan dievaluasi meliputi: Perumusan Masalah Keseluruhan Sasaran dari Produk/Layanan/Program Outcomes atau dampak bagi klien dan Pengukuran Kinerja yang dapat diukur sebagai indikator outcomes Aktivitas/teknologi dari Produk/Layanan/Program seperti gambaran umum mengenai cara mengembangkan dan melaksanakan produk/layanan/ program Staffing yaitu uraian jumlah staff yang akan melakukan evaluasi dan peran lembaga yang relevan dengan produk/layanan/program. (Tayibnafis, 2000) Penetapan keriteria untuk evaluasi Setelah tujuan dan sasaran ditetapkan dan program telah dideskripsikan cukup detail dan seluruhnya, kriteria evaluasi bisa ditetapkan berdasarkan : Kriteria yang melekat pada rencana program yang telah dibuat sebelumnya, disini evaluasi akan lebih mudah. Jika sasaran untuk program berdasar kriteria dari referensi ilmiah atau professional tertentu, kriteria evaluasi perlu disesuaikan. Jika sasaran tidak tertulis dengan kriteria implisit untuk evaluasi, kriteria harus dikembangkan. Kunci untuk mengembangkan kriteria evaluasi bermanfaat untuk mendesain sehingga ukuran data yang diperlukan dan intrepretasinya jelas. 3. Pemiihan desain evaluasi Desain evaluasi menyesuaikan program yang bersangkutan. berbagai desain berbeda bisa diterapkan untuk evaluasi program. Dalam mengembangkan prosedur evaluasi, desain evaluasi harus diseleksi dan dipilih, termasuk semua tugas dan isu yang berkaitan dengan evaluasi. Seleksi desain evaluasi dimaksudkan untuk meramal banyak tugas yang berhubungan dengan prosedur yang digunakan. Selain itu, banyak pertanyaan dan isu yang muncul dengan prospek evaluasi akan dijawab melalui desain yang diseleksi. Suatu desain ialah rencana yang menunjukkan bila evaluasi akan dilakukan dan dari siapa evaluasi atau informasi akan dikumpulkan selama proses evaluasi. Alasan utama memakai desain yaitu untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik. Semua orang yang terlibat dalam evaluasi adalah orang yang tepat, dilakukan pada waktu yang tepat, dan di tempat yang tepat seperti yang telah direncanakan. (Tayibnafis, 2000) Pada dasarnya suatu desain adalah bagaimana mengumpulkan informasi yang komparatif sehingga hasil program yang dievaluasi dapat dipakai untuk menilai manfaat dan besarnya program. (Tayibnafis, 2000) Bila seorang evaluator diminta membuat laporan singkat tentang efektivitas suatu program, dalam hal ini mungkin evaluasi akan memberikan laporan misalnya kepada pemberi dana, pemerintah, organisasi, atau lembaga yang memintanya untuk mengevaluasi program tertentu. Evaluator mungkin akan menjelaskan program yang bersangkutan, informasi yang menerangkan tentang keberhasilan program mencapai tujuan yang telah ditentukan, mencatat dampak yang tidak diperkirakan, dan mungkin membuat perbandingan dengan program lainnya. Apabila ini yang dilakukan, maka evaluator adalah evaluator sumatif. (Tayibnafis, 2000) Tugas evaluator mungkin sebagai penolong dan penasihat terhadap perencana program dan pengembang atau mungkin sebagai perencana itu sendiri, evaluator akan diminta untuk melihat masalah yang potensial, hal-hal yang perlu diperbaiki, memonitor kegiatan program dan secara teratur melaksanakan tes untuk mengetahui kemajuan siswa atau guru, untuk mengetahui perubahan perilaku, dan sebagainya. Evaluator ini adalah evaluator formatif. (Tayibnafis, 2000) Biasanya desain dibuat sebagai metode untuk melakukan eksperimen ilmiah, yaitu metode yang orang dapat membuat dampak secara logika pada hasil suatu perlakuan yang dibuatnya, misalnya evaluasi pendidikan, perlakuannya adalah program pendidikan. (Tayibnafis, 2000) 4. Pengumpulan data untuk penilaian Langkah keempat dalam evaluasi program adalah mengumpulkan data untuk menilai perkembangan program berkaitan dengan kriteria evaluasi dan desain evaluasi yang telah ditetapkan. Kunci keberhasilan dalam menyelesaikan fase evaluasi ini adalah adaya kumpulan data yang jujur, sistematis, dan sesuai keperluan evaluasi. Penyimpangan dalam cara pengumpulan data, atau cara penetapan kriteria untuk evaluasi, bisa merusak seluruh usaha evaluasi, jadi konsistensi adalah sangat penting. Metodologi pengumpulan data meliputi: Jenis data/informasi yang akan dikumpulkan Bagaimana data/informasi dikumpulkan seperti instrumen apa yang akan digunakan Bagaimana data/informasi akan dianalisis Keterbatasan evaluasi seperti yang berkaitan dengan temuan/simpulan dan cara menggunakan temuan/simpulan. (Tayibnafis, 2000) 5. Analisis data Analisis terhadap data yang dikumpulkan dibandingkan dengan kriteria evaluasi. Dapat dilakukan analisis deskriptif atau analisis inferensial sesuai maksud dan tujuan serta desain evaluasinya. Analisis harus menunjukan dimana program yang memenuhi kriteria untuk keberhasilan, dan harus juga mengidentifikasikan komponen yang butuh peningkatan. 6. Laporan hasil evaluasi Laporan evaluasi program harus dibuat untuk menjelaskan bagaimana program dievaluasi, apakah pertanyaan yang ditunjukan, dan apakah hasil akhir, apa SWOT nya. Ketika menulis laporan, apa yang sekirannya dipikirkan dan diharapkan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran program oleh pembaca laporan harus dipertimbangkan. Penggunaan jargon teknis mungkin sulit bagi beberapa pembaca, namun laporan yang tidak cerdas akan menimbulkan pertanyaan bagi pembaca yang lain. Sebagai contoh, laporan yang menekankan pada satu aspek suatu program seperti performa personel adalah mungkin bisa jadi penting untuk beberapa pembaca, sementara pembaca lainnya masih mencari isi laporan tentang hasil akhir adanya perubahan perilaku (outcome). Hal ini umumnya penting untuk membahas efek program  yang mempunyai target populasi dan rencana kelanjutannya, berkaitan dengan pencapaian tujuan dan sasaran program. Laporan hasil evaluasi dapat berupa laporan menyeluruh, laporan ekesekutif, atau laporan ringkasan. (Soekidjo, 2006) 2.3 PERBEDAAN MONITORING DAN EVALUASI Monitoring menyediakan data dasar untuk menjawab permasalahan, sedangkan evaluasi adalah memposisikan data-data tersebut agar dapat digunakan dan diharapkan memberikan nilai tambah. Evaluasi adalah mempelajari kejadian, memberikan solusi untuk suatu masalah, rekomendasi yang harus dibuat, menyarankan perbaikan. Namun tanpa monitoring, evaluasi tidak dapat dilakukan karena tidak memiliki data dasar untuk dilakukan analisis, dan dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi, oleh karena itu Monitoring dan Evaluasi harus berjalan seiring (Muninjaya, 2004). Kaitan antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan hasil dari monitoring dan digunakan untuk kontribusi program. Monitoring bersifat spesifik program. Sedangkan Evaluasi tidak hanya dipengaruhi oleh program itu sendiri, melainkan varibel-varibel dari luar. Tujuan dari Evaluasi adalah evaluasi efektifitas dan cost effectiveness. Tabel 1. Perbedaan antara monitoring dan evaluasi Monitoring Evaluasi Kapan ? Terus menerus Akhir setelah program Apa yang diukur ? Output dan proses, sering fokus input, kegiatan, kondisi atau asumsi Dampak jangka panjang kelangsungan Siapa yang terlibat ? Umumnya orang dalam Orang luar dan dalam Sumber informasi ? Sistem rutin, survey kecil, dokumen internal, laporan Dokumen eksternal dan internal, laporan asesmen dampak, riset evaluasi Pengguna ? Manajer dan staf Manajer, staf, donod, klien, stakeholder, organisasi lain Pengguna hasil ? Koreksi minor program (feedback) Koreksi kebijakan, strategi, masa mendatang, termasuk penghentian program (feed back) (Soekidjo, 2006) 2.4.PENTINGNYA MONITORING DAN EVALUASI DALAM PROGRAM KESEHATAN GIGI Dalam program kesehatan masyarakat, disamping evaluasi juga dilakukan monitoring atau pemantauan program. Monitoring dilakukan sejalan dengan evaluasi, dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan program tersebut berjalan sesuai dengan yang direncanakan, baik waktunya maupun jenis kegiatannya (Whitte, 2006). Dalam monitoring tidak dilakukan penilaian seperti pada evaluasi tetapi hanya mengamati dan mencatat. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara kegiatan dengan yang direncanakan, dilakukan koreksi. Demikian pula apabila terjadi ketidakcocokan antara penggunaan sumber daya (biaya, tenaga, dan sarana) dengan yang direncanakan, dilakukan pembetulan. Oleh sebab itu, dalam prakteknya monitoring atau pemantauan ini kadang-kadang diidentikkan dengan evaluasi proses dari suatu program (Whitte, 2006). Evaluasi promosi kesehatan penting karena: Sebagai sarana untuk mengembangkan intervensi yang efektif Berbagi dan menyebarkan contoh praktek yang baik Membuat penggunaan terbaik dari sumber daya yang terbatas; Memberikan umpan balik kepada staf dan peserta; Menginformasikan pengembangan kebijakan dan implementasi. (Petersen dan Kwan, 2004) Monitoring dan Evaluasi Dalam Kesehatan Gigi (Kemenkes RI, 2012) : Kesehatan gigi dan mulut pra sekolah dan usia anak sekolah Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas Upaya kesehatan gigi di UKGM Pelayanan kesehatan gigi rujukan dan integrasi Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di rumah sakit Penyusunan website kesehatan gigi dan mulut sebagai wahana interaksi, inter relasi dan interdependensi dengan masyarakat, profesi, dunia usaha serta pihak lain yang berkepentingan untuk peningkatan kualitas kesehatan gigi. 2.5. PERAN DENTAL HYGIENIST DALAM MONITORING PROGRAM Dental hygienist sebagai pelaksana dalam kegiatan manajemen mikro pada pelayanan kesehatan gigi khususnya usaha kesehatan gigi sekolah melaksanakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan (promotif, preventif dan kuratif sederhana), monitoring dan evaluasi. Dental hygienist merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan upaya kesehatan gigi untuk dapat menyelenggarakan pelayanan yang profesional, tugas pokoknya lebih berorientasi pada upaya promotif dan preventif kuratif hanya pada tindakan medik terbatas sederhana . Salah satu kewenangan Perawat gigi adalah melaksanakan manajemen mikro dalam merencanakan, mempersiapkan, mengevaluasi program pelayanan asuhan kesehatan gigi yang ada disekolah. Suatu upaya pelayanan perlu didukung oleh manajemen yang baik sehingga tahapan kegiatan semua program dapat berjalan efektif dan efisien Melalui upaya komunitas kolaboratif, kegiatan layanan berbasis, dan keterlibatan aktif di organisasi lokal dan negara. Menilai kebutuhan kesehatan mulut dan jasa yang ada masyarakat untuk promosi kesehatan dan perbaikan, dan akses ke perawatan. Menyediakan skrining, rujukan dan pendidikan layanan yang memungkinkan kesempatan untuk konsumen / klien / pasien untuk mengakses sistem perawatan kesehatan. Menyediakan program kesehatan mulut masyarakat dalam berbagai pengaturan. Berkolaborasi dengan penyedia non-dokter lain dan / atau organisasi dalam penilaian, perencanaan dan pelaksanaan tahapan untuk penyediaan perawatan kesehatan mulut. Mengevaluasi hasil dan mempertahankan penilaian kualitas program berkelanjutan berbasis masyarakat (pengukuran dan pemantauan program) dan rencana kegiatan masa depan. Advokat untuk perawatan kesehatan mulut yang efektif (Femala et al, 2012) 2.6 CONTOH PENERAPAN MONITORING DAN EVALUASI DALAM PROGRAM KESEHATAN GIGI Kasus 1 Pendekatan Preventif untuk Mengontrol Resiko Tinggi Karies di Jerman oleh Annarose Borutta. Profesor A. Borutta menyajikan evaluasi mengenai risiko tinggi dengan pendekatan preventif untuk mengontrol karies gigi di Jerman. Di Thuringia, sekitar 16% sampai 24% dari anak usia 2 tahun sampai 12 tahun tercatat berada pada risiko karies tinggi. Dasar pencegahan telah melibatkan pendidikan kesehatan, menyikat gigi dengan pasta gigi fluoride di TK, dan penerapan fluoride dua kali dalam setahun. Program intensif juga dilibatkan, di samping program dasar, lebih sering aplikasi fluoride topikal dan kesehatan mulut yang melibatkan sarapan sehat serta pendidikan untuk orang tua dan guru. Evaluasi melibatkan Evaluasi Struktur : memiliki program bekerja yang terstruktur, direncanakan dan mempunyai fasilitas yang memadai. Evaluasi Proses : seberapa baik atau sejauh mana intervensi yang telah direncanakan, dilaksanakan dan mengapa direncanakan hal tersebut, serta faktor-faktor mengenai fasilitas atau yang menghambat implementasi Evaluasi Hasil : mengenai klinis dan hasil perilaku termasuk kepuasan terkait dengan program. Profesor Borutta juga menjelaskan evaluasi menggunakan sistem di atas yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Program ini sangat sukses pada semua tindakan. Namun, tampaknya akan menjadi tidak ada evaluasi ekonomi. Evaluasi harus dijelaskan kepada administrator dan staf profesional. Harus ada umpan balik dari evaluasi seperti perubahan untuk program jika perlu, dan evaluasi yang teratur. Ini adalah contoh betapa pentingnya untuk membangun sebuah sistem informasi yang valid yang sesuai dengan promosi kesehatan mulut. (Petersen dan Kwan, 2004) B. Kasus II Program Promosi Kesehatan Mulut untuk Anak-anak Prasekolah di Cina dan Hong Kong oleh Edward Lo Profesor E. Lo menggambarkan pengalaman kesehatan mulut dari program promosi untuk anak-anak prasekolah di Cina dan Hong Kong. Pengalaman karies di dentin adalah masalah yang signifikan dan program pencegahan diatur pada tiga tingkatan yaitu primer, sekunder dan tersier. Pada awal 1990-an, fokusnya adalah pada primer pencegahan dengan pendidikan untuk guru, orang tua dan anak anak dengan menyikat gigi setiap hari dengan pasta gigi berfluoride setelah makan siang di TK. Baru-baru ini, pencegahan sekunder dilakukan menggunakan fluoride topikal untuk menangani karies, dan pencegahan tersier, menggunakan Atraumatic Restorative Treatment (ART) untuk mengembalikan gigi. Kedua proses dan hasil evaluasi yaitu evaluasi proses dengan diskusi kelompok yang terfokus dengan staf dan petugas kesehatan. Evaluasi hasil telah dilakukan dengan kuesioner terstruktur untuk guru dan orang tua untuk menilai perubahan pengetahuan dan perilaku, dan pemeriksaan gigi tahunan bagi anak-anak untuk menilai status karies dan restorasi. Anak-anak yang berpartisipasi dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan analisis ini menunjukkan bahwa tiga tingkat program pencegahan ini efektif. (Petersen dan Kwan, 2004) C. Kasus 3 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pendidikan kesehatan gigi metode ceramah dan demonstrasi disertai monitoring dengan tanpa monitoring terhadap pengetahuan, sikap, perilaku dan status kebersihan gigi dan mulut murid SD. Hasil yang didapatkan. Sikap tentang pemeliharaan kesehatan gigi murid SD yang diberi pendidikan kesehatan gigi metode ceramah dan demonstrasi disertai monitoring lebih baik dibandingkan dengan tanpa monitoring. Perilaku tentang pemeliharaan kesehatan gigi murid SD yang diberi pendidikan kesehatan gigi metode ceramah dan demonstrasi disertai monitoring lebih baik dibandingkan dengan tanpa monitoring. Status kebersihan gigi dan mulut murid SD yang diberi pendidikan kesehatan gigi metode ceramah dan demonstrasi disertai monitoring lebih baik dibandingkan dengan tanpa monitoring. Monitoring dalam hal ini adalah dilakukan oleh orang tua dirumah. (Kinanti, 2010) Kasus 4 Penelitian ini adalah penelitian pra dan pasca perlakuan. Penelitian dilakukan di SD Negeri 03 Senen, Jakarta Pusat. Kegiatan menyikat gigi bersama selama 5 menit sebelum kegiatan belajar dimulai diserahkan sepenuhnya kepada guru tanpa pengawasan secara rutin selama 6 bulan. Pertama, dilakukan sosialisasi dan penjelasan tentang program sikat gigi bersama di dalam kelas kepada seluruh orang tua murid kelas 1 dan 2. Setelah itu dilakukan pengisian lembar informed consent yaitu lembar persetujuan orang tua murid terhadap pemeriksaan gigi dan mulut anaknya. Pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan terhadap seluruh murid kelas 1 dan 2 yang sudah mengembalikan informed consent, meliputi pemeriksaan gigi lengkap dengan menggunakan skor DMF-T, pH plak, dan pH saliva. Dilakukan pengisian kuesioner untuk menilai pengetahuan, sikap, tindakan, dan perilaku pada responden guru melalui metode wawancara. Tabel 1. Contoh Pertanyaan pada Kuesioner Mengenai Sikap Guru terhadap Program Sikat Gigi Bersama di Kelas NO PERTANYAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dalam pelaksanaan program UKGS selama ini, Bapak/Ibu berperan sebagai apa? Jika ada murid Bapak/Ibu yang mengalami sakit gigi, apa yang akan di lakukan ? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang program UKGS yang telah berlangsung di sekolah? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu jika program sikat gigi bersama dilaksanakan setiap hari sebelum kegiatan belajar? Apakah Bapak/Ibu akan merasa terganggu dengan kegiatan sikat gigi bersama? Jika kegiatan sikat gigi bersama akan tetap berlangsung, apakah Bapak/Ibu akan melaksanakannya sesuai program dengan sukarela? Menurut Bapak/Ibu, apakah menyikat gigi harus dilakukan secara menyeluruh pada seluruh permukaan gigi untuk memperoleh gigi yang sehat? Seharusnya, kapan saja waktu yang tepat untuk menyikat gigi? Pelaksanaan pelatihan yang diberikan kepada guru-guru adalah tentang metode penyikatan gigi dengan satu kali berkumur yang akan digunakan oleh murid-murid kelas 1 dan 2 dalam sikat gigi bersama di dalam kelas. Setelah pelatihan, guru kelas 1 dan 2 menerapkan hasil pelatihan kepada muridmuridnya. Penyuluhan terhadap murid menggunakan lembar balik serta phantom model gigi dan sikat gigi. Guru menjelaskan mengenai gigi yang sehat, cara memeliharanya serta cara menyikat gigi setiap hari. Kemudian dilakukan kegiatan sikat gigi bersama dengan satu kali berkumur di dalam kelas selama 2 menit sebelum pelajaran dimulai. Keseluruhan kegiatan sikat gigi bersama yang di mulai dari tahap persiapan hingga selesai akan memakan waktu 5 menit. Setiap akhir minggu dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut oleh guru kelas dengan media lembar balik. Setelah diberi pelatihan, kepada seluruh guru diberi kuesioner untuk mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan guru terhadap PSGB. Setelah 6 bulan, seluruh guru diberikan kembali kuesioner yang sama untuk menilai hasil intervensi. Evaluasi efek intervensi program sikat gigi bersama yang telah dilakukan oleh guru kepada muridnya adalah melalui pemeriksaan risiko karies gigi terdiri dari pH plak dan pH saliva kepada seluruh murid kelas 1 dan 2 dilakukan satu kali per minggu. Evaluasi hasil program sikat gigi bersama di dalam kelas dilakukan dengan mengukur skor pH plak, skor pH saliva, dan skor perubahan perilaku guru terhadap PSGB. Hal ini dilakukan karena skor DMF-T tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil intervensi guru terhadap PSGB. Untuk mengetahui adanya peningkatan ataupun penurunan skor DMF-T dibutuhkan waktu minimal 1-2 tahun. (Risqa, 2011) BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Monitoring berkaitan dengan aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang dilaksanakan, dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang diimplementasikan, dan diperlukan agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi risiko yang lebih besar. Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Langkah evalusi meliputi : deskripsi program, tujuan dan sasaran spesifik, penetapan keriteria untuk evaluasi, pemilihan desain evaluasi, pengumpulan data untuk penilaian, analisis data serta laporan hasil evaluasi Dalam program kesehatan masyarakat, disamping evaluasi juga dilakukan monitoring atau pemantauan program. Monitoring dilakukan sejalan dengan evaluasi, dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan program tersebut berjalan sesuai dengan yang direncanakan, baik waktunya maupun jenis kegiatannya DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi Pembelajaran Prinsip dan Teknik serta Prosedur. Remaja Rosdakarya: Bandung. Darwita, Risqa Rina, dkk. 2011. Efektivitas Program Sikat Gigi Bersama terhadap Risiko Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar. Jakarta: J Indon Med Assoc. Vol. 61, No. 5:205-207 Femala, Dian., Zahroh Shaluhiyah dan Kusyogo Cahyo. 2012. Perilaku Perawat Gigi dalam Pelaksanaan Program UKGS di Kota Pontianak. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 No. 2. 145-152 Kementerian Kesehatan RI. 2012. Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Muninjaya G. 2004. Manajemen Kesehatan. Edisi Kedua, Jakarta: ECG. Notoadmodjo Soekidjo. 2006. Evaluasi Program Kesehatan. Diakses dari http://www.geocities.ws/klinikikm/manajemen-kesehatan/evaluasi-program.htm. Petersen, Poul Erik dan Stella Kwan. Evaluation of community-based oral health promotion and oral disease prevention – WHO recommendations for improved evidence in public health practice. Community Dental Health (2004) 21 (Supplement), 319–329 Ratmini, Ni Ketut. Perbedaan Pendidikan Kesehatan Gigi Metode Ceramah dan Demonstrasi Disertai Monitoring dan Tanpa Monitoring Terhadap, Sikap, Perilaku dan Status Kebersihan Gigi Dan Mulut. Poltekkes Kemenkes Denpasar. 2010. Supriyanto S dan Nyoman Anita D. 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya: Airlangga Universitiy Press. Tayibnafis, Farida Yusuf, (2000), Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta. Whitte, Bantley Dittman. Metoda Desain & Analisis Sistem. Edisi 6. Irwin. Boston 2006. PAGE \* MERGEFORMAT 21