ANTI-MUSLIM EROPA

Mengenal PEGIDA, Penggawa Aksi Anti-Islam di Jerman

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Selasa, 06 Jan 2015 13:18 WIB
Kelompok sayap kanan ekstrem ini telah memecah publik Jerman ke dalam dua kubu; pembenci Islam dan penentang gerakan anti-Islam.
Kelompok sayap kanan ekstrem ini telah memecah publik Jerman ke dalam dua kubu; Pembenci Islam dan Penentang gerakan anti-Islam. (Reuters/Fabrizio Bensch)
Berlin, CNN Indonesia -- Puluhan ribu orang turun ke jalan kota-kota utama di Jerman, meneriakkan slogan-slogan anti Islam. Penggawanya adalah kelompok bernama PEGIDA yang berbulan-bulan terakhir giat meneriakkan propaganda anti Islamisasi.

PEGIDA tidak diragukan telah memecah publik Jerman ke dalam dua kubu; Pembenci Islam dan Penentang gerakan anti-Islam. Menurut survei Reuters awal tahun ini, satu dari delapan warga Jerman berpotensi ikut dalam aksi PEGIDA. Sementara dua pertiga warga Jerman dalam survei mengatakan agenda "anti-Islamisasi" yang diusung PEGIDA terlalu berlebihan.

Lebih dari 15 ribu orang ikut serta dalam aksi PEGIDA di beberapa kota di Jerman, memicu kekhawatiran di tataran pejabat politik negara tersebut. Para penentangnya mematikan lampu, salah satunya Katedral di Cologne yang tidak ingin bangunan itu jadi latar belakang protes pembenci agama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa itu PEGIDA?

Dilansir International Business Times UK, PEGIDA adalah singkatan dari Patriotische Europäer Gegen die Islamisierung des Abendlandes yang artinya Warga Patriotik Eropa Melawan Islamisasi di Barat.

ADVERTISEMENT

PEGIDA adalah kelompok kampanye bagi gerakan-gerakan sayap kanan di Eropa, menjadi semacam penampung aspirasi dan keresahan kelompok radikal nasionalis terhadap gelombang imigran Islam yang datang ke Jerman.

Menurut mereka, pengaruh Islam kian kental di negara-negara Eropa, yang dikhawatirkan mengikis identitas budaya setempat. Di Inggris, kelompok ini mirip English Defence League (EDL).

Seperti halnya EDL, PEGIDA berdalih aksi tersebut dilakukan untuk menentang Islamisasi dan ekstremisme Islam, bukan umat Muslim secara keseluruhan. Namun para pengamat mengatakan, kelompok ini menyuburkan paham rasisme, tidak ubahnya Nazi di Perang Dunia II.

PEGIDA punya manifesto yang berisikan 19 butir, di antaranya menyerukan diperketatnya imigrasi dan perlindungan terhadap "budaya Kristen-Yahudi" di dunia Barat.

Kelompok PEGIDA mengusung agenda anti-Islamisasi Eropa dalam setiap aksi mereka. (Reuters/Wolfgang Rattay)
Siapa pemimpinnya?

Pemimpin dan pendiri PEGIDA adalah Lutz Bachmann, pria 41 tahun, seorang desainer grafis yang pernah dipenjara selama tiga tahun karena serangkaian perampokan.

Selain perampok, dia juga pernah didakwa atas penyalahgunaan narkoba. Namun dia berdalih bahwa adalah kisah masa lalunya yang diungkit oleh lawan politik untuk mendiskreditkannya.

Sejak didirikan tahun 2014, kelompok ini menarik banyak orang. Aksi pertama digelar di Dresden, pada Desember 2014, aksi di kota yang sama telah diikuti 17.500 orang, memicu kecaman dari Kanselir Jerman Angela Merkel.

Kelompok ini terkait dalam beberapa aksi kekerasan, termasuk penikaman terhadap sekelompok warga migran di sebuah mal akhir tahun lalu.

Mengapa semakin besar?

Seperti di beberapa negara Eropa lainnya, kelompok sayap kanan dan sentimen anti-imigran tengah tumbuh subur di Jerman.

Konflik di Timur Tengah, seperti di Irak dan Suriah, menyebabkan banyak warganya mengungsi, ribuan di antaranya berakhir di Eropa. Kelompok sayap kanan khawatir para pengungsi ini akan semakin membebani negara mereka yang saat ini tengah dilanda krisis, dengan langkah penghematan yang mencekik dan angka pengangguran yang tinggi.

Krisis ekonomi membuat beberapa pihak menyalahkannya pada para imigran. Isu inilah yang kemudian ditunggangi kelompok-kelompok seperti PEGIDA untuk memulai aksi mereka.

Sebanyak 64 persen pencari suaka meningkat di Jerman selama 2013. Langkah pemerintah membangun pusat penampungan mendapatkan penentangan, salah satunya pada aksi yang berakhir rusuh.

Para politisi, termasuk Merkel, mengecam PEGIDA yang telah menggunakan isu ini untuk menyerang Islam. Mereka juga meminta warga Jerman untuk tidak ikut dalam aksi tersebut.

"Memang ada kebebasan berkumpul di Jerman, namun tidak ada tempat untuk provokasi dan kebohongan soal orang-orang yang datang pada kita dari berbagai negara," kata Merkel. (den/den)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER