Jam Kiamat New York Bergerak Maju, Sisa Waktu Tinggal Segini

Tech - Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
26 July 2023 07:15
HUT Jakarta, macet, polusi hingga hunian layak masih jadi problem. (CNCB Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: HUT Jakarta, macet, polusi hingga hunian layak masih jadi problem. (CNCB Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah jam bernama Jam Iklim atau Climate Clock bergerak maju lebih cepat. Ternyata ini menunjukkan berapa banyak waktu yang tersisa di dunia untuk menghentikan "kiamat" pemanasan global melampaui 1,5 derajat Celcius.

Berdasarkan laporan The Verge pada 22 Juli 2023, jam yang terletak di gedung Union Square, New York, Amerika Serikat (AS), berada di bawah enam tahun. Artinya jika orang terus menghasilkan polusi Co2 dalam jumlah yang sama, kira-kira tahun 2028 masyarakat Bumi tidak bisa lagi menghentikan perubahan iklim, dikutip Selasa (25/6/2023).

Saat ini, pemanasan global telah menyentuh 1,1 derajat Celcius. Hal tersebut terjadi karena pembakaran bahan bakar fosil dari emisi karbon dioksida.

Waktu yang kian sempit ini mendorong pendiri Jam Iklim untuk meminta perhatian pada semua pihak. Mereka menginginkan semua pihak bisa melakukan perubahan.

"Hari terbaik untuk berbuat sesuatu adalah kemarin. Namun kami menggunakan data [iklim] untuk membuat timeline untuk memberdayakan pemerintah dan aktivitas untuk melakukan perubahan," kata manajer komunitas global organisasi Jam Iklim, Becca Richie.

Dia menambahkan untuk mencari solusi yang dibutuhkan dalam jangka waktu tersebut dan suhu permukaan Bumi tetap berada di bawah 1,5 derajat Celcius.

Angka pada jam tersebut mencerminkan data dari Mercator Research Institue on Global Commons and Clomate Change (MCC) Berlin, Jerman. Namun jam tersebut belum menghitung mundur sampai suhu benar-benar berada di atas 1,5 derajat celcius.

Sebaliknya, jam memperkirakan waktu yang tersisa saat manusia menghasilkan karbon dioksida yang cukup untuk menaikkan suhu mencapai 1,5 derajat Celcius.

Emisi global sebenarnya sempat menurun saat dunia dihadapi pandemi Covid-19. Tapi fenomena tersebut juga dibarengi ekonomi yang melambat.

Sayang saat Bumi kembali pulih dari pandemi, polusi udara kembali meningkat seperti sebelum virus itu menyebar. Bahkan, menurut catatan The Verge, rekor emisi Co2 tertinggi terjadi pada tahun 2022 lalu.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jam Kiamat New York Berdetak Lagi, Pertanda Buat Manusia


ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading