05.06.2013 Views

CoMInet v1.0

CoMInet v1.0

CoMInet v1.0

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Main Menu<br />

Artikel Kamus Singkatan Crew<br />

<strong>CoMInet</strong> <strong>v1.0</strong><br />

(Copy of MobileIndonesia.net <strong>v1.0</strong>)


Kamus Mobile<br />

A B C D E F G H I J K L M<br />

N O P Q R S T U V W X Y Z<br />

Go To Main Menu<br />

A<br />

A-Interface adalah interface antara BSC dan MSC. Secara phisik, A-interface terdiri dari satu atau lebih link PCM<br />

antara MSC dan BSC, dimana tiap-tiap linknya berkapasitas 2 Mbps. A-interface dapat dibagi menjadi 2 bagian,<br />

yaitu :<br />

- Bagian antara BTS dan TRAU, dimana data yang ditansmisikan masihd alam bentuk yang dikompress.<br />

- Bagian antara TRAU dan MSC, diman adata yang ditransmisikan tidak dalam bentuk yang dikompress.<br />

A-interface menggunakan SS7 dengan SCCP sebagai usre partnya.GSM menggunakan signalling standart yang<br />

sudah ada (SS7 plus SCCP) pada A-interface dan sebuah applikasi baru, yaitu BSSAP (Base Station Sub-system<br />

Application Part). BSSAP dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : Base Station Sub-system Management Application<br />

Part (BSSMAP) dan Direct Transfer Application Part (DTAP). Gambar di bawah ini menunjukan diagaram A-Interfcae<br />

dalam stack OSI layer.<br />

BSSMAP terdiri dari informasi yang ditransmisikan antara BSC dan MSC, dimana informasi tsb diproces oleh BSC.<br />

Seperti PAGING, HND_CMD, dan informasi RESET. Secara umum, BSSMAP mengandung semua informasi yang<br />

dipertukarkan sebagai Radio Resource Management antara MSC dan BSC, dan juga message yang digunakan<br />

sebagai control task antara BSC dan MSC.<br />

DTAP mengandung semua informasi yang dipertukarkan antara sebuah subsystem NSS dan MS. Message-message<br />

ini transparan untuk BSS. Message-message ini meliputi semua informasi yang digunakan untuk Mobility<br />

Management, kecuali LOC_UPD_REQ, IMSI_DET_IND, dam CM_SERV_REQ.<br />

Abis-Interface adalah interface antara BTS dan BSC. Abis-interface adalah sebuah interface PCM 32, sma seperti<br />

interface terestrial lainnya di GSM. Kecepatan transmisi pada Abis-interface adalah 2.048 Mbps, yang dibagi dalam<br />

32 kanal dengan kecepatan masing-masingkanal sebesar 64 Kbps. Protocol-protocol di Abis-interface sangat<br />

bersifat vendor specifik, konsekwensinya, sebuah BTS dari pabrikan vendor A tidak bisa dihubungkan dengan BSC<br />

dari pabrikan vendor B. Gambar di bawah ini menunjukan stack protocol OSI pada Abis-interface.


AGCH (Access Grant CHannel) adalah sebuah Common Control CHannel (CCCH) yang digunakan hanya pada arah<br />

downlink dan pada time slot genap (0,2,4, dan 6) dari BCCH-TRX. AGCH digunakan untuk mengg-assign SDCCH dari<br />

BTS ke MS dan mengirimkan sinyal IMM_ASS (IMMediate ASSign). Karena proces pengiriman IMM_ASS ini bersifat<br />

point to multi point, maka tidak diperlukan header dalam process pengirimannya. Tergantung dari channel<br />

configurasi yang dipilih, AGCH akan men-share channel downlink CCCH yang available dengan channel paging<br />

(PCH) dan SDCCH. Kecapatan transmisi utk setiap blok AGCH adalah sebesar 782 bps.<br />

Asynchronous Time Division Multiplexing (ATDM) adalah teknik multiplexing dalam system penyaluran berbasis<br />

kanal dimana tidak dilakukan scaning informasi berdasarkan periode waktu tertentu sehingga paket-paket data<br />

dari satu sumber informasi tidak akan ditempatkan pada time slot yang sama, seperti halnya pada STDM,<br />

melainkan pada time slot yang acak. Karena itu, bila pada STDM informasi dikenali dari nomor time slot, maka<br />

dalam ATDM tidak bisa. Pengenal informasi dalam ATDM adalah nomor VCI/VPI yang terdapat pada header-nya.<br />

Karena tidak ada proses scanning yang bersiklus tetap terhadap input dan tidak terdapat pengalokasian time slot<br />

yang tetap untuk setiap input-nya, maka ketika di beberapa input tidak terdapat informasi, di output tidak akan<br />

terdapat time slot yang kosong. Karena time slot di output akan diisi oleh informasi dari sembarang input lainnya,<br />

sehingga tingkat utilitas output akan menjadi tinggi.<br />

Gambar Perbandingan antara STDM dan ATDM<br />

ATM (Asyncrhonous Tranfer Mode) adalah suatu teknologi yang dapat menyalurkan dan melayani semua jenis<br />

service seperti suara, data , dan gambar dalam satu jaringan digital yang terintegrasi. ATM Merupakan teknologi


yang mendukung komunikasi broadband, dimana satu saluran dapat digunakan untuk mentransmisikan informasi<br />

yang berbeda-beda jenisnya dengan kecepatan yang relatif tinggi.<br />

ATM menyalurkan informasi dengan menggabungkan prinsip dari dua teknologi pendahulunya, yaitu cara sinkron<br />

yang berbasis kanal dan cara tak sinkron dengan panjang paket tidak tetap. Dalam ATM digunakan panjang paket<br />

yang tetap yaitu 53 byte, dimana 48 byte digunakan sebagai byte informasi dan 5 byte sebagai header. Dalam<br />

paket yang disebut sel inilah berbagai jenis informasi itu ditampung dan di transmisikan.<br />

Service-service dalam ATM dapat dikategorikan dalam beberapa jenis, dimana tiap-tiap sevice itu mempunyai<br />

standart Quality of Service (QoS) yang berbeda-beda. Jenis-jenis service yang dimaksud adalah : Constant Bit Rate<br />

(CBR), Variable BIT Rate (VBR), Available Bit Rate (ABR), dan Unspecified Bit Rate (UBR). Adanya perbedaan Quality<br />

of Sevice pada masing-masing service ini mengakibatkan adanya perbedaan perlakuan jaringan ATM terhadap<br />

informasi yang ditransmisikan, sehingga jaringan harus cukup pintar untuk menentukan informasi mana yang<br />

memmpunyai prioritas lebih tinggi untuk ditransmisikan.<br />

Jenis-jenis layanan dalam ATM adalah :<br />

Constant Bit Rate (CBR) adalah kategori layanan dalam ATM yang didisain untuk mendukung aplikasi yang<br />

membutuhkan kecepatan transmisi yang bisa dijamin konsistensinya sepanjang hubungan berlangsung (highly<br />

predictable transmission rate). CBR menjaga hubungan sinkronisasi antar pengguna akhir selama hubungan<br />

berlangsung. CBR pada dasarnya ditargetkan untuk mendukung aplikasi layanan suara (telephony) yang toleransi<br />

terhadap delay jaringannya sangat ketat.<br />

Variable Bit Rate (VBR) adalah kategori layanan dalam ATM yang ditujukan bagi aplikasi yang kurang sensitif<br />

terhadap variasi kecepatan. Kategori layanan ini memberikan jaminan terhadap suatu kecepatan standar yang<br />

disebut sustainable cell rate-SCR, tetapi pengguna masih dimungkinkan untuk melebihi kecepatan tersebut sampai<br />

dengan suatu kecepatan maksimum yang disebut Peak Cell Rate-PCR, selama trafik di jaringan belum maksimal.<br />

Berdasarkan ketergantungannya terhadap aspek waktu (atau delay jaringan) VBR dikelompokkan lebih jauh ke<br />

dalam dua jenis layanan sebagai berikut: Real Time (rt-VBR) dan Non Real Time (nrt-VBR)<br />

Real Time Variable Bit Rate ( Rt-VBR) adalah jenis layanan ATM yang ditujukan untuk aplikasi yang mempunyai<br />

ketergantungan relatif tinggi terhadap delay tetapi agak longgar terhadap variasi kecepatan. Pengguna jaringan<br />

sama-sama menunggu suatu respon, dan memelihara timing relationships selama hubungan berlangsung. Contoh<br />

aplikasi yang mungkin menggunakan layanan ini misalnya, Video conferencing, dan telepon (voice) yang<br />

menggunakan teknik kompresi dan silence suppression (teknik yang memanfaatkan waktu jeda bicara untuk diisi<br />

pengguna lain dengan metoda statistical bandwidth sharing).<br />

Non Time Variable Bit Rate (Nrt-VBR) adalah jenis layanan ATAM yang ditujukan untuk i aplikasi aplikasi yang<br />

mempunyai “toleransi yang lebih longgar” terhadap delay jaringan sehingga tidak membutuhkan timing<br />

relationships yang terlalu ketat antar sisi penggunanya (interaksi antar user tidak terlalu tinggi). Aplikasi non real


time seperti store and forward video, atau aplikasi data yang membutuhkan performansi tinggi atau cell loss<br />

rendah (misalnya aplikasi transaksi) merupakan kandidat potensial untuk kategori layanan nrt-VBR.<br />

Available Bit Rate (ABR) adalah kategori layanan yang didisain untuk aplikasi data yang membutuhkan probabilitas<br />

cell loss rendah, tetapi memberikan toleransi terhadap variasi kecepatan transmisi dan delay jaringan. Dengan ABR,<br />

keberadaan sumber daya jaringan (network resource) dijamin dalam batas minimum. Tetapi saat jaringan idle,<br />

pengguna dimungkinkan untuk mengirimkan informasinya secara maksimum (bursting) sampai pesan<br />

pemberitahuan congestion (sibuk) dari jaringan diterima. Aplikasi yang potensial untuk kategori layanan UBR<br />

misalnya Web browser.<br />

Unspecified Bit Rate (UBR) adalah jenis layanan ATM yang mempunyai kemungkinan loss yang paling besar.<br />

Kategori layanan ini dapat dimisalkan seperti kita naik pesawat sebagai penumpang cadangan, kemudian setelah<br />

sampai di atas ketahuan bahwa bebannya lebih (overweight), dalam kasus seperti ini maka kita merupakan<br />

penumpang pertama yang akan diterjunkan melalui parasut (dalam hal ini buffer), tetapi bila ternyata persedian<br />

parasut-pun habis berarti kitalah penumpang pertama yang akan ditendang ke angkasa! (dengan kata lain cell UBR<br />

adalah cell yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk hilang – highest cell loss probability). Aplikasi yang<br />

cocok untuk kategori layanan ini misalnya e-mail.<br />

AMPS (Advanced Mobile Phone Service) adalah teknologi mobile telephon generasi pertama yang masih<br />

menggunakan system analog FDMA (Freqwency Division Multiple Access). AMPS beroperasi pada frekwensi 800<br />

MHz, 821 – 849 MHz untuk base station receiving dan 869 – 894 MHZ untuk base station transmitting. Karena<br />

masih mengunakan teknologi analog, AMPS memiliki beberapa kekurangan antara lain :<br />

Kapasitasnya masih terbatas, karena dalam system analog penggunaan suatu kanal akan<br />

dedicated untuk suatu subscriber. Maka pada saat subscriber itu tdk dalam keadaan berkomunikasi, kanal<br />

itu tdak dapat digunakan oleh subscriber lain.<br />

Feature yang ditawarkan masih terbatas pada suara.<br />

Keamanan, dimana system analog sangat gampang utk disadap.<br />

AMPS pertama kali diuji coba di Chicago pada tahun 1978. Berikutnya pada tahun 1981 AMPS mulai digunakan di<br />

Jepang dan berkembang ke beberapa Negara Eropa dan Asia lainnya.<br />

Pada tahap selanjutnya, AMPS berkembang menjadi DAMPS (Digital AMPS) atau dikenal juga dengan sebutan IS-<br />

45B (IS=Interim Standart), dimana kanal voice-nya sudah menggunakan teknologi digital dengan menggunakan<br />

TDMA (Time Division Multiple Access), tetapi kanal signaling-nya masih analog. Dengan TDMA, setiap kanal dibagibagi<br />

dalam time slot – time slot yang dapat digunakan secara bersama-sama oleh semua user. Sehingga utilisasi<br />

dapat ditingkatkan dan capasitas juga meningkat.<br />

Selanjutnya, DAMPS atau IS-45B berkembang menjadi IS-136, dengan menggunakan kanal voice dan kanal<br />

signaling yang sudah diditalisasi. IS-136 dapat beroperasi pada frekwensi 800 MHZ dan 1900 MHz. Di Amerika<br />

Utara, IS-136 ini dikenal dengan sebutan PCS (Personal Communication Service).<br />

Total Access Communication System (TACS), adalah teknologi mobile telephone generasi pertama yang digunakan<br />

di Inggris. TACS mulai digunakan pada tahun tahun 1985. TACS beroperasi pada frekwensi 900 MHZ. Pada dasarnya,<br />

TACS adalah sebuah versi modifikasi dari AMPS.<br />

Nordic Mobile Telephony (NMT), adalah mobile telephon generasi pertama yang digunakan di Negara-negara<br />

Eropa seperti Swedia, Norwagia, Denmark, dan Finladia. NMT mulai digunakan pada tahun 1981. NMT beroperasi<br />

pada frekwensi 450 MHz, kemudaian NMT juga dapat digunakan pada frekwensi 900 MHz, yang dikenal sebagai<br />

NMT900.<br />

B<br />

Back to Kamus


B-interface adalah interface antara MSC dan VLR. Biasanya, MSC dan VLR adalah merupakan network element<br />

yang tergabung jadi satu. Pada saat awal GSM didesign, ada ide untuk menjadikan MSC dan VLR sebagai 2 network<br />

element yang terpisah. Tapi karena saat itu ditemukan banyak kekurangan pada protokol antara MSC dan VLR,<br />

maka hal ini memaksa untuk di-implementasikannya solusi proprietary (vendor specific sloution) sebagai interface<br />

antara MSC dan VLR. Karena itulah, sejak GSM pahse2 diperkenalkan pertama kalinya, B-interface tidak lagi<br />

dianggap sebagai interface external. sehingga B-interface tidak dijelaskan secara khusus pada Rekomsndasi GSM<br />

09.02. Rekomendasi ini hanya menjelaskan panduan dasar bagaimana cara menggunakan B-interface.<br />

C<br />

Back to Kamus<br />

CDPD (Cellular Digital Packet Data) adalah protocol packet data yang didesign utk sistem AMPS (antara 800 dan<br />

900 MHz ) atau sebagai protocol untul sistem TDMA. CDPD dapat mengirimkan data dengankecepatan sampai 19,2<br />

Kbps. CDPD didesign sebagai protocol packet data yang dapat digunakan dan dikembangkan pada sistem yang<br />

analog yang sudah ada (AMPS) saat itu. Hal ini dilakukan dengan menggunakan standard umum untuk<br />

memmanfa’atkan bandwidth yang tidak terpakai di sisi radio interface (interface antara service provider dan MS).<br />

Bandwidth yang tidak terpakai ini adalah akibat adanya jeda (diam) dalam suatu percakapan dan juga pada saat<br />

sebuah call akan handover dari satu cell ke cell lainnya. Pada saat periode tanpa aktivitas percakapan ini, resource<br />

di radio interface dapat dimanfa’atkan untuk mengirimkan packet data.<br />

CDPD termasuk protocol yang berorientasi connectionless. CDPD adalah service network multiprotocol yang<br />

menyediakan konecksi wireless device ke inetrnet. Keuntungan utama CDPD ialah ia didesign utk beroperasi<br />

sebagai extension pada jaringan seluler existing, sehingga setiap aplikasi yang dikembangkan untuk CDPD dapat<br />

dijalankan pada jaringan yang berbasis IP.<br />

Gambar di bawah ini menunjukan sebuah jaringan CDPD. Terlihat sebuah mobile user memiliki sebuah device<br />

CDPD yang biasanya disediakan oleh operator jaringan seluler. Tergabung dengan base station adalah element<br />

CDPD seperti base station mobile CDPD dan System data intermediate mobile CDPD. Dalam arsitektur gambar di<br />

bawah, semua voice call akan diswith ke bagian jaringan telco dan trafic data akan dikirimkan ke jaringan router<br />

CDPD.<br />

Konsep CDPD pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992. Dalam perkembangannya CDPD memiliki pelanggan<br />

yang sangat terbatas. AT&T Wireless adalah perusahaan yangpertama kali menawarkan service CDPD di Amerika<br />

Serikat dengan menggunakan merek dagang PocketNet. Pada tahun 2004 sebagian besar service CDPD di Amerika<br />

serikat berhenti. hal ini lebih dikarenakan kompetisi yang terlalu ketat dengan teknologi penghantar data lainnya<br />

yang lebih baik dari CDPD.


Closed User Group (CUG) adalah salah satu jenis supplementary service GSM yang memungkinkan pelanggan<br />

GSM yang menjadi anggota dari sebuah group CUG untuk hanya dapat menerima panggilan dan melakukan<br />

panggilan dari/ke sesama anggota sebuah Closed User Group. Jadi komunikasi hanya dapat dilakukan antara<br />

sesama anggota suatu CUG yang sama saja. Dalam sebuah jaringan suatu PLMN, anggota CUG akan terlihat seperti<br />

sekelompok pelanggan yang terpisah/terisolasi dari pelanggan PLMN lainnya. Seorang pelanggan dapat menjadi<br />

anggota 10 CUG yang berbeda.<br />

Pada awalnya, service ini adalah service yang diimplementasikan pada jaringan komunikasi data, yang tujuannya<br />

untuk keamanan data dan jaringan, yaitu melindungi jaringan dari akses orang-orang yang tidak diinginkan (orangorang<br />

yang tidak terdaftar sebagai anggota suatu group dalam jaringan tersebut). Dalam jaringan GSM, service ini<br />

dikembangkan lebih fleksible sehingga memiliki opsi yang memungkinkan anggota suatu CUG untuk dapat<br />

menerima telepon dari luar angggota CUG ataupun dapat melakukan pangggilan ke luar anggota CUG. Service CUG<br />

ini tidak berlaku bagi hubungan SMS, jadi anggota suatu CUG dapat saja menerima/mengirim SMS dari/ke<br />

pelanggan GSM yang bukan anggota CUG-nya.<br />

Cordless Telephone System (CT) adalah sebuah system komunikasi full duplex yang menggunakan gelombang<br />

radio untuk menghubungkan sebuah portable handset dengan sebuah dedicated base station (transceiver yang<br />

berada di rumah user) yang terhubung dengan sebuah jariangan PSTN. Dengan kata lain, dapat dikatakan kalau<br />

cordless telephone ialah system PSTN yang mengganti handaset yang tetap (tidak dapat diba-bawa) dengan<br />

menggunakan handset yang dapat dibawa-bawa (mobile handset). Pada awalnya mobilitas handset cordless hanya<br />

dalam jarak 10 meteran, kemudian berkembang menjadi dapat menjangkau sebuah kota yang luas seperti London<br />

dan Hong Kong.<br />

CT2 adalah salah satu dari contoh teknologi cordless yand dapat dikategorikan dalam generasi kedua dari cordlsess<br />

system , CT2 pertama kali diperkenalkan di Inggris pada tahun 1989. Berikutnya, pada tahun 1992, ETSI (European<br />

Telecommunication Standart Intitute) merampugkan sebuah standart sebuah standart universal untuk system<br />

cordless yang diberi nama DECT ( Digital European Cordless Telephone). Tabel berikut ini memuat spesifikasi teknis<br />

beberapa contoh teknologi cordless telepon.<br />

CT2 CT2+ DECT PHS PACS<br />

Region Eropa Canada Eropa Jepang USA<br />

Duplexing TDD TDD TDD TDD FDD atau TDD<br />

Band<br />

Frekwensi<br />

(MHz)<br />

Spasi Carrier<br />

(kHz)<br />

864 - 868 944 - 948 1880 - 1900 1895 - 1918 1850 – 1910,<br />

100 100 1728 300 300<br />

1930 – 1990,or<br />

1920 – 1930<br />

Jumlah Carrier 40 40 10 77 400 atau 32<br />

Kanal/Carrier 1 1 12 4 8 atau 4<br />

Kanal bit rate 72 72 1152 384 384


(kbps)<br />

Modulasi GFSK GSFK GFSK /4 DQPSK /4 QPSK<br />

Speech Coding 32 kb/s 32 kb/s 32 kb/s 32 kb/s 32 kb/s<br />

Daya handset<br />

TX rata-rata<br />

(mW)<br />

Daya handset<br />

TX puncak<br />

(mW)<br />

Durasi Frame<br />

(ms)<br />

5 5 10 10 25<br />

10 10 250 80 100<br />

2 2 1 5 2,5 atau 2,0<br />

CT2 adalah generasi kedua dari system cordless telepon yang sudah menggunakan system digital.. CT2 mulai<br />

diperkenalkan pad atahun 1989 di Inggris. Standar CT2 mendefinisikan bagaimana sebuah Cordless Fixed Part (CFP<br />

: identikdengan base station)) dan Cordless Portable Part (CPP : identik dengan portable handset) dapat<br />

berkomunikasi melalui gelombang radio.<br />

Standar ini mendifinisikan 3 layer signaling di air interface dan tekni speech coding yang digunakan. .<br />

- Layer 1 mendifinisikan TDD teknik, data multiplexing, , dan link initiating.<br />

- Layer 2 mendifinisikan tentang data acknowledment dan error correction.<br />

- Layer 3 mendifinisikan protocol yang digunakan untuk menghubungkan system CT2 ke jaringan PSTN. Tabel di<br />

bawah ini memuat beberapa spesifikasi teknis air interface CT2.<br />

Parameter Spesifikasi<br />

Frekwensi 864,15 – 868.05 MHz<br />

Multiple Akses FDMA<br />

Duplexing TDD<br />

Jumlah kanal 40<br />

Spasi Kanal 100 kHz<br />

Modulasi 2 level GMSK<br />

Kecepatan kanal 72 kbpsss<br />

Spectral Efesensi 50 erlang/km 2 /MHz<br />

Bandwitdth Efesiensi 0,72 bps/Hz


Speech Coding 32 kbps ADPCM<br />

Kecepatan kontrol kanal 1000/2000 bpss<br />

Daya radiasi Max 10 mW<br />

Powe Control Ya<br />

Alokasi Kanal Dynamic Ya<br />

Durasi Frame 2 ms<br />

Kanal Coding (63,48) cyclic block code<br />

Coaxial (Kabel Coaxial) adalah kabel tembaga yang diselimuti oleh beberapa pelindung (pelindung luar, pelindung<br />

anyaman tembaga, dan isolator pelasting), dimana pelindung-pelindung tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :<br />

Pelindung luar; ini adalah bagian dari pelindung yang keras. Pelindung luar ini digunakana untuk<br />

melindungi kabel coaxial dari benturan phisik yang keras dan juga untuk melindungi dari gangguan<br />

hewan-hewan pengerat (sehingga bahannya biasanya dibuat dari bahan yang tidak disukai oleh hewan<br />

pengerat seperti tikus).<br />

Pelindung berupa anyaman serat tembaga; untuk melindungi kabel dari EMI (ElectroMagnetic<br />

Interference) yang dihasilkan oleh kabel-kabel yang berada di sekitarnya, sehingga dapat menghasilkan<br />

kecepatan transmisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kabel twisted-pair (yang sangat rentan<br />

terhadap interfensi dari luar kabel).<br />

Isolator pelastik; untuk membantu menfilter sinyal-sinyal interferensi dari luar kabel sehingga<br />

inti kabel dapat dibuat bebas dari sinyal interferensi dari luar.<br />

Gambar di bawah ini menunjukan gambar penampang kable coaxial secara umum.<br />

Pada pertengahan tahun 1920-1n, kabel coaxial mulai digunakan, pada saat itu digunakan pada jaringan telepon<br />

sebagai media trasmisi trunk antar sentral telepon. Penggunaan kable coaxial yang significant berikutnya yaitu<br />

pada tahun 1950-an, dimana kabel coaxial digunakan sebagai kabel bawah laut untuk keperluan


sambunganlangsung internasional. Kemudian pada tahun 1960-1n, kabel coaxial digunakan dalam dunia dataprocessing.<br />

Data di bawah ini menunjukan kejeadian-kejadianpenting trekait dengan perkembangan kable coaxial<br />

di dunia.<br />

di US.<br />

1880 : kabel coaxial dipatenkan di Inggris oleh Oliver Heaviside (hak paten no.1,407).<br />

1884 : Kable coaxial dipatenkan di Jerman oleh Ernst Werner von Siemens.<br />

1894: Oliver Lodge mendemonstrasikan pentransmisian sinyal di Royal Institut, US.<br />

1929 : Kabel coaxial modern yang pertama dipatenkan oleh Lloyd Espenschied dan Herman Affel<br />

1936 : Pentransmisian sinyal gambar TV dengan menggunakan coaxial pertama kali dilakukan,<br />

dari Berlin ke Leipzig.<br />

1936 : Kabel coaxial bawah laut pertama dibangun antara Melbourne dan Tasmania dengan jarak<br />

sekitar 300 km, dimana satu kabel dapat mentransmisikan 1 kanal broadcast dan 7 kanal telepon.<br />

1936 : AT&T menggelar jaringan kabel coaxial untuk telepon dan televisi antara New York dan<br />

Philadelphia, dimana ditempatkan sebuah booster otomatis setiap 10 mil-nya.<br />

1936 : Badan Post (sekarang menjadi British Telecom) menggelar kabel coaxial antara London<br />

dan Birmingham.<br />

1941 : Kabel coaxial digunakan pertama kali secara komersial di Amerika oleh AT&T yang<br />

menghubungkan Minneapolis dan Wisconsin.<br />

1956 : Kabel coaxial trans-Atlantic pertama digelar.<br />

Kabel coaxial menghasilkan spectrum frekwensi yang lebih besar bila dibandingkan dengan kable twisted-pair.<br />

Kabel coaxial jaringan TV yang biasa dapat mensupport frekwensi 370 MHz. Sedangkan kabel coaxial terbaru yang<br />

sudah dikembangkan lebih baik seperti Hybrid Fiber Coax (HFC) dapat mensupport system dengan frekwensi 750<br />

MHz atau 1.0000 MHZ.<br />

Dari segi kapasitas, kabel coaxial dapat menghasilkan kapasitas 370-1.000 kali lebih besar dari sebuah kable<br />

twisted-pair. Dengan kapsitas sebesar ini, kabel coaxial dapat digunakan sebagai sarana pada sebuah jaringan<br />

broadband. Besarnya kapasitas ini tergantung dari lokasi (standard yang berlaku di tempat tersebut). Pada system<br />

di Amerika Utara, setiap kanal TV kabel menggunakan bandwidth 6MHZ, sesuai dengan standard NTSC (National<br />

Television System Committee. Di Eropa, dengan standard PAL (Phase Alternate Line), bandwidth kanalnya ialah 8<br />

MHz. Dengan bandwidth dan kapasitas yang lebih besar, kable coaxial juga akan mensupport system dengan<br />

service yang beragam, seperti voice, data, video dan multimedia.<br />

Kabel coaxial juga menawarkan performance yang jauh lebih baik dari kabel twisted-pair, karena pelindung yang<br />

berupa ayaman tembaga pada kabel coaxial akan melindungi pusat kabel dari interferensi gelombang<br />

elektomagnetik yang berasal dari luar kabel, sehingga akan mengurangi terjadinya error/noise dan cross talk. Hal<br />

ini memungkinkan kabel coaxial untuk mencapai bit error rate sampai dengan 1/1.000.000.000. Intensitas error,<br />

noise dan crosstalk yang lebih kecil ini akan berdampak pada berkurangnya jumlah amplifier yang dibutuhkan<br />

untuk mengguatkan sinyal yang lemah sepanjang jalur transmisi, dimana dengan menggunakan kabel coaxial<br />

amplifer hanya dibutuhkan setip jarak 2,5 km.<br />

Cell Broadcast (ETSI GSM Specification 03.41 V7.4.0 (2000-09) adalah teknologi yang memungkinkan sebuah<br />

pesan text (sama seperti SMS tapi disebut CBS atau Cell Broadcast Services) didikirimkan ke semua Mobile Station<br />

yang berada dalam coverage cell tertentu dalam jaringan GSM. Sebuah pesan cell broadcast dapat terdiri dari 93<br />

characters. Teknologi ini untuk pertama kali didemonstrasikan di Paris pada tahun 1997.<br />

Karena sifatnya yang dapat dikirimkan ke banyak MS sekaligus dan dapat diaktifkan untuk daerah tertentu saja,<br />

Cell Broadcast banyak digunakan sebagai media untuk menyampaikaninformasi kepada pelangganyang sifatnya<br />

terbatas hanya untuk wilayah/daerah tertentu saja, misalnya untuk iklan (misalnya : bila seorang pelanggan<br />

memasuki area suatu mall yang termasuk dalam coverage cell tertentu, maka pelangganitu akan dikirimi pesan<br />

tentan informasi discount yang ada di mall tersebut) dan informasi cuaca dan suhu di suatu daerah.<br />

Beda cell broadcast dengan SMS biasa ialah :


SMS Biasa Cell Broadcast<br />

Sifatnya “point to point” (MS - MS, atau MS -<br />

aplikasi)<br />

Sifatnya “point to multi point” (CBS ke seluruh MS<br />

yang ada dalam coverage cell (kumpulan cell)<br />

tertentu.<br />

Membutuhkan network element tambahan berupa<br />

CBC (Cell Broadcast Center)<br />

Membutuhkan network element tambahan berus<br />

SMSC (SMS center)<br />

Membutuhkan pesan konfirmasi dari MS. Tidak membutuhkan pesan konfirmasi dari MS<br />

Pesan akan diforward ke MSC dulu sebelum Dari CBC pesan akan diforward langsung ke BSCdikirimkan<br />

ke penerima.<br />

BTS-MS. Jadi tidak melalui MSC terlebih dahulu.<br />

MSC<br />

= Pesan broadcast<br />

CBC<br />

BSC<br />

Gambar di atas menunjukan alur pengiriman pesan broadcast dari Cell Broadcast Center (CBC) sampai ke MS. Dari<br />

CBC, pesan broadcast akan dikirmkan ke BSC yang diinginkan. Melalui Abis-interface, BSC akan mem-forward<br />

broadcast pesan broadcast ini ke BTS-BTS yang diinginkan. Jika BTS-BTS tersebut memsupport SMSCB, maka pesan<br />

broadcast ini akan dikirimkan ke MS-MS yang ada dalama coverage BTS-BTS tersebut melalui Cell Broadcast<br />

Channel (CBCH).<br />

CGI (Cell Global Identity) adalah sebuah identititas (ID) yang unik dari cell-cell dalam suatu jaringan seluler.<br />

Sebuah CGI untuk sebuah cell bersifat unik di seluruh dunia, artinya tidak akan ada 1 CGI yang dipakai oleh 2 (atau<br />

lebih) cell yang berbeda di seluruh dunia. Gambar di bawah ini menunujukan format penamaan CGI, yang terdiri<br />

dari :<br />

\<br />

BTS<br />

BTS<br />

MCC (Mobile Country Code) :<br />

MNC (Mobile Network Code) :<br />

LAC (Location Area Code) : adalah identifikasi yang digunakan untuk menunujukan kumpulan<br />

beberapa cell. Dalam sebuah PLMN yang sama, tidak boleh digunakan 1 LAC yang sama untuk 2 group cell<br />

yang berbeda. Sebuah LAC dapat digunakan dalam 2 (atau lebih) BSC yang berbeda, asalkan masih dalam<br />

1 MSC yang sama. Informasi lokasi LAC terakhir dimana sebuah MS berada akan disimpan di VLR dan akan<br />

diupdate apabila MS tersebut bergerak dan memasuki area dengan LAC yang berbeda.<br />

CI (Cell Identity) : adalah identifikasi sebuah cell dalam jaringan seluler. Dalam sebuah PLMN, CI<br />

yang sama dapat digunakan untuk 2 (atau lebih) cell yang berbeda, asalkan dalam LAC yang berbeda.


Berikut ini adalah contoh sebuah CGI sebagi identitas sebuah cell dalam PLMN Telkomsel : 510-10-168-50511<br />

D<br />

Back to Kamus<br />

DECT (Digital European Cordless Telephone) adalah sebuah system telpon cordless yang dikembangkan oleh ETSI<br />

(European Telecommunication Standards Institute) dan diselesaikan pada tahun 1992.<br />

Sebuah system DECT dapat menyediakan sebuah framework komunikasi cordless untuk suatu daeah dengan<br />

kepadata traffik yang tinggi dan mencover suatu area yang luas. Fungsi utama suatu system DECT adalah untuk<br />

menyediakan local mobility pada portable user dari sebuah system PBX (Private Branch Exchange) yang berada<br />

dalam sebuah gedung.<br />

Sistem DECT dikembangkan berdasarkan standar OSI (Open System Interconnection), sehingga memungkinkannya<br />

untuk terhubung dengan network system lain seperti GSM ataupun ISDN. DECT menggunakan alokasi kanal<br />

dynamic yang didasarkan pada kuat sinyal yang diterima oleh portable user dansecara khusus didesign untuk<br />

hanya mampu mensupport proses handover pada pergrekan user dengan kecepatang pedestrian. Secara umum<br />

block diagram suatu system DECT dapat dilihat pada gambar di bawah ini :<br />

- Portable Hnadset (PH) : mobile handset atau terminal pengguna. Untuk penggunaan mesin fax<br />

ataupn video dibutuhkan sebuah Cordless Terminal Adapter (CTA)


- Radio Fixed Port (RFP) : identik dengan sebuah base station. Setiap RFP men-cover 1 cell dalam<br />

sebuah microcelluler system. Radio tarnsmisi antara RFP dan PH menggunakan multi carrier TDMA.<br />

Sebuah omunikasi full duplex dilakukan dengan menggunakan TDD.<br />

- Corless Controller (CC atau sering juga disebut Cluster Control) : menghadle Medium Access<br />

Control (MAC), Data Link Control (DLC), dan network layer untuk sebuah cluster RFP, juga sebaga control<br />

unit untuk equipment system DECT.<br />

- Supplementary Service : sebagai pusat authentikasi dan billing ketika DECT digunakan untuk<br />

menyediakan telepoint service yang terhubung ke jaringan PSTN. Juga melakukan fungsi mobility<br />

management ketika system DECT digunakan dalam sebuah jaringan PABX mulitlocation.<br />

E<br />

Back to Kamus<br />

EDGE (Enhanced Data for Global Evolusiopn) adalah teknologi evolusi dari GSM dan IS-136. Tujuan<br />

pengembangan teknologi baru ini adalah untuk meningkatkan kecepatan transmisi data, efesiensi spectrum, dan<br />

memungkinkannya penggunaan aplikasi-aplikasi baru serta meningkatkan kapasistas.<br />

Pengaplikasian EDGE pada jaringan GSM phase 2+ seperti GPRS dan HSCSD dilakukan dengan penambahan<br />

physical layer baru pada sisi Radio Access Network (RAN). Jadi tidak ada berubahan di sisi core network seperti<br />

MSC, SGSN, ataupun GGSN. Gambar di bawah ini menunjukan perubahan yang diperlukan pada system GPRS yang<br />

diupgrade menjadi EDGE.<br />

Gambar di bawah ini menunjukan interface di Radio Access Network (RAN) pada jaringan EDGE.


Dimana :<br />

- Iu-cs = interface UMTS ke bagian dari core network yang merupakan circuit switch.<br />

- Iu-ps = interface UMTS ke bagian dari core network yang merupakan packet switch.<br />

- Iur-g = interface antara blok RAN yang berbeda, yang digunakan hanya untuk signalling.<br />

Pada GPRS menawarkan kecepatan data sebesar 115 kbps, dan secara teori dapat mencapai 160 kbps. Sedangkan<br />

pada EDGE kecepatan datanya sbesar 384 kbps, dan secara teori dapat mencapai 473,6 kbps. Secara umum<br />

kecepatanEDGE tiga kali lebih besar dari GPRS. Hal ini dimungkinkan karena pada EDGE digunakan teknik modulasi<br />

(EDGE menggunakan 8PSK,GPRS menggunakan GMSK) dan metode error teleransi yang berbeda dengan GPRS, dan<br />

juga mekanisme link adaptasi yang diperbaiki. EDGE juga menggunakan coding scheme yang berbeda dengan<br />

GPRS. Dalam EDGE dikenal 9 macam coding scheme, sedangkan di GPRS hanya ada 4 coding scheme.<br />

Erlang adalah satuan intensitas trafik yang diambil dari nama seorang ilmuan Dermark, Agner Krarup Erlang (1878-<br />

1929).<br />

Agner Krarup Erlang (1878-1929)<br />

Erlang juga dapat diartikan sebagai jumlah rata-rata saluran yang diduduki secara bersamaan dalam periode waktu<br />

tertentu.


A = Y * S<br />

A = N * P<br />

Dimana :<br />

Contoh :<br />

- A = Trafic flow (dalam Erlang)<br />

- Y = Jumlah call per satuan waktu<br />

- S = Holding time rata-rata<br />

- N = Jumlah total subscriber<br />

- P = Trafik rata per subscriber<br />

Misalkan ada suatu sentarl telepon dengan data data sebagai berikut :<br />

maka :<br />

- dalam 1 jam rata-rata terdapat 1800 panggilan baru.<br />

- Waktu pendudukan rata setiap panggilan adalah 3 menit<br />

- Intensitas tarfik = 1800 x 3/60 = 90 Erlang<br />

- Ada = 1800/60 = 30 call/menit = 0,5 call/detik = Y<br />

- S = 3 x 60 = 180 detik<br />

- A = Y * S = 0,5 * 180 = 90 Erlang.<br />

Berikut ini beberapa istilah trafik lainnya :<br />

GOS (Grade of Service) adalah Probabilitas banyak call yang akan direject (lost call) oleh system. Contoh suatu<br />

system telekomunikasi mempunyai GOS 0,2 % , berarti dari 1000 call akan ada 2 call yang tidak diteruskan.<br />

Trafik yang ditawarkan (Offered Traffic) (To) adalah Jumlah rata-rata upaya pendudukan selama periode waktu<br />

yang sama dengan waktu rata-rata pendudukan dari pendudukan yang sukses. Dapat juga dianggap sebagai jumlah<br />

occupansi (pendudukan) dan call congested dikalikan dengan rata – rata holding time dari pendudukan.<br />

Trafik yang dimuat (Carried Trafic) (Tc) adalah Jumlah rata-rata simultaneous call selama interval waktu tertentu.<br />

Bagian dari offered traffic yang dapat dilayani dan diteruskan oleh system. Atau dapat juga menggunakan definisi<br />

dari intenstitas trafik.<br />

Trafik yang ditolak (Lost Trafic) (TL ) adalah Bagian dari offered trafik yang tidak dapat dilayani oleh sistem,<br />

dimana penyebabnya dapat berupa karena kongesti, ataupun error dalam switching proses.<br />

To = Tc + TL<br />

Attempt adalah segala jenis action yang menginisiate proses pembentukan hubungan. Attempt mengakibatkan<br />

sebuah device/circuit berubah statusnya dari idle menjadi busy/sibuk atau trafik di suatu kannal terukur.<br />

F<br />

Back to Kamus<br />

Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekwensi pada suatu sel, dimana frekwensi tersebut<br />

sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Jarak antara 2 sel yang menggunakan frekwensi<br />

yang sama ini harus diatur sedemikain rupa sehingga tidak akan mengakibatkan interferensi. Latar belakang


penerapan frequency reuse ini adalah karena adanya keterbatasan resource frekwensi yang dapat digunakan,<br />

sedangkan kebutuhan akan ketersedian coverage area yang lebih luas terus meningkat. Maka agar coverage area<br />

baru dapat diwujudkan, dibuatlah sel-sel baru dengan menggunakan frekwensi yang sudah pernah digunakan<br />

sebelumnya oleh sel lain. Gambar di bawah ini menunjukan pemetaan geographis penggunaan frewkensi pada<br />

beberapa sel, dimana digunakan mekanisme frequency reuse.<br />

Full Duplex ialah jenis komunikasi dua arah, dimana masing-masing user dapat melakukan pengiriman ataupun<br />

penerimaan informasi pada saat yang bersamaan. Jadi tergantung apakah lawan bicara sedang melakukan<br />

pengiriman informasi ataupun tidak. Hal ini dimungkinkan karena masing-masing user menggunakan kanal<br />

(frekwensi) yang berbeda-beda untuk melakukan mengiriman informasi (uplink) ataupun untuk menerima<br />

informasi (downlink). Frekwensi uplink antara satu user dengan user lainnya juga berbeda , demikian juga dengan<br />

frekwensi downlinknya, sehingga memungkinkan seorang user pada saat yang bersamaan untuk mengirimkan dan<br />

menerima informasi dari lawan bicaranya. Contoh dari komunikasi full duplex ini ialah telepon.<br />

G<br />

Back to Kamus<br />

GPRS (General Packet Radio Service) adalah salah satu bearer service pada GSM phase 2+. GPRS merupakan<br />

evolusi dari GSM, dimana GPRS didesign untuk menyediakan layanan transfer packet data pada jaringan GSM


dengan kecepatan yang lebih baik dari GSM. Kecepatan yang lebih baik ini didapat dengan menggunakan coding<br />

scheme (CS) yang berbeda dari GSM. Pada GPRS dikenal 4 macam coding scheme, yaitu :<br />

Coding Scheme Kecepatan di air interface (kbps)<br />

CS-1 9.05<br />

CS-2 13.4<br />

CS-3 15.6<br />

CS-4 21.4<br />

Dengan GPRS dimungkinkan penggunaan 8 time slot untuk satu user, sehingga kecapatannya dapat mencapai 171<br />

kbps (8 x 21.4 kbps).<br />

Perbedaan utama GPRS dan GSM adalah teknologi packet switch yang digunakan GPRS (GSM circuit switch),<br />

sehingga user menggunakan resource di air interface hanya pada saat ia akan mengirim atau menerima data saja.<br />

Pada saat user tidak mengirim atau menerima data, timeslot dapat digunakan oleh user lain. Dengan digunakannya<br />

packet switch, maka pentarif-an pada system GPRS dilakukan berdasarkan jumlah byte data yang<br />

didownload/diuploadnya (volume dependent charging), bukan berdasarkan durasi waktu seperti pada system GSM<br />

(time dependent charging).<br />

Gambar di bawah ini menunjukan diagram jaringan sebuah system GPRS yang diupgrade dari system GSM.<br />

SGSN (Serving GPRS Support Node) adalah network equipment yang berfungsi sama seperti MSC pada jaringan<br />

GSM. SGSN antara lain melakukan fungsi-fungsi mobility management, routing/traffic management, melakukan<br />

authentikasi, chipering, serta melakukan pemeriksaan IMEI.<br />

GGSN (Gateway GPRS Support Node) adalah network equipment GPRS yang berfungsi sama seperti Gateway MSC<br />

di jaringan GSM. GGSN merupakan interface antara jaringan GPRS dengan jaringan system lain seperti internet<br />

atau pun jaringan IP lainnya.<br />

PCU (Packet Control Unit) adalah equipment GPRS yang dipasang di BSC (sisi radio) yang antara lain melakukan<br />

fungsi-fungsi pengaturan kanal radio untuk GPRS seperti power control dan congestion control. Pada umumnya<br />

PCU berfungsi sebagai interface antara jaringan core GPRS (SGSN dan GGSN) dengan BSS sub system.


Generasi Pertama (1G) adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan teknologi-teknologi yang digunankan<br />

pada system komunikasi bergerak pada pertama kalinya. Sistem generasi pertama semuanya menggunakan<br />

teknologi analog yang pada umumnya lebih dikenal orang dengan AMPS atau TACS. Perlu dicatat bahwa pada<br />

teknologi system analog ini juga digunakan digital signaling. Kata-kata analog dalam hal ini lebih menuju pada<br />

metode yang digunakan untuk mengirimkan informasi dalam jaringan telekomunikasi mobile tersebut.<br />

Basic service yang ditawarkan pada technology generasi pertama ini masih berkisar pada suara. System generasi<br />

pertama ini memiliki banyak kurangan, antara lain :<br />

Kapasitas system yang terbatas. Hal ini karena teknologi multiple accessnya masih menggunakan FDMA,<br />

dimana selama pembicaraan berlangsung, penggunaan suatu kanal akan diperuntukkan bagi satu subscriber<br />

saja. Walaupun subscriber itu tidak sedang mengirimkan informasi, maka kanal yang dia duduki tidak dapat<br />

digunakan oleh subscriber lain. Hal ini berlangsung terus sampai pembicaraan selesai.<br />

Teknologi yang berkembang tidak kompatibel satu dengan yang alinnya sehingga hal ini membatasi mobilitas<br />

subscriber yang hanya bias digunakan didalam areanya saja (tidak memungkinkan roaming ke dalam jaringan<br />

lain)<br />

Service yang ditawarkan hanya sebatas suara.<br />

Sistem keamanan yang sangat buruk karena modulasinya masih menggunakan modulasi analog (FM).<br />

H<br />

Back to Kamus<br />

Half Duplex ialah jenis komunikasi dua arah, tapi kedua pihka yang berkomunikasi tidak dapat melakukan<br />

pengiriman informasi pada saat yang bersamaan, tapi harus bergantian. Pada saat user A mengirimkan infomasi<br />

maka user B harus bertindak sebagai penerima. Kalau user B ingin mengirimkan informasi, maka A harus berhenti<br />

mengirimkan informasi terlebih dahulu dan harus bertindak sebagai penerima. Pada half duplex suatu kanal radio<br />

yang sama (bisa diartikan frekwensi yang sama (f1)) digunakan untuk uplink (pengirim) dan downlink (penerima)<br />

secara bersama-sama, tapi dalam waktu yang berbeda. Sehingga pasa suatu saat tertentu, user hanya bisa<br />

mengirm atau menerima informasi saja (tidak dapat mengirim dan menerima secara bersamaan). Contoh dari<br />

komunikasi half duplex ialah handy talky (HT).


HSCSD (High Speed Circuit Switched Data) adalah sebuah service circuit switch yang digunakan untuk aplikasi<br />

dengan bandwidth yang lebih tinggi (14,4 kbps) seperti data stream, gambar bergerak, dan video<br />

telephony. Bandwidth data yang lebih besar ini didapatkan dengan menggabungkan 1 s/d 8 time slot untuk satu<br />

subscriber (bundling of channels). HSCSD hanya digunakan untuk komunikasi point-to-point.<br />

Hand Over (HO) ialah proses perubahan pelayanan/peng-handle-an sebuah Mobile Station (MS) dari suatu BTS ke<br />

satu BTS lain dikarenakan adanya pergerakan MS yang menjauhi BTS awal dan mendekati BTS baru. Hand Over<br />

hanya terjadi pada saat MS sedang melakukan hubungan dengan MS lain. Kalau perubahan peng-hadle-an terjadi<br />

pada saat MS sedang bebas (tidak melakukan call) maka proses itu disebut Location Update, bukan hand over.


Mekanisme Hand over dapat dibagi menjadi 2, yaitu :<br />

Make Before Break, pada mekanisme ini, sebelum MS terhubung dan dilayani oleh BTS yang baru, maka<br />

hubungan dengan BTS lama tidak akan diputus. Hubungan dengan BTS lama hanya akan diputus bila hubungan<br />

dengan BTS baru sudah dapat dilakukan. Mekanisme ini dapat dilihat pada gambar di atas. Mekanisme ini<br />

dikenal juga dengan sebutan Soft Hand Over.<br />

Break Before Make, pada mekanisme ini, MS akan memutuskan hubungan dengan BTS lama walupun<br />

hubungan dengan BTS baru belum tercapai. Akibatnya akan ada suatu periode waktu yang singkat dimana MS<br />

tidak dilayani oleh BTS manapun. User akan merasakan akibat dari hal ini dalam bentuk terputusnya<br />

pembicaraanya sesaat.<br />

Bila dilihat dari lingkup perpindahannya, maka HandOver bisa dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :<br />

HandOver Intra BSC, yaitu perpindahan peng-handle-an suatu MS dari satu BTS ke BTS lain, dimana kedua BTS<br />

tersebut terhubung ke satu BSC yang sama.<br />

HandOver Inter BSC, yaitu perpindahan peng-handle-an suatu MS dari satu BTS ke BTS lain, dimana kedua BTS<br />

tersebut terhubung ke dua BSC yang berbeda, tapi masih dalam satu MSC yang sama.<br />

HandOver Inter MSC, yaitu perpindahan peng-handle-an suatu MS dari satu BTS ke BTS lain, dimana kedua BTS<br />

tersebut terhubung ke dua BSC yang berbeda, dan masing-masing BSC terhubung ke MSC yang berbeda juga.<br />

I<br />

Back to Kamus<br />

Interim Standard (IS) adalah standard yang diberikan oleh Asosiasi Industri Telkomunikasi di Amerika (US<br />

Telecommunication Industry Association (TIA) yang mengatur standar teknologi- teknologi telekomunikasi yang<br />

bekembang di Amerika. Beberapa contoh IS standard yang telah dikeluarkan oleh TIA ini antara lain : IS-54 (AMPS),<br />

IS-54B (DAMPS), IS-41(Standart roaming di jaringan AMPS), IS-95 (CDMA), IS-136 (AMPS dengan kontrol kanal dan<br />

voice kanal yang didigitalisasi).<br />

IMSI (International Mobile Subscriber Identity) adalah sebuah nomor unik 15 digit yang akan selalu berbeda<br />

untuk setiap MS di seluruh dunia. IMSI di simpan di SIM Card pelanggan. Penomoran IMSI mengacu pada<br />

rekomendasi ITU-T E.212. Sebuah IMSI terdiri dari 3 digit MCC (Mobile Country Code), 2 digit MNC (Mobile<br />

Network Code), dan 10 digit MSIN (Mobile Subscriber Identification Number). Dalam GSM, MSIN ini bukanlah<br />

merupakan nomor telepon pelanggan. IMSI hanya akan digunakan sebagai identifier bila TMSI (Temporary Mobile<br />

Subscriber Identity) tidak tersedia.<br />

Gambar di bawah ini menunjukan format penomoran IMSI.<br />

ISDN (Integrated Service Digital network) adalah jaringan digital yang menyediakan layanan telekomunikasi<br />

multimedia, merupakan pengembangan dari sistem telepon yang telah terintegrasi. Sistem ini bekerja dengan<br />

bandwidth yang lebih lebar dan sistem digital dari ujung ke ujung (terminal ke terminal) sehingga mampu


mengirimkan suara,data, dan video sekaligus dengan kecepatan, kualitas dan kapasitas tinggi hanya dengan satu<br />

saluran<br />

Jenis Kanal :<br />

BRA (Basic Rate Access) ,Terdiri dari 2 kanal B dan 1 kanal D (2B + D16), setiap kanal B mampu menyediakan<br />

data dengan kecepatan 64 kbps, dan kanal D digunakan untuk signalling dengan kecepatan 16 kbps.<br />

PRA(Primary Rate Access), Mempunyai kapasitas total 1984 kbps, terdiri dari 30B+D64, dapat digunakan<br />

untuk menghubungkan PABX, dan komputer mainframe ke jaringan ISDN, serta hubungan antar LAN.<br />

K<br />

Back to Kamus<br />

Kodea Area (Area Code) adalah kode yang menunjukan lokasi geographis pelanggan telepon fixed line berada.<br />

Kode ini dapat menunjukan wilayah sebuah kota atau gabungan wilayagh beberapa kota. Secara teknis, kode area<br />

digunakan untuk keperluan routing sebuah panggilan ke pelanggan telepon fixed line. Selain itu, kode are juga<br />

digunakan dalam skema tariff, yang menentukan charge/tariff yang akan dibebankan untuk sebauh panggilan<br />

telepon.<br />

Kode area digunakan dalam hal sebagai berikut :<br />

- Bila seorang pelanggan telepon fixed line akan menghubungi pelanggan telepon fixed line yang bereada di<br />

lokasi kota yang berbeda dan menggunakan kode area yang berbeda dengan kode area pelanggan pemanggil.<br />

Jadi dalam hal ini, digit yang akan di-dial oleh pemanggil adalah : 0 (prefix trunk) + kode area + nomor telepon<br />

yang dipanggil. Contoh : Pelanggan fixed line di Jakarta akan menghubungi pelanggan fixed line 345678 yang<br />

berada di Semarang . Maka yang di-dial adalah 0 + 24 + 345678.<br />

- Bila pelanggan seluler atau fixed wireless akan menghubungi pelanggan fixed line yang ada di sembarang<br />

tempat, walupun berada di kota yang sama dengan pelanggan pemanggil.<br />

Perlu diperhatikan bahwa, trunk prefix (digit 0 yang selalu di-dial dalam panggilan SLJJ) tidaklah termasuk dalam<br />

digit kode area. Misalnya untuk Medan, kodea areanya adalah 61, BUKAN 061.<br />

Table di bawah ini menunjukan daftar kodea area untuk kota-kota di Indonesia.<br />

Nanggroe Aceh Darussalam<br />

627 Subussalam<br />

629 Kutacane<br />

641 Langsa<br />

642 Blangkejeren<br />

643 Takengon<br />

644 Bireuen<br />

645 Lhokseumawe<br />

646 Idi<br />

650 Sinabung (Simeulue)<br />

651 Banda Aceh, Jantho, Lamno<br />

652 Sabang<br />

653 Sigli<br />

654 Calang<br />

655 Meulaboh<br />

656 Tapaktuan<br />

657 Bakongan


658 Singkil<br />

659 Blangpidie<br />

Sumatra Utara<br />

61 Medan, Binjai, Stabat<br />

620 Pangkalanbrandan<br />

621 Tebingtinggi<br />

622 Pematangsiantar<br />

623 Kisaran, Tanjungbalai<br />

624 Rantauprapat<br />

625 Parapat<br />

626 Pangururan<br />

627 Sidikalang, Salak<br />

628 Karo<br />

630 Telukdalam<br />

631 Sibolga<br />

632 Balige<br />

633 Tarutung<br />

634 Padangsidempuan<br />

636 Panyabungan<br />

638 Barus<br />

639 Gunungsitoli<br />

Sumatra Barat<br />

751 Padang, Pariaman<br />

752 Bukittinggi, Batusangkar, Padang Panjang, Payakumbuh<br />

753 Lubuksikaping<br />

754 Sawahlunto<br />

755 Solok, Alahanpanjang<br />

756 Painan<br />

757 Balaiselasa<br />

759 Muarasiberut<br />

Riau<br />

760 Telukkuantan<br />

761 Pekanbaru, Pangkalankerinci, Rumbai<br />

762 Bangkinang<br />

763 Selatpanjang<br />

764 Siak Sri Indrapura<br />

765 Dumai, Duri<br />

766 Bengkalis<br />

767 Bagan Siapiapi<br />

768 Tembilahan<br />

769 Rengat, Airmolek<br />

Kepulauan Riau<br />

771 Tanjungpinang<br />

772 Terempa<br />

773 Ranai<br />

776 Dabosingkep


777 Tanjungbalai Karimun<br />

778 Batam, Kabil, Nongsa<br />

779 Tanjungbatu<br />

Jambi<br />

740 Tanjung Jabung Timur, Muara Sabak, Mendahara<br />

741 Jambi<br />

742 Kualatungkal<br />

743 Muarabulian<br />

744 Muaratebo<br />

745 Sarolangun<br />

746 Bangko<br />

747 Muarabungo<br />

748 Sungaipenuh<br />

Sumatra Selatan<br />

711 Palembang, Pangkalanbalai, Betung, Indralaya<br />

712 Kayuagung<br />

713 Prabumulih<br />

714 Sekayu, Musi Banyuasin<br />

731 Lahat<br />

733 Lubuk Linggau, Pendopo<br />

734 Muaraenim<br />

735 Baturaja<br />

Bangka Belitung<br />

715 Belinyu<br />

716 Mentok<br />

717 Pangkalpinang, Sungailiat<br />

718 Koba, Toboali<br />

719 Manggar, Tanjungpandan<br />

Bengkulu<br />

732 Curup<br />

736 Bengkulu, Tais<br />

737 Argamakmur, Mukomuko<br />

738 Muara Aman<br />

739 Bintuhan, Manna<br />

Lampung<br />

721 Bandarlampung<br />

724 Kotabumi<br />

725 Metro<br />

726 Menggala<br />

727 Kalianda<br />

728 Liwa<br />

729 Pringsewu<br />

Jakarta Raya<br />

21 Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi


Banten<br />

252 Rangkasbitung<br />

253 Pandeglang, Labuan<br />

254 Serang, Cilegon, Merak<br />

Jawa Barat<br />

22 Bandung, Cimahi, Soreang , Lembang<br />

231 Cirebon, Losari<br />

232 Kuningan<br />

233 Majalengka, Kadipaten<br />

234 Indramayu, Jatibarang<br />

251 Bogor<br />

257 Pasauran<br />

260 Subang, Pamanukan<br />

261 Sumedang<br />

262 Garut<br />

263 Cianjur<br />

264 Purwakarta<br />

265 Tasikmalaya, Banjar, Ciamis, Pangandaran<br />

266 Sukabumi, Pelabuhan Ratu<br />

267 Karawang<br />

Jawa Tengah<br />

24 Semarang, Ungaran<br />

271 Surakarta (Solo), Kartasura, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen<br />

272 Klaten<br />

273 Wonogiri<br />

275 Purworejo,Kutoarjo<br />

276 Boyolali<br />

280 Majenang, Sidareja (Kabupaten Cilacap bagian barat)<br />

281 Purwokerto, Banyumas, Purbalingga<br />

282 Cilacap (bagian timur)<br />

283 Tegal, Slawi, Brebes<br />

284 Pemalang<br />

285 Pekalongan, Batang (bagian barat)<br />

286 Banjarnegara, Wonosobo<br />

287 Kebumen, Gombong<br />

289 Bumiayu (Kabupaten Brebes bagian selatan)<br />

291 Demak, Jepara, Kudus<br />

292 Purwodadi<br />

293 Magelang, Mungkid, Temanggung<br />

294 Kendal, Kaliwungu, Weleri (Kabupaten Batang bagian timur)<br />

295 Pati, Rembang, Lasem<br />

296 Blora, Cepu<br />

297 Karimun Jawa<br />

298 Salatiga, Ambarawa (Kabupaten Semarang bagian tengah dan selatan)<br />

DI Yogyakarta<br />

274 Yogyakarta, Sleman, Wates, Bantul, Wonosari


Jawa Timur<br />

31 Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Bangkalan<br />

321 Mojokerto, Jombang<br />

322 Lamongan, Babat<br />

323 Sampang<br />

324 Pamekasan<br />

325 Sangkapura (Bawean)<br />

327 Kepulauan Kangean, Kepulauan Masalembu<br />

328 Sumenep<br />

331 Jember<br />

332 Bondowoso, Sukosari, Prajekan<br />

333 Banyuwangi, Muncar<br />

334 Lumajang<br />

335 Probolinggo, Kraksaan<br />

336 Ambulu, Puger (Kabupaten Jember bagian selatan)<br />

338 Situbondo, Besuki<br />

341 Malang, Kepanjen, Batu<br />

342 Blitar, Wlingi<br />

343 Pasuruan, Pandaan, Gempol<br />

351 Madiun, Caruban, Magetan, Ngawi<br />

352 Ponorogo<br />

353 Bojonegoro<br />

354 Kediri, Pare<br />

355 Tulungagung, Trenggalek<br />

356 Tuban<br />

357 Pacitan<br />

358 Nganjuk, Kertosono<br />

Bali<br />

361 Denpasar, Gianyar, Kuta, Tabanan, Tampaksiring, Ubud<br />

362 Singaraja<br />

363 Amlapura<br />

365 Negara, Gilimanuk<br />

366 Klungkung, Kintamani<br />

368 Baturiti<br />

Nusa Tenggara Barat<br />

370 Mataram, Praya<br />

371 Sumbawa<br />

372 Alas, Taliwang<br />

373 Dompu<br />

374 Bima<br />

376 Selong<br />

Nusa Tenggara Timur<br />

380 Kupang, Baa (Roti)<br />

381 Ende<br />

382 Maumere<br />

383 Larantuka


384 Bajawa<br />

385 Labuhanbajo, Ruteng<br />

386 Kalabahi<br />

387 Waingapu, Waikabubak<br />

388 Kefamenanu, Soe<br />

389 Atambua<br />

Kalimantan Barat<br />

561 Pontianak, Mempawah<br />

562 Sambas, Singkawang, Bengkayang<br />

563 Ngabang<br />

564 Sanggau<br />

565 Sintang<br />

567 Putussibau<br />

568 Nangapinoh<br />

Kalimantan Tengah<br />

513 Kualakapuas, Pulangpisau<br />

519 Muarateweh<br />

522 Ampah<br />

525 Buntok<br />

526 Tamianglayang<br />

528 Purukcahu<br />

531 Sampit<br />

532 Pangkalan Bun, Kumai<br />

534 Kendawangan<br />

536 Palangkaraya, Kasongan<br />

537 Kualakurun<br />

538 Kualapembuang<br />

539 Kualakuayan<br />

Kalimantan Selatan<br />

511 Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura, Marabahan<br />

512 Pelaihari<br />

517 Kandangan, Barabai, Rantau, Negara<br />

518 Kotabaru, Batulicin<br />

526 Tanjung<br />

527 Amuntai<br />

Kalimantan Timur<br />

541 Samarinda, Tenggarong<br />

542 Balikpapan<br />

543 Tanahgrogot<br />

545 Melak<br />

548 Bontang<br />

549 Sangatta<br />

551 Tarakan<br />

552 Tanjungselor<br />

553 Malinau<br />

554 Tanjungredeb


556 Nunukan<br />

Sulawesi Utara<br />

430 Amurang<br />

431 Manado, Tomohon, Tondano<br />

432 Tahuna<br />

434 Kotamobagu<br />

438 Bitung<br />

Gorontalo<br />

435 Gorontalo, Limboto<br />

443 Marisa<br />

Sulawesi Tengah<br />

450 Parigi<br />

451 Palu<br />

452 Poso<br />

453 Tolitoli<br />

457 Donggala<br />

458 Tentena<br />

461 Luwuk<br />

462 Banggai<br />

463 Bunta<br />

464 Ampana<br />

465 Kolonedale<br />

Sulawesi Barat<br />

422 Majene<br />

426 Mamuju<br />

428 Polewali<br />

Sulawesi Selatan<br />

411 Makassar, Maros, Sungguminasa<br />

413 Bulukumba<br />

414 Bantaeng (Selayar)<br />

417 Malino<br />

418 Takalar<br />

419 Janeponto<br />

420 Enrekang<br />

421 Parepare, Pinrang<br />

422 Manene<br />

423 Makale, Rantepao<br />

427 Barru<br />

428 Wonomulyo<br />

471 Palopo<br />

473 Masamba<br />

481 Watampone<br />

482 Sinjai<br />

484 Watansoppeng<br />

485 Sengkang


Sulawesi Tenggara<br />

401 Kendari<br />

402 Baubau<br />

403 Raha<br />

404 Wanci<br />

405 Kolaka<br />

408 Unaaha<br />

Maluku dan Maluku Utara<br />

910 Bandaneira<br />

911 Ambon<br />

913 Namlea<br />

914 Masohi<br />

915 Bula<br />

916 Tual<br />

917 Dobo<br />

918 Saumlaku<br />

921 Soasiu<br />

922 Jailolo<br />

923 Morotai<br />

924 Tobelo<br />

927 Labuha<br />

929 Sanana<br />

931 Saparua<br />

Papua dan Irian Jaya Barat<br />

901 Timika, freeport, Tembagapura<br />

902 Agats (Asmat)<br />

951 Sorong<br />

952 Teminabuan<br />

955 Bintuni<br />

956 Fakfak<br />

957 Kaimana<br />

966 Sarmi<br />

967 Jayapura, Abepura<br />

969 Wamena<br />

971 Merauke<br />

975 Tanahmerah<br />

980 Ransiki<br />

981 Biak<br />

983 Serui<br />

984 Nabire<br />

986 Manokwari


Kode Negara (Conutry Code) adalah kode yang menunjukan lokasi geographis negara tempat seorang pelanggan<br />

telepon berada. Kode ini digunakan apabila seorang ingin menelepon pelanggan telepon lain yang terdapat pada<br />

Negara yang berbeda. Secara teknis, dalam sebuah proses pembangunan hubungan, kode negara ini akan<br />

digunakan untuk keperluan routing dan charging.<br />

Beberapa contoh pemakaian kode negara adalah sebagai berikut :<br />

1.Misalnya seorang pelanggan telepon di Jakarta (Indonesia) akan menelepon pelanggan telepon fixed line yang<br />

berada di kota Kuala Lumpur di Itali yang memiliki nomor telepon 456789. Maka yang harus didial oleh pelanggan<br />

telepon pemanggil yang berada di Jakarta adalah :<br />

Kode Akses International + Kode Negara Malaysia + Kode Area Kota Kuala Lumpur + nomor telepon pelanggan.<br />

007 atau 001 atau 008 + 60 + 3 + 456789<br />

2.Seorang pelanggan telepon di Jakarta (Indonesia) akan menelepon seorang pelanggan seluller Celcom di<br />

Malaysia dengan nomor 019123456. Maka yang harus didial pelanggan pemanggil yang berada di Jakarta adalah :<br />

Kode Akses International + Kode Negara Malaysia + Nomor Telepon Seluller Pelanggan.<br />

007 atau 001 atau 008 + 60 + 19123456<br />

prefix (digit nol (0) di nomor telepon seluller-nya tidak perlu didial lagi.<br />

Untuk kedua contoh di atas, Kode Akses International dapat diganti dengan karakter “+” (tanda tambah). Jadi,<br />

untuk contoh nomor 2, nomor yang didial dapat diganti dengan : +6019123456.<br />

Table di bawah ini menunjukan list beberapa negara dan kode negara-nya.<br />

Country Code<br />

Afghanistan 93<br />

Albania 355<br />

Algeria 213<br />

American Samoa 684<br />

Andorra 376<br />

Angola 244<br />

Anguilla 264<br />

Antigua 268<br />

Argentina 54<br />

Armenia 374<br />

Aruba 297<br />

Ascension 247<br />

Australia 61<br />

Australian External Territories 672<br />

Austria 43<br />

Azerbaijan 994<br />

Bahamas 242<br />

Bahrain 973<br />

Bangladesh 880<br />

Barbados 246


Barbuda 268<br />

Belarus 375<br />

Belgium 32<br />

Belize 501<br />

Benin 229<br />

Bermuda 441<br />

Bhutan 975<br />

Bolivia 591<br />

Bosnia & Herzegovina 387<br />

Botswana 267<br />

Brazil 55<br />

British Virgin Islands 284<br />

Brunei Darussalam 673<br />

Bulgaria 359<br />

Burkina Faso 226<br />

Burundi 257<br />

Cambodia 855<br />

Cameroon 237<br />

Canada 1<br />

Cape Verde Islands 238<br />

Cayman Islands 345<br />

Central African Republic 236<br />

Chad 235<br />

Chatham Island (New Zealand) 64<br />

Chile 56<br />

China (PRC) 86<br />

Christmas Island 61<br />

Cocos-Keeling Islands 61<br />

Colombia 57<br />

Comoros 269<br />

Congo 242<br />

Congo, Dem. Rep. of (Zaire) 243<br />

Cook Islands 682<br />

Costa Rica 506<br />

Côte d'Ivoire (Ivory Coast) 225<br />

Croatia 385<br />

Cuba 53<br />

Cuba (Guantanamo Bay) 5399<br />

Curaçao 599<br />

Cyprus 357<br />

Czech Republic 420<br />

Denmark 45<br />

Diego Garcia 246<br />

Djibouti 253


Dominica 767<br />

Dominican Republic 809<br />

East Timor 670<br />

Easter Island 56<br />

Ecuador 593<br />

Egypt 20<br />

El Salvador 503<br />

Equatorial Guinea 240<br />

Eritrea 291<br />

Estonia 372<br />

Ethiopia 251<br />

Falkland Islands (Malvinas) 500<br />

Faroe Islands 298<br />

Fiji Islands 679<br />

Finland 358<br />

France 33<br />

French Antilles 596<br />

French Guiana 594<br />

French Polynesia 689<br />

Gabonese Republic 241<br />

Gambia 220<br />

Georgia 995<br />

Germany 49<br />

Ghana 233<br />

Gibraltar 350<br />

Greece 30<br />

Greenland 299<br />

Grenada 473<br />

Guadeloupe 590<br />

Guam 671<br />

Guantanamo Bay 5399<br />

Guatemala 502<br />

Guinea-Bissau 245<br />

Guinea 224<br />

Guyana 592<br />

Haiti 509<br />

Honduras 504<br />

Hong Kong 852<br />

Hungary 36<br />

Iceland 354<br />

India 91<br />

Indonesia 62<br />

Iran 98<br />

Iraq 964


Ireland 353<br />

Israel 972<br />

Italy 39<br />

Jamaica 876<br />

Japan 81<br />

Jordan 962<br />

Kazakhstan 7<br />

Kenya 254<br />

Kiribati 686<br />

Korea (North) 850<br />

Korea (South) 82<br />

Kuwait 965<br />

Kyrgyz Republic 996<br />

Laos 856<br />

Latvia 371<br />

Lebanon 961<br />

Lesotho 266<br />

Liberia 231<br />

Libya 218<br />

Liechtenstein 423<br />

Lithuania 370<br />

Luxembourg 352<br />

Macao 853<br />

Macedonia (Former Yugoslav Rep of.) 389<br />

Madagascar 261<br />

Malawi 265<br />

Malaysia 60<br />

Maldives 960<br />

Mali Republic 223<br />

Malta 356<br />

Marshall Islands 692<br />

Martinique 596<br />

Mauritania 222<br />

Mauritius 230<br />

Mayotte Island 262<br />

Mexico 52<br />

Micronesia, (Federal States of) 691<br />

Midway Island 808<br />

Moldova 373<br />

Monaco 377<br />

Mongolia 976<br />

Montenegro 382<br />

Montserrat 664<br />

Morocco 212


Mozambique 258<br />

Myanmar 95<br />

Namibia 264<br />

Nauru 674<br />

Nepal 977<br />

Netherlands 31<br />

Netherlands Antilles 599<br />

Nevis 869<br />

New Caledonia 687<br />

New Zealand 64<br />

Nicaragua 505<br />

Niger 227<br />

Nigeria 234<br />

Niue 683<br />

Norfolk Island 672<br />

Northern Marianas Islands 670<br />

Norway 47<br />

Oman 968<br />

Pakistan 92<br />

Palau 680<br />

Palestine 970<br />

Panama 507<br />

Papua New Guinea 675<br />

Paraguay 595<br />

Peru 51<br />

Philippines 63<br />

Poland 48<br />

Portugal 351<br />

Puerto Rico 787<br />

Qatar 974<br />

Réunion Island 262<br />

Romania 40<br />

Russia 7<br />

Rwandese Republic 250<br />

St. Helena 290<br />

St. Kitts/Nevis 869<br />

St. Lucia 758<br />

St. Pierre & Miquelon 508<br />

St. Vincent & Grenadines 784<br />

Samoa 685<br />

San Marino 378<br />

São Tomé and Principe 239<br />

Saudi Arabia 966<br />

Senegal 221


Serbia 381<br />

Seychelles Republic 248<br />

Sierra Leone 232<br />

Singapore 65<br />

Slovak Republic 421<br />

Slovenia 386<br />

Solomon Islands 677<br />

Somali Democratic Republic 252<br />

South Africa 27<br />

Spain 34<br />

Sri Lanka 94<br />

Sudan 249<br />

Suriname 597<br />

Swaziland 268<br />

Sweden 46<br />

Switzerland 41<br />

Syria 963<br />

Taiwan 886<br />

Tajikistan 992<br />

Tanzania 255<br />

Thailand 66<br />

Timor Leste 670<br />

Togolese Republic 228<br />

Tokelau 690<br />

Tonga Islands 676<br />

Trinidad & Tobago 868<br />

Tunisia 216<br />

Turkey 90<br />

Turkmenistan 993<br />

Turks and Caicos Islands 649<br />

Tuvalu 688<br />

Uganda 256<br />

Ukraine 380<br />

United Arab Emirates 971<br />

United Kingdom 44<br />

United States of America 1<br />

US Virgin Islands 340<br />

Uruguay 598<br />

Uzbekistan 998<br />

Vanuatu 678<br />

Vatican City 39<br />

Venezuela 58<br />

Vietnam 84<br />

Wake Island 808


Wallis and Futuna Islands 681<br />

Yemen 967<br />

Zambia 260<br />

Zanzibar 255<br />

Zimbabwe 263<br />

M<br />

Back to Kamus<br />

Mobile Network Code (MNC) adalah 2 digit identifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah mobile<br />

network atau PLMN. Kombinasi antara MCC dan MNC akan selalu menghasilkan sebuah code yang unik di seluruh<br />

dunia. 2 digit MNC ini juga digunakan di penormarn IMSI.<br />

Country Operator MCC MNC<br />

Albania Albanian Mobile Comms 276 01<br />

Algeria Algerian Mobile Network 603 01<br />

Andorra S.T.A. MobilAnd 213 03<br />

Armenia ArmenTel 283 01<br />

Australia Telstra Mobile Comms 505 01<br />

Australia Cable + Wireless Optus 505 02<br />

Australia Vodafone 505 03<br />

Austria MobilKom Austria A1 232 01<br />

Austria max.mobil.Telekoms Service 232 03<br />

Austria Connect Austria One 232 05<br />

Azerbaijan Azercell Telekom B.M. 400 01<br />

Azerbaijan J.V.Bakcell GSM 2000 400 02<br />

Bahrain Batelco 426 01<br />

Bangladesh Grameen Phone 470 01<br />

Bangladesh Sheba Telecom 470 19<br />

Belgium Belgacom Mobile Proximus 206 01<br />

Belgium Mobistar 206 10<br />

Bosnia Herzegovina Cronet 218 01<br />

Bosnia Herzegovina PTT Bosnia 218 19<br />

Bosnia Herzegovina PE PTT BIH 218 90<br />

Botswana Mascom Wireless 652 01<br />

Brunei Darussalam Jabatan Telekom 528 01<br />

Brunei Darussalam DST Communications 528 11<br />

Bulgaria MobilTel AD 284 01<br />

Cambodia CamGSM 456 01<br />

Cambodia Cambodia Samart Comms 456 02<br />

Cameroon PTT Cameroon Cellnet 624 01<br />

Canada Microcell Connexions Inc 302 37<br />

Cape Verde Cabo Verde Telecom 625 01<br />

Chile Entel Telefonia Movil 730 01


Chile Entel PCS Telecom. 730 10<br />

China China Telecom GSM 460 00<br />

China China Unicom GSM 460 01<br />

China Liaoning PPTA 460 02<br />

Cote d'Ivoire Comstar Cellular Network 612 01<br />

Cote d'Ivoire Telecel 612 02<br />

Cote d'Ivoire S.I.M Ivoiris 612 03<br />

Cote d'Ivoire Loteny Telecom Telecel 612 05<br />

Croatia Croatian Telecoms Cronet 219 01<br />

Cyprus Cyprus Telecoms Authority 280 01<br />

Czech Republic RadioMobil 230 01<br />

Czech Republic EuroTel Praha 230 02<br />

Czech Republic SPT Telecom 230 03<br />

Denmark Tele-Danmark Mobil 238 01<br />

Denmark Sonofon 238 02<br />

Denmark Telia Denmark 238 20<br />

Denmark Mobilix 238 30<br />

Egypt MobiNil 602 01<br />

Egypt Misrfone Telecom. Click 602 02<br />

Estonia Estonian Mobile Telephone 248 01<br />

Estonia Radiolinja Eesti 248 02<br />

Estonia Q GSM 248 03<br />

Ethiopia Ethiopian Telecoms Auth. 636 01<br />

Fiji Vodafone Fiji 542 01<br />

Finland Telia Finland 244 03<br />

Finland Radiolinja 244 05<br />

Finland Alands Mobiltelefon 244 05<br />

Finland Finnet Group 244 09<br />

Finland Sonera Corporation 244 91<br />

France France Telecom Itineris 208 01<br />

France SFR 208 10<br />

France Bouygues Telecom 208 20<br />

French Polynesia Tikiphone 547 20<br />

French West Indies France Caraibe Ameris 340 01<br />

Georgia Geocell Limited 282 01<br />

Georgia Magti GSM 282 02<br />

Germany D1 DeTe Mobil 262 01<br />

Germany D2 Mannesmann Mobilfunk 262 02<br />

Germany E-Plus Mobilfunk 262 03<br />

Germany Viag Interkom 262 07<br />

Ghana ScanCom 620 01<br />

Gibraltar Gibraltar Telecoms Gibtel 266 01<br />

Greece Cosmote 202 01<br />

Greece Panafon 202 05


Greece Telestet 202 10<br />

Greenland Tele Greenland 290 01<br />

Guinea Sotelgui Lagui 611 02<br />

Hong Kong Hong Kong Telecom CSL 454 00<br />

Hong Kong Hutchison Telecom 454 04<br />

Hong Kong SmarTone Mobile Comms 454 06<br />

Hong Kong New World PCS 454 10<br />

Hong Kong Peoples Telephone 454 12<br />

Hong Kong Mandarin Com. Sunday 454 16<br />

Hong Kong Pacific Link 454 18<br />

Hong Kong P Plus Comm 454 22<br />

Hungary Pannon GSM 216 01<br />

Hungary Westel 900 GSM Mobile 216 30<br />

Iceland Iceland Telecom Siminn 274 01<br />

Iceland TAL hf 274 02<br />

India TATA Cellular 404 07<br />

India Bharti Cellular Telecom Airtel 404 10<br />

India Sterling Cellular Essar 404 11<br />

India Escotel Mobile Comms 404 12<br />

India Modi Telstra Modicom 404 14<br />

India Aircel Digilink Essar Cellph. 404 15<br />

India Hutchison Max Touch 404 20<br />

India BPL Mobile 404 21<br />

India BPL USWest Cellular 404 27<br />

India Usha Martin Tel. Command 404 30<br />

India Mobilenet 404 31<br />

India SkyCell Communications 404 40<br />

India RPG MAA 404 41<br />

India Srinivas Cellcom 404 42<br />

Indonesia PT. Satelindo 510 01<br />

Indonesia Telkomsel 510 10<br />

Indonesia PT. Excelcomindo Excelcom 510 11<br />

Iran TCI 432 11<br />

Iraq Iraq Telecom 418 01<br />

Ireland Eircell 272 01<br />

Ireland Esat Digifone 272 02<br />

Ireland Meteor 272 03<br />

Israel Partner Communications 425 01<br />

Italy Telecom Italia Mobile TIM 222 01<br />

Italy Omnitel Pronto 222 10<br />

Italy Wind Telecomunicazioni 222 88<br />

Jordan J.M.T.S Fastlink 416 01<br />

Kuwait Mobile Telecoms MTCNet 419 02<br />

Kyrgyz Republic Bitel 437 01


Lao Lao Shinawatra Telecom 457 01<br />

Latvia Latvian Mobile Tel. 247 01<br />

Latvia BALTCOM GSM 247 02<br />

Lebanon FTML Cellis 415 01<br />

Lebanon LibanCell 415 03<br />

Lesotho Vodacom 651 01<br />

Liberia Omega Communications 618 01<br />

Lithuania Omnitel 246 01<br />

Lithuania UAB Bite GSM 246 02<br />

Luxembourg P+T LUXGSM 270 01<br />

Luxembourg Millicom Tango GSM 270 77<br />

Macau C.T.M. TELEMOVEL+ 455 01<br />

Macedonia Macedonian Tel. MobiMak 294 01<br />

Madagascar Madacom 646 01<br />

Madagascar SMM Antaris 646 02<br />

Madagascar Sacel 646 03<br />

Malawi Telekom Network Callpoint 650 01<br />

Malaysia My BSB 502 02<br />

Malaysia Binariang 502 03<br />

Malaysia Binariang Comms. Maxis 502 12<br />

Malaysia Telekom Cellular TM Touch 502 13<br />

Malaysia DiGi Telecommunications 502 16<br />

Malaysia Time Wireless Adam 502 17<br />

Malaysia Celcom 502 19<br />

Malta Vodafone 278 01<br />

Mauritius Cellplus Mobile Comms 617 01<br />

Moldova Voxtel 259 01<br />

Morocco Itissalat Al-Maghrib IAM 604 01<br />

Mozambique Telecom de Mocambique 634 01<br />

Namibia MTC 649 01<br />

Netherlands Libertel 204 04<br />

Netherlands KPN Telecom 204 08<br />

Netherlands Telfort 204 12<br />

Netherlands Ben 204 16<br />

Netherlands Dutchtone 204 20<br />

New Caledonia OPT Mobilis 546 01<br />

New Zealand Vodafone 530 01<br />

New Zealand Telecom NZ 530 03<br />

New Zealand Telstra 530 04<br />

Norway Telenor Mobil 242 01<br />

Norway NetCom GSM 242 02<br />

Oman General Telecoms 422 02<br />

Pakistan Mobilink 410 01<br />

Papua New Guinea Pacific Mobile Comms 310 01


Philippines Isla Comms 515 01<br />

Philippines Globe Telecom 515 02<br />

Philippines Smart Communications 515 03<br />

Poland Polkomtel PLUS GSM 260 01<br />

Poland ERA GSM 260 02<br />

Poland IDEA Centertel 260 03<br />

Portugal Telecel Communicacoes 268 01<br />

Portugal Optimus Telecom. 268 03<br />

Portugal Telecom Moveis Nac. TMN 268 06<br />

Qatar Q-Tel QATARNET 427 01<br />

Reunion Societe Reunionnaise SRR 647 10<br />

Romania MobiFon CONNEX GSM 226 01<br />

Romania Mobil Rom DIALOG 226 10<br />

Russia MTS Moscow 250 01<br />

Russia North-West GSM 250 02<br />

Russia Siberian Cellular 250 05<br />

Russia Zao Smarts 250 07<br />

Russia Don Telecom 250 10<br />

Russia New Telephone Company 250 12<br />

Russia Far-Eastern Cellular 250 12<br />

Russia Kuban GSM 250 13<br />

Russia Uratel 250 39<br />

Russia North Caucasian GSM 250 44<br />

Russia KB Impuls BeeLine 250 99<br />

Rwanda Rwandacell 635 10<br />

Saudi Arabia Ministry of PTT Al Jawal 420 01<br />

Saudi Arabia Electronics App' Est. EAE 420 07<br />

Senegal Sonatel ALIZE 608 01<br />

Seychelles Seychelles Cellular Services 633 01<br />

Seychelles Telecom AIRTEL 633 10<br />

Singapore Singapore Tel. GSM 900 525 01<br />

Singapore Singapore Tel. GSM 1800 525 02<br />

Singapore MobileOne Asia 525 03<br />

Slovak Republic Globtel GSM 231 01<br />

Slovak Republic EuroTel GSM 231 02<br />

Slovenia Si.mobil 293 40<br />

Slovenia Mobitel 293 41<br />

South Africa Vodacom 655 01<br />

South Africa MTN 655 10<br />

Spain Airtel Movil 214 01<br />

Spain Retevision Movil Amena 214 03<br />

Spain Telefonica Moviles Movistar 214 07<br />

Sri Lanka MTN Networks Dialog GSM 413 02<br />

Sudan Mobile Telephone Company 634 01


Sweden Telia Mobitel 240 01<br />

Sweden Comviq GSM 240 07<br />

Sweden Europolitan 240 08<br />

Switzerland Swisscom NATEL 228 01<br />

Switzerland diAx Mobile 228 02<br />

Switzerland Orange 228 03<br />

Syria Syrian Telecom Est. MOBILE 417 09<br />

Taiwan Far EasTone Telecoms 466 01<br />

Taiwan TUNTEX Telecom 466 06<br />

Taiwan KG Telecom 466 88<br />

Taiwan Chunghwa Telecom 466 92<br />

Taiwan Mobitai Communications 466 93<br />

Taiwan Pacific Cellular TWNGSM 466 97<br />

Taiwan TransAsia Telecoms 466 99<br />

Tanzania Tritel 640 01<br />

Thailand Advanced Info Service AIS 520 01<br />

Thailand WCS IQ 520 10<br />

Thailand Total Access Worldphone 520 18<br />

Thailand Digital Phone HELLO 520 23<br />

Togo Togo Telecom TOGO CELL 615 01<br />

Tunisia Tunisie Telecom Tunicell 605 02<br />

Turkey Turk Telekom Turkcell 286 01<br />

Turkey TELSIM Mobil Telekom. 286 02<br />

U.S.A. APC Sprint Spectrum 310 02<br />

U.S.A. Wireless 2000 Telephone 310 11<br />

U.S.A. BellSouth Mobility DCS 310 15<br />

U.S.A. Omnipoint Communications 310 16<br />

U.S.A. Pacific Bell Wireless 310 17<br />

U.S.A. Western Wireless Voicestream 310 26<br />

U.S.A. Powertel 310 27<br />

U.S.A. Aerial Communications 310 31<br />

U.S.A. Iowa Wireless Services 310 77<br />

Uganda Celtel Cellular 641 01<br />

Uganda MTN Uganda 641 10<br />

Ukraine Ukrainian Mobile Comms 255 01<br />

Ukraine Ukrainian Radio Systems 255 02<br />

Ukraine Kyivstar GSM 255 03<br />

Ukraine Golden Telecom 255 05<br />

United Arab Emirates UAE ETISALAT-G1 424 01<br />

United Arab Emirates UAE ETISALAT-G2 424 02<br />

United Kingdom Cellnet 234 10<br />

United Kingdom Vodafone 234 15<br />

United Kingdom One 2 One 234 30<br />

United Kingdom Orange 234 33


United Kingdom Jersey Telecom GSM 234 50<br />

United Kingdom Guernsey Telecoms GSM 234 55<br />

United Kingdom Manx Telecom Pronto GSM 234 58<br />

Uzbekistan Buztel 434 01<br />

Uzbekistan Daewoo Unitel 434 04<br />

Uzbekistan Coscom 434 05<br />

Venezuela Infonet 734 01<br />

Vietnam MTSC 452 01<br />

Vietnam DGPT 452 02<br />

Yugoslavia MOBTEL 220 01<br />

Yugoslavia ProMonte GSM 220 02<br />

Zambia Zamcell 645 01<br />

Zimbabwe NET*ONE 648 01<br />

Zimbabwe Telecel 648 03<br />

Mobile Country Code (MCC) adalah identifikasi suatu negara dengan menggunakan 3 digit . 3 digit MCC ini<br />

merupakan bagian dari format penomoran IMSI, dimana secara total IMSI terdiri dari 15 digit. Table di bawah ini<br />

menunujkan MCC untuk beberapa negara.


Macrocell adalah jenis cell yang ukurannya coverage-nya cukup lebar, dapat mecapai 3 sampai dengan 35 km.<br />

Macrocell biasanya digunakan di daerah rural, dimana kepadatan user rendah (tidak terlalu tinggi) dan tersebar di<br />

daerah yang luas. Karena itu, macrocell memiliki daya pancar sinyalnya tinggi karena harus mencover daerah yang<br />

luas, dan kapasitas channel yang rendah karena kepadatan usernya juga rendah.<br />

Microcell adalah sell yang wilayah coveragenya lebih kecil daripada macrocell. Microcell biasanya digunakan di<br />

daerah dengan kepadatan user yang tinggi seperti wilayah pasar dan perumahan padat. Agar suatu daerah dengan<br />

populasi user yang padat yang agak luas dapat dilayni dengan baik, maka daerah tersebut tidak dapat hanya<br />

dilayani dengan macrocell yang coveragenya luas saja. Tapi harus dibagi-bagi menjadi beberapa daerah coverage<br />

yang lebih kecil ang disebut microcell. Dengan pembagian ini, maka kapasitas channel dapat ditingkatkan sehingga<br />

user yang banyak itu dapat dilayni dengan baik. Ciri lain microcell ialah daya tarnsmisinya tidak terlalu besar,<br />

karena wilayah coveragenya juga tidak terlalu jauh, hanya sekitar 1 km.


P<br />

Back to Kamus<br />

PDC (Pacific Digital Cellular) adalah sebuah system seluler digital yang dikembangkan di Jepang. PDC mulai<br />

dikembangkan pada ahun 1991. PDC juga dikenal dengan nama Japanese Digital Cellular (JDC). PDC hampir mirip<br />

dengan standar IS-54 (AMPS) yang menggunakan modulasi 4-ary untuk kanal suara dan kanal signaling-nya<br />

(digitalisasi kanal suara dan kanal signaling), sehingga akan telihat seperti IS-136 (AMPS dengan digital kanal suara<br />

dan kanal signaling).<br />

Pada PDC digunakan FDD (Frequency Division Duplexing) dan TDMA untuk menghasilkan 3 time slot untuk 3 user<br />

dalam sebuah frame dengan durasi 20 mili second pada sebuah kanal radio 25 kHz. Di Jepang, PDC mendapat<br />

alokasi frekwensi 80 MHz. Low Band-nya menggunakan 130 MHz, dimana 940 MHz – 956 MHz digunakan untuk<br />

forward band dan 810 MHz – 826 MHz digunakan untuk reverse band. Sedangkan High Band-nya menggunakan 48<br />

MHz, dimana 1477 MHz – 1501 MHz digunakan untuk forward dan 1429 MHz – 1453 MHz digunakan untuk<br />

reverse. Secara umum spesifikasi PDC dapat dilihat pada tabel di bawah ini :<br />

Parameter Spesifikasi<br />

Multiple Akses TDMA<br />

Duplexing FDD<br />

Modulasi /4 DQPSK<br />

Spasi kanal 25 kHz<br />

Durasi Frame 20 mili detik<br />

User per Frame 3 user<br />

Channel data rate 42 kbps


Up Link (Low Band) 940 MHz – 956 MHz<br />

Down Link (Low Band) 810 MHz – 826 MHz<br />

Up Link (High Band) 1477 MHz – 1502 MHz<br />

Down Link (High Band) 1429 MHz – 1453 MHz<br />

PHS (Personal Handyphone System) adalah sebuah cordless telepon yang dikembangkan oleh Research and<br />

Development Center fro Radio System di Jepang. PHS menggunakan TDMA dan FDD untuk menghasilkan 4 kanal<br />

data dupleks dalam sebuah kanal radio. PHS menggunakan modulasi /4 DQPSK dengan kecepatan kanal 384 kbps<br />

pada uplink dan down link-nya. Setiap TDMA frame-nya berdurasi 5 ms dan menggunakan ADPCM 32 kbps yang<br />

dikombinasikan dengan penggunaan CRC untuk pendeteksian kesalahannya.<br />

PHS dapat mensupport 77 kanal radio dengan lebar masing-masing 300 kHz pada spectrum 1895 MHz – 1918,1<br />

MHz. Distribusi ke 77 kanal tersebut adalah sebagai berikut :<br />

- 40 kanal pada 1906,1 MHz – 1918,1 MHZ didesign untuk keperluan umum.<br />

- 37 kanal sisanya pada 1895 MHz – 1906,1 MHz digunakan untuk penggunaan rumah dan kantor – kantor.<br />

PHS menggunakan dynamic channel assignment, sehingga bas station adapat mengalokasikan kanal berdasarkan<br />

kekuatan sinyal pada kedua sisi base station dan handset user. PHS menggunakan kanal kontrol yang dedicated,<br />

sehingga semua subscriber akan mengunci sampai mereka idle kembali. Proses handover pada PHS hanya dapat<br />

dilayani bila subscriber bergerak dengan kecepatan yang lambat (setara kecepatan berjalan kaki).<br />

Pust To Talk (PTT) ada fasilitas yang mirip dengan walky talky yang diimplementasikan dalam jaringan seluler.<br />

Seperti halnya walky talky, PTT juga merupakan komunikasi half duplex, walupun sebenarnya jaringan seluler yang<br />

ada mensuport komunikasi full duplex. Jadi pada saat yang bersamaan seorang user tidak dapat berbicara dan<br />

mendengar (mengirimd an menerima informasi) percakapan yang terjadi. Pada PTT, sinyal suara percakapan user<br />

dikirimkan sebagai data melalui jaringan GPRS (IP).<br />

Beberapa keuntungan dari Push To Talk bagi pelanggan anatara lain :<br />

- Pelanggan dapat melakukan komunikasi (mengirimkan pesan berupa suara) dengan beberapa orang yang<br />

tergabung dalam group-nya dimanapun user lainnya berada, asalkan dia masih berada dalam coverage<br />

provider. Jadi coverage/jangkauannya sangat luas, sama luasnya dengan luas coverage provider<br />

telekomunikasi yang bersangkutan. Berbeda dengan walky talky tradisonal yang jangkauan komunikasinya<br />

sangat terbatas (hanya bbrp km saja).<br />

- 1 handsetd apat digunakan untuk percakapan seluler biasa dan Pust To Talk.<br />

- tarifnya lebih murah daripada percakapan biasa.<br />

- Anggota group dapat dikurangi dan ditambah.<br />

Di balik kelebihan-kelebian di atas Push To Talk memeiliki beberapa kerugian disbanding dengan komuinkasi suara<br />

biasa, yaitu :


- Biasanya PTT hanya berlaku untuk pelanggan yang menggunakan jasa provider (operator) telekomunikasi yang<br />

sama saja. Jadi dalam satu group yang sama tidak boleh ada pelanggan Telkomsel, Indosat, ataupun yang<br />

lainnya. Jadi penggunaannya terbatas dalam satu operator saja.<br />

- Menggunakan jaringan berbasis IP (GPRS), yang biasanya Quality of Service (QoS)-nya tidak sebagus<br />

percakapan GSM biasa.<br />

- Komunikasinya half duplex.<br />

Berikut ini adalah kejadian-kejadian penting sekitar perkembangan PTT di dunia.<br />

- 28 Feb 2003 : Pada kongres 3GSM di Cannes, Nokia, Ericsson dan Siemens mengumumkan bahwa masingmasing<br />

operator ini menerapkan kemampuan standard walky talky yang bisa ditambahkan ke dalam produk<br />

GSM mereka.<br />

- 24 Juni 2003 : Nextel Communications (operator telekomunikasi di Amerika) memperkenalkan layanan walky<br />

talky dengan nama “Push To talk” pada jaringannya.<br />

- Juli 2003 : Nextel menuntut Verizon karena menggunakan merek dagang yang sama untuk layanan PTT-nya.<br />

- 2003 : Nokia mengeluarkan hanset GSM pertama yang dilengkapi dengan fasilitas Push To Talk, yaitu Nokia<br />

5140.<br />

- Februari 2004 : Sony Ericsson mengembangkan layanan yang mirip dengan Push to Talk pada productnya, SMS<br />

verbal atau SMS suara. Pada tahun ini, Motorola juga memperkenalkan produk barunya yang dilengkapi<br />

dengan fasilitas Push To Talk untuk pasar Amerika.<br />

Prepaid Service atau service pra-bayar adalah salah satu service IN (Intelligent Network) yang memungkinkan<br />

dilakukannya online charging terhadapa semua aktivitas pelanggan (voice call, SMS, transaksi data) oleh IN. Dalam<br />

hal ini, pelanggan pra-bayar harus mengisi pulsa dahulu sebelum dapat melakukan aktivitas call. Dengan modal<br />

pulsa inilah pelanggan baru dapat melakukan call. Karena proses charging terhadap setiap aktivitas call pelanggan<br />

akan dilakukan secara online, maka hal ini akan mengakibatkan pulsa pelanggan berkurang secara otomatis sesuai<br />

dengan call yang dilakukannya dan online charging ini juga akan menghidari terjadinya pulsa negatif pada sisi<br />

pelanggan karena ketika sistem IN mendeteksi bahwa pulsa pelanggan berkurang dan tidak mencukupi untuk<br />

melanjutkan percakapan, maka IN akan memmerintahkan MSC untuk memutuskan hubungan.<br />

Gambar di bawah ini menunjukan blok diagram umum sebuah pembetukan hubungan oleh pelanggan pre-paid.<br />

1. Pelanggan A (pelanggan pre-paid) men-dial nomor pelanggan B (bisa pre-paid bisa post-paid).<br />

2. Sebelum menyambungkan permintaan percakapan pelanggan A ke pelanggan B, MSC/SSP akan menghubungi<br />

IN dan menanyakan status pelanggan A. Informasi dari IN yang diperlukan oleh MSC antara lain : status pulsa


(apakah cukup untuk melakukan hubungan yang diminta pelanggan A), status pelanggan A (apakah pelanggan<br />

A dalam kondisi diblok atau tidak).<br />

3. Jika MSC/SSP mendapatkan informasi dari IN bahwa pulsa pelanggan A cukup untuk melakukan hubungan<br />

yang diminta dan juga status pelanggan A tidak dalam kondisi diblok, maka MSC/SSP akan mencari pelanggan<br />

B and berusaha menyambungkan pelanggan A dan pelanggan B.<br />

4. Jika pelanggan B dalam kondisi idle (aktif dan tidak sibuk) maka pelanggan A dan pelanggan B akan<br />

terhubungkan.<br />

5. Selama pelanggan A dan pelanggan B melakukan percakapan, MSC/SSP dan IN akan terus berkomunikasi. IN<br />

akan terus menlakukan online charging terhadap pelanggan A (melakukan pengurangan pulsa pelanggan A<br />

sesuai dengan percakapan yang dilakukannya). Dan informasi tentang jumlah pulsa pelanggan A ini akan terus<br />

diinformasikan ke MSC/SSP. Bila pada suatu saat pulsa pelanggan A berkurang sampai dengan jumlah yang<br />

tidak mencukupi untuk meneruskan percakapan, maka IN akan memerintahkan MSC/SSP untuk memutuskan<br />

hubungan antara pelanggan A dan pelanggan B.<br />

6. MSC memutuskan hubungan percakapan antara pelanggan A dan pelanggan B.<br />

Bila pelanggan A BUKAN pelanggan PRE-PAID, tapi pelanggan POST-PAID (pasca bayar), maka dalamproces<br />

pembentukan hubungan antara pelanggan A dan pelanggan B, langkah yang dilakukan adalah langkap 1, 3, 4, dan 6.<br />

Dalam hal ini, MSC tidak akan melakukan komunikasi dengan IN. Dan proces pemutusan hubungan hanya<br />

ditentukan oleh kedua pelanggan (pelanggan A atau B yang memutuskan hubungan) atau kondisi jaringan (ada<br />

drop call atau tidak).<br />

PSTN (Public Switched telephone Network) atau sering juga disebut Wireline telephone system jaringantelepon<br />

yang menggunakan kabel sebagai media trasmisi yang menghubungkan terminal pelanggan dengan system<br />

jaringan telepon. System telepon wireline berkembang pada sekitar tahun 1870-an. System ini disebut wireline<br />

karena kable digunakan sebagai media tranmisi yang menghubungkan pesawat telepon pelanggan dengan<br />

perangkat di jarinagan telepon milik operator. Gambar di bawah ini menunjukan arsitektur jaringan telepon<br />

wireline secara umum.<br />

Pelanggan<br />

Pelanggan<br />

TB<br />

TB<br />

IDF<br />

IDF<br />

RK<br />

RK<br />

MDF<br />

Exchange /<br />

Switching<br />

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pesawat telepon pelanggan di rumah-rumah dihubungkan dengan sentral<br />

telepon (switching unit) dengan menggunakan media kabel. Secara umum komponen jaringan yang digunakan<br />

dalam sebuah jaringan telepon wireline adalah :<br />

- Sentral Telepon (switching unit) : adalah perangkat yang berfungsi untuk melakukan proses pembangunan<br />

hubungan antar pelanggan. Sentral telepon juga melakukan tugas pencatatan data billing pelanggan.


- MDF (Main Distribution Frame) : adalah sebuah tempat terminasi kabel yang menghubungkan kabel saluran<br />

pelanggan dari sentral telepon dan jaringan kable yang menuju ke terminal pelanggan. Bila sebuah sentral<br />

telepon memiliki 1000 pelanggan, maka pada MDF-nya akan terdapat 1000 pasang kabel tembaga yang<br />

terpasang pada slot MDF-nya, dimana setiap pasang kabel tembaga ini akan mewakili satu nomor pelanggan.<br />

Dan 1000 pasang kabel yeng terpasang di slot MDF ini akan di-cross coneect dengan 1000 pasang kable lain<br />

yang berasal dari saluran pelanggan yang menuju ke pesawat terminal pelanggan. Jadi bila seorang pelanggan<br />

ingin agar nomor teleponnya diganti dengan nomor lain, maka proses perubahan nomor ini dapat dengan<br />

mudah dilakukan dengan merubah koneksi saluran pelanggan di MDF-nya. MDF bisanya diletakan pada satu<br />

gedung yang sama dengan sentral teleponnya (berdekatand engansentral telepon).<br />

- RK (Rumah Kabel) : juga merupakan sebuah perangkat cross connect saluran pelanggan, hanya saja ukurannya<br />

lebih kecil. Jadi dari MDF, kable saluran pelanggan akan dibagi-bagi dalam kelompok yang lebih kecil dan<br />

masing-masing kelompok kabel akan didistrubikan ke beberapa RK. Dan dari RK, kable saluran pelanggan ini<br />

akan dibagi-bagi lagi ke dalam jumlah yang lebih kecil dan terhubung ke beberapa IDF. Bentuk phisik RK adalah<br />

sebuah kotak (biasanya berwarna putih) dan banyak kita temui dipinggir-pinggir jalan.<br />

- IDF (Intermediate Distribution Frame) : juga merupakan sebuah perangkat cross connect kabel saluran<br />

pelanggan, dengan ukuran yang lebih kecil dari MDF dan RK. Secara phisik, IDF berbentuk kotak-kotak<br />

(biasanya warna hitam) yang terpasang pada tiang-tiang telepon.<br />

- TB (Terminal Box) : juga merupakan cross connect kabel saluran pelanggan yang menghubungkan antara<br />

kabel saluran pelanggan di dalam rumah dengan yang diluar rumah. Secara phisik, TB berbentuk kotak yang<br />

terpasang di rumah-rumah pelanggan.<br />

- Pesawat telepon pelanggan : perangkat yang berfungsi sebagai transceiver (pengirim dan penerima) sinyal<br />

suara. Pesawat pelanggan juga dilengkapi dengan bell dan keypad DTMF yang berfungsi untuk mendial nomor<br />

pelanggan.<br />

R<br />

Back to Kamus<br />

RingBack Tone (RBT) adalah sebuah service yang memungkinkan kita mengganti nada tunggu konvensional<br />

dengan sebuah lagu yang dipilih oleh user. Sehingga pada saat user dipanggil, maka pemanggil tidak lagi<br />

mendengarkan nada tunggu konvensional (tun…tun…tun..) melainkan mendengarkan suara lagu yang dipilih oleh<br />

user yang dipanggil.<br />

Back to Kamus


S<br />

Spektrum gelombang elektromagnetik, menurut ITU berdasarkan besar frekwensinya dapat dibagi menjadi :<br />

Extremely low frequency, very low frequency, low frequency, medium frequency, high frequency, very high<br />

frequency (VHF), ultrahigh frequency (UHF), superhigh frequency (SHF), extremely high frequency (EHF), and<br />

tremendously high frequency (THF). Gambar di bawah ini menunjukan pembagian band frekwensi-frekwensi<br />

tersebut dan penggunaannya dalam dunia telekomunikasi.<br />

Simplex ialah jenis komunikasi satu arah, dimana arah informasi hanya dari pengirim ke penerima saja dan tidak<br />

bisa sebaliknya. Contohnya paging, pada paging, pesawat penerima hanya bisa menerima pesan yang dikirim oleh<br />

stasiun pengirim dan tidak bisa menngirim balik (reply) pesan ke penerima dengan menggunakan pesawat paging<br />

tersebut. Contoh lain dari komunikasi simplex ini ialah siaran radio dan televisi.


SEL dalam terminologi komunikasi mobile adalah satuan wilayah cakupan (coverage area) terkecil dari suatu<br />

sistem komunikasi mobile. Sebuah sel dapat berbentuk lingkaran, segi empat, segi enam (hexagonal), atapun<br />

bentuk - bentuk lainnya. Gambar di bawah ini menunujkkan contoh beberapa bentuk sel.<br />

Bila berbentuk lingkaran, maka antena transceivernya ialah antena non-sektoral (tanpa pensektoran atau disebut<br />

juga pensektoran 360′) yang diletakan di pusat sel. Karena digunakan antena non-sektoral, maka bentuk propagasi<br />

sinyal yg dipancarkan akan membentuk lingkaran yang diameternya tergantung dengan kuat sinyal yang<br />

dipancarkan. Sel berbentuk lingkaran ini mempunyai beberapa kekurangan, antara lain :<br />

- Selalu ada daerah yang dicover oleh dua buah sel yang berbeda (overlap coverage) sehingga<br />

dinilai sebagai pemborosan dan dapat juga menimbulkan interferensi<br />

- Akan ada daerah yang tidak ter-cover oleh sel manapun (blank spot), sehingga user yang berada pada<br />

daerah ini tidak akan dapat melakukan komunikasi. Sebenarnya blank spot ini dapat dihilangkan dengan<br />

cara memperbesar diameter masing-masing sel yang berdekatan/bertetangga, tapi hal ini akan<br />

mengakibatkan makin besarnya daerah overlap.<br />

- Sel berbentuk lingkaran ini banyak digunaka pada era 1G (Generasi Pertama) komunikasi mobile.<br />

Karena pada saat itu jumlah user tidak terlalu banyak dan kepadatannya rendah, sehingga untuk<br />

penghematan digunakan antena yang dapat menjangkau area yang luas (penggunaan transceiver station<br />

lebih sedikit). Dari gambar di atas terlihat bahwa, untuk membentuk 4 buah sel, sel yang berbentuk<br />

lingkaran hanya membutuhkan 4 buah transceiver station, bandingkan dengan sel yang berbentuk persegi<br />

empat ataupun persegi enam.<br />

Pada saat ini banyak digunakan sel yang berbetuk segi enam (hexagonal). Sel hexagonal dinilai lebih efektif karena<br />

sebuah hexagonal dibentuk oleh 6 buah segitiga sama sisi. Sehingga jarak sisi-sisinya dan jarak jari-jari selnya akan


sama panjang, sehingga masalah blank spot dan overlap coverage dapat dihindari. Sebuah sel hexagonal dapat<br />

dibentuk dengan menggunakan 6 buah tranceiver yang menggunaka antena dengan 6 pensektoran, dimana<br />

masing-masing sektor sebesar 120′ (akan membentuk dareah pancaran sinyal sebesar 120′).<br />

SEL dalam teknologi Asyncrhonous Tranfer Mode (ATM) adalah sebutan lain untuk packet data dalam system ATM<br />

(Asyncrhonous Tranfer Mode). Dalam jaringan ATM semua jenis informasi baik suara, video, maupun data<br />

disalurkan dalam bentuk potongan-potongan informasi yang disebut sel, dimana panjang tiap sel adalah sama,<br />

yaitu 53 byte yang terbagi menjadi 48 byte informasi dan 5 byte header.<br />

Generic Flow Control (GFC) ialah bit-bit yang memungkinkan multiplexer untuk mengontol<br />

kecepatan aliran sel dalam jaringan, dimana jumlah bitnya ialah 4 bit.<br />

Virtual Path Identifier (VPI) ialah 8 bit header yang menunjukkan tujuan dari sel.<br />

Virtual Channel Identifier (VCI) ialah 16 bit header yang fungsinya juga untuk menentukan tujuan<br />

dari sel.


Payload Type (PT) ialah 3 bit header yang berfungsi untuk menentukan jenis dari informasi yang<br />

ada di dalam sel, apakah dia berupa data user, data signalling, atau informasi maintenance.<br />

Cell Loss Priority (CLP) ialah 1 bit header yang berguna untuk menentukan prioritas relatif dari sel,<br />

yaitu menentukan sel mana yang dapat dikorbankan bila terjadi congesion (kemacetan) pada aliran sel.<br />

Header Error Check (HEC) ialah 8 bit header yang digunakan untuk mendeteksi dan mengkoreksi<br />

kesalahan yang terjadi pada header.<br />

Keuntungan digunakannya system sel dalam jaringan ATM adalah :<br />

Memungkinkan tranfer berbagai jenis trafik dalam satu jaringan yang terintegrasi. Sel yang berisi<br />

informasi, baik dari aplikasi yang sama maupun berbeda, ditransfer pada jaringan yang sama.<br />

Memungkinkan ditransferkannya sel dengan cepat dan memperkecil delay antrian dan juga mengurangi<br />

kebutuhan buffer.<br />

T<br />

Back to Kamus<br />

Timing Advance (TA) adalah parameter yang menunjukan seberapa jauh jarak antara sebuah Mobile Subscriber<br />

(MS) dengan BTS. Nilai TA juga akan sebanding dengan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh sebuah sinyal yang<br />

dipancarkan MS akan diterima oleh BTS. Karena jarak MS-MS ke BTS berbeda-beda, maka kapan waktu yang tepat<br />

sebuah MS diijinkan untuk mengirimkan sinyal ke BTS dalam sebuah time slot harsulah diatur. Timing Advabce<br />

adalah parameter yang digunakan dalam proces pengaturan ini<br />

Nilai TA bersifat dinamis (berubah-ubah) sesuai dengan jarak MS ke BTS. BTS akan menghitung nilai TA yang<br />

pertama ketika ia menerima sebuah RACH (random access channel) dan meng-update datanya ke BSC melalui<br />

informasi MEAS_RE setiap 480 ms. Kea rah MS, TA akan dikirimkan oleh BTS melalui SACCH (Slow Associated<br />

Control Channel). Gambar di bawah ini menunjukkan fromat informasi dalam SACCH.<br />

Nilai TA dapat berkisar antara 0-63 (0-3F hex), yang berkorelasi dengan jarak antara 0 - 35 km (MS ke BTS), dimana<br />

setiap tingkatannya mewakili jarak phisik sekitar 550 m (35km/63 550 m). Untuk parameter waktu, nilai TA<br />

menunjukan interval waktu dari 0 mikro second smapi dengan 232 mikro second, dimana setiap tingkatannya<br />

mewakili waktu sebesar 3,69 mikro second (232 mikro second / 63).<br />

U<br />

Back to Kamus<br />

USSD Call Back (UCB) adalah sebuah layanan yang memungkinkan pelanggan pra-bayar (pre-paid) untuk<br />

melakukan call selama pelanggan tersebut roaming di luar negeri. Dimana call diakukan dengan cara men-dial<br />

kode akses USSD, dan diikuti oleh nomor tujuan. Sebagai contoh pelanggan seorang pelanggan simpati (pre-paid<br />

Telkomsel) yang akan melakukan call ke nomor tujuan PSTN yang berada di Jakarta (misalnya nomornya 021-<br />

546789) dengan menggunakan UCB, maka yang harus didial oleh pelangan tersebut adalah kode UCB Telkomsel<br />

dan dikuti oleh nomor pelanggan lengkap dengan kode negara Indonesia (62) dan kode area Jakarta (21), yaitu<br />

*131*+6221546789# .


USSD sendiri adalah salah satu service GSM yang memungkinkan komunikasi dua arah secara cepat antara mobile<br />

user/handset dengan aplikasi di jaringan GSM yang dilakukan dengan menekan digit2 tertentu yang biasanya<br />

didahului oleh karakter * dan diakhiri oleh karakter # .<br />

Penggunaan UCB ini dilakukan karena proces charging untuk pelanggan prabayar harus dilakukan secara realtime<br />

oleh system Intelligent Networh (IN) di sisi HPLMN, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadi negative balance<br />

yang merugikan service provider. Hal ini dimungkinkan karena dengan menngunakan UCB, maka control pada<br />

sebuah hubungan pembicaraan sepenuhnya di-handle oleh network lement di Home PLMN. Sedangkan proces<br />

realtime charging ini akan sangat sulit dilakukan bila pelanggan pre-paid berada di luar negeri, karena adanya<br />

ketidak-kompatible-an antara jaringan HPLMN dan VPLMN. Inilah yang menjadikan UCB banyak dipilih sebagai<br />

solusi alternatif untuk pelanggan pre-paid yang sedang roaming diluar negeri bila dibandingkan dengan solusi lain,<br />

misalnya dengan menggunakan CAMEL. Sebenarnya, pelanggan pre-paid yang roaming di luar negeri dapat<br />

melakukan call tanpa menggunakan UCB (mendial langsung nomor tujuannya), syaratnya ialah operator HPLMN<br />

dan VPLMN sama-sama menggunakan CAMEL. Hanya saja saat ini, tidak semua operator (bahkan sangat jarang)<br />

menggunakan CAMEl di jaringannya. Sehingga UCB dipandang sebagai solusi yang paling murah dan mudah saat<br />

ini.<br />

Gambar di atas menunjukan blok diagram sebuah panggilan yang dilakukan oleh pelanggan seluler yang sedang<br />

roaming di luar negeri dengan menggunakan UCB. Bila pelanggan pre-paid tersebut akan melakukan call ke<br />

pelanggan seluler lain yang merupakan pelanggan HPLMN-nya, maka alurnya adalah sebagai berikut :<br />

1. PePelanggan A mendial kode akses USSD Call Back (UCB) diikuti oleh kode negara dan nomor<br />

tujuan (B number). Panggilan UCB selalu dimulai dengan tanda * dan diakhiri dengan karakter #.<br />

Misalnya : *131*+6281156789# .<br />

2. Network element di visited PLMN akan menerima digit-digit yang didial oleh A number dan<br />

mengealinya sebagai panggilan USSD. Berikutnya, panggilan USSD ini akan diteruskan ke HLR di Home<br />

PLMN.


3. HLR akan mengenali panggian USSD ini sebagai panggilan USSD Call Back (UCB) dan akan<br />

meneruskannya ke swith UCB.<br />

4. Setelah menerima informasi permintaan panggilan UCB dari HLR, switch UCB akan melakukan<br />

komunikasi dengan IN (Intelligent Network) untuk mengetahui informasi tentang status pelanggan A<br />

number (blocked/free), dan juga infromasi tentang jumlah pulsa yang dimilikinya. Pengecheck jumlah<br />

pulsa ini dilakukan untuk mengetahui apakah A number masih memiliki pulsa yang cukup untuk<br />

melakukan sebuah panggilan UCB (roaming call) yang biasanya tarif lebih mahal dari tarif call biasa. Di<br />

beberapa system IN, fungsi switch UCB sudah termasuk dalam system IN tersebut, artinya dalam sistem<br />

IN-nya sudah ada sistem UCB (IN dan UCB dalam satu system yang sama).<br />

5. Jika dari IN diperoleh data bahwa pelanggan A status-nya aktif dan pulsa yang dimilikinya masih<br />

cukup untuk melakukan panggilan UCB, maka IN system akan men-triger panggilan pelanggan B-number<br />

dan kemudian ke pelanggan A-number.<br />

6. Pada saat hubungan pembicaraan sudah terjadi, UCB system dan IN system akan selalu<br />

berkomunikasi untuk melakukan update pulsa pelanggan A-number di IN (pengurangan pulsa<br />

online/charging online). Bila saat pembicaraan sedang berlangsung tapi pulsa pelanggan A-number sudah<br />

berkurang sampai jumalh yang tidak memenuhi untuk melakukan pembicaraan UCB (roaming) maka IN<br />

akan mentriger perintah untuk memutuskan pembicaraan yang sedang berlangsung.<br />

Beberapa kelebihan dari penggunaan UCB ini adalah :<br />

GSM.<br />

Proces charging dapat dilakukan secara reltime.<br />

Biaya implementasinya murah dan procesnya mudah (bila dibandingkan dengan CAMEL).<br />

Kompatible untuk semua operator GSM, karena USSD adalah service standart dalam jaringan<br />

V<br />

Back to Kamus<br />

VSAT (Very Small Aperture Terminal) adalah sebuah terminal penerima/pengirim sinyal satelit, atau yang juga<br />

dikenal dengan nama stasiun bumi, tapi dengan ukuran sangat kecil bila dibandingkan dengan ukuran stasiun bumi<br />

pada umumnya. Dalam sebuah system jaringan VSAT, element jaringannya dapat dibagi dalam2 kategori, yaitu :<br />

- Ground segment; yaitu element jaringan VSAT yang berada di bumi, yang terdiri dari HUB, dan<br />

terminal VSAT itu sendiri.<br />

- Space segment, yaitu element jaringan VSAT yang terdapat di langit, yang terdiri dari satelit,<br />

dalam hal ini digunakan satelit GEO (Geosynchronous Earth Orbit).<br />

Tabel di bawah ini menunjukan frekuensi yang digunakan dalam system komunikasi VSAT :<br />

Ku-Band C-Band Extended C-Band<br />

Frekuensi Transmit 14,0 - 14,5 GHz 5,925 - 6,425 GHz 6,725 - 7,025 GHz<br />

Frekuensi Receive 10,7 - 12,75 GHz 3,625 - 4,2 GHZ 4,5 – 4,8 GHz<br />

Gambar di bawah ini menunjukan contoh sebuah konfigurasi jaringan VSAT.


Terminal VSAT<br />

Sebuah terminal VSAT terdiri dari InDoor Unit (IDU) dan OurDoor Unit (ODU). OutDoor Unit ialah perangkat<br />

antenna (reflector) VSAT itu sendiri, yang diameternya berkisar 1,8m s/d 3,5 m untuk C-band dan 1, m s/d 1,8 m<br />

untuk Ku-band.<br />

InDoor Unit ialah perangkat yang berfungsi untuk menghubungkan antenna VSAT dengan terminal pelanggan<br />

lainnya. Secara umum, terminal VSAT berfungsi sebagai penerima dan pengirim sinyal dari/ke satelit, serta dapat<br />

meneruskan sinyal informasi ke perangkat lain yang terhubung dengannya bila diperlukan.<br />

HUB<br />

Sebuah HUB juga terdiri dari OutDoor Unit dan InDoor Unit. Out Door Unit sebuah HUB sama dengan VSAT, yaitu<br />

berupa antenna, bedanya, antenna HUB ukurannya lebih besar dari antenna VSAT.Fungsi dari OutDoor Unit ini<br />

ialah sebagai penerima dan pengirim sinyal dari/ke satelit. Ukuran diameternya berkisar antara 2-5 m untuk HUB<br />

kecil, 5-8 m untuk HUB menengah, dan 8-10 m untuk HUB ukuran besar.


InDoor Unit dari sebuah HUB memiliki fungsi yang relative berbeda denganInDoor Unit VSAT. Dalam InDoor Unit<br />

HUB bukan hanya terdiri dari element yang fungsinya untuk mengolah dan meneruskan sinyal, tapi terdapat<br />

element yang berfungsi sebagai Network Management System (NMS) yang berupa sebuah unit computer yang<br />

terhubung secara virtual dengan semua terminal VSAT yang dilayani oleh HUB tersebut. NMS ini berfungsi sebagai<br />

interface untuk melakukan fungsi-fungsi operasional dan administrative dalam sebauh system jaringan VSAT.<br />

Fungsi operasional yang dapat dilakukan dari NMS antara lain adalah :<br />

- melakukan konfigurasi jaringan VSAT, dengan menambah atau menghapus terminal VSAT ,<br />

frekuensi carrier, dan network interface.<br />

- Melakukan fungsi controlling serta monitoring terhadap status dan performance setiap terminal<br />

VSAT, perangkat HUB-nya sendiri, dan juga semuah data port yang terhubung dengan jaringan VSAT<br />

tersebut.<br />

Fungsi administrative yang dilakukan NMS antara lain ialah :<br />

Satelit<br />

- Melakukan fungsi pencatatan penggunaan jaringan, billing, dan security jaringan VSAT.<br />

- Melakukan fungsi inventory jaringan, seperti mencatat semua equipment yang terhubung<br />

dengan jaringan serta configurasinya.<br />

Dalam jaringan VSAT, satelit melakukan fungsi relay, yaitu menerima sinyal dari groud segment, memperkuatnya,<br />

dan mengirimkannya lagi ke ground segment yang lain. Satelit yang digunakan dalam system jaringan VSAT ialah<br />

satelit GEO (Geosynchronous Earth Orbit), yaitu satelit yang mengorbit pada ketinggian 35.786 km ~ 36.000 km di<br />

atas permukaan bumi. Geosynchonous artinya satelit itu mengorbit sesuai dengan rotasi bumi, sehingga kalau<br />

dilihat dari suatu titik di bumi, satelit itu akan terlihat diam. Penggunaan satelit GEO ini menguntungkan karena<br />

terminal VSAT dapat dibuat tetap mengahdap ke satelit dan tidak perlu diubah-ubah arahnya karena posisi<br />

satelitnya akan tetap terhadap terminal VSAT di bumi.<br />

Beberapa keuntungan dari penggunaan VSAT antara lain adalah :<br />

- Jangkau luas, karena menggunakan satelit GEO, maka untuk menjangkau seluruh permukaan<br />

bumi cukup digunakan 3 buah satelit.<br />

- Fleksible, terminal VSAT dapat dipasang dan dikurangi dengan mudah dan cepat serta dapat<br />

dipasang di mana saja.<br />

- Bandwidth yang digunakan dalam komunikasi satelit cukup lebar, cocok untuk komunikasi<br />

broadband.<br />

- Cocok untuk digunakann pada daerah dengan kondisi geograpis yang susah digunakannya kabel<br />

dan terrestrial seperti kepulauan yang luas dan banyak.


Sedangkan keugian system VSAT antara lain adalah :<br />

- Jarak satelit dan bumi yang relative jauh mengakibatkan adanya delay propagasi yang signifikan.<br />

- Rentan tehadap kondisi cuaca dan atmosper bumi.<br />

- Biaya setup awal sebuah system satelit sangat mahal.<br />

Referensi Kamus :<br />

- Gwenae I Le Bodic. 2003. Mobile Messaging Technologies and Services. John Wiley & Sons Ltd<br />

- G Maral. 2003. VSAT Network. John Wiley & Sons Ltd<br />

- Marin Sauter. 2006. Communication System for Mobile Information Society. John Wiley & Sons Ltd<br />

- Gunnar Heine. 1998. GSM Networks : Protocl, Terminology, and Implementation. London:Artech House<br />

- Ray Horak. 2007. Telecom Dictionary. Wiley Publishing, Inc<br />

- Rappaport. Wireless Communication<br />

- Lillian Goeniewski, Kitty Wilson Jarret.2006. Telecommunication Essential. Addison Wesley Professional<br />

Back to Kamus


Artikel<br />

Masih Adakah Nasionalisme di Hari Bhakti Postel?<br />

Registrasi Prabayar, Effort dan Efektivitasnya<br />

Mengoptimalkan Data Hasil registrasi Prabayar<br />

Konfigurasi BTS<br />

Soft Handoff Pada Sistem CDMA2000<br />

Arsitektur jaringan UMTS<br />

Teknologi IMS pada Jaringan 3G<br />

Arsitektur Jaringan IMS<br />

Service Management Tidak Melulu “Melototi” Alarm<br />

CDMA2000, Sebuah Evolusi 3G CDMA<br />

Mengenal EDGE<br />

Mengenal SMS<br />

Mengenal GSM<br />

Mempercepat Penetrasi Dengan Sharing Infrastruktur<br />

Sekilas Tentang SQM<br />

Pemerintah: Ada Potensi BHP Frekuensi Yang Tidak Dibayarkan [Operator X]<br />

Kontroversi Sekitar Penerapan Kode Akses SLJJ 011 dan 017<br />

Kelebihan dan Kekurangan Suplyer Stok Pulsa Elektrik<br />

"Ngintip" Wireline dan Wireless<br />

Tips Berlangganan Telkomsel Flash<br />

Melihat Kembali Alokasi Frekuensi Operator GSM<br />

Alasan-Alasan Operator GSM Mengadopsi Frekuensi Hopping (SFH)<br />

Masih Adakah Nasionalisme di Hari Bhakti Postel?<br />

(riswan-September 2007)<br />

Go To Main Menu<br />

Kemarin, Kamis 27 September 2007, kita baru saja merayakan hari Bhakti Postel yang ke-62. Tahukah kita bahwa<br />

tanggal 27 September yang setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Bhakti Postel oleh seluruh komunitas pos dan<br />

telekomunikasi itu bermula dari diambil-alihnya Jawatan PTT (Post, Telegraph en Telephone Dienst) dari<br />

kekuasaan Pemerintahan Jepang oleh putra-putri Indonesia yang tergabung dalam Angkatan Muda Pos Telegrap<br />

dan Telepon yang disingkat AMPTT pada tanggal 27 September 1945. Dengan semangat proklamasi yang masih<br />

membara dan didasari oleh semangat perjuangan dan nasionalisme yang tinggi, para pejuang dan pemuda<br />

Indonesia yang tergabung dalam AMPTT mengambil alih PTT dan menjadikannya sebagai asset negara yang sangat<br />

berharga dikemudian hari (PT Telkom). Kalau seandainya kita bisa berkomunkasi dengan pejuang-pejuang AMPTT<br />

dulu, mungkin inilah yang mereka katakan sewaktu akan mengambil alih PTT dahulu, “Ini adalah tanah air kita,<br />

dan saat ini kita adalah bangsa yang merdeka. Maka sudah selayaknya semua asset-aset berharga yang ada di<br />

atas bumi Inonesia menjadi milik bangsa Indonesia.” Beberapa hikmah penting yang patut kita catat dari gerakan<br />

pengambilalihan PTT oleh pejuang-pejuang AMPTT ini adalah :<br />

Infrastruktur telekomunikasi adalah aset strategis dan sangat penting, sehingga sudah selayaknyalah seluruh<br />

aset-aset strategis yang ada di atas bumi Indonesia dikuasai dan menjadi milik Bangsa Indonesia.<br />

Menggunakan semua aset-aset strategis yang ada di Bumi Indonesia, termasuk telekomunikasi, untuk<br />

mendukung perjuangan bangsa serta untuk kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.<br />

Jadi, sebenarnya, semangat yang melatarbelakangi perayaaan hari Bhakti Postel ini adalah semangat untuk<br />

menguasai seluruh aset-aset telekomunikasi yang penting dan strategis serta menggunakannya untuk perjuangan,<br />

dan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia.<br />

Sekarang, di tahun 2007, di hari bakti postel yang ke-62, masihkah kita memiliki jiwa serta semangat nasionalisme<br />

dan pejuangan para pejuang AMPTT dahulu? Adakah seluruh aset-aset telekomunikasi yang ada di negeri ini


dikuasai oleh bangsa Indonesia dan digunakan untuk menopang perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan<br />

serta untuk kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia?<br />

Kalau kita semua mau jujur, dengan melihat kondisi pertelekomunikasian yang ada di Indonesia saat ini, maka<br />

mayoritas kita akan menjawab dua pertanyaan di atas dengan jawaban “TIDAK”.<br />

Banyak kasus yang akan menguatkan jawaban “TIDAK” kita di atas.<br />

Tahun 1995, PT Telkom mulai melakukan penjualan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya<br />

(BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). ursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek<br />

Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Dengan melakukan<br />

perdagangan saham di beberapa bursa efek ini, maka saham Telkom dapat dengan bebas dimiliki oleh investor.<br />

Pertanyaannya sekarang, apa untungnya Telkom melakukan hal ini? Kalau alasannya cuma untuk mendapatkan<br />

tambahan dana untuk menyehatkan dan mengembangkan bisnis Telkom, seperti ini kurang relevan. Bukankah<br />

pada saat itu Telkom tercatat sebagai BUMN paling sehat. Pada saat itu jasa telepon wireline masih menjadi pilihan<br />

utama masyarakat, karena bisnis telkomunikasi mobile belum terlalu berkembang. Sehingga dapat dipastikan<br />

bahwa Telkom adalah satu-satu perusahaan telekomunikasi yang menguasa pasar telekomunkasi di Indonesia<br />

pada saat itu. Banyak pihak berpendapat bahwa process penjualan saham ini adalah bagian dari scenario besar<br />

yang sedang dijalankan oleh pihak-pihak tertentu untuk dapat ikut menguasai Telkom sebagai asset<br />

telekomunikasi paling besar di Negara ini.<br />

Lalu pada tahun 1999, dengan deaskan yang sangat kuat dari IMF, disahkanlah Undang-undang nomor 36/1999,<br />

tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi. Pada dasarnya UU ini hanya bertujuan untuk<br />

mengurangi control pemerintah di pereusahaan-perusahaan telekomunikasi besar yang ada di Indonesia. Salah<br />

satu dampak dari UU ini adalah, Telkom dan Indosat tidak boleh ambil berbagi kepemilikan dalam sebuah<br />

perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Sehingga di seluruh perusahaan telekomunikasi yang ada, dimana<br />

Telkom dan Indosat memiliki saham, maka kepemiliki keseluruhan saham perusahaan tersebut harus diserhkan<br />

kepada Telkom atau Indosat, sesuai dengankesepakatan kedua perusahaan tersebut. Salah satu contoh kasusnya<br />

ialah seperti yang terjadi di Satelindo dan Telkomsel. Kepemilikan Telkomsel sepenuhnya menjadi milik Telkom,<br />

dimana Telkom harus membeli seluruh saham Indosat yang ada di Telkomsel. Dan Satelindo, sepenuhnya menjadi<br />

milik Indosat, dimana Indosat juga harus membeli seluruh saham Telkom di Satelindo.<br />

Lihat juga kasus penjualan 12,72% saham telkom di Telkomsel kepada SingTel Singapore, sehingga saham SingTel<br />

di Telkomsel bertambah menjadi 35%, sedangkan saham Telkom turun menjadi 65%. Padahal pada waktu itu,<br />

proses penjualan saham Telkom di Telkomsel kepada SingTel ini tidak disetujui oleh DPR RI (kalau DPR tidak setuju,<br />

mestinya ada sesuatu dibalik process penjualan saham ini). Perlu diingat bahwa pada saat itu (2002), dengan<br />

jumlah pelanggan sebanyak 5 juta pelanggan, Telkomsel merupakan market leader di bisnis telekomunikasi<br />

mobile di Indonesia. Sehingga dengan bertambahnya jumlah saham SingTel di Telkomsel, maka akan<br />

mengakibatkan bertambahkan aliran uang dari Indonesia yang mengalir ke Singapore, yang secara langsung hanya<br />

akan memperkaya mereka.<br />

Kemudian kasus yang paling heboh, penjualan INDOSAT ke perusahaan asing asal Singapore, Singapore<br />

Technologies Telemedia (STT) pada tahun 2002. Dimana nilai jual INDOSAT saat itu dinilai sangat murah, padahal<br />

asset INDOSAT saat itu sangat besar, karena sebelum dijual INDOSAT baru saja mengakuisisi SATELINDO (dampak<br />

dari pemisahan saham INDOSAT dan TELKOM di seluruh perusahaan telekomunikasi yang ada di Indonesia). Dan<br />

dana hasil penjualannya juga tidak jelas alirannya kemana. Buntut dari penjualan ini, saat ini pemerintah Indonesia<br />

tidak memiliki control yang kuat di Indosat, karena mayoritas saham dimiliki oleh STT, yaitu sebanyak 39,96%, JP<br />

Morgan memilkin saham sebesar 8,38%, saham public sebesar 37,37%. Sedangkan pemerintah Indonesia hanya<br />

memiliki saham sebesar 14,29%. Dan yang lebih penting lagi, asset Negara yang begitu besar yang ada di Indosat,<br />

tidak lagi apat dimanfa’atkan sepenuhnya untuk kepentingan nasional bangsa Indonesia.<br />

Lihat juga kasus jual beli license dan saham yang terjadi di 2 perusahaan pemegang license 3G yang baru, yaitu<br />

Cyber Access (CAC) dan Natrindo Telepon Seluler (NTS) kepada perusahaan-perusahaan asing. Padahal pemerintah<br />

dengan tegasa melarang mereka menjual license dan sahamnya sampai mereka benar-benar dapat beroperasi dan<br />

membuktikan komitmen mereka untuk membangun infrastruktur 3G di Indonesia, sesuai dengan kesepakatan<br />

yanga da dalam kontrak license 3G yang mereka dapatkan. Kedua perusahaan ini seperti ini tidak mau repot-repot<br />

membangun infrastruktur 3G, tapi mereka tetap mau dapat untung gede, akhirnya mereka hanya berlaku sebagai<br />

”broker” license 3G, dapet license dari pemerintah dan menjualnya dengan harga lebih mahal ke perusahaan


asing. Dapet untung gede dengan tanpa harus repot. Tetapi akibatnya resource dan infrastruktur 3G di Indonesia<br />

akan denganmudah dikuasai pihak asing.<br />

Lihat juga kasus penjualan XL ke Telekom Malaysia (TM Malaysia) pada tahun 2005. Dengan penjualan ini maka<br />

komposisi kepemilikan di XL saat ini menjadi sebagai berikut : Indocel Holding Sdn. Bhd. (Malaysia) sebesar 67,0%,<br />

Khazanah Nasional Berhad (Malaysia) sebesar 16,8%, Bella Sapphire Ventures Ltd. Sebesar 16%, dan sisanya<br />

sebesar 0.2%.dimiliki oleh karyawan dan public.<br />

Selain kasus jual-beli di atas, pada tahun ini, pemerintah juga telah mengeluarkan ijin bagi 10 negara asing untuk<br />

mengorbitkan satelit mereka di atas wilayah udara Indonseia. Dengan demikian maka bangsa-bangsa maju dapat<br />

dengan sesuka hati mereka mengorbitkan satelitnya di atas wilayah Indonesia, akibatnya semua wilayah Indonesia<br />

akan mampu mereka pantau, baik kondisi lingkungannya, keamanan, maupun kekayaan alamnya. Kita seperti<br />

membuka lebar-lebar pintu rahasia rumah kita yang selama ini kita tutup rapat-rapat.<br />

Deretan kasus-kasus di atas mengakibatkan hampir semua perusahaan-perusahaan telekomunikasi besar di negeri<br />

ini menjadi milik perusahaan asing, baik sebagian ataupun keseluruhan. Sehingga secara otomastis, devisa yang<br />

dihasilkan dari industri telekomunikasi di negeri ini, yang nilainya sangatlah besar, akan mengalir juga ke negaranegara<br />

yang perusahaannya memiliki saham di perusahaan-perusahaan telekomunikasi Indonesia tersebut.<br />

Selain dari sisi ekonomi, resource dan infrastruktur telekomunikasi adalah suatu hal yang sangat penting bagi<br />

suatu bangsa, yang akan sangat mendukung keamanan dan integritas bangsa tersebut. Bagaimana jadinya jika hal<br />

yang begitu penting itu dikuasai dan dikontrol oleh pihak asing. Belum lagi dengan infrastruktur telekomunikasi<br />

asing yang diperbolehkan beroperasi di wilayah Indonesai. Akibatnya pihak-pihak asing bisa saja dengan mudah<br />

mencuri informasi-informasi penting bangsa dan negara kita, yang dengan informasi itu maka melemahkan tingkat<br />

keamanan, kedaulatan, kesatuan negara kita.<br />

Untuk itu, di hari Bhakti Postel yang baru saja kita rayakan, marilah kita merenung kembali, masihkah kita<br />

memegang teguh semangat awal yang mengilhami lahirnya hari Bhakti Postel ini, yaitu rasa nasionalisme dan<br />

semangat untuk memiliki dan menggunakan infrastruktur telekomunikasi untuk membangun bangsa dan negara?<br />

Masihkah ada semangat nasionalisme dan perjuangan di tengah-tengah dunia pertelekomunikasian kita saat ini?<br />

Semoga Allah yang Maha Kuasa meneguhkan semangat para pejuang pertelekomunikasian kita dahulu di dalam<br />

jiwa-jiwa kita semua, terutama di dalam jiwa para pemimpin dan pengambil keputusan di negeri ini. Sehingga kita<br />

semua dapat menggunakan seluruh asset daninfrastruktur telekomunikasi yang ada untuk kemakmuran dan<br />

kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia. Aamiin.<br />

Kenapa Harus Registrasi?<br />

Registrasi Prabayar, Effort dan Efektivitasnya<br />

(Riswan-Desember 2005)<br />

Artikel<br />

Pelanggan telepon seluler di Indonesia saat ini sudah mencapai sekitar 45 juta pelanggan. Pertumbuhan pelanggan<br />

yang pesat ini dipicu dengan adanya kemudahan-kemudahan yang diperikan oleh penyedia jasa telekomunikasi<br />

seluler (operator), seperti tarif dan harga yang makin murah, serta kemudahan memperoleh kartu perdana. Saat<br />

ini orang dapat saja membeli katu perdana prabayar di kaki lima- kaki lima, di emperan toko, di bus-bus, di kereta<br />

api, dan lain-lain. Bahkan untuk membeli sebuah kartu perdana sama mudahnya dengan membeli sebatang rokok.<br />

Kemudahan memperoleh kartu prabayar ditambah dengan harganya yang sangat murah, lebih murah dari harga<br />

voucher, membentuk sebuah kebiasaan baru di lingkungan pengguna, yaitu beli-pakai dan buang. Jadi pelanggan<br />

lebih suka menggunakan kartu prabayar sebagai Calling Card, yang dibeli hanya untuk tujuan menelepon, setelah<br />

pulsanya habis maka akan dibuang dan dia akan membeli kartu perdana yang baru lagi. Di sisi lain, kemudahan dan<br />

harga yang murah ini dimanfa’atkan oleh sebagian orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan<br />

tindakan-tindakan yang merugikan orang lain, seperti : penipuan dengan menggunakan SMS, melakukan teror dan


ancaman, bahkan operasional kegiatan-kegiatan terorisme pun banyak menggunakan kartu prabayar. Pihak<br />

keamanan akan sangat susah untuk memdeteksi siapa dan dimana pelaku tindakan-tindakan kriminal yang<br />

menggunakan kartu prabayar ini, sebab pelaku kejahatan dapat mendapatkan kartu prabayar dimana saja dan<br />

membuangnya sesudah melakukan kejahatan.<br />

Dengan alasan untuk memiliki data semua pengguna kartu prabayar sehingga orang akan merasa lebih<br />

bertanggung jawab dalam menggunakan kartu prabayar dan pada akhirnya penggunaan kartu prabayar untuk<br />

kegiatan-kegatan kriminal dapat dikurangi, maka pemerintah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan setiap<br />

pelanggan seluler untuk meregistrasikan data pribadinnya ke database yang terdapat pada operator selulernya.<br />

Dan bila pelanggan tidak melakukan registrasi, maka dalam rentang waktu tertentu kartunya akan diblok dan<br />

dihapus sehingga tidak dapat digunakan kembali.<br />

Kalau kita mau jujur, sebenarnya ide registrasi prabayar ini lebih dikarenakan karena maraknya aksi terorisme di<br />

Indonesia akhir-akhir ini. Dan kelompok-kelompok teroris itu menggunakan kartu prabayar dalam operasinya.<br />

Karena kartu prabayar dapat diperoleh dimana saja, dan penggunanya tidak terdata, maka pihak keamanan<br />

kesulitan dalam melacak siapa dan dimana kelompok-kelompok teroris tersebut. Sehingga muncullah ide untuk<br />

mendata semua pengguna kartu prabayar. Dengan harapan kegiatan terorisme dapat lebih terkendali dan mudah<br />

diketahui pelakunya.<br />

Effort dan Resiko<br />

Tidak dapat dipungkiri bahwa operator seluler di Indonesia membutuhkan effort yang besar untuk dapat<br />

memenuhi peraturan pemerintah ini, yang semuanya itu berujung dengan makin besarnya biaya operasional yang<br />

mereka keluarkan.<br />

Dalam melakukan registrasi, pemerintah menyerahkan sepenuhnya mekanisme pelaksanaannya kepada masingmasing<br />

operator. Dari beberapa petemuan yang sudah dilakukan oleh beberapa operator seluler, mengerucut<br />

suatu ide untuk melakukan registrasi melalui SMS. SMS dianggap sebagai sarana yang paling mudah untuk<br />

melakukan registrasi dan tidak memberatkan pelanggan. SMS registrasi ini nantinya haruslah gratis, sebab bila<br />

dikenakan biaya maka pelanggan akan enggan untuk melakukan registrasi. Dengan asumsi jumlah pelanggan<br />

seluler sebanyak 45 juta dan tarif satu SMS rata-rata Rp.300, maka peraturan registrasi prabayar ini akan<br />

mengakibatkan operator mengalami kerugian sebesar Rp.13.500.000.000,- (45 juta x Rp.300,-).<br />

Angka kerugian di atas hanya dari tarif SMS registrasi, belum lagi biaya yang harus dikeluarkan operator untuk<br />

mensosialisasikan peraturan ini ke pelanggan existingnya. Sosialisasi sangat penting sebab bila peraturan ini tidak<br />

diketahui dan dipahami oleh pelanggan existing sehingga mengakibatkan sang pelanggan tidak melakukan<br />

registrasi dan kartunya diblok, maka operatorlah yang akan rugi, sebab mereka akan kehilangan pelanggan. Ada<br />

tercetus ide untuk melakukan sosialisasi dengan mengirimkan SMS pemberitahuan kepada tiap-tiap pelanggan.<br />

Maka untuk sekali proses sosialisasi, operator akan mengalami kerugian sebesar Rp.13.500.000.000,- (45 juta x<br />

tarif 1 SMS Rp.300,-). Dan sosialisasi tidak hanya dilakukan satu kali saja, mungkin akan dilakukan 2 sampai tiga<br />

kali, agar pelanggan existing benar-benar mengetahui dan paham, maka kerugian operatorpun akan berlipat<br />

menjadi dua sampai tiga kali lipat.<br />

Setelah proses registrasi, maka operator diwajibkan untuk melakukan proses validasi data, apakah data yang<br />

dikirim pelanggan benar atau palsu. Beberapa operator ada yang menolak kalau tanggung jawab validasi ada di sisi<br />

mereka, dengan alasan hal itu terkait dengan tingkat kejujuran pelanggan dan hal ini berada di luar jangkauan dan<br />

kemampuan mereka. Tapi ada juga operator yang menyanggupinya dan berencana melakukan proses validasi<br />

dengan menelepon pelanggan satu-persatu dan menanyakan keabsahan data yang mereka kirim. Kalau kita<br />

misalkan satu orang pelanggan akan dihubungi dan berbicara rata-rata selama 2 menit, dan tarif pembicaraan ratarata<br />

sebesar Rp.1.000,- per menit (tarif seluler ke seluler sejenis, sebab masing-masing operator akan lebih<br />

memilih untuk menggunakan produk seluler mereka sendiri dan digunakan untuk menghubungi pelanggannya<br />

ketimbang menggunakan PSTN Telkom ataupun produk operator lain, sebab walaupun biayanya mungkin lebih<br />

murah, dengan mengunakan PSTN telkom atau produk operator lain mereka harus membayar tagihan ke Telkom<br />

ataupun operator lain. Sedangkan kalau mereka memakai produk mereka sendiri, mereka tidak harus melakukan<br />

transaksi berupa uang), maka kerugian yang akan dialami operator karena proses validasi data ini adalah sebesar<br />

Rp.90.000.000.000,- (2 menit x Rp.1.000,- x 45 juta pelanggan). Angka-angka kerugian di atas adalah angka<br />

kerugian yang diderita operator untuk jumlah pelanggan 45 juta, jadi angka tersebut pasti akan naik terus seiring<br />

dengan bertambahnya jumlah pelanggan seluler di Indonesia.


Untuk melakukan proses validasi, operator juga harus menyediakan tenaga kerja tambahan di unit Call Center,<br />

atau menambah jam kerja karyawannya. Sehingga operator juga masih harus mengeluarkan biaya tambahan lagi<br />

untuk menggaji tenaga kerja tambahan tersebut atau untuk membayar kerja lembur karyawannya. Selama ini<br />

operator hanya menyanggupi proses validasi yang seperti ini, sebab akan sangat sulit melakukan registrasi-validasi<br />

dengan cara menyuruh pelanggan sendiri yang datang ke kantor-kantor operator dan menunjukkan KTPnya kepada<br />

petugas di sana untuk divalidasi ataupun diregistrasi.<br />

Dari sisi teknis, peraturan registrasi ini memaksa operator untuk melakukan perubahan pada aplikasi jaringan<br />

telekomunikasi mereka atau mungkin juga menambah aplikasi baru sehingga urutan-urutan proses dalam<br />

registrasi ini dapat dilakukan secara otamatis. Artinya, apabila ada pelanggan yag melakukan registrasi dan telah<br />

divalidasi maka datanya akan dikirim ke sistem jaringan operator dan pelanggan ini tidak akan diblokir. Sebaliknya,<br />

bila ada pelanggan yang sampai rentang waktu yang diberikan tidak melakukan registrasi, maka pelanggan ini<br />

secara otomatis akan diblokir oleh sistem. Jadi semuanya harus dilakukan secara otomatis, sebab bila tidak akan<br />

sangat susah melayani proses registrasi dari pelanggan yang jumlahnya jutaan dan terus bertambah banyak.<br />

Pengintegrasian tahapan-tahapan registrasi ini ke system yang existing sekarang tentu memerlukan kerja dan biaya<br />

tambahan. Sedangkan mekanisme baru ini sendiri tidak mendatangkan income secara langsung kepada operator.<br />

Peraturan pemerintah tentang keharusan registrasi badi pelanggan kartu prabayar ini juga akan berpengaruh<br />

kepada pertumbuhan jumlah pelanggan. Pelanggan dapat saja berkurang bila operator dan pemerintah kurang<br />

bisa melakukan sosialisasi dengan baik, sehingga pelanggan tidak mengetahui ataupun tidak mengerti sehingga<br />

kartunya akan diblok dan tidak dapat digunakan lagi. Selain itu, kebiasaan beli-pakai-buang akan makin<br />

berkembang, karena budaya kebanyakan masyarakat kita enggan untuk melakukan sesuatu yang tidak bermanfa'at<br />

langsung untuk dirinya pribadi (proses registrasi ini). Sehingga mereka akan memilih untuk menghabiskan pulsa<br />

mereka sebelum waktu pemblokiran, dan setelah itu mereka akan membeli kartu prabayar yang baru lagi.<br />

Walaupun akhirnya mereka akan membeli kartu yang baru, karena komunkasi bagi mereka adalah suatu<br />

kebutuhan, tapi bila dilihat dari sisi pertumbuhan pelanggan, pola seperti ini akan mengakibatkan pertumbuhan<br />

jumlah pelanggan yang sangat lambat. Di sisi lain, operator dipaksa untuk memproduksi lebih banyak lagi kartu<br />

prabayar baru. Hal ini akan mengakibatkan biaya produksi yang lebih besar bagi operator. Selain itu juga, kapasitas<br />

HLR operator juga harus lebih besar, karena data tiap-tiap kartu akan disimpan di HLR, sehingga makin banyak<br />

kartu diproduksi, makin besar kapasitas HLR yang dibutuhkan. Hal ini juga berarti makin besar biaya yang harus<br />

dikeluarkan operator. Kalau kapasitas HLR yang membesar itu berarti jumlah pelanggan mereka bertambah<br />

banyak, maka hal ini tidak akan menjadi masalah karena biaya investasi dan operasonal dapat ditutupi dari<br />

pemasukan yang diberikan pelanggan. Tapi kalau membesarkan kapasitas HLR tidak diikuti dengan jumlah<br />

pelanggan yang bertambah banyak, maka operator akan merugi.<br />

Peraturan registrasi data ini juga akan kontraproduktif dengan strategi maketing yang dijalankan oleh semua<br />

operator seluler selama ini. Dimana saat ini operator berusaha memberikan kemudahan kepada pelanggan untuk<br />

mendapatkan dan menggunakan produk mereka, bahkan ada operator yang memberikan fasilitas pakai dulu -<br />

pendataan kemudian kepada calon pelanggan kartu PASCA bayarnya (buka pra bayar lho). Hal ini mereka lakukan<br />

untuk meningkatkan pertumbuhan jumlah pelanggannya. Selain itu, beberapa operator juga menerapkan strategi<br />

memperpanjang waktu aktif pelanggan, hal ini bertujuan agar pemblokiran suatu nomor dapat lebih dikurangi dan<br />

pelanggan lebih terpacu untuk tidak berganti-ganti nomor. Sebab, begitu waktu aktif pelanggan habis dan<br />

pelanggan diblokir, maka berarti operator membuka peluang bagi pelanggannya untuk pindah ke operator lain.<br />

Sedangkan dengan adanya peraturan registrasi ini, maka peluang suatu kartu dibloking akan menjadi lebih besar,<br />

sehingga efeknya akan kontraproduktif dengan strategi marketing operator.<br />

Dari sisi keamanan data, operator harus menjamin bahwa data yang diberikan oleh pelanggan tidak digunakan<br />

untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan tujuan registrasi ini. Sebab, sa'at ini banyak terjadi di instansi -<br />

instansi yang menyimpan data pelanggannya, ada oknum-oknum yang menjual data pelanggannya ke pihak - pihak<br />

lain, yang nantinya mereka gunakan untuk tujuan marketing produk mereka (contohnya tiba-tiba ada orang yang<br />

menelepon anda dan menawarkan jasa atau barang kepada anda, padahal anda belum mengenal orang itu<br />

sebelumnya), bahkan ada juga orang yang menggunakannya untuk melakukan penipuan.<br />

Efektifkah Registrasi?


Pemerintah menerapkan peraturan registrassi kartu prabayar ini bertujuan untuk mendapatkan data-data tentang<br />

pengguna kartu prabayar di Indonesia, sehingga pemerintah akan dengan mudah mengetahui data diri pelaku<br />

kejahatan bila kejahatan itu dilakukan dengan melibatkan komunikasi seluler. Selain itu pengguna kartu pra bayar<br />

juga akan lebih termotivasi untuk tidak menggunakan kartu pra bayar miliknya untuk melakukan tindakan<br />

kejahatan dan merugikan orang lain. Tujuan ini akan tercapai jika data-data yang diberikan oleh pengguna kartu<br />

pra bayar cukup valid. Tetapi kalau data yang diberikan adalah data yang tidak benar dan hanya berisi kebohongan,<br />

maka registrasi yang dilakukan tidak akan bermanfa'at sama sekali.<br />

Kurangnya rasa kepercayaan masyarakat kita terhadap pemerintah dan instansi-instansi penyimpan data selama<br />

ini, akan mendorong mereka untuk tidak meregistrasikan data-data yang benar. Sehingga, proses registrasi<br />

dilakukan hanya sebatas formalitas untuk menghindari pemblokiran. Bahkan mungkin mereka berani berbohong<br />

pada saat mereka ditelepon dan divalidasi oleh petugas dari operator. Keberanian berbohong ini juga dipengaruhi<br />

oleh rendahnya tingkat pemahaman dan keyakinan agama masyarakat kita.<br />

Berkaca pada fenomena banyaknya KTP palsu dan mudahnya membuat kartu identitas palsu, maka akan sangat<br />

sulit mendapatkan data-data yang valid dan benar, apalagi bila proses registrasi dan validasinya tidak dilakukan<br />

dengan bertatap muka langsung. Ke-valid-an data ini sangat menentukan efektif tidaknya proses registrasi yang<br />

dilakukan. Bila data yang diregistrasikan adalah data-data yang hanya berisi kebohongan, maka proses registrasi ini<br />

hanyalah sebuah pemborosan yang tidak bermanfa'at dan hanya akan mengurangi pendapat operator yang secara<br />

langsung juga akan mengurangi pendapatan pemerintah. Di sisi lain juga akan membuka peluang terjadinya<br />

bentuk-bentuk penipuan-penipuan dan kejahatan baru.<br />

Efektivitas dari tujuan pencegahan kejahatan juga dipertanyakan jika hanya kartu prabayar yang diminta untuk<br />

diregistrasi. Bagaimana dengan operator-operator yang hanya menjual pulsa, seperti pulsa VOIP misalnya?<br />

Perkembangan dan distribusi internet sa'at ini juga sudah sangat baik. Kita dapat menemukan internet di hampir<br />

semua kota di Indonesia. Dan orang yang bisa memakai internet bukanlah harus orang sekolahan. Mengapa hanya<br />

kartu pra bayar yang harus diregistrasi? Mungkin pemerintah akan menjawab, karena pengguna kartu prabayar<br />

sudah sangat banyak dan belum diregistrasi. Tapi dengan membiarkan operator yang hanya menjual pulas bebas<br />

beroperasi, dan tidak diatur oleh peraturan registrasi apapun berarti kita tidak memberikan solusi yang<br />

menyeluruh. Bila pra bayar sudah diregistrasi, kalau orang memang mau berbuat jahat dengan menggunakan<br />

sarana telekomunikasi, maka dia bisa saja mengunakan sarana yang lain yang memang masih memungkinkan.<br />

Terakhir, saran buat kita semua terutama bapak-bapak pembuat peraturan di negeri ini, janganlah kita menutup<br />

kedua kuping kita selamanya hanya karena kita pernah sekali dikejutkan oleh suara halilintar yang menggelegar.<br />

Halilintar adalah fenomena alam yang kita tidak mampu mencegah dan membuatnya. Halilintar bisa datang sa'at<br />

hujan, bisa juga sa'at tidak ada hujan. Sedangkan kalau kuping kita selalu tertutup maka kita akan kehilangan<br />

kesempatan mendengarkan bunyi air hujan yang menyejukan dan juga bunyi burung-burung yang berkicau setelah<br />

hujan reda. Artinya, marilah kita cari solusi yang baik dan tidak menghambat produktivas kita. Jangan sampai<br />

kepanikan sesaat membuat kita melakukan hal-hal yang kontraproduktif.<br />

Nasi Sudah menjadi Bubur<br />

Mengoptimalkan Data Hasil Registrasi Prabayar<br />

(Riswan-Desember 2005)<br />

Artikel<br />

Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan wajib registrasi bagi pelanggan kartu prabayar mengakibatkan operatoroperator<br />

seluler harus mengeluarkan begitu banyak dana untuk dapat memenuhi peraturan pemerintah tersebut,<br />

seperti dana untuk sosialisasi ke existing pelanggan dan calon pelanggan, dana untuk melakukan proses registrasi<br />

itu sendiri, dana untuk melakukan validasi data, dana untuk mengintegrasikan urutan proses registrasi ke dalam<br />

existing system di jaringan GSM operator sehingga semua urutan proses regisstrasi ini dapat dilakukan secara<br />

otomastis, dana untuk karyawan tambahan, dan yang tak kalah pentingnya ialah laju pertumbuhan jumlah<br />

pelanggan akan sedikit melambat.


Terlepas dari semua beban yang harus ditanggung operator tersebut dan juga terlepas dari semua kontroversi<br />

yang berkaitan dengan kebijakan registrasi ini, operator-operator seluler di Indonesia tidak memiliki pilihan lain<br />

selain menjalankan apa-apa yang telah diatur dalam peraturan tersebut. Sebab peraturan ini telah dirumuskan<br />

dalam sebuah peraturan menteri, yang meraka tidak punya pilihan lain selain melaksanakannya. Ibarat menanak<br />

nasi, sekarang nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada gunanya lagi mempermasalahkan kenapa nasi itu bisa menjadi<br />

bubur. Sebab hal ini tidak akan mengubah bubur menjadi nasi kembali. Yang sebaiknya kita lakukan ialah<br />

melakukan hal-hal yang akan menjadikan bubur nasi ini lebih bermanfa’at dan bernilai, misalnya dengan<br />

menambahkan beberapa tusuk sate dan bumbu sehingga menjadi bubur ayam yang enak. Begitu juga dengan<br />

kewajiban registrasi ini, tidak ada gunanya lagi kita mempermasalahkan dan protes kenapa peraturan ini sampai<br />

bisa keluar. Yang sebaiknya dilakukan oleh operator seluler ialah memanfa’atkan kewajiban registrasi dan semua<br />

data pelanggan yang diperoleh dari proses registrasi ini sebaik-baiknya sehingga dapat menjadikan nilai tambah<br />

bagi operator dan produknya.<br />

Be Smart with The Data<br />

Output dari proses registrasi ini adalah data-data pelanggan, yang bila dapat dimanfa’atkan dengan baik maka<br />

akan menjadi sangat bernilai. Data-data ini secara tidak langsung adalah imbalan dari semua dana yang<br />

dikeluarkan oleh operator untuk mengimplementasikan proses registrasi. Jadi operator harus mampu<br />

memanfa’atkan data pelanggan ini untuk mengembangkan bisnisnya, tentu saja dengan tetap menjaga kode etik<br />

dan kerahasian data tersebut.<br />

Salah satu data penting yang didapat dari proses registrasi ini adalah data alamat pelanggan. Operator dapat<br />

menggunakan data ini untuk memetakan distribusi pelanggannya secara geograpis. Sehingga operator dapat<br />

mengetahui konsentrasi – konsentrasi keberadaan pelanggannya, yang nantinya dapat digunakan data untuk<br />

menrencanakan pembangunan dan perluasan jaringan baru yang lebih efektif , dapat mengjangkau semua<br />

pelanggan yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan operator.<br />

Operator juga akan memperoleh data tanggal lahir pelanggan. Dari data ini, operator bisa menciptakan programprogram<br />

sederhana tapi bisa menjadi nilai tambah dan lebih mendekatkan operator dengan pelanggannya, seperti<br />

“Birthday Greeting”, dimana pelanggan akan menerima SMS ucapan selamat hari ulang tahun pada saat pelanggan<br />

tersebut berulang tahun. Atau operator bisa juga memanfa’atkan data jenis kelamis pelanggan untuk mengirim<br />

SMS “Ucapan Selamat Hari Ibu” kepada seluruh pelnggan wanita pada sa’at setiap tanggal 22 Desember. Operator<br />

juga bisa mengirimkan SMS ucapan selamat hari ulang tahun suatu kota kepada semua pelanggannya yang<br />

berdomisili di kota tersebut. Program-program ucapan seperti ini akan membuat pelanggan merasa diperhatikan<br />

dan dihargai yang pada akhirnya akan lebih mengakrabkan pelanggan dengan operator dan menumbuhkan rasa<br />

kesetiaan pelanggan.<br />

Dengan data tanggal lahir dan jenis kelamin, operator juga dapat memetakan pelanggan berdasarkan umur dan<br />

jenis kelaminnya. Pelanggan pria dan wanita memiliki karakteristik yang berbeda, begitu juga dengan pelanggan<br />

anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua, mereka juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dengan<br />

memilik peta pelanggan berdasarkan umur dan jenis kelaminya ini, operator akan lebih mudah dalam mendesign<br />

program-program yang akan dikeluarkan. Sehingga program-program yang akan dikeluarkan diharapkan akan lebih<br />

tepat sasaran dan lebih dapat diterima pasar.<br />

Bila operator dapat memanfa'atkan data hasil registrasi prabayar ini sebaik-baiknya, maka semua dana yang telah<br />

dikeluarkan operator dalam merealisasikan proses registrasi ini dapat ditutupi. Artinya operator harus sedekian<br />

cerdas dalam memanfa'atkan semua data pelanggan yang didapatnya dari hasil registrasi, sehingga peraturan<br />

wajib registrasi ini bukan hanya menjadi sebuah beban, melainkan sebuah investasi jangka panjang yang pada<br />

akhirnya akan meningkatkan produktivitas operator itu sendiri.[ris1]<br />

Artikel


Konfigurasi BTS<br />

(Rudyno Nasrial)<br />

Konfigurasi BTS harus mempertimbangkan beban, perilaku pelanggan, struktur permukaan, untuk menyediakan<br />

cakupan layanan frekuensi radio yang optimum di suatu area. Sehingga akan dihasilkan konfigurasi BTS yang<br />

berbeda-beda pula.<br />

Konfigurasi Standar<br />

Semua BTS memiliki identitas sel yang berbeda-beda. Sejumlah BTS (untuk kasus tertentu, sebuah BTS)<br />

membentuk suatu lokasi area. Gambar di bawah menunjukkan 3 lokasi area dengan 1, 3, 5 BTS. Sistem yang ada<br />

biasanya tidak tersinkronisasi (fine-synchronized), yang mencegah handover yang sinkron di antara semua BTSnya.<br />

Untuk daerah urban dengan pertumbuhan kepadatan trafik, yang dapat berubah dengan cepat, dua<br />

konfigurasi berikut lebih layak.<br />

Konfigurasi Sel Payung (Umbrella Cell Configuration)<br />

Gambar BTS dengan konfigurasi standar<br />

Konfigurasi ini terdiri dari satu BTS dengan daya transmisi yang tinggi dengan antena yang dipasang tinggi dari<br />

permukaan yang bertindak sebagai " payung" untuk sejumlah BTSS dengan daya transmisi rendah dan diameter<br />

yang kecil.<br />

Awalnya konfigurasi ini kurang meyakinkan karena prinsip frequency reuse tidak dapat diterapkan untuk frekuensi<br />

sel payung di semua sel pada area itu dikarenakan interferensi. Interferensi dengan jarak yang lebih jauh menjadi<br />

pertimbangan kenapa menara televisi dan radio yang tinggi tidak diperbolehkan sebagai lokasi untuk antenaantena<br />

tidak lama sesudah antena digunakan untuk layanan pada awal pembangunan jaringan.


Gambar Sel payung dengan 5 sel yang lebih kecil<br />

Konfigurasi sel payung masih mempunyai keunggulan di dalam situasi tertentu yang mebutuhkan pengaturan<br />

beban dan peningkatan jaringan. Sebagai contoh, ketika pengguna di mobil sedang bergerakkan pada kecepatan<br />

tinggi melalui suatu jaringan dengan sel-sel yang kecil, diperlukan proses handover yang hampir berurutan dari<br />

satu sel ke sel berikutnya adalah untuk memelihara suatu panggilan yang aktif. Situasi ini bisa diterapkan di setiap<br />

lingkungan kota yang banyak jalan raya. Akibatnya, handover ini menghasilkan peningkatan beban pensinyalan<br />

yang sangat berpengaruh untuk jaringan seperti halnya juga penurunan kualitas sinyal yang tak tertahankan bagi<br />

pengguna akhir. Pada sisi lain, sel kecil diperlukan untuk mengatasi tuntutan akan coverage di sebuah lingkungan<br />

kota.<br />

Untuk mengatasi dilema ini maka digunakan sel kecil dan besar bersama-sama, yang disebut dengan konfigurasi sel<br />

payung (umbrella cell configuration). Sel payung dapat terlindung dari kelebihan beban akan trafik dari pergerakan<br />

pelanggan yang cepat. Kecepatan gerak pelanggan dapat ditentukan untuk memenuhi akurasi akan perubahan dari<br />

parameter timing advance (TA) atau delay propagasi. Nilainya terus diperbaharui di BSC setiap 480 milidetik (ms)<br />

dengan data yang disiapkan di dalam pesan MEAS_RES. BSC memutuskan apakah menggunakan sel payung atau<br />

sel-sel kecil lainnya. GSM belum memberi spesifikasi untuk konfigurasi sel payung, yang memerlukan fungsi<br />

tambahan di dalam BSC, yang merupakan fungsi pabrikan yang bersifat propietary.<br />

Konfigurasi BTS Sektorisasi (Ko-lokasi)<br />

Konfigurasi ini mengacu pada suatu formasi di mana beberapa BTS ditempatkan di titik lokasi tower yang sama.<br />

Dalam sebuah antenna di BS (Base Station), radiasi akan menyebar secara merata pada semua arah. Penambahkan<br />

beberapa antenna pengarah, akan membagi sektor tersebut menjadi 3 hingga 6 area yang lebih jelas (Masingmasing<br />

120 dan 60 derajat atau mungkin 180 derajat), sehingga setiap sektor dapat beroperasi dengan frekuensi<br />

yang sama.<br />

Masing-masing sel memiliki satu buah BTS yang digunakan untuk mengirim / menerima sinyal dan juga untuk<br />

interkoneksi antara Mobile Station (MS) dengan BSC (Base Station Controller). Sel masih dibagi lagi menjadi<br />

beberapa sektor, dimana misalnya Telkomsel dan beberapa operator lain biasanya membagi satu buah sel menjadi<br />

tiga sektor. Masing-masing sektor memiliki satu buah antena.<br />

Gambar Antena Tiga Sektor


Biasanya diterapkan dengan beberapa BTS dengan sedikit TRX dan daya transmisi rendah. Seperti konfigurasi sel<br />

payung, ini digunakan kebanyakan di area dengan kepadatan populasi tinggi atau lingkungan urban. Konfigurasi ini<br />

mempunyai keuntungan sebagai berikut:<br />

Cocok untuk suatu koneksi serial dari Abis-Interface. Konfigurasi ini berpotensi untuk menyelamatkan biayabiaya<br />

untuk jalur akses ke BSC. Kalau tidak, maka lokasi yang jamak juga perlu jalur sambungan yang banyak.<br />

Dari sudut pandang radio, keuntungan penggunaan sel 120 adalah frequency reuse di dalam satu sektor (satu<br />

arah) yang tidak menimbulkan interferensi dibanding dengan konfigurasi sel dengan antena omnidirectional.<br />

Sektorisasi mempermudah permintaan akan frekuensi karena mampu meningkakan kapasitas dengan tetap<br />

mempertahankan radius sel dan memperkecil banyaknya sel.<br />

Gambar Cakupan suatu area dengan 3 BTS sektorisasi. Setiap BTS melingkupi bagian 120<br />

Karena penyektoran mengurangi wilayah cakupan sel dari kelompok kanal tertentu, banyaknya handoff juga akan<br />

bertambah. Namun demikian, jika banyak BTS baru yang menggunakan metode penyektoran ini, maka proses<br />

handoff MS dari satu sektor ke sektor lain dapat dilakukan tanpa campur tangan MSC.Kenyataannya, handover<br />

yang tersinkronisasi (fine-synchronized) mudah diterapkan di antara sel-selnya. Dengan demikian proses handoff<br />

seringkali sudah bukan merupakan masalah pokok lagi. Namun demikian, satu kanal dari tiap BTS harus digunakan<br />

untuk pembuatan BCCH (Broadcast Control Channel).<br />

Sumber :<br />

Krisna Murti, Dhany., “Operasi Jaringan Seluler GSM”, Laporan Kerja Praktek di PT. Telekomunikasi Selular<br />

Regional Network Operation Bali-Nusra, Departemen Elektro, Universitas Indonesia, 2005.<br />

Heine, Gunnar., “GSM Networks: Protocols, Terminology, and Implementation”, Artech House, London,<br />

1999.<br />

Sunomo, “Pengantar Sistem Komunikasi Nirkabel”, Grasindo, 2004.<br />

Artikel


A. Soft Handoff<br />

SOFT HANDOFF PADA SISTEM CDMA2000<br />

(Yanto Sugianto-Januari 2008)<br />

Mobile berkomunikasi dengan dua atau tiga sektor pada sel yang berbeda. Base station yang mempunyai kontrol<br />

langsung pada proses panggilan selama handoff disebut base station utama (primary base station) sedangkan<br />

base station lain yang tidak mempunyai kontrol langsung pada proses panggilan disebut base station kedua<br />

(secondary base station). Soft handoff berakhir ketika base station utama atau base station kedua terputus. Jika<br />

base station utama terputus maka base station kedua menjadi base station utama yang akan menghandel proses<br />

panggilan tersebut.<br />

Ada dua tipe soft handoff, yaitu two way soft handoff terjadi ketika mobile station berkomunikasi dengan dua<br />

sektor pada sel yang berbeda, three way soft handoff terjadi ketika mobile station berkomunikasi dengan tiga<br />

sektor pada sel yang berbeda.<br />

B. Pilot Set<br />

Gambar 3.1 Two way soft handoff [1]<br />

Gambar 3.2 Three way soft handoff [1]<br />

Sebuah kanal pilot diidentifikasi oleh sebuah pilot offset dan sebuah pengalokasian frekuensi. Pilot tersebut<br />

dikumpulkan oleh kanal trafik forward dalam link CDMA forward. Setiap pilot ditandai oleh offset yang berbeda<br />

pada kode pseudorandom pendek yang sama. Semua pilot dalam sebuah pilot set mempunyai pengalokasian<br />

frekuensi CDMA yang sama. Pilot-pilot tersebut diidentifikasi oleh MS yang dibagi menjadi empat kategori, yaitu :<br />

1. Active set.


Set ini berisi kumpulan pilot-pilot pada kanal trafik forward pada base station yang akan dikirim oleh mobile<br />

station. Jumlah kanal pilot maksimum dalam active set adalah enam kanal pilot, dengan dua kanal pilot<br />

dihandel oleh sebuah penerima RAKE. Base station akan menginformasikan mobile station tentang isi dari<br />

active set menggunakan Channel Assignment Message atau Handoff Direction Message (HDM).<br />

2. Candidate set.<br />

Set ini berisi pilot-pilot yang tidak ada pada active set. Pilot-pilot tersebut sudah diterima dengan kuat sinyal<br />

yang cukup sebagai indikatorbahwa kanal trafik forward telah sukses melaksanakan proses demodulasi.<br />

Jumalah maksimum kanal pilot pada candidate set adalah sepuluh kanal pilot.<br />

3. Neighbor set.<br />

Set ini berisi pilot-pilot yang tidak ada pada active set atau candidate set. Neighbor list dikirim ke mobile<br />

station oleh parameter message system pada kanal paging. Jumlah kanal pilot untuk dijadikan neighbor list<br />

adalah empat puluh kanal pilot.<br />

4. Remaining set.<br />

Set ini terdiri dari semua pilot yang memungkinkan ada dalam sistem kecuali pilot-pilot pada active set,<br />

candidate set, dan neighbor set.<br />

C. Search Window<br />

Mobile station menggunakan tiga search window untuk mencari sinyal pilot yang diterima, yaitu :<br />

1. SRCH_WIN_A<br />

Mencari ukuran window untuk active set dan candidate set.<br />

2. SRCH_WIN_N<br />

Mencari ukuran window untuk neighbor set.<br />

3. SRCH_WIN_R<br />

Mencari ukuran window untuk remaining set.<br />

D. Parameter Handoff<br />

Ada beberapa parameter yang digunakan untuk mengatur perpindahan pilot dari tiap set yang berpengaruh<br />

terhadap performansi sistem selama handoff. Parameter-parameter tersebut antara lain :<br />

Pilot Detection Threshold (T_ADD)<br />

Parameter ini mengontrol perpindahan pilot dari neighborset atau remaining set ke active set atau candidate<br />

set. Pilot lain yang kuat tetapi tidak ada pada HDM merupakan sumber interferensi. Pengaturan nilai T_ADD<br />

mempengaruhi persentasi kemingkinan mobile station untuk handoff. Nilai parameter ini harus cukup rendah<br />

agar dapat segera menambahkan pilot yang berguna di mobile station dan harus cukup tinggi untuk<br />

menghindari kesalahan akibat noise.<br />

Comparasion Threshold (T_COMP)<br />

Parameter ini mengontrol perpindahan pilot-pilot dari candidate set ke active set apabila memiliki nilai Ec/It<br />

yang lebih besar T_COMP x 0,5 dB dari pada pilot active set.<br />

Pilot Drop Threshold (T_DROP) dan Drop Timer Threshold (T_TDROP)<br />

Kedua parameter tersebut mengontrol perpindahan pilot-pilot ke active set atau candidate set. Mobile station<br />

mulai menghidupkan timer ketika harga nilai Ec/It sebuah pilot pada active set atau candidate set menurun.<br />

Ketika nilai timer melebihi T_TDROP kemudian pilot berpindah dari active set atau candidate set ke neighbor<br />

set atau remaining set. T_DROP mempengaruhi persentasi kemungkinan mobile station untuk handoff.<br />

T_DROP harus diatur cukup tinggi agar tidak terlalu membuang pilot yang masih berguna dari kondisi active<br />

set atau candidate set. Selain itu T_TDROP juga harus lebih besar dari waktu yang dibutuhkan untuk<br />

membangun handoff.


E. Handoff Messages<br />

Parameter Range Suggested Value<br />

T_ADD -13.5 to 0 dB -13 dB<br />

T_COMP 0 to 7.5 dB 2.5 dB<br />

T_DROP -31.5 to 0 dB -15 dB<br />

T_TDROP 0 to 15 seconds 2 seconds<br />

Tabel 3.1 Nilai parameter handoff [1]<br />

Handoff messages pada sistem ini menggunakan Pilot Strength Measurement Message (PSMM), Handoff Direction<br />

Message (HDM), Handoff Completion Message (HCM), dan Neighbor List Update Message (NLUM).<br />

Mobile station mendeteksi pilot yang kuat (Ec/It) dan mengirimkan PSMM ke base sation. Base station kemudian<br />

mengalokasikan sebuah kanal trafik forward dan mengirimkan HDM ke mobile station. Pada proses HDM, mobile<br />

station memulai proses demodulasi pada kanal trafik baru dan mengirimkan HCM ke base station.<br />

Pilot Strength Measurement Message (PSMM) berisi informasi dari setiap sinyal pilot yang diterima mobile station<br />

diantaranya :<br />

Estimasi Ec/It<br />

Waktu kedatangan pilot<br />

Handoff drop timer<br />

Handoff Direction Message (HDM) berisi informasi, sebagai berikut :<br />

Urutan nomer HDM<br />

Kanal frekuensi CDMA yang digunakan<br />

Active set (pilot lama dan pilot baru [PN offset])<br />

Kode walsh yang berkaitan dengan setiap pilot dalam active set<br />

Ukuran window untuk active set dan candidat set<br />

Parameter handoff (T_ADD, T_COMP, T_DROP, T_TDROP)<br />

Handoff Completion Message (HCM) berisi informasi, sebagai berikut :<br />

Acknowledgment positif<br />

PN offset dari setiap pilot dalam active set<br />

Neighbor List Update Message (NLUM) dikirim oleh base station yang berisi daftar sel tetangga terbaru untuk pilot<br />

dalam active set.<br />

Mobile station mencari kuat sinyal pilot untuk semua pilot dalam sistem. Kuat sinyal itu dibandingkan dengan<br />

ambang batas (threshold) dari parameter-parameter soft handoff. Sebuah pilot dipindahkan dari satu set ke set<br />

lain tergantung pada kuat sinyal relatif yang diterima, berikut ini urutan pilot berada pada kondisi threshold yaitu :<br />

1. Daya pilot mencapai T_ADD. Mobile station mengirim PSMM dan memindahkan pilot dari neighbor set<br />

menjadi candidate set.<br />

2. Base station mengirim HDM ke mobile station dengan menambahkan pilot dalam active set.


Gambar 3.3 Pilot thresholds [1]<br />

3. Mobile station menerima HDM dan memperoleh kanal trafik baru. Pilot berpindah dalam active set dan<br />

mobile station mengirim HCM ke base station.<br />

4. Kuat sinyal pilot menurun dibawah T_DROP, mobile station mulai menjalankan handoff drop timer.<br />

5. Handoff drop timer telah habis, mobile station mengirim PSMM ke base station.<br />

6. Base statin mengirim HDM tanpa pilot yang tehubung ke mobile station.<br />

7. Mobile station menerima HDM. Pilot beralih ke neighbor set dan mobile station mengirim HCM ke base<br />

station.<br />

8. Mobile station menerima NLUM yang tidak termasuk pilot. Pilot beralih ke dalam remaining set.<br />

Mobile station memelihara T_TDROP untuk setiap pilot pada active set dan candidate set. Mobile station mulai<br />

mengaktifkan timer ketika kuat sinyal pilot Ec/It berada pada kondisi menurun dibawah threshold. Mobile station<br />

mereset dan mematikan timer jika kuat sinyal pilot berada di atas threshold. Ketika ada anggota neighbor set atau<br />

remaining set melebihi kondisi T_ADD, mobile station memindahkan pilot candidate set dan mengirim PSMM ke<br />

base station. Seperti kuat sinyal pilot pada candidate set, Pc secara bertahap meningkat melebihi kuat sinyal pilot<br />

pada active set Pa. sebuah PSMM dikirim ke base station jika :<br />

Pc Pa T _ COMP 0.<br />

5 dB<br />

(3-1)<br />

Dimana : Pa = panjang pilot pada active set<br />

Pc = panjang pilot pada candidate set


F. Pemeliharaan Pilot Set<br />

F.1 Pemeliharaan Active Set<br />

Gambar 3.4 Perpindahan pilot dari neighbor/remaining set ke active set [1]<br />

Active set adalah diinisialisai hanya berisi untuk satu pilot (pilot yang termasuk dalam kanal trafik forward). Ini<br />

terjadi ketika mobile station pertama menjadi kanal trafik forward. Seperti proses HDM di mobile station, maka<br />

akan memperbaharui active set dengan daftar pilot yang berada di HDM.<br />

Suatu pilot Pc dari candidate set akan ditambahkan ke active set ketika Pc melebihi suatu anggota dari active set di<br />

T_COMP. Suatu pilot Pa dari active set akan dipindahkan ketika Pa telah menurun di bawah T_DROP dan T_TDROP<br />

telah berakhir.<br />

F.2 Pemeliharaan Candidate Set<br />

Gambar 3.4 Active set maintenance [1]<br />

Candidate set adalah diinisialisasi dengan tidak adanya pilot. Ini terjadi ketika mobile station pertama termasuk<br />

dalam kanal trafik forward. Sebuah pilot Pn dari neighbor set menjadi candidate set dimana kuat pilot melebihi<br />

T_ADD. Juga sebuah pilot Pr dari remaining set akan berpindah ke candidate set dimana kuat pilot melebihi<br />

T_ADD. Sebuah pilot Pc akan dihapus dari candidate set ketika timer Pc di T_TDROP telah habis.


F.3 Pemeliharaan Neighbor Set<br />

Gambar 3.5 Candidate set maintenance [1]<br />

Neighbor set adala diinisialisasi dengan spesifik pilot dari pilot yang diterima paling akhir di pesan Neighbor List. Ini<br />

terjadi ketika mobile station pertama menjadi kanal trafik forward. Mobile station memelihara konter AGE untuk<br />

setiap pilot dalam neighbor list. Jika pilot berpindah dari active set atau candidate set ke neighbor set, di konter<br />

AGE diinisialisasi sama dengan nol (0). Bagaimanapun, jika sebuah pilot berpindah dari remaining set ke neighbor<br />

set, konter harus diset dengan harga AGE maksimum.<br />

Mobile station akan menambahkan pilotnya pada neighbor set dalam kondisi:<br />

Sebuah pilot dalam active set ketika tidak berada dalam HDM, dan timer di T_TDROP telah habis.<br />

T_TDROP sebuah pilot dalam candidate set telah habis.<br />

Adanya pilot baru dalam candidate set, karena ukuran candidate set telah melebihi batas.<br />

Pilot yang berada dalam Neighbor List message dan pilot tidak siap untuk menjadi pilot candidate set atau<br />

neighbor set.


Gambar 3.6 Neighbor set maintenance [1]<br />

Mobile station akan menghapus pilotnya pada neighbor set dalam kondisi:<br />

HDM yang berisi suatu pilot dari neighbor set.<br />

Kekuatan sebuah pilot dalam neighbor set melebihi T_ADD.<br />

Adanya pilot baru dalam neighbor set, karena ukuran neighbor set telah melebihi batas.<br />

Sebuah pilot AGE pada neighbor set melebihi nilai maksimum dari konter AGE.<br />

Oleh : Yanto Sugiyanto, mahasiswa teknik elektro Universitas Muhammadiyah Malang.<br />

Bahan bacaan :<br />

[1] Garg, Vijay K. 2000, IS-95 CDMA and CDMA2000 Cellular/PCS System Implementation. London :<br />

Prentice-Hall, Inc.<br />

[2] Santoso, Gatot. 2004, Sistem Selular CDMA (Code Division Multiple Access). Yogyakarta : Graha<br />

Ilmu.<br />

Artikel


1. UMUM<br />

Arsitektur Jaringan UMTS<br />

(Yanto Sugiyanto)<br />

Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) saat ini dipandang sebagai sebuah sistem impian yang<br />

menggantikan Global System for Mobile Communication (GSM). UMTS merupakan salah satau evolusi generasi<br />

ketiga (3G) dari jaringan mobile. UMTS juga memperlihatkan permintaan yang makin berkembang dari aplikasi<br />

mobile dan aplikasi internet untuk kapasitas baru sehinga dunia komunikasi mobile makin ramai. Transmisi<br />

peningkatan jaringannya mencapai kecepatan sampai 2 Mbps per pemakai mobile dan menetapkan suatu standard<br />

penjelajahan yang global.<br />

UMTS disebut juga sebagai Wideband - Code Division Multiple Access (W-CDMA). Sistem ini mengijinkan banyak<br />

aplikasi yang lain untuk diperkenalkan ke pelosok di seluruh dunia kepada para pemakai mobile dan menyediakan<br />

suatu link yang penting di masa kini antara sistem GSM dan standar terakhir dari worldwide tunggal untuk seluruh<br />

telekomunikasi mobile, International Mobile Telecommunications-2000 (IMT-2000).<br />

2. IMT-2000<br />

Karakteristik utama dari sistem 3G yang kita kenal sebagai IMT-2000, adalah satu keluarga yang mempunya<br />

standar campatible dan memiliki karakteristik sebagai berikut ;<br />

Digunakan diseluruh dunia<br />

Digunakan untuk seluruh aplikasi mobile<br />

Support terhadap transmisi data dari packed-switched dan circuit switched<br />

Menawarkan rate data tinggi sampai 2 Mbps<br />

Menawarkan efesiansi spectrum yang tinggi<br />

IMT-2000 adalah satu set persyaratan yang dikeluarkan oleh International Telecommunications Union (ITU). IMT<br />

mewakili Intenational Mobile Telecommunications, dan 2000 menggambarkan dari tahun yang dijadwalkan untuk<br />

sistem percobaan awal dan cakupan frekwensi dari 2000 MHZ (WARC'92; 1885-2025 MHZ dan 2110-2200 MHZ).<br />

Semua standar 3G telah dikembangkan oleh regional standards developing organizations (SDOs). Secara<br />

keseluruhan proposal yang telah disampaikan oleh regional SDOs di ITU pada tahun 1998 sebanyak 17 proposal<br />

yang berbeda untuk standar IMT-2000, 11 proposal untuk sistem teresterial dan 6 proposal untuk mobile satellite<br />

systems (MSSs). Pada akhir tahun 1998 proposal itu telah dievaluasi secara lengkap, dan pertengahan 1999 telah di<br />

negosiasikan pada consensus yang berbeda pandangan sehingga 17 proposal tersebut telah disetujui sebagai<br />

standar IMT-2000 oleh ITU.<br />

Paling utama dari proposal IMT-2000 adalah UMTS (W-CDMA) sebagai pengganti dari GSM, CDMA2000 sebagai<br />

pengganti dari standar sementara ’95 (IS 95), dan time division – synchronous CDMA (TD-SCDMA) (universal<br />

wireless communications-136 [UMC-136]/EDGE) sebagai dasar peningkatan TDMA untuk D-AMPS/GSM.<br />

UMTS mengijinkan banyak aplikasi untuk diperkenalkan kepada pemakai diseluruh dunia dan menyediakan<br />

berbagai link terpenting dari system GSM di masa kini dan IMT-2000. Jaringan baru juga harus menunjukkan<br />

pertumbuhan permintaan dari mobile dan aplikasi internet untuk kapasitas baru di dunia komunikasi mobile yang<br />

sudah padat. Peningkatan kecepatan transmisi UMTS sampai 2 Mbps per pemakai mobile dan menetapkan suatu<br />

standar penjelajahan yang global.<br />

UMTS dikembangkan oleh Third-Generation Partnership Project (3GPP), suatu usaha patungan dari beberapa SDOs<br />

– ETSI (Eropa), Association of Radio Industries and Business / Telecommunication Technology Committee<br />

(ARIB/TTC) (Jepang), American National Standards Institute (ANSTI) T-1 (USA), Telecommunication Technology<br />

Association (TTA) (South Korea), and Chinese Wireless Telecommunication Standard (CWTS) (China). Untuk<br />

menjangkau penerimaan global, 3GPP memperkenalkan UMTS dalam beberapa tahap dan rilis tahunan. Rilis<br />

pertama (UMTS Rel. ’99), diperkenalkan pada bulan Desember 1999, ini menunjukkan peningkatan dan pergantian<br />

untuk jaringan GSM yang ada. Untuk rilis kedua (UMTS Rel. ’00), pergantian yang sama diusulkan sebagai<br />

peningkatan untuk IS-95 (dengan CDMA2000) dan TDMA (dengan TD-CDMA dan EDGE).


Perubahan yang paling penting dalam Rel. ’99 adalah UMTS Terrestrial Radio Access (UTRA), suatu antarmuka<br />

radio W-CDMA untuk komunikasi land-based. UTRA mendukung Time Division Duplex (TDD) dan Frequency<br />

Division Duplex (FDD). Model TDD dioptimalkan untuk public micro dan pico cells dan aplikasi cordless tanpa<br />

lisensi. Model FDD dioptimalkan untuk cakupan area yang luas, yaitu; public macro dan micro cells. Kedua model<br />

tersubut menawarkan rate data yang dinamis dan fleksibel sampai 2 Mbps. Model UTRA yang digambarkan lain,<br />

multicarrier (MC), diharapkan untuk dapat kompatibel antara UMTS dan CDMA2000.<br />

3. Arsitektur Jaringan UMTS<br />

Gambar 1. Konsep Evolusioner<br />

UMTS (Rel. ’99) mempersatukan peningkatan dari GSM tahap 2+ Core Network dengan GPRS dan CAMEL.<br />

Memungkinkan operator jaringan untuk menikmati peningkatan efesiensi biaya karena UMTS dapat melindungi<br />

investasi 2G dan mengurangi resiko dari implementasi tersebut.<br />

Dalam UMTS rilis 1 (Rel. ’99), telah diperkenalkan suatu jaringan kases radio baru UMTS Terrestrial Radio Access<br />

Network (UTRAN). UTRAN, UMTS Radio Access Network (RAN), dapat dihubungkan dengan GSM tahap 2+ Core<br />

Network (CN) melalui Iu. Iu merupakan antarmuka UTRAN antara Radio Network Controller (RNC) dan CN;<br />

antarmuka UTRAN antara RNC dan packet-switched domain dari CN (Iu-PS) adalah digunakan untuk data PS dan<br />

antarmuka UTRAN antara RNC dan circuit-switched domain dari CN (Iu-CS) adalah digunakan untuk data CS.<br />

Mobile Stations (MSs) “GSM-only” akan dapat dihubungkan ke jaringan melalui GSM air (radio) interface (Um).<br />

UMTS/GSM dual-mode user equipment (UE) akan dapat dihubungkan ke jaringan melalui UMTS air (radio)<br />

interface (Uu) pada rate data yang sangat tinggi (hampir sampai 2 Mbps). Diluar layanan area UMTS, UMTS/GSM<br />

UE akan dapat dihubungkan ke jaringan dengan mengurangi rate data melalui Um.<br />

Maksimum data rate adalah 115 kbps untuk data CS oleh HSCSD, 171 kbps untuk data PS oleh GPRS, dan 553 kbps<br />

oleh EDGE. Mendukung handover antara UMTS dan GSM, dan handover antara UMTS dan system 3G yang lain<br />

(e.g., multicarrier CDMA [MC-CDMA]) akan dapat mendukung semua akses diseluruh dunia dengan benar.


Gambar 2. Rate Transmisi<br />

Public Land Mobile Network (PLMN) diuraikan dalam UMTS Rel. ’99 mempersatukan 3 kategari utama dari elemen<br />

jaringan ;<br />

1. GSM Phase ½ core network elements; mobile service switching center (MSC), visitor location register (VLR),<br />

home location register (HLR), authentication center (AC), and equipment identity register (EIR)<br />

2. GSM Phase 2+ enhancements; GPRS (serving GPRS support node [SGSN] dan gateway GPRS support node<br />

[GGSN]) dan CAMEL (CAMEL service environment [CSE])<br />

3. Peningkatan dan modifikasi UMTS yang spesifik, terutama UTRAN.<br />

3.1. Elemen jaringan dari GSM Phase ½<br />

GSM phase ½ PLMN berisi dari 3 subsistem; base station subsystem (BSS), network dan switching subsystem (NSS),<br />

dan operations support system (OSS). BSS berisi dengan beberapa unit fungsional; base station controller (BSC),<br />

base transcievier station (BTS) dan transcoder and rate adapter unit (TRAU). NSS berisi beberapa unit fungsional;<br />

MSC, VLR, HLR, EIR, dan AC. MSC berfungsi menyediakan seoerti switching, signaling, paging, dan inter-MSC<br />

handover. OSS berisi operation dan maintenance centers (OMSs), yang digunakan untuk remote dan tugas<br />

centralized operation, administration, dan maintenance (OAM).


3.2. Elemen jaringan dari GSM Phase 2+<br />

3.2.1. GPRS<br />

Gambar 3. Jaringan UMTS Tahap 1<br />

Yang terpenting dari bagian evolusioner GSM menuju UMTS adalah GPRS. GPRS memperkenalkan PS kedalam GSM<br />

CN dan mengijinkan akses langsung ke packet data networks (PDNs). Transmisi PS ini memungkinkan untuk rate<br />

data tinggi dengan baik diluar batas 64 kbps dari ISDN melalui GSM CN, transmisi data rate untuk UMTS<br />

diperlukan sampai 2 Mbps. GPRS akan siapkan dan menoptimalisasi CN untuk data rate yang tinggi pada transmisi<br />

PS, seperti halnya UMTS dengan UTRAN pada RAN. Seperti itu juga, GPRS adalah suatu persyaratan untuk<br />

pengenalan UMTS.<br />

Dua unit fungsional ini meluas dari arsitektur GSM NSS untuk layanan GPRS PS; GGSN dan SGSN, GGSN mempunyai<br />

fungsi membandingkan pada gateway MSC (GMSC). SGSN berada pada level hirarki yang sama sebagai visited MSC<br />

(VMSC)/VLR dan melaksanakan fungsi yang dapat diperbandingkan seperti routing dan mobility management.<br />

3.2.2. CAMEL<br />

CAMEL memungkinkan akses di seluruh dunia pada operator yang memakai aplikasi IN seperti prepaid, call<br />

screening, dan supervision. CAMEL adalah peningkatan utama GSM tahap 2+ untuk pengenalan konsep UMTS<br />

virtual home environment (VHE). VHE adalah suatu platform dari definisi layanan fleksibel (koleksi dari jasa kreasi<br />

tool) itu memungkinkan operator untuk memodifikasi atau penigkatan layanan yang sudah ada ada atau membuat<br />

layanan baru. Lagipula, VHE memungkinkan akses diseluruh dunia ke layanan spesifik operator ini dalam setiap<br />

GSM dan UMTS PLMN dan memperkenalkan layanan location-based (oleh interaksi dengan GSM/UMTS mobility<br />

management). A CSE dan suatu protokol baru dari common control signaling system 7 (SS7) (CCS7), CAMEL<br />

application part (CAP), dipergunakan pada CN untuk memperkenalkan CAMEL.<br />

3.3. Elemen jaringan dari UMTS Phase 1<br />

Telah disebutkan di atas, bahwa UMTS berbeda dengan GSM tahap 2+ kebanyakan dalam prinsip yang baru untuk<br />

transmisi interface udara (W-CDMA sebagai ganti dari TDMA / FDMA). Oleh karena itu, suatu RAN yang baru


disebut dengan UTRAN harus dikenalkan dengan UMTS. Hanya proyeksi modifikasi, seperti alokasi dari trnascoder<br />

(TC) berfungsi untuk penekanan suara pada CN, dibutuhkan dalam CN untuk mengakomodasi perubahan itu.<br />

Fungsi TC adalah digunakan bersama dengan interworking function (IWF) untuk konversi protokol antara interface<br />

A dan Iu-CS.<br />

3.3.1. UTRAN<br />

Standar UMTS dapat dilihat debagai suatu perluasan dari jaringan yang ada. Dua elemen jaringan baru telah<br />

diperkenalkan dalam UTRAN, RNC, dan Node B. UTRAN dibagi lagi dalam radio network system (RNSs) yang<br />

individual, dimana masing-masing RNS adalan dikontrol oleh RNC. RNC dihubungkan ke suatu set dari elemen<br />

Node B, yang mana masing-masing Node B dapat melayani satu atau beberapa sel.<br />

Gambar 4. UMTS tahap 1: UTRAN<br />

Elemen jaringan yang ada, seperti MSC, SGSN, dan HLR, dapan diperluas untuk mengadopsi persyaratan UMTS,<br />

tapi RNC, Node B, dan handset harus didesain baru semua. RNC akan menjadi pengganti untuk BSC, dan Node B<br />

akan berfungsi hampir sama seperti BTS. Jaringan GSM dan GPRS akan dikembangkan, dan layanan baru akan<br />

terintegrasi ke dalam keseluruhan jaringan yang keduanya berisi interface yang sudah ada seperti A, Gb, dan Abis,<br />

dan termasuk Iu yang merupakan interface baru, interface UTRAN antara Node B dan RNC (Iub), dan interface<br />

UTRAN antara dua RNCs (Iur).<br />

Empat interface terbuka baru dalam UMTS ;<br />

Uu: interface UE ke Node B (UTRA, the UMTS W-CDMA air interface)<br />

Iu: interface RNC ke GSM tahap 2+ CN (MSC/VLR atau SGSN)<br />

o Iu-CS untuk data circuit-switched<br />

o Iu-PS untuk data packet-switched<br />

Iub: interface RNC ke Node B<br />

Iur: interface RNC ke RNC, bukan perbandingan ke interface yang lain dalam GSM.<br />

Interface dari Iu, Iub, dan Iur adalah bersadarkapan pada prinsip transmisi ATM.<br />

RNC memungkinkan otonomi dari radio resource management (RRM) oleh UTRAN. RRM melaksanakan fungsi yang<br />

sama seperti GSM BSC, menyediakan central control untk elemen RNS (RNC dan beberapa Node B).


RNC menangani pertukaran protokol antara interface Iu, Iur, dan Iub dan bertanggung jawab untuk centralized<br />

operation dan maintenance (O&M) dari keseluruhan RNS dengan akses bagi OSS. Karena interfacenya berbasis<br />

ATM, RNS memindahkan sel ATM antara interface Iu, Iur, dan Iub. Para pemakai data pada circuit-switched dan<br />

packet-switched besaral dari interface Iu-CS dan Iu-PS merupakan multiplex bersama untuk transmisi multimedia<br />

melalui interface Iur, Iub, dan Uu untuk dan dari UE.<br />

RNC menggunakan interface Iur, yang tidak sama dalam GSM BSS, untuk secara otonomi menangani 100 persen<br />

dari RRM, menghilangkan beban dari CN. Melayani fungsi kontrol seperti admission, koneksi RRC ke UE,<br />

keberagaman makro atau handover dan congestion sepenuhnya diatur oleh serving RNC (SRNC) tunggal.<br />

Jika RNC yang lain dilibatkan dalam koneksi yang aktip melalui suatu soft handover inter-RNC, dideklarasikan<br />

sebagai suatu drift RNC (DRNC). DRNC hanya bertanggung jawab untuk alokasi dari sumber kode. A dimungkinkan<br />

untuk mengalokasikan ulang dari fungsi SRNC bagi DRNC yang terdahulu (alokasi ulang serving radio network<br />

subsystem [SRNS]). Bagian dari controlling RNC (CRNC) digunakan untuk menggambarkan RNC yang mengontrol<br />

sumber logika dari akses poin UTRAN.<br />

3.3.2. Node B<br />

Gambar 5. Fungsi RNC<br />

Node B merupakan unit fisik dari transmisi /resepsi radio dengan menggunakan sel. Tergantung pada<br />

sektorisasinya (omni/sektor sel), satu sel atau lebih dapat dilayani oleh node B. Suatu Node B tunggal dapat<br />

mendukung kedua model dari FDD dan TDD, dan model tersebut dapat menjadi co-located dengan BTS GSM untuk<br />

mengurangi cost dari implementasinya. Node B dihubungkan dengan UE melalui interface radio Uu W-CDMA dan<br />

dihubungkan dengan RNC melaui interface Iub yang berbasis ATM. Node B merupakan titik dari terminal ATM.<br />

Tugas utama dari Node B adalah mengkonversi data dari dan untuk interface radio Uu, termasuk forward error<br />

correction (FEC), adaptasi nilai, spreading/despreading W-CDMA, dan modulasi quadrature phase shift keying<br />

(QPSK) pada interface udara. Node B mengukur kekuatan dan kualitas koneksi dan menentukan dari frame error<br />

rate (FER), transmisi data ini ditujukan kepada RNC sebagai laporan pengukuran dari handover dan kombinasi<br />

keaneka ragaman yang makro. Node B juga bertanggung jawab untuk softer handover FDD. Kombinasi keaneka<br />

ragaman mikro bebas dilakukan, menghapus kebutuhan untuk transmisi penambahan kapasitas dalam Iub.


Node B juga beparsitipasi dalam kontrol daya, sebagai sesuatu yang memungkinkan untuk penyesuaian daya<br />

memakai perintah downlink (DL) transmission power control (TCP) melalui inner-loop power control berdasarkan<br />

pada informasi uplink (UL) TCP. Nilai-nilai yang sudah dikenal dari inner-loop power control berasal dari RNC<br />

melalui outer-loop power control.<br />

3.3.3. UMTS UE<br />

Gambar 6. Overview Node B<br />

UMTS UE pada prinsipnya sama dengan MS GSM yang memisahkan antara mobile equipment (ME) dan kartu<br />

UMTS subscriber identity module (U-SIM). UE adalah bagian pendukung untuk berbagai elemen jaringan dalam<br />

fungsi dan prosedur yang bermacam-macam.<br />

Gambar 7. Fungsi UE


4. Bahan bacaan<br />

http://www.iec.com [the international engineering consortium]<br />

http://www.umtsworld.com [news and information about 3G mobile networks]<br />

1. Jaringan Internet dan Jaringan Seluler<br />

Teknologi IMS (IP Multimedia Subsystem) Pada Jaringan 3G<br />

(Rudyno Nasrial)<br />

Artikel<br />

Jaringan 3G bertujuan menggabungkan 2 paradigma sukses dalam komunikasi yaitu internet dan komunikasi<br />

seluler. IP Multimedia Subsystem (IMS) adalah elemen kunci dalam arsitektur 3G yang memungkinkan tersedianya<br />

akses seluler di manapun ke seluruh layanan internet yang tersedia. IMS memugkinkan anda dapat browsing web<br />

favorit, membaca email, menonton film atau ikut videoconference di manapun anda berada dengan hanya<br />

mengeluarkan perangkat 3G anda. Inilah visi dari layanan IMS.<br />

Gambar 1. Arsitektur jaringan 3G (UMTS) S secara umum<br />

Standar IP Multimedia Subsystem (IMS) mendefinisikan arsitektur umum yang menawarkan layanan VoIP dan<br />

multimedia. Merupakan internasional yang pertama kali dispesifikasi oleh Third Generation PartnershipProject<br />

(3GPP/3GPP2) dan sekarang dikembangkan oleh badan standarisasi lainnya seperti ETSI/TISPAN. Standar IMS<br />

mendukung banyak teknologi akses jaringan termasuk GSM, WCDMA, CDMA2000, akses pita lebar jaringan tetap<br />

dan WLAN.<br />

Internet mengalami pertumbuhan dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Internet telah berkembang dari<br />

jaringan kecil yang pada awalnya menghubungkan beberapa situs penelitian hingga menjadi sebuah jaringan yang<br />

sangat besar. Alasan utama pertumbuhan ini adalah kemampuannya untuk menyediakan sejumlah layanan yang<br />

berguna dan variatif bagi jutaan penggunanya. Layanan yang paling dikenal adalah world wide web dan email,<br />

tetapi selain itu ada pengiriman pesan singkat, presence, messenger, serta layanan komunikasi antar client seperti<br />

VoIP (Voice over IP), videoconference, dan shared whiteboards. Internet mampu menyediakan banyak layanan<br />

baru karena penggunaan protokol yang terbuka dan tersedia di web untuk digunakan para pengembang layanan


atau pemrogram. Ditambah lagi, perangkat yang digunakan untuk menciptakan layanan internet banyak diajarkan<br />

di universitas dan diterbitkan pada banyak buku.<br />

Semakin banyaknya orang yang memiliki pengetahuan luas tentang tentang tentang teknologi protokol internet<br />

(IP) menghasilkan implikasi penting dan kenyataan bahwa orang yang mengembangkan layanan baru adalah orang<br />

yang juga akan menggunakannya. Dapat dibilang orang yang tertarik catur tentu akan tertarik bermain catur di<br />

internet. Pengguna ini akan mampu membuat program aplikasi catur dan membuatnya bekerja pada internet<br />

menggunakan protokol transport yang sudah ada.<br />

Di satu sisi, jika protokol yang digunakan tidak terbuka maka akan sedikit orang yang mampu mengaksesnya, orang<br />

yang memprogram aplikasi catur adalah orang yang memiliki pengetahuan dalam akan protokolnya tetapi tidak<br />

pada catur. Mudah sekali untuk menebak siapa yang akan membuat program catur terbaik: pemain catur yang<br />

mengerti apa yang diharapkan dari program catur dan/atau sebagai ahli protokolnya. Faktanya, inilah yang diraih<br />

internet. Jumlah ahli protokol sangat tinggi sehingga hampir selalu ada seseorang dalam suatu komunitas (contoh<br />

komunitas catur) yang mengerti kebutuhan komunitasnya dan protokol yang terlibat untuk membuat programnya.<br />

Saat ini, jaringan telepon seluler memberikan layanan kepada hampir 1 milyar pengguna di seluruh dunia. Layanan<br />

ini tidak terbatas pada panggilan telepon saja. Jaringan seluler modern menyediakan layanan pengiriman pesan<br />

dari pesan teks sederhana (contoh SMS) sampai pesan multimedia yang menarik, seperti pesan video, audio, dan<br />

teks sekaligus (MMS). Pengguna seluler mampu menjelajah internet dan membaca email menggunakan koneksi<br />

data, dan dan beberapa operator bahkan memberikan layanan lokasi yang memberitahu pengguna ketika ada<br />

teman atau kolega di dekatnya.<br />

Namun demikian, jaringan seluler tidak menjadi begitu menarik ketika penggunanya aksesnya terbatas pada<br />

layanan yang operator tawarkan. Jaringan utamanya harus bisa memberikan coverage layanan di mana pun. Di<br />

dalam sebuah negara; pengguna dapat menggunakan terminalnya tidak hanya di kota, tetapi juga di pedesaan.<br />

Tambahan lagi, perjanjian roaming internasional yang sudah dilakukan antar operator yang memberikan akses<br />

layanan seluler kepada pengguna ketika mereka di luar negri.<br />

Ukuran terminal yang mengecil juga membantu penyebaran jaringan seluler. Terminal modern dapat bekerja<br />

beberapa hari tanpa baterainya harus diisi ulang. Hal ini membuat pengguna dapat membawa terminalnya tanpa<br />

kesulitan yang berarti.<br />

2. Konsep dan Latar Belakang IMS<br />

Dari penjelasan ini timbul pertanyaan di benak kita, ”Kenapa kita perlu IMS?”<br />

Konsep IMS adalah memberikan layanan internet di mana pun dan kapan pun menggunakan teknologi seluler.<br />

Pada sisi lain, jaringan seluler juga membrikan layanan dengan jangkauan yang luas, yang termasuk layanan<br />

interent yang paling sukses seperti pengiriman pesan instan. Kenyataannya, pengguna seluler mana pun dapat<br />

mengakses internet menggunakan koneksi data dan dengan cara ini layanan internet dapat tersedia. Lalu kenapa<br />

kita memerlukan IMS?<br />

Bagi operator, IMS mengambil konsep arsitektur berlapis lebih jauh dengan mendefinisikan arsitektur horizontal, di<br />

mana fungsi umum seperti OSS dan pelayanan dapat digunakan pada banyak aplikasi. Arsitektur horizontal pada<br />

IMS juga menyediakan interoperabilitas dan roaming, dan mampu mengontrol bearer sebagai pembawa informasi,<br />

termasuk pembebanan dan keamanan jaringan. IMS mengintegrasikan layanan suara dan data, sementara<br />

mengadopsi keunggulan-keunggulan teknologi pada sisi IT-nya. Dengan demikian IMS menjadi kunci menuju<br />

konvergensi jaringan tetap dan bergerak (Fixed-Mobile Convergence). Oleh karena alasan ini, IMS banyak<br />

ditawarkan para vendor sebagai solusi jaringan untuk operator yang menyelenggarakan bisnis layanan multimedia<br />

sekaligus untuk akses jaringan bergrak dan tetap.


Gambar2. Arsitektur jaringan IMS<br />

IMS mampu mengirimkan layanan lebih berstandarisasi, dan terstruktur yang merupakan ciri khas kebanyakan<br />

arsitektur berlapis. Pada saat yang sama, IMS menyediakan arsitektur yang mampu menyederhanakan dan<br />

mempercepat penciptaan layanan dan proses aktivasi dan administrasi layanan (provisioning), sekaligus tetap<br />

mendukung layanan dari jaringan eksisting.<br />

Untuk memudahkan pemahaman akan konsep arsitektur berlapis, kita dapat mengambil contoh pada jaringan<br />

internet. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian pendahuluan, Internet mampu menyediakan banyak layanan<br />

baru karena penggunaan protokol yang terbuka dan tersedia di web untuk digunakan para pengembang layanan<br />

atau pemrogram. Penciptaan layanan melalui internet adalah hal yang sangat berbeda: dengan meng-upgrade<br />

server dan software dari klien tanpa perlu memodifikasi node-node pada jaringan inti. Untuk menambahkan<br />

layanan baru pada internet, hanya perlu mendefinisikan protokol lapisan aplikasi dan memberitahu pelanggan<br />

untuk meng-upgrade softwarenya. Dalam mode web, pengguna hanya perlu menginstall browser yang universal.<br />

Oleh karena itu internet secara konstan mulai melakukan penetrasi layanan telekomunikasi seperti VoIP, Instant<br />

Messaging, dsb.<br />

Melihat penetrasi internet yang semakin pesat, perusahaan telekomunikasi tradisional sekarang menghadapi<br />

masalah seperti penurunan ARPU (Average Revenue Per User) dan pertumbuhan pelanggan yang lambat. Kuncinya<br />

adalah untuk menyediakan layanan yang lain daripada yang lain yang dapat membantu operator semakin<br />

kompetitif dan mampu meningkatakan ARPU. Tidak diragukan lagi, operator sering menawarkan produk yang<br />

serupa pada PSTN ataupun PLMN tradisional lainnya. Selain itu, sangatlah sulit untuk memperkenalkan layanan<br />

baru ke dalam jaringan karena karakterisktik jaringan yang mengharuskan modifikasi node-node pada jaringan inti<br />

untuk menciptakan dan mengimplementasikan layanan baru.


Gambar 2. IMS dapate terintegrasi dengan berbagai macam teknologi telekomunikasi<br />

Arsitektur IMS yang horizontal memudahkan operator untuk mengimplementasikan layanan baru, mengeliminasi<br />

struktur jaringan tradisional yang kompleks dan boros. Bagi operator jaringan bergerak dan tetap, untuk jangka<br />

panjang IMS menyediakan jalur migrasi yang lebih aman menuju arsitektur yang total berbasis IP yang mampu<br />

menyediakan permintaan user akan layanan baru yang lebih variatif, menarik dan berguna.<br />

IP Multimedia Subsystem (IMS) menyediakan pola sukses internet pada jaringan telekomunikasi, yang akan<br />

menyelesaikan masalah-masalah tersebut yang menganggu operator telekomunikasi. IMS adalah subsistem<br />

pengendali pada layer yang lebih tinggi, tidak tergantung pada akses teknologi tertentu.<br />

Perlu lebih jauh diklarifikasi apa yang dimaksud dengan menggabungkan dunia internet dan seluler dan di mana<br />

letak keuntungannya. Untuk itu, diperlukan pengenalan domain-domain yang berbeda pada jaringan 3G berbasis<br />

IMS, yaitu domain circuit-switched dan packet-switched.<br />

Domain circuit-switched adalah evolusi dari teknologi yang digunakan pada jaringan 2G. Sirkuit pada domain ini<br />

dioptimasikan untuk mengangkut video dan suara, meskipun domain ini jauga dapat digunakan untuk mengangkut<br />

pesan pendek.<br />

Meskipun teknologi circuit-switched telah digunakan sejak kelahiran telepon, tren yang ada adalah untuk<br />

menggantikannya dengan teknologi packet-switched yang lebih efisien. Jaringan seluler juga mengikuti tren ini<br />

dan, jaringan 3G menggunakan domain packet-switched.<br />

Domain packet-switched menyediakan akses IP ke internet. Sementara terminal 2G bertindak sebagai modem<br />

untuk membawa paket IP melalui sebuah sirkuit, terminal 3G menggunakan teknologi packet-switched yang<br />

khusus untuk melakukan komunikasi data. Dengan cara ini, transmisi data bisa lebih cepat dan bandwidth untuk<br />

akses internet yang tersedia juga meningkat. Pengguna dapat menelusuri web, membaca email, men-download<br />

video, dan secara maya pengguna dapat melakukan apapun melewati koneksi internet broadband, seperti ISDN<br />

(Integrated Service Digital Line Network) atau DSL (Digital Subscriber Line). Hal ini berarti pengguna mana pun<br />

dapat menginstalasi klien VoIP dalam terminal 3G-nya dan membuat panggilan VoIP melalui domain packetswitched.<br />

Pengguna tersebut dapat mengambil keuntungan dari seluruh layanan yang ditawarkan internet, seperti<br />

voicemail layanan videoconference.<br />

3. Keunggulan Layanan Berbasis Teknologi IMS<br />

Sekali lagi kenapa diperlukan IMS, jika semua kelebihan internet sudah tersedia pada pengguna 3G melalui domain<br />

paket. Jawabannya adalah QoS (Quality of Service), pembebanan, dan integrasi layanan yang berbeda-beda.


Problem utama dengan domain paket dalam memberikan layanan real-time multimedia adalah domain ini<br />

memberikan layanan yang bersifat best effort tanpa ada QoS. Jaringan tidak memberi jaminan jumlah bandwith<br />

yang didapat pengguna untuk suatu koneksi khusus atau mengenai waktu tunda yang dialami paket. Oleh karena<br />

itu, kualitas percakapan VoIP dapat berubah secara dramatis selama urasinya. Pada titik tertentu suara seseorang<br />

pada ujung telepon yang lain dapat terdengar jelas, beberapa waktu kemudian sudah tidak terdengar demngan<br />

jelas lagi. Mencoba menjaga percakapan (atau sebuah videoconference) dengan QoS yang kurang adalah tidak<br />

baik.<br />

Jadi, salah satu alasan terciptanya IMS adalah untuk menyediakan QoS yang diperlukan untuk dinikmati pada sesi<br />

multimedia. IMS memperhatikan pembuatan sesi multimedia yang sinkron dengan QoS yang ditentukan sehingga<br />

pengguna terpuaskan.<br />

Alasan lainnya adalah IMS dibuat untuk melakukan pembebanan pada sesi multimedia dengan layak. Pengguna<br />

yang terlibat dalam sebuah videoconference melalui domain paket biasanya memindahakan sejumlah informasi<br />

(yang terdiri dari audio dan video yang sudah dikodekan). Bergantung pada operator 3G, pemindahan sejumlah<br />

data dapat mengakibatkan biaya yang besar bagi pengguna, karena biasanya operator melakukan pembebanan<br />

berdasarkan jumlah byte yang dikirimkan. Operator dari pengguna tidak dapat mengikuti model bisnis yang<br />

berbeda untuk melakukan pembebanan kepada pelanggan karena operator tidak memperhatikan konten dari<br />

byte-byte tersebut: bisa saja byte tersebut berasal dari sesi VoIP, pesan singkat, halaman web, atau sebuah email.<br />

Pada sisi lain, jika operator memperhatikan layanan aktual yang sedang digunakan pengguna, operator dapat<br />

menyediakan skema alternatif pembebanan yang mungkin lebih menguntungkan bagi pengguna. Sebagai contoh,<br />

operator dapat melakukan pembebanan pada jumlah yang tetap untuk setiap pesan singkat, tanpa peduli akan<br />

ukurannya. Selain itu, operator dapat melakukan pembebanan untuk sesi multimedia bedasarkan durasinya, tidak<br />

tergantung jumlah byte yang dikirimkan.<br />

IMS tidak mengacu pada model bisnis tertentu. Namun, IMS membiarkan operator melakukan pembebanan<br />

selayaknya. IMS menyediakan informasi mengenai layanan apapun yang diinginkan pengguna, dan dengan<br />

informasi ini operator memutuskan apakah akan menggunakan tarif yang flat, berdasarkan waktu, berdasarkan<br />

QoS, atau tipe pembebanan lainnya.<br />

Penyediaan layanan yang terintegrasi untuk pengguna adalah alasan ketiga akan eksistensi IMS. Meskipun<br />

peralatan vendor dan operator yang besar akan turut mengembangkan layananmultimedia, operator tidak mau<br />

membatasi untuk laayanan ini. Operator berkeinginan agar pihak ketiga yang mengembangkan layanan ini,<br />

mengkombinasikannnya, mengintegrasikannya, dengan layanan yang sudah mereka dapat. Sebagai contoh,<br />

sebuah operator memiliki layanan voice mail yang mampu menyimpan pesan suara dan kemudian pihak ketiga<br />

mengembangkan layanan konversi text-to-speech. Jika operator membeli layanan text-to-speech dari pihak ketiga<br />

ini, maka operator dapat menyediakan versi suara dari pesan teks yang masuk bagi pengguna yang tunanetra.<br />

IMS mendefinisikan standar antar muka untuk digunakan pengembang layanan. Dengan demikian operator dapat<br />

mengambil keuntungan dari industri kreasi layanan yang dari multi-vendor yang sangat kuat., yang mencegah<br />

ketergantuan terhadap satu vendor untuk menghasilkan layanan baru.<br />

Bagi user, layanan berbasis IMS mendukung komunikasi person-to-person dan person-to-content dalam berbagai<br />

mode layanan termasuk suara, teks, gambar dan video, atau kombinasi kesemuanya dengan cara yang lebih<br />

terkontrol dan pelayanan yang lebih personal.<br />

Lebih jauh lagi, tujuan IMS tidak hanya untuk menyediakan layanan baru tetapi untuk menyediakan seluruh<br />

layanan, sekarang dan yang akan datang, yang disediakan internet. Untuk mencapai tujuan ini, IMS menggunakan<br />

teknologi internet dan protokolnya (IP). Jadi, sesi multimedia antara dua pengguna IMS, antara sebuah pengguna<br />

IMS dengan sebuah pengguna internet, dan antara dua pengguna internet dibangun dengan menggunakan<br />

protokol yang tepat sama. Dalam hal ini, protokol pensinyalan yang digunakan dalam IMS adalah SIP (Session<br />

Initiation Protocol). Selain itu, antar muka untuk penegembang layanan juga berdasarkan IP. Dari sini dapat<br />

disimpulkan IMS menggabungkan internet dengan dunia seluler: IMS menggunakan teknologi seluler untuk<br />

menyediakan kemudahan akses dan teknologi internet untuk menyediakan layanan yang menarik.<br />

Telah dijelaskan bahwa IMS dibutuhkan untuk menyediakan layanan internet (termasuk layanan multimedia real<br />

time) dengan QoS yang dapat diterima dengan harga yang dapat diterima pula. Sebelumnya, sudah banyak layanan<br />

yang dapat disediakan diluar IMS. Dua pengguna dapat melakukan videoconference melalui domain circuitswitched<br />

dan saling mengirim pesan multimedia dengan MMS. Pada saat yang sama mereka dapat menelusuri web


dan mengecek dan mengecek email melalui domain paket (contohnya GPRS). Mereka bahkan dapat mengakses<br />

layanan presence pada internet untuk mengetahui status orang lain sehingga dapat ikut diajak videoconference.<br />

Jika semua layanan itu dapat tersedia dengan QoS yang baik tanpa IMS, lalu apa yang sesungguhnya disediakan<br />

IMS?<br />

Pertama kali, IMS menyediakan semua layanan menggunakan teknologi paket, yang secara umum lebih efisien<br />

dibandingkan dengan teknologi sirkuit. Namun demikian, kekuatan utama dari IMS ketika dibandingkan dengan<br />

layanan-layanan tersebut adalah IMS menciptakan lingkungan layanan di mana layanan apapun dapat mengakses<br />

segala aspek dari sesi apapun. Hal ini mengizinkan pengembang layanan untuk menciptakan layanan yang lebih<br />

menarik di dalam sebuah lingkungan di mana semua layanan tidak saling tergantung.<br />

Sebagai contoh, sebuah layanan dapat memasukkan pengumuman dalam sebuah konferensi berdasarkan pada<br />

sebuah event yang terjadi di internet, seperti perubahan status kehadiran seseorang dari sibuk menjadi tersedia.<br />

Contohnya lagi, menampilkan halaman web orang yang memanggil seorang user pada layarnya itu setiap kali<br />

panggilan masuk. Tambahan lagi, layanan yang sama dapat secara otomatis mengatur status kehadiran pengguna<br />

yang sibuk untuk meneruskan panggilan masuk ke sebuah alamat email di samping voicemail.<br />

Ketika semua layanan dapat mengakses segala aspek dari sebuah sesi, mereka dapat melakukan banyak operasi<br />

(contohnya, mengubah status kehadiran pengguna) tanpa mengirim data apapun melalui udara ke terminal yang<br />

dituju. Hal ini dikenal juga dengan istilah multisession-multiconcurrent. Kapasitas radio yang kosong dapat<br />

digunakan untuk menyediakan QoS yang lebih tinggi kepada pengguna atau untuk mengakomodasi pengguna<br />

lainnya dengan QoS yang sama.<br />

Keuntungan utama lain IMS adalah ia tidak tergantung pada domain sirkuit. Dengan demikian, interworking<br />

dengan perangkat yang tidak memiliki akses ke domain ini, seperti laptop yang terhubung ke internet dengan<br />

memakai software videoconference, menjadi tidak masalah. Hal ini akan meningkatkan pengguna IMS di mana<br />

mereka dapat berkomunikasi dengan menggunakan tipe media apapun.<br />

Berikut ini adalah contoh skenario pemanfaatan layanan IMS bagi end-user dalam kegitatan sehari-hari.<br />

Sementara di dalam taksi, Yusron, yang baru saja pulang dari Norwegia setelah mengikuti pertemuan bisnis yang<br />

ditugaskan dari kantornya, menelepon koleganya Andri untuk mendiskusikan masalah yang terkait dengan proyek<br />

pembangunan jaringan 3G di pulau sumatra. Yusron kemudian mengaktifkan mode videophone-nya sehingga dia<br />

dapat menjelaskan permasalahan yang dia hadapi kepada Andri. Andri yang sedang di jalan melihat gambar di<br />

terminal mobile-nya sambil berdiskusi. Keduanya memutuskan untuk meminta sedikit bantuan dari kolega mereka<br />

di kantor cabang di Medan. Yusron melihat daftar kolega (buddy list – istilah pada yahoomessenger) di terminalnya<br />

yang sedang On-line dan available, dan memulai mengaktifkan sesi grup push to talk. Dari situ yang merespon<br />

ternyata Ani dan Sita yang siap membantu Yusron dan Andri dengan data-data yang ada di kantornya.<br />

Ketika Yusron sampai di hotel peristirahatan, dia mulai menyalakan laptopnya dan mengalihkan panggilan ke<br />

laptopnya, mengaktifkan videoconference dan mengundang Andri, Ani dan Sita untuk bergabung dalam<br />

videoconference. Pada saat itu Ani membuka file atau data yang berkaitan dan men-share-nya dengan kolegakoleganya.<br />

Pada saat videoconference dimulai, Andri masih berjalan menuju ke kantor dan mengikuti<br />

videoconference itu di terminal mobile-nya, setelah ia sampai di kantor dia mengalihkan komunikasi ke PC di<br />

kantornya.<br />

4. Tantangan Untuk Implementasi IMS<br />

IMS memerlukan terminal cerdas yang kompatibel dan mendukung SIP. Terminal semacam ini memerlukan<br />

kapasitas prosesor lebih kuat dari terminal tradisional, tentunya desain terminal lebih rumit dan lebih memakan<br />

daya. Saat ini belum ada terminal IMS. Dalam beberapa tahun terakhir selama layanan 3G mulai diperkenalkan,<br />

bottleneck terbesar ada pada terminal. Jadi, jika desain terminal sudah mulai banyak dengan harga terjangkau,<br />

maka pengembangan terminal dapat dipercepat.<br />

Saat ini, IMS harus diposisikan untuk memberi layanan VAS non-real time seperti PoC, IM, Presence, dsb. Ketika<br />

membangun jaringan mobile berbasis softswitch, penekanan utama pada layanan suara. Pengembangan<br />

softswitch mobile berarti IMS dapat dikembangkan bersamaan. Lebih jauh lagi, bagian dari VAS dapat<br />

dikembangkan dalam IMS. VAS mengacu pada layanan non real time seperti PoC, IM, Presence, videosharing, dsb.<br />

Selain itu, operator dapat menambahkan layanan yang tidak terkait dengan kanal suara seperti network address


ook, VOD dan streaming. Dengan melanjutkan pengembangan jaringan dan layanan, harus ada usaha lebih jauh<br />

untuk menggapai pelanggan tingkat tinggi dan memperkenalkan VoIP pada jaringan IMS, dalam rangka<br />

memperkaya layanan suara. Bagaimanapun juga, saat ini suara mendominasi pelanggan tingkat menengah dan<br />

rendah yang masih diimplementasikan dalam jaringan sirkuit dengan diperkuat oleh softswitch.<br />

Sumber :<br />

Gonzalo Camarillo, Miguel-Angel Garcia-Martin, The3G IP Multimedia Subsystem (IMS): Merging the<br />

Internet and the Cellular Worlds. John Wiley & Sons, 2004.<br />

, “IMS – IP Multimedia Subsystem”, White Paper Ericsson, October 2004.<br />

, “Constructiong IMS – Oriented Softswitch Network”, White Paper Huawei.<br />

Rudyno, “Analisis Kesenjangan Jaringan CDMA2000-1x dengan Target Jaringan IMS Berdasarkan Kapasitas<br />

Jaringan Switching serta Konvergensi Layanan Internet PDN”, Skripsi Departemen Elektro, Universitas<br />

Indonesia, 2006.<br />

ARSITEKTUR JARINGAN IMS<br />

(RUDYNO NASRIAL)<br />

Artikel<br />

Setelah pada tulisan sebelumnya di jelaskan mengenai latar belakang lahirnya teknologi IMS, maka pada tulisan<br />

kali ini akan dijelaskan mengenai konsep arsitektur jaringan IMS.<br />

Proses transisi ke jaringan 3G dimulai dengan menggabungkan standar-standar yang diajukan banyak pihak.<br />

Beberapa rancangan diperuntukkan dalam pembangunan infrastruktur GSM dan yang lainnya untuk teknologi<br />

CDMA. Pada akhirnya ITU (Interntional Telecommunication Union) mengambil alih permasalahan ini, dengan<br />

mendefinisikan standar IMT-2000 (International Mobile Telecommunication) yang meliputi 5 antar muka radio<br />

yang berbeda termasuk CDMA2000. Perlu diperhatikan bahwa semua protokol IMT-2000 menggunakan teknik<br />

spread spectrum, yang berdampak pada operasi, pemeliharaan, dan instalasi jaringan eksisting ataupun yang akan<br />

dibangun.<br />

Adapun kelima antar muka radio yang diajukan dari berbagai badan standar telekomunikasi di seluruh dunia yang<br />

diterima ITU sebagai standar IMT-2000 adalah sebagai berikut:<br />

1. IMT-SC, Single Carrier (UWC-136): EDGE, Spektrum Frekuensi Berpasangan<br />

Proposal ini dari TR45.3 yang diajukan oleh TIA (Telecommunication Industry Association) dan T1P1 dari<br />

Amerika Serikat (AS), yang merupakan wideband TDMA berdasarkan rekomendasi dari UWCC (Universal<br />

Wireless Communication Consortium) yang mengembangkan standar TDMA IS-136 untuk AS. Pada akhirnya<br />

standar yang diterima adalah UWC-136.<br />

2. IMT-MC* Multi Carrier CDMA: CDMA2000, Spektrum Frekuensi Berpasangan<br />

Standar ini diajukan oleh TIA (Telecommunication Industry Association) dan T1P1 dari Amerika Serikat (AS).<br />

Dari sini, dua proposal diajukan. Satu proposal yang diajukan oleh TIA dan T1P1 adalah CDMA 2000 dalam<br />

dokumen TIA TR45.5. Standar ini berdasarkan teknologi direct sequence spread spectrum. CDMA 2000 bekerja<br />

dalam mode FDD, beroperasi dengan satu atau lebih dari satu carrier dan kompatibel dengan sistem 2G<br />

CDMAOne (IS-95).<br />

3. IMT-DS* Direct Spread CDMA: W-CDMA, Spektrum Frekuensi Berpasangan<br />

ARIB (Association of Radio Industres and Business ) dari Jepang membuat beberapa proposal, berdasarkan<br />

skema W-CDMA. TDMA, dan bahkan OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Pada akhirnya<br />

badan ini hanya mengajukan satu proposal yaitu W-CDMA.


Selanjutnya standar ini diselaraskan dengan standar UMTS W-CDMA FDD yang dikembangkan oleh ETSI<br />

(European Telecommunication Standard Institute)/SMG (Special Mobile Group).<br />

4. IMT-TC Time Code CDMA, Spektrum Frekuensi Tidak Berpasangan<br />

ETSI juga mengajukan standar UMTS yang berdasarkan time-division CDMA (TD- CDMA) dan beroperasi<br />

dengan mode TDD.<br />

5. IMT-FT FDMA/TDMA (Evolusi DECT), Spektrum Frekuensi Tidak Berpasangan<br />

Selanjutnya terbentuk 2 organisasi dibawah pengawasan ITU yang bertugas mengembangkan spesifikasi global<br />

3G pada teknologi transmisi radio dan jaringan inti yaitu 3GPP (3rd Generation Partnership Project) yang<br />

berkaitan erat dengan GSM dan UMTS untuk mndukung layanan GSM, GPRS, dan W-CDMA.<br />

Selain itu juga ada 3GPP2 yang merupakan organisasi terpisah dari 3GPP, di mana 3GPP berkaitan erat dengan<br />

GSM dan UMTS. 3GPP2 terdiri dari operator jaringan seluler Jepang dan Amerika Utara yang mengembangkan<br />

spesifikasi global 3G pada teknologi transmisi radio dan jaringan inti CDMA2000 berdasarkan standar CDMAOne<br />

(IS-95) dari ANSI/TIA/EIA-41. Namun demikian, tetap ada tujuan integrasi menyeluruh (3GPP + 3GPP2) menuju<br />

jaringan 3G.<br />

Organisasi ini hanya memberi standar untuk fungsi bukan node. Vendor dapat mengkombinasikan 2 fungsi dalam<br />

satu node atau satu fungsi dalam satu node. Selain itu bisa juga memisahkan satu fungsi menjadi 2 node atau<br />

lebih. Umumnya vendor menerapkan satu fungsi dalam satu node. Tidak tertutup kemungkinan node yang<br />

melakukan banyak fungsi dan fungsinya didistribusikan pada lebih dari satu node sehingga dapat juga muncul atau<br />

berperan dalam jaringan beberapa kali, untuk keseimbangan beban atau masalah organisasi jaringan.<br />

Arsitektur Jaringan Inti IMS terdiri dari :<br />

1. Satu atau lebih database user, yaitu HSS (Home Subscriber Server) dan SLF (Subscriber Location Functions).<br />

2. Satu atau lebih SIP server, yang kumpulannya disebut dengan CSCF (Call/Session Control Functions).<br />

3. Satu atau lebih AS (Application Servers).<br />

4. Satu atau lebih MRF (Media Resource Funcions), fungsinya bisa dibagi lagi menjadi MRFP (Media Resouce<br />

Function Processors) dan MRFC (Media Resouce Function Controllers).<br />

5. Satu atau lebih BGCF (Breakout Gateway Control Functions).<br />

6. Satu atau lebih gateway ke PSTN, yang terdiri dari SGW (Signalling Gateway) dan MGCF (media Gateway<br />

Controller Function), dan MGW (Media Gateway).<br />

7. Node untuk layanan posisi yaitu Position Determining Entity (PDE) dan Position Server.<br />

8. Border Router sebagai pembatas dengan jaringan luar, dan Charging Collector Functions untuk pembebanan.<br />

Gambar 1. Arsitektur Jaringan Inti IMS 3GPP<br />

Dua buah huruf yang terdapat pada hubungan antar unit dalam gambar menunjukkan antar muka yang digunakan.


1. HSS Dan SLF<br />

HSS (Home Subscriber Server) adalah database pengguna yang menyimpan profil pengguna, dan menunjukkan<br />

keaslian dan kewenangan pengguna termasuk identifikasi pengguna, kontrol informasi, dan lokasi pengguna.<br />

Bagian ini serupa dengan HLR dan AUC (Autenthication Center) pada CDMA maupun GSM. SLF (Subscriber Location<br />

Function) hanya dibutuhkan ketika banyak HSS yang digunakan. HSS dan SLF mengimplementasikan protokol<br />

DIAMETER (antar muka Cx, Dx dan Sh). HSS pada standar 3GPP2 merupakan gabungan server database dan AAA.<br />

Database merupakan server yang terdiri EIR, DSI, NPR, Subscriber Profile. EIR berisi informasi spesifikasi terminal<br />

usernya. DSI berisi informasi proses registrasi yang berlangsung yang didapat dari S-CSCF. NPR berisi aturan dan<br />

kebijakan terkait dengan manajemen QoS, bandwidth, operasi dari seluruh unit/elemen jaringan yang kemudian<br />

digunakan AAA dan PDF untuk otorisasi dan otentikasi user. Subscriber Profile berisi informasi spesifik pelanggan<br />

yang mengidentifikasi fitur dan layanan yang sudah diotorisasi untuk pelanggan itu termasuk areanya, serta sisa<br />

kredit yang dimiliki (pulsa).<br />

2. CSCF<br />

Jantung utama dari IMS adalah CSCF yang membangun, menjaga, merutekan, mengintegrasikan, dan mengakhiri<br />

sesi multimedia dan suara yang real time. Selain itu juga menjadi antar muka untuk memperkaya aplikasi data,<br />

suara, dan video seperti voicemail, pesan terpadu dan layanan mobilitas. Intinya dia mengkoneksikan layanan<br />

multimedia dan suara antara TDM tradisional dan jaringan paket. CSCF terdiri dari tiga bagian yaitu P-CSCF, I-CSCF,<br />

S-CSCF.<br />

2.1. P-CSCF (Proxy-CSCF)<br />

Adalah proxy SIP yang menjadi titik kontak pertama untuk terminal IMS. Bagian ini dapat dilokasikan baik pada<br />

jaringan yang dikunjungi (dalam jaringan total IMS) atau di jaringan (ketika jaringan yang dikunjungi belum<br />

didukung sepenuhnya dengan IMS). P-CSCF (Proxy-CSCF) adalah proxy server SIP yang menjadi titik kontak<br />

pertama untuk terminal IMS. Bagian ini dapat dilokasikan baik pada jaringan yang dikunjungi (dalam jaringan total<br />

IMS) atau di jaringan asal (ketika jaringan yang dikunjungi belum didukung sepenuhnya dengan IMS). P-CSCF<br />

dikoneksikan dengan PDSN dan bisa tidak berada pada satu lokasi yang sama dengan PDSN pada sistem CDMA.<br />

Sementara pada sistem GSM, P-CSCF satu lokasi dengan GGSN. P-CSCF mengontrol GGSN termasuk QoS dengan<br />

antar muka Go. P-CSCF juga bertindak sebagai User Agent Server (UAS). Proses identifikasi user ketika akan<br />

menggunakan jaringan IMS dilakukan di sini.<br />

Prosedur yang dilakukan P-CSCF dalam jaringan IMS adalah sebagai berikut:<br />

P-CSCF dimuatkan ke dalam terminal IMS selama pendaftaran, dengan tidak mengubah durasi pendaftaran.<br />

P-CSCF berada pada seluruh pesan pensinyalan, dan bisa memeriksa seluruh pesan.<br />

P-CSCF menjamin keaslian data pengguna dan membangun fungsi keamanan IP terkait dengan terminal IMS.<br />

Hal ini mencegah spoofing attacks (gangguan keamanan/akses pada suatu situs atau website) dan replay<br />

attacks (seseorang mencuri identitas atau password orang lain tanpa izin dan kemudian digunakan untuk<br />

berkomunikasi dengan orang lain) dan melindungi privasi pengguna. Simpul lainnya juga percaya dengan P-<br />

CSCF, dan tidak perlu lagi melakukan otentikasi terhadap pengguna.<br />

P-CSCF dapat mengkompres atau mengembalikan pesan SIP, agar dapat mengurangi perjalanan data yang<br />

berputar-putar ketika melalui saluran radio<br />

P-CSCF termasuk PDF (Policy Decision Function), yang memberi otoritas atau mengaktifkan sumber daya pada<br />

media. P-CSCF juga digunakan untuk membuat peraturan, manajamen bandwidth, lawful interception. PDF<br />

juga dapat terpisah, seperti pada Session Border Controller/Border Router.<br />

PDF adalah komponen jaringan yang hanya digunakan ketika menggunakan IP multimedia domain, PDF<br />

melakukan manajemen QoS. PDF berkomunikasi dengan access gateway/PDSN router untuk memberi<br />

otorisasi pengalokasian sumber daya. PDF dalam melakukan kebijakan pengaturan QoS juga<br />

mempertimbangkan SLA.<br />

P-CSCF juga melakukan pembebanan melalui kumpulan simpul/perangkat pembebanan (Charging Collector<br />

Function).


2.2. I-CSCF (Interrogating-CSCF)<br />

Adalah proxy SIP yang terletak pada ujung domain administrasi. Alamat IP-nya dikeluarkan dalam rekaman DNS<br />

dari domain (menggunakan NAPTR dan SRV), sehingga server yang jauh (contoh P-CSCF dan S-CSCF dalam domain<br />

yang dikunjungi, atau dalam domain asing) dapat menemukannya, dan menggunakannya sebagai titik kontak<br />

pertama untuk semua paket SIP untuk domain ini. I-CSCF menghubungi HSS menggunakan antar muka DIAMETER<br />

Cx dan Dx untuk mendapatkan kembali lokasi pengguna, dan kemudian merutekan pesan SIP ke dalam S-CSCF.<br />

Sehingga ia menjadi simpul gateway untuk IMS. Ia juga dapat menentukan S-CSCF mana yang akan melayani user.<br />

I-CSCF dapat juga digunakan untuk menyembunyikan informasi sensitif jaringan internal dari dunia luar seperti<br />

jumlah server, nama DNS, atau kapasitasnya dengan mengenkripsi bagian pesan SIP, dalam kasus ini disebut juga<br />

sebagai THIG (Topology Hiding Interface Gateway).<br />

2.3. S-CSCF (Serving-CSCF)<br />

Adalah simpul pusat untuk bagian pensinyalan. Sebuah Server SIP, tetapi mampu menunjukkan kontrol sesi sebaik<br />

mungkin. Bagian ini selalu terletak pada jaringan asal. S-CSCF menggunakan antar muka DIAMETER Cx dan Dx ke<br />

HSS untuk download dan upload profil pengguna – jika tidak ada penyimpanan lokal pada UE. Fungsinya adalah<br />

sebagai berikut:<br />

Menangani registrasi SIP, yang akan membantu menggabungkan lokasi pengguna (alamat IP dari terminal) dan<br />

alamat SIP (sering disebut dengan PUI).<br />

Berada pada seluruh pesan pensinyalan, dan bisa memeriksa seluruh pesan<br />

Memutuskan pada application server mana pesan SIP akan diteruskan, untuk menyediakan layanannya<br />

Menyediakan layanan routing, biasanya menggunakan pencarian dengan ENUM<br />

Memperkuat kebijakan dari operator jaringan, sebagai contoh user tidak diberi otoritas untuk membuat tipe<br />

sesi tertentu atau melakukan operasi tertentu.<br />

3. Application server<br />

Application server (AS) menyediakan dan mengeksekusi konten dan layanan untuk pengguna sebagaimana yang<br />

sudah didefinisikan pada standar IMS (seperti presence dan group list management) , dan antar muka dengan S-<br />

CSCF menggunakan antar muka ISC protokol SIP. Tergantung terhadap layanan aktual, AS dapat dioperasikan<br />

dalam mode proxy SIP, SIP UA (user agent) atau SIP B2BUA (back-to-back user agent). AS dapat teletak pada<br />

jaringan asal atau pada jaringan eksternal pihak ketiga. Jika terletak pada jaringan asal, AS dapat menghubungi HSS<br />

dengan antar muka Sh dengan protokol DIAMETER (untuk SIP-AS dan OSA-SCS). Ada 3 macam AS pada arsitektur<br />

IMS yaitu:<br />

1. SIP AS : IMS application server lokal untuk operator<br />

2. OSA-SCS : Antar muka Open Service Access - Service Capability Server dengan OSA Application Server<br />

menggunakan API<br />

3. IM-SSF : Sebagai antar muka IP Multimedia Service Switching Function dengan CAMEL (Customized<br />

Applications for Mobile Networks Enhanced Logic), Application Server ini menggunakan CAP (CAMEL<br />

Application Part)<br />

4. Media Resource<br />

MRF (Media Resource Function) menyediakan sumber dari media di dalam jaringan asal (home network). MRF<br />

menyediakan bagi jaringan asal dengan kemampuan seperti melakukan pengumuman, menggabungkan berbagai<br />

aliran media, penterjemahan di antara codec yang berbeda-beda, mendapatkan statistik data media, melakukan<br />

berbagai analisis media, dsb. MRF lebih jauh dibagi menjadi:<br />

1. MRFC (Media Resource Function Controller) adalah simpul pensinyalan yang bertindak sebagai sebuah SIP<br />

User Agent ke S-CSCF dengan antar muka SIP, dan yang mengontrol MFRP dengan antar muka H.248<br />

(Megaco).<br />

2. MRFP (Media Resource Function Processor adalah simpul bagian media yang mengimplementasikan seluruh<br />

fungsi media yang terkait.


5. Breakout Gateway<br />

BGCF (Breakout Gateway Control Function) adalah server SIP untuk routing berdasarkan nomor telepon dan<br />

digunakan hanya jika panggilan dimulai oleh terminal IMS ke user PSTN atau GSM 2G yang berbasis sirkuit. Fungsi<br />

utama BGCF adalah memilih PSTN gateway/MGCF mana yang digunakan untuk melakukan panggilan yang<br />

dimaksud, entah itu MGCF lokal atau remote.<br />

6. PSTN/Circuit Switched Gateway<br />

PSTN/CS gateway menjadi antar muka dengan jaringan PSTN circuit switched (CS). Untuk pensinyalan, jaringan CS<br />

menggunakan ISUP atau BICC melalui MTP, sementara IMS menggunakan SIP, untuk media, jaringan CS<br />

menggunakan PCM, sementara IMS menggunakan RTP. CS Gateway terdiri dari elemen sebagai berikut:<br />

6.1. MGCF (Media Gateway Controller Function)<br />

MGCF sering disebut juga dengan softswitch (gatekeeper) berfungsi mengontrol sumber daya pada MGW dengan<br />

antar muka H.248/MGCP, melakukan konversi CCP (Call Control Protocol) dengan menterjemahkan sesi<br />

pensinyalan di dalam jaringan inti IP dengan ISUP pada PSTN, dan menggunakan SCTP sebagai antar muka<br />

pengontrol SGW. MGCF juga berkomunikasi dengan CSCF untuk bertukar informasi kontrol sesi menggunakan SIP.<br />

Pada intinya MGCF memiliki kemampuan mentranslasi berbagai protokol untuk mengontrol sesi dan fungsi<br />

penyambungan berbasis software.<br />

6.2. MGW (Media Gateway)<br />

MGW menjadi antar muka dengan bagian media pada jaringan CS, dengan mengubah antara RTP dan PCM. MGW<br />

dapat juga menterjemahkan kode ketika codec tidak cocok. Contoh IMS mungkin menggunakan AMR, sementara<br />

PSTN menggunakan codec G.711.<br />

6.3.`SGW (Signalling Gateway)<br />

SGW menjadi antar muka dengan bagian pensinyalan pada CS. SGW mengubah bentuk protokol layer yang lebih<br />

rendah sebagai SCTP yang merupakan sebuah protokol IP menjadi MTP yang merupakan protokol SS7, untuk<br />

meneruskan ISUP dari MGCF ke jaringan CS.<br />

7. PDE (Position Determining Entity) Dan Position Server<br />

PDE berkomunikasi dengan Position Server untuk menentukan posisi geografis dari MS dengan tepat berdasarkan<br />

input data yang disediakan oleh Position Server.<br />

Position Server menyediakan informasi posisi geografis bagi unit yang meminta. AG memilih Position Server dan<br />

meminta registrasi untuk terminal tertentu. Server ini bertanggung jawab mengabulkan registrasi, meneruskannya<br />

ke proxy position server di dalam jaringan yang sama jika proxynya ada, dan berkomunikasi dengan AG untuk<br />

mendapatkan informasi posisi yang penting. Server ini memilih PDE berdasarkan kapabilitas posisi MS yang didapat<br />

dari AG. Server ini juga berkomunikasi dengan AAA untuk mengotentikasi dan mengotorisasi permintaan layanan<br />

posisi untuk manajemen mobilitas.<br />

8. Border Router/Session Border Controller<br />

Merupakan komponen jaringan untuk mendukung jaringan IMS dan eksisting. BR menghubungkan jaringan inti<br />

dengan jaringan peer (SP lain, jaringan perusahaan, internet). BR melakukan routing paket IP, protokol routing<br />

gateway keluar, mengatur trafik masuk dan keluar, meyakinkan bahwa trafik sudah mengikuti SLA. BR mungkin


mendapatkan permintaan alokasi QoS, dan meneruskannya ke PDF untuk direspon,setelah direspon BS dapat<br />

meneruskan permintaan itu ke tujuan akhir.<br />

9. Charging Collector Function<br />

Komponen ini melakukan pembebanan. Pembebanan offline diterapkan kepada pengguna yang membayar<br />

layanannya secara periodik (contoh tiap akhir bulan). Pembebanan online, sering disebut pembebanan berbasiskan<br />

kredit, digunakan untuk layanan pra-bayar. Keduanya dapat diaplikasikan pada sesi yang sama.<br />

1. Offline Charging : Semua elemen jaringan SIP (P-CSCF, I-CSCF, S-CSCF, BGCF, MRFC, MGCF, AS) yang terlibat<br />

dalam sesi menggunakan antar muka DIAMETER Rf untuk mengirim informasi akunting ke CCF yang terletak di<br />

domain yang sama. CCF akan mengumpulkan seluruh informasi ini, dan membuat sebuah CDR (Charging Data<br />

Record), yang akan dikirim ke billing system (BS) dari domainnya. Setiap sesi membawa sebuah ICID (IMS<br />

Charging Identity) sebagai pengidentifikasi yang unik. Parameter IOI (Inter Operator Identifier) mendefinisikan<br />

jaringan asal/pemanggil dan jaringan tujuan/dipanggil. Setiap domain memiliki jaringan pembebanan sendiri.<br />

BS di dalam domain yang berbeda-beda juga akan saling bertukar informasi, sehingga sistem pembebanan<br />

roaming dapat diterapkan.<br />

2. Online charging : S-CSCF berbicara/berkomunikasi dengan SCF (Session Charging Function), yang terlihat<br />

seperti sebuah application server SIP reguler. SCF bisa memberi sinyal ke S-CSCF untuk mengakhiri sesi ketika<br />

pengguna kehabisan kredit selama dalam sebuah sesi. AS dan MRFC menggunakan antar muka DIAMETER Ro<br />

menuju ke sebuah ECF (Event Charging Function), yang juga berkomunikasi dengan SCF. Ketika IEC (Immediate<br />

Event Charging) digunakan, sejumlah unit kredit dengan segera diambil dari account pengguna oleh ECF dan<br />

MRFC atau AS yang kemudian memberi otoritas untuk menyediakan layanan. Layanan tidak langsung<br />

dihentikan ketika kredit tidak mencukupi lagi. Ketika ECUR (Event Charging with Unit Reservation) digunakan,<br />

pertama kali ECF menyediakan sejumlah unit kredit di dalam account pengguna dan kemudian memberi<br />

otoritas kepada MRFC atau AS. Setelah layanan selesai, jumlah unit kredit yang dihabiskan dilaporkan dan<br />

diambil dari account ; unit kredit yang dipesan kemudian dihilangkan.<br />

Ada beberapa perbedaan pada arsitektur IMS yang didefinisikan oleh 3GPP dan 3GPP2 yaitu sebagai berikut:<br />

Manajemen mobilitas pada IMS 3GPP melalui pembentukan kanal pada GPRS, sementara IMS 3GPP2 pada<br />

jaringan inti mobile IP.<br />

3GPP2 mendukung IPv4 dan IPv6 dengan fokus awal IPv4; 3GPP hanya mendukung IPv6.<br />

HSS pada 3GPP fungsi Home AAA dan database-nya sudah tergabung sementara pada 3GPP2 tidak.<br />

Menggunakan sistem speech codec yang berbeda.<br />

3GPP mendukung pencarian P-CSCF dengan aktivasi konteks PDP; 3GPP2 tidak, karena itu merupakan<br />

prosedur spesifik GPRS.<br />

Ada antar muka Si antara HSS dengan IM-SSF (bagian CAMEL) pada 3GPP; 3GPP tidak, karena tidak memiliki<br />

sistem CAMEL.<br />

3GPP mendefinsikan UICC yang mengandung aplikasi ISIM atau USIM yang mengandung konfigurasi dan<br />

keamanan data. Sementara terminal IMS 3GPP2 menyimpan keamanan dan konfigurasi data di terminal itu<br />

sendiri atau di dalam RUIM.<br />

Pada 3GPP, lokasi jaringan P-CSCF selalu sama dengan GPRS, sementara Packet Data Service Node bisa<br />

berbeda lokasi dengan P-CSCF pada 3GPP2.<br />

Alokasi resources GGSN tidak akan berganti selama proses registrasi. Sementara PDSN serta PDF bisa berganti<br />

bahkan ketika sesi sudah berlangsung, bahkan mungkin PDF juga bisa berubah.<br />

Tidak ada antar muka Go (untuk QoS) pada rilis pertama IMS 3GPP2.<br />

Tidak ada antar muka Sh untuk penelusuran informasi lokasi spesifik user pada 3GPP2.<br />

3GPP2 memiliki Position Server dan PDE (Position Determining Entity) untuk menyediakan informasi posisi<br />

sementara 3GPP tidak.


Sumber :<br />

Gambar 2. Arsitektur Jaringan Inti IMS 3GPP2<br />

Gonzalo Camarillo, Miguel-Angel Garcia-Martin, The3G IP Multimedia Subsystem (IMS): Merging the<br />

Internet and the Cellular Worlds. John Wiley & Sons, 2004.<br />

, “IMS – IP Multimedia Subsystem”, White Paper Ericsson, October 2004.<br />

, “Constructioning IMS – Oriented Softswitch Network”, White Paper Huawei.<br />

Rudyno, “Analisis Kesenjangan Jaringan CDMA2000-1x dengan Target Jaringan IMS Berdasarkan Kapasitas<br />

Jaringan Switching serta Konvergensi Layanan Internet PDN”, Skripsi Departemen Elektro, Universitas<br />

Indonesia, 2006.<br />

3GPP2 S.R0037-0 v3.0, “IP Network Architecture Model for CDMA2000 Spread Spectrum Systems”,<br />

Agustus 2003.<br />

Enrico Zanoio, Steve Urvik, “CDMA Network Technologies: A Decade of Advances and Challenges”, White<br />

Paper Tektronix.<br />

Service Management Tidak “Melulu” Melototi Alarm<br />

( Riswan)<br />

Artikel<br />

Apa dan bagaimanakah service management di sebuah perusahaan telekomunikasi seharusnya? Kalau pertanyaan<br />

ini kita tanyakan kepada karyawan perusahaan telkomunikasi, jawaban kebanyaka dari mereka mungkin akan<br />

mengatakan bahwa service management adalah pekerjaan yang berhubungan dengan memonitor alarm-alarm


dari network element yang ada dalam jaringan telekomunikasi perusahaan tersebut. Pertanyaannya sekarang,<br />

apakah service management hanya sebatas memonitor alarm?<br />

Dalam dunia telekomunikasi. service management dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang bertujuan<br />

untuk memanage service-service telekomunikasi yang dideliver oleh sebuah operator telekomunikasi agar dapat<br />

tetap available, berfungsi dengan baik, dan tidak mengecewakan pelanggan (bila tidak dapat dikatakan<br />

memuaskan pelanggan). Jadi intinya ialah menjaga agar semua service yang ada berfungsi dengan baik sepanjang<br />

waktu.<br />

Terkait dengan pengertian dan fungsi di atas, secara konvensional, beberapa operator telekomunikasi mengartikan<br />

fungsi ini dengan kegiatan-kegiatan monitoring alarm. Memang hal ini ada benarnya juga, sebab sebuah alarm<br />

adalah representasi dari sebuah gangguan yang terjadi di dalam system jaringan telekomunikasi. Jadi bila ada<br />

suatu alarm, berarti ada suatu gangguan yang terjadi, dan hal ini sangat mungkin akan mempengaruhi kualitas<br />

service yang dideliver operator telekomunikasi tersebut ke pelanggannya. Tapi cukupkah hanya memonitor alarm<br />

saja?<br />

Konsep service oriented yang diadopsi beberapa operator telekomunikasi saat ini mengharuskan mereka untuk<br />

selalu memperhatikan kualitas service yang dideliver ke pelanggannya. Targetnya meminimalkan komplain<br />

pelanggan dan kalaupun ada pelanggan yang komplain, maka komplain tersebut harus dapat diselesaikan dengan<br />

sesegera mungkin. Sehingga kualitas service yang dirasakan oleh pelanggan dapat tetap dipertahankan. Di lain sisi,<br />

regulator di beberapa negara juga mulai memberlakukan aturan-aturan yang memaksa operator-operator<br />

telekomunikasi untuk serius menjaga kualitas layanannya kepada pelanggan. Kan kalau operator telekomunikasi<br />

tidak mampu menjaga kualitas layanannya maka regulator dapat menjatuhkan hukuman kepada operator tersebut<br />

dan pelangan dipersilahkan untuk menuntut ganti rugi kepada operator.<br />

Dengan tuntutan kondisi di atas, operator harus merubah pola pikirnya tentang service management. Service<br />

management tidak lagi hanya sebatas memonitor alarm/gangguang, dan melaporkannya. Tapi, service<br />

management harus meliputi kegiatan-kegiatan yang merupakan sebuah siklus yang sambung-menyambung dalam<br />

mengusahakan agar service yang dideliver kepada pelanggan tetap terjaga dengan baik. Gambar di bawah ini<br />

menunjukan salah satu konsep service management yang berkesinambungan.<br />

Memperbaiki<br />

Problem<br />

Network Element<br />

Engineer<br />

Input Untuk<br />

Planning dan<br />

Pengembangan<br />

Diteruskan ke<br />

Engineer terkait<br />

Monitoring Alarm Performance<br />

dan Alarm Problem<br />

ALARM<br />

||||||||||||||| |||||||| ||||||||| ||| ||| || ||| ||<br />

||||||||||||||| || || |||||| |||| |||||||| ||||||| ||||||||| ||| |||||||||||| ||| ||| |||||||| || ||| ||<br />

||||||||||||||| || || |||||| |||| |||||||| ||||||| ||||||||| ||| |||||||||||| ||| ||| |||||||| || ||| ||<br />

||||||||||||||| || || |||||| |||| |||||||| ||||||| ||||||||| ||| |||||||||||| ||| ||| |||||||| || ||| ||<br />

||||||||||||||| || || |||||| |||| |||||||| ||||||| ||||||||| ||| |||||||||||| ||| ||| |||||||| || ||| ||<br />

||||||||||||||| || || |||||| |||| |||||||| ||||||| ||||||||| ||| |||||||||||| ||| ||| |||||||| || ||| ||<br />

||||||||||||||| || || |||||| |||| |||||||| ||||||| ||||||||| ||| |||||||||||| ||| ||| |||||||| || ||| ||<br />

||||||||||||||| || || |||||| |||| |||||||| ||||||| ||||||||| ||| |||||||||||| ||| ||| |||||||| || ||| ||<br />

|| || |||||| |||| ||||||| ||| |||||||||||| ||||||||<br />

Service<br />

Problem<br />

Management<br />

Problem<br />

Database<br />

SLA<br />

Management<br />

Create<br />

Problem<br />

Ticket<br />

Pelanggan<br />

Komplain<br />

Monitoring<br />

SLA


Memonitor alarm-alarm dari network element, yg merupaka konsep dasar service managemen.<br />

Memonitor performance seluruh network element secara online. Secara hardware dan software, network<br />

element mungkin bekerja dengan baik, tapi pada saat itu performancenya dapat saja turun (walaupun tidak<br />

ada gangguan pada network element tersebut). Setiap terjadi penurunan performanance, maka akan dicreate<br />

sebuah alarm performance yang menunjukan bahwa telah terjadi penurunan performance pada suatu<br />

network element tertentu.<br />

Melakukan proces problem ticketing management. Setiap alarm yang berpotensi mengganggu ataupun<br />

menurunkan kualitas service yang diberikan kepada pelanggan akan diteruskan ke system Service Problem<br />

Management untuk dibuatkan problem ticket-nya. Selain dari alarm, problem ticket juga dapat dibuat bila ada<br />

komplain problem dari pelanggan. Selanjutnya system Service Problem Management ini akan<br />

meneruskan(menginformasikan) problem tiket yang di-create ke engineer yang terkait/bertugas<br />

menyelesaikan problem yang menyebabkan munculnya alarm tersebut ataupun problem yang dikomplain<br />

pelanggan. Setalah problem selesai diperbaiki, maka engineer tersebut harus merubah status tiket di sistem<br />

Service Problem Management menjadi “solved” atau “close”. Selain itu, engineer juga harus menuliskan/merecord<br />

langkah-langkah yang telah dilakukannya untuk memperbaiki problem tersebut pada sistem Service<br />

Problem Management, sehingga apabila di kemudian hari problem yang sama terjadi lagi, engineer sudah tahu<br />

apa yang harus dilakukannya untuk memperbaiki problem tersebut, sehingga problem dapat diselesaikan<br />

dengan lebih cepat.<br />

Memonitor SLA (Service Level Agreement) internal (antar department yang berhubungan dengan kualitas<br />

service telekomunikasi yang diberikan perusahaan kepada pelanggannya). Setelah semua alarm yang<br />

berpotensi mengganggu kualitas service (baik alaram problem ataupun alarm performance) maupun komplain<br />

pelanggan di-input-kan ke system Service Problem Management, maka saat itu juga sistem ini akan mulai<br />

menghitung apakah semua SLA yang telah disepakati sebelumnya dapat tercapai atau tidak. Contohnya,<br />

berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk merespon suatu problem serta berapa lama waktu yang<br />

dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu problem. Perhitungan parameter-parameter SLA-nya sendiri akan<br />

dilakukan secara otomatis oleh sistem Service Problem Management. Dengan adanya monitoring SLA, maka<br />

level service yang diberikan operator ke pelanggannya dapat lebih mudah dijaga agar selalu dalam kondisi<br />

yang baik, sehingga kepuasan pelangganpun dapat dicapai.<br />

Semua data problem yang tercatat di sistem Service Problem Management dapat dijadikan masukan sebagai<br />

pertimbangan dalam proces perencanaan dan pengembangan jaringan di kemudian hari. Sehingga diharapkan<br />

langkah-langkah yang dilakukan dalam proces perencanaan dan pengembangan tersebut dapat mengurangi<br />

problem dan juga komplain dari pelanggan.<br />

1. Umum<br />

CDMA2000, Sebuah Evolusi 3G CDMA<br />

(Yanto Sugianto – Desember 2008)<br />

Sistem komunikasi nirkabel generasi ke tiga (3G) dikembangkan dari sistem-sistem yang ada pada generasi ke dua<br />

(2G), yang bertujuan untuk menyediakan seperangkat standar tunggal yang dapat memenuhi aplikasi-aplikasi<br />

wireless yang luas variasinya dan menyediakan akses yang bersifat universal di seluruh dunia. CDMA2000 adalah<br />

salah satu teknologi generasi ke tiga (3G), merupakan suatu keluarga dari teknologi yang memungkinkan evolusi<br />

dari CDMA2000 1x ke CDMA2000 1xEV-DO dan CDMA2000 1xEV-DV. Sistem ini juga sebagai teknologi evolusioner<br />

hemat biaya untuk operator CDMA. CDMA2000 hanya memerlukan 1.25 MHZ dari spektrum per kanal atau carrier<br />

dan kompatibel dengan sistem sebelumnya yaitu CDMAONE IS-95A/B.


2. CDMA 2000 1X<br />

Tabel Perbandingan beberapa teknologi CDMA<br />

Pertama kali diluncurkan jaringan Cdma2000 1x di negara Korea pada bulan Oktober 2000 oleh SK Telecom dan LG<br />

Telecom. CDMA2000 1X mendominasi 3G pasar hari ini dan peramalan analis bahwa itu akan melanjut untuk<br />

memimpin di masa datang. CDMA2000 1X ( IS-2000) meningkatkan 2x kapasitas suara dari sistem cdmaOne dan<br />

menawarkan kecepatan paket data dari 153 kbps (Rilis 0) dan 307 kbps (Rilis 1) pada sebuah kanal tunggal di 1.25<br />

MHZ. CDMA2000 1X mendukungan aplikasi tingkat lanjut seperti e-mail, game, jasa penempatan lokasi yang<br />

berbasis GPS, download gambar dan musik.


2.1. Peningkatan Kapasitas Suara<br />

Gambar Diagram jaringan CDMA2000<br />

CDMA2000 1X mendukung 35 kanal trafik per sektor per RF (26 Erlangs/Sektor/RF) menggunakan EVRC vocoder.<br />

EVRC vocoder pertama menjadi komersil pada tahun 1999. SMV vocoder adalah generasi berikutnya yang<br />

diharapkan untuk menjadi komersil pada 2003 atau 2004. SMV vocoder (SMV2 mode) akan meningkatkan<br />

kapasitas suara untuk 49 kanal trafik per sektor per RF ( 39 Erlangs/Sektor/RF), sedangkan untuk pemeliharaan<br />

kualitas suara menggunakan EVRC. Peningkatan kapasitas suara pada link forward adalah mendukung untuk power<br />

kontrol cepat, menurunkan rate kode (1/4 rate), dan memancarkan keaneka ragaman (untuk alur tunggal Rayleigh<br />

yang memudar). Di dalam reverse link, peningkatan kapasitas adalah paling utama dalam kaitan dengan reverse<br />

link yang cocok.<br />

2.2. Throughput Data Yang Lebih Tinggi<br />

Jaringan CDMA20001x awalnya dikomersil pada tahap 1 yang mendukung suatu rate data puncak pada 153.6 kbps<br />

dan pada tahap 2 rate data puncak pada 307 kbps.<br />

2.3. Band Frekuensi<br />

Jaringan CDMA2000 telah menyebar pada band frekuensi 450 MHz, 800 MHz, 1700 MHz, dan 1900 MHz;<br />

penyebaran di 2100 MHz dan frekuensi lain diharapkan untuk tahun selanjutnya dapat dikembangkan. CDMA2000<br />

dapat juga diterapkan pada frekuensi yang lain seperti 900 MHz, 1800 MHz dan 2100 MHz. Efisiensi spektral yang<br />

tinggi dari CDMA2000 mengijinkan penyebaran trafik tinggi pada 1.25 MHz kanal dari spektrum.<br />

2.4. Keperluan Spektrum<br />

Rate penyebaran pokok adalah 1.2288 Mcps untuk SR1. berarti memerlukan bandwidth sebanyak 1.25 MHz (625<br />

kHz dari frekuensi pusat) ketika carier RF berdekatan dengan carier CDMA yang lain. Bagaimanapun itu<br />

memerlukan bandwidth sebanyak 1.8 MHz (900 kHz dari frekuensi pusat) ketika kedua carier RF yang bersebelahan<br />

adalah narrow band GSM atau carier TDMA.<br />

2.5. Battery Life<br />

Sebagai mobile telepon yang menggantikan wire-line telepon, waktu siaga (standby) dari telepon sudah menjadi<br />

suatu parameter kepuasan pelanggan yang penting. CDMA2000 yang digandakan waktu siaga pada nyalanya<br />

baterei bisa dibandingkan dengan cdmaOne dan dapat merencanakan penambahan nyalanya baterei yang utama<br />

meliputi :


* Operasi kanal quick paging<br />

* Ditingkatkannya performansi link reverse<br />

* Operasi dan Struktur kanal yang umum dan baru<br />

* Gate transmisi pada link reverse<br />

* Mac states baru untuk operasi waktu idle yang efisien<br />

2.6. Sinkronisasi<br />

CDMA2000 disinkronisasikan dengan Universal Time Coordinated (UTC). Pemilihan waktu transmisi link forward<br />

dari semua base station CDMA2000 di dunia dengan menyamakan waktu dalam beberapa microseconds.<br />

Sinkronisasi base station dapat dicapai melalui berapa teknik, mencakup self-synchronization, bunyi radio, atau<br />

melalui sistem yang satellite-based seperti GPS, Galileo, atau GLONASS. Pemilihan waktu reverse link didasarkan<br />

pada perolehan pemilihan waktu diterima dari permulaan komponen multipath yang digunakan oleh terminal.<br />

2.7. Kontrol Daya (Power Control)<br />

Panjangnya bingkai dasar adalah 20 MS yang dibagi menjadi 16 kelompok kontrol daya yang sama. Sebagai<br />

tambahan, CDMA2000 menggambarkan 5 MS dalam sebuah struktur bingkai, pada dasarnya mendukung<br />

pemberian sinyal yang terpencar, seperti halnya 40 dan 80 MS dalam satu bingkai, yang mana menawarkan<br />

tambahan dengan interleaving depth dan berbagai macam keuntungan untuk pelayanan data. Tidak sama dengan<br />

IS-95 di mana fast closed loop power control hanya diterapkan untuk link reverse, kanal CDMA2000 mendapatkan<br />

kontrol daya sampai 800 Hz pada keduanya yaitu di link reverse dan link forward. Pada link reverse memberikan<br />

kontrol daya yang kecil ke dalam F-FCH (Forward-Fundamental Channel) atau F-DCCH (Forward-Dedicated Control<br />

Channel) tergantung pada konfigurasi pelayanannya. Pada link forward memberikan kontrol daya yang kecil di<br />

perempat akhir dari slot kontrol daya R-PICH (Reverse-Pilot Channel).<br />

Di link reverse, selama gerbang transmisi, rate dari kontrol daya dikurangi menjadi 400 atau 200 Hz pada link<br />

reverse dan link forward. Kontrol daya sub-channel pada link reverse hanya dibagi menjadi dua kontrol daya yang<br />

mandiri, yang mana kedua-duanya pada 400 bps, atau satu pada 200 bps dan yang lain pada 600 bps. Ini<br />

mempertimbangkan kontrol daya yang mandiri dari kanal link forward.<br />

Sebagai tambahan terhadap closed loop power control, daya pada link reverse dari CDMA2000 adalah juga<br />

dikendalikan melalui suatu mekanisme open loop power control. Sebaliknya mekanisme ini mempunyai efek<br />

melambat dan memudar dalam kaitan dengan alur kerugian dan bayangan. Itu juga bertindak sebagai suatu<br />

sekering pengaman ketika fast power control itu gagal. Ketika link forward mati, kontrol daya pengulangan<br />

tertutup pada link reverse adalah “keadaan bebas” dan akan mengganggu interefensi pada terminal yang<br />

berdekatan. Dalam kasus yang demikian, pengulangan terbuka mengurangi daya keluaran terminal dan membatasi<br />

dampak kepada sistem. Akhirnya pengulangan daya mengarahkan closed loop power control kepada statistik<br />

kesalahan yang didasarkan pada titik set diinginkan bahwa itu mengumpulkan dari link forward atau link reverse.<br />

Dalam kaitannya dengan nilai cakupan data yang diperluas dan berbagai persyaratan QoS, Para pemakai yang<br />

berbeda akan mempunyai pengulangan thresholds luar yang berbeda; seperti itu, para pemakai yang berbeda akan<br />

menerima level daya yang berbeda pada base station. Di link reverse, CDMA2000 menggambarkan beberapa<br />

nominal kuntungan offset yang didasarkan pada berbagai format bingkai kanal dan perencanaan kode. Perbedaan<br />

yang lainnya akan dikoreksi oleh pengulangan luar dirinya sendiri.<br />

2.8. Soft Handoff<br />

Ketika suatu terminal sedang bepergian dalam sebuah jaringan, pilot dari suatu BTS yang baru (P2) kekuatannya<br />

melebihi nilai ambang batas minimal dari TADD untuk penambahan didalam set aktif. Bagaimanapun, pada<br />

awalnya tergantung pada kontribusi total kuat sinyal yang diterima tidaklah cukup dan terminal P2 akan berpindah<br />

menjadi kandidat set. Ketentuan pada ambang batas untuk menambahkan suatu pilot yang baru menjadi set aktif<br />

digambarkan oleh suatu fungsi linear dari total kuat sinyal di daerah aktif set. Jaringan menggambarkan kemiringan<br />

dan titik potong dari fungsi. Ketika kuat sinyal dari P2 dideteksi di atas ambang batas yang dinamis, terminal akan


memberikan sinyal terhadap peristiwa ini kepada jaringan. Kemudian terminal menerima suatu pesan arah handoff<br />

dari jaringan yang meminta penambahan dari P2 di di aktip set itu. Terminal sekarang beroperasi di dalam soft<br />

handoff.<br />

Kekuatan dari BTS yang melayani (P1) menurun dibawah ambang batas di set aktif, maksudnya kontribusi total<br />

kuat sinyal yang diterima oleh P1 tidak mengijinkan pancarannya. Sehingga terminal memulai suatu handoff drop<br />

timer. Timer akan berakhir dan terminal yang memberitahu jaringan bahwa kuat sinyal P1 turun dibawah ambang<br />

batas. Terminal akan menerima suatu pesan handoff dari jaringan yang menggerakkan P1 dari set aktif menjadi set<br />

kandidat. Kemudian kekuatan P1 menurun di bawah TDROP dan terminal mulai mengaktifkan suatu handoff drop<br />

timer, yang berakhir sesuai dengan set waktu yang ditentukan. Kemudian P1 akan berpindah dari kandidat set<br />

menjadi neighbor set. Langkah-langkah ini merupakan prosedur dengan berbagai ambang batas dan timer yang<br />

memastikan bahwa sumbernya adalah hanya digunakan ketika pengaruh baik terhadap link dan pilot tidaklah<br />

ditambahkan secara konstan dan dipindahkan dari berbagai urutan, oleh karena itu pembatasannya oleh sinyal<br />

yang dipancarkan.<br />

Gambar Ilustrasi Soft Handoff<br />

Sebagai tambahan terhadap monitoring intrasistem, intrafrequensi, jaringan boleh mengarahkan terminal untuk<br />

mencari base station pada suatu frekwensi atau sistem yang berbeda. CDMA2000 menyediakan suatu kerangka<br />

kerja kepada terminal dalam mendukung inter-frequensi dari pengukuran handover. Ini terdiri dari identitas dan<br />

parameter sistem untuk dijadikan sebuah ukuran. Terminal akan melaksanakan pengukuran yang diperlukan<br />

mengikuti kemampuan dari perangkat kerasnya.<br />

Suatu terminal dalam keadaan struktur penerima yang rangkap, pengukuran bisa dilakukan dengan paralel. Suatu<br />

terminal dalam keadaan penerima tunggal, kanal penerima akan menjadi penghalang ketika melakukan suatu<br />

pengukuran. Dalam hal ini, sepanjang pengukuran, suatu bagian tertentu dari suatu bingkai akan hilang. Untuk<br />

meningkatkan kesempatan dari sebuah pengkodean yang sukses, terminal mengijinkan penyimpangan dari FL<br />

power control loop dan menaikkan tegangan transmisi RL sebelum melakukan pengukuran. Metoda ini<br />

meningkatkan energi per bit informasi dan mengurangi resiko kehilangan kontak pada saat jeda. Pada dasarnya<br />

laporan pengukuran ini di sediakan oleh terminal, kemudian jaringan memutuskan ya atau tidaknya ke terminal<br />

untuk memberikan handoff ketika sistem berada pada frekwensi yang berbeda. Terminal tidak melepaskan<br />

sinyalnya sampai menerima konfirmasi handoff telah sukses atau timer berakhir. Ini memungkinkan terminal untuk<br />

kembali ke sistem dalam keadaan tidak bisa memperoleh frekwensi baru atau sistem baru.


2.9. Transmit Diversity<br />

Transmit Diversity terdiri dari de-multiplexing dan modulasi data ke dalam dua sinyal orthogonal, masing-masing<br />

dari transmisi sinyal orthogonal dari antena yang berbeda pada frekwensi yang sama. Sinyal dua orthogonal yang<br />

dihasilkan itu menggunakan Orthogonal Transmit Diversity (OTD) atau Space-Time Spreading (STS). Penerima akan<br />

merekonstruksi sinyal yang asli dengan menggunakan diversity signals, dengan begitu dapat mengambil<br />

keuntungan dari frequency diversity dan atau additional space.<br />

Pilihan dari transmisi yang lain adalah transmisi yang direktif. Base station akan mengarahkan suatu berkas cahaya<br />

ke arah pemakai tunggal atau pemakai kelompok dalam tempat yang spesifik, dengan begitu menyediakan ruang<br />

pemisahan sebagai tambahan terhadap kode pemisahan. Tergantung pada radio environment, teknik transmit<br />

diversity dapat meningkatkan kinerja link sampai ke 5 dB.<br />

2.10. Voice and Data Channels<br />

Struktur trafik kanal forward CDMA2000 meliputi beberapa kanal fisik yaitu :<br />

* Fundamental Channel ( F-FCH) adalah setara dengan fungsi Traffic Channel (TCH) untuk IS-95. F-FCH itu dapat<br />

mendukung data, suara, atau pemberian sinyal yang bermacam-macam dengan satu sama lain dari level 750 bps<br />

sampai 14.4 kbps.<br />

* Supplemental Channel ( F-SCH) mendukung pelayanan data tingkat tinggi. Jaringan juga dapat menjadwalkan<br />

transmisi pada F-SCH bedasarkan frame by frame, jika diinginkan.<br />

* Dedicated Control Channel ( F-DCCH) digunakan untuk pemberian sinyal atau pancaran sesi data. Kanal ini<br />

mempertimbangkan pengiriman sinyal informasi tanpa ada dampak pada arus data yang paralel.<br />

Struktur kanal trafik reverse adalah sama seperti kanal trafik forward. Kanal tersebut meliputi R-PICH, RCH, dan R-<br />

DCCH, dan satu atau beberapa kanal yang bersifat tambahan yaitu R-SCH. Semua itu berfungsi dan struktur<br />

pengkodean adalah sama seperti link forward dengan level pengiriman data berkisar antara 1 kbps sampai 1 Mbps<br />

(Penting untuk catat bahwa mendukung standar maksimum data sampai level 1 Mbps, produk yang ada sekarang<br />

dapat mendukung level data puncak sampai 307 kbps).<br />

2.11. Turbo Coding<br />

CDMA2000 menyediakan pilihan untuk menggunakan turbo coding maupun convolutional coding pada forward<br />

dan reverse SCHs. Kedua code itu adalah pilihan untuk base station dan mobile station, dan kemampuan dari<br />

setiap yang dikomunikasikan melalui pemberian sinyal pesan sampai susunan panggilan. Sebagai tambahan<br />

terhadap peningkatan level puncak dan level granularity yang ditingkatkan, peningkatan yang utama bagi<br />

pengkodean kanal trafik dalam CDMA2000 adalah support terhadap turbo coding pada level 1/2, 1/3, atau 1/4.<br />

Turbo coding didasarkan pada 1/8 struktur paralel dan hanya dapat digunakan untuk supplemental channels dan<br />

frame dengan lebih dari 360 bit. Turbo coding menyediakan suatu perencanaan yang sangat efisien untuk<br />

transmisi data dan memimpin ke arah peningkatan kapasitas sistem dan link performasinya. Secara umum, turbo<br />

coding menyediakan suatu keuntungan kinerja dalam kaitan dengan penyimpanan daya atas kode convolutional.<br />

Keuntungan ini adalah suatu fungsi dari tingkat data, umumnya dengan level data yang tinggi menyediakan<br />

keuntungan turbo coding yang lebih.<br />

3. CDMA 1xEV-DO<br />

DMA2000 1xEV-DO telah dikenal sebagai teknologi IMT-2000 pada konferensi Stockholm tahun 2001. Peningkatan<br />

untuk pelayanan paket data, CDMA2000 1xEV-DO menyediakan level data puncak sampai 2.4 Mbps dengan 1.25<br />

MHz carier tunggal CDMA. Karena dipengaruhi dengan adanya Internet Protocols (IP), dan mulai mendukung<br />

semua sistem operasi dan aplikasi software popular. 1xEV-DO menawarkan sebuah layanan “always on” untuk<br />

pemakainya, sehingga pemakai dapat gratis untuk menerima dan mengirim informasi dari internet dan intranet<br />

pemakainya, setiap waktu dan dimanapun. 1xEV-DO adalah suatu solusi yang mengijinkan penyebaran aplikasi<br />

data dengan alat apapun, dalam rangka membuat hidup pemakai yang lebih produktif dan fun.


Keuntungan dari CDMA2000 1xEV-DO :<br />

* Mempunyai kapasitas sistem yang tinggi<br />

* Sistem operasi and pemeliharaannya mudah<br />

* Menghindari tugas sulit pada load-balancing<br />

Gambar Diagram jaringan CDMA2000 1xEV-D<br />

* Mengintegrasikan suara dan data tanpa batasan dalam sistem tunggal<br />

* Mengintegrasikan CDMA2000 1x/1xEV-DO dalam device yang menyediakan pelayanan suara dan data<br />

maksimum<br />

Untuk Pemakai :<br />

* Penggunaan yang baik untuk semua devices platform dan semua tipe aplikasi<br />

* Dual-mode Devices<br />

* Harga layanan yang menarik<br />

* Always-on Service<br />

* Pemenuhan cakupan sel dan Ketersediaan Layanan dalam semua tipe<br />

Untuk Pabrik :<br />

* Teknologi rendah resiko<br />

* High-volume CDMA2000 Cost Curves<br />

Aplikasi :<br />

* Komunikasi; E-mails dengan lampiran yang lebar, Pesan multimedia, dan Chat<br />

* Informasi; Web browsing dengan isi grafis dan multimedia, Transfer file yang besar, Akses Intranet, Video.<br />

* Hiburan; Streaming audio dan video, Download audio and video klip, Permainan, Pemutar film.<br />

* Posisi Lokasi; Peta navigasi, Real-time traffic alerts, Graphical weather alerts, Friend finder.


* Transaksi; M-commerce, Stock trades, E-cash, Reservasi<br />

Integrasi device :<br />

* Handset / Smartphone<br />

* PDA with voice<br />

* PC including laptops, notebook, tablets, dll.<br />

* Media appliances including wireless cameras, wireless MP3 players, wireless video players, dll.<br />

Performansi Optimal :<br />

* Menggunakan carier tunggal pada 1.25 MHz, kanal akan optimal untuk paket data dalam spektrum yang efisien.<br />

* Level data puncak sampai 2.4 Mbps pada link forward and 153 Kbps pada link reverse.<br />

* Rata-rata throughput dalam sel yang terdiri dari 3 sektor adalah 4.1 Mbps pada link forward dan 660 Kbps pada<br />

link reverse.<br />

4.CDMA2000 1xEV-DV<br />

Sebagai suatu evolusi dari teknologi CDMA teknologi, CDMA2000 1xEV-DV (CDMA2000 rilis C) dibangun dalam<br />

arsitektur CDMA2000 1X untuk menyediakan kemampuan yang tiada bandingannya serta pemeliharaannya sangat<br />

kompatibel dengan sistem sebelumnya yaitu IS-95A/B dan CDMA2000 1X. Migrasi hanya akan memerlukan<br />

upgrade sederhana bagi BTS, BSC, PDSN, dan AAA. Cdma2000 1xEV-DV akan menyediakan suara yang terintegrasi<br />

dengan layanan paket data berkecepatan tinggi dalam waktu yang bersamaan, seperti video, video-conferencing<br />

dan layanan multimedia lainnya dengan kecepatan sampai 3.09 Mbps.<br />

5. Refferensi<br />

Gambar Diagram jaringan CDMA2000 1X/1xEV-DV*<br />

http://www.cdg.org<br />

Qualcomm. 2002, White Paper : CDMA2000 1X Overview, San Diego: Qualcomm, Inc.


By Riswan on Feb 1, 2006 in Artikel<br />

1. Perkembangan Teknologi Komunikasi Mobile<br />

Mengenal EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution)<br />

Perkembangan teknologi komunikasi mobile berjalan sangat pesat. Dalam waktu yang relative singkat, sejak<br />

diperkenlakannya penggunaan AMPS sebagai teknologi komunikasi mobile generasi pertama pada tahung 1978,<br />

hingga sekarang (tahun 2006), perkembangan nya sudah sampai pada technology generasi ke-4, walaupun masih<br />

dalam tahap penelitian dan uji coba. GSM sendiri sebagai salah satu teknologi komunikasi mobile generasi kedua,<br />

merupakan teknologi yang saat ini paling banyak digunakan di berbagai negara. Dalam perkembangannya, GSM<br />

yang mampu menyalurkan komunikasi suara dan data berkecepatan rendah (9.6 - 14.4 kbps), kemudian<br />

berkembang menjadi GPRS yang mampu menyalurkan suara dan juga data dengan kecepatan yang lebih baik,115<br />

kbps. Pada fase selanjutnya, meningkatnya kebutuhan akan sebuah system komunikasi mobile yang mampu<br />

menyalurkan data dengan kecepatan yang lebih tinggi, dan untuk menjawab kebutuhan ini kemudian<br />

diperkenalkanlah EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) yang mampu menyalurkan data dengan<br />

kecepatan hingga 3 kali kecepatan GPRS, yaitu 384 kbps.<br />

Pada pengembangan selanjutnya, diperkenalkanlah teknologi generasi ketiga, salah satunya UMTS (Universal<br />

Mobile Telecommunication Service), yang mampu menyalurkan data dengan kecepatan hingga 2 Mbps. Dengan<br />

kecepatan hingga 2 Mbps, jaringan UMTS dapat melayani aplikasi-aplikasi multimedia (video streaming, akses<br />

internet ataupun video conference) melalui perangkat seluler dengan cukup baik. Perkembangandi dunia<br />

telekomunikasi mobile ini diyakini akan terus berkembang, hingga nantinya diperkenalkan teknologi-teknologi baru<br />

yang lebih baik dari yangada saat ini. Akhir-akhir ini, para ilmuwan berusaha mengembangkan teknologi<br />

telekomunikasi mobile dengan bandwidth yang sangat lebar, tingkat mobilitas tinggi, service yang terintegrasi, dan<br />

berbasikan IP (mobile IP). Teknologi ini dip erkenalkan dengan nama “Beyond 3G” atau 4G.<br />

2. Pengimplementasian EDGE<br />

Seperti namanya, EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution), adalah teknologi yang dikembangkan dengan<br />

basic teknologi GSM dan GPRS. Sebuah system EDGE dikembangkan dengan tetap menggunakan equipment yang<br />

terdapat pada jaringan GSM/GPRS. Jadi EDGE tidak bisa sendiri. Sebuah sistem GPRS terdiri dari SGSN (Serving<br />

GPRS Support Node) dan GGSN (Gateway GPRS Support Node), yang merupakan jaringan corenya, yang<br />

ditambahkan pada sebuah jaringan GSM sebelumnya. Sedangkan pada sisi radionya, jaringan GPRS membutuhkan<br />

penambahan PCU pada perangkat radio jaringan GSM sebelumnya. Gambar di bawah ini menunjukan diagram<br />

jaringan GPRS secara umum.


Pengimplementasian EDGE pada jaringan existing GPRS hanya memerlukan penambahan pada sisi radio aksesnya<br />

saja. Sedangkan pada sisi core network-nya, EDGE menggunakan perangkat dan protocol yang sama dengan yang<br />

digunakan pada jaringan GPRS sebelumnya. Perbedaan jaringan GPRS dan EDGE hanya terdapat pada sisi radio<br />

akssnya saja, sedangkan pada sisi jaringan corenya, EDGE dan GPRS menggunakan equipment dan protocol yang<br />

sama. Sebuah jaringan GPRS dapat diupgrade menjadi sebuah jaringan dengan sistem EDGE hanya dengan<br />

menambahkan sebuah EDGE Transceivier Unit (TRU) pada sisi radio aksesnya. Gambar di bawah ini menunjukan<br />

blok diagram sebuah jaringan GPRS yang diupgrade menjadi EDGE secara umum.<br />

3. Bagaimana EDGE Dapat Mencapai Kecepatan Itu ?<br />

EDGE adalah sebuah cara untuk meningkatkan kecepatan data pada radio link GSM. Dengan menggunakan teknik<br />

modulasi dan coding scheme yang berbeda dengan system GPRS sebelumnya, serta dengan melakukan pengaturan<br />

pada protocol radio link-nya, EDGE menawarkan kapasitas dan thoughput yang secara significant jauh lebih besar<br />

dari yang dimiliki oleh system GPRS. Jadi secara umum ada tiga aspek teknik baru pada EDGE jika kita bandingkan<br />

dengan GPRS, yaitu :<br />

3.1. Modulasi Pada EDGE<br />

Teknik Modulasi<br />

Teknik Coding<br />

Radio Access Network (RAN)<br />

Untuk mendapatkan kecepatan transfer yang lebih tinggi dari GPRS yang menggunakan modulasi GMSK (Gausian<br />

Minimum Shift Keying), EDGE menggunakan teknik modulasi yang berbeda dengan GPRS yaitu 8PSK (8-Phase Shif<br />

Keying). Gambar dibawah ini menunjukan visualisasi dari modulasi GMSK pada GPRS dan 8PSSK pada EDGE yang<br />

digambarkan pasa sebuah diagram I/Q, dimana I adalah sumbu real dan Q adalah sumbu imajiner.


Dengan menggunakan modulasi 8PSK, sebuah symbol dikodekan dengan menggunakan 3 bit, sedangkan pada<br />

GMSK sebuah symbol dikodekan dengan 1 bit. Karena GMSK dan 8PSK mempunyai simbol rate yang sama, yaitu<br />

sebesar 270 ksimbol/s, maka secara keseluruhan modulation rate pada 8PSK akan menjadi 3 kali lebih besar<br />

daripada GMSK, yaitu sebesar 810 kb/s.<br />

Jika kita perhatikan dari gambar visualisasi modulasi GMSK dan 8PSK di atas, jarak antar simbol pada 8PSK adalah<br />

lebih pendek daripada jarak antar simbol pada GMSK, karena dalam 8PSK ad 8 simbol sedengkan pada GMSK<br />

hanya ada 2 simbol. Makin pendek jarak antar simbol mengakibatkan besar level sinyal antar satu simbol dengan<br />

simbol lainnya lebih susah untuk dibedakan. Sehingga kemungkinan terjadinya error lebih besar. Tapi pada kondisi<br />

sinyal radio yang cukup baik, perbedaan jarak antar simbol ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kwalitas data<br />

yang dikirim. Pada saat kondisi sinyal radio yang buruk, maka diperlukan penambahan extra bit yang akan<br />

digunakan sebagai sebagai error correction, sehingga data yang salah diterima dapat diperbaiki. Sehingga kwalitas<br />

data pada EDGE tidak kalah dengan kwalitas data pada GPRS yang menggunakan MPSK. Lagi pula, dalam EDGE juga<br />

digunakan modulasi MPSK yang digunakan pada CS1 sampai dengan CS4 - nya, dan juga dalam EDGE ada proses<br />

“packet adjustment” yang dapat merubah jenis CS yang digunakan bila terjadi kesalahan pada data yang dikirim.<br />

Mekanisme “packet adjustment” ini akan dijelaskan selanjutnya pada su bab Coding Scheme.<br />

3.2. Teknik Coding Pada EDGE<br />

Pada EDGE dikenal 9 macam teknik coding, yaitu MCS (Modulation Coding Scheme ) 1 sampai dengan MCS9.<br />

Sedangkan pada GPRS hanya digunakan 4 buah teknik coding, yaitu CS (coding Scheme) 1 sampai dengan SC4.<br />

Empat teknik coding pertama pada EDGE, MCS1 sampai dengan MCS4, menggunakan modulasi GMSK, sama<br />

seperti yang digunakan pada GPRS. Sedangkan 5 teknik coding lainnya, MCS5 sampai dengan MCS9, menggunakan<br />

modulasi 8PSK. Gambar di bawah ini menunjukan jenis teknik modulasi yang digunakan pada GPRS dan EDGE<br />

beserta kecepatan maksimum yang dapat dicapai.


Baik pada GPRS ataupun EDGE, tingkatan Coding Scheme yang lebih tinggi menawarkan kecepatan data yang lebih<br />

tinggi pulaTtapi di samping itu, makin tingggi tingkatan coding scheme-nya, maka ketehanannya terhadapa error<br />

makin rendah. Artinya Makin tinggi kecepatan packet data, maka makin mudah paket data itu mengalami<br />

kesalahan dalam pengirimannya. Hal ini karena, makin tinggi tingkatan coding schemenya, maka tingkatan<br />

mekanisme “error correction” yang digunakan makin rendah.<br />

Walaupun MCS1 sampai dengan MCS4 pada EGDE sama-sama menggunakan modulasi GMSK seperti CS1 sampai<br />

dengan CS4 pada GPRS, tetapi keduanya memiliki kecepatan yang berbeda. Hal ini karena adanya penggunaan<br />

header yang berbeda. Pada EDGE, packet datanya mengandung header yang memungkinkan dilakukannya resegmentasi<br />

packet data. Artinya, apabila suatu packet data dikirimkan dengan menggunakan level coding scheme<br />

yang tinggi (kecepatan lebih tinggi, error correction kurang) dan data tidak diterima dengan baik pada sisi<br />

penerima. Maka setelah dilakukan permintaan pengiriman ulang (re-transmition) packet data yang salah terima<br />

itu, pada pengiriman selanjutnya, coding scheme yang digunakan dapat diganti dan disesuaikan dengan kondisi<br />

radio interface. Artinya, pada pengiriman selanjutnya, packet data akan dikirimkan dengan menggunakan coding<br />

scheme yang lebih rendah, yang memiliki mekanisme error correction yang lebih baik. Sehingga diharapkan pada<br />

pengiriman kedua ini data dapat diterima dengan baik di sisi penerima. Sedangkan pada GPRS, re-segmentasi<br />

packet data ini tidak dapat dilakukan. Sehingga apabila suatu packet data telah dikirim dengan menggunakan suatu<br />

coding scheme tertentu. Maka walaupun data titerima salah di sisi penerima, pada saat pengiriman<br />

berikutnya,data tetap akan dikirim dengan menggunakan coding scheme yang sama. Sehingga kemungkinan<br />

packet data itu salah diterima di sisi penerima masih sama besar dengan sewaktu pengiriman pertama. Dengan<br />

demikian dapat dicapai keseimbangan antara kecepatan transfer dan kwalitas data yang ditransfer.<br />

4. Refferensi<br />

http://www.ericsson.com, white paper : EDGE - Introduction of Haigh-speed data in GSM/GPRS<br />

network<br />

Lappeenranta University of Technology, Seminar material : GSM/EDGE Radio Access Network<br />

Siemens Indonesia, Training material : GPRS Overview<br />

Back to Artikel


By Riswan on Aug 1, 2006 in Artikel<br />

Mengenal SMS (Short Message Service)<br />

SMS (Short Message Service) secara umum dapat diartikan sebagai sebuah service yang memungkinkan<br />

ditransmisikannya pesan text pendek dari dan ke mobile phone, fax, mesin, atau IP address. Disebut pesan text<br />

pendek karena pesan yang dikirimkan hanya berupa karakter text dan tidak lebih dari 160 karakter. Pentransmisian<br />

SMS menggunakan kanal signalling, bukan kanal suara, sehingga kita dapat saja menerima SMS walaupun kita<br />

sedang melakukan komunikasi suara.<br />

Dalam perkembangannya, SMS menjadi salah satu service yang banyak diminatai dan digunakan oleh user, hal ini<br />

karena teknologi SMS memiliki beberapa keunggulan, antara lain :<br />

Harganya murah<br />

Merupakan ”deliver oriented service”, artinya pesan akan selalu diusahakan utk dikirimkan ke tujuan. Jika<br />

suatu saat nomor tujuan sedang tidak aktif atau di luar coverage, maka pesan akan disimpan di SMSC server<br />

dan akan dikirimkan sesegera setelah nomor tujuan aktif kembali. Pesan juga akan tetap terkirim ke tujuan<br />

walaupun nomor tujuan sedang melakukan pembicaraan (sibuk).<br />

Dapat dikirim ke banyak penerima sekaligus pada saat yg bersamaan.<br />

Pesan dapat dikirmkan ke berbagai jenis tujuan, seperti e-mail, IP ataupun applikasi lain.<br />

Kegunaannya banyak, dengan cara diintegrasikan dengan applikasi content, SMS dapat digunakan untuk<br />

berbagai macam keperluan seperti kuis, voting, chatting, reservasi, request informasi, sensus/survey, dan<br />

lainnya tergantung dengan kegunaan dan fungsi aplikasi content yang terhubungan dengan SMSC.<br />

Perkembangan Teknologi Messaging<br />

SMS adalah salah satu teknologi messaging (penyampaian pesan). SMS sendiri mulai dikenalkan pada era teknologi<br />

wireless generasi ke 2 (2G)., yaitu pada saat dimungkinkannya melakukan komunikasi data pada telekomunikasi<br />

wireless. Di Eropa, SMS mulai diperkenalkan pada tahun 1991, pada saat mulai digunakannya GSM yg merupakan<br />

teknologi 2G yang digunakan digunakan di negara-negara Eropa.<br />

Tabel di bawah ini menunjukan perkembangan dari teknologi messaging (SMS/MMS) dari mulai era teknologi<br />

generasi pertama (1G) sampai ke teknologi 3G.<br />

Gen Freq ~ Kbps Teknologi Service Catatan<br />

1<br />

2<br />

2.5<br />

800<br />

MHz<br />

range<br />

800<br />

900<br />

1900<br />

MHz<br />

range<br />

1900<br />

MHz<br />

9.6 AMPS<br />

9.6 to<br />

14.4<br />

56 to<br />

144<br />

TDMA<br />

CDMA<br />

GSM<br />

GPRS<br />

- Circuit-switched<br />

wireless analog voice.<br />

- Limited system<br />

capacity dan capability.<br />

- No data.<br />

- Circuit-switched<br />

wireless digital voice<br />

data<br />

- Security lebih baik<br />

- Kapasiatas lebih besar<br />

- Support komunikasi<br />

data.<br />

TIDAK bisa SMS<br />

BISA SMS<br />

- circuit-switched Tahap migrasi ke


Dalam<br />

3 G 2 GHz<br />

perkembagannya, SMS kemudian dikembangkan menjadi EMS (Enhanced Message Service), dimana dengan EMS<br />

jumlah karakter yang bisa dikirimkan dalam 1 SMS menjadi lebih banyak dan dapat juga digunakan untuk<br />

mengirimkan pesan berupa non-karakter (dapat berupa gambar sederhana). Pada EMS, untuk pengiriman pesan<br />

yang lebih dari 160 karakter, maka pesan akan dipecah menjadi beberapa buah di mana masing-masingnya terdiri<br />

dari tidak lebih dari 160 karakter. Misalnya pesan yang dikirimkan terdiri dari 167 karakter, maka pesan ini akan<br />

dipecah menjadi 2 buah SMS (1 buah SMS dengan 160 karakter dan 1 SMS dengan 7 karakter). Kedua SMS ini akan<br />

dikirimkan sebagai 2 SMS terpisah dan di sisi penerima akan digabungkan menjadi satu SMS lagi. Selain itu, EMS<br />

juga memungkinkan pengiriman data gambar sederhana dan rekaman suara.<br />

Pada saat mulia digunakannya teknologi packet switch seperti GPRS, maka service pengiriman pesanpun<br />

berkembang, tidak hanya sebatas text saja, tapi juga bisa dalam bentuk gambar dan suara (multimedia), service ini<br />

dikenal dengan nama MMS (Multimedia Message Service). Dengan MMS user dapat mengirimkan pesan lebih<br />

hidup karena dapat berupa gambar (statik dan bergerak), suara, ataupun gabungan keduanya.<br />

Arsitektur Jaringan SMS<br />

range CDMA2000-<br />

1X<br />

144<br />

vehicle,<br />

384<br />

outside,<br />

2 Mbps<br />

indoors<br />

EDGE<br />

WCDMA<br />

CDMA2000-<br />

MX<br />

UMTS<br />

wireless digital voice<br />

- diperkenalkannya<br />

packet-switched data<br />

services.<br />

- Kecepatan &<br />

Kapasitas lebih baik.<br />

- packet-switched<br />

wireless<br />

- voice dan data<br />

- encrypsi, high-speed<br />

multi-media<br />

Gambar di bawah ini menunujukan salah satu contoh arsitektur jaringan GSM dengan SMS center (SMSC) di<br />

dalamnya.<br />

3G<br />

BISA SMS, EMS,<br />

dan MMS<br />

BISA SMS, EMS,<br />

MMS.<br />

3G platforms :<br />

komunikasi<br />

multimedia<br />

kecepatan tinggi


( * ESME = External Short Message Entities)<br />

Dengan SMS, kita dapat mentransmisikan pesan singkat dari dan ke Mobile Subscriber (MS). Pengiriman pesan<br />

singkat ini (SMS) dimungkinkan dengan adanya sebuah SMSC (Short Message Service Center). Secara umum SMSC<br />

berfungsi menerima SMS yang dikirim, menyimpannya untuk sementara, dan memforward (mengirimkan) SMS<br />

tersebut ke mobile subscriber (MS) ataupun ESME tujuan.<br />

External Short Message Entities (ESME) adalah device selain MS yang dapat berfungsi untuk menerima atau<br />

mengirim SMS. Pada umumnya ESME dipakai untuk menciptakan layanan yang lebih beragam kepada pelanggan<br />

ataupun untuk meningkatkan performance jaringan telekomunikasi dari operator telekomunikasi wireless yang<br />

bersangkutan. ESME dapat berupa antara lain :<br />

VMS (Voice Mail Service). VMS berfungsi untuk menerima, menyimpan dan memainkan/memperdengarkan<br />

voice mail (pesan suara) yang ditujukan kepada subscriber. Pesan suara ini direkam ketika ada orang yang<br />

hendak menghubungi subscriber tertentu, tapi subscriber tersebut alam keadaan tidak aktif, sibuk, ataupun di<br />

luar coverage, sehingga si pemanggil tidak dapat tersambung dengannya. Pada saat ini, pemanggil dapat<br />

meninggalkan pesan berupa suara dan akan disimpan di VMS. Pada suatu saat nanti, apabila subscriber yang<br />

akan dipanggil tadi sudah aktif kembali atau sudah idle, dia akan menerima notifiksi bahwa ada pesan suara<br />

untuknya, dan dia dapat mendengarkan pesan suara tersebut dengan merequest VMS untuk<br />

memperdengarkannya di handsetnya.<br />

Web. Dengan teknologi internet yang berkembang pesat, MS dapat mengirimkan SMS dan langsung<br />

ditampilkan dalam suatu halamanan web.<br />

E-Mail. MS dapat juga mengirimkan SMS ke suatu alamat e-mail dan akan diterima sebagai sebuah e-mail.<br />

Aplikasi content lainnya. Dengan perkembangan teknologi IT, terutama dibidang software, maka SMS dapat<br />

digunakana untuk berbagai macam tujuan, seperti : voting, reservasi tiket, registrasi anggota suatu komunitas,<br />

games/kuis, survey, bahkan memungkinkan juga untuk digunakan sebagai sarana PEMILU (Pemilihan Umum).<br />

Semua itu dimungkinkan karena adanya aplikasi-aplikasi content yang mendukung.<br />

Bila sebuah SMS dikirimkan dari MS A ke MS B, maka SMS itu akan diteruskan oleh BSS ke MSC dan kemudian ke<br />

SMSC. SMSC berfungsi mengirimkan SMS tersebut ke MS B. Untuk keperluan ini, SMSC harus tahu bagaimana<br />

status subscriber (aktif/tidak aktif), dimana lokasi MS B berada. Informasi-informasi mengenai MS B ini didapat dari<br />

HLR.


Jika misalnya MS B dalam keadaan aktif, maka SMSC akan mengirimkan SMS ke MS B melalui MSC A, MSC B dan<br />

kemudian MS B. Bila misalnya MS B dan MS A adalah MS dari 2 operator yang berbeda, maka pada saat pengirman<br />

SMS dari A ke B, maka SMS tersebut hanya akan melalui SMSC A, tidak singgah lagi di SMSC B.<br />

Jika misalnya, MS B dalam keadaan tidak aktif, maka SMS tidak akan diforward dan diteruskan ke MSB, tapi akan<br />

disimpan untuk sementara di SMSC. Pada kondisi ini, SMSC A akan selalu berkomunikasi dengan HLR untuk<br />

mengetahui kondisi MS B. Bila suatu saat SMSC mendapatkan informasi dari HLR bahwa MS B aktif kembali, maka<br />

SMS akan diteruskan ke MSC A, MSCB, dan MS B.<br />

Gambar di bawah ini menunujukan alur skenario pengiriman SMS MO dari MS ke ESME (SMS Originating).<br />

Gambar Skenario SMS MO (Mobile Originating)<br />

1. MS diaktifkan dan ter-register ke networknya.<br />

2. MS mengirimkan SMS ke MSC.<br />

3. MSC berkomunikasi dengan VLR untuk memverifikasi bahwa message yang dikirimkan sesuai dengan<br />

supplementary service yang ada dan tidak MS tidak sedang dalam keaddan diblok untuk mengirimkan SMS.<br />

4. MSC mengirimkan SMS ke SMSC dengan menggunakan operasi forwardShortMessage.<br />

5. SMSC meneruskan SMS ke SME. Secara optional, SMSC dapat juga menerima acknowledgment bahwa SMS<br />

telah diterima SME.<br />

6. SMSC memberitahukan MSC bahwa SMS telah dikirimkan ke SME.<br />

Dan gambar di bawah ini menunjukan alur skenario SMS yang diterima MS dari ESME (SMS Terminating)


1. ESME mengirimkan SMS ke SMSC.<br />

2. Setelah menerima SMS, SMSC akan berkomunikasi dengan HLR mengetahui status dan lokasi MS.<br />

3. SMSC meneruskan SMS ke MSC.<br />

4. MSC akan menghubungi VLR untuk mengetahui informasi dari MS. Dalam tahap ini termasuk juga proses<br />

authentikasi MS.<br />

5. Jika MS dalam keadaan aktif dan tidak diblock, MSC mentransfer SMS ke MS.<br />

6. MSC akan mengirimkan informasi delivery message ke SMSC<br />

7. Jika diminta oleh ESME, SMSC akan mengirimkan status report ke ESME.<br />

Refferensi<br />

[MI.net Aug’06]<br />

www.visualgsm.com<br />

www.telsis.com<br />

www.sun.com<br />

By Riswan on Jun 11, 2007 in Artikel<br />

1. Sejarah dan Perkembangan GSM<br />

Mengenal GSM (Global System for Mobile communication)<br />

Back to Artikel<br />

Pada awal tahun 80-an, teknologi telekomunikasi seluler mulai berkembang dan banyak digunakan. Tapi<br />

teknologinya masih analog, seperti AMPS, TACS, dan NMT. Tapi karena menggunakan teknologi yang masih analog,<br />

beberapa system yang dikembangkan di beberapa negara yang berbeda tidak saling kompatibel satu dengan yang<br />

lainnya, sehingga mobilitas user sangat terbatas pada suatu area system teknologi tertentu saja.<br />

Untuk mengatasi keterbatasan yang terdapat pada sistem-sistem analog sebelumnya, pada tahun 1982, negara –<br />

negara Eropa membentuk sebuah organisasi bertujuan untuk menentukan standard-standard telekomunikasi<br />

mobile yang dapat dipakai di semua Negara Eropa. Organisasi ini diberi nama Group Speciale Mobile (GSM).<br />

Pembentukan organisasi ini dilatarbelakangi oleh keadaan di tiap-tiap negara Eropa pada ssat itu yang masih<br />

menggunakan system telekomunikasi wireless yang analog dan tidak compatible antara negara, sehingga tidak<br />

memungkinkan dilakukannya roaming antar negara. Organisasi ini kemudian menghasilkan standard-standard<br />

telekomunikasi bergerak yang kemudian dikenal dengan GSM (Global System for Mobile communication).<br />

GSM sendiri mulai diimplementasikan di negara eropa pada awal tahun 1990-an. Pemakaian GSM kemudian<br />

meluas ke Asia dan benua Amerika. Pada saat ini GSM merupaka teknologi komunikasi bergerak yang paling<br />

banyak digunakan di seluruh dunia. Pada akhir tahun 2005, pelanggan GSM di dunia sudah mencapai 1,5 billion<br />

pelanggan dan merupakan teknologi yang paling banyak digunakan. Tabel di bawah ini menujukan perkembanganperkembangan<br />

penting yang terkait dengan pengimplementasian GSM dan juga perkembangan teknologi seluler<br />

lainnya.


GSM adalah sebuah teknologi komunikasi bergerak yang tergolong dalam generasi kedua (2G). Perbedaan utama<br />

sistem 2G dengan teknologi sebelumnya (1G) terletak pada teknologi digital yang digunakan. Keuntungan<br />

teknologi generasi kedua dibanding dengan teknologi generasi pertama antara lain sebagai berikut :<br />

Kapasitas sistem lebih besar, karena menggunkan teknologi TDMA (digital), dimana penggunaan sebuah kanal<br />

tidak diperuntukan bagi satu user saja. Sehingga pada saat user tersebut tidak mengirimkan informasi, kanal<br />

dapat digunakan oleh user lain. Hal ini berlawanan dengan teknologi FDMA yang digunakan pada generasi<br />

pertama.<br />

Teknologi yang dikembangkan di negara-negara yang berbeda merujuk pada standard intrenasional sehingga<br />

sistem pada negara – negara yang berbeda tersebut masih tetap kompatible satu dengan lainnya sehingga<br />

dimungkinkannya roaming antara negara.<br />

Dengan menggunakan teknologi digital, service yang ditawarkan menjadi lebih beragam, dan bukan hanya<br />

sebatas suara saja, dapi juga memungkinkan diimplementasikannya service-service yang berbasis data, seperti<br />

SMS dan juga pengiriman data dengan kecepatan rendah.<br />

Penggunaan teknologi digital juga menjadikan keamanan sistem lebih baik. Dimana dimungkinkan utk<br />

melakukan encripsi dan chipering informasi.<br />

2. Spesifikasi Teknis GSM<br />

Di Eropa, pada awalnya GSM didesign untuk beroperasi pada band frekwensi 900 MHz, dimana untuk frekwensi<br />

uplinknya digunakan frekwensi 890-915 MHz, dan frekwensi downlinknya menggunakan frewkwensi 935 – 960<br />

MHz. Dengan bandwidth sebesar 25 MHZ yang digunakan ini (915 - 890 = 960 – 935 = 25 MHz), dan lebar kanal<br />

sebasar 200 kHz, maka akan didapat 125 kanal, dimana 124 kanal digunakan untuk voice dan 1 kanal untuk<br />

signaling.


Pada perkembangannya, jumlah kanal sebanyak 124 kanal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan yang<br />

disebabkan pesatnya pertambahan jumlah subscriber. Untuk memenuhi kebutuhan kanal yang lebih banyak ini,<br />

maka regulator GSM di Eropa mencoba menggunakan tambahan frekwensi untuk GSM pada band frekwensi di<br />

range 1800 MHZ, yaitu band frekwensi pada 1710-1785 MHz sebagai frekwensi uplink dan frekwensi 1805-1880<br />

MHZ sebagai frekwensi downlinknya. Kemudian GSM dengan band frekwensi 1800 MHZ ini dikenal dengan<br />

sebutan GSM 1800. Pada GSM 1800 ini tersedia bandwidth sebesar 75 MHz (1880-1805 = 1785-1710 = 75 MHz).<br />

Dengan lebar kanal tetap sama seperti GSM 900, yaitu 200 KHz, maka pada GSM 1900 akan tersedia kanal<br />

sebanyak 375 kanal.<br />

GSM yang awalnya hanya digunakan di Eropa, kemudian meluas ke Asia dan Amerika. Di Amerika Utara, dimana<br />

sebelumnya sudah berkembang teknologi lain yang menggunakan frekwensi 900 MHZ dan juga 1800 MHz,<br />

sehingga frekwensi ini tidak dapat lagi digunakan untuk GSM. Maka regulator telekomunikasi di sini memberikan<br />

alokasi frekwensi 1900 MHZ untuk peng-implementasian GSM di Amerika Utara. Pada GSM 1900 ini, digunakan<br />

frekwensi 1930-1990 MHz sebagai frewkwensi downlink dan frekwensi 1850-1910 MHz sebagai frewkwensi<br />

uplinknya. Spesifikasi lengkap tentang GSM 900, GSM 1800, dan GSM 1800 dapat dilihat di table di bawah ini.<br />

Di Eropa, standard-standard GSM kemudian juga digunakan untuk komunikasi railway, yang kemudian dikenal<br />

dengan nama GSM-R.<br />

3. Arsitektur Jaringan GSM


Gambar Arsitektur jarinan GSM secara umum<br />

Secara umum, network element dalam aristektur jaringan GSM dapat dibagi menjadi :<br />

1. Mobile Station (MS)<br />

2. Base Station Sub-system (BSS)<br />

3. Network Sub-System (NSS)<br />

4. Operation and Support System<br />

Secara bersama-sama, keseluruhan network element di atas akan membentuk sebuah PLMN (Public Land Mobile<br />

Network)<br />

3.1 Mobile Station (MS)<br />

Mobile Station (MS) adalah perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk melakukan pembicaraan. Secara<br />

umum sebuah Mobile System terdiri dari :<br />

Mobile Equipment (ME) atau handset<br />

Subscriber Identity Module (SIM) atau Sim card<br />

Gambar ME dan SIM


3.1.1 Mobile Equipment (ME)<br />

Mobile Equipment (ME) atau handset adalah perangkat GSM yang berada di sisi pelanggan yang berfungsi sebagai<br />

terminal transceiver (pengirimdan penerima sinyal) untuk berkomunikasi dengan perangkat GSM lainnya. Secara<br />

international, ME diidentifikasi dengan IMEI (International Mobile Equipment Identity) dan data IMEI ini disimpan<br />

oleh EIR untuk keperluan authentikasi, apakah mobile equipment yang bersangkutan dijinkan untuk melakuan<br />

hubungan atau tidak. Gambar di bawah ini menunujukan format penomoran IMEI.<br />

Gambar Format penomoran IMEI<br />

TAC (Type Approval Code), adalah kode yang diberikan pada saat Mobile Equipment ditest sebelum ME<br />

tersebut dijual ke pasar.<br />

FAC (Final Assembly Code), menunjukan kode manufaktur/pabrik.<br />

SNR (Serial Number)<br />

SP (Spare field)<br />

3.1.2 Subscriber Identity Module (SIM)<br />

Subscriber Identity Module (SIM) adalah sebuah smart card yang berisi seluruh informasi pelanggan dan beberapa<br />

informasi service yang dimilikinya. Mobile Equipment (ME) tidak dapat digunakan tanpa ada SIM card di dalamnya,<br />

kecuali untuk panggilan emergency (SOS) dapat dilakukan tanpa menggunakan SIM card. Secara umum<br />

informasi/data yang disimpan di dalam SIM adalah sebagai berikut :<br />

- IMSI (International Mobile Subscriber Identity) adalah penomoran pelanggan yang akan selalu unik di<br />

seluruh dunia. Gambar di bawah ini menunjukan format penomoran IMSI.<br />

- MCC (Mobile Country Code)<br />

- MNC (Mobile Network Code)<br />

- MSIN (Mobile Subscriber Identification Number)<br />

- MSISDN (Mobile Subscriber ISDN)<br />

Gambar Format penomoran IMSI<br />

Gambar Format penomoran MSISDN


MSISDN adalah nomor yang merupakan nomor panggil pelanggan.<br />

- CC (Country Code)<br />

- NDC (National Destination Code)<br />

- SN (Subscriber Number)<br />

Sebagai contoh MSISDN 62 811 970399 => CC= 62, NDC = 811, SN = 970399.<br />

- Authentication Key (Ki), alogorithma authentikasi A3 dan A8, PIN dan PUK (PIN Unblocking Key).<br />

- Data network yang bersifat temporer/sementara, seperti : TMSI (Temporary Mobile Subscriber Identity), LAI<br />

(Location Area Identity), Kc, Forbidden PLMN.<br />

- Data yang terkait dengan service, seperti : SMS, setingan bahasa,dll.<br />

Secara functionality, sebuah MS mempunyai fungsi-fungis sebagai Radio Resource Management, Mobility<br />

Management, dan juga sebagai Communication Management.<br />

3.2 Base Station Sub-system (BSS)<br />

Secara umum, Base Station Sub-system terdiri dari BTS (Base Transceiver Station) dan BSC (Base Station<br />

Controller).<br />

3.2.1 Base Transceiver Station (BTS)<br />

BTS adalah perangkat GSM yang berhubungan langsung dengan MS. BTS berhubungan dengan MS melalui air<br />

interface atau disebut juga Um Inteface. BTS berfungsi sebagai pengirim dan penerima (transciver) sinyal<br />

komunikasi dari/ke MS yang menyediakan radio interface antara MS dan jaringan GSM. Karena fungsinya sebagai<br />

transceiver, maka bentuk pisik sebuah BTS adalah tower dengan dilengkapi antena sebagai transceiver. Sebuah<br />

BTS dapat mecover area sejauh 35 km. Area cakupan BTS ini disebut juga dengan cell. Sebuah cell dapat dibentuk<br />

oleh sebuah BTS atau lebih, tergantung dari bentuk cell yang diinginkan. Fungsi dasar BTS adalah sebagai Radio<br />

Resource Management, yaitu melakukan fungsi-fungsi yang terkait dengan :<br />

meng-asign channel ke MS pada saat MS akan melakukan pembangunan hubungan.<br />

menerima dan mengirimkan sinyal dari dan ke MS, juga mengirimkan/menerima sinyaldengan frekwensi yang<br />

berbeda-beda dengan hanya menggunakan satu antena yang sama.<br />

mengontrol power yang di transmisikan ke MS.<br />

Ikut mengontrol proces handover.<br />

Frequency hopping<br />

3.2.2 Base Station Controller<br />

BSC adalah perangkat yang mengontrol kerja BTS-BTS yang secara hiraki berada di bawahnya. BSC merupakan<br />

interface yang menghubungkan antara BTS (komunikasi menggunakan A-bis interface) dan MSC (komunikasi<br />

menggunakan A interface).<br />

Melakukan fungsi radio resource management pada BTS-BTS yang ada di bawahnya.<br />

Mengontrol proces handover inter BSC dan juga ikut serta dalam proces handover intra BSC.<br />

Menghubungkan BTS-BTS yang berada di bawahnya dengan OMC sebagai pusat operasi dan maintenance.<br />

Ikut terlibat dalam proces Call Control seperti call setup, routing, mengontrol dan men-ternimate call.<br />

Melakukan dan mengontrol proces timing advance control, yaitu mengontrol sinyal-sinyal yang diterima dari<br />

MS yang bergerak, sehingga tidak saling overlap.


3.3 Network Sub-System<br />

3.3.1 Mobile Switching Center (MSC)<br />

MSC adalah network element central dalam sebuah jaringan GSM. Semua hubungan (voice call/transfer data) yang<br />

dilakukan oleh mobile subscriber selalu menggunakan MSC sebagai pusat pembangunan hubungannya. Pada<br />

umumnya, MSC memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :<br />

Switching dan Call Routing : Sebuah MSC mengontrol proces pembangunan hubungan (call set up),<br />

mengontrol hubungan yang telah terbangun, dan me-release call apabila hubungan telah selesai. Dalam hal<br />

ini, MSC akan berkomunikasi dengan banyak network element lain seperti NE BSS, VAS, dan IN. MSC juga<br />

melakukan fungsi routing call ke PLMN lain (operator seluler lain ataupun jaringan PSTN).<br />

Charging : Untuk pelanggan pre-paid, MSC akan selalu berkomunikasi dengan IN yang melakukan fungsi online<br />

charging. Selain itu, MSC juga akan mencatat semua informasi tentang sebuah call dalam bentuk CDR (Call<br />

Detail Record).<br />

Berkomunikasi dengan network element lainnya (HRL,VLR, IN, network element VAS, dan MSC lainnya) : MSC<br />

akan berkomunikasi dengan HLR dan VLR terutama dalam proces pembangungan hubungan (call set up), call<br />

routing (di HLR disimpan lokasi terakhir MS tujuan dan untuk merouing call tersebut ke MS yang sedang mengcover<br />

MS tujuan, HLR akan meminta informasi routing ke MSC yang sedang meng-cover MS pemanggil) dan<br />

call release. MSC akan berhubungan dengan network element VAS seperti SMSC, MMSC, RBT server, dll,<br />

dalam rangka proces delivery content service-service VAS tersebut ke MS tujuan. MSC akan berhubungan<br />

dengan MSC lain dalam hal proces call setup (trmasuk call routing), dan juga mengontrol process handover<br />

antar cell yang terletak pada 2 MSC yang berbeda.<br />

Mengontrol BSC yang terhubung dengannya : Sebuah MSC dapat terhubung dengan 1 BSC atau lebih. MSC<br />

akan mengontrol dan berkomunkasi dengan BSC dalam hal call setup, location update, handover inter MSC<br />

(handover antara 2 cell yang terdapat pada 2 BSC yang berbeda tapi masih dalam 1 MSC yang sama).<br />

3.3.2 Home Location Register (HLR)<br />

HLR adalah network element yang berfungsi sebagai sebuah database untuk penyimpan semua data dan informasi<br />

mengenai pelanggan yang tersimpan secara permanen, dalam arti tidak tergantung pada posisi pelanggan. HLR<br />

bertindak sebagai pusat inforamsi pelanggan yang setiap waktu akan diperlukan oleh VLR untuk merealisasi<br />

terjadinya komunikasi pembicaraan. VLR selalu berhubungan dengan HLR dan memberikan informasi posisi<br />

terakhir dimana pelanggan berada. Informasi lokasi ini akan diupdate apabila pelanggan berpinah dan memasuki<br />

coverage area suatu MSC yang baru. Informasi-informasi yang disimpan di HLR adalah :<br />

- Identitas pelanggan (IMSI, MSISDN)<br />

- Suplementary service pelanggan<br />

- Informasi lokasi terakhir pelanggan<br />

- Informasi Authentikasi pelanggan<br />

HLR juga akan selalu berkomunikasi dengan AuC dalam hal melakukan retrieving parameter authentikasi yang baru<br />

setiap saat sebelum segala jenis aktvitas pelanggan dilakukan.<br />

3.3.3. Visitor Location Register (VLR)<br />

VLR adalah network element yang berfungsi sebagai sebuah database yang menyimpan data dan informasi<br />

pelanggan, dimulai pada saat pelanggan memasuki suatu area yang bernaung dalam wilayah MSC VLR (setiap MSC<br />

akan memiliki 1 VLR sendiri) tersebut (melakukan Roaming). Informasi pelanggan yang ada di VLR ini pada<br />

dasarnya adalah copy-an dari informasi pelanggan yang ada di HLR-nya. Adanya informasi mengenai pelanggan<br />

dalam VLR memungkinkan MSC untuk melakukan hubungan baik Incoming (panggilan masu) maupun Outgoing<br />

(panggilan keluar). VLR bertindak sebagai data base pelanggan yang bersifat dinamis, karena selalu berubah setiap<br />

waktu, menyesuaikan dengan pelanggan yang memasuki atau berpindah dalam suatu area cakupan suatu MSC.<br />

Data yang tersimpan dalam VLR secara otomatis akan selalu berubah mengikuti pergerakan pelanggan. Ketika


pelanggan bergerak meninggalkan area suatu MSC dan menuju area MSC lainnya, maka informasinya akan dicatat<br />

di VLR MSC barunya dan dihapus dari VLR sebelumnya. Dengan demikian posisi pelanggan dapat dimonitor secara<br />

terus menerus dan hal ini akan memungkinkan MSC untuk melakukan penyambungan pembicaraan/SMS dari/ke<br />

pelanggan ini ke dengan pelanggan lain. VLR selalu berhubungan secara intensif dengan HLR yang berfungsi<br />

sebagai sumber data pelanggan.<br />

Bila sebuah MS bergerak keluar coverage area suatu MSC menuju coverage MSC yang lain, maka yang terjadi<br />

adalah :<br />

o VLR MSC yang baru akan meng-check di daabase-nya apakah record MS tersebut sudah ada atau belum.<br />

Proces pengecheckan dilakukan dengan menggunakan IMSI.<br />

o Jika recordnya belum ada, maka VLR akan mengirimkan request ke HLR MS tersebut untuk mengirimkan copyan<br />

data MS tersebut yang ada di HLR-nya.<br />

o HLR akan mengirimkan informasi MS tersebut ke VLR tjuan dan juga meng-update informasi lokasi MS<br />

tersebut di database HLR. HLR kemudian akan mengintruksikan VLR sebelumnya(asal) untuk menghapus<br />

informasi MS tersebut di databasenya.<br />

o VLR yang baru akan menyimpan informasi MS tersbut, termasuk lokasi terakhir dan statusnya.<br />

3.3.4 Authentication Center (AuC)<br />

AuC menyimpan semua informasi yang diperlukan untuk memeriksa keabsahan pelanggan, sehingga usaha untuk<br />

mencoba mengadakan hubungan pembicaraan bagi pelanggan yang tidak sah dapat dihindarkan. Disamping itu<br />

AuC berfungsi untuk menghindarkan adanya pihak ke tiga yang secara tidak sah mencoba untuk menyadap<br />

pembicaraan. Dengan fasilitas ini,maka kerugian yang dialami pelanggan sistem selular analog saat ini akibat<br />

banyaknya usaha memparalel, tidak mungkin terjadi lagi pada GSM. Sebelum proses penyambungan switching<br />

dilaksanakan sistem akan memeriksa terlebih dahulu, apakah pelanggan yang akan mengadakan pembicaraan<br />

adalah pelanggan yang sah.<br />

AuC menyimpan informasi mengenai authentication dan chipering key. Karena fungsinya yang mengharuskan<br />

sangat khusus, authentication mempunyai algoritma yang spesifik, disertai prosedur chipering yang berbeda untuk<br />

masing-masing pelanggan. Kondisi ini menyebabkan AuC memerlukan kapasitas memory yang sangat besar. Wajar<br />

apabila GSM memerlukan kapasitas memory sangat besar pula. Karena fungsinya yang sangat penting, maka<br />

operator selular harus dapat menjaga keamanannya agar tidak dapat diakses oleh personil yang tidak<br />

berkepentingan. Personil yang mengoperasikan dilengkapi dengan chipcard dan juga password identitas dirinya.<br />

Tabel di bawah ini menunjukan data-data yang disimpan di HLR dan VLRdan AuC.


3.3.5 Equipment Identity Registration (EIR)<br />

EIR memuat data-data peralatan pelanggan (Mobile Equipment) yang diidentifikasikan dengan IMEI (International<br />

Mobile equipment Identity). Data Mobile Equipment yang di simpan di EIR dapat dibagi atas 3 (tiga) kategori:<br />

Peralatan yang diijinkan untuk mengadakan hubungan pembicaraan kemanapun<br />

Peralatan yang dibatasi dan hanya diijinkan mengadakan hubungan pembicaraan ketujuan yang<br />

terbatas<br />

Peralatan yang sama sekali tidak diijinkan untuk berkomunikasi


Kebaradaan EIR belum distandardisasi secara penuh, oleh karena itu belum dioperasikan di semua operator. Masih<br />

diperlukan klasifikasi dan penyempurnaan yang berkaitan dengan aspek hukum. Di Indonesia sendiri, belum ada<br />

operator seluler yang mengimplementasikan EIR. Bila EIR digunakan, maka operator dapat melakukan pemblokiran<br />

terhadap handaset (INGat, bukan pemblokiran nomor pelanggan, tapi pemblokiran handset (pesawat telponnya))<br />

yang digunakan oleh pelanggan. Sehingga apabila ada handset pelanggan yang hilang, maka pelangan dapat<br />

mengajukan agar handaset tersebut diblokir sehingga tidak akan pernah dapat digunakan lagi oleh orang lain.<br />

Dengan pengimplementasian EIR ini tentu akan dapat mengurangi kasus-kasus pencurian handphone, karena si<br />

pemilik dapat meminta agar handphonenya yang sudah dicuri diblokir dan tidak dapat digunakan lagi. Sehingga<br />

motivasi para pencuri untuk melakukan pencurian handphone akan berkurang.<br />

Berdasarkan keterangan-keterangan pada sub bab - sub bab di atas, distribusi lokasi informasi-informasi yang<br />

diperlukan dalam proces authentikasi pada network elemen-network elemen jaringan GSM dapat digambarkan<br />

sebagai berikut :<br />

3.4 Operation and Support System (OSS)<br />

Operation and Support System (OSS) sering juga disebut dengan OMC (Operation and Maintenance Center, adalah<br />

sub system jaringan GSM yang berfungsi sebagai pusat pengendalian dan maintenance perangkat (network<br />

element) GSM yang terhubung dengannya. Tiap-tiap network element mempunyai perangkat OMC-nya sendirisendiri,<br />

misalnya network element NSS mempunyai perangkat OMC sendiri, network element BSS mempunyai<br />

perangkat OMC sendiri, network element VAS juga memiliki perangkat OMC sendiri. Biasanya, di banyak operator<br />

semua perangkat OMC ini diletakan di dalam satu ruangan OMC yang terpusat.<br />

OMC pada umumnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :<br />

Fault Management : Memonitor keadaan/kondisi tiap-tiap network element yang terhubung dengannya.<br />

Dalam hal ini, OMC akan selalu menerima alarm dari network element yang menunjukan kondisi di network<br />

element yang dimonitor, apakah ada probelm di newtwork element atau tidak.<br />

Configuration Management : sebagai interface untuk melakukan/merubah configurasi network element yang<br />

terhubung dengannya.<br />

Performance Management : Berapa OMC ada yang dilengkapi juga dengan fungsi performance management,<br />

yaitu fungsi untuk memonitor performance dari network element yang terhubung dengannya.<br />

Inventory Management : OMC juga dapat berfungsi sebagai inventorty management, karena di database OMC<br />

terdapat informasi tentang aset yang berupa network element, seperti jumlah dan konfigurasi seluruh<br />

network element, dan juga kapasitas network element.


Gambar di bawah ini menunjukan contoh diagaram sebuah OMC yang memonitor berbagai macam network<br />

elements.<br />

5. Refferensi<br />

Heine, Gunnar., “GSM Networks: Protocols, Terminology, and Implementation”, Artech House,<br />

London, 1999.<br />

Sauter, Martin, “Communication System for Mobile Information Society”, John Willey & Son Ltd,<br />

2006.<br />

“GSM, GPRS & EDGE Overview”, Commserv Netwrok Education Division Indonesia.<br />

Modul kuliah : Sistem Komunikasi Bergerak : Arsitektur dasar dan Fungsi Perangkat Standar<br />

Sistem Cellular, STT Telkom, Bandung, 2006.<br />

http://kbs.cs.tu-berlin.de/~jutta/gsm/js-intro.html (A Brief Overview of GSM).<br />

https://styx.uwaterloo.ca/~jscouria/GSM/gsmreport.html (Overview of the Global System for<br />

Mobile Communications)<br />

By Riswan on Nov 12, 2007 in Artikel<br />

Kontroversi Sekitar Penerapan Kode Akses SLJJ 011 dan 017<br />

Back to Artikel<br />

Dengan adanya Surat Keputusan Menteri Perhubungan (SK Menhub) Nomor 04 Tahun 2004 tentang pergantian<br />

kode akses SLJJ, maka berakhirlah era monopoli dalam bisnis SLJJ. Selanjutnya pemerintah memberikan license SLJJ<br />

yang baru kepada Inodat. Jadi saat ini kode akses SLJJ ada 2, yaitu 011 milik Indosat dan 017 milik Telkom. Jadi<br />

nantinya pelanggan telepon (fixed dan mobile) yang akan menghubungi pelanggan fixed line/fixed wireless, tidak<br />

cukup hanya men-dial kode area + nomor telepon tujuan saja (seperti sekarang), tapi harus men-dial : kode akses<br />

SLJJ (011 atau 017) + kode area + nomor telepon tujuan. Dan untuk mengimplementasikan hal ini, baik Indosat<br />

maupun Telkom harus menerapkan dua kode akses SLJJ ini di dalam system jaringan telekomunikasi mereka.<br />

Pada tanggal 31 Oktober 2007 yang lalu, pemerintah melalui BRTI mengeluarkan peringatan kedua kepada PT<br />

Telkom terkait dengan implementasi kode akses SLJJ PT Telkom (017) di 5 kota, yaitu Medan, Batam, Jakarta,<br />

Surabaya, dan Denpasar. Dalam surat peringatan ini pemerintah juga mengharuskan PT Telkom untuk<br />

mengimplementasikan kode akses SLJJ di 5 kota tersebut paling lambat tanggal 3 November 2007. Sebelumnya,


pada tanggal 2 Oktober 2007, pemerintah juga telah memberikan surat peringatan yang pertama kepada PT<br />

Telkom terkait dengan penerapan kode akses SLJJ ini.<br />

Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ)<br />

SLJJ (sambungan Langsung Jarak Jauh) dapat diartikan sebagai panggilan telepon ke pelanggan fixed line / fixed<br />

wireless yang berada di daerah dengan kode area yang berbeda dengan pelanggan pemanggil. Dalam memanggil<br />

nomor tujuan, pemanggil akan men-dial kodea area + nomor telepon tujuan. Gambar di bawah ini menunjukan<br />

skema umum panggilan SLJJ yang dilakukan oleh pelanggan fixed di kota A ke pelanggan fixed line di kota B.<br />

Panggilan dari pelanggan A akan diteruskan oleh sentral lokal-nya ke sentral tol (disebut juga sentral telepon SLJJ)<br />

di kota A. Dengan menggunakan kode area yang di-dial pelanggan A, Sentral Tol A akan mengetahui di kota mana<br />

sentral Tol pelanggan B berada. Kemudian dari sentral Tol B, panggilan akan diteruskan ke sentral telepon lokal<br />

pelanggan B dan kemudian, bila pelanggan B tidak dalam kondisi idle, maka tersambunglah pelanggan A dan<br />

pelanggan B.<br />

Skenario di atas hanya berlaku dahulu, pada saat operator yang memiliki license bisnis SLJJ hanya 1 operator, yaitu<br />

Telkom. Sekarang, pada saat operator yang memiliki lincese SLJJ ada 2, yaitu Telkom dengan kode akses SLJJ 017<br />

dan Indosat dengan kode akses 011, setiap pelanggan yang ingin melakukan panggilan SLJJ tidak cukup hanya<br />

dengan mendial kode area kota tujuan dan nomor telepon tujuan saja. Tetapi yang harus di-dial oleh pelanggan A<br />

ialah : kode akses SLJJ (017 atau 111) + kode area kota tujuan + nomor telepon tujuan. Jadi pelanggan harus<br />

memilih menggunakan kode akses SLJJ Telkom atau kode akses SLJJ Indosat. Gambar di bawah ini menunjukan<br />

skema umum panggilan SLJJ dengan 2 operator SLJJ, yaitu Telkom dan Indosat.<br />

Metode pemilihan kode akses SLJJ sendiri dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu metode pre-selection dan metode<br />

call-by-call selection.<br />

Pada metode pre-selection, pelanggan yang akan melakukan panggilan SLJJ dapat langsung mendial kode area +<br />

nomor telepon tujuan tanpa perlu menentukan kode akses SLJJ mana yang akan digunakannya. Hal ini<br />

dimungkinkan karena pelanggan telah menentukan sejak awal operator SLJJ mana yang akan digunakannya untuk<br />

melakukan panggilan SLJJ dan data kode akses pilihan pelanggan ini disimpan pada database di dalam sistem


jaringan operator pelanggan yang bersangkutan. Jadi setiap kali pelanggan akan melakukan panggilan SLJJ, dia<br />

akan menggunakan kode akses SLJJ yang telah dipilihnya sebelumnya.<br />

Dalam metode Call-by-Call selection, setiap kali pelanggan yang akan melakukan panggilan SLJJ dia harus mendial<br />

kode akses SLJJ dahulu baru diikuti dengan kode area dan nomor telepon tujuan (kode akses SLJJ + koe area +<br />

nomor telepon tujuan). Jadi penentuan kode akses SLJJ mana yang akan digunakan pelanggan dilakukan pada saat<br />

pelanggan akan melakukan setiap panggilan SLJJ.<br />

Kontroversi<br />

Terkait dengan penerapan kode akses SLJJ Telkom dan Indosat di kedua system jaringan operator tersebut, muncul<br />

beberapa kontroversi di pihak - pihak yang terkait. Masing-masing pihak memiliki argumentasi masing-masing dan<br />

merasa benar dengan argumentasinya, sehingga penerapan 2 kode akses SLJJ ini sampai saat ini belum dapat<br />

diterapkan dan karena itulah pemerintah mengeluarkan surat peringatan pertama dan kedua kepada PT Telkom.<br />

Pemerintah berpendapat, penghapusan monopoli dalam bisnis SLJJ ini bertujuan untuk meningkatkan<br />

performance dan daya saing Telkom sehingga dapat berbicara lebih banyak di level yang lebih tinggi. Pemerintah<br />

juga berpendapat bahwa dengan penghapusan monopoli ini, kwalitas pelayanan yang diterima masyarakat akan<br />

menjadi lebih baik dan tarif layanan SLJJ akan lebih bersaing. Karena itulah pemerintah mendesak PT Telkom untuk<br />

segera mengimplementasikan penggunaan 2 kode akses SLJJ di jaringan telepon miliknya. Dalam hal ini,<br />

pemerintah menyadari bahwa dalam tahap impementasinya, PT Telkom adalah pihak yang dirugikan, karena itu<br />

pemerintah akan memberikan kompensasi berupa materi (Rp478 miliar ) dan juga license penyelenggaraan SLI<br />

kepada PT Telkom.<br />

PT Telkom sendiri sampai saat ini belum mau/mampu untuk mengimplementasikan 2 kode akses di system<br />

jaringan fixed line miliknya. Terkait dengan keterlambatan ini, Telkom mengemukakan beberapa alasan, saran dan<br />

pertimbangan, antara lain :<br />

Telkom berpendapat bahwa keseluruhan waktu yang diberikan untuk pengimplementasian kode akses SLJJ ini<br />

terlalu singkat, karena banyak hal yang harus dilakukan oleh Telkom untuk dapat melakukan perubahan ini<br />

dengan baik, antara lain Telkom harus sosialisasi kepada para stakeholders, penyesuaian teknis, penyediaan<br />

ling system, support system dan lainnya. Dan semua Itu tidak sederhana dan butuh waktu serta biaya besar.<br />

Dari hitung-hitungan Telkom, mereka membutuhkan dana sekitar Rp 3,4 triliun untuk melakukan seluruh<br />

rangakaian kegiatan dalam rangka pengimplemenasian kode akses SLJJ ini di jaringan mereka.<br />

Terkait dengan peringatan kedua yang diterimanya, Telkom beranggapan waktu yang diberikan pemerintah<br />

terlalu singkat karena bertepatan dengan libur panjang ramadhan dan lebaran.<br />

Karena Telkom adalah pemilik pelanggan fixed line terbesar, maka pembukaan kode akses SLJJ untuk operator<br />

lain hanya akan merugikan PT Telkom. Operator lain, yang saat ini memiliki jumlah pelanggan fixed lain sangat<br />

sedikit akan dapat langsung dapat mengambil keuntungan dari biaya interkoneksi penggunaan kode akses SLJJ<br />

ini. Sedangkan Telkom, nyaris tidak akan mendapat keuntungan sedikitpun dari operator lain, karena jumlah<br />

pelanggan operator lain yang jauh lebih sedikit dari pelanggan fixed line Telkom.<br />

PT Telkom melihat adanya ketidakadilan pemerintah dalam menegur opertor-operator telekomunikasi lain<br />

terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan penerapan kode akses. Contohnya operator lain yang<br />

diwajibkan untuk memperluas basis pelanggan PSTN-nya, tapi belum mampu menunjukan tingkat<br />

pertumbuhan pelanggan yang signifant. Sedangkan terkait dengan pembukaan kode akses SLJJ, jumlah basis<br />

pelanggan sangatlah penting. Dan dalam hal ini pemerintah tidak memberikan peringatan yang tegas, seperti<br />

yang pemerintah lakukan kepada Telkom.<br />

Telkom menilai, kompensasi yang diberikan pemerintah terkait dengan kode akses SLJJ ini tidaklah sebanding<br />

dengan effort yang harus dikeluarkan Telkom. Dan untuk itu, Telkom mengusulkan agar pembedaan kode<br />

akses SLJJ ini tidak murni harus memberikan dua kode akses SLJJ yang baru. Dalam hal in sebagai kompensasi<br />

bisa saja kode akses SLJJ yang baru hanya diberikan untuk operator SLJJ yang baru, sedangkan untuk Telkom,<br />

dalam mengkases kode SLJJ Telkom, pelanggan cukup men-dial kode area + nomor telepon tujuan saja (seperti<br />

yang dilakukan pada saat hanya ada satu operator SLJJ).<br />

Usulan Lain<br />

Selain pendapat dan argumentasi di atas, ada beberapa pendapat lain yang mencoba untuk memberi masukan<br />

untuk mencari jalan keluar terbaik dan fair dalam masalah kode akses SLJJ ini. Salah satunya adalah usulan untuk


menetapkan metode seleksi kode akses SLJJ pre-selection yang berdasarkan operator B-number. Jadi pelanggan<br />

Telkom yang akan melakukan panggilan SLJJ ke sesama pelanggan Telkom akan otomatis menggunakan kode akses<br />

Telkom (017). Tapi kalau pelanggan Telkom akan melakukan panggilan SLJJ ke pelanggan Indosat, dia akan<br />

menggunakan kode akses Indosat (011). Begitu juga sebaliknya (pelanggan Indosat yang akan melakukan panggilan<br />

SLJJ ke sesama pelanggan Indosat akan menggunakan kode akses Indosat. Tapi apabila pelanggan Indosat akan<br />

melakukan panggilan SLJJ ke pelanggan Telkom dia akan menggunakan kode akses Telkom). Begitu juga dengan<br />

pelanggan seluler, apabila mereka ingin menghubungi pelanggan Telkom maka mereka akan menggunakan kode<br />

akses SLJJ Telkom dan apabila mereka akan menghubungan apelanggan fixed line Indosat maka mereka akan<br />

menggunakan kode akses Indosat. Pengaturan metode pre-seleksi ini dilakukan di sentral lokal (MSC untuk<br />

operator seluler) masing-masing operator. Di sisi pelanggan, pelanggan tidak perlu men-dial kode akses SLJJ, tapi<br />

cukup mendial kode area dan nomor Telepon tujuan saja (sama seperti sekarang). Jadi sentral Lokal pelanggan<br />

yang akan melakukan pengecheck-an apakah panggilan SLJJ yang akan dilakukan ke arah pelanggan operator yang<br />

sama atau ke operator yang berbeda. Cara seperti ini dinilai cukup fair karena akan memacu masing-masing<br />

operator untuk meningkatkan jumlah pelanggan fixed linenya. Sehingga pemerataan pembangunan<br />

telekomunikasi ke daerah-daerah yang selama ini kurang diminati operator telekomunikasi akan ikut terbantu,<br />

karena makin banyak jumlah pelanggan fixed line suatu operator makan akan makin besar keuntungan yang bisa<br />

diraih oleh operator itu dari bisnis SLJJ ini. Dengan cara ini, pelanggan juga tidak akan binggung, karena<br />

pemilihankode akses akan dilakukan oleh sistem, sedangkan yang di-dial pelanggan akan tetap sama sperti pada<br />

saat hanya ada 1 operator SLJJ.<br />

Selain itu, ada lagi pendapat yang lebih liberal. Pengusung pendapat ini beralasan bahwa apabila penerapan kode<br />

akses Indosat dan Telkom ini bertujuan agar baik Telkom maupun Indosat dapat meningkatkan daya saing mereka<br />

masing-masing sehingga dapat berbicara lebih banyak di level yang lebih tinggi (region Asia misalnya) dan agar<br />

kualitas layan mereka dapat lebih ditingkatkan. Atau agar monopoli di bisnis SLJJ dapat dihapuskan sehingga tarif<br />

dapat menjadi lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Maka, mengapa tidak sekalian saja memberlakukan<br />

sistem seleksi kode akses SLJJ call-by-call selection tapi dengan operator SLJJ yang lebih banyak. Artinya license<br />

SLJJ ini diberikan kepada operator lainnya juga (baik operator fixed line, fixed wireless ataupun operator seluler).<br />

Hal ini sangat dimungkinkan karena sebagian besar operator-operator tersebut, seperti Telkomsel dan XL, dan<br />

Bakrie Tel telah memiliki infrastruktur yang mendukung di seluruh Indonesia, khusunya di beberapa kota besar.<br />

Jadi semua operator telekomunikasi (baik fixed line, fixed wireless, maupun seluler) memiliki kesempatan yang<br />

sama untuk menjadi operator SLJJ walaupun mereka tidak memilki pelanggan fixed line. Dan untuk terjun ke dalam<br />

bisnis ini mereka cukup menyedia infrastruktur trunk/SLJJ yang mungkin hanya terdiri dari beberapa sentral<br />

telepon yang dapat difungsikan sebagai sentral telepon interlokal (tol exchange) di beberapa kota dan infrastruktur<br />

SLJJ ini dihubungkan dengan sentral telepon fixed lline milik Indosat dan Telkom sebagai operator fixed line. Atau<br />

kenapa pemerintah tidak sekalian juga mengijinkan operator yang benar-benar baru yang mungkin mereka hanya<br />

ingin/tertarik bermain secara khusus dalam bisnis SLJJ ini saja (operator khusus SLJJ, yang tidak memiliki<br />

pelanggan). Dalam dalam memilih kode akses yang digunakan oleh pelanggan dipakai metode call-by-call. Jadi<br />

pelanggan telekomunikasi dapat benar-benar bebas memilih operator SLJJ mana yang akan mereka gunakan, dan<br />

pilihan yang ada juga lebih banyak sehingga ini akan berdampak pada kualitas layanan yang lebih baik dan tarif<br />

yang bersaing. Skema hubungan SLJJ dengan sistem ini kira-kira dapat digambarkan sebagai berikut :<br />

Back to Artikel


By Sony on Nov 13, 2007 in Artikel<br />

Kelebihan dan Kekurangan Suplyer Stok Pulsa Elektrik<br />

Banyaknya kemudahan yang dapat diambil dari system pulsa elektrik, mendorong semua operator telekomunikasi<br />

mobile untuk memasarkan producknya dengan system ini. Di anatara keuntungan yang akan didapat oleh operator<br />

dengan menggunakan system ini antara lain :<br />

Proces produksi yang mudah.<br />

Biaya produksi yang lebih murdah dari voucher pulsa phisik.<br />

Proces distribusi yang lebih mudah dari voucher pulsa phisik.<br />

Munculnya voucher pulsa elektrik, secara langsung memeberi peluang usaha baru bagi para suplyer pulsa.<br />

Mudahnya process transaksi dan banyaknya permintaan pelanggan (yang dikarenakan pertumbuhan jumlah<br />

pelanggan seluler yang sangat pesat) mendorong tumbuhnya suplyer-suplyer dan pengusaha pulsa elektrik dengan<br />

cepat di seluruh daerah. Bagi Anda yang tertarik menjadi pengusaha pulsa elektrik, Anda harus lebih jeli memilih<br />

suplyer agar kepercayaan pelanggan tetap terjaga. Berikut beberapa alternative :<br />

1. Host to Host<br />

Penyedia Host-to-Host cukup banyak. Beberapa yang dapat kami sebutkan antara lain: Eratel, Datacell, Pulsa24,<br />

Cybertel, Telesindo, dan SiPUTRI. Mereka sudah dikenal cukup lama sebagai penyedia host-to-host multi-operator.<br />

Namun belakangan Dian Kencana Puri Prima, Sentramedia, Cellpay juga menyediakan host-to-host multi-operator.<br />

Kelebihan :<br />

Kekurangan :<br />

2. Perbankan<br />

Waktu transaksi cepat, dibawah 1 detik.<br />

Memiliki fasilitas pengecekan online (tidak semua) maupun lewat customer service.<br />

Hanya cukup menyetor deposit dalam jumlah minimum tertentu.<br />

Memiliki fasilitas reversal otomatis (tidak semua), jika transaksi ditolak atau gagal.<br />

Belum tentu semua nominal tersedia.<br />

Transaksi tidak realtime, ada waktu tunda hingga pulsa masuk ke pelanggan.<br />

Pesan reversal paling cepat dikirim dalam 15 menit, bahkan bisa berjam-jam kemudian.<br />

Jika tidak terkirim karena terjadi rush, pengembalian dana bisa memakan waktu lama.<br />

Hampir semua bank nasional seperti BCA, Mandiri, Danamon, BNI menyediakan fasilitas isi ulang pulsa lewat ATM<br />

maupun E-Banking/M-Banking. Salah satu yang cukup populer adalah Bank Danamon dengan layanan Danamon<br />

M-Autorefill. Dengan fasilitas ini Anda dapat melakukan transaksi isi ulang pulsa elektronik Telkomsel dengan<br />

membuka rekening.<br />

Kelebihan :<br />

Kekurangan :<br />

Hampir semua nominal tersedia. Namun ada juga yang tidak menyediakan nominal kecil seperti<br />

Simpati 10000 dan AS 5000.<br />

Hanya cukup membuka rekening dan menyetor deposit dalam jumlah minimum tertentu.<br />

Tidak ada batasan regional.<br />

Stok (hampir) tidak dibatasi.<br />

Waktu proses cukup lama. Paling cepat pesan balasan dikirim satu menit kemudian.


Transaksi tidak realtime, ada waktu tunda hingga pulsa masuk ke pelanggan.<br />

Tidak ada fasilitas pengecekan online.<br />

Tidak ada reversal atau pengembalian dana. Semua transaksi ‘dipaksa’ masuk sampai ditolak oleh<br />

Telkomsel.<br />

Harga yang tinggi.<br />

Catatan:<br />

Sejak beberapa minggu yang lalu, transaksi lewat jalur Danamon M-Autorefill mengalami rush akibat lonjakan yang<br />

tinggi.<br />

3. Recharge Application Interface (PC-Online Simpati Autorefill)<br />

Memang tetap masih digunakan sebagian orang walaupun belum ada jaminan cukup stok. Namun rumor di<br />

lapangan menyebutkan bahwa Simpati Autorefill akan dihapus, entah kapan.<br />

Beberapa pengelola server pulsa elektronik membuat sistem filter berdasarkan prefix untuk menghindari transaksi<br />

diluar regional. Hal ini memang menyelesaikan permasalahan bagaimana menghindari transaksi di luar regional,<br />

namun bukan mengatasi kekurangan stok.<br />

4. SMS Short Number<br />

Produk short number biasanya memasarkan produk-produk indosat, e flexi atau e fren. Misalnya Artajasa,<br />

Nusapro, Trikomsel dll.<br />

Kelebihan :<br />

Kekurangan :<br />

Saat ini harganya cenderung lebih murah.<br />

Sistem deposit sehingga tidak perlu mengatur stok.<br />

Tidak ada target.<br />

Balasan sukses atau gagal pasti (tidak ada sistem reversal).<br />

Kecepatan kirim top up agak lama karena sistem sms.<br />

Kadang-kadang ada stok yang kosong.<br />

Kalau harga naik, maka sisa deposit yang kita miliki otomatis ikut harga baru.<br />

Balasan sukses atau gagal kadang lama atau tidak ada balasan.<br />

5. USSD Code (Mkios, Dompet Pulsa Upgrade)<br />

Sistem ini pertamanya hanya dipakai Mkios Telkomsel tetapi Dompet Pulsa sekarang memberi alternative<br />

pengisian dengan metode ini pula.<br />

Kelebihan :<br />

Kekurangan :<br />

Cepat (sistem dial). Status keberhasilan transaksi lansung diketahui.<br />

Sistem stok ( Mkios) sehingga dapat mengatur stok.<br />

Keamanan terjamin dan hasil transaksi terjamin akurat dan paling realtime.<br />

Semua nominal lengkap.<br />

Sistem stok mengharuskan kita menyediakan semua nominal sehingga membutuhkan dana yang<br />

agak besar.<br />

Ada target dan pembataan pengambilan (tidak boleh terlalu sedikit/ terlalu banyak).<br />

Pembatasan regional.Chipnya susah didapatkan.


6. SIM Tool Kit ( Dompet Pulsa XL, SEV Indosat)<br />

Sistem ini penyempurnaan dari sistem sms, yaitu menggunakan menu khusus di simcard untuk melakukan<br />

penjualan pulsa.<br />

Kelebihan :<br />

Kekurangan :<br />

Lebih mudah dan cepat dari sistem sms.<br />

Semua nominal tersedia.<br />

Lebih mudah, sekali deposit bisa transaksi semua nominal. tergantung saldo.<br />

Sistem deposit, kalau harga naik, maka sisa deposit yang kita miliki otomatis ikut harga baru.<br />

Semua alternatif di atas, merupakan pendapat saya sebagai pertimbangan dengan segala pro dan kontranya. Jika<br />

Anda bermaksud menggunakannya, mohon dipertimbangkan masak-masak.<br />

By Riswan on Jan 22, 2008 in Featured, Artikel<br />

Mempercepat Penetrasi Dengan Sharing Infrastruktur<br />

Back to Artikel<br />

Lambatnya penetrasi pembangun infrastruktur telekomunikasi ke seluruh wilayah Indonesia, terutama Indonesia<br />

bagian timur dan kota-kota kecil, membuat pemerintah merasa perlu untuk mengeluarkan regulasi yang dapat<br />

membantu percepatan pembangunan infrastruktur telekomunikasi ini hingga mencapai seluruh wilayah Indonesia.<br />

Percepatan pembangunan infrastruktur telekomunikasi diyakini sangat perlu dilakukan karena menurut<br />

pemerintah, dengan adanya infrastruktur telekomunikasi yang menjangkau sampai ke daerah-daerah terpencil,<br />

bahkan ke desa-deasa, hal ini akan mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah. Sehingga pemerataan<br />

pembangunan dapat lebih cepat dilakukan.<br />

Salah satu cara yang akan diterapkan pemerintah untuk mempercepat penetrasi telekomukasi hingga dapat<br />

mencapai daerah-daerah terpencil ialah dengan mengeluarkan regulasi “resource sharing” di antara semua<br />

operator telekomunikasi yang ada di Indonesia. Dengan adanya resource sharing ini, diharapkan biaya yang harus<br />

dikeluarkan operator untuk berinvestasi di suatu daerah akan semakin kecil, sehingga kemampuan operatoroperator<br />

untuk dapat meng-cover daerah-daerah akan semakin besar. Di samping itu, dengan adanya resource<br />

sharing yang juga akan mengakibatkan dana investasi yang dapat diperkecil, dan diharapkan tarif telekomunikasi<br />

dapat diturunkan sehingga dapat lebih terjangkau oleh masyarakat di daerah.<br />

Resource sharing yang paling mungkin untuk dilakukan dalam waktu dekat ini ialah sharing menara/tower, yang<br />

dikenal dengan program tower bersama. Dalam hal ini, operator-operator telekomunikasi dapat berbagi tower dan<br />

infrastruktur pelengkapnya (AC, shelter, catu daya (power), grounding) dengan operator telekomunikasi lain. Atau<br />

dapat dikatakan juga bahwa sebuah operator telekomunikasi dapat membangun BTS di tower milik operator lain.<br />

Dengan demikian, untuk dapat memiliki coverage yang luas, operator tidak perlu membangun menara BTS di<br />

banyak tempat, cukup membangun menara di daerah-daerah yang memang belum ada menara operator lain yang<br />

dibangun. Sedangkan untuk daerah-daerah yang sudah ada menara milik operator lain, operator tersebut dapat<br />

menggunakan menara milik operator lain sebagai menara BTS-nya. Hal ini tentu akan sangat menghemat biaya<br />

investasi pembangunan menara BTS dan juga akan mempercepat pembangunan infrastruktur telkomunikasi di<br />

daerah-daerah yang selama ini kurang diminat operator.<br />

Dalam draft Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Tentang Pedoman Penggunaan Menara Telekomunikasi<br />

yang saat ini sedang dibahas pemerintah, resource/infrastruktur telekomunkasi yang dapat dipakai bersama-sama<br />

oleh operator-operator telekomunikasi masih sebatas tower dan infrastruktur pelengkapnya. Sebenarnya, secara


teknologi, sharing infrastruktur yang dapat dilakukan tidak hanya sebatas bangunan tower dan pelengkapnya,<br />

sharing antenna/penggunaan antenna secara bersama-sama juga memungkinkan untuk dilakukan. Hal ini karena<br />

saat ini, teknologi yang ada memungkinkan sebuah antenna untuk digunakan dengan beberapa fkuensi yang<br />

berbeda-beada. Artinya sebuah antenna dapat digunakan sebagai pemancar BTS untuk beberapa operator yang<br />

beroperasi pada frekuensi yang berbeda-beda.<br />

Sharing resource juga dapat dilakukan dengan penggunaan seluruh infrastruktur telekomunikasi secara bersamasama.<br />

Artinya, seluruh infrastruktur telekomunikasi sebuah operator telekomunikasi dapat juga digunakan oleh<br />

operator lain. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengijinkan pelanggan suatu operator (missal operator A) untuk<br />

roaming di dalam jaringan milik operator lain (missal operator B). Sehingga pelanggan operator A akan dicover<br />

oleh sinyal dari yang dipancarkan oleh BTS operator B. Secara teknologi hal ini memungkinkan untuk dilakukan,<br />

dan sebenarnya konsep seperti ini sudah dilakukan tapi hanya untuk kasus internasional roaming (misalnya<br />

pelanggan operator di Negara A yang sedang berada di luar negeri akan tetap dapat melakukan location update<br />

dan call seperti biasa. Hal ini dimungkinkan karena adanya kerjasama roaming antara operator di Negara A dan<br />

operator di luar negeri). Jadi sebenarnya konsep internasional roaming ini dapat juga diterapkan antar operator di<br />

dalam negeri. Jadi bila di suatu daerah operator A tidak memiliki coverage, maka agar pelanggan operator A dapat<br />

tetap melakukan komunikiasi di daerah itu, operator A tidak perlu membangung BTS baru di daerah tersebut.<br />

Pelanggan opertor A di daerah itu dapat roaming ke jaringan milik operator yang yang coverage-nya ada di daerah<br />

itu. Dan dengan cara ini pelanggan operator A dapat melakukan komunikasi di daerah itu secara normal. Hal ini<br />

tentu akan sangat menghemat biaya investasi bagi operaor-opertor yang ada, terutama opettor-operator baru.<br />

Dalam implementasinya, semua konsep sharing infratruktur di atas sangat membutuhkan payung regulasi yang<br />

tegas dan fair. Tanpa adanya regulasi yang tegas dan fair akan sangat susah untuk menerapkan konsep sharing ini<br />

dengan baik. Dan yang terpenting, pemerintah harus bisa menyakinkan operator-operator telekomunikasi yang<br />

ada bahwa regulasi yang dibuat memang hanya bertujuan untuk mempercepat penetrasi pembangunan<br />

telekomunkasi di seluruh wilayah Indonesia. Dan bukan untuk kepentingan sebuah/beberapa operator tertentu.<br />

By Riswan on Apr 17, 2008 in Featured, Artikel<br />

Sekilas Tentang SQM<br />

Back to Artikel<br />

Saat ini , kebanyakan operator telekomunikasi melakukan fungsi service management di jaringan telekomunikasi<br />

miliknya dengan hanya menggunakan konsep network centric. Dimana dalam konsep network centric service<br />

management, semua analisa performance jaringan dan aktivitas planning yang dilakukan berdasarkan informasi<br />

performance yang yang ada di network element, dimana parameter-parameter yang dimonitor adalah parameterparameter<br />

basic performance, seperti drop call, traffic, success call ratio, call setup time, availability, dll. Gambar di<br />

bawah ini menunjukan alur proses dalam sebuah konsep service management yang tradisional


Dengan hanya berpanduan pada konsep service management yang network centric ini, operator seluler akan<br />

digiring untuk hanya terfokus pada hal-hal yang tujuannya hanya untuk meningkatkan performansi network<br />

element jaringan seluler saja. Jadi process untuk meningkatkan kualitas layanan hanya dititikberatkan pada hal-hal<br />

yang sangat teknis, seperti : bagaimana agar drop call rendah, bagaimana agar success call ratio meningkat, dan<br />

hal-hal yang berbau teknis lainnya. Padahal, parameter-parameter teknis seperti success call ratio sekalipun tidak<br />

hanya tergantung dari kualitas jaringan, tapi ada hal-hal lainnya yang juga mempengaruhinya seperti perilaku<br />

pelanggan. Apalagi kualitas layanan (Service Quality). Selain performance jaringan, kualitas layanan sebuah<br />

operator seluler juga sangat ditentukan anatara lain oleh :<br />

kualitasbilling process : hal ini terkait dengan post processing data billing untuk pelanggan psot-paid. Bila<br />

process ini kualitasnya rendah, bisa saja pelanggan akan ditagih atas suatu call yang tidak dilakukannya. Hal ini<br />

tentu saja akan menimbulkan ketidakpuasan dan kekecewaan di sisi pelanggan, sehingga pelanggan akan<br />

beranggapan bahwa kualitas service/pelayanan si operator sangat buruk dan pelanggan sangat mungkin untuk<br />

berganti operator.<br />

kualitas helpdesk (customer care) : hal ini terkait dengan bagaimana operator menangani komplain-komplaind<br />

ari pelanggan.<br />

kualitas system 3rd party : hal ini terkait dengan kualitas system dari pihak lainyang terhubung dengan<br />

jaringan seluler operator, misalnya system milik content provider yang saat ini banyak dipakai untuk layanan<br />

SMS service premium. Bila system content provider ini mengalami gangguan, maka layanan SMS premium itu<br />

secara keseluruhan akan terganggu juga.<br />

kualitas handset : hal ini terkait dengan konfigurasi yang digunakan pada handset pelanggan, misalnya<br />

settingan untuk GPRS. Bila handset pelanggan tidak disetting dengan benar, maka pelanggan bisa saja tidak<br />

dapat melakukan koneksi GPRS.<br />

perilaku pelanggan : hal ini terkait dengan kebiasan dan perilaku pelanggan, misalnya sebuah call dapat saja<br />

tidak jadi aterhubung bila di sisi B number pelanggannya tidak menganggkat handsetnya. Atau juga kebiasaan<br />

pelanggan yang selalu mematikan handphone-nya pada saat sedang tidur. Atau juga kebiasaan pelanggan<br />

yang sering men-silent HP-nya. Hal-hal sepele seperti ini sebenarnya dapat juga menurunkan nilai dari success<br />

call ratio, sehingga pada akhirnya akan berdampak menurunnya pendapatan operator.<br />

Dalam konsep service mangement yang network centric, kualitas layanan jaringan diukur dengan menggunakan<br />

KPI (Key Performance Idicator). Sebuah KPI berkorelasi dengan sebuah parameter performance pada sebuah<br />

network element tertentu. Contohnya, drop call dapat dijadikan sebuah KPI, dan success call ratio menjadi KPI<br />

yang lainnya. Karena diambil dari performance data yang berasal dari network element, nilai-nilai KPI akan<br />

menunjukan tingkat kualitas jaringan seluler bila dilihat dari sisi teknis. Tapi, KPI tidak hanya digunakan dalam<br />

mengukur kualitas network element saja, tapi dapat juga untuk mengukur kualitas proces-proces lain atau unit<br />

kerja-unit kerja lain di dalam sebuah system bisnis seluler tapi sifatnya masih terfokus pada sebuah parameter<br />

dalam sebuah unit bisnis terntentu. Misalnya dalam unit customer care, parameter response time dapat dijadikan<br />

sebagai sebuah KPI. atau juga perbandinagn antara open ticket dan closed ticket juga dapat dijadikan sebagai<br />

sebuah KPI. Jadi, pada dasarnya pada setiap unit dalam sebuah system seluler dapat dibuatkan parameter KPI-KPI<br />

yang akan menunjukan tingkat kualitas kerja pada unit tersebut. Ciri umum sebuah KPI ialah hanya mencerminkan<br />

kondisi dari sebuah parameter kualitas saja, tanpa digabungkan dengan parameter kualitas yang lainnya.


Dalam konsep service management yang service centric atau yang lebih dikenal dengan sebut SQM (service Quality<br />

Management), kualitas layanan diukur dengan menggunakan KQI (Key Quality Indicator). Bedanya dengan KPI, KQI<br />

merupakan gabungan dari beberapa KPI atau pun KQI lain yang digabungkan dengan menggunakan formula<br />

tertentu.. Sebuah KQI tidak hanya terdiri dari KPI-KPI yang mencerminkan kualitas jaringan secara teknis, tapi juga<br />

gabungan dari KPI-KPI non-teknis, seperti KPI dari customer care, KPI biling proces, KPI dari system 3rd party, dan<br />

lainnya. Sehingga apa yang ditunjukan oleh nilai KQI akan mencerminkan kondisi kualitas pelayanan/service secara<br />

keseluruhan.<br />

Dalam SQM, seluruh proces dalam system seluler akan dilihat sebagai sebuah satu kesatuan system, dimana<br />

kualitas system itu akan diukur dengan melihat kualitas service secara keseluruhan, bahkan termasuk juga persepsi<br />

pelanggan. Jadi usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan (service Quality) tidak hanya dilakukan dengan<br />

memperbaiki kualitas network element jaringan seluler saja, tetapi juga harus dilakukan dengan memperbaiki<br />

qualitas sub-proces/sub-system lainnya seperti meningkatkan kualitas penanangan komplain pelanggan yang<br />

dilakukan oleh customer service, memperbaiki kualitas proces billing, meningkatkan kualitas semua system 3rd<br />

party, meningkatkan kualitas distribusi voucher dan kartu perdana, meningkatkan pemahaman pelanggan<br />

terhadap product seluler dengan melakukan edukasi ke pelanggan yang lebih baik, meningkatkan kualitas SDM<br />

dan juga tingkat kepuasan pekerja, dan semua proces lain yang terlibat dalam bisnis seluler tersebut. Jadi dalam<br />

SQM semua element dalam bisnis seluler, baik itu di dalam maupun di luar system operator, dianggap akan<br />

mempengaruhi kualitas layanan yang diberikan oleh operator kepada pelanggannya. Konsep seperti ini akan<br />

membentuk sebuah cara pandang baru dalam melihat kualitas layanan seluler, yaitu Business Performance view.


Dengan konsep ini diharapkan tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat dengan sangat siginificant,<br />

performance perusahaan secara technical dan financial juga akan tetap terjaga dengan baik.<br />

Pemerintah: Ada Potensi BHP Frekuensi Yang Tidak Dibayarkan [Operator X]<br />

By Julitra on Apr 25, 2008 in Featured, Artikel | Edit<br />

Back to Artikel<br />

Demikian klaim tidak resmi yang disampaikan oleh Pemerintah melalui Direktorat Frekuensi dan Orbit Satelit,<br />

Ditjen Postel, berdasarkan data pemeriksaan penggunaan frekuensi yang dilakukan oleh Balai Monitoring (Balmon)<br />

Ditjen Postel. Pihak Postel telah menyebutkan angka, sekitar 40 milliar rupiah, untuk salah satu kota di Sumatera,<br />

yang masih harus dibayarkan [Operator X] kepada negara.<br />

Postel menyampaikan klaim tersebut berlandaskan PP No. 28 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Komunikasi dan<br />

Informatika No. 19/PER.KOMINFO/10/2005 yang menyatakan bahwa Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi yang<br />

dibayarkan adalah berdasarkan jumlah transceiver (TRX) yang terpasang pada satu konfigurasi Base Transceiver<br />

Station (BTS). Ditemukan, dari hasil pemeriksaan frekuensi, bahwa jumlah frekuensi yang memancar pada network<br />

[Operator X] melebihi, jauh lebih banyak, dari jumlah TRX yang dilaporkan.<br />

Angka yang disebutkan di atas hanya untuk satu kota saja. Kali angka tersebut dengan seluruh kota di Indonesia.<br />

Jumlah yang masih harus dibayarkan [Operator X] ke negara akan masuk pada bilangan trilyunan rupiah. Dan<br />

jumlah ini harus dibayarkan terus per tahun sesuai dengan regulasi yang ada.<br />

Apakah benar bahwa [Operator X] telah dengan sengaja merugikan negara dengan tidak membayar seluruhnya<br />

BHP frekuensi?<br />

Respon [Operator X]<br />

[Operator X] tidak sependapat dengan klaim tersebut. Dengan sumber Regulasi yang sama, [Operator X], melalui<br />

surat Dirut No. 239/PD-00/VIII/2007 tertanggal 31 Agustus 2007, yang ditujukan kepada Dirjen Postel, telah<br />

mengklarifikasikan bahwa jumlah TRX yang dilaporkan telah sesuai dengan data yang ada di network kita.<br />

[Operator X] membenarkan data yang disodorkan oleh pihak Postel bahwa ada lebih banyak frekuensi yang<br />

memancar dibanding jumlah TRX yang terpasang. Tapi tidak untuk argumen bahwa jumlah frekuensi yang<br />

memancar adalah sama dengan jumlah TRX yang terpasang. Apabila dilakukan audit di lapangan, jumlah TRX yang<br />

dilaporkan [Operator X] akan sesuai dengan jumlah yang terpasang pada network.<br />

Lantas kenapa ada klaim Postel seperti itu? Jawabannya ada pada update teknologi TRX yang dilakukan oleh<br />

[Operator X].<br />

Perkembangan Teknologi<br />

Dengan teknologi radio konvensional, satu TRX memang hanya bisa memancarkan (downlink) dan menerima<br />

(uplink) satu pasang frequency dupleks yang sama. Sehingga, jika ada satu sektor yang memiliki 4 TRX, sektor<br />

tersebut akan memancarkan frekuensi 1 (f1) untuk TRX I, frekuensi 2 (f2) untuk TRX II, frekuensi 3 (f3) untuk TRX III<br />

dan frekuensi 4 (f4) untuk TRX IV secara terus menerus. Dengan kata lain, hanya ada empat frequency yang akan<br />

terukur pada sektor tersebut. Inilah pemahaman yang dimiliki Postel, atau setidaknya demikianlah yang dikatakan<br />

mereka.


Gambar 1: BTS Non-Hopping. Perhatikan ada 4 TRX yang memancarkan 4 frekuensi terus menerus, 1 pada masingmasing<br />

TRX.<br />

Namun ini teknologi yang dipakai pada jaman batu GSM, manakala jumlah subscriber-nya, dan dengan demikian<br />

densitas BTS, masih sedikit. Seperti yang diketahui, jumlah kanal frekuensi yang dialokasikan untuk GSM fase 1<br />

(GSM 900 MHz) hanya 125. Maksudnya, hanya ada 125 kanal frekuensi yang harus di-reuse pada keseluruhan<br />

network. Tidak terlalu bermasalah jika jumlah site dalam network masih sedikit dan jarak antar sitenya jauh –yaitu<br />

menghindari interferensi: tabrakan antar satu frekuensi yang sama. Andaikan satu BTS (site) memilki 3 sektor,<br />

maka jumlah site yang bersih tanpa interferensi hanya 125/3 atau kurang lebih 40 BTS. Sedikit sekali. Dan itu hanya<br />

dengan asumsi bahwa hanya satu operator GSM dalam satu negara yang menggunakan semua kanal frekuensi<br />

tersebut.<br />

Kenyataaannya, jumlah kanal frekuensi yang hanya sedikit tersebut masih harus dibagi lagi dengan jumlah<br />

operator yang mengantongi izin operasi. [Operator X] sendiri hanya kebagian 37 kanal pada GSM fase 1 ini.<br />

Seiring dengan pertumbuhan subscriber, dan dengan tetap memenuhi standar kualitas yang ditetapkan, ada<br />

kebutuhan yang mendesak untuk menambahkan alokasi jumlah frekuensi GSM. Maka ditetapkanlah 375 kanal<br />

baru untuk GSM fase 2 di band 1800 MHz (GSM1800 atau DCS).<br />

Tapi ini pun masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan subscriber GSM yang terus meroket. GSM harus<br />

mencari cara lain untuk memaksimalkan frekuensi yang ada.<br />

Sehingga tibalah satu teknologi yang disebut sebagai frequency hopping atau frekuensi yang meloncat-loncat.<br />

Meloncat di mana dan ke mana? Tentu saja, pada TRX.<br />

Dengan frequency hopping, setiap TRX kini tidak lagi hanya memancarkan (transmit) dan menerima (receive) satu<br />

frekuensi secara terus menerus. Dua atau lebih frekuensi dapat memanfaatkan satu TRX yang sama.


Gambar 2: Baseband Hopping. Perhatikan ada 4 TRX dengan 4 frekuensi. Ke-4 frekuensi yang ada akan memancar<br />

pada tiap TRX secara bergantian untuk menghindari tabrakan.<br />

Awalnya, hanya kanal-kanal frekuensi yang dialokasikan di sektor tersebut yang dipakai untuk hopping pada tiap<br />

TRX. Jika satu sektor menggunakan empat TRX maka f1, f2, f3 dan f4, empat frekuensi, yang akan dipakai secara<br />

bergantian pada tiap TRX pada sektor tersebut. Ingat, pada teknologi radio konvensional, hanya satu frekuensi<br />

yang bekerja pada tiap TRX. Sekarang, empat frekuensi ini akan transmit secara bergantian pada tiap TRX yang ada<br />

dan mekanismenya diatur oleh suatu algoritma offset untuk mencegah frekuensi yang sama mentransmit pada<br />

waktu yang bersamaan pada TRX lain di sektor tersebut. Inilah yang disebut dengan baseband frequency hopping<br />

(BB): jumlah maksimal kanal frekuensi yang bisa melakukan hopping pada satu TRX sama dengan jumlah TRX pada<br />

sektor tersebut.<br />

Baseband frequency hopping ternyata belum memaksimalkan penggunaan alokasi frekuensi yang ada. Kenapa<br />

jumlah maksimal frekuensi yang bisa hopping pada satu TRX dibatasi oleh jumlah TRX pada sektor tersebut?<br />

Mengapa tidak bisa lebih?<br />

Gambar 3: Synthesiser Frequency Hopping (SFH). Perhatikan, frekuensi yang memancar pada tiap TRX jauh lebih<br />

banyak dari total jumlah TRX pada sektor tersebut.<br />

Jalan keluarnya, diperkenalkanlah satu teknik hopping baru yang namanya synthesiser frequency hopping atau<br />

sering disebut dengan SFH. Berbeda dengan BB, pada SFH jumlah kanal frekuensi yang melakukan hopping pada<br />

satu TRX tidak dibatasi oleh jumlah TRX pada sektor tersebut. Bahkan, tuntutannya, jumlah kanal frekuensi yang<br />

hopping harus dua kali atau lebih dari jumlah TRX pada satu sektor, untuk mencegah apa yang disebut dengan<br />

adjacent interference. Kelebihannya yang lain adalah set frekuensi yang akan hopping ini tidak perlu dicari lagi,<br />

biasanya melalui suatu planning tool yang mensimulasi propagasi gelombang radio, tiap kali ada site baru yang onair<br />

(baca: memperlambat waktu untuk suatu site bisa on-air), seperti kasusnya pada baseband hopping sebab<br />

kanal frekuensi yang melakukan hopping bisa diset sama untuk seluruh network.<br />

Berdasarkan data network yang terbaru, hampir semua site [Operator X] telah mengimplementasikan teknologi<br />

SFH ini.<br />

Inilah teknologi yang terdeteksi oleh alat teamnya Balmon dan memang tanpa alat yang khusus mendeteksi<br />

frequency hopping terkesan seolah-olah semua frequency hopping ini memancar dengan jumlah TRX yang sama,<br />

sebagaimana yang diklaim oleh pihak Postel. Kenyataannya, seperti yang telah dijelaskan, dengan teknologi<br />

hopping, beberapa frekuensi bisa memancar, secara bergantian, dari satu TRX yang sama. Secara fisik TRX-nya<br />

memang hanya satu tetapi frekuensi yang memancar dari TRX tersebut banyak.<br />

Pekerjaan Rumah<br />

Kesimpulannya, bagaimana PP No. 28 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.<br />

19/PER.KOMINFO/10/2005 sekarang ditafsir: apakah satu TRX yang dimaksud adalah satu kanal frekuensi atau satu<br />

hardware TRX, meski yang dipancarkan satu atau lebih frekuensi? Kedua belah pihaklah yang harus sepakat.<br />

Harus diakui, memang, Regulasi yang ada mencerminkan keadaan teknologi pada waktu Regulasi ini ditetapkan.<br />

Jelas, dengan adanya kemajuan teknologi, setiap regulasi yang mengatur teknologi tersebut harus di-review


kembali mengikuti perkembangan teknologi. Idealnya, pihak Regulatorlah, yang seharusnya berada selangkah ke<br />

depan mengatur penggunaaan teknologi terkini sehingga pemerintah merasa tidak dirugikan dan para operator<br />

sendiri diberikan kesempatan untuk mempertimbangkan jika teknologi tersebut dari sisi capital investment layak<br />

untuk diaplikasikan. Atau paling tidak ada kesempatan bagi operator-operator untuk melakukan negosiasi dengan<br />

pemerintah sehubungan dengan regulasi baru.<br />

Berkenaan teknologi SFH ini, sebenarnya sudah sejak empat tahun yang lalu diadopsi oleh [Operator X] dan baru<br />

setahun belakangan ini (hampir) seluruh network telah di-SFH-kan. Pada saat inilah, pihak Postel mulai gencar<br />

menyuarakan perbedaan antara jumlah TRX dan jumlah frekuensi yang memancar dari network [Operator X].<br />

Sekarang, untuk menanggapi klaim pembayaran BHP frekuensi dari pemerintah, yang tertinggal adalah pekerjaan<br />

rumah bagi [Operator X] untuk memaparkan argumentasi atau menyosialisasikan teknologi ini sehingga<br />

kesepakatan bisa tercapai yang memuaskan kedua belah pihak. Atau barangkali, bersama operator GSM lain,<br />

melakukan negosiasi regulasi baru yang sama-sama menguntungkan negara, pelanggan dan para operator sebagai<br />

entitas bisnis. Hal ini tentunya akan sangat bergantung kepada itikad (baik) semua pihak yang terlibat.<br />

By Riswan on May 2, 2008 in Featured, Artikel | Edit<br />

“Ngintip” Wireline dan Wireless<br />

Back to Artikel<br />

Sistem telepon wireline atau yang dikenal juga dengan sebutan PSTN (Public Switch Telephone Network) atau yang<br />

di Indonesia sering juga disebut telepon kabel jelas berbeda dengan system telepon wireless atau yang disebut<br />

juga system seluler. Tapi, seperti apakah perbedaan kedua system ini? Apakah bedanya cuma karena yang satu<br />

pake kabel dan yang satu tidak? Mungkin uraian sederhana dibawah ini dapat sedikit memberi gambaran tentang<br />

perbanding kedua system telepon ini.<br />

Wireline<br />

System telepon wireline perkembang jauh sebelum orang mengenal system telepon wireless, yaitu pada sekitar<br />

tahun 1870-an. System ini disebut wireline karena kable digunakan sebagai media tranmisi yang menghubungkan<br />

pesawat telepon pelanggan dengan perangkat di jarinagan telepon milik operator. Gambar di bawah ini<br />

menunjukan arsitektur jaringan telepon wireline secara umum.<br />

Gambar 1 -Arsitektur jaringan system wireline


Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pesawat telepon pelanggan di rumah-rumah dihubungkan dengan sentral<br />

telepon (switching unit) dengan menggunakan media kabel. Secara umum komponen jaringan yang digunakan<br />

dalam sebuah jaringan telepon wireline adalah :<br />

Sentral Telepon (switching unit) : adalah perangkat yang berfungsi untuk melakukan proses pembangunan<br />

hubungan antar pelanggan. Sentral telepon juga melakukan tugas pencatatan data billing pelanggan.<br />

MDF (Main Distribution Frame) : adalah sebuah tempat terminasi kabel yang menghubungkan kabel saluran<br />

pelanggan dari sentral telepon dan jaringan kable yang menuju ke terminal pelanggan. Bila sebuah sentral<br />

telepon memiliki 1000 pelanggan, maka pada MDF-nya akan terdapat 1000 pasang kabel tembaga yang<br />

terpasang pada slot MDF-nya, dimana setiap pasang kabel tembaga ini akan mewakili satu nomor pelanggan.<br />

Dan 1000 pasang kabel yeng terpasang di slot MDF ini akan di-cross coneect dengan 1000 pasang kable lain<br />

yang berasal dari saluran pelanggan yang menuju ke pesawat terminal pelanggan. Jadi bila seorang pelanggan<br />

ingin agar nomor teleponnya diganti dengan nomor lain, maka proses perubahan nomor ini dapat dengan<br />

mudah dilakukan dengan merubah koneksi saluran pelanggan di MDF-nya. MDF bisanya diletakan pada satu<br />

gedung yang sama dengan sentral teleponnya (berdekatand engansentral telepon).<br />

RK (Rumah Kabel) : juga merupakan sebuah perangkat cross connect saluran pelanggan, hanya saja ukurannya<br />

lebih kecil. Jadi dari MDF, kable saluran pelanggan akan dibagi-bagi dalam kelompok yang lebih kecil dan<br />

masing-masing kelompok kabel akan didistrubikan ke beberapa RK. Dan dari RK, kable saluran pelanggan ini<br />

akan dibagi-bagi lagi ke dalam jumlah yang lebih kecil dan terhubung ke beberapa IDF. Bentuk phisik RK adalah<br />

sebuah kotak (biasanya berwarna putih) dan banyak kita temui dipinggir-pinggir jalan.<br />

IDF (Intermediate Distribution Frame) : juga merupakan sebuah perangkat cross connect kabel saluran<br />

pelanggan, dengan ukuran yang lebih kecil dari MDF dan RK. Secara phisik, IDF berbentuk kotak-kotak<br />

(biasanya warna hitam) yang terpasang pada tiang-tiang telepon.<br />

TB (Terminal Box) : juga merupakan cross connect kabel saluran pelanggan yang menghubungkan antara kabel<br />

saluran pelanggan di dalam rumah dengan yang diluar rumah. Secara phisik, TB berbentuk kotak yang<br />

terpasang di rumah-rumah pelanggan.<br />

Pesawat telepon pelanggan : perangkat yang berfungsi sebagai transceiver (pengirim dan penerima) sinyal<br />

suara. Pesawat pelanggan juga dilengkapi dengan bell dan keypad DTMF yang berfungsi untuk mendial nomor<br />

pelanggan.<br />

Wireless<br />

System telepon wireless mulai berkembang sekitar tahun 1970-an. Sistem telepon wireless berkembang karena<br />

adanya tuntutan kebutuhan dari pengguna untuk dapat tetap melakukan pembicaraan telepon walaupun mereka<br />

sedang dalam perjalanan ataupun sedang tidak ada di rumah. Dalam perkembangannya, teknologi wireless<br />

berkembang sangat cepat, dari mulai teknologi generasi pertama (1G) seperti AMPS, kemudian berkembang ke<br />

teknologi generasi kedua (2G) seperti GSM dan CDMA, kemudian berkembang ke teknologi generasi ketiga (3G)<br />

seperti UMTS. Semua perkembangan teknologi wireless ini dicapai dalam waktu yang relative cepat. Gambar di<br />

bawah ini menunjukan arsitektur jaringan sebuah system telepon wireless, dalam hal ini dicontohkan jaringan<br />

system GSM.


Gambar 2 -Arsitektur jaringan system wireless<br />

Secara umum, arsitektur jaringan system telepon wireless baik itu system 1G, 2G, maupun 3G, terdiri dari 3<br />

kelompok network element, yaitu Mobile Susbcriber atau perangkat pelanggan, network eleemnt radio, dan<br />

network element core .<br />

Perangkat Pelanggan : adalah element jaringan system wireless yang terdapat di sisi pelanggan. Dalam system<br />

GSM perangkat pelanggan disebut dengan MS (Mbobile Subscriber) dan dalam system 3G disebut dengan UE<br />

(User Equipment). Ciri khas perangkat pelangganpada system wireless ialah ia bersifat protable (dapat dibawa<br />

kemana-mana) dan dilengkapi dengan kartu pelanggan (sim card) sebagai kartu identitas pelanggan.<br />

Sedangkan fungsinya relatif sama dengan perangkat pelanggan pada system wireline (fungsi tranceiver sinyal<br />

informasi berupa suara/multimedia dan dilengkapi dengan bell dan keypad DTMF.<br />

Network Element Radio : adalah element jaringan yang menghubungkan perangkat pelanggan dengan<br />

network element core yang merupakan network element utama system. Fungsi utama network element radio<br />

adalah melakukan fungsi-fungsi mobile management, yaitu melayani dan mensupport pelanggan-pelanggan<br />

yang selalu bergerak agar tetap dapat terhubung dengan system jaringan. Fugsi lainnya ialah melakukan<br />

fungsi-fungsi radio resource management yaitu mengatur kebutuhan resource di sisi radio akses network yang<br />

bertujuan agar setiap permintaan hubungan dari pelanggan dapat dilayani.<br />

Network element core : adalah perangkat-perangkat yang melakukan fungsi-fungsi penyambungan hubungan<br />

(switching dan routing). Dalam perkembangannya, network element core akan dilengkapi dengan network<br />

element - network element VAS (Value Added Service) yang fungsinya untuk mensupport sebuah hubungan<br />

dalam rangka diversivikasi service, seperti SMSC (untuk SMS), MMSC (untuk MMS), IVR (untuk voice<br />

recording), IN (untuk billing online dan service-service IN lain seperti televoting, VPN, dll), network element<br />

RBT (untuk service Ring Back Tone), dll.<br />

Wireline vs Wireless<br />

Gambar 3 - Perbandingan Perangkat Switching pada wireline dan wireless


Tabel di bawah ini memperlihatkan beberapa perbedaan antara system telepon wireline dan wireless.<br />

Perangkat<br />

Pelanggan<br />

Network Element<br />

Jaringan<br />

Wireline Wireless<br />

Tidak dilengkapi dengan SIM card.<br />

Proces pergantian nomor identitas<br />

pelanggan dilakukan dengan merubah<br />

terminasi saluran kabel yang<br />

terhubung dengan pesawat pelanggan<br />

di rumah, hal ini dapat dilakukan dari<br />

titik-titik cross connect saluran kabel<br />

seperti di IDF, RK, ataupun MDF.<br />

Perangkat pelanggan dihubungkan ke<br />

system jaringan wireline dengan<br />

menggunakan kabel (saluran phisik),<br />

sehingga tidak dapat dibawa-kemanamana.<br />

Dilengkapi dengan smard chip yang<br />

berfungsi sebagai SIM (Subscriber Identity<br />

Module) card yang merupakan kartu<br />

identitas pelanggan. Dengan SIM card,<br />

proces pergantian nomor pelanggan dapat<br />

dilakukan dengan lebih mudah, yaitu<br />

dengan hanya mengganti SIM card yang<br />

digunakan pelanggan.<br />

Perangkat pelanggan dihubungkan ke<br />

system jaringan wireless dengan<br />

menggunakan gelombang elektromagnetik<br />

(saluran non-phisik) sehingga dapat<br />

dibawa bepergian (mobile).<br />

Secara umum fungsi perangkat pelanggan di kedua system SAMA, perkembangan<br />

teknologi memungkinkan perangkat pelanggan di kedua system ini untuk melakukan<br />

fungsi yang sama seperti untuk melakukan hubungan voice, data, ataupun<br />

multimedia.<br />

Pelanggan dihubungkan ke network<br />

element core engan menggunakan<br />

saluran kabel. Network element yang<br />

ada di antara pelanggan dan network<br />

element core adalah network element<br />

yang fungsinya sebagai tempat cross<br />

connect saluran kabel pelanggan yang<br />

fungsinya relative lebih sederhana.<br />

Ciri khasnya ialah digunakannya network<br />

element radio akses yang fungsinya untuk<br />

menghubungkan pelanggan yang terus<br />

bergerak (berpindah-pindah tempat)<br />

dengan network element core. Dalam hal<br />

ini pelangganakan dihubungkan ke system<br />

jaringan dengan menggunakna media<br />

transmisi gelombang elektromagnetik. Jadi<br />

tidak menggunakan kabel seperti pada<br />

system wireline.<br />

Untuk perangkat switching, secara umum fungsi perangkat switching (network<br />

element core) kedua system ini sama. Artinya perangkat switching di system wireline<br />

sebenarnya bisa dipakai juga sebagai perangkat switching dis sytem wireless. Tapi<br />

ada suatu perubahan yang harus dilakukan yang terkait dengan perubahan<br />

sifat pelangan (subscriber) yang tadinya tidak bergerak (tetap) menjadi terus<br />

bergerak dan berpindah-pindah tempat. (Lihat Gambar 3 di atas)<br />

Untuk network element lain yang digolongkan dalam network element VAS, pada<br />

umumnya sama, network element ini pada dasarnya berfungsi untuk mensupport<br />

service-service yang diberikan ke pelanggan. Dan network element ini dapat<br />

digunakan baik di system wireless maupun system wireline.<br />

Service Dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, pada dasarnya semua services yang<br />

ada di system wireline dapat diimplementasikan juga pada system wireless, baik itu<br />

service-service voice, data, maupun multimedia. Hanya saja, ada beberapa service<br />

yang hanya ada pada system wireless, seperti service-service LBS (Location base<br />

Service). Hal ini karena service ini merupakan service yang memanfaa’tkan nilai dari<br />

informasi lokasi pelanggan wireless yang berubah-ubah.<br />

Tingkat<br />

Keamanan<br />

Pembicaraan pelanggan sangat mudah<br />

untuk disadap, hal ini karena media<br />

kabel yang digunakan. Hanya dengan<br />

memparalel perangkat lain ke saluran<br />

kabel pelanggan, seseorang sudah<br />

dapat mendengarkan semua isi<br />

pembicaraan pelanggan.<br />

Relatif lebih aman.<br />

Ada proces authentikasi yang akan<br />

melakukan proces filtering yang<br />

menentukan pelanggan yang boleh<br />

terhubung dengan system jaringan dan<br />

boleh melakukan call.


Tips Berlangganan Telkomsel Flash<br />

Ada proces encrypsi yang akan melakukan<br />

proces penyandian terhadap informasi<br />

yang dikirim/diterima oleh perangkat<br />

pelanggan. Sehingga isi pembicaraan<br />

pelanggan tidak mudah disadap.<br />

By Lhutfhy Pribadi on Jul 29, 2008 in Featured, Artikel | Edit<br />

Back to Artikel<br />

Telkomsel Flash merupakan produk layanan Internet dari operator seluler<br />

Telkomsel. Layanan serupa tersedia di hampir semua operator seluler dengan<br />

berbagai jenis paket. Saya tidak akan membahas kelebihan atau kekurangan produk<br />

ini dibandingkan dengan produk serupa di pasar. Saya hanya akan memberikan tipstips<br />

sederhana untuk para calon pelanggan dari layanan Telkomsel Flash ini.<br />

Dengan dimunculkannya paket Telkomsel Flash Unlimited, semakin menambah keleluasan pelanggan dalam<br />

memilih paket yang tepat untuknya. Namun saya sarankan sebagai pengguna yang berencana berlangganan<br />

sebaiknya mengikuti tips berikut ketika mendaftar.<br />

1. Pilihlah produk Telkomsel Flash Unlimited.<br />

Analogi ini masih bisa diperdebatkan, sama halnya dengan layanan suara pada telepon seluler. Baik kita<br />

menggunakan produk prabayar atau paska bayar, kita tetap menggunakan jaringan telekomunikasi yang sama.<br />

Artinya jika terjadi kapasitas berlebihan atau ganguan pada jaringan maka semua produk tersebut mengalami<br />

permasalahan yang sama. Lagi pula kita tak akan pernah tahu seberapa banyak kebutuhan Internet kita.<br />

Telkomsel Flash Unlimited merupakan pilihan yang tepat untuk ini.<br />

2. Pilihlah paket paling rendah.<br />

Telkomsel Flash Unlimited ditawarkan dalam beberapa paket. Saya sarankan untuk memilih paket yang<br />

terendah baik secara tarif maupun fitur. Karena saat ini kita hanya ingin mencoba ketangguhan dari layanan<br />

ini. Lagipula, dengan memulai dari yang terendah, kita cukup menaikkan ke paket yang kita butuhkan jika<br />

ternyata fiturnya perlu ditingkatkan.<br />

3. Pilihlah paket yang tidak mengikat anda.<br />

Dari berbagai paket, sebenarnya dapat dikategorikan menjadi dua macam paket utama: modem atau tanpa<br />

modem. Perbedaan yang cukup kentara adalah jika kita memilih paket dengan modem maka kita dapat gratis<br />

modem. Keterbatasanya adalah ternyata ada semacam perjanjian dalam kontrak bahwa kita diharuskan<br />

berlangganan selama minimal 1 tahun. Jadi bila kita sudah memiliki handset yang sudah bisa jaringan 3G, saya<br />

sarankan untuk memilih paket tanpa modem. Selain kemudahan untuk bisa berhenti berlangganan kapan pun,<br />

modem di pasar saat ini dapat dibeli dengan mekanisme cicilan (bahkan dengan harga sama akan<br />

mendapatkan yang lebih baik). Jadi saya sarankan untuk memilih paket tanpa modem.<br />

4. Pastikan Telkomsel Flash sudah aktif.<br />

Kebanyakan orang melakukan kesalahan adalah ketika sudah merasa mengkonfigurasi dengan benar maka<br />

langsung bisa digunakan. Oke, itu sebenarnya tidak masalah. Pastikan ketika sudah dikonfigurasi, lakukan<br />

pengecekan dengan melihat tagihan bulan berjalan di *999# (jangan menggunakan *888#, karena di sini<br />

Telkomsel Flash akan tetap tertagih). Jika ternyata tagihan kita bertambah, maka walau konfigurasi sudah


enar tetapi kartu kita belum diaktifkan untuk layanan Telkomsel Flash.Jika belum aktif, segera telepon ke 116<br />

untuk kepastian aktivasi layanan tersebut.<br />

5. Upgrade layanan Telkomsel Flash sesuai kebutuhan kita.<br />

Jika sudah berlangganan layanan Telkomsel Flash Unlimited selama 1 bulan dan kita sudah puas dengan<br />

layanannya, lakukanlah upgrade paket sesuai dengan kebutuhan kita. Bila perlu upgrade ke paket dengan<br />

modem.<br />

Dari kesemua tips di atas, yang paling penting adalah pastikan daerah tempat kita akan menggunakan layanan<br />

internet memiliki jaringan 3G. Apakah ada yang memiliki tips berlangganan Telkomsel Flash lainnya?<br />

By Julitra on Feb 5, 2009 in Featured, Artikel | Edit<br />

Melihat Kembali Alokasi Frekuensi Operator GSM<br />

Back to Artikel<br />

Meskipun tiap operator GSM telah memiliki alokasi frekuensi masing-masing, masih banyak dijumpai kasus dimana<br />

operator menggunakan frekuensi yang bukan haknya.<br />

Ini masalah serius; sebab bagi operator, frekuensi adalah sarana poduksi seperti halnya tanah bagi petani. Bagi<br />

seorang petani, output produksi dan dengan demikian penghasilannya akan ditentukan oleh seberapa luas tanah<br />

yang dimilikinya –dengan asumsi pengolahan lahan produksi tersebut menggunakan metode yang sama.<br />

Demikian juga dengan operator: semakin lebar alokasi frekuensi yang dimikinya semakin tinggi potensi jumlah<br />

pelanggan yang dapat dilayaninya -dan dengan demikian revenue dari operator tersebut.<br />

Oleh karena itu, pemakaian frekuensi milik operator tertentu oleh operator lain akan mengurangi potensi revenue<br />

yang dapat dihasilkan oleh operator pemilik. Maka, masalah ini tidak bisa ditoleransi dan wajar apabila setiap<br />

operator akan mengawasi penggunaannya secara ketat.<br />

Namun, di lapangan, operator-operator sering kebobolan: operator-operator ini baru menyadari, setelah sekian<br />

waktu, frekuensi miliknya telah dipakai operator lain. Di pihak lain, operator yang memakai frekuensi yang bukan<br />

miliknya merasa tidak melakukan pelanggaran.<br />

Kerap terjadi juga, katakanlah operator A, melayangkan surat pemberitahuan kepada operator B mengenai<br />

frekuensi miliknya yang dipakai oleh operator B tanpa menyadari bahwa sang operator A itu sendiri memakai<br />

frekuensi milik operator B.<br />

Frekuensi-frekuensi yang bermasalah ini biasanya frekuensi-frekuensi pada batas spektrum masing-masing<br />

operator, sama halnya area perbatasan suatu negara potensial menjadi sumber konflik teritorial antar negara.<br />

Akar Masalah<br />

Beberapa faktor penyebab masalah yang dapat disebutkan di sini antara lain: kurangnya atau tidak mudahnya<br />

mengakses informasi resmi dari Regulator, identifikasi kanal frekuensi yang tidak seragam dan kurangnya<br />

komunikasi dan koordinasi lintas operator dan juga antara Regulator dan operator.<br />

Pertama, kurangnya atau tidak mudahnya mengakses informasi resmi dari Regulator berkenaan alokasi frekuensi<br />

per operator. Jika informasi resmi tersedia, para operator, dalam hal ini teknisi di lapangan, akan dengan mudah<br />

melakukan pengecekan alokasi frekuensi per operator; dengan demikian, pemakaian frekuensi secara ilegal,<br />

dengan alasan apapun, dapat dicegah atau dengan mudah diidentifikasi.


Contohnya, ketika meriset tulisan ini tidak ada informasi apapun mengenai alokasi resmi frekuensi per operator<br />

GSM yang didapatkan dari situs web Regulator. Dengan mesin pencari Google, juga sama nihilnya yang<br />

menunjukkan bahwa tidak ada satu pun informasi yang sama disediakan oleh operator atau para praktisi GSM itu<br />

sendiri.<br />

Kedua, identifikasi kanal frekuensi yang tidak seragam. Seperti diketahui, satuan frekuensi adalah Hertz; oleh<br />

karena alokasi frekuensi GSM berada pada kisaran miliaran Hertz maka alokasinya sering didahului dengan prefiks<br />

Mega (seperseribu miliar) sehingga menjadi Mega Hertz, disingkat MHz. Misalnya, alokasi frekuensi untuk GSM900<br />

memaksudkan alokasi frekuensi pada spektrum 900-an MHz dan GSM1800 memaksudkan alokasi frekuensi pada<br />

spektrum 1800-an MHz.<br />

Pada prakteknya, para teknisi GSM di lapangan bekerja tidak dengan menggunakan alokasi frekuensi dalam satuan<br />

MHz tapi dengan bilangan bulat positif yang disebut sebagai Absolute Radio Frequency Channel Number atau<br />

disingkat ARFCN. Ini merupakan lingua franca bagi para praktisi GSM. Dengan menggunakan ARFCN, frekuensi<br />

operator mudah diingat dan lebih praktis, terutama ketika menggunakan peralatan ukur. Masih lebih gampang<br />

misalnya menyebutkan alokasi frekuensi untuk Operator A dari kanal 51 sampai 87 dibandingkan dari 945.2 MHz<br />

sampai 952.4 MHz; atau memasukkan angka 51 ke dalam peralatan dibandingkan harus mengingat dan<br />

memasukkan 945.2 MHz.<br />

Permasalahan bertambah apabila pihak Regulator hanya mengalokasikan frekuensi dalam satuan MHz tapi tidak<br />

dalam nomor kanal ARFCN padanannya sehingga para teknisi harus melakukan mapping frekuensi sendiri dari MHz<br />

ke ARFCN yang bisa saja berbeda dalam hal metode per-mapping-an dengan operator lain sehingga menghasilkan<br />

alokasi ARFCN yang berbeda pula terutama untuk kanal-kanal ARFCN pada frekuensi batas.<br />

Belakangan dalam artikel ini akan dibahas langkah-langkah dalam melakukan mapping frekuensi dari MHz ke<br />

nomor kanal ARFCN.<br />

Alokasi Frekuensi Operator GSM di Indonesia<br />

Alokasi frekuensi GSM yang dipakai di Indonesia sama dengan yang dipakai di sebagian besar dunia terutama<br />

Eropa yaitu pada pita 900 MHz, yang dikenal sebagai GSM900, dan pada pita 1800 MHz, yang dikenal sebagai<br />

GSM1800 atau DCS (Digital Communication System), seperti yang ditunjukkan di Gambar 1 berikut:<br />

Alokasi frekuensi GSM yang dipakai di sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia<br />

Gambar 1: Alokasi frekuensi GSM yang dipakai di sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia<br />

Frekuensi downlink adalah frekuensi yang dipancarkan oleh BTS-BTS untuk berkomunikasi dengan handphonehandphone<br />

pelanggan dan juga menghasilkan apa yang disebut sebagai coverage footprint operator sedangkan<br />

frekuensi uplink adalah frekuensi yang digunakan oleh handphone-handphone pelanggan agar bisa terhubung ke<br />

jaringan.


Untuk uplink, alokasi frekuensi GSM900 dari 890 MHz sampai 915 MHz sedangkan untuk downlink dari 935 sampai<br />

960 MHz. Perhatikan, dalam frekuensi MHz, baik uplink maupun downlink memiliki alokasi frekuensi yang berbeda,<br />

namun dengan penomoran kanal ARFCN keduanya sama karena kedua-duanya adalah pasangan kanal dupleks<br />

yang dipisahkan selebar 45 MHz.<br />

Lebar pita spektrum GSM900 sendiri adalah 25 MHz dan penomoran kanal ARFCN-nya dimulai dari 0 dan<br />

seterusnya; dengan lebar pita per kanal GSM adalah 200 kHz (0.2 MHz) maka jumlah total kanal untuk GSM900<br />

adalah 25/0.2 = 125 kanal. Namun tidak semua kanal ini dapat dipakai: ada dua kanal yang harus dikorbankan<br />

sebagai system guard band pada kedua ujung batas spektrum masing-masing yaitu ARFCN 0 di batas bawah dan<br />

ARFCN 125 untuk batas atas. Jadi ARFCN efektif yang dipakai untuk GSM900 adalah ARFCN 1 sampai 124.<br />

Untuk GSM1800 (DCS) alokasi frekuensi uplink-nya dari 1710 MHz-1785 MHz sedangkan downlink dari 1805 MHz<br />

sampai 1880 MHz dimana alokasi frekuensi antara uplink dan downlink terpisah selebar 95 MHz. Dengan demikian,<br />

berbeda dengan GSM900, GSM1800 memiliki lebar pita kurang lebih 3 kali lebih lebar dibanding GSM900. untuk<br />

GSM1800 penomoran kanal ARFCN-nya dimulai dari 511 dan berakhir 886 (375 kanal total, 3 kali lebih banyak dari<br />

GSM900) dimana 511 dikorbankan sebagai system guard band pada ujung bawah dan 886 dipakai sebagai system<br />

guard band pada ujung atas.<br />

Di Indonesia, ada lima operator GSM (Telkomsel, Indosat, XL, Axis dan Three) yang mengantongi ijin operasi.<br />

Alokasi frekuensinya ditunjukkan oleh Gambar 2 dan 3 (Data diberikan oleh “sumber yang dapat diandalkan”).<br />

Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar-Gambar tersebut, hanya tiga operator yang mendapat alokasi frekuensi<br />

untuk pita GSM900 sedangkan untuk pita GSM1800 semua operator kebagian.<br />

Gambar 2: Alokasi frekuensi pita GSM900 di Indonesia<br />

Gambar 3: Alokasi frekuensi pita GSM1800 di Indonesia<br />

Tabel 1 berikut menunjukkan total alokasi frekuensi yang dimiliki masing-masing operator GSM di tanah air.<br />

Terlihat bahwa Telkomsel dan Indosat memiliki jumlah frekuensi terbanyak sedangkan Three paling sedikit, dengan<br />

rasio 3:1.


Tabel 1 :Jumlah frekuensi yang dimiliki masing-masing operator<br />

Mapping Frekuensi ke Nomor Kanal ARFCN<br />

Oleh karena ada bermacam-macam pita spektrum GSM yang dipakai di seluruh dunia, penjelasan langkah-langkah<br />

mapping frekuensi berikut akan mengacu pada alokasi frekuensi sebagaimana yang ditunjukkan oleh Gambar 1.<br />

Langkah-langkahnya dapat diringkaskan sebagai berikut (berlaku untuk alokasi frekuensi uplink maupun downlink):<br />

1. Tentukan frekuensi yang merupakan batas bawah dari pita spektrum<br />

2. Tentukan nomor kanal ARFCN untuk frekuensi batas bawah tersebut<br />

3. Gunakan rumus berikut untuk melakukan mapping:<br />

ARFCN = kanal ARFCN untuk frekuensi batas bawah + (frekuensi MHz – frekuensi batas bawah dalam MHz)/lebar<br />

pita per kanal dalam MHz (0.2 MHz)<br />

Untuk GSM900 rumus di atas dapat ditulis ulang sebagai berikut:<br />

Uplink……: ARFCN = 0 + (fMhz – 890)/0.2<br />

Downlink: ARFCN = 0 + (fMHz – 935)/0.2<br />

Sedangkan untuk GSM1800:<br />

Uplink……: ARFCN = 511 + (fMhz – 1710)/0.2<br />

Downlink: ARFCN = 511 + (fMHz – 1805)/0.2<br />

Dimana fMHz adalah kanal frekuensi dalam MHz yang akan dicarikan nomor kanal ARFCN-nya.<br />

Contoh 1 (GSM900): Cari nomor kanal ARFCN untuk frekuensi 900.2 MHz (uplink); sesuai penjelasan sebelumnya:<br />

1. Frekuensi batas bawah GSM9000 = 890 MHz<br />

2. Nomor kanal ARFCN untuk frekuensi 890 MHz = 0<br />

3. Menggunakan rumus:<br />

ARFCNuplink = 0 + (900.2-890)/0.2 = 0 + 10.2/0.2 = 51.<br />

Pasangan nomor kanal ARFCN dupleks downlink-nya adalah sebagi berikut:<br />

Karena diketahui frekuensi uplink = 900.2 MHz; maka, frekuensi downlink-nya = frekuensi uplink + 45 MHz = 900.2<br />

+ 45 = 945.2 MHz. Dengan frekuensi batas bawah downlink = 935 MHz, maka:<br />

ARFCNdownlink = 0 + (945.2-935)/0.2 = 0 + 10.2/0.2 = 51.<br />

Jadi frekuensi 900.2 dan 945.2 MHz akan memiliki nomor kanal ARFCN 51.<br />

Contoh 2 (GSM1800): Cari nomor kanal ARFCN untuk frekuensi 1745.2 MHz (uplink); sesuai penjelasan<br />

sebelumnya:<br />

1. Frekuensi batas bawah GSM9000 = 1710 MHz<br />

2. Nomor kanal ARFCN untuk frekuensi 1710 MHz = 511<br />

3. Menggunakan rumus:<br />

ARFCNuplink = 511 + (1745.2-1710)/0.2 = 511 + 35.2/0.2


= 511 + 176 = 687<br />

Pasangan nomor kanal ARFCN dupleks downlink-nya adalah sebagi berikut:<br />

Karena diketahui frekuensi uplink = 1745.2 MHz; maka, frekuensi downlink-nya = frekuensi uplink + 95 MHz (bukan<br />

45 MHz seperti GSM900) = 1745.2 + 95 = 1840.2 MHz. Dengan frekuensi batas bawah downlink = 1805 MHz, maka:<br />

ARFCNdownlink = 511 + (1840.2-1805)/0.2<br />

= 511 + 35.2/0.2 = 511+ 176 = 687<br />

Jadi frekuensi 1745.2 dan 1840.2 MHz akan memiliki nomor kanal ARFCN 687.<br />

Alokasi Frekuensi Operator GSM Dalam ARFCN<br />

Mengikuti langkah-langkah ini, alokasi frekuensi operator GSM di Indonesia sebagaimana yang ditunjukkan oleh<br />

Tabel 2 and 3 dapat di-mapping-kan ke nomor kanal ARFCN sebagai berikut:<br />

Alokasi frekuensi GSM900:<br />

Tabel 2: Mapping frekuensi GSM900 MHz-Nomor Kanal ARFCN Operator GSM Indonesia<br />

Jika langsung di-mapping-kan dari alokasi frekuensi awal, Indosat akan memiliki kanal ARFCN 0 sampai 50,<br />

Telkomsel 50 sampai 87.5 dan XL 87.5 sampai 125.<br />

Namun dengan hasil ini, paling tidak ada 3 masalah yang akan muncul: pertama, seperti dijelaskan sebelumnya,<br />

kanal 0 dan kanal 125 harus dikorbankan sebagai system guard band (pada kebanyakan peralatan kanal ARFCN 0<br />

dan kanal 125 secara otomatis dihilangkan); kedua, dua operator tidak bisa memiliki kanal ARFCN yang sama dan<br />

ketiga tidak ada nomor kanal ARFCN dalam bilangan pecahan desimal (fractional decimal); nomor kanal ARFCN<br />

harus dalam bilangan cacah (positive ineteger plus zero).<br />

Sehingga, untuk menghindari potensi tiga masalah tersebut, alokasi frekuensinya dikoreksi sebagai berikut: Indosat<br />

kanal ARFCN 1 sampai 49, Telkomsel kanal ARFCN 51-87 dan XL 88 sampai 124, seperti ditunjukkan oleh Tabel 2<br />

pada baris “Koreksi ARFCN”.<br />

Perhatikan, kanal ARFCN 50 harus dikorbankan oleh Indosat dan Telkomsel untuk menjadi guard band mereka<br />

sehingga ARFCN 50 tidak bisa digunakan oleh salah satu atau kedua operator ini. Karena tidak ada ARFCN 87.5<br />

maka Telkomsel harus mundur menjadi 87 dan XL 88.


Alokasi frekuensi GSM1800:<br />

Tabel 3: Mapping frekuensi GSM1800 MHz-Nomor Kanal ARFCN Operator GSM Indonesia<br />

Jika langsung di-mapping-kan dari alokasi frekuensi awal, XL akan memiliki kanal ARFCN 511 sampai 548.5; Indosat<br />

548.5-573.5, 711-786; Telkomsel 573.5-611, 686-711, 786-836; Axis 611-686 dan Three 836 sampai 886.<br />

Seperti dijelaskan pada bagian GSM900, untuk menghindari permasalahan legal dan teknis, alokasi nomor kanal<br />

ARFCN-nya dikoreksi menjadi seperti Tabel 3 pada baris “Koreksi ARFCN”, yaitu: XL ARFCN 512 (511, system lower<br />

guard band) sampai 548; Indosat 549-573, 712-785; Telkomsel 574-610, 687-710, 787-835; Axis 612-685 dan Three<br />

837 sampai 885 (886, system upper guard band). Menarik, dari Keputusan Direktur Jenderal Pos Dan<br />

Telekomunikasi No. 73/DIRJEN/2001 tertanggal 10 Mei 2001 telah ditetapkan kanal ARFCN 611, 711, 786 dan 861<br />

sebagai guard band. Tiga guard band pertama telah masuk pada koreksi pada Tabel 3 di atas kecuali ARFCN 861<br />

yang sebenarnya tidak perlu, pada kondisi alokasi saat ini, karena baik ARFCN 860 and 862 (frekuensi tetangga dari<br />

861) adalah milik Three sendiri.<br />

Tabel 4 berikut meringkaskan beberapa ARFCN yang sering bermasalah karena ketidakjelasannya alokasi frekuensi.<br />

Koordinasi Lintas Operator<br />

Table 4: ARFCN-ARFCN yang sering bermasalah<br />

Faktor ketiga yang menyumbang pada permasalahan alokasi frekuensi ini, seperti disinggung di atas, adalah<br />

kurangnya koordinasi lintas operator dan juga koordinasi antara operator dan Regulator itu sendiri. Oleh karena<br />

itu, koordinasi lintas operator mendesak untuk diadakan. Operator perlu duduk bersama membahas isu yang ada


untuk kemudian menghasilkan kesepakatan yang disetujui semua pihak. Langkah ini penting untuk memberikan<br />

kepastian kepada tiap-tiap operator terutama para teknisi yang berniat baik yang bekerja di lapangan.<br />

Apa yang telah dipaparkan di artikel ini merupakan langkah awal dalam mencari kesepakatan dan kepastian itu.<br />

Alasan-Alasan Operator GSM Mengadopsi Frekuensi Hopping (SFH)<br />

By Julitra on Apr 1, 2009 in Featured, Artikel | Edit<br />

Back to Artikel<br />

Jika tarif Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi operator GSM tidak ditinjau kembali oleh Pemerintah, ada<br />

kemungkinan para operator harus membayar pajak frekuensinya paling sedikit dua kali lipat dari yang dibayarkan<br />

sekarang. Bayangkan jika pajak frekuensi rutin tahunan ini dalam bilangan triliunan rupiah, Berapa banyak lagi<br />

beban yang masih harus ditanggung oleh para operator? Kemudian, ingat juga bahwa pajak frekuensi ini tidak<br />

konstan melainkan akan semakin bertambah dari tahun ke tahun seiring dengan bertambah banyaknya Base<br />

Transceiver Station (BTS) yang dibangun operator.<br />

Dua kali lipat di sini karena konsekuensi diadopsinya teknologi frekuensi hopping oleh operator GSM –dengan<br />

asumsi teknologi hopping yang diimplementasi di jaringan adalah Synthesiser Frequency Hopping atau SFH. Tanpa<br />

teknologi hopping, perhitungan pajak frekuensi ini mudah dilakukan: hitung berapa banyak transceiver (TRX atau<br />

unit radio) pada BTS operator, itulah jumlah yang harus dibayarkan. Kenapa? Karena tiap satu unit radio tersebut<br />

hanya bisa memancarkan satu frekuensi dan perhitungan BHP frekuensi didasarkan atas asumsi ini. Dengan<br />

frekuensi hopping lain lagi ceritanya: satu unit radio kini dapat memancarkan lebih dari satu frekuensi secara<br />

bergantian sehingga asumsi sebelumnya tidak valid lagi.<br />

Tentu saja ketika Pemerintah, dalam hal ini Balai Monitoring Frekuensi Dirjen Postel, melakukan pengecekan di<br />

lapangan akan didapati bahwa ada lebih banyak frekuensi yang memancar dibandingkan dengan jumlah unit radio<br />

yang terpasang pada BTS tersebut.<br />

Apakah semua frekuensi yang memancar dari satu unit radio ini harus dibayarkan? Tampaknya Pemerintah dan<br />

operator GSM belum sepakat.<br />

Dari sudut pandang operator, meskipun ada banyak frekuensi yang memancar dari satu unit radio, frekuensifrekuensi<br />

ini memancar secara bergantian. Tidak pernah ada lebih dari satu frekuensi yang memancar secara<br />

bersamaan. Sebenarnya, dengan SFH ini, total waktu dari unit radio yang memancarkan sinyal akan jauh berkurang<br />

dibandingkan menggunakan teknologi non-hopping. Tanpa teknologi hopping, satu unit radio akan terus menerus<br />

memancarkan sinyal 24 jam sehari; dengan SFH, unit radio hanya aktif atau memancarkan sinyal saat ada trafik<br />

atau ketika terjadinya percakapan pelanggan.<br />

Dirjen Postel sebagai garda depan pengawas tarif BHP frekuensi ini berpendapat berbeda. Satu pendapat yang<br />

telah dikemukakan adalah: sepanjang ada frekuensi yang memancar, betapapun singkatnya waktu pancar<br />

tersebut, harus bayar. Selanjutnya, ada asumsi dari Dirjen Postel bahwa dengan adanya frekuensi tambahan ini,<br />

maka ada tambahan kapasitas trafik pada jaringan. Jika memang ada tambahan kapasitas sebagai akibat dari<br />

frekuensi ekstra ini, maka sepatutnyalah operator GSM membayarkan pajak: ada revenue tambahan maka harus<br />

ada pajak yang harus dibayarkan.<br />

Jika benturan pendapat ini tidak bisa dicarikan titik temunya maka tidak ada pilihan bagi operator GSM: bayar<br />

dengan skema pajak BHP tuntutan Pemerintah atau maju menuju masa lalu. Mengapa operator GSM mengadopsi<br />

teknologi hopping ini? Dan apa manfaat diadopsinya teknologi hopping? Bagian berikut akan menjawab<br />

pertanyaan-pertanyaan ini.<br />

Menambah Kapasitas?


Seperti disebutkan sebelumnya, Dirjen Postel berpendapat bahwa dengan SFH ini ada pertambahan kapasitas<br />

ekstra sehingga wajar apabila tambahan revenue tersebut menghasilkan pajak. Benarkah pernyataan ini? Jawaban<br />

singkatnya: tidak.<br />

Operator GSM tidak mungkin mengadopsi teknologi SFH karena alasan kapasitas. Sebenarnya, dengan diadopsinya<br />

SFH justru akan membatasi jumlah unit radio yang bisa terpasang pada satu BTS dan dengan demikian kapasitas<br />

yang bisa ditangani oleh BTS ini.<br />

Sekali lagi, meskipun ada banyak frekuensi yang memancar dari satu unit radio hanya satu frekuensi yang bisa<br />

memancar dalam satu titik waktu. Ketika tiba giliran frekuensi lain untuk memancar, frekuensi ini akan mengambil<br />

dan melanjutkan trafik (kapasitas), percakapan pelanggan, yang terjadi pada frekuensi sebelumnya. Sebagai<br />

pembanding, bayangkan tongkat estafet yang diserahkan ke pelari berikutnya. Itu adalah tongkat yang sama yang<br />

dibawa oleh pelari sebelumnya; pelari sebelumnya tidak bisa memberikan atau menambah tongkat yang lain<br />

kepada pelari berikutnya atau bisa terdiskualifikasi.<br />

Seperti diketahui, idealnya satu kanal frekuensi GSM bisa menghubungkan delapan percakapan pelanggan dalam<br />

waktu yang bersamaan. Jika ada enam percakapan pelanggan yang berlangsung, ketika penyerahan estafet<br />

frekuensi berlangsung misalnya, enam percakapan itulah yang akan dilanjutkan oleh frekuensi berikutnya. Apabila<br />

sudah terisi oleh delapan percakapan pelanggan, dalam hal ini kapasitas kanal frekuensi penuh, kemudian<br />

pergantian terjadi, maka delapan pelanggan ini akan ditangani oleh frekuensi yang menggantikan dan tidak ada<br />

tersedia ruang yang kosong atau kapasitas pada frekuensi yang menggantikan ini.<br />

Hal ini bisa dianalogikan dengan bus penumpang yang memilki rute perjalanan tertentu. Bus-bus (frekuensi) ini<br />

memiliki kapasitas delapan penumpang dengan tempat duduknya (istilah teknisnya: time slot) masing-masing. Bus<br />

akan terus melaju melalui jalurnya dan ketika ada penumpang (pelanggan yang ingin melakukan percakapan) yang<br />

ingin naik dan masih ada tempat duduk (kapasitas) yang kosong, bus tersebut akan berhenti menjemput<br />

penumpang ini. Ketika delapan kursi yang ada di dalam bus tersebut sudah terisi penuh, bus tidak akan berhenti<br />

menjemput penumpang sampai ada tempat duduk yang kosong lagi (blocking). Nah, telah ditetapkan bahwa pada<br />

pool-pool tertentu akan terjadi pergantian bus (hopping). Bus yang menggantikan (frekuensi berikutnya yang<br />

memancar) tentu saja kosong karena baru keluar dari pool. Penumpang yang akan berganti bus ini akan duduk<br />

pada posisi (time slot) kursi yang sama seperti pada bus sebelumnya. Jadi, tidak ada penumpang ekstra yang naik<br />

pada bus baru ini selain penumpang yang sudah naik sebelumnya.<br />

Teknologi SFH ini sebenarnya membatasi berapa banyak jumlah unit radio yang bisa terpasang dalam satu sektor<br />

BTS. SFH mensyaratkan, pertama, harus ada pembagian yang jelas antara apa yang disebut sebagai frekuensi BCCH<br />

(frekuensi utama pada satu sektor BTS yang memancarkan sinyal terus menerus dengan demikian tidak<br />

diperbolehkan untuk hopping) dan frekuensi yang akan dipakai untuk hopping pada saat terjadi percakapan<br />

pelanggan atau traffic channel, TCH. Pembagian ini saja sudah cukup mendatangkan migrain bagi para planner<br />

frekuensi radio. Kemudian, dengan adanya pengelompokkan frekuensi ini, fleksibilitas pengalokasian frekuensi<br />

pada unit-unit radio menjadi terbatas. Selanjutnya, pengelompokkan frekuensi ini menuntut operator untuk<br />

mengorbankan satu frekuensi sebagai guard channel; dengan kata lain ada kapasitas yang terbuang percuma.<br />

Frekuensi yang dikorbankan ini, yang tidak akan dipakai, akan berfungsi sebagai pembatas antara frekuensi BCCH<br />

dan frekuensi yang akan hopping untuk mencegah degradasi kualitas pada frekuensi BCCH atau sebaliknya pada<br />

TCH.<br />

Syarat kedua, jumlah frekuensi yang dialokasikan sebagai frekuensi hopping untuk memancar dari satu sektor BTS<br />

haruslah dua kali atau lebih dari jumlah unit radio yang terpasang pada sektor BTS tersebut. Perhatikan, ini ada<br />

implikasinya dengan jumlah pita spektrum yang dimiliki oleh operator. Jika satu operator katakanlah memilki 37<br />

kanal frekuensi dan pengelompokkan frekuensinya sebagai berikut: 18 kanal untuk BCCH, 18 kanal frekuensi untuk<br />

frekuensi hopping TCH dan 1 kanal sebagai pembatas, maka jumlah unit radio yang bisa terpasang pada satu sektor<br />

BTS tersebut dan demikian kapasitasnya adalah: 1 unit radio BCCH + (jumlah kanal frekuensi untuk hopping/3)/2,<br />

dengan asumsi satu BTS memilki 3 sektor = 1 + (18/3)/2 = 4 unit radio: 1 unit radio untuk BCCH dan 3 unit radio<br />

TCH. Jika SFH tidak digunakan maka tidak ada batasan seperti itu: ke-37 kanal frekuensi ini bisa digunakan<br />

semuanya jika memungkinkan. Paling tidak hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya dengan menggunakan SFH<br />

kemampuan operator untuk memiliki kapasitas unit radio yang tinggi dibatasi paling tidak setengah dari yang bisa<br />

terpasang.


Pertanyaan selanjutnya, Jika SFH membatasi kapasitas yang bisa terpasang lantas mengapa operator GSM<br />

mengadopsi teknologi ini?<br />

Jawab: SFH dipakai oleh operator GSM karena berkaitan dengan peningkatan kualitas jaringan radio, manajemen<br />

frekuensi dan percepatan pembangunan jaringan BTS operator.<br />

Peningkatan Kualitas<br />

Berbicara mengenai kualitas pada jaringan radio, salah satunya adalah berbicara tentang interferensi pada kanalkanal<br />

frekuensi. Kembali ke analogi bus kita; frekuensi dimisalkan sebagai bus yang membawa penumpang: jika<br />

busnya kotor dan tidak memenuhi standar pelayanan maka kenyamanan penumpang akan terganggu. Demikian<br />

juga ketika frekuensi, sebagai medium fisik percakapan pelanggan, terganggu maka kualitas layanan juga akan<br />

terganggu.<br />

Interferensi terjadi ketika frekuensi-frekuensi yang sama berbenturan. Ini akan berakibat pada kualitas sinyal yang<br />

diterima. Bayangkan jika Anda mencoba mendengar dua atau lebih lagu yang diputar secara bersamaan, dengan<br />

aplikasi pemutar yang berbeda tapi dari komputer yang sama. Bunyi macam apa yang Anda dengarkan? Seperti<br />

itulah interferensi.<br />

Selain itu, frekuensi bisa mengalami gangguan kosmis atau gangguan alam yang berpengaruh pada kekuatan sinyal<br />

frekuensi. Ini yang dikenal sebagai pelemahan sinyal atau fading dan berakibat pada kekuatan sinyal yang diterima.<br />

Bayangkan jika Anda sedang mendengar siaran radio dari stasiun radio yang sinyalnya makin lama makin lemah<br />

kemudian akhirnya hilang. Seperti itulah gangguan frekuensi karena fading.<br />

Mari kita lihat bagaimana SFH bisa membantu memperbaiki kualitas dan juga kekuatan (level) sinyal radio.<br />

Pertama, SFH meningkatkan kualitas sinyal yang terganggu dalam hal saat satu frekuensi tertentu mengalami<br />

interferensi, gangguan itu hanya berlangsung dalam satu periode hopping dari frekuensi tersebut; ini disebut<br />

interference diversity atau diversitas interferensi (lihat Gambar 1). Degradasi kualitas karena interferensi akan<br />

hilang ketika frekuensi berikutnya mendapatkan giliran untuk hopping pada unit radio tersebut, dengan asumsi<br />

frekuensi yang menggantikan ini tidak terkena efek interferensi juga. Kenapa interferensi hilang? Karena frekuensi<br />

yang menggantikan berbeda dengan frekuensi yang menyebabkan interferensi. Jadi, secara keseluruhan, akan<br />

terjadi perata-rataan (averaging) tingkat interferensi. Jika SFH tidak diimplementasikan, maka kanal frekuensi yang<br />

mengalami interferensi akan secara permanen mengalami degradasi kualitas; bayangkan naik bus tua dan jelek<br />

yang sama dari tempat berangkat sampai tempat tujuan yang jauh, Kenyamanan dan kualitas layanan macam apa<br />

yang Anda peroleh?<br />

Gambar 1: Perbandingan kualitas sinyal karena interference diversity<br />

Keterangan Gambar 1: Pada Gambar sebelah kiri, saat SFH tidak digunakan, kualitas percakapan 3, histogram<br />

warna merah, sangat rendah dan akan mengalami degradasi layanan. Sebaliknya kualitas percakapan 1 & 2 (warna<br />

biru dan hijau) bagus. Pada Gambar sebelah kanan yang menggunakan SFH, karena perata-rataan, memang<br />

kualitas percakapan 1 & 2 akan sedikit turun tetapi masih dalam batas yang dianggap memenuhi standar kualitas<br />

(di atas 12 dB); kelebihannya adalah percakapan 3 kini telah memenuhi standar kualitas yang dianggap baik.


Kesimpulannya, tanpa SFH, satu percakapan akan mengalami gangguan kualitas (percakapan 3); dengan SFH<br />

semua percakapan memenuhi standar kualitas layanan yang baik.<br />

Kedua, kekuatan sinyal yang diterima. Ketika satu kanal mengalami pelemahan sinyal karena gangguan kosmis atau<br />

alam, SFH bisa membantu. Seperti pada interference diversity yang diuraikan sebelumnya, pelemahan sinyal ini<br />

hanya akan berlangsung sesaat sebelum digantikan oleh frekuensi berikutnya yang hopping. Ini disebut frequency<br />

diversity, diversitas frekuensi (lihat Gambar 2). Dengan demikian akan terjadi perata-rataan (averaging) kekuatan<br />

sinyal yang diterima. Dengan demikian, berkat SFH, frequency diversity ini akan memperbaiki kekuatan sinyal yang<br />

diterima pelanggan. Jika SFH tidak dipakai, percakapan pelanggan saat itu akan terganggu atau bahkan putus sama<br />

sekali karena sinyal yang lemah.<br />

Gambar 2: Perbandingan kekuatan sinyal karena frequency diversity<br />

Keterangan Gambar 2: Tanpa SFH, kekuatan sinyal berbanding jarak akan sangat ditentukan oleh performansi<br />

masing-masing frekuensi sehingga kekuatan sinyal yang diterima akan sangat fluktuatif: bisa sangat tinggi tetapi<br />

bisa juga sangat rendah (garis putus-putus). Dengan SFH, kekuatan sinyal yang diterima tidak lagi seekstrem itu<br />

tetapi menjadi rata-rata (garis hitam tebal). Dengan demikian, kemungkinan sambungan percakapan akan terputus<br />

karena jatuhnya level sinyal yang sangat rendah dapat dihindari.<br />

Kemudian, perhatikan juga pebedaan waktu pancar dari unit radio hopping dan yang non-hopping. Dengan nonhopping,<br />

unit radio tersebut akan memancar terus 24 jam non stop. Dengan hopping lain ceritanya: unit radio SFH<br />

hanya memancar saat ada trafik. Jika tidak ada trafik, unit radio ini akan diam. Karena ada pengurangan dari<br />

jumlah unit radio yang memancar dengan sendirinya terjadi pengurangan kemungkinan terjadinya interferensi.<br />

Bukan hanya itu, dengan satu fitur yang dikenal sebagai discontinuous transmission, SFH akan memancar hanya<br />

jika ada aktivitas percakapan yang terdeteksi. Dengan kata lain, meskipun ada percakapan pelanggan tapi satu<br />

pihak hanya diam mendengar maka frekuensi yang menghubungkan pelanggan yang diam ini tidak akan memancar<br />

(atau memancar dengan daya pancar yang sangat kecil). Ini tentunya akan jauh mengurangi terjadinya interferensi.<br />

Sama halnya dengan semakin sedikit jumlah bus di jalan maka semakin kecil kemungkinan terjadi tabrakan.<br />

Manajemen Frekuensi dan Percepatan Pembangunan BTS<br />

Selain kualitas, manfaat SFH yang lainnya adalah, SFH mempermudah operator dalam melakukan manajemen<br />

frekuensi jaringan radionya. Dengan SFH, perhatian operator akan lebih terpusat pada manajemen frekuensifrekuensi<br />

BCCH. Karena setiap sektor BTS harus memiliki satu unit radio yang memancarkan frekuensi BCCH -yang<br />

tidak hopping- maka hanya inilah yang menjadi beban manajemen frekuensi dari operator. Tanpa hopping, semua<br />

frekuensi yang memanacar dari semua unit radio di semua BTS harus direncanakan kemudian di-manage<br />

sedemikian rupa untuk meminimalkan interferensi pada jaringan radio secara keseluruhan.


Selain itu, SFH juga sangat membantu operator dalam hal mempercepat pembangunan BTS-nya. Bagaimana?<br />

Tanpa SFH: jika ada 12 unit radio yang akan dipasang pada 1 BTS dengan 3 sektor, yang mana masing-masing<br />

sektor akan dipasang 4 unit radio, maka akan ada 12 frekuensi yang harus dialokasikan untuk BTS tersebut. Dengan<br />

SFH: frekuensi yang harus dicari, melalui simulasi dalam suatu planning tool, hanyalah frekuensi BCCH, yaitu hanya<br />

3 frekuensi -1 per sektor- dan bukanlah 12. Nah, perkara mengalokasikan bahkan satu frekuensi saja, apalagi untuk<br />

jaringan yang densitas site-nya tinggi, bukanlah perkara mudah dan selain itu memakan waktu.<br />

Itulah sebabnya selain meningkatkan kualitas, operator senang mengadopsi SFH ini karena berkaitan dengan<br />

masalah manajemen frekuensi dan percepatan roll-out jaringan.<br />

Kesimpulannya, operator GSM mengadopsi teknologi SFH bukan karena alasan kapasitas tapi karena kualitas. Hal<br />

ini tentunya sudah selaras dengan desakan Pemerintah bagi semua operator, baik GSM maupun CDMA, di tanah<br />

air untuk tidak mengorbankan kualitas layanan pelanggan di tengah-tengah persaingan bisnis jasa telekomunikasi<br />

selular yang semakin ketat ini. Salah satu cara bagi operator GSM untuk sanggup memenuhi desakan Pemerintah<br />

adalah dengan mengadopsi teknologi SFH ini. Dengan demikian, pelanggan akan senang, juga Pemerintah dan<br />

tentunya para operator: A win-win solution.<br />

Back to Artikel


Singkatan<br />

A B C D E F G H I J K L M<br />

N O P Q R S T U V W X Y Z<br />

AAA : Authentication Authorization and Accounting<br />

AADP : Advanced Audio Distribution Profile<br />

AAL : ATM Adaptation Layer<br />

AAL5 : AAL Type 5<br />

AAS : Adaptive Antenna System<br />

ABC : Administration and Billing Center<br />

AC : Access Channel<br />

ACA : Adaptive Channel Allocation<br />

ACF : Auto Correlation Function<br />

ACI : Adjacent Channel Interface<br />

ACK : Acknowledge<br />

ACL : Asynchronous Connection-Less<br />

ACM : Address Complete Message<br />

ADM : Adaptive Delta Modulation<br />

ADPCM : Adaptive Digital Pulse Code Modulation<br />

ADSL : Asynchronous Digital Subscriber Line<br />

AES : Advanced Encryption Standard<br />

AFH : Adaptive Frequency Hoping<br />

AG : Audio Gateway<br />

AGCH : Access Grant Channel<br />

AIF : Antenna Interface Frame<br />

AIN : Advanced Intelligent Network<br />

AK : Authentication Key<br />

ALI : Alarm and Interface Module<br />

AM : Amplitude Modulation<br />

AMC : Adaptive Modulation and Coding<br />

AMP : ATM Bidge Processor<br />

A<br />

Back to main menu


AMPS : Advanced Mobile Phone System<br />

AMPU : Average Margin per User<br />

AMR : Adaptive Multi Rate<br />

AMX : ATM Multiplexer<br />

ANM : ANswer Message<br />

ANSI : American National Standards Institute<br />

APC : Adaptive Predictive Coding<br />

APDU : Application Protocol Data Unit<br />

API : Application Programming Interface<br />

APN : Access Point Node<br />

APS : Application Program System<br />

ARDIS : Advanced Radio Data Information Systems<br />

ARFCN : Absolute Radio Frequency Channel Number<br />

ARC : Automatic Repeat Request<br />

ARPU : Average Revenue Per User<br />

ARQ : Access Retransmission reQuest<br />

ASN : Access Service Network<br />

ASN : ATM Switching Network<br />

ASNF : ASN Module Type F<br />

ASNG : ASN Module Type G<br />

ASN-GW : Access Service Network Gateway<br />

ASNH : ASN Module Type H<br />

ATC : Adaptive Transform Coding<br />

ATM : Asynchronous Transfer Mode<br />

ATM230 : ATM Interface Asic with 200- and 30-Mbit Interface<br />

AUC : Authentication Center<br />

AUB : Access Unit Broadband<br />

AVCTP : Audio/Video Control Transport Protocol<br />

AVDTP : Audio/Video Distribution Transfer Protocol<br />

AVRCP Audio/Video remote Control Channel<br />

AWGN : Additive White Gaussian Noise<br />

B


BAP : Base Processor<br />

BEP : Bit Error Probability<br />

BER : Bit Error Rate<br />

BERSIM : Bit Error Rate Simulator<br />

BCH : Broadcast Channel<br />

BCCH : Broadcast Control Channel<br />

BCSM : Basic Call State Model<br />

BFSK : Binary Frequency Shift Keying<br />

BHCA : Busy Hour Call Attempts<br />

BICN : Bearer Independent Core Network<br />

BISDN : Broadband Integrated Services Digital Network<br />

BIU : Base Station Interface Unit<br />

BNEP : Bluetooth Network Encapsulation Protocol<br />

BOC : Bell Operating Company<br />

BOP : Basic Operation<br />

BPSK : Binary Phase Shift Keying<br />

BRI : Basic Rate Interface<br />

BS : Best effort Service<br />

BSC : Base Station Controller<br />

BSIC : Base Station Identity Code<br />

BSN : Block Sequence Number<br />

BSS : Base Station Subsystem<br />

BSS : Basic Service Set<br />

BSSAP : Base Station Subsystem Application Part<br />

BSSGP : Base Station Subsystem GPRS Protocol<br />

BSSMAP : Basic Station Subsystem Mobile Application Part<br />

BT : 3 dB bandwidth-bit-duration product for GSMK<br />

BTS : Base Transceiver Station<br />

BVC : Base Station Virtual Connection<br />

CA : Certification Authority<br />

CAI : Common Air Interface<br />

C


CAMEL : Customized Applications for Mobile Enhanced Logic<br />

CB : Citizens Band<br />

CBR : Constant Bit Rate<br />

CCCH : Common Control Channel<br />

CCH : Control Channel<br />

CCI : Co-Channel Interface<br />

CCIR : Consultative Committee for International Radio-communications<br />

CCITT : Consultative Committee fro International Telegraph and Telephone<br />

CCK : Complementary Code Keying<br />

CCS7 : Common Channel Signaling System No.7<br />

CCS7E : Common Channel Signaling System No.7 Enhanced<br />

CCTrCH : Code Composite Transport Channel<br />

CD : Collision Detection<br />

CDC : Central Data Collector<br />

CDF : Cumulative Distribution Function<br />

CDMA : Code Division Multiple Access<br />

CDPD : Cellular Digital Packet Data<br />

CDR : Call Detail Record<br />

CDVCC : Coded Digital Verification Color Code<br />

CE : Channel Element<br />

CELP : Code Excited Linear Predictor<br />

CEPT : Conference on European Posts and Telecommunication<br />

CFP : Cordless Fixed Part<br />

CGI : Cell Global Identity<br />

CGU : Clock generator Unit<br />

CHILL : CCITT High Level Language<br />

C/I : Carrier-to-Interference Ratio<br />

CI : Cell Identifier<br />

CIC : Circuit Identification Code<br />

C-ID : Charging Identifier<br />

CIU : Cellular Controller Interface Unit<br />

CLIP : Calling Line Identification Presentation


CLIR : Calling Line Identification Restriction<br />

CLNP : Connectionless Protocol (Open System Interconnect)<br />

CMA : Constant Modulus Algorithm<br />

CMISE : Common Management Information Service Element<br />

CNS : Comfort Noise Subsystem<br />

CODEC : Coder/Decoder<br />

CPE : Customer Premises Equipment<br />

CPFSK : Continuous Phase Frequency Shift Keying<br />

CPP : Cordless Portable Part<br />

CQI : Channel Quality Index<br />

CRC : Cyclic Redundancy Code<br />

CS : Coding Scheme<br />

CS : Convergence Sublayer<br />

CSCF : Cell State Control Function<br />

CSMA/CA : Carrier Sense Multiple Access/Collision Avoidance<br />

CSMA/CD : Carrier Sense Multiple Access/Collision Detection<br />

CT : Cordless Telephone<br />

CT2 : Cordless Telephone-2<br />

CTCH : Common Traffic Channel<br />

CTS : Clear To Send<br />

CU : Control Unit<br />

CVSDM : Continuously Variable Slope Delta Modulation<br />

CW : Continuous Wave<br />

DAM : Diagnostic Acceptability Measure<br />

DAMPS : Digital AMPS<br />

DBAS : Database Service Management System<br />

DBMS : Database Management System<br />

DBPSK : Differential Binary<br />

DCA : Dynamic Channel Allocation<br />

DCCH : Dedicated Control Channel<br />

DCD : Downlink Channel Description<br />

D


DCE : Data Circuit terminal Equipment<br />

DCF : Distributed Coordination Function<br />

DCS : Digital Communication System<br />

DCS1800 : Digital Communication System-1800<br />

DCT : Discrete Cosine Transform<br />

DECT : Digital European Cordless Telephone<br />

DEM : Digital Elevation Model<br />

DES : Data Encryption Standard<br />

DFE : Decision Feedback Equalization<br />

DFT : Discrete Fourier Transform<br />

DHCP : Dynamic Host Configuration Protocol<br />

DLC : Data Link Control<br />

DLCI : Data Link Connection Identifier<br />

DLP : Direct Link Protocol<br />

DM : Delta Modulation<br />

DNS : Domain Name Server<br />

DPCCH : Dedicated Physical Control Channel<br />

DPCM : Differential Pulse Code Modulation<br />

DPDCH : Dedicated Physical Data Channel<br />

DQPSK : Differential Quadrature Phase Shift Keying<br />

DRT : Diagnostic Rhyme Test<br />

DS-CDMA : Discrete Sequence CDMA<br />

DSAT : Digital Supervisory Audio Tone<br />

DSDL : DBMS Specific Definition Language<br />

DSE : Data Switching Exchange<br />

DS/FHMA : Direct Sequence/Frequency Hopped Multiple Access<br />

DSP : Digital Signal Processing<br />

DS-SS : Direct Sequence Spread Spectrum<br />

DST : Digital Signaling Tone<br />

DTAP : Direct Transfer Application Part<br />

DTCH : Digital Traffic Channel<br />

DTCH : Dedicated Traffic Channel


DTE : Data terminal Equipment<br />

DTM : Dual Transfer Mode<br />

DTMF : Dual tone Multiple Frequency<br />

DTX : Discontinuous Transmission Mode<br />

DUN : Dial Up Network<br />

DUP : Data User Part<br />

Eb/No : Bit Energy-to-Noise Density<br />

ECC : Echo Cancellation Circuit<br />

EDCH : Enhanced Dedicated Channel<br />

EDGE : Enhanced Data Rates for GSM Evolution<br />

EDR : Enhanced Data Rate<br />

EFD : Event Forwarding Discriminator<br />

EIA : Electronic Industry Association<br />

EIR : Equipment Identity Register<br />

EIRP : Effective Isotropic Radiated Power<br />

EMLPP : Enhanced Multi Level Precedence and Preemption<br />

EOC : Embedded Operations Channel<br />

EPC : External Processor Register<br />

erf : Error Function<br />

erfc : Error Function Complementary<br />

ERMES : European Radio Message System<br />

E-SMR : Extended-Specialized Mobile Radio<br />

ESN : Electronic Serial Number<br />

ESS : Extended Service Set<br />

E-TACS : Extended Total Access Communication System<br />

ETSI : European Telecommunications Standard Institute<br />

EWSD : Elektronisches Wahl System Digital<br />

EWSX : EWSXpress<br />

FACCH : Fast Associated Control Channel<br />

E<br />

F


FAF : Floor Attenuation Factor<br />

FBF : Feed Back Filter<br />

FBSS : Fast Base Station Switching<br />

FC : Fast Channel<br />

FCC : Federal Communication Commission, Inc.<br />

FCC : Forward Control Channel<br />

FCCH : Frequency Correction Channel<br />

FCDMA : Hybrid FDMA/CDMA<br />

FCH : Frame Control Header<br />

FDD : Frequency Division Duplex<br />

FDMA : Frequency Division Multiple Access<br />

FDTC : Forward Data Traffic Channel<br />

FEC : Forward Error Correction<br />

FER : Frame Error Rate<br />

FFF : Feed Forward Filter<br />

FFSR : Feed Forward Single Renegeration<br />

FH : Frequency Hopping<br />

FHMA : Frequency Hopped Multiple Access<br />

FHS : Frequency Hoping Synchronization<br />

FHSS : Frequency Hopped Spread Spectrum<br />

FLEX : FSK 4 level yang didasarkan pada standar “paging”, dikembangkan oleh Motorola<br />

FM : Frequency Modulation<br />

FN : Frame Number<br />

FOM : Figure Of Merit<br />

FP : Frame Relay Processor<br />

FPSM : Frame Relay Processor Shared Memory<br />

FPLMTS : Future Public Land Mobile Telecommunication System<br />

FSE : Fractionally Spaced equalizer<br />

FSK : Frequency Shift Keying<br />

FTDMA : Frequency and Time Division Multiple Access<br />

FTF : Fast Transversal Filter<br />

FTP : File Transfer Protocol


FVC : Forward Voice Channel<br />

Ga interface : Interface antara GSN (SGSN dan GGSN) dan Charging Gateway Function<br />

Gb interface : Interface antara BSC dan SGSN<br />

Gc interface : Interface antara HLR dan GGSN<br />

Gd interface : Inetrface anatar SMSC dan SGSN<br />

GDB : GPRS Database<br />

GDMO : Guidelines for Definition of Mananged Objects<br />

GERAN : GSM-EDGE Radio Access Network<br />

GFSK : Gaussian Frequency Shift Keying<br />

GGSN : Gateway GPRS Support Node<br />

Gi interface ` : Inetrface antara GGSN dengan Packet Data Network / internet<br />

GIF : Graphic Interchange Format<br />

GIS : Geographical Information System<br />

GIU : Gateway Interface Unit<br />

GMM : GPRS Mobility Management<br />

GMM-AF : GMM Application Function<br />

GMM-TF : GMM Transport Function<br />

GMM/SM : GPRS Mobility Management and Session Management<br />

GMSC : Gateway MSC<br />

GMSK : Gaussian Minimum Shift keying<br />

Gn interface Interface antara SGSN dan GGSN atau antara SGSN dengan SGSN<br />

GOAM : GPRS Operation and Maintenance Applications<br />

GOEP : General Object Exchange Profile<br />

GOS : Grade Of Services<br />

GPRS : General Packet Radio System<br />

GR : GPRS Release<br />

Gr interface : Interface antara HLR dan SGSN<br />

Gs interface Interface antara MSC dan SGSN<br />

GSC : Golay Sequential Coding<br />

GSM : Group Speciale Mobile<br />

GSM : Global System for Mobile communication<br />

G


GSM-MAP : GSM Mobile Application Part<br />

GSN : GPRS Support Node<br />

GTP : GPRS Tunneling Protocol<br />

HA : Home Agent<br />

HARQ : Hybrid Automatic Response reQuest<br />

HCI : Host Controller Interface<br />

HDB : Home Database<br />

HDR : High Data Rate<br />

HEC : Header Error Check<br />

HLR : Home Location Register<br />

HPLM : Home PLMN<br />

HSCSD : High Speed Circuit Switched Data<br />

HSDPA : High Speed Downlink Packet Access<br />

HS-DSCH : High Speed Downlink Shared Channel<br />

HSPA : High Speed Packet Access<br />

HSS : Home Subscriber Server<br />

HSUPA : High Speed Uplink Packet Access<br />

HTML : Hyper Text Markup Language<br />

HTTP : Hyper Text Transfer Protocol<br />

IAM : Initial Address Message<br />

IAPP : Inter Access Point Protocol<br />

ICA : IDS Communication via ATM<br />

IDCT : Inverse Discrete Cosine Transform<br />

IDEN : Integrated Dispatch Enhanced Network<br />

IDFT : Inverse Discrete Fourier Transform<br />

IDS : Interactive Debugging System<br />

IE : Information Element<br />

IEEE : Institute of Electrical and Electronics Engineers<br />

IF : Intermediate Frequency<br />

H<br />

I


IFFT : Inverse Fast Fourier Transform<br />

IGA : Improved Gaussian Approximation<br />

IIR : Infinite Impulse Response<br />

IM : InterModulation<br />

IMEI : International Mobile Equipment Identity<br />

IMS : IP Multimedia Subsystem<br />

IMSI : International Mobile Subscriber Identity<br />

IMT-2000 : International Mobile Telecommunication-2000<br />

IN : Intelligent Network<br />

INT_CID : Internal Change ID<br />

INT_CID : Internal Charging ID<br />

IOC : Input Output Controller<br />

IP : Internet Protocol<br />

IRAU : Inter SGSN Routing Area Update<br />

IS : Interim Standard (IS-54=AMPS, IS-95=CDMA, IS-136=Digital AMPS)<br />

ISDN : Integrated System Digital Network<br />

ISI : InterSymbol Interference<br />

ISM : Industrial, Scientific, and Medical<br />

ISUP : ISDN User Part<br />

ITFS : International Television Fixed Service<br />

ITU : International Telecommunication Union<br />

Iu-CS interface : Interface antara RNC dengan MSC<br />

Iu-PS interface : Interface antara RNC dengan SGSN<br />

IUA : ISDN User Adaptation layer“<br />

Iub interface : Interface antara Node-B dengan RNC<br />

Iur interface : Interface antara RNC dengan RNC<br />

IXC : IntereXhange Carrier<br />

IWE : InterWorking Entity<br />

JDC : Japanese Digital Cellular (Kemudian dikenal dengan PDC = Pacific Digital Cellular)<br />

JRC : Joint Radio Committee<br />

JTACS : Japanese total Access Communication System<br />

J


JTC : Joint Technical Committee<br />

KEK : Key Encryption Key<br />

LA : Location Area<br />

LAC : Location Area Code<br />

LAN : Local Area Network<br />

LAP : LAN Access Profile<br />

LATA : Local Access and Transport Area<br />

LBT : Listen Before Talk<br />

LCC : Lost Call Cleared<br />

LCD : Lost Call Delayed<br />

LCR : Level Crossing Rate<br />

LDC : Local Data Controller<br />

LEC : Local Exchange Carrier<br />

LEO : Low Earth Orbit<br />

LIC : Line Interface Card<br />

LLC : Logical Link Control<br />

LLCAP : Logical Link Control and Adaptation Protocol<br />

LLE : Logical Link Equipment<br />

LM : Layer Management<br />

LMS : Least Mean Square<br />

LMP : Link Manager Protocol<br />

LOC-NO : Location Number<br />

LOS : Line Of Sight<br />

LPC : Linear Predictive Coding<br />

LPS : LIC Protection Switch<br />

LSSB : Lower Single Side Band<br />

LTE : Linear Transversal Equalizer<br />

LTE : Long Term Evolution<br />

LTP : Long Term Prediction<br />

K<br />

L


M3UA : Message Transfer Part3 User Adaptation Layer<br />

MAC : Medium Access Control<br />

MAHO : Mobile Assisted Handover<br />

MAN : Metropolitan Area Network<br />

MAP : Mobile Application Part<br />

MBC : Message Based Communication<br />

MBS : Maximum Burst Size<br />

MCC : Mobile Country Code<br />

MDBS : Mobile Database Station<br />

MDHO : Macro Diversity HandOver<br />

MDLP : Mobile Data Link Protocol<br />

MDS : Multipoint Distribution Services<br />

MFSK : Minimum Frequency Shift Keying<br />

MG : Media Gateway<br />

MGC : Media Gateway Controller<br />

MGCF : Media Gateway Control Function<br />

MGCP : Media Gateway Control Protocol<br />

MIME : Multipart Internet Mail Extension<br />

MIMO : Multiple Input Multiple Output<br />

MIN : Mobile Identification Number<br />

MIRS : Motorola Integrated Radio system<br />

MM : Mobility Management<br />

MMAC : Multimedia Mobile Access Communication<br />

MMS : Multimedia Messaging Service<br />

MMDS : Multichannel Multipoint Distribution Service<br />

MMSE : Minimum Mean Square Error<br />

MNC : Mobile Network Code<br />

MPLS : Multi Protocol Label Switching<br />

MPSK : Minimum Phase Shift Keying<br />

MRF : Multimedia Resource Function<br />

MS : Mobile Station<br />

M


MSA : Metropolitan Statistical Area<br />

MSB : Most Significant Bit<br />

MSC : Mobile Switching Center<br />

MSCID : MSC Identification<br />

MSE : Mean Square Error<br />

MSIN : Mobile Subscriber Identification Number<br />

MSK : Minimum Shift Keying<br />

MSRN : Mobile Station Roaming Number<br />

MSU : Message Signaling Unit<br />

MTP : Message Transfer Part<br />

MTP3b : layer 3 broadband Message Transfer Part<br />

MTSO : Mobile Telephone Switching` Office<br />

MUX : Multiplexer<br />

NACC : Network Assisted Cell Change<br />

NACK : Negative Acknowledge<br />

NAMPS : Narrowband AMPS<br />

NAP : Network Access Point<br />

NAV : Network Allocation Vector<br />

NBFM : Narrow Band Frequency Modulation<br />

NC : Network Commander<br />

N-ISDN : Narrowband ISDN<br />

NLOS : Non-Line of Sight<br />

NMT-450 : Nordic Mobile Telephone-450<br />

NNI : Node Network Interface<br />

NOM : Network Operation Mode<br />

N-PDU : Network PDU<br />

NrtPS : Non-Real Time Polling Service<br />

NRZ : Non Return to Zero<br />

NSAPI : Network Service Access Point Identifier<br />

NSP : Network Service Part<br />

NSS : Network and Switching Subsystem<br />

N


NS-VC : Network Service - Virtual Connection<br />

NS-VL : Network Service - Virtual Link<br />

NTACS : Narrowband Total Access Communication System<br />

NTT : Nippon Telephone<br />

OCS : Originating Call Screening<br />

OFDM : Orthogonal Frequency Division Multiplexing<br />

OFDMA : Orthogonal Frequency Division Multiple Access<br />

OA&M : Operation, Administration and Maintenance<br />

O&M : Operation and Maintenance<br />

OMA : Open Mobile Alliance<br />

OMAP : Operation Maintenance and Administration Part<br />

OMC : Operation and Maintenance Center<br />

OMC-B : OMC for Base Station Sub-system<br />

OMC-S : OMC for Switching Sub-System<br />

OQPSK : Offset Quadrature Phase Shift Keying<br />

OSI : Open System Interconnect<br />

OSS : Operation Support System<br />

OVSF : Orthogonal Variable Spreading Factor<br />

PABX : Private Automatic Branch Exchange<br />

PACCH : Packet Associated Control CHannel<br />

PACS : Personal Access Communication System<br />

PAD : Packet Assembler Disassembler<br />

PAGCH : Packet Access Grant CHannel<br />

PAN : Personal Area Network<br />

PBX : Private Branch Exchange<br />

PCCCH : Packet Common Control CHannel<br />

PCH : Paging Channel<br />

PCM : Pulse Code Modulation<br />

PCN : Personal Communication Network<br />

O<br />

P


PCP : Peripheral Control Platform<br />

PCR : Peak Cell Rate<br />

PCS : Personal Communication System<br />

PCU : Packet Control Unit<br />

PD : Packet Dispatcher<br />

PDC : Pacific Digital Cellular<br />

PDET : Project Database Engineering Team<br />

pdf : probability density function<br />

PDN : Packet data Network<br />

PDP : Packet Data Protocol<br />

PDTCH : Packet Data Traffic CHannel<br />

PDU : Packet Data Unit<br />

PG : Processing Gain<br />

PH : Portable Handset<br />

PHP : Personal Handy Phone<br />

PHS : Personal Handy phone System<br />

PHS : Packet Header Suppression<br />

PL : Path Loss<br />

PLCP : Physical Layer Convergence Procedure<br />

PLL : Phase Locked Loop<br />

PLMN : Public Land Mobile Network<br />

PLMR : Public Land Mobile Radio<br />

PM : Performance Management<br />

PN : Pseudo Noise<br />

POCSAG : Post Office Code Standard Advisory Group<br />

PPCH : Packet Paging CHannel<br />

PPP : Point to Point Protocol<br />

PR : Packet Radio<br />

PRACH : Packet Random Access CHannel<br />

PRH : PRotocol Handler<br />

PRH-MGR : PRotocol Handler ManaGeR<br />

PRI : Primary Rate Interface


PRMA : Packet Reservation Multiple Access<br />

PRT : Packet Routing and Transfer function<br />

PSD : Power Spectral Density<br />

PSK : Phase Shift Keying<br />

PSM : Protocol Service Multiplexer<br />

PSTN : Public Switch Telephone Network<br />

PSU : Power Supply Unit<br />

PTCCH : Packet Timing Advance Control CHannel<br />

PTI : Permanent Terminal Identifier<br />

P-TMSI : Packet Temporary Mobile Subscriber Identity<br />

PTT : Push to Talk<br />

PVC : Permanent Virtual Connection<br />

Q3 : Q interface at the GSN Node<br />

QAM : Quadrature Amplitude Modulation<br />

QCELP : Qualcomm Code Excited Linear Predictive Coder<br />

QMF : Quadrature Mirror Filter<br />

QoS : Quality of Service<br />

QPSK : Quadrature Phase Shift Keying<br />

RA : Routing Area<br />

RAB : Radio Access Bearer<br />

RAC : Routing Area Code<br />

RACE : Research on Advanced Communication in Europe<br />

RACH : Random Access Channel<br />

RADIUS : Remote Authentication Dial-In Server<br />

RAI : Routing Area Identity<br />

RANAP : Radio Access Network Application Part<br />

RAU : Routing Area Update<br />

RCC : Reverse Control Channel<br />

RCS : Radar Cross Section<br />

Q<br />

R


RDLAP : Radio Data Link Access Procedure<br />

RDTC : Reverse Data Traffic Channel<br />

RELP : Residual Excited Linear Predictor<br />

RF : Radio Frequency<br />

RFP : Radio Fixed Part<br />

RLC : Resistor Inductor Capacitor<br />

RLC : Radio Link Control<br />

RMD : RAM Mobile Data<br />

RNC : Radio Network Control<br />

RNSAP : Radio Network Subsystem Application Part<br />

RPC : Remote Procedure Call<br />

RPCU : Radio Port Control Unit<br />

RRC : Radio Resource Control<br />

RRMS : Radio Resource Management Protocol<br />

RSS : Radio Sub-System<br />

RSSI : Received Signal Strength Indicator<br />

RTD : Round-Trip Delay<br />

RTG : Receive/Transmit Transition Gap<br />

RtPS : Real time Polling Service<br />

RTS : Ready To Send<br />

RVC : Reverse Voice Channel<br />

Rx : Receiver<br />

RZ : Return to Zero<br />

SAAL : Signaling ATM Adaptation Layer<br />

SACCH : Slow Associated Control Channel<br />

SAFER+ : Slow And Fast Encryption Routine<br />

SAP : Service Access Point<br />

SAPI : Service Access Point Identifier<br />

SAR : Service Access Routines<br />

SAT : Supervisory Audio Tone<br />

SBC : System Broadcasting Channel<br />

S


SBC : Sub-Band Channel<br />

SC : Slow Channel<br />

SCB : SSNC Control shelf Basic<br />

SCCP : Signaling Connection Control Part<br />

SCE : SCB-Extended<br />

SCH : Synchronization Channel<br />

SCM : Station Class Mark<br />

SCO : Synchronous Connection Oriented<br />

SCORE : Spectral Coherence Restore Algorithm<br />

SCP : Service Control Point<br />

SCR : Substainable Cell Bitrate<br />

SCR : Successful Call Ratio<br />

SDCCH : Stand-alone Dedicated Control Channel<br />

SDMA : Space Division Multiple Access<br />

SDP : Service Delivery Protocol<br />

SDRT : Symptom Data Transport<br />

SEIGA : Simplified Expression for the Improved Gausian Approximation<br />

SELP : Stochastically Excited Linear Predictive coder<br />

SEP : Switching End Point<br />

SGSN : Serving GPRS Support Node<br />

S/I : Signal to Interference ratio<br />

SIB : System Information Block<br />

SID : Station Identity<br />

SIFS : Short Inter Frame Space<br />

SIM : Subscriber Identity Module<br />

SIP : Session Initiation Protocol<br />

SIR : Signal-to-Interference Ratio<br />

SIRCIM : Simulation of Indoor Radio Channel Impulse Response Module<br />

SISP : Site Specific Propagation<br />

SLR : SGSN Location Register<br />

SM : Session Management<br />

SM : Signaling Management


SMIL : Synchronized Multimedia Integration Language<br />

SMP : Standard Maintenance Protocol<br />

SMP : Service Management Point<br />

SMR : Specialized Mobile Radio<br />

SMRCIM : Simulation of Mobile Radio Channel Impulse Response Models<br />

SMS : Short Messaging Service<br />

SMSC : Short Messaging Service Center<br />

SMTP : Simple Mail Transfer Protocol<br />

S/N : Signal to Noise ratio<br />

SNDCP : Sub-network Dependent Convergence Protocol<br />

SNMP : Simple Network Management Protocol<br />

SNR : Signal to Noise Ratio<br />

SP : Signaling Point<br />

SPP : Serial Port Profile<br />

SPU : Service Provision Unit<br />

SQNR : Signal to Quantization Noise Ratio<br />

SRNS : Serving Radio Network Subsystem<br />

SS : Spread Spectrum<br />

SSB : Signaling Side Band<br />

SSL : Secure Socket Layer<br />

SSMA : Spread Spectrum Multiple Access<br />

SSN : Sub-System Number<br />

SSNC : Signaling System Network Control<br />

SSP : Service Switching Point<br />

SST : Sub System Test<br />

SS7 : Signaling System No.7<br />

ST : Signaling Tone<br />

STM-1 : Synchronous Transport Module level-1<br />

STP : Signaling Transfer Point<br />

SYN : Synchronization Channel<br />

TACS : Total Access Communication System<br />

T


TBF : Temporary Block Flow<br />

TCAP : Transaction Capabilities Application Part<br />

TCDMA : Time Division CDMA<br />

TCH : Traffic Channel<br />

TCM : Trellis Code Modulation<br />

TCP : Transmission Control Protocol<br />

TDD : Time Division Duplex<br />

TDFH : Time Division Frequency Hopping<br />

TDMA : Time Division Multiple Access<br />

TDN : Temporary Directory Number<br />

TDR : Time Dependent Routing<br />

TDR : Transaction Detail Record<br />

TEK : Traffic Encryption Key<br />

TFI : Temporary Flow Identity<br />

TFS : Transport Format Set<br />

TFTP : Trivial File Transfer Protocol<br />

TIA : Telecommunications Industry Association<br />

TID : Tunnel Identifier<br />

TIU : Trunk Interface Unit<br />

TIM : Traffic Indication Map<br />

TLLI : Temporary Logical Link Identifier<br />

TLM : Trunk Line Management<br />

TM : Traffic Measurement<br />

TMN : Telecommunication Management Network<br />

TMSI : Temporary Mobile Subscriber Identity<br />

TODE : Total Outage DEtection<br />

TPL : Thruput Limiter<br />

TRAU : Transcoding and Rate Adaptation Unit<br />

TSC : Through Switched Connection<br />

TTG : Transmit/receive Transition Gap<br />

TTI : Transmission Time Interval<br />

TTIB : Transparent Tone-In-Band


TUP : Telephone user part<br />

Tx : Transmitter<br />

UART : Universal Asynchronous Receiver an Trasmitter<br />

UDP : User Datagram Protocol<br />

UE : Universal Equipement<br />

UF : Urban Factor<br />

UGS : Unsolicited Grant Service<br />

UMTS : Universal Mobile Telecommunication System<br />

UNI : User Network Interface<br />

URL : Universal Resource Locator<br />

USB : Universal Serial Bus<br />

USF : Uplink State Flag<br />

USO : Universal Service Obligation<br />

USSB : Upper Single Side Band<br />

USSD : Unstructured Supplementary Service Data<br />

UTRAN : UMTS Terrestrial Radio Access Network<br />

UUID : Universal Unique ID<br />

VAD : Voice Activity Detector<br />

VBR : Variable Bit Rate<br />

VBS : Voice Broadband Service<br />

VC : Virtual Connection<br />

VCI : Virtual Circuit Identifier<br />

VCO : Voltage Control Oscillator<br />

VDB : Visitor Database<br />

VGCS : Voice Group Call Service<br />

VGGSN : Virtual GGSN<br />

VIU : Visitor Interface Unit<br />

VLR : Visitor Location Register<br />

VMAC : Voice Mail Attenuation Code<br />

U<br />

V


VOCOC : Vision O.N.E. Shill Operation System<br />

VoIP : Voice Over Internet Protocol<br />

VP : Virtual Path<br />

VQ : Vector Quantization<br />

VSAT : Very Small Aperture Terminal<br />

VSELP : Vector Sum Exciter Linear Predictor<br />

WACS : Wireless Access Communication System [kemudian dikenal dengan PACS]<br />

WAN : Wireless Area Network<br />

WAP : Wireless Application Protocol<br />

WARC : World Administrative Radio Conference<br />

WBMP : Wireless application BitMap Protocol<br />

WCDMA : Wideband Code Division Multiple Access<br />

WEP : Wired Equipment Privacy<br />

Wi-Fi : Wireless Fidelity<br />

WiMAX : Worldwide Interoperability for Microwave Access<br />

WIN : Wireless Information Network<br />

WIU : Wireless Interface Unit<br />

WLAN : Wireless Local Area Network<br />

WML : Wireless Markup Language<br />

WPA : Wireless Protected Access<br />

WSP : Wireless Session Protocol<br />

WTP : Wireless Transaction Protocol<br />

WUPE : Wireless User Premises Equipment<br />

WWW : World Wide Web<br />

—<br />

—<br />

W<br />

X<br />

Y<br />

Z


—<br />

Back to Main Menu


Lhutfhy Pribadi<br />

W.A. Yudiana<br />

Riswan<br />

Julitra Anaada<br />

Rudyno Nasrial<br />

Yanto Sugiyanto<br />

Sony Bahtiar<br />

Crew<br />

Go To Main Menu

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!