1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

10 Tahun Tenggelamnya Kursk

12 Agustus 2010

Sepuluh tahun lalu kapal selam modern Kursk tenggelam di Laut Barents di perairan utara Rusia. 118 awak kapal tewas. Pemerintah Rusia awalnya tidak memberi informasi jelas mengenai insiden itu.

https://p.dw.com/p/OjsA
Simulasi komputer upaya penyelamatan kapal selam Kursk yang dilakukan kapal selam mini PrizFoto: dpa

Marinir Rusia kehilangan kontak dengan kapal selam Kursk pada tanggal 12 Agustus 2010. Ketika itu sedang diadakan latihan militer di Laut Barents. Kursk adalah kapal selam bertenaga atom Rusia yang paling mutakhir. Saat itu, beberapa pusat pencatatan gempa melaporkan telah terjadi ledakan di bawah air. Para pengamat Barat lalu menduga, Kursk sudah tenggelam akibat ledakan tersbeut.

Karena tidak ingin rahasia teknologi kapal selamnya terungkap, Rusia tidak mau memberi informasi lebih lanjut tentang keberadaan kapal selam itu. Militer Rusia juga menolak tawaran bantuan dari luar negeri. Kala itu, masih belum jelas bagaimana nasib 118 awak kapal selam Kursk. Ketika itu, Vladimir Putin baru terpilih menjadi presiden dan sedang berlibur di Laut Hitam. Ketika ditanya wartawan apa yang terjadi, ia hanya mengatakan, kapal itu sudah tenggelam.

Terutama pihak keluarga para korban bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Tapi mereka hanya dikumpulkan di kota pelabuhan Murmansk dan diminta menunggu informasi lebih lanjut. Baru dua hari setelah kehilangan kontak, tanggal 14 Agustus, Rusia mengeluarkan laporan pendek: "Ada insiden di laut Barents. Segala sesuatu dilakukan dan langkah-langkah yang perlu akan segera diambil." Para ibu dan anggota keluarga yang ada di Murmansk makin putus asa.

Nach einem Unglück eines russischen Klein-U-Bootes am 04.08.2005 sind sieben Matrosen eingeschlossen.
Kapal selam bertenaga nuklir milik Rusia Kursk ketika berlabuh di Pelabuhan VidyayevoFoto: dpa

Keluarga Tunggu Informasi

Tidak ada informasi yang jelas. Namun dilaporkan, dari lambung kapal selam yang tenggelam di dasar laut terdengar ketukan. Jadi masih ada harapan bagi sebagian awak kapal selam itu. Belakangan diketahui, kapal selam itu rusak berat karena ledakan. Tapi lebih dari 20 awak kapal bisa menyelamatkan diri ke sebuah ruangan yang tidak rusak. Masalahnya, marinir Rusia tidak punya peralatan memadai untuk membuka pintu kapal selam dari luar dan menyelamatkan mereka. Tapi Rusia segan meminta bantuan dari luar negeri.

Putin masih tetap melanjutkan liburannya. Sedangkan di Murmansk, pihak keluarga makin panik. Di gereja-gereja dilangsungkan doa khusus demi keselamatan awak kapal selam. Setiap jam sangat berharga, namun tidak ada lengkah apa-apa dari pemerintah dan marinir. Yang beredar adalah spekulasi mengapa kapal selam itu tenggelam. Ada yang mengatakan terjadi tabrakan dengan kapal selam lain, atau malah kapal itu ditembak oleh kapal selam asing.

Überführung der geborgenen Crew des Atom U-Bootes nach Kursk
Iring-iringan mobil jenazah awak kapal Kursk menuju pemakamanFoto: AP

Bantuan Inggris dan Norwegia

Empat hari setelah insiden itu, barulah Rusia meminta bantuan pada Inggris dan Norwegia. Akhrinya tim spesialis Inggris dan Norwegia berhasil mencapai lokasi kecelakaan di dasar laut. Pada hari ke sepuluh setelah kecelakaan itu, para penyelam membuka pintu utama dan masuk ke kapal selam. Angkatan laut Rusia lalu mengumumkan, semua awak kapal sudah meninggal. Seorang Admiral Armada Utara Rusia secara resmi memohon maaf kepada pihak keluarga korban, karena tidak mampu menyelamatkan awak kapal Kursk. Presiden Putin akhirnya datang ke Murmansk dan bertemu dengan keluarga korban.

Barulah dua tahun kemudian dalam sebuah laporan penyelidikan disebutkan, kapal selam Kursk tenggelam karena satu torpedonya meledak. Jadi tidak ada keterlibatan pihak asing dalam insiden ini. Peristiwa tenggelamnya Kursk sempat mencuatkan kritik pada Putin yang dianggap tidak berhasil mengelola krisis itu dengan benar dan malah melanjutkan liburannya. Banyak media yang ketika itu mengeritik Putin sekarang sudah ditutup.

Hendra Pasuhuk

Editor: Yuniman Farid