Sosok Lie Kim Hok, Peran Bapak Melayu Tionghoa dalam Kesusastraan Indonesia

Sosok Lie Kim Hok, Peran Bapak Melayu Tionghoa dalam Kesusastraan Indonesia
info gambar utama

Lie Kim Hok merupakan pengarang yang dilahirkan di Kampung Tengah, Bogor pada tanggal 1 November 1853. Dirinya dikenal sebagai Bapak Melayu Tionghoa karena perannya bagi kesusastraan Melayu.

Lie Kim Hok dididik oleh ayahnya dengan tata cara China tradisional, sedangkan ibunya dengan kebiasaan lokal. Dirinya bersekolah di Zending pimpinan Albers dan biasa menggunakan bahasa Sunda.

Menapaki Rumah Kawin: Tempat Silaturahmi Etnis Tionghoa dan Betawi di Tangerang

Dirinya masuk ke sekolah misi di Bogor pada tahun 1869. Misionaris van der Linden memberinya pelajaran berbahasa Melayu, Belanda, Prancis, Inggris dan Jerman selama kurang lebih dua tahun.

Selama tujuh tahun Lie Kim Hok bekerja di percetakan milik van der Linden, penerbit majalah De Opwekker dan Bintang Djohar, dua majalah dengan dua bahasa, Inggris dan juga Melayu.

“Lie Kim Hok bekerja sebagai editor di kedua majalah tersebut setelah pulang sekolah,” tulis dalam laman Kemendikbud.

Melanjutkan percetakan

Saat van der Linden meninggal dunia pada tahun 1885, istrinya menjualnya kepada Lie Kim Hok sebesar 1.000 gulden. Beberapa temannya memberi pinjaman dan mengubah nama percetakan jadi Drukkerij Lie Kim Hok & Co.

Melalui percetakan tersebut Lie Kim Hok menerbitkan Kitab Edja dan Sobat Anak-Anak (terbitan kedua), dan Sair Orang Perampoewan (1885). Karyanya yang lain seperti Syair Cerita Siti Akbari (1884).

Lie Kim Hok juga menulis di beberapa surat kabar antara lain Pemberita Betawi, Bintang Barat, Domingoe, Dinihari,Hinia Olanda, Taman Sarie, Bintang Betawi, dan Hukum Hinia. Bahasa Melayu yang dipakai Lie Kim Hok serupa dengan kalangan jurnalis Indo Eropa.

Riwayat Masyarakat China Udik yang Bertahan di Tangerang

Bahasa tersebut awalnya digunakan di surat kabar kemudian digunakan dalam karya sastra yang nanti dikenal dengan nama bahasa Melayu Tionghoa Peranakan. Karena itu Lie Kim Hok dipanggil sebagai bapak Melayu Tionghoa.

Perhatian kepada bahasa Melayu

Lie Kim Hok terkenal sebagai bapak Melayu Tionghoa karena buku Melayu Betawi. Buku yang terbit pada tahun 1884 ini berisi aturan-aturan penggunaan bahasa Melayu Tionghoa Peranakan, dicetak lima ratus eksemplar dengan jumlah halaman 116.

Menurut buku ini bahasa Melayu Tionghoa Peranakan pertama-tama dipakai di daerah Jawa Barat kemudian menyebar ke Jawa bagian tengah dan timur, dan akhirnya menyebar pula ke Padang, Medan, Palembang, Banjarmasin, dan Makassar.

Pasar Lama Tangerang dalam Jejal Akulturasi Masyarakat Pribumi dengan Tionghoa

Perhatian Lie Kim Hok pada bahasa Melayu Tionghoa Peranakan sudah terlihat sejak dia masih sekolah. Saat berumur 20 tahun, Lie Kim Hok sudah menulis Kitab Edja, sebuah panduan untuk mengeja, membaca, dan menulis bahasa Melayu Tionghoa Peranakan.

“Saat itu, Lie Kim Hok juga menulis sebuah buku untuk anak-anak berjudul Sobat Anak-Anak (1814) yang memuat pesan-pesan mendidik dalam bentuk prosa dan syair,” ucapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini